Makalah Terapi Komplementer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER “MASSAGE” Disusun OLEH : ANGGIA MURNI



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2013-2014



Kata Pengantar 1



Bismillahirrahmanirrahim. Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT,karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik sehingga makalah yang berjudul ”Massage” dapat selesai tepat pada waktunya. Dalam menyelesaikan Makalah ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. 2. Rekan-rekan dari Mahasiswa STIKes Dalam hal ini penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis merasa berbahagia bila ada pembaca yang ingin memberikan saran dan masukan bagi perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam study Terapi Komplementer, baik bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah swt menjadikan makalah ini berguna bagi kita semua amin, Wassalmu’alaikum wr.wb Solok ,



april 2017 Penulis



2



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................



i



KATA PENGANTAR......................................................................................



ii



DAFTAR ISI....................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1.2 Tujuan........................................................................................................



1 1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi.......................................................................................................



2



2.2 Sejarah.......................................................................................................



3



2.3 Cara Kerja.................................................................................................



3



2.4 Implikasi Keperawatan............................................................................



5



2.5 Penelitian ................................................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA



3



13



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang bawah. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80% setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri pada daerah pinggang bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam Ismiyati, 1997). Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang (Elder LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2008). Dari hasil penelitian Cropcord Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih selama hidupnya antara 60% hingga 90% (Setyohadi, 2005). Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi farmakologi dengan menggunakan siklooksigenase inhibitor (COX inhibitor) sering menimbulkan efek samping yaitu gangguan gastrointestinal (Kozier, 2004). Selain itu, penggunaan jangka panjangnya dapat mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi dan gangguan ginjal (Daniel, 2006). Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Salah satu langkah sederhana dalam upaya menurunkan nyeri dengan menggunakan stimulus kutaneus adalah dengan melakukan masase dan sentuhan. Masase dan sentuhan merupakan tehnik integrasi sensori yang mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom (Meek, 1993 dalam Potter & Perry, 2005). Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi. Relaksasi sangat penting dalam membantu klien untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketakutan serta stres akibat penyakit yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & 4



Perry, 2005). Selain itu rileks juga membantu mengurangi rasa cemas, sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri (Long, 1996). 1.2 Tujuan 1.2.1 Untuk mengetahui Definisi 1.2.2 Untuk mengetahui Sejarah 1.2.3 Untuk mengetahui Cara Kerja 1.2.4 Untuk mengetahui Implikasi Keperawatan 1.2.5 Untuk mengetahui Penelitian



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Definisi Masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang artinya “menekan dengan lembut”



atau dari kata Yunani “massien” yang berarti “memijat atau melulut”. Akan tetapi istilah yang paling populer yang digunakan adalah dalam bahasa Perancis “masser” yang artinya 5



“menggosok”. Menurut pengertiannya massase yang berasal dari bahasa Inggris “massage” adalah pemijatan, pengurutan dan sebagainya pada bagian-bagian badan tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus untuk melancarkan peredaran darah sebagai cara pengobatan atau untuk menghilangkan rasa lelah. Menurut Tairas (2000: 1-2), massage adalah suatu metode refleksiologi yang bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, yakni dengan genjotan-genjotan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentrarefleks. Hal senada diutarakan oleh C.K Giam (1993: 172) massage adalah manipulasi jaringan lunak tubuh. Manipulasi ini dapat mempengaruhi sistem saraf, otot, pernafasan, sirkulasi darah, dan limfa secara lokal maupun umum. Massage menghasilkan suatu stimulus pada jaringan tubuh dengan cara menekan dan meregangkan. Penekanan menyebabkan kompresi jaringan lunak dan mengubah ujung-ujung saraf yang berupa jaringan reseptor, sedangkan peregangan memberikan ketegangan pada jaringan-jaringan lunak. Menurut Mumford (2001: 10) massage adalah rangkaian yang terstruktur dari tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti lengan bawah dan siku dapat digunakan untuk melakukan manipulasi di atas kulit, terutama pada bagian otot dengan gerakan mengurut, menggosok, memukul, dan menekan. Menurut Harrold (1992: 8) massage adalah teknik pengobatan yang tertua dari model pengobatan ortodoks atau pengobatan-pengobatan lainnya. Massage merupakan gabungan dari teknik pengobatan dan tindakan instingtif. Menurut Harrold (1992: 16) massage merupakan tindakan instingtif dan pengobatan yang berdasarkan intuisi (gerak hati). Pada perkembangan selanjutnya teknik mengurut dan teknik-teknik yang lainnya berkembang dan memiliki pengaruh yang spesifik pada pemberiannya.



Menurut Katsusuke (1996: 61) massage atau pijat didasarkan pada ide bahwa jantung ialah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara pengobatannya mengikuti sistem peredaran darah, terutama nadi-nadi arteri, dan bergerak masuk ke dalam dari ujung tubuh menuju jantung. 2.2 Sejarah Sejarah Perkembangan Masase



6



Masase sebagai cara pengobatan, telah dikenal sejak zaman pra sejarah oleh berbagai suku bangsa di dunia. Data-data menunjukkan bahwa usia masase sama tuanya dengan peradaban manusia. Cacatan sejarah menunjukkan bahwa bangsa Cina telah mengenal masase kurang lebih 3.000 tahun sebelum masehi. Dalam ajaran-ajaran Kung Fhu Tzu, diketahui bahwa masase telah dipergunakan bukan semata-mata untuk pemeliharaan kesehatan saja tetapi juga sebgai salah satu cara pengobatan. Demikian pula masase juga dikenal oleh bangsa Yunani purba yang menggunakan masase sebagai bentuk kemewahan setelah melakukan latihanlatihan gymnastik untuk membentuk keindahan tubuh. Bapak dari ilmu kedokteran yaitu Hippocrates (430-360 SM) menggunakan masase untuk para pasiennya, disamping dengan sinar matahari, mandi air panas, serta latihan-latihan badan untuk menyembuhkan kekuatan pada sendi dan otot-otot yang lemah. Menurut Hipocrates “Bahwa seorang dokter harus memiliki keterampilan dalam banyak hal, lebih-lebih dalam menggunakan masase”. Masase dapat menguatkan sendi-sendi yang lemah dan melemaskan sendi-sendi yang kaku. Dalam mempraktekkan masase, beliau menggunakan istilah “Anaptripsis” yang berarti pemijatan menuju ke arah jantung, yaitu mulai dari kaki menuju ke atas, sedangkan dari atas yaitu kepala atau leher ke bawah ke arah jantung. Hal ini merupakan suatu bukti adanya dasar ilmiah dalam melakukan masase pada jaman itu. Pada abad XVI pengetahuan tentang anatomi semakin maju, hal tersebut semakin menambah gairah dari pemakaian masase. Pada tahun 1975, seorang dokter berkebangsaan Perancis yaitu Ambroise Para menjelaskan tentang teknik serta efeknya masase friction yang lembut, sedang dan kaku dan menganjurkan untuk salah sendi (dislokasi). Pada tahun-tahun berikutnya masase semakin mengalami perkembangan, apalagi setelah Pehr Hendrik Ling (1976-1839) yang berkebangsaan Swedia menciptakan Gymnastic Sistem Swedia yang sekarang lebih dikenal dengan Masase Sistem Swedia. Ling menyusun Gymnasticnya dalam empat bentuk yaitu : educational gymnastic, military gymnastic, medical gymnastic, dan aesthetic gymnastic. Tahun 1913 Ling mendirikan “Central Instituteof Gymnastic” di Stocholm, ia mengajar sampai saat meninggalnya pada tahun 1839. Ling dan para pengikutnya telah banyak berjasa dalam memajukan masase tidak hanya di Swedia tetapi juga di beberapa Negara Eropa. Menjelang akhir abad XIX masase telah benar-benar mempunyai kedudukan yang baik di dalam dunia pengobatan. Dr. Mezger dari Amsterdam adalah dokter terkenal yang 7



menyebarluaskan masase bahkan ia sendiri bertindak sebagai masseur. Sejak saat itu masase menjadi suatu cara perawatan yang terkenal di Eropa dan Amerika. Pada tahun 1894 kaum wanita di Inggris membentuk perhimpunan Masseuse yaitu “The Sociaty of Trained Masseuse” dengan tujuan meningkatkan standar masase dan memperbaiki status wanita yang memilih masase sebagai profesinya. Perhimpunan tersebut kemudian bergabung dengan “The Institut of Massage And Remedial Exercice” yang akhirnya membuat peraturan untuk menyelenggarakan pendidikan dan ujian. Pada waktu itu di kota Manchester anggotanya telah mencapai 5.000 orang. Masase dan Medical Gimnastycnya terus berkembang dan dipergunakan secara luas sebagai Physical Treatment untuk melengkapi perawatan dengan pengobatan dan pembedahan. Perkembangan Masase di Indonesia Di Indonesia, masase telah dikenal dengan sebutan bahasa daerah : pijat, urut atau lulut dan telah lama dikenal sejak jaman kuno oleh nenek moyang kita dengan sebutan “dukun pijat” atau “dukun urut”. Dukun pijat sebagai orang yang mempraktekkan pijat sering ditafsirkan bermacam-macam, antara lain : 1. Dukun pijat adalah orang yang menyegarkan tubuh (raga) dari rasa lelah atau penat. 2. Dukun pijat adalah orang yang menangani patah tulang, terkilir atau salah urat, kemudian lebih dikenal dengan dukun sangkal putung. 3. Dukun pijat dapat pula sebagai masseur atau ahli masase, yang umumnya menangani olahragawan. 4. Dukun pijat diartikan pula sebagai dukun alusan atau pijat alus karena pemijatnya terdiri dari wanita yang umumnya berparas cantik. Dalam melakukan pemijatan seorang dukun pijat memperoleh keahliannya karena bakat, keturunan dan pengalaman prateknya. Semakin tua, si dukun dianggap ahli oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggapan bahwa dengan berpantang dan berpuasa kemampuan seorang dukun pijat akan semakin bertambah. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik-teknik pijat sebagai salah satu upaya penyembuhan alternatif juga mengalami kemajuan.



8



Di Indonesia, kiranya pijat atau lulut yang sekarang dikenal dengan nama “masase” sudah bukan hal yang asing lagi, karena di setiap daerah sampai ke pelosok-pelosok pun dapat dengan mudah ditemukan, seorang pemijat laki-laki atau wanita. Mereka melakukan pekerjaan memijat biasanya sebagai pekerjaan sambilan, tetapi ada pula yang merupakan pekerjaan utamanya (profesi). Pada umumnya hasil pemijatan memberikan rasa nyaman dan memuaskan pasiennya, tetapi ada pula setelah dipijat justru meninggalkan rasa sakit yang disebabkan karena tekanan-tekanan yang diberikan terlalu kuat atau keras. Hal tersebut dapat terjadi karena minimnya pengalaman atau pengetahuan tentang teknik masase yang benar. Menyadari akan kurangnya pengetahuan tentang masase, di Solo pada tahun 1960, pernah diajarkan sistem dan teknik masase Swedia (swedish massage) sebagai suatu pedoman cara memijat yang benar. Masase sistem swedia merupakan salah satu dari sistem masase yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Mengenai baik atau tidaknya suatu sistem masase ditentukan oleh berhasilnya pelaksanaan masase tersebut. Jadi setelah menguasai teori maka tahap berikutnya ialah mempraktekkannya dengan mengarahkan seluruh manipulasi ke arah jantung. Sejauh teori dapat mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa teori dari sistem tersebut adalah baik dan benar. Misalkan seorang yang menderita kelelahan atau cedera ringan karena mengikuti suatu perlombaan atau pertandingan, apabila orang tersebut dimasase dengan cara yang benar maka seharusnya rasa sakit yang di derita akan semakin berkurang atau hilang sama sekali. Masase atau pijat merupakan keterampilan yang melibatkan unsur-unsur pengetahuan, naluri dan seni merawat tubuh yang diperoleh dari seringnya melakukan praktek masase atau dalam istilah masase telah memiliki “jam terbang yang tinggi”. Selain itu seorang pemijat harus mempunyai kekuatan, kelincahan dan kerja tangan secara mekanis diarahkan ke jantung untuk menghasilkan rasa enak dan menyegarkan yang menghasilkan pengurangan rasa sakit dari suatu cedera tertentu. Banyaknya kegiatan olahraga khususnya olahraga yang memerlukan gerakan-gerakan yang cepat dan kuat (explosive) seperti : sepak bola, bola basket, bulu tangkis, dan lain-lain dapat menyebabkan terjadinya terkilir atau keseleo yang diikuti dengan pembengkakan. Maka dalam sebuah Tim Olahraga, hal itu merupakan tugas dan tanggung jawab masseur/masseuse untuk memberikan perawatan dengan teknik dan metode yang benar. Sedangkan, jika terjadi patah tulang (fracture) sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab dokter yang ahli di bidangnya (ortopedi). 9



2.3 Cara Kerja Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superfisial atau pada otot/ tulang. Tindakan masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya sirkulasi. Tujuan 1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang dimasase. 2. Meningkatkan relaksasi. Alat dan Bahan 1. Minyak untuk masase 2. Handuk Prosedur Kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Cuci tangan. 3. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menit. 4. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan tekanan halus.







Teknik masase dengan gerakan tangan selang - seling (tekanan pendek, cepat, dan bergantian tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan. Dilakukan bila nyeri terjadi di pinggang.



10







Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan bila nyeri terjadi pada daerah sekitar bahu.







Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah punggung dan pinggang secara menyeluruh.



11







Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri terjadi di daerah punggung dan pinggang.



12







Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal.







Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan pada akhir masase daerah pinggang.



5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan. 6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan. 2.4 Implikasi Keperawatan (cocok mengatasi penyakit apa) a) Ancietas / Kegelisahan b) Arthritis / Peradangan



13



c) Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain ) d) Rasa nyeri yang kronis e) Konstipasi / sulit buang air besar f) Depresi g) Sakit Kepala h) Tekanan Darah Tinggi i) Insomnia



2.5Penelitian Manfaat Dan Keuntungan Massage Berdasarkan Penelitian Modern



Fitto Traditional Massage Massage atau therapy pijat bisa di katakana sebagai salah satu tradisi penyembuhan yg tertua. Pada banyak kebudayaan diantaranya Yunani Kuno, Mesir, China dan India, meyakini bahwa theerdasarrapy massage selalu digunakannya untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.Kulit adalah organ tubuh terbesar dari manusia dan dipenuhi dengan ujung-ujung syaraf. Dimana selain kulit, therapy pijat / Massage juga bekerja dengan 14



melembutkan otot dan menghasilkan relaksasi khususnya efektif dalam mengatasi keluhan gangguan sirkulasi, misalnya, sakit kepala yang amat sangat biasanya terjadi berlarut-larut, oleh karena rasa sakit tersebut maka membuat penderita merasakan kaku pada otot yang terserang. Hal ini akhirnya akan menimbulkan lebih banyak lagi rasa sakit pada organ lainnya.Tepat apabila pijatan dilakukan pada leher dan bahu secara perlahan dapat melepaskan tekanan pada otot dan mengurangi rasa sakit. Penelitian modern menunjukkn bahwa massage dapat digunakan utk mengatasi berbagai macam gangguan, diantaranya : 



Ancietas / Kegelisahan







Arthritis / Peradangan







Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain )







Rasa nyeri yang kronis







Konstipasi / sulit buang air besar







Depresi







Sakit Kepala







Tekanan Darah Tinggi







Insomnia



Relaksasi menyeluruh Salah satu manfaat yang langsung terasa dengan therapy massage adalah merasakan relaksasi yang menyeluruh dan ketenangan. Hal ini terjadi karena massage adalah sebagai pemicu terlepasnya Endorfin, Zat Kimia Otak ( Neuro Transmitter ) yang menghasilkan perasaan nyaman. Tingkat Hormon Stress, seperti : Adrenalin, Kortisol, Norephinefrine tentunya juga akan berkurang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat hormon stress yang tinggi dapat menurunkan system immun pada tubuh. Beberapa Keuntungan fisik dari terapi pijat diantaranya : 



Mengurangi Tekanan pada Otot 15







Memperbaiki Sirkulasi Darah







Merangsang System Lymfatik







Mengurangi Hormon Stress







Meningkatkan Mobilitas Persendian & Kelenturan







Menyegarkan permukaan kulit agar terlihat cerah.







Mempercepat penyembuhan cederanya pada jaringan lunak.







Menambah kewaspadaan mental







Mengurangi kegelisahaan dan depresi.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Masase berasal dari bahasa Arab “mash” yang artinya “menekan dengan lembut” atau dari kata Yunani “massien” yang berarti “memijat atau melulut”. Di Indonesia, masase telah dikenal dengan sebutan bahasa daerah : pijat, urut atau lulut dan telah lama dikenal sejak jaman kuno oleh nenek moyang kita dengan sebutan “dukun pijat” atau “dukun urut”. Massase cocok mengatasi penyakit : a) Ancietas / Kegelisahan b) Arthritis / Peradangan c) Nyeri punggung ( Upper and Low Back Pain ) d) Rasa nyeri yang kronis



16



e) Konstipasi / sulit buang air besar f) Depresi g) Sakit Kepala h) Tekanan Darah Tinggi i) Insomnia



DAFTAR PUSTAKA  Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.  Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-publichealth/2239760-pengertian-pijat-atau-massage/#ixzz2fiflIzBa



17