Makalah Pertemuan 2 - Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEKS - Riska H (PMTK 4) 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ISLAM, ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI “Memahami Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS”



Disusun Oleh: Riska Hidayanti NIM: 183223009 PMTK/Semester 4 (Empat) Dosen Pengampu: Drs. San Susilo, M. M.



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH KUNINGAN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yaitu dengan membuat suatu makalah yang berjudul “Memahami Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS”. Meski dengan banyak kendala dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dari segi bahasa maupun dari segi penulisan. Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat siapa pun yang membacanya. Sekian dan terima kasih.



Kuningan, 12 Februari 2020



Riska Hidayanti



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................i DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii I.



PENDAHULUAN ...............................................................................................1 A. Latar Belakang ................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1 C. Tujuan .............................................................................................................1



II. PEMBAHASAN ..................................................................................................2 A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS.....................................................2 B. Sebab – sebab Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS .............................4 C. Sebab – sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS ..............................5 D. Upaya – upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS ...............7 III. PENUTUP ...........................................................................................................9 A. Kesimpulan .....................................................................................................9 B. Saran ...............................................................................................................9 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................10



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini banyak masyarakat umum yang hanya mengerti bahwa selama ini yang menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu. Islam pernah mengalami kejayaan didalam ilmu pengetahuan di masa lalu. Tokoh-tokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa kejayaan yang sangat tinggi. Latar belakang penulis dalam menulis makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang agama Islam sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan pada masa itu. Pada peradaban kejayaannya Islam masuk ke Eropa dan bangsa-bangsa Eropa yang pada waktu itu sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan tokoh-tokoh Islam tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan umat. Pada masa Napoleon Bonaparte ke Mesir agama Islam mulai jatuh, dan ilmu pengetahuanpengetahuan yang sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh bangsa-bangsa Eropa, sehingga yang terkenal sebagai para penemu adalah bangsa Eropa. Dan hal ini menandai kemunduran pengembangan ilmu pengetahuan dalam umat islam. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS? 2. Apa saja hal-hal yang menyebabkan kemajuan umat Islam di bidang IPTEKS? 3. Apa saja hal-hal yang menyebabkan kemunduran umat Islam dalam IPTEKS? 4. Bagaimana upaya-upaya kebangkitan kembali umat Islam dalam IPTEKS? C. Tujuan 1. Memahami zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS. 2. Memahami sebab-sebab kemajuan umat Islam di bidang IPTEKS. 3. Memahami sebab-sebab kemunduran umat Islam di bidang IPTEKS. 4. Memahami upaya-upaya kebangkitan kembali umat Islam dalan IPTEKS.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS Zaman kejayaan Islam (750 – 1258 M) adalah masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari dunia Islam menghasilkan banyak kontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan, baik dengan menjaga tradisi yang telah ada ataupun dengan menambahkan penemuan dan inovasi mereka sendiri. Masa kejayaan Islam bermula saat Rasulullah SAW. mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafaurrasyidin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Andalusia yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan dan menginspirasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan IPTEK yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber bagi pengajaran di perguruan tinggi Eropa selama 5 atau 6 abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, ada masanya umat Islam memiliki tokoh-tokoh disetiap bidang keilmuan, seperti: 1. Matematika a. Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (759 – 850 M) Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi merupakan salah satu ilmuwan matematika muslim terbesar yang berasal dari Persia. Al-Khwarizmi mempelopori penggunaan sistem angka India kuno dan menambahkan nol. Al-Khwarizmi terkenal sebagai pengembang ilmu Aljabar, dengan buku monumentalnya yang berjudul Buku Ringkasan Kalkulasi dengan Melengkapi dan Menyeimbangkan. Kata aljabar diambil dari kata al jabr yang berarti melengkapi. b. Umar Khayyam (1048 – 1131 M) Umar Khayyam menemukan metode untuk memecahkan persamaan kubik. Ia juga menemukan metode untuk memecahkan persamaan kubik. Ia juga merupakan orang yang paling awal yang memformulasikan teorema binominal yang membantu memcahkan aljabar. c. Al-Battani Al-Battani merupakan ilmuwan Islam abad ke – 10 yang menemukan trigonometri. Melalui fungsi trigonometri dan pemahaman dasar tentang biintang, seseorang dapat menghitung dengan tepat posisinya di bumi. Hal ini penting untuk penentuan arah shalat bagi umat Islam. 2. Astronomi a. Al-Biruni



2



Al-Biruni adalah ilmuwan astronomi muslim pada abad ke – 11. Ia menentang pernyataan Ptolomeus yang menyatakan bumi tidak bergerak. Al-Biruni menyatakan bahkan mungkin bumi berputas pada sumbunya. b. Al Majriti Al Majriti merupakan cendekiawan asal Andalusia yang memusatkan perhatian pada upaya merevisi dan menyempurnakan tabel serta perhitungan asttronomis. Setelah kematiannya, ilmuwan seperti Kopernikus dan Galileo mengembangkan teori perhitungan astronomis yang kita terima sebagai fakta hari ini. 3. Geografi a. Ibnu Battuta Pada tahun 1300-an Ibnu Battuta, cendekiawan muslim dari Maroko menempuh perjalanan 170.000 km. Melintasi Afrika Barat, India, Tiongkok, dan Asia Tenggara. b. Muhammad Al Idris Muhammad Al Idris yang berasal dari Sisilia si bawah perlindungan raja Sisilia yang toleran saat itu, Roger II, membuat peta dunia dengan akurasi dan detail yang tidak tertandingi pada masa abad pertengahan. c. Al Mas’udi Pada pertengahan abad ke – 10, Al Mas’udi menuliskan pelayaran muslim Iberia selama berbulan-bulan pada 889 dari pelabuhan Delba hingga wilayah yang belum dikenal. Sayangnya, hingga saat ini penjelajah yang terkenal adalah Columbus yang menemukan Dunia Baru pada tahun 1492. 4. Kedokteran a. Baghdad Pada abad ke – 10, Baghdad mempelopori ujian lisensi yang harus diambil oleh dokter sebelum praktik. b. Muhammad bin Zakariya al Razi Pada abad ke – 9 membuat buku yang meragukan gagasan Galen (yang menyatakan tubuh manusia hanya terdiri dari darah, empedu hitam, empedu kuning, dan lendir). c. Ibnu Sina/Avicenna Ibnu Sina merupakan ilmuwan kedokteran muslim yang sangat terkenal, membuat karya yang berjudul Aturan Pengobatan, yang menekankan bahwa obatobatan harus diuji di bawah kondisi terkontrol. 5. Fisika a. Ibnu al Haytham (965 – 1040 M) Ibnu al Haytham berasal dari Irak, mengembangkan teori cahaya dan menemukan bahwa cahaya memantul dari setiap titik objek ke mata dan sejumlah besar sinar cahaya diubah menjadi informasi yang dapat diproses otak. b. Al Jazari Pada abad ke – 12, al Jazari merancang dan membangun berbagai mesin otomatis, diantaranya sistem pencuci tangan otomatis, jam, bahkan robot musik bertenaga air. 3



6. Fikih dan Hadist Dengan perkembangan ilmu pengetahuan empiris, tumbuhlah ilmu pengetahuan Islam. Fikih mengajarkan pemahaman mengenai hukum kriminal hingga tata cara shalat dan makanan yang halal. Ulama fikih yang terkenal diantaranya adalah: a. Abu Hanifah (699 – 767 M) b. Malik (711 – 795 M) c. Muhammad al Syafi’i (767 – 820 M) d. Ahmad bin Hanbal (780 – 855 M) Berdasarkan prinsip-prinsip yang diterapkan ahli fikih ini, berkembanglah 4 mazhab fikih yang terkenal, yakni Hanifah, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. B. Sebab-sebab Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS Secara umum ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam, yakni: 1. Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam sebagaiman tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah itu lahirlah individu-individu unggul yang pada gilirannya membentuk masyarakat madani Islami. 2. Adanya motivasi agama. Kitab suci Al-Quran banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca (Adanya motivasi agama. Kitab suci Al-Quran banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca (iqra’), melakukan observasi, eksplorasi, ekspedisi (siru fil ardhi), dan berpikir ilmiah rasional. Al-Quran juga mengecam keras sikap dogmatis. Dengan adanya anjuran untuk menuntut ilmu dalam Al-Quran, belajar atau mencari ilmu diyakini sebagai kewajiban atas setiap individu muslim, dengan implikasi berdosalah mereka yang tidak melakukannya. Doktrin ini mendorong dan mempercepat terciptanya masyarakat ilmu (knowledge society) dan budaya ilmu (knowledge culture), dua pilar utama setiap peradaban. 3. Faktor sosial politik. Tumbuh dan berkembangnya dunia ilmu dan tradisi ilmiah pada masa itu dimungkinkan antara lain oleh kondisi masyarakat Islam yang meskipun terdiri dari bermacam-macam etnis (Arab, Parsi, Koptik, Berber, Turki, dan lain-lain), dengan latar belakang bahasa dan budaya masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan Islam. Dengan demikian terwujudlah stabilitas, keamanan dan persatuan. Para pencari ilmu maupun cendekiawan dengan leluasa dan aman bepergian ke pusat-pusat pendidikan dan keilmuan, dari Seville ke Baghdad, dari Samarkand ke Madinah, dari Ishfahan ke Kairo, atau dari Yaman ke Damaskus. Ini belum termasuk mereka menjelajahi seluruh pelosok dunia Islam semisal Ibn Jubayr. 4. Faktor ekonomi. Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka kesempatan bagi setiap orang untuk mengembangkan diri dan mencapai apa yang diinginkannya. Imam ad-Dhahabi misalnya, menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan biaya orang tuanya. Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk para penuntut ilmu. Di universitas dan sekolah-sekolah tinggi, baik staf pengajar maupun pelajar dijamin kehidupannya oleh badan wakaf masing-masing, sehingga bisa berkonsentrasi penuh pada bidang dan karirnya serta produktif menghasilkan karyakarya ilmiah. Dengan kemakmuran jugalah, kaum muslim dahulu dapat membanggun istana yang megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan sejumlah rumah sakit. 4



5. Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu. Para saintis, misalnya Ibnu Sina, Ibnu Tufayl dan at Tusi berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti patronnya. Mereka menjadi penasehat sultan, dokter istana, atau sekaligus pejabat. C. Sebab-sebab Kemunduran Umat Islam di Bidang IPTEKS Dalam kemunduran pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam terjadi pada awal abad ke – 18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam bidang IPTEKS, yaitu. 1. Kesadaran orang barat akan arti pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat Islam, karena pada abad ke – 9 sampai abad ke – 13 M umat Islam menguasai IPTEK bisa lebih baik kesejahteraannya daripada orang barat. Sehingga, mereka berusaha untuk merebut kemajuan IPTEK dari umat Islam. 2. Orang barat yang pada umumnya Nasrani, ingin menunjukkan pula bahwa melalui agama Nasrani, mereka pun dapat maju dalam bidang IPTEK sejajar dengan umat Islam. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam IPTEK, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan IPTEK. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil justru menjadi penghalang bagi kemajuan IPTEK. Mungkin hal ini disebabkan karena banyak penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam kitan Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang tertulis dalam kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuwan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Hal ini, tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al-Quran selalu sesuai dengan kemajuan IPTEK. Bahkan Al-Quran bisa menjadi sumber IPTEK. 3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan benua baru, sehingga mereka berusaha berlayar dengan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vaco de Gama pada tahum 1407 berlayar ke Tanjung Pangaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuanpenemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan Eropa, setelah penemuan route benua baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang. 4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan 5



sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki obsevatorium pertama kalo yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang Islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat dalam hal pengetahuan tentang astronomi. 5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (Dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya. Tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak bergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengam adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi negara Eropa makin membanjiri negara-negara Islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara Islam lainnya. 6. Ketergantungan negara-negara Islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara Islam. Akibatnya, maka negara-negara Islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan, kerajaan, dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan kajayaan Islam pada masa lalu. 7. Akibat kolonialisme negara-negara Islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari Al-Quran, padahal Al-Quran adalah juga sumber IPTEK. 8. Akibat kolonialisme, stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara Islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya IPTEK. Hal ini lebih diperparah lagi dengan munculnya kapitalisme kapitalisme barat. Faktor-faktor di atas menjadi penyebab utama Islam mulai tertinggal dari orangorang barat dalam bidang IPTEK. Di samping itu, ada gejala umat Islam mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di dalam Al-Quran melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan. Pada masa kemunduran IPTEK di dunia Islam, kaum muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk barat. Menurut Prof. DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan muslim pengetahuan dan teknologi di dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan muslim dan penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap perkembangan IPTEK dunia luar.



6



Di zaman dewasa ini, perkembangan IPTEK di dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara simbolik dalam Al-Quran, tetapi yang menemukannya orang-orang non-muslim. Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum muslimin baru menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan dalam Al-Quran 15 abad yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa dewasa ini kaum muslimin senantiasa tertinggal dalam perkembangan IPTEK dan datang terlambat menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Quran. Suramnya kondisi keilmuan di dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat Islam yang menutut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi dan adanya ketidakseimbangan antara ilmuwan muslim dengan besarnya populasi penduduk muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5 miliar. Fenomena kemunduran IPTEK di dunia Islam menyebabkan banyak implikasi di berbagai bidang. Misalnya dunia Islam masih banyak yang masuk dalam daftar adopter country, yaitu negara yang masih dalam taraf menggunakan teknologi yang diadopsi dari bangsa lain. Menurut mantan Menristek Hatta Rajasa beberapa waktu lalu, Indonesia bisa melorot menjadi isolated country, yaitu negara yang terkungkung karena tidak mampu menghasilkan produk dengan teknologi sendiri karena biasanya hanya menjadi pengguna teknologi. Akibatnya terjadilah dunia Islam adopsi teknologi impor yang telah menyentuh berbagai bidang kehidupan, seperti transportasi, pangan, perbankan, pendidikan, dan pemerintahan pun merupakan sistem yang diadopsi dari negara lain. Akibatnya, di dunia Islam muncul umat Islam yang kebarat-baratan. D. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS Benturan-benturan antara Islam dengan kekuatan Eropa menyadarkan umat Islam bahwa jauh tertinggal dengan Eropa dan yang merasakan pertama persoalan ini adalah kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka terdapat beberapa upaya untuk mewujudkannya, yaitu. 1. Mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara lain Gerakan Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1703 – 1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703 – 1762 M) di India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dikomandoi oleh Said Muhammad Sanusi dari Al Jazair. Gerakan penerjemahan karya-karya barat ke dalam bahasa Islam dan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar ke Eropa dan Inggris dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan politik. Ide politik yang pertama muncul yaitu Pan Islamisme atau Persatuan Islam Sedunia yang digencarkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah , setelah itu diteruskan dan digencar oleh tokoh pemikir Islam yang bernama Jamaluddin Al Afghani (1839 – 1897 M). Menurut Jamaluddin, untuk pertahanan Islam, harus meninggalkan perselisihan-perselisihan dan berjuang dibawah panji



7



bersama dan juga berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam. Dengan demikian, ia dikenal dengan Bapak Nasionalisme dalam Islam. 2. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia mulai dianggap menjadi sistem keuangan baru untuk patut diperhitungkan. Saat ini, Inggris menjadi pusat keuangan syariah. Negara-negara non muslim juga ikut mempelajari sistem keuangan syariah yang dianggap lebih menguntungkan. 3. Didirikannya OKI untuk mewadahi negara Islam mengembangkan berbagai sektor, salah satunya pendidikan, dengan memprakarsai berdirinya IDB (Islamic Development Bank) dan IRTI (Islamic Research and Training Institut). 4. Terdapat dalam Al-Quran sendiri. Ada 750 ayat-ayat kauniyah atau hampir seperdelapan kandungan Al-Quran yang mengingatkan kaum muslimin agar senantiasa mempelajari alam semesta dan terus berpikir dengan menggunakan penalaran yang sebaik-baiknya.



8



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, dapat disadari bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini, yang berkembang sangat pesat, tidak akan terjadi jika tidak dimulai oleh pemikiran-pemikiran hebat ilmuwan Islam pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan umat Islam zaman dahulu memiliki keingintahuan yang tinggi dan umat Islam mempunyai sumber dari segala sumber ilmu yakni AL-Quran dan As-Sunnah. B. Saran Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.



9



DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Bogor: Ghalia Indonesia Ulfa, Lusiyana. Academia: Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS. Diakses dari https://www.academia.edu/31881024/Karya_Monumental_umat_Islam_dalam_IPTEKS_AIK _IV_Pertemuan_II Rais, Abdul. Academia: Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS. Diakses dari https://www.academia.edu/11561800/KARYA_MONUMENTAL_UMAT_ISLAM_DALA M_IPTEKS Fauzia’s Life Style. Karya Monumental Umat Islam dalam IPTEKS. Diakses dari http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/karya-monumental-umat-islam-dalam ipteks.html? m=1



10