Askeb Nifas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY R UMUR 27 TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PMB EKA MAYA ISTIANTI,Amd.Keb



Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik Klinik Kebidanan Nifas Program Studi Profesi Bidan



DISUSUN OLEH: SHINTA MARCELIANA 20390035



FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM PROFESI BIDAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2021 HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN STUDI KASUS



ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY R UMUR 27 TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PMB EKA MAYA ISTIANTI,Amd.Keb



Disusun Oleh Nama : Shinta Marceliana NPM : 20390035 Laporan Studi Kasus Asuhan Kebidanan Nifas Telah memenuhi persyaratan dan disetujui Hari, tanggal :



Disetujui



Pembimbing Lapangan Tanggal Di



( Eka Maya Istianti,Amd.Keb)



Pembimbing Institusi Tanggal Di



( Dainty Maternity,.SST.,M.Keb )



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya studi kasus Praktek Klinik Kebidanan nifas.. Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak



DR.dr.Achmad



Farich,M.Kes.,selaku



Rektor



Universitas



Malahayati Bandar Lampung. 2. Ibu Dainty Maternity, S.S.T M.Keb., selaku Ketua Program Study Profesi Bidan. 3. Ibu Dainty Maternity, S.S.T M.Keb. , sebagai Pembimbing Institusi Pendidikan Bidan Profesi universitas Malahayati Bandar Lampung 4. Ibu Eka Maya Istianti, Amd.Keb sebagai pembimbing lapangan di Puskesmas Rawat inap penengahan 5. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung selama penyusunan studi kasus ini. 6. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan yang Maha Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan studi kasus ini sangat di harapkan.Demikianlah, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Lampung Selatan 21 juni 2021 Penulis Shinta Marceliana



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i KATA PENGANTAR......................................................................................ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 2 C. Manfaat ............................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori ................................................................................... 3 B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................... 22 BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 33 BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 46 BAB V PENUTUP ......................................................................................... A. Kesimpulan ......................................................................................... 50 B. Saran ................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi (Maritalia, 2014). Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal, tidak sedikit ibu-ibu mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat penumpukan ASI, karena pengeluaran ASI tidak lancar atau pengisapan oleh



bayi. Pembengkakan ini akan



mengakibatkan rasa nyeri pada ibu bahkan tidak jarang ibu merasa demam, oleh karena itu para ibu dianjurkan untuk melakukan perawatan payudara agar tidak terjadi komplikasi seperti bendungan ASI (Heryani, 2012). Kejadian bendungan ASI yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu pada ibu nya. Gangguan ini dapat menjadi lebih parah apabila ibu jarang menyusukan bayinya, tidak mendapatkan ASI secara eksklusif dan apabila tidak segera di tangani makaakan menyebabkan bendungan ASI pada Payudara. Bendungan ASI dapat terjadi karena penyempitan duktus laktoferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu sehingga terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator salah satunya adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015, menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu



1



(AKI) di Indonesia adalah 305/100.000 kelahiran hidup, ini berarti setiap 100.000 kelahiran hidup masih ada sekitar 305 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan, persalinan maupun dalam masa nifasnya. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, Jumlah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak (AKI/AKB) di Lampung Selatan dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan, hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah AKI sebanyak 27 kasus sedangkan jumlah AKB sebanyak 88 kasus selama tiga tahun terakhir.Dengan rincian, jumlah AKI pada tahun 2017 sebanyak 11 kasus, 2018 sebanyak 8 kasus, 2019 sebanyak 8 kasus. (Dinas Kesehatan Kabupaten lampung selatan, 2019). Dari data AKI di Indonesia terdapat 60% kematian pada masa nifas dalam 24 jam pertama dalam hal ini perlu peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas sangat membantu dalam mencegah kematian tersebut (Setyo, 2011). Menurut data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2013 di Amerika Serikat persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata sebanyak 8.242 (87,05%) dari 12.765 ibu nifas, pada tahun 2014 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7.198 (66,87%) dari 10.764 ibu nifas dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6.543 (66,34%) dari 9.862 ibu nifas (WHO, 2015). Menurut data Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada tahun 2013 disimpulkan bahwa presentase cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 (66,87%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 (71,10%) (Depkes RI, 2014). Menurut Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami Bendungan ASI sebanyak 35.985 (15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231 (37,12%) ibu nifas (SDKI, 2015).



2



Usaha untuk mengurangi AKI tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas yang baik, misalnya perawatan payudara. Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Setyo, 2011). Biasanya payudara yang mengalami bendungan ASI akan terlihat oedema, puting susu kencang, dan ASI tidak keluar. Akibat terhadap bayi, bayi tidak puas setiap setelah menyusu, bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu (Setyo, 2011). Jika bendungan ASI tidak ditangani dengan baik maka akan terjadi mastitis, peradangan payudara, abses payudara, dan akibat lebih lanjut akan terjadi kematian (Ambarwati, 2010). Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi komplikasi akibat bendungan



ASI



maka



dibutuhkan



peran



bidan



yang



antara



lain



mempersiapkan ibu pada masa antenatal dengan melakukan pemeriksaan payudara dan perawatan payudara, memberikan informasi tentang laktasi dan memberikan motivasi ibu untuk menyusui pada masa nifas dan bidan harus bisa mengatasi masalah yang sering terjadi yaitu kelainan pada bentuk putting susu, putting susu lecet (Ambarwati, 2010). Berdasarkan hasil data yang diperoleh penulis di Pmb eka maya istianti Amd. selama bulan juni 2021 terdapat 40 kasus ibu diantaranya 25 ibu dengan masa nifas dengan komplikasi yang terdiri dari 4 kasus ibu nifas dengan bendungan ASI. Penatalaksanaan kasus bendungan ASI di Pmb Eka Maya istianti,Amd.Keb adalah dengan stabilisasi pasien, mengkaji data subjektif dari pasien, pemeriksaan payudara,. Mengingat pentingnya peran bidan dalam memberikan asuhan pada nifas, maka penulis tertarik untuk mengambil kasus yang berjudul“Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny R Umur 27 Tahun P1A0 Post Partum hari ke 4 Dengan Bendungan ASI.”



3



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI di PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb pada Ibu Nifas Pada Ny R Umur 27 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke 5.” 2. Tujuan Khusus a. Penulis Mampu 1) Melakukan pengkajian data subjektif yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. 2) Melakukan pengkajian data objektif, yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. 3) Melakukan analisa data yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. 4) Melakukan penatalaksanaan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dan praktik pada ibu nifas dengan bendungan ASI C. Manfaat 1.



Bagi Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI



2.



Bagi Pasien dan Keluarga Pasien Menambah pengetahuan dan informasi terkait dengan ibu nifas dengan bendungan ASI sehingga nantinya dapat menurunkan angka mordibitas maupun mortalitas pada ibu nifas.



3.



Bagi PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb



4



Dapat digunakan sebagai masukan bagi fasilitas pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI



5



BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati, 2010). Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009). Masa nifas (puerpurium) adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan (Suherni, 2009). a. Tujuan masa nifas 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik psikologi bagi ibu dan bayi dengan di berikan asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upaya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama). 2) Pencegahan diagnose dini  dan pengobatan komplikasi pada ibu dengan di berikan asuhan pada ibu nifas kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal. 3) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu 4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus. 5) Imunisasi ibu terhadap tetanus 6) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak,serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009)



6



b. Tahapan masa nifas 1) Puerpurium dini yaitu masa pemulihan dimana ibu telah diperkenankan untuk berjalan jalan dan berdiri 2) Puerpurium intermedial yaitu masa pemulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu 3) Remote poerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila hamil atau bersalin yang mengalami komplikasi (Ai Yeyeh, 2009). Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha ( 2009) adalah sebagai berikut : 1) Immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. pada masa nifas ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karna itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus pengeluaran lokea tekanan darah dan suhu. 2) Periode early postpartum (24 jam -1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan lokia tidak berbau busuk tidak demam ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik. 3) Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu ) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB. c. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Tabel 2.1 Kebijakan program nasional masa nifas Kunjungan 1



Waktu 6-8 jam setelah persalinan



Tujuan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. 3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa  nifas karena atonia uteri. 7



4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. 6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi. 7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal : persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan tanda-tanda penyulit. 5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.          3 2  minggu Sama seperti kunjungan ke 2. setelah persalinan 4 6  minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan setelah yang ia atau bayinya alami. persalinan 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini. Sumber: Sulistyawati (2009) 2. Perubahan Dalam Masa Nifas a. Perubahan uterus Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah persalinan. Involusi uteri lebih lambat pada multipara. Penurunan ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolis protein dan sitoplasma miometrium. Hasil dari menurunkan ukuran uterus harus kehilangan sel-sel dalam jumlah besar. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium dan miometrium pada tempat plasenta diserap oleh sel-sel granulosa sehingga selaput basal endometrium kembali dibentuk (Heryani, 2012).



8



Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusio Involusi



TFU



Berat Uterus



Bayi Lahir



Setinggi pusat



1000 gr



Plasenta Lahir



2 jari dibawah pusat



750 gr



1 Minggu



Pertengahan pusat - simpisis



500 gr



2 Minggu



Tidak teraba diatas simpisis



350 gr



6 Minggu



Normal



50 gr



8 Minggu



Normal seperti sebelum hamil



30 gr



Sumber: Astutik (2015) b. Pengeluaran lokia Lokia adalah cairan atau sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Macam-macam lokia: 1) Lokia rubra (crueanta): Berwanrna merah karena berisi darah segar dan sisasisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan 2) Lokia sanguilenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan. 3) Lokia serosa: Locha ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan. 4) Lokia alba: Dimulai dari hari ke-14, berbentuk seperti cairan putih serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. Selain lokia diatas, ada jenis lochia yang tidak normal, yaitu: 1) Lokia purulenta: Ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 2) Lochiastasis: Lokia tidak lancar keluarnya (Astutik, 2015) c. Serviks Serviks



mengalami



involusi



bersama-sama



uterus.



Setelah



persalinan, ostium uteri eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari



9



tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks akan menutup (Astutik, 2015) d. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil. Setelah 3 minggu vulva dan vagina secara berangsurangsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Astutik, 2015). e. Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus oto perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel (Astutik, 2015) f. Payudara atau Laktasi Payudara atau mammae adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Secara makroskopis, struktur payudara terdiri dari korpus (badan), areola dan papilla atau puting. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu (air susu ibu) sebagai nutrisi bagi bayi. Sejak kehamilan trimester pertama kelenjar mammae sudah dipersiapkan untuk menghadapi masa laktasi. Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammae selama kehamilan adalah: 1) Proliferasi jaringan atau pembesaran payudara. Terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang meningkat selama hamil, merangsang duktus dan alveoli kelenjar mammae untuk persiapan produksi ASI. 2) Terdapat cairan yang berwarna kuning (kolostrum) pada duktus laktiferus. Cairan ini kadang-kadang dapat dikeluarkan atau keluar



10



sendiri melalui puting susu saat usia kehamilan memasuki trimester ketiga. 3) Terdapat hipervaskularisasi pada permukaan maupun bagian dalam kelenjar mammae (Maritalia, 2014) Setelah persalinan, estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga dikeluarkan prolaktin untuk merangsang produksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan oleh sel otot halus disekitar kelenjar payudara yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin yang membuat otot-otot itu mengkerut (Heryani, 2012). Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada hari-hari pertama ASI mengandung banyak kolostrum, yaitu cairan agak berwarna kuning dan sedikit lebih kental dari ASI yang disekresi setelah hari ketiga postpartum (Maritalia, 2014). Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Mulyani, 2013) 3. Bendungan ASI a. Pengertian Bendungan ASI adalah terkumpulnya ASI didalam payudara akibat penyempitan duktus laktiferus atau kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna pada saat menyusui bayi atau karena kelainan pada puting susu (Rukiyah, 2012). Bendungan ASI adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi dan penampungan ASI. Bendungan ASI terjadi pada hari ke 3-5 setelah persalinan (Kemenkes RI, 2013)



11



b. Penyebab 1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). 2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI). 3) Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya, ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI) 4) Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendung an ASI). 5) Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) (Rukiyah, 2012). c. Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus



12



dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila



kelenjar-kelenjar



tidak dikosongkan dengan



sempurna, maka akan terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pebuluh limfe (Rukiyah, 2012). d. Manifestasi klinik Payudara bengkak, keras, nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 38oC (Rukiyah, 2012). Menurut Wulandari (2012), bendungan ASI adalah suatu kejadian dimana aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air susu yang terkumpul tidak dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan. Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras dan suhu tubuh ibu sampai 38o C. Apabila keadaan ini berlanjut maka dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan abses payudara.



Gambar 2.1 Bendungan ASI (Rukiyah, 2012) e. Prognosis Bendungan ASI merupakaan permulaan dari infeksi mammae yaitu mastitis. Bakteri yang menyebabkan infeksi mammae adalah



13



stapylococus aerus yang masuk melalui puting susu. Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mammae, terjadi pemadatan mammae, dan terjadi perubahan kulit mammae (Rukiyah, 2012). f. Diagnosis Menurut Rukiyah (2012) untuk menegakkan diagnose maka dilakukan pemeriksaan payudara dan pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak boleh kasar dan keras. Pemeriksaan payudara dilakukan dengan : 1) Inspeksi Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan ke simetrisan payudara dengan posisi ibu duduk, tangan ibu disamping dan sesudah itu dengan kedua tangan keatas, selagi pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik dibawah kulit kibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Perlu diperhatikan apakah Edema kulit harus diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh dibawah kulit. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk (peaud’ orange) pada kanker payudara. 2) Palpasi Pada saat akan dilakukan palpasi ibu harus tidur, tangan yang dekat dengan payudara yang akan diraba diangkat kebawah kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler dan



parasternal



kearah



garis



aksilla



belakang,



dan



dari



subklavikuler kearah paling distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksilla dan supraklavikular. Untuk pemeriksaan aksilla ibu harus duduk, tangan aksilla yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang kontralateral dari



14



tangan sipenderita. Misalnya aksilla kiri ibu yang akan diperiksa, tangan kiri dokter mengadakan palpasi (Rukiyah,2012). d. Pencegahan Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan dengan sabun; gunakan teknik menyusu yang benar; puting susu dan areola mammae harus selalu kering setelah selesai menyusui: jangan pakai bra yang tidak dapat menyerap keringat; susukan bayi segera setelah lahir; susukan bayi tanpa dijadwal; keluarkan sedikit ASI sebelum menyusu agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI; laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan (Rukiyah, 2012). e. Penatalaksanaan 1) Sanggah payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas. 2) Kompres payudara dengan menggunakan kain basah/hangat selama 5 menit. 3) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting. 4) Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi lunak. 5) Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah benar. 6) pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau pengeluaran ASI secara manual dari payudara. 7) Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah menyusui atau setelah payudara dipompa. 8) Bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk mengurangi nyeri. 9) Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013) B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN Model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut Mufdillah (2012), adalah dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuk



15



asuham yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang terus menerus. 1. Data subyektif menurut Ambarwati, dkk (2010). a. Identitas Pasien 1) Nama Pasien Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan pelayanan. 2) Umur Pasien Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. 3) Agama Pasien Untuk



mengetahui



keyakinan



pasien



tersebut



untuk



membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. 4) Pendidikan Pasien Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh



mana



tingkat



intelektualnya,sehingga



bidan



dapat



memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. 5) Suku/bangsa Pasien Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. 6) Pekerjaan Pasien Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisasi,dan



data



pendukung



dalam



menentukan



pola



komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. Pada kasus plasenta



previa



ibu



tidak



dilanjutkan



untuk



melakukan



pekrjaan yang berat. 7) Alamat Pasien Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. b. Keluhan Utama



16



Untuk menanyakan keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan. Pada ibu nifas dengan bendungan ASI biasanya keluhan yang dirasakan terasa bengkak, keras, nyeri bila ditekan (Rukiyah, 2012) c. Riwayat Haid Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa nifas, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran



tentang



keadaan



dasar



dari



organ



reproduksinya



(Sulistyawati, 2009) Beberapa data yang harus yang kita peroleh dari riwayat menstruasi sebagai berikut : 1) Menarche Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi (Sulistyawati, 2009). 2) Siklus Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari (Sulistyawati, 2009). 3) Volume Data ini menjelaskan seberapa bannyak darah menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid (Sulistyawati, 2009). 4) Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak (Sulistyawati, 2009). d. Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa setatus yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati dkk, 2010) e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas 1) Riwayat kehamilan



17



Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravida), jumlah anak yang hidup, jumlah kelahiran prematur, jumlah keguguran, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat bayi 28 minggu 4) ANC (Antenatal Care/asuhan kehamilan) Untuk mengetahui dimana tempat ia mendapat asuhan kehamilan dan untuk menanyakan asuhan apa saja yang sudah diberikan. 5) Penyuluhan yang pernah didapat Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah di dapat pasien dan berguna bagi kehamilanya. 6) Imunisasi TT Untuk menanyakan pada klien sudah pernah mendapatkan imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberikannya. 7) Obat-obatan yang pernah dikonsumsi Menanyakan apakah ibu/suami merokok atau mengkonsumsi obat



terlarang yang merugikan kesehatan (Mandriwati, 2011).



8) Kebiasaan buruk g. Riwayat Keluarga Berencana



18



Untuk mengetahui metode apa yang pernah digunakan pasien, berapa lama telah menggunakan alat kontrasepsi tersebut, dan apakah pasien mempunyai masalah saat menggunakan alat kontrasepsi tersebut (Astuti, 2012). h. Riwayat Kesehatan Menurut Ambarwati dkk (2010), riwayat kesehatan meliputi: 1) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, dm, hipertensi, asma. 2) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini. 3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (terakhir) Menurut



Ambarwati



dkk



(2010),



pola



pemenuhan



kebutuhan sehari-hari meliputi: 1) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan pantangan. Pada ibu nifas yang tidak memiliki alergi makan ia tidak ada pantangan untuk makan supaya



mempercepat



proses



penyembuhan



luka



dan



memperbanyak produksi ASI nya (Astuti, 2012). 2) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK dalam sehari, apakah mengalami kesulitan atau sudahpergi ke kamar mandi



19



sendiri. Dalam keadaan normal, ibu dapat BAK secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan, sedangkan BAB biasanya tertunda 2 sampai 3 hari setelah melahirkan (Sujiyatini, 2009). 3) Istirahat Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur sesuai kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Pola istirahat dan aktivitas ibu slama nifas yang kurang dapat menyebabkan kelelahan dan berdampak pada produksi ASI. 4) Personal hygiene Untuk mengetahui kapan terakhir mandi, keramas, gosok gigi, ganti baju, dan ganti pakaian dalam (Sulistyawati, 2010). 5) Aktivitas Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien, karena data ini memberikan gambaran kita tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien dirumah (Suistyawati, 2010). j. Data Psikososial Untuk mengetahui respon keluarga terhadap persalinan, respon pasien terhadap kelahiran bayinya, kehamilan ini, tentang proses persalinan, dan untuk mengetahui adat istiadat setempat yang berkaitan dengan masa nifas (Sulistyawati, 2010). 2. Data Objektif Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosa (Sulistyawati, 2009).Langkah-langkah pemeriksaan menurut Sulistyawati (2009) a. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan umum Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut. (a) Baik



20



(b) Lemah Ibu dengan bendungan saluran ASI keadaannya sedikit lemas (Marmi, 2011) 2) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Ibu dengan bendungan saluran ASI kesadarannya composmentis (Marmi, 2011) b. Pemeriksaan tanda - tanda vital Menurut Astuti (2012), pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi : 1) Tekanan darah Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau lebih dari 140 mmHg. Hipotensi jika diastolik sama dengan atau kurang dari 70 mmHg. 2) Nadi Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri di beberapa tempat, seperti carotis, brachialis, radialis, femoralis, dorsalis pedis, dan lain lain.Frekuensi nadi normal 60 sampai 100 kali / menit, takikardi > 100 kali / menit, bradikardi < 60 kali / menit (Purwaningsih, 2010). 3) Pernapasan Frekuensi pernapasan normal 16 sampai 24 kali / menit. Bila frekuensi pernapasan lebih dari normal disebut takipnea, sedangkan kurang dari normal disebut bradipnea (Purwaningsih, 2010). 4) Suhu Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5- 37,20C. Temperatur rectal 0,5-10C lebih tinggi dibanding dengan mulut dan suhu mulut lebih tinggi 0,50C dari suhu axilla. Keadaan dimana



21



suhu badan lebih 37,20C disebut demam atau febris,sedangkan hipotermia jika suhu badan mencapai 350C. Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Pada kasus ibu nifas dengan bendungan saluran Air Susu Ibu kenaikan suhu yang mencapai > 38°C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi (Setyo, 2011). c. Pemeriksaan Antrompometri 1) Tinggi badan Dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan. Mengetahui tinggi badan sangat penting karena untuk mengetahui ukuran panggul ibu (Astuti, 2012). 2) Berat badan Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia. Dalam trimester I berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasaanya menurun karena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhir terutama karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan tiap minggu lebih dari 0,5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklamsi (Astuti, 2012). 3) Lila Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien (Astuti, 2012). d. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala



22



Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak (Sulistyawati, 2010) 2) Muka Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma gravidarum (Astuti, 2012). Ibu nifas dengan bendungan saluran ASI muka tidak oedema (Marmi, 2011) 3) Mata Untuk mengetahui warna conjungtiva dan sklera, kebersihan mata, ada kelainan atau tidak dan adakah gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (Sulistyawati, 2009). Ibu nifas dengan bendungan saluran ASI konjungtiva agak pucat (Marmi, 2011) 4) Hidung Untuk mengetahui kebersihan hidung klien, ada benjolan atau tidak, apakah klien alergi terhadap debu atau tidak (Sulistyawati, 2009). 5) Telinga Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak, radang, cairan yang keluar, adakah benda asing (Kusmiyati, 2012). 6) Mulut atau gigi atau gusi Untuk mengetahui keadaan bibir, lidah dan gigi klien. Mengkaji warna bibir, integritas jaringan (lembab, kering atau pecah-pecah).



Mengkaji



lidah



klien



tentang



warna



dan



kebersihannya serta gigi klien tentang kebersihan gigi, caries atau tidak serta gangguan pada mulut (bau mulut). 7) Leher Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan parotitis (Sulistyawati, 2009). 8) Dada dan Axilla Mammae : Untuk mengetahui bentuk, ukuran, kesimetrisan payudara, puting payudara menonjol atau masuk kedalam, ada atau tidak hiperpigmentasi aerola adanya kolostrum atau cairan lain



23



misalnya ulkus, massa atau pembesaran pembuluh limfe. Pada kasus Bendungan saluran ASI teraba bengkak, benjolan, putting susu tidak menonjol, warna kemerahan (Marmi, 2011). Axilla : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri tekan (Saifuddin, 2006). 9) Ekstremitas Untuk mengetahui apakah tangan dan kaki oedema atau pucat pada kuku jari, adanya varices, refleks patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper 10) Abdomen Inspeksi Meliputi pemeriksaan luka bekas operasi, pembesaran perut, linea nigra, strie gravidarum (Astuti, 2012). 11) Anogenital Menurut Astuti (2012), pemeriksaan yang harus dilakukan, yaitu : Vulva, vagina dan perineum: Meliputi pemeriksaan varises, luka, kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak, massa). Anus: Meliputi pemeriksaan haemoroid. 3. Assesment Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis atau masalah kebidanan, antisipasi atau masalah potensial serta perlunya tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah potensial (Muslihatun, 2009). a. Diagnosa Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Sulistyawati, 2009). Diagnosa ibu nifas Ny. X P...A... umur...tahun, post partum hari ke...dengan bendungan saluran ASI.



24



1) Data subyektif Ibu mengatakan terasa agak panas dan payudaranya terasa sakit bila menyusui bayinya (Sulistyawati, 2009). 2) Data obyektif Tekanan darah 110/70 mmHg (dalam batas normal), suhu tubuh 38-39°C, pada pemeriksaan payudara terlihat bengkak, nyeri teraba benjolan serta ASI tidak keluar (Sulistyawati, 2009). b. Masalah Permasalah



yang



muncul



berdasarkan



pernyataan



pasien



(Sulistyawati, 2009). Ibu merasa cemas karena payudaranya panas dan terasa sakit bila menyusui bayinya (Sulistyawati, 2009). c. Diagnosa Potensial Mastitis merupakan infeksi yang terjadi pada payudara, ini merupakan kelanjutan dari bendungan payudara, hal ini dapat terjadi karena kurangnya perwatan payudara sehingga bakteri staphylococcus aureus dapat dengan mudah menginfeksi payudara, ibu yang terkena mastitis bisa sampai ada benjolan berisi nanah dari payudaranya (Fitriana, 2017) 4. Planing Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009). Pada kasus ibu nifas dengan bendungan ASI menurut Sulistyawati (2009) yaitu: a. Memberikan dukungan moril pada ibu. b. Menganjurkan untuk menyusui sesering mungkin. c. Menganjurkan kedua payudara disusukan. d. Memberikan konseling bimbingan dan latihan tentang perawatan payudara. e. Menganjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan, ajarkan



ibu



menyusui bayinya



dengan



menggunakan BH yang menopang payudara. f. Mengbservasi tanda-tanda vital dan TFU.



25



benar dan anjurkan



g. Memberikan paracetamol 500 mg per oral 3x1. C. Jurnal Penelitian Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger Compress on Pain Associated with Breast Engorgement ( Membandingkan Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara ). Nyeri terkait BE adalah penyebab utama kedua kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif pada tahun pertamast minggu setelah melahirkan. Mekanisme yang paling mendasar adalah peningkatan vaskularisasi oksitosin dan hormon lain yang berkontribusi pada produksi susu dan dengan demikian, mengurangi produksi dan aliran susu dari alveoli ke puting susu. Nyeri terkait BE yang parah juga mengakibatkan tekanan emosional, gangguan hubungan ibu-bayi, dan peningkatan risiko depresi pascamelahirkan. Akibatnya, beberapa wanita dapat menghindari menyusui dan memilih metode pemberian makan yang lebih sederhana seperti pemberian susu botol. Masalah-masalah ini pada masa bayi, yaitu ketika bayi baru lahir berisiko tinggi untuk kematian neonatal, telah mengubah nyeri terkait BE menjadi masalah kesehatan yang penting. Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu[15] dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.[16] Studi sebelumnya melaporkan



efek



analgesik



dan



anti-inflamasi



jahe.17,18]



Jahe



memberikan efek analgesik dan antiinflamasinya melalui penghambatan jalur siklooksigenase dan lipoksigenase serta mencegah metabolisme asam arakidonat.19] Sebuah penelitian di Thailand menunjukkan bahwa dibandingkan dengan obat antiinflamasi nonsteroid, jahe menghasilkan efek analgesik dan antiinflamasi yang lebih baik.20] Jahe juga digunakan secara topikal untuk mengatasi mastitis.21] dan celah payudara,[22] tetapi ada informasi terbatas tentang efek sistemiknya pada nyeri terkait BE. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memberikan bukti yang lebih konklusif tentang efek jahe pada nyeri terkait BE.



26



Intervensi penelitian adalah kompres panas untuk peserta kelompok kontrol dan kompres jahe panas untuk peserta kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol, kompres panas diterapkan pada payudara selama 30 menit sebelum menyusui. Suhu kompres adalah 43°C46°C dan dipertahankan pada suhu ini selama intervensi dengan menempatkan kompres dalam air panas setiap 2 menit. Pada kelompok intervensi, sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui.[9,26] Akar tanaman jahe yang digunakan dalam penelitian ini telah disetujui oleh Fakultas Farmasi Mashhad, Mashhad, Iran (dengan kode herbarium FUMH-E 1004) dan dikeringkan menggunakan pengering pada suhu 60°C selama 24 jam. Pengeringan dilakukan untuk stabilisasi berat. Kemudian, akar jahe kering diserbuk menggunakan grinder dan didesinfeksi melalui radiasi ultraviolet selama 30 menit. Peserta menerapkan kompres panas putaran pertama di nbawah pengawasan penulis pertama dalam pengaturan penelitian. Peserta di kedua kelompok secara pribadi diinstruksikan tentang menerapkan kompres di rumah dan diminta untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut. Mereka juga diberikan instruksi lisan dan tertulis tentang menyusui yang benar dan kebersihan tangan sebelum menerapkan kompres dan diminta untuk melakukan menyusui atas permintaan bayi mereka dengan kedua payudara setiap 2-3 jam selama 1015 menit. Sering menyusui adalah strategi nonfarmakologis untuk manajemen BE. Mereka juga diberi kesempatan untuk menghubungi penulis pertama penelitian ini jika ada masalah atau pertanyaan selama intervensi penelitian.



27



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NY R UMUR 27 TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 5 BENDUNGAN ASI DENGAN PEMBERIAN TERAPI KOMPRES JAHE UNTUK MENGURANGI NYERI DI PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb Nomor Register/Rekam Medik



: 491609



Tanggal Masuk



: 22 juni 2021 jam 13.00 WIB



Tanggal Pengkajian



: 22 juni 2021 jam 13.00 WIB



Pengkaji



: shinta Marceliana



Tempat



: Ruang KIA



A. DATA SUBJEKTIF 1. Identitas Nama Ibu



: Ny. R



Nama Suami : Tn. S



Umur



: 27 Tahun



Umur



: Islam/bugis



Agama/Suku :



2. Agama/Suku



: 30 Tahun



Islam/bugis Pendidikan



: SMA



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: IRT



Pekerjaan



: Wiraswasta



Alamat



: penengahan



Keluhan Utama Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 17 juni 2021 Ny. R mengeluh payudaranya bengkak, nyeri saat di tekan dan terasa panas dikarenakan kondisi payudaranya yang tidak enak Ny. R ke PMB terdekat. . 3. dengan keadaannya.Riwayat Menstruasi 28



Usia Menarche : 13 tahun



Banyak nya : 2-3 x sehari ganti pembalut



Siklus



: 28 hari



Keluhan



Lama



: 6-7 hari



: tidak ada



4. Riwayat Pernikahan Usia menikah : ibu : 25 tahun,



Status Pernikahan : sah



suami :25 tahun Pernikahan ke : ibu : 1, suami : 1



Lama Pernikahan : 1 tahun



5. Riwayat Kehamilan, Persalinan Kehamilan Hamil Komplikas ke i 1



-



Persalinan



BBL



UK



Tahun Persali nan



Jenis Persalina n



Penol ong



Kompl ikasi



JK



BB



38



2021



Normal



Bidan



-



L



3300



NIFAS



PB



Keada an bayi



Pemb erian ASI



Komp likasi



48



H



YA



-



6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang ANC



: 7 kali di Bidan, 3x di Dokter



Penyulit



: tidak ada



Tanggal persalinan



: 17-06-2021 jam 20.25wib



Penolong persalinan : Bidan Tempat persalinan



: PMB Eka Maya Istianti



Jenis persalinan



: Normal



7. Riwayat Penyakit a. Riwayat Penyakit Ibu Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi, asma, kanker, jantung, diabetes, maupun penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis. b. Riwayat Penyakit Suami/Keluarga



29



Ibu mengatakan suami maupun keluarga tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti hipertensi, asma, kanker, jantung, diabetes, maupun penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis. 8. Riwayat Kontrasepsi Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun Rencana kontrasepsi setelah melahirkan: ibu mengatakan ingin memakai KB Suntik 3 bulan 9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (terakhir) a. Nutrisi Makan



: ibu mengatakan setelah melahirkan nafsu makan menjadi



meningkat biasanya sehari 3x saat ini 3-4x sehari. Satu porsi dengan nasi, telur, dan sayur mayur Minum



: ibu mengatakan minumnya seperti biasa 8-10 gelas sehari



dengan air putih Untuk pola makan dan minum ibu mengatakan tidak ada keluhan b. Eliminasi BAB



: ibu mengatakan BAB seperti biasa 1x sehari lembek



warna kuning kecoklatan BAK



: ibu mengatakan BAK seperti biasa 4-5x sehari kadang



warnanya jernih kadang kekuningan Untuk BAB dan BAK ibu mengatakan tidak ada keluhan c. Aktivitas Ibu mengatakan aktivitas kesehariannya setelah melahirkan ini mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu sehari sekali, mengepel 3 hari sekali, mencuci piring, mencuci baju 2 hari sekali, memasak setiap pagi, menyetrika seminggu sekali, menyusui bayi nya tiap 2 jam. Untuk pola aktivitas ibu mengatakan tidak ada keluhan d. Personal Hygiene Ibu mengatakan mandi 2x sehari, ganti pakaian sehari 2x, ganti pembalut 6-8 jam sekali, gosok gigi 2x sehari, keramas 2 hari sekali



30



Untuk pola personal hygiene ibu mengatakan tidak ada keluhan e. Istirahat Ibu mengatakan setelah melahirkan ini pola istirahatnya sama seperti sebelum hamil, tidur malam ±7 jam, tidur siang ±1jam Untuk pola istirahat ibu mengatakan tidak ada keluhan f. Pola Seksual Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suaminya ± 1 bulan yang lalu sebelum melahirkan dan ibu mengatakan tidak ada keluhan 10. Data Psikososial Spiritual -



Ibu mengatakan kehamilannya sudah direncanakan.



-



Ibu mengatakan ibu dan keluarganya senang atas kelahirannya.



-



Ibu mengatakan taat dalam menjalankan shalat 5 waktu.



-



Ibu mengatakan tidak memelihara binatang apapun dirumah.



-



Ibu mengatakan tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat selain pemberian bidan dan tidak memakai narkoba.



-



Ibu tidak ada alergi maupun pantangan makan



B. DATA OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum : baik b. Kesadaran



: composmentis



2. Pemeriksaan tanda-tanda vital a. Tekanan darah



: 110/80 mmHg



b. Nadi



: 80x/menit



c. Respirasi



: 20x/menit



d. Suhu



: 36, 90 C



3. Pemeriksaan Fisik a. Kepala



: rambut bersih, tidak ada nyeri tekan ataupun adanya



benjolan b. Mata



: konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterus, simetris



antara kedua mata



31



c. Hidung



: simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret, tidak ada nyeri



tekan d. Telinga



: simetris, bersih, pendengaran baik



e. Mulut



: tidak ada kelainan bentuk, mukosa bibir kering, tidak ada



gigi berlubang f. Wajah



: tidak oedem, tidak pucat.



g. Leher



: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid,



tidak ada nyeri tekan h. Payudara : tidak simetris, puting menonjol, areola kehitaman, tidak kemerahan, teraba hangat, ada pembengkakkan pada payudara kanan dan kiri, ada sedikit pengeluaran asi. i. Abdomen : Uterus teraba keras, TFU pertengahan simphysis-pusat, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran. j. Genetalia : tidak ada oedem, tidak ada varises, terdapat pengeluaran lochea serosa dan ada luka jahitan, ada pengeluaran darah Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar ± 10 cc k. Anus



: tidak ada hemoroid



l. Ekstremitas atas dan bawah : ujung jari merah muda, jumlah jari lengkap, tidak oedem ANALISA 1. Diagnosa Kebidanan: Ny. R Umur 27 Tahun P1A0 post partum normal hari ke 5 dengan bendungan ASI a. DS : Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal17 juni 2021 di Pmb Eka Maya Istianti,Amd. Keb, secara normal dengan usia kehamilan 38 minggu.berat badan bayi 3300gram pb 48 cm. pada tanggal 22 juni 2021 Ny. R mengeluh payudaranya bengkak, nyeri saat di tekan dan , terasa panas. b. DO : 1) Pemeriksaan Umum:



32



KU



: Baik



2) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi



: 80x/menit



Respirasi



: 20x/menit



Suhu



: 36, 90 C



3) Pemeriksaan Fisik Payudara



: tidak simetris, puting menonjol, areola kehitaman,



tidak kemerahan, teraba hangat, ada pembengkakkan pada payudara kanan dan kiri, ada sedikit pengeluaran asi. Abdomen



: Uterus teraba keras, TFU pertengahan



simphysis-pusat, tidak ada bekas oprasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran. Genetalia



: tidak ada oedem, tidak ada varises, terdapat



pengeluaran lochea



sanguelenta Berwarna merah kuning berisi



darah dan lendir ,ada luka jahitan. 2. Masalah Nyeri payudara 3. Kebutuhan Pemberian kompres jahe 4. Diagnosa Potensial Mastitis 5. Tindakkan segera Kompres jahe PENATALAKSANAAN 22juni 2021 Jam 13.10 WIB 1.



Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan Rasional : Dengan memberi tahu hasil pemeriksaan



ibu dengan



menjelaskan mengenai keadaan yang dialaminya maka ibu akan mengerti sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan anjuran petugas kesehatan.



33



Evaluasi :Ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2.



Menganjurkan ibu untuk makan gizi seimbang Rasional : dengan makan gizi seimbang asi ibu akan lebih banyak , Evaluasi : ibu besedia untuk makan gizi seimbang.



3.



Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand di kedua payudaranya secara bergantian. Rasional: agar nutrisi bayi dapat tercukupi dan tidak terjadi penampungan ASI yang berlebihan Evaluasi : ibu sudah melakukkan nya



4.



Mengajarkan ibu untuk perawatan payudara Rasional : Dengan melakukan perawatan payudara dapat meningkatkan produksi ASI dan dapat mempercepat proses pengosongan saluran dan kelenjar susu sehingga ASI menjadi lancar. Evaluasi : ibu bersedia melakukkan perawatan payudara



5.



Mengajarkan ibu mngkompres payudara nya dengan kompres jahe Rasional : menurut jurnal Comparing the Effects of Hot Compress and Hot



Ginger



Compress



on



Pain



Associated



with



Breast



Engorgement(Membandingkan Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara) Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut. Evaluasi : ibu bersedia menerapkan dirumah kompres jahe. 6.



Menjelaskan pada ibu tentang pembengkkan payudara



34



Rasional : Payudara terasa membengkak atau penuh. Hal ini terjadi karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang menumpuk di dalam payudara. Bendungan ASI (Engorgement) merupakan pembendungan air susu ibu karena penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjar-kelenjar ASI yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu, payudara yang membengkak ini biasanya terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau keempat. Evaluasi : ibu mengerti penjelasan bidan 7.



Memberikan ibu terapi fe 1x1, paracetamol 1x1 Rasional : paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri , fe untuk membatu mencegah anemia pada ibu nifas Evaluasi : ibu bersedia minum obat yang di berikan



8.



Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan Rasional : dengan kunjungan ulang , dapat memantau keadaan ibu Evaluais : ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan .



35



BAB IV PEMBAHASAN



A. INSTRUMEN REFLEKSI KASUS 1. Deskripsi Pengalaman (Description the experience) Deskripsikan situasi, kejadian atau aktivitas secara detail, apa yang dilakukan selama kejadian berlangsung dan apa yang dilakukan selama kejadian berlangsung. Pertanyaan acuan untuk mendiskripsikan pengalaman: Apa kasus yang terjadi, dimana, siapa saja yang terlibat, apa yang anda dan orang lain lakukan, apa hasil dari tindakan anda? Pada tanggal 21 juni 2021 Ny.R Umur 27 Tahun datang ke Pmb Eka maya istianti Amd,keb, ny. R mengatakan sudah melahirkan anak pertamanya, tanggal 17 juni 2021, mengeluh bengka, nyeri, panas pada payudara nya , sedang menyusui bayi nya, setelah dilakukkan pemeriksaan didapatkan hasil Tekanan darah: 100/60 mmHg,n80x/menit. R 22x/menit,s 36c Pemeriksaan payudara, teraba bengkak , keras dan nyeri saat di sentuh,



2. Perasaan terhadap pengalaman (Feeling the experience) Utarakan apa yang dirasakan, emosi apa yang dirasakan baik dari sisi positif maupun sisi negatif dan apa yang terpikirkan saat itu. Pertanyaan acuan untuk menjelaskan perasaan anda terhadap kasus/ pengalaman yang anda hadapi: apa yang dirasakan, bagaimana anda melihat situasi tersebut, apakah orang lain merasakan hal yang sama, mengapa orang lain merasakan hal yang sama? Sebagai tenaga medis hal yang dirasakan terhadap kasus yang terjadi yaitu empati dengan keadaan yang dirasakan oleh Ny R .Hal ini didasarkan pada



36



keluhan Ny. R sewaktu kunjungan ke PMB Eka maya istianti yaitu dengan keluhan utama nyeri padapayudaranya, . karena dengan keadaan ini Ny R bisa mengalami ketidaknyamanan saat menyusui bayi nya. 3. Evaluasi (Evaluating the experience) Evaluasi atau membuat penilaian apa yang terjadi. Hal baik dan buruk serta alasan anda memberikan penilaian tersebut. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yangdikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial. Nyeri menurut International Association For Study of Pain (IASP) adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan. Jika keluhan ini terjadi secara terus-menerus dan signifikan pada Ny.R, maka hal tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan psikis ibu.. Untuk mengurangi rasa nyeri payudara nya , ibu dianjurkan untuk melakukkan kompres jahe. Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.



4. Analisis (Analysis the experience) Telaah dan fahami faktor yang berpengaruh dalam pengalaman yang di



37



refleksikan dan mengekplorasi berbagai cara untuk memperbaikinya dan mengembangkannya agar lebih baik lagi; uraikan kejadian, ide atau teori dalam



memahami



situasi



tersebut,



pendekatan



yang



dilakukan,



membandingkan dengan literatur (teori, jurnal, buku panduan dll) maupun pengalaman. Pada kasus Ny Rdengan



p1a0 dengan keluhan pembengkkan payudara.



menurut jurnal Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger Compress on Pain Associated with Breast Engorgement(Membandingkan Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara) Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.



5. Kesimpulan (Conclusion about the experience) Uraikan apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini, uraikan aspek positif dan negatif yang dapat anda ambil. Uraikan tindakan anda untuk mencegah aspek negatif terulang jika pegalaman tersebut terjadi kembali dimasa yang akan datang . Dengan dilakukannya terapikompres panas jahe , dapat membantu ibuuntuk mengurangi rasa nyeri dan pembengkakan payudara nya berkurang sehingga ibu nifas dengan keluhan sama dapat menerapkan di rumah kompre jhe panas. 6. Rencana Tindak Lanjut  (Action plan) Uraikan beberapa hal; apa yang dapat anda lakukan apabila menghadapi kejadian serupa dimasa yang akan datang,apakah anda melakukan hal yang sama ataukah berbeda, adakah yang penting yang perlu anda pelajari



38



(pelatihan, nasihat pembimbing). Apabila menemukan kasus ibu nifas dengan pembengkakna payudara dapat di anjurkan untuk menerapkan terapi kompres jahe. Karena terapi jahe aman untuk ibu menyusui.



B. Pembahasan Kasus Dalam International Journal Complementary Therapies in Clinical dengan judul Comparing the Effects of Hot Compress and Hot Ginger Compress on Pain Associated with Breast Engorgement(Membandingkan Efek Kompres Panas dan Kompres Jahe Panas pada Nyeri Terkait dengan Pembengkakan Payudara) Jahe adalah tanaman obat dengan potensi efek pada BE. Telah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok sejak 25 abad yang lalu dan telah diperkenalkan oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat sebagai tanaman obat yang aman.cara kompres dengan menggunakan jahe. sepuluh gram bubuk jahe ditempatkan dalam 100 ml air panas selama 10 menit dan kemudian, kain kasa berlapis (10 cm × 10 cm) direndam dalam air dan ditempatkan pada salah satu atau kedua payudara yang membesar selama 30 menit. menit sebelum menyusui. untuk menerapkannya tiga kali sehari selama 2 hari berturut-turut.



BAB V 39



PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang telah penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. R umur 27 tahun P1A0 ke 5 Dengan Bendungan ASI, dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan SOAP, Adapun kesimpulannya yaitu: Terapi kompres jahe di berikan selama 2 hari , sehari 3 kali di berikan pada ibu nifas dengan pembengkakan payudara memiliki pengaruh yang signifikan secara statistic bepengaruh mengurangi intensitas dan durasi nyeri. . B. Saran 1. Bagi penulis dan bidan Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi atau



tenaga



kesehatan



dalam



menangani



kasus



atau



melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan bendungan ASI 2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien Diharapkan dapat mengetahui tentang tanda nifas yang tidak normal, sehingga dapat segera dibawa ketempat pelayanan kesehatan setempat sehingga dapat membantu menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu. 3. Bagi PMB Eka Maya Istianti,Amd.Keb Diharapkan dapat mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan dalam asuhan kebidanan yang harus berpegang pada teori yang ada agar lebih berkualitas dalam pelayanan kesehatan sehingga akan didapatkan hasil yang optimal dan dapat membantu upaya pemerintah dalam menurunkan angka mordibitas dan mortalitas ibu.



40



DAFTAR PUSTAKA



Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika Astuti,



H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan (Kehamilan).Yogyakarta: Rohima Press.



Kebidanan



Ibu



I



Astutik, Reni Yuli. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media. Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2019. Data Kematian Ibu. (Online), (http://dinkes.semarangkota.go.id, diakses 23 juni 2021). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Diakses 23 Desember 2019. Fauziyah, Y,. 2012. Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Fitriana, Lisna. 2017. Gambaran Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Dengan Seksio Sesarea Berdasarkan Karakteristik Di Rumah Sakit Sariningsih Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 2016;2(2):146–155. (Online), (https://ejournal.upi.edu, diakes 23 juni 2021) Heryani, Reni. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media. Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. Mandriwati, G.A. 2011. “Asuhan Kebidanan Antenatal: Penununtun Belajar”. Jakarta: EGC Maritalia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Maryunani, A, dan E, Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Media. Maryunani. 2016. Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: CV.Trans Info Media. Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Mufdillah dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Mulyani Nina Siti. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.



Muslihatun,



dkk.



2009.



Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya



Nugraheni, Esti. 2010. Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta: Pustaka Rihama Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ____________________. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pudiastuti, RD. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Surakarta: Nuha Medika. Purwaningsih W, Fatmawati S. 2010. Asuhan Maternitas.Yogyakarta: Nuha Medika.



Keperawatan



Rukiyah, AY & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan 4. Jakarta: CV. Trans Info Media. Rukiyah, dkk. 2012.Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo. Setyo. 2011. Asuhan Kebidanan Publishing.



Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen



Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. Sujiyantini, DSAK. 2009. Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.



Sukarni, I, dan Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta. Nuha Medika Sulistyawati, A.2009. Buku Yogyakarta: Andi.



Ajar Asuhan



Kebidanan



Persalinan Pada Ibu



dan Nifas.



______________ 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics 2015. Diakses 23 juni 2021 . Wulandari, E. 2012. Gambaran Bendungan ASI di Rumah Bersalin An Nuur Sumber Surakarta. Volume 2 Nomor 5. Diakeses 23 juni 2021



.