Makalah Torch [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ( Infeksi Torch )



Oleh : Kelompok III NURHIDAYAH



B0216305



YORIKA RANI PEMBONAN B0216306 NUR MEIJI HASISAH



B0216307



YULIANA



B0216308



UNIVERSITAS SULAWESI BARAT FAKULTAS KEPERAWATAN PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2017-2018



2



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah



SWT karena berkat



rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Infeksi Torch”. Penyusun berharap makalah ini dapat mendukung proses kegiatan belajar mengajar di ruangan kelas. Penyusun menyadari sepenuhnya makalah ini tentu banyak kekurangan. Oleh sebab itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun. Harapan penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi para mahasiswi kebidanan. Wassalam Majene, 29 Maret 2018



Kelompok 3



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar ...............................................................................



i



Daftar Isi ......................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...........................................................................



1



B. Rumusan Masalah ......................................................................



2



C. Tujuan ........................................................................................



3



BAB II TINJAUAN TEORI A.Definisi Torch ............................................................................



4



B. Penyebab Torch ..........................................................................



6



C. Epidemiologi Torch ...................................................................



7



D.Tanda dan gejala Torch ..............................................................



8



E. Patofisiologi Torch .....................................................................



9



F. Cara penularan Torch ................................................................. 11 G.Cara menghindari Torch ............................................................ 13 H.Cara mencegah Torch ................................................................ 14 I. Pengobatan Torch ....................................................................... 15 BAB III KONSEP KEPERAWATAN A.Pengkajian................................................................................... 17 B. Diagnosa ..................................................................................... 18 C. Intervensi .................................................................................... 18 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan ................................................................................ 21 B. Saran ........................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 22



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetuskan WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yang pencapaianya dicanangkan paling lambat pada tahun 2015 (Sitepu, 2011). Indonesia menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) diturunkan menjadi 170 bayi per 10.000 kelahiran. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 46 bayi per 1.000 kelahiran kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 35 bayi per 1.000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal per hari. Hal ini menunjukka n bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekarang ini merupakan kematian bayi tertinggi di negara ASEAN (Sitepu, 2011).   Penanganan kesehatan reproduksi juga dilakukan pengelolaan dan meningkatkan potensi reproduksi manusia, sehingga mengangkat kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dalam ruang lingkup kesehatan, reproduksi dapat mengalami gangguan, yang mengakibatkan kegagalan fungsi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan bayi sehat. Salah satu dari penyebab yang mempengaruhi adalah infeksi TORCH (Toxoplasma, Orther disease, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus). Infeksi ini jika terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, lahir mati, premature atau kelainan kongenital



berupa



hydrocephalus,



mikrophtalmia,



mikrosephalus,



dan



endophtalmia. Jika infeksi terjadi pada akhir kehamilan dapat menyebabkan retardasi mental, retinokoroiditis, dan lesi pada organ tubuh (Sitepu, 2011).



1



Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital seperti hydrocephalus, kejang, korioretinitis, hepatospenomegali dan lain-lain.



Kelainan



kongenital



merupakan



penyebab



penting



terjadinya



abotus/keguguran, lahir mati atau kematian segera setelah lahir (perinatal). Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Kelainan kongenital pada bayi  baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula beberapa kelainan kongenital yang terjadi secara bersamaan yang disebut kelainan kongenital multiple (Sitepu, 2011). Beberapa penelitian di Indonesia memperoleh, dari ibu yang menderita Toxoplasmosis, sebanyak 56% bayi dapat menderita Toxoplasmosis kongenital bila ibu tersebut tidak diberi pengobatan selama kehamilan. Infeksi TORCH oleh Cornain dan kawan – kawan (1994) pada 67% wanita kasus infertilitas didapatka sebanyak 10,3 Toxoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif infeksi CMV (Sitepu, 2011). Prevalensi toxoplasmosis di Jakarta sebesar 61,6%, Bandung 74,5%, Surabaya 55,5%, Yogyakarta 55,4%, Denpasar 23,0%, dan Semarang 44,0%. Insiden kelainan bawaan di Indonesia tahun 2009 berkisar 15 per 1.000 kelahiran. Angka kejadian ini akan menjadi 4 – 5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Infeksi Torch ? 2. Apa penyebab dari infeksi Torch ? 3. Apa epidemilogi Torch ? 4. Apa tanda dan gejala dari Torch ? 5. Apa patofisiologi dari Torch ? 6. Bagaimana cara penularan Torch ? 7. Bagaimana cara menghindari Torch ? 8. Bagaimana cara mencegah Torch ? 9. Apa pengobatan dari Torch ? 10. Apa diagnosa dari Torch ?



2



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian TORCH 2. Untuk mengetahui penyebab TORCH 3. Untuk mengetahui epidemilogi TORCH 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala TORCH 5. Untuk mengetahui patofisiologi TORCH 6. Untuk mengetahui cara penularan TORCH 7. Untuk mengetahui cara menghindari TORCH 8. Untuk mengetahui cara pencegahan TORCH 9. Untuk mengetahui pengobatan TORCH 10. Untuk mengetahui diagnosa TORCH



3



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian TORCH TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini samasama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG). Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. a. Toxoplasma  Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia dan hewan. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama kali oleh Castellani b. Rubella Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan,



4



nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke 16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu. c. Cyto Megalo Virus (CMV) Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.  Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan pendengaran.. d. Herpes Simplek Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat



5



hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari. Infeksi herpes superfisial biasanya mudah dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata. Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan masuknya dan dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut. B. PENYEBAB TORCH  Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati, kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang dan lainnya. a. Toxoplasma Gondii Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah. b. Rubella Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. c. Cyto Megalo Virus (CMV) Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV



6



merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. d. Herpes Simplek Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom. C. EPIDEMIOLOGI TORCH a. Toxoplasma Gondii Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis b. Rubella  Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981). c. Cyto Megalo Virus (CMV) Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. d. Herpes Simplek Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada



7



searing sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter



untuk



melakukan



diagnosis.



Oleh



karena



itu,



pemeriksaan



laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat. D. TANDA DAN GEJALA a. Toxoplasma Gejala yang diderita biasanya dengan mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam disertai hepatomegali, dan umumnya tidak menimbulkan masalah, b. Herpes Simpleks Penderita biasanya mengalami demam, salivasi, mudah terangsang dan menolak untuk makan,. Dengan dilakukan pemeriksaan menunjukan adanya ulkus dangkal multiple yang nyeri pada mukusa lidah, gusi, dan bukal denganvesikel pada bibir dan sekitarnya. c. Cyto Megalo Virus (CMV) 1. demam,  2. penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia)  3. letih- lesu 4. kulit berwarna kuning,  5. pembesaran hati dan limpa,  6. kerusakan atau hambatan pembentukan organ tubuh seperti mata, otak, gangguan mental, dan lain-lain tergantung organ janin mana yang diserang 7. Umumnya janin yang terinfeksi CMV lahir prematur dan berat badan lahir rendah. d. Rubella Tanda dan gejala yang muncul biasanya bertahan dalam dua hingga tiga hari dan mungkin melibatkan:  1. Demam ringan 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah,  2. Sakit kepala



8



3. Hidung tersumbat atau pilek 4. Peradangan, mata merah] 5. Pembesaran, pelunakan kelenjar getah bening di dasar tengkorak, leher bagian belakang dan di belakang telinga 6. Muncul ruam warna merah muda/pink di wajah dan dengan cepat menyebar ke pundak, lengan, kaki sebelum menghilang di sekuens yang sama. 7. Nyeri pada persendian, khususnya pada perempuan muda. E. PATOFISIOLOGI TORCH a. Toxoplasma Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas, tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar. Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan pada organorgan tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi, chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing. Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul gejala flu seperti lelah,



9



sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior. b. Rubella  Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun. c. Cytomegalovirus (CMV) Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.



10



d. Herpes Simpleks (HSV) HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV 1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak fisik lainnya. Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia di mana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10. Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1 dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi herpes genital primer pada akhir kehamilannya2. F. CARA PENULARAN TORCH Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut : a. Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya. b. Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan



11



mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987). c. Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987). d. Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.  e. Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.  f. Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya. g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH. h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar. i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.



12



Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH. G. CARA MENGHINDARI TORCH Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut : a. Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agar oosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati. b. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci / dibersihkan. c. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.  d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang setelah dipakai). e. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.  f. Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun. 



13



g. Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.  h. Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang dengan seronegatif TORCH. i. Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan. j. Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista. k. Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat. H. MENCEGAH TORCH Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang merencanakan



kehamilan



atau



yang



saat



ini



sedang



hamil,



dapat



mempertimbangkan saran-saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna. a. Makan makanan bergizi Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh. b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh. c. Melakukan vaksinasi



14



Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian. d. Makan makanan yang matang Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda. e. Periksa kandungan secara terartur Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk. f. Jaga kebersihan tubuh Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting. g. Hindari kontak dengan penderita penyakit Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman. Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat. I. PENGOBATAN TORCH



15



Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif.  Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.  Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai 90%.  Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan. Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya



16



positif (IgG bisa positif atau negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan. 



BAB III KONSEP KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1) Identitas klien 2) Keluhan utama: demam 3) Riwayat kesehatan: Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan muntah, nyeri otot. 4) Riwayat kesehatan dahulu: a. Klien sering berkontak langsung dengan binatang b. Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang c. Klien pernah mendapatkan transfusi darah 5) Data psikologis 6) Data psikospiritual 7) Data social dan ekonomi 8) Pemeriksaan fisik a. Mata: nyeri, acites b. Sistem pencernaan: diare, mual dan muntah c. Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya rash pada kulit. B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK



17



1) Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi Toxoplasma) 2) Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella) 3) Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus) 4) Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi 2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme penyakit 3) Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan. D. INTERVENSI  1) Diagnosa 1: Nyeri b/d adanya proses infeksi / inflamasi. Tujuan : mengurangi nyeri Kriterian hasil : a. Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol b. Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi a.   Berikan lingkungan yang tenang sesuai kebutuhan. R : menurunkan reaksi stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/reaksi. b.  Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting. R : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri. c.   Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian analgesic seperti asetamenofen.



18



R : Untuk menghilangkan rasa nyeri yang berat. 2) Diagnose 2: Hipertemia b. d peningkatan tingkat metabolisme penyakit ditandai dengan suhu 39, 50C , tubuh menggigil Tujuan: Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal Kriteria hasil: a. Terjadi peningkatan suhu b. Kulit kemerahan dan hangat waktu disentuh c. Peningkatan tingkat pernapasan Intervensi : a. Monitor tanda-tanda vital : suhu tubuh R : Sebagai indikator untuk mengetahui status hipertermi b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat sedikitnya 2000ml/ hari untuk mencegah dehidrasi R : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi c. Berikan kompres dengan air biasa pada lipatan ketiak dan femur R : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan. d.  Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat R : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur, juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit. 3) Diagnose 3: Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan ditandai dengan, diare Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh Kriteria hasil: a.



Mempertahankan volume sirkulasi adekuat



b.



Tanda – tanda vital dalam batas normal



19



c.



Nadi ferifer teraba



d.



Haluaran urine adekuat



e.



Membrane mukosa lembab



f.



Turgor kulit baik.



Intervensi : a.      Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar. R :



Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari, membuat maskan makanan yang sulit pada sore hari.



b.



Berikan perawatan mulut sebelum makan; R : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.



c.



Anjurkan makan pada posisi duduk tegak. R : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan



pemasukan. d.



Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi. R : Berguna dalam program diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi



individu



20



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo



Virus



(CMV), Herpes



Simplex



Virus



(HSV) yang



terdiri



dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B). Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran, cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan. B. Saran Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.



21



DAFTAR PUSTAKA 1. https://id.scribd.com/document/356009953/Infeksi-Torch 2. https://id.scribd.com/document/271135952/Infeksi-TORCH 3. https://id.scribd.com/doc/54950425/Infeksi-TORCH-Pada-Kehamilan 4. https://id.scribd.com/doc/251197011/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-Hamil-



Dengan-Infeksi-Tourch 5. https://id.scribd.com/doc/279388865/Askep-Torch



22