Manajemen Reproduksi Dan Kesehatan Puyuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN REPRODUKSI DAN KESEHATAN PUYUH (Makalah Produksi Aneka Ternak dan Satwa)



Oleh



Muhammad Reza Syahputra 1514141033



JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah produksi aneka ternak dan satwa yang berjudul “Manajemen Produksi dan Kesehatan Puyuh” tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam melakukan pembutan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan , maka penulis mengharapkan kriktik dan saran yang membangun agar tercipta kesempurnaan di tugas makalah yang selanjutnya.



Bandar Lampung, 1 Mei 2019



Penulis,



I.



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pemeliharaan burung puyuh (quail) pada mulanya kurang mendapat perhatian dari para peternak di Indonesia. Tetapi sejak pemerintah Indonesia merencanakan burung puyuh sebagai salah satu alternatif untuk peningkatan penyediaan protein hewani untuk masyarakat, barulah burung puyuh mulai terangkat namanya.Peternakan puyuh sekarang mulai disukai dan dilirik masyarakat, pemerintahpun ikut menggalakan pemeliharaan puyuh kepada masyarakat.



Peternakan Puyuh juga menjanjikan penghasilan yang besar apabila ditekuni. Manajemen pemeliharaan yang meliputi kebersihan kandang dan strategi pemberian pakan adalah salah satu kunci keberhasilan ternak puyuh, pemberian pakan harus sesuai kandungan nutrisi yang lengkap dan cukup untuk puyuh dengan berbagai tingkat umur. Karena pemeliharaan yang bagus dari kecil hingga dewasa sebagai penentu ternak puyuh itu bisa berproduksi dengan maksimal.



Sedangkan manajemen pemeliharaan bagi peternak tradisional tampak dari pengalaman mereka, mereka belum mampu menyusun ransum kebutuhan harian ternak puyuh, sehingga mereka hanya mengandalkan pakan lengkap (complete feed) dari pabrikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi puyuh tersebut.



B. Tujuan



Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikiut : 1. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan puyuh



2. Untuk mengetahui penyakit yang sering terjadi pada peternakan puyuh.



II. PEMBAHASAN



A. Burung Puyuh



Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang jauh, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek, dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga gemak ( Jawa ) atau quail ( asing ), merupakan bangsa burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia burung puyuh mulai dikenal dan diternakkan sejak akhir 1979 dan kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.



Di dunia ini ada tiga marga burung puyuh, yaitu marga Turnix yang berasal dari keluarga Turnicidae serta marga Arborophila dan Coturnix yang berasal dari keluarga Phasianidae. Sepintas, akan sulit membedakan puyuh keluarga Turnicidae dengan Phasianidae. Namun, jika diamati lebih teliti, akan tampak perbedaan yang nyata. Keluarga Turnicidae memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil. Jari kakinya berjumlah tiga dan semuanya mengarah ke depan. Keluarga Phasianidae jumlah jarinya empat. Tiga menghadap ke depan, satu jari lainnya ke belakang. Contoh keluarga Turnicidae adalah Turnix suscitator atau puyuh tegalan, Turnix sylvatica atau puyuh kuning, dan Turnix maculosta atau puyuh punggung hitam. Sementara itu, yang termasuk keluarga Phasianidae antara lain Arborophila javanica atau puyuh gonggong, Arborophila brunneopectus, Arborophila orientalis, Arborophila rubrirostris atau puyuh paruh merah, Rollulus roulroul atau puyuh mahkota, Coturnix coturnix japonica,dan Coturnix chinensis ( Agus, 2002 ).



Sistem reproduksi pada puyuh jantan terdiri dari sepasang testis yang memiliki epididimis dan vas deferens yang menuju ke alat kelamin jantan (copulatory organ).Sedangkan sistem reproduksi pada puyuh betina terdiri dari ovarium yaitu tempat pembentukan sel telur, infundibulum, magnum, istmus, uterus, dan vagina.



B.Perkandangan



Lokasi kandang sangat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas puyuh. Lokasi kandang sangat menentukan lancar dan tidaknya distribusi dari dan ke kandang, yaitu distribusi bibit, pakan, sarana dan hasil produksi. Untuk itu dalam menentukan lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal antara lain, berada cukup jauh dari pemukiman penduduk, transportasi relatif mudah, tersedia cukup air dan saluran pembuangan, pencahayaan dan sirkulasi udara lancar, aman dan mudah pengawasannya ( Wuryadi, 2011 ).



Seperti halnya kandang ayam, kandang puyuh terdiri dari beberapa macam. Setiap macamnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem kandang yang biasa diterapkan adalah sistem litter dan sangkar atau baterai. Kandang sistem baterai mempunyai kelebihan yaitu mudah dibersihkan dan sirkulasi udara lancar. Kandang puyuh sistem litter mempunyai beberapa keunggulan yaitu menghemat tenaga kerja dan praktis, karena tidak perlu dibersihkan setiap hari, dapat memberikan rasa hangat pada puyuh, kesehatan kaki puyuh juga terjaga karena tidak langsung mengenai lantai yang keras, litter juga memberikan kesibukan dari puyuh sehingga dapat mengurang sifat kanibal pada puyuh. Kekurangan dari kandang sistem litter diantaranya adalah telur tertutup oleh litter, sehingga dapat terinjak oleh puyuh, tempat pakan dan minum akan cepat kotor karena tecemar litter yang dikais-kais oleh puyuh. Debu yang timbul akibat litter yang dikais-kais oleh puyuh dapat menyebabkan penyakit pernafasan ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).



C. Bibit Puyuh



Pembudidayaan puyuh untuk memproduksi telur sekaligus daging, membutuhkan bibit puyuh yang berkualitas. Bibit puyuh yang akan diperoleh sebaiknya dari ras unggul dan diperoleh dari peternak yang sudah mempunyai kredibilitas. DOQ yang baik mempunyai ciri-ciri antara lain : 1. DOQ terlihat lincah, tidak cacat, terutama kaki dan paruh. 2. DOQ mempunyai bobot dan ukuran yang seragam sekitar 6-8 gram/ekor. 3. Bentuk bulu normal, mengkilap dan tidak kusam. 4. DOQ bukan berasal dari perkawinan Inbreeding.



Selain dilakukan pemilihan bibit pada fase starter, pemilihan bibit juga dilakukan pada fase selanjutnya yaitu fase grower dan layer agar didapat puyuh yang menghasilkan jumlah telur yang tinggi dan berkualitas, ciri-ciri puyuh fase starter dan grower yang baik antara lain : 1. Puyuh memiliki badan yang sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan terlihat lincah. 2. Seluruh bagian tubuh lengkap dan tidak cacat. 3. Mata bening dan cerah. 4. Bentuk kepala, tubuh dan kaki proporsional. 5. Bobot badan seragam dan ideal sekitar 150 gram/ekor. 6. Asal-usul indukan jelas, dan bukan merupakan hasil perkawinan sedarah atau inbreeding.



Pemilhan bibit puyuh grower dan layer final stock yang berasal dari perkawinan atau persilangan puyuh parent stock, sebab puyuh jenis tersebut mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan dengan jenis puyuh hasil dari perkawinan sedarah atau inbreeding.Selain itu kondisi kesehatan dan kualitas bibit juga lebih terjaga, karena telah melewati tahap seleksi yang benar ( Wuryadi, 2011 ).



Seleksi bibit puyuh hendaknya tidak hanya dilakukan pada masa starter, tetapi juga pada masa grower,dan menginjak dewasa ( siap bertelur ). Seleksi pada



periode starter meliputi pemilihan DOQ ( Day Old Quail). DOQ yang dipilih bukan hasil dari perkawinan sedarah, memilih anak puyuh yang besarnya seragam, gesit serta tidak mempunyai cacat fisik seperti kaki pengkor/bengkok, paruh melengkung, dan sayap patah. Mata puyuh harus cerah, bersih, tidak terlihat mengantuk dan penyakitan, serta aktif mencari pakan. Seleksi pada burung puyuh periode growerdan puyuh menginjak dewasa hampir sama yaitu dilakukan dengan memilih puyuh yang sehat, tidak berpenyakit, tidak mempunyai cacat fisik, aktif mencari pakan, selain itu juga dilakukan pemilihan terhadap bibit puyuh yang pertumbuhannya tidak normal atau kerdil sehingga diperoleh puyuh yang mempunyai bobot dan ukuran seragam (Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).



D. Pemeliharaan



Pemeliharaan burung puyuh terdiri dari 3 fase yaitu 1) pemeliharaan puyuh starter yang dilakukan dikandang khusus puyuh starter, pemeliharaan puyuhstarter harus terpisah dari puyuh yang lebih besar agar tidak terjadi perkelahian. Perkelahian dapat mengakibatkan cacat bahkan kematian. 2) pemeliharaan puyuh fase grower, pemeliharaan puyuh grower dilakukan dalam kandang grower. 3) pemeliharaan puyuh fase layer, pada pemeliharaan puyuh pada fase layer kandang yang digunakan sama seperti kandang grower. Kandang untuk skala besar sebaiknya tidak dalam ukuran besar sekaligus, tetapi berukuran sedang yang disatukan dalam kandang besar, dengan demikian pemeliharaan menjadi lebih mudah dan puyuh tidak saling berkelahi karena populasi terlalu besar. Luas kandang yang dibuat tergantung kebutuhan dan jumlah puyuh yang dipelihara. Untuk kandang berukuran 1 m² dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh. Sementara untuk anak puyuh umur berumur 10 hari hingga lepas anakan per meter persegi dapat diisi 60 ekor puyuh, dan selanjutnya menjadi 40 ekor per meter persegi sampai dengan puyuh diafkir ( Listiyowati dan Roospitasari, 2009 ).



E.Pakan



Jenis pakan dibedakan menurut bentuknya dan kegunaannya dalam fase pemeliharaan puyuh. Menurut bentuknya, pakan dibagi menjadi 3 yaitu, 1) mash atau pakan yang berbentuk tepung, 2) crumble atau pakan yang berbentuk remahremah, keuntungan pakan bentuk ini mudah dipatuk sehingga lebih disukai puyuh, dan 3) pellet, bentuk pelet seperti biji-bijian sehingga dapat mengundang selera makan ternak. Sedangkan menurut penggunaannya berdasarkan fase pemeliharaan, pakan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 1) pakan fase starter, yaitu pakan yang diberikan pada masa pertumbuhan, fase pertumbuhan tersebut mulai DOQ masuk sampai siap bertelur, 2) pakan fase layer, yaitu pakan yang diberikan pada puyuh yang mulai bertelur ( Rangkuti, 2011 ).



Kebutuhan Nutrisi Puyuh Starter. Tabel 2. Kebutuhan nutrisi puyuh starter Kandungan Pakan



Persentase (%)



ME (Metabolisme energi)



Min 2800 Kcal/kg



Protein Kasar



Min 21-23



Lemak kasar



Mak 4-8



Kadar Air



Mak 12



Serat kasar



Mak 4



Abu



Mak 8



Kalsium (Ca)



0,9 - 1,2



Phospor



0,76 - 1



Sumber: Wuryadi, 2011



Tabel 3. Kebutuhan nutrisi puyuh layer Kandungan Pakan



Persentase (%)



ME (Metabolisme energi)



Min 2900 Kcal/kg



Protein Kasar



Min 22



Lemak kasar



Mak 3,96



Kadar Air



Mak 14



Serat kasar



Mak 6



Abu



Mak 10



Kalsium (Ca)



3,25 - 4



Phospor



0,6



Sumber: Wuryadi, 2011



F. Penyakit Pencegahan penyakit pada pemeliharaan puyuh lebih diutamakan dibandingkan dengan pengobatan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pencegahan relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan. Meskipun puyuh termasuk jenis unggas yang tahan terhadap penyakit, tidak menutup kemungkinan puyuh masih tetap terjangkit oleh penyakit, beberapa jenis penyakit yang menyerang puyuh antara lain adalah :



1.Snot atau Infection Coryza Penyakit snotdisebabkan oleh bakteri Hemophilus gallinarum. Gejala yang terlihat, diantaranya puyuh terlihat lesu, nafsu makan dan minum menurun, puyuh ngorok, serta bersin-bersin yang diikuti keluarnya cairan dari hidung dan mata. Jika sudah parah akan terjadi pembengkakan dihidung, mata dan pipi. Penyakit snot biasanya terjadi pada musim pancaroba. Upaya pencegahan dilakukan dengan memberikan pakan yang cukup mutu dan jumlahnya, memberikan vitamin, antibiotik, dan selalu menjaga kondisi kandang agar selalu bersih, tidak terlalu lembab dan padat. Puyuh yang terkena penyakit snotdikarantina dan diberikan obat antibiotik, dosis dan cara pemberian sesuai dengan petunjuk pada kemasan.



2.Tetelo atau Newcastle Disease Penyakit tetelo atau Newcastle Disease disebabkan oleh virus ND dari famili Paramyxovirus yang menyerang saluran pernapasan. Gejala yang terlihat pada puyuh yang terkena penyakit ND diantaranya puyuh susah bernafas, puyuh ngorok, terlihat lesu, mengantuk, sayap turun, jalan mundur atau berputar-putar, serta kepala kepala menunduk kebawah, bahkan memutar hingga kebelakang. Hingga saat ini penyakit tetelo belum ditemukan obatnya. Peternak hanya bisa melakukan tindakan pencegahan, dengan menjaga kebersihan lingkungan



kandang, peralatan, dan pakan, mengkarantina puyuh yang sakit, serta memberikan vaksin ND sedini mungkin. Dosis yang diberikan sesuai dengan umur puyuh.



3.Berak Putih atau Pullorum Pullorum atau berak putih disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.Gejala yang terlihat diantaranya adalah kotoran berwarna putih, puyuh sering bergerombol, terlihat mengantuk, nafsu makan menurun, sesak nafas, sayap lemah menggantung. Pengendalian penyakit berak putih hampir sama dengan pengendalian penyakit tetelo yaitu dengan memberikan antibiotik yang mengandung trimetoprim dan sulfadiazine.



4.Flu Burung atau Avian Influensa ( AI ) Penyakit flu burung disebabkan oleh virus Avian Influensa. Penyakit ini menyerang pernapasan dan sistem saraf. Flu burung biasanya terjadi secara mendadak sehingga dapat mengakibatkan kematian yang tinggi dalam waktu sehari. Gejala yang terlihat pada unggas yang terkena serangan penyakit ini antara lain pilek, hidung bengkak, keluar air mata, pial dan jengger berwarna biru. Hingga saat ini penyakit flu burung atau Avian Influensa belum ditemukan obatnya, dan hanya bisa dilakukan tindakan pencegahan yaitu dengan sanitasi, biosecurity yang ketat dan dilakukan vaksinasi ( Wuryadi, 2011 ).



III. KESIMPULAN



Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Manajemen pemeliharaan puyuh yang baik yaitu memperhatikan kebutuhan nutrisi pakan, menjaga kebersihan kandang, menerapkan biosekurity yang baik. 2. penyakit yang sering menyerang peternakan puyuh yaitu ND, cacar, AI,snot, dan pullorum.



DAFTAR PUSTAKA



Agus. (2002). Manajemen Produksi dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta. BPFE. Listiyowati E. & K. Roospitasari. 2009. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scorecard. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wuryadi, Slamet. 2011. BukuPintar Beternak dan Bisnis Puyuh. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal. 16-18