Makalah Teknologi Kebencanaan - Dewi Anzani - 2004103010025 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNOLOGI KEBENCANAAN Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Kebencanaan dan Lingkungan



Dosen Pengampu : Dr. Safrida, S.Pd., M.Si



Disusun oleh:



Dewi Anzani



2004103010025



FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2021



BAB I



PENDAHULUAN



Indonesia terletak di antara 6º LU ± 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindi, antara benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian. Letak astronomi yang demikian itu menunjukkan bahwa Indonesia terletak di daerah iklim tropika. Hal ini mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi (antara 26º C - 28º C), curah hujan cukup banyak (antara 700mm ± 7000mm per tahun), terdapat hujan zenital (hujan naik khatulistiwa), proses pelapukan batu-batuan cukup cepat serta terdapat berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan (Arifin, 2016). Dengan Letak Geografis dan karakteristik wilayahnya, Indonesia memiliki dampak karakteristik geografis tanah air kita adalah Indonesia menjadi rawan akan bencana alam. Puluhan gunung berapi aktif di Indonesia yang tersebar di pulau jawa dan sumatera, lempengan Asia dan Australia yang berada di selatan pulau jawa, lempengan yang ada di barat pulau Sumatera dan rendahnya daratan utara pulau jawa merupakan sederet karakteristik yang berpotensi menimbulkan bencana. Meletusnya gunung Krakatau pada 1883, Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Jogja, bahkan tahun 2010 ini, Indonesia diguncang dengan Banjir bandang di Wasior, Papua Barat, Tsunami di Mentawai, dan Erupsi gunung Merapi di Jogja dan sekitarnya (Arifin, 2016). 1.2 Rumusan Masalah 



Bagaimana teknologi tersebut diaplikasikan







Apa saja teknolologi kebencanaan







Bagaimana prosedur sistem aplikasi tersebut



BAB II



PEMBAHASAN



Untuk meminimalisir kerugian akibat bencana alam. Inilah yang mungkin harus bisa juga dikembangkan di Indonesia, mengingat negara kita merupakan negara kepulauan dimana gempa, tsunami, dan potensi meletusnya gunung berapi merupakan sebuah ancaman bencana, yaitu meningkatkan peran teknologi informasi dalam memberikan informasi lebih awal tentang potensi terjadinya bencana alam di daerah tertentu. Hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari proyek ini adalah berupa suatu sistem informasi yang dapat membantu proses pengolahan data yang optimal dan akurat dalam mendeteksi gejala alam yang terjadi untuk penanggulangan bencana alam. Adapun Permasalahan yang ada adalah: 1). Letak Geografis yang dimiliki oleh Indonesia berada pada zona rawan bencana alam, 2). Belum adanya penetapan yang jelas terhadap batas kawasan rawan bencana, 3). Belum adanya standarisasi tentang spesifikasi dan klasifikasi data kebencanaan, 4). Belum tersedianya basisdata dalam format digital sehingga memudahkan dalam pemanggilan kembali, up dating, dan penyimpanan data dari berbagai wilayah. 5). Belum terintegrasikan semua pekerjaan yang berkaitan dengan manajemen bencana di bawah satu kendali yang memungkinkan untuk akses data secara simultan (Arifin, 2016). 2.1 Geotagging Geotagging merupakan proses penambahan informasi geospasial pada berbagai media digital. Media yang telah mengalami proses geotagging akan memiliki informasi koordinat berupa longitude (bujur), latitude (lintang) dan altitude (ketinggan). Hal tersebut memungkinkan media dapat diposisikan secara tepat pada peta. Pada penelitian ini metode Geotagging yang digunakan untuk melakukan penambahan informasi lokasi pada metadata foto adalah Geocoding manual. Algoritme penambahan ditulis di dalam script aplikasi dan otomatis akan berjalan saat pengguna mengunggah laporan. Lokasi yang ditambahkan



merupakan lokasi pengguna yang didapatkan oleh aplikasi. Aplikasi geotagging social report bencana banjir adalah aplikasi yang bertujuan untuk memudahkan masyarakat melakukan pelaporan bencana banjir dengan menggunakan teknologi geotagging yang dapat merekam data lokasi pengguna aplikasi disaat melakukan pelaporan. Aplikasi tersebut terdiri dari aplikasi perangkat bergerak yang digunakan oleh masyarakat umum untuk melaporkan kejadian bencana banjir. Selain itu juga terdapat aplikasi website yang memvisualisasikan laporan-laporan yang telah dikirim oleh pengguna aplikasi. Pada sisi pengelola juga disediakan sistem yang digunakan untuk mengelola data-data hasil pelaporan yang dilakukan oleh pengguna aplikasi. Dalam sistem tersebut pengelola yang bertindak sebagai administrator dapat melakukan tindakan manajemen pengelolaan data dan menanggapi laporan dari pengguna aplikasi (Kharisma, 2018). 2.2 Google Maps API Google maps merupakan sebuah layanan peta dunia virtual yang disediakan oleh Google Inc. Google maps dapat dilekatkan sebagai elemen dalam tata letak antarmuka pengguna yang di rancang oleh pemrogram. Untuk menghubungkan aplikasi perangkat lunak dengan google maps diperlukan sebuah kunci yang diistilahkan sebagai API Key. Fitur Google Maps ini dapat digunakan secara embeded dalam beberapa bahasa pemrograman termasuk Android melalui sebuah jembatan aplikasi yang disebut Application Programming Interface (API). Google menyediakan API untuk pengembang mengntegrasikan aplikasinya dengan fitur Google Maps. Dengan menggunakan Google Maps API, peta google akan dapat diintegrasikan dengan berbagai platform pemrograman, sehingga peta google dapat tampil di halaman aplikasi yang dibuat (Hayuhardika, 2012). 2.3 Teori tentang GIS ( Geographice information system ) Menurut Prahasta (2002), GIS (Geographic Information System) atau Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka



bumi. Teknologi GIS mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambargambar petanya dan dapat diakses oleh warga masyarakat secara langsung(real-time) (Arifin, 2016). 2.4 Teknologi Antroposentrisme Teologi Antroposentrisme memberikan peran pada manusia untuk bertindak, bersikap, dan melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menjaga dan merawat keseimbangan alam agar bencana dapat dihindari. Langkah tersebut sebagai salah satu upaya mitigasi non struktural dalam pengurangan risiko bencana. Menjadikan manusia sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam menjaga keseimbangan alam merupakan hal yang cukup beralasan, karena Allah melalui Firman dalam Alquran surat al-Rum (30): 41, sebagai berikut: CBٌَٖ ‫ِر‬ٝ ‫ِى‬ٞ ٌ ُٖBC ٖ‫َِي‬BF ِ‫ِر َّ َّ ى َع‬ٛ ‫ب ع َط ٱ‬ َ ‫َُٖق‬ َ ٝ ‫ىب ح ِ َب ث ب َم‬ َ ‫ىب ِّس ٱ ِس‬ َ َ ٗ َ‫ف ٱ ىف‬ ِ ٜ ‫ َس ٱ َسب ُد‬BFَٖ‫َٖظ‬ ٌُٖ BCِ ُٞ ْ‫ِد ٱ ب ى‬ٛ ‫َسب َ ِس أ‬ ‫ َ ع٘ َُ س‬ٝ ٤٠ُ ‫ى ِج‬ َ ‫٘ ُا َّ َعي‬ “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. al-Rum: 41) Teologi Antroposentrisme adalah sebagai sebuah pendekatan yang paling tepat dalam upaya pengurangan resiko bencana karena memusatkan pada manusia tanpa menghilangkan ketauhidannya. Ruang lingkup teologi antroposentris tidak hanya pada persoalan keimanan, dalam arti sempit, tetapi lebih kepada persoalan kemanusian yang dihadapi teologi “antroposentris-fungsional”, yakni teologi sebagai kekuatan iman yang sejalan dengan visi sosial emansipatoris. Teologi yang berangkat dari kebutuhan kini, dari realitas kini dan tantangan-tantangan yang dirasakan manusia masyarakat kontemporer, termasuk di dalamnya masalah bencana (Fatimahsyam, 2018).



KESIMPULAN



1. Indonesia terletak pada zona rawan bencana alam sehingga membutuhkan sebuah teknologi kebencanaan yang diterapkan sebagai peringatan dini bencana. 2. Geotagging merupakan proses penambahan informasi geospasial berupa longitude (bujur), latitude (lintang) dan altitude (ketinggan) daerah yang terkena bencana pada berbagai media digital. 3. Teologi Antroposentrisme adalah sebagai sebuah pendekatan yang paling tepat dalam upaya pengurangan resiko bencana karena memusatkan pada manusia tanpa menghilangkan ketauhidannya. 4. Penggunaan aplikasi GIS mampu memberikan informasi tentang keadaan cuaca, panas dan keadaan londisi gunung berapi pada suatu wilayah. 5. Google maps API memungkinkan kita menyematkan peta di situs web sehingga tempat yang terjadi bencana dapat teridentifikasi.



DAFTAR PUSTAKA



Arifin,R.W, 2016. Pemanfaatan Teknologi Informasi Bencana Berbasiskan Web. Bina insani ICT jurnal, vol. 3, no. 1, hh 1-6. Fatimahsayam, 2018. Pengintegrasian Penguranagan Resiko Bencana Dengan Pendekatan Muzhab Antroposentris. Vol. 20, no. 1, hh 49-63 Wijaya, W,. Tolle, H, dan Kharisma, A.P, 2018. Rencana Bangun Aplikasi Geotagging Social Report Benjana Banjir. Jurnal pengembangan teknologi informasi dan ilmu compute, vol. 2 no. 7, hh 2817-2824.