Karya Monumental Umat Islam Dalam Iptek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah AISMUH III KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEK Dosen Pembimbing : Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd



Disusun Oleh



Paudilah



SR162100013



NurRaviah



SR162100003



RizkiHardiani



SR162100057



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2019



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh Alhamdulillahirabbil’alamin kami ucapkan kepada Allah Subhanahu WaTa’ala, karena berkat rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Karya Monumental Umat Islam Dalam Iptek” tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Haryanto,S.Kep,Ners.MSN.Ph.D.WOC(ET)N selaku Ketua STIK Muhammadiyah Pontianak. 2. Bapak Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd selaku koordinator matakuliah AISMUH III 3. Orang tua dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil dan selalu mendoakan setiap saat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. 4. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi S1 Reguler Angkatan 2016 STIK Muhammadiyah Pontianak yang saling memberikan motivasi dan bantuan dalam proses menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh



Pontianak, 11 September 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………….



1



B. Rumusan Masalah ………………………………………………………



1



C. Tujuan…………………………………………………………………...



1



D. Manfaat ………………………………………………………………....



2



BAB II PEMBAHASAN A. Zaman Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK…………………………..



3



B. Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK ……



5



C. Sebab-sebab Kemajuan Islam dalam Bidang IPTEK..………………….



5



D. Sebab-sebab Kemunduran Islam dalam Bidang IPTEK….……………..



6



E. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEK ……….



11



F. Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK ……………………………….



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ……………...……………………………………………...



16



B. Saran …………………………………………………………………….



16



DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) dalam islam pada dasarnya ada 2, Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Islam pernah mengalami kejayaan di dalam ilmu pengetahuan di masa lalu, Tokohtokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa kejayaan yang sangat tinggi. Pada peradaban kejayaannya, Islam masuk ke Eropa. Bangsa-bangsa Eropa yang pada waktu itu sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan tokoh-tokoh Islam tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan umat. Pada masa Napoleon Bonaparte ke Mesir agama Islam mulai jatuh, dan ilmu pengetahuanpengetahuan yang sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh bangsa-bangsa Eropa, sehingga sekarang ini banyak masyarakat umum yang hanya mengetahui bahwa selama ini yang menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu Berdasarkan penjelasan diatas maka kami tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Bagaimana Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEK”.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Bagaimana Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEK?



C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam sejarah karya monumental umat islam dalam IPTEK. 1



2. Tujuan khusus dari makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui zaman kejayaan islam dalam bidang IPTEKS b. Untuk mengetahui Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK c. Untuk mengetahui sebab-sebab kemajuan umat islam dalam bidang IPTEKS d. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran umat islam dalam bidang IPTEKS e. Untuk mengetahui upaya-upaya kebangkitan kembali untuk islam dalam IPTEKS f. Untuk mengetahui Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK D. Manfaat Adapun manfaat dari makalah ini adalah : 1. Untuk Penulis : a. Agar penulis mampu menyusun makalah secara benar dan cermat. b. Untuk memperluas wawasan keilmuan penulis agar mempunyai pandangan yang luas terhadap karya monumental umat islam dalam IPTEK c. Memberikan sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun konsep praktis. 2. Untuk pembaca Agar mereka dapat mengetahui seperti apa sejarah zaman kejayaan islam dalam bidang IPTEK pada masa itu dari segi kemajuan dan kemunduran yang terjadi sehingga terdapat upaya kebangkitan yang dilakukan oleh umat islam.



2



BAB II LANDASAN TEORI A. Zaman Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafaur Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Di Andalusia yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar dari kemajuan IPTEK yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan bukubuku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Masa kejayaan Islam terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786 M. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia, diantaranya al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. Peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah 3



yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Di zaman Daulah Abbasiyah ini juga masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam bahasa Arab serta ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dimasa ini juga Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam pemikiran Islam pada abad ke-8 M yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia yang pasa saat itu pemerintahan di pimpin oleh AlMakmun (813 –833 M) yang membangun sebuah lembaga khusus untuk tujuan itu, “The House of Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin Hoesin mengungkapkan tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran Islam dan ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme hingga pudar cahayanya. Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang dipunyai Eropa. Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap bersama kita.” (Oemar Amin Hoesin). Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya. Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknya keturunan Malawy yang memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.



4



B. Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK Adapun tujuan dari mengetahuinya sejarah kejayaan islam dalam bidang IPTEK adalah sebagai berikut: a. Agar semua umat manusia (terutama umat islam) mengetahui bahwa islam pernah maju dalam bidang IPTEK dan agama pertama yang mempelopori terciptanya penelitian dalam bentuk sains. b. Agar semua umat manusia (terutama umat islam) mengetahui siapa saja ilmuanilmuan yang ikut serta dalam memajukan islam terutama di bidang IPTEK c. Agar semua umat manusi (terutama umat islam) menjadikan sejarah kejayaan islam sebagai motivasi untuk menciptakan penemuan-penemuan baru sehingga islam tidak tertinggal oleh penemuan yang diciptakan agama lain.



C. Sebab-sebab Kemajuan Islam dalam Bidang IPTEK Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah. Secara umum ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni: 1 Kesungguhan dalam mengimani mempraktekkan ajaran Islam Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah itu lahirlah individu-individu unggul yang pada gilirannya membentuk masyarakat madani Islami. 2 Adanya motivasi agama Kitab suci al-Qur’an banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca (iqra’), melakukan observasi, esplorasi, ekspedisi (siru fil ardhi), dan berfikir ilmiah rasional. Al-Qur’an juga mengecam keras sikap dogmatis atau taklid buta. Begitu gencarnya ayat-ayat itu didengungkan, sehingga belajar atau mencari ilmu pengetahuan diyakini sebagai kewajiban atas setiap individu Muslim. Sebagaimana dalam surah yunus ayat 101:



“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". 5



3 Faktor sosial politik Tumbuh dan berkembangnya budaya ilmu dan tradisi ilmiah pada masa itu antara lain kondisi masyarakat Islam yang meskipun terdiri dari bermacam-macam etnis (Arab, Parsi, Koptik, Berber, Turki, dan lain lain), serta dengan latarbelakang bahasa dan budaya masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan Islam. Dengan demikian terwujudlah stabilitas, keamanan dan persatuan. Para pencari ilmu maupun cendekiawan dengan leluasa dan aman bepergian ke pusat-pusat pendidikan dan keilmuan, dari Seville ke Baghdad, dari Samarkand ke Madinah, dari Isfahan ke Kairo, atau dari Yaman ke Damaskus. Ini belum termasuk mereka yang menjelajahi seluruh pelosok dunia Islam semisal Ibn Jubayr (w. 1217) 4 Faktor ekonomi Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka kesempatan bagi setiap orang untuk mengembangkan diri dan mencapai apa yang diinginkannya. Imam ad-Dhahabī (w. 1348), misalnya, menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan biaya orangtuanya. Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk para penuntut ilmu. Di universitas dan sekolah-sekolah tinggi seperti Nizamiyyah, Aziziyyah, Mustansiriyyah dan sebagainya, baik staf pengajar maupun pelajar dijamin kehidupannya oleh badan wakaf masing-masing, sehingga bisa konsentrasi penuh pada bidang dan karirnya serta produktif menghasilkan karya-karya ilmiah. Dengan kemakmuran jugalah kaum Muslim dahulu dapat membangun istana-istana yang megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan sejumlah rumah sakit. 5 Faktor dukungan dan perlindungan penguasa Para saintis semisal Ibn Sina, Ibn Tufayl dan at-Tusi berpindah dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti patron-nya. Mereka menjadi penasehat sultan, dokter istana, atau sekaligus pejabat (Ibn Sina diangkat sebagai menteri oleh penguasa Hamadan waktu itu).



D. Sebab-sebab Kemunduran Islam dalam Bidang IPTEK Saat ini, perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan teknologi sudah masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih mudah dengan digitalisasi. Seperti yang tertulis pada Wikipedia, digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan sebuah terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk memuat koleksi perpusatakan 6



digital. Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber dan software pendukung. Penemu-penemu peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah orang-orang muslim. Penemu komputer adalah seorang laki-laki Eropa, bernama Charles Babbage. Ia adalah seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat diporgram (charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari komputer, yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh warga Inggris yaitu Adam Osborne keturunan Inggris yang lahir di Thailand. Berdasarkan dua contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, tidak seperti pada zaman sebelumnya. Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan dan menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi, ia adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam bukunya yang berjudul “Al-Jabr wa-al Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan dari 0-9. Matematika, merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya seperti zaman dahulu, kalah oleh mereka yang nonmuslim. Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah seorang pemikir asal Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya Kenapa Islam Terbelakang? Menjelaskan mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam. Menurut Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama bangsa-bangsa non-Muslim maju karena mereka tetap berpegang pada tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan menyebut dua contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20. Dua dunia itu maju tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan mereka. Penjelasan kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa dicapai melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara “konsisten” bagi bangsa Islam dan non-Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan 7



sebagai “biang kerok” kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri (alistikhdza’) dan cepat putus asa (inqitha’ al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan mengutip ayat yang dalam pandangannya merupakan kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu: wa ‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana – mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita jumpai pada kelompok Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah). Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad 20. Namun masih relevan dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya, selain penyebab-penyebab yang telah disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi penyebab kemunduran umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh dari Kitab Al-quran dan As-sunah. Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah AnNabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.



‫سنَّةَ َن ِب ِيِّ ِه‬ َّ ‫ضلوا َما تَ َم‬ ُ ‫َّللا َو‬ ِ َّ ‫اب‬ َ َ ‫س ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت‬ ِ َ‫ت َ َر ْكتُ فِي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬ Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Malik 1395) Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini. “Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada



8



mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. AlMukminun [23] : 71) Realitasnya, hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada yang hubungannya dengan Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an. Tetapi masalahnya ini tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Qur’an dengan maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap umat manusia. Allah menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunduran kaum muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada empat hal, yakni rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan As-sunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari bersama, agar umat muslim dapat kembali meraih masa kejayaannya, dalam hal ini kejayaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu dalam buku karya Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah : 1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam, karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam. 2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru 9



menjadi penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai ! 3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak. 4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.



10



5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara islam lainnya. 6. Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu. 7. Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber ilmu pengetahuan dan teknologi 8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan munculnya kapitalisme barat. Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat islam mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat dan tersirat di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat mulai bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di atas diharapkan dapat menggugah semangat para intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut kembali ilmu pengetahuan dan teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat Islam.



11



E. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEK Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang IPTEK ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang terjerat hutang luar negeri. Indonesia misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam yang lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak jauh berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri. Agendanya sekarang, umat Islam harus melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains dan teknologi. Adapun Upaya-upaya yang seharusnya di lakukan oleh umat islam seperti: 1. Umat Islam memperlakukan satu sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, beriman kepada Allah. 2. Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah) 3. Mengirimkan pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) 4. Adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita liat, adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan paradigma umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, Timbulnya pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan diawali dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia Islam lainnya.



F. Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya orang-orang Mekah dan Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Nabi Muhammad SAW. Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa dibantah.



12



1. Peredaran Benda-benda Angkasa dalam Garis Edarnya. Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan, di dalam Al Qur'an ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. Berikut surah AlAbiya’:33 :



“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masingmasing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” Menurut penelitian ilmuan (Astronom) ditemukan bahwa matahari beredar tetap pada garis edarnya atau garis orbitnya, begitupun dengan bumi karena ketika misalkan bumi bergeser masuk (Ke arah Matahari) 0.030 maka bumi ini akan hancur. Dan ketika bumi bergeser ke luar 0.030 maka bumi ini dalam sekejap akan membeku. Kemudian Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu, surah yasin: 38 :



“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.” 2. Lautan yang tidak bercampur satu sama lain. Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Quran surah Ar-Rahman: 19-20, sebagai berikut:



"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang 13



dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. 3. Menembus Ruang Angkasa dan Kedalaman Perut Bumi. Al-Qur'an adalah kitab yang sangat-sangat luar biasa, Al-Qur’an begitu canggih sebagamaimana canggihnya pesawat terbang. Al-Qur’an memberi isyarat kepada manusia untuk berimajinasi tinggi untuk melakukan sesuatu yang awalnya tidak mungkin bahkan sangat mustahil untuk dilakukan, akan tetapi semua itu menjadi kenyataan. Perhatikan ayat berikut :



“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,



Maka



lintasilah,



kamu



tidak



dapat



menembusnya



kecuali



dengan



kekuatan.”(Ar-Rahman:33) Dewasa ini, sudah bukan hal asing lagi ketika kita melihat pesawat terbang di atas sana. Bahkan 2 orang awak pesawat Apollo 11 telah berhasil mendarat di bulan dan membuat stasiun ruang angkasa. Kemudian jika kita melirik ke wilayah Indonesia bagian timur tepatnya di tembagapura papua (Irian Jaya), terdapat tambang Emas yang dikelola oleh PT. Freeport. Perusahan ini menggali perut bumi (Tanah) hingga kedalaman beberapa kilometer untuk mendapatkan emas. 4. Madu adalah Obat



"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (AnNahl:69) 14



Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat dijadikan obat bagi manusia. Padahal, Al-Qur'an diturunkan pada abad ke-7 Masehi, dimana orangorang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab, masih buta IPTEK. 5. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air



"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al-Anbiya: 30) Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala yang hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun yang membantah bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah materi pokok bagi kehidupan setiap makhluk hidup.



15



BAB III PENUTUP A KESIMPULAN Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa asRasyiddin ini Islam berkembang pesat. Pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah. Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli. Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah. Tanggal 3 Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yang secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan sekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis Turki. B SARAN Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk mennutut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini banyak masyarakat umum yang hanya mengerti bahwa selama ini yang menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu. Dengan adanya makalah ini penulis berharap bisa menambah pengetahuan kita dalam sejarah perkembangan islam di dunia



16



DAFTAR PUSTAKA Baiquni, A. 1996. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi. Yogyakarta : PT Dana Bhakti Prima Yasa. Farhana.2000. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan. Jakarta : Media ilmu.



17