Makalah Teknik Labor 1 (Attending) Ivan Syahdila [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEKNIK UMUM ATTENDING Disusun untuk memenuhi tugas, individu : Teknik Labor BKI



Oleh : IVAN SYAHDILA (11940211336)



Dosen Pengampu : RAHMAD M.Pd



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2021



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masalah Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menamakan teknik konseling yaitu



keterampilan konseling, strategi konseling dan teknik teknik konseling. Semua istilah tersebut mengandung pengertian yang sama yakni cara yang digunakan oleh seorang konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yakni nilai sosial, nilai budaya dan nilai agama. Bagi seorang konselor, mengatasi teknik konseling adalah hal yang mutlak diperlukan. Sebab dalam proses konseling, penguasaan teknik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien dengan teknik yang benar sesuai dengan keadaan klien saat itu. Jadi, seorang konselor yang profesional harus mampu menggunakan teknik teknik konseling dengan semestinya, jangan sampai seorang konselor salah menggunakan teknik dalam proses konseling yang nantinya menyebabkan proses konseling tersebut tidak berjalan dengan efektif. B.



Rumusan Masalah 1. Apasajakah yang temasuk dalam teknik-teknik konseling perorangan? 2. Bagaimanakah cara seorang konselor menggunakan teknik attending (menerima klien) saat melaksanakan konseling perorangan? 3. Berapakah jarak duduk dan sikap antara konselor dan klien pada saat melaksanakan proses konseling perorangan? 4. Bagaimanakah kontak mata yang seharusnya diperhatikan oleh konselor ketika melaksanakan konseling perorangan?



C.



Tujuan Penulisan 1. Agar calon konselor masa depan mengetahui bagaimanakah cara melaksanakan konseling perorangan sehingga proses konseling berjalan dengan efektif dan efisien



2. Agar calon konselor mengetahui apa saja yang harus dilakukan saat akan melaksanakan proses konseling sehingga memudahkan klien untuk meceritakan masalahnya D.



Manfaat Penulisan 1.



Untuk mengetahui teknik apasajakah yang digunakan dalam konseling perorangan?



2.



Untuk mengetahui bagaimanakah cara seorang konselor menggunakan teknik attending (menerima klien) saat melaksanakan konseling perorangan?



3.



Untuk mengetahui berapakah jarak duduk dan sikap antara konselor dan klien pada saat melaksanakan proses konseling perorangan?



4.



Untuk mengetahui bagaimanakah kontak mata yang seharusnya diperhatikan oleh konselor ketika melaksanakan konseling perorangan?



5.



Untuk mengetahui bagaimakah cara seorang konselor untuk memulai pembicaraan dengan klien saat konseling perorangan?



6.



Untuk mengetahui bagaimakah penstrukturan dalam pelaksanaan konseling perorangan?



BAB II PEMBAHASAN TEKNIK TEKNIK HUBUNGAN KONSELING PERORANGAN (TEKNIK UMUM) Teknik Umum Konseling Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapantahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya: 1.



Menerima Klien Kesediaan klien dalam proses konseling akan tergantung pada seberapa baik konselor



dapat menerima klien sebagaimana adanya secara positif. Dalam arti konselor tidak menuntut klien tampil dengan kondisi, cara, sikap tertentu, dan tidak memberikan label-label tertentu pada klien. Konselor meyakini dan tidak mempermasalahkan adanya perbedaan dengan klien dalam beberapa hal, seperti perbedaan latar belakang, status ekonomi, usia, profesi, pendidikan, norma dan nilai-nilai yang dimiliki, dan sebagainya. Konselor yang dapat menerima klien secara positif dengan sikap ramah tamah, hangat dan penuh perhatian akan memberikan dampak positif kepada klien. Klien akan merasa bahwa dia benar-benar diterima, dipahami, diperhatikan, dan merasa bahwa konselor benarbenar siap membantunya. Perilaku attending yang baik sangat dibutuhkan, karena : a. Meningkatkan harga diri klien. b. Menciptakan suasana yang aman c. Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas



Penggunaan teknik menerima klien secara tepat akan mempengaruhi hubungan konseling selanjutnya. Klien yang merasa diterima sebagaimana adanya akan mau menjelaskan proses dan hasil konseling secara sukarela dan sungguh-sungguh. Hal ini tentu akan membantu mempercapat tercapainya tujuan konseling yang diharapkan. M. Surya (1988) penerimaan terhadap klien berkaitan dengan pemahaman dan sangat mempengaruhi hubungan antar manusia yaitu hubungan antara konselor dengan klien. Menerima klien berkaitan dengan rasa hormat tehadap individu sebagai pribadi yang memiliki harga diri. Sejalan dengan itu Taylor (dalam M. Surya: 1988) mengidentifikasi ada dua komponen penerimaan. a. Kemampuan menerima kebenaran bahwa individu berbeda satu sama lain, demikian juga cara-cara dan perilaku yang ditampilkan b. Perwujudan diri yang berlangsung dalam pengalaman, bahwa setiap orang memiliki pola yang komplek dalam berbuat, berfikir dan merasa Berikut adalah contoh perilaku attending yang baik : a. Kepala : melakukan anggukan jika setuju b. Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum c. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. d. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. e. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara. Berikut adalah contoh perilaku attending yang tidak baik : a. Kepala : kaku b. Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot. c. Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. d. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara. e. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar



Penerimaan menggambarkan menerima individu sebagaimana adanya, dengan menghormati individu sebagai manusia yang memiliki martabat, akan membantu memperlancar hubungan konseling. Contoh:  Kesegeraan dalam menyambut klien  Mengucapkan salam  Berjabat tangan  Mempersilahkan klien duduk  Menciptkana suasana yang ramah dan hangat  Mnyebut nama klien (kalau sudah kenal) atau menanyakan nama klien (kalau belum kenal)  Memperkenalkan nama konselor  Membicarakan hal-hal yang menarik yang sempat ditangkap dari pertemuan yang singkat tersebut Cara konselor seperti ini akan menggambarkan penerimaan yang positif dari konselor, dan akan menimbulkan rasa diterima secara penuh pada diri klien. 2.



Jarakan dan Cara Duduk. Wawancara biasa berbeda dengan wawancara konseling, khususnya dalam jarak



duduk. Jarak duduk antara konselor dan klien, akan mempengaruhi situasi dan suasana konseling. Jarak duduk yang terlalu jauh akan memberikan kesan kurang akrab. Sedangkan jarak duduk yang terlalu dekat akan menjadikan klien maupun konselor merasa terganggu yang akhirnya dapat menjadikan salah tingkah. Keadaan ini akan berdampak menurunkan daya konsentrasi selama proses konseling berlangsung. Posisi duduk antara konselor dan klien haruslah berhadapan secara sejajar. dalam menyelenggarakan konseling, jarak duduk yang sebaiknya adalah antara 80 cm sampai 100 cm, dengan tidak memakai pembatas atau meja. Tujuan jarak duduk yang demikian agar konselor dapat dengan mudah menangkap isyarat-isyarat yang ditampilkan klien, baik gerakan-gerakan atau isyarat non verbal, sehingga konselor dapat memberikan respon secara tepat, mulai dari awal konseling sampai terakhirnya konseling. Salah satu factor yang mempengaruhi suasana konseling adalah sikap duduk konselor selama menghadapi klien. Konselor yang duduk dengan seenaknya akan memberi kesan santai, dan ini akan ditangkap oleh klien bahwa konselor kurang serius dan kurang menerima



klien. Klien tidak serius diperhatikan dan merasa konselor tidak serius serta kurang siap untuk memberikan bantuan kepada klien. Sikap duduk yang terlalu tegap juga akan memberikan kesan tertentu kepada klien, klien merasa bahwa dirinya sedang berhadapan dengan orang yang mengadili atau mengintrogasinya. Keadaan ini akan membuat klien takut dan ragu-ragu untuk mengemukakan masalahnya. W. S. Wingkel (1991:332) menjelaskan jarak dan cara duduk yang diharapkan dalam konseling perorangan adalah sebagai berikut : ü sedikit membungkuk kedepan ü berjarak antara 80-100 cm ü tidak memakai pembatas atau meja ü duduk tidak bersandar ü tangan diletakkan diatas paha dan kedua kaki harus kebawah ü posisi duduk sejajar ü duduk dengan sikap penerimaan dan keseriusan ü tanpa memegang sesuatu ü tidak membawa buku, pensil, buku agenda lainya Sikap dan jarak duduk yang demikian akan memberikan kesan bahwa konselor memiliki perhatian yang besar terhadap klien, dan benar-benar siap untuk memberikan bantuan. Walaupun sikap dan jarak duduk yang diharapkan adalah seperti yang diuraikan terdahulu, namun perlu disadari bahwa sikap duduk yang demikian tidaklah kaku. Selama proses konseling berlangsung, konselor dapat saja menggerak-gerakkan tangan untuk memberikan respon terhadap isi pembicaraan klien, baik untuk tujuan memberi penguatan maupun mempertegas isi pembicaraan. Sikap duduk yang baik memberikan kesan positif kepada klien, disamping konselor juga lebih bebas untuk memberikan respon yang bersifat non verbal. 3.



Kontak Mata



Kontak mata adalah pusat pandangan konselor yang tertuju pada sasaran yang tepat pada klien. Sasaran yang tepat adalah bila pandangan konselor ditunjukan pada sesuatu secara wajar, sehingga menimbulkan kesan bahwa konselor manaruh perhatian penuh kepada klien. Winkel (1991) mengemukakan bahwa kontak mata dapat mendorong tanggapan verbal dan atau menyatakan sikap dasar konselor pada klien. Pusat pandangan konselor yang diharapkan selama melakukan konseling adalah berkisar di sekitar daerah pas foto klien. Pandangan konselor tidak menantang biji mata klien, atau tidak memandang bagian tertentu saja pada bagian pas foto klien. Pandangan yang tertuju pada bagian tertentu saja pada diri klien atau pandangan yang selalu berpindah-pindah pada bagian-bagian diri klien, akan mempengaruhi sikap klien. Biasanya klien akan canggung berbicara, tidak lancar mengemukakan masalahnya, risih, bahkan bisa menjadi salah tingkah, keadaan ini jelas menggangu jalannya konseling. Lebih jauh Winkel (1991) menjelaskan bahwa kontak mata harus dapat menghindarkan kesan bahwa konselor memaksa, mengejar atau mempermasalahkan klien. Kontak mata yang memandang daerah pas foto klien secara wajar, akan memberi kesan bahwa konselor benar-benar memberikan kesempatan kepada klien untuk mengutarakan masalah dan klien merasa bahwa ia diterima apa adanya.



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan



Konseling perorangan adalah suatu layanan dalam Bimbingan Konseling yang diselenggarakan oleh seorang Konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Dan dalam pelaksanaan Konseling Perorangan ini, ada beberapa teknik umum yang harus digunakan dan dilaksanakan oleh konselor saat melaksanakan konseling perorangan, antara lain sebagai berikut : 1. Menerima klien (attending) 2. Jarak dan cara duduk 3. Kontak mata Dan beberapa teknik diatas hanya sebagian kecil dari teknik umum yang harus dipahami oleh konselor saat melaksanakan konseling perorangan. Teknik-teknik umum dalam konseling perorangan akan mempermudah konselor dalam memahami dan memberikan layanan, sehngga proses konseling pun akan berjalan dengan baik dan lebih efektif.



B.



Saran



Sebagai calon konselor yang profesional, seorang mahasiswa BK harus mampu memahami setiap teknik yang digunakan atau diperlukan pada saat melaksanakan konseling perorangan. Karena setiap penggunaan teknik-teknik konseling baik itu teknik umum maupun teknik khusus akan menentukan keberhasilan proses konseling yang dilakukan. Jadi mahasiswa BK yang nantinya akan menjadi seorang konselor harus benar-benar memahami setiap teknik yang ada dalam konseling perorangan sehingga pelaksanaan konseling perorangan nya berjalan dengan efisien dan efektif.



DAFTAR PUSTAKA



Juntika, Achmad. 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Reflika Aditama Karneli, Yeni. 2000. Teknik dan Laboratorium Konseling 1. Padang : DIP UNP Mampiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Raja Grafindo Persada Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Prayitno. 2004. Layanan Konseling Perorangan. Padang : UNP Press Sofyan S. Willis. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.