Makalah SDLC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KLASIFIKASI SOFTWARE DEVELOPMENT LIFE CYCLE (SDLC) Mata Kuliah Analisis Perancangan Informasi



Disusun oleh:



Safrina Masrurah Dosen



1704106010003 : Sri Rahmawati S.T., M.T.



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2020



Pengertian dan Tahapan SDLC (Software Development Life Cycle) SDLC (Software Development Life Cycle) atau sering disebut juga System Development Life Cycle merupakan suatu proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak yang memakai metodologi yang dipakai oleh orang untuk mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya, berdasarkan pengalaman terbaik atau cara-cara yang sudah pasti terjamin sangat baik. SDLC adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahaptahap: rencana (planning), analisis (analysis), desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing), dan pengelolaan (maintenance).



Adapun tahapan SDLC (Software Development Life Cycle) secara umum adalah sebagai berikut: 1.



Inisiasi (initiation) Tahap ini biasanya ditandai dengan pembuatan proposal proyek perangkat



lunak.



2.



Pengembangan konsep sistem (system concept development) Mendefinisikan lingkup konsep termasuk dokumentasi pengembangan



sistem pada analisis lingkup area sistem dan memanajemen rencana serta mempelajari cara kerja sistem. 3.



Perencanaan (planning) Membuat perencanaan terhadap pekerjaan dan berkas perencanaan yang



lainnya. Menyediakan dasar untuk mendapatkan sumber daya (resources) yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi. 4.



Analisis kebutuhan (requirements analysis) Analisa terhadap kebutuhan pengguna sistem perangkat lunak (user) dan



mengembangkan kebutuhan user. Membuat dokumen kebutuhan fungsional. 5.



Desain (design) Mentransformasikan kebutuhan secara rinci, dokumen desain sistem fokus



pada bagaimana dapat memenuhi fungsi-fungsi yang dibutuhkan oleh sistem. 6.



Pengembangan (development) Mengubah perancangan ke sistem informasi yang kompleks dan bagaimana



mendapatkan dan melakukan penginstalan lingkungan sistem yang diharapkan; membuat basis data dan menyiapkan standar prosedur pada saat pengujian, menyiapkan dokumen atau file coding, testing, compile, repair dan cleaning program. 7.



Integrasi dan pengujian (integration and test) Mepresentasikan sistem perangkat lunak yang telah memenuhi keadaan



yang dispesifikasikan pada dokumen kebutuhan fungsional. Dengan diarahkan oleh bagian penjamin mutu (quality assurance) dan user. Menghasilkan pelaporan analisis dari pengujian. 8.



Implementasi (implementation) Termasuk pada persiapan implementasi, pelaksanaan perangkat lunak pada



area produksi (area pada user) dan menjalankan resolusi dari problem yang terdeteksi dari tahap integrasi dan pengujian.



9.



Operasi dan pemeliharaan (operations and maintenance) Menjelaskan tentang pekerjaan untuk menjalankan dan memaintenance



sistem informasi pada area produksi (lingkungan pada user), termasuk implementasi akhir dan masuk pada proses peninjauan. 10. Disposisi (Disposition) Mendeskripasikan aktifitas dari pengembangan sistem dan membangun data yang sesungguhnya sesuai dengan aktifitas user.



Klasifikasi Model SDLC (Software Development Life Cycle) Klasifikasi SDLC terdiri dari beberapa model, yaitu Sequential (Waterfall Model dan V Model), Progressive, dan Iterative (Incremental Model dan Spiral Model). •



SEQUENTIAL 1.



WATERFALL MODEL



Waterfall model adalah model yang melakukan pendekatan pada perkembangan perangkat lunak secara sistematik dan sekuensial. Yang artinya kegiatan pada model ini dilakukan secara terurut berdasarkan panduan proses mulai dari komunikasi kepada pelanggan sampai dengan aktifitas sampai pengorderan setelah masalah dipahami secara lengkap dan berjalan stabil sampai selesai.



Contoh Penerapan waterfall model: digunakan untuk pembuatan sistem perangkat lunak yang berukuran besar dan pembuatannya secara terpisah. Dalam Model Waterfall, setiap tahap harus berurutan dan tidak dapat meloncat ketahap berikutnya, harus menyelesaikan tahap pertama baru lanjut ke tahap kedua dan seterusnya. − Langkah-langkah Waterfall SDLC Pendekatan Waterfall digunakan secara luas dalam pengembangan sistem, step-step nya terdiri dari: a) Requirement Gathering and Analysis Mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh program yang akan dibangun. Fase ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap. b) System Design Desain dikerjakan setelah kebutuhan selesai dikumpulkan secara lengkap. c) Implementation Desain



program



diterjemahkan



kedalam



kode-kode



dengan



menggunakan bahasa pemrograman yang sudah ditentukan. Program yang dibangun langsung diuji baik secara unit. d) Integration and Testing Penyatuan unit-unit program kemudian diuji secara keseluruhan (system testing). e) Deployment of system Mengoperasikan



program



dilingkungannya



dan



melakukan



pemeliharaan, seperti penyesuaian atau perubahan karena adaptasi dengan situasi sebenarnya. f)



Maintenance Proses pemeliharaan sistem yang sudah dibangun.







Kelebihan Waterfall Model Keuntungan dari Waterfall model adalah jadwal dapat diatur dengan



tenggat waktu untuk setiap tahap pengembangan dan produk dapat



dilanjutkan melalui proses pengembangan model fase satu per satu. Pembangunan bergerak dari konsep, melalui desain, implementasi, pengujian, instalasi, pemecahan masalah, dan berakhir dioperasi dan pemeliharaan −



Kekurangan Waterfall Model Kerugian dari Waterfall model adalah tidak memungkinkan banyak



refleksi atau revisi. Setelah aplikasi dalam tahap pengujian, sangat sulit untuk kembali dan mengubah sesuatu yang tidak terdokumentasi dengan baik atau pikiran pada dalam tahap konsep.



2.



V-MODEL Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall.



Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V prosesdilakukan bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya. Contoh



penerapan



V-model:



digunakan



untuk



mengatur



proses



pengembangan perangkat lunak dalam administrasi federal Jerman. Saat ini masih standar untuk administrasi dan pertahanan. Konsep V-Model dikembangkan secara bersamaan, namun secara independen di Jerman dan di Amerika Serikat pada akhir 1980-an.



Ada beberapa tahapan verifikasi di V-Model, yaitu: a) Business Requirement Analysis Ini adalah tahap pertama dalam siklus pengembangan di mana persyaratan produk dipahami dari perspektif pelanggan. Fase ini melibatkan komunikasi rinci dengan pelanggan untuk memahami harapan dan kebutuhan yang tepat. Ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan perlu dikelola dengan baik, karena sebagian besar pelanggan tidak yakin tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Acceptance test desain dilakukan pada tahap ini sebagai kebutuhan bisnis dapat digunakan sebagai masukan untuk pengujian penerimaan. b) System Design Setelah memiliki persyaratan produk yang jelas dan rinci, sekarang saatnya untuk merancang sistem yang lengkap. Desain sistem akan memiliki pemahaman dan merinci hardware lengkap dan setup komunikasi untuk produk dalam pengembangan. Rencana pengujian sistem dikembangkan berdasarkan desain sistem. Melakukan hal ini pada tahap awal membuat lebih banyak waktu untuk pelaksanaan tes yang sebenarnya nanti. c) Architectural Design Spesifikasi arsitektur dipahami dan dirancang dalam fase ini. Biasanya lebih dari satu pendekatan teknis diusulkan dan berdasarkan kelayakan teknis dan finansial keputusan akhir diambil. Desain sistem dipecah lebih jauh ke dalam modul mengambil fungsi yang berbeda. Hal ini juga disebut sebagai "Desain Tingkat Tinggi". d) Module Design Pada fase ini, desain internal rinci untuk semua modul sistem yang ditentukan, disebut "Desain Tingkat Rendah". Penting bahwa desain tersebut kompatibel dengan modul lain dalam arsitektur sistem dan sistem eksternal lainnya. e) Coding Phase Bahasa pemrograman yang paling cocok ditentukan berdasarkan sistem dan persyaratan arsitektur. Pengkodean dilakukan berdasarkan pedoman coding dan standar. Kode berjalan melalui berbagai ulasan kode dan



dioptimalkan untuk kinerja terbaik sebelum final membangun diperiksa ke dalam repositori. −



Kelebihan dari V-Model SDLC ▪ Model



ini adalah model yang sangat-disiplin dan tahapan selesai satu



per satu. ▪ Bekerja



dengan baik untuk proyek-proyek yang lebih kecil dimana



persyaratan dipahami dengan baik. ▪ Sederhana dan



mudah dimengerti dan digunakan.



▪ Mudah dikelola karena setiap fase memiliki spesifik kiriman dan proses



review. −



Kekurangan dari V-Model SDLC ▪ Berisiko ▪ Tidak



tinggi dan ketidakpastian.



cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan berorientasi



objek. ▪ Tidak



cocok untuk proyek-proyek dimana persyaratan beresiko tinggi



▪ Tidak



cocok untuk proyek-proyek yang lama dan berkelanjutan.



▪ Setelah



aplikasi dalam tahap pengujian, sulit untuk kembali dan



mengubah fungsionalitas. •



PROGRESSIVE



Dengan progressive development lifecycle, masing-masing fase individual dari developmentakan mengikuti software development lifecycle itu sendiri, khususnya menggunakan V atauwaterfall model. Contoh masalah utama dalam



software development adalah software dibutuhkan cepat, tetapi butuh waktu yang lama untuk develop secara lengkap. Solusinya adalah membentuk kompromi antara skala waktu dan fungsionalitas, menyediakan penyelesaian ‘sementara’ software dengan mengurangi fungsionalitas, tetapi melayani proses untuk penyempurnaan fungsional software. Selain itu juga dimungkinkan untuk menggunakan langkahlangkah pendekatan dalam mengurangi resiko. •



ITERATIVE Iterative lifecycle model tidak bisa dimulai dengan kebutuhan spesifikasi



yang penuh. Namun pengembangan dimulai dengan membuat spesifikasi dan implementasi sebagian dari software,dimana dapat direview untuk mengidentifikasi kebutuhan lebih lanjut. Proses ini lalu diulang memproduksi versi baru dari software untuk masing-masing siklus dari model. 1.



INCREMENTAL MODEL Model Incremental merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari



model waterfall yang diaplikasikan secara berulang, atau bisa disebut gabungan dari Model linear sekuensial (waterfall) dengan Model Prototype. Elemen-elemen tersebut dikerjakan hingga menghasilkan produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari awal kembali hingga muncul hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya dan tentunya memenuhi kebutuhan pemakai.



Model ini berfokus pada penyampaian produk operasional dalam setiap pertambahanya. Pertambahan awal ada di versi stripped down dari produk akhir, tetapi memberikan kemampuan untuk melayani pemakai dan juga menyediakan platform untuk evaluasi oleh pemakai. Model ini cocok dipakai untuk proyek kecil dengan anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang terbatas. −



Kelebihan Model Incremental ▪ Personil bekerja optimal. ▪ Mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat dan tidak dibutuhkan anggota/tim kerja yang banyak untuk menjalankannya. ▪ Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun. Contohnya pemasukan data karyawan. ▪ Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan produknya setiap bagian demi bagian. ▪ Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.







Kekurangan Model Incremental ▪ Tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding). ▪ Sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil dari increament.



2.



SPIRAL MODEL Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu



model prototyping dengan pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya. Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.



Tahap-tahap model ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut: ➢



Tahap Liason: pada tahap ini dibangun komunikasi yang baik dengan calon pengguna/pemakai.







Tahap Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumbersumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek.







Tahap Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.







Tahap Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe.







Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek.







Tahap Evaluasi: pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi.







Kelebihan Model Spiral Kelebihan model ini adalah sangat mempertimbangkan resiko



kemungkinan munculnya kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak skala besar. Pendekatan model ini dilakukan



melalui



menggabungkan



tahapan-tahapan



model



waterfall



yang



ditambah



sangat dengan



baik



dengan



pengulangan-



pengulangan sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik pengembang maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem karena proses-prosesnya dapat diamati dengan baik. −



Kekurangan Model Spiral Kekurangan model ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk



mengembangkan perangkat lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah metode ini cukup handal untuk diterapkan.



DAFTAR PUSTAKA https://iinanggraini0809gmail.wordpress.com/system-development-lifecyclesdlcmodel/ https://www.academia.edu/6451870/SDLC_MODEL_TUGAS_2 http://qualityvista.blogspot.com/2005/11/sdlc-model-progressivedevelopment.html https://www.ayoksinau.com/tahapan-sdlc/ https://sanitadazira.wordpress.com/2018/11/10/model-model-sdlc-systemdevelopment-life-cycle/ https://quizlet.com/ca/301563959/sdlc-waterfall-model-diagram/ http://share.its.ac.id/blog/index.php?lang=id&blogpage=44 http://www.sistem-informasi.xyz/2017/04/pengertian-v-model-sdlc.html