Makalah Potensi SDA Kalimantan Selatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) DI KALINMANTAN SELATAN



MAKALAH



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Dengan Dosen Pengampu Dr. Sumartini, M.Pd



Disusun oleh : Defina Nurzamzam (1204344)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penulis juga panjatkan kehadiran Allah SWT, karena hanya dengan kerido’anNya makalah dengan judul “Potensi dan Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Selatan” ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Sumber Daya yang dengan dosen pengampu Dr. Sumartini, M.Pd. Makalah ini pun disusun guna pemahaman dan pendalaman materi dari mata kuliah tersebut. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah membantu serta mendukung penyusunan makalah ini. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh Bandung, Oktober 2015



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL....................................................................................................... v BAB I...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang.......................................................................................... 1



1.2



Rumusan Masalah..................................................................................... 2



1.3



Tujuan........................................................................................................ 2



BAB II..................................................................................................................... 3 POTENSI SUMBER DAYA ALAM (SDA) KALIMANTAN SELATAN.................................3 2.1 Profil Provinsi Kalimantan Selatan................................................................3 2.1.1 Geografis................................................................................................ 3 2.1.2 Keadaan Iklim......................................................................................... 4 2.1.3 Topografi................................................................................................. 5 2.1.4 Lahan..................................................................................................... 5 2.2 Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Kalimantan Selatan....................6 2.2.1 Pertanian................................................................................................ 6 2.2.2 Peternakan............................................................................................. 7 2.2.3 Perikanan................................................................................................ 7 2.2.4 Pertambangan........................................................................................ 8 2.2.5 Manufaktur............................................................................................. 8 2.2.6 Pariwisata............................................................................................... 9 2.3 Sosial Budaya Provinsi Kalimantan Selatan................................................10 2.4 Investasi..................................................................................................... 10 2.5 Kontribusi Sumber Daya Alam (SDA) terhadap Pemerintah........................11 BAB III.................................................................................................................. 14 Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Selatan.......................14 3.1 Kebijakan Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan...............................14 3.2 Pembangunan Daerah di Kalimantan Selatan.............................................16 3.3 Tantangan, Kendala, dan Peluang Pembangunan.......................................19 3.3.1 Tantangan............................................................................................. 20 3.3.2 Kendala................................................................................................ 22 3.3.3 Peluang................................................................................................. 23 BAB IV.................................................................................................................. 25 SIMPULAN DAN SARAN......................................................................................... 25 3



4.1 Simpulan.................................................................................................... 25 4.2 Saran.......................................................................................................... 26 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. vi



4



DAFTAR TABEL Tabel 2.1



Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan



4 Tabel 2.2



Komoditas Perkebunan Kalimantan Selatan 6



Tabel 2.2.3



Produksi Perikanan Tahun 2005-2009



7 Tabel 2.5



Tingkat Kontribusi PAD dan DP terhadap APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (2003 – 2006) 12



5



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Indonesia secara alamiah adalah negara pertanian dengan budaya pertanian yang kuat. Bertani, beternak, berburu ikan dilaut adalah keahlian turun-menurun yang sudah mendarah daging. Teknologi dasar ini sudah dikuasai sejak jaman nenek moyang. Karena budaya pertanian yang telah mendarah daging maka usaha pada sektor pertanian kita sebenarnya dapat dipacu untuk berproduksi sebesar-besarnya. Luasnya lahan, cadangan air yang melimpah, dan potensi wilayah yang tersedia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang mendukung menjadi obsesi dalam menjadikan Indonesia sebagai pemasok hasil pertanian unggulan di kemudian hari. Indonesia memiliki potensi sumber daya yang tidak akan pernah habis, dan akan tetap ada sepanjang usia alam itu sendiri yakni manusia,sinar matahari, tanah, hutan, dan laut. Manusia dengan akal dan budaya lokal daerah yang beraneka ragam akan menghasilkan beragam teknologi budidaya yang unggul spesifik lokasi. Teknik budidaya yang berbasis pada keragaman fertilitas tanah, yang berkaitan dengan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi setempat akan mengakibatkan keunggulan komparatif dari jumlah dan mutu pertanian yang dihasilkan. Biodiversitas tanaman dan hewan Indonesia yang dapat dimanfaatkan juga relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan munculnya komoditas unggulan daerah yang potensial. Kalimantan Selatan dikenal sebagai “tanah seribu sungai”, hal it dikarenakan oleh jumlah sungai yang banyak di Kalimantan Selatan. Dari sungai-sungai tersebut, salah satu sungai



yang



terkenal



daerah Barito (dahulu



adalah



Onder



sungai



Afdeeling



Barito yang Barito)



namanya



yang



berada



diambil di



berdasarkan



hulu



termasuk



wilayah provinsi Kalimantan Tengah, tetapi sering dipakai untuk menamakan seluruh daerah aliran sungai ini hingga ke muaranya pada Laut Jawa di Kalimantan Selatan yang dinamakan Muara Banjar/Kuala Banjar. Sungai Barito biasa digunakan untuk kegiatan jual 1



beli pasar terapung. Selain itu, terdapat juga sungai Martapura yaitu anak sungai Barito yang muaranya



terletak



di kota



Banjarmasin dan



di



hulunya



terdapat



kota Martapura ibukota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Jadi, Kalimantan Selatan adalah sebuah provinsi di pulau Kalimantan yang memiliki total luas 37.377.53 km2 dan terbagi menjadi empat daerah besar yaitu Kotabaru, kabupaten Banjar, kabupaten Tabalong, dan kota Banjarmasin.



2



3



Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah. Kalimantan Selatan terdiri atas dua ciri geografi utama, yakni dataran rendah dan dataran tinggi yang memiliki keaneka ragaman flora, fauna, dan hasil sumber daya alam. 1.2



Rumusan Masalah



Dalam makalah ini masalah yang diangkat adalah : 1. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) apa saja yang dimiliki oleh provinsi Kalimantan Selatan ? 2. Bagaimana kontribusi SDA tersebut terhadap APBD ? 3. Bagaimana Pengembangan SDA yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Selatan ? 4. Bagaimana tantangan, kendala dan peluang yang dihadapi oleh pemerintah provinsi Kalimantan Selatan ?



1.3



Tujuan



Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini yaitu : 1. Menyebutkan dan menjelaskan berbagai potensi SDA provinsi Kalimantan Selatan 2. Mendiskripsikan kontribusi SDA yang dimiliki provinsi Kalimntan Selatan terhadap APBD 3. Menjelaskan pengembangan SDA yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Kalimantan Selatan 4. Memaparkan tantangan, kendala dan peluang yang dihadapi oleh pemerintah provinsi Kalimantan Selatan



BAB II POTENSI SUMBER DAYA ALAM (SDA) KALIMANTAN SELATAN 2.1 Profil Provinsi Kalimantan Selatan 2.1.1 Geografis Provinsi Kalimantan



Selatan



dengan



ibukotanya



Banjarmasin



terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan di sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT - 116 33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS. Daerah yang paling luas di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Kotabaru dengan luas 9,422.73 km², kemudian Kabupaten Tanah Bumbu dengan luas 5,066.96 km² dan Kabupaten Banjar dengan luas 4,672.68 km², sedangkan daerah yang paling sempit adalah Kota Banjarmasin dengan luas 72.67 km². Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas wilayah 37.530,52 km² atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Luas wilayah Provinsi tersebut sudah termasuk wilayah laut Provinsi dibandingkan Provinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah masing-masing Kabupaten Tanah Laut 9,94%; Tanah Bumbu 13,50%; Kotabaru 25,11%; Banjar 12,45%; Tapin 5,80%; Tabalong 9,59%; Balangan 5,00%; Batola 6,33%; Banjarbaru 0,97% dan Banjarmasin 0,19%. Daerah aliran sungai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan adalah: Barito, Tabanio, Kintap, Satui, Kusan, Batulicin, Pulau Laut, Pulau Sebuku, Cantung, Sampanahan, Manunggal dan Cengal. Memiliki catchment area sebanyak 10 lokasi yaitu Binuang, Tapin, Telaga Langsat, Mangkuang, Haruyan



4



Dayak,



Intangan,



Kahakan,



Jaro,



(www.kalselprov.go.id).



5



Batulicin



dan



Riam



Kanan



6



Tabel 2.1 Daftar Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan Kabupaten/Kota/Regency/City 1. Tanah Laut 2. Tanah Bumbu 3. Kota Baru 4. Banjar 5. Tapin 6. Hulu Sungai Selatan 7. Hulu Sungai Tengah 8. Hulu Sungai Utara 9. Balangan 10. Tabalong 11. Barito Kuala 12. Kota Banjarmasin 13. Kota Banjarbaru



Luas/Area (Km2) 3.631,35 5,066.96 9,422.73 4,672.68 2,174.95 1,804.94 1,472.00 892.70 3,599.95 1,878.30 2,376.22 72.67 367.12



Sumber : www.kalselprov.go.id



2.1.2 Keadaan Iklim Pada umumnya daerah Kalimantan Selatan terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau (panas). Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai Mei, pada waktu itu angin bertiup dari arah Timur Laut, kecepatan angin tiap bulannya berkisar antara 8-14 knot dan rata-rata tiap bulan antara 5-6 knot. Sedangkan musim kemarau (panas) terjadi pada bulan Juni sampai Agustus dan di antara kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba. Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Data temperatur udara yang dilaporkan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor, temperatur udara maksimun di daerah Kalimantan Salatan berkisar antara 33,1°C - 35°C , temperatur udara minimun berkisar antara 22,6°C - 23,8°C. Temperatur rata-rata berkisar antara 27,85°C sampai 29,4°C. Kelembaban udara maksimun di daerah ini berkisar antara 96%98% dan kelembaban minimun berkisar antara 35%-58%, sedangkan rataratanya tiap bulan 60%-87%. Penyinaran matahari di Kalimantan Selatan dengan intensitas tertinggi pada bulan April yaitu 75% dan intensitas



7



terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 33%, dengan rata-rata intensitas penyinaran 52,5% (www.kalselprov.go.id). Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Dari data terakhir yang diperoleh, pada bulan September 2012 curah hujan di Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut : 33 % curah hujan kurang dari atau sama dengan 20 mm, 45 % curah hujan antara 21- 50 mm, 16 % curah hujan antara 51-100 mm, 5 % curah hujan antara 101-150 mm dan 1 % curah hujan antara 301-400 mm (www.klimatologibanjarbaru.com).



2.1.3 Topografi Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar



43,05%



wilayah



Provinsi



Kalimantan



Selatan



mempunyai



kemiringan tanah 0-2%. Rincian luas menurut kemiringan adalah sebagai berikut: 



0 - 2% : 1.615.630 ha (43,05%)







2 - 15% : 1.192.545 ha (31,87%)







15 - 40% : 713.682 ha (19,02%)







40% : 231.195 ha (6, 16%) Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian



yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter, 100 - 500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter, menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar (31,29%) berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut. 2.1.4 Lahan Tanah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan dengan rincian hutan lebat (780.319 ha), hutan belukar (377.774 ha), dan hutan rawa (90.060 ha), hutan sejenis (352.840 ha), berupa semak/alang-alang (870.314 Ha), berupa rumput (50.119 ha), dan lain lain (83.014 ha). Sedangkan penggunaan untuk sawah seluas 413.107 ha, perkebunan 437.037 ha, perkampungan 57,903 ha dan untuk tegalan



8



seluas 48.612 ha. Bentuk geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa aluvium muda dan formasi berai (www.kalselprov.go.id). 2.2 Potensi Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Kalimantan Selatan 2.2.1 Pertanian Potensi pertanian Kalimantan Selatan cukup melimpah. Produksi tanaman pangan khusus padi mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2005 sebesar 1.598.835 ton GKG dengan produktivitas 34,79 ku/ha naik pada tahun 2006 produksi naik menjadi 1.636.840 ton GKG dengan produktivitas 35,38 ku/ha. Kemudian pada tahun 2007 naik lagi menjadi 1.953.868 ton GKG dengan produktivitas 38,63 ku/ha serta pada tahun 2008 menjadi 1.954.283 ton dengan produktivitas 38,52 ku/ha. Selama kurun waktu tersebut kenaikan produksi tertinggi dicapai pada tahun 2007, yaitu sebanyak 317.028 ton atau 19,37%. Pada tahun 2007, Departemen Pertanian mencetuskan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yang langsung direspon oleh Kalimantan Selatan dan dilaksanakan sesuai pedoman umum. Program ini juga didukung pula dengan tersedianya anggaran APBD untuk program pembangunan



pertanian



berkelanjutan



di



Kalimantan



Selatan



(www.kalselprov.go.id). Selain itu jenis tanaman lain yang diunggulkan di Kalimantan Selatan di antaranya Rambutan Antalagi, durian, waluh Juai, pisang Kepok Manurun, jeruk Siam Banjar, kueni Anjir Batola, duku Padang Batung, kencur Papan Kentala, Ubi Negara, Langsat Tanjung, Talas Loksado, Kacang Tunggak Negara. Areal efektif pertanaman perkebunan sampai dengan tahun 2007 baru mencapai 510.352 ha atau 46,99% dari luas yang dicadangkan, dengan produksi 482.026,37 ton per tahun, sedang untuk



potensi



pengembangan



perkebunan



575.771



ha



(53,01%)



(www.kalselprov.go.id). Produk hasil komoditas perkebunan hampir seluruhnya masih dalam bentuk produk primer, sehingga nilai tambah dari sektor perkebunan belum



didapat,



nilai



tambah



bisa



dicapai



apabila



dilaksanakan



pengembangan industri manufacturing setempat, yang sekaligus akan



9



memperkuat keutuhan sistem agribisnis komoditas perkebunan yang bersangkutan. Tabel 2.2 Komoditas Perkebunan Kalimantan Selatan Komoditas Karet Kopi Kelapa Sawit Kakao



2009 (Ton)



2010 (Ton)



98.479 1.445 424.309 34 Sumber : http://regionalinvestment.bkpm.go.id



103.563 1.209 434.134 35



2.2.2 Peternakan Dalam subsektor peternakan, Kalimantan Selatan memiliki berbagai jenis ternak yang diunggulkan, salah satunya adalah sapi potong. Usaha ternak



sapi



potong



berkembang



di



Kalimantan



Selatan



umumnya



dilakukan secara individu atau berkelompok namun berada dalam satu kawasan dengan sistem pemeliharaan secara intensif/semi intensif. Jumlah kepemilikan bervariasi antara 2-10 ekor/peternak. Selain itu, usaha ternak kambing dan unggas juga cukup berkembang. Usaha ternak kambing dilakukan secara individu atau berkelompok dalam satu kawasan yang dipelihara secara intensif. Jenis ternak kambing yang dipelihara adalah



kambing



Kacang



dan



PE



dengan



jumlah



pemilikan



5-15



ekor/peternak. Pengembangbiakannya sebagian besar dilakukan secara kawin alam sedangkan kawin suntik telah dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut dan Barito Kuala. Sedangkan untuk jenis unggas yang diternakan diantaranya ayam Broiler, Itik Alabio dan ayam kampung. 2.2.3 Perikanan Potensi perikanan dan kelautan Kalimantan Selatan terdiri dari perikanan laut, perikanan air payau dan perikanan air tawar. Perikanan laut didasarkan atas volume garis pantai dan panjang 1.330 km. Sedangkan luas potensi areal air payau yang dapat dikembangkan sebesar 53.382 ha. Potensi perikanan air tawar berdasarkan areal perairan umum yang luasnya 1.000.000 ha, yang tersebar pada seluruh wilayah di



10



Kalimantan Selatan (13 kabupaten/kota). Berikut perkembangan produksi perikanan selama periode 2005-2009 terlihat pada tabel berikut : Tabel 2.2.3 Produksi Perikanan Tahun 2005-2009 Uraian 2005 2006 2007 Budidaya 17.263 15.014 22.569 1. Tambak 5.315 3.415 6.027 2. Kolam 3.282 4.927 5.976 3. Karamba 3.282 3.713 3.727 4. Sawah 116 113 265 5. Jaringan 211 423 505 Apung 6. Net 4 4 5 Tancap 7. Laut 4.041 423 6.064 Sumber : http://www.kalselprov.go.id



2008 24.610 7.107 8.143 4.735 263 596



2009 31.482 10.508 13.398 3.776 3.776 657



% -10,0 7,0 23,0 -4,0 12,0 18,0



5



5



-3,0



3.761



2.848



-20,0



2.2.4 Pertambangan Bahan galian di wilayah Kalimantan Selatan beraneka ragam jenisnya, baik itu bahan galian energi, bahan galian logam, bahan galian non logam maupun bahan galian industri. Potensi sumberdaya minyak dan gas bumi di Kalimantan Selatan terdapat dalam dua cekungan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam. Pada Cekungan Barito mempunyai cadangan minyak sebesar 620,571 juta barrel (98,5 juta m3) dan yang dapat diproduksi sebesar 160 juta barrel (27 juta m3), sampai tahun 2009 produksi minyak telah mencapai 20,6 juta m3. Di lapangan Tanjung Raya terdapat sebanyak 231 sumur, yang berproduksi 95 sumur, yang ditutup sementara 69 sumur yang ditutup selamanya 28 sumur dan sumur injeksi 39 sumur. Selain minyak dan gas bumi, batubara sebagai bahan energi banyak terdapat di Kalimantan Selatan dengan kualitas umur Eosen (nilai kalori yang terkandung didalamnya antara 4000 s/d 7100 Kal/gr). Potensi sumberdaya



secara



keseluruhan



9.101.380.000



ton



sedangkan



cadangannya masih 1.804.145.000 ton. Beberapa potensi pertambangan lainnya yakni emas (Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Balangan), intan,



11



nikel, besi, chromit (cadangan 132.200 ton di Kabupaten Tanah Laut dan 10.000 ton di Kabupaten Banjar), mangan, gambut, batu gamping, phospat, kaolin, pasir kwarsa, batu gamping marmeran, batu gunung, pasir dan kerikil, bongkah batu. 2.2.5 Manufaktur Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) Provinsi Kalimantan Selatan di triwulan III tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 3,51 persen dibanding produksi industri triwulan II tahun 2012. Pertumbuhan ini berada diatas rata-rata pertumbuhan nasional yang hanya tumbuh sebesar 2,06 persen. Kenaikan produksi tersebut disokong oleh



semuakelompok



industri



besar



dan



sedang



yang



mengalami



pertumbuhan positif, masing-masing industri makanan yang mengalami kenaikan



produksi



sebesar



3,81



persen,



industry



minuman



yang



mengalami kenaikan produksi sebesar 0,16 persen, industri kayu, barang dari kayu/gabus (tdk termasuk furniture) yang mengalami kenaikan produksi sebesar 0,59 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang mengalami kenaikan produksi sebesar 0,01 persen dan industri karet, barang dari karet/plastic yang mengalami kenaikan produksi sebesar 2,27 persen (kalsel.bps.go.id) Perkembangan



sektor



perdagangan



bila



dilihat



dari



jumlah



pemegang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di Kalimantan Selatan secara kumulatif sampai dengan Agustus tahun 2007 sebanyak 27.227 buah Pedagang Kecil (PK) atau naik sebesar 11,57% dari 24.400 buah tahun 2005, Pedagang Menengah (PM) sebanyak 7.927 buah atau naik sebesar 9,54% dari 7.236 buah pada tahun 2006, kemudian Pedagang Besar juga mengalami pertambahan menjadi 1.950 buah atau naik sebesar 10,41% dari 1.766 buah pada tahun 2006. Bila dilihat dari pertambahan ketiga jenis usaha tersebut Pedagang Kecil mengalami kenaikan paling banyak yaitu sebesar 2.824 buah sedang bila dilihat dari prosentasi pertambahan Pedagang Kecil (PK) tetap mengalami kenaikan paling banyak yaitu sebesar 11,57%. Sedangkan bila dilihat dari jumlah keseluruhan jenis usaha tersebut sampai dengan tahun 2007 sebanyak



12



37.101 buah atau naik sebesar 11,07% dari 33.402 buah pada tahun 2006. 2.2.6 Pariwisata Industri pariwisata



merupakan



sektor yang memberi



harapan



besar



bagi



pengembangan ekonomi di banyak negara sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam produk domestik bruto (PDB). Selain itu, sektor pariwisata juga dianggap memiliki efek ganda dan dapat menggerakkan ekonomi di seluruh lapisan masyarakat. Meski potensi sangat besar, Kalimantan Selatan masih belum optimal menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan yang dominan. Kalimantan Selatan memiliki beragam potensi wisata, mulai dari pantai, hutan, pegunungan, sampai wisata religi dengan situs-situs sejarah yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat tujuan wisata yang menarik. Di samping itu, dengan beragam budaya daerah, Kalimantan Selatan juga sangat potensial dikembangkan sebagai tujuan wisata budaya, wisata religius, maupun wisata kuliner. Obyek dan daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan potensi yang ada tercatat sebanyak 272 buah obyek wisata, namun yang sudah dikenal dan banyak dikunjungi adalah:  Kawasan wisata pasar terapung muara sungai barito Kota Banjarmasin.  Kawasan wisata sungai Martapura meliputi Makam Raja Sultan Suriansyah, Masjid Sultan Suriansyah, Sungai Kuin Kota Banjarmasin.  Kawasan Pasar Terapung Lok Baintan Sungai Martapura, Kabupaten Banjar  Kawasan wisata Pendulangan Intan Cempaka dan Pasar Permata di Martapura Kabupaten Banjar.  Kawasan wisata Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.  Makam Syech Muhammad Arsyad Al Banjari Kabupaten Banjar dan makam Datu Sanggul di Kabupaten Tapin sebagai obyek wisata religius.  Kawasan wisata Kerbau Rawa di Kabupaten Hulu Sungai Utara.



Dalam rangka kunjungan wisata, sasaran yang menjadi citra Provinsi Kalimantan Selatan adalah Kota Banjarmasin sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki fasilitas



pendukung



seperti:



bandara,



pelabuhan



samudera,



hotel



13



berbintang, angkutan/transportasi bus pariwisata dan lain-lain. Oleh karena itu kota Banjarmasin memegang posisi kunci dalam mewakili citra Kalimantan



Selatan



atau



sebagai



daerah



tujuan



wisata



(www.kalselprov.go.id).



2.3 Sosial Budaya Provinsi Kalimantan Selatan Suku bangsa di Kalimantan Selatan (dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli) terdiri dari berbagai suku diantaranya suku Banjar, Jawa, Bugis, Madura, Bukit, Mandar, Bakumpai, Sunda, Betawi, Minangkabau, Banten dan suku lainnya. Sebanyak 76,34% berasal dari suku Banjar. Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa daerah, yakni bahasa Banjar yang memiliki dua dialek besar, yakni dialek Banjar Kuala dan dialek Banjar Hulu. Di kawasan Pegunungan Meratus, dituturkan bahasa-bahasa dari rumpun Dayak, seperti bahasa Dusun Deyah, bahasa Maanyan, dan bahasa Bukit. Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan beragama Islam. Suku Banjar yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan menganut Agama Islam, demikian pula Suku Dayak Bakumpai di daerah aliran Sungai Barito. Suku Bukit di kawasan Pegunungan Meratus umumnya masih mempertahankan kepercayaan Kaharingan dan sebagian lainnya menganut Agama Kristen. Suku Dayak Maanyan Warukin di Kabupaten Tabalong dan Samihim di Kabupaten Kotabaru mayoritas beragama Kristen, sementara Suku Dayak Dusun Balangan di Kecamatan Halong menganut agama Buddha (id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan#Kependudukan).



2.4 Investasi Dalam rangka memenuhi pembiayaan pembangunan daerah untuk pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan di Provinsi Kalimantan Selatan, Pemerintah Provinsi berusaha terus menggali segala potensi dan sumber-sumber pendapatan untuk terus dikembangkan. Pada tahun 2008, sesuai Permendagri No. 13 Tahun 2006 Jo. 59 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Koridor UU Nomor 34 Tahun 2000 pengganti UU



14



No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, membuat berbagai langkah antara lain dengan mengintensifkan pendapatan dan mengektensifikasikan penerimaan daerah serta mengoptimalkan penggarapan sumber/potensi, peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan penyederhanaan prosedur serta peningkatan kualitas pengelolaan manajemen pendapatan daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan III-2012 tumbuh sebesar 4,91% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2012 yang berhasil mencapai 6,03% Dari sisi permintaan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi banyak dipengaruhi oleh kontraksi yang dialami oleh aktivitas ekspor, terutama untuk komoditas batubara akibat melemahnya permintaan negara mitra dagang sebagai imbas dari krisis global yang belum cenderung membaik. Meskipun demikian kinerja konsumsi masih cukup kuat, terutama konsumsi pemerintah yang mengalami percepatan selama triwulan laporan seiring meningkatnya aktivitas investasi daerah. Sementara peningkatan konsumsi pemerintah yang dipengaruhi oleh realisasi proyek fisik diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sampai dengan akhir tahun 2012. Dari sisi penawaran atau sektoral, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dipengaruhi oleh melambatnya kinerja sektor dominan, terutama sektor pertambangan (bi.go.id)



2.5 Kontribusi Sumber Daya Alam (SDA) terhadap Pemerintah Provinsi Kalsel termasuk dalam kategori Provinsi dengan tingkat kemandiriin relatif lebih baik dibandingkan dengan Provinsi-provinsi lain di Kalimantan. Dengan tingkat kontribusi PAD yang lebih besar dibandingkan dengan DP, memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan provinsi ini terhadap



pembiayaan



dari



pemerintah



pusat



relatif



kecil.



Namun



demikian, dari komposisi PAD dan DP dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian. Dimana dari angka yang ada menunjukkan bahwa sesungguhnya tingkat pertumbuhan PAD tidak stabil, dengan kata Pemerintah Provinsi belum menjaga kestabilan perekonomian di wilayahnya. Hal ini terlihat pada peningkatan PAD yang fluktuatif, dimana pada tahun 2006 tingkat pertumbuhan hanya mencapai 10% sedangkan tahun 2005 tingkat pertumbuhan mencapai 46% dan tahun 2004 mencapai 31%, kondisi ini justru bertolak belakang dengan tingkat pertumbuhan DP



15



dalam beberapa tahun terakhir yang terus mengalami peningkatan, dari tahun 2004 yang hanya 8% kemudian meningkat tajam pada tahun 2005 menjadi



29%



dan



terakhir



pada



tahun



2006



kembali



mengalami



peningkatan sebesar 53%. Menurunnya tingkat pertumbuhan PAD dalam beberapa tahun terakhir



menunjukkan



bahwa



sektor-sektor



yang



menjadi



andalan



terhadap sumber pendapatan PAD yang selama ini dimiliki oleh provinsi Kalsel belum bisa dikategorikan sebagai sektor andalan yang potensial untuk terus dikembangkan, atau dengan kata lain, dari tren pertumbuhan yang terlihat, menunjukkan bahwa jika tidak dilakukan upaya-upaya pengembangan sektor-sektor potensial lain untuk menunjang PAD provinsi Kalimantan Selatan maka pertumbuhan PAD akan terancam stagnan bahkan bisa jadi malah menurun atau kolap. Jika kondisi tersebut terjadi, maka



dengan



sendirinya



dalam



jangka



waktu



kedepan



tingkat



ketergantungan pemerintah provinsi Kalsel terhadap sumber pembiayaan dari pemerintah pusat juga akan meningkat, sama halnya dengan provinsi-provinsi lain di kalimantan. Secara lebih rinci, komposisi PAD dan DP beserta dengan APBD Provinsi Kalimantan Selatan dalam beberapa tahun terakhir (2003-2006) dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 2.5 Tingkat Kontribusi PAD dan DP terhadap APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (2003 – 2006) (Dalam Juta Rupiah) Tahun APBD



Kalimantan Selatan PAD



562,708 277,679 2003 666,064 364,205 2004 923,963 530,110 2005 1,179,994 585,031 2006 Sumber: Dinas Pendapatan Provinsi Kalimantan Selatan



DP 278,459 301,858 388,055 594,962



Berdasarkan perkembangan ekonomi nasional dan regional Kalsel Tahun 2006, prospek perekonomian Kalsel tahun 2007 diperkirakan akan lebih baik dengan laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan pada kisaran 4,5%. Dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah, kontribusi sektor



16



konsumsi dan kegiatan investasi diperkirakan akan semakin meningkat. Sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan masih akan meningkat terutama komoditi batubara seiring masih tingginya permintaan dunia. Sementara dari sisi permintaan, sektor pertanian, perdagangan, pertambangan, dan sektor keuangan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Kalsel Tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 4,13%, melambat dibanding tahun 2005 yang mencapai 5,05%. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai kisaran 5,5%. Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalsel terutama didorong oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan realisasi investasi. Sementara itu ekspor Kalsel pada tahun 2006 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2005. Pada posisi Oktober 2006, ekspor secara



tahunan



(November



2005-Oktober



2006)



tumbuh



39,5%.



Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor tahun



2005



yang



mencapai



28,7%.



Meskipun



ekspor



mengalami



peningkatan tinggi, namun devisa hasil ekspor berada di luar Kalsel terutama Pulau Jawa sehubungan dengan keberadaan kantor pusat eksportir berkedudukan di Pulau Jawa yaitu Jakarta. Kondisi ini menjadi penyebab masih belum optimalnya peran ekspor dalam menopang perekonomian Kalsel, untuk menarik dana masuk lebih besar ke Kalsel dibutuhkan iklim investasi yang lebih baik dan dukungan infrastruktur yang lebih memadai. Sementara itu, berdasarkan data BKPM, realisasi investasi PMDN di wilayah Kalsel pada tahun 2006 (Periode Januari-November 2006) mencapai Rp 1.010,1 miliar, sedangkan realisasi PMA pada tahun 2006 mencapai USD 76,50 juta, dari kegiatan investasi tersebut, realisasi PMDN mampu menyerap 9.875 tenaga kerja. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalsel terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor pertanian dan sektor keuangan serta penurunan pada sektor industri pengolahan berbasis kayu. Industri pengolahan kayu memiliki pangsa pasar terbesar dalam sektor industri pengolahan, yaitu mencapai 54%. Penurunan kinerja industri pengolahan kayu yang telah terjadi sejak



17



beberapa tahun terakhir terutama disebabkan oleh keterbatasan bahan baku sehingga mengakibatkan industri kayu tidak dapat lagi berproduksi sesuai dengan kapasitas terpasangnya. Sementara itu sektor pertanian yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Kalsel tumbuh sebesar 4,86%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya 5,30%. Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan pada subsektor tanaman bahan makanan, peternakan dan hasil-hasilnya, dan subsektor kehutanan. Sementara pertumbuhan sektor keuangan pada tahun 2006 mencapai 5,02%, jauh melambat dibandingkan tahun sebelumnya



yang



mencapai



17,82%,



terutama



dipengaruhi



oleh



pertumbuhan sektor perbankan yang melambat secara signifikan, dari 39,77% pada tahun 2005 menjadi 3,57% akibat belum optimalnya fungsi intermediasi. Meskipun saat ini kontribusi sektor keuangan terhadap pembentukan PDRB masih kecil, namun multiplier effect sektor ini sangat besar terhadap sektor-sektor lain melalui pemberian kredit sehingga perlambatan pada sektor perbankan berdampak pula pada pelambatan pertumbuhan perekonomian Kalsel.



BAB III Pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) di Kalimantan Selatan Pengembangan sumber daya alam (SDA) yang dilakukan oleh pemerintah Kalimantan Selatan dituangkan dalam kebijakan pembangunan daerah yang



telah



disepakati



tujuannya.



Berikut



ini



adalah



kebijakan



pembangunan provinsi Kalimantan Selatan.



3.1 Kebijakan Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan a. Visi Pembangunan Kalimantan Selatan “Terwujudnya Kalimantan Selatan yang Berkembang, Maju, Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Damai (Bermunajad) Tahun 2015” b. Misi Pembangunan Kalimantan Selatan Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kalimantan Selatan Tahun 2011-2015 tersebut, maka misi pembangunan Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, sosial dan budaya. (2) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang produktif dan berdaya saing. (3) Mengembangkan daya saing ekonomi daerah berbasis lingkungan dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dan posisi geografis. (4) Meningkatkan ketersediaan kuantitas dan kualitas serta aksesibilitas infrastruktur wilayah. (5) Meningkatkan kinerja pemerintahan daerah yang baik dan bersih. c. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kalimantan Selatan Tujuan dan sasaran Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011-2015, dalam setiap misi pembangunan adalah sebagai berikut: (1). Misi Pertama : Meningkatkan kualitas kehidupan beragama, sosial dan budaya, dilaksanakan melalui prioritas Membangun Kehidupan Sosial dan Budaya. Tujuan: Mewujudkan Daerah yang memiliki kualitas kehidupan beragama, sosial serta berbudaya yang berakar pada nilai-nilai luhur Sasaran: (a) Terwujudnya masyarakat yang agamis dan berakhlak mulia dan memiliki toleransi antar umat beragama. (b) Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan sosial masyarakat. 18



19



(c) Berkembangnya wisata daerah yang berbasis budaya dan sumberdaya daerah. (2). Misi Kedua : Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang produktif dan berdaya saing, dilaksanakan melalui prioritas Membangun Sumberdaya Manusia. Tujuan: (a) Mewujudkan daerah yang memiliki masyarakat yang berpendidikan berkualitas. (b) Mewujudkan daerah yang memiliki masyarakat yang sehat. (c) Mewujudkan daerah yang memiliki masyarakat berkompetensi kerja dan berdaya saing. Sasaran: (a) Terwujudnya pemerataan akses layanan pendidikan yang berkualitas pada semua jalur dan jenjang pendidikan. (b)



Terwujudnya



pencapaian



indikator



kesehatan



yang



mendukung



peningkatan



pembangunan manusia, serta masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. (c) Terwujudnya masyarakat yang produktif dan berdaya saing. (3). Misi ketiga : Mengembangkan daya saing ekonomi daerah berbasis lingkungan dan masyarakat,



dengan



memanfaatkan



sumberdaya



lokal



dan



posisi



geografis,



dilaksanakan melalui prioritas Peningkatan Perekonomian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan: (a) Mewujudkan daerah berdaya saing dengan basis perekonomian masyarakat dan kelestarian lingkungan, memanfaatkan sumberdaya lokal dan posisi geografis Kalimantan Selatan. (b) Mewujudkan persiapan pengembangan daerah industri dan perdagangan berbasis agroindustri. Sasaran: (a) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. (b) Terwujudnya pengelolaan SDA yang berkelanjutan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup. (c) Meningkatnya sinergi dalam penyiapan pengembangan industri dan perdagangan berbasis agroindustri.



20



(4). Misi Keempat : Meningkatkan ketersediaan kuantitas dan kualitas serta aksesibilitas infrastruktur wilayah, dilaksanakan melalui prioritas Pembangunan dan Perbaikan Infrastruktur. Tujuan: Mewujudkan ketersediaan infrastruktur daerah yang merata, dan berkualitas, serta mampu mendukung pengembangan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya. Sasaran: (a) Tersedianya infrastruktur transportasi yang terintegrasi serta meningkatnya pelayanan untuk mendukung pergerakan orang, barang dan jasa. (b) Tersedianya infrastruktur sumberdaya air untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air, serta pengendalian daya rusak air. (c) Meningkatnya akses masyarakat terhadap infrastruktur dasar permukiman yang mencakup air bersih dan sanitasi. (d) Meningkatnya infrastruktur publik dan aparatur. (5). Misi kelima : Meningkatkan kinerja pemerintahan daerah yang baik dan bersih, dilaksanakan melalui prioritas Melaksanakan Pemerintahan yang baik. Tujuan: Mewujudkan daerah yang memiliki tata pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab, berjiwa melayani dan mengayomi masyarakat. Sasaran: (1) Terwujudnya tata kelola pemerintahan daerah yang akuntabel dan transparan. (2) Terwujudnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat.



3.2 Pembangunan Daerah di Kalimantan Selatan Perkembangan kependudukan di Propinsi Kalimantan



Selatan



selama PJP I menunjukkan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dari 2,16 persen per tahun dalam periode 1971-1980 menjadi 2,32 persen per tahun dalam periode 1980-1990. Dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata di kawasan timur Indonesia 2,4 persen per tahun, rata-rata tingkat nasional 1,97 persen per tahun untuk periode 1980-1990, laju pertumbuhan penduduk Propinsi Kalimantan Selatan termasuk agak tinggi.



21



Dalam PJP I pembangunan Propinsi Kalimantan Selatan telah meningkat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk domestik regional bruto (PDRB) di luar minyak dan gas bumi (nonmigas) Propinsi Kalimantan Selatan atas dasar harga konstan 1983 adalah sebesar Rp1.338.335



juta.



Dilihat



dari



pangsa



sumbangan



sektoral



dalam



pembentukan PDRB nonmigas, sektor pertanian memberikan sumbangan yang terbesar (27,1 persen), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,2 persen), dan sektor industri pengolahan (15,2 persen). Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas tercatat



sebesar



6,1



persen



per



tahun.



Sektor



yang



mengalami



pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor pertambangan dan galian (21,81 persen); sektor bank dan lembaga keuangan (12,7 persen); serta sektor listrik, gas dan air minum (10,91 persen). Laju pertumbuhan ekonomi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan tersebut didukung oleh lajunya pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata sebesar 42,1 persen per tahun antara tahun



1987-1992 dengan



komoditas andalan produk perkayuan, produk karet alam, gula tetes tebu, rotan, batu bara, serta hasil-hasil perikanan laut dan sungai yang sebagian besar masih berupa produk olahan dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi. PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 berdasarkan harga konstan tahun 1983, mencapai Rp535 ribu, yang berarti telah meningkat dibandingkan dengan tahun 1983 yang besarnya Rp344 ribu, yang berarti telah meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,3 persen per tahun. Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial telah menghasilkan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf meningkat dari 38,08 persen pada tahun 1971 menjadi 89,80 persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup turun dari 146 pada tahun 1971 menjadi 82 pada tahun 1990, dan usia harapan hidup penduduk meningkat dari 45,7 tahun pada tahun 1971 menjadi 57,5 tahun pada tahun 1990.



22



Peningkatan



kesejahteraan



itu



didukung



oleh



peningkatan



pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1990 telah ada rumah sakit sebanyak 24 unit dengan jumlah tempat tidur sebanyak 1.689 buah, dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 619 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 60,1 kilometer persegi dengan penduduk yang dilayani sebanyak 4.195 orang per puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1972, jumlah puskesmas baru mencapai 51 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 738,4 kilometer persegi dan dengan penduduk yang dilayani sebanyak 34.037 orang per puskesmas. Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Kalimantan Selatan telah menunjukkan kemajuan yang cukup seperti diperlihatkan oleh angka partisipasi sekolah dasar (SD) kasar yang pada tahun 1972 baru sebesar 60 persen menjadi sebesar 110,5 persen pada tahun 1992. Angka partisipasi tahun 1992 tersebut lebih tinggi daripada tingkat nasional, yaitu sebesar 107,5 persen pada tahun 1992. Tingkat partisipasi pendidikan



ini



didukung



oleh



ketersediaan



sekolah



yang



makin



meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 2.948 unit SD. Pada tahun 1972 jumlah SD baru mencapai 1.092 unit SD. Peningkatan jumlah SD dan murid didukung oleh peningkatan jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 23.327 orang guru SD dan setiap guru SD melayani 19 murid. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990, penduduk miskin di Propinsi Kalimantan Selatan berjumlah 546.438 orang atau 21,2 persen dari seluruh penduduk. Pada tahun 1984 penduduk miskin masih berjumlah 546 ribu orang atau 28,3 persen dari jumlah penduduk. Pembangunan



daerah



Kalimantan



Selatan



didukung



oleh



pembangunan prasarana yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat meliputi dermaga sungai,



penyeberangan,



dan



jaringan



jalan



yang



mencapai



5.416



23



kilometer. Ketersediaan jaringan jalan telah makin baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan mencapai rata-rata 162,2 kilometer per 1.000 kilometer persegi. Prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah seperti transportasi sungai, laut, dan udara juga telah meningkat. Propinsi ini memiliki tiga pelabuhan laut, yaitu Banjarmasin, Martapura, dan Kotabaru. Transportasi udara di propinsi ini dilayani oleh tiga bandar udara, yaitu Bandar Udara Syamsudin Noor sebagai bandara utama di Banjarmasin yang dapat didarati oleh pesawat sejenis DC-9, dan dua bandar udara lainya, yaitu Bandar Udara Stagen di Kotabaru, dan bandar udara di Batu Licin. Selain itu, prasarana transportasi antar wilayah yang telah dibangun selama PJP I adalah rintisan jalan lintas Kalimantan, yaitu antara Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur yang meningkatkan keterkaitan kedua propinsi ini. Di bidang pengairan, meskipun masih terbatas, telah dilaksanakan peningkatan prasarana pengairan, seperti bendung dan jaringan irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah seluas kurang lebih 127.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian. Penyediaan prasarana ketenaga listrikan di Propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah VI yang juga melayani propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dan sampai dengan tahun 1991 telah menghasilkan daya terpasang sebesar 319,8 megawatt. Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Propinsi Kalimantan Selatan anggaran



melalui



anggaran



pendapatan



dan



pembangunan belanja



yang



negara



dialokasikan



(APBN)



dalam



menunjukkan



kecenderungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan dana sektoral melalui daftar isian proyek (DIP) dalam Repelita IV dan V masing-masing berjumlah Rp786,4 miliar dan Rpl.319,3 miliar. Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama Pelita V kurang lebih 27,86 persen per tahun. Dalam masa, itu PAD telah meningkat dari Rp7,8



24



miliar pada tahun 1989/1990 menjadi 1993/94.



Peningkatan



pembangunan



daerah



Rp21,1 miliar pada tahun



yang



cukup



pesat



dari



tahun



ke



dari



tahun



PAD



dan



bantuan



mempengaruhi



pula



peningkatan belanja pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kalimantan Selatan. Pada tahun pertama Repelita V belanja pembangunan daerah berjumlah Rp16.442,7 juta dan pada tahun terakhir Repelita V telah meningkat menjadi Rp43.516,3 juta. Bagian terbesar belanja pembangunannya dipergunakan untuk sektor perhubungan dan pariwisata. Investasi swasta telah menunjukkan peningkatan. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek baru penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 4 6 proyek penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan nilai Rp 1,9 triliun dan 9 proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$480,5 juta yaitu 4 5 proyek dengan nilai Rp 1, 8 9 triliun dan 9 proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$480,5 juta. Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I yang berupa



rencana



struktur



tata



ruang



propinsi



(RSTRP)



dan RTRW



kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang berupa rencana umum tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun, meskipun pada akhir PJP I masih dalam proses untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah.



3.3 Tantangan, Kendala, dan Peluang Pembangunan Pembangunan Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan selama PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didukung oleh meningkatnya



ketersediaan



prasarana



dan



sarana



pembangunan,



meningkatnya taraf kesejahteraan dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah yang dihadapi. Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Tingkat



I



Kalimantan Selatan selama PJP I, dalam PJP II akan dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu ditemukenali



25



berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi serta peluang yang dapat dimanfaatkan. 3.3.1 Tantangan Dalam



PJP



Ka lim a nta n



I



telah



Se la ta n.



banyak



kemajuan



N amun,



yang



se ca ra



dicapai



kes e luruha n,



Propinsi ta ra f



kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapita, laju pertumbuhan PDRB nonmigas, dan usia harapan hidup relatif rendah serta lebih tingginya angka kematian bayi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama pembangunan daerah Kalimantan Selatan adalah mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dibutuhkan



tenaga



kerja



yang



berkualitas



dan



produktif.



Kondisi



ketenagakerjaan di Propinsi Kalimantan Selatan ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivitasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi daerah, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Propinsi Kalimantan Selatan, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk mempercepat laju pertumbuhan adalah



ekonomi



membentuk



Propinsi



dan



Kalimantan



mengembangkan



Selatan, sumber



tantangannya daya



manusia



berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta



yang



mampu



mengisi,



menciptakan,



dan



memperluas



lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Untuk



meningkatkan



laju



pertumbuhan



ekonomi



dibutuhkan



26



investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Propinsi Kalimantan Selatan harus mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Kalimantan Selatan dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah, tantangannya adalah mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan usaha. Kegiatan ekonomi dan sosial di Propinsi Kalimantan Selatan terkonsentrasi di wilayah selatan. Bagian utara dan bagian timur Pegunungan



Meratus,



kesejahteraan



dan



tingkat



kemakmuran



perkembangan rakyatnya



relatif



wilayah tertinggal.



serta Laju



pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya, sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatkan pengembangan wilayah



yang



tertinggal



tersebut



dengan



menyerasikan



laju



pertumbuhan antar wilayah. Pertumbuhan,



ekonomi



yang



perlu



dipercepat



membutuhkan



dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi, tenaga listrik, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar daerah Kalimantan Selatan belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. Sistem transportasi darat, sungai, dan angkutan udara perintis mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan ekonomi



wilayah



dan



peningkatan



kesejahteraan



sosial.



Untuk



meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang



27



memadai. Di pihak lain ada keterbatasan kemampuan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membangun prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan ketersediaan serta kualitas



dan



memperluas



jangkauan



pelayanan



prasarana



dasar,



khususnya sistem transportasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan



mengikutsertakan



dunia



usaha,



serta



dilakukan



secara



terkoordinasi dengan propinsi lainnya yang bertetangga. Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Kalimantan Selatan telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik.



Meskipun



demikian, propinsi ini relatif tertinggal dibandingkan dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di Propinsi Kalimantan Selatan masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antar golongan masyarakat dan antar daerah, serta antar sektor, antara lain karena masih terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial. Kondisi di atas



menghadapkan



memeratakan,



dan



Kalimantan memperluas



Selatan jangkauan



untuk dan



meningkatkan, mutu



pelayanan



kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial dasar, serta jangkauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah. Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih sebanyak 546 ribu orang atau sekitar 21 persen dari jumlah penduduk Kalimantan Selatan. Selain itu, pada tahun 1993 jumlah desa tertinggal di propinsi ini masih cukup banyak, yaitu 568 desa atau sekitar 26,2 persen dari seluruh desa yang ada di Kalimantan Selatan. Masalah kemiskinan yang memerlukan penanggulangan khusus dan menyeluruh ini merupakan tantangan pula bagi pembangunan daerah Kalimantan Selatan dalam PJP II, khususnya Repelita VI. Meningkatnya



intensitas



pembangunan



selain



mengakibatkan



meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin meningkat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan hidup.



28



Dengan demikian, pembangunan daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah serta belum serasinya koordinasi antar lembaga dalam mengelola pembangunan, merupakan



tantangan



yang



dihadapi



dalam



rangka



memperkuat



kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah. 3.3.2 Kendala Upaya



pembangunan



daerah



di



Propinsi



Kalimantan



Selatan



dihadapkan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan kondisi geografis, dengan karakteristik fisik wilayah yang terdiri atas pegunungan dan dataran yang sebagian besar adalah rawa bergambut tebal dan padang alang-alang mengakibatkan terbatasnya ketersediaan lahan dan air yang berkualitas. Kondisi ini menjadi kendala bagi pengembangan kegiatan pertanian



serta



bagi



pengembangan



prasarana



dan



sarana



dasar



pembangunan, khususnya pengembangan sistem transportasi. Propinsi



ini



mempunyai



jumlah



penduduk



yang



relatif



sedikit



dibandingkan dengan luas wilayahnya. Jumlah penduduk yang relatif sedikit dengan persebaran yang tidak merata dan terpencar dalam kelompok penduduk



yang



terpencil



dan



terisolasi,



terutama



di



bagian



timur



Pegunungan Meratus, merupakan kendala dalam menyebarkan kegiatan ekonomi produktif dan dalam melayani kebutuhan dasar masyarakat secara efisien. Kendala lain yang dihadapi dalam pembangunan di Kalimantan Selatan adalah terbatasnya kemampuan daerah untuk menanggulangi bencana kebakaran hutan belukar yang terjadi hampir setiap tahun terutama dalam musim kemarau.



29



3.3.3 Peluang Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Kalimantan Selatan selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pembangunan berupa prasarana



dan sarana



sosial dan ekonomi yang



telah dibangun,



kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pembangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan. Propinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang



belum



pembangunan



banyak yang



dimanfaatkan. telah



Demikian



dimanfaatkan



pula



tetapi



ada



potensi



belum



optimal



dikembangkan, antara lain di bidang kehutanan, pertambangan dan galian, pertanian, industri, dan pariwisata. Meskipun terbatas, lahan di wilayah Kalimantan Selatan memiliki potensi



untuk



dikembangkan



sebagai



areal



pertanian,



khususnya



tanaman pangan dan perkebunan. Wilayah Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Barito Kuala, dan Tabalong merupakan wilayah yang memiliki potensi besar bagi pengembangan pertanian tanaman pangan. Propinsi ini juga mempunyai wilayah perairan yang luas yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Wilayah tersebut terdiri atas danau, sungai, persawahan, dan perairan pantai, seperti di dataran pantai di Kabupaten Tanah Laut dan daerah Tabonio. Di sektor pertambangan dan galian, Propinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi berbagai bahan galian dan mineral, seperti minyak bumi, intan, platina, batu bara, emas, bijih besi, batu gamping, mangan, nikel,



dan



kromit.



Sebagian



dari



jenis



tambang



tersebut



sudah



diusahakan seperti minyak bumi, intan, emas, dan batu bara yang tersebar di Kabupaten Banjar, Tapin Tanah Laut, dan Tabalong. Minyak dan gas bumi hingga saat ini ditambang di Kabupaten Tabalong, yaitu di Tanjung



dan Murung Pudak. Batu gamping untuk bahan baku semen



dan bahan kapur terdapat di antara Sungai Barito dan daerah perbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur.



30



Di sektor industri, Kalimantan Selatan memiliki potensi



industri



baik yang berbasis sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan dan hasil pertanian, maupun yang



memanfaatkan dan



mengandalkan teknologi seperti industri mesin serta industri kimia dasar yang potensial untuk dikembangkan. Pariwisata dikembangkan.



juga



merupakan



Kalimantan



Selatan



sektor



yang



memiliki



potensial



potensi



wisata



untuk yang



beragam, baik wisata alam maupun budaya yang dapat dikembangkan secara lebih optimal dengan mempertimbangkan kekayaan alam propinsi ini yang terdiri atas sungai, hutan, serta latar belakang sejarah dan keanekaragaman seni dan budaya. Potensi perdagangan ekonomi regional, dengan mengingat posisi geografis propinsi ini yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa, dapat dikembangkan untuk kerja sama antar wilayah, khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan antar propinsi yang berdekatan seperti dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur atau dengan propinsi-propinsi di Pulau Jawa, dan dengan negara lain untuk memperkuat basis ekspor daerah.



Potensi



kerja



sama



ini



pengembangan keunggulan komparakandungan sumber daya alam.



didasari



oleh



pemanfaatan



dan



tif, terutama dari segi potensi



BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" BT - 116 33' 28 BT dan 1 21' 49" LS 1 10" 14" LS. Daerah yang paling luas di Provinsi Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Kotabaru dengan luas 9,422.73 km², sedangkan daerah yang paling sempit adalah Kota Banjarmasin dengan luas 72.67 km². Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan luas wilayah 37.530,52



km²



atau



3.753.052



ha.



Sampai



dengan



tahun



2004



membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Kalimantan Selamat kaya akan sumber daya alam mulai dari pertanian,



peternakan,



perikanan,



pertambangan,



manufaktur,



dan



pariwisata. Hasil pertanian nya berupa : karet, kopi, kelapa sawit, kakao. Dalam peternakan yaitu sapi potong, kambing, dan unggas. Di bidang pertambangan berupa bahan galian energi, bahan galian logam, bahan galian non logam maupun bahan galian industri. Potensi sumberdaya minyak dan gas bumi di Kalimantan Selatan terdapat dalam dua cekungan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam. Obyek dan daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan potensi yang ada tercatat sebanyak 272 buah obyek wisata, namun yang sudah dikenal dan banyak dikunjungi adalah kawasan wisata pasar terapung muara sungai barito Kota Banjarmasin sekaligus sebagai ikon Kalimantan Selatan. Provinsi Kalsel termasuk dalam kategori Provinsi dengan tingkat kemandiriin relatif lebih baik dibandingkan dengan Provinsi-provinsi lain di Kalimantan. Dengan tingkat kontribusi PAD yang lebih besar dibandingkan dengan DP, memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan provinsi ini terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat relatif kecil. Hal ini terlihat pada peningkatan PAD yang fluktuatif, dimana pada tahun 2006 tingkat



31



pertumbuhan hanya mencapai 10% sedangkan tahun 2005 tingkat pertumbuhan mencapai 46% dan tahun 2004 mencapai 31%. Dalam pengembangan sumber daya alam di Kalimantan Selatan, pemerintah merumuskannya dalam kebijakan pemerintah daerah guna menghasilkan pemakaian sumber daya alam untuk kesejahteraan bersama khususnya masyarakat Kalimantan Selatan.



32



33



4.2 Saran Saran atau rekomendasi yang diajukan oleh penulis yaitu : 1. Kebijakan



pembangunan



daerah



berpihak



pada



pelestarian



lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan. Seperti pelarangan illegal logging, perusakan hutan, dan lain-lain. 2. Masyarakat mendukung pemerintah daerah untuk mengembangkan kekayaan alam Kalimantan Selatan guna kesejahteraan bersama



DAFTAR PUSTAKA



www.kalselprov.go.id www.klimatologibanjarbaru.com http://regionalinvestment.bkpm.go.id id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Selatan#Kependudukan bi.go.id



http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/regional/kalsel/Documents/03LaporanPen elitianKPJUUnggulanDKIJakarta2012.pdf Bappenas.go.id



6



LAMPIRAN



Pasar Terapung sebagai ikon Kalimantan Selatan



L o k a s i t a m b a n g B a t u B a r a Ka l i m a n t a n S e l a t a n



Sawit sebagai salah satu hasil pertanian Kalimantan Selatan