Makalah Pondasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1Pengertian Pondasi Ada beberapa pengertian tentang pondasi yaitu: Pertama, suatu konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan beban/bobot/gayayang ditimbulkan oleh banguna yang ada diatasnya kedalam tanah. Kedua, adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah, dimanatanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban hidup) dantugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang diizinkan (dayadukung) tidak terlewati. Ketiga, konstruksi yang



diperhitungkan



sedemikian



rupa



sehingga



dapat



menjamin



kestabilanbangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan bangunan yang tidak merata. Dapat disimpulkan, pengertian pondasi adalah bagian dari elemen bangunan yang berfungsi meletakkan dan meneruskan beban ke dasar tanah yang kuat mengimbangi dan mendukung (merespon) serta dapat menjamin kestabilan bangunan, paling tidak terhadap beratnya sendiri, beban yang bekerja serta beban gempa. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefinisikan suatu bagian konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan menerusakn beban bangunan atas ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna, gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan yang melebihi batas yang diijinkan. Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari, maka pondasi bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras/padat dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang berlebihan. Pondasi bangunan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu, pondasi dangkal dan pondasi dalam. Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang pondasi dangkal.



1



1.2Desain Pondasi Pondasi



didesain



agar



memiliki



kapasitas



dukung



dengan



penurunan/settlement tertentu oleh para insyinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah dalam beberapa kasuk



semisal



turap,



defleksi/lendutan



pondasi



juga



diikutkan



dalam



pertimbangan. Ketika berbicara penurunan, yan diperhitungkan biasanya penurunan total (keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial (sebagai pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi struktur yang didukungnya. Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahanperubahan yang terjadi didalmnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya sepertiga dari kekuatan desainnya. Beban yang bekerja pada suatu pondasi dapat diproyeksikan menjadi. Pertama, beban horizontal/beban geser. Contohnya beban akibat tekan tanah, transfer beban akibat gaya angin pada dinding. Kedua, beban vertikal/beban tekan dan beban tarik. Contohnya, beban mati (berat bangunan sendiri), beban hidup (beban penghuni, air hujan, salju), gaya gempa, gaya angkat air. Ketiga, momen dan torsi.



1.3Bentuk dan Jenis Pondasi Dangkal Bentuk dan jenis pondasi sangat dipengaruhi beberapa hal, yaitu: 1. Jenis tanah (mempengaruhi daya dukung tanah) 2. Berat bangunan, untuk bangunan dengan bobot yang berat harus memperhatikan pemilihan pondasi yang aman. 3. Kondisi geografi, geologi dan lingkungan sekitar lokasi, diperhitungkan khususnya pada bangunan yang terletak pada daerah bangunan yang terletak pada daerah jalur gempa atau pengaruh alam lainnya. 4. Peralatan yang dipergunakan.



2



1.4Jenis Jenis Pondasi Dangkal 1. Pondasi langsung/telapak a. Pondasi telapak tunggal b. Pondasi telapak menerus c. Pondasi telapak gabungan d. Pondasi pelat 2. Pondasi Cakar Ayam 3. Pondasi sarang laba-laba 4. Pondasi gasing 5. Pondasi grid 6. Pondasi hypaar



1.5 Tegangan Tanah Sebagai Dasar Pertimbangan Memilih Jenis Pondasi



BAB II ISI Pondasi Telapak



3



Gambar Pondasi Telapak



2.1Pengertian Pondasi Telapak Pondasi ini biasa digunakan untuk bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat ringan. Yaitu dengan memperlebar bagian bawah kolom atau dindiing bangunan sehingga membentuk suatu telapak yang menyebarkan beban bangunan menjadi tegangan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah yang dijinkan. Pondasi telapak berfungsi untuk mendukung bangunan secara langsung pada lapisan tanah yang mempunyai daya dukung tanah yang cukup baik, seperti lapisan batuan, kerikil, lapisan berpasir dengan nilai N > 30 atau untuk tanah kohesif dengan nilan N > 20. Kedalaman pondasi telapak, makin dangkal semakin mudah dalam pelaksanaannya. Di Indonesia, dasar pondasi telapak ini, biasanya diletakkan pada kedalaman antara 0.60 m – 3.00 m dibawah permukaan tanah. Pondasi telapak terbuat dari beton bertulang yang dibentuk seperti telapak, dan letaknya tepat dibawah kolom (tiang). Kedalaman pondasi ini disesuaikan sampai mencapai tanah keras. Jenis pondasi ini biasanya bisa digunakan untuk bangunan 2 tingkat atau 3 tingkat. Pondasi telapak dibedakan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu: 2.1.1



Pondasi telapak tunggal



4



Digunakan untuk memikul sebuah kolom tunggal, tugu, menara, tangki air, pilar jembatan, cerobong asap dan sebagainya.



Gambar 1.1



2.1.2 Pondasi telapak menerus Pondasi telapak menerus digunakan untuk menyangga suatu bangunan yang panjang, seperti dinding penahan, dinding bangunan/tembok, dan sebagainya. 2.1.3 Pondasi telapak gabungan Pondasi ini sangat cocok digunakan untuk beban kolom yang besar dan daya dukung tanahnya relatif kecil. Termasuk dalam kelompok ini adalah pondasi yang bertugas mendukung lebih dari satu kolom atau dinding. Pondasi gabungan setempat yang mendukung dua kolom relatif sering dijumpai, dan merupakan contoh yang baik untuk dibahas pada bab ini. Ada dua kondisi yang menjadikan alasan digunakannya pondasi jenis ini, ialah: 1) kolom tepi bangunan yang letaknya langsung bersebelahan dengan batas tanah pemilikan orang lain, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk membuat pondasi kolom setempat (terpisah), dan



5



2) dua buah kolom berjarak sedemikian dekatnya sehingga memakai pondasi setempat menghasilkan struktur yang tidak ekonomis, atau bahkan terjadi tumpang tindih. Pada situasi demikian, biasanya dipilih pondasi gabungan dengan telapaknya berbentuk empat persegi panjang atau trapesium. Pemilihan bentuk telapak pondasi berdasar pada variasi perbedaan besar beban pada dua kolom yang ditopang, disamping juga pembatasan fisik (dimensi panjang dan lebar) yang dihadapi. Apabila pondasi tidak mungkin untuk dibuat empat persegi panjang, maka bentuk trapesium yang akan dipilih. Dimensi fisik (kecuali tebal) pondasi gabungan umumnya ditentukan berdasar pada tekanan tanah ijin, disamping juga keadaan ideal yang ingin dicapai, yaitu berimpitnya titik berat luasan telapak pondasi dengan garis kerja resultante gaya dari beban kedua kolom atu dinding. Penentuan dimensi tersebut biasanya menggunakan beban kerja dalam pasangannya dengan tekanan tanah ijin. 2.1.4 Pondasi pelat Pondasi ini digunakan untuk menopang tangki-tangki penyimpan, ruang peralatan industri dan bangunan-bangunan yang tanah dasarnya mempunyai daya dukung yang rendah atau beban kolom yang terlalu besar. 2.1.5



Pondasi Telapak Setempat Dalam rangka membentuk satu kesatuan struktur, dalam pelaksanaan



pondasi telapak setempat harus saling berhubungan dalam dua arah sumbu yang pada umumnya saling tegaklurus, dihubungkan dengan balok – balok pengikat. Apabila momen yang terjadi pada kolom disalurkan kepada struktur pondasi, maka balok – balok pengikat harus direncanakan terhadap gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur yang didapat dari analisis struktur portal, di mana tinjauan bekerjanya beban gravitasi dan beban lateral gempa dilakukan untuk dua arah sumbu utama bangunan secara bersamaan. Apabila analisis struktur dinamis tidak dilakukan untuk bagian bawah permukaan tanah bangunan gedung, balok – balok pengikat tersebut dapat direncanakan berdasarkan gaya longitudinal tarik atau



6



tekan sebesar 10 % dari beban vertikal kolom yang bekerja pada pertemuan balok–balok pengikat. Jenis pondasi ini yang juga dinamakan pondasi telapak terpisah mungkin merupakan jenis pondasi yang sering dipakai, karena paling sederhana dan ekonomis dibandingkan berbagai jenis pondasi lainnya. Pondasi telapak terpisah atau setempat pada umumnya berbentuk telapak bujur sangkar, atau empat persegi panjang apabila terdapat pembatasan ruang. Pada dasarnya pondasi tersebut berupa satu plat yang langsung menyangga sebuah kolom. Dalam menyangga beban konsentris, pondasi telapak berlaku dan diperhitungkan sebagai struktur kantilever dua arah (x dan y) dengan beban tekanan tanah arah ke atas pada telapak pondasi. Tegangan tarik terjadi pada kedua arah di bagian bawah pondasi telapak. Pondasi ditulangi dengan dua lapis batang 35 baja yang saling tegak lurus dan arahnya sejajar dengan tepi pondasi. Luas bidang singgung antara pondasi dan tanah yang diperlukan ditentukan dan merupakan fungsi dari tekanan tanah ijin dan beban dari kolom. Kuat Geser Karena pondasi bekerja ke arah x dan y, perhitungan gesernya harus mempertimbangkan dua jenis yang berbeda, yaitu kuat geser pons (geser dua sumbu) dan kuat geser balok (geser satu sumbu). Pada umumnya tebal pondasi yang diperlukan ditentukan oleh berdasarkan pada syarat kuat geser yang harus dipenuhi. Gaya geser dua arah sumbu disebut juga sebagai geser pons, karena kolom atau umpak pedestal cenderung untuk mendesak melobangi plat telapak pondasi yang mengakibatkan timbulnya tegangan disepanjang keliling kolom atau umpak pedestal. Beberapa percobaan membuktikan bentuk kegagalan kuat geser pons berupa retakan membentuk piramida terpancung melebar ke bawah. Sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.4.11 ayat 1.2, penampang kritis geser dua arah ditentukan sebagai bidang vertikal terhadap telapak pondasi, mengelilingi kolom atau umpak pedestal dengan panjang keliling minimum bo,



7



pada jarak tidak kurang dari setengah tinggi efektif pondasi dari muka kolom atau umpak pedestal. Penggunaan penulangan geser di dalam pondasi tidak disarankan karena tidak praktis, terutama berkaitan dengan kesulitan pemasangan di samping lebih praktis untuk menambah ketebalan pondasi sedikit saja. Oleh karena itu, umumnya perencanaan kuat geser pondasi telapak didasarkan sepenuhnya pada kuat geser beton saja. Perilaku pondasi telapak yang bekerja satu arah dapat disamakan dengan balok atau plat penulangan satu arah. Sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.4.11 ayat 1.1 ditentukan bahwa penampang kritis geser satu arah pada pondasi adalah pada bidang vertikal memotong lebar di tempat yang berjarak sama dengan tinggi efektif dari muka beban terpusat atau bidang reaksi. Momen dan penyaluran batang tulangan, Penulangan ukuran dan jarak spasi tulangan baja yang terutama merupakan fungsi momen lentur yang timbul akibat tekanan tanah ke atas (setelah dikurangi dengan berat plat pondasi. Plat pondasi telapak berlaku sebagai balok kentilever pada dua arah dengan beban tekanan tanah arah ke atas. Untuk menentukan letak pangkal jepit kantilever atau penampang kritis momen lentur, sesuai dengan ketentuan dalam SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.8.4 ayat 2, ditetapkan sebagai berikut: 1) Untuk pondasi yang menopang kolom atau umpak pedestal adalah pada muka kolom atau umpak pedestal 2) Untuk pondasi yang menopang kolom dengan menggunakan umpak plat baja adalah pada separoh dari jarak antara muka kolom dengan tepi plat baja (lihat Gambar 10.6.b.). SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.8.6 ayat 3 menentukan bahwa letak penampang kritis untuk panjang penyaluran batang tulangan baja pada pondasi dianggap sama (berimpit) dengan penampang kritis momen lentur. Apabila kolom beton bertulang tidak dapat melimpahkan seluruh beban hanya melalui bidang singgung tumpuan beton, kelebihannya dilimpahkan melalui



8



40 penulangan dengan memperhitungkan kemampuan penyaluran tegangan batang tulangan baja. Pelaksanaannya dengan cara memasang tulangan pasak (dowel), bilamana perlu untuk setiap batang tulangan memanjang kolom dipasang satu batang pasak. Apabila cara tersebut belum juga mencukupi, dapat dipasang psak tambahan atau menggunakan tulangan pasak dengan diameter yang lebih besar dari batang tulangan pokok kolom, asalkan tidak lebih dari D36 (SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.8.8 ayat 2.3 ). Panjang penyaluran tulangan pasak (dowel) harus cukup memenuhi panjang penyaluran batang tulangan desak yang diperlukan untuk kedua belah pihak bidang tumpuan. Apabila pasak diperhitungkan menyalurkan beban lebih ke dalam pondasi, hubungan antara pasak dengan tulangan pokok kolom harus disambung dengan sambungan lewatan desak. 2.1.6



Pondasi Bujur Sangkar Pondasi telapak bujur sangkar setempat (terpisah), penulangan dipasang



tersebar merata ke seluruh lebar pondasi untuk kedua arah. Karena besarnya momen lentur sama untuk kedua arah, maka baik ukuran maupun jarak spasi batang tulangan baja untuk kedua arah juga sama. Akan tetapi, harap diperhatikan bahwa tinggi efektif beton untuk masing – masing arah tideak sama, karena seperti diketahui batang tulangan baja saling bertumpangan untuk kedua arah. Meskipun demikian, perhitungan perencanaan di dalam praktek kadang – kadang menggunakan tinggi efektif rata – rata yang ditentukan sama untuk kedua arah. Di samping itu, pada pondasi telapak dengan dua arah kerja juga berlaku syarat rasio penulangan minimum 1.4/fy, dan diterapkan untuk masing – masing arah kerja. Contoh 1: Rencanakan suatu pondasi beton bertulang bujur sangkar yang mendukung kolom beton 500x500 mm2 dengan pengikat tulangan sengkang. Data perencanaan : beban kerja mati = 1000 kN, beban kerja hidup = 780 kN, tekanan tanah ijin = 240 kPa pada kedalaman 1.70 m dari permukaan tanah, fc ’ kolom = 30 MPa, fc ’ pondasi = 20 Mpa, fy = 300 Mpa, tulangan memanjang kolom terdiri dari batang tulangan baja D25.



9



Penyelesaian: Karena tebal pondasi telapak belum diketahui, untuk memperhitungkan berat pondasi dan tanah diatasnya digunakan nilai berat rata – rata 19.6 kN/m3 untuk kedalaman 1.7 m dari permukaan tanah sampai ke dasar pondasi. Tekanan tanah yang timbul di bawah pondasi akibat beban tersebut di atas, adalah: 1.7(19.6) = 33.32 kN/m2 Dengan demikian maka tekanan tanah ijin efektif untuk mendukung beban total, adalah : 240 – 33.32 = 206.7 kN/m2 Luas bidang telapak pondasi yang diperlukan dapat ditentukan baik dengan menggunakan nilai awal beban kerja dan tekanan tanah ijin maupun nilai beban kerja dan tekanan tanah ijin terfaktor sesuai SK SNI T – 15 – 1991 – 03. Dengan menggunakan nilai awal beban kerja, A perlu = 2 61.8 206.7 1000 780 = m2 Gunakan ukuran bidang telapak pondasi bujur sangkar 2.90 m x 2.90 m = 8.41 m2 , berarti lebih kecil ± 2.3% dari yang diperlukan. Karena penetapan dimensi banyak 42 mengandung anggapan –anggapan dan ketidakpastian, ukuran bujur sangkar tersebut akan dicoba dengan harapan dapat memenuhi syarat. Selanjutnya dihitung tekanan tanah terfaktor yan diakibatkan oleh beban yang bekerja: Pu = 2 291 / 8.41 (2.1 1000) (6.1 780) kN m A Pu = + = Tebal pondasi telapak biasanya ditentukan berdasarkan persyaratan kuat geser. Dalam kasus ini akan diambil langkah memperkirakan terlebih dahulu tebal pondasi, untuk kemudian diperiksa kuat gesernya. Apabila tebal pondasi ditentukan 700 mm, dengan tebal selimut beton 75 mm, dan menggunakan batang tulangan D25 untuk masing – masing arah, maka tinggi efektif adalah : d = 700 – 75 – 25 = 600 mm. Merupakan nilai rata –rata tinggi efektif yang akan digunakan untuk perhitungan perencanaan pada kedua arah kerja struktur kantilever. Kuat geser pondasi telapak kolom setempat dibedakan menjadi dua keadaan : (1) bekerja pada dua arah sumbu: geser pons, dan (2) bekerja pada satu arah sumbu : geser balok letak penampang geser kritis untuk masing – masing kondisi 2.1.7



Pondasi Empat Persegi Panjang Pondasi empat persegi panjang biasanya digunakan di tempat dengan



ruang terbatas. Perencanaan pondasi jenis ini sangat mirip dengan yang diterapkan



10



pada bentuk telapak bujur sangkar sebagaimana yang telah dibahas terdahulu. Pengecualian pokok adalah bahwa perhitungannya dilakukan terpisah pada setiap arah kerja. Pada pondasi telapak dengan dua arah kerja, analisis geser dilakukan dengan cara biasa, sedang pada pondasi dengan satu arah kerja pemeriksaan hanya dikerjakan melintang sisi pendek saja. Momen lentur diperhitungkan terpisah untuk masing – masing arah, sehingga masing – masing mempunyai kebutuhan luas penampang batang tulangan baja tersendiri. Batang tulangan baja arah memanjang diletakkan di bawah tulangan baja ke arah lebar sedemikian rupa hingga tinggi efektifnya lebih besar untuk mendukung beban momen lentur yang lebih besar pada arah itu. Pada pondasi telapak empat persegi panjang, pemasangan dan penyebaran penulangan berbeda dengan yang dilaksanakan pada pondasi telapak bujur sangkar (SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.8.4 ayat 4). Batang tulangan ke arah memanjang disusun dan disebar merata di sepanjang lebar pondasi, sedangkan sebagian dari batang tulangan yang diperlukan ke arah lebar ditempatkan pada suatu rentang di bagian tengah yang penjangnya sama dengan lebar pondasi. 2.1.8 Pondasi Telapak Dinding Pelimpahan beban kepada pondasi telapak dinding pada umumnya konsentris, kecuali pondasi untuk dinding penahan tanah. Pondasi yang demikian perilakunya mirip dengan balok kantilever, di mana bagian telapak sebelah menyebelah yang dipisahkan oleh dinding berlaku sebagai plat kantilever menyangga tekanan tanah dari bawah ke arah atas. Lenturan hanya pada satu arah, perancangannya mirip dengan yang diterapkan pada plat penulangan satu arah, didasarkan pada setiap lebar lajur 1 meter di sepanjang dinding. Batang tulangan baja dipasang di bagian bawah pondasi telapak tegak lurus terhadap arah memanjang dinding, menahan tegangan tarik lentur yang timbul. Perlu diperhatikan mengenai efek dan mekanisme kantilever yang berlaku, di mana perilakunya didasarkan atas momen lentur maksimum yang timbul pada garis sisi muka dinding apabila pondasi mendukung dinding beton, atau pada pertengahan antara sumbu dinding dan garis sisi muka dinding apabila pondasi mendukung



11



dinding bata. Perbedaannya terutama didasarkan pada anggapan bahwa dinding bata relatif kurang kaku dibandingkan dengan dinding beton. Pondasi telapak dinding dapat berupa beton bertulang atau tanpa bertulang. Apabila pondasi mendukung beban yang relatif ringan di atas tanah dasar kering tanpa kohesi, pondasi dapat dibuat dari beton tanpa tulangan (beton polos). Untuk masing – masing jenis dinding, penampang kritis geser dalam pondasi ditetapkan pada tempat yang berjarak sama dengan tinggi efektif pondasi telapak terhadap garis sisi muka dinding. 2.1.9



Pondasi Terikat Gabungan Jenis lain pondasi gabungan biasanya disebut sebagai pondasi kantilever



atau pondasi terikat gabungan. Jenis pondasi tersebut dipilih apabila jarak batas pemilikan tanah begitu dekat sedemikian rupa sehingga menghalangi atau membatasi penggunaan jenis pondasi yang lain. Sebagai contoh, untuk menggunakan pondasi telapak kolom setempat ternyata ruang yang tersedia tidak mencukupi, sedangkan kolom lain yang terdekat masih terlalu jauh dan tidak ekonomis untuk digabungkan guna membentuk pondasi gabungan empat persegi atau trapesium. Dengan demikian pondasi terikat adalah dua pondasi kolom setempat yang diikiat dengan balok pengikat. Keadaan tersebut akan mengakibatkan timbulnya tekanan tanah di bawah pondasi dengan distribusi yang tidak merata, yang dapat mengakibatkan terjadinya puntiran dan rotasi pondasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan terjadinya penggulingan. Untuk mengimbangi gerakan rotasi tersebut, pondasi bagian tepi (eksterior) dihubungkan melalui balok pengikat yang cukup kaku dengan pondasi bagian dalam (interior) yang terdekat letaknya sedemikian rupa sehingga struktur pondasi secara keseluruhan lebih stabil dan tekanan tanah yang terjadi di bawah pondasi merata.



12



Balok pengikat, sebagai batang lentur akan menahan baik momen lentur maupun geser yang diakibatkan oleh gaya-gaya Pθ dan Rθ yang bekerja pada kolom eksterior. arah momen yang terjadi berlawanan dengan arah jarum jam, dan karena Rθ > Pθ , maka gaya geser adalah positif. Pada kolom bagian dalam (interior), tidak terjadi eksentrisitas antara beban kolom P1 dengan resultante gaya tekanan tanah R1. Dengan demikian, di tempat hubungan balok pengikat dengan kolom interior tidak terjadi momen akibat eksentrisitas gaya. Untuk mempertahankan agar balok pengikat tetap dalam keadaan seimbang., diperlukan gaya geser vertikal V. Perencanaan struktur pondasi bagian interior dilakukan dengan merancang pondasi setempat dengan beban R1, sedangkan pondasi eksterior pada umumnya dipertimbangkan sebagai suatu struktur dengan momen lentur melintang satu arah, sama seperti pada pondasi dinding. Tulangan memanjangnya adalah perpanjangan dari tulangan balok pengikat yang dimasukkan ke pondasi. Penentuan tebal pondasi dan penulangannya didasarkan pada beban terfaktor sesuai dengan perencanaan metode kekuatan. Balok pengikat dapat diberlakukan sebagai batang lentur, dan dianggap tidak bersinggungan ataupun tertumpu pada tanah dibawahnya. Dapat pula digunakan anggapan penyederhanaan yang lain, yaitu memperhitungkan bahwa berat balok disangga oleh tanah di bawahnya dan direncanakan sebagai balok empat persegi panjang yang menyangga beban terfaktor dengan gaya geser konstan serta momen lentur negatif yang bervariasi linier. 2.1.10 Pondasi Telapak Tiang Pancang (Pile Cap) melayani pelimpahan beban kolom dari atas kepada sekelompok tiang pancang di bawahnya, yang kemudian diteruskan ke tanah pendukung melalui gesekan permukaan atau tumpuan ujung tiang.



2.2kebutuhan bahan pondasi telapak -



batu pecah/split 2-3 (ukuran diameter batu = 2 cm s/d 3 cm) batu pecah/split tersebut diatas dapat diganti dengan kerikil pasir beton semen PC 13



-



besi beton papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)



2.3kelebihan pondasi telapak : -



biaya pondasi ini relatif murah galian tanah lebh sedikit (hanya pada kolom struktur saja) dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4 lantai system pengerjannya relative mudah, apabila proses pengecoran dilakukan ditempat (dilobang galian pondasi tersebut)



2.4kekurangan pondasi telapak -



apabila pembuatan struktur pondasi telapak dibuat diluar lobang galian pindasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena pondasi



-



setempat dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting/cetakan terlebih dulu diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton, agar dapat dipindahkan ke posisi lobang pondasi tapak (yang telah digali



-



sebelumnya) diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian dan



-



desain penulangannya waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan waktu pengeringan selama 28 hari agar bisa digunakan



14



BAB III PENUTUP Kesimpulan. Yang dimaksud dengan pondasi adalah bangunan yang dapat menahan berbagai macam beban, baik horizontal maupun vertikal dalam kondisi stabil. Adapun tujuannya yaitu untuk menahan beban-beban yang terjadi sehingga menghasilkan kestabilan konstruksi. Adapun klasifikasi pondasi dalam konstruksi yaitu sebagai berikut : a. Pondasi dengan biasanya disebut pondasi telapak, ada yang menerus lokal atau setempat. b. Pondasi dalam contohnya pondasi sumuran c. Bentuk pondasi yang lain adalah konstruksi tembok penahan yaitu yang menahan tanah, diperkirakan dari keruntuhan, kelonsoran total akibat gaya geser tanah. Kedua hal tersebut sangat menentukan daya dukung tanah dasarnya. d. Pondasi khusus yaitu pondasi yang tidak tercakup terhadap yang disebut di atas.



Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



15



Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA Hardiyatmo, Hary Christady, 1994, Analisi dan Perencanaan Pondasi 1, UGM Press, Yogyakarta Nugroho, Soewignjo A, 2013, Handout Rekayasa Pondasi 1, Teknik Sipil UR, Pekanbaru Das,



Braja



M,



1985,



Principles



Of



Geothecnical



Engineering



(Terjemahan), Erlangga, Surabaya Badan Standar Nasional, 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013), BSN, Jakarta Macgregor, James G dan James K Wight, 1978, Reinforced Concrete Mechanic and Design VI Edition, Pearson Education, USA



16