Makalah Sejarah Peradaban Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah



PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI FATIMIYAH Di ajukan untuk memenuhi tugas kuliah Materi : Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Nur Aina Arifah S.Pd M.Pd Semester/ jurusan : III F / ES Oleh : Nailatul Khoiriyah Uswatun Hasanah Qurrotul Ainiyah Rohemah



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM JURUSAN EKONOMI SYARIAH INSTITUT ILMU KEISLAMAN ANNUQAYAH (INSTIKA) GULUK-GULUK SUMENEP MADURA TAHUN AKADEMIK 2020-2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinasti Fatimiyah adalah salah satu dari Dinasti Syi’ah dalam sejarah islam. Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M. Sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu bani Abbasiyah. Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri ketua sekte Islamiyah. Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad kesembilan ditandai dengan munculnya disintegrasi wilayah. Di berbagai daerah yang selama ini dikuasai, menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah di Baghdad dan membentuk daulah-daulah kecil yang berdiri sendiri (otonom). Di bagian timur Baghdad, muncul Dinasti Tahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Ganasiyah, Buwaihiyah, dan Bani Saljuk. Sementara ini di bagian barat, muncul Dinasti Idrisiyah, Aglabiyah, Tuluniyah, Fatimiyah, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah. Dinasti Fatimiyah adalah merupakan salah satu dinasti islam yang pernah ada dan juga memiliki andil dalam memperkaya khazanah sejarah peradaban islam. Sama halnya pengutusan Muhammad SAW sebagai Rasulullah telah menoreh sejarah islam, yang pada awalnya hanya merupakan bangsa jahiliyah yang tidak mengenal kasih sayang dan saling menghormati. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah ? 2. Siapa saja tokoh tokoh dalam Fatimiyah ini ? 3. Bagaimana perkembangan dan kemajuan Dinasti Fatimiyah ? 4. Apa saja faktor penyebab kemunduran dan runtuhnya Dinasti Fatimiyah ?



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah berdirinya Dinasti Fatimiyah Dinasti Fatimiyah berdiri pada tahun 297 H/910 M, dan berakhir pada 567 H/1171 M yang pada awalnya hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang berkedudukan di Afrika Utara, dan kemudian berpindah ke Mesir. Dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah Zahra putri Nabi Muhammad SAW ddan sekaligus istri Ali bin Abi Thalib r.a. Dan juga Dinasti ini mengklaim dirinya sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Zahra binti Rasulullah SAW. Namun masalah nasab keturunan Fatimiyah ini masih dan terus menjadi perdebatan antara para sejarawan mengenai nasab keturunan ini, hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya: 1) Pergolakan politik dan madzhab yang sangat kuat sejak wafatnya Rasulullah SAW. 2) Ketidak beranian dan keengganan keturunan Fatimiyah ini untuk mengiklankan nasab mereka, karena takut kepada penguasa, ditambah lagi penyembunyian nama nama para pemimpin mereka sejak Muhammad bin Ismail hingga Ubaidillah al Mahdi. Dinasti Fatimiyah beraliran syiah Ismailiyah dan didirikan oleh Sa’id bin Husain al Salamiyah yang bergelar Ubaidillah al Mahdi berpindah dari Suria ke Afrika Utara karena propaganda Syiah di daerah ini mendapat sambutan baik, terutama dari suku Barber Ketama. Dengan dukungan suku ini, Ubaidillah al Mahdi menumbangkan gubernur Aglabiyah di Afrika, Rustamiyah Kharaji di Tahart, dan Idrisiyah Fez dijadikan sebagai bawahan.1 Pada awalnya, Syiah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas, baru pada masa Abdullah bin Maimun yang mentransformasikan ini sebagai sebuah gerakan politik keagamaan, dengan tujuan menegakkan kekuasaan Fatimiyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionaris ke segala penjuru wilayah muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyah. Kegiatan inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang berdirinya Dinasti Fatimiyah. Psaca kematian Abdullah ibn Maimun, tampuk pimpinan dijabat oleh Abu Abdullah al-Husain, melalui propagandanya ia mampu menarik simpati suku Khitamah dari kalangan Barber yang bermukim di daerah Kagbyle untuk menjadi 1



Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Prenada Media,2003), hal.243



pengikut setia. Dengan kekuatan ini, mereka menyeberang ke Afrika Utara dan berhasil mengalahkan pasukan Ziyadat Allah selaku Penguasa Afrika Utara saat itu. Syiah Islamiyah mulai menampakkan kekuatannya setelah tampuk pemerintahan dijabat oleh Sa’id ibn Husain al-Islamiyah yang menggantikan Abu Abdullah alHusain. Di bawah kepemimpinannya, Syiah Islamiyah berhasil menaklukkan Tunisia sebagai



pusat



kekuasaan



daulah



Aghlabiyah



pada



tahun



909



M.



Said



memproklamasikan dirinya sebagai imam dengan gelar Ubaidillah al-Mahdi. Said mengaku dirinya sebagai putera Muhammad al-Habib seorang cucu imam Islamiyah. Namun kalangan sunni berpendapat bahwa Said berasal dari keturunan Yahudi sehingga dinasti yang didirikannya pada awalnya disebut Dinasti Ubaidillah. Sementara ibn Khaldun, Ibn al-Asir dan Philip K. Hitti berpendapat bahwa said memang berasal dari garis keturunan Fatimah puteri Nabi Muhammad SAW, yang bersambung garis keturunannya hingga Husain bin Ali bin abi Thalib. Daulah Fatimiyah memasuki era kejayaan pada masa pemerintahan Abu Tamin Ma’Abu Daud yang bergelar al-Mu’iz (953-997). Al-Muiz berhasil menaklukkan Mesir dan memindahkan pemerintahan ke Mesir. Pada masa ini rakyat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dengan kebijakan kebijakan untuk mensejahterakan rakyatnya. Kesuksesan lainnya adalah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Besarnya minat masyarakat kepada ilmu pengetahuan mendapat dukungan penguasa dengan membangun Dar al-Hikmah pada tahun 1005 M dan perguruan tinggi al-Azhar (yang sebelumnya adalah bangunan masjid), yang mengajarkan ilmu kedokteran, Fiqih, Tauhid, Bahasa Arab, Mantiq, dan sebagainya. B. Tokoh Tokoh Dalam Dinasti Fatimiyah Tokoh Tokoh dalam Dinasti Fatimiyah ini ada 14 orang: 1) Abu Muhammad Abdullah (Ubaidillah) al-Mahdi billah(909 M-934 M) 2) Abul Qasim Muhammad al-Qaim bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934 M-946 M) 3) Abu Zahir Ismail al-Mansur billah (946 M-953 M) 4) Abu Tamim Ma’ad al-Mu’iz Li-Dinillah (953 M-975 M) 5) Abu Mansur Nizar al-Aziz billah (975 M-996 M) 6) Abu Ali al-Mansur al-Hakim bi Amrullah (996 M-1021 M) 7) Abul Hasan Ali al-Zahir Li-I’zaz Dinillah (1021 M-1036 M)



8) Abu Tamim Ma’ad al-Mustansir billah (1036 M-1094 M) 9) Al-Musta’li billah (1094 M-1101 M) 10) Al-Amir bi-Ahkamullah (1101 M-1130 M) 11) Abd al-Majd al-Hafiz (1130 M-1149 M) 12) Al-Zafir (1149 M-1154 M) 13) Al-Fa’iz (1154 M-1160 M) 14) Al-Adid (1160 M-1171 M) Pekerjaan Fatimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan umat islam bahwa mereka adalah keturunan Fatimah putri Rasul dan istri dari Ali bin Abi Thalib. Tugas yang selanjutnya diperankan oleh Muiz yang mempunyai seorang Jenderal bernama Jauhar Sicily yang dikirim untuk menguasai mesir sebagai pusat dunia islam zaman itu. Berkat perjuangan Jenderal Jauhar, mesir dapat direbut dalam masa yang pendek. Tugas utamanya adalah: a. Mendirikan Ibu Kota baru yaitu Kairo b. Membina suatu Universitas Islam yaitu al-Azhar c. Menyebarluaskan Ideologi Fatimiyah yaitu Syi’ah, Syiria dan Hijaz.2 C. Perkembangan dan kemajuan Dinasti Fatimiyah Kemajuan kemajuan yang paling penting terjadi selama pemerintahan al-Muiz adalah ia mempunyai seorang Jenderal yang cemerlang yaitu Jauhar. Dalam bagian awal pemerintahan, jauhar memimpin suatu pasukan penakluk ke atlentik, dan keunggulan Fatimiyah ditegakkan atas seluruh Afrika Utara. Kemudian al-Muiz mengalihkan perhatiannya ke timur. Jelas tersirat dalam pendirian bani Fatimiyah bahwa mereka harus mencoba untuk menguasai pusat dunia islam dan dua pendahulunya telah melakukan perjalanan penaklukkan yang tidak berhasil terhadap Mesir. Sekarang, persiapan persiapan cermat termasuk propaganda politis yang dibantu oleh bencana kelaparan hebat di Mesir. Jauhar menerobos Kairo lama (alFustat) tanpa mengalami kesulitan yang berarti dia bisa menguasai negara ini. Jauhar segera memulai membangun sebuah kota baru bagi tentaranya yang diberi nama alQahirah yang berarti kota kemenangan atau disebut juga dengan Kairo. Pada tahun



2



Zainal Abidin Ahmad,Sejarah Islam dan Ummatnya.(Jakarta:bulan bintang, 1979).h.109



973 M Kota Kairo menjadi kediaman imam atau khalifah Fatimiyah dan pusat pemerintahan.3 Pada masa pemerintahan Fatimiyah, persoalan agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Agama dipandang sebagai pilar utama dalam menegakkan daulah/negara. Untuk itu, pemerintah Fatimiyah sangat memperhatikan masalah keberagaman masyarakat meskipun mereka berstatus sebagai warga negara kelas dua seperti orang Yahudi, Nasrani, Turki, Sudan. Jelasnya peranan agama sangat diperhatikan sekali oleh penguasa untuk tujuan mempertahankan kekuasaan. Buktinya, sikap tegas khalifah Fatimiyah terhadap orang yang tidak mau mengakui mazhab Isma’iliyah dapat berupa apabila sikap seperti dapat berakibat munculnya instabilitas negara. Al-Hakim misalnya, agar terjalin hubungan yang baik dengan rakyatnya yang berpaham sunni, al-Hakim mulai bersikap lunak denagn menetapkan larangan mencela sahabat. Khususnya, khalifah Abu Bakar dan Umar. Al-Hakim juga membangun sebuah madrasah yang khusus mengajarkan paham sunni, memberikan bantuan buku buku bermutu sehingga warga Syi’ah ketika merasa senang sebab merasakan merasakan tengah hidup dikawasan sunni. Ada tiga hal yang dapat disoroti mengenai perkembangan dan kemajuan yang di capai pada masa Dinasti Fatimiyah berkuasa yakni: 1. Kemajuan Administrasi Pemerintahan Pengelolaan negara yang dilakukan Dinasti Fatimiyah ialah denagn mengangkat para menteri. Dinasti Fatimiyah membagi kementrian jadi dua kelompok. Pertama kelompok militer yang terdiri dari tiga jabatan pokok yaitu pejabat militer dan pegawal khalifah, petugas keamanan. Yang kedua adalah kelompok sipil yang terdiri atas Qadhi (Hakim dan Direktur percetakan uang), Ketua dakwah yang memimpin pengajian, Inspektur pasar (pengawas pasar, jalan, timbangan dan takaran), Bendaharawan negara (menangani Bait Maal), Kepala urusan rumah tangga raja, Petugas pembaca Al-Qur’an dan sekretaris berbagai departemen. 2. Penyebaran faham syi’ah



3



Abati Hawa 2008.Dinasti Fatimiyah,http:abati hawa.com/2008/07/Dinasti-Fatimiyah-297-h-322-h-910-m934.html.10 juni 2013



Ketika Al-Muiz berhasil menguasai Mesir, di kawasan ini berkembang empat puluh madzhab fikih: Maliki, Hanbali, Syafi,ie, Hanafi, sedangkan Al-Muiz sendiri menganut madzhab Syiah. Dalam menyikapi hal itu Al-Muiz mengangkat hakim dari kalangan Sunni dan Syiah. Akan tetapi jabatan jabatan penting diserahkan kepada ulama Syiah sedangkan sunni hanya menduduki jabatan rendahan. Pada tahun 973 M, semua jabatan di berbagai bidang politik, agama dan militer dipegang oleh Syiah. Oleh karena itu sebagian pejabat Fatimiyah yang sunni beralih ke Syiah supaya jabatannya meningkat. Di sisi lain al-Muiz membangun toleransi agama sehingga pemeluk agama lain seperti Kristen diperlakukan dengan baik dan diantara mereka diangkat menjadi pejabat istana. 3. Perkembangan ilmu Pengetahuan Dinasti Fatimiyah memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Fatimiyah membangun masjid Al-Azhar yang akhirnya di dalamnya terdapat kegiatan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan sehingga berdirilah Universitas Al-Azhar yang nantinya menjadi salah satu perguruan islam tertua yang dibanggakan oleh Ulama sunni. Al-Hakim berhasil mendirikan Daar al-Hikmah, perguruan islam yang sejajar dengan lembaga pendidikan Kordova dan Baghdad. Perpustakaan Daar al Ulum digabungkan dengan Daar al Himmah yang berisi berbagai buku ilmu pengetahuan. Beberapa ulama yang muncul pada saat itu adalah sebagai berikut: a. Muhammad al Tamimi (ahli fisika dan kedokteran) b. Al Kindi (ahli sejarah dan filsafat) c. Al nu’man ( ahli hukum dan menjabat sebagai hakim) d. Ali bin Yunus (ahli astronomi) e. Ali Al Hasan bin al khaitami (ahli fisika dan Optik) Di samping itu kemajuan bangunan fisik sungguh luar biasa. Indikasi indikasi kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya bangunan bangunan yang dibangun berupa masjid, Universitas, rumah sakit, dan penginapan megah. D. Masa Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Fatimiyah



Gejala gejala yang menunjukkan kemunduran Dinasti Fatimiyah telah terlihat di penghujung masa pemerintahan Al-Aziz namun baru kelihatan wujudnya pada masa pemerintahan al-Muntasir yang terus berlanjut hingga berakhirnya kekuasaan adalah Fatimiyah pada masa pemerintahan al-Adid 567 H/1171 M. Adapun faktor yang



menyebabkan



kemunduran



dan



runtuhnya



Dinasti



Fatimiyah



dapat



diklarifikasikan kepada faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor Internal yang paling signifikan dalam menghantarkan kemunduran



Dinasti



Fatimiyah



adalah



dikarenakan



lemahnya



kekuasaan pemerintah. Menurut Ibrahim Hasan, Para khalifah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi seperti yang ditunjukkan para pendahulu mereka ketika mengalahkan tentara Barber di Qairawan. Kehidupan para khalifah yang bermewah mewah merupakan penyebab utama hilangnya semangat untuk melakukan ekspansi.4 Selain itu, para khalifah kurang cakap dan memerintah sehingga roda pemerintahan tidak berjalan secara efektif, ketidak efektifan ini di karenakan khalifah yang diangkat banyak yang masih berusia relatif muda sehingga kurang cakap dalam mengambil kebijakan. Tragisnya mereka ibarat boneka ditangan para wajir karena peranan wajir begitu dominan dalam mengatur pemerintahan. Fenomena ini muncul pasca wafatnya al-Aziz, setelah al-Aziz wafat ia digantikan puteranya bernama Abu Mansur al-Hakim yang pada saat pengangkatannya



masih



berusia



11



tahun.



Kebijakan



dalam



pemerintahannya sangat tergantung kepada keputusan Gubernur bernama Barjawan yang meskipun pada akhirnya dihukum al-Hakim karena penyalahgunaan kekuasaan.5 Setelah al-Hakim wafat, ia digantikan puteranya bernama Abu Hasyim Ali yang bergelar al-Zahir. Pada saat pengangkatannya, alZahir masih berusia 16 tahun dan kebijakan pemerintahan berada ditangan bibinya bernama Siti al-Mulk, sepeninggalan bibinya al4



Musyrifah Sunanto.Ibid.h.245 Ibrahim,2012.Makalah Dinasti Fatimiyah. http://Makalah majan naii.com/2012/05/dinasti fatimiyah.html.12 juni 2013 5



Zahir menjadi raja boneka ditangan para wajirnya. Pengangkatan khalifah dalam usia relatif muda masih terus berlanjut hingga masa akhir pemerintahan daulah Fatimiyah, bahkan khalifah ke tiga belas yang bernama al-Faiz dinonabatkan pada saat masih balita namun keburu meninggal dunia sebelum berusia dewasa. Sementara khalifah terakhir bernama al-Adid dinobatkan disaat berusia Sembilan tahun. Faktor lainnya diperparah oleh peristiwa alam. Wabah penyakit dan kemarau panjang sehingga sungai nil kering, menjadi sebab perang saudara. Setelah meninggal Abu Tamim Ma’ad al-Muntashir diganti oleh anaknya al-Musta’li. Akan tetapi Nizar, (anak Abu Tamim Ma’ad yang tertua) melarikan diri ke Iskandariyah dan menyatakan diri sebagai khalifah. Oleh sebab ini fatimiyah terpecah menjadi dua. 2. Faktor Eksternal Adapun faktor eksternal yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Fatimiyah adalah menguatnya kekuasaan Nur al-Din al-Zanki di mesir. Nur al-Zanki adalah gubernur Syiria yang masih berada di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah. Popularitas al-Zanki menonjol pada saat ia mampu mengalahkan pasukan salib atas permohonan khalifah al-Zafir yang tidak mampu mengalahkan tentara salib. Dikarenakan rasa cemburunya kepada Syirkuh yang memiliki pengaruh kuat di istana dianggap sebagai saingan yang akan merebut kekuasaannya sebagai wazir, Syawar melakukan perlawanan. Agar mampu menguat kekuasaannya, Syawar meminta bantuan tentara Salabiyah dan menawarkan janji seperti yang dilakukannya terhadap Nural-Din.6



Tawaran ini diterima King Almeric selaku panglima



perang salib dan melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk dapat menaklukkan mesir. Pertempuran pun pecah di Pelusium dan pasukan Syirkuh dapat mengalahkan pasukan salib. Syawar sendiri dapat ditangkap dan dihukum bunuh dengan memenggal kepalanya atas perintah khalifah Fatimiyah. Dengan kemenangan ini, maka Syirkuh dinobatkan menjadi wazir dan pada tahun 565 H/1117 M. Setelah syirkuh wafat, jabatan wazir diserahkan kepada Salah al-Din Ayyubi. Selanjutnya Salah al6



Ahmad Amin, Dhuhal al-Islam, (kairo:Lajnah Ta’wa al-Nasyr)h.188



Din mengambil kekuasaan sebagai khalifah setelah al-Adid wafat. Dengan berkuasanya Salah al-Din, maka diumumkan bahwa kekuasaan daulah Fatimiyah berakhir.Dan membentuk Dinasti Ayyubiyah serta merubah orientasinya dari paham syi’ah ke sunni. Khalifah Fatimiyah berakhir pada tahun 567 H/1117 M. Untuk mengantisipasi perlawanan dari kalangan Fatimiyah, Salah al-Din membangun benteng bukit di Muqattam dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan militer. Yang kini bangunan benteng tersebut masih berdiri kokoh di kawasan pusat Mishral qadim (Mesir lama) yang terletak tidak jauh dari Universitas dan juga dekat perumahan Mahasiswa Asia di Qatamiyah.7



BAB III PENUTUP Kesimpulan Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang sejarah islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Mereka mampu memerintah lebih dua abad sebelum ditaklukkan oleh Dinasti Ayyubiyah dibawah kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi. Dalam masa pemerintahannya, Daulah Fatimiyah sangat konsern dengan pengembangan paham Syi’ah Isma’iliyah. Untuk kesuksesannya, mereka mewajibkan seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga masyarakat untuk menganut paham tersebut. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dengan banyaknya masyarakat yang bersedia menerimanya meskipun berasal dari non muslim. Kemunduran Dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan pemerintah dikarenakan pra khalifah hanya sebagai raja boneka roda pemerintah



7



Hasan Ibrahim,Tarikh al-Daulah al-Fatimiyah,(Kairo:Jannatut ta’rif,1958)h.469



didominasi oleh kebijakan para wazir sementara khalifah hanya hidup menikmati kekuasaannya didalam istana yang megah.



DAFTAR PUSTAKA  Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta:Prenada Media.2003  Ahmad Abidin Zainal, Sejarah Islam dan Ummatnya.(Jakarta:Bulan Bintang,2000)  http:abati hawa.com/2008/07/dinasti-fatimiyah-297-h-322-h-910-m/934.html 10 juni



2013  Ibrahim.2012.Makalah



Dinasti



Fatimiyah,http://makalah



naii,com/2012/05/dinasti fatimiyah.html.12 juni .2013  Amin Ahmad,Dhuhal al-Islam,(kairo:Lajnah Ta’wal al-Nasyr)  Hasan Ibrahim,Tarikh al-Daulah al-Fatimiyah



majan