Makalah Pertanian Presisi (KELOMPOK 10) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERTANIAN PRESISI ( INFORMASI, TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN ) Disusun untuk memenuhi tugas sistem produksi pertanian berkelanjutan



Disusun oleh : 1. Hanan Fatih Ramdan. R 2. Mila Fitriya Wahyuningsih 3. Estu Saputro



(180311100015) (180311100029) (180311100031)



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA BANGKALAN 2021



ABSTRAK Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak positif



bagi



pembangunan pertanian. Precision farming adalah konsep pertanian yang didasarkan pada variabilitas lahan pertanian, dan merupakan pendekatan untuk menentukan tindakan yang tepat pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Petanian presisi memiliki banyak aspek diantaranya, pengukuran, pemetaan hasil, aplikasi laju tidak tetap dan pengindraan jarak jauh. Manfaat dari precision farming adalah meningkatkan efisiensi dan efektiftas pengelolaan lahan dari berbagai aspek seperti aspek agronomi, teknik dan eknomi. Khusus untuk aspek lingkungan dapat mengurangi pencemaran misalnya dengan peningkatan akurasi estimasi kebutuhan nitrogen akan mengurangi tingkat cemaran karena nitrogen yang terbawa run-off di minimalisasi. Keuntungan lain yang didapat petani adalah terbentuk sistem basis data akurat yang bisa membantu petani untuk mencatat data-data usaha tani dan hasil panen, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan di Indonesia, walaupun sekarang masih pada tahap riset dan uji coba. Namun demikian hal ini sudah menunjukkan Indonesia akan menuju dan dapat mengimplementasikan pertanian presisi.



i



DAFTAR ISI



Cover ABSTRAK ........................................................................................................................... i DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iv PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1



I.



1.1



Latar Belakang ................................................................................................... 1



1.2



Rumusan Masalah .............................................................................................. 2



1.3



Tujuan Pembahasan ........................................................................................... 2



II.



HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 3



2.1



Sistem Pertanian Presisi ..................................................................................... 3



2.2



Penerapan Pertanian Presisi ( Informasi, teknologi dan manajemen) .............. 4



2.3



Implementasi Pertanian Presisi Di Indonesia .................................................. 14



III.



PENUTUP ............................................................................................................. 16



3.1



Kesimpulan ....................................................................................................... 16



3.2



Saran ................................................................................................................. 16



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17



ii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pertanian presisi dari hulu ke hilir ........................................................ 4 Gambar 2. Tampilan sistem pakar untuk penentuan tingkat keseuaian padi dan jagung di Gorontalo (Lahay, Seminar, Mulyana 2011) ......................................... 5 Gambar 3. penentuan tingkat kesesuaian lokasi pengembangan rumah produksi broiler; kasus studi di Parung ................................................................................ 6 Gambar 4. Skenario kerja sistem pengendalian gulma berbasis pertanian presisi ................................................................................................................................. 7 Gambar 5. Sistem seleksi varietas tomat ............................................................... 8 Gambar 6. Analisis pertumbuhan gandum layar menggunakan citra satelit ...... 8 Gambar 7. Pencatatan produksi panen buah kelapa sawit di perkebunan dan pelaporan hasil analisis produksi secara real-time ................................................ 9 Gambar 8. Alat sortasi teh hitam berbasis jaringan syaraf tiruan (JST) ........... 10 Gambar 9. Pemilihan jalur terbaik untuk transportasi hortikultura................. 11 Gambar 10. Sistem pakar untuk menentukan keamanan pangan berdasarkan kecukupan ketersedian nutrisi berbasis pertanian presisi .................................. 12 Gambar 11. Model sistem pelacakan untuk rantai pangan berbasis teknologi informasi ............................................................................................................... 13



iii



KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Bangkalan, 29 Maret 2021



Penulis



iv



I. 1.1



PENDAHULUAN



Latar Belakang Sumberdaya pertanian merupakan aspek penting dalam berlangsungnya proses



budidaya tanaman oleh petani. Pengelolaan sumberdaya pertanian seringkali dimanfaatkan dengan cara yang salah. eksploitasi sumber daya alam oleh kegiatan pembangunan pertanian telah melebihi kapasitas daya dukung ekologis (caryying capacity), sehingga terjadi eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Berbagai dampak ekologi, ekonomi, sosial, budaya dan kesehatan masyarakat semakin meragukan masyarakat dunia akan keberlanjutan ekosistem pertanian dalam menopang kehidupan manusia pada masa mendatang . Sistem pertanian yang baik adalah dengan melestarikan sumberdaya pertanian yang ada agar aspek – aspek lingkungan disekitarnya



terjaga.



Sistem



pertanian



dapat



berkelanjutan,



maka



yang



dipertimbangkan tidak hanya aspek finansial semata, dan juga tidak hanya mengejar produksi yang tinggi semata, namun juga harus memperhatikan aspek sumberdaya pertaniannya Pertanian berkelanjutan meliputi bidang-bidang pertanian tanaman pangan, holtikultura,



perkebunan,



kehutanan,



peternakan,



perikanan,



dan



kelautan.



Pembangunan pertanian harus dilakukan secara seimbang dan disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga kontinuitas produksi dapat dipertahankan dalam jangka panjang, dengan menekankan tingkat kerusakan lingkungan sekecil mungkin (Salikin, 2003). Dalam rangka meimplementasikan pertanian berkelanjutan maka ada salah satu istilah atau konsep yaitu pertanian presisi yang merupakan informasi dan teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Pertanian presisi memiliki tujuan yaitu untuk mencocokkan aplikasi sumber daya serta kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan



1



1.2



Rumusan Masalah a) Bagaimana sistem pertanian presisi? b) Bagaimana



penerapan



pertanian



presisi



(informasi,



teknologi



dan



manajemen)? c) Bagaimana implementasi pertanian presisi di Indonesia? 1.3



Tujuan Pembahasan a) Untuk mengetahui sistem pertanian presisi b) Untuk mengetahui penerapan pertanian presisi (informasi, teknologi dan manajemen) c) Untuk mengetahui implementasi pertanian presisi di Indonesia



2



II. 2.1



HASIL DAN PEMBAHASAN



Sistem Pertanian Presisi Precision farming atau precision agriculture merupakan pendekatan untuk



menentukan tindakan yang tepat pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Precision farming membutuhkan teknologi baru seperti global positioning system (GPS), sensor tanah, sensor tanaman, sensor hama, satelit atau foto udara, dan sistem informasi geografis (SIG) untuk menilai dan memahami berbagai variabel lahan (Manalu, 2013). Pertanian presisi bertujuan untuk memberikan input pada lahan berdasarkan pada lokasi yang tepat, sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. Oleh karena itu, penilaian variabilitas merupakan aspek penting dan merupakan tahap awal yang sangat mendasar dalam pertanian presisi karena tahap ini menentukan tahap-tahap berikutnya (Wijayanto, 2013). Pertanian presisi juga berkonstribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Ketahanan pangan sebagai situasi pada saat semua orang dalam segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan yang sehat dan aktif. Ketahanan pangan dijelaskan dalam 4 pilar, yakni food availability, physicial and economic access to food, stability of supply and access, and food utilization. (Shinta, 2014). Produktivitas tanaman pangan tergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal-areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup besar akan terjadi. Saat ini, penentuan jenis budidaya tanaman pangan yang sesuai ditanam pada suatu lahan tertentu masih dilakukan secara manual, yaitu membandingkan data-data yang ada di lapangan dengan kriteria persyaratan penggunaan lahan untuk tanaman pangan tertentu (Azis et al., 2005). Ada empat pilar utama dalam pendekatan pertanian presisi, yaitu: 1. Memandang aktivitas pertanian secara holistik dan menyeluruh dari hulu ke hilir sebagai rantai proses yang terpadu dan berkesinambungan untuk memastikan aliran konversi produk pertanian (tanaman, ternak, ikan, dan turunannya) dengan aman, efisien, dan efektif dari lahan hingga ke meja makan.



3



2. Memedulikan keragaman (heterogenitas) dan dinamika lokasi, waktu, objek bio, iklim, geografi, kultur, pasar, dan konsumen. 3. Mendayagunakan teknologi yang memungkinkan pengamatan dan perlakuan presisi. 4. Berbasis kepada data, informasi, dan pengetahuan yang baik dan benar. 2.2



Penerapan Pertanian Presisi ( Informasi, teknologi dan manajemen) Penerapan pertanian presisi dari hulu ke hilir dalam rantai produksi dan pasok



produk pertanian dimulai dari menentukan dan melihat lahan yang sesuai berdasarkan kondisi tanah, iklim, dan air, dilanjutkan dengan ketepatan dalam menentukan metode pembukaan dan pengolahan lahan; metode dan waktu tanam; metode dan waktu irigasi dan perawatan tanaman; pemupukan yang tepat jenis, waktu, dan dosis; waktu dan metode panen; pengolahan pascapanen, transportasi, kemasan produk, pemilihan target pasar; serta penyajian makanan yang tepat fungsi dan aman ( seminar, 2016).



Gambar 1. Pertanian presisi dari hulu ke hilir



Berikut merupakan pelaksanaan pertanian presisi di Hulu : 1. Pemilihan lahan yang tepat Dalam pemilihan lahan ada beberapa alternatif dilihat dari basis media tanamnya, yaitu 1) berbasis pada lahan terbuka dan 2) berbasis pada lahan tertutup. Untuk media tanam berbasis terbuka diperlukan analisis presisi tentang kesuaian lahan untuk suatu tanaman yang akan dibudidayakan dan diproduksi. Teknologi informasi geografis dengan basis data spasial dapat digunakan untuk melihat kesesuaian lahan suatu tanaman dengan memperhitungkan kondisi tanah, iklim,



4



ketersediaan air, serta kontur tanah pada suatu wilayah tertentu. Dengan ini, pemilihan lahan terbaik untuk suatu tanaman tertentu dapat ditetapkan secara presisi. Sebagai contoh, penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman padi dan jagung di Gorontalo dilakukan dengan memanfaatkan basis data spasial, cuaca, kondisi tanah, kontur tanah, dan tutupan hutan sehingga dapat ditampilkan lokasi lahan dan luasannya dalam berbagai tingkat kesesuaian untuk tanaman padi dan jagung. Produksi pertanian berbasis lahan tertutup menggunakan konstruksi bangunan yang dirancang secara spesifik untuk budidaya tanaman yang disebut rumah tanaman (green-house) atau untuk budidaya ayam . Dengan sistem tertutup ini, kondisi iklim mikro di dalam rumah produksi dapat dikendalikan dan dimonitor dengan tujuan optimasi pertumbuhan tanaman atau ternak. Namun, pemilihan lokasi perlu menerapkan pertanian presisi untuk melihat kesesuaiannya agar tidak menimbulkan masalah sosial dan lingkungan.



Gambar 2. Tampilan sistem pakar untuk penentuan tingkat keseuaian padi dan jagung di Gorontalo (Lahay, Seminar, Mulyana 2011)



2.



Pemilihan Metode Pembukaan dan Pengolahan Lahan yang Tepat Pendekatan pertanian presisi dengan memanfaatkan data agroklimat dan data



spasial (luas, topografi lahan dan kontur lahan, serta jenis tanah) yang dapat diakuisisi



5



dari satelit atau GPS dapat digunakan untuk perencanaan pembukaan dan pengolahan lahan yang paling tepat dari aspek sumber daya (armada, alat dan mesin, serta tenaga operator yang diperlukan), aspek waktu (penjadwalan dan target penyelesaian), aspek ekonomi, dan aspek lingkungan (skenario ramah lingkungan). Penerapan teknologi sistem pendukung keputusan (SPK) berbasis pengetahuan dapat digunakan untuk membantu pemilihan metode terbaik dalam pembukaan dan pengolahan lahan yang lebih presisi seperti yang dikembangkan oleh Nishiguchi & Yamagata (2009) dan Solahudin (2010)



Gambar 3. penentuan tingkat kesesuaian lokasi pengembangan rumah produksi broiler; kasus studi di Parung



3.



Perawatan Tanaman yang Tepat Salah satu implementasi pertanian presisi adalah Manajemen Tanaman



Spesifik-Lokasi (Site-Specific Crop Management/ SSCM) di mana keputusan pada aplikasi prasarana dan sarana produksi dan praktik agronomi ditingkatkan kualitas dan akurasinya dengan menghitung kebutuhan kesesuaian tanah dan tanaman yang lebih baik karena sifat heterogenitas dari tanah dan tanaman di lapangan. Pendekatan 6



pertanian presisi juga dapat digunakan untuk menghitung dosis yang tepat pada penyemprotan gulma untuk tanaman kacang tanah (Solahudin dkk, 2010). Dosis herbisida ditentukan sesuai dengan populasi gulma yang dihitung secara real-time dengan menggunakan sensor kamera yang ditempatkan pada traktor tangan yang dioperasikan di lahan.



Gambar 4. Skenario kerja sistem pengendalian gulma berbasis pertanian presisi



4.



Rekayasa Kultivar dan Pemilihan Bibit Rekayasa genetika bermain pada tingkat molekuler khususnya DNA. Beberapa



tahapan yang digunakan dalam rekayasa genetika yaitu isolasi DNA, manipulasi DNA, perbanyakan DNA, serta visualisasi hasil manipulasi DNA, DNA rekombinan, dan kloning gen. Penerapan pertanian presisi berbasis teknologi informasi, seperti teknologi mikroarray dan DNA sequencer, untuk rekayasa varietas unggul memberikan prospek yang sangat besar. Dengan teknologi tersebut penggabungan gen untuk ketahanan hama dan penyakit dapat dilakukan lebih cepat dan akurat yang sebelumnya sangat sulit dilakukan dengan metodametode konvensional (Sumarno, 2010 ). Sistem pakar untuk pemilihan varietas tomat untuk budidaya berbasis pertanian presisi telah dikembangkan oleh Amanda (2015). Parameter keputusan yang digunakan untuk pemilihan varietas tomat mencakup ketinggian lahan, potensi produksi, tujuan budi daya tomat, karakteristik tomat (seperti ukuran, kekerasan buah, kematangan, dan warna buah), serta ketahanan terhadap penyakit. Dari parameter tersebut dihasilkan



7



rekomendasi berbagai varietas tomat, mulai dari derajat kesesuaian tertinggi sampai yang terendah.



Gambar 5. Sistem seleksi varietas tomat



5.



Penentuan Waktu dan Metode Panen Proses pemanenan yang baik adalah yang tepat waktu dan tepat metode dengan



mempertimbangkan kondisi tanaman, iklim, lingkungan, dan lahan di lokasi tertentu. Dukungan teknologi dan sistem informasi dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan perencanaan panen dengan melakukan simulasi dan pengambilan keputusan berbasis pengetahuan dan kaidah. Kemampuan untuk mengidentifikasi perbedaan selama masa pertumbuhan hingga panen dapat dilihat pada tanaman gandum yang mengering akan mampu mengurangi jumlah bahan bakar minyak yang digunakan untuk pengeringan dan selanjutnya akan memangkas emisi CO2 (Nishiguchi dan Yamagata 2009)



Gambar 6. Analisis pertumbuhan gandum layar menggunakan citra satelit



8



Berikut merupakan pelaksanaan pertanian presisi di Hilir : 1.



Sistem Pencatatan dan Pelaporan Produksi Pada proses pascapanen, pencatatan panen merupakan aktivitas yang sangat



diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi produksi. Pada pemanenan produksi kelapa sawit misalnya, pemanenan yang dilakukan unit area panen terkecil yaitu blok dicatat dan dilaporkan oleh petugas pemeriksa buah setelah disetujui mandor panen melalui sms (short messaging system) ke server pusat di perkebunan kelapa sawit, seperti yang telah dikembangkan oleh tim IPB untuk PTPN IV Medan (Seminar, 2015). Data yang dilaporkan via sms adalah IdBlok, luas panen, tanggal panen, fase panen (pusingan), serta jumlah tandan dan berat tandan. Data yang telah dimasukkan ke sistem dapat diolah dan ditampilkan untuk kebutuhan pimpinan dan unit kerja dalam evaluasi, pengambilan keputusan, perhitungan rendemen, prediksi produksi, serta perencanaan ke depan. Pengembangan dan pemanfaatan lanjut dari sistem ini dapat mendukung manajemen pemupukan, evaluasi lahan (blok, afdeling, dan kebun) produktif, perencanaan sarana produksi, dan analisis biaya berbasis pertanian presisi dengan memanfaatkan data spasial maupun nonspasial.



Gambar 7. Pencatatan produksi panen buah kelapa sawit di perkebunan dan pelaporan hasil analisis produksi secara real-time



9



2.



Sistem Sortasi Sistem sortasi produk pertanian dengan metode presisi dapat dilakukan dengan



memanfaatkan sistem komputasi cerdas untuk menetapkan mutu produk dengan objektif, seragam, dan cepat. Salah satu penerapan pertanian presisi adalah penyortiran produk pertanian seperti produk tomat berdasarkan parameter warna dan ukuran tomat. Pendekatan pertanian presisi perlu diterapkan pada sortasi buah tomat karena proses sortasi secara manual umumnya menghasilkan produk dengan keragaman kurang baik dan juga waktu yang relatif lama. Untuk meningkatkan keseragaman, akurasi, dan waktu pemrosesan proses sortasi dapat dilakukan dengan mesin cerdas menggunakan Jaringan Saraf Probalistik (Probabilistic Neural Network/PNN) dengan sistem komputasi paralel (Seminar et al. 2008). Sistem sortasi pada penelitian Muqodas (2015) pada the hitam. Sistem pemutuan teh hitam menggunakan sensor kamera untuk menangkap citra dari bubuk teh hitam yang kemudian diolah dan dianalisis dengan metode jaringan syaraf tiruan (JST) untuk sekaligus menentukan kelas dan grade teh hitam.



Gambar 8. Alat sortasi teh hitam berbasis jaringan syaraf tiruan (JST)



3. Pemilihan Jalur Transportasi dan Pemilihan Kemasan Produk Sistem cerdas optimasi dalam pemilihan jalur transportasi berbasis pertanian presisi dikembangkan agar dapat memberikan peluang dan keputusan strategis dalam analisis pemilihan jalur terbaik guna meminimalkan waktu pengiriman serta menghindari kerusakan fisik dan mutu produk pertanian. Sistem ini menggunakan data



10



spasial dan nonspasial untuk pemilihan jalur distribusi hortikultura mencakup peta pasar dan jalan, jarak, kondisi trafik dan kecepatan kemudi (drive time), serta kecepatan rata-rata perjalanan. Memilih kemasan produk pertanian tertentu memerlukan ketelitian sesuai dengan karakteristik produk yang akan dikemas dan ketersedian pilihan kemasan yang ada dipasaran.



Gambar 9. Pemilihan jalur terbaik untuk transportasi hortikultura



4.



Sistem Perencanaan Ketahanan dan Keamanan Pangan Sistem berbasis pertanian presisi untuk analisis keamanan pangan (food



security) juga telah dikembangkan dengan memanfaatkan data-data potensi produksi, data kependudukan, kandungan nutrisi dari suatu komoditas pangan (dalam hal ini padi dan jagung), dan kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Analisis keamanan pangan memperhatikan modus tanam dan panen per tahun, seperti disajikan pada contoh kasus di Gorontalo. Perhitungan ketersediaan nutrisi untuk konsumsi pangan dapat ditelusuri pada level provinsi, kota madya, kabupaten, sampai kecamatan sehingga lebih mudah menentukan suatu wilayah yang rawan pangan, kemudian dapat digunakan sebagai dasar aksi preventif maupun kuratif dalam protokol keamanan pangan.



11



Gambar 10. Sistem pakar untuk menentukan keamanan pangan berdasarkan kecukupan ketersedian nutrisi berbasis pertanian presisi



5.



Pemilihan segmen pasar Segmen pasar mengacu kepada sekelompok pembeli potensial untuk kategori



produk atau layanan yang kebutuhannya sama. Seorang anggota dalam kelompok segmen pasar tertentu memiliki kebutuhan yang lebih mirip dengan kebutuhan anggota lain dari segmen yang sama daripada kebutuhan dari anggota dari segmen pasar yang berbeda. Pengetahuan tentang segmen pasar memungkinkan produsen untuk menargetkan penawarannya dengan presisi bagi anggota segmen tertentu sehingga mendapatkan penjualan dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi. Tujuan utama dari segmentasi pasar adalah untuk secara akurat memprediksi kebutuhan pasar dan meningkatkan profitabilitas dengan membuat produk dalam jumlah yang tepat, untuk pasar yang tepat, dengan biaya yang optimal. Metode komputasi cerdas dapat digunakan untuk menentukan segmen pasar sehingga membantu tindakan pemasaran produk pertanian yang lebih presisi (Tikmani et all, 2015). Data yang digunakan untuk segmentasi adalah data sejarah pembelian produk oleh pelanggan (frekuensi pembelian, volume dan nilai pembelian, profil pelanggan, serta jenis produk yang dibeli).



12



6.



Sistem Pelacakan Menurut Bosona dan Grebesenbet (2013), keterlacakan adalah bagian dari



manajemen logistik yang menangkap, menyimpan, dan menyediakan informasi yang relevan untuk suatu produk pertanian pada semua simpul rantai produksi makanan dari hulu ke hilir, di mana produknya dapat diperiksa untuk keperluan keamanan, kendali mutu, serta pelacakan mundur dan maju di setiap saat. Menurut Pizzuti dan Mirabelli, (2015) suatu sistem pelacakan diperlukan sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan keselamatan pangan. Pelacakan didefinisikan sebagai kemampuan menelusuri komoditas makanan, pakan, atau substansi yang ditambahkan ke dalam makanan, meliputi semua langkah dari produksi, prosessing, dan distribusi (Rijswijk dan Frewer, 2008). Tiga elemen dasar yang diketahui informasinya, yaitu nama produk, asal produk, dan saat didistribusikan atau kemampuan untuk mengikuti atau mempelajari langkah demi langkah riwayat dari aktivitas atau proses tertentu. Opara (2003) menyatakan bahwa traceability untuk rantai produksi pangan harus mencakup keterlacakan produk, proses, genetika, sarana produksi (input), hama dan penyakit, serta metode pengukurannya.



Gambar 11. Model sistem pelacakan untuk rantai pangan berbasis teknologi informasi



13



2.3



Implementasi Pertanian Presisi Di Indonesia Indonesia merupakan Negara agraris dimana memiliki 200 juta lahan dan 25 %



merupakan lahan yang digunakan



untuk pertanian. Kegiatan pertanian memiliki



peranan sangat penting dalam menumbuhkan ekonomi nasional dan juga kontribusinya pada Gross Domestic Product (GDP) sebesar 15,4% (Anggarendra, 2016). Pentingnya peranan pertanian perlu didukung oleh berbagai hal, salah satunya konsep dan teknologi pertanian presisi.Tantangan yang saat ini dihadapi dalam kegiatan budidaya pertanian adalah keterbatasan sumberdaya alam, modal dan pengetahua terhadap teknologi. Selain itu, faktor lahan yang semakin menurun karena alih fungsi menjadi pemukiman juga menjadi tantangan tersendiri untuk dapat mengoptimalkan kondisi yang ada. Disisi lain, populasi penduduk Indonesia semakin meningkat sehingga pasokan pangan juga perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, sistem pertanian yang optimal dengan produksi yang maksimal diperlukan untuk bisa diadopsi pada pertanian di Indonesia. Pertanian presisi memiliki konsep untuk menuju pertanian dengan rendah pemasukan (low-input), efisiensi tinggi, dan pertanian berkelanjutan. Konsep yang diperhatikan diantaranya dengan pendekatan sistem (system approach) yang memperhatikan input, proses, output, dan outcome. Konsep pertanian ini diharapkan dapat diterapkan di Indonesia sehingga dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Tantangan bagi petani kita di Indonesia dalam era pertanian presisi harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan lahan, pengelolaan tanaman, pengelolaan alat dan mesin pertanian, baik yang digunakan pada tahapan pra-panen maupun pascapanen, serta pengelolaan tenaga kerja. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi pada tingkat keberhasilan dalam implementasi pertanian presisi. Pengembangan pertanian presisi di Indonesia juga tidak dapat lepas dari pemanfaatan teknologi modern saat ini. Teknologi yang diaplikasikan harus mampu dalam mendeteksi apa yang ada di lahan, memutuskan apa yang akan dilakukan, dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.



14



Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan di Indonesia, walaupun sekarang masih pada tahap riset dan uji coba. Namun demikian hal ini sudah menunjukkan Indonesia akan menuju dan dapat mengimplementasikan pertanian presisi. Berikut beberapa jenis teknologi dalam pertanian presisi yang bisa dicontohkan, antara lain; (i) Geographical Position System (GPS),



(ii) Geographic



Information



System (GIS),



(iii) Variable



Rate



Application (VRA), (iv) Remote Sensing System, (v) Yield Mapping, (vi) Database Management System (DBMS), Spatial Variability. Dalam pertanian presisi, jenis teknologi tersebut di atas memberikan dukungan dalam proses pengambilan keputusan untuk dapat menentukan perlakuan yang tepat dan memberikan manfaat dalam tahapan sistem produksi (Soetiarso, 2020). Selain teknologi, pertanian presisi juga perlu didukung perkembangan manajemen dan informasi sehingga pertanian presisi dapat segera diimplementasikan pada kalangan masyarakat.



15



III. 3.1



PENUTUP



Kesimpulan 1. Precision farming atau precision agriculture merupakan pendekatan untuk menentukan tindakan yang tepat pada lokasi yang tepat dengan cara yang tepat pada saat yang tepat. Pertanian presisi bertujuan untuk memberikan input pada lahan berdasarkan pada lokasi yang tepat, sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman. 2. Penerapan pertanian presisi dari hulu ke hilir dalam rantai produksi dan pasok produk pertanian dimulai dari menentukan dan melihat lahan yang sesuai berdasarkan kondisi tanah, iklim, dan air, dilanjutkan dengan ketepatan dalam menentukan metode pembukaan dan pengolahan lahan; metode dan waktu tanam; metode dan waktu irigasi dan perawatan tanaman; pemupukan yang tepat jenis, waktu, dan dosis; waktu dan metode panen; pengolahan pascapanen, transportasi, kemasan produk, pemilihan target pasar; serta penyajian makanan yang tepat fungsi dan aman 3. Pertanian presisi memiliki konsep untuk menuju pertanian dengan rendah pemasukan (low-input), efisiensi tinggi, dan pertanian berkelanjutan. Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan di Indonesia, walaupun sekarang masih pada tahap riset dan uji coba. beberapa jenis teknologi dalam pertanian presisi yang bisa dicontohkan, antara lain; (i) Geographical Position System (GPS), (ii) Geographic Information System (GIS), (iii) Variable Rate Application (VRA), (iv) Remote Sensing System, (v) Yield Mapping, (vi) Database Management System (DBMS), Spatial Variability.



3.2



Saran



Penyusun makalah masih membutuhkan beberapa literatur pendukung demi kelengkapan pokok bahasan yang diambil, sehingga penyusun makalah memerlukan kritik dan saran dari pembaca agar makalah menjadi lebih baik lagi.



16



DAFTAR PUSTAKA Amanda, Ecr., Seminar, Kb., Syukur, M., Noguchi R. 2015. Development Of Expert System For Selecting Tomato (Solanum Lycopersicum L.) Varieties. The Proceedings Of The 3rd International Conference On Adaptive And Intelligent Agroindustry (Icaia) 2015 Anggarendra, R., Guritno, C., Singh, M., Kaneko., Dan Kawanishi, M. 2016. Climate Change Policies And Challenges In Indonesia. Hal 295–304 Azis, A., Sunarminto, B.H., Dan Renanti, M.D. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tanaman Pangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Mipa. 16(1): 1-10 Bosona, T., Gebresenbet, G. 2013.Food Traceability As An Integral Part Of Logistics Management In Food And Agricultural Supply Chain. Food Control. 33(1): 32– 48 Lahay, Rj., Seminar, Kb., Mulyana Ak. 2011. Spatial Decision Support System For Identification Of Potential Land For Food Production. Journal Of It For Nrm. Ii (1) Manalu, L.P. 2013. Aplikasi Kontrol Digital Untuk Pemupukan Secara Variable Rate Pada Sistem Pertanian Presisi. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia. 15(3): 31- 38 Muqodas, Au. 2015. Pengembangan Perangkat Evaluasi Mutu Teh Hitam Menggunakan Image Processing [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Ipb Nishiguchi, O And Yamagata, N. 2009. Agricultural Information Management System Using Gis Technology: Improving Agricultural Efficiency Through Information Technology. Hitachi Review 58 (6): 265–269 Opara, L.U. 2003. Traceability In Agriculture And Food Supply Chain: A Review Of Basic Concepts, Technological Implications, And Future Prospects. Food, Agriculture & Environment. 1(1): 101–106 Pizzuti, T., Mirabelli, G. 2015. The Global Track & Trace System For Food: General Framework And Functioning Principles. Journal Of Food Engineering. 159: 16–35 Rijswijk, Van W., Frewer, Lj. 2008. Consumer Perceptions Of Food Quality And Safety And Their Relation To Traceability. British Food Journal. 110(10): 1034–1046 Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius: Yogyakarta



17



Seminar, Kb. 2015. Sistem Informasi Geografis Produksi Ptpn Iv Medan. Laporan Akhir Kerja Sama Lppm-Ipb Dan Ptpn Iv Seminar, Kb. 2016. Sistem Pertanian Presisi Dan Sistem Pelacakan Rantai Produksi Untuk Mewujudkan Agroindustri Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Guru Besar Ipb. Bogor: Ipb Seminar, Kb., Buono, A., Alim Mk. 2006. Uji Dan Aplikasi Komputasi Paralel Pada Jaringan Saraf Probabilistik (Pnn) Untuk Proses Klasifikasi Mutu Tomat. Jurnal Teknologi 1: 34−45 Shinta, N. 2014. Pemetaan Ketahanan Pangan Di Indonesia: Pendekatan Tfp Dan Indeks Ketahanan Pangan’. Working Paper. Bank Indonesia Soetiarso, L. 2020. Pengembangan Konsep Pertanian Presisi Di Indonesia. Https://Smart-Farming.Tp.Ugm.Ac.Id. Diakses Pada 29 Maret Solahudin, M., Seminar, Kb., Astika, Iw., Buono, A. 2010. Pendeteksian Kerapatan Dan Jenis Gulma Dengan Metode Bayes Dan Analisis Dimensi Fraktal Untuk Pengendalian Gulma Secara Selektif. Jtep 24(2): 129–135 Solahudin M. 2010. Pengembangan Metode Pengendalian Gulma Pada Pertanian Presisi Berbasis Multi Agen Komputasional [Disertasi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Ipb Sumarno. 2010. Pemanfaatan Teknologi Genetika Untuk Peningkatan Produksi Kedelai. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(4): 247–259 Tikmani, J., Tiwari, S., Khedkar, S. 2015. An Approach To Customer Classification Using K-Means. International Journal Of Innovative Research In Computer And Communication Engineering. 3(11): 10542–10549 Wijayanto, Y. 2013. Kajian Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Pertanian Presisi. Makalah. Jember: Universitas Jember



18