MAKALAH PPD Materi 13 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, EMOSI, SOSIAL DAN MORAL PADA MASA DEWASA SERTA IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Dosen Pembimbing :



Elli Kusumawati, M.Pd.



Disusun oleh : Ayu Mulia Islami



A1C113025



Jamhari



A1C615014



Maulida Fitri



A1C115211



Noor Annisah Sholehah



A1C115057



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2016



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................................................ i BAB I ...................................................................................................................... 1 1.1.



Latar Belakang ......................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah .................................................................................... 1



1.3.



Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2



BAB II ..................................................................................................................... 3 2.1.



Perbandingan Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini,



Madya, dan Lansia .............................................................................................. 3 2.1.1.



Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini ......................... 5



2.1.2.



Perkembangan Intelektual pada Masa Madya .................................. 6



2.1.3.



Perkembangan Intelektual pada Masa Lansia ................................... 7



2.2.



Perbandingan Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini, Madya,



dan Lansia ........................................................................................................... 8 2.2.1.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini ................................ 9



2.2.2.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Madya ............................ 9



2.2.3.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Lansia .......................... 10



2.3.



Perbandingan Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini,



Madya, dan Lansia ............................................................................................ 11 2.3.1.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini............. 11



2.3.2.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Madya......... 15



2.3.3.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Lansia ......... 16



2.4.



Implikasinya dalam Pendidikan ............................................................. 18



2.4.1.



Peran Orangtua ................................................................................ 18



2.4.2.



Pihak Sekolah atau Guru ................................................................. 19



2.4.3.



Peran Masyarakat dan Pemerintah .................................................. 19



BAB III ................................................................................................................. 21



i



ii



3.1.



Kesimpulan............................................................................................. 21



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Manusia sebagai makhluk individu tentu memiliki karakter yang unik, khas serta memiliki perbedaan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Perbedaan inilah yang kemudian menjadikannya unik, karena tidak ada satupun manusia yang sama persis sekalipun mereka yang merupakan kembar identik yang memiliki karakter yang sama. Karena beberapa karakter yang dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi sebuah pengetahuan biasannya hanyalah berupa sebuah karakter-karakter



yang



bersifat



umum



yang



ditemui



ciri-ciri



persamaannya pada sekelompok manusia. Beberapa fase kehidupan yang dilewati oleh manusia selama hidupnya adalah lahir, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Salah satu fase yang memiliki rentang waktu yang cukup panjang adalah fase dewasa. Seorang manusia dianggap telah memasuki fase dewasa, apabila mereka telah mengalami ciri-ciri pubertas, ataupun dewasa dari sisi intelektual dimana seseorang telah mencapai tingkat kematangan dalam berpikir dan mengambil tindakan. Dewasa tidaklah dicapai secara instan, namun lebih kepada perkembangan dari berbagai aspek-aspek lain baik fisik maupun psikis yang menjadi satu kesatuan dalam diri setiap manusia. Aspek-aspek itu antara lain adalah aspek fisik, motorik, intelektual, bahasa dan emosi. 1.2.



Rumusan Masalah 1. Bagaimana perbandingan perkembangan intelektual pada masa dewasa dini, madya, dan lansia? 2. Bagaimana perbandingan perkembangan emosi pada masa dewasa dini, madya, dan lansia? 3. Bagaimana perbandingan perkembangan sosial dan moral pada masa dewasa dini, madya, dan lansia?



1



2



4. Apa implikasinya pada pendidikan?



1.3.



Tujuan Penulisan 1. Untuk mngetahui perbandingan perkembangan intelektual pada masa dewasa dini, madya, dan lansia. 2. Untuk mengetahui perbandingan perkembangan emosi pada masa dewasa dini, madya, dan lansia. 3. Untuk mengetahui perbandingan perkembangan sosial dan moral pada masa dewasa dini, madya, dan lansia. 4. Untuk mengetahui implikasinya pada pendidikan.



BAB II PEMBAHASAN 2.1.



Perbandingan Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat. Menurut Schaine, perkembangan intelektual manusia dibagi dalam 5 tahap: 1. Tahap Pemerolehan : berlangsung pada masa anak dan remaja. Pada tahap ini pengetahun dan keterampilan yang diperoleh belum digunakan untuk kepentingan kehidupannya dalam masyarakat. 2. Tahap Penguasaan : berlangsung pada usia 20-an sampai awal 30an. Pengetahuan dan keterampilan digunakan untuk mencapai keunggulan dan kemandirian untuk kemajuan karir dan kehidupan yang dijalani. 3. Tahap Tanggung Jawab : berlangsung pada usia akhir 30-an sampai akhir 60-an. Pengetahuan dan pemikiran digunakan untuk memecahkan



masalah-masalah



kehidupan



keluarga, masyarakat dan pekerjaan.



3



dalam



lingkungan



4



4. Tahap Eksekutif : berlangsung pada usia 30-an sampai awal 60-an. Pengetahuan digunakan untuk mengemban tanggung jawab lebih luas dalam sistem kemasyarakatan (sistem jabatan yang dipegang). 5. Tahap Reintegrasi : berlangsung pada usia 60 tahun ke atas. Karena pada tahap ini telah terjadi penurunan kemampuan berpikir, maka perhatian dan pemikiran mereka lebih terarah kepada mengisi waktu yang masih tersisa, menghadapi kehidupan selanjutnya, setelah kematian. Sementara itu, para ahli mengatakan ada beberapa tipe intelektual,



yaitu



inteligensi



kristal



(cristalized



intelligence),



fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility), fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flexibility), dan visualisasi (visualization). a)



Inteligensi Kristal Inteligensi Kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat digunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal



comprehensive), penalaran berhitung angka



(numerical skill) dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi



keterampilan



kognitif



merupakan



akumulasi



dari



pengalaman individu akibat mengikuti kegiatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola–pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoritis–praktis (text book thinking). b)



Fleksibilitas Kognitif Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis



5



tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan



pasangan



dalam



perkawinan



ataupun



untuk



membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda – beda. c)



Fleksibilitas Visualmotor Fleksibilitas visualmotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari hal yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan dan keterampilan tangan).



d)



Visualisasi Visualisasi yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual, misalnya bagaimana individu memahami gambar– gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.



2.1.1.



Perkembangan Intelektual pada Masa Dewasa Dini Puncak perkembangan intelek telah tercapai pada masa remaja.



Beberapa ahli psikologi dan pengukuran menyatakan bahwa pada masa dewasa muda tidak ada peningkatan IQ yang berarti, paling tinggi pada masa ini hanya meningkat 5 point saja. Walaupun demikian, kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa masih terus berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Terlebih lagi jika seseorang berkecimpung dalam dunia perkuliahan, akan banyak sekali perubahan signifikan yang terjadi dari segi intelegensi dan pemikiran. Keluasan dan kedalaman kemampuan berpikir ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Makin tinggi dan luas ilmu pengetahuan dan informasi yang dikuasai makin tinggi kualitas kemampun berpikir seseorang. Perkembangan kekuatan dan kemampun intelektual ini berkaitan erat dengan kesempatan dan kegiatan belajar



6



yang diikuti pada masa dewasa ini. Biasanya seseorang akan langsung dapat menuangkan segala pemikirannya dalam sebuah perbuatan. Menurut anggapan Piaget, kapasitas intelek dewasa dini tergolong masa operasional formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal. Taraf ini menyebabkan dewasa dini mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (universitas/akademi). Kemudian setelah lulus tingkat perguruan tinggi, mereka mengembangkan



karir



untuk



meraih



puncak



prestasi



dalam



pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak diantara mereka yang bekerja sambil terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya.



2.1.2.



Perkembangan Intelektual pada Masa Madya Orang dewasa madya mampu memasuki dunia logis yang



berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa madya mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan



hidupnya.



Orang



dewasa



dalam



menyelesaikan



masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat



7



suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbedabeda tadi. Berprestasi



pada



usia



dewasa



madya



menurut



Werner



merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu. Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan social yang berkembang secara baik. Kondisi keuangan dan kedudukan sosial mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai.Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun (life begin 40th). Menurut Hurlock yang dapat dicapai individu di usia dewasa madya, tidak hanya kesuksesan secara finansial, melainkan juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Biasanya usia pencapaian terjadi antara 4050 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya. 2.1.3.



Perkembangan Intelektual pada Masa Lansia Menurut David Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran



kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan, atau depresi. Timbulnya penyakit pikun pada orang dewasa lansia, membuat individu itu dalam kehidupannya



8



mengalami ketidak teraturan. Pada usia inilah diperlukan perhatian yang lebih dari orang-orang terdekat untuk mengarahkan dan menuntun orang dewasa akhir dalam melakukan suatu hal, seperti mengarahkan dalam menaruh benda sesuai dengan tempatnya dan mengingatkannya menaruh benda itu dimana ketika dibutuhkan.Tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi kepikunan.



2.2.



Perbandingan Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia



Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Seberapa banyak dorongandorongan dan minat-minat seseorang itu terpenuhi, maka akan menjadi dasar dari pengalaman emosionalnya. Perjalanan kehidupan tiap-tiap orang tidak selalu sama. Kehidupan mereka masing-masing berjalan menurut polanya sendiri-sendiri. Selain itu, seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, bangga, dan rasa malu, cinta dan benci, harapanharapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Oleh karena itu, untuk memahami perkembangan emosi pada ketiga



9



masa dewasa, yakni masa dewasa dini, madya, dan lansia memang perlu mengetahui apa yang ia lakukan dan pikirkan. Jadi emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. 2.2.1.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Dini Perkembangan emosi pada masa dewasa dini cenderung



mengalami masa ketegangan emosional berupa tak terkendalinya emosi, cenderung labil, mudah resah, mudah memberontak. Pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah. Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa dini emosinya mengikuti faktor hormonal, dan masa ini pula mereka sudah dapat mengendalikan emosi. 2.2.2.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Madya Dalam kaitannya dengan kecerdasan emosional, otak sangat



mempengaruhi dalam emosi orang dewasa, yang mana ada komponenkomponen otak yang berperan dalam pembentukan emosi seseorang, yaitu Perkembangan Sosial. Pada masa dewasa madya pola emosi antara laki-laki dan perempuan berbeda. Laki-laki : karir (waktunya habis dalam pekerjaan/pensiun) akan mengalami frustasi atau beban kerja sehingga berpengaruh kepada emosinya. Pada perempuan : cenderung lebih stabil, namun lebih sering cepat mengalami masa menopause. Perubahan yang bersifat psikis pada masa dewasa madya: 1.



Terjadinya kegoncangan jiwa, seolah-olah tidak menerima suatu kenyataan.



10



2.



Kaku dan canggung karena penampilannya ingin menyerupai pemuda, tapi kondisi fisiknya sudah tua.



3.



Bersifat introvert (perasa, tertutup, kurang suka bergaul), kritis dalam mendidik anak, suka cemas dan pusing-pusing, sukar tidur, dll.



4.



Usia berbahaya, maksudnya adalah dalam masa ini sering terjadi krisis dalam kehidupan keluarga, karena terjadinya menopause pada istri dan kurangnya gairah seks si istri sehingga suami bisa menjauhkan diri dari istrinya dan malah bisa tak setia atau kawin lagi. Dan istri dengan menghadapi kelakuan suaminya yang begitu akan membuat istri membenci suaminya dan timbullah sifat memberontak, dan percecokan pun mungkin sekali terjadi.



5.



Meskipun melalui berbagai kegoncangan dan krisis, namun pada masa setengah baya ini juga terjadi proses penyesuaian dan penyeimbangan atas perubahan-perubahan fisik tersebut berkat kematangan cara berpikirnya, dengan itu dia mampu mencapai titik puncak dalam usaha dan karirnya.



6.



Penghayatan dan pengalaman agama sangat meningkat sehingga sangat bergairah mengikuti pengajian-pengajian agama, taat beribadah, dan kegiatan keagamaan lainnya. Hal ini wajar ia lakukan secara sadar, karena untuk persiapan menghadapi kehidupan yang lebih lama atau kekal (akhirat).



2.2.3.



Perkembangan Emosi pada Masa Dewasa Lansia Usia dewasa akhir lebih tempramen dalam segi emosional. Hal



ini dikarenakan berawal dari faktor fisik yang semakin mengalami kemunduran sehingga berpengaruh pada segi psikis termasuk emosionalnya. Memasuki masa tua, sebagian besar lansia kurang siap menghadapi



dan



menyikapi



masa tua tersebut.



Hal



tersebut



menyebabkan para lansia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya



11



rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak-ikhlasan menerima kenyataaan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi para lansia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lansia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lansia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit menyesuaikan diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud penyesuaian diri pada lansia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan-perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhankebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.



2.3.



Perbandingan Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini, Madya, dan Lansia



2.3.1.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Dini Untuk perkembangan sosialnya masa ini disebut masa krisis



sosial. Hal ini dikarenakan adanya tekanan pekerjaan dan keluarga. Peran sosial sering terbatas sehingga mempengaruhi persahabatan, pengelompokkan sosial serta nilai-nilai yg diberikan pada popularitas individu. Perkembangan moral dewasa dini juga tidak lepas dari keterkaitan



dengan



penguasaan



tugas



perkembangan



yang



menitikberatkan pada harapan sosial. Tuntutan untuk melakukan tanggung jawab secara moral atas segala perilaku dan keputusan hidup



12



merupakan suatu hal yang menjadi pegangan individu dalam hidup di masyarakat. Perkembangan sosial masa dewasa dini ini dibagi menjadi 4 pendekatan klasik : 1)



Normative – Stage Models Menurut pendekatan ini, orang dewasa awal mengikuti dasar rangkaian yang sama dengan perubahan psikososial berdasarkan usia. Perubahan hal yang normative yang umum terjadi pada semua orang. Menurut Erickson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2007), dewasa awal masuk dalam tahap keenam perkembangan psikososial, yaitu Intimaci Visolation. Intimacy adalah kemampuan mengembangkan identitas dirinya untuk siap memadukannya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas dirinya sendiri. Jika orang dewasa dini tidak dapat membuat komitmen yang dalam dengan orang lain, maka ia terisolasi dan



asik



dengan diri sendiri. Resolusi dari tahap ini menghasilkan love. Pada saat itu orang dewasa dini akan menjalin hubungan serius dengan pasangannya dan menikah. Levinson (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2007) melalui wawancara mendalam dan tes kepribadian yang berdasar pada life structure. Life structure adalah pola kehidupan seorang pada waktu tertentu, yang dibangun diatas aspek apapun dalam hidup yang dianggap paling penting dimana masing-masing dibagi ke dalam tahap masuk dan memuncak. Setiap fase memiliki tugasnya masingmasing yang pencapaiannya akan menjadi dasar untuk life structure



yang



akan



datang.



Oleh



karena



itu



tugas



perkembangan yang harus dilewati oleh dewasa muda adalah tantangan yang perlu dicapai agar dapat beradaptasi pada setiap tahap kehidupan.



13



Pada studi longitudinal yang dilakukan oleh Levinson (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2007), ditemukan bukti dari perubahan kepribadian normative pada dewasa dini. Satu perubahan tersebut di dewasa dini adalah meningkatnya dan kemudian penurunan sifat yang terkait dengan feminitas (simpati dan kasih sayang di kombinasikan dengan rasa kerentanan, kritik diri, dan kurang percaya diri serta inisiatif. Antara



umur



27



dan



43



tahun,



para



wanita



lebih



mengembangkan disiplin diri dan komitmen, kemandirian, kepercayaan diri dan keterampilan. 2)



Timing of Events Model Menurut pendekatan ini, perkembangan tergantung peristiwa tertentu yang dialami seseorang. Orang biasanya sadar dengan waktunya masing-masing dan social clock. Social clock adalah seperangkat norma budaya atau harapan terhadap peristiwa penting tertentu yang seharusnya terjadi, misalnya menikah, bekerja, pensiun dan lain-lain. Bila peristiwa kehidupan muncul tepat waktu, maka perkembangannya berjalan lancar. Namun jika tidak, maka orang dewasa awal akan mengalami stress. Stress dapat muncul akibat peristiwa yang tidak diharapkan seperti dipecat, menjadi janda dan lainlain.



3)



Trait Model Trait Model menekankan pada stabilitas atau perubahan pada trait kepribadian. Costa dan McCrae (dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2007), mengembangkan five factor model dalam menjelaskan perubahan trait kepribadian, yaitu : a)



Neoruticism Cemas, kasar, depresi, impulsive, kesadaran diri, mudah diserang.



14



b)



Extraversion Mencari kesenangan, asertif, aktif, hangat, emosi, positif, senang berkumpul.



c)



Agreeableness Mementingkan orang lain, kerelaan, sabar, percaya, sederhana, berterus terang.



d)



Conscientiousness Pencapaian prestasi, pertimbangan kompeten disiplin diri, perintah, memenuhi tugas.



e)



Openness to Experience Fantasi, estetika, perasaan, tindakan, ide, nilai.



4)



Typological Models Pendekatan ini melihat kepribadian sebagai suatu keseluruhan



fungsi.



Block



mengindentifikasikan



tipe



kepribadian dasar, yaitu : a)



Ego resiliency Mampu beradaptasi terhadap stress, dengan mengaturnya melalui percaya diri, mandiri, mampu mengutarakan pikiran, penuh perhatian, penolong, bekerja sama dan fokus pada tugas.



b)



Ego control / kontrol diri Kontrol



diri



dibedakan



menjadi



dunia,



yaitu



overcontrolled dan undercontrolled. Overcontrolled merupakan orang dewasa muda yang merasa malu, kesepian dan cemas sehingga mereka cenderung menjaga pikiran mereka sendiri dan menarik diri dari komflik, dan mereka merupakan subyek yang kebanyakan mengalami depresi. Sedangkan undercontrolled merupakan orang dewasa muda yang aktif, energik, impulsive, keras kepala dan mudah merasa bingung.



15



2.3.2.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Madya Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40-60 tahun.



Pada masa ini aspek-aspek perkembangan moral dan keagamaan tumbuh dengan pesat. Tentu hal ini tidak lepas dari kesadaran terhadap dirinya untuk menjadi serang individu yang utuh dan terintegrasi. Masa dewasa ini selalu memiliki keinginan untuk bisa mengikuti niliai-nilai adat istiadat yang berlaku, begitu pula dengan nilai keagamaan yang memiliki tempat tersendiri di hati orang dewasa, namun sering kali dewasa muda belum bisa mengikuti nilai-nilai tersebut secara sempurna. Menurut fowler, pada masa ini individu mampu mengambil dan melakukan tanggung jawab secara penuh terhadap yang diyakininnya. Sering kali konsekuensi yang paling buruk akibat dari keyakinan tersebut harus ditanggungnya. Masa dewasa ini telah memasuki masa post-conventional yaitu mampu menguji secara mandiri keyakinan atau kepercayaan yang terlepas dari pengaruh rang lain atau kelompok masyarakat Ciri-ciri yang menyangkut sosial dan moral pada masa ini antara lain: a)



Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.



b)



Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.



c)



Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).



d)



Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-



16



kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial. 2.3.3.



Perkembangan Sosial dan Moral pada Masa Dewasa Lansia Secara segi moral, usia dewasa akhir lebih cenderung tidak



perduli lagi dengan norma-norma atau aturan-aturan yang ada di lingkungan



tersebut.



Hal



ini



dikarenakan



banyaknya



terjadi



kemunduran dalam fisiknya yang berakibat berdampak pada moralnya. Contohnya saja usia dewasa akhir tidak lagi memikirkan perasaan malu ketika mandi bahkan buang air besar atau buang air kecil dibantu oleh orang lain. Usia dewasa akhir ini hanya bisa pasrah dengan keadaan kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya dan justru ia menyadari bahwa ia membutuhkan bantuan orang lain dalam berbagai hal. Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena



berbagai



keterbatasan



yang



dimilikinya.



Keadaan



ini



mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya komitmen. Dikarenakan usia dewasa akhir lebih sedikit berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Pada usia ini lah justru lebih ia membutuhkan perhatian yang lebih dari keluarga terdekat untuk menguatkan diri dan membantu memunculkan kepercayadirian agar tetap bersemangat dalam menjalankan kehidupan meskipun mulai terjauh dari lingkungan masyarakat. Menurut Erikson, perkembangan psikososial masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.



17



1.



Perkembangan Keintiman Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan



orang



lain



akan



terisolasi.



Menurut



Erikson,



pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir. 2.



Perkembangan Generatif Generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa. Ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.



3.



Perkembangan Integritas Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan bebrbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas



adalah



keputusan



tertentu



dalam



menghadapi



perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.Tahap integritas ini ini dimulai kirakira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang tengah



18



berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang usia lanjut. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak menrasa berdaya. Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan sosial: a. Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari peran dan aktifitas selama ini. b. Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu memikirkan diri sendiri secara berlebihan. c. Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya. d. Pada saat kematian semakin mendekat, oran ingin seperti ingin membuang semua hal yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi. 2.4.



Implikasinya dalam Pendidikan



Implikasi



masa



dewasa



pada



dunia



pendidikan



berarti



menghubungkan peranan apa bagi orang dewasa dalam dunia pendidikan. Dalam konteks ini, orang dewasa dapat berperan sebagai guru, orang tua, staff-staff di sekolah dan juga masyarakat. 2.4.1.



Peran Orangtua Orangtua memegang peranan penting dalam membimbing dan



mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak. Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik formal maupun nonformal. Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Selain itu pendidikan nonformal menanamkan tata nilai yang



19



serba luhur atau akhlak mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orang tua di rumah. 2.4.2.



Pihak Sekolah atau Guru Orangtua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling



berkaitan dan memiliki keterkaitan kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan ”buah jatuh tak jauh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak. Agar orangtua dan sekolah tidak salah dalam mendidik, harus terjalin kerjasama baik antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya dirumah dan disekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru. Agar berjalan dengan baik kerja sama diantara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak didik. Peran yang dapat dijalankan oleh seorang pendidik atau guru diantaranya: a.



Membangkitkan motivasi



b.



Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik



c.



Memberi sebuah penghargaan atau hadiah



d.



Mengadakan persaingan untuk memicu semangat



e.



Memberikan pujian



f.



Memberikan hukuman



g.



Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar



2.4.3.



Peran Masyarakat dan Pemerintah Desentralisasi pendidikan memerlukan partisipasi masyarakat.



Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai pada ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya. Dalam hal ini tujuan partisipasi sebagai upaya



20



peningkatan mutu pada satuan pendidikan cukup variatif. Bentukbentuk partisipasi masyarakat diantaranya, yaitu dengan pihak masyarakat bermusyawarah dengan sekolah, pemerintah menyediakan sarana prasarana sekolah, komite sekolah berpartisipasi aktif, pemanfaatan potensi yang ada, dan gotong royong mencapai suatu kesepakatan, mempersiapkan SDM secara profesional, meningkatkan mutu pendidikan, melindungi hak peserta didik dalam menuntut ilmu dan lain-lain.



BAB III PENUTUP



3.1.



Kesimpulan Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Perkembangan intelek telah tercapai pada masa adolesen. Beberapa ahli psikologi dan pengukuran menyatakan bahwa pada masa dewasa muda tidak ada peingkatan IQ yang berarti. Menurut Hurlock yang dapat dicapai individu di usia dewasa madya, tidak hanya kesuk-sesan secara financial, melainkan juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Biasanya usia pencapaian terjadi antara 40-50 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya. Kemerosotan intelektual lansia pada umumnya merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan, atau depresi. Tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Perubahan yang bersifat psikis pada masa dewasa madya diantaranya terjadinya kegoncangan jiwa, solah-olah tidak menerima suatu kenyataan. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan



fungsional,



keadaan



depresi



dan



ketakutan



akan



mengakibatkan lansia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lansia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit menyesuaikan diri pada masamasa selanjutnya



21



22



Perkembangan sosiologi masa dewasa dini ini dibagi menjadi 4 pendekatan klasik yaitu Normative-Stage Models, Timing of Events Model, Trait Model, dan Typological Models. Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40-60 tahun. Ciri-ciri yang menyangkut social dan moral pada masa ini diantaranya adalah masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Akibat perubahan Fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Implikasi



masa



dewasa



pada



dunia



pendidikan



berarti



menghubungkan peranan apa bagi orang dewasa dalam dunia pendidikan. Dalam konteks ini, orang dewasa dapat berperan sebagai guru, orang tua, staff-staff di sekolah dan juga masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Evo, D. (2014, Februari 15). Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Retrieved Februari 22, 2016, from edukasi.kompasiana.com: http://edukasi.kompasiana.com/2014/02/15/peran-pemerintah-dalammeningkatkan-mutu-pendidikan-633458.htm Hakim, L. (2013, Juni 13). Masalah Psikologi Perkembangan Masa. Retrieved Februari 21, 2016, from kompositisme.blogspot.com: http://kompositisme.blogspot.com/2013/06/makalah-psikologi-perkembanganmasa.html Haryanto. (2010, Oktober 30). Perkembangan Psikologi Masa Dewasa Akhir. Retrieved Februari 20, 2016, from belajarpsikologi.com: http://belajarpsikologi.com/perkembangan-psikososial-masa-dewasa-akhir/ Memahami Perkembangan Dewasa. (2011, September 27). Retrieved Februari 25, 2016, from psikology09b.blogspot.co.id: http://psikology09b.blogspot.co.id/2011/09/memahami-perkembangan-emosi.html Periode Perkembangan Masa Dewasa. (2014, September 14). Retrieved Februari 25, 2016, from vivisophieelfada.blogspot.co.id: http://vivisophieelfada.blogspot.co.id/2014/09/periode-perkembangan-masadewasa.html Perkembangan Orang Dewasa. (2012, Januari). Retrieved Februari 24, 2016, from sanatha.blogspot.co.id: http://sanatha.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-falsefalse-false-en-us-x-none.html Salwinsah. (2010, September). Peranan Orangtua Sekolah dan Guru dalam Mensukseskan Pendidikan. Retrieved Februari 22, 2016, from salwintt.wordpress.com: https://salwintt.wordpress.com/artikel/109-2/perananorangtua-sekolah-dan-guru-dalam-mensukseskan-pendidikan/ Sunarto. (2003). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Yusuf, S., & Sugandhi, N. M. (2014). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.



23