Makalah Teori Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PEDAHULUAN



A. Latar Belakang Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan yang terjadi tentang apa yang terjadi ketika belajar belangsung merupakan teori belajar. Ada empat kategori utama atau kerangka filosofi mengenai teori belajar, yaitu: behaviorisme, kognitivisme, humanisme, dan konstruktivisme. Teori behaviorisme berfokus pada perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi antara stimulus dan respons. Teori kognitivisme lebih menekankan proses belajar daripada hasil belajar. Sedangkan teori humanistik adalah teori yang lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuk yang paling ideal dan bertujuan untuk “memanusiakan manusia”. Dalam pandangan teori konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran? 2. Apa saja teori-teori belajar dan pembelajaran? 3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori-teori belajar dan pembelajaran?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar dan pembelajaran. 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari teori-teori belajar dan pembelajaran. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jenis-jenis teori belajar dan pembelajaran.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian dan Perbedaan Antara Teori Belajar dan Teori Pembelajaran



Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan dan menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.Menurut KBBI, teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan,didukung oleh data dan argumentasi. Sebelum memahami beberapa teori belajar,perlu kita pahami perbedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Siregar dan Nara (2010: 23) membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran dengan cara melihat dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran deskritif atau preskriptif. Berikut ini penjelasannya. Bruner dalam Dageng (1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah prespektif dan teori belajar adalah deskriptif. Prespektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Reigeulth dalam Dageng (1990) mengemukakan bahwa teori prespektif adalah goal oriental,sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran prespektif



dimaksudkan untuk mencapai tujuan ,sedangkan teori pembelajaran deskriptif



dimaksudkan untuk memberikan hasil. Perbedaan teoritis di atas pada akhirnya mengarah kepada perbedaan preposisi bagi teori deskriptif dan prespektif. Preposisi untuk teori deskriptif menggunakan struktur logis “ Bila. . . , maka. . .” sedangkan untuk teori prespektif menggunakan struktur “agar. . ., lakukan ini . . . ” (Landa, dalam Dageng, 1990). Landa menjelaskan bahwa, teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses-proses psikologi dalam diri peserta didik,sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan peserta didik dengan proses-proses psikologis dalam diri peserta didik. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran. Contoh teori belajar deskriptif: Jika 2



membuat rangkuman tentang isi buku teks yang dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Contoh teori belajar prespektif: Agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah rangkumannya.



B. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran Ada empat perspektif utama dalam teori belajar dan pembelajaran, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. 1. Teori Belajar Behaviorisme Menurut teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan lingkungan. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment (2) Primary and Secondary Reinforcement (3) Schedules of Reinforcement (4) Contingency Management (5) Stimulus Control in Operant Learning (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).



Ciri-ciri aliran behaviorisme adalah: a) Memerintahkan pengaruh lingkungannya b) Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhannya c) Mementingkan reaksi atau psikomotor d) Mementingkan sebab-sebab masa lampau e) Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar f)



Mementingkan pembentukan kebiasaan



g)



Mengutamakan “trial and error” 3



Beberapa ilmuwan teori ini adalah Ivan Pavlov, Edward Lee Thorndike, Burrhus Frederic Skinner, Edwin R Gutrie, Clark Hull, Watson.



a.



Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) Mula-mula teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927) dengan



melakukan percobaan pada anjing. Pada saat seekor anjing diberi makanan dan lampu,keluarlah respons anjing itu mengeluarkan air liur. Demikian juga jika pemberian makanan itu disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar. Setelah berkali-kali dilakukan perlakuan serupa, maka pada saat hanya bel atau lampu yang diberikan anjing tersebut juga mengeluarkan air liur. Makanan yang diberikan oleh Pavlov disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned stimulus),sementara bel atau lampu yang menyertainya disebut sebagai perangsang bersyarat (conditioned stimulus). Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing memberikan respons berupa keluarnya air liur (unconditioned respons). Selanjutnya,ketika perangsang (bel atau lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat (makanan) ternyata dapat menimbulkan respons yang sama yaitu keluarnya air liur (conditioned respons). Oleh karena itu, teori Pavlov dikenal dengan responed-conditioning atau clasical conditioning. Menurut Pavlov, pengkondisian yang dilakukan pada anjing tersebut dapat juga berlaku pada manusia. Teori conditioning Pavlov dapat dirumuskan, yaitu Makanan (US)+bel/lampu (CS) -> air liur (UR),dilakukan berulang-ulang. Bel/lampu (CS) ->air liur (CR). 



Hukum-hukum Kondisional Klasik



Dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing tersebut, Pavlov akhirnya menemukan



beberapa



hukum



pengondisian,



yaitu



pemerolehan



(acquisition),



pemadaman (extinction), generalisasi (generalization), diskriminasi (discrimiation), dan kondisioning tandingan (counter conditioning) (Davidoff, 1981). 



Penerapan Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik dalam Kelas



Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas. 4



1.



Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar.



2.



Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang



mencemaskan atau menekan. 3.



Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-



situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat.



b.



Edwin Ray Guthrie (1886-1959) Teori conditioning Pavlov kemudian dikembangkan oleh Guthrie (1935, 1942). Ia



berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dapat diubah, tigkah laku baik dapat diubah menjadi buruk, begitupun sebaliknya. Teori Guthrie berdasarkan atas model penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain. Guthrie termasuk mempercayai bahwa hukuman memegang penting dalam proses belajar,sebab jika saat yang tepatakan mampumerubah kebiasaan seseorang. Tiga metode pengubah tingkah laku yang dikemukakannya adalah sebagai berikut: 1)



Metode respons bertentangan.



2)



Metode membosankan.



3)



Metode mengubah lingkungan.



c.



Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggnakan tikus sebagai



eksperimen. Untuk memahami tingkah laku peserta didik secara tuntas, menurut skinner perlu memahami hubungan antara satu stimulus dengan satu stimulus yang lain, memahami respons itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner membedakan respons menjadi dua, yaitu: (1) respons yang timbul dari stimulus tertentu dan (2) “operant(instrumental) response” yang timbul dan berkembang karena diikuti oleh perangsang tersebut. Teori Skinner dikenal dengan “ Operant Conditioning” ,yaitu sebagai berikut: 1)



Reinforcement, frekuensi penguatan tingkah laku.



2)



Punishment, memberikan situasi yang tidak menyenangkan untuk menurunkan



tingkah laku. 5



3)



Shaping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku



yang diharapkan. 4)



Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya



reinforcement penguatan tingkah laku. 5)



Antesenden dan perubahan perilaku, anteseden dapat memberikan petunjuk



apakahsebuah perilaku akan mendapat konsekuen postif atau negatif.



d.



Edward Lee Thorndike (1874-1949) Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus



(yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan, dan gerakan). Teori belajar Thorndike disebut sebagai aliran “connectionism”. Menurut Thorndike, belajar dpat dilakukan dengan cara mencoba-coba (trial and error). Karakteristik belajar “trial and error” adalah sebagai berikut: 1)



Adanya motif pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu.



2)



Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respons dalam rangka memenuhi



motif-motifnya. 3)



Respons-respons yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motifnya dihilangkan.



4)



Akhirnya seseorang mendapat jenis respons yang paling tepat.



Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut: 1)



Hukuman Kesiapan (Law of Readiness): jika seseorang siap melakukan



sesuatu,ketika ia melakukannya maka ia puas, begitupun sebaliknya. 2)



Hukuman Latihan (Law of Exercise): jika respons terhadap stimulus diulang-



ulang maka akan memperkuat hubungan antara respons degan stimulus. Begitupun sebaliknya. 3)



Hukuman Akibat (Law of Effect): bila hubungan antara respons dan stimulus



menmbulkan kepuasan, maka tingkatan penguatan semakin lemah. Begitupun sebaliknya



6



2. Teori Belajar Kognitivisme Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktek belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respons,aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respons yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Karena tu,menurut aliran kognitif,



belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk



mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.Beberapailmuwan teoriiniadalah:



a. Robert M. Gagne Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah teori pemprosesan informasi (Processing Theory) yang dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkanpengolahanotakmanusiadapatdijelaskasnsebagaiberikut: 1) Receptor (alat-alatindra). 2) Sensory register (penampungankesan-kesansensoris). 3) Short-term memory (memorijangkapendek). 4) Long-term memory (memorijangkapanjang). 5) Response generator (penciptarespon).



b. Jean Piaget Menurut Piaget, proses belajarsebenarnyaterdiridaritigatahapan, yakniasimilasi, akomodasi, danequlibrasi (penyeimbangan). Asmilasi adalah pengintegrasian informasi baru kestruktur kognitif kedalam baru.SedangkanEqulibrasiadalahpenyesuaiankesinambunganantaraasimilasidanakom odasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui peserta didik. Dalam konteks ini terdapat empat tahap, yaitu tahap sensori motor (anakusia 1,5-2 tahun), tahap praoperasional (2-8 7



tahun), tahap operasional konkret (usia 7-8 tahun sampai 12-14 tahun), dan usia operasional formal (usia 14 tahunataulebih).



c. Ausebel Menurut Ausebel, peserta didik akan belajar dengan baik jika isi pelajaran (instructional content) sebelumnya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada peserta didik (advance organzers). Dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemajuan belajar peserta didik.. Advance organizers adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi semua isi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik. Tiga manfaat yang didapat dari Advance organizer, (1) menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, (3) dapat membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar dengan secara lebih mudah.



d. Bruner Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melaui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Keuntungan dari teori ini adalah sebagai berikut: 1) Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik dan dapat memotivasi untuk menemukan jawaban-jawaban. 2) Menimbulkan keterampilan memecahkan masalah secara mandiri.



8



3. Teori Belajar Konstruktivisme Aliran konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Teori



konstruktivistik



memahami



belajar



sebagai



proses



pembentukan



(konstruksi) pengetahuan oleh yang belajar itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada orang lain (peserta didik). Ciri-ciri aliran konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldham (1994), sebagai berikut: a. Orientasi, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi. b. Elisitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan orang lain , membangun ide baru, dan mengevaluasi ide baru. d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi. e. Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasanyang ada perlu direvis dengan menambahkan atau mengubah. Van Glaserfeld (dalam paul, 1996), mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan, yaitu: (a) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (b) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan mengenai suatu hal, dan (c) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada yang lain (selective conscience).



9



4. Teori Belajar Humanisme Aliranini beranggapan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Salah satu prinsip dalam pembelajaran humanistik adalah bahwa proses pembelajaran harus mengajarkan siswa bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar itu bagi dirinya sendiri. Bebeapa ilmuwan teori ini adalah: a. Bloom dan Krathwohl Tujuan belajar yang dikemukakan, dirangkum kedalam tiga kawasan (domain) yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom adalah sebagai berikut:



-



Domain kognitif, terdiri atas enam tingkatan, yaitu: 1) Pengetahuan (mengingat, menghapal). 2) Pemahaman (menginterpretasikan). 3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah). 4) Analisis (menjabarkan suatu konsep). 5) Sintesis (menggabungkan bagian bagian konsep menjadi suatu konsep utuh). 6) Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode).



-



Domain psikomotor terdiri atas lima tingkatan, yaitu: 1) Peniruan (menirukan gerak). 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak). 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar). 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar). 5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).



-



Domain afektif, terdiri atas lima tingkatan, yaitu: 1) Pengalaman (ingin menerima, sada akan adanya sesuatu). 10



2) Merespon (aktif berpartisipasi). 3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu). 4) Pengorganisasian



(menghubung-hubungkan



nilai-nilai



yang



dipercayainya). 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya).



b. Kolb Kolb membagi tahap belajar dalam empat tahap, yaitu sebagai berikut: 1) Pengalaman



konkret:



pada



tahap



ini,



seorang



peserta



didikhanyamampusekedarikutmengalamisuatukejadian. Iabelummengertibagaimanadanmengapasuatukejadianharustejadisepertiitu . 2) Pengalamanaktifdanreflektif: pesertadidiklambatlaunmampumengadakanpengamatanaktifterhadapkejadi anitu, sertamulaiberusahamemikirkandanmemahaminya. 3) Konseptualisasi: pesertadidikmulaibelajarmembuatabstraksiatau “teori” tentanghal yang pernahdiamatinya. 4) Eksperimentasi: padatahapinipesertadidiksudahmampumengaplikasikansuatuaturanumumk esituasi yang baru.



c. Honey dan Mumford Teori Kolb, Honey dan Mumford menggolongkan peserta didik menjadi empat tipe : 1) Peserta didik tipe aktivis: mereka suka melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru, cenderung berpikiran terbuka, dan mudah diajak berdialog, namun mereka mudah percaya akan sesuatu. Mereka menyukai metode yang mampu mendorong menemuka. halhal baru.



11



2) Peserta didik tipe reflektor: cenderung berhati-hati dalam mengambil langkah atau cenderung konservatif. Dalam arti suka menimbangnimbng baik-buruknya suatu keputusan. 3) Peserta didik tipe teoris: biasanya bersifat



sangat kritis, senang



menganalisa, dan tidak menyukai pendapat penilaian yang sifatnya subjektif. 4) Peserta didik tipe pragmatis: menaruh perhatian besar pada aspekaspek praktis dalam segala hal. Dan tidak menyukai teori-teori yang bertele-tele. d. Habersmas Menurut pandangan Habersmas, belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan, maupun dengan sesama manusia. Habersmas membagi teori belajar ke dalam empat tipe, yaitu sebagai berikut: 1) Technical learning (belajar teknis): peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 2) Practical learning (belajar praktis): peserta didik berinteraksi dengan orang-orang di sekelilingnya. 3) Emancipator learning (belajar emansipatoris):peserta didik berusaha mencapai pemahamandan kesadaran sebaik mungkin tentng perubahan (transformasi) kultural dari suatu lingkungan.



12



C. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori-teori Belajar dan Pembelajaran 1. Teori Behaviorisme a. Kelebihan 1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar. 2. Teori ini sangat cocok untuk memperoleh kemapuan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya. 3. Guru tidak banyak memberian ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri 4. Teori ini juga cocok untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa. b. Kekurangan 1. Memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia. 2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot. 3. Proses belajar yang dianalgikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang mencolok antara hewan dan manusia. 2. Teori Kognitivisme a. Kelebihan 1. Sebagian besar kurikulum negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu. 2. Pendidik hanya perlu memberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan, untuk pengembangan selebihnya diserahkan kepada peserta didik. Sehingga pendidik hanya perlu memantau. 3. Pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi. Karena salah satu penekanan pada teori ini adalah penekanan terhadap daya ingat peserta didik. 13



4. Peserta didik dapat mengkreasikan hal baru dan menginovasi hal yang sudah ada menjadi lebih baik lagi. b. Kekurangan 1. Teori ini selalu meganggap bahwa semua peserta didik iu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. 2. Dalam metode ini memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dengan cara-cara peserta didik mencarinya 3. Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,, maka dipastikan peserta didik tidak sepenuhnya mengerti dengan materi yang diberikan. 4. Jika dalam satu sekolah hanya menggunakan metode kognitif saja,, maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi. 5. Dalam menerapkan metode kognitif harus diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mngembangkan materi yang sudah didapatnya. 3. Teori Konstruktivisme a. Kelebihan 1. Dalam aspek berpikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide, dan membuat keputusan. 2. Dalam aspek kepahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan bau, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam segala situasi. 3. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan lebih lama mengingat konsep. Melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kepahaman mereka. 4. Dalam aspek kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan teman malalui kelompok maupun guru. b. Kekurangan 1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang hasil konstruksi siswa tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan. Sehingga menyebabkan miskonsepsi. 14



2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini membutuhkan waktu lama dan penanganan yang berbedabeda. 3. Situasi dan kondisi setiap sekolah berbeda-beda, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasana yang mendukung keaktifan dan kreatifitas siswa. 4. Kurangnya peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar. 4. Teori Humanisme a. Kelebihan 1.



Tumbuhnya kreatifitas peserta didik.



2.



Semakin canggihnya teknologi.



3.



Tugas guru berkurang.



4.



Mendekatkan satu dengan yang lainnya.



b. Kekurangan 1. Pemahaman yang kurang jelas dalam menghambat proses pembelajaran. 2. Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan. 3. Pemusatan pikiran akan berkurang. 4. Kecurangan-kecurangan yang semakin menjadi tradisi.



D. Aplikasi Teori-teori Belajar dan Pembelajaran 1. Aplikasi Teori Behaviorisme a.



Guru menyiapkan materi pembelajaran dan disampaikan secara utuh oleh guru.



b.



Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang disertai contoh-contoh.



c.



Bahan pembelajaran disusun dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks.



d.



Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.



e.



Kesalahan harus segera diperbaiki.



f.



Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.



g.



Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. 15



2. Aplikasi Teori Kognitivisme a. Pembelajar akan lebih mampu mengingat dan memahamisesuatu apabila pelajaran tersebut disusun dalam pola dan logika tertentu. b. Belajar dengan memahami dengan baik daripda dengan menghapal tanpa pengertian penyajian. c. Adanya perbedaan individual pada pembelajar yang harus diperhatikan.



3. Aplikasi Teori Konstruktivisme a. Setiap guru akan mengalami situasi dimana suatu materi telah dibahas dengan sejelas-jelasnya namun ada sebagian siswa yang belum mengerti. b. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka. c. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman menurut diri mereka sendiri, bukan ditanamkan oleh guru. d. Kurikulum



dirancang



sedemikian



rupa



sehingga



terjadi



situasi



yang



memungkinkanpengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. e. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan dengan cara belajar kelompok. f. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya.



4. Aplikasi Teori Humanisme a. Peran guru menjadi fasilisator dan memberi motivasi mengenai makna belajar dlam kehidupan siswa. b. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa memperoleh tujuan belajar. c. Peserta didik berlaku sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.



16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ada empat perspektif utama dalam teori belajar dan pembelajaran, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme. Menurut teori behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Dan Teori Belajar Kognitivisme adalah Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktek belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Sedangkan Teori Belajar Humanisme adalah Aliran yang beranggapan bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.



B. Saran Makalah ini masih banyak kekurangan, baik kata-kata maupun penulisan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.



17



DAFTAR PUSTAKA https://www.scribd.com/document/367806204/MAKALAH-TEORI-BELAJAR



18