Manajemen Kasus Sistem Reproduksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GANGGUAN MANAJEMEN KASUS SISTEM REPRODUKSI



DISUSUN OLEH : SITTI RAHMA ROSITALIA 201701088 KELAS 2B KEPERAWATAN



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU TAHUN 2019



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu juga dengan



manusia.



Manusia



hanya



mengalami



reproduksi



secara



kawin



(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang berbeda sesuai dengan fungsinya.  Proses reproduksi pada manusia membutuhkan sperma dan ovum. Sperma merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh laki-laki.Adapun Ovum merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh perempuan.  Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis. Testis berfungsi sebagai penghasil sperma. Proses pembentukan sperma disebut spermatogenesis. Testis berjumlah sepasang dan terletak pada kantong yang disebut skortum. Saluran pengeluaran terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra. Epididimis merupakan saluran yang berkelak-kelok, tempat pematangan dan penyimpanan sementara sperma.  Dari epididimis, sperma mengalir menuju penis melalui vas deferens dan uretra. Penis merupakan alat kelamin luar pada laki-laki. Penis berfungsi untuk memasukkan sperma pada saluran kelamin wanita. Penis juga merupakan muara dari saluran kencing. Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba Fallopi, uterus dan vagina. Ovarium terletak di bawah perut, dan berfungsi sebagai tempat produksi ovum (Sel Telur). Tuba Fallopi (saluran telur atau oviduk) berbentuk seperti pipa dan ujungnya berbentuk corong dengan rumbai-rumbai. Rumbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang dilepaskan ovarium. Uterus atau rahim merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Vagina merupakan tempat keluarnya bayi saat dilahirkan.



Proses reproduksi pada manusia diawali dengan pembentukan sel kelamin pada laki-laki dan perempuan. Pembentukan sel kelamin pada laki-laki (sperma) disebut spermatogenesis. Peristiwa pelepasan ovum dari ovarium disebut ovulasi. Saat ovum tidak dibuahi, ovum akan mati dan terjadi menstruasi. Siklus menstruasi pada perempuan umumnya memiliki jarak 28 hari. Pembentukan ovum pada wanita terjadi pada umur antara sekitar 13 sampai 45 tahun. Proses kehamilan akan terjadi jika ovum dibuahi oleh sperma. Peristiwa pembuahan ovum oleh sperma disebut fertilisasi. Fertilisasi terjadi pada tuba Fallopi. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot. Zigot bergerak menuju rahim. Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot membelah berulang kali membentuk embrio. Selanjutnya, embrio akan menempel pada dinding rahim. Embrio akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim membentuk janin. Janin akan keluar sebagai bayi setelah sekitar 9 bulan berada di dalam rahim. Penyakit pada sistem reproduksi biasa disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus. Bakteri dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ reproduksi terutama organ reproduksi pada wanita. Keputihan dengan warna hijau dan bau merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri juga dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut berupa kista bahkan hingga menimbulkan kanker rahim.  B. Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang klasifikasi Sistem Reproduksi 2. Untuk mengetahui tentang prioritas masalah Sistem Reproduksi



BAB II PEMBAHASAN A. Klasifikasi Kasus Sistem Reproduksi 1. Gangguan Sistem Reproduksi Pria a. Prostatitis Prostatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peradangan (-itis) prostate. Hipertropi prostat adalah pertumbuhan yang progresif dan kelenjar prostat sebagai akibat dan proses penuaan pembesaran prostat ini dapat mengakibatkan obstruksi saluran kemih (Thomson, 1993: 1997). Prostatitis adalah infeksi dari prostate yang seringkali disebabkan oleh beberapa dari bakteri-bakteri yang menyebabkan infeksi-infeksi kantong kemih. Ini termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus. Penyebab secara pasti pada hipertropi prostat benigna belum jelas tetapi ada dugaan oleh faktor penuaan atau bertambahnya usia (> 50 tahun) akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron karena produksi testosteron menurun dan terjadi konveksi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adipose di perifer. a. Gejala-Gejala Dari Prostatitis 1) Kesulitan-kesulitan dengan ejakulasi. 2)  Disfungsi ereksi. 3) Biasanya ada urgensi. 4) Frekwensi dari membuang air kecil. 5) Dysuria (kencing yang menyakitkan atau sulit). 6)  Demam.



b. Epididimitis Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat peradangan pada epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis tempat penyimpanan sperma yang sudah dewasa.  Penyebab dari Epididimitis. Penyebab paling umum epididimitis adalah infeksi. Pada pria yang aktif secara seksual (sering berganti-ganti pasangan seksual), Chlamydia trachomatis adalah mikroba penyebab yang paling sering, diikuti oleh E. coli dan Neisseria gonorrhoeae.  Tanda dan gejala dari Epididymitis 1) Epididimitis biasanya menimbulkan rasa sakit yang menyerang secara bertahap seperti nyeri pada testis atau epididimis. Testis mungkin menjadi hangat dan / atau merah. 2) Darah di dalam air mani (hemospermia) 3) Demam 4) Ejakulasi yang menyakitkan 5) Nyeri pada testis 6) Nyeri saat buang air kecil (disuria) 7) Sebuah benjolan atau gumpalan di testis c. Hipogonadisme



Hipogonadisme adalah kondisi pada pria dimana testis tidak dapat memproduksi hormon testosteron yang memadai. Hipogonadisme bisa dialami sejak janin berkembang di perut, sebelum masa puber, atau saat dewasa. Hipogonadisme dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipogonadisme primer dan hipogonadisme sekunder. Pada hipogonadisme primer testis mengalami kelainan, kadar testoteron rendah disertai meningkatnya hormon gonadotropik. Kondisi ini disebut dengan hipogonadotropik-hipogonadisme. Sementara pada hipogonadisme sekunder, kelenjar hipofisis di otak yang mengalami gangguan. Pada kasus ini kadar hormon testosteron dan hormon



gonadotropik



berada



pada



tingkat



yang



rendah.



Kondisi



ini



disebut



hipogonadisme-hipogonadotropik. Penyebab Hipogonadisme : a.  Infeksi pada testis



f. Hemokromatosis



b. Trauma pada testis akibat



g. Sindrom Kallman



dikebiri atau kecelakaan



h. HIV/AIDS



c. Sindrom Klinefelter



i. Penuaan



d. Pengobatan kanker



j. Obesitas



e. Radang buah zakar



k. Tumor



 Tanda dan gejala  dari Hipogonadisme Hipogonadisme yang terjadi selama perkembangan janin a. Pada pria alat kelaminnya berbentuk



kurang



sempurna. b. Alat kelamin tidak jelas antara wanita atau pria. c.  Suara kurang mendalam



e. Pertumbuhan penis dan testikel terganggu a. Mandul b. Disfungsi ereksi c. Kelelahan d. Penurunan gairah seksual



d. Massa otot menurun d. Impotensi Impotensi adalah suatu gangguan seksual yang ditandai dengan gejala ketidakmampuan penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk berlangsungnya hubungan sex suami istri. Pria impotensi tidak dapat mempertahankan penis dari awal kegiatan hubungan seks suami istri sampai selesai. Tingkat impotensi sangat bervariasi mulai dari ringan sampai berat, dikalangan medis lebih dikenal dengan Disfungsi Ereksi (DE), sedangkan impotensi adalah tingkat gangguan yang sangat berat, artinya hampir tak mempunyai kemampuan sama sekali untuk ereksi.



2. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita a. Kanker serviks Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul. Kanker servik adalah pertumbuhan sel bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Riono, 1999). Kanker serviks ataupun lebih dikenali sebagai kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim /serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus- menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono, 1996).  Penyebab Kanker serviks Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.  Tanda/gejala dari Kanker Serviks. a.  Pendarahan setelah senggama/berhubungan b. Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin. c. Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau. d.  Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil. e. Nyeri ketika berhubungan seksual.



b. Vaginitis Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba,2001) Vaginitis adalah infeksi yang terjadi pada vagina terjadi secara langsung pada vagina atau melalui perineum (Wikniosastro 1999)  Penyebab dari Vaginitis a.  Jamur Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan dengan bau yang khas. b. Bakteri Biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan warna putih keabuabuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya. c. Virus Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari penyakit hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus herpes menular dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil d. Parasit Keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam pakaian dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.



 Tanda dan Gejala : a. Pruritus vulvae b. Nyeri vagina yang hebat c. Disuria eksterna dan interna d. Rash pada vulva e. Eritematosa f. Sekret khas seperti keju lembut. g. Secret banyak dan bau busuk c. Bartolinitis Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.  Penyebab Bartolinitas a. Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks. b. Jamur : kandida albikan. c. Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis. d. Bakteri : neiseria gonore.  Tanda/Gejala Bartolitis a. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan. b. Kelenjar bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam c. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin. d. Terdapat abses pada daerah kelamin e. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.



d. Kista Ovarium Kista ovarium adalah suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul  (Winkjosastro, et. all, 1999). Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ). Kista  ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium ( Smelzer and Bare. 2002 : 1556 ).  Panyebab Kista Ovarium -



Gaya hidup tidak sehat. a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat b.  Zat tambahan pada makanan c. Kurang olah raga d. Terpapar denga polusi dan agen infeksius e. Sering stress



-



Faktor genetic Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu



yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.



Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain : a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri. b.  perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah. c. Nyeri saat bersenggama. d.  perdarahan. -



Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:



1)  Gangguan haid Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. 2) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut. 3) Nyeri saat bersenggama. -



Pada stadium lanjut :



1)  Asites 2) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut (usus dan hati) 3)  Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, 4)  Gangguan buang air besar dan kecil. 5) Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada. B. Menentukan Prioritas Masalah Kita sering menghadapi berbagai macam masalah, namun kita sering kurang tau masalah yang seharusnya menjadi prioritas utama dan harus segera diselesaikan. Sebelum kita mencari pemecahan dari suatu masalah, kita harus mencari penyebab utama serta penyebab lain dari masalah sehingga dapat menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah. Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan



sumber daya yang semakin terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung merupakan perangkat manajemen yang penting. Berikut merupakan berbagai metode yang dapat digunakan: 1. Metode Hanlon Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif. Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini memiliki tiga tujuan utama: -



Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas



-



Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot relatif satu sama lain



-



Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.



a. Formula Dasar Penilaian Prioritas Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen dalam sistem ini. 



Komponen A = Ukuran/Besarnya masalah







Komponen B = Tingkat keseriusan masalah







Komponen C = Perkiraan efektivitas solusi







Komponen D = PEARL faktor ((propriety, economic feasibility, acceptability,



resource



availability,



legality--Kepatutan,



kelayakan



ekonomi, dapat diterima, ketersediaan sumber daya, dan legalitas Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka penyakit / kondisi dengan skor tertinggi. Nilai Dasar Prioritas/Basic Priority Rating (BPR)> BPR = (A + B) C / 3 Nilai Prioritas Keseluruhan/Basic Priority Rating (OPR)> OPR = [(A + B) C / 3] x D Perbedaan dalam dua rumus akan menjadi semakin nyata ketika Komponen D (PEARL) dijelaskan. Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data statistik dan akurat. b. Komponen 1) Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi, atau tingkat kematian dan angka. Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari satu cara.



Baik



keseluruhan



populasi



penduduk



maupun



populasi



yang



berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama. Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang juga



dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan konsensus kelompok. 2) Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan menentukan tngkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk dipersamakan di tempat yang lain. Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya dengan ukuran/besarnya masalah. 



Faktor yang dapat digunakan adalah: a) Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat; akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan. b) Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian, kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif. c) Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk masing-masing individu. Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh, bila



menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan membantu untuk menentukan batasbatas untuk menjaga beberapa perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik.



3) Komponen C - Efektivitas dari Intervensi Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan sebuah intervensi selama ini. Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi yang diharapkan dapat tercapai. -



Contoh:



Berhenti



Merokok



Target



populasi



45.000



perokok



Total yang mencoba untuk berhenti 13.500 Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32 Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1 -



Contoh: Imunisasi Target populasi 200.000 Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000 Persen dari total 97% atau 0,97 Efektivitas 94% atau 0,94 Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1 Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.



C. Asuhan Keperawatan a. Pengakajian Menurut doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien dengan post operasi laparatomi adalah : 1) Data biografi klien 2) Aktivitas/Istirahat Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan. 3) Sirkulasi Palpitasi, nyeri dada, perubahan pada TD 4) Integritas ego Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan



insisi



pembedahan,



perasaan



tidak



berdaya,



putus



asa,depresi,menarik diri. 5) Eliminasi Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus. 6) Makanan/cairan Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema. 7) Neurosensori Pusing, sinkop 8) Nyeri / kenyamanan Tidak ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ). 9) Pernapasan  Merokok, pemajanan abse 10) Keamanan Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi.



11) Seksualitas Perubahan pada tingkat kepuasan 12) Interaksi social Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan, masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran. 13) Penyuluhan / pembelajaran Riwayat penyakit pada kelurga, riwayat pengobatan, pengobatan sebelumnya atau operasi. b. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen 2) Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang adequat. 3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangakatan bedah kulit.( jaringan, perubahan sirkulasi). c. Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen. Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda-tanda vital normal. INTERVENSI



RASIONAL



a.  Kaji tingkat dan intensitas nyeri.



a. Mengidentifikasi lingkup masalah.



b.  Atur posisi senyaman mungkin.



b.   Menurunkan tingkat ketegangan



c.  Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik. d.   Ajarkan relaksasi.



pada daerah nyeri. c.   Menghilangkan rasa nyeri.



dan



lakukan



telhnik d.   Merelaksasi otot-otot tubuh.



2. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang adequat. Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit).



3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit.   ( jaringan, perubahan sirkulasi). Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit yang berat. Kriteria hasil : kulit tidak terlihat berwarna merah a.   Kaji



INTERVENSI balutan / untuk



RASIONAL karakteristik a.   Untuk melihat terjadi nya



drainase, kemerahan dan nyeri pada



kerusakan



insisi dan lengan.



operasi.



b.   Tempatkan pada posisi semi fowler pada b.   Untuk punggung /sisi yang tidak sakit dengan



kulit



setelah



mengurangi



rasa



nyeri yang di rasakan pasien.



lengan tinggi dan disokong dengan c.   Agar tidak terjadi kerusakan bantal. c.   Jangan



dan nyeri yg lebih kuat. melakukan



pengukaran



TD,



menginjeksikan obat / memasukan IV pada lengan yang sakit. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut dibagi menjadi alat reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing-masing alat reproduksi tersebut telah disebutkan dan dijelaskan dalam makalah ini. Untuk itu memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system Reproduksi dapat berakibat buruk pada kelangsungan hidup dan keturunan kita. Selain itu dalam makalah ini juga membahas sedikit tentang proses terjadinya dan penyebab kelainan dan gangguan system Reproduksi. B. Saran



1. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat memahami dan mempelajari lebih dalam tentang sistem reproduksi pada manusia karena sistem reproduksi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup agar tetap lestari. 2. Diharapkan kepada pengajar materi ini agar bisa membimbing mahasiswa/i dengan baik agar mahasiswa/i dapat memahami dengan mudah tentang konsep materi ini.



DAFTAR PUSTAKA Novel,



Sinta



S.



dkk.



2009. Kanker



Serviks



dan



Infeksi



Human



Papillomavirus.      Bandung: Java Media Setiati



Eni.



2009. Waspadai



4



Kanker



Ganas



Pembunuh



Wanita. Yogyakarta:       CV.Andi Offset Rasjidi Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.Jakarta: EGC