Makalah Vertigo Mantap Betul ! [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun. Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.



1



B.



Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa



mampu



menjelaskan



konsep



patologis



vertigo



serta



,menyususn asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami vertigo.



2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian vertigo. b. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari vertigo c. Agar mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari vertigo. d. Agar mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari vertigo e. Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari vertigo f. Agar mahasiswa dapat mengetahui pathway dari vertigo g. Agar mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari vertigo h. Agar mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari vertigo i. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dari vertigo.



C. Manfaat penulisan a. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian vertigo. b. Agar mahasiswa dapat memahami etiologi dari vertigo c. Agar mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari vertigo. d. Agar mahasiswa dapat memahami komplikasi dari vertigo e. Agar mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari vertigo f. Agar mahasiswa dapat memahami pathway dari vertigo g. Agar mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang dari vertigo h. Agar mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan dari vertigo i. Agar mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dari vertigo.



2



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Definisi Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo atau yang disebut juga pusing, pening (giddiness), dan pusing ringan adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh (Quinodoz, D., 1997: 2). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003). Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.



3



Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)



B. Etiologi Berikut ini berbagai penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan vertigo a) Labirin, telinga dalam b) Vertigo Posisional paraksimal benigna (kupulolitiasis) c) Pasca trauma d) Penyakit Meniere e) Labirintitis (Viral, Bakterial) f) Toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin) g) Obstruksi peredaran darah dilabirin h) Neuritis Iskemik (misalnya pada din) i) Infeksi, Inflamasi (misalnya oleh sifilis, herpes zoster) j) Tumor lainnya disudut serebels pontin (misalnya meningioma, metasfase)



C. Manifestasi Klinik Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan 1. Nyeri kepala 2. Kepala terasa berat 3. Merasakan mual yang luar biasa 4. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual 5. Gerakan mata yang abnormal 6. Tiba - tiba muncul keringat dingin 7. Telinga sering terasa berdenging 8. Mengalami kesulitan bicara 9. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar 10. Ada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan



4



D. Komplikasi 1.



Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.



2.



Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.



E. Patofisiologi Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media). Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan. Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII. Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti



5



diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.



F. KLASIFIKASI VERTIGO Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.  VERTIGO VESTIBULAR Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan -



PERIFER Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti: 1. pandangan gelap 2. rasa lelah dan stamina menurun 3. jantung berdebar 4. hilang keseimbangan 5. tidak mampu berkonsentrasi 6. perasaan seperti mabuk 7. otot terasa sakit 8. mual dan muntah-muntah 9. memori dan daya pikir menurun 10. sensitif pada cahaya terang dan suara



6



11. berkeringat



Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau BPPV (gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala), meniere’s disease (gangguankeseimbangan yang sering kali



menyebabkan



hilang



pendengaran),



vestibular



neuritis



(peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran) -



SENTRAL Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal-hal seperti: 1.



penglihatan ganda



2.



sukar menelan



3.



kelumpuhan otot-otot wajah



4.



sakit kepala yang parah



5.



kesadaran terganggu



6.



tidak mampu berkata-kata



7.



hilangnya koordinasi



8.



mual dan muntah-muntah



9.



tubuh terasa lemah



Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit akibat



7



kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil. Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak, diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah. Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik, Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP. 



VERTIGO NON VESTIBULAR Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo psikogenik.



8



Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular Gejala



Vertigo Vestibular



Vertigo Non Vestibular



Sifat vertigo



rasa berputar



melayang, hilang



Serangan



episodik



Mual/muntah



+



Gangguan pendengaran



+/-



Gerakan pencetus



gerakan kepala



Situasi pencetus



-



keseimbangan kontinu gerakan obyek visual keramaian, lalu lintas



Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral Gejala



Vertigo Vestibular



Vertigo Vestibular



Perifer



Sentral



Bangkitan vertigo



lebih mendadak



lebih lambat



Derajat vertigo



berat



ringan



Pengaruh gerakan kepala



++



+/-



Gejala otonom (mual,



++



+



+



-



-



+



muntah, keringat) Gangguan pendengaran (tinitus, tuli) Tanda fokal otak



9



Jenis Vertigo



Disertai Keluhan



Tidak Disertai



Timbul Karena



Berdasarkan



Telinga



Keluhan Telinga



Perubahan Posisi



Vertigo



Penyakit Meniere,



TIA arteri



Benign



paroksismal



tumor fossa cranii



vertebro-basilaris,



paroxysmal



posterior, transient



epilepsi, vertigo



positional vertigo



ischemic attack



akibat lesi



(BPPV)



(TIA) arteri



lambung



Awitan Serangan



vertebralis



Vertigo kronis



Otitis media



Kontusio serebri,



Hipotensi



kronis, meningitis



sindroma paska



ortostatik, vertigo



tuberkulosa, tumor komosio, multiple



Vertigo akut



serebelo-pontine,



sklerosis,



lesi labirin akibat



intoksikasi obat-



zat ototoksik



obatan



Trauma labirin,



Neuronitis



herpes zoster



vestibularis,



otikus, labirinitis



ensefalitis



akuta, perdarahan



vestibularis,



labirin



multipel sklerosis



servikalis



-



Tabel. Gejala yang sering menyertai vertigo Vertigo Periferal (Vestibulogenik



) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)



10



NO



Vertigo Periferal (Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)



1



Pandangan gelap



Penglihatan ganda



2



Rasa lelah dan stamina menurun



Sukar menelan



3



Jantung berdebar



Kelumpuhan otot-otot wajah



4



Hilang keseimbangan



Sakit kepala yang parah



5



Tidak mampu berkonsentrasi



Kesadaran terganggu



6



Perasaan seperti mabuk



Tidak mampu berkata-kata



7



Otot terasa sakit



Hilangnya koordinasi



8



Mual dan muntah



Mual dan muntah



9



Memori dan daya pikir menurun



Tubuh terasa lemah



10



Sensitif pada cahaya terang dan Suara



11



Berkeringat Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara



lain penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).



11



G. PathwayVertigo



12



H. Pemeriksaan Penunjang Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain: 1. Pemeriksaan fisik a) Pemeriksaan mata b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh c) Pemeriksaan neurologik d) Pemeriksaan otologik e) Pemeriksaan fisik umum 2. Pemeriksaan khusus a) Elektronistagmografi Elektronistagrafi yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus dan pergersksn mata yang timbul. b) Audiometri dan BAEP c) Psikiatrik 3. Pemeriksaan tambahan a) Radiologik dan Imaging b) EEG, EMG EEG, EMG yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan somatosensorik. I.



Penatalaksanaan Vertigo



1.



Penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi 



Penatalaksanaan non farmakologi Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya



13



sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo. 



Penatalaksanaan farmakologi Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.



2. Penatalaksanaan Keperawatan a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama. b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup. c) Karena aktivitas



intelektual atau konsentrasi mental dapat



memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat. d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi. e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis



14



vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari. f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.



J. Asuhan Keperawatan sesuai teori 1. Pengkajian data keperawatan a) Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. b) Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan c) Integritas Ego Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,



keputusasaan,



ketidakberdayaan



depresi,



kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik) d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan



15



e) Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius,



tinitus,



perubahan



visual,



sensitif



terhadap



cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema. f) Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. g) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). h) Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit i) Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.



16



2. Diagnosa Keperawatan a. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis b. nausea berhubungan dengan peningkatan TIK c. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit d. intoleran aktifitas berhubungan dengan imobilitas



3. Intervensi Keperawatan a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri akut dapat teratasi. Kriteria Hasil : 1) berat



(1)



2) cukup berat



(2)



3) sedang



(3)



4) ringan



(4)



5) tidak ada



(5)



NOC Kontrol Nyeri



(1605)



1) Ekspresi wajah (2-4)



NIC Manajemen nyeri (1400) 1.1.



2) Nyeri yang dilaporkan (2-4)



Monitor nyeri secara komperhensif Dari lokasi karakteristik durasi dan faktornya



.



1.2.



Dukung istirahat dan tirah baring



1.3.



Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk meredakan nyeri



1.4.



Berikan edukasi mengenai nyeri seperti penyebab dan berapa lama nyerinya



1.5.



Kolaborasi dengan kesehatan yang lain dalam pemberian analgesik



17



b) nausea berhubungan dengan peningkatan TIK Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nausea dapat teratasi. Kriteria Hasil : 1) 2) 3) 4) 5)



Tidak pernah di tunjukan Jarang di tunjukan Kadang-kadang di tunjukan Sering di tunjukan Secara konsisten tunjukan



NOC Kontrol mual & muntah 1618 (hal 246) 1) Mengenali pencetus stimulus (mual) (2-4) 2) Menggunakan langkah pencegahan (2–4) 3) Menggunakan obat antiemetic (2-4)



(1) (2) (3) (4) (5)



NIC Manajemen mual 1450 (hal. 196)



2.1.



2.2.



2.3.



2.4.



Monitor asupan makanan terhadap kandungan gizi dan kalori Lakukan penilaian lengkap terhadap mual, termasuk frekuensi, durasi, tingkat keparahan dan faktor-faktor pencetus dengan menggunakan (pengkajian) seperti self care journal, visual analog scale, duke descriptive scale, dan Rhodes index of nausea and vomiting (INV) form 2 Kolaborasi dengan farmasi dan pastikan obat antiemetic yang efektf diberikan untuk mencegah mual bila memungkinkan (kecuali mual yang berhubungan dengan kehamilan) Ajari penggunaan teknik non



18



farmakologi (misalnya, biofeedback, hipnotis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik



c)



gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait



penyakit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan rasa nyaman dapat sedikit teratasi. Kriteria Hasil : 1. Sangat terganggu



(1)



2. Banyak terganggu



(2)



3. Cukup terganggu



(3)



4. Sedikit terganggu



(4)



5. Tidak terganggu



(5)



NOC 1. Status kenyamanan fisik



NIC (2010)



Terapi relaksasi



(6040)



sakit kepala (2-4)



1.1 dorong klien untuk mengambil posisi



mual (2-4)



yang nyaman dengan pakaian longgar



muntah (3-4)



dan mata tertutup 1.2 berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih. 1.3 gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan dengan (penggunaan ) obat obatan nyeri atau sejalan dengan terapi lainnya dengan tepat. 1.4 tunjukkan dan praktikkan teknik



19



relaksasi pada klien. 1.5 gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (misalnya musik, meditasi, bernafas dengan ritme, relaksasi rahang dan relaksasi otot progresif. G



d)



intoleran aktifitas berhubungan dengan imobilitas



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleran aktifitas dapat teratasi. Kriteria Hasil : 1. Sangat terganggu



(1)



2. banyak terganggu



(2)



3. Cukup terganggu



(3)



4. Sedikit terganggu



(4)



5. Tidak terganggu



(5)



NOC



NIC



Toleransi terhadap aktifitas 1. Manajemen energi (0005) 1) frekuensi nadi ketika beraktifitas (1)- (3) 2) tekanan darah diastolik ketika beraktifitas (1) - (4) 3) tekanan darah sistolik ketika beraktifitas (1) -(4) 4) toleransi dalam menaiki tangga (1)- (4)



( 0180)



4.1 kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan 4.2 monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yg adekuat 4.3 lakukan ROM aktif / pasif untuk menghilangkan ketegangan otot



20



4.4 ajarkan px mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan 4.5 konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri makanan.



21



BAB III PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan pada telinga atau pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan kelemahan otot leher serta keseimbangan tubuh pasien. Dengan adanya pemeriksaan fisioterapi yang teliti maka seseorang dapat mengetahui penyebab dari vertigo tersebut, sehingga fisioterapi dapat melakukan intervensi pada kasus tersebut dengan tepat walaupun dalam pemeriksaan manajemenn pelayanan di Rumah Sakit harus memberikan aplikasi terapi sesuai dengan konsultan darai dokter Rehabilitasi Medik pada kasus vertigo ini yang disebabkan oleh trauma. Berbagai masalah yang timbul pada kondisi ini yaitu adanya nyeri, keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi), penurunan kekuatan otot, serta keseimbangan pasien yang berkurang. Modalitas terapi yang diberikan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu Micro Wave Diathermy (MWD) dan massage terapi. Selain itu pasien juga diberikan edukasi untuk melakukan



latihan di



rumah seperti yang telah diajarkan oleh terapis. Dengan pelaksanaan terapi dengan menggunakan modalitas tersebut



hasil yang diperoleh menunjukkan



perkembangan positif yaitu di buktikannya dengan Micro Wave Diathermy (MWD) dapat penurunkan nyeri, massage terapi dengan teknik stroking dan efflurage dapat meningkatan LGS, massage terapi dengan teknik stroking dan efflurage dapat meningkatan kekuatan otot, serta dengan Standing Balance Test dapat meningkatan keseimbangan sehingga mampu melakukan aktivitas seharihari di lingkungan sekolah dan lingkungan rumahnya dapat meningkatkan kualitas hidup bermasyarakat.



22



DAFTAR PUSTAKA



Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru



Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI



Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB



Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika



Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC



23