Makalah Teori Albert Ellis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI KEPRIBADIAN KONTEMPORER ALBERT ELLIS



Disusun oleh: Imran khadafi



[46117310042]



Margaretha Lay



[46117310050]



Syuhada putra



[46117310002]



Dosen pengampu : Devita Septiani Nursalim,M.Psi.Psikolog



FAKULTAS PSIKOLOGI REGULER 2 UNIVERSITAS MERCUBUANA BEKASI 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehendak dan pertolongan Sang Pencipta,dukungan dari kawa-kawan seangkatan juga arahan dan nasihat dari dosen pengampu,penyusun dapat menyelesaikan makalah teori kepribadian kontemporer menurut Albert Ellis . Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi teori kepribadian kontemporer. Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu,terutama kepada dosen pengampu, yaitu Ibu Devita Septiani Nursalim.M.PSI serta rekan-rekan semua yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat adanya kekurangan dan kesalahan, hal itu di sebabkan karena keterbatasan penyusun,baik dalam pemahaman materi, mapun dalam referensi yang di jadikan rujukan dan sumber penyusunan makalah. Maka dari itu, diharapkan kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik yang konstruktif terhadap makalah ini, untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang. Mudah-mudahan penyusunan makalah ini mendapat ridha dan petunjuk dari Tuhan YME, serta kita semua dapat mengambil manfaat keilmuan yang terdapat di dalamnya.



Bekasi, maret 2019



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



BAB 1 PENDAHULUAN



1



1.1 Latar Belakang



1



1.2 Rumusan Masalah



1



1.3 Tujuan Penulisan



2



1.4 Manfaat Penulisan



3



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Biografi Albert Ellis



3



2.2 Teori Kognitif Albert Ellis



4



2.3 REBT (Rational, Emotive, Behaviour Therapy)



5



2.4 Aplikasi REBT



9



2.5 Manfaat REBT



10



BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA



12



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Teori kepribadian menurut Albert Ellis terfokus pada Rational-Emotive Behavior Therapy atau REBT Paling-paling dapat dideskripsikan dengan mengatakan: Corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dan akal sehat (Rational Thinking), Berperasaan (emotion), dan berperilaku (acting), Serta sekaligus menekankan bahwa suatu perubahan yang mendalam dalam cara berfikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berperilaku. Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandanagan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE. Penulis memilih REBT yang dikembangkan oleh Albert Ellis ini sebagai bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para mahasiswa untuk berfikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari konseling. REBT terpisah secara radikal dari beberapa sistem lain yang disajikan didalam makalah ini, yakni pendekatan-pendekatan psiko analitik, eksistensial-humanistik, client centered dan gestal. REBT lebih banyak kesamaannya dengan terapi-terapi yang berorientasi kognitif-tinngkah laku-tindakan dalam arti menitik beratkan berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. REBT sangat didaktif dan sangat direktif serta lebih banyak berurusan dengan dimensi-dimensi fikiran dari pada dengan dimensi-dimensi perasaan. Dengan mengingat hal itu, kami dari penulis ingin mengupas teori REBT lebih mendalam. Namun kami tetap memahami bahwa dalam penulisan ini banyak mempunyai kekurangan,oleh karenanya kami tetap mengharapkritik dan saran dari semua pihak. 1.2 1. 2. 3. 4.



Rumusan Masalah Siapakah Alber Ellis? Bagaimanakah inti teori dari Albert Ellis ? Apa penentu utama kepribadian teori Albert Ellis ? Aplikasi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)



C. 1. 2. 3. 4.



Tujuan Mengenal lebih dalam asal usul dan perjuangan teori Albert Ellis Dapat memahami inti teori dari Albert Ellis Dapat memahami penentu utama kepribadian teori Albert Ellis Memahami Perkembangan kepribadian teori Albert Ellis



1.3 Manfaat Dengan menyusun dan membaca makalah tentang teori Albert Ellis ini kita memperoleh manfaat salah satunya bertambah wawasan tentang teori kepribadian Albert Ellis terlebih dengan Metode terapi REBT (Rasional Emotive Behavioral Therapy).



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Biografi Albert Ellis Albert Ellis adalah seorang psikolog berkebangsaan Amerika, Lahir pada pada 27 desember 1913 dan menutup sisa umurnya pada 24 juli 2007 ,Pittsburg kota kelahiran ia tinggalkan saat berusia 4 tahun dan bermukin di New York. Ellis tumbuh sebagai pribadi yang tangguh karna sebagian besar hidupnya berada di jalanan,selain menghidupi dirinya Ellis pun harus menanggung kehidupan adiknya disamping ornag tuanya mempunyai sifat acuh tak acuh terhadap kehidupan keluarga dan anak-anaknya. Ketangguhan Ellis bukan berarti menghindarkan dia dari penyakit, dalam hidupnya Ellis justru didera beberapa penyakit sejak ia beranjak dewasa, pada masa kanak-kanak Ia di diagnose menderita Nephritis (gagal hinjal) kemudian menjalar menjadi Renal glycosuria (diabetes) pada usia 19 tahun sampai ia berusia 40 tahun. Albert Ellis adalah pribadi yang gemar menulis, karyanya mempunyai varian yang cukup variatif yaitu karya berbentuk fiksi,puisi,drama dan non-fiksi. Pada usia 28 tahun Ellis telah menyelesaikan manuskrip setebal 20 buah buku, sampai akhirnya Ia telah menerbitkan 54 buku dan lebih dari 600 artikel. Seiring berjalannya waktu, kaya tulis Ellis semakin merambah di banyak bidang kemudian Ia semakin tertarik dengan karya bertajuk cinta dan kasih sayang dan hasil dari ketekunannya Ellis mempunyai keterampilan dalam memberikan nasihat atau menjadi seorang konsultan tentang kehidupan bagi kawan dan keluarganya, dengan kegemarannya tersebut pada akhirnya Ellis memantapkan niat untuk menekuni bidang Psikolog. Ia melanjutkan pendidikannya dalam program Psikologi Klini di Teachers College Columbia. Ellis menempuh pendidikan psikologi dalam waktu depan tahun dalam menuntaskan College-nya, dan memulai prakteknya di bidang perkawinan,keluarga dan seks. Di awal analisisnya menggunakan analisis klasik dan psikoterapi yang mengadopsi teori Karen Horney, Ia percaya bahwa psikoterapi adalah bentuk terapi yang paling dalam. Dalam perjalanannya bereksperimen dan menganalisis berbagai peroblematik manusia, Ia mendapatki bahwa Psikoanalisis merupakan analisa semu atau tidak ilmiah dan Diapun melakukan berbagai eksperimen lain. Pada tahun 1995 ia menggabungkan terapi Humanistic, Filosofis, Behavioural dan semua digabungkan menjadi Rasional Emotive Behavioral Therapy (REBT) Menurut Ellis, di dunia ini banyak orang yang mempunya pola pikir yang salah/keliru, menurutnya hal tsb sangat fundamental dan menjadi dasar yang semestinya dilakukan pembentukan dan perbaikan kembali, Ia berpendapat bahwa pemikiran tersebut ialah :



‐ ‐ ‐



Kebanyakan manusia mengabaikan hal-hal yang positif Kebanyakan manusia terpaku dan fokus kepada hal-hal yang negative Kebanyakan manusia lebih ahli dan lebih cepat dalam menggeneralisasi.



Dari poin-poin di atas, Ellis berusaha untuk membentuk atau memperbaiki prilaku seseorang dengan sebuah terapi yang ia ciptakan yaitu Rasional Emotif Behaviour Therapy atau yang disebut REBT. Singkatnya REBT adalah terapi yang berupa pendekatan yang menekankan peran pikiran terhadap tingkah laku dan menciptakan pemikiran rasional.



2.2



Teori Kognitif Albert Ellis



Konsep Kognitif pokok aliran kognitif yaitu prilaku yang didasarkan pada tindakan mengenal dan memikirikan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Kognisi merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Ellis menjadi suatu metode terapi yang disebut REBT. REBT (Rational, Emotive, Behaviour Therapy) adalah terapi yang menekankan pentingnya peran pikiran dan tingkah laku. Ellis mengembangkan sebuah format ABC untuk menerangkan bahwa pemikiran atau keyakinan mereka akan mempengaruhi respon dari emosi dan tingkah lakunya. Dimana A (Activating Event) merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang menjadi sumber atau cikal bakal dari suatu hal yang akan dihasilkan. B (Belief about the event) mengacu kepada suatu pemikiran irasional yang didapat dari peristiwa ‘A’ tersebut. C (Consequences) merupakan konsekuensi yang didapat dari pemikiran irasional tersebut, yang berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif. Walau pemicunya adalah pengalaman-pengalaman nyata dan memang benar-benar menyebabkan penderitaan, namun sesungguhnya keyakinan irasional kitalah yang mempersulit dan memperbesar persoalan. Ellis menambahkan D dan E pada model ini. Dimana D (Disputation) adalah suatu bentuk perlawanan dari pemikiran-pemikiran irasional yang ada, hal ini bisa dibantu oleh seorang terapis. Agar nantinya, klien dapat merasakan dampakdampak (E, Effects) yang lebih positif, yang bisa mengubah pemikiran irasional tersebut ke pemikiran yang lebih rasional. Untuk lebih memahami model ABCDE ini, bisa dilihat contoh dari model tersebut, agar lebih mudah dipahami: A (Activating Event) – Anda tidak lulus pada suatu Tes CPNS B (Belief about the event) – Anda merasa kurang percaya diri dan menganggap diri anda kurang pintar dan anda merasa gagal dalam hidup. C (Consequences / Emotional or Behavioral Response) – Kekecewaan tersebut terbawa berlarut dalam keseharian anda dan membuat emosional naik dan memuncak,sehingga anda merasa membenci segala buku/bacaan/materi/buku yang pernah anda pelajari untuk persiapan test CPNS tersebut,bahkan sampai merobek dan membakar buku tersebut.



D (Disputation) – Diwaktu berikutnya,anda berkesempatan berbincang dan membicarakan tentang hal tersebut dan anda menyadari bahwa test CPNS bukan menjadi satu-satunya harapan hidup, akan tetapi masih banyak test dan profesi lain yang dapat membawa kepada kesuksesan. E (New effects / emotions and behavior) – Anda mungkin masih merasa sedikit sedih. Tetapi anda bertekad untuk mulai belajar lebih baik lagi ke depannya, agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik dengan test CPNS mendatang ataupun masuk dalam bidang lain yang lebih baik. Dari model ABCDE ini, terlihat bahwa sebuah kejadian atau peristiwa (A) bukanlah suatu pengaruh yang menyebabkan munculnya suatu perasaan atau gangguangangguan emosi. Melainkan pemikiran (B) irasional dari diri kita sendirilah yang akan menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan yang menganggu. Misalkan dari contoh diatas, kenyataan bahwa anda tidak lulus dalam suatu test bukanlah hal yang menyebabkan anda sedih dan depresi. Melainkan hal itu berasal dari perasaan bersalah dan pemikiran diri anda sendiri yang merasa bahwa anda bukanlah orang yang pintar dan merasa gagal dalam hidup yang menyebabkan anda depresi. Albert Ellis menyimpulkan bahwa kerangka pemikiran yang tidak rasional merupakan sumber dari tekanan-tekanan psikologi. Biasanya pemikiran-pemikiran tersebut lahir dari pernyataan ‘should’, ‘must’, or ‘need’. Ellis mengidentifikasi tiga pemikiran irasional yang paling umum, mengenai tuntutan tentang diri, orang lain ataupun lingkungan sekitar. Ketiganya ini disebut ‘The Three Basic Musts’, adapun yang termasuk seperti dibawah ini: 1. ‘Saya harus melakukan segalanya dengan sempurna, kalau tidak, maka saya ini tidak berguna.’ 2. ‘Orang-orang disekitar saya harus menghargai dan baik kepada saya, jika tidak, maka mereka bukan orang baik dan pantas untuk dihukum.’ 3. ‘Saya harus mendapatkan segala sesuatu yang saya inginkan, dan saya tidak boleh mendapatkan apa yang tidak saya inginkan. Jika saya tidak mendapatkan yang saya inginkan, maka saya tidak bisa mentolerasinya.’ Ketiga pemikiran irasional diatas bisa mengarah ke penderitaan yang sia-sia. Contohnya, pemikiran yang pertama biasanya akan mengarah pada kecemasan, depresi, malu, dan merasa bersalah. Pemikiran yang keduanya biasanya mengakibatkan pada kemarahan, pasif-agresi, dan cenderung melakukan kekerasan. Dan pemikiran yang ketiga biasa mengarah pada terlalu memanjakan diri (Self-pity) dan selalu menunda-nunda. Sifat-sifat tadi akan mengakibatkan beberapa masalah; seperti, membuat kemampuan dan fleksibilitas kita dalam berpikir menjadi sulit untuk mengarah pada emosi yang sehat atau tepat dan tingkah laku yang benar. 2.3



REBT (Rational, Emotive, Behaviour Therapy)



Dalam terapi rasional emotif behavior Therapy (REBT) bahwa yang dinamakan perilaku bermasalah adalah perilaku yang didasari oleh cara berfikir yang



irrasional. Ellis mengemukakan indikator keyakinan irasional yang berlaku secara universal. Indikator orang yang berkeyakinan irasional tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai Ide bahwa setiap orang dewasa pasti merasa ingin dicintai orang lain atas segala yang dia lakukan – bukannya gagasan yang memfokuskan perhatian pada apa yang dia lakukan demi mencapai tujuan-tujuan praktis demi kepentingan orang lain, atau gagasan untuk mencintai orang lain ketimbang selalu menuntut cinta dari orang lain. 2. Mempunyai Ide bahwa ada tindakan-tindakan tertentu yang jelek dan merusak, dan pelakunya mesti dikecam karena tidak tahu malu – bukannya gagasan bahwa tindakan-tindakan tertentu ada yang merugikan diri sendiri atau anti-sosial, dan pelakunya pastilah tidak punya pertimbangan yang sehat, masa bodoh atau neurotik dan mereka ini seharusnya dibantu mengubah diri. Buruknya tindakan seseorang belum tentu menyebabkan menjadi individu yang tidak berguna. 3. Mempunyai Ide bahwa ‘dunia akan kiamat’ kalau segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan rencana – bukannya gagasan bahwa walaupun sesuatu berjalan tidak sesuai keinginan namun akan lebih baik kalau kita berusaha mengubah atau mengatur kondisi buruk tersebut sedemikian rupa sehingga setelah itu besar kemungkinan kita akan berhasil mengatasi segala kesulitan. Kalaupun kemungkinan itu tidak ada, kita pun lebih baik bersabar menerima kenyataan dan tetap berusaha mencari jalan keluar. 4. Mempunyai Ide bahwa hal-hal yang membuat manusia menderita pasti datang dari luar dan ditimpakan pada diri kita oleh orang lain – bukannya gagasan bahwa sikap neurotik itu disebabkan oleh pandangan-pandangan kita sendiri akibat kondisi yang tidak menguntungkan disekeliling kita. 5. Mempunyai Ide kalau satu hal sangat menakutkan atau berbahaya, maka kita seharusnya sangat terobsesi dengan hal itu – bukannya gagasan bahwa kita seharusnya dengan tabah menghadapi keadaan itu dan memandangnya sebagai bukan akhir dari segalanya. 6. Mempunyai Ide bahwa lebih mudah menghindar dari kesulitan hidup dan tanggung jawab ketimbang berusaha menghadapi dan menaklukannya – bukannya gagasan bahwa lebih baik berpikir dan bertindak sesuai kehendak sendiri dengan apapun resikonya. 7. Mempunyai Ide bahwa kita membutuhkan sesuatu yang lebih kuat atau lebih besar dari diri kita sendiri yang dapat dijadikan pegangan – bukannya gagasan bahwa lebih baik berpikir dan bertindak sesuai kehendak sendiri dengan apapun resikonya. 8. Mempunyai Ide bahwa kita harus selalu punya kemampuan dan kecerdasan serta selalu berhasil mengelolanya dengan baik – bukannya gagasan bahwa lebih baik bertindak sesuai dengan kemampuan ketimbang hanya punya keinginan melakukan hal terbaik dan tidak mau menerima kenyataan bahwa diri kita adalah makhluk yang tidak sempurna dan pasti melakukan kesalahan.



9. Mempunyai Ide bahwa ketika satu peristiwa besar terjadi, peristiwa tersebut pasti berbekas dan memengaruhi kehidupan kita selamanya – bukannya gagasan bahwa apa yang terjadi dimasa lalu mesti dijadikan pelajaran buat hari ini dan masa yang akan datang, serta tidak terlalu terpaku dengan peristiwa masa lalu. 10. Mempunyai Ide bahwa kita harus mampu mengatur sesuatu dengan baik – bukannya pengganti dari gagasan bahwa dunia ini penuh dengan kemungkinankemungkinan tak terduga dan kita tetap bisa menjalani kehidupan dengan segala kemungkinan ini. 11. Mempunyai Ide bahwa kebahagiaan bisa dicapai dengan bakat alami yang ada dalam diri seseorang sejak lahir dan kebahagiaan itu ditujukan untuk diri sendiri – bukannya gagasan bahwa keinginan kita untuk bahagia ditentukan oleh kemauan kita mencapai tujuan secara kreatif atau selalu berusaha meproyeksikan usaha mencapai kebahagiaan itu keluar. 12. Mempunyai Ide bahwa kita pada akhirnya tidak dapat menguasai perasaan sendiri dan perasaan kecewa terhadap sesuatu pasti tidak bisa dielakkan , bukannya gagasan bahwa kita sebenarnya mampu mengontrol perasaan-perasaan buruk jika kita mau mengubah pengandaian-pengandaian yang menyebabkan lahirnya perasaan-perasaan buruk itu. (Diambil dari The Essence of Rational Emotive Behavior Therapy karangan Albert Ellis, Ph. D, 1994) Dari banyaknya keyakinan-keyakinan irasional diatas, sangat terlihat bahwa banyak individu yang belum bisa menerima keadaan diri sendiri. Padahal ‘kerelaan menerima diri sendiri’ (Acceptance) merupakan suatu hal yang penting. Tidak seorang pun akan disalahkan, dilecehkan, apalagi dihukum atas keyakinan atau tindakan mereka yang keliru. Maka dari itu, Ellis mengklasifikasikan ada tiga tingkatan penerimaan (Acceptance) yang dapat mengurangi tekanan emosional untuk individu yang memiliki keyakinankeyakinan irasional. a. Unconditional Self-Acceptance: Berarti kita menerima diri kita apa adanya beserta kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Jika kita memiliki ini, itu berarti kita mengijinkan diri kita untuk tampil dengan baik tanpa harus selalu tampil sempurna. b. Unconditional Other-Acceptance: Suatu keadaan dimana kita memahami bahwa terkadang orang-orang disekitar kita pasti akan membuat kita kecewa dan mungkin tidak selalu bersikap baik atau memperlakukan kita sebagaimana semestinya. c. Unconditional Life-Acceptance: Merupakan suatu sikap dimana kita menyadari walaupun kita telah merencanakan hidup kita sedemikian rupa seperti yang kita inginkan, terkadang segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan, dan kita harus mampu menerima kenyataan itu. Dengan menyadari ketiga hal tersebut, dapat membantu kita mengurangi stress dan membuat hidup kita jauh lebih bermakna dan berarti tanpa terlalu kaku dalam pemikiran.



2.4



Aplikasi Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT)



Fitriatun Solikhah melakukan experimen dan menuturkan dalam jurnalnya dalam ‘Efektivitas pendekatan rational emotive behavior therapy untuk mengurangi kecanduan game online pada anak sekolah dasar di SDN Jumeneng, Sumberadi, Mlati, Sleman‘ (jurnal hisbah, vol. 13, no. 2, desember 2016) bahwa Hasil eksperimen terhadap efektivitas pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengurangi kecanduan game online menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre-test dan post-test pada subjek yang tergabung pada kelompok eksperimen. Selain dari hasil pre-test dan post-test dapat dilihat dari hasil wawancara pada akhir sesi pertemuan yang menunjukkan bahwa anak merasa terlalu lama bermain game online merugikan diri sendiri, anak sadar bahwa kegiatan yang lebih penting yaitu belajar sering terhambat dan terganggu karena aktivitas bermain game online, beberapa anak merasa sedih karena pernah marah atau ngambek dengan orang tua yang pernah memarahi dan menyita gadget saat bermain game online terlalu lama, anak-anak ingin mengurangi bermain game online setelah melihat dampak negatif bermain game online dan ingin mengejar cita-cita dan harapan masing-masing. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy efektif dapat mengurangi kecanduan game online. Tingkat kecanduan game online subjek setelah diberikan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy lebih rendah daripada sebelum diberikan pendekatan. REBT merupakan salah satu optional tindakan terapi yang sangat bisa di aplikasikan pada masyarakat, secara sederhana dapat digambarkan proses REBT. Dari table experiment dibawah ini ,kita dapat melihat perbandingan yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan REBT,



(sumber: Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Desember 2016)



(sumber: Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Desember 2016)



Dinamika efektivitas pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy REBT untuk mengurangi kecanduan game online



(sumber: Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 1 Desember 2016)



2.5 Manfaat REBT Telah terbukti dari beberapa experiment salah satunya pada experimen kecanduan game online, REBT dapat mengurangi pola piker irasional dan meningkatkan pola piker rasional, dengan terapi yang baik dan tepat dapa dengan signifikan memberi perubahan kepada hal positif. Dari penelitian dan experiment dalam hal kecanduan game online, telah dapat disimpulkan bahwa dapat disimpulkan bahwa pendekatan REBT secara umum efektif untuk mengurangi kecanduan game online baik untuk yang mengalami kecanduan game online tinggi maupun rendah, sehingga hipotesis terbukti. Presentase penurunan tingkat kecanduan dalam penelitian ini mencapai 40% pada kecanduan tinggi dan 41% pada kecanduan rendah, adalah sebuah manfaat dari REBT.



BAB 3 PENUTUP 3.1



Kesimpulan



Albert Ellis adalah seorang penulis berkebangsaan Amerika yang identik dengan karya bernafarkan cinta dan kasih saying pada mulanya, dimulai dari kertarikannya dengan hubungan sosial Ellis beranjak lebih mendalam mengamati pola prilaku individu dan sosial, Psikoanalisa yang ia tekuni rupanya tidak membuat ia cukup puas sehingga beranjak kepada menggabungkan Humanistic, Filosofis dan Behavioural dalam terapinya, sehingga ia mampu menyempurnakan metode terapi yang di sebut REBT (Rasional Emotive Behavioral Therapy). Ellis berusaha untuk membentuk atau memperbaiki prilaku seseorang dengan sebuah terapi yang ia ciptakan ini. Terapi ini berupa pendekatan yang menekankan peran pikiran terhadap tingkah laku dan menciptakan pemikiran rasional.                  



Daftar Pustaka: Fitriatun Soikhah, Jurnal Hisbah, Vol. 13, No. 2, Desember 2016 Buku Psikologi Kepribadian By Alwisol 2009