Makalah Tasamuh Kel Iv Matkul Aswaja [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dewa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TASAMUH



Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja Dosen Pengampuh: DR.H. RIDWAN TOHOPI, M.Si



Di Susun Oleh Kelompok IV: Siti D. Djahuno Risnawaty R. Angio Dediarto Mokodompis Devianty Habu Srikandi Hasania



PROGRAM STUDI D IV TERAPIS GIGI UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA GORONTALO 2021



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya dan InsyaAllah akan sampai kepada kita yang saat ini masih setia mengikuti ajarannya. Dalam makalah ini kami akan membahas “Nilai Aswaja “ Tasamuh (Toleransi)”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak DR. Hi. Ridwan Tohopi, Msi selaku dosen pemgampuh mata kuliah pendidikan Aswaja karena telah membimbing kami dalam membuat makalah ini. Kami juga menucapkan terimakasih kepada teman – teman yang telah bertanggung jawab dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Harapan Kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.



Gorontalo, Juni 2021 Penulis



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toleransi adalah suatu istilah untuk menjelaskan sikap saling menghormati, menghargai dan kerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara, budaya, bahasa, etnis, politik, maupun agama. Karena itu, toleransi hal yang agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama, termasuk agama Islam.



Toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional, praktis, dan mudah dipahami serta dimengerti. Namun, dalam persoalan keyakinan (akidah) dan ibadah, Islam memiliki konsep yang jelas. “(Tidak ada paksaan dalam agama)” ‫(“ ِد ْينِ َولِ َي ِد ْينُ ُك ْم لَ ُك ْم‬Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami)”. Islam tidak mengenal “atur damai”, karena baik dari sisi keyakinan maupun ibadah umat Islam kepada Allah berbeda. Bahkan Islam sangat mencela kepada penganutnya untuk menghina keyakinan agama lain. Apalagi masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Khalik Nya begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik (Pohan, 2011). Masalah Islam adalah agama kemanusiaan, asas dari kemanusiaan ini dalam Islam adalah penghormatannya terhadap manusia melebihi dari yang lainnya, tanpa melihat perbedaan warna kulit, ras, agama, suku, gender, dan kasta. Dalam AlQur’an diterangkan bahwa, Allah Swt menciptakan semua manusia berbeda-beda dan bersuku bangsa bukanlah untuk saling menindas menghina, apalagi saling menjatuhkan. Tetapi, perbedaan penciptaan manusia ini ditunjukan semata-mata agar semua manusia saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tidak sekedar



perbedaan fisik, tetapi juga mencakup perbedaan dalam aspek religius antar umat. Terkhusus pada kenyataan toleransi (Fauziah, 2009). Namun pada kenyataannya banyak umat beragama tidak meneladani sifat toleransi. Baik itu dalam perbedaan pemahaman ajaran terkstual yang pada hal ini menghasilkan pengamalan yang berbeda dalam internal keagaamaan, ada pula yang menganggap kelompoknya paling benar sedangkan yang lain nya sesat, selain itu ada juga yang mempermasalahkan adat istiadat baik itu golongan ras, suku, jenis kelamin ataupun kasta. Konsep tasamuh dalam Islam baik dilihat dari sudut pandang al-Qur’an maupun hadis yang mengakibatkan suatu kekhawatiran yang mungkin bisa saja terjadi apabila konsep ini disalah pahami dan disalah gunakan pada tataran aplikasinya. Sehingga yang terjadi adalah pemahaman tentang konsep toleransi yang kebablasan. Toleransi dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok lain yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara 2011). Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadan agama lain. Masalah tasamuh bukan lagi hal yang jarang kita jumpai. Bahkan sampai saat ini masalah toleransi terutama antara umat beragama semakin jelas dapat kita lihat. Misalnya yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2018 yaitu penyerangan terhadap ulama-ulama, penghancuran masjid, pembakaran vihara, dan kasus-kasus lainnya yang dapat kita temui. Selain di Indonesia, kasus intoleransi juga terjadi di luar negeri seperti kasus penembakan jemaah masjid yang sedang melaksanakan solat berjamaah yang diketahui ditembak oleh seorang anti-imigran di Selandia Baru pada tahun 2019.



Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup manusia didalamnya terkandung berbagai macam jawaban atas persoalan. Salah satunya tentang toleransi atau tasamuh . Penjelasan dalam ayat-ayatal-Qur’an tentu tidak mudah difahami oleh orang yang awam dan orang yang kurang ilmu tafsirnya. Maka untuk mengetahui makna yang terkandung dalam alQur’an khususnya dalam ayat-ayat yang membahas tasamuh dibutuhkanlah bantuan dari kitab-kitab tafsir. B. Rumusan Masalah Masalah yang sering terjadi mengenai penerapan tasamuh antar umat beragama ialah dalam bidang muamalah berhadapan atau bersenggolan dengan masalah akidah dan ibadah. Terkait itu salah satu pembahasan ayat yang menjadi sorotan adalah QS. Al-Kafirun ayat 1-6



‫قُلْ ٰيٓاَيُّهَا ْال ٰكفِر ُْونَاَل ۤ اَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُد ْونَ َواَل ۤ اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُد ْو َن َم ۤا اَ ْعبُ ُد َواَل ۤ اَنَا َعابِ ٌد َّما َعبَ ْدتُّ ْم‬ ‫َواَل ۤ اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُد ْو َن َم ۤا اَ ْعبُ ُد لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِْن‬ Artinya : “Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah   Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." Ayat ditas menunjukan adanya ketatanan manusia yang esensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Didalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran tentang konsep tersebut. Pertama penafsiran negatif yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan yang kedua adalah penafsiran positif yaitu menyatakan



bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain. Tasamuh mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini, tanpa ada mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari kelompok nya sekalipun. Secara teknis pelaksanaan sikap tasamuh antar umat beragama yang dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan kebebasan dan kemerdekaan menginterpretasikan ajaran agama masing-masing. Dari Rumusan masalah diatas kami mencoba untuk menjabarkan beberapa hal tentang Tasamuh antara lain : 1. Pengertian Tasamuh 2. Pentingnya berprilaku tasamuh dalam kehidupan sehari-hari 3. Beberapa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Tasāmuḥ C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian Tasamuh 2. Untuk mengetahui Pentingnya berprilaku tasamuh dalam kehidupan sehari-hari 3. Untuk mengetahui Beberapa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Tasāmuḥ



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Tasāmuḥ Tasamuh (Toleransi) Secara etimologi, kata “tasāmuḥ” berasal dari bahasa Arab yang artinya berlapang dada, toleransi.27 Tasāmuḥ merupakan kalimat isim, dengan bentuk madly dan mudlori‟nya yang artinya toleransi. Kata tasāmuḥ di dalam lisān alArāb dengan bentuk derivasinya seperti samāh, samahāh, musāmahah yang identik dengan arti kemurahan hati, pengampunan, kemudahan, dan perdamaian (Siradj, 2013) Tasāmuḥ secara etimologis adalah mentoleransi atau menerima perkara secara ringan. Secara terminologis berarti menoleransi atau menerima perbedaan dengan ringan hati Tasamuh menurut Badawi adalah pendirian atau sikap yang termanfestaikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tasamuh ini erat kaitanya dengan masalah kebebasan dan kemerdekaan hak asasi manusia dan tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan berlapang dada terhadap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan setiap individ (Jakarata: Penerbit Buku Kompas, 2001, h.,13 6A.A. Yusuf, Wawasan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002). Menurut Harun Nasution toleransi dalam beragama akan terwujud manakala terdapat lima hal antara lain : 1. Mencoba melihat kebenaran pada agama lain. 2.



Memperkecil perbedaan yang ada diantara agama-agama.



3.



Menonjolkan persamaan yang ada dalam agama-agama.



4. Memupuk rasa persaudaraan se-Tuhan.



Menjauhi praktik serang-menyerang antar agama. Adapun tasāmuḥ menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik, yaitu sebagai berikut: a. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan. b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan. c. Kelemah lembutan karena kemudahan. d. Muka yang ceria karena kegembiraan. e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan. f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu‟amalah) tanpa penipuan. g. Menggampangkan dalam berdakwah kejalan Allah tanpa basa-basi. h. Terikat dan tunduk kepada agama Allah SWT tanpa rasa keberatan Pada umumnya, istilah tasāmuḥ atau toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya, atau mengatur kehidupannya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama didalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat (Bashori dkk, 2010) Menurut Ibnu ‘Ar Islam merupakan agama yang menjunjung nilai sikap tasa>muh yang luhur Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah swt, kepada Nabi Muhammad Saw untuk mensukseskan misi kedamaian secara universal. Islam sebagai suatu agama sangat tidak pantas didiskreditkan oleh istilahistilah parsial yang mereduksi keagungan makna Islam itu sendiri



2. Pentingnya berprilaku tasamuh dalam kehidupan sehari-hari Firman Allah didalam Al-qur‟an surat Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:



‫ت َوي ُْؤ ِم ۢ ْن‬ ِ ‫ٓاَل اِ ْك َراهَ فِى ال ِّدي ۗ ِْن قَ ْد تَّبَي ََّن الرُّ ْش ُد ِم َن ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بِالطَّا ُغ ْو‬ ‫صا َملَهَا† َۗوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬ َ ‫بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس‬ َ ِ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬ Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mengetahui. Dalam hal memilih agama, manusia diberi kebebasan untuk memahami dan mempertimbangkan sendiri. Dalam memahami hal ini, Thabathaba‟i berpendapat bahwa karena agama merupakan rangkaian ilmiyah yang diikuti amaliyah (perwujudan perilaku) menjadi satu kesatuan i‟tiqadiyah (keyakinan) yang merupakan persoalan hati, maka bagaimanapun agama tidak bisa dipaksakan oleh siapapun (Usman, 2002). Pentingnya Berperilaku Tasāmuḥ Dalam Kehidupan Perbedaan yang ada diantara manusia bukan sarana atau alat untuk dipertentangkan. Akan tetapi, perbedaan yang ada harus dijadikan sebagai sarana untuk melengkapi dan memperkuat tali persaudaraan. Firman Allah didalam Al-qur‟an surat Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:



‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬ ‫ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشع ُْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕٕىِ† َل لِتَ َعا َرفُ ْوا‬ Artinya: “Wahai manusia sungguh, kami telah menciptakaN kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”46 Islam adalah agama kemanusiaan, asas dari kemanusian ini dalam Islam adalah penghormatannya terhadap manusia melebihi daripada yang lainnya, tanpa melihat perbedaan warna kulit, ras, agama, suku, jenis kelamin dan kasta. Dalam Al-qur‟an diterangkan bahwa, Allah menciptakan semua manusia berbeda-beda dan bersuku bangsa bukanlah untuk saling menindas, saling menghina, dan saling menjatuhkan. Tetapi, perbedaan ini ditunjukkan semata-mata agar semua manusia saling mengenal antara satu dengan yang lainnya, saling melengkapi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Alqur‟an juga menjelaskan semua manusia bersaudara, mereka adalah anak dari satu ayah dan satu ibu yang sama yaitu Adam dan Hawa Perbedaan yang ada merupakan suatu hal yang wajar. Dari perbedaan yang ada, seseorang ditantang untuk mengesampingkan perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai sarana menjalin persaudaraan yang erat. Perbedaan akan seseorang temui dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, sifat tasāmuḥ harus dimiliki oleh setiap orang. 48 Sifat tasāmuḥ harus tertanam secara mendalam dalam diri setiap orang. Tasāmuḥ ini, tidak bisa dipungkiri akan menjadi perekat yang paling kuat untuk mendekatkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dalam Perbedaan yang ada merupakan suatu hal yang wajar. Dari



perbedaan yang ada, seseorang ditantang untuk mengesampingkan perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai sarana menjalin persaudaraan yang erat. Perbedaan akan seseorang temui dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, sifat tasāmuḥ harus dimiliki oleh setiap orang. 48 Sifat tasāmuḥ harus tertanam tasāmuḥ atau toleransi ada ketulusan dan kesediaan untuk menerima perbedaan dan pemikiran dari pihak lain.49 Kaum muslimin haruslah berjiwa tasāmuḥ yang lahir dari rasa persaudaraan dan persamaan. Jiwa yang tasāmuḥ akan melahirkan tasāmuḥ atau toleransi dalam perasaan, toleransi dalam pendapat dan pendirian, dan toleransi dalam ucapan dan perbuatan. Kaum muslimin haruslah mendasarkan pergaulan hidupnya kepada rasa kasih sayang dan harga menghargai, selalu memelihara perdamaian, ketentraman dan keharmonisan pergaulan, dan menghindarkan segala yang membawa kepada pertentangan dan permusuhan. Tasāmuḥ membina seorang muslim menjadi pribadi yang luhur, tinggi budi pekerti dan prikemanusiaanya, bersifat lemah-lembut dan kasih sayang, mampu menguasai amarah dan mengendalikan hawa nafsunya, berjiwa pemaaf dan suka memaklumi kesalahan orang lain, membalas kejahatan orang yang berbuat permusuhan terhadap dirinya dengan kebaikan. secara mendalam dalam diri setiap orang. Tasāmuḥ ini, tidak bisa dipungkiri akan menjadi perekat yang paling kuat untuk mendekatkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain (Sanusi, 2011).



3. Beberapa Perilaku yang Mencerminkan Sikap Tasāmuḥ Islam mengajarkan agar para pemeluknya selalu bersatu dan tidak bercerai berai, selalu hidup dalam damai dan penuh kasih sayang, bila terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat segeralah selesaikan dengan sebaik baiknya. Bahkan, terhadap pemeluk agama lainpun Islam memerintahkan umatnya untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Menurut Setiyani, dkk 2010 Ada beberapa perilaku yang mencerminkan sikap tasāmuḥ, yaitu: a. Menghormati pelaksanaan ibadah pemeluk agama lain. b. Tidak mencela atau memaki sesembahan pemeluk agama lain. c. Lapang dada dalam menerima setiap perbedaan dan tidak memaksakan kehendaknya sendiri. d. Bergaul dengan semua teman tanpa membedakan agamanya. e. Memberikan kesempatan kepada teman nonmuslim untuk berdoa sesuai agamanya masing-masing. f. Memberikan rasa aman kepada umat lain yang sedang beribadah. g. Mengadakan silaturahmi dengan tetangga yang berbeda agama Dalam Alqur’an ada beberapa ayat yang menyatakan Sikap Tasamuh Surat. Salah satunya QS Al-Hujurat ayat 10 :



‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِح ُْوا بَي َْن اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْمتُرْ َح ُم ْو َن‬ Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat



Perilaku Penerapan Q.S. Al-Hujurat ayat 10  Menjaga kerukunan antar saudara dan keluarga  Melerai teman yang berkelahi  Bertoleransi baik dalam perbedaan RAS maupun agama  Menyambung silaturahim dengan kerabat dan teman  Menjaga kedamaian dengan orang sekitar  Menghindari berbagai macam perkelahian  Menghindari berbaagai penyakit hati



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Hidup damai, toleran dan saling berdampingan tanpa harus menilai perbedaan baik dari segi etnis, agama dan budaya merupakan impian yang sangat ideal dan diharapkan oleh setiap warganegara. Sebagaimana yang tercermin dari makna kata toleransi itu sendiri, yaitu menghargai, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan kelakuan yang berbeda atau tidak sesuai dengan prinsip yang dianut seseorang dengan yang lainnya. B. Saran Sikap Tasamuh atau toleransi antar umat beragama sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terutama sikap saling menghormati agama lain dalam pelaksanaan ibadah dan tidak mencela atau memaki sesembahan pemeluk agama lain sehingga tercipta rasa aman walaupun kita berbeda agama.



DAFTAR PUSTAKA Adilah Fauziyah, Sikap Dan Perilaku Intoleran Dalam Kehidupan Sosial, (Jakarta: Paramadina 2009) Bashori dan Mulyono, Ilmu Perbandingan Agama, (Jawa Barat: Pustaka Sayid Sabiq, 2010) Rahmad Asril Pohan, Toleransi Inklusif : Menapak Jejak Sejarah Kebebasan Beragama Dalam Piagan Madinah, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara 2011) Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh: Dari Social Capital Menuju Masyarakat Moderat, Al-Tahrir vol.13 No.1 (Mei 2013) Shalahuddin Sanusi, Integrasi Ummat Islam: Pola pembinaan Kesatuan Ummat Islam, (Bandung: Penerbit Iqamatuddin, 1987) Said Aqiel Siradj, Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh: Dari Social Capital Menuju Masyarakat Moderat, Al-Tahrir vol.13 No.1 (Mei 2013) Zuhairi Misrawi, Alqur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil‟alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010),