Makalah Revolusi Prancis PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH Revolusi Prancis Disusun oleh :



Kelompok : 3 1.Desmon Walsen Sitohang 2.Honoratus Irpan Sinurat 3.Syafira Natasya Weliana 4.Kanti Pebridona Hutasoit



PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul "Revolusi Prancis ". Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Ibu Lister Eva Simangunsong sebagai dosen pengampuh mata kuliahi Sejarah Eropa II jurusan pendidikan sejarah, yang telah memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.



penulis



Daftar​ ​isi Latar Belakang......................................................................... 1 Rumusan Masalah.................................................................... 1 Tujuan........................................................................................ 1 Bab I Latar Belakang Revolusi Prancis................................. 2 Latar Belakang Revolusi Prancis............................................... 2 Sebab-Sebab Terjadinya Revolusi Prancis................................ 6 Bab II Berlangsungnya Revolusi Prancis............................. 14 Berlangsungnya Revolusi......................................................... 14 Napoleon Bonaparte................................................................. 19 Bab III Dampak Revolusi Prancis........................................ 22 Dampak Revolusi Bagi Prancis............................................... 22 Dampak Revolusi Bagi Dunia................................................. 23 Bab IV Penutup..................................................................... 24 kesimpulan.............................................................................. 24 saran........................................................................................ 24 Daftar Pustaka...................................................................... 25



A.​ L ​ ATAR BELAKANG Dari fakta historis dapat diketahui bahwa setelah lenyapnya kekaisaran romawi, di sebagian besar kawasan Eropa termasuk Prancis, muncul sebuah tatanan baru yaitu feodalisme. System ini hadir dalam kurun waktu yang teramat panjang yaitu dari abad V sampai abad XV. Seiring dengan perkembangan zaman, laju roda perekonomian pun tumbuh dan seiring itu pula muncullah kelompok masyarakat baru yang bernama borjuis. Berbicara tentang peranan golongan borjuis berarti mengenang kembali masa lalu bagaimana masyarakat terpecah belah dalam system feodalisme yang merupakan warisan dari Abad Pertengahan ini yang menjadi struktur hierarki dan mempertentangkan golongan yang memiliki hak-hak istimewa dan mereka yang tidak memilikinya. Kesulitan demi kesulitan yang dialami oleh golongan yang tidak mendapatkan hak-hak istimewa dan hidup jauh dari pusat kekuasaan



dan aktivitas ekonomi menyebabkan terjadinya petuangan dan arus Urbanisasi. Penduduk yang meninggalkan tempat tinggal mereka dan kemudian menetap di daerah-daerah sekitar jalan raya damn di tepi sungani akhirnya mengalami perubahan hidup yang lebih baik sehingga munculnya desa-desa yang disebut ​bourg dengan penduduk yang tidak tercatat dalam strata masyarakat pada masa itu. Perjuangan dalam setiap pemerintahan serta prestasi yang ditampilkan oleh mereka yang berasal dari ​bourrg yang kemudian disebut dengan golongan borjuis mengangkat martabat mereka dan mengalami zaman keemasannya dalam berkiprah di pemerintahan baik di bidang ekonomi, politik dan social.



B.​ R ​ UMUSAN MASALAH 1)​ A ​ pakah Yang Melatarbelakangi Revolusi Prancis? 2)​ B ​ agaimanakah Proses Terjadinya Revolusi Prancis? 3)​ B ​ agaimana Dampak Revolusi Prancis?



C.​ T ​ UJUAN Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Prancis, bagaimana proses terjadinya dan dampaknya terhadap masyarakat luas sehingga perlu adanya Revolusi Di Prancis, selain itu tujuan penulisan makalah ini untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Sejarah Eropa II. hlm 1.



Bab I A.​ L ​ atar Belakang Revolusi Prancis Revolusi Prancis adalah masa dalam sejarah Prancis yang berlangsung antara 1789-1815. Dalam Revolusi Prancis kelompok demokrat dan pendukung republikanisme berusaha menjatuhakan monarki absolute di Prancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani



restrukturisasi yang radikal. Revolusi Prancis merupakan sebuah tranformasi besar dalam system politik dan masyarakat Prancis. Prancis berubah dari



Negara monarki absolut



menjadi sebuah Negara Republik merdeka. Revolusi Prancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar masyarakat terhadap system pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Terjadinya Revolusi Prancis tidak dapat dilepaskan dari praktik pemerintahan absolut yang berlangsung hampir di seluruh Eropa. 1.​ K ​ eadaan menjelang Revolusi Prancis Absolutisme pada mulanya diajarkan oleh seorang pemikir asal Florence, italia bernama Niccolo Machiavelli (1469-1527). Ajarannya mendukung kekuasaan raja secara mutlak. Ia menulis dalam bukunya yang berjudul ​II principe (atau the prince, artinya sang pangeran). Dalam bukunya digambarkan tentang kekuasaan seorang raja yang absolut dengan kekuasaan tak terbatas terhadap suatu Negara, termasuk harta dan rakyat yang berada di wilayah kekuasaannya. Ajaran Machiavelli berkembang di Eropa sekitar abad ke 17 dan dianut oleh raja-raja dari Eropa seperti Raja Frederick II, Tsar Peter Agung, Kaisar Joseph II, Raja Charles I dan dinarti raja-raja Louis dari Prancis. a.​ K ​ eadaan social politik absolutisme adalah bentuk pemerintahan kerajaan dimana para penguasa berkuasa secara mutlak dan tanpa dibatasi undang-undang. Puncak absolutism Prancis adalah pada saat pemerintahan Raja Louis XIV (1643-1715) ysng berpegang pada semboyannya yang terkenal, yaitu l’etat cest moi (Negara adalah Saya). Saat Raja Louis XIV memimpin, Prancis mengalami kemunduran yang begitu besar. Jalannya roda pemerintahan lebih banyak dijalankan oleh permaisurunya, Marie Antoinette.



Masa pemerintahan para Raja Prancis sampai dengan Louis XIV disebut sebagai ancient regime (masa pemerintahan yang lama), melihat begitu lamanya Absolutisme menguasai Prancis sejak



pemerintahan dinanti Karolingen, tetapi pelaksanaan secara rill nya oleh Raja Henry Navare (1589-1610) Louis XIV bergelar raja Matahari (Le Roi Soleil). Ia menganggap dirinya wakil Tuhan di dunia (Le Droit Devine) sehingga rakyat harus tunduk sepenuhnya. Ia memerintah tanpa konstitusi, pengawasan dari parlemen, pengadilan dan kepastian hokum. Raja Louis XIV juga mudah memberi surat penangkapan (letter de cachet) bagi siapapun yang dicurugainya. b.​ S ​ truktur Golongan Masyarakat Masyarakat Prancis pada masa ancient regime dibagi menjadi beberapa kelompok seperi berikut. 1)​ ​Golongan 1 Golongan ini berjumlah sekitar 300.000 jiwa. Mereka adalah para bangsawan yang umumnya memiliki tanah-tanah yang luas, rumah mewah dan hak-hak istimewa. Hak-hak tersebut antara lain yaitu hak memegang jabatan tinggi dalam kerajaan, hak terbebas dari bermacam-macam pajak, hak berburu di kebun-kebun rakyat dan hal mengambil sesukanya hasil laba kebun dan ternak petani. 2)​ G ​ olongan 2 Golongan ini berjumlah lebih kurang 65.000 jiwa. Mereka adalah para agamawan yang menguasai 1/5 dari tanah wilayah Prancis. Agamawan juga mempuyai hak-hak istimewa antara lain hak memungut hasil tanah milik Gereja, hak memungut pajak dari rakyat, dan hak terbebas dari bermacam-macam pajak. 3)​ G ​ olongan 3 Golongan ini merupakan bagian terbesar dari masyarakat Prancis dan dibagi lagi menjadi tiga tataran, yaitu kaum borjuis, rakyat jelata di pedesaan, dan rakyat jelata di perkotaan. Kaum borjuis pada umumnya bekerja sebagai pemungut pajak di daerah, bankir, dokter, dan notaries. Adapun kaum borjuis menengah ke bawah adalah para pedagang dan pengrajin. Sementara itu, rakyat jelata di pedesaan adalah para petani yang hidupnya bergantung pada otoritas yang diatasnya seperti bangsawan, gerejawan ataupun kaum borjuis. Polulasi petani sendiri berjumlah tiga perempat dari keseluruhan populasi kerajaan. Adapn rakyak jelata di perkotaan bekerja pada industry dan kerajinan di perkotaan



hidup menderita dan memperoleh gaji yang sangat rendah, bahkan tak sedikit dari mereka yang akhirnya menganggur. Golongan tiga ini yang dianggap rendah serta tidak memiliki hak untuk memegang jabatan dalam pemerintahan. Mereka adalah orang-orang yang giat bekerja dan mempelajari ilmu pengetahuan, golongan tiga tidak memiliki hak istimewa, mereka justru dibebani dengan bermacam-macam pajak seperti ​capitation ​( pajak pribadi), vingtieme ​(pajak penghasilan), taille (pajak tanah dan bangunan),



gabelle



​(pajak garam) dan ​aides ​(pajak anggur). Pelapisan



masyarakat seperti ini menimbulkan terjadinya kesenjangan dan kecemburuan social. c.​ K ​ ondisi Ekonomi Prancis menjelang 1789 dapat dikatakan sebagai sebuah Negara miskin di bumi yang kaya. Pengeluaran kas Negara yang begitu besar untuk keperluan angkatan bersenjata dalam perang kemerdekaan Amerika tidak bisa ditutupi dengan pajak. Antara 1780-1787 kerajaan meminjam uang tiga kali lebih besar daripada tiga abad sebelumnya. Selain itu, keuangan Negara dikeluarkan untuk membiayai kehidupan mewah istana yang menghabiskan anggaran sebesar 35 juta livre pada 1789, yang berarti seperlima belas dari seluruh pendapatan Negara. Selama pemerintahan Louis XIV, sejumlah menteri termasuk turgot (pengawas keuangan umum), Charles Alexandre de Calonne (pengawas keuangan umum) dan Jacques Necker (Direktur Jenderal keuangan) mengusulkan sistem perpajakan Prancis lebih seragam, namun usaha ini gagal untuk mengisi kas Negara, raja berupaya untuk memungut pajak dari semua golongan masyarakat. Akan tetapi hal ini justru menjadi pedebatan di dalam badan perwakilan rakyat (Etats Generaux) dan secara otomatis mempecepat meletusnya Revolusi. 2.​ L ​ ahirnya Para Pemikir Penganjur Perubahan Terjadinya Revolusi Prancis tidak dapat dipisahkan dari berkembangnya pemikiran-pemikiran baru yang dikemukakan tokoh-tokoh berikut ini. a.​



Charles secondat baron de la brede et de Montesquieu (1689-1755) ​



Pendapat – pendapat Montesquieu sangat dipengaruhi oleh pendapat-pendapat John Locke (1685-1753) dari inggris. Dalam bukunya l’Esprit des Lois (jiwanya Undang-undang) ia



mengemukakan teori tentang pemisahan kekuasaan dengan nama “Trias Politica” yang asalnya dari Locke, Jika John Locke mengemukakan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislative dan kekuasaan Federatif sebagai pemisahan kekuasaan, maka di ubah Montesquieu menjadi kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislative dan kekuasaan yudikatif. Montesquieu ingin mencoba merubah monarki absolut Prancis menjadi Monarki Konstitusinoal seperti di inggris, pendapat-pendapat Montesquieu inilah yang nanti dilakukan dalam babak pertama Revolusi Prancis. b.​ F ​ rancois Marie Arouet (1694-1778) lebih terkenal Voltaire Voltaire lebih dikenal sebagai pujangga daripada seorang ahli hukum. Dengan tegas dan jitu dikritiknya pemerintahan Louis XIV yang monarki absolut. Dia membandingkan pemerintahan di inggris yang berparlemen dengan di Prancis yang hanya namanya punya parlemen, sedangkan parlemen sejak Louis XIV tidak lagi berfungsi. Kemudian dia membandingkan pemerintahan Frederick II di jerman yang bertindak demi masyarakat banyak. Voltaire menyokong pendapat J.J. Rousseau dengan mengatakan bahwa semua peraturan yang telah tidak sesuai harus ditiadakan. c.​



Jean Jacques Rousseau (1712-1778) ​



Rousseau mengatakan, bahwa alam semula adalah sempurna, tetapi kemudian salah bertumbuh menjadi dunia yang penuh kesengsaraan, karena masyarakat melupakan hak-hak asasi dari manusia yaitu kebebasan dan persamaan. “Manusia dilahirkan bebas, tetapi ia sekarang terikat. Apa sebabnya? ” kata Rousseau dalam bukunya yang terkenal “ Du Contrat Social ”. Pendapat Rousseau tentang hak-hak asasi manusia nanti dicantumkan sebagai hak-hak manusia dan warga Negara (Declaration des droits de I’homme et du citoyen) dalam U.U.D 1789 yang mengatakan “ manusia dilahirkan bebas dan dengan hak yang sama. Perbedaan dalam masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum ”. Manusia dilahirkan dengan hak yang sama. Tidak ada seorangpun yang mempuyai hak yang melebihi orang lain. Karena itu tidak mungkin barang sesuatu dapat ditentukan oleh seorang saja untuk semuanya ( seperti monarki absolut oleh raja saja). Segala sesuatu harus ditentukan



bersama hingga keputusan itu merupakan kehendak umum. Paham Rousseau ini menimbulkan paham demokrasi modern. Jika babak pertama Revolusi Prancis dipengaruhi Montesquieu, maka babak kedua dipengaruhi oleh Rousseau.



B.​ S ​ ebab-Sebab Terjadinya Revolusi Prancis Banyak faktor yang menyebabkan revolusi Prancis. Dari sekian banyak penyebab terjadinya Revolusi Prancis secara umum dibagi dalam 2 sebab yaitu 1.​ ​Sebab – sebab umum Revolusi Prancis a) ​Sikap pemerintah yang absolut yang kaku dalam menghadapi perubahan dunia. Penyebab lainnya adalah adanya ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide pencerahan dari kaum borjuis, kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi



berlangsung



dan



kekuasaan



beralih



dari



monarki



ke



badan



legislative,



kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.



b)



Munculnya aliran rasionalisme dan aufklarung pada abad ke XVIII sebagai akibat dari ​



Renaisans dan Humanisme. Dengan kritik-kritik yang pedas orang-orang rasionalisme dan aufklarung menghantam segala kepentingan dan kesalahan. Dalam hal ini besar pengaruhnya rasionalisme dab aufklarung sebagai pendorong timbulnya Revolusi Prancis, karena Prancis ketika itu memang penuh dengan kesalahan. Orang-orang rasionalisme dan aufklarung di Prancis ialah:



·​



Denis Diderot (1713-1784) dan J. d’Alembert (1717-1784) ​



Dua orang ini menciptakan Encyclopedia bagi Prancis yang memuat pengetahuan tentang segala hal yang diterangkan secara rasionalistis hingga sering merupakan kritik-kritik terhadap dogma-dogma yang kolot.



·​



Charles secondat baron de la brede et de Montesquieu (1689-1755) ​



Pendapat – pendapat Montesquieu sangat dipengaruhi oleh pendapat-pendapat John Locke (1685-1753) dari inggris. Dalam bukunya l’Esprit des Lois (jiwanya Undang-undang) ia mengemukakan teori tentang pemisahan kekuasaan dengan nama “Trias Politica” yang asalnya dari Locke, Jika John Locke mengemukakan kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislative dan kekuasaan Federatif sebagai pemisahan kekuasaan, maka di ubah Montesquieu menjadi kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislative dan kekuasaan yudikatif. Montesquieu ingin mencoba merubah monarki absolut Prancis menjadi Monarki Konstitusinoal seperti di inggris, pendapat-pendapat Montesquieu inilah yang nanti dilakukan dalam babak pertama Revolusi Prancis.



​·​



Francois Marie Arouet (1694-1778) lebih terkenal Voltaire ​



Voltaire lebih dikenal sebagai pujangga daripada seorang ahli hukum. Dengan tegas dan jitu dikritiknya pemerintahan Louis XIV yang monarki absolut. Dia membandingkan pemerintahan di inggris yang berparlemen dengan di Prancis yang hanya namanya punya parlemen, sedangkan parlemen sejak Louis XIV tidak lagi berfungsi. Kemudian dia membandingkan pemerintahan Frederick II di jerman yang bertindak demi masyarakat banyak.



c)



Munculnya aliran Romantika. Romantik adalah paham yang menganggap perasaan dan ​



kepribadian lebih penting daripada rasionalisme. Romantik menganjurkan agar masyarakat Eropa kembali pada Alam. Aliran Romantika mulai muncul pada tahun 1750 sebagai reaksi dari kemunculan aliran Rasionalisme. Romantik sangat menghargai insting sehingga dengan insting tersebut nantinya merajalela di kalangan rakyat jelata dan mengharuskan serta meneruskan perjuangan yang idak munkin diselesaikan oleh aliran Rasionalisme. Seorang romantic yang banyak pengaruhnya terhadap Revolusi Prancis ialah:



·



Jean Jacques Rousseau (1712-1778) Rousseau mengatakan, bahwa alam semula adalah ​



sempurna, tetapi kemudian salah bertumbuh menjadi dunia yang penuh kesengsaraan, karena masyarakat melupakan hak-hak asasi dari manusia yaitu kebebasan dan persamaan. “Manusia dilahirkan bebas, tetapi ia sekarang terikat. Apa sebabnya? ” kata Rousseau dalam bukunya yang terkenal “ Du Contrat Social ”. Pendapat Rousseau tentang hak-hak asasi manusia nanti dicantumkan sebagai hak-hak manusia dan warga Negara (Declaration des droits de I’homme et du citoyen) dalam U.U.D 1789 yang mengatakan “ manusia dilahirkan bebas dan dengan hak yang sama. Perbedaan dalam masyarakat hanya didasarkan atas kepentingan umum ”. Manusia dilahirkan dengan hak yang sama. Tidak ada seorangpun yang mempuyai hak yang melebihi orang lain. Karena itu tidak mungkin barang sesuatu dapat ditentukan oleh seorang saja untuk semuanya ( seperti monarki absolut oleh raja saja). Segala sesuatu harus ditentukan bersama hingga keputusan itu merupakan kehendak umum. Paham Rousseau ini menimbulkan paham demokrasi modern. Jika babak pertama Revolusi Prancis dipengaruhi Montesquieu, maka babak kedua dipengaruhi oleh Rousseau.



d)



Pengaruh dari Paham-pahan perang kemerdekaan Amerika (1774-1783). Dalam perang ini ​



Prancis membantuk Amerika dan mengirimkan tentara Prancis dibawah Lafayette ke Amerika. Setelah perang selesai, tentara Prancis pulang kembali ke Prancis. Tentara Prancis yang kembali dari Amerika ini selama berperang di Amerika telah mengenal dan meresapkan paham-paham baru tentang hak-hak asasi manusia dan demokrasi. Bukankah mereka bertempur bersama-sama orang Amerika untuk mempertahankan Declaration of Independence yang mengatakan, bahwa manusia itu dilahirkan sama dan dengan hak-hak asasi; bahwa pemerintah dibentuk untuk menjamin hak-hak itu dan mendapat kekuasaan dari rakyat; bahwa rakyat berhak menggantikan sesuatu pemerintahan yang melanggar azas ini dengan pemerintahan yang lain yang lebih sesuai dengan kehendak rakyat. Sehingga mereka berkeinginan untuk merubah pemerintahan Prancis yang absolut, menindas rakyat, dan tidak mengenal hak-hak asasi manusia.



e) Pengaruh Feodalisme di Eropa yang berasal dari zaman abad Pertengahan. Ketika raja sebagai pemilik dari tanah seluruhnya membagi-bagi tanahnya kepada orang-orang yang dianggap berjasa kepadanya sebagai pinjaman tanah (feudum). Peminjam-peminjam tanah ini kemudian menjelma menjadi golongan yang berkuasa yang kemudian disebut bangsawan juga disamping keluarga raja dan selalu berusaha untuk mengurangi kekuasaan raja bagi kepentingan diri sendiri. Timbullah pertentangan dan perebutan kekuasaan antara raja dan bangsawan-bangsawan. Jika di inggris raja gagal dalam usahanya untuk mematahkan kekuasaan bangsawan-bangsawan hingga akhirnya menjadi monarki konstitusional, maka lain hal di Prancis. Di Prancis raja berhasil mengalahkan bangsawan-bangsawan hingga akhirnya menimbulkan monarki absolute. Tetapi kalah tidak berarti lenyap, bangsawan-bangsawan Prancis yang telah dilucuti senjatanya, berusahan menggunakan kekuasaan raja untuk memperbesar kekuasaan bangsawan, baik terhadap raja sendiri maupun terhadap rakyat. Mereka berusaha untuk mendapatkan atau membeli hak-hak istimewa sebanyak mungkin yang pada hakikatnya untuk memblokir kekuasaan raja. Terhadap rakyat hak-hak istimewa itu digunakan oleh bangsawan untuk memperkaya diri sendiri, yang juga memperbesar kekuasaannya. Disamping itu, bangsawan juga berhasil menduduki kedudukan yang tinggi dalam agama dan yang berhak istimewa. Pangkat-pamkat yang rendah dalam agama dibiarkan di pegang oleh rakyat jelata. Akhirnya bangsawan menghisap semua hak dan kepada rakyat hanya ditinggalkan kewajiban saja. Ketidakadilan inilah, yang makin lama makin dirasakan oleh rakyat terutama kaum terpelajar di kalangan rakyat yang nantinya meletuskan Revolusi Prancis. Bentuk-bentuk dari ketidak adilan tersebut ialah: ·​



Ketidak-adilan dalam politik ​



Jabatan-jabatan yang penting dipegang oleh bangsawan, hingga segala-galanya ditentukan oleh bangsawan dan raja tinggal menandatanganinya saja. Tidak menurut kepandaian, tetapi menurut keturunan pegawai-pegawai negeri dipilihnya, hingga administrasi Negara menjadi kacau dan



korup ( tiap tahun biasanya 1/6 pendapatan Negara hilang dikorupsi). Rakyat jelata bagaimanapun pandainya tidak diperkenankan ikut dalam pemerintahan. ·​ K ​ etidak-adilan dalam ekonomi Bangsawan diberi hak istimewa yang membebaskan mereka dari pembayaran pajak, padahal merekalah yang sebenarnya mereka dari golongan terkaya. Rakyat jelata yang sebagian besar sangat miskin diharuskan membayar semua macam pajak, hingga rakyat jelatalah dengan ini mengisi kas Negara. Tetapi uang Negara tidak digunakan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk bangsawan dan raja saja. Kecuali bebas dari pembayaran pajak, bangsawan bahkan diberi hak-hak istimewa untuk memungut pajak dari rakyat yang merupakan pendapatan bangsawan. Disamping itu gerejapun memungut 1/10 dari penghasilan rakyat jelata. Ditambah lagi bahwa bangsawan mempuyai hak isimewa untuk mempekerjakan rakyat jelata dengan percuma. Pendek kata penghasilan rakyat jelata dirontok dalam kantong bangsawan dan gereja, hingga hidup rakyat jelata sangat sengsara. Hasil tidak dimakan oleh orang yang menghasilkan, tetapi oleh orang yang tidak menghasilkan. Adilkah ini ?. ·​



Ketidak-adilan dalam sosial ​



Feodalisme membagi-bagi masyarakat dalam golongan-golongan yang berhak dan tidak berhak. Di prancis ketika itu ada tiga golongan ialah: golongan I bangsawan, golongan II kaum agama dan golongan ke III Rakyat Jelata. Golongan ke II kaum agama terdiri atas kaum agama tinggi (bangsawan) dan kaum agama rendah (rakyat jelata). Kaum bangsawan dan kaum agama tinggi berhak istimewa, kaum agama rendak dan rakyat jelata tidak berhak sama sekali. Dengan ini dapat dimengerti, apa sebabnya nanti dalam Etats Generaux 1789 golongan ke I dan ke II menhendaki pemungutan suara per golongan, dan golongan ke III secara per orang. Golongan ke III terdiri atas : kaum terpelajar, kaum borjuis, rakyat jelata.







Kaum terpelajar merasa tidak adanya keadilan, karena meskipun pandai tetapi tidak mungkin ikut serta menentukan nasib negaranya, karena mereka bukan bangsawan. Mereka ingin merubah susunan pemerintahan Negara, mereka ingin aturan berdasarkan hokum bukan berdasarkan orang akhirnya mereka menghendaki monarki konstitusional.



Kaum borjuis merasa dirinya golongan yang paling berguna bagi Negara, karena merupakan sendi ekonomi Negara. Tetapi mereka selalu dikalahkan oleh bangsawan yang mereka pandang sebagai golongan yang tidak produktif dan tidak berguna bagi Negara karena hanya memikirkan diri sendiri saja. Kaum borjuislah yang membayak pajak terbanyak yang habis dimakan oleh bangsawan. Mereka anti bangsawan, karena itu mereka tidak anti raja, karena raja dipandang sebagai alat yang terpenting yang dapat menindas bangsawan. Mereka jugan menghendaki monarki konstitusional. ● Rakyat jelata ketika itu masih tidak aktif, hanya berkeluh kesah saja karena beratnya beban yang harus dipikul. Mereka mula-mula menaruh harapan pada raja untuk meringankan beban mereka, tetapi ketika raja menyia-yiakan harapan ini, maka rakyat jelata menjadi radikal dan anti raja, mereka menhendaki republic. ● Dengan ini rakyat jelata menjadi lawan dari kaum terpelajar dan kaum borjuis yang nanti Nampak dalam Revolusi Prancis sebagai pergulatan antara partai Girondin ( terpelajar + borjuis) dan partai Jacobin (rakyat jelata). ●



f)



Monarki absolute yang begitu buruk, monarki absolut ialah kerajaan yang kedaulatannya ​



dipegang sepenuhnya oleh raja. Nasib Negara berada dalam tangan raja dan ditentukan menurut nilai orang yang menjadi raja. Nilai Louis XVI sebagai raja tidak tinggi dank arena itu monarki Absolut dibawanya dalam bentuk yang buruk. Sifat-sifat monarki Absolut dibawah Louis XVI ialah: ·​



Despotisme ​



Tujuan Negara tidak lagi menciptakan suatu Negara yang teratur, tetapi untuk menanam kekuasaan raja saja yang pada hakikatnya untuk memberi kelonggaran bagi tindakan yang sewenang-wenangnya; baik bagi raja maupun bagi bangsawan-bangsawan. Kepentingan raja yang diutamakan, kepentingan rakyat diluoakan. Rakyat jelata sangat menderita. Despotisme tidak tahan terhadap kritik, baik kritik yang destruktif mauun konstruktif ditindasnya dengan kejam. Hidup menjadi tidak merdeka lagi, segala-galanya terkekang, dan apalagi yang berharga selain kemerdekaan. ·​



Feodalisme ​



Feodalisme hanya menjamin kenikmatan hidup dari mereka yang berhar (bangsawan dan kaum agama tinggi) atas korban hidup dari mereka yang tidak berhak. Tidak adanya persamaan hak dan kewajiban berarti tidak adanya keadilan social.



·​



Sistem perwakilan ​



Bangsawan yang



menduduki jabatan-jabatan tinggi



tidak



mau menjalankan sendiri



kewajiban-kewajibannya, tetapi menyewa orang-orang yang pandai dari rakyat jelata dengan gaji kecil untuk menjalankannya. Gaji yang besar dari jabatan tinggi itu, puji-pujian dan hadiah-hadiah raja, kehormatan yang tinggi semua diterima oleh bangsawan sebagai pejabat resmi, wakilnya yang menjalankan kewajiban tidak menerima apa-apa kecuali gaji yang kecil. ·​



Administrasi Negara yang tidak seragam ​



Adanya hak-hak istimewa menjadikan administrasi Negara tidak dapat seragam. Tidak adanya keseragaman ini menyebabkan administrasi Negara menjadi kacau balau yang member kesempatan dan kelonggaran bagi korupsi. Hamper 1/6 pendapatan Negara tiap tahun habis dikorupsi oleh kaum bangsawan. Begitulah keadaan monarki absolut dibawah Louis XVI. Hidup bangsawan gilang-gemilang, hidup rakyat gelap gulita, hidup Negara penuh ketidak-adlian.



g)​ T ​ erjadinya Vacum of Power Apa sebabnya Revolusi Prancis meletus dibawah Louis XVI dan tidak dibawah Louis XIV atau Louis XV yang sama-sama monarki absolut. Faktor itu ialah the vacuum of power (tidak adanya kekuasaan diibawah Louis XVI). Raja Louis XVI adalah raja yang lemah hingga tidak punya kekuasaan sama sekali, baik terhadap bangsawan maupun terhadap rakyat. Rakyat tidak takut kepadanya.



Dulu zaman Louis XIV atau Louis XV, rakyat jelata betul benci terhadap raja, tetapi mereka takut terhadapnya dank arena itu tidak timbul Revolusi. Vacuum of power ini merupakan faktor yang sangat berbahaya bagi kehidupan suatu Negara, karena merupakan kesempatan yang baik bagi musuh-musuh Negara untuk menjatuhkan Negara.



2.​ S ​ ebab – sebab khusus Revolusi Prancis Sebab khusus yang meletuskan Revolusi Prancis ialah: soal keuangan Negara. Sudah menjadi kebiasaan di Prancis sejak wafatnya Louis XIV bahwa Negara menderita kekurangan perbelanjaan, yan lazimnya ditutup dengan mendapatkan pnjaman Negara. Kekurangan perbelanjaan ini disebabkan karena uang Negara dihambur-hamburkan oleh raja dan bangsawan untuk kepentingan dan kesenangan mereka sendiri. Pada tahun 1789 negara menghadapi bangkrut. Penghasilan Negara 500 juta, pengeluaran Negara 625 juta, hutang Negara yang harus dibayar 300 juta. Bagaimana cara mendapatkan uang? Menaikkan pajak? Pajak telah berat sekali ! pinjaman uang? Hutang Negara telah melampaui batas pembayaran kembali! Tidak ada jalan lain selain mewajibkan semua bangsawan membayar pajak juga. Bangsawan menolak. Timbul krisis antara raja dan bangsawan. Takut terhadap raja, bangsawan mencari perlindungan dari rakyat dengan mengatakan bahwa soal pajak adalah soal rakyat seluruhnya. Raja tidak boleh menentukannya sendiri. Dengan ini bangsawan hendak membatasi kekuasaan mutlak raja dengan memperalat rakyat untuk menyelamatkan diri ssendiri. Mereka mengusulkan dibentuk kembali Etats Generaux (Dewan Permusyawaratan Rakyat) yang sejak tahun 1614 tidak pernah berkumpul lagi. Dan Raja pun setuju, dari sinilah awal dimulainya Revolusi Prancis.



Bab II A.​ B ​ erlangsungnya Revolusi Prancis 1.​ E ​ tats Generaux (1789)



Dibuka : tanggal 5 mei 1789 Susunan:



Golongan I= 300 orang



Golongan II= 300 orang Golongan III= 600 orang Timbul perselisihan tentang cara pemungutan suara: per-golongan atau per-kelompok. Golongan ke I dan ke II minta pergolongan sedang golongan ke III minta per-orang. Sebabnya golongan III minta per-orang ialah a.



Jika cara pemungutan suara di jalankan per-golongan, maka jumlah perwakilan golongan ke ​



III tidak ada artinya sama sekali. b. J​ ika cara pemungutan suara dijalankan per-orang, maka golongan ke III yakin bahwa mereka akan menangkecuali ada suara-suara yang telah berpaham baru. Perselisihan tentang cara pemungutan suara ini tidak dapat diselesaikan, karena baik golongan ke I dan ke II maupun golongan ke III berkeras kepala. Raja terlalu lemah untuk dapat mengatasi jalan buntu ini. Kepartaian dalam Revolusi Prancis : Chousans : menghendaki monarki absolut Feuillants: menhendaki monarki konstitusional Gironde: Mula-mula menhendaki republic , tetapi remudian karena takut terhadap rakyat jelata kemudian menghendaki Monarki konstitusional karena juga terdiri atas kaum borjuis. Montagne: menhendaki Republik , montagne adalah partai yang memimpin gerakan rakyat jelata.



2.​ ​Assemblee Nationale (1789) Pada tanggal 17 juni 1789 wakil-wakil golongan ke III memproklamasikan Etats Generaux sebagai Assemblee Nationale (dewan nasional perwakilan bangsa Prancis). Tindakan ini mempuyai arti yang penting sekali. Etats Generaux yang merupakan sidang golongan-golongan di jelmakan menjadi sidang seluruh rakyat tanpa golongan-golongan. Sungguh suatu revolusi yang besar, karena pada hakikatnya ini berarti suatu masyarakat yang feodalistis dirubah menjadi



masyarakat yang demokratis. Sesungguhnya disinilah (17 juni 1789) Revolusi mulai yang pada resminya dijatuhkan pada tengal 14 juli 1789 dengan diserbunya penjara bastille. Politis Revolusi Prancis dimulai 17 juni 1789, militer pada 14 juli 1789.



3.​ ​Constituante (1789-1791) Pada tanggal 14 juli 1789 rakyat paris menyerbu penjara Bastille, suatu bangunan yang kuat dan megah, lambang absolute monarki, karena didalamnya dipenjarakan pemimpin-pemimpin rakyat dan mereka yang dulu berani menentang absolute monarki. Bastille ini dijaga ketat, karena merupakan juga gudang persenjataan raja. Sebab-sebab rakyat menyerbu Bastille ini ialah: 1)



Rakyat paris mendengar desas desus bahwa raja mengumpulkan tentara di sekitar paris ​



untuk menindas revolusi. 2)



Rakyat paris butuh senjata untuk mempertahankan diri. Mereka ingin mendapatkan ​



senjata-senjata yang ada di dalam Bastille. Serbuan rakyat ke Bastille berhasil baik ketika kesatuan-kesatuan tentara raja yang berada diparis memihak dan membantu rakyat. Bastille dapat direbut pada 14 juli 1789 dianggap sebagai permulaan revolusi dan kemudian diresmikan sebagai Hari Nasional Perancis sampai sekarang. Bendera Bourbon (raja) diganti dengan bendera nasional (biru,putih,merah) dan tentara nasional dibentuk dibawah pimpinan Lafayette, seorang bangsawan yang berpaham baru dan terkenan sebagai pahlawan karena dulu memimpin tentara prancis di perang Kemerdekaan Amerika. Pada tanggal 20 juli 1789 Assemblee Nationale yang hendak bersidang, mendapat tempat sidang tertutup. Mereka bersidang di lapangan tenis di tempat ini merka bersumpah tidak akan bubar sebelum Prancis mendapatkan U.U.D. mereka sekarang menamakan Assemblee Nationale Constituante, disingkat Constituante. Perintah raja untuk membubarkan constituante gagal, sejak saat itu raja dan bangsawa tidak berkuasa lagi. Rakyat jelatalah yang berkuasa dan yang memegang tampuk pimpinan Negara. Setelah rakyat jelata dapat mengalahkan bangsawan dan kaum agama, maka tugas rakyat jelata ialah: menghapuskan ancient regime dan menyusun pemerintahan baru. ·​



Menghapuskan ancient regime ​



Penghapusan ancient regime ini dijalankan secara tegas. Semua hak-hak istimewa dan sebutan bangsawan dilenyapkan. Gilde dihauskan hingga perdagangan menjadi bebas. Ini merupakan pelaksanaan liberalism yang dalam ekonomi bersemboyan: segala kegiatan ekonomi diserahkan ke pasar, adanya kebebasan dalam kegiatan ekonomi dan campur tangan pemerintah sangat minim. Kaum gereja dijadikan pegawai negeri biasa dan milik gereja disita. Ini kemudian menimbulkan pertentangan antara kaum Revolusi Prancis dengan paus di roma. Dengan ini kaum agama dianggap musuh revolusi, dan revolusi bersifat anti-agama Katolik Roma. ·​



Menyusun pemerintahan baru ​



Setelah pemerintahan lama (ancient regime) dihancurkan kaum revolusi terus menyusun pemerintahan baru.



Pada tanggal 14 juli 1790 U.U.D. Prancis disahkan. U.U.D ini tidak



menghapuskan kerajaan tetapi membatasinya hingga merupakan monarki konstitusional. Raja hanya punya wewenang menunda keputusan tetapi tidak membatalkan. Raja setuju dengan U.U.D ini dan bersumpah setia kepadanya, tetapi ia melarikan diri, namun tertangkap dan dikembalikan ke paris. 4.​ L ​ egislatif (1791-1792) Setelah U.U.D. selesai bubarlah contituante 1791 dan digantikan oleh pemerintahan yang disebut legislative. Masa legislative ini merupakan masa yang penuh kekacauan, disebabkan oleh soal raja pada bentuk luarnya tetapi pada dasarnya adalah perebutan kekuasaan antara kaum borjuis dengan rakyak jelata. Kaum borjuis menginginkan monarki konstitusional. Raja yang lemah berguna bagi kaum borjuis sebagai alat perisai untuk menindas rakyat jelata yang dianggapnya tidak masuk akal. Sejak itu perjuangan rakyat jelata untuk ikut merasakan Revolusi dianggap kaum borjuis sebagai perlawanan. Rakyat jelata menghendaki Republik, karena raja terbukti tidak lagi dapat dipercaya disebabkan oleh pelanggarannya terhadap sumpah setiannya kepada U.U.D. 5.​ C ​ onvention (1792-1795) Legislative merupakan timbulnya perebutan kekuasaan antara kaum borjuis dengan rakyat jelata. Convention merupakan kemenangan rakyat jelata terhadap kaum borjuis.



Convention dimulai dengan perjuangan mati-matian antara Gironde dan montagne mengenai Raja Louis XVI yang melarikan diri dan ditangkap kembali. Montagne menuntut agar raja dihukum, karena raja telah melanggar sumpahnya terhadap U.U.D, sebaliknya Gironde menghendaki untuk mempertahankan raja untuk dijadikan alat. Tetapi maksud Gironde gagal ketika Robert Pierre (Montagne) menjatuhkan Gironde dengan bertanya kepada dewan perwakilan rakyat “ Dapatkah tirani dilenyapkan dengan mempertahankan seorang Tiran”. Sejak itu Gironde kehilangan kepercayaan rakyat dan Montagne menang. Kerajaan sihapuskan Hingga Prancis menjadi Republik (1792). Kemudia Louis XVI dihukum mati. Pemerintahan Teror Keadaan Negara kacau balau inilah yang memaksa montagne sebagai pemegang kekuasaan bertindak tegas sekali dan radikal, demi keselamatan Negara. Tindakan inilah yang nantinya menimbulkan kesan pemerintahan Montagne dibawah Robert Pierre disebut pemerintahan Teror. Untuk menyelamatkan Negara montagne bertindak tegas, ·​



Dibentuk pemerintahan revolusioner sementara ​



·



Semua orang yang dapat menggunakan senjata harus masuk tentara untuk menyelamatkan ​



Negara ·​ ·



Negara dibersihkan dari musuh-musuh dengan tindakan-tindakan yang radikal ​



Milik bangsawan yang lari ke luar negeri dan milik gereja disita dan dijual untuk dijadikan ​



jaminan agar asset Negara nilainya tidak merosot dan ditetapkan harga masksimum bagi barang-barang yang dijual ·



Pemilik tanah dan petani diberi sebagain saja hasilnya dan sisanya harus dijual kepada ​



Negara dengan harga maksimum yang ditetapkan Negara. Nama Robert Pierre menjadi besar dimata rakyat jelata tetapi setelah keadaan menjadi normal kembali muncullah kaum Gironde yang inggin merebut kembali hak-hak yang telah dilenyapkan Robert pierre. Mereka bersekutu dengan teman-teman Robert Pierre yang iri hati terhadap kedudukan tingginya. Mereka berhasil menggulingkan Robert Pierre dan menghukum matinya di panggung Gillotine. Inilah yang disebut pemberintakan Thermidor (1794). Berakhirlah pemerintahan terror dan kaum Gironde memegang kembali pemerintahan Prancis.



Konvention menyetujui "Konstitusi Tahun III" yang baru pada tanggal 17 agustus 1795; sebuah plebisit meratifikasinya pada bulan September; dan mulai berpengaruh pada tanggal 26 september 1795 6.​ D ​ irectoire (1795-1799) Konstitusi baru itu melantik ​directoire ​dan menciptakan Legislatif bikameral pertama dalam sejarah Perancis. Parlemen ini terdiri atas 500 perwakilan (​Conseil des Cinq-Cents​/Dewan Lima Ratus) dan 250 senator (​Conseil des Anciens​/Dewan Senior). Kuasa eksekutif dipindahkan ke 5 "direktur" itu, dipilih tahunan oleh ​Conseil des Anciens dari daftar yang diberikan oleh ​Conseil des Cinq-Cents​.Regime baru bertemu dengan oposisi dari Jacobin dan royalis yang tersisa. Pasukan meredam pemberontakan dan kegiatan kontrarevolusi. Dengan cara ini pasukan tersebut dan jenderalnya yang berhasil,Napoleon Bonaparte memperoleh lebih banyak kekuasaan.Pada tanggal 9 November 1799 (18 Brumaire dari Tahun VIII) Napoleon mengadakan Kup ​yang melantik Konsulat ; secara efektif hal ini memulai kediktatorannya dan akhirnya (1804) pernyataannya sebagai kaisar, yang membawa mendekati fase Republikan spesifik pada masa Revolusi Perancis.



7.​ C ​ onsulat (1799-1804) Napoleon Bonaparte mengambil alih kekuasaan ( coup d’etat yang dikenal dengan Revolusi Brumai pada tanggal



9 November 1799). Napoleon Bonaparte membentuk pemerintahan



Konsulat yang terdiri atas tiga orang konsul, yakni Napoleon Bonaparte, Seiyes, dan Roger Ducos. Napoleon memulai langkah-langkah penting sebagai berikut :



a.



Pembentukan pemerintahan yang kuat dan stabil dengan cara memusatkan kekuasaan



pemerintah di tangannya sendiri b.



Menciptakan suasana aman, perdamaian dengan Paus guna mengembalikan citra gereja



dan ulama di Perancis , dan membentuk tentara yang kuat. c.



Meningkatkan Kesejahteraan rakya dengan menciptakan Kitab Undang-Undang Hukum



Perdagangan (Code de Commerce) d.



Membangun sarana dan prasarana



e.



Membrantas Korupsi dan memperbaiki keuangan Negara



Dalam mengembalikan kejayaan Prancis, Napoleon harus memenangkan perang dalam Perang Koalisi II (1799-1802). Diangkatnya Napoleon sebagai kaisar oleh Paus VII.



B.​ N ​ apoleon Bonaparte Napoleon lahir sebagai putra kedua dari tujuh bersaudara di pulau Corsica pada 15 Agustus 1769. Selama masa mudanya, ia memiliki minat luar biasa dalam peperangan dan matematika. ia pergi ke sebuah perguruan tinggi militer di Perancis dan lulus sebagai Letnan 2 di divisi artileri. Saat itu, Prancis berada dalam periode kerusuhan sebagian orang-orang tidak senang dengan monarki. Segera akan berubah menjadi Revolusi Perancis, dimana orang Perancis berjuang untuk Demokrasi. Pelajaran Kepemimpinan Napoleon 1.​ V ​ isi dan Imajinasi Napoleon adalah seorang yang besar visi dan imajinasinya. Selama pemerintahannya sebagai kaisar, ia memiliki kelebihan akan visi tentang kemuliaan-Nya. Juga ia merancang taktik militer revolusioner yang baik di depan untuk setiap pemimpin militer pada masanya. Sekali lagi, kita melihat bahwa kepemimpinan dengan visi sangat penting. Sebelum Anda dapat memimpin orang-orang, orang juga perlu mengetahui dari mana Anda memimpin mereka. Bersiaplah untuk berbagi visi organisasi Anda setiap saat, karena itu mengilhami orang untuk pergi jauh bersama Anda. 2. Tahu orang-orang Anda Berbeda dengan monarki yang memerintah Perancis selama waktu itu, Napoleon memahami pentingnya memenangkan orang ke dirinya sendiri. Dia akan tahu tentara-masing menurut namanya dan dia akan memanggil mereka saat ia berjalan melalui kamp. Kadang-kadang ketika kita bekerja dalam organisasi, kita tergoda untuk bersembunyi di balik meja dan mengelola seluruh organisasi Anda dengan panggilan email atau telepon. Tetapi pada akhirnya, organisasi yang dibangun di atas hubungan orang dan itu adalah hubungan Anda yang



akan memastikan keberhasilan terus-menerus dan kepemimpinan. Luangkan waktu untuk mengenal tim Anda. 3. Ketekunan adalah kunci untuk keberhasilan Anda Napoleon melihat pentingnya ketekunan dalam mencapai kemenangan. Kita akan melihat bahwa sebagian jelas dalam bukunya ia akan datang kembali untuk mengambil alih tahta Perancis bahkan setelah dia diasingkan. Politik dalam Negeri 1) Pembentukan pemerintahan yang kuat dan stabil dengan cara memusatkan kekuasaan pemerintahan di tanganya sendiri, menyeragamkan sistem administrasi pemerintahan, dan menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Code de Penal) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Code de Civil).



2) Menciptakan suasana aman, tenteram dan damai dengan cara kaum bangsawan yang lari ke luar negeri akibat revolusi, diizinkan kembali ke Prancis dengan aman, mengadakan perdamaian dengan Paus guna mengembalikan citra gereja dan ulama di Prancis seperti sedia kala, dan membentuk tentara yang kuat.



3) Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara memajukan pendidikan bagi rakyat, memajukan perekonomian melalui industrialisasi dan perdagangan, dan menciptakan Kitang Undang-Undang Hukum Perdagangan (Code de Commerce) agar perdagangan Prancis berkembang pesat dan membawa keuntungan.



4) Membangun sarana dan prasarana, seperti jalan raya dan gedung-gedung pemerintahan.



5) Memberantas korupsi dan memperbaiki keuangan negara. Politik luar Negeri Di tahun 1802, di Amiens, Napoleon menandatangani perjanjian damai dengan Inggris. Ini memberi angin lega kepada Perancis yang dalam tempo sepuluh tahun terus-menerus berada dalam suasana perang. Tetapi, di tahun berikutnya perjanjian damai itu putus dan peperangan



lama dengan Inggris dan sekutunya pun mulai lagi. Walaupun pasukan Napoleon berulang kali memenangkan pertempuran di daratan, Inggris tidak bisa dikalahkan kalau saja armada lautnya tak terlumpuhkan. Malangnya untuk Napoleon, dalam pertempuran yang musykil di Trafalgar tahun 1805, armada laut Inggris merebut kemenangan besar. Karena itu, pengawasan dan keampuhan Inggris di lautan tidaklah perlu diragukan lagi. Meskipun kemenangan besar Napoleon (di Austerlitz melawan Austria dan Rusia) terjadi enam minggu sesudah Trafalgar, hal ini sama sekali tidak bisa menghapus kepahitan kekalahan di sektor armada laut. Perang-Perang Napoleon Peperangan era Napoleon adalah serangkaian peperangan yang terjadi selama Napoleon bonaparte memerintah Perancis (1799–1815). Perang ini terjadi (khususnya) di benua Eropa , tetapi juga di beberapa tempat di benua lainnya dan merupakan kelanjutan dari perang yang dipicu oleh Revolusi Prancis pada tahun 1789. Perang ini menyebabkan perubahan besar pada sistem militer di Eropa terutama artileri dan organisasi militer, dan juga pada masa inilah pertama kalinya diadakan wajib militer secara resmi sehingga jumlah tentara berlipat ganda. Perang Napoleon disebut perang Koalisi yang terjadi sebanyak 7 kali yang terjadi antara gabungan beberapa Negara melawan Prancis. Diantaranya adalah: 1.



Perang Koalisi I (1792-1797) : Prancis melawan gabungan Austria, prusia,inggris, spanyol, ​



belanda dan Sardinia. 2.​ P ​ erang Koalisi II (1799-1802) : Prancis melawan gabungan Austria,rusia,inggris dan turki 3.​ P ​ erang Koalisi II (1805) : Prancis melawan gabungan Austria, rusia, inggris dan swedia 4.​ P ​ erang Koalisi IV (1806-1807) : Prancis melawan gabungan Prusia, inggris, dan rusia 5.​ P ​ erang Koalisi V (1809) : Prancis melawan gabungan Austria , inggris, spanyol dan portugal 6.



Perang Koalisi VI 1813-1814) : Prancis melawan gabungan rusia, inggris, swedia,Austria, ​



spanyol,prusia dan jerman 7.​ P ​ erang Koalisi VII 1815) : Prancis melawan gabungan inggris, Austria, prusia dan Rusia



Bab III A.​ D ​ ampak Revolusi Prancis Bagi Negara Prancis 1.​ A ​ kibat Politik ·​ ​



·​ ​



·​ ​



·​ ​



·​ ​



Undang-undang merupakan kekuasaan tertinggi Timbulnya ide Republik Paham demokrasi modern timbul sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia Nasionalisme Timbulnya ide tentang revolusioner



2.​ A ​ kibat Ekonomi ·​ ​



·​ ​



·​ ​



·​ ​



Petani menjadi pemilik tanah Penghapusan system pajak Feodal Penghapusan Gilde (monopoli) Timbulnya revolusi Besar



3.​ A ​ kibat Sosial ·​ ​



·​ ​



·​ ​



·​ ​



Penghapusan feodalisme Susunan masyarakat baru Pendidikan dan pengajaran merata disemua lapisan masyarakat Code Napoleon B.​ D ​ ampak Revolusi Prancis Bagi Dunia



1.​ A ​ kibat Politik ·



Penyebahan paham liberalisme, dalam hal ini napoleonlah yang menjadi penyebar yang ​



menjadikan paham liberalism besar. ·



Demokrasi , revolusi Prancis menghancurkan Monarki absolute dan rakyat prancis bebas dari ​



perbudakan. Rakyat dinegara lain juga ingin membebaskan diri dari monarki absolut.



·



Nasionalisme , timbul di eropa sebagai akibat revolusi Prancis atas tindakan Napoleon yang ​



menduduki hamper seluruh Eropa dan bertindak sewenang-wenang terhada Negara yang didudukinya. Hal ini menimbulkan perasaan sebangsa di Negara yang diduduki napoleon. ·​



Ide tentang aksi revolusioner ​



Aksi revolusioner yang dijalankan Bangsa Prancis dalam Revolusi Prancis terbukti dan sangat memuaskan. Negara lain ingin juga meniru Prancis dan menggunakan aksi revolusioner untuk mencapai sesuatu maksud. Sampai sekarang aksi revolusioner masih ada di dunia ini. 2.​ A ​ kibat Ekonomi ·​ ​



·​ ​



·​ ​



Timbulnya industry-industri di Eropa Kehidupan perdagangan berubah dari pantai ke daerah pedalaman Inggris kehilangan pasar di Eropa



3.​ A ​ kibat Sosial ·​ ​



·​ ​



·​ ​



Penghapusan feodalisme Pendidikan dan pengajaran merata disemua lapisan masyarakat Code napoleon.



Bab IV Penutup A.​ K ​ esimpulan Revolusi



Prancis adalah masa dalam sejarah Prancis yang berlangsung antara 1789-1815.



Dalam Revolusi Prancis kelompok demokrat dan pendukung republikanisme berusaha menjatuhakan monarki absolute di Prancis dan memaksa Gereja Katolik Roma menjalani restrukturisasi



yang radikal. Revolusi Prancis merupakan sebuah tranformasi besar dalam



system politik dan masyarakat Prancis. Prancis berubah dari Negara monarki absolut menjadi sebuah Negara Republik merdeka. Revolusi Prancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar masyarakat terhadap system pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Terjadinya Revolusi Prancis tidak dapat dilepaskan dari praktik pemerintahan absolut yang berlangsung hampir di seluruh Eropa.



B.​ S ​ aran Agar makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi terhadap revolusi yang terjadi di Prancis pada Abad ke 18, sehingga kita dapat memahami hal apa yang melatarbelakanginya sehingga dapat terjadi selain itu apa dampak yang ditimbulkan oleh Revolusi Prancis terhadap Negara Prancis maupun Pengaruhnya terhadap Dunia.



Daftar Pustaka Djaja, wahjudi,2012, sejarah eropa: dari eropa kuno hingga eropa modern. Jogjakarta,Ombak. Furet, Francois & denis richet,1989. Revolusi Prancis, Jogjakarta, gajah Mada University Press. Perry, Marvin, 2012, Peradaban Barat : dari zaman kuno hingga zaman pencerahan. Bantul . Kreasi Wacana. Soebantardjo, 1957. sari sedjarah. Jogjakarta, bopkri-gondolusumo. La documentation Francaise,1986, PERANCIS, jogakarta, gajah Mada University Press. ​Les Philosophés Kurun Ke-18 di Perancis: Sifat-sifat Reaksioner ​ ​Di Sebalik Bayang Revolusioner: ​AZMI Arifin Peranan Golongan Borjuis pada Revolusi Prancis Tahun 1789 : Lubna Sungkar



Peran Stategis Napoleon Bonaparte dalam Konstitusi Prancis. : Djoko Marihandono Peranan Golongan ketiga dalam Revolusi Prancis Tahun 1789 : Suswandari