15 0 171 KB
MAKALAH GEOGRAFI PEMBANGUNAN RUANG dan REGION Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas-tugas pada Mata Kuliah Geografi Pembangunan
Dosen Pengampu: Drs. Nixon J. Sindua, M.Si Dra. Jolanda E. Kaihatu, M.Si Venancia Maengkom, S.Pd, M.Si
Oleh: Feisel Kristopel Rompas NIM. 18605071 V
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MANADO 2020 i
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bidang ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari berbagai komponen fisik muka bumi, mahluk hidup (tumbuhan, hewan dan manusia) di atas muka bumi, ditinjau dari persamaan dan perbedaan dalam perspektif keruangan yang terbentuk akibat proses interaksi dan interrelasinya. Karena ruang permukaan bumi ini merupakan suatu ruang yang sangat luas maka para ahli geografi membaginya ke dalam wilayah-wilayah geografi dengan tujuan agar lebih mudah dalam mempelajarinya. Wilayah-wilayah dalam geografi ukurannya bervariasi dari yang sangat luas sampai yang terbatas. Masing-masing wilayah memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan persebaran bentang alam dan bentang budayanya. Dengan demikian, setiap wilayah di permukaan bumi adalah tidak sama melainkan dapat dibedakan dengan wilayah lainnya sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Ruang adalah tempat yang memberikan kita hidup karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang diperlukan untuk kehidupan. Karena itu, menurut istilah geografi umum yang dimaksud dengan ruang (space) adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, binatang, dan manusia. Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Wilayah Formal
(uniform
region/homogeneous)
keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
adalah suatu wilayah yang memiliki tertentu, baik fisik maupun sosialnya.
Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah pegunungan bercocok
atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan
tanam
disebut wilayah pertanian. Wilayah Fungsional
(nodal region)
merupakan wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di
sekitarnya.
Contoh: Suatu industri didirikan
pada suatu wilayah.
Setiap pagi
karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari mereka pulang ke rumah masing-masing. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersubut maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa pengertian Konsep Ruang dan Region? ii
2. Apa itu Klasifikasi Region 3. Seperti apa Pertumbuhan dan Perkembangan Region? 4. Seperti apa Pertumbuhan Antar Region? C. TUJUAN 1. Dapat mengetahui pengertian Konsep Ruang dan Region 2. Dapat mengetahui Klasifikasi Region 3. Dapat mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Region 4. Dapat mengetahui Pertumbuhan Antar Region
iii
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP RUANG DAN REGION 1. Konsep Ruang Ruang adalah tempat yang memberikan kita hidup karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang diperlukan untuk kehidupan. Karena itu, menurut istilah geografi umum yang dimaksud dengan ruang (space) adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, binatang, dan manusia. Sedangkan menurut istilah geografi regional bahwa ruang adalah suatu wilayah yang mempunyai batasan geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah dibawahnya, serta lapisan udara di atasnya. Menurut Sumaatmadja, mengatakan bahwa wujud ruang dipermukaan bumi berbentuk tiga dimensi, bentangannya berupa daratan dan perairan, sedangkan kearah vertikal berupa lapisan udara, dalam ruang ini berlokasi benda hidup dan benda mati serta gejala-gejala yang satu sama lainnya beriteraksi. Ilmu geografi sangat menekankan eksistensi ruang sebagai pendekatan kerangka analisisnya. Analisis keruangan (spatial) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat – sifat penting atau serangkaian sifat-sifat penting. Ahli geografi akan bertanya faktor – faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, dalam analisis keruangan harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan atau dimanfaatkan untuk pelbagai kegunaan yang dirancang. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processess) (Yunus, 1997). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimpulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
1
Kerangka
kerja
analisis
pendekatan
keruangan
bertitik
tolak
pada
permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. What? Struktur ruang apa itu? b. Where? Dimana struktur ruang tesebut berada? c. When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu? d. Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu? e. How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu? f. Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia? Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang. Dalam melakukan pendekatan terhadap gejala dan masalah, geografi akan menggunakan pendekatan topik utama, biasanya mencari apa yang menjadi pusat perhatian manusia. Misalnya di daerah tertentu topik yang menjadi perhatian utama adalah kelaparan. Maka kelaparan inilah yang menjadi sorotan utamanya. Artinya dapat dijuga dikatakan ruang di mana kelaparan berlangsung. Kelaparan di daerah yang bersangkutan diungkapkan jenis-jenisnya, sebabsebabnya, penyebarannya, intensitasnya, dan interelasinya dengan gejala yang lain dan dengan masalah secara keseluruhan. Pokoknya hal-hal yang berkenaan dengan topik kelaparan harus diungkapkan sedalam-dalamnya, sehingga diperoleh deskripsi ruang geografi mengenai kelaparan tersebut. Diharapkan bahwa pengungkapan topik kelaparan tadi berkenaan dengan penyebarannya, interelasinya, deskripsi dan sebab-sebabnya, dapat mengungkapkan masalah geografi di daerah bersangkutan secara lebih luas. Hal yang sama dapat pula dilakukan terhadap topik-topik lainnya, seperti pengangguran, erosi, kenakalan remaja, kekurangan air, industri, dan lain-lain sebagainya. Yang menjadi pegangan utama dalam melakukan pendekatan topik ini yaitu bahwa tidak boleh dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik yang kita dekati. Faktor-faktor geografi seperti manusia dan keadaan fisisnya tidak boleh diabaikan. Berdasarkan landasan keruangan ini, kita akan dapat mengungkapkan karakteristik kelaparan di daerah/wilayah yang bersangkutan bila dibandingkan dengan gejala atau kelaparan di daerah/ wilayah yang lainnya.
2
Pada pendekatan keruangan lainnya, pendekatan utama diarahkan kepada aktivitas manusianya (human activities). Pertanyaan utama pada jenis pendekatan ini ialah bagaimana kegiatan manusia atau penduduk di suatu wilayah yang bersangkutan? Jadi, hal-hal yang berkenaan dengan aktivitas penduduk itu menjadi sorotan utama. Pengungkapan
aktivitas
penduduk
ini
ditinjau
dari
penyebarannya,
interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala gejala lain yang berkenaan dengan aktivitas tadi. Ditinjau dan penyebarannya, kita akan dapat membedakan jenis aktivitas tadi sehubungan dengan matapencarian yang dilakukan penduduk. Apakah aktivitas itu berlangsung di daerah pegunungan, apakah di dataran rendah, apakah dekat dengan sungai, apakah jauh dan sungai, apakah di pantai, dan demikianlah seterusnya. Dari penyebaran kegiatan penduduk tadi, kita akan dapat pula mengungkapkan interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah, dengan keadaan hidrografi, dengan keadaan komunikasi-transportasi, dengan keadaan tinggi-rendah permukaan, dan dengan faktor-faktor geografi lainnya. Dengan demikian, kita akan dapat pula membuat suatu deskripsi tentang aktivitas penduduk tadi berdasarkan penyebarannya dalam ruang, dan berdasarkan interelasi keruangannya dengan gejala-gejala lain serta dengan masalah sebagai sistem keruangannya. a. Ruang Menurut Ekologi Ekologi khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku pada bidang ilmu ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan geografi dalam memandang aspek ruang. Menurut ekologi, ruang dipelajari, ditelaah dan dianalisis sebagai sesuatu gejala atau sesuatu masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Ruang menurut ekologi sebagai suatu bentuk ekosistem hasil hubungan dan penyesuaian antara penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungannya pada area atau daerah tertentu. Jadi dalam hal ini, interelasi manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya dikaji berdasarkan konsep dan prinsip ekologi, atau dengan perkataan lain dengan menggunakan pendekatan ekologi. Sebagai sebuah ekosistem, suatu ruang dipandang atau diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai makhluk hidup dengan lingkungan alamnya. Pada pendekatan ekologi suatu daerah pemukiman ditinjau sebagai suatu bentuk 3
ekosistem hasil interaksi penyebaran dan aktivitas manusia dengan lingkungan alamnya. Demikian pula jika kita mengkaji daerah pertanian, daerah perindustrian, daerah perkotaan dan lain-lain sebagainya. Pendekatan ekologi pada studi geografi, bukan merupakan metode pendekatan satu-satunya. Pendekatan ekologi ini merupakan metode pendekatan pelengkap untuk melakukan pendekatan masalah yang tidak dapat didekati atau ditelaah oleh metodemetode lainnya. b. Ruang Menurut Ilmu Wilayah Berdasarkan konsep pewilayahan, ruang permukaan bumi dibatasi oleh keadaan fisik, sosial, dan batas administrasi pemerintahan. Jika satu kesatuan alam permukaan bumi menunjukkan ciri-ciri yang relatif sama maka dinamakan sebagai ruang geografi (space). Ciri-ciri yang relatif sama tersebut misalnya seragam dalam hal keadaan fisik permukaannya, kebudayaan masyarakatnya mempunyai ciri yang khas, dan ruang tersebut menunjukkan suatu sistem kehidupan dalam keterikatan yang kentara. Ruang geografi yang memiliki ciri khas tertentu disebut wilayah (region). Jadi apa bedanya antara ruang dan wilayah? Wilayah, sebagaimana yang telah dijelaskan, merupakan kesatuan alam yang seragam dan/atau kesatuan masyarakat dengan kebudayaan yang khas sehingga dapat dibedakan satu wilayah dengan wilayah yang lain. Penamaan wilayah yang bersangkutan tentunya bergantung pada satuan alam atau kesatuan budaya yang digunakan. Dalam geografi, kesatuan wilayah dapat ditentukan berdasarkan pada sejumlah region. Contoh region (wilayah) yang dicirikan unsur fisik antara lain wilayah geologi (geological region), wilayah tubuh atau jenis tanah (soil region), wilayah vegetasi (vegetation region), dan lain-lain; sedangkan wilayah yang namanya didasarkan pada sosial-budaya manusia misalnya wilayah ekonomi, wilayah sejarah, wilayah perkotaan, wilayah perdesaan, dan lain-lain. Suatu wilayah dapat ditentukan dalam ukuran yang luas tetapi dapat pula dalam
ukuran
yang
lebih
sempit
tergantung
dari
kerincian
dalam
mengindentifikasi kesamaan atau keseragamannya. Contoh wilayah yang luas misalnya wilayah Asia Tenggara, Wilayah Eropa barat, Wilayah Amerika Latin, Wilayah Afrika Tengah, dan lain-lain. Wilayah yang disebutkan di atas masingmasing memiliki karakteristik yang khas. Relatif memiliki keseragaman budaya,
4
keseragaman tingkat peradaban, dan lain-lain sehingga jika diperbandingkan antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Dalam skala yang lebih kecil, ukuran wilayah dapat pula ditentukan. Di Pulau Jawa memiliki wilayah-wilayah yang dapat dibedakan baik secara fisik maupun sosialbudaya masyarakatnya. Secara fisik misalnya ada wilayah geologi Banten, wilayah geologi Zone Bandung, dan lain-lain. Secara sosial-budaya kita juga mengenal adanya wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa), wilayah Kebudayaan Pasundan, Wilayah Kesultanan Yogyakarta, dan lain-lain. Pewilayahan macam itu disebut pewilayahan secara formal (formal region) karena mengidentifikasi wilayah dengan menunjukkan objek-objek yang ada pada wilayah tersebut. Tidak semua wilayah dapat digambar pada peta tematik dengan tegas, karena mengalami kesulitan dalam menarik garis yang sebenarnya. Contohnya wilayah Pantura, merupakan wilayah yang relatif sulit ditentukan karena batas wilayah Pantai Utara Jawa tidak seluruhnya memiliki ciri yang seragam atau homogen. Wilayah Pantura hanya didasarkan pada suatu daerah yang dilalui oleh jalan raya yang “kebetulan” menelusuri tepian pantai utara Pulau Jawa. Istilah wilayah Pantai Utara Jawa menjadi sangat terkenal pada saat lebaran (Hari Raya keagamaan) yang mudik memanfaatkan jalur jalan yang membentang dari Jakarta hingga Surabaya. Karena banyak orang yang mengalami kesulitan dalam penentuan batas wilayah, maka umumnya akan diidentifikasi pada fungsi tertentu yang kemudian dikenal dengan istilah kawasan. Kawasan industri artinya suatu wilayah yang difungsikan atau dimanfaatkan untuk pengembangan sejumlah industri. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kawasan perkampungan, pertanian, kehitanan, dan lain-lain. Selain wilayah formal, ada pula yang disebut wilayah fungsional (functional region) atau wilayah nodus yaitu suatu bagian dari permukaan bumi, di mana beberapa keadaan alam yang berlawanan memungkinkan timbulnya bermacam-macam kegiatan, yang hasilnya berbeda dan saling mengisi dalam keperluan kehidupan manusia, karena itu sering pula disebut wilayah organik. Contoh wilayah fungsional misalnya di suatu wilayah lereng pada sebuah gunung mulai dari lereng atas sampai dengan lereng kaki, disambung dengan daerah dataran rendah hingga akhiurnya ke tepi sebuah pantai. Penduduk di lereng atas hidup dari kehutanan, penduduk di lereng di bawahnya hidup dari 5
perkebunan, penduduk di lereng bawah hidup dari pertanian, penduduk yang berada di dataran mungkin perkotaan dan hidup dari usaha pelayanan jasa, sedangkan penduduk yang berada di tepian laut hidup sebagai nelayan. Di antara mereka saling membutuhkan dan mengisi kekurangan masingmasing. Untuk memenuhi kebutuhan hidunya nelayan akan “menyumbangkan” lauk pauk ikan laut sedangkan dari petani akan membantu beras untuk dimasak menjadi nasi. Kira-kira orang dari daerah pegunungan yang memiliki sayuran akan menyumbangkan apa? Dalam wilayah fungsional, semua komponen dapat diperhitungkan peranan dan hubungan kegiatan antara komponen tersebut. Wilayah formal sebagaimana telah dijelaskan di atas dapat disebut “wilayah fungsional” asalkan komponen yang berada dalam wilayah tersebut diperhitungkan keterkaitan dan perannya masing-masing. Karena itu dalam wilayah fungsional, hal yang khas dari ciri wilayah bukan didasarkan atas keseragaman atau kesamaannya (sebagaimana pada wilayah formal) tetapi dalam wilayah fungsional; beberapa kegiatan yang berbeda menjadi komponen-komponen yang menciptakan suatu sistem kehidupan wilayah fungsional yang menciptakan suatu sistem kehidupan wilayah fungsional. Kehidupan kota adalah wilayah fungsional karena kota tidak dapat “hidup” tanpa ada daerah hinterland-nya (wilayah belakang yang menyediakan hasil-hasil pertanian). Menurut Jayadinata (1999), adanya wilayah formal dan fungsional dapat memudahkan bagi para perencana untuk melakukan pendekatan dalam mengembangan wilayah tersebut. Berdasarkan pembedaan wilayah tersebut, dalam perencanaan wilayah dibagi dua pendekatan yaitu: Pendekatan teritorial, untuk perencanaan suatu wilayah formal. Perencanaan wilayah macam ini memperhitungkan mobilisasi terpadu dari semua sumber daya manusia dan sumberdaya alam dari suatu wilayah tertentu yang dicirikan oleh perkembangan sejarahnya. Sejarah dijadikan salah satu faktor yang mengikat antar anggota masyarakat sehingga membentuk wilayah terirorial tertentu. Perencanaan wilayah teritorial atau formal diarahkan untuk peningkatan perkembangan untuk melayani aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang berada di dalamnya. Perluasan wilayah dalam pengembangan wilayah formal akan dibatasi oleh batas wilayah lain yang berbatasan.
6
1) Pendekatan fungsional, yaiu suatu perencanaan yang memperhitungkan lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem perkotaan mengenai berbagai pusat dan jaringan. Dalam perencanaan akan dikembangkan model-model perencanaan seperti model gravitasi, analisis masukan-keluaran, pusat pertumbuhan, dan lain-lain. Perluasan wilayah fungsional memperhitungkan dan mengambil manfaat dari keadaan wilayah lain yang berbatasan dalam interaksi dan memenuhi kebutuhan yang tidak dimiliki oleh masing-masing wilayah bersangkutan. Akhirnya dari masing-masing pengertian tentang ruang ternyata memiliki fungsi yang berbeda-beda, walauapun pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk diklasifikasikan sesuai fungsinya sehingga dapat dilakukan pengaturan ruang agar lebih nyaman, berguna, dan dapat berkelanjutan. 2. Konsep Region a. Pengertian Region Terjemahan region ke dalam bahasa Indonesia menjadi wilayah, rasanyakurang tepat karena banyak bidang studi lain yang menggunakan kata wilayahtetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Untuk
memahami
pengertian
region
sebaiknya
Anda
pahami
terlebihdahulu mengenai perbedaan pemahaman landschaft dan landscape sebagai intipada studi geografi. Pemahaman landschaft pada mulanya oleh Alfred Hettner diJerman diartikan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi yang memiliki sifatfisis yang karakteristik sebagai suatu individualitas tertentu, yang dapat dibedakandari wilayah lain di sekitarnya. Kemudian konsep tersebut diperluas tidak hanyaterbatas pada keadaan fisis saja, melainkan juga termasuk tumbuhtumbuhan,binatang dan manusianya. Berbeda halnya dengan pemahaman landscape di Amerika Serikat danBritania saat itu. Konsep landscape berarti bentuk luar dari permukaan bumi dibawah atmosfir, atau dapat disebut permukaan bumi. Pengertian landscape dapatdipandang sebagai obyek material wilayah yang terbatas atau dapat dikatakansebagai suatu bentangan (bentang alam dan bentang budaya) saja seperti yang kitalihat dari hasil pemotretan foto udara. Seolah-olah tanpa memperhatikan unsur-unsur interelasi-interaksi-integrasinya dalam ruang. Untuk
menghindarkan
pengertian
yang
kabur
terhadap
kedua
konseptersebut maka menurut Sumaatmadja (1988:42) digunakan konsep 7
region.Selanjutnya dalam Sumaatmadja dikatakan bahwa, “Region berarti suatu wilayahyang memiliki karakteristik tertentu yang khas, yang membedakan diri dariregion-region lain di sekitarnya”. Region ini memiliki ukuran yang bervariasi,dapat meliputi wilayah yang sangat luas maupun wilayah terbatas. Karakterterpenting yang harus dimilikinya yaitu terdapatnya homogenitas tertentu yangkhas. Karakteristik yang khas ini dapat berupa aspek fisis maupun aspek kultural. Dengan demikian, menurut Dickinson (dalam Sumaatmadja, 1988), “Suaturegion adalah suatu komplek keruangan atau komplek teritorial yang terdiri daripenyebaran gejala-gejala yang berbeda sesamanya, yang mengungkapkan suatukeseluruhan aspek tertentu sebagai ruang geografi”. Sifat karakteristik sebagaisuatu keseluruhan wilayah geografi pada studi geografi digambarkan sebagaisuatu pengertian geografi yang dikenal sebagai konsep regional. Pembagian region dalam geografi dapat meliputi region berdasarkan unsurfisis misalnya region geologi (geological region), regio jenis tanah (soil region),region iklim (climatic region), region vegetasi (vegetation region), dan regioberdasarkan aspek budaya seperti region bahasa (linguistic region), regionekonomi (economic region), region sejarah (historical region), dan sebagainya. Dari pengertian di atas, region dapat pula dibedakan sebagai berikut : 1) Pengertian
internasional:
region
dapat
meliputi
beberapa
negara
yangmempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya : wilayah AsiaTenggara, wilayah Asia Timur, wilayah Amerika Utara, Amerika Latin,Eropa Barat, Eropa Timur dan sebagainya. 2) Pengertian nasional: region merupakan sebagian dari negara, tetapi bagiantersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia, misalnya: pantaitimur Sumatera, pantai utara Jawa, dataran tinggi Bandung dan sebagainya. Berkaitan dengan pengertian region adapula yang disebut kawasan, yaitubagian dari region yang digunakan untuk suatu fungsi tertentu, misalnya dipedesaan
terdapat
kawasan
perkampungan,
kawasan
pertanian,
kawasankehutanan. Demikian pula di perkotaan terdapat kawasan permukiman, kawasanperkantoran, kawasan perniagaan, kawasan industri, kawasan rekreasi dsb. 8
b. Region Formal dan Region Fungsional Region dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu region formal (formalregion) dan region fungsional (functional region) atau disebut juga nodal. Apayang dimaksud dengan region formal dan region fungsional, secara lebih rinciakan diuraikan sebagai berikut. 1) Regional Formal Region formal disebut juga region uniform dan bersifat statis, yaitu suatuwilayah yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan termasuk kedalamnyakenampakan fisik muka bumi, iklim, vegetasi, tanah, bentuk lahan, penggunaanlahan dsb. Anda
dapat
membagi
bentuk
permukaan
bumi
berdasarkan
topografi(tinggi-rendah) nya, misalnya menjadi wilayah pegunungan (wilayah inimerupakan kesatuan kenampakan yang sama yaitu bentuk bergununggunung,sejauh kenampakan muka bumi bergunung itu masih terkait atau retif sama, makasejauh atau seluas itu pula wilayah pegunungan tersebut). Demikian pula untukdataran tinggi atau dataran rendah. Berdasarkan iklim, permukaan bumi dapat Anda kelompokkan menjaditiga wilayah iklim, yaitu wilayah iklim tropis dimana daerah ini rentangannyadiantara 23½ºLU sampai 23½ºLS, wilayah iklim Sedang yang rentangannyadiantara 23½ºLU dan 23½ºLS sampai 66½ºLU dan 66 ½ºLS, dan wilayah iklim Dingin atau Kutub yang rentangannya diantara 66½ºLU dan 66 ½ºLS sampai 90ºLU dan 90º LS. Pembagian tersebut hanya berdasarkan salah satu unsur iklim saja yaituunsur suhu. Sementara jika kriterianya lebih dari satu misalnya suhu dan curahhujan maka pengelompokkannya akan lebih beragam lagi. Sebagai contoh karenadi wilayah Indonesia terdapat suatu tempat yang memiliki ketinggian mencapai 5000 meter dpl. maka sekalipun di wilayah tropis, tetapi juga memiliki saljuseperti di wilayah iklim sedang atau dingin. Contoh lainnya iklim mediteran dilaut tengah ternyata terdapat pula di wilayah negara bagian California Amerika Serikat dsb. Sehingga wilayah iklim dapat pula terpisahpisah. Region dapat ditandai pula oleh bentuk-bentuk kenampakan lahan denganpola umum dari aktivitas pertanian, industri, pemukiman, perkebunan
9
atau bentuklahan lain yang relalif tetap seperti lembah sungai yang dibatasi oleh daerahalirannya. Berdasarkan
vegetasi
atau
penggunaan
lahan,
maka
Anda
akanmenyaksikan wilayah-wilayah dapat Anda sebut sebagai wilayah perkebunan,wilayah pertanian sawah, wilayah pertanian kering, wilayah kehutanan. Mungkinsaja tidak sepenuhnya di wilayah tersebut bertani sawah, tetapi terdapat pula ataudiselingi dengan jenis pertanian lainnya misalnya pertanian kering, perkampunganatau permukiman, tetapi karena pertanian sawah sangat dominan ataukeseragaman sawah sangat menonjol, maka wilayah tersebut dapat Anda katakanwilayah pertanian sawah. Demikian pula untuk wilayah penggunaan lahanlainnya. Bila pada suatu tempat industri lebih dominan maka dapat Anda katakanwilayah tersebut sebagai wilayah industri dsb. Region formal berdasarkan kenampakan budaya, misalnya di Jawa Barat dapat Anda bedakan antara Wilayah Parahyangan dengan Wilayah Pantura (Pantai Utara Jawa). Pada kedua contoh region ini kita dapat membedakan bagaimana karakter masyarakatnya yang berbeda, baik dari aspek budaya maupun kehidupan sosialnya. Coba Anda berikan contoh perbedaan karakter sosial budaya dari keduaregion tersebut! Pembagian wilayah secara politik atau administratif pun dapat Anda kelompokkan menjadi wilayah formal, misalnya negara, propinsi, kabupaten atau kecamatan dan seterusnya. Kadangkala wilayah berdasarkan kriteria tertentu dapat melampaui batas-batas politis tadi, misalnya kebudayaan (dunia) Arab wilayahnya tidak terbatas pada negara-negara Arab yang terdapat di Asia Barat Daya saja,tetapi membentang hingga ke Afrika Utara, demikian pula kebudayaan atau dunia Cina dan sebagainya. Di kota besar pun Anda dapat menjumpai misalnya daerah atau kawasan pusat perniagaan yang disebut dengan Central Bussiness District (CBD), zone permukiman, zone pinggiran kota, zona perindustrian dan sebagainya. Ini semua merupakan contoh lain dari region formal. 2) Region Fungsional Region fungsional disebut juga region nodal. Region fungsional bersifat dinamis dibandingkan dengan region formal, yaitu ditandai oleh adanya gerakan dari dan ke pusat. Pusat tersebut disebut sebagai node. Sejauh 10
mana node dapat menarik daerah sekitarnya sehingga tercipta interaksi maksimal, maka sejauh itulah batas region nodalnya. Contoh sederhana dapat Anda amati pada masyarakat tradisional atau pra-industri, dimana pada pusat perkampungan penduduk dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Lahan pedesaan dapat menyediakan berbagai kebutuhan
penduduk
seperti
makanan,
nahan
bakar
dan
pakaian
sederhana.Perkampungan merupakan pusat tempat dibuatnya berbagai keputusan yangmenyangkut kehidupan warga kampung, dan perkampungan pun merupakan pusatpergerakan manusia atau penduduk kampung dan hewan sebagai alat bantupembajakan lahan pertaniannya ke lahan pertanian setiap pagi dan pulang di siangatau sore harinya. Pada masyarakat maju, jumlah penduduk lebih banyak dan menyebar.Lokasi pasar, sekolah, pusat kesehatan umumnya terkonsentrasi dalam satu tempattertentu. Tempat tertentu tersebut merupakan region nodalnya. Para petanimenjual hasil panennya di pasar, anak-anak ke sekolah, ibu-ibu berbelanja kewilayah pusat perbelanjaan, para karyawan pabrik pergi setiap hari kerja kewilayah pusat industri. Suatu region nodal terdapat empat unsur penting sebagai berikut :1) adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia;2) adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secaraterorganisir;3) adanya wilayah yang makin meluas;4) adanya jaring-jaring rute tempat tukar menukar berlangsung. Pada region nodal terdapat fungsi suatu tempat sebagai sirkulasi. Padawilayah tersebut terdapat aktivitas yang diorganisir dan umumnya bersifat lebihdinamis seperti gerakan orang, barang, berita atau pesan. Karena itu dalam regionnodal meliputi wilayah di sekitar titik pusat. Region formal tidak perlu memilikicore (inti), walaupun dalam beberapa hal memiliki heartland area (wilayahjantung). Heartland area adalah daerah yang kenampakkan dari suatu kriteriatertentu sangat jelas kenampakkannya. Pusat kegiatan berkembang karena adanya kebutuhan manusia, baikkebutuhan biologis maupun kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut sangat beragamdan tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh produksi sendiri. Karena itu manusiamembutuhkan manusia lain. Contoh petani menghasilkan padi, akan tetapi merekajuga membutuhkan pakaian, barang bangunan dan kebutuhan 11
lainnya. Merekaperlu kerjasama atau saling tukar menukar barang dengan aorang lain yangberbeda produksinya. Timbulah pertukaran atau proses jual beli pada masyarakatmodern. Tempat jual beli itu umumnya tempat-tempat yang dapat dengan mudah dijangkau dari berbagai tempat. Dalam proses ineraksi itu ada berbagai aturan,dimana baik sipenjual maupun si pembeli harus sepakat dan mematuhinya,sehinga terjadi kepuasan berbagai pihak. Dengan demikian dalam region nodaltidak hanya terlibat sejumlah orang tetapi juga barang, jasa, transportasi danberbagai aturan sehingga membentuk suatu sistem yang saling menunjang.Misalnya, Kota Cirebon di Jawa Barat merupakan suatu wilayah pertemuan lalulintas darat antara wilayah timur ke arah Jakarta atau ke arah Bandung, daerah iniakan sangat terasa sekali pada saat menjelang dan sesudah hari raya idul fitridengan arus lalu lintas yang padat dan macet. Wilayah tersebut dinamakanwilayah fungsional (nodal) bagi pengendalian kelancaran arus lalu lintas. Luas wilayah fungsional dapat saja lebih luas dari pada wilayah formal,misalnya wilayah Bopuncur yaitu wilayah Bogor, Puncak, dan Cianjur yangmerupakan
wilayah
fungsional
yang
berfungsi
sebagai
daerah
konservasi.Wilayah cekungan sedimen tersier di pulau Sumatera merupakan wilayahfungsional karena memiliki cadangan minyak terbesar di Indonesia. Wilayah hutan tropika merupakan wilayah fungsional karena berfungsi sebagai paru-parudunia. Wilayah Ujung Kulon merupakan wilayah fungsional bagi perlindungansatwa langka tropika seperti badak bercula satu. B. KLASIFIKASI REGION Ada beberapa istilah yang di Indonesia mempunyai pengertian yangserupa dengan konsep wilayah, seperti: divisi, distrik, zone, realm, bentanglahan, dan lainlainnya. Wilayah merupakan bagian dari permukaan bumiyang mempunyai persamaan-persamaan tertentu, yang dapat dibedakandari wilayah sekitarnya. Semula penggolongan wilayah hanya didasarkanpada ciri-ciri alamiah saja (natural feature), kemudian ditambah dengansuatu kenampakan tunggal (single feature), seperti iklim, topografi,vegetasi, morfologi, dan lain-lainnya. Geographical Association (1937) mengaklasifikasikan wilayah sebagaiberikut: 1. Generic
Region:
yaitu
penggolongan
wilayah
menurut
jenisnya
yangmenekankan pada jenis wilayah, seperti iklim, topografi, vegetasi,dan 12
fisiografi. Misalnya wilayah vegetasi, dalam hal ini lebihditekankan kepada jenis perwilayahannya saja. 2. Specific Region: yaitu merupakan wilayah tunggal, yang mempunyaiciri-ciri geografis tertentu/khusus terutama yang ditentukan olehlokasi absolut dan lokasi relatifnya. Misalnya: (a) Wilayah AsiaTenggara merupakan wilayah tunggal yang mempunyaikharakteristik geografis khusus, seperti lokasi, penduduk, bahasa,tradisi, iklim, dan lain-lainnya; (b) Wilayah Waktu Indonesia Barat(WIB), merupakan wilayah tunggal dan mempunyai ciri khusus yaitulokasinya di Indonesia bagian barat yang dibatasi oleh waktu,berdasarkan
garis
bujur
serta
pertimbangan
politis,
sosial,
ekonomi,aktivitas penduduk, dan budaya. 3. Uniform Region: merupakan suatu wilayah yang didasarkan ataskeseragaman atau kesamaan dalam kriteria-kriteria tertentu. Contoh: wilayah pertanian yang mempunyai kesamaan yakniadanya unsur petani dan lahan pertanian, dan kesamaan
itumenjadi
sifat
yang
dimiliki
oleh
unsur-unsur
yang
membentukwilayah (Bintarto dan Surastopo, 1979). 4. Nodal Region: merupakan suatu wilayah yang diatur beberapapusat-pusat kegiatan yang saling dihubungkan oleh jalurtransportasi antara satu dengan yang lainnya. Contoh: DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY) sebagai kota yang cukup
besar
danunik,
mempunyai
beberapa
pusat
kegiatan
seperti
pusatkebudayaan Jawa, pusat pendidikan, pusat perdagangan,pariwisata, industri kerajinan, dan lain-lainnya. Pusat-pusat kegiatantersebut satu sama lain dihubungkan dengan jaring-jaringtransportasi dan komunikasi yang membentuk
suatu
sistemkeruangan
dan
kelingkungan
yang
terpadu
sedemikian rupasehingga membentuk suatu sistem kewilayahan. C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REGION (WILAYAH) 1. Pertumbuhan Wilayah Wilayah dipahami sebagai ruang di permukaan bumi dimanamanusia dan makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Wilayahadalah unit tata ruang yang terdiri atas jarak, lokasi, bentuk dan ukuranatau skala. Dengan demikian sebagai satu unit tata ruang yangdimanfaatkan manusia, maka penataan dan penggunaan wilayah dapatterpelihara. Menurut Hadjisaroso (1994) wilayah adalah sebutan untukl ingkungan pada umumnya dan tertentu batasnya. Misalnya nasional adalah 13
sebutan untuk wilayah dalam kekuasaan negara, dan daerah adalah sebutan untuk batas wilayah dalam batas kewenangan daerah.Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi wilayah bukanlah suatu proxy yang burukdari struktur sosial-ekonomi masyarakat, tetapi bisa digunakan sebagaipenanda awal untuk: mengklasifikasikan tingkat pembangunan wilayah,mengidentifikasikan kebutuhan pembangunan, dan membandingkantingkat pembangunan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Adakecenderungan bahwa dengan adanya kemajuan-kemajuan di bidangekonomi akan diikuti oleh kemajuan-kemajuan di bidang yang lain. Sejak pertengahan abad ke-20 para ahli sejarah perekonomiandan geografi mencoba merumuskan pola pertumbuhan ekonomi suatuwilayah yang ideal. Penelitian
terhadap
wilayah-wilayah
yang
terkenalberhasil
pembangunan
ekonominya memunculkan berbagai teori antaralain "Growth Pole Theory" yang mendasarkan diri pada prosespertumbuhan internal, dan Teori Rostow tentang fase-fase pertumbuhanekonomi suatu wilayah. Berikut ini secara singkat dibahas beberapapendekatan terhadap mekanisme pertumbuhan ekonomi dan tolok ukurtingkat pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertanyaannya
adalah
dapatkah
pola
ideal
dan
tolok
ukur
yangdikembangkan berdasarkan hasil penelitian di negara-negara baratditerapkan bagi pembangunan ekonomi di negara-negara berkembangseperti Indonesia? Penemuan pola yang ideal dimaksudkan untuk dapatdiikuti secara sengaja oleh wilayah-wilayah lain yang sedangmembangun. a. Pendekatan Terhadap Pertumbuhan Wilayah Berbagai cara dan sudut pandang dalam mempelajaripertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dikelompokkan menjadi duamacam pendekatan: pertumbuhan internal dan pertumbuhan eksternal. 1) Pendekatan Pertumbuhan Internal Semua growthbertolak
teori dari
yang
menggunakan
pandangan
bahwa
pendekatan inisiator
internal
dan
motor
pertumbuhanekonomi suatu wilayah adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam wilayah itu sendiri. Inisiatif biasanya muncul dalam bentukpenerapan teknologi baru atau penyempurnaan teknologi yang telahada,
misalnya:
pembuatan
jalan-jalan
baru
serta
alat 14
pengangkutanbaru, penerapan alat produksi modern untuk menggali sumberdayaalam yang potensial, dan sebagainya. Semakin
lancar
dan
murahnya
transportasi
menumbuhkanperdagangan lokal menjadi lebih luas dan menimbulkan persainganantar produsen. Banyak produsen di tempat-tempat yang semulaterpencil dan tidak pernah tampak dalam perdagangan menjadi ikutaktif dalam persaingan. Beberapa bukti menunjukkan adanyabeberapa fase pertumbuhan ekonomi wilayah dari subsistem-economy tertutup sampai commercial-economi. Dalam pertumbuhan yang demikian hubungan perdagangan antardaerah untuk surplus produksi berkembang cepat setelah tiap jenisproduksi
telah
dimenangkan
oleh
daerah
tetentu.
Proses
mencapaikemenangan dalam persaingan untuk barang yang sejenis dapatdiilustrasikan sebagai berikut. Semula menunjukkan keadaan awaldimana antara daerah X dan Y memperdagangkan komoditi yangsama, dengan kemampuan bersaing yang sama pula, karena baiksumberdaya potensialnya maupun ongkos produksi dan ongkosangkut barang sama, sehingga keduanya membagi daerah pasaransama besar (a = ongkos produksi; t = kenaikan ongkos angkutsehubungan dengan jarak angkut; P = tinggi harga di suatu tempat =a + t + keuntungan yang wajar). Perkembangan
berikutnya
menunjukkan
adanya
penerapanteknologi produksi baru di daerah X, sehingga ongkos produksi turun,dan dengan keuntungan wajar produsen X dapat menguasai pasaranyang
lebih
luas
dari
pada
Y.
Tahap
selanjutnya
X
menerapkanteknologi baru pada alat pengangkutannya sehingga ongkos angkutturun dan dapat menguasai pasaran yang lebih luas dari pada Y. JikaX menerapkan teknologi baru baik pada alat produksi maupun alatangkutnya, maka suatu saat daerah pasaran Y akan terserap kedalam pasaran X, sehingga lambat laun Y musnah/gulung tikar daripasaran. 2) Pendekatan Pertumbuhan Eksternal Teori-teori
yang
menggunakan
pendekatan
eksternal
memandangbahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat dari perluasanekspor ke wilayah lain. Keuntungan yang diterima dari ekspor inimendorong
pembangunan
ekonomi
di
wilayah
pengekspor 15
tersebut.Mereka menunjukkan bahwa banyak wilayah-wilayah di dunia yangperekonomiannya
telah
berkembang
sebagai
akibat
investasi
modalatau eksploitasi dari pihak luar. Karena kekayaan sumberdaya alamsuatu wilayah, misalnya modal dan teknologi asing tertarik danmasuk ke wilayah itu. Perdagangan antar wilayah (ekspor-impor)menjadi motor pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Wilayah-wilayah
yang
pola
pertumbuhan
ekonominya
menerapkanpendekatan eksternal boleh jadi lebih cepat maju, tetapi kurang stabildan lebih tergantung nasibnya kepada wilayah lain. Dalam kenyataankedua pola (internal dan eksternal) tersebut dewasa ini diterapkansecara simultan pada hampir setiap wilayah di negara yang sedangberkembang. 2. Perkembangan Wilayah Perkembangan
wilayah
menurut
Kindleberger
dan
Herrick,
perkembangandidefinisikan sebagai semua perbaikan dalam kesejahteraan materimasyarakat.
Perkembangan
berikatan
dengan
peningkatan
kesejahteraanmasyarakat yang diantaranya melalui perubahan struktur ekonomi misalnyadari pertanian ke industri dan selanjutnya jasa (Nurzaman, 2012). Sehingga,perkembangan ekonomi merupakan sebab dan juga akibat dari adanyaperkembangan teknologi dan berdampak pada kehidupan sosial pada sisi tataruang wilayah atau kota. Menurut Hirschman dalam Nurzaman (2012) perkembangan adalah prosesperubahan dari satu tipe ekonomi menuju ke tipe ekonomi yang lain yangjuga lebih baik, sedangkan dalam pelaksanaannya banyak ditemukan bahwaperkembangan
wilayah
yang
tidak
seimbang
sehingga.
Hirschmanberpendapat bahwa terjadinya ketidakseimbangan tersebut terjadi dalambanyak
aspek
diantaranya
yaitu
memilih
urutan
investasi,
ketidakseimbangandalam pembangunan prasarana dan perkembangan sektor produksi langsung. Perkembangan wilayah juga dapat diukur dari jumlah dan ketersediaan saranayang
dapat
mendukung
kegiatan
penduduk
diwilayah
tersebut.
Semakinberkembang atau maju suatu wilayah, maka akan semakin banyak jumlahsarana penunjang kegiatan bagi penduduk di wilayah tersebut (Bakri, Ali danNatalia, 2016). 16
Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenapunsur
yang
terkait
kepadanya
yang
batas
dan
sistemnya
ditentukanberdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi,et al. (2011) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas- batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah tersebut satusama lain saling berinteraksi secara fungsional. sehingga batasan wilayahtidak hanya bersifat fisik tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumber daya buatan(infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.
17
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Wilayah atau region diartikan sebagai suatu bagian permukaan bumi yang memiliki karakteristik khusus atau khas tersendiri yang menggambarkan satu keseragaman
atau homogenitas
sehingga
dengan
jelas
dapat
dibedakan
dari
wilayahwilayah lain di daerah sekitarnya. Wilayah (region) adalah suatu areal yang memiliki karakteristik tertentu berbeda dengan wilayah yang lain. Wilayah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: Wilayah Formal
(uniform
region/homogeneous)
keseragaman atau kesamaan dalam kriteria
adalah suatu wilayah yang memiliki tertentu, baik fisik maupun sosialnya.
Contoh: suatu wilayah mempunyai kesamaan bentang alam pegunungan disebut wilayah pegunungan bercocok
atau suatu wilayah mempunyai keseragaman dalam bidang kegiatan
tanam
disebut wilayah pertanian. Wilayah Fungsional
(nodal region)
merupakan wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan dan ditandai dengan adanya hubungan atau interaksi dengan wilayah di
sekitarnya.
Contoh: Suatu industri didirikan
pada suatu wilayah.
Setiap pagi
karyawan bekerja menuju pabrik dan sore hari mereka pulang ke rumah masing-masing. Ruang adalah tempat yang memberikan kita hidup karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang diperlukan untuk kehidupan. Karena itu, menurut istilah geografi umum yang dimaksud dengan ruang (space) adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuhan, binatang, dan manusia. B. SARAN Saran dari penulis adalah melakukan perbaikan apa bila terdapat kesalahankesalahan pada makalah ini, sehingga untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hanifurrahman, D. 2019. Kajian Perkembangan Wilayah Kabupaten Bengkalis Berbasis Sektor Migas. http://repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/00000000000000097217/20 19_TA_SPW_083001400011_Bab-2.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2020 Susilawati, S. 2014. Konsep Region dan Regionalisasi. http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/TEMPAT_RUANG_DAN_SISTEM_SOSIAL/BBM_6.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2020 Suwastono, A., & Mustofa. 2016. Profesional: Mitigasi dan Adaptasi Bencana, Pedagogik: Evaluasi Pembelajaran.http://repositori.kemdikbud.go.id/5848/1/GEOGRAFI %20KELOMPOK%20KOMPETENSI%20H.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2020
19