Manajemen Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Departemen Manajemen Keperawatan      Materi kisi-kisi pembelajaran, soal dan pembahasan terkait manajemen keperawatan meliputi bahan kajian fungsi dan peran manajemen keperawatan dalam mendukung pemberian asuhan keperawatan pasien yang dilakukan oleh seorang Ners sebagai perawat pelaksana. Konteks materi pembekalan dan pengembangan soal dalam siNERSI  ini bukan berkaitan dengan setting Ners sebagai tupoksi kepala ruang dan bukan juga berkaitan dengan setting Ners sebagai tupoksi kepala bidang keperawatan. Fungsi manajemen keperawatan yang dilaksanakan seorang Ners adalah POSAC dalam mengelola pasien meliputi perencanaan/ planning (P), pengorganisasian/ organizing (O), pengelolaan staf/ ketenagaan/ staffing (S), pengarahan/ directing/ actuiting (A), dan pengendalian/ controlling (C) dalam konteks mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada pasien baik di ruang rawat maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Peran Ners sebagai manajer asuhan keperawatan termasuk peran interpersonal, informasional, dan decisional.    Seorang Ners dalam memberikan asuhan keperawatan perlu menjalankan peran sebagai manajer pasien atau sebagai pengelola asuhan keperawatan pasien kelolaannya. Minztberg (1990) dalam Robbins & Judge (2017) menyebutkan tiga peran pengelola, yaitu peran interpersonal, informasional, dan pengambilan keputusan (decisional).    Peran interpersonal meliputi tiga sub peran, yaitu figure head, leader, dan liaison. Peran figure head ditunjukkan untuk menginspirasi pasien dan rekan tim kerjanya dengan menampilkan figur yang dihormati serta menunjukkan sikap dan perilaku sesuai norma dan nilai yang berlaku. Peran sebagai leader atau pemimpin ditunjukkan melalui kemampuan mempengaruhi dan memotivasi pasien untuk mencapai tujuan asuhan. Peran liaison ditunjukkan dengan memelihara jaringan informasi/ komunikasi yang baik dengan pasien dan anggota tim keperawatan maupun kesehatan lain.    Peran informasional meliputi peran monitor, disseminator, dan spokesperson. Peran monitor dilakukan Ners dengan mengobservasi perkembangan asuhan pasien. Peran disseminator dilakukan Ners dengan berbagi informasi dan memberikan informasi terkait perubahan status pasien yang perlu perhatian. Seorang Ners dapat menunjukkan peran spokesperson atau juru bicara pasien agar berbagai pihak memahami tujuan asuhan dengan baik.    Peran pengambilan keputusan atau decisional meliputi enterpreneur, penanganan masalah, pengalokasi sumber daya, dan negosiator. Peran enterpreneur dilakukan dengan menciptakan serta mengendalikan perubahan tata kelola pasien dalam tim. Peran penanganan masalah, dilakukan dengan memberikan solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan pasien. Peran pengalokasi sumber daya dilakukan dengan mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan pasien. Peran negosiator dilakukan agar pasien dapat dan bersedia mendukung tujuan asuhan.



   Materi kisi-kisi pembelajaran manajemen keperawatan ini juga secara khusus menguraikan gaya kepemimpinan yang menjadi bagian dari peran interpersonal, materi metode asuhan keperawatan sebagai bagian dari fungsi pengorganisasian, materi tingkat ketergantungan pasien sebagai bagian dari fungsi ketenagaan, materi manajemen konflik sebagai bagian dari fungsi pengarahan, dan materi keselamatan pasien yang menjadi bagian dari fungsi pengendalian. Materi fungsi dan peran manajemen keperawatan seorang Ners juga dikaitkan dengan modalitas dalam manajemen keperawatan dan penerapan aspek etik dan legal dalam manajemen keperawatan. A. Gambaran Fungsi Manajemen Keperawatan Fungsi manajemen keperawatan merupakan tahapan/ langkah dalam proses pengelolaan sistem asuhan dan pelayanan keperawatan. Tahapan ini dilaksanakan seorang Ners saat memberikan asuhan keperawatan agar tujuan asuhan dan pelayanan keperawatan tercapai. Apabila ada satu fungsi manajemen tidak dilaksanakan maka visi, misi, dan tujuan asuhan dan pelayanan keperawatan tidak mudah untuk diwujudkan. Gambaran singkat Fungsi Manajemen dalam Keperawatan:     1) Perencanaan Perencanaan merupakan proses/ kegiatan yang diawali dengan menetapkan tujuan, menentukan rencana kegiatan, menentukan kebutuhan personil, merancang proses dan hasilnya, serta memodifikasi rencana yang diperlukan. Fokus kegiatan fungsi perencanaan seorang Ners adalah pada perencanaan yang mendukung asuhan keperawatan pada pasien, misalnya merencanakan kebutuhan asuhan yang disiapkan Ners untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan. Fungsi ini dilakukan sebelum seorang Ners melaksanakan fungsi manajemen keperawatan lainnya.     2) Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan proses/ kegiatan pengelompokkan aktifitas untuk mencapai tujuan pengelolaan pasien, penentuan uraian tugas, dan cara pengkoordinasian, baik secara vertikal maupun horizontal. Kegiatan fungsi pengorganisasian perlu memenuhi prinsip-prinsip pengorganisasian, yaitu rantai komando, kesatuan komando, rentang kendali, dan spesialisasi. Kegiatan penyusunan struktur organisasi dapat meningkatkan kemampuan dalam berkoordinasi dan berkomunikasi, mengembangkan pola hubungan antar staf secara horizontal maupun vertikal, serta memperjelas wewenang, tanggung jawab, dan tanggung gugat. Penerapan fungsi pengorganisasian berfokus pada pemberian dukungan dalam penerapan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan pasien.     3) Pengelolaan staf/ ketenagaan merupakan kegiatan penyusunan dan pengembangan ketenagaan untuk meningkatkan kinerja secara efektif dan efisien. Penerapan fungsi pengelolaan staf difokuskan pada mempersiapkan ketenagaan yang kompeten dan terstandar. Kegiatan ketenagaan seorang Ners adalah menentukan tingkat ketergantungan



pasien dan menyesuaikan jumlah perawat yang dibutuhkan sesuai tingkat ketergantungan pasien tersebut.    4) Pengarahan merupakan kegiatan mengarahkan atau membelajarkan pasien. Penerapan fungsi pengarahan berfokus pada penerapan kepemimpinan yang efektif dalam membentuk perilaku pasien dan keluarga sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan.    5) Pengendalian merupakan suatu kegiatan untuk memastikan pencapaian kinerja seorang Ners sesuai dengan rencana, pedoman, regulasi dan kebijakan yang berlaku. Penerapan fungsi pengendalian berfokus pada penerapan indikator mutu layanan keperawatan secara efektif untuk menjamin mutu asuhan.   B.  Gaya kepemimpinan Kepemimpinan merupakan suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari kelompok pasien yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan.      1. Implikasi Kepemimpinan Kepemimpinan menyangkut pasien dan keluarga, suatu pembagian wewenang  yang seimbang di antara perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan dapat memberikan pengarahan kepada pasien.      2. Jenis Gaya Kepemimpinan         1) Otokratik: 1.1. Dalam hal pengambilan keputusan, Ners tipe otokratik akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada para staf perawat lain maupun pasien bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu. 1.2. Dalam membina hubungan dengan staf perawat maupun pasien, Ners tipe otokratik menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam organisasi. 1.3. Kurang mempertimbangkan apakah kepemimpinannya diterima atau tidak.         2) Laissez Faire: 2.1. Bergaya santai dalam memimpin asuhan keperawatan 2.2. Mendelegasikan tugas kepada staf perawat maupun pasien dengan pengarahan yang minimal atau bahkan tanpa pengarahan sama sekali 2.3. Sering dianggap sebagai pemimpin yang kurang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dipimpinnya 2.4. Mementingkan hubungan atau relasi 2.5. Hubungan yang terjadi lebih kepada hubungan informal, hubungan formal sering dihindari 2.6. Memandang staf perawat dan pasien mempunyai tingkat kematangan dan kedewasaan tinggi baik teknis maupun mental. 2.7. Lebih mementingkan kepuasan psikologis staf perawat dan pasien daripada kepuasaan kebendaan 2.8. Berorientasi pada hubungan daripada tugas karena dengan adanya hubungan intim maka tugas akan diselesaikannya sesuai tanggung jawabnya.



        3) Demokratik: 3.1. Mengikusertakan staf perawat dan pasien dalam pengambilan keputusan 3.2. Menekankan adanya hubungan yang serasi, yaitu keseimbangan hubungan formal dan informal 3.3. Memperlakukan staf perawat sebagai orang yang sudah dewasa 3.4. Memuaskan segenap kebutuhan staf perawat dan pasien 3.5. Menjaga keseimbangan antara orientasi tugas dan hubungan   C.  Metode asuhan keperawatan      Adalah suatu metode yang digunakan oleh manager keperawatan untuk memutuskan metode penugasan perawat di dalam masing-masing unit keperawatan.      1. Model Sistem Penugasan Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan atau sistem penugasan sesuai dengan visi dan misi institusi, yaitu: The choice of an organization model involves staff skills, availability of resources, patient acuity, and the nature of the work to be performed (Marquis & Huston, 2015).      2. Jenis model sistem penugasan          1) Keperawatan Tim Kelompok perawat yang bekerja sebagai suatu tim dengan dipimpin oleh ketua tim yang dipilih berdasarkan pengalaman kerja, kepemimpinan dan senioritas.          2) Model Primer Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan selama 24 jam, dari hasil pengkajian kondisi pasien dan mengkoordinir asuhan keperawatan hingga evaluasi kondisi pasien dan pengendalian mutu asuhan keperawatan, menunjukkan kemandirian perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.          3) Model Tim Primer (modular) Pada model manajemen asuhan keperawatan professional tersebut, metode tim digunakan secara kombinasi dengan metode primer.   D.  Modalitas dalam manajemen keperawatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan suatu metoda pembelajaran yang dapat digunakan di suatu unit pelayanan keperawatan untuk membahas pengalaman keberhasilan dalam pemberian asuhan keperawatan yang aktual dan menarik maupun ketidakberhasilan dalam mengelola asuhan keperawatan yang perlu diinformasikan dan diatasi baik pengalaman terkini maupun yang sudah lalu melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada standar. Melalui DRK diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maupun profesionalisme perawat.       a. Tujuan Diskusi Refleksi Kasus 1. Mengembangkan profesionalisme perawat 2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat 3. Membangkitkan motivasi belajar 4. Wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar keperawatan yang telah ditetapkan



5. Belajar menghargai kolega untuk lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak memojokkan dan meningkatkan kerjasama       b. Manfaat Diskusi Refleksi Kasus 1. Sebagai metode pembelajaran 2. Dapat digunakan sarana pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit /puskesmas 3. Membahas permasalahan aktual, masa lalu maupun yang sedang berlangsung 4. Memaparkan pengalaman keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dengan pemanfaatan sumber daya 5. Meningkatkan profesionalisme perawat   E.  Hand over 1. Operan atau timbang terima (hand over) merupakan komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruang, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.           I. Waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan Awal pergantian shift (pukul 07.30 wib, 14.00 wib, 21.00 wib), dilaksanakan di nurse station/ruang perawat dengan Penanggung Jawab yaitu Kepala Ruang/PJ Shift.           II. Langkah kegiatan Karu/Pj shift membuka acara dengan salam, PJ shift yang mengoperkan menyampaikan: Kondisi/keadaan pasien: Dx keperawatan, tujuan yang sudah dicapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan dan tindak lanjut untuk shift berikutnya. Perawat shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan. Karu memimpin ronde ke kamar pasien. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara. Kegiatan diakhiri dengan bersalaman.   2. Pre-konferensi adalah diskusi kelompok kecil Ners yang menekankan pada aktifitas pembelajaran klinik/ manajemen asuhan keperawatan klinik yang dapat dilakukan dengan setting kelompok atau perorangan, dan memberikan kesempatan peserta konferensi untuk memaparkan pengalamannya, melakukan klarifikasi, berfikir melalui rencana asuhan dan keberhasilan dalam mengatasi masalah dan informasi.           1) Waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan Awal shift dinas setelah operan dilaksanakan di masing-masing meja tim dengan penanggung jawab yaitu ketua tim/PJ Shift           2) Langkah kegiatan Katim/Pj Tim membuka acara, Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian masingmasing perawat pelaksana, Katim/PJ Tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu, Katim/PJ Tim memberikan reinforcement, dan Katim/Pj Tim menutup acara.  



3. Post-konferensi adalah kegiatan menyimpulkan aktifitas pembelajaran klinik/ manajemen asuhan keperawatan klinik dan memberikan waktu untuk mendiskusikannya, berbagi pengalaman dan emosi, dukungan kelompok dan masukan, yang diperoleh melalui keseharian dalam pengalaman empiris praktik.           1) Waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan Akhir shift dinas sebelum operan dilaksanakan di masing-masing meja tim dengan penanggung jawab yaitu ketua tim/PJ Shift.           2) Langkah kegiatan Katim/Pj Tim membuka acara, Katim/Pj Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien, Katim/Pj Tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan, Katim/Pj Tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya dan Katim/Pj Tim menutup acara   4. Pengertian Komunikasi S-BAR Komunikasi S-BAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation) adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. S-BAR merupakan acuan dalam pelaporan kondisi pasien saat transfer pasien, menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien, mekanisme komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan keselamatan pasien. Situation Perawat menyebut usia pasien, jenis kelamin, diagnosis pre operasi, prosedur, status mental, kondisi pasien apakah stabil atau tidak. Background Menampilkan pokok masalah atau apa saja yang terjadi pada diri pasien, keluhan yang mendorong untuk dilaporkan seperti sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya. Menyebutkan latar belakang apa yang menyebabkan munculnya keluhan pasien tersebut, diagnosis pasien, dan data klinik yang mendukung masalah pasien. Assesment Berisi hasil pemikiran yang timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk. Recommendation Menyebutkan hal-hal yang dibutuhkan untuk ditindaklanjuti dan intervensi yang perlu direkomendasikan oleh perawat.   F.    Tingkat ketergantungan pasien Kondisi atau keadaan pasien yang menggambarkan seberapa banyak waktu yang diperlukan seorang perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam waktu 24 jam.         a. Jenis atau tingkat ketergantungan pasien Menurut Douglass tahun 1992, kebutuhan tenaga perawat diklasifikasikan berdasarkan derajat ketergantungan pasien yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:



1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, kriteria: Kebersihan diri, mandi ganti pakaian dilakukan sendiri, Makan dan minum dilakukan sendiri, ambulasi dengan pengawasan, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift), pengobatan minimal dengan status psikologis stabil. 2) Perawatan parsial memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam, kriteria: Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu, observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam, ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali, pasien dengan kateter urine, pemasukan dan pengeluaran intake output cairan dicatat / dihitung, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur. 3) Perawatan total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24 jam, kriteria: Semua keperluan pasien dibantu, perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 15 menit, makan melalui slang (NGT / pipa lambung), terapi intravena, dilakukan penghisapan lendir, gelisah / disorientasi.   G.    Patient Safety Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sasaran Keselamatan Pasien. 1) Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien Identifikasi pasien harus mengikuti pasien ke manapun (gelang identitas) dan yang tak mudah/bisa berubah. Identifikasi pasien menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas: nama pasien (---->e KTP), tanggal lahir atau nomor rekam medik. 2) Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien 3) Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert) High Alert Medication adalah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi untuk menyebabkan / menimbulkan adanya komplikasi / membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat kesalahan penggunaan (dosis, interval dan pemilihannya). 4) Sasaran lV: kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. 5) Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum dari WHO.



6) Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh a) Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh”. b) Melakukan asesmen ulang pada semua pasien (setiap hari) c) Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap pasien yang berisiko jatuh dengan menggunakan “Asesmen Risiko Jatuh Harian” d) Menetapkan standar pencegahan dan penanganan risiko jatuh secara komprehensif   H.    Manajemen Konflik Konflik didefinisikan sebagai ketidaksesuaian internal atau eksternal yang diakibatkan dari perbedaan ide, nilai atau perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis, 2012). Menurut Huber (2014), konflik adalah perselisihan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perilaku dua orang atau lebih terancam.   I.     Etika Keperawatan Ilmu yang membahas nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam kehidupan. Etika akan menuntun profesi untuk melakukan tindakan baik atau bertindak dengan tepat sesuai dengan norma yang baik yang berlaku. 1) Non-maleficence adalah melakukan tindakan yang tidak merugikan, do no harm, kebalikan dari beneficence 2) Fidelity adalah kesetiaan dalam menjalin hubungan antara pasien dan tenaga kesehatan (misal perawat) 3) Confidentiality adalah menjaga seluruh kerahasiaan pasien dan keluarganya, kecuali diminta di pengadilan 4) Justice adalah memberikan pelayanan tanpa membeda-bedakan status sosial, agama, suku, ekonomi, pekerjaan, dan jabatan 5) Veracity adalah memberikan asuhan keperawatan secara tulus, kejujuran dalam informasi, kebenaran sesuai apa adanya (tidak direkayasa) 6) Autonomi adalah memberikan kesempatan kepada klien dan keluarga untuk memberikan keputusan secara mandiri tanpa intervensi dari orang lain (misalnya petugas kesehatan) 7) Beneficence adalah melakukan tindakan yang menguntungkan pasien, doing good   CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Perawat dinas siang meminta izin tidak masuk kerja kepada kepala ruang karena keperluan keluarga, yaitu mengikuti undangan pengarahan minat bakat anak di sekolah anaknya. Kepala ruang menjelaskan pada perawat tersebut bahwa BOR ruang rawat mencapai 90% dan mayoritas pasien berada pada tingkat ketergantungan partial. Kepala ruang meminta perawat tersebut tetap datang sesuai jadwal dinasnya. Apakah tindakan selanjutnya dari perawat tersebut? A. Menginformasikan pada kepala ruang akan mengganti dinas di hari lain B. Meminta kepala ruang tetap memberikan ijin tidak masuk kerja



C. Menyampaikan kepada ketua tim akan datang terlambat D. Menghubungi perawat lain untuk menggantikannya E. Tetap bertugas sesuai jadwal dinas   Pembahasan: Penjadwalan dinas sudah disusun sejak awal dan diharapkan sudah memfasilitasi kepentingan seluruh staf. Kondisi yang dipaparkan dalam vignette memberikan gambaran beban kerja tinggi sehingga bila jumlah dan mutu perawat berkurang dapat berpeluang menurunkan mutu layanan pada pasien dan masalah patient safety. Kesimpulan keputusan yang perlu dilakukan oleh seorang perawat professional dalam konteks kepemimpinan untuk tetap mengedepankan kepentingan pasien dan tim kerja sebagai bagian dari upaya mempertahankan patient safety serta mampu memprioritaskan masalah untuk diselesaikan. Strategi: Peserta ujian perlu memahami bahwa berargumentasi tentang ijin tidak masuk kerja dengan kepala ruang kurang tepat karena kepala ruang merujuk pada capaian tujuan asuhan pada pasien. Masuk kerja terlambat juga bukan alasan pembenaran kepentingan keluarga dan meminta tukar jadwal dengan perawat lain untuk alasan keluarga yang tidak urgen juga memberikan budaya kerja yang kurang professional. Kunci Jawaban: E   2. Ruang perawatan anak memiliki perawat sebanyak 20 orang dengan kapasitas tempat tidur 30 unit. Kepala ruang berencana meningkatkan asuhan keperawatan sesuai standar yang ditetapkan rumah sakit dan telah diterapkan oleh ruang rawat lainnya. Kepala ruang mengidentifikasi kebutuhan perawat vokasional dan profesional. Berapakah kebutuhan tenaga perawat profesional di ruang tersebut? A. 5 B. 8 C. 11 D. 16 E. 20   Pembahasan: Kebutuhan tenaga perawat pada kasus tersebut di atas mengacu kepada rumusan perbandingan antara tenaga perawat professional dan vokasional dengan perbandingan 55%:45% (Abdullah dan Levine dalam Gillies 1999). Strategi: peserta ujian perlu memahami prosentase perbandingan perawat profesional dan vokasional. Kunci jawaban: C