Manajemen Olahraga Bulutangkis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN OLAHRAGA BULU TANGKIS



DOSEN PENGAMPU Asmawi, ST., M.T.



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 1. Jihan Nur Azizah



(224201516003)



2. Tassha Kaliyah



(224201516004)



3. Deanra Luthfiadi Putri (224201516015) 4. Maila Wirdha Andini



(224201516035)



Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta 2023



i



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah yang berjudul "Manajemen Olahraga Bulu Tangkis" ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaikbaiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Bulu Tangkis ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Bulu Tangkis ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Jakarta, Januari 2023



Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1 1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2 BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3 2.1 Manajemen Olahraga .................................................................................................... 3 A. Pengertian Manajemen Olahraga .............................................................................. 3 B. Kegunaan dan Fungsi Manajemen ............................................................................. 3 2.2 Olahraga Bulu Tangkis .................................................................................................. 4 A. Pengertian Bulu tangkis .............................................................................................. 4 B. Sejarah Bulu tangkis .................................................................................................... 4 C. Peraturan Permainan Bulu Tangkis .......................................................................... 6 2.3 Contoh Manajemen Bulu Tangkis pada PB. Jaya Raya Solo .................................. 10 A. Kondisi Manajemen Organisasi pada PB. Jaya Raya Solo .................................... 10 B. Sumber Daya Manusia .............................................................................................. 10 C. Sarana dan prasarana ............................................................................................... 11 D. Program Latihan ........................................................................................................ 11 E. Pendanaan................................................................................................................... 12 F. Prestasi ........................................................................................................................ 12 BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 13 3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 13 3.2 SARAN .......................................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15



1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan bulu tangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang terkenal di dunia. Olahraga ini dapat menarik minat bagi berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan, dan pria maupun wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di luar ruangan untuk tujuan rekreasi, dan juga sebagai ajang persaingan. Permainan bulu tangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu, atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini mudah dilaksanakan karena alat pemukulnya ringan, bola mudah dipukul, tidak membutuhkan lapangan yang luas, bahkan dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan, serta dapat dimainkan oleh siapa saja. Oleh karena itu, permainan bulu tangkis dapat berkembang pesat. Di Indonesia, olahraga bulu tangkis mengalami perkembangan pesat karena tak lepas dari kerja keras pelatih, atlet, dan pengurus, dalam pembinaan atlet bulu tangkis. Hal ini dapat dilihat dari prestasi yang diraih dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikuti oleh atlet Indonesia, seperti kejuaraan Thomas Cup, Uber Cup, All England, Olimpiade, dan sebagainya. Daerah Solo merupakan tempat legendaris bulu tangkis di Indonesia, dimana banyak atlet muda berbakat yang dihasilkan di Daerah Solo dan sekitarnya yang dapat memenangkan Kejuaraan Dunia. Membatasi masalah ini membutuhkan suatu manajemen. Karena manajemen olahraga diperlukan untuk menjalankan organisasi olahraga yang baik, diharapkan aktivitas kerja, kegiatan dan pelatihan dapat dikurangi atau dibuat lebih efektif.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut muncul rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa itu manajemen dalam olahraga? 2. Apa pengertian bulu tangkis? 3. Bagaimana sejarah permainan bulu tangkis? 4. Apa saja peraturan permainan bulu tangkis?



2



5. Bagaimana Manajemen Organisasi pada PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022? 6. Bagaimana SDM yang ada pada PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022? 7. Bagaimana kondisi Prasarana dan Sarana yang ada pada PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022? 8. Bagaimana Program Latihan pada PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022? 9. Bagaimana Kondisi Pendanaan pada PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022? 10. Bagaimana Prestasi yang diperoleh PB. Jaya Raya Solo Jawa Tengah Tahun 2022?



1.3 Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu manajemen dalam olahraga, 2. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian bulu tangkis, 3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana sejarah permainan bulu tangkis, 4. Mahasiswa mampu mengetahui apa saja peraturan permainan bulu tangkis, 5. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana organisasi di dalam PB. Jaya Raya Solo, 6. Mahasiswa mampu mengetahui seperti apa pola rekruitmen dan tes apa saja yang akan dilakukan untuk menyeleksi anggota baru PB. Jaya Raya Solo, 7. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penerapan manajemen keuangan di Persatuan Bulutangkis di PB. Jaya Raya Solo, 8. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana tentang sarana dan prasarana dalam PB. Jaya Raya Solo dan 9. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana prestasi PB. Jaya Raya Solo.



3



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Manajemen Olahraga A. Pengertian Manajemen Olahraga Manajemen olahraga mengacu pada seperangkat keterampilan yang terkait dengan perencanaan, pengorganisasian, pengajaran, pengelolaan, penganggaran, dan penilaian forum dengan tujuan utama terkait olahraga. Gathering membutuhkan pergerakan orang-orang yang terlibat dalam mencapai tujuan bersama dalam organisasi. Manajer artinya seseorang pemimpin suatu organisasi yang wajib menguasai perencanaan, pengambilan keputusan, koordinasi, serta memotivasi atlet agar lebih produktif dan komunikasi antara pengurus dengan pengurus lainya, menguasai serta memahami fungsi manajemen.



B. Kegunaan dan Fungsi Manajemen Kegunaan serta Fungsi Manajemen yaitu menjadi rencana (fungsi perencanaan) yaitu buat merencanakan guna mencapai tujuan perlu langkah terbaik secara keseluruhan, Organizing (fungsi pengorganisasian) yaitu semua proses didalam pengelompokan asal daya manusia, alat-alat, pertanggung jawaban serta wewenang harus dimiliki sehingga ada kerjasama guna mencapai, Directing (pengarahan) berfungsi sebagai peningkatan keefektifan dan efisiensi kerja secara aporisma serta dapat membuat syarat kantor yang aktif dan Controlling (pengendalian) yaitu suatu tindakan yang berfungsi menjadi pengendali disaat suatu hukum yang telah ditetapkan. Penerapan manajemen sangat penting untuk suatu organisasi, dikarenakan pada pada dasarnya keterbatannya kemampuan individu. Disisi lain pemenuhan kebutuhan tidak terbatas. Bulutangkis di Jawa Tengah telah lama hadir khususnya di Surakarta. Hal ini bisa dibuktikan dengan hadirnya beberapa klub besar seperti PB. Djarum, Klub Bulu Tangkis SAE, PB. Bulan purnama dll. Dengan adanya beberapa klub besar seperti di atas di Jawa Tengah secara tidak langsung dapat mendorong masyarakat di wilayah Jawa Tengah lainnya untuk mendirikan klub seperti Surakarta, Klub Bulu Tangkis PB. Jayalaya solo. Klub bulu tangkis PB. Jaya Raya Solo adalah salah satu klub yang memiliki banyak



4



capaian prestasi di Solo dan Jawa Tengah. Sejauh ini belum diketahui bagaimana implementasi manajemen yang telah diterapkan oleh PB Sukowati Sragen dapat mempengaruhi capaian prestasi atlet, dikarenakan belum ada penelitian mengenai hal tersebut.



2.2 Olahraga Bulu Tangkis A. Pengertian Bulu tangkis Bulu tangkis adalah cabang olahraga yang termasuk ke dalam kelompok olahraga permainan. Bulu tangkis dapat dimainkan di dalam maupun di luar ruangan, di atas lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu. Olahraga bulu tangkis dimainkan di atas lapangan yang di batasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu. Lapangan di bagi dua sama besar dan di pisahkan oleh net yang direnggangkan di kedua tiang net yang ditanam di pinggir lapangan. Bulu tangkis adalah suatu permainan yang menggunakan sebuah raket dan shuttlecock yang di pukul melewati sebuah net. Permainan dimulai dengan cara menyajikan bola atau servis, yaitu memukul bola dari petak servis kanan ke petak servis kanan lawan, sehingga jalan bola menyilang.



B. Sejarah Bulu tangkis Olahraga yang menggunakan bola dan raket ini berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu. Nenek moyangnya adalah sebuah permainan Tionghoa bernama Jianzi yang melibatkan penggunaan bola tetapi tanpa raket. Objek atau misi permainan ini adalah untuk menjaga bola agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Di Inggris sejak zaman pertengahan, permainan ini dimainkan oleh anak-anak disebut dengan Battledores atau Shuttlecocks, raketnya memakai dayung/tongkat (Battledores). Ini cukup populer di jalan-jalan London pada tahun 1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk permainan ini. Penduduk Britania membawa permainan ini ke Jepang, Tiongkok, dan Siam selagi mereka mengolonisasi Asia. Ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak- anak di wilayah setempat mereka. Olahraga kompetitif bulu tangkis diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring/net dan memainkannya secara bersaingan. Oleh sebab itu kota Pune dikenal sebelumnya



5



sebagai Poona, pada masa itu permainan tersebut juga dikenali sebagai Poona. Para tentara membawa permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olahraga ini mendapatkan namanya yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur mainan Inggris, berjudul “Badminton Battledore – a new game” Ini melukiskan permainan tersebut dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), estat Duke of Beaufort’s di Gloucestershire, Inggris. Rencengan peraturan yang pertama ditulis oleh Klub Badminton Bath pada 1877. Asosiasi Bulu tangkis Inggris dibentuk pada 1893 dan kejuaraan internasional pertamanya berunjuk-gigi pertama kali pada 1899 dengan Kejuaraan All England. Bulu tangkis menjadi sebuah olahraga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang saat ini mendominasi olahraga ini, dan di negara-negara Skandinavia. Federasi Bulu tangkis Internasional (IBF) didirikan pada 1934 dan membukukan Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Denmark, Belanda, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai anggota-anggota pelopornya. India bergabung sebagai afiliat pada 1936. Olahraga ini menjadi olahraga Olimpiade Musim Panas di Olimpiade Barcelona tahun 1992. Indonesia dan Korea Selatan sama-sama memperoleh masing-masing dua medali emas tahun itu. Perkembangan Bulu tangkis di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bangsa Indonesia, sejak masa sebelum revolusi fisik, gerakan kemerdekaan, sampai dengan periode pembangunan masa orde baru dewasa ini. Beberapa orang Belanda membawa jenis cabang. olahraga ini, serta pelajar-pelajar Indonesia yang pulang belajar dari luar negeri, dengan cepat menjadikan cabang olahraga ini digemari masyarakat. Pada sekitar tahun 40 – an, cabang ini telah merasuk di setiap pelosok masyarakat. Namun cabang olahraga ini baru menemukan bentuk organisasinya setelah tiga tahun diselenggarakan PON I di Solo 1948. Tepatnya tanggal 5 Mei 1951, Persatuan Bulu tangkis Indonesia baru terbentuk disingkat PBSI di kota Bandung. Kegiatan yang semarak, pertandingan kompetisi yang teratur, dalam waktu tujuh tahun telah membuahkan hasil yang positif yakni keberhasilan merebut Thomas Cup, lambang supremasi dunia Bulu tangkis. Hampir tidak masuk akal menurut pertimbangan ilmiah, bangsa yang baru saja hancur karena perang kemerdekaan, ternyata mampu meraih prestasi gemilang di dunia internasional. Keberhasilan ini tidak saja mengejutkan dari arti prestasi, tetapi juga memberikan



6



pengaruh yang mantap. Keberhasilan itu sekaligus menarik perhatian pemerintah masyarakat, sehingga sejak tahun 1958 itu, PBSI tidak lagi bekerja seorang diri. Tidak saja hasil di Thomas Cup, sejak saat itu para pemain Indonesia mampu menunjukkan prestasinya di berbagai turnamen internasional, seperti All England, Asian Games, Uber Cup dan lain-lainnya. Oleh karena perkembangannya sudah cukup luas, maka perlu didirikan organisasi yang akan mengatur kegiatan bulu tangkis. Organisasi tersebut diberi nama “Internasional Badminton Federation” (IBF) pada tanggal 5 Juli 1934. Di Indonesia sendiri dibentuk organisasi induk tingkat nasional yaitu Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada tanggal 5 Mei 1951. Kemudian pada tahun 1953 Indonesia menjadi anggota IBF. Dengan demikian Indonesia berhak untuk mengikuti perandingan-pertandingan Internasional.



C. Peraturan Permainan Bulu Tangkis Peraturan permainan bulu tangkis ditetapkan oleh WBF (World Badminton Federation). Beberapa peraturan tersebut adalah: 1. Ukuran Lapangan



Garis di dalam lapangan ditandai dengan warna putih, hitam, atau warna lainnya yang terlihat jelas, dengan tebal garis 3,8 cm (1½ inci). Dalam menandai lapangan, lebar dari garis tengah lapangan harus dibagi dua, sama antara bidang servis kanan dan kiri. Ketebalan garis servis pendek dan garis servis panjang (masing-masing 3,8 cm atau (1½ inci) harus berada di dalam ukuran 13” atau sama dengan 3,96 m yang dicantumkan sebagai panjang lapangan servis, dan



7



ketebalan dari semua garis batasnya (masing-masing 3,8 cm atau 1½ inci) harus berada dalam batas ukuran yang telah ditentukan. Jika ruang yang tersedia tidak memungkinkan pemberian tanda batas lapangan untuk permainan ganda, dapat dibuat tanda-tanda hanya untuk permainan tunggal. Garis batas belakang juga menjadi garis servis panjang, dan tiang-tiang atau garis batas pada jaring akan ditempatkan pada garis samping lapangan. 2. Tiang Tinggi kedua tiang adalah 155 cm (5 kaki 1 inci) dari lantai. Tiang harus kuat, agar jaring tegang dan lurus dan ditempatkan pada garis batas samping lapangan. 3. Jaring Jaring harus dibuat dari tali halus yang dimasak dan dijala dengan jaring 1,6 cm sampai dengan 2, 0 cm. Jaring harus terentang 76 cm. Ujung atas jaring harus berada 152 cm (5 kaki) dari lantai pada pertengahan lapangan dan 155 cm dari lantai pada tiang-tiangnya. Jaring harus mempunyai tepi dari pita putih selebar 3,8 cm, serta bagian tengah pita tersebut didukung oleh kawat atau tali, yang ditarik dan ditegangkan dari ujung-ujung tiang. 4. Raket dan Kok atau Shuttlecock



Sebuah shuttlecock harus memiliki berat 4,8-5,6 gram dan mempunyai 1416 helai bulu yang dilekatkan pada kepala dari gabus yang berdiameter 2,5-2,9 cm. Panjang bulu dari ujung bawah sampai ujung yang menempel pada dasar gabus kepalanya adalah 6,2 – 6,9 cm. Bulu-bulu ini menyebar menjauhi gabus dan berdiameter 5,5-6,3 cm pada ujung bawahnya, serta diikat dengan benang atau bahan lain cocok sehingga kuat.



8



Pegangan raket ada tiga macam, yaitu: 1. Pegangan forehand (pegangan dasar) Pegangan ini dapat di peroleh dengan cara mendirkan raket yang sisinya tegak dengan lantai Pegangan ini hampir sama dengan posisi tangan sedang bersalaman. 2. Pegangan backhand Pegangan ini dapat di peroleh dengan jalan memutar seperempat ke kanan dari pegangan forehand. 3. Pegangan pukul kasur/Amerika Cara pegangan ini adalah mula-mula raket diletakkan secara mendatar di atas lantai. Kemudian ambil dan peganglah raket pada pegangannya, sehingga bagian tangan antar ibu jari dan jaritelunjuk menempel pada bagian permukaan yang lebar.



5. Pemain Permainan harus dimainkan oleh masing-masing satu permainan di satu sisi lapangan (pada permainan tunggal) atau masing-masing dua pemain di satu sisi (pada permainan ganda). Sisi lapangan tempat tim yang mendapat giliran melakukan servis dinamakan sisi dalam (inside), sedangkan sisi yang timnya menerima servis dinamakan sisi luar (outside).



9



7. Pengundian Sebelum pertandingan dimulai, wasit memanggil kedua tim/pemain yang berlawanan untuk mengundi pihak yang berhak melakukan servis pertama dan memilih sisi lapangan bagi timnya untuk memulai permainan. 8. Penilaian Jumlah nilai (skor) permainan ganda atau tunggal putra, terdiri atas 15 angka, seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya, dalam pertandingan dengan nilai 15, bila kedua belah pihak telah mencapai angka 14 sama. Pihak yang pertama kali memperoleh angka 14 dapat menambahkan nilai akhir dengan 3 angka (dikenal dengan sebutan setting game). Jika pertandingan telah ditetapkan (diset), maka nilai awal yang ditentukan dinamakan “love-all”. Pihak pertama yang mencapai angka 3 dinyatakan sebagai pemenang. Jumlah skor pada pertandingan tunggal putri adalah 11 angka. Jika telah dicapai angka 10-10 , maka pihak yang lebih dahulu mencapai angka 10 berhak menambah nilai tambahan akhir dengan 3 angka. Pihak yang pertama mencapai 3 angka dinyatakan sebagai pemenang. Kedua pihak yang bertanding akan memainkan tiga sel pertandingan untuk menentukan pemenang. Pemain yang mampu memenangkan lebih dahulu 2 sel pertandingan (2 games) akan dinyatakan sebagai pemenang. Pemain akan bertukar sisi lapangan (tempat) pada setiap akhir suatu game. Pada game ketiga, pemain juga akan berpindah lapangan ketika nilai akhir mencapai: 1) Skor 8 pada pertandingan dengan 15 angka 2) Skor 6 pada pertandingan dengan 11 angka 3) Skor 11 pada sistem reli poin 21 angka Keterangan: Aturan reli poin adalah 1 game terdiri atas 21 poin. Jika kedua pemain mencapai poin 20-20, maka terjadilah deuce (yus). Pemenang dapat ditentukan jika telah muncul selisih 2 poin (misalnya 22-20). Bila selisih masih 1 poin (21-20), pemenang belum dapat ditentukan. Angka maksimal tiap game adalah 30. Dengan demikian, jika terjadi poin 29-29, maka pemenangnya adalah pemain yang terlebih dulu mencapai angka 30.



10



9. Teknik Pukulan Bulu Tangkis



2.3 Contoh Manajemen Bulu Tangkis pada PB. Jaya Raya Solo A. Kondisi Manajemen Organisasi pada PB. Jaya Raya Solo Berdasarkan hasil penelitian, kondisi manajemen organisasi pada PB. Jaya Raya Solo bahwa struktur organisasi, serta program kerja dan kinerja pengurus sudah terlaksana. Hal tersebut dapat dilihat dari telah dilakukannya perencanaan peroganisasian guna mewujudkan visi dan misi organisasi. Penempatan pengurus juga sudah sesuai profesi di bidangnya. Pengurus di PB Jaya Raya Solo memperhatikan atlet melalui motivasi serta dorongan untuk meraih prestasi. Dengan demikian manajemen di PB. Jaya Raya Solo sudah layak dan baik, karena seperti yang di katakan Terry dalam Nawawi (2011:54), menyatakan bahwa fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing). Dimana semua aktivitas tersebut telah dipenuhi dan bertujuan untuk mencapai target organisasi.



B. Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil penelitian, sertifikasi pelatih, pengetahuan pelatih, rekrutmen dan kondisi atlet di PB Jaya Raya Solo dilakukan untuk mendapat sumber daya manusia yang layak untuk menjadi bagian dari klub. PB Jaya Raya Solo memiliki pelatih yang sudah bersertifikasi dan ada juga yang belum bersertifikasi, tetapi memiliki pengalaman serta pengetahuan yang cukup berpengalaman. Pola rekrutmen atlet yang dilakukan yaitu dengan tes kompetisi atlet dan juga ada yang dari academy lalu di rekrut ke pusdiklat PB. Jaya Raya Solo. Kondisi atlet di PB Jaya Raya dalam keadaan baik karena sudah mendapat fasilitas yang memadai dari klub dan memiliki semangat tinggi untuk berlatih.



11



Dengan demikian sumber daya manusia pada PB. Jaya Raya Solo sudah baik karena seperti yang di katakan Ruky (2006:16) dalam buku “SDM berkualitas mengubah visi menjadi realitas” mengatakan bahwa karakteristik atau ciri-ciri SDM berkualitas ialah Memiliki pengetahuan penuh tentang tugas, tanggung jawab dan wewenangnya, Memiliki pengetahuan (knowledges) yang diperlukan, terkait dengan pelaksanaan tugasnya secara penuh. PB. Jaya Raya telah memenuhi karateristik tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa Sumber daya manusia pada PB. Jaya Raya Solo adalah baik.



C. Sarana dan prasarana Berdasarkan hasil penelitian, kelengkapan sarana dan prasarana, kondisi sarana dan prasarana di PB Jaya Raya Solo sudah memadai. Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di PB Jaya Raya solo juga akan terus dimaksimalkan. Sarana dan Prasarana yang sudah ada di PB Jaya Raya Solo antara lain: asrama, musholla, kamar mandi, tempat makan, tempat fitnes, lapangan serta kantor PB Jaya Raya Solo. Dengan demikian sarana prasarana PB. Jaya Raya Solo sudah baik, karena seperti yang dikatakan Arianto (2008) yang menyatakan prasarana sarana bertujuan untuk mempermudah penyampaian materi latihan. PB. Jaya Raya Solo telah memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa sarana prasarana sudah baik.



D. Program Latihan Berdasarkan hasil penelitian, Perencanaan program latihan, pelaksanaan program latihan, evaluasi program latihan, kedisiplinan dan kemandirian dalam latihan serta motivasi dalam berlatih di PB Jaya Raya Solo telah dilakukan dan terus di kembangkan guna pencapaian prestasi yang aktif dan efisien. Latihan bertujuan untuk mencapai puncak prestasi. Dengan demikian program latihan pada PB. Jaya Raya Sudah Berjalan Dengan Baik, karena seperti yang dikatakan Syarifuddin (2013: 21) latihan merupakan suatu perencanaan atau materi latihan seperti keterampilan-keterampilan gerak.



12



E. Pendanaan Berdasarkan hasil penelitian, sumber dana, pengelolaan keuangan, mekanisme pendanaan, serta keadaan keuangan organisasi PB. Jaya Raya Solo melakukan perencanaan keuangan yang seimbang. Sumber dana PB Jaya Raya berasal dari PB Jaya Raya Bintaro atau pusat serta dari iuran para pengurus PB Jaya Raya Solo. ADART di buat seperti di PBSI, Pengelolaan keuangan di PB Jaya Raya di jalankan oleh staf keuangan yang ada di PB. Jaya Raya, dana digunakan untuk pengembangan atlet. Dengan demikian keadaan keuangan di PB Jaya Raya Solo sudah baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Yuesti dan Keprameni (2019: 7) yang menyatakan bahwa pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan penentuan sumber dana yang akan digunakan, penentuan perimbangan pendanaan yang optimal.



F. Prestasi Berdasarkan hasil penelitian, pertandingan yang pernah diikuti PB Jaya Raya Solo bertarah daerah, nasional serta internasional. Prestasi atlet di PB Jaya Raya Solo kebanyakan berada sudah tingkat Nasional serta internasional, seperti kejuaraan di singapur, kejurnas di sirnas dan open turnamen di bintaro. Prestasi atlet terus ditingkatkan, Prestasi terbaik yang pernah diikuti oleh PB Jaya Raya Solo adalah pada kejuaraan Sirnas dan banyak atlet yang masuk ke klub PB Jaya Raya Bintaro atau pusat. Dengan demikian capaian prestasi PB. Jaya Raya Sudah Baik, Karena telah mendapat juara dari beberapa partandingan, sebagaimana yang di sebutkan oleh Sudarwati (2007: 56) yang menyebutkan bahwa prestasi atlet merupakan kumpulan dari hasil-hasil yang dicapai oleh atlet dalam melaksanakan tugas yang di berikan kepadanya.



13



BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Permainan bulu tangkis merupakan salah satu jenis olahraga yang terkenal di dunia. Olahraga ini dapat menarik minat bagi berbagai kelompok umur, berbagai tingkat keterampilan, dan pria maupun wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di luar ruangan untuk tujuan rekreasi, dan juga sebagai ajang persaingan. Permainan bulu tangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu, atau dua orang melawan dua orang. Olahraga yang menggunakan bola dan raket ini berkembang di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu. Nenek moyangnya adalah sebuah permainan Tionghoa bernama Jianzi yang melibatkan penggunaan bola tetapi tanpa raket. Objek atau misi permainan ini adalah untuk menjaga bola agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan permasalahan penelitian tentang manajemen organisasi olahraga bulutangkis pada klub PB. Jaya Raya Solo maka dapat disimpukan: 1. Kondisi manajemen organisasi pada PB. Jaya Raya Solo sudah baik, melakukan perencanaan perorganisasian guna mewujudkan visi dan misi organisasi. Penempatan pengurus juga sudah sesuai profesi di bidangnya. Pengurus di PB Jaya Raya Solo memperhatikan atlet melalui motivasi serta dorongan untuk meraih prestasi. 2. Sumber daya manusia pada PB. Jaya Raya solo sudah baik, pelatih sudah bersertifikat dan ada yang belum namun sudah pernah melatih di luar negri, dan rekrutmen atlet melalui tes kompetensi. 3. Prasarana dan sarana yang ada pada PB. Jaya Raya Solo sudah memadai. Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di PB Jaya Raya solo juga akan terus dimaksimalkan. 4. Program latihan pada PB. Jaya Raya sudah baik, merencanakan program program latihan guna pencapaian prestasi secara aktif dan efisien. 5. Pendanaan Pada PB. Jaya Raya Solo sudah baik, dana digunakan secara optimal untuk pengembangan PB. Jaya Raya Solo, dan juga telah sesuai dengan ADART di PBSI.



14



6. Prestasi atlet di PB. Jaya Raya Solo terus sudah baik, PB. Jaya Raya Solo pernah menjuarai beberapa kejuaraan baik daerah, maupun yang membuat atlet-atlet masuk ke PB. Jaya Raya pusat dan akan terus di tingkatkan.



3.2 SARAN Permainan bulu tangkis harus dibina sejak usia dini untuk menghasilkan bibit atlet yang berpotensi. Untuk itu atlet alit besar Indonesia perlu mendidik anak usia dini dalam bermain bulu tangkis agar dapat mengangkat nama baik Bangsa Indonesia.



15



DAFTAR PUSTAKA Achmad S.Ruky. (2006). Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Adisamirto, Sudarwati, Lilik. 2007. Mental Juara Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Arianto, S. (2008). Pengertian Fasilitas Belajar dan Jenisnya. Nawawi, Hadari. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pers. Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet. Syarifuddin, Aip. (1992). Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yuesti, Anik. & Kepramareni, Putu. (2019). Manajemen Keuangan Jendela Pengelolaan Bisnis. Bali: CV. Noah Aletheia. https://id.wikipedia.org/wiki/Bulu_tangkis http://www.bulutangkis.com/ http://www.internationalbadminton.org/