Makalah Wawasan Kependidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATA KULIAH WAWASAN KEPENDIDIKAN “TINJAUAN TENTANG TEORI PENDIDIKAN KLASIK DAN TEORI PENDIDIKAN MODERN”



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4 KELAS 1C



1. 2. 3. 4.



Ni Kadek Yunita Lestari Linda Tri Anita I Putu Nararya Kesawa Ni Putu Nia Cipta Dewi



; 2113011038 ; 2113011039 ; 2113011055 ; 2113011075



2021 2021 2021 2021



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2021



KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur kami selaku tim penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat beliau yang telah memberikan



kesempatan



dan



kemampuan



kepada



penulis



untuk



dapat



menyelesaikan makalah yang sederhana ini dalam bidang Wawasan Kependidikan khususnya mengenai “Tinjauan Tentang Teori Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern” dengan tepat waktu. Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan yang telah ada maupun menjadi wawasan baru khususnya dalam hal teori pendidikan klasik dan modern. Penulis juga berusaha membahas materi yang bersumber dari buku, jurnal, dan website ini secara rinci dan terstruktur dengan bahasa yang lugas sehingga mempermudah pembaca untuk memahami isi tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalh ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini kedepannya. Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca. Singaraja, 13 September 2021 Penulis,



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................ i DAFTAR ISI...................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2 1.3 Tujuan..............................................................................................................2 1.4 Manfaat............................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4 2.1 Teori Pendidikan Klasik..................................................................................4 2.2 Teori Pendidikan Modern..............................................................................10 BAB III PENUTUP...........................................................................................17 3.1 Kesimpulan....................................................................................................17 3.2 Saran..............................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18 BAHAN DISKUSI ............................................................................................19



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori pendidikan merupakan landasan dan pijakan awal dalam pengembangan



praktik



pendidikan,



misalnya



pengembangan



kurikulum, manajemen sekolah, dan proses belajar mengajar. Kurikulum dan pembelajaran memiliki keterkaitan dengan teori pendidikan atau dalam penyusunan suatu kurikulum dan rencana pembelajaran yang mengacu pada teori pendidikan. Dalam praktek di lapangan pendidikan sangat penting untuk kita berteori karena pendidikan dalam prakteknya harus dipertanggungjawabkan. Tanpa adanya teori dalam arti suatu alasan rasional yang konsisten serta saling berhubungan, maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan untuk menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955) “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang Jenius”. Hal ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang- orang yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial, dan moral. Sebaliknya apabila pendidikan dalam praktik dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbuatan masingmasing dan bersama-sama dalam pengamalan pancasila. Oleh karena itu, berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik pendidikan. Peran para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang pendidikan 1



memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan metode pembelajaran. Teori pedidikan klasik dan modern merupakan teori yang dapat menjadi alasan teoritis dari praktik dalam pendidikan. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan, dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau materi diambil dari ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli jaman dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Sedangkan, pendidikan modern adalah pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan hingga meninggal dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa agar dapat menumbuhkan



akhlak dan kebiasaan



yang baik sejak awal



pertumbuhan dan perkembangannya hingga mencapai masa pubertas agar terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan penddidikan. Mengingat pentingnya teori sebagai suatu landasan dalam praktek pendidikan, kita sebagai calon pendidik perlu meninjau lebih jauh mengenai teori pendidikan klasik dan teori pendidikan modern. Hal itu karena kita selaku guru nantinya akan terjun langsung dalam praktek pendidikan yang akan melibatkan banyak aspek yang salah satunya adalah peserta didik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan klasik? 2. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan modern? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendidikan klasik. 2



2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud denga teori pendidikan modern. 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis Bagi penulis dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan jiwa kreatifitas, kemampuan, dan pemahaman terkait dengan teori pendidikan klasik dan modern. 2. Bagi Pembaca Bagi pembaca dengan adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan serta wawasan dalam menyikapi teori Pendidikan klasik dan modern.



3



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Pendidikan Klasik Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya. Berikut beberapa ciri pendidikan klasik: 1. Keterikatan secara emosional antara pendidik dan peserta didik. 2. Menekankan isi daripada proses 3. Memiliki Tujuan Tertentu yang bersifat Khusus. 4. Aturan yang dipakai merupakan kebiasaan di masa lampau Beberapa teori dalam pendidikan klasik di antaranya ada 4 aliran yang berbeda, yaitu: 1. Aliran Empirisme Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,



sedangkan



pembawaan



tidak



dipentingkan.



Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis 4



pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir ke dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan



peranan



pengalaman



yang



diperoleh



dari



lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Padahal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak



berusaha



mendapatkan



lingkungan



yang



dapat



mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah lakunya. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.



Meskipun



demikian,



pandangan-pandangan



behavioral ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai berikut: 1. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi. 2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak atau pun balikan dari sesuatu perilaku. 3. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku.



5



2. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua. Faktor perkembangan manusia dalam teori nativisme yaitu: 1) Faktor genetik 2) Faktor Kemampuan Anak 3) Faktor Pertumbuhan Anak Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orang tuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. 6



Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orang tua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya. Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan juga mewarisi bakatbakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan



satu-satunya



faktor



yang



dapat



mempengaruhi



pembentukan dan perkembangan anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas. Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar itu ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh internal frame of reference yang dimilikinya. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan: 1) Mampu memunculkan bakat yang dimiliki. 2)



Mendorong



manusia



mewujudkan



diri



berkompetensi. 3) Mendorong manusia dalam menetukan pilihan. 7



yang



4) Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang. 5) Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki. 3. Aliran Naturalisme Teori ini memandang bahwa pembawaan manusia adalah baik, setiap perubahan yang ada pada diri manusia tergantung pada manusia itu sendiri dan bagaimana dia merespon perubahan dalam lingkungannya.



Pandangan



ini



ada



persamaannya



dengan



nativisme. Aliran naturalisme dipelopori oleh filsuf Perancis (JJ. Rousseau 1712-1778). Berbeda dengan dengan Schpenhaouer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Karena yang perlu dilakukan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui



proses



dan



kegiatan



pendidikan.



Rousseau



ingin



menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan – kemampuannya, dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu berarti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat 8



dibuat-buat dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik. 4. Aliran Konvergensi Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan



bakat



tersebut.



Sebagai



contoh,



hakikat



kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris dan sebagainya. Kemampuan dua orang anak yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang anak tersebut bahasa yang sama. Oleh karena itu Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungannya,



9



seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan. Jadi menurut teori konvergensi: 1) Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan. 2) Pendidikan di artikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik. 3) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.



2.2 Teori Pendidikan Modern Pendidikan modern adalah pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejah awal pertumbuhan dan perkembangannya, hingga mencapai masa pubertas, agar terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sejalan dengan itu, maka pendidikan mengalami perubahan (inovasi), sebab proses pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman hanya akan membuat manusia Stagna. Oleh karena itu, pemahaman atau pandangan orang mengenai hakikat pendidikan itu pun berubah-ubah, yang secara sederhana dapat dikategorikan sebagai pandangan pendidikan tradisional dan pendidikan modern. 1. Pengajaran alam sekitar Salah satu usaha untuk memberikan dasar, agar pendidikan dan pengajaran berhasil ialah mempergunakan lingkungan hidup anak sebagai tolak semua pendidikan. Pengajaran semacam itu 10



dinamai pengajaran heimatkunde atau ekologi. Bapak dari pengajaran itu adalah Fr. A. Finger dari Jerman. Pengajaran alam sekitar penting artinya untuk pengajaran dan pendidikan guna kehidupan anak sekarang dan yang akan datang. Secara singkat berikut ini adalah nilai-nilai pengajaran alam sekitar: a.) Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat memperagakan secara langsung. b.) Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan banyak agar anak aktif, giat tidak hanya duduk, mendengar, melihat tapi dapat mengambil inisiatif untuk memajukan lingkungan hidupnya, daerahnya, dan ikut bertanggung jawab. c.)



Pengajaran



alam



sekitar



memungkinkan



untuk



memberikan pengajaran totalitas yakni pengajaran yang dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang dapat menarik perhatian anak dan diambil dari lingkungan hidup anak. d.) Pengajaran alam sekitar memungkinkan adanya pendidikan yang fungsional, karena bahan pendidikan diambil dari lingkungannya, maka sekolah tidak terpisah dari masyarakatnya. Dan kepandaian anak dapat di aplikasikan dalam masyarakat. 2. Pengajaran pusat perhatian Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat –pusat minat. Pendidikan menurut Decroly adalah Ecole Pour La vic, Par La Vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik, diarahkan, dan dipersiapkan dalam bermasyarakat. Oleh karena itu anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri dan pengetahuan tentang dunianya. Dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan



dunia



harus



hidup



dan



mengembangkan



kemampuannya untuk menggapai cita-cita. Oleh karena itu, ia 11



harus mempunyai pengetahuan yang bersifat subjektif dan objektif atas dirinya sendiri dan dunianya. Metode pengajaran pusat perhatian: a.) Metode global (keseluruhan) Anak-anak mengamati secara global. Hal ini berdasarkan prinsip psikologi gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca dan menulis menggunakan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan dari pada huruf secara tersendiri



b.) Centre d’interst (pusat minat) Anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya) .Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.



3. Sekolah kerja Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan yang menjadi titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampilan dalam pendidikan. Sekolah kerja menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. Bapak dari sekolah kerja ialah G.Kereschensteiner dari Jerman. Tujuan



dari



sekolah



kerja



ini



adalah



menambah



pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku-buku, orang lain, atau pun dari pengalaman sendiri. Selain itu, agar anak memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu. Dan yang terakhir agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. 12



Kereschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, Maka sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sekolah perindustrian, sekolah perdagangan, dan sekolah rumah tangga yang bertujuan untuk mendidik para calon ibu yang diharapkan menghasilkan warga Negara yang baik. Dasar-dasar sekolah kerja: 1) Dalam sekolah kerja anak aktif berbuat 2) Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ialah anak. 3) Sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri, dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang baik 4) Bahan pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan yang berpusat pada masalah kehidupan. 5) Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan yang bersifat hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan berbuat. 6) Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan



atau



menceritakannya



pada



anak



melainkan anak sendiri yang harus menjalani proses berpikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 7) Sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang di dalamnya anak-anak mendapat latihan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral, sosial dan kecerdasan.



13



4. Pengajaran proyek Pengajaran proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan



mengintegrasikan



pengetahuan



baru



berdasarkan



pengalamannya dalam berkreatifitas secara nyata. Pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara komprehensif. Prinsip pokok pengajaran proyek yaitu bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah, dan memasyarakat. Jadi pengajaran proyek adalah suatu bentuk pengajaran dimana guru menyajikan bahan pengajaran agar murid aktif menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang diberikan oleh gurunya. 5. Taman siswa Taman siswa ialah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki hajar Dewantara pada 3 juli 1992 di Yogyakarta. Taman siswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-cita. Menurut Ki hajar Dewantara pendidikan bagi tiap-tiap bangsa berarti pemeliharaan guna mengembangkan generasi muda agar dapat berkembang dengan sehat lahir batin. Sistem pendidikan yang dicita-citakan beliau yakni pendidikan yang berdasarkan kebudayaan suatu bangsa kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat. Dasar pendidikan dan pengajaran dalam Taman Siswa ialah Panca Darma Taman Siswa yang disusun tahun 1947. Dasar-dasar nya ialah: 1) Asas kemerdekaan 2) Asas kodrat alam 3) Asas kebudayaan



14



4) Asas kebangsaan 5) Asas kemanusiaan Antara Konsepsi Panca Dharma yang secara sistematis dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara dengan aplikasi dan realisasi kongkretnya dalam wujud Yayasan Taman Siswa yang beliau rintis dan pimpin sendiri memang jelas terlihat adanya konsistensi dan titik temu antara keduanya. Sehingga orang dengan mudah menyatakan bahwa Panca Dharma merupakan nafas penggerak Taman Siswa. Hal ini bisa dibuktikan dengan dijabarkannya Panca Dharma dalam dasar-dasar pendidikan Taman Siswa yang tercermin dari pernyataan-pernyataan berikut: 1. Pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan tuntunan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga siswa agar kelak di dalam garis-garis kodrat pribadinya mendapat kemajuan lahir batin menuju arah adab kemanusiaan 2. Kodrat hidup manusia menunjukkan adanya kekuatan pada manusia sebagai bekal hidupnya yang perlu untuk pemeliharaan tercipta



dan



kemajuan



pribadi-pribadi



yang



hidupnya. dapat



Sehingga mencapai



keselamatan dalam hidupnya baik individu maupun masyarakat. 3. Adab kemanusiaan yang mengandung arti keharusan serta kesanggupan manusia untuk menuntut kecerdasan dan keluhuran budi pekerti bagi dirinya serta bersamasama dengan masyarakat dalam suatu lingkungan alam dan zaman, menimbulkan kebudayaan kebangsaan yang bercorak khusus dan pasti tetap berdasar atas adab kemanusiaan manusia sedunia. Sehingga terwujudlah



15



individu, kemanusiaan, dan kebangsaan yang saling berhubungan karena persamaan dasar. 4. Kebudayaan sebagai buah dan hasil perjuangan manusia terhadap kekuasaan alam dan zaman, membuktikan kesanggupan



manusia



untuk



mengatasi



segala



kesukaran dalam hidup, guna mencari keselamatan dan kebahagiaan di dalam hidup bersama yang bersifat tertib dan damai, khususnya untuk memudahkan, mempertinggi, dan menghaluskan hidupnya. 5. Kemerdekaan adalah syarat mutlak dalam tiap-tiap segi kehidupan yang berdasarkan keyakinan manusia karena kodratnya sendiri. Hanya dengan terbatasnya pengaruh negatif terhadap kodrat alam itulah akan tercipta suasana aman, sehingga individu maupun masyarakat dapat memelihara, mewujudkan, dan menyempurnakan hidupnya sendiri. Tiap-tiap usaha melawan kodrat alam tersebut akan mempersulit dan menghambat kemajuan hidup siswa. 6. Sebagai usaha kebudayaan, maka tiap-tiap satuan pendidikan berkewajiban memelihara dan meneruskan dasar-dasar dan garis-garis hidup yang terdapat dalam tiap-tiap aliran dan kemasyarakatan, untuk mencapai keluhuran hidup menuju ke arah kemanusiaan yang ideal. 7. Pendidikan dan pengajaran rakyat sebagai usaha sadar guna mempertinggi dan menyempurnakan kehidupan rakyat adalah kewajiban negara, yang oleh pemerintah harus



dilakukan



dengan



sebaik-baiknya



dengan



mengingat dan memperhatikan segala keistimewaan yang sesuai dengan kebatinan masyarakat yang kuat, serta memberikan kesempatan kepada setiap warga 16



negara untuk menuntut kecerdasan budi, kepandaian, dan kecerdasan setinggitingginya menurut kemampuan masing-masing (Sajoga, 1981: 271-271).



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berbagai teori yang dikembangkan saat ini telah mewarnai proses dan praktik pendidikan. Sumbangsih para tokoh dalam menciptakan teori telah memberikan perkembangan dan kemajuan dalam proses pendidikan. Lahirnya teori dalam bidang pendidikan memberikan warna baru terhadap sistem pendidikan, proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan metode pembelajaran. Teori pedidikan klasik dan modern merupakan teori yang dapat menjadi alasan teoritis dari praktik dalam pendidikan. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan, dan meneruskan warisan budaya. Sedangkan, pendidikan modern adalah pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan hingga meninggal dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik 3.2 Saran Perkembangan dunia pendidikan terus berlangsung sejalan dengan tuntutan



hidup manusia. Untuk menjawab perkembangan ilmu



pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin maju dan kompleks, dunia pendidikan juga dituntut untuk peka terhadap perubahan dan perkembangan sekecil apa pun dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks ini peran guru tidaklah kecil. Guru 17



sebagai



ujung tombak pelaksana pendidikan terdepan dituntut untuk terus mengembangkan pengetahuan, kemampuan serta keterampilannya. Oleh karena itu disarankan kepada semua yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan khususnya guru dapat membaca dan memahami teori-teori pembelajaran.



18



DAFTAR PUSTAKA



Astawa, Temon. 2020. Teori-Teori dalam Dunia Pendidikan Modern. Jurnal Penjamin Mutu, 1 (1), 2020, 67-80, https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/article/view /40/49. Diakses pada 13 September 2021, pukul 21.30 WITA. Novita, Eriska. 2020. Teori Pendidikan Klasik dan Modern. https://id.scribd.com/ document/388483016/Teori-Pendidikan-Klasik-Dan-Modern. September 2021, pukul 20.00 WITA.



19



Diakses



pada



13



BAHAN DISKUSI 1. Dalam teori pendidikan klasik sistem pendidikannya lebih menekankan pada isi pendidikan dari pada proses atau bagaimana cara mengajarkan peserta didik. Pendidikan klasik juga berfokus kepada pembentukan pribadi, moral dan sifat-sifat mental peserta didik. Sedangkan di masa sekarang teori pendidikan modern sudah banyak di terapkan sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Bagaimana pendapat kalian mengenai dua teori pendidikan tersebut, apakah pendidikan klasik masih perlu di terapkan di era modern ini? Atau sebaliknya, kita lebih baik menerapkan teori pendidikan modern saja dan tidak lagi menerapkan teori pendidikan klasik? 2. Dalam teori pendidikan klasik terdapat aliran konvergensi. Yang mana perintis aliran tersebut adalah William Stern. Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungannya. Menurut pendapat kalian apakah kalian setuju dengan pernyataan tersebut? Sertakan alasannya. 3. Dalam teori pendidikan modern terdapat pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat –pusat minat. Dimana, Anak harus dididik, diarahkan, dan dipersiapkan dalam bermasyarakat. Menurut pendapat kalian apakah penting diajarkannya pusat perhatian tersebut? Selain itu apakah manfaat yang didapatkan jika belajar tentang pengajaran pusat perhatian? 4. Menurut anda, Panca Dhrma taman siswa apakah masih relevan jika diterapkan di pendidikan di masa sekarang?



20