Makalah Sejarah Peradaban Ekonomi Islam 12-13H [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH PERADABAN EKONOMI ISLAM “PERADABAN ISLAM ADAB 12-13H/18-19M”



Disusun oleh: 1.



Ismawati



2122030067



2.



Mahpudin



2122040005



3.



Muhamad Febri Cahyadi



2122030067



4.



Mochamad Fiqi Haikal



2122030021



5.



Tasya Fitriyaninsih



2122040014



PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ISLAMIC VILLAGE TANGERANG-BANTEN 2021



I



KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Ekonomi Islam, dengan judul : “Peradaban Islam Abad 12-13 Hijriah / 18-19 Masehi” Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.



II



Daftar Isi .................................................................................................................. III BAB I



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2.Rumusan Masalah............................................................................. 1 1.3 Tujuan................................................................................................ 1



BAB II



PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Peradaban islam abad 12-13H/18-19M.............................. 2 2.2 Tokoh tokoh Sejarah Peradaban islam abad 12-13H/18-19M ........ 4-8



BAB III



PENUTUP 3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 9 3.2. Saran................................................................................................ 9



DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................



III



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Proses yang terjadi dalam hal tukar-menukar dengan kesepakatan tertentu menciptakan sistem yang kemudian kita sebut dengan transaksi perekonomian. Transaksi tersebut tidak lain adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tindakan individu dalam perekonomian secara khusus, maupun tindakan dalam bidang lainnya secara umum, sangat tergantung kepada pola pikir dan pandangan alam (worldview) individu tersebut. 1 Maka Islam sebagai agama yang universal telah mengatur dan memberikan pola tindakan yang benar dalam menjalankan kehidupan, baik secara sosial, budaya, dan ekonomi.



1.2 Rumusan Masalah 1. Biografi Tokoh Peradaban Islam Abad 12-13H / 18-19M 2. Pemikiran Ekonomi Tokoh-tokoh Peradaban Islam Abad 12-13H / 18-19M 1.3 Tujuan     1. Untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang Dinasti Ayyubiyah 2. Untuk mengenal para tokoh di abad 12-13H/18-19M 3. Untuk bahan pembelajaran Sejarah Peradaban Ekonomi islam



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Dinasti Ayyubiyah atau Bani Ayyubiyah  (bahasa Arab: ‫األيوبيون‬ al-Ayyūbīyūn; bahasa Kurdi: ‫ەدانی ئەیووبیان‬ Xanedana Eyûbiyan) adalah sebuah dinasti Muslim Sunni beretnis Kurdi[2][3][4] yang didirikan oleh Salahuddin Ayyubi dan berpusat di Mesir. Dinasti tersebut memerintah sebagian besar wilayah Timur Tengah pada abad ke-12 dan ke-13. Salahuddin mulai menjabat sebagai wazir di Mesir, pusat kekuasaan Kekhalifahan Fatimiyah yang berhaluan Syiah pada tahun 1169. Ia kemudian melengserkan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1171.



Tiga



tahun



kemudian,



setelah



kematian



atasannya



dari Dinasti



Zankiyah, Nuruddin Zanki, Salahuddin dinyatakan sebagai sultan.[5] Dalam kurun waktu satu dasawarsa kemudian, Ayyubiyah mengobarkan perang penaklukan di wilayah



Timur



Tengah.



Pada



tahun



1183,



mereka



telah



menguasai



Mesir, Syam, Mesopotamia utara, Hijaz, Yaman, dan pesisir Afrika Utara hingga mencapai



perbatasan Tunisia modern. Sebagian



besar wilayah



Tentara



Salib,



termasuk Kerajaan Yerusalem jatuh ke tangan Salahuddin setelah ia berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang dalam Pertempuran Hittin pada tahun 1187. Namun, Tentara Salib berhasil merebut kembali wilayah pesisir Palestina pada dasawarsa 1190-an. Setelah Salahuddin menjemput ajalnya pada tahun 1193, putra-putranya saling memperebutkan kekuasaan. Pada akhirnya adik Salahuddin yang bernama alAdil berhasil menjadi sultan pada tahun 1200. Semua sultan Ayyubiyah di Mesir pada masa selanjutnya adalah keturunannya. Pada dasawarsa 1230-an, amir-amir (para penguasa kecil) di Syam mencoba memisahkan diri dari Mesir, dan Kesultanan Ayyubiyah pun terpecah hingga Sultan as-Salih Ayyub berhasil menyatukannya kembali dengan menaklukkan sebagian besar wilayah Syam (kecuali Aleppo) pada tahun 1247. Pada masa yang sama, dinasti-dinasti Muslim setempat telah mengusir Ayyubiyah dari Yaman, Hijaz, dan sebagian wilayah Mesopotamia. Setelah as-Salih



2



Ayyub tutup usia pada tahun 1249, al-Mu'azzam Turansyah menggantikannya di Mesir. Namun, al-Mu'azzam Turansyah dilengserkan tidak lama kemudian oleh para panglima Mamluk yang sebelumnya berhasil menghalau serangan Tentara Salib ke Delta Nil. Maka kekuasaan Dinasti Ayyubiyah di Mesir pun berakhir. Upaya para amir Syam (yang dipimpin oleh an-Nasir Yusuf dari Aleppo) untuk merebut kembali Mesir juga tidak membuahkan hasil. Pada tahun 1260, bangsa Mongol menjarah Aleppo dan kemudian menaklukkan wilayah-wilayah Ayyubiyah yang tersisa. Kesultanan Mamluk berhasil mengusir bangsa Mongol dan membiarkan seorang penguasa Ayyubiyah berkuasa di Hamat sampai penguasa terakhir wilayah tersebut dilengserkan oleh Mamluk pada tahun 1341. Walaupun tidak bertahan lama, Dinasti Ayyubiyah telah memajukan ekonomi wilayah yang mereka kuasai. Mereka juga mendukung para cendekiawan dan mendirikan fasilitas-fasilitas pembelajaran yang diperlukan oleh mereka, sehingga mereka berhasil membangkitkan kembali kegiatan keilmuwan di dunia Islam. Selain itu, Dinasti Ayyubiyah berupaya memperkuat dominasi Sunni di wilayah mereka dengan mendirikan sejumlah madrasah di kota-kota besar



3



2.2 Tokoh-tokoh Sejarah Peradaban islam abad 12-13H/18-19M An-Nashir Shalahuddin Yusuf bin Ayyub  bahasa Arab:  ‫الناصر صالح الدين يوسف بن‬ ‫أيوب‬, translit. an-Nāṣir Ṣalāḥ ad-Dīn Yūsuf ibn Ayyūb; (c. 1138 - 4 Maret 1193) adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Ayyubi/Saladin/Salah adDin (Bahasa Arab: ‫صالح الدين األيوبي‬, Kurdi: ‫)صالح الدین ایوبی‬. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama.  Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi.[4] Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya dekat Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1138 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanki, 2 gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor). Di sana, dia mewarisi peranan sulit mempertahankan Mesir melawan penyerbuan dari Kerajaan Latin Jerusalem di bawah pimpinan Amalrik I. Posisi ia awalnya menegangkan. Tidak ada seorangpun menyangka dia bisa bertahan lama di Mesir yang pada saat itu banyak mengalami perubahan pemerintahan di beberapa tahun belakangan oleh karena silsilah panjang anak khalifah mendapat perlawanan dari wazirnya. Sebagai pemimpin dari prajurit asing Syria, dia juga tidak memiliki kontrol dari Prajurit Shiah Mesir, yang dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui atau seorang Khalifah yang lemah bernama Al-Adid. Ketika sang Khalifah meninggal bulan September 1171, Saladin mendapat pengumuman Imam dengan nama AlMustadi, kaum Sunni, dan yang paling penting, Abbasid Khalifah di Baghdad, ketika upacara sebelum Salat Jumat, dan kekuatan kewenangan dengan mudah memecat garis keturunan lama. Sekarang Saladin menguasai Mesir, tetapi secara resmi bertindak sebagai wakil dari Nuruddin, yang sesuai dengan adat kebiasaan mengenal Khalifah dari Abbasid. Saladin merevitalisasi perekonomian Mesir, mengorganisir ulang kekuatan militer, dan mengikuti nasihat ayahnya, menghindari konflik apapun dengan Nuruddin, tuannya yang resmi, sesudah dia menjadi pemimpin asli Mesir. 1.



4



2.



Umer Chapra



M. Umer Chapra adalah seorang ekonom kelahiran Pakistan, pada 1 Februari 1933. Dia meneruskan pendidikan strata satu dan magister di Karachi, Pakistan. Kemudian meraih gelar Ph.D pada bidang ekonomi pada tahun 1961 dengan predikat cumlaude di Universitas Minnesota, Minneapolis, Amerika Serikat. Kemudian dia kembali ke negara asalnya dan bergabung dengan Central Institute of Islamic Research di tahun yang sama. Selama 2 tahun berada di dalam lembaga tersebut Chapra aktif melakukan penelitian yang sistematis terhadap. Pemikiran ekonomi M. Umer Chapra mempunyai kiprah yang tidak sedikit dalam dunia ekonomi Islam. Menurutnya tujuan dari berekonomi adalah membantu manusia untuk merealisasikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak sulit menemukan buku yang merupakan buah dari pemikirannya. Beberapa pemikirannya yang terkenal adalah mengenai konsep hayyatan thayyibatan, konsep kebijakan moneter dalam Islam, dan konsep perbankan Syariah.



5



3.



Monzer Khaf



Monzer Kahf adalah pakar ekonomi Islam modern yang pemikirannya banyak digunakan saat sekarang. Beliau memperkenalkan konsep konsumsi dalam Islam itu seharusnya sejalan dengan tujuan Islam itu sendiri. Dengan begitu maka akan tercipta kemaslahatan yang merata. Beliau lahir pada tahun 1940 di Damaskus,ibukota Suriah. Dr. Monzer Kahf menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah dari lembaga pendidikan di Damaskus kemudian mengambil gelar sarjana BA dalam perdagangan dari Universitas Damaskus pada bulan Juni tahun 1962. Pada saat yang sama Dr. Monzer Kahf diberi penghargaan oleh presiden Suriah atas kinerja yang luar biasa. Pada tahun 1967, Dr. Monzer Kahf mencapai ‘Diploma Tinggi dalam perencanaan sosial dan ekonomi dari PBB lembaga perencanaan, di Suriah. Selanjutnya, sejak tahun 1968 Monzer Kahf menjadi Akuntan Publik yang bersertifikat di Suriah. Bukan hanya itu, pada bulan Maret tahun 1975Monzer Kahf mendapat gelar Ph.D di bidang ekonomi (mayor pengembangan mata uang dan ekonomi) di University of Utah, Salt Lake, kota Utah. Dr. Monzer Kahf dikenal sebagai seorang ekonom terkemuka, konselor, dosen dan pakar Syariah serta hukum- hukum Islam. Beliau juga memiliki pengetahuan yang kuat tentang FiqhDasar pemikiran Monzer Kahf adalah al-Qur’an dan Hadis, dasar inilah yang menjadikan beliau menawarkan kepada masyarakat muslim agar dalam kegiatan ekonomi negara dikembalikan kepada prinsip al-Qur’an dan Hadis. Pemikiran beliau mengarah kepada pencapaian keadilan sosial ekonomi dan teori- teori yang terperinci.. adapun pemikiran beliau menitik beratkan kepada zakat dalam berbagai bentuk. Supaya suatu negara memiliki kesejahteraan masyarakat dengan terpenuhnya kebutuhan kehidupannya.



6



4.



Muhamad Iqbal



Muhamad Iqbal lahir di Sialkot, salah satu kota tua bersejarah di Punjab tahun 1878 Sialkot terletak di perbatasan Punjab Barat dan Kasymir, dari keluarga yang tidak begitu kaya. Nenek moyangnya berasal dari Lembah Kasymir. Ia meninggal dunia di Lahore 21 April 1938. Ayahnya yang pegawai negeri kemudian menjadi pedagang merupakan seorang Muslim yang saleh dengan kecenderungan kepada tasawuf. Iqbal menerima pendidikan awalnya di sebuah madrasah (maktab) dan kemudian di Scottish Mission School. Pemikiran Iqbal tampak dalam hal-hal seperti berikut ini. Pertama, dia menggabungkan ilmu kalam, tasawuf, falsafah, ilmu sosial dan sastra dalam pemikirannya sebagai rangka untuk memahami ajaran Islam. Dengan demikian ia menggunakan perspektif secara luas, yang membedakannya dari pemikir Muslim lain yang kebanyakan parsial dan hanya menekankan pada segi tertentu. Kedua, dalam memahami kondisi umat Islam dan perkembangan pemikirannya, ia tidak memisahkan falsafah dan teologi dari persoalan sosial budaya yang dihadapi umat Islam. Ini membuatnya menjadi seorang filosof dan budayawan berwawasan luas. Ketiga, pemikiran-pemikirannya yang paling cemerlang sebagian besar diungkapkan dalam puisi yang indah dan menggugah, sehingga menempatkan dirinya sebagai penyair filosof Asia yang besar pada abad ke-20. Keempat, dia berpendapat bahwa penyelamatan spiritual dan pembebasan kaum Muslim secara politik hanya dapat terwujud dengan cara memperbaiki nasib umat Islam dalam ke hidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Pandangannya senantiasa bertolak dari ayat-ayat Alquran dan Hadis. Bagi Iqbal, dengan melihat sejarah masyarakat Asia, agama memainkan peranan penting dalam ke hidupan umat manusia, termasuk perkembangan peradaban dan kebudayaan. Mengkritik penyimpangan dan pengaburan ajaran agama oleh para sultan, ulama, cendekiawan dan pemimpin Islam yang menjadikan agama sebagai kendaraan untuk mencapai keuntungan politik dan ekonomi. Semua itu bagi Iqbal sumber dari degradasi moral umat. Dia sangat kritis terhadap peradaban dan kebudayaan Barat, sebagaimana terhadap Islam. Menurut Iqbal, peradaban dan kebudayaan Islam bisa maju hanya bisa dilakukan dengan melakukan dua hal secara serentak,yaitu idealisasi Islam dan pembaruan pemikiran agama.



7



5.



Ibnu Khaldun



Abdurahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin bin Abdurahman bin Ibnu Khaldun, yang dikenal sebagai "Ibnu Khaldun", lahir di Tunisia pada tahun 1332 M (732 H) berasal dari keluarga Andalusia kelas atas keturunan Arab. Leluhur keluarga tersebut memiliki hubungan kekerabatan dengan Waíl ibn Hujr, seorang teman Nabi Muhammad. Keluarga Ibnu Khaldun memiliki banyak kantor di Andalusia (Spanyol),kemudian beremigrasi ke Tunisia setelah jatuhnya Sevilla ke Reconquista pada tahun 1248. Di bawah pemerintahan dinasti Hafsiyun beberapa keluarganya memegang jabatan politik; namun Ayah dan kakek Ibnu Khaldun menarik diri dari kehidupan politik dan bergabung dalam tatanan mistis. Saudaranya, Yahya Khaldun, juga seorang sejarawan yang menulis sebuah buku tentang dinasti Abdalwadid, dan ia dibunuh oleh saingannya yakni seorang ahli historiografi.[3] Dalam otobiografinya, Ibnu Khaldun menelusuri keturunannya hingga masa Nabi Muhammad melalui suku Arab dari Yaman, khususnya Hadramaut yang datang ke Semenanjung Iberia pada abad kedelapan pada awal penaklukan Islam. Dengan kata-katanya sendiri: "Dan keturunan kita berasal dari Hadramaut, dari orang-orang Arab Yaman, melalui Wa'il ibn Hujr yang juga dikenal sebagai Hujr bin Adi, dari orang-orang Arab terbaik, terkenal dan dihormati." (Halaman 2429, edisi Al-Waraq). Namun, penulis biografi Mohammad Enan mempertanyakan klaim tersebut, dengan menunjukkan bahwa keluarganya adalah seorang Muladi yang berpura-pura berasal dari Arab untuk mendapatkan status sosial.[4] Enan juga menyebutkan tradisi masa lalu terdokumentasi dengan baik, mengenai kelompok-kelompok Berber tertentu, di mana mereka secara hati-hati "menambah" diri mereka menjadi beberapa keturunan Arab. Motif semacam ini adalah demi keinginan untuk meraih kekuasaan politik dan kemasyarakatan. Beberapa pihak berspekulasi tentang keluarga Khaldun ini; Di antaranya menjelaskan bahwa Ibnu Khaldun sendiri adalah produk dari keturunan Berber yang sama dengan mayoritas penduduk asli tempat kelahirannya. Sarjana Islam Muhammad Hozien berpendapat bahwa "Identitas palsu [Berber] akan berlaku namun pada saat nenek moyang Ibnu Khaldun meninggalkan Andalusia dan pindah ke Tunisia mereka tidak mengubah klaim mereka terhadap keturunan Arab. Bahkan di saat Berber berkuasa, Pemerintahan Al-Marabats dan al-Mowahid, dan Ibnu Khaldun tidak merebut kembali warisan Berber mereka". Penelusuran Ibu Khaldun dari silsilah dan nama keluarganya sendiri dianggap sebagai indikasi paling kuat dari keturunan Arab Yaman.



8



BAB III PENUTUP 3.1 kesimpulan Sejarah adalah cermin masa lalu. didalam sejarah banyak pelajaran berharga yang dapat menjadi contoh , kejadiannya atau peristiwa buruk masa lalu yang ditulis sejarah diharapkan jangan sampai terjadi dan terulang kembali. oleh sebab itu, dari sejarah dapat diambil pembelajaran yang berharga dalam mengembangkan pendidikan  yang berkualitas dan mempelajari para tokoh-tokoh ekonomi islam supaya mendapatkan syafaat oleh Allah SWT. 3.2 Saran



Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kelompok kami senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan dari rekan-rekan semua.Agar dapat membuat makalah jauh lebih baik lagi



9