Makalah Trauma Medula Spinalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TRAUMA MEDULA SPINALIS



DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2 FIFI MASULILI ABD.HALID



POLTEKKES KEMENKES PALU PRODI DIII KEPERAWATAN POSO T.A 2022/2023



BAB I PEMBAHASAN 1. Pengertian Trauma Medula Spinalis Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yangdisebabkan oleh benturan pada daerah medula spinalis (Trauma medula spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringanyang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksilengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia Pada trauma medula spinalis timbul perlukaan pada sumsum tulang belakang yang mengakibatkan perubahan, baik sementara atau permanen, perubahan fungsi motorik, sensorik, atau otonom. Pasien dengan cedera tulang belakang biasanya memiliki defisit neurologis permanen dan sering mengalamikecacatan Cidera medula spinalis bisa meliputi fraktur, kontusio, dan kompresikolumna vertebra yang biasa terjadi karena trauma pada kepala atau leher.Kerusakan dapat mengenai seluruh medula spinalis atau terbatas pada salah satu belahan dan bisa terjadi pada setiap level Jadi, trauma medulla spinalis adalah kerusakan fungsi neurologis akibattrauma langsung atau tidak langsung pada medulla spinalis sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sensorik, motorik, autonomi dan reflek. 2. Etiologi Trauma Medula Spinalis bisa disebabkan oleh beberapa hal, salah satunyaadalah akibat trauma langsung yang mengenai tulang belakang dan melampaui batas kemampuan tulang belakang dala melindungi saraf-saraf yang ada didalamnya. Trauma tersebut meliputi kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri, jatuh dari bangunan, pohon, luka tusuk, luka tembak dan terbentur benda keras Trauma Medula Spinalis dibedakan menjadi 2 macam: 1) Cedera medula spinalis traumatic Terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan olehkecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medulaspinalis. Cedera medula spinalis traumatic ditandai sebagai lesitraumatik pada medula spinalis dengan beragam defisit motorikdan sensorik atau paralisis. 2) Cedera medula spinalis non traumatic Terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit, infeksi atau tumormengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau kerusakan yangterjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik



3. Patofisiologi Kerusakan yang dialami medula spinalis dapat bersifat sementara ataumenetap akibat trauma terhadap tulang belakang. Medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medula spinalis), tetapi dapat sembuh kembalidalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa edema, perdarahan perivaskuler dan infark di sekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medula spinalisyang menetap, secara makroskopis, kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi,kontusio, laserasi dan pembengkakan daerah tertentu di medula spinalis.Segera setelah terjadi kontusio atau robekan akibat cedera, serabut-serabutsaraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi grisea medullaspinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi pada cedera pembuluh darah medula spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkankerusakan yang terjadi pada cedera medula spinalis akut. Suatu rantai sekunderkejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia, hipoksia, edema, dan lesilesihemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan kerusakan mielin dan akson. Reaksisekunder ini, diyakini menjadi penyebab prinsip degenerasi medula spinalis padatingkat cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untukitu jika kerusakan medula tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat anti-inflamasilainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan total dan menetap 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien spinal cordinjury (SCI) meliputi : 1) Serum kimia Melihat apakah ada ketidakseimbangan elektrolit, kemungkinanmenurunnya Hemoglobin dan hematocrit (untuk monitor kadar kehilangandarah) 2) X-Ray Spinal X-Ray Spinal dilakukan untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang(fraktur atau dislokasi). Pencitraan diagnostik dimulai dengan X-Ray dariwilayah yang terkena dampak dari tulang belakang 3) CT-Scan SpinalCT-Scan Spinal dilakukan untuk menentukan tempat luka/jejas,mengevaluasi gangguan structural 4) MRI SpinalDilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan saraf spinal, edemadan kompresi 5) Myelografi Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal verteb)



5. Penatalaksanaan Dua hal penting dalam penatalaksanaan (spinal cord injury) SCI yaitu: 1) Instabilitas dari Kolumna Vertebralis (Spinal Instability) Spinal instability adalah hilangnya hubungan normal antara strukturanatomi dari kolumna vertebralis sehingga terjadi perubahan dari fungsialaminya. Kolumna vertebralis tidak lagi mampu menahan bebannormal. Deformitas yang permanen dari kolumna vertebralis dapatmenyebabkan rasa nyeri. Keadaan ini juga merupakan ancaman untukterjadinya kerusakan jaringan saraf yang berat (catastrophic neurologicinjury). Instabilitas dapat terjadi karena fraktur dari korpus vertebralis,lamina dan atau pedikel. Kerusakan dari jaringan lunak juga dapatmenyebabkan dislokasi dari komponen komponen anatomi yang padaakhirnya menyebabkan instabilitas. Fraktur dan dislokasi dapat terjadisecara bersamaan. 2) Kerusakan jaringan saraf, baik yang terancam maupun yang sudahterjadi (actual and potential neurologic injury)



6. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien SCI meliputi: 1) Perubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic hyperreflexia) 2) Chronic kidney disease 3) Komplikasi dari immobilisasi : Deep vein thrombosis, Lung infections,Skinbreakdown, Muscle contractures 4) Increased risk of injury to numb areas of the body 5) Peningkatan risiko urinary tract infections 6) Kehilangan control bladder 7) Kehilangan control bowel 8) Nyeri 9) Paralysis 10) Shock



ASUHAN KEPERAWATAN KASUS TRAUMA MEDULA SPINALIS



Tn. A usia 38 tahun dibawa ke RS B oleh keluarganya. Menggunakan Motor Tn. A mengeluh nyeri pada bagian pinggul belakang,nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk,nyeri terasa apabila akan melakukan aktivitas dan sesak nafas, dan anggota ekstremitas bawah melemah dan semakin memberat. Tiga hari sebelum masuk RS Tn.A mengalami kecelakaan motor. Tn. A menjelaskan kronologi terjadinya kecelakaan, posisi jatuhTn. A terdorong ke depan sehingga bagian pantat Tn.A terbentur motor. Setelahkecelakaan terjadi Tn. A merasa pusing dan nyeri pada bagian pinggul sehingga tidak langsung dibawa ke Rumah sakit, tetapi dibawa ke pengobatan alternatif untuk dipijat. Saat dirumah Tn.A merasakan kesulitan untuk mengontrol kencing sehingga sering mengompol, Tn.A juga mengalami kesulitan BAB, Terdapat jejas pada punggung bawah sejajar pinggul Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD : 140/90mmHg, RR : 27x/menit, Nadi 100x/menit, Suhu 38°C, skala nyeri 7 , saat di auskultasi terdapat bising usus 16x/menit, Tn.A terlihat menggunakan otot bantu napas, Tn. A Nampak gelisah dan takut. Hasil CT-Scan menunjukkan terjadidislokasi di S1. Pengkajian Keperawatan 1. Identitas Pasien Nama : Tn. A Usia : 38 tahun Jenis kelamin : Laki-laki No. Register : 14151112230 2. Keluhan Utama Nyeri 3. Waktu kedatangan : siang Transportasi : Menggunakan motor Kondisi Datang : Composmentisx Tindakan Pra hospital : Pengobatan Tradisional di pijat 4. Traige Kesadaran : Composmentis Kategori Triage : Merah Klasifikasi kasus :Trauma



1) Pengkajian primer  Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sekret,  Breathing : sesak nafas, RR 27x/menit (Takipnea) klien terlihat menggunakan otot bantu nafas  Circulation : TD 140/60, Nadi 100x/menit, suhu 38℃  Disability : pasien sadar GCS E4V5M6  Exposure : suhu 38°C, terdapat jejas pada punggung bawah sejajar pinggul 2) Pengkajian sekunder  S : Pasien mengalami sesak napas  A : Pasien Tidak memiliki alergi  M : Sebelumnya pasien melakukan pengobatan dengan cara pijat  P : Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit sebelumnya  L : Pasien memakan makanan trakhir yang di masak oleh istrinya  E : Sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan kecelakaan bermotor dengan posisi terdorong ke depan dan bagian pantat membentur motor 3) Pengkajian Head To Toe  Kepala : Tidak terdapat hematom atau luka robek  Leher : Tidak ada Pembesaran kelenjar Tyroid  Thoraks : Tidak terdapat jejas terlihat menggunakan otot bantu napas pergerakan dada simetris  Abdomen : Bentuk abdomen simentris terdengar bising usus 16x/menit tidak terdapat pembengkakan abdomen  Ekstremitas :  Atas : terpasang infus di tangan sebelah kanan dan fungs pergerakan normal tidak terdapat lesi  Bawah : Melemah dan semakin memberat kekuatan otot 5522  Integumen : warna kulit pucat kulit kering



4) Pemeriksaan Penunjang Radiologi Hasil CT-Scan menunjukan Terjadi dislokasi



Laboratorium -



5) Tindak Lanjut : rawat inap



Pemeriksaan Lain -



Terapi medis -



6) Intervensi Waktu



Masalah Keperawatan Pola nafas tidak efektif b.d cedera medulla spinalis d.d DS - Klien mengeluh sesak nafas



Intervensi dan tindakan Evaluasi keperawatan - Memberikan posisi S : nyaman - Klien - Mengkolaborasikan mengatakan pemberikan oksigen sudah tidak merasakan - Memberikan sesak minum hangat O:



DO - RR 27 x/menit (takipnea) - Klien terlihat menggunakan alat bantu pernafasan



Nyeri akut b.d agen pencedar fisik d.d DS: - Klien mengeluh nyeri pada bagian pinggul belakang,nyeri terasa seperti di tusuktusuk,nyeri terasa apabila akan melakukan aktivitas DO - Klien tampak meringis - Klien tampak gelisah - RR 27 x/menit - Nadi 100 x/menit - Skala nyeri 7 dari o10



-



Terpasang Nasal kanul 3L/jam RR 22x/menit



A: Masalah teratasi



-



P: Intervensi di hentikan pasien pindah ruangan Mengkolaborasikan S: pemberian - Klien analgesic mengatakan nyeri mulai Pengaturan posisi menurun O: - Wajah klien Nampak rileks - Skala nyeri 3 A: Masalah teratasi P: Intervensi di hentikan pasien pindah ruangan