Askeb Nifas Varney [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS SUKOLILO KABUPATEN BANGKALAN



Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Nifas



Program Studi Pendidikan Profesi Bidan



Disusun Oleh : Nama : Ernawati, S.ST NIM : 19159010060 Kelas : B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN STIKES NGUDIA HUSADA MADURA TAHUN 2019 – 2020



HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS SUKOLILO BANGKALAN Disusun Oleh : Nama : Ernawati, S.ST NIM



: 19159010060



Kelas : B Tanggal Pemberian Asuhan 16 Januari 2020 Disetujui : Kepala Ruangan Tanggal



: 16 Januari 2020



Di



: SUKOLILO



(Marsiya, Amd.Keb) NIP. 197006141991022001



Pembimbing Institusi Tanggal



: 16 Januari 2020



Di



: SUKOLILO



(Dwi Wahyuning Tyas, S.ST.M.PH) NIDN. 0727048401



Pembimbing Klinik Tanggal



: 16 Januari 2020



Di



: SUKOLILO



(Susilawati, S.ST) NIP. 197203231993022002



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di Ruangan KIA Puskesmas Tragah Kabupaten Bangkalan. Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKES Ngudia Husada Madura untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama: 1. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA HUSADA Madura. 2. Hamimatus Zainiyah,S.ST, M.Pd. M.Keb selaku ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan 3. Susilawati, S.ST selaku pembimbing Praktek di PUSKESMAS SUKOLILO. 4. Dwi Wahyuning Tyas, S.ST. M.PH. selaku pembimbing Akademik Profesi Bidan. 5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya. Bangkalan,



BAB I



Januari 2020



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Nifas adalah masa yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Di masa nifas ini sering ditemukan komplikasi berupa infeksi yang dialami oleh ibu seperti endometritis, peritonitis, luka perineum, mastitis, bendungan ASI, kelainan pada puting susu, thromboflebitis yang sering disebabkan oleh Perdarahan, trauma persalinan, partus lama, retensio plasenta, keadaan Umum ibu (anemia dan malnutrition). Untuk itu, asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun pada bayinya, diperkirakan bahwa 60% diakibatkan kehamilan setelah persalinan dan setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2007). Pada masa nifas harus terselenggara pelayanan bagi ibu meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyelidikan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi Ibu. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan maternitas diharapkan para petugas kesehatan dapat mengurangi tingkat infeksi pada masa nifas sehingga dapat mengurangi AKI di Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan maternitas dapat dicapai salah satunya dengan manajemen asuhan kebidan dan dokumentasi yang baik dan benar, maka dari itu dalam laporan ini kami mengambil kasus nifas fisiologis untuk mempelajari manajemen dan dokumentasi asuhan kebidanan pada masa nifas sehingga kami dapat meningkatkan pengetahuan dan pelayanan pada ibu nifas fisiologis. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan dokumentasi kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep dasar teori nifas fisiologis. b. Menjelaskan komsep dasar asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dengan pendekatan Varney c. Melakukan asuhan kebidanan pada nifas fisiologis dan mendokumentasikan dalam SOAP d. Melakukan pembahasan.



C. Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan Diharapkan dapat bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Asuhan Kebidanan Nifas fisiologis. Serta sebagai acuan dalam menilai pemahaman dan keterampilan penulis dalam menyikapi kasus 2. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan dokumentasi kebidanan.



BAB II LANDASAN TEORI 1.



NIFAS a.



Pengertian Nifas atau masa nifas adalah suatu masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6 minggu (Saefuddin AB, 2001) Nifas atau puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal dan berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Dijumpai 2 kejadian penting dalam puerperium yaitu involusio uterus dan proses laktasi. (Manuaba IBG, 1998)



b.



Etiologi Lahirnya hasil konsepsi dan pengembalian kembali alat reproduksi seperti saat sebelum hamil



c.



Fisiologi Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi desidua. Dinding anterior dan posterior menempel dengan tebal masing-masing 4-5 cm. Oleh karena adanya konraksi rahim, pembuluh darah tertekan sehingga terjadi ischemia. Selama 2 hari berikut uterus tetap dalam ukuran yang sama baru 2 minggu kemudian turun kerongga panggul dan tidak dapat diraba lagi diatas symfisis dan memncapai ukuran normal dalam waktu 4 minggu. Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah sel-sel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah 2 hari persalinan desidua yang tertinggal dalam uterus berdeferensiasi menjadi 2 lapisan. Lapisan superficial menjadi nekrotik terkelupas keluar bersama lochea sementara lapisan basalis tetap utuh menjadi sumber pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat kecuali tempat plasenta. Seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. Segera setelah persalinan tempat plasenta kira-kira berukuran sebesar telapak tangan. Pada akhir minggu kedua ukuran diameternya 2-4 cm.



Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil. Serviks dan segmen bawah uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur setelah kala II persalinan. Mulut serviks mengecil perlahan-lahan. Selama beberapa hari setelah persalinan, porsio masih dapat dimasuki 2 jari, sewaktu mulut serviks sempit, serviks kembali menebal dan salurannya akan terbentuk kembali. Miometrium segmen bawah uterus yang sangat tipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri. Beberapa minggu kemudian segmen bawah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak dapat dilihat. Vagina dan pintu keluar vagina akan membentuk lorong yang berdinding lunak yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil. Rugae terlihat kembali pada minggu ketiga, hymen muncul kembali sebagai potongan jaringan yang disebut sebagai carunculae mirtiformis. Pada dinding kandung kencing terjadi edema dan hyperemia, disamping itu kapasitasnya bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. d.



Tanda dan Gejala Nifas ditandai dengan : (Saefuddin AB, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002 hal : 122)



1) Adanya perubahan fisik a)



Uterus (Rahim) Setelah persalinan uterus seberat ± 1 kg, karena infolusio 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, dan pada akhir minggu kedua menjadi 300 gram dan segera sesudah minggu kedua menjadi 100 gram. Jumlah selsel otot tidak berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah persalinan tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos. Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama atau sekurang-kurangnya mendekati ukuran sebelum hamil.



b) Serviks (Leher rahim) Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari. Namun ada juga yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3-4 bulan



c)



Vagina Vagina yang bengkak serta lipatan (rugae) yang hilang akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.



d) Abdomen Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya diikuti olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan hilang, kemudian perlahan-lahan akan berubah warna menjadi keputihan. e)



Payudara Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga bentuknya dibutuhkan perawatan yang baik.



f)



Kulit Setelah melahirkan, pigmentasi akan berkurang, sehingga hiperpigmentasi pada muka, leher, payudara dan lainnya akan menghilang secara perlahanlahan.



2) Involusio uterus dan pengeluaran lochea Dengan involusio uteri, maka lapisan lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersamasama dengan sisa cairan, campuran antara darah yang dinamakan lochea. Biasanya berwarna merah, kemudian semakin lama semakin pucat, dan berakhir dalam waktu 3-6 minggu. a)



Lochea Rubra Sesuai dengan namanya yang muncul pada hari pertama post partum sampai hari keempat. Warnanya merah yang mengandung darah dan robekan/luka pada tempat perlekatan plasenta serta serabut desidua dan chorion.



b) Lochea Serosa Berwarna kecoklatan, mengandung lebih sedikit darah, banyak serum, juga lekosit. Muncul pada hari kelima sampai hari kesembilan. c)



Lochea Alba Warnanya lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan mengandung leukosit, selaput lendir serviks serta jaringan yang mati. Timbulnya setelah hari kesembilan



3) Laktasi atau pengeluaran ASI Selama kehamilan hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiverus didalam payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun produksi ASI akan berlangsung sesudah kelahiran bayi saat kadar hormon estrogen dan progesterone menurun. Pelepasa ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin, rangsangan sentuhan payudara (bayi mengisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel mioepitel Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus kesinus lactiverus. Cairan pertama yang diperoleh bayi sesudah ibunya melahirkan adalah kolostrum, yang mengandung campuran yang lebih kaya akan protein, mineral, dan antibody daripada ASI yang telah mature. ASI yang mature muncul kira-kira pada hari ketiga atau keempat setelah kelahiran. 4) Perubahan system tubuh lain a)



Endokrin Endokrin diproduksi oleh kelanjar hypofise anterior, meningkat dan menekan produksi FSH (Folicle Stimulating Hoemone) sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormone estrogen dan progesteron, kondisi ini akan mengembalikan fungsi ovarium kepada keadaan semula.



b) Hemokonsentrasi Volume darah yang meningkat saat hamil akan kembali normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan hemokonsentrasi, umumnya terjadi pada hari ketiga dan kelima. e.



Aspek Psikologis Post Partum Dibagi dalam beberapa fase yaitu : 1) Fase “Taking In” a)



Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini berlangsung selama 1-2 hari.



b) Ibu memperhatikan bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang bayinya. c)



Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta istirahat/tidur.



2) Fase “Taking Hold” a)



Fase mencari pegangan, berlangsung ±10 hari.



b) Ibu berusaha mandiri dan berinisistif. c)



Perhatian terhadap kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya seperti kelancaran bab, bak, duduk, jalan dan lain sebagainya.



d) Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya. e)



Timbul rasa kurang percaya diri.



3) Fase “Letting Go” a)



Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya.



b) Ibu mandapatkan peran dan tanggung jawab baru c)



Terjadi peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan bayinya.



d) Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga dan bayinya Ada yang membagi aspek psikologis masa nifas adalah sbb : 1) Fase Honeymoon Yaitu fase setelah anak lahir dimana terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah dan anak pada fase ini. a)



Tidak memerlukan hal-hal yang romantis



b) Saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. 2) Bonding and Attachment Menurut Nelson Attachment, bonding adalah dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir. Menurut Nelson Attachment adalah ikatan aktif yang terjadi antara individu. 3) Post Partum Blues Adalah dimana wanita : a)



Kadang-kadang mengalami kekecewaan yang berkaitan dan mudah tersinggung dan terluka



b) Nafsu makan dan pola tidur terganggu, biasanya terjadi di Rumah Sakit karena adanya perubahan hormon dan perlu transisi. c)



Adanya rasa ketidaknyamanan, kelelahan, kehabisan tenaga yang menyebabkan ibu tertekan



d) Dapat diatasi dengan menangis. Bila tidak teratasi dapat menyebabkan depresi. e)



Dapat dicegah dengan memberikan penyuluhan sebelumnya bahwa hal tersebut diatas adalah normal.



f.



Prosedur Diagnostik 1) Anamnesa a)



Riwayat ibu: i.



Tanggal dan tempat persalinan



ii. Penolong persalinan iii. Jenis persalinan iv. Masalah selama persalinan v.



Nyeri



vi. Menyusui atau tidak vii. Keluhan b) Riwayat social ekonomi c)



Riwayat Bayi i.



Menyusu atau tidak



ii. Keadaan tali pusat iii. Bab dan bak iv. Tanda-tanda bahaya lainnya 2) Pemeriksaan kondisi ibu a)



Pemeriksaan umum i.



Tekanan Darah



ii. Nadi iii. Suhu iv. Respirasi v.



Tanda anemia



vi. Oedema dan tanda thromboflebitis vii. Refleks dan varices b) Payudara i.



Puting susu



ii. Nyeri tekan iii. Abses iv. Pengeluaran ASI c)



Abdomen (uterus) i.



Tinggi Fundus Uteri



ii. Kuntraksi uterus iii. Kandung kemih



d) Vulva dan perineum i.



Pengeluaran



ii. Penjahitan laserasi atau luka episiotomi iii. Hemoroid g.



Penatalaksanaan Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu hamil : (Saefuddin AB, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002 hal : N24-N25) 1) Kebersihan diri a)



Anjurkan ibu bagaiman membersihkan daerah kelamin dengan air dan sabun didaerah vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus. Dibersihkan setiap kali setelah selesai buang air kecil dan buang air besar.



b) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari c)



Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah kemaluan.



d) Jika ibu mempunyai luka operasi atau laserasi, tidak diperkenankan untuk menyentuh daerah luka. 2) Istirahat a)



Anjurkan kepada ibu untuk beristirahat dengan cukup guna mencegah kelelahan yang berlebihan. Ibu tidur pada saat bayinya juga tidur.



b) Sarankan ia kembali kekegiatan rumah tangga biasa secara bertahap. 3) Latihan a)



Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul, kembali seperti keadaan sebelum hamil.



b) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan sangat membentu, seperti misalnya latihan kegel. 4) Gizi a)



Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari



b) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup c)



Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali setelah selesai menyusui)



d) Pil besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan e)



Minum kapsul vitamin A (200.000 IU)



f)



Makanan yang harus dikonsumsi ibu nifas : Bahan Makanan Beras



Berat (Gram) 500



Ukuran Rumah Tangga 2½ gelas



Daging



75



3 potong



Tempe



125



5 potong



Sayuran



300



3 mangkok



Buah



200



1 potong



Susu



200



1 gelas



Gula Pasir



30



3 sendok makan



Minyak



40



4 sendok makan



Kecukupan gizi ubu nifas sesuai Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi : ~



Kalori



: 2800 kal



~



Protein



: 56 gram



~



Kalsium



: 900 mg



~



Fosfor



: 750 mg



~



Besi (Fe)



: 28 µg



~



Iodium



: 200 mg



~



Seng



: 35 mg



~



Vitamin A



: 850 RE



~



Vitamin C



: 55 mg



~



Vitamin B12 : 1,3 mg



~



Asam Folat



: 200 µg



~



Riboflavin



: 1,4 mg



~



Niasin



: 12,4 mg



~



Thiamin



: 1,2 mg



5) Perawatan payudara a)



Menjaga payudara tetap bersih



b) Menggunakan bra yang menyokong payudara c)



Rawat payudara bila bengkak atau lecet



6) Hubungan intim (suami istri) Begitu darah merah sudah tidak lagi keluar, dan ibu tidak merasa ada ketidaknyamanan, maka hubungan intim sudah dapat dimulai atau sesuai dengan kepercayaan yang dianut ibu. h.



Prognosa dan Komplikasi 1) Prognosis Masa nifas normal, jika involusio uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran ASI dan perubahan system tubuh, termasuk keadaan psikologis ibu normal. (Saefuddin AB, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002 hal : 122) 2) Komplikasi Komplikasi pada masa nifas yang biasa terjadi adalah : (Hanifa Winkjosastro, 2002) a) Infeksi nifas b) Kelainan atau gangguan pada mammae i. Mastitis ii.



Bendungan ASI



iii. Kelainan puting susu c)



Subinvolusio



d) Perdarahan nifas skunder e) 2.



Tromboflebitis



Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Nifas Fisiologis (Manajemen Asuhan Kebidanan). I. Pengkajian (Data Subjektif, Data Objektif) Dalam langkah pertama ini bidan harus mencari dan menggali data dari pasien, baik berasal dari pasien itu sendiri, keluarga, atau data kesehatan lainnya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleg bidan itu sendiri (Varney, 2004) No register



:



Tanggal Pengkajian



:



Tempat Pengkajian



:



Oleh



:



Tempat, tanggal, dan oleh siapa pengkajian itu dilakukan agar petugas kesehatan selanjutnya mengetahui perlakuan apa sajakah yang telah diberikan kepada klien, sehingga menghindari adanya ‘double action’, hal ini penting untuk data yang berkelanjutan/catatan perkembangan. A. Subjektif 1. Identitas Klien Bertujuan untuk mengidentifikasi/mengenal penderita dan menentukan status sosil ekonominya yang harus kita ketahui yang bermanfaat saat kita menentukan anjuran atau pengobatan apa yang akan diberikan (Hanni Umi dkk, 2010). Biodata mencakup indentitas pasien, antara lain nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat (Ambarwati, 2010) Biodata Nama



: Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien.Nama perlu ditanyakan kepada klien dan kepada suami klien



Umur



: Semakin tua usia ibu lebih dari 35 tahun terlalu muda (> 20 thn ) mempunyai resiko pendarahan lebih besar karena organ reproduksi belum atau tidak mencapai titik maksimal dan menjalankan fungsi reproduksinya.



Agama



: Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Agama merupakan aspek yang mendukung dalam kesehatan klien. (Momon Sudarma, 2008)



Pendidikan



:



Data



status



pendidikan



diperlukan



mengetahui



tingkat



intelektualitas kilen, pendidikan merupakan salah bagian dalam aspek sosial yang harus dikaji.Pendidikan juga merupakan hal yang dapat



mempengaruhi



prilaku



klien.



(Kemenkes



no



369).



Menggambarkan kemampuan seorang ibu dalam menyerap konseling yang di berikan oleh bidan. Pekerjaan : dikaji



untuk



mengetahui



pengaruh



pekerjaan



terhadap



permasalahan kesehatan, serta menunjukkan tingkat ekonomi



keluarga klien, sehingga ikut menentukan intervensi yang di sesuaikan dengan kemampuan klien secara ekonomi. Suku/Bangsa : untuk mengetahui ras, sehingga mengetahui resiko penyakit yang mungkin menyangkut dengan ras, kebiasaan suatu bangsa juga yang dapat menunjang diagnostik Alamat



: dikaji untuk mengetahui tempat tinggal klien, sehingga mudah untuk melakukan kunjungan dan pemantauan.



2. Keluhan Utama Merupakan alasan utama klien datang ke tempat bidan. Anamnesa keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan diagnosa kebidanan. (Harry Oxorn & William R. Forte, Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan). Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati, 2009). Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah. Putting susu lecet ini sering terjadi saat mingguminggu pertama setelah bayi lahir (Maryunani, 2009) 



Afterpain adalah rasa sakit atau mules-mules yang disebabkan oleh kontraksi rahim, berlangsung 2-4 jam. Tetapi, belum dirasakan oleh ibu saat ini.







Nyeri akibat luka episiotomi, kebanyakan ibu merasakannya.







Kerigat berlebih







Pembesaran payudara







Konstipasi akibat kekurangan intake cairan.







Kurang mobilisasi ataupun makanan yang berserat.







Retensi urine karena takut sakit saat berkemih. (Maryunani, 2009)



3.Riwayat Kehamilan Sekarang Dikaji untuk mengetahui ANC teratur atau tidak, sejak lahir berapa minggu, tempat ANC, dan untuk mengetahui riwayat kehamilannya, sudah mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid), kapan dan berapa kali (Prawiroharjo, 2005), gerakan janin( pertamna gerakan janin di rasakan dan bagaimana keadaannya sekarang aktif / berkurang/ tidak bergerak) , obat yang di konsumsi dan kekhawatiran khusus. HPHT :Periode menstruasi terakhir, digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus. Normalnya



pada persalinan fisiologis usia kehamilan memasuki usia kehamilan aterm (36-40 minggu) (Varney, 2007).



4. Riwayat obstetri yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah abortus, jumlah anak, cara persalinan lalu, siapa penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati, 2010). Kehamilan



: Untuk mengetahui pasien tidak mengalami gangguan seperti pendarahan yang hebat pada kehamilan lalu



Persalinan



: untuk mengetahui persalinan yang lalu berjalan spontan, atau sectio, aterm atau prematur, siapa yang menolong persalinan. Tidak ada penyulit kehamilan dan persalinan



Nifas



: tidak adanya panas atau pendarahan pada masa nifas sebelumnya serta kondisi saat laktasi



Anak



: anamnessis kehamilan dan persalinan anak yang sebelumnya pernah dilakukan. Jenis kelamin anak, hidup atau tidak, umur, sebab meninggal (jika ada yang meninggal), serta berat bayi waktu lahir.



5 .5. Riwayat kontrasepsi Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa Ambarwati, 2009) 6 .6. Riwayat Persalinan Ini Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, 2009) 7. Riwayat kesehatan sekarang TBC, Jantung, Ginjal, DM, HT, Hepatitis, Kelainan Darah, Gemelli (berhubungan dengan masalah atau alasan datang). Klien dengan riwayat penyakit jantung akan memiliki resiko dekompensasi kordis dan infeksi nifas dan infeksi nifas akibat perfusi jaringan. Klien dengan TBC memiliki resiko anemia karena pembentukan Hb tidak sempurna dan mudah terjadi pendarahan post partum disamping memiliki resiko penularan ke bayinya . Klien dengan riwayat diabetes mellitus resiko infeksi yang besar akibat disfungsi sirkulasi bahkan bisa timbul infeksi.karena peninggian kadar gula akan membuat proses penyembuhan menjadi lama. Selain itu proses laktasi juga membutuhkan



glukosa lebih bnyak dari wanita dewasa sehingga resiko hipoglikemia lebih besar . Ibu dengan kelainan



pembekuan darah ( haemofilli ) akan memiliki resiko terjadinya perdarahan post partum. 8. Riwayat kesehatan keluarga Bila dalam keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, ISPA maka ibu dan bayi mempunyi resiko tertular . Penyakit DM yang di derita keluarga akan bisa menurun pada klien. 9. Pola Fungsional Kesehatan 



Pola nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut. a)



Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari



b)



Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,



dan vitamin yang cukup. c)



Minum sedikitnya 3 liter setiap hari



d)



Pil zat besi harus diminum untuk menambah zatt gizi, setidaknya



selama 40 hari pascapersalinan. e)



Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan



vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009) 



Pola eliminasi a) Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2009) b) Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal ( Saleha, 2009).



c) Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pecernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. (Ambarwati, 2009). 



Pola Aktifitas Segera setelah persalinan keaadan umum baik klien dapat melakukan ambulasi dini, aktifitas santai yang berguna bagi semua sistem tubuh terutama fungsi usus, kandung kemih . Sirkulasi darah dan paru disamping membantu mencegah trombosit pada pembuluh darah tungkai dan mengubah perasaan sakit menjadi sehat .







Pola Tidur-Istirahat Istirahat yang cukup untuk ibu masa nifas yaitu pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :







1)



Mengurangi jumlah ASI



2)



Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan



3)



Depresi (Suherni etc.all, 2009)



Personal Higiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009)







Pola Kesehatan Fungsional Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat konsumsi alkohol, jamu-jamu tradisional atau pernah memiliki riwayat menjalani pijat di luar tindakan medis. 10. Keadaan psikososial, budaya Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2009)



B. OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum a. Kesesuaian penampakan usia b. Status gizi umum (malnutrisi atau obesitas)



c.



Tingkat emosi, , adanya orientasi waktu, tempat, orang, ingatan, proses logika, perilaku umum (bersahabat, kooperatif, menolak)



d. Temuan kegagalan sistem, seperti sianosis, distres pernafasan, batuk persisten, abnormalitas suara dan bicara, wajah asimetris, abnormalitas tulang e. Postur tubuh, gaya berjalan, dan gerkan tubuh f.



Cara berjalan : apakah klien berjalan normal atau sempoyongan Kesadaran : 1. COMPOS MENTIS : merespon dengan baik 2. APATIS : perhatian berkurang 3. SOMNOLENS : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara. 4. SOPOR : dengan rangsangan kuat masih memberi respons gerakan. 5. SOPOR-COMATOUS : hanya tinggal reflex cornea (sentuhan ujung kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata). 6. COMA : tidak memberi repson sama sekali. TTV: Tensi Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. (Nanny, 2011) Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien (Saleha, 2009) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menii setelah partus, dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009) Respirasi (dapat diobservasi dari frekuensi permenit, kedalaman, keteraturan, dan tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi nafas



dan bau nafas (Johnson Dan Taylor, 2005) frekuensi pernafasan dalam keadaan istirahat pada yaitu 12-20 kali/menit (Mandriawati, 2008))



BB



ketika



hamil



: untuk mengetahui kenaikan berat badan ibu, kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal 0,4-0,5 kg (Mandriwati, 2008)



BB sekarang



: untuk mengetahui perubahan berat badan post partus



2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan adalah periksaan yang fokus tergantung keluhan dan kebutuhan klien. untuk menilai apakah simetris atau tidak, pucat atau tidak, odem atau tidak (Alimul, 2008) adakah pucat pada kelopak bawah mata, adakah ikterus pada sklera. Untuk menilai visus atau ketajaman penglihatan, untuk ibu anemia konjungtivanya pucat (Alimul,2008) untuk menilai ada tidaknya trismus, halitosis, dan labioskisis (Alimul, 2008) Leher



: adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembersaran



pembuluh limfe Dada dan payudara



:



Apakah payudara kanan dan kiri simetris, puting payudara menonjol atau tidak, adakah kolostrum atau cairan lain yang keluar dari dalam puting susu. Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala, periksa, payudara untuk mengetahui adanya retraksi, atau dimpling (Hanni, 2010). Pada saat klien berbaring, lakukan palpasi secara sistemis dari arah payudara dan aksila, kemungkinan terdapat: massa atau pembesaran pembuluh limfe. Abdomen : ukur TFU ibu. Involusi uterus Bayi lahir



: setinggi pusat



Uri lahir



: 2 jari dibawah pusat



Satu minggu



: pertengahan pusat-simfisis



Dua minggu



: tak teraba diatas simfisis



Enam minggu



: bertambah kecil



Delapan minggu



: sebesar normal



(Saleha, 2009 Genitalia



:



Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu (Jannah, 2011). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lochia mempunyai bau amismeskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap wanita (Saleha, 2009). Lokia sanguilenta berwarna merah kunig bersih darah dan lender yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan (Saleha, 2009). Setelah persalinan perineum menjadi kendur karena teregang oleh tekanan kepala yang bergerak maju, pulihnya otot perineum terjadi sekitar 5-6 minggu post partum. ( Jannah, 2011). Dilihat juga jahitan luka perinium. Ekstermitas : diperiksa apakah ada oedema/bengkak, adakah varises dan kemerahan (Saifudin,2002) 3. Pemeriksaan penunjang Uji Laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin, hemtokrit, sel darah putih (leukosit). Hemoglobin normal ; 12-14 g/dl, hemtokrit normal; 37-43%, leukosit normal 12.000/mm3, dan urin yang normal adalah 1500 cc. (Doenges, 2005) II.



Interpretasi Data (Diagnosis, Masalah) Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interpretasi data yang akurat. Data dasar yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Kata masalah atau diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah didapat diselesaikan layaknya diagnosis, tetapi memerlukan pananganan yang tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah sering kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai diagnosis. (Saminem, 2010). Diagnosa (aktual) diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan, standar nomenklatur diagnosis kebidanan adalah sebagai berikut: a. Diskusi dan telah disahkan oleh profesi b. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan c. Memiliki ciri khas kebidanan



d. Didukung oleh penilaian klinik dalam praktik kebidanan e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan Diagnosa dapat berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas. kemudian ditegakkan dengan data dasar subjektif dan objektif. Dengan masalah aktual yang bersangkutan dengan :







Afterpain







Nyeri akibat luka episiotomi







Kerigat berlebih







Pembesaran payudara







Konstipasi







Retensi urine



III.



Identifikasi diagnosa dan masalah potensial. Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi. (Saminem, 2010). Masalah potensial yang mungkin muncul :



IV.







Endometritis







Perotonitis







Sistitis







Tromboplebitis







Depresi post partum



Identifikasi tindakan segera/kolaborasi/rujukan. Pada tahap ini, bodan mengidentifikasik perlu/tidaknya tindakan segera oleh bidan maupun oleh dokter, dan/ atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien, Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan primer berkala atau kunjungan pranatal saja. (Saminem, 2010).



V.



Perencanaan tindakan. Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan langkahlangkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,



dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau psikologis. (Saminem, 2010). Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenaranya, sesuai kondisi dan situasi



berdasarkan analisa yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan, meliputi : 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu. 2. Berikan KIE tentang : Kebutuhan nutrisi Kebutuhan istirahat Personal hygiene Fisiologi penyembuhan luka Pemberian ASI Ekslusif Perawatan payudara KB 40 hari Post partum 3. Lakukan observasi VI.



Pelaksanaan tindakan Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota kesehatan lainnya.Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahan pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab terhadapa pelkasanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. (Saminem, 2010).



VII.



Evaluasi Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja sebagian dari terncana tersebut telah efektif sedangkan sebagaian lagi belum. Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui prosses manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses menajemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah dalam proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen tersebut berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir bergantung pada klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).



BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”E” DENGAN 2 JAM POST PARTUM DI PUSKESMAS SUKOLILO KABUPATEN BANGKALAN I.



PENGUMPULAN DATA DASAR Hari/ tanggal



: 10 januari 2020



Jam



: 12.30 WIB



Tempat



: Puskesmas Sukolilo



A.



Data Subyektif 1. Biodata



Nama Umur Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat



: Ny.E : 26 Thn : Islam : SMA : IRT : Kesek



Nama Umur



: Tn. F : 30 Thn Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Kesek



2. Keluhan utama : Ibu mengatakan nyeri pada perut dan ASI tidak lancar. 3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: No



Tempat persalinan



1 Ini



PKM



UK



9 bln



Jenis persalinan



Penolong persalinan



Spontan



Bidan



Riwayat penyakit



Hamil -



4. Riwayat kehamilan sekarang:



Hamil Ke HPHT HPL



:2 : 17-04-2019 : 24-01-2020



Imunisasi



: TT 3 kali



ANC



: > 4 kali di Puskesmas



Masalah atau penyakit selama kehamilan : Tidak ada



5. Riwayat persalinan dan nifas sekarang



Penolong persalinan



: Bidan



Tanggal persalinan



: 10 januari 2020



Bersalin -



Nifas -



JK



L



BB (gr)



3000



Umur



5 th



Tempat persalinan



: Ruang bersalin PKM Sukolilo



Cara persalinan



: Spontan



Jam lahir



: 10.30 WIB



APGAR score



: 8-9



Panjang bayi



: 48 cm



BB bayi



: 3300 gram



Jenis kelamin



: perempuan



Lingkar kepala



: 33 cm



Lingkar lengan



: 11 cm



Komplikasi dalam persalinan : tidak ada 6. Riwayat kebutuhan fisik dan psikososial







Riwayat kebutuhan biologis a. Pola eliminasi BAK sebelum melahirkan  Frekuensi



: 5 kali/ hari



 Konsistensi



: cair



 Warna



: kuning



 Kesulitan



:Tidak ada



BAB sebelum melahirkan  Frekuensi



: 1 kali / hari



 Konsistensi



: lembek



 Warna



: kuning



 Kesulitan



: Tidak ada



b. Kebutuhan nutrisi Sebelun melahirkan  Frekuensi:



3x 1 hari



 Komposisi:



nasi, ikan, tahu, tempe, dan sayur



 Porsi:



1 piring



 Pantangan:



tidak ada



 Masalah:



tidak ada



c. Istirahat dan tidur Tidur malam



Tidur siang







Lama :







Kesulitan : tidak ada



± 8 jam



± 1 jam tidak ada



d. Pemberian ASI setelah melahirkan: setiap 2 jam sekali 



Riwayat kebutuhan psikologis a.



Respon keluarga terhadap kelahiran bayinya: keluarga sangat senang dengan kelahiran bayinya



b.



Respon ibu terhadap bayinya : Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan ibu mengatakan mampu untuk merawat bayinya.







Riwayat kebutuhan social a. Status perkawinan



: menikah 1x, sah, lamanya 5 tahun



b. Jumlah anggota keluarga



: 4 orang



c. Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami sekaligus sebagai kepala keluarga d. Riwayat KB



: suntikan



Rencana KB B.



: Belum direncanakan



Data obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum



: baik



Kesadaran



: Composmentis



Emosi



: stabil



Tanda – tanda vital Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Nadi



: 94 x/menit



Suhu



: 36,4 °C



Respirasi



: 20 x/menit



2. Pemeriksaan fisik a.



Kepala dan wajah Kebersihan rambut



: bersih tidak ketombe



Warna rambut



: hitam



Distribusi



: merata



Tanda mal nutrisi



: tidak ada



Keadaan kulit kepala : normal, tidak ada lesi/luka, tidak ada tumor/benjolan.



b.



Edema wajah



: tidak ada



Mata



: konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus Leher



Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis. c.



Payudara dan ketiak Saat pasien mengangkat kedua tangan : tidak ada retraksi atau dimpling Keadaan payudara : simetris, warna normal, tidak kemerahan, lesi(-), edema (-), kulit seperti kulit jeruk (-) Warna areola



: hiperpigmentasi warna hitam



Keadaan puting



: puting keluar , tidak ada lesi/luka dan ada pengeluaran



colostrum Palpasi



: massa (-), benjolan (-), nyeri tekan (-)



Ketiak



: pembesaran kelenjar limfe (-)



d.



Abdomen Kandung kemih



: kosong



Kontraksi



: baik



TFU e.



: 2 jari di bawah pusat Genetalia



Inspeksi : lochea rubra, konsistensi cair,dan tidak berbau amis,± 50 cc f.



Ektremitas atas dan bawah Inspeksi



: tidak ada varises, tidak ada warna kemerahan pada betis, kuku



kaki dan tangan tidak pucat Edema II.



: tidak ada



INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosa



: P20002A000 , dengan 2 jam post partum



Subyektif



:



a. Ibu mengatakan hamil kedua b. Ibu melahirkan tanggal 10 januari 2020, pukul 10.30 WIB secara spontan. Melahirkan anak perempuan dengan PB: 48 cm, BB: 3300 gram, LIKA: 33 cm, LILA: 11 cm apgar score 1 menit pertama 8 dan 1 menit kedua 9 Obyektif -



K/U : ibu baik



-



TTV: TD : 120/80 mmHg, S : 36,4°C, N : 94 x/menit, R: 20x/menit



-



Inspeksi : Mata



: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus



Payudara



: Putting menonjol, colostrum (+) tapi sedikit



Abdomen



: 2 Jari Di Bawah Pusat, CU Baik, Kandung Kemih Kosong,



Lokea Rubra -/+ 50 Cc, kosostensi cair dan tidak berbau amis 1. Masalah



: Cemas karena ASI masih keluar sedikit



2. Kebutuhan -



Memberikan dukungan pada ibu untuk menghilangkan cemasnya



-



Menjelaskan bahwa ASI hari 1-3 disebut colostrum, bening dan keluar sedikit



-



Memberikan HE tentang nutrisi peningkatan ASI dengan cara makan sayur daun katuk, sari kacang hijau



-



Memberikan contoh cara pijat oksitosin pada ibu untuk meningkatkan produuksi ASI



-



Menjelaskan kepada ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI kepada bayinya



III.



MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL Tidak ada



IV.



KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA Tidak ada



V.



RENCANA TINDAKAN 1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan 2. Jelaskan penyebab cemas pada ibu mengenai ASI yang masih keluar sedikit 3. Anjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin memberikan ASI 4. Jelaskan pada ibu untuk minum obat secara teratur 5. Jelaskan tentang gizi ibu nifas 6. Jelaskan tentang tanda bahaya pada ibu nifas



VI.



PELAKSANAAN ASUHAN 1.



Menberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, S : 36,4°C, N : 94 x/menit R: 20x/menit, ibu mengerti



2.



Menjelaskan penyebab cemas yang dirasakan ibu yaitu disebabkan karena bahwa ASI hari 1-3 disebut colostrum, bening dan keluar sedikit, ibu mengerti



3.



Menganjurkan ibu untuk lebih sering menyusui bayinya agar merangsang produksi dan keluarnya ASI, ibu mengerti



4.



Menjelaskan pada ibu untuk teratur minum obat agar mengurangi nyeri, ibu mengerti



5.



Menganjurkan ibu makan yang teratur dan lebih banyak dari biasanya serta memakan makanan yang bergizi seperti nasi, sayur, tahu, tempe, daging, telur, ikan, serta buah-buahan untuk meningkatkan produksi ASI. Ibu dianjurkan untuk minum



setiap



kali



habis



menyusui



dan



sekurang-



kurangnya



3



liter



sehari.menganjurkan ibu juga untuk meminum tablet tambah darahnya 1 x sehari, ibu mengerti 6.



Menjelaskan pada ibu tanda bahaya ibu nifas seperti perdarahan 2 jam post partum, infeksi jalan lahir, pusing, demam sampai kejang, ibu mengerti



VII.



EVALUASI S :Ibu mengatakan senang karena bayinyasudah lahir dan sehat, ibu mengatakan sudah mengerti tentang penjelasan dari petugas kesehatan. O : K/U ibu baik Tanda vital : TD : 120/80 mmHg, S : 36,4°C, N : 94 x/menit R: 20x/menit Mata



:Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus



Abdomen :Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, Kandung kemih kosong Genetalia



:Lochea rubra



A : P20002A000 , dengan 2 jam post partum P : -



Rencana dilanjutkan



-



Kontrol 3 hari lagi dan jika ada keluhan segera kontrol



BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus Ny E ASI ibu keluar sedikit. Hal ini wajar terjadi pada hari pertama post partum, sehingga ibu diberi motivasi untuk terus memberikan ASI ekslusif tanpa PASI pada 6 bulan pertama. Namun pada prakteknya ibu kurang telaten dalam memberikan ASI pada bayinya. Sehingga Ny E diberikan KIE pemberian ASI dan dilakukan pendampingan ketika ibu menyusui bayinya. Ny. E juga di ajarkan cara perawatan payudara untuk memperlancar ASInya. Perawatan payudara adalah tidakan pengurutan atau rangsangan pada otot payudara pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. (Pitriani, 2014) selain itu di ajarkan pada ibu untuk Teknik pijat oksitosin untuk meperlancar produksi ASI Ny E diberikan KIE Personal Hygiene untuk menjaga kebersihan tubuh ibu dan terpenting menjaga kebersihan genetalia untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan diri ibu membanu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan, setelah ibu cukup kuat untuk beraktivitas untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut. (Safrudin, 2009) Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah persalinan. Ibu harus mendapat nutrisi yang lengkap untuk mempercepat pemulihan kesehatan, kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah infeksi. (Bahiyatun, 2009). Untuk itu Ny N diberikan KIE tentang kebuthan nutrisi yang seimbang dan tidak melakukan tarak.



BABV PENUTUP 1.



Kesimpulan Masa nifas merupakan masa yang kritis bagi Ibu maupun bayi sehingga pemberian asuhan kebidanan yang baik dan benar pada ibu nifas sangatlah dibutuhkan. Asuhan Kebidanan diawali dari manajemen asuhan kebidanan yang baik dan benar, sehingga pelayanan yang diberikan efektif dan sesuai kebutuhan ibu khususnya pada kasus nifas fisiologis. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus yang terjadi pada Ny “E”. Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu nifas meliputi perubahan perubahan fisiologis maupun psikologis terjadi pada Ny “E”. Asuhan kebidanan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan Ny “E”.



2.



Saran a. Bagi institusi



Laporan ini dapat menjadi tambahan kepustakaan atau bahan rujukan serta menambah kajian baru tentang Asuhan Kebidanan nifas fisiologis pada khususnya. b. Bagi tempat praktik.



Laporan ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien nifas fisiologis pada khusunya. c. Bagi mahasiswa



Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar atau bahan data untuk menyusun laporan selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Ashuan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta :EGC Handajati, Sutjiati Dwi. 2009. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC



Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan :kehamilan.Yogyakarta: CV Andi OF SET Maryunani. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta : Dian Press Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Yogyakarta : Deepublish. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP Rusda, M. 2004. Anestesi Filtrasi Pada Episiotomi. USU. Medan Saefudin AB.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta:



EGC Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Suherni,dkk. 2009. Perawatan Maternitas. Jakarta. : Agro Media Pustaka Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta. Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakrta :EGC Varney, Helen. 2007. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Widyasih . 2009. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono



40