Makalah Reportase [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang             Kehadiran media massa di tengah perkembangan Ilmu dan teknologi semakin terasa penting. Informasi yang disajikan kepada khalayak pun harus semakin cepat dan tepat. Ketidaktepatan informasi yang sampai kepada khalayak akan menimbulkan ketidakpercayaan khalayak terhadap media massa tersebut dan ketidak tepatan menyampaikan informasi akan mengurangi kepercayaan pembaca. Perkembangan teknologi yang semakin canggih, menuntut kita sebagai manusia untuk memperoleh pengetahuan yang luas dengan memilih segala bentuk informasi penting melalui dari berbagai media. Reportase merupakan salah satu sumber informasi yang dianggap penting untuk di konsumsi. Selain itu, untuk memeperoleh informasi yang akurat, maka reportase lah solusinya. Berangkat dari permasalahan di atas, perlu kiranya kita mengkaji tentang reportase yang kami mulai dari pengertian sampai teknik penulisan reportase yang baik.            



1.2  Rumusan Masalah



Apa pengertian reportase? Apa saja jenis-jenis reportase? Apa saja strategi materi dalam reportase?



1



Bagaimana bentuk arus informasi dalam reportase ? Bagaimana jenis kelayakan berita dalam reportase ? Bagaimana tahapan-tahapan dalam menulis berita dalam reportase ? Bagaimana teknik menulis hasil reportase?



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Reportase TV dan Radio Penyiaran atau biasa kita kenal dengan nama broadcasting telah terjadi sejak ide itu diciptakan hingga disebarluaskan. Langkah-langkahnya meliputi penggagas ide yang dalam hal ini adalah komunikator, kemudian ide itu diubah menjadi suatu bentuk pesan yang dapat dikirimkan baik verbal maupun non-verbal melalui saluran dan atau sarana komunikasi yang memungkinkan pesan itu mampu menjangkau ranah umum atau istilahnya adalah komunikan. Adanya suatu penyiaran ditentukan oleh tiga unsur yaitu studio, transmitter, dan pesawat penerima. Ketiga unsur ini kemudian disebut Trilogi Penyiaran. Paduan ketiganya ini yang kemudian akan menghasilkan siaran yang dapat diterima oleh pesawat penerima radio maupun televisi. Studio adalah tempat dan sistem yang cukup berperan dalam stasiun penyiaran. Sebagai sub-sistem yang terintegrasi secara total, bagian studio memberikan andil untuk penyediaan program-program reguler yang sifatnya berhubungan. Sistem studio pada umumnya terintegrasi dari berbagai unit sistem seperti bagian audio, video sistem, dan pencahayaan serta dilengkapi prasarana seni atau gambar sebagai pendukung produksi khususnya untuk produksi audiovisual. Studio merupakan tempat produksi informasi sekaligus menyiarkan, yakni mengubah



2



ide dan gagasan menjadi bentuk pesan baik gambar maupun suara. Studio sebagai penyuplai program acara dibagi dalam dua kategori besar: 1.    Siaran Langsung (Program berita yang memiliki kekuatan informasi untuk segera disiarkan) 2.    Siaran Rekam (Program acara yang direkam terlebih dahulu baik program acara nondrama seperti musik, olah raga dan drama) Untuk transmitter, ini merupakan salah satu unsur dalam proses penyiaran yang berfungsi mengantarkan gambar dan suara dari studio berupa gelombang elektromagnetik yang membawa muatan informasi untuk dipancarkan atau disalurkan melalui kabel atau serat optik. Ada tiga cara sistem satelit komunikasi Sistem DBS (Panduan Satelit Penyiaran), Sistem Semi DBS, serta Sistem Gabungan (penyaluran dan satelit). Pesawat Penerima merupakan alat yang berfungsi mengubah gelombang eektromagnetik yang membawa muatan informasi berupa signal suara dan signal gambar proyeksi menjadi bentuk pesan yang dapat dinikmati. Pancaran gelombang elektromagnetik yang membawa muatan signal suara yang terbentuk melalui microphone, kemudian pancaran ini diterima oleh sistem antena untuk diteruskan ke pesawat penerima, dan signal suara itu diubah kembali menjadi suara di dalam audio loudspeaker. Proses ini menghasilkan siaran radio, sedangkan gelombang elektromagnetik yang masih membawa signal suara, yang dihasilkan oleh microphone dan signal gambar proyeksi, yang dihasilkan oleh sisten lensa dan kemudian diubah menjadi signal gambar di dalam tabung pengambil gambar maka proses ini menghasilkan siaran televisi. Produk



Penyiaran merupakan



kegiatan



penyelenggaraan



siaran,



yaitu



rangkaian mata acara dalam bentuk audio, suara atau visual gambar yang dtransmisikan dalam bentuk signal suara atau gambar, baik melalui udara maupun melalui kabel dan atau serat optik yang dapat diterima oleh pesawat penerima



3



dirumah-rumah. Siaran adalah benda abstrak yang sangat potensial untuk dipergunakan mencapai tujuan yang bersifat idiil maupun material. Siaran merupakan hasil kerja kolektif yang memerlukan dana yang besar banyak tenaga yang kreatif dan profesional serta sarana elektris canggih yang harganya relatif mahal. Karena itu produksi Siaran sebenarnya merupakan produksi massal yang memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, hiburan dan pendidikan kepada sebagian besar khalayaknya, dengan biaya yang cukup besar dan tentu saja berdampak yang besar pula kepada masyarakat umum. Penyiaran atau broadcasting tentu saja berdampak besar terhadap masyarakat umum dimana itu bisa menjadi alat propaganda atau sejenisnya. Namun dari hal itu, tidak dapat dipungkiri bahwa penyiaran merupakan metode termudah untuk menyebarkan berita-berita yang baik pula. Disini akan dibahas mengenai dampakdampak baik positif maupun negatif dari penyiaran tersebut. Dan tidak lupa akan dibahas sekilas sejarahnya. Cakupan yang akan dibahas di dalam penulisan ini adalah lingkup sejarahnya di dunia seputar penyiaran baik televisi maupun radio. TELEVISI DAN RADIO, SEKILAS SEJARAH PENYIARAN DI DUNIA. Media penyiaran di dunia dimulai ketika seorang ahli fisika dari Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Upaya Hertz kemudian dilanjutkan oleh Guglielmo Marconi (1874-1937) dari Italia yang sukses mengirimkan Sinyal Morse. Sinyal yang dikirim Marconi berhasil menyebrangi Samudra Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Sebelum Perang Dunia I meletus, Reginald Fessenden dengan bantuan perusahaan General Electric Corp. Amerika Serikat berhasil menciptakan pembangkit gelombang radio kecepatan tinggi yang dapat mengirim suara manusia dan juga musik. Sementara itu tabung hampa udara yang ketika itu bernama audion berhasil pula diciptakan. Penemuan audion menjadikan penerimaan gelombang radio menjadi



4



lebih



mudah.



Beralih ke radio, awalnya alat ini cenderung diremehkan dan perhatian kepada penemuan baru itu hanya terpusa sebagai alat teknologi transmisi. Radio lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintahan untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita. Radio lebih banyak dimanfaatkan para penguasa untuk tujuan yang berkaitan dengan ideologi dan politik secara umum. Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909 ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat sehingga semua orang mulai melirik media ini. Pesawat radio pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar dan tidak menarik serta selit untuk digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari baterai yang berukuran besar. Menggunakan pesawat radio ketika itu membutuhkan kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai. Tahun 1926, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan listrik yang ada dirumah hingga lebih praktis. Menggunakan dua knop untuk mencari sinyal, antena dan penampilannya yang lebih baik menyerupai peralatan furniture. Tahun 1925 sampai dengan tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa. Stasiun pertama muncul ketika seorang ahli teknik nernama Frank Conrad di Pittsbrugh AS, pada tahun 1920 secara iseng-iseng sebagai bagian hobi, membangun sebuah pemancar radio digarasi rumahnya. Conrad menyiarkan lagu-lagu, mengumumkan hasil pertandingan olahraga dan menyiarkan instrumen musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil mendapatkan banyak pendengar seiring juga meningkatnya penjualan pesawt radio ketika itu. Stasiun radio yang dibangun Conrad itu kemudian diberi nama KDKA dan masih



5



mengudara hingga saat ini, menjadikannya sebagai stasiun radio tertua di Amerika dan mungkin juga di dunia. Seiring dengan munculnya berbagai stasiun radio, peran radio sebagai media massa semakin besar dan mulai menunjukkan kekuatannya dalam mempengaruhi masyarakat. Pada tahun 1983, masyarakat Manhattan, New Jersey, Amerika Serikat panik dan geger serta banyak yang mengungsi keluar kota ketika stasiun radio CBS menayangkan drama radio uyang menceritakan makhluk ruang angkasa menyerang bumi. Meskipun sudah dijelaskan bahwa peristiwa penyerbuan itu hanya ada dalam siaran radio. Namun kebanyakan penduduk tidak langsung percaya. Dalam sejarah siaran, peristiwa itu dicatat sebagai efek siaran paling dramatik yang pernah terjadi di muka bumi. Untuk televisi, prinsipnya dikemukakan oleh Paul Nipkow dari jerman pada tahun 1884 namun pada tahun 1928, Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau iconoscope bekerja mengubah gambar dari bentuk gambar optis kedalam sinya elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan kedalam gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Farnsworth berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939.



Kemunculan televisi pada awalnya ditanggapi biasa saja oleh masyarakat. Harga pesawat televisi ketika itu masih mahal, selain itu belum tersedia banyak programuntuk disaksikan. Pengisi acara televisi pada masa itu bahkan meragukan masa depan televisi, mereka tidak yakin televisi dapat berkembang dengan pesat. Pembawa acara televisi ketika itu, harus mengenakan make up biru tebal agar dapat terlihat normal ketika muncul di layar televisi. Mereka juga harus menelan tablet



6



garam untuk mengurangi keringat yang membanjiri di badan mereka karena intensitas cahaya lampu studio yang sangat tinggi. Perang Dunia ke-2 sempat menghentikan perkembangan televisi. Namun setelah perang usai, teknologi baru yang telah disempurnakan selama perang, berhasil mendorong kemajuan televisi. Kamera televisi baru tidak lagi membutuhkan banyak cahayasehingga para pengisi acara di studio tidak lagi kepanasan. Selain itu layar televisi sudah menjadi lebih besar, terdapat lebih banyak program yang tersedia dan sejumlah stasiun televisi lokal mulai membentuk jaringan. Masa depan televisi mulai terlihat menjanjikan. Stasiun televisi lokal selain menayangkan program lokal juga bekerjasama dengan tiga televisi jaringan yaitu CBS, NBC dan ABC. Sebagaimana radio, ketiga televisi jaringan itu menjadi sumber program utama bagi stasiun yang berhubungan. Semua program televisi pada awalnya ditayangkan dalam siaran langsung (live). Pertunjukkan opera di New York menjadi program favorit televisi dan disiarkan secara langsung. Ketika itu belum ditemukan kaset penyimpan suara dan gambar (videotape). Pengisi acara televisi harus mengulang lagi pertunjukannya beberapa kali agar dapat disiarkan pada kesempatan yang lain. Barylah pada tahun 1956, Ampex Corporation berhasil mengembangkan videotape sebagai saran yang murah dan efisien untuk menyimpan suara dan gambar program televisi. Pada awal tahun 1960an hampir seluruh program yang pada awalnya disiarkan secara langsung, diubah dan disimpan dalam videotape. Pesawat televisi berwarna mulai diperkenalkan kepada publik pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna dilaksanakan pertama kali oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna selama 3 jam setiap harinya. PENYIARAN DI INDONESIA Pada tahun 1911, Angkatan Laut Kerajaan Belanda pertama kali mengoperasikan fasilitas radio komunikasi di Sabang, pulau paling barat dari wilayah Hindia Belanda.



7



Fasilitas radio ini digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengatur lalu lintas kapal laut yang melintas Selat Malaka, jalur perdagangan yang sangat sibuk pada waktu itu. Setelah perang dunia pertama usai, tepatnya pada tahun 1925, di Jakarta berdiri Batavia



Radio



Society



atau



Radio



Batavia



Vereniging



(BRV),



sekelompok broadcaster yang mulai mengudarakan siaran tetap berupa pemutaran musik barat. Lahirnya BRV inilah yang mulai mengawali keberadaan radio siaran di Hindia Belanda. Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang. Pada saat itu radio siaran yang ada dihentikan. Kemudian Jepang mendirikan lembaga penyiaran baru yang dinamakan Hoso Kanri Kyoko dengan cabang-cabangnya di Jakarta, Bandung, Purwokerto, Semarang, Yogjakarta, Surakarta, Surabaya, dan Malang. Kedelapan stasiun daerah inilah yang kemudian menjadi embrio pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Pada sebuah pertemuan di Jakarta pada 11 September 1945 RRI didirikan oleh pemerintah Indonesia.



Menengok sejarah RRI berarti mencermati kembali sejarah masa awal kemerdekaan Indonesia. Radio mempunyai peran sentral dalam mengampanyekan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 kepada dunia. Berkat peran radio inilah masyarakat dunia mendengar proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan dukungan-pun segera mengalir dari negara-negara tetangga. Sejarah ini diukir oleh para angkasawan (penyiar radio) Ronodipuro dan Bachtar Lubis, dengan keberaniannya



yang



luar



biasa



mengudarakan



naskah



proklamasi



dan



mempropagandakan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terus menerus dari waktu ke waktu, mulai dari pukul 19.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945.



8



Sejarah sistem penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1962. Hari itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) lahir dan untuk pertama kalinya beroperasi. Dengan pemancar berkekuatan 100 watt, siaran pertama dilakukan untuk menyiarkan peringatan ulang tahun ke 17 proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada awalnya TVRI adalah proyek khusus untuk menyukseskan penyelenggaraan Asian Games ke 4 di Jakarta. Siaran TVRI sehubungan dengan Asian Games dikoordinir oleh Organizing Comitte Asian Games IV yang dibentuk khusus untuk event olah raga itu, di bawah naungan Biro Radio dan Televisi Departemen Penerangan. Mulai 12 November 1962 TVRI mengudara secara reguler setiap hari. Pada 1 Maret 1963 TVRI mulai menayangkan iklan seiring dengan



ditetapkannya



TVRI



sebagai



televisi



berbadan



hukum



yayasan



melalui Keputusan Presiden RI nomor 215 tahun 1963. Namun pada tahun 1981 dengan berbagai alasan politis TVRI tidak diijinkan lagi menayangkan iklan. Mulai tahun 1988 TVRI mulai mendapat teman dalam penyiaran di Indonesia. Pemerintah telah mulai mengijinkan televisi swasta beroperasi di Indonesia, RCTI (1988), SCTV (1989), TPI (1990), ANTV (1993), INDOSIAR (1995), dan lainnya. Itulah sejarah singkat mengenai broadcasting dunia dan penyiaran pertama di Indonesia. Oh iya. Tahukah kalian? TVRI juga pernah menyiarkan Anime loh judulnya “Zukkoke Sannin Gumi”.



9



2.2  Pengertian Reportase Menurut Yumaldi (2004), Reportase adalah kegiatan jurnalistik dalam meliput langsung peristiwa atau kejadian di lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian atau TKP (Tempat Kejadian Perkara) lalu mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut. Di sini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya, latar belakang peristiwa, maksud dan tujuan, dalam rangka apa peristiwa diadakan, hal serupa kapan pernah diadakan, dll. Menurut Steve Weinberg Reportase berasal dari bahasa Latin, reportare, yang berarti membawa pulang sesuatu dari tempat lain. Bila dikaitkan dengan kegiatan jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang jurnalis yang membawa laporan kejadian dari suatu tempat, di mana telah terjadi sesuatu. Sedangkan investigasi berasal dari bahasa Inggris investigative, yang asalnya juga dari bahasa Latin, vestigum artinya jejak kaki. Pada sisi ini menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta. Reportase investigasi merupakan sebuah kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan



yang



merugikan



kepentingan.



(http://muhammad-



husna.blogspot.com/2013/07/reportase-makalah-disusun-guna-memenuhi.html)             Kesimpulannya adalah reportase merupakan kegiatan dari dunia jurnalistik yang berupa pencarian data dan fakta secara mendalam sehingga dapat mengantarkan masyarakat kepada satu kesimpulan pendapat melalui berbagai media elektronik maupun media cetak.



2.2  Jenis-jenis Reportase



10



            Dari pengertian reportase di atas mengantarkan pembagian jenis terhadap reportase. Menurut Koesworo dkk membagi reportase menjadi:    1. Reportase Sederhana             Reportase sederhana merupakan laporan-laporan yang dibuat oleh wartawan yang disajikan secara sederhana. Reportase sederhana bisa berupa laporan hasil perjalanan keliling. Reportase sederhana juga berupa laporan atau deskripsi tentang suatu peristiwa atau kegiatan yang memperhitungkan nilai berita. Reportase sederhana dapat disamakan dengan reportase faktual yang dikemukakakan Jacob Oetama (1987;195), yaitu reportase yang melihat suatu peristiwa hanya dari satu dimensi, dimensi linier, kronologi kejadian, itupun dilakukan secara sekilas.



2. Reportase Mendalam JENIS-JENIS REPORTASE Ada 4 jenis reportase: 1.



Reportase Faktual



2.



Reportase Mendalam



3.



Reportase Komprehensif



4.



Reportase Investigasi (dibahas secara khusus)



Reportase Faktual (Factual Report) Walter Lipman menyebutkan bahwa taraf reportase faktual hanya mengumpulkan fakta-fakta yang sekadar tampak di permukaan,dan  kongkrit-kongkrit saja. Hal ini terjadi dikarena dalam reportase faktual sifatnya merupakan dasar untuk menjelajah lebih dalam lagi. Merupakan laporan dari satu aspek dan baru berfungsi yang mengisyaratkan terjadi suatu peristiwa.



11



Reportase jenis ini sifatnya hanya melihat dari satu aspek serta hanya sekadar merumuskan ungkapan kronologis kejadian dan dilakukan secara sekilas. Ciri-cirinya: 



Melaporkan fakta-fakta apa adanya.







Hanya melaporkan hanya dari satu dimensi saja.







Fakta-fakta dilihat dengan latar belakang dan kelanjutannya.







Dalam penulisannya cenderung deskriptif atau narasi



Reportase Mendalam (Depth Report) William L. Rivers, Bryce Mc Intyre and Alison Work dalam “Editorial” menyebutkan,jenis  reportase mendalam adalah jenis laporan yang sedikit berbeda dengan straight news. Wartawan mengumpulkan informasi dan fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut. Sebuah contoh dalam sebuah reportase mendalam tentang pidato pemilihan calon pemimpin. Dalam konteks peristiwa ini maka wartawan akan memasukkan isi dari pidato itu sendiri, dibandingkan dengan pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh calon pemimpin tersebut beberapa waktu lalu. Dalam jenis laporan ini memerlukan pengalihan informasi bukan opini reporter (wartawan). MV Kamath dalam “Profesional Journalism” menyebutkan bahwa reportase mendalam adalah laporan yang mengabarkan kepada pembaca mengenai keseluruhan apa yang terjadi dari peristiwa yang sedang terjadi.



12



Reportase Mendalam memfokus pada upaya penyajian informasi dan latarbelakang yang begitu detail. Jenis reportase ini, teknik penulisannya menggunakan feature acrticle atau news feature. Menurut Ferguson & Patten dalam “Journalism Today!”, tujuan dari reportase mendalam adalah  memberikan kelengkapan pengisahan (complete stories) – pengisahan dengan subtansinya. Ciri-cirinya: 



Fakta-faktanya lebih mendalam.







Adanya Informasi tambahan.







Melaporan secara menyeluruh dan detail sehingga tidak tersisa.







Tetap harus ada topik khusus yang dikupas.







Memuat penyajian tentang background informasi yang detail.







Dalam penyajian lebih banyak berkisah atau mengisahkan dengan teknik news fearture atau arcticle feature.







Data-data yang kuat sekali.



Reportase Komprehensif Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  mendefinisikan komprehensif sebagai 1.



Bersifat mampu menangkap (menerima) dng baik.



2.



Luas dan lengkap dalam ruang lingkup ataupun isinya.



3.



mempunyai dan memperlihatkan wawasan yang luas.



13



Dengan demikian maka reportase komprehensif adalah jenis laporan mengenai faktafakta peristiwa atau pendapat atau keduanya yang mengangkat suatu topik yang tengah diperbincangkan dalam masyarakat. Isinya mampu memberikan penjelasan-penjelasan secara detail dan lengkap kepada pembaca tentang topik itu dengan sisi yang luas. Yang bertujuan agar si pembaca mengetahui duduk persoalan yang hangat itu secara menyeluruh. Andreas Agung dalam paper “Dasar-Dasar Jurnalistik” menyebutkan bahwa reportase komprehensif merupakan pengembangan dari bentuk reportase interpretarif di mana selain dicari keterkaitan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya, juga menempatkannya dalam sistem sosial. Djudjuk



Juyoto



dalam



“Jurnalistik



Praktis”



mengatakan,



dalam



reportase



komprehensif mampu mengaktualkan dan menghangatkan kembali suatu peristiwa. Dia menjelaskan bahwa suatu peristiwa tidak mungkin berdiri tanpa adanya latar belakang dan tindak lanjutnya. Artinya, suatu peristiwayang terjadi berkaitan dengan peristiwa-peristiwa lainnya.  Ciri-cir M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. 2009. Bandung: PT Remaja             Rosdakarya. Yurnaldi. Kiat Praktis Jurnalistik. 1992. Padang: Angkasa Raya. inya: 



Ada topic-topik yang dibahas.







Biasanya menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana suatu topik itu bergulir.







Lebih menjelaskan fakta-fakta tersebut secara menyeluruh dan mendetail.



14







Tetap menambahkan data-data yang menjelaskan fakta-fakta tersebut.







Dalam penyajiannya biasanya menggunakan news feature.



Reportase Investigasi William L. Rivers, Bryce Mc Intryre and Alison Work dalam “Editorial” menyebutkan reportase investigasi adalah jenis laporan yang biasanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversial. Dalam jenis laporan ini para wartawan melakukan penyelidikan-penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi suatu tujuan. Dalam pelaksanaannya sering secara ilegal atau tidak etis. Cenderung lebih banyak menjawab unsur why dan why. Steve Weinberg dalam “The Reporter’s Handbook, An Investigator’s Guide to Documents and Techniques” menyebutkan bahwa reportase investigasi adalah reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil karya pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek-subjek yang akan diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetap tidak tersingkap. John Ullmann and Steve Honeymann dalam “The Reporter’s Handbook: an Investigator’s guide to documents and techniques” mendefinisikan bahwa reportase investigasi dengan kalimat: “kegiatan investigatice reporting ialah sebuah reportase, sebuah kerja yang menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang atau organisasi yang sengaja merahasiakannya. Ada tiga elemen dasar yang mendorong investigasi reporter yaitu: 1.



laporan investigasi bukanlah laporan yang dibuat seseoran.



2.



Subjek kisahnya meliputi sesuatu yang penting alasannya bagi pembaca atau pemirsa.



15



3.



Menyangkut beberapa hal yang sengaja disembunyikan dari hadapan publik.



Ciri-cirinya: 



Ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai (goal).







Mengangkat topik yang sangat kontroversial.







Lebih banyak menjawab pertanyaan why dan why.







Penggarapannya merupakan sebuah kerja tim.







Membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak seperti berita-berita yang 1×24 jam.







Gaya penulisan bisa menggunakan news feature.







Dilengkapi dengan data-data yang lengkap untuk mendukung fakta yang diungkap.



Reportase ini mempunyai 3 jenis yaitu, a. Reportase interpretatif             Pada umumnya, reportase interpretatif dikerjakan oleh banyak wartawan. Reportase model ini, bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, banyaknya remaja yang bunuh diri, semakin merajalelanya pencopet dan penodong. Permasalahan ini disusun menjadi reportase dengan data-data yang dianalisis dari para pakar yang diwawancarai para wartawan disajikan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Dalam bukunya yang berjudul Kiat Praktis Jurnalistik, Yurnaldi mendefinisikan reportase interpretatif sebagai pengungkapan peristiwa yang disertai usaha memberikan arti pada peristiwa tersebut, menyajikan informasi. Jacob Oetama (1987: 195) juga menegaskan, dalam reportase



interpretatif



dikaji



latar



belakang



peristiwa,



diperkirakan



arah



kecenderungan perkembangan peristiwa, dihubungkan dengan peristiwa lain yang



16



akan memberi kelengkapan dan memperjelas makna dari peristiwa pokok yang dijadikan berita. Lebih jelasnya, untuk menyusun reportase interpretatif, wartawan terlebih dahulu mengumpulkan suatu analisis, kajian, dan interpretasi beberapa narasumber. b. Reportase partisipatif             Pada dasarnya, reportase ini merupakan reportase yang lebih banyak ditentukan oleh permasalahan yang akan disajikan. Reportase partisipatif dibuat untuk menyajikan kehidupan sosial yang sebenarnya terjadi. c. Reportase investigatif             Reportase investigatif adalah reportase yang mengangkat kasus-kasus kehidupan sosial yang ada. Kasus yang dipilih biasanya yang benar-benar berbobot untuk disajkan. Awalnya, permasalahan ini kelihatan samar-samar tapi benar-benar terjadi. Sebelum reortase ini disusun, wartawan perlu mengumpulkan data dengan penelitian yang berkesinambungan, sehingga tercipta laporan yang akurat, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan. Karena untuk pengumpulan data harus dilakukan penelitian atau pelacakan, maka reportase ini disebut reportase investigatif. Para wartawan investigatif tidak mengikuti agenda orang lain karena mereka sendirilah yang memutuskan apa yang bernilai untuk diliput, bukan karena seorang pejabat atau seseorang lain yang meminta mereka meliput sesuatu. (Hikmat Kusumaninggrat dan Purnama Kusumaninggrat, 2006: 259).             Permasalahan yang bisa diangkat misalnya: pejabat yang banyak memiliki istri simpanan, Roti pemicu kanker, dan sebagainya.



2.3  Strategi Materi dalam Reportase



17



            Reportase adalah laporan pandangan mata, baik langsung maupun tunda, dari lokasi peristiwa. Disini, reporter selain melaporkan apa yang dilihat di lapangan, juga memberikan tambahan informasi yang ada relevansinya dengan peristiwa yang sedang berlangsung, misalnya: 1. Latar belakang,



2. Maksud tujuan, 3. Dalam rangka apa peristiwa diadakan, 4. Hal serupa kapan pernah diadakan, dan lain –lain.             Sifat reportase adalah sistematis dan kronologis. Naskah reportase berbentuk pointers yang berisi hal-hal penting saja dan yang ada kaitan dengan apa yang dilaporkan. Di sini, reporter dalam melakukan reportase tinggal mengombinasikan apa yang dilihatnya dengan referensi lain yang relevan, yang sudah dicatat dalam bentuk pointers. Dalam proses reportase ini, reporter dituntut memiliki keterampilan dalam melaporkan, dan keterampilan ini hanya dapat diperoleh melalui pengalaman. Semakin banyak melakukan reportase, seorang reporter akan semakin matang dalam melakukan reportase langsung di lapangan. Sebelum melakukan reportase, seorang reporter perlu mempersiapkan diri secara sempurna, khususnya mencari bahan-bahan reportase yang relevan. Misalnya, pada peristiwa “Peringatan Hari Angkatan Bersenjata RI 5 Oktober”, materi reportase yang harus dipersiapkan antara lain:             -  Sejarah ABRI,



-  Siapa inspektur upacara dan komandan upacaranya, -  Latar belakang komandan upacara,



18



-  Pasukan yang ikut upacara, -  Atraksi yang ditampilkan, dan lain-lain.             Dengan bahan-bahan yang telah dipersiapkan secara matang sebelum melakukan reportase, reporter tidak akan kehabisan bahan dan kata-kata sehingga reportase dapat berjalan dengan lancar, tanpa ada kesalahan sedikit pun.



2.4  Bentuk Arus Informasi dalam Reportase             Di dalam reportase terdapat beberapa bagian bentuk menginformasikan berita kepada public, diantaranya dengan cara : a. Siaran Langsung/ Live In             Siaran Langsung adalah reportase yang dilakukan secara langsung di lapangan serta penyiaran gambar secara langsung kepada khalayak. Apa yang dilaporkan dan gambar apa yang diambil saat itu, langsung dipancarluaskan atau ditransmisikan, dan secara langsung dapat didengar atau ditonton oleh khalayak pendengar atau pemirsa. Pada siaran langsung, kesalahan ucapan reporter dapat langsung diketahui oleh khalayak. Oleh karena itu, reporter siaran langsung harus lebih ekstra hati-hati dalam melakukan reportase.



b. Siaran Tunda/ by the Record             Pada siaran tunda, hasil reportase tidak disiarkan secara langsung kepada khalayak, tetapi direkam dulu dalam pita tape. Materi ini kan disiarkan sesuai waktu yang telah direncanakan. Jika sewaktu melakukan reportase terjadi kesalahan, kesalahan ini masih dapat diperbaiki atau dihilangkan di ruang pengeditan. Hal ini dimungkinkan karena siaranya bersifat tunda. Materi dapat pula disunting kembali untuk disesuaikan durasi waktunya dengan alokasi yang tersedia. Masa pengeditan ini 19



disebut pascaproduksi. Materi siaran yang sudah siap siar disebut materi siap siar. Dengan demikian, perbedaan antara siaran langsung dan siaran tunda dapat dilihat dari materi siaranya. Jika “ diambil dan langsung disiarkan” disebut siaran langsung, tetapi jika“diambil tetapi tidak langsung disiarkan melainkan direkam dulu” maka disebut siaran tunda.



 2.5      Jenis Kelayakan Berita dalam Reportase             Untuk reportase perlu juga kita memperhatikan kelayakan sebuah berita. Mulyadi (2003) menunjukkan adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai berikut:             1. Penting. Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat penting karena menyangkut kepentingan rakyat banyak yang menjadi pembaca media bersangkutan. Maka, hal tersebut layak menjadi berita. Ini juga relatif tergantung dari khalayak pembaca yang dituju. Isu SBY, Megawati, dan JK menjadi calon presiden tentu penting untuk dimuat di HarianRepublika/ Kompas/ Media Indonesia. Namun, kurang penting dimuat di majalah Gadis karena khalayak pembacanya berbeda.



2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada sepuluh tahun yang lalu jelas tidak bisa menjadi berita atau objek reportase.    3. Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari adalah peristiwa biasa. Akan tetapi, jika mahasiswa berkelahi dengan dosen didalam ruang kuliah, itu luar biasa.



20



4. Asas keterkenalan. Kalu mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak pantas menjadi berita. Namun, kalau mobil yang ditumpangi Sri Sultan ditabrak mobil lain, itu akan menjadi mobil dunia. 5. Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun kedekatan emosional. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan orang masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta karena lebih dekat dengan kita yang ada di Indonesia. 6. Magnitude (dampak suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh sepuluh ribu mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi oleh seratus mahasiswa. 7. Tren. Sesuatu bisa menjadi berita ketika menjadi kecenderungan yang meluas di masyarakat. Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.



2.6       Tahapan – Tahapan dalam Reportase             Menurut Goenawan Moehammad wartawan senior Indonesia tahapan-tahapan dalam reportase sebagai berikut: Lapisan pertama: Adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, pidato, dan sebagainya. Informasi disediakan narasumber sehingga masih  sepihak. Lapisan kedua: Adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas  peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya. Di sini, peristiwa sudah bergerak di luar kontrol narasumber awal.



21



Lapisan ketiga: Adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa,  penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya. 2.7  Teknik Menulis Hasil Reportase             Menurut Bill Koevach Seperti halnya bangunan, kegiatan jurnalistik, berdasarkan teknik-tekniknya bisa dikelompokkan kepada tiga jenis : Reportase interpretatif  / dasar → menghasilkan berita langsung (straight news). Reportase partisipatif /  madya (menengah) → menghasilkan berita kisah (news feature). Reportase / investigatif lanjutan → menghasilkan berita analisis (news analysis). Semua teknik reportase dasar mutlak diperlukan dalam reportase madya dan reportase lanjutan. Akan tetapi, banyak teknik-teknik reportase lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam reportase madya dan reportase dasar. Demikian juga halnya dengan teknik reportase madya dalam reportase dasar.             Fakta dan data yang dikumpulkan harus  memenehi unsur-unsur berita 5 W+1H – What (peristiwa apa), Who (siapa yang terlibat dalam peristiwa itu), Where (dimana kejadiannya), When(kapan kejadiannya), When (mengapa peistiwa itu terjadi), dan How (bagaimana proses kejadiannya). Peristiwa yang diliput harus bernilai jurnalistik atau bernilai berita (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Peristiwanya sendiri secara garis besar terbagi menjadi dua:  (1) Peristiwa yang diduga terjadi atau direncanakan terjadi, misalnya peristiwa perayaan hari ulang tahun, peresmian gedung, deklarasi partai, seminar dll. (2) Peristiwa yang tidak terduga kejadiannya, misalnya kebakaran, kriminalitas, kecelakaan lalu lintas, dsb.



22



            Dari segi subtansi atau jenis peristiwa, reportase bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu beat system dan follow up system. Beat system adalah sistem pencarian dan pembuatan bahan berita yang mengacu pada beat (bidang liputan), yakni meliput peristiwa dengan mendatangi secara teratur instansi pemerintah, atau tempat-tempat yang dimungkinkan munculnya peristiwa, informasi, atau hal-hal yang bisa menjadi bahan berita. Sedangkan follow up system adalah teknik meliput bahan berita dengan cara menindaklanjuti (follow up) berita yang sudah muncul. Dalam meliput peristiwa, penting diperhatikan hal-hal berikut: a. Kode Etik Jurnalistik atau Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) b. Fainess Doctrine (Doktrin Kejujuran) yang mengajarkan, mendapatkan berita yang benar lebih penting daripada menjadi wartawan pertama yang menyiarkan atau menuliskannya. c. Cover Both Side atau News Balance, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi objek berita, dengan meliput semua atau kedua belah pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa. Menuliskan Tubuh Reportase 1) Susunlah fakta, data, dan informasi itu sedemikian rupa dengan menggunakan alinea (paragraf) demi alinea dengan merincinya satu per satu. 2) Rata-rata panjang kalimat yang mempunyai daya baca yang baik adalah terdiri dari 20 kata. Ini bukan berarti setiap kalimat panjangnya sedemikian, tetapi maksimal 45 kata.        3) Jika ternyata ada satu paragraf terlalu panjang segera saja dipotong atau dijadikan paragraf baru, demi lancarnya penyajian laporan.



23



4) Dalam menyusun paragraf demi paragraf tersebut, baru diingat faktor yang menyebabkan kebosanan pembaca karena muatan bacaannya terlalu sarat. 5) Tetaplah mengacu ke pokok permasalahan atau topik, sepanjang menjalin dan menyusun data di setiap paragraf. 2.3 Perbedaan Reportase tv dan radio dengan media lainnya           



            DAFTAR PUSTAKA 



M. Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. 2009. Bandung: PT Remaja             Rosdakarya.







Yurnaldi. Kiat Praktis Jurnalistik. 1992. Padang: Angkasa Raya.







Abdullah, Yanuar. Dasar-Dasar Kewartawanan. 1992. Padang: Angkasa Raya.







Ermanto. Wawasan Jurnalistik Praktis. 2005 Yogyakarta: Cinta Pena.







Hikmat Kusumaninggrat, Purnama Kusumaninggrat. Jurnalistik Teori dan Praktik.           Bandung: PT. Rosdakarya.







Kuncoro, Mudrajad. Mahir Menulis. 2009. Jakarta: Erlangga.



24