Makalah (Rene Descartes) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masa setelah abad pertengahan adalah masa modern, meskipun tidak jelas kapan berakhirnya abad pertengahan itu, tetapi ada hal-hal yang jelas menandai masa modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Rene Descartes dinggap sebagai bapak aliran filsafat pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan filsafat yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-benderang. Cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada). Rene Descartes adalah seorang filosof yang juga sangat terkenal di eranya. Pendapatnya amengenai manusia sangat unik dan berbeda dari yang lain yakni, Descrates berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek. Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan, dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan dalildalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan kuantitatif. Descartes mengatakan bahwa kemampuan berpikir manusia yang sekarang tidak lagi semurni dan sekokoh sebagaimana jika manusia menggunakan nalarnya sendiri sejak dilahirkan karena sejak kecil cara berpikir manusia sudah dipengaruhi oleh cara berpikir orang lain yang ditanamkan melalui pendidikan.



1.2 Rumusan Masalah 1. Siapakah Rene Descartes?



2. Apa metode yang digunakan Rene Descartes? 3. Apa pengaruh metodologi Rene Decrates? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami biografi Rene Descartes. 2. Untuk mengetahui dan memahami metode pemikiran Rene Descartes. 3. Untuk mengetahui pengaruh metodologi Rene Descartes. 1.4 Manfaat 2. Dapat memahai biografi Rene Descartes secara benar dan menyeluruh. 3. Dapat memahami metode pemikiran Rene Descartes dan mengetahui pengaruhnya di zaman modern.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Biografi Rene Descartes Descartes lahir pada tanggal 31 Maret 1596 di La Haye Totiraine, sebuah daerah kecil di Perancis Tengah, adalah anak ketiga dari seorang parlemen Britagne. Pada 1597, ketika berusia 1 tahun, ibunya meninggal. Peristiwa itu sangat membekas pada dirinya dan berakibat timbulnya sifat selalu khawatir di kemudian hari. Pada 1604 hingga 1612, ia belajar di Callege des Jesuites de la



Fleche. Di sana ia belajar logika, filsafat



matematika dan fisika. Descartes sejak 1621 sering melakukan berbagai perjalanan ke berbagai negara: Swiss, Belanda, Italia, tinggal di Prancis pada 1625 – 1628, serta sibuk dengan kegiatan ilmiah, khususnya dalm bidang ilmu eksakta dan filsafat. Pada 1628, ia pindah ke negeri Belanda dan tinggal di sana sampai 1649. Ia banyak mengarang ilmu pasti, filsafat, dan metodologi. Pada tahun 1649 hingga 1650 ia berada di Swedia selama satu tahun atas undangan Ratu Christine yang ingin mempelajari filsafat Descartes. Di sana ia sakit radang paru-paru dan meninggal pada 11 Februari 1650 di usia 54 tahun. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Prancis pada 1667, dan tengkoraknya disimpan di Museum d’Historie Naturelle, Paris. Beberapa karyanya dapat disebutkan antara lain: Discours de la Methode yang diterbitkan pada 1637 sebagai pengantar bagi ketiga esainya. Dioptrique, dan Geometrie (bagian dari Traite du Honde). Kemudian diikuti oleh penerbitan Meditations Methaphysiques di Paris dan Principes de la Philoshopie yang dipersembahkan kepada sahabat penanya, Putri Elizabeth de Boheme.1 Rene Descartes juga memberikan pengaruh yang besar dalam mewarnai dunia filsafat. Ia merupakan pemula dari era filsafat modern. Kata modern tersebut digunakan untuk menunjukan suatu filsafat yang mempunyai corak yang sangat berbeda, bahkan berlawanan dengan corak filsafat pada abad pertengahan Kristen. Corak utama filsafat modern yang dimaksud ialah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa Yunani kuno. Descartes adalah anak yang sangat cerdas, suka berpikir, dan suka menyendiri. Pada waktu ayahnya meninggal dan saudara kandungnya menikah, ia tak mau datang. Pada usia 8 tahun, 1606, ia masuk Royal College La Fleche yang dikelola pastur-pastur 1



Zubaedi, Filsafat Barat dari Logika Baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Kuhn. 2007. Hlm. 17.



Yesuit. Ia belajar di tempat itu selama 8 tahun. Tahun 1614 ia meninggalkan La Fleche. Ia taat mengerjakan ibadah menurut ajaran agama Katholik, tetapi ia juga menganut Galileo yang pada masa itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh Gereja. Tergambar jelas dari tulisan-tulisannya bahwa Descartes adalah seseorang yang teguh kepercayaannya pada Tuhan. Dia menganggap dirinya sebagai Katholik yang patuh, akan tetapi Katolik tidak menyukai pandangan-pandangannya, dan hasil karyanya digolongkan ke dalam "index" buku-buku yang terlarang dibaca. Bahkan di kalangan Protestan Negeri Belanda (waktu itu mungkin negeri yang paling toleran di Eropa), Descartes dituduh seorang atheist dan menghadapi kesulitan dengan penguasa. Descartes mendapat pelajaran bahasa Yunani, Latin, Perancis, musik, drama, mengarang, bermain anggar, dan naik kuda. Pada tahun kuliah terakhir ia belajar filsafat, moral, dan matematika. Tapi ilmu pengetahuan yang ia terima hanya menimbulkan keraguan dalam jiwanya kecuali matematika. Karena kesehatannya lemah, ia diperbolehkan terlambat kuliah atau tidak mengikuti kuliah. Meskipun demikian pada tahun 1616 pada umur 20 tahun, ia berhasil mendapat gelar ahli hukum di Universitas Poitiers. Konon ia juga sempat belajar ilmu kedokteran di universitas yang sama selama dua tahun. Sesudah itu ia mengembara ke Belanda selama dua tahun (1617-1619) untuk menjadi relawan sebagai tentara Belanda. Di Belanda Descartes menghasilkan karya ilmiah yang disebut Le Monde atau The World yang ia akan mempublikasikan pada tahun 1634. Pada titik itu, bagaimanapun, dia mengetahui bahwa Galileo telah dikutuk oleh Gereja untuk mengajar Copernicanism. Pada tahun 1638 Descartes menerbitkan sebuah buku yang berisi tiga esai pada mata pelajaran matematika dan ilmiah dan Discourse on Method. Setelah tinggal singkat di militer, Descartes mulai menjalani kehidupannya yang tenang. Melanjutkan upaya intelektual, menulis esai filsafat, dan menjelajahi dunia ilmu pengetahuan dan matematika. Pada tahun 1637, ia menerbitkan “geometri”, di mana kombinasi aljabar-nya dan geometri analitis melahirkan geometri, lebih dikenal sebagai Cartesian Geometri. Pada tahun 1649, Ratu Christina dari Swedia membujuk Descartes untuk datang ke Stockholm. Ia harus pindah ke Swedia untuk mengajari Ratu Christina dalam hal filsafat. Sayangnya, Ratu mempunyai jadwal yang disiplin yaitu bangun pagi-pagi dan ia ingin memulai pelajaran pada pukul 5:00 pagi. Jadwal membuat Descartes yang



mempunyai kesehatan kurang baik menjadi rapuh,dia tertular radang paru-paru, dia meninggal pada 11 Februari 1650 pada usia 54 tahun.2 2.2 Metode Kesangsian Rene Descrates Descartes dipandang sebagai Bapak Filsafat Modern. Julukan ini tidak berlebihan, sebab sejak Descartes kesadaran betul-betul digumuli dalam filsafat. Di samping itu, Descartes juga berusaha memberi pendasaran metodis yang baru dalam filsafat. Dengan metode, Descartes memahaminya sebagai aturan-aturan yang dapat dipakai untuk menemukan fundamentum certum et inconcussum veritatis (kepastian dasariah dan kebenaran yang kokoh). Metode itu disebutnya “le doute methodique” (metode kesangsian). Jadi, berfilsafat bagi Descartes berarti melontarkan persoalan metafisis untuk menemukan sebuah fundamen yang pasti, yaitu suatu titik yang tidak bisa goyah seperti aksioma matematika.3 Untuk menemukan titik kepastian itu Descartes mulai dengan sebuah kesangsian atau segala sesuatu.4 Umpamanya, dia mulai dengan menyangsikan apakah asas matematika dan pandangan-pandangan metafisis yang berlaku tentang dunia materialdan dunia rohani itu bukan tipuan belaka dari semacam iblis yang sangat cerdik. Misalkan saja, kita benar-benar tertipu habis-habisan sehingga kita betul-betul dipermainkan oleh khayalan-khayalan, lalu apakah yang bisa kita jadikan pegangan? Menurut Descartes, sekurang-kurangnya “aku yang menyangsikan” bukanlah hasil tipuan. Semakin kita dapat menyangsikan segala sesuatu , entah kita sungguh ditipu atau ternyata tidak, termasuk menyangsikan bahwa kita tidak dapat menyangsikan , kita semakin mengada (exist). Justru kesangsianlah yang membuktikan kepada diri kita bahwa kita ini nyata. Selama kita ini sangsi, kita akan merasa semakin pasti bahwa kita nyata-nyata ada. Jadi meski dalam tipuan yang lihai, kepastian bahwa “aku yang menyangsikan” itu ada tak bisa dibantah, juga seandainya Allah itu penipu sekalipun. Menyangsikan adalah berfikir, maka kepastian akan eksistensiku dicapai dengan berfikir. Descertes kemudian mengatakan je suis je pense donc atau cogito ergo sum (aku berfikir,maka aku ada). Yang ditemukan dengan metode kesangsian adalah kebenaran dan kepastian yang kokoh, yaitu “cogito” atau kesadaran diri. Cogito itu kebenaran dan kepastian yang tak 2



http://www.pengen-ilmu.co.cc/p/biografi-singkat-rene-descartes.html F. Budi Hardiman, Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, 2011 , hlm. 33 4 Lih. Copleston, F., Volume 4, hlm. 100. 3



tergoyahkan karena aku mengertinya secara jelas dan terpilah-pilah claire et (distincte). Cogitoini tidak ditemukan dengan deduksi dari prinsip-prinsip umum atau dengan intuisi. Kedua metode tredisional ini bisa dipakai untuk membenarkan wahyu, padahal yang disebut wahyu itu bisa disangsikan dan filsafat tidak mengizinkan ketidakpastian. Cogito ditemukan lewat pikiran kita sendiri, sesuatu yang dikenali melalui dirinya sendiri, tidak melalui kitab suci, dongeng, pendapat orang, prasangka dan seterusnya. Kesangsian Descartes ini sedemikian radikal, tetapi kesangsian ini hanya sebuah metode untuk menemukan dasar yang kokoh untuk kenyataan. Di sini kendatipun metode yang ditemukan baru, dia sebetulnya tetap memiliki minat metafisika. Kesangsiannya bersifat metodis, maka bukanlah sebuah skeptisisme seperti yang kita jumpai dalam pikiran Hume nanti. 2.2.1 IDEA-IDEA BAWAAN DAN SUBSTANSI Kesangsian metodis sudah menemukan cogito, yakni subjektivitas, pikiran atau kesadaran. Descartes lalu menyebut pikiran sebagai adea bawaan yang sudah melekat sejak kita dilahirkan di dunia ini. Dia menyebutnya res “cogitans” . Dalam kenyataan, aku ini bukan hanya pikiran, tetapi juga sesuatu yang bisa diraba dan dilihat. Kejasmanianku ini bisa saja merupakan kesan yang menipu , tetapi bahwa kesan itu ada sejak lahir meskipun tidak selalu sempurna, menunjukkan bahwa kejasmanian juga merupakan sebuah idea bawaan. Descartes menyebutnya keluasan atau “res extensa”. Akhirnya, dia juga berpendapat bahwa aku juga memiliki idea tentang yang sempurna. Lalu, dia mengatakan bahwa Allah juga merupakan idea bawaan. Pertanyaannya sekarang, apakah ketiga idea itu hanya ada dalam pikiran kita atu merupakan kenyataan di luar pikiran juga? Bahwa kita memiliki idea pikiran, Allah dan keluasan apakah menunjukkan adanya ketiganya itu. Tentang yang pertama, Descartes sudah mengatakan bahwa aku berfikir maka ada. Maka pikiran adalah suatu substansi, yaitu kenyataan yang berdiri sendiri dan disebutnya jiwa. Tentang keluasan dan kejasmanian, Descartes mengatakan bahwa mustahil Allah yang maha benar itu menipu kita tentang adanya kejasmanian. Karena itu, materi adalah juga suatu substansi. Ahirnya Allah sendiri itu suatu substansi maka Allah itu ada. Menyimpulkan bahwa kita memiliki idea Allah, maka Allah ada disebut argumen ontologis. Di sini Descartes termasuk filsuf yang membuktikan adanya Allah sejalan dengan Anselmus dan Thomas. Lebih dari itu, Descartes sebetulnya mengandaikan



bahwa adanya Allah menjadi ukuran segala pengetahuan, termasuk menjamin aku yang menyangsikan dapat mencapai kebenaran. 2.2.2 HUBUNGAN JIWA DAN BADAN Descartes sudah mengatakan bahwa aku terdiri dari dua substansi, yakni jiwa dan materi atau badan jasmaniah. Lalu dia membedakan manusia dari hewan pada rasio yang tak lain adalah jiwa. Manusia yang paling dungu sekalipun, menunjukkan kebebasan karena memiliki jiwa. Yang sama pada manusia dan hewan adalah tubuhnya, maka tubuh manusia pun sebenarnya bersifat otomatis, tidak bebas, tunduk pada hukum-hukum alam. Descartes menyebut badan sebagai otomaton atau mesin yang bisa bergerak sendiri. Badan bisa bernafas, mengedarkan darah, mencerna makanan dan seterusnya tanpa campur tangan pikiran atau jiwa. Dalam manusia jiwa mengendalikan mesin ini. Di sini pandangan antropologis Descartes disebut dualisme, yakni pandangan yang menganggap bahwa jiwa dan badan adalah dua realitas terpisah. Pandangan ini dalam filsafat sudah dianut sejak Plato. Untuk menjelaskan adanya hubungan jiwa dan badan dalam manusia, Descartes menunjuk sebuah kelenjar kecil di otak sebagai semacam jembatan. Namanya glandula pinealis . Adanya kelenjar ini memungkinkan tubuh manusia berjingkrak-jingkrak atau berjalan lunglai sementara jiwanya bahagia atau bersedih. ETIKA Pandangan dualistis juga terdapat dalam ajaran etis Descartes. Dia menekankan pentingnya mengendalikan hasrat-hasrat dalam badan kita, sehingga jiwa semakin menguasai tingkah laku kita. Dengan cara itu manusia bisa menjadi makhluk yang memiliki kebebasan spritual. Hasrat atau nafsu dimengerti sebagai keadaan pasif dari jiwa. Ada enam nafsu pokok, yakni: cinta, kebencian, kekaguman, gairah, kegembiraan dan kesedihan. Jika manusia mampu mengendalikan keenam nafsu ini, dia akan terbebas dari independen. Akan tetapi Descartes beranggapan bahwa otonomi manusia tidak pernah mutlak, sebab kebebasannya dituntun berdasarkan penyelenggaraan ilhi.



Dualisme Cartesian yang dijelaskan diatas di kemudian hari menimbulkan kesulitan. Bukan hanya itu, filsafat Descartes juga mewariskan problem mendasar. Dengan cogito , dia mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran melukiskan kenyataan di luar kesadaran itu, dan dengan cara menyadari kesadaran kita sendiri (refleksi-diri), kita mengenali kenyataan di luar diri kita. Teori macam ini disebut representasionisme. Masalahnya di sini adalah bahwa lukisan belum tentu menampilkan kenyataan. Jurang antara pikiran dan kenyataan di luarnya masih menganga. Dari antara dua tepian jurang itu, Descartes menginjak pada satu tepi, yaitu: pikiran dan dengan kecenderungan ini dia mengawali sebuah aliran besar filsafat yang disebut rasionalisme. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh hanya dari rasio atau kesadaran kita dan bukan dari kenyataan material di luarnya. Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayakan-khayalan. Descartes menginginkan cara yang baru dalam berfikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, cogito ergo sum (saya berfikir, maka saya ada). Jelasnya bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian. Adapun teori berpikir yang rasionalistis menurut Rene Descartes adalah sebagai berikut : Dalam penyelesaian masalah tidak boleh menerima begitu saja hal-hal yang belum diyakini kebenarannya. Menganalisis dan mengklarifikasikan setiap permasalahan melalui pengujian yang teliti ke dalam sebanyak mungkin bagian yang diperlukan bagi pemecahan yang memadai. Menggunakan pikiran dengan cara diawali dengan menganalisis sasaran-sasaran yang paling sederhana dan paling mudah untuk diungkapkan. Dalam setiap permasalahan dibuat uraian yang sempurna serta dilakukan peninjauan kembali secara umum.



2.3 Pengaruh Filsafat Modern Hingga Masa Sekarang Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: (zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan (zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.



Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519),



Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru. Sekalipun demikian, Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun yang dianggapnya pasti. Rene Decartes dikenal sebagai ahli filsafat modern pertama yang besar. Ia juga penemu biologi modern, ahli fisika, dan matematika. bahkan dipanggil “Penemu Filsafat Modern” dan “Bapak Matematika Modern”, Rene Descartes sebagai salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad ke-17 dan 18. Descartes adalah salah satu representasi dari semangat manusia modern yang telah mengalami kelahiran kembali. sebuah semangat yang telah demikian tua sekarang semakin tampak mulai lelah. Sebab,kita semakin bisa maklum akan apa yang dimaksud Descartes dengan (ilmu) pengetahuan. Dengan pengetahuan jenis ini , ia menawari kita menjadi le maitres et pressure de la nature, pangeran yang gilang gemilang dengan cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Descartes adalah pioner dalam filsafat modern, ia merupakan pelopor renaissance. Sehingga dia disebut sebagai Bapak filsafat modern. Pengguanaan rasio untuk mengungkapkan misteri kebenaraan sangatlah sesuai, ia beranggapan rasio adalah segalanya bagi diri manusia. Kelebihan pemikiran Rene Descartes terletak pada metode keragu-raguan untuk mencapai kebenaran, yang kemudian menjadi prinsip filosofisnya yaitu cogito ergo sum yang artinya “aku berpikir maka aku ada”. Epistimologi Descartes dalam mencapai pengetahuan bertolak pada akal sebagai titik sentral dari semua pengetahuan, dengan segala peranannya Rene Descartes akhirnya dijuluki sebagai “Bapak Filsafat Modern”. Descartes salah satu representasi dari semangat manusia modern yang telah mengalami kelahiran kembali. sebuah semangat yang telah demikian tua sekarang semakin tampak mulai lelah. Sebab,kita semakin bisa maklum akan apa yang dimaksud Descartes dengan (ilmu) pengetahuan. Dengan pengetahuan jenis ini, ia menawari kita menjadi le maitres et pressure de la nature, pangeran yang gilang gemilang dengan cahaya ilmu dan menjadi penguasa dunia.