Maklah NGT BB TB Lila Imt [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Naso Gastric Tube (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat (Metheny & Titler, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma, 2009). Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran LLA atau LILA dapat digunakan untuk mengetahui status gizi bayi, balita, bumil, anak sekolah, serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan tanpa mengetahui umur. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. IMT atau sering juga disebut indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukuran komposisi tubuh yang paling umum dan sering digunakan. Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan. Bagi anakanak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti anomali anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress pernafasan atau 1



tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak terkadang agak sedikit dipaksakan. Begitu juga dengan megukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar panggul, dan indeks kebutuhan tubuh sangan perlu untyk diketahui untuk berbagai keperluan dalam dunia kesehatan. Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan nyaman (Walley & Wong, 2000).



1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan NGT ? 2. Apa tujuan dan manfaat dari pemasangan NGT ? 3. Bagaimana tindakan pemasangan dari NGT ? 4. Apa alat dan bahan pemasangan NGT ? 5. Bagaimana prosedur kerja pemasangan NGT ? 6. Apa pengertian berat badan (BB) ? 7. Bagaimana rumus menghitung berat badan ideal ? 8. Bagaimana pengukuran berat badan anak ? 9. Apa pengertian tinggi badan (TB) ? 10. Bagaimana cara pengukuran tinggi badan anak ? 11. Bagaimana cara pengukuran tingggi secara berdiri ? 12. Apa pengertian lingkar lengan atas ( LILA) ? 13. Bagaimana langkah-langkah LILA ? 14. Bagaimana mengukur lingkar perut (LP) ? 15. Apa pengertian indeks masa tubuh ( IMT ) ? 16. Bagaimana cara pengukuran IMT ? 17. Bagaimana kategori IMT ? 18. Bagaimana akiabat dari kekuranagan dan kelebihan IMT ?



2



1.3. Tujuan  1. Menjelaskan pengertian NGT ? 2. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari pemasangan NGT ? 3. Menjelaskan tindakan pemasangan dari NGT ? 4. Menjelaskan alat dan bahan pemasangan NGT ? 5. Menjelaskan prosedur kerja pemasangan NGT ? 6.



Menjelaskan pengertian berat badan (BB) ?



7. Menjelaskan rumus menghitung berat badan ideal ? 8. Menjelaskan pengukuran berat badan anak ? 9. Menjelaskan pengertian tinggi badan (TB) ? 10. Menjelaskan cara pengukuran tinggi badan anak ? 11. Menjelaskan cara pengukuran tingggi secara berdiri ? 12. Menjelaskan pengertian lingkar lengan atas ( LILA) ? 13. Menjelaskan langkah-langkah LILA ? 14. Menjelaskan mengukur lingkar perut (LP) ? 15. Menjelaskan pengertian indeks masa tubuh ( IMT ) ? 16. Menjelaskan cara pengukuran IMT ? 17. Menjelaskan kategori IMT ? 18. Menjelaskan akiabat dari kekuranagan dan kelebihan IMT ?



3



BAB II PEMBAHASAN A. Nasogastric Tube ( NGT ) I. Defenisi NGT NGT adalah singkatan dari atau sering juga disebut nasogastrik, merupakan istilah yang merujuk pada pemasangan suatu selang yang dimasukkan melalui hidung  sampai ke lambung. Ini sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada pasien yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan dan obat-obatan dengan cara biasa atau secara oral. NGT juga digunakan untuk mengeluarkan isi lambung. II. Indikasi Dan Kontraindikasi NGT Indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut: 1. Pasien tidak sadar. 2. Pasien kesulitan menelan. 3. Pasien yang keracunan. 4. Pasien yang muntah darah. 5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut. Kontraindikasi NGT : 1.



Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.



2.



Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.



3.



Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.



4.



Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.



4



5. Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT. 6. Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutris III. Tujuan Pemasangan NGT Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang tidak mungkin melalui oral, atau jika asupan tidak mencukupi, dengan memasukkan nutrisi melalui NGT langsung ke lambung. Adapun tujuan dari pemasangan NGT adalah sebagai berikut: 1. Memasukkan makanan cair/obat-obatan cair. 2. Mengeluarkan cairan/isi lambung & gas yang terdapat didalam lambung, misalnya mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau pendarahan pada lambung. 3. Mengirigasi karena pendarahan/keracunan. 4. Mencegah/mengurangi Nausea Vomitus. 5. Mengambil spesimen pada lambung. Pasien Yang Perlu Melakukan Pemasangan NGT : 1. Pasien tidak sadar (koma) 2. Bayi prematur 3. Gangguan pencernaan bagian atas 4. pasien yang tidak bisa makan sendiri



5



IV. Alat Dan Bahan Pemasangan NGT 1. Selang pemasangan NG sesuai usia klien 2. Jelly yang larut dalam air 3. Kapas alkohol 4. Pinset anatomis 5. Bengkok 6. Plester 7. Gunting 8. Klem 9. Kassa steril 10. Tissue 11. Spuit 10 cc, sesuai kebutuhan 12. Sarung tangan 13. Stetoskop 14. Spatel lidah 15. Senter 16. Handuk 17. Segelas air putih 18. Strip indikator PH 19. Air dalam kom kecil 20. Makanan dalam bentuk cair dan obat V. Prosedur Kerja Pemasangan NGT (SOP) Adapun langkah-lagkah pada prosedur pemasangan NGT yang benar adalah sebagai berikut : A.



TAHAP PRAINTERAKSI



1. Cek catatan medis dan perawatan. 2. Cuci tangan. 3. Menyiapkan alat dan bahan serta obat-obatan yang akan digunakan. 6



B.



TAHAP ORIENTASI DAN PEMASANGAN



1.



Memberi salam dan menyapa pasien.



2.



Panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri.



3.



Menerangkan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuan tindakan pemasangan NGT.



4.



Atur posisi pasien (tidur telentang dengan kepala ditinggikan pakai 1-2 bantal) sehingga mempermudah pada saat pemasangan NGT dilakukan.



5.



Petugas menggunakan sarung tangan.



6.



Ukur panjang tube/selang yang akan digunakan dengan menggunakan metode : 1. Metode tradisional; Ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun telinga dan keprosesus xipoideus di strenum. 2. Metode Hanson; Mula-mula ditandai 50 cm pada tube / selang lalu lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dengan tanda tradisional.



7.



Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.



8.



Oleskan jelly pada selang NGT sepanjang 10-20 cm.



9.



Informasikan kepada pelanggan bahwa selang akan dimasukkan melalui hidung dan instruksikan kepada pasien agar menelan perlahan.



10. Jika selang NGT sudah masuk periksa letak selang dengan cara : a.



Pasang spuit yang telah diisi udara kira-kira 10-20 ml lalu dorong sehingga udara masuk kedalam lambung kemudia dengarkan dengan menggunakan stetoskop di daerah lambung.



b.



Masukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkok yang berisi air. Jika ada gelembung udara berarti masuk kedalam paru-paru, jika tidak ada gelembung udara berarti masuk kedalam lambung.



11. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung. 12. Tutup ujung luar NGT.



7



Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah sebagai berikut: 1.  Siapakan spuit besar ukuran 50 cc. 2. Siapakan makanan cair seperti susu, jus, dll. 3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok. 4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan udara dengan mengklem. 5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung. 6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung, biarkan makanan mengalir secara alamai mengikuti gaya gravitasi. 7. Makanan yang di masukkan maksimal 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka dapat dilakukan 4 kali. 8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang bakteri. 9. Setelah selesai rapikan peralatan.



B. Berat badan (BB) I. Pengertian Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma, 2009). Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena



8



terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah makan yang dikonsumsi. Pada prinsipnya ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)balance scales dan spring scale. Contoh beam balance ialah dancing, dan spring scale adalah timbangan pegas. Karena pegas mudah melar timbangan jenis spring scsle tidak dianjurkan untuk digunakan berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu panas. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar !0% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 – 1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 – 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt) II. Rumus Menghitung Berat Badan Ideal a. Rumus Sederhana Perkiraan Berat Badan Normal = Tinggi Badan – 110 Contoh : Tinggi kita dari kaki sampai kepala : 160 cm Maka Berat badan kita = 160 - 110 = 50 kg.



9



Catatan: Kelebihan Berat Badan / Overweight =  > 10% s/d 20% dari yang seharusnya Kegemukan / Obesitas / Obesity = > 20% dari yang seharusnya Kurus = < 10% kurang dari yang seharusnya.



Rumus ini sering digunakan karena memang paling mudah. Cukup dengan mengukur tinggi badan, kebanyakan orang langsung dapat secara instan menghitung perkiraan berat badan normalnya. Namun ketepatan rumus sederhana ini tidak dapat diaplikasikan secara umum. Patokan berat badan ideal pria tentu saja berbeda dengan wanita, begitu pula orang dewasa dan anak-anak. Untuk itu ada daftar perhitungan yang lebih tepat:



b. Daftar Perhitungan Berat Badan Ideal Untuk Mengukur berat badan ideal kita bisa mangunakan 2 cara : 1. Perhitungan Berat Ideal Konvensional a. Berat Badan Ideal Bayi (Anak 0-12 bulan) Rumus = (umur (bln) / 2 ) + 4



b. Berat Badan Ideal untuk Anak (1-10 tahun) Rumus = (umur (thn) x 2 ) + 8 c. Remaja dan dewasa Rumus = (TB - 100) - (TB - 100) x 10% atau Rumus = (TB - 100) x 90%



10



d. Ibu Hamil Rumus = BBI + (UH x 0.35)



Keterangan : BBIH = Berat Badan Ibu Hamil UH = Umur Kehamilan dalam Minggu 0.35 = tambahan berat badan kg per minggunya



Penjelasannya: BBI = (TB-110) jika Tinggi Badan diatas 160 cm BBI = (TB-105) jika Tinggi Badan dibawah 160 cm BBI = (TB-100) jika Tinggi Badan dibawah 150 cm



Dengan mengikuti perhitungan dari daftar tersebut, akan diperoleh perkiraan berat badan ideal yang seharusnya. Jangan serta merta panik jika berat badan tidak tepat dengan angka perhitungan. Sebab range berat badan normal adalah plus/minus 10% berat idealnya.



Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu : 1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg 2. Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 = n + 9



11



3. Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus : ( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8 Keterangan : n adalah usia anak 4. Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus : Umur (tahun) X 7 – 5 III. Cara pengukuran berat badan anak 1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja. 2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi. 3) Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang. 4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut : BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu 5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan. 6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.



12



SOP PENGUKURAN BB PADA BAYI PENGERTIAN



mengukur berat badan bayi dengan



TUJUAN



mengunakan alat timbangan untuk mendapatkan data obkjektif mnganai



INDIKASI



berat badan bayi Dilakukan kepada: 1.Pasien bayi/anak yang baru masuk untuk dirawat 2.Pasien bayi/anak dengan penyakit tertentu, misal:DM, jantung, dan nefritis 3.Pasien atau anak yang dirawat (secara rutin) 4.Pasien tertentu sesuai kondisi pasien, sewaktu-waktu



KONTRAINDIKASI PERSIAPAN ALAT



Persiapan Alat 1.Timbangan badan bayi/anak dalam keadaan siap pakai   2.Buku catatan   3.Kain pengalas timbangan   4.Ruang yang terang dan hanga



PROSEDUR KERJA



A. TAHAP PRA INTERAKSI 1. Persiapan diri perawat 2. lakukan identifikasi pasien melalui dokumen pasien : nama, umur, nama ibu kandung, indikasi dan 13



kontraindikasi B. TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik ( senyum, salam, tanyakan kondisi pasien) 2. Perkenalkan diri, identifikasi klien dan validasi identitas pasien 3. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Menutup pntu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy pasien C. TAHAP KERJA 1.



Cuci tangan.



2. Jelaskan prosedur untuk orangtua.Rasional: mencuci tangan adalah metode prinsip mencegah penyebaran infeksi. 3. Identi fi kasi pasien. Mintalah orang tua untuk melepaskan pakaian anak, kecuali diaper anak.R a s i o n a l : u n t u k memungkinkan pemeriksaan yang lebih lengkap. Para p e n d a m p i n g orangtua akan menghibur bayi 4. Tempatkan bayi pada timbangan bayi, berjajar kain pelindung, atau handuk. Timbanganharus seimbang pada angka nol sebelum pengukuran.Rasional: kain atau 14



handuk menyediakan lingkungan yang lebih bersih atau lebih hangat. Mintalah kenyamanan orangtua. 5. dan dukungan untuk si bayi. Pasti kan bahwa orang tuatidak mengerahkan berat tambahan.Rasional: ini akan menngurangi bayi rewel, yang akan membuat membaca ti mbanganlebih mudah 6. Dapatkan pembacaan seksama pada skala timbangan. Angkat bayi dari timbangan. Lepasdiaper dari bayi. Tempatkan diaper pada timbanganR a s i o n a l : b e r a t diaper dan kain pelindung saja akan memungkinkan k i t a u n t u k   menghitung berat bayi.6. Hitung berat badan bayi. Ingat, berat total – diaper/kain pelindung = berat badan bayiRasional: menghindari kesalahan perhitunga 7.



Dokumentasikan hasil kami segera pada pasien. Rekam dan dan catat pada g r a fi k    pertumbuhan (growt chart).Rasional: dokumentasi yang akurat adalah satu-satunya metode



15



untuk pemantauan pola tumbuh kembang D. TAHAP TERMINASI 1. Bereskan peralatan 2. Buka sarung tangan 3. Melakukan evaluasi hasil tindakan 4. Berpamitan dengan klien 5. Mencuci tangan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



SOP PENGUKURAN BB PADA ANAK PENGERTIAN



Menimbang berat badan dengan



TUJUAN



menggunakan timbangan badan 1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi. 2. Membantu menentukan program pengobatan, diit, dll.



INDIKASI KONTRAINDIKASI PERSIAPAN ALAT



1. Timbangan bayi dalam keadaan siap pakai. 2. Buku catatan. 3. Kain pengalas timbangan. 4. Persiapan klien 5. Bayi diselimuti dengan kain khusus (dibedong).



PROSEDUR KERJA



A. TAHAP PRA INTERAKSI 16



1. Persiapan diri perawat 2. lakukan identifikasi pasien melalui dokumen pasien : nama, umur, nama ibu kandung, indikasi dan kontraindikasi B. TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik ( senyum, salam, tanyakan kondisi pasien) 2. Perkenalkan diri, identifikasi klien dan validasi identitas pasien 3. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Menutup pntu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy pasien C. TAHAP KERJA 1. Timbangan disetel dengan angka penunjuk pada angka nol. 2. Anak berdiri di atas timbangan. 3. Berat badan dicatat dalam catatan medik bayi. 4. Anak dirapikan, alat – alat dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula. D. TAHAP TERMINASI E. Bereskan peralatan F. Buka sarung tangan G. Melakukan evaluasi hasil tindakan H. Berpamitan dengan klien I. Mencuci tangan J. Mencatat kegiatan dalam lembar



17



catatan keperawatan



SOP PENGUKURAN BB PADA DEWASA PENGERTIAN



Menimbang berat badan dengan



TUJUAN



menggunakan timbangan berat badan 1. Mengetahui berat badan dan perkembangan berat badan bayi. 2. Membantu menentukan program pengobatan, diit, dll.



INDIKASI KONTRAINDIKASI PERSIAPAN ALAT



1. Timbangan 2. Kertas 3. Alat tulis



PROSEDUR KERJA



A. TAHAP PRA INTERAKSI 1. Persiapan diri perawat 2. lakukan identifikasi pasien melalui dokumen pasien : nama, umur, nama ibu kandung, indikasi dan kontraindikasi B. TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik ( senyum, salam, tanyakan kondisi pasien) 2. Perkenalkan diri, identifikasi klien dan validasi identitas pasien 3. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Menutup pntu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy pasien 18



C. TAHAP KERJA At 1. atur timbangan sehingga jarum menunjukkan angka 0 (nol) dan seimbang 2.  2. Anjurkan pasien berdiri diatas timbangan tanpa sepatu / sandal, pakaian jangan terlalu tebal. 3.   3.Baca berat badan 4.     D. TAHAP TERMINASI 1. Bereskan peralatan 2. Buka sarung tangan 3. Melakukan evaluasi hasil tindakan 4. Berpamitan dengan klien 5. Mencuci tangan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



C. Tinggi badan (TB) I. Pengertian Tinggi Badan



19



Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan  factor umur dapat dikesampingkan. Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Pengukuran tinggi badan bermaksud untuk menjadikanya sebagai bahan menentukan status gizi. Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk mengukur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan tulang rangka, terutama rangka extrimitas (tungai dan lengan). Untuk tinggi badan peranan tungkai yang dominan. Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang sudah bisa berdiri digunakan alat microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm. Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita fibreglas (pita tukang jahit pakaian) dengan bantuan papan data dan tegak lurus dengan lantai. Pengukuran dengan pita fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku. Persyaratan tempat pemasangan alat adalah didinding harus datar dan rata dan tegak lurus dengan lantai. Dinding yang memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pada lantai keramik) tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan saat pemasangan mikrotoise adalah saat sudah terpasang dan direntang maksimal ke lantai harus terbaca pada skala 0 cm. Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu : 20



a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992): a. Lahir : 50 cm b. Umur 1 tahun : 75 cm c. 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77 II. Cara pengukuran tinggi badan anak a. Usia kurang dari 2 tahun : 1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran) 2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi) 3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. 4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Untuk lebih jelasnya.



b. Usia 2 tahun atau lebih :



21



1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur. 2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. III. Cara Pengukuran Berdiri 1. Membelakangi dinding dimana microtoie terpasang dengan posisi siap santai (bukan siap militer), tangan disamping badan terkulai lemas, tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempel di dinding. 2. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus diperiksa ketentuan ini sebelum membaca hasil pengukuran. 3. Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala. 4. Bagi terukur yang berjilbab agak sedikit ditekan agar pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk terukur yang memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau digeser ke bagia kiri kepala. 5. Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. 6. Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut 90 derajat), apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus. 7.



Bacaan pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabila tinggi terukur 160 cm, harus ditulis 160,0 cm (koma nol harus ditulis). Tinggi badan kurang dari 145 cm atau kurang merupakan salah satu risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi.



SOP PENGUKURAN TB PADA BAYI 22



Persiapan alat A. fase pra interaksi



Timbanga berat badan 1. Identifikasi kebutuhan dan indikasi pasien 2. Cuci tangan 3. Siapkan alat



B. Fase Interaksi



1. Beti salam, panggil klien dengan namanya 2. Jelaskan tujuan dan prosedur kerja 3. Beri



kesempatan



kepada



klien



untuk



bertanya C. Fase Kerja



Mengukur dengan pita : 1. Siapkan pita pengukur (meteran) 2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampaimenempel pada meja (posisi ekstensi) 3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. 4. Memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer adalah sebagai berikut : 1. Sebelum



mengukur



panjang



bayi



letakkanlah alat pada permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat. 2. Beri alas yang tidak terlalu tebal, 23



bersih, dan nyaman misalnya selembar selimut tipis atau kertas tisu yang lebar. 3. Sebelum megukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala bayi misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi 4. Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skala pengukur 5. Letakkan



bayi



dengan



kepala



menempel pada bagian kepala atau head board 6. Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut atas liang telinga berada pada garis yang tegak lurus dengan bidang infantometer. 7. Usahana dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi 8. Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infantometer 9. Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur menahan agar lutut bayi lurus 10. Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan lembut 11. Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau menggerakkan bagian kaki



atau



foot



board



sehingga



menempel dengan tumit bayi. 12. Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas 13. Baca



ukuran



panjang



badan



bayi 24



sampai 0,1 cm terdekat. Pengukuran dapat dilakuakan pada satu atau dua kaki bayi.



D. Terminasi



Evaluasi



hasil



dan



respon



klien,



dokumentasi hasilnya, lakukan kontrak untuk



kegiantan



kegiatan,



selanjutnya,



membereskan



alat



akhiri



dan



cuci



tangan.



SOP MENGUKUR TINGGI BADAN PADA ANAK-ANAK PENGERTIAN TUJUAN INDIKASI KONTRAINDIKASI PERSIAPAN ALAT PROSEDUR KERJA



Pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi untukmengetahuitinggibadandanpertumbuhanpadaanak-anak Microtoise A. TAHAP PRA INTERAKSI 1. Persiapan diri perawat 2. lakukan identifikasi pasien melalui dokumen pasien : nama, umur, nama ibu kandung, indikasi dan kontraindikasi B. TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik ( senyum, salam, tanyakan kondisi pasien) 2. Perkenalkan diri, identifikasi klien dan validasi identitas pasien 3. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Menutup pntu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy pasien a)    25



C. TAHAP KERJA a) Tempelkan dengan paku microtoise tersebut pada dinding yang lurus datar setinggi tepat 2 meter. Angka 0(nol) pada lantai yang datar rata. b)    Lepaskan sepatu atau sendal. c)    Berdiri tegap seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang harus menempel pada dinding, dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan. d)   Turunkan microtoise sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding. e)    Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan microtoise. f)     Catat angka tinggi badan dalam sentimeter. D.TAHAP TERMINASI 1. Bereskan peralatan 2. Buka sarung tangan 3. Melakukan evaluasi hasil tindakan 4. Berpamitan dengan klien 5. Mencuci tangan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



SOP pengukuran tinggi badan orang dewasa Pengertian



Pengukuran tinggi badan digunakan untuk



Tujuan



menilai status perbaikan gizi 1.Untuk mengetahuitinggibadan yang dimilikioleh orang dewasa 26



2.untuk keperluansyaratmasuksekolah,kerja,dll Indikasi a.    Keperluan ergonomik b.    Arsitektur, desain pakaian c.    pemeriksaan tumbuh kembang anak termasuk status nutrisi d.    keperluan syarat masuk sekolah militer e.    keperluan identifikasi ras atau data forensik lainnya Kontraindikasi



a.    Pasien yang tidak bersedia diperiksa/tidak setuju dengan inform consent b.    Subjek yang tidak bisa mengikuti prosedur pemeriksaan



Persiapanalat Prosedurkerja



A. TAHAP PRA INTERAKSI 1. Persiapan diri perawat 2. lakukan identifikasi pasien melalui dokumen pasien : nama, umur, nama ibu kandung, indikasi dan kontraindikasi B. TAHAP ORIENTASI 1. Salam terapeutik ( senyum, salam, tanyakan kondisi pasien) 2. Perkenalkan diri, identifikasi klien dan validasi identitas pasien 3. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan 27



cukup penerangan. Menutup pntu/jendela atau skerem untuk menjaga privacy pasien C. TAHAP KERJA a.



Perawat mencuci tangan



b.



Pada klien yang dapat berdiri : menggunakan alat pengukur khusus



c.



Pada klien yang tidak dapat berdiri : dengan penggaris atau segitiga sikusiku



d.



Mencatat tinggi badan Merapihkan alat



e.



Perawatmencucitangan D. TAHAP TERMINASI 1. Bereskan peralatan 2. Buka sarung tangan 3. Melakukan evaluasi hasil tindakan 4. Berpamitan dengan klien 5. Mencuci tangan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan



D. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA atau LILA) I. Pegertian Lingkar Lengan Atas Pengukuran LLA atau LILA dapat digunakan untuk mengetahui status gizi bayi, balita, bumil, anak sekolah, serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan tanpa mengetahui umur. Bersama dengan nilai triseps skinfold dapat digunakan untuk menentukan otot lengan. Lingkaran otot lengan merupakan gambaran dari masa otot tubuh. (Atikah Proverawati, hal 147) Lingkar lengan atas (LLA) dan lingkar otot lengan atas (LOLA)



28



digunakan untuk menilai status nutrisi. Satuan untuk ukuran LLA adalah centimeter. LLA diukur dengan menggunakan alat ukur yang umum digunakan tukang jahit (tape around). Pengukuran dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan. Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.



II. Langkah-langkah LILA Langkah-langkah pengukuran LILA secara urut yaitu : 1. Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon) 2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku 3. Tetukan titik tengah lengan 4. Lingkarkan pita LILA tepat pada titik tengah lengan 29



5. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlalu longgar 6. Pembacaan skala yg tertera pada pita (dalam cm (centi meter)



Gambar di atas adalah cara menentukan titik tengah untuk mengukur LILA (perhatikan tangan harus ditekuk 90 derajat)



Gambar di atas adalah posisi tangan saat membaca nilai LILA (tangan diluruskan setelah tadi ditekuk 90 derajat)



Hasil pengukuran LILA kemudian diubah dalam bentuk persentase dengan standar: 1. Laki-laki : 29,3 cm 2. Perempuan : 28,5 cm 30



Interpretasi status gizi berdasarkan %% LILA:



1.



Obesitas: >120%



2.



Overweight : 110-120%



3.



Normal : 90-110%



4.



Underweight : < 90%



Contoh, misal hasil pengukuran LILA Ny. Nita adalah 26 cm.Hasil persentase LILA adalah 26/standar LILA perempuan x 100% = 26/28,5x100% = 91,23 % (maka status gizi Ny Nita adalah NORMAL.Bagaimana? Gampang bukan? Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengukur LILA yaitu: 1. Apabila orang tidak kidal, pengukuran dilakukan pada lengan KIRI, sedangkan pada orang kidal dilakukan pada lengan kanan. 2. Lengan dalam posisi bebas (tanpa lengan baju, tanpa pelapis) 3. Pastikan lengan tidak tegang atau kencang 4. Pastikan pita LILA tidak dalam keadaan kusut. 5. Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri. 6. Lengan harus dalam posisi bebas. 7. Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. 8. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya tidak rata (Arisman, 2007).



Pengukuran pada ibu hamil : Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal



31



bahu. Bila responden keberatan, minta izin pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup. 1. Tentukan posisi pangkal bahu. 2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut. 3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya. 4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku). 5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA. 6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. 7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka yang lebih besar). 8. Tuliskan angka pembacaan Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK). Bumil yang KEK berpotensi melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Sasaran : Wanita Usia Subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil. Alat : pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.



SOP LILA PENGERTIAN



Suatu cara untuk mandeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam untuk mengetahui adanya kelompok beresiko



TUJUAN



kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) 1. Mengetahui resiko KEK WUS , baik Bumil maupun calon ibu ,untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi 32



BBLR 2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih ALAT DAN



berperan dalam pencengahan dari penangulangan KEK Alat : - pita LILA



BAHAN SOP



-buku resgister pengukuran LILA Alat tulis : buku status pasien 1. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Mempersilahkan pasien untuk menggulung lengan baju kiri atau kanan bagi pasien yang kidal 3. Menentukan posisi pangkal bahu dan ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan dilipat kearah perut 4. Tentukan titik tengah lengan antara pangkal bahu dan ujung siku 5. Kemudian lingkarkan pita LILA antara pangkal bahu dan ujung siku. Melingkarkan pita LILA pada lengan , pitanya jangan terlalu ketat atau terlalu longgar 6. Memebaca hasil pengukurannya pada skala pita yang di tunjukkan oleh garis merah. Bila hasil pengukuran pada pita LILA 90 ,Perempuan 80 > 80



33



Pengukuran lingkar perut lebih memberikan arti dibandingkan IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral) karena peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.8 Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal atau sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. BerandaSOP LINGKAR PERUT



A. Persiapan alat 1. Baki dan alasnya 1. 2. Jangka panggul/pelvimetri 3. Meteran   2. 3. 4.   5 6.



B. Tahap pre interaksi



Cek catatan perawatan dan catatan medis klien Cuci tangan Siapkan/dekatkan alat-alat C. Tahap orientasi



Berikan salam, panggil klien/keluarga dengan namanya Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada keluarga



34



D. Tahap kerja 7.



Berikan kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai



8.



Berikan privasi pada klien, Kemudian anjurkan klien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam



9.



Minta klien untuk berbaring di tempat tidur dengan satu bantal di bagian kepala, kemudian tutupi bagian tubuh klien yang tidak termasuk area yang akan diperiksa Distansia Spinarum 1.



Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskan



2.



Perawat menghadap klien, ambil jangka panggul



10 3.



Cari dengan telunjuk tulang SIAS (spina iliaka anterior superior) di kiri dan kanan panggul



1.



Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut



2.



Jarak normal adalah: 23-26 cm



Distansia Kristarum 1. 11 2.



Klien berbaring telentang dengan kedua kaki diluruskan Perawat menghadap klien, ambil jangka panggul



3.



Cari dengan telunjuk tulang Krista iliaka di kanan dan kiri panggul



4.



Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut



5.



Jarak normal adalah : 26-29 cm



12 Distansia Tuberum: 1.



Pengukuran melintang dari pintu bawah panggul (PBP)



35



2.



Klien berbaring terlentang dengan kedua kaki diluruskan



3.



Perawat menghadap klien



4.



Cari dengan telunjuk tulang iskiadium di kanan dan di kiri panggul



5.



Tempatkan ujung jangka panggul pada masing-masing tulang tersebut



6.



Jarak normal adalah: 10,5-11 Konjugata externa



1.



Klien berbaring miring membelakangi perawat dengan kedua kaki di luruskan



13 2. 3.



Perawat dengan posisi di belakang klien mengambil jangka panggul cari dengan telunjuk tulang lumbal V tempatkan ujung jangka panggul kemudian cari tulang simfisis pubis bagian atas dan tempatkan ujung jangka panggul yang lain



4. 14



jarak normal adalah : 18-20 cm Lingkar panggul luar Jarak normal adalah: 80-90 cm



15



E. Tahap terminasi



16 Evaluasi kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (subyektif dan obyekti) 17 18 19



Simpulkan hasil kegiatan Berikan reinforcement positif pada keluarga Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya



20 Akhiri kegiatan



36



21



Cuci tangan F. Dokumentasi



22.



Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan



F. Indeks Massa Tubuh ( IMT ) I. Pengertian Indeks Massa Tubuh IMT atau sering juga disebut indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukuran komposisi tubuh yang paling umum dan sering digunakan. Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah alat pengukuran yang berguna untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan untuk evaluasi klinik pada obesitas anak (Daniels et al, 1997). IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan indeks quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2)). Interprestasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak karena anak lelaki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang berbeda. IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko komplikasi medis (Pudjiadi et al, 2010). Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran 37



secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al.,2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: II. Pengukuran IMT Menurut rumus metrik: IMT =    Berat Badan (Kg) [Tinggi Badan (m)]2 Atau menurut rumus Inggris: IMT = Berat badan (lb) / [Tinggi badan (in)]2 x 703 III. Kategori Indeks Massa Tubuh Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, intrepretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin (CDC, 2009). Secara umum, IMT 25 ke atas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk IMT telah dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI di bawah 18,5 sebagai sangat kurus atau underweight, IMT melebihi 23 sebagai berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sehingga 22,9. Obesitas dikategorikan pada tiga tingkat: tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), dan tingkat III (>40) (CDC, 2002). Tabel 1: Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (WHO, 2004)



38



BMI (kg/m2) Classificasion Underweight



Principal cut-off points < 18,50



Severe thinness



< 16,00



Moderate thinness



16,00 – 16,99



Mild thinness Normal Range Pre Obese Obese



17,00 – 18,49 18,50 – 25,99 25,00 – 29,99 >30,00



Obese class I



30,00 – 34,99



Obese class II



35,00 – 39,99



Obese class III



>40,00



Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 2.3 Batas Ambang IMT Indonesia (Depkes, 2003) Kategori IMT (Kg/m2) Gender



Pria



Wanita



Kurus



Normal



Kegemukan Tingkat Tingkat berat



18 – 25



ringan >25 – 27



kg/m2 17 – 23



kg/m2 >23 – 27



kg/m2



kg/m2



27 kg/m2



27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat (Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000) 1.    Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori kurus Indeks massa tubuh di kategorikan kurus jika pembagian berat per kuadrat tingginya kurang dari 18 kg/m2. Penyebabnya rata-rata dikarenakan konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan. Kerugiannya jika seseorang masuk dalam kategori ini antara lain : a.     Penampilan cenderung kurang menarik b.    Mudah letih c.     Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit yang dihadapi antara lain: penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare d.    Wanita kurus kalau hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah



40



e.     Kurang mampu bekerja keras. 2.    Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normal Indeks massa tubuh masuk ketegori normal jika pembagian berat per kuadrat tingginya antara 18 sampai 25 kg/m2. Kategori ini bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh. Sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi. Keuntungan dari IMT yang normal ini antara lain: a.     Penampilan menarik, proporsional, dan lincah b.    Resiko penyakit bisa di minimalisir menjadi lebih rendah. Adapun cara untuk mempertahankan IMT dalam grid yang normal ini adalah: a.     Mempertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan menu gizi seimbang. b.    Perlu kebiasaan olah raga yang teratur. c.     Tetap melakukan kebiasaan fisik sehari-hari. 3.    Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori berlebihan (kegemukan) Menurut Direktorat Gizi Masyarakat RI tahun 2002, kegemukan atau obesitas digolongkan menjadi dua kategori, yaitu: a.     Kelebihan berat badan tingkat ringan b.    Kelebihan berat badan tingkat berat. Obesitas berpotensi menjadi faktor primer kasus degeneratif dan metabolik sindrom. Beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas adalah risiko yang paling tinggi untuk penyakit jantung, DM, dan beberapa jenis kanker. Adapun kerugian atau resiko dari kategori ini adalah: a.     Penampilan kurang menarik 41



b.    Gerakan tidak gesit dan lambat c.     Merupakan faktor resiko penyakit: Jantung dan pembuluh darah, Kencing manis (diabetes mellitus), Tekanan darah tinggi, Gangguan sendi dan tulang (degeneratif), Gangguan fungsi ginjal, Kanker, Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur), faktor penyulit pada saat persalinan (Charlotte, 2000). VI.  Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Kekurangan indeks massa tubuh adalah: 1.    Pada olahragawan Tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemah tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh. 2.    Pada anak-anak Tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia. 3.    Pada kelompok bangsa Tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori



42



kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. (CORE, 2007). Kelebihan indeks massa tubuh adalah: 1.    Biaya yang diperlukan tidak mahal 2.    Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang. 3.    Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada table IMT.



SOP PENGUKURAN IMT Menghitung IMT merupakan alat sederhana untuk membantu status gizi 1.Pengertian



orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan



2.Tujuan



berad badan. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengukuran status gizi



3.Kebijakan



dewasa yaitu diatas usia 18 tahun di Puskesmas.u UPTD Surat penetapan kebeijan kepala UPTD puskermas 440/C.VII.SP.0001.11/436.6.6.3.59/2016



tentang



nomor



penyusunan



rencanalayanan medis dan terpad u UPTD puskesmas. 4. referensi



5.alat bahan



Penilaian status gizi



dan 1. Alat: a. Timbangan b. Mikcrotoice 2. Bahan:43



6.proses



atau



1. Petugas melakukan penimbangan berat badan



langkah-



2. Petugas melakukan pengukuran tinggi badan



langkah



3. Petugas menghitung IMT dengan rumus yang ada 4. Petugas menglasifikasi hasil IMT yang didapat a. Kurus a) Kekurangan berat badan tingkat berat 18,5-25,0 c. Gemuk a) Kelebihan berat badan tingkat ringan>25,0-27,0 b) Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 5. petugas membaca hasil perhitungan IMT dan memberi tahukan klasifikasinya



G. Memberi Makan Peroral Standar Operasional Prosedur “SOP MEMBANTU MEMBERIKAN MAKANAN PER ORAL”



1.



Pengertian



Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan memberikan bantuan sesuai dengan  kebutuhan tubuh pasien untuk



2.



Tujuan



proses kehidupan . Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi



3.



Indikasi



1.



Pada pasien yang bisa makan sendiri.



2.



Pada pasien yang tidak bisa makan sendiri.



44



4.



Kontraindikasi



5.



Persiapan Alat



1. Baki alas penyajian 2. Serbet makan 3. Piring berisi nasi atau bubur 4. Mangkok berisi sayur atau kuah 5. Piring kecil berisi lauk 6. Sendok makan 7. Sendok garpu 8.  Gelas berisi air minum 9. Sedotan atau pipet 10. Mangkok untuk cuci tangan 11. Buah-buahan



6.



Prosedur Kerja



I. Tahap Prainteraksi 1.



Persiapan diri perawat



2.



Perawat melakukan validasi data



3.



Menyiapkan alat



II.



Tahap orientasi



1. Perawat meperkenalkan diri dan sapa nama pasien 2. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga 3. Minta persetujuan dari pasien ataupun keluarga sebelum melakukan kegiatan 4. Pasien disiapkan dipinggir tempat tidur 5. Menutup pintu atau jendela atau memasang sampiran III.



Tahap kerja



1.



Bawa alat-alatnya kedekat pasien



2.



Perawat mencuci tangan



3.



Pasangkan atau beri pasien serbet untuk alas



45



Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien



4.



dengan hati-hati Bantu pasien untuk memotong lauknya bila



5.



diinginkan 6.



Persilahkan pasien untuk makan dan minum



7.



Bila pasien tidak bisa makan dan minum sendiri , suapi pasien sedikit demi sedikit sambil berkomunikasi dengan pasien Memberi pasien minum obat (sesuaikan dengan



8.



dosis yang diberikan) Berikan pasien buah setelah selesai makan (bantu



9.



pasien jika tidak bisa mengkonsumsi buah sendiri) Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet



10.



atau tisu 11.



Kembalikan pasien ke posisi semula yang nyaman



12.



Bereskan alat dan perawat mencuci tangan



IV.



Tahap Terminasi



1. Perawat



mencatat



kegiatan



pada



lembar



dokumentasi 2. Perawat mengevaluasi kegiatan dengan keluarga 3. V. 1.



Berpamitan dengan pasien dan keluarga Tahap Evaluasi



Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)



2.      2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya 3.      3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi



46



H. Grafik Nutrisi WHO Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan sebuah kurva pertumbuhan standar yang menggambarkan pertumbuhan anak umur 0-59 bulan di lingkungan yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan optimal anak. Untuk membuat kurva pertumbuhan ini, WHO melakukan penelitian multisenter pada tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan untuk menggambarkan pertumbuhan anak yang hidup di lingkungan yang tidak memiliki faktor penghambat pertumbuhan. Data dikumpulkan dari 6 negara yaitu Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan Amerika. Penelitian ini terdiri atas dua bagian; pertama adalah penelitian longitudinal (subyek diikuti dari lahir sampai usia 2 tahun); dan kedua adalah penelitian cross-sectional (pada anak usia 1,5 sampai 5 tahun). Panjang badan diukur pada posisi tidur telentang untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2 tahun tinggi badan diukur sebagai tinggi berdiri. 1. Penelitian longitudinal Pada awal penelitian terdapat 1737 subyek yang memenuhi kriteria penelitian, namun data yang digunakan adalah data 882 subyek yang menyelesaikan penelitian ini. Subyek diberi makan sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu mendapat ASI sampai usia 12 bulan dan mendapat makanan tambahan setelah berumur 6 bulan. Ibu subyek penelitian tidak merokok. 2. Penelitian cross-sectional Subyek diambil dari strata demografik yang sama dengan subyek penelitian longitudinal. Terdapat 6669 subyek usia 18-71 bulan yang masing-masing dinilai dalam satu kali pengukuran. IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5 tahun dapat menggunakan kurva pertumbuhan WHO. CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO 1. Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun), berat badan.



47



2. Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan. 3. Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT. 4. Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.



CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO 1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata 2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah pertumbuhan. 3. Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2. 4. Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2. 5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat menggunakan tabel berikut ini.



Tabel-Growth-Chart-WHO 48



Catatan : 1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi. 2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika diukur menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT terhadap umur. 3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat. 4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih. 5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997). Panjang Badan menurut Usia A.Laki-laki 1. 0-6 Bulan 2. 6 Bulan - 2 Tahun 3. 0-2 Tahun 4. 0-5 Tahun 5. 2-5 Tahun B.Perempuan 1. 0-6 Bulan 2. 6 Bulan - 2 Tahun 3. 0-2 Tahun 4. 0-5 Tahun 5. 2-5 Tahun Berat Badan menurut Usia A.Laki-laki 49



1. 0-6 Bulan 2. 6 Bulan - 2 Tahun 3. 0-2 Tahun 4. 0-5 Tahun 5. 2-5 Tahun B.Perempuan 1. 0-6 Bulan 2. 6 Bulan - 2 Tahun 3. 0-2 Tahun 4. 0-5 Tahun 5. 2-5 Tahun Berat Badan menurut Panjang Badan (0-2 Tahun) 1. Tahun Laki-laki 2. Tahun Perempuan Berat Badan menurut Tinggi Badan (2-5 Tahun) 1. Tahun Laki-laki 2. Tahun Perempuan Indeks Massa Tubuh untuk Usia A.Laki-laki 1. 0-2 Tahun Laki-laki 2. 0-5 Tahun Laki-laki 3. 2-5 Tahun Laki-laki B.Perempuan 1. 0-2 Tahun Perempuan 50



2. 0-5 Tahun Perempuan 3. 2-5 Tahun Perempuan Lingkar Kepala menurut Usia A.Laki-laki 1. 0-13 Minggu 2. 0-2 Tahun 3. 0-5 Tahun B.Perempuan 1. 0-13 Minggu 2. 0-2 Tahun 3. 0-5 Tahun Lingkar Lengan Atas 1. Laki-laki 2. Perempuan Lipatan Kulit Subskapular Menurut Usia 1. Laki-laki 2. Perempuan I. Pengukuran Lingkar Kepala SOP MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI RS Wahana Baru



MENGUKUR LINGKAR KEPALA BAYI / ANAK



kota Batu



51



(example)



No. Dokumen



No Revisi



Standar Prosedur



Tanggal terbit



Ditetapkan Oleh



Operasional



Halaman



Direktur



Pengertian



Pengukuran yang dilakukan menggunakan alat ukur (meteran) untuk



Tujuan



mengukur lingkar kepala bayi Untuk mengetahui lingkar kepala bayi yang baru lahir, bayi / anak



Kebijakan



dengan hidrosepalus SK: No…./RS……/…../…. Tentang pedoman pengorganisasian



Prosedur



komite keperawatan RS…. 1.      Persiapan alat 1. Pengukur / meteran 2. Buku, alat tulis 2.      Cara mengukur lingkar kepala bayi 1. Cuci tangan 2. Beri posisi bayi / anak yang akan diukur 3. Lilitkan pengukur untuk mendapatkan lingkaran / ukuran keliling letak puncak kepala, letak dahi dan letak belakang kepala bayi. 4. Lihat pada alat pengukur dan besarnya lingkar kepala 5. Ikat alat pengukur dan gulungkan kembali 6. Baringkan bayi / anak pada posisi semula 7. Catat hasil pengukuran kedalam catatan keperawatan 8. Kembalikan alat pengukur pada tempatnya semula 9. Cuci tangan



UNIT TERKAIT 1.   1. Ruang Perawatan 2.   2. IGD STANDART OPERATING PROCEDURE PENGUKURAN LILA



52



Kebijakan



Pelaksanaan Pelayanan BP Umum harus mengikuti langkah-langkah kerja



Tujuan



pada Protap Terapi Pengukuran LILA



Referensi



Draft Standard Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Antenatal Care dan



Alat dan Bahan



IMS 1. Pita Ukur LILA 2. Alat tulis



Langkah-langkah



Cara Kerja : 1. Cuci tangan 2. Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan 3. Minta pasien untuk menyingsingkan lengan baju tangan kiri sampai pada pangkal bahu 4. Minta pasien untuk melipat siku 5. Letakkan titik nol pita LILA pada ujung bahu dan ditarik ke ujung siku, baca hasilnya diujung siku tersebut dan tentukan pertengahan (dibagi dua) dan beri tanda di lengan pasien 6. Pindahkan pita LILA ke pertengahan lengan pasien dan masukkan ke ujung pita 7. Eratkan ke tangan pasien dan bacalah hasilnya 8. Informasikan hasil pengukuran pada pasien 9. Catat 10. Cuci tangan



DAFTAR TILIK N



URUTAN KEGIATAN



O 1 2



Apakah petugas melakukan cuci tangan ? Apakah petugas menjelaskan tindakan yang akan



3



dilakukan pada pasien ? Apakah petugas meminta pasien untuk menyingsingkan



DILAKUKAN YA TIDAK TB



53



4 5



lengan baju tangan kiri dan melipat siku ? Apakah petugas melakukan pengukuran dengan benar? Apakah petugas menginformasikan hasil pengukuran



6



pada pasien ? Apakah petugas melakukan cuci tangan ?



J. SOP MENGUKUR LINGKAR DADA Pentingnya Pengukuran Lingkar Dada pada Bayi Baru Lahir, karena Angka kematian bayi berat lahir rendah (BBLR) mencerminkan derajat kesehatan masyarakat. Bayi-bayi ini lebih mudah untuk menjadi sakit bahkan meninggal dibanding dengan bayi berat lahir normal. Langkah utama untuk menyelamatkan BBLR agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah melalui deteksi dini BBLR pada saat dilahirkan yang diikuti dengan upaya tindak lanjut tepat sasaran. Penimbangan bayi baru lahir merupakan cara terbaik untuk deteksi dini BBLR, namun dilapangan tidak selalu tersedia alat timbang yang akurat. Pengukuran Lingkar Dada (LIDA) bayi segera setelah dilahirkan dapat dipakai sebagai pengganti penimbangan berat lahir untuk deteksi dini BBLR. Pengukuran lingkar dada sederhana, murah dan efektif. Dengan deteksi BBLR dan intervensi segera akan menjamin kelangsungan hidup bayi. Lidah Merupakan Indikator Deteksi Dini Bayi Berat Lahir Rendah  Tujuan Pengukuran Lingkar Dada a. Umum Mendeteksi secara dini BBLR sebagai dasar intervensi dalam rangka mewujudkan kesehatan bayi yang optimal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. b. Khusus a) Semua bayi baru lahir yang tidak ditimbang dilakukan deteksi dini dengan pengukuran lingkar dada. 54



b) Tatalaksana BBLR yang tepat sasaran utnuk mencegah akibat BBLR, baik dirumah maupun disarana kesehatan c) Disetiap desa ada kelompok masyarakat yang membantu pendataan BBLR dan merujuk BBLR. d) Membantu menurunkan angka kematian bayi sesuai sasaran melalui upaya kelangsungan hidup BBLR. e) Setiap bayi yang telah diukur LIDAnya dicatat dengan cermat dan dilaporkan. Bayi Sehat menghasilkan Tumbuh Kembang Yang Optimal Bagaimana Mengukur Lingkar Dada 1. Alat Ukur a) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita pengukur lingkar dada yang ditandai dengan angka dalam satuan sentimeter (cm), dengan ketelitian 0,1 cm dan warna merah, kuning dan hijau. b) Disepanjang pita ditengahnya terdapat garis mendatar disertai ukuran dikiri dan kanannya. 2. Cara Mengukur a) Letakkan pita lida ditempat yang rata, marka menghadap kebawah b) Setelah bayi dibersihkan dari darah dan lendir, baringkan bayi ditengah-tengah pita. c) Upayakan bayi dalam keadaan tenang. d) Yakinkan bahwa garis mendatar disepanjang tengah pita jatuh dikedua putting susu bayi. e) Lingkarkan ujung pita dan selipkan kedalam celah yang ada, sampai pita melingkari tubuh bayi dengan lembut dan rata disepanjang garis puting susu. f) Baca dan catat ukuran LIDA pada pita (pada tanda panah) sampai milimeter terdekat (misalnya 27,5 cm). 3. Batas Ambang a. BBLR - Warna Merah : < 27,0 cm 55



- Warna Kuning : 27,0 – 29,4 cm b. Bayi Berat Lahir Normal - Warna Hijau : >= 29,5 cm Jangan Menarik Pita Terlalu Kencang Dan Jangan Sampai Melintir Apa Arti Warna Pita



K.



Warna merah



: artinya berat bayi setara dengan < 2000 gram



Warna kuning



: artinya berat bayi setara dengan 2000 – 2499 gram



Warna hijau



: artinya berat bayi setara dengan >= 2500 gram



Pasien Bedrest



Standar Operasional Prosedur “Pengukuran Berat Badan Pada Pasien bedrest”



1.



Pengertian



Pengukuran yang dilakukan menggunakan alat ukur berat (timbangan) untuk mengetahui berat tubuh seseorang.



2.



Tujuan



1) Untuk mengetahui berat tubuh normal / tidak normal. 2) Untuk menentukan dosis pengobatan dan diet.



3.



Indikasi



3.



Pasien bedrest



4.



Pasien dengan penyakit tertentu, misal : DM, Jantung dan Nefritis.



4.



5.



Pasien atau anak yang dirawat (secara rutin).



6.



Pasien tertentu sesuai kondisi pasien, sewaktu-waktu.



Kontraindikasi



56



5.



Persiapan Alat



1) Bed scale. 2) Buku catatan. “Timbangan badan dalam keadaan siap pakai.”



6.



Prosedur Kerja



VI. Tahap Prainteraksi 4.



Persiapan diri perawat



5.



Perawat melakukan validasi data



6.



Menyiapkan alat timbangan



VII.



Tahap orientasi



6. Perawat meperkenalkan diri dan sapa nama pasien 7. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga 8. Minta persetujuan dari pasien ataupun keluarga sebelum melakukan kegiatan VIII.



Tahap kerja



1. Persiapkan timbangan 2. Atur timbangan dengan jarum pada angka nol 3. Pasien berbaring di atas ranjang dengan tenang 4. Kemudian pasien diangkat oleh gendongan pada timbangan 5. Baca dan catat hasil 6. Pasien diangkat kembali keatas ranjang dengan tenang dan posisi nyaman 7. Bereskan ala-alat yang digunakan IX.



Tahap Terminasi



4. Perawat



mencatat



kegiatan



pada



lembar



dokumentasi 5. Perawat mengevaluasi kegiatan dengan keluarga 6.



Berpamitan dengan pasien dan keluarga BAB III 57



KESIMPULAN



Naso Gastric Tube (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat (Metheny & Titler, 2001). Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma, 2009). Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran LLA atau LILA dapat digunakan untuk mengetahui status gizi bayi, balita, bumil, anak sekolah, serta dewasa. Indeks ini dapat digunakan tanpa mengetahui umur. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. IMT atau sering juga disebut indeks Quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukuran komposisi tubuh yang paling umum dan sering digunakan. Dari keenam hal diatas dapat disimpulkan bahwa hal-hal diatas diperlukan untuk berbagai kebutuhan dalam kesehatan dan untuk mengetahui berbagai penyakit yang kita dialami bagi semua usia.



DAFTAR PUSTAKA



58



ADA Pocket Guide to Enteral Nutrition. American Dietetic Association, 2006. Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation. http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-nasogastrictube.html. http://bedahumum.com/bu/index.php?option=com_content&view=article&id=26 :pemasangan-nasogastric-tube-ngt&catid=3:artikel&Itemid=5. Source : http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-ngt.htm https://tedjho.wordpress.com/2012/09/21/215/ http://anna-malia.blogspot.co.id/2014/10/mengukur-status-gizi-dengan-lila.html http://worldhealth-bokepzz.blogspot.co.id/2012/05/pengukuran-lingkaran-lengan-atas-lila.html http://ibuhamil.com/diskusi-umum/25457-menghitung-berat-badan-ideal-ibu-hamil.html http://id.theasianparent.com/kenaikan-berat-badan-ibu-hamil/ http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=628_Tinggi-Badan-IbuHamil-Mempengaruhi-Kesehatan-Bayi



59