Makalah Union of Labor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam kegiatan ekonomi, ada beberapa hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan sutuperusahaan, diantaranya adalah baiknya sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan. Para manajer sangat sadar akan nilai investasi mereka dalam hal sumber daya manusia. Mulai dari menemukan, mempekerjakan, memotivasi, melatih, mendisiplinkan, dan mengembangkan karyawan menjadi prioritas nomor satu bagi mayoritas bisnis. Adanya hubungan ketenagakerjaan (labour relations) yang merupakan hubungan berkesinambungan di antara sekolompok karyawan dengan manajemen perusahaan, memungkinkan para pekerja membentuk suatu perkumpulan atau organisasi yang dinamakan serikat pekerja. Terbentuknya serikat pekerja ini dikarenakan rasa ketidakpuasan pekerjaan terhadap berbagai kondisi perusahaan. Hubungan ini meliputi negosiasi kontrak tertulis menyangkut gaji, jam kerja, ketentuan kerja dan intepretasi serta pelaksanaan kontrak selama jangka waktu berlakunya. Pengetahuan tentang hubungan ketenagakerjaan dan perundingan bersama adalah penting. Pada kenyataannya, sulit memisahkan hubungan ketenagakerjaan sebagai fungsi sumber daya manuusia dari banyak aktivitas sumber daya manusia lainnya. Penggunaan kegiatan kolektif seperti serikat pekerja ini, menciptakan berbagai kendala atau batasan baru bagi manajemen personalia. Batasan-batasan baru ini dalam praktek pelaksanaanya sulit diterima para manajer. Ini tidak berarti akhir kesuksesan dari suatu organisasi, karena masih banyak perusahaan yang sukses dalam menjalankan usahanya dengan mempunyai satu atau lebih serikat pekerja. B. 1. 2. 3. C. 1.



Rumusan Masalah Apakah itu Serikat Pekerja? Apakah yang dimaksud tawar menawar yang efisien dalam serikat pekerja? Bagaimana pemogokan serikat pekerja dapat terjadi? Tujuan Untuk mengetahui apa itu Serikat Pekerja 1



2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud tawar menawar yang efisien dalam serikat pekerja 3. Untuk mengetahui bagaimana pemogokan serikat pekerja dapat terjadi



2



BAB II PEMBAHASAN A. Serikat Buruh di Indonesia 1. Perkembangan sebelum kemerdekaan Di Indonesia serikat pekerja sudah dikenal sejak akhir abad ke 19 dimna guru – guru Belanda di sekolah Belanda mendirikan organisasi yang bertindak sebagai serikat pekerja. Organisasi pekerja yang pertama terbentuk bersamaan dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 yaitu berdirnya Persatuan Pekerja Kereta Ap dan Term (Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel). Pada tahun 1912 dari serikat – serikat pekerja yang ada, Serikat Islam mendirikan Gabungan Serikat Pekerja maka lahirlah Gabungan Serikat Islam yang pertama di Indonesia. 2. Perkembangan setelah kemerdekaan. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945,belanda dengan membonceng tentara sekutu ingin kembali ke indonesia untuk melanjutka penjajahannya, maka sejak itu mulailah perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Karena dalam barisan buruh indonesia ini semua aliran tergabung didalamnya maka akhirnya timbul (golongan) didalam barisan buruh indonesia. Dalam rangka perjuangan merebut irian barat dan diputuskannya secara pihak perjanjian KMB oleh indonesia maka banyak perusahaan-perusahaan belanda diambil alih oleh indonesia. 3. Perkembangan dalam era demokrasi terpimpin. Pada tamggal 5 juli 1959 presiden mengeluarkan dekrit tentang kembali digunakannya UUD’45 dan sejak itu mulailah dikembangkan demokrasi terpimpin. Untuk mendorong keberhasilan perjuangan pengembalian irian barat yang di kenal dengan perjuangan trikora makapada tahun 1961pembentukan sekretariat bersama ini sebenarnya jugadalam rangka upaya menyatukan gerakan pekerja dalam satu wadah. 4. Perkembangan setelah pemerintah orde baru. Sebagaimana diketahui pemerintah orde baru bertekad untuk melaksanakan pancasila secara murni dan konsekuen dan disamping itu juga bertekad untuk mengembangkan program pembangunan yang berencana dan berkelanjutan. Dalam rangka penyatuan dan penyederhanaan organisasi pekerja maka pada tanggal 1 november 1969 terbentuklah MPBI.Pada bulan mei tahum 3



1972 sebagai tindak lanjut dari seminar yang lalu MPBI mengadakan rapat pleno yang membahas secara mendalam tentang pembaharuan dan penyederhanaan eksistensi SPSI. Dari sidang itu terbentuklah “ikrar bersama” yang intinya adalah sebagai berikut:  Melakukan pembaharuan struktur gerakan buruh sehingga serikat buruh tetap berfungsi sosial ekonomis dan berorientasi kepada pembangunan.  Dari ikrar MPBI ini pada 20-02-1973 lahirlah “deklarasi persatuan buruh seluruh indonesia”  Ada dua hal yang sangat bersejarah dengan lahirnya FBSI tersebut yaitu, : Pertama, serikat pekerja telah berhasil disatukan dalam satu wadah yang selama ini telah menjadi obsesi setiap pimpinan serikat pekerja. Kedua, serikat pekerja telah berhasil melepaskan diri dari kegiatan politik dan menjadi serikat pekerja yang profesional dan mandiri. B. Penentuan Keanggotaan Serikat Buruh Seorang pekerja bergabung pada serikat pekerja jika serikat pekerja menawarkan upah kerja yang lebih tinggi daripada upah yang diterima oleh pekerja tidak bergabung pada serikat pekerja. Kenaikan upah meningkatkan biaya perusahaan, sehingga mungkin ada pemotongan kerja. Jika kurva permintaan perusahaan untuk tenaga kerja inelastis maka pengurangan lapangan kerja kecil (dan sebaliknya). Gambar 11.3 Keputusan untuk bergabung dengan serikat buruh



Garis anggaran diberikan oleh AT, dan pekerja memaksimalkan utilitas dititik P oleh jam kerja h*. kenaikan upah buruh yang diusulkan (dari W* ke Wu) 4



menggeser garis anggaran ke BT. Jika pekerja memotong kembali jam kerja ke ho, pekerja yang lebih buruk (utilitas jatuh dari U untuk Uo unit). Jika pekerja memotong kembali jam kerjanya ke h1, pekerja akan merasa lebih baik.  Permintaan dan penawaran bagi keanggotaan serikat pekerja Secara umum, pekerja lebih cenderung untuk mendukung pembentukan serikat pekerja ketika pengurus serikat pekerja bisa menjanjikan upah yang tinggi dan kerugian kerja kecil. Selain itu, karena ada biaya tambahan untuk bergabung dengan serikat buruh (seperti iuran serikat pekerja), pekerja akan lebih mungkin untuk mendukung serikat ketika biaya-biaya kecil. Faktor-faktor ini menghasilkan "permintaan" untuk serikat pekerja. Permintaan untuk serikat pekerja bukanlah penentu tunggal tingkat serikat pekerja dipasar tenaga kerja. Kemampuan penyelenggara serikat pekerja untuk memberikan pekerja serikat tergantung pada biaya pengorganisasian tenaga kerja, di lingkungan hukum yang memungkinkan beberapa jenis kegiatan serikat buruh, pada perlawanan manajemen untuk pengenalan perundingan bersama, dan apakah perusahaan adalah membuat sewa yang berlebih yang dapat ditangkap oleh anggota serikat. Kekuatan ini, pada dasarnya, menentukan "penawaran" dari pekerja serikat. Tabel 11.2 Keanggotaan serikat pekerja untuk karakteristik tertentu tahun 2001



Dari tabel diatas antara laki-laki dan perempuan yang banyak bergabung pada serikat pekerja adalah laki-laki dengan 15,1 %. Sementara dari sektor industri, pekerja yang bekerja pada sektor pemerintah yang banyak bergabung



5



pada serikat pekerja. Sementara dari ras, orang yang berkulit hitam yang banyak bergabung, dan dari jabatan produsen yang banyak bergabung. C. Serikat pekerja Monopoly Serikat pekerja monopoly adalah sebuah serikat pekerja yang merupakan penjual tunggal tenaga kerja. Model ini menunjukkan beberapa pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Serikat pekerja lebih baik bila kurva permintaan tenaga kerja kurang elastis. Gambar 11.4 Tingkah laku serikat pekerja monopoly



Sebuah serikat monopoli memaksimalkan utilitas dengan memilih titik pada kurva permintaan D yang bersinggungan dengan kurva indiferen serikat pekerja. Serikat buruh menuntut upah sebesar wM dollar dan perusahaan memotong tenaga kerja ke Em (dari tingkat upah yang kompetitif w*). Jika kurva permintaan ini inelastis (seperti dalam D), serikat pekerja bisa menuntut upah yang lebih tinggi dan mendapatkan lebih banyak kepuasan.



D. Aplikasi kebijakan: Serikat pekerja dan alokasi sumber daya Penting untuk dicatat bahwa solusi upah-kerja yang ditunjukkan oleh model monopoli serikat pekerja tidak efisien karena serikat pekerja mengurangi



6



nilai total kontribusi tenaga kerja terhadap pendapatan nasional. Jika pengusaha bergerak sepanjang kurva permintaan sebagai akibat dari tuntutan serikat pekerja untuk menaikan upahnya, serikat pekerja mengurangi pekerja diperusahaan serikat pekerja dan meningkatkan pekerja diperusahaan non serikat pekerja (asalkan pekerja yang terlantar pindah ke pekerjaan non serikat pekerja). Karenaupah (dan nilai dariproduk marjinal tenaga kerja) berbeda antara dua sektor, serikat pekerja memperkenalkan alokasi inefisiensi dalam perekonomian. Gambar 11.5 Serikat Pekerja dan Efisiensi Pasar



Dengan tidak adanya serikat, upah kompetitif w* dan pendapatan nasional diberikan oleh jumlah dari daerah ABCD dan ABCD’. Serikat pekerja meningkatkan upah di sektor 1 ke WU. Para pekerja yang terlantar pindah kesektor 2, menurunkan upah non serikat pekerja ke WN. Pendapatan nasional kini diberikan oleh jumlah daerah AEGD dan AFGD. Misal lokasi tenaga kerja mengurangi pendapatan nasional dengan daerah segitiga EBF.



E. Tawar menawar yang efisien Gambar 11.6 Kurva permintaan dan kurva isoprosit perusahaan



7



Jika upah sebeser Wo maka profit maksimisasi perusahaan (pada pendapatan 100.000 dolar jika menggunakan 100 pekerja. Jika pengusaha ingin menggunakan 50 pekerja dan mempertahankan Profit yang konstan ia harus mengurangi upah. Dengan cara yang sama, jika pengusaha ingin menggunakan 150 pekerja dan mempertahankan profit yang konstant dia juga harus mengurangi upah. Kurva isoprofit, oleh karena itu, mempunyai bentuk U terbalik. Menurunkan kurva isoprofit akan menghasilkan profit yang lebih. Gambar 11.7 Perjanjian efisiensi dan kurva perjanjian



Kurva ini menunjukkan bagaimana perusahaan dan serikat pekerja bergerak pada beberapa kurva permintaan, mulanya perusahaan memberikan upah 8



sebesar w*, pada tingkat upah ini, perusahaan mempekerjakan pekerja sebanyak E* sehingga perusahaan memperoleh profit sebesar π*. Kombinasi ini digambarkan pada utilitas U*. ketika terjadi pada serikat monopoli, pekerja akan memilih untuk berada di titik M karena pekerja tersebut akan memperoleh gaji yang lebih tinggi, perusahaan juga memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ketika perusahaan mempekerjakan sedikit pekerja dengan upah yang tinggi maka produktifitas pekerjanya dapat meningkat sehingga profit perusahaan juga akan naik. Tapi perusahaan akan mencoba untuk turun ke titik Q. karena perusahaan menganggap pengeluaran gaji untuk karyawan bisa turun, namun yang ada justru profitnya turun. Ketika berada dititik Q, serikat pekerja mencoba untuk naik ke titik R karena dia akan mendapatkan upah yang lebih tinggi, laba perusahaan pun juga akan kembali meningkat seperti ketika ada di titik M, serikat pekerja juga akan lebih baik karena utilitasnya meningkat menjadi UR. Ketika perusahaan dan serikat pekerja sama-sama setuju untuk naik ketitik Z maka gaji pekerja juga lebih tinggi daripada sebelumnya yang ada dititik R dan profit perusahaan juga akan meningkat. Kurva PZ adalah kurva kontrak yang menggambarkan titik-titik dimana kurva indifferent serikat pekerja bersinggungan dengan kurva isoprofit perusahaan, jika serikat pekerja dan perusahaan menyetujui kombinasi upah dan pekerja pada kurva kontrak tersebut, maka hal ini disebut perjanjian yang efisien.  Perjanjian yang efisien Perusahaan dan serikat pekerja bisa membuat kesepakatan yang membuat setidaknya satu dari mereka lebih baik tanpa membuat yang lain lebih buruk. Kurva kontrak yang efisien terletak di sebelah kanan kurva permintaan tenaga kerja. Kontrak efisien menyiratkan serikat pekerja dan pengusaha atas upah lebih dan jumlah pekerja.  Memperkerjakan lebih banyak buruh daripada yang di perlukan (Featherbedding) Featherbedding terjadi ketika kontrak kerja membutuhkan Kelebihan pegawai. Praktek Featherbedding dinegosiasikan untuk "membuat pekerjaan" untuk staf tambahan.



9



Contoh ekstrim dari featherbedding adalah pekerja yang ditambahkan ke daftar gaji tetapi tidak pernah bahkan muncul untuk bekerja. Aturan Make-kerja, bagaimanapun, tidak perlu ekstrim. Sebaliknya serikat mungkin memaksa perusahaan untuk mempekerjakan sejumlah pekerja untuk melakukan tugas tertentu, atau untuk mempertahankan rasio modal / tenaga kerja tertentu terlepas dari perubahan teknologi yang mendasari. Misalnya, lebih dari setengah kontrak dalam industri konstruksi mengharuskan mandor dipekerjakan untuk mengawasi sedikitnya tiga pekerja. Semoga kontrak serikat juga membatasi penggunaan perusahaan alat prefabrikasi dan peralatan: 70 persen dari kontrak di tukang pipa serikat membatasi penggunaan bahan prefabrikasi, dan 83 persen dari kontrak di pelukis 'serikat memiliki aturan mengenai ukuran kuas maksimal.  Kontrak yang sangat efisien Jika kurva kontrak adalah vertikal, kesepakatan yang dibuat antara serikat pekerja dan perusahaan sangat efisien karena perusahaan serikat pekerja mempekerjakan tingkat kompetitif kerja. Istihan ini, bukan berarti alokasi efisiensi tapi dibawah kontrak efisiensi yang kuat perusahaan pempekerjakan jumlah tenaga kerja yang “sebenarnya”. Gambar 11.8 Kontrak yang sangat efisien: kurva kontrak vertika



Jika kurva kontrak PZ adalah vertikal, perusahaan akan mempekerjakan pekerja dangan jumlah yang sama dengan yang akan di pekerjakan jika tidak ada serikat pekerja. Serikat pekerja dan perusahaan membelah kurva dengan ukuran



10



sama saat merekabergerak ke atasdan ke bawahkurva kontrak. Pada titik P, majikan menyimpan semua harga sewa, pada titik Z, serikat mendapatkan semua sewa. Kontrak pada kurva kontrak vertikal disebut kontrak sangat efisien.  Bukti tentang Kontrak Efisien Studi empiris telah menemukan bahwa upah-kerja di perusahaan hasil serikat pekerja tidak terletak pada kurva permintaan tenaga kerja. Ada ketidaksepakatan mengenai apakah kurva kontrak adalah vertikal. Kurva kontrak mendefinisikan rentang di mana serikat pekerja dan perusahaan bisa tawar-menawar atas upah dan pekerjaan. Proses perundingan bersama mempersempit kemungkinan ke satu titik pada kurva kontrak. Titik yang dipilih tergantung pada daya tawar dua pihak yang terlibat, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi ekonomi yang dihadapi perusahaan dan pekerja, kemampuan serikat untuk memberikan dukungan keuangan kepada anggotanya dalam kasus pemogokan berkepanjangan, dan lingkungan hukum yang mengatur tindakan yang perusahaan dan serikat pekerja dapat dilakukan untuk "meyakinkan" pihak lain untuk menerima tawaran tertentu. Tidak ada model yang diterima secara luas dari proses tawar-menawar kolektif menunjukkan bagaimana titik tertentu pada kurva kontrak yang dipilih. F. Pemogokan Pemogokan terjadi bila tidak ada pihak yang bersedia memberikan di saat negosiasi. Karena pemogokan mengeluarkan biaya, mereka mengecilkan jumlah sewa di mana para pihak bernegosiasi. Ketika pihak memiliki informasi yang baik tentang biaya dan hasil kemungkinan pemogokan, maka tidak masuk akal untuk melakukan pemogokan. Fakta bahwa pemogokan tidak rasional terjadi dikenal sebagai Paradoks Hicks. Para ekonom telah memiliki waktu yang sangat sulit menjelaskan mengapa pemogokan terjadi. Masalahnya dapat dengan mudah dijelaskan. Misalkan ada senilai $ 100 sewa yang akan dibagi antara serikat pekerja dan perusahaan. Garis miring ke bawah yang ditunjukkan pada gambar 11.9 menggambarkan banyak cara di mana sewa tersebut dapat dibagi. Perusahaan menawarkan pembagian rente yang ditunjukkan oleh titik RF, di mana perusahaan mendapatkan $ 75 dan serikat mendapat $ 25. Serikat membuat tawaran balik di



11



Ru, di mana serikat terus $ 75 dan perusahaan mendapat $ 25. Tidak satu pihak pun ingin menyerah pada yang lain, sehingga pemogokan terjadi.  Pemogokan dan informasi asimertik Beberapa berpendapat bahwa pemogokan terjadi karena pekerja tidak mendapat informasi tentang status keuangan perusahaan. Karena serikat pekerja akan mengalami kerugian selama pemogokan, maka itu akan mengurangi tuntutan sepanjang durasi pemogokan. Sebuah perusahaan tahu bahwa serikat akan mencukupkan permintaannya dari waktu ke waktu. Sebuah perusahaan menimbulkan biaya-biaya selama pemogokan, sehingga akan memilih durasi pemogokan yang dapat memaksimalkan nilai sekarang dari keuntungan. Gambar 11.9 Paradox Hicks :Pemogokan tidak menghasilkan Pareto Optimal



Perusahaan membuat tawaran pada titik RF, menjaga $75 dan memberikan serikat pekerja $ 25. Serikat pekerja menginginkan titik RU, mendapatkan $ 75 untuk anggotanya dan memberikan perusahaan $25. Para pihak tidak mencapai kesepakatan dan pemogokan terjadi. Pemogokan ini mengeluarkan biaya, dan penyelesaian pasca pemogokan terjadi pada titik S, masing-masing pihak



12



menerima $40. Kedua belah pihak bisa setuju untuk penyelesaian pemogokan pada titik R*, dan kedua belah pihak akan menjadi lebih baik. Gambar 11.10 Durasi optimal dari pemogokan



Serikat pekerja akan meminta kenaikan upah mereka dan memperpanjang pemogokan, menghasilkan kurva serikat pekerja yang melawan miring ke bawah. Pengusaha memilih titik pada kurva serikat pekerja yang melawan yang menempatkan dia dikurva isoprofit terendah (sehingga memaksimalkan keuntungan). Hal ini terjadi pada titik P, pemogokan berlangsung periode t dan penyelesaian upah pasca pemogokan adalah Wt. G. Apakah Kesenjangan Upah Serikat Mengukur Keuntungan Upah Serikat? Kesenjangan upah serikat adalah hal yang informatif karena mengukur perbedaan upah antara pekerja terampil dalam sektor serikat dan non serikat. Dapatkah kesenjangan upah ini ditafsirkan sebagai ukuran keuntungan upah serikat? Dengan kata lain, apakah fakta bahwa serikat pekerja menghasilkan sekitar 15 persen lebih dari pekerja non serikat menyiratkan bahwa jika kita menjadi berserikat kami juga akan mendapatkan 15 persen lebih? Jawabannya adalah tidak!



13



Misalkan kontrak serikat memaksa perusahaan untuk membayar pekerja 15 persen lebih dari upah yang kompetitif. Biasanya, perjanjian perundingan bersama juga menjadi hal sulit bagi perusahaan untuk memecat atau memberhentikan pekerja. Karena tingginya biaya tenaga kerja dan karena perusahaan terjebak mempekerjakan pekerja tersebut, perusahaan berserikat mungkin ingin menyaring pelamar pekerjaan dengan sangat hati-hati. Selain itu, premi upah 15 persen mendorong banyak pekerja untuk melamar pekerjaan di perusahaan serikat. Akibatnya, perusahaan hanya memilih hanya parapelamar kerja yang paling produktif. Seiring berjalannya waktu, tenaga kerja perusahaan sebagian besar terdiri dari pekerja yang relatif lebih produktif daripada pekerja di perusahaan-perusahaan non serikat. Kesenjangan upah serikat biasanya diperkirakan dengan membandingkan pekerja di dalam pekerjaan serikat dan non serikat yang memiliki latar belakang sosial ekonomi yang sama. Karena langkah-langkah yang diamati adalah keterampilan maka tidak dapat sepenuhnya memperhitungkan perbedaan keterampilan antara pekerja, pekerja dalam pekerjaan serikat akan lebih produktif daripada dibandingkan dengan pekerja dalam pekerjaan non union. Kesenjangan upah serikat, oleh karena itu, keuntungan upah serikat adalah hal yang terlalu berlebihan. Akibatnya, perkiraan kesenjangan upah serikat tidak dapat digunakan untuk memprediksi berapa banyak pekerja yang dipilih secara acak jika perusahaan nya tiba-tiba menjadi serikat. Diskusi kita menunjukkan bahwa kita harus sangat berhati-hati dalam menentukan apa yang kita maksud dengan efek upah serikat dan bagaimana kita mengelola tentang menghitungnya. Banyak studi berusaha untuk menjaring keluar dampak dari perbedaan keterampilan antara kedua sektor ketika menghitung kesenjangan upah serikat. Dua solusi telah diusulkan. Yang pertama menerapkan teknik ekonometrik yang canggih untuk memperkirakan perkiraan "koreksi selektivitas" dari keuntungan upah serikat. Metodologi ini memungkinkan kita untuk memprediksi apa yang akan didapatkan oleh seorang pekerja serikat jika ia bekerja di pekerjaan non serikat, dan apa pekerja non serikat akan mendapatkan jika ia bergabung dengan serikat buruh. Bukti yang diberikan oleh studi ini menunjukkan bahwa keuntungan upah serikat yang tinggi adalah hal yang



14



mustahil (lebih dari 50 persen) atau sangat rendah (kadang-kadang bahkan menunjukkan bahwa serikat menurunkan upah). Sebuah pendekatan alternatif memperkirakan keuntungan upah serikat pekerja untuk diberikan dari data longitudinal. Studi-studi ini biasanya melaporkan bahwa keuntungan upah serikat lebih kecil dari kesenjangan upah serikat (10 persen versus 15 persen). Oleh karena itu tampaknya seleksi memiliki peran yang penting pada perhitungan efek upah serikat. Studi longitudinal, melihat pekerja bergerak di antara serikat pekerja dan sektor non serikat seolaholah itu sebuah eksperimen alami, dengan seseorang yang ditugaskan secara acak untuk berbagai pekerjaan.  Ancaman dan Efek Spillover (Kelebihan) Sampai saat ini, perhitungan kami efek upah serikat membuktikan bahwa keberadaan sektor serikat tidak mempengaruhi upah non serikat. Menghitung perbedaan upah antara pekerjaan serikat dan pekerjaan non serikat tidak benarbenar mengukur keuntungan upah serikat. Salah satu cara di mana serikat mempengaruhi penetapan upah di sektor non serikat adalah melalui efek ancaman. Oleh karena itu menyiratkan bahwa serikat memiliki dampak positif pada upah non serikat. Akibatnya, efek upah serikat dibedakan berdasarkan upah antara pekerja serikat dan pekerjaan non serikat meremehkan dampak sebenarnya dari serikat pada upah. Pekerja serikat juga mungkin memiliki dampak terhadap sektor non serikat. Sebagai pekerja kehilangan pekerjaan mereka di perusahaan serikat (mungkin karena perusahaan bergerak di sepanjang kurva permintaan dalam menanggapi kenaikan upah serikat mandat), pasokan pekerja di sektor non serikat meningkat, dan upah yang kompetitif jatuh. Perbandingan upah antara pekerja serikat dan pekerjaan non serikat akan melebih-lebihkan dampak serikat pada upah pekerja serikat. Bukti tentang ancaman dan efek spillover biasanya berdasarkan pada tanda korelasi antara upah non serikat di pasar tenaga kerja dan tingkat pekerja serikat di pasar. Jika korelasi ini negatif, menunjukkan bahwa upah non serikat lebih rendah di pasar tenaga kerja dengan tingkat serikat pekerja yang tinggi, pentingnya efek spillover. Jika Korelasi positif, bukti akan menunjukkan bahwa ancaman efek



15



mendominasi. Serikat memiliki kedua ancaman dan spillover efek pada upah non serikat. Upah pekerja non serikat yang lebih rendah adalah kota yang memiliki tingkat serikat pekerja yang tinggi, menunjukkan adanya efek spillover. Upah polisi non serikat lebih tinggi di daerah metropolitan dimana adanya serikat polisi yang kuat, menunjukkan adanya efek ancaman.  Serikat dan Upah Dispersi Distribusi upah pekerja serikat memiliki dispersi kurang dari pekerja non serikat. Bukti menunjukkan bahwa dispersi upah di perusahaan serikat adalah sekitar 25 persen lebih rendah daripada di perusahaan non serikat. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa serikat pekerja mengurangi penyebaran upah dalam ekonomi agregat sebanyak 10 persen. The "kompresi" dari distribusi upah di sektor serikat muncul sebagian karena pekerja serikat adalah kelompok yang lebih homogen daripada pekerja non serikat. Ada juga bukti bahwa serikat meratakan profil usia laba, sebagian karena tampaknya ada kesempatan pelatihan yang lebih sedikit di sektor serikat. Pekerja serikat menghabiskan waktu sekitar 4,2 jam per minggu pada kegiatan pelatihan kerja, dibandingkan 6,1 jam per minggu untuk pekerja non serikat yang sebanding. Telah dikemukakan bahwa pekerja serikat menerima job kerja yang kurang formal dari pekerja non serikat karena aturan serikat kaku menentukan bagaimana dan kapan pekerja dapat digunakan dalam proses produksi mengurangi profitabilty pelatihan.  Serikat pekerja dan Manfaat Tunjangan Pekerja serikat juga mempengaruhi nilai paket tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan . Tunjangan ini meliputi kesehatan dan asuransi jiwa , liburan dan hari sakit , pensiun , dan bonus . Rasio nilai tunjangan upah adalah 20 persen di perusahaan berserikat dan hanya 15 persen di perusahaan non serikat. Karena upah serikat lebih tinggi dari upah non serikat, paket tunjangan yang diterima oleh pekerja serikat bernilai lebih dari paket yang diterima oleh pekerja nonunion . Meskipun banyak literatur berfokus pada dampak serikat terhadap struktur upah , serikat mempengaruhi banyak aspek lain dari hubungan kerja , termasuk produktivitas pekerja , buruh berbalik, dan kepuasan kerja . Satu saluran penting



16



melalui mana perusahaan serikat memperluas pengaruh mereka dikenal sebagai hipotesis suara keluar .  Serikat , Produktivitas , dan Laba Stabilitas yang lebih besar dari pekerjaan di perusahaan berserikat menyediakan saluran pekerja serikat yang giat sehingga dapat memiliki dampak yang menguntungkan pada produktivitas perusahaan. Perputaran tenaga kerja, setelah semua, cukup mahal. Ini mengganggu proses produksi, membutuhkan pengeluaran yang cukup besar dalam kegiatan perburuan, dan meningkatkan biaya pelatihan tenaga kerja. Adanya hipotesis suara, karena itu berarti bahwa serikat dapat meningkatkan produktivitas perusahaan berserikat. Implikasi yang kontroversial telah menerima banyak perhatian. Secara keseluruhan, bukti tampaknya menunjukkan bahwa para pekerja di perusahaanperusahaan serikat memang lebih produktif. Sebuah studi yang cermat produktivitas di industri beton, misalnya, melaporkan bahwa produktivitas pekerja di perusahaan berserikat (diukur sebagai tonase beton per pekerja) adalah sekitar 9 persen lebih tinggi dari produktivitas pekerja di perusahaan nonuion. Di satu sisi, kita tidak boleh terlalu terkejut menemukan bahwa perusahaan serikat yang lebih produktif. Setelah semua, jika perusahaan bergerak ke atas kurva permintaan sebagai akibat dari kenaikan upah buruh, artinya pekerjaan jatuh dan nilai produk marginal tenaga kerja naik. Selain itu, kenaikan upah serikat mungkin "mengejutkan" perusahaan dalam praktik perekrutan lebih. Karena Serikat sering memaksakan aturan ketat pada pemberhentian anggota mereka, perusahaan serikat akan jauh lebih selektif dalam keputusan perekrutan mereka, dan biasanya penyaringan tenaga kerja yang lebih baik akan lebih produktif. Dampak baik dari serikat adalah pada produktivitas, bagaimanapun, tidak cukup besar untuk mengkompensasi perusahaan untuk biaya gaji yang lebih besar. Sebagai akibatnya, perusahaan serikat memiliki keuntungan yang lebih rendah. Sebuah studi yang cermat dari keuntungan dalam persatuan dan perusahaan non serikat menunjukkan bahwa serikat mengurangi tingkat kembali ke modal perusahaan sebesar 19 persen. Nilai pasar dari suatu perusahaan menurun dari dolar untuk dasar dolar sebagai sewa yang didistribusikan ke serikat pekerja. Mengingat dampak negatif



17



serikat terhadap keuntungan dan kekayaan pemegang saham, tidak mengherankan bahwa manajemen perusahaan sering membuat upaya cerdik untuk menjaga serikat keluar. Penerbitan ikatan utang menurunkan kekayaan perusahaan di masa depan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa perusahaan non serikat akan meningkatkan tingkat utang sebesar sekitar $ 1 juta untuk setiap kenaikan persentase poin tambahan dalam tingkat serikat pekerja industri.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Serikat pekerja sangat penting bagi pekerja dan pengusaha dimana dengan serikat pekerja akan terjalin komunikasi di antara kedua belah pihak.Dengan serikat pekerja ,para pekerja akan terjamin hak-hak mereka dan sedangkan untuk pengusaha sendiri akan terjamin pula kewajiban-kewajiban para pekerja kepada pengusaha itu sendiri.dan serikat pekerja sendiri dilindung juga dengan undangundang di negara kita ,oleh karena itu serikat pekerja harus dan jelas setatusnya. B. Saran Dengan adanya Serikat Pekerja/Serikat Buruh hendaknya dapat membawa dampak yang positif bagi hak-hak pekerja mengingat dalam kasus perburuhan yang ada sering ditemukan kurangnya keperpihakan kepada buruh karena lemahnya perlindungan dari pemerintah.



19



Studi Kasus Serikat Pekerja ANALISIS PERSEPSI MANAJEMEN TERHADAP FUNGSI SERIKAT PEKERJA (Studi Kasus Pada PT. APAC INTI CORPORA) Karim, Furgon (2001) ANALISIS PERSEPSI MANAJEMEN TERHADAP FUNGSI SERIKAT PEKERJA (Studi Kasus Pada PT. APAC INTI CORPORA). Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Abstraksi PT. Apac Inti Corpora adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil memiki jumlah pekerja 13.994 orang. Dan jumlah tersebut, pekerja mempunyai satu organisasi pekerja yang disebut dengan Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit Apac Inti Corpora ( SPTSK AIC ). Kegiatan dari SPTSK dibagi dalam 3 bidang yaitu bidang pembelaan, organisasi, dan pendidikan serta bidang kesejahteraan. Dalam pelaksanaannya ketiga bidang tersebut mengimplementasikan dari fungsi Serikat Pekerja, yaitu fungsi aspirator, kemitraan, kesejahteraan, perlindungan dan pengembangan. Hasil penelitian awal Serikat pekerja merasakan adanya persepsi yang negatif dari manajemen terhadap kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh Serikat Pekerja. Penelitian ini hanya difokuskan pada pandangan manajemen terhadap Serikat Pekerja didasarkan atas fungsi-fungsi Serikat Pekerja, yaitu fungsi aspirator, kemitraan , kesejahteraan, perlindungan dan pengembangan. Pada penelitian ini juga dianalisis mengenai perbedaan pandangan terhadap Serikat Pekerja antara tingkat manajer dan tingkat supervisor, serta perbedaan pandangan antara manajer/supervisor non produksi dan manajer/supervisor produksi. Sampel yang diambil 150 pekerja dari 679 populasi.



20



Responden adalah pekerja yang memegang jabatan mulai dari level Junior Supervisor sampai kepada level General Manager. Ada 3 hipotesis dalam penelitian ini, yaitu (1) Ada persepsi negatif dari manajemen terhadap fungsi Serikat Pekerja, (2) Ada perbedaan persepsi antara tingkat manajer dan supervisor mengenai persepsi manajemen terhadap Serikat Pekerja, dan (3) Ada perbedaan persepsi antara manajer/supervisor Non Produksi dan manager/supervisor produksi mengenai persepsi manajemen terhadap Serikat Pekerja. Dengan menggunakan Chi-Square untuk menguji hipotesis, maka hasil analisis dapat diketahui bahwa (1) terdapat persepsi negatif dari manajemen terhadap fungsi Serikat Pekerja (2) terdapat perbedaan persepsi antara manajer dan supervisor terhadap fungsi Serikat Pekerja pada fungsi perlindungan (3) terdapat perbedaan persepsi antara manajer/supervisor non produksi dan manajer/supervisor produksi terhadap fungsi Serikat Pekerja pada fungsi aspirator. Berdasarkan hasil temuan tersebut, implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT. AIC adalah memberikan langkahlangkah strategis dalam menerapkan hubungan industrial yaitu (1) Meningkatkan komunikasi antara manajemen dengan pekerja dan Serikat Pekerja (2) Didalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ketenagakerjaan hams melibatkan Serikat Pekerja (3) Meningkatkan penguasaan teknis mengenai peraturan ketenagakerjaan pada tingkat manajer maupun supervisor (4) Departemen Personalia harus ikut memberdayakan Serikat Pekerja dengan cara melibatkan Serikat Pekerja dalam pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pekerja, juga membantu melakukan pelatihan-pelatihan kepada penguins Serikat Pekerja dan membantu menyusun program kerja Serikat Pekerja. 21



22