Makalah Pi Embrio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN MAS (Cyprinus carpio)



Matkul Modul Dosen



: Pengembangbiakab Ikan : Perkembangan Emrio : Dr. Asrianti Sani, S.Pi. M.Si.



Oleh: EVI NURSANTI 192201022 A BDP KELOMPOK 5



PRODI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP



2019/2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan mas termasuk ikan yang memounyai nilai ekonomis penting dan digemari masyarakat. Ikan mas adalah ikan air tawar yang termasuk dalam ordo Ostariophysi, sub-ordo Cyprinodea, family Cyprinidae, genus Cyprinus dan spesies Cyprinus carpio. (Saanin, 1968) Menurut Sumantadinata (1981), ikan mas mempunyai ciri-ciri badan memanjang dan agak pipih, lipatan mulut dengan bibir yang halus, dua pasang kumis (barbells) yang kadang-kadang satu pasang, sedangkan ukurannya dan warna badan sangat beragam. Ikan mas dipandang sebagai ikan yang paling cepat pertumbuhannya diantara semua keluarga Cyprinidae. Selain ikan mas tak ada ikan lain yang dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak (Permatasari, 2000). Ikan mas adalah salah satu jenis ikan yang melakukan pembuahan secara eksternal dalam menjalankan proses reproduksinya. Sesaat setelah telur keluar dan bersentuhan dengan air, maka dua proses penting segera terjadi yaitu teradi proses masuknya air kedalam telur dan proses pengembangan/pembesaran dan pengerasan telur Proses pembuahan terjadi pada saat sperma terpadu dengan inti dan masuk kedalam telur melalui mikrofil (Aurelia et al, 2012). Fertilisasi merupakan peleburan dua inti dari sel gamet jantan dan sel gamet betina. Selanjutnya, akan terjadi proses pembelahan dan diferensiasi yang disebut



dengan



embriogenesis. Di awal perkembangan embrio terjadi cleavage yang merupakan pembelahan mitosis yang terjadi secara cepat, yang meningkatkan jumlah sel dengan sangat signifikan tanpa adanya pertambahan protoplasma dari sel-sel tersebut. Embriogenesis terjadi dalam bentuk pembelahan sel, diferensiasi selular, dan morfogenesis dalam proses persiapan untuk menjadi dewasa (Hobson, 2009).



BAB II PEMBAHASAN Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikropil dan membuahi sel telur. Pada pembuahan ini terjadi pencampuran inti sel telur dengan inti sel jantan. Kedua macam inti sel ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel jantan yang berada dalam cairan fisiologis masing-masing dalam tubuh induk betina dan jantan masih bersifat non aktif. Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuahan dengan baik. Pada saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan ke dalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa yang tadinya non aktif bergerak (motil) dengan menggunakan ekornya yang berupa cambuk. Berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi hanya satu yang dapat melewati mikropili satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala spermatozoa, dimana terdapat inti, menerobos mikropil dan bersatu dengan inti sel telur sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah sel-sel jantan yang lain ikut masuk. Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak dan daya gerak sperma itu sendiri sangat terbatas 1 – 2 menit saja. Spermatozoa lainnya yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan makanan sel telur yang telah dibuahi atau zigot. Tetapi ada pula yang mengatakan dibuang, didorong keluar oleh reaksi korteks. Demikian juga halnya dengan spermatozoa yang menempel pada permukaan karion harus dibuang karena akan mengganggu proses pernapasan (metabolisme) zigot yang sedang berkembang. Cara pembuangan atau pelepasan spermatozoa itupun dengan reaksi korteks. Pencampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan kedua inti (pronuklei)



dari



sel



betina



dan



sel



jantan



bersatu



dalam



proses



yang



disebut



amfimiksis. Perkembangan embrio dimulai dari pembelahan zygote (cleavage), stadia morula (morulasi), stadia blastula (blastulasi), stadia gastrula (gastrulasi) dan stadia organogenesis.



1. Pembelahan sel zigot (cleavage) Pembelahan sel zigot pada ikan umumnya adalah tipe meroblastik (parsial) walaupun ada juga holoblastik (total). Pada tipe meroblastik yang membelah hanya inti sel dan sitoplasmanya saja, sedang pada holoblastik kuning telur pun turut membelah diri. Kedua tipe pembelahan sel tersebut ditentukan oleh banyaknya kuning telur dan penyebarannya. Banyaknya dan penyebaran kuning telur dalam telur ikan tidak sama tergantung kepada jenis ikannya. Telur isolesital (alesital, oligolesital) adalah telur yang mengandung kuning telurnya sedikit dan tersebar di seluruh sel telur. Sedangkan pada telur telolesital jumlah kuning telurnya relatif banyak dan berkumpul pada kutub vegetatif sedangkan pada kutub anima hanya terdapat inti sitoplasma. Telur telolesital ini terdiri dari 2 macam, politelosital dan sentrolesital. Dari hasil pembelahan sel telolesital ini akan terbentuk 2 kelompok sel. Yang pertama adalah kelompok sel-sel utama (blastoderm) yang akan membentuk tubuh embrio disebut sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel dalam (inner mass cells). Yang kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap (trophoblast, periblast, auxiliary cells) yang berfungsi sebagai selaput pelindung dan jembatan penghubung antara embrio dengan induk atau lingkungan luar. Pada ikan, reptil dan burung kelompok sel-sel utama ini disebut juga cakram kecambah (germinal disc) yang terdiri dari jaringan embrio (blastodisc) yang akan menjadi tubuh embrio dan jaringan periblast yang berfungsi sebagai penyalur makanan yang berasal dari kuning telur. 2. Stadia Morula Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam.



3.



Stadia Blastulasi Proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana kelompok sel-sel anak hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengahnya terdapat rongga yang kosong disebut suloblastula (coeloblastula) sedangkan yang berongga massif disebut steroblastula. Suloblastula terdapat pada Amphioxus dan kodok, steroblastula terdapat pada ikan dan amphibi yang tidak berkaki (gymmophonia). Pada blastula ini sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk organorgan tertentu (presumtife organ forming) seperti sel-sel saluran pencernaan, notochorda, saraf dan epidermis, ectoderm, mesoderm, dan entoderm. Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi yakni sebuah atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau fungsi. Ada 3 macam diferensiasi yakni kimiawi, bentuk dan faali (fungsi). Diferensiasi kimiawi merupakan langkah awal untuk diferensiasi-diferensiasi berikutnya dan sifatnya menentukan atau membatasi kegiatan sel kearah fungsi tertentu.



4. Stadia Gastrulasi Gastrulasi adalah proses pembentukan 3 daun kecambah yakni ectoderm, mesoderm dan entoderm. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan system syaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis. Pada proses ini terjadi perpindahan daerah ectoderm, mesoderm, entoderm dan notokorda menuju tempat definitif. Ektoderm adalah lapisan terluar dari gastrula, disebut juga ektoblast atau epiblast, entoderm adalah lapisan sel-sel terdalam pada gastrula, sedangkan mesoderm atau mesoblast adalah lapisan sel lembaga yang terletak ditengah antara ectoderm dan entoderm. Gastrulasi pada ikan akan berakhir pada saat massa kuning telur telah terbungkus seluruhnya. Selama proses ini beberapa jaringan mesoderm yang berada sepanjang kedua sisi notokorda disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit. Akibat adanya gastrulasi maka perkembangan embrio berlangsung terus sampai terbentuk bentuk badan hewan bertulang punggung yang primitif.



5. Stadia Organogenesis Organogenesis, yakni proses pembentukan alat-alat tubuh makhluk yang sedang berkembang. System organ-organ tubuh berasal dari 3 buah daun kecambah, yakni ectoderm, entoderm dan mesoderm. Dari ectoderm akan terbentuk organ-organ susunan (system) syaraf dan epidermis kulit. Dari entoderm akan terbentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernapasan. Sedangkan dari mesoderm akan muncul rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat ekskresi, alat-alat reproduksi dan korium kulit. Dari mesoderm intermediate dihasilkan ginjal, gonad dan saluran-salurannya. Mesoderm lateral menjadi lapisan-lapisan dalam dan luar yang membungkus ruang coelom. Pelapis ruang pericardium, peritoneum, jantung, saluran-saluran darah, tubuh dan lapisanlapisan usus semua berasal dari endoderm (entoderm), sedangkan alat ekskresi melalui pembentukan nephrostom. Mesenchym di kepala membantu pembentukan lapisan-lapisan luar mata, rangka kepala, otot kepala dan lapisan dentin pada gigi. Beberapa faktor mempengaruhi seluruh proses perkembangan menyebabkan keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan perkembangan dan menentukan bentuk dan susunannya. Diantara faktor-faktor tersebut adalah suhu perairan. Suhu mempengaruhi kecepatan seluruh proses perkembangan atau fraksi-fraksi perkembangan. Kecepatan dapat dinyatakan sebagai kebalikan periode perkembangan dalam hari. Makin besar fraksi tersebut makin cepat perkembangannya. Sebagai contoh jika ikan mempunyai periode perkembangan selama 88 hari maka kecepatannya adalah 1/88. Periode perkembangan dan periode penetasan umumnya lebih pendek pada suhu yang lebih tinggi. Beberapa jenis ikan berkembang dialam di bawah suhu yang tidak optimal seperti yang dilakukan di laboratorium. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan merintangi perkembangan. Suhu yang ekstrim atau yang berubah secara mendadak akan menyebabkan kematian. Gas-gas yang terlarut dalam air juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan emberio, terutama bagi telur-telur ikan ovipar. Kelarutan oksigen yang



optimum atau yang tak dapat ditoleransi bervariasi tergantung kepada jenis ikan, umumnya 4 – 12 ppm dapat diterima oleh ikan-ikan. Ikan-ikan yang biasa memijah di air mengalir dan dingin memerlukan oksigen terlarut lebih tinggi dari pada ikan-ikan yang biasa di air tergenang (stagnan) berarus lambat. Tekanan oksigen dapat mempengaruhi jumlah elemen-elemen meristik. Pada ikan Salmo truta, tekanan yang berkurang pada saat perkembangan embrio akan menyebabkan bertambahnya jumlah tulang punggung. Sekurang-kurangnya 2 jenis gas yang bersifat racun bagi ikan dan embrionya, yakni CO2 dan amonia. Makin tinggi konsentrasi kedua gas tersebut dalam air makin berbahaya bagi ikan dan embrionya. Salinitas tinggi dapat merusak telur ikan air tawar sebaliknya bagi ikan-ikan air laut, begitu juga untuk telurnya. Apabila telur ikan air tawar disimpan dalam salinitas yang tak ditoleransinya telur tersebut akan mengkerut karena air ditarik keluar, akhirnya mati. Sedangkan telur ikan laut bila disimpan dalam air tawar akan menarik air kedalamnya (imbibisi) dan akhirnya telur tersebut akan pecah. Salinitas mempunyai pengaruh selektif terhadap perkembangan beberapa organ. Pengaruh endokrin (hormon) pada perkembangan embrio telah dikenal, seperti hormon kelenjar hipofisa dan tiroid yang berperan pada metamorfosa. Jumlah kuning telur ada hubungannya dengan kecepatan perkembangan embrio. Biasanya jenis telur ikan yang mempunyai kuning telur yang banyak perkembangannya lambat. Misal sebagai contoh telur-telur ikan tropis dengan jumlah kuning telur yang relatif sedikit lebih cepat berkembang daripada telur ikan dari daerah 4 musim yang biasa berpijah pada suhu yang lebih rendah. Telur yang telah terbuahi oleh sperma akan berwarna transparan (jernih), sedangkan telur yang tidak terbuai sangat mudah dibedakan. Telur yang tidak terbuahi akan segera kehilangan transparansinya dan menjadi keputih-putihan atau buram karena juning telur pecah dan menutup ruang periviteline, sehingga akhirnya telur tersebut akan mati (Nicholas et al, 2010). Telur ikan mas bersifat adhesive yaitu melekat pada substrat. Hal ini disebabkan



adanya perekat yang mengandung glukoprotein pada telur yang matang. Lapisan ini tidak terdapat pada telur yang belum matang (Woynarovich dan Horvath, 1980). Selama proses pengembangan, ukuran diameter telur ikan yang mengalami peningkatan hingga ukuran maksima. Ukuran diameter telur ikan, mas (Cyprinus carpio) antara 1,5 mm sampai 1,8 mm (Kryzhanouskii dalam Permatasari, 2000). Sedangkan menurut Billard et al (1995), ukuran diameter telur ikan mas sekitar 1,14 mm sampai 1,42 mm. Pada periode perkembangan berbeda telur sangat sensitive terhadap penanganan. Telurtelur tersebut agak lemah sampai tercapai stadia terbentuknya mata, sedangkan bila telah mencapai bintik mata maka embrio telah cukup kuat dan dapat diangkat melalui jarak yang jauh. Beberapa hari sebelum menetas, embrio akan menjadi lemah kembali. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh melunaknya cangkang telur sebagai persiapan untuk pengeluaran embrio (Nicholas et al 2010). Laju penetasan ada hubungannya dengan suhu (Aurelia et al, 2012), menyatakan bahwa jika temperature meningkat, maka proses inkubasi bertambah ccepat, sedangkan suhu air yang rendah dapat menghalangi perkembangan dan produksi enzim. Walaupun embrio dapat mentolerir air yang dingin akan tetapi embrio tidak dapat menetas karena produksi enzim terhambat. Laju perkembangan embrio akan lambat apabila ketersediaan oksigen berkurang, bahkan dapat membunuhnya (Waynorovich dan Horvath, 1980).



Perkembangan embrio pada telur ikan mas yang telah dibuahi dapat dilihat pada Gambar 1:



Keterangan : 1.



Pembuahan telur



5. Morula



2.



Pembelahan 2 sel



6. Blastula



3.



Pembelahan 4 sel



7. Gastrula



4.



Pembelahan 8 sel



8 . Penutupan



Proses-proses perkembangan embrio telur ikan mas menurut Nelsen (1953) adalah sebagai berikut: -



Clevage : pembelahan zigot secara cepat menjadi unit-unit sel yang lebih kecil yang



disebut sebagai blastomer. -



Blastulasi : proes yang menghasilkan blastula, yaitu campuran sel-sel blastomer yang



membentuk rongga penuh cairan sebagai blastocoel. -



Gastrulasi : proses pembelahan bakal organ yang sudah terbentuk pada saat blastulasi.



Bagian-bagian yang terbentuk nantinya akan menjadi suatu organ atau suatu bagian dari organ. -



Organogenesis : proses pembentukan berbagai organ tubuh. Menurut Sukra dalam



Sumantadinata (1990), pada saat gastrulasi terjadi rentetan perpindahan bakal organ yang terbentuk ppada saat blastulasi dari permukaan blastula sebelah dalam menuju tempat-tempat yang defenitif. Laju penetasan telur ikan meas terjadi setelah 46 – 144 jam setelah pembuahan pada suhu 25°C di daerah tropis. Akan tetapi pada suhu 27 – 28°C telur menetas setelah 43 jam dari pembuahan dengan persentase jumlah yang menetas 75 – 85% (Nicholas et al, 2010). Sedangkan menurut Billard et al, 1995, telur ikan mas akan menetas dalam waktu 15 – 18 jam setelah pembuahan pada suhu 27 – 31°C. Aurelia (2012) menerangkan bahwa penetasan terjadi 7 hari setelah pembuahan pada suhu 18°C, 3 hari pada suhu 25°C, dan dua hari pada suhu 30°C. Adapun lama waktu perubahan fase telur dari telur mulai dibuahi samoai menetas menurut Wardani (1996)



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa fertilisasi in vitro pada ikan mas dapat dilakukan dengan mencampur sperma dan telur ikan mas, dengan media pencairan untuk sperma adalah larutan laktat ringer, dengan perbandingan sperma dan laktat ringer adalah 2:18 ml. Proses fertilisasi dilakukan di dalam cawan menggunakan bantuan cotton bud. Adapun tahapantahapan embriologi dari ikan mas diawali dengan tahapan cleavage (sel telur yang telah terfertilisasi mulai membelah), morula, blastula, fate map dari blastula, gastrulasi dan organoformasi/ organogenesis, dan selanjutnya hatching (penetasan) hingga larva ikan berkembang dalam perkembangan post-embryonic. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan embrio dari ikan mas adalah: faktor lingkungan (suhu, intensitas cahaya, aerasi), kualitas sel telur dan sperma, dan dapat juga dipengaruhi oleh substrat tempat telur menempel karena telur ikan mas bersifat menempel pada substratnya.



3.2. Saran Diharapkan



melakukan



pengamatan



saat-saat



awal cleavage hingga



blastula



dilakukan secara terus-menerus karena pembelahan terjadi sangat cepat. Selain itu, akan lebih baik lagi jika setiap proses pembelahan dapat direkam secara keseluruhan sehingga dapat diamati lebih detail terhadap embriogenesis yang terjadi.



DAFTAR PUSTAKA http://khairimizwarsiagian.blogspot.com/2013/12/embriogenesis-pada-ikan-mas-cyprinus.html http://perkembangandanfertilisasiikanmas.blogspot.com/ https://www.scribd.com/doc/97794232/perkembangan-embrio-ikan http://perkembangandanfertilisasiikanmas.blogspot.com/