Makalah Teori Bandura [PDF]

  • Author / Uploaded
  • isti
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH “TEORI ALBERT BANDURA” MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN



Disusun oleh : Muhammad Nur Ikhsan



(13105244021)



Angga Rahmatulloh



(18105241010)



Pradika



Isti Rahmadhani Astuti



(18105241043)



Ichsan Bachtiar Erdi Putra



(18105244007)



Karina Desiyama



(18105244028)



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2 A. Latar Belakang....................................................................................................2 B. Rumusan Masalah...............................................................................................3 C. Tujuan.................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4 A. Sejarah Munculnya Teori Bandura.....................................................................4 B. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Menurut Bandura.....................5 C. Konsep Dasar Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)..........................9 D. Aplikasi Teori Bandura dalam Pembelajaran.....................................................10 E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bandura.........................................................12 PENUTUP......................................................................................................................14 Kesimpulan...............................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun dengan mengambil materi dari beberapa referensi. Makalah ini kami tujukan kepada dosen kami Ibu Dra. Tin Suharmini, M.Si. pada khususnya, dan pembaca makalah pada umumnya guna untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Pada sistem penyajian materi dalam makalah ini diharapkan dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh para pembaca sebagai prestimulasi untuk lebih mendalami materi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.



Yogyakarta, 15 Oktober 2019



(penyusun)



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu kemudian terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja kita berada, dan salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya (Arsyad, 2010). Di dalam proses pembelajaran pada dunia pendidikan ini, guru diharapkan bisa mengarahkan peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak lagi menitikberatkan pada aktivitas guru. Hal ini sangat baik demi perkembangan peserta didik secara aktif untuk membangun pengetahuan yang ia dapatkan dalam proses pembelajaran, baik itu dari guru secara langsung maupun melalui media pembelajaran serta sesama peserta didik. Hal ini sejalan dengan prinsip teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Albert Bandura adalah seorang psikolog yang sangat terkenal dengan Teori Pembelajaran Sosial atau Kognitif Sosial, yaitu salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura ini telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi lingkungan sekitar dan menghasilkan penguatan



(reinforcement) dan



peluang untuk



diperhatikan



oleh



orang lain



(observational opportunity). Menurut Bandura, ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministik respirokal yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif



dan lingkungan. Menurutnya, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori kognitif sosial (Sosial Cognitive Theory) yang dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta faktor pelaku memainkan peran penting dalam pembelajaran.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah munculnya Teori Bandura? 2. Bagaimana Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) menurut Bandura? 3. Bagaimana konsep dasar Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)? 4. Bagaimana aplikasi Teori Bandura dalam pembelajaran? 5. Apa saja kelebihan dan kekurangan Teori Bandura?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah munculnya Teori Bandura. 2. Untuk mengetahui bagaimana Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) menurut Bandura. 3. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory). 4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi Teori Bandura dalam pembelajaran. 5. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan Teori Bandura.



BAB II PEMBAHASAN



A. Sejarah Munculnya Teori Bandura Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 4 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 Bandura menempuh pendidikan di University of British Columbia, jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar master dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik. Setelah lulus ia bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah



American



Psychological



Association



untuk



Distinguished



Scientific



Contribution pada tahun 1980. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Bandura beranggapan bahwa, setiap orang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan lalu mencontoh model. Bisa juga dari apa yang ia  baca, dengar dan lihat pada media, serta dari orang di lingkungan sekitar. Bandura pernah meneliti mengenai imitas dan identifikasi (Bandura, 1962; Bandura dan Huston, 1961; Bandura dan Ross, 1961), Perkuat Sosial (Bandura dan McDonald, 1963), Perkuatan Diri dan Pemonitoran (Bandura dan Kupers, 1964), serta Perubahan Tingkah Laku melalui Pemodelan (Bandura, Blachart dan Ritter, 1969). Penelitian-penelitian ini mencakup  banyak masalah yang bersifat sentral untuk teori pembelajaran sosial dan  penelitian lain yang yang dipertajam dan diperluas. Bandura menulis Adolescent Aggression  (1959), bersama Richard Walters. Penulisan ini berupa suatu laporan terinci tentang sebuah studi lapangan mengenai prinsip-prinsip belajar sosial untuk menganalisis perkembangan kepribadian sekelompok remaja pria dari kelas menengah disusul dengan Social



Learning and Personality Development (1963). Buku ini memaparkan  prinsip belajar sosial yang telah mereka kembangkan beserta bukti yang menjadi dasar bagi teori tersebut. Dilanjutkan dengan 1969, Principles of



Behavior Modification yang



menguraikan penerapan teknik-teknik perilaku  berdasarkan prinsip belajar dalam modifikasi tingkah laku. Tahun 1973,  Aggression: a Social Learning Analysis menjadi buku selanjutnya. Lalu diakhiri dengan Social Learning Theory pada tahun 1977 yang telah menjelaskan prinsip belajar yang terpadu untuk menganalisis pikiran dan tingkah laku manusia. Yang memotivasi Bandura untuk terus mengembangkan teori ini adalah berpangkal dari dalil yang kurang cukup menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang dan menetap dan kurang memberi perhatian ada konteks sosial dimana tingkah laku ini muncul, juga kurang menyadari fakta bahwa banyak peristiwa belajar yang penting terjadi dengan perantaraan orang lain. Aritnya, sambil mengamati tingkah laku, individu belajar mengimitasi tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya.



B. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Menurut Bandura Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory) menurut Albert Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menenjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan emosi orang lain. Teori ini merupakan salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional (behavioristik), yang pada awalnya teori ini disebut learning, yaitu belajar dengan mengamati perilaku orang lain. Dasar pemikirannya adalah belajar dengan cara mengamati perilaku individu, dan sebagian perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh orang lain yang disajikan sebagai model. Teori Belajar Sosial menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan. Sebagai contoh, orang tua adalah model bagi anak-anaknya, pengajar model bagi peserta didik, pemimpin adalah panutan bawahannya, dan tokoh masyarakat atau tokoh agama adalah panutan bagi masyarakatnya. Hal ini berarti bahwa perilaku yang



terbentuk dalam diri anak-anak, peserta didik, dan masyarakat selalu identik dengan perilaku yang ditampilkan oleh para tokoh tersebut. Teori belajar sosial Bandura menguraikan kumpulan ide mengenai cara perilaku dipelajari dan diubah. Penerapan teori ini hampir pada seluruh perilaku, dengan perhatian khusus pada cara perilaku baru diperoleh melalui belajar mengamati (observational learning). Menurut teori belajar sosial, yang terpenting ialah kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana yang akan ditiru, dan kemudian melakukan perilakuperilaku yang dipilih. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi, dalam teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus-stimulus lingkungan. Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu. Dalam hal ini, ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan, yaitu: 1) Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. 2) Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang



memperhatikan model itu, mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4)



Menurut teori belajar sosial, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan. Secara rinci, dasar kognisi dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap yaitu : 1. Atensi / Perhatian Model tidak dapat ditiru apabila tidak diadakan pengamatan sehingga dapat dipersepsikan secara tepat. Jika reaksi baru yang dipelajari dari melihat/mendengar lainnya, maka hal itu jelas bahwa tingkat memberi perhatian yang lain akan menjadi yang terpenting. 2. Retensi Jadi, seorang pengamat menyimpan tingkah laku model yang telah diamati di dalam ingatannya karena tingkah laku tersebut harus bisa diingat kembali. Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak, dan dasar untuk penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau memasukkan respon. Penyandian dalam symbol verbal dipermudah oleh berpikir aktif orang atau ringkasan secara verbal tindakan yang mereka amati. Waktu respon yang diamati disandikan, ingatan kesan visual atau symbol verbal dapat berlanjutdengan melatih kembali secara mental. Dengan begitu, penyandian akan mencoba untuk berpikir giat mengenai tindakan dan memikirkan kembali penyandian verbal. 3. Reproduksi Gerak Pengamat mencoba untuk mengungkapkan ulang tingkah laku model yang diamatinya. Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, mereka harus dirubah kembali dalam tindakan yang tepat. Rangkaian tindakan baru



merupakan symbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu dibandiungkan dengan ingatan/memori dari perilaku model. 4. Penguatan dan Motivasi Tingkah laku dicontoh sebagai tindakan-tindakan terpuji yang mempunyai motivasi untuk menirukan. Pokok persoalan dari atensi, retensi, dan reproduksi gerak sebagian besar berhubungan dengan kemampuan orang untuk meniru perilaku penguatan menjadi relevan. Ketika kita mencoba menstimulus orang untuk menunjukkan pengetahuan pada perilaku yang benar. Walaupun teori belajar social mengandung penguatan untuk tidak menambah pengetahuan guna “mengecap dalam perilaku”, itu peran utama memberi penguatan (hadiah & hukuman) seperti seorang motivator.



Pendekatan teori sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa juga ditekankan pada perlunya conditioning dan imitation. a. Conditioning; pembiasaan merespons Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward (ganjaran / memberi hadiah atau mengganjar) dan punishment (hukuman / memberi hukuman) untuk senantiasa berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat. b. Imitation; proses imitasi atau peniruan Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogianya memainkan peran penting sebagai seorang model atau tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral bagi siswa. Sebagai contoh, seorang siswa mengamati gurunya sendiri menerima seorang tamu, lalu menjawab salam, menjabat tangan, beramah tamah, dan seterusnya yang dilakukan guru tersebut diserap oleh memori siswa. Semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral siswa tersebut. Mengimitasi model merupakan elemen paling penting dalam hal bagaimana si anak belajar bahasa, berhadapan dengan agresi,



mengembangkan perasaan moral dan belajar perilaku yang sesuai dengan gendernya.



Eksperimen yang sangat terkenal yang dilakukan oleh Albert Bandura adalah eksperimen Bobo Doll, yang dilakukan dengan teknis sebagai berikut. Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo. Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresif Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar Bobo Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok Rumusan : Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari penguatan. Hasil Keseluruhan Eksperimen : Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif. Eksperimen tersebut menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Dengan demikian, Albert Bandura menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar. Terdapat beberapa jenis peniruan atau modelling yaitu: a) Peniruan Langsung : Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. b) Peniruan Tak Langsung : Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. c) Peniruan Gabungan : Menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung.



d) Peniruan Seketika/Sesaat : ingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. e) Peniruan Berkelanjutan : Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun .



C. Konsep Dasar Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Pada intinya, social learning theory adalah teori yang berusaha menjelaskan sosialisasi dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Teori belajar sosial didasarkan pada, konsep saling menetukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri atau berfikir (self regulation/congnition). 1.



Determinis respirokal (reciprocal determinism) Yaitu pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral, dan lingkungan. Orang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis respirokal adalah konsep yang penting adalah memahami tingkah laku untuk menganalis fenomena pisikososial di berbeagai tingkat komplektivitas dan perkembangan intrapersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.



2.



Tanpa Penguatan (beyond reinforcement) Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulangi apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada penguatan yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.



3.



Kongnisi dan regulasi diri (self regulation/congnition) Konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yayang dapat mrengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengaatur



lingkungan, menciptakan dukungan kongnitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kecerdasan berfikir simbolik sarana yang kuat untuk menangani lingkunagan, misalnya dengan menyimpan pengalaman(ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada massa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku membimbing kearah tujuan jangka panjang.



D. Implikasi Teori Bandura dalam Pembelajaran Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi model tindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri. Dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan. Implikasi lainnya dari teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura untuk pembelajaran di kelas, antara lain sebagai berikut : 1. Peserta didik sering belajar hanya dengan mengamati tingkah laku oran lain, yaitu guru.



2. Menggambarkan konsekuensi perilaku yang secara efektif dapat meningkatkan perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan dan menurunkan perilaku yang tidak pantas. 3. Peniruan (modeling) menyediakan alternatif untuk membentuk perilaku baru untuk belajar. Di dalam mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus memastikan bahwa empat kondisi esensial harus ada, yaitu perhatian, retensi, motor reproduksi, dan motivasi. 4. Guru dan orangtua harus menjadi mode perilaku yang sesuai dan berhati-hati agar peserta didik tidak meniru perilaku yang tidak pantas. 5. Peserta didik harus percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah, sehingga guru dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dengan memperlihatkan pengalaman orang lain yang sudah sukses atau menceritakan pengalaman kesuksesan guru itu sendiri. 6. Guru harus membantu peserta didik dalam menetapkan harapan yang realistis untuk prestasi akademiknya. Guru juga harus memastikan bahwa target prestasi peserta didik tidak lebih rendah dari potensi peserta didik yang bersangkutan. E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bandura a. Kelebihan Teori ini lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan sematamata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunyaconditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, factor social dan kognitif. Selain itu, kelebihan teori belajar sosial yang lain di antaranya sebagai berikut :



1) Lebih menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melaui sistem kognitif orang tersebut. Menurut Bandura, tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus, melainkan juga akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Misalnya dalam iklan sabun ditv, dalam iklan tersebut sering menampilkan bintang-bintang yang populer dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya kulit seperti bintang. 2) Sebagai pembelajaran, yaitu melalui pengamatan yang dapat terjadi melalui kondisi yang dialami seseorang. Misalnya: seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karean perbuatanya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan-perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. 3) Mengurangi kesenjangan antar manusia. Artinya antar sesama manusia itu saling



berhubungan



antara



satu



dengan



yang



lain,



sehingga



tidak



terjadikesenjangan diantaranya. 4) Memberikan kesempatan yang lebih kepada manusia untuk saling berinteraksi. Artinya dalam kehidupan bersama seorang manusia saling bertukar informasi, dan pikiran dengan sesamanya. Karena dengan berinteraksi dapat dipastikan akan mampu mengubah cara pandang dan cara pikir manusia sebagai bagian dari proses pembelajaran seseorang. 5) Seseorang mampu mengenal lingkungannya, dimana akan ada pengalaman dan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil interaksi yang dilakukan



b. Kekurangan Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang di tiru. Jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang



menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.



BAB III PENUTUP



Kesimpulan Albert Bandura adalah seorang psikolog yang sangat terkenal dengan Teori Pembelajaran Sosial yang menekankan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi lingkungan sekitar dan menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity). Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory) menurut Albert Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menenjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan emosi orang lain. Teori ini merupakan salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Belajar Sosial menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan pengaruh lingkungan.



Pada intinya, social learning theory adalah teori yang berusaha menjelaskan sosialisasi dan pengaruhnya terhadap perkembangan kepribadian. Teori belajar sosial didasarkan pada, konsep saling menetukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement), dan pengaturan diri atau berfikir (self regulation/congnition). Dalam proses pembelajaran, menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.



DAFTAR PUSTAKA Ainiyah, Q. (2017). Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak dalam Keluarga. Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. 2(1): 91-104. Diunduh dari https://www.ejournal.iainsurakarta.ac.id/ 14 Oktober 2019.



Hertanti, A. & Ramadhani, S. (2012). Teori Belajar Social Albert Bandura [makalah]. Diunduh dari https://www.slideshare.net/ 14 Oktober 2019.



Muhaimin, A. (2018). IMPLEMENTASI SOCIAL LEARNING THEORY ALBERT BANDURA DALAM PEMBELAJARAN FIKIH DI MTs. DDI PARIA KABUPATEN WAJO [skripsi]. Makassar (ID): UIN Alauddin Makassar. Diunduh dari https://www.repositori.uin-alauddin.ac.id/ 14 Oktober 2019.



Puspariana, A. (2018). Social Learning Theory. Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Dinduh dari https://www.academia.edu/ 14 Oktober 2019.



Rifda, D. Z, dkk. (2015). Social Learning Theory [makalah]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Diunduh dari https://www.academia.edu/ 14 Oktober 2019.



Sukma, R, dkk. (2014). Teori Belajar Sosial [makalah]. Tulungagung (ID): IAIN Tulungangung. Diunduh dari https://www.academia.edu/ 14 Oktober 2019.