Makalah Terapi Kognitif Pada Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



1.2 Rumusan Masalah



1.3 Tujuan



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Pengertian Teknik Kognitif Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur,yang



memberikan



dasar



berpikir



pada



pasien



untuk



mengekspresikan



perasaan



negatifnya,memahami masalahnya,mampu mengatasi perasaan negatifnya,serta mampu memecahkan masalah tersebut. Peran perawat dalam pelaksanaan terapi kognitif diharapkan mampu menerapkan terapi kognitif ini serta mendampingi pasien untuk memodifikasi cara pikir,sikap,sikap dan keyakinan untuk memutuskan perilaku yang tepat dalam menghadapi pengobatan yang sedang dijalaninya.



Kognitif adalah suatu konsep yang komplek yang melibatkan aspek memori ,perhatian, fungsi eksekutif, persepsi , bahasa dan fungsi psikomotor (Nehlic, 2010)



2.2 Tujuan Terapi Kognitif 1.



Mengubah pikiran dari tidak logis dan negative menjadi objektif,rasional dan positif



2.



Meningkatnta aktivitas



3. Menurunkan perilaku yang tidak di inginkan 4.



Meningkatkan keterampilan social



5. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang mal adaptif,pikiran yang mengganggu secara otomatis,serta proses pikiran yang tidak logis 6.



Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasi bertahan hidup dan bukan sebagai korban



7. Membantu individu mempelajari respons relaksaksi (Sumber: Lilik,dkk,2016)



2.3 Indikasi Terapi Kognitif 1. Depresi (ringan sampai sedang) 2. Gangguan panic dan gannguan cemas menyeluruh atau keemasan 3. Individu yang mengalami stress atau emosional 4. Gangguan obsesif kompulsif 5. Gangguan fobia 6. Gangguan stress pasca trauma 7. Gangguan makan 8. Gangguan psikoseksual 9. Gangguan mood 10. Gangguan kemungkinan kekambuhan berikutnya (Sumber : Lilik,dkk,2016)



2.4 Penyebab Penurunan Fungsi Kognitif pada Lansia Terkait dengan perubahan fisik terjadi pada system perubahan saraf pada lansia yaitu berat otak yang menurun yang mengalami penurunan seiring dengan penuaan.hal ini dikarenakan terjadi penurunan sel otak serta terganggu nya mekanisme perbaikan sel otak. 2.5 Karakteristik Pasien Pada Terapi Kognitif 1. Menarik diri 2. Penurunan motivasi 3. Defisit perawatan diri 4. Harga diri rendah 5. Menyatakan ide bunuh diri 6. Komunikasi inkoheran dan ide atau topic yang berpindah-pindah (fightof idea) 7. Delusi halusinasi terkontrol,tidak ada manik depresi



2.6 Prinsip dasar dari Terapi Kognitif antara lain (Westbrook, Kennerley & Kirk, 2007): 1. Prinsip kognitif: masalah psikologis merupakan hasil interpretasi dari sebuah keja dian, bukan kejadian itu sendiri. 2. Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran dan emosi nya. 3. Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental yang berbeda dengan p roses mental normal, melainkan proses mental normal yang berlebihan hingga me njadi masalah. 4. Prinsip here-andnow: lebih baik berfokus pada proses masa kini daripada masa lalu. 5. Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah sebagai interaksi dari pik iran, emosi, perilaku, fisiologi, dan lingkungan yang dimiliki individu. 6. Prinsip empiris: penting untuk mengevaluasi teori dan terapi secara empiris.



2.7 Teknik Terapi Kognitif Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif terapi yang harus diketahui oleh perawat. Pengetahuan teknik ini merupakan syarat agar peran perawat bisa berfungsi secara optimal. Dalam pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan dengan kemampuan lain seperti teknik komter,millieu therapy dan caunseling. Beberapa teknik tersebut antara lain: 1.



Teknik Restrukturisasi Kognisi (Restructuring Cognitive)



Perawat berupa untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan yang muncul. Teknik restrukturasasi dimulai dengan cara memperluas kesadara diri dan mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul. Biasanya dengan mengggunakan pendekatan 5 kolom. Masing-masing kolom terdiri atas perasaan dan pikiran yang muncul saat menghadapi masalah terutama yang dianggap menimbulkan kecemasan.



2.



Teknik Penemuan Fakta-fakta (Questioning the evidence)



Perawat pikiran



mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-



abstraknya



secara



konkrit



dalam



bentuk



tulisan



untuk



memudahan



menganalisanya. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi kognitif terapi adalah mencari fakta untuk mendukung keyakinana dan kepercayaan. Klien yang mengalami disttorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan bobot yang sama terhadap samua sumber data atau data-data yang tidak disadarinya, seringkali klien menganggap data-data itu mendukung pemikiran buruknya. Data bisa diperoled dari staf, keluarga maupun masyrakat yang ada dilingkungan sekitarnya.Lingkungan tersebut dapat memberikan masukan yang lebih realistik kepada klien dibandingkan denga pemikiranpemikiran buruknya.Dalam hal ini penemuan fakta dapat berfungsi sebagai penyeimbang klien tentang pemikiran buruknya. Berdasarkan data- data tersebut klien bida dapat mengambil kesimpulan yang tepat tentang perasaan klien selama ini 3.



Teknik penemuan alternatif (examing alternatives)



Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alterative pemecahan lagi .maka dari tu klien dianjurkan untuk menulisakan masalahnya. Mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu.Kemudian mencari dan menemukan alternatifnya. 4.



Dekatastropik (decatastrophizing)



Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa. Hal ini meliputi upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situais dimana klien mencoba memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatig beradapytasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang mungkin terjadi.Tujuannya adalah untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan.Dimana tidak selamanya sesuati itu terjadi atau tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang ditinggal dipantai hars berani berfikir “ apa yang akan saya lakukan bila stunami tiba-tiba datang”.



5. Reframing Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain dari masalah atau mendukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang saja. Perawat penting untuk memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugian – kerugian dari masalah.Hal ini dapat menolong klien melihat masalah secara seimbang dan melihat dalam prespektif yang baru.Dengan memahami aspek positif dan negatif dari masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga dapat memicu kesemoatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru , sebab begitu makna berubah maka akan berubah perilaku klien. 6. Thought Stopping Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien. Awalnya masalah tersebut kecil, tetapi lama-kelamaan menjad sulit dipecahkan.teknik berheni memikirkannya (thought stopping) sangat bauk digunakan pada saat klien mulai memikirkan sesuatu sebagai masalh.Klien dapat menggambarkan bahwa masalahnya sudah selesai.Klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuman masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan cara mengatakan keras-keras “berhenti” .Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan sendiri tanpa selaan dari perawat.Selanjutnya klien mencoba menerapkan dalam situasi keseharian. 7. Learning New Behavior With Modeling Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima.Sasaran perilakunya adalah memecakan masalah – asalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya. Kemudian klien melakkan observasi pada seseorang yang berhasil memecahkan masalah yang serupa dengan klien dengan cara memodifikasi dan mengontrol lingkungan. Setelah itu klien klien meniru perilaku orang yang dijadikan model. Awalnya klien melakukan pemecahan



secara



bersamaan



dengan



fasilitator



.selanjutnya



klien



mencoba



memecahkannya sendiri sesuai pengalaman yang diperoleh klien bersama fasilitaor



8. Membentuk Pola (Shaping) Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang siberikan reinforcement. Misalnya anak yang bandal dan tidak akur dengan orang lain berniat untuk damai dan hangat dengan orang lain , maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian. 9. Token Economy Token economy adalah bentuk reinforcementpositif yang sering digunakan pada kelompok anak –anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik.Hal ini dilakukan secara konsisten pada saat klien mampu menghindar perilaku uruk atau melakukan hal yang baik. 10. Role Play Role play memungkinkan klien belajar menganalisa perilaku salahnya malalui kegiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain. Klien dapat memahami dan belajar mengambil keputusan berdasarkan kosenkuensi-kosenkuensi yang ada dalam cerita. Klien bisa melihat akibatakibat yanga akan terjadi mealui cerita yang disungguhkan. 11. Social Skill Training Teknik ini didasari oleh sebuah keyakiann bahwa keterampilan apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh keterampilan baru bagi klien adalah sebagai contoh bagi klien pemalas(abuilia). Setelah itu baru perwat memberikan feedback dengan cara menilai dan memperaiki kegiatan yang masih belum selesai harapan 12. Anversion Theraphy Anversion theraphy bertujuan untuk menghentikan kebiasan-kebiasan buruk klien dengan cara mengaversikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa penghapus itu dianggap sebagai cacing atau ulat yang menjijikkan.



13. Congtingency Contracting Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal ini perawat dengan klien.Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward.Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan. Menurut Setyoadi,dkk (2011) teknik yang digunakan dalam melakukan terapi kognitif adalah sebagai berikut: 1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakinan yang menyebabkan khawatir 2. Menggunakan teknik Socratic yaitu meminta klien untuk menggambarkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang meredakan dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis atau tidak rasional 3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai dirinsendiri, nilai diri dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan distress emmosional menjadi hilang.



2.8



Pelaksanaan Terapi Kognitif



Terapi kognitif terdri atas sembilan sesi,yang masing-masing sesi dilaksanakan secara terpisah. Setiap sesi berlangsung selama 30-40 menit membutuhkan konsentrasi inggi. 1. Sesi I : Ungkap pikiran otomatis a. Identifikasi masalah dengan apa,dimana,kapan saja,siapa (what,where,when,who) b. Diskusikan sumber masalah c. Diskusikan pikiran dan perasaan d. Catat pikiran otomatis dan diklasifikasikan dalam distorsi kognitif 2. Sesi II : Alasan a. Review kembali sesi 1 b. Diskusikan pikiran otomatis c. Tanyakan penyebabnya



d. Beri respon atau tanggapan e. Tanyakan tindakan pasien f. Anjurkan menulis perasaan g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas pada pertemuan berikutnya. 3. Sesi III : Tanggapan a. Diskusikan hasil tulisan pasien b. Dorong pasien untuk memberikan pendapat c. Berikan umpan balik d. Dorong pasien untuk ungkapan keinginan e. Beri persepsi/ pandangan perawat terhadap keinginan tersebut f. Beri penguatan (reinforcement) positif g. Jelaskan metode tiga kolom h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom i. Rencana tindak lanjut , yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaiannya 4. Sesi IV : Menuliskan a. Tanyakan perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut paada sesi III b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisam c. Beri respon / tanggapan dan umpan balik d. Anjurkan untuk menulisakn buku harian e. Rencana tindak lanjut , yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas 5. Sesi V : Penyelesaian masalah a. Diskusikan kembaali prinsip teknik tiga kolom b. Tanyakan stressor / masalah baru dan cara penyelesaiannya c. Tanyakan kemamouan menanggapi pikiran otomatis negative d. Berikan penguatan ( reinformacment) positif e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat menghadapi masalah



6. Sesi VI : Manfaat tanggapan a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional b. Berikan umpan balik c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah e. Tanyakan hambatan yang dialami f. Berikan persepsi / tanggapan perawat g. Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan h. Berikan penguatan (reinforcement) posistif 7. Sesi VII : Ungkap hasil a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapo kognitif b. Beri rreinforcement positif dan pendapat perawat c. Diskusikan manfaat yang dirasakan d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah e. Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi f. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasinya g. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan h. Berikan penguatan (reinforcement) positif 8. Sesi VIII : Catatan Harian a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian b. Berikan penguatan (reinforcement) positf c. Diskusikan manfaat buku harian d. Anjurkan membukan buku harian bila mengahadapi masalaah yang sama e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan



2.9 Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia Terapi Bermain Puzzle Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan mengajak mereka bermain puzzle. Ha ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal dan tidak mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta antusia tinggi.



BAB III PENUTUPAN



3.1 Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA



Azizah,Likik Ma’rifatul,dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.



http://www.jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/46