Makalah Seminar Ke SD-an Putri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEMINAR KE -SD-AN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPS SD



PUTRI NIM. 5018048



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2021



HALAMAN PERSETUJUAN



MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPS SD



Nama



: Putri



NPM



: 5018048



Makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Seminar Ke-SD-An



Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing



Dedi Firduansyah, M.Pd (NIDN. 0213129102)



Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar



Tio Gusti Satria, M.Pd (NIDN. 0212089301)



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga makalah seminar ke-SD-an ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dengan Judul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS SD” . Penulisan makalah seminar ke-SD-an ini dapat terlaksana atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1.



Dr.



Rudi



Erwandi,



M.Pd.



selaku



Ketua



Kampus



STKIP-PGRI



Lubuklinggau. 2.



Tio Gusti Satria, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.



3.



Dedy Firduansyah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Makalah Seminar KeSD-an.



4.



Bapak dan Ibu Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.



5.



Kedua orang tua saya yang telah memberikan do’ a dan dorongan semangat selama menyusun makalah seminar Ke-SD-an ini sampai selesai.



6.



Teman-teman seperjuangan dan teman-teman satu bimbingan makalah seminar Ke-SD-an yang telah berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan makalah seminar Ke-SD-an.



7.



Pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT. Makalah seminar ke-SD-an ini dalam penyusunannya masih memerlukan



kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perkembangan ilmu pendidikan. Lubuklinggau, Juni 2021 Penulis



Putri



iii



ABSTRACT The writing of this paper is focused on knowing how to apply the Snowball Throwing type cooperative learning model to social studies subjects in elementary schools. Snowball Throwing type cooperative learning model which is applied in elementary schools in order to train students in cooperating in one small group, involving students actively and effectively learning in a group atmosphere to solve learning problems. A group gives a question on a sheet of paper that is shaped like a ball to another group. They are asked for very good cooperation between group members to be able to find the correct answer to the questions given by other groups. The results after using the Snowball Throwing type cooperative learning model in social studies subjects can create a more pleasant learning atmosphere and raise students' learning motivation. In addition, teachers who apply the Snowball Throwing type cooperative learning model can attract students' attention, and can also demand teacher creativity. Keywords : Snowball Throwing, Social Studies Subject.



ABSTRAK Penulisan makalah ini difokuskan untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada mata pelajaran IPS di sekolah dasar. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yang diterapkan di sekolah dasar agar dapat melatih siswa dalam menjalin kerjasama dalam satu kelompok kecil, melibatkan siswa secara aktif dan efektif belajar dalam suasana kelompok untuk memecahkan masalah belajar. Sebuah kelompok memberikan sebuah pertanyaan diselembar kertas yang dibentuk menjadi seperti bola ke kelompok lainnya diminta kerjasama yang sangat baik antar anggota kelompok untuk dapat menemukan jawaban yang benar dari pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain. Hasil setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada mata pelajaran IPS dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan menimbulkan motivasi belajar siswa. Selain itu, guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat menarik perhatian siswa, dan juga dapat menuntut kreativitas guru. Kata Kunci : Snowball Throwing, Mata Pelajaran IPS.



iv



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ......................................................................................



I



HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................



II



KATA PENGANTAR ....................................................................................



III



ABSTRAK ......................................................................................................



IV



DAFTAR ISI ...................................................................................................



VI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................



1



B. Rumusan Masalah .......................................................................................



2



C. Tujuan ..........................................................................................................



3



D. Manfaat........................................................................................................



3



BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ............................................................................................



4



1. Belajar .....................................................................................................



4



2. Pembelajaran ...........................................................................................



5



3. Model Pembelajaran ................................................................................



6



4. Model Pembelajaran Kooperatif .............................................................



7



5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing .....................



9



6. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) .........................................



13



B. Penelitian yang Relevan ..............................................................................



19



C. Pembahasan ................................................................................................



20



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................



23



B. Saran ............................................................................................................



23



DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................



24



LAMPIRAN ....................................................................................................



26



v



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pembelajaran IPS merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan di SD. Pembelajaran IPS memberikan gambaran kongkrit pada peserta didik terkait konsep bermasyarakat yang tidak bisa dilepasakan dari hakikat manusia sebagai mahluk inidividu dan mahluk sosial. Pembelajaran IPS dapat dijadikan sebagai suatu landasan untuk mengidentifikasi lingkungan bermasyarakat yang dapat didapat melalui pembelajaran maupun pengalaman secara langsung. Karenanya perlu



dilakukan



upaya



peningkatan



mutu



pendidikan



khususnya



pada



pembelajaran IPS guna menghasilkan peserta didik yang tidak hanya berprestasi secara akademik, akan tetapi menghasilkan insan yang mampu berfikir kritis dalam mengidentifikasi serta mememecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan bermaysarakat. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya pada pembelajaran IPS adalah dengan dirumuskannya kurikulum 2013 yang menjadi penyempurnaan dari kurikulum terdahulu yang telah diterapkan dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum 2013 disusun guna merubah proses pembelajaran yang didominasi oleh guru sebagai pusat transfer ilmu pengetahuan tanpa melibatkan siswa secara langsung. Penerapan kurikulum 2013 bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktifserta mengembangkan pendidikan yang berkarakter. Suasana belajar mengajar yang melibatkan siswa agar ikut aktif untuk berbagi pengetahuan serta mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang ada diharapkan mampu mengatasi permasalahan kurangnya pencapaian siswa yang secara umum disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang bersifat monoton dan terpusat pada guru sebagai sumber ilmu pengetahuan. Perumusan kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai solusi terbaik yang ada saat ini guna meningkatkan mutu pendidikan. Akan tetapi, capaian dari penerapan kurikulum 2013 ini dirasa masih belum maksimal karena masih kurangnya pemahaman, pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum 2013 masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia Saputra ( 2019:19-20). 1



2



Menurut Rosidah (2017:31) bahwa kendala yang dihadapi dalam penerapan kurikulum 2013 dirasa bukan merupakan suatu kendala yang tidak memiliki solusi. Penciptaan motivasi belajar siswa dapat diantisipasi dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga pembelajaran lebih konkrit dan nyata. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang menuntut dan menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam memperoleh dan mengorganisasikan pengetahuan sehingga melatih siswa belajar mandiri dan meningkatkan kemampuan berpikir. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yang dapat membantu guru dan siswa untuk meningkatkan dan menarik minat siswa dalam belajar IPS. Menurut Huda (dalam Rosidah, 2017:31) “ Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan



dari bola yang diperoleh” . Diharapkan



dengan



menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa, melatih siswa belajar mandiri dalam pengetahuan berdasarkan diskusi, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam mendiskusikan dan meyelesaikan tugas belajar, mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat, meningkatkan kemampuan menjelaskan kembali materi yang diperoleh berdasarkan diskusi, dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPS dengan cara yang menyenangkan. Berdasarkan latar belakang di atas maka saya tertarik untuk menggunakan judul makalah “ Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS SD” .



B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas rumusan masalah pada makalah ini adalah : “ Bagaimanakah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPS SD” .



2



3



C. Tujuan Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe snowball lthrowing pada mata pelajaran IPS SD.



D. Manfaat Penulisan Makalah 1. Manfaat teoritis Diharapakan dapat memberikan informasi baru bagi dunia pendidikan berupa gambaran bagaimana cara mengatasi masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. 2. Manfaat praktis a.



Bagi siswa Dapat memberikan manfaat bagi siswa dalam membangun motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS serta meningkatkan keaktifan dan kretatifitas siswa.



b.



Bagi Guru Dapat



dijadikan



rujukan



atau



pedoman



penggunaan



model



pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam kegiatan belajar mengajar, yang menjadikan pembelajaran lebih aktif, efektif, dan menyenangkan.



3



4



BAB II KAJIAN TEORI



A. Deskripsi Teori 1. Belajar Istilah belajar dan pembelajaran belajar dari bahasa Inggris learning dan instruction. Belajar sering diberi batasan yang berbeda-beda tergantung sudut pandangnya. Menurut Suprihatiningrum (2012:13) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai, dan sikap. Menurut Robbins (dalam Trianto, 2009:15) mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru. Sedangkan menurut Slavin (dalam Trianto, 2009:16) mendefinisikan belajar secara umum merupakan perubahan yang terjadi pada individu melalui pengalaman bukan karena pertumbuhan, perkembangan, maupun karakteristik sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan terjadi sepanjang waktu yang menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang terjadi adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungan 4



5



sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar merupakan proses perubahan perilaku dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan memiliki kebiasaan baru serta dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya maupun dirinya sendiri. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan



yang



dimaksud



yaitu



mengenai



pengetahuan,



pemahaman,



keterampilan maupun kebiasaan yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor serta dilakukan secara sadar, sengaja, dan terus menerus.



2. Pembelajaran Menurut Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2012:76) mengemukakan bahwa kata pembelajaranadalah terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan sarana pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan Trianto (2009:17) mengatakan bahwa pembelajaran dapat dikatakan sebagai aspek kegiatan manusia yang kompelks dan tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran merupakan suatu usaha sadar diri yang dilakukan guru dalam membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Kemudian Suprihatiningrum (2012:75) berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk 5



6



membantu siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan seorang guru baik itu berupa penggunaan metode ataupun media yang dapat mempermudah siswa dalam mengikuti sebuah proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.



3. Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada makna pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Joyce (dalam Ngalimun, 2017:37) bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Adapun Soekamto (dalam Trianto, 2009:22) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah : “ Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.” Dengan demikian, aktivitas pemelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Sedangkan Rahim (dalam Wahyem, 2018:99) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar yang berupa cara guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa, misalnya seperti cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. 6



7



Berdasarkan pendapat ahli di atas,



dapat disimpulkan bahwa model



pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam pembelajaran yang merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran dapat membantu pendidik dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model yang akan digunakan. Dengan demikian, proses pembelajaran di kelas akan berlangsung secara aktif dan menyenangkan serta membuat peserta didik tidak jenuh selama proses pembelajaran berlangsung.



4. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat popular untuk diterapkan dalam berbagai bidang studi. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya Purnomo(2013:3). Menurut Isjoni (dalam Rosidah, 2017:33) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang mana murid bekerja sama antara satu sama lain dalam sebuah kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Adapun Shoimin (2014:45) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompokkelompok



kecil



yang



memiliki



tingkat



kemampuan



berbeda.



Dalam



menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Oleh karena itu, belajar berkelompok secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Mereka juga akan belajar untuk menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kemudian



Sanjaya



(dalam



Saputra,



2019:21)



berpendapatbahwa



pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok memiliki beberapa keunggulan diantaranya : 1) 7



8



meningkatkan kemampuan berfikir dan menemukan informasi serta belajar dari siswa lain, 2) mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat dan membandingkan ide secara verbal, 3) mengajari anak untuk belajar menghormati orang lain dan menyadari segala keterbatasan serta menerima perbedaan, 4) membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, 5) meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social, 6) mengembangkan kemampuan menguji ide dan menerima umpan balik, 7) meningkatkan kemampuan belajar siswa dari abstrak menjadi nyata, 8) meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, 9) mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan ketersaingan, dan 10) menambah rasa senang terhadap belajar maupun teman di tempat belajar. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompokdengantujuanmemecahkansuatupermasalahan,



sehingga



tujuan



pembelajaran dapat tercapai secara optimal.



5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball artinya bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Jadi Snowball Throwing



dapat diartikan melempar bola salju. Sedangkan



dalam



proses pembelajaran, Snowball Throwing (bola salju) merupakan kertas berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri kemudian pertanyaan tersebut harus dijawab. Menurut Huda (dalam Rosidah, 2017:33) model pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untu mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Sedangkan menurut Wahyem (2018:99) berpendapat bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sebanyak mungkin 8



9



pengetahuan, memperdalam pemahaman tentang suatu materi pembelajaran melalui suatu bentuk permainan melalui metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan saling melempar bola dari kertas yang berisi soal kepada teman lain kelompok. Kemudian siswa yang terlempar dan mendapat bola berkewajiban menjawabnya. Kemudian Shoimin (2014:174) mengemukakan bahwa model pembelajaran snowball throwing merupakan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Akan tetapi, pada model ini proses kegiatan belajar belangsung dengan lebih menyenangkan. Dengan penerapan model ini memungkinkan terjadinya saling berbagi pengetahuan dan pengalaman pribadi dalam upaya menyelesaikan permasalahan secara lebih interaktif dan menyenangkan. Pada saat proses pembelajaran biasanya sering terjadi permasalahan seperti adanya perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Maka dari itu, melalui model pembelajaran snowball throwing ini diharapkan siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahannya secara tertulis kemudian didiskusikan bersama serta dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Tak hanya itu, dengan model pembelajaran snowball throwing guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menggapai dan menyelesaikan masalah. Menurut Rahman (2013:156) berpendapat bahwa pembelajaran dengan metode snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain :pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “ bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahi dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuann lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan menginngat pengetahuan tersebut. 9



10



Jadi dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang mana dalam proses pembelajaran dilakukan sambil bermain sehingga materi pembelajaran dapat tersalurkan dengan cara yang menyenangkan, model pembelajaran dilakukan dengan membentuk anggota kelompok kemudian setiap kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas yang dibentuk menjadi seperti bola lalu dilempar ke kelompok yang lain dengan menggunakan durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.



b. Langkah-langkah



Model



Pembelajaran



Kooperatif



Tipe



Snowball



Throwing Menurut Simarmata (2018:81) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing yaitu : 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Setelah itu, guru membagikan siswa dalam kelompok, dan guru memanggil ketua kelompok yang sudah ditunjuk oleh kelompoknya dimana guru akan memberikan materi 2) Ketua kelompok kembali kekelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang sudah disampaikan oleh guru. 3) Setiap kelompok akan dibagikan lembar kerja siswa yang digunakan untuk menuliskan pertanyaan yang menyangkut materi yang dijelaskan oleh ketua kelas 4) Setelah siswa menuliskan pertanyaan dikertas, kemudian kertas tersebut di buat seperti bola yang nantinya akan di lemparkan ke salah satu siswa lain kurang lebih 5 menit 5) Siswa akan mendapatkan satu bola yang berisikan pertanyaan dan siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan di kertas yang sudah d berikan secara bergantian 6) Evaluasi dan penutup Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang pertama guru menyampaikan materi sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, guru harus menyiapkan lembar kertas untuk 10



11



menulis pertanyaan, guru menginformasikan bagaimana cara belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, setelah menginformasikan cara-cara tersebut guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Dengan pemantauan guru siswa belajar dengan model tersebut dan sesuai dengan materi yang telah diberikan oleh guru.



c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Menurut Shoimin (2014:176-177) memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut: 1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing : a)



Proses pembelajaran menjadi menyenangkan.



b) Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain. c)



Siswa menjadi siap dengan berbagai kemungkinan.



d) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran e)



Guru Pembelajaran menjadi lebih efektif.



f)



Tercapainya ketiga aspek yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotor.



g) Tidak terlalu repot membuat media karena proses pembelajaran langsung praktik 2) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing a)



Dalam memahami materi sangat bergantung pada kemampuan siswa sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit berupa materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.



b) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga



diperlukan



waktu



yang



tidak



sedikit



untuk



siswa



mendiskusikan materi pelajaran. c)



Tidak ada tugas maupun sebuah penghargaan yang diberikan secara individu sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk



11



12



bekerja sama. Akan tetapi, seorang guru dapat memberikan tugas dan penghargaan agar meningkatkan kekompakan untuk bekerja sama. d) Memerlukan waktu yang panjang. e)



Murid yang nakal cenderung berbuat onar.



f)



Terjadinya kegaduhan dalam kelas.



Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini yaitu dapat menjadikan siswa lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Tercapainya ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian guru tidak repot untuk membuat media pembelajaran karena model ini diterapkan dengan praktik secara langsung. Sedangkan kelemahan model ini adalah materi kurang dijangkau secara luas oleh siswa karena hanya bergantung pada materi yang disampaikan oleh guru, butuh waktu yang banyak jika ada salah satu anggota kelompok ada yang belum paham, kurang semangat belajar karena tidak ada penghargaan yang diberikan oleh guru dan terjadi kegaduhan pada saat proses pembelajaran karena model ini dilakukan sambil bermain. Adapun cara mengatasi kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yaitu sebagai berikut : 1) Guru memerintahkan siswa untuk belajar secara mandiri terlebih dahulu dengan cara membaca materi yang ada dibuku agar pemahaman siswa luas terhadap materi yang akan disampaikan. 2) Terapkan sebuah peraturan tentang kedisiplinan agar dapat menciptakan suasana yang kondusif pada saat proses pembelajaran. 3) Berikan sebuah penghargaan atau rewards dengan harga yang terjangkau seperti memberi peralatan tulis, agar siswa lebih semangat dalam belajar.



6. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Istilah “ Ilmu Pengetahuan Sosial” disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “ socialstudies” . Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata 12



13



pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada yang berarti program pengajaran Sapriya (2009:19) Menurut Sapriya (dalam Rosidah, 2017:34) khusus IPS Sekolah Dasar materi pelajaran dibagi menjadi dua bagian yaitu materi sejarah dan materi pengetahuan sosial. IPS adalah ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia dimasyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari bagian kehidupan tersebut. Artinya IPS diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial serta untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Tujuan dari pembelajaran IPS yaitu untuk menciptakan kehidupan masyarakat dengan nilai moral atau etika yang tinggi dan menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, wawasan, etika dan berakhlak sosial yang tinggi. Menurut Kasim (dalam Wahyem, 2018:99) Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwaperistiwa dan wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa dari berbagai periode. Antropologi berkaitan dengan studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, ilmu ekonomi yang tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas yang berkenaan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Sedangkan menurut Somantir (dalam Purnomo, 2013:2) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sementara National Council for Social Studies (dalam Anika, 2017:69) menjelaskan bahwa IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, bukan hanya ilmu-ilmu sosial melainkan juga dari humanitis, matematika, dan ilmu-ilmu alam bahkan agama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa materi kajian IPS merupakan perpaduan dari berbagai ilmu-ilmu sosial, sehingga materi IPS harus didesain secara terpadu agar lebih bermakna dan kontekstual. Materi IPS juga 13



14



dikaitkan dengan masalah-masalah sosial yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Tujuannya yakni untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam cabang ilmu sosial secara terpadu baik itu sosiologi, geografi, antropologi, ekonomi, maupun sejarah serta mempelajari masalah-masalah sosial dan kehidupan bermasyarakat.



b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan konsep-konsep pengetahuan semata, namun yang terpenting harus mampu membina peserta didik menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajibannya, memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama seluasluasnya.Pendidikan IPS di berbagai negara mengalami perubahan-perubahan dalam konteks tujuan tiap-tiap negara dalam pembelajaran IPS. Banyak tokohtokoh yang berpendapat mengenai tujuan pendidikan IPS, yang pada dasarnya mempunyai persamaan diantara berbagai pendapat tersebut. Menurut Sapriya (dalam Siska, 2016:8) tujuan pendidkan IPS di Indonesia pada dasarnya mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Soemantri (dalam Siska, 2016:9) tujuan pengajaran IPS di sekolah sebagai berikut : 1) Pengajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya sehingga harus terpisah-pisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut.



14



15



2) Pengajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga negara yang baik. Sifat warga yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik



mereka



dengan



jalan



menempatkannya



dalam



konteks



kebudayaannya dari pada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu sosial yang terpisah-pisah. 3) Pendapat ketiga adalah bentuk kompromi dari pendapat pertama dan kedua yang menekankan pada organisasi bahan pelajaran yang harus dapat menampung tujuan para siswa yang meneruskan pendidkan maupun yang terjun langsung ke masyarakat. 4) Pengajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran agar mampu menyelesaikan masalah interpersonal maupun antarpersonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu upaya dalam sebuah proses pembelajaran dalam upaya untuk membentuk peserta didik yang paham mengenai ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan sosial serta mampu untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakat dengan memiliki adab yang baik.



c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Demikian juga mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Soemantri (dalam Siska, 2016:14) menjelaskan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi dengan eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut : 1) Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah



sosial,



keterampilan



berpikir



serta



pemeliharaan/



pemanfaat lingkungan alam. 2) Mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia 3) Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integrated (terpadu), correlated (berhubungan), sampai yang separated (terpisah) 4) Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanistis, sampai yang struktural 15



16



5) Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi 6) Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor saja, tetapi juga mengembangkan apa yang disebut (democratic quotient dan citizenship quotient). 7) Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur sciene, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajaran. Karaktersitik lain yang juga merupakan ciri mata pelajaran IPS adalah digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di tingkat sekolah dasar maupun lanjutan.



d. Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Sumaatmadja (dalam Siska, 2016:15) berpendapat bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, pengembangan sumber daya manusia (SDM) berkualitas di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini yang sangat urgen. Pengembangan SDM harus bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran IPS, seperti nilai teoritis, nilai praktis, nilai edukatif, dan nilai ketuhanan. Berikut penjelasannya : 1)



Nilai Teoritis



Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanan diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari itu yakni menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pertanyaan (sense of inquiry) mereka bina serta kembangkan. 2)



Nilai Praktis



Pokok bahasan IPS jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari. Misalnya mulai dari 16



17



lingkungan keluarga, di pasar, di jalan, dan tempat-tempat lain. Dalam hal ini, nilai praktis disesuaikan dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik seharihari. Pengetahuan praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca cerita, mengadapi permasalahan kehidupan seharihari sampai dengan pengetahuan IPS yang berguna untuk melaksanakan pekerjaan sebaagai karyawan, PNS, pejabat daerah, wartawan dan sebagainya. Pembelajaan IPS tersebut di proses secara menarik dan tidak terlepas dari kehidupan seharihari, dan secara tidak langsung memiliki nilai praktis serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini dan masa-masa mendatang. 3)



Nilai Eduktif



Salah satu tolah ukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, psikomotor. Peningkatan kognitif dalam hal ini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas dalam pembelajaran IPS, tidak hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan. Melalui pembelajaran IPS, perasaan, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepedulian dan tanggung jawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pembelajaran IPS untuk mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong-royong, dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan. 4)



Nilai ketuhanan



Kita dapat menghayati dalam menikmati segala yang kita peroleh sebagai manusia, makluk individu dan makhluk sosial yang berbeda dengan maklukmakhluk hidup ciptaan Tuhan YME, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Kenikmatan dari Tuhan YME berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat 17



18



dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri untuk mampu memenuhi kebutuhannya dari sumber daya alam yang telah disediakan oleh-Nya. Kenikmatan kita sebagai manusia yang mampu menguasai IPTEK, menjadi landasan kita untuk mendekatkan diri dan meningkatkan iman dan takwa kita kepada Tuhan YME. Kekaguman kita sebagai manusia kepada segala ciptaan-Nya baik berupa fenomena fisikal, alamiah maupun fenomena kehidupan, merupakan nilah ketuhanan yang strategis sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup cakupan yang sangat luas, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita, baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas SDM masa kini dan masa yang akan datang.



B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang baik memiliki kajian penelitian serupa dengan hasil yang relevan yang digunakan sebagai kerangka pemikiran untuk mengembangkan maupun memperbaiki penelitian yang telah ada sebelumnya. Adapun hasil penelitian yang relevan sebagai berikut : 1. Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dilakukan oleh Ani Rosidah Universtias Majalengka (2017) penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS” . Hasil penelitiannya yaitu siklus I mengalami peningkatan yang tuntas (71,42%) dan pada siklus II diatas indikator keberhasilan (71,42%) dan yang belum mencapai nilai minimal 70 (28,5%). Dapat disimpulkan melalui model pembelajaran tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari hasil peningkatan siklus I ke siklus II.Persamaan penelitian yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball thrwoing pada mata pelajaran IPS, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Kadudampit. 18



19



2. Penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dilakukan oleh Ni Putu Jita Apsari, I Ketut Dibia, dan Putu Aditya Antara Universitas Pendidikan Ganesha (2019) dengan judul “ Pengaruh-Model-Pembelajaran-Kooperatif Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPS” . Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa. Persamaan penelitian yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada mata pelajaran IPS, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menentukan pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar yang dilakukan pada siswa SD kelas V di Gugus II Kecamatan Kintamani Tahun Pelajaran 2018/2019. 3. Penelitian



yang



berkaitan



dengan



model



pembelajaran



kooperatif



tipesnowball throwing dilakukan oleh Ancelmus Paschalis Mbudja, dkk (2013) dengan judul “ Efektivitas hasil belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada siswa kelas IV SDN Ende 5 dan SDI Ende 10” . Hasil penelitian t hitung adalah sebesar 11,117 dan nilai t table pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = 93 sehingga diperoleh t tabel (0,05;93) = 1,985. Karena t hitung (11,117) > t table (1,985) maka H0 ditolak atau Ha diterima. Dengan ditolaknya H0 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran snowball throwing dan kelompok siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Persamaan penelitian yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada mata pelajaran IPS, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menentukan efektivitas hasil belajar IPS dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang dilakukan pada siswa kelas IV SDN Ende 5 dan SDI Ende 10 Tahun Pelajaran 2018/2019.



19



20



C. Pembahasan Model pembelajaran digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan sebuah pembelajaran di kelas. Dalam melaksanakan pembelajaran, hendaknya guru menentukan model pembelajaran apa yang tepat untuk digunakan agar dapat menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingmerupakan gaya pembelajaran sederhana dan relevan untuk digunakan dalam proses belajar di sekolah dasar terkhusus pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yang diterapkan di sekolah dasar mampu melatih siswa dalam bekerja sama pada sebuah kelompok, melibatkan siswa secara aktif, efektif, dan menyenangkan yang tujuannya untuk memecahkan masalah belajar. Setiap anggota kelompok diminta membuat pertanyaan pada selembar kertas yang dibentuk menjadi seperti bola kemudian melemparkan kertas pertanyaan tersebut pada kelompok lain, kemudian kelompok yang mendapat kertas pertanyaan tersebut harus menjawab pertanyaan yang ada sesuai dengan durasi waktu yang telah ditentukan. Hal ini telah dibuktikan oleh Ani Rosidah Universtias Majalengka (2017) dalam penelitiannya dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS” . Penelitianinimenghasilkanbahwamengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas dan diatas indikator keberhasilan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini selaras dengan pendapat Ni Putu Jita Apsari, I Ketut Dibia, dan Putu Aditya Antara Universitas Pendidikan Ganesha (2019) dengan judul “ Pengaruh-Model-Pembelajaran-Kooperatif Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPS” . Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Kemudian Ancelmus Paschalis Mbudja, dkk (2013) dengan judul “ Efektivitas hasil belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran snowball 20



21



throwing pada siswa kelas IV SDN Ende 5 dan SDI Ende 10” . Dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran snowball throwing dan kelompok siswa yang diajar menggunakan metode konvensional. Berdasarkan penelitian-penelitian penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disamping aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Hal itu karena, pada model ini memungkinkan terjadinya saling berbagi pengetahuan dan pengalaman pribadi dalam upaya menyelesaikan permasalahan secara lebih aktif, efektif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS.



21



22



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan suatu model pembelajaran yang mana dalam proses pembelajaran dilakukan sambil bermain sehingga materi pembelajaran dapat tersalurkan dengan cara yang menyenangkan, model pembelajaran dilakukan dengan membentuk anggota kelompok kemudian setiap kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas yang dibentuk menjadi seperti bola lalu dilempar ke kelompok yang lain dengan menggunakan durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masingmasing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Dengan penerapan model ini jug amembuat pembelajaran lebih berfokus pada siswa sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mana siswa mengalami secara langsung proses pembelajaran tersebut. Seperti halnya yang telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Maka dari itu model pembelajaran ini cukup efektif untuk digunakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran pada mata pelajaran IPS.



B. Saran Setelah menulis makalah ini, penulis mengharapkan: 1. Untuk peneliti selanjutnya agar mencari referensi yang lebih banyak lagi, sehingga hasil penelitiannya lebih sempurna. 2. Kedepannya penggunaan model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat terus di desain dengan semenarik mungkin, agar generasi berikutnya dapat selalu menggunakan model ini dalam pembelajaran. 3. Dengan adanya makalah ini semoga penggunaan model pembelajaran lebih bervariasi lagi, sehingga anak didik tidak bosan dalam belajar.



22



23



DAFTAR PUSTAKA



Agustina, Entin. T. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Membuat Produk Kria Kayu dengan Peralatan Manual. Invotec. IX(1). 19. Apsari, Ni Putu Jita. dkk. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Mimbar Ilmu. 24(3). 354. Marhayani, Dina Anika. 2017. Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran IPS. Jurnal Edunomic. 5(2). 69. Mbudja, Ancelmus Paschalis. dkk. 2019. Efektivitas hasil belajar IPS melalui penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada siswa kelas IV SDN Ende 5 dan SDI Ende 10. Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. 9(2). 82. Ngalimun. 2017. Strategi Pembelajaran. Palangkaraya:Parama Ilmu. Purnomo, Agus. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. JPGSD. 1(2). 2-3. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Saputra, Rendy Rinaldy. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran IPS. Jurnal Pendidikan Unsika. 7(2), 19, 20 dan 21. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media:Rembang. Simarmata, Nada Naviana. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. 2(1). 81. Siska, Yulia. 2016. Konsep Dasar IPS. Garudhawaca:Yogyakarta. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.



23



24



Rahman, Abd. 2013. Penerapan Model Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Pada SDN No.1 Pantolobete. Jurnal Kreatif Online. 5(4), 156. Rosidah, Ani. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS. Jurnal Cakrawala Pendas. 3(2). 30, 31, dan 33. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group. Wahyem. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas VI SD Tulung Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing. Jurnal Ideguru. 3(2). 99.



24