Makalah Sejarah Fisika [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TADRIS FISIKA PERKEMBANGA FISIKA PADA MASA PRA SAINS DOSEN PEMBIMBING : IRDES HIDAYANA SIREGAR, M.Pd



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 ZUBAIDAH HASIBUAN PUTRI KHOIRUL JANNAH



2020900001 2020900003



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN



T.A 2021/2022



PEMBAHASAN Sejarah fisika sepanjang yang telah diketahui telah dimulai pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan Harappan menggunakan suatu benda untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika terus berkembang sampai sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam bidang dunia benda, matematika dan filosofi, namun juga melalui teknologi, membawa perubahan ke dunia sosial masyarakat. Revolusi ilmu yang terjadi pada sekitar tahun 1600 dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan lahirnya fisika klasik, dan akhirnya berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai berlangsungnya era baru (era fisika modern).



A. Perkembangan Sains Pada Masa Babilonia, Mesir Kuno, Yunani



Kuno dalam Fisika 1. Sains Pada Masa Babilonia Babilonia adalah wilayah budaya kuno di pusat-selatan Mesopotamia (Irak), dengan Babel sebagai ibukotanya. Pendiri sekaligus raja pertama dari Babilonia adalah seorang kepala suku Amorite bernama Sumuabum yang mendeklarasikan kemerdekaan Babilonia dari Negara tetangganya Kazallu pada tahun 1894 SM. Babilonia muncul sebagai bangsa yang kuat saat Raja Hammurabi dari suku Amorite menciptakan sebuah kerajaan kecil diluar teritori wilayah Kekaisaran Akkadia. Bangsa Babilonia mengadopsi bahasa Semitik Akkadia sebagai bahasa resmi dan bahasa Sumaria sebagai bahasa yang dipakai untuk keperluan keaagamaan yang saat itu tidak lagi digunakan sebagai bahasa lisan. Babilonia pertama kali disebutkan dalam sebuah tulisan kuno dari masa pemerintahan Sargon dari Akkad yang tertanggal tahun 23 sebelum masehi. Selama abad ke-3 sebelum masehi, ada banyak simbiosis pengembangan budaya antara bangsa Sumeria dan bangsa Akkadiadi seluruh Mesopotamia termasuk penggunaan dua bahasa atau bilingualism yang menyebar luas di seluruh daerah. Pengaruh Sumaria terhadap Akkadia dan sebaliknya meliputi berbagai pengkonversian dalam hal leksikal, sintaksis, morfologi dan fonologis bahasa. Bahasa Akkadia secara bertahap menggantikan bahasa Sumaria sebagai bahasa resmi di Mesopotamia., tetapi bahasa Sumaria masih digunakan untuk hal-hal tertentu seperti upacara keagamaan, sastra dan bahasa ilmiah sampai abad ke-1 masehi. Kelimpahan tanah liat dan kurangnya bebatuan di Babilonia menyebabkan besarnya produksi dan penggunaan bata yang terbuat dari tanah liat. Penggunaan



bata tanah liat ini menuntun ke awal perkembangan penggunaan pilaster dan kolom. -



Bangsa Assyria Bangsa Assyria adalah bangsa penganut polytheisme yang berhasil menguasai seluruh daerah Mesopotamia (kecuali Mesopotamia selatan yang masih dibawah kuasa Neo-Babylonia). Pada abad ke-7 Bangsa Arab mulai masuk Assyria. Pada masa ini Assyiria mengalami Arabisasi dan Islamisasi namun bangsa Pri-bumi Assyria yang telah menganut Kristen melakukan perlawan untuk mempertahankan etnis Mesopotamia, warisan, identitas, nama dan Mesopotamia Aram dialek sebagai bahasa ibu. Masa masuknya pengaruh Islam-Kristen ini disebut NeoAssyria. Raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Assryia adalah Raja Sargon II (kelanjutan Raja Sargon Akkadia), Raja Sennacherib, dan Raja Assurbanipal. Bangsa Assyria telah menguasai ilmu Astrologi, yaitu ilmu perbintangan dan ilmu Astronomi, yaitu ilmu tengtang benda-benda angkasa. Bangsa ini juga mengenal pembagian tahun menjadi 365 1/4 hari.



1.



Astronomi “Pembagian waktu kami berasal dari Babilonia” kata Hornmel.“Untuk Babilonia kita menerima satu minggu tujuh hari, dengan nama-nama planet untuk hari-hari dalam seminggu, dan pembagian ke jam dalam bulan.”Astronom Kasdim melakukan observasi dan dicatat dalam perjalanan waktu kondisi seperti astronomi luas sebagai keteraturan fase bulan, dan hubungan periode bulan untuk osilasi lagi periodik matahari. Perbedaan utama antara kasdim dan astronom Mesir terletak pada berbagai fenomena yang diamati. Perhatian Mesir berpusat pada matahari, sedangkan Babilonia perhatiannya berpusat pada bulan. Babilonia dan Assyria tidak mengadopsi metode yang sama untuk menyesuaikan kalender, karena Babilonia memiliki bulan two intercular disebut Elul dan Adar, sedangkan orang Assyria hanya sebulan seperti tunggal disebut Adar kedua. Saat tahun pertama ada yang menyimpang, ditanggal Assyria beberapa penguasa Babilonia ada kasus tahun tambahan yang dianggap sebagai tahun pertama, sehingga memberikan dua perhitungan untuk masa pemerintahan raja antara lain, Salmaneser, Sanherib, Nebukadnezar. Ketidakpastian ini menunjukkan bahwa tahun matahari tidak memiliki kronologi Assyiria yang cukup makna yang sama.



2.



Astrologi Babilonia terkenal dengan ilmu astrologi berupa ramamlan-ramalan. mereka mengatakan bahwa jupiter adalah dewa tertinggi melihat dari gerakannya yang berbeda dengan planet lain, mereka juga mulai dapat meramalkan terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan Aturan mereka tentang Gerhana Matahari hanyalah hipotesis lemah dan rata-rata (Permatasari : 2012).



2. Sains Pada Masa Mesir Kuno Peradaban baru dimulai dari Neolitik Mesir atau zaman batu akhir, yang digulingkan oleh adanya ras- ras yang memiliki peradaban yang lebih tinggi yang berasal dari Timur. Pada periode ini terjadi kegiatan intelektual prasejarah manusia yaitu alat batu api, potongan tembikar, fragmen tulang yang dibuat dalam bentuk karya seni dan dianggap sebagai arkeologi bukan sejarah. Pada abad ke- 20 para ilmuwan mengatakan bahwa Mesir sudah mulai mengenal pengetahuan mekanika praktis, yang berhasil membangun piramida dengan balok- balok besar. Dalam pembuatan piramida tersebut, memanfaatkan prinsip bidang miring yang bisa bergerak dan mengangkat serta menempatkan dalam posisi balok terbesar yang masuk ke dalam piramida. Ilmu ilmiah murni Mesir didasarkan pada pengamatan modern piramida mereka yang secara jelas berorientai dengan prinsip astronomi. Awal periode hasil perhitungan kalender Mesir yang membuat 1 tahun terdiri dari 360 hari. Karena belum ditemukan kejelasan mengenai tanggal kalender, maka Alexandria menambahkan satu hari untuk setiap tahun ke empat dan juga mengadopsi kalender Julian yang dianggap memberikan lompatan tahun. Namun, orang Mesir kuno gagal mempelajari kalender tersebut dan kembali berpedoman pada hari yang bertepatan pada banjirnya sungai Nil. (Pusparini : 2012) Selain itu, para pengamat menjelaskan bahwa pergeseran bumi akan mempengaruhi sirkuit lengkap kalender, sehingga setelah (4 x 365) =1460 tahun hari pertama tahun kalender akan bertepatan dengan matahari Shotis yang terbit dan juga datangnya banjir pada sungai Nil. Dengan kata lain kalender tahun Mesir dihitung dari 365 1/4 hari, masing- masing. Periode ini dihitung dengan melihat terbitnya matahari Sothis, yang juga disebut sebagai siklus Sothic. Orang – orang mesir belum mampu membuat perhitungan kalender secara modern karena dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan (Permatasari : 2012) 3. Sains Pada Masa Yunani Kuno Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau



pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa (Sangpenerang : 2012). a. Perkembangan Sains Menurut Thales (624-548 SM), Thales (624-546 SM) lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Thales berprinsip bahawa air adalah dasar segala sesuatu. Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya. Selain itu Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. b. Perkembangan Sains Menurut Anaximandros (610-546 SM) Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Pemikiran-Pemikiran Anaximandros adalah to apeiron sebagai prinsip dasar segala sesuatu. To apeiron berasal dari bahasa Yunani a=tidak dan eras=batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsurunsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali. Dengan prinsip to apeiron, Anaximandros membangun pandangannya tentang alam semesta. Menurut Anaximandros, dari to apeiron berasal segala sesuatu yang berlawanan, yang terus berperang satu sama lain. Yang panas membalut yang dingin sehingga yang dingin itu terkandung di dalamnya. Dari yang dingin itu terjadilah yang cair dan beku. Yang beku inilah yang kemudian menjadi bumi. Api yang membalut yang dingin itu kemudian terpecah-pecah pula.



Pecahan-pecahan tersebut berputar-putar kemudian terpisah-pisah sehingga terciptalah matahari, bulan, dan bintang-bintang. Bumi dikatakan berbentuk silinder, yang lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Bumi tidak jatuh karena kedudukannya berada pada pusat jagad raya, dengan jarak yang sama dengan semua benda lain. c. Perkembangan Sains Menurut Phytagoras (582 SM – 496 SM) Pythagoras, adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga sikusiku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). d. Perkembangan Sains Menurut Herakleitos (535-475 SM) Herakleitos diketahui berasal dari Efesus di Asia Kecil. Ia hidup di sekitar abad ke-5 SM (540-480 SM). Pemikiran Herakleitos yang paling terkenal adalah mengenai perubahan-perubahan di alam semesta. Menurut Herakleitos, tidak ada satu pun hal di alam semesta yang bersifat tetap atau permanen. Tidak ada sesuatu yang betul-betul ada, semuanya berada di dalam proses menjadi. Ia terkenal dengan ucapannya panta rhei kai uden menei yang berarti, "semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap." Perubahan yang tidak ada henti-hentinya itu dibayangkan Herakleitos dengan dua cara: seluruh kenyataan adalah seperti aliran sungai yang mengalir dan seluruh kenyataan dengan api. Segala sesuatu yang terus berubah di alam semesta dapat berjalan dengan teratur karena adanya logos. Logos adalah rasio yang menjadi hukum yang menguasai segala-galanya dan menggerakkan segala sesuatu, termasuk manusia. Logos juga dipahami sebagai sesuatu yang material, namun sekaligus melampaui materi yang biasa. Menurut Herakleitos, tiap benda terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa 'yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Herakleitos menegaskan prinsip ini di dalam kalimat yang terkenal: "Perang adalah bapak segala sesuatu." Perang yang dimaksud di sini adalah pertentangan. Melalui ajaran tentang hal-hal yang bertentangan tetapi disatukan oleh logos, Herakleitos disebut sebagai filsuf dialektis yang pertama di dalam sejarah filsafat.



e.



Perkembangan Sains Menurut Parmenides (540-475 SM)



Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah. Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Pemikiran Parmenides tentang "Yang Ada". Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal, "yang ada" adalah kebenaran yang tidak mungkin disangkal. Bila ada yang menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. f. Perkembangan Sains Menurut Protagoras Protagoras adalah seorang filsuf yang termasuk golongan sofis. Ia termasuk salah seorang sofis pertama dan juga yang paling terkenal. Selain sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai orator dan pendebat ulung. Ditambah lagi, ia terkenal sebagai guru yang mengajar banyak pemuda pada zamannya. Protagoras berasal dari Abdera yang terletak di pantai utara Laut Aegea. Ia hidup antara tahun 490 SM - 420 SM. Di dalam buku yang berjudul "Kebenaran", Protagoras menyatakan bahwa : "Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada." g. Perkembangan Sains Menurut Gorgias (483-375 SM) Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika. h.



Perkembangan Sains Menurut Socrates (470-399SM) Socretes adalah filsuf dari Athena, Yunani. ia lahir di Athena dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsuf besar Yunani. sebenarnya filsafat Socretes ini tidak ada bukti nyatanya. Filsafatnya ditemukan dalam catatan yang ditulis oleh muridnya yaitu Plato dan Xenophanes. Dalam hidupnya, ia selalu berkeliling di sekitar tempat tinggalnya dan berdiskusi dengan masyarakat tentang filsafat. Ia melakukan hal tersebut dikarenakan untuk membenarkan suara gaib yang didengar oleh temannya bahawa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socretes. Tapi ia merasa pernyataan tersebut keliru, maka ia mengajak masyarakat berdiskusi tentang hal tersebut. Cara itulah yang ia namakan dengan metode kebidanan. Maksudnya yaitu ia memakai analogi kebidanan yang membantu proses kelahiran dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan dalam. Cara berfilsafat inilah yang menimbulkan sakit hati terhadap Socretes karena Socretes menganggap orang-orang selain



dirinyatidak bijak. Rasa sakit itulah yang membawanya kepada kematian. Ia dituduh karena merusak generasi muda dengan filsafat-filsafatnya tersebut. i. Perkembangan Sains Menurut Plato ( 429SM-347SM) Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani dan pendiri Akademi Platonik di Athena. Plato berpendapat bahwa ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia tetapi pikiran manusialah yang bergantung kepada ide. Dari ide tersebutlah lahir pandangannya tentang karya seni dan keindahan. Karya seni dianggapnya hanyalah tiruan dari realita, realita tiruan dari asli, yang asli terdapat dalam ide. Begitu pun dengan keindahan. Ia menganggap keindahan hanyalah keindahan semu dan merupakan tingkat yang yang lebih rendah. Ia menarik kesimpulan bahwa ide jauh lebih unggul, baik, lebih indah dari pada yang nyata. j. Perkembangan Sains Menurut Aristoteles (384 – 322 SM) Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, ia lahir di Stagira, Yunani. ia adalah murid Plato. Aristoteles merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Aristoteles menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada. Semua benda bergerak menuju satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang kemudian disebut TUHAN. Aristoteles sangat menekankan empiris untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Aristoteles adalah sumber utama ilmu pengetahuan karena luasnya lingkup karya-karyanya, ia dianggap berkontribusi dalam skala ensiklopedisdimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam seperti: fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika, logika, etika, politik, teori tentang retorika dan puisi. B. Tokoh-Tokoh Fisika Pada Masa Pra Sains a) Thales (620-547 SM) Thales merupakan Saintis pertama yang sudah memahami pentingnya prinsipprinsip umum ketimbang kejadian-kejadian khusus atau individual. Dan juga orang pertama yang mengajarkan tentang strukur mikroskopik materi. Menurut pemikirannya air adalah elemen dasar alam. Segenap isi alam semesta ini terbuat dari air. Gerakan larinya air merupakan alasan dasar untuk seluruh gerakan. Thales menganggap materi dan gaya sebagai satu kesatuan. b) Anaksimandross (609-546 SM) Anaksimandross merupakan muridnya Thales yang mempercayai bahwa alam diatur oleh suatu hukum. Dia lebih percaya pada kekuatan fisis ketimbang



kekuatan supernatural yang membuat keteraturan di alam. Menurutnya entitas wujud alam semesta adalan apeiron. Apeiron ini mirip dengan konsep “kehampaan atau vacuum”, sesutau yang tak jelas atau tak tentu dalam ruang dan waktu. Dia mempunyai gagasan bahwa evolusi binatang itu melalui mutasi, dan bukan melalui seleksi alam. c) Anaksimenes (585-525 SM) Anaksimenes merupakan murid dari Anaksimandros. Dia mengungkapkan bahwa udara atau angin merupakan entitas wujud alam semesta, udaralah yang mendasari segalanya sehingga dapat dikatakan bahwa panas dan dingin merupakan penyebab udara menciptakan suatu bentuk. Menurutnya bumi, matahari dan bintang adalah cakram atau piringan di atas udara. d) Empedocles(490-430 SM) Menurut pendapat dari Empedocles, entitas wujud di alam semesta terdiri atas empat unsur yaitu api, angin, air, tanah. Unsur-unsur empat tersebut tidak bisa saling tukar menukar satu sama lain. Ada dua kekuatan atau gaya yaitu centripetal force of love dan centrifugal force of strife. Ini yang bertanggung jawab dalam interaksi unsur-usur tersebut. Teori empat unsur ini di adopsi Aristoteles dan diyakini hingga abad renaisans (pencerahan). Untuk membuktikan bahwa dia bisa abadi, dia melompat ke kawah gunung api Etna. e) Leucippos (5 SM) Menurut pendapat Leucippos di dunia ini tak ada yang terjadi secara kebetulan tanpa alasan, segalanya pasti punya tujuan. Leucippos merupakan Bapak Atomisme yang berpendapat bahwa entitas wujud adalah atom. Ada dua entitas yang invariant (karar) yaitu atom dan kehampaan. Segalasesuatu juga memiliki sifat mendasar yaitu perubahan dan gerak. Kesimpulan Perkembangan fisika pada masa pra sains dimulai sejak sekitar 2400 SM. Pada masa ini sains dalam fisika telah berkembang di berbagai belahan dunia mulai dari wilayah Babilonia, Mesir, hingga Yunani. Wilayah-wilayah inilah yang menjadi awal mula perkembangan ilmu pengetahuan sains. Pada masa ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik, yang mana diawali oleh penemuan Kalender Mesir dengan 1 tahun = 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang, perkembangan teori fisika matematika untuk menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain, serta penemuan-penemuan lainnya. Selain itu, pada masa ini juga dikenal pula para tokoh-tokoh fisika yang berjasa dibidangnya, yakni diantaranya Thales, Anaksimandross, Anaksimenes, Empedocles, dan Leucippos.