Makalah Tetanus Neonatus Dan Askeb Varney [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BAYI DENGAN TETANUS NEONATORUM Dosen Pengampu: Maslikhah, S.SiT



Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Bahasan Diskusi Mata Kuliah ASKEB Neonatus, Bayi, dan Balita Tahun Ajaran 2011 / 2012



Disusun oleh : 1. Febriana Fitriati 2. Ismaniar Nova E 3. Zakkiyah Farohah AKADEMI KEBIDANAN HARAPAN IBU PEKALONGAN 2011 / 2012



1



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Bayi Dengan Tetnus Neonatorum”sebagai tugas dari mata kuliah “ASKEB Neonatus, Bayi Dan Balita”. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dalam segi penulisan, penyajian maupun tekniknya karena keterbatasan dari penyusunan maupun sumber data.Namun dalam hal ini penyusun juga berusaha semaksimal mungkin untuk mendekati kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa penyusun ucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuanya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dengan ini pula penyusun sampaikan mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.Harapan penyusun, makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan. Selanjutnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun pribadi, teman-teman dan pembaca budiman.



Pekalongan, November 2012 Penyusun



DAFTAR ISI



2



Halaman Judul



…………………………………………………………......



1



Kata Pengantar ..............................................................................................



2



Daftar isi



……………………………………………………………..



3



BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………...



5



A. Latar Belakang...................................................................................... B. Tujuan Penulisan....................................................................... C. Rumusan Masalah ……………………………………………………



5 6 6



BAB II TINJAUAN TEORI ……………………………………………….



7



A. Pengertian Tetanus Neonatorum …………………………………..



7



B. Perjalanan Terjadinya Tetanus Neonatorum………………………



7



C. Gejala Tetanus Neonatorum ………………………………………



8



D. Komplikasi Tetanus Neonatorum …………………………………



8



E. Pembagian Tingkat Tetanus Neonatorum …………………………



9



F. Pencegahan ………………………………………………………...



9



G. Penanganan ………………………………………………………...



10



H. Penatalaksanaan Asuhan yang Dapat Dilakukan oleh Bidan ………



10



BAB III TINJAUAN KASUS ……………………………………………...



15



BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………….



22



A. Peningkatan Suhu Tubuh …………………………………………...



22



B. Nafsu Makan Berkurang ……………………………………………



22



C. Infeksi Tali Pusat ……………………………………………………



23



D. Kejang ………………………………………………………………



23



E. Pengobatan ………………………………………………………….



23



BAB V PENUTUP ………………………………………………………….



28



A. Kesimpulan ………………………………………………………….



28



B. Saran ………………………………………………………………...



28



3



DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



4



30



Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan. Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian ini. Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir. Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji yang belum mengikuti penataran dari Depkes. Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata pada dermatol dapat dihinggapi spora Clostridium tetani. Masa inkubasi penyakit ini adalah 5-14 hari. Pada umumnya tetanus neonatorum lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada tetanus pada anak. Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.



B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum



5



Untuk memenuhi tugas ASKEB Neonatus, Bayi dan Balita. 2. Tujuan Khusus Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk mengetahui dan memahami kelainan bawaan dan penatalaksanaannya seperti pada bayi dengan tetanus neonatorum yang terjadi pada bayi baru lahir C. Rumusan Masalah Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk merumuskan masalah diantaranya : 1. Apa yang dimaksud dengan Tetanus Neonatorum 2. Bagaimana perjalanan terjadinya tetanus neonatorum 3. Apa saja gejala tetanus neonatorum 4. Apa saja komplikasi tetanus neonatorum 5. Apa saja pembagian tingkat tetanus neonatorum 6. Bagaimana pencegahan tetanus neonatorum 7. Bagaimana penanganan tetanus neonatorum 8. Bagaimana penatalaksanaan asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan



BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Tetanus Neonatorum 6



Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6hari. Apabila masa inkubasi kurang 7hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka kematian tinggi. (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 388). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya sebelum lepas. Masa inkubasi 3-28hari, tetapi jika 7hari



0-7 hari



2.



Frekuensi kejang



Kadang-kadang



Sering



3.



Bentuk kejang







Mulut mecucu







Mulut mecucu







Trismus kadang-







Trismus terus-



kadang  4.



Posisi badan



5.



Kesadaran



6.



Tanda-tanda infeksi



menerus 



Kejang rangsang (+)



Kejang rangsang (+)



Opistotonus kadang-kadang



Selalu opistotonus



Masih sadar



Masih sadar







Tali pusat kotor







Tali pusat kotor







Lubang telinga







Lubang telinga



bersih/kotor



bersih/kotor



(buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 390) F. Pencegahan 1



Pemberian toksoid tetanus kepada ibu hamil 3x berturut-turut pada trimester ke-3 dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.



2



Pemotongan tali pusat menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat selanjutnya. (buku Perawatan Anak Sakit, hal: 218)



3



Lakukan imunisasi, yaitu: a. Imunisasi Aktif Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan bersama vaksin pertusis dan difteri (DPT). Kadar proteksi antibodi bertahan selama 5-10 tahun sesudah suntikan ’booster’. Tetanus toksoid (TT) selanjutnya diberikan setiap 10 tahun, kecuali bila mengalami luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya atau bila belum pernah vaksinasi. Pada luka yang sangat parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi terakhir sudah lebih dari satu tahun. Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada semua wanita usia subur atau wanita hamil trimester III, selain memberiakan penyuluhan dan bimbingan pada dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat bayi dengan cara yang semestinya. Dapat terjadi pembengkakan dan rasa sakit pada tempat suntikan sesudah pemberian vaksin TT. b. Imunisasi Pasif Diberikan serum antitetanus (ATS profilaksis) pada penderita luka yang beresiko terjadi infeksi tetanus, bersama-sama dengan TT. 9



( Maryunani Anik. ILMU KESEHATAN ANAK Dalam Kebidanan. Hal. 236) G. Penanganan 1



Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang



2



Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkann jalan nafas. Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain mencegah lidah tergigit



3



Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau telinga



4



Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum ( ATS) dan antibiotika



5



Perawatan yang adekuat: kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit



6



Penderita/bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit sinar, mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang. (buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 390)



H. Penatalaksanaan Asuhan yang Dapat Dilakukan oleh Bidan 1



Secara Medik Penatalaksaan pada pelayanan medic di tempat pelayanan kesehatan berbeda, yaitu: a. Puskesmas 1)



Besihkan jalan nafas



2)



Masukkan sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah



3)



Beri oksigen



4)



Atasi kejang dengan: a) Diazepam 0,5mg/kg/i.m atau supositoria b) Apabila masih kejang, ulangi tiap 30menit c) Ditambah Luminal 30mg i.m sampai kejang berhenti



5)



Infus glukosa 10% sebanyak 80ml/kg/hari



6)



Antibiotik 1x (penisilin prokain 50.000 U/kg/hari i.m



7)



Bersihkan tali pusat



8)



Rujuk ke rumah sakit



(buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal: 390) b. Rumah Sakit 1)



Berikan cairan intra vena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis dalam perbandingan 4:1 selama 48-72jam selanjutnya IVFD hanya untuk memasukkan obat. Jika pasien telah dirawat >24jam atau 10



pasien sering kejang atau apneu, berikan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5% dalam perbandinngan 1:4 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu). Bila setelah 72jam bayi belum mungkin diberikan minum peroral/sonde, maka melalui cairan infus perlu diberikan tambahan protein dan kalium. 2)



Diazepam dosis awal 2,5mg intravena perlahan-lahan selama 2-3menit, kemudian diberikan dosis rumat 8-10mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan kedalam cairan infus dan diganti setiap 6jam). Bila kejang masih sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5mg secara intravena perlahan-lahan dan dalam 24jam berikutnya boleh diberikan tambahan diazepam 5mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhan menjadi 15mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan per oral dan diturunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diazepam diberikan peroral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan secara intravena.



3)



ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2hari berturut-turut dengan IM. Per infus diberikan 20.000 U sekaligus.



4)



Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4dosis, intravena selama selama 10hari. Bila pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien sepsis lainnya. Bila pungsi lumbal tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis bakterialis.



5)



Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/ Betadine 10%



6)



Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Bila banyak lendir Jalan nafas harus dibersihkan dan bila perlu diberikan oksigen. (buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak, hal:573)



2



Secara Keperawatan Bayi tetanus neonatorum adalah pasein yang gawat, mudah terrangsang/kejang dan apabila kejang selalu disertai sianosis. Spasme pada otot pernapasan sering mentebabkan pasien apnea. Spasme otot telan akan menyebebkan liur sering terkumpul didalam mulut dan dapat menyebabkan aspirasi. Oleh karena itu, pasien 11



perlu dirawat dikamar yang tenang tetapi harus terang (untuk memudahkan pengawasan pada bayi dan bila terjadi apneu agar segera dapat dilakukan tindakan. Dahulu kamar tetanus selali gelap). Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernapasan, kebutuhan nutrisi/cairan, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. a. Bahaya terjadinya gangguan pernapasan Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah apneu, yang disebabkan adanya tetanospasmin yang menyerang otot-otot pernapasan sehungga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya pneumonia aspires. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernapasan). Pasein tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis dan frekuensi kejang biasanya sering sehingga pasien akan terlihat sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan, yaitu: 1)



Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya.



2)



Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (12L/menit jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4L/menit. Jika kejang telah berhenti, turunkann lagi).



3)



Pada saat kejang, pasangkan sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh kebelakang dan juga memudahkan penghisapan lendirnya. Bila ada, lebih baik dipasang guedel, selama masih banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus.



4)



Serinng isap lendir,, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan napas buatan pada saat apneu dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi.



5)



Observasi tanda vital secara kontinu setiap 30menit dan catat secara cermat. Pasien tetanus neonatorum karena mendapatkan antikonvulsan terus kemugkinan sewaktu-waktu dapat terjadi apnea. 12



6)



Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat tidur/ kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi kedinginan juga dapa menyebabkan apnea.



7)



Jika bayi mengalami apnea lakukan resusitasi (buku asuhan neonatus, bayi dan anak balita, hal:300)



b. Kebutuhan nutrisi/cairan Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaannya payah, untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5% dengan perbandingan 4:1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diubah memakai dot secara bertahap. (buku Perawatan Anak Sakit, hal: 218) c. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyalit Kepada orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus perlu diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat/gawat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, keberhasilan pengobatan tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan. Hal ini mengingat bahwa untuk tetanus neonatorum memerlukan alat-alat/obat yang biasanya di rumah sakit tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodrip). Selain itu yang perlu dijelakan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus diPuskesmas atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada bidan atau peraji yang telah ikut penatara Depkes. Untuk mencdegah tetanus neonatorum ini suntikan diberikan 3x berturut-turut. Kepada pasien iu hamil perlu pula dijelaskan bahwa tidak aka nada manfaatnya jika suntikan tidak lengkap 3x. . (buku Perawatan Anak Sakit, hal: 218)



13



BAB III TINJAUAN KASUS



ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI R, UMUR 9 HARI PADA BAYI NY.S DENGAN TETANUS NEONATORUM DI BPS NY.P, PEKALONGAN 14



TAHUN 2012



Pengkajian Tanggal : 05 November 2012 Jam : 14.00 WIB Tempat : BPS Ny.P SUBJEKTIF 1 a.



Biodata



Bayi



Nama



: Bayi R



Jenis kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 27-10-2012 Umur



: Segera setelah lahir



Anak ke



: Satu



b.



Orang Tua



Nama



: Ny.S



Nama suami



: Tn. D



Umur



: 22 tahun



Umur



: 29 tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku bangsa : Jawa/indonesia



Suku bangsa



: Jawa/Indonesia



Pendidkan



: SMP



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: karyawan pabrik



Penghasilan



: Tidak ada



Penghasilan



: Rp.1000.000



Alamat



: Jln.kenangan, PKL



Alamat



Tgl masuk



: 5 November 2012



No.RM



: -15



:Jln.Kenangan,PKL



2



Alasan Datang Ibu mengatakan akan memeriksakan bayinya



3



Keluhan utama Ibu mengatakan bayinya panas dan tidak mau nenyusu



4



Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Keluarga: 1)



Penyakit kelainan darah



: ibu mengatakan



tidak ada penyakit kelainan darah di keluarganya 2)



Kelainan congenital :



ibu



mengatakan



di



keluarga tidak ada yang menderita kelainan congenital 3)



Penyakit infeksi



:



keluarganya



ada



tidak



ibu



mengatakan yang



di



mempunyai



penyakit infeksi seperti: TBC, PMS 4)



Penyakit keturunan



:



ibu



mengatakan



di



keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti: DM, Hipertensi,dll 5)



Penyakit organic



:



ibu



mengatakan



di



keluarganya tidak ada yang menderita penyakit organic, seperti: penyakit Jantung, ginjal, dll 6)



Riwayat gemeli



:



ibu



mengatakan



di



keluarganya maupun di keluarga suaminya tidak ada riwayat kembar



b. Riwayat kehamilan sekarang 1)



GI P0 A0



2)



Usia kehamilan



3)



ANC



: 39 minggu : TM I : 2x di bidan TM II: 2x di bidan TM III



: 2x di bidan 16



4)



Imunisasi



: TT 1 : 1x di BPS oleh Bidan tanggal 3 maret 2012 TT 2 : 1x di BPS oleh Bidan tanggal 3 april 2012



5)



Riwayat kehamilan TM I : mual muntah dipagi hari Terapi yang diberikan



: Vitamin B12



Nasehat yang diberikan



: makan sedikit-sedikit tapi sering, dan kurangi



makan berat dipagi hari dan cukup makan biscuit, kurangi makan-makanan yang bersantan, berbumbu menyengat, dan berminyak. Perbanyak ssayur dan buah. 6)



Riwayat kehamilan TM II : tidak ada Terapi yang diberikan



: Fe, Kalk



Nasehat yang diberikan



: menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupan



makanan dan menjaga kehamilannya. 7)



Riwayat kehamilann TM III



: sering kencing di malam hari



Terapi yang diberikan



: vitamin B12



Nasehat yang diberikan



: menganjurkan ibu untukk mengurangi minum



di malam hari dann perbanyak minum di siang hari. c. Riwayat persalinan sekarang 1) Lama persalinan



:



Kala I



: 8 jam



Kala II



: 1 jam



Kala III



: 20 menit



Kala IV



: 2 jam setelah persalinan



Keadaan air ketuban : Jernih Waktu pecah ketuban : Saat pembukaan lengkap Jenis persalinan



: Spontan



Lilitan tali pusat



: Tidak ada



Episiotomi



: tidak dilakukan



Obat-obat



: Oxytosin



Ditolong oleh



: Bidan 17



5



Data Psikososial a. Respon ibu terhadap anak



: Ibu khawatir dengan keadaan anaknya



b. Respon keluarga terhadap anak



: Keluarga pun khawatir dengan keadaan



bayinya 6



Pola kebutuhan sehari-hari:



segera lahir



hari ke-9



a. Pola nutrisi Frekuensi



:



12x/hari



3x/hari



Jenis



:



Colostrum



ASI



Gangguan



:



tidak ada



susah menetek



BAB



:



3x/hari



belum BAB dalam 1hari



Warna



:



hitam kehijauan



belum BAB



Konsistensi



:



lembek



belum dikaji



Gangguan



:



tidak ada



belum BAB



BAK



:



12x/hari



3x/hari



Warna



:



kuning jernih



kuning



Gangguan



:



tidak ada



tidak ada



c. Pola istirahat



:



belum dikaji



14jam /hari



b. Pola Eliminasi



d. Pola personal hygiene Mandi



:



6jam setelah lahir



1x/hari



Ganti popok



:



12x/hari atau jika basah



3x/hari atau jika basah



Ganti baju



:



8x/hari atau jika basah



4x/hari/jika basah



OBJEKTIF 18



1. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum



: Kurang baik



Pernapasan



: Sesak nafas



Denyut jantung



: Lemah (89x/menit)



Warna kulit



: Biru pada wajah (sianosis)



b. Tanda-tanda Vital



c.



Suhu



: 390 C



RR



: 65x/menit



Nadi



: 90x/ Menit



Pemeriksaan head to toe Kepala



: Menengadah keatas



UUB



: Cembung



UUK



: Cekung



Moulage



: tidak ada



Caput Saccedenum



: Tidak ada



d. Mata Bentuk mata : simetris Sklera



: tidak ikterik



Pupil mata



: Normal



Keadaan



: Bersih



e. Hidung Pernapasan cuping hidung



: Ada



Keadaan



: Kotor



Lubang hidung



: Kotor



Pernapasan



: Sesak Nafas 19



f. Mulut Palatum



: Normal



Reflek hisap



: Tidak ada



Bibir



: pucat, dan kaku



Gusi



: Normal



g. Telinga Posisi



: Simetris kanan dan kiri



Keadaan



: Bersih tidak ada sumbatan



h. Leher Pembesaran vena/kelenjar



: tidak ada



i. Dada Posisi



: Simetris



Mammae



: Ada



Warna kulit



: Kemerahan



Suara Dada



: belum bersih, terdengar ronchi



Pernapasan



: 65x/menit



j. Perut Tali pusat



: Basah, bernanah dan belum terputus



Warna tali pusat



: Kemerahan



k. Punggung



: Kaku, seperti papan



l. Ekstremitas Jari tangan



: Lengkap tanpa cacat



Posisi dan bentuk



: Simetris kanan dan kiri



Jari kaki



: Lengkap tanpa cacat



Pergerakan



: Kaku 20



Warna kulit



: Kemerahan



m. Genetalia Lengkap, terdapat labia mayor menutupi labia minor, terdapat lubang uretra. 2. Pemeriksaan Reflek a.



Mencari (rooting)



: tidak ada



b.



Menghisap (sucking)



c.



Menelan (swallowing)



: ada (lemah)



d.



Menggenggam (grasping)



: ada (lemah)



e.



Terkejut (morro)



: tidak ada



f.



Reflek Babinsky



: tidak ada



: tidak ada



3. Pemeriksaan Antropometri a.



BB



: 2900 gr



b.



PB



: 50 cm



c.



Lingkar Dada : 32 cm



d.



Lila



: 11 cm



ASSESMENT Tanggal : 5 November 2012, Jam : 14.15WIB Diagnosa kebidanan Bayi R, umur 9 hari, jenis kelamin perempuan, dengan tetanus neonaturum sedang



PLANNING Tanggal : 5 November 2012, Jam : 14.25 WIB 1. Beritahukan kepada ibu mengenai keadaan bayinya. 21



EVALUASI Tanggal/jam: 5 Nov 2012, 1430 WIB: Ibu mengerti tentang keadaan bayinya. 2. Menejaskan pada ibu bahwa bayinya menderita penyakit tetanus neonatorum sedang yaitu penyakit yang terjadi pada bayi kurang dari 1 bulan karena kesalahan perawatan tali pusat. Penyakit tetanus neonatorum ini ditandai dengan demam/panas, mulut mencucu, sering kejang, tidak bisa menyusu, dan tali pusat kotor. EVALUASI Tanggal/jam: 5 Nov 2012, 14.35 WIB: Ibu mengerti apa yang di maksud penyakit tetanus neonatorum. 3. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat yang benar. a. Menjelaskan pada ibu cara perawatan tali pusat seperti : - Mempertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara. Jangan beri ramuan (jamu-jamuan) pada tali pusat - Lipat popok di bawah sisa tali pusat - Jika tali pusat terkena kotoran/ tinja, cuci dengan sabun dan air bersih lalu keringkan b. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik Luka tali pusat dibersihkan dengan kassa bersih dan kering. Kasa diganti setiap hari atau jika basah dan kotor. EVALUASI Tanggal/jam : 5 Nov 2012, 14.38 WIB : Ibu mengerti cara perawatan tali pusat yang benar. 4. Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang agar dapat mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan kejang. EVALUASI Tanggal/jam: 5 Nov 2012, 14.43WIB : Ibu mengerti cara merawat bayi yaitu di tempatkan pada tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang (gelap). 5. Beritahu bahwa bayinya akan dipasang Infus pada tangan kiri secara IV (3tetes/menit) EVALUASI Tanggal/jam : 5 Nov 2012, 14.45 WIB : Ibu mengerti dan menyetujui tentang tindakan yang akan dilakukan (pemasangan infus) 6. Memberikan KIE kepada ibu mengenai pemenuhan nutrisi bayinya agar ibu tetap memberikan ASI minimal 8-12 kali sehari meskipun bayi menolak. EVALUSI Tanggal/jam: 5 Nov 2012, 14.47 WIB: Ibu mengerti tentang cara pemberian ASI. 7. Mempersiapkan untuk merujuk bayi ke rumah sakit serta memberitahukan kepada ibu bahwa dengan keadan bayinya yang seperti itu bayi harus dirujuk ke fasilitas yang lebih lanjut. EVALUASI Tanggal/jam :5 Nov 2012, 14.50 WIB : Ibu mengerti bahwa jika parah akan segera dirujuk.



22



BAB IV PEMBAHASAN Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Bayi R dengan tetanus neonatorum sedang di BPS Ny.P, maka penulis dapat melakukan pembahasan dan menguraikan analisa masalah yang di uraikan dengan melakukan perbandingan yang didasarkan pada teori yang penulis gunakan. Dalam menguraikan dan menganalisa masalah yang ada penulis menggunakan tahap-tahap Asuhan Kebidanan yang dimulai dari Data Subjektif, Data Objektif, Assesment dan Planning. A. Peningkatan Suhu Tubuh Dari hasil pemeriksaan fisik, suhu tubuh meningkat menjadi 39oC. pada kasus ini peningkatan suhu tubuh yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi bakteri. Hal ini dapat dilihat dari pemeriksaan TTV menggunakan thermometer. Disamping itu dari hasil pengkajian terhadap ibu klien bahwa perawatan tali pusat menggunakan ramu23



ramuan yang di tempelkan pada tali pusat bayi yang menyebabkan infeksi , ditandai dengan panas badan, warna tali pusat memerah, basah, bernanah dan belum kering. Untuk menangani peningkatan suhu : 1



Pemberian kompres hangat pada daerah dahi dan ketiak . Pemberian kompres ini di maksudkan agar terjadi perpindahan panas secara kondusif dari pusat pengatur panas di hipotalamus ke kompres hingga panasnya akan turun.



2



Memonitor tanda-tanda vital untuk mengetahui keadaan pasien setelah dilakukan tindakan atau selama dilakukan tindakan sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya.



B. Nafsu Makan Berkurang Masalah ini diperoleh dari data subjektif yaitu pernyataan ibu bahwa bayinya tidak mau menyusu. Karena nafsu makan anak berkurang , maka asupan makanan (ASI) ke dalam tubuh juga berkurang dan bila berlangsung terus menerus akan menyebabkan daya tahan bayi semakin berkurang. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan yang dilakukan yaitu : 1. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI pada bayinya sehingga tetap ada cairan yang masuk ke dalam tubuh. 2. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASInya dengan sedikit demi sedikit.



C. Infeksi Tali Pusat Masalah ini diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik yaitu : warna tali pusat kemerahan, tali pusat basah, bernanah dan belum putus. Untuk mengatasi infeksi talipusat dilakukan : 1. Pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu dan keluarga tentang cara merawat tali pusat yang benar, yaitu : a) Mempertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara. Jangan beri ramuan (jamu-jamuan) pada tali pusat b) Lipat popok di bawah sisa tali pusat Jika tali pusat terkena kotoran/ tinja, cuci dengan sabun dan air bersih lalu keringkan. 2. Melakukan perawatan tali pusat dengan teknik aseptik dan anti septik Luka tali pusat dibersihkan dengan kassa bersih dan kering. Kasa diganti setiap hari atau jika basah dan kotor. D. Kejang 24



Masalah ini menimbulkan bayi sulit dalam menyusu kerena kejang otot rahang dan faring (tenggorokan) sebenarnya kerena trismus (mulut tertutup) otot-otot mulut. Mulut bayi mecucu seperti mulut ikan (ini adalah gejala khas). Mudah sekali kejang terutama apabila terkena rangsangan cahaya, suara, dan sentuhan. Penanganan : Penderita/bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit sinar, mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang. E. Pengobatan Pengobatan secara umum dapat dilakukan dengan: 1. Penanganan Secara Umum: a. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang b. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkann jalan nafas. Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain mencegah lidah tergigit c. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau telinga d. Mengobati penyebab tetanus dengan anti tetanus serum ( ATS) dan antibiotika e. Perawatan yang adekuat: kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit f. Penderita/bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit sinar, mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya yang dapat merangsang kejang. 2. Penatalaksanaan Asuhan Yang Dapat Dilakukan Oleh Bidan a. Secara Medik Penatalaksaan pada pelayanan medic di tempat pelayanan kesehatan berbeda, yaitu: 1)



Puskesmas a) Besihkan jalan nafas b) Masukkan sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah c) Beri oksigen d) Atasi kejang dengan: (1)Diazepam 0,5mg/kg/i.m atau supositoria (2)Apabila masih kejang, ulangi tiap 30menit (3)Ditambah Luminal 30mg i.m sampai kejang berhenti e) Infus glukosa 10% sebanyak 80ml/kg/hari f) Antibiotik 1x (penisilin prokain 50.000 U/kg/hari i.m 25



g) Bersihkan tali pusat h) Rujuk ke rumah sakit 2) Rumah Sakit a) Berikan cairan intra vena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis dalam perbandingan 4:1 selama 48-72jam selanjutnya IVFD hanya untuk memasukkan obat. Jika pasien telah dirawat >24jam atau pasien sering kejang atau apneu, berikan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5% dalam perbandinngan 1:4 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah dahulu). Bila setelah 72jam bayi belum mungkin diberikan minum peroral/sonde, maka melalui cairan infus perlu diberikan tambahan protein dan kalium. b) Diazepam dosis awal 2,5mg intravena perlahan-lahan selama 2-3menit, kemudian diberikan dosis rumat 8-10mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan kedalam cairan infus dan diganti setiap 6jam). Bila kejang masih sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5mg secara intravena perlahan-lahan dan dalam 24jam berikutnya boleh diberikan tambahan diazepam 5mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhan menjadi 15mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan per oral dan diturunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat atau bila makin berat, diazepam diberikan peroral dan setelah bilirubin turun boleh diberikan secara intravena. c) ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2hari berturut-turut dengan IM. Per infus diberikan 20.000 U sekaligus. d) Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4dosis, intravena selama selama 10hari. Bila pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien sepsis lainnya. Bila pungsi lumbal tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien meningitis bakterialis. e) Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/ Betadine 10% f) Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Bila banyak lendir Jalan nafas harus dibersihkan dan bila perlu diberikan oksigen. b. Secara Keperawatan Bayi tetanus neonatorum adalah pasein yang gawat, mudah terrangsang/kejang dan apabila kejang selalu disertai sianosis. Spasme pada otot pernapasan sering 26



mentebabkan pasien apnea. Spasme otot telan akan menyebebkan liur sering terkumpul didalam mulut dan dapat menyebabkan aspirasi. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernapasan, kebutuhan nutrisi/cairan, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. 1) Bahaya terjadinya gangguan pernapasan Gangguan pernapasan yang sering terjadi adalah apneu, yang disebabkan adanya tetanospasmin yang menyerang otot-otot pernapasan sehungga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya pneumonia aspires. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernapasan). Pasein tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis dan frekuensi kejang biasanya sering sehingga pasien akan terlihat sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan, yaitu: (1) Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya. (2) Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1-2L/menit jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4L/menit. Jika kejang telah berhenti, turunkann lagi). (3) Pada saat kejang, pasangkan sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh kebelakang dan juga memudahkan penghisapan lendirnya. Bila ada, lebih baik dipasang guedel, selama masih banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus. (4) Sering isap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan napas buatan pada saat apneu dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi. (5) Observasi tanda vital secara kontinu setiap 30menit dan catat secara cermat. Pasien tetanus neonatorum karena mendapatkan antikonvulsan terus kemugkinan sewaktu-waktu dapat terjadi apnea. (6) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat tidur/ kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi kedinginan juga dapa menyebabkan apnea. (7) Jika bayi mengalami apnea lakukan resusitasi 27



2) Kebutuhan nutrisi/cairan Akibat bayi tidak dapat menetek dan keadaannya payah, untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5% dengan perbandingan 4:1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diubah memakai dot secara bertahap. 3) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyalit Kepada orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus perlu diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat/gawat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, keberhasilan pengobatan tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan. Hal ini mengingat bahwa untuk tetanus neonatorum memerlukan alatalat/obat yang biasanya di rumah sakit tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodrip). Selain itu yang perlu dijelakan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus diPuskesmas atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada bidan atau peraji yang telah ikut penatara Depkes. Untuk mencdegah tetanus neonatorum ini suntikan diberikan 3x berturut-turut. Kepada pasien iu hamil perlu pula dijelaskan bahwa tidak aka nada manfaatnya jika suntikan tidak lengkap 3x.



28



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang dari 1bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6hari. Apabila masa inkubasi kurang 7hari, biasanya penyakit lebih parah dan angka kematian tinggi. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya sebelum lepas. Masa inkubasi 3-28hari, tetapi jika