Malin Kundang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MALIN KUNDANG Dewan juri yang saya hormati dan teman-temanku yang berbahagia Perkenalkan nama saya .... pada kesempatan kali ini saya akan membawakan subuah cerita yang berjudul malin kundang. Begini cerita malin kundang versi saya, dengarkan baik-baik ya... Disuatu desa dipesisir pantai, hiduplah sebuah keluarga miskin yang beranggotakan seorang ibu dan seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Malin kundang adalah seorang yang pintar dan baik hati, dia suka menolong dan setiap hari ia membantu ibunya mencari kayu bakar dihutan. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahunpun berganti tahun sekarang Malin Kundang semakin dewasa. Ia mulai berfikir untuk mencari pekerjaan. Suatu hari ia meminta ijin kepada ibunya... Malin : Bu...malin ingin pergi dan bekerja dikota, supaya bisa membantu ibu... Ibu : Uhuk...uhuk...(batuk), tapinak disini ibu hanya punya kamu... jangan tinggalkan ibu sendiri nak... Malin : Malin kasihan melihat ibu yang terus menerus mengurusku, sekarang kan malin sudah dewasa. Izinkanlah malin pergi bu, ini semua untuk kebaikan kita... Awalnya sang ibu merasa berat untuk mengizinkan Malin pergi, namun...setelah melihat keinginan Malin yang begitu besar sang ibu tidak dapat menahannya... Ibu : Baiklah nak...tapi...kamu harus selalu ingat pada ibu dan desa ini ya ketika kamu sudah sukses nanti. Keesokan harinya Malin pun pamit pada ibunya untuk berlayar, dan ia pun meminta restu. Malin : bu...malin pergi dulu ya...doakan malin supaya sukses diperantauan nanti. Ibu : iya nak...berhati-hatilah engkau disana. Bekerjalah dengan giat dan jujur supaya bisa memperoleh kesuksesan dan bawalah makanan ini sebagai bekal diperjalanan. Malin : terima kasih bu... Assalamu’alaikum. Setelah pamitan kepada ibunya Malin pun mengayunkan langkah demi langkah menjauhi ibunya. Teman-teman berpisah dengan orang yang kita sayangi sedih ga...tapi jangan nangis dulu ya...biarkan saya meneruskan ceritanya... Malin kundang pun akhirnya pergi kekota dengan menggunakan kapal sederhananya. Malin : hmmmmmmmmmmm hmmmmmmmmmm (diatas kapal) Setelah tiba dikota malinpun bekerja dengan keras dan tekun, hingga beberapa tahun kemudian malinpun memperoleh kesuksesan diperantauan dan menjadi orang yang kaya dan memiliki uang yang banyak. Malin : ha...ha...ha...ha... akhirnya ak jadi orang kaya.....ak memiliki uang yang sangat banyak. Ha... ha...ha... ak bisa membeli apa saja yang ak inginkan. (sambil melempar uang keatas) Tak hanya itu sekarang malin sudah memiliki istri yang cantik jelita yang merupakan anak dari majikan Malin kundang. Berita tentang kesuksesan Malin tersebar sampai kepenjuru negeri, bahkan sudah sampai ketelinga ibunya. Ibunya sangat bahagia, setiap hari ia menunggu kepulangan anaknya dan berharap bisa mengangkat derajatnya. Namun...anak satu-satunya itu tidak kunjung datang. Suatu hari istri malin kundang ingin mengetahui ibu dan tempat kelahiran malin kundang, karena tidak ingin mengecewakannya sehingga malin kundang akhirnya membawa istrinya kedesa. (Sambil naik perahu).



Sesampainya didermaga... ia merasa sangat bahagia...namun sang ibu sudah mengetahui bahwa anak satu-satunya sudah kembali. Ia menuju kepelabuhan dengan bahagia...dan segera menemuinya. Ibu : uhuk...uhuk...uhuk kaukan itu malin kundang anakku... ini ibu nak, ibumu...ibu yang melahirkanmu...lama sekali engkau pergi...tidakakah kau rindu pada ibu...kenapa tak pernah memberi kabar... Istri : Hah...ibu...apa benar itu ibumu. Apa tidak salah malin...kenapa ibumu berpenampilan seperti itu, sudah bau, lusuh dan berpenampilan seperti pengemis. Karena merasa malu, Malin pun tidak mau mengakui ibunya. Malin : hai kau wanita jelek...aku bukan anakmu dan aku tidak mengenalimu. Perg ilah!!! Pergi ! (sambil mendorong ibunya hingga terjatuh Ibu : aku ini ibumu nak...tega sekali kau lakukan ini. Aku ibumu... Malin : Tidak...kau bukan ibuku, ak tidak punya ibu seperti kau. Sudah tua, bau, jelek lagi. Sudahlah mari kita pergi istriku... Ibu : Malin...malin...jangan tinggalkan ibu lagi nak...jangan... Malin : Sudah ak bilang jangan ganggu ak, pergi...pergi...!!! Mendengar hal yang sangat menyakitkan itu, ibu malin kundang merasa marah dan sakit hati. Kemudian berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Ibu : Ya Tuhan...kenapa anakku seperti itu...kenapa...kenapa... jika ia benar anaku, aku mohon kepadaMu...berikanlah dia azab...dan aku mengutuknya...jadikanlah dia batu.......... Kemudian petir menyambar...duar...duar...awan menghitam, angin berhembus kencang, ombak meluap dan terjadilah gelombang yang besar menghempas kapal malin kundang. Tubuh malin kundang mulai mengeras menjadi batu. Malin : Eh apa ini kenapa tubuhku kaku, apa yang terjadi dengan tubuhku, kenapa tak bisa kugerakaan. Ibu...maafkan malin bu...ibu........ Tubuh malin kundang berubah jadi sebuah batu yang menyatu dengan garam. Demikianlah cerita dari saya, hikmah yang terkandung didalamnya yaitu kita tidk boleh durhaka kepada kedua orang tua kita. Mereka yang telah merawat dan mendidik kita.