Makalah TSF Suspensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI SEMI SOLID DAN LIQUID SEDIAAN SUSPENSI



Disusun Oleh : 1. Ajeng Widiastuti 2. Neneng Nur Amaliyah



E0014029 E0014045



Dosen Pengampu : Agung Nur Cahyanta M.Si.,Apt Mata Kuliah : TSF Semi Solid Dan Liquid



PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI



2016KATA PENGANTAR Puji syukur sepatutnyalah kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena atas berkat, pertolongan dan petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Suspensi tepat pada waktu yang telah ditentukan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan juga tak terlupa kepada Bapak Agung Nur Cahyanta Selaku dosen pengampu mata kuliah TSF Semi Solid Dan Liquid. Kami sadar Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya besar harapan kami kiranya makalah ini dapat membantu temanteman sekalian dalam memahami materi Suspensi



Slawi, 31 Oktober 2016



Penyusun



VISI DAN MISI PROGRAM STUDI SI FARMASI



VISI Menjadi Institusi Yang Menghasilkan Tenaga Kesehatan Yang Profesional Dan Mandiri Tahun 2020. MISI 1. Membangkitkan Kesadaran Masyarakat Tentang Keberadaan Stikes Bhamada Slawi Sebagai Pusat Pendidikan Kesehatan Yang Kredibel Dan Berorientasi Pada Kebutuhan Dunia Kerja. 2. Menyelenggarakan Proses Pendidikan Agar Peserta Didik Menjadi Manusia Yang Beriman Dan Bertakwa Pada Tuhan Yang Maha Esa, Berkemampuan Akademik Dan Kompeten Dibidang Kesehatan. 3. Mengembangkan Penelitian Di Bidang Kesehatan Serta Mengaplikasikan Dalam Bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat. 4. Mengembangkan Kerja Sama Kemitraan Dalam Rangka Penyebar Luasan Iptek Dan Pendayagunaan Lulusan



DAFTAR ISI



Halaman Judul......................................................................................................... i



Kata Pengantar......................................................................................................... ii Visi dan Misi ............................................................................................................ iii Daftar Isi................................................................................................................... iv BAB I. Pendahuluan................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2 C. Tujuan ........................................................................................................................ 2 BAB II. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 4 A. Definisi Sediaan Suspensi ........................................................................................................................ 4 B. Persyaratan Sediaan Suspensi ........................................................................................................................ 6 C. Jenis – Jenis Suspensi ........................................................................................................................ 7 D. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi ........................................................................................................................ 7 E. Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi ........................................................................................................................ 8 F. Komponen Sediaan Suspensi ........................................................................................................................ 10 G. Pengertian Suspending Agent ........................................................................................................................ 11 H. Penggolongan Suspending Agent ........................................................................................................................ 11



I. Contoh Formulasi ........................................................................................................................ 14 J. Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum ........................................................................................................................ 14 K. Evaluasi Sediaan Suspensi ........................................................................................................................ 14 L. Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi ........................................................................................................................ 15 M. Kelebihan dan Kelemahan Sediaan Suspensi ........................................................................................................................ 16 N. Pengemasan dan Penandaan Sediaan ........................................................................................................................ 17 BAB III. Penutup..................................................................................................... 18 A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18 B. Saran ........................................................................................................................ 18 Daftar Pustaka.......................................................................................................... 19



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Seiring berjalannya teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, maka manusia juga mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, salah satu bukti kemajuan dari teknologi manusia adalah sediaan suspensi yang dapat menyetukan dua unsur yang tidak dapat menyatu apabila terdapat di alam. Namun, sediaan suspensi masih sangat asing dikenal oleh masyarakat dan bahkan oleh tenaga kesehatan itu sendiri, oleh karena itu makalah ini dibuat agar masyarakat lebih memahami tentang sediaan suspensi beserta seluk beluknya, agar sesuai dengan kaidah yang berlaku dan sesuai dengan tujuan pembuatnya. Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah



partikel,



mendispersikan



partikel



tersebut



dan



kemudian



menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk. Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponenkomponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari sediaan suspensi ? 2. Bagaimana persyaratan sediaan suspensi ?



3. Apasaja jenis-jenis sediaan suspensi ? 4. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi ? 5. Apa saja faktor-faktor yang mempengarusi stabilitas sediaan suspensi ? 6. Apa saja komponen sediaan suspensi ? 7. Apa pengertian sediaan suspending agent ? 8. Bagaimana penggolongan suspending agent ? 9. Bagaimana formulasi sediaan suspensi ? 10. Bagaimana cara pembuatan sediaan suspensi yang baik sesuai dengan persyarat suspensi? 11. Apa saja evaluasi pada sediaan suspensi ? 12. Apa saja penggunaan suspensi dalam farmasi ? 13. Apa saja kekurangan dan kelebihan sediaan suspensi ? 14. Bagaimana pengemasan dan penandaan sediaan suspensi ? C. Tujuan 1. Dapan mengetahui definisi dari sediaan suspensi 2. Dapat mengetahui persyaratan sediaan suspensi 3. Dapat mengetahui jenis-jenis sediaan suspensi 4. Dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam sediaan suspensi 5. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengarusi stabilitas sediaan suspensi 6. Dapat mengetahui komponen sediaan suspensi 7. Dapat mengetahui pengertian suspending agent 8. Dapat mengetahui penggolongan susspending agent 9. Dapat mengetahui contoh formulasi 10. Dapat mengetahui cara pembuatan sediaan suspensi yang baik sesuai dengan persyarat suspensi 11. Dapat mengetahui evaluasi pada sediaan suspensi 12. Dapat mengetahui penggunaan suspensi dalam farmasi 13. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspensi 14. Dapat mengetahui pengemasan dan penandaan sediaan suspensi



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sediaan Suspensi Menurut Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral adalah sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Menurut Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal 32, Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga.



Menurut Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Menurut IMO, Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, bila digojok perlahan – lahan, endapan harus segera terdispersii kembali. Pengertian suspensi secara umum Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent. Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini. Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau



kedalam larutan spinal. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. Pembagian Suspensi berdasarkan sifat : 1. Suspensi Deflokulasi Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat. Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya. 2. Suspensi Flokulasi Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokulflokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacammacam. Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi. Flokulasi dapat dikendalikan dengan : a. Kombinasi ukuran partikel b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta. c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalm suspensi



B. Persyaratan Sediaan Suspense Menurut FI edisi III adalah Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap Jika dikocok harus segera terdispersi kembali Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama. Menurut FI edisi IV adalah Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung anti mikroba Suspensi harus dikocok sebelum digunakan. C. Jenis - Jenis Suspensi Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. D. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Suspensi 1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes) Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka : Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium



meningkat. Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent. 2. Pembasahan serbuk Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween. 3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh : a. Perbedaan densitas. b. Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin, propilenglikol. 4. Pertumbuhan kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh. Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan Kristal E. Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspense Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : 1. Ukuran partikel. Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. 2. Kekentalan (viscositas) Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.



Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".Keterangan :



3.



V



= kecepatan aliran



d



= diameter clad partikel



p



= berat jenis dari partikel



po



= berat jenis cairan



g



= gravitasi



η = viskositas cairan Jumlah partikel (konsentrasi) Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel



dalam waktu yang singkat. 4. Sifat/muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking. Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas. Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut



kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid). F. Komponen Sediaan Suspensi 1. Bahan Berkhasiat Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu memberikan efek terapi, pada suspensi disebut fase terdispersi, bahan ini mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi 2. Bahan Tambahan a. Bahan Pensuspensi atau Suspending Agent Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. b. Bahan Pembasah Fungsi : menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut Bahan pembasah yang biasa digunakan adalah: surfaktan yang dapat memperkecil sudut kontak antara partikel zat padat dan larutan pembawa. c. Pemanis Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa pada suatu sediaan. d. Pengawet Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam masa e.



penyimpanan yang lama. Pewarna dan Pewangi Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi adalah Oleum



Menthae, Oleum Citrii. f. Bahan Pembawa Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah air dan minyak. g. Pendapar fungsinya untuk mengatur pH, memperbesar potensial



pengawet,



meningkatkan kelarutan. h. Acidifier fungsinya untuk mengatur



pengawet,



pH,



memperbesar



potensial



meningkatkan kelarutan. G. Pengertian Suspending Agent Suspensi agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga



kecepatan sedimentasi diperlambat. Suspending agent berfungsi mendispersikan partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. H. Penggolongan Suspending Agent Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas



cairan tersebut



bertambah



dan



akan



menambah



stabilitas



suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan : Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis . Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan. Termasuk galongan gom adalah : a. Acasia ( pulvis gummi arabici) Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative). b. Chondrus Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.



c. Tragacanth Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator d. Algin Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1- 2%. 2. Golongan bukan gom Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan



cairan



akan



bertambah sehingga



stabilitas



dari



suspensi



menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahantersebut



kedalam



suspensi



adalah



dengan



menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas danfermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat. 3. Bahan pensuspensi sintetis a. Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas da cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan



sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet. b. Golongan organik polimer Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagangsuatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam



air,tidakberacun



dan



tidak



mengiritasi



kulit,



serta



sedikit



pemakaiannya. Sehingga bahantersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.



I. Contoh Formulasi R/



calamin 6 Zinc oxyd 3 Gliserin 3 PGA 5% Aq.Rosarium. Ad 60 cc Kocok dahulu



J. Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum 1. Metode disperse Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian diencerkan 2. Metode Presitipasi Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi. K. Evaluasi Sediaan Suspensi 1. Uji organoleptis Uji organoleptis merupakan pengenalan awal dengan menggunakan panca indra untuk menggambarkan warna, bau, rassa, dan bentuk sediaan yang dihasilkan 2. Uji viskositas



Viskositas produk diukur dengan menggunakan viskometer brookfield. Sejumlah sampel yang telah dilarutkan, dimasukan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer. Viskositasnya (CPS) adalah angka hasil pengukuran X faktor konversi. 3. Uji pH Uji derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya dikalibrasi menggunakan air. Pengukuran dilakukan secara langsung engan mencelupkan mata pH ke dalam sampel lalu ditunggu sampai angka yang muncul pada pH meter stabil. 4. Uji redispersi Uji redispersi yaitu pengujian waktu partikel zat aktif tidak larut mengendap setelah pengocokan. 5. Uji sedimentasi Adapu pengujian volume dan tinggi sedimentasi dilakukan dengan cara menuangkan sediaan suspensi ke dalam gelas ukur untuk kemudian diukur tinggi dan volume endapan yang terbentuk. L. Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi 1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif. 2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan demikian, penguraian dapat dicegah. Contoh : untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air. 3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi. Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi. 4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.



5. Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays). 6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut. 7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit. 8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray. 9. Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol. M. Kelebihan Dan Kelemahan Sediaan Suspensi 1. Kelebihan sediaan suspensi Suspensi merupakan sediaan yang menjamin



stabilitas



kimia



dan



memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih besar. Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit. 2. Kelemahan sediaan suspensi Suspensi memiliki kestabilan yang rendah. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar di tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi ( caking, flokulasi deflokulasi ) terutama jika terjadi flaktuasi atau perubahan suhu. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. N. Pengemasan Dan Penandaan Sediaan Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu



dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu"



BAB III PEMUTUP A. Kesimpulan Suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari dua fase, yang masing – masing fase apabila terdapat di alam tidak akan bisa disatukan atau digabungkan, sediaan suspensi secara garis besar ada tiga jenis yaitu suspensi oral, suspensi topical dan suspensi



otic.



Cara pembuatan suspensi ada dua, yaitu metode dispersi dan metode presitipasi yang keduanya membutuhkan suspending agent dalam prosesnya, baik suspending agent yang berasal dari alam maupun sintetik. B. SARAN 1. Saran bagi pemerintah



Saran penulis bagi pemerintah agar lebih gencar dalam edukasi terhadap tenaga medis maupun masyarakat, agar tidak salah dalam penggunaan atau dalam pengaturan dan perhitungan dosis. 2. Saran bagi masyarakat Saran penulis kepada masyarakat agar lebih kritis dalam membeli dan menerima obat, jangan malu untuk bertanya dan juga jangan lupa untuk selalu menanyakan penggunaan serta dosis obat jenis apapun yang anda terima.



DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995).Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1083, 1084. Dirjen POM Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. (1979).Farmakope Indonesia, EdisiIII. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hal. 639. Ansel, C.H. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta:UI Press.Hal. 103, 104, 105, 118, 119, 112.Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Universitas Indonesia.Hal. 207, 209, 210. Anief, Moh.(1995). Prinsip Umum Dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Hal. 45. Syukri, Y. (2002). Biofarmasetika. Edisi Pertama. Yogyakarta: UI Press. Hal. 31, 36, 37, 38 Pharmacopeia ofthe People’s Republic of China.(2005).Vol. II. Hal. 127