Manajemen para Pemangku Kepentingan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. •



Manajemen para pemangku kepentingan Pemangku kepentingan atau yang dinamakan ‘Stakeholders’ adalah kelompok atau individu yang dukungannya diperlukan demi kesejahteraan dan kelangsungan hidup organisasi.Pemangku kepentingan adalah seseorang, organisasi atau kelompok dengan kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001).Pemangku kepentingan mencakup semua pihak yang terkait dalam pengelolaan terhadap sumberdaya. Dalam Bussiness Dictionary, pemangku kepentingan didefinisikan kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan langsung atau tidak langsung dalam sebuah organisasi karena dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan organisasi, tujuan, dan kebijakan. Meskipun para pelaku biasanya melegitimasi dirinya sebagai stakeholder, tetapi semua pemangku kepentingan tidak sama dan memiliki kedudukan yang berbeda. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan adalah seluruh pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi fokus kajian atau perhatian. Adapun pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam perusahaan dapat terdiri dari : Pengusaha (Pemegang Saham) yang sehari-hari diwakili manajemen. Bank dan lender lain Direktur dan menejer Para pekerja dan serikat pekerja. Para pengusaha Pemasok. Perusahaan Pengguna. Masyarakat Pemerintah. Proses proyek Stakeholder Manajemen Mengidentifikasi pemangku kepentingan: mengidentifikasi setiap orang yang terlibat dalam proyek atau terpengaruh oleh itu, dan menentukan cara terbaik untuk mengelola hubungan dengan mereka. Perencanaan pengelolaan stakeholder: Menentukan strategi untuk secara efektif melibatkan pemangku kepentingan Mengelola keterlibatan pemangku kepentingan: Berkomunikasi dan bekerja dengan para pemangku kepentingan proyek untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka, memecahkan masalah, dan mendorong keterlibatan dalam keputusan dan kegiatan proyek Mengontrol keterlibatan pemangku kepentingan: Pemantauan hubungan stakeholder dan menyesuaikan rencana dan strategi untuk melibatkan para pemangku kepentingan yang diperlukan



Berikut ini adalah proses yang dilalui dalam melakukan menyiapkan informasi strategi pada stakeholdermanagement : 1. Stakeholder identification Mengidenfikasi stakeholder, baik internal maupuan eksternal organisasi yang berkaitan dengan proyek/bisnis.Dalam ini, mapping sangat diperlukan untuk mengetahui manamana saja yang merupakan stakeholder bagi proyek/bisnis. 2. Stakeholder analysis Melakukan analisa terhadap kebutuhan, ekspektasi, otoritas yang dimiliki, serta komitmen dari para masing-masing stakeholder.



3. Stakeholder matrix Memposisikan stakeholder ke bentuk matric untuk mengetahui tingkat pengaruh yang dimilikinya dan akibat yang didapat jika ekspetasi stakeholder tersebut tidak terpenuhi.Jika tingkat interest semakin tinggi maka stakeholder tersebut harus selalu diberi informasi tentang proyek yang berjalan dan jika tingkat pengaruhnya sangat tinggi perlu dipenuhi ekspektasi yang diharapkan stakeholder. 4. Stakeholder engagement Didalam engagement komunikasi dari ekspektasi yang diharapkan didiskusikan secara bersama dan membuat suatu nilai kesepatakan yang akan disetujui bersama. 5. Mengkomunikasikan informasi Disini komunikasi dibentuk antar stakholder tentang ekspektasi masing-masing stakeholder yang mana merupakan tingkat detil dari informasi hasil diskusi dari stakeholderengagement. Selain itu, masalah keamanan informasi dan klasifikasi confidentiality nya juga dibuat untuk keperluan pengamanan informasi. • •







Istilah Penting dalam Kerangka Definisi Pemangku Kepentingan Stakeholder Engagement adalah proses secara efektif memunculkan pandangan stakeholder 'pada hubungan mereka dengan organisasi / program / proyek (Friedman dan Miles 2006). Analisis Pemangku Kepentingan adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai pengaruh dan pentingnya orang-orang kunci, kelompok orang, atau organisasi yang secara signifikan dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan atau proyek (Friedman dan Miles 2006). Stakeholder Manajemen manajemen hubungan dasarnya pemangku kepentingan seperti itu adalah hubungan dan bukan kelompok pemangku kepentingan yang sebenarnya yang dikelola (Friedman dan Miles 2006).



Tipologi Pemangku Kepentingan Secara umum pemangku kepentingan dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu: Pertama, pemangku kepentingan primer atau ‘key stakeholder’ adalah mereka yang pada akhirnya terpengaruh, baik secara positif atau negatif oleh tindakan organisasi. Kedua, Pemangku kepentingan sekunder: adalah ‘perantara’, yaitu, orang atau organisasi yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh tindakan organisasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Clarkson yang membagi pemangku kepentingan menjadi dua. Pemangku kepentingan primer adalah ‘pihak di mana tanpa partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidak dapat bertahan.’Contohnya adalah pemegang saham, investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Menurut Clarkson, suatu perusahaan atau organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pemangku kepentingan primer yang merupakan rangkaian kompleks hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan yang mempunyai hak, tujuan, harapan, dan tanggung jawab yang berbeda. Sementara, pemangku kepentingan sekunder didefinisikan sebagai ‘pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan hidup perusahaan.’Contohnya adalah media dan berbagai kelompok



kepentingan tertentu.Perusahaan tidak bergantung pada kelompok ini untuk kelangsungan hidupnya, tapi mereka bisa mempengaruhi kinerja perusahaan dengan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Dalam pandangan perusahaan sebagai sebuah entitas bisnis stakeholder dipandang sebagai inividu atau Kelompok yang dipengaruhi oleh dan/atau memiliki kepentingan dalam operasi dan tujuan perusahaan.Perusahaan memiliki berbagai kelompok pemangku kepentingan yang saling berhubungan secara luas. Pemangku kepentingan tersebut dikelompok menjadi tiga katagori: (a) pemangku kepentingan internal, yaitu individu atau kelompok yang berada dalam struktur organisasi bisnis yang memiliki pengaruh terhadap tujuan perusahaan; (b) pemangku kepentingan eksternal, yaitu individu atau kelompok yang berada di luar struktur organisasi bisnis yang memiliki pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung terhadap kebijakan dan proses bisnis; dan (c) pemangku kepentingan penghubung yaitu inidividu atau kelompok yang memiliki peran sebagai penghubung atau memiiki keterkaitan dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal. Masing-masing pemangku kepentingan berbeda baik dari segi perhatian dan minat dalam kegiatan bisnis dan juga kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan perusahaan. Landasan Teoritis Riyadi (2008) menjelaskan dua perspektif berkaitan dengan “peran bisnis dalam masyarakat.” Cara pandang pertama, “pandangan klasik” (classical view), yang didasarkan pada teori ekonomi neo-klasik, melihat peran bisnis dalam masyarakat murni sebagai pencarian keuntungan, yaitu keuntungan bagi para pemegang saham (shareholder).Cara pandang ini disebut juga sebagai “perspektif pemegang saham” (shareholder perspective).Sebaliknya, “pandangan pemangku kepentingan” (stakeholder view), yang didasarkan pada teori pemangku kepentingan, berkeyakinan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial.Tanggung jawab sosial itu menuntut perusahaan untuk mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terkena pengaruh dari tindakannya. Pandangan klasik memposisikan dua peran pokok yang pertaman bisnis sebagai “pencarian keuntungan murni”, dimana bisnis memiliki standar etis yang lebih rendah daripada masyarakat, bisnis tidak memiliki tanggung jawab sosial kecuali kepatuhan pada hukum. Kedua, bisnis sebagai “pencarian keuntungan yang terbatas” dimana bisnis harus memaksimalkan kekayaan para pemegang saham, mematuhi hukum dan memiliki aspek etis.Pandangan klasik melihat bahwa ketidakjujuran hingga pada taraf tertentu dapat diterima karena para pebisnis memiliki standard moral yang lebih rendah dari pada masyarakat pada umumnya. Gertakan khas dunia bisnis (misalnya mengatakan sesuatu secara berlebihan), aksi penipuan merupakan hal-hal yang boleh, karena tujuan bisnis tidak lain tidak bukan untuk mencari keuntungan. Hanya saja, meskipun ia bisa mengabaikan standar moral dan etis, bisnis tetap harus mengikuti aturan main menurut hukum yang berlaku. Pendukung utama pandangan pertama ini adalah Carr. Perspektif kedua dalam pandangan klasik ini adalah “pandangan pencarian-keuntungan yang terbatas”.Pendukung pandangan klasik jenis kedua ini diantaranya Milton Friedman yang memandang bahwa perusahaan haruslah bertindak jujur.Kejujuran itu dipahami Friedman dalam kerangka tujuan perusahaan itu sendiri, yang bahkan satu-satunya, yaitu pencarian keuntungan bagi para pemegang saham.Yang mencari keuntungan bagi para pemilik saham adalah para manajernya. Karena itu, tidak etis kalau para manajer disuruh memikul beban tanggung jawab sosial perusahaan kepada pihak lain selain para pemegang atau pemilik saham. Menurut Friedman, menuntut perusahaan untuk mengemban tanggung jawab sosial akan merusak sendi-sendi sebuah masyarakat yang bebas dengan sistem ekonomibebas (free-enterprise) dan sistem kepemilikan individual. Masalah sosial menjadi ranah negara untuk mengelolanya. Pandangan klasik mendasarkan pembenaran teoretisnya pada teori ekonomi neo-klasik yang memiliki tiga



klaim: pasar bebas, efisiensi ekonomi, dan maksimisasi keuntungan. Pandangan ini didasarkan pada tiga cara: Pertama, pemegang saham adalah para pemilik korporasi. Para manajer tidak punya hak untuk bertindak berdasarkan kemauannya sendiri, termasuk menggunakan sumber daya perusahaan untuk tujuan sosial.Kedua, peran perusahaan adalah menghasilkan kekayaan.Pembebanan tanggung jawab sosial pada perusahaan bisa merusak kinerjanya. Ketiga, peran tanggung jawab sosial itu diemban oleh lembaga lain yaitu pemerintah; perusahaan dan para manajer tidak dilengkapi dengan peran semacam itu. Teori pemangku kepentingan dapat digunakan dalam tiga cara: Pertama adalah cara deskriptif atau empiris, di mana teori ini digunakan untuk “menggambarkan dan kadang menjelaskan karakteristik dan perilaku spesifik korporasi. Sifat pendekatan ini adalah deskriptif. Kedua adalah cara instrumental, di mana teori ini digunakan untuk “mengidentifikasi kaitan atau kurangnya koneksi antara manajemen pemangku kepentingan dan pencapaian sasaran korporasi tradisional. Misalnya keuntungandan pertumbuhan.Sifat pendekatan ini adalah preskriptif.Pendekatan instrumental melihat para pemangku kepentingan sebagai ‘alat’ untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan efisiensi.Para pemangku kepentingan hanya diperhatikan sejauh itu menunjang tujuantujuan lebih tinggi dari sebuah perusahaan yaitu maksimisasi keuntungan, keberlangsungan dan pertumbuhan. Ketiga adalah cara normatif, di mana teori ini digunakan untuk menginterpretasikan fungsi perusahaan dan mengidentifikasi pandu¬an moral atau filosofis yang harus diikuti berkaitan dengan operasi dan manajemen perusahaan. Pendekatan ini tentu saja bersifat normatif-preskriptif, dan karena itu kadang dikacaukan dengan pendekatan kedua.Pendekatan normatif melihat para pemangku kepentingan sebagai tujuan. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memandang signifikansi pemangku kepentingan, yaitu kekuasaan/kekuatan (power), legitimasi, dan urgensi.Meskipun ketiga hal tersebut bersama-sama dan saling terkait dalam mempengaruhi pengambilan tindakan oleh sebuah perusahaan, tetapi yang paling besar dari ketiganya adalah kekuasaan/kekuatan.Kekuasaan/kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kekuatan nyata suatu pemangku kepentingan untuk melakukan tekanan dan tuntutan baik secara sosial, politis, maupun hukum.Bisa terjadi bahwa suatu pemangku kepentingan memiliki legitimasi dan memiliki urgensitas yang sangat tinggi (keadaan mereka sudah sangat membahayakan dari segi kelangsungan hidup) untuk melakukan penuntutan kepada sebuah perusahaan, namun karena mereka tidak memiliki kekuasaan yang real.



• • • • • •



Inti, Strategis, dan Pemangku Kepentingan Lingkungan stakeholder inti sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan pemangku kepentingan strategis secara langsung dipengaruhi oleh ancaman dan peluang wajah organisasi pemangku kepentingan lingkungan yang semua orang lain di lingkungan organisasi Dilihat dari Strategis, Multi Fidusia, dan Sintesis Pemangku Kepentingan pendekatan strategis menganggap stakeholder sebagai manajer dalam mengejar keuntungan pendekatan multi Fidusia menganggap pemangku kepentingan, kelompok, bahwa manajemen memiliki tanggung jawab fidusia Pendekatan sintesis menganggap stakeholder sebagai kelompok untuk siapa manajemen berutang tanggung jawab etis tetapi tidak fidusia







Hubungan stakeholder dengan perusahaan







Sifat dari hubungan perusahaan dengan stakeholders mengalami perubahan dinamis seiring berjalanya waktu. Beberapa pakar mengamati terjadinya pergeseran bentuk dari yang semula tidak aktif (inactive), menjadi reaktif (reactive), kemudian berubah lagi menjadi proaktif (proactive), dan akhirnya menjadi interaktif (interactive).







.A Pola hubungan stakeholders







Penjelasan mengenai pola hubungan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:







1) Hubungan tidak aktif (inactive); perusahaan meyakini bahwa mereka dapat membuat keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangakan dampaknya terhadap pihak lain.







2) Hubungan yang reaktif (reactive); perusahaan cenderung memepertahankan diri (defensive), dan hanya bertindak ketika dipaksa melakukanya.







3) Hubungan yang proaktif (proactive); perusahaan cenderung berusaha untuk mengantisipasi kepentingan-kepentingan para stakeholders. Biasanya perusahaan memiliki departemen khusus yang berfungsi untuk mengidentifikasi isu-isu yang menjadi perhatian para pemangku kepentinagan utama. Namun, perhatian mereka dan para stakeholders dipandang sebagai suatu permasalahan yang perlu dikelola, bukan dipandang sebagai suatu sumber keunggulan kompetitif.







4) Hubungan yang interaktif (interactive); perusahaan menggunakan pendekatan bahwa perusahaan harus memiliki hubungan berkelanjutan yang saling menghormati, terbuka, dan saling dipercaya dengan para pemangku kepentinganya. Dengan demikian, perusahaan menganggap bahwa suatu hubungan yang positif dengan para pemangku kepentingan adalah sumber nilai dan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.