Manggala Majapahit DewiKZ TAMAT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ MANGGALA MAJAPAHIT



Gajah Kencana Oleh : S. Djatilaksana (SD. Liong) Sumber DJVU : Koleksi Ismoyo http://cersilindonesia.wordpress.com/ Convert, Edit & Ebook : Dewi KZ & MCH http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ S.DJATILAKSAHA Gajah Kencana Manggada, MAJAPAHIT Penerbit: U.P. MARGAJAYA Jl. Setabelan no. 32 B SURAKARTA. - hak cipta dilindungi oleh undang-undang hiasan gambar; O E N G K I S. Terdaftar: Np. Pol.053/Intel/26aa-54/0/1974. Dari bumi pusaka Terik yang beralam pohon wilwa bersimbah peluh dan darah berisi tulang dan abu Gajah, Lembu, Mahesa, Kudi dan mereka insan2 prajurit yang dibebani kodrat masa akan kugali kissah semasa kerangka2 itu masih berhayat, bernafsu, berjuang melaksanakan cita luhur membangun sebuah negara yang besar, yang jaya yang menyatukan nuswantara menyuar keseberang benua Walaupun kini hanya puing2 kenangan lena namun kicau buruug mengalun gemercik air mendesir dan sepoi angin semilir di bumi yang pernah besar pusara insan mangsakala menyerbak aroma ganda harum puji damba abadi dari nafas dan jiwa yang bersenyawakan pengabdian luhur. penulis. lamun huwus kalah nusantara i s u n amukti palapa.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 1



I "Baginda, hamba berpendapat tindakan paduka itu pasti akan sia-sia belaka. Ibarat petani dititah membaca kitab Kutaramanawa atau brahmana diperintah membajak sawah! Demikian hamba tamsilkan pengangkatan Nambi sebagai patih Amangkubhumi kerajaan Majapahit ! Pabila rakryan demang Lembu Sora dipandang tak memenuhi syarat, tentulah diri hamba yang layak dipertimbangkan. Bukan Nambi yang bodoh, lemah, rendah budi, penakut dan tak berwibawa itu. Tanpa Lembu Sora dan Lawe, kerajaan Majapahit pasti runtuh . . . !" Laksana halilintar meletus ditengah hari kemarau, menggelegarlah bingkai2 atap, jalur2 pasak dan tiang2 pendapa agung keraton Majapahit. Dan berdenyar-denyarlah perasaan para mentri, tanda, gusti, bupati, tumenggung dan segenap narapraja kerajaan yang tengah hadir dalam perapatan besar di balairung pura agung. Mereka terpesona mendengar ucapan lantang dari Rangga Lawe, Adipati Tuban. Ketika mendengar Nambi diangkat menjadi Patih Amangkubhumi kerajaan Majapahit, Adipati Tuban itu segera melarikan kudanya secepat angin, menuju ke pura Majapahit. Dihadapan sidang lengkap kerajaan, ia menentang pengangkatan Nambi dan mencemohkannya habis-habisan. Dan dengan berani pula, ia mencela kebijaksanaan raja. Raja Kertarajasa Jayawardhana terkesiap. NAMBI adalah salah seorang kadehan raden Wijaya yang setya dan besar jasanya. Ia ikut berjuang bersama Raden Wijaya untuk merebut kembali pura Singasari yang diduduki pasukan Daha sampai pada waktu Raden Wijaya yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersekutu dengari pasukan Tartar, menggempur kerajaan Daha. Kemudian setelah berhasil mengalahkan Daha, Raden Wijaya lalu menyerang orang2 Tartar itu dan mengusir mereka dari bumi tanah air. Nambi, putera rakryan menteri Pranaraja, itupun ikut merasakan pahit getirnya penderitaan tatkala Raden Wijaya dikejar oleh Kebo Mundarang, patih dari kerajaan Daha. Anakbuah pasukan Singasari yang dipimpin Raden Wijaya diserang oleh pasukan Daha yang dipimpin oleh Kebo Mundarang, sehingga porak poranda dan tercerai berai. Pada waktu itu Raden Wijaya dengan diiringi Lembu Sora, Gajah Pangon, Medang Dangdi. Mahesa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo Kapetengan, Wirota Wiragati dan Pamandana, lari melintasi sawah yang baru terbajak. Tentara Daha tetap mengejarnya. Hampir saja Raden Wijaya dan para pengikutnya yang setya itu dapat ditangkap patih Kebo Mundarang, apabila saat itu tak terjadi suatu peristiwa yang ajaib. Pada saat hendak ditangkap, Raden Wijaya menghunjamkan kakinya ke tanah. Tanah muncrat berhamburan jatuh ke dada dan dahi Kebo Mundarang. Kebo Mundarang menguak dan tersurut mundur beberapa langkah. Dadanya serasa terhantam palu gada. Kedua biji matanya serasa pecah tertabur percikan tanah liat. Cepat2 ia mendekap mata dengan kedua belah tangannya. Beberapa saat setelah rasa sakit berkurang, ia lepaskan tangannya. Tetapi Raden Wijaya dan anakbuahnya sudah lenyap ke dalam hutan. Mengingat jasa2 dari para kadehan yang setya itu, setelah berhasil membangun kerajaan Majapahit dan bertahta sebagai raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya yang dinobatkan sebagai raja Kertarajasa Jayawardhana itupun membalas budi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rangga Lawe diangkat menjadi rnentri Amancanagara didaerah pesisir utara, dengan pangkat Adipati Tuban dan Dataran. Pengangkatan itu sesuai dengan amal jasanya yang cemerlang. Dalam peperangan, ia selalu bersedia mempertaruhkan jiwa menjadi perisai keselamatan junjungannya dan pasukannya. Ia seorang senopati yang pandai mengatur siasat, pemberani dan gagah perkasa. Seorang keturunan Madura yang berwatak keras dan berdarah panas. Lembu Sora diangkat sebagai rakryan demang. Begitu pula mereka2 yang telah berjasa membantu perjuangan Raden Wijaya selama ini, telah diberi pangkat dan kedudukan yang sesuai. Diantaranya Nambi sebagai patih, Timpar sebagai tumenggung, Gajah Biru, Emban, Semi, Lembu Peteng, Ikalikalan Bang, Juru Demung, Pamandana, Teguh, Jangkung, Derpana, Jabung Tarewes, Jaran Bangkai, Panji Semara, Lasem, Windan, Lembu Pawagal, Kebo Andaka, Gajah Lembana, Gajah Enggon, Gajah Gambura, Liman Aguling, Panji Gagak Sumiring, Panji Anengah, Kebojampira dan lain2, telah diberi kedudukan sesuai dengan jasa dan kecakapannya. Para kadehan itu amat bersyukur kepada baginda. Makin penuh kepercayaan mereka, makin meresaplah rasa setya-raja kedalam tulang sunsum mereka. Tetapi tatkala baginda mengangkat Nambi sebagai patih Amangkubumi, timbullah hal2 yang tak diharap. Gelar Patih Amangkubumi adalah untuk patih dipusat pemerintahan kerajaan Majapahit. Sedang gelar Patih diperuntukkan patih kerajaan kecil2 yang bernaung di bawah kekuasaan Majapahit. Kahuripan, Kediri, Matahun, Wengker, Pajang, masing2 mempunyai seorang patih. Maka kedudukan Patih Amangkubumi itu sama dengan Mahapatih atau patih http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seluruh negara. Amatya ring sanagara atau patih seluruh negara itulah yang menjalankan roda pemerintahan seluruh negara. Demikian setelah beberapa jenak terpukau dalam ketegunan, mendeburlah darah raja Kertarajasa. Selintas rasa keagungan memancar. Rangga Lawe ber-lebih2an ulah, bermanja kesombongan dan se-olah2 tak beraja di hati. Dihadapan perapatan agung yang dihadiri segenap narapraja, ia berani menghina patih Nambi, mencela raja.. Mata Kertarajasa memercik kilat berapi. Kerling matanya berhamburan mencurah kepada Adipati lancang itu. Se-akan2 gumpal nanah dalam bisul yang tengah me-lingkar2 mencari jalan meletup keluar. Tetapi ketika pandang mata baginda tertumbuk pada w ajah Rangga Lawe, entah bagaimana, tiba2 reduplah nyala kemarahan baginda. Baginda terhening. Pikirannya me-layang2 ke masa yang lampau .... ' Dahulu ketika Kerajaan Singasari dikalahkan pasukan Daha, pasukan Singasari yang dipimpin Wijayapun dihancurkan. Bahkan dia sendiri hampir tertangkap Kebo Mundarang, patih dari Daha. Setelah lolos dari kejaran musuh, Raden Wijaya dan pengikutnya menuju ke Sumenep menemui Wiraraja adipati Madura. Wirap tetap bersikap setya pada Singarari dan menyambut Raden Wijaya dengan baik. Wijaya terharu dan seketika itu berjanji bahwa apabila kelak dapat merebut kerajaan Jawa, ia bersedia membagi separoh kerajaan kepada Wiraraja. Adipati Wiraraja mengatur rencana menyarankan agar Disamping harus Jayakatwang, raden



puas dan gembira sekali. Segera ia untuk membantu Raden Wijaya. Ia Wijaya menyerah kepada raja Daha. berusaha merebut kepercayaan raja itu harus memperhatikan kekuatan Daha. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dan apabila sudah mendapat kepercayaan raja Jayakatwang, supaya ia mengajukan permohonan untuk membuka hutan Terik, sebuah desa yang tandus. Setelah segala yang direncanakan berjalan lancar dan Wijaya pun sudah diberi idin untuk membuka hutan Terik. Maka ia segera mengirim Banyak Kapuk dan Mahesa Pawagal guna memberi laporan kepada Wiraraja. Ketika kembali, kedua utusan itu disertai seorang putera dari Adipati Wiraraja yang telah membawa pesan dari ayahandanya. Raden Wijaya tertarik melihat sikap putera Wiraraja yang tegas dan berani. Ia segera menanyakan namanya. Tetapi sebelum pemuda itu menjawab, raden Wijaya sudah mendahului memberi nama pemuda itu: Wenang yang berarti benang atau Lawe. Kemudian diberinya pangkat Rangga. Dan terkenallah pemuda itu sebagai Rangga Lawe, Rangga Lawe memang gagah berani, tangkas bicara tegas bertindak. Ia telah berjuang mati2an membantu raden Wijaya hingga berhasil membangun kerajaan Majapahit. Dan dia adalah putera Wiraraja yang berjasa besar sekali kepadanya. Hampir dapat dikatakan Wirarajalah yang membimbing, memberi petunjuk, mengatur rencana dan mempersiapkan gerakan sehingga raden Wijaya berhasil mengalahkan Daha, mengusir tentara Tartar dan mendirikan kerajaan Majapahit. “Layakkah jasa anak dan bapak itu kuhapus begitu saja hanya karena kuanggap dia bertindak kasar dihadapanku ... " demikian baginda merenung dan menimang "kelakuan Lawe itu tidak bermaksud jahat melainkan hendak meluapkan isi hatinya yang kecewa, iri dan penasaran. Dan kutahu dia memang berwatak kasar berangasan tetapi sesungguhnya ia memang tak kalah besar jasanya dengan lain2 kawannya ... " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pikiran raja Kertarajasa masih berlarut hanyut dalam laut kenangan masa lampau. Masa perjuangan yang penuh suka duka. Sesaat hampir ia lena bahwa saat itu sedang dihadap segenap mentri kerajaan. "Lawe, jangan kurang susila dihadapan baginda!" sekonyong-konyong terdengar suara menggelugur bagai guruh hampir sirna kumandangnya. Baginda tersentak dari renungan. Cepat ia mengangkat pandang kearah suara itu. Ah, demang Lembu Sora yang masih terikat hubungan sebagai paman dari Rangga Lawe. Demang yang sudah menjenjang usia tua itu, seorang senopati yang sakti, gagah perkasa, jujur dan setya. Pada saat menemui kesulitan pada masa perjuangan dahulu, Wijaya selalu meminta nasehat dan petunjuk Lembu Sora, Lembu Soralah yang menganjurkan supaya Raden Wijaya minta bantuan kepada Adipati Wiraraja di Madura. Dalam perjalanan ke Madura, rombongan Wijaya kemalaman di tengah sawah. Wijaya dan puteri Tribuana amat letih tetapi karena di tengah sawah, mereka tak dapat beristirahat. Serentak Lembu Sora telentang di tanah dan mempersilahkan Raden Wijaya serta puteri Tribuana duduk di atas perutnya .... Kini kadehan yang setya itu telah diangkat sebagai Demang dengan gelar kebangsawanan Rakryan. Suatu kedudukan yang tinggi. Bebas keluar masuk keraton dan erat sekali hubungannya dengan raja. Teguran Lembu Sora kepada Rangga Lawe yang masih terikat kemenakan itu, membuat baginda tertegun. Makin jelas betapa kesetyaan rakryan Demang itu kepada raja. Mencelah seorang tokoh seperti Rangga Lawe, bukan hal yang olah2. Rangga Lawe seorang adipati yang berpangkat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mentri Amancanagara. Seorang senopati yang gagah berani dan putera dari Adipati Wiraraja yang dijanjikan raja akan diberi separoh tanah kerajaan. Mendamprat Rangga Lawe, lebih berbahaya dari mencabut kumis seekor harimau buas. Sesaat tergugahlah kesan baginda. Beliau tak menginginkan timbul keretakan diantara para kadehannya. Hanya karena soal pengangkatan Nambi. Beliau masih memerlukan tenagr. Rangga Lawe untuk menjaga keamanan daerah pesisir utara. Dari pelabuhan Tuban dan Dataran, dahulu tentara Tartar berlabuh dan menyerang raja Kertanagara dari Singasari karena telah menghina utusan kaisar Tartar. Tetapi kala itu Singasari sudah dikalahkan Daha. Maka dengan siasat yang cerdik, raden Wijaya dapat mengelabui Ike Mi'tse panglima Tartar untuk diajak bersekutu menyerang Daha. Setelah Daha dihancurkan, tiba2 raden Wijaya menyerang tentara Tartar sehingga banyak yang mati, lari ke atas kapal dua terus berlayar pulang kenegerinya. Karena kekalahan itu panglima Ike Mi'tse dihukum mati oleh raja Tartar. Tak sedikitpun baginda Kertarajasa melupakan peristiwa itu. Walaupun sudah berlangsung beberapa tahun tetapi bukan berarti sudah tiada kemungkinan bahwa raja Tartar akan mengirim pasukan pula untuk menghukumnya. Dan apabila kemungkinan itu terjadi, tentulah mereka akan mendarat di pesisir Tuban atau Dataran. Dengan demikian jelas sudah betapa penting arti Tuban dan Dataran itu bagi keselamatan kerajaan Majapahit. Hanya tokoh semacam Rangga Lawelah kiranya yang paling tepat untuk menjaga pos pertahanan sepenting itu. Baginda mencamkan hal itu. "Sudahlah, rakryan Sora" seru baginda sesaat menyadari bahwa tibalah sudah waktunya ia harus bicara untuk mengatasi suasana yang panas "tentulah engkau kenal akan sebuah petuah yang disebut widjna . ialah supaya kita jangan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ meninggalkan kebijaksanaan, penuh hikmah dalam menghadapi kesulitan dan kegentingan yang bagaimana gawatnya. Keberanian dan kekerasan yang meluap berkemanjaan, akhirnya pasti akan sirna tumpas oleh kesaktian kebijaksanaan yang agung. Memerintah harus dengan kebijaksanaan yang bersifat adil dan mengayomi. Bukan dengan Kekerasan yang bersifat lalim menindas! Dalam hal itu, banyaklah sudah kuteguk ajaran dan petunjukmu yang berguna!" Lembu Sora terbeliak. Ia benar2 tertegun mendengar ucapan baginda. Ternyata raja Kertarajasa masih seluhur budi raden Wijaya dahulu. Tidaklah kedudukan tinggi, menyilaukan pandangan hidupnya. Tidaklah kekuasaan menyuburkan sifat Keangkaraan dan Ke-akuannya. Beliau benar2 seorang raja yang tak goyah disanjung pangkat, tak rapuh dibuai kekuasaan. Lembu, Sora tersipu-sipu memohon maaf. "Lawe" bergantilah tegur baginda tertuju kepada Adipati Tuban "masih kenalkah engkau akan dirimu?" Rangga Lawe tersentuh hatinya ketika mendengar kata2 raja kepada Lembu Sora. Diam2 ia malu dan menyesal "Hamba tetap Lawe, kadehan paduka yang selalu siap mempersembahkan jiwa raga kebawah duli tuanku” Mata baginda Kertarajasa bersinar penuh gairah "Benar, Lawe, dikau memang kadehan kesayanganku. Dahulu dan sekarang. Bhayangkara kerajaan Majapahit yang sekokoh dinding2 pura keraton. Tetapi kiranya engkau tentu tak lupa juga siapa Lembu Sora, Nambi, Timpar, Gajah biru dan lain2 itu, bukan?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sekali-kali hamba tak pernah berani melupakan mereka, gusti. Mereka adalah kawan seperjuangan hamba dan kadehan paduka yang setya" sahut Rangga Lawe. "Ah, kiranya engkau sudah mencamkan hal itu. Tetapi mengapa engkau meributkan soal pengangkatan Nambi? Bukan dikau seorang, Lawe. Bukan pula Lembu Sora maupun para kadehan lain yang merasa wajib menjaga tegaknya kerajaan Majapahit. Tetapi segenap kadehan dalam bentuk sebagai kesatuanlah yang terbeban oleh tugas kewajiban itu!" Baginda berhenti sejenak untuk meluangkan perhatian kearah para mentri yang hadir. Beliau hendak mengaji kesan yang terpancar dari wajah para narapraja. Tampak segenap mentri hulubalang dan narapraja menganggukkan kepala dan menegakkan sikap. Sikap dari prajurit yang siap melaksanakan perintah. Diam2 berbesarlah hati baginda. Beliau memperoleh kesan bahwa para mentri hulubalang itu tetap taat dan setya. "Pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi, janganlah engkau tafsirkan sebagai suatu anugerah kepada peribadi Nambi" ujar baginda kepada Lawe "tetapi hendaknya diterima sebagai suatu kepercayaan negara kepada seluruh kadehan " Kemudian dengan nada yang lebih tandas, baginda berseru pula "Lawe, ucapanmu yang mencerminkan rasa ketidakpuasan tadi, sesungguhnya hanya merendahkan derajat kesatuan kadehan secara menyeluruh. Termasuk dirimu sendiri!" "Gusti junjungan hamba yang mulia" Rangga Lawe bersembah kata "bahwasanya paduka mengangkat salah seorang kadehan pada kedudukan setinggi itu, amatlah besar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hati hamba. Benar, gusti, hamba memang menganggap tindakan paduka itu suatu kepercayaan dan penghargaan besar kepada kami seluruh kadehan" Ia berhenti sejenak untuk menekan gejolak darahnya yang mendebur keras. Sesaat kemudian ia melanjutkan pula "Suatu Kepercayaan menuntut kewajiban, karena pada galipnya Kepercayaan itu suatu Wajib. Suatu pertanggungan jawab. Pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi, merupakan suatu kepercayaan yang menuntut pertanggungan jawab besar. Berat rasa hati hamba menyambut tanggung jawab itu. Maka dalam rangka menanggulangi tanggung jawab itulah maka hamba ber-gegas2 menghadap paduka. Karena pada hemat hamba, sukarlah kiranya Nambi dapat melaksanakan tanggung jawab sedemikian beratnya. Gagalnya Nambi dalam mengemban tugas berat itu, akibatnya sukar hamba lukiskan. Roda pemerintahan Majapahit pasti akan sarat dan kacau. Kewibawaan kerajaan tentu akan menurun. Dengan demikian paduka bagaikan menanti tumbuhnya batu yang ditanam ditanah. Dan kedua kalinya kami seluruh kadehan pasti akan tercontreng muka. Akan rusak binasalah seluruh amal pengabdian kami pada masa2 yang lampau. Ibarat panas setahun dihapus oleh hujan sehari.... " Raja Kertarajasa terkesiap. "Hm, Lawe, apakah alasanmu maka engkau tak menyetujui pengangkatan Nambi itu? Tidaklah Nambi sudah mengaji pengalaman sebagai patih dan sudah pula lulus dalam ujian kesetyaan dan pengabdiannya?" "Gusti junjungan seluruh rakyat Majapahit" seru Rangga Lawe nyaring "pemegang tampuk pemerintahan sebuah kerajaan sebesar Majapahit, tidaklah tepat jika ukurannya dipandang dari sudut kesetyaan dan pengabdian saja. Untuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesetyaan dan pengabdian, dapatlah kiranya dianugerahi dengan penghargaan lain yang sepadan. Tetapi Patih Amangkubumi itu merupakan kedudukan yang maha penting. Yang memegang kemudi roda pemerintahan. Maka haruslah dipilih dari tokoh yang benar2 cakap dan putus dalam pengetahuan tatapraja. Memiliki kepandaian dan pandangan yang luas dan tepat. Nambi hamba anggap tak memadai persyaratan itu " “Lalu siapakah gerangan yang engkau anggap tepat menduduki jabatan itu?" Rangga Lawe tertegun heran. Keheranan itu lanjut menumbuhkan rasa curiga. Bukankah baginda sudah cukup memaklumi bahwa dikalangan kadehan raja yang setya dan cakap, bukan hanya Nambi seorang? Bukankah masih ada Lembu Sora, dan ia sendiri? Adipati Tuban itu terpukau. Sampai pada akhirnya tertumbuklah jangkauan renungannya pada suatu kesimpulan. Ah, mungkinkah kiranya baginda hendak menguji isi hatinya? Sesuai dengan perangainya, Adipati Tuban itu cepat sekali menarik kesimpulan dan keputusan "Gusti, jika paduka berkenan menanyakan pikiran hamba. Maka menurut pandangan hamba yang picik ini, kiranya tiada seorang kadehan lain yang dapat menyamainya, baik dari amal pengabdian, kesetyaan maupun pandangannya yang luas serta keahliannya dalam soal2 ketataprajaan ... " "Siapa?" seru sang prabu. "Rakryan Demang Lembu Sora!" "Hai, Lawe, jangan bermulut lancang!" serentak Lemba Sora berteriak keras. Wajah rakryan demang yang mulai dilanda usia lanjut itu, merah tegang. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian ia menyembah kearah raja "duh, baginda tuanku Kertarajasa! Mohon paduka campakkan saja ocehan silancang mulut Lawe itu! Setitikpun tiada terlintas dalam pikiran hamba untuk menduduki jabatan Patih Amangkubumi yang maha berat itu . . . " Baginda menatap demang itu. "Hamba sudah tua, gusti" Lembu Sora melanjutkan sembahnya "hambapun sudah puas menerima anugerah paduka sekarang ini. Yang penting bagi hamba. Bukan soal pangkat, bukan pula soal kedudukan. Tetapi soal kesejahteraan kerajaan Majapahit dan keselamatan paduka. Kedudukan Patih Amangkubumi, hamba seyogya akan keputusan paduka untuk mengangkat siapa juga. Dan hamba pandang, Nambi memang tak tercela menduduki jabatan itu . . ." “Hm, apakah alasanmu mengatakan begitu? Aku senang mendengar sikap jujur dan tegas dari Lawe yang berani menyanggah pengangkatan itu. Asalkan sikap dan sanggahan itu benar2 berlandas kesucian hati, sepi ing pamrih. Kebalikannya, aku tak senang akan sikap orang yang selalu mengiakan saja. Sehingga karenanya aku tak mengetahui kekurangan dan kesalahanku" Lembu Sora berdiam diri sampai beberapa saat. Kemudian ia berkata pula "Hamba berpendapat, Nambi sudah cukup memenuhi syarat. Yang dicegah Rangga Lawe hanyalah tentang kecakapannya mengatur pemerintahan. Tetapi menurut hemat hamba, Nambi cukup memiliki kecakapan, pengalaman, pandangan luas, kesabaran dan pengetahuan tentang soal2 ketata-prajaan. Nambi tidaklah sejelek yang dikata Rangga Lawe ... "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Paman Sora!" serentak Rangga Lawe melantang “janganlah paman meng-emaskan barang loyang. Menyebut keledai seekor kuda tegar. Akan kubuktikan sampai dimana derajat kecakapan dan pandangan Nambi yang paman sanjung2 itu. pertama, tentulah paman masih ingat dikala baginda kita hendak menyerbu Daha. Baginda meminta pendapat para kadehan, dengan dasar alasan apakah kiranya penyerbuan itu akan dilakukan. Karena berperang tanpa sebab, akan menimbulkan tuduhan orang bahwa baginda tak kenal menerima kasih atas kebaikan raja Jayakatwang ... " Adipati Tuban berhenti sejenak untuk mempersiapkan uraiannya lebih lanjut. Kemudian "Saat itu kuusulkan supaya baginda mengirim utusan ke Daha meminta kembali puteri Pusparasmi yang ditawan di keraton Daha. Jika ditolak, maka kita mempunyai alasan untuk menyerbu Daha. Paman Sora mengusulkan supaya memberontak begitu saja. Gajah Pagon dan Lembu Peteng mendukung pendapat paman Sora. Lalu apakah usul Nambi? Dia mengusulkan agar tentara Majapahit berusaha memikat para mentri Daha agar berkhianat dan memihak kita. Setelah itu baru kita serang dan memaksa raja Jayakatwang menyerah. Sebagai balas budi akan kebaikan raja Jayakatwang, baginda kita harus sudah puas dengan mendapatkan puteri Pusparasmi dan puteri Daha Ratna Kesari. Tetapi Podang tak setuju. Dia lebih suka berterus terang. Pendapat itu ditunjang Panji Asmarajaya, Jaran Waha dan Kebo Bungalan. Akupun setuju juga. Karena kuanggap, betapapun alasannya, perang adalah perang. Dan raja Jayakatwang harus kita gempur!" Berhenti sejenak, berkata pula Rangga Lawe dengan nada makin tinggi "Nah, dari peristiwa penting semacam itu, dapatlah kita mengetahui sampai dimana derajat pandangan Nambi. Betapa liciklah buah pikirannya untuk mengusulkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ siasat memikat musuh supaya berkhianat kepada rajanya. Bukankah cara itu mengunjuk sikap yang tidak jantan? Bukankah cara itu mengunjuk kalau kita ini lemah dan ketakutan? Lalu pendapat Nambi agar baginda kita membalas budi raja Jayakatwang dengan sudah puas menerima saja penyerahan puteri Pusparasmi dan puteri raja Jayakatwang yang bernama Ratna Kesari itu. Disinilah makin jelas sifat2 Nambi yang aseli dan lingkar alam pikirannya.” Rangga Lawe berhenti lagi, lalu "Nambi menganggap tujuan serangan kita ke Daha itu hanya untuk memperebutkan puteri2 cantik belaka. Dia menilai darah dan korban2 yang bergelimpangan dalam medan peperangan itu hanya untuk sesaji memperebutkan wanita cantik saja. Pada hal jelas bahwa penyerangan ke Daha itu adalah untuk mencari balas pada Daha yang telah menghancurkan Singasari. Yang lebih penting lagi, raden Wijaya hendak membangun kembali kerajaan warisan dari Ken Arok atau nenek baginda Rajasa Amurwabumi!" Suasana balairung hening lelap. Hanya desuh nafas dari berpuluh mentri yang berhamburan deras. Dan yang paling menderita, adalah rakryan patih Nambi. Sekiranya perasaan itu mempunyai warna, maka tak putus2nya perasaan patih Nambi itu berobah-robah. Sebentar merah, sebentar membesi kelabu dan sesaat kemudian memancar warna bagai pelangi menggagah cakrawala .... Sementara tampak dada Lembu Sora berkembang kempis seperti orang yang habis lari keras. Sebagai orangtua yang masih pernah paman, sebagai rakryan yang menjabat Nayapati atau panglima besar angkatan perang Majapahit, ia tersinggung mendengar bantahan Rangga Lawe. Ia hendak menjawab tetapi didahului Rangga Lawe lagi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dan siapakah yang telah menyabung nyawa dalam peperangan dengan Daha itu?" seru Rangga Lawe "walaupun dengan cerdik raja Jayakatwang telah membagi pasukannya dalam tiga pertahanan, tetapi tetap dapat kita hancurkan. Aku yang kebetulan memimpin serangan dari lambung kiri, berjumpa dengan mentri Daha yang bernama Sagara Winotan dan senopatinya yang bernama Rangga Janur. Kesempatan itu kugunakan untuk membalas dendam karena ketika di Tarik, Sagara Winotan telah menghina anak pasukan Madura. Dalam pertempuran itu, terkabullah nazarku untuk menuntut balas. Kuloncat keatas kereta perang Sagara Winotan dan berhasil membunuhnya. Peperangan di Daha bukan kepalang dahsyatnya. Tanah bersimbah darah, mayat menganak bukit. Hanya dengan tekad dan keberanian yang menyala-nyalalah maka kita berhasil mengalahkan Daha yang jauh lebih besar pasukannya dan lebih lengkap persenjataannya. Tetapi kemanakah gerangan Nambi saat itu? Apakah dia juga turut menyabung nyawa? Rasanya tiada seorang anakbuah pasukan kita yang melihat kehadiran Nambi saat itu. Dan kini setelah kerajaan Majapahit terlaksana berdiri, ternyata Nambilah yang diangkat sebagai Patih Amangkubumi!" "Tutup mulutmu!" rakryan Demang Sora meledak bentakan "memang benar kala itu Nambi tak ikut bertempur tetapi dia menjalankan tugas lain yang tak kalah pentingnya. Dia ditugaskan sebagai penghubung pasukan kita dengan pasukan Tartar. Disamping juga harus melindungi keselamatan baginda!" "Paman Sora" langsung Rangga Lawe menjawab "mengapa paman kemati-matian membelanya?" "Seorang ksatrya wajib menghormat lain ksatrya! Jangan memulas pada diri sendiri tetapi mencontreng arang pada muka orang. Kemenangan pasukan Majapahit itu adalah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkat kepemimpinan baginda yang telah direstui para Dewata. Kemenangan itu adalah kemenangan seluruh pasukan Majapahit. Bukan kemenangan Rangga Lawe, bukan pula kemenangan Lembu Sora. Jangan menonjolkan jasamu sendiri dan menghapus jasa orang lain. Setiap prajurit yang ikut dalam peperangan itu, semua beijasa. Tanpa pengabdian mereka, tak mungkin Rangga Lawe mencapai kemenangan!" Wajah Adipati Tuban memburat merah. Serentak menjawablah ia "Benar, benar, semuanya itu memang benar! Kepemimpinan raden Wjaya dan pengabdian para prajuritlah yang menimbulkan kemenangan itu. Dan semua yang ikut dalam peperangan itu, dari prajurit rendah sampai pada senopati, berjasa semua. Tetapi adakah jasa itu dapat disamaratakan? Adakah jasa Lembu Sora sama dengan jasa prajurit Suta? Ah, kiranya tentu tidak. Dan bagindapun telah memahami hal itu. Painin diangkat menjadi rakryan Demang. Nambi diangkat patih dan akupun dianugerahi pangkat adipati mancanagara di Tuban dan Dataran. Para prajurit dinaikkan pangkat sesuai dengan jasa masing2. Dengan tindakan baginda itu, jelas bahwa jasa itu terbagi besar dan kecil " Tangkisan Rangga Lawe itu agaknya mendesak Lembu Sora. Untunglah ia seorang tokoh tua yang lama berkecimpung dalam lautan pengalaman. Cepat ia dapat mengelak dan susupkan pertanyaan "Hm, kiranya engkaupun sudah mengakui bahwa baginda telah membalas jasamu. Tetapi mengapa engkau masih kurang penerima dan tak puas pada Nambi?" Rangga Lawe tertawa ringan. Ia tahu bahwa Lembu Sora sudah terdesak dalam perbantahan. Diam2 ia menyadari bahwa Lembu Sora itu seorang tua, seorang tokoh kerajaan yang tinggi kedudukannya. Apabila terlalu didesak, tentulah akan malu. Rasa malu mudah membangkitkan kemarahan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Padahal ia menyadari bahwa kedatangannya ke pura Majapahit itu adalah untuk menggagalkan pengangkatan Nambi. Dalam usaha itu ia harus dapat merebut simpati sekalian menteri nayaka agar memberi dukungan. Lembu Sora dan Nambi mempunyai pengaruh dan penganut besar dalam kalangan kerajaan. Untuk menghadapi Nambi seorang saja, ia sudah merasa berat. Apapula harus mencari musuh lagi tokoh semacam Lembu Sora. Bukankah hal itu hanya menambah beban penyakit saja? "Paman" ujarnya setelah pikirannya agak mengendap "harap jangan salah faham. Kedatanganku kemari ini sekalikali bukan dengan bekal iri dan dengki tetapi karena panggilan rasa pengabdian. Kuduga bahkan kupastikan, tentu tiada seorang pun menteri dan narapraja yang menentang pengangkatan Nambi. Entah karena memang setuju atau hanya karena takut akan murka baginda. Takut kehilangan pangkat dan kedudukan. Walaupun hati tidak setuju, tetapi mulut tak berani menyatakan. Ini memang sudah jadi penyakit para narapraja yang mengabdi untuk kenikmatan kedudukan. Tetapi bukan mengabdi untuk kepentingan negara. Kemungkinan besar hanya aku Lawe seorang, yang berani menyatakan pendapat berlainan dari keputusan raja. Karena tindakanku itu, aku tentu dianggap lancang, berani menentang raja. Mungkin baginda murka dan menghukum diriku. Mencopot kedudukanku sebagai adipati mancanagara. Tetapi kesemuanya itu sudah kuperhitungkan. Apabila jeri, tak mungkin saat ini Lawe berada di balairung sini. Setitikpun aku tak menyesal kalau harus menderita akibat itu. Tetapi Lawe adalah seorang prajurit. Prajurit itu bhayangkara negara. Mati bersama negara. Sebagai prajurit sejati, tak mungkin Lawe ikhlas melihat sesuatu yang merugikan kerajaan. Matipun puas kalau aku sudah menunaikan tugasku untuk menyelamatkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ negara. Walaupun karena pendapat itu aku harus menerima hukuman penggal kepala, tetapi Rangga Lawe takkan mundur setapakpun dari pendiriannya!" Suasana balairung makin dibenam kelelapan. Hanya napasnapas yang memburu keras bagai kuda berpacu. Diam-diam baginda Kertarajasa memuji sikap yang jujur dan tegas dari Adipati Tuban itu. Kata-katanya amat mengesan. Diluar kesadaran diam2 baginda mulai terhembus angin baru. Dan pintu hati bagindapun mulai bergetar. Perhatiannya mulai mengarah pada pengangkatan Nambi. “Dalam laut mudah diduga tetapi hati manusia sukar diraba. Tidak semua benda yang bergemerlapan itu tentu emas. Pun tidaklah selalu ucapan yang merdu nadanya itu mengandung tujuan suci ... " Ucapan Lembu Sora yang bernada setengah bersenandung itu sukar dimengerti sasarannya. “Jangan bersenandung seperti angin lalu. Bicaralah terus terang saja, paman. Lawe sedia mendengar!" "Kumaksudkan, manusia itu makhluk yang paling aneh, paling bernafsu, paling angkara. Harimau buas apabila sudah kenyang memakan seekor lembu, tentu sudah puas. Tetapi lain hal dengan manusia. Belum punya harta, ingin mencari harta. Tetapi setelah punya harta, ingin menumpuk sampai setinggi gunung. Yang rendah pangkat ingin meraih kedudukan tinggi. Setelah mendapat pangkat tinggi masih tetap ingin merenggut kedudukan yang paling tinggi. Bahkan kalau mungkin menjadi raja diraja ... " "Demang Lembu Sora!" teriak Rangga Lawe dengan wajah merah padam. Rupanya adipati Tuban itu sudah tak dapat mengendalikan diri lagi. Dipanggilnya Lembu Sora dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebutan pangkatnya sebagai demang. Bukan sebagai paman. Dengan begitu ia hendak menempatkan Lembu Sora sebagai sesama mentri kerajaan "beleklah dada Rangga Lawe dan periksalah hatinya berbulu atau tidak!" Adipati Tuban itu segera membuka baju dan busungkan dada kearah Lembu Sora, menantang. Suasana balairung mulai berisik dengan suara bisik2 dari segenap mentri nayaka. "Lawe, jangan berlebih-lebihan ulah!" cepat baginda berseru "tiada seorangpun yang meragukan kesetyaanmu. Sekarang tegaskan pendirianmu! Adakah engkau tetap pada pendirianmu tak menyetujui pengangkatan Nambi?" "Mohon paduka berkenan melimpahkan kemurahan kepada diri hamba. Sekalipun paduka menitahkan hukuman pada hamba, hamba tetap tak rela kalau Nambi diangkat sebagai Patih A mangkubumi. Paduka telah menyaksikan sendiri betapa tandang tanduknya dahulu. Ia amat mengecewakan, bodoh, lemah, rendah hati, penakut dan tak memiliki kewibawaan. Apabila dia yang memegang tampuk pimpinan negara, pasti akan merosotkan kedudukan negara, memudarkan kewibawaan paduka!" Balairung pura Majapahit tergetar bagai dilanda gempa bumi. Beberapa mentri dan senopati gemetar tubuhnya. Seandainya tidak dihadapan sang prabu mereka tentu sudah bergerak menghajar Rangga Lawe. Baginda sudah memberi kelonggaran amat besar tetapi rupanya Rangga Lawe tetap kurang susila. Bahkan bersikap congkak. Karena dilanda kemarahan, para mentri dan narapraja kabur faham sehingga untuk beberapa jenak mereka tak tahu apa yang harus dilakukan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakang Nambi, tentulah engkau tersinggung dengan kata2ku tadi" seru Rangga Lawe kepada Nambi yang masih terpukau "tetapi hendaknya engkau suka menarik garis tajam antara urusan peribadi dengan urusan negara. Kita kawan lama, kawan seperjuangan. Kitapun tak pernah berselisih, tak pernah saling dendam. Sebagai kawan, Rangga Lawe bersedia membelamu dengan segenap jiwa raga. Tetapi dengan urusan negara, terpaksa aku harus meletakkan kepentingan negara diatas hubungan peribadi! Betapapun pahit dan tajam kata2 yang kulontarkan tadi, namun hal itu suatu kenyataan. Kuterima engkau sebagai kawan baik tetapi tak kurelakan engkau menjabat Patih Amangkubumi kerajaan Majapahit!" Rangga Lawe berhenti memperhatikan Nambi. Tampak wajah patih Nambi pasang surut cahayanya. Sebentar merah tegang, sebentar pucat sunyi. "Sekiranya engkau marah atas ucapanku dan mendendam kepadaku, aku takkan mundur setapakpun dari pertanggungan jawab. Bila, dimana dan pada saat apa pun juga, siang atau malam, Rangga Lawe siap menghadapimu!" Seketika menggigillah tubuh patih Nambi mendengar tantangan yang langsung ditujukan kepadanya itu. Gerahamnya berderuk-deruk, wajah merah membara. Serentak ia hendak menyambut tantangan Lawe. Tetapi baru kaki hendak diayun, suatu pertimbangan lain melintas dalam benaknya. Pertengkaran mulut apalagi perkelahian dihadapan raja, dianggap suatu perbuatan yang merendahkan derajat sang prabu. Sebagai seorang patih, Nambi faham akan segala hukum dalam undang2 kerajaan Majapahit. Barangsiapa dalam kemarahan memaki-maki orang lain, memperolok-olok cacat badan, kepala, makanan, tingkah laku, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kelahiran, golongan, kepandaian, pengetahuan orang lain, maka orang itu di anggap melakukan wakparusya. Dan apabila orang itu sejajar tingkat kelahiran dan kedudukan dengan orang yang dihinanya itu, maka ia akan dikenakan denda satak salawe atau uang duaratus limapuluh. Rangga Lawe menghina dirinya, dapat dikenakan tuntutan wakparusya. Dan karena Rangga Lawe sederajat dengan dirinya, maka hukumnyapun hanya denda sebanyak satak salawe. Demikian pikir Nambi. Dan serentak bangkitlah kemarahannya. Tidak! Ia tak puas dirinya di hina habishabisan oleh Lawe dengan hukuman denda semurah itu. Kemanakah ia harus menyembunyikan mukanya atas cemohan yang akan di lontarkan sekalian menteri, tanda, gusti dan narapraja dalam kerajaan Majapahit. Serentak Nambi hendak berbangkit untuk menjawab tantangan Rangga Lawe. Kalau perlu ia siap membela kehormatannya dengan senjata. Darah patih yang rambutnya mulai berhias uban itu, mendidih. Nambi memang memiliki kelebihan dalam menilai dan mengadakan pertimbangan terhadap sesuatu soal. Oleh karena sifat-sifat itulah maka ia selalu bersikap hati-hati, baik dalam ucapan maupun tindakan. Setiap langkah dan tindakan, tentu selalu dipertimbangkan akibatnya. Sikap hati-hati itulah yang menyebabkan ia seperti orang penakut. Dan tak salahlah kiranya seorang jantan seperti Rangga Lawe yang berangasan itu menganggapnya seorang pengecut. Tetapi sesungguhnya Nambi seorang ahli pikir yang berpandangan jauh. Seorang yang lamban dan pela menderita hinaan maupun serangan. Tetapi tak pernah terlambat untuk melakukan pembalasan. Tak pernah seorang musuh dapat lolos dari jaring



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cengkeramannya. Macam tangan ikan gurita yang meraih sang korban. Pelahan, lunak tetapi mematikan. Pada saat nafsu amarah hendak menguasai ruang hatinya, terbetiklah secercah gagasan "Jika kulayani tantangan Lawe, walaupun jelas dia yang mulai dulu, tetapi akupun tentu akan terlumur kesalahan. Kalau kudiamkan saja, si congkak itu sendiri yang bertanggung jawab. Bukan hanya melakukan tindak wakparusya tetapi lebih dari itu. Dia tentu dianggap menghina raja. Menghina seluruh mentri, tanda, gusti, bupati, senopati yang hadir. Sidang agung yang dipimpin raja, merupakan kekuasaan tertinggi dalam kerajaan Majapahit. Mengacau sidang, berarti mengacau negara. Hukum bagi pengacau negara adalah mati. Demikian dengan pengangkatanku sebagai patih Amangkubumi. Menentang keputusan raja, berarti memberontak. Hukumnya ditumpas!" Setelah memperhitungkan untung ruginya, akhirnya ia batalkan niatnya. Cepat ia menghapus kecamuk amarahnya lalu mengarahkan pandang matanya kearah baginda, menuntut keadilan. Sekalian mentri hulubalang makin gemetar. Ngeri mereka mendengar ucapan Rangga Lawe yang makin mempamerkan kecongkakan dan keliaran. Kebo Anabrang senopati seberang laut atau yang terkenal sebagai senopati Pamalayu, menggigil kepanasan. Tubuhnya serasa terbakar oleh api kemarahan. Namun ia masih dapat menahan diri. Ia tak mau melanggar tatasila. Danghyang Brahmaraja, kepala aliran agama Syiwa yang hadir dalam pasewakan agung itu, segera melerai "Angger Adipati, sukalah tuan bersabar. Ingatlah. Saat ini sedang berlangsung perapatan agung yang dipimpin oleh baginda sendiri. Apabila tuan bertindak melanggar tatasila, tuan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghina raja. Baiklah tuan renungkan akibatnya bagi para anggauta keluarga tuan ... " Beberapa pembesarpun mendukung pernyataan sang Brahmaraja. Merekapun berusaha untuk menyadarkan dan menyabarkan Rangga Lawe. Tetapi adipati Tuban itu sudah terangsang kemarahan. Ia tak puas karena pernyataannya mengenai Nambi, tidak mendapat sambutan yang layak. Bahkan Nambi yang terang2an dihina dan ditantangnya, pun tetap bersikap membeku. Laksana bengawan Brantas dimusim hujan, meluaplah kemarahan adipati itu. Kemarahan sering membuat pikiran orang gelap, menghanyutkan kesadaran yang jernih. Lerai pendeta utama Brahmaraja yang mengingatkan tentang keselamatan keluarga Rangga Lawe, telah salah ditafsirkan sang Adipati. Ia anggap kepala pendeta itu memberi ancaman halus. Serentak meluaplah darah Adipati itu. “Tuan Brahmaraja!" serunya lantang "jika tuan mengira bahwa kedatanganku kemari ini dengan membekal angan2 menyelamatkan jiwa Lawe dan keluargaku, tuan khilaf! Kalau hanya begitu tujuanku, mengapa aku perlu menghadap kemari? Bukankah lebih enak tinggal di kadipaten saja? Tetapi Rangga Lawe adalah seorang hamba kerajaan yang sadar. Bahwa pangkat dan kenikmatan hidup yang kuperoleh sekarang ini adalah berkat pengabdianku kepada perjuangan baginda. Darahku adalah prajurit. Jiwaku adalah jiwa perjuangan. Nafasku nafas pengabdian. Dan hidupku adalah untuk membela dan menegakkan negara Majapahit!" Sejenak adipati itu kicupkan mata lalu berkata pula "Rangga Lawe tak rela kalau pimpinan pemerintahan Majapahit yang dibangun diatas darah, keringat dan mayat2 para prajurit dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penganut raden Wijaya harus jatuh ditangan Nambi. Dia tak pernah menyabung nyawa dimedan laga. Tetapi setelah Majapahit berdiri, justeru dialah yang mendapat pangkat tinggi. Adilkah itu? Cobalah andika pikirkan. Andaikata Sora dan Lawe tak berhasil meruntuhkan pasukan Daha dan menghancurkan tentara Tartar, bukankah negara Majapahit takkan berdiri seperti saat ini? Lihatlah tuan Brahmaraja, tanda mata yang dihadiahkan tentara Tartar kepadaku ini . . " tiba2 Rangga Lawe melolos baju. "Luka sebesar kepal tangan dilambungku ini, adalah tusukan tombak dari Segara Winotan, senopati Daha yang berhasil kubelah dadanya" seru Rangga Lawe. Lalu ia berputar tubuh membelakangi pendeta Brahmaraja "dan gurat2 malang melintang macam jaring ikan pada punggungku ini, adalah hadiah dari prajurit-prajurit Tartar yang berusaha menyelamatkan diri tetapi gagal menahan amukanku!" Adipati Tuban menutup bajunya lagi lalu mengguman dengan nada kesal dan geram "Tetapi jasa2 itu rupanya tak diperhatikan lagi ... " Gemetar tubuh senopati Pamalayu Kebo Anabrang saat itu. Sesaat lupalah ia akan segala pertimbangan tatasila lagi. Serentak ia menuding dan berseru lantang “Lawe, jika engkau memang jantan, pulanglah dan siapkan segala senjatamu!" Rangga Lawe marah sekali. Sejak tadi ia gelisah karena tak menemukan tempat untuk menumpahkan kemarahannya. Kini ada seorang yang berani menyambut tantangannya. Plak .... ia menampar paha keras2 dan berdiri serentak. Ia kenal siapa Kebo Anabrang. Ditatapnya senopati Pamalayu itu dengan mata beringas. Tetapi pada saat ia hendak melontarkan kata2, tiba2 telinganya terngiang oleh bisik suara bernada halus



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Angger Adipati, ingatlah kewibawaan baginda .... "



.



.



.



jangan



merendahkan



Rangga Lawe tersentak. Ia tahu bahwa bisik suara selembut ngiang nyamuk itu, merupakan pancaran dari ilmu Aji Pameling. Iapun menyadari bahwa yang membisikkan Aji Pameling uit adalah kepala pendeta Brahmaraja. Dan sadar pula bahwa pendeta agung itu bermaksud baik kepadanya. Seketika mengendaplah kemarahannya. Kesadarannyapun timbul. Tujuannya kepura Majapahit adalah untuk menggagalkan pengangkatan Nambi. Bukan untuk menghina kewibawaan baginda. Apa yang diingatkan kepala pendeta itu memang benar. Apabila hendak berkelahi, bukan di balairung situ tempatnya. Serentak adipati Tuban itu ayunkan langkah. Ia tinggalkan balairung tanpa pamit. Dadanya sesak, tubuhnya menggigil panas. Tiba di balai bang, ia berhenti. Karena tak tahan panasnya tubuh, dibukanyalah bajunya. Ia menunggu Nambi serta Kebo A nabrang. Sementara itu baginda masih termenung-menung. Hatinya gundah. Ia merenungkan perbuatan Rangga Lawe. Dan tersinggunglah rasa keagungannya. Segera ia hendak menitahkan supaya adipati itu ditangkap. Namun pada lain saat, teringatlah beliau akan pengabdian Lawe. Beliau kuatir, penangkapan itu akan menimbulkan akibat luas. Keretakan sokoguru kekuatan Majapahit, perpecahan di kalangan para menteri narapraja dan kemungkinan akan meletus huru hara yang mengancam ketenteraman kerajaan. Sudah tentu adipati tua Wiraraja takkan tinggal diam apabila puteranya sampai dihukum. Dan Wiraraja itu besar sekali pengaruh dan penganutnya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan pertimbangan2 itu, risaulah hati baginda. Namun untuk mendiamkan perbuatan Rangga Lawe, ia pun segan. Seluruh mentri, tanda, gusti dan narapraja tampak menundukkan kepala menunggu titah raja. Raja Kertarajasa lepaskan pandang kearah para mentri yang hadir. A khirnya pandang baginda tertumbuk pada Lembu Sora, rakryan demang yang biasa menjadi tebat peneguk nasehat, sumber pengail pertanyaan. Seketika berserulah baginda "Sora, bagaimana pendapatmu seandainya kubatalkan pengangkatan Nambi dan kuganti dengan Lawe?" Ucapan baginda itu bagai petir yang meletus dalam balainung. Tampak beraneka warnalah pada wajah para mentri. Lembu Sora merah mukanya. Kebo Anabrang mengerut dahi dan Nambi pucat, "Paduka junjungan yang hamba muliakan" beberapa saat terdengar Lembu Sora berkata "hamba terpaksa tak dapat menerima titah tuanku. Sekiranya hamba dipersalahkan, hamba ikhlas menyerahkan jiwa raga ... " "Apa alasanmu?" tegur raja. "Pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi adalah atas titah paduka. Dalam hal itu paduka tentu sudah meneliti sedalam-dalamnya atas diri Nambi. Dan tentulah Nambi sudah memenuhi segala persyaratan yang berkenan pada hati paduka ... " “Tetapi Sora" tukas baginda "kita tak boleh menutup mata pada sanggahan yang diajukan Lawe. Dia merasa telah berjoang mati-matian demi kebangunan Majapahit. Dan kenyataan dia memang berjasa besar. Walaupun keputusan telah kuambil tetapi demi kepentingan negara, hal itu dapat



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kupertimbangkan lagi. Tidak ada sesuatu yang mutlak kecuali kepentingan negara!” Rakryan demang Sora mengerut dahi "Jika paduka membatalkan pengangkatan Nambi dan mengganti dengan Lawe, hamba tidak merelakan. Karena si Lawe tentu akan makin congkak. Hamba kuatir baginda akan dicemohkan kewibawaan paduka karena takut akan ancaman Lawe... " "Sora, aku hanya bertitik tolak pada kenyataan dan berlandas pada kepentingan negara. Jauh kiranya penilaianmu dengan pandanganku!" Lembu Sora menghatur sembah "Ampun, duhai, junjungan hamba. Mohon paduka limpahkan hukuman yang seberatberatnya apabila kata2 persembahan hamba itu menyentuh duli tuanku " "Bicaralah, Sora. Bukanlah pada setiap kesulitan aku selalu meminta pendapatmu?" Lembu Sora tersipu-sipu mengunjuk sembah "Jika membicarakan soal jasa, kiranya hamba tak kalah dengan Lawe. Lawe menghadap paduka dan menyanggah pengangkatan Nambi. Pada hal pengangkatan itu adalah atas titah paduka. Lawe mengatakan bahwa tindakannya itu berdasar pada rasa pengabdian dan kesetyaannya. Hamba Lembu Sora, Nambi, Kebo Anabrang, Pamandana, Singasardula dan sekalian menteri hulubalang yang hadir disini, pun juga memiliki rasa pengabdian dan kesetyaan seperti yang dikandung Lawe. Dalam pengangkatan Nambi, kami mendukung keputusan baginda. Seperti pandangan Lawe, kamipun memandang persetujuan kami atas pengangkatan Nambi itu dari sudut kepentingan negara juga. Lawe menghina Nambi sebagai seorang penakut dan tak cakap menjabat kedudukan Patih Amangkubumi. Sudahkah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terbukti bahwa Nambi benar-benar tak cakap? Sudahkah negara dirugikan oleh tindakan2 Nambi sebagai Patih Amangkubumi? Adakah paduka merasa telah turun kewibawaan karena Nambi menjadi Patih Amangkubumi? Bukankah tindakan dan sikap Lawe itu, benar2 sudah berkelebihan dan merendahkan kewibawaan paduka. Ah, betapalah awam dan malu hati hamba dan sekalian menteri apabila paduka berkenan menuruti tuntutan Lawe. Tidak paduka! Lembu Sora dan seluruh menteri hulubalang Majapahit tak merelakan kewibawaan paduka diinjak2 Lawe!" Angin segar berhembus dihati baginda. Apa yang dinyatakan Sora itu memang benar. Apabila pengangkatan Nambi dibatalkan, rakyat tentu kecewa dan berkesan bahwa raja takut pada Rangga Lawe. Akibat yang lebih luas lagi, kemungkinan para menteri dan pejabat praja Majapahit yang sekarang ini tentu akan bimbang. Mereka tentu gelisah karena setiap saat mereka terancam dicabut pangkatnya. Apabila keadaan berlarut sampai tataran itu, kewibawaan raja tentu merosot. Kesetyaan rakyat berkurang. “Tetapi bagaimana untuk menyelesaikan Lawe . ." diam2 raja merasa resah. Bukan karena takut kepada Lawe melainkan karena baginda amat perihatin. Perpecahan harus dicegah, kekacauan harus dihindari. Belum baginda mengeluarkan titah lebih lanjut, di halaman balai bang, Rangga Lawe mengamuk. Ia mengobrak-abrik taman. Jambangan2 diangkat dan dibanting hancur. Tanaman bunga dicabutinya. Arca2 penghias taman, ditendang dan dihantam porak poranda. Nambi tak tahan lagi. Ia malu dan marah sekali melihat tingkah laku Lawe yang liar. Ia siap hendak keluar menghajarnya. Demikianpun Kebo Anabrang. Gemeretak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ geraham senopati Pamalayu itu karena menahan luap amarahnya. Ia cancutkan kain, siap hendak mengadu pukulan dengan Rangga Lawe. “Jangan, kakang Anabrang. Ingatlah baginda kita. Betapa malu dan terhina baginda apabila kakang berkelahi dihadapan baginda" tiba2 menteri Pamandana mencegah. Mulut Kebo Anabrang men-desis2. Hidungnya berkembang kempis, napas memburu keras laksana kuda yang habis lari kencang. Namun senopati Pamalayu itu tak bergerak dari tempat duduknya. Rupanya ia dapat menerima ucapan Pamandana. Suasana tegang legang. Setiap saat dapat meletus hal2 yang tak diinginkan. Mungkin suatu keributan besar. Kebo Anabrang dan Nambi dapat dicegah tetapi masih belum diketahui dengan lain2 menteri. Dalam saat2 yang menggelisahkan itu, tiba2 nayaka ketentaraan Singasardula berpaling kearah Lembu Sora "Rakryan demang, kiranya tiada lain orang yang mampu mengatasi keadaan ini kecuali tuan. Sebagai paman tentulah tuan dapat membujuk Lawe!" Lembu Sora menatap Singasardula dengan pandang geram. Ia tak puas karena Singasardula mem-bawa2 hubungan keluarga antara dirinya dengan Rangga Lawe. "Akan kubereskan si Lawe. Aku adalah demang kerajaan yang bertugas memberantas setiap pengacau tanpa pandang bulu!" kata Lembu Sora tajam terus melangkah keluar. Meninggalkan Pamandana yang kesima dan tak sempat memperbaiki ucapannya. Rangga Lawe mengamuk untuk menumpahkan kemarahannya yang tak tertampung. Ia kecewa, geram dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sakit hati. Jauh dari Tuban ia tergopoh-gopoh memacu kudanya. Dengan hati yang tulus dan semangat menyala, ia hendak mencegah pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi. Karena ia pandang tak sesuai menduduki jabatan sepenting itu. Tetapi tiba di pura Majapahit, ia tak mendapat sambutan yang sesuai dengan keinginannya. Bahkan yang diterima hanya ucapan lantang dan sikap menantang dari para menteri nara.praja. Sedang raja sendiri tetap diam. Suatu sikap yang dapat ditafsirkan sebagai penolakan. Habis menjebol tanaman bunga dan mencampakkannya, ia mengangkati jambangan2 bunga dan membantingnya. Habis sudah pohon2 bunga dan jambangan2 diamuknya. Terakhir ia mengangkat sebuah arca batu yang berbentuk seorang penjaga taman dengan mencekal senjata gada "Huh, tak perlu engkau menjaga taman ini. Hayo, pulanglah engkau ketempat asalmu!" gumannya seorang diri. Arca yang setinggi anak kecil itu diangkat tinggi2 diatas kepalanya terus hendak dilemparkan kemuka balairung. Sekonyong-konyong ia terkejut demi melihat sesosok tubuh muncul ke halaman balai bang. Kemarahan serasa membakar mata Rangga Lawe. Pandang matanya nanar berpudaran. Ia duga yang muncul itu tentulah Nambi atau Kebo Anabrang yang sedang dinanti-nantinya itu. Maka tanpa memperdatakan lagi, segera ia campakkan patung kearah pendatang itu ... . Yang keluar ke balai bang itu adalah Lembu Sora. Ia sudah siaga. Dengan tangkas ia dapat menghindar. Tetapi ia tak mau. Ia memang sengaja hendak mengunjuk kesaktian untuk mematahkan semangat Lawe. Dengan gerak yang amat cekatan sekali, disambutinya patung itu terus dilontarkan kembali ke arah Lawe "Hm, Lawe, jangan kurang ajar kepadaku!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Adipati Tuban terkesiap ketika patung yang dilontarkan itu dapat disambuti dan terus dicampakkan kembali kepadanya. Saat itu ia tersadar siapa yang datang itu. Tetapi ia sudah terlanjur dirangsang kemarahan. Iapun tak mau unjuk kelemahan. Ia hendak unjuk kesaktian kepada orang Majapahit. Pada saat patung melayang, sesaat kerahkan tenaga, cepat ia songsongkan tinjunya, pyur.... patung batu penjaga taman, seketika hancur berantakan berhamburan ke empat penjuru! Tetapi demi mendengar suara hardikan Lembu Sora, entah bagaimana, mengendapkan darahnya yang mendidih. Yang datang itu jelas Lembu Sora, bukan Nambi atau Kebo Anabrang yang diharapkan. "Lawe, adakah kulitmu sudah rangkap tujuh, maka engkau berani melawan Lembu Sora ?" seru orang itu seraya menghampiri. Rangga Lawe terbeliak. Ia menyadari sedalam-dalamnya diri Lembu Sora. Ia ingat, bahwa dalam masa2 perjuangan membantu raden Wijaya dahulu, banyaklah ia menerima petunjuk dan bimbingan dari pamannya. Sampai saat itu hubungannyapun tetap baik. Kemudian kesadarannyapun makin menandaskan bahwa bukan Lembu Sora yang menjadi sasarannya. Dan iapun merasa segan untuk berkelahi dengan paman sendiri. "Paman .... "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lembu Sora melangkah sambil menatapkan pandang matanya lekat2. Langkahnya tenang sarat. Wajahnya memantul keteguhan hati. Sikapnya segagah senopati yang terjun dalam medan laga. Tiba2 Rangga Lawe mencabut keris lalu menyongsong maju. Lembu Sora terkesiap. Cepat ia bersiap menghadapi kemenakannya yang beradat berangasan itu. Rangga Lawe berhenti dua langkah dihadapan Lembu Sora. Dipandangnya wajah Sora dengan tajam. Lembu Sora makin tegang perasaannya. Timbul pertentangan hebat dalam hatinya. Ia menyadari bahwa yang dihadapinya itu adalah putera dari Adipati Wiraraja, yang masih terikat hubungan sebagai kakak. Betapa perasaan Wiraraja bila mendengar puteranya terluka atau binasa dalam tangannya. Sukar dibayangkan. Tetapi iapun tak mau meninggalkan kewajibannya sebagai seorang menteri yang harus membela junjungannya. Tiba2 ia teringat akan ucapan dari Pamandana tadi. Ia marah kepada menteri Pamandana karena secara halus memberi peringatan kepadanya. Bahwa ia sebagai seorang paman wajib mengatasi seorang kemanakan yang kurang susila dihadapan baginda. Seketika hapuslah segala otakatiknya terhadap kesedihan Wiraraja. Saat itu ia adalah rakryan demang Lembu Sora yang berkuasa sebagai panglima besar tentara Majapahit. Dan sadar pulalah ia bahwa prajurit itu harus membela negara dan raja. Keputusan itu makin dipertegas oleh kenyataan bahwa saat itu Rangga Lawe sudah berdiri dua langkah dihadapannya dengan keris terhunus. Suatu jarak yang mudah dijangkau apabila Rangga Lawe akan melakukan serangan secara kilat.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman .... " tiba2 Rangga Lawe gerakkan tangan yang mencekal keris itu kemuka. Seketika berhentilah rasanya aliran darah dalam tubuh Sora. Hampir saja ia akan menyurut mundur karena mengira Rangga Lawe hendak menusuk. Untunglah kesiap-siagaan dan naluri keprajuritan yang ditempuhnya dalam pengalaman dimedan pertempuran, melintas kesan dalam benaknya. Cepat-cepat ia dapat menduga bahwa gerakan keris Rangga Lawe itu tidak begitu keras dan cepat. Berbeda dengan gerakan orang yang hendak menyerang. Apa yang disimpulkan memang tepat. Keris yang disongsongkan Rangga Lawe kemuka itu, masih terpaut dua tiga jari dari tubuh Lembu Sora. Demang itu rentangkan mata lebar2 penuh menghambur pandang tanya. Tetapi sebelum sempat ia menegur, Rangga Lawe sudah mendahului "Paman, bunuhlah aku . . . !" Lembu Sora termangu. Bukankah baru saja beberapa saat tadi, Adipati Tuban itu marah2 dan mengamuk ditaman balai bang? Bukankah baru saja Lawe melontar arca batu kepadanya? Mengapa saat itu tiba2 Lawe serta merta menyerahkan diri? "Lawe, apakah maksudmu?" rakryan demang Lembu Sora masih meneguk keterangan. Ia masih sangsi. "Paman, pikiranku gelap. Sekali-kali bukan tujuanku menghina baginda. Aku terangsang keinginan untuk menentang pengangkatan Nambi . . .” Saat itu hilanglah segala keraguan yang mengabut dihati Lembu Sora. Ia tak sangsi lagi bahwa Rangga Lawe sudah menyadari kesalahannya. Namun untuk memantapkan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesadaran pada pikiran Lawe, perlulah ia memberi penjelasan yang mendalam. "Lawe, angger" katanya agak sabar “simpanlah keris pusakamu itu. Engkau berhadapan dengan pamanmu, bukan dengan musuh. Dan keris pusaka itu adalah untuk membunuh musuh bukan untuk membunuh dirimu sendiri ... " Rangga Lawe terpukau. "Paman takkan membunuhmu karena bukan pamanlah yang berhak menjatuhkan hukuman. Hidup dan mati kita para kadehan, ditangan baginda" kata Lembu Sora pula. Masih Rangga Lawe berdiam diri, "Lawe, kiranya engkau masih menyadari bahwa engkau adalah kadehan yang terkasih dari baginda. Bahkan dikau, anakku, merupakan bulu-cumbu baginda yang paling disayang. Bukankah sejak masih raden Wijaya hingga bergelar raja Kertarajasa Jayawardhana, tak kunjung putus baginda melimpahkan budi kebaikan kepadamu?" Lembu Sora berhenti sejenak untuk menyelidik kesan. Sampai sejauh manakah ucapannya itu dapat meresap kedalam hati adipati Tuban itu. Pada lain saat ia melanjutkan pula "Kita adalah prajurit yang menganggap diri kita sebagai ksatrya. Diantara salah suatu sifat dari seorang ksatrya yang luhur, ialah tahu membalas budi. Tribrata, tiga laku utama. Mempersembahkan puji syukur kepada Gusti Yang Maha Kuasa atas segala berkah dan rahmitNya. Membalas budi kepada orangtua, guru yang telah merawat dan mendidik kita. Membalas budi kepada rfija dan negara yang telah memberi pengayoman dan kesejahteraan hidup ... " Kembali rakryan demang itu berhenti untuk mengatur napas, kemudian "Salah satu cara untuk membalas budi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepada raja adalah mematuhi segala peraturan yang telah dituangkan dalam undang2 negara. Misalnya, karena pengangkatan Nambi itu sudah menjadi keputusan baginda, wajiblah kita mentaatinya. Tindakanmu menentang pengangkatan itu, disamping dapat dianggap sebagai tindak seorang ksatrya yang tak tahu membalas budi, pun cenderung untuk dituduh sebagai tindak menghina seorang kepala negara ... " "Paman!" tiba2 Rangga Lawe menukas nyaring "adakah kalau seorang tua bertindak keliru dan puteranya mengaminkan saja, dapat dianggap sebagai seorang anak yang berbakti? Adakah kalau raja bertindak khilaf dan kita yang merasa menerima kenikmatan hidup dari negara, mengiakan saja. Dapat dianggap sebagai seorang ksatrya yang tahu membalas budi? Jika demikian halnya, biarlah Rangga Lawe dituduh sebagai manusia kasar, adipati pemberontak dan ksatrya yang tak kenal budi! Aku tetap menentang pengangkatan Nambi. Rawe2 rantas, malang2 putung! Biarlah karena tindakanku itu, aku harus kehilangan pangkat, kedudukan dan bahkan jiwa raga!" "Tetapi adakah sudah terbukti bahwa sebagai Patih Amangkubumi, Nambi telah merosotkan kewibawaan raja dan kerajaan?" selutuk Lembu Sora. Rangga Lawe tertawa hambar "Barangsiapa yang makan buah maja keliwat banyak, tentu akan keracunan. Paling tidak tentu mabuk. Dengan dasar pengalaman, kita wajib menasehati orang supaya jangan memakannya. Bukankah ganjil apabila kita biarkan dulu orang itu mabuk atau mati keracunan setelah makan maja, kemudian baru kita nasehati supaya jangan makan? Bukankah itu sudah terlambat? Demikian dengan diri Nambi. Berdasarkan tingkah dan peribadinya yang sudah kita ketahui, dapatlah kupastikan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kalau dia tentu tak mampu mengendalikan pemerintahan Majapahit. Soal negara bukan soal coba2. Adakah sesuai kita baru bertindak kalau keadaan sudah rusak? Bukankah mencegah lebih tepat daripada memperbaiki?" Ucapan yang tajam dari A dipati Tuban itu membuat Lembu Sora terpukau. Sumber akal pikirannya, tersibak berhamburan oleh kata2 Lawe. Untunglah pengalaman dapat membantu demang yang tengah terdesak dalam perbantahan itu. Sejenak mengheningkan cipta, dapatlah ia menemukan tangkisan. "Lawe, pengangkatan Nambi bukan suatu hadiah yang jatuh dari langit. Melainkan hasil keputusan baginda raja yang telah dipermusyawarahkan dengan para menteri kerajaan. Jelas bahwa pengangkatan Nambi itu telah didukung oleh seluruh menteri narapraja kerajaan, kecuali engkau seorang!" sahut Lembu Sora tak kalah tajam "adakah baginda dan segenap mantri kerajaan itu, kalah pandai dan kalah luas pandangannya dengan engkau ? Adakah kcputusan dari kekuasaan yang tertinggi dalam kerajaan Majapahit itu harus tunduk pada engkau seorang ?" Merah padam wajah Rangga Lawe. Dadanya berombak keras. Sebenarnya Lembu Sora sudah siap melontarkan kata2 yang lebih tajam lagi. Tetapi ia dapat menimang kebijaksanaan. Jika didamprat dengan kata2 yang tajam, Rangga Lawe tentu malu. Manusia yang berwatak seperti Rangga Lawe tentu memilih mati daripada malu. "Lawe, sudahlah, tak perlu kita berbantah berkepanjangan" akhirnya Lembu Sora berkata "pulanglah dan mintalah pertimbangan pada kakang Wiraraja. Beliau seorang ahli pemikir yang cerdas. Bila kakang Wiraraja menyetujui tindakanmu, akupun akan ikut mendukungmu. Tetapi sekiranya kakang tak merestui, engkaupun harus tunduk .... " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rangga Lawe tertegun. Saran Lembu Sora itu memang jalan keluar yang terbaik. Jika ia menuruti kemarahannya untuk mengamuk, dia tentu akan dibunuh oleh pasukan kerajaan. Baiklah ia menuruti anjuran Lembu Sora. Pulang dulu ke Tuban dan meminta pendapat ayahnya. Ia tetap menentang dan akan dituduh memberontak atau akan taat pada keputusan raja, baiklah pertimbangkan lagi. Namun untuk mundur dari pendiriannya, rasanya ia segan. "Jika paman tak sampai hati mengakhiri hidup Lawe, baiklah. Aku akan pulang dan akan kupikirkan masak2 segala peristiwa yang terjadi hari ini. Jika baginda berkenan mengabulkan permohonanku, aku pasti tetap mengabdi dan siap menyediakan diri sebagai tumbal negara. Namun kalau permohonanku itu dianggap sepi, akupun akan mempertimbangkan langkah. Tetap mengabdi atau terpaksa memberontak!" Selesai melantangkan ucapan, adipati Tuban itu terus ayunkan langkah keluar dari balai bang. Prajurit2 penjaga keamanan keraton, serempak bersiap. Tetapi mereka hanya membatasi diri pada sikap kesiapsiagaan. Selama belum menerima perintah, tak berani mereka sekehendak hati. Diam2 prajurit itu bersyukur dan berharap mudah2an jangan menerima perintah. Mereka kenal siapa dan bagaimana kesaktian adipati Tuban. Tiba diambang pura se-konyong2 Rangga Lawe berhenti, berpaling menghadap keraton lalu berlutut menyembah "Baginda Kertarajasa junjungan hamba, terimalah sembah bhakti Lawe yang terakhir. Bukan karena hamba tak tahu membalas budi, tetapi hamba benar-benar merasa malu karena pengabdian hamba untuk msnegakkan kewibawaan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerajaan ternyata paduka tolak. Seorang prajurit lebih baik mati daripada ditolak pengabdiannya .... " Ia berbangkit lalu tegak menggagah dengan, bercekak pinggang dan berseru lantang "Hai, orang2 Majapahit! Kalian telah menghina Rangga Lawe. Ber-siap2lah mengasah senjatamu tajam2 agar jangan terbunuh oleh prajurit2 Tuban. Rangga Lawe tak sudi menginjak keraton Majapahit lagi sebelum menjadi mayat!” Berlapis-lapis pasukan bhayangkara dan kalanabhaya, tegang regang. Mereka marah atas ucapan Rangga Lawe yang mengancam itu. Namun mereka miris juga membayangkan akibatnya apabila mereka menerima perintah untuk menangkap macan dari Tuban itu. Barisan prajurit dari pasukan yang menjaga keamanan keraton itu tak dapat berbuat apa2 kecuali lontarkan pandang mata kearah adipati Tuban yang dengan langkah lebar keluar dari pura, mencemplak kuda dan mencongklang sepesat angin. Lenyapnya bayangan adipati Tuban ku segera berganti dengan suara alunan kentongan titir yang riuh rendah. Suatu pertandaan bahwa pura Majapahit sedang menghadapi ancaman bahaya besar .... 0o-o-dw-o-o0



II "Lawe, mengapa engkau bermuram durja sedemikian rupa?" tegur Adipati sepuh Wiraraja ketika puteranya menghadap.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah Rangga Lawe diangkat sebagai Adipati Tuban dan Dataran, adipati Wiraraja tak kembali ke Madura melainkan tinggal bersama puteranya. "Benarkah engkau ke Majapahit ?" Wiraraja menyusuli kata. Rangga Lawe mengiakan. Kemudian ia menuturkan peristiwa ia menghadap baginda Kertarajasa dan apa yang dialaminya dipura Majapahit. Adipati sepuh Wiraraja terdampar dalam gelombang kegelisahan. Lama ia termenung diam. Baru ia agak terhenyak sadar dari lamunan, ketika pandang matanya tertumbuk dengan tatapan Rangga Lawe. Tatapan seorang anak yang menuntut petunjuk dari sang ayah. Wiraraja tersadar. Naluri ke-ayahannya bangkit. Sebagai seorang ayah, ia harus menolong puteranya yang tengah menderita kesulitan. Wiraraja menyadari pula bahwa setiap langkah yang akan ditindakkan Rangga Lawe itu, besar sekali akibatnya. Salah langkah berarti suatu malapetaka yang akan membawa kemusnahan keluarga dan huru hara yang mengganggu keselamatan rakyat Tuban dan Majapahit. Wiraraja kerutkan dahi. Ia merasa bahwa saat itu ia dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat daripada ketika dahulu raden Wijaya datang minta bantuan kepadanya. Karena yang dihadapi saat itu adalah persoalan gawat antara puteranya dengan raja Kertarajasa atau raden Wijaya. Wiraraja, adipati Madura yang terkenal sebagai ahli pikir dan siasat yang ulung, saat itu benar2 diuji kepandaiannya. Ia tahu perangai puteranya itu. Sejak kecil Lawe memang beradat keras, pemberani dan berangasan. Sukar ditaklukkan dengan kekerasan melainkan harus diendapkan dengan kata2 penyadaran yang mengena. Maka ditempuhnyalah jalan itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lawe" mulailah Adipati sepuh itu melancarkan usahanya untuk memberi penyadaran kepada puteranya "kutahu betapa perasaanmu. Engkau berani bertindak karena demi memikirkan kepentingan kerajaan. Engkau telah menunjukkan salah satu sifat dari seorang ksatrya yang mengabdi raja. ialah yang disebut Mantri wira, sifat seorang pembela negara yang berani dan tegas .... " Rangga Lawe agak terkesiap. Ia tak menduga bahwa ayahnya yang diduga tentu tak menyetujui tindakannya, ternyata tidak bersikap demikian. Ayahnya tampak memberi angin. Ketegangan hati Rangga Lawe agak reda. Ia mengangguk pelahan "Benar, memang demikianlah tujuanku" Diam2 cerahlah hati Wiraraja karena merasa berhasil memikat perhatian puteranya kearah lingkar pembicaraan yang telah disiapkan. "Lawe, masih ingatkah engkau akan ajaran perilaku seorang ksatrya yang pernah kukatakan kepadamu dahulu?" tanya Wiraraja. “Masih ...." sahut Lawe dengan nada keragu-raguan. Memang sejak ikut berjuang membantu raden Wijaya sampai diangkat sebagai Adipati Tuban, Lawe sudah memisahkan diri dengan ayahnya. Dan karena sibuk dengan urusan perjuangan dan negara, ia tak sempat lagi merenungkan ajaran2 yang diwejangkan ayahnya semasa ia masih belum dewasa. Wiraraja tertawa kecil "Ah, Lawe, kutahu engkau tentu terlalu sibuk dengan tugas perjuangan dan negara sehingga engkau tak ingat seluruhnya lagi. Baiklah, ayah akan menguraikan lagi ajaran2 yang pernah kuresapkan dalam sanubarimu dahulu. Lawe, apa yang telah kubekalkan kepadamu dahulu, memang bukan harta, bukan pula ilmu jaya-kawijayan yang sakti. Melainkan serangkaian kata2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ peneguh iman, penebal keyakinan. Tujuh sifat yang wajib dimiliki oleh seorang ksatrya seperti engkau dalam pengabdianmu kepada negara .... " Adipati Wiraraja berhenti sejenak, lalu "Pertama ialah Mantriwira, selalu berani mempertaruhkan jiwa raga untuk membela negara. Kedua, Matanggwan, berusahalah untuk mendapat kepercayaan rakyat dan negara. Ketiga, Satya bakty aprabu, ialah memiliki rasa setya yang ikhlas kepada negara. Keempat, Sardjdjawopasama, bersikap rendah hati, ramah, tulus, lurus dan sabar. Kelima, ialah dhirotsaha, selalu bekerja dengan rajin dan sungguh2 serta berhati teguh. Keenam, widjanya, berlaku bijaksana penuh hikmat dalam menghadapi kesukaran dan kegentingan. Dan yang ketujuh ialah Anayaken musuh, memusnahkan setiap musuh yang hendak mengganggu, merintangi dan membahayakan negara....” "Ketujuh perilaku itulah yang kutanamkan dalam sanubarimu. Agar engkau memperoleh hasil yang gemilang dalam pengabdianmu kepada baginda Kertarajasa dan negara Majapahit. Dan ternyata harapanku tak engkau sia2kan. Baginda telah menganugerahkan kedudukan adipati kepadamu. Teruskanlah pengabdianmu yang berlambar ketujuh perilaku itu, Lawe. Kuyakin, kelak engkau tentu dapat mencapai ke tangga puncak kedudukan yang tertinggi” Rangga Lawe terkesiap. Ia tak mengerti mengapa ayahnya perlu menguraikan petuah2 lama dari beberapa tahun yang lalu, apakah hubungannya dengan tindakannya ke Majapahit itu? "Semua ajaran ayah pasti kujunjung khidmat" akhirnya ia memberi sekedar pernyataan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak cukup hanya menjunjung tetapi yang penting harus melaksanakannya" "Baik" kata Rangga Lawe "sekarang harap ayah suka memberi petunjuk, bagaimanakah seyogyanya sikap dan tindakanku terhadap baginda? Rasanya baginda tentu menolak usulku” Wiraraja menghela napas dalam. Kiranya hanya beberapa saat ia dapat menghibur diri. Akhirnya soal yang menggelisahkan hatinya itu, tampil juga. Rangga Lawe tetap menuntut pendapatnya. "Sesungguhnya pandanganku sudah tertuang dalam ketujuh wejangan tadi. Ketujuh sifat itu harus menunggal, mengejawantah dalam sebuah wadah yang merupakan pengabdian tulus ikhlas ..... " "Bukankah wejangan yang terakhir itu ialah ANAYAKEN MUSUH, tegasnya memusnakan siapa saja yang hendak merintangi dan mengganggu kewibawaan negara? Kupandang Nambi tak cakap .... " "Engkau benar, Lawe" Wiraraja menukas dengan helaan napas pula "tetapi tak cukup engkau hanya menitik-beratkan pada sifat yang ke tujuh dan mengabaikan lain2 sifat. Engkau melalaikan sifat yang kedua MATANGGWAN. Adakah dengan tindakanmu menentang pengangkatan Nambi itu engkau merasa akan mendapat kepercayaan rakyat? Dan laku yang ketiga SATYA BHAKTY APRABU, adakah dengan tindakanmu itu engkau merasa setya pada keputusan raja? Begitu pula engkau harus ingat akan laku yang keempat SARDJDJAWOPASAMA, bersikap rendah hati, ramah, tulus, lurus dan sabar. Adakah engkau merasa apa yang engkau lakukan dihadapan baginda itu sesuai dengan laku itu? Kemudian adakah engkau merasa bahwa segala langkah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tindakanmu itu sudah sesuai dengan laku WIDJNYA ialah harus bijaksana penuh hikmah dalam menghadapi kesukaran dan kegentingan? Ah, puteraku, cobalah engkau renungkan semasak-masaknya. Semoga para dewata memberkahi engkau pikiran2 yang terang dan jernih . . . " Terpukau Rangga Lawe mendengar ucapan ayahnya. Ia merasa bahwa apa yang diungkap ayahnya itu, benar-benar bagai Nurcahya yang menyinari kegelapan pikirannya. Hampir pudarlah semangatnya. Tiba2 terlintas apa yang telah dilakukan di hadapan raja Majapahit. Betapa kokoh dan gigih ia memperjuangkan pendiriannya dihadapan baginda. Betapa yakin ia akan kebenaran pendiriannya itu. Dan betapa muak perasaannya terhadap Nambi. Bagai awan berhamburan dihembus angin pawana, seketika memancar pulalah percikan api yang telah di perjuangkan selama ini "Yah, justeru karena hendak melaksanakan laku MATANGGWAN untuk mendapatkan kepercayaan rakyat. Justeru karena hendak mempersembahkan SATYA BHAKTI APRABU, justeru pula untuk mengamalkan laku MANTRIWIRA dari seorang abdi negara yang benar2 hendak membela negara maka makin mantaplah keputusanku untuk melaksanakan laku ANAYAKEN MUSUH, rawe2 rantas malang2 putung . . .! " seru Rangga Lawe. “Lawe ... " "Lawe putera Wiraraja haram mundur menghadapi bahaya! Haram menghalalkan yang bathil !" "Lawe!" teriak Wiraraja "jangan engkau lanjutkan jua keputusanmu itu. Kokohkanlah imanmu pada laku SATYA APRABU, anakku. Karena berhianat itu berat akibatnya dalam akhirat dan penitisanmu yang akan datang kelak!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rangga Lawe tertegun. Ia menyadari kebenaran ucapan ayahnya. Namun darahnya yang panas, cepat meledak. Ia anggap tanpa perjuangan, setiap pendirian dan keyakinan tentu takkan terlaksana. "Ayah telah membentuk peribadi masa kanak2ku. Tetapi alam kedewasaanku, bermandi perjuangan. Dan kesadaran pikiranku, terbuka oleh kebesaran alam. A dalah sudah menjadi Kodrat Alam bahwa segala di dunia ini tak kekal sifatnya. Yang muda jadi tua, yang tua akan tiada. Mati merupakan kodrat Illahi yang tak dapat dihindari" kata Lawe dengan nada penuh gelora? "tetapi walaupun sifatnya sama, mati itu banyak caranya. Mati di atas tempat tidur beralas lunak dan mati di medan juang yang bergenangan darah. Mati dalam rangkulan wanita cantik atau mati di ujung tombak. Mati karena takut mati, atau mati karena harus mati. Mati karena kodrat atau mati karena memperjuangkan cita. Ayah, dari sekian jenis cara kematian itu, putera adipati Wiraraja ini, akan memilih kematian sebagai seorang ksatrya. Karena kematian itulah kematian yang luhur dan bahagia. Kematian yang akan menjelmakan aku dalam tingkat kehidupan yang lebih baik pada penitisanku yang akan datang ..." "Yah, relakanlah puteramu menjadi tumbal negara Majapahit apabila takdir memang menghendaki begitu" tiba2 Lawe menyembah, mencium kaki Wiraraja lalu mengundurkan diri. Adipati Wiraraja menangis sedu Rangga Lawe segera mengadakan persiapan. Ia memanggii semua mentri, akuwu, demang dan tumenggung dalam wilayah kekuasaannya. Ia menguraikan panjang lebar tentang kunjungan ke pura Majapahit dan semua peristiwa yang



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dialaminya mengenai pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi. . “Mulai .saat ini Tuban lepas dari kekuasaan Majapahit. Karena Majapahit dipimpin oleh seorang Patih Amangkubumi yang tidak cakap, rencah budi dan tiada berwibawa!" seru Rangga Lawe. Kemudian ia mengakhiri pernyataan dengan nada tekanan yang tinggi melantang "Rangga Lawe berontak bukan karena hendak menumbangkan kekuasaan baginda Kertarajasa. Tetapi justeru hendak membela dan menegakkan kewibawaan baginda. Apabila Nambi sudah lenyap, Tuban akan bernaung kembali di bawah kekuasaan Majapahit!" Gegap gempita sorak menggelegar di alun2 kadipaten Tuban. Bumi seolah-olah tergetar, langit seakan-akan hendak rubuh. Seluruh mentri, akuwu, demang, tumenggung, prajurit dan segenap lapisan rakyat Tuban serempak mengucapkan ikrar, setya membela Rangga Lawe dan bumi Tuban sampai titik darah yang penghabisan. Para pengikut Rangga Lawe yang tersebar di daerah Majapahit, demi mendengar gerakan Rangga Lawe, serentak berbondong-bondong menuju ke Tuban. Di bawah pimpinan Tosan, Kidang Glatik, Siddi, Cek Munnggang dan Klabang Curing, mereka menuju ke Tuban untuk menggabungkan diri pada Lawe. Lolosnya Rangga Lawe dari pura Majapahit dengan meninggalkan ancaman yang giris, menyebabkan rakyat Majapahit : gentar dan gelisah. Raja Kertarajasa amat perihatin sekali atas peristiwa Adipati Tuban itu. Apalagi setelah masuk laporan bahwa Tuban telah menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit, baginda makin resah.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Baginda terpaksa menitahkan diadakan rapat Balagana ahem apupul atau rapat tentara. Bertempat di Skandhawara Nikata atau Markas Besar kerajaan yang terletak di sebelah barat alun2 keraton. Biasanya rapat Balagana Ahem Apupul itu diadakan tiap tahun pada bulan Caitera ( bulan Masehi: Pebruari - Maret). Maksud rapat tahunan itu ialah hendak memperteguh akhlak dan martabat para prajurit. Supaya mereka jangan melakukan kesalahan dalam menjalankan kewajiban yang dipikulkan negara maka haruslah mereka memperbaiki kesusilaan dan mentaati disiplin. Diantara kejahatan prajurit yang hendak diberantas terutama ialah supaya jangan berkelakuan TAN LAMLAMA RING ULAH, serakah tamak atau korupsi. Mencuri atau merampas pakaian orang lain atau WASTRADYAHARANA. Lebih berat hukumnya apabila prajurit melakukan kesalahan mengambil atau merusak barang suci dari apa yang disebut DEWASWADINYA atau hak milik agama. Kesimpulan dari pada rapat tahunan itu ialah menanamkan kesadaran dan memperbaharui sumpah prajurit. Mentaati disiplin dan tidak melakukan segala yang dilarang agar dapat terpeliharadengan baik. Tetapi sidang tentara kali itu, merupakan sidang darurat untuk membicarakan dan memutuskan sikap terhadap Adipati Tuban. Rapat memutuskan untuk mengirim pasukan ke Tuban untuk memberi penerangan dan menyadarkan Rangga Lawe agar jangan bertindak gerusa-gerusu. Baginda berkenan menerima dan memperhatikan usul Rangga Lawe. Namun karena sudah terlanjur mengumumkan pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi, sebagai seorang raja yang harus memegang kewibawaan 'sabda pandita ratu', baginda tak mau membatalkan pengangkatan itu dan tetap akan memberi kesempatan pada Nambi. Apabila ternyata Nambi memang tak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cakap, baginda tentu segera membebaskan kedudukannya, sesuai dengan tuntutan Rangga Lawe. Namun bila Rangga Lawe ternyata berkeras tak mau tunduk pada keputusan baginda, pasukan itu diberi purbawisesa atau wewenang untuk menindaknya. Sebagai pimpinan pasukan, telah diangkat Nambi. Pertama, karena Nambilah yang menjadi pokok penuntutan Rangga Lawe. Kedua, agar Nambi dapat membuktikan diri bahwa dia cakap memimpin pemerintahan dan menjaga keamanan negara. Tatkala mendengar gerakan para pengikut Rangga Lawe yang meninggalkan wilayah Majapahit menuju ke Tuban, Nambi segera melakukan pengejaran. Akhirnya dapatlah pasukan Majapahit menyusul rombongan pengikut Rangga Lawe itu ditepi sungai Tambak Beras. Saat itu sungai Tambak Beras sedang meluap sehingga terhalanglah perjalanan rombongan pengikut Lawe itu. Mereka melawan ketika hendak dicegah pasukan Majapahit. Terjadilah pertempuran seru yang berlangsung dari pagi sampai petang hari. Namun karena kalah besar jumlahnya dan kalah lengkap persenjataannya, akhirnya rombongan pengikut Rangga Lawe itu dapat di hancurkan oleh pasukan Majapahit. Keesokan harinya, pasukan Majapahit itu menyeberang sungai Tambak Beras menuju ke Tuban. Saat itu air sudah surut hingga dengan mudah pasukan Majapahit dapat menyeberangi. Menteri Gagarangan dan Tambak Baya yang mendapat laporan dari sandi telik atau mata2 yang ditugaskan mengawasi gerak gerik fihak Majapahit, segera menghadap Rangga Lawe untuk memberitahukan bahwa pasukan Majapahit sudah bergerak menuju ke Tuban.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapkan pasukan Tuban dan hancurkanlah orang2 Majapahit itu!” perintah Rangga Lawe. Setelah kedua mentri itu melakukan perintah, Rangga Lawepun segera masuk kedalam kadipaten untuk menemui kedua orang isterinya, Mertaraga dan Tirtawati. "Duh kakangmas Adipati, junjungan yang kami muliakan, gurulaki yang kami sujuti. Apakah sebabnya maka wajah paduka semerah bara ? Adakah paduka hendak menjatuhkan amarah kepada kami berdua?" Rangga Lawe tersentuh mendengar tegur sambutan kedua isteri yang dikasihinya itu. Hampir pudarlah nyala semangat juangnya. Betapa tidak! Sudah bertahun-tahun ia hidup berkasih-kasihan dengan kedua isterinya yang cantik setya kepada guru laki. Dan sudah pula dikaruniai seorang putera kecil yang diberi nama Kuda Anjampiani. Adakah yang masih kurang padanya? Pangkat tinggi, kedudukan mulia, harta berlimpah, isteri cantik dan putera mungil. Bukankah jarang di seluruh negara Majapahit orang yang dapat menyamai kebahagiaan hidup seperti dirinya itu? Mengapa ia harus mempertaruhkan kenikmatan duniawi, keselamatan jiwanya, isteri dan putera yang masih kecil itu pada persoalan Nambi? Apa sangkut dirinya dengan pengangkatan Nambi sebagai Patih Amangkubumi? Bukankah ia masih tetap Adipati Amancanagara yang berkuasa penuh atas wilayah Tuban dan Dataran? Bukankah baik buruknya Nambi sebagai Patih Amangkubumi, pasang surutnya kewibawaan Majapahit, bukan ia sendiri yang harus bertanggung jawab? Segenap mentri narapraja mempunyai tanggung jawab penuh atas keselamatan dan kewibawaan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerajaan Majapahit. Bahkan baginda rajalah yang paling besar tanggung jawabnya! Tiba2 pada saat2 pikiran Rangga Lawe hampir tenggelam dalam larut pertimbangan yang berkhayal kenikmatan duniawi, telinganya terngiang pula oleh pekik sorak gegap gempita dari para menteri, akuwu, demang, tumenggung dan seluruh rakyat Tuban ketika menyambut pernyataan Rangga Lawe bahwa saat ini Tuban berdiri di atas kedaulatan sendiri. Lepas dan kekuasaan Majapahit. Dahi Rangga Lawe makin mengeriput tandas. Peluh bercucuran deras dari kepalanya. Kemudian telinganya terngiang pula akan ikrar dari segenap narapraja dan segenap rakyat Tuban yang bersumpah setya kepadanya. Rakyat Tuban bertekad membela bumi tumpah darahnya sampai titik darah yang penghabisan! Api semangat Adipati Tuban yang hampir saja padam terhembus bau harum semilir dan buaian pandang setajam anakpanah Batara Kamajaya dari kedua isterinya, seketika menyala pula. Adipati itu tersenyum cerah "Diajeng Mertaraga dan Tirtawati, juwita pujaan kakang. Jangan salah faham. Buanglah keresahan hati adinda bahwa kakang datang dengan membawa nafsu kemarahan kepada kalian. Bukankah selama bertahun-tahun ini kakang tak pernah marah kepada diajeng berdua? Inginkah diajeng mengetahui betapa besar cinta kakang kepada dikau berdua? Cintaku kepada kalian, laksana air bengawan Tambak Beras yang tak pernah kering sepanjang masa. Eh, ingin benar kakang mendengar juga pernyataan kasihmu, diajeng Mertaraga?" "Ah, kakang mas Adipati, mengapa paduka masih meragukan ketulusan cinta Mertaraga ini setulus persembahan seluruh milikku kepada kakangmas ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rangga Lawe tertawa "Entah bagaimana, harini aku ingin sekali bercumbu rayu dengan diajeng berdua. Ingin kunikmati pula saat2 bahagia dari kesyahduan malam pengantin yang bernafaskan keharuman bunga2 di taman Indraloka dan bersenyawakan tetesan sari madu dari cupu manik sang Kamajaya? Cobalah diajeng Mertaraga, engkau katakan lagi bisikan suksma yang engkau hembuskan dikala kita memadu kasih itu " Rangga Lawe, senopati yang terkenal gagah perkasa dan berangasan itu, ternyata dalam menghadapi medan perjuangan asmara, juga gagah perkasa dan tangkas seperti sang A rjuna. "Ah, mengapa kakang Adipati hendak mengada-ada. Baiklah, Mertaraga tak pernah menolak apa yang kakang kehendaki. Dengarlah kakang pernyataan Mertaraga. Cintaku kepadamu, kakangmas, bagaikan kuku hitam. Sore dipotong, esok hari tumbuh. Pagi dikupas, Pagi dikupas, sorepun tumbuh. Tak pernah cintaku berhenti tumbuh selama hayat masih dikandung badan" "Ya, ya, yayi Mertaraga" Rangga Lawe mengecup tawa "kuingat dikala engkau membisikkan ikrarmu itu engkaupun serahkan tubuhmu ke dalam pelukanku. Saat itu kita serasa terbang ke Nirwana ..." Mertaraga tersipu-sipu malu dan mencubit lengan suaminya. Kemudian berkatalah Rangga Lawe kepada Tirtawati dan minta isterinya itu melakukan seperti pernyataan Mertaraga. "Ah, kakangmas, rasanya pagi ini masih belum hilang linu letih tulang hamba menerima luapan kasih kakang tadi malam. Masakan kakang masih belum puas ..." Tirtawati menyelutuk manja. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Diajeng Tirtawati, memang takkan pernah Rangga Lawe merasa puas meneguk air-rasa dalam sumber dirimu, yayi" kata Rangga Lawe tertawa “karena hanya air-rasa dalam tubuh dinda, yang menjadi sumber zat-hidupku " Tirtawati tersenyum bahagia "Baiklah, akan kuulangi pula ikrar cintaku kepadamu dahulu, sekarang dan selamalamanya, kakang. Cinta Tirtawati bagaikan pohon yang besar. Walaupun tiap hari dipapas, namun bukan pohon itu mati tetapi malah tumbuh makin subur dan makin rindang seperti rasa cintaku" "Duh, duh yayi Tirtawati dan Mertaraga, betapa bahagialah hidup Rangga Lawe mendapat kawan hidup puteri2 cantik dan setya guru laki seperti kalian ini" kata Adipati Tuban seraya memimpin kedua isterinya masuk ke dalam peraduan. Rangga Lawe bersama kedua isterinya segera tenggelam dalam hanyutan gelombang keindahan hidup yang dihayati oleh dua jenis titah Allah. Keindahan dan kenikmatan Asmara dari nafsu Alami dan nafsu Kodrati insan2 alam fana. Entah berapa lama maka tergoleklah mereka dalam kekulaian bahagia. Ternyata bukan hanya pertempuran yang menghabiskan tenaga. Tidurpun ada kalanya membuat tubuh orang letih lunglai. Bukan hanya napas kuda lari kencang, yang terengah-engah keras. Orang yang berpacu mencapai puncak kenikmatan, pun nafasnya berhamburan deras bagai gelombang laut mendampar pantai .... Puas bermandi kemesraan kasih suami isteri, Adipati Lawepun keluar bersama kedua isterinya ke pendapa "Yayi Mertaraga dan Tirtawati. Tentulah yayi berdua heran mengapa aku begitu bernafsu sekali mengajakmu bercumbu rayu. Yayi berdua, memang sudah menjadi tugasku sebagai suami memberi kebahagiaan, perlindungan dan segala apa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepadamu. Tetapi kiranya yayi berdua tentu mengerti bahwa suamimu ini adalah seorang senopati perang yang diberi pangkat kedudukan sebagai Adipati Tuban. Tugasku di rumah, adalah sebagai suami dan ayah si Kuda Anjampiani. Tetapi tugasku sebagai senopati, harus berperang dan membela bumi Tuban. Ketahuilah yayi, bahwa mulai saat ini Tuban sudah berdiri sendiri, lepas dari kekuasaan Majapahit . . " "Kakangmas . . . . !" teriak Mertaraga dan Tirtawati serempak. "Tenanglah yayi. Kita sedang menghadapi coba Gusti yang Maha Kuasa" kata Rangga Lawe lalu menuturkan semua peristiwa yang dialami ketika menghadap baginda di Majapahit. Mertaraga dan Tirtawati terlongong seperti patung. "Nah, kini tibalah sudah saatnya, aku harus memenuhi kewajibanku sebagai senopati. Pasukan Majapahit mulai bergerak menuju ke Tuban ...." "Duh, kakangmas ...." serta merta Mertaraga dan Tirtawati berlutut memeluk kaki Rangga Lawe "mengapa kakangmas hendak bermusuhan dengan baginda prabu Majapahit? Bukankah sang prabu itu junjungan kakangmas yang amat kasih sayang kepada kakangmas?” "Diajeng, justeru karena hendak memuliakan budi sang prabu itulah maka aku terpaksa mengangkat senjata. Apabila Nambi sudah tumbang, aku pasti akan kembali mengabdi kepada baginda lagi. Tetapi rasanya hal itu sukar terlaksana. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Majapahit sudah mengirim pasukan ke Tuban dan kakangpun terpaksa harus melawan " "Duh, kakangmas" Mertaraga meratap "dinda dapat menyelami perasaan hati kakangmas. Dan Mertaraga tetap akan patuh setya. Rangga Lawe salah, tetap suamiku. Rangga Lawe benar, pun tetap gurulakiku. Rangga Lawe jaya, Mertaraga hanya nunut sorganya. Tetapi Rangga Lawe binasa, Mertaraga pasti akan belapati!" "Benar, kakangmas, Mertaraga dan Tirtawati adalah garwa, sigaran nyawa paduka" kata Tirtawati pula. "Tetapi kakangmas" kata Mertaraga pula demi melihat Rangga Lawe termangu "apabila kakangmas sudi mendahar kata2 Mertaraga, kiranya janganlah kakangmas lanjutkan jua peperangan ini . . ." "Mengapa ?" Rangga Lawe terbeliak. "Oleh Hyang Widhi kaum wanita yang lemah jasmaniah itu diberi tambahan indera keenam yani Naluri tajam. Dengan Indera keenam itu kami kaum wanita, cepat dapat merasakan getaran halus dari setiap keadaan yang akan dihadapinya, sekarang dan yang akan datang. Melalui sarana Indera keenam itulah agaknya Hyang Jagatnata telah membertikkan suatu getaran halus atau Firasat dalam bentuk impian ...." "O, engkau bermimpi diajeng?" seru A dipati. Mertaraga mengiakan "Benar, kakangmas. Kemarin malam aku bermimpi buruk. Bersama kakangmas aku bercengkerama ditaman memetik bunga. Bunga itu kumasukkan dalam keranjang. Tetapi bila dan entah dari mana, tiba2 muncullah seekor burung gagak yang menyambar keranjang itu hingga bunga tumpah ruah ketanah. Engkau marah dan terus mengejar gagak itu. Aku berteriak-teriak memanggilmu, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kakang. Tetapi engkau tiba2 lenyap bersama burung gagak itu. Aku menjerit dan menangis lalu terjaga dari mimpiku . . ." Rangga Lawe terkejut. Diam2 ia mengakui bahwa mimpi isterinya itu memang suatu alamat jelek. Namun sebagai seorang ksatrya, tak mungkin ia mau menyerah pada musuh hanya karena sebuah mimpi buruk. "Ah, diajeng" katanya tertawa cerah "mimpi itu hanya kembangnya orang tidur. Jangan engkau mengikat perasaanmu dengan bayang2 kecemasan sebuah impian yang ser?m. Kuanggap mimpimu itu baik sekali. Coba dengarkanlah uraianku. Bunga itu suatu lambang Berkah yang suci. Kita memetik bunga berarti kita memperoleh berkah. Sekalipun dikacau si gagak hitam lambang Kejahatan, tetapi bunga itu tetap berhamburan ketanah. Artinya, berkah itu tetap menumpah di bumi Tuban. Dan gagak si Jahat itu melarikan diri karena kuhalau. Itu berarti pula bahwa bahaya yang mengancam rakyat Tuban akan lenyap!" "Kakangmas" tiba2 pecahlah tangis Mertaraga beriba-iba "betapapun kakangmas hendak menghibur hatiku tetapi naluri kewanitaanku tetap mengatakan bahwa mimpiku itu suatu firasat yang buruk bagi keselamatan kakangmas ...." "Diajeng Mertaraga" Rangga Lawe berseru keras "telah kukatakan bahwa nasib manusia itu hanya di tangan Gusti Yang Maha Agung. Bukan dari impian. Namun jika engkau tetap merasa bahwa mimpimu itu suatu firasat buruk, akupun tak kuasa melarang. Tetapi hendaknya engkau harus mencamkan hal yang sudah ber-kali2 kutanam dalam pengertianmu. Bahwa Rangga Lawe ini adalah seorang prajurit, seorang senopati perang. Bahwa sebagai isteri dari seorang prajurit, haruslah engkau sudah menyadari bagaimana nasib yang sewaktu-waktu dapat menimpa diri http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ suamimu. Seorang isteri prajurit yang sejati, harus tabah menghadapinya. Berbahagialah, hai Mertaraga dan Tirtawati bahwa engkau telah di persunting oleh Rangga Lawe, seorang prajurit yang gugur di medan perang. Karena jarang kaummu yang memperoleh kesempatan dan berkah seperti yang engkau miliki ..." "Duh, kakangmas Lawe, pepunden kami" serta merta Mertaraga dan Tirtawati menelungkupi kaki Adipati Tuban dan menangis beriba-iba. Sambil membelai-belai rambut kedua isterinya, Rangga Lawe menghibur "Menangislah diajeng berdua. Kuraslah airmatamu untuk menyiram uratbayuku agar aku memiliki kekuatan sakti untuk menghadapi musuh. Menangislah, asal tangis itu bukan tangis pengiring kesedihan. Melainkan airmata keramat yang akan membuat suamimu unggul yudanya ..." Makin sedu dan pilu isak tangis Mertaraga dan Tirtawati. "Sudahlah diajeng" akhirnya Rangga Lawe mencegah kesedihan berlarut-larut "jangan engkau keringkan sama sekali sumber airmata kalian. Sisakanlah untuk kemungkinan2 yang bakal kita hadapi. Aku hendak mandi keramas yayi. Agar tubuhku bersih dari noda2 kotoran. Dan sediakan seperangkat busana perang yang baru!" Setelah selesai mandi keramas dan mengenakan busana perang yang baru, Rangga Lawe segera melolos cincin batu permata merah daging. Cincin itu diberikan kepada Mertaraga "Yayi berdua, rendamlah cincin permata ini dalam bokor air. Apabila air masih tetap jernih, tandanya unggul yudaku. Tetapi bila air itu berobah merah darah warnanya, maka akupun tentu sudah gugur..." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian keluarlah Adipati itu dari pendapa. Seorang inang pengasuh yang menggendong seorang anak laki-laki kecil segera maju menghadap sang Adipati Rangga Lawe cepatcepat meraih anak itu, dipeluk dan diciuminya dengan penuh kasih mesra "Ngger Kuda Anjampiani, ayah akan ke Majapahit menghadap raja. Engkau minta apa, kulup?" "Belikan mainan kereta perang, yah. Aku ingin jadi senopati seperti ayah ...." Rangga Lawe terkesiap. Pada lain kejab dibelainya kepala Kuda Anjampiani "Syukur ngger, engkau dapat mewarisi darah kakek dah ayahmu. Eyang buyut, eyang, ayahmu, semuanya prajurit. Dan kelak engkaupun harus jadi...." tiba2 Rangga Lawe berdiam. Ia termangu. Terlintas dalam benaknya, alam kehidupan yang dihayati ayah dan dirinya selama ini. Ia merasa ayahnya, Adipati Wiraraja, dan ia sendiri, tak pernah mengenyam ketenteraman hidup. Walaupun hal itu memang merupakan kodrat masa, di mana ia secara kebetulan hidup dalam jaman pergolakan dan peperangan. Namun ia benar2 merasakan bahwa hidup seorang senopati itu tak pernah menikmati ketenangan. Mungkin bagi sementara senopati dan prajurit menganggap bahwa tugas kewajiban mereka yang pokok hanyalah untuk berperang membela negara dan dalam keadaan negara sudah aman, mereka sudah bebas dari tugas pokok. Paling banyak mereka hanya menjaga keamanan negara. Tetapi tidak demikian yang dirasakan Rangga Lawe. Seorang senopati prajurit, bukan hanya bertempur dengan musuh di medan perang. Pun juga merupakan Bhayangkara negara yang bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan, kewibawaan dan kelancaran pemerintahan negara. Dan Rangga Lawe tak



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pernah berhenti sedemikian luas.



memikirkan



tugas



kewajibannya



yang



"Ah" tiba2 terdengarlah rasa kecewa dalam hatinya mengenang peristiwa yang dihadapi saat itu "akhirnya hanya beginilah nasib yang kuderita. Baginda yang telah kubela dengan segenap jiwa raga menganggap diriku sebagai seorang pemberontak ....” Pandang matanya menatap Kuda Anjampiani. Ia merasa bangga karena puteranya mewarisi darah keprajuritan. Tetapi bila teringat akan nasib dirinya, serentak timbullah rasa kecemasan. Kecemasan yang bersumber pada rasa kasih sayang sebagai ayah. Apabila kelak puteranya menempuh jalan hidup seperti dirinya dan sampai tertimpa sesuatu yang tak diharap, bukankah akan putus keturunan Rangga Lawe. Rangga Lawe, senopati yang gagah berani dan entah sudah berapa puluh kali selalu menghancurkan musuh di medan perang. Pada hari itu, telah menderita dua kali getaran jiwa. Pertama persembahan kata dari Dyah Mertaraga tentang mimpinya yang buruk. Dan kedua kali, dari ucapan puteranya kecil yang menyatakan ingin jadi prajurit. Sepanjang sejarah kehidupannya sebagai seorang senopati, belum pernah ia mengalami getaran jiwa seperti saat itu. "Ah, puteraku Anjampiani" katanya mesra "prajurit itu berat penderitaannya dam tak pernah mengenyam ketenangan ...." "Lalu ayah suruh aku jadi apa kelak?" tiba2 Kuda Anjampiani berseru menukas. Rangga Lawe gelagapan menyahut "Anjampiani, puteraku, ah ... . engkau masih kecil. Kajilah dulu ilmu dari eyangmu Palandongan ..."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba2 ucapan Adipati Tuban itu terputus oleh talu genderang yang berkumandang riuh di alun2 kadipaten. Pasukan Tuban sudah siap menunggu perintah Adipati. Rangga Lawe segera mencium pula puteranya dengan penuh kasih sayang "Nah, puteraku, ayah segera akan berangkat ...." ia serahkan Kuda Anjampiani kepada inang pengasuh. Rangga Lawe ayunkan langkah pelahan-lahan. Beberapa kali ia berpaling. Hatinya amat sayu melihat kedua isterinya mengikuti dengan pandang rawan. Tiba di alun2 ia ditahan ayah mentuanya, Kiageng Palandongan. Namun sia2 belaka bujukan Kiageng Palandongan agar Adipati itu batalkan niatnya. O)ooo-d-w-ooo(O



III NAMBI terkesiap. Anakbuah pasukan yang dipimpinnyapun berdebar-debar tegang ketika melihat Rangga Lawe menghadang di tengah jalan. Ketegangan Nambi dan pasukan Majapahit itu bukan karena gentar berhadapan dengan pasukan Tuban yang lengkap persenjataan dan rapi pacak barisannya. Tetapi orang2 Majapahit itu terpesona melihat kewibawaan Adipati Tuban saat itu. Rangga Lawe duduk di atas punggung kuda Mega Lamat. Mengenakan busana perang serba baru. Rambut terurai lepas. Wajahnya berseri gemilang, memantulkan rasa paserah yang ikhlas. Pinggangnya menyanggul sebatang keris berhias rangkaian bunga melati, menyerbak bau harum. Yang mengherankan kesan pasukan Majapahit ialah bahwasanya Adipati Tuban itu memakai ikat pinggang kain http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cinde putih. Suatu hal yang bukan sari-sarinya dikenakan oleh seorang Senopati yang tampil di medan perang "Hai, Nambi, engkau dapat menjadi patih Amangkubumi, asal engkau dapat memenuhi syaratnya!" tiba2 Rangga Lawe berseru menghardik. "Hm, katakanlah syarat itu !" sejenak menenangkan ketegangan hati, Nambi menyahut. "Mudah sekali syaratnya. Engkau harus melangkahi mayat Rangga Lawe dulu!" seru Rangga Lawe mengejek geram "namun bila engkau tak mampu memenuhi syarat itu, kepalamulah yang akan kupenggal dan kuinjak-injak sebagai keset!" Merah membara wajah patih dari Majapahit itu. Jawabnya "Cakapmu terlalu besar, Lawe! Hayo kita! buktikan, tulang siapa yang lebih keras. Rangga Lawe atau Nambi!" "Aku gembira melihat keksatryaanmu!" Rangga Lawe segera gerakkan kuda Mega Lamat berputar-putar melingkari lawan. Nambi takkan mau tinggal diam. Berbahaya apabila dibiarkan saja Lawe mengitari dirinya. Setiap saat dirinya dapat ditombak Lawe. lapun mainkan kudanya Brahma Cikur untuk mengimbangi gerak lawan. Demikian kedua kawan lama, saat itu saling berhadapan sebagai musuh. Memang suatu peristiwa yang cukup menyedihkan. Bahwa dua orang kadehan dari raden Wijaya yang selama bertahun-tahun bahu membahu dalam perjuangan, pada saat itu saling serang menyerang, tikam menikam.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Betapapun juga, Rangga Lawe memang lebih tangkas dan berpengalaman dalam pertempuran. Setelah berhasil memikat lawan supaya menusuk, tiba2 Rangga Lawe menarik kendali sekerasnya. Mega Lamat dapat menangkap maksud tuannya. Kuda itu menyurut mundur lalu secepat kilat berputar kebelakang lawan dan maju merapat. "Selamat jalan, Nambi!" serentak Rangga Lawe tusukkan tombak ke lambung Nambi. Ia yakin Nambi tentu berhamburan ususnya. Tetapi Nambipun cukup waspada. Walaupun ia terkejut karena tak menduga Rangga Lawe melakukan siasat penyusupan yang amat cepat, namun ia tak sampai kehilangan daya untuk menghindar. Cepat ia cepitkan kedua kakinya ke perut Brahma Cikur. Kuda itu tahu perintah. Dengan sekuat tenaga, binatang itu loncat ke muka. Tetapi ternyata masih kalah cepat dengan tombak Rangga Lawe. Cret.....!! ujung tombak menyusup ke pinggul Brahma Cikur, tembus keluar dari pinggul sebelah kanan. Brahma Cikur rubuh bagai pohon ditebang. Karena sedang loncat ke muka tetapi tiba2 rubuh, Nambi kehilangan keseimbangan diri. Ia seperti didorong lalu dilempar ke tanah. Untunglah patih Majapahit itu tak menderita luka parah kecuali sedikit pening dan senjatanya terlepas. Serentak ia melenting http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bangun. Tetapi pada saat itu pula, Rangga Lawepun sudah menerjang dengan menyongsongkan ujung tombak. Dalam gugup karena tak bersenjata, Nambi teringat akan peristiwa raden Wijaya dikala hendah ditangkap Kebo Mundarang patih dari Daha dahulu. Raden Wijaya menjejak pematang sawah. Tanah muncrat tepat mengenai muka Kebo Mundarang. Nambi akan mengulang cara itu. Serentak ia membungkuk, merangkum segenggam pasir lalu ditaburkan ke arah Rangga Lawe. “Uh ...." Rangga Lawe terkejut seraya mengusap matanya yang tertabur pasir "hai, jahanam, hendak lari kemana engkau!" sesaat matanya dapat memandang, ia terus hendak menyerang. Tetapi ternyata Nambi sudah menghilang. Nambi memang meloloskan diri lalu bersama pasukannya mundur melintasi sungai Tambak Beras, kembali masuk kewilayah Majapahit pula. Rangga Lawe hendak mengejar tetapi dicegah oleh para pengikutnya. Daerah di seberang masuk wilayah Majapahit, berbahaya. Apalagi kekuatan Majapahit belum seluruhnya dikeluarkan. Rangga Lawe menurut. Raja Kertarajasa menerima laporan hasil kemenangan pasukan yang dipimpin Nambi atas para pengikut Lawe yang hendak menggabungkan diri ke Tuban. Tetapi serempak pada saat itu pula, lurah prajurit Hangsa Terik menghadap dan mempersembahkan laporan bahwa pasukan Nambi yang bergerak menuju ke Tuban itu telah diobrak-abrik Rangga Lawe. Kini anakbuah pasukan Majapahit tercerai berai lari mengungsi dan bersembunyi di desa2. Mereka takut dikejar pasukan Tuban. Baginda murka sekali. Serentak menitahkan supaya mempersiapkan pasukan besar untuk menggempur Tuban. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lembu Sora dan Kebo Anabrang mencegah. Pasukan Majapahit masih lelah, sukar menghadapi serangan pasukan Tuban. Tetapi baginda Kertarajasa rupanya sudah tak dapat dicegah lagi. Ia memutuskan "Apabila Lawe tak dapat dibasmi, pura Majapahit lebih baik kubakar jadi karang abang!" Lembu Sora dan Kebo Anabrang tak berani menentang kemurkaan baginda. Baginda segera menitahkan beberapa perwira, Kala Angerak, Setan Kobar, Buta Angasak dan Juru Prakosa untuk berangkat mencari pasukan Majapahit yang dipimpin Nambi itu. Keempat nayaka gagah itu ditugaskan untuk menghimpun dan menyusun kembali kekuatan pasukan Majapahit yang porak poranda itu. Serta diperintahkan supaya menyelidiki kekuatan Tuban. Setelah mereka berangkat, sang prabupun siapkan sepuluh ribu prajurit, dipimpinnya sendiri menuju ke Tuban. Tiba di padang Wirakrama, sang prabu mendapat laporan dari sandi telik yang habis menyusup ke daerah musuh. Bahwa Tuban telah siap untuk melanjutkan peperangan. Pasukan Majapahit yang dipimpin Nambi tercerai berai sembuyi di desa2. Tak berapa lama, pasukan Tuban yang dipimpin Rangga Lawe muncul hendak menggempur bala bantuan yang dipimpin baginda. Rangga Lawe mengendarai kuda Nila Ambar. Baginda termangu. Beliau menyadari betapa banyak korban yang akan jatuh dalam pertempuran itu nanti. Melihat sang prabu gelisah, resah. Lembu Sora segera mohon idin untuk maju menyambut Rangga Lawe. Baginda memberi idin. Rangga Lawe segera dikepung dari tiga jurusan. Kebo Amibrang dari jurusan timur. Gagak Sarkara dari barat dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mayang Mekar dari utara. Namun Adipati Tuban itu sedikitpun tak gentar. Diantara ketiga senopati Majapahit itu, ia memilih lawan Kebo Anabrang Ia hendak melampiaskan dendam kepada Kebo Anabrang yang tempo hari berani menantangnya. Maka berhadapanlah kedua senopati digdaya itu. "Lawe, menyerahlah. Mungkin baginda berkenan melimpahkan ampun kepadamu. Tetapi kalau engkau tetap membangkang, mayatmu pasti tak berkubur tanah!" seru Kebo A nabrang. “Jangan bermulut besar, Kebo Anabrang!" sahut Rangga Lawe "di sini bukan tanah Melayu di mana engkau dapat mempamerkan kesaktianmu! Bukan pula pura Majapahit di mana engkau dapat mengangakan mulut selebar-lebarnya! Tetapi yang engkau pijak ini adalah bumi Tuban, tanah yang akan menjadi alas kuburmu!" Kebo Anabrang hendak menjawab tetapi tak sempat lagi karena Rangga Lawe sudah menerjang dengan tombak lurus tertuju ke dadanya. Senopati Pamalayu itu cepat anjakkan kudanya kesamping lalu menangkis dengan trisula, tring . . . terdengar dering menggerincing dahsyat disertai hamburan bunga api. Rangga Lawe dan Kebo A nabrang sama2 terbeliak. Namun sesungguhnya, Rangga Lawe lebih kuat. Dia hanya tergetar tangannya dan mukanya merah sejenak lalu tenang kembali. Tetapi Kebo A nabrang rasakan sekujur lengan sampai ke bahu bergetar keras dan melinu sampai ke ulu hati. Wajahnya merah padam sampai beberapa saat. Cepat sekali Rangga Lawe sudah menyerang pula. Tombak dimainkan makin keras. Ujung tombaknya laksana ular http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memagut-magut ke tubuh lawan. Mencari dan, menyusup lubang pertahanan Kebo A nabrang. Diam2 senopati Pamalayu itu harus mengakui kegagahan lawan. Tiada lain jalan kecuali saat itu ia harus membentuk penjagaan diri yang ketat. Setelah tenaga lawan menurun, barulah ia akan mengadakan serangan balasan. Namun yang diharapkan Kebo Anabrang itu tak kunjung tiba. Makin lama Rangga Lawe bahkan makin perkasa. Serangannya bertambah gencar. Bahkan dalam sebuah kesempatan, sekonyong-konyong Rangga Lawe melancarkan siasat yang tak terduga-duga. Adipati Tuban itu ayunkan ujung tombak mengarah tenggorokan lawan. Pada saat Kebo Anabrang gentakkan tombak untuk menyiak ke atas, tiba2 ia mengeluh kaget "Celaka aku tertipu ... " Tombaknya menyiak angin karena ujung tombak lawan tiba2 lenyap. "Matilah engkau, Kebo!" teriak Rangga Lawe seraya menombak perut lawan. Crek, tring.... Rangga Lawe terperanjat karena ujung tombaknya menusuk benda keras di perut lawan. Cepat ia menyadari bahwa benda keras itu tentulah sabuk pending yang kepalanya terbuat dari pada logam keras. Berkat kepala ikat pinggang itu maka terhindarlah Kebo A nabrang dari kebinasaan yang ngeri. Kebo Anabrang terkejut. Rasa nyeri pada perutnya, mengalirkan keringat dingin. Secepat mengetahui apa yang terjadi, secepat itu pula ia hantamkan pangkal tombaknya pada tombak lawan, tring . . . Rangga Lawe gemar berkelahi. Dalam setiap pertempuran dengan musuh di medan perang, ia selalu mengingat2 tatakelahi yang diunjuk lawan. Diambil gerak-gerakannya yang baik untuk memperkaya kepandaiannya bertempur. Demikian pada saat itu teringatlah ia akan gaya berkelahi dari seorang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perwira Tartar yang diternpurnya dahulu. Hampir saja ia celaka, apabila pada waktu itu ia tak cepat loncat menghindar. Kini siasat yang dimainkan perwira prajurit Tartar itu, hendak ia cobakan pada Kebo A nabrang. Pada saat Kebo Anabrang menghantamkan pangkal tombaknya, sengaja Rangga lepaskan tombaknya lalu mencabut pedang dan secepat kilat ia menikam paha lawan. Kebo Anabrang benar2 terkejut sekali. Untuk yang keduakali, ia menyadari bahwa ia termakan tipu siasat lawan. Namun kali ini ia tak sempat menangkis maupun menghindar lagi. Dalam keadaan yang tak berdaya ia masih berusaha untuk beranjak kemuka. Crek....serempak dengan sakit akibat sekelumit daging pahanya terkupas, terdengarlah kudanya meringkik keras dan roboh. Kuda itu mati tertikam Ranggu Lawe. Untunglah luka di paha Kebo Anabrang itu hanya kecil. Secepat terlempar ketanah, iapun segera melonjak bangun lalu loncatkan kudanya kemuka sehingga bebas dari tikaman lawan. Kemudian ia memutar kuda Nila Ambara kearah Kebo Anabrang lalu menerjang. Anak prajurit dari pasukan Kebo Anabrang terkejut sekali ketika melihat senopatinya terjungkal dari kudanya yang tertikam mati oleh lawan. Dan lebih kaget pula tatkala melihat Rangga Lawe hendak menyerang lagi. Karena jaraknya jauh, mereka tak sempat lagi untuk menyelamatkan senopatinya. Satu-satunya jalan yang dapat menolong Kebo Anabrang, hanyalah menghujani anakpanah pada Adipati Tuban. "Pengecut kamu Kebo Anabrang! Keparat kamu, hai orang Majapahit!" Rangga Lawe mendamprat seraya putar pedang untuk menghalau anakpanah yang berhamburan sederas hujan mencurah. Perut Nila Ambar dicepit kencang2. Kuda itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ beranjak ke atas lalu loncat membawa tuannya kabur. Rangga Lawe menyadari bahwa jika tak lekas meloloskan diri, ia tentu akan rubuh berhias panah seribu. Bila Rangga Lawe kembali ke dalam pasukannya dengan disambut gembira dan dielu-elu oleh anakbuah pasukan Tuban. Adalah Kebo Anabrang yang termenung masygul dalam pesanggrahan pasukan Majapahit. Senopati Pamalayu itu kecewa, malu, geram dan marah atas kekalahan yang dideritanya hari itu. Ia malu menghadap raja Kertarajasa. Tekadnya, sebelum membawa batang kepala Adipati Lawe, ia tak mau menghadap baginda. Dan apabila gagal mengalahkan Lawe, lebih baik ia bunuh diri. Malam itu ia tak dapat tidur. Dan keluarlah ia dari pesanggrahan, berjalan-jalan di sepanjang tepi sungai Tambak Beras. Tiba2 ia teringat akan pesan mendiang gurunya. Bahwa apabila menghadapi persoalan yang sulit, supaya ber-sidhikara atau bersemedhi memohon berkah kepada Dewata. Serentak timbullah hasratnya untuk melaksanakan pesan gurunya itu. Ia mencari sebuah tempat, di bawah sebuah batu besar yang terletak di tepi sungai. Mulailah ia bersemedhi. Mengheningkan cipta, menghampakan pikiran, menunggalkan jiwa dan keAku-an, mengembara ke alam sonya runyi, laksana musafir mencari air dingin. Entah berapa lama ia terbenam dalam alam kehampaan yang luas bebas tiada ujung pangkal itu, tiba2 ia terkejut melihat secercah benda putih yang bersinar dan bergerak menghampiri. Makin dekat, benda bersinar itu makin besar dan akhirnya pecah berhamburan berobah menjadi sesosok tubuh seorang kakek tua yang rambut, janggut, alis dan pakaiannya serba putih semua.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Siapa engkau, eyang . . . !" teriak Kebo Anabrang dalam nada suara dari alam bawah sadar. Kakek berpakaian putih itu menatapnya "Aku adalah AKU dalam ciptamu. Namaku pun dalam alam ciptaanmu. Sudahlah, apa yang engkau kehendaki?" Dalam keadaan sadar-tak-sadar dicengkam alam bawah sadarnya, Kebo Anabrang tak dapat meraih makna ucapan orangtua aneh itu. Kecuali pertanyaannya. Maka menjawablah ia "Eyang, hamba mohon petunjuk dalam peperangan ini" "Maksudmu untuk mengalahkan Rangga Lawe?" Kebo A nabrang rnengiakan. "Ah, permohonanmu terlampau jauh jangkauannya. Itu melanggar garis pantangan Hyang Widdhi bila engkau memaksa ingin mengetahui tabir rahasia Kodrat alam. Engkau mendahului kehendak Yang Menciptakan Jagad!” "Tetapi eyang, memang demikianlah suratan hidup hamba. Sebagai senopati perang, hamba harus dapat mengalahkan musuh. Hamba tak sampai hati melihat darah ribuan prajurit Majapahit mengalir ke sungai Tambak Beras ini" "Usahakan segenap kekuatan dan kesaktianmu sebagai seorang senopati" “Tetapi eyang, musuh terlampau kuat. Maka hamba terpaksa mohon petunjuk eyang ..." "Engkau tetap berkeras hendak melanggar pantangan Kodrat? Ada siku dendanya, angger" "Walaupun hancur binasa, hamba tetap rela. Asal Rangga Lawe lenyap dari bumi!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terdengar suara helaan napas halus "Baiklah, insan mayapada diberi kebebasan berbuat menurut sekehendak hatinya karena setiap gerak perbuatan itu sudah mengandung Karma. Eyang akan memberi petunjuk kepadamu. Lihatlah kuku ibu jarimu. Engkau tentu melihat jelas apa yang harus engkau lakukan!" Tergopoh Kebo Anabrang melakukan perintah. "Bagaimana, sudah jelas ?" "Ya, eyang ...." "Tetapi ingatlah Kebo Anabrang! Barang siapa berhutang, harus membayar!" "Hamba rela menebus dengan jiwa. Terima kasih, eyang .... hai!" tiba2 Kebo Anabrang tersentak bangun dari persemedhiannya. Orangtua serba putih itu sudah lenyap. Dan serempak itu terdengarlah ayam hutan berkokok dari hutan ke jauhan. Cuacapun tampak memburat merah. Kebo Anabrang segera kembali ke pasanggrahan pasukannya. Hanya beberapa waktu ia beristirahat, fajarpun sudah tiba. Ia menyuruh seorang prajurit untuk menyampaikan surat kepada Lembu Sora, Kemudian ia lolos dari pasanggrahan menuju ke tepi sungai Tambak Beras. Kebo Anabrang dengan kudanya melintasi sungai Tambak Beras lalu membenam diri dalam air untuk menyegarkan badannya yang lesu. Ia mempersiapkan diri untuk mencegat Rangga Lawe. Ia hendak membalas kekalahan yang diderita kemarin. Rupanya gerak gerik Kebo Anabrang itu dapat diketahui oleh mata2 Tuban yang bertugas di penyeberangan sungai. Cepat ia melapor pada Adipati Tuban. Seketika loncatlah Rangga Lawe kepunggung kuda dan mencongklang ke sungai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tambak Beras. Demi melihat Kebo Anabrang sedang membenam diri dalam air bersama kudanya, Rangga Lawe serentak lompatkan kudanya menerjang. Pertarungan sengit antara kedua seteru itu berlangsung amat dahsyat sekali. Akhirnya Rangga Lawe mati lemas karena tak tahan dipiting dan dibenamkan dalam air sampai sekian lama . . . . ! Kedatangan Lembu Sora menyusul ke sungai Tambak Beras itu karena kuatir Kebo Anabrang kalah. Dan ketika Kebo Anabrang serta Rangga Lawe tenggelam ke dalam sungai sampai beberapa lama tak muncul, Lembu Sbrapun bergegas menghampiri ke tepi sungai. Ia hendak memberi pertolongan apabila Kebo Anabrang sampai celaka. Tetapi demi melihat Rangga Lawe kalah dan binasa secara begitu mengerikan sekali, bergolaklah darah Lembu Sora seketika. Ia anggap Kebo Anabrang keliwat ganas menganiaya Rangga Lawe. Seperti pudar alam kesadaran pikiran dan pertimbangannya bahwa Kebo Anabrang itu adalah kawan yang sama2 mengemban tugas dari raja untuk menumpas Rangga Lawe, Lembu Sora serasa terbakar hangus oleh api kemarahan. Rangga Lawe itu adalah anak kemanakannya. Ia tak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ merelakan kemanakannya disiksa begitu kejam oleh Kebo Anabrang. Dan seperti didorong oleh sesuatu kekuatan ajaib, Lembu Sora serentak loncat ke dalam sungai tempat kedua orang itu bertempur seraya mencabut pedang. Kebo A nabrang tak tahu bahwa Lembu Sora telah datang ke sungai menyusulnya. Dan secara kebetulan pula, ketika menyembul kepermukaan air itu, ia menghadap ke arah membelakangi tempat Lembu Sora. Pula karena habis bergulat mati-matian dengan Rangga Lawe sampai sekian lama. dalam air, napasnyapun ter-engah2. Pandang matanyapun masih kabur nanar. Cret. .. Ia rasakan punggungnya tertusuk senjata tajam. Karena sakit sekali, ia hendak menjerit. Tetapi ternyata tak sempat lagi. Sebelum membuka mulut, ujung senjata itu telah menembus keluar dari dadanya dan rubuhlah ia bersama Rangga Lawe ke dalam air lagi. Seluruh permukaan sungai Tambak Beras berwarna merah karena darah kedua senopati yang mati sampyuh. Kebo Anabrang mati karena terkena sumpah yang telah diperingatkan oleh Atma gaib yang dalam cipta, persemedhiannya berupa seorang kakek tua berambut dan berpakaian serba putih. Setiap hutang harus dibayar. Hutang jiwa, bayar jiwa. Rangga Lawe mati karena membela suatu pendirian yang dianggapnya benar. Demi pengabdiannya kepada raja. Dan sungai Tambak Beraslah yang mendapat kehormatan menampung jenazah kedua putera terbaik dari Majapahit itu ... .



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jenazah Rangga Lawe diangkut ke pura Majapahit, Adipati Wiraraja yang diberitahukan, lalu bersama Kiageng Palandongan, kedua isteri Rangga Lawe serta puteranya Kuda Anjampiani, segera bergegas menuju ke Majapahit. Setelah Mertaraga dan Tirtawati melakukan upacara belapati terjun dalam kancah api atau mati obong, maka Wiraraja dan Kiageng Palandonganpun kembali lagi ke Tuban. Sesuai dengan pesan Rangga Lawe maka Kuda Anjampiani diserahkan kepada eyangnya, Kiageng Palandongan. “Ah, demikianlah akhir hidup seorang senopati yang mati karena berkeras untuk membela pendirian. Dan selesailah sudah ceritaku ini, nak" terdengar suara orang menghela napas panjang dari dalam sebuah hutan yang terletak di daerah lembah bengawan Brantas. Di bawah sebuah pohon majakeling yang besar dalam hutan perawan yang belum pernah diinjak kaki manusia itu, duduklah seorang brahmana muda di atas salah satu akar besar dari pohon itu. Di hadapannya duduk pula seorang anak lelaki kecil. Rupanya beberapa waktu tadi, hutan sedang bermandi air hujan yang mencurah deras dari langit. Pohon2 tampak segar, daun-daunnya masih menampung butir2 air. Suasana terasa cerah riang, sejuk menyegarkan. Rupanya sambil meneduh, brahmana muda itu menceritakan tentang kissah Rangga Lawe, Adipati Tuban yang memberontak kepada Majapahit. "Hujan sudah reda" kata brahmana muda itu “baiklah engkau segera membawa kambingmu pulang. Agar jangan kemalaman di tengah jalan, Dipa. Eh...benarkah namamu tadi Dipa?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar tuan ..." sahut anak penggembala itu. "Ah, tak usah engkau berbahasa tuan kepadaku! Cukup sebut paman saja atau paman brahmana!" Anak itu terlongong. Tubuhnya agak gemetar. Karena dingin, pun karena tergetar hatinya mendengar ucapan brahmana muda itu "Ah, tuan, jangan berolok-olok. Masakan aku berani berlaku sekurang adat begitu? Bendaraku yakni buyut desa yang memelihara diriku, pernah mengatakan kepadaku. Bahwa aku ini anak orang Sudra, harus tahu diri. Tak boleh kurang tata kepada bendaraku itu yang katanya termasuk orang Waisya. Orang Sudra yang kurang ajar kepada orang Waisya, bisa dihukum rangket. Tuan tentu seorang Waisya, bukan?" Brahmana muda itu terkesiap. Dipandangnya wajah anak penggembala itu lekat2. Seorang anak laki2 berumur sekitar tujuh tahun. Dahinya lapang, mata bundar, hidung besar, mulut lebar dan bibir tebal. Tubuhnya yang agak pendek itu walaupun kurus tetapi kokoh sehat. Brahmana muda itu agak terpukau melihat raut wajah anak penggembala yang duduk di hadapannya. Agak luar biasa, pikirnya. Ia tertarik atas katakata anak itu tadi. Bahwa anak sekecil itu sudah ditekan batinnya oleh buyut desa yang empunya ternak. Jiwanya sudah dibayang-bayangi rasa rendah diri. Semangatnyapun dipatahkan belenggu ikatan kasta. Brahmana muda itu menghela napas iba "Ah, aku bukan kaum Waisya tetapi seorang brahmana. Memang benar, menurut ajaran agama Syiwa, kita manusia dalam masyarakat negara ini, dibagi menjadi empat golongan kasta. Yakni, Brahmana, ksatrya, waisyia dan Sudra. Aku termasuk kasta Brahmana "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anak itu makin menggigil ketakutan. Serentak ia meluncur dari akar pohon yang didudukinya lalu duduk di tanah "Ah, maafkan hamba, tuan brahmana . ." ia menyembah dengan hormat. Brahmana muda itu geleng2 kepala "Benar2 kasihan sekali anak ini. Jiwa dan semangatnya sudah dimatikan oleh buyut itu" diam2 ia berkata dalam hati. Kemudian cepat ia meraih tangan anak itu lalu diangkat supaya duduk diakar pohon lagi "Dipa, memang kaum brahmana itu merupakan kasta yang tertinggi. Tetapi aku peribadi, tak suka engkau berlaku begitu menghormat kepadaku. Karena aku sudah berhutang jiwa kepadamu. Jika tiada anak kambingmu yang mengembik lari masuk kehutan ini, aku tentu sudah disambar ular besar itu ... ." Brahmana muda itu berpaling kearah kiri. Pada jarak beberapa tombak dari tempatnya, tampak seekor ular besar yang melingkar mati. Kepalanya pecah berhamburan. "Sesungguhnya membunuh itu, sekalipun membunuh bangsa khewan, merupakan pantangan bagi kaum brahmana. Tetapi tadi aku terpaksa melakukan pembunuhan kepada ular yang telah memakan kambingmu" kata brahmana muda dengan nada rawan2 sesal. Kemudian ia menghadap kepada anak itu lagi "Dipa, adalah karena tadi engkau berteriak memperingatkan aku, maka aku sempat loncat menghindar dari sambaran ular besar itu. Tetapi kasihan, kambingmu yang dijadikan pengganti sasaran ular itu. Sebagai seorang brahmana, aku wajib menjunjung budi. Jiwaku engkau yang menolong maka tiada lagi batas kasta diantara kita berdua. Kuminta engkau menggunakan sebutan 'paman brahmana' kepadaku. Dan untuk kambingmu yang mati itu, akan kuganti harganya" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Brahmana muda itu mengambil sekeping emas, diberikan kepada Dipa. Anak itu gemetar dan pucat. "Terimalah, Dipa, agar engkau jangan menderita kemarahan buyut desa itu" kata brahmana muda seraya susupkan keping emas itu ketangan Dipa. Peringatan brahmana muda itu, cepat mengesan dalam benak Dipa. Ia membayangkan perlakuan buyut itu kepadanya. Setiap pagi, ia harus mencari air ke pancuran, mencuci piring mangkuk, menyapu pekarangan rumah lalu pergi menggembalakan kambing. Apabila jambangan mandi, gentong dan kendi untuk minum tak penuh terisi air. Apabila mangkuk piring kurang bersih cucinya atau pekarangan masih terdapat tebaran daun kering, ia tentu menerima dampratan keras dari bendaranya. Bahkan pernah sekali karena tak sengaja, ia telah memecahkan sebuah mangkuk, nyi Buyut marah2 dan menghajarnya dengan batang sapu. Anak itu menyadari bahwa bilamana ia pulang dengan kehilangan seekor kambing, ia pasti akan menerima hukuman keras dari buyut tuannya. Membayangkan hal itu, terpaksa ia menerima pemberian brahmana muda "Terima kasih, pa . . man brahmana. Emas ini tentu akan kuserahkan kepada bendaraku ..." Brahmana muda itu tersenyum puas. Walaupun nilai keping emas itu jauh lebih tinggi dari harga seekor kambing, namun ia rela memberikan agar anak itu jangan sampai menderita siksaan dari tuannya. Tiba2 mata brahmana muda itu berkilat tajam. Ditatapnya anak itu "Dipa, mengapa engkau sekurus itu? Apakah engkau sering sakit?" Dipa terkejut, sahutnya gopoh "Tidak paman brahmana. Aku tak sakit dan jarang sekali sakit!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Brahmana muda itu mengangguk "Hm, kutahu, Dipa. Buyut itu tentu tak memberi makan yang cukup kepadamu. Tenagamu diperas tetapi makanmu tak diperhatikan. Tak apa, Dipa, jangan bersedih hati. Engkau tahu apa yang disebut bertapa itu?" “Tak tahu" sahut Dipa. “Orang yang bertapa itu ialah orang yang mempunyai suatu cita2 tujuan. Agar cita2 tujuannya itu terkabul, maka ia melakukan tapabrata dengan jalan mengurangi bahkan ada pula yang» meniadakan makan tidur dan hanya bersemedhi memohon restu kepada Dewata. Maka, Dipa, anggaplah penderitaanmu kurang makan, kurang tidur selama ini, sebagai laku tapabrata. Agar kelak segala cita2 tujuanmu terkabul...." Tersentuh seketika hati Dipa mendengar ucapan brahmana itu. Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, baru sekali itu ia mendengar ucapan begitu. Bermula ia terharu mengenangkan nasib hidupnya. Tetapi angin baru yang dihembuskan brahmana itu, menimbulkan rasa segar dalam sanubarinya. Semangatnyapun mengembang gairah. “Dipa" tiba2 brahmana muda itu berseru pula “adakah engkau sering berkelahi?" Pertanyaan yang jauh arahnya dari pembicaraan yang semula tadi, benar2 mengejutkan Dipa "Tidak, paman brahmana ....." "Itu baik sekali " “Tetapi aku sering dihina dan diejek oleh anak2 didesaku Karena melihat daun telingaku lebar, hidung, kaki dan tanganku serba besar, mereka memperolok diriku dengan sebutan Gajah. Sebenarnya tak kuhiraukan ejekan mereka itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi suatu waktu, putera dari ndara Buyut, menyuruh aku supaya berkelahi dengan anak2 nakal itu!" "Engkau menang atau kalah?" tanya brahmana. “Jika satu lawan satu, bahkan dikeroyok dua anak, aku selalu menang. Tetapi mereka sering maju empat lima anak. Dan kalau dikeroyok empat lima anak, aku tentu kalah!" Brahmana itu lekatkan pandang matanya, menyelusur seluruh indera dan sekujur tubuh anak itu. Ucapnya sesaat kemudian "Tulang-tulangmu bagus, tubuhmu kuat dan iman supingi-mu serba besar. Kelak engkau tentu menjadi orang ternama" "Ah, jangan paman brahmana mengolok-olok sedemikian" Dipa setengah meratap malu.



diriku



“Tidak, Dipa. Apa yang kukatakan ini memang suatu kenyataan yang ada pada dirimu. Sayang sekali, Dipa ..." "Mengapa paman brahmana?" "Saat ini aku sedang mengemban suatu tugas yang penting. Andaikata tidak, tentu akan kuberimu pelajaran ilmu bela diri. Ilmu itu merupakan suatu ajaran melatih gerakan tangan, kaki dan tubuh apabila menghadapi gangguan orang. Selain untuk bela diri, pun latihan-latihan itu akan membuat tubuh kita sehat dan kuat!" "O, berkelahi itu ada juga ilmunya?" "Ada" jawab brahmana muda "dengan ilmu yang disebut tata-gerak tubuh itu, tangan kaki dan anggauta tubuh kita teratur dalam suatu tata gerak. Misalnya, cara untuk menangkis pukulan, menghindar tendangan, membalas serangan. Bahkan kalau sudah mencapai latihan tataran tinggi,



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gerakan tubuh kita akan menjadi amat tangkas dan gesit. Mudah sekali untuk mengalahkan lawan" "Ah, apakah mampu menghadapi keroyokan?" Brahmana itu mengangguk tertawa "Apabila sudah mencapai tataran tinggi, jangankan hanya dikeroyok beberapa lawan, sekalipun dikepung oleh beberapa belas orang, tetap akan dapat mengalahkannya. Selain ilmu tata-gerak dengan tangan kosong, pun masih ada ilmu tata berkain senjata. Rangga Lawe Adipati Tuban yang kuceritakan kepadamu itu, seorang senopati yang amat digdaya dalam ilmu bermain tombak dan pedang. Dalam medan pertempuran di mana beribu-ribu prajurit sedang berjuang mati-matian bunuh membunuh, Rangga Lawe dapat bergerak lintang pukang bebas menyerang kemana-mana ...." "Ah, kalau aku faham ilmu tata-gerak itu, tentu apabila berkelahi dengan anak2 nakal itu, aku tak perlu menderita telingaku digigit sampai berdarah, baju kojak2 dan kulitku babak belur karena dicakari dengan kuku. Jika keesokan harinya bangun, ah, sakitnya menyeri sampai ke tulangtulang...." Brahmana muda menghela napas kecil "Ah, jangan berkecil hati, Dipa. Kelak apabila tugasku selesai dan datang ke daerah ini, tentu akan kuberimu ilmu tata-gerak itu" "Hendah kemanakah tujuan paman brahmana?" Brahmana itu agak tertegun. Ia tebarkan pandang matanya ke sekeliling penjuru. Sesaat kemudian ia berkata pelahan "Aku hendak menuju ke pura Majapahit" "Tempat apakah pura Majapahit itu? Jauhkah dari sini ?" tanya Dipa. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pura Majapahit i itu tempat baginda raja bersemayam. Para rakryan, mentri, demang, pembesar berpangkat tinggi, kaum Brahmana dan Ksatrya, penuh berkumpul di pura itu. Letaknya amat jauh dari sini. Dipa, kelak apabila engkau sudah besar, engkau harus mengunjungi pura kerajaan itu. Siapa tahu, kelak derajatmu akan terangkat di sana" "Tetapi bolehkah seorang anak Sudra seperti diriku ini datang ke pura kerajaan itu ?" "Brahmana, Ksatrya, Waisya, Sudra hanya beda golongan kastanya. Tetapi semua sama-sama kawula kerajaan. Sudah tentu boleh saja mengunjungi pura itu" sahut brahmana muda lalu menengadah memandang kecakrawala. Awan putih berselaput hitam, masih berarak di langit. Kemungkinan hujan masih ingin bercengkerama ke bumi lagi. "Dipa, akan kuberimu ajaran ilmu bernapas. Apabila engkau, rajin melakukan setiap malam dan pagi, semangatmu tentu bertambah segar dan tubuhmu tentu makin sehat, jauh dari penyakit. Ini sebagai latihan dasar memperkokoh tubuh sebelum besok kuajarkan ilmu tata-gerak kepadamu" kata brahmana muda. Dipa menurut. Ia segera disuruh duduk bersila "Jangan pikirkan apa2, pandanglah ujung hidungmu dan lakukan pernapasan. Tariklah napasmu panjang2 lalu hembuskan pelahan-lahan. Ulangi terus sampai beberapa kali sehingga kelak engkau dapat melakukan pernapasan itu sampai beratus kali" Setelah melihat anak itu dapat melakukan menurut petunjuk yang diberikan, brahmana muda itu lalu mengulang permintaannya tadi, supaya Dipa segera pulang.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa menghaturkan terima kasih kepada brahmana yang baik budi itu "Sebelum berpisah, bolehlah aku mengetahui nama paman brahmana, agar dapat kuingat selama-lamanya?" Brahmana muda itu terkesiap tetapi sesaat kemudian ia tersenyum "Akan kuuji betapa kecerdasan benakmu. Dipa, cobalah engkau terka siapakah namaku ini?" Dipa terbeliak. Namun mau juga ia mengasah otak untuk melakukan perintah brahmana itu. Tetapi tetap ia tak dapat menemukan jawaban. Ia seorang anak penggembala yang gelap keadaan dunia luar. "Ah, aku benar2 tak tahu. paman . . . ." Sekonyong-konyong terdengar suara orang tertawa menggemuruh "Ha, ha, ha . . . brahmana gila, sudah tentu engkau dapat mengelabuhi orang anak gembala!" BrahmanA muda terbeliak kaget. Belum sempat ia menekan rasa kejut, sesosok tubuh melompat keluar dari sebuah gerumbul semak dan tegaklah seorang pendeta setengah tua di hadapannya. "Betapapun engkau hendak menyamar sebagai brahmana dan menyelundup dalam lindungan Pamegat Ranu Kebayan, Dang Acarrya Samaranata di dalam pura kerajaan, namun tak mungkin engkau lolos dari pengamatanku, hai putera pemberontak Rangga Lawe!" Seketika pucat lesi wajah brahmana muda sehingga sesaat ia terpaku membisu "Siapa engkau hai pendeta? Mengapa engkau menghambur fitnah semena-mena kepada diriku?" akhirnya ia berseru setelah dapat menguasai ketenangan hatinya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pendeta setengah tua yang bermata dendam itu tertawa meloroh. Nadanya geram seram. "Sebelum kuberitahukan namaku, lebih dulu engkau harus menjawab tiga buah pertanyaanku. Pertama, bukankah engkau ini Kuda Anjampiani, putera Adipati Tuban yang memberontak dahulu itu? Kedua, dimanakah gerombolan Gajah Kencana menyembunyikan arca Aksobya candi Kagenengan? Ketiga, siapakah pemimpin gerombolan Gajah Kencana itu?" Mendengar itu menggigillah Wajahnya membara merah



tubuh



))O00^dw^00O(( Jilid 2



http://dewi-kz.info/



brahmana



muda.



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



BRAHMANA muda itu tertegun. Pikirannya me-lingkar2 menyusup awan kemarahan yang mengabut dalam hatinya. Hanya beberapa saat terpckat nafsu angkara murka alam Janaloka maka meningkatlah penyusupannya ke alam Guruloka. Alam kesadaran dari perasaan manusia akan kedudukan peribadinya. "Musuh tersakti dari jagat peribadimu, adalah nafsu Amarah. Selama jagad-ragamu masih penuh diliputi nafsu itu, tak mungkin engkau hendak mencapai alam Kesadaran yang sempurna. Dan selama engkau masih dikuasai oleh nafsu Amarah itu, sukar bagimu untuk menyelesaikan tugas maha penting yang terletak di bahumu. Berat nian beban yang engkau sanggul, namun perjuangan kita ini perjuangan luhur untuk menyelamatkan negara ..." Demikian terngiang dalam nurani brahmana muda itu akan pesan yang ditanamkan oleh gurunya. Bagaikan gelombang pasang, menyurutlah seketika amarah yang berteleran dalam hatinya. Wajahnya pun teduh kembali .... Ia menghambur tertawa kecil "Pendeta, tuan khilaf. Aku brahmana Anuraga yang sedang menjalankan tapabrata mengembara. Siapa yang tuan maksudkan Kuda Anjampani itu ? Lebih mengherankan pula pertanyaan tuan yang kedua. Gerombolan Gajah Kencana, hilangnya patung Aksobya dari candi di sebelah selatan Kagenengan, benar2 baru pertama kali ini kudengar. Pertanyaan tuan yang ketiga, kiranya layak kukembalikan saja padamu" Pendeta itu tertawa menggelegar "Anuraga, jika engkau benar2 seorang brahmana, kiranya engkau tentu terikat akan ajaran2 suci dalam agamamu. Bukankah seorang brahmana itu tabu akan berdusta ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar" brahmana muda itu menyahut sarat. “Anuraga, penyahutanmu bernada sarat itu, mencerminkan akan kebimbangan hatimu. Benarkah engkau tak berdusta ?" "Pendeta, aku tak kenal padamu dan merasa tak tersangkut sesuatu dengan engkau. Tetapi mengapa engkau bersikap begitu mendendam kepadaku ?" brahmana Anuraga cepat mengisar pembicaraan. Pendeta tak dikenal itu tertawa mencemoh "Jangan bersikap seperti anak kecil atau berpura-pura. Engkau tak kenal padaku, tetapi aku cukup kenal dirimu. Engkau bohong, brahmana. Apa katamu kalau aku dapat mengungkap rahasia dirimu?" "Terserah, engkau bebas berbuat demikian. Tetapi akupun bebas untuk menolak segala tafsiran atas diriku" "Kalau engkau benar2 seorang brahmana ksatrya, engkau wajib menjunjung kejujuran, berani mengakui kenyataan yang benar...." Cepat brahmana Anuraga menukas "Wajibku hanya kupersembahkan kepada yang kuanggap wajib menerima. Bukan kepada yang bersifat memaksa" Pendeta itu terkesiap. Tetapi cepat ia membalas kata "Tetapi selama dirimu berlumuran tindak pidana negara dan engkau berkecimpung dalam debu kotoran keduniawian, engkau tak mungkin membebaskan diri dari tuntutan wajib!" "Adakah saat ini aku berhadapan dengan seorang narapraja kerajaan Majapahit?" seru brahmana Anuraga. "Ketahuilah hai Anuraga" seru pendeta yang tak keputusan dalih itu "urusan negara bukanlah semata-mata terletak pada kaum narapraja. Tetapi merupakan kewajiban dan hak dari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seluruh kawula untuk memikirkannya. Sudahlah, Anuraga, jangan engkau berkeras kepala. Demi memandang kita ini sesama kaum beragama, maka baiklah engkau suka berlaku terus terang. Apabila engkau suka bekerja sama dengan golonganku, jasamu pasti akan kami balas yang sepadan!" Anuraga terhening sejenak lalu berseru "Apakah yang harus kukatakan?" "Jawablah sejujurnya ketiga pertanyaanku itu" Brahmana Anuraga tertawa hambar "Engkau menginginkan apa yang tak mungkin pada diriku?"



tetap



"Kalau demikian, perlukah suatu paksaan harus kutindakkan kepadamu?" seru pendeta mulai memancar kegeraman. "Begitukah cara lazim yang dianut golonganmu kaum pendeta?" balas Anuraga. "Anuraga!" teriak pendeta tak dikenal itu makin keras "kuperingatkan kepadamu bahwa saat ini, kita sama berpijak pada kepentingan perjuangan masing2. Tanggalkan jubah kebrahmanaanmu. Marilah kita unjuk warna. Tak perlu kita memagar diri dengan dalih2 ajaran agama yang suci. Karena kepentingan perjuangan, berbagai cara terpaksa ditempuh. Antara lain kekerasan !" Brahmana Anuraga mengerinyitkan kening. Mencurah pandang kearah pendeta tak dikenal itu lalu berseru tenang "Apabila jalan membuntu pada kekerasan, pastilah kekerasan itu akan menemui kesirnaan" "Apabila penyadaran halus tak berhasil menghilangkan kebohongan rnaka kekerasanlah yang akan menunaikan tugasnya" "Adakah engkau yakin akan berhasil?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mari kita buktikan" jawab pendeta "tetapi sekali lagi kuberimu sebuah kesempatan terakhir. Beranikah engkau menerima suatu persetujuan yang kuajukan ini?" "Silahkan bilang. Mungkin aku bersedia" "Akan kujelaskan dirimu, gerombolan Gajah Kencana dan pertalian dirimu dengan mereka. Sebagai seorang brahmana, kalau penjelasanku itu benar, engkau harus berani mengakui. Tetapi apabila salah, aku bersedia meminta maaf kepadamu dan akan tinggalkan tempat ini!" Brahmana Anuraga mengicup mata, sahutnya "Aku merasa tak terikat akan suatu wajib kepadamu, pendeta. Baiklah tuan jangan bersusah payah hendak mengikat kebebasanku. Silahkan tuan mempertekun ibadah pada pemujaan sang Budha dan aku kepada pemujaan agama Syiwa. Tak perlu kita saling mengganggu karena kedua aliran agama itu telah direstui oleh baginda raja" "Anuraga, lebih baik mendengar burung berkicau daripada mendengar ocehanmu, seorang brahmana palsu!" Diluar dugaan, hinaan itu malah mendapat sambutan girang dari Anuraga "Benar, benar! Memang jauh lebih nikmat mendengar kicau burung mendambakan puji syukur kepada Hyang Widdhi, dari pada bersitegang leher mengurus orang. Silahkan tuan melanjutkan perjalanan dan akupun juga akan segera tinggalkan tempat ini . . ." "Keparat engkau Anuraga" teriak pendeta itu seraya loncat menerkam. Rupanya ia marah benar2. Hampir kering ludah dimulut, hampir habis napas menghambur, namun sia2 belaka ia hendak menggali keterangan dari Anuraga. Hanya kekerasan yang dapat mewujutkan keinginannya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa yang sejak tadi berdiri terlongong mendengarkan percakapan brahmana muda dengan pendeta tak dikenal itu, terkejut sekali melihat serangan itu. Belum ia sempat berbuat sesuatu, tiba2 bahunya didorong oleh brahmana Anuraga sehingga ia terlempar ke dalam semak "Dipa, lekas pulang!" Bruk . . . Dipa tersuruk ke dalam semak. Ia terkejut merasakan tenaga brahmana sedemikian kuatnya. Dan lebih heran pula, walaupun dilempar begitu keras, namun ia tak menderita suatu cidera. Sadarlah ia bahwa brahmana muda itu tak bermaksud buruk kepadanya. Jelas brahmana itu menyuruhnya pulang agar tak menderita sesuatu dari perkembangan perkelahian yang tak dapat diduga akibatnya. "Ah, paman brahmana itu sungguh sayang kepadaku. Aku harus menurut perintahnya agar dia tidak kecewa" kata Dipa dalam hati. Secepat menentukan keputman, anak itu terus beringsut menyurut keluar dari semak. Tetapi baru berjalan beberapa langkah ia berhenti. "Ah, paman brahmana itu seorang berbudi. Saat ini ia sedang menghadapi bahaya. Pendeta itu marah dan benci sekali kepada paman brahmana. Kemungkinan dia dapat membunuh paman brahmana. Kalau aku pulang bukankah aku tak mempunyai kesempatan untuk menolong paman brahmana?" Dipa me-nimang2. Cepat sekali ia mengambil keputusan untuk sembunyi dalam semak lagi dan menyaksikan perkelahian mereka "Kalau paman brahmana menang, aku tak perlu unjuk diri dan terus menyelinap pulang. Tetapi apabila paman brahmana kalah, dapatlah aku membantu sekuat kemampuanku" Dengan langkah ber-jingkat2 agar jangan menerbitkan suara, anak itu menyusup kedalam gerumbul. Dari celah2 daun ranting, ia menyingkap dan memandang kearah tempat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertempuran. Hampir ia bersorak girang karena melihat paman brahmana Anuraga masih tetap tak kurang suatu apa. Kemudian timbul rasa kagumnya menyaksikan kelincahan dan ketangkasan Anuraga bergerak. Diam2 ia mengakui apa yang dituturkan brahmana muda tadi bukan cerita khayal. Bahwa berkelahi itu ada juga caranya yang disebut ilmu Tata-gerak. Dan bahwasanya yang telah mencapai latihan pada tataran tinggi, akan dapat bergerak selincah burung sikatan, segesit kijang lari. "Ah, mudah2an paman brahmana dapat menang agar kelak aku mendapat kesempatan menerima ilmu ajarannya" diam2 Dipa berdoa. Anak itu hanya menilai dari pandang matanya. Ia tak mengetahui bahwa sesungguhnya, brahmana Anuraga harus mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk menghindari serangan pendeta yang meng-gebu2 seperti harimau buas hendak menerkam. Ternyata keangkuhan dan kebengisan pendeta tak dikenal itu memang mempunyai dasar. Ia mengandalkan akan kedigdayaannya dalam ilmu kelahi. Walaupun hanya menyerang dengan tangan kosong, pukulannya itu menimbulkan sambaran angin tajam yang keras. Dan setiap pukulan, terkaman maupun tusukan dengan jari, selalu mengarah bagian tubuh lawan yang berbahaya. Sifat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keperibadiannya sebagai seorang pendeta, lenyap berganti dengan sikap seorang pembunuh yang haus darah. Brahmana Anuraga terkejut. Ia menyadari bahwa pukulan pendeta itu dilambari dengan pancaran tenagamu dari Cakram Manipura. Ialah pemusatan sumber tenaga dan kekuatan hidup dalam tubuh manusia. Letaknya dibagian pusar. Dengan penyaluran tenaga-inti dari pusat Cakram Manipura itu, akan menimbulkan daya gerak yang bukan olah2 dahsyatnya. Kedahsyatannya tak dibawah dari beberapa aji pukulan yang sakti. Hanya bedanya, bila segala aji pukulan itu pada umumnya dilambari dengan pengantar mantra, tenagainti dari sumber Cakram Manipura itu dapat dilatih sedemikian rupa sehingga dapat disalurkan kebagian tubuh yang dikehendaki. Brahmana Anuraga bertambah heran. Makin membesarlah rasa keinginan tahu, siapakah gerangan pendeta yang memusuhinya itu. Telah disingkap dalam timbun ingatannya untuk mengenal pendeta itu. Namun sia2. Tak pernah ia bersua dengan pendeta itu. Ada juga yang ditemukan, namun ia merasa ingat2 lupa. Ialah nada suara pendeta itu. Rasanya ia pernah mendengar tetapi entah dimana. Sesaat timbullah keputusannya. Betapapun halnya jelas pendeta itu memang bertujuan untuk mencari dan menekannya. Takkan terpisah jauh dari dugaannya, bahwa pendeta itu tentulah anakbuah dari seseorang atau suatu persekutuan yang bertujuan mencari patung Budha Aksobya yang hilang dan mazhab Gajah Kencana. Sekurang-kurangnya pendeta itu tentu mempunyai latar belakang yang mendendam permusuhan kepada dirinya. Serempak meremanglah buluroma brahmana Anuraga ketika terlintas dalam benaknya untuk menggunakan ilmu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tenaga sakti Rajah Kalacakra. Masih berkesan dalam ingatannya ketika gurunya memberi pesan. Bahwa ilmu sakti Rajah Kalacakra itu bukan olah2 akibatnya. Apabila telah mencapai tataran tinggi, ilmu itu dapat menghantam hancur batu gunung. Merupakan ilmu pamungkas untuk menyirnakan kejahatan. Oleh karena akibat2 yang ditimbulkan oleh kedahsyatannya maka ilmu itu tak boleh digunakan sembarangan. Tak boleh digunakan kepada kaum pemeluk agama Tripaksa, narapraja yang jujur dan berjasa, orang2 yang berbudi baik. Ilmu Rajah Kalacakra hanya dibenarkan untuk menghadapi lawan yang jahat atau untuk membela diri dari bencana maut. "Pendeta ini angkuh dan ganas. Setiap saat jiwaku terancam dari maut yang dihamburkan pukulannya. Dan dia memiliki ilmu kepandaian hebat. Terpaksa aku harus mengeluarkan ilmu Rajah Kalacakra untuk menanggulanginya ...." Pada saat brahmana Anuraga hendak melaksanakan keputusannya, se-konyong2 pendeta itu merobah gaya serangannya. Sepasang tangan berhamburan menyilang dan menggunting, menjepit dan menggapit. Tak ubah Seperti bentuk Selo-penangkep atau sepasang pintu batu. Dan bahkan kedua tangan pendeta itu bergerak sedemikian cepat sekali sehingga saat itu leher A nuraga terancam dari kanan dan kiri. Anuraga serasa hilang semangatnya. Cepat ia menyurut mundur lalu hendak menghindar kesamping. Namun ia terlambat sudah. Bahu sebelah kanannya telah terjepit oleh sepasang tangan yang keras seperti baja. Seketika lumpuhlah separoh tubuhnya. Dalam keadaan sadar tak sadar, pikiran brahmana Anuraga yang mulai melayang ke alam tanpa pegangan itu, tiba2 memancarkan sepercik cahaya kilat. Cahaya yang segera menerangi kesadaran hatinya. Bahwa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ saat itu merupakan saat mati hidup baginya. Bahwa apabila ia tak mengadakan gerak perlawanan, tulang bahunya tentu remuk redam dihimpit sepasang tangan Selo-penangkep dari pendeta itu. Dan bahwa kematiannya itu akan menggagalkan cita2 perjuangannya untuk menyelamatkan kerajaan Majapahit. Saat itu barulah ia menyadari betapa arti dirinya dalam ikatan kelompok. "Ih . . ." ia mendesis menahan kesakitan hebat ketika saat itu pendeta memperkeras jepitan tangannya. Anuraga merasa pening, pandang matanya ber-binar2, napas terhimpit amat sesak. Beberapa detik lagi, tak boleh tidak urat2 jantungnya pasti remuk. Anuraga kerahkan sisa kekuatan yang masih dimilikinya. Diantar oleh hamburan hardik menggeledek, ia ayunkan tangan kiri menghantam dada pendeta. "Auh ..." Anuraga terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dan rubuh terduduk ditanah. Separoh tubuhnya masih peka dan mati-rasa. Karena terlepas dari jepitan baja, darah pada separoh tubuhnya itu lari sekencang kuda binal. Apabila tak cepat di kendalikan, tentu akan nyasar melanda sekujur tubuhnya. Akibatnya ia tentu cacad salah sebuah anggauta badannya. Cepat ia melirik ke muka. Tampak pendeta itu pun terhuyung2 beberapa depa dan jatuh terduduk di tanah. Dari mulutnya masih terlihat darah segar. Jelas bahwa dia telah muntah darah terkena pukulan Rajah Kalacakra. Andaikata separoh tubuh Anuraga tidak mati-rasa sehingga pukulan Rajah Kalacakra itu dapat dilambari dengan tenaga penuh, pendeta itu pasti hancur dadanya. Melihat pendeta itu pejamkan mata untuk melakukan pernapasan, Anuragapun segera meramkan mata, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengosongkan pikiran dan mulai menyalurkan napas untuk menguasai peredaran darahnya yang bergolak kencang. Demikian suasana yang dihantui maut, saat itu telah tenang kembali. Keduanya sedang giat melakukan pernapasan untuk memulihkan cidera yang mereka derita. Dipa menyaksikan apa yang telah berlangsung. Betapa ingin sekali ia keluar dari semak persembunyiannya untuk memberi pertolongan kepada paman brahmana yang baik budi itu. Namun ia takut brahmana itu marah karena menganggap ia tak mau menurut perintahnya. Sesaat belum menemukan langkah yang harus dilakukan, teringatlah ia akan pembicaraan sengit antara paman brahmana dengan pendeta tak dikenal itu. "Kuda Anjampiani. . .? Rangga Lawe . . . ?" ulangnya dalam hati "bukankah paman brahmana tadi menceritakan tentang Rangga Lawe? Benarkah dia Kuda Anjampiani, putera Rangga Lawe yang minta dibelikan mainan kereta perang itu?" Dipa meng-angguk2 "bukankah dahulu Kuda Anjampiani ingin jadi senopati perang seperti ayahnya? Mengapa sekarang menjadi seorang brahmana? A h, mungkin pendeta itu ngawur. Tetapi. . . menilik paman brahmana itu dapat menuturkan cerita Rangga Lawe begitu jelas, kemungkinan bukan mustahil kalau dia benar Kuda Anjampiani" Demikian Dipa menelusur kecerdasannya untuk menyingkap takbir rahasia yang menyelubungi diri brahmana Anuraga itu. Kemudian meningkatlah perhatiannya kepada pendeta itu "Siapakah pendeta itu? Mengapa ia mencari paman brahmana? Mengapa pula ia berkeras memaksa paman brahmana supaya mengakui namanya sebagai Kuda Anjampiani? Mengapa ia memaksa paman brahmana supaya



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengatakan dimana arca Aksobya disimpan? Siapa yang dimaksud dengan Gajah Kencana itu ... ?" Gairah anak itu makin meluap. Sesaat ia lupa bahwa pada saat seperti itu, ia harus sudah kembali pulang memasukkan kambing gembalanya ke kandang. Lupa pula ia akan wajah bengis dari nyi buyut yang akan menyambutnya dengan hamun makian. Lupa sudah ia akan lapar yang harus dideritanya malam itu karena nyi buyut tak mau memberi makan apabila ia terlambat pulang. Seluruh perhatian Dipa terkait pada brahmana dan pendeta yang saat itu sedang duduk pejamkan mata. Ia ingin tahu bagaimana kesudahan peristiwa itu. Keinginan keluar mendapatkan brahmana itu terpaksa ditekan. Jelas dilihatnya bagaimana tadi pendeta itu terhuyung-huyung mundur dan muntah darah. Tentu pendeta itu menderita luka karena hantaman brahmana Anuraga. Tepat pada saat pikiran Dipa tiba pada kesimpulan itu, sekonyong2 pendeta itu berbangkit seraya maju menghampiri ketempat brahmana Anuraga. Anuraga masih duduk pejamkan mata. "Hai, Kuda Anjampiani" teriak pendeta itu seraya hentikan langkah dihadapan brahmana "tak kukira engkau memiliki ilmu pukulan yang sedemikian dahsyat! Tetapi jangan engkau cepat mengira aku sudah hancur. Hayo, bangkitlah, kita adu kesaktian lagi"? Namun brahmana Anuraga tetap membisu. Sedikitpun ia tak bergerak dari semedhinya. Hanya wajahnya tampak memburat merah. "Hai, Kuda Anjampiani, apakah engkau tuli? Aku tak mau mencari kemenangan secara licik. Kuberimu kesempatan untuk bangun dan melawan. A gar engkau mati dengan puas!" seru pendeta itu pula. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Anuraga tetap diam tak berusik. "Kuda Anjampiani" teriak pendeta itu makin keras "jika engkau tetap ber-pura2 mematung, kuanggap engkau meremehkan kemurahan hatiku. Aku muak melihat tingkah begitu. Namun kalau engkau memang benar-benar terluka parah, baiklah engkau menyerah saja. Kita dapat bekerja sama dan akan kuhapus semua dendam permusuhan kita ..." Anuraga tetap tak bergerak. "Kuda Anjampiani, rupanya engkau memang keras kepala atau memang sengaja hendak mempermainkan diriku. Baiklah, memang sukar untuk bicara padamu dengan bahasa halus. Rupanya orang semacam engkau ini hanya mengenal bahasa kekerasan" seru pendeta seraya melolos kalung tasbih yang melingkar dilehernya "mudah2an engkau mendapat kesadaran setelah berkenalan dengan tasbih ini!" Syiut, syiut, syiut . . . kalung itu diputar oleh pendeta, secepat angin menyambar. Suaranya mendengung-dengung laksana prahara bertiup. Dipa amat terkejut sekali. Sejak tadi ia sudah merasa gelisah melihat paman brahmana itu duduk seperti patung. Benarkah paman brahmana itu menderita luka parah? Ah, kalau benar demikian, tentu berbahaya sekali. Sedangkan tadi ketika saling berhadapan bertempur, pendeta itu mampu menjepit bahu brahmana. Apa pula sekarang. Brahmana itu duduk pejamkan mata dan pendeta siap menghajar dengan kalung tasbih. Dipa kucurkan keringat dingin ketika melihat pendeta itu memutar kalung tasbih dan hendak dihantamkan kearah brahmana Anuraga. Cepat ia hendak menerobos keluar dari persembunyiannya untuk merintangi perbuatan pendeta itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi terlambat. Kalung tasbih pendeta itu tampak berobah seperti segulung cahaya hitam yang melayang kearah kepala brahmana Anuraga. "Pa . . ." baru Dipa hendak menjerit memanggil brahmana Anuraga, tiba2 mulutnya terhenti menganga di tengah jalan. Apa yang disaksikannya, benar2 tak pernah dibayangkan. "Ih . . ." bahkan pendeta itupun mendesis kejut juga ketika hamburan tasbihnya menghantam tempat kosong. Brahmana Anuraga dengan masih duduk pejamkan mata, menyurut mundur. Teriakan terhenti dari Dipa itu, cukup mengusik perhatian brahmana dan pendeta, Sejenak pendeta itu melirik kearah gerumbul tempat Dipa bersembunyi. Namun secepat kilat ia arahkan perhatian kepada Anuraga pula, serunya "Hm, nyata engkau hendak mempermainkan aku" dengan sebuah gerak harimau menerkam, ia loncat menyabat brahmana. Namun untuk yang kedua kalinya, ia harus mengeluh kejut karena taburan tasbihnya hanya menyasar angin kosong. Masih diam seperti patung, A nuraga melayang kesamping. "Bedebah, engkau berani menghina aku" teriak pendeta makin kalap dan makin gencarlah ia merangsangkan tasbihnya. Kiranya butir2 biji tasbih itu terbuat daripada bahan batu hitam yang luar biasa kerasnya. Ditangan pendeta itu, tasbih dapat dijadikan alat penghancur batu dan logam. Apabila tubuh manusia terhantam, pasti leburlah tulangnya. Pendeta itu melakukan serangan ber-tubi2 sampai berpuluh kali. Namun hasilnya tetap nihil. Sesungguhnya dengan peristiwa itu, ia sudah harus insyaf bahwa kepandaian brahmana muda itu memang lebih unggul dari dirinya. Tetapi rupanya pendeta itu bahkan makin kalap. Tiba2 ia tertawa keras sekali. Nadanya bagai guruh memekik-mekik diudara. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tiba2 pula ia hentikan tertawanya dan berseru menggeledek "Hm, Kuda Anjampiani, jangan cepat berbangga dulu. A ku masih mempunyai cara untuk menghajarmu sampai engkau me-rangkak2 minta ampun ..." Sekali tangannya berayun maka kalung tasbih itupun menjulur lurus memanjang, terus ditusukkan kepada brahmana. Dan serentak dengan gerakan itu, tangan kirinyapun berayun menghantam. Pada saat brahmana menghindar kesamping, tasbihpun sudah cepat bergerak menyapu. Brahmana itu kerutkan dahi. Rupanya ia mengalami kesulitan dalam menghadapi serangan lawan yang merobah siasatnya. Sesungguhnya dengan duduk pejamkan mata itu, ia lebih berhasil menghadapi serangan lawan. Ia kembangkan ilmu Genta Kaleleng ialah pemusatan seluruh semangat dan pikiran kearah penajaman indera pendengaran, Hamburan daun kering yang bertebaran ke tanah, layang burung berterbangan dapat didengar dan dibedakan arahnya. Brahmana, wikutama, pendeta yang telah mencapai tataran tinggi dalam persamadhian, dapat meningkatkan ilmu Genta Kaleleng itu untuk menangkap getaran2 semu dari alam halus atau alam Guru-loka. Namun pendeta itu ternyata bukan tokoh sembarang tokoh, melainkan seorang pendeta yang berilmu tinggi. Anuraga sibuk juga dibuatnya. Cepat dan derasnya pukulan yang dilancarkan pendeta itu, menimbulkan kesiur angin yang membingungkan bahkan hampir mengaburkan pendengaran telinganya. Tambahan pula, dahan dan ranting pohon yang silih menyilang, gerumbul onak yang membiak hendak meluaskan daerah kekuasaannya, amat memancang gerakan Anuraga. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada saat Anuraga mempertimbangkan hendak mengakhiri ilmu Genta Kaleleng dan berganti dengan lain siasat, sekonyong2 tubuhnya disambar angin keras. Ia tak sempat membuka mata. Kedua tangan menekan tanah dan tubuhnyapun melambung keudara. Duk, kepalanya terbentur dahan kayu dan serempak dengan itu pula, tubuhnyapun melanggar gerumbul ranting yang lebat. Benturan itu menyebabkan kepalanya membenjul berdarah dan patahnya sebatang ranting besar. Ketika meluncur turun dan tegak di tanah, tiba2 ia mendapat pikiran. Dipungutnya batang ranting lebat itu. Serta pendeta maju menyerang, cepat ia songsongkan batang ranting itu. "Uh ..." mulut pendeta itu mendesus kejut ketika tasbihnya terlibat dalam silang2 ranting dan pada saat itu juga, Anuragapun melonjak menerkam kepalanya. Pendeta itu dihadapkan diantara dua pilihan. Lepaskan tasbih dan loncat mundur atau kepalanya termakan tangan lawan. Tetapi rapanya pendeta itu menghendaki keduaduanya, Serentak ia condongkan kepala kesamping sambil menarik tasbih. Tetapi tiba2 Anuraga merobah siasat. Genggam tinjunya ditebarkan untuk menyambar. Karena jarak amat dekat dan gerak sambaran itu amat cepatnya, pendeta itu tak sempat menghindar lagi. Namun masih ia berusaha untuk menunduk agar mengurangi ancaman lawan. “Ah . . ." brahmana mendesus kejut. Ia dapat menjamah kepala lawan lalu mencengkeramnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika gundul pendeta itu tertanggal dan pendeta itupun segera menggelincir beberapa langkah kesamping.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga tegak terlongong memandang seungkap kulit tipis yang berada di tangannya. Kemudian ia memandang kemuka kearah lawan. "Hai . . . engkau" serentak Anuraga berteriak kaget demi melihat perwujutan pendeta itu. Tidak lagi pendeta itu berkepala gundul melainkan telah tumbuh rambut secara mendadak. Anuraga cepat dapat menyadari apa yang terjadi. Pendeta itu bukan pendeta sesungguhnya melainkan orang biasa yang menyamar dan menutup kepalanya dengan seungkap kulit. Pendeta yang tegak beberapa langkah disebelah muka itupun tampak pucat wajahnya. Tetapi cepat pula ia tenang kembali lalu tertawa renyah "Ha, ha, apakah engkau masih menyangkal Kuda Anjampiani?" "Bukankah engkau kakang Windu Janur yang menjadi pembantu pada sang Arya Dhiraya Dang Acarrya Kanakamuni yang mengepalai Dharmadhyaksa ring Kasogatan?" "Ingatanmu tajam benar" penyamaran pendeta itu tertawa hina "benar, aku memang Windu Janur, seperti halnya engkau adalah Kuda Anjampiani!" "Windu Janur, mengapa engkau membayangi jejakku? Siapakah yang menugaskanmu?" Windu Janur tertawa nyaring. "Kuda Anjampiani, pertanyaanmu itu .dapat engkau jawab sendiri. Karena kita ini justeru melakukan tugas yang sama, mengemban tugas serupa!" "Maksudmu?" "Kuda Anjampiani, engkau menyaru jadi brahmana Anuraga dan menyelundup kedalam lingkungan pemerintahan pusat. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Berkat lindungan sang Dharmadyaksa Pameti Rangkuhan Dang Acarrya yang ditugaskan kerajaan untuk melindungi para brahmana dan pemeluk agama Syiwa, engkau memang leluasa sekali untuk mengetahui keadaan pura Majapahit. Kutahu engkau tentu mempunyai tujuan tertentu. Begitupun diriku. Tahukah engkau siapakah diriku yang engkau kenal sebagai Windu Janur ini?" Brahmana Anuraga menggeleng kepala. "Baiklah, akan kukatakan" kata Windu Janur dengan kerut wajah penuh kepercayaan "Windu Janur ini adalah putera dari Rangga Janur, seorang senopati Daha yang gugur dalam medan peperangan melawan raden Wijaya dan pasukan Tartar. Siapakah yang membinasakan ayahku? Ha, tak lain adalah ayahmu, si pemberontak Rangga Lawe itu!" Brahmana meregang wajahnya. Apa yang dikatakan Windu Janur itu memang benar. Banyak senopati kerajaan Daha yang dibinasakan oleh Rangga Lawe. “Adakah engkau hendak menuntut balas atas kematian orangtuamu itu?" sesaat kemudian brahmana Anuraga berseru. "Kuda Anjampiani, soal balas dendam, memang menjadi salah satu tujuan hidupku. Tetapi dendam peribadi itu, kuendapkan dulu demi kepentingan perjuangan yang kulaksanakan. Jika engkau mau menerima tawaranku untuk kerjasama, dendam peribadi keluarga, akan kuhapus." Brahmana Anuraga terhening. Lekuk dahinya menggelombang pasang surut. Beberapa jenak kemudian ia berkata tenang "Kakang Windu Janur, hendaknya engkau suka menjelaskan lebih dahulu apa dan bagaimana bentuk



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerjasama yang engkau maksudkan itu. Agar aku dapat mempertimbangkan dengan sungguh2 dan sesuai" Windu Janur kerutkan kening, menyelami maksud permintaan brahmana itu "Tidak, Kuda Anjampiani" sesaat kemudian ia berseru "akan kujelaskan hal itu tetapi engkau harus bersumpah menyatakan bersedia menjadi warga WUKIR POLAMAN!" "Wukir Polaman?" Anuraga berteriak kaget "apakah itu?" Sejenak Windu Janur menatap brahmana itu tajam lalu berseru "Wukir Polaman adalah pusat perhimpunan .. . uh, sebuah kelompok putera2 Daha" "O" Anuraga mendesis "apa tujuannya?" Windu Janur merentang pandang matanya dan tertawa mengejek "Jangan engkau diburu nafsu, Anjampiani. Engkau harus memberi pernyataan itu dulu baru nanti kujelaskan tujuan dan rencana perjuangan kami" Anuraga mendengus keluh dalam hati "Hm, pintar sekali orang ini. Tetapi aku harus berusaha menggali keterangan dari mulutnya" Maka segera ia menghias tertawa kecil pada ucapannya "Ah, bagaimana mungkin hal itu? Misalnya engkau sendiri, kakang Janur. Maukah engkau masuk menjadi warga sebuah himpunan apabila engkau tak tahu tujuannya?" "Akulah yang menjadi jaminannya!" "Kakang Janur yang menjadi pimpinannya?" "Kelak engkau tentu mengetahui sendiri" sahut Windu Janur serentak "sudahlah Anjampiani, tak perlu engkau berbanyak hati lagi!" Anuraga tertawa renyah "Kakang Janur! Kita bukan anak kecil, melainkan orang dewasa yang sudah tahu menggunakan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertimbangan budi dan akal untuk membedakan putih dari hitam. Mungkinkah kita percaya pada sesuatu yang belum kita camkan?" "Tak percayakah engkau kepadaku?" Windu Janur menukas lantang. Brahmana Anuraga mendesah "Ah, kepercayaan itu suatu peresapan keyakinan hati secara wajar dan ikhlas. Bukan suatu paksaan. Dan keyakinan itu membutuhkan pembuktian. Jangan memaksakan kepercayaan pada lain orang apabila kita sendiri, aku misalnya, tak berani percaya penuh pada diri sendiri..." "Engkau gila Anjampiani" lengking Windu Janur "masakan kepada dirimu sendiri engkau tak percaya penuh?" Brahmana Anuraga tertawa redup "Janggal memang kedengarannya kata2ku itu. Tetapi kenyataan memang sering mengganjilkan yang ganjil. Apakah engkau percaya bahwa dirimu itu pasti selalu benar dan baik? Kita manusia ini terdiri dari darah dan daging yang diseliputi Nafsu dan Keinginan dengan segala sifat Kekurangannya. Mudah sekali imam kita terbujuk oleh nafsu Ahangkara. Kebenaran dan kejujuran yang kita tonjolkan itu masih belum murni dari selubung ke-Akuan dan pamrih. Dalam hal itu dapatkah kepercayaan itu kita letakkan bulat2 pada orang bahkan kepada diri kita sendiri?" "Hanya orang gila atau orang yang sudah terbalik kiblatnya, tak percaya pada diri sendiri" seru Windu Janur. "Oleh karena itu kita harus senantiasa berhati-hati agar dengan segala kerendahan hati kita selalu mawas diri, meneliti dan bertindak penuh kesadaran. Adalah karena tak percaya pada diri kita, maka kita harus berusaha selalu menumbuhkan, memelihara dan memperkembangkan kepercayaan itu . . ." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudahlah, aku tak butuh mendengar falsafah sekarat semacam itu. Jelaskan jawabanmu" kerat Windu Janur tak senang. Rupanya ia muak mendengar ocehan brahmana itu. Dalam hati brahmana itu geli dapat mengeruhkan pikiran orang. Namun ia sengaja mempersungguh kerut wajahnya "Pendirianku sudah jelas. Katakan dulu bagaimana tujuan Wukir Polaman. Setelah itu baru kupertimbangkan dapat tidaknya aku masuk!" Merah wajah Windu Janur. Darahnya menyalur keras, membentuk sebuah gelombang dalam dadanya. Setiap saat gelombang itu akan meluap dan membobol tambak dan bendungan kesabarannya. Hampir ia tak dapat menguasai diri. Untunglah pada saat2 yang gawat, kesadarannya mengembang. Dalam diri brahmana itulah ia akan menemukan ujung permulaan mazhab Gajah Kencana yang selama ini selalu bergerak dibawah tanah untuk merintangi sepak terjang Wukir Polaman. Jika ia menggunakan kekerasan, tentulah Kuda Anjampiani akan menutup mulut rapat2. Ia merenung beberapa saat. Tiba2 berserulah ia dengan lantang "Baik, Kuda Anjampiani. Akan kujelaskan tujuan dari himpunan Wukir Polaman itu. Tetapi ingat, Apabila engkau ingkar janji atau tidak setuju masuk menjadi warganya, jangan harap engkau pergi dengan membawa nyawamu!" Brahmana itu mendengus pelahan "Kutahu!" Setelah memandang kesekeliling penjuru lalu menghela napas maka berkatalah Windu Janur "Wukir Polaman sesungguhnya nama dari kitab yang ditulis baginda raja Jayakatwang, ketika kerajaan Daha diserang pasukan Tartar dan pasukan Majapahit, baginda ditawan oleh pasukan Tartar. Didalam penjara dibenteng pertahanan di Ujung Galuh, baginda menulis kakawin Wukir Polaman. Bagi kami, putera2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Daha, kakawin itu berisi pesan baginda agar putera2 Daha berjuang untuk membangun kerajaan Daha lagi. Oleh karena itu maka terhimpunlah berpuluh putera keturunan senopati, nayaka dan ksatrya2 pejuang Daha kedalam sebuah wadah. Untuk memulyakan dan melaksanakan mendiang baginda Jayakatwang maka wadah kesatuan itu mengambil nama Wukir Polaman" Brahmana Anuraga mengangguk lirih, tanyanya "Siapakah diantara putera2 keturunan senopati Daha yang menggabungkan diri pada kesatuan itu?" “Mereka2 yang ayahnya mati terbunuh dalam peperangan dengan pasukan Tartar dan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Wijaya. Antara lain aku sendiri. Ayahku Rangga Janur telah mati ditangan ayahmu, Rangga Lawe. Lalu putera2 dari senopati Jaran Gujang, Sagara Winotan, Kebo Rubuh, Mahisa Antaka, Bowong, Panglet, bekel Bango Dolog, Prutung, Pencok Sahang, Liking Kangkung, Kampinis dan lain2. Putera-putera mereka itu akan meneruskan perjuangan orangtua mereka dan akan melaksanakan pesan mendiang baginda Jayakatwang untuk membangun kerajaan Daha. Kami puteraputera Daha, keturunan dari prajurit utama kerajaan Daha yang besar, akan menuntut balas pada raden Wijaya yang telah menghianati kebaikan baginda Daha. Kerajaan Majapahit yang dibangun raden Wijaya dan dikuasai oleh keturunannya akan kami hancurkan" Lupa rupanya Windu Janur bahwa saat itu ia sedang berhadapan dengan Kuda Anjampiani, putera Rangga Lawe yang ikut menyerang pura Daha. Dilarut oleh semangatnya yang meluap-luap bagaikan air bah menumpahlah seluruh isi kandungan hatinya. Sebagai putera dari seorang ayah yang mati dalam peperangan. Sebagai seorang kawula dari sebuah kerajaan yang dihancurkan musuh. Ia melantang! http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Meremang buluroma Anuraga mendengar tekad yang diikrarkan Windu Janur. Sesaat menebarlah rasa kesadaran akan tanggung jawab yang tengah disanggahnya. Kerajaan Majapahit memang benar2 sedang terancam bahaya. Ia cepat dapat menduga bahwa gerakan sisa2 orang Daha dan putera keturunannya itu tentu dilakukan dibawah tanah, menyusup kesetiap bagian alat pemerintahan dipura Majapahit. "Adakah himpunan Wukir Polaman itu yang melakukan siasat mengadu domba selama ini? Mengapa beberapa kadehan kepercayaan raja Kertarajasa, banyak yang memberontak? Mengapa tampaknya ada seseorang dibelakang tabir yang menjerumuskan orang2 kepercayaan raja itu memberontak kepada junjungannya?" demikian Anuraga mengejar ketajaman otaknya untuk merangkai kesimpulan. Tiba2 ia tersentak kaget ketika Windu Janur menegurnya keras "Hai, Kuda Anjampiani, mengapa engkau termenung diam? Bukankah penjelasanku sudah cukup jelas? Hayo, sekarang nyatakanlah keputusanmu!" Anuraga sejenak memandang segan kearah Windu Janur lalu tundukkan kepala berdiam diri. "Bagaimana? Apakah engkau tak dapat memberi keputusan. Bersikaplah sebagai ksatrya, Anjampiani. Katakanlah terus terang, engkau setuju atau tidak"? Windu Janur mengulang makin keras. Anuraga mengangguk-angguk kecil. Lalu berkata "Aku seorang brahmana yang mengabdikan diri kepada agama yang kuanut. Dalam kerajaan Majapahit, berkembanglah dengan suburnya ketiga agama: Syiwa, Budha dan Tantrayana. Kehidupan para brahmana, wiku, resi, pendeta, bhiku dan para pemeluk agama itu, menikmati ketenangan dan pengayoman. Bukankah suatu perbuatan bathil apabila kaum http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pemeluk agama itu masih kurang berterima kasih dan hendak merobohkan negara. Raja Jayanagara yang sekarang, seorang junjungan yang memulyakan agama Syiwa dan melindungi kaum pemeluk agama. Adakah aku seorang brahmana, harus menentang seorang junjungan seperti itu?" "Raja Jayanagara oleh rakyat diberi nama Kala Gemet, penjahat yang lemah. Dia seorang raja yang bertubuh lemah dan tidak senonoh kelakuannya. Kiranya walaupun engkau menyikap diri dalam lindungan Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata, tetapi tentulah pendengaranmu tak peka akan berita2 yang tersiar luas di dalam pura kerajaan maupun diluar. Bahwa raja Jayanagara itu bertindak kurang senonoh terhadap kedua saudaranya dari lain ibu yakni kedua puteri keturunan puteri Gayatri. Dapatkah engkau hai, Kuda Anjampiani yang mengaku sebagai seorang brahmana, hidup tenang dan melakukan ibadat agamamu dengan lapang hati dibawah lindungan seorang raja yang tak senonoh itu?" Anuraga terbeliak mendengar bantahan Windu Janur yang sedemikian tajam. Sejenak ia kerlingkan pandang mata keujung cakrawala, ia menjawab. "Betapapun tak senonoh perbuatan baginda, namun hal itu menyangkut lingkungan keluarga kerajaan sendiri. Dan apa tujuan dari raja Jayanagara hendak mengawini kedua saudaranya sendiri itu, kita masih belum jelas. Seburuk-buruk perangainya, sekotor-kotor nafsunya, namun beliau tentu menyadari perbuatannya itu. Bahwa baginda tetap hendak melaksanakan maksudnya itu, tentulah mempunyai maksud tertentu. Cobalah kita bayangkan. Sebagai seorang raja yang berkuasa, baginda tentu mampu mencari puteri yang lebih cantik. Tetapi mengapa baginda mencurahkan pilihannya kepada saudara sendiri, tentulah mempunyai tujuan tertentu . ." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jadi engkau tetap akan setya pada raja Jayanagara yang tak senonoh itu?" Windu Janur menegas. "Dijaman pemerintahan raja Kertajaya atau prabu Dandang Gendis dari Daha, para pendeta dan brahmana ber-bondong2 menyingkir mencari pengayoman ke Singosari, karena mereka dipaksa menyembah raja. Peristiwa itu merupakan pendirian dari kaum pendeta dan brahmana bahwa lebih baik bernaung dibawah pengayoman kerajaan Majapahit dari pada harus menderita hinaan dari Daha. Dan ingatlah kakang Janur, bahwa kodrat masa itu merupakan kenyataan mangsakala yang tak dapat dihapus oleh tangan manusia. Matahari telah terbenam dari langit Daha dan terbit pula dibumi Wilwatikta dengan sinarnya yang gilang gemilang! Dapatkah aku, engkau dan kawan2mu itu akan melenyapkan matahari?" kata Anuraga dengan mata berkilat-kilat. Merah padam wajah Windu Janur. Cepat ia dapat mengetahui arah pendirian brahmana itu. Se-konyong2 ia menghambur tawa yang keras dan panjang. Nadanya penuh dendam kegeraman. Kumandangnya menyelimuti seluruh hutan. "Kuda Anjampiani" teriaknya "jangan menganggap dirimu lebih pintar karena dapat mempermainkan Windu Janur. Kaukira aku sebodoh itu untuk memberi keterangan tentang himpunan pejuang2 Daha itu kepadamu? Ketahuilah, bahwa apa yang kuterangkan tadi hanya sekelumit keadaan kulitnya saja. Isi yang sesungguhnya, jangan harap engkau mampu mengetahui. Yang nyata hendak kuperingatkan kepadamu, bahwa, pengaruh Wukir Polaman itu sudah menyusup dalam2 ketubuh pemerintahan Majapahit. Sedemikian besar dan luas pengaruh kami sehingga setiap gerak gerikmu tentu tak lepas dari pengawasan orang Wukir Polaman. Buktinya, penyamaranmu sebagai brahmana Anuraga yang bersembunyi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebagai calon upapati dari Dharmadyaksa Dang Acarrya Samaranata pun kami ketahui. Bahwa engkau seorang warga gerombolan Gajah Kencana, sudah bukan rahasia bagi pengetahuanku. Pun lolosmu secara diam2 dari pura Majapahit untuk memberi laporan kepada pimpinanmu juga tak luput dari pengamatanku. Sayang aku terlambat bertindak sehingga engkau sudah dalam perjalanan kembali ke pura Majapahit lagi. Dan ketahuilah bahwa Wukir Polaman sudah menjatuhkan keputusan kepada dirimu. Engkau mau bekerja sama atau dibunuh!" Diam2 Anuraga terkejut dalam hati. Ia tak pernah menyangka bahwa susunan himpunan orang2 Daha itu sedemikian rapi dan pengaruh mereka sedemikian ketatnya. Serentak timbul dalam keputusannya. Windu Janur itu harus dapat ditawannya agar ia dapat menggali keterangan yang lebih lengkap dari gerakan orang2 Daha. "Kuda Anjampiani keparat! Bersiaplah menerima kematianmu. Engkau harus mewakili ayahmu untuk membayar hutang jiwa ayahku!" seru Windu Janur seraya mengeluarkan sebilah ujung trisula. Pisau bermata tiga itu dikaitkan pada ujung tasbih. Seketika itu jadilah sebuah senjata yang istimewa. Sebuah trisula berantai. Terdengar desing sambaran angin tajam ketika trisula berantai itu diayunkan dalam bentuk sebuah lingkaran. Makin lama makin cepat dan trisula itu lenyap berganti dengan sebuah lingkaran sinar putih yang berhamburan mencurah pada brahmana Anuraga. Anuraga terkesiap. Ia tak menyangka kalau Windu Janur memiliki kepandaian memainkan senjata yang sedemikian hebatnya. Cepat iapun mengambil tongkatnya lalu dilolosnya. Ternyata tongkat itu merupakan sebatang tombak pandak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang lebih kecil dari tombak biasa tetapi lebih tajam. Ia bersiap. Tongkat runcing dipegang tangan kanan. Kerangkanya ditangan kiri. Ditempat gerumbul persembunyiannya, Dipa ternganga mulutnya menyaksikan pertempuran yang belum pernah dilihat sepanjang hidupnya. Hampir ia tak dapat membedakan lagi mana si pendeta dan mana paman brahmana. Keduanya se-olah2 tergabung dalam dua gulung sinar yang sebentar merapat, menggabung jadi satu. Sebentar pula tercerai berai bagai awan bertebaran dilangit mendung. Diam2 anak kecil itu makin terpikat. Kiranya yang dikatakan paman brahmana itu memang sesungguhnya. Ada ilmu tatagerak, berkelahi dengan tangan kosong. Ada pula ilmu bermain senjata. Dan melayanglah pikiran anak itu makin jauh . . . Apabila ia kelak memiliki ilmu kepandaian begitu, tentulah ia akan masuk menjadi prajurit untuk membela negara. Berdering-deringlah bunyi kedua senjata mereka saling beradu. Hutan yang sunyi senyap itu seolah-olah berobah menjadi tempat seorang empu menempa keris. Tiba2 terdengar suara hardikan mengeledek "Anjampiani keparat, mampuslah engkau sekarang!" Dipa terkejut. Dilihatnya brahmana Anuraga terhuyung mundur sambil mendekap lengan kirinya. Sementara Windu Janur loncat menikamnya. Dalam keadaan yang amat berbahaya bagi jiwa Anuraga yang sudah terdesak tak dapat menghindar lagi karena dibelakangnya terpancang segunduk batu besar, Anuraga siap mengadu jiwa. Dengan seluruh sisa tenaganya, ia mengangkat tangan kanan untuk menghantam lawan dengan ilmu Rajah Kalacakra. Telah diperhitungkan, sekalipun ia tertikam senjata Windu Janur tetapi ia yakin lawan pasti hancur binasa karena pukulan Rajah Kalacakra. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa terbeliak kaget. Ia tahu bahwa paman brahmana itu akan terancam bahaya maut. Cepat ia menerobos keluar dan berteriak keras "Hai, jangan membunuh ..." tiba2 teriakannya terhenti seketika serempak dengan ayun langkahnya. Karena saat itu se-konyong2 dari balik gerumbul lebat, melayang sesosok tubuh. Hanya dua kali melompat, orang itu sudah berada di belakang Windu Janur. Dan sebelum Windu Janur sempat menduga siapa pendatang itu, tiba2 tengkuk dan pinggangnya telah dicengkeram oleh tangan yang amat kuat. Dan belum sempat ia mengatur siasat perlawanan, tubuhnyapun tersentak kebelakang. Belum pula ia dapat memulihkan keseimbangan badan, tiba2 tubuhnya terangkat keatas. Dan belum sempat ia meronta, dengan sebuah gemboran menggeledek, orang itupun melemparkannya kedalam gerumbul pohon onak. . . Dipa terlongong-longong. Hampir ia tak percaya apa yang disaksikan. Pendeta yang garang tingkah dan bengis tangan itu, ternyata tak berdaya sama sekali. Ditangan pendatang itu, Windu Janur benar2 diperlakukan seperti anak kecil belaka. Dicengkeram, di angkat dan di lontarkan .... Dipa girang sekali. Karena memusuhi si pendeta, pendatang itu jelas tentu hendak menolong paman brahmana. Maka iapun segera menyurut masuk kedalam gerumbul



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ persembunyiannya lagi. Apabila paman brahmana benar2 sudah aman dari bahaya, barulah ia pulang. Dalam pada itu tinju Anuraga yang telah dilontarkan kedada Windu Janur masih menjulur kemuka. Dipandangnya lelaki pendatang itu dengan heran "Siapakah tuan ini?" tegurnya. Orang itu tertawa tenang "Ah, tak perlu engkau mengejang urat. Simpanlah tinjumu dan marilah kita bicara dengan tenang" Brahmana Anuraga agak ter-sipu2 dan menarik tinjunya. Setelah mendapat kesan bahwa pendatang itu tak menampakkan sikap bermusuhan, iapun mengulang pula pertanyaannya. "Apa yang engkau percakapkan dengan Windu Janur, telah kudengar semua" jawab orang itu lalu mengajak "Kuharap pembicaraan kita akan lancar" “Apa yang engkau kehendaki?" setelah sesaat tertegun mendengar jawaban orang itu, Anuraga berusaha untuk mengembalikan ketenangannya. Orang itu tertawa lepas "Telah kukatakan tadi, hendaknya engkau bebaskan urat2mu yang tegang. Karena aku berdiri difihak yang lain pendiriannya dengan Windu Janur. Brahmana, benarkah engkau ini Kuda Anjampiani seperti yang dikatakan Windu Janur tadi?” Anuraga terperanjat. Ia tak menyangka kalau akan menerima pertanyaan begitu dalam pembuka kata orang itu. Betapapun sikap dan ucapan yang diunjuk orang itu bernada sahabat namun ia tetap harus memagar diri dengan dinding2 kecurigaan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kita belum pernah saling mengenal. Maaf, aku tak dapat memberi jawaban. Sekiranya tuan hendak menjalin persahabatan, baiklah memberitahu sesuatu tentang diri tuan sendiri" sahut Anuraga sesaat kemudian. Orang itu tertawa lagi, serunya "Baik engkau memberi keterangan atau tidak, akupun sudah mendengar jelas dari kata2 Windu Janur tadi. Untuk menghapus rasa kecurigaanmu, akan kusebut siapa diriku ini" Orang itu berhenti sejenak lalu memandang kesekeliling. Setelah itu ia berkata pula "Aku adalah Kebo Lembana, prajurit bhayangkara yang bertugas menjaga puri keputrian dalam keraton Majapahit. Penempatanku pada tugas itu memang telah diatur oleh rakryan patih Amangkubhumi Nambi untuk menjaga keamanan kedua puteri Tribuanatunggadewi dan Haji Rajadewi dari gargguan baginda Jayanagara ..." Anuraga terbeliak. Walaupun peristiwa itu memang sudah didengarnya dikalangan ke-dharmadyaksaan yang dibawahi Dang Acarrya Samaranata, namun ia masih belum yakin betul akan kebenarannya. Maka tak terhindarlah rasa kejutnya ketika mendengar keterangan Kebo Lembana itu "Ah, bukankah baginda Jayanagara itu saudara seayah dengan kedua puteri itu? Apakah yang engkau maksudkan dengan gangguan itu?" Kebo Lembana tertawa kecil "Peristiwa baginda bertindak tak senonoh terhadap kedua saudaranya sendiri, sudah menjadi rahasia umum dikalangan rakyat Majapahit. Orang tentu heran mengapa baginda bertindak begitu" "Benar" sahut Anuraga serentak. Iapun juga belum jelas apa yang menjadi landasan raja bertindak begitu "apakah alasannya?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebo Lembana tersenyum girang. Ia berkesan bahwa Anuraga mulai terpikat. Maka mulailah ia menerangkan "Baginda Jayanagara adalah putera dari almarhum baginda Kertarajasa dengan Dyah Dara Petak puteri dari Malayu. Oleh karena kedua permaisuri baginda yani puteri Tribuana dan puteri Gayatri hanya menurunkan puteri Tribuanatunggadewi dan Haji Rajadewi, maka baginda Kertarajasa lalu menobatkan Jayanagara putera dari Dyah Dara Petak itu menjadi putera mahkota. Sedang Dyah Dara Petakpun diangkat menjadi stri tinuheng pura atau isteri yang di-tua-kan dalam pura. Sudah barang tentu permaisuri Tribuana dan Gayatri tak puas. Diamdiam timbul persaingan hebat diantara permaisuri baginda itu. Setelah baginda Kertarajasa wafat maka Jayanagarapun diangkat menjadi raja. Baginda yang masih muda belia ini tahu pula akan peristiwa diri ibundanya dengan permaisuripermaisuri ayahandanya yang lain. Maka timbullah gagasan pada baginda. Untuk memperkokoh kedudukannya haruslah ia mengawini kedua puteri saudaranya itu. Pertama, agar persaingan diantara para ibundanya itu lenyap. Kedua, untuk mencegah agar janganlah terjadi perkawinan kedua puteri itu dengan orang luar sehingga akan menimbulkan masalah keributan soal tahta kerajaan" "O, begitu" desus Anuraga. "Tetapi tindakan baginda itu amat tercela dan mendapat tentangan dari beberapa mentri. Terutama golongan mentri yang mendukung pada keturunan raja Kertanagara dari Singasari. Ibunda dari puteri Tribuanatunggadewi dan Haji Rajadewi itu adalah putri dari raja Kertanagara. Rakryan patih Amangkubhumi Nambi segera mengatur langkah. Beliau memasukkan beberapa orang yang berkepandaian tinggi kedalam pasukan bhayangkara keraton. Orang kepercayaan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu diberi tugas rahasia untuk melindungi keselamatan puteri Tribuanatunggadewi dan putri Haji Rajadewi" Kebo Lembana berhenti sejenak untuk mengatur napas. Beberapa saat kemudian ia berkata pula "Kiranya sudah jelaslah sekarang bagaimana keadaan dirimu, ini. Engkau berhak menyangkal keras, tetapi akupun bebas untuk beranggapan bahwa engkau ini Kuda Anjampiani putera Rangga Lawe dan bahwa engkaupun merupakan salah seorang warga dari mazhab Gajah Kencana ......Eh, tak perlu engkau mengerat kata-kataku "tiba2 Kebo Lembana berseru memperingatkan demi melihat brahmana Anuraga hendak membuka mulut. "Walaupun tak kuketahui nyata tetapi dapat kurasakan, bahwa Gajah Kencana yang bergerak secara rahasia itu bertujuan untuk melindungi kerajaan dari bahaya dalam yang ditimbulkan oleh tangan2 kotor yang bertujuan untuk menumbangkan kerajaan Majapahit. Oleh karena itu maka tak sangsi2 lagi kuceritakan keadaan diriku kepadamu" Anuraga termenung. Diam2 ia mendapat kesan baik terhadap Kebo Lembana itu. Juga tindakan Kebo Lembana yang tepat pada waktunya dapat melemparkan Windu Janur, makin mempertebal kepercayaan Anuraga kepada bhayangkara keraton itu. Tiba2 ia teringat sesuatu dan cepat berkata "Tadi kakang Lembana mengatakan sebagai bhayangkara yang ditugaskan dikeputren. Tetapi mengapa saat ini kakang berada disini?" "Ha, ha, belum lagi kuterangkan hal itu kepadamu" Kebo Lembana berkata "saat ini aku sedang mengemban tugas dari sang puteri Tribuanatunggadewi untuk menghadap Dang Acarrya Ratnamsa, kepala penjaga silsilah dimakam raja2 Singosari" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak Anuraga bersangsi tetapi akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya juga "Maaf, kakang Lembana, sekiranya pertanyaanku ini kakang anggap amat lancang ...." Kebo Lembana tertawa "Bukankah engkau hendak menanyakan tentang maksud tujuanku menghadap Dang Acarrya Ratnamsa itu? Ya, memang akan kuterangkan juga. Tak perlu engkau terburu nafsu" Anuraga agak tersipu merah mukanya karena masih kurang dapat menahan diri. "Puteri Tribuanatunggadewi bermaksud untuk mengetahui silsilah nenek moyang sang puteri ialah raja2 Singosari. Pengetahuan itu amat diperlukan puteri untuk mengetahui berapa banyak dan berapa besarkah pengaruh keturunan Singosari itu pada dewasa ini. Selanjutnya akan dijadikan dasar pertimbangan apabila sang puteri harus mengambil langkah tegas terhadap baginda Jayanagara" Anuraga mengangguk-angguk. Diam2 kecerdasan puteri Tribuanatunggadewi.



ia



memuji



"Dan langkah kedua, puteri hendak mohon kepada Dang Acarrya Ratnamsa supaya menciptakan sebuah mantra sakti untuk penolak bahaya dari gangguan raja Jayanegara!" "O, dapatkah Dang Acarrya Ratnamsa memenuhi harapan sang puteri?" tanya Anuraga. "Sudah tentu dapat. Dang Acarrya Ratnamsa itu seorang sadhaka atau ahli dalam ilmu tantrayana Subuthi. Seorang yang mahir dalam ilmu mantra dan samadhi sehingga mampu menguasai segala kekuatan menurut kehendaknya. Konon kabarnya Dang Acarrya Ratnamsa itu tunggal guru dengan mendiang baginda Kertanagara dari Singosari" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diam2 A nuraga terpengaruh atas kepercayaan orang. Ingin juga rasanya ia menceritakan tentang dirinya. Tetapi terngiang ia akan pesan gurunya. Bahwa dalam keadaan bagaimanapun dan kepada siapapun juga, janganlah sampai ia membuka rahasia dirinya. Anuraga tertegun. Tak pernah ia menyangka bahwa pesan gurunya yang tampaknya begitu sederhana mudahnya ternyata hampir saja ia gagal melaksanakan. "Kakang Lembana, betapa rasa terima kasihku atas kepercayaan yang kakang berikan" katanya lalu menghela napas "maafkan, aku tak dapat mengimbangi kepercayaan kakang itu karena aku telah bersumpah untuk tidak mengatakan tentang diriku kepada siapapun jua. Yang penting kuminta kepercayaanmu pula bahwa aku adalah salah seorang kawula yang berusaha hendak menyelamatkan kerajaan Majapahit. Aku dan kawan2 benar2 tak rela kerajaan Majapahit akan digerogoti rapuh dari dalam. Cobalah kita renungkan. Bukankah suatu keheranan yang tak dapat diterima pada akal bahwa para kadetaan dari raden Wijaya atau baginda Kertarajasa, satu demi satu telah memberontak. Dimulai dari Rangga Lawe Adipati Tuban lalu Lembu Sora yang diangkat menjadi rakryan demang itu, telah memberontak dan dibinasakan ...." Setelah berhenti sejenak, Anuraga melanjutkan pula "Mengapa seolah-olah baginda Kertarajasa tak sayang kehilangan seorang senopati seperti Rangga Lawe. Dan seolah-olah baginda tak menghiraukan akan Adipati Wiraraja yang telah menolong baginda untuk mendapat tanah Terik dan mendirikan kerajaan Majapahit. Demikian pula halnya dengan rakryan demang Lembu Sora. Bahwa menurut kitab undang2 Kutaramanawa, karena membunuh Kebo Anabrang, Lembu Sorapun harus dihukum mati. Baginda Kertarajasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pada waktu itu berkenan memberi keringanan. Lembu Sora tidak dihukum mati melainkan dipindahkan ke Tulembang. Menurut Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata, firman yang dikeluarkan baginda pada saat itu memang berbunyi begitu. Dan karena merasa bersalah, Lembu Sora bersama beberapa kawan, hendak menghadap baginda untuk menyerahkan jiwa raganya. Tetapi mengapa Lembu Sora dituduh hendak memberontak lalu diserang oleh pasukan Majapahit sehingga gugur dalam pertempuran?" Kembali Anuraga berhenti untuk menyelidik kesan pada sikap Kebo Lembana. Tampak Kebo Lembana mengerut dahi. "Menurut perasaanku, kematian Lembu Sora itu memang tak wajar" kata Anuraga pula "seperti ada tangan kotor yang memutar balikkan kenyataan dan memfitnah Lembu Sora sebagai pemberontak. Siapakah dibelakang tabir yang mengatur siasat keji untuk menghancurkan para kadehan raden Wijaya itu?" Kebo Lembana mengangguk "Benar, memang keadaan dalam keraton pura Majapahit penuh dengan pertentangan2, persaingan dan usaha-usaha untuk merebut kekuasaan. Bukan mustahil apabila orang-orang Daha yang bergabung dalam himpunan Wukir Polaman itulah yang mengadakan pengacauan. Disamping persaingan antara para permaisuri dari Singasari dengan puteri Malayu ibunda raja Jayanagara, pun pertentangan gelap namun tajam, antara kaum agama Syiwa dengan kaum Budha. Candi Kagenengan yang dibangun raja Kertanegara, merupakan candi Syiwa-Budha. Dalam candi itu terdapat arca Syiwa dan arca Budha Aksobya. Tetapi arca Budha Aksobya hilang musna diambil orang. Juga dikalangan para mentri2 kerajaan, diam2 telah timbul keretakan saling berebut kedudukan dan pengaruh. Maka apabila engkau kembali ke pura Majapahit, hendaknya berhati-hatilah dalam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ucapan dan tingkah laku. Tiang2 dan dinding2 keraton, seolah-olah tumbuh mata dan telinga. Setiap fitnah cepat tumbuh sesubur bibit padi dalam persemaian ..." Anuraga menghaturkan terima kasih. Tiba2 ia tampak meringis menahan sakit. Lalu mendekap lengan bahunya yang kiri. Ternyata dalam pertempuran dengan Windu Janur tadi, lengannya kena tergurat ujung trisula. Bajunya robek, dagingnya pecah. Karena perhatiannya tercurah mengikuti pembicaraan Kebo Lembana, ia masih tak merasa. Tetapi disaat berhenti bicara, sakit pada luka itu mulai terasa. Ia terkejut karena lengannya terasa kaku. Kebo Lembana terkesiap. Cepat ia maju menghampiri dan memeriksa luka Anuraga. Ia kerutkan dahi "Senjata Windu Janur itu tentu dilumur racun. Lukamu berwarna biru. Kukuatir racun itu ganas. Dapat merusakkan anggauta tubuh sehingga engkau akan menderita cacat seumur hidup!" Anuraga agak pucat. Sesaat ia amat gelisah mendengar keterangan Kebo Lembana itu. Seperti sebuah mantra bertuah, perkataan Kebo Lembana itu sangat mempengaruhi perasaan Anuraga. Dan seketika itu ia rasakan lengannya seperti lumpuh tak bertenaga lagi. Anuraga makin resah gelisah. "Sayang aku tak membekal obat" tiba2 Kebo Lembana garuk2 kepala. Kemudian diam merenung. Anuraga seperti disadarkan. Namun kesadaran untuk segera mengusahakan pengobatan, hanya menambah kekecewaan hatinya belaka. Ia juga tak membekal obat. Masih tertinggal di pura Majapahit semua. Terlintas dua pilihan dalam benaknya. Cepat2 menuju ke pura Majapahit atau balik



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kembali ketempat gurunya. Kedua tempat tujuan, itu sama jauhnya. "Hai, tunggu . . ." tiba2 Kebo Lembana berseru terus loncat lari kedalam hutan. Anuraga tercengang heran. Tak tahu ia apa yang tengah dilakukan bhayangkara keraton Majapahit itu. Namun cepat ia lepaskan pemikirannya terhadap orang itu. Ia harus memikirkan lukanya. Serentak dengan terbukanya kesadaran pikirannya, iapun lalu duduk bersila, pejamkan mata melakukan samadhi. Setelah mencapai penyatuan semangat dan pikiran maka mulailah digerakkannya tenaga inti dari pusat Cakram Manipura, kemudian ditingkatkan kebagian Cakram Ana Hata lalu disalurkan keseluruh peredaran darah dalam tubuhnya.... Beberapa saat kemudian terdengar derap langkah orang berlari. Anuraga cepat membuka mata. Tampak Kebo Lembana keluar dari hutan dan lari menghampiri "Heran! Windu Janur lenyap!" :"Windu Janur?" Anuraga kerutkan alis "mengapa kakang mencarinya?" "Akan kuambil obat darinya apabila dia sudah mati karena kulempar tadi. Kalau masih hidup, akan kupaksanya supaya mengobati lukamu!" "O" Anuraga mendesus. Diam2 ia memuji buah pikiran Kebo Lembana. Katanya "mungkin dia hanya menderita luka lalu meloloskan diri" "Mudah-mudahan begitu" kata Kebo Lembana. Tiba2 ia kerutkan dahi "Asal jangan karena ditolong oleh lain anakbuah Wukir Polaman. Ah, sayang, mengapa tadi tak kubunuhnya saja !" "Maksud kakang?" Anuraga menegas, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Dengan lolosnya Windu Janur, kedudukanmu makin bertambah bahaya. Warga Wukir Polaman tentu makin berusaha keras untuk membunuhmu. Dan penyusupanmu ke pura kerajaan, telah diketahui mereka. Mudah sekali mereka turun tangan. Baik secara langsung membunuhmu atau secara tak langsung memfitnah dirimu. Apalagi saat ini engkau sedang menderita luka" Anuraga terlongong. Apa yang diuraikan Kebo Lembana itu memang benar. Ia menyadari bahwa perjalanan ke pura Majapahit kali ini tentu penuh aral bahaya yang merintangi. Sesaat ia bingung bagaimana harus mengatur langkah. "Anuraga" tiba2 Kebo Lembana berkata pula "dapatlah kuselami kesibukan hatimu saat ini. Bagaimana kalau engkau ikut aku bersama-sama menuju ke Singosari ? Kurasa. Dang Acarrya Ratnamsa tentu dapat mengusahakan pengobatan lukamu. Di samping itu, untuk sementara kau dapat menyembunyikan diri dari pengintaian orang2 Wukir Polaman. Setelah menghadap Dang A carrya Ratnamsa, kita atur langkah lagi bagaimana supaya engkau dapat kembali ke pura Majapahit dengan aman" Anuraga mengerut dahi berpikir. Lalu tanyanya "Berapa lamakah perjalanan ke Singosari dan kembali ke Majapahit itu akan memakan waktu?" "Ah, tak lama. Apabila tiada aral melintang, paling lama sepuluh hari lagi kita tentu sudah berada di pura kerajaan" Anuraga menimang. Ia mendapat tugas penting untuk segera kembali ke pura kerajaan. Ada desas desus bahwa di kalangan mentri kerajaan yang tak senang kepada raja Jayanegara hendak mengadakan komplotan untuk membunuh baginda. Anuraga ditugaskan untuk menyelidiki kebenarannya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ desas desus itu dan mencari siapakah yang menyebarkan desas desus itu. Apabila penyelidikan itu membuahkan kenyataan bahwa komplotan itu memang ada, ia harus berusaha untuk menggagalkan dan mengirim laporan kepada gurunya. Apabila desas desus itu tidak nyata, haruslah ditanggapi bahwa itu merupakan suatu siasat dari seseorang yang hendak mengadu domba dengan tujuan agar raja bertindak membasmi mentri2 itu. Tugas itu amat penting dan harus segera dilaksanakan. Keterlambatan bertindak, mungkin akan mengakibatkan hancurnya mentri2 setya. Rangga Lawe, Lembu Sora, Gajah Biru dan Juru Demung, merupakan serentetan peristiwa korban finah adu domba. Dan pasti akan menyusul pula jatuhnya beberapa mentri tua lainnya lagi. Rupanya biang keladinya menghendaki para kadehan dari mendiang raja Kertarajasa dahulu, supaya dilenyapkan bersih dari pucuk pimpinan pemerintahan. Sepuluh hari bukanlah waktu yang pendek. Dalam waktu sepuluh hari itu dapat terjadi bermacam peristiwa penting yang menyangkut keselamatan kerajaan. Demikian pertimbangan Anuraga. Ia kuatir kepergiannya ke Singosari itu akan. melalaikan tugas yang diembannya. "Terima kasih, kakang Lembana" kata Anuraga setelah menentukan keputusannya "Kurasa aku dapat menahan luka bahuku ini sampai ke pura kerajaan. Akan kulaksanakan peringatanmu tentang bahaya yang membayangi kedatanganku ke sana. Telah kupikirkan langkah-langkah yang aman untuk menghindari intaian orang Wukir Polaman. Silahkan kakang melanjutkan perjalanan ke Singosari. Kelak kita tentu berjumpa lagi dan Anuraga takkan melupakan budi pertolongan kakang hari ini!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebo Lembana mengulang ajakannya serta memberi penjelasan panjang lebar bahwa lebih aman kiranya kalau Anuraga ikut ke Singosari. Namun karena Anuraga tetap menolak, akhirnya pengalasan dari puteri Tribuanatunggadewi itupun berpisah dan melanjutkan perjalanan ke Singosari sendiri. Kini tinggallah Anuraga seorang diri. Ia memeriksa luka pada bahunya itu pula. Hanya selebar mulut dan tak berapa dalam. Tetapi darah yang mengucur berwarna merah gelap. Daging sekitar luka itupun kebiru-biruan warnanya. Menilik rasa kaku yang menyerang lengannya, ia membenarkan katakata Kebo Lembana tadi. Seketika tergetarlah hatinya. Adakah ia bakal menjadi seorang cacad? Adakah lengan kirinya itu bakal lumpuh selama-lamanya? "Ah ..." ia tersenyum rawan dan bertanya dalam hati "beginikah hasil yang harus diterima seorang pejuang? Cacad dan dihina, mati tak dikenal alas kuburnya ..." ia merenung sunyi. "Ah, setiap perjuangan tentu menuntut pengorbanan. Dan seorang pejuang sejati harus rela berkorban, tak pernah menuntut balas. Walaupun sebelah lenganku lumpuh tetapi aku masih dapat bergerak dan berjuang. Sedetik aku masih bernapas, sedetik itu pula aku harus berjuang melaksanakan cita2ku" serempak bangkitlah semangat Anuraga. Cepat ia bangun dan ayunkan langkah. Ia hendak cepat2 menuju ke pura Majapahit. Tetapi baru beberapa langkah, ia sudah terhuyung2. Ia rasakan kepalanya pening, mata berbinar-binar. Melihat keadaan brahmana itu, Dipa tak kuasa menahan diri lagi. Cepat ia menerobos keluar dari gerumbul semak dan lari menghampiri "Paman brahmana, engkau masih terluka, jangan pergi dulu!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga terbeliak kaget dan berhenti. Sesaat melihat siapa yang muncul ia menegur “Hai, engkau Dipa! Mengapa engkau masih di sini?" Dipa tersipu-sipu mfnghindari pandang mata brahmana itu. Ia merasa takut karena tak mengindahkan perintah. Tubuhnya agak gemetar. “DiPa aPakah engkau belum pulang?” tanya Anuraga dengan nada ramah. Ia iba hati melihat anak itu gemetar. "Be . . . lum" sahut Dipa tersendat. "Mengapa ?" "Karena ... karena aku tak sampai hati meninggalkan paman dalam bahaya. Pendeta itu bengis sekali” “Jadi egkau bersembunyi dalam gerumbul? Apa perlunya ?" tanya Anuraga pula. “Paman baik sekali kepadaku. Akupun harus membalas kebaikan Paman, apabila Paman sampai terancam bahaya, aku akan keluar dan berusaha merintanginya” "Hm, apa kemampuanmu ?" "Akan kulontarnya dengan batu. Bila perlu akan kusekap pinggangnya kencang2 supaya Paman dapat memukulnya” -Bodoh sekali engkau! Dia amat kuat dan digdaya Kalau bertempur dengan aku, hanya aku seorang yang menjadi korban. Tetapi kalau engkaupun ikut, berarti akan jatuh dua korban! Hm, Dipa, adakah engkau lihat aku benar2 kalah dengan pendeta itu?" "Kulihat paman menderita luka dan terdesak. Pendeta itu hendak menyerang lagi, untunglah segera muncul paman yang gagah perkasa tadi" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, itu menurut apa yang engkau lihat. Tetapi sesungguhnya aku tidak kalah, Dipa. Pendeta itu termakan pukulanku Rajah Kalacakra. Itulah sebabnya mengapa kakang Lembana yang muncul untuk menolong aku itu, dapat dengan mudah melemparkan pendeta itu ke dalam hutan" "O" Dipa mendesus. Ia percaya penuh pada keterangan paman brahmana itu, katanya "tetapi paman pun terluka dan kudengar tadi senjata pendeta yang melukai bahu paman itu beracun. Jika tak lekas mendapat obat yang mujarab, lengan paman tentu lumpuh. Benarkah itu ?" Brahmana Anuraga mengangguk "Benar. Itulah sebabnya aku hendak bergegas pulang ke pura Majapahit untuk berobat" "Tetapi paman" kata Dipa "perjalanan itu tentu amat jauh. Paman terluka dan musuh2 paman selalu mengintai. Bukankah itu amat berbahaya?" Anuraga lepaskan pandang ke arah anak itu. Diam2 ia memuji kelurusan hati anak itu. Kemudian ia menghela napas "Ah, tiada lain pilihan bagiku kecuali harus menempuh bahaya itu. Tetapi aku mempunyai siasat untuk mengaburkan mata mereka" Dipa kerutkan dahi lalu menggelengkan kepala "Sekalipun paman dapat melakukan hal itu, tetapi luka paman belum tentu dapat bertahan lama" "Habis, apa dayaku? Aku tak membekal obat kecuali harus cepat2 mencapai pura Majapahit" Tiba2 Dipa tegakkan kepala dan wajahnyapun meregang kesungguhan, katanya "Paman, jika percaya padaku, harap paman beristirahat di sini. Akan kucarikan obat untuk luka paman itu!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Alis brahriiana itu menjungkat ke atas, serunya "Obat apakah itu ? Jangan menggunakan obat yang engkau belum tahu gunanya. Berbahaya. Apalagi lukaku ini luka yang terkena racun. Bila salah mengobati, akan lebih mengembangkan daya-kerja racun itu. Dan lagi akan memperlambat perjalananku ke pura Majapapahit. Berarti memperkecil kesempatanku untuk lekas2 ber-obat” "Tidak, paman!” seru Dipa dengan nada yakin “aku sendiri pernah digigit ular beracun. Oleh kakek Draka yang tinggal di desaku, aku dapat disembuhkan dengan jamur Bromo. Dia menerangkan, bahwa segala macam racun dapat disembuhkan dengan jamur itu" Anuraga kerutkan dahi. "Aku tahu tempat dimana jamur itu tumbuh. Di terowongan lembah gunung Kawi yang merebah ke sungai Brantas. Tunggulah di sini, paman. Aku akan ke sana mengambil jamur itu” Dipa terus berputar tubuh dan hendak lari. "Tunggu dulu, Dipa!" tiba2 A nuraga mencegah "berapa lamakah engkau mencapai tempat itu? Hari sudah malam, marilah kita bersama ke sana!" , "Tidak paman. Paling lama hanya memakan waktu sejam. Sekalipun malam tetapi aku faham jalannya. Kalau paman ikut, kukuatir luka paman tentu akan menebar kesakitan. Tunggulah saja, paman. Aku tentu segera kembali" tanpa menunggu persetujuan Anuraga lagi, Dipa terus loncat dan lari ke luar hutan. Anak itu memang tangkas dan gesit. Ia lupa akan kambing gem- ba anya dan lupa pula bahwa saat itu ia sudah harus pulang. Seluruh pikiran dan perhatiannya tertumpah untuk mengusahakan obat kepada brahmana yang baik budi itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia menuju ke sebuah lembah yang subur. Rumput dan tanaman rambat seolah-olah berlomba untuk menguasai lembah itu. Pohon2 yang besarpun seolah-olah bersaing mencapai ketinggian yang teratas. Dipa sering membawa kambing gembalanya ke situ..Maka ia faham Sekali akan jalan2 di daerah itu. Ia segera menuruni lembah dan menghampiri sebuah gunduk karang yang merentang panjang. Langsung ia menuju kesebuah lubang batu karang yang menyerupai terowongan guha. Karena acapkali menggembala kelembah itu maka ia tahu bahwa dicelah dan didalam terowongan karang, banyak terdapat tumbuhan jamur. Dan diketahuinya pula bahwa dalam lubang yang besar dari karang itu, tumbuh sebatang jamur besar. Berbeda dengan jamur2 yang berserakan tumbuh disekitar tempat situ. Penampangnya atau daunnya dibagian atas yang berbentuk seperti payung, berwarna merah darah. Batangnya kuning emas. "Ih "tiba2 anak itu mendesis kaget ketika melangkah masuk. Dalam terowongan yang gelap gulita itu, penampang jamur itu tampak bersinar merah, macam gumpal sekam yang membara. Sedang dibawah batang jamur itu tampak dua buah benda sebesar gundu memancar sinar terang. Mirip dengan batu mustika yang bergemerlapan dimalam hari. Walaupun ia tahu bahwa terowongan itu terdapat sebatang jamur besar, namun sesungguhnya ia belum masuk melihatnya. Apa yang disaksikan saat itu, benar2 tak pernah disangkanya. Setelah menenangkan kejut hatinya, Dipa melangkah maju selangkah demi selangkah. Ketika hanya terpisah tiga empat langkah dari tempat jamur itu, tiba2 hidungnya mencium bau yang aneh. Harum2 anyir. Ia terkejut dan cepat2 menyurut http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mundur "Ular ..." desuhnya. Sebagai anak gembala, ia sering keluar masuk hutan dan dapat mengenal bau binatang2 buas yang terbawa angin. Bau anyir yang diciumnya itu, jelas berasal dari binatang ular. Dan seketika ia menyadari pula bahwa dua Jauah benda sebesar gundu yang memancar sinar terang itu tentulah sepasang mata dari ular itu. Ia termenungmenung diluar terowongan. "Sungguh berbahaya" diam2 ia berkata dalam hati "apabila aku langsung memetik jamur itu, tentu digigit ular "meremang bulu romanya membayangkan peristiwa itu. Walaupun karena gelap ia tak mengetahui jenis dan bagaimana keadaan ular itu, namun dari kedua matanya yang sebesar gundu, dapatlah ia menduga bahwa ular itu tentu sebangsa ular yang beracun dan ular yang besar. Tiba2 pula ia teringat akan bau harum yang menyerbak bercampur bau anyir tadi. Bau anyir itu jelas tentu berasal dari ular. Tetapi apakah bau harum itu? Adakah bau itu berasal dari jamur yang luar biasa itu? Heran, adakah jamur dapat memancarkan bau sedemikian harumnya? Demikian Dipa bertanya dalam hati. Namun tak pernah ia menemukan jawabannya. Akhirnya ia lepaskan pemikirannya. Yang penting ia harus cari akal bagaimana dapat menghalau ular itu. Ia harus dapat memetik jamur itu untuk menolong brahmana yang baik budi itu. Sampai beberapa waktu anak itu duduk di sebuah gunduk karang sambil bertopang dagu. Tiba2 ia melonjak dari tempat duduk "Hai, ada akal! Ya, hanya dengan cara itu barulah aku dapat memetik jamur itu.." Serentak anak itu lari mendaki ke atas lembah. Di malam yang gelap, ia berlari-larian menuju ke hutan tempat brahmana menunggu tadi. Tetapi ia tak menemui brahmana http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu melainkan menuju ketempat kambing yang digembalakan. Diambilnya salah seekor kambing lalu dipanggulnya dan berlarilah ia kembali pula ke terowongan karang di bawah lembah. Terdorong oleh semangatnya untuk menolong brahmana Anuraga, sedikitpun ia tak merasa letih menempuh perjalanan sampai tiga kali ke lembah itu sambil memanggul seekor kambing. Tiba di muka terowongan, ia berhenti. Dilepaskannya kambing itu ketanah. Sambil membelai-belai kepala kambing itu ia berkata dengan rawan "Bukan aku kejam kepadamu. Tetapi terpaksa kulakukan ini dengan berat hati karena hendak menolong paman brahmana. Pengorbananmu, akan kuingat selama-lamanya" Beberapa butir airmata berderai-derai membasahi kedua celah pipinya. Hatinya serasa tersayat sembilu. Kawanan kambing yang digembalakan itu serasa sudah menjadi kawan sepergaulan yang karib. Pernah ketika buyut desa yang empunya kambing itu mengadakan selamatan sesaji, dia mengambil salah seekor kambing untuk disembelih. Semalam suntuk, Dipa menangis. Dan ketika ia diberi makan dengan gulai kambing, ia menolak. Ia rela sehari itu tak makan. Ia menemukan rasa aman dalam hati bergaul dengan kambing2 itu. Jauh bedanya dengan anak2 dalam desanya yang selalu mengejek, menghina dan ada kalanya mengolokolok dan mengajaknya berkelahi. Jauh pula bedanya dengan sikap putera dari majikannya yang angkuh dan ringan tangan. Demikian pula dengan nyi buyut yang banyak mulut dan suka memakinya. Ia heran mengapa orang2 itu bersikap demikian terhadap dirinya. Dan apabila hatinya pepat, ia segera menumpahkan pelipur lara dengan kambing2 gembalanya itu.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam lingkungan hidup yang menyesakkan hati itulah maka ia amat berkesan kepada brahmana muda itu. Kebenciannya terhadap orang, terhibur dengan sikap yang ramah budi dari brahmana itu. Ternyata di dunia ini, tidak semua orang sejahat dan sebengis orang dalam desanya. Masih ada orang yang baik budi dan menyayanginya. Kesan itulah yang mendorong tekadnya untuk memperoleh jamur pengobat luka brahmana itu. Betapa berat rasa hatinya untuk mengorbankan kambing yang disayanginya itu, namun ia tak dapat mencari lain jalan. Seberat-berat mata memandang, masih berat bahu memikul Serentak anak itu melangkah masuk ke dalam terowongan. Ia berhenti pada jarak empat lima langkah. Diciumnya kambing yang dipondongnya itu lalu diturunkan ke tanah dan didorongnya ke muka. Tangan Dipa gemetar. Hampir tak kuat ia menahan isaknya Walaupun tidak memiliki kecerdasan dan budi perasaan setinggi manusia, namun bangsa khewan itu mempunyai Kodrati naluri. Kambing itu menganggap Dipa sebagai kawan dan pelindung. Kambing itu percaya penuh pada Dipa. Ia mengira Dipa tentu menyuruhnya masuk dalam terowongan beristirahat, seperti adat kebiasaan setiap malam apabila dimasukkan ke dalam kandang. Maka berlarilah kambing itu ke dalam. Sekonyong-konyong terdengar suara kambing itu mengembik nyaring. Nadanya penuh rintihan kesakitan yang menyayat. Jauh lebih mengharukan dari pada anak kambing yang mengembik-embik mencari induknya karena kehausan .... Dipa tergetar hatinya. Tak pernah ia menyangka bahwa suara kambing itu sedemikian mengoyak perasaannya. Tubuh http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ anak itu menggigil, pandang matanya berbinar-binar. Dada serasa pecah berhamburan bagai butir2 padi yang dihunjam alu buruh perempuan penumbuk padi di lumbung buyut pemilik kambing itu. Hampir Dipa tak dapat menahan hatinya. Ia hendak menyerbu ular itu untuk menolong kambingnya. Syukurlah pada detik2 yang menegangkan itu, ia terlintas akan bayangan brahmana Anuraga. Seketika pulanglah kesadarannya. Ia harus menahan perasaan hati. Pengorbanan kambing itu harus ditebus dengan hasil memperoleh jamur. Kesadaran itu telah memulihkan ketenangan hatinya. Segera ia curahkan pandang matanya ke dalam terowongan. Dilihatnya sepasang mata ular yang memancar sinar di kaki batang jamur itu sudah hilang. Suatu tanda bahwa ular itu sudah berkisar dari tempatnya, karena menyergap kambing. Setelah beberapa saat membiasakan pandang matanya dalam kegelapan tempat itu, segera ia mulai ayunkan kaki melangkah hati2 ke muka. Selangkah, dua langkah, tiga empat langkah, ternyata ia tak mendapat gangguan suatu apa. Kini jaraknya dengan jamur itu tidak jauh hanya terpisah tiga langkah. Hidungnyapun terbaur bau harum yang lebih keras dari ketika pertama kali ia masuk tadi. Dipa berhenti. Ia memperhitungkan langkah. Apabila ia bergerak cepat, sekali loncat tentu tiba di tempat jamur itu. Ia harus secepat kilat mencabut tumbuhan itu dan terus lari keluar sebelum ular sempat menyambarnya. Demikian setelah bulat ketetapan hatinya, Dipa sejenak mengencangkan kaki, memusatkan perhatian dan mengumpulkan tenaga untuk mengantar loncatannya. Dan pada lain saat, kakinya menekan tanah maka meluncurlah tubuhnya ke muka. "Uh ..." secepat kilat ia menyambar batang jamur itu dan dengan kedua tangannya ia cepat mencabut http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekuat-kuatnya. Karena batangnya digoyah-goyah, jamur itu menghamburkan bau yang amat harum sekali sehingga Dipa merasa pening kepalanya. Anak itu telah menghisap bau harum yang luar biasa. Dan karena digoncang-goncang tangan Dipa, penampang jamurpun bergoncang keras. Air sari putik jamur berhamburan menabur muka Dipa. Tanpa disengaja, segumpal air sari putik jamur meluncur kemulut Dipa yang sedang ternganga karena mengeluarkan tenaga mencabut batang jamur. Serentak mulut anak itu mengatup. Air sari jamur itu ternyata manis dan tanpa disadari pula, Dipapun meneguknya. Pada saat anak itu merasa hampir dapat mencabut batang jamur, sekonyong-konyong ia rasakan kedua kakinya mengejang. Suatu benda lunak2 licin melingkari kakinya, lutut, paha dan makin lama makin naik ke pinggang. Dipa terkejut sekali. Karena gelap ia belum mengetahui benda apakah yang melibat tubuhnya itu. Tetapi nalurinya cepat dapat menduga bahwa yang melilit badannya itu tentulah si ular penunggu jamur tadi! Pikiran anak itu terlintas bayang2 yang ngeri. Lilitan ular itu makin lama makin mengencang dan pastilah ia akan mati karena tulang belulangnya hancur remuk. Mempertahankan hidup, memang sudah menjadi sifat A lami manusia. Demikian dengan Dipa. Ia harus berjuang melawan maut. Ia menyadari bahwa saat itu ia hidup dengari dua jiwa. Jiwanya sendiri dan jiwa brahmana Anuraga. Serentak menggeloralah darahnya, meluapkan semangat keberanian yang menyala-nyala. Tetapi sebelum ia sempat memikirkan langkah yang akan diambil, tiba2 ia rasakan bahu kirinya sakit sekali, tergigit benda2 runcing. Ah, tentulah ular itulah yang menggigit http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahunya. Serentak ia gerakkan tangan kanan untuk mencengkeram ke arah bahunya yang sakit itu. Tangannya mencekal sebuah benda lunak2 keras. Secepat kilat ia menarik benda itu sekuat-kuatnya. Seketika rasa gigitan yang amat sakit pada bahunya itu hilang dan sesaat itu iapun gerakkan tangan kiri untuk mengimbangi cengkeraman tangan kanannya. Setelah benda yang diduganya kepala ular itu tercengkeram kedua tangannya, anak itu segera kerahkan seluruh tenaganya untuk memperkeras cengkeramannya. "Uh ..." ia mendesuh kesakitan ketika lilitan pada tubuhnya itu makin mengencang keras sekali. Sedemikian kerasnya sehingga Dipa makin merasa lemas karena tenaganya makin lenyap "Celaka, aku tak kuat bertahan lebih lama. Lilitan ular itu makin kencang, tubuhku makin lemas ...." Dalam menghadapi renggutan maut itu, tiba2 timbul pikiran Dipa untuk bertindak nekad. Serentak tangannya menyongsong benda yang dicengkeramnya itu ke atas lalu digigit sekuat-kuatnya. Karena gelap ia tak menyadari bahwa yang digigitnya itu adalah jampang ular. Kiranya jamur Brama yang tumbuh dalam terowongan karang itu, bukanlah jamur biasa. Tetapi merupakan tumbuh2an yang sudah berumur entah berapa puluh tahun. Jamur yang sudah tua itu penampangnya berwarna terdapat dalam dunia. Jamur Bromo yang berumur hampir seratus tahun dan penampangnya berwarna merah darah yang dapat memancarkan sinar bara itu. disebut jamur Bromocahyo. Mengandung khasiat tinggi sebagai obat penyembuh sakit kusta dan segala keracunan darah. Namun sudah lazim berlaku dalam dunia bahwa setiap benda pusaka dan mustika, baik tumbuh2an maupun khewan, senantiasa tentu menjadi pusat pembangkit nafsu keinginan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk memiliki. Dalam hal itu, bangsa khewanpun mempunyai naluri setajam manusia sebagai insan yang mendambakan diri pada Nafsu dan Keinginan. Demikianpun dengan jamur Bromocahyo. Penampang jamur yang memancar sinar membara itu, membaurkan hawa harum yang mengandung zat penyubur tubuh. Perjuangan memenuhi Nafsu dan Keinginan dalam dunia khewan, pun tak kalah hebatnya dengan manusia. Bagai semut mengerumuni gula maka berbondong-bondong mengalirlah beberapa jenis binatang untuk mendapatkan jamur Bromocahyo itu. Namun mereka harus mundur teratur karena gentar pada penunggunya, seekor ular sanca berjampang yang sudah berpuluh-puluh tahun bertapa dalam terowongan karang. Ada juga beberapa binatang yang nekad hendak meraih jamur itu. Tetapi mereka terpaksa harus tinggal dalam terowongan karang di situ selama-lamanya sebagai tumpukan tulang penghias guha. Selama berpuluh tahun hanya ular berjampang itulah yang berhasil menghaki dan memanfaatkan khasiat sari hawa jamur Bromocahyo itu. Ular itu menyangka bahwa dengan sari zat hawa jamur Bromocahyo, ia akan dapat bertahan hidup sampai beratus tahun. Namun sesuai dengan sifat Maya dari dunia yang fana ini, setiap benda dan keadaan itu selalu tak kekal, selalu tak lepas dari Kodrat hakiki Kehidupan. Lahir, hidup dan mati. Ketamakan ular berjampang yang ingin hidup melampaui ketentuan kodrat, telah terhapus oleh kemunculan Dipa. Anak yang rupanya ditentukan Hyang Widdhi untuk mengemban tugas melenyapkan kejahatan dan kekacauan. Belum pernah dalam sepanjang hidupnya, anak itu menghayati daya-juang yang sedemikian besar seperti saat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu. Kelahirannya yang membaca ciri kaum Sudra, kasta yang dianggap golongan hina. Lingkungan hidup yang bersuasana cemoh olok anak2 di desanya, dera cerca keluarga buyut yang memeliharanya, hampir memudarkan semangat hidup anak itu. Matahari yang dinikmati orang2 itu, beda dengan matahari yang dirasakan. Karena sinar matahari yang panas itu masih kalah panas dengan sinar mata bengis dari keluarga buyut itu dan sinar mata penuh olok cemohan dari anak2 desa. Bahkan nama pengasih orangtua yani Dipa, tidaklah diakui oleh keluarga buyut, kawanan anak nakal dan masyarakat desanya. Ia hanya dikenal dengan nama-menurut selera cemohan mereka: si Gajah. Namun anak itu tak menghiraukan adakah ia dipanggil Dipa atau Gajah, seperti halnya ia tak mengacuhkan sinar matahari dan nasib hidupnya. Ada kalanya ia mengeluh dan mengiri pada kucing Candramawa kesayangan nyi buyut. Betapa mesra nyi buyut membelai-belai kepala kucing itu. Betapa besar perhatian yang dicurahkan nyi buyut untuk menyediakan makanan enak bagi kucing itu. Memang iapun sering dibelaibelai kepalanya oleh nyi buyut. Tetapi beda belaian nyi Buyut kepada kucing Candramawa dengan dirinya. Belaian nyi buyut kepada si Candramawa itu menyebabkan kucing itu liyer2 dibuai kantuk yang nikmat. Tetapi belaian tangan nyi buyut pada kepala Dipa, menyebabkan anak itu meringis kesakitan karena kepalanya berhias benjul2 tamparan dan totokan tangan yang gemas2 ganas. Acapkali bertanyalah anak itu dalam hati. Adakah anak manusia seperti dirinya itu, kalah berharga dengan seekor kucing? Ada kalanya pula pada hari2 tertentu ia melihat orang2 di desanya berbondong-bondong menuju ke candi. Bersujut merta dan menyajikan hidangan lezat pada arca yang terdapat di situ. Ia tak tahu apa artinya kesemua itu. Yang diketahuinya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jelas, arca itu terbuat dari pada batu. Bagai seorang anak sekecil usianya dan sesempit pengetahuannya, wajarlah kiranya kalau ia berpikir menurut apa yang dilihatnya. Dan bagi seorang anak Sudra yang semiskin hidupnya seperti Dipa, tentu akan melandaskan segi pemikirannya itu dari sudut keadaan hidupnya yang penuh derita. Maka timbul pula pertanyaan dalam hati anak itu. Adakah arca batu itu lebih berharga dari seorang anak manusia seperti ia ? Ah, kalau demikian halnya, betapalah bahagia apabila dahulu ia dijelmakan sebagai arca saja ... . Pertemuannya dengan brahmana Anuraga, benar2 merupakan titik-tolak dari kebangkitan jiwanya. Bertolak pada kesan bahwa ternyata masih ada manusia seperti brahmana Anuraga yang bersikap baik kepadanya, ia mendapat kesimpulan bahwa dunia tidaklah segelap dan seburuk perlakuan yang diterimanya dari masyarakat desanya. Tetapi tentulah masih banyak manusia2 berbudi seperti brahmana itu. Mulai saat itu anak yang hidup sebagai katak dalam tempurung mendapat pengertian bahwa dunia itu tidaklah hanya selebar daun kelor seperti luasnya desa tempat tinggalnya itu. Melainkan masih ada dunia luar yang lebih luas dan lebih ramai. Antara lain seperti pura Majapahit yang dikatakan brahmana Anuraga. Dalam diri brahmana Anuraga, ia seperti menemukan sesuatu yang amat berharga. Kebangkitan jiwanya yang hampir tenggelam, pengertian tentang luasnya dunia dan kemesraan budi kepada brahmana muda itu. Kesadaran itulah yang menimbulkan pikirannya terbuka. Bahwa ia harus mempertahankan jiwanya dari lilitan maut ular berjempang. Ia tak rela mati sebelum memperoleh jamur Brahmacahya untuk menolong Anuraga.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan kemati-matian digigitnya daging lunak pada kepala ular itu. Takkan dilepaskan sebelum putus. Dibiarkan darah daging kepala ular itu mengalir ke dalam mulutnya. Dan apabila darah itu sudah memenuhi mulut, diteguknya ke dalam kerongkongan. Ia tak menghiraukan bagaimana akibat menelan darah ular itu. Baginya yang utama, ular itu harus digigitnya sampai mati! Tiba2 ia merasa kepala ular itu meronta keras. Rupanya ular itu merasa kesakitan dan berusaha melepaskan diri. Dipa terkejut. Ia menyadari bahwa apabila ular itu sampai lepas, tentu akan balas menggigitnya. Ketakutan itu menyebabkan ia makin nekad. Cengkeraman kedua tangannya pada tenggorokan ular itu makin diperkeras. Ia kerahkan seluruh tenaga, mencekik sekuat-kuatnya. Ular yang mati atau ia yang mati .... Nama julukan si Gajah yang diberikan oleh penduduk di desanya kepada Dipa, bukan melainkan karena bentuk indera dan tubuhnya yang serba besar menyerupai gajah. Pun juga karena Dipa dikenal memiliki tenaga yang kuat. Perjuangan anak itu berhasil. Lilitan ular pada kaki dan tubuhnya mulai mengendor. Tetapi alangkah kejutnya ketika ular itu bergerak meregang-regang, menamparkan ekornya. Dipa seperti didera tongkat keras. Sakitnya lebih hebat dari pukulan nyi Buyut. Apabila berlangsung terus, ia takut tulangtulangnya akan mumur remuk. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Dipa adalah seorang anak yang keras hati. Baginya derita sakit itu sudah menjadi hidangan tiap harinya. Ia menggeretakkan geraham untuk menahan kesakitan itu. Tiba2 ia rasakan tubuhnya dicengkam hawa panas. Mula2 hawa panas itu menghambur dari perut lalu bertebaran menjalar keseluruh tubuh. Makin lama makin sepanas bara api. Luka pada bahu kirinyapun mulai mengungkit sakit terbakar api. Biji matanya merembang panas seperti tercolok cabai. Kepala berdenyut-denyut memar, serasa berputar-putar macam kisaran air dalam sungai. Tubuhnya makin lama makin terasa ringan. Anak itu gugup, bingung dan ketakutan. Ia kerahkan seluruh sisa tenaga untuk menggertakkan gigi dan tangannya. Uh ... . ia berhasil menggigit putus daging di atas kepala ular itu. Tetapi saat itu pula pandang matanya terasa gelap pekat dan bumi yang dipijaknya serasa berputar-putar tenggelam kebawah. Bluk .... rubuhlah anak itu ke tanah. Krak .... terdengar suara berderak keras sekali macam tulang pecah dihantam gada besi. Guha kembali sunyi senyap dicengkam kebisuan malam. Dua sosok benda berserakan rebah di atas tanah. Dipa terkapar entah mati entah hidup. Ular membujur kaku karena kepalanya pecah! Keajaiban telah terjadi dalam guha karang itu. Seorang anak gembala dapat membunuh seekor ular sanca yang bertapa selama seratusan tahun dalam guha. Khayal, mustahil! Namun sungguh2 terjadi! Adakah Dipa itu seorang anak ajaib? Adakah ia juga titisan dari Wisnu seperti halnya dengan Ken Arok dahulu menurut anggapan brahmana Lohgawe dari tanah India itu?



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika brahmana Lohgawe sedang bersamadhi mempersembahkan puja di candi Wisnu, melalui getaran alam halus ia mendapat wangsit bahwa Wisnu dalam candi di situ sudah musna dan menitis pada diri seorang anak bernama Ken Arok di tanah Jawa. Maka bergegas-gegas datanglah Lohgawe ke Tumapel mencari Ken Arok yang kemudian hari menjadi raja Singasari yang pertama. Tetapi tiada seorang brahmana atau wikutama dari penjuru jagat manapun yang mencari Dipa sebagai titisan Wisnu. Ia memang hanya anak biasa. Dan kemenangannya atas ular berjampang itu, memang suatu keajaiban, Tetapi bukan suatu keajaiban yang bersumber pada suatu kekuatan sakti yang gaib. Melainkan suatu keajaiban dalam rangkaian hal2 yang disebut Kebetulan atau ketiada sengajaan. Andaikata ia melihat keadaan ular itu pada siang kari, betapapun besar nyalinya, tak mungkin anak itu berani masuk kedalam guha. Andaikata secara tak sengaja, anak itu tak menggigit jampang ular, tentulah ular itu tak mungkin kalah. Karena daging merah pada kepala ular itu berisi sari zat hawa jamur Bramacahya yang berpuluh tahun dihisap si ular. Karena jampang digigit, ular yang sudah amat tua itupun kehilangan tenaga. Dan karena darah jampang itu mengalir kedalam tubuh Dipa maka anak itu telah memperoleh suatu kekuatan tenaga yang luar biasa. Tetapi karena darah jampang ular itu amat panas, Dipapun serasa terbakar tubuhnya. Ia berhasil menggigit putus jampang dan mencekik leher ular itu sampai lemas lunglai. Tetapi iapun rubuh karena tak kuat menahan rasa panas yang membakar dirinya. Secara kebetulan pula, ketika ia jatuh bersama ular, ular itu berada dibawah kepalanya. Lebih dulu ular jatuh kekarang yang keras lalu disusul dengan jatuhnya kepala Dipa yang tepat menghantam



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepala ular itu. Tulang kepala ular itu pecah, kepala Dipapun terluka berdarah. Ular mati tetapi Dipa hanya pingsan. Serentetan hal yang terjadi secara tak disengaja dan diluar kesadaran anak itu, telah marangkai langkah2 Kebetulan dan terciptalah apa yang disebut Keajaiban. Sungguhpun demikian, namun keajaiban itu memang dapat terjadi dalam peristiwa yang penuh kemustahilan dan dapat dilakukan oleh siapapun, apabila dikehendaki oleh Hyang Murbeng Gesang, Pencipta seluruh semesta alam jagad raya. Dipa, anak gembala tak terkenal dan terhina oleh masyarakat desanya, ternyata dipilihNYA sebagai insan mangsakala yang mengemban tugas menyirnakan ular tamak yang hendak mengingkari kodrat hidup . . . o)o0od—wo0o(o



II ENTAH selang berapa lama Dipa terkapar tak sadarkan diri. Pada saat membuka mata, tampak di sekelilingnya gelap gelita. Ia terkejut dan mulai menyingkap-nyingkap kabut ingatannya untuk menembus peristiwa yang dialaminya. Beberapa saat kemudian, ia melonjak bangun. Ia telah menyadari kembali apa yang telah terjadi! Dan mulailah berlapis-lapis rasa keheranan melanda pikirannya. Tubuhnya sudah tak membara panas, luka bahunyapun tiada menyeri sakit. Bahkan saat itu ia rasakan tubuhnya ringan, semangat segar bugar! Bau harum menampar-nampar hidung. Keajaiban telah menimpa diri anak itu secara lengkap dan menyeluruh. Karena menggigit dan menghisap darah jampang ular yang berisi zat hawa sari penampang jamur yang amat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkhasiat, sekalipun ia harus menderita siksaan seperti terbakar, tetapi anak itu mendapat manfaat besar sekali karena tenaganya bertambah kuat. Dan karena ia jatuh pingsan di dekat jamur Bramacahya, maka melalui pernapasan hidungnya, hawa harum berisi zat jamur itu telah mengalir ke dalam tubuh Dipa. Panas badan anak itu cepat reda dan luka gigitan ular beracun pada bahunya pun hilang Walaupun ia teringat juga akan ular dan kambing, tetapi ia tak sempat menyelidiki keadaan mereka. Ia harus cepat2 menolong brahmana Anuraga. Dihampirinya tumbuhan itu terus dicabut batangnya. Karena gelap dan terburu nafsu, maka Dipa kurang liati2 mencabut jamur itu. Putik di tengah penampangpun putus. Dengan semangat gembira, anak itu segera membawa jamur kembali kehutan tempat brahmana menunggu. Karena putiknya patah, pucuk jamur bercucuran air. Walaupun tak tahu apa khasiatnya, tetapi karena sayang kalau air jamur itu terbuang ketanah, Dipa menampungnya dalam telapak tangan. Apabila sudah penuh terus diteguknya. Selama dalam perjalanan, ia meneguk sampai empat lima kali. Dan setiba di hutan, berserulah ia dengan getar2 gembira "Paman brahmana, jamur itu telah kudapatkan!" Brahmana Anuraga masih duduk bersamadhi. Ia terkajut ketika mendengar derap langkah orang berlari mendatangi dan heran karena hidungnya mecium angin yang membawa bau harum lembut. Tetapi sesaat kemudian rasa kejut itu berobah menjadi rasa girang lega karena mendengar teriakan Dipa. "Ah ... ." brahmana muda itu mendesis kejut ketika menerima jamur itu dari Dipa. Belum pernah sepanjang hidupnya ia melihat jamur yang sedemian besar dan aneh http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ serta mengeluarkan bau harum yang begitu keras. Setelah memeriksa beberapa jenak, ia segera menanyakan cara2 mengobatkannya. "Hisaplah air sari dari pucuk jamur itu dan remaslah panampangnya lalu lumurkan pada luka" kata Dipa. Ia lalu menuturkan apa yang telah dialami dalam terowongan karang. Anuraga terbeliak kaget dan tak henti-hentinya mendesis heran. Setengahnya ia kurang percaya dan meragukan anak itu membual. Tetapi melihat kesungguhan kerut wajah dan nada anak itu apalagi setelah melihat bahunya benar2 terluka, barulah brahmana itu percaya. Sejenak dipandangnya wajah anak itu lekat2. Searang anak gembala yang bersahaja, lurus hati dan keras kemauan. Makin mendalam kesan hatinya bahwa anak itu kelak tentu mempunyai perjalanan hidup yang cemerlang. "Mengapa paman brahmana?" karena merasa dipandang sedemikian lekat, anak itu bertanya.



heran



"Ah, tak apa2" Anuraga mengicup mata "aku amat berterima kasih kepadamu. Kelak apabila urusanku sudah selesai, tentu akan kuberimu ilmu2 yang berguna" Brahmana Anuragapun segera mengobati luka bahunya sesuai dengan cara yang dikatakan Dipa. Setelah selesai ia memperingatkan Dipa "Rembulan sudah mulai condong ke barat, anginpun makin dingin. Tak berapa lama lagi, hari tentu sudah fajar. Baiklah engkau bermalam di hutan ini, besok kuantarkan engkau pulang. Akan kutemui buyut desa dan kuterangkan apa sebab engkau tak pulang malam ini" "Ah, paman masih terluka. Baiklah beristirahat malam ini. Aku berani pulang sendiri. Besok pagi aku akan datang lagi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjenguk paman di sini" kata Dipa lalu minta diri kepada brahmana itu. "Jauhkah desa tempat tinggalmu itu ?" "Ah, tak jauh. Hanya teraling sebuah bukit terus menurun ke utara. Setelah melintasi sebuah hutan dan dua buah bulak, di situlah desa tempat, tinggalku" Anuraga mengangguk. Ia mengantar kepergian anak itu bersama kambingnya dengan pandang mata terharu syukur. Ia tak menyangka bahwa malam itu, dua kali jiwanya diselamatkan Dipa. Pertama, karena meneduh dari serangan hujan deras, hampir saja ia disambar ular besar. Kedua kali, luka yang dideritanya dari trisula beracun milik Windu Janur. Apabila anak itu tak muncul memberi pertolongan, jiwanya tentu sudah melayang atau sekurang-kurangnya ia pasti menderiia cacad seumur hidup. Dan untuk menolongnya itu, Dipa telah kehilangan dua ekor kambing. Ia menghela napas lalu pejamkan mata. Rupanya Batara Surya masih segan melepaskan peraduannya hingga sinar merah pudar amat lambat sekali memburat cakrawala diufuk timur. Namun tampaknya sang Dewipun sudah lelah menunaikan tugas semalam suntuk. Cepat2 Dewi itu mengemasi selimut malam yang menebari bumi. Margasatwa dan unggas penghuni hutan itupun mulai bangun, bersolek dan sibuk ber-kemas2 menghadapi tugas hari itu. Burung2 berkicau, ayam hutan berkokok, kelinci mencicit, ular mendesis, babi hutan mendengkur. Riuh rendah para penghuni hutan itu melantangkan puji syukur menyambut kehadiran Batara Surya. Walaupun nun jauh ditengah hutan belantara, sang raja hutanpun tak mau ketinggalan menggemakan aum yang dahsyat. Sebagai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ canang peringatan kepada seluruh rakyat penghuni hutan bahwa sang raja itu masih segar bugar, gagah perkasa dan berwibawa. Tetapi tidaklah aum siraja hutan itu kuasa menggetarkan nyali para penghuni hutan. Mereka tetap bersuka ria dengan cara dan langgam masing2, menyambut kehadiran surya kehidupan yang cerah gemilang. Bahkan silemah cacing, pun tak ketinggalan pula Untuk bergeliatan melemaskan tubuh agar dapat lebih lincah dan kuatlah pekejaan mereka menyusup2 tanah. Kawanan margasatwa hutan itu tak pernah jemu akan pekerjaannya. Tak pernah mengeluh akan hasil pencariannya tiap hari. Tak pernah pula mencemaskan kehidupan sehari yang akan dialaminya itu. Mereka dengan tulus murni paserah akan kekuasaan Hyang Widdhi yang bersifat Maha Pemurah, Adil, Pengasih dan Penyayang kepada ummatNYA. Anuraga benar2 terpukau dalam alam pesona. Hatinya bergetaran rasa kagum. Nurani tersentuh rasa sadar dan malu. Betapa ia sebagai Manusia yang dianggap makhluk tertinggi dari semua makhluk ciptaan Hyang Murbeng Dumadi, ternyata mrsih kalah murni dengan sifat ke-Paserah-an yang tulus ikhlas dari kawanan pengisi hutan itu. Ia benar2 merasa kecil dengan kebesaran yang dinikmati dalam hutan pada waktu dinihari itu Brahmana muda itu lanjutkan kelana lamunannya. Menyusur jalan panjang, melalui hutan belantara, melintas gunung dan lembah, akhirnya terbayanglah kota nan megah indah, pura kerajaan Majapahit. Betapa beda suasana kehidupan di pura kerajaan itu dengan hutan dimana saat itu ia berada.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Di hutan burung2 berkicau bebas gembira. Di pura kerajaan para menteri dan pembesar2 berbisik-bisik menghambur fitnah. Di hutan kawenan binatang mengetahui siapa2 yang mencintai jiwanya. Di pura kerajaan sukar orang mengetahui siapa musuh di balik selimut wajah ramah bermurah senyum. Di hutan harimau si raja hutan jelas mengunjukkan belangnya sebagai penguasa dan pemakan si lemah. Di pura kerajaan si ' harimau' berselimutkan kulit domba, sehingga belum diketahui siapakah biang keladi yang menjatuhkan beberapa mentri tua yang setya. Di hutan cacing2 bergeliatan dalam tanah untuk inembongkah bumi supaya subur. Di pura kerajaan, komplotan manusia2 cacing bergeliatan dalam keraton untuk menggerogoti kerajaan supaya hancur. Di hutan matahari merupakan berkah sebagai sinar kehidupan. Di pura kerajaan, matahari merupakan penghambat sang malam, saat yang aman bagi kasak kusuk yang bertujuan jahat. Di hutan hawa udara bersih dan menyegarkan. Di pura kerajaan udara penuh berlumuran hembusan napas2 kenafsuan dan keangkaraan .... "Ah, betapa jauh beda suasana pura kerajaan dengan hutan ini" akhirnya Anuraga menghela napas penghambur kekesalan hati. Tiba2 sesuatu merekah dalam alam kesadarannya "dan akupun termasuk mereka yang berkecimpung dalam arus pergolakan di pura kerajaan ...." ia tersipu-sipu merah wajahnya. "Ah, Anjampiani, mengapa engkau ikut terjun dalam kancah pergolakan yang penuh debu2 kenafsuan Manusiawi itu .... ?" diluar kesadaran, Anuraga menyidangkan dirinya kehadapan Dharmadyaksa hatinya "bukankah eyangmu Kiageng Palandonga.n telah banyak2 menasehati agar engkau menjauhkan diri dari pertikaian keduniawian dan menganjurkan supaya engkau menyepikan diri dalam ajaran agama Syiwa yang keramat agar memperoleh kebahagiaan di http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dunia dan akhirat. Lihatlah ayahmu, adipati Tuban itu! Apakah yang diperolehnya? Akhirnya ia harus menerima nasib menjadi mayat penasaran yang diperabukan dalam api peleburan ...." Anuraga terpukau tak dapat menangkis tuduhan yang dilancarkan oleh sang Dharmadyaksa hatinya. Hampir ia hendak menghela napas sebagai tanda menyerah salah. Tetapi belum lagi napas menghambur, secercah sinar melintas alam renungannya dan sesaat tersembullah wajah seorang kakek bungkuk yang dijumpainya ketika ia sedang berburu di tengah hutan. "Kutahu siapa bapakmu. Dia seorang senopati yang berjiwa ksatrya. Dia rela mengorbankan pangkat dan kemewahan hidup bahkan jiwanya demi membela pendiriannya. Baginda Kertarajasa almarhum, ayahanda baginda Jayanegara yang sekarang, amat sedih atas peristiwa pemberontakan ayahmu. Maka bagindapun menitahkan supaya jenazah ayahmu dibawa ke pura Majapahit dan diperabukan dengan upacara kebesaran. Eyangmu Ki Wirarajapun tetap dipenuhi janjinya, diberi tanah Lumajang. Jelas bahwa baginda Kertarajasa itu tetap menghargai jasa2 ayahmu. Kini setelah ayahmu meninggal dan bagindapun mangkat, maka kerajaan Majapahit mulai ricuh. Ada seseorang yang secara bersembunyi pandai melancarkan siasat mengadu domba dan memfitnah sehingga satu demi satu, para bekas kadehan baginda Kertarajasa dahulu, sama terperangkap dalam tindakan memberontak. Tujuannya jelas, hendak menyingkirkan para mentri tua yang setya agar dia dapat merebut kedudukan tinggi. Ayahmu ikut serta menyumbangkan tenaga, pikiran dan jiwa raga untuk mendirikan kerajaan Majapahit. Mengapa engkau sebagai puteranya tak ikut serta membela kerajaan itu ... ." Demikian ucapan kakek bungkuk yang masih mengiang di telinganya. Dan serentak bangkitlah semangat Anuraga http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menangkis tuduhan Dharmadyaksa hatinya tadi "Benar! Aku adalah keturunan dari senopati yang ikut mendirikan kerajaan Majapahit. Apabila ayah masih hidup, beliaupun tentu akan menitahkan aku untuk membela kerajaan ...." Untuk yang kesekian kali, pikiran Anuraga terpukau dalam persimpangan jalan. Antara anjuran eyangnya Kiageng Palandongan, dengan pesan seorang tua bungkuk yang ditemui dalam sebuah guha. Menuruti anjuran eyangnya Kiageng Palandongan, berarti ia harus menjadi seorang brahmana yang tinggal di asrama atau candi tempat pemujaan Syiwa. Ia harus mengabdikan hidupnya pada keagungan agama yang dipuja dan tak mencampuri urusan keduniawian. Dalam kedudukan itu ia tak harus memikirkan pergolakan jaman dan suasana kericuhan dalam kerajaan Majapahit, agar ia benar-benar dapat mensucikan jiwa mencapai peningkatan kehidupan di Alam Kelanggengan. Namun Anuraga masih muda. Warisan keturunan dari seorang senopati yang berdarah panas, rupanya amat mempengaruhi pertumbuhan jiwanya. Ia lebih berkesan pada orangtua bungkuk dalam guha. Sesaat terngianglah percakapannya dengan orangtua bungkuk dalam guha dahulu .... "Negara itu kumisalkan sebuah wadah dan rakyat adalah isinya. Apabila wadahnya rusak atau menderita suatu gangguan, apakah isinya tak ikut menderita akibat? Maka jelaslah sudah, bahwa pasang surutnya kejayaan negara itu, akan mempengaruhi seluruh segi kehidupan rakyat. Apabila kerajaan Majapahit yang jelas menjunjung dan melindungi perkembangan agama Syiwa, Budha dan Tantrayana sampai roboh dan berganti raja, dapatkah perkembangan agama itu terjamin perkembangannya? Marilah kita menarik pelajaran dari peristiwa sejarah yang lampau. Kertajaya atau prabu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dandang Gendis dari kerajaan Kediri dahulu, pernah membuat peraturan yang amat menyinggung perasaan kaum beragama. Raja itu hendak memaksa kaum brahmana, wipra, wiku dan pendeta tuduk dan menyembah kepadanya. Padahal dalam urut2an kasta, brahmana itu lebih tinggi dari raja dan ksatrya. Walaupun akhirnya prabu Dandang Gendis kena tulah dan dapat dikalahkan oleh Ken Arok, namun kita tak boleh menutup mata akan pengalaman semacam itu. apabila peristiwa semacam itu terjadi di kerajaan Majapahit pula maka pastilah sendi2 ketenangan kehidupan agama Syiwa dan Budha akan goyah ...." "Lalu maksud eyang?" tanya Anuraga. "Dewasa ini kerajaan sedang diliputi kabut hitam. Sejak ayahmu berontak dan dibinasakan, kemudian menyusul Lembu Sora, Gajah Biru dan Juru Demungpun didesak dan dituduh memberontak sehingga mereka terpaksa mengangkat senjata. Walaupun akhirnya mereka dapat dihancurkan binasa tetapi bukanlah huru hara akan berhenti. Masih banyak mentri2 tua bekas kadehan baginda Kertarajasa dahulu, yang masih memegang jabatan2 penting dalam kerajaan. Antara lain, Nambi yang Sekarang menjabat Mahapatih, Pamandana, Mahisa Pawagal, Panji Anengah, Panji Samara, Panji Wiranagari, Jaran Bungkal, Jangkung, Teguh, Semi, Lasem, patih Emban, Lembu peteng, Ikal-ikalan Bang, Jabung Tarewes dan lain2. Tak ketinggalan pula, eyangmu Adipati Wiraraja itu. Satu demi satu, mereka pasti akan dijerumuskan dalam perangkap supaya memberontak agar dapat ditumpas. Ada seseorang atau mungkin suatu komplotan yang menyiapkan rencana licik, untuk menyingkirkan seluruh bekas orang kepercayaan almarhum baginda Kertarajasa . . . ." "Siapakah orang itu?" Anuraga mulai tertarik. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itulah yang akan kuminta engkau menyelidiki dan mencarinya!" kata orangtua bungkuk itu. Sejenak berhenti memulangkan napas, ia melanjutkan "di samping itu, pura Majapahit terancam pula oleh gerombolan sisa2 orang Daha yang hendak melakukan balas dendam pada kerajaan Majapahit dengan jalan mengadakan pengacauan dari dalam. Pun dalam kalangan para mentri kerajaan rupanya timbul persaingan dan pertentangan sendiri. Mereka terpecah dalam dua golongan. Golongan yang mendukung raja Jayanagara yang sekarang dan golongan yang menentang raja dan mendukung keturunan puteri Tribuana dan puteri Gayatri dari Singosari. Suasana dalam pura-kerajaan ibarat api dalam sekam. Di luar tampak tenang tetapi di dalam panas membara" Anuraga tampak terpukau. Baru pada saat itulah ia mendapat pengetahuan akan suasana gawat dalam kerajaan. Ia merenung dalam2. "Memang berat nian tugas yang kuletakkan di bahumu itu" tiba2 orangtua bungkuk itu berkata pula "tetapi engkau tak perlu meragu lagi, putera Rangga Lawe. Engkau pasti berhasil mengemban tugas itu. Karena tugas itu adalah pengejawantahan dari mangsakala. Mangsakala itu adalah Waktu yang menjadi kodrat jaman. Bahwa kerajaan Majapahit memang sudah merupakan mangsakala dari suatu jaman yang gilang gemilang. Dan engkau sebagai prajurit mangsakala, prajurit yang diembani oleh sang Waktu, pasti berhasil melaksanakan tugas itu. Maka atas nama ayahmu, Rangga Lawe, kuminta engkau menerima tugas pengabdian itu" Tersentuhlah hati kecil Anuraga mendengar ucapan orangtua bungkuk yang menyinggung-nyinggung nama ayahnya "Siapakah engkau ini?" serunya menegas. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orangtua bungkuk itu tertawa. Nadanya penuh menghambur kerawanan dan kekecewaan "Dahulu aku memang mempunyai nama. Tetapi karena diriku telah dimatikan jaman maka aku tak memiliki nama lagi. Bila engkau suka, sebut sajalah Eyang Wungkuk" "Tetapi siapakah nama eyang yang dahulu ?" masih Anuraga mendesakkan pertanyaan ingin tahu. Eyang Wungkuk menghela napas "Ah, mengapa engkau masih menyibukkan soal nama? Bunga dipuja bukan karena namanya melainkan harumnya. Pahlawan dipuja bukan karena namanya tetapi karena amal jasanya. Baiklah" cepat2 Eyang Wungkuk mencegah Anuraga yang bibirnya tampak bergerak hendak bicara "panggillah aku eyang Lembu Wungkuk. Lalu bagaimana dengan keteranganmu, anakmuda. Bersediakah engkau mengemban tugas itu?" Anuraga masih merenungkan dalafn2 keputusannya. Melihat agaknya pemuda itu masih meragu, eyang Lembu Wungkuk berkata pula "Tugas itu merupakan Kewajiban luhur yang berlandaskan sumber Kesadaran. Apabila engkau tak sanggup, janganlah memaksa dirimu. Silahkan pulang dan tinggalkan aku seorang diri. Tiada yang dapat kuperbuat selain dari menghela napas karena kasihan kepada Rangga Lawe yang mempunyai putera tetapi tak mau melanjutkan cita2 pengabdian kepada negara seperti ayahnya. Memang benar kenyataan itu ...." "Kenyataan bagaimana?" tiba2 Anuraga berseru keras. Sesungguhnya ia sudah tak dapat menguasai diri mendengar ucapan kakek bungkuk yang jelas mencemohkan dirinya. Namun ia masih meluangkan sepercik kelapangan dadanya untuk bertanya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bahwa harimau itu tentu beranak harimau. Tetapi tidak demikian pada manusia. Senopati yang gagah perkasa, belum tentu puteranya juga seorang ksatrya yang perwira. Bahkan ada kalanya puteranya itu seorang yang bernyali tikus ...." "Bungkuk, jangan terlalu menghina Kuda Anjampiani, putera Rangga Lawe ini!" serentak hilanglah kesabaran hati pemuda itu. Ia mendamprat kakek bungkuk itu "Aku sedang merenungkan hal itu. Bukan berarti aku sudah menolaknya!" Dampratan itu tak membuat Lembu Wungkuk marah melainkan tertawa gersang "Girang benar hatiku karena engkau masih memiliki perasaan yang mudah tersinggung. Suatu tanda bahwa rasa Kesadaranmu masih belum peka. Apabila rasa tersinggung itu masih menyala dalam hatimu, makilah aku sampai puas!" Anuraga tersipu-sipu merah wajahnya. Ia menyadari keliaran ucap kepada kakek itu"Maafkan aku, eyang. Aku tak dapat menguasai rangsang hatiku. Sesungguhnya tanpa eyang mengucap kata2 itu, memang sudah siap kuputuskan untuk menerima tugas itu" "Ah, putera Rangga Lawe" Lembu Wungkuk menghela napas keharuan "jangankan hanya cerca maki, bahwa derita tusukan senjata tajam yang bagaimana sakitnya, pun aku rela menerima asal kerajaan terlindung dari kekacauan dan kehancuran ...." kata2 kakek bungkuk itu terhenti oleh kucuran beberapa tetes airmatanya. Demikian Anuraga segera meminta petunjuk akan tugas yang harus dilakukan. Eyang Wungkuk itu segera menyerahkan sepucuk surat "Serahkan surat ini kepada Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata di pura kerajaan. Engkau pasti akan diterima sebagai pekatik atau orang magangan. Beliau adalah salah seorang Dharmadyaksa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ urusan agama Syiwa yang bertugas untuk melindungi kaum brahmana" Sebagai bekal terakhir, kakek Lembu Wungkuk memberikan suatu ilmu kawijayan yang disebut Rajah Kalacakra. Ditekankan pesan keramat kepada Anuraga. "Ilmu pukulan Rajah Kalacakra, merupakan ciri pengenal dari para pejuang pembela negara Majapahit yang tergabung dalam Gajah Kencana ..." "Gajah Kencana? Apakah itu, eyang?" "Gajah kencana adalah perserekatan para pejuang yang setya mengabdi pada kerajaan Majapahit. Dalam pengabdian itu, mereka akan berjuang sebagai Manggala Majapahit. Warga Gajah Kencana tidak banyak jumlahnya karena penerimaan anggauta dilakukan dengan cara penyaringan yang keras dan cermat. Kebanyakan anggauta-anggautanya itu terdiri dari putera2 keturunan senopati dan mentri kerajaan yang setya. Tiada orang yang mengetahui, baik kawan maupun lawan, apa dan bagaimanakah susunan serekat Gajah Kencana itu. Tetapi mereka dapat merasakan betapa luas dan besar pengaruh serekat itu dalam tindakannya membela dan menyelamatkan kerajaan Majapahit. Gajah Kencana bergerak secara rahasia tetapi dengan tujuan yang nyata" demikian panjang lebar Lembu Wungkuk menguraikan azas tujuan dan peraturan2 yang dianut Gajah Kencana. Kemudian setelah cukup banyak memberi wejangan2 penggemblengan jiwa kepada Anuraga, kakek bungkuk itupun segera melepaskan berangkat ke pura kerajaan. Demikian tersentaklah Anuraga dalam kenangannya ketika pertama kali berjumpa dengan Eyang Wungkuk. Setelah beberapa bulan bernaung sebagai pekatik pada Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata, banyaklah pengetahuan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tentang keadaan dalam pura kerajaan yang diperolehnya. Setahun kemudian ia pulang memberi laporan kepada Eyang Wungkuk dengan membawa berita yang amat penting. Setelah mendapat petunjuk seperlunya dari Eyang Wungkuk iapun kembali kepura kerajaan. Tetapi ketika melalui hutan itu telah dicegat Windu Janur. Demikianlah asal usul brahmana muda itu. Seperti pagi itu ketika terbenam akan ketenangan dan kebesaran alam hutan, memang beberapa kali ia mengalami keraguan batin. Membandingkan antara anjuran eyangnya Kiageng Palandongan dengan tugas yang diterimanya dari Eyang Wungkuk. Hal itu memang dapat dimaklumi karena sejak kecil sampai berangkat menjadi seorang dewasa, ajaran2 falsafah keagamaan Syiwa-Budha yang ditanamkan oleh Kiageng Palandongan, amat besar pengaruhnya dalam pertumbuhan jiwanya. Bahkan ia telah masuk menjadi seorang brahmana dengan nama abhiseka Anuraga. Namun goyahlah pendiriannya ketika ia bertemu dengan Eyang Wungkuk dan menghayati wejangannya. Setiap hatinya bimbang merenungkan anjuran Kiageng Palandongan, setiap kali pula ia segera meneguk gemblengan semangat dari Eyang Wungkuk. Dan seperti yang sudah dialami beberapa kali, pagi itu hatinya yang kena pesona menikmati kebesaran alam hutan, pun tergugah pula akan pesan dan wejangan Eyang Wungkuk. Anuraga serentak berbangkit. Wajahnya tampak setenang suasana hutan saat itu. Memandang kelangit, ia menggumam lirih "Ih, matahari sudah hampir menjenjang ditengah langit, mengapa anak itu masih belum datang juga. . ." tiba2 ia tertegun ketika membayangkan sesuatu "ah, mungkinkah terjadi sesuatu pada anak itu? Mungkinkah ia mendapat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hukuman dari buyut desa karena telah menghilangkan dua ekor kambing yang digembalakan itu?" Teringat akan ucapan Dipa betapa bengis keluarga buyut itu memperlakukannya, kecemasan Anuraga makin menjadi. "Ah, anak itu berhati lurus. Tak mungkin ia tak menepati janji apabila tak mengalami sesuatu. A ku harus menolongnya" akhirnya ia mengambil keputusan untuk mencari Dipa di desanya. Sesuai dengan petunjuk Dipa, Anuragapun menempuh perjalanan kearah barat laut. Mendaki sebuah bukit dan melintasi dua buah bulak persawahan. Ia tertarik akan padi yang sudah mulai menguning subur. Terkesanlah dalam hati, bahwa penduduk desa di situ tentu hidup tiada kekurangan. Tanahnya subur, air berlimpah ruah di mana-mana, ternak berkembang biak. Keadaan itu mencerminkan sebuah desa yang berkembang makmur. Dan seketika Anuragapun merasakan betapa penting kaitannya antara kemajuan desa dengan kemakmuran negara. Desa merupakan sendi perumahan negara dan sumber kesejahteraan kehidupan rakyat. Merenungkan hal2 mengenai perkembangan desa, terlintaslah benak Anuraga akan para pamong desa yang menjalankan pimpinan pemerintahannya. Kesan bahwa desa yang akan dimasuki itu sebuah desa yang makmur, menimbulkan kesimpulan bahwa buyut yang mengepalai desa itu tentu seorang yang pandai, jujur dan bijaksana. Tak mungkin seorang buyut yang tak pandai dan cakap, mampu membawa desanya kearah kemajuan. Namun kepandaian dan kecakapan masih belum cukup. Masih harus disertai dengan kejujuran yang bersifat Sepi ing Pamrih. Karena tak kurang banyaknya buyut desa yang pernah dijumpainya, merupakan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pimpinan desa yang pandai dan cakap. Tetapi sayang, buyut itu seorang pimpinan yang tak jujur. Sehingga kepandaian dan kecakapannya itu hanyalah untuk kepentingan memperkaya diri sendiri tanpa menghiraukan keluh kesah rakyatnya yang menderita. Dan sebagai pelengkap syarat yang terakhir dari seorang pemimpin desa, ialah Kebijaksanaan. Karena Kebijaksanaan itu merupakan sarana pemersatu Langkah dan Tujuan, sumber pengerahan tenaga dan pikiran seluruh rakyat untuk menanggulangi segala sesuatu masalah yang berhubungan dengan kemajuan desanya. Berdasarkan pada penilaian itu, maka ia mempunyai kesan baik kepada buyut desa yang menjadi majikan Dipa itu. Dan serentak timbullah pertanyaan dalam hati "Apakah seorang buyut desa yang pandai, jujur dan bijaksana, dapat bertindak sewenang-wenang kepada seorang anak kecil yang menjadi orang upahannya?" ia gelengkan kepala dan mengatakan tak mungkin. Tetapi pada lain saat, ia bertanya dalam hati pula "Apakah Dipa, anak yang menurut penilaiannya berhati lurus jujur, akan mengatakan hal yang tak sesuai dengan diri buyut itu?" kembali ia gelengkan kepala dan menggumam "Ah, tak mungkin .... Tetapi pada saat ia tiba akan pemikiran mengenai diri buyut desa, iapun sudah tiba di ujung akhir dari bulak yang dilintasinya. Saat itu ia disongsong dengan jalan datar yang merentang panjang ke muka. Dan tak berapa lama ia berjalan, tiba2 dari kejauhan tampak sebuah gapura batu yang berbentuk sebagai belahan candi. "Ah, gapura batu itu tentu merupakan pintu masuk ke desa" ia merangkai kesimpulan seraya mempercepat langkah. Gapura desa itu didirikan di atas sebuah tanah tanjakan. Mulai memasuki gerbang itu, ia harus turun ke sebidang tanah lapang yang mendatar di bawah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Semangat Anuraga makin menggelora. Langkah kakinyapun makin diperpesat. Ia ingin lekas2 menemui Dipa. Tetapi baru berjalan menurun beberapa langkah, ia terbeliak kaget ketika melihat sebuah pemandangan yang berlangsung di tanah lapang bawah. Sekawan anak2 yang terdiri dari enam orang, tengah mengeroyok dan memukuli seorang anak yang rebah di tanah. Dan tak jauh dari tempat pengeroyokan itu, tampak seorang anak lelaki yang agak besar sedang berdiri dengan sebelah kaki menginjak segunduk batu dan tangan menuding-nuding memberi perintah kepada kawanan anak2 itu. Perhatian Anuraga tertarik dan mencurahlah pandang matanya ke arah bocah yang menjadi sasaran pengeroyokan itu. Dan alangkah kejutnya ketika yang dicemaskan itu benar2 terjadi. Anak yang menjadi mangsa keliaran tingkah laku kawanan anak2 nakal itu, bukan lain ialah Dipa! "Ah, kasihan anak itu .." serentak Anuragapun percepat langkah turun ke tanah lapang. Setelah nyata bahwa anak yang dikeroyok itu benar2 Dipa, pada saat ia masih beberapa belas langkah jauhnya, berserulah ia menghentikan perbuatan anak2 nakal itu "Hai, berhentilah dulu ! Jangan menyiksa Dipa..." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kawanan keenam anak2 nakal itu terkejut. Mereka serempak hentikan penyiksaannya kepada Dipa. Sedang anak yang agak besar dan tegak menginjak sebelah kakinya di atas segunduk batu, pun terbeliak rentangkan mata lebar2. Memang kedatangan seorang brahmana dari gapura di atas tanah tanjakan, diketahuinya juga. Tetapi setitikpun ia tak pernah menyangka bahwa brahmana pendatang itu akan menghentikan pemukulan. Serentak anak itu bercekak pinggang, membengiskan kerut wajahnya. Keenam anak2 itu setelah berhenti memukul, segera menghamburkan pandang kearah anak yang bercekak pinggang itu. Rupanya anak itulah yang menjadi pemimpin mereka dan yang memerintahkan pemukulan itu. Anak bercekak pinggang itupun memberi isyarat dengan anggukan kepala dan keenam anak itu cepat berputat diri, tegak berjajar menghadang dihadapan Anuraga. "Mengapa engkau memukuli Dipa ? Apakah salahnya ?" serta tiba pada jarak tiga langkah dengan kawanan anak2 nakal itu, Anuraga berhenti dan bertanya. Salah seorang anak bertubuh gemuk kekar dan mengenakan baju warna hijau daun, membentak "Siapa yang engkau tanyakan? Dipa? Siapakah Dipa itu?" Anuraga menjawab tenang "Bukankah anak yang engkau pukuli itu Dipa ?" "Tidak! Disini tak ada anak yang bernama Dipa!" Anuraga kerutkan dahi "Anak itu jelas Dipa. Harap kalian menyisih, aku hendak bicara kepadanya" "Tidak! Dia bukan Dipa tetapi si Gajah, anak gembala gajihan buyut desa" sahut anak bertubuh kekar dengan garang. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga memandang anak itu dan kawan2nya. Sikap, katakata dan pakaian yang mereka kenakan, cepat memberi kesan bahwa saat itu ia sedang berhadapan dengan sekawanan anak-anak nakal yang gemar berkelahi dan menimbulkan onar. Anuragapun segera teringat akan keterangan Dipa bahwa namanya itu tak diakui oleh masyarakat desanya. Penduduk dan anak2 didesa itu memanggilnya si Gajah "Ya, benar si Gajah. Aku hendak bicara kepadanya" cepat ia beralih nada. "Siapa engkau, brahmana? mengapa engkau kenal Gajah?" anak bertubuh kekar itu balas bertanya. Sebelum Anuraga menyahut, tiba2 salah seorang anak lain berseru "Tentu brahmana yang menjelajahi desa2 untuk memungut sedekah!" "Benar! Benar" sambut kawannya yang lain pula "memang desa kita sering didatangi brahmana dan pendeta yang minta sedekah. Katanya untuk wakaf asrama dan candi. Ada beberapa yang minta dengan cara memaksa ..." "Tentulah brahmana ini juga begitu!" "Ya, mereka memang mengganggu. Silih berganti yang datang. Ada saja alasannya untuk meminta sedekah itu. Ayah pernah didatangi dan karena takut digertak, akhirnya ayah terpaksa memberi uang beberapa tali ..." Demikian hiruk pikuk kawanan anak2 itu berteriak-teriak mengumpat brahmana dan pendeta. Tiba2 anak bertubuh kekar itu mengacungkan tangan ke atas dan seketika berhentilah anak2 itu berteriak. Anak bertubuh kekar itu tampil ke muka.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Brahmana" katanya berlagak "pergilah kelain tempat. Desa kami sudah banyak memberi sumbangan kepada kaum brahmana dan pendeta!" Merah wajah Anuraga karena tersinggung oleh kata2 yang bernada menghina itu. Ia dianggap seorang brahmana yang hendak memungut sedekah. Untunglah ia cepat dapat menyadari kedudukannya dengan keadaan anak2 itu. Kelirulah kalau ia menghendaki anak2 itu harus berpikir dan berlaku seperti dirinya. Sesalah orang yang marah terhadap seekor ayam yang masuk kedalam rumah dan bertelek diatas meja. Lalu ayam itu di pukul dan dimaki-maki tak kenal aturan. Ia anggap dan mempersamakan ayam itu supaya berpikir seperti dirinya seorang manusia. Bahwa bertelek diatas meja itu perbuatan yang kurang ajar. Sejenak Anuraga merenung, bagaimana ia harus bertindak menghadapi anak2 nakal itu. Pada lain kejab iapun tertawa ringan. "Kamu salah faham. Sama sekali aku tak bermaksud minta derma kedesa ini. Aku hendak mencari si Gajah yang menolong jiwaku ketika aku hendak disambar ular dalam hutan ..." "Gajah menolong jiwamu? Ah, tak mungkin! Bagaimana anak semacam si Gajah dapat menolong seorang brahmana yang masih muda perkasa seperti engkau! Benar aku anak desa tetapi tak mudah orang hendak menipu aku!" seru anak bertubuh kekar itu sambil tegakkan kepala beranjak. Anuraga tetap memelihara kesabarannya, katanya "Aku tak ingin membohongimu. Terserah kalau engkau tak mempercayai keteranganku. Tetapi ingin kutanya, apa sebab engkau dan kawan2mu memukuli Gajah? Apakah kesalahannya?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dia mencuri dua ekor kambing milik buyut desa yang disuruhnya menggembalakan!" "Karena tuduhan itu maka kalian terus bertindak main menjadi hakim sendiri?" cepat Anuraga menumpangi pertanyaan. "Hai, engkau hendak membela seorang pencuri? Apakah engkau ingin kami perlakukan seperti si Gajah?" anak bertubuh kekar itu menantang sambil mengepal-ngepal tinju. Namun Anuraga tetap tenang. "Enyahlah sebelum kupaksa dengan kekerasan!" anak itu melangkah maju diikuti kelima kawannya. Karena Anuraga tetap tak berkisar, mereka menganggap brahmana itu membangkang. Keenam anak itu serempak mengangkat tinju hendak memukul. "Wawa, berhenti!" tiba2 putera buyut desa yang berada di belakang, berseru melarangnya. Wawa, anak bertubuh kekar itu serentak berhenti. Dia anak pandai besi yang terkenal kuat dan pemberani. Tiada seorang anak dalam desa itu yang berani kepadanya, kecuali putera buyut desa. Karena putera buyut itu selalu memanjakan dengan hadiah2 uang dan barang. Kawanan anak2 itu tunduk pada perintah buyut desa. "Brahmana, mengapa engkau tak tahu undang2 , negara? Bukankah pencuri itu harus ditangkap dan boleh dihajar sampai mati?" putera buyut itu maju menghampiri. Anuraga terkesiap. Tetapi cepat ia menghias senyum dalam jawabannya "Benar, hal itu termaktub X.dalam pasal 59 dalam kitab Agama, kitab undang2 tindak pidana yang berlaku di kerajaan Majapahit. Benar atau tidak?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Putera buyut desa terbeliak pucat. Sesungguhnya ia belum pernah membaca kitab undang2 negara. Ia hanya mendengar dari ajaran ayahnya. "Karena engkau tahu undang2 negara, tentulah engkau tahu perbuatan yang dianggap penghinaan atau Parusya ?" Anak itu gelengkan kepala dan makin pucat. "Hm, akan kujelaskan" Anuraga mendesuh "Jika seorang ksatrya memaki-maki brahmana, dendanya dua tali. Jika waisya memaki-maki brahmana, dendanya ]jma tali. Jika sudra memaki-maki brahmana, dikenakan hukuman mati. Nah, kalian ini termasuk kasta mana agar dapat ditentukan hukumannya atas perbuatan kalian menghina aku seorang brahmana" "Tidak! Bohong! Engkau bukan brahmana sejati! Jangan main gertak!" teriak Wawa seraya mengajak kawan2nya maju mengeroyok. "Jangan kurang ajar" se-konyong2 Anuraga membentak sekeras2nya. Anak2 itu tersentak kaget seperti mendengar letusan petir "bawalah aku kepada buyut desa. Kalau aku seorang brahmana palsu, aku bersedia dihukum mati. Tetapi kalau aku brahman sejati, kalian harus menerima hukuman sesuai dengan perbuatan Parusya!" Demi melihat kesungguhan sikap dan ucapan brahmana itu, putera buyut desa gelisah resah. Cepat ia menyahut "Ayahku, buyut desa ini, sedang pergi ke Canggu membayar cukai! Sudahlah, tak perlu urusan ini berkepanjangan. Gajah takkan kuhajar dan akan kubawa pulang kuserahkan pada keputusan ayah apabila sudah pulang. Sedang tuan brahmanapun kuminta suka melanjutkan perjalanan"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jika putera buyut bersikap lunak, tidaklah demikian dengan Anuraga. Ia ingin memberi pelajaran kepada anak2 yang liar itu. "Baik, aku mau pergi dari sini tetapi dengan sebuah syarat!" "Syarat apa?" putera buyut terbeliak heran. Diam-diam ia menduga brahmana itu tentu akan minta uang. Tetapi ternyata dugaannya keliru. "Apabila Wawa dapat mengalahkan Gajah, segera kuangkat kaki dari sini!" "Setuju!" serentak Wawa berseru mendahului putera buyut desa. Kawan-kawanyapun mendukung. Anuraga menghampiri Gajah yang masih duduk di tanah sambil membersihkan badan yang berlumuran debu. "Dipa, beranikah engkau melawan Wawa?" tanya Anuraga dengan pandang beriba melihat keadaan anak itu. "Tidak berani" Gajah gelengkan kepala. "Ha, ha, ha . . . !" serempak anak2 itu tertawa mengejek, riuh rendah. "Dipa, kutahu engkau tentu mampu mengalahkan anak itu. Tetapi apa sebab engkau takut?" "Aku seorang anak Sudra dan mereka anak petani yang tergolong kasta Waisya. Jika aku berani melawan mereka, aku yang dihukum" "Ah" Anuraga menghela napas lalu berpaling kepada putera buyut "engkau akan kubebaskan dari segala tuntutan apabila engkau suka membebaskan Gajah dari hukuman berkelahi dengan Wawa"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Putera buyut itu tahu bahwa Gajah tentu kalah melawan Wawa yang lebih besar dan kuat. Maka cepat ia memberikan persetujuannya. "Dipa, putera tuanmu sudah meluluskan engkau takkan dihukum. Hayo, berdiri dan hadapilah Wawa!" kata Anuraga seraya memimpin anak itu bangun. "Tetapi, paman..." "Jangan berbanyak hati, Dipa. Semua akibat dari peristiwa itu, akulah yang bertanggung jawab!" Mendengar itu hilanglah semua keraguan hati Dipa. Diam2 ia merasa penasaran kepada Wawa yang tadi paling banyak menghujani pukulan kepadanya. Dipa maju menghampiri Wawa, anak yang lebih besar, lebih kuat dan paling pemberani dalam desa ... o)0oood^wooo0(



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



Jilid 3



I Dipa benar2 menjadi bayangan sanubari brahmana Anuraga. Derita nasib anak itu serta kelurusan hatinya merupakan imbauan kicau burung dipagi hari. Imbauan yang membangkitkan alam perasaan hati brahmana muda itu. "Om awighnam astu namas siddham ...." demikian mulut Anuraga mendamba puji doa. Artinya: Tuhan, Pencipta, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pelindung dan Pengakhir alam. Semoga tiada aral kepada sujudku yang sesempurna-sempurnanya'. "Semoga anak itu diberi kekuatan lahir bathin dalam mengarungi lautan derita ...." Entah bagaimana, melalui getaran halus dalam alam bawah sadarnya, Anuraga mempunyai suatu naluri tajam. Bahwa anak gembala yang memiliki jasmaniah yang luar biasa itu, kelak akan menjadi orang yang tumbuh cemerlang. Rasa sayang itu menumbuhkan suatu janji dalam hati brahmana muda itu. Bahwa kelak apabila tugasnya sudah selesai, ia pasti akan datang menebus kebebasan anak bhaktadasa itu dan hendak diserahkan kepada Eyang Lembu Wungkuk supaya diasuh. Namun lamunannya buyar bagai awan tertiup angin ketika pandang matanya tertumbuk pada diri Dipa. Pakaian anak itu compang ramping, dada dan lengannya babak belur, begab2 membiru telur. Itulah hasil dari keliaran anak2 yang mengeroyok dan memukulinya tadi. Serentak timbul rasa sesal beriba dakm hati brahmana muda itu. Jika tahu keadaan itu, tentu tak sampai hati ia menyuruhnya berkelahi lawan Wawa. Diam2 brahmana itu menghela napas. Ketika selam sesalnya tiba di dasar sanubari, memerciklah suatu rasa kekaguman terhadap anak itu. Sejak turun dari tanah tanjakan dan menyaksikan perkelahian itu, tak sepatahpun didengarnya mulut anak itu merintih dan mengerang. Bahkan pada saat disuruhnya berkelahi melawan Wawa, anak itu tak mau menyatakan penderitaannya. Perpaduan rasa sesal dan rasa kagum itu melahirkan rasa malu dalam hati Anuraga. Mengapa ia seorang brahmana harus melayani tingkah ulah kawanan anak2 liar? Mengapa ia mempunyai pikiran untuk mengadu anak2 itu? Bukankah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan tindakan itu, ia juga diliputi-oleh pikiran dan sikap seperti anak2 liar? Ah ... . sesaat kemudian ia membantah dalam hati. Sekalikali ia tak memiliki pikiran mengadu anak seperti hendak melihat adu cengkerik. Tetapi tujuannya ialah hendak memberi pelajaran supaya anak2 itu insyaf. Dan satu-satunya jalan untuk melaksanakan hal itu, ialah dengan menundukkan Wawa, pemimpin anak2 nakal itu. Kedudukan sebagai brahmana, tak memungkinkan ia berkelahi dengan anak2. Maka terpaksa dipinjamnya tangan Dipa untuk melakukan rencananya itu. Masalah kenakalan anak2 memang banyak sumber sebab musababnya. Karenanya, cara pemecahannyapun harus disesuaikan dengan keadaan dan sifat kenakalan mereka. Namun lazimnya, ciri khas dari sifat kenakalan anak2 itu, bertolak pada pengembangan masa kedewasaan mereka. Masa dewasa itu, merupakan titik permulaan baru dalam alam pikiran, sikap dan peribadi mereka. Sesuai dengan jasmaniah yang tumbuh besar, besar pula jiwa dan keberanian mereka. Sok-pemberani, sok jagoan dan tingkah yang sok itu paling menonjol. Menghadapi sikap demikian, sering tindakan yang bersifat keras harus diambil. Karena dengan bahasa itulah kiranya mereka baru mau mendengar kata dan insyaf akan kesalahannya. Semisal hanya dengan apilah maka besi itu baru dapat diluluhkan .... Kedua kalinya, Anuraga memang ingin meneliti lebih lanjut, sampai dimanakah peribadi, semangat, nyali dan tulang2 Dipa itu dapat ditempa menjadi bahan manusia pilihan yang akan mengemban tugas mangsakala. Demikian tak ubah Anuraga seperti seorang Empu yang sedang meneliti bahan wesi-aji yang akan ditempanya menjadi keris pusaka yang bertuah kesaktian. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bssar yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tentu akan menempuh peristiwa2 sejarah besar. Hanya tunas2 gemblengan yang kelak sanggup menghadapi peristiwa2 jaman yang akan datang. Namun setelah menyadari keadaan tubuh Dipa, Anuraga diam2 menyesal dalam hati. Tetapi sebagai seorang brahmana, ia tak mau menarik kembali ucapannya. Betapapun rasa sesalnya, namun ia harus merelakan Dipa berkelahi dengan Wawa. Tiada lain jalan untuk menebus kekhilafannya itu kecuali suatu janji dalam hati. Bahwa ia harus melindungi keselamatan jiwa anak itu. Apabila terjadi sesuatu pada diri Dipa, ia pasti takkan berpeluk tangan dan akan berusaha menolongnya dengan jalan apapun juga. "Ho, Gajah, engkau berani melawan aku?" ejek Wawa ketika Dipa berdiri di hadapannya. "Sejak dahulu sebenarnya aku tak berani . . . ." "Lalu mengapa sekarang kau berani?" tanya Wawa. Dipa tersipu berpaling kearah Anuraga "Karena melakukan perintah paman brahmana itu ... ." "Paman brahmana ? Ha, ha, ha" Wawa tertawa terbersitbersit "sejak kapankah engkau mempunyai paman seorang brahmana ?" Wajah Dipa pucat lesi, sahutnya tersendat "Tidak .... tetapi brahmana itu yang minta kusebut paman....” "Sudahlah, jangan pedulikan hal itu. Itu urusanku dengan Gajah, tak perlu engkau ikut campur. Kalau engkau berani, segera saja mulai berkelahi. Kalau takut, bilang saja terus terang!" seru A nuraga. "Ho, jangan kuatir brahmana" sahut Wawa dengan nada mengejek "jagomu pasti akan kupatahkan tulang lehernya!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian Wawa maju selangkah merapat Dipa "Gajah, apakah yang engkau andaikan hendak melawan aku ? Lihatlah lenganku ini" Wawa menekuk lengan kanannya lalu dikencangkan sekuatnya hingga daging lengan sebelah atas membenjul besar. Dipa hanya menyeringai dan memuji secara jujur "Uh, kuat benar tenagamu ..." Wawa tersenyum bangga, tegurnya "Cobalah engkau tunjukkan kekuatanmu!" "Ah, tidak, aku tak sekuat engkau!" Dipa tersipu2 malu. "Lalu apa yang engkau andalkan ? Lebih baik engkau berjongkok menyembah kakiku, nanti kuampuni daripada tulang lehermu kupatahkan!"seru Wawa dengan congkaknya. "Kalau aku mau saja menyembah kakimu" sahut Dipa tenang "tetapi karena paman brahmana yang menyuruh, aku tak dapat mengecewakan hatinya. Biarlah tulangku remuk, aku harus melakukan perintahnya" Saat itu tampak muka Wawa merah padam. Rupanya ia sudah dimanjakan oleh puji dan ketaatan dari kawankawannya. Tak pernah ada kawannya yang berani menolak perintahnya. Maka kata2 Dipa itu dianggapnya amat menyinggung. Untuk menjaga gengsi di hadapan kawankawannya, ia harus menghajar Dipa sampai remuk. "Monyet kecil, rasakan ketupatku ini!" serentak Wawa ayunkan tinju kanan kearah muka Dipa. Ia percaya, sekali pukul, anak itu tentu rubuh. Namun tak pernah ia menyangka bahwa tinju yang dilayangkan amat cepat dan keras itu, hanya menerpa angin saja. Ketika mencari Dipa, ternyata anak itu tegak berdiri di http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebelah kiri "Uh, dia dapat menghindar ..." saat itu barulah ia tersadar. Marahnya makin meluap "Setan, engkau berani mempermainkan aku!" ia loncat menerjangkan tinju ke dada Dipa. Dan untuk menjaga kemungkinan anak itu akan menghindar lagi, ia menyerempaki dengan gerakan tangan kiri untuk menampar lambung. Wut, wut . .. terdengar angin berkesiur, disusul dengan keluh tertahan bernada hamburan kejut "Uh, luput ..." Untuk yang kedua kalinya, serangan Wawa itu tak menemui sasarannya karena Dipa loncat menghindar mundur. Anak itu masih meragukan dirinya sendiri adakah ia kuat beradu pukulan dengan Wawa jagoan dalam desanya. Maka tetap ia menggunakan cara yang pertama, menghindar ke belakang. Sesungguhnya kawanan anak2 yang lain itu terkejut dan kagum melihat ketangkasan Dipa menghindarkan diri. Namun karena takut membuat Wawa marah, merekapun tak berani bersorate memuji. Tetapi mereka adalah anak2 yang mudah terperangsang hatinya dan sukar menutup mulut apabila menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Dengan cerdik, salah seorang dari anak2 itu alihkan keinginan mulutnya, untuk menganjurkan Wawa "Kang Wawa, jangan kasih hati pada si Gajah! Terus hajar dia sampai mati!" Kawan-kawannyapun segera mengikuti. Mereka ber-sorak2 memberi anjuran kepada Wawa supaya meremuk Gajah. Bagai api dihembus angin, berkobarlah kemarahan Wawa. Sepasang gundu matanya merah mengembang keluar seolaholah hendak meluncur dari kelopaknya. Gerahamnya bergemerutukan seperti penderita sakit demam. Kedua tangan dikembangkan dimuka dada. Kemudian dengan diantar teriak makian yang kotor, ia segera loncat menerkam Dipa. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wawa seorang anak tukang pandai besi. Karena setiap hari ia disuruh ayahnya membantu pekerjaan menempa besi, Wawa tumbuh menjadi seorang anak yang bertubuh kekar dan bertenaga kuat. Diapun pandai bergumul dan gelut. Memang yang dikatakan tadi, bukan membual. Apabila berhasil mencengkeram leher Dipa, anak pandai besi itu tentu sanggup meremukkan tulang lehernya. Lingkungan hidup pandai besi yang kasar, membuatnya seorang anak yang gemar dan pandai memaki-maki. Melihat sikap dan gaya serangan yang dilancarkan Wawa, bersoraklah kawanan anak2 yang lain. Mereka bersiap-siap untuk menyambut rubuhnya Gajah dengan tempik sorak yang meriah. Merekapun membayangkan apa yang harus dilakukan untuk mengantar kepergian brahmana akibat kekalahan Gajah. Yang jelas, mereka tentu akan bersorak-sorak gembira mengejek brahmana. Namun sampai beberapa jenak, belum juga peristiwa yang dinantikan itu tiba. Wawa masih bergerak menerkam2 si Gajah. Dan Gajah masih tetap berlincahan menyusup kesana menyelinap kemari, menghindar kekanan dan menyelundup kekiri. Sepintas pandang menyerupai serangan harimau yang buas kepada si pelanduk yang cerdik dan tangkas. Tangan anak2 yang sedianya hendak ditepukkan, tetap terhenti di tempatnya. Mulut mereka yang akan meletuskan sorak sorai, tetap ternganga. Dan akhirnya wajah merekapun mulai mengerut gelisah. Keadaan mereka, berlawanan dengan brahmana Anuraga. Jika bermula brahmana itu tegang2 cemas melihat gerakan Wawa, akhirnya ia berseri gembira menyaksikan tingkah ulah si Gajah. Anuraga kejut-kejut girang. Sama sekali ia tak



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pernah menyangka bahwa Gajah ternyata seorang anak yang berotak cerdas dan tajam ingatan. "Ah, mengapa hanya dengan melihat aku bertempur melawan Windu Janur semalam, Gajah sudah dapat menirukan gerakanku. Hm, sayang ia hanya dapat menirukan tetapi tak mengerti inti gerak tata kelahi yang kulakukan itu. Untunglah yang dihadapinya itu hanya seorang anak macam Wawa" diam2 ia menghela napas longgar. Apa yang dikatakan Anuraga itu memang benar. Gajah melakukan gerakan brahmana Anuraga yang diingatnya dalam hati. Seperti Anuraga mampu bertahan menghadapi serangan Windu Janur, iapun dapat juga menyelamatkan diri dari terkaman Wawa. Putera buyut dosapun terkejut sekali. Ia tak pernah menyangka bahwa si Gajah dapat berkelahi sedemikian bagusnya melawan Wawa. Padahal Wawa adalah anak jagoan yang paling tangguh dan ditakuti dalam desa. Gajah yang diketahuinya, hanyalah anak yang disuruh menggembalakan kambing. A nak yang selalu takut kepada siapapun juga. Anak yang selalu menjadi sasaran ejekan dan sasaran tangan anak2 yang lain. "Hm, mengapa tiba2 Gajah mengerti ilmu tatakelahi? Siapakah yang mengajarkan kepadanya? Setan, kalau begitu selama ini dia hanya berpura-pura penakut saja. Awas, setelah perkelahian ini selesai, tentu akan kutanyai siapa, dari mana ia memperoleh ajaran berkelahi itu" diam2 putera buyut itu merancang. Dikala anak2 itu mulai lemas semangat karena Wawa tak mampu mengalahkan Gajah. Diwaktu Anuraga berseri gembira melihat ulah gerakan Gajah dan disaat putera buyut desa tengah merancang-rancang apa yang akan dilakukan kepada http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ si Gajah nanti, tiba-tiba di gelanggang perkelahian itu telah terjadi suatu peristiwa perobahan yang tak terduga-duga. Dengan rentangkan kedua belah tangannya, Wawa maju menyergap. Dan tampaknya Dipa terkejut. Hanya sejenak ia tertegun lalu loncat pula kesamping. Namun kali ini, ia kalah cepat. Tangan Wawa yang menebar hendak mencengkeram bahu Dipa, sekonyong-konyong dikepalkan untuk meninju. Bluk .... bahu Dipa tertinju sehingga anak itu terhuyung. Wawa menyusuli pula dengan sebuah tendangan keras ke pantat lawan. Plak .... bagai layang2 putus tali, tubuh Dipa makin deras terlempar kemuka. Ia kehilangan keseimbangan badan dan jatuh tersungkur menyusur tanah Sorak sorai bergemuruh memenuhi celah2 tebing dan ngarai yang mengelilingi tanah lapang itu. Walaupun hanya lima orang anak yang bersorak, namun ramainya seperti orang merencak harimau yang nyasar ke dalam desa. Anuraga tersentak kaget. Cepat ia hendak menolong anak itu. Tetapi ia urungkan niatnya ketika melihat Wawa tak menyerang lagi melainkan tegak berdiri bercekak pinggang. Sikapnya tak ubah seperti seekor ayam jago yang berkokok membanggakan kemenangannya. Namun karena kaki sudah terlanjur diayun, Anuragapun tetap lanjutkan langkah menuju ke gelanggang. Ia tetap menghampiri Dipa yang saat itu masih tersungkur di tanah. Rupanya berat juga anak itu rubuh sehingga beberapa saat matanya masih terasa berkunang-kunang, kepala pening. Anuraga tahu apa sebab Dipa menderita kekalahan itu. Anak itu, berkat ingatannya yang tajam, dapat menirukan gerakannya ketika ia bertempur lawan Windu Janur. Dan apa yang diketahui Dipa, amat terbatas sekali. Maka setelah semua gerak yang diingatnya itu habis ditirukan seluruhnya, ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bingung. Tak tahu bagaimana ia harus menghadapi sergapan Wawa. Kebingungan itulah yang menyebabkan Dipa tertegun. Dan kelambatan yang hanya beberapa kejab itu harus dibayar mahal. Tubuhnya terbanting, mukanya menumbuk tanah keras. Kulit muka anak itu lecet, hidungnya berdarah. "Dipa, engkau terluka ?" tegur Anuraga dengan nada lembut beriba-iba. "Ho, brahmana, jagomu jago kapuk. Baru termakan pukulan sekali saja, suduh jera!" teriak Wawa "bagaimana? Sudah menyerah kalah atau masih minta kuhajar sampai remuk!" Anuraga tak menghiraukan kesombongan anak itu. Ia curahkan perhatian untuk membangkitkan semangat Dipa "Nak, sakitkah engkau ?" ulangnya. Dipa menggeliat duduk. Diusapnya muka dan hidungnya yang berdarah itu dengan ujung baju, lalu menjawab "Sakit sedikit tetapi sekarang sudah tak terasa” Anuraga mengangguk kagum, la tahu bahwa anak itu memang keras hati dan tak pernah merintih walaupun menderita kesakitan yang bagaimanapun juga. "Dipa, engkau seorang anak laki2 yang jantan. Indahnya langit karena bertabur bintang2 bergemerlapan. Indahnya hidup karena berhias derita. Menang atau kalah sudah jamak dalam peperaigan atau perkelahian. Yang menang bisa kalah, yarg kalah akan dapat menang. Apabila yang menang itu dimabuk kemenangan dan yang kalah itu mau meneliti sebab2 kekalahannya...."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga berhenti sejenak untuk menyelidik kesan di wajah anak itu. Dilihatnya Dipa mendengarkan dengan penuh perhatian. "Setelah mendengar keteranganmu bahwa engkau telah minum darah ular berjampang, kutahu secara ajaib engkau telah memperoleh suatu anugerah yang jarang diperolah orang. Engkau telah mendapat kekuatan tenaga alamiah yang besar. Karena itulah maka kusuruh engkau melawan Wawa karena kupercaya engkau mempunyai kemungkinan besar untuk mengalahkannya. Dan benar-benar tidak pernah kuduga sebelumnya bahwa berkat ingatanmu yang tajam, engkau dapat menirukan gerakanku semalam ketika aku melawan pendeta Windu Janur. A ku gembira sekali atas kecerdasanmu. Seharusnya engkau dapat memenangkan pertempuran itu apabila engkau tak bingung. Setelah habis melakukan gerak itu seluruhnya, jangan gugup, ulangilah lagi dari permulaan. Tetapi hal itu memang tak dapat menialahkanmu. Karena engkau hanya meniru, tak pernah menerima pelajaran ilmu tata-gerak itu secara langsung" "Ya, paman ...." Rupanya Wawa tak sabar menunggu lebih lama, teriaknya "Hai, Gajah, saat ini engkau sedang bertanding lawan aku. Engkau masih berani berkelahi lagi atau sudah menyerah kalah?" Dipa terbeliak. Ia hendak menjawab tetapi didahului Anuraga "Dipa, kutahu sumber penyebab kekalahanmu. Sekalipun tanpa menirukan tata-gerak yang kulakukan semalam, engkau tetap akan mengalahkan anak itu. Yang utama dalam menghadapi lawan, janganlah sekali-kali engkau menilai siapakah diri lawanmu itu dan siapakah dirimu. Karena penilaian itu akan memberi akibat kurang baik. Jika engkau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menganggap dirimu lebih unggul, mudahlah engkau dikuasai rasa congkak dan memandang rendah lawan. Jika engkau merasa dirimu lebih rendah atau lemah, tentu engkau segera dihinggapi rasa takut dan hilang kepercayaan pada dirimu. Oleh karena itu, janganlah menilai lawan dari kedudukan, golongan dan kekuatannya. Melainkan anggaplah lawanmu itu sebagai seekor harimau. Jika engkau tak menghancurkannya, dia pasti akan memakanmu" Dipa hanya terdiam mengangguk-angguk. Anuraga menyadari bahwa Dipa itu masih diselimuti ketat oleh rasa rendah diri dari kelahirannya. Anak sekecil itu sudah mengerti bahwa dirinya seorang anak Sudra, kasta yang paling rendah. Bahwa sebagai anak Sudra, ia harus menghormat setiap orang, harus mengalah dan menerima perlakuan apapun dari mereka. "Apabila alam pikiran dan jiwa anak itu tak dibangun, kelak dia tentu sukar berkembang" Anuraga menimang dalam hati. Diam2 iapun merencanakan, pada lain kesempatan yang luang, ia akan menceritakan kepada anak itu tentang sejarah kehidupan Ken Arok yang penuh noda hitam. Lahir dari hubungan gelap dan dibuang oleh ibunya. Dibesarkan oleh seorang pencuri yang mendidiknya dalam bidang kemaksiatan. Akhirnya membunuh Akuwu Tumapel dan merebut isteri dan kedudukan Akuwu itu lalu melangkah pula pada puncak tangga yang teratas sebagai raja pertama dari Singosari dengan gelar Rajasa Bhatara sang Amurwabumi. "Dipa" katanya "dua kali engkau telah menderita kekerasan tangan Wawa. Pertama, engkau dikeroyok dan dipukuli lalu engkau dihantam dan ditendang. Kukuatir apabila engkau masih berani melawannya lagi engkau pasti akan menderita cedera yang lebih hebat lagi. Mungkin lehermu akan dipelintir, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tubuhmu akan dibanting sampai tulang-tulangmu pecah. Memang begitulah nasib orang yang kalah. Diejek, dihina dan ditindas. Kebalikannya apabila engkau dapat mengalahkan Wawa, engkau pasti bebas dari gangguan anak2 nakal itu. Mereka tentu jeri kepadamu dan tak berani menghinamu lagi. Tetapi ah . . aku yang salah. Mengapa tahu kalau engkau kalah kuat dari Wawa, kusuruhmu melawannya. Dipa, ikutlah pulang dengan putera buyut itu dan akupun hendak melanjutkan perjalanan kepura kerajaan ..." "Hai, Gajah, sudah jemu aku menunggumu. Kalau engkau tetap duduk disitu, kepalamu akan kuinjak-injak" tiba2 Wawa berseru seraya maju menghampiri. Tiba2 Dipa beranjak bangun. Kelesuan wajahnya lenyap. Sepasang gundu matanya yang bundar tampak menggelimang minyak. Bulu alisnya yang lebat meregang tegak. Hidungnya yang besar mengembang basah seperti singa yang menghadapi lawan. "Dipa .... engkau hendak melanjutkan berkelahi lagi?" seru Anuraga kejut2 girang. Dipa tak sempat menyahut. Ia hanya anggukkan kepala lalu maju selangkah. Wawa agak terbeliak melihat sikap si Gajah. Namun secepat itu pula ia menghardik "Bagus, Gajah. Gembira sekali hatiku mendapat lawan senekad engkau. Biasanya lawanku tentu suka lari terkencing-kencing setelah merasakan tinjuku!" "Memang benar" sahut Dipa "tinjunya amat keras sekali. Aku sendiripun heran mengapa tulangku tak patah menerima pukulanmu" "Baiklah" seru Wawa "kali ini tulangmu tentu remuk. Kumulai sekarang!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anak yang lebih besar badannya dan lebih tua umurnya itu, segera layangkan tinju kearah muka lawannya. Dan seperti pertempuran yang tadi, Dipa si Gajahpun menggunakan tatagerak dari Anuraga untuk menghindar. Pertempuran berlangsung seru. Wawa tampak amat bernapsu sekali untuk memukul rubuh lawannya. Tangan dan kaki serempak digerakkan untuk meninju dan menyepak. Menghadapi serangan gencar itu, mau tak mau Gajah tampak terdesak. Anak itu mulai gugup sehingga gerak penghindarannya mulai kacau. Dan akhirnya terbawalah ia dalam irama serangan lawan. Makin jauh gerakannya dari tata-gerak yang dilakukan Anuraga. Anuraga mulai gelisah. Bermula ia tak puas. Dianggapnya Dipa lemah nyali, cepat gugup. Tetapi pada lain saat, brahmana itu cepat menyadari bahwa si Gajah itu memang seorang anak penggembala yang tak tahu pengalaman. Dan tata-gerak yang dilangsungkan itu, hanya hasil melihat Anuraga berkelahi. Dan bukan langsung menerima pelajaran ilmu itu. Bahwa Gajah gugup dan bingung, memang dapat dimaklumi. Lawannya seorang anak yang lebih besar, lebih kuat dan lebih kejam. Membayangkan hal itu, kecemasan Anuraga makin meningkat. Ia kuatir anak itu akan menderita lebih parah Tetapi sebelum ia sempat memikirkan daya untuk menolong, digelanggang telah terjadi perobahan yang mengejutkan. Wawa berhasil mendaratkan pukulannya ke bahu Dipa sehingga anak itu terpontang panting kebelakang. Wawa tak mau memberi ampun lagi. Dihunjamnya sebuah tinju lagi kedada lawan, duk. . . Dipa sempat miringkan tubuh sehingga bahunya yang menderita. Tubuh anak itu berguncangguncang keras. Belum sempat ia menegakkan diri, pukulan Wawa melayang pula. Bagai hujan mencurah, tinju Wawa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhamburan menabur tubuh Dipa. Anak itu benar2 tak berdaya namun walaupun hidung dan mulutnya mengucur darah, ia masih kuat bertahan tak sampai rubuh. Setiap tinju Wawa mendera tubuh Dipa, kawanan anak2 itu selalu menyambut dengan sorak sorai "Bagus, hajar terus sampai mati!" Jika Dipa menderita siksaan badan, adalah Anuraga menderita siksaan batin. Brahmana itu benar2 gelisah sekali Lebih gelisah dari pada ketika semalam ia bertempur lawan Windu Janun Akhirnya karena tak tahan melihat penderitaan Dipa, ia terus hendak loncat ke tengah gelanggang untuk mencegah Wawa. Biarlah Dipa dinyatakan kalah dan ia tinggalkan desa itu daripada Dipa menderita kesakitan. Tetapi keputusannya itupun terlambat. Sebuah hantaman keras dari Wawa, membuat Dipa terhuyung-huyung ke belakang dan rubuh. Dan pada saat itu Wawapun loncat menerkamnya .... “Hai, berhenti ....” Anuraga tak dapat bersabar diri lagi. Ia loncat dan meneriaki Wawa. Tetapi brahmana itu mendadak terhenti ditengah jalan. Suatu peristiwa yang tak terduga-duga telah terjadi. Pada saat Wawa tiba dan ulurkan kedua tangan hendak mencekik leher Dipa, tiba2 Dipa melonjak bangun dan menyongsong perut Wawa dengan kepalanya, duk .... Wawa tak menyangka bahwa si Gajah yang sudah rubuh tak berdaya itu masih mampu bergerak. Ia yakin pukulannya yang terakhir itu tentu membuat Dipa pingsan. Maka dengan hati longgar, ia menghampiri hendak mencekik leher anak itu. Karena gerakan Dipa itu tak disangkanya sama sekali dan dilakukan pada jarak yang amat dekat, Wawa tak mampu menghindar dan melindungi diri lagi. Perutnya serasa terbentur batu keras, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ napas serasa berhenti seketika dan kekuatannyapun hilang sama sekali. Tubuh Wawa terdorong jatuh kebelakang, duk .... kepalanya terantuk batu dan rebahlah ia tak dapat berkutik lagi! Sementara sehabis membenturkan kepala keperut Wawa, pandang mata Dipapun berkunang-kunang lalu gelap semakin gelap dan akhirnya iapun rubuh juga . . . Pecahlah jerit pekikan dari kawanan anak2 nakal itu ketika melihat Wawa terkapar rebah ditanah. Mereka berhamburan menghampiri "Wawa, Wawa! Mengapa engkau ? Bangunlah ...." mereka sibuk mengguncang-guncang tubuh Wawa seraya memanggilnya. Namun Wawa tetap pejamkan mata. Mereka tetap berusaha membangunkannya, "Hai, kepalanya berdarah!" tiba2 salah seorang anak memekik kaget ketika melihat kepala Wawa bergenang darah. "Tubuhnya kaku!" teriak lain anak. "Mulutnya berbuih . . . . !" sambung kawannya. "Celaka! Wawa mati . . . !"tiba2 seorang anak menjerit kaget "hayo kita laporkan pada bapaknya!" anak itu terus lari seraya berteriak-teriak "Wawa mati! Wawa mati dibunuh si Gajah ....!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Laksana tawon dionggok dari sarangnya, berhamburanlah anak2 itu lari ke dalam desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak sekuat-kuatnya bahwa Wawa mati dibunuh si Gajah. Melihat itu, putera buyut desapun juga hendak menyusul mereka. Tetapi A nuraga mencegahnya "Baiklah engkau tinggal disini dulu. Kurasa Wawa tidak mati. Mungkin dia hanya pingsan!" Lebih dulu Anuraga menghampiri Dipa. Dirabanya dada anak itu. Ternyata pernapasannya masih berjalan lancar. Ia segera mengurut-urut tubuh anak itu. Beberapa saat kemudian, anak itupun tersadar "Bagian mana yang engkau rasakan sakit ?" tanya Anuraga. Tetapi Dipa menggeleng "Tidak ada yang sakit, hanya lelah" Setelah menyuruhnya beristirahat, Anuraga lalu menghampiri Wawa. Juga ia memeriksa detak pernapasan anak itu. Walaupun agak lemah, tetapi masih berdetak. Jelas anak itupun hanya pingsan. Anuraga juga memberi pertolongan dengan mengurut tubuhnya. Beda dengan Dipa, rupanya karena kepala Wawa terbentur batu sehingga berdarah, anak itu lebih payah keadaannya. Maka sampai beberapa saat, belum juga Anuraga dapat menyadarkannya. "Bagaimana keadaannya" tanya putera buyut desa dengan rasa cemas. "Kepalanya luka terbentur batu. Rupanya agak berat tetapi dia tidak mati, hanya pingsan" sahut Anuraga. Kemudian ia mengatakan, kalau pendarahan itu tak lekas dihentikan, Wawa tentu sukar disadarkan "jika rumahmu mempunyai persediaan obat, silahkan pulang mengambilnya"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya, baiklah. Dalam desa ada seorang dukun yang pandai mengobati. Akan kubawanya kemari" putera buyut segera lari ke dalam desa untuk memanggil dukun. "Paman, apakah Wawa . . . mati?" tanya Dipa ketakutan. Ia pernah mendengar cerita orang bahwa barang siapa membunuh orang, tentu akan dihukum mati. Anuraga gelengkan kepala "Dia tidak mati tetapi luka parah. Mungkin apabila sembuh, dia tentu cacad kepalanya!" "Cacad . . . !" Dipa makin ketakutan. "Kemungkinan begitu, mudah-mudahan tidak" kata Anuraga "tetapi andaikata dia cacad, bahkan mati sekalipun, tak perlulah engkau takut. Akulah yang bertanggung jawab!" "Ah, jangan paman. Aku yang melukainya, aku pula yang harus menerima hukuman" "Engkau melakukan itu atas perintahku. Maka akulah yang harus dituntut” jawab Anuraga. Kemudian ia alihkan pembicaraan, bertanya "eh, Dipa, mengapa tadi engkau tiba2 melakukan serangan dengan kepala?" "Itupun hanya menirukan paman ketika melawan pendeta. Bukankah pada saat itu paman juga terdesak lalu tiba2 paman menghantamnya? Karena tak tahu ilmu pukulan apa yang paman gunakan, maka kugunakan saja kepalaku untuk membentur dadanya" Anuraga tertawa "Benarlah, Dipa. Memang dalam berkelahi, sering orang menggunakan siasat pura2 kalah sehingga lawan mencurahkan perhatiannya untuk menyerang tetapi lengah dalam penjagaan diri. Disaat itulah, secara tak terduga-duga, kita memberinya suatu pukulan yang mematikan. Bagus, Dipa, tak kukira engkau dapat menirukan siasatku!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tengah keduanya bercakap-cakap memperbincangkan perkelahian tadi, sekonyong-konyong dari arah desa terdengar orang berteriak-teriak riuh rendah. Ketika memandang kearah suara itu, Anuraga terkejut. Berpuluh-puluh penduduk desa tampak berlari-lari mendatangi dengan membawa bermacammacam alat senjata, lembing, arit, kapak, linggis, alu bahkan pedang dan tombak. "Bunuh si Gajah! Cincang anak bhaktadasa itu! Tangkap brahmana yang menyuruh si Gajah!" riuh rendah barisan penduduk itu berteriak-teriak dengan marah. Melihat kedatangan berpuluh-puluh penduduk desa yang hendak membunuh si Gajah, Anuraga cepat menyadari bahaya yang mengancam. Tentulah kawan2 Wawa tadi yang memberitahukan kepada penduduk desa tentang kematian Wawa. Sudah tentu laporan anak2 itu dititik-beratkan pada kematian Wawa sehingga menimbulkan kegemparan pendukuk. Pandai besi ayah Wawa terkejut marah. Serentak ia menyambar palu besi yang biasa digunakan menempa besi, terus lari kejalan. Pada saat itu terdengar kentongan di balai desa bertalu-talu dalam irama titir. Suatu bunyi pertandaan terjadinya peristiwa 'raja pati' atau pembunuhan. Munculnya pandai besi Panca disambut oleh berpuluh penduduk yang siap dengan senjata masing2. Mereka lalu berlari menuju ke tanah lapang datar dekat gapura desa. Untuk menghadapi ancaman penduduk yang kemungkinan akan menumpahkan dendam kemarahannya dengan tindakan main hakim sendiri itu, Anuraga cepat menarik Dipa supaya berlindung dibelakangnya. "Hai, brahmana, mana si Gajah yang membunuh anakku itu!" teriak seorang lelaki bertubuh kekar. Dia tak mengenakan baju hingga tampak dadanya yang bidang itu berhias urat2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang menonjol. Kumisnya yang lebat hingga menutup mulutnya, makin menambah keseramannya. Apalagi saat itu dia mencekal sebatang palu besi yang besar. Dan wajahnyapun merah padam seperti besi terbakar. Anuraga tahu bahwa berhadapan dengan penduduk yang sedang marah, terutama pandai besi yang menjadi ayah Wawa, ia harus bertindak tenang dan hati-hati. Tak perlu ia harus mengimbangi kata2 dan sikap mereka yang kasar. "Puteramu tidak mati" sahut Anuraga menyimpang dari pertanyaan orang "dia hanya pingsan" Pandai besi Panca terbeliak. Tiba2 ia membentak "Bohong! Kawan-kawannya mengatakan dia jatuh ditanduk dengan kepala oleh Gajah" "Dan engkau lebih percaya pada keterangan anak2 itu dari pada kata-kataku? Silahkan memeriksa anakmu" Anuraga menunjuk ke bawah pohon. Ia memang mengangkat Wawa ke bawah pohon supaya jangan tertimpa panas matahari. Pandai besi Panca seperti terjaga dari mimpi. Setiba di tanah lapang situ, bukan menyelidiki keadakan anaknya tetapi langsung hendak membunuh Gajah. Peringatan brahmana itu membuatnya tergopoh menghampiri ketempat Wawa. Beberapa penduduk, menyertai di belakangnya. Sedang sebagian masih tetap berbaris mengelilingi Anuraga. Rupanya mereka hendak menjaga supaya Anuraga jangan melarikan diri. Pandai besi itu seorang yang kasar dan pemarah. Namun melihat keadaan anaknya yang rebah tak sadarkan diri, tersentuhlah naluri ke-ayah-annya. Ia tahu Wawa itu nakal dan gemar berkelahi, suka memukul. Iapun tahu bahwa Gaiah itu lebih kecil dan kalah kuat dengan Wawa. Seharusnya ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyelidiki apa sebab anaknya yang terkenal pemberani dan jagoan dalam desi situ, sampai kalah dengan Gajah anak gembala kambing buyut desa. Namun demikianlah gejala yang menghinggapi orang2 tua pada umumnya. Betapapun jahat dan nakal anaknya, namun dia tetap membela anaknya. Salah sekalipun anaknya, tetap yang dicari kesalahannya fihak anak lain. Sifat pembelaan pandai besi kepada anaknya itu ada dua unsur. Pertama, karena ia sayang anak. Kedua, karena malu kalau anaknya yang bersalah. Demikian perasaan yang dikandung hati pandai besi Panca. Ia tetap menganggap Gajah si anak gembala itu telah melakukan kekejaman kepada Wawa. Dengan penuh rasa cemas, ia segera meraba dada Wawa lalu berusaha untuk memberi pertolongan. Namun sampai beberapa saat, belum juga ia dapat menyadarkan Wawa "Hai, darah . . . !"tiba2 pandai besi itu berteriak kaget seraya memandang tangannya yang berlumuran darah. Darah itu berasal dari kepala Wawa ketika tangan pandai besi itu meraba kepala anaknya. Pandai besi Panca membelalak, wajahnya merah membara. Sekonyong-konyong ia melonjak bangun lalu menghampiri Anuraga “Gajah, harus mengganti darah anakku. Lekas serahkan anak itu!" bentaknya menggeledek. "Sabar, ki sanak ..." baru Anuraga berkata begitu, pandai besi itu sudah menghardiknya pula "Tak perlu banyak omong, serahkan Gajah atau engkau yang kuhajar sendiri!" "Engkau tak takut dihukum karena memukul seorang brahmana?" "Persetan segala brahmana, pendeta dan wiku! Aku tak takut dihukum asal sudah mcndapat ganti jiwa anakku” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi anakmu belum mati. Mengapa engkau hendak menuntut ganti jiwa?" "Darah!" kata pandai besi seraya songsonskan telapak tangannya kemuka brahmana “lihatlah darah Wawa ini! Gajah harus mengganti darah!" “Anakmu berdarah karena berkelahi dengan Gajah. Dalam perkelahian memang sering mengucurkan darah. Gajah hampir mati dicekik anakmu sehingga ia terpaksa membenturkan kepalanya kedada Wawa" "Sekarang aku hendak mewakili Wawa untuk mencekik Gajah" teriak pandai besi Panca. Anuraga memandang lekat2 kepada pandai besi yang sedang dilanda kemarahan itu, katanya “Ki sanak negara Majapahit itu suatu nejara hukum. Negara kita mempunyai kitab undang-undang yang disebut kitab Agama atau Kutaramanawa, yang mengatur dengan lengkap semua tindak pidana. Hukum yang mengayomi dan melindungi kesejahteraan rakyat ..." "Aku tak butuh segala hukum. Hutang darah, bayar darah!" pandai besi Panca melangkah maju dan membentak "serahkan anak itu!" Berpuluh penduduk desa itupun segera merapat maju dengan sikap siap menyerang. Keadaan benar2 amat gawat. Anuraga terancam jiwanya. Ia menyadari bahwa yang dihadapi saat itu adalah penduduk desa yang kasar dan marah. Mereka memandang peristiwa itu dari sudut pembunuhan. Bahwa siapa yang membunuh harus dibunuh. Hukum darah. Anuraga makin cemas. Harapannya tunggal, dicurahkan pada putera buyut yang sedang memanggil dukun. Tetapi sampai pada detik itu tak kunjung datang. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga tak mau menanggapi sikap kasar dari penduduk yang sedang dilanda kemarahan itu. Ia masih berusaha untuk menempuh jalan damai. Serunya "Ki sanak sekalian, harap jangan bertindak jadi hakim sendiri. Kuminta kalian suka menunggu kedatangan putera buyut yang sedang memanggil dukun. Soal si Gajah, mari kita serahkan pada buyut desa untuk diadili. Jika dia memang bersalah, aku takkan melindungi, biarlah dia dihukum!" Namun pandai besi sudah gelap pikiran, buta alasan. Tujuannya hanya hendak menghajar Gajah yang dianggapnya melukai Wawa "Brahmana, karena jelas engkau hendak melindungi seorang pembunuh, terpaksa aku akan menindakmu ..." Pandai besi itu menutup kata-katanya dengan pukul besi menghantam kepala Anuraga. Melihat pandai besi, Anuragapun putus asa. Tak mungkin menyelesaikan persoalan itu dengan damai kecuali ia Gajah. Suatu hal yang tak mungkin ia lakukan.



ayunkan tindakan ia dapat serahkan



"Dipa, lekas naik kepunggungku, agar aku dapat bergerak leluasa..." cepat ia menyuruh Dipa. Setelah mendukung Dipa, Anuraga cepat menghindar kesamping. Tetapi dari samping ia sudah disambut bacokan arit dan kapak dari beberapa penduduk. Ketika Anuraga menyingkir kebelakang, beberapa senjatapun sudah menyongsongnya pula. Muka, belakang, kanan dan kiri, ia sudah diancam dengan serangan senjata tajam. Berpuluh penduduk mengepung rapat dan bersorak-sorak sambil ayunkan senjatanya. Diam2 Anuraga mengeluh. Dalam beberapa kejab lagi, kepungan penduduk itu tentu makin rapat dan pada saat itu tak mungkin lagi ia hendak menghindar dan meloloskan diri. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam keadaan terdesak sedemikian rupa, Anuraga tak dapat memikirkan lain cara yang aman kecuali harus membuka suatu jalan darah untuk lolos. Dan cepatlah ia menemukan akal "Hm, hanya dengan cara itu, mungkin dapat kukuasai mereka . . ." Pada saat itu Anuraga sengaja menghadap keutara dan membelakangi pandai besi Panca. Melihat kesempatan itu, pandai besi cepat maju merapat. Lalu ayunkan pukul besinya menghantam Gajah yang memeluk punggung brahmana. Melihat itu Gajah cepat membisiki Anuraga "Pandai besi menyerang dari belakang ...." Tetapi Anuraga diam saja seolah-olah tak mengetahui serangan dari belakang itu. Pada saat palu besi melayang, tiba2 Anuraga mengendap kebawah lalu secepat kilat berputar tubuh dan mencengkeram pergelangan tangan pandai besi terus diputar balikkan kebelakang. "Uh ..." mulut pandai besi mendesis kejut dan kesakitan. Ia tak berdaya bertahan diri dan terpaksa tubuhnya terputar kebelakang. Dan pada lain kejab tangan kiri Anuragapun sudah merampas palu besi lalu diacungkan keatas http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepala pandai besi "Jika kisanak sekalian masih menyerang aku, kepalanya terpaksa kupukul sampai hancur!" Menyaksikan pandai besi Panca terancam jiwanya, penduduk itu serempak berhenti menyerang. Mereka tercengang melihat keterangan Anuraga. Kedua kalinya, mereka kuatir brahmana itu akan membuktikan ancamannya. Mereka hendak menunggu apa yang akan dilakukan brahmana itu. Anuraga lega karena siasatnya berhasil. Namun ia tetap berusaha untuk menjernihkan suasana "Ki sanak sekalian, aku seorang brahmana yang menjunjung welas asih dan menyebar perdamaian. Jauh dari maksudku untuk menganiaya pandai besi ini . . ." "Jangan percaya omongannya! Hayo, serang . ." tiba2 pandai besi Panca berteriak menyuruh kawan-kawannya. Tetapi sebelum ia menyelesaikan kata-katanya Anuraga sudah mendorong lengan pandai besi itu makin keatas sehingga pandai besi mengaduh kesakitan. "Hai, jangan menyiksa kakang Panca! Kalau dia sampai mati, engkau harus mengganti jiwa!" teriak beberapa penduduk yang marah karena brahmana itu memperlakukan Panca sedemikian rupa. Anuraga tertawa "Telah kukatakan, aku seorang brahmana yang pantang membunuh. Namun kalau kalian tetap bertindak liar, terpaksa pandai besi ini akan kusiksa lebih hebat. Sekali lagi kutandaskan, aku tak mempunyai maksud jahat. Soal Wawa dan Gajah, baiklah kita serahkan pada buyut desa supaya diadili. Kuminta kalian jangan bertindak jadi hakim sendiri. Kita harus percaya pada keadilan undang2 negara. Barang siapa bertindak sendiri, dialah yang melanggar hukum" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rombongan penduduk desa itu saling berpandangpandangan. Tak tahu mereka apa yang harus dilakukan. Sekonyong-konyong salah seorang diantara mereka menunjuk kearah desa dan berteriak "Hai, buyut desa datang!" Sekalian orangpun serempak berpaling dan memandang kearah yang ditunjuk orang itu. Dari ujung jalan yang merentang masuk ke desa, tampak empat sosok tubuh berjalan mendatangi. Seorang lelaki setengah tua berwajah bersih, putera buyut desa, seorang kakek berbaju hitam dan seorang lelaki bertubuh tegap, cepat tiba di tanah lapang dan disambut dengan salam kehormatan oleh berpuluh penduduk yang berada di situ. Lelaki setengah tua itu memberi isyarat agar para penduduk tenang, kemudian memandang kesekeliling. Cepat pandang matanya terhenti pada brahmana Anuraga yang tengah meneliku pandai besi Panca. Lelaki setengah tua itu mengeriputk?n dahi. Sungguh ganjil pemandangan itu. Panca seorang pandai besi yang bertubuh kekar dan bertenaga kuat. Brahmana masih muda dan tampak bersahaja sekali. Dan yang lebih mengherankan, si Gajah tampak melingkar di punggung brahmana itu memeluknya erat2. "Itulah, pak. Brahmana yang kukatakan tadi" tiba2 putera buyut berseru seraya menunjuk Anuraga. Lelaki setengah tua itu mendesuh. Dipandangnya wajah brahmana itu lekat2. Kemudian serunya "Ki brahmana, mengapa tuan menyiksa pandai besi itu? Apakah salahnya?" Anuraga cepat dapat menduga bahwa lelaki setengah tua yang menegurnya itu tentulah buyut desa. Belum sempat ia menjawab, tiba2 Dipa meluncur turun dari punggungnya dan terus melangkah kehadapan lelaki itu lalu menyembahnya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gajah, menyisihlah. Aku belum engkau!" bentak lelaki setengah tua itu.



sempat



memeriksa



Gajah pun gemetar dan cepat2 beringsut kesamping. Wajah anak itu tampak ketakutan seperti tikus melihat kucing. "Ki sanak, bukankah tuan ini buyut desa?" cepat Anuraga mengisi keluangan dengan bertanya diri lelaki Setengah tua itu. "Benar, aku buyut Tayaka dari desa Madan Teda" sahut lelaki setengah tua. Kemudian ia balas bertanya diri brahmana muda itu. Brahmana itu tertawa meramah "Aku brahmana Anuraga yang sedang menjalankan tapa lelana dan kebenaran lewat desa ini. Sama sekali aku tak merasa menyiksa pandai besi ini .." "Ah, ki brahmana bergurau" seru buyut Tayaka "bukankah tuan sedang meneliku tangan pandai besi Panca? Cobalah tuan perhatikan wajahnya yang menyeri kesakitan itu!" "Benar, ki buyut, brahmana ini hendak membunuh aku. Coba ki buyut terlambat datang, lenganku tentu sudah diputar remuk" teriak Panca. Buyut Tayaka tertawa ringan "Aneh benar, mengapa engkau seorang yang bertenaga sekuat kerbau, tiba2 dapat diteliku oleh seorang brahmana yang lemah?" "Ini.. . ini...." pandai besi tersendat-sendat kata karena kerongkongannya serasa tersumbat oleh rasa geram2 malu yang meluap menyesakkan napasnya "dia . . . curang menyiasati aku!" Buyut Tayaka memang sudah mengandung prasangka bahwa tentu ada sesuatu yang tak wajar mengapa orang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekuat pandai besi Panca dapat diteliku tangannya oleh brahmana muda itu. Prasangka itu cepat menumbuhkan kepercayaan kepada keterangan pandai besi itu. Dipandangnya Anuraga dengan mata menuntut, serunya "Ki brahmana ..." "Memang pada tempat yang layak apabila ki buyut percaya akan kata2 pandai besi ini" belum buyut Tayaka berkata lebih lanjut, Anuraga cepat menukas "Pertama, aku seorang pendatang asing dan pandai besi ini penduduk desa tuan. Rasa sebagai orang sekampung, sedesa, sedaerah memang lebih meresap dalam hati. Dan apabila hati sudah terisi oleh rasa kedaerahan itu, maka terpengaruhlah rasa pertimbangan hati kita akan sifat Keadilan dan Kebenaran yang murni. Kedua, tuan tentu tak mudah percaya bahwa seorang yang bertenaga kuat dapat ditundukkan oleh seorang lemah. Faham ‘Yang kuat tentu yang Menang’ memang dianut oleh ratusan ribu orang, termasuk tuan sendiri. Faham itu berlaku pada hukum rimba yang rakyatnya hanya kenal bahasa kekerasan. Tetapi tidak sesuai dalam dunia kita. Kemenangan manusia tidak semata ditentukan oleh Kekuatan. Tetapi ditentukan pada keteguhan jiwa dan kecerdasan otaknya. Otak yang menciptakan budi akal, merupakan senjata yang paling ampuh bagi kita manusia. Dan yang paling ampuh adalah keteguhan jiwa yang bersenyawakan Pengabdian. Tiada kekuatan dan senjata didunia yang mampu mengalahkannya..." "Ah, benarkah kata2 pandai besi Panca bahwa tuan curang kepadanya?" seru buyut Tayaka. "Benar, memang aku menggunakan siasat" serentak Anuraga menanggapi "siasat itu berupa suatu ilmu yang disebut Tata-gerak untuk membela diri. Adakah ki buyut http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menganggap bahwa pada saat pandai besi itu hendak menghantam kepalaku dengan palu besi lalu aku menghindar dan mencengkeram lengannya itu, suatu siasat curang? Kalau demikian halnya, jelas bahwa tuan membenarkan tindakan pandai besi yang menyerang aku dari belakang itu? Jadi jelas pula tuan menghendaki bahwa aku harus berdiam diri menerima pukulan pandai besi itu karena pandai besi itu menyerang secara jujur. Benarkah demikian pandanganmu, ki buyut?" Merah padam muka buyut desa itu. Cepat ia beralih memandang pandai besi "Panca, benarkah begitu?" Panca tersipu-sipu tundukkan kepala "Ya ..." "Keparat! Berani benar engkau membuat aku malu, Panca!" teriak Tayaka "andaikata anakmu tak terluka, lidahmu tentu kupotong!" Kemudian ia berseru kepada brahmana Anuraga "Tuan seorang brahmana, yang putus akan segala ilmu. Tetapi mengapa tuan mengadu anak supaya berkelahi? Adakah memang demikian kegemaran tuan?" Anuraga tertawa merenyah "Pandai juga engkau mengembalikan kata2 ki buyut! Rasanya aku belum gila untuk mengadu anak. Sebelumnya telah kutempuh jalan penyadaran untuk melerai. Tetapi aku mendapat tentangan keras, terutama dari putera tuan. Kurasa percumalah aku berkering ludah semisal orang meniup seruling nafiri dihadapan kerbau. Mana mungkin kerbau tahu keindahan irama nafiri yang syahdu? Kerbau hanya tahu menguak seperti kawanan anak2 nakal itupun hanya tahu bersorak mengejek. Kutanya apa kesalahan Gajah yang mereka keroyok dan pukuli, mereka malah menghina dan mengusir aku!" Buyut Tayaka berpaling benarkah itu?"



kearah puteranya " Rambi,



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Putera buyut yang bernama Rambi itu mengiakan. "Benar, Gajah telah menghilangkan dua ekor kambing, yang digembalakan tetapi tak mau bilang!" Pandang mata buyut Tayaka segera mencurah kepada Gajah dan anak itupun tahu apa arti pandang mata tuannya itu. Tubuhnya gemetar seperti melihat kucing "Gajah, mengapa engkau tak melaporkan kepadaku?" "A... a . . . ndara tiada dirumah . . . aku harus berangkat menggembala karena hari sudah siang . . ." sahut Gajah tersekat-sekat. "Bukankah engkau dapat melaporkan itu kepada nyi buyut atau kepada bendaramu kecil Rambi?" Kata2 buyut itu membuat Gajah tersumbat mulutnya. Memang ia tak sampai pada pemikiran itu. Karena buyut tiada dirumah dan hari sudah siang, maka bergegaslah ia. membawa kambingnya ke padang rumput. Bukan karena ia tak mau melapor melainkan hendak menunda laporannya sampai ia pulang pada sore harinya. Tetapi pada saat berjalan sampai di tanah lapang dekat gapura desa, putera buyut membawa gerombolan anak2 nakal, mengejar dan mengerojoknya. Namun Dipa tak berani mengatakan hal itu. Ia merasa bersalah seperti yang dikata buyut itu. "Gajah, tulikah engkau? Mengapa engkau diam saja?" teriak buyut Tayaka menggeram. Gajah menggigil ketakutan. "Gajah, kalau engkau tak mau menjawab, tentu kupotong lidahmu!" buyut Tayaka melangkah ketempat Gajah. Rupanya ia hendak membuktikan ucapannya. Tetapi Anuraga cepat mencegah "Sabarlah ki buyut. Lihatlah, anak itu gemetar badannya. Ia tentu ketakutan ..." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak berhenti brahmana itu berkata pula "Ki buyut memiliki kewibawaan yang mengesankan. Sampai gembala gajihan tuan menggigil apabila mendengar suara tuan. Tetapi heran mengapa kawanan anak2 itu tetap meliar dan tak mengindahkan tata tertib keamanan desa? Mereka tak mau tunduk pada perintah tuan. Mereka hanya mengakui dan melaksanakan perintah dari putera buyut. Kenyataan itu menimbulkan pertanyaan dalam hatiku. Adakah kewibawaan ki buyut itu hanya terbatas pengaruhnya pada Gajah sianak gembala itu saja?" Buyut Tayaka mendelik. Ucapan brahmana itu seperti mencekik kerongkongannya "Siapa bilang anak2 itu tak mau tunduk pada perintahku? Jangankan mereka, bahkan orang2 tuanya pun dapat kutindak apabila melanggar hukum. Puteraku dan anak2 itu menindak Gajah karena menghilangkan kambing. Apakah dalam hal itu kewibawaanku harus dibawa-bawa?" "Adakah kewibawaan tuan merestui putera tuan dan anak2 itu bertindak menjadi hakim sendiri?" "Gajah seorang anak Sudra yang menjadi bhaktadasa dirumahku. Kami berhak penuh menindak dirinya. Apalagi dia terbukti bersalah!" Bhaktadasa adalah anak kecil yang belum dapat bekerja dan ngenger atau berhamba pada orang karena membutuhkan makan. Jika kemudian ia meninggalkan orang yang ditumpangi itu, ia wajib membayar hutang makan sebesar delapan tali atau delapan ribu uang. Pada masa itu dalam kerajaan Majapahit terdapat empat macam hamba, yakni: DWAYAHERA, hamba yang kehilangan kebebasannya karena menjadi tawanan perang. GREHAYA, hamba yang kehilangan kebebasannya akibat kelahirannya. BHAKTADASA orang yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berhamba karena makanan. DANDADASA, orang yang berhamba karena harus membayar hutang atau denda. Hamba2 itu menjadi hak penuh dari pemiliknya. Dapat diperjual-belikan, diwariskan dan diberikan oleh pemiliknya kepada orang lain. Mereka dapat memperoleh kebebasan apabila telah membayar uang tebusan. Anuraga terkejut mendengar keterangan buyut Tayaka tentang diri Dipa. Namun cepat pula brahmana itu menghapus getar perasaannya. Ia mempunyai rencana tertentu untuk anak itu. "Apapun sifat keadaan diri Gajah, namun dia adalah anak manusia juga. Hendaknya ki buyut memperlakukan menurut cara kemanusiaan" kata Anuraga. Buyut Tayaka kerutkan dahi, kerlingkan gundu matanya me-lingkar2 lalu berseru heran "Ki brahmana, bukankah agama tuan yang membawa ajaran tentang pembagian kasta itu? Mengapa sekarang tuan hendak membela seorang anak Sudra apalagi seorang bhaktadasa? Apakah tuan tak melanggar peraturan agama tuan?" Anuraga tak pernah membayangkan bahwa ia akan menerima teguran setajam itu dari buyut desa. Namun cepat ia dapat menangkis "Memang benar, agama Syiwa memang mengadakan pembagian empat kasta. Pembagian itu disesuaikan dengan tingkat dan keadaan hidup dan kedudukan masing2 dalam masyarakat. Tetapi tak pernah mengatakan bahwa kasta Sudra yang paling rendah itu, bukan insan manusia! Rendah dan hina sekalipun kasta Sudra itu, namun mereka tetap titah manusia. Bagi peribadiku, kasta itu bukanlah mengunjukkan harkat dan martabat jiwa seseorang, melainkan hanya penggolongan dari asal kelahirannya saja ..."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Buyut Tayaka terkesiap dan tertawa semu "Benar2 baru pertama kali ini aku berjumpa dengan seorang brahmana yang mempunyai faham aneh" Anuraga tak tersinggung atas ejekan buyut itu. Bahkan ia tertawa secerah kicau burung kutilang dipagi hari "Memang apabila kendi itu hanya berisi setengah, airnya tentu mudah bergolak. Lain halnya kendi yang berisi penuh" "Sudah, jangan banyak bicara! Lekas tolong anakku Wawa!" tiba2 pandai besi Panca memekik dan meronta sekuat-kuatnya untuk membebaskan diri dari telikuan Anuraga. Tetapi makin keras ia meronta, makin ia menyeringai kesakitan. Anuragamendorong tangan pandai besi itu naik makin keatas. "Lepaskan!" hardik buyut Tayaka. Ia tak senang suatu kekerasan terjadi dihadapannya. Apalagi kekerasan itu dilakukan seorang brahmana tak dikenal terhadap penduduk desanya. Anuraga tetap memikirkan keselamatan Dipa. Ia menyadari kedudukannya yang tak menguntungkan. Apabila buyut desa itu mempunyai pandangan yang sama dengan penduduk yang kalap itu, bukankah jiwa Dipa akan terancam? Apabila terjadi titik pendirian yang bertentangan, bukankah kekerasan akan terulang lagi? Bukan karena takut menghadapi keroyokan penduduk desa itu, tetapi sedapat mungkin ia hendak menjauhkan diri dari peristiwa berdarah yakni dari penduduk yang tiada sangkut pautnya. "Baik "sahut Anuraga "tetapi kuminta janji dari ki buyut bahwa anak itu takkan diperlakukan semena-mena sebelum mendapat peradilan yang layak" Buyut Tayaka tak lekas menjawab. Ia kerutkan dahi. Ia tersinggung atas permintaan brahmana itu. Ia menafsirkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ permintaan itu sebagai suatu tekanan. Ia adalah seorang buyut yang berkuasa penuh atas desanya dan brahmana itu seorang pendatang asing serta Gajah itupun hamba gajihannya "Perlukah tuan mengatakan hal itu kepadaku?" serunya kurang senang. "Jangan salah faham, ki buyut" sambut Anuraga "tetapi hendaknya tuan dapat memahami akibat2 yang ditimbulkan oleh kemarahan rakyat. Kemarahan mereka laksana air bah yang melanda dan menghempaskan segala hukum dan ketertiban" Diam2 buyut Tayaka dapat menerima alasan itu "Baik, mari kita ke balai kebuyutan untuk memberi peradilan kepada Gajah" Demikian sekalian penduduk segera mengikuti kepala desa mereka menuju ke balai kebuyutan, ialah tempat memutuskan perkara apabila terjadi suatu peristiwa dalam desa itu. Ternyata balai kebuyutan itu terletak di ruang pendapa dari rumah kediaman buyut Tayaka. Penuh sesak ruang pendapa itu dengan berpuluh-puluh rakyat desa yang hendak mengikuti sidang peradilan peristiwa berdarah itu. Gajah tegak berdiri dengan gemetar di hadapan buyut Tayaka yang duduk di belakang meja dan bertindak sebagai hakim. Brahmana Anuraga berdiri di samping bersama pandai besi Panca dan kawan2nya. Diatas meja yang dihadap buyut itu terletak sebuah kitab. "Gajah, kau pengapakan kedua ekor kambing yang kau gembalakan itu? Kau jual, hilang atau mati dimakan binatang buas?" mulailah buyut Tayaka memeriksa Gajah. Anak itu gemetar menjawab "Dimakan ular" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm" buyut Tayaka mendengus "dengan begitu engkau tahu kehilangan itu?" Dipa mengiakan. "Dan engkau tak melapor pada-tuanmu?" Dipa memberi alasan seperti yang tadi. Karena buyut desa sedang pergi dan hari sudah siang, maka ia bergegas pergi hendak menggembalakan kambing dan sorenya setelah pulang baru akan melapor. "Itu alasanmu" seru buyut Tayaka "yang nyata engkau tak melapor dan itu suatu kelalaian" ia berhenti lalu mengambil kitab dihadapannya dan membolak-balikkan lembarannya. Beberapa saat kemudian ia berseru "Gajah, jelas engkau bersalah karena melalaikan tugasmu. Menurut Undang2 pasal 249 mengenai bab Kelalaian, engkau dikenakan denda selaksa. Demikianlah keputusan ini agar didengar oleh seluruh rakyat Madan-Teda tentang landasan peradilan yang dikenakan pada dirimu, maka akan kubacakan bunyi undangundang itu: "Barang siapa diserahi tuannya untuk menjaga binatang seperti burung, anjing, babi, angsa, kambing, kerbau dan sapi. Jika binatang itu hilang atau mati akibat kelalaiannya, harus membayar ganti kerugian delapan tali untuk tiap binatang yang mati atau hilang itu. Jika ia tidak tahu bahwa binatang yang dijaganya itu hilang atau mati, dikenakan denda lima tali. Jika tahu tetapi tidak memberi laporan, dendanya selaksa. Demikianlah bunyi undang2 itu" buyut Tayaka menyudahi pembacaannya lalu menutup kitab. Kemudian ia menatap Gajah dan bertanya "Bagaimana Gajah, sanggupkah engkau membayar denda itu?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keputusan yang dibacakan oleh buyut desa, telah menimbulkan berisik kegemparan dari rakyat desa yang mengikuti persidangan itu. Denda selaksa atau sepuluh ribu uang, merupakan denda yang tertinggi dalam perkara DANDAPARUSYA atau hukuman denda. Bagaimana mungkin seorang anak gembala semiskin Gajah, mampu membayar denda sekian besar! Kecuali pandai besi Panca dan kawan2nya yang merasa girang atas keputusan itu, sebagian besar rakyat yang hadir, merasa kasihan kepada Gajah. Gajah merogoh saku celana dan mengeluarkan sekeping benda bulat berwarna kuning kemilau "Ndara buyut, apakah benda ini cukup untuk pembayar denda?" Dipa angsurkan benda itu kehadapan buyut. Melihat benda ditangan Gajah itu, terbelalaklah mata buyut Tayaka. Demikianpun sekalian rakyat yang hadir. Buyut Tayaka cepat menyambar benda itu dari tangan Gajah lalu diamat-amatinya sampai beberapa saat. Pada lain saat ia kerutkan dahi sebagi tanda keheranan. Tetapi sesaat kemudian ia mengangguk pelahan. "Gajah!" tiba2 buyut itu berteriak lantang "darimana engkau peroleh emas ini? Engkau jual kedua ekor kambing itu dengan emas ini? Atau . . . engkau curi milik orang?" Gajah terbeliak pucat. Ia menggigil karena dituduh sebagai pencuri. Ia merasa selama hidup belum pernah melakukan perbuatan mencuri "Tidak, ndara buyut, aku tak mencuri. Benda itu adalah pemberian seseorang untuk pembayar harga kedua ekor kambing yang dimakan ular" "Siapakah orang itu?" tanya buyut Tayaka. "Ini ... . ini... ." Gajah tersekat dalam kebingungan. Jika ia mengaku terus terang, tentulah brahmana Anuraga akan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tersangkut dalam perkara itu. Padahal ia mempertanggung-jawabkan peristiwa itu sendiri.



hendak



"Akulah yang memberinya" tiba2 Anuraga menyelutuk "agar dibayarkan sebagai pengganti kedua ekor kambing yang mati digigit ular" Anuraga segera menuturkan apa yang telah terjadi pada Gajah dalam usahanya mencari jamur obat untuk menolong lukanya "Kutahu bahwa si Gajah tentu akan mendapat hukuman dari ki buyut, maka kuberinya emas itu selaku pengganti harga kedua ekor kambing yang hilang itu" "Hm" buyut itu mendesus. Dahinya mengeriput dalam "dari manakah ki brahmana memperoleh emas sebanyak itu? Bukankah itu bekas gelang wanita?" Anuraga menyadari bahwa buyut itu tentu menduga apa2 kepada dirinya. Namun ia dapat menyelami perasaan orang maka menyahutlah ia dengan tenang "Benar, memang keping emas itu berasal dari gelang yang dipakai ibuku semasa masih hidup. Sesungguhnya benda itu merupakan warisan orangtua yang tak layak kujual. Namun demi menghargai usaha Gajah yang telah menolong jiwaku, keping gelang itu kuberikan untuk mengganti kambing yang mati" "Adakah tuan benar2 rela?" buyut Tayaka menegas. "Gelang, kalung, cincin dan segala macam perhiasan berharga, hanya ibarat pakaian. Yakni benda pelengkap lahiriyah. Bagiku benda2 keduniawian itu hanya barang pinjaman, semisal hidup kita inipun hanya sekedar mampir, tak kekal sifatnya. Mengapa kemurnian hati kita harus dikotori oleh pemikiran benda2 semacam itu?" sahut Anuraga "silahkan ki buyut mengambilnya sebagai pembayaran denda Gajah"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Buyut Tayaka termenung beberapa saat. Tetapi hanya sekilas hati-nurani tersentuh oleh kata2 sang brahmana karena secepat itu benaknyapun dihuni oleh keping emas yang menyilaukan mata itu "Baiklah, karena dalam undang2 diperbolehkan denda itu dibayar lain orang, maka emas kuterima sebagai pembayaran denda Gajah" Terdengar suara berisik dari para penduduk. "Soal menghilangkan kambing sudah selesai. Namun Gajah masih harus diadili lagi karena menyebabkan Wawa terluka parah" tiba2 buyut Tayaka berseru pula seraya membuka kitab dihadapannya. "Dalam pasal 227 bab DANDAPARUSYA, disebut: Jika seorang Sudra menyakiti seorang Brahmana dengan menggunakan tangan, kaki, mulut, kepala, dada, punggung, bahu, kemaluan, jubur sebagai alat, bila yang disakiti itu tinggi kedudukannya, anggauta badan yang digunakan sebagai alat itu supaya dipotong" Buyut Tayaka lepaskan pandang mata kearah kitab yang dibacanya lalu mengangkat muka memandang kearah Gajah, serunya "Gajah, engkau anak Sudra dan telah menyakiti Wawa seorang anak Waisya dengan kepalamu. Menurut bunyi undang-undang itu, kepalamu harus dipotong ..." Terdengar berisik hiruk diantara penduduk yang menghadiri persidangan itu. Gajah makin menggigil. "Tidak adil!" tiba2 Anuraga berteriak menyanggah. Ia tak puas atas keputusan buyut itu. "Apakah yang tak adil?" terkesiap buyut Tayaka mendengar suara brahmana muda itu. Ia minta penjelasan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gajah tidak menyakiti tetapi disakiti oleh Wawa. Karena hendak dicekik lehernya, terpaksa Gajah menumbukkan kepalanya kedada Wawa. Dengan begitu, peristiwa itu peristiwa perkelahian karena dilakukan oleh dua fihak!" sahut Anuraga. Buyut Tayaka kerutkan dahi. Diam2 iapun merasa bahwa keputusannya tadi memang terlampau berat. Ia membalikkan lembaran kitab lagi dan berseru "Alasan yang dikemukakan tuan brahmana dapat diterima. Keputusan tadi dirobah dan diganti dengan pasal 231 yang berbunyi demikian: Barang siapa menyakiti binatang ternak atau menyakiti orang dengan alat kayu atau batu, besar kecilnya denda supaya diperhitungkan. Jika pemukulan, pemerangan dan pelemparan itu mengakibatkan penderitaan ringan, dendanya seribu. Jika lukanya berat sampai mengikis tulang hingga patah dendanya dua laksa. Jika kulitnya merah seolah-olah akan mengeluarkan darah, dendanya dua tali. Sedangkan orang yang menyakiti itu dikenakan Apatiba-jampi atau pembayaran uang obat hingga luka penderita itu sembuh!" Buyut Tayaka menutup kitab lalu berseru kepada Gajah "Oleh karena engkau telah melukai Wawa sehingga kepalanya pccah maka engkau dikenakan denda dua laksa" Gajah pucat dan gemetar. Bagaimana mungkin anak semiskin dirinyja akan mampu membayar denda sekian banyak. "Tidak setuju!" kembali brahmana Anuraga berseru menyanggah "pasal 231 itu bersifat tindakan menyakiti yang dilakukan oleh sefihak. Sedang fihak yang disakiti tak mengadakan perlawanan. Pada hal jelas kedua anak itu saling sakit menyakiti. Maka lebih tepat kalau digolongkan sebagai perkara Kroda atau perkelahian!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Merahlah muka buyut itu. Dua kali ia memutuskan dua kali itu pula disanggah oleh brahmana muda. Hatinya tersinggung dan bertebaranlah rasa malu dalam perasaannya sebagai seorang buyut desa, orang yang paling berkuasa dalam desa itu. Apalagi disaksikan oleh ber-puluh2 penduduk yang mengikuti persidangan itu. Rasa malu itu cepat bersarang pada rasa keangkuhan sebagai seorang buyut. Rasa keangkuhan pun cepat membentuk rasa ke-Aku-an. Rasa Kodrati yang menjadi unsur pembentukan sifat Manusiawi. Tidak lagi buyut itu menimbang sanggahan Anuraga dari sudut undang2, melainkan dari rasa keangkuhannya sebagai seorang buyut dan berkatalah ia dengan nada tinggi "Desa Madan-Teda ini merupakan desa pelayangan atau penyeberangan sungai. Telatah Madan-Teda dinyatakan sebagai desa Swatantra ialah desa yang berdiri sendiri dan diberi kekuasaan penuh untuk mengatur peperintahan desa. Aku sebagai buyut, diberi hak penuh untuk memimpin kebuyutan dan mengadili setiap perkara yang terjadi dalam desa ini. Tuan bebas menyatakan pendapat tetapi akupun berhak untuk menjatuhkan hukuman pada rakyat di telatahku" Anuraga tertawa ringan. Ia tahu buyut itu sedang dihempas oleh rasa kewibawaan kedudukannya. Maka berserulah ia pula "Tak kuganggu gugat kekuasaan tuan sebagai buyut yang berkuasa penuh. Tak pula kusinggung-singgung kewibawaan tuan sebagai kepala keDharmadyaksaan kebuyutan ini. Yang kusanggah hanyalah keputusan tuan dalam perkara Gajah ini. Ketahuilah, tuan buyut. Negara kita Majapahit ini adalah negara yang beradab, negara yang besar wilayahnya. Dan negara yang memiliki undang2 hukum yang mengatur pemerintahan dan rakyat secara lengkap. Candi2 yang indah, pura keraton Majapahit yang megah, kesusasteraan dan keseniannya yang makin berkembang, menunjukkan betapa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tinggi peradaban Majapahit. Pengaruh kekuasaan yang meluas sampai keseluruh nuswantara, menunjukkan betapa besar wilayah Majapahit itu. Dan kitab2 yang manjadi sumber hukum yang berlaku dalam kerajaan, mengunjukkan pula betapa lengkap dan sempu.na Majapahit mengatur peperintahannya. Akan kusebutkan nama kitab2 yang menjadi sumber hukum negara kita, yani: Kutaramanawa, Adigama, Purwadigama, Syiwasyana, Swaradlambu, Syiwasasana, Sarasanuscaya dan Rajapatigundala" Anuraga berhenti sejenak untuk menyempatkan penyelidikan kesan kepada buyut desa. Tampak buyut itu agak pucat wajahnya. "Dengan susah payah, kedelapan buah kitab hukum itu disarikan dan disatukan dalam sebuah kitab yang mengatur tindak pidana. Dan kitab itu disebut kitab Agama. Sedang untuk mengatur soal tanah dipakailah kitab Rajapatigundala. Kesemuanya itu tak lain dan tak bukan adalah untuk memberi Pengayoman, Keadilan dan Kesejahteraan pada seluruh kawula Majapahit. Oleh karenanya, kumohon hendaknya jangan ki buyut mudah tersinggung pada sanggahanku tadi. Aku tak bermaksud menghina tuan melainkan hanya memintakan keadilan bagi Gajah, seorang anak Sudra, seorang bhaktadasa yang sudah sebatang kara dan dihina oleh masyarakat desanya. Hati siapakah yang takkan turut merintih apabila mengetahui seorang anak seperti Gajah diharuskan membayar denda sebesar itu? Demi peri Kemanusiaan dan Keadilan yang direstui dalam undang2 negara kita, maka kunyatakan denda yang dikenakan pada Gajah itu benar2 tak sesuai" Rangkaian kata2 brahmana Anuraga yang bernada rendah hati itu, mengendapkan kemarahan buyut Tayaka dan mempersurut kemarahannya. Berkatalah ia dengan nada yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah lebih sabar "Gajah berasal dari desa Mada dan menjadi hamba bhaktadasa dirumahku. Sebagai tuannya, sudah tentu aku wajib melindungi anak itu. Itu peribadiku. Tetapi kedudukanku sebagai buyut, menuntut suatu pertanggungan jawab kepada berlakunya hukum secara jujur dan bijaksana. Demi pelaksanaan hukum, tiada kuasa kucegah suatu keputusan yang merugikan Gajah" "Tepat sekali pendirianmu, ki buyut" seru Anuraga "hukum diciptakan untuk mengayomi kepentingan seluruh kawula Majapahit. Bukan untuk seorang dua orang yang berkuasa. Tetapi sayang bahwa pendirian tuan itu akan salah sasaran apabila dalam memutuskan perkara Gajah itu, tuan mengambil dasar yang kurang kena arahnya. Jelas bahwa bukan Gajah yang bertindak sefihak untuk menyakiti Wawa, tetapi perkelahian itu dilakukan dan disetujui oleh Gajah dan Wawa. Oleh karenanya lebih tepat kalau keputusan itu didasarkan pada perkara Kroda.” "Maksud ki brahmana hendak mengatakan bahwa perkelahian itu telah disetujui oleh kedua fihak karena tuan yang mengaturnya, bukan?" buyut Tayaka mendengus. "Benar" sahut Anuraga tak menyangkal "oleh karena itu, sudah jelas bahwa perkara itu perkara perkelahian" Ucapan buyut Tayaka itu adalah untuk memancing pengakuan dari Anuraga. Dengan pengakuan itu, tentulah brahmana itu akan merasa malu karena sebagai seorang brahmana telah mengadu supaya anak2 berkelahi. Suatu perbuatan yang tak layak. Sudah dua kali keputusannya disanggah. Ia malu dan hendak membalas dendam. Tetapi di luar dugaan, brahmana itu menggunakan pengakuannya sebagai dasar untuk mempertegas sanggahannya. Betapa geramlah liati buyut itu! http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dan tuan tak merasa malu karena mengadu anak2 seperti mengadu ayam?" masih buyut itu hendak mendesakkan serangannya. Sejenak Anuraga terkesiap namun cepat ia dapat menjawab "Dalam hal itu kurasa aku telah membantu usaha ki buyut untuk memecahkan masalah anak2 nakal yang nyata2 masih belum teratasi dalam desa ini. Memang banyak anak2 nakal yang tak tunduk pada perintah orangtuanya sehingga orang2 tua itu tak mampu mengurus lagi dan terpaksa menyerahkan pada orang luar untuk menyadarkan anak2 mereka. Berbicara soal perasaan, seharusnya orangtua yang tak mampu mengatasi anak2nya itulah yang harus merasa malu, bukan orang luar yang bantu mengurus mereka" Dengan ucapan itu, secara halus Anuraga telah menampar muka buyut Tayaka yang dianggap tak mampu mengatasi masalah anak2 nakal dalam desanya. Untuk yang kesekian kalinya, buyut itu terpepat mulutnya. Ia tak dapat menyalurkan kemarahannya kecuali hanya memerah muka. Karena selalu gagal untuk memojokkan brahmana itu dengan kata2, akhirnya buyut Tayaka hendak menggunakan kata-kata kasar untuk mendamprat. Tetapi baru ia merangkai kata-kata yang hendak dilontarkan tiba2 ia dikejutkan oleh munculnya tiga lelaki yang melangkah kedalam ruang balai kebuyutan. Demi melihat lelaki yang berjalan paling depan, serta merta buyut Tayaka bangun dan tersipu-sipu maju menyambut seraya memberi hormat "Ah, Ki Panji Marga baya, maafkanlah karena kami terlambat menyambut" "Ah, engkau tak bersalah, buyut" jawab orang yang disebut Panji Margabaya itu "memang aku sedang singgah ke desa ini dalam perjalanan meninjau Gesang, Bukul, Waringin Wok, Brajapura, Sarnbo, Jerebeng dan desa2 penyeberangan sepanjang sungai Brantas” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah mengambil tempat duduk, maka buyut Tayakapun mengatakan bahwa ia habis pulang dari Canggu untuk menyerahkan hasil cukai penyeberangan desa Madan. Tetapi Panji Margabaya tiada di rumah. Raja telah menetapkan bahwa desa2 yang terletak di pinggir sungai sepanjang Brantas dan Bengawan Sala yang digunakan sebagai tempat penyeberangan, dikepalai oleh Ki Panji Margabaya dan Ki Ajaran Rata yang berkedudukan di Canggu. Sedang Panji Angraksaji dan Ki Ajaran Ragi berkedudukan di Terung. Desa penyeberangan atau desa pelayangan itu disebut N a d i t i r a p r a d e s a. Semua desa Naditira pradesa, mempunyai kekuasaan Swatantra. Ialah berhak mengatur peperintahan desanya masing2. Desa2 itu diwajibkan memberi cukai pendapatan penyeberangan kepada Ki Panji Margabaya. Kebetulan pada waktu buyut Tayaka membayar cukai hasil pendapatan desanya ke Canggu, Ki Panji Margabaya sedang mengadakan peninjauan ke berbagai desa Naditira pradesa di sepanjang sungai Brantas. Dalam peninjauan itu, iapun mengunjungi desa MadanTeda pula. Dia disertai oleh dua orang pembantunya. "Ah rupanya engkau sedang membuka sidang peradilan, ki buyut?" tanya Panji Margabaya Tiba2 ia terkejut karena melihat kehadiran seorang brahmana dalam ruang kebuyutan situ. Buru2 ia berbangkit dan menghampiri Anuraga seraya memberi hormat "Maaf tuan brahmana, sungguh tak kuketahui bahwa tuan hadir di sini" Sebagai seorang nayaka tinggi, tahulah Panji Margabaya akan kedudukan seorang brahmana. Maka bergegaslah ia menghampiri dan mempersilahkan Anuraga duduk serta menanyakan asal usai brahmana muda itu. Anuraga tetap http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pada pengakuannya bahwa ia seorang brahmana yang sedang menjalankan mesu-brata berkelana. Karena kebetulan lalu di desa situ dan terlibat dalam perkara anak2 nakal yang berkelahi, maka iapun mengikuti sidang peradilan yang dipimpin buyut Tayaka. Panji Margabaya mengangguk lalu berpaling kepada Tayaka "Buyut Tayaka, apakah yang sedang engkau adili ini perkara anak2 yang berkelahi ?" Buyut Tayaka mengiakan lalu menuturkan peristiwa itu dan keputusan yang telah diambilnya terhadap Gajah. Juga disinggungnya bagaimana dua kali brahmana Anuraga telah menyanggah keputusannya itu "Telah kujelaskan kepada tuan brahmana, bahwa desa Madan-Teda ini adalah sebuah desa pelayangan atau Naditira pradesa, yang berkedudukan sebagai swatantra. Kita diberi hak untuk mengurus segala sesuatu yang menyangkut, peperintahan dan keamanan desa. Tetapi rupanya tuan brahmana tetap berkukuh hendak mencampuri perkara ini" Panji Margabaya mengangguk "Engkau benar, memang Madan-Teda ini merupakan sebuah Naditira-pradesa yang berkedudukan sebagai daerah swatantra. Urusan peperintahan desa ini tak boleh dicampuri orang lain dan tak boleh dimasuki pegawai Katriniyani Pangkur, Tawan dan Tirip serta pegawai yang berpangkat nayaka, percaya, pingai, akurug, awajuh, wadinadi dan para wulu" Mendengar itu, berserilah wajah buyut Tayaka, macam bunga layu tersiram air. Penjelasan dari kepala Naditirapradesa itu, merupakan suatu tamparan kepada brahmana muda. Pikirnya. "Tetapi..." Panji Margabaya berhenti memandang buyut Tayaka. Ketika buyut itu menyambut dengan pandang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menunggu, Panji Margabaya melanjutkan kata "keputusanmu tadi tidak tepat, buyut Tayaka!" Buyut itu terbeliak. Perasaannya bagaikan gelembung busa yang menggembung besar lalu pecah tiba2. Ia tak menyangka bahwa ia akan dapat celahan dari kepala Naditira pradesa. Didahului dengan pandang kejut, buyut itu bertanya "Dalam hal apakah keputusan itu Ki Panji anggap tak tepat?" Panji Margabaya tertawa ringan "Buyut Tayaka, sebagai pemegang hukum, setiap buyut dari Naditira pradesa, harus mengetahui dan mengaji undang2 negara. Dan untuk itu, setiap buyut telah diberi kelengkapan kitab undang2. Sudahkah engkau mempelajari isi kitab itu seluruhnya?" Buyut Tayaka mengiakan. Ia memang mempelajari kitab undang2 itu. Namun karena pekerjaan di desa Madan-Teda sebagai desa penyeberangan itu cukup sibuk, maka belumlah ia lengkap mengaji kitab itu. Kitab undang2 yang terdiri dari 275 pasal. "Dan engkau sudah faham isinya?" Pertanyaan semudah itu ternyata tak mudah dijawab buyut Tayaka. Untuk menjawab bahwa sudah faham, sesungguhnya ia belum faham. Namun mengaku belum, ia merasa malu terhadap rakyat yang hadir dalam pendapa situ. Akhirnya dengan nada ragu2 bimbang ia menyahut "Sudah ...." Ki Panji Margabaya tertawa renyah "Bagus, Tayaka, memang demikianlah seharusnya seorang buyut. Untuk meningkatkan kesadaran rakyat agar mematuhi hukum, wajiblah para penguasa kebuyutan dan daerah mengerti isi perundang-undangan hukum. Tertib hukum akan melancarkan roda peperintahan, melahirkan ketenangan, keamanan dan kesejahteraan" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketua urusan penyeberangan diseluruh Majapahit yang berkedudukan di Canggu itu berhenti sejenak. Dilihatnya buyut Tayaka masih tertegun, menduga-duga. Panji Margabaya tersenyum, katanya pula "Mengapa kukatakan keputusanmu dalam perkara ini tidak tepat karena keputusan itu tiada berlandaskan hukum.” Mata buyut itu makin merentang tegang. Sebelum ia sempat meminta penjelasan, Panji Margabaya sudah beralih pandang kearah Anuraga "Ah, tuan cukup bijaksana ..." "Sudah wajarlah bila seorang tetamu menghormat tuan rumah" Anuraga tersenyum "tiada yang berlebih-lebihan ..." Buyut Tayaka makin bingung. Ia benar2 tak mengerti apa yang dipercakapkan kedua orang itu. Tiba2 Ki Panji Margabaya berpaling pula memandangnya dan berbisik "Umumkanlah bahwa peristiwa itu perkara perkelahian anak2 sehingga tak dapat dituntut hukuman dan bubarkanlah peradilan ini. Kemudian kembalikan keping emas itu kepada sang brahmana ...." Tayaka terlongong. Hampir ia tak percaya pada pendengarannya. Perintah itu berarti menghapus keputusannya atau secara halus menialahkan tindakannya. Sedang ia tetap yakin bahwa keputusannya itu benar. Maka dengan rasa tak puas ia meminta penjelasan kepada orang atasannya itu. Panji Margabaya tersenyum lalu merapat kedekat telinga buyut itu dan membisiki beberapa patah kata. Buyut Tayaka mengangguk lalu membuka kitab dihadapannya dan memancangkan mata pada halaman muka. Wajah kepala desa itu menggelombang tegang, pasang surut tak berketentuan "Ki Panji" akhirnya tak kuasa pula ia menahan letupan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perasaannya "adakah tuan yakin brahmana itu mengetahui hal itu?" "Brahmana muda itu mempunyai keperibadian pang menarik. Wajahnya yang berseri-seri, parasnya yang cakap terutama matanya yang tajam tentu menyimpan rahasia hidup yang penuh peristiwa" gumam Panji Margabaya "silahkan engkau mengujikan keraguanmu kepadanya" Buyut Tayaka merenung dan menimang. Dengan cara apakah ia dapat menguji isi hati brahmana itu tanpa menimbulkan kehebohan rakyat yang hadir disitu. Betapapun halnya, ia tetap berusaha untuk menjaga gengsi. "Ki Brahmana" akhirnya ia memperoleh saluran yang dikehendaki "bilamana tuan dapat mengatakan, apakah yang sedang kubaca tadi, persidangan ini kuanggap selesai dan Gajah bebas!" Anuraga tertegun. Ia heran mengapa tiba2 buyut itu mengajukan pertanyaan semacam itu. Apakah gerangan yang dibisikkan oleh Ki Panji Margabaya itu? Pikirannyapun mulai menelusur. Dikaitkannya ucapan Panji Margabaya kepadanya tadi dan sikap buyut desa setelah membaca kitab. Setelah direnungkan dengan rangkaian segala segi kemungkinan, akhirnya tersenyumlah brahmana muda itu. "Jika aku menempatkan diri pada kedudukan ki buyut, tentulah perhatianku akan kutumpahkan pada pasal pertama ...." "Ah, mengapa sejak tadi tuan tak mengingatkan hal itu kepadaku?" buyut Tayaka menghela napas. "Ki buyut" sahut Anuraga tenang “yang kita hadapi adalah masalah anak2 nakal. Dan itu merupakan gejala umum yang terdapat disetiap desa dan kota. Apa yang tersurat dalam kitab http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hukum hanyalah penghapusan bukan pemecahan masalah itu. Oleh karenanya aku lebih suka membawa masalah itu dalam sidang peradilan. Agar masalah itu benar2 menemui cara pemecahannya yang layak" Buyut Tayaka mengangguk. Rasa ketidak-puasan terhadap brahmana yang menentang keputusannya tadi, serentak berganti dengan rasa kagum dan syukur. Pasal kesatu dari kitab undang2 itu mengatakan bahwa 'anak yang berumur dibawah 10 tahun, apabila berbuat yang tidak baik, tidak layak dikenakan denda oleh penguasa yang berkuasa'. Tayaka seorang buyut yang tangkas bicara, gesit bertindak. Ia menyadari bahwa kedudukannya saat itu lemah. Apalagi orang atasannya, Ki Panji Margabaya, tidak membenarkan keputusannya. Maka ia segera mengambil langkah membubarkan persidangan itu. "Berdasar petunjuk dari Ki Panji Margabaya ketua Naditira pradesa yang berkedudukan di Canggu. Menimbang bahwa undang2 membebaskan perkara tindak pidana dari seorang anak yang belum berumur 10 tahun. Menimbang pula bahwa perkara itu termasuk perkelahian yang tak dapat dikenakan tuntutan maka Gajah bebas dan sidang peradilan inipun selesai" "Tidak adil!" tiba2 pandai besi Panca berteriak "aku minta keadilan bagi anakku!" Buyut Tayaka mengerut dahi, serunya "Sudah kukatakan bahwa perkara perkelahian itu tak dapat dituntut. Sekalipun mati, pembunuhnya juga tak dikenakan hukuman!" "Anakku berkelahi atas perintah putera ki buyut. Mengapa yang menyuruh juga bebas dari tuntutan?" bantah Panca.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Panca, engkau benar2 keras kepala ...." baru buyut Tayaka menggeram, Anuraga cepat melerai "Ki Panca, memang dalam undang2, tuntutanmu tiada mendapat tempat. Tetapi hal itu bukan berarti apa yang engkau kemukakan itu tidak benar. Memang harus diakui, undang2 yang berlaku pada saat ini, masih belum sempurna seluruhnya. Undang2 diciptakan untuk menanggulangi persoalan manusia hidup. Tetapi karena hidup itu bergerak dan berkembang maka persoalan manusiapun selalu bertambah baru. Dan pemecahannyapun harus mengikuti perkembangan itu ... ." Ia berhenti sejenak lalu melanjutkan pula "Memang dalam undang2 hanya dalam bab ASTACORAH saja yang sudah agak lengkap. Karena yang menyuruh mencuri dan yang melakukan curi, sama2 dikenakan hukuman mati. Tetapi dalam hal Kroda atau perkelahian, hal itu tek terdapat. Sekalipun begitu, maulah kita melihat kenyataan. Ada pepatah yang mengatakan 'Anak polah, bapak kepradah', anak yang berbuat salah, orangtuanyalah yang harus bertanggung jawab. Dalam peristiwa perkelahian berdarah mi, sumbernya adalah kenakalan anak2. Kenakalan anak2 timbul karena ketidakmampuan orang2 tua mengurus anak2 mereka. Maka sudah wajar kalau orang2 tua anak2 itu harus dihukum. Apabila lain kali anak2 itu masih bertingkah liar, maka orangtua mereka harus didenda selaksa tali ...." Anuraga berhenti melepaskan pandang kearah penduduk yang hadir disitu. la mendapat kesan bahwa mereka menaruh perhatian pada usulnya itu. “Dan aku sendiri, sebagai penebus kesalahanku mengadu mereka berkelahi, rela memberi uang sebagai pembeli obat bagi Wawa" habis berkata Anuraga mengambil sekeping emas dan diserahkan kepada pandai besi Panca.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat itu buyut Tayaka malu hati "Jangan ki brahmana. Karena anakku yang menyuruh Wawa berkelahi maka akulah yang wajib mengganti pembeli obat itu !" Anuraga tersenyum "Bahwa ki buyut hendak memberi Apatiba-jampi, itu hak ki buyut sendiri. Tetapi akupun berhak untuk memberi uang pengganti obat kepadanya juga" Demikian karena Anuraga berkeras tetap hendak memberi uang obat kepada ayah Wawa, buyut Tayaka pun tak dapat melarangnya. Akhirnya tercapailah perdamaian. Pandai besi menerima uang Apatiba-jampi dari brahmana Anuraga dan buyut Tayaka. Setelah sidang selesai dan sekalian penduduk pulang, buyut Tayaka minta kepada Anuraga supaya tinggal dulu di kebuyutan. Ia ingin menjamu brahmana muda itu sebagai tanda penghormatannya. Bermula Anuraga menolak tetapi karena buyut itu tampak bersungguh-sungguh, demikianpun Ki Panji Margabaya ikut meminta, Anuraga menerima juga. Buyut Tayaka suruh puteranya minta maaf kepada brahmana muda itu. Anak itu dengan segan terpaksa melakukan juga. Namun dalam hati diam2 ia mendendam. Anuraga menganjurkan agar putera buyut itu menggunakan masa mudanya untuk mengaji ilmu agar kelak dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai buyut. Kemudian beralihlah pembicaraan mereka kepada diri Gajah, anak bhaktadasa yang dipelihara buyut Tayaka. Anuraga bertanya akan asal usul anak itu. Buyut Tayaka gelengkan kepala "Bagaimana asal usulnya yang jelas, tak kuketahui. Beberapa tahun yang lalu, seorang nenek tua membawanya kemari dan menyerahkan anak itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjadi bhaktadasa. Menurut katanya, ia adalah nenek anak itu. Tetapi tak pernah ia berkunjung kemari lagi" "Apakah Gajah tak pernah menceritakan asal usul dirinya ?" tanya Anuraga pula. Tayaka memberi keterangan "Kala itu Gajah baru berumur lima tahun. Ia mengatakan sejak kecil ikut neneknya. Karena neneknya makin tua dan berpenyakitan, ia menyerahkan Gajah kemari menjadi bhaktadasa. Menurut keterangan nenek itu, mereka berasal dari desa Mada" Anuraga menghela napas "Ah, kemungkinan nenek itu tentu sudah meninggal. Kasihan memang nasib si Gajah . . . ." ia berhenti sejenak lalu berkata pula "Ki buyut, saat ini aku masih menjalankan suatu tugas. Selekas tngas itu selesai, aku tentu datang kemari untuk menebus kebebasan Gajah. Harap engkau memeliharanya baik2. Besok akan kuganti seluruh ongkos pemeliharaannya" Demikian setelah bermalrm ditempat buyut Tayaka, keesokan harinya brahmana Anuragapun minta diri dan melanjutkan perjalanan pula. o)o0o-dw-o0o(o



II SEJAK mendapat janji dari Anuraga, buyut Tayaka memperlakukan Gajah agak baik. Entah karena menyadari kesalahan puteranya dalam peristiwa perkelahian berdarah itu. Entah karena membayangkan besarnya pengganti pemeliharaan Gajah yang bakal diterimanya dari brahmana itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gajah sendiri tidaklah menuntut suatu apa. Ia tetap melakukan kewajiban dengan rajin. Tiap pagi dinihari, ia sudah bangun. Menyapu halaman, mengisi jambangan dan kendi, lalu berangkat menggembalakan kambing. Mentari silam, baru ia pulang. Iapun merasakan perobahan sikap keluarga buyut kepadanya. Nyi buyut tidak memakinya, puteranyapun tidak seringan tangan dahulu lagi. Pun makanannya juga lebih baik, mendapat tambahan nasi dengan sedikit lauk pauk. Sekalipun tetap tidak semewah hidangan untuk kucing Candramawa, namun tidak sejelek yang dulu lagi. Walaupun dalam hati heran namun Gajah tak berani bertanya. Pernah buyut Tayaka memanggilnya "Gajah, bagaimana keadaanmu sekarang?" Gajah menjawab dengan jujur "Ndara buyut puteri dan ndara Rambi, memperlakukan aku dengan baik. Ndara buyut puteri memberi makanan dengan lauk pauk" Buyut Tayaka tertawa. Gajah tak mengerti apa yang terkandung dalam hati buyut itu. Tetapi ia berjanji dalam hati untuk membalas kebaikan keluarga buyut itu dengan bekerja lebih rajin dan giat. Memikir soal budi kebaikan, teringatlah ia akan brahmana muda Anuraga. Brahmana itu mengajarkan ilmu bersemadhi kepadanya dengan pesan supaya ia giat berlatih agar tubuhnya tumbuh sehat dan kuat. Dan apa yang dikatakan brahmana itu memang benar. Setiap malam dan pagi, ia selalu melakukan ilmu semadhi untuk menjalankan pernafasan. Beberapa bulan kemudian, ia rasakan tubuhnya lebih segar, semangat makin bugar, gerakannya bertambah gesit. Dia tak pernah sakit, tahan dingin dan tak lekas lelah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Diam2 Nyi buyut heran atas perobahan pada diri Gajah. Anak itu tampak sehat dan tambah gesit bekerja. Jambangan mandi, kendi2 minum selalu penuh. Halaman selalu bersih, pohon2 bunga makin subur dan segar. Kambing2 yang digembalakanpun tampak gemuk dan lincah. Nyi buyut hanya menduga bahwa perobahan pada diri anak itu tentulah karena perobahan makannya yang lebih baik. Gajah mulai merasakan cerahnya sinar mentari pagi. Mulai menyenangi kehijauan rumput yang membentang subur di padang lembah. Entah bagaimana ia lebih senang memandang rumput hijau dari pada pohon2 bunga. Apabila memandang padang rumput yang menghijau lembah, hatinya serasa teduh. Dan pikirannyapun melayang-layang merenungkan nasib rumput .... Rumput selalu tumbuh di bawah, di tanah, dipadang di lembah dan di kuburan2 serta tempat yang diinjak kaki manusia maupun binatang. Dibabat, disiangi dan dicabuti karena dianggap mengotori halaman mengganggu padi dipematang, menghalangi tumbuhnya bunga di taman. Bahkan di padang belantara, di lembah yang terjal, tetap diburu dan dilenyapkan. Sebagai makanan lembu, kerbau, kambing dan kuda. Namun rumput tetap abadi. Dibabat, timbul. Disiangi, semi. Dicabut, tumbuh. Dipijak, tegak pula. Dibasmi tetap subur. Sering Dipa bertanya pada diri sendiri. Berguna atau tidakkah rumput itu bagi manusia ? Kalau tidak berguna, mengapa dibutuhkan untuk makanan ternak gembala. Kalau berguna, mengapa manusia membencinya dan lebih menyayangi bunga. Adakah karena bunga itu berwarna cantik dan berbau harum maka dipuja orang? Pada hal kecantikan dan keharuman bunga itu akan cepat layu dan lenyap! Benar2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa heran, mengapa rumput tetap tumbuh. Untuk siapakah rumput itu tumbuh didunia .... Apabila tiba pada pemikiran itu, tumbuhlah rasa kasihan Dipa kepada rumput. Ia merasa berterima kasih kepada rumput yang telah memberikan dirinya untuk makanan kambing gembalanya. Maka timbullah pikirannya. Ia melarang kambing gembalanya memakan rumput disuatu tempat sampai habis sama sekali. A pabila rumput sudah menjarang, ia segera membawa kambing gembalanya pindah kelain tempat. Demikian pada suatu hari, ia membawa kambing gembalanya menuju kesebuah hutan dikaki gunung. Memang agak jauh dari padang rumput di lembah yang biasa ia datangi. Kala itu menjelang tengah hari, ia meneduh dibawah pohon yang tumbuh ditepi sungai kecil. Kambing dilepaskan di sebidang tanah datar yang bertumbuh rumput. Terik sinar matahari menjelang musim kemarau berhembus augin silir. Mata Dipa seperti dikipasi rasanya. Kantuk mulai merayap-rayap. Pada saat mata hendak mengatup rapat, tiba2 ia terbeliak kejut karena sayup2 mendengar suara seruling mengalun dikesunyian alam. Sudah sering Dipa mendengar orang meniup seruling. Tetapi alunan irama yang dibawakan seruling itu baru pertama kali ia mendengarnya. Apakah itu yang disebut merdu, ia tak tahu. Yang dirasakan, hatinya serasa tersentuh oleh buaian alun seruling itu. Dan ia memperhitungkan, peniup seruling itu tak berapa jauh jaraknya. Seketika rasa kantuknya hilang dan berbangkitlah ia mencari arah suara seruling itu. Apa yang diduga, memang benar. Selekas tiba diujung hutan, seruling itu makin jelas. Segera ia percepat langkah, lari mendaki sebuah gunduk batu yang tinggi. Tiba dipuncak batu karang, tiba2 seruling itu berhenti. Cepat ia menuruni http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ karang yang menjurus ke tepi sungai dan tampaklah seorang kakek sedang duduk ditepi sungai. Disebelahnya tegak seorang anak perempuan kecil. Tangan anak perempuan itu menggenggam sebatang seruling bambu kuning. "Kek, ada manusia datang kemari. Seorang bocah laki" kata anak perempuan itu kepada si kakek. "Hm, kutahu. Dia seorang anak gembala" sahut sikakek dengan suara parau. Walaupun berkata begitu, kakek yang rambut dan janggutnya putih itu tetap memandang batang kail yang terbenam kedalam sangai. Sama sekali ia tak mengacuhkan kedatangan Dipa. Dipa tertegun. Tetapi ketika sikakek mengatakan keadaan dirinya seorang anak gembala, ia heran lalu lanjutkan langkah menghampiri. "Hai, berhenti, engkau anak manusia atau setan?" tiba2 anak perempuan yang berumur lebih muda dari Dipa membentak seraya lintangkan seruling menghadang Dipa. Dipa terhenyak berhenti karena teguran anak perempuan yang aneh itu. Sejenak ia memandang dirinya. Seumur hidup baru pertama kali itu ia disangka sebagai anak setan. Setelah merasa tiada hal yang aneh pada dirinya, ia akan menyahut. "Indu, jangan mengusik orang" tiba2 kakek tua itu berkata "pemusatan pikiranmu masih mudah terganggu. Buktinya engkau hentikan tiupan serulingmu sehingga ikan lele yang sudah akan melenting kedarat, terkejut dan menyusup kedalam liang lagi" "Hm, gara-garamu setan cilik!" anak perempuan kecil itu deliki mata kepada Dipa "hayo, enyahlah!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan, Indu!" kembali kakek tua itu mencegah. Ia menghela napas dan berkata seorang diri "ah, suratan takdir. Manusia harus menerimanya ...." Indu, sianak perempuan kecil, kerutkan dahi keheranan, serunya "Apa maksudmu, kakek?" "Sudahlah, Indu, hutan ini bukan milik kita. Setiap orang bebas datang kesini. Jangan suka menyinggung perasaan orang" kata kakek tua itu "tak apa kaku hari ini kita tak memperoleh ikan. Sisa dari dua ekor ikan yang kita peroleh kemarin masih cukup untuk lauk pauk hari ini" "Kakek, biarlah kutiup seruling lagi agar ikan lele itu muncul kedarat" Indu masih penasaran. "Jangan, Indu, jangan! Rupanya sudah ditentukan oleh Yang Memberi Hidup, bahwa hari ini kita tak mendapat hasil. Jangan memaksa, besok masih ada hari lagi. Indu, apakah engkau tak ingin mendengar cerita yang kujanjikan itu?" "O, benar kek" seru Indu kegirangan "aku memang ingin sekali mendengar cerita itu" Kakek yang sudah amat lanjut usianya itu suruh Indu mengambil tempat duduk dihadapannya. Lalu mulailah ia bercerita. Sepatahpun Dipa tak disapanya. Dipa terpukau. Ia tak marah karena tak dihiraukan. Sudah biasa ia diperlakukan orang begitu. Ia merasa bersalah karena menyebabkan anak perempuan itu terkejut sehingga hentikan tiupan serulingnya. Ia harus minta maaf. Tetapi baru ia hendak membuka mulut, kakek tua itu sudah mulai bercerita:



OM AWIGHNAM ASTU NAMAS SIDDHAM .... Niham katuturanira Ken Angrok. Mulanira duk dinadekan manusa, hana anakira rangdyaning jiput, lumaku tan rahayu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



amegati apusira pinakapamancananing hyang Suksma. Sah sira saking Jiput, angungsi sira ring mandaleng Bulalak. Purabira sang abatur ing Bulalak sira mpu Tapawangkeng, agawe gapuraning asramanira, pinalampahan wedus bang salaki dening hyanging lawang. Langira Tapawangkeng: „ Nora olihing apeningan dadi agaweya papapatakaning awak, yan amalimatia janma, norana ta amutusakena papalakoning caru wedus bang ika. " Dadi ta sang amegati apus angling, asanggup makacaruaning lawangira mpu Tapawangkeng, satya ta sira, asanggup pinakacaru, marganira muliha marirg Wisubhuwana tumitisa mareng wibhawajanma, mareng madhyapada muwah, mangkana pamalakunira. Irika ta duk inastwan tumitisa denira mpu Tapawangkeng tinut i rasaning kapralinanira, amukti ta sira pitung mandala Ri huwusnira pralina irika ta sira pinakacaru denira mpu Tapawangkeng. Telas ira mangkana mur ta sira maring Wisnubhuwana, tan linok ing rasaning sangketanira sang pinakacaru amaiaku ta sira titisankena ri wetaning Kawi.... Kakek tua itu berhenti memandang Indu "Indu mengertikah engkau apa yang kuceritakan ini ?" Anak perempuan itu gelengkan kepala "Tidak mengerti sama sekali !" Kakek tua itu tersenyum "Cerita ini kupetik dari kitap PARARATON ialah sejarah Ken Angrok atau baginda Rajasa Bhatara sang Amurwabhumi, raja pertama dari Singosari, sampai pada raja2 keturunannya. Memang engkau tentu tak mengerti karena cerita itu menggunakan bahasa Kawi yang tinggi. Baiklah, Indu, akan kuterangkan dengan bahasa yang mudah supaya engkau mengerti"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kakek tua itu diam2 menyelimpatkan mata kearah Dipa. Ia tersenyum dalam hati melihat anak gembala itu tertarik perhatiannya. Lalu ia melanjutkan ceritanya pula dengan bahasa sederhana: TUHAN, PENCIPTA, PELINDUNG dan PENGAKHIR ALAM SEMOGA TAK ADA HALANGAN SUJUDKU SESEMPURNASEMPURNANYA. Inilah kissah Ken Angrok. Asal mula ia dijadikan manusia: Adalah seorang anak janda di Jiput, bertingkah laku tak baik, suka merusak kesusilaan, menjadi gangguan Hyang yang bersifat gaib. Pergilah ia dari Jiput, mengungsi ke Bulalak. "Siapakah Ken Angrok, kakek?" tiba2 anak perempuan itu menyelutuk. "Ken Angrok dikemudian hari menjadi raja Singosari yang pertama" sahut kakek tua dengan sabar. Kemudian ia melanjutkan pula. Yang dipertuan di Bulalak itu bernama mpu Tapawangkeng. Ia sedang membuat pintu gerbang asramanya. Roh penjaga pintu, minta diberi sesaji seekor kambing jantan yang berbulu merah. Permintaan itu meresahkan hati mpu Tapawangkeng, katanya: “Ah, tak perlu berpusing kepala. Akhirnya ini akan menyebabkan aku jatuh dalam dosa. Kalau aku sampai membunuh manusia, takkan ada yang dapat menyelesaikan permintaan korban kambing merah itu..." "Kakek, mengapa pintu ada Roh yang menjaga? A neh benar permintaannya, mengapa kambing yang berbulu merah? Dan mengapa pula mpu Tapa itu harus membunuh manusia?" kembali Indu sianak perempuan kecil menukas pertanyaan pada cerita kakeknya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Agak mengkal kakek tua tua karena cucunya selalu memutus ceritanya. Dipandangnya Indu. Tetapi pada lain kejab hatinya mereda "Ah, dia anak kecil, tentu ingin tahu segala apa. Dan pertanyaan itu menandakan bahwa pikirannya hidup dan cerdas" "Menurut kepercayaan agama Syiwa, setiap benda mempunyai penunggu ialah roh yang tak kelihatan. Yang dimaksud dengan kambing jantan bulu merah, adalah manusia. Itulah sebabnya maka mpu Tapawangkeng resah hatinya. Jika ia melaksanakan permintaan roh itu, berarti ia membunuh manusia. Membunuh manusia berarti jatuh ke dalam dosa ...." "Ah, jahat benar roh penjaga pintu itu" gumam Indu "lalu apakah mpu Tapa menyetujui?" Kakek itu melanjutkan ceritanya: “Kemudian orang yang merusak kesusilaan tadi berkata bahwa ia sanggup menjadi korban pintu yang dibuat mpu Tapawangkeng. Ia bersedia dijadikan korban agar dapat manjadi sarananya ia kembali ke surga dewa Wisnu dan menjelma lagi dalam kelahiran yang lebih mulia, ke alam tengah lagi. Demikian permintaannya. Permintaan itu direstui oleh mpu Tapawangkeng agar ia dapat menjelma. Dan disetujui pula tujuan kematiannya itu. Setelah mati ia dijadikan korban oleh mpu Tapawangkeng. Setelah itu, ia terbang ke surga Wisnu dan sesuai dengan inti perjanjian untuk dijadikan korban, ia minta untuk dijelmakan di sebelah timur gunung Kawi...” "Kakek, apakah orang yang sudah mati itu dapat menjelma lagi?" tanya pula sianak perempuan kecil. Rupanya banyak sekali hal yang mengherankan hatinya. Dan agaknya ia memang suka bertanya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Menurut kepercayaan agama Syiwa-Budha, orang yang mati itu hanya jasadnya saja yang rusak. Tetapi atma atau rohnya tetap hidup dan kelak akan turun menjelma ke dunia lagi menurut kadar dari amal perbuatannya dalam kehidupan yang lalu" kata kakek tua. "Wah, kalau begitu, kakek kelak tentu juga dapat menjelma hidup lagi. Tetapi..." tiba2 Indu termenug-menung. Kakek tua itu terkesiap melihat kerut wajah cucunya yang rawan, tegurnya "Indu, mengapa engkau termenung diam ? Apakah yang hendak kaukatakan ?" Anak perempuan kecil itu menjawab dengan kata2 yang wajar kekanak-kanakan "apakah kelak kakek berkumpul lagi dengan aku?" Tersentuh hati kakek yang sudah lanjut usia itu. Sesaat terkenanglah ia akan segala ikatan dunia. Anak perempuannya yang telah meninggal, yakni ibu dari Indu. Isterinya yang mendahuluinya serta beberapa saudara yang semuanya telah mati lebih dulu. Kemudian teringat akan usianya yang sudah begitu lanjut, ia tentu akan berpisah dengan Indu, cucu satu2nya dalam hidupnya di mayapada ini. Sesungguhnya ia sudah jemu akan kehidupan duniawi. Namun mengingat bagaimana nanti nasib Indu yang masih http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kecil itu apabila ia mati, bergetarlah urat2 nadinya yang sudah rapuh. Ia ingin hidup dan harus hidup, demi Indu. "Sudah tentu Indu, kakek tentu akan menjelma lagi dalam lingkungan hidupmu" katanya beriba. Sesungguhnya dalam hati, ia sudah menyadari. Tak mungkin hal itu akan terjadi. Namun ia tak mau membuat sedih hati cucunya. Tiba2 anak perempuan kecil itu berseru "Kakek, hari sudah larut tinggi. Aku lapar. Mari kita pulang" Kakek itu mengangguk lalu mengangkat kail dan berbangkit. Sambil memimpin tangan Indu, ia berjalan tertatih-tatih tinggalkan tempat itu. Sama sekali kakek itu tak mempedulikan Dipa yang saat itu masih duduk di atas segunduk batu. Hanya sebelum lenyap ke dalam gerumbul pohon, anak perempuan kecil itu tiba2 berpaling memandang kearah Dipa. Hanya sekejab lalu berberpaling memandang kemuka lagi dan beberapa saat kemudian kakek serta cucu itupun lenyap ke dalam gerumbul. Dipa masih termangu-mangu di atas gunduk karang. Ia merenungkan cerita kakek tua tadi. Ia amat tertarik sekali. Sayang cerita itu belum selesai. Setiap hari setelah lepaskan kambing gembalanya kepadang rumput, Dipa segera mendaki karang dan turun ke gerumbul pohon untuk mendengarkan kakek tua yang mengail di tepi sungai sambil menceritakan cucu perempuannya, sejarah Ken Arok dan raja2 keturunannya "Mereka tentu akan datang lagi besok. Baiklah aku kemari untuk mendengarkan cerita kakek itu" kata Dipa seorang diri. Tetapi pada lain saat ia tertegun. Kakek tua dan anak perempuan kecil itu tak mengacuhkan dirinya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Apakah mereka takkan marah apabila ia datang ikut mendengarkan cerita ?" "Tetapi tadi merekapun tahu kalau aku ikut mendengarkan cerita. Walaupun tidak mempedulikan tetapi merekapun tak mengusirku " pada lain saat Dipa menjawab keraguannya "ah, memang aneh sekali kedua kakek dan cucu itu" Rasa aneh itu makin membangkitkan kegairahan Dipa untuk mengetahui diri kedua kakek dan cucu itu serta mendengarkan cerita mereka. Akhirnya ia memutuskan, besok akan datang lagi kesitu. Apabila mereka marah dan mengusir, iapun akan pergi. "Ah, apakah karena diriku benar2 seperti anak setan sehingga mereka segan menegurnya?" tiba2 pula Dipa teringat akan kata2 anak perempuan kepadanya tadi "benarkah rupaku ini seperti anak setan? Bagaimanakah rupa setan itu sesungguhnya?" bertanya-tanya Dipa pada dirinya. Memang ia tahu dan sudah biasa mendengar orang menyebut kata Setan. Tetapi sebesar itu, belum pernah ia tahu bagaimana ujud yang sebenarnya dari setan ibu. Ia heran mengapa anak perempuan itu memaki ia seperti anak setan? Adakah anak perempuan itu sudah pernah melihat setan ? Makin memikirkan keadaan kedua kakek dan cucu itu makin besar keinginan Dipa untuk mengetahui diri mereka. Besok harinya, ia membawa kambingnya ke hutan pula dan mulailah ia mendaki keatas gunduk karang. Tak berapa lama terdengarlah suara seruling mengalun. Tentulah seruling yang ditiup anak perempuan kemarin. Dipa tak mau unjuk diri. Ia tetap rebah diatas karang dan memandang, ke tepi sungai. Yang meniup seruling memang benar seorang anak perempuan kemarin. Sedang si kakek tua duduk pejamkan mata menghadap sebatang kail yang ujungnya terbenam dalam sungai. Hampir sejam anak perempuan itu meniup http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seruling. Nadanya makin lama makin melengking tinggi, biramanya makin lama makin menyayat hati. Dipa tak tahu lagu apakah yang sedang dialun seruling itu. Tetapi diam2 ia kagum atas ketahanan napas anak perempuan yang dapat meniup seruling sampai begitu lama. Tiba2 kakek tua itu mengangkat kailnya dan memekiklah cucunya dengan gembira "Kakek, seekor ikan bader yang besar sekali!" Dipapun terkejut kagum. Rasa heran yang menelungkupi perasaan, secara tak disadari, menggerakkan kakinya menuruni karang dan menghampiri kedekat tempat kakek dan anak perempuan itu. "Hai, anak setan itu datang pula!" teriak anak perempuan kecil. Namun nadanya tak semarah kemarin. "Indu, jangan menghina orang. Memang sejak tadi kutahu dia rebah di atas karang. Tetapi dia tak mau turun, mungkin takut kalau mengganggumu" kata kakek tua seraya memasukkan ikan bader ke dalam lukah bambu. "Kakek, rupanya hari ini kita mujur, mengapa kakek tak mau mencari seekor lagi?" tanya Indu. Kakek tua itu menghela napas "Jangan Indu. Hari ini kita sudah memperoleh rejeki. Jangan temaha, kita harus puas menerima pemberian Yang Memberi Hidup" "Kalau begitu, kakek harus melanjutkan cerita yang kemarin itu" Kakek tua itu tertawa. Sikapnya amat memanjakan anak perempuan kecil itu. Setelah duduk berhadapan kakek itu melanjutkan pula ceritanya tentang Ken Arok. Apabila matahari menjulang tinggi ditengah angkasa, mereka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkemas pulang. Tiada selirik pandang dipalingkan kearah Dipa. Tiada sepatah kata disapakan kepada anak itu. Hari berganti hari, pekan bersusul pekan dan bulan beralih bulan, Dipa selalu datang untuk mendengar cerita yang dibawakan kakek tua itu. Setelah habis kissah Ken Arok, lalu Anusapati, Tohjaya, Rangga Wuni, Kertanegara lalu raden Wijaya. Karena setiap hari setelah memperoleh ikan, baru kakek tua itu bercerita dan apabila matahari lewat di atas kepala, mereka segera berkemas pulang. Karena hanya sejam, paling lama dua jam kakek tua itu bercerita. Dengan demikian ceritanya memakan waktu hampir tiga candra. Selama itu banyak sekali Dipa mendengar keadaan yang baru baginya. Dunia pengetahuannya yang setipis kulit bawang, kini tiba2 merekah. Bagai kuda terlepas dari pingitan, arus pikirannya berkejar-kejaran hendak mencapai puncak. Puncak yang berkabut bayang2 alam dunia seperti yang dikisahkan dalam cerita kakek tua itu. Namun tingkat kecerdasannya masih belum sampai. Ia tak dapat membayangkan lebih daripada yang diketahui dalam desanya. Dari cerita kakek itu, ia tahu bahwa Ken Arok itu seorang raja yang termasyhur, begitu pula Anusapati, Tohjaya, Rangga Wuni, Kertanegara dan raden Wijaya. Tetapi tak dapat ia membayangkan betapalah perwujutan dari seorang raja itu. Betapalah megah pura kerajaan dan istana Singasari serta Majapahit itu, iapun tak dapat meraih dengan anganangannya. Betapalah hebatnya peperangan, betapalah kegagahan senopati2 yang menyabung nyawa dimedan laga itu, tak dapat pula ia menggambarkan dalam lamunannya. Ingin ia sesungguhnya untuk bertanya, tetapi ia takut kakek itu tak mempedulikannya. Bukankah ia dianggap anak setan oleh anak perempuan kecil itu?



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikian seperti yang telah dilakukan selama berpekanpekan ini, menjelang mentari turun kebalik gunung, ia segera menggiring kambing sambil melamun cerita yang dituturkan kakek tua siang tadi. Ketika memasuki gapura pintu desa dan tiba di daratan tempat dahulu ia berkelahi dengan Wawa, tiba2 ia terkejut mendengar longlong jeritan seorang anak yang disusul dengan lengking tangis. Dipa cepat menghampiri. Tampak beberapa anak sedang mengerumuni seorang anak kecil yang jongkok dihadapan sebuah patung. Anak itu berada clihalaman candi kecil. Cepat Dipa mengetahui bahwa yang menjerit-jerit dan menangis, adalah anak kecil yang jongkok itu. Ketika menghampiri makin dekat barulah Dipa tahu bahwa tangan anak itu dimasukkan ke bawah batu persada patung dewa Ganesya. Tetapi entah karena apa, tangan anak itu tak dapat ditariknya keluar lagi. Anak itu kesakitan, bingung dan menangis jerit2 .... Anak2 yang bermain dihalaman candi itu, anak2 desa Madan-Teda. Tetapi mereka bukan anak2 nakal dari gerombolan Wawa. Mereka kenal Dipa si Gajah dan mendengar juga tentang peristiwa Gajah mengalahkan Wawa. Dan memang sejak peristiwa itu, Gajah tidak menderita hinaan dari anak2 dalam desanya. Bahkan anak2 yang bukan termasuk gerombolan Wawa, diam2 menaruh rasa kagum kepada Gajah. "Gajah, tolonglah Naban itu!" serta melihat Gajah, timbullah harapan anak2 itu untuk menolong Naban, anak yang tangannya tertindih patung. "Mengapa dia?" Gajah meminta penjelasan. Salah seorang anak yang paling besar menutur "Ketika kami sedang bermain kejar-kejaran, tiba2 Naban mendengar suara cengkerik berbunyi nyaring. Naban memang senang sekali http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mencari cengkerik untuk diadu. Ia terus lari menghampiri patung dewa Gajah. Setelah diselidiki ternyata jengkerik itu berada di dalam liang dibawah patung. Naban mencari kayu dan digalinya lubang dibawah patung itu. Setelah cukup besar, ia masukkan tangannya untuk merogoh cengkerik itu. Tetapi entah bagaimana tangannya tertindih patung dan tak dapat dikeluarkan.” "Oh, mungkin karena tanah digali, patung itu longsor mengendap kebawah. Lalu bagaimana cara menolongnya?" tanya Gajah seraya menghampiri ketempat patung. Lalu bertanya kepada Naban "apakah tanganmu tertindih?" Sambil menangis, anak itu mengangguk. "Sakit?" "Tidak begitu sakit ..." "Kalau tak sakit mengapa menangis?" Anak itu makin menangis keras "Hu, hu, hu . . . tanganku tak dapat kutarik keluar . . dan . . . dan aduh . . ." tiba2 anak itu menjerit. "Mengapa?"Gajah ikut terkejut. "Cengkerik itu ... menggigit ujung jariku, setan, aduh, aduh . . . tolong!" anak itu menjerit-jerit makin keras dan merontaronta hendak paksakan menarik tangannya keluar. Tetapi makin ditarik makin sakit sehingga menangislah ia makin nyaring. "Jangan bergerak" Gajah memberi nasehat. "Ayo, kita gali tanah dan membuat lubang lebih besar supaya tangan Naban dapat ditarik keluar" seru anak yang paling besar tadi. Beberapa kawannya setuju dan terus hendak mencari kayu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan!" cegah Gajah "kalau lubang itu digali makin besar, dikuatirkan patung itu akan makin longsor dan makin menindih tangan Naban" Anak2 itu berhenti. Mereka anggap kata2 Gajah itu benar. Tetapi hal itu makin membuat mereka bingung "Lalu bagaimana cara kita menolong Naban?" tanya mereka beramai-ramai. Gajah merenung. Pada lain saat ia menyahut "Cara yang terbaik ialah mengangkat patung dewa Gajah itu!" Bagai tawon dionggok dari sarang, berdengung-dengunglah suara anak2 itu mendengar jawaban Gajah. Mengangkat patung batu dewa Gajah yang seberat itu? Ah, tak mungkin .... Akhirnya anak yang paling besar tadi berseru "Gajah, memang caramu itu tepat sekali. Tetapi mana mungkin kita lakukan hal itu? Sekalipun beramai-ramai tetap kita tak mampu mengangkatnya! Kalau tak percaya, cobalah engkau mengangkatnya!" Selama mengikuti cerita yang dibawakan kakek tua, pikiran Dipa amat diilhami akan kissah kehidupan Ken Arok. Lepas dari perbuatan2 maksiat yang dilakukan Ken Arok semasa masih muda, Dipa mengagumi keberanian dan kesaktiannya. Misalnya, ketika kakek tua itu menceritakan bagaimana karena mencuri di desa Pamalanten, Ken Arok dikejar penduduk desa untuk dibunuhnya. Ken Arok memanjat pohon tal. Pohon itu dikepung dan ditebang oleh penduduk yang marah. Tetapi Ken Arok dapat juga meloloskan diri. Ia memetik dua daun tal untuk dikepit dalam kedua ketiaknya lalu melayanglah ia bagaikan seekor kelelawar meloloskan diri dari jerat.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Timbul dalam gagasan anak gembala Dipa. Ken Arok titah manusia. Iapun anak manusia. Ken Arok dilahirkan dikalangan hina. Bahkan dibuang ibunya ke pckuburan. Iapun anak Sudra. Jika Ken Arok dapat ' terbang ' dengan dua daun tal, bukanlah suatu keinginan yang berkemmjaan apabila ia dapat mengangkat patung dewa Gajah itu. "Jika karena mencuri dan hendak ditangkap maka Ken Arok mengeluarkan kesaktian, mengapa aku tak direstui kesaktian karena hendak menolong seorang anak yang tertimpa kemalangan ?" pikiran Dipa makin melambung. Semangatnya makin menyala dan tekadnyapun makin bulat. Entah bagaimana, anak kecil yang menjelang berumur sepuluh tahun itu, tiba2 mempunyai angan2 seperti orang dewasa. Ia segera maju kedekat patung dewa Gajah itu lalu memegang kedua sampingnya. Sejak giat melakukan semedhi seperti yang diajarkan Anuraga, ia merasa mulai dapat 'menggembalakan' napas dan tenaganya ke, ' lembah ' yang disebut Cakra Manipura atau bagian perut tubuhnya. Demikianpun pada saat itu. Setelah menggembalakan napas dan tenaganya ke lembah Cakra Manipura, tiba2 ia memekik sekuat-kuatnya dan serempak mengangkat patung itu, hek .... meletuslah pekik sorak dari anak2 ketika



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyaksikan patung dewa Gajah itu terangkat keatas kepala Dipa ! Candi kecil dipetang sunyi, tiba2 bergetar-getar bagai dialun gempa pekik teriakan. Patung Syiwa yang dipuja dalam candi itu seolah olah ikut bergetar menyaksikan peristiwa itu. Angin berhembus kencang, pohon2 bergoncang-goncang dan bunga2 meregak membaurkan bau harum. Burung2 sriti berseliweran terbang tinggi rendah diatas kepala Dipa. Alam seakan-akan ikut terkejut dan bergembira .... "Gajah .... hebat ! . . . Sakti . . . ! teriak anak2 itu riuh rendah memuji. Namun Gajah tak sempat menghiraukan mereka. Ia bei juang mati matian untuk menyanggah patung batu yang amat berat itu, agar tak menindihkan. Wajahnya merah padam. Mata membelalak seakan lepas dari kelopaknya, geraham bergemerutukan macam orang kedinginan. "Gajah, letakkan patung itu, aku sudah tak apa-apa!" tiba2 si Naban berteriak. Rupanya karena amat berterima kasih kepada si Gajah, ia paling cepat mengetahui penderitaan Gajah. Sedang anak2 yang lain hanya menumpahkan sorak pujian saja tetapi tak memperhatikan keadaan Gajah. Hanya seruan si Nabanlah yang mendapat tempat di hati Gajah Dipa. Segera ia meletakkan patung itu di tempatnya semula, bluk .... serempak patung tegak di tanah, Gajahpun terhuyung-huyung kebelakang dan rubuh tak sadarkan diri! Kembali terdengar jerit pekikan dari anak2 itu. Hanya bedanya, jika pekikan yang tadi pekik pujian, tetapi yang sekarang pekik kejut kecemasan. Mereka lari mengerumuni Gajah "Hai, mulutnya mengumur darah . . . !" teriak Naban. Ia menubruk tubuh Gajah, dan diguncang-guncangkannya "Gajah, Gajah, mengapa engkau....?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun Gajah tetap diam bingung tak keruan. Ada yang mengelus-elus dadanya, ada bahkan ada yang menyiak kulit sadar. Namun sia2 semua.



memejam mata. Anak2 itu memijat-mijat kaki, ada yang yang mengurut-urut tangan, kelopak mata si Gajah supaya



"Lekas cari air!" tiba2 anak yang paling besar tadi berteriak tanpa ditujukan pada salah seorang kawannya yang tertentu. Tiba2 Naban lari menuju ke parit di belakang candi. Tetapi setiba di parit, ia tertegun bingung. Dengan alat apakah ia hendak membawa air nanti? Untunglah ia cepat mendapat akal. Dicarinya pohon maja yang tumbuh di belakang candi, dipetiknya sebiji buahnya lalu dibelah dan isinya dibuang. Kini dapatlah ia sebuah alat, separoh belahan tempurung buah maja. Setelah diisi air, bergegaslah ia kembali ketempat Gajah. Airpun segera diminumkan ke mulut Gajah. Dan kini anak2 itu menunggu dengan berdebar-debar bagaimana hasilnya. Sepengunyah sirih lamanya, terdengar Gajah menguak pelahan dan tubuh mulai meregang-regang lalu matanyapun terbuka "Gajah, bangunlah. . . engkau terluka, Gajah ? Ah, akulah yang bersalah, Gajah ...." berderai-derai airmata Naban sianak kecil sambil mencekal tangan Dipa. Dipa tersayat keharuan. Baru pertama itu dalam sejarah hidupnya, ia ditangisi orang. Selama ini yang dideritanya hanyalah gelak cemohan dan hardik makian. Luapan perasaan, menyentakkan ia bangun dan ditepuknya bahu Naban "Sudahlah, Naban, jangan menangis. Aku tak kurang suatu apa!" Sesungguhnya saat itu ia rasakan tubuhnya lemah lunglai. Urat-bayunya seakan-akan dilolosi. Tenaganya merana, tulang serasa lepas dari persendiannya. Namun demi menghibur Naban, ia harus kuatkan diri bangkit berdiri. Ia telah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menggunakan tenaga lebih dari yang dimiliki maka akibatnya ia pingsan. Dan ketika berdiri, kepalanyapun masih terasa berbinar-binar. "Hari sudah rembang petang, kalian harus pulang dan akupun juga" katanya kepada anak2 itu. Dan tanpa menunggu penyahutan mereka, ia mendahului ayunkan langkah menggiring kambingnya pulang. Ia masih lemas sehingga jalannya tertatih-tatih. Tiba di rumah buyut, langsung ia memasukkan kambing ke kandang lalu masuk ke dalam biliknya di dekat kandang kambing. Belum pernah ia rasakan balai-balai bambu tempat tidurnya, senikmat saat itu. Tetapi rasa nikmat itu cepat berganti dengan rasa nyeri kesakitan dari tubuhnya yang lunglai. Semalam suntuk ia bergolek terkapar-kapar tak henti-hentinya. Telentang, miring, tengkurap, miring .... Akhirnya ketika kentongan di balai kebuyutan berlalu tiga kali, ia tertidur juga. Rasanya masih ia ingin memeluk balai2 ketika burung cucak-rawa peliharaan ki buyut berbunyi riuh nyaring. .Biasanya apabila burung cucakrawa itu berbunyi, haripun sudah fajar dan Dipa harus bangun. Maka walaupun masih dicengkam kantuk dan letih, Dipa terpaksa bangun juga. Ia segera mencari air mengisi jambangan mandi dan kendi, lalu menyapu halaman dan setelah itu baru mengeluarkan kambing dan berangkatlah ia ke padang rumput. Hari itu ia hanya menuju ke lembah rumput dan tak ke tepi sungai mendengarkan cerita sikakek tua. Ia merasa letih sekali. Tiba di lembah, kambing dilepas dan rebahlah ia di bawah pohon untuk menyambung tidurnya yang masih kurang itu ... . Dalam pada itu penduduk desa Madan-Teda gempar membicarakan peristiwa Gajah mengangkat patung dewa Ganesya. Anak2 itu sepulang di rumah, segera menceritakan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kejadian itu kepada orangtuanya. Dan orang2 tua itulah yang menyebar-luaskan peristiwa itu. Cepat sekali seluruh rakyat desa mengetahui hal itu. Rambi, putera buyut desa, pun mendengar peristiwa itu. Sejak peristiwa Wawa, ia telah kehilangan pengikut. Ia mendapat dampratan pedas dari ayahnya bahkan disuruh minta maaf juga kepada brahmana Anuraga. Diam2 anak itu mendendam dalam hati. Dan sasaran dari dendamnya itu bukan lain adalah si Gajah. Memang karena takut pada ayahnya, Rambi tak berani lagi keluyuran ke luar. Tetapi diam2 ia mencari kesempatan untuk mencelakai Gajah. Peristiwa Gajah dapat mengangkat patung dewa Gajah, telah disambut girang sekali oleh Rambi. Tetapi rasa girang itu bukan karena kagum dan bangga mempunyai seorang bhaktadasa yang bertenaga kuat. Melainkan gembira karena ia mandapat kesempatan untuk melaksanakan rencananya terhadap Gajah. Segera ia mengunjungi pandai besi Panca. "Paman Panca, apakah engkau tak ingin melakukan pembalasan atas cidera yang diderita Wawa?"tanyanya kepada pandai besi itu. "Ah, masakan aku berani melanggar keputusan ki buyut?" balas Panca. Rambi tertawa kecil "Heh, kutahu hati paman tentu masih mendendam kepada Gajah, bukan?" "Ah, tidak ..." Tiba2 Rambi kerutkan wajah dan berseru dengan tegang "Jangan kuatir, paman. Akupun tak senang kepada Gajah. A ku tak puas karena Wawa menderita cidera. Walaupun lukanya sudah sembuh tetapi masih suka terlongong-longong seperti kehilangan kesadarannya itu. Bukankah engkau juga http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendengar berita hari ini bahwa Gajah dapat mengangkat patung dewa Gajah penunggu candi itu?". Pandai besi Panca mengangguk. "Nah, inilah suatu kesempatan bagimu untuk melakukan pembalasan. Maukah engkau?" Wajah pandai besi tampak memberingas seketika. Tadi karena takut kepada putera buyut, ia tak mau berkata terus terang. Bahwa putera buyut itu ternyata juga tak suka kepada Gajah, bangkitlah gairahnya "Tetapi aku tak tahu bagaimana cara untuk membalas dendam kepada Gajah itu!" Rambi tertawa angkuh "Kemarilah engkau, kuberitahu rencana yang harus engkau lakukan" Dan ketika tanpa ragu2 pandai besi Panca melangkah kedekat, putera buyut itu segera membisiki kedekat telinganya. Seketika wajah pandai besi itu berseri cerah dan mengangguk2 "Baik, baik, tentu akan kulaksanakan rencana itu sebaik-baiknya... ." tiba2 wajah pandai besi itu terpukau kesangsian "tetapi. . . tetapi bagaimana kalau patung itu sampai diketemukan penduduk?" "Ah, engkau menyimpannya serapat mungkin, jangan sampai ketahuan siapapun juga. Setelah Gajah dibunuh, usulkan supaya diadakan upacara sesaji mohon supaya patung itu kembali ke dalam candi pula. Dan pada saat itu engkau harus mengembalikan patung itu" Wajah pandai besi Panca kembali berseri cerah. Ia menyetujui rencana putera buyut. Demikian setelah berteguhteguhan janji, putera buyutpun pulang. Seperti biasa pada tiap hari, ada saja kawanan anak yang bermain-main di halaman candi. Anak2 itu senang sekali mandi di sungai di belakang candi yang airnya jernih, Demikian mereka bermain-main dulu, setelah letih dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bersimbah peluh, barulah mereka mandi. Ditengah-tengah anak2 ramai bermain, tiba2 salah seorang anak berteriak nyaring "Hai, kawan2, lihatlah, patung dewa Gajah ini hilang belalainya" Anak2 itu berhenti bermain dan segera menghampiri "O, rupanya belalainya hancur "teriak salah seorang anak pula. "Mari kita masuk ke dalam candi. Jangan2 semua patung dalam candi itu juga menderita kerusakan" salah seorang anak menyatakan pendapat dan terus mendahului masuk ke dalam candi. Beberapa anak itu mengikuti di belakang. "Celaka ..." anak itu menyurut mundur "apa kataku? Lihatlah, patung di tengah ruang itu hilang!" Kawan kawannya mengikuti arah yang ditunjuk anak itu. Dan ternyata memang benar. Patung batara Syiwa yang ditaruh di tengah ruang candi dan merupakan pusat persujudan penduduk desa, lenyap dari tempatnya. Seketika anak2 itu berteriak-teriak lari keluar. Mereka bubar dan pulang ke rumah masing2. Menceritakan peristiwa itu kepada orangtuanya. Cepat sekali peristiwa itu menggemparkan seluruh penduduk. Berbondong-bondong mereka menuju ke rumah buyut. Ketika lalu di depan rumah pandai besi Panca, pandai besi itupun keluar dan menegur "Hai, mengapa kalian ini ?" Penduduk itu memberi keterangan apa yang telah terjadi. Mendengar itu Panca kerutkan dahi "Apakah kalian sudah melihat sendiri ?" Pertanyaan pandai besi itu menyadarkan para penduduk. Memang sesungguhnya mereka belum membuktikan kebenaran peristiwa itu. Panca tahu kebimbangan mereka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hayo, kita jenguk ke candi" katanya seraya mempelopori berjalan lebih dulu. Gemparlah rombongan penduduk itu ketika menyaksikan keadaan patung Ganesya yang hancur belalainya. Lebih gempar pula ketika mereka dapatkan patung Batara Syiwa yang disembah dalam candi if u lenyap. "Batara Syiwa tentu murka dan menghilang dari candi sini. Juga Dewa Ganesya itupun tentu marah sehingga merusak belalainya sendiri!" kata Panca. Penduduk makin kebingungan sekali. Mereka amat percaya akan kekeramatan Syiwa. Hilangnya patung Syiwa itu menandakan kalau Batara Syiwa murka sekali. Kemurkaan Batara Syiwa akan menimbulkan malapetaka besar pada d esa Madan Teda. Demikian pula halnya dengan Dewa Ganesya. “Apakah ini bukan akibat dari gara2 si Gajah berani sembarangan mengangkat patung Dewa Gajah itu?" tiba2 salah seorang penduduk yang sudah tua berkata. "Benar! Benar...." hirup pikuk sekalian membenarkan pernyataan orang tua itu.



penduduk



?Bunuh Gajah! . . . Gantung anak itu! . . . ?" teriak bersambut kemarahan segera meluncur dari mulut kemulut rombongan penduduk yang berada disitu "Hayo, kita cari budak itu kerumah buyut!" Berpuluh-puluh penduduk segera mengarahkan langkahnya ketempat tinggal buyut desa. Disepanjang jalan yang di lalui rombongan selalu bertambah jumlahnya dengan penduduk yang menggabungkan diri dalam rombongan itu. Hingga jumlahnya ratusan orang.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki buyut, mana ki buyut!" mereka berteriak-teriak di muka rumah buyut Tayaka. Mendengar suara berisik itu, Rambipun keluar. Setelah mengetahui apa yang terjadi ia memberi penjelasan "Ayah sedang menghadiri pertemuan antar kepala Naditira pradesa yang diselenggarakan di Canggu" Tetapi rakyat tetap berteriak-teriak dan kandak menyerbu rumah buyut "Gantung si Gajah! . .. Bunuh, si Gajah! ..." Rambipun cepat menghadang "Mengapa engkau hendak membunuh Gajah!" Salah seorang penduduk segera menuturkan tentang hancurnya belalai patung Ganesya dan hilangnya arca Syiwa dalam candi "Kita bakal kena kutuk dan desa ini tentu akan tertimpa bencana!" Rambi pura2 terkejut sekali, serunya "Ah, tak mungkin, tak mungkin! Masakan arca itu hilang?" Rakyat makin ngotot "Kami sudah beramai-ramai membuktikan sendiri. Karena gara2 Gajah mengangkat patung dewa Ganesialah maka Hyang Batara Syiwa murka, dan musna" kemudian mereka berteriak-teriak pula seraya hendak menyerbu untuk menangkap Gajah. Rambi memang cerdik. Sayang kecerdikan itu hanya dalam hal2 yang jahat dan licik. Sekalipun dalam hati ia girang karena rencananya berhasil, namun pandai sekali ia menyamar airmukanya dengan selubung getaran kejut "Jangan bertindak sendiri, ayah tiada di rumah, begitu pula Gajah!" "Kemana Gajah menggembalakan kambing?" teriak orang2 itu.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Entah!" seru Rambi dengan nada seola-olah melindungi Gajah. Rombongan rakyat itu tak mau berbantah. Mereka segera tinggalkan rumah buyut dan mencari Dipa. Rupanya mereka tak sabar menunggu sampai Gajah pulang. Sejak candi itu berdiri berpuluh-puluh tahun lamanya, baru pertama kali itu terjadi peristiwa yang luar biasa seperti kali itu. Arca Batara Syiwa sebesar anak kecil yang ditempatkan di ruang pemujaan, hilang tak berbekas. Begitu patuh kepercayaan mereka akan kekeramatan Syiwa, sehingga hilangnya arca itu membangkitkan kegelisahan dan ketakutan yang hebat. Mereka percaya sepercaya-cayanya, bahwa musnanya arca Syiwa itu akan menimbulkan malapetaka pada desa Madan Teda. Hari itu adalah hari yang kedua dari peristiwS Gajah mengangkat patung Ganesya. Gajah rasakan tenaganya hampir pulih maka pergilah ia ke tepi sungai untuk mendengarkan cerita kakek tua. Saat itu mentari sudah naik sepenggalah tinggi dan mulai merayap ketengah angkasa. Kakek tua sedang asyik menceritakan peperangan antara raja Kertanegara dari Singosari lawan Jayakatwang raja Daha. Dipa mendengarkan dengan penuh perhatian. Sekonyong-konyong terbanglah seekor burung gagak berputar-putar mengelilingi tempat kakek dan cucunya itu. Burung itu tak henti-hentinya berbunyi riuh rendah. Indu heran dan bertanya "Kakek, mengapa burung gagak itu ?" Kakeknya tak menyahut melainkan pejamkan mata bersemedhi. Beberapa saat kemudian, ia membuka mata dan berkata "Indu, lekas engkau beritahukan kepada anak gembala itu supaya lekas bersembunyi dalam hutan. Di tempat ini akan terjadi suatu peristiwa berdarah ...." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa? Anak setan itu?" Indu terkejut heran. Baru pertama kali sejak berbulan-bulan, kakeknya menaruh perhatian kepada anak gembala itu. Kakek tua itu tak menyahut melainkan menggangguk kepala. Indupun terpaksa melakukan perintah. Dipa terkejut. Cepat ia beringsut mundur karena menyangka tentulah anak perempuan itu diperintah kakeknya untuk mengusir. "Hai, anak setan, tunggu dulu!" teriak Indu ketika melihat Dipa hendak lari "kakekku berpesan, supaya engkau lekas bersembunyi dalam hutan" "Mengapa?" Gajah berseru heran. "Kata kakek, tempat ini akan ditimpa bahaya!"? tanpa menunggu jawaban Dipa, anak perempuan itu terus lari kembali ke tempat kakeknya. Kakek dan cucunya itu terus tinggalkan tepi sungai. Dipa termangu-mangu sampai lama. Bingung ia memikirkan pesan kakek itu. Tetapi akhirnya ia memutuskan. A pa salahnya ia menuruti pesan kakek itu. Tepat pada saat ia turun dari karang, tampaklah berpuluhpuluh orang berlari-lari menghampiri dengan sikap gopoh. Cepat timbullah keheranan Dipa dikala mengetahui bahwa berpuluh orang itu adalah penduduk desanya. Ia segera maju menyongsong mereka "Hai, mengapa paman..." belum selesai ia mengucap, rombongan penduduk desa itu pesatkan langkah dan berteriak "Hai, itulah dia bunuh saja . . .!" Dipa makin terkejut sekali. Mengapa ia hendak dibunuh? Apakah kesalahannya "Tunggu dulu, apakah salahku?" serunya nekad. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Keparat, karena gara-garamu mengangkat patung dewa Gajah, Syiwa marah dan arca dalam candi lenyap!" teriak mereka makin kalap. Dipa hendak memberi penjelasan tetapi tak diberi kesempatan lagi. Ber-puluh2 penduduk itu sudah maju menyerbu. Bagai kawanan serigala lapar melihat anak kambing, mereka berebut menyerang Dipa. Ada yang menghantam, meninju, menampar, memukul, mencengkeram dan mencekik. Dipa menggigil ketakutan sekali. Memberi penjelasan, ditolak. Melawanpun kalah. Untuk mengharap pertolongan, adalah ibarat mengharap turunnya hujan di tengah musim kemarau. Bagai seorang anak bhaktadasa seperti dirinya, kecuali brahmana Anuraga, dalam sepanjang hidup tak pernah dialaminya ada orang yang mau menolong atau melindunginya. Bahkan kalau ia sampai mati dipukuli orang2 itu, tentulah tiada hukumnya. Ia tak takut mati tetapi ia merasa penasaran karena tiada diberi kesempatan memberi penjelasan. Sejak disenafasi kebangkitan jiwa dan kepercayaan pada diri sendiri oleh brahmana Anuraga. Pula sejak mendengarkan cerita kakek tua yang berisi kissah perjuangan, jiwa dan alam pikiran anak itu mengalami perobahan besar. Ia ingin hidup untuk melihat keadaan dunia luar yang begitu mengasyikkan. Ia tak mau mati konyol dikeroyok penduduk desa. Maka bergeraklah tubuhnya untuk berusaha menghindari hujan pukulan itu. Ia nekad hendak menerobos kepungan mereka. Tiba2 sebuah tangan hendak mencekik lehernya. Haup. . . . . disambarnya tangan itu dengan mulut lalu digigit sekuatkuatnya. Yang empunya tangan menjerit-jerit kesakitan. Dikala kawan-kawannya tertegun, lalu ia mernyelinap lolos, terus lari masuk ke hutan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tangkap budak keparat itu! Jangan sampai lolos" teriak orang2 itu seraya mengejar. Dipa bingung. Ia belum pernah masuk ke hutan itu dan tak kenal keadaannya. Tetapi lebih baik ia menempuh bahaya dari pada mati konyol di tangan penduduk yang sudah kalap. Dan usahanya itu hampir berhasil andai kata tak terjadi suatu kemalangan. Karena perhatiannya terpecah belah, memperhatikan kejaran penduduk dan mencari jalan diantara gerumbul pohon dan semak yang penuh onak, sampai ia tak dapat meneliti jalanan yang ditempuhnya. Uh .... tiba2 ia mendengus kaget ketika kakinya terantuk lingkaran akar pohon yang melintang di tengah jalan. Tak kuasa lagi ia menahan keseimbangan tubuh dan terpelantinglah ia menyusur tanah. "Hajar . . . ! Bunuh . . . !" seperti kawanan pemburu menghadapi seekor harimau, berpuluh-puluh penduduk itu segera menghujani tubuh Dipa dengan pukulan bertubi-tubi dan injak sepak menggebu-gebu. Prak... sebuah tendangan keras kearah kepala, membuat anak itu tak dapat bergerak lagi .... o)oo)dw(oo(o



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



Jilid 4



I DENDAM merupakan salah satu dari kelima derajat atau watak manusia yang disebut sifat Teluh Braja. Menurut ilmu kesepuhan, badan wadag manusia diperlambangkan sebagai Bumi yang mengandung delapan unsur kekuatan atau dayatenaga. Delapan unsur itu di Iambangkan dalam warna2: http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ manik, emas, perak, timah putih, tembaga, besi, garam dan belirang. Kedelapan unsur itu bercampur satu sama lain dan menimbulkan lima jenis derajat manusia atau watak manusia yang ditamsilkan sebagai: Pulung atau watak WELAS ASIH. Wahyu atau watak RELA LEGAWA artinya rela karena baik hati, lahir bathin secara jujur. .Andaru bersifat PARAMARTA MARDI A KSAMA, artinya suka memaafkan dan menghargai sesama manusia. Teluh braja lambang dari HAWA NAFSU yang meluap luap, menimbulkan watak dengki, dendam, tamak dan jahil. Guntur atau watak ANGKARA MURKA. Pandai besi Panca sebagai manusia yang berwatak kasar dan berangasan, tak luput dari cengkeraman hawa nafsu dalam sifat Teluh braja. Dialah yang melepaskan tendangan maut kepada Dipa. Karena ia ingin membalas dendam atas cidera yang diderita anaknya. Ia masih belum puas dan menyusuli tendangan lagi. "Tahan!" tiba2 terdengar suara orang berseru mencegahnya. Panca berhenti dan berpaling "Huh, engkau.... mengapa?" tegurnya tajam kepada seorang lelaki, sedikit tua dari dirinya. "Kurasa sudah cukup. Lihatlah, mukanya berlumur darah dan tubuhnya tak berkutik lagi" sahut lelaki itu atau pak Naban, ayah dari si Naban. "Mungkin dia belum mati!" bantah Panca. "Tetapi mungkin dia tak dapat hidup" balas pak Naban. Panca merentang mata lebar2 melindunginya?"



"Ho,



http://dewi-kz.info/



engkau



hendak



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apa alasanmu menuduh begitu?" "Sudah jelas" dengus Panca "karena dia pernah menolong anakmu si Naban!" "Benar, aku tak menyangkal. Seperti halnya engkau hendak membunuh anak itu karena hendak membalas dendam atas cidera yang diderita anakmu!" "Tidak" teriak Panca menyangkal "soal anakku sudah putus. Bukan hanya aku tetapi seluruh penduduk desa kita ingin membunuh anak itu karena hilangnya arca Syiwa!" Pada saat kedua orang itu berbantah, sekalian orang tertegun mendengarkan. Mereka tahu siapa Panca, siapa pak Naban. Panca, pandai besi yang beradat kasar dan pemarah. Pak Naban, kepala perahu2 penyeberangan. Seorang yang tegas, jujur dan berani. Dia diangkat langsung oleh Ki Panji Margabaya yang tahu akan sifat-sifatnya. Buyut Tayakapun menaruh keseganan kepada pak Naban. Pak Naban tertawa kecil "Pertimbangan akal memang sering dikaburkan oleh Kepercayaan. Karena arca Syiwa hilang, pikiran kita segera dihantui ketakutan. Bukan menyelidiki kemana hilangnya arca itu tetapi kita terus mencari sasaran untuk menumpahkan kemarahan. Dan anak itulah yang dijadikan bulan2 penumpah kemarahan!" "Enak saja engkau bicara!" Panca makin geram "kemanakah kita harus menyelidiki? Apakah engkau sangka arca itu dicuri orang? Siapa yang berani mencuri arca keramat itu!" "Dan engkau percaya bahwa arca itu dapat lenyap sendiri?" pak Naban cepat menyanggah. "Kakang Markum, apakah .engkau tak percaya akan kekeramatan Batara Syiwa?" teriak Panca. Sekalian orang ikut http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tegang. Secara tak sadar, alam pikiran mereka ikut terbawa ucapan Panca. Andaikata bukan Markum atau pak Naban, tentulah mereka sudah ikut mendamprat habis2an. Namun tenang2 jua pak Naban menghadapi pertanyaan yang berbahaya itu "Panca, jangan menyimpang jauh dan persoalan yang kita cakapkan ini. Pandanganku itu, dari sudut akal dan kenyataan. Sedang Kepercayaan itu, berdasar pada perasaan hati. Jika engkau bertanya, apakah aku tak percaya pada kekeramatan Hyang Syiwa, sudah tentu kujawab percaya. Tanyakanlah pada seluruh penduduk desa kita. Adakah aku pernah tak hadir dalam upacara2 keagamaan yang dilangsungkan di candi itu? Dan tanyakan pula kepada mereka, siapakah yang lebih tekun dan patuh melakukan ibadah, Panca atau Markum?" Pak Naban berhenti untuk menyelidik kesan. Tampak wajah Panca merah, Diam2 pak Naban geli dalam hati "Engkau katakan, siapakah yang berani mencuri arca Syiwa yang keramat itu? Panca, hendaknya kita mencamkan pengertian tentang pemujaan yang kita lakukan dalam candi itu. Arca yang berwujut seperti Batara Syiwa itu, hanyalah sekedar lambang dari pengejawantahan Hyang Syiwa. Agar dalam mempersembahkan doa puji, angan2 kita terisi suatu gambaran dari dewa yang kita dambakan dalam doa kita itu. Maka bukanlah Hyang Syiwa dalam bentuknya sebagai arca batu itu, melainkan m a h a t m a atau roh tertinggi dari Hyang Syiwa yang dilambangkan dalam bentuk seperti yang dilukiskan arca itu ... ." Pak Naban berhenti lagi lalu melanjutkan pula dalam nada setengah tertawa "Panca, kalau orang tak berani mencuri arca itu karena kekeramatannya, tentulah orang tak berani membuat arca itu karena kekeramatannya juga!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kang Markum, rupanya engkau mengandalkan kedudukanmu untuk menghina Batara Syiwa !" teriak Panca yang hampir kehabisan akal. "Sama sekali tidak, Panca Aku di sini sebagai Markum, seorang penduduk desa Madan Teda. Bukan Markum kepala perahu penyeberangan. Engkau salah faham. Sama sekali aku tak bermaksud menghina keagungan Hyang Syiwa. Aku salah seorang pemeluk agama Syiwa yang patuh. Justeru karena pengabdianku kepada agama itu, maka aku tak mengidinkan nama Batara Syiwa dibawa-bawa sebagai alasan untuk menganiaya seorang anak kecil !" "Sudah jelas!" teriak Panca "karena budak itu berani mengangkat patung dewa Ganesya, maka Batara Syiwa murka dan arcanya lenyap. Mengapa engkau masih berkeras kepala membela anak itu?" Tetap tertawa lapang, menyahutlah pak Naban "Yakinkah engkau bahwa hilangnya arca agung dalam candi itu karena anak itu mengangkat patung dewa Ganesya? Sudahkah engkau mengetahui jelas atau mendapat wangsit bahwa Hyang Batara Syiwa murka?" Pertanyaan pak Naban itu benar2 membuat Panca bungkam "Tetapi .... tetapi .... kalau arca Syiwa itu hilang, berarti suatu alamat tak baik bagi desa kita!" akhirnya pandai besi itu berusaha untuk membela diri. "Benar, Panca!" sambut pak Naban serentak "tetapi apabila arca itu benar2 lenyap atas titah Hyang Syiwa, Tetapi jika lenyapnya arca itu karena tangan manusia jahil, tak mungkin menimbulkan akibat apa2 kepada desa kita!" Tiba-tiba seorang lelaki setengah tua, tampil dengan katakata melerai perbantahan yang memakan waktu hampir sejam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu "Sudahlah, Panca dan kang Markum, hentikanlah perbantahan yang hanya menimbulkan selisih faham itu. Tujuan kita adalah menangkap anak itu sudah terlaksana. Anak itu sudah menderita amat parah. Dan peringatan kang Markum itu juga benar. Kita sudah .melampiaskan kemarahan kepada anak yang kita duga menjadi gara2 hilangnya arca keramat di candi. Keadaan anak itu sudah payah sekali, kemungkinan tipis harapannya hidup. Maka baiklah kita pulang dan tinggalkan anak itu dalam hutan ini. Serahkan, nasibnya, kepada keputusan Hyang Syiwa. Kalau dia mati, jelas dia memang berdosa. Tetapi kalau dia masih hidup, berarti dia tak bersalah" "Baik! . . . Baik ! . . " sahut sekalian orang. Mereka segera tinggalkan hutan, pulang ke desa. Dalam perjalanan pulang, diam2 Panca merancang rencana. Jika anak itu tidak mati, ia tentu dicemoh pak Naban, Pun. gagallah rencananya untuk membalaskan dendam Wawa. Maka ia memutuskan, Gajah harus mati! Nanti malam, secara diam2 ia akan datang ke hutan situ lagi untuk menghabisi jiwa anak itu. Tak berapa lama setelah pulang, haripun sudah petang. Panca siapkan palu besi. Setelah malam tiba dan desa sudah sunyi senyap, ia segera menuju ke hutan lagi. Ia memang seorang pemberani. Dalam hutan yang gelap pekat dan sunyi senyap, ia berani memasuki seorang diri. Telah dirancang dalam pikirannya, sekali menghantam kepala si Gajah dengan palu besi, tentu pecah kepalanya. Begitu masuk kcdalam hutan, ia tak lupa akan tempat Gajah menggeletak siang tadi. Langsung ia menuju ke tempat itu. Dan samar2 ia melihat sesosok tubuh masih terkapar di tempat itu. Ia berdebar girang. Setiba di muka sosok tubuh http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu, secepat kilat ia ayunkan palu besinya. Suasana hutan gelap sekali. Ia tak mau memeriksa lebih lanjut, adakah sosok tubuh itu si Gajah atau bukan. Pokoknya, ia ingin menghantam remuk kepala anak itu. "Hai ..." tiba-tiba ia memekik kaget. Palu besinya menghantam benda keras. Ketika mengamati, ternyata sosok tubuh itu bukannya si Gajah melainkan sekerat batang pohon sebesar tubuh anak. "Keparat, dia lenyap!" gumannya marah "ah, tak mungkin. Jelas dia terluka amat parah, bahkan kukira tentu sudah mati. Tak mungkin dia dapat melarikan diri....” ia merenung beberapa saat, lalu “apakah mungkin ditolong orang? Siapakah orang itu, hai . ... " tiba2 ia melonjak ketika terbayang wajah pak Naban "ho, hanya dialah yang patut diduga menolong anak itu. Hm, setan, harus kuselidiki rumahnya. Apabila benar dia yang menolong, akan kuberitahu kepada seluruh penduduk agar menyerbu rumahnya" Bergegas-gegas pandai besi itu tinggalkan hutan itu, menuju ke rumah pak Naban. Serempak pada saat itu, dari balik sebatang pohon, muncullah seorang kakek tua "Hm, memang kejam benar manusia itu. Andaikata tak cepat kubawa pulang anak itu, dia pasti dibunuhnya" Iapun segera tinggalkan hutan, berjalan menuju kehulu sungai di belakang hutan. Setelah menyusup jalan kecil diantara gunduk2 karang, tibalah ia di sebuah rumah pondok kayu. Diketuknya pintu pondok itu pelahan-lahan tiga kali. "Kakekkah itu?" terdengar suara seorang anak perempuan dan langkah kaki menghampiri ke pintu. Pintu terbuka dan si kakekpun melangkah masuk. Ia duduk di sebuah kursi bambu. Disampingnya, sebuah meja batu dan sebuah pelita cuplak memancarkan cahaya penerangan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ternyata kakek tua itu adalah kakek yang tiap hari mengail ikan di tepi sungai sambil mendongeng sejarah raja2. Sedang anak perempuan kecil itu bukan lain adalah cucunya, Indu. "Bagaimana di hutan tadi?" tanya Indu. "Ho, dugaanku memang tak meleset. Seorang bertubuh kuat datang seorang diri kedalam hutan dan mencari anak itu. Telah kuatur sedikit siasat Kuletakkan sepotong kayu dftempat bekas anak itu terbaring. Dia terkejut dan mengumpat. Rupanya ia marah sekaji dan menuduh tentu seorang kawannya yang menolong anak itu, heh, heh ... " kakek tua tertawa mengekeh. "Bagus, bagus!" Indu ikut gembira. Tiba2 ia bertanya "kakek, apakah anak itu bisa sembuh?" Kakek itu mengangguk "Kulihat anak itu belum takdirnya mati. Sekalipun lama, ia tentu sembuh" Kiranya siang tadi ketika pulang dari surgai, Indu masih mendesak kepada kakeknya tentang bahaya yang akan terjadi di sekitar hutan situ Kakeknya menjawab "Bahaya itu merupakan peristiwa berdarah" "Maksud kakek pembunuhankah?" "Ya, semacam itulah " jawab kakeknya "nanti malam engkau tentu tahu" Demikian setelah petang hari tiba, kakek itu mengajak Indu menuju ke hutan di sebelah sungai tempat mereka setiap hari mengail. Dan mereka segera menemukan Dipa menggeletak pingsan berlumuran darah. "Kakek, bukankah dia si anak setan ... eh, anak gembala itu?" Indu berteriak kaget.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kakeknya mengiakan "Benar, memang dia. Ah, rupanya memang benar untung tak dapat diraih, celaka tak dapat dihindari. Sudah kusuruh engkau memberitahu kepadanya supaya lekas2 bersembunyi. Tetapi rupanya dia tak percaya sehingga harus menderita begini rupa " Setelah memeriksa keadaan Dipa, ternyata denyut nadi anak itu masih berjalan, berarti dia masih hidup. Kakek itu segera membawanya pulang. Setelah diberi minum ramuan jamu, Dipa dibiarkan tidur. Kemudian kakek itu kembali ke hutan lagi untuk menyiasati pandai besi Panca. Demikianlah peristiwanya. "Kakek" tiba2 Indu berkata "rupanya kakek sudah tahu akan peristiwa ini?" Kakek itu tak langsung menjawab pertanyaan Indu, melainkan mendeham. "Kalau kakek sudah tahu, mengapa kakek membiarkan mereka menganiaya anak itu?" Kakek tua terkesiap. Ia tak menduga bahwa Indu cucu perempuannya yang masih kecil akan mengajukan pertanyaan semacam itu. Namun ia sudah biasa memanjakan Indu dan selalu menjawab apapun yang ditanyakannya. Ia menghela napas "Indu, bukan kakek tak mau menolong anak itu tetapi sesungguhnya kakek tak berani melakukan hal itu" "Mengapa?" "Itu sudah garis kodrat hidupnya. Bahwa dia harus menerima penderitan begitu, Indu" kata kakek tua "apabila kakek mencegahnya, berarti kakek melanggar kodrat alam dan kakek tentu menerima hukuman" "Siapa yang menghukum kakek?" desak Indu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah tentu Yang Mencipta Jagad ini yang akan menghukum kakek. Kakek, engkau, anak itu dan semua titah manusia ini, adalah insan titahNYA. Mati dan Hidup manusia, pun didalain kekuasaanNYA . Oleh karena itu kakek tak berani melanggar kodrat alam yang telah digariskanNYA" kakek itu berusaha untuk menerangkan dengan kata2 yang sederhana. Tetapi rupanya Indu masih belum jelas, serunya "Kakek, apakah kodrat alam itu?" Kakek tua agak bingung untuk menerangkan. Ia kerutkan dahi merenung. Beberapa saat kemudian ia baru berkata "Kodrat alam itu adalah ketentuan garis hidup makhluk di dunia. Setiap orang, kakek dan engkau mempunyai garis hidup sendiri2. Kalau tak percaya, cobalah angsurkan telapak tanganmu kemari" Setelah Indu memberikan telapak tangannya, kakek itupun menebarkan telapak tangannya juga "Indu, cobalah lihat. Samakah garis2 telapak tanganmu dengan telapak tanganku?" Indu mengamati telapak tangannya lalu telapak tangan kakeknya "Ah, sudah tentu lain" katanya "karena aku masih kecil dan kakek sudah tua" "Tidak, Indu. Memang garis2 telapak tangan orang tidaklah sama. Sekalipun sedikit, tentu ada bedanya. Nah, garis hidup setiap orang, sudah disurat pada telapak tangannya" kakek tua berhenti untuk menghela napas "kelak apabila sudah besar, engkau tentu dapat mengetahui hal itu" Dalam tidurnya malam itu, Indu masih membawa uraian kakeknya tentang kodrat hidup manusia dan nasib Dipa, dalam mimpinya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keesokan harinya, kakek itupun berkemas hendak mengail ke sungai. Indu berseru heran "Kakek, apakah hari ini kita juga mengail?" "Ya" kakeknya mengangguk. "Lalu bagaimana anak itu?" "Mengapa dia? Dia tak apa2 dan paling cepat nanti sore baru bangun" "Bagaimana kakek tahu?" Kakek tua tertawa kecil "Lukanya parah, harus tidur supaya jangan merasa sakit. Maka dalam ramuan jamu yang kuberikan semalam, kuberi ramuan supaya dia tidur nyenyak. Mari kita berangkat " katanya seraya ayunkan langkah. Indu bersangsi. Ia memikirkan Dipa yang masih tidur. Bagaimana nanti apabila anak itu bangun dan mendapatkan pondok itu kosong? Bukankah anak itu akan kelaparan? Mungkin karena bingung, anak itu akan tinggalkan pondok. Indu merenung beberapa saat. Akhirnya ia mendapat akal. Segera ia menyediakan makanan dan kendi di atas meja dekat balai2 tempat tidur Dipa. Agar apabila bangun, anak itu dapat makan dan minum. Setelah itu barulah Indu menyusul kakeknya ke tepi sungai. Ketika menjelang lohor, mereka pulang, ternyata yang dikatakan kakek tua tadi memang benar. Dipa tetap masih tidur nyenyak. Kakek tua menghampiri ke balai2 Dipa. Ia tersenyum "Menilik pernapasannya peredaran darah dalam tubuhnya mulai, lancar.... " tiba2 kakek itu kerutkan dahi yang penuh keriput "aneh, mengapa cepat sekali dia menempuh kesembuhan? Padahal kalau menilik lukanya yang begitu parah, paling sedikit setengah candra baru sembuh" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Memang tak mengherankan kalau kakek tua itu diliputi rasa heran. Karena ia tak mengetahui bahwa anak itu pernah minum darah ular berjampang. Dan memakan jamur Bromocahyo yang berumur ratusan tahun. Darah ular dan jamur itulah yang membuat tubuh Dipa kokoh dan mempunyai daya tahan yang lebih besar dari orang kebanyakan. Apapula setelah menjalankan pelajaran semedhi menurut petunjuk Anuraga, tubuh Dipa seolah-olah kebal dari penyakit. "Kakek, apa yang engkau katakan" tegur Indu. "Ah, tak apa2, Indu" kata kakek tua "kukatakan anak ini dapat sembuh lebih cepat dari waktu yang kuduga" Apa yang dikatakan kakek itu memang benar. Menjelang petang hari, Dipapun mulai sadar. Ketika membuka mata, ia mendesis kaget. Ia merasa berada dalam hutan tetapi mengapa tahu2 saat itu tidur di atas balai2 dalam sebuah pondok. Milik siapakah pondok itu? Mengapa ia berada di situ? Ia merenungkan apa vagg telah dialaminya. Masih teringat jelas bahwa ia sedang dikeroyok berpuluh-puluh penduduk desa. Pun masih ingat juga ia, bagaimana ia hampir berhasil lolos dari kepungan penduduk lalu lari ke dalam hutan dan tiba2 kakinya terantuk pada akar pohon yang melingkar di tengah jalan. Pun bagaimana ia jatuh lalu dihujani pukulan dan sepakan oleh orang2 itu, kemudian ia merasa kepalanya, terhunjam sebuah tendangan hebat, ia masih ingat. Tetapi setelah itu, ia pingsan dan tak ingat apa2 lagi. Merenungkan peristiwa2 itu, serentak ia hendak bangun dan turun dari balai2. Tetapi tiba2 terdengar derap kaki orang berlari dan serentak melengkinglah suara anak perempuan "Hai, jangan turun! Tidur”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa terkejut memandang kemuka, amboi. . kiranya anak perempuan kecil yang ikut mengail kakeknya di tepi sungai itu! Sesaat Dipapun terlongong. Kemudian tergopoh ia hendak turun dari balai2 dengan laku yang amat ketakutan. "Hai, engkau memang benar2 anak setan! Disuruh tidur mengapa tetap hendak turun!" Indu marah dan terus mendorong tubuh Dipa ke balai2. "Tetapi. . tetapi ini . . ." maksud Dipa hendak mengatakan bahwa ia takut tidur di balai2 yang bukan miliknya. Tetapi Indu cepat membentaknya "Tetapi apa! Lekas tidur supaya kepalamu tak berdarah lagi! Kalau kakek tahu tentu marah kepadamu!" Jika beberapa saat tadi karena perasaannya tegang, Dipa lupa segala apa. Kini begitu diingatkan Indu, ia segera merasa kepalanya berdenyut-denyut lagi. Terpaksa ia berbaring di balai2 lagi. "Engkau tentu lapar, makanlah nasi lemas dan minumlah air kendi itu" kata Indu sembari mengisar piring dan kendi kedekat Dipa. Dipa heran. Dengan bengis anak perempuan itu mendorong tubuhnya supaya tipur dan tak boleh bergerak. Sekarang anak perempuan itu menyuruhnya makan dan minum. Adakah ia harus makan minum dengan tidur? Bukankah kalau ia bergerak bangun, anak perempuan itu akan marah? "Eh, mengapa engkau diam saja?" tiba2 Dipa gelagapan karena dibentak Indu lagi. Dengan gopoh ia menyahut "Bukankah aku tak boleh bergerak?" "Hi-hi-hi ..." Indu tertawa mengikik "engkau orang hidup, bukan orang mati. Siapa yang melarangmu bergerak?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa kerutkan dahi makin heran. Bukankah anak perempuan itu sendiri yang melarangnya bergerak? Mengapa sekarang ia berkata begitu? Dipa tak menyahut melainkan memandang Indu. Ia tak berani berkata apa2. "Hi-hik ... " tiba2 lndu tertawa mengikik pula. Rupanya ia teringat akan kata2nya yang menyuruh Dipa tidur saja tadi "yang kumaksudkan tadi, engkau tak boleh bergerak bangun dan turun dari balai2. Menurut kakek, engkau harus tidur saja supaya luka pada kepalamu itu tak membongkah lagi. Kalau bangun sebentar untuk makan dan minum, boleh saja ?" "Rumah siapakah ini?" Dipa memberanikan diri bertanya. "Sudah tentu rumahku!" "Dan engkau serta kakekmu yang menolong aku?" "Sudahlah, jangan pikirkan lain2 hal. Sekarang kusuruh engkau makan lalu minum. Habis itu engkau harus tidur lagi!"Dipa tak berani membantah. Ia benar2 takut kepada anak perempuan yang galak dan tegas itu. Dan memang ia merasa lapar. Maka walaupun nasi itu amat sederhana, namun terasa enak sekali. Sesungguhnya ia hendak menghabiskannya semua tetapi ia takut kepada anak perempuan itu. "Eh, sudah sehari semalam engkau tidur tanpa makan. Engkau tentu lapar sekali. Habiskanlah!" rupanya Indu tahu perasaan hati Dipa yang takut. "Tetapi engkau dan kakek ..." Indu tertawa "Nasi itu memang untukmu semua. Aku dan kakek sudah ada yang dimakan. A yo, habiskanlah !" Dipa terpaksa menurut. Apalagi sesungguhnya ia memang masih lapar. Kemudian ia minum air kendi itu. Setelah selesai, kembali ia hendak turun dari balai2 "Hai, anak setan, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengapa engkau amat bandel sekali, hendak turun dari balai2!" teriak Indu marah. "Anu .... aku hendak mencuci piring ini" "Mencuci piring? Hi-hi-hi ...." Indu tertawa mengikik lagi "engkau anak lelaki mengapa hendak mencuci piring? Bukankah itu pekerjaan anak perempuan? Biarkan saja, nanti aku yang mencucinya!" "Tidak!" sahut Dipa tersipu-sipu mencuci piring ...."



"dirumah aku biasa



“Aneh,. . .mengapa ayah ibumu sekejam itu?"" Dipa menghela napas "Bukan orangtuaku tetapi keluarga buyut Madan Teda. Aku bekerja pada mereka sebagai penggembala kambing ". "O,..,lalu orangtuamu ?." "Entah" sahut Dipa beriba “sejak kecil aku ikut nenek. Dan setelah agak besar nenek membawa aku kerumah buyut Tayaka dan ditinggal disiitu" "Dan nenekmu ?" "Tinggal di desa Mada" "O, jadi engkau seorang eh, bekerja pada buyut desa Madan Teda?" "Benar, aku ini memang seorang budak. Kata orang, aku ini anak Sudra yang hina. Maka biarlah kucuci piring yang habis kupakai itu " ia terus ulurkan tangan hendak mengambil piring di atas meja. Tetapi didahului Indu "Tidak! Di sini engkau bukan seorang budak tetapi tetamu"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, jangan mengejek. Aku malu kepada diriku. Jika tak boleh mencuci piring, lebih baik kupergi dari sini " Dipa terus bangun dan hendak turun dari balai2. "Jangan! Luka pada kepalamu akan berdarah lagi" teriak Indu. Namun rupanya Dipa tak menghiraukan. Ia tetap hendak melangkah turun. Melihat itu marahlah Indu "Hai, engkau memang anak setan, plak .... " tiba2 ia menampar muka Dipa. Dipa terpukau. Tiba2 Indu menangis terus lari keluar. Dipa makin terkejut, pikirnya "Ah, mengapa ia menangis sehabis menampar mukaku? Kalau kakeknya melihat ia menangis, bisa salah faham kepadaku. Lebih baik kutinggalkan saja pondok ini" ia terus melangkah turun. Tetapi baru dua tiga langkah berjalan, ia tertegun berpikir "Ah, mereka relah menolong jiwaku. Masakan aku hendak pergi tanpa mengucap terima kasih. Andaikata kakek itu marah, harus kuterima. Aku sudah berhutang budi kepadanya ...." Dipa termenung dan akhirnya ia memutuskan untuk tetap tinggal di situ. Tepat pada saat ia naik ke balai2, muncullah kakek tua di ambang pintu "Hai, mengapa engkau tak mau mendengar kata Indu!" tegurnya. "Indu? Siapakah Indu?" diam2 Dipa heran. Rasa heran itu cepat terpantul pada kerut dahinya. "Indu adalah cucuku perempuan itu" rupanya kakek tua dapat mengetahui keheranan Dipa "apakah engkau memang tak menghendaki sembuh?" Dipa tersentak kaget. Pertanyaan itu mengunjuk betapa besar perhatian kakek dan cucunya itu terhadap dirinya "Terima kasih atas pertolongan kakek kepada diriku" ucapnya



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan penuh haru seraya rangkapkan tangan hendak menyembah. "Ah, tak perlu" cegah kakek tua "bukan begitu cara untuk berterima kasih. Aku tak menginginkan engkau menyembah hormat, mengucap kata2 terima kasih. Jika engkau benar2 hendak mengunjuk terima kasih kepadaku, engkau harus mentaati perintah yang kusampaikan pada Indu. Tetapi rupanya engkau hendak menurut kemauanmu sendiri sehinga Indu marah dan menamparmu. Sekarang ia masih menangis karena hatinya mengkal" Derita yang dikenyam Dipa selama bertahun-tahun menjadi bhaktadasa dalam keluarga buyut Tayaka, menjadikan Dipa cepat masak pikirannya lebih cepat dari pertumbuhan umurnya. Kata2 kakek itu benar2 menyayat hatinya. Ia amat menyesal karena membuat Indu yang baik hati sampai marah dan menangis "Kakek, aku yang salah" katanya penuh haru sesal. "Bagus jika engkau sadar akan kesalahanmu tandanya engkau akan benar. Tetapi apabila engkau tak merasa bersalah, engkau tentu tetap dalam kegelapan, salah selamaiamanya. Dan setiap kesalahan itu tak cukup diakui dengan mulut, pun harus segera dirobah dengan tindak dan perbuatan yang benar" "Baik, kakek" kata Dipa tersipu. "Engkau harus tidur lagi dan sejak saat ini engkau harus menurut perintah Indu. Jangan pikirkan apa2 anggaplah seperti rumahmu sendiri. Lukamu tentu cepat sembuh" kata kakek itu seraya mengeluarkan sebuah kantong berisi ramuan jamu. Setelah menyuruh Dipa minum, kakek itu segera melangkah keluar. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keesokan hari ketika bangun, Dipa melihat diatas meja dekat tempat tidurnya, terdapat sepiring nasi dan sebuah kendi. Ia percaya tentu Indu yang menyediakan. Diam2 ia menyesal karena tak dapat menjumpai Indu untuk minta maaf. Saat itu ia rasakan semangatnya jauh lebih baik dari kemarin. Hanya kepalanya yang masih terasa berdenyutdenyut. Demikian setelah empat hari mentaati perintah kakek tua, setiap hari minum jamu dan beristirahat di balai2, akhirnya pada hari kelima Dipa rasakan kepalanya sudah tak sakit lagi. Ia merasa sudah sehat benar. Keinginannya yang pertama, yalah menjumpai Indu. Anak perempuan itu sudah lima hari tak pernah menampakkan diri. Ia segera turun dari balai2 lalu melangkah keluar pondok. Ternyata pondok itu dikelilingi oleh pagar pohon maja dan terletak di sebuah cekung hutan belantara yang tak pernah dijelajahi manusia. Pondok kosong penghuni. Kakek dan cucunya tentu mengail ke sungai. Diam2 Dipa heran, mengapa kakek dan cucunya itu tinggal di tengah hutan yang sukar dicapai orang. Membayangkan wajah kakek tua, Dipa merasa bahwa kakek itu bukan seperti orang desa. Wajahnya terang bersih. Sikapnya tenang, bicaranya lembut teratur dan pengetahuannya amat luas. Dapat menceritakan sejarah raja2 jeman dahulu. Ah, dia tentu mempunyai riwayat hidup yang hebat. Pikir Dipa. Kemudian ia teringat akan buyut Tayaka. Buyut itu tentu marah karena menganggap ia melarikan diri. Ah, ia amat menyesal karena tak dapat memenuhi tugas yang dipercayakan kepadanya, menggembala kambing. Teringat akan kambing2 yang digembalakan itu, hati Dipa makin sedih. Kemanakah gerangan binatang2 itu pada waktu ia dikeroyok http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penduduk? Ia tak sempat mengurus mereka lagi karena ia sendiri pingsan tak ingat orang. Sambil melamun ia berjalan menurut sepembawa kakinya. Tak terasa ia telah keluar melalui pagar pohon maja, melintas ke hutan. Tiba2 ia tersentak dari lamunan karena mendengar suara gemercik air mencurah. Serentak bangkitlah seleranya untuk mengetahui tempat itu. Dan kakinyapun segera berayun. Ternyata ia tiba di sebuah karang buntu. Dibawah karang itu terdapat saluran air yang mencurah kebawah. Menyerupai air terjun kecil. Gemercik air menghambur terbawa hembusan angin membaurkan hawa sejuk. Mentari saat itu menjulang sepenggalah tingginya. Hawa udara pun mulai panas. Serentak menggeloralah selera Dipa untuk mandi. Sudah lima enam hari ia tak mandi. Tubuhnya terasa gerah dan panas. Maka turunlah ia kebawah air-terjun. Butir-butir air bening yang mencurah berhamburan itu tak ubah laksana untaian mutiara berhamburan mencurah ke penampi. Hati Dipa makin terangsang. Segera ia lepas pakaian dan terus terjun memanjakan diri dalam kesegaran air yang bening dan dingin .... Tengah ia membenam diri dalam genangan air segar itu, tiba2 terdengar kumandang suara seorang anak perempuan berteriak nyaring "Hai, kakang gembala kecil . . . dimana engkau . . . !" Dipa terkejut. Itulah suara Indu. Tiba2 ia teringat saat itu sedang telanjang, ah, betapa malu kalau Indu tiba disitu. Cepat2 ia naik dan menyambar celananya lalu bersembunyi di balik gunduk batu besar.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dugaan Dipa memang benar. Tak berselang berapa lama, muncullah Indu ke pancuran situ. Ia keliarkan pandang matanya kesekeliling penjuru untuk mencari Dipa, tetapi tak melihatnya. Ia tak menyangka kalau Dipa bersembunyi di balik batu besar "Kakang gembala kecil, dimana engkau!... " kembali anak perempuan itui mcrigulang teriakannya. Ia tak tahu siapa nama Dipa maka ia memanggilnya dengan sebutan kakang gembala kecil. Sebenarnya saat itu Dipa akan keluar dari tempat persembunyiannya. Tetapi pada saat ia beringsut, tiba2 didengarnya Indu berkata seorang diri dalam nada setengah menyesal dan setengahnya mengata-ngatai Dipa "Ah, anak setan itu tentu melarikan diri. Memang dia seorang anak gembala liar, yang tak tahu budi orang. Kakek amat sayang kepadanya. Tiap malam, kakek menjaganya dikala ia tidur dan memijati badannya. Tiap pagi kakek mencarikan daun2 obat untuknya. Tetapi dia tak tahu, hm. . . dasar anak setan!" Dipa terpukau. Memang ia tak tahu sama sekail akan hal itu. Makin terharulah hatinya akan kebaikan kakek dan cucunya itu. Untuk yang kedua kali dalam lembaran hidupnya, ia telah berjumpa dengan manusia yang memperhatikan dirinya. Saat itu juga, ia terus hendak keluar dari balik batu dan hendak minta maaf kepada anak perempuan kecil itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, tetapi aku juga salah " tiba2 terdengar Indu berkata pula seorang diri "dia tentu menyangka aku marah dan tak suka dia tinggal dipondokku. Rupanya ia seorang anak yang tahu diri ... " Mendengar ucapan itu, terpaksa ia tahan diri. Entah bagaimana, secara tiba2 ia merobah kehendaknya untuk keluar. Ia ingin tahu lebih lanjut apa gerangan yang hendak dikatakan anak perempuan kecil itu. Terdengar Indu menghela napas "Ah, kasihan benar anak itu. Rupanya ia bernasib lebih malang dari aku. Dia sudah sebatang kara, akupun juga. Hanya bedanya, aku masih punya kakek, tetapi dia hanya punya nenek... eh, tetapi kakekku amat sayang sekali kepadaku. Sejam saja tak melihatku, kakek tentu sudah bingung. Tetapi neneknya tidak sayang padanya. Nenek itu menyerahkannya kepada buyut desa untuk bekerja sebagai penggembala. Ah, mengapa nenek itu sampai hati berbuat demikian terhadap cucunya ... o, mungkin nenek itu amat miskin sekali sehingga terpaksa melakukan hal itu agar cucunya memperoleh makan. Ah, kasihan ... " Mendengar ucapan Indu, hati Dipa seperti disayat sembilu. Terkenanglah ia akan kehidupannya dimasa kecil. Penuh derita lara, duka nestapa. Neneknya sudah tua lagi berpenyakitan. Tak jarang sehari mereka hanya makan sekali. Karena masih kecil ia tak dapat membantu neneknya mencari makan. Teringat hal itu, berderai-derailah airmata Dipa membasahi kedua celah pipinya . . . "Kakang gembala kecil, dimana engkau!" tiba2 ia tersentak kaget karena mendengar Indu berteriak memanggilnya pula. Lalu tinggalkan tempat itu. Makin lama makin jauh.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesaat kemudian tersadarlah Dipa dari lamunan. Ia harus lekas2 mengejar anak perempuan itu untuk minta maaf. Cepat ia menyelinap kegerumbul pohon terus muncul di tengah jalan yang akan dilalui Indu. "Hai, engkau anak se. . . eh, mengapa engkau menangis?" teriak Indu, lupa untuk mendamprat. Dipa tergopoh gopoh mengusap air matanya lalu berkata "Maafkan aku. Sama sekali aku tak bermaksud melarikan diri. Karena merasa sudah sembuh, aku keluar berjalan jalan sampai ke pancuran sini lalu mandi" "Tetapi mengapa engkau menangis? Engkau tentu masih sakit" tegur Indu. "Tidak, aku sudah tak merasa sakit lagi. Aku hanya terkenang akan nenekku" "Mengapa?" "Engkau lebih beruntung mempunyai seorang kakek yang amat menyayangimu. Tidak seperti diriku yang punya seorang nenek miskin dan berpenyakitan sehingga terpaksa menitipkan aku pada buyut Tayaka" Indu kerutkan alis "Ih, engkau mendengar kata-kataku tadi?" Dipa mengiakan. Ia mengakui kalau bersembunyi di balik batu karena mengenakan celana. "Setan, engkau memang mendamprat dan terus lari.



anak



setan!"



tiba2



Indu



Dipa terkejut. Ia tak mengerti mengapa tiba2 anak perempuan itu marah kepadanya. Cepat ia mengejar dan berteriak meminta Indu berhenti. Ia hendak memberi penjelasan dan minta maaf kalau salah. Tetapi anak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perempuan itu tak menghiraukan. Dipa heran sekali, mengapa ia tak mampu menyusul anak perempuan itu. Padahal iapun lari sekencang-kencangnya. Tak berapa lama tampaklah pondok di tengah hutan, pondok tempat tinggal kakek dengan Indu. Dan tampak pula kakek tua itupun sudah tegak diambang pintu. Indu segera menubruk pinggang kakeknya. Dipa tak berani lanjutkan mengejar. Ia berhenti. Ia takut akan wajah sikakek yang berwibawa. Ia duga kakek itu tentu akan marah kepadanya. Dan iapun memang merasa salah. Ia sedia menerima hukuman apapun dari kakek yang telah melepas budi kepadanya. Sambil tundukkan kepala ia berjalan pelahanlahan menuju ke hadapan kakek. "Engkau sudah sembuh?" diluar dugaan kakek tua itu menegur dengan nada tak mengunjuk kemarahan. "Su . . . . dah kakek" tersendat Dipa menyahut "terima kasih atas pertolongan kakek kepada diriku. Pasti kuingat selama hidup ... " Kakek tua itu tertawa pelahan "Aku menolongmu karena merasa wajib. Bukan karena mengharap balas. Kalau engkau sudah sembuh, aku sudah merasa senang" kakek itu sejenak tundukkan kepala memandang Indu yang masih memeluk pinggangnya "mengapa Indu marah lagi? Apakah engkau tak menurut kata ?" Dipa segera menceritakan apa yang terjadi di pancuran lalu berlutut hendak mencium kaki sikakek sebagai pernyataan maaf. Tetapi kakek itu mencegahnya dan mengajaknya masuk ke dalam pondok. Ternyata hidangan sudah tersedia di meja. Mereka makan bersama. "Siapa namamu?" tanya kakek itu sambil makan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dipa, tetapi nama itu tak diakui orang. Seluruh penduduk desa Madan Teda memanggilku si Gajah" Kakek itu memandangnya tajam2, katanya "O, mungkin karena iman supingi-mu serba besar. Mata bundar, alis tebal, hidung bongkah, mulut lebar dan telinga besar serta jalanmu seperti gajah" "Hi-hi-hi ..." tiba2 Indu tertawa mengikik. "Mengapa engkau tertawa!" tegur sikakek. "Tidak apa2, kecuali disamakan seperti gajah"



geli



mendengar



anak



manusia



"Gajah lebih baik daripada sebutan anak setan yang engkau berikan itu" sahut kakeknya. "Kusebut dia begitu karena gerak geriknya suka mencuri dengar orang bicara. Di hutan mencuri dengar cerita kakek dan sekarang mencuri dengar aku berkatakata seorang diri" "Apakah anak setan itu suka mencuri dengar pembicaraan orang?" diluar kesadaran, tiba2 Dipa bertanya. "Ya" sahut Indu cekatan "menurut kata kakek, setan itu bangsa mahluk yang tak kelihatan. Suka berkeliaran kemanamana mengganggu orang, mencuri pembicaraan orang tetapi tak berani pengunjuk diri terang-terangan. Bukankah begitu, kakek?" Kakek tua tertawa meloroh. Ia memang gembira sekali apabila mendengar Indu berbantah "Sudahlah, Indu. Kita ini bangsa manusia, perlu apa membicarakan setan? Eh, Gajah . . kukira bukan hanya indera wajahmu maka penduduk desa menamakan engkau Gajah. Engkaupun tentu memiliki tenaga yang sangat kuat juga. Tetapi apa sebab engkau dikejar hendak dibunuh penduduk desamu?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa segera menuturkan peristiwa ia mengangkat patung dewa Ganesya karena hendak menolong seorang anak kecil yang tangannya tertindih patung itu. Ia sendiri tak tahu mengapa penduduk marah kepadanya. "Memang luar biasa sekali anak sekecil engkau mampu mengangkat patung seberat itu. Apakah sejak kecil engkau sudah memiliki tenaga kuat?" tanya kakek tua. "Ya, orang2 mengatakan begitu. Tetapi aku sendiri tak menyadari. Hanya yang kurasakan badanku menjadi sehat dan kuat adalah karena setiap hari aku melakukan semedhi seperti yang diajarkan paman brahmana" "O, engkau mempunyai seorang paman brahmana" seru kakek itu. Dipa tersipu-sipu menerangkan "Tidak, hanya brahmana itu sendiri yang menyuruhku menyebut begitu" "Siapakah brahmana itu?" Karena merasa berhutang budi dan kepercayaannya pun sudah bulat bahwa kakek itu seorang baik, maka dengan terus terang Dipapun menceritakan pengalamannya dengan brahmana Anuraga. "Dimanakah tempat tinggalnya di pura kerajaan?" tanya kakek itu yang rupanya menaruh perhatian. "Ditempat Dang Acarya Samaranata" sahut Dipa. "O" desus kakek tua. Sesungguhnya Dipa ingin sekali mengetahui nama kakek yang baik budi itu. Maka diam2 ia berjanji dalam hati agar kelak dapat membalas budinya. Tetapi ia tak berani membuka mulut "Biarlah nanti pada lain kesempatan apabila kakek itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengajak bercakap cakap lagi, aku tentu akan menanyakan namanya"kata Dipa dalam hati. Demikian sejak saat itu, Dipa tinggal di pondok bersama kakek tua dan cucunya perempuan. Cepat sekali kedua anak itu bergaul amat akrab, tak ubah seperti kakak beradik. Dipa selalu menurut dan mengalah, Indupun menganggapnya sebagai seorang kakak. Keduanya rajin membantu kakeknya mengurus pekerjaan rumah. Dipa cari air dan kayu bakar, Indu menanak nasi dan sikakek tiap hari tetap mengail ikan. Diam2 kakek tua itu terhibur dalam hatinya. Walaupun hidup di tengah hutan jauh dari keramaian, namun ia menemukan kebahagiaan dan ketenangan hidup. "Semoga kedua anak itu tetap bersatu sampai besar" diam2 kakek itu memohon kepada Hyang Widdhi. Sebagaimana setiap sore, demikianlah pada sore itu Indu dan Dipa mandi di pancuran. Setelah mandi mereka pulang bersama. "Kang Dipa, malam ini kita makan enak. Tadi kakek memperoleh seekor ikan besar. Sayang persediaan garam dirumah sudah habis, besok aku harus kepasar" "Jauhkah pasar itu?" tanya Dipa. "Jauh sekali. Pagi berangkat, sore baru pulang. Pun naik perahu menyeberang sungai" Dipa terkejut "Begitu jauh? Apakah engkau pergi seorang diri?" "Ya, tetapi aku sudah kerap kali kesana. Bermula memang diantar kakek. Kakek lalu menitipkan aku kepada tukang perahu supaya kalau aku pergi sendiri, tukang perahu itu menjagaku baik2" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Akupun menganggur dirumah . . ." Dipa mengatakan kalau ia ingin ikut tetapi tak berani.



hendak



"Eh, engkau hendak ikut kepasar?" "Ya, kalau boleh ..." "Mengapa tak boleh?" kata Indu, tiba2 mata anak perempuan itu memandang celana Dipa "eh, kakang, mengapa celanamu tak pernah ganti?" Dipa tersipu-sipu tundukkan kepala memandang celananya. Memang sejak sebulan tinggal disitu, ia tak pernah ganti celana. Pakaiannya masih tertinggal di rumah buyut Tayaka. Maka tiap dua hari ia tentu pergi ke pancuran, mencuci celananya lalu dijemur. Setelah kering baru dipakainya lagi. "O, benar, pakaianmu tentu masih tertinggal di rumah buyut itu. Maukah engkau memakai celana kakek?" Dipa tertawa "Mau tetapi apa tidak terlalu besar?" Indu tertawa geli "Ya, sungguh sayang sekali. Kakek mempunyai beberapa celana yang bagus sekali tetapi tak pernah dipakainya" "Indu, siapakah nama kakek itu?" Indu terbeliak "Entahlah, aku sendiri tak tahu. Kalau kutanya, ia selalu gelengkan kepala dan mengatakan kelak aku tentu akan tahu sendiri" Dipa ikut heran juga. Setiba di rumah, Indu segera mengatakan keinginannya ke pasar membeli rempah2 kepada kakeknya "Kakek, kakang Dipa ingin turut" "Jangan, Indu! Perjalanan itu melalui desa Madan Teda. Berbahaya bagi Dipa apabila menampakkan diri di desa itu" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Indu dan Dipa saling berpandangan. Apa yang dikatakan kakek itu memang benar "Kakek, celana kakang Dipa hanya satu, bolehkah kubelikan sebuah lagi?" tiba2 Indu teringat akan diri Dipa. Kakeknya menyetujui. Demikian keesokan hari, pagi sekali Indu sudah berangkat ke penyeberangan Madan Teda. Pasar terletak di sebelah utara sungai. Tiba di penyeberangan, Indu terkejut. Perahu sudah mulai bertolak dari pangkalan. Ia tergopoh-gopoh lari seraya berteriak "Paman Jajar, aku ikut . . . !" "Hai, engkau anak perempuan" rupanya tukang perahu kenal akan Indu "tunggu sajalah kalau perahu kembali lagi. Perahu ini sudah disewa oleh kedua penumpang ini" kata tukang perahu sambil menunjuk kepada dua orang lelaki yang membawa dua ekor kuda. Indu terkejut. Kalau menunggu perahu itu kembali tentu lama sekali. Mungkin sampai sejam lagi. Hari itu hari pasaran, banyak orang yang menyeberang keutara tetapi sedikit yang menyeberang ke selatan. Siang nanti barulah ramai orang menyeberang ke selatan, pulang kerumah masing2. "Paman, tolonglah. Rumahku jauh, aku takut kalau pulang sampai malam" seru Indu. "Maaf anak perempuan. Tetapi aku tak berhak menerima penumpang lagi karena perahu ini sudah disewa penuh oleh kedua tuan ini " Namun Indu seorang anak perempuan yang lincah. Ia tetap tak mau mundur karena penolakan itu. Sekali lagi ia berseru "paman, tolong hilangkan kepada dua penumpangmu itu. Aku hanya seorang saja, masakan memenuhi tempat. Dan berapa bayarnya aku sanggup memberi" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rupanya kedua penumpang itu tertarik akan kelincahan Indu, katanya "Penambang, biarlah anak perempuan itu ikut. Ketika disampaikan pada Indu, bukan, kepalang girang anak perempuan itu. Ia menghaturkan terima kasih kepada penumpang itu. Seorang lelaki bertubuh pendek dan seorang bertubuh kurus. Rupanya keduanya datang dari lain daerah. Pakaiannya bagus dan membawa dua ekor kuda tegar. "Hendak kemana engkau bocah ayu?" lelaki kurus menegur Indu karena heran mengapa anak perempuan sekecil itu berani pergi seorang diri. "Ke pasar membeli rempah2 dan celana" karena merasa ditolong, Indu bersikap ramah kepada mereka. "Mengapa bukan ibumu sendiri yang pergi? Apakah ibumu sakit? Dan apa sebab ayahmu suruh engkau membelikan celana?" lelaki kurus itu menghujani pertanyaan. Indu kicupkan mata lalu menyahut "Aku sendiri yang ingin ke pasar. Dan celana itu bukan ayah ..." "Lalu kemanakah ibumu? Dan untuk siapakah celana itu?" lelaki kurus makin heran. Mengingat pertolongan kedua penumpang itu dan karena sikap mereka amat ramah, Indu sianak perempuan kecil itu tanpa curiga apa2, menceritakan terus terang keadaan dirinya yang tinggal bersama kakeknya yang sudah tua "Ayah dan ibuku sudah meninggal, aku hidup bersama kakek ..." "Ah, kasihan" kata lelaki kurus pula "siapakah nama kakekmu itu? Dimana engkau tinggal?" lelaki kurus itu makin terpikat. Samar2 ia membayangkan suatu kemungkinan. "Oh, bukankah engkau tinggal bersama kakekmu yang sudih amat tua itu?" tiba2 lelaki pendek membuka mulut. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesungguhnya ia hanya ngawur saja dengan harapan apa yang diharapkan itu akan terjadi sesungguhnya. Indupun terkejut, serunya "Eh, mengapa paman tahu . . . ?" Orang itu tertawa merenyah "Sudah tentu tahu karena kami adalah sahabat kakekmu itu. Memang kala itu engkau masih belum lahir. Apakah ki demang Surya tak pernah bercerita kepadamu?" "Demang Surya? Siapakah demang Surya itu?" Indu makin terbelalak heran Lelaki pendek itu bersangsi. Ia hampir kecewa karena dugaannya meleset. Namun dicobanya lagi untuk menyelidiki "Apakah engkau tak tahu nama kakekmu?" "Ya, kakek memang tak pernah mengatakan namanya" Lelaki bertubuh pendek terpukau putus asa. Ah, baiklah sekali lagi ia mencoba, serunya "Bukankah ujung jari kelingking tangan kiri kakekmu kutung?" ia menantikan jawaban dengan tegang regang. Indu berdiam seperti menggali ingatan. Tiba2 ia berseru "Benar ..." "Oh, anak manis" sekonyong-konyong orang pendek itu memeluk Indu dengan mesra dan berkata gembira "Akhirnya bertemu juga yang kucari bertahun-tahun itu" orang itu merenung sambil pejamkan mata. Semua pertanyaan tadi hanya memancing, setengahnya seperti orang yang mencari benda berharga dalam dasar laut. Siapa tahu, ternyata ia telah menemukan yang dicarinya selama bertahun-tahun. Indu terperanjat karena secara tiba2 dipeluk oleh seorang yang tak dikenal. Ia tak menyangka apa2 kecuali menganggap



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kedua lelaki itu memang sahabat lama dari kakeknya. Tetapi ia cepat meronta karena engap. Tepat pada saat itu, perahupun mencapai tepi. Mereka bertiga segera turun. Dengan bujukan manis, sipendek berhasil merebut hati Indu. Indu mau diajak naik kuda siorang pendek. Mereka ke pasar membeli rempah2 dan celana yang diperlukan. Setelah itu mereka kembali pula ke tepi penyeberangan. Saat itu kebetulan perahupun berlabuh. Kedua orang itu menyewanya lagi dan ajak Indu bersama naik. Turun kedarat, Indu dinaikkan lagi di atas kuda orang pendek. Sedang lelaki kurus membayar uang sewa, bahkan lebih dari yang dijanjikan "Kelebihan uang ini sekedar hadiah hiburan untuk kakang penambang. Tetapi aku hendak titip sebuah bungkusan di sini. Apabila kakek dari anak perempuan itu datang, tolong berikan bungkusan itu kepadanya " Setelah menitipkan bungkusan, orang itupun segera menyusul kawannya yang sudah naik kuda bersama Indu. Mereka menuju ketimur, kearah pura Majapahit. Jajar, situkang perahu, sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak memperhatikan kedua orang itu lagi. Saat itu menjelang petang. Kakek tua dan Dipa tak sabar menunggu kedatangan Indu "Aneh . . aneh . . . mengapa sampai saat ini anak itu beium pulang?" tak henti-hentinya kakek itu berkata seorang diri sambil mondar mandir mendukung kedua tangan. Sebentar2 ia memandang keluar halaman. "Kakek, mari kita susul adik Indu ke penyeberangan" akhirnya Dipa tak kuat menahan kegelisahan hatinya. "Ya," sahut kakek ringkas "aku akan kesana dan engkau jaga rumah" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa tercengang. Ia mengajak karena ingin ikut tetapi yang diperoleh hanya perintah suruh jaga rumah. Namun ia tak dapat membantah karena saat itu juga kakek tua sudah melangkah keluar dan sudah tiba di ujung halaman. Sesaat kemudian kakek itu sudah lenyap. Menjelang magrib, tibalah ia di penyeberangan sungai. Tetapi perahu sudah ditambatkan di pangkalan. Rupanya penyeberangan hanya dilakukan pada siang hari, malam tak ada. Kakek tua bertanya pada seorang penduduk, letak rumah tukang perahu. Kemudian ia mengunjunginya. "Ah, paman datang juga" sambut Jajar situkang perahu gembira dan mempersilahkan masuk. Kakek itu kerutkan dahi. Dari nada sambutan situkang perahu, ia mendapat kesan seolah-olah sudah tahu kalau ia akan datang "Rupanya engkau tahu kalau aku akan datang?" tegur sikakek. "Ya" jawab tukang perahu "orang kurus itu mengatakan kepadaku. Dia titip sebuah bungkusan supaya diberikan kepada paman apabila datang kesini. Sebentar akan kuambilnya" ia terus berbangkit dan masuk ke dalam bilik. Tak lama ia keluar membawa sebuah bungkusan "Inilah paman. . ." Kakek itu terlongong "Siapakah orang itu ? Kedatanganku kemari hendak mencari cucuku perempuan. Bukankah pagi tadi ia naik perahumu?" "Benar, apakah ia belum pulang" tukang perahu mengerut heran. "Jika sudah pulang, aku tentu tak mencari kesini" sahut kakek tua agak mengkal "apakah engkau melihat ia sudah pulang?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah" seru tukang perahu serentak "ia naik kuda bersama seorang lelaki pendek dan seorang lelaki kurus. Orang kurus itu yang menitipkan bungkusan ini kepadaku" Kakek tua itu melonjak dari kursi "Naik kuda dengan seorang lelaki pendek ? Siapa ? Anak itu berangkat dari rumah hanya seorang diri!" . "Oh .... " tukang perahupun terbeliak heran "kedua lelaki itu menyewa perahuku ketika cucu paman datang. Karena kasihan, mereka mengidinkan cucu paman ikut naik. Kemudian mereka bersama-sama menuju kepasar dan siangnya kembali naik perahuku. Kulihat cucu paman naik kuda bersama lelaki yang bertubuh pendek ...." "Kemanakah mereka menuju ?" tukas kakek tua dengan gopoh. "Entahlah, aku tak sempat memperhatikan karena sibuk mengatur penumpang yang hendak menyeberang. Tetapi kuingat semua pembicaraan yang mereka lakukan dalam perahu" kemudian tukang perahu itu menuturkan apa yang didengarnya percakapan Indu dengan kedua lelaki tak dikenal itu. “Dan inilah barang yang dititipkan untuk paman itu" Ketika kakek itu membuka bungkusan, ia terbelalak kaget, wajah pucat dan tubuh menggigil. Bungkusan itu berisi sebuah kutungan jari dari kayu "Ah, mereka ...." ia menghela napas panjang. Tukang perahu makin heran. Setelah meragu sejenak, diberanikan juga untuk bertanya "Paman, siapakah kedua lelaki itu? Apakah paman kenal mereka? Kata mereka, paman ini bernama demang Surya" Kakek itu menghela napas. Lama sekali ia terbenam dalam kemenungan sunyi "Memang manusia seringkah lebih buas http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dari serigala .... " beberapa saat kemudian terluncur kata2 dari mulut kakek itu lalu berbangkit. Tanpa berkata sepatahpun kepada tuan rumah ia terus melangkah keluar. Tukang perahu terlongong-longong heran . . . "Kakek! . . . mana adik Indu?" Dipa lari menyongsong kedatangan kakek tua yang baru melangkah ke halaman. Tetapi Dipa segera terkesiap. Kakek itu bermuram durja seperti orang yang kehilangan semangat. Dengan langkah tertatih-tatih, ia terus menuju ke pandok tanpa mengacuhkan Dipa. Dipa gelisah. Ia duga tentu terjadi sesuatu pada Indu. Cepat ia menyusul ke dalam pondok. Kakek itu berada dalam biliknya. Setelah menunggu beberapa saat, ka>kek itu keluar dengan menyanggul sebuah kantong kulit di punggungnya. Dipa terbeliak kaget pada saat memperhatikan wajah kakek itu. Janggut sikakek yang memanjang sampai kedada, saat itu dipangkas pendek. Kepalanyapun tertutup oleh kain kepala. Dipa memberanikan diri hendak bertanya. Tetapi kakek itu mendahuluinya memberi isyarat tangan "Duduklah, aku hendak bicara kepadamu" iapun mendahului duduk. Sejenak kakek itu menatap Dipa tajam2, tiba2 mulutnya meluncur kata2 "Dipa, Indu diculik orang ke pura kerajaan ..." "Apa . . . ?" Dipa melonjak dan menjerit bagai tersengat kala. "Duduklah, dengarkan ceritaku" kakek itu menenangkan "penculik2 itu memang menghendaki supaya aku menyusul ke pura kerajaan. Engkau tentu ingin tahu apa sebabnya, bukan?" Dipa mengangguk tak berani berkata. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sesungguhnya peristiwa itu takkan kuceritakan kepada siapa juga. Bahkan kepada Indu sekalipun. Anak itu sampai saat ini tak tahu siapakah diriku yang sebenarnya. Tetapi nasib menentukan lain. Rupanya Hyang Widdhi tak mengidinkan tulang2ku tua ini hidup tenang dalam sisa2 umurku. Umurku yang tinggal dihitung dengan jari itu, harus sekali lagi keluar dalam gelanggang percaturan mangsakala .... Kakek terhenti pula, lalu melanjutkan "Sedianya rahasia diriku ini akan kubawa kedalam liang kubur. Tetapi ah, Hyang Jagadnata tak mengabulkan. Dibayang kekuatiran bahwa mungkin kita tak berjumpa lagi .... eh, jangan menukas dulu, nak" kakek itu cepat2 mendahului ketika dilihatnya Dipa terbeliak kaget "bertemu dan berpisah itu sudah jamak dalam kehidupan kita manusia. Maka tak perlu engkau terkejut dan bersedih. Dipa, kuminta jangan engkau ceritakan rahasia diriku ini kepada siapapun juga, maukah?" "Ya, kakek" sahut Dipa tersekat. "Engkau seorang anak baik, Dipa" kata kakek itu dengan nada cerah "ketahuilah, sebenarnya aku ini bukan seorang desa tetapi seorang narapraja kerajaan. Aku adalah demang Suryanata, salah seorang kadehan atau orang kepercayaan raden Wijaya yang kemudian menjadi raja Majapahit yang pertama. Beliaulah ayahanda dari raja Jayanagara yang sekarang bertahta ini ... ." Dipa makin terbelalak. Setitikpun tak pernah ia membayangkan bahwa kakek yang hidup mengasingkan diri di tengah hutan belantara itu, seorang demang kerajaan. Ia curahkan perhatiannya. "Brahmana Anuraga yang engkau katakan itupun pernah menceritakan kapadamu bahwa keadaan dalam pura kerajaan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Majapahit, ibarat api dalam sekam. Tenang tetapi setiap saat akan meletus pemberontakan yang menumpahkan darah ...." Dipa makin tegang. “Dara Petak puteri Malayu yang melahirkan putera lelaki yang diangkat sebagai pengganti. Ketiga permaisuri yang lain yalah puteri2 dari Singosari, hanya melahirkan puteri. Sejak Jayanagara diangkat sebagai putera mahkota, timbullah rasa tak puas dikalangan permaisuri2 itu dan pembesar2 kerajaan. Kemudian setelah Jayanagara menggantikan kedudukan ayahandanya, perpecahan itu makin tajam, terbagi dua golongan. Yang mendukung baginda Jayanagara dan yang berfihak puteri2 dari Singosari. Golongan yang membela puteri2 asal dari Singosari itu, cukup luas dan besar jumlahnya. Terdiri dari orang2 kepercayaan almarhum raja Kertarajasa dahulu. Golongan ini tak suka pada Jayanagara karena baginda putera dari Dyah Dara Petak puteri Malayu. Dara Petak atau Indreswari sesungguhnya merupakan permaisuri yang terakhir, kedudukannya seharusnya kalah dengan ketiga permaisuri puteri2 dari Singosari. Tetapi karena Dyah Dara Petak melahirkan putera lelaki, maka putera itulah yang diangkat sebagai pengganti raja. Hal itu dirasakan tak adil oleh golongan mentri yang mendukung puteri2 dari Singosari. Sedang golongan yang setya pada raja Jayanagara, mendasarkan pada pendirian bahwa baginda itu adalah putera dari almarhum baginda Kertarajasa. Majapahit harus diperintah oleh seorang raja putera.” Demang Surya berhenti sejenak lalu meneruskan centeranya "Golongan pertama yang menentang raja Jayanagara itu, membentuk suatu persekutuan rahasia yang dipimpin rakryan Kuti dan memutuskan untuk menyingkirkan baginda dari tahta. Karena mendapat undangan, akupun datang pada pertemuan rahasia yang dipimpin rakryan Kuti http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan Semi. Baru saat itu kuketahui bahwa pertemuan itu hendak merundingkan rencana menurunkan raja dari singgasana. Jika kutahu hal itu sebelumnya, aku pasti tak mau hadir. Tetapi hal itu sudah terlambat. Aku harus memilih satu diantara dua. "Demang Surya" seru rakryan Kuti "raden Wijaya telah mengingkari janji kepada baginda Kertanagara. Bahwa putera puteri dari puteri raja Kertanagara itulah yang kelak akan mengganti raden Wijaya apabila ia dapat menjadi raja. Tetapi ternyata, yang menggantikan baginda Kertarajasa atau raden Wijaya itu, bukan puteri Tribuanatunggadewi atau puteri Haji Rajadewi Maharajasa, melainkan Jayanagara putera dari Dyah Dara Petak, puteri dari Malayu. Dan ternyata pula raja Jayanagara itu seorang junjungan yang lemah dan berpenyakitan serta gemar akan paras cantik . . ." Rakryan Kuti berhenti memperhatikan kesepuluh orang yang hadir yani Semi, Tanca, Pangsa, Wedeng, Yuyu, Banyak, demang Suryanata, Panji Gagak Sumiring dan Derpana. "Sebagai kadehan raden Wijaya dan sebagai mentri narapraja yang mengemban tugas menjaga keselamatan dan kewibawaan kerajaan Majapahit, kita tak boleh berpeluk tangan bersikap masa bodoh terhadap keganjilan yang terjadi di kerajaan. Kita harus meluruskan yang bengkok, membenarkan yang salah dan mendudukkan yang berhak. Sudah tiba saatnya kita harus bertindak agar puteri Tribuanatunggadewilali yang duduk di singgasana ... " kata Kuti seraya memperhatikan tanggapan yang hadir. "Benar, kakang Kuti " tiba2 rakryan Semi berseru "memang pura kerajaan Majapahit diselubungi kabut hitam. Sejak baginda Jayanagara naik tahta, negara selalu dirundung kekacauan. Sesungguhnya sumber kekacauan itu bertolak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pada diri baginda Jayanagara sendiri sebagai penguasa negara yang paling tinggi. Kelemahannya memimpin pemerintahan, menyebabkan pura kerajaan menjadi sarang penyusupan musuh2 gelap. Asal keturunan baginda, menjadi sumber pertentangan dan pertikaian kerabat dan waris keraton. Keadaan ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa kesudahan. Harus lekas diakhiri apabila kita ingin melihat Majapahit tegak menjulang di atas persada kewibawaan" "Tepat sekali ucapanmu rakryan Semi" sambut Tanca "sudah kerap kali baginda mengirim utusan untuk meminta obat kepadaku. Bahkan pernah aku dititahkan masuk keraton untuk memeriksa penyakit baginda. Ah, ternyata baginda mengidap penyakit semacam lemah syaraf. Kuduga penyakit itu berasal dari pembawaan keturunan" "Kalau begitu jelas dari ibunda baginda" seru Wedeng dan Yuyu serempak "puteri Indreswari atau Dyah Dara Petak itu memang mengidap suatu penyakit yang aneh. Tetapi hal itu dirahasiakan sedemikian rupa sehingga tiada seorangpun yang tahu" "Tetapi mengapa kalian tahu?" tegur rakryan Kuti dengan nada heran. "Hal itu karena tak disengaja" jawab Wedeng "ketika pada suatu malam kami berdua jalan2 meronda, tiba2 kami lihat seorang berpakaian serba hitam tergopoh-gopoh hendak masuk ke dalam keraton. Sikap dan gerak geriknya yang mencurigakan itu mendorong kami untuk mengejar. Orang itu jelas hendak masuk ke dalam puri keraton. Cepat kami sergap. Ternyata ia seorang dayang dari puteri Indreswari. Karena takut ancaman kami untuk melaporkan pada baginda, dayang itu mengaku terus terang. Bahwa ia habis diutus sang puteri untuk mengambil darah binatang trenggiling dari seorang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dukun. Darah itu untuk obat tuan puteri yang sejak kecil menderita penyakit lemah jasmani dan syaraf" "Oh . , . oh . . . " desus berhamburan dari mulut orang2 yang hadir dalam pertemuan rahasia itu. Rakryan Kuti makin berseri wajahnya "hal itu makin mempertebal tekad kita terhadap baginda. Majapahit adalah sebuah kerajaan besar. Tak layak diperintah raja yang berpenyakitan! Bukankah saudara2 seia-sekata dalam rencana kita ini?" Hampir semua hadirin menyambut dengan persetujuan kecuali demang Suryanata seorang yang berdiam diri. Demang itu mempunyai pendirian lain. "Demang Surya, rupanya engkau tak setuju, bukan? Apakah alasanmu?" tegur rakryan Kuti yang memperhatikan sikap demang itu. Demang Surya terkesiap. Tetapi cepat ia dapat menguasai diri "Soal ini menyangkut diri raja junjungan kita. Soal gawat dengan akibat besar. Salah langkah akan mendatangkan bencana bagi negara. Maka kita harus memikirkan masak2 dan mempertimbangkan dalam2. Soal diri baginda yang berpenyakitan dan bahkan menurut kakang Tanca mengindap penyakit lemah syaraf itu, masih harus kita selidiki lebih lanjut. Karena nyatanya, baginda dapat bertindak tegas dalam menghadapi peristiwa2 pemberontakan dari pengikut2 Juru Demung dan Gajah biru. Soal kegemaran baginda akan paras cantik, mungkin terbawa oleh perkembangan berahi dalam usia kedewasaannya. Tentang asal keturunannya, yang penting dan nyata, baginda adalah putera syah dari bibit keturunan almarhum baginda Kertarajasa. Jika kita tak setuju, mengapa pada saat itu kita diam saja dan baru sekarang kita hendak mengutik-ngutik soal itu. Bukankah tindakan kita ini berarti menghianati amanat junjungan kita almarhum baginda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kertarajasa? Maka kuminta saudara2 jangan tergesa-gesa, tetapi mempertimbangkan lagi masaknya"



bertindak semasak-



Ucapan demang itu bagai setiup angin segar dalam hawa udara yang panas. Wajah rakryan Kuti tampak tegang "Demang Surya, alasanmu itu sudah usang. Apa yang terjadi dulu, tidaklah harus berlangsung selama-lamanya. Pada masa penobatan baginda Jayanagara, kita belum melihat ciri2 kelemahannya. Kala itu sebagai narapraja kita terpaksa tunduk pada junjungan. Tetapi apabila ternyata baginda Jayanagara itu bukan seorang raja seperti yang kita harapkan, wajiblah kita bertindak. Bahkan justeru kita harus bertindak, apabila kita benar2 hendak menjaga kewibawaan kerajaan Majapahit. Bukankah putera puteri baginda Kertarajasa itu bukan hanya Jayanagara seorang? Bukankah masih ada puteri2 Tribuanatunggadewi dan Haji Rajadewi Maharajasa? Walaupun mereka puteri tetapi mereka keturunan darah raja Singosari. Cakap, sehat dan cerdas. Dengan mendudukkan puteri Tribuanatunggadewi di atas singgasana, seluruh rakyat tentu puas. Demang Surya, engkau masih meragukan penyakit yang diidap baginda? Bukankah, engkau tahu juga, betapa gempar dan terkejut seluruh rakyat Majapahit ketika mendengar baginda hendak memperisteri kedua puteri saudara seayah lain ibu itu? Adakah perbuatan segila itu pernah dilakukan oleh manusia yang waras pikirannya? Lebih pula seorang raja besar yang menjadi sesembahan seluruh kawula Majapahit ! Kakang Tanca sudah termasyhur sebagai seorang tabib yang tiada tandingnya. Apakah engkau tak percaya pada keterangannya? Atau, ah, mungkin engkau masih meragukan kekuatan kita, lihatlah .... " tiba2 rakryan Kuti bertepuk tangan dua kali. Kesembilan orang yang menghadiri pertemuan rahasia itu terbeliak ketika melihat dinding ruang rahasia itu berobah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menjadi dinding manusia2 berpakaian seragam hitam dengan membekal senjata lengkap .... Rakryan Kuti tertawa renyah "Inilah inti kekuatan kita yang akan melaksanakan rencana itu. Semisal tak mungkin insan manusia bahkan seekor nyamukpun, yang mampu menerobos masuk kedalam ruang sini karena penjagaan seketat jaring harimau, pun tak mungkin orang dapat meninggalkan ruang ini tanpa persetujuanku!" Kuti berhenti sejenak melontarkan wawasannya kepada sekalian orang. Khusus ke arah demang Suryanata. Dilihatnya wajah demang itu berobah pucat. Tetapi pada lain kejab pun merah, seperti biasa pula. Diantar tertawa cercah, rakryan Kuti berseru lagi "Saudara2, kuanggap saudara2 yang hadir di sini sudah menyetujui pendirian kita ini. Kita tepat berjumlah sepuluh orang maka kunamakan persekutuan ini sebagai Dasaputera. Sepuluh putera utama Majapahit yang akan berjuang untuk mengembalikan kewibawaan kerajaan dalam singgasananya semula. Nah, kuminta saudara suka memberi pernyataan sebagai landasan jiwa perserekatan kita ini. Aku yang mulai lebih dulu: „ Majapahit pasti jaya sampai akhir jaman !" "Kita bhayangkara Majapahit yang setya" seru rakryan Semi. "Mati membela Majapahit, mati suci!" seru Pangsa. "Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Barang siapa berani mengganggu Majapahit, pasti lebur tanpa dadi" teriak Wedeng. "Kita jaya bersama Majapahit, hancur bersama Majapahit" Yuyu menggelora pekik. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lenyapkan Baginda Jayanagara ...." tiba2 meluncurlah ucapan yang menggeledek dari mulut tabib sakti Tanca. Tetapi belum ucapan itu selesai, tiba2 rakryan Kuti sudah memutus dengan tepuk tangan "Hebat!... kakang Tanca, kita bersepuluh..ini ibarat jari tangan. Apabila bersatu padu digenggamkan, gunungpun pasti dapat kita hancur leburkan. Jaya bersepuluh, hancurpun bersepuluh!" “SeIamat Majapahit...” buryanata.



sejahteralah seru demang



Ucapan itu bernada tenang dan bermakna luas. Dapat ditafsirkan menurut pandangan dan kepentingan masing2 orang. Tetapi dalam hati, demang itu lebih cenderung mengatakan agar Majapahit selamat dan sejahtera dari huru hara yang akan ditimbulkan komplotan Kuti itu. Demang Suryanata pandai menyadari suasana saat itu. Jika ia menentang, rakryan Kuti pasti membunuhnya karena takut ia membocorkan rahasia Untung saat itu sekalian orang terutama rakryan Kuti sedang dicengkam kesan dari pernyataan Tanca yang hebat sehingga mereka tak meneliti arah tujuan Kata2 demang Surya. “Turunkan raja yang tak Senonoh itu!” teriak Banyak



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dhirgahayu raja puteri Tribuanatunggadewi' "sambut Panji Gagak Sumiring sebagai orang terakhir yang memberi pernyataan. Demikian secara rahasia dan dibawah tekanan rakryan Kuti, telah lahir suatu persekutuan yang akan menggeser raja Jayanagara dari tahta dan diganti dengan raja puteri Tribuanatunggadewi. Mereka menghimpun kekuatan dan menunggu kesempatan untuk bergerak. Rupanya rakryan Kuti tahu akan keraguanku Maka diam2 ia telah menugaskan orang untuk mengawasi gerak gerikku” kata kakek tua atau demang Surya kepada Dipa yang terpukau mendengarkan. “Lalu bagaimana kakek dapat lolos dari pura kerajaan" tanya Dipa. “Úntuk menutup kecurigaan rakryan Kuti, aku pura2 bertindak mentaati segala perintah dan petunjuknya. Sikap dan ucapanku seolah-olah bagai seorang yang amat membenci raja Jayanagara. Aku mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan buyut desa Banyu Mredu. Pada suatu hari datanglah seorang suruhan buyut menantu itu, mengundang aku supaya menjenguk isterinya yang telah melahirkan anak. Kupikir hal itu sebagai suatu kesempatan bagus untuk lolos dari cengkeraman rakryan Kuti. Segera aku menghadapnya dan memberitahukan niatku menjenguk anak anak perempuanku itu. Karena kecurigaannya kepadaku sudah menipis maka iapun meluluskan dengan pesan supaya aku segera kembali ke pura" Tetapi aku tak mau kembali ke Majapahit lagi. Rakryan Kuti mengirim pengawal peribadinya untuk mencari aku ke desa Banyu Mredu. Tetapi aku tak mau menjumpai mereka dan bersembunyi. Buyut menantuku mengatakan kepada kedua http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ utusan itu bahwa aku sudah pulang ke pura kerajaan. Kedua utusan itu tak percaya dan hendak menggeledah seisi rumah tetapi ditolak menantuku. Akhirnya terjadi perkelahian. Buyut menantuku mati ditikam mereka. Isterinya yang hendak membela, pun diakhiri jiwanya ..." Demang Surya berhenti. Ia termenung-menung mengenangkan peristiwa yang menyedihkan itu. Dua butir airmata menitik turun dari kelopak matanya. Kemudian ia melanjutkan "Karena tak tahan melihat kekejaman mereka, aku segera keluar dari persembunyianku dan kubunuh juga kedua utusan itu. Kubawa Indu yang masih bayi itu lolos dari Banyu Mredu. Sejak itu aku berkelana menjelajahi hutan dan rimba belantara dan akhirnya menetap disini ..." Dipa mencucurkan airmata mendengar nasib yang diderita kakek demang itu. "Ternyata rakryan Kuti tak pernah menghentikan usahanya untuk mencari aku. Dia takut kalau aku membocorkan rahasia itu kepada baginda. Dia tentu hendak membunuhku. Kedua lelaki yang membawa Indu itu, tentu orang suruhan rakryan Kuti. Yang nyata, kedua orang itu telah meninggalkan bungkusan berisi jari kutung terbuat dari kayu. Oh, aku lupa menceritakan. Dalam rapat rahasia itu, rakryan Kuti minta sumpah-darah. Setiap orang harus mengucurkan darah dan mengucap sumpah. Untuk mengaburkan kecurigaannya, terpaksa kupotong ujung jari kelingkingku yang kiri ini" demang Surya menunjukkan tangan kirinya. "Kutungan jari dari kayu yang ditinggalkan kedua orang itu berarti panggilan dari Kuti untuk meminta pertanggungan jawabku ... " demang Surya tengadahkan kepala memandang jalur2 pasak ruang pondok. Pikirannya jauh melayang akan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ peristiwa beberapa tahun yang lampau dan yang akan dihadapi di pura kerajaan. "Dipa, kutahu panggilan itu berarti mati atau ikut pada gerakan Kuti. Aku sudah tua, sesungguhnya lebih suka mati daripada ikut mereka. Tetapi pertimbangan pikiranku, mengharuskan lain. Pertama, kematianku itu takkan menolong keadaan baginda. Kedua, Indu pasti akan lebih sengsara hidupnya. Maka aku tak mau mati dan tetap akan berjuang, demi Indu. Walaupun ikut dalam gerakan mereka, tetapi aku akan berusaha menolong baginda secara bersembunyi. Dipa, kuminta engkau tinggal disini. Jika dalam waktu tiga candra sampai setengah tahun, aku tak kembali, engkau bebas. Hendak tinggal terus disini atau hendak mencari nenekmu di Mada" "Baik ... " sahut Dipa dengan nada sedih. "Malam ini juga aku hendak berangkat. Jagalah dirimu baik2 dan giatlah berlatih ilmu bela-diri yang kuajarkan kepadamu" demang itu terus berbangkit dan ayunkan langkah. Tetapi sampai diambang pintu, tiba2 ia berhenti dan berpaling "Dipa, kelak kutitip Indu padamu ... " "Kakek .... " Dipa lari memburu kepintu. Tetapi demang itu sudah lenyap dalam kepekatan malam. Dipa menangis tersedu-sedu .... o)oo0dw0oo(o



II TANGGAL satu bulan Caitra. Malam kelam, langitpun sunyi. Bintang kemintang tampil dalam jumlah bersahaja. Sekedar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mewarnai cakrawala malam dengan sinar cahaya yang redup2 kemilau. Keraton Majapahit yang dilingkari oleh tembok batu merah yang tebal dan tinggi, seolah-olah hanyut dalam kelelapan malam nan bisu. Sunyi senyap diseluruh penjuru .... Tiba2 dari pintu taman sari, muncul sesosok tubuh berselimut kain panjang menyerupai jubah hitam, Dengan langkah yang tenang sunyi, ia berjalan menujuke barat. Ia berhenti ketika tiba di Purawaktra atau pintu besar sebelah barat. Dihadapan pintu Purawaktra itu terbentang sebuah lapangan luas yang dikelilingi parit Pohon2 brahmastana atau beringin, tumbuh memanjang di tepi parit. Sepintas pandang bagai barisan bhayangkara penjaga keselamatan keraton. Orang itu tertegun. Ia menyadari, jika lanjutkan langkah ke lapangan, tentu akan diketahui perwira yang bertugas meronda pada malam itu. Ia segera memutar langkah ke utara. Pandang matanya segera tertumbuk pada sebuah gapura berpintu besi. Ia lanjutkan langkah, melintasi pintu gapura lalu membiluk ke timur. Ia tertegun sejenak memandang sebuah panggung tinggi yang berlantai lapisan batu putih mengkilat. Di belakang panggung itu, terdapat berderet-deret bangunan gedung yang membujur ke selatan. Ujung bangunan gedung itu berakhir dengan sebuah jalan yang membatasi lingkungan keraton dengan alun2. Ia menghela napas penuh kelesuan "Ah, sungguh meletihkan sekali upacara di alun-alun pagi tadi..."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terbayang dalam pelupuknya, musyawarah besar yang berlangsung di balai pertemuan di alun2 pagi tadi. Para rnentri tanda, gusti, pembantu raja, juru, buyut, akuwu dari luar kota maupun dalam pura kerajaan, para arya, para pendeta, dari tiga aliran agama, sama hadir lengkap. Upacara itu diadakan tiap tanggal satu bulan Caitra dengan tujuan utama, untuk meresapkan ajaran Rajakapakapa yang menjadi pegangan sebagai haluan negara. Agar para narapraja diseluruh telatah kerajaan, benar2 mencamkan rasa pengabdian mereka kepada negara dan rasa tanggung jawab akan tugas2nya dalam pemerintahan. Orang itu mengangkat muka memandang ke muka. Walaupun teraling oleh gunduk2 bangunan yang menjulang tinggi, namun ia faham akan keadaan disekeliling tempat itu ... . Di sebelah selatan balai pertemuan itu terdapat balai agung Manguntur yang mempunyai lapangan luas di belakangnya. Di tengah balai agung Manguntur, ada balai Witana. Sedang dibagian utara dari Manguntur, adalah ruang Panangkilan yalah tempat duduk para pujangga dan para mentri. Sedang disebelah timur, merupakan tempat berkumpul para pendeta Syiwa-Buda. Bagian selatan yang bersekat pintu2, merupakan sebuah paseban yang teratur rapi sekali. Sebelah selatan dari paseban itu merupakan sebuah jalan simpang empat yang menuju ke barat daya balai Manguntur didirikan sebuah balai tempat berkumpul para prajurit. Balai prajurit itu mempunyai halaman yang luas sekali. Di tengah lapangan tersebut diberi sebuah Mandapa atau tempat memelihara burung2. Pada pintu kedua dari keraton di belakangnya juga sebuah lapangan yang luas dan datar. Di sebelah Timur lapangan itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ didirikan sebuah bangunan yang indah menjulang tinggi dengan megahnya. Dalam gedung itulah pagi tadi raja Jayanagara menerima para nayapraja dari seluruh telatah kerajaan. Membayangkan keadaan bangunan2 dalam keraton Majapahit yang indah dan kokoh serta ketat bagai sebuah benteng, orang itu menarik napas panjang “Ah, sibuk juga menjadi seorang raja itu. Segala gerak geriknya selalu diamati orang, segala tindakan dan ulah laku senantiasa disorot rakyat. Apakah guna segala kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah-limpah apabila tak dapat hidup bebas? Burung2 lebih bebas dan bahagia dapat mengenyam kesegaran hawa udara dan keindahan alam semesta ...." Kembali ia menghela napas lalu melangkah tanpa tujuan tertentu. Ia membiarkan diri dibawa sang kaki. Untuk melonggarkan kesesakan perasaan dan melepaskan keletihan semangat. Setelah melintasi gapura berpintu besi, tibalah ia dijalan yang menjadi batas antara alun dengan lingkungan keraton. Ia tertegun Jika melanjutkan kemuka, tentulah akan mencapai alun2. Tengah ia menimang arah yang hendak dituju sekonyongkonyong dari balik deret bangunan gedung2 itu, muncul sesosok tubuh. Cepat sekali orang itu menghampirinya. “Celaka, mereka memergoki aku .. . . " orang tadi mengeluh dalam hati terus berputar diri hendak masuk kembali kedalam gapura pintu besi. "Baginda...!" orang itu cepat memburu dan serta rnerta berlutut menyembah.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "O, engkau paman Aluyuda, bangunlah!" seru orang yang berjubah hitam itu "mengapa engkau berani mengganggu perjalananku ?" "Ampun beribu ampun, gusti" kata orang yang disebut Aluyuda seraya menyembah pula "sekali-kali hamba tak berani mengganggu cengkerama gusti. Malam ini hamba sedang melakukan pengawasan kepada prajurit2 yang bertugas menjaga malam. Malam ini seluruh prajurit Jagabaya berkumpul di Balai Prajurit pasukan Bhayangkarapun berjaga lengkap. Karena malam mi para bupati, demang, buyut dan para kepala desa dan luar telatah pura, menginap di paseban sebelah balai agung Manguntur. Besok mereka baru pulang ke daerah masing2. Hamba sebagai patih yang bertanggung jawab akan keamanan pura kerajaan, terpaksa mengerahkan seluruh pasukan keamanan untuk menjaga keselamatan mereka" "Hm, bagus paman patih" kata orang yang disebut baginda oleh patih Aluyuda itu. Karena orang itu bukan lain memang raja Jayanagara sendiri. Karena sejak pagi baginda harus menghadiri upacara besar dan memberi amanat kepada seluruh narapraja kerajaan dan malam menghadiri perjamuan dari para narapraja seluruh daerah yang datang dari seluruh penjuru telatah Majapahit. Suatu musyawarah besar yang diadakan pada setiap tahun bulan Caitra atau bulan satu tanggal satu. Maka baginda merasa penat. Selesai upacara2 dan perjamuan menerima sembah bhakti dari para kepala2 daerah itu, baginda tak dapat tidur. Maka ia keluar bercengkerama untuk menenangkan diri dalam kesejukan malam. "Bukankah yang datang itu para kepala daerah dan kepala desa dari seluruh telatah Majapahit? Menapa engkau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menguatirkan keselamatan pura kerajaan ?" tanya raja Jayanagara pula. "Mohon gusti melimpahkan ampun apabila persembahan kata2 hamba ini tak berkenan dalam hati gusti" patih Aluyuda menyembah pula. "Katakanlah, paman patih" "Sejak avahanda baginda Kertarajasa mendirikan kerajaan Majapahit, kerajaan selalu dilanda angin taufan yang berupa pemberontakan2. Misalnya, pemberontakan Adipati Rangga Lawe dari Tuban, Lembu Sora lalu Juru Deinung dan Gajah Biru. Kemudian setelah gusti menggantikan ayahanda baginda Kertarajasa, pun badai pemberontakan dan kekacauan bukan mereda bahkan kebalikannya malah menjadi-jadi...." Raja Jayanagara terkesiap, namun tenang pula ia bertanya "Engkau maksudkan pemberontakan dan kekacauan yang mana? Karena selama aku naik tahta, belumlah terjadi peristiwa suatu apa" Aluyuda menyembah "Ampun gusti. Sekiranya gusti berkenan meluluskan hamba untuk menguraikan keadaan yang sebenarnya, hamba tentu dapat menghaturkan gambaran2 dari keadaan yang berbahaya itu" "Perlukah kuulang lagi titahku tadi, paman patih? Bukankah tadi sudah kuminta engkau mengatakan dengan terus terang?" "Ampun gusti" serta merta Aluyuda memberi hormat pula "sekalipun hal itu sudah menjadi rahasia umum dan maaf, mungkin paduka sendiri juga sudah mengetahui, namun hamba dapat menghaturkan keterangan2 yang lebih jelas. Memang soal pemberontakan dan kekacauan belum terjadi. Tetapi hal itu bukan berarti tidak akan terjadi. Mereka hanya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menunggu kesempatan untuk melaksanakan rencana mereka ....” Aluyuda berhenti sejenak untuk menyelidik tanggapan junjungannya. Tampak raja Jayanagara yang masih muda belia itu berdiam saja. "Yang jelas kini dikalangan mentri dan narapraja telah terpecah menjadi dua golongan. Golongan yang berfihak kepada gusti puteri Tribuanatunggadewi itu, pada umumnya yalah mentri2 tua bekas kadehan baginda Kertarajasa almarhum. Mereka merasa berjasa dan ingin tetap mempertahankan kedudukan itu dan pengaruhnya dalam kerajaan. Dengan dalih puteri Tribuanatunggadewi itu keturunan permaisuri yang berasal dan Singosari, mereka berusaha untuk mendudukkan puteri Tribuanatunggadewi itu di atas tahta singgasana. Agar dengan demikian mereka tetap dapat menguasai puteri itu dalam menjalankan pemerintahan. Kebalikannya apabila paduka tetap duduk disinggasana mereka tak dapat mengembangkan pengaruhnya karena paduka mempunyai pendirian yang tegas. Jadi golongan yang mendukung puteri Tribuanatunggadewi itu sesungguhnya hanya demi mempertahankan kedudukan dan kepentingan mereka Karena maklum, seorang raja puteri yang masih muda tentu mudah dikuasai" "Hm . . " Jayanagara mendesuh "benar juga penilaianmu itu paman patih. Kukira mereka tak menyukai diriku karena aku berasal dari ibunda puteri Malayu” "Maaf gusti itu hanya suatu dalih untuk menutupi tujuan mereka yang sesungguhnya. Karena paduka adalah darah keturunan asli dari baginda Kertarajasa yang lahir sebagai seorang putera. Sudah selayaknya putera yang mengantikan kedudukan baginda Kertarajasa, bukan puteri” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, jadi begitukah maksud tujuan mereka ?" “Ampun gusti ,Bukan sekali-kali maksud hamba hendak menabur fitnah beracun. Tetapi memang suatu kenyataan bahwa golongan yang mendukung puteri Tribuanatunggadewi itu kebanyakan adalah bekas kadehan ayahanda gusti. Demikianlah memang sudah menjadi sifat dan orang-orang yang merasa dirinya berjasa. Tentu menuntut penghargaan setinggi-tingginya. Jadi pengabdian mereka itu bukanlah terdorong kesadaran untuk membela negara. Melainkan hendak mendirikan jasa agar mendapat balas jasa kedudukan dan pangkat tinggi" "Hm" kembali Jayanagara mendesus "lalu menurut pendapatmu, bagaimanakah sebaiknya kita harus bertindak?" Aluyuda tak lekas menjawab. Ia termenung. Diam2 ia girang karena jarum beracun yang ditusukkan ke dalam pikiran raja itu, mulai berjalan lancar. Dan untuk menjawab pertanyaan raja itu, ia memang sudah siap. Katanya "Ampun gusti. Sekali-kali bukan hamba hendak memfitnah, tetapi hamba hanya berpegang pada kepentingan kerajaan yang baginda kuasai. Mengingat tak sedikit jumlah mentri2 tua bekas kadehan almarhum baginda Kertarajasa, pengaruh dan kekuasaan mereka dikalangan narapraja dan rakyat tentu besar. Kalau gusti hendak melenyapkan mereka secara serempak, rasanya tentu akan menimbulkan ekor yang panjang. Mereka tentu bersatu padu untuk menghadapi tindakan gusti. Maka hamba berpendapat, cara penyingkiran mereka itu baiklah diatur secara bergilir sampai seluruhnya dapat disingkirkan. Dan untuk mencegah terbentuknya persekutuan atau kerja-sama diantara mereka, baiklah dilakukan suatu rencana untuk mencerai-beraikan mereka, mengadu domba mereka dengan mereka, sehingga mereka menaruh kecurigaan satu sama lain” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagus" puji Jayanagara "cara yang engkau usulkan itu memang tepat dilaksanakan. Eh, bagaimana pendapatmu tentang rakryan Kuti dan Semi itu ?" Aluyuda berdiam diri sejenak, lalu berkata "Menurut wawasan hamba, sampai saat ini mereka tak mengunjuk sikap yang menentang gusti. Tetapi..ah.. hati manusia siapa yang tahu... maka hamba rasa, lebib baik paduka tugaskan seseorang untuk mengawasi gerak gerik mereka ...." "Ah, terlambat paman" kata baginda jayanagara "Kuti dan Semi serta kelima kawannya, telah kulantik sebagai Sapta Dharma-putera. Bertugas untuk menjaga keselamatanku peribadi" Aluyuda terkesiap Diam2 ia terkejut atas pengangkatan itu. Ia cukup menyadari siapa rakryan Kuti itu. Baginya, untuk menjatuhkan Nambi dalam kedudukannya sebagai mahapatih, tidaklah sukar. Tetapi untuk menggeser kedudukan Kuti Sukar sekali. Ia anggap Kuti lebih berbahaya dan lebih berat sebagai lawan. Pengangkatan baginda kepada Kuti, Semi, Tanca, Pangsa, Wedeng, Yuyu dan Banyak ke tujuh orang sebagai SAPTA DHARMAPUTERA, membuktikan bagaimana licin dan cerdiknya rakryan Kuti itu untuk mengambil kepercayaan baginda. Padahal ia mendapat kabar selentingan bahwa Kuti telah membentuk sebuah persekutuan untuk menjatuhkan baginda Jayanagara. Dan dengan pengangkatan itu, jelas kekuasaan Kuti menjulang naik. Sukar untuk menjatuhkan mereka. Namun sebagai Seorang yang licin dan julig. Patih Aluyuda tak mengunjuk sikap tak senang atas pengangkatan itu. Yang penting sekarang ini mengatur siasat unuk menjatuhkan Nambi, penguasa pepeiintahan yang tertinggi di bawah baginda raja. Setelah Nambi baru ia akan mengatur langkah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lagi untuk menghadapi Kuti bertujuh. Takkan lari gunung dikejar. Demikian semboyan “Dalam saat2 seperti sekarang, pengangkatan rakryan bertujuh sebagai Sapta Dharmaputera memang tepat" cepat2 Aluyuda berganti nada menurut angin “setidak-tidaknya paduka dapat menggunakan mereka untuk menghantam kawan mereka sendiri" "Apa maksudmu ?" tanya raja Jayanagara. “Bahwa mentri2 dan narapraja yang dahulu bekas Kadehan dan ayahanda baginda, besar sekali jumlahnya. Pengangkatan rakryan Kuti sebagai Sapta Dharmaputera pasti akan menimbulkan rasa tak puas dikalangan bekas kadehankadehan itu. Mereka tentu menganggap rakryan Kuti dan kawan2, berfihak pada paduka. Rasa tak puas itu harus dikembangkan agar diantara mereka terjadi curiga-mencurigai sehingga tak mungkin mereka dapat bersatu. Dalam hal itu, yang perlu mendapat perhatian yalah mahapatih Nambi. Dia memegang kekuasaan tinggi yang menentukan hitam putihnya pemerintahan. Jika beliau setya pada paduka, golongan yang menentang paduka itu pasti dapat dibasmi. Tetapi apabila beliau juga ikut menentang paduka, kedudukan paduka tentu berbahaya” Raja Jayanagara mendengus "Hm, memang kedudukan paman Nambi dalam pemerintahan itu, penting sekali. Kedudukan mahapatih harus dijabat oleh orang yang benar2 setya kepadaku. Eh, paman Aluyuda, bagaimana pribadi dan sikap paman Nambi menurut pandanganmu?" Diam2 Aluyuda bersorak dalam hati. Namun sebagai seorang ahli siasat mengatur tipu muslihat, ia tak mau lekas2 menyatakan isi hatinya dan melainkan berdatang sembah "Gusti junjungan hamba, selama ini baik pribadi maupun sikap http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mahapatih Nambi cukup baik dan setya kepada paduka. Tetapi hamba masih menguatirkan bahwa beliau akan dipengaruhi oleh kawan2 seperjuangannya dahulu. Memang ikatan batin dari kawan seperjuangan itu, ada kalanya sukar terhapus dari sanubari seseorang. Misalnya dalam peristiwa Lembu Sora dahulu, jelas menurut hukum, karena Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang, maka sudah selayaknya ia harus dihukum mati. Tetapi pada kala itu, mahapatih Nambi tak mau bertindak tegas. Adalah setelah hamba berusaha untuk menghadap baginda Kertarajasa guna memintakan keadilan kepada Kebo Taruna, putera dari Kebo Anabrang, baginda baru berkenan menjatuhkan hukuman kepada Lembu Sora. Tetapi bukan hukuman mati melainkan hukuman buang ke Tulembang. Rakryan Nambi yang berat akan ikatan batin kawan seperjuangan, pun setuju atas keputusan itu. Tetapi lagi2 hamba yang memperjuangkan supaya keadilan dalam hukum negara, dilaksanakan sesuai dengan isinya. Jikalau tidak, dikuatirkan rakyat tak puas dan tak mau mengindahkan undang2 lagi. Hukum harus berlaku pada siapapun, tanpa pandang bulu. A khirnya, usaha hamba itu berhasil dan Lembu Sora rupanya hendak menentang keputusan itu hingga akhirnya dibinasakan oleh pasukan kerajaan ...." Aluyuda berhenti sejenak lalu cepat2 menyusuli kata2 lagi "bukan hamba membenci rakryan demang Lembu Sora. Kebalikannya, hamba menaruh hormat sekali kepadanya sebagai seorang pejuang yang berjasa besar kepada kerajaan Majapahit. Tetapi sebesar-besar rasa hormat hamba kepada rakryan demang Lembu Sora, masih lebih besarlah hormat hamba kepada keagungan hukum dan undang-negara. Hukum dan undang2 itu merupakan kewibawaan negara. Demi tegaknya hukum dan kewibawaan undang negara, siapapun yang bersalah, sekalipun ia besar sekali jasanya, harus http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ditindak sesuai dengan dosanya. Hukuman terhadap rakryan Lembu Sora itu suatu peringatan halus pada mentri2 bekas kadehan baginda Kertarajasa. bahwa mereka jangan mengandalkan jasa untuk berbuat sekehendak hati yang melanggar undang2 ....” “Hm benar Aluyuda" gumam raja Jayanagara "terbentuknya golongan yang menentang diriku itu merupakan duri dalam daging. Dan kenyataannya mereka kepercayaan mendiang ayahanda baginda Kertarajasa" Aluyuda diam2 girang sekali karena raja mulai menaruh perhatian. Namun tak mau ia tergesa-gesa menyulut api. Katanya gopoh "Ampun, gusti, apabila hamba yang rendah ini mengunjuk hal2 yang tak berkenan dalam hati paduka. Hamba mohon, paduka jangan lekas percaya akan mulut Aluyuda yang lancung ini. Hamba hanya seorang patih yang tak berkuasa untuk menilai tindakan dan para mentri yang lebih tinggi kekuasaannya, hambapun kalah berjasa dengan para rakryan mentri2. satu-satunya yang hamba miliki yalah hanya rasa setya kepada paduka dan rasa pengabdian kepada kerajaan" Jayanagara terdiam sejenak untuk mengunyah ucapan patih yang saat itu berada dihadapannya "Aluyuda" tiba2 ia berseru "rupanya ada sesuatu dalam kandungan hatimu yang hendak engkau katakan. Jika benar demihan, katakanlah. Tetapi ingat, Aluyuda, semua keterangan yang hendak engkau unjukkan itu, harus berdasar kenyataan. Jika tidak, engkaulah yang akan kujatuhi hukuman sendiri!" Aluyuda tersipu-sipu menyembah "Ampun, gusti junjungan hamba. Aluyuda sudah berhamba pada kerajaan selama berpultih tahun. Hamba selalu berhati-hati dalam ucapan dan tindakan. Tetapi perasaan hati hamba selalu gelisah. Seberathttp://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berat mata memandang, masih berat hati mengenyam. Gusti, sebentar lagi prajurit peronda tentu akan tiba kemari. Apabila gusti berkenan, marilah gusti berkunjung ke paseban tempat hamba berjaga" Jayanagara menyetujui. Ia ikut patih itu menuju ke sebuah paseban yang sepi. Setelah mempersilahkan raja duduk dan ia sendiri bersila dihadapannya, maka patih itu segera memulai pembicaraannya. "Gusti junjungan hamba" Aluyuda mulai berdatang sembah "mentri2 nayaka dan para kawula di dalam dan di luar pura kerajaan konon gempar mendengar berita bahwa paduka hendak mempersunting puteri Tribuanatunggadewi dan puteri Haji Rajadewi Maharajasa ..." Serentak Jayanagara berbangkit dan membentak gusar "Aluyuda, berani benar engkau menghina raja! Besok kutitahkan supaya engkau ditangkap dan dihukum!" "Duh, gusti junjungan hamba. Bukan sekali-kali maksud hamba hendak menghina paduka. Hamba hanya mempersembahkan berita2 yang tersiar di dalam dan di luar pura. Sekiranya berita itu tak ada dan hanya buatan hamba sendiri, hamba bersedia dipancung kepala! Dan setiap kali bertemu dengan mereka yang memperbincangkan hal itu, hamba tentu segera menghapusnya dengan keterangan bahwa tak mungkin baginda Jayanagara yang agung berkuasa dan masih muda belia, akan berbuat sedemikian. Wanita yang lebih cantik dari kedua puteri itu, pun baginda tentu sanggup memperoleh. Puteri manakah yang sanggup menolak pinangan baginda, seorang rajadiraja yang besar kuasa, cakap dan muda belia?" "Hm, mengapa Jayanagara.



kaubicarakan



hal



http://dewi-kz.info/



itu



lagi?"



tegur



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Begini gusti" sembah Aluyuda "memang sudah selayaknya seorang raja diraja seperti paduka ini mempersunting puteri2 cantik. Demikianlah seperti yang telah dilakukan oleh mendiang ayahanda baginda. Dahulu mendiang baginda Kertarajasa mempunyai empat orang permaisuri yang cantik2. Disamping lain2 garwa ampil dan wanita2 cantik yang dinikmatinya. Maaf gusti, jangankan baginda Kertarajasa, bahkan hamba sendiri yang begini jelek, dikala mudapun telah kenyang menikmati kembangnya dunia. Karena hal itu sudah jamak bahwa seorang pria harus menikmati banyak wanita. Karena wanita itu adalah muslika kehidupan kita. Ibarat taman tanpa bunga, demikian apabila dunia ini tanpa wanita. Sunyi hambar, tiada gelora hidup. Hidup seakan-akan hampa" Aluyuda berhenti sejenak seraya diam2 mencuri pandang kearah wajah raja Jayanagara. Dilihat wajah raja yang masih muda itu menyerbak cahaya menyala. Diam2 patih itu makin mendapat hati. "Wanita memang mahluk yang ajaib. Ia merupakan sumber ilham, kekuatan, kecerdasan, semangat dan gelora hidup. Iapun lambang dari kejantanan dan keperkasaan kaum pria. Raja2 yang sakti, senopati2 yang gagah perkasa, semua tentu mempunyai isteri dan selir yang tak sedikit. Karena sumber daripada kecerdasan untuk menguasai pemerintahan, kegagahan untuk menanggulangi musuh dan semangat juang untuk mencapai cita2 tak lain karena meneguk air Kamandanu dari zat wanita yang syahdu . . . ." "Cukup A luyuda !" tiba2 Jayanagara menukas dengan nada gemetar "katakanlah apa maksudmu" "Ampun gusti" sembah patih Aluyuda "kesimpulan dari pada kata2 yang hamba hendak persembahkan kepada , gusti yalah, bahwa sudah selayaknya pabila paduka sebagai seorang junjungan dari sebuah kerajaan besar, apabila paduka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ masih muda usia, memilih wanita2 cantik, wanita yang benar2 mustikanya wanita, kembang dari segala kembang di permukaan bumi" Jayanagara mendeham pelahan "Hm, mudah untuk mengatakan tetapi sukar untuk mencari. Karena selera kita berbeda-beda" "Benar, gusti" diam2 hati Aluyuda sudah dapat bersorak. Umpannya telah termakan. Ia cukup mengetahui akan kegemaran baginda terhadap wanita ayu "tetapi adakalanya kembang yang cantik itu tidak tumbuh ditaman yang indah tetapi tumbuh di hutan, di tepi saluran air". Baginda mengangkat sepasang alis "Engkau maksudkan puteri2 dalam keraton dan wanita2 di pura kerajaan ini, tidak ada yang cantik? Adakah kedua ayundaku puteri Tribuanatunggadewi dan puteri Haji Rajadewi Maharajasa itu kurang cantik? ". Patih Aluyuda serta merta menyembah duli baginda "Ampun beribu ampun gusti apabila kata2 hamba tak berkenan dalam hati paduka. Adakah paduka ldinkan hamba untuk menyatakan pendapat hamba?" "Katakanlah !".. "Kedua puteri Tribuanatunggadewi dan Haji .Rajadewi Maharajasa memang puteri2 cantik pilih tanding. Kedua puteri itu hamba ibaratkan bagaikan bunga mawar dalam taman bunga yang indah. Cantik cemerlang, semerbak harum baunya. Tetapi hamba telah melihat sekuntum bunga teratai yang putih suci, cantik berseri. Walaupun tempatnya hanya diempang yang kotor. Dalam pandangan hamba, bunga itu sedang mekar-mekarnya sehingga kecantikannya benar2



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menakjubkan, tetapi sayang gusti, bunga yang hamba sanjung itu secara diam2 telah dipetik orang ...." "Aluyuda!" serentak baginda Jayanagara menghardik keras "jangan bermain madu dimulut, kalau madu itu hanya engkau telan sendiri! Katakanlah terus terang siapakah bunga itu dan siapakah yang berani memetiknya !". Kembali dengan tingkah ulah yang pandai untuk mengambil hati, patih Aluyuda lebih dahulu mencium kaki baginda dan kemudian mengunjuk sembah "Duh, gusti junjungan hamba. Sesungguhnya hambalah yang wajib menerima hukuman karena kelengahan hamba. Demi paduka, selama ini hamba selalu melepas orang untuk mencari cari wanita2 ayu. Tetapi kesemuanya itu, menurut wawasan hamba, kurang memadai bagi paduka. Yang hamba inginkan yalah wanita2 yang lebih cantik dari puteri Tribuanatunggadewi dan puteri Haji Rajadewi. Maka selama ini belum ada yang hamba persembahkan karena mereka tak memenuhi syarat.” Aluyuda berhenti pula untuk meneguk perhatian kearah junjungannya. Baginda Jayanagara termenung sepasang bibirnya saling berhapus. “Namun hamba tak pernah jemu berusaha. Dan akhirnya jerih payah hamba itupun berbuah juga. Hamba menemukan seorang kenya yang benar2 memenuhi persyaratan hamba itu. Bahkan hamba berani mengatakan melebihi dari syarat yang hamba tentukan itu. Tetapi duli gusti" tiba2 patih itu tundukkan kepala mencium duh baginda "mohon paduka melimpahkan hukuman kepada diri hamba yang tolol dan lengah ini" “Mengapa Aluyuda?" Jayanagara kerutkan alis “bicaralah yang jelas. Soal engkau bersalah atau tidak nanti aku yang mempertimbangkan" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kembang cantik yang hamba pandang layak untuk hamba persembahkan kepada paduka itu, ternyata... ternyata telah dipetik oleh mahapatih Nambi" kata Aluyuda seraya mcnghunjuk sembah. Jayanagara terhenyak. Dahinya mengernyit keheranan "Engkau maksudkan kenya itu diambil selir oleh paman Nambi sendiri?" "Bukan" sahut Aluyuda “gusti mahapatih sudah sepuh dan sibuk dengan tugas2 pekerjaannya yang berat” "Lalu?" Jayanagara makin heran. "Gadis ayu diambil menantu oleh gusti mahapatih" Sekonyong-konyong baginda Jayanagara mencengkeram rambut patih Aluyuda dan menghardiknya bengis "Mulutmu lancung, Aluyuda! Putera puteri paman Nambi sudah menikah semua. Mengapa kamu berani berbohong ?” Patih Aluyuda diam2 girang sekali karena raja yang masih muda itu akhirnya dapat dibakar nafsunya. Namun sebagai manusia yang licin bagai belut, ia pura2 menggigil ketakutan "Ampun gusti ... . hamba belum selesai menghaturkan keterangan selengkapnya. Apabila dalam keterangan hamba itu terdapat sepatah yang tak sesuai dengan kenyataan, hamba bersedia serahkan batang kepala hamba kebawah duli paduka. . ." "Hm" dengus baginda seraya lepaskan cengkeramannya "ingat Aluyuda, apa sabdaku pada seluruh mentri dan narapraja pada saat penobatanku sebagai raja pengganti almarhum ayahanda baginda Kertarajasa?” "Hamba ukir sabda paduka itu dalam sanubari. Tak mungkin hamba akan lupa, gusti" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, dan engkau harus dapat mencamkan apa arti dari pada pendirian yang kucanangkan sebagai pedomanku memerintah kerajaan Majapahit! Jika ayahanda baginda Kertarajasa dahulu memerintah dengan cara Gitiksada tetapi aku Jayanagara akan menjalankan kekuasaan dengan cara Gitikpentung. Siapa yang salah melanggar undang-undang, siapa yang membangkang kepada perintahku, siapa vang berani menentang aku, pasti kuhunjam dengan Gitik-pentung, kutumpas seluruh keluarganya. Tetapi barang siapa yang setya menjalankan perintahku dengan sungguh2, akan kuanugerahi dengan ganjaran besar" "Hamba junjung amanat paduka itu di ubun kepala. Hamba setuju sekali dan hamba mengucap syukur kepada para Dewata bahwa kerajaan Majapahit yang besar, dikaruniai seorang junjungan yang muda usia tetapi tegas menjalankan tampuk pimpinan pemerintahan” Jayanagara mendesuh "Hm, sekarang kuminta pertanggungan atas keteranganmu tentang paman Nambi" Sejenak mengemasi sikap duduknya, berkatalah Aluyuda "Memang gusti rakryan Nambi mengambil menantu gadis itu bukan untuk putera2nya sendiri melainkan untuk putera kemanakannya yang bernama Kuda Lampeyan. Dan kenya ayu yang hamba maksudkan itu berasal dari desa Mandana, anak buyut desa itu " "Tetapi mengapa tak pernah kudengar paman Nambi mengadakan peralatan nikah?" tegur baginda. "Memang pernikahan itu tidak dirayakan secara ramai2 di tempat kediaman gusti Nambi, melainkan di desa Mandana. Pertama, karena rakryan mahapatih merasa tersinggung kewibawaannya karena putera kemanakannva menikah dengan seorang gadis anak buyut desa. Kedua, beliau kuatir, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kecantikan anak menantu kemanakannya itu tersiar menjadi buah tutur orang. Dan ketiga, maaf gusti apabila kata2 hamba menyinggung perasaan paduka, bukan suatu hal yang mustahil kalau gusti mahapatih menjaga hal2 yang tak diinginkan dari paduka . . . ." "Engkau maksudkan, paman Nambi kuatir kalau aku akan berminat merebut isteri kemanakannya gadis desa itu? Hm, Aluyuda, kuperingatkan sekali lagi kepadamu. Jangan engkau sekali-kali berani menghina raja. Masakan di pura Majapahit tak ada wanita yang lebih cantik dari anak desa itu!" Aluyuda gopoh menyembah "Ampun gusti. Jauh dari maksud hamba untuk menghina paduka. Tetapi dalam penilaian hamba kenya dari Mandana itu, hamba berani pertaruhkan kepala hamba. Rasanya tiada wanita dan puteri dalam pura kerajaan yang menang cantik dari kenya Mandan itu. Hamba melihat sendiri, ketika hamba mengunjungi gedung rakryan Nambi. Dan hamba benar2 terpesona melihat kecantikan menantu kemanakan gusti Nambi yang demikian cemerlang ba bidadari itu ..." Melihat kesungguhan ucapan patih Aluyuda dan bahkan berani mempertaruhkan batang kepalanya sebagai hukuman apabiJa tak benar, mulailah perhatian raja Jayanagara tertarik "Siapakah namanya?" "Rara Sindura, gusti" "Hm" Jayanagara mcndesus "lalu bagaimana caramu agar aku dapat membuktikannya, paman?" Bagai air bah bengawan Brantas, demikian pula meluap luaplah hati patih Aluyuda karena siasatnya berhasil. Dan apa yang dikehendaki junjungannya itu sudah tentu telah ia mempersiapkannya "Bila paduka berkenan, baiklah paduka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengutus seorang mentri ketempat kediaman rakryan Nambi. Bahwa paduka ikut gembira karena rakryan Nambi telah menikahkan anak kemanakannya. Kemudian paduka titahkan supaya kedua mempelai itu menghadap baginda ke keraton karena paduka berkenan akan menganugerahi hadiah berharga" "Bagaimana kalau kutitahkan engkau menyampaikan hal itu kepada paman Nambi?"



saja



yang



"Setiap titah paduka, pasti akan hamba laksanakan" Aluyuda cepat menanggapi "tetapi hamba rasa baiklah paduka titahkan lain mentri agar jangan menimbulkan kecurigaan gusti mahapatih" "Mengapa?" tanya raja Jayanagara. "Apabila hamba yang menghadap gusti mahapatih, tentu jatuhlah kecurigaan beliau pada diri hamba. Karena hambalah yang pernah berkunjung kegedung mahapatih. Kemudian walaupun karena takut atas titah paduka, gusti mahapatih akan menyuruh putera kemanakan dan isterinya menghadap ke keraton, namun kepergian itu tentu akan diperlengkapi dengan perlindungan yang perlu. Setidak-tidaknya tentu menyertakan pengawasan ..." Jayanagara terdiam menimang. Persembahan kata patih itu memang beralasan "Baiklah, besok aku akan mengutus patih Emban untuk menyampaikan titahku itu. Tetapi sekali lagi kuperingatkan kepadamu, paman Aluyuda. Gitik Pentung adalah pedomanku memegang pemerintahan. Tiada ainpun bagi yang bersalah. Keadilan bagi yang benar. Ganjaran bagi yang berjasa. Mati bagi vang hianat. Dalam utusan kenya yang menjadi menantu paman Nambi itu, peraturan Gitik-pentung akan berlaku kepadamu. Karena paman Nambi adalah seorang mahapatih, mentri kerajaan yang paling tinggi kedudukannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Memfitnah beliau, berarti menghina kewibawaan seorang wakil raja. Dan kiranya engkau tentu sudah tahu bagaimana hukumannya!" "Hamba sudah maklum, gusti" sembah patih Aluyuda "namun hamba mohon limpahan kebijaksanaan paduka. Apabila hal itu benar seperti yang hamba haturkan kepada paduka, bagaimanakah tindakan gusti kepada diri hamba?" "Ganjaran bagi yang berjasa. Sabda pandita ratu" sahut baginda. Tiba2 terdengar kentongan bertalu tiga kali dan sayup2 ayam hutan yang dipelihara di Mandapa yang terletak di lapangan sebelah barat daya balai agung Manguntur, terdengar berkokok. "Gusti, saat ini sudah hampir menjelang fajar. Angin malam makin menggigit tulang. Perkenankanlah hamba mengiring paduka kembali ke dalam keraton" kata patih Aluyuda. Jayanagara mengangguk. 0oo^^dw^^oo0



III MAHAPATIH NAMBI terkejut ketika menerima kunjungan patih Emban, patih yang mengurus urusan dalam keraton. Dan rasa kejut itu menjulang kepuncak keheranan tatkala mendengar maksud kedatangan patihdalam itu. Dalam tafsir mimpi, apabila orang bermimpi menelan rembulan, dia bakal menjadi orang besar. Dan apabila kejatuhan rembulan, bakal menemui rejeki besar atau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memperoleh pangkat tinggi. Tetapi mahapatih Nambi tak merasa pernah bermimpi menelan rembulan atau kejatuhan rembulan. Bahkan karena kesibukan pekerjaannya sehari-hari sebagai pimpinan roda pemerintahan kerajaan Majapahit, ia tak sempat bermimpi. Larut malam baru tidur dan pagi sudah memikirkan kembali urusan pemerintahan. Maka heranlah ia mengapa baginda raja Jayanagara memerlukan mengirim utusan untuk 'ngunduh temanten’ putera kemanakannya, ke keraton. Padahal ia sendiri menganggap pernikahan putera kemanakannya Kuda Lampeyan dengan Rara Sindura anak buyut perdikan Mandana itu, urusan kecil dalam lingkungan keluarganya. Cukup dilangsungkan serba sederhana saja. Lama sekali Nambi terbenam dalam lingkaran per tanyaan yang tak kunjung bertemu jawabnya. Dan akhirnya ia lepaskan perburuan dalam ladang hatinya "Adi Emban, sampaikan pada baginda bahwa besok si Lampeyan dan isterinya akan kuhadapkan kekeraton " Patih Emban adalah salah seorang diantara bekas kadehan almarhum baginda Kertarajasa. Ia teman seperjuangan yang akrab dengan Nambi. Maka dalam percakapan dengan Nambi, ia tak terpancang akan perbedaan kedudukan dan pangkat "Kakang Nambi, memang aku sendiri juga heran mengapa baginda mempunyai hasrat demikian. Apakah kemungkinan tiada maksud tersembunyi dalam hal itu ? Apakah tindakan itu ..” "Adi" tukas Nambi "kiranya tak perlu adi mengatakan, pikirankupun sudah menjangkau jauh. Rasanya kita mempunyai titik persamaan dugaan. Tetapi kita tak dapat menolak titah raja. Apapun yang terjadi, harus kita terima sebagai kenyataan. Andaikata kekuatiran kita itu benar2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terjadi, yang menderita kerugian paling besar bukan lain orang kecuali baginda sendiri. Kewibawaan baginda pasti tercemar dimata para mentri dan kawula Majapahit. Maka adi, akan kuhadapi kesemuanya itu dengan dada lapang ...." Patih Emban termenung untuk mengunyah ucapan maha patih itu. Dan dapatlah ia mengenyam sari kebenaran ucapan Nambi itu. Menunggalnya kawula dan gusti, merupakan perpaduan yang menjadi inti kekuatau negara. Namun kesatuan itu, menuntut sikap dan tindakan dari sang gusti dan kawula. Dituntut satunya kata dengan tindakan dari fihak gusti. Dan dituntut pula menunggalnya kepatuhan dan pengabdian dari fihak kawula. Dalam hal ini, apabila baginda Jayanagara benar bermaksud baik dalam perintahnya untuk memanggil kedua mempelai itu ke keraton, maka raja itu benar melaksanakan satunya kata dengan tindakan. Namun apabila panggilan itu berselubung tujuan tertentu, berarti merusak kepercayaan sang kawula. Demikian ujung akhir yang dicapai kemenungan patih Emban. Maka berkatalah ia "Kawula hanya sakderma saja, kakang" katanya meminta diri. Malam itu Rara Sindura menyambut kedatangan suaminya dengan tegur sapa yang lembut "Kakangmas Lampeyan, rupanya ada sesuatu yang menggembirakan hatimu maka wajahmu tampak berseri-seri sekali" Kuda Lampeyan mendekap isterinya yang jelita itu lalu memeluknya dengan mesra "Duh, mustikaningrat yang menjadi surya alam jasad kakang ...." dikecupnya bibir semerah delima sang isteri. Dihisapnya keras2 sehingga Rara Sindura mengerang manja "Ih, mengapa kakang begitu bernafsu? Apakah kakang kuatir kehilangan Sindura?



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Bukankah Rara Sindura ini sudah menjadi milikmu lahir bathin, didunia sampai diakhirat?” "Duh, wong ayu mustika jiwaku ...." Kuda Lampeyan tertawa "walaupun setiap malam kuteguk air madu dari bibirmu, namun rasanya dahaga cintaku tak kunjung puas meneguk sari madu kasihmu, wong ayu . . . " ia menutup kata2nya dengan ciuman sederas hujan mencurah. Semesra seorang ibu yang menciumi puteranya yang mungil. Namun beda getaran rasa antara cium Kuda Lampeyan kepada isterinya dengan seorang ibu kepada bayinya. Rara Sindura benar2 kewalahan menghadapi curahan kasih dari suaminya "Sudahlah, kakangmas, nanti masih ada waktu untuk melanjutkan keinginan kakang .... " memerahlah wajah Sindura ketika mengucapkan kata2 terakhir itu. Walaupun sudah menjadi suami isteri namun karena masih mempelai baru, iapun masih merasa malu "Kakangmas, apakah yang menjadikan engkau begitu gembira malam ini?" tanyanya setelah Kuda Lampeyan mau melepaskan pelukannya. "Begini, Sindura" Kuda Lampeyan mulai menerangkan "sore tadi aku dipanggil paman Nambi dan diberi perintah yang luar biasa. Cobalah engkau terka, manis, apakah perintah paman itu?" Rara Sindura kerutkan kening. Bagaimana mungkin ia dapat menerka perintah itu. Namun agar jangan mengecewakan hati sang suami, ia turuti permintaannya itu. Sejenak merenung, berkatalah ia "Baiklah, kakang, akan kucoba menerka. Hmmm .... bukankah permohonan kakang untuk menjadi tamtama prajurit kerajaan diterima ?” “Bukan urusan pekerjaan manis. Tetapi menyangkut urusan kita berdua" jawab Kuda Lampeyan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Urusan kita berdua? Hm, apa saja? O, aku tahu kakang!" tiba2 Rara Sindura berteriak "paman mapatih tentu mengidinkan kita menjenguk ibu kakang di Lumajang” Kuda Lampeyan tertawa “Salah, manis. Kita tak disuruh kemana-mana" “Ah, kakang, aku tak dapat. Katakanlah, apa itu" Rara Sindura agak merajuk karena kesal hatinya “Ya baiklah, manis, akan kuberitahukan berita hebat itu. Tetapi engkau jangan terkejut ketakutan” kata Kuda Lampeyan sedikit menggoda isterinya supaya tertawa "begini, Sindura. Tadi paman memberitahu kepadaku bahwa besok pagi kita akan dibawa paman menghadap Baginda di keraton ...." "Kita? Maksud kakang, akupun serta?" "Siapa lagi kalau bukan engkau, wong ayu" kata Kuda Lampeyan tertawa seraya ulurkan tangan untuk menjamah dagu isterinya. Tetapi Rara Sindura surutkan muka kebelakang, serunya “Kakangmas, benarkah itu? Apa maksud paman hendak membawa kita kekeraton ?” “Masakan kakang sampai hati untuk berbohong kepadamu, Sindura? Bagindalah yang menitahkan paman untuk menyowankan kami kekeraton karena baginda berkenan hendak melimpahkan anugerah kepada kita” Tiba2 wajah Rara Sindura tampak pucat, dadanya yang padat itupun ikut bergelombang "Mengapa engkau Sindura?" Kuda Lampeyan terkejut melihat isterinya tiba2 kehilangan cahaya mukanya Cepat ia mencekal tangan Sindura dan mendekap tubuhnya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Didapatinya tangan Sindura dingin dan basah dengari keringat "Sindura, mengapa engkau ...." Kuda Lampeyan makin gugup. “Akutak kena apa2, kakang. Hanya hatiku terserang kejut keheranan. Mengapa mengapa baginda raja mempunyai keinginan demikian? Bukankah kakang ini bukan hamba kerajaan dan akupun hanya anak buyut desa? Mengapa baginda menaruh perhatian besar kepada kita?" "Maka itulah yang kumaksud sebagai suatu berita yang luar biasa bagi kita. Berbahagialah, manis, akan nasib kita yang mujur itu" kata Kuda Lampeyan. Rara Sindura menghela napas "Ah . . kebalikannya hatiku malah tak enak. Karena hal itu kuanggap tak sewajarnya. Sesuatu yang berlebih-lebihan..." "Mengapa tak wajar? Aku adalah putera kemanakan dari mahapatih Nambi. Mengingat jasa dan kesetiaan paman Nambi, bukan mustahil kalau baginda hendak menggunakan kesempatan ini untuk menghibur jasa paman. Sudahlah Sindura, jangan berbanyak hati, manis. Marilah malam ini kita rayakan kebahagiaan kita itu. ." sebelum Sindura sempat menyatakan apa2, Kuda Lameyan sudah memondongnya terus dibawa masuk ke dalam bilik peraduan. Seketika suasana sunyi hening. Angin malam berhembus, menyusup celah2 daun jendela ruang peraduan temanten baru itu. Rupanya bukan manusia saja, pun angin juga jail karena ingin mengetahui apa yang terjadi di atas pembaringan yang berisi dua insan vang sedang berenang manja dalam laut asmara. “Kakang. . ." tiba2 terdengar suara berbisik lirih dan lembut sekali. Terdengar kecupan mesra atas jawaban suara yang lirih merintih itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku milikmu di dunia sampai akhirat, kakang. . . " terdengar pula kata2 lembut. Tiada jawaban kecuali suara2 aneh yang menggelorakan gairah. Untaian bunga mdati berhamburan, ketika sanggul Rara Sindura terurai lepas. Membaur harum semerbak, makin membangkit gairah Kuda Lampeyan. Ia mengguman bagai kumbang asyik menghisap madu. Dan sang bunga pun ikhlas memberikan serbuk2 sarinya. Kumbang dan kembang, suatu persenyawaan murni sepanjang jaman ... Sejak pada esok harinya mengikuti Kuda Lampeyan dan mahapatih Nambi menghadap baginda Jayanagara, hati Rara Sindura terasa tak enak. Kelopak mata kiri bagian bawah diserang rasa Kedut yang gencar. Dan jantungnyapun mendebur keras. Dinding dan tiang besar keraton berukir bunga-bungaan dan ular, dalam pandangan wanita itu, bagaikan bunga2 semboja yang tumbuh dipekuburan. Dan ular2 itu, bagaikan kawanan ular hidup yang melilit tiang besar. Setiap saat akan menyambar dirinya. Dampar kencana yang beralaskan permadani merah menjulur panjang, tampak oleh Rara Sindura sebagai genangan darah yang menyeramkan . .. Entah bagaimana dalam memasuki Balai Witana yang indah asri dan bertitian tinggi, ketiga orang itu mempunyai perasaan sendiri2. Walaupun sikapnya tenang tetapi hati mahapatih Nambi gelisah resah. Tak tahu ia, apa gerangan maksud baginda memanggil kedua mempelai kemanakannya itu. Kuda Lampeyan tiada mengandung prasangka apa2 kecuali berbesar hati karena mendapat kesempatan untuk menghadap raja, Lain pula pikiran Rara Sindura. Nalurinya yang tajam menggetar serabut hatinya, bahwa ada sesuatu yang akan dialaminya di keraton itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hamba Nambi, mengaturkan sembah bhakti kebawah duli tuanku, baginda Jayanagara yang mulia" kata mahapatih seraya berdatang sembah pada saat menghadap baginda raja. "Ah, paman Nambi, mengapa paman masih berlaku sedemikian hormat kepadaku" kata raja Jayanagara "sejak almarhum ayahanda baginda Kertarajasa, paman Nambilah yang telah dipercayakan untuk memimpin tampuk pemerintahan Majapahit dan aku peribadi, merasa berhutang jasa kepada paman" "Duh gusti junjungan hamba" kata Nambi tersipu "sungguh berat nian hati hamba menerima ucapan baginda sedemikian itu, Hamba, si tua Nambi, sudah merasa syukur tak terhingga bahwa paduka masih berkenan melimpahkan kepercayaan paduka kepada hamba. Walaupun jasad Nambi yang sudah rapuh ini hancur lebur, rasanya masih belum sepadan untuk membalas anugerah kepercayaan paduka" "Ah, sudahlah paman" baginda cepat menukas "aku masih muda, banyak sekali hal2 dalam pemerintahan yang memerlukan petunjuk dan bimbingan paman. Eh, apakah yang berada dibelakang paman itu putera kemanakan paman dan isterinya?" Rara Sindura pucat seketika. Ia segera tundukkan kepala memandang lantai. Tiba2 didengarnya Nambi berkata "Benar, baginda, inilah anak kemanakan hamba bersama isterinya" "O" desus baginda sambil memandang Sindura. Hati baginda mendebur keras ketika melihat kecantikan Rara Sindura yang gilang gemilang. Darahnyapun memancar deras. Namun cepat2 ia menguasai perasaannya dan berseru "Suruh mereka tampil di hadapanku paman"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nambi berpaling dan membisikkan beberapa patah kata kepada Kuda Lampeyan. Kuda Lampeyan segera mengajak Rara Sindura berjalan jongkok kehadapan baginda. Kemudian keduanya menyembah. Baginda termangu2 memandang wajah Rara Sindura. Rupanya Rara Sindura merasakan sikap baginda itu. Selebar wajah wanita itu menebar warna merah. Jayanagara makin terpesona .... "Siapakah namamu anak muda? Benarkah engkau putera kemanakan paman mahapatih Nambi? Dan siapa pula nama isterimu itu? Dari manakah asalnya?" sesaat menyadari bahwa Nambi memperhatikan gerak geriknya, baginda cepat2 mengajukan pertanyaan kepada Kuda Lampeyan. Sembah Kuda Lampeyan "Hamba yang rendah ini bernama Kuda Lampeyan, ibu hamba adalah adik paman rakryan Nambi. Hamba berasal dari Pajarakan Lumajang, ikut pada eyang Pranaraja. Kemudian eyang menyuruh hamba ikut pada paman Nambi agar hamba dapat diterima menjadi prajurit kerajaan paduka.” "O" desus baginda Jayanagara. Sejenak raja Jayanagara terhening. 'Secepat kilat beliau sudah mencapai suatu rencana, ujarnya "Paman Nambi, senang sekali hatiku akan putera kemanakanmu ini. Hari Radite ini, aku agak senggang. Ingin aku melanjutkan percakapan dengan Kuda Lampeyan. Akan kuanugerahinya suatu tugas yang akan membawanya ketingkat kedudukan yang luhur. Silahkan-paman menunaikan tugas paman dan tinggalkan Kuda Lampeyan berdua di sini" Nambi terkesiap. Namun cepat ia menghapus rasa kejutnya dengan mengunjuk sembah "Titah paduka, akan hamba laksanakan" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rakryan Nambi segera mengundurkan diri. Namun diam2 ia sudah merancang rencana bagaimana untuk menghadapi kemungkinan2 yang akan menimpa kamanakannya. "Kuda Lampeyan" ujar baginda beberapa saat setelah mahapatih Nambi berlalu "tertarik hatiku akan cita2 mu tadi. Cobalah engkau terangkan, apa sebab engkau ingin menjadi prajurit kerajaan Majapahit? Kuda Lampeyan mengunjuk sembah "Gusti junjungan hamba yang mulia, eyang hamba Pranaraja dahulu adalah mentri pakirakiran dari pemerintahan baginda Kertarajasa. Sedang paman rakryan Nambipun sekarang menjabat sebagai mahapatih dari kerajaan paduka. Maka hambapun ingin mengikuti jejak eyang dan paman untuk mengabdi pada kerajaan Majapahit. Oleh karena sejak kecil hamba dididik dalam ilmu kanuragan dan ulah keprajuritan oleh mendiang ayah hamba, maka sesuai dengan pesan almarhum, hamba ingin membaktikan bakat hamba untuk membela kerajaan" Jayanagara mengangguk-angguk kepala "Bagus, Kuda Lampeyan, memang seharusnya demikianlah cita hidup seorang pemuda yang memiliki pambek ksatrya. Aku senang mendengar keteranganmu itu, Lampeyan. Dan pengabdianmu kuterima dengan gembira" "Duh, gusti junjungan hamba" Kuda Lampeyan menyembah duli baginda "hamba tak dapat menghaturkan kata2 betapa besar rasa panalangsa dan syukur hati hamba atas kepercayaan yang paduka limpahkan itu. Hanya saja, hamba mohon ampun sebesar-besarnya apabila dalam permohonan hamba ini. ada kata2 yang tak berkenan pada paduka" "Tak apa Kuda Lampeyan, katakanlah isi hatimu"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hamba mohon, apapun yang paduka anugerahban kepada hamba itu, pasti akan hamba terima dengan kepatuhan dan pengabdian yang tulus. Namun anugerah kedudukan itu, mohon paduka jangan mendasarkan atas kedudukan paman mahapatih Nambi. Artinya, mohon gusti jangan menganugerahkan kedudukan itu karena hamba anak kemanakan rakryan mahapatih, melainkan atas diri hamba sendiri. Dan hambapun ingin menempuh pengabdian hamba itu dari tingkatan bawah, dari tingkat prajurit rendah" "Suatu pernyataan yang ksatrya, Kuda Lampeyan" puji baginda "engkau tak mau mengandalkan pada pengaruh dan kedudukan pamanmu, itu memang suatu pendirian yang perwira. Baiklah, Kuda Lampeyan, sekarang hendak kuuji kedigdayaanmu, agar sesuai dengan tugas dan pangkat yang hendak kuberikan kepadamu!" Baginda bertepuk tangan dua kali dan serentak muncullah seorang prajurit tinggi besar, menyanggul sebatang tombak. Dia salah seorang bhayangkara yang menjaga keselamatan baginda. Dengan serta merta bhayangkara itu menyembah "Hamba, bekel A gra, siap menerima titah baginda" "Kemarilah kedekatku, Agra!" seru Jayanagara. Kemudian setelah bekel atau kepala bhayangkara keraton itu maju mendekat, dengan bisik2 baginda berkata "Agra, lawanlah anak muda itu. Tetapi..." baginda makin melirihkan suaranya sehingga tak kedengaran oleh Kuda Lampeyan yang berada beberapa belas langkah dan tempat baginda "engkau harus mengalah!" Kemudian setelah memberi isyarat supaya bekel bhayangkara itu mundur, baginda lalu berseru kepada Kuda Lampeyan "Kuda Lampeyan, lawanlah bekel bhayangkara ini.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jika engkau mampu mengalahkannya, engkau kuangkat menjadi lurah prajurit!" “Sendika, gusti" Kuda Lampeyan menyembah lalu berbangkit, berhadapan dengan Agra, lurah bhayangkara yang bertubuh tinggi besar, gagah perkasa. Rara Sindura pucat, jantungnya serasa berhenti mendebur. Pertandingan itu tak seimbang. Suaminya bertubuh kurus semampai. Sedang lawannya seperti raksasa. Bukankah baginda sengaja hendak mencelakai suaminya. Luapan kecemasan yang mengandung curahan kasih dari Rara Sindura, menimbulkan nyala keberanian hatinya. Ia yang sejak tadi hanya berdiam diri saja, saat itu tiba2 berseru "Kakang, sudahlah, jangan dilanjutkan juga pertandingan itu. Mari kita pulang saja, kakang. Aku lebih tenteram hidup sebagai seorang petani ... ." "Duh, gusti yang mulia" tanpa menunggu jawaban Kuda Lampeyan, ia terus menghadap muka kearah raja Jayanagara dan menyembah "hamba mohon agar pertandingan itu ditiadakan saja" "Mengapa?" baginda agak terkejut. "Karena .... karena tak seimbang, gusti ...." Jayanagara tertawa "Baiklah, apapun yang engkau pinta, pasti kukabulkan" kemudian ia berderu kepada Kuda Lampeyan "Kuda Lampeyan, tak perlu engkau bertanding. Isterimu mencemaskan keselamatanmu. Sekalipun tak bertanding, engkau tetap kuangkat sebagai lurah prajurit!" Merah padam selebar wajah Kuda Lampeyan ketika mendengar ucapan baginda itu. Serentak ia menjawab "Gusti, hamba Kuda Lampeyan keturunan Senopati kerajaan Majapahit. Hamba merasa sebagai seorang lelaki, takkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ingkar pada pernyataan hamba tadi. Bahwa hamba akan mengabdi pada paduka atas dasar tenaga dan kecakapan peribadi hamba. Hamba akan mulai dari bawah sebagai prajurit rendah. Maka hamba mohon, akan perkenan gusti agar melimpahkan keputusan yang luhur 'Sabda pandita ratu' . .." Kemudian ia berpaling kearah Rara Sindura "Sindura, ketahuilah, bahwa yang memangkumu itu adalah Kuda Lampeyan, seorang jantan yang berketurunan darah prajurit. Suatu kehormatan besar.. apabila seorang prajurit gugur dimedan laga. Lebih baik aku mati daripada mundur dari pertandingan ini. Adakah engkau tak berbahagia bersuamikan seorang pria semacam diriku? Ataukah engkau rela mempunyai seorang suami yang berjiwa pengecut?” Rara Sindura terkesiap mendengar ucapan yang tajam dari suaminya itu. Sejak menjadi mempelai baru, baru kali itu ia mendengar kata2 Kuda Lampeyan yang bernada keras. Ia tersipu-sipu mengucap "Kakang..” "Sudahlah Sindura, doakan saja!" kata Kuda Lampeyan lalu berpaling menghadapi Agra, dan berseru "Ki lurah, silahkan mulai lebih dulu !" Agra, bekel bhayangkara yang hari itu bertugas menjaga keamanan keraton, terkesiap juga mendengar ucapan lantang dari pemuda yang berada dihadapannya. Seketika timbullah keinginannya untuk mencoba sampai dimana kedigdayaan pemuda itu "Engkau sebagai tetamu, wajib mendapat kehormatan untuk memulai lebih dahulu" "Tidak, ki lurah" sahut Kuda Lampeyan "aku hanya seorang kawula biasa dan andika lurah bhayangkara keraton. Maka wajiblah aku menghormat kepada ki lurah" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, baiklah, harap engkau berhati-hati" Agra tak mau berbantah lagi. Ia mengambil sikap lalu mulai maju menyerang, melayangkan tinjunya untuk menghunjam dada lawan. Pukulan itu merupakan penjajagan. Maka tak heranlah ia ketika Kuda Lampeyan dapat menghindar. Hanya mau tak mau ia agak terkejut juga melihat cara lawan menghindar itu. Bukannya berkelit, melainkan menyurut mundur selangkah. Dan cara itu cukup membuat tinju Agra menerpa angin, Agra loncat maju, mengejarkan tinjunya ke tubuh lawan tetapi untuk yang kedua kalinya hanya angin yang diterjang. Karena saat itu Kuda Lampeyan, menyelinap ke samping. Agra terkejut melihat ketenangan dan ketepatan gerak lawan. Karena dua kali menerpa angin, mulailah nafsu Agra menyala. Dengan lincah tubuhnya yang tinggi besar itu berputar ke samping kiri, lalu dengan sebuah gerak-cepat, ia menerkam lawan. “Huh” ia mendesus kejut2 geram ketika Kuda Lampeyan dapat menghindar. Tiga kali menyerang tiga kali pula ia harus menggigit jari, benar membuat lurah bhayangkara itu lupa akan pesan raja, Tgar ia mengalah. Serunya keras "Kuda Lampeyan, hayo, balaslah menyerang. Akupun akan mengalah sampai tiga kali!" Sebagai lurah bhayangkara keraton, sudah tentu ia malu karena tak mampu menyerang lawannya, seorang anakmuda yang tak ternama. Maka iapun tak mau kalah hati dan memberi pernyataan. "Baik ki lurah maafkan jika aku berlaku kurang adat" Kuda Lampeyan menutup kata2nya dengan sebuah gerakan menyerang lambung lawan Tetapi walaupun bertubuh tinggi besar, ternyata Agra amatlah tangkas dan lincahnya, Sambil http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berputar tubuh, ia dapat membebaskan diri dari serangan lawan. Diam-diam Kuda Lampeyan memuji ketangkasan lawan. Ia mencobanya lagi. Kali ini dengan sebuah gerakan yang sulit. Serempak dengan meninju dada kakinyapun bergerak untuk menyapu kaki lawan. Kedua gerakan itu hampir serempak dan dilancarkan dalam kecepatan yang tinggi. Namun untuk yang kedua kalinya, ia harus memuji ketangkasan lurah bhayangkara itu. Secara tak ter-duga2, Agra loncat ke belakang lawan. Kuda Lampeyan memberingas. Berputar tubuh ke belakang, ia membuat sebuah gerakan yang istimewa. Ia menerkam ke samping kanan, sebelum lawan sempat bergerak, tubuh Kuda Lampeyan berputar-putar laksana angin kisaran dan tahu2 sudah menyambar lengan kiri Agra, terus diputar ke belakang. Serempak dengan itu tangan kanannyapun mencengkeram bahu kanan lawan sekeras-kerasnya. Agra benar2 bingung menghadapi gerak yang luar biasa anehnya dari pemuda itu. Tiba2 ia terkejut karena tangan kirinya dicekal terus dipelintir ke belakang punggung. Ia hendak kerahkan tenaga meronta tetapi tiba2 bahunya serasa dijepit jari jemari baja. Seketika lumpuhlah tenaganya dan hilanglah daya perlawanannya "Huh .... "ia mengerang tertahan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Cukup Kuda Lampeyan, lepaskanlah!" cepat baginda Jayanagara berseru seraya memberi isyarat. Selekas Kuda Lampeyan lepaskan telikungannya, baginda berseru pula "Kuda Lampeyan, nyata engkau amat digdaya, tangkas berlaga!" "Gusti junjungan hamba "Kuda Lampeyan menyembah "kemenangan hamba itu hanya secara kebetulan belaka. Ki lurah Agra, sesungguhnya lebih sakti!" "Benarkah begitu, Agra" tegur baginda. Bekel bhayangkara itu tersipu-sipu merah mukanya dan menyembah "Tidak paduka, pemuda itu memang pemuda gemblengan. Hamba mengaku kalah" secara perwira, Agra mengakui keunggulan lawan. Titah baginda agar ia mengalah ternyata tak dapat ia laksanakan karena ia benar2 kalah. Setelah menitahkan bekel bhayangkara itu keluar, berkatalah Jayanagara kepada Kuda Lampeyan "Jelas sudah bahwa engkau memang layak menerima anugerah pangkat yang sepadan. Kuda Lampeyan, kuangkat engkau sebagai lurah prajurit pilihan. Dan engkau kuberi tugas untuk berkeliling keseluruh desa, baik desa perdikan maupun swatantra yang berada ditelatah Majapahit. Tinjau dan periksalah keadaan pemeritahann dan kehidupan rakyat di daerah2 itu. Engkau kuberi purba dan wisesa. berhak menangkap para akuwu, buyut dan kepala desa yang nyeleweng. Tinjaulah desa2 Temon, Parajengan, Pakatekan, Wunglu, Rabutri, Banyu Mredu, Bocor, Tambak, Pujut, Mireng, Demak, Kelung, Pegedangan, Mabuwur Godong, Rumasan, Canggu, Randu Gowok, Wahas, Nagara, Panumbangan, Jeruk, Kembang Sari. Demikian pula desa2 di pinggir sungai tempat penyeberangan antara lain Madan Teda, Gesang, Bukul dan Surabaya. Kusertakan padamu sedomas prajurit sphataka dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kulengkapi kewibawaanmu dengan lencana Minadvaya, lambang yang berlukis sepasang ikan sebagai tanda wakil peribadiku. Yang penting, selidikilah kesetyaan mereka kepadaku!" Kuda Lampeyan merangkapkan kesepuluh jari menyembah duli baginda "Duh, gusti junjungan hamba, betapa berat nian kepercayaan yang paduka limpahkan kepada diri hamba. Tiada lain persembahan terima kasih yang lebih utama dari pada penyerahan atma dan raga hamba untuk menunaikan tugas itu sebaik-baiknya. Gusti, bilakah tuanku hendak menitahkan hamba memulai tugas itu?" "Besok pagi juga, Kuda Lampeyan" ujar baginda dengan nada ramah "dan takkan kepalang tanggung pula, akan kusempurnakan anugerahku itu kepadamu. Dikala engkau berangkat menunaikan tugas, baiklah isterimu tinggal di keraton. Akan kutitahkan Nyi lurah dayang keraton untuk mengajarnya tata istiadat keraton. Agar kelak setelah engkau pulang dan kuserentakkan engkau sebagai priagung, isterimupun sudah dapat menyesuaikan diri dengan kedudukanmu" Kuda Lampeyan tertegun. Tak pernah ia menyangka akan hal itu. Ditatapnya wajah Rara Sindura dengan pandang menyelami pendapatnya. Rupanya Rara Sindura dapat menangkap isyarat pandang suaminya. Cepat ia berseru "Kakang, baiklah aku tinggal bersama paman mahapatih sajalah ..." "Kuda Lampeyan, mengapa isterimu tak selapang hati seperti engkau?" cepat baginda berseru "jarang orang yang mendapat anugerah seperti engkau. Aku tak mempunyai maksud lain kecuali hendak menyempurnakan cita-citamu mencapai kedudukan luhur dan pangkat yang tinggi!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesungguhnya Kuda Lampeyan menyetujui kehendak Rara Sindura. Tetapi demi mendengar sabda raja yang terakhir itu, goyahlah hatinya. Sejak kecil ia dikudang2 orang tuanya, agar kelak dapat menjadi nayaka kerajaan yang berpangkat tinggi. Dan kini kesempatan itu telah tiba. Ia tak mau kehilangan rembulan yang sudah jatuh di pangkuannya itu. Maka dibujuknyalah isterinya "Sindura, engkau wajib mempersembahkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas anugerah yang dilimpahkan baginda kepadamu. Lepaskanlah aku untuk menjenjang tangga kehidupan yang gemilang. Dan engkau tinggallah di keraton untuk mempelajari tata cara dan adat istiadat kehidupan keraton. Jer basuki mawa beya. Yang penting adalah kesetyaanmu kepadaku, Sindura ...." "Kakang ... " seru Rara Sindura tersekat. "Berdoalah kepada Dewata, Sindura, agar cita2 kita berhasil dan aku dapat membahagiakan engkau!" secepat Kuda Lampeyan menukas, ia terus berpaling menghadap kearah baginda "Gusti, hamba siap melakukan titah paduka" Demikian keesokan harinya, Kuda Lampeyanpun segera berangkat dengan sedomas spataka atau prajurit pengawal keraton, untuk melakukan tugas yang dibebankan baginda raja. Memeriksa keadaan pemerintahan dan rakyat pedesaanpedesaan diseluruh telatah Majapahit dan menyelidiki kesetyaan para penguasa daerah terhadap baginda Jayanagara. Perjalanan itu tentu memakan waktu berbulan bulan. Namun ia berangkat dengan hati terbuka. Pikirannya tak tercurah kepada keadaan isterinya yang ditinggal di dalam keraton, melainkan merekah lamunan indah akan pangkat dan kedudukan yang akan diterimanya kelak. Haripun berlalu pesat sekali. Sudah sepekan lamanya Rara Sindura tinggal dalam keraton. Tiap hari ia mendapat petunjuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dari nyi Lurah tentang tata cara dan adat istiadat keraton. Namun pikirannya tak tertuju pada hal itu melainkan pada diri suaminya. Ia lebih suka berada seorang diri untuk melamun dan berdoa. Ada dua buah hal yang tak kunjung dimengerti. Pertama, mengapa baginda sedemikian murah hati memberi anugerah yang luar biasa. Dan kedua, mengapa suaminya yang sebelum dan sesudah menikah begitu besar cintanya sehingga sekejabpun tak mau berpisah dengan dirinya. Tetapi kini dikala menghadapi anugerah pangkat dari baginda, telah silau dan rela meninggalkan isterinya seorang diri dalam keraton .... Malam itu bulan purnama raya. Karena mata tak mau dibawa tidur, Sindurapun keluar menghibur diri di taman yang sunyi tenang. Tengah ia melamun memandang rembulan, tiba2 ia terkejut karena melihat sesosok bayangan hitam yang merentang panjang disampingnya. Cepat ia berpaling tubuh dan ah, hampir saja ia menjerit kaget. "Gusti, mengapa paduka berkunjung kemari ?" serunya memberanikan diri. "Aku tak dapat tidur, membayang di kalbuku ...."



wong



ayu.



Wajahmu



selalu



Rara Sindura pucat, sahutnya gemetar "Duh, gusti, paduka seorang raja, hamba hanya wanita desa..." "Sejak pertama kali melihatmu, Sindura, hatiku sudah engkau renggut. Makan tak enak, tidur gelisah, duduk salah, berdiripun resah. Apakah engkau tak merasa betapa besar kasihku kepadamu, wong ayu? Ah, Sindura, cinta tak mengenal kawula dan gusti, raja dan wanita desa. Bagiku Sindura, engkau adalah permata hatiku, surya kehidupanku"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh, gusti, mohon gusti suka menyadari bahwa hamba ini wanita yang sudah bersuami ..." Jayanagara tertawa renyah "Ah, tak apa Sindura. Suamimu hanya orang biasa tetapi aku adalah raja sebuah kerajaan besar. Tidakkah engkau lebih berbahagia menjadi permaisuriku?" "Ampun, gusti, kebahagiaan seorang isteri itu bukan karena tinggi rendahnya pangkat suaminya, melainkan kesetyaan cintanya yang setuhu ...." "Ho, Sindura, betapa tipislah kecintaan suamimu yang lebih mementingkan pangkat, dibanding dengan keagungan cintaku yang hendak mempersunting engkau sebagai permaisuri..." Sindura terpukau. Pikirannya membubung keangkasa agar dapat menjangkau dimanakah gerangan suaminya saat itu. Tiba2 ia tersentak kaget ketika tubuhnya didekap orang dan telinganya dihembus bisik rayuan . . . "Sindura, belum pernah sepanjang hidup, hatiku mengidap asmara seperti kali ini. Dikala aku duduk, bibirmu merekah senyum madu. Disaat aku berdiri, wajahmu mengiwi-iwi. Waktu aku bersantap, engkau rebut hidanganku. Saat aku beradu, jari jemarimu mencubit"cubit pelapukku. Dan dikala http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ aku berjaga, wong ayu, engkau senantiasa berenjut-enjutan di bulu-mata ku . . . . “ 0oood-wooo0



Jilid 5



I ASMARA merupakan salah satu derita batin. Tetapipun merupakan bahana rasa bahagia dalam kalbu. Tiada derita http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang lebih menyiksa dariprda siksa asmara yang merana. Namun kebalikannya, pun tiada keindahan duniawi yang seindah cinta. Dari jeman purbakala sampai kini, Asmara lahir bersama dengan terciptanya manusia. Setua kelahiran manusia pertama. Namun tetap remaja sepanjang masa. Menyiksa tetapi dipuja senantiasa ..... Asmara adalah perpaduan dari seluruh getaran cita dan rasa. Dari getaran rasa halus jiwa dan pikiran, sampai pada deburan Nafsu alami yang bergolak-golak. Persenyawaan antara rasa halus dengan rasa gejolak nafsu itu, menyebabkan si pengidap asmara bagai terayun-ayun dalam gelombang yang pasang surut tiada menentu. Ada kalanya seperti dilontar menembus dirgantara, menyusup ke Nirwana lapis ketujuh. Sesaat serrasa dihempaskan pada batu karang tajam sehingga semangat dan jiwa hancur porak poranda bagai bingkai kaca terbanting pada batu. Sesaat seperti diangkat gelombang menjulang tinggi. Tak ubah seperti raksasa yang tengah mengunjuk keperkasaan murka ..... Asmara membuat orang bertingkah seribu satu ulah. Yang baik, yang jahat, yang rela, yang lembut, yang kasar, yang angkara, yang wajar dan yang gila. Dapat menyebabkan perasaan hati manusia gelap gulita, segelap orang buta berjalan dimalam yang pekat. Pun dapat membuat perasaan hati terang benderang, seterang orang berjalan disiang hari dengan bersuluh obor. Demikian dengan Jayanagara, raja Majapahit yang masih muda belia itu. Raja itu merasa seperti tenggelam dalam dasar laut Asmara yang airnya pahit2 madu. Raja yang sedang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dibuai jari jemari dewi Asmara yang sehalus beludru itu, benar2 telah kehilangan semangat dan kesadarannya. Tak ubah seperti Batara Kamajaya yang kehilangan Dewi Ratih sehingga merana di mayapada dan tak mau kembali ke kahyangan Cakrakembang. Jayanagara adalah raja yang kedua dari kerajaan Majapahit. Beliau dinobatkan dengan nama Abhiseka Isywara Sundarapan dyadewa, artinya yang dimuliakan seperti dewa tentang keberanian. Oleh kaum brahmana Syiwa, baginda diagungkan sebagai penjelmaan Wisnu. Dan oleh kaum agama Budha, didambakan sebagai Amogasidi. Raja yang masih muda itu duduk di tahta pada sebuah singgasana ratna. Dan memerintah sebuah kerajaan yang wilayahnya meliputi Sajawadwipamandala atau seluruh Jawadwipa dan sebelah timur pulau Madura sampai ke Kalimantan. Namun kewibawaan, keagungan, kekuasaan dan kekayaan yang sedemikian besarnya itu, hancur luluh bagai anai2 terpanggang api. Api pancaran dari wajah Rara Sindura yang gilang gemilang. Jayanagara sang raja diraja itu harus bersimpuh di hadapan si jelita, meratap dan merayu-rayu. Tak ubah seperti brahmana yang sedang duduk bersimpuh memohon berkah kepada Dewata .... Dahulu Ken Arok atau Sri Rajasa batara sang Amurwabumi, raja pertama dari kerajaan Singosari mencintai dan merebut Ken Dedes isteri dari Tunggul Ametung akuwu Tumapel. Adalah karena Ken Arok mengandung pamrih atau keinginan menjadi raja. Ketika itu Tunggul Ametung mengetahui bahwa isterinya mulai mengandung. Maka sang akuwu segera mengajak Ken http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dedes bercengkerama ke taman Boboji. Pada saat Ken Dedes turun dari kereta, tak terduga-duga anginpun jahil. Kain wanita itu tersingkap dan tersiaklah betisnya hingga tampak juga rahim kewanitaannya. Kebetulan pula saat itu Ken Arok berada di tempat itu. Dan secara kebetulan pula ia dapat melihat rahim Ken Dedes memancarkan cahaya yang menyala. Ken Arok terpukau. "Bapak Dang hyang, bagaimanakah sifat dari seorang wanita yang rahimnya memancarkan sinar?” ketika pulang Ken Arok menanyakan hal itu kepada ayah-angkatnya, brahmana Lohgawe. Ia menceritakan apa yang dilihatnya siang tadi di taman Boboji. Brahmana Lohgawe menerangkan bahwa wanita yang sedemikian itu disebut a r d a n a reswari. Barang siapa yang beruntung memperisterinya, tentu akan dapat menjadi raja. . Terdorong oleh keinginan menjadi raja itulah maka Ken Arok berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh Ken Dedes. Akhirnya ia berhasil membunuh Tunggul Ametung lalu mengawini Ken Dedes dan kemudian menjadi raja pertama dari kerajaan Singosari. Baginda Jayanagarapun menderita luka parah karena hatinya terpanah Asmara ketika melihat Rara Sindura bersama Kuda Lampeyan dibawa mahapatih Nambi menghadap di balai witana. Walaupun kedua raja itu sama2 jatuh cinta pada wanita yang sudah diperisteri orang namun berlainan sebab muabahnya dan berbeda pula tujuannya. Ken Arok tertegun karena melihat rahim Ken De-des memancarkan sinar. Jayanagara terpukau karena melihat kecantikan Rara Sindura yang menyala gilang gemilang. Ken http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Arok mencintai Ken Dedes karena terisi pengetahuan bahwa dengan mendapatkan wanita itu, kelak ia dapat menjadi raja. Jayanagara jatuh hati kepada Rara Sindura tanpa suatu pamrih kecuali hanya ingin mempersunting bunga cantik dari tanah perdikan Mandana. Ken Arok seorang pemuda dari kalangan rakyat yang ingin memperisteri seorang wanita, isteri seorang akuwu yang luhur kedudukannya. Jayanagara seorang raja diraja yang ingin memperisteri wanita desa yang menjadi isteri seorang pemuda biasa. Dilain fihak, pun terdapat perbedaan antara Ken Dedes dengan Rara Sindura. Jika Ken Dedes menyambut cinta Ken Arok walaupun tahu bahwa pemuda itu yang membunuh suaminya. Tetapi Rara Sindura menolak rayuan baginda Jayanagara walaupun tahu bahwa Jayanagara itu seorang raja yang jauh lebih luhur dan berkuasa dari suaminya. Ken Dedes, puteri dari mpu Purwa, seorang empu yang luhur budi dan tinggi akhlak. Namun ternyata puterinya masih kalah tinggi imannya dengan Rara Sindura, seorang gadis anak buyut tanah Mandana. Rara Sindura hendak menetapi keutamaan seorang wanita sejati. Walaupun ia dikasihi para dewata dengan berkah kecantikan yang gemilang, namun ia tak mau memanfaatkan kecantikannya itu untuk mencari kemanjaan kesenangan hidup. Ia tetap cinta setuhu kepada guru lakinya. Bagai dewi Anggraini yang menolak rayuan sang Arjuna yang jauh lebih cakap wajahnya dan lebih digdaya dari suaminya Palgunadi. Demikianpun Rara Sindura tak terkecuh hatinya dijenjang rayuan baginda Jayanagara yang lebih luhur dan berkuasa dari pada Kuda Lampeyan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikian keanehan mahluk ciptaan Hyang Widi Wisesa yang disebut wanita. Hatinya sukar diduga, pikirannya tak mudah diraba. Namun makhluk jenis lawannya, yalah kaum pria pun memiliki sifat2 yang aneh juga. Makin ditolak, makin nekad. Tetapi makin dirapat, makin menyelimpat. Semisal prabu Rahwanaraja yang pantang mundur ditolak dewi Shinta, demikianpun Jayanagara segan menyurut setapak karena ditolak Rara Sindura. Batara Kamajaya telah menciptakan senjata anak-panah dengan hikmah kesaktian yang mujijat. Maka barang siapa yang terkena panah sang Kamajaya itu tentu akan lumpuh daya kekuatan dan kesadaran pikirannya. Hilangnya kesadaran pikiran akan menimbulkan apa yang disebut 'hardaning tyas' yalah suatu kekuatan gaib atau pendorong perasaan yang nekad. Maka tak kuasa lagi baginda Jayanagara untuk mengekang perasaan hatinya. Serta merta didekapnya sang jelita Rara Sindura dan dihembusnya dengari bahana isi kalbunya ....... Saat itu menggigillah Rara Sindura. Buluromanya meregang tegang, peluh dinginpun berhamburan memandikan tubuhnya. Seumur hidup belum pernah tubuhnya dijamah lain lelaki kecuali suaminya. Rasa kejut dan seram yang menjalari perasaan hatinya, membuat tubuhnya terdiam seperti sebuah patung. "Sindura, wong ayu, jangan bimbang, usah takut. Mari kujenjang engkau ke puncak kehidupan yang mukti wibawa. Akan kugenangi dirimu dengan lautan kasih, kumanjakan engkau dalam kemuliaan dan kusanjungmu dalam limpahan kebahagiaan. ..." bisik baginda Jayanagara pula.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ucapan baginda itu menghentakkan perasaan Sindura dari cengkaman pesona. Serentak tersadarlah ia apa yang sedang terjadi pada dirinya, saat itu "Duh, gusti junjungan hamba" serunya dengan dada berombak keras karena menahan gejolak debur jantungnya "ingatlah gusti, paduka seorang raja gung binatara dan hamba seorang wanita desa yang sudah bersuami. Bukankah hamba akan dikutuk oleh seluruh kawula Majapahit apabila hamba menerima keinginan paduka ?" "Ho, siapakah yang berani menghinamu, Sindura? Mereka tentu akan kujatuhi hukuman tumpas kelor! Seluruh keluarganya dibunuh semua" ucap baginda "dan rnengapa mereka mengutukmu ? " Sambil menggeliat untuk melepaskan diri dari dekapan tangan baginda, Rara Sindura menjawab "Mereka tentu akan mengutuk hamba sebagai seorang wanita nista, menghianati suami ... " "Ah, mereka hanya mengiri atas rejekimu yang besar itu" tukas baginda "Sindura, apa salahnya seorang wanita memilih tempat yang sesuai bagi tempat peneduh kehidupannya? Oh, Sindura, engkau bagai sekuntum bunga teratai yang indah suci. Bukan di paya atau di rawa2 tempat tumbuhmu melainkan seharusnya engkau tumbuh megah menjadi penghias dalam kolam taman sari keraton. Lihatlah Sindura, bukankah taman sari ini penuh dengan aneka warna bunga? Tetapi wong ayu, bunga2 itu tampak suram dan menunduk ketika engkau berkunjung kemari ... " "Duh gusti, hambapun tentu akan dicerca orang sebagai wanita yang menghancurkan kewibawaan kerajaan Majapahit!" "Mengapa?" Jayanagara kerutkan dahi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hamba seorang wanita yang sudah bersuami dan berasal dari anak seorang buyut desa. Bila hamba duduk bersanding di samping paduka, tentulah paduka akan dicemoh para narapraja dan kawula. Dengan demikian kewibawaan kerajaan tentu akan merosot " "Heh, heh" baginda tertawa mengekeh "aku adalah yang dipertuan dari kerajaan Majapahit Dan aku berkuasa penuh, dapat menentukan hitam putihnya nasib seseorang. Barang siapa berani menentang perintahku dan menghina kewibawaan kerajaan, tentu kuhukum mati. Sudahlah, Sindura, jangan mencemaskan hal itu. Aku yang bertanggung jawab semuanya. Yang kuminta darimu, Sindura, hanyalah pernyataanmu. Bahwa engkau bersedia menjadi permaisuriku. .Dan hal itu bukan merosotkan kewibawaan kerajaan tetapi kebalikannya bahkan akan menambah gemilang pamor tahta kerajaan. Tetapi jika engkau menolak, barulah engkau benar2 merosotkan kewibawaan kerajaan !" Rara Sindura kerutkan alisnya yang melengkung bak bulan tanggal satu "Mohon paduka suka memberi keterangan, mengapa hamba akan dikata begitu " Jayanagara tertawa cerah "Karena hatiku tentu tersiksa, pikiranku kacau dan tampuk pimpinan pemerintahan tentu menderita kekalutan. Dan akibatnya kewibawaan kerajaan tentu merosot. Maka janganlah engkau biarkan aku bertepuk sebelah tangan " Rara Sindura tertegun. Ia benar2 kewalahan menghadapi raja yang sudah dimabuk kepayang asmara itu. Diam2 ia menyesali nasibnya, mengapa ia dikaruniai wajah yang cantik. Tak pernah ia menyangka bahwa kecantikannya itu akan membawa kesulitan pada dirinya. Dahulu semasa ia menjenjang masa remaja puteri, ia merasa bangga dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bahagia pada dirinya. Setiap bibir tentu akan menghambur sanjung pujian atas kecantikannya. Dicintai oleh kedua ibu bapak dan disanjung seluruh rakyat Mandana sebagai kembangnya tanah perdikan itu. Dan sejak ia menginjak masa remaja itu, mulailah timbul beberapa peristiwa. Walaupun peristiwa2 itu tak langsung menimbulkan kesulitan kepada dirinya tetapi cukup buat perasaan hati tak enak dan tak tenang. Laksana kawanan kumbang mengerumuni kuntum bunga yang tengah mekar, maka banyaklah pemuda2 di tanah Mandana bahkan dari luar daerah, yang berlomba-lomba untuk merebut hati Sindura. Bahkan perlombaan itu sering meningkat pada persaingan dan diakhiri dengan perkela-hian. Dan kini setelah ia dipersunting oleh Kuda Lampeyan, peristiwa tak sedap itu timbul pula. Bahkan lebih meningkat menjadi suatu kesulitan yang berbahaya. Ka-rena yang mengganggunya saat itu, bukanlah kaum muda tanah Mandana atau desa2 lainnya, tetapi baginda Jayanagara, raja yang menguasai negara Majapahit. Kini baru ia menyadari benar2 bahwa kecantikannya itu bukan merupakan suatu berkah tetapi lebih ba-nyak merupakan kesulitan. Dan mulailah rasa kebanggaan atas kecantikannya itu berganti dengan keluhan. "Sindura, mengapa engkau diam saja ? Apakah engkau masih bersangsi, takut dan cemas? " tiba2 baginda menegur. Sindura tersentak dari pengembaraannya kealam kenangan masa lampau. Ia menyadari bahwa saat itu ia berhadapan dengan seorang raja yang tiada terbatas wewenangnya. Maka ia harus berhati2 menghadapinya. Sekali salah ucap, tentu akan menimbulkan kemurkaan baginda. Iapun menyadari pula, bahwa sia2 jualah ia akan menolak kehendak raja itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun untuk menerimanya, iapun tak mau dan lebih baik mati. Mati membela kesucian martabat sebagai wanita utama adalah kematian yang luhur. Dan iapun bersedia untuk menghadapi kematian sedemikian itu. Sebelum mati berpantang ajal, sudah merupakan kodrat hidup dari mahluk manusia sampai pada bangsa khewan. Demikian dengan Sindura. Ia segera menetapkan langkah. Ia harus berdaya sedapat mungkin untuk menghindari desakan baginda, tanpa membangkitkan kemurkaan raja itu. Namun kalau gagal, keputusan yang terakhir hanyalah dengan cara ' suduk selira ' atau bunuh diri. Cepat Sindura memperoleh rencana yang akan digunakan untuk menghadap raja Jayanagara. Ujarnya. beriba "Duh, gusti, persoalan ini memang amat menekan batin hamba. Pertama, hamba masih seorang mempelai baru. Kehangatan kasih dari suami hamba itu masih melekat pada tulang sunsum hamba .... " "Huk huk ..." tiba2 Jayanagara batuk2 sehingga kata2 Sindura terhenti. Lalu terdengar baginda meneguk air liurnya. Rupanya baginda tersinggung mendengar ucapan sijelita. Hati baginda serasa merintih-rintih, mengiri akan kebahagiaan yang telah dikenyam Kuda Lampeyan. "Dan kedua" Sindura melanjutkan pula "hamba benar2 amat terkejut sekali menerima ucapan baginda tadi. Rasa kejut itu seperti gempa yang menggoncangkan bumi kalbu hamba. Hamba bingung gusti, benar-benar bingung dan kesima seperti orang buta yang' mendadak dapat melihat sinar matahari "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jayanagara tertawa "Ah, mengapa sibuta harus bingung, Sindura ? Batara Surya adalah pembawa sinar berkah kehidupan .... " "Belum tentu, gusti" bantah Sindura "apabila ia tetap berada dalam kegelapan buta mata, mungkin hatinya tenang dan tenteram. Tetapi setelah ia dapat melihat surya, ia akan melihat dan menikmati segala benda di dunia. Justeru penglihatan dan kenikmatan itu akan menimbulkan rasa Keinginan dalam hatinya. Keinginan itulah yang akan membuat pikirannya gelisah, hati tak tentram. Bukankah ubah-usiknya kehiduprn manusia itu bersumber pada dorongan rasa Keinginannya? " Jayanagara berdeham beberapa kali "Eh. eh, tak kira kalau orang secantik engkau ini dapat juga menguraikan falsafah hidup yang bernilai. Memang apa yang engkau katakan itu, benar sekali. Tetapi apakah jadi-nya kita manusia ini, apabila hidup tanpa Keinginan? " "Benar Gusti memang manusia hidup tentu memiliki Keinginan. Hanya saja Keinginan itu terbagi dua jenis, Keinginan yang baik dan Keinginan yang buruk" "Ho, engkau menyindir aku, wong ayu" Rara Sindura tersipu-sipu menyembah "Duh gusti, sama sekali hamba tak bermaksud dan tak berani menyinggung, keagungan paduka. Paduka raja junjungan seluruh kawula Majapahit dan hamba hanya seorang wanita desa ". "Jangan mengatakan hal itu lagi, Sindura" seru baginda "akupun takkan marah walaupun andaikata engkau menyindir diriku. Sekalipun engkau menyangkal, tetapi aku dapat membaca isi hatimu. Bukankah engkau hendak menggolongkan bahwa keinginanku mengambil dirimu sebagai permaisuri itu, sebagai Keinginan yang buruk? " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh, gusti, mohon paduka sudi mengampuni kesalahan hamba ... " "Tetapi, Sindura" kata baginda tanpa menghiraukan pernyataan Sindura "buruk dan baik itu tergantung pada penafsiran masing2. Engkau mengatakan keinginanku itu buruk tetapi kuanggap keinginanku itu baik " "Gusti" kata Sindura memberanikan diri. Ia menyadari bahwa percakapan saat itu penting sekali artinya maka ia harus berusaha untuk menundukkan atau sekurang-kurangnya mengendapkan maksud Jayanagara terhadap dirinya "Buruk dan baik memang tergantung pada penilaian masing2 orang. Tetapi penilaian yang tepat, harus berpijak pada Keadilan dan Kebenaran " "Eh, Sindura, bukankah Keinginanku hendak mempersunting dirimu itu, bertujuan untuk membahagiakan engkau? Burukkah keinginan itu? " "Duh gusti yang hamba muliakan" kata Sindura "semisal yang hamba katakan tadi, belum tentu sibuta akan bahagia hidupnya setelah ia dapat melihat dan menikmati sinar matahari itu. Demikian pula halnya dengan diri hamba. Hamba kuatir diri hamba yang hina ini akan silau dengan kedudukan yang setinggi langit itu sehingga hati hamba akan di-koyak2 oleh rasa Keinginan yang berkemanjaan " "Itu hanya rasa kekuatiran dalam hatimu, Sindura" jawab baginda "dan rasa kuatir itu belum cukup mencermin kan Kenyataannya. Belum tentu sibuta yang engkau katakan itu akan menderita. Itu hanya suatu kemungkinan. Padahal yang dikata Kemungkinan itu bukanlah hanya satu, tetapi ada beberapa. Maka kalau sibuta mungkin menderita, tentulah dia juga mungkin bahagia. Demikian pula dengan dirimu. Kalau engkau kuatir mungkin akan silau pada kedudukan tinggi dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tersiksa oleh rasa keinginan, bukankah ada kemung-kinan juga engkau akan bahagia pada kedudukan tinggi itu d.m mengenyam kenikmatan dari keinginanmu? Di-amani kedua kemungkinan itu, aku dapat memastikan bahwa kemungkinan yang kedua itu yang lebih benar. Karena apa? Karena engkau pasti akan kuajak hidup mukti wibawa. Apapun yang engkau pinta, pasti akan kuwujutkan. Asal jangan meminta bintang dan rembulan saja " Sindura benar2 keputusan kata2 menghadapi baginda Jayanagara, Sejenak merenung, berkata pula ia dengan nada tersekat "Tetapi baginda . . . hamba benar2 bingung dan terkejut.... "Lalu maksudmu? " "Bila paduka berkenan, hamba mohon paduka suka memberi waktu bagi hamba untuk memikirkan persoalan ini dengan tenang " "Eh, engkau hendak minta waktu berpikir? " "Benar, gusti. Apabila hamba ini masih gadis, tentu saat ini juga hamba dapat memberi keputusan. Tetapi diri hamba ini seorang wanita-pelarangan, wanita yang sudah bersuami. Maka hamba mohon waktu untuk memikirkan hal itu semasakmasaknya agar segala tindakan hamba nanti, takkan menodai keluhuran paduka " "Ah, Sindura, Sindura" desah baginda "mengapa engkau perlu menyiksa pikiranmu sedemikian rupa? Sudah kukatakan, engkau cukup mengatakan sepatah kata kesediaan dan segala apa akulah yang bertanggung jawab " "Baginda” Sindura cepat menanggapi "dalam hal perjodohan, bukanlah semudah orang membeli palapa. Karena dalam perjodohan itu, bukan rupa bukan harta yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mene.itukai, tetapi kecocokan hati yang menjadi syarat utama .... " "Aku sudah cocok. Bahkan kecocokan hatiku kepadamu, wong ayu, semisal bengawan Brantas yang meluap jauh ke laut " Sesungguhnya Rara Sindura mengkal sekali terhadap raja yang benar2 sudah kalap. Namun ia tak berani menyatakan perasaannya kecuali menangis dalam hati. "Duh, gusti, perjodohan adalah terangkapnya sepasang pria dan wanita. Dua insan yang bersedia mempersenyawakan dua raga dalam satu jiwa, dua jiwa dalam satu raga. Oleh karena itu maka perpaduan itu ha-rus terjadi pada kedua belah fihak .... " "Eh, apakah engkau tak setuju, Sindura? Apakah yang kurang padaku ? " "Duh, gusti, paduka seorang raja gung binatara yang dikasihi dewata. Tiada yang kekurangan pada paduka. Tetapi telah hamba haturkan tadi, bahwa perjodohan itu bukan atas dasar rupa dan harta melainkan kecocokan hati " "Apakah engkau tak cocok padaku, wong ayu? " "Justeru itu, gusti, maka hamba mohon waktu untuk berpikir. Agar hamba benar2 yakin atas keputusan hamba " "Bagaimana andaikata tak kukabulkan permohonanmu itu ?" tanya Jayanagara. Saat itu bagi Sindura amat penting sekali artinya. Saat yang akan menentukan nasibnya. Maka tanpa ragu lagi, berserulah ia "Hamba rela kehilangan jiwa ..... " Jayanagara terkesiap. Setitikpun ia tak menyangka bahwa Sindura memiliki tekad yang sedemikian. Diam2 ia, kagum http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ atas keperibadian wanita ayu itu. Ia menyadari, jika ia memaksa, Sindura pasti akan melaksanakan pernyataannya. Dan hal itu berarti suatu kerugian baginya. Pikirnya iebih lanjut "Ah, masakan dia akan dapat lolos dari tanganku. Walaupun aku seorang raja yang berkuasa, namun aku harus menunjukkan suatu tindakan yang benar2 dapat mengambil hatinya " "Beberapa lama waktu yang engkau kehendaki untuk berpikir itu ?" tanyanya sesaat kemudian. "Tiap hari Brehaspasti hamba akan berpuasa memohon petunjuk kepada dewata. Tujuh kali hari Brehaspati hamba akan berpuasa dan setelah itu baru hamba dapat memberi keputusan " "Aduhai, Sindura !" teriak Jayanagara terkejut "betapa lama waktu yang engkau minta itu! Tujuh kali hari Brehaspati berarti empat puluh sembilan hari atau satu setengah candra lebih empat hari. Duh, duh, mungkin Jayanagara akan menjadi kerangka hidup pada saat itu. Bagiku, sehari kurasakan seperti setahun lamanya. Empatpuluh sembilan hari sama dengan empat puluh sembilan tahun. Ah, pada saat itu aku tentu sudah menjadi seorang kakek yang pikun. Jangan Sindura,jangan begitu lama ! " "Habis bulan Caitra, pada awal bulan Wesaka, gusti " "Ah, saat ini baru tanggal lima suklapaksa bulan Caitra, masih kurang duapuluh lima hari. Terlalu lama, Sindura, masih terlalu lama bagiku" seru Jayanagara. Sindura menenung sesaat lalu berkata "Setelah tanggal limbelas suklapaksa dan tanggal satu kresnapaksa, gusti " Suklapaksa dan Kresnapaksa adalah cara hitungan tanggal raja jaman M;japahit. Tiap bulan tanggal satu sampai dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tanggal limabelas disebut Suklapaksa. Tanggal enambelas sampai tigapuluh dikebut Kresnapai tigapuluh disebut Kresnapaksa. Tanggal satu pada jeman itu orang menyebut tanggal satu Suklapaksa. Sedang tanggal enambelas, dikatakan tanggal satu Kresnapaksa. Tanggal tigapuluh disebut tanggal limabelas Kresnapaksa. Sedang bulan dalam setahun tetap dibagi duabelas bulan dengan urutan nama : Ceitra, Wesaka, Yestha, Asadha, Srawana, Bdadra, Asuyi, Kartika, Magasyira, Posya, Magha, Phalguna. "Itu berarti sepuluh hari lagi aku harus menunggu. A h, aku tak tahan, wong ayu.... " "Sesaptawara, gusti " "Amboi, tujuh hari berarti tujuh tahun bagiku, Sindura. Mungkin tubuhku bersusut kurus " Sindura mendongkol sekali. Namun terpaksa ia menekan perasaannya. Masakan meminta waktu berpikir dalam satu saptawara atau seminggu saja, baginda Jayanagara tetap enggan meluluskan. "Gusti, hamba mohon waktu sepancawara saja "serunya. "Lima hari cukup panjang, Sindura. Mungkin kepalaku akan menderita gempa akibat urat syarafku melingkar-lingkar seperti hendak meletus. Ingat Sindura, penantian jawabanmu itu bagiku sehari laksana setahun lamanya " Rara Sindura mendesuh di mulut, geram di hati. Ia hampir putus asa menghadapi raja yang sudah dimabuk kepayang itu. Namun iapun harus mempunyai pendirian yang teguh. Betapapun halnya, ia harus minta waktu. Jika ditolak, ia harus berani mempertaruhkan nyawanya..... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh gusti, untuk yang terakhir hamba hendak mohon agar paduka suka memberi waktu berpikir kepada hamba " "Berapa lama engkau hendak minta lagi? " "Triwara, gusti" kata Sindura. Akhirnya ia menuntut waktu sebanyak triwara atau tiga hari. Kali ini baginda Jayanagara tertegun dan tak memberi sanggahan suatu apa. Menilik Sindura kali ini nada suara Sindura memancarkan kemantapan hatinya yang bulat, pula mengingat bahwa waktu tiga hari itu tidak lama, akhirnya mau juga baginda mengalah "Baiklah, kali ini aku bersedia memberimu kelonggaran. Bilakah engkau dapat memberi jawaban itu ? " "Malam ini adalah hari Aditya putih, maka triwara yang hamba pinta itu dimulai besuk pagi hari Soraa merah lalu Anggara kuning dan kemudian Buddha hitam. Jawaban hamba akan hamba haturkan pada hari Brehaspati pancawarna, gusti" Pada jeman itu Saptawara atau ketujuh hari dalam seminggu, dinimakan Aditya (Ahad), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buddha (Rabu), Brehaspati (Kamis), Sukra (Jum'at) dan Sanaisara (Sabtu). Sedang Pancawara atau kelima hari pasaran, disebut: Merah (pahing), Kuning (pon), Hitam (wage), Pancawarna (kliwon) dan. Putih (legi). Maka hari Buddha hitam yang disebut Sindura itu berarti Rebo wage. "Mengapa tidak dihitung mulai malam ini dan berakhir pada hari Anggara kuning. Lalu hari Buddha hitam engkau sudah dapat memberi keputusan! Mengapa harus pada hari Brehaspati, Sindura ?" masih baginda Jayanagara hendak menawar. Rupanya terpaut satu hari saja, dirasakan berat dalam hati raja itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak, gusti" seru Rara Sindura dengan tegas "mengapa hamba menentukan hari Brehaspati panca-warna hamba sudah dapat menghaturkan jawaban, adalah karena pada hari Buddha hitam pada waktu malam itu adalah saat para dewadewa mengadakan permusyawarahan. Dan pada saat itulah hamba akan memanjat-kan doa kepada para dewa itu agar melimpahkan petunjuk kepada hamba " "O" desus baginda pengetahuan itu ? "



"dari



mana engkau



memperoleh



Rara Sindura menyembah "Dahulu ketika hamba masih seorang gadis kecil, ayah hamba telah mengundang seorang brahmana untuk mengajar hamba ilmu sastera dan pengetahuan2 yang berguna. Brahmana guru hamba itulah yang mengajarkan pengetahuan tentang hari Saptawara dan Pancawara serta maknanya " "O" baginda hanya mengangguk-angguk, lalu serunya pula "Sindura, jangan lupa, sebutkanlah dalam doamu kepada para dewa itu, bahwa yang hendak mempersunting dirimu itu adalah Jayanagara. Mohon para dewa berkenan merestui” "Semoga, gusti" kata Sindura, kemudian menyimpuhkan sepasang tangannya menyembah "ampun gusti. Karena malam sudah larut, hamba hendak mohon diri kembali kebilik hamba. Dan hamba pun mohon agar gusti juga berkenan masuk ketempat peraduan dalam keraton agar kesehatan paduka tak terganggu” Ucapan Sindura yang terakhir itu benar2 seperti membetot hati baginda. Raja itu tertawa girang “Baik, wong ayu, tidurlah engkau agar jangan terkena angin malam yang dingin. Dan akupun akan kembali ke dalam keraton”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Terima kasih, gusti "Rara Sindura kembali ber-datang sembah lalu berbangkit dan ayunkan langkahnya. "Sindura!" baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba Sindura terkejut mendengar seruan baginda. Ia berhenti dan berpaling menghadap ke arah baginda. "Kita nanti jumpa lagi dalam impian ... “ Rara Sindura menggeram dalam hati. Ia tak mau menyahut melainkan menyembah selaku jawaban lalu berputar tubuh dan lanjutkan langkah. Ia merasa baginda raja masih tegak berdiri di tempatnya. Rupanya ba-ginda itu masih enggan lepaskan pandang matanya untuk mengantar kepergiannya. Beberapa saat mudian ia mendengar baginda menghela napas panjang dan berkata seorang diri. Tetapi tak kedengaran apa yang dicakapkan raja itu. Ia deraskan langkah, agar cepat terhindar dari pandang baginda. Tetapi rasanya sang kaki amat sarat dibawa jalan. Tiba2 setiup angin berhembus kencang. Di cakrawala bermunculan gumpal2 mega putih tercampur. awan hitam. Bagaikan selaksa barisan berkuda menyerbu musuh, gumpal2 awan itu berpacu deras kearah rembulan. Dan pada lain kejab, rembulanpun teraling lapisan tabir hitam. Cahayanya yang putih mengkilap laksana perak, pun ikut lenyap. Dan taman saripun meremang gelap. Diam2 Sindura bersyukur kepada awan yang telah menolong mengalingi dirinya dari sasaran pandang baginda. Cepat ia menyelinap masuk ke dalam gedung tempat yang diperuntukkan untuknya selama tinggal dalam keraton, la hempaskan tubuhnya ke atas pembaringan dan menangis.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Oh, kakang Lampeyan" sedunya mengisak "mengapa engkau sampai hati meninggalkan isterimu dalam keraton? Apakah engkau tak tahu siapa raja Jayanagara itu ? Atau memang engkau lebih berat pangkat dan kedudukan daripada isterimu? Duh pukulun yang maha agung, tolonglah hamba dari keadaan bahaya ini ... ." Demikian ia menangis dan meratap. Memohon pertolongan kepada Dewata dan siapa saja yang ia anggap dapat memberi pertolongan. Akhirnya ia berhenti menangis lalu menghampiri jendela. Direntangnya daun jendela. Ternyata diluar halaman, rembulan sudah memancar sinar gemilang lagi. Namun ia tak mempunyai selera sama sekali untuk menikmati bulan purnama malam itu. Hatinya gundah kelana, resah gelisah. Tiba2 ia tersentak kaget dari kepukauan karena mukanya tertampar setiup angin malam yang dingin. Serentak timbullah secercah harapan. Dan mulailah bibirnya merekah meluncurkan kata2 yang bergetaran nada2 rawan. "Duhai, pawana Bayuputera, engkau melanglang buana, menjelajah pura, menyusup desa. Engkau tentu tahu dimana suamiku Kuda Lampeyan saat ini berada. Bawalah hamba duh batara Bayu ketempat suami hamba .. . atau berilah hamba http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ azimat agar dapat terbang melanglang buana, mencari suami hamba .... " Anginpun menyerbak.



berhembus.



Bunga2



bergetar.



Bau



harum



"Duh, angin perkasa, apabila engkau berkeberatan atas permohonanku itu, tolong sampaikan saja pesanku ini kepada suamiku Kuda Lampeyan . . . Bahwa saat ini isterinya yang berada dalam keraton sini, se-dang terancam kesuciannya. Duhai, pawana langlang buana, tolonglah . . . tolong sampaikan pesanku itu kepadanya ... " Tiba2 raja rembulan meredup tersalut gumpal2 kabut awan yang tipis. Anginpun berhenti berhembus. Sunyi senyap di seluruh penjuru alam. Alam seolah-olah ikut bela sungkawa atas kesedihan Rara Sindura. Tiba2 angin berhembus lembut semilir. Dan dalam keadaan sadar tak sadar, sayup2 telinga Sindura seperti terngiang suara bisik2 halus "Sindura, apa guna engkau merintih ratap kepada suamimu yang tiada menentu beradanya itu. Apa yang engkau hadapi dan bakal menimpah dirimu itu, suatu kenyataan yang berbahaya. Tiada manusia yang sanggup menolong kesusahanmu itu kecuali dirimu peribadi. Berusahalah Sindura untuk mencari daya upaya. Mintalah pertolongan kepada orang yang benar2 dapat menolongmu. Bukan seperti suamimu yang tiada engkau ketahui tempatnya .." Rara Sindura tersentak dari lamunannya. Ia me-mandang keseluruh penjuru namun tiada dilihatnya ba-rang seorang manusiapun juga. Lalu siapakah yang membisiki telinganya tadi? Ia termenung dan mengunyah bisikan halus tadi. Ah, memang benar.Yang penting bukan bersedih dan melamun tetapi harus mencari akal mengatasi penderitaannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ o***dw***o



II RARA SINDURA baru terlena pada saat ayam2 hutan yang dipelihara di Mandapa keraton, berkokok sahut-sahutan. Selama tinggal di keraton, Rara Sindura telah dilayani oleh lima orang dayang, yani nyai Sagopa, Cempaka, Wuni, Mandira dan nyai Badra. Kelima dayang itu masing2 mempunyai tugas berlainan dalam melayani Sindura. Nyai Sagopa yang melayani busana, nyai Cempaka hidangan, nyai Wuni mengurus soal berhias dan kedua dayang Mandira dan Badra yang mengiringkan barang kemana sicantik pergi. "Ah, semalam den ayu tentu tidur larut malam sehingga tak sari-sarinya bangun begini siang" kata nyai Sagopa ketika mempersiapkan busana untuk Rara Sindura. "Benar, nyai, semalam aku memang tak dapat tidur” "Mengapa?” "Ah, tak apa2 hanya mataku tak mau kubawa tidur” “Ah, den ayu tentu memikirkan apa2” Diantara kelima dayang itu, nyai Sagopalah yang paling tua umurnya. Seorang dayang yang ramah dan halus tutur bahasanya. Sindura memiliki kesan baik terhadap dayang setengah tua itu “Ya, benar, nyai. Hatiku resah” "O, den ayu tentu terkenang memikirkan suami den ayu yang sedang melawat jauh sekali. Tetapi dia sedang menjalankan tugas sang prabu, tak perlu kiranya den ayu menyiksa diri memikirkannya. Kelak kalau kembali ke pura, baginda tentu akan menganugerahi pangkat yang tinggi" nyai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sagopa berusaha menghibur. Lalu mempersilahkan si jelita berganti busana yang telah disediakan. Memandang kearah seperangkat pakaian warna merah muda yang indah itu, tiba2 Sindura kerutkan sepasang alis “Tidak nyai Sagopa, aku tak suka pada pakaian itu” "Eh, apakah den ayu ingin baju yang warna hijau pupus. Ah, den ayu tentu akan tampak bertambah cantik apabila mengenakan pakaian warna itu” Namun Sindura tetap menolak. Walaupun nyai da-yang itu menawarkan beberapa warna pakaian yang disediakan untuk Sindura, namun wanita cantik itu tetap menolak. "Ah, kalau den ayu tak mau, hambalah yang bakal menerima kemurkaan baginda” "Mengapa?” "Karena sejak den ayu tinggal dalam keraton, baginda khusus menitahkan supaya menyediakan pakaian yang indah2 untuk den ayu” Rara Sindura menghela napas "Ah, nyai, simpan sajalah semua pakaian indah itu. Apabila baginda memurkaimu, katakanlah bahwa aku sendiri yang menolak karena tak suka mengenakan pakaian seindah itu” "Lalu apakah den ayu tak salin busana?” "Mudah, nyai, tak usah engkau pikirkan" jawab Sindura “aku akan tetap memakai pakaianku sendiri” "Baginda tentu murka, den ayu” "Terserah nyai" jawab Sindura “sesuai dengan hatiku, aku takkan terkecuh pada semua pakaian yang indah” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh, rara ayu, kalau tuan berkeras demikian berarti tak menghendaki Sagopa melayani di sini” "Mengapa? " Sindura mengeriputkan dahi. “Baginda tentu murka dan mengganti hamba dengan lain orang " "O" desis Sindura. Ia merenung dan dapat me-ngerti kecemasan dayang setengah tua itu. Akhirnya ia berkata “Baiklah, nyai, aku mau berganti pakaian itu tetapi pakaianku, tetap akan kupakai di sebelah dalam” Nyai Sagopa gelengkan kepala. Namun ia terpaksa tak dapat berbuat apa2. Setelah nyai Sagopa keluar maka masuklah nyai Cempaka dengan membawa alat2 rias. Tetapi Sindura cepat menyambutnya “Taruhlah disitu nyai, aku nanti dapat berhias sendiri” Nyai Cempaka terpaksa melakukan perintah dan terus melangkah keluar. Sepengunyah sirih lamanya ma-ka masuklah nyai Wuni dengan membawa sebuah bokor berlapis emas, penuh dengan hidangan dan minuman. Setelah meletakkan di meja, iapun mempersalahkan Sindura dahar. "Tidak nyai " Sindura gelengkan kepala “pagi ini aku tak mempunyai selera makan. Bawalah kembali makanan itu” Nyai Wuni terkesiap. Dicurinya sebuah pandang ke wajah wanita cantik itu. Dilihatnya kelopak mata Sindura itu agak membenjul. Dibawah pelapuknya berlipat lekukan memanjang. Dayang itu makin terkejut. Jelas Sindura tentu habis menangis semalam. Sejenak mere-nung tahulah dayang itu apa yang mungkin dirasakan jelita itu “Den ayu, baiklah dahar sedikit2 untuk menjaga kesehatan” “Tidak, nyai, mulai hari ini aku berpuasa” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ih" desis nyai Wuni terkejut "mengapa den ayu ?" dayang itu tiba2 menghampiri kedekat Sindura lalu berkata dengan berbisik "Den ayu, apakah hamba dapat menolong kesulitan den ayu?” Rara Sindura memandang dayang itu dengan pan-dang menyelidik. Namun tiada sesuatu yang ia ketemukan pada diri dayang itu. "Den ayu ...” kembali nyai Wuni berbisik makin lirih “gusti mahapatih Nambi menugaskan hamba untuk menjaga den ayu. Apabila perlu sesuatu, hamba dapat menyampaikan kepada gusti mahapatih” Rara Sindura terkejut "Jadi engkau ...” "Pelahan sedikit den ayu" cepat nyai Wuni menukas "dinding dan lantai di istana sini, berhias telinga dan mulut. Hendaknya kita berhati-hati. Ya, den ayu, gusti mahapatih Nambilah yang menarahkan hamba di sini. Beliau tahu bahwa den ayu pasti akan mendapat kesulitan” Diam2 Sindura bergirang dalam hati. Nyata paman dari suaminya itu tak berpeluk tangan membiarkan ia dalam lingkungan bahaya. Sekalipun begitu, Sindura tetap tak mau lekas2 percaya. Ia harus mengekang perasaannya dan menyelidiki dayang itu lebih lanjut "Nyai, dengan cara bagaimana engkau hendak menghubungi paman rakryan Nambi ?” “Begini, den ayu" kata nyai Wuni yang dapat menduga akan kesangsian Sindura terhadap dirinya “adakah gusti mahapatih tak pernah menuturkan tentang keadaan keraton Majapahit sini?” "Tidak, nyai” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan bisik2 dayang itu segera menuturkan tentang keadaan keraton Majapahit yang penuh gejolak dan pertentangan. Masing2 fihak yang mempunyai kepentingan dan tujuan terhadap Majapahit, yang buruk maupun baik, menanam orang dalam lingkungan keraton. Rara Sindura mendengarkan dengan penuh perhatian. Ia tak sangka bahwa ia terbenam dalam tempat yang penuh gelombang pertentangan, tempat yang menjadi kedung buaya, ular dan harimau yang setiap saat akan terkammenerkam. Setelah mendapat gambaran keadaan, kemudian Sindura. mengulang pertanyaan pula, cara yang akan ditempuh dayang itu untuk meng-hubungi mahapatih. "Gusti mahapatih telah menugaskan beberapa anggauta bhayangkara keraton untuk mengawasi tindakan baginda. Melalui dialah, pesan den ayu akan hamba sampaikan kepada gusti mahapatih” "O" Rara Sindura mendesis lirih. Betapa besar keinginannya untuk segera mengirim berita kepada mahapatih Nambi, namun Sindura menyadari betapa berbahaya tindakan itu. Sekali tertangkap, bukan saja dayang dan bhayangkara itu akan dihukum, pun rakryan Nambi akan tersangkut pula. Maka bertanyalah Rara Sindura untuk memperoleh kepastian" Nyai Wuni, siapakah nama dari bhayangkara yang ditugaskan paman rakryan Nambi itu?” "Kebo Lembana, den....." bisik dayang itu "seorang bhayangkara yang bertubuh tinggi besar dan berkepandaian tinggi. Dia sebenarnya ditugaskan di puri keputrian. Maka hamba harus ke sana menjumpainya” Menilik pernyataan Nyai Wuni yang begitu tegas dan lancar, berkuranglah kecurigaan Rara Sindura kepadanya "Nyai, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adakah nyai Sagopa, Cempaka. Mandira dan Badra itu juga menjadi kawanmu yang ditugaskan paman mahapatih?” Dayang itu gelengkan kepala "Tidak, den ayu, hamba hanya bekerja seorang diri. Walaupun mereka berempat merupakan rekan2 dayang tetapi mereka tak tahu tentang tugas rahasia yang hamba sandang ....” "Mungkin mereka juga bekerja untuk lain fihak, nyai " selutuk Rata Sindura. "Benar, den ayu" sambut nyai Wuni "hamba menduga begitu tetapi sampai saat ini belum mengetahui jelas keadaan mereka. Yang terang, kalau mereka benar bekerja untuk fihak luar, tentu bukan untuk gusti mahapatih. Oleh karena itu hamba mohon agar den ayu berhati-hati terhadap mereka, jangan sekali-kali menumpahkan sesuatu pernyataan kepada mereka” Rara Sindura hanya mengangguk. Namun dalam ha-ti ia berkata lain. Apabila perlu, demi untuk mengatur siasat, ia hendak menggunakan juga keempat dayang itu. "Den ayu, sekiranya den ayu perlu hendak menghubungi gusti mahapatih, silahkan den ayu memberi pesan agar nanti malam hamba dapat menjumpai ki Kebo Lembana” Setelah merenung sekian lama, akhirnya Rara Sindura memutuskan untuk menempuh jalan itu. Ia sudah tiada daya lain, kecuali coba2 menggunakan tenaga dayang itu "Nyai, soal ini amat penting sekali dan berbahaya pula. Apabila tertangkap, engkau, ki Kebo Lembana bahkan paman mahapatih, akan menanggung akibat yang tak menyenangkan. Maka sebelum kukatakan pesan itu, lebih dulu aku hendak meminta janjimu, nyai!”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baik, den ayu, hamba berjanji akan menjaga erat2 rahasia itu. Apabila sampai tertangkap, hamba sendiri yang akan menanggung segala akibatnya” "Paterilah janjimu itu dengan sebuah sumpah, nyai” "Baik, den ayu. Jika hamba berhianat dan berhati culas hendak mencelakai den ayu, biarlah para dewa mengutuk diri hamba mati tak berkalang kubur!” Legahlah hati Rara Sindura saat itu. Menurut ajaran brahmana yang menjadi gurunya dahulu, sumpah itu mempunyai daya-kekuatan yang gaib. Karena disaksikan oleh bumi dan langit serta para dewa. Setelah mendapat kepastian yang meyakinkan, maka Sindura segera menyampaikan pesannya "Nyai, sampaikan pada paman mahapatih bahwa saat ini aku sedang terancam bahaya. Baginda memaksa aku supaya mau diambil permaisuri. Dan beliau hanya mau memberi waktu tiga hari kepadaku untuk berpikir. Apa dayaku seorang wanita, nyai. Apabila tiada pertolongan selama tiga hari itu, aku tentu dipaksa baginda untuk menuruti kehendaknya. Tetapi aku lebih baik mati daripada menuruti kehendaknya. Maka mohon paman Nambi suka menolong aku" Nyai Wuni berjanji akan melaksanakan pesan itu agar sampai pada mahapatih. Kemudian ia mohon diri "Eh, mbakyu Wuni, mengapa lama benar engkau berada di dalam? Apa sajakah yang engkau bicarakan dengan den ayu Sindura ?" ketika keluar, nyai Wuni segera ditegur oleh nyai Mandira dan Badra. "Ah, rupanya den ayu sedang berduka. Ia tak mau dahar sehingga aku harus menggunakan waktu panjang untuk membujukma supaya mau dahar” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Berduka ? Aneh ..." sambut nyai Badra "mengapa harus berduka ? Bukankah tiada sembarang wanita di seluruh telatah Majapahit yang ketiban pulung seperti den ayu ? Bukankah seharusnya ia berbahagia karena hendak diinginkan baginda ?" nyai Mandira berusaha untuk memancing keterangan dari mulut nyai Wuni. Tetapi dayang pengurus hidangan itu cepat mengalihkan pembicaraan "Entah aku tak tahu. Itu urusannya, bukan urusanku” "Benar, di” sahut nyai Badra "sudah tentu baginda menginginkan wanita secantik dia, bukan macam kita ini . . . eh, andaikata engkau mengambil tempat den ayu Sindura, bagaimana sikapmu ?" "Eh, engkau ini pandai mengada-ada saja, mbakyu Badra" nyai Wuni menggerutu "apa perlunya kita membuat pengandaian ? Kalau aku menjadi den ayu Sindura sungguh2, barulah aku mau mengasah otak untuk mempertimbangkan keputusan. Bukankah kita ini hanya dayang2 keraton yang terkungkung dalam dinding tembok istana yang tinggi? Dan bukankah kita ini sudah separoh umur, mengapa masih memikirkan soal2 begitu ?” Nyai Mandira tertawa "Eh, mbakyu Wuni, bukankah dahulu engkau pernah muda ? Bukankah dahulu engkaupun pernah dipinang oleh pria? Jangan, pura2 alim, mbakyu. Kita semua ini kaum wanita. Perasaannya sama, sama pula kebutuhannya ....” "Eh, adi Mandira" tegur nyai Wuni agak keras “jangan menyamaratakan kaum wanita seperti air laut yang tentu sama asinnya. Memang rambut wanita itu sama hitamnya, tetapi pikirannya tidaklah sama . .”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nyai Mandira tertawa makin merenyah “Ah, mbakyu ini, mengapa pura2 alim? Siapa ya, yang sering kasak kusuk dengan prajurit bhayangkara di istana itu? Hi-hik...” Nyai Wuni terkejut. Adakah hubungannya dengan Kebo Lembana dalam rangka menyampaikan laporan kepada mahapatih sudah diketahui orang terutama nyai Mandira? Ah, sungguh berbahaya nyai Mandira ini. Diam diam nyai Wuni menimang dalam hati. Namun cepat ia menghapus getar air mukanya dan dengan tenang menyahut “Siapa bilang aku kasak-kusuk dengan prajurit bhayangkara keraton? Apakah engkau pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri? Nyai Mandira, jangan menghambur fitnah kepada orang lain yang tak sefaham dengan tindakanmu? Kalau engkau hendak berhubungan dengan prajurit bhayangkara yang manapun, silahkan. Aku takkan mengganggu usik dan takkan melaporkan pada para gusti” Nyai Mandira tertawa. Nadanya mengandung ejek kepada nyai Wuni. Kemudian berseru “Nyai Wuni, memang benar aku merangkai tindakan begitu dengan prajurit2 bhayangkara. Tetapi aku bersifat jujur terus terang, tidak berpura-pura seperti ....” "Eh, mengapa kalian bertengkar? Apakah yang kalian ributkan itu?" tiba2 pintu terentang dan muncullah Rara Sindura menegur dayang2 itu. Nyai Wuni, Mandira dan Badra cepat memberi hormat kepada jelita itu. Walaupun mereka tahu bahwa Sindura itu hanya seorang anak buyut, tetapi karena baginda Jayanagara hendak mengambilnya sebagai permaisuri, merekapun amat menghormat sekali kepada Rara Sindura “Maafkan, den ayu, kami tidak ber-tengkar melainkan hanya bergurau belaka”. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cepat-cepat nyai Wuni memberi keterangan lalu mohon diri untuk membawa bokor hidangan itu ke luar. Sementara nyai Mandira dan Badrapun segera maju ke hadapan Kara Sindura "Den ayu, apakah pagi ini den ayu tak bercengkerama dalam taman. Kami berdua siap mengiring den ayu, setiap saat” “Tidak, nyai berdua" sahut Sindura "hari ini aku lelah dan ingin membenam diri beristirahat dalam gedung saja. Kalian boleh bebas hari ini” Nyai Mandira bn tukar pandang dengan nyai Badra lalu memberi hormat "Baik, den ayu, silahkan den ayu masuk ke dalam gedung. Apabila memerlukan kepada diri kami berdua, kami selalu siap menanti disini” Rara Sindura mengangguk lalu masuk kembali ke dalam ruang gedung Kediamannya. Ia tak dapat lepaskan diri dari berbagai pemikiran yang menghuni dibenaknya. Adakah nyai Wuni itu dapat dipercaya? Dapatlah pesan itu tiba pada mahapatih Nainbi? Bagaimana tindakan mahapatih itu nanti? Bagaimana ia harus ber-tindak apabila dalam waktu tiga hari itu tak kunjung datang pertolongan dari mahapatih? Ah, seribu satu pertanyaan menghantui kepalanya..... Cepat sekali Batara Surya sudah hampir tiba di peraduannya. Petangpun mulai menebarkan selimutnya yang gelap. Pada kesempatan mengantarkan hidangan malam untuk Sindura, maka nyai Wuni memberi keterangan bahwa pesan Sindura itu sudah diberikan kepada ki Kebo Lembana agar disampaikan pada mahapatih. “Ki Kebo Lembana terkejut mendengar pesan den ayu. Ia mengatakan akan segera menyampaikan kepada gusti mahapatih" kata nyai Wuni memberi laporan. Setelah itu ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berkata pula "tetapi ki Kebo Lembana titahkan aku supaya mengamat-amati keempat kawanku, nyai Sagopa, Cempaka, Mandira dan Badra. Ki Lembana menaruh kecurigaan kalau mereka berempat itu menjadi kaki tangan fihak luar” Sindura mendengar dengan penuh perhatian. Cepat ia sudah merancang rencana. Namun tak mau ia memberitahukan lebih dulu kepada nyai Wuni “Baik, nyai, akan kutunggu saja bagaimana tindakan paman mahapatih nanti. Yang kuminta agar engkau tetap waspada untuk menjaga agar rencana itu dapat berjalan lancar" Nyai Wuni mengiakan lalu minta diri. Ketika berada seorang diri, Rara Sindura melanjutkan usahanya untuk merangkai rencana. Akhirnya ia memanggil nyai Mandira dan nyai Badra “Nyai dayang berdua, apakah yang kalian perhatikan pada diriku?” Kedua dayang itu terkesiap heran. Tak tahu mereka apa yang dimaksud Sindura. Tetapi nyai Badra yang lebih tua, cepat dapat menjawab “Apakah ndoro ayu maksudkan perobahan yang tampak pada diri ndoro?" "Hm, begitulah" sahut Rara Sindura . "Kalau hal itu yang den ayu maksudkan, maka jelas kami lihat bahwa pagi ini den ayu tampak lesu dan bermuram durja seperti orang yang sedih” “Benar, nyai" sebabnya?”



kata



Sindura



“tahukah



engkau



apa



"Maaf, den ayu, apabila Badra menghaturkan kata-kata yang menyinggung perasaan den ayu" kata nyai Badra “menurut pandangan dan perasaan nyai Badra, kemurungan den ayu itu tentulah disebabkan karena den ayu terkenang akan suami den ayu" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana engkau dapat menduga demikian?” "Ah, itu amat mudah. Nyai Badrapun seorang wanita dan pernah muda juga. Pada waktu dahulu menjadi temanten baru, wah . .. setiap hari kami berdua hanya posah pasihan saja, ibarat mimi dan mintuna tak mau berpisah sekejab matapun jua. Den ayu juga masih sepasang mempelai baru. Bahwa tiba2 den ayu dipisahkan dengan suami den ayu, tentulah dapat hamba bayangkan betapa perasaan den ayu . . .“ Rara Sindura tertawa hambar “Memang benar apa yang engkau katakan itu, nyai Badra. Namun masih ada soal lain yang lebih menyiksa dari itu” Nyai Badra dan Mandira terbeliak. Namun jelas bahwa kejut mereka itu tidak wajar melainkan dibuat-buat "Lalu soal apakah yang menyebabkan den ayu merasa tersiksa batin?" seru nyai Badra. "Berapa lamakah kalian bekerja di keraton sini?" tanya Sindura. "Sudah sepuluh warsa, den ayu" kata kedua dayang itu “sejak baginda Jayanagara masih kecil, kami berdua sudah menjadi dayang keraton” "O, kalau begitu kalian tentu kenal akan sifat dan peribadi baginda, bukan?” "Kenal baik, den ayu” "Nah, apakah benar bahwa baginda itu seorang raja yang gemar wanita cantik?” Kembali nyai Badra dan nyai Mandira saling bertukar pandang. Sesaat kemudian barulah nyai Mandira menjawab



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Bagi kaum pria, sudah jamak lumrahnya kalau senang akan wanita cantik, den ayu. Itu sudah pembawaan kodrat Alami, semisal kumbang tentu suka pada kembang. Apalagi baginda seorang raja yang masih muda belia. Kata orang, darah orang muda itu masih bergelora keras ...” "Aku tak memerlukan keterangan tentang hal2 lain, yang kutanyakan adakah baginda Jayanagara itu seorang raja yang gemar paras cantik?" cepat Sindura mengerat kata2 dayang itu. "Benar .... den ayu" nyai Mandija gelagapan dan menyahut serentak “memang baginda amat gemar sekali dengan wanita2 ayu” "Hm" desuh Sindura "lalu dapatkah engkau membayangkan bagaimana keadaanku di sini?” Nyai Badra tertawa “Ah. begitukah yang dimaksud, den ayu. Kami sudah jelas sekarang apa yang menjadi keresahan hati den ayu. Bukankah baginda, maaf, den avu, hendak mengandung keinginan kepada ...” "Ya, begitulah" cepat Sindura menukas “inilah yang menyebabkan aku tersiksa bagai seekor ikan yang terperangkap dalam jaring si nelayan. Apa dayaku seorang wanita lemah, menghadapi seorang raja yang besar kekuasaannya?” "O . . ." terdengar mulut nyai Badra mengeluh berkepanjangan. Kemudian ia alihkan pandang mata kepada nyai Mandira -bagaimana pendapatmu nyai?” "Den ayu Sindura adalah menantu kemanakan dari gusti mahapatih Nambi. Sebaiknya gusti mahapatih yang berusaha memberi pertolongan. Tetapi ah . . . kurasa sukar juga. Pertama, tak mudah untuk menyampaikan laporan pada gusti http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mahapatih. Dan kedua kali baginda tentu marah sekali apabila gusti mahapatih berani mencegah kehendaknya” "Kalau begitu, den ayu sudah tiada harapan ter-tolong lagi?" tanya nyai Badra. “Tetapi mengapa harus ditolong? Bukankah den ayu Sindura jauh lebih bahagia apabila meluluskan kehendak baginda?" sahut nyai Mandira. "Mandira, jangan lancung mulut!" bentak Rara Sindura agak marah “walaupun aku berasal dari desa dan meskipun suamiku itu hanya seorang pemuda biasa, namun dia setya mencintai diriku. Maka akupun akan menetapi dharmaku sebagai wanita utama. Miskin sekalipun suamiku, tetapi aku akan merasa lebih bahagia menjadi isterinya daripada diambil permaisuri oleh baginda” "Duh, den ayu, luhur benar pendirian den ayu itu. Maafkan kesalahan nyai Mandira " dayang itu tersipu-sipu menyembah "jika memang sedemikian bulat tekad den ayu hendak mempertahankan kesucian, nyai Mandira bersedia membantu usaha den ayu” “Bagaimana cara yang hendak engkau tempuh?” "Ini ... . ini ... . belum dapat hamba pikirkan" sahut nyai Mandira “semoga nanti hamba berjumpa dengan seseorang yang sanggup dan mampu menolong den ayu" "Apakah engkau tak dapat menyampaikan pesanku kepada paman mahapatih?" tanya Sindura. "Maaf, den ayu, hamba tak dapat” “Dan bagaimana dengan engkau, nyai Badra?" Sindura alihkan pertanyaan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ampun, den ayu, hambapun tak kuasa melakukan hal itu. Tetapi .... cobalah nanti akan hamba usahakan pertolongan itu” Demikian setelah mengetahui bahwa kedua dayang itu ternyata bukan orang yang ditanam mahapatih Nambi di keraton, Sindura lalu suruh mereka keluar. "Mbakyu, Badra, adakah sudah engkau pikirkan siapa2kah yang engkau pandang dapat menolong den ayu Sindura itu ?" tanya nyai Mandira setelah ber-dua dengan nyai Badra. "Ah, memang tak mudah” "Lalu mengapa tadi engkau menyanggupi mengusahakan pertolongan kepadanya?”



akan



"Ah, itu hanya suatu tata kesusilaan belaka. Dimana kita harus berusaha menghibur dan membesarkan hati orang yang sedang dilanda kesusahan" sahut nyai Badra. "O, jadi engkau belum mempunyai gambaran orang yang engkau anggap dapat memberi pertolongan itu, mbakyu Badra” Nyai Badra gelengkan kepala "Belum, adi Mandira. Dan apakah engkau sudah mempunyai rencana ?” "Aku ?" nyai Mandira menghela napas "juga belum, mbakyu. Aku tak mempunyai hubungan pada siapapun juga. Dan memang mustahil sekali apabila para gusti dan rakryan itu mau percaya pada diriku seorang dayang sahaya begini” Tiba2 nyai Badra berkata "Ah, karena kita sudah terlanjur berjanji kepada den ayu Sindura, kiranya tak enak hati kalau kita tak berbuat apa-apa. Adakah berhasil atau gagal tetapi pokoknya kita sudah mengusahakan”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Baiklah, lalu bagaimana tindakan kita sekarang?" tanya nyai Mandira. "Begini, adi" kata nyai Badra “kita atur secara bergilir. Jika aku berjaga di sini, engkau yang pergi mencari hubungan. Kemudian engkau jaga di sini dan aku yang pergi mengusahakan hubungan itu. Masing2 mendapat waktu selama dua jam. Bagaimana, apakah engkau setuju?” Nyai Mandira setuju. Kemudian diputuskan bahwa nyai Badra yang jaga di situ lebih dulu dan nyai Mandira yang pergi mencari hubungan. Selekas nyai Mandira pergi, nyai Badra segera masuk ke dalam ruang kediaman Rara Sindura. "Eh, nyai Badra, mengapa tak kupanggil, engkau masuk kemari? Apakah ada urusan penting?" tegur Rara,Sindura. Nyai Badra tersipu-sipu memberi hormat “Harap den ayu suka memberi maaf atas kelancangan hamba masuk kemari. Memang ada urusan penting yang hendak hamba haturkan kepada den ayu” "O" desis Rara Sindura lalu menyuruh dayang itu duduk. Setelah itu ia menyuruhnya menjelaskan maksud kedatangannya. "Urusan ini tak lain mengenai persoalan yang menimpah diri den ayu. Setelah hamba pikir2, teringatlah hamba akan seseorang yang mempunyai kemungkinan mampu menolong den ayu” "O, siapakah dia?” Nyai Badra tak lekas menyahut melainkan mengajukan pertanyaan “Den ayu, dengan cara bagaimanakah pertolongan yang tuan kehendaki itu?”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Hm" desis Sindura pelahan “sudah tentu cara yang dapat melepaskan diriku dari gangguan baginda. Karena terus terang, aku tak sanggup meluluskan keinginan baginda, nyai” “Pada hemat hamba" kata nyai Badra “hanya dua jalan yang dapat ditempuh. Pertama, mengusahakan jalan untuk menganjurkan baginda agar baginda berkenan membatalkan maksudnya. Karena hal itu akan menimbulkan kegemparan dikalangan para gusti narapraja dari para kawula. Kemungkinan dapat menurunkan martabat baginda. Tetapi ah . . . siapakah yang kuasa dan berani melaksanakan anjuran itu kepada baginda? Rasanya sukar ...” "Lalu jalan yang kedua?" seru Sindura. “Jalan kedua itu merupakan cara yang terakhir tetapi penuh bahaya. Yalah, membawa den ayu lolos dari keraton sini ..." tiba2 nyai Badra hentikan kata-katanya dan memandang Sindura untuk menyelidik kesan. Rara Sindura termenung diam sampai beberapa saat. Akhirnya ia berkata tenang “Memang pernyataanmu itu benar. Akan kupertimbangkan hal itu. Tetapi nyai Badra, dapatkah engkau memberi gambaran tentang akibat2 kelanjutannya dari jalan kedua itu?” "Memang jalan kedua itu selain mengandung bahaya, pun membawa akibat2 yang mengandung bahaya juga. Pertama, di dalam membawa den ayu keluar dari keraton ini, harus melalui penjagaan barisan keraton yang ketat. Apabila diketahui mereka, orang yang menolong den ayu itu tentu akan dibunuh. Juga andaikata dia berhasil membawa den ayu keluar, pastilah baginda akan murka dan akan mengerahkan pasukan untuk mencari jejaknya. Dalam keadaan itu, den ayupun harus menyembunyikan diri supaya tak diketemukan dan dibawa mereka ke dalam keraton sini lagi. Sampai berapa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lama den ayu menyembunyikan diri itu, tergantung pada perobahan suasana” Rara Sindura merenung diam. Sampai beberapa lama masih ia belum membuka mulut. "Bagaimanakah keputusan, den ayu?" karena sudah cukup lama menanti, akhirnya nyai Badra mengulang pertanyaan. "Nyai Badra, aku terpaksa tak dapat menerima jalan kedua itu” "Mengapa, den ayu?" nyai Badra terkesiap. "O, itukah yang menjadi pertimbangan den ayu?" seru nyai Badra “tetapi hamba rasa hal itu tak perlu den ayu risaukan. Yang akan hamba minta bantuan itu tentulah orang yang sudah rela berkorban, orang yang benar2 bersungguh hati hendak menolong den ayu . .” "Siapakah kiranya orang itu?" tukas Sindura. "Ah, saat ini belum dapat hamba pastikan orangnya sehingga belum dapat hamba katakan namanya. Tetapi yang jelas orang itu adalah salah seorang dari golongan yang tak suka kepada baginda Jayanagara” "Eh, mengapa engkau hendak mengadakan hubungan dengan orang golongan itu? Adakah engkau sendiri juga tak menyukai baginda, nyai?” "Bukan demikian yang hamba maksudkan den ayu" buru2 nyai Badra menyusuli keterangan “pertama sebagai sesama kaum wanita, hamba ikut perihatin atas peristiwa malang yang menimpali den ayu. Dan dalam membela nasib den ayu itu. mau tak mau hamba harus berdiri difihak yang menentang tindakan raja. Dalam lain2 hal, sudah tentu hamba tetap setya pada kerajaan dan raja” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rara Sindura termenung. "Den ayu, waktu tiga hari itu amatlah singkat dan cepat" kata nyai Badra pula “hanya ada dua pilihan bagi den ayu. Ikhlas menerima keinginan baginda atau menolaknya. Jika menolak, seyogyanya den ayu dapat lekas2 mengambil keputusan. Nasib den ayu tergantung pada keputusan itu” Rara Sindura diam2 menimang. Memang apa yang dikatakan dayang itu, tepat dengan kenyatan yang menyelubungi dirinya. Memang melalui nyai Wuni, ia sudah mengirim pesan kepada rakryan Nambi. Tetapi bagaimana akibatnya andaikata mahapatih itu tak berdaya untuk menolong dirinya? Bukankah ia harus menghadapi dua macam nasib: menyerah pada keinginan raja atau bunuh diri. Maka apakah ruginya bila ia menerima tawaran dari nyai Badra yang akan mengusahakan pertolongan dari lain fibak? Dari fihak manapun bantuan itu akan terjadi, bukanlah soal. Pokok ia dapat terlepas dari belenggu paksaan baginda Jayanagara. Dengan pertimbangan itu maka ia memberi jawaban "Baiklah, nyai. Tetapi lebih dulu aku hendak mengetahui siapa dan dengan cara bagaimana pertolongan itu akan berlangsung. Setelah itu, baru dapat kuputuskan menerima atau tidak” Nyai Badra mengiakan lalu minta diri dari hadapan Sindura. Tetapi baru tiba diambang pintu, Sindura menyuruhnya berhenti dulu "Adakah lain pesan yang den ayu hendak berikan kepada hamba?" tanya nyai Badra. "Bukan pesan melainkan akan bertanya sedikit hal kepadamu, nyai" kata Sindura "apakah engkau akan bekerja sendiri atau bersama dengan keempat nyai dayang kawanmu itu?” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nyai Badra terkejut. Ia seperti disadarkan dari kelalaian. Cepat ia masuk dan menghampiri kehadapan Sindura, katanya dengan berbisik lirih "Urusan ini hamba pandang gawat sekali maka hamba akan bekerja seorang diri. Berbahaya kiranya kalau bekerja sama dengan keempat kawanku itu. Suatu rahasia itu sifatnya harus tertutup rapat. Bila diketahui beberapa orang, akan besarlah kemungkinannya bocor. Den ayu, hamba mohon usaha hamba ini supaya dirahasiakan dari ke-empat nyai dayang itu. Hati orang sukar diduga, den ayu” Rara Sindura memberi kesanggupannya. Setelah menunggu diluar gedung beberapa saat lagi maka muncullah nyai Mandira "Bagaimana adi, berhasilkah usahamu ?” “Nihil" sahut nyai Mandira seraya mengangkat bahu "aku tak dapat menemukan orang yang kupandang dapat melakukan pertolongan kepada den ayu Sindura. Cobalah sekarang engkau yang berusaha dan aku yang menjaga di sini” Setelah memastikan bahwa nyai Badra sudah keluar dari lingkungan gedung, tiba2 nyai Mandirapun masuk ke dalam menemui Rara Sindura. Pun serupa dengan nyai Badra, maka terjadilah percakapan antara Sindura dengan dayang Mandira. Dan inti dari pembicaraan itu, pun tak jauh bedanya dengan nyai Badra tadi. Nyai Mandirapun sanggup hendak mengusahakan pertolongan untuk membebaskan Sindura dari bahaya diganggu raja. Dan Sindurapun memberi jawaban serupa dengan jawaban yang telah diberikan kepada nyai Badra tadi. "Den ayu, hanya satu hal yang hamba mohon kepada den ayu. Yalah hendaknya den ayu jangan menceritakan kesanggupan hamba ini kepada keempat nyai dayang itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ karena hamba tak percaya kepada mereka" kata nyai Mandira mengakhiri penemuannya. Rara Sindurapun memberi kesanggupannya. Kini ia mulai dapat gambaran jelas akan hubungan keempat nyai dayang itu. Tampaknya mereka sangat erat satu sama lain, tetapi ternyata masing2 saling tak mempercayai kepada kawannya. Iapun menduga bahwa fihak yang akan dihubungi nyai Mandira itu tentu berbeda dengan fihak yang akan dihubungi nyai Badra dan nyai Wuni. Kemungkinan nyai Sagopa dan nyai Cempakapun ten-tu akan menyatakan kesediaannya untuk menolong. Tetapi fihak yang akan dimintai bantuan oleh kedua dayang itu, tentulah lain dengan fihak yang akan dihubungi nyai Wuni, nyai Badra dan nyai Mandira. "Eh, kelima dayang itu ternyata mempunyai sandaran sendiri2. Dengan demikian, di dalam pura kerajaan ini terdapat beberapa golongan yang menyukai dan membenci raja" diam2 Rara Sindura membuat kesimpulan. Tepat seperti yang diduga, maka pada malam hari, ketika berduaan dengan nyai Sagopa yang membawa ganti busana kepada Sindura, dayang itupun segera memikat Sindura dalam pembicaraan tentang keadaan dirinya dengan baginda Jayanagara. Tetapi berlawanan dengan nada ketiga nyai dayang yang sanggup mencarikan pertolongan agar Sindura dapat lolos dari keraton, nyai Sagopa dayang yang paling tua umurnya di antara kelima dayang itu, malah menganjurkan agar Sindura menerima saja keinginan baginda Jayanagara. "Apa yang kurang pada baginda, den ayu. Seorang raja yang masih muda usia, berkuasa dan luhur derajatnya. Siapakah wanita discluruh kerajaan Majapahit yang tak mengiri akan rejeki luar biasa dari den ayu itu?” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Nyai Sagopa, aku seorang wanita yang sudah dewasa dan sudah menikah. Jangan mempersamakan diriku seperti anak kecil yang meluap kegirangan karena terpikat oleh barang mainan kanak2 dan uang! Aku tak butuh dengan harta permata yang berlimpah ruah. Tak memimpikan derajat luhur disembah para kawula. Yang kukehendaki hanyalah kebahagiaan cinta seorang suami. Dan kebahagiaan itu sudah kuperoleh dari suamiku. Sungguh nista wanita yang berpikiran seperti engkau ini nyai. Adakah kebahagiaan seorang wanita itu hanya diukur oleh pangkat yang tinggi, kedudukan yang luhur dan harta benda yang berlimpah-limpah?” Nyai Sagopa tersipu merah mukanya mendengar dampratan tajam dari wanita jelita itu. Ia tak dapat berbuat suatu apa kecuali hanya menghela napas dan mengingau seorang diri "Ah, wanita itu hanya ibarat bunga. Masa gemilang dari kembang yalah apabila sedang mekar. Dan ketentuan nasib dari kembang itupun juga dikala ia sedang mekar itu. Apabila dipetik oleh tangan yang jahat atau yang tak bertanggung jawab, kembang itu tentu akan cepat layu dan rontok. Tetapi apabila beruntung direnggut oleh tangan yang mulia, kembang itu akan makin berseri gilang gemilang dan menghamburkan bau wangi yang semerbak . . .” “Sudahlah, nyai, aku tak mau ganti busana dan silahkan engkau lekas tinggalkan aku seorang diri" kata Sindura setengah mengusirnya. Demikianpun ketika nyai Cempaka melakukan tugas mempersiapkan alat2 rias untuk Rara Sindura. Dayang itupun berusaha menawarkan jasa untuk menolong Rara Sindura. Bahkan tanpa ragu2 lagi dayang itu mengatakan bahwa ia bekerja untuk patih Aluyuda. Apabila Sindura setuju dan patih Aluyuda mau membantu, tentu mudahlah pertolongan itu dilaksanakan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana hubungan gusti patih dengan baginda?" tanya Sindura. "Erat sekali" jawab dayang Cempaka "baginda menaruh kepercayaan besar kepada gusti patih” "Tetapi mengapa gusti patih hendak menolong aku? Bukankah tindakannya itu berarti menentang baginda” Nyai Cempaka terkesiap, pada lain saat ia cepat menjawab "Hal itu hamba tahu, den ayu. Tetapi jelas, gusti patih telah memerintahkan hamba di sini untuk menjaga den ayu. Gusti patih mengatakan apabila den ayu menemui kesulitan dan membutuhkan pertolongan, gusti patih bersedia untuk membantu” Diam2 Rara Sindura mengangguk dalam hati. Ia merasa melihat setitik harapan. Nyata bahwa baginda itu dilingkungi oleh mentri dan nayaka yang dalam hati, tak menyukai raja. Iapun merasa terkejut penuh haru, bahwa ternyata terdapat sekian banyak fihak yang bersedia untuk menolong dirinya. Semangat hidup wanita itu menyala pula. Ia berjanji, akan mempertekun pua-sanya untuk meminta nugraha dari para dewata. "Baik, nyai" katanya kemudian "akupun setuju menerima bantuan dari gusti patih Aluyuda. Tetapi pertama-tama, kuminta agar gusti patih suka mengusahakan jalan tenang. Artinya, supaya gusti patih menempuh cara untuk menyadarkan baginda. Mengingat gusti patih baik sekali hubungannya dengan baginda, kiranya anjurannya tak mustahil akan didahar baginda. Dan apabila jalan itu tak berhasil, kuserahkan saja bagaimana langkah yang hendak diambil gusti patih untuk menolong aku”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sebelum mohon diri, nyai Cempakapun mengajukan permohonan, agar Sindura jangan mengatakan perundingan itu kepada keempat nyai dayang lain. Walaupun sudah mendapat kesanggupan dari keempat dayang, namun malam itu Sindura tetap tak tidur sampai hampir menjelang ayam berkokok. Ia makin mempertekun semedhinya untuk memohon berkah kepada Hyang Wisesa, agar pertolongan yang masih merupakan janji itu, benar2 akan terlaksana dengan lancar dan selamat. Keesokan harinya, belum terjadi sesuatu. Keempat dayang itu belum memberi laporan lagi tentang usaha mereka. Malamnya, barulah Rara Sindura menerima beberapa keterangan yang tegas. Nyai Wuni mengeluh berkepanjangan "Ah, celaka, den ayu. Ki Kebo Lembana sampai hari ini belum pulang dari melaksanakan tugas yang diberikan oleh puteri Triabuanatunggadewi. Hamba terpaksa belum dapat menyampaikan pesan den ayu kepada gusti mahapatih Nambi” Nyai Cempaka masuk dengan laporan yang tegas "Den ayu, sungguh beruntung sekali. Gusti patih Aluyuda berkenan meluluskan permintaan den ayu. Besok beliau hendak menghadap baginda dan akan memberi nasehat” "Bagaimana kalau gagal?” tanya Sindura. "Besok petang, gusti patih akan memberi kabar lagi kepada hamba" kata dayang itu. Nyai Mandirapun menghadap dengan membawa keterangan yang lebih menggembirakan lagi "Den ayu, orang yang hamba anggap dapat memberi pertolongan itu, telah menyanggupi. Besuk malam yalah malam terakhir dari perjanjian den ayu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kepada baginda, mereka akan datang kemari untuk membawa den ayu lolos dari keraton! " Rara Sindura tergetar. Walaupun ia sudah setuju dengan cara itu namun tatkala mendengar rencana itu akan dilaksanakan, tak urung hatinya berdebar tegang2 takut. Ia menyadari bahwa peristiwa itu tentu akan menimbulkan kegemparan besar di pura kerajaan. Hari ketiga, petang hari nyai Cempaka menghadap dengan membawa berita, bahwa pagi tadi patih Aluyuda sudah menghadap baginda dan berusaha untuk menghaturkan penyadaran. Tetapi rupanya baginda tetap pada pendiriannya hendak mempersunting Rara Sindura "Oleh karena itu maka gusti patihpun terpaksa menempuh jalan kedua yalah mengirim orang untuk membawa den ayu lolos dari keraton sini” Rara Sindura tertegun. Sudah ada tiga fihak yakni dari fihak yang dihubungi nyai Badra, fihak nyai Mandira dan kini nyai Cempaka yang juga telah mendapat berita dari patih Aluyuda bahwa patih itu akan menolongnya "Ah, bagaimana kalau utusan dari ketiga fihak itu datang pada waktu yang serempak? Fihak mana yang harus kuturut?" diam2 Rara Sindura merasa resah. Namun beberapa saat kemudian, ia menghibur diri "Ah, walaupun berbeda golongan tetapi mereka sama tujuan, yalah hendak menolong aku keluar dari istana ini. Fihak manapun yang lebih dulu datang dan membawa aku pergi, rasanya fihak yang lain tentu akan bersyukur dan mengalah. Maka baiklah kulihat saja fihak mana yang datang lebih dulu, dialah yang akan kuturut....” "Den ayu" tiba2 ia dikejutkan oleh suara nyai Cempaka "gusti patihpun menyampaikan pesan, demi berhasilnya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rencana nanti malam maka diminta den ayu suka menyamar dan mengenakan kerudung muka warna hitam. Hal itu demi menghindari kesulitan yang timbul dari prajurit2 penjaga keraton” "O, baiklah" sahut Rara Sindura "cara itu memang baik juga” Kemudian setelah malam tiba, barulah nyai Wuni muncul menghadap Rara Sindura "Den ayu, ki Kebo Lembana baru saja pulang dari diutus tuan puteri Tribuanatunggadewi. Ketika hamba tanyakan, ki Lembana mengatakan belum menerima perintah apa2 dari gusti mahapatih. Maka kuminta ia segera menuju kc gedung kediaman gusti mahapatih Nambi. Namun sampai saat ini, dia belum datang lagi” "Lalu bagimana aku harus bertindak?" tanya Sindura. Nyai Wunipun bingung "Hambapun belum menerima keterangan. Tetapi hamba seyogyakan supaya den ayu bersiap-siap saja malam ini” Memang tiada lain jalan bagi Sindura kecuali begitu. Fihak2 yang dihubungi nyai Badra, nyai Mandira dan nyai Cempaka, akan bertindak malam ini. Ia berharap mahapatih Nambilah yang menolong lebih dulu. Demikian Sindura menunggu datangnya sang ma-lam dengm hati yang gundah. Rasanya malam selambat bekicot merayap. Ia seperti tersiksa batin sehingga tak kuasa menenangkan pikiran bersemedhi memohon berkah kepada Hyang Wisesa. Pikirannya selalu dihantui bayang2 yang seram. Hatinya setegang samudera yang tengah diamuk badai prahara. Malam itu adalah malam Bhuda hitam dan besok hari Brehaspati pancawarna, ia harus memberi jawaban kepada http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ raja Jayanagara. Kalau malam itu tiada dapat lolos dari puri keraton, besok ia harus menghadapi dua pilihan: menyerah pada raja atau bunuh diri. Membayangkan tindakan bunuh diri itu, pilulah hati Sindura. Belum genap sang candra menyurut sebagai saksi pernikahannya dengan Kuda Lampeyan. Belum hilang bekas paes dan kerik rambutnya sebagai mempelai. Belum pudar harum bedak mangir yang melumur tubuhnya. Belum dingin kehangatan dekap pelukan sang suami, atau ia harus mengakhiri hidupnya, meninggalkan segala kenangan bahagia..... 0oo—dw-oo0



III "Oh, baginda, ampun gusti karena hamba tak lekas2 menyambut kunjungan paduka" patih Aluyuda tersipu-sipu berjongkok mencium kaki baginda Jayanagara yang melangkah masuk ke gedung kediaman patih itu. "Ah, tak apa paman" kata baginda "memang akupun tak mempunyai keperluan penting suatu apa. Entah bagaimana malam ini hatiku gelisah maka diam2 aku datang tanpa lebih dulu memberitahu kepadamu” Dengan penuh hormat, patih Aluyudapun mengiringkan baginda masuk ke dalam ruang gedung kediamannya. Saat itu sudah malam hari namun gedung kepatihan seolah-olah mandi dengan cahaya lampu penerangan. Baginda dipersilahkan duduk di sebuah kursi mewah beralas bulu harimau. Sedangkan patih Aluyuda. duduk bersika di atas permadani warna merah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gusti" kata patih A luyuda menghatur sembah pula "adakah paduka berkenan melimpahkan berkah kepada hamba untuk menghaturkan minuman dan sirih?” "Baik, Aluyuda, bawakan tuak yang baik dan sirih yang muda" ujar baginda. Patih Aluyuda lalu memanggil dayang sahaya supaya membawakan bokor minuman terbuat dari emas serta tuak, beram dan sirih. Tak berapa lama dayang itupun segera menghaturkan apa yang diperintah gustinya. Setelah menerima persembahan piala kencana berisi tuak, baginda lalu meneguknya "Ah, nikmat benar tuakmu, paman Aluyuda. Dari manakah engkau memperoleh tuak seharum ini?” “Hamba memperolehnya dari Daha, gusti" kata Aluyuda "yalah ketika dahulu hamba diutus untuk ikut dalam rombongan mahapatih meninjau Daha, patih Daha telah memberikan tuak seguci kepada hamba. Katanya tuak itu termasuk barang simpanan yang kuna sekali yalah pada jaman prabu Jayakatwang” Kembali baginda meneguk piala emas berisi tuak lalu mencicipi beram "Ah, enak juga beram ini, paman. Apakah juga buatan dari Daha?” "Benar, gusti. Tuak dan beram itu pemberian patih Daha kepada hamba. Silahkan, gusti, minum sepuas-puasnya” "Benar, paman" ujar baginda “memang sedap dan lemak benar tuak dan beram ini. Segar rasanya sendi tulang2 ku dan menggeloralah darahku membangkitkan pula semangatku yang lesu masai tadi, paman”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Aluyuda tertawa merenyah. Memang ia pandai mengambil hati junjungannya sehingga disayangi baginda "Ampun gusti" katanya seraya menyembah “hamba ingin sekali untuk menerima curahan perasaan gundah yang paduka katakan tadi. Apakah sebabnya paduka bermuram hati?” "Ah, paman, ingin benar aku merangkai sajak untuk mencurahkan isi kalbuku, tetapi ah sayang, aku tak mempunyai perasaan seni” "Ah, gusti" kata Aluyuda "untuk merangkai sajak-seloka dan menjadi penyair pujangga, hamba rasa tak perlu memiliki perasaan seni. Silahkan paduka bermenung dan menjernihkan pikiran, niscaya lambat laun paduka tentu akan merasa sebagai seorang seni penyair ....” "Aku mengagumi prabu Jayabaya yang termasyhur sebagai seorang pujangga dan penyair besar. Eh, kudengar engkau faham akan buah karya sang prabu Jayabaya itu paman?" tiba2 Jayanagara berkata. "Ampun gusti" patih Aluyuda menghatur sembah "hamba memang pemuja dari buah karya sang prabu Jayabaya. Tetapi pengetahuan hamba dalam hal itu, hanyalah setipis kulit bawang, gusti” "Ah, engkau tentu merendah diri, paman" kata Jayanagara “tapi syair Jayabaya itu bagaimana bunyinya, paman” "Baginda Jayabaya meramalkan bahwa negeri Jawadwipa ini ....” "Ah, bukan ramalannya yang kumaksudkan" tukas baginda "tetapi syairnya, paman. Cobalah paman nyanyikan syair sang prabu itu. Minum tuak sambil mendengar orang berdendang syair, memang suatu kenikmatan yang meresapkan hati” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mana2 titah gusti, tentu akan hamba junjung” kata patih Aluyuda “hanya saja hamba mohon ampun sekiranya suara hamba yang seperti genderang pecah itu akan membisingkan paduka saja” “Tak apa, paman” "Baiklah, gusti, hamba akan menyanyi syair Jayabaya menurut kemampuan hamba” Maka patih yang sudah setengah tua usia itupun segera mengalunkan suaranya, melagukan syair prabu Jayabaya dalam bahasa Kawi:



Duk tka ri jaba mangke Kapanggih rakanira Radhen Sudamala ngrangkul mangke Pukulan datengeng asrama Lumarnpah sarwya kakanten. Tika ring patamon mangke Marek srakanira Lingira radhen Sadewa halinggih apapanganten mangke Wenten andika pakanira Tumutur hatcr marangke .... Ternyata patih Aluyuda memiliki suara yang cukup merdu. Dan rupanya meresap sekali ia mencurahkan perasaannya sehingga matanya terpejam-pejam menyanyikan syair itu. Baginda memuji "Bagus paman, suaramu lunak dan merdu. Betapa ingin kudapat bernyanyi seperti engkau. Saat ini hatiku benar2 gembira. Seolah-olah tekanan yang menindih perasaanku, terasa agak longgar”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Gusti" kata patih Aluyuda "apakah sebenarnya yang paduka resahkan. Bagilah kepada hamba gusti, agar hamba dapat meringankan perasaan paduka” Jayanagara tertawa "Sesungguhnya keresahanku itu tak mengandung kesedihan, melainkan ketegangan, paman. Rasa tegang itulah yang membuat hatiku gelisah tak keruan” "Soal apa, gusti?” "Malam ini adalah malam terakhir dan besok Rara Sindura harus memberi jawaban kepadaku, paman” "O, soal itu, gusti" seru Aluyuda "kiranva tak perlulah paduka harus menyiksa perasaan. Sudah barang tentu Sindura akan menurut pada paduka. Masakan ia mampu lari ke mana! Bukankah ia sudah berada dalam keraton? Ibarat sudah berada dalam jaring, tak mungkin ikan itu akan lolos dari tangan nelayan” "Ha, ha, ha" Jayanagara tertawa "tetapi engkau tak tahu bagaimana peribadi Sindura itu. Dia mempunyai peribadi yang luar biasa, seluar biasa dengan kecantikannya yang tiada taranya itu!” Aluyuda menyembah "Dalam hal apakah Rara Sindura, paduka katakan mempunyai keperibadian yang luar biasa?” "Dia tegas-tegas menolak tindakan vang bersifat paksaan. Artinya, dia rela bunuh diri jika kupaksa menuruti kehendakku. Dia berkeras minta waktu tiga hari untuk berpikir. Kalau tak kululuskan dia hendak bunuh diri. Bukankah sayang sekali kalau wanita secantik Sindura hendak bunuh diri?” "Benar gusti" Aluyuda menanggapi "wanita cantik seperti sebuah permata, sukar sekali mendapatkannya. Paduka memang amat bijaksana benar karena berkenan meluluskan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ permintaannya. Dengan begitu, dia tentu tertarik akan kelapangan hati tuanku. Gusti, wanita itu memang makhluk yang aneh. Seringkah rupa yang cakap, harta benda dan intan permata tak dapat memikat hatinya. Tetapi justeru tindakan yang bijak dan kata2 yang halus, akan menjatuhkan iman mereka” "Ah, kata-katamu itu memang tepat" seru baginda "akupun sering heran pada diriku. Mengapa aku seorang raja gung binatara, sering kali mendapat penolakan dari wanita yang kukehendaki. Kubertanya pada diriku sendiri, apakah yang kurang pada diriku? Kini setelah mendengar kata-katamu tadi. terbukalah hatiku " "Memang demikianlah halnya, tuanku. Wanita itu berperasaan halus maka harus dengan kelemtutan ia ditundukkan” "O” desus baginda seraya meneguk tuak pula "Aluyuda, apabila Rara Sindura ratu kembang itu dapat kurenggut madunya, kiranya engkaulah yang berjasa besar, Tetapi apakah besok pagi, ia akan memberi keputusan menyerahkan diri kepadaku, paman?” "Ah, gusti, mengapa paduka masih meragukan hal itu?" sahut patih Aluyuda "siapakah wanita di seluruh Majapahit yang tak suka menjadi permaisuri baginda, raja sesembahan seluruh kawula Majapahit?” "Tetapi bagaimana dengan suaminya, Kuda Lampeyan nanti paman? " tanya baginda pula. Aluyuda tertawa kecil "Soal Kuda Lampeyan itu amatlah mudah diselesaikan, gusti. Hamba pandang Kuda Lampeyan itu seorang muda yang bernafsu besar untuk mengejar pangkat dan kedudukan tinggi. Pada hemat hamba, baiklah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ paduka menganugerahi pangkat kedudukan kepadanya. Disamping itu, untuk mengunjuk kemurahan hati, baginda pun berkenan meluluskan dia untuk memilih puteri yang manapun dalam telatah kerajaan sebagai pengganti Rasa Sindura” "Hm, benar ...” "Bahkan bila memilih puteri hamba, hambapun sedia menyerahkan kepadanya juga” "Bagus, paman" seru baginda. Tetapi kegembiraan baginda itu cepat terhapus "tetapi bagaimana kalau dia menolak semua anugerahku itu?” "Hm" patih Aluyuda mendengus "Kuda Lampeyan adalah seorang kawula. Apabila dia menolak, berarti menentang raja. Gitik "pentung yang paduka canangkan itu, harus dijatuhkan pada dirinya. Dia harus lenyap dari bumi, gusti” Jayanagara termenung Memang yang dianjurkan patih itu sesuai dengan suara hatinya. Namun segelap-gelap pikirannya, ia masih menyadari akan kedudukannya sebagai raja. Dalam peristiwa itu, bukanlah Kuda Lampeyan yang melakukan kesalahan, melainkan Kesalahan yang memperlakukan Kuda Lampeyan. Bukanlah suatu tindakan yang tercelah apabila setelah merebut isterinya lalu membunuh Kuda Lampeyan? Rupanya patih Aluvuda tahu apa yang terkandung dalam hati baginda. Maka cepat ia menghaturkan sembah "Gusti, apabila tuan meluluskan, soal menyingkirkan Kuda Lampeyan, harap paduka serahkan pada hamba. Hamba akan mengatur rencana penyingkiran itu sedemikian rupa sehingga nama keluhuran paduka takkan terbawa-bawa”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Seketika cerahlah wajah raja itu "Paman Aluyuda, engkau benar2 tahu melayani keinginanku. Terserah padamu, paman. Jasamu pasti akan mendapat balas yang setimpal” "Ah, gusti, hamba tak mengharap suatu balas. Karena apa yang hamba lakukan itu adalah hanya pengabdian hamba sebagai seorang patih kerajaan” Tatkala baginda Jayanagara masih berada di gedung kepatihan, minum tuak dan bercakap-cakap dengan patih Aluyuda hingga larut malam. Digedung keputren tempat kediaman Rara Sindura telah terjadi peristiwa yang cukup menghebohkan. Menjelang tengah malam, tiba2 nyai Mandira menyelundup masuk ke dalam ruang tempat kediaman Rara Sindura “Den ayu ..." serunya berbisik. "Engkau... Mandira "Sindura terkejut. "Benar, den ayu hamba nyai Mandira. Orang itu telah datang dan siap menunggu di luar pintu. Untuk menyiasati para penjaga, orang itu mohon den ayu suka menyamar sebagai seorang . . . bhayangkara" kata dayang itu seraya menghaturkan sebuah buntalan pakaian. "Aku harus menyaru sebagai seorang prajurit penjaga keraton?" Sindura menegas penuh sangsi. "Ah, hanya untuk sarana menempuh pengawasan para penjaga keraton. Setelah lolos dari keraton, dapatlah den ayu membuang pakaian itu lagi” "Berapa orang yang akan membawa aku?" tanya Sindura pula. "Dua orang. Yang seorang ikut aku masuk kemari dan yang seorang menunggu di pintu gapura besi utara” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Apakah mereka orang suruhan paman mahapatih?” "Bukan den ayu. Mereka adalah orang Wukir Polaman yang menentang baginda Jayanagara” "Wukir Polaman? Siapakah mereka?" tanya Sindura penuh keheranan. "Maaf, den ayu, untuk menceritakan hal itu memerlukan waktu yang panjang. Pada hal saat ini setiap detik amatlah berharga. Sebaiknya kelak den ayu tanyakan sendiri keterangan kepada mereka. Tetapi yang dapat hamba haturkan, mereka itu jelas menentang baginda dan bersedia membantu menyelamatkan den ayu. Waktu amat berharga, harap den ayu segera berkemas berangkat ...” Rara Sindura tak sempat merangkai penilaian lebih lanjut. Ia harus bertindak memperjuangkan nasib atau tinggal di keraton menyerahkan nasib. Maka ia masuk ke dalam bilik dan tak berapa lama muncul dalam pakaian seorang bhayangkara yang memakai ikat Kepala. Setelah itu ia segera mengikuti nyai Mandira. "Ki A ntaka, inilah den ayu Sindura" kata nyai Mandira ketika menghampiri seorang lelaki tinggi besar dalam pakaian bhayangkara, di luar pintu. "Den ayu, hamba, Antaka” kata orang itu sembari memberi hormat kepada Rara Sindura. Kesan yang tak menyenangkan pada pandang pertama dari Rara Sindura terhadap orang itu, cepat terhapus lenyap ketika orang itu berlaku begitu menghormat kepadanya "Ah, paman, aku merasa berterima kasih kepadamu sekalian" sahutnya. Ia mengajak segera berangkat.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, harap bersabar beberapa jenak, den ayu" sahut orang itu lalu beralih memandang nyai Mandira "Nyai, di dalam langkah menyelamatkan den ayu Sindura, bukan hanya mendasarkan atas keberanian dan kegagahan, pun juga harus menggunakan siasat. Dalam rangka mengatur siasat untuk tak menimbulkan kecurigaan orang, sebaiknya engkau menyaru sebagai den ayu Sindura dan tinggal dalam gedung keputren itu” "Hai, apakah tak berbahaya?” teriak nyai Mandira terkejut. "Peristiwa ini bukanlah peristiwa kecil, melainkan suatu peristiwa yang bukan olah2 hebatnya. Dan segala siasat telah kami atur dengan cermat. Lakukanlah apa perintahku. Hanya untuk semalam ini saja nyai menyaru jadi den ayu Sindura, agar para dayang dan penjaga tetap mengira bahwa den ayu masih berada dalam gedung. Besok pagi2 engkau sudah boleh dan bahkan harus lekas2 ke luar dari gedung itu dan lepaskan penyamaranmu” Nyai Mandira mengiakan. Setelah dayang itu masuk ke dalam gedung, orang yang menamakan diri ki Antaka itu segera mengajak Sindura menuju ke pintu gapura utara. Ketika melalui sebuah bangunan gedung, tiba2 dari tempat yang gelap di samping gedung itu, muncul dua sosok tubuh "Sapara dan kakang Brehaspati?" tegur A ntaka. Terdengar suara mengiakan dari kedua lelaki yang muncul itu seraya balas bertanya "Bagaimana?” "Berhasil!" sahut Antaka seraya berpaling ke arah Rara Sindura "den ayu sudah ikut bersama aku”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua orang yang disebut Sapara dan Brehaspati itu segera memberi hormat kepada Rara Sindura "Selamat datang di alam bebas, den ayu” Rara Sindura menghaturkan terima kasih. Kemudian Antaka menyelutuk "Bagaimana hasil kalian?” "Beres juga" sahut Sapara "mereka telah kami ikat dan sumbat mulutnya” "Bagus" sambut Antaka "mari kita menuju pintu gapura” Sambil berjalan, Antaka memberi tahu kepada Sindura bahwa mereka sedang menghampiri pintu gapura yang dijaga prajurit "Kita nanti menyaru jadi penjaga yang bertugas mengganti giliran jaga. Oleh karena itu kami harap den ayu jangan gentar dan berdirilah berjajar dengan kakang Brehaspati. Bersikaplah seperti seorang prajurit yang tegak gagah” Rara Sindura mengiakan. Setelah hampir mendekati pintu gapura, mereka segera berjalan dua2. Antaka di muka bersama Sapara dan Sindura di belakang bersama Brehaspati. Pintu gapura yang terbuat dari besi itu, setiap malam tentu dijaga oleh empat orang prajurit bersenjata. Prajurit Yastha adalah kepala penjaga gapura pada malam itu "Heran, saat ini belum tengah malam, mengapa penjagaan sudah diganti ?” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Itu perintah bekel Asadha" sahut Antaka dengan lancar "beliau mendapat laporan bahwa malam ini akan terjadi penculikan kepada den ayu Sindura, wanita cantik yang hendak diinginkan baginda. Maka bekel Asadha segera menentukan siasat penjagaan. Semua pesnjaga keempat pintu gapura keraton, akan diganti gilirannya secara mendadak. Setiap orang yang lewat pintu gapura harus ditangkap kecuali yang dapat menyebutkan kata2 sandi” "Apakah kata2 sandi itu?" tanya prajurit Yastha. "Maaf, kami dilarang mengatakan kepada lain orang. Kalian diminta supaya berkumpul di balai prajurit Manguntur untuk menerima perintah penting” Prajurit Yastha tertegun. Rupanya ia masih bersangsi dalam hati. Karena selama bertahun-tahun men-abat prajurit bhayangkara yang menjaga pintu gapura, baru pertama kali itu ia menghadapi peristiwa seaneh saat itu.” "Yastha, ini perintah ki bekel Asadha. Mengapa kalian tak lekas melaksanakan ? Ingat sumpah kita sebagai prajurit, harus tunduk pada perintah atasan !" seru Antaka dengan nada yang keras. Yastha gelagapan. Cepat ia memberi isyarat kepada ketiga kawannya lalu berbaris menuju ke balai Manguntur. Setelah mereka lenyap, barulah Antaka tertawa mengejek "Huh, prajurit2 tolol! . . . " tiba2 ia bertanya kepada Sapara "Bagaimana dengan keempat prajurit yang kalian ringkus itu ? Apakah tiada kemungkinan mereka dapat lolos dan melapor pada lurah prajurit?”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan kuatir, kakang A ntaka" jawab Sapara "mereka telah kami ikat kencang pada pohon bramasthana, mulutnya kami sumbat dengan kain” "Mana kudanya ?“ kata Antaka pula. "Kita hanya sediakan dua ekor kuda. Mari kita mengambilnya" kata Sapara. Mereka berjalan menuju ke sebuah hutan. Dua ekor kuda tegar tertambat pada sebatang pohon. Yang seekor kuda putih dan seekor hitam. "Bagus, Sapara, kalian telah bekerja baik sekali" puji A ntaka seraya melepas kuda yang berbulu putih "Aku dan den ayu Sindura akan naik kuda ini dan engkau Sapara, naiklah kuda yang hitam” "Eh, bagaimana dengan aku ?" tanya Brehaspati. "Harap kakang kembali masuk ke dalam keraton. Kakang seorang prajurit bhayangkara. Apabila ikut pada kita, diri kakang tentu lekas diketahui dan kakang-pun tentu akan ditangkap. Maka baiklah kakang melakukan tugas seperti biasa agar jangan menimbulkan kecurigaan mereka. Disamping kakang dapat mengikuti setiap perkembangan dalam istana” Brehaspati anggap kata2 Antaka itu memang beralasan maka iapun segera melakukan perintah masuk lagi ke dalam keraton. Memang ia adalah seorang anggauta bhayangkara keraton. Demikian kuda putih dan hitam itu segera mencongklang pesat, menembus kesunyian malam. Dalam kelegahan karena dapat lolos dari keraton, Rara Sindura tak urung mengandung kesangsian kepada kedua orang yang membawanya itu "Paman hendak membawa aku kemana saja ?" tanyanya. "Ke gunung Polaman" sahut Antaka. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mengapa ke sana?" tanya Sindura pula. "Untuk menyembunyikan dirimu agar jangan sampai jatuh ke tangan raja Jayanagara lagi" sabutnya "di sana kita mempunyai sebuah makam sebagai tempat berlindung yang pelik dan tak mudah diketahui orang” "Makam ?" Rara Sindura terkejut "makam siapa ?” "Prabu Jayakatwang !” "Oh" Rara Sindura mendesuh kejut "paman, jika engkau benar2 hendak menolong aku, bawalah aku pulang ke desa asalku di Mandana” "Sindura, di dalam keraton engkau berkuasa memerintah para dayang tetapi di sini akulah yang berkuasa!" sahut orang itu dengan nada galak. Sindura terbeliak. Ia tak mengira sama sekali bahwa sikap Antaka yang begitu hormat dan merendah kepadanya, dalam sekejab saja sudah berobah scpsrti bumi dan langit bedanya. Pertama, Antaka sudah tak mau menyebut dengan panggilan den ayu lagi. Dan Kedua, nadanyapun berganti keras "Ah, adakah aku terjatuh ke tangan golongan orang jahat?" ia mulai menimang dalam hati. "Tidak, paman, aku hendak pulang ke Mandana saja!" serunya. "Hm, Sindura, jangan banyak tingkah!" bentak Antaka "aku bukan Jayanagara yang gila kecantikan tetapi aku adalah orang Wukir Polaman yang akan menghancurkan kerajaan Majapahit. Barang siapa berani menentang perintahku, tentu kubunuh!” Tersirap darah Rara Sindura penuh kengerian. Ia menyadari bahwa saat itu dirinya berada dalam genggaman manusia2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bengis. Jika ia berkeras kepala, tentu akan dibunuh "Ah, lebih baik kupura-pura ikut mereka. Begitu ada kesempatan, aku tentu akan melarikan diri" pikirnya. Ada dua peristiwa penting yang terjadi pada malam itu. Pertama, peristiwa yang akan menimpah perjalanan Sindura dan kedua orang Wukir Polaman itu. Dan kedua, peristiwa yang terjadi dalam keraton Majapahit. Peristiwa dalam keraton, merupakan rangkaian rencana penculikan Sindura yang akan dilakukan oleh beberapa fihak. Tepat sepengunyah sirih dari kepergian Sindura maka di gedung tempat kediamannva, muncullah seorang prajurit bhayangkara pula yang langsung masuk ke dalam ruang. "Den ayu, hamba adalah utusan gusti patih Aluyuda untuk membawa den ayu ke luar dari keraton” Sosok tubuh berkerudung muka yang duduk di atas kursi itu menggeliat tak menyahut lalu berbangkit dan terus menghampiri bhayangkara. Bhayangkara itupun tak menaruh syak wasangka apa2. Ia yakin wanita itu tentulah Rara Sindura. Tiba di halaman taman, tiba2 sesosok tubuh kurus menyembul ke luar dari balik pohon kesara "Bagaimana ki Srengga?" tegurnya. "Den ayu Sindura mau ikut, tetapi rencana kita belum sempurna, nyai” Yang muncul itu bukan lain adalah nyai Cempaka. Dayang yang bekerja pada patih Aluyuda itu mengerutkan alis "Apa yang belum sempurna?” "Untuk mengamankan rencana membebaskan den ayu ini, kuminta engkau menyamar sebagai den ayu Sindura dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berada dalam gedungnya. Dengan demikian para dayang dan penjaga tentu tak menyangka bahwa den ayu sudah lolos” Nyai Cempaka terkejut. Beberapa saat kemudian ia membuka mulut "Ah, apakah hal itu tak berbahaya? Bagaimana andaikata ada fihak lain yang datang hendak membawa den ayu? Bukankah mereka akan menumpahkan kemarahan kepadaku?” "Tidak nyai" Srengga memberi jaminan "gusti patih Aluyuda adalah seorang yang cerdik dan ahli merancang rencana. Apalagi beliau mendapat kepercayaan dari baginda. Rasanya hampir tiada kemungkinan bahwa lain fihak akan berusaha untuk menyelamatkan den ayu. Tetapi andaikata hal itu benar terjadi, kiranya engkaupun tak perlu khawatir, nyai. Kami pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menolongmu” Mendapat jaminan demikian, besarlah hati nyai Cempaka. Ia segera melakukan apa yang diperintah bhayangkara Srengga. Dan Srenggapun segera mengajak Sindura. Mereka menuju ketimur. Tiba di panggung tinggi yang lantainya berlapis batu putih, Srengga lanjutkan langkah menyusur deret gedung yang berhimpit membujur ke selatan. Ia menyeberang kemuka bangunan gedung itu, terus menyusur sebuah jalan dan tiba di alun2. Rupanya Srengga faham dengan keadaan keraton dan tahu sekali akan penjagaan pada malam itu. Sedikitpun ia tak menemui rintangan suatu apa. Jalan yang dilalui itu, sepi penjaga. Wanita yang dikira Rara Sindura itu, seperti yang dituturkan di atas, adalah dayang nyai Mandira. Sesungguhnya ia terkejut dan gemetar ketakutan pada saat membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya nanti sesaat bhayangkara Srengga itu mengetahui siapa sebenarnya Sindura yang dibawanya itu. Namun nyai Mandira cepat sekali sudah memperoleh pikiran http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bagaimana ia harus menjawab apabila pertanyaan Srengga atau patih Aluyuda nanti.



menghadapi



Dayang itu segera tenangkan perasaannya. Untuk menjaga jangan sampai menimbulkan kecurigaan pada bhayangkara Srengga, nyai Cempaka mengunci mulut rapat2, tak mau bicara apa2. "Den ayu, kita menuju kegedung kepatihan" kata Srengga di tengah perjalanan “gusti patih telah menyediakan tempat persembunyian yang pelik untuk den ayu” "Hm . . ." desuh nyai Mandira pelahan. Namun hal itu diartikan suatu pernyataan setuju oleh Srengga. Ia segera membawa wanita itu keluar dari lingkungan keraton. Tak lama kemudian, muncul pula nyai Wuni beserta Kebo Lembana "Den ayu, ki Kebo Lembana inilah yang akan membawa den ayu" kata nyai Wuni. Saat itu ruang tidur Sindura gelap gulita. Rupanya hmpunya dimatikan. Dari dalam kamar terdengar suara mendesis tak jelas yang bernada mengiakan. Dan pada lain saat sesosok tubuh berkerudung kain hitampun muncul dari kamar itu. Tanpa menyelidik lagi, nyai Wunipun segera berkata kepada Kebo Lembana : “Ki Lembana, kuserahkan den ayu kepadamu. Harap menjaganya baik2 dan serahkan kepada gusti mahapatih” "Sudah tentu nyai" sahut Kebo Lembana “tetapi aku memerlukan bantuanmu, nyai” "Apa?" nyai Wuni agak terkejut “sudah tentu aku patuh akan perintah gusti mahapatih” "Begitulah seharusnya, nyai" seru Kebo Lembana "dalam menolong orang kita harus berkorban. Seperti yang kita http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lakukan malam ini. Aku harus menembus penjagaan yang ketat untuk menyerahkan den ayu kepada pegalasan yang diutus gusti mahapatih, di luar istana. Dia yang akan menyelamatkan den ayu kesuatu tempat. Pun kepadamu, nyai, aku minta jasa bantuanmu” "Katakanlah, ki Lembana” Apa yang dikatakan Kebo Lembana itu ternyata mengenai rencana untuk mengamankan tindakan membebaskan Rara Sindura. Dan ternyata rencana itu serupa dengan rencana yang telah dilakukan Antaka dan Srengga. Yani menyuruh nyai Wuni menyaru seba-gai Rara Sindura dan tinggal di bilik peraduannya. Adakah rencana itu secara kebetulan sama dengan orang2 pesuruh Wukir Polaman dan Patih Aluyuda? Tidak! Memang baik Wukir Polaman, patih Aluyuda dan mahapatih Nambi, memang tergolong ahli merancang siasat. Tipu muslihat, kelicinan dan kelicikan, merupakan santapan bagi mereka. Maka dalam mengatur siasat untuk mengaman kan penculikan Sindura itu, mereka secara tak disadari, telah melakukan tindakan yang sama. Semula nyai Wuni terkejut dan gemetar mendengar perintah Kebo Lembana. Ia takut memikirkan akibatnya. Tetapi setelah Kebo Lembana memberi janji untuk menolongnya apabila sampai terjadi sesuatu pada dirinya, barulah dayang itu berani "tetapi kuminta ki Lembana menjaga secara bersembunyi di luar gedung keputren agar segera dapat bertindak apabila ada ba-haya. Karena apabila ada fihak lain yang datang dan tahu bahwa aku yang menyamar sebagai den ayu Sindura, mereka tentu akan membunuhku http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebo Lembana memberi kesanggupan. Setelah dayang itu masuk ke dalam gedung kediaman Rara Sindura, barulah ia membawa Rara Sindura palsu itu menuju ke pintu gapura barat. Ternyata para penjaga pintu gapura barat itu ada-lah orang-orangnya mahapatih Nambi. Maka dengan leluasa Kebo Lembana dapat menyelundupkan Rara Sindura ke luar. Di luar sudah siap menunggu seorang pengalasan utusan mahapatih Nambi. Setelah menyerahkan Rara Sindura kepada orang itu, Kebo Lembana pun kembali masuk ke dalam keraton lagi. Tak berselang berapa lama, muncul pula nyai Badra bersama seorang lelaki berpakaian bhayangkara, menuju kegedung kediaman Rara Sindura. "Den ayu, inilah utusan yang hendak membawa den ayu keluar dari keraton" seru nyai Badra setengah berbisik. Nyai Cempaka yang menggantikan diri Rara Sindura, mengeluh dan memaki dalam hati “Uh, setan alas, mengapa si Badra tak mau, menyebut siapakah yang mengutus orang itu . . . ?" Ia hendak bertanya tetapi takut kalau suaranya dikenal oleh nyai Badra. Maka terpaksa ia hanya mendesis pelahan lalu melangkah keluar. Ruangan gedung gelap dan nyai Badrapun tak menyangka sama sekali bahwa wanita yang terbungkus kain hitam dan berkerudung muka itu, bukan Rara Sindura. Walaupun setiap hari nyai Wuni selalu mengantar hidangan kepada Rara Sindura, namun setelah selesai menghaturkan hidangan, iapun tentu terus keluar lagi. Tak pernah ia berada dalam ruang sampai lama, apa-lagi pada malam hari. Brak .... aduh . . . tiba2 terdengar bunyi benda beradu disusul dengan suara mengaduh dari mulut nyai Wuni. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ternyata karena kurang faharn akan letak2 perabot ruang ditambah pula karena gelap, maka tak terduga2 lambung nyai Wuni telah membentur ujung meja. Karena kerasnya benturan, ia sampai menjerit kesakitan. "Hai, mengapa . . ." orang yang hendak membawa Rara Sindura keluar keraton itu, tak berapa jauh dari tempat nyai Wuni. Ia terkejut mendengar jeritan mengaduh dari wanita yang hendak dibawanya keluar itu. Secepat kilat ia menyambar tangan nyai Wuni terus ditariknya. Maksud orang itu hendak menolong tetapi akibatnya malah makin membuat nyai Wuni terkejut sekali. Ia tengah meringis kesakitan atau tiba2 tangannya dipegang oleh lima buah jari yang kasar dan keras, maka menjeritlah dayang itu "Tolong... lepaskan tanganku!"nadanya kejut2 kesakitan. Serempak pada saat orang itu lepaskan cekatannya, nyai Badra membentak keras "Hai, engkau bukan den ayu Sindura!” Serasa terbanglah semangat nyai Wuni ketika menyadari bahwa dirinya telah diketahui nyai Badra. Belum sempat ia mengembangkan pikiran untuk menghadapi pertanyaan, tiba2 orang lelaki berpakaian prajurit itu, melonjak kaget “Apa? Dia bukan Rara Sindura?” Dan secepat kilat, ia sudah menyambar tangan nyai Wuni pula terus ditarik kearahnya “Siapa engkau?" bentaknya seraya gerakkan tangan kiri untuk mencabut kain hitam yang mengerudungi muka nyai Wuni. "Oh, engkau Wuni ... " teriak nyai Badra tertahan. "Benar, nyai Badra, aku memang Wuni, aduh. .. . " belum selesai nyai Wuni berkata, ia sudah menjerit kesakitan karena rambutnya dijambak prajurit itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lekas bilang, siapa engkau? Kalau berani membangkang, kepalamu tentu akan kupelintir putus!" bentak prajurit itu pula dengan geram. "Ya, ya, aku hendak bilang tetapi lepaskan dulu tanganmu itu!" sahut nyai Wuni “Kalau engkau tak mau, akupun tak sudi bicara sekalipun engkau bunuh” "Lepaskan, ki Bangah" nyai Badrapun ikut meminta. Orang itu segera leprskan tangannya. Setelah mengatur napasnya yang memburu keras karena kejut dan sakit, nyai Wuni segera membuka mulut "Mbakyu Badra, bukankah engkau hendak mencari den ayu Sindura?” "Hm" desis nyai Badra “dimana den ayu?” "Den ayu telah dibawa seorang lelaki yang berpakaian seperti prajurit bhayangkara keraton. Sebelum pergi, orang itu memaksa aku supaya menyaru dan menggantikan den ayu di sini ...” "Prajurit bhayangkara yang mana .. " prajurit yang datang bersama nyai Badra itu cepat menukas gopoh. "Entah, aku belum kenal. Menurut pengakuannya kepada den ayu yang dapat kudengar, katanya prajurit itu utusan rakryan Kuti ....” "Keparat, jangan memfitnah!" bentak prajurit itu marah. "Memfitnah ? Aku hanya mengatakan kata2 keterangannya saja" sahut nyai Wuni. "Tak mungkin!" teriak prajurit itu. "Mengapa tak mungkin ?" seru nyai Wuni. "Karena akulah yang diutus oleh rakryan Kuti...” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki Lembu Bangah!" tukas nyai Badra cepat2. Namun sudah terlanjur prajurit itu mengatakan siapa dirinya. Dan nyai Wunipun sudah mendengarnya. Memang nyai Wuni itu seorang dayang yang cerdik. Sebenarnya ia tak tahu siapa prajurit yang dibawa nyai Badra itu. Maka dipancingnya prajurit itu dengan kata2 tadi. Kini nyai Wuni dapat mengetahui dengan fihak mana, nyai Badra bekerja. "Hih" ia tertawa ewa "jadi engkau bekerja pada rakryan Kuti, mbakyu Badra ?” "Engkau bohong, Wuni. Tak mungkin orang yang membawa lari den ayu Sindura itu, memaksamu dengan kekerasan supaya engkau mau menyaru jadi den ayu Sindura !” "Bagaimana engkau dapat memastikan hal itu?" balas nyai Wuni. "Itu mudah sekali diketahui" nyai Badra tertawa mengejek. Ia cepat menyadari bahwa dirinya telah termakan siasat nyai Wuni" bahwa mulutmu tak disumbat dan engkau bebas bergerak, itu sudah suatu bukti. Dan yang jelas engkau tentu bersekutu atau sekurang-kurangnya tahu siapa bhayangkara yang membawa pergi den ayu Sindura itu” “Hm,engkau benar2 Wanita yang licin. Engkau alihkan tuduhanku tadi dengan rangkaian dakwaan ... " diam2 nyai Wuni memaki nyai Badra. "Memang tujuan penculik itu, supaya aku bebas bergerak sehingga tak menimbulkan kecurigaan dayang2 di sini" sahutnya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah, jangan banyak mulut!” tiba2 prajurit itu membentak seraya hendak menyambar tangan nyai Wuni pula "ayo, engkau mengaku atau akan kupatahkan lenganmu !” Jika tadi karena gelap, nyai Wuni telah membentur ujung meja sehingga tertangkap basah oleh prajurit yang dibawa nyai Badra, adalah sekarang, ia memperoleh keuntungan dari ruang yang gelap itu. Cepat ia menyurut mundur lari ke jendela dan membuka daun jendela. Ketika prajurit itu memburu, nyai Wuni cepat ber-seru dengan tertawa hina "Engkau mau menyiksa diriku? Hm, lihatlah di balik gerumbul pohon di halaman itu. Sekali aku menjerit, tentu akan berhamburanlah para prajurit bhayangkara kemari untuk menangkapmu dan nyai Badra” "Hm, jangan engkau coba mengancam aku!" prajurit itu menghardik. "Mengancam? Kalau ingin bukti, lihatlah" nyai, Wuni terus lontarkan sebuah cawan tembikar keluar jendela. Trang . . .' cawan itu berderang pecah di tanah., "Lihatlah itu!" kata nyai Wuni seraya menun-juk keluar. Ketika, mata prajurit itu memandang kearah yang ditunjuk nyai Wuni, ia terbeliak kaget. Sesosok tubuh hitam tampak bergerak-gerak dari balik gerumbul pohon di halaman. "Sudah percayakah sekarang? Apabila aku menjerit, mereka tentu akan menyerbu gedung dan menangkapmu. Apabila engkau yakin dapat mengatasi mereka, silahkan engkau mempersakiti diriku ini dan menangkapku Apabila engkau yakin dapat mengatasi mereka, silahkan bunuh aku ...” Prajurit itu menggeram. Tetapi nyai Badra cepat menghunjam kata "Ih, belangmu kelihatan Wuni! Engkau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengatakah tak tahu siapa yang membawa pergi den Ayu Sindura. Tetapi nyatanya engkau sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi pada dirimu! Ah, aku bukan seorang anak kecil nyai Wuni. Jelas engkau tahu dan bahkan ikut mengatur peristiwa penculikan itu!” Nyai Wuni terkesiap. Ia bermaksud hendak menggertak prajurit yang hendak mengancam jiwanya itu. Tetapi hal itu, secara tak disadari, telah membuka kedoknya sendiri. Tetapi untunglah dalam saat2 yang terdesak itu, ia tak sampai kehilangan faham “Mbakyu Badra, aku mau membuka rahasia, tetapi aku menuntut syarat darimu” Mendengar itu nyai Badra tak berani segera memberi pernyataan melainkan berpaling kearah prajurit yang dibawanya itu dengan pandang bertanya. Prajurit itu menganggukkan kepalanya. Dan nyai Badra pun segera berpaling kepada nyai Wuni pula "Baik, nyai Wuni, katakanlah syaratmu itu” "Kita, fihak yang kubantu dan fihak yang engkau bantu, ibarat maaf, anjing yang berebut tulang tetapi dagingnya dilarikan serigala. Mungkin fihakku dan fihakmu, karena sesuatu alasan, sukar untuk berserekat dan kerjasama. Maka syarat yang kuajukan itu yalah: Pertama, kita ini tak perlu kerjasama tetapi pun jangan saling bermusuhan. Kedua, kita harus menjaga rahasia diri kita dengan teguh. Artinya, hubungan kita sehari-hari janganlah terpengaruh karena adanya peris-tiwa ini. Aku bersumpah takkan mengatakan rahasiamu da» engkaupun harus bersumpah takkan membocorkan rahasiaku. Setuju?”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Nyai Badra anggap usul itu dapat diterima. Namun ia tak berani mengambil keputusan sendiri dan mengail pertanyaan kepada si prajurit melalui pandang mata. Sebenarnya saat itu prajurit itupun sedang menimangnimang ucapan nyai Wuni tadi. Sesungguhnya ia lebih suka melenyapkan dayang itu agar jangan membocorkan rahasia. Tetapi ternyata nyai Wuni telah mengadakan persiapan lebih dahulu. Ia anggap untuk sementara waktu, lebih baik menerima. Maka kembali ia memberi isyarat setuju. “Baik adi Wuni" kata nyai Badra “kami setuju usulmu itu. Tetapi bagaimana aku dapat mempercayai pernyataanmu takkan membuka rahasia ini?” Dayang Wuni segera mengangkat sumpah. Kemudian ia minta nyai Badrapun mengucapkan sumpah. Setelah sama2 mengikrarkan sumpah maka nyai Badra mendesak lagi kesediaan nyai Wuni untuk mengatakan fihak mana yang dihubungi itu. Sejenak nyai Wuni memandang kesekeliling. Tingkahnya seperti orang yang ketakutan apabila pembicaraannya didengar orang. Setelah itu baru ia berkata setengah berbisik “Wukir Polaman ...” Nyai Badra terbeliak kaget. Tetapi cepat2 ia tenangkan diri dan mengangguk “Baiklah” Dayang itu segera mengajak prajurit berlalu. Sepeninggal mereka, tampak mulut nyai wuni merekah senyum ewa “Biarlah mereka saling terkam menerkam sendiri . . .” Dayang itu segera menuju keluar halaman dan menemui Kebo Lembana. Dengan bisik2 ia menceritakan apa yang telah dialami beberapa saat tadi. Kebo Lembana menunjukkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jempol tangannya selaku memuji ke-cerdikan dayang itu. Nyai Wuni tersenyum bangga. . Memang dayang itu tak menyadari bahwa dirinya dan Kebo Lembanapun telah termakan siasat fihak yang datang mendahului mereka dan membawa Rara Sindura lolos .... Kesunyian malam di pedesaan diluar puri kerajaan tiba2 terpecah oleh derap kuda mencongklang pesat di-sepanjang jalan. Dua ekor kuda putih dan hitam seolah-olah berpacu menembus kelelapan sang malam. Kuda putih dinaiki oleh seorang lelaki dan seorang wanita. Sedang kuda bulu hitam hanya memuat seorang penunggang lelaki. "Kakang Antaka" tiba2 penunggang kuda hitam berseru "sudah beberapa jam kita mencongklang pesat dan kartika Agrapun sudah, condong ke barat. Tak lama tentu sudah fajar. Mengapa kita tidak berhenti barang sejenak untuk meluangkan istirahat bagi kuda kita? Tidakkah tunggangan kita akan kehabisan tenaga?” Memang ketiga orang itu adalah rombongan Antaka yang membawa Rara Sindura "Jangan, Sapara" sahut Antaka "tempat ini belum jauh dari puri kerajaan. Apabila mereka mengetahui bahwa yang mereka dapatkan itu hanya salah seorang dayang, tentu mereka akan marah dan mengejar kita. Nanti saja setelah lewat fajar, barulah kita berhenti "Siapakah yang engkau maksudkan mereka itu, kakang ?" seru Sapara pula. Sambil tetap melarikan kudanya kencang, Antaka berseru "Aku tak dapat memastikan golongan yang mana. Tetapi dari kawan-kawan kita yang berada dalam keraton, aku dapat keterangan bahwa memang ada beberapa golongan yang siap bergerak untuk menculik Sindura ini. Kalau dugaan mereka tak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ salah, kemung-kinan besar dari fihak mahapatih Nambi, rakryan Kuti, pati Aluyuda dan Gajah Kencana. ...” "O" desuh Sapara "mahapatih Nambi, rakryan Kuti, Gajah Kencana, memang ada kemungkinan. Tetapi masakan patih Aluyuda juga akan ikut bergerak. Bukankah dia yang menganjurkan raja Jayanagara untuk mengundang Kuda Lampeyan dan Sindura ke istana dan akhirnya raja jatuh hati pada Sindura?” "Ah, engkau Sapara" gumam Antaka "disitulah letak kunci persoalan itu. Patih A luyuda berkeinginan keras untuk merebut kedudukan mahapatih dari tangan rakryan Nambi. Maka ia mengumpan baginda dengan Sindura yang cantik. Maksud Aluyuda, karena Sindura ini isteri dari kemanakannya, tentulah mahapatih Nambi akan marah. Kemarahan Nambi itu akan dijadikan alasan Aluyuda untuk menghasut baginda agar menindak ra-kryan Nambi. Tetapi ternyata rakryan Nambi tak mengadakan tindakan apa2. Aluyuda makin ngotot. Dia tentu akan bergerak menculik Sindura. Apabila Sindura hilang, tuduhan raja tentu akan jatuh pada diri Nambi dan tentu akan menghukumnya” "O, cerdik juga patih Aluyuda itu ....” "Tetapi kaum kita tak menganggap patih itu sebagai lawan berat. Yang masuk hitungan kita yalah gerombolan Gajah Kencana itu. Kita tak mengetahui siapa anggauta gerombolan itu, tetapi pengaruh dan tindakan mereka untuk merintangi rencana kita, selalu terasa. Hm, mereka benar2 menyerupai gerombolan setan yang tak kelihatan” "Kakang, mengapa kita mendahului membawa wanita itu ? Bukankah lebih menguntungkan kalau kita tak bertindak melainkan hanya melihat saja bagaimana golongan2 itu akan saling berebut melarikan Sindura? Mereka pasti saling hantam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menghantam dan setelah menyelesaikan mereka”



mereka



lemah,



baru



kita



Antaka mendengus "Memang terkandung rencana itu dalam pemikiran kita. Tetapi kita kuatir, apabila gerombolan Gajah Kencana yang berhasil melarikan Sindura ini. Tentu persoalan itu akan diselesaikan dengan aman dan memuaskan fihak2 yang tersangkut. Ingat Sapara, Gajah Kencana itu pendukung kerajaan Majapahit” "Lalu tujuan kita membawa wanita itu ?” "Dengan hilangnya wanita ini dari keraton secara tak diketahui orang, tentulah akan timbul kecurigaan dan tuduh menuduh diantara golongan2 itu. Dan yang terutama, raja tentu akan murka, pikirannya kalut dan kacaulah roda pemerintahan Majapahit....” Sapara mendesus dan diam2 Rara Sindura mencatat semua pembicaraan itu dalam hati; Kini mulai teranglah pikirannya akan semua peristiwa yang telah terjadi. Ia telah menjadi korban dari beberapa golongan yang saling merongrong kewibawaan Majapahit. Sayup2 terdengar suara ayam hutan berkokok dan cakrawala bang wetanpun mulai memburat merah. Suatu tanda persiapan dari kehadiran sang fajar. Hampir setengah malam mereka melarikan kuda sekencang angin. Angin sepoisepoi berlembah embun, mulai menabur muka. Bulu2 romapun meregang dingin . Seyojana mata memandang hanya keremangan malam menjelang tersingkap fajar, mencengkam empat keliling penjuru. Gelap pekat, sunyi senyap. "Kakang Antaka, dimanakah kita akan beristirahat?" Sapara mengulang pertanyaannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Melintas bulak hutan ini dan mengarungi bukit yang menggunduk di sebelah muka itu, mudah-mudahan kita akan tiba di sebuah desa" sahut Antaka. "Ah, kalau begitu kita segera akan mengaso" sambut Sapara dengan gembira. "Tidak" sahut Antaka serempak "kita lanjutkan sampai ke candi Jcdong baru mengaso bahkan kalau perlu kita berhenti di hutan. Tetapi jangan di desa karena mudah menimbulkan perhatian orang” Sapara hanya mendengus tetapi tak berani membantah. Memang yang ditugaskan oleh himpunan Wukir Polaman itu adalah Antaka dan ia hanya sebagai pembantu saja. Saat itu mereka telah melintasi bulak hutan dan mulai menempuh bukit. Setelah menuruni bukit samar2 jauh di sebelah muka, tampak menggunduk gerumbul pohon yang menandai sebuah desa. Kedua kuda putih dan hitam itu kuda yang tegar dan kencang larinya. Tak berapa lama merekapun masuk ke dalam desa. Jalan dalam desa itu masih sunyi, rumah2pun masih tertutup rapat. Mereka lanjutkan perjalanan keluar dari desa itu terus menuju ke timur. Menjelang fajar, tampak sebuah bangunan candi menjulang di tengah tanah lapang. Jaraknya masih dua tiga pemanah. Berkata Antaka "Itulah candi Jedong, aku kenal dengan brahmana kepala candi. Kita nanti singgah di situ” Tepat pada saat tiba di muka pintu candi, mereka mendengar suara orang mengalunkan doa. Rupanya para murid dalam candi itu sedang melakukan sembahyang. Antaka tak berani gegabah masuk. Walaupun ia kenal dengan kepala http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ candi tetapi ia tak berani mengganggu mereka. Setelah mereka selesai mendambakan sembahyang, pagi barulah Antaka melangkah masuk. "O, ki Antaka" seorang brahmana muda menyambut dengan nada kejut2 heran "tentulah tuan mempunyai keperluan penting datang sepagi ini ke candi kami” "Aku hendak berjumpa dengan brahmana Satmaka" jawab Antaka "tolong laporkan kedatangan kami kepada beliau” Sejenak brahmana muda itu memandang silih berganti kepada Antaka, Sapara dan Rara Sindura. Sepasang alisnya tampak mengerut "Baik, harap tuan tunggu sebentar, aku akan masuk menghadap guru” Brahmana muda itu masuk ke dalam candi dan tak berapa lama keluar lagi untuk mempersilahkan Antaka masuk. Seorang brahmana tua yang putih rambutnya muncul menyongsong kedatangan rombongan Antaka "Ah, sepagi ini ki A ntaka sudah tiba di candi kami, adakah sesuatu keperluan yang andika inginkan dari aku?” "Ki brahmana" kata Antaka "kami tak. me-ngandung suatu keperluan kecuali hanya ingin mohon beristirahat beberapa waktu di candi ini. Kami habis melakukan perjalanan jauh” "Silahkan ki Antaka" sambut brahmana Satmaka sambil melirik sejenak kearah Rara Sindura "candi kami selalu terbuka untuk yang ingin melepas keletihan, kelaparan, dahaga dan membutuhkan pertolongan..” "Terima kasih ki brahmana. Inilah isteriku" kata Antaka memperkenalkan Rara Sindura dan Sapara kepada brahmana itu. Satmaka memberi hormat kepada Sindura dan Sapara. Sindura terbeliak mematung. Ia benar2 terkejut mendengar kata2 Antaka yang mengaku ia sebagai isterinya. Kemudian http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wajahnya menebar warna merah dan terus hendak berseru. Tetapi tiba2 Antaka yang berdiri di samping, cepat menyelutuk "Ki brahmana, apabila tuan tak keberatan, kami ingin segera ....” "Baiklah ki Antaka" cepat Satmaka menukas karena tahu apa yang diinginkan tetamunya itu. Kemudian ia berseru memanggil seorang brahmana muda "Wilupa, antarkan ketiga tetamu itu kepondok asrama, dan layani mereka sebaikbaiknya.” Brahmana muda itu mengiakan lalu membawa ketiga tetamu menuju kebagian ruang belakang, keluar pintu candi terus menuju ke sebuah hutan kecil. Di situ terdapat beberapa pondok papan "Karena dalam candi hanya untuk bersujud dan melakukan upacara2 doa sembahyangan, maka tiada tempat untuk menerima tetamu. Bapak guru telah mendirikan asrama pondok ini untuk tempat tinggal para murid2. Silahkan beris-tirahat di sini” "Terima kasih, ki brahmana muda" kata Antaka. Brahmana muda itu membuka pintu dari dua buah ru-ang pondok. Setelah mempersilahkan ketiga tetamunya masuk, iapun pergi untuk menyediakan minuman. "Mengapa engkau mengatakan aku sebagai isterimu?" setelah tiada orang, Rara Sindura menegur. Namun Antaka hanya tertawa lebar "Ah, hanya pura2 saja agar jangan menimbulkan kecurigaan brahmana di sini. Masakan sungguh2?” Sindura minta sebuah bilik dan suruh kedua orang Wukir Polaman itu tidur dilain bilik. "Uh, mengapa begitu? Bukankah engkau isteriku, ha, ha, ha. . . ." Antaka berolok-olok. Ia mulai bermain ucap kasar dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kotor. Tiba2 wajah Sapara berobah merah "Kakang, jangan berolok-olok demikian!” Antaka terkesiap lalu menghambur tawa "Ha, ha, rupanya engkau cemburu, Sapara” Sapara cepat menyangkal "Tidak, aku tidak cemburu melainkan hanya berjaga diri. Jangan sampai kelepasan kata sehingga jejak kita diketahui brahmana di sini” Sindura tak mengacuhkan mereka. Dengan marah, ia terus masuk ke dalam bilik mengunci pintunya. Tak berapa lama, brahmana muda Wilupa datang membawakan minuman dan sekedar hidangan. Diam2 brahmana muda itu heran mengapa wanita yang disebut sebagai isteri oleh Antaka, tidur dalam sebuah bilik sendiri. Namun brahmana itu segan bertanya. Habis meletakkan minuman di meja, ia terus melangkah keluar. Tiba2 ia terkejut karena lengannya digamit tetamu wanita itu. Ketika berpaling, dilihatnya wanita cantik itu mengatupkan jari ke mulut. Brahmana Wilupa gemetar. Walaupun sudah berumur duapuluh tahun lebih, namun tak pernah ia bersentuhan dengan wanita. Apalagi wanita secantik Sin-dura. Darahnyapun mendebur keras. Belum sempat ia membuka mulut, dilihatnya si cantik membuat gerakan tangan. Maksudnya minta bicara empat mata dengan brahmana muda itu. Bulu roma Wilupa menggelinjang. Hampir ia tak percaya apa yang diisyaratkan Sindura itu. Hatinya berdebar cemas. Ia seorang brahmana dan Sindura seorang wanita yang sudah bersuami. Seorang pria, walau seorang pendetapun, dilarang bicara ditempat sepi dengan wanita yang sudah bersuami. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam undang2 perbuatan itu disebut S t r i s a n g g r a h a n a atau menjamah isteri orang lain. Lebih2 seorang pendeta atau brahmana.Jika berbuat begitu, dianggap hilang sifat kependetaan atau kebrahmanaannya. Wilupa cepat memandang wajah Sindura. Maksudnya hendak menggelengkan kepala menolak. Tetapi ketika pandang matanya tertumbuk pada mata Sindura, terbeliaklah brahmana itu. Tampak bola mata wanita itu digenangi airmata yang berlinang-linang. Wajahnya sayu teriba-iba. Seketika kekerasan hati Wilupa untuk menolak, larut luluh bagai garam dibuang ke laut. Wilupa lupa akan segala ajaran kebrahmanaannya. Lupa ia akan bunyi undang2 tentang Strisanggrahana. Yang mengisi benaknya adalah suatu pesona yang melarutkan segala kesadaran hati dan pertimbangan akal pikirannya. Dan diluar kesadaran ia tak kuasa mencegah kepalanya mengangguk setuju. Kemudian disusul dengan gerakan tangan, memberi isyarat agar wanita itu pergi ke hutan di belakang asrama. Ia akan menunggu di sana. Rara Sindura menyembah selaku berterima kasih. Tak berapa lama setelah brahmana muda itu pergi maka dari sebelah bilik terdengar suara orang mendengkur. Diam2 Sindura girang. Ia yakin yang mendengkur itu tentulah kedua orang Wukir Polaman: Setelah menunggu beberapa saat lagi untuk memastikan bahwa kedua orang itu sudah benar2 tidur lelap, barulah dengan hati2 Sindura membuka pintu dan melangkah keluar. Untunglah saat itu para murid2 brahmana yang berada dalam asrama berkumpul di candi. Maka dapatlah Sindura leluasa menuju ke belakang asrama. Ternyata brahmana Wilupa pegang janji. Ia sudah menunggu di balik semak2 pohon. "Duh, sang brahmana, aku hendak minta pertolongan tuan" kata Sindura dengan nada rawan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wilupa makin terbelalak. Bukankah wanita itu isteri Antaka, mengapa minta tolong kepadanya dan tidak kepada suaminya? Melihat brahmana muda itu kerutkan dahi, Sindurapun lalu menceritakan tentang dirinya dan peristiwa yang sedang dihadapinya. "O, ki Antaka itu bukan suamimu?" Wilupa mendesus penegasan. Sindura dengan nada sungguh2 menyatakan bukan isteri Antaka. Brahmana Wilupa termenung sampai beberapa saat baru ia membuka mulut "Lalu apakah maksud andika sekarang ini?” "Ki brahmana" kata Sindura tersedu "aku seorang wanita lemah yang sedang menderita kesusahan. Sepasang raga dirantau, pisah suami, jauh sanak saudara. Tiada tempat meneduh yang setenang candi, tiada sumber kasih yang seagung kasih Hyang Widdhi, tiada laut kerelaan yang sebesar dharma amal kaum brahmana dan pendeta. Duhai, ki brahmana, Sindura telah meneduh di bawah naungan candi Syiwa. Hatiku merasa tenteram dan harapankupun timbul pula. Ku-percaya ki brahmana dan sekalian brahmana dalam candi itu akan suka meluluskan permintaanku. Tolonglah bebaskanlah diriku dari cengkeraman orang2 Wukir Po-laman itu” "Ah . .” Wilupa mendesah lalu pejamkan mata. ,Karena sampai lama belum juga brahmana itu membuka mata, akhirnya Sindura tak kuasa menahan kesaba-rannya "Bagaimana, kibrahmana, dapatkah tuan meluluskan permintaanku itu?” Wilupa menghela napas lalu menjawab “Jangan salah faham, nini. Bukan aku menolak tetapi aku mempertimbangkan akibatnya. Untuk membebaskan andika http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dari tangan orang2 itu, tidaklah sukar. Tetapi bagaimana akibatnya apabila baginda Jayanagara mendengar engkau berada dalam candi sini?” Sindura terkesiap. Namun cepat pula ia menjawab “Yang kumohon kepada ki brahmana yalah pembebasan diriku dari tangan orang Wukir Polaman. Setelah itu aku hendak pulang ketempat orangtuaku di Mandana” Brahmana Wilupa mengangguk “O, baiklah, nini. Kami akan berusaha tetapi bagaimana hasilnya, kami tak dapat mengatakan lebih dahulu” "Duh, ki brahmana, betapa besar rasa terima kasih Sindura" serta merta Sindura terus berlutut hendak mencium kaki Wiliupa. Brahmana muda itu tersipu-sipu mengangkat bangun “Jangan bersikap begitu, nini. Walaupun menyanggupi, tetapi aku masih menyangsikan kemampuanku untuk berhasil.... “ Demikian Sindura kembali ke dalam pondok asrama para murid2 brahmana itu lagi. Didengarnya kedua orang Wukir Polaman itu masih mendengkur keras. Iapun masuk ke dalam biliknya dan beristirahat. Entah berapa lama Sindura tertidur, ketika bangun ternyata hari sudah hampir petang. Dan tak lama kemudian terdengar pintu diketuk orang. Waktu pintu dibuka, ternyata Antaka dan Sapara sudah siap menunggu di luar “Setelah'makan malam, kita nanti berangkat lagi" kata Antaka. "Mengapa tidak besok pagi ?"tanya Sindura. "Perjalanan pada malam hari lebih aman dari kejaran pasukan kerajaan. Saat ini raja tentu sudah mengetahui engkau lolos dari keraion dan tentu mengerahkan pasukan untuk mengejar kita” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura tak dapat membantah. Setelah makan dan mengemasi bekalan, Antaka bertiga segera menghadap brahmana Satmaka untuk minta diri. Diam2 Sindura heran karena tak melihat kehadiran brahmana Wilupa. Antaka, Sapara dan Sindura melanjutkan perjalanan menuju ke Ujung Galuh di sebelah timur. Makin malam perjalanan makin gelap. Tetapi setelah tidur sehari, Antaka dan Sapara tampak segar. Demikianpun kedua ekor kuda putih dan hitam itu. Mencongklang pesat menembus kegelapan malam. Saat itu mereka... akan memasuki sebuah hutan. Lebatnya daun2 pohori, sukar ditembus sinar rembulan. Tiba di muka hutan, mereka dikejutkan oleh suara burung kulik mengimbau gencar. "Kakang ... " seru Sapara seraya hentikan kuda. "Mengapa, Sapara? Jangan takut, itu hanya suara burung kulik " selutuk Antaka seraya memacu kuda mendahului masuk ke dalam hutan. Tetapi kuda putih tunggangannya itu segera melonjak ke atas dan meringkik keras. Antaka cepat menguasai kendali dan memaksa kuda putih turunkan kedua kaki depan ke tanah lagi. Serempak pada saat kuda berdiri tegak, terdengarlah suara ketawa yang seram. Dan lebih terkejut pula Antaka ketika melihat sesosok tubuh aneh menghadang di sebelah muka. Penghadang itu wajahnya berselubung kain hitam “Berhenti!” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hai, siapa engkau!” teriak Antaka getar. "Tak perlu bertanya. Pilihlah, serahkan wanita itu atau jiwamu!" lengking orang aneh itu. "Keparat!" Antaka gentakkan kendali dan ku-dapun menerjang kemuka, tar . . . Antaka ayunkan cemetinya menghajar. "Uh..... " orang itu mendesuh dan menghindar kesamping lalu hendak balas, menyerang. Tetapi s-konyong-konyong dari arah belakang terdengar derap kuda menerjangnya. Ternyata Sapara yang menyusul masuk ke dalam hutan terkejut ketika melihat Antaka bertempur dengan seorang berselubung muka. Cepat ia menerjang maju dan tusukkan tombaknya ke punggung orang..... o)==odwo==(o



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



Jilid 6



I SATWA, RAYAS dan TAMAS merupakan triguna yang mengikat Roh manusia di dalam badan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ikatan dari Satwa adalah murni, terang dan menimbulkan budi luhur. Sifat Rayas adalah hawa nafsu. Sedang Tamas, sifatnya masa bodoh, membiaskan dan tak bertanggungjawab. Ketika di medan perang Kurusetra berhadapan dengan kaum Korawa, Arjuna tampak bimbang dan bingung karena harus berperang melawan sanak keluarganya sendiri itu, maka berhamburanlah mutiara wejangan dari Sri Batara Kreshna tentang dharma, arti dan tujuan peperangan besar itu. "Barang siapa yang melakukan kewajiban sebaik-baiknya tanpa terikat pada kesudahan hasilnya, maka dia menjalankan sifat Satwa. Tidak menghindarkan pekerjaan yang maha sulitnya, pula tidak terikat pada pekerjaan yang menyenangkan saja, itulah yang dinamakan tyaga satwa...." Demikian wejangan Sri Kreshna mengenai Mokswa Sanyasa Yoga, salah sebuah dari delapanbelas yoga yang diuraikan kepada Arjuna di medan perang Kurusetra. Kedelapan belas yoga atau ilmu pengetahuan itu telah diabadikan dalam kitab BHAGAWAD GITA yang menjadi landasan falsafah hidup kaum brahmana dalam mencapai kesempurnaan bathin. Demikian dengan brahmana Wilupa. Alam pikirannya terlingkup dalam lingkungan yoga2 itu. Sesungguhnya setelah menyanggupkan janji kepada Sindura, ia termenung dalam kebimbangan. Bimbang karena besarnya beban untuk menolong wanita itu, dengan piciknya ilmu ajaran keagamaan dan ilmu kanuragan yang telah diserapnya selama ini. Ragu pula ia adakah tindakannya itu dibenarkan oleh gurunya, brahmana Satmaka. Namun ia sudah memberi janji. Seorang brahmana pantang mengingkari janji. Apapun yang akan terjadi, ia harus http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menetapi ucapannya. Dan awan kebimbangan hatinya mulai tersiak cerah ketika ia teringat akan wejangan Sri Kresshna kepada Arjuna itu. Makin cerah makin berhamburan sinar terang dalam jangkau renungannya. Tertumbuk pula ia akan petuah Prabu Ramawijaya kepada Anoman .... "Apabila hanya gemar akan yang mudah dan takut yang bersifat Sukar, segala cita2 tentu takkan terlaksana ...." Serentak hapuslah segala keraguan Wilupa. Tiada lagi ia meragukan akan hasil tindakannya menolong Rara Sindura. Tiada ia gentar akan kesukaran2 yang akan dihadapinya. Ia hendak menetapi janji yang telah diucapkannya, lepas daripada perhitungan hasil atau gagal. Setelah mengetahui rencana Antaka yang hendak melanjutkan perjalanan pada malam itu, Wilupa mendahului langkah. Diam2 ia tinggalkan candi dan menunggu disebuah hutan. Ia memperhitung kan Antaka dan rombongannya tentu akan menempuh hutan itu. Dan agar tak diketahui ciri peribadinya oleh Antaka sehingga akan menimbulkan akibat lebih lanjut kepada para brahmana candi Jeglong, maka ia menghias diri dalam penyamaran pakaian hitam dan menutup muka dengan kerudung hitam. Sebenarnya Sindura tak tahu langkah yang akan diambil Wilupa untuk menolong dirinya. Namun terdorong keinginan berusaha melepaskan diri dari kedua orang Wukir Polaman itu, ia sampai terpaksa minta pertolongan Wilupa. Maksudnya agar brahmana itu suka melaporkan hal itu kepada brahmana Satmaka dan brahmana kepala candi itu tentu akan menggunakan segala kemampuan yang ada padanya, untuk memberi pertolongan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setitikpun Sindura tak menyangka bahwa Wilupa akan bertindak seorang diri. Hal itu baru diketahuinya ketika ia melihat perawakan dari orang kerkerudung muka yang menghadang dalam hutan itu. Hampir Sindura menjerit ketika orang berkerudung muka itu ditusuk dari belakang dengan tombak oleh Sapara. Untunglah sebelum ia mengeluarkan suara, Wilupa ternyata sudah loncat menghindar ke samping. Sapara terkejut ketika tombaknya menampar angin dan lebih kejut pula ia sesaat menyadari kudanya hendak membentur kuda putih yang dinaiki Antaka. Untunglah ia cukup cekat dan tangkas. Ia lepaskan tangan kanan sehingga tombak itu hanya dipegangnya dengan tangan kiri lalu secepat kilat tangan kanannya menyambar kendali kuda untuk ditariknya kuat2 ke samping kiri. Dalam pada itu Antakapun tak tinggal diam. Ia cepat mendorong kudanya ke muka. Dengan demikian terhindarlah tubrukan antara kedua ekor kuda itu. Namun belum sempat Sapara menempatkan dirinya dengan tegak di atas punggung kuda hitam, orang berkerudung itupun sudah loncat menahasnya. Memang gerakan orang itu amat tepat waktu dan tempatnya. Dalam keadaan tubuh condong ke samping untuk memaksa kudanya membiluk, Sapara tak mempunyai peluang untuk menangkis atau menghindari serangan lawan. Tiada lain jalan baginya, kecuali harus luncurkan tubuh ke tanah. Walaupun dengan gerakan itu kuda hitamlah yang akan menerima tabasan, tetapi Sapara terpaksa melakukannya. "Uh . . . ." Sapara mendesus ketika ia harus meluncur ke tanah. Tetapi serempak dengan itu, terdengar dering senjata, disusul dengan suara bentakan keras dari A ntaka "lepaskan . . . !" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ternyata pada saat Sapara terancam tabasan pedang orang berkerudung muka itu, dengan sigap Antaka yang sudah membebaskan kudanya ditcmpat luang segera ayunkan cemeti kearah pedang orang itu. Kiranya tak sia-sialah ia dipilih persekutuan Wukir Polaman untuk melaksanakan tugas penculikan yang amat berbahaya itu. Antaka mahir dalam ilmu cemeti yang ujungnya dilengkapi dengan benda berduri macam buah rambutan. Sedang cemeti itu terbuat daripada bahan kulit ular yang lemas tetapi tak mempan ditabas senjata tajam. Setelah berhasil melibatkan ujung cemeti kebatang pedang lawan, Antaka menghardik dan menarik sekuat-kuatnya. Wilupa terkejut. Iapun segera kerahkan seluruh tenaga untuk mempertahankan pedangnya. Maka terjadilah adu kekuatan tarik menarik diantara kedua orang itu. Tiba2 Sapara yang sudah dapat memperbaiki kedudukannya, segera bertindak. Ia malu dan marah karena walaupun dapat terhindar dari maut, tetapi ia harus bergelundungan di tanah. Maka sesaat ia dapat loncat bangun, secepat itu pula ia tusukkan tombak ke punggung lawan pula. Kaii ini ia tak mau menderita kekalahan seperti tadi. Walaupun dengan gaya yang keras, namun tusukannya itu sebuah gerakan yang terkendali. Artinya tidak menusuk secara lepas seperti tadi lagi. Wilupa terkejut. Ia berhadapan dengan dua kemungkinan. Melepaskan pedang dan menghindar atau mempertahankan pedang dan menderita tertusuk tombak. Tetapi rupanya brahmana muda itu memilih kedua duanya atau tidak menghendaki kedua-duanya. Ia tetap hendak mempertahankan pedangnya, pun dapat menghindari tusukan tombak.Dan untuk mencapai hal itu, ia tak mau loncat menghindar, melainkan beringsut mengisar tubuhnya ke http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ samping. Dengan gerak yang sederhana itu dapatlah ia melaksanakan rencananya. Terhindar dari tusukan maut, pun masih dapat mempertahankan pedangnya. Tetapi seperti yang telah dikatakan di atas, kali ini tusukan tombak Sapara itu terkendali. Selekas lawan mengisar tubuh ke samping, gerakan tombak Saparapun ikut berhenti dan tiba2 diayunkan membabat tubuh lawan. Gerakan itu dilakukan secara tak terduga-duga dan amat cepat sekali. Setitikpun Wilupa tak pernah membayangkan bahwa lawan memiliki ilmu permainan tombak yang sedemikian hebatnya. Karena babatan tombak itu mengarah ke dada, Wilupa sukar untuk menghindar. Kalau loncat ke atas, tertahan oleh pedang yang digubat kencang oleh Antaka. Namun kalau mengendap ke bawah pun terpancang oleh adu tenaga dengan Antaka itu. Dan celakanya, ia tak dapat menghindar ke samping lagi. "Ah ...." ia tak dapat berpikir lama karena saat itu tombak sudah hampir menyentuh dadanya. Karena gugup, ia lepaskan pedangnya dan terus loncat ke muka. Ia dapat menghindari tusukan tombak tetapi ia harus melepaskan pedangnya. "Ho, hanya begitulah kepandaianmu, ki sanak berkerudung muka?" ejek Antaka seraya menyambuti pedang yang ditarik ke arahnya. Lalu berseru "Jangan mati tanpa nama! Siapakah engkau?" Namun orang itu tak mengacuhkan. Dan memang tak sempat membagi perhatiannya kepada pertanyaan Antaka. Karena saat itu, Saparapun sudah hentikan batang tombak dan mulai menyerang pula dengan sebuah tusukan kearah ulu hati lawan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Masih dengan gerak lemah gemulai, Wilupa berhasil menghindari tombak Sapaia. Tetapi pada saat ia hendak tegakkan tubuh, tombakpun sudah menyapu kedua kakinya. Keras dan cepat sekali sehingga menimbulkan tamparan angin yang menderu-deru. Wilupa mengeluh dalam hati. Ia menyadari bahwa kedua orang Wukir Polaman itu nyata lebih tangkas dan lebih sakti dari dirinya. Karena tubuhnya masih membungkuk dan belum sempat menegak, maka ia meliukkan tubuhnya ke bawah, secepat tangan menjamah tanah, dengan menekan keras, ia mengantar tubuhnya berjumpalitan di udara. Sambil menghindar dari tombak, ia hendak melayang turun di belakang lawan. Demikian rencana yang direkanya. Rencana itu memang amat bagus. Sayang ia lupa memperhitungkan kehadiran Aritaka di situ. Pada saat tubuhnya melayang di udara, Antakapun cepat ayunkan cemetinya menghajar punggung brahmana muda itu. Tar... bahu Wilupa termakan ujung bandul yang berduri. Baju robek, kulit terkupas, darah mengucur dan tubuhnyapun melayang jatuh ke tanah. Sebenarnya Antaka hendak mengejar punggung orang berkerudung itu. Tetapi tiba2 Rara Sindura bergeliat menegakkan tubuhnya. Karena gerakan sijelita itu, Antaka cepat menekankan tangan kiri ke tali kendali. Maksudnya agar jelita itu jangan sampai jatuh karena dilempar kuda putih. Tetapi karena gerakan itu, maka tangan kanan yang mengayun cemeti itupun menderita goncangan. Akibatnya cemeti tak sampai mengenai melainkan hanya singgah di bahu Wilupa.



http://dewi-kz.info/



sasarannya



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sekalipun begitu, sudah cukuplah membuat Wilupa menderita kesakitan dan menukik turun ke bumi dengan bahu berlumuran darah. Prek .... sebelum kaki Wilupa menginjak tanah, Sapara sudah cepat maju untuk menyerernpaki dengan sebuah tendangan yang tepat mengenai pantat brahmana itu. Tendangan itu benar2 membuat Wilupa kehilangan keseimbangan tubuh. Bagai sebuah layang2 putus tali, tubuh orang berkerudung muka itu melayang beberapa langkah d.tn jatuh ke tanah dengan keras. Wilupa berkunang kunang mata. Kepalanya serasa berputar-putar deras. Bumi yang dipijaknya seperti amblong. Untung pada saat ia akan rubuh pingsan, masih ada sepercik kesadaran pikirannya yang memerintahkan supaya ia cepat2 mengembangkan seluruh daya kekuatan ciptanya. Berkat latihan2 saniadhi selama ini, dengan cepat ia dapat mengumpulkan pula daya kesadaran pikiran yang hampir merana itu dan dengan demikian ia terhindar dari pingsan. "Sudahlah, kakang, tak perlu membunuhnya!" teriak Rara Sindura ketika melihat Sapara hendak memburu ketempat brahmana yang tengah duduk memejamkan mata itu. "Ya, Sapara, mari kita cepat lanjutkan perjalanan. Agar tak keburu kawan2 orang itu datang menyergap kita di sini!" seru antaka seraya mencongklangkan kuda putih melintasi hutan. Sapara terpaksa loncat ke punggung kuda hitam dan menyusul Antaka. Ia anggap peringatan Antaka itu benar. Apabila orang berkerudung muka itu mempunyai gerombolan, pastilah gerombolannya itu akan segera datang. Dan bila melihat kawannya terluka, mereka tentu akan menuntut balas kepadanya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Peristiwa itu membuat Antaka makin berhati-hati menempuh perjalanan. Ia kuatir apabila kawan-kawan gerombolan orang yang memakai kerudung muka itu akan muncul menghadang atau mengejarnya. Tetapi syukurlah tak terjadi suatu apa. Antaka dapat melintasi hutan dengan selamat. "Kakang" tiba2 Sapara membuka mulut "siapakah kiranya orang berkerudung muka yang menghadang kita itu? " Sejenak Antaka kerutkan kening lalu "Kemungkinan besar tentu bangsa penyamun "



menyahut



"Tetapi mengapa dia menghendaki Sindura? Kalau bangsa penyamun tentulah menghendaki harta benda" masih Sapara menyatakan keraguannya. Jawab Antaka "Tetapi hal itu mungkin saja, Sapara " "Mungkin bagaimana ? " "Mungkin dia terpikat oleh kecantikan Sindura ini. Apabila benar demikian, dia memang tak salah. Bila disuruh memilih antara Sindura dengan harta benda, tentulah orang akan memilih orang cantik ini. Benar atau tidak, Antaka? Coba engkau sendiri bagaimana hendak menjatuhkan pilihanmu? " Sapara hanya mendesis. Dengan cerdik ia mengembalikan pertanyaan itu "Dan engkau sendiri bagaimana kakang? " "Aku? Ah, sudah tentu memilih wanita dihadapanku ini"sahut Antaka serempak" pun nanti apabila tiba di Wukir Polaman, akupun hendak minta agar keselamatan dan pengamanan Rara Sindura ini diserahkan padaku. Dan kalau pemimpin kita hendak memberi balas jasa aku tak mau menerima apa2 kecuali wanita ini ... . "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Huh ...." Sapara mendengus. Untuk menghindari percakapan itu, ia sengaja memperlambat lari kudanya ke belakang kuda putih. Diam2 ia masih merenungkan ucapan kawannya itu. Dan makin direnungkan makin menggejolaklah rasa ke tidak puasan dalam hatinya. Pun diam2 Sindura mengeluh dan mengutuk orang Wukir Polaman yang membawanya itu. Namun ia tak berdaya sama sekali. Ia hanya berdoa kepada Dewata semoga dalam perjalanan yang penuh bahaya itu, ia mendapat pertolongan. Andai ia masih berada di keraton Majapahit dan terpaksa menurut kepada Jayanagara, itu masih layak. Karena dirinya bakal dipersunting oleh seorang raja gung binatara. Tetapi saat itu ia jatuh ke tangan orang Wukir Polaman, gerombolan orang kasar yang jahat. Suatu jurang perbedaan yang jauh sekali, sejauh langit dengan bumi. Bebasnya dari ancaman Jayanagara ke tangan orang Wukir Polaman, tak ubah seperti pergantian dari mulut harimau ke mulut buaya. Malam itu mereka melanjutkan perjalanan. Selama dalam perjalanan itu, Rara Sindura mengalami perlakuan yang mengejutkan dari Antaka. Tangan orang Wukir Polaman itu berulang kali mengerut kencang seperti hendak memeluk tubuh wanita yang duduk di hadapannya. Setiap hal itu terjadi, maka Sindura cepat berusaha untuk menyiak tangan Antaka. "Engkau tidak dingin, Sindura ?" tanya Antaka dengan berbisik pelahan. "Tidak" sahut Sindura singkat. "Saat ini sudah lewat tengah malam dan tak lama lagi tentu akan menjelang fajar. Biarlah kulindungi tubuhmu dari



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ serangan embun" bisik Antaka seraya lingkupkan tangannya menelungkupi tubuh Sindura. "Tidak" Sindura cepat menyiak "aku merasa tak tercurah embun. Ingat, engkau seorang utusan, jangan berbuat tak senonoh terhadap tugasmu " "Ah, aku nanti hendak menuntut balas jasa berupa dirimu .... " "Itu persoalan nanti dan nanti saja kita percakapkan " Rupanya percakapan mereka berdua walaupun dilakukan sepelahan mungkin, tetap terdengar juga oleh Sapara. Walaupun ia tidak begitu jelas tentang apa yang dipercakapkan tetapi timbullah rasa cemburu dalam hati Sapara. Cepat ia larikan kudanya ke samping kuda putih lalu berseru "Kakang, di manakah kita nanti berhenti ? " "Di desa yang pertama kita capai" sahut Antaka. "Kakang, rupanya saat ini sudah mendekati pukul tiga dan sebentar lagi tentu sudah dinihaii. Hawa makin dingin dan tak lama angin sepoi basah, tentu akan berhembus. Apakah Sindura tak perlu diberi selimut ?" tanya Sapara pula. "Engkau mimpi barangkali, Sapara" Antaka tertawa "mana kita membawa selimut ?" "Kurela memberikan bajuku sebagai selimut" seru Sapara serempak. Lalu hendak membuka baju luarnya. "Apa guna engkau sibuk begitu, Sapara" tegur Antaka "maksudmu itu memang baik, tetapi sia2 saja. Kebalikannya engkau malah menyiksa Sindura"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Menyiksa ? Mengapa menyiksa ?" Sapara tercengang heran. "Bajumu itu tentu sudah kotor dengan debu yang melekat pada peluhmu. Tentu akan menimbulkan bau yang menyiksa hidung Sindura, bukan ? Ha, ha, ha ..." Sapara tersipu-sipu merah mukanya. Ia malu dan geram. Sesaat kemudian ia berseru "Kalau bajuku tak sedap baunya, apakah bajumu tidak begilu juga?" "Ya, memang benar" sahut Antaka tenang "oleh karena itu aku tak mau menyelimutinya dengan bajuku" "Lalu apakah engkau biarkan ia menderita kedinginan dan kena angin bersepoi embun ?" "Sudah tentu tidak" sahut Antaka dengan nada masih tenang "kedua tanganku cukup untuk menggantikan selimut ...." "Uh . . ." desuh Sapara terkejut "kalau begitu biarlah ia pindah ke atas kudaku sini. Akupun sanggup melindunginya" "Eh, Sapara" tiba2 Antaka menggeram "apa maksudmu ? Engkau hemdak berbuat tak senonoh kepadanya ?" "Sama sekali tidak" bantah Sapara "aku hanya bermaksud hendak melindunginya dan menyelamatkan tugas kita" "Sapara, aku yang diangkat sebagai petugas utama untuk menyelamatkan Sindura. Dan engkau hanya sebagai pembantuku. Aku berhak memberi perintah kepadamu. Selama aku tak meminta pertolongan, usah engkau menyodorkan tenagamu. Sindura ini cukup aman dibawah lindunganku!" "Baik, kakang" kata Sapara yang masih taat akan peraturan dalam Wukir Polaman. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia lambatkan kuda hitam lagi dan berjalan mengikuti di belakang kuda Antaka. Tetapi diam2 ia mengutuk Antaka yang hendak mengambil manfaat atas diri wanita yang diculiknya itu. Rasa tidak puas itu mendorong matanya untuk memperhatikan gerak gerik Antaka. Apabila Antaka bertindak tak senonoh kepada wanita itu, kelak di hadapan pemimpin Wukir Polaman ia hendak melaporkannya. Tak lama kemudian, cakrawala di bang wetan mulai merhburat merah. Suatu pertanda bahwa dinihari sudah tiba dan tak lama lagi fajar akan menyingsing. Saat itu mereka menyusur jalan yang menuju ke sebuah hutan kecil. Sejauh-jauh mata memandang, di belakang hutan kecil itu masih tak tampak gerumbul pohon sebuah pedesaan. Rupanya sampai fajar, mereka takkan bertemu dengan sebuah desa. Tak berapa lama cuacapun makin cerah. Fajar mulai merayap datang. Tibalah mereka dihutan kecil. Sayup2 terdengar gemuruh air mengalir. Rupanya dibelakang hutan itu terdapat sebuah sungai. Sekonyong-konyong Antaka hentikan kuda "Kita beristirahat disini dulu, Sapara" katanya serentak meluncur turun dari kuda. Setelah menurunkan Sindura dan menuntun kuda putih kebawah pohon bulu, tiba2 orang Wukir Polaman itu berteriak "aduh, perutku ...." sambil mendekap perut, ia terus lari menuju kebelakang hutan. "Hai, mengapa engkau kakang?" seru Sapara terkejut. Ia memburu karena mengira Antaka menderita luka.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Uh, mengapa engkau? Kembali sana! Aku hendak buang hajat kesungai, perutku mulas sekali" kata Antaka terus lari terbirit-birit. Saparapun kembali dan duduk didekat Sindura. Dan mulailah ia membuka pembicaraan "Nini apakah engkau tak kedinginan?" "Yah, terpaksa kutahankan" sahut Sindura agak beriba. "Hm, kakang Antaka memang kejam" desus Sapara "mengapa dia menolak persembahanku baju untuk selimut dirimu. Dia sendiri memang bermaksud tak senonoh...." "Ih, benar, kakang" desis Sindura lirih "memang beberapa kali ia mendekapkan tangannya ketubuhku" "Kurang ajar!" serempak Sapara memberingas "dia pasti akan kulaporkan pada pemimpin. Tetapi nini .... apakah engkau merelakan dirimu diperlakukan begitu oleh kakang Antaka ?" "Tidak! Aku tak senang melihat tingkah ulahnya yang kasar itu. Tetapi ah ... . aku hanya seorang wanita lemah, apa dayaku? Siapakah yang dapat menolong diriku?" Mendengar keluhan jiwa, serentak tergugahlah semangat kejantanan Sapara "Sindura, jangan takut. Akulah yang akan melindungi dirimu apabila kakang Antaka hendak berbuat tak senonoh kepadamu" "Tetapi kakang" kata Sindura dalam nada tak yakin "dia lebih perkasa, apakah kakang mampu menghadapinya ?" Sapara makin terbakar hatinya. Serentak ia busungkan dada "Sindura ketahuilah, Sapara ini putera Pencok Sahang, seorang bekel prajurit Daha yang termasyhur kegagahannya. Bapaknya harimau, anaknya tentu harimau juga. Ayahku http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ adalah seorang bekel prajurit yang dipilih prabu Jayakatwang untuk membantu senopati Jaran Guyang menggempur Singosari...." "O" seru Sindura dengan nada dikejutkan "jadi kakang ini keturunan seorang prajurit utama. Tetapi mengapa dalam tugas membawa diriku lolos dari keraton Majapahit itu, kakang Antaka yang dipilih dan kakang hanya pembantunya ? Siapakah kakang A ntaka itu ?" "Antaka itu putera Liking Kangkung, juga seorang tamtama Daha yang gagah. Sesungguhnya tiada berkelebihan asal keturunannya, demikianpun dengan kegagahan kami berdua. Hanya karena kakang Antaka lebih dulu menggabung pada Wukir Polaman dan aku yang datang lebih belakang, maka pemimpin kita lebih mempercayainya" "Apakah sesungguhnya Wukir Polaman itu, kakang?" tanya Sindura sambil menatap Sapara. Sebenarnya persekutuan Wukir Polaman itu merupakan suatu gerakan di bawah tanah yang harus dirahasiakan. Kecuali para warganya, tiada seorangpun yang boleh mengetahui. Tetapi entah bagaimana, saat itu Sapara seperti orang yang kena pesona. Tatapan mata Rara Sindura yang kilau-kemilau laksana bintang Agra, membuat jantung Sapara seperti berayun-ayun. Tak kuasa lagilah ia mengunci mulutnya "Wukir Polaman itu ada sebuah himpunan dari putera2 keturunan senopati dan nayapraja kerajaan Kediri yang hendak merubuhkan kerajaan Majapahit sekarang ini . . . ." "Mengapa hendak merubuhkan kerajaan Majapahit ?" tanya Sindura pula. "Untuk menuntut balas kepada keturunan dan kerajaan yang didirikan raden Wijaya" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Raden Wijaya pendiri dari kerajaan Majapahit yang bergelar prabu Kertarajasa itu ?" "Ya" "Apa kesalahan sang prabu ?" "Dia telah menghianati kebaikan prabu Jayakatwang raja Daha" "O" desis Rara Sindura. Ia mulai mendapat gambaran tentang keadaan orang2 Wukir Polaman. Tiba2 ia melihat sosok tubuh Antaka timbul tenggelam di sela2 gerumbul pohon. Iapun tahu bahwa Sapara memiliki rasa cemburu terhadap Antaka. Dan sesungguhnya Antaka itu memang memperlihatkan tanda2 hendak mengganggu dirinya. Dan secepat itu ia dapat membayangkan betapa nasibnya pabila sampai jatuh ditangan orang Wukir Polaman. Siapakah yang dapat ia harapkan untuk memberi pertolongan setelah brahmana Wilupa gagal ? Untunglah walaupun hanya seorang anak buyut tetapi Sindura memiliki pengetahuan yang cukup dari brahmana yang mengrjarnya ajaran2 kitab weda. Untuk menyelamatkan diri dari kedua orang Wukir Polaman itu tiada lain daya kecuali harus memanfaatkan kelemahan kedua orang itu. "Aduh....." tiba2 ia menjerit pelahan seraya menekan kaki. "Mengapa Sindura ?" "Kakiku.....kakiku digigit semut api" "Oh, cobalah kuperiksa" tanpa meminta persetujuan yang empunya lagi, Sapara terus mencekal tumit Sindura. Didapatinya seekor semut merah tengah merayapi betis si jelita. Sapara cepat menjentiknya ke tanah lalu hendak dilumat dengan jari. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan kakang, oh, aku takut ..." tiba2 Sindura menjerit sekeras-kerasnya. Pada penangkapan Sapara, jelita itu tentu takut melihat pembunuhan binatang semut itu. Maklum memang kaum wanita mudah sekali gentar nyalinya melihat sesuatu yang mengerikan. Setiap pembunuhan, walau terhadap binatang semacam semut, pun dapat menggoncangkan perasaan hatinya. Tetapi tidak demikian maksud yang dikandung Sindura. Ia tahu bahwa Antaka sudah mendatangi. Dan setelah diperhitungkan orang itu berada pada jarak dapat menangkap pembicaraannya dengan Sapara, maka menjeritlah ia dengan suara yang sengaja dilantangkan sekeras mungkin. Ia mengharap mudah-mudahan Antaka memberi tafsiran lain atas kata2 dalam teriaknya itu. Dan apa yang direka oleh Sindura itu memang dapat memenuhi harapannya. Mendengar jeritan itu, Antaka serentak loncat menerobos gerumbul semak dan lari menghampiri seraya berseru "Hai, kenapa engkau Sindura ..." Sindura pura2 terkejut dan berseru dengan nada girang2 harap "Oh, engkau datang kakang. Ah, kemana saja engkau tadi? Mengapa begitu lama?" "Kenapa engkau menjerit?" tanya Antaka. "Ah, hanya sedikit terkejut, tak kena apa2" sahut Sindura "marilah kita lanjutkan perjalanan lagi" "Ya, tetapi tunggu sebentar lagi" kata Antaka "apakah engkau tak ingin membasuh muka dahulu? Di belakang hutan ini, terdapat sebuah sungai kecil yang jernih dan sejuk airnya" Sindura gelengkan kepala "Tidak" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sikap dan penyahutan si jelita yang bernada lesu dan muram itu menimbulkan pertanyaan dalam hati Antaka. Ia mengaitkan sikap Sindura dengan kata2 dalam jeritannya tadi. Lalu ia mengerut dahi merenung. Beberapa saat kemudian, ia berpaling ke arah Sapara "Sapara, bawalah kedua ekor kuda itu ke sungai. Mandikan kuda kita supaya segar semangatnya dan berilah minum supaya tambah kekuatannya" "Tetapi kakang, marilah kita bersama-sama ke sungai itu" sahut Sapara seraya lepaskan sekilas kilatan pandang ke arah Sindura. Ingin ia memberi isyarat kepada si jelita, bahwa ia kuatir kalau Sindura berada seorang diri dengan Antaka. Maksudnya supaya Sindura ikut bersama-sama ke sungai. Bukan tak tahu Sindura akan isyarat lontaran pandang mata Sapara itu. Namun ia pura2 tak tahu dan diam saja. Sindura memang sengaja hendak mengeruhkan suasana hubungan kedua orang Wukir Polaman itu. "Hm, mengapa harus kita bersama;sama ke sana?" dengus Antaka "adakah engkau takut pergi seorang diri ?" Antakapun diam2 memperhatikan gerak gerik Sapara. Demi melihat kawannya itu tak ingin meninggalkan Sindura, makin besarlah rasa kecurigaan dalam hati Antaka "Hm, jelas dia tadi tentu akan berbuat sesuatu yang tak senonoh terhadap Sindura maka Sindura menjerit kaget....." katanya dalam hati. "Ah, hawa masih sepagi ini, aku tak berani mandi. Dan karena semalam suntuk tak tidur, buluromaku meruduk kedinginan...." Penolakan itu makin menebalkan kecurigaan Antaka. Dengan nada agak mengkal ia berseru "Kalau engkau takut mandi, tetapi kuda tunggangan kita tentu tidak. Berilah mereka minum air supaya kekuatannya pulih kembali" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena didesak, Sapara terpaksa tak dapat menolak. Walaupun dalam hati ia memaki Antaka yang hendak memergikannya dari tempat itu, namun ia tetap mematuhi peraturan perhimpunan Wukir Polaman. Orang bawahan harus tunduk pada perintah atasannya. Akhirnya ia mengiakan dan menghampiri kuda. Dituntunnyalah kedua ekor kuda putih dan hitam menuja ke sungai di belakang hutan. Setelah memastikan bahwa Sapara sudah menyusup jauh ke belakang hutan, barulah Antaka membuka mulut "Sindura, mengapa engkau tadi menjerit? Apakah Sapara mengganggumu?" "Ah, hanya soal tak berarti, harap kakang jangan marah kepadanya" "Tidak, Sindura. Katakanlah hal yang sebenarnya. Kedudukan Sapara hanyalah sebagai pembantuku. Apabila dia berbuat salah, aku wajib memberi nasehat dan petunjuk. Bahkan kalau perlu memberinya hajaran atau pukulan" "Apakah engkau marah kepadanya?" "Hendak kulihat dulu bagaimana persoalannya" "Tidak, kakang. Kalau engkau berjanji tak marah, aku baru mau menceritakan peristiwa tadi" Sindura menuntut janji. Makin teballah awan kecurigaan yang menyelimuti hati Antaka. Sejenak merenung, akhirnya ia dapat menyetujui. Walaupun ia berjanji takkan marah dan mengambil tindakan suatu apa tetapi ia bakal mendapat keterangan tentang tingkah laku Sapara "Baik, Sindura" Sindurapun mulai menutur "Tadi aku terkejut karena kakiku dirayapi seekor semut. Kakang Sapara, tanpa meminta idin dahulu kepadaku, sudah terus mencekal kakiku dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengusap-usapnya. Katanya memang ada seekor semut. Tetapi ternyata ..." "Ternyata bagaimana? Katakanlah!" "Ternyata ia tak mau lepaskan cekalannya dan bahkan tangannya makin jahil hendak . . . menyusur ke atas paha ..." "Keparat, dia berani bertindak sekurang ajar itu. Awas engkau Sapara ..." "Kakang Antaka, mengapa belum pula kering lidahmu, engkau sudah mengingkari janji? Bukankah engkau sudah berjanji takkan marah kepada kakang Sapara?" tukas Sindura. "Uh ..." Antaka mendesuh "ya, aku tak kan ingkar, Sindura. Lalu bagaimana selanjutnya?" "Aku meronta dan cepat menjerit tadi" kata Sindura dengan nada gemetar. Sesungguhmu sejak kecil ia tak pernah bohong. Dan guru brahmana yang mendidiknya itu, pun menekankan akan buruknya berbuat bohong itu. Namun terpaksa saat itu Sindura bicara bohong. Karena ia tahu bahwa diantara perbuatan dusta itu, adalah sebuah yang disebut dosa sembada atau dosa wajib. Demi menyelamatkan diri dari genggaman orang jahat, dosa sembada atau berdusta karena kewajiban itu, bukanlah suatu perbuatan dosa. "Hm ..." desis Antaka menahan geram. "Untunglah engkau keburu datang, kakang. Kalau tidak tentu dia makin berani"kata Sindura pula. "Uh" Antaka menggeram "tetapi mengapa engkau mengikat aku dengan janji bahwa aku tak boleh marah kepadanya? A pa maksudmu?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tiada lain maksud kecuali aku tak suka andai kata kalian berdua sampai saling mendendam permusuhan satu dengan lain. Walaupun dia melanggar susila tetapi dilakukan tanpa sadar" "Hm, kali ini dapat kumaafkan. Tetapi kalau kelak berani berbuat lagi, janganlah engkau membatasi hakku sebagai seorang atasannya" Diam2 Sindura girang. Hanya dengan cara memperkeruh hubungan kedua orang itu, barulah akan timbul suasana yang menguntungkan dirinya. Antaka dan Sapara dipilih himpunan Wukir Polaman untuk melakukan tugas menculik Sindura atas penilaian bahwa kedua orang muda itu berani, digdaya dan tegas dan dingin terhadap wanita. Tetapi pimpinan Wukir Polaman lupa memperhitungkan diri Rara Sindura. Mereka mengira Sindura itu tak tentulah hanya wanita cantik biasa. Tak mungkin Antaka dan Sapara yang terkenal berhati baja dan dingin terhadap wanita itu akan terkecuh hatinya. Tetapi pimpinan Wukir Polaman itu meleset. Rara Sindura takkan menggonjingkan hati raja Jayanagara apabila ia tak mempunyai kelebihan. Takkan kaum muda di tanah Mandana sering berbaku hantam kalau Sindura tiada memiliki kecantikan yang mempesonakan. Maka sekeras-keras hati Antaka dan sedingin-dingin hati Sapara, akhirnya luluh bagai lilin dibakar api ketika mereka berhadapan dengan si jelita Rara Sindura. Mereka merasa Sindura bagaikan penjelmaan Dewi Ratih yang turun ke mayapada .... Ksatrya bermahkota kegagahan tetapi mahkota dari wanita adalah kecantikannya. Ksatrya tak gentar menghadapi senjata http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang bagaimanapun tajamnya. Tetapi mereka akan tunduk bersimpuh di bawah pancaran gilang-gemilang dai i kecantikan wanita..... Alkisah, dahulu prabu Danapati dari negeri Lokapada ingin meminang Dewi Sukeksi, puteri prabu Sumali dari negeri Alengka. Sebelum menerima pinangan itu, sang Dewi mengadakan sayembara. Barang siapa dapat menguraikan dengan tepat isi dari ilmu SASTRA JENDRA HAJUNENG RAT, jika seorang wanita akan di aku sebagai saudara sekandung. Bila seorang pria akan diambilnya sebagai suami. Oleh karena prabu Danapati tak tahu akan ilmu itu maka ia minta kepada ayahnya, bhagawan Kiswara untuk mewakili dirinya ke Lokapala, memecahkan sayembara sang puteri itu. Bhagawan Kiswara berhasil menguraikan ilmu itu tetapi ia gagal membebaskan diri dari nafsu yang terpancar dari sinar kecantikan sang puteri. Bhagawan yang tersohor luhur pekerti dan tinggi ilmu itu, akhirnya luluh kesadarannya. Lupa bahwa sebenarnya ia hanya sebagai wakil dari puteranya. Lupa pula bahwa sebagai seorang ayah, ia harus mengalah kepada puteranya. Lengah pula bahwa sebagai seorang wiku ia harus menjauhi apa yang disebut nafsu Supyah atau nafsu birahi. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah, ia seorang pria dan Sukesi seorang wanita. Maka diterimanyalah puteri itu sebagai isterinya. Demikian seorang bhagawan, demikian pula seorang raja, Jayanagara. Maka tak mengherankan bilamana lelaki2 Antaka dan Sapara tergoyah hatinya. Lupalah kedua orang itu bahwa mereka sebenarnya hanya sebagai utusan. Tetapi bila Antaka dan Sapara mengandung hati birahi terhadap Sindura, memang hal itu wajar.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keduanya menghabiskan masa mudanya dalam kancah perjuangan. Mereka hampir tak sempat memikirkan wanita. Dan sesungguhnya selama ini belum pernah mereka melihat seorang wanita secantik Rara Sindura. Demikian karena terjadi peristiwa yang ditimbulkan Rara Sindura itu, maka mulailah meretak jurang pemisah dalam hati kedua orang Wukir Polaman itu. Curiga, cemburu dan geram mulai bersemi dalam hati keduanya. Bibit itu cepat akan permusuhan.



tumbuh



dan berbuah dendam



"Sapara, sudahkah engkau mandikan kedua kuda itu" tegur Antaka ketika melihat Sapara muncul dengan menuntun kedua ekor kuda putih dan hitam. “Ya" sahut Sapara singkat seraya melirik kearah Sindura. Wanita itu duduk tak berapa jauh di hadapan Antaka. "Baik, mari kita berangkat" kata Antaka seraya bangun lalu ulurkan tangan untuk menolong Sindura. Tetapi si cantik beringsut mundur dan berbangkit sendiri. "Kakang, kulihat kuda kakang itu sudah lebih payah dari kudaku" tiba2 Sapara berkata sambil mempersiapkan perakit kuda hitamnya. "Lalu maksudmu?" tanya Antaka. "Kuda adalah kawan kita yang setya. Banyaklah bantuan dan jasa kedua binatang itu kepada kita. Dan kita sebagai tuannya, haruslah dapat menghargai binatang itu" "Lalu bagaimana?" Antaka menyelutuk. "Hendaknya janganlah kita manusia tak kenal budi dan tak tahu kasihan pada binatang yang telah membantu kita" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Eh, Sapara, apakah yang engkau ocehkan itu? Siapa yang engkau maksudkan harus tahu budi dan kasihan itu?" karena mengkal Antaka menegur. "Begini kakang" kata Sapara tenang2 "karena jelas kuda putih kakang itu sudah payah semalam suntuk membawa beban dua orang, maka sekarang baiklah kuda kakang itu diberi kelonggaran" "Jadi?" "Nini Sindura biar naik kuda hitam ..." "Dengan engkau?" "Ya, sudah tentu. Karena kuda hitam itu milikku dan keadaannya belum sepayah kuda putih punya kakang itu" sahut Sapara. "Mengapa bukan aku saja yang naik bersama Sindura di punggung kudamu itu?" "Mengapa harus kakang? Apakah salahnya kalau nini Sindura naik bersama aku?" balas Sapara. "Ho, engkau hendak berbuat tak senonoh terhadap Sindura?" Antaka membelalakkan mata. Wajahnya mulai memberingas. "Mengapa kakang mengatakan begitu? Jika demikian kakangpun juga berbuat tak senonoh kepadanya" "Sapara!" bentak Antaka keras "akulah yang menerima tugas utama untuk menyelamatkan Sindura dan engkau hanya sebagai pembantuku. Mengapa engkau berani bicara tak patut kepadaku?" "Kakang, dalam melaksanakan tugas ini, tanggung jawab bukanlah semata-mata pada dirimu sendiri. Walaupun aku http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hanya sebagsi pembantu tetapi juga tak luput dari beban pertanggungan jawab. Apakah kalau misalnya kita tertangkap oleh prajurit pura keraton Majapahit, hanya engkau sendiri yang dibunuh dan aku dibebaskan? Dan kalau berhasil, apakah engkau sendiri yang diberi balas jasa dan aku hanya disuruh menggigit jari? Tentu tidak, bukan? Memang sebagai petugas utama, jasamu lebih besar dan anugerah balasnyapun tentu lebih besar. Tetapi akupun juga tentu mendapat penghargaan dari pimpinan kita. Oleh kaitmu itu, walaupun sebagai pembantu, tetapi akupun berhak untuk bicara dan bertindakdemi kelangsungan tugas kita" laksana hujan mencurah maka berderai-derai lah kata2 meluncur dari mulut Sapara. "Aku bukan anak kecil, Sapara. Dan sebagai orang yang lebih tua, kiranya aku tak membutuhkan petuahmu. Jelas ada 'udang di balik batu' dalam tawaranmu tadi. Tetapi aku tetap pada keputusanku. Biarlah Sindura naik bersamaku di atas kuda putih. A ndai kuda pulih itu sampai tak kuat jalan, biarlah kita jalan kaki saja" "Jadi kakang tak kasihan pada kuda putih dan tak mempercayai pada diriku !" Sapara menegas. "Ini" perintahku, Sapara. Aku pemimpinrnu !" Antaka menghardik keras. “Kakang Antaka" balas Sapara "titik tolak rasa perindahanku kepada kakang sebagai pemimpin itu terletak pada cara dan tindakan kakang dalam melakukan kepemimpinan. Sekali-kali bukan karena diri peribadi kakang!" "Engkau hendak membantah?" Antaka menegas. "Bukan membantah hanya menyampaikan isi hatiku. Selama kakang bersikap dan bertindak jujur sebagai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pemimpin, aku tentu akan mentaati. Tetapi apabila kakang menyeleweng, marilah kita bicara lain lagi. Kakang adalah putera paman Pencok Sahang dan aku putera Liking Kangkung. Ayah kita berdua adalah tamtama2 utama dari kerajaan Daha. Perang sudah menjadi latihan kita, darah menjadi keringat kita dan kematian menjadi pengantar tidur kita ke alam Swargaloka. Antaka atau Sapara yang akan beristirahat ke alam kelanggengan nanti ...." "Ho, engkau kemarahan.



menantang



Sapara?" Antaka melantang



"Ah, mengapa kalian ramai2 bersitegang leher seperti hendak berkelahi?" tiba2 Sindura menyela "mengapa diriku pula yang menjadi pangkal perselisihan?" "Ho, aku tidak berkelahi tetapi Saparalah yang mencari gara-gara" kata Antaka. "Bukan nini, aku hanya menuntut keadilan" seru Sapara membela diri. Rara Sindura tertawa mengejek "Ih, keadilan? Adakah kalian orang2 Daha itu masih mau bicara soal Keadilan?" "Hai, siapakah yang mengatakan kami ini orang Daha ?" teriak Antaka seketika. Dalam detik-detik tenggelam di dalam lautan asmaranya kepada Rara Sindura, ternyata Antaka masih memiliki sepercik kesadaran. Bahwa sifat dan rahasia himpunan Wukir Polaman itu harus dipegang teguh. Ia terkejut karena Sindura mengetahui keadaan dirinya. Mendengar pertanyaan itu berdebarlah hati Sapara Ia tahu kalau tadi telah kelepasan bicara. Dan iapun menyadari apa hukuman bagi anggauta Wukir Polaman yang membocorkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rahasia. Potong lidah, demikian hukuman yang berlaku. Dengan cemas2 harap ia memandang ke arah Sindura, mudah-mudahan wanita itu tak mengatakan tentang dirinya. Sindura tampak tenang2 menjawab "Kakang, bukan soal siapa yang mengatakan andika berdua ini orang Daha. Karena selama dalam keraton Majapahit, aku sudah mendengar hal itu. Tetapi yang penting yalah, soal Keadilan tadi. Adakah andika berdua ini masih menjunjung Keadilan ?" "Justeru karena hendak menuntut Keadilan kepada kerajaan Majapahit, maka kami rela mengabdikan diri pada perjuangan ini" sahut Antaka. "Itu hanya Keadilan sekelumit saja. Kawan-kawan andika hendak menuntut Keadilan kepada raja Majapahit karena raja itu tak kenal budi kebaikan prabu Daha. Tetapi bagaimanakah tindakan kerajaan Daha terhadap kerajaan Singosari yang dilenyapkan itu ? Bukankah raja Singosari juga dibunuh oleh pasukan Daha ? Mengapa Daha sakit hati kepada raden Wijaya karena raden Wijaya membalas dendam atas kehancuran kerajaan Singosari ? Bukankah raden Wijaya itu putera menantu dari baginda Kenanagara ?" Rara Sindura. berhenti sejenak lalu melanjutkan pula "Keadilan itu memang ada. Tetapi sudah lama sekali hal itu dilempar ke samping oleh makhluk mayapada ini. Keadilan itu hanya dipunyai oleh harimau siraja hutan karena gagah perkasa. Tetapi dapatkah kambing dan kelinci melolong lolong Keadilan ?" Baik Antaka maupun Sapara terlongong mendengar kata2 itu. Tak pernah mereka menyangka bahwa Sindura mampu menguraikan masalah yang tak pernah menemukan pemecahan yang layak. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Demikian dengan andika berdua. Keadilan yang andika kehendaki itu hanya hiasan bibir. Hanya untuk mengulas keinginan dalam hati andika masing2 ...." "Tidak nini, aku memang menghendaki Keadilan yang sesungguhnya" seru Sapara. "Dan engkau tentu demikian juga, bukan ?" Sindura berpaling memandang Antaka. Antaka hanya mendesuh angguk. "Kalau andika benar2 hendak menjunjung Keadilan, tentulah takkan keberatan atas keputusanku ini" kata Sindura lebih lanjut. "Katakanlah" seru Antaka. "Kakang Antaka dan Sapara berdua naik kuda hitam dan kuda putih yang menurut kakang Sapara sudah letih itu akulah yang menaiki seorang diri" Antaka terkejut dan hendak menyanggah tetapi secepat itu Sapara sudah mendahului menyetujui. Apa boleh buat, karena malu hati terpaksa Antakapun setuju. Dengan demikian, berkat ketajaman lidah dan kewibawaan kecantikannya, dapatlah Sindura terlepas dari gangguan kedua orang Wukir Polaman itu. Sekalipun hal itu bukan berarti sudah bebas dari bahaya, namun untuk sementara waktu dapatlah ia menghindarkan diri. Lebih kurang sepengunyah sirih lamanya berkuda, masih belum juga mereka melihat suatu desa. Bahkan saat itu mereka akan"melintasi lagi sebuah hutan yang lebih besar dari yang tadi. Tiba2 timbullah sekilas gagasan dalam benak Sindura. Bukankah saat itu ia berkuda seorang diri ? Bukankah ia bebas http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk mencongklangkan kuda itu ? Mengapa ia tak berusaha untuk menyelinap ke dalam hutan dan melarikan diri ? Benak Sindura melingkar-lingkar, mengitari kabut keraguan, melintas segumpal awan ketakutan dan menembus cakra penerangan. Ia merasa dirinya sel.d u menjadi permainan nasib buruk. Mengapa ia tak berusaha untuk merobah nasib itu ? Dan mulailah ia mendapat kesadaran bahwa hanya dirinyalah yang dapat merobah nasibnya itu. Setelah mantap dengan keputusan hatinya, maka dipacunyalah perut kuda pulih itu. Rupanya binatang itu terlatih baik. Ia cepat dapat mengerti apa yang dikehendaki penunggangnya. Seketika mencongklanglah kuda itu dengan pesat menyusup ke dalam hutan. "Hai, tunggu !" teriak Antaka. Ia duduk di muka Sapara "cepat Sapara, kejarlah Sindura!" "Ia hendak melarikan diri ?" tanya Sapara sambil memacu kuda hitam. "Mungkin tidak!" balas Sapara. "Eh, mengapa ?" "Mungkin kuda putih itu tiba2 binal dan ia tak kuasa mengendalikan lagi" "Oh, lekas cepatkan kudamu ini. Kita harus cepat menolongnya sebelum terjadi sesuatu yang tak diharap" Antaka cemas. "Jatuh ?" "Ya, atau tersesat kelain tempat" jawab Antaka. Kuda hitam dipacu kencang. Tetapi beberapa saat memasuki hutan, tetap mereka tak melihat bayangan Sindura. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Antaka makin gelisah. Ia merasa kuda hitam itu terlalu lambat larinya. Ah, mungkin karena membawa dua orang, pikirnya. Segera ia sendiri suruh Sapara turun agar ia sendiri yang naik kuda hitam itu. Dengan demikian tentulah ia dapat mengejar Sindura. Tetapi baru ia hendak membuka mulut, sekonyongkonyong ia teringat, menilik sikap Sapara dalam perbantahan tadi, tentulah Sapara akan menolak perintah seperti itu. "Berbahaya" gumam Antaka dalam hati "Sapara keras kepala dan tak mudah diberi penjelasan. Rupanya pikirannya sudah gelap dipudar asmara. Tetapi kalau Sindura sampai lolos, celakalah aku. Aku tentu akan dihukum oleh sesepuh Wukir Polaman yang amat bengis memegang peraturan himpunan" Karena gelisah, timbullah kenekadan dalam hati Antaka. Soal Sapara, dapat dibereskan kemudian. Yang penting saat itu, ia harus dapat mengejar Sindura. Maka setelah dipertimbangkan masak, ia segera menetapkan keputusan. Pada saat itu kuda masih berlari. Antaka mulai mencari kesempatan. Tiba2 ia melihat sebatang pohon besar rubuh melintang di sebelah muka. Seketika timbullah pikirannya. Ketika Sapara hendak membilukkan kuda mengitari rintangan pohon itu, cepat Antaka berseru "Jangan, Sapara, terus lurus ke muka saja. Sindura menuju ke sana!" Sambil berkata Antakapun merebut tali kendali dari tangan Sapara lalu menggentakkannya. Kuda hitam terkejut dan melesat lari ke muka. Ketika kuda itu loncat melampaui batang pohon, Antaka tak mau mensia-siakan kesempatan. Apabila kuda melompat tinggi, tentulah kedua kaki mukanya yang lebih dulu menjulang ke atas. Dan karena kaki kuda hitam itu melonjak ke atas, tubuh Antaka dan Sapara menukik ke belakang. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pada saat melorot ke belakang itulah Antaka menyerempaki dengan mendorong tubuhnya dengan keras. Setelah tali kendali direbut Antaka, Sapara terpaksa kehilangan pegangan. Maka tatkala tiba2 Antaka membenturkan tubuhnya, Sapara benar2 kehilangan keseimbangan diri. Seperti didorong sekuatnya, Saparapun terpelanting jatuh ke belakang. Bluk .... ia terbanting ke dalam gerumbul onak .... Antaka memacu kudanya sepesat anakpanah lepas dari busur. Tak dihiraukannya lagi Sapara yang jatuh itu. Yang penting ia harus dapat mengejar Sindura atau ia tentu mendapat hukuman berat dari himpunan Wukir Polaman. Tak berapa lama setelah melintas sebuah hutan, di sebelah muka tampak sebuah gerumbul pohon, suatu ciri dari kelompok pedesaan. Setelah tiba di tempat itu, memang terasalah suasananya sebuah desa. Tetapi tiada rumah, tiada manusia. Sebuah desa yang tinggal bekas. Mungkin pada belasan tahun yang lampau, dilanda oleh bencana alam. Satusatunya bangunan yalah sebuah candi rusak berpagar gerumbul pohon dan semak2 liar. Antaka melanjutkan pengejarannya. Setelah ke luar dari hutan kecil itu, cepat pandang matanya terkait pada seekor http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuda putih yang tengah makan rumput di tepi jalan. Ah, itulah kuda putih yang membawa Sindura lari. Cepat ia larikan kuda menghampiri "Hai, Sindura, mengapa engkau ...." teriaknya kaget ketika melihat sesosok tubuh wanita tertelentang tak bergerak beberapa belas langkah dari kuda putih. Laksana burung alap-alap, Antaka loncat melayang dari kuda dan tiba di dekat Sindura. Dengan sebuah gerak loncatan, iapun melayang ke tempat si jelita dan terus menubruk tubuh wanita itu "Sindura, mengapa engkau....." digolek-golekkannya tubuh Sindura tetapi Sindura tetap tak sadarkan diri. Rupanya ia pingsan. Antaka tampak gugup dan bingung. Tak tahu bagaimana ia harus memberi pertolongan. Tiba2 ia teringat akan candi tua dalam hutan kecil. Segera dipondongnya tubuh Sindura lalu dibawanya ke candi itu. Candi itu mempunyai ruang yang cukup besar dan walaupun keadaannya sudah rusak tetapi lantainya masih bersih. Diletakkannya tubuh Sindura ke lantai lalu pergilah ia mencari air. Ternyata di belakang hutan terdapat sebuah sungai kecil yang jernih airnya. "Ah, engkau kakang Antaka ...." demi dibasuh dan diminumi air dingin, maka Sindurapun dapat tersadar. Tetapi katakatanya itu terputus seketika "aduh, kakiku ...." ia tak jadi menggeliat bangun dan mendekap kakinya. "Kenapa Sindura?" cepat Antaka memegang kaki Sindura dan memeriksa. Ternyata mata kakinya lecet dan berdarah "Mengapa ini? Engkau jatuh?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya, dilempar kuda putih sekeras-kerasnya" sahut Sindura "pada waktu aku naik, bermula kuda itu penurut sekali. Tetapi entah bagaimana tiba2 saja dia binal dan lari kencang2. Aku tak kuasa mengendalikannya lagi maka kupegang tali kendali erat2 supaya jangan jatuh, aduh ...." ia menekan pinggangnya. "Mengapa Sindura ?" Antaka makin gugup. "Ah, pinggangku serasa patah.....kuda itu terlampau keras sekali melempar diriku ...." "Bagaimana kuda itu dapat melemparkan engkau?" tanya Antaka meminta keterangan. Sindura tak cepat menjawab. Ia menunggu setelah rasa sakit pada pinggangnya mengendap barulah ia membuka mulut "Entah bagaimana, kuda putih itu lari seperti dikejar setan. Tiba di tanah datar tadi, sekonyong-konyong kuda itu berhenti dengan serentak. Karena amat mendadak sekali, tubuhku seperti diayun keras dan terlemparlah aku jatuh ke tanah. Aku tak ingat diri lagi. Tahu2 begitu membuka mata aku sudah berada dalam candi ini" “Jadi engkau tak bermaksud melarikan diri?" Antaka menegas. "Sama sekali tidak! Karena bagaimana mungkin aku seorang wanita lemah yang tak kenal jalan, berani mencoba melarikan diri?" Karena rencananya gagal maka Sindura mencari alasan untuk menyelimuti kesalahannya. Dan ternyata Antakapun cepat mau menerima alasan itu. Tetapi sesungguhnya penerimaan alasan itu lebih banyak dipengaruhi peribadi si jelita yang memiliki tatapan mata berkuasa, daripada kenyataan peristiwanya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikianlah sifat kaum lelaki yang sedang dirundung asmara. Emas dikata loyang, loyang dianggap emas. "Mana kakang Sapara? Mengapa dia tak ikut menyertai engkau?" tiba Sindura bertanya. Antaka tampak gelagapan menghadapi pertanyaan itu. Sahutnya tersekat "Anu . . . karena kuda loncat melampaui sebatang pohon yang melintang di tengah jalan, Sapara terlempar jatuh dan kutinggalkan di belakang" "Mengapa tak engkau tolong?" "Ah, bagiku engkau jauh lebih penting dari dia" kata A ntaka dengan menyertakan senyum rayu "aku masih belum jelas, mengapa kuda putih itu berhenti dengan mendadak?" "Rupanya kuda putih itu lapar sekali. Mungkin sudah sehari semalam dia tak makan. Maka begitu melihat rumput ditepi jalan, ia terus berhenti" "Hm" Antaka mengangguk-angguk. Diam2 ia membenarkan keterangan Sapara yang mengatakan bahwa kuda putih itu sudah letih dan lapar. Teringat akan lapar, cepat Antaka menyadari keadaan Sindura. Ya, wanita cantik itu tentu lapar juga "Sindura, mari kita lanjutkan perjalanan. Kita nanti singgah disebuah pedesaan untuk membeli makanan" katanya serentak. "Ah, pinggang dan mata kakiku masih sakit. Jangankan untuk berjalan, bergerak sajapun tulang hendak lepas dari ruasnya. Aku benar2 tak dapat melanjutkan perjalanan hari ini. Biarlah aku beristirahat dulu barang sehari disini. Besok pagi2 kita berangkat" Antaka tak berani dan hendak memaksa. Ia tahu wanita cantik itu tentu merasa sakit dilempar kuda. Menunda sehari, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tiada halangan. Saat itu iapun teringat bahwa Sindura tentu lapar sekali. Katanya "Sindura, tentu engkau lapar. Aku hendak mencari makanan di sebuah desa yang terdekat di sekitar tempat ini" "Lama?" "Ah, tidak. Selekas mendapat makanan, tentu cepat2 aku kembali ke sini. Gandi ini kosong, jangan takut" Setelah Antaka pergi herbangkitlah Sindura. Ia tersenyum seorang diri "Hm, sesungguhnya luka yang kuderita ini, tidak parah. Aku masih dapat berjalan walaupun agak sarat. Tetapi aku memang sengaja mencari akal untuk menghambat perjalanan ini. Mudah-mudahan akan muncul pertolongan yang tak terduga-duga ...." Saat itu pagi hari. Tetapi keadaan di dalam dan di luar candi sunyi senyap bagai sebuah pekuburan. Sindura termenungmenung seorang diri. Tiba2 memerciklah sekilas cahaya pada benaknya. Segera ia melangkah keluar. Maksudnya hendak menaiki kuda putih meninggalkan Antaka. Tetapi alangkah kejut dan kecewanya ketika tak melihat kuda putih itu "Hm, tentulah kuda itu dibawa Antaka; Dia tentu menaruh kecurigaan bahwa aku akan meloloskan diri dengan kuda putih itu...." Terpaksa ia kembali masuk ke dalam candi dan duduk bersila di lantai. Ia berusaha untuk menenangkan pikiran, memohon doa. Tiba2 ia mendengar suara helaan napas. Walaupun suara itu selembut angin berhembus namun karena suasana amat sunyi, dapatlah ia menangkapnya. Dilontarkan pandang matanya menjelajahi segenap penjuru candi. Ia lepaskan perhatiannya dan mulai mengheningkan cipta pula.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pengheningan cipta itu diakhiri dengan helaan napas "Ah, apa dayaku .... ." Tepat pada saat ia mengakhiri ucapan kepaserahan asa itu, terdengarlah suara orang menghela napas pelahan sekali. Kali ini ia benar-benar terkejut. Jelas yang menghela napas itu bukan dia. Ia tak merasa menghela napas lagi. Kesunyian yang lelap sering menimbulkan pengadaan khayal. Dan meremanglah buluroma Sindura. Sejak kecil ia sudah diisi pengertian bahwa candi itu sebuah tempat yang keramat. Patung dan arca para dewa yang dipuja di situ mempunyai tuah kesaktian. Demikian ajaran ayah bunda, demikian pula pitutur para orang2 tua dalam desanya. Kesan2 yang membenam dalam lubuk pikiran Sindura itu, cepat menguap dalam gumpalan kabut khayat bahwa candi tua itu tentu keramat dan bahwa patung2 dan arca2 yang sudah rusak itupun tetap bertuah. Mereka tentu mengetahui ratapan kalbu penderitaannya. Sindura keliarkan pandang mata menelusur dinding demi dinding. Tetapi ia tak berhasil bersua dengan sesuatu yang dapat melandaskan khayalannya itu. Gandi itu benar2 kosong, tiada patung dan arca, tiada brahmana dan pendeta. Tetapi siapakah gerangan yang menghela napas tadi? Apakah ia salah dengar, angin berhembus disangkanya helaan napas orang? Ah, mungkin, mungkin .... Ia menganjurkan diri supaya tak memikirkan soal itu lagi. Tetapi baru beberapa saat perhatiannya terlena, tiba2 terdengar pula sebuah helaan napas. Bahkan kali ini lebih jelas. ‘Tak mungkin hembusan angin’, pikir Sindura. Serentak ia berbangkit menghampiri arah suara itu. Ia melangkah kebagian ruang dalam. Tetapi pun tak melihat suatu apa. Keheranan mulai menyerbak. Tengkuk mulai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dirayapi denyut2 kesemutan. Benakpun bertebaran khayal, membayangkan wajah2 ngeri dari setan dan iblis dalam bermacam bentuk yang seram. Akhirnya ketika tebaran khayal itu menggumpal dalam bentuk bayangan Batara Kala yang menyeramkan, meledaklah nyali Sindura pecah berhamburan. Ia lari . . . . Tiba diambang pintu candi, tiba-tiba ia teringat akan ajaran gurunya. Bahwa apabila dirinya dirundung rasa ketakutan dan kebingungan, ia harus lekas bersamadhi mengucapkan' mantra penyirapan. Segera iapun melaksanakan ajaran itu. Tiba2 terdengar bunyi lantai berderak-derak. Ia terkejut dan membuka mata. Amboi .... membelalaklah mata Sindura. Keringat dingin bersimbah deras. Ingin ia menjerit tetapi lidahnya terasa kaku. Sepetak lantai di sudut dinding candi, menjungkat ke atas didorong sebuah tangan manusia dan terbukalah sebuah lubang. Pada lain saat, menyembullah sesosok tubuh. Seorang manusia yang jangkung. Muka tertutup oleh segumpal rambut putih. Kelopak matanya cekung sehingga kedua bola matanya yang besar tampak menonjol keluar. Pipi kempot sehingga geraham giginya berlomba-lomba menjulang keluar. Seketika terbanglah semangat Sindura melihat perwujudan orang itu. Seorang kakek tua yang bertubuh tinggi kurus. Ia kerahkan seluruh tenaga hendak berbangku "Jangan takut, anak perempuan. Aku bangsa manusia seperti dirimu....." tiba2 terdengar orang aneh itu berseru. Nadanya kering parau. "Si ... . apa . . . engkau . . . . ?" seru Sindura. "Aku Jangkung Angilo, pengawal raja Jayakatwang ...." "Raja Jayakatwang dari kerajaan Daha itu ?" Sindura mengulang heran. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar" "Bukankah raja Jayakatwang sudah meninggal ? Mengapa kakek berada di sini ?" Kakek itu menghela napas "Ah, panjang sekali kalau kuceritakan. Apabila engkau ingin mendengarkan, marilah masuk ke dalam tempat persembunyianku" "Di bawah lantai itu ?" Sindura menunjuk ke sudut ruang. Walaupun tahu kalau kakek tadi keluar dari lubang lantai di tempat itu, namun ia masih menginginkan penegasan. Kakek itu mengangguk "Ya, aman dan tak diketahui orang. Tetapi kalau engkau takut, akupun tak memaksa. Hanya maukah engkau menolong aku?" Sindura terkesiap. Bagaimana mungkin seorang gadis selemah dirinya mampu menolong kakek aneh itu. Bukankah dirinya sendiri sedang terancam bahaya? Namun ingin juga ia mengetahui apa pertolongan yang dikehendaki kakek itu. Ia merasa senang sekali apabila dapat membantunya "Pertolongan apakah yang kakek kehendaki dari aku? Apabila dapat, tentu senang sekali hatiku" "Sederhana sekali, engkau tentu dapat melakukannya" kata kakek aneh itu "yalah supaya jangan sekali2 engkau katakan tentang tempat ini dan diriku kepada siapapun juga ...." "Mengapa?" gairah Sindura makin melonjak. "Aku tak ingin diriku diketahui oleh orang. Bagi mereka Jangkung A ngilo sudah mati. Dan itu jauh lebih baik dari pada mereka tahu kalau aku masih hidup" Sindura mendapat kesan bahwa kakek itu bukan seorang manusia tanpa riwayat. Tentu seorang yang memendam rahasia besar. Kemungkinan tentu rahasia sejarah kehidupan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang berhias derita. Tak mungkin mempunyai maksud hendak mencelakai dirinya "Kakek, aku bersedia ikut ke tempat kediamanmu" katanya kemudian. "O, engkau tak takut? Marilah" kakek itu membuka lantai penutup dan terbukalah sebuah lubang yang cukup besar untuk tubuh seorang. Setelah masuk maka lantaipun dikatupkan pula. Mereka menuruni sebuah titian batu sebanyak duabelas tingkat dan tiba di dasar tanah. Setelah berjalan beberapa langkah, mereka memasuki sebuah ruang yang cukup besar. Ruang itu bersih, terang dan silir. Ada pula batu berbentuk pesegi panjang seperti meja dan dua keping batu untuk tempat duduk serta sebuah batu panjang beralas rumput kering. "Penerangan dan hawa silir dalam ruang sini berasal dari lubang itu" kakek Jangkung Angilo menunjuk sebuah lubang besar di dekatnya "lubang ini merupakan sebuah terowongan di bawah tanah yang menembus kesebuah sungai. Melalui lubang itulah aku keluar masuk mencari air dan makanan" Sindura mengangguk menetap disini?"



"Sudah



berapa



lamakah



kakek



Kakek itu tak menjawab melainkan meliuk-liuk jarinya seperti orang menghitung "Baginda Jayakatwang naik tahta pada tahun candra sengkala ULAR-MUKA-DARA-TUNGGAL atau tahun Saka 1198. Baginda memerintah Daha selama dua puluh tahun baru berhasil membalas pada kerajaan Singosari. Tetapi dua tahun kemudian, baginda dikhianati oleh raden Wijaya yang membawa tentara Tartar, menyerang Daha. Akhirnya baginda tertangkap dan dipenjarakan di Ujung Galuh. Beberapa tahun http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kemudian baginda wafat. Ya, sejak baginda Jayakatwang wafat itulah aku segera kembali ke Daha, tetapi mereka curang dan hendak mencelakai aku. Oleh karesa itu aku segera melarikan diri dan sembunyi di sini..." Sindura terlongong. Ia tak tahu kemana arah tujuan kata2 kakek yang menyebut dirinya sebagai Jangkung Angilo itu "Kakek Jangkung, aku tak mengerti apa yang kakek maksudkan. Aku ingin mengetahui, berapa lamakah kakek tinggal di sini?" Rupanya kakek Jangkung Angilo itu menyadari bahwa dirinya melantur maka cepat ia menjawab "Ya, lebih kurang dua puluh tahun" "Mengapa kakek bersembunyi disini? Adakah kakek tinggal seorang diri saja?" "Uh" kakek Jangkung Angilo mendesuh "jangan terburuburu menghujani pertanyaan dulu, anak perempuan. Makan dan minumlah dulu, engkau tentu lapar" Mendapat tawaran makan, seketika bangkitlah rasa lapar dan dahaga Sindura. Memang hampir sehari semalam ia tak makan. Tetapi apa yang dihidangkan kakek itu, benar2 membuatnya terlongong-longong. Kakek itu memberikan sebuah inangkok kecil terbuat daripada batu. Isinya hanya dua butir benda berwarna hitam sebesar biji buah ceremai. Dan sebuah kendi batu. "Makanlah" kata kakek itu. Sindura terbelalak memandang kakek itu dengan pandang keheranan. "Ya" sahut Jangkung Angilo "engkau tentu heran. Memang hidangan yang kumakan bukanlah seperti kebanyakan orang, melainkan suatu ramuan dari sari jelai dan palapa. Ramuan itu warisan nenek moyangku. Pernah baginda Jayakatwang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menitahkan aku membuat ramuan itu sebanyak-banyaknya untuk ransum prajurit2 Daha di medan porang. Mungkin engkau kurang percaya. Cobalah buktikan sendiri. Mungkin dua butir itu sudah terlalu kekenyangan bagimu” Walaupun setengah meragu namun Sindura sudah menaruh kepercayaan kepada kakek itu. Iapun menelannya sebutir lalu meminum air kendi. Tak selang berapa lama, rasa laparnya makin hilang. Kakek itu memberinya sebungkus ramuan makanan kering itu kepada Sindura "Mungkin dapat berguna padamu apabila engkau keputusan makanan dijalan " Selesai makan maka kakek itupun mulai bercerita "Sesungguhnya aku ini, Jangkung Angilo, adalah salah seorang mentri dari kerajaan Daha. Akulah bersama Sagara Winotan yang diutus baginda Jayakatwang untuk menjemput raden Wijaya ke Jung Biru. Dalam peperangan melawan serangan tentara Tartar, aku selalu mendampingi baginda. Kala itu banyak sudah mentri dan senopati Daha yang gugur. Sedianya aku hendak mengamuk tetapi baginda mencegah. Demi untuk mennyelamatkan jiwa beribu prajurit Daha, baginda rela menyerah. Terpaksa aku menyertai baginda dibawa ke penjara Jung Biru ...." Kakek Jangkung Angilo berhenti sejenak untuk mengenangkan kembali peristiwa pada duapuluh tahun yang lalu. Pada lain saat ia melanjutkan pula "Selama dalam penjara, baginda telah menulis kakawin Wukir Polaman. yang berisi sejarah kerajaan Daha dan cita2 baginda. Setelah selesai, tak lama kemudian bagindapun menutup mata. Tetapi sebelum wafat, baginda sempat memberi pesan kepadaku, agar aku berusaha meloloskan diri dari penjara dan membawa kakawin Wukir Polaman itu kepada rakyat Daha. Baginda seorang yogiswara yang putus akan ilmu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yoga. Selama melayani baginda dalam penjara itu, baginda telah memberikan ilmu pelajaran yang dalam tentang agama Buddha serta tujuh tingkat ilmu Samadhi, yani Jambhala samadhi, Wagiswara samadhi, Lokeswara samadhi, Bayrasatwa samadhi, Mahamunicintaniani samadhi, Swetaketu samadhi dan Kumaranirbhana samadhi. Walaupun aku mengetahui tentang ketujuh jenis samadhi itu namun apa yang diajarkan oleh baginda itu, benar2 telah menyempurnakan pengertianku tentang intisari dan kegunaan samadhi itu. Aku diperintahkan untuk menjalankan Jambhala samadhi yaitu menutup nafas sampai beberapa jam. Sebelumnya, berkat petunjuk dan latihan2 yang diberikan baginda, aku berhasil mencapai tataran dapat menutup nafas sampai sehari semalam ...." "Untuk apakah kakek menggunakan Jambhala samadhi menutup napas itu?" tanya Sindura. "Untuk menyiasati para penjaga penjara agar mereka mengira aku sudah mati dan tentu dibawa keluar dan dikubur di hutan" "O" desuh Sindura. "Memang dengan siasat itu penjaga penjara segera mengeluarkan aku dari penjara, lalu dibawa dan dibuang ke laut. Setelah mereka pergi, akupun berenang kedaratan lalu menuju ke Daha" Jangkung Angilo menghela napas “Ah, tetapi mereka tak mau mengindahkan pesan baginda. Mereka menafsirkan salah isi dari kakawin Wukir Polaman itu. Dalam kakawin itu, baginda jelas menulis begini:



Tustha ngwangahyun walesing winehan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



Apan prabhawe salesing paweweh. Wruh nistha yan tan winales pawehnya Candala karma pihutang paweweh. "Ah, aku tak tahu maksudnya, kakek" keluh Sindura yang mengira kakek itu mengingau. "Eh, anak perempuan. Itulah ajaran kebatinan tinggi mengenai amal dana. Cobalah engkau dengarkan artinya:



Hinalah orang pemberiannya



yang



berkehendak



balasan



dari



Karena perbuatannya itu ditekankan kepada balasan dari pemberiannya itu Tahu hina orang bila tidak terbalas pemberiannya Perbuatan orang hina yang berhutang pemberian. Jika kita memberi dana atau memberi pertolongan, janganlah disertai pamrih akan mengharap balas dan janganlah membeda bedakan siapa yang akan kita beri dana atau pertolongan itu" Sindura tercengang-cengang. Mulai timbul pikirannya untuk menduga duga adakah kakek itu seorang yang masih waras pikirannya. Maka bertanyalah ia "Kakek, apakah hubungan falsafah itu dengan kedatanganmu di Daha?" "Disitulah titik tolak perbedaan pendapat kita. Dan perbedaan pendapat itulah yang menimbulkan kekecewaan hatiku sehingga aku lari menyembunyikan diri di bawah candi ini" kata Jangkung A ngilo. Sindura terlongong. Ia benar2 mendengar tetapi tak mengerti. Rupanya hal itu diketahui kakek Jangkung. Maka berkatalah kakek itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mereka menafsirkan kata2 candala karma pihutang paweweh' atau perbuatan orang hina yang berhutang pemberian, sebagai pesan rahasia dari baginda Jayakatwang supaya rakyat Daha jangan mau berhutang pemberian pada Majapahit. Mereka merasa hina kalau berhutang pemberian pada kerajaan Majapahit. Oleh karena itu mereka akan menghapus pemberian itu ... ." "Kakek, siapakah yang engkau maksudkan dengan mereka itu? Dan apakah yang dimaksud dengan 'pemberian' itu?" karena tak tahan lagi maka Sindura menyelutuk pertanyaan. "Ah, aku lupa menerangkan kepadamu, anak perempuan. Ketika aku tiba ke Daha aku mengumpulkan dan mengadakan pertemuan dengan sisa2 narapraja dan senopati Daha yang masih hidup. Tetapi kebanyakan mereka telah tiada, kalau tidak gugur dalam pertempuran melawan pasukan Tartar, pun meninggal karena usianya. Satu-satunya senopati yang masih hidup dan menyamar sebagai petani yalah ki Bango Dolog. Yang menghadiri pertemuan itu sebagian besar adalah putera2 dari menteri narapraja dan senopati Daha yang sudah meninggal dunia. Ternyata walaupun sudah tua, tetapi darah prajurit dari ki Bango Dolog itu masih meluap-luap. Dialah yang menafsirkan bahwa pesan baginda Jayakatwang itu berisi suatu amanat halus agar putera2 Daha bangkit dan menolak pemberian atau penjajahan Majapahit. Dan serentak pada saat itu juga mereka telah membentuk himpunan putera2 Daha yang diberi nama Wukir Polaman dan akan melaksakan amanat baginda untuk membebaskan Daha dari kekuasaan Majapahit. Serta mereka lalu meminta harta itu untuk membasahi perjuangan mereka. Aku terkejut dan hendak membantah” "Harta apakah itu?" sela Sindura pula. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Eh, mengapa .... ah, aku lupa menceritakan lagi. Selain kakawin Wukir Polaman, bagindapun menyerahkan kepadaku sehelai peta tempat penyimpanan harta kekayaan baginda. Dengan pesan agar harta kekayaan itu diperuntukkan membangun tanah Daha dan menolong penderitaan, rakyat Daha. Jelas baginda mengamanatkan agar dalam memberikan dana itu jangan membeda-beda golongan dan kasta. Pokoknya, seluruh kawula Daha harus hidup sejahtera di atas kaki sendiri, jangan menerima pemberian budi dari Majapahit. Tetapi Wukir Polaman yang disesepuhi oleh ki Bango Dolog itu hendak menggunakan harta itu untuk perjuangan melawan Majapahit. Aku tak berani menghianati amanat baginda dan dengan alasan hendak mengambil peta itu diieinpat persembunyiannya, aku tinggalkan mereka dan terus lolos dari Dalfa. Kutahu mereka tentu marah dan mencari aku. Bila aku menolak menyerahkan peta itu, tentu mereka akan membunuhku. Oleh sebab itulah maka aku melarikan diri kemari dan bersembunyi di bawah candi tua ini" Kakek Jangkung Angilo mengakhiri ceritanya dengan menghela napas panjang, penuh berkabut nada penyesalan dan kekecewaan. Setelah termenung beberapa wakiu, kakek itu tiba2 meminta Sindura menerangkan asal mula ia tiba di candi tua itu. Sindurapun segera menuturkan apa yang telah terjadi pada dirinya selama ini. "O, jadi engkau dibawa oleh dua orang Wukir Polaman?" seru Jangkung Angilo terkejut. Sindura mengiakan. "Lalu kemanakah mereka?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura menuturkan pula semua yang dialami selama dalam perjalanan dengan Antaka dan Sapara "Sapara jatuh dari kuda, entah berada dimana. Antaka sedang pergi mencari makanan" "O, mereka orang Wukir Polaman! Tetapi Antaka .... Sapara .... ah, siapakah mereka? Rasanya aku tak pernah mendengar nama itu" seru Jangkung Angilo. "Mungkin putera2 dari mentri narapraja Daha dahulu "kata Sindura. "Hm, walaupun aku tak setuju akan gerakan Wukir Polaman, tetapi akupun tak menentang. Maka aku rela menyelubungi sisa hidupku dalam kesunyian. Tetapi sayang, angkatan muda yang tergabung dalam Wukir Polaman itu tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh. Seperti halnya dengan Antaka dan Sapara itu, mereka telah melacurkan tugasnya dengan nafsu peribadi. Mudah goncang iman karena silau akan kecantikan wanita” Kakek Jangkung Angilo berhenti sejenak lalu melanjutkan "Lepas dari kedudukan sebagai musuh, tetapi para senopati dari raden Wijaya dahulu memang mempunyai kesetyaan yang tulus di samping keperibadian yang beriman teguh. Misalnya senopati Lembu Sora. Dalam peperangan dengan Daha, Lembu Sora telah berhadapan dengan patih Kebo Mundarang dari Daha. Kebo Mundarang kalah dan hendak ditangkap Lembu Sora. Kebo Mundarang berjanji hendak menyerahkan anak perempuannya yang cantik asal dia jangan dibunuh. Tetapi Lembu Sora tak menghiraukannya. Tetapi amboi.. Antaka dan Sapara kedua orang muda itu lekas benar terpikat oleh kecantikanmu, anak perempuan. Aku sebagai bekas senopati Daha, merasa malu sekali"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, bukan salah mereka" sahut Sindura seraya menundukkan kepala "tetapi memang nasibku yang selalu dirundung malang. Sejak masih perawan kecil sampai berangkat dewasa, kemudian menikah dan dibawa ke keraton Majapahit lalu diculik, diriku selalu menjadi tumpuan selera kaum pria. Duh, kakek Jangkung, berilah aku suluh penerangan: apakah yang harus kuperbuat dengan berkah kesaktian yang kumiliki ini?"” Jangkung Angilo menghela napas "Ah, Sindura, tampaknya engkau bingung, gelisah dan tak tenterrm. Kesemuanya itu hanyalah bayang2 dari pikiran dan bathin. Memang pikiran itu maha binal, makin ditekan makin melonjak. Maka menurut ajaran Budha, diantara Tri-kaya yaitu Kayakamma atau tingkah laku, vasi Kamma atau mulut dan kata2, Manokamma atau pikiran itulah yang terpenting. Sebab segala tingkah laku yang dilahirkan dengan tenaga dan kata2, berpangkal pada pikiran dan bathin kita. Apabila bathin kita tenang, dapatlah mengekang segala nafsu yang tidak layak sehingga tingkah laku itu dapat menuruti kesusilaan dan peri kemanusiaan. Pada hakekatnya, kehidupan kita manusia ini, berkendaraan pikiran dan bathin. Untuk mengatasi kericuhan pikiran dan bathin hendaknya kita mencamkan apa yang disebut Ksanti Paramita. Yalah pikiran yang tenang seita tahan terhadap durhaka manusia. Jangan terkejut dan janganlah engkau sakit hati. Tetapi terimalah kesemuanya itu sebagai keadaan purwakarma yang engkau dapati. Pun janganlah hendaknya engkau cepat berobah pikiran atau bathinmu, manakala engkau mendapat penghinaan atau sanjungan. Demikianlah yang disebut laku Ksanti paramita" Jangkung Angilo berhenti sejenak untuk menilik keadaan Sindura. Wanita jelita itu tampak tertegun diam.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dahulu pernah kubaca dalam kitab NITI SASTRA, sebuah kata2 mutiara yang mengatakan begini! Yan wwanten sira sang dhaneswara surupa guna dhana kulina yowana. Yan tan mada maharddhikeka pangaranya sira putusi sang pinandita ...."Artinya dengan kata2 yang sederhana yalah : Bila ada orang kaya atau cantik rupanya atau pandai, bangsawan dan muda belia. Tetapi ia tidak sombong dan congkak maka layaklah ia disebut maharddhika atau pinandita yang suci bathinnya” "Sudah jelaskah engkau sekarang, anakku ?" Jangkung Angilo mengakhiri pituturnya dengan bertanya "Jadi segala sesuatu peristiwa yang engkau alami, senang susah, suka duka, tangis tawa, dendam kasih dan baik buruk, semata-mata tergantung pada cara pikiran atau bathinmu menerimanya” "Tetapi kakek Jangkung, aku masih belum jelas mengapa wanita cantik selalu diburu kemalangan nasibnya ? Adakah kecantikan itu sesungguhnya suatu berkah atau kutukan ?" tanya Sindura, "Anakku Sindura" kata Jangkung Angilo "cantik jelek, kaya miskin, hina mulia itu sudah karunia Hyang Widdhi. Maka terimalah karunia itu dengan segenap rasa syukurmu. Memang pohon itu makin tinggi tentu makin dirangsang oleh angin. Demikianpun dengan orang cantik, orang berkuasa. Makin seorang wanita itu memiliki kecantikan yang gilang gemilang, makin ia dilanda oleh gangguan dan godaan . kaum pria. Makin seseorang berkuasa, makin ia disorot oleh rakyat danorangbawahannya. Jadi ke;einaauya itu hanyalah sebagai akibat penambah kesemarakan. Jang penting janganlah engkau 'lapuk dijenjang uji, mabuk disanjung puji'” Sindura mengangguk-angguk "O, kini baru kabut hatiku memancar terang . . . . ." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sst . . . . !" tiba2 Jangkung Angilo mendesis seraya memberi isyarat agar Sindura jangan bicara. Kemudian tampak kakek itu memejamkan mata "Uh. kudengar suara orang bertengkar di luar candi" kata kakek Jangkung sesaat kemudian "ah, gemerincing senjata beradu ? Siapakah yang berkelahi itu ?" Sindura terkejut. Sama sekali ia tak mendengar apa2. Di ruang guha tempat persembunyian si kakek Jangkung, ia merasa terpisah dari dunia luar. Seketika timbul rasa kagum semu2 terhadap kakek itu. Kagum atas ketajaman indera pendengarannya tetapipun masih meragukan kebenarannya "Benarkah ? Mengapa aku tak mendengar apa2 ?" katanya. Jangkung A ngilo tertawa pelahan "Itulah anakku, kesaktian dari ketujuh ilmu Samadhi kaum Buddha. Jangankan hanya teraling dinding lantai tebal dari candi ini, bahkan apabila sudah mencapai tataran tertinggi yang disebut Kumaranirbbhana-cintamani samadhi, tiada lagi batas samudera dan benua yang memancang karena kita sudah tiba pada pintu masuk menjenjang k a m o k s w a n.'. . . ." "Kakek, ajarkanlah aku ilmu itu. Aku ingin mencari ketenteraman bathin di bawah naungan Sang Batara Buddha" pinta Sindura. "Jangan, anakku, jangan! Engkau masih mempunyai purwakarma yang belum himpas. Perjalananmu masih harus menempuh liku2 kehidupan. Sekarang belum masanya engkau bersimpuh di hadapan sang Batara Buddha" kata Jangkung Angilo seraya berbangkit "mari kita jenguk keluar siapakah yang sedang bertempur itu" Kakek itu terus mendaki titian batu, mendorong lantai penutup dan menyembul ke atas. Sejenak ia memandang ke sekeliling penjuru lalu berpaling ke bawah "Aman, mari kita http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keluar" katanya mengikuti.



seraya



mesyusup



keluar.



Sindurapun



Tiba di pintu mereka turun keluar. Di sebidang tanah datar di balik gerumbul pohon, tampak dua orang lelaki tengah bertempur dengan menggunakan senjata. Sindura menahan napas ketika mengetahui bahwa yang melayanglayangkan cemeti itu Antaka dan yang menusuk2 dengan tombak itu Sapara. Ia ingin berseru memperingatkan mereka. Tetapi sekilas suara membisiki hatinya "Jangan, biarkan mereka berhantam sendiri . . . ..." Dan Sindura sependapat. Apabila mereka sama2 menderita luka, tentu leluasalah ia melarikan diri. Memang yang bertempur itu adalah Antaka lawan Sapara. Pada saat Antaka kembali membawa makanan, ia terkejut melihat Sapara berdiri di ambang pintu candi dengan wajah merah membara. Antaka berhenti terpukau. Tetapi sebelum ia sempat membuka mulut, Sapara sudah mendahului mendamprat "Antaka, bagus benar perbuatanmu ...." "Sapara, jangan kurang tata terhadap atasanmu!" bentak Antaka "engkau kutinggalkan karena aku harus mengejar



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura. Apabila Sindura sampai menghilang, kita tentu mendapat hukuman!" Sapara tertawa hina "Alasan menuang dapat dirangkai, tetapi buktilah yang berbicara! Jelas engkau memang menghendaki Sindura ...." "Sapara . . . . !" "Antaka, sudahlah, jangan melengking lengking macam anjing bercawat ekor. Camkanlah, yang berdiri di hadapanmu saat ini adalah Sapara anak Liking Kangkung dengan Antaka anak Pencok Sahang. Dahulu Liking Kangkung dan Pencok Sabang bersatu membela Daha, meliwan pasukan Tartar. Tetapi kini putera. kedua senopati itu, saling berhadapan sebagai lawan. Dahulu Liking Kangkung dan Pencok Sahang setya kawan, setya perjuangan. Kini putera mereka, nyeleweng tujuan, menohok kawan seiring. Sapara dan Antaka memang putera Liking Kangkung dan Pencok Sahang. Tetapi Sapara bukan Liking Kangkung dan Antaka bukan Pencok Sahang. Lain ayah, lain puteranya. Antaka, rnari kita adu, tulang siapa yang lebih keras, mana yang lebih sakti, cemeti atau tombak!" "Sapara, engkau salah faham! Aku bertindak demi menyelamatkan tugaskira. Itulah Sindura berada dalam candi tak kurang suatu apa. Mari kita menemuinya dan tanyakanlah sendiri kepadanya, apakah aku berbuat tak senonoh terhadap dirinya. Kalau aku tak lekas datang, dia tentu masih pingsan karena dilempar kuda putih. Kakinya terluka ...." "Terluka?" Sapara terkejut dan sesaat lupa akan kemarahannya "mana dia? Apabila engkau berdusta. tombakku akan bersarung kulit dadamu!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Antaka tak mau menyahut melainkan terus lari ke dalam candi. Saparapun mengikutinya. Tetapi ternyata Sindura tiada tampak di ruang candi itu. Dicarinya keseluruh ruang dan sudut tembok candi, tetap tak ketemu. Ia berteriak memanggil "Sindura, di mana engkau? Aku membawa makanan untukmu! Keluarlah, jangan bersembunyi. Saparapun sudah datang!" Namun diulang beberapa kali, tetap tiada penyahutan dan tanda2 beradanya Sindura dalam candi itu "Heran, benar2 mengherankan. Jelas ia berada dalam ruang candi ini pada saat kutinggal pergi mencari makanan. Apakah ia melarikan diri? Ah, mungkin . . ." Antaka lari ke luar dari candi dan hendak menyelidiki sekeliling tempat itu. Tetapi baru tiba di tanah datar di balik gerumbul pohon, tiba2 ia berhenti "Ah, tak mungkin. Kakinya terkilir, tak dapat ia berjalan. Tetapi ke manakah gerangan wanita itu . . .. ?" timangnya dalam hati. Setelah beberapa jenak menggembalakan tingkah ulah Antaka, akhirnya Sapata tak tahan berdiam diri, serunya "Antaka, di antara segala jenis ilmu, ilmu Berpura-pura memang sukar di pelajari. Tetapi aku bukan seorang anak kemarin sore maka sukar untuk terperosok dalam tipu muslihatmu. Di mana Sindura engkau sembunyikan?" "Sapara, demi sumpah aku berani mengatakan bahwa pada saat kutinggal pergi, Sindura memang berada dalam ruang candi ...." "Kalau begitu ia dapat terbang atau menghilang?" ejek Sapara. "Jangan menghambur fitnah kepadaku" hardik Antaka "aku sendiripun merasa heran mengapa wanita lemah itu lenyap dari candi ini"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Memang untuk meyakinkan orang agar percaya pada kebohongan kita, terpaksa kita bertingkah pura2 untuk membangkitkan kepercayaan oratig. Tetapi siapa tahu isi hatimu?" "Sapara, sekali lagi kuperingatkan. Jangan engkau menuduh secaa membabi buta.'" "Huh, Antaka aku muak menyaksikan segala permainan,muslihatmu. Keluarkan Sindura dan mari kita lanjutkan perjalanan atau.. engkau hendak menguji tajamnya pedangku!" Antaka terkesiap. Wajahnya membesi. Sudah terlalu jauh ia mengalah. Iapun seorang darah senopati. Bukan karena takut kepada Sapara, melainkan ia memang merasa tak menyembunyikan Sindura. Tetapi karena Sapara tetap mendesak dengan tuduhan yang disertai sikap menantang, meluap jugalah darahnya. Hampir ia hendak loncat menghajar Sapara. Tetapi tiba2 pikirannya memercik dan serentak tertawalah ia tergelak-gelak penuh ejek "Ha, ha, Sapara, jangan engkau anggap hanya dirimu seorang lelaki. Akupun juga seorang jantan. Bukan karena aku takut kepadamu tetapi sebelumnya aku memang hendak menyelamatkan persoalan secara terang dulu baru kita nanti bertempur sampai mati” "Bagus, Antaka! Memang sudah lama kudengar cemeti Braja senjatamu itu, jarang yang mampu menghadapi. Hendak kubuktikan kebenaran hal itu" "Sapara" bentak Antaka nyaring "ketika aku kembali ke candi sini ternyata engkau sudah menunggu di ambang pintu. Jelas engkau tentu dulu datang dari aku. Dan jelas pula ketika kutinggalkan candi, Sindura masih berada di dalamnya.. Maka seharusnya bukan engkau tetapi akulah yang layak menuduh engkau menyembunyikan Sindura“ http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Memang aku lebih dulu datang sebelum engkau. Tetapi Sindura tak kujumpai di dalam candi" "Ha, ha" Antaka tertawa hina "kalau aku dituduh menyembunyikan Sindura, itu pikiran orang gila atau memang pura-pura gila. Tetapi orang yang waras pikirannya tentu tak mungkin membayangkan yang seganjil itu. Bukankah sebelumnya aku tak mengetahui kalau engkau sudah menyusul ke candi itu? Perlu apakah aku harus sudah kembali ke candi membawa makanan ini apabila memang Sindura sudah kusembunyikan? Bukankah sudah jelas bahwa karena aku menganggap Sindura memang masih berada didalam candi maka aku baru kembali lagi ke candi itu . " "Antaka ..." pembelaan.



teriak



Sapara



hendak



melantangkan



Tetapi Antaka sudah cepat mendahului "Memang benar. Maling tentu berteriak maling. Untuk menghapus jejak agar tak dituduh maling. Tetapi ketahuilah hai Sapara. Maling adalah maling dan tetap maling. Sapara” tiba2 Antaka berseru dengan nada bengis "jelas tentu Sindura engkau sembunyikan. Kuperingatkan kepadamu. Bawalah ia keluar dan kumaafkan perbuatanmu. Tetapi kalau engkau menolak, cambuk Braja ini akan kusuruh memijati tubuhmu!" "Setan engkau Antaka" teriak Sapara kalap “Engkau yang menyembunyikan tetapi engkau putar balikkan tuduhan itu kepadaku!" "Keparat!" balas Antaka makin memberingas "memang engkau pandai membuang bekas. Sindura tentu engkau sembunyikan!" "Engkau pencurinya!" teriak Sapara. "Bukan, engkau malingnya!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kembalikan Sindura!" "Keluarkan Sindura!" balas Antaka, Sapara tak dapat menahan ledakan amarahnya. Cepat menombak dada Antaka. Tetapi Antakapun sudah siap. Mengisar kesarnping, ia ayunkan cemeti menghajar muka Sapara. Sapara songsongkan tombak menangkis tetapi sebelum saling berbentnr, Antaka sudah menarik kembali cemeti lalu disapukan kekaki Sapara. "Bagus!" seru Sapara loncat ke atas dan menusuk tenggorokan lawan. Gerak menghindar sambil menyerang itu, mengejutkan Antaka. Ia tak menduga bahwa Sapara ternyata memiliki ilmu permainan tombak yang mengagumkan. Pantas kalau Sapara congkak sikapnya. Kedua kawan yang beralih jadi lawan itu, bertempur makin lama makin seru. Keduanya sama mencurahkan seluruh kebisaannya. Namun ternyata tingkat kepandaian mereka berimbang. Sama2 merasa sukar untuk mencari lubang kelemahan lawan. Pertempuran yang makin lama makin berlangsung cepat itu, sepintas pandang tak ubah seperti pertempuran maut antara burung rajawali melawan ular naga. Ayunan cemeti Braja laksana gerak burung rajawali menyambar-nyambar. Tusukan tombak tak ubah seperti ular yang memagut-magut musuh. Setelah berlangsung berpuluh jurus kemudian barulah keduanya menyadari bahwa kepandaian mereka memang seimbang. Dan sadar pula bahwa pertempuran itu tentu akan berlangsung lama. Diam2 keduanya sudah merancang siasat untuk mengharcurkan lawan. Pada saat itu cemeti Braja tengah melayang akan menimpa kepala Sapara. Sapara tak mau menyingkir melainkan sudah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ siap melakukan siasat untuk menghadapi serangan tombak itu. Sapara diam2 bersyukur karena menggunakan tombak yang lebih panjang dari pada cemeti. Dengan kelebihan itu, ia dapat menyerang lebih leluasa. Andai saat itu ia menusuk kaki, tentulah Antaka loncat menghindar ke belakang atau ke samping. Dalam penghindaran itu mau tak mau ia tentu menarik pulang serangan cemetinya. Cepat berpikir, cepat pula Sapara terus melaksanakan. Sambil agak mengendap, ia terus maju setengah langkah dan menusuk kaki lawan. Bermula Antaka terkejut dan hendak bergerak menghindar seperti yang dibayangkan Sapara. Tetapi tiba2 ia mendapat pikiran lain. Ia harus berani berkorban, baru dapat mengalahkan Sapara. Apabila tombak itu mengenai kaki, lukanya tentu tak berapa parah. Kebalikannya bila cemeti braja itu berhasil menyambar kepala atau sekurang-kurangnya bahu Sapara, lukanya tentu jauh lebih berat. Hanya dengan pengorbanan itu, barulah ia dapat mengakhiri pertempuran itu. Maka Antaka tak mau menghindar dan tak mata menarik pulang cemeti. Ia sudah bertekad hendak sama2 menderita luka, dengan perhitungan bahwa lukanya tentu lebih ringan dari Sapara. Sapara terkejut. Namun kejadian yang tak pernah disangkanya itu sudah tiba di depan mata. Ia sudah tak sempat menarik pulang tombak atau mempergunakannya untuk menangkis. Pada saat cemeti menghantam mukanya ia berusaha untuk condongkan muka ke samping agar wajahnya jangan sampai termakan habis-habisan. Krak . . . Sapara mengerang tertahan ketika bahunya kanan terhantam cemeti. Tulang bahunya serasa remuk, sakitnya sampai membuat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pandang matanya berbintang-bintang. Dalam pada itu iapun masih merasa bahwa ujung tombaknya mengenai tubuh lawan. Tetapi ia tak mampu memeriksa lebih lanjut bagaimana keadaan Antaka. Karena saat itu ia terhuyung-huyung rubuh ke tanah. Hantaman cemeti itu benar2 melumpuhkan tenaganya Jika Sapara rubuh dengan menderita luka parah, kebalikannya Antakapun juga terluka hebat. Untunglah karena perhatian Sapara agak terganggu oleh serangan cemeti itu maka tenaganyapun berkurang. Namun tombaknya itu dapat memberi tusukan yang membuat Antaka rubuh. Pada saat menaburkan cemeti, Antakapun sudah siap untuk menjaga diri dari tusukan tombak. Ia miringkan tubuh kesamping. Memang hal itu dapat menyelamatkan dadanya tetapi lengan bahunya tersusup ujung tombak Sapara sehingga tembus kebelakang. Antakapun meraung rubuh .... Kedua kawan yang berbalik jadi lawan itu, sama2 rubuh mandi darah. Dan dua-duanyapun pingsan karena sama2 menderita luka parah. Rara Sindura benar-benar kesima melihat kesudahan pertempuran antara kedua orang Wukir Polaman itu. Ia benarngeri melihat darah yang melumuri tubuh rncicka. Tiba-tiba ia tersentak kaget karena melihat Jangkung Angilo menghampiri ketempat kedua orang itu "Kakek, mengapa “ "Anakku, mereka terluka, aku wajib menolongnya" sahut kakek aneh itu. "Tetapi bukankah mereka orang Wukir Polaman? Bukankah berbahaya bagi kakek apabila mereka tersadar dan tahu siapa yang menolong?" seru Sindura cemas. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Perasaan untuk mengharap balas, perasaan takut menerima hukuman atau celaka, termasuk pamrih. Nistalah orang yang memberi pertolongan karena mengharap dan memikirkan sesuatu" kata Jangkung Angilo seraya lanjutkan langkah "dan walaupun mereka menyeleweng dari tugas, tetapi mereka membuat penyelesaian secara ksatrya maka wajiblah kutolong" Lebih dulu kakek itu tiba ditempat A ntaka. Diperikianya luka orang itu. Ia geleng2 kepala dan menghela napas. Kemudian ia mengurut urut dada A ntaka. Tak berselang beberapa saat, Antaka kedengaran mengerang dan membuka mata. Ia terkejut dan hendak menegur tetapi Jangkung Angilo cepat memberi isyarat supaya diam "Jangan bicara dulu, lukamu berat, pejamkan mata dan lakukanlah penyaluran napas" kata Jangkung Angilo lalu cepat menghampiri ketempat Sapara. Pun setelah diurut-urut kakek Jangkung Angilo, Sapara tersadar. Jangkung Angilo menyuruhnya jangan bicara tetapi melakukan pernapasan untuk menyalurkan peredaran darahnya. Jangkung Angilo berbangkit lalu melangkah pergi "Sindura, jagalah mereka, aku hendak mengambil obat ke dalam guha" Beberapa jenak setelah Jangkung Angilo masuk ke dalam tempat persembunyiannya, Antaka dan Sapara membuka mata. Demi melihat Sindura berada di situ, serempak keduanya berteriak kaget "Hai, engkau Sindura..!" "Ya, memang aku di sini" sahut Sindura. "Eh, bukankah engkau disembunyikan kakang Antaka? Bilanglah Sindura" seru Sapara.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak, aku tak disembunyikannya" Sindura gelengkan kepala. "Hai, Sindura, tentu Sapara yang menyembunyikan engkau, bukan?" seru A ntaka. Sindura gelengkan kepala "Tidak" Antaka dan Sapara saling berpandangan lalu tiba8 mereka serentak berseru "Lalu kemana engkau?" "Aku? Aku ikut pada kakek itu" "Siapakah dia? Dimana tempat tinggalnya?” seru Sapara makin ngotot. Tetapi setelah berseru keras ia tampak meringis kesakitan. Luka pada bahunya itu mengucurkan darah lebih deras. "Aku terpaksa tak dapat menjawab pertanyaan itu. Pokok dia seorang kakek yang baik dan suka menolong orang yang menderita kesusahan. Seperti halnya dengan engkau berdua" "Hai, jangan bangun!" tiba2 Jangkung Angilo berteriak memeringatkan Sapara yang hendak berbangku. Kakek itu membawa obat untuk menghentikan pendarahan. Lebih dulu ia melumuri luka Sapara kemudian Antaka "Kalian harus beristirahat dan benar2 merawat luka. Kalau tidak kalian tentu akan cacat seumur hidup!" Baik Antaka maupun Sapara terkesiap ketika melihat pervvujud m Jangkung Angilo. Sesaat kemudian Antaka bertanya "Siapakah kakek ini?" "Sst ..." tiba2 Jangkung Angilo menutup mulut dengan jari sebagai isyarat supaya Antaka jangan bicara "kudengar derap kaki kuda tengah berlari menuju kesini" kata Jangkung A ngilo.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Antaka terdiam memasang telinga. Tetapi beberapa saat kemudian ia menvelutuk "Ah, mana ada derap kuda lari kemari? Engkau mungkin salah dengar, paman!" "Telingaku tak pernah salah dengar" sahut Jangkung A ngilo "mereka masih sepemanah jauhnya tetapi tak lama lagi tentu akan tiba di hutan ini" Apa yang dikatakan kakek berambut putih, memang cepat menjadi kenyataan. Tak berapa lama Antaka dan Sapara terbeliak karena mendengar derap kuda mencongklang. Makin lama makin jelas. "Engkau benar, paman" seru Antaka "ada orang berkuda mencongklang kemari. Bahkan menilik suaranya yang riuh, tentulah sebuah rombongan ...." "Pasukan kerajaan ?" teriak Sapara. "Atau mungkin orang2 patih Aluyuda atau mahapatih Nambi...." "Atau orang2 Gajah Kencana !" cepat Sapara mcnyanggapi dengan suara gentar dan wajah pucat. "Ah, kita tentu ditangkap" seru Smdura penuh kecemasan. "Engkau hanya diangkut kembali ke keraton, tapi aku tentu dibunuh" seru Antaka geram2 gelisah. "Akupun tentu dibunuh juga" sahut Sapara "tetapi tenagaku lemah, tak dapat melawan mereka. Ah, daripada mati ditangan lawan, lebih baik aku bunuh diri sajalah ...." habis berkata Sapara terus mencabut pisau belati dan hendak dibenamkan ke dadanya sendiri. “Tunggu!" cegah Jangkung Angilo" jangan lekas berputus asa, anak muda . . . ." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Lalu maksud paman?" Sapara menegas. "Aku akan berusaha menyelamatkan jiwa kalian berdua. Tetapi kuminta kalian jangan mengatakan kepada siapapun juga, bahwa kalian telah berjumpa dengan diriku. Maukah ?" Antaka dan Sapara cepat dapat menyetujui. Sudah selayaknya mereka membalas budi pertolongan kakek itu. "Aku adalah Jangkung Angilo ...." "O, rasanya kami pernah mendengar nama paman. Bukankah paman seangkatan dengan ayah kami Liking Kangkung dan Pencok Sahang ?" "Ya" sahut Jangkung Angilo ringkas "waktu sudah amat mendesak sekali ...." Jangkung Angilo cepat menyambar tubuh Antaka lalu dinaikkan ke punggung kuda putih "mudahmudahan engkau selamat dan ingatlah permintaanku tadi" ia menampar perut kuda itu. Karena terkejut, kuda segera mencongklang pesat. Setelah itu, Jangkung Angilo mengangkat tubuh Sapara dan dinaikkan ke punggung kuda hitam. Setelah mengulangi pesannya, Jangkung Angilo segera menyuruh kuda hitam lari. Setelah kedua orang itu lenyap dari pandang mata, Jangkung Angilopun segera mengajak Sindura "Mari, kitapun harus lekas2 kembali ke dalam guha lagi . . ..." tetapi baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba2 muncullah beberapa penunggang kuda. "Ah, terlambat” Jangkung Angilo mengeluh dalam hati "Sindura, apabila mereka hendak menangkapmu, akan kurintangi. Tetapi engkau harus cepat2 masuk ke dalam guha persembunyianku. Dan bila terjadi sesuatu pada diriku, carilah di bawah tumpukan alas rumput kering tempat tidurku itu. Engkau akan menemukan sebuah bungkusan kulit ular. Isinya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ peta dari tempat penyimpanan harta karun raja Jayakatwang. Ambillah harta karun itu untuk keperluanmu, yang separoh bagian berikanlah pada rakyat Daha ...." Kakek Jangkung Angilo tak dapat melanjutkan pesannya karena pada saat itu rombongan penunggang kuda yang terdiri dari tiga orang lelaki berpakaian serba hitam, tiba dihadapannya. Mereka cepat berhenti dengan serentak dan salah seorang berseru gembira "Hai, Rara Sindura, akhirnya engkau dapat kami ketemukan juga. Marilah ikut kami" "Siapa kalian ?" sahut Sindura gemetar. "Kami orang suruhan mahapatih rakryan Nambi untuk mencarimu dan membawamu pulang" kata orang itu pula. "Ah, tidak mudah mengaku-ngaku sebagai utusan paman rakryan Nambi. Apa buktinya?" seru Sindura. Orang itu terkesiap, demikianpun dengan kedua kawannya. Mereka tak menyangka akan mendapat pertanyaan semacam itu dari Sindura "O, ketahuilah, satelah diketahui engkau menghilang dari keraton, baginda raja amat murka sekali. Baginda membebankan tanggung jawab akan kembalinya dirimu ke pura kerajaan kepada mahapatih rakryan Nambi. Gusti mahapatih lalu menyebar orang untuk mengejar jejakmu ke seluruh pelosok telatah Majapahit.” Hampir Sindura percaya. Ia anggap keterangan orang itu masuk akal. Tetapi untunglah sebelum menjawaban, Sindura berpaling kearah Jangkung Angilo "Kakek, bagaimana ini . . ." "Hm, suruh mereka minta idin kepadaku” jawab Jangkung Angilo ringkas.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Karena kalian tak membawa tanda2 perintah dari paman rakryan Nambi, maka silahkan kalian minta idin kepada kakek ini apakah kalian diluluskan olehnya membawa aku?" "Hai, kakek berambut putih, kami adalah utusan gusti mahapatih Nambi untuk membawa pulang Rara Sindura keMijipahit. Harap kakek suka meluluskan” seru salah seorang dari ketiga penunggang kuda itu. "Boleh saja, asal ia setuju. Cobalah tanyakan kepadanya sendiri" sahut Jangkung A ngilo. "Hai, Rara Sindura, kami benar2 utusan dari gusti mahapatih Nambi untuk menjemputmu pulang. Harap engkau lekas berkemas kemas ..." "Mengapa paman mahapatih hendak menjemput aku pulang ke pura Majapahit?" tanya Sindura. “A.. anu .. . aku dipersembahkan kepada baginda karena baginda membebankan pertanggungan larimu itu kepada gusti mahapatih" "O, percuma saja. Akhirnya aku tentu harus kembali pada baginda dalam keraton lagi ..." serunya memberi penolakan. "Engkau menolak?" orang itu menegas "ingat kami adalah utusan dari mahapatih Nambi, orang yang tinggi kekuasaannya setelah baginda Jayanagara. Apabila engkau menolak, kami telah diberi kuasa untuk bertindak" Tiba2 Jangkung Angilo tertawa "Ah, kalian hendak menggunakan kekuasaan untuk memaksanya? Ah, itu tak baik. Sindura sudah menyerahkan keselamatan dirinya kepadaku. Wajiblah aku menjaga dan melindunginya ...." "Ho, engkau hendak merintangi kakek tua renta? Apa kemampuanmu untuk melindunginya? Bukankah lebih baik http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau tak perlu ikut campur agar kelak engkau dapat mati dengan tenang" seru orang aneh itu. Jangkung Angilo tertawa hambar "Ah, memang orang muda sering meremehkan bahkan mencemohkan kaum tua. Terutama orang2 muda yang merasa sudah berisi kepandaian dan kedigdayaan, tetapi yang baru setengah matang. Memang tulang si tua renta ini sudah rapuh. Tetapi masih kusangsikan apakah orang2 gagah semacam kalian bertiga ini mampu mematahkan tulang2 tua ini?" Ketiga pendatang yang mengaku sebagai utusan, mahapatih Nambi, setitikpun tak memandang mata kepada Jangkung Angilo yang sudah amat tua itu "Akan kulihat bagaimana engkau hendak melindungi Sindura" kata yang pertama bicara dan bertubuh gagah perkasa. Rupanya dia pemimpin dari ketiga penunggang kuda itu. Dihampiri Sindura dengan langkah mantap. Melihat itu Sindura segera beringsut kebelakang Jangkung Angilo. Kakek itu kebalikannya tenang2 belaka. Ia duduk bersila dalam sikap anggranasika yalah mata lurus memandang keujung hidung. Kemudian meletakkan tangan kiri keatas pangkuan dan telapak kanan diatas lutut kanan, menunjuk bumi "Om . . . bajrodaka .... ah ... . um ..." mulut berkemak kemik mengucap Mantranyana. Orang bertubuh gagah itu terkesiap sejenak. Ia mengira kakek itu sedang sidhikara atau samadhi memanjatkan doa kepada dewata. Diam2 ia tertawa kecil dalam hati dan lanjutkan langkah, lalu ulurkan tangan hendak menyambar lengan Sindura .... Sesungguhnya saat itu Jangkung Angilo sedang melakukan m u d r a , yalah gerakan tangan sebagai alat gerak Bodhi Satwarn, inti pusat batin yang suci luhur. Pertama-tama tadi, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia melakukan gerak Bumispars a mundra, menunjukkan bumi sebagai saksi. Dan ketika orang gagah itu hendak menyambar Sindura, Jangkung Angilo tiba2 membuka telapak tangan kiri dan tangan kanan. Dan tiba2 pula mulutnya mendendang kidung



“Sabda papassa akaranam Kusalassa upasampada Sacitta pariyo dapanam Etam Buddhanusasanam ....” artinya: Janganlah berbuat jahat Tambahlah kebaikan Sucikanlah hati dan fikiran Ini adalah pelajaran semua Buddha. Mendengar kidung gaib itu, seketika menyurut mundurlah orang yang hendak mengganggu Sindura itu. Entah bagaimana, mukanya serasa tertampar oleh setiup angin dingin, darah serasa membeku. Ia terkejut dan buru2 kerahkan tenaga-murni untuk menyalurkan darahnya yang membeku itu. Setelah berhasil menyalurkan darah, timbullah perasaan lain dalam hati pikirannya. Ia tiada bernafsu untuk mengganggu Sindura lagi, pikiran hampa dari segala kehendak. Ia terus menyurut mundur ke tempat kedua kawannya .... Kedua kawannya itu terlongong-longong heran. Jelas mereka tak melihat sikakek menyerang tetapi mengapa pemimpin mereka seperti patung yang tak bernyawa "Kakang Wimba, mengapa engkau . . . ." Orang tinggi gagah yang dipanggil Wimba itu hanya geleng2 kepala "Hatiku amat tentram . . . ."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua orang itu bersaudara, Brastha dan Brasthi. Mereka terkejut karena melihat keadaan Wimba, pemimpin mereka. Tanya Brastha yang mukanya berlumuran jenggot, kumis lebat dan sekujur dada serta kedua tangannya bersubur rambut "Kakang Wimba, engkau kenapa? Mengapa hatimu tentram ? Apakah kakang tak jadi membawa wanita itu?" "Ho, mengapa kita harus berbuat kejahatan? Bukankah kita harus melakukan perbuatan baik . . . ?" Wimba mengoceh seperti bukan keluar dari kemauannya sendiri. Brastha dan Brasthi terbelalak. Benar2 mereka heran mengapa tiba2 saja Wimba berobah sedemikian rupa, dari seekor inacan menjadi seekor domba. Tiba2 Brastha membisiki telinga Brasthi dan Brasthi mengangguk-angguk. Pada lain saat, Brastha segera melangkah maju menghampiri Jangkung Angilo. Sedang Brasthi melangkah ketempat Wimba. Ia terus menarik Wimba beberapa langkah kedekat pohon dan tiba2 berseru "Maafkan aku, kakang Wimba . . .” plok! secepat kilat ia menampar kepala Wimba sekeras-kerasnya. Wimba pingsan seketika Dalam pada itu Brasthapun sudah tiba dihadapan Jangkung Angilo yang masih bersidhikara "Hai, kakek gila, ilmu iblis apakah yang engkau gunakan terhadap kakangku tadi?" Jangkung Angilo tetap diam laksana anggranasika masih tetap tak berobah.



patung.



Sikap



"Hai, kakek tua, jelas engkau tidak bisu, tidak tuli. Mengapa engkau diam saja? Apakah engkau memang hendak menghina aku" Brasiha maju pula selangkah mendekat kemuka Jangkung Angilo lalu mengangkat kepalan tangan kanan "Lekas jawab atau kuhajar kepalamu sampai hancur . . . !”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura ngeri melihat ancaman Brastha yang sebengis itu. Melihat kepalan tangan orang yang sebesar buah maja kecil, ia kuatir kakek Jangkung Angilo tak kuat bot tahan. Cepat ia hendak berseru memperingatkan kepada kakek itu tetapi sebelum sempal membuka mulut, Jangkung Angilo sudah berganti mudra, telapak tangan kiri ditaruh dipargkuan dan telapak tangan kanan ditaruh di atas telapak tangan kiri itu. Itulah yang disebut Dhyana mudra, pengheningan cipta. Mulut memantra aji Gentapinarapitu. Seketika memancarlah gelombang hawa beriak tenaga lembut, menghambur ke dalam telinga Brastha. Brastha mendadak rasakan anak telinganya diledak lengking genta yang bertalutalu amat dahsyatnya sehingga anak telinganya serasa pecah dan urat syaraf kepalanya berdenyut-denyut kencang sekali. Cepat2 ia mendekap kedua telinganya dengan sepasang tangan lalu melonjak-lonjak seperti orang menginjak kawanan ular berbisa. . . . Seperti Wimba, Brasthapun melonjak-lonjak kembali ke tempat Brasthi. Brasthi yang tengah menolong Wimba, terkejut melihat keadaan kakangnya. Cepat ia tinggalkan Wimba yang belum sadar dari pingsan, lalu loncat menyongsong Brastha "Kakang, mengapa engkau . . . . ?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Namun Brastha tak dapat menyahut melainkan masih melonjak-lonjak dan mendekap telinganya erat2. Ulahnya tak ubah seperti orang menari-nari di atas unggun api. Melihat keadaan saudaranya, timbullah segera gagasan Brasthi "Ah, kakang Brastha tentu terkena ilmu setan dari kakek itu. Aku harus cepat menolong dengan cara seperti yang kulakukan terhadap kakang Wimba tadi" "Maaf, kakang," serunya dan secepat kilat ia menyelinap ke belakang Brastha lalu memukul tengkuk lehernya. Seketika Brastha mengaduh dan rubuh tak sadarkan diri. "Hai, mengapa engkau memukul saudaramu juga !" tiba2 terdengar Wimba berteriak seraya loncat bangun. Ternyata ia sudah dapat sadar dari pingsannya. "Dia terkena ilmu setan dari kakek itu" sahut Brasthi "kalau tadi kakang terlongong-longong seperti orang yang kehilangan semangat, kakang Brastha ini menutup telinganya sembari melonjak-lonjak. Seperti terhadap diri kakang, terpaksa aku harus menolong kakang Brastha dengan cara memukulnya sampai pingsan. Hanya dengan cara itulah ia dapat diselamatkan dari ilmu setan kakek keparat itu" Semula Wimba hendak marah terhadap Brasthi yang memukulnya sampai pingsan. Tetapi setelah mendapat penjelasan, iapun segera merenungkan apa yang telah dialaminya tadi. Pada lain saat ia dapat menerima penjelasan itu "O, jadi kakek itu menggunakan ilmu setan kepada kita berdua?" Brasthi mengiakan "Nyata dia tak bergerak sama sekali kecuali mulutnya yang berkomat-kamit mendoa mantra dan kakang berdua lalu kehilangan kewajaran peribadi!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Keparat!" dengan marah Wimba terus hendak menghampiri kakek itu pula tetapi cepat dicegah Brasthi "jangan kakang, biarlah aku yang berganti menghadapinya. Silahkan kakang menolong kakang Brastha" Brasthi terus maju ketempat Jargkung Angilo. Ia telah mempunyai pengalaman dengan kedua kawan tadi. Maka diam2 ia sudah meluapkan tenaga murni dari dalam Cakram Manipura, siap menolak setiap serangan hawa iblis dari kakek itu. Sesungguhnya walaupun lebih muda, tetapi ilmu dari Brasthi memang lebih tinggi dari kakaknya. Tampak Jangkung Angilo tak merobah sikap mudrajtya. Ia tetap melakukan mudra Dhyanamudra. Rupanya ia hendak membuat Brasthi melonjak-lonjak seperti Brastha. Tetapi Brasthipun sudah waspada. Demi melihat mulut kakek itu mulai berkomat kamit, serentak iapun menghambur sebuah pekik sedahsyat halilintar meledak. Daun2 disekeliling tempat itu sampai bergetaran. Sindurapun hampir terjerembab kebelakang karena dilanda kejut besar. Brasthi menghamburkan aji Guntur-saketi untuk menindas aji Genta-pinara-pitu dari Jangkung Angilo, Diam2 Jangkung A ngilo terkejut. Walaupun daya aji Gentapinara-pitu yang dihamburkan melalui mantra sakti itu masih dapat menembus hamburan pekik Guntur-saketi, namun hal itu cukup menimbulkan pertimbangan dalam hatinya. Pertama, sebagai seorang yogi, ia tak mau melakukan kekerasan terhadap sesama manusia, sekalipun seorang musuh. Tujuannya hanyalah hendak menghalau ketiga orang yang akan mengganggu Sindura itu. Kedua kali, iapun ingin mengetahui sampai tataran manakah hasil ketekunannya memperdalam ilmu Pranamaya atau ilmu mengatur pernapasan yang dipancarkan melalui sikap mudra atau gerak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ulah tangan sebagai alat penyalur penguasaan batin dan pikiran. Sudah duapuluh tahun lamanya sejak lari bersembunyi didalam gua dibawah candi tua itu, ia selalu tekun membenam diri dalam ilmu samadhi untuk mencapai tataran Kumaranirbhana-sramadhi, samadhi tingkat tujuh atau yang terakhir, menjenjang pintu masuk menemui kamokswan. Maka iapun segera mengganti dengan apa yang disebut Abhayamudra. Telapak tangan kiri terbuka diatas pangkuan, telapak tangan kanan diletakkan diatas lutut kanan dengan jari-jarinya terbuka keatas .... Brasthi terkejut melihat perobahan sikap mudra dari kakek itu. Namun sebelum ia sempat menjaga diri, tiba2 dadanya serasa terbaur setiup gelombang hawa lembut teras meresap kedalam hati dan memancar kelubuk benaknya. Dan saat itu suatu perasaan aneh segera mencengkam lubuk pikirannya. Ia merasa dirinya seorang pemberani sekali, tak kenal takut pada siapapun juga. Dan diluar kesadarannya, ia ingin menunjukkan diri sebagai seorang pemberani itu. Maka dadapun dibusungkan, tangan bercekak pinggang dan kepala menengadah memandang kelangit lalu melangkah pergi Saat itu Wimbapun berhasil menyadarkan Brastha dari pingsannya. Baru iu memberi penjelasan tentang apa yang telah terjadi pada diri Brastha, tiba2 mereka dikejutkan oleh tingkah ulah Brasthi yang pergi tanpa menghiraukan suatu apa itu. Serempak keduanya loncat dan mengejar "Hai, Brasthi kemana engkau!" teriak Wimba. Namun Brasthi tak mengacuhkan dan terus lanjutkan langkah. "Hm, Brasthi tentu terkena ilmu hitam dari kakek itu. Hanya dengan cara memukulnya seperti yang ia lakukan kepada diriku, barulah ia dapat tertolong" pikir Wimba. Diluar dugaan, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Brastha pun memiliki pertimbangan begitu pula. Dialah yang tadi mengajarkan Brasthi bagaimana untuk menolong Wimba dari pengaruh ilmu hitam si kakek. Maka tanpa bersepakat, Wimba dan Brastha serempak loncat dan memukul Brasthi, duk, duk .... Brasthi seketika jatuh tersungkur ke tanah tak kabarkan diri lagi. "Oh .... uh ... ." Wimba dan Brastha mendesus kejut dan saling berpandangan. Brastha terus berjongkok menolong adiknya. Sedangkan Wimbapun menuju ke arah si kakek "Kakang Wimba" tiba2 Brastha meneriakinya" baiklah kita tolong Brasthi dahulu. Rupanya kita harus mengatur siasat untuk menghadapi kakek itu. Jika kakang maju seorang diri, kukuatir kakakang akan menderita ilmu setan dari kakek itu lagi" Wimba berhenti. Ia anggap peringatan Brastha itu memang dapat diterima. Iapun segara ikut menolong Brasthi. Setelah menyadarkan Brasthi, mereka lalu berrunding "Bagaimana tindakan kita terhadap kakek itu, kakang" tanya Brastha kepada Wimba. Sejenak merenung orang tinggi besar yang menjadi pemimpin rombongan itu, menjawab "Kita serbu dengan serempak!" "Benar" sambut Brasthi "tetapi serbuan itu harus menurut langkah dan arah yang teratur" "Maksudmu ?" tanya Wimba, "Jika kita serempak menyerbu dari satu arah, kemungkinan tentu akan gagal. Maka baiklah kita atur begini" kata Brasthi "aku menyerang dari muka agar kakek itu mencurahkan perhatiannya kepadaku. Dalam hal itu aku masih sanggup untuk bertahan diri dari ilmu setannya. Sedang kakang Brastha http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyerbu dari samping dan kakang Wimba menerjang dari belakang. Yang penting kakang Wimba harus dapat menangkap wanita itu dan melarikannya. Apabila kakek itu hendak menolong maka aku dan kakang Brastha yang akan merintanginya" "Bagus Brasthi, aku setuju" seru Wimba lalu hendak melangkah. Tetapi dicegah oleh Brastha "Nanti dulu, kakang Wimba. Walaupun siasat Brasthi itu cukup baik, tetapi kurasa masih belum sempurna. Bagaimana apabila kakek itu berputar tubuh ketiga arah untuk menghalau kita ? Bukankah kita tetap akan menderita serangan ilmu setan ?" "Lalu apakah engkau mempunyai lain rencana yang lebih baik ?" tanya Wimba. "Begini kakang" Brastha segera memaparkan rencananya "lebih baik kita gunakan kuda supaya menerjang kakek itu. Sekali gus kita suruh ketiga ekor kuda kita menerjangnya dari sebelah muka. Sementara kuda menerjang, kita serempaki dengan menyerbu wanita cantik itu lalu kita larikan. Perhatian kakek itu tentu akan terpancang pada ketiga ekor kuda kita" "Bagus sekali, Brastha!" seru Wimba gembira "aku setuju sepenuhnya. Mari kita kerjakan sekarang!" “Tunggu kakang, jangan terburu-buru dulu "kali ini Brasthi yang berganti mencegah "akupun setuju akan siasat kakang Brastha itu. Tetapi dengan tambahan supaya lebih berhasil. Agar kita aman dari hamburan daya ilmu setan kakek itu, sebaiknya waktu menyerbu kita gunakan senjata, kita putar untuk melindungi diri dari hamburan tenaga gaib kakek itu. Dengan demikian rasanya kita tentu lebih aman dan berhasil" Wimba dan Brastha gembira dan menyetujui usul itu. Merekapun segera menghampiri kuda masing2. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sindura, anakku" tiba2 Jangkung Angilo berbisik "mereka hendak lepaskan kuda untuk menerjang aku lalu menyergapmu. Maka bilamana mereka melakukan hal itu, cepatlah engkau lari menuju ke dalam candi dan terus masuk ke bawah guhaku" Kiranya walaupun ketiga orang itu berunding dengan suara pelahan dan terpisah beberapa belas langkah dari tempat Jangkung Angilo, namun kakek itu dengan indera pendengarannya yang telah dipertajam oleh pengendapan Bodhi-Satwam atau batin, telah dapat menangkap semua pembicaraan mereka. Dan setelah menyaksikan kesaktian kakek itu, Sindurapun tak ragu2 lagi. la mengiakan dan siap2. "Jangan was-was, Sindura. Akan kulindungi larimu dengan mantrayana penolak bahaya. Nah, siaplah, bila kuberi perintah, engkau harus lekas lari" kata Jangkung Angilo pula. Dalam pada itu Wimba bertigapun sudah siap. Brasthi yang menguasai ketiga kuda. Wimba menyelinap ke belakang Jangkung Angilo dan Brastha berjaga di samping. Rupanya selama berjalan menghampi ke tempat kuda mereka, Wimba menambah beberapa cara untuk penyerbuan itu. Ia dan Brastha hendak membuka penyerangan dulu agar perhatian kakek itu terpecah. Dan pada saat itulah maka Brasthi harus segera lepaskan ketiga ekor kuda untuk menerjang kakek itu. Maka setelah masing2 sudah siap, Wimba dan Brastha mencabut senjatanya. Wimba menggunakan pedang dan Brastha sebuah bindi. Wimba menyerang dari belakang dan Brastha dari samping kanan. Sindura terkejut dan ketakutan, serunya "Kakek, mereka mulai menyerang kita ...."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan takut, Sindura" jawab Jangkung Angilo amat tenang "serangan mereka itu hanya suatu siasat untuk memancing perhatianku. Yang penting yalah serangan ketiga ekor kuda dari muka itu" Memang sesungguhnya demikian. Serangan dari Wimba dan Brastha itu hanya suatu siasat untuk memecah belah perhatian Jangkung Angilo. Mereka takkan menyerang sungguh2. Tetapi demi melihat kakek itu tetap diam saja, tiba2 berobahlah rencana kedua orang itu. Bermula hanya untuk memancing perhatian, saat itu berganti dengan menyerang benar2. Mereka terus hendak menyergap Sindura. "Kakek, tolonglah ...." Sindura menjerit ketika saat itu Wimba sudah berada dua langkah dari tempatnya. Selangkah lagi pasti ia sudah dapat diraih orang itu. Teriakan Sindura itu benar2 menggetarkan pemusatan pikiran Jangkung Angilo. Dan serentakpun timbul keraguan dalam hati kakek itu kalau2 Wimba dan Brastha memang berganti siasat menyerang sungguh2. Dan kalau benar demikian, ia harus tak boleh tinggal diam. Pikiran itu maha binal. Sekali pikiran terganggu oleh suatu perasaan atau bayang2, maka runtuhlah gunung karang pemusatan pikiran Jangkung Angilo. Ia mulai mengisar kepalanya ke samping, terus ke belakang. Tetapi belum sempat ia melancarkan mantranya yang dilambari oleh hembusan Prana atau napas, sekonyong-konyong terdengar derap kaki kuda berlari menggemuruh riuh. Kiranya Brasthi yang sejak tadi memperhatikan setiap gerak gerik Jangkung Angilo, saat itu merasa sudah mendapat kesempatan untuk lepaskan ketiga ekor kudanya. Kuda ditampar pantatnya dan bagaikan prahara melanda, ketiga ekor kuda itupun mencongklang keras menerjang ke arah Jangkung Angilo. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jangkung Angilo terkesiap. Jika ia mencurahkan perhatian untuk menghadapi ketiga ekor kuda itu, Sindura pasti tertangkap oleh musuh di belakang. Namun kalau ia menolong Sindura, dirinya tentu dilanda ketiga ekor kuda. Sudah duapuluh tahun lamanya Jangkung Angilo menyembunyikan diri dan tekun mendambakan hidupnya dalam mengarungi cakrawala kesempurnaan ilmu samadhi. Selama duapuluh tahun itu ia tak pernah berjumpa manusia, tak pernah bicara. Oleh karena itu maka berhasillah ia memperagakan BodhiSatwam atau bathin dan pikirannya dalam lingkungan ketanangan yang teratur. Namun saat itu, demi melihat tindakan dan tingkah ketiga orang itu licik dan ganas, retaklah dinding istana Bodhi-Satwam yang telah dibangunnya selama duapuluh tahun itu. Bergolaklah bathin manusia Jangkung Angilo. Ia memikirkan diri Rara Sindura. Karena timbul pemikiran itu maka timbullah kerisauan dalam bathinnya. Timbulnya riak kerisauan itu, berarak-arak menuju rasa tak puas terhadap tindakan Wimba bertiga. Himpunan riak rasa tak puas itu akhirnya melahirkan suatu gelombang kemarahan yang meledakkan dinding BodhiSatwam Jangkung Angilo. Manusia Jangkung Angilo yang sudah padam nyala nafsunya, saat itu berkobar-kobar pula membakar hangus rongga dadanya "Hm, manusia2 kurang tata, lihatlah kesaktian Jangkung Angilo . . . !" tiba2 ia melengking dan tubuhnyapun tiba2 melonjak ke belakang Sindura. Dengan sebuah gerak yang luar biasa cepatnya, ia menyambar tubuh wanita itu terus dibawa loncat ke udara “Hai. . . !" terdengar riuh gemuruh teriakan kejut dari Wimba dan Bratha Brasthi ketika menyasikan pemandangan yang luar biasa itu. Dan lebih kejut pula karena setelah Wimba dan Brastha luput menyambar Sindura, saat itu ketiga ekor kuda yang karena luput menerjang Jangkung Angilo, saat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itupun melanda mereka berdua. Karena gugup kedua orang itu terpaksa layangkan tubuh ke tanah dan berguling guling menghindar ke samping Brasthi yang melepas ketiga ekor kuda, juga tak kepalang kejutnya. Ia tak pernah menduga bahwa rencana penyerbuan yang sudah diatur sedemikian rapi, tetap akan menderita kegagalan juga. Ia hendak mengejar untuk menahan ketiga ekor kuda itu jangan menerjang Wimba dan Brastha. Tetapi sudah tak keburu. Untunglah dilihatnya Wimba dan Brastha dapat menghindar dari terjangan maut ketiga ekor kuda itu. Dan bahkan dilihatnya pula Brastha dan Wimba cepat melonjak bangun lalu menyerbu kakek Jangkung Angilo yang saat itu sudah meluncur ke tanah. Tiba2 pada saat kaki hendak menginjak bumi, tiba2 kakek itu songsongkan tubuh Sindura ke muka seraya berseru "Lekas, larilah nak . . . . . !" Sindurapun lari sekuat kemampuan kakinya. Apa yang disaksikan itu cepat membangkitkan pikiran Brasthi. Biarlah Wimba dan Brastha menyerang kakek itu dan ia harus mengejar Sindura. Cepat ia melaksanakan keputusannya itu. Diantar oleh dua tiga kali gerak loncatan, dapatlah ia tiba pada jarak dua tiga langkah di belakang Sindura "Hai, wanita cantik, mengapa engkau melarikan diri ? Ikutlah kami antarkan kepada mahapatih Nambi!" serunya seraya ulurkan tangan hendak meraih bahu Sindura. Serasa terbanglah semangat Sindura ketika mendengar Brasthi berteriak pada jarak yang begitu dekat sekali di belakangnya. Sertmpak iapun berpalirg ke belakang. Waktu melihat tangan Brasthi mengulur hendak menerkam bahunya, Sindura makin terperanjat sekali. Ia menjerit! "Tolongngng .... uh ... ." belum sempat ia menyelesaikan jerit kejutnya, tiba2 karena berpaling ke belakang, bahunya telah membentur sebatang pohon. Dan karena sedang lari maka benturan itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cukup keras. Seketika Sindura teipelanting ke samping dan rubuh ke tanah Saat itu Jangkung Angilo sedang diserang dengan pedang dan bindi oleh Wimba dan Brastha. Kedua orang itu mendapat pengalaman bahwa hanya dengan cara menyerang rapat, barulah kakek itu tak mempunyai kesempatan untuk melancarkan mantra ilmu hitamnya. Dan memang untuk beberapa saat, siasat mereka tampaknya membuat Jangkung Angilo sibuk menghindarkan diri. Kakek itu tak mau balas menyerang disebabkan karena ia hendak menahan kedua orang itu supaya jangan sempat mengejar Sindura. Demikian beda siasat Wimba dan Brastha, beda pula siasat Jangkung Angilo. Tetapi untuk yang kedua kali, kemantapan pikiran Jangkung Angilo terganggu pula oleh jerit teriakan Sindura. Secepat menyeiimpatkan pandang mata, segera kakek itu tahu bahwa Sindura sedang terancam oleh Brasthi. Dan belum sempat ia memikirkan langkah yang akan diambilnya, tiba2 ia terkejut melihat Sindura terpelanting ke tanah. Lagi2 dinding ketenangan bathin Jangkung Angilo pecah dan mengalir pulalah getar2 kemarahan .... "Manusia kotor ..." desis mulut kakek itu dan setelah menghindari serangan kedua senjata lawan, ia cepat mengendapkan tubuh ke bawah dan menjemput segenggam batu kerikil, terus ditaburkan ke arah Brasthi yang saat itu tengah ulurkan kedua tangan hendak mendekap Sindura. "Aduh..." Brasthi menjerit kesakitan dan kedua kakinyaputi meneliku ke muka, tubuh rubuh ketanah. Lontaran batu kerikil Jangkung Angilo itu tepat mengenai bagian belakang dari lutut Brasthi. Brasthi merasa kedua lututnya seperti ditabas kutung.... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melihat adiknya rubuh, Brastha terus loncat menghampiri. Wimba tertegun menyaksikan peristiwa itu. Tetapi cepat ia menyadari bahwa seorang diri tak mungkin ia mampu menghadapi kakek itu. Maka iapun cepat loncat menyusul Brastha. Tetapi apabila Brastha datang untuk menolong adiknya, tidaklah demikian dengan Wimba. Bermula ia memang mempunyai angan2 begitu. Tetapi demi melihat Sindura menggeletak di tanah tak jauh dari tempat Brasthi, tiba2 timbullah pikiran lain dalam hatinya. Ia menyelinap di samping Brastha terus menghampiri Sindura. Apabila berhasil menguasai Sindura, ia mempunyai rencana untuk memberi tekanan kepada kakek itu. Rencana Wimba itu mennng bagus sekali. Tetapi ia lupa memperhitungkan diri kakek Jangkung Angilo yang sakti. Rupanya kakek itu cepat dapat menduga apa yang terkanlung dai im pikiran Wimba. Maka secepat kilat iapun sudah menjemput segenggam kerikil pula dan berseru "Hai, berhenti! Apabila engkau berani menjamah wanita itu, tubuhmu pasti akan kuhantam dengan kerikil ini ... ." Wimba tertegun dan hentikan gerakan mendekap Sindura. Ia menyadari, kakek itu seorang berilmu. Jika ia nekad melanjutkan rencananya, pastilah ia rubuh seperti Brasthi. Sejenak ia menyelimpatkan pandang mata ke samping. Dilihatnya Brastha masih sibuk menolong adiknya yang belum juga sadar. Diam2 gentarlah had Wimba. Tiba2 ia memperoleh pikiran. Ya, hanya dengan jalan itu baru dapatlah menekan si kakek. Demikian pikiran Wimba. Dan cepat pula ia mencabut pedang lalu dilempangkan ke arah tubuh Sindura, serunya "Kakek, jangan coba menghampiri kemari. Selangkah lagi engkau berani maju, wanita cantik ini tentu akan kubunuh ...." Jangkung Angilo terkesiap. Ia tak mengira lawan yang sudah terdesak itu masih mampu mencari daya untuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menguasai dirinya. Ia geram namun sadar. Sadar bahwa bila ia tetap melangkah maju, Wimba pasti akan melaksanakan ancamannya kepada Sindura. Namun ia tak rela melepaskan Sindura ke tangan orang itu. Maka cepatlah ia membalas "Hm, baiklah. Aku takkan melangkah maju lagi. Tetapi engkaupun jangan coba berani menjamah tubuh wanita itu. Melanggar peringatanku berarti membebaskan diriku dari janji kita ini...". Diam2 Wimba girang dalam hati. Kemudian berseru menegas "Hm, baiklah. Tetapi benar2 aku heran sekali, mengapa engkau sedemikian kemati-matian hendak melindunginya ?" "Sudah terikat dalam kewajibanku !" Wimba membelalakkan mata "Siapa yang mengikat engkau pada kewajiban itu ?" serunya heran. "Janji yang kuucapkan" Wimba tertegun sejenak. Benaknya merekah suatu gagasan pula. Dalam soal kanuragan dan kedigdayaan, ia sudah menyadari keunggulan si kakek. Ia merasa mendapat kesukaran untuk mengalahkannya. Mengapa saat itu ia tak mencoba untuk menundukkan kakek itu dengan adu lidah tajam saja ? "Engkau khilaf" serunya agak bernada ramah” berbicara soal kewajiban, akulah yang lebih besar dan sah. Karena gusti mahapatih Nambi telah membebankan kewajiban membawa pulang Sindura diatas bahuku bertiga. Dan sesungguhnya, kewajibanmu untuk melindunginya itu sudah berakhir dikala kami datang menjemputnya saat ini. Bukankah Sindura itu isteri Kuda Lampeyan dan Kuda Lampeyan itu anak kemanakan gusti mahapatih? Mengapa engkau begitu bersitegang leher merintangi kami?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Untuk yang pertama sejak duapuluh tahun, maka tertawalah Jangkung Angilo. Tetapi suara tawa itu bernada kering kerontang, bagai suara burung gagak menguak di tengah kerumun burung kutilang "Ki sanak, ada beberapa alasan mengapa aku bersitegang leher tak melepaskan Sindura padamu. Pertama, Sindura tak kenal kalian sebagai orang pengalasan mahapatih Nambi. Kedua, kalian tak dapat mengunjuk tanda yang membuktikan orang pengalasan mahapatih. Dan ketiga kali, tujuan membawa pulang Sindura itu bukan untuk melindungi tetapi untuk diserahkan kepada raja Jayanagara. Hm, madhu tisthati yihvagre hrdaye tu halahalam!” "Apa maksudmu?" Wimba menegas. "Di pucuk lidahnya ada madu, tetapi dalam hatinya mengandung racun" "Tetapi gusti mahapatih adalah seorang hamba kerajaan. Wajiblah kalau harus tunduk akan perintah baginda" masih Wimba berusaha menyanggah. Kembali Jangkung Angilo tertawa.. Walaupun nada tawanya masih kering parau namun iramanya tak sehambar burung gagak "Seorang narapraja terikat oleh kewajiban kepada junjungannya. Seorang brahmana pendeta terikat pada sila2 keagamaannya. Bhineka kewajiban, eka pengabdiannya. Di antara dharma yang mengikat keutamaan pengabdian itu, yalah mentaati janji yang telah diucapkan. Sabda pandita ratu, merupakan mahkota keutamaan dan keluhuran harkat kaum brahmana, raja dan ksatrya. Mahapatih Nambi tunduk pada perintah raja, aku taat akan janjiku pada Sindura" Wimba terpukau. Ia kehilangan faham untuk meucapan si kakek. Sekali lagi ia selimpatkan ekor mata kearah Brastha. Brasthi mulai meregang-regang hendak siuman. Tetapi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebelum Wimba dapat memperhatikan keadaan Brasthi lebih lanjut, tiba2 ia terkejut mendengar derap kuda lari bergemuruh. Dan sebelum ia sempat .menentukan langkah, derap kuda itu sudah tiba di hutan situ. Serombongan prajurit berkuda berjumlah duabelas orang, muncul di bawah pimpinan seorang prajurit yang bertubuh gagah perkasa. "Berhenti!" teriak kepala prajurit itu sambil acungkan tangannya ke atas. Terdengar gemerincing riuh ketika kedua belas ekor kuda itu berhenti dengan serempak "Brehaspati, lihatlah wanita itu ! Apakah bukan Rara Sindura?" Kiranya keduabelas penunggang kuda itu adalah rombongan prajurit keraton Majapahit yang diutus mahapatih Nambi untuk mengejar jejak Sindura. Lurah prajurit yang memimpin, yalah Kebo Lembana. Dan Brehaspati ditunjuk sebagai pembantu. "Hai....!” pekik Brehaspati yang bertubuh kasar "benar kakang Lembana, memang Rara Sindura! Tetapi eh.. mengapa ia berbaring diam di tanah ? Ho, siapakah orang2 yang berada didekatnya itu?" "Periksalah mereka!" perintah Kebo Lembana. Dengan tangkas, Brehaspati loncat turun terus menghampiri ketempat Sindura "Hai, ki sanak, siapakah engkau !" bentaknya kepada Wimba. Wimba mengkal atas kekerasan sikap orang. Namun ditekannya perasaan kemarahannya. Setelah memperoleh kesan bahwa rombongan pendatang itu prajurit dari kerajaan Majapahit, ia hendak menyelidiki lebih lanjut latar belakang mereka "Aku pangalasan dari gusti mahapatih Nambi untuk membawa pulang Rara Sindura ..."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bohong!" bentak Brehaspati marah sekali "gusti mahapatih Nambi hanya menitahkan rombongan kami pimpinan kakang Kebo Lembana ini untuk mencari Rara Sindura! Ho, keparat, berani benar engkau melumuri keluhuran nama gusti mahapatih! Enyah.. eh, engkau hendak membunuh Rara Sindura?” Saat itu Wimba memang masih mengancamkan pedangnya ke tubuh Sindura. Teguran Brehaspati cepat membangkitkan pikirannya "Soal siapa yang diutus gusti mahapatih Nambi, itu dapat kita selesaikan nanti. Tetapi aku harus melindungi wanita iiu lebih dulu" "Dengan cara mengancamkan pedang itukah engkau hendak melindungi Sindura?" dengus Brehaspati "siapa yang hendak mengganggunya ?" "Kakek itu!" serentak Wimba berseru seraya menunjuk Jangkung Angilo "jika engkau dapat menghalaunya, kuserahkan keselamatan wanita itu kepadamu” "Baik, tinggalkanlah!" seru Brehaspati dengan yakin. Tetapi Wimba menolak "Tidak! Sebelum engkau benar2 mimpu mengusir kakek itu, aku takkan pergi. Karena kucemaskan, engkau tak mampu menandingi kesaktiannya!" "Hm, setan, jangan ingkar janji" guman Brehaspati seraya maju selangkah kemuka Jangkung Angilo "Hai, kakek tua renta, pergilah mengganggu wanita itu!" serunya garang.



engkau,



jangan



“MURKHASYA NASTY AUSADHAM” seru Jangkung Angilo. "Apa yang engkau ocehkan itu? Gilakah engkau”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Untuk orang bodoh tak ada obatnya" Jangkung Angilo menerangkan ucapannya tadi. "Keparat! Engkau berani memaki aku bodoh" "Orang yang cepat percaya omongan orang jahat tak beda dengan kerbau yang dicocok hidungnya" jawab Jangkung Angilo "dia yang jelas berbohong menipumu, engkau percaya. Bukankah ia mengaku sebagai pengalasan mahapatih Nambi? Benarkah keterangannya itu? Mengapa engkau masih percaya pada lain2 omongannya? Maka semakin yakinlah aku akan kebenaran kata2 yang kuucapkan tadi. Segala macam penyakit masih dapat diobati. Tetapi kalau otak bodoh, tiada obatnya. Cobalah engkau ajar bicara pada kerbau .." Brehaspati merah padam mukanya. Ia merasa kata kakek itu memang benar. Tetapi ia malu mengakui karena merasa dihina "MADO MUNIH, pendeta yang menyombongkan kepandaian! Soal dia menipu aku, tentu akan, kubereskan sendiri. Usah engkau ikut campur. Tetapi engkaupun harus menjawab, mengapa engkau hendak merebut wanita ayu itu? Engkau seorang kakek tua renta, umurmu sudah dapat dihitung dengan jari. Mengapa engkau masih menginginkan wanita muda?" Merahlah selebar muka Jangkung Angilo yang penuh berhias keriput kemasaian itu. Untunglah ia cepat dapat menekan luap perasaannya karena menyadari bahwa prajurit yang dihadapannya itu memang kasar dan bodoh "Prajurit Majapahit, engkau salah faham. Aku bukan menginginkan wanita itu dengan maksud tak senonoh, melainkan hendak melindunginya dari gangguan ketiga orang itu" Brehaspati membelalakkan mata "Engkau hendak melindungi wanita itu? Uh, betapa benar kesombonganmu itu, kakek tua. Bagaimana kalau aku yang membawanya pergi ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tiada bedanya! Barangsiapa berani mengganggu Sindura, tentu akan kurintangi" jawab Jangkung A ngilo. "Ha, ha, ha ... ." Brehaspati tertawa terbahak-bahak penuh ejek. "Hai, jangan memandang rendah pada kakek itu. Dia mahir ilmu hitam, engkau tentu kalah !" Brehaspati terkejut dan berpaling. Ketika mengetahui yang berseru itu Wimba, meluaplah keeongkaannya "Huh, engkau tikus, bukalah matamu agar engkau dapat menyaksikan bagaimana tulang belulang kakek itu akan kupatahkan satu demi satu!" Habis berkata, Brehaspati busungkan dada dan ayunkan langkah lebar ke muka Jangkung Angilo ..... 0ooo8dw8ooo0



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 7



I MUSUH berbahaya dari manusia adalah Nafsu jagad pcribadinya. Jumlahnya empat, tiga yang bersifat buruk yani AHANGKARA, AMARAH dan BERAHI. Dan satu yang bersifat baik yalah BUDI BAIK. AHANGKARA, AMARAH dan BERAHI selalu membujuk, merayu dan mendorong bathin atau pikiran kita supaya melakukan ketiga sifat buruk itu. Budi baik selalu merintangi bujukan2 itu. Kemudian masih ada yang disebut sifat Nimpuna yalah Kesadaran atau Kewaspadaan. Sifat kelima inilah yang selalu memberi petunjuk dan bimbingan ke arah jalan yang lurus suci, menuju ke arah kesempurnaan hidup yang sejati.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam ilmu Kesepuhan, kelima sifat dalam peribadi manusia itu disebut SAUDARA EMPAT, LIMA PANCER. Ketiga Sifat atau Nafsu buruk itu, memang bermulut madu, bertutur merdu, pandai merayu, penyenang kalbu. Sehingga bathin atau pikiran kita, mudah sekali mengikuti bujukan mereka. Hanya manusia yang sadar dan waspada, dapat membebaskan diri dari rayuan ketiga Nafsu buruk itu. Diantara ketiga nafsu buruk itu, Amarahlah yang paling sukar diatasi. Sesungguhnya cerita RAMAYANA itu adalah pengejawantahan dari keempat sifat manusia yang diperlambangkan Dasamuka sebagai sifat Amarah. Kumbakarna sifat Hangkara, Sarpakenaka sifat Berahi dan Gunawan Wibisana sifat Budi Baik. Sedang Prabu Ramawijaya merupakan Kesadaran atau Kewaspadaan yang mengunjukkan jalan ke arah yang lurus dan suci. Akibat dari nafsu Amarah atau perbuatan dari prabu Dasamuka yang tak dikendalikan itu, maka rusaklah negara Alengka dan sengsaralah rakyatnya. Walaupun akhirnya prabu Dasamuka itu dapat dialahkan oleh Anoman, wanara putih lambang Kebenaran dan Kesucian, namun Dasamuka yang ditindih gunung itu tetap tak mati karena memiliki apa yang disebut aji Pancasona. Demikian pula dengan nafsu Amarah dalam alam peribadi manusia. Namun Amarah itu dapat dikendalikan tetapi bukan berarti sudah dilenyapkan. Setiap waktu Amarah itu akan timbul dan membakar hangus bathin kita. Oleh karmanya, kaum yogi memperlakukan Amarah itu sebagai musuh yang harus dilenyapkan. Lebih hebat pula apabila Amarah itu meledak dari peribadi yang berilmu. Amarah mpu Gandring telah melahirkan kutukan maut kepada Ken Arok dan tujuh keturunannya. Umpat yang diucapkan mpu Parwa, ayah Ken Dedes, kepada Tunggul http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ametung yang melarikan Ken Dedes, berakhir terbunuhnya Tunggul Ametung oleh Ken Arok.



dengan



Demikian pula Jangkung Angilo. Sudah duapuluh tahun lamanya ia menyepi diri menuntut kesempurnaan yoga. Hampirlah ia berhasil mencapai tataran ilmu Samadhi yang tinggi. Hampir pula ia dapat menguasai alam Bodhi-Satwam untuk bersiap-siap menyongsong Sanghyang Bajra-ghanta, yalah suara bathin yang sangat suci menyerupai suara genta. Orang yang mendengar suara itu, menjadi tanda bahwa bathinnya telah meningkat suci, lepas dari gangguan pikiran yang mementingkan keduniawian. Tetapi dikala ia melihat ulah Wimba dan kedua saudara Brastha-Brasthi terhadap Rara Sindura, meluaplah endapan Amarah yang terkubur dalam hatinya. Bagaikan ledakan lahar panas yang meluap dari kerak bumi, getaran Amarah itu menimbulkan gelombang prahara yang menggoncangkan pusat Cakram Manipura di pusar perut lalu meluap ke arah Cakram Hata Gina di bagian jantung kemudian menggetar ke seluruh uratnadi. Semua anggauta dalam tubuh yang semula sunyi tenang, saat itu seperti dilanda oleh banjir lahar yang membara panas, Jangkung Angilo terkejut ketika rasakan napasnya sesak, kepala berbinar-binar. Cepat ia menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya. Buru2 ia melakukan Prana atau ilmu pernapasan untuk menenangkan darah yang meregangtegangkan uratnadinya. Namun hal itu tak mudah dilakukan dalam waktu yang singkat. Darahnya masih mengalir panas ketika Brehaspati menghampiri dan hendak menyerangnya. Jangkung Angilo gelisah. Bukan karena gentar berhadapan dengan Brehaspati tetapi kuatir akan akibatnya. Ia menyadari bahwa darah dalam tubuhnya masih bergolak keras. Apabila ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terjerumus dalam rayuan Amarah, Brehaspati tentu akan menjadi korban. Maka berusahalah ia sekuat mungkin untuk merangkan diri. “Prajurit Majapahit, jangan mendesak aku ke tebing kehancuran" serunya "aku hanya seorang tetapi mereka berjumlah tiga orang. Jika kita berkelahi, yang kalah jelas akan remuk. Tetapi yang menangpun juga akan menderita luka. Tidakkah terlintas dalam pikiranmu bahwa mereka memang sengaja hendak mengadu kita lebih dulu, setelah itu baru mereka turun tangan. Cobalah engkau camkan. Pertama, mereka jelas berani mengaku sebagai utusan mahapatih Nambi. Dan kedua, mereka menyatakan rela menyerahkan Sindura tetapi tetap tak mau pergi. Adakah engkau percaya saja pada ucapan seorang yang tak jujur pengakuannya?" Brehaspati tertegun. "Lebih dulu halaulah mereka, baru nanti kita bicara lagi" seru Jangkung Angilo pula. "Jangan percaya omongan kakek itu!" teriak Wimba kepada Brehaspati. Bhavangkara keraton itu tak menghiraukan Wimba, melainkan berseru meminta penegasan kepada Jangkung Angilo "Apakah engkau bersedia menyerahkan wanita itu setelah kuhalau mereka?" "Ya, tetapi dengan sebuah syarat" sahut Jangkung A ngilo. "Katakanlah syaratmu itu!" seru Brehaspati. "Tidak" Jangkung A ngilo menolak "suruh mereka pergi dulu nanti kuberitahukan" Brehaspati garuk2 kepala, la bingung untuk bertindak. Akhirnya ia mengisar langkah kearah Kebo Lembana "Kakang Kebo Lembana, bagaimana aku harus bertindak ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kebo Lembana mengikuti semua pfmbicaraan mereka. Ia memang mempunyai kesan tak percaya kepada Wimba bertiga. Tetapi karena Brehaspati sudah bertindak, iapun tak mau menegurnya karena kuatir akan menyinggung perasaan orang. Adalah saat itu setelah Brehaspati menanyakan pendapatnya, barulah Kebo Lembana menyahut "Sesungguhnya apa yang dikatakan kakek itu memang benar. Tetapi ..” "Tetapi bagaimana, kakang ?" desak Brehaspati "Untuk membuktikan sampai di mana pernyataan mereka itu dapat dipercaya" kata Kebo Lembana” baiklah ke dua2nya disuruh tinggalkan tempat ini" "Ho, benar, benar!" seru Brehaspati gembira lalu berseiu kepada Jangkung Argilo "hai, kakek, silahkan engkau pergi dari sini bersama ketiga orang itu" kemudian ia berpaling kearah Wimba bertiga "hai, kamu bertiga harus angkat kaki dari sini dan wanita itu akan kami bawa!" "Tidak!" teriak Wimba serentak "suruh kakek itu pergi dulu, baru kami bertiga angkat kaki !" "Engkau harus pergi lebih dahulu karena kakek itu masih hendak mengajukan syarat!” seru Brehaspati. "Tetapi aku baru mau pergi setelah kakek itu mati atau enyah dari sini!" Wimba membantah. Brehaspati tertegun sejenak. Setelah itu ia menghampiri Jangkung Angilo dan minta kakek itu berangkat lebih dulu. Jangkung Angilo mempunyai pertimbangan lain. Pada saat ia belum dapat mengendalikan peredaran darah dalam tubuhnya, baiklah ia gunakan kata2 untuk menghadapi rombongan prajurit itu. Maka tertawalah ia ringan "Sesungguhnya untuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ angkat kaki dari sini, tidaklah sukar. Tetapi dengan demikian. engkau bakal menderita beban yang berat ...." "Beban apakah itu?" Brehaspati terlongong. "Andaikata tak kurintangi, bukankah Sindura sudah dibawa oleh ketiga orang itu?" seru Jangkung A ngilo "cobalah engkau pikir dan renungkan. Bukan aku hendak menampilkan jasa, tetapi kenyataan memang demikian. Bukan terima kasih yang engkau berikan kebalikannya malah engkau hendak mengusir aku karena takut kepada ketiga orang yang hendak menculik Sindura. Tahukah engkau apa maksud mereka mendesak engkau supaya menyuruh aku pergi?" Brehaspati memang tak pandai dalam soal siasat dan tipu muslihat. Dia seorang prajurit yang mengagungkan kegagahan dan keperkasaan. Maka bertanyalah ia "Apakah maksudnya?" Jangkung Angilo tertawa. Suatu gerak yang amat diperlukan untuk melonggarkan ketegangan uratnadinya "Hm, hm, ajata mrta murkhanam varam adyau na cantimah. Sakri duhkha karav adyav antimas tu pade pade ...." ."Gila, aku tak mengerti bersungut-sungut.



apa maksudmu" Brehaspati



"Itulah pepatah bahasa Sanskerta yang artinya begini" dari anak yang tak lahir, yang mati atau yang bodoh. Dua hal yang pertama itu, lebih baik daripada yang terakhir. Anak yang tak lahir dan yang mati, hanya satu kali memberi kesedihan. Sedargkan anak yang bodoh, memberi kesedihan tiap2 hari” "Ho, engkau menghina aku bodoh" seru Brehaspati. "Apakah engkau merasa pandai?” balas Jangkung Angilo "mengapa engkau tak mengerti muslihat orang yang hendak menyiasati dirimu?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku seorang prajurit. Perang adalah pelajaranku, bertempur latihanku. Terhadap musuh hanya dua cara: membunuh atau dibunuh. Tetapi secara terang-terangan” seru Brehaspati. “Tetapi prajurit itu seorang manusia yang mempunyai pikiran. Bukan benda atau alat yang mati. Dan sesungguhnya berperang atau bertempur itupun menggunakan siasat. Bukankah engkau akan mengelak apabila hendak ditusuk musuh? Nah, itu siasat namanya. Bukankah engkau harus mengatur barisanmu untuk menyerang kedudukan musuh? Nah, itupun siasat lagi namanya. Jadi setiap gerak pikiran itu, melahirkan sesuatu yang disebut rencana atau siasat. Adakah engkau telan saja hidangan yang engkau makan itu ?" "Huh .... tidak!" gumam Brehaspati. "Itulah" seru Jangkung Angilo "makanpun engkau menggunakan pikiran. Bagaimana supaya jangan ikut termakan tulang dari ikan yang menjadi lauk pauk hidanganmu. Bagaimana engkau membagi jemput demi jemput dari daging atau ikan ke dalam nasi, agar setiap suap yang engkau telan itu mempunyai keseimbangan rasa yang mencocoki selera lidahmu. Pikiran yang tanpa engkau sadari tercurah kesitu itu, berarti suatu rencana atau siasat. Mengertikah engkau?" Brehaspati mengkal dalam hati, tetapi entah bagaimana, ia anggap kata2 kakek itu memang sukar dibantah. Ia tak dapat menjawab kecuali mendesuh. “Hm . . .” "Nah, oleh karena jelas dalam setiap gerak pikiranmu, engkau tak terlepas dari melahirkan rencana. Maka sudah sewajarnya kalau engkau mau menelaah apa yang tersirat dalam kata2 ketiga orang itu tadi" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudahlah, kakek, jangan berkepanjangan” tukas Brehaspati tak sabar "katakanlah segera!" "Hm, baiklah” kata Jangkung Angilo "mengapa mereka amat bernafsu untuk mengusir aku, tak lain karena selama aku disini, mereka tentu tak dapat membawa Sindura. Bukankah sebelum engkau dan rombonganmu datang, mereka dapat kugagalkan rencananya ? Maka mereka berkeras hendak minta engkau mengusir aku. Setelah engkau menurut perintahnya dan aku pergi, dengan mudah mereka dapat melanjutkan rencananya membawa Sindura” "Tidak mungkin!" pekik Brehaspati "selama Brthaspati masih di sini, tak mungkin mereka mampu melakukan tindakan itu!" "Ah, engkau amat congkak, orang Majapahit?" ejek Jangkung Angilo "mereka hanya takut kepadaku, tidak kepadamu ...." "Setan" teriak Brehaspati seraya melangkah ke tempat Wimba "hai, engkau, mau enyah atau tidak!"? Sebagaimana halnya seperti Jangkung Angilo, Wimbapun cepat dapat mengetahui bahwa Brehaspati itu seorang prajurit yang kasar tetapi tolol, mudah diombang-ambingkan "Ha, ha" Wimba tertawa menggelak "memang yang dikatakan kakek itu benar. Untuk anak yang bodoh, orangtuanya harus bersedih tiap2 hari. Tetapi sayangnya, untuk kebodohanmu ini, bukan orangtuamu yang bersedih tetapi aku. Mengapa engkau mudah percaya akan omongan kakek itu ? Telah kukatakan taji, aku bersedia menyerahkan wanita ini kepadamu asal kakek itu sudah engkau halau pergi. Karena ketahuilah, dia mengaku bernama Jangkung Angilo dan mempunyai ilmu hitam yang sakti. Buktinya, hanya dengan beberapa patah kata saja, pikiranmu sudah diterbalikkannya ...." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sejenak Brehaspati tertegun lalu mendamprat "Bedebah ! Kakek itu mendamprat aku bodoh dan sekarang engkaupun memaki aku bodoh. Tetapi kenyataan baik dia maupun engkau, sama2 tak mau pergi dari sini. Hm, apakah perlu kubertindak dengan kekerasan ?" Wimba tertawa hina "Jika engkau memang menurut perintah kakek itu, silahkan miju. Tetapi ingat, selangkah lagi engkau berani ayunkan kaki ke muka, dengan tidak segan2 pedangku ini tentu akan kutanam di dada wanita inil" Brehaspati tertegun ketika melihat Wimba makin melekatkan ujung pedangnya ke dada Sinduia yang masih belum sadar. Apabila Sindura terbunuh, sekalipun orang yang membunuhnya itu dapat ditangkap, pun ia dan rombongan kawan2 prajurit, tentu tetap akan menerima hukuman dari baginda. “Kakang Lembana, bagaimana ?" sesaat kemudian ia berpaling kearah Kebo Lembana. Kebo Lembana tak dapat seketika memberi keputusan. Iapun agak bingung menghadapi keadaan saat itu. Jika menggunakan kekerasan, dikuatirkan orang itu akan melaksanakan ancamannya sungguh2. Tiba2 ia mendapat pikiran, serunya "Rombongan kita pecah dua, yang sekelompok mengepung ketiga orang itu dan yang sekelompok mengepung kakek itu. Kurasa kedua duanya sama2 berbahaya" Brehaspati mengiakan. Segera ia memberi isyarat kepada rombongan prajurit2 berkuda. Mereka dipecah menjadi dua kelompok. Kelompok kesatu dipirrpin Kebo Lembana mengepung Jangkung Angilo. Kelompok kedua dipimpin Biehaspati mengepung Wimba bertiga. Jangkung Angilo terkejut. Jika terjadi sesuatu pada diri Sindura, jelas ia tak dapat memberi bantuan. Ia harus mencari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ daya agar rombongan prajurit Majapahit itu dapat bertempur dengan Wimba dan kedua kawannya. Belum ia sempat menemukan akal, tiba2 dari arah barat terdengar derap kaki kuda menyongklang riuh. Cepat sekali rombongan kuda itu sudah tiba dihutan situ. Sepuluh penunggang kuda berpakaian warna hitam muncul. Serentak seorang bertubuh kekar dan menyelipkan sebatang pedang dipelana kudanya, berseru keras "Hai, kakek Jangkung Angilo, akhirnya dapat kuketemukan juga engkau!" Jangkung Angilo agak terkejut. Tetapi cepat ia tenangkan diri agar darahnya tak melancar deras lagi "Siapakah kalian ini? Mengapa kalian kenal namaku" “Seluruh rakyat pejuang Daha tak pernah melupa nama Jangkung Angilo, manusia yang telah menghianati harta peninggalan baginda Jayakatwang!" Ucapan orang itu bagaikan ledakan kilat. Seketika gemparlah sekalian orang yang berada disitu. Rombongan prajurit Majapahit terpukau, Kebo Lembana merentang mata lebar, Brehaspati mendelik. Sedang Wimba, Brastha dan Brasthi terlongong-longong. Tetapi diluar dugaan, kakek Jangkung Angilo tampak tenang2 saja. Ia memandang pendatang itu lekat2. Tak berapa lama muncul pula beberapa orang lelaki berpakaian hitam. Jumlahnya tak kurang dari limabelas orang. Mereka tegak berjajar disebelah kanan dan kiri dari lelaki bertubuh kekar itu. Masing2 menyelip tabung anak panah pada ikat pinggangnya dan menyanggul busur pada bahunya. Suasana beralih pada lain ketegangan. Seluruh mata tercurah pada diri Jangkung Angilo. Sesaat persoalan Rara Sindura seolah-olah terlupakan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sudah lengkapkah semua Jangkung Angilo berseru.



kawan-kawanmu?"



tiba2



"Ya, apa katamu?” kata lelaki bertubuh kekar itu tanpa menghiraukan rombongan Kebo Lembana maupun rombongan Wimba. "Siapakah yang memberitahukan diriku?" tanya Jangkung Angilo.



kepadamu



tentang



"Seorang kawan" "Antaka atau Sapara?" Jangkung A ngilo menegas. "Salah seorang" sahut lelaki bertubuh kekar itu "keduanya adalah kawan kita" "Kutahu” tukas Jangkung Angilo "tetapi tak kusangka mereka benar2 mengandung hati untuk menghianati diriku" "Mereka bukan menghianati, tetapi menunaikan tugasnya” bantah orang bertubuh kekar itu. "Kalau mereka sebelumnya tak berjanji, memang benar katamu itu. Tetapi mereka tak mungkin dapat berjumpa kepadamu apabila jiwanya tak kutolong. Dan mereka telah berjanji untuk tak mengabarkan diriku kepada siapapun juga. Tetapi ah, memang aku bersalah. Mengukur jiwa orang dengan ukuran hatiku . ...." ia menghela napas. "Itulah yang disebut Karma" seru orang itu "engkau menghianati perjuangan rakyat Daha, sekarang engkau dihianati orang.” Jangkung Angilo tertawa hambar "Karma, tidaklah sesederhana itu libatannya. Dan sesungguhnya tindakanku itu bukanlah suatu Karma. Tetapi pada saat dan tempat seperti ini, tiadalah tepat kuuraikan apa yang disebut Karma itu. Mari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kita bicara mengenai soal2 yang penting. Apakah maksudmu mengejar aku ke sini ?" "Sudah jelas!" seru orang itu "seperti yang kulantangkan pada ucapanku pertama tadi. Berikanlah peta itu !" "Kalau aku menolak ?" "Hukum perjuangan, barang siapa menghianati, penggal kepala !" seru orang itu tegas. "Siapa yang menghianati dan siapa yang dihianati?" "Yang menghianati adalah Jangkung A ngilo, kakek yang kini berada di hadapanku. Dan yang dihianati adalah pejuang2 Daha yang bergabung dalam Wukir Polaman!" "Adakah kalian ini orang Wukir Polaman ?" "Ya" Tiba2 Jangkung Angilo berpaling kearah rombongan Kebo Lembana, seru "Tuan2, perkenalkanlah, rombongan yang baru datang ini adalah orang2 Wukir Polaman !" Tanpa menilik lebih lanjut bagaimana tanggapan Kebo Lembana dan rombongannya pada saat mendengar pernyataan itu, Jangkung Angilo berpaling pula ke arah orang bertubuh kekar itu "Engkau menuduh aku menghianati perjuangan pejuang Daha yang tergabung dalam Wukir Polaman. Apakah yang diperjuangkan Wukir Polaman itu ? Membangun kerajaan Daha kembali dan menuntut balas atas kematian baginda Jayakatwang ! Dengan begitu teiatu harus melawan kekuasaan Majapahit?" "Ya" sahut orang itu serentak.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Dengarlah tuan2" seru Jangkung Angilo kepada rombongan Kebo Lembana "begitulah pendirian pejuang Wukir Polamanl" Karena setiap kali Jangkung Angilo berseru kepada rombongan prajurit Majapahit, timbullah kecurigaan orang bertubuh kekar itu "Siapakah mereka? Apakah hubungannya dengan persoalan kita sehingga tiap kali engkau selalu memberitahukan kata2ku kepada mereka?" "Engkau tak tahu mereka? Ah, sungguh naif benar" seru Jangkung Angilo "mereka adalah rombongan prajurit Majapahit yang hendak menjumpai aku"? “O" desuh orang itu "juga hendak meminta peta?" "Bukan" sahut Jangkung Angilo "mereka hendak meminta seorang wanita" "Wanita?" ulang orang itu agak heran. "Aneh, mengapa engkau tak tahu? Bukankah Antaka dan Sapara kedua kawanmu itu ditugaskan untuk membawa wanita itu ke Wukir Polaman?" seru Jangkung Angilo. Orang bertubuh kekar itu mendesis "Itu urusan sesepuh kami. Soal wanita itu kami tak diberitahu oleh sesepuh kami. Tugas karni hanyalah menjaga keamanan markas" "Dan engkau tak pernah ke pura kerajaan?" "Apa perlunya? Tugas kami hanya di markas!" seru orang itu agak geram. “O, pantas" desuh Jangkung Angilo "kalau engkau seperti katak dalam tempurung. Sekarang sudah jelas siapakah prajurit itu, bukan?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang bertubuh kekar itu mendengus "Huh, kutahu muslihatmu. Engkau hendak menganjurkan supaya mereka menangkap aku, bukan?" "Engkau makin pintar sekarang" Jangkung Angilo tertawa kecil. "Ha, ha" orang itu tertawa ringan "barangsiapa menganggap dirinya pintar, sesungguhnya dia bodoh. Tahukah engkau apa yang disandang oleh anak buahku ini?" "Anakpanah, senjata yang digunakan oleh mereka yang takut berkelahi secara merapat" jawab Jangkung Angilo tenang. "Belum lengkap keteranganmu itu" seru orang itu "karena anakpanah yang dimiliki orang2ku itu berlumur racun yang akan membuat daging tubuh membusuk" "Lalu mati?” Jangkung Angilo melanjutkan kata2 orang seolah-olah tak merasa ngeri akan keganasan senjata beracun itu. "Benar, dalam waktu sehari semalam apabila tak mendapat obat yang mujarab, jiwanya tentu melayang" Mulut Jangkung Angilo mendecak-decak "Cet, cet ? ada kalanya manusia memang lebih kejam dari hewan. Menghadapi binatang buas, manusia hanya menggunakan tombak dan anakpanah biasa. Tetapi mengapa menghadapi sesama manusia, harus menggunakan anakpanah berlumur racun ...." Kebo Lembana, Brehaspati dan rombongan prajurit Majapahit tergetar hatinya. Wimba, Brastha dan Brasthipun merasa seram.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi terhadap orang yang tak mengganggu kami dan musuh yang sudah menyerah, sekali-kali kami tak menggunakan senjata beracun itu" orang itu menambahi keterangannya. "Misalnya kepada rombongan prajurit Majapahit yang engkau musuhi itu?" Jangkung Angilo mendesak pertanyaan. “Kedatangan kami kemari adalah untuk meminta peta itu dari engkau. Tidak ada hubungan dengan mereka. Selama mereka tak mengganggu urussun kami, kamipun takkan memusuhi mereka" Diam2 Kebo Lembana dan Brehaspati menghela napas longgar. Demikian pun Wimba dan kedua kawannya. "Benarkah kata-katamu itu?” Jangkung Angilo menegas. “Ya” "Engkau tidak menghendaki wanita itu? Bukankah kedua kawanmu itu diutus oleh pimpinanmu untuk membawa wanita itu ?" Orang itu terkesiap, mengerut dahi. Sebelum ia mencapai suatu tanggapan, tiba2 Jangkung Angilo berpaling kearah rombongan prajurit Majapahit "Ki bekel" serunya pada Kebo Lembana" karena soal ini sudah terdengar oleh rombongan ki bekel maka baiklah kuterangkan apakah sebenarnya peta yang dikehendaki oleh orang Wukir Polaman itu. Peta itu adalah tempat penyimpanan harta kekayaan baginda Jayakatwang dari kerajaan Daha. Harta karun yang berupa ratna mutu manikam yang tak ternilai harganya itu, takkan habis dinikmati sampai tujuh turunan. Harta itu menurut pesan baginda Jayakatwang, supaya dibagikan kepada rakyat Daha agar meningkatkan pengidupan mereka. Tetapi oleh para pejuang Daha, harta itu akan diperuntukkan bekal perjuangan mereka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melawan kerajaan Majapahit dan membangun kerajaan Daha lagi. Jadi jelas apabila harta karun itu jatuh ketangan mereka, Majapahit pasti akan menghadapi perlawanan yang dahsyat ...." "Jangkung Angilo .. . !" teriak orang bertubuh kekar sesaat menyadari apa yang bersembunyi dalam keterangan kakek itu kepada orang Majapahit. Ada dua hal yang paling mudah menggerakkan nafsu kemilikan orang. Pertama Harta dan kedua Wanita. Mendengar keterangan Jangkung Angilo itu, gempakah dalam hati sekalian orang yang berada disitu. Seperti lebah yang dionggok dari sarang, mendengung-dengunglah suara hati setiap orang. Nafsu Angkarapun mulai menari-nari sambil menebarkan bujuk rayuannya. Hatipun serasa tergelitik, pikiran melingkar-lingkar Kebo Lembana, Brehaspati, prajurit2, Wimba, Brastha dan Brasthi tampak memerah wajahnya. Mata merekapun mulai bergenang minyak. "Setelah kuberi penjelasan" kata Jangkung Angilo tanpa menghiraukan teriakan orang bertubuh kekar "adakah engkau hanya menginginkan wanita itu saja? Jika benar persoalan ini mudah. Wanita itu silahkan engkau bawa pergi dan peta harta karun itupun akan kuberikan kepada orang Polaman" Kebo Lembana tertegun merenung. Tidak demikian dengan Brehaspati yang kasar. Serentak ia berseru "Wanita itu akan kubawa pulang, petapun akan kuambil juga!" "Engkau temaha sekali" olok Jangkung Angilo "perlu apakah engkau menghendaki peta itu? Ingat, peta dan harta karun itu adalah milik rakyat Daha" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Uh" Brehaspati menggumam "tetapi harta itu hendak dipergunakan untuk melawan kerajaan Majapahit maka aku berhak merebutnya!" "Engkau tak takut akan senjata panah beracun mereka?" seru Jangkung Angilo mengejek. "Uh .... ini ... ." Brehaspati tak dapat memberi jawaban dan terus berpaling memandang Kebo Lembana. Kebo Lembana mengerti apa yang dikehendaki kawannya yang kasar itu, serunya "Kakek, jika engkau sudah tahu bahwa peta itu adalah milik orang Daha, mengapa engkau menawarkan pada kami? Bukankah engkau jelas mempunyai maksud tertentu?" Jangkung Angilo tertawa merenyah "Ah, rupanya engkau dapat berpikir, ki bekel. Benar, memang peta itu adalah milik orang Daha. Tetapi karena hal itu sudah diketahui oleh orang banyak, maka hilanglah sifat hak-milik itu. Setiap orang yang mendengar, berhak untuk mencari dan memilikinya. Sudah tentu ia harus berani menghadapi akibat2 perbuatannya itu. Misalnya seperti saat ini. Setiap orang yang hadir disini, berhak untuk berusaha mencari harta karun itu. Namun kalau ia tak berani menghadapi bahaya yang menjadi akibatnya, silahkan mundur saja"; "Jangkung Angilo, jangan banyak cakap!” tiba-tiba orang bertubuh kekar itu barseru "Ayo serahkan peta itu sekarang juga!" "Dan wanita itu?"Jangkung Angilo menegas. "Akan kubawa juga!" Tiba2 terdengar suara tertawa dingin "Huh, enak sekali engkau bicara, ki sanak. Soal peta mungkin aku takkan turut campur. Tetapi wanita ini, hm, jangan menghapus diriku, ki sanak!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ketika sekalian orang berpaling kearah pembicara itu, ternyata Wimba yang sejak tadi tak buka suara. Orang bertubuh kekar itu berpaling, serunya "Kalau aku tak mengganggu wanita itu, apakah engkau benar2 tak mengusik kami?" “Ya, silahkan engkau membawa peta itu dan aku wanita ini” sahut Wimba. "Bagus, janji seorang lelaki harus ditepati” kata orang bertubuh kekar itu seraya maju ketempat Jangkung A ngilo. "Berhenti!” tiba2 Kebo Lembana berseru keras "masih ada aku dan rombongan prajurit Majapahit yang melarang engkau" Mendengar pemimpinnya sudah menyatakan pendiriannya, Brehaspatipun segera buka suara "Orang Wukir Polaman, sudah jelas bahwa kalian adalah musuh kerajaan Majapahit. Dan wajiblah kahu ki mi tangkap. Tetapi karena kalian telah mengunjukkan peta itu, maka kali ini dapat kuberi kelonggaran, kubebaskan pulang." Orang bertubuh kekar itu tertawa mengejek "Uh, garang benar ucapanmu ki sanak. Sayang kebaikanmu itu tak dapat kami terima. Dan memang kami haram menerima budi kebaikan ataupun pertolongan orang Majapahit. Maka kalau engkau dapat membebaskan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kami, kebalikannya kami tak dapat membebaskan engkau dan rombonganmu” orang itu menutup kata-katanya dengan mengacungkan tangan keatas. Serentak kelimabelas anakbuahnya bersiap dengan busur dan anakpanah, diarahkan kepada Brehaspati. Saat itu sang Suryapun sudah mulai condong ke balik gunung. Suasana indah meresapkan dari pohon2 hijau bersalut sinar keemasan sang Surya, tak dihiraukan oleh orang2 yang sedang dicengkam ketegangan saat itu. Kebo Lembana terkejut karena Brehaspati sudah bertindak mendahului rencananya. Sebenarnya ia sedang melaksanakan siasat mengulur waktu. Apabila matahari sudah lenyap berganti malam, tentulah barisan pemanah dari orang2 Wukir Polaman itu akan kehilangan ketepatan arah bidiknya. Dan pada saat itulah ia akan bertindak menyerang mereka. Kebo Lembana cemas. Cepat ia hendak mencegah Brehaspati. Tetapi prajurit yang berwatak kasar itu sudah terlanjur terbenam dalam suasana tantang menantang dengan lawan. “Ho, orang Wukir Polaman" seru Brehaspati sebelum Kebo Lembana tempat mencegah "kalau engkau hendak membunuh aku dengan melepaskan hujan anakpanah, silahkan. Tetapi setelah mati, aku Birehaspati, pasti akan menjadi setan berkeliaran yang akan mengejarmu. Kemenanganmu adalah kemenangan licik. Kalau engkau benar2 seorang jantan, hayo, kita berhadapan satu lawan satu. Apabiia engkau sanggup mengalahkan Brehaspati, aku bersedia menjadi hambamu!" Orang bertubuh kekar itu bernama Bango Pinoleh, seorang yang berwatak keras dan bertenaga kuat. Dia adalah kepala penjaga keamanan markas Wukir Polaman di gunung Polaman telatah Daha. Ketika sedang melakukan ronda di kaki gunung, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia berjumpa dengan Antala yang pulang dengan membawa luka. Setelah mendapat keterangan dari Antaka, ia segera memimpin anakbuahnya untuk mencari Jangkung Angilo. Sesuai dengan wataknya yang keras dan jujur, ia tak marah mendengar pernyataan Brehaspati. Bahkan kebalikannya malah merasa gembira. Timbul dalam angan-angannya untuk menguji kesaktian dengan Brehaspati. Ia merasa selama berada digunung Poliman itu, ia tak pernah berkelahi dengan musuh. Suatu hal yang membuatnya dihinggapi rasa jemu. Maka ingin sekali ia adu tenaga dengan seorang prajurit tinggi besar seperti Brehaspati itu. Ingin ia mengunjukkan kepandaiannya di hadapan aaakbuahnya. "Kuterima tantanganmu, prajurit Majapahit" "Benarkah ?" seru Brehaspati "apakah engkau tak kuatir kalah? Bukankah-lebih mudah bagimu untuk memberi perintah kepada anakbuahmu supaya melepaskan panah beracun kepadaku ?" "Pejuang Wukir Polaman adalah lelaki2 yang berjiwa jantan. Apa yang kukatakan, adalah janji seorang ksatrya. Jangan kuatir, mereka takkan bergerak tanpa perintahku. Dan aku takkan memberi perintah memanahmu" Brehaspati segera singsingkan lengan baju dan melangkah maju "Walaupun musuh, tetapi apabila pendirian orang Wukir Polaman seperti yang engkau katakan itu, aku menyongsong kehormatan yang setinggi-tingginya"? "Haram dengan pujian orang Majapahit. Lebih baik engkau maki diriku!" seru Bango Pinoleh. Saat itu Brehaspati berdiri pada jarak dua langkah di hadapan Bango Pinoleh "Cukup! Hayo, katakan, dengan cara apa kita akan bertempur? Dengan tinju atau senjata ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku ingin menjajal tenagamu. Kita berkelahi dengan tangan kosong sajalah!" "Siapa yang mulai lebih dulu ?" "Engkau" "Baik, terimalah tinjuku ini" seru Brehaspati layangkan tinjunya yang besar ke dada orang. .



seraya



Bango Pinoleh menyurut mundur setengah langkah. Karena menerpa angin, Brehaspati maju kejarkan tinjunya. Tiba-tiba Bango Pinoleh mengisar tubuh ke samping, secepat kilat ia menerkam tangan Brehaspati. Tetapi walaupun kasar, Brehaspati amat lincah dalam bertempur. Cepat ia menarik tangannya dan mengganti dengan gerakan menabas muka orang dengan tangan kiri. Bango Pinoleh menghindar ke samping. Demikian kedua orang yang memiliki watak sama kasar dan sama kuat tenaganya, terlibat dalam pertempuran yang amat seru. Terkam menerkam, tinju meninju, sepak menyepak, silih berganti terjang menerjang Kebo Lembana mengikuti pertempuran itu dengan penuh perhatian dan rencana. Ia masih menanti supaya hari cepat gelap barulah ia bertindak. Saat itu sang suryapun sudah menyilam di balik gunung. Namun sinarnya masih membayang cakrawala, sehingga malam masih remang2 samar. Anak buah Wukir Polaman tetap siapkan anakpanah pada busurnya. Tetapi mereka tak berani bertindak sebelum menerima perintah dari Bango Pinoleh. Jangkung Angilo mengisi kesempatan itu dengan duduk bersila pejamkan mata melakukan Prana. Untuk menenangkan kembali arus darahnya yang bergolak. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wimba, Brasthi dan Brastha mengikuti pertempuran itu sambil merundingkan rencana. Apabila pertempuran itu mencapai pada puncak ketegangan, tentulah akan timbul kekacauan. Dan pada saat itu dimana perhatian fihak Kebo Lembana dan Bango Pinoleh tercurah pada pertempuran dahsyat, mereka akan menggunakan kesempatan untuk secara diam2 membawa lari Sindura dan tinggalkan tempat itu. Rupanya dalam hal kekuatan, Brehaspati dan Bango Pinoleh itu berimbang. Tetapi Bango Pinoleh lebih unggul dalam hal ketangkasan dan napas. Tampak wajah Brehaspati makin lama makin merah padam, kepalanya basah kuyup dengan keringat. Gerak serangannya makin mengunjuk gejala kelambanan. Beda dengan Bango Pinoleh yang masih tetap tangkas dan lincah. Agaknya Brehaspati menyadari akan kekuatan daya tahannya. Ia mulai gelisah. Akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri pertempuran itu secepat mungkin. Apabila berlangsung lama, ia tentu kehabisan tenaga. Suatu hai yang berbahaya yang akan mendorongnya ketebing kekalahan. Brehaspati mencari kesempatan. Segera kesempatan itupun tiba. Pada saat itu Bango Pinoleh melancarkan serangan yang hebat. Kedua tangannya serempak menabas lambung, macam gerak menggunting. Brehaspati nekad. Kesempatan itu harus digunakan sebaik-baiknya. Ia tak mau menghindar maupun menangkis, melainkan bahkan maju menhunjam dada lawan yang tiada terlindung. Kali ini ia yakin tentu dapat merubuhkan lawan maka seluruh tenaganya dicurahkan. “Uh . . .” tiba2 prajurit bhayangkara itu mendesus kaget ketika tiba2 tubuh Bango Pinoleh menghilang dari hadapannya dan serentak pada saat itu, tangannya dicengkeram oleh dua http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ buah tangan yang keras, tubuhnya terangkat dan dibanting, bluk ... ia menyusur tanah. Sejenak mengebas-kebaskan kepalanya yang memar pening, Brehaspatipun cepat melonjak bangun, terus hendak menyerbu lagi. "Berhenti, Brehaspati!" tiba2 sesosok tubuh berseru seraya loncat ketengah gelanggang "engkau termakan siasatnya dan dibanting. Beristirahatlah, aku yang akan menghadapinya!" “Tetapi aku belum kalah, kakang Lembana" seru Brehaspati kepada orang itu atau Kebo Lembana. "Kau sudah lelah, beristirahatlah dulu” seru Kebo Lembana. "Huh, ilmu apakah yang digunakannya tadi?" masih bhayangkara kasar itu tak mengerti akan kekalahannya.” "Entahlah...." "Ha, ha” tiba2 Bango Pinoleh tertawa "sudah tentu kalian prajurit-prajurit Majapahit tak tahu ilmu yang telah kugunakan tadi. Itulah yang disebut ilmu Alang-alang Kumilir. Sekalipun kalah, tetapi engkau hebat juga, ki sanak!” seru Bango Pinoleh kepada Brehaspati "biasanya musuh yang termakan ilmuku Alang-alang Kumilir itu tentu akan terlempar ke udara dan jatuh beberapa belas depa jauhnya. Dan engkau hanya terlempar beberapa langkah saja, hebat juga !” Brehaspati merah mukanya "Setan bermulut besar ...." ia terus melangkah maju tetapi dicegah Kebo Lembana dan disuruhnya beristirahat ke samping. Setelah itu Kebo Lembana berseru kepada Bango Pinoleh "Dalam pertempuran, menang kalah sudah wajar, tak perlu berkokok macam ayam sabung. Akupun ingin mencoba ilmu Alang2 Kumilir yang engkau banggakan itu.”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kau bersedia enyah apabila kalah ?" seru Bango Pinoleh agak memicingkan mata. "Bukan hanya enyah, pun akan kutinggalkan kepalaku di sini" sahut Kebo Lembana mantap. "Bagus, ki lurah prajurit" seru Bango Pinoleh "kalau aku yang kalah, akupun bersedia menarik pulang anakbuahku" "Marilah kita mulai" kata Kebo Lembana seraya bersiap. Demikian kedua kepala rombongan itu segera mulai melakukan serangan. Cepat sekali timbul rasa kejut dan kecewa dalam hati Bango Pinoleh. Ia dapatkan baik gerakan maupun tenaga, ternyata kepala prajurit Majapahit itu lebih rendah dari sikasar Brehaspati tada. Mengapa bukan sikasar Brehaspati yang menjadi kepala rombongan prajurit Majapahit itu tetapi orang yang lebih rendah kepandaiannya ? "Ah itu urusan mereka" akhirnya Bango Pinoleh menghapus keheranannya "itu malah menguntungkan bagiku karena setelah dapat kupukul rubuh orang ini, prajurit2 itu tentu enyah dari sini" Tetapi selang beberapa saat kemudian, bangkit pula rasa keheranan dalam hati orang Wukir Polaman itu. Walaupun gerakannya kaku dan sederhana tetapi kepala prajurit itu selalu dapat menghindar dan pukulannya. Setiap ia sudah yakin pukulannya tentu dapat mengenai, ternyata selalu masih kurang sekiian jaraknya. Herannya makin menjadi, ketika dicurahkan seluruh perhatian dan tenaga untuk menghantamnya. Uh. . . dengan gerak yang lamban dan kaku, Kebo Lembana beringsut dan pukulan Bango Pinoleh masih kurang sekilan pula dari sasarannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tengah pertempuran masih berlangsung ramai, tiba-tiba Sindura mengerang pelahan. Ia sadar dari pingsan. Ketika membuka mata dan melihat ujung pedang tertuju kedadanya, ia menjerit kaget. Brastha terkejut. Cepat ia mendekap mulut wanita itu. Dan sesuai dengan rencana yang telah diperundingkan bertiga, Brasthapun segera memondong Sindura, hendak dibawa lari. Sindura terkejut. Ia meronta-ronta. Digigitnya tangan Brastha "Aduh. . ." Brastha mengaduh kesakitan dan kesempatan itu digunakan Sindura untuk berteriak minta tolong pada kakek Jangkung Angilo "Kakek, tolonglah ..." tetapi ia tak dapat melanjutkan kata-katanya karena mulutnya didekap lagi oleh Brastha. Bahkan Brasthipun ikut mencekal kedua kakinya sehingga Sindura tak dapat meronta lagi. Saat itu Jangkung Angilo hampir dapat menyelesaikan Prana untuk menindas golak darahnya. Tiba2 ia tersentak kaget mendengar jerit lolong Sindura. Dan pada saat membuka mata, menyaksikan Sindura digotong oleh kedua saudara Brastha-Brasthi, Jangkung Angilo tak dapat berpeluk tangan lebih lama. Walaupun saat itu hari sudah gelap namun ia masih dapat melihat jelas arah lari mereka. Dengan sekali loncat, ia sudah sepenggapai tangan di belakang mereka. “Huh, enyah engkau!” bentak Wimba seraya menetakkan pedang ke bahu Jangkung Angilo. Saat itu Jangkung Angilo sudah bertekad bulat untuk menolong Rara Sindura. Sedapat mungkin ia memang menjauhi korban jiwa atau mengalirnva darah tetapi ia sendiri tak berani memastikan terlaksananya ltu. Sabatan pedang Wimba, dapat dikelitnya dan secepat kilat kakek Jangkung Angilo mencengkeram siku lengan orang, ditekan sekuatnya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lalu diputarnya kebelakang sehingga pedangnya terlepas jatuh. Sekali Jangkung Angilo mendorongnya ke muka, Wimbapun terjerembab mencium tanah dan meluncur sampai beberapa langkah macam ular berenang di air Namun Jangkung Angilo tak sampai memperhatikan keadaan orang itu. Secepat mendorong iapun sudah beralih sasaran, loncat menerkam punggung Brastha dan Brasthi. Kedua orang itu karena tengah memondong Sindura, pula karena cepatnya kakek Jangkung Angilo bergerak, mereka tak sempat berpaling dan menghindar lagi. Tengkuk mereka serasa mengencang keras dan napaspun serentak berhenti tenaga merana sehingga tak kuasa lagi mereka menyanggah tubuh Sindura. Jelita itu jatuh ke tanah tetapi serempak dengan itu, tubuh Brastha dan Bristhipun terangkat ke atas. Sebelum mereka mengetahui siapa yang memperlakukan mereka begitu, tubuh mereka sudah dilempar ke udara. Brak . . . . keduanya membentur batang pohon dan meluncur jatuh ke dalam semak, tiada bersuara dan berkutik lagi. Setelah menyelesaikan ketiga orang itu, jangkung Angilo cepat mengangkat tubuh Sindura. Untunglah karena tak berapa tinggi, Sindura tak menderita cidera apa2. Cepat Jangkung Aogilo memondongnya lalu lari menuju ke arah seekor kuda, entah milik siapa. Sepak terjang kakek itu benar2 menggemparkan rombongan orang Wukir Polaman. Tetapi mereka tetap patuh akan pimpinan. Sebelum mendapat perintah, mereka tak berani bertindak. Bango Pinoleh sesungguhnya tahu juga akan perbuatan Jangkung Angilo. Namun karena saat itu ia tengah menghadapi serangan Kebo Lembana maka tak sempatlah ia memberi perintah kepada anakbuahnya. Tetapi setitikpun ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak pernah menyangka bahwa kakek itu mampu mengalahkan ketiga orang yang menguasai Sindura. Ia benar2 amat terkejut ketika menyaksikan bagaimana dalam waktu beberapa kejab saja, kakek itu telah dapat melempar ketiga lawannya dan kini sedang melarikan Sindura. Bango Pinoleh benar2 gelisah sekali. Cepat ia mencari kesempatan dan berpaling kearah anakbuahnya serta cepat berteriak "Gerimis...” Kata2 itu merupakan sebuah kata sandi dari orang Wukir Polaman. Artinya, supaya mereka lepaskan anakpanah kearah Jangkung Angilo tetapi jangan seluruhnya melepas panah, cukup dua tiga orang saja. Dan siapa2 yang melakukan, memang sebelumnya sudah ditentukan. Dipilihnya yang benar2 ahli. Sebagai sambutan, tiga batang anakpanahpun segera meluncur kearah Jangkung Angilo. Saat itu Jangkung Angilo sedang menaikkan Sindura ke atas pelana dan menepuk supaya lari "Larilah dan jagalah dirimu baik-baik, nak ...." Tetapi pada saat ia mengakhiri ucapan selamat jalan dan kudapun lari membawa Sindura, sebatang anakpanah tepat menancap pada bahu lengannya sebelah kiri. Sedang dua batang anakpanah yang lain menyambar di atas kepala dan di sisi lehernya. Jangkung Angilo menahan sakit sekuat mungkin. Ia tak mau mengerang karena kuatir terdengar Sindura. Ia tak menghendaki jelita itu akan terpengaruh apabila mengetahui peristiwa itu dan akan memutar kudanya balik kembali. Cepat ia melakukan ilmu Prana untuk menyalurkan hawa murni dalam tubuh, membendung racun dari anakpanah itu. Kemudian ia mencabut anakpanah itu dan bahu kirinya, auh. . . . sakitnya bukan kepalang sampai menggigit ke ulu hati.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kepalanya segera terasa berbinar-binar, mata pudar dan bluk...rubuhlah ia duduk ke tanah. "Tangkap!" kembali Bango Pinoleh berseru memerintahkan anakbuahnya. Rombongan Wukir Polaman pun serempak menyerbu ke tempat Jangkung A ngilo. Mereka berebut hendak dahulu mendahului meringkus kakek itu seperti kawanan anjing berebut tulang. Sekonyong-konyong kakek itu mengaum keras. Dahsyatnya tak ubah seperti aum harimau lapar. Seram, sehingga terhentilah denyut jantung orang-orang Wukir Walaupun jatuh tetapi Jangkung Angilo masih dapat menguasai kesadaran pikirannya. Cepat ia merangkai siasat. Ia hendak pura2 menderita agar orang2 Wukir Polaman mengira ia terluka dan tentu akan menyerbu untuk menangkapnya. Kiranya siasat itu memang tepat. Ketika mereka lari menyerbu, ia sudah siap. Dilambari dengan pengerahan hawa murni dalam Cakram Mani pura, segera ia menghambur sebuah aum pekikan yang dahsyat. Seketika terbanglah nyali orang2 Wukir Polaman. Mereka serasa disambar petir berganda tujuh. "Orang2 Wukir Polaman, terima kembalilah pemberianmu tadi!" Jangkung Angilo berseru seraya loncat bangun. Kakek yang bertubuh jangkung kurus yang tampaknya lemah renta, saat itu benar2 berobah sifatnya seperti seorang raksasa Brahala. Dengan mencekal batang anak panah beracun yang dicabutnya dan bahunya tadi, ia menerjang orang2 Wukir Polaman yang musih terpukau dicengkam kedahsyatan pekikan kakek tadi. "Aduh . . . auh . . . aduh ..." terdengar jerit erang mengaduh kesakitan dari mulut kemulut orang Wukir Polaman. Ada vang mendekap tenggorokan ada yancr http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendekap dada, ada yang memeluk perut, bahkan ada pula yang melonjak-lonjak sambil mencekal pahanya .... Jangkung Angilo benar2 sudah kehilangan ketenangan peribadinya. Bathinnya sudah dikuasai Kemarahan. Ia merasa mungkin tak dapat hidup lagi karena racun anak panah itu. Maka sebelum ajal menjelang, ia hendak memberi hajaran kepada rombongan orang Wukir Polaman. Dengan ketangkasan yang luar biasa, ia memberi tujukan dengan ujung anak panah pada setiap orang Wukir Polaman. Ditusuk dan ditikamnya tenggorokan, dada, perut dan paha mereka. Kelima belas orang Wukir Polaman itu tak sempat melepaskan anak panah lagi. Mereka berlari bebas untuk menangkap Jangkung Angilo yang dikiranya terluka Dan gerak amukan Jangkung Angilo itu memang tak diduga-duga. Pun mereka tak pernah membayangkan bahwa seorang kakek serenta itu, ternyata memiliki gerakan tubuh yang sedemikian tangkas. Dalam beberapa kejab saja, kelima belas orang Wukir Polaman itupun susul menyusul rubuh ketanah. Setelah merubuhkan orang yang terakhir, Jangkung Angilo tertegun sejenak. Ia rasakan lengan kirinya kaku tak dapat digerakkan. Karena melancarkan amukan tadi, ia tak dapat mengerahkan hawa murni untuk menahan perkembangan racun cli bahunya. Racun itu memang ganas sekali. Terbuat dari campuran beberapa jenis ular berbisa. Maka cepat sekali racun itu menjalar keseluruh lengan Jangkung Angilo. Jangkung Angilo sesungguhnya sudah menyadari akan bahaya yang sedang mengancam dirinya. Namun ia sudah terlanjur terbakar hangus oleh nafsu Amarah. Ia merasa sudah cukup bahkan terlalu lama hidup didunia. Matipun tiada yang perlu dirisaukan. Tetapi ia benar2 marah terhadap orang2 Wukir Polaman yang melukainya secara licik itu. Makin lebar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula jurang dendam kemarahan kepada orang Wukir Polaman sesaat ia teringat bahwa karena orang2 Wukir Polaman itulah maka ia terpaksa menyembunyikan diri dari dunia ramai selama duapuluh tahun. Mengingat bahwa merekapun sesama rakyat Daha, ia tak mau bermusuhan dan rela mengasingkan diri. Ia menjauhkan diri tetapi mereka tetap mencarinya. Ia ingin hidup tenang tetapi mereka tetap mengganggunya. Ia ingin meloloskan diri tetapi mereka melukainya dengan anakpanah beracun. Betapa besar sifat kesabaran Jangkung Angilo, namun menerima perlakuan yang sedemikian kejam itu, tak dapat ia menindas kemarahannya lagi. Dan mengamuklah Jangkung Angilo, senopati Daha yang tetap setya mengawal raja Jayakatwang dalam penjara musuh. Saat itu pertempuran antara Kebo Lembana lawan Bango Pinoleh mengalami perobahan genting. Karena semangatnya dia terbagi untuk memperhatikan gerak gerik Jangkung Angilo, maka lengahlah ia. Sebuah gerak terkaman yang dilancarkan Kebo Lembana berhasil mencengkeram tangan Bango Pinoleh, diputar kebelakang terus hendak diangkat keatas. Sekonyongkonyong Jangkung Angilo loncat menghampiri. Rupanya akibat racun, pandang mata kakek itu sudah gelap. Dan memang ia



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak menghiraukan siapa2 lagi. Pokok semua orang yang berada disitu, harus dihajarnya. “Oh ... uh ... ." terdengar mulut Kebo Lembana dan Bango Pinoleh mengeluh ketika rambut kepala mereka dicengkeram oleh Jangkung Angilo. Dan sebelum mereka sempat berusaha untuk meronta, Jangkung Angilo cepat sudah gerakkan kedua tangannya untuk membenturkan kepala kedua orang itu. Krak . . . . . terdengar suara berderak keras disusul dengan mancurnya darah. Sekali tangan kakek itu melepas, terkulai Kebo Lembana dan Bango Pinoleh ketanah. Kini habislah sudah pendatang2 yang hendak merebut Sindura. Jangkung Angilo memandang kesekeliling. Yang tampak hanya orang2 yang mengerang-erang di tanah. Tiada yang masih berdiri tegak lagi. Maka kakek itu menengadah memandang ke cakrawala dan tertawalah ia senyaringnyaringnya. Kumandangnya menggelegar bagai guruh menggema dilangit. Nadanya penuh kemarahan bercampur kepedihan hati .... Tiba2 ia terdiam dan rubuh ke tanah. Karena mengumbar kemarahan, ia hamburkan hawa dan tenaga murni dalam tubuhnya, melukai dan merobohkan beberapa belas orang. Tetapi ia lupa untuk menahan racun yang mengalir dalam urat2 nadinya. Karena tak terkendalikan, racun meliar bersama darah berkelana menjelajah seluruh jalur2 urat nadi dan akhirnya bermuara di bagian dada Cakram Ana Hata dan rubuhlah hekas senopati tua dari kerajaan Daha yang masih hidup. Angin malam berhembus makin dingin .... o)0oo0d0w0oo0(o



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



II Bagaikan gunung Mahameru meletus, demikianlah kemarahan raja jayanagara ketika menerima laporan tentang peristiwa terculiknya Rara Sindura dari puri keraton. Hilangnya patung Aksobya dari candi Syiwa Buddha di Kagenengan, tidaklah menimbulkan kemurkaan sehebat lenyapnya Rara Sindura dari puri keraton. Baginda Jayanagara murka benar2. Mahapatih rakryan Nambi, dipanggil dan ditegur keras sebagai seorang mahapatih yang tak mampu menjaga kewibawaan kerajaan. “Ampun gusti" sembah rakryan Nambi "sesungguhnya hamba sudah tua dan tiada berguna. Kesalahan itu menjadi tanggung jawab hamba dan hamba berjanji akan mencari Sindura sampai ketemu" Patih Aluyudapun mendapat dampratan yang tak kurang kerasnya. Hanya saja patih itu cukup licin untuk membersihkan diri "Duh, gusti, mohon diampunkan sekiranya dosa itu hendak paduka timpahkan kepada diri patik. Tetapi sesungguhnya pada malam itu karena ba-ginda berkunjung ke tempat hamba maka hamba sampai tak sempat melakukan perondaan. Mohon gusti berkenan menghukum diri patik" Jayanagara tertegun. Memang ia merasa telah mengunjungi rumah Aluyuda dan mengajaknya minum tuak sehingga pada malam terjadinya peristiwa itu Aluyuda tak dapat melakukan tugas. Rupanya baginda masih belum puas menumpahkan kemurkaannya. Dayang2 keputren dipanggil dan dicerca. Kemudian disuruh masukkan ke dalam tahanan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Prajurit bhayangkara yang malam itu bertugas menjaga dipanggil dan dimaki habis-habisan. Merekapun dijebluskan dalam penjara. “Hamba mohon sudi apakah kiranya gusti berkenan memberi kesempatan kepada kami untuk mengejar penculik itu Apabila gagal, hamba rela menyerahkan kepala hamba" demikian Kebo Lembana dan Brehaspati mengajukan permohonan. "Gusti, apapun yang terjadi, telah terjadi. Dan kesemuanya itu adalah kelalaian hamba” kata mahapatih Nambi “hamba berpendapat, yang penting yalah menyiapkan rencana untuk mengejar jejak penculik itu. Hamba tak rela keluhuran paduka dicemarkan orang” Setelah agak reda dari badai kemurkaan, Jayanagara anggap pernyataan mahapatih itu memang tepat. Tiada guna marah2 karena kemarahan itu takkan dapat mengembalikan Rara Sindura ke keraton. Yang penting harus segera ditempuh jalan untuk mengejar kawanan penjahat itu. Beliau meluluskan permohonan "Selain itu, paman Nambi. Masih ada sebuah hal yang hendak kutitahkan paman segera melaksanakannya" ujar baginda pula. Rakryan Nambi gopoh menjelang kata "Mohon paduka segera mencurahkan titah. Mana2 titah paduka tentu hamba lakukan sepenuh tenaga" "Segera paman siapkan beberapa utusan untuk memanggil pulang Kuda Lampeyan" Rakryan Nambi terkejut. Namun tak dapat ia menyelami maksud baginda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Baik tuanku, tetapi dapatkah hamba mohon penjelasan akan titah paduka itu?" "Anak polah, bapak kepradah!" ujar baginda "setiap perbuatan si anak, bapak harus bertanggung jawab. Demikian pula dengan seorang suami. Setiap ulah isteri, suami harus bertanggung jawab" "Tetapi Kuda Lampeyan baru saja menikah dengan Sindura. Mereka masih mempelai baru" "Lama atau baru itu hanya soal waktu. Tetapi yang pokok mereka sudah menjadi suami isteri. Sejak saat itu, Kuda Lampeyan harus bertanggung jawab. Demikian ayahnya, buyut Mandana!" Nambi tak dapat berbuat apa2 kecuali melakukan perintah. Mahapatih itu pulang membawa kegaduhan hati. Pikirannya resah gelisah. Rasa geram dan malu berkecamuk dalam hatinya. Geram karena tindakannya untuk menolong Sindura, telah didahului orang. Malu karena sebagai mahapatih, ia telah disiasati mentah-mentah oleh fihak penculik, sehingga ia mendapat teguran yang amat pedas dari baginda. Belum pernah sejak mengabdi pada raden Wijaya hingga sampai dinobatkan sebagai raja Kertarajasa, ia mendapat malu yang sedemikian besarnya. Belum pernah raden Wijaya berani mendampratnya sedemikian keras seperti puteranya yang sekarang, Jayanagara. Dari pengakuan nyai Cempaka, dayang yang menyaru sebagai Rara Sindura dan dibawa ke gedung mahapatih Nambi, ternyata diketahui bahwa nyai Cempaka itu adalah dayang yang bekerja untuk patih Aluyuda. Tetapi mahapatih Nambi segan untuk meminta keterangan lebih jelas kepada Aluyuda. Karena tindakan menculik Sindura itu bersifat rahasia dan tak boleh diketahui oleh siapapun juga. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Juga dalam hal itu fihak2 yang berusaha membawa Sindura lolos dari dalam keraton, sama menggigit jari. Bukannya Rara Sindura melainkan Rara Sindura palsu atau dayang2 yang menyarulah yang mereka dapatkan. Aluyuda mendapat dayang nyai Mandira. Mahapatih Nambi memperoleh nyai Cempaka. fihak rakryan Kuti hanya menemu nyai Wuni. Hanya fihak Wukir Polaman yang berhasil memboyong Rara Sindura aseli keluar dari keraton. Baik fihak2 mahapatih Nambi, patih Aluyuda dan Kuti, masing2 tak berani menghebohkan peristiwa yang dialami. Mereka sama2 menutup rahasia. Dengan demikian mereka tak dapat melakukan penyelidikan, siapakah yang melarikan Sindura itu. Mahapatih Nambi bermuram durja. Kali ini ia benar2 kehilangan faham. Tak tahu dari mana ia harus mulai bertindak. Namun kalau tak cepat bertindak ia takut akan kemurkaan raja. Terpaksa ia memanggil beberapa lurah prajurit. Mereka dipecah menjadi empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima prajurit pilihan dengan seorang lurah prajurit. Empat kelompok itu ditugaskan melakukan pengejaran secara terpencar, masing2 menuju ke arah barat, timur, utara dan selatan. Dipesan kepada mereka, apabila tak mampu melawan penculik2 itu dan membutuhkan tenaga, supaya menghubungi kepada daerah setempat untuk minta bantuan. Setelah keempat kelompok prajurit pilihan itu berangkat, mahapatihpun membentuk pula sebuah kelompok sebagai utusan untuk mencari Kuda Lampeyan dan memanggilnya pulang ke puri kerajaan. Demikian tindakan darurat yang dilakukan mahapatih Nambi untuk melaksanakan titah raja. Namun ia sendiri mempunyai rencana. Setiap saat menerima laporan tempat beradanya kawanan penculik2 itu, ia segera mengirim prajurit bhayangkara untuk menangkapnya. Maka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tenaga2 penting seperti Kebo Lembana dan Brehaspati masih ditahannya. Merekalah yang akan dipercayakan untuk melaksanakan tugas penangkapan itu. Malam itu langit hanya ditaungi bintang2 btrsahaja. Agaknya dewi Malam ikut perihatin atas peristiwa malang yang menimpali puri kerajaan. Hilangnya Rara Sindura dari puri keraton, dianggap sebagai suatu tamparan hebat bagi kewibawaan baginda dan gengsi bhayangkara yang bertugas menjaga keselamatan keraton Majapahit. Suasami berkabung terasa mencengkam. Berkabung atas hilangnya kewibawaan keraton sebagai pusat kekuasaan kerajaan. Sejak peristiwa itu, pasukan bhayangkara keraton Majapahit telah dibubarkan lalu dilakukan penyaringan yang lebih keras. Pun ditambah jumlahnya, diambilkan dari Daha, Kahuripan, Mataun, Pajang dan berbagai daerah. Mereka2 yang diangkat sebagai bhayangkara, harus melalui pemilihan yang berat. Kesaktian, kecerdasan dan yang penting kesclyaan dalam pengabdian kepada raja. Baginda Jayanagara memang keras. Ia menjalankan pimpinan pemerintahan dengan cara gitik pentung atau kekerasan yang tegas. Tak mau beliau mengalami peristiwa penculikan Sindura terjadi untuk yang kedua kalinya dalam keraton Majapahit. Demikian suasaiia yang terjadi dalam puri kerajaan Majapahit. Penjagaan siang malam dilakukan amat ketat. Dalam malam yang gelap itu tiba2 sesosok tubuh tampak beringsut-ingsut dalam kegelapan. Orang itu menuju kegedung mahapatih Nambi. Tetapi entah bagaimana rupanya orang itu melangkah secara bersembunyi seperti tak ingin diketahui orang. Setiap berjalan beberapa langkah, ia tentu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyelinap kegelapan.



ketepi



lorong



dan



bersembunyi



didalam



Gedung mahapatih tampak tak berapa jauh lagi. Orang itu tampak makin tegang. Sebelum mencapai pintu gerbang yang dijaga oleh dua orang prajurit, lebih dulu ia menyelinap kedalam sebuah gerumbul pohon lebat. Ia berdiam diri sampai beberapa saat. Setelah memastikan bahwasanya tiada orang yang mengikuti jejaknya, barulah ia bersiap menerobos keluar terus hendak menuju ke pintu gedung. Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuhnya terasa sarat sekali sehingga sang kaki tak kuasa melangkah. Ah, ternyata bahunya telah dipegang sebuah tangan yang kuat. Cepat ia berpaling dan serentak terdengarlah sebuah suara pelahan "Ki sanak, jangan berteriak atau kuremas hancur tulang bahumu!" Nadanya lembut tetapi kata2 itu jelas suatu ancaman halus, berasal dari seorang brahmana muda. "Ah, apa maksud ki brahmana menahan diriku ?" tegurnya. "Hendak ke manakah paman ini ? Mengapa langkah paman seperti orang yang ketakutan ?" kata brahmana muda itu pula. Orang yang ditahan brahmana muda itu ternyata seorang tua yang rambut dan janggutnya sudah menjunjung uban. Seorang kakek yang tua renta. "Aku hendak menghadap gusti mahapatih rakryan Nambi" sahut kakek itu "mengapa tuan bersembunyi di sini dan apa perlunya menahan aku ?" Sambil tangannya masih mencengkeram bahu orang tua itu, brahmana muda menjawab "Ah. akupun sedianya hendak menghadap gusti mahapatih juga. . “ "O" desuh kakek itu pelahan "mengapa ki brahmana tak langsung menemui penjaga dan bersembunyi di sini ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pertanyaan sejenis itu justeru yang hendak kumintakan jawaban kepada paman lebih dulu" balas brahmana muda, lepaskan tangannya. "Ah, harap ki brahmana jangan bergurau. Aku mempunyai suatu urusan penting yang hendak kusampaikan kepada mahapatih sendiri. Dan karena hal itu teramat rahasia, maka aku tak mau langkahku diketahui orang" Brahmana muda itu merenung. Menilik mahapatih Nambi itu seorang menteri tua yang setya mengabdi kerajaan maka ia mempunyai dugaan bahwa kakek tua itu tentulah orang2 dari golongan pengabdi kerajaan. "Paman" tuturnya ramah "akupun setujuan dengan paman. Adakah paman tak keberatan untuk memberitahukan nama paman?" Kakek tua berjanggut lebat itu menatap brahmana muda sejenak. Ia mempunyai kesan baik kepada brahmana itu. Pun jalan pikirannya serupa dengan brahmana itu. Karena hendak berjumpa mahapatih Nambi, tentulah brahmana itu termasuk orang yang mendukung kerajaan. Kesan dan pertimbangan saling berpadu lalu melahirkan kepercayaan "Aku demang Suryanata" katanya memperkenalkan diri. "O, terima kasih ki demang. Aku brahmana Anuraga" brahmana muda itupun segera menyebut namanya sebelum ditanya. Suatu pernyataan untuk menanggapi sikap terus terang dari demang tua itu. Bahkan untuk menghilangkan keraguan orang, Anmraga menambahkan keterangan pula "aku diutus Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata untuk menyampaikan berita penting kepada gusti mahapatih" "Berita mengenai urusan keagamaan Syiwa?" “Bukan" jawab Anuraga. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Urusan negara?" “Juga bukan" "Lalu . . . . ?" demang Suryanata kerutkan dahi. Dengan setengah berbisik, Anuraga berkata "Berita mengenai kawanan ? penculik yang melarikan Rara Sindura" "O" demang Suryanata mendesus agak kejut. Ia hendak menanyakan lebih lanjut tetapi ia kuatir akan menimbulkan kecurigaan orang. "Maaf, ki demang" kata Anuraga lebih lanjut "adakan berita penting yang ki demang hendak haturkan kepada rakryan Nambi itu dari ki demang peribadi atau sebagai utusan?" "Dari aku sendiri" jawab demang Suryanata “berita tentang gerak gerik rakryan Kuti yang mengirim orang untuk melakukan pengejaran pada kawanan penculik wanita itu" "O" Anuraga mendesus kaget "apakah tindakan rakryan Kuti atas titah baginda?" "Tidak, atas kehendaknya sendiri dan secara rahasia" "O". kembali Anuraga mendesuh makin kejut “tetapi maaf, ki demang, bagaimana ki demang tahu akan hal itu ?" "Aku bekerja padanya" Mendengar itu hampir Anuraga berteriak. Untunglah ia cepat menyadari suasana saat itu. Namun rasa kejut tetap tak dapat dikuasainya sehingga ia.menyurut mundur setapak "Jadi engkau .... orangnya rakryan Kuti?" "Benar" sahut demang Suryanata tenang "bukankah rakryan Kuti juga seorang menteri kerajaan yang setya?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga tertegun. Sesaat baru ia berkata dalam nada keraguan "Kudengar rakyan Kuti telah membentuk sebuah komplotan untuk menjatuhkan baginda Jayanegara" "Dari mana engkau mendengar desas desus itu?" "Hasil pengawasan dan penyelidikan sumber2 berita yang kukumpulkan selama ini" sahut Anuraga. "Dan engkau percaya?" "Cepat pcrcaya, tidak... tidak percaya pun tidak. Justeru itulah yang akan kuselidiki kebenarannya" sahut Anuraga. "Tetapi bukankah rakryan Kuti, Semi dan lain2 itu telah diangkat baginda sebagai Dharmaputera ? Tidaklah hal itu merupakan bukti dari kepercayaan baginda atas kesetiaan mereka?" tanya demang Suryanata pula. Anuraga terdiam. Sahutnya agak lamban "Justeru itulah yang membingungkan pikiranku" Demang Suryanata tertawa tetapi tak berkata apa2 lagi. Namun bagi Anuraga, tawa demang itu mengandung sesuatu yang ditujukan kepada dirinya. "Mengapa paman tertawa?" akhirnya ia bertanya karena tak menemukan sesuatu itu pada dirinya. "Ah, aku tertawa karena gembira berkenalan dengan engkau, ki brahmana. Apabila engkau sudah tak perlu meneliti apa2 lagi, segera sajalah kita menghadap gusti mahapatih Nambi" kata demang Surya seraya beranjak dari tempatnya. "Tunggu dulu paman" tiba2 benak Anuraga terkilas sesuatu "aku hendak meminta penjelasan sedikit lagi, paman" Demang Suryanata tertawa mengiakan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ada sesuatu yang ganjil pada tindakan paman ini" kata Anuraga "jika benar2 rakryan Kuti dan Semi itu menetri2 yang setya, mengapa paman melaporkan gerakan mereka mengirim orang memburu kawanan penculik itu kepada rakryan Nambi? Bukankah hal itu bertentangan antara kata dan perbuatan paman?" "Bagus brahmana muda" demang Surya tertawa renyah "pertanyaan itulah yang sesungguhnya kunantikan dari mu. Tadi kutertawakan mengapa engkau tak menanyakan hal itu. Ketahuilah, ki brahmana" demang Surya berhenti sejenak, keliarkan pandang mata ke sekeliling lalu berkata dengan bisik2 "prasangkamu terhadap rakryan Kuti dan semi itu memang suatu kenyataan " Anuraga tercengang bagai kena pesona. "Rakryan Semi dan ketujuh Dharmaputera yang diangkat baginda Jayanagara itu, sesungguhnya adalah komplotan yang hendak menggulingkan baginda. Tetapi mereka amat licin dan baginda kurang waspada. Maka keadaan baginda sekarang adalah ibarat memelihara kawanan harimau buas. Setiap saat, harimau itu pasti akan menerkam tuannya” "Dan paman rela mengabdi kepada mereka? Mengapa paman tak melaporkan gerak gerik komplotan itu kepada baginda?" berderai-derai Anuraga menuntut penjelasan. "Justeru karena menentang itulah maka aku mengalami nasib begini" demang Surya menghela napas. Memandang ke langit kelam, ia berkata pula "malam makin menjenjang mari kita cepat menghadap gusti mahapatih" Anuraga tetap tertegun "Aku benar2 tak mengerti arah kata2 paman itu. Nasib apakah yang paman derita? Daa mengapa pula paman tampak tergesa-gesa sekali ?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku seorang tahanan bebas. Apabila tengah malam tiba, mereka tentu akan memeriksa tempat tinggalku. Bila aku tak berada ditempat, mereka tentu akan mencari aku ke seluruh penjuru ...." “Siapakah yang menahan paman ?" dirangsang ketegangan.



Anuraga makin



"Rakryan Kuti" sahut demang Surya. "O" desuh Anuraga terkejut "mengapa paman ditahannya ? Adakah itu atas titah raja ? Mengapa paman tak meminta keaadilan kepada baginda ?" "Atas kehendak rakryan Kuti sendiri, bukan atas titah baginda. Rakryan Kuti menggunakan siasat menekan diriku sehingga aku tak berdaya. Ah, panjang sekali ceritanya. Kelak pada lain kesempatan, tentu akan kututurkan sejelas-jelasnya. Waktu amat berharga, mari kita lekas menghadap gusti mahapatih" Demikian keduanya segera diterima oleh penjaga pintu lalu dibawa masuk ke dalam gedung. "O, kalian sudah saling kenal?” tegur mahapatih Nambi ketika melihat demang Surya menghadap bersama brahmana Anuraga. "Hanya secara kebetulan saja bertemu dijalan dan karena sama2 tujuan maka kami berdua bersama-sama menghadap gusti” kata demang Surya. Mahapatih Nambi mengangguk lalu suruh demang Surya mengatakan maksud kedatangannya. "Gusti mahapatih” demang Suryapun mulai memberi laporan "Hari ini rakryan Kuti telah mengirim sebuah regu untuk memburu jejak kawanan penculik itu" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "O” seru Nambi agak heran "adakah dia sudah mengetahui arah larinya penculik itu?" “Agaknya sudah, gusti. Yalah ke gunung Polaman .. ." "Hai” tiba2 Anuraga berseru kaget "mengapa rakryan Kuti tahu juga akan tempat itu ... ." sesaat Anuraga hentikan kata2 karena menyadari bahwa saat itu pandang mata mahapatih Nambi terarah kepadanya. Ia tersipu-sipu tundukkan kepala karena merasa telah melanggar susila mengerat kata2 orang. "Brahmana, mengapa engkau herankan keterangan demang Surya itu?” tegur mahapatih Nambi. "Kedatangan hamba kemari adalah diutus oleh Dang Acarrya Samaranata. Bahwa pagi ini Dang Acarrva Samaranata telah menerima kedatangan seorang brahmana dari candi Jedong yang mengabarkan bahwa dua orang lelaki dan seorang wanita muda cantik bermalam dalam candi itu. Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju ke gunung Polaman" “Pantas ki brahmana terkejut mendengar laporan demang Surya tadi" kata rakryan Nambi. "Benar, mengapa hal itu cepat sekali diketahui oleh rakryan Kuti. Adakah ..." Anuraga tak melanjutkan kata2nya yang terakhir. "Apa yang hendak engkau mahapatih Nambi mendesak.



utarakan,



ki



brahmana?"



"Begini gusti" kata Anuraga "pengetahuan rakryan Kuti akan tempat itu, tentulah ada sumber yang memberitahukan. Hanya ada dua kemungkinan, atau brahmana yang diutus brahmana candi Jedong itu memang menjadi orang rakryan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuti. Atau di dalam lingkungan ke Dharma-dyaksaan di Ranu Kebayan itu terdapat kaki tangan rakryan Kuti" "Hm, patut dipertimbangkan juga" kata mahapatih Nambi singkat. "Benar gusti" demang Suryapun ikut menyatakan pendapatnya "memang suasana dalam lingkungan puri keraton Majapahit itu, penuh dengan mata2 dari golongan2 yang mengeruhkan kewibawan kerajaan. Udara keraton berkabut curiga, berhawa tegang, berangin panas. Ibarat api dalam sekam Rakryan Nambi tertawa "Karena nila setitik maka rusaklah susu sebelanga. Karena kekeruhan suasana dalam keraton maka segala sesuatu tentu dihubungkan dengan kekeruhan itu sebagai sumber asalnya. Misalnya, pengetahuan rakryan Semi tentang arah larinya kawanan penculik Sindura cepat kalian kaitkan dengan kekeruhan itu. Tetapi ki brahmana, demang Surya, aku mempunyai pendapat lain dalam mengupas soal itu. Jika rakryan Kuti dapat mengetahui jejak penculik itu, tak boleh tidak diapun tentu menyuruh orang untuk membawa lari Sindura dari keraton. Ya, terus terang, akupun bertindak demikian juga” Rakryan Nambi berhenti sejenak untuk menyelidik kesan. Tampak wajah kedua orang itu melipat kerut pada dahinya tetapi tak menyatakan sesuatu. "Dan sebagaimana halnya orang pengalasanku, orang yang dikirim rakryan Kuti untuk melarikan Sindura itu pasti juga senasib, mendapat Rara Sinduia palsu yalah salah seorang dayang yang menyaru. Dan kebetulan pula, dayang yang menyaru Sindura itu, tentulah dayang yang bekerja pada orang Wukir Polaman. Dayang itu disuruh menyaru Sindura. Dengan mendapatkan dayang itu, sudah tentu rakryan Kuti http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dapat memaksanya supaya memberitahukan siapa penculik yang sesungguhnya dan ke mana arah lari mereka" Baik Anuraga dan demang Surya diam2 memuji kecerdasan mahapatih Nambi yang mempunyai pandangan cermat serta teliti. Mereka menyetujui pendapat mahapatih itu. "Baiklah, ki brahmana dan demang Surya. Laporan kalian itu tetap penting artinya. Besok segera kusiapkan orang untuk mengejar ke gunung Polaman" kata mahapatih Nambi. Dan setelah tiada yang perlu dibicarakan lagi demang Surya dan Anuragapun minta diri. Demikianlah pada esok harinya, mahapatih Nambi segera perintahkan Kebo Lembana dan Brehaspati membawa duabelas prajurit pilihan berangkat ke gunung Polaman. Mereka berhasil menemukan Sindura di candi tua tatapi dalam koadaan sudah dikuasai oleh Wimba, Brastha dan Brasthi. Kemudian datanglah rombongan orang Wukir Polaman dipimpin Bango Pinoleh. Tujuannya hendak meminta peta harta peninggalan baginda Jayakatwang kepada Jangkung Angilo. Sebagaimana yang telah dituturkan dibagian muka, tiada seorangpun yang berhasil mendapatkan yang dikehendaki. Jangkung A ngilo marah melihat perbuatan orang Wukir Polaman yang ganas. Ia mengamuk dan merubuhkan semua rombongan dari tiga fihak, Wimba bertiga, Kebo Lembana dengan kedua belas prajurit pilihan dan orang Wukir Polaman sejumlah lima belas orang. Kemarahan seorang yogiswara macam Jangkung Angilo, sedahsyat kutukan mpu Gandring kepada Ken Arok dan mpu Purwa kepada akuwu Tumapel, Tunggul Ametung! Sekeluarnya dari gedung mahapatih, sedianya Anuraga hendak mnta kepada demang Surya agar menuturkan pula perihal dirinya yang menjad tawanan gelap dari rakryan Kuti. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi demang Surya mengatakan lain kali saja karena saat itu sudah menjelang tengah malam. Ia harus berada di tempatnya agar jangan diketahui oleh pesuruh rakiyan Kuti. "Tetapi bagaimanakah aku dapat berjumpa dengan ki demang?” tanya Anuraga. "Aku ditempatkan disebuah rumah tersendiri di belakang gedung rakryan Kuti. Apabila ki brahmana hendak menemui aku, berilah sandi dengan lontaran tiga buah kerikil. Aku tentu segera keluar" "Apakah di belakang gedung terdapat pintu?" "Ada" sahut demang Sutya. “Dijaga?” "Tidak"' "O, mengapa ki demang tidak berusaha meloloskan diri saja?" tanya Anuraga agak heran. Demang Surya menghela napas "Ah, ada suatu senjata yang dimiliki rakryan Kuti sehingga aku harus tetap tinggal di situ. Nanti pada lain kesempatan bertemu, tentu akan kuceritakan" Anuraga terpaksa menahan keinginannya. Mereka pun bercerai. Demang Surya kembali ke tempat penahanannya. Anuraga ke gedung Dharma-dyaksa Pamegat Ranu Kebayan Dang Acarrya Samaranata. Malam makin kelam dan ia harus berjalan hati2 agar jangan kesompokan orang. Terpaksa ia berjalan melalui sela2 gerumbul pohon di tepi jalan. Ketika pada satu saat ia hendak muncul dari balik sebatang pohon, tiba2 pandang matanya dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang ganjil. Sesosok tubuh tengah berjalan pesat menuju kearahnya. Anuraga cepat menyelinap ke balik http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pohon pula. Dalam beberapa kejab, bayangan hitam itu sudah lalu di jalan tempat pohon itu tumbuh di tepinya. Dalam keremangan malam, Anuraga masih dapat melihat jelas bahwa pendatang itu seorang lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam. Sebentar2 orang itu berpaling kebelakang, memandang ke kanan, melihat ke kiri. Seolah-olah takut kalau dirinya diketahui orang. Seketika timbullah kecurigaan dalam hati Anuraga. Siapakah orang itu dan hendak ke manakah tujuannya berjalan pada saat malam selarut itu ? Demikian pertanyaan yang timbul dalam hatinya. Pertanyaan itu cepat membangkitkan rasa ingin tahu jawabannya. Dan tergeraklah hatinya untuk mengikuti jejak orang itu. Setelah orang itu beberapa langkah jauhnya, Anuragapun mulai bergerak. Dengan hati2 sekali ia mengikuti di belakang orang itu. Karena dikejar rasa kuatir dan diburu keinginan supaya cepat2 tiba di tempat yang ditujunya, orang itupun tak merasa kalau dirinya dibayangi Anuraga. Setelah berjalan beberapa jenak, ternyata orang itu menuju ke sebuah bangunan gedung di sebelah timur keraton. Langsung ia menghampiri orang penjaga pintu dan penjaga itupun segera. membawanya masuk. Anuraga terperanjat. Gedung besar itu dikenalnya sebagai kediaman patih Aluyuda. Seketika teringatlah ia akan kekeruhan suasana dalam keraton. Jika mahapatih Nambi mempunyai orang2 yang setiap saat memberi laporan tentang segala sesuatu yang terjadi dalam lingkungan keraton, misalnya yang dilakukannya bersama demang Surya tadi, bukan suatu hal yang mustahil apabila patih Aluyuda juga menanam orang untuk memata-matai keadaan keraton.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, orang itu tentulah kaki tangan patih Aluyuda yang hendak memberi laporan” pikir Anuraga “karena yang menjadi persoalan hangat saat ini adalah kawanan penjahat yang menculik Rara Sindura, kemungkinan besar orang itupun tentu akan melaporkan hal2 yang menyangkut soal itu" Sudah terlanjur mengikuti sampai sekian jauh dan tertarik pula akan berita2 yang berhubungan dengan kawanan penculik Sindura, Anuraga memutuskan untuk menyusup ke dalam gedung kepatihan. Keputusan itu makin mantap ketika dilihatnya penjaga pintu yang terdiri dari dua prajurit, ikut masuk mengantarkan orang tadi "Selagi pintu kosong penjagaan, aku harus cepat menyelinap masuk” Dengan dua tiga kali loncatan, Anuragapun tiba dipintu gedung kepatihan dan cekat laksana burung sikatan, ia ayunkan tubuh kedalam pintu, terus meluncur ketempat yang gelap. Dengan langkah yang ringan, ia menyusur lorong serambi. Karena sudah malam, maka suasana gedung kepatihan itupun sunyi senyap. Penghuni gedung tidur nyenyak karena sudah menyerahkan keamanan gedung kepada penjaga pintu. Seteiah melalui liku2 lorong dan beberapa bangunan, akhirnya ia berhasil mencapai sebuah ruang tengah yang masih terang penerangannya. Dengan mengembangkan ilmu Prana, ia dapat membuat langkahnya seringan daun kering jatuh ketanah. Ia menghampiri sebuah jendela yang daunnya hanya tertutup separoh. Dari lubang jendala itulah ia dapat mendengar pembicaraan orang dalam mang. Ternyata beberapa orang tengah borbicara. "Gusti" tiba2 terdengar seseorang berkata "maaf, adakah jendela itu tak perlu kita tutup ?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terdengar orang tertawa segan "Hm, tak perlu kuatir! Penjagaan gedung ini cukup kuat. Selain menjaga pintu pun setiap jam mereka melakukan ronda. Segera katakan saja apa yang kalian hendak laporkan" Waktu mendengar orang hendak menutup jendela, Anuraga terkejut. Tetapi untunglah yang disebut gusti itu tak mengidinkan. Ia duga orang itu tentulah pemilik gedung kepatihan itu yalah patih Aluyuda sendiri. Tetapi lain kekuatiran mulai timbul mendengar keterangan patih Aluyuda tentang cara2 penjagaan gedung itu dilakukan. "Gusti" terdengar suara orang yang mengusulkan supaya jendela ditutup lagi, berkata "Rakryan Kuti dan ketujuh Dharmaputera hendak mengusulkan supaya baginda memanggil buyut Mandana, ayah Sindura, kepuri kerajaan. Sebagai seorang ayah, buyut itu supaya dipersalahkan tak dapat mendidik puterinya sehingga puterinya bersekutu dengm penjahat dan melarikan diri dari keraton. Hal itu dapat dianggap sebagai menghina raja. Sebagai hukuman supaya hak perdikan tanah Mandana dicabut!" "Oh" patih Aluyuda mimdesus "hal itu pasti menimbulkan akibat besar. Bila buyut dan rakyat Mandana tak puas dengan keputusan baginda itu, mudahlah timbul perlawanan. Ha, ha, bagus" tiba2 patih Aluyuda tertawa cerah "menurut wawasanku, sejak pengangkatan sebagai Dharmaputera, Kuti dan kawan-kawannya berusaha keras untuk mengambil hati dan merebut kepercayaan baginda. Tentu ada udang dibalik batu dalam tindakan mereka itu. Hm, mereka adalah mentri2 tua dari raja Kertarajasa almarhum yang tak menyukai pengangkatan baginda Jayanagara. Tak mungkin mereka akan merebut kepercayaan baginda dengan sungguh hati apabila tiada mengandung maksud tertentu. Dengan demikian aku mempunyai bahan untuk mengatur langkah terhadap mereka" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kemudian patih Aluyuda memberi isyarat kepada orang kedua yang menghadapnya "Kreta, bagaimana perkembangan hasil penyelidikanmu?" "Ada usaha dari Dang Acarrya Kanakamuni untuk mengundang beberapa pamegat, antara lain pamegat Kandangan Rare Dang Acarrya Candranatha, pamegat Kandangan Atuha Dang Acarrya Mahanatha. Keduanya adalah hakim Upapati urusan agama Buddha. Maksud tujuan undangan itu yalah hendak merundingkan tentang hilangnya patung Aksobya dalam candi Syiwa Budha di Kagenengan" kata orang yang disebut Kreta itu. Brahmana Anuraga terkejut. Dang Acarrya Kanakamuni adalah dharmmadhyaksa ring Kasogatan, atau pembesar tinggi agama Bidha. Sedang pamegat atau pameget adalah empu2 yang telah putus dalam pengetahuan agama dan berdiri sebagai guru agama. Anuraga tumpahkan seluruh perhatian untuk menangkap pembicaraan yang akan berlangsung nanti. "Lalu apakah tujuan gagasan dari Kanakamuni itu?" tanya patih Aluyuda.



Dang



Acarrya



"Hamba belum tahu gusti" sahut Kreta "tetapi tentulah akan membicarakan masalah penting mengenai hilangnya patung Aksobya itu. Dan keputusan yang akan dihasilkannya tentulah amat penting sekali” "Hm, benar ...." tukas patih Aluyuda "hilangnya patung Aksobya itu tentu menimbulkan kekecewaan dan kegelisahan penganut Buddha. Dan rupanya walaupun resminya negara Majapahit ini menganut agama Tripaksa: Brahma, Syiwa dan Buddha tetapi dalam kenyataan, ada kecenderungan baginda raja condong pada agama Syiwa. Buktinya agama Syiwa dianjurkan dimanapun tetapi agama Buddha hanya boleh http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ disiarkan di kerajaan bagian timur. Kemudian tejadi peritiwa sangat menggelisahkan para pamegat Buddha yalah hilangnya arca Aksobya itu, hm . . . kalau saja ..." patih Aluyuda mendesuh dan tak melanjutkan kata2nya. Setelah beberapa saat menunggu belum juga patih itu melanjutkan ucapannya, Kretapun memberanikan diri bertanya "Benar, gusti, hilangnya arca Aksobya itu pasti menggoncangkan ketenangan para penganut agama Buddha. Dan Acarrya Kanakamuni seorang empu yang luas pengetahuan, putus pengajian agama besar sikap tawakkalnya. Bahwa kalau seorang empu semacam Dang Acarrya Kanakamuni sudah mulai berusaha mengadakan perundingan dengan beberapa pamegat kasogatan, tentulah masalahnya sudah mencapai tingkat yang gawat ...." "Begitulah yang kuharapkan" patih Aluyuda cepat mengerat "agar terjadi perpecahan antara kedua agama Syiwa dan Buddha. Dan hilangnya arca Aksobya itu merupakan percikan api yang akan menyulut bara permusuhan kedua fihak itu. Hai, Kreta, usahakanlah penyebaran berita desas desus seluasluasnya, bahwa hilangnya arca Aksobya itu tentu karena diambil oleh fihak kaum penganut Syiwa. Desas desus itu harus terdengar oleh para pamegat itu agar menjadi bahan perundingan yang penting dengan Dang Acarrya Kanakamuni nanti" Mendengar itu mengucurlah keringat dingin di kepala Anuraga. Tanpa disadari karena terkejut mendengar rencana beracun dari palih Aluyuda, dadanya terasa terhimpit sesak dan mulutnyapun menghembus napas keras "Hai, siapakah itu" tiba2 Gupita berseru kaget "gusti, rupanya di luar ruangan ini terdapat seseorang yang mencuri



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pembicaraan kita. Mohon kiranya gusti meluluskan hamba memeriksa ke luar jendela" Dan sebelum patih Aluyuda memberi pernyataan apa2, Gupitapun terus berbangkit dan menghampiri jendela ...... Tetapi setelah melongok keluar jendela, Gupita tak melihat suatu apa. Sejenak menyusurkan pandang matanya sampai ke ujung lorong serambi, tetap tak melihat apa2. Terpaksa ia kembali. "Ah, engkau terlalu ketakutan sendiri Gupita" patih Aluyuda tertawa "mungkin angin malam berhembus engkau sangka orang bernapas. Percayalah, di gedung kepatihan sini aman sekali" Kiranya waktu mendengar kata2 Gupita tadi, serasa terbanglah semangat Anuraga. Ia harus cepat menyingkir atau ia tentu tertangkap. Menilik bahwa patih Aluyuda itu ternyata mempunyai jaring mata2 yang luas, ia tentu mengandung persiapan2 yang berbahaya. Entah kearah manakah tujuan Aluyuda karena ia belum jelas akan warna dan corak pendirian patih itu. Saat itu Anuraga benar2 menghadapi tantangan. Maka iapun menuntut pada dirinya untuk mengembang selunsh kepandaiannya dalam ilmu yang disebut Tapakangin. Ilmu itu sesungguhnya bersumber pada ilmu Prana atau pernapasan, yang dikembangkan untuk mengumpulkan seluruh hawa murni dalam tubuh kearah Cakram Manipura. Pembekuan hawa murni dalam Cakram Manrpura itu akan menyebabkan tubuh kehilangan bobot. Pada saat itulah Anuraga segera apungkan tubuh. Laksana langkah seekor kucing yang ringan tanpa mengeluarkan suara, dalam dua tiga kali loncatan, dapatlah Anuraga mencapai ujung lotong terus cepat menyelinap ke samping dan hilang dari pandangan. Itulah sebabnya maka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gupita yang menggunakan beberapa langkah menghampiri jendela, tak dapat menemukan apa2.



untuk



Namun Anuraga masih bingung dan cemas. Bagaimanakah ia harus keluar dari lingkungan gedung kepatihan itu. Ia bersembunyi di sebuah sudut yang gelap untuk melihat perkembangan selanjutnya dan mencari kesempatan meloloskan diri. Hampir sepengunyah sirih ia menanti, karena tiada kejadian apa2 maka mulailah ia bergerak menyusur maju menuju kebagian belakang. Karena berhati-hati, perjalanannya itu terasa lama sekali tetapi akhirnya berhasil juga ia mencapai taman di belakang gedung. Dilihatnya sebatang pohon tiktiki atau asam tumbuh dekat pagar tembok. Melalui pohon itu, ia dapat loncat keatas tembok, melayang turun keluar dan bebas. Malam makin membuta pekat. Tak tahu dimana saat itu ia berada. Sekeliling penjuru sunyi senyap. Tanah lapang di belakang gedung kepatihan penuh ditumbuhi pohon brahmastana. Serta merta teringatlah Anuraga akan pernyataan patih Aluyuda bahwa gedung kepatihan itu tak putus-putusnya dikelilingi oleh peronda. Maka ia tak mau berhenti lama di luar tembok situ dan terus melangkah melintasi tanah lapang da muka. Tak tahu pula ia akan arah yang ditujunya itu. Pokok ia harus menyingkir jauh2 dari gedung kepatihan. Setelah tiba di balik gerumbul pohon brahmastana, agar jangan tersesat jalan, ia beristirahat di bawah salah sebuah pohon itu. Setelah menenangkan napas, mulailah ia merenungkan perjalanan malam itu yang penuh peristiwa2 baru. Menghadap mahapatih Nambi dan bertemu dengan demang Suryanata. Ia heran mendengar keterangan demang tua itu. Kalau benar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ demang itu menjadi tawanan rakryan Kuti, mengapa tak mau meloloskan diri atau melapor pada baginda. Alasannya, rakryan Kuti mempunyai senjata ampuh yang membuatnya tak dapat berkutik. Apakah sesungguhnya senjata itu? Ah, pada suatu hari ia pasti akan mengunjungi demang itu. Ia benar2 menaruh minat besar akan diri demang tua itu . . . Kemudian pikirannya melavar»g ke gedung kepatihan. Baru saat itu ia benar2 mengetahui bahwa patih Aluyuda memelihara beberapa orang untuk memata matai semua mentri kerajaan. Bahkan ke dharma-dyaksaan Kasogatan atau urusan agama Buddha tak lepas dari pengawasannya. Diam2 mereganglah bulu kuduknya dikala teringat rencana patih Aluyuda untuk mengail di air keruh dalam peristiwa hilangnva arca Aksobya itu. Golongan agama Syiwa hendak diadu domba dengan fihak golongan kaum Buddha. Sungguh berbahaya. Setelah dinihari tiba, barulah Anuraga tinggalkan tempat itu, menuju ke Ranu Kebayan -o)Ooo-dw-ooO(o-



III "Kuda Lampeyan!" teriak raja Jayanagara lantang "tahukah engkau apa sebab kutitahkan pulang ke puri kerajaan ?" "Duh gusti junjungan hamba" sembah Kuda Lampeyan yang sudah tiba di puri kerajaan dan menghadap baginda di balairung kerajaan "hamba mohon sudilah paduka berkenan melimpahkan titah. Apapun titah paduka, pasti akan hamba junjung di atas ubuna kepala hamba. Bila dalam melakukan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tugas yang paduka titahkan itu hamba bersalah, hamba mohon hukuman paduka" Jayanagara tertawa hambar "Tugas negara, memang engkau lakukan dengan baik. Tetapi dalam tugas peribadimu, engkau lalai" Memang pada waktu dijemput oleh utusan mahapatih Nambi, Kuda Lampeyan sudah mendapat keterangan tentang lenyapnya Rara Sindura dari keraton. Ia terkejut mendengar laporan itu. Ia masih samar2 akan maksud baginda mcnitahkannya kembali ke puri kerajaan. "Mohon paduka berkenan menunjukkan kelalaian hamba, gusti" katanya. "Sindura itu isterimu, bukan?" seru baginda. "Benar, gusti" "Pada waktu engkau kuangkat sebagai nayaka yang bertugas sebagai duta kerajaan untuk meninjau keadaan wilayah di seluruh telatah perumahan Majapahit, engkau rela menyerahkan isterimu supaya dididik tata santun kalangan keraton agar kelak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupanmu sebagai priagung, benarkah itu?" "Sembah keluhuran titah paduka" "Bagaimana tanggapanmu atas segala tindakanku kepada dirimu itu?" "Anugerah yang paduka limpahkan pada diri hamba itu, benar2 membuat hati hamba gelisah ..." "Gelisah?" tukas raja Jayanagara "engkau menguatiikan isterimu yang cantik itu tak aman dalam keraton ?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuda Lampeyan gopoh mengunjuk sembah "Duh, gusti junjungan hamba, setitikpun tiada perasaan demikian dalam hati nurani hamba. Paduka adalah junjungan seluruh kawula Majapahit. Paduka yang berwewenang menentukan mati hidupnya seseorang kawula, termasuk diri hamba. Bagaimana mungkin hamba berani mengandung hati wasangka kepada duli tuanku. Hamba gelisah karena menerima anugerah paduka yang tak pernah harnba impikan itu. Hamba merasa kecil diri karena merasa tak mungkin dapat membalas budi yang paduka limpahkan itu. Sekalipun tubuh Kuda Lampeyan hancur lebur, kiranya masih belum memadai budi yang paduka limpahkan pada diri hamba itu" "Hm, engkau cukup berjiwa seorang ksatrya yang tahu akan pengabdian budi" seru baginda Jayanagara "hanya sayang rnasih ada kekurangan pada dirimu. Sebagai seorang ksatrya engkau wajib meresapkan ajaran keksatryaan pada lain orang. Sebagai seorang suami, wajiblah engkau menanamkan rasa susila budi-dharma kepada isteri yang menjadi wajib pemangkuanmu" Kuda Lampeyan mengunjuk sembah pula tetapi tak mengucap apa2. Tanda bahwa ia mengerti dan menyetujui ucapan baginda. "Isterimu dilarikan oleh kawanan penjahat dari keraton sini!" tiba2 baginda berseru dalam suara lantang yang bernada tuntutan. Walaupun oleh para utusan dari mahapatih Nambi yang menjemputnya pulang ia sudah mendapat berita itu, namun tatkala diucapkan raja, hal itu mempunyai getaran wibawa yang membuat jantung Kuda Lampeyan mendebur-debur laksana gelombang pasang.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Memang lautan hati Kuda Lampeyan tengah mengalami prahara. Oleh utusan yang menjadi kepercayaan mahapatih Nambi, ia telah diberi gambaran tentang hal yang dialami Sindura selama dalam keraton dan peristiwa yang terjadi pada dirinya. Diam2 ia menyesal karena tak mau mempertimbangkan kecemasan Sindura ketika hendak ditinggal dalam keraton tempo hari. Semula ia sudah mengisi hatinya dengan rasa tak puas terhadap tindakan raja. Raja tak puas itu ia tingkatkan lagi pada kemantapan tekad. Lebih baik ia meletakkan jabatan dan membawa Sindura pulang dan hidup tenteram sebagai rakyat biasa. Tetapi ketika ia menghadap baginda di balairung yang dihadiri oleh beberapa menteri, narapraja, nayaka dan senopati, kemantapan tekadnya semula bagaikan kunang2 membentur bola api. Tekad hati Kuda Lampeyan sirna dayanya dalam sarnudera kewibawaan sidang istimewa balairung Majapahit. Di bangsal kencana balairung situlah, ditentukan roda pemerintahan Majapahit. Di balairung yang bersinggasana ratna mutu manikam itu, memancarkan cahaya gilang gemilang yang menyilaukan mata. Di atas singgasana, duduklah raja yang dipertuan dari seluruh telatah Majapahit. Dihadap para mentri narapraja yang putus segala ilmu pemerintahan, nayaka bupati yang menjadi tulang punggung kerajaan dan senopati hulubalang yang menjadi bebantenging atau banteng-bantengnya Majapahit. Angan2 dalam hati Kuda Lampeyan yang terbekukan dalam karang ketekadan, seketika cair hanyut larut dalam pancaran kewibawaan sidang istimewa keraton Majapahit. Hilangnya kemantapan hati, segera menimbulkan kembali cita2 yang tertimbun dalam endapan lubuk hatinya. Cita2 mencapai tangga kedudukan tinggi, angan2 menjadi rayaka kerajaan. Itulah sebalnya maka pada waktu terjadi percakapan dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ baginda, Kuda Lampeyan sudah kehilangan sifat keperibadian dan tujuannya. Dan ucapan Jayanagara terakhir yang lantang nyaring itu, membuat darah pemuda itu mengalir deras. Mukanya merah padam "Apa katamu, Kuda Lampeyan!" tiba2 baginda berseru pula. "Hambalah yang bersalah, mohon paduka menghukum hamba!" sahutnya gegas. "Adakah engkau rela ternoda karena membela isterimu?" "Itu sudah menjadi kewajiban hamba sebagai seorang suami, gusti" sahut Kuda Lampeyan. "Apakah engkau tak bercita-cita menjadi senopati kerajaan, mengabdi pada Majapahit?" tanya Jayanagara pula. "Itulah cita2 hidup hamba, gusti" "Berat manakah dalam pertimbangan antara Cita2 dengan Kewajibanmu sebagai suami?" "Cita2 adalah tujuan hidup hamba dan Kewajiban sebagai suami itu suatu kenyataan hidup, gusti. Karena isteri itu hak suami, suamilah pang berkewajiban melindunginya" "Apabila isterimu lapuk dijenjang uji, apakah engkau tetap melindunginya?" "Hamba akan menggunakan hak sebagai suami untuk menghukumnya!" "Bagus, Kuda Lampeyan" seru Jayanagara "sekarang cobalah engkau jawab. Andaikata engkau disuruh memilih, berat cita2 atau kewajibanmu kepada isteri jatuh ke manakah pilihanmu?" Kuda Lampeyan mengerut dahi sejenak. Tetapi pada lain saat, iapun sudah menjawab "Duh, gusti junjungan hamba, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mohon paduka berkenan mendengarkan isi hati hamba. Citaitu ridalah tujuan Hidup. Menjadi suami hanya sarana kewajiban hidup. Setiap manusia tentu mengalami tiga jenis kodrat: lahir, menikah dan mati. Kodrat merupakan sifat pembawaan yang wajar. Sedangkan cita2 merupakan pancaran citarasa. Karena setiap peribadi lain citarasanya maka berbedalah keinginannya dan tak sama pula cita-citanya. ....” "Kuda Lampeyan" tukas baginda "tak perlu berkepanjangan. Katakanlah pilihanmu " "Hamba memilih cita2, gusti. Kewajiban sebagai suami itu tak perlu dipilih karma sudah wajar pada hidup hamba" "Engkau berat kedudukan yang kuberikan daripada isterimu, bukan?"



kepadamu



"Keluhuran titah baginda" Kuda Lampeyan mengiakan "pilihan hamba itu bukan semata-mata bertitik tolak pada keinginan hamba untuk mengabdi pada kerajaan" "Engkau tetap setya mengabdi kepadaku ?" "Dengan seluruh jiwa dan jasad hamba, gusti" "Akan kauberikan apabila kukehendaki?"



jiwamu



"Tiada keraguan serambut dibelah tujuh dalam hati hamba, gusti"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagus, Kuda Lampeyan, aku menuntut bukti" tiba2 baginda mencabut keris yang terselip di belakang pinggang, titahnya "Kuda Lampeyan keris Pusaka Pasopati ini buatan empu Ramayadi pada jeman sang Prabu Sri Maha Dewa Buda. Ampuhnya bukan alang kepalang. Terimalah” Kuda Lampeyan gopoh menyembah lalu menyambuti keris itu. Ia tak tahu apa maksud baginda. "Lakukanlah perintahku !" seru Jayanagara. "Sembah hamba, gusti" "Kuda Lampeyan, engkau bersalah karena tak mampu mengurus isteri. Sebagai hukuman, tusukkan keris itu ke dadamu!" Sekalian mentri dan nayaka yang mendengar titah itu, terbeliak kejut. Sebelum mereka sempat berbuat sesuatu tiba2 Kuda Lampeyan ayunkan keris pusaka Pasopati ke dadanya "Tahan!" tiba2 pula baginda Jayanagara berteriak mencegah seraya menamparkan tangan kanan. Kuda Lampeyan tersentak kaget. Saat itu pikirannya sudah meninggalkan jasad. Mati melaksanakan titah raja adalah mati utama. Ia pejamkan mata melelapkan seluruh indera agar menunggal untuk mengiring atma yang akan meninggalkan raga. Maka bukan kepalang kejutnya ketika mendengar teriakan baginda serta hembusan angin yang mendorong keris pusaka itu tersiak ke samping. "Baginda ...." belum Kuda Lampeyan menyelesaikan katakatanya, Jayanagarapun cepat menukas "Kuda Lampeyan, engkau benar2 seorang ksatrya. Aku hanya ingin menguji kepatuhanmu dan engkau lulus dari ujian itu. Kini akan kuberimu tugas. Bawalah buyut Mandana, ayah mentuamu itu ke mari untuk menerima hukuman. Kesalahannya, dia seorarg http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ayah yang tak mampu mendidik anak sehingga anak itu berani menghina raja. Jika buyut itu menolak, bunuhlah dengan keris Pasopati itu!" "Sen .... dika .... gusti" Kuda Lampeyan menyambut dengan kata tersendat. "Setelah itu, carilah wanita Sindura itu. Bunuhlah penjahat yang melarikannya dan bawalah isterimu itu ke sini juga. Apabila ia tak mati, sirnakan sekali !" Titah raja itu menimbulkan gempa besar yang menggoncang hati sekalian mentri nayaka yang hadir di balairung. Tetapi tiada seorangpun yang berani membuka mulut. Ada suatu hal yang ganjil dalam sidang darurat di balairung kerajaan saat itu. Dari sekian banya'k mentri, tanda, gusti dan narapraja, hanya mahapatih Nambi yang tak hadir. Dapat dikata, seluruh mentri narapraja bertanya-tanya dalrm hati akan ketidak hadirnya mahapatih itu. Kecuali hanya seorang, vani patih Aluyuda yang tak heran. Karena dialah yang mengusulkan kepada baginda agar mahapatih Nambi diberi tugas yang tak memungkinkan menghadiri sidang darurat itu. Alasan yang dikemukakan patih Aluyuda bahwa kehadiran mahapatih Nambi dalam sidang itu akan dapat mempengaruhi pikiran dan jiwa Kuda Lampeyan, dapat diterima baginda. Maka pada hari itu, mahapatih Nambi dititahkan untuk memeriksa keadaan candi Kagenengan, candi tempat pemujaan patung A ksobya yang hilang itu. "Bagaimana Kuda Lampeyan!" tiba2 baginda Jayanagara berseru menegur Kuda Lampeyan yang tampak terpukau. Memang titah raja yang terakhir itu, benar2 seperti petir berbunyi ditengah hari. Semangat Kuda Lampeyan serasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tersambar berantakan. Sesungguhnya hati Kuda Lampeyan itu berisi dua bobot: Sindura dan pangkat. Ia mencintai Sindura, pun mencintai pangkat. Bukankah suatu kebahagiaan hidup apabila memiliki isteri cantik dan pangkat tinggi ?. Oleh karena itu ia ingin meraih kedua duanya. Tetapi ternyata nasib menentukan lain. Oleh baginda Jayanagara, ia disuruh memilih diantara kedua hal itu. Walaupun akhirnya dengan dalih untuk mengabdi negara, ia memilih kedudukan Namun hal itu bukan berarti api cintanya kepada Sindura sudah padam. Api asmaranya masih tetap membara. Apabila angin berembus, maka berkobar pulalah api itu dalam hatinya. Titah raja agar membunuh Sindura, bukan lagi sekedar angin berhembus, tetapi benar2 sebuah prahara. Dan makin besar angin prahara itu, makin besar pula nyala bara asmaranya, berkobar-kobar membakar naluri kejantanannya. Seketika terbayanglah kenangan masa2 yang bahagia dengan Sindura Betapa ia mempertaruhkan jiwa untuk mengatasi kegaduhan dari kaum muda tanah Mandana, dalam persaingan merebut hati Sindura. Betapa besar cinta kasih sang isteri yang tercurah kepadanya. Smdura telah menyerahkan mustika kesuciannya sebagai saorang wanita, kepadanya. Berpuluh bahkan beratus pemuda menginginkan milik sijelita yang syahdu. Bahkan baginda rajapun menghasratkan juga. Tetapi Sindura tetap hanya memberikan kepada suaminya. Tetapi mengapa ia sampai hati untuk menghianati kepercayaan dan kecintaan isterinya itu . . . Pendakian ke puncak alam renungan, membuat Kuda Lampeyan kehilangan pegangan, serasa tergantung di awang2. Ia tersentak kaget ketika ditegur baginda "Ba . . . iklah . . . gusti ..." sahutnya sarat.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, rupanya engkau masih sayang kehilangan seorang isteri yang cantik" guman baginda. "Gusti ...." "Apabila engkau tak dapat menunaikan titahku itu, engkau harus bunuh diri dihadapanku" cepat baginda menyusuli pula. Kuda Lampeyan terpukau. "Kuda Lampeyan" ujar baginda kemudian "aku tak menginginkan senopati yang berhati lemah. Aku menjalankan tampuk pemerintahan dengan cara Gitikpentung maka aku menghendaki mentri2 dan senopati2 bawahanku, orang2 yang tegas dan kuat. Dibawah pimpinan raja yang keras, tak ada mentri senopati yang lemah. Tugas negara masih banyak. Membersihkan kutu-kutu negara, memulihkan keamanan, mengembangkan agama dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hendaknya tugas2 itu jangan terhalang karena wanita. Telatah Mijapahit penuh dengan wanita2 cantik. Apabila engkau sudah berhasil menunaikan tugas, kelak engkau kuperkenankan mengambil puteri cantik manapun yang engkau kehendaki!" "Sendika, gusti" Kuda lunglai.



Lampeyan menghatur sembah



"Kuda Lampeyan, sekarang juga kuberi hak memilih anakbuah rombonganmu dan hari ini segeralah engkau berangkat!" Demikian persidangan di balairung yang dipimpin raja Jayanagara sendiri, segera dibubarkan. Dan Kuda Lampeyanpun berangkat melakukan perintah. o)Oo-dw-oO(o



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/



IV "Paman demang, besok aku akan tinggalkan puri kerajaan untuk melakukan perintah Dang Acarrya Samaranatha" kata Anuraga pula malam itu, sehari setelah Kuda Lampeyan berangkat mengemban titah raja "maka kuperlukan berkunjung ke tempat paman. Pertama, untuk minta diri dan kedua, untuk mendengarkan keterangan tentang diri paman demang" Demang Suryanata menghela napas "Ah, perintah apakah yang ki brahmana peroleh dari Dang Accarya Samaranatha itu ?" "Dang Acarrya Samaranathapun mendengar j.uga tentang pertemuan antara Dang Acarrya Kanakamuni dengan beberapa pamegat agama Buddha. Maka beliau telah mengambil langkah kebijaksanaan, mengutus aku untuk meninjau asrama2, kuil, candi dan rumah2 suci. Supaya kepala para wiku, resi, brahmana, wipra dan pemuka2 mazhab, diresapkan ajaran Syiwa-Buddha yang menjunjung kedamaian dan Cinta-kasih. Supaya dalam menanggapi peristiwa hilangnya patung Aksobya dari candi Kegenengan itu, jangan sampai timbul perpecahan dengan penganut2 agama Buddha. Jangan mudah terpancing di air keruh, tergelincir dalam adu domba" Pamegat Ranu Kcbayan Samaranatha, benar2 seorang dang acarrya yang bijak bestari" puji demang Surya "tepatlah langkah yang diambilnya untuk mencegah kemungkinan2 yang berbahaya itu. Kerajaan cukup keruh dengan kegiatan2 beberapa golongan yang mendukung dan menentang raja Jayanegaia. Apabila ditambah pula dengan pertikaian agama, keadaan tentu akan lebih runyam" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ki brahmana tentu belum tahu bilamana akan pulang ke puri kerajaan lagi, bukan? ?" kata demang Surya pula. "Benar, paman demang, oleh karena itu kuperlukan berkunjung ke mari untuk mengharap kesediaan paman demang menceritakan diri paman" "Baiklah" demang Surya menghela napas untuk melonggarkan kesesakan napasnya. Setelah itu iapun bercerita. Mulai dari pengabdiannya kepada raden Wijaya, lalu dipaksa ikut dalam persekutuan rahasia yang dipimpin rakryan Kuti, kemudian meloloskan diri mengunjungi anak perempuannya yang menjadi isteri buyut Bayu Mredu. Utusan yang dikirim Kuti untuk rrtenjemputaya pulang, ditolak dan terjadi perkelahian berdarah. Sejak itu bersama cucu perempuan kecil yang bernama Indu, ia bersembunyi tinggal di tempat yang terasing. Sampai pada suatu hari bertemu dengan seorang anak lelaki kecil yang pingsan dalam hutan karena dihajar rakyat Madan Teda. Kemudian karena hendak membeli bumbu keperluan dapur, Indu menuju ke pasar dan diculik oleh anakbuah rakryan Kuti dan dibawa ke puri kerajaan. Demi keselamatan jiwa cucunya itu, terpaksa demang Surya menyusul ke puri Majapahit dan ditawan Kuti. "Demikianlah kissah diriku, ki brahmana" demang Surya mengakhiri ceritanya. "Nanti dulu, paman demang" tiba2 Anuraga menyelutuk "paman tadi mengatakan bertemu dengan seorang anak kecil yang dihajar rakyat Madan Teda. Kalau begitu, anak itu tentu berasal dari desa Madan Teda?" "Benar" demang Surya mengiakan. "Siapakah namanya?" "Gajah atau Dipa ...." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hai!" Anuraga memekik kaget "benarkah dia?” Demang Suryapun tertegun melihat ulah Anuraga terkejut itu. Ia memberi penegasan "Ya, si Gajah anak penggembala kambing milik buyut desa Madan-Teda” "Oh ..." desuh Anuraga "kiranya benar dia. Mengapa ia dihajar rakyat Madan-Teda?" Demang Surya menuturkan piiristiwa hilangnya patung Ganesya di candi kecil desa Madan-Teda. Patung itu diangkat si Gajah dari tempatnya karena hendak menolong tangan seorang anak kecil yang tertindih. Tetapi beberapa hari kemudian, patung itupun hilang. Rakyat marah dan menuduh si Gajah yang menjadi gara2. Mereka percaya dewa Ganesya tentu marah dan melenyapkan diri. "Hm, kepercayaan yang buta, memang dapat menimbulkan kelucuan ...." "Kelucuan tidak soal, tetapi sering pula menjurus kearah tindakan yang berbahaya. Aku yakin dalam peristiwa hilangnya patung itu tentu ada tangan jahil yang hendak menfitnah si Gajah. Sayang aku tak sempat membongkar rahasia itu karena keburu harus kepuri kerajaan sini" tukas demang Surya. "Benar paman" Anuraga memberi dukungan "semisal dengan peristiwa hilangnya patung Aksobya di candi Kagenengan ini, tentulah digerakkan oleh tangan yang hendak mengadu domba dan memecah belah kerukunan antara kaum agama Syiwa dan Buddha. Lalu dimanakah anak itu sekarang?" "Kuharap dia masih tinggal dalam pondok tempat persembunyianku dalam hutan di luar desa Madan-Teda" jawab demang Surya lalu menceritakan tentang pesannya kepada si Gajah ketika hendak ditinggal pergi. Tiba2 demang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ itu merenung diam. Beberapa saat ia memandang Anuraga "Menilik besar perhatian ki brahmana terhadap anak itu, apakah andika itu bukan brahmana yang sering disebut-sebut anak itu?" "Benar paman demang. Aku adalah Anuraga yang ditolong dan menolong si Dipa. Telah kujanjikan kepada buyut desa Madan-Teda untuk membayar uang penebus kebebasan si Dipa sebagai bhaktadasa. Tetapi ah, rupanya ia tertimpa lain kemalangan lagi" “Suratan hidup anak itu memang belum saatnya bebas dari kemalangan. Tetapi kulihat ia seorang anak yang besar rejekinya. Ada suatu firasat dalam hatiku bahwa kelak anak itu tentu menjadi orang besar yang termasyhur" "Pandangan paman demang itu sesuai dengan perasaanku. Entah bagaimana, pada waktu pertama kali bertemu, naluri hatiku tergores kesan bahwa anak itu kelak tentu mempunyai garis hidup yang luar biasa. Nanti dalam perjalanan keliling ini, tentu akan kuperlakukan mencarinya ke Madan Teda. Aku akan berusaha sekuat mungkin untuk mengangkat anak itu" "Bagus ki brahmana" demang Surya menyambut cerah "ibarat batu permata yang belum tergosok, apabila jatuh ditangau seorang inaniinpiki yang pandai, tentu akan menjadi peimata yang gilang gemilang" "Ah, semoga demikian" tanggap Anuraga "tetapi ibarat batu permata yang masih terbungkus, makin jatuh bergelimpangan, makin dibanting bei hamburan, batu pembungkusnya akan makin hancur lepas dan permata itu akan memancarkan sinarnya.” Rupanya kedua orang itu sesuai dalam faham dan penilaian terhadap diri si Gajah Dipa. Sesaat kemudian Anuraga beralih http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pertanyaan "O, jadi rakryan Kuti menggunakan cucu paman sebagai sandera untuk mengikat kebebasan paman? Dimanakah cucu paman itu?” "Selalu berpindah pindah" sahut demang Surpa. Anuraga kerutkan alis "Paman demang sudah pernah bertemu?" "Bertemu berhadapan belum tetapi sering melihatnya. Setiap bulan aku dibawa beberapa orang bawaan Kuti untuk melihat anak itu" "Kemana?" "Setiap kali kesebuah gedung yang berbeda dengan bulan yang lalu. Apabila pergi tentu pada petang hari. Pun hanya menunggu diluar pagar gedung. Kemudian muncul cucuku Indu dibawa berjalan-jalan oleh seorang dayang kehalaman. Hanya sebentar lalu masuk ke dalam gedung lagi. Akupun dibawa pulang kemari" "Hm, licin sekali rakryan Kuti" guman Anuraga "tatapi bukankah rakryan itu sudah diangkat baginda sebagai Sapta Dharmaputera?" "Disitulah letak kelicinan dan kegesitan Kuti" sahut demang Surya "selekas aku lolos, cepat ia menutup bahaya itu dengan usaha merebut kepercayaan baginda. Akhirnya ia diangkat menjadi Dharmaputera atau orang kepercayaan yang ditugaskan melindungi keselamatan raja" "Ah, sampai sedemikian jauhkah baginda menaruh kepercayaan?" Anuraga terheran "bagaimanakah asal mula hal itu terjadi?" "Sesungguhnya para mentri narapraja dalam kerajaan Majapahit sudah mengetahui kelemahan dan sifat baginda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ yang jelek. Baginda gemar sekali dengan wanita cantik sehingga sering menimbulkan tindakan2 yang kurang sesuai dengan kedudukannya. Dari kelemahan raja itulah maka beberapa golongan mencari keuntungan sendiri2. Golongan yang mendukung raja, berusaha untuk meluruskan dan memperbaiki. Golongan yang menentang raja, memanfaatkan untuk senjata mereka menggulingkan baginda. Sedang ada golongan ketiga yang hendak memancing di air keruh. Memanfaatkan untuk kepentingan mencari muka agar mendapat anugrah harta dan pangkat!" Demang Surya berhenti sejenak lalu berkata puia "Dalam hal itu rakryan Kutipun tak mau mensia-siakan manfaat dari kelemahan baginda itu. Sebagaimana sudah menjadi rahasia umum dikalangan narapraja maupun kawula kerajaan, baginda Jayanagara mempunyai minat untuk mengawini kedua saudaranya sendiri yani puteri Tribuanatunggadewi dan puteri Haji Rajadewi. Baginda kuatir apabila kedua saudaranya itu menikah dengan orang luar tentu akan timbul persoalan rebutan warisan tahta kerajaan. Maka baginda berusaha keras untuk menghalau ksatrya2 muda dari daerah Mandalika dan tanah2 seberang, yang datang ke pura Majapahit hendak meminang kedua puteri itu" Sejenak pula demang yang sudah menjunjung uban di kepala itu berhenti meluangkan napas. Kemudian melanjutkan lagi "Sesungguhnya sejak rahyang ramuhun raja Kertarajasa masih hidup itu akan dijodohkan pada putera2 raja daerah Mandalika, agar dengan pernikahan itu dan ah Mandalika terikat dibawah naungan kerajaan Majapahit. Kemudian setelah baginda wafat, ibunda kedua puteri Tribuanatunggadewi dan Haji Rajadewi, melanjutkan usahanya meneliti beberapa calon suami untuk kedua puterinya. Telah diusahakan supaya tumbuh jalinan hubungan antara puteri http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tribuanatunggadcwi dengan raden Kertawardana putera bangsawan kerajaan Singosari. Dan puteri Haji Rajadewi dengan raden Kuda Amerta dari kerajaan Wengker. Tetapi usaha yang baru dalam taraf penjajagan itu cepat sekali hancur berantakan ketika raja Jayanagara tampil menggantikan rahyang ramuhun ayahanda Kertarajasa ...." "Sejauh manakah peran rakryan Kuti dalam hubungan dengan peristiwa itu, paman" tanya Anuraga. "Kuti mengetahui bahwa baginda Jayanagara ingin mengawini kedua saudara puteri itu dan tak menyukai pemuda2 bangsawan yang hendak dicalonkan sebagai suami kedua puteri itu. Maka dengan restu baginda, Kuti telah melakukan suatu siasat yang licin. Akhirnya raden Kertawardana terjebak dengan wanita dan raden Kuda Amerta terlumur fitnah mempunyai rencana hendak melarikan puteri Haji Rajadewi Maharajasa. Dan turunlah titah baginda, melarang kedua putera bangsawan itu serta para ksatryamuda dari daerah manapun juga untuk menginjak puri Majapahit. ..” "Dan karena jasanya itu maka rakryan Kuti mendapat kepercayaan penuh dari baginda?" tanya Anuraga. Demang Surya mengiakan "Kepercayaan itu dikembangkan sedemikian rupa sehingga dia diangkat sebagai Dharmaputera" "Tetapi paman, bukankah rakryan Kuti itu tak menyukai duduknya baginda Jayanagara disinggasana?" "Disitulah letak kelicinan rakryan Kuti. Setelah aku meloloskan diri dari persekutuan mereka, Kuti amat ketakutan sekali. Ia harus menempuh jalan yang bertentangan dengan pendiriannya. Ia mendukung kedua puteri itu sebagai



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pimpinan kerajaan, tetapi demi mengamankan rencananya, ia rela mengorbankan kepentingan puteri itu" Anuraga mengangguk-angguk. Makin pengalamannya tentang isi keraton Majapahit.



bertambah



"Ki brahmana, rupanya tuan menaruh minat besar sekali tentang urusan kerajaan. Dan tuanpun menanam harapan kepada si Gajah Dipa. Pendirian dan tujuan kita berdua serupa. Dalam hal itu kiranya ki brahmana tentu tak keberatan untuk memenuhi kehausan keinginanku mengenal peribadi tuan. Siapakah sesungguhnya ki brahmana ini? Naluriku membisiki bahwa tuan ini sesungguhnya bukan seorang brahmana biasa" Anuraga tertegun sejenak lalu tersenyum "Tajam nian pengawasan paman" kemudian dengan suara setengah berbisik, Anuraga memperkenal dirinya. "O" demang Surya mendesuh kejut "kiranya ki brahmana ini putera dari A dipati Rangga Lawe. Dia seorang sahabatku yang baik. Mengapa engkau perlu bersembunyi di balik baju seorang brahmana?" Anuraga menghela napas pelahan "Paman demang, mendiang ayahku dianggap sebagai seorang pemberontak ...." "Bukan!" tukas demang Surya cepat "dia adalah seorang kadehan kesayangan Rahyang Ramuhun baginda Kertarajasa. Ayahmu memberontak karena tak puas atas pengangkatan rakryan Nambi sebagai mahapatih. Ia kuatir pengangkatan itu akan menurunkan derajat kewibawaan Majapahit" "Benar, paman" kata Anuraga "tetapi kenyataan ayah telah mati di medan pertempuran melawan tentara Majapahit. Maka demi menyelamatkan diri dan menghindari gangguan musuh2 mendiang ayah, terpaksa aku menjadi seorang brahmana. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan baju dan ruang gerak yang bebas, aku tentu dapat lebih leluasa berusaha untuk menjaga keselamatan kerajaan. Ayah ikut serta membangun kerajaan Majapahit dan aku dipesan supaya ikut serta menjaga kerajaan itu" "Suatu pambeg yang luhur, anakku" kata demang Surya seraya menghela napas "sayang aku sudah tua. Seperti surya menjelang silam, tenagaku pudar sisa hidupku tak lama, jagadu makin sempit? “Ah, harap paman jangan memiliki pikiran demikian" kata Anuraga “Menurut Karma Yoga, tiada seorang makhluk sungguh2 diam sejenak dengan tak melakukan pergerakan apa saja. Sebab mau tak mau, akibat Prakitri atau kodrat alam maka dengan sendirinya dia akan bergerak. Sedetik kita masih bernapas, sedelik itu pula kita akan bergerak. Soal usia tua, hendaknya paman tak perlu was was dan kecewa. Roh atau Atma tak dapat dihancurkan dan meliputi semesta alam. Tiada seorang juapun dapat menghancurkannya. Yang tak kekal adalah raga kita, sedangkan yang kekal adalah yang mengisiraga kita. Atma itu bersifat abadi. Sepeni maiusia menanggalkan pakaian tua dan mengenakan pakaian baru, demikianpun pendukung raga atau Atma itu melepaskan raga yang sudah usang dan berai,h ke raga yang baru. Maka janganlah paman ragu2 menjalankan dharma-hidup paman. Karena dharma itu tidaklah berhenti dengan usangnya raga tetapi terus lanjut berkesambungan dalam raga baru pada penjelmaan hidup yang mendatang” "O, brahmana muda Laweputra, kata-katamu itu bagai pelita yang menerangi kegelapan hatiku atau bagai securah air yang menyegarkan kelayuan jiwaku. Aku akan menurut dharma sisa hidupku. Aku bersedia membantumu, anakku. Katakanlah, bagaimana aku harus bertindak" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman demang" kata Anuraga penuh haru "marilah kita bekerja melaksanakan cita2 juang untuk membela tegaknya kerajaan Majapahit. Baiklah paman tetap tinggal di pura kerajaan sini agar dapat mengawasi gerak gerik rakryan Kuti dan kawan-kawannya. Derfgan demikian paman dapat menjaga salah satu dari sekian banyak golongan yang hendak menggerogoti dan merubuhkan kerajaan Majapahit” Demang Surya memeluk Anuraga dengan mesra. Larut malam Anuraga baru minta diri pulang. Sinar Hyang Bagaskara yang merekah di bang wetan bagaikan bokor kencana yang memancar sinar keemasan. Silau kemilau, gilang gemilang menerangi jagad semesta. Ketika saat itu Anuraga melangkahkan kaki melintas batas terakhir dari puri kerajaan, ia tertegun sejenak. Lalu berpaling memandang ke pura .... Dinding batu merah lagi tinggi, tegak menjulang mengitari keraton. Pohon2 brahmastana tumbuh seiring lingkaran dinding batu merah itu. Empat buah gapura besi yang kokoh senantiasa dijaga oleh beberapa prajurit bersenjata. Didalam pura yang penuh bangunan-bangunan gedung indah mewah itu, bersemayamlah baginda Jayanagara yang memerintah seluruh wilayah kerajaan Majapahit yang luas. Bhumi aseli atau daerah aseli dari negara Majapahit itu sendiri, sesungguhnya hanya meliputi Tumapel atau Singosari, Kediri atau Daha dan Kahuripan. Majipahit berkedudukan di Kahuripan. Menurut bentuk, ketiga daerah aseli Majapahit itu dirasakan sebagai dahan maja yang terbagi atas tiga lembar daun. Selain ketiga bumi aseli itu, kerajaan Majapahit menguasai pula apa yang disebut daerah Mandalika, terdiri dari Mataram, Pajang, Paguhan, Lasem, Wengker dan Matahun. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kerajaan Majapahit yang luas dan besar itu, asal mulanya dibangun dari daerah tanah Terik oleh raden Wijaya. Ketika sedang membabat hutan Terik, seorang pekerja Madura karena kehabisan bekal, memetik sebiji buah maja. Tetapi ketika dimakan rasanya pahit. Sejak itu desa Terik diberi nama Wilwatikta atau Majapahit. Mengenangkan akan perjuangan raden Wijaya dan para pengikutnya termasuk Rangga Lawe mendiang ayahnya, mendeburlah darah Anuraga. Keringat mencucur, darah mengalir dan entah berapa banyak korban yang telah jatuh sebagai tumbal kebangunan kerajaan M ijapahit. Diatas jerih payah, derita pengorbanan ayahandanya baginda Kertarajasa dan para pejoang itulah maka kini raja Jayanagara duduk diatas mahligai singgasana ratna manikam. Baginda raja mengenyam puncak kenikmatan dari hasil karya mendiang ayahandanya. Sebagai seorang putera, sudah layak anak menerima warisan orangtua "Tetapi kami benar2 tak rela apabila baginda Jayanagara akan mesia-siakan pusaka warisan itu. Lebih tak-ikhlas lagi apabila kerajaan Majapahit sampai menderita kehancuran, baik karena serangan dari luar maupun penggerogotan musuh dari dalam. Kerajaan Majapahit benar didirikan oleh rahyang ramuhun. raja Kertarajasa tetapi keringat dan darah mendiang ayahku dan para pejuang2 ikut menjadi campuran bahan pembuatan dinding pura kerajaan ... ." Anuraga menimang tekad. Anunaga tersentak dari lamunan ketika pandang matanya tersilau bola api raksasa yang timbul di kaki crakrawala timur. Ah. matahari menyingsing. Ia segera berbalik tubuh dan melanjutkan perjalanan. Pada langkah yang pertama, segera pikirannya melayang pada diri si Gajah Dipa. Setelah meninggalkan rumah buyut desa Madan Teda, tentulah anak itu makin menderita hidupnya. Untunglah bertemu dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ demang Suryanata dan disuruh tinggal di pondok dalam hutan. Tetapi ternyata demang itu menjadi tawanan rakryan Kuti dan tak dapat pulang ke pondoknya lagi. Lalu bagaimana dengan anak itu? Apakah ia tak takut tinggal seorang diri dalam hutan? Dan siapakah yang akan mengurus keperluan hidupnya? Merenung sampai disitu, timbullah kecemasan hati Anuraga bahwa kemungkinan besar, anak itu tentu pergi lagi kelain tempat untuk mencari makan. "Betapapun halnya, aku harus ke Madan Teda lebih dahulu untuk mencari anak itu. Mudah-mudahan dia masih disana agar dapat kubawa ketempat Eyang Wungkuk" kata Anuraga dalam hati. Ia hendak menyerahkan anak itu kepada Eyang Wungkuk agar kelak dapat ditempa menjadi sebuah permata yang gemilang. Kemudian pikiran Anuraga terkenang akan Kiageng Palandongan, eyang yang merawat dan mendidiknya sejak kecil sampai dewasa. Ia merasa berhutang budi kepada orangtua itu. Setelah selesai mengurus si Gajah, ia hendak mengunjungi desa Palandongan. Terkenang akan nasibnya sejak kecil, mengembanglah kenangan Anuraga akan bumi Tuban tempat tumpah darahnya. Bayang2 kenangan masa kecil mulai melalu lalang dalam benaknya. Sebagai putera Adipati Rangga Lawe yang menguasai wilayah Tuban, Anuraga hidup dimanjakan kemewahan, digenangi kasih sayang kedua ayahbunda dan disanjung kehormatan para kawula Tuban. Tetapi sejak ayahnya gugur dan dituduh sebagai pemberontak, bumi Tuban yang menimangnya dengan kenikmatan hidup itu, berobah menjadi tanah gersang yang panas membara. Ia harus ikut pada eyangnya, Kiageng Palandongan. Dan kini ia menjadi brahmana demi menghindari kemungkinan2 yang membahayakan keselamatan dirinya. Di samping mempunyai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kawan2 yang karib, pun Adipati Rangga Lawe mempunyai musuh2 yang mendendam. Bukan suatu hal yang mustahil terjadi apabila musuh2 itu demi membalas dendam kepada Rangga Lawe akan menumpahkan kemarahan kepada puteranya. "Walaupun dengan cara yang berlainan tetapi aku harus melanjutkan cita2 perjuangan mendiang ayah untuk menjaga keselamatan Majapahit" demikian kemantapan hati A nuraga. Berjalan di alam pedesaan sambil melamun, memang tak menimbulkan perasaan lelah. Alam sekeliling jangkauan pandang matanya, menimbulkan pantulan warna hijau kemilau yang sedap. Jauh di sebelah muka tampak rangkaian pegunungan Wtlirang, Kawi, Butak dan Anjasmara. Gunduk2 tanah yang menjulang tinggi hendak menggapai langit itu, bagaikan raksasa2 penjaga ketiga telatah Majapahit. Silih berganti pohon2 tiktiki, anjiluang, maja, jeruk kingkit dan brahmastana menampakkan diri di sepanjang jalan yang dilalui. Apabila mata bersua pandang dengan jajaran pohon2 itu, tahulah Anuraga bahwa ia tengah melintasi tanda batas dari sebuah desa. Karena pohon2 itulah yang umumnya ditanam sebagai pertandaan tapal batas sebuah desa atau daerah. Makin ia menikmati pemandangan alam yang bebas, makin lepaslah untaian kericuhan yang melingkar-lingkar dalam bathin dan pikirannya. Serasa jelas benar perbedaan suasana dalam pura kerajaan dengan pedesaan yang sunyi tenteram. Di pura kerajaan warna hijau itu belum tentu hijau. Tetapi di pedesaan hijau tetap hijau. Di hutan pedesaan, kicau burung yang merdu itu adalah suatu pernyataan syukur gembira. Tetapi di lingkungan keraton, kata2 yang merdu belum tentu semerdu pernyataan hati orangnya. Di hutan, kelinci yang takut dimangsa binatang buas, tentu akan lari bersembunyi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi di lingkungan keraton, yang takut pada orang yang lebih berkuasa, belum tentu melarikan diri tetapi kebalikannya malah mendekat dan merapat diri pada orang yang ditakutinya. Kesimpulannya, suasana pedesaan dan hutan lebih bebas, hawa udarapun lebih menyegarkan dari suasana kehidupan dalam lingkungan keraton Majapahit. Karena benak diisi dengan berbagai kenangan dan kesan, perjalanan sehari itu berlangsung cepat sekali. Tahu2 haripun mulai petang. Anuraga terpaksa bermalam di bawah sebatang pohon besar. Dalam perjalanan hari kedua, ia tak menemui suatu rintangan maupun hal2 yang aneh. Setelah sehari suntuk melakukan tugas, Hyang Bagaskarapun letih dan hendak masuk ke dalam peraduannya. Saat itu Anuraga tiba di sebuah tempat belantara yang tiada berpenduduk sama sekali. Anuraga terkejut. Apakah ia harus bermalam dalam hutan lagi? Anuraga percepat langkahnya dengan lari pesat. Pada saat ia hendak menyusup ke dalam hutan, sekonyong-konyong terdengar derap kuda mencongklang dan beberapa kejab kemudian, dari hutan muncul empat penunggang ku Ia. Anuraga kerutkan dahi. Ia merasa heran karena pada salah seorang penunggang kuda yang datang itu, terdapat seorang wanita muda yang amat cantik. Mereka serempak hentikan kuda memandang lekat kepada Anuraga yang berada di sebelah muka. Belum terjadi tanya jawab, tiba2 lelaki yang menunggang kuda bersama wanita cantik itu menyumbat mulut si cantik dengan sehelai kain. Anuraga terkesiap. Ia merasakan sesuatu yang tak wajar pada pemandangan yang muncul dihadapannya itu. Empat lelaki tegar menunggang kuda membawa seorang wanita http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ muda yang cantik dengan mulut tersumbat. Hanya dua kemungkinan pada keadaan semacam itu. Wanita itu tertuduh membunuh orang. Atau keempat lelaki itu sekawan penjahat yang sedang menculik wanita cantik. Tetapi kalau menilik raut wajah wanita yang sedemikian gemilang kecantikannya dan sedemikian lembut gerak sikapnya, ia lebih cenderung pada syak-wasangka bahwa keempat lelaki itu kawanan penjahat yang sedang melarikan seorang korbannya. Memang pada umumnya, kawanan penyamun itu tidak terbatas menghendaki harta benda, pun apabila mendapatkan korbannya itu wanita cantik, mereka tentu timbul nafsu keinginannya. "Hai, brahmana, mengapa engkau diam saja di tengah jalan? Adakah engkau tak kuatir diterjang kuda?” seru salah seorang dari keempat penunggang kuda yang berada dimuka. Dibelakangnya, penunggang kuda yang membawa wanita cantik. Dikanan kirinya dikawal oleh dua orang kawannya. "Kusadari juga bahaya itu" sahut Anuraga tenang "bahkan kakikupun cepat2 hendak membawa diriku menyingkir ketepi. Tetapi mataku keberatan ..." Penunggang kuda yang bertubuh gempal itu terbeliak. Rupanya ia heran mendengar ucapan brahmana yang mengada-ada itu "Brahmana, apa yang menjadi keberatanmu itu?" tanyanya. "Rasa heran, ki sanak" jawab Anuraga "atas gerak gerik yang kalian lakukan saat ini. Mengapa kalian membawa seorang wanita muda itu? Apabila sudah mendapat keterangan yang memadai, segera aku akan menyingkir ketepi jalan" "O, jadi wanita cantik itukah yang menarik perhatianmu?" seru orang itu dengan nada mengejek "baru sekarang aku http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendapat pengetahuan bahwa kaum brahmana ternyata juga memperhatikan wanita cantik" Terdengar gelak tertawa dari ketiga kawannya yang berada dibelakang. Mereka geli mendengar kata2 sindiran yang berselubung kelucuan itu. "Benar" sahut Anuraga "tugas kami adalah untuk mengamalkan ajaran suci. Memberi penerangan kepada yang gelap, menyadarkan yang sesat, meluruskan yang bengkok dan menolong yang membutuhkan pertolongan. Ke atas kami bertanggung jawab kepada para dewata, ke bawah kami mengayu hayuning bawana Karena wanita itu termasuk titah Hyang Jagadnata dalam bawana, maka termasuklah dalam lingkungan dharma Karma Yoga kaum brahmana" "Cet, cet...." orang bertubuh gempal itu mendecak bibir "luhur nian dharma seorang brahmana itu. Tetapi kami tak membutuhkan pertolongan, tak memerlukan penerangan dan tak perlu diluruskan. Wanita itu adalah isteri kakangku yang minggat dari rumah. Maka setelah dapat kami cari, sekarang akan kami bawa pulang. Kurasa dalam urusan suami isteri, ki brahmana tentu takkan merasa mempunyai hak untuk campur tangan, bukan?" "Semoga demikian, kisanak" jawab Anuraga "tetapi perasaan hatiku masih menuntut penjelasan. Kalau wanitaku benar isteri kakangmu, mengapa perlu disumbat mulutnya? Adakah ia seorang wanita yang buas dan gemar menggigit? Ah, rasanya wanita secantik itu, bukan jenis wanita demikian. Lebih kasar kemungkinannya, bahwa kalian takut kalau wanita itu berteriak minta tolong kepada orang yang dijumpai di perjalanan" '"Ki brahmana, tidakkah haram bagi seorang pertapa sebagai tuan, melekatkan pandang mata ke arah seorang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ wanita cantik! Bukanlakuseorang brahmanayang berhati suci apabila masih memiliki mata yang liar. Karena mata adalah cermin sang hati. Mata memandang, hati bersuara dan pikiranpun tentu bergolak-golak . . . , ." Kembali terdengar gelak penunggang kuda di belakang.



tawa



cemoh



dari



ketiga



Namun Anuraga tetap tenang bahkan mengulum senyum dibibir “Tepat sekali ucapanmu itu, kisanak. Mataku memandang seorang wanita cantik kalian bawa dengan mulut tersumbat. Lalu hatiku bersuara bahwa tindakan kalian itu tidaksesuai dengan seorang suami yang membawa pulang isterinya, melainkan lebih cenderung dengan ulah kawanan penyamun yang membawa tawanan wanita cantik. Kemudian pikirankupun bergolak-golak menuntut ingin mengetahui, siapakah sebenarnya kalian ini dan siapakah wanita yang kalian bawa itu?" Orang bertubuh gempal itu tertawa kerontang "Kalau aku tak mau memberi keterangan?” "Menandakan hatimu tak bersih, menyalahi hukum" sambut Anuraga.



tindakanmu



tentu



Dahi orang bertubuh gempal itu meliuk lingkar lipatan, serunya "Telah kuberi keterangan tetapi engkau tak mau percaya. Haiklah, akupun akan menurutkan persangkaanmu. Kalau benar kami culik wanita itu, bagaimanakah tindakanmu, brahmana muda?" "Akan kuberi penerangan atas pikiranmu yang gelap" "Kalau tak kuterima?" balas orang itu. "Akan kusadarkan pikiranmu bahwa tindakan yang kalian lakukan itu, perbuatan yang sesat" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kalau kutetap melakukannya?" "Akan kuluruskan tindakanmu yang bengkok itu" "Kalau tetap kutentang?" "Akan kutolong kepada yang membutuhkan pertolongan” "Siapa?" "Wanita itu tentunya" sahut Anuraga. "Ia tak membutuhkan pertolonganmu!"? "Silahkan engkau buka kain penyumbat mulutnya. Kalau benar ia mengatakan tak butuh pertolongan, silahkan ki sanak membawanya pergi. Akupun akan melanjutkan perjalananku" "Dengan dasar apakah ki brahmana merasa mempunyai hak untuk mengajukan permintaan itu?" "Demi ‘mengayu hayuning bawana' . . . ." Orang beirtubuh gempal itu tertegun tetapi pada lain kejab ia tertawa "Ha, ha, memang lain Sifat lain pula Ajar. Kata orang tua 'Ajar kalah dehgan Dasar'. Kalau dasarnya mata keranjang, walaupun diajar dongan ilmu agama yang suci, tetap masih mata keranjang juga " "Dasar dan Ajar merupakan loro-loroning atunggal yang saling isi mengisi. Jika Ajar kehilangan kewibawaannya untuk merobah Dasar tetapi sekurang-kurangnya Ajar masih mempunyai pengaruh untuk menyalurkan Dasar kearah yang sesuai. Misalnya, seseorang yang mempunyai Sifat Dasar sebagai pencuri, jika sukar untuk mengajarnya supaya jangan mencuri, sekurang-kurangnya dapat memberi arah saluran yang sesuai. Janganlah mencuri hak miiik orang miskin, benda2 milik rumah suci, narapraja yang jujur, ksatria pembela negara dan orang2 yang baik budi. Curilah saja harta http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kekayaan dari orang kaya yang menumpuk harta kekayaannya dengan jalan tak halal, narapraja yang rakus dan suka memeras rakyat, orang2 yang jahat serta kikir ...." Orang itu terkesiap mendengar uraian Anuraga. Belum pernah sepanjang hidupnya ia mendengar uraian yang sedemikian ganjil, apalagi dari mulut seorang brahmana. Biasanya kaum brahmana dan pendeta hanya bersitegang leher mengutuk orang yang mencuri. Tak ada yang memakai embel2 bahwa mencuri dan mencuri itu ada dua jenis. Mencuri asal mencuri secara membabi buta. Dan mencuri dengan saluran yang terarah. Untuk memberi rasa pahit pada mereka2 yang menumpuk kekayaan secara tak halal itu. Agar mereka menyadari betapa rasanya kerugian negara dan orang2 yang dirugikan akibat perbuatan mereka itu. "Ho, brahmana, apakah engkau membenarkan seorang pencuri?" tanyanya sesaat kemudian. "Aku hanya bicara menurut jalan pikiranmu mengenai falsafah Dasar dan Ajar" sahut Anuraga "pada hakekatnya aku peribadi masih belum yakin benar akan kebenaran Dasar dan Ajar itu. Misalnya, dahulu orang2 yang mengenal Ken Arok, tentu mengatakan bahwa anak itu dasarnya seorang pencuri, penjudi dan gemar kemaksiatan. Tetapi nyatanya setelah menjadi raja, dia dijunjung rakyat sebagai raja yang luhur bijaksana. Oleh karena itu. setiap persoalan tidaklah cukup digaris dengan falsafah Dasar dan Ajar, melainkan harus ditinjau pada lingkungan hidup keseluruhannya. Jangan salah faham, ki sanak. Akupun juga menentang setiap perbuatan curi. Mencuri itu dosa. Mencuri apapun juga, termasuk mencuri wanita seperti yang kalian lakukan saat ini ...." Orang itu terkejut seperti disengat kala.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakang Pratha, hari makin petang. Kita harus lekas mencapai pedesaan. Jangan layani brahmana itu, usirlah dia!" tiba2 penunggang kuda yang membawa wanita cantik itu berteriak marah. "Hm, benar, hari sudah hampir malam. Menyisihlah brahmana, jangan menghadang jalan" seru orang bertubuh gempal itu kepada Anuraga. "Maaf, sebelum engkau beri kesempatan padaku berbicara dengan wanita itu ... ." "Hm, rupanya engkau memang hendak cari gara-gara" orang itu mencabut cambuk dan menghardik "menyingkirlah, brahmana!" Anuraga tertawa. Orang itu marah melihat Anuraga menertawakannya. Tar, tar, cambuk yang terbuat daripada kulit yang keras, segera menggelegar di udara lalu berhamburan meluncur ke tubuh Anuraga 0oo-^dw^-oo0



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 8



I Gerakan Anuraga itu amat tepat sekali sehingga orang bertubuh gempal itu tak sempat pula untuk berbuat sesuatu. Tepat pada saat tangan Anuraga menjamah dada lawan, maka dari kanan dan kiri berhamburanlah dua batang cambuk menghajar dirinya. Kedua kawan dari lelaki bertubuh gempal itu, berusaha menolong kawannya. Anuraga menghadapi dua macam pilihan. Pabila ia tetap menarik kaki orang bertubuh gempal itu, dirinyapun tentu menderita hajaran cambuk. Namun bila menghindari cambuk, ia harus lepaskan kaki orang bertubuh gempal itu. Dan untuk menimang pemilihan, ia tak mempunyai banyak waktu. Secepat menarik kaki orang bertubuh gempal itu, Anuragapun terus menyusup ke bawah perut kuda dan loncat ke luar. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tar .... tar ... . cambuk menggelegar melecut kepala dan tubuh orang gempal itu “Aduh . . . . aduh .... " orang iiu mengaduh dan berguling-guling di tanah. Tubuh dan mukanya berhias guratan merah memanjang. Tengah kedua orang yang menyerang dengan cambuk itu terpesona dirundung kejut dan sesal karena telah menghajar kawannya sendiri, tiba2 mereka dikejutkan oleh teriakan dari pemimpinnya yang berkuda bersama dengan wanita cantik itu. Cepat kedua orang itu berpaling dan apa yang mereka saksikan benar2 membuat hati mereka tersentak dan mata terbelalak. Sehabis menyusup ke luar dari perut kuda, Anuraga langsung loncat ke tempat lelaki yang berkuda bersama wanita cantik. Ia loncat hendak meraih kain penyumbat mulut wanita itu. Maksudnya agar ia dapat kesempatan untuk bertanya. Tetapi tepat pada saat ia berhasil menyambar kain penyumbat dari mulut wanita cantik, lelaki di belakang wanita itupun cepat menusuknya dengan pedang. Jarak yang amat dekat sekali dan perhatian yang telah dicurahkan untuk meraih kain penyumbat, telah melumpuhkan daya perlawanan Anuraga. Untung ia masih berusaha untuk rebahkan tubuh ke belakang sehingga ujung pedang tak sampai bersarang ke dada melainkan menyusup ke bahu kiri, cret .... darah merahpun mengucur deras membasahi lengan baju. Anuraga merasa agak pening dan pandang matanyapun melingkarlingkar. Memandang ke bahu kiri, terbeliaklah matanya. Warna darah yang merah seketika membara matanya. Alam pikiran yang selama ini ditahtai keluhuran jiwa brahmana, saat itu terdampar oleh gelombang darah mudanya. Saat itu ia bukan lagi brahmana Anuraga, melainkan pemuda Kuda Anjampiani, putera senopati Rangga Lawe yang gagah perkasa. Jiwa keksatryaannya bertebaran mendenyut-denyutkan darah



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mudanya " Bukan putera senopati Rangga Lawe yang termasyhur apabila tak mampu mengalahkan lawan .... " Sejenak kerahkan hawa murni ke pusat Cakram Minipura, ia menghimpun segenap tenaga-murni, lalu ditingkatkan ke Cakram Ana Hata lalu disalurkan ke tangan kanan. Saat itu lawan menarik keluar pedang dari bahu Anuraga dan segera diayunkan pula untuk meoabas kepala orang. " Ki brahmana, awas" teriak wanita cantik yang sudah dapat bersuara. Tetapi sebelum ia sempat menyelesaikan kata peringatannya, brahmana muda itupun sudah ayunkan tangan kanan kepada lawan. Rijah Kalacakra, ilmu pukulan maut, telah dihunjamkan Anuraga ke dada lawan. Pada saat orang itu mengangkat pedang, Anuraga cepat mendahului menghantamnya. Auh .... orang itu menjerit ngeri ketika tubuhnya terlempar jatuh dari kuda. Seperti halnya dengan kakek Jangkung Angilo, saat itu Anuragapun sudah dikuasai oleh nafsu Amarah yang berkobarkobar. Sesungguhnya ia tak menghendaki pertumpahan darah. Cukup apabila ia dapat menghalau keempat orang itu dan menolong wanita cantik dari tangan mereka. Tetapi setelah lawan melukai bahunya, naiklah darah Anuraga. Ia malu kalau sebagai putera seorang senopati termasyhur, kalah dengan lawan yang diduganya bangsa penyamun biasa. Maka digunakanlah Rajah Kalacakra, ilmu pamungkas ajaran Eyang Wungkuk. Pukulan yang dilambari dengan segenap tenaga dan kemarahan itu, hebat sekali akibatnya. Pecahlah tulang dada orang itu. Namun Anuraga yang sudah terlanjur dirangsang kemarahan, masih belum puas ketika melihat orang Itu masih meregang-regang bergeleparan bagai ikan di atas pasir. Ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ loncat menghampiri dan menyambar tubuh erang itu lalu dilontarkan kc arah kedua orang yang menyerangnya dengan cambuk tadi " Bawalah kawanmu pulang! " Kedua orang itu masih terpesona di atas kuda. Mereka berempat diutus oleh patih Alayuda untuk mengejar kawanan penculik Rara Sindura. Kedatangan mereka di candi tua agak terlambat sehingga merupakan rombongan yang datang terakhir. Tetapi hal itu justeru kebetulan sekali. Mereka tak mau unjuk diri melainkan bersembunyi dan menyaksikan rombongan Wimba, rombongan Kebo Lembana dan kakek Jangkung A ngilo saling adu mulut dan adu kekerasan. Mereka bersorak dalam hati dan mengharap orang2 itu bertempur sampai parah semua, baru mereka akan muncul untuk menghancurkan orang2 itu. Tiba2 mereka terkejut melihat ulah kakek Jangkung Angilo yang berusaha untuk membebaskan Rara Sindura. Dan pada saat Rara Sindura dibawa lari kuda, mereka berempatpun segera tinggalkan gelanggang pertempuran. Mereka tak mempeduiikan orang2 yang sedang bertempur itu. Bagi mereka, bukan siapa di antara rombongan itu yang akan menang tetapi yang penting yalah harus dapat mendapatkan Rara Sindura. Dan itu memang tugas yang diberikan oleh patih Aluyuda. Untuk melaksanakan tugas merebut Rara Sindura, patih Aluyuda menjatuhkan pilihan pada diri Tundung Barat, salah seorang jago perkasa yang memang banyak dipelihara secara rahasia oleh patih Aluyuda. Keheranan kedua orang yang mengerti rombongan Tundung Barat tadi, memang pada tempatnya. Mereka tahu bahwa Tundung Barat yang menjadi pimpinan rombongan itu, seorang yang terkenal memiliki ilmu kekebalan dan mahir ilmu kelahi. Maka terpesonalah kedua orang itu demi menyaksikan brahmana muda yang tampaknya



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berparas tampan dan bersikap halus seperti seorang putera bangsawan, mampu menghantam pecah dada Tundung Barat. Hampir mereka tak percaya akan peristiwa yang disaksikannya itu apabila rasa keheranan meuka ilu tak terpecahkan oleh rasa kejut yang tak terhingga. Tubuh pemimpin mceka, diangkat dan dilontarkan brahmana itu kepada mereka. Hampir saja kedua orang itu hendak mencambuk sebagai gerak songsong yang merentak. Seperti halnya apabila menyambut serangan musuh. Untunglah kesadaran cepat mengembang pada pikiran mereka. Sambutan dengan cambuk pasti akan mempercepat kematian Tundung Barat. Pikiran adalah pusat penggerak indera dan anggauta tubuh manusia. Selekas menyadari kesalahan, kedua orang itupun cepat lepaskan cambuk dan merentangkan kedua tangan untuk menyambuli tubuh pemimpin mereka "Uh. . ." salah seorang yang menyambut tubuh Tundung Barat mendesuh keras dan hampir terdorong jatuh dari kudanya. Untunglah kawannya cepat menyanggahnya untuk menahan keseimbangan duduknya. Dua hal telah membuat kedua orang itu benar2 pecah nyalinya. Pertama, lontaran brahmana itu mengandung tenaga yang hebat. Dan kedua, ketika pandang mata mereka tertumbuk pada keadaan tubuh Tundung Barat yang mandi darah. Kedua hal itu cepat menimbulkan pertimbangan dalam hati kedua orang itu. Bila seorang jago sekeras Tundung Barat dapat dihancurkan, dapatkah mereka melawan brahmana itu? Ah, betapa besar rasa setiakawan namun masih besar rasa setia diri untuk menyelamatkan jiwa. Dan mereka pun segera congklangkan kuda, melarikan diri membawa mayat Tundung Barat .... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ " Hai, tunggulah aku!" tiba2 orang yang ditarik jatuh dari kudanya oleh Anuraga tadi berteriak, loncat dari kudanya dan menyusul kedua kawannya. Anuraga tersenyum hambar. Sesaat kemudian ia dekapkan tangan kanan ke bahu kirinya yang terluka itu lalu melangkah pergi terhuyung huyung .... "Hai, ki brahmana, tunggulah . . . . ! " tiba2 wanita cantik tadi mcluncur turun dari kudanya lalu lari menghampiri. Anuraga berhenti dan berpaling. Rasa sakit lunglai dari luka pada bahunya itu, mengaburkan alam bawah sadarnya. Hampir ia melupakan diri wanita yang hendak ditolongnya itu. Teriakan wanita itu memulangkan kesadarannya. "Ki brahmana, engkau terluka. Jangan pergi, silahkan beristirahat dulu " Kata wanita cantik yang saat itu sudah tiba dihadapannya. Anuraga berusaha menghapus kecemasan orang dengan berhias senyum " Ah, hanya luka kecil, tiada halangan bagiku melanjutkan perjalanan " "Tetapi bukankah tuan brahmana telah menolong diriku ? Aku amat berterima kasih kepada tuan dan takkan melupakan budi pertolongan tuan untuk selama-lamanya " Anuraga tertawa ringan " Ah, jangan engkau katakan hal itu sebagai budi. Jangan pula engkau mengandung pikiran untuk membalas. Karena apa yang kulakukan tadi hanya suatu wajib. Wajib seorang manusia terhadap lain manusia dan wajib seorang brahmana dalam menjalankan Karma Yoganya .... " "Duh, sang brahmana, mulia benar ucapan tuan. Semulia perbuatan yang tuan lakukan kepada diriku. Sudilah tuan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menerima sembah penghormatan Sindura " tiba2 wanita itu berlutut dan hendak menyembah kaki Anuraga. Anuraga tersipu-sipu mundur selangkah seraya angsurkan kedua tangan kemuka seolah-olah bersikap hendak mengangkat bangun si cantik " Bangunlah .... " ia tak dapat melanjutkan kata2 karena bahunya yang terluka terasa menyeri sakit. Buru2 ia berdiri tegak seraya mendekap bahunya dengan tangan kanan. Wanita cantik itu terbeliak cemas, serunya tergagap " Ih ... . luka tuan berdarah lagi! " "Ya, tetapi tak mengapa " Anuraga menggarang kata. "Sang brahmana, adakah tuan sampai hati meninggalkan orang yang tuan tolong tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk mengukir nama tuan dalam sanubarinya?" "Ah, nini, aku tak mengharap balas" "Tetapi tuan menyiksa bathinnya, semisal orang buta yang kehilangan tongkat, meraba-iaba dalam kegelapan" "Ah ... " Anuraga mendesah "jangan engkau anggap hal itu sebagai suatu budi. Karena sudah kewajibanku menolong yang sedang menderita " "Tetapi tuan tidak menolong sepenuhnya melainkan hanya setengah8 saja " "O " Anuraga kerutkan dahi. "Tuan membebaskan diriku dari cengkeraman orang orang jahat tadi. Tetapi tuan meninggalkan aku seorang diri di tengah hutan. Tuan menolong tetapi tuan menyiksa bathinku karena tak dapat mengingat orang yang telah menolong diriku. Dan . . . dan . . . " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga meliukkan alis. "Tuan terluka tetapi tuan tak mau memberi kesempatan pada orang yang telah tuan tolong untuk membalas budi pertolongan tuan agar dapat merawat luka tuan .... " Kelembutan kata2 dan ketepatan arah sasarannya serta kemerduan nada suara wanita cantik itu, menyentak Anuraga dari kepekatan pikiran. Ia menyadari bahwa tindakannya» hendak pergi dari tempat itu merupakan perbuatan yang kurang bertanggung jawab. Rasa sakit pada lukanya itulah yang menyebabkan pikirannya limbung "Siapakah engkau ini, nini?" akhirnya ia berusaha untuk menebus kekhilafannya. "Rara Sindura " "Oh ... " Anuraga mendesuh kejut "bukankah engkau yang diculik orang dari keraton Majapahit? " "Benar ki Brahmana " sahut Sindura. "Mengapa engkau dibawa keempat orang itu? Bukankah perjalananmu itu akan menuju ke pura Majapahit? Apakah mereka prajurit utusan baginda yang menyamar? " "Siapa keempat orang itu, akupun tak jelas. Soal diriku diculik oleh orang Wukir Poliman dari keraton Majapahit, memang panjang ceritanya. Bila tuan berkenan mendengarkan kissah diriku, marilah kita duduk beristirahat dulu di bawah pohon itu " kata Sindura menunjuk sebuah pohon yang besar. Anuraga kerutkan dahi " Tetapi nini, apakah kita takkan dicelah orang? " "Maksud ki brahmana? " "Engkau isteri Kuda Lampeyan. Seorang wanita yang sudah bersuami adalah wanita pelarangan. Apabila bicara dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lain lelaki sekalipun seorang brahmana, tentu dianggap melanggar undang2 kerajaan dan akan menerima hukuman " Sindura tertawa pelahan " Ki brahmana, tuan adalah penolongku. Seberat-berat hukum negara, masih berat budi pertolongan tuan kepada diriku. Hukuman apapun, aku sanggup menerima " "Nini, hukum adalah hukum dan budi adalah budi. Kedua hal itu berbeda dan tak boleh dicampur adukkan. Hukum adalah tata ketertiban dan Budi itu soal perasaan" "Benar, ki brahmana " sahut Sindura " aku mentaati hukum tetapi menjunjung budi. A pabila dalam membalas budi itu aku harus menerima hukuman akupun rela " "Ah, nini .... " "Sudahlah ki brahmana. Yang penting bumi, langit dan para Dewa menjadi saksi bahwa batin kita ini bersih dan perbuatan kitapun lurus, Sesungguhnya hal itu sudah sesuai dengan jiwa Hukum. Hukum diciptakan untuk menjaga ketertiban dan peraturan. Mari kita beristirahat, luka tuan memerlukan perawatan " Sesungguhnya dahulu Rara Sindura seorang gadis pemalu tetapi cerdas. Sejak menghadapi peristiwa dalam keraton Majapahit dan dibawa oleh kawanan penculik, timbullah nyali keberaniannya. Menghadapi seorang raja yang haus asmara serta kawanan manusia2 kasar ia harus berjuang mempertahankan diri.dan kehormatan. Serigala harus dihadap bukan ditakuti. Sejenak Anuraga termenung. Terkesan ia atas ucapan wanita-itu dan sekilas timbullah rasa malu dalam hati. Mengapa ia sebagai seorang brahmana lebih mementingkan hukum daripada memikirkan kesucian bathin. Iapun segera http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyetujui duduk, di bawah pohon. Kemudian meminta agar Sindura mulai menuturkan pengalamannya. "Ki brahmana " tiba2 Sindura berkata lembut " terlebih dahulu aku hendak mengajukan permohonan kepada tuan. Dapatkah tuan meluluskan ? " Anuraga kerutkan alis. Ia menduga-duga tetapi tiada bersua kesimpulan " Silahkan " katanya. "Jelas luka tuan parah dan harus dihentikan pendarahannya “ tiba2 Sindura mengorak ikat kain pinggang dan merobeknya secarik panjang. Anuraga terkesiap. Tetapi sebelum ia tahu apa yang akan dilakukan wanita itu, berkatalah sudah Sindura “ Idii,kaulah aku membalut luka tuan, agar berhenti darahnya .. " ia terus hendak membalut bahu Anuraga yang luka. Tanpa disadari, Anuragapun beringsut mundur "Jangan. ... tak layak engkau melakukan itu . . . . . " serunya tergagap dan pucat wajahnya. Sindura terkesiap. Kulit mukanya yang kuning langsap, menebar warna merah. Tampak sinar matanya yang bening, benak riak, bagai air telaga yang teduh, tersibak guguran daun " Duh, ki brahmana ... " serunya dengan nada. bergetar pelahan. Jelas ia sedang berusaha menekan gejolak perasaannya “Jika tahu ki brahmana bersikap demikian kepada diriku, lebih baiklah tuan jangan melepaskan diriku dari tangan kawanan orang jahat itu. Tuan adalah seorang suci mengapa tuan mau mengotorkan tangan untuk menolong aku.... " "Nini, jangan salah faham, jangan engkau membebani perasaan hatimu dengan sesuatu yang tiada. Sudah kukatakan bahwa hal itu bukan kumaksudkan apaa, kecuali hanya kewajiban " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kewajiban menolong kesukaran ? "



seseorang yang terlibat dalam



"Ya " sahut Anuraga. "Adalah kewajiban itu hanya dimiliki kaum brahmana ? " desak Sindura. "Ah ... . tidak " Anuraga menjawab sendat. Entah bagaimana, biasanya ia amat fasih dan tajam bicara. Tetapi dikala berhadapan dengan Sindura, ia selalu tergagap ucap. "Jadi kewajiban menolong orang itu, bukan melainkan dimiliki oleh kaum brahmana tetapi oleh setiap insan yang berhati nurani baik. Bukan manusia kuat yang disebut kaum lelaki, pun wanita yang dianggap kaum lemah. Benarkah demikian ki brahmana ? " Anuraga mengangguk. "Kalau demikian halnya, adakah ki brahmana tak merasa bahwa tindakan tuan tadi berarti memandang rendah atau pun menyakiti hatiku ? " "Nini, jangan salah faham .... " "Dalam rangka dharma seorang brahmana itu yalah menolong orang yang menderita, dapatkah kumohon pada tuan agar meluluskan padaku untuk mengobati luka tuan ? " . "Adakah engkau menderita kesulitan karena mengangankan keinginan itu ? " "Benar " "Tetapi engkau tak membawa obat " "Akan kuusahakan ! " "Tetapi. ... tetapi .... kita dianggap melanggar susila " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, andika hanya mengada-ada, ki brahmana" sambut Sindura " sudah kujelaskan bahwa yang penting adalah kesucian bathin kita. Dan pula tempat ini sebuah hutan belantara, tiada orang yang tahu " Anuraga kerutkan alis. Sesaat baru ia dapat berkata " Nini, engkau salah faham. Penolakanku atas bantuanmu itu tiada maksud menghina. Melainkan karena aku hendak menjunjung keluhuran namamu sebagai seorang wanita pelarangan agar jangan tercemar " Sindura menukas tawa " Ah, ki brahmana, semuda usiamu namun sekaku alam pikiranmu. Jika seorang lelaki menjamah seorang wanita pelarangan, dia bersalah melakukan strisanggrahana. Tetapi ketahuilah, ki brahmana, bahwa raja Jayanagara sendiri telah melakukan pelanggaran strisanggrahana itu terhadap diriku ? " Anuraga terbelalak. "Karena Hukum dan Undang2 dibuat oleh kerajaan maka berarti rajalah yang menciptakannya. Tetapi kalau yang membuat undang2 itu melanggarnya sendiri, mengapa tiada dikenakan hukum ? Maka kuanggap, kalau undang® itu sudah diinjak-injak sendiri oleh yang membuatnya, akupun tak terikat lagi kepada kewibawaan undang2 itu! " "Nini. . . . ! " teriak Anuraga. "Ki brahmana, jika tuan tidak meluluskan permintaanku, silahkan tuan melanjutkan perjalanan ! " "Dan engkau ? " "Sampai jumpa, ki brahmana, budimu takkan kulupakan sampai akhir hayatku " Sindura berbangkit lalu ayunkan langkah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga terkejut sekali seperti yang belum pernah dialaminya sepanjang hidup. Ia mengakui bahwa semua yang diucapkan wanita muda itu tepat. Jika ia membiarkan wanita itu pergi seorang diri, beraiti ia meluluskan wanita itu tertimpa bahaya. Dan hal itu sama dengan melepas tanggungjawab kepada yang ditolongnya " Nini, berhentilah! " Anuraga serentak melonjak bangun dan memburu. Ketika Sindura berhenti, berkata pula Anuraga "Keinginanmu dapat kululuskan. Tetapi nini. apakah tidak lebih seyogya kalau kubalut sendiri ? " Sindura tertawa " Jika ki brahmana menghendaki demikian, akupun tak berani memaksa. Tetapi makin jelaslah kesan yang tuan unjuk kepadaku, bahwa tuan selalu bersifat setengah hati, bekerja maupun menolong orang " "Engkau merajuk lagi ? " tegur Anuraga " apa alasanmu berkata demikian ? " "Ki brahmana meluluskan permintaanku untuk merawat luka tuan. Tetapi untuk membalut saja, ki brahmana hanya mau menerima kain pembalutnya dan akan membalut sendiri. Bukankah itu setengah hati namanya ? " "Ah ... " Anuraga menghela napas. Berhadapan dengan si jelita, ia rasakan lidahnya kaku dan pikiran buntu untuk merangkai kata2 "silahkan nini.." Maka duduklah kedua insan itu di bawah pohon. Sindura sudah bertekad bulat untuk membalas budi pada brahmana muda itu. Merawat luka, walau tak sebesar budi pertolongan yang diberikan brahmana itu, pun sekurang-kurangnya ia sudah mendapat kesempatan untuk melakukan sesuatu pertolongan kecil kepada brahmana itu. Maka tanpa malu2



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula, ia mengisar diri merapat ke tempat duduk Anuraga lalu menjamah lengan Anuraga dan memeriksa lukanya. Sepanjang kehidupannya belum pernah Anuraga duduk bersisih sedemikian rapat dengan seorang wanita yang muda lagi cantik. Desir lembut dari napas jelita itu terasa sedap, sanggul rambutnya membaur ganda harum. Banyak sudah berbagai bunga yang dikenalnya. Namun bunga yang memiliki ganda harum sebagai bunga penghias sanggul Sindura, belum pernah ia bertema. Harum resap, membuai semangat. Dan . . . dan desir lembut napas sijelita ba’ gontaian lembut dari bunga yang sedang diisap madunya oleh kumbang. Lemah gemulai menghayut kalbu" "Ki brahmana " tiba2 ia tersentak dari buaian lamun ketika Rara Sindura menegur lirih " lukamu amat dalam. Harap dicuci dengan air bersih, dilumur obat dan dibalut " "Ya . . . "sadar2 tiada, Anuraga menyahut. Tiba2 ia terkejut ketika Sindura berbangkit dan mengayun langkah " eh, hendak ke mana engkau." serunya gugup. "Mencari air dan obat " sahut Sindura "tunggulah di sini. Tak lama aku tentu kembali " Anuraga tak kuasa mencegah langkah Sindura yang berayun ke tepi hutan. Beberapa saat kemudian, wanita itupun lenyap menurun sebuah lembah kecil. Kini tinggallah Anuraga seorang diri duduk bersandar pada batang pohon. Sesaat lupalah ia akan rasa sakit pada bahunya. Angin semilir, suasana sunyi lelap dan kehampaanpun menebar. Dalam kesunyian yang hampa, mudahlah pikiran merana, terkenang dan melamun. Pesona yang lahir dari keharuman napas dan sanggul Sindura, cepat mengembang



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dalam alam pikirannya pula, menumbuhkan membumbung tinggi ke alam niskala....



khayal,



"Kuda Arijampiani, ayahmu seorang senopati yang gagah perwira. Ibumu wanita yang cantik jelita. Dan engkau sesungguhnya seorang ksatrya muda yang tampan dan gagah, keturunan priagung yang luhur. Mengapa engkau mensiasiakan masa mudamu dalam alam kehidupan berahmana yang sunyi hampa itu? Ke-brahmanaan itulah yarg menutup duniamu sehingga engkau tak tahu bahwa di tanah Mandana tumbuh sekuntum bunga teratai yang cantik agung. Andai engkau tak terbenam dalam alam ke-berahmanaan, tentulah engkau akan mendengar tentang penjelmaan sang Dewi Ratih di tanah Mandana. Dan engkau, Kuda Anjampiani, pasti berhasil mempersunting padma itu. Tetapi kini bunga itu telah dipersuating oleh orang dan tinggallah engkau dilapuk kenangan lena .... " Bagai awan berarak, pikiran Anuragapun bertebaran di cakrawala lamunan, membubung tinggi tiada menentu. Tiba2 gumpalan awan dalam khayalnya itu mengelompok. Makin lama makin padat dan akhirnya menyerupai bentuk wajah eyangnya, Kiageng Palandengan. Kiageng Palandongan tersenyum lembut " Kulup, sudah kuperingatkan berulang kali, bahwa jalan untuk menuntut balas atas kematian ayahandamu, bukanlah dengan jalan memberontak. Tetapi dengan jalan mengabdi pada negara, agar meluhurkan nama ayahandamu dari kecemaran noda sebagai pemberontak. Jalan itu memang berat dan penuh liku2 derita. Antara lain engkau harus menjadi seorang brahmana agar dapat menghilangkan jejakmu sebagai putera Rangga Lawe. Lebih baik engkau lepaskan cita2mu untuk menuntut balas dan jadilah seorang kawula yang hidup tenteram dan berkeluarga. Gadis mana yang engkau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kehendak., eyang tentu sanggup meminangnya. Tetapi engkau tetap berkeras hendak meluhurkan nama mendiang ayahandamu sekalipun harus menjadi brahmana. Mengapa sekarang engkau kecewa atas jalan yang telah engkau p.bh sendiri itu? Kulup, seorang ksatrya haram ingkar akan janjinya. Dan seorang ksatryapun harus tahan uji melaksanakan kewajibannya. Sebelum cita2 tercapai, pantang berhenti setengah jalan. Adakah memang sifatmu selalu setengah2, tepat seperti yang dikatakan wanita cantik itu? Ah, kulup, engkau adalah putera Adipati Rangga Lawe dan cucu Kiageng Palandongan Mengapa semudah itu imanmu goyah? Sadarlah kulup, engkau harus bertahan menghadapi segala coba dan ujian . . .” Anuraga tersentak dari lamunan. Katanya dalam hati "Ah, petuah eyang Palandongan memang tepat Aku pasti memalukan keluhuran nama mendiang ayah apabila aku jatuh dalam ujian kali ini. Ah, Sindura . . . bukan aku tak memiliki tanggung jawab kepada dirimu yang telah kutolong itu. Tetapi demi ketenangan hatiku, terpaksa harus kutinggalkan engkau” Mata adalah cermin hati, hati merupakan sumber pikiran dan pikiran merupakan pusat penggerak tingkah ulah manusia,- Kehidupan manusia pada hakekatnya berkendaraan pikiran dan bathin. Pikiran itu maha binal. Bila mata memandang sesuatu yang indah maka hati atau bathinmu bergetar-getar melahirkan keinginnan indrinya. Pikiran lalu meronta-ronta mencari daya upaya utuk meleksanakan perintah sang Hati. Anuraga dengan jujur mengakui bahwa dirinya masih muda, masih menggelora darahnya. Atap kali ia menemui kesukaran untuk menundukkan debaran Nafsu yang meratap ratap dipintu hatinya. Ia mencemaskan keadaan yang dihadapi saat itu. Betapapun ia hanya seorang manusia. Manusia yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terbuat daripada gumpal darah dan kerat daging. Sebagai seorang yang masih muda usia, keadaan 'buana alit' atau badan, musih berlumuran debu2 kotoran Stwam, Rayas dan Tamas, atau T r i g u n a yalah tiga jenis sifat yang menghayati jiwa manusia. " Apabila dekat Api, tentu mudah terbakar . . . " demikian kesimpulan yang lahir dalam renungannya. Dan api yang didekatnya itu, bukanlah api sembarang api. Melainkan Api dari Hyang Kamajaya yang ajaib. Api yang tidak panas, melainkan yang sejuk, nyaman, dan meresapkan. Namun kalau Api itu sudah brrobah panas, panasnya lebih panas dari api kawah Candradimuka. Anuraga tak kuasa bertahan menghadapi bara yang memancar dari bola mata Rara Sindura. Ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengendapkan gejolak sang Hati dalam laut yang dingin. Namun setiap kali terpancar oleh bara dari pandang mata si jelita, laut yang dingin airnya itu seolah-olah mendidih panah pula. Sebelum perasaan terbakar hangus, ia harus meninggalkan jelita itu. Makin cepat makin baik. Maka berbangkitlah Anuraga hendak melaksanakan keputusannya. Tetapi duhai pada saat kaki menjenjang tegak ditanah, muncullah Sindura dari hutan dan berlari-larian menghampiri. Anuraga terbeliak. "Hai, ki brahmana, mengapa tuan berdiri terlongonglongong ? Apakah yang terjadi di sini ? " tegur Sindura setelah tiba di hadapan Anuraga. Tangan si jelita membawa sehelai daun pinang yang dilipat seperti takir atau semacam baki, berisi air. Anuraga tersipu-sipu menyahut " Ah, tak apa2. Ingin kujenguk bagaimana engkau mencari air? " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura tertawa renyah " Dahulu semasa kecil aku gemar bermain 'pasaran', maka tahulah aku bagaimana cara membuat takir seperti ini " ia mengunjukkan lipatan daun pisang yang berisi air "dan ini beruntung juga dapat kupetik beberapa biji buah pisang yang masak " ia tertawa pula "sekedar pengisi perut kita. Bukankah ki brahmana sudah lapar ? " Anuraga terpaksa tertawa. Tawa yang tak diinginkan namun tak dapat dicegah. Hatinya makin gundah, pikirannya makin risau. Di hadapan Sindura, ia tak dapat mengunjuk sikap membawa kemauannya sendiri. Seperti kerbau tercocok hidung, mtnurut sajalah ia ketika diminta Sindura supaya duduk di bawah pohon lagi. Dengan tiada canggung2 pula, jelita itupun duduk bersimpuh di dekat Anuraga. Setelah meletakkan takir air dan pisang di samping, berkatalah jelita itu dengan nada lembut " Ki brahmana, indinkanlah kucuci luka di bahu tuan itu ... " "Nini. ... " belum sempat Anuraga menyatakan ucapannya, Sindurapun sudah memegang bahunya dan terus mulai membasuh luka brahmana itu. Hati2 dan cermat sekali si jelita membersihkan noda2 darah yang melekat pada luka. Anuraga pejamkan mata. Berderai2 napasnya menghambur, mengantar layang pikiran membubung tinggi ke Inderaloka" Selesai mencuci, Sindura membuka sebuah bungkusan kecil dari daun pisang " Jamur impes yang kulumat ini, khasiatnya dapat menghentikan pendarahan " katanya seraya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melumurkan remasan jamur itu pada luka Anuraga. Setelah itu lalu dibalut dengan robekan ikat kain pinggangnya tadi. Walaupun Anuraga sudah pejamkan mata, namun wajah si jelita sudah terlanjur membekas di pelupuknya. Dan karena si jelita duduk sedemikian merapat, dapatlah Anuraga mendengarkan debur jantung si jelita bertalu merdu bagai irama gamelan Lokananta. Nafas yang menghambur dari hidung jelita, bagai angin semilir yang membisik imbauan syahdu dalam telinganya. Sanggulnya yang berayun lembut dihembus angin, membaur bau haram yang membuai semangat. Seketika teringatlah Anuraga akan cerita orang tua ketika ia masih kecil. Bahwa kahyangan tempat para dewa bersemayam itu, terdiri dari tujuh lapis. Dan diantaranya yang disebut Cakra Kembang tempat bersemayam Batara Kamajaya, amatlah indahnya. Penuh dengan bidadari2 yang cantik dan warna warni bunga nan indah permai. Saat itu Anuraga kehilangan alam bawah sadarnya. Pikirannya membuai, semangatnya melayang dan lupalah ia akan keadaan dirinya. Atma serasa terbang meninggalkan raga, membubung ke angkasa, menembus berlapis lapis awan dan tibalah ia di Cakra Kembang yang indah gemilang. Tiba2 ia mendengar mengumandang merdu



suara alunan tembang, sayup2



Duh gustiku kang apinda Ratih cahyanira sumunu kadya wulan kang purnama siddhi wong kuning nemugiring duh jiwengsun, paringa usada pun kakang rarasmara http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ esemira lir gebyaring tatit weh renyeping wardaya ..... Anuraga tersentak " Adakah itu suara Batara Kamajaya yang tengah beriba-iba merindukan sang Dewi Ratih. .. ah, ataukah dewa itu menyindir diriku.. .? " Tiba2 Anuraga terkejut ketika tubuhnya didorong oleh sebuah tangan yang kuat sehingga ia terpelanting di atas dirgantara dan serentak terngiangtah suara Sindura " Sudah selesai, apakah masih sakit ? " Anuraga gelagapan dan gelengkan kepala " Tidak .... " " Ki brahmana, lukamu amat parah. Darah banyak keluar, harus beristirahat dulu " kata Sindura pula. "Tetapi hari sudah mulai sore, apakah kita harus bermalam di sini ? " sanggah Anuraga. "Kurasa tiada halangan. Yang penting luka andika harus sembuh. Dan penyembuhan itu harus beristirahat, jangan bergerak agar jangan luka itu berdarah lagi " sahut Sindura. "Tetapi apakah engkau sanggup tidur di alam terbuka seperti ini ? Angin malam amat dingin " Sindura tertawa " Harap ki brahmana jangan resahkan diriku. Aku sudah biasa berjemur dalam angin malam " Anuraga terpaksa hanya mengangguk. Diam2 ia memang merasa lunglai, tenaganya lemas. Mungkin benar yang dikatakan Sindura, karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Iapun anggap pernyataan wanita itu mungkin benar. Apabila ia paksakan diri berjalan, tentulah lukanya akan berdarah lagi. Akibat dari kehabisan darah, pasti lebih hebat pula. Akhirnya terpaksa ia menurut saran Sindura untuk bermalam di hutan situ. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pisang dari pohon yang tumbuh di hutan yang menjadi hidangan malam itu, terasa nikmat sekali oleh Anuraga. Entah sudah berapa ratus kali ia makan buah pisang, tetapi pisang yang dimakannya kali ini, rasanya berbeda. Jauh lebih sedap dan nikmat. Entah karena pisangnya, entah karena dikawani oleh Sindura. Tak tahulah ia. Di bawah sinar rembulan yang taram temaram, Anuraga mendengarkan dengan penuh ketekunan penuturan Rara Sindura tentang pengalaman yang dialaminya selama ini. Anuraga terbawa hanyut dalam keharuan dan keperihatinan atas nasib sijelita yang selalu dirundung kemalangan. "Nini, manusia memang tak luput dari coba dan derita. Sebagaimana dengan alam, tak terhindar dari hujan, angin, badai p ahira. Kita, titah manusia, hanya sakdirma menjalani. Namun didalam menjalani karma hidup ini, kita harus menjalankan dharma kebaikan " "Agar kita dapat mencapai Niiwana ? " "Tidak nini. Dalam melakukan dharma, janganlah kita mengikat diri akan pamrih. Apabila engkau sudah membebaskan diri dari ikatan keinginan memperoleh balas dari dharmamu, pikiranmu akan tenang dan bebas. Engkau tak mudah lekas bermanja dalam kegirangan dan bermuram dalam kesedihan ... "Terima kasih, ki brahmana. Ucapanmu itu bagaikan pelita, yang menerangi kegelapan malam hatiku" kata Sindura. Anuraga mengangguk. Diam2 ia merasa girang karena dapat menolong meringankan penderitaan bathin wanita itu. Kemudian ia beralih pada lain soal "Nini, jadi engkau tetap pada niatmu hendak pulang ke Mandana? " Sindura mengiakan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Adakah engkau tak takut akan kemurkaan baginda? Adakah tiada setitik kesan terlintas dalam pikiranmu bahwa kepuianganmu itu akan membawa akibat tak baik pada keluargamu? " "Ki brahmana " Sindura mengemas rambutnya yang terhembus angin " aku dilahirkan di Mandana dan ingin mati pula ditanah tumpah darahku itu. Ayahku, seorang lelaki yang tegak diatas pendiriannya. Beliau tak begitu menyetujui pengangkatan baginda Jayanagara sebagai raja Majapahit. Apabila mengetahui peristiwa diriku, beliau pasti takkan tunduk pada kemurkaan raja!" "Tetapi bukankah Kuda Lampeyan sudah menyerahkan dirimu berada dalam keraton? Ingat, nini, dia adalah guru laki mu yang wajib engkau turut " Sindura tertawa hambar " Benar, memang sebagai seorang wanita, aku harus taat dan ikut pada guru lakiku. Tetapi masakan kakang Lampeyan akan mempersalahkan diriku apabila sudah mengetahui perbuatan baginda? ". "Bukankah Kuda Lampeyan sudah sedia diangkat menjadi tumenggung dan ditugaskan memeriksa keadaan daerah di seluruh telatah Majapahit? " "Benar, hal itu justeru dapat menjadi penguji kesetyaannya kepadaku. Adakah dia lebih mementingkan pangkat atau mengutamakan kasih kepadaku” "Tetapi nini, adakah engkau tak merasa tercela apabila seperjalanan dengan aku? " "Ki brahmana" kembali Sindura menyahut dengan nada mantap " seperti yang kukatakan tadi. Yang penting adalah kesucian bathin dan kebersihan hati kita. Jika memikirkan tentang keluh kesah insan di mayapada ini, rasanya Dewi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rembulan pasti berlalu dan segan muncul. Tetapi sang Dewi Malam itu tetap melakukan tugasnya menerangi jagat raya dengan wajahnya yang agung dan cahayanya yang sejuk bersih. Demikianlah pendirianku, ki brahmana " Anuraga tersenyum " Indah benar untaian kata2mu, nini " "Tetapi tak seagung wejangan yang engkau berikan kepadaku tadi, ki brahmana " sambut Sindura. "Nini" tiba2 Anuraga berkata rendah " boleh kuminta sesuatu kepadamu? " Sindura terkesiap. Tetapi pada lain jenak, ia cepat menyahut tanpa ragu " Siiahkan ki brahmana " "Janganlah engkau menyebut aku dengan bahasa ki brahmana... " "Mengapa? " Sindura agak heran. "Karena usiaku masih belum tua " "Lalu dengan sebutan bagaimana? " "Kalau engkau suka, panggillah kakang brahmana atau 'brahmana' saja " "Baik, kakang .... brahmana " Sindura tertawa kecil " tetapi janganlah memanggil aku 'nini' juga. Kata itu hanya dipakai oleh seorang orang tua kepada anak perempuan yang jauh lebih muda " "Lalu ? " "Sindura, begitu sajalah! " "Baiklah " sambut Anuraga tersenyum. Saat itu malam makin merayap tinggi. Sindura minta supaya Anuraga lekas tidur agar besok tenaganya pulih Ia sendiripun http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segera tidur, sandarkan diri pada segunduk batu tak jauh dari tempat Anuraga. Keesokan hari ketika membuka mata, Anuraga tersentak kaget terus hendak beranjak bangun. Tetapi dicegah Sindura "Tenanglah kakang brahmana. Adakah kepalamu tak terasa panas lagi" Anuraga tak Iekas menyahut. Ia terbeliak melihat jari jemari yang halus melekat di dahinya " Sindura, mengapa engkau pegang dahiku . .. . ? " Sindura tersipu sipu menarik tangannya. Sepercik air bercucuran ke muka Anuraga. Brahmana itu makin mengernyit dahi. Tetapi sebelum ia membuka mulut, Sindura sudah mendahului " Semalam badarmu panas sekali dan .... mengingau .... " "Aku mengingau?" Anuraga membelalak. "Bekerjanya jamur impes yang kulumatkan pada lukamu, menyebabkan panas tubuhmu naik tinggi sehingga engkau mengingau. Karena bingung, ku rendam saputangan dengan air lalu kuletakkan pada dahimu. Untunglah menjelang subuh panasmu turun " "Hai, apakah semalam engkau tak tidur? " "Engkau berteriak-teriak mengancam dan menghardik, tanganmu berayun-ayun seperti orang berkelahi. Mungkin teringat perkelahian siang tadi " "Hm, mungkin " gumam Anuraga " selain itu adakah lain tingkah dan kata2 lagi dari mulutku? " "Benar, kakang brahmana. Engkau menyebut-nyebut dan menyembah eyang .... duh, eyang .... aku berjanji akan mentaati pesan eyang.... tetap menjalankan dharma ksatrya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ utama .... tetap mengabdi cita-citaku dan akan menjauhkan segala goda rencana, eyang" "Adakah aku mengingaukan namamu, Sindura? " tanya Anuraga agak gelisah. Sindura tersenyum cerah " Mengapa engkau tampak tegang, kakang brahmana? " Anuraga tersipu sipu menunduk. Tak berani ia mendesak pertanyaan yang belum terjawab itu. Senyum Sindura, sudah mengandung jawaban. "Apakah engkau mempunyai eyang? " tanya Sindura. "Ya, eyang Palandongan " "O, engkau bahagia " ujar Sindura " kakang brahmana, seseorang tentu bercita-cita. Lalu apakah cita-citamu? Benarkah engkau sedang menghadapi goda? " Anuraga terkesiap. Sesaat kemudian ia menghambur tawa "Ah, hanya ingau dalam tidur. Aku tak memuja dalam Karma kehidupanku. Tentang goda, memang setiap hari, setiap detik, kita selalu dijelang. Karena goda itu, sesungguhnya adalah getaran alam pikiran kita sendiri " Jawaban yang disimpang dan diisi dengan falsafah bathin oleh Anuraga, ternyata dapat diterima Sindura. Iapun menanyakan kesehatan brahmana itu. "Semangatku jauh lebih segar dan tenagapun hampir pulih kembali " sahut Anuraga " mari kita lanjutkan perjalanan lagi " Demikian keduanya segera tinggalkan hutan dan berangkat menuju ke tanah Mandana. Sepanjang pedesaan yang dilalui, selalu keduanya menjadi tumpuan pandang mata dan perhatian penduduk. Setiap desa yang disinggahi A nuraga dan Sindura, selalu monumbuhkan kembang bisik2 dari mulut ke http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mulut. Terutama dikalangan kaum gadis dan wanita, tua maupun muda. Rasanya hampir senadalah bisik2 yang menjadi buah bibir penduduk dari desa ke desa " Amboi, sejoli yang serasi benar. Yang perempuan cantik jelita, yeng lelaki tampan rupawan. Sayang pemuda sebagus itu menjadi seorang brahmana" Beberapa hari kemudian, tibalah mereka di desa Madan Teda. Anuraga tak mau menemui buyut Tayaka, melainkan mencari pondok demang Surya di dalam hutan Tetapi Dipa si Gajah itu, tak dapat diketemukan di dalam pondok. "Siapakah anak yang hendak engkau cari itu kakang brahmana? " tanya Sindr.ra. "Dipa bergelar Gajah, seorang anak yatim piatu " kata Anuraga. Iapun menuturkan perihal diri Dipa dan mula perkenalannya dengan anak itu. "Ah, kasihan benar anak itu " Sindura ikut terharu " tetapi kemanakah kira2 ia pergi? " Anuraga merenung sejenak, tiba2 " Hai, apakah tak mungkin dia pulang ketempat neneknya di desa Mada? " "Mari kita kesana kakang brahmana" ajak Sindura. Setelah mendengar kisah si Gajah Dipa, terhiburlah kedukaan Sindura. Ternyata didunia ini penuh dengan insan yang bernasib lebih malang dari dirinya. Ia merasa kasihan kepada anak itu. Dari Madan Teda mereka menuju kedesa Mada di lereng pegunungan Kawi dekat perairan sungai Bengawan. Tetapi disanapun mereka tak menjumpahi si Gajah. Pun nenek dari anak itu, sudah beberapa waktu yang lalu meninggal dunia. Terpaksa mereka melanjutkan perjalanan ke tanah Mandana.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tidak banyak yang terjadi selama dalam perjalanan. Walaupun pergaulannya dengan Sindura makin erat namun tidaklah hati Anuraga makin goyah. Sejak bertemu dengan eyang Palandongan dalam mimpinya ketika badannya panas dan mengingau, Anuraga berjanji pada peribadinya. Ia akan menetapi kewajiban dan perilaku sebagai seorang brahmana. Meningkatkan Badhi Satwam atau bathin kearah keluhuran dan kesucian. Membajakan diri untuk melaksanakan cita2 memulihkan nama baik keluarga dan membetengi pikirannya dari segala godaan mata. Kini ia berani memandang wajah Sindura dengan hati yang kosong dan tenang .... Tetapi isi dunia ini memang beraneka, lengkap dengan serba keanehannya. Jika Anuraga berusaha keras untuk menghapus bayang2 Sindura dalam batinnya, adalah bayang2 Anuraga mulai berkesan dalam liang kalbu Sindura. Jelita itu mulai mengada-ada, menghayatkan peribadi brahmana itu dalam kumandang bahana kalbunya. Anuraga, seorang brahmana yang masih muda, cakap dan gagah lagi digdaya. Peribadinya menarik, budi bahasanya lembut serta susila. Dalam mengada-ada pencerminan itu, terlintaslah benak Rara Sindura akan diri suaminya. Ah ... ia menghela napas. Kemudian terlintas akan wajah raja Jayanagara, menyembullah rasa muak . . . Tetapi siapakah sesungguhnya brahmana Anuraga itu? Tak pernah ia mendapat jawaban jelas, setiap kali ia bertanya. Rasa ingin tahu semakin membangkitkan perhatiannya kepada Anuraga. Ah . . . tiba2 wajah Sindura tersipu merah. Dan serentak pulanglah kesadarannya. Bahwa ia seorang wanita yang sudah bersuami. Terngiang pula wejangan brahmana tua yang merestui upacara pernikahannya dengan Kuda Lampeyan saat itu: .... Yatomeniyate, tato me dharmah. Dimana suamiku berada, disanalah terletak kewajibanku .... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Baik atau buruk, Kuda Lampeyan adalah suaminya. Suami adalah guru laki yang wajib disanjung kesetyaannya, didamba kepatuhan. Sebagai seorang wani.ta utama, wajiblah ia meluhurkan guru lakinya. Betapa lebih tampan dan gagah seorang pria lain, ia harus tetap setya-bhakti kepada suaminya sendiri "Duh, kakang Kuda Lampeyan, aku berdosa kepadamu .... " ia meratap maaf dalam hati. Saat itu matahari menjelang masuk keperaduan ketika mereka tengah melintasi sebuah pegunungan. Anuraga barharap akan segera berjumpa dengan sebuah desa. Namun harapan itu tak kunjung tiba. Jalan yang membentang dimuka, hanya hutan pegunungan. " Kakang brahmana lihatlah, lihatlah! " tiba2 Sindura berseru girang seraya menunjuk kemuka. Ketika Anuraga me iurutkan arah yang ditunjuk si jelita, dilihatnya seorang lelaki tengah menebang pohon dengan senjata beliung " Mari kita bertanya kepadanya, kakang brahmana " kata Sindura pula. Tiba dihadapan penebang kayu itu, Anuragapun memberi hormat ".Ki sanak, kami pejalan yang kemalaman dipegunungan ini. Adakah desa yang terdekat dari sini? " Orang itu hentikan beliungnya. Namun tak lekas menyahut. Ia memandang Anuraga dan Sindura. Dahinya mengerut "Engkau seorang brahmana? " "Benar" Mata penebang kayu sejenak meliar kearah Sindura lalu bertanya "Dari mana asalmu? " Anuraga tak puas melihat sikap orang yang tak menaruh hormat sama sekali kepada seorang brahmana. Namun disahutnya dengan menekan perasaannya " Majapahit " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hah? " orang itu terbelalak "engkau brahmana Majipahit? Siapakah wanita cantik itu? " Melihat kekasaran orang makin melonjak, Anuraga merasa muak "Jika ki sanak tak mau memberitahukan pertanyaanku, akupun tak memaksa" sahutnya seraya mengajak Sindura berlalu. Sindurapun gemetar cemas melihat keliaran mata orang itu menjelajahi dirinya. Ia segera ikut melangkah. Tetapi baru Anuraga melangkah setapak, penebang kayu itu hadangkan beliungnya. "Apa maksudmu?" tegur Anura»ga menatap orang itu dengan tajam. "Hutan ini tabu bagi orang Majapahit! " Dahi Anuraga meliuk-liuk "Aneh, hutan milik negara. Setiap orang bebas melaluinya " "Benar" sahut penebang kayu itu "kecuali orang Majapahit " "Ah, apa sebabnya? Bukankah hutan ini termasuk daerah kekuasaan Majapahit? " "Bukan! Disini daerah Tuban! " "Tetapi Tuban juga wilayah Majapahit " "Bukan! Daerah Majapahit, aselinya hanyalah Jenggala, Daha dan Kahuripan " "Ki sanak, jangan bergurau" Anuraga mulai bersikap sungguh2 "memang benarlah kata-katamu itu. Tetapi wilayah kekuasaan Mijapahit meliputi daerah Mandalika. Tuban termasuk daerah Mandahlika " "Itu anggapan orang Majapahit seperti dirimu " penebang kayu pantang mengakui "tetapi jelas hutan ini, milik kami. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Karena kami yang menghuni, merawat dan menjaga. Hutan ini memberi kehidupan dan kesejahteraan kepada kami! " "Kalian menentang kerajaan Majapahit?" Anuraga menegas. "Sudah mendarah daging! " "Engkau seorang diri?" selidik Anuraga. "Tidak! Kawan-kawanku banyak. Tiap batang pohon, tiap gerumbul semak dan tiap ekor margasatwa dalam hutan ini, semua kawanku! " Anuraga terhening sejenak lalu bertanya pula "Dengan golongan apakah aku berhadapan? Penyamun atau pemberontak ? " "Terserah penilaianmu. Yang pokok, engkau harus kembali, jangan melalui hutan ini! " "Kalau aku tetap lanjut? " Orang itu tertawa paksa "Mengingat engkau seorang brahmana, kuberimu kelonggaran hanya kusuruh engkau kembali. Andai engkau seorang Majapahit biasa, tentu nyawamu yang kuminta ditinggalkan di sini! " Anuraga mempertajam pandang matanya kepada penebang kayu itu " Kisanak, kulihat engkau seorang lelaki yang sehat dan kuat. Engkau tentu sanggup mencari nafkah yang halal. Menjadi penyamun, penghidupan yang sesat dan melanggar undang2 kerajaan. Kembalilah ke jalan benar sebelum engkau berlarut-larut terjerumus dalam lembah kejahatan " "Setan " gumam orang itu " aku bebas hidup menurut pendirianku. Persetan dengan segala undang2 kerajaan Majapahit. Hidupku, jiwaku, tidak ditentukan oleh undang2 kerajaan Majapahit. Aku lebih senang berkecimpung dalam lembah kehidupan ini daripada berhamba kepada rajamu ! " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga terkesiap. Ucapan itu jelas suatu sikap pendirian yang menentang kerajaan. Namun baru ia hendak membuka mulut, orang itupun sudah menghardiknya "Jangan banyak cakap, brahmana! Enyahlah atau terpaksa kugunakan kekerasan menghalaumu! " Sambil berkata orang itu terus mendorongkan batang beliungnya be tubuh Anuraga. Tetapi cepat ia terkejut heran ketika tubuh brahmana itu tak guncang sedikitpun jua. Kaki sang brahmana tegak di atas tanah bagai tumbuh akar. Memang sebelumnya Anuraga sudah bersiap. Ia mengkhawatirkan timbulnya tindak kekerasan dari penebang kayu itu. Maka diam-diam ia sudah kerahkan tenaga dari pusat Cakram Manipura dan membatukan diri laksana karang. Rupanya penebang kayu cepat menyadari bahwa brahmana itu seorang berisi. Namun ia masih belum yakin kalau brahmana itu sanggup menerima tebangan beliungnya. Cepat ia mengangkat beliung dan secepat itu pula dipenggalkan ke leher Anuraga. Ia sudah biasa menebang kayu. Sekali ayun, batang pohon sebesar paha, tentu kutung. Dan ia tak percaya leher brahmana itu lebih keras dari batang pohon. Tetapi alangkah kejutnya ketika pandang matanya terpudar oleh sesosok tubuh yang loncat maju merapat. Sebelum ia tahu apa yang terjadi, dadanya sudah terdampar oleh sebuah tamparan keras. Karena sedang mengangkat beliung ke atas, ia tak dapat menangkis. Dan.karena tamparan yang menghunjam dadanya itu teramat kuat, tubuh penebang kayu itu terlempar sampai beberapa langkah, bum .... ia jatuh terjerembab ke belakang. Krek .... beliungnyapun menghantam sebatang pohon. Pohon rubuh menimbuni penebang kayu itu!



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sindura, mari kita lanjutkan perjalanan " kata Anuraga seraya melangkah. Tetapi baru setapak, dari balik pohon dan gerumbul semak, bermunculanlah beberapa sosok tubuh. Anuraga terhenti. Karena terkejut takut, Sindurapun kisarkan tubuhnya merapat ke bahu Anuraga. "Ha, ha, ha, ha ... . " terdengar gelak tawa menggurah riuh dan readah dari segenap penjuru. Berpuluh lelaki bersenjata tajam, mengepung A nuraga dan Sindura. Mereka tak berbaju, bercelana warna nila dan nila pula warna kain yang melingkari kepala mereka. Anuraga membenam diri dalam sikap diam. Diam sambil merangkai dugaan. "Orang Majapahit memang termasyhur gemar wanita. Rajanya mata keranjang, brahmananya suka menggerayang .... " terdengar salah seorang dari kawanan orang itu berseru. Disambut dengan gelak tawa bernada cemooh oleh kawankawannya. "Ah orang secakap dan semuda itu masakan seorang brahmana ? Jangan2 brahmana gadungan” seru seorang pula. "Bukan, bukan. Dia bukan brahmana gadungan tetapi brahmana keranjingan ....!” "Ha, ha, ha ... . ho, ho, ho" seketika meledaklah gelak tawa yang mambatu roboh sehingga suasana dalam hutan dipetang hari itu, tampak meriah cerah. Sepasang pipi Sindura yang ba' duren sejuring atau biji buah durian bertebaran warna merah. Namun tidak demikian dengan Anuraga, Rupanya ia sudah bertemu dengan orang2 yang bermulut kasar bertingkah liar “Siapakah kalian ini ?” serunya menegur.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Salah seorang bertubuh pendek padat, melangkah maju setapak “Kawan2 dari si Denta yang engkau lempar itu! " "O” Anuraga tak terkejut karena sudah menduga demikian, “ lalu apa maksud kalian ?” “Serahkan dirimu kami bawa menghadap kepala kami “ "Mengapa ? " "Agar diberi hukuman yang sepadan! " "Apa salahku ? " tanya Anuraga. “Pertama engkau berani menginjak hutan larangan bagi orang MajaPahit. Kedua, engkau berani merubuh seorang kawan kami. Dan ketiga engkau seorang brahmana cabul, karena membawa seorang wanita cantik” Anuraga menimang. Rasanya hanya membuang lidah saja ia hendak menyangkal tuduhan mereka. Sampai kering ludahnya, mereka tentu menolak keterangannya dan tetap hendak menangkapnya. Diam2 pula ia memperhitungkan kekuatan lawan dengan dirinya. Ia hanya seorang diri dan mereka berjumlah puluhan orang. Lagi pula bersenjata lengkap. Iapun merasa luka pada bahu kirinya itu masih belum sembuh sama sekali. Andai ia melawan, belum tentu ia akan menang. Yang jelas Sindura tentu akan ditawan mereka. Setelah merenung beberapa jenak, menyahutlah ia " Aku mau menyerah hanya apabila kalian mau meluluskan permintaanku " "Apa yang engkau minta? " "Bebaskan wanita perjalanannya "



ini



supaya



"O, tidak dapat!" seru orang itu. http://dewi-kz.info/



dapat



melanjutkan



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mengapa? " "Wanita muda secantik itu, berbahaya apabila jalan seorang diri. Daripada diganggu orang, lebih baik ikut kami! " "Tetapi dia bukan orang Majapahit, melainkan wanita dari Mandana! " "Sudahlah, ikut saja pada karmi. Nanti dihadapan pemimpin kami, boleh engkau memberi keterangan sepuas hatimu! " Bermula Anuraga masih memikirkan kepentingan Sindura. Tetapi setelah hal itu ditolak oleh kawanan penyamun, meluaplah darah ksatrya Anuraga. Bangsa penyamun seperti kawanan tikus. A pabila dapat dirobohkan beberapa orang saja, yang lain2 tentu akan lari tunggang langgang. Demikian pemikiran Anuraga. "Apabila kalian tak mau meluluskan permintaanku, akupun menolak permintaan kalian untuk menyerah! " serunya. "Ho, sampai dimana daya kekuatanmu brahmana!" "Silahkan mencoba kalau engkau ingin mengikuti jejak kawanmu tadi! " sambut Anuraga. Peringatan itu. membangkitkan ketekunan orang. Menilik sekali pukul brahmana dapat merobohkan Denta yang kuat, diam2 orang pendek itu menunda nafsu penyerangannya. Namun pada lain saat, rasa keangkuhannya timbul. Masakan ia kalah melawan seorang brahmana muda yang bertubuh kurus. Dan kakipun mulai melangkah maju. "Aku saja menangkapnya, kakang Drepa! " tiba2 seorang lelaki kekar loncat kehadapan Anuraga dan tanpa bertanya apa2 lagi, ia terus membelah kepala orang dengan senjata kapak. Sring, angin mendesir tajam ketika kapak itu menerpa



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tempat kosong karena yang diserang sudah mengisar diri ke samping. "Bedebah, engkau berani mempermainkan aku ! " lelaki kekar itu makin marah dan layangkan pula kapaknya ke tubuh Anuraga " Uh" terdengar mulutnya mendesus kejut ketika untuk yang kedua kalinya, ia menerpa angin. Dan sebelum ia sempat menarik kembali kapak serta memperbaiki kedudukan diri, tiba2 siku lengannya dicengkeram sekeras kerasnya lalu tubuhnya didorong ke belakang " Uhuh . . . " mulut mendesisdesis ketika ia bergeliatan untuk menahan keseimbangan tubuhnya yang terhuyung-huyung hendak jatuh. Dan ketika ia berhasil berdiri tegak, kejutnya bukan kepalang. Kapaknya sudah berpindah ke tangan brahmana., "Masih berani lanjutkan?" tantang Anuraga. Orang kekar itu pucat wajahnya. Kalau membawa kapak masih kalah, tak mungkin ia menang dengan tangan kosong. Serentak berteriak orang itu " Hayo, kawan2, serbulah brahmana itu! " Beberapa belas orang, serempak maju menyerang. Anuraga menghadapi mereka dengan kapak yang direbutnya dari tangan lelaki bertubuh kekar. Betapapun gagahnya namun karena menghadapi sekian banyak lawan, Anuraga sibuk juga. Dan karena terlampau menggunakan tenaga, luka pada bahunya mulai mengucur darah lagi. "Jika pertempuran berkepanjangan lama, aku tentu kehabisan darah. Aku harus mempercepat pertempuran ini" demikian pikiran Anuraga menimang, keputusanpun segera diambil. Ia hendak merubuhkan beberapa lawan dalam serangan kilat. Tring, sambil menangkis sebuah tabasan pedang, cepat ia ayunkan kakinya menendang lambung penyerangnya. Bluk, rubuhlah orang itu. Tiing, sekali lagi ia dapat menahan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ luncuran sebuah gada dan secepat kilat ia ayunkan kaki menyapu kaki orang itu. Bluk . . . "Berhenti! " tiba2 terdengar suara teriakan menggeledek. Anuraga dan para penyerangnya itu serempak hentikan serangannya. Ketika berpaling kebelakang, Anuraga dapatkan Sindura tengah diteliku oleh orang pendek padat tadi. Orang itu melekatkan sebilah belati kepunggung Sindura " Brahmana, menyerahlah! Kalau engkau menolak, belati ini akan kubenamkan kepunggung wanita kawanmu ini! " "Engkau licik!" teriak Anuraga marah. "Terhadap orang orang Majapahit, segala siasat dihalalkan!" sahut orang pendek itu sambil tertawa menyeringai. Dalam pada bertukar kata itu, perhatian Anuraga tercurah pada diri Sindura sehingga ia tak menyadari bahwa beberapa batang pedang telah melekat ditengkuk, punggung dan pinggangnya "Berani bergerak, mati!" hardik penyergap2 itu. Anuraga termangu kejut. Diam2 ia memuji kesigapan mereka bertindak, menyelundup pada saat ia sedang lengah. Jika ia keras kepala, ia pasti dibunuh dan Sindurapun ditawan. Ah, lebih baik ia melihat gelagat. Menyerah sambil menunggu kesempatan dalam perkembangannya nanti. "Kalian menang, secara licik! Dan akupun menyerah secara terpaksa " ia memberi jawaban. "Lepaskan kapakmu!" perintah seorang gerombolan itu. Dan tepat pada saat Anuraga lepaskan kapak, serentak ia terus disekap dari belakang. Dengan tangan diikat, Anuraga dan Sindura dibawa oleh gerombolan itu menuju ke markas mereka. Setelah melintas segerumbul semak dan pepohonan yang lebat, mereka http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menuju kesebuah rumah papan. Ruangnya cukup luas, diterangi oleh dua buah pelita. Seorang lelaki setengah tua duduk diatas kuna menghadap sebuah meja. Dua orang lelaki bertubuh tegap, mengawal tegak dikanan kiri. Setelah membawa kedua orarig tawanan dihadapan lelaki diatas kursi, orang bertubuh pendekpun segera memberi laporan tentang peristiwa penangkapan diri brahmana dan wanita cantik itu " Silahkan kakang Lancang, memeriksa mereka! " "Baiklah" sahut lelaki dikursi yang dkebut Loncang itu. Kemudian ia menatap Anuraga "Engkau orang Majapahit berani menginjak di hutan larangan sini. Berani pula melukai seorang anak buahku. Engkau seorang brahmana tetapi berjalan bersama wanita muda lagi cantik. Berilah keterangan yang jujur agar kuringankan hukumanmu dari ketiga kesalahan itu!" Mengharap dengan memberi keterangan sebenarnya, ia akan dibebaskan, maka Anuraga segera berkata " Aku memang soorang brahmana dari pura Majapahit. Aku hendak mengantar wanita ini pulang ketanah Mandana " "Apakah dia isterimu? " "Bukan! “ "Adakah wanita itu sudah bersuami? " "Sudah " "Mengapa bukan suaminya tetapi engkau yang mengantarkannya? Apakah engkau sudah mendapat perkenan dari suaminya? " "Suaminya sedang bertugas dalam kerajaan. Ia sendiri yang meminta pertolongan kepadaku " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bohong! " teriak Loncang Para. "Benar! Memang akulah yang minta kepada ki brahmana itu" Sindura memberi kesaksian. "Bohong!” teriak Loncang Para pula "engkau sudah mendapat idin dari suamimu? "Belum, karena suamiku sedang melakukan tugas dari baginda kelain daerah " "Siapa nama suamimu? " "Kuda Lampeyan, putera kemanakan rakryan mahapatih Nambi " "Hai, si bedebah Nambi itu!" tiba2 Loncang Para berteriak keras "o, Dewata benar2 memberi berkah kepada kami dengan mengirim menantu kemanakan Nambi kemari! Engkau tetap kutawan disini agar si bedebah Nambi itu pontang panting mencarimu! " "Bebaskan wanita itu. Semua hukuman, jatuhkan pada diriku!" serentak Anuraga melantang demi mendengar kata2 kepala gerombolan itu. "Heh, engkau!" Loncang Para beralih memandang brahmana itu "engkaupun tak terlepas dari hukuman " "Aku sanggup menerima hukumanmu, betapapun beratnya. Asal engkau bebaskan wanita itu " Anuraga tak gentar. " Hukumanmu cukup berat, brahmana. Ingin mendengai?” kata Loncang Para "setiap orang Majapahit yang berani menapakkan kaki dibumi hutan ini, akan dibunuh atau dipotong salah satu anggauta badannya. Setiap orang yang berani melukai anak buahku, akan kami tabas tangannya. Dan walaupun penyamun tetapi kami benci kepada tingkah perbuatan vang tak senonoh. Seorang brahmana yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ membawa isteri orang tanpa seidin suaminya, merupakan perbuatan yang mesum. Untuk ketiga jenis kesalahan itu, tiada hukuman yang lebih sesuai daripada menghancurkan kedua matamu agar engkau buta selama-lamanya " "Keparat! Jika engkau berani melepas ikatan tanganku, pasti kucincang tubuhmu!" teriak Anuraga. Loncang Para tertawa "Nanti setelah selesai menjalani hukuman, engkau akan kubebaskan! " Kepala gerombolan itu segera memberi isyarat kepada anakbuahnya agar melaksanakan hukuman. Dua orang lelaki berpakaian serba merah, masuk ke dalam ruang. Yang seorang membawa sebuah tungku api. Sebatang besi bertangkai kayu, terbenam dalam api yang menyala keras itu. Kedua orang itu melangkah ke Hadapan Anuraga yang saat itu tangannya terikat dan dipegang oleh dua orang. "Bukalah kain selubung badannya " teriak lelaki berpakaian warna merah kepada kedua orang yang memegang tangan Anuraga. Perintah itu cepat dilaksanakan. Kini Anuraga tegak berdiri dengan hanya mengenakan celana. Brahmana itu menggigil. Dadanya diguncang kemarahan yang meledak ledak. Apakah ia harus mati ditangan kawanan penyamun yang tak kenal peri-kernanusiaan itu? Ah, apabila ia buta, habislah seluruh cita2 harapannya "Sebelum kulaksanakan hukuman, engkau diberi kesempatan untuk mengajukan permintaan. Apakah permintaanmu, brahmana? " seru orang berpakaian merah itu. "Ya, aku seorang brahmana ksatrya. Bunuhlah aku! Seorang ksatrya lebih baik mati daripada dihina! " Jawaban yang gagah dari Anuraga itu menimbulkan rasa kagum dikalangan kawanan penyamun itu. Tiba2 terdengar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jerit melengking " Jangan, jangan kalian bunuh brahmana itu! Bunuhlah aku ....!" Suara itu dari seorang wanita. Dan tiada lain wanita dalam ruang disitu kecuali Rara Sindura. Anuraga cepat curahkan pandang mata kearah Sindura. Dilihatnya Sindura tengah meronta ronta tetapi tak berdaya karena dicengkam oleh dua orang anakbuah gerombolan. Bahkan mulut jelita itu didekap oleh salah seorang lelaki itu. Makin menggigillah tubuh Anuraga. Ia kerahkan seluruh tenaga dari pusat Cakram Manipura lalu meronta sekuat2nya. Namun tak berhasil memutuskan tali pengikatnya. Memang tali itu terbuat daripada urat2 kerbau. Lemas tetapi kuat sekali. "Brahmana, permintaanmu tak dapat kululuskan. Hukumanmu hanya buta mata, bukan hukum mati" kata lelaki berpakaian merah "Jangan sia2 kan kesempatan ini, mintalah yang engkau inginkan! " Anuraga diam merenung. Berhadapan dengan manusia2 yang tak kenal hukum, sia-sialah ia unjuk keperwiraan. Lebih baik ia memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya " Hm, kalau kali ini engkau tak menepati janji, jangan pura2 bertanya lagi! " "Asal jangan minta dibunuh saja, kami tentu melaksanakan permintaanmu " kata orang itu. “Hm " dengus Anuraga " aku minta supaya wanita itu dibebaskan! " Orang berpakaian merah itu kerutkan dahi. Sebelum ia membuka mulut, tiba2 Sindura menjerit pula " Jangan kakang! Aku tak mau pergi dari sini. Aku akan tetap mendampingimu, menjadi penunjuk jalan apabila engkau tak dapat melihat sinar surya! "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga terkesiap. Kembali ia memandang kearah jelita itu. Tampak Sindura menangis dan meronta-ronta. Lelaki yang memegang bahunya, segera mendekap mulut Sindura agar jangan menjerit jerit seperti orang kalap. Tetapi tiba2 orang itu menjerit sendiri " Aduh . . . tanganku .... " ia menarik tangannya lalu melonjak-lonjak kesakitan. Ternyata tangannya berlumuran darah karena digigit Sindura. Sekalian kawankawannya malah tertawa gelak2 melihat tingkahnya itu. Bukan kepalang malu dan marah orang itu. Tiba2 ia menampar muka Sindura, plak .... "Aduh .... " Sindura menjerit. Jari berdarah dari orang itu melekat pada pipinya dan tamparan itupun menyebabkan mulut sijelita berdarah. Sindura terhuyung huyung hampir pingsan Menyaksikan kebiadaban anakbuah penyamun, meledaklah kemarahan Anuraga. Brrak ... ia menendang tungku api yang dibawa oleh orang berpakaian merah, lalu berontak lepaskan diri dari cekalan kedua orang. Walaupun kedua tangannya terikat tetapi kakinya masih bebas bergerak. Ia mendupak dan menendang kedua orang itu hingga rubuh berguling-guling di lantai! Kemudian ia lari menuju ke tempat Sindura. Orang yang hendak melaksanakan hukuman tadi, segera bergerak menyergapnya. Tetapi pada saat ia merentang kedua tangan, Anuraga cepat menumbukkan kepalanya ke dada orang. Duk .... orang itu terpelanting jatuh ke belakang! Anuraga memiliki warisan sifat berani dari ayahnya. Ia mengamuk laksana harimau lepas dari kandang. Beberapa anakbuah gerombolan berhasil dirubuhkan dengan sepak dan tendangan. Namun karena barisan lawan 'arang keranjang' atau lebih rapat dari anyaman keranjang, akhirnya Anuraga dapat diringkus tak berdaya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Langsungkan hukuman!" teriak kepala gerombolan dengan marah sekali. Karena kedua orang berpakaian merah yang hendak meleksanakan hukuman tadi terluka, maka sebagai gantinya, tampillah seorang bertubuh tinggi besar. Dia diiring oleh seorang yang membawa baki. "Brahmana, karena alat besi panas engkau tendang berantakan, maka akan kucukil biji matamu dengan pisau " kata orang itu sambil mencabut sebilah belati tajam dari pinggangnya. Saat itu Anuraga dipegang erat2 oleh empat orang sehingga ia tak dapat bergerak. Serentak algojo mencengkeram rambutnya kencang2 lalu mulai tujukan ujung pisau ke mata Anuraga. Brahmana itu benar2 tak berdaya sama sekali. Suasanapun sunyi tegang. Betapa liar kehidupan yang mereka tuntut, namun gerombolan penyamun itu tetap manusia. Manusia yang memiliki sepercik hati nurani baik. Ngeri juga mereka menyaksikan hukuman cukil mata yang akan berlangsung itu. Anuraga benar2 putus asa. Bukan karena takut mati, melainkan kecewa dan malu karena celaka ditangan bangsa penyamun yang tak bernama. Baginya, mati jauh lebih baik dari pada buta Pada saat ia sedang memanjatkan doa penyerahan jiwa raganya kepada Hyang Jagadnata, sekonyong konyong terdengar suara teriakan yang parau "Berhenti! Berhenti . . .! " seorang lelaki tua melangkah kemuka dan berlari larian menghampiri ke tempat Anuraga. Algojopun terbeliak kaget ketika bahunya disentakkan kebelakang selangkah. Lalu ia menyiak keempat orang yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyekap tubuh Anuraga kesamping. Setelah itu ia berlutut menelungkupi kaki Anuraga .... Gemparlah sekalian orang melihat tingkah laku aneh dari kakek itu. Dia bernama Wirun, seorang tua yang menggabung pada gerombolan penyamun dan diserahi tugas sebagai perawat kuda. Anuraga sendiripun tak kurang kejutnya. Rasa kejutnya memuncak ketika kakek itu berkata dengan beriba-iba "Maafkan kami, raden .... " "Paman Wirun, siapakah dia?" teriak lelaki yang hendak mencukil mata Anuraga tadi. Sambil masih menelungkupi kaki Anuraga, kakek Wirun palingkan majka dan menuding dengan wajah bengis kepada algojo itu "Hai, Burangrang, apakah matamu sudah buta? Hayo, lemparlah pisaumu dan lekas menyembah pada raden Kuda Anjampiani, putera gusti Adipati Lawe! " "Apa katamu?" serentak Burangrang menyurut selangkah. "Apakah engkau tuli? Inilah raden Kuda Anjampiani putera gusti Adipati junjungan kita!" seru kakek Wirun makin keras. "Ah, mungkin penglihatanmu sudah kabur, kakek. M isakan putera gusti Adipati Lawe seorang brahmana?" Burangrang tak mau lekas percaya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Setan Burangrang!" teriak Wirun "tak mungkin aku salah lagi. Lihatlah, bekas luka pada kaki raden ini. Ketika masih kecil, dia jatuh dari kuda. Hampir aku dibunuh gusti Adipati apabila raden Kuda ini tak menjelaskan bahwa dia sendiri yang salah karena naik kuda diluar tahuku ... " "Oh, engkau paman Wirun ... " tiba2 Anuraga memeluk tubuh sikakek dan diangkatnya bangun "engkau tak lupa kepadaku? " "Walaupun hamba hanya seorang pakuda digedung kadipaten Tuban, tetapi hamba sering momong raden. Ah, raden sudah begini besar" kakek itu hendak membopong Anjampiani seperti dahulu lagi.. Pada waktu Anuraga hendak dihukum, saat itu sudah malam sehingga kakek Wirun tidur. Tetapi ketika terjadi kegaduhan karena Anuraga mengamuk, ia terkejut bangun dan terus lari ke pondok, semula ia masih ragu2 melihat Anuraga, tetapi setelah memperhatikan bekas luka pada kaki brahmana itu, serentak ia berteriak menghentikan Burangrang dan terus lari menelungkupi kaki AnuTaga. Setelah mendengar percakapan Wirun dengan Anuraga, serta rnerta sekalian anakbuah gerombolan itu berlutut memberi hormat. Demikianpun Loncang Para, pemimpin gerombolan. "Siapakah mereka, paman? " Anuraga mulai bertanya. "Mereka adalah rakyat Tuban yang tetap setya kepada gusti Adipati Lawe. Ada bekas prajurit, pemuda, petani, pedagang dan tukang. Setelah Tuban diduduki pasukan Majapahit, mereka berhimpun dan melarikan diri ke hutan ini. Hambapun ikut serta menggabung pada himpunan sisa2 pejuang Tuban yang menyebut diri sebagai NILA AMBARA " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Hai, itulah nama kuda kesayangan mendiang rama Adipati!" Anuraga terkejut. "Benar, raden " sahut Wirun. "Nila Ambara adalah kuda yang dinaiki gusti Adipati dalam pertempuran terakhir kalinya melawan Kebo Anabrang. Gusti Adipati gugur tetapi kami akan mewajibkan diri sebadai kuda Nila Ambara yang akan membawa warisan cita2 perjuangan gusti Adipati melawan Majapahit. Nila Ambarapun berarti MERAH MEMBARA. Maka kami menggunakan nama itu sebagai lambang perjuangan kami, bagai bara api yang tak kunjung padam, raden " tiba2 Loncang Para berseru dari tempatnya. "Ah ... . " Anuraga mendesah dengan linangan keharuar. Kemudian ia suruh sekalian anakbuah gerombolan yang masih berlutut itu, bangun. "Hai, mengapa engkau masih tetap berlutut ? " tegur Anuraga kepada Burangrang. " Hamba paling berdosa, mohon raden menghukum hamba" kata Burangrang. Anuraga menghampiri orang itu dan menyuruhnya bangun. Setelah itu Anuraga segera menghampiri Sindura. Ketika tiba dihadapan wanita itu, maka bertemulah pandang mata mereka dalam alun gelombang pancaran sinar yang amat lembut. Mata adalah bahasa hati yang halus dan syahdu. Kedua insan ilu seolah-olah terlepas dari selubung kabut. Kini mereka dapat saling mengetahui hati masing2 dengan jelas. Isi hati yang dicerminkan melalui sikap dan ucapan masing2 pada saat menghadapi bahaya kesukaran. Anuraga rela menderita hukuman apapun juga, asal dapat menebus keselamatan Sindura. Sindura bersedia menjadi pengganti mata Anuraga yang hilang. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ A p a t s u mitram janiyat atau. Dalam kesukaran orang dapat mengenal sahabat. Demikian Anuraga dan Sindura makin saling mengenal hati masingmasing. "Sindura, apakah engkau terluka?" Anuraga memulai katakatanya. Pada saat kakek Wirun menelungkupi kaki Anuraga hingga seluruh anakbuah gerombolan berlutut memberi hormat pada brahmana itu, Sindura menyaksikan dan mendengar semua pembicaraan mereka. Ia terkejut dikala mengetahui siapa sebenarnya brahmana muda itu. Maka tersendatlah ia menjawab teguran Anuraga “Ah, aku tak menderita apa2, raden . .. " "Eh, Sindura, mengapa engkau mengada-ada?"" Anuraga tertawa kecil “panggillah dengan sebutan biasa saja " "Baik, kakang Kuda . . . " "Ah, Sindura " Anuraga tertawa-tawa pula "aku seorang brahmana. Sebutlah seperti biasanya engkau memanggil Persembahkan sebutan 'kakang Kudamu untuk Kuda Lampeyan suamimu " Sindura tersentuh Bagaikan anai-anai yang keluar dari liang. Terbang menuju Penerangan api dan terbakar hangus. Demikian perasaan hati si jelita. Bermula ia gelap siapa dan bagaimana peribadi Anuraga. Setelah mengetahui, merekahlah bunga hatinya seperti melihat penerangan. Tetapi api itu panas dan terkatuplah sang bunga dalam kelayuan pula. Ucapan Anuraga yang diucapkan sccara bergurau itu telah menyentuh sendi kehalusan rasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kewanitaannya. Seketika terungkaplah alam bawah sadarnya, bahwa ia adalah isteri Kuda Lampeyan . . . Anuraga tak sempat mengaji lebih mendalam, mengapa Sindura tertegun demi mendengar ucapannya itu. Saat itu ia dan Sindura dipersilahkan Loncang Para duduk di kursi. Loncang dan segenap anakbuah gerombolan Nila Ambara duduk bersila dihadapannya. "Loncang, apakah artinya ini?" tanya Anuraga. "Kami adalah pengikut setya dari gusti Adipati Lawe. Maka sekarang kami serahkan pimpinan Nila Ambara kepada Raden " kata Loncang Para "apapun perintah raden, kami pasti melakukan perintah dengan seluruh pengabdian " Anuraga kerutkan dahi. Beberapa saat kemudian tampak ia tenang kembali, serunya "paman Loncang dan sekalian saudara2, tiada kata yang mampu melukiskan betapa besar rasa keharuan atas kesetyaan paman sekalian terhadap mendiang rama Adipati. Aku pun sebagai puteranya, tak pernah sedetikpun memudarkan api perjuangan yang ditinggalkan rama Adipati itu. Perjuangan itu berat namun luhur. Perjuangan itu luas pula sifatnya sehingga memerlukan berbagai cara. Paman dan saudara2 disini telah menempuh cara yang tegas melalui kekerasan. Aku melakukan perjuangan menurut batas2 kemampuanku yalah secara bersembunyi tetapi langsung mengarah pusatnya .... " Dengan panjang lebar, Anuraga menuturkan riwayat dirinya serta cara2 ia berjuang selama ini. Terpukaulah sekalian anakbuah Nila Ambara mendengar kisah putera Adipati Tuban itu. Benar2 mereka merasa kagum bahwa putera Adipati itu rela mengorbankan segala kemewahan hidup, masa remajanya, menjadi seorang brahmana demi perjuangan! http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Paman sekalian" kata Anuraga sejenak setelah berhenti mengambil napas "marilah kita renungkan dan kaji, Tujuan dan Hakekat perjuangan rama Adipati. Tujuan rama berjuang adalah karena tak puas atas pengangkatan rakryan Nambi sebagai mahapatih. Dan hakekat perjuangan rama itu tak lain demi menegakkan kejayaan dan meluhurkan kewibawaan Majapahit. Dan hal itu timbul karena rasa tanggung jawab rama akan pengabdiannya kepada kerajaan Majapahit .... "Rakryan Nambi adalah kawan seperjuangan rama. Yang ditentang rama, bukanlah peribadi Nambi, tetapi kecakapan, pengetahuan dan pengalaman Nambi, dianggap rama tak dapat memikul tanggung jawab pada jabatan mahapatih yang sedemikian penting artinya bagi kelangsungan kerajaan Majapahit. Maka jelas sudah bahwa Tujuan dan Hakekat perjuangan rama itu bukan demi kepentingan peribadi, daerah, golongan, kasta maupun agama. Tetapi demi kepentingan negara! " "Maaf, paman dan saudara sekalian! Kesetyaan paman sekalian kepada rama Adipati, memang patut di puji. Tetapi Kesetyaan tanpa bobot Kesadaran, adalah sesat. Kesadaran tanpa bobot Kesetyaan, adalah kosong, paman sekalian menyalurkan kesetyaan kepada rama Adipati, dengan berjuang membela bumi Tuban. Ini berarti masili menitik beratkan pada kepentingan daerah dan golongan. Padahal tidak demikianlah yang di kehendaki rama Adipati. Rama berjuang demi kepentingan dan kejayaan negara Majapahit. Majapahit yang besar, yang jaya, yang wilayahnya meliputi seluruh nuswantara .... " Dalam membawakan kata2 yang Anuraga memberi tekanan nada yang Sejenak berhenti menyelidik kesan, "Cobalah paman sekalian renungkan. http://dewi-kz.info/



terakhir itu, sengaja nyaring dan mantap. ia melanjutkan pula Apabila ditiap daerah



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ timbul pejuang2 yang serupa tujuannya dengan paman, bukankah negara Majapahit akan ambyar berantakan? Dengan demikian sia sia jualah jerih payah raden Wijaya, rama dan kawan-kawannya yang telah berjuang membangun kerajaan Majapahit itu? " Sekalian anggauta Nila Ambara bagai terkena pesona mendengar uraian putera Adipati itu. Mereka seperti disadarkan dari kegelapan. Akhirnya Loncang Para berkata "Raden, benar2 tersingkaplah hati kami dari tabir kegelapan selama ini. Kami persembahkan jiwa raga kami kepada raden. Kami taat apapun perintah raden. Kalau raden menitahkan bubar, himpunan Nila Ambara ini akan kami bubarkan! " Anuraga tertawa " Tidak, paman, Nila Ambara jangan bubar tetapi harus tetap dipertahankan bahkan dikembangkan sedemikian rupa hingga sesuai dengan cita2 perjuangan rama Adipati! " Loncang Para terlongong lalu meminta penjelasan " Raden, kami benar tak mengerti bagaimana yang raden kehendaki" Anuraga segera menguraikan keadaan dan suasana dalam pura kerajaan sejak Jayanagara naik tahta. Menurut kesan yang dirasakan, keadaan kacau yang penuh pertentangan itu, tentu akan berlangsung lama. Dan pada puncaknya, tentu akan timbul huru hara. "Oleh karena itu, kuminta paman tetap memimpin saudara2 di sini. Ajarkanlah kepada mereka supaya giat bercocok tanam mengolah bumi, berbaiis dan berperang. Tanamlah kesadaran setinggi tingginya tentang tata tertib dan arti daripada Tujuan dan Hakekat perjuangan yang telah digariskan rama Adipati. Aku akan tetap berada di pura kerajaan. Setiap saat yang kupandang perlu, aku pasti datang meminta bantuan paman dan saudara di sini! " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pernyataan Anuraga itu telah mendapat sambutan dan dukungan yang luas dari seluruh anakbuah Nila Ambara. Mereka menyatakan taat dan setya pada putera Adipati itu. Demikian selama beberapa hari Anuraga dan Sindura tinggal di gunung bersama para sisa pejuang pengikut Adipati Rangga Lawe. Kemudian setelah lukanya sembuh, Anuragapun melanjutkan perjalanan mengantar Rara Sindura ke daerah Mandana 0odwo0 II "ANEH . .. benar2 aneh!" gumam buyut Mandana "manakah terdapat diseluruh jagad, seorang suami yang tak tahu kemana isterinya pergi !" "Rama, saat itu aku sedang mengemban tugas baginda berkeliling ke daerah2" sahut Kuda Lampeyan. "Lalu kemanakah isterimu saat itu? " "Atas titah baginda, Sindura supaya tinggal dalam keraton agar dapat menerima bimbingan tentang adat tatacara keraton " "Untuk? " "Agar kelak setelah baginda berkenan mengangkat diriku sebagai piiagung, Sindura sudah dapat menyesuaikan diri " "Dan engkau percaya? " "Percaya " "Penuh?" buyut Mandana menegas. Kuda Lampeyan terbeliak. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rama buyut " sahutnya sejenak kemudian " baginda adalah junjungan seluruh rakyat Majapahit. Baginda berkenan menerima pengabdianku. Mana2 titah baginda, sudah tentu harus kutaati " Buyut Mandana tertawa meloioh " Aku tak menanyakan tentang ketaatan seorang hamba kerajaan terhadap raja. Yang kuajukan kepadamu, adakah engkau percaya sebulat buluh atas anugerah raja kepadamu dan kepada isterimu itu? " Cepat Kuda Lampeyan menjawab " Sumber daripada ketaatan adalah kepercayaan .... " "Belum tentu!" tukas buyut Mandana "ada pula ketaatan yang dikarenakan takut. Dan adapula karena mempunyai pamrih atau keinginan. Semisal seorang narapraja atau senopati yang taat melakukan titah raja, belum tentu mereka menghayati kepercayaan bahWa titah raja itu benar. Tetapi mereka terikat oleh wajib. Wajib yang akan membuahkan suatu anugerah. Semisal yang terjadi dengan dirimu .... " Kuda Lampeyan tersipu-sipu merah mukanya. Ia beserta rombongan prajurit Majapahit, telah tiba di Mandana dan menghadap buyut, ayah Sindura. Suasana yang dijumpainya dalam daerah itu, benar2 menyentuh perasaannya. Sepanjang jalan yang dilaluinya, penduduk tiada mengunjuk sikap terkejut, apalagi memberi salam penghormatan. Mereka bersikap acuh tak acuh. Terutama kaum mudanya. Mereka memberi lontaran pandang lalu berpaling muka. Lain dahulu lain sekarang. Dahulu apabila ia keluar berjalan jalan, setiap orang yang dijumpahi, lelaki perempuan, tua muda, besar kecil, sama memberi anggukan kepala dan tegur sapa yang ramah. Tetapi sekarang, jauh sekali bedanya, sejauh langit dengan bumi. Pandang mata vang dingin, sikap yang seolah tak kenal serta kerut muka yang meliuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kemuakan, menghias muka setiap penduduk Mandana yang dijumpainya. Suasana sekarang itu menyebabkan Kuda Lampeyan seperti seorang pendatang baru diwilayah kekuasaan ayah mentuanya. Sungguh tak tahu ia apa sebabnya. Rasa heran itu dibawanya serta ketika ia masuk ke gedung kebuyutan desa. Apabila ada kesempatan, hendak ia mintakan keterangan kepada ayah mentuanya. Tetapi angan2 itu buyar bagai awan dihembus angin mana kala ia merasakan sambutan dingin dari buyut Mandana. Oleh buyut desa itu, ia dipcrsilahkan duduk disebuah kursi berhias selubung kain yang indah. Sedangkan buyut itu sendiri teti'p berdiri di hadapannya. "Rama, apakah artinya? Mengapa rama menyuruh aku duduk sedangkan rama sendiri berdiri?" tanyanya heran. "Engkau mengenakan pakaian kebesaran sebagai seorang tumenggung dan aku hanya seorang buyut. Sudah pantaslah kiranya jika engkau yang duduk di kursi dan aku menghadap dengan berdiri " sahut buyut Mandana dengan nada berolok. Merahlah wajah Kuda Lampeyan "Tidak menempatkan Ku la Lampeyan setinggi Lampeyan adalah putera menantu rama. memberi hormat kepada rama " ia serentak kursi dan mimpersilahkan buyut duduk.



rama! Jangan gunung. Kuda Wajiblah aku berbangkit dari



Tetapi buyut Mandana menolak. Ia mengambil lain kursi dan mempersilahkan putera menantunya tetap duduk di kursi semula.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Rama, mengapa rama mempunyai sikap begitu kepada putera meramu nma ini?" Kuda Lampeyan mulai membuka pembicaraan. "Dunia berputar menurut roda Cakra Penggilingan. Semua bergerak dan berobah, tiada yang langgeng. Keadaan, kehidupan dan hati orang pun demikian. Apa yang kulakukan tadi, hanyalah sekedar menyesuaikan perobahan suasana itu. Dahulu engkau pemuda Kuda Lampeyan, sekarang engkau Tumenggung Kuda Lampeyan. Sebagai seorang buyut yang lebih rendah kedudukannya, layaklah kiranya penghormatan yang kulakukan tadi " Kuda Lampeyan tertawa mendesah " Ah, rama mengadaada yang tiada. Pemuda Kuda Lampeyan atau Tumenggung Kuda Lampeyan tetaplah serupa, yalah putera menantu rama. Wajibnya menantu harus menghormat kepada rama mentuanya " Buyut Mandana tertawa sarat "Mudah-mudahan begitulah... eh, bagaimana aku harus menyebutmu ? Tumenggung atau .... anakmas? " "Ah, mengapa rama tetap hendak memgolok diriku ? " Kuda Lampeyan mengeluh "panggillah Kuda Lampeyan seperti dahulu rama biasa menyebut diriku! " Demikian pembicaraan yang berlangsung di pendapa kebuyutan, dikala buyut Mandana menerima kedatangan Kuda Lampeyan dengan rombongannya. Sikap dan penyambutan buyut Mandana penuh dengan gaya perobahan baru, ucapannya selalu bertalaran. Setelah memerintahkan pelayan menghidangkan minuman kepada Kuda Lampeyan dan rombongannya maka pembicaraanpun dilanjutkan pula. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana keadaan rama dan ibu selama ini? " tanya Kuda Lampeyan. "Aku dan ibumu dalam keadaan sehat tiada kurang suatu apa " sahut buyut Mandana " lalu bagaimana dengan dirimu sendiri ? " "Terima kasih rama. Berkat doa restu rama dan aku telah diterima mengabdi pada baginda dan diangkat sebagai narapraja yang bertugas memeriksa di daerah2 telatah Majapahit, dengan dianugerahi tumenggung "



ibu, kini bahkan keadaan pangkat



"O, syukurlah, Kuda Lampeyan. Lalu bagaimana dengan isterimu si Sindura ? " tiba2 ki buyut beralih pertanyaan. Wajah Kuda Lampeyan tampak redup. Penyahutannyapun tersendat sendat " Dia . . . dia . . . sehat2 saja! " "Mengapa dia tak ikut pulang kemari ? " "Ti . . . dak " "Adakah ia tinggal di pura kerajaan ? " "Semula memang demikian " "Lalu sekarang?".desak buyut Mandana. "Entah ... " Kuda Lampeyan tersekat " menurut keterangan baginda, Sindura telah lari bersama pria lain. Tetapi entah ke mana! " Jawaban Kuda Lampeyan yang tidak tegas itulah yang. menyebabkan buyut Mandana naik pitam sehingga terjadi tanya jawab yang tajam seperti di atas tadi. Dengan hamburan ejek dan marah, berulang kali buyut itu menyatakan rasa anehnya karena Kuda Lampeyan tak tahu akan kepergian Rara Sindura. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pembicaraan berlangsung makin lama makin panas suasananya. Apalagi setelah dengan tajam buyut itu mengejek putera menantunya tadi menjalankan titah raja karena mempunyai pamrih supaya mendapat pangkat kedudukan tinggi. Kuda Lampeyanpun tersipu-sipu merah mukanya. "Rama " akhirnya Kuda Lampeyan berseru " soal hilangnya Sindura dari keraton, sudah di tangan baginda. Baginda telah mengerahkan seluruh pasukan untuk mengejar Sindura dan kawanan penjahat yang membawanya lari itu. Pun baginda telah menjatuhkan hukuman kepada mereka yang dianggap bersalah " "Siapa sajakah yang mendapat hukuman itu? " "Pertama Sindura .... " "Hai! " teriak buyut Mandana " apa salah Sindura? " "Pertama, Sindura dianggap menghina baginda karena berani melarikan diri dari keraton. Kedua, Sindura dianggap sebagai seorang wanita yang tak setya kepada suaminya. Dalam undang2 telah dijelaskan. Seorang isteri yang ditinggalkan suaminya pergi jauh untuk belajar, menunaikan tugas atau bertapa, wanita itu harus menunggu sampai empat tahun baru boleh menganggap dirinya bsbas. Tetapi nyatanya belum berapa bulan kutinggal pergi ke daerah2, Sindura sudah ikut lari dengan lelaki lain. Maka baginda menitahkan, apabila aku bertemu dengan Sindura supaya mengajaknya menghadap baginda di pura Mijapahil. Apabila ia menolak, aku harus membunuhnya! " "Dan engkau sanggup melakukan titah ilu? " Buyut Mandana lontarkan pertanyaan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuda Lampeyan tertegun. Namun ia sudah menduga akan menerima pertanyaan demikian. Sejenak menyahutlah ia "Jika Sindura memang benar bertindak demikian, jelas dia menyalahi tiga hal yang penting. Menghina raja, melanggar undang2 dan curang terhadap suami. Apakah rama melarang aku melakukan titah baginda itu? " Buyut Mandana tertawa. Nadanya bagai burung gagak mencari mangsa ditanah gersang "Kuda Lampeyan, buyut Mandana seorang manusia yang hidup di atas pendirian. Jika anakku Rara Sindura benar2 melakukan perbuatan seperti yang engkau tuduhkan itu, tak perlu engkau Kuda Lampeyan, tetapi tanganku ini sendiri yang akan mencabut nyawa Sindura! " Kuda Lampeyan terkesiap "Adalah rama tak percaya akan perbuatan Sindura itu? " "Rama adalah ayah kandungnya. Seorang ayah yang tahu jelas akan budi dan watak Sindura. Tak mungkin Sindura melarikan diri dengan lelaki lain. Dan adakah engkau tahu peristiwa2 yang telah terjadi dalam keraton sejak engkau pergi? " "Tatkala baginda menitahkan aku pulang, akupun langsung menghadap baginda. Saat itu baginda murka dan memberi keterangan panjang lebar tentang perbuatan Sindura lalu serentak menitahkan aku menemui rama disini. Adakah aku harus menyangsikan keterangan baginda itu? " "Menerima budi seperti kehilangan kebebasan. Dalam keadaanmu seperti sekarang, tak mungkin engkau berani meragukan keterangan raja. Dan memang manusia yang tipis ni'ai keperibadiannya, mudah takut dan silau akan kekuasaan raja. Engkau lebih percaya pada keterangan raja daripada kesetyaan isterimu. Engkau lebih tunduk pada titah baginda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ raja daripada keperribadian isterimu. Engkau telan saja seluruh keterangan raja yang memburuk-burukkan diri isterimu itu tanpa mau meluangkan kesempatan untuk menyelidiki kebenarannya. Sebab utama dari sikapmu itu tak lain karena engkau takut akan kehilangan kedudukan pangkatmu. Tetapi engkau seolah olah buta dan peka terhadap perbuatan2 yang dilakukan baginda kepada Sindura. Tak mungkin raja akan berbuat kebaikan yang sedemikian besar kepadamu, apabila tiada pamrih tertentu. Tetapi sayang, pikiranmu sudah terbius oleh pangkat tinggi sehingga setitikpun engkau tak mempunyai rasa cemburu. Pada hal sudah jelas, sejelas warna burung merpati terbang disiang hari, bahwa raja Jayanagara itu gemar sekali paras cantik. Dan sudah terang seterang rembulan dimalam purnama, bahwa anakku Sindura yang engkau peristeri itu, termasyhur kecantikannya. Mengapa engkau tak dapat menduga bahwa jika api dekat dengan minyak, tentulah terbakar? " "Tetapi bukti menyatakan demikian " Kuda Lampeyan berusaha membantah. "Benar, memang bukti bahwa Sindura telah melarikan diri dari keraton, itu memang nyata. Tetapi mengapa engkau hanya memegang bukti tanpa mengetahui sebab musabab dari peristiwanya ? Bukti itu hanya pencetusan daripada suatu sebab musabab. Kuda Lampeyan, tak mungkin Sindura akan berlaku serong kepadamu. Tak mungkin Sindura berani menghina raja. Dan tak mungkin pula Sindura akan lari dengan priya lain. Yang jelas ia tetap setya padamu, la terpaksa menghindari tindakan raja yang dianggapnya tak pantas. Dan dia tentu dilarikan orang yang hendak memberi pertolongan " "Tetapi .... " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jika sepatahpun dari penilaianku terhadap tindakan Sindura itu sampai salah, aku bersedia menyerahkan kepalaku untuk dipenggal raja ! " tukas buyut Mandana dengan berapiapi. "Rama, saat ini aku hanya sebagai utusan raja. Baiklah rama persembahkan penjelasan rama itu di hadapan baginda" akhirnya karena terdesak, Kuda Lampeyan berusaha untuk mengakhiri pembicaraan pertama. Buyut Mandana tertawa sengau " Ha, ha, dahulu ketika prabu Dasamuka ditolak rayuannya oleh dewi Shinta maka marahlah prabu dari Alcngka itu. Walau dewi itu direbutnya dengan susah payah dari tangan prabu Ramawijaya, namun jika tak dapat menyampaikan maksudnya, lebih baik dilenyapkan saja. Biar keduanya, ia dan prabu Rama, sama2 tak memiliki wanita cantik itu. Rasanya serupalah keadaan itu dengan nasib yang diderita anakku Sindura. Jika tak berhasil memilikinya, raja Jayanagara rela melenyapkan Sindura agar engkaupun tak dapat memilikinya! " Kuda Lampeyan meliuk kening. "Lalu siapakah orang kedua yang menerima hukuman raja?" buyut Mandana bertanya lanjut. "Aku!" sahut Kuda Lampeyan "karena sebagai seorang suami, aku tak mampu mengatur seorang istori. Baginda menjatuhkan hukuman mati kepadaku " "Amboi!" buyut Mandana menyengau "memang tak sukar mencari kesalahan orang, apalagi seorang raja yang berkuasa. Namun, adakah hukum juga berlaku pada raja yang melanggar kesusilaan? " "Adakah baginda ... " belum sempat Kuda Lampeyan menyelesaikan kata2, buyut Mandanapun sudah menukas http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pertama, hendak memperisteri kedua saudaranya sendiri. Kedua, hendak mengganggu seorang wanita, isteri seorang pemuda yang dipikatnya dengan anugerah pangkat tumenggung . . . " "Rama! " teriak Kuda Lampeyan keras "berat nian hukumnya orang yang memfitnah dan mencemarkan keluhuran nama raja itu! " "Tumenggung memang suatu pangkat yang tak mudah diraih. Layak kiranya untuk diperjuangkan kemati-matian. Tetapi aku yang hanya mendapat lungguh sebagai seorang buyut, rela untuk kehilangan lungguh itu daripada harus menutup mata, memekakkan telinga akan kenyataan2 yang berlangsung. Kalau dilepas dari jabatan buyut, aku hanya kehilangan lungguh yang tak berarti. Tetapi kalau aku mengingkari kenyataan, aku kehilangan segala galanya . .." Sikap dan ucapan buyut yang menjadi ayah mentuanya itu menyusup dan menyibak larutan yang mengendap dalam liang hati Kuda Lampeyan. Larutan yang berisi kepercayaan dan ketaatan kepada raja. Gelombang kesangsian dan keraguan mulai bertebaran dalam hatinya. Jika yang dikatakan ayah mentuanya benar, benar2 ia harus malu kepada dirinya. Dan seketika terbayanglah pula akan sikap seluruh rakyat Mandana kepadanya. Ah, pandang mata dan kerut wajah mereka yang menguak kemuakan, seolah-olah telah menghukumnya sebagai manusia yang rendah budi .... "Raden " tiba2 Banyak Sakurung, bekel prajurit vang menyertai Kuda Lampeyan, membuka suara. Sejak mendengar sikap dan ucapan buyut Mandana, diam2 ia merasa tak puas "raden adalah duta sri nata yang wajib mendapat penyambutan dan penghormatan sebagai mentri kerajaan. Tetapi sikap buyut Mandana, tidaklah sesuai dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keharusannya. Bahkan dia pula mencemohkan baginda. Apabila raden mengidinkan .... " "Bekel Banyak Sakurung, aku dapat bertindak sendiri! " Kuda Lampeyan tersentak dari lamunan dan cepat memberantas kata2 bekel prajurit itu. Bekel Banyak Sakurung tertegun diam. Tak berani ia lanjutkan kata-katanya lagi. Tetapi diluar pengetahuannya, diam2 ia telah berhasil meraih kebimbangan hati Kuda Lampeyan dan menempatkan pula pada kedudukannya sebagai seorang utusan raja. "Tetapi baginda berkenan memberi kesempatan kepadaku untuk menebus kesalahan itu " kata Kuda Lampeyan kepada tuan rumah " pertama, aku diutus kemari untuk membawa iama untuk menghadap banginda. Kedua, untuk mencari kawanan penjahat yang telah melarikan Sindura. Orang itu harus kubunuh dan Sindura supaya kubawa menghadap baginda di pura kerajaan " "Untuk apakah aku harus menghadap baginda? " "Rama akan dimintai pertanggurgan jawab atas perbuatan Sindura " "Hm, jadi akulah orang ketiga yang mendapat hukuman raja itu? " buyut Mandana menegas. "Begitulah " kata Kuda Lampeyan sarat " rama dipersalahkan sebagai seorang tua tak dapat mendidik dan membimbing anak pada laku keutamaan, kesusilaan dan kesetyaan " Buyut Mandana tertawa nyaring. Nadanya kering kerontang dihangus oleh kepanasan hati. Tiba2 ia hentikan tawanya dan berseru " Aku masih ingat akan sebuah pepatah bahasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sanskerta, demikian: 'Asmapi yati devatvam mahadbhih supratisthitah. Artinya: Jika ditetapkan oleh mereka yang berkuas i, batu pun menjadi dewa.' Karena raja \ang menjatuhkan hukuman, maka jadilah kesalahanku itu suatu kenyataan. Memang raja berkuasa untuk menemukan mati hidupnya seseorang, hitam putihnya keadaan. Tetapi bagiku, Kenyataan itu satu dan Kebenaran itu tunggal . . . . " Buyut Mandana berhenti sejenak untuk memulangkan napas, lalu melanjutkan pula dengan sebuah pertanyaan yang amat tajam " Kuda Lampeyan, bukankah engkau meminta pengorbanan Sindura dan diriku untuk penebus hukumanmu ?" Kuda Lampeyan pudar cahaya mukanya. Tertumbuklah pikirannya pada simpang kebimbangan. Penyangkalan dari pertanyaan itu, berarti mengingkari titah raja. Namun pengiaan dari pertanyaan itu, pun berarti membenarkan anggapan rakyat Mandana, bahwa dia seorang pemuda yang rendah budi. Seorang lelaki banci. Melihat kebimbangan Kuda Lampeyan, cepat bekel Banyak Sakurung langsung berseru kepada buyut Mandana “Ki buyut, jangan mengalihkan persoalan pada lain arah. Kedatangan kami ke Mandana, adalah diutus baginda untuk memanggilmu menghadap baginda di pura Majapahit. Jadi panggilan ini adalah titah baginda, tiada sangkut pautnya antara persoalan raden Kuda Lampeyan dengan baginda ! " Buyut Mandana alihkan pandang kepada bekel prajurit Majapahit itu, katanya " Rasanya masih terngiang kumandang kata2 Kuda Lampeyan tadi bahwa dia akan mendapat pengampunan dari raja apabila ia dapat membawa Sindura dan aku ke pura Majapahit. Adakah salah apabila kurangkai



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kesimpulan, bahwa aku dan anakku itu akan diperuntukkan untuk penebus hukuman Kuda Lampeyan? " Banyak Sakurung menyahut serentak "Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan, ki buyut! Raden Kuda Lampeyan telah diangkat sebagai Tumenggung oleh baginda raja. Anugerah dan hukuman, adalah sudah layak terjadi dalam kalangan mentri dan narapraja kerajaan. Baik anugerah maupun hukuman, selalu melalui pertimbangan2 yang seksama. Memang jarang terjadi peristiwa seperti yang dialami Raden Kuda Lampeyan. Baru beberapa waktu mendapat anugerah pangkat tinggi, lalu sudah menerima hukuman. Tetapi dalam menjatuhkan hukuman itu, baginda berkenan memberi pertimbangan yang bijak dan adil. Jasa dan pengabdian Raden Kuda Lampeyan amat terpuji oleh baginda. Sedang kesalahan Kuda Lampeyan, sesungguhnya adalah diluar kemampuannya untuk mencegah. Oleh karenanya maka baginda berkenan meringankan hukuman nya. Kemudian raden diberi kesempatan pula untuk menciptakan jasa, yalah mencari Sindura dan membawa andika ke pura kerajaan " Buyut Mandana kerutkan dahi dan bibirnya tampak bergetar getar. Tetapi sebelum sempat membuka suara, bekel Banyak Sakurungpun sudah mendahului pula " Ki buyut tentu ingin mendapat penjelasan mengapa kupakai kata2 jasa. Pertama, mencari jejak Rara Sindura yang lenyap dari keraton itu, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Baginda sudah menitahkan supaya menyebar pasukan untuk mengejar, tetapi sampai saat ini belum juga berhasil. Kedua, bagandapun telah mendengar bahwa tanah Mandana ini mempunyai seorang buyut yang keras dan berani, pun pula bersikap menentang pengangkatan baginda Jayanagaia. Oleh karenanya, seperti yang tuan ketahui, Raden Kuda Lampeyan datang dengan membawa rombongan pengawal praijurit2 pilihan " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Karena kuatir? " sela buyut Mandana. "Ya " sahut bekel Banyak Sakurung tegas "agar titah baginda itu benar2 ditaati dan agar keselamatan duta sri Nata terjamin! " "Amboi, ki bekel" seru buyut Mandana menggetar "sungguh suatu kehormatan besar bagi diriku peribadi dan tanah Mandana, bahwa baginda menaruh perhatian besar. Tetapi kekuatiran baginda itu setengahnya benar, setengahnya tidak" "Apa maksud ki buyut?" tanya Banyak Sakurung. Buyut Mandana mengemas letak duduknya. Setelah itu baru berkata " Walaupun dengan landasan bukti yang kuat, aku dapat membela diri di hadapan baginda, bahkan dapat pula kupersembahkan tuduhan kembali kepada baginda. Tetapi kuyakin, pasti akan sia2. Karena seperti telah kukatakan, raja adalah yang paling berkuasa. Batu sekalipun apabila raja yang mengatakan, tentu akan menjadi dewa. Lalu kemanakah, ki bekel, aku harus mencari keadilan? " "Ki buyut dapat menjelaskan persoalannya dihadapan baginda. Baginda cukup arif dan adil " Buyut Mandana tertawa " Kata2 ki bekel itu hanya hiasan bibir, bukan suara hati ki bekel. A pabila ki bekel mau berterus terang, tentu ki bekel mengakui kebenaran ucapan tadi. Tetapi seberat-berat mulut bersuara, lebih berat pula perut merasa. Kutahu ki bekel tak berani mengatakan kebenaran itu karena terikat pada kewajiban kedudukan. Ki bekel tentu lebih takut kehilangan sumber pengisi perut .... " "Buyut Mandana, jangan bermulut lancung! Katakanlah terus terang, engkau mau mentaati titah raja supaya menghadap ke pura kerajaan atau tidak?" bekel Banyak Sakurung melantang merah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ha, ha " buyut Mandana tertawa merenyah. “sabarlah ki bekel. Karena barangsiapa yang gemar menggunakan kekerasan dan cepat marah, tandanya dia lemah. Entah lemah kedudukannya, pikirannya, entah jasmaninya .... " "Kedatanganku kemari bukan untuk mendengar ocehan2 yang tiada sangkut pautnya dengan tujuanku " wajah bekel Banyak Sakurung makin meluap marah. "Hm, baiklah" kata buyut Mandana. Cepat ia berganti nada lebih sarat " Aku mau menghadap baginda tetapi dengan syarat! " Banyak Sakurung kerutkan dahi "Katakan!" serunya sesaat kemudian. "Kumohon baginda mengadili diriku didepan persidangan lengkap yang dihadiri oleh para mentri, gusti tanda, dharmadyaksa dan para upapati. Apabila aku terbukti bersalah, aku sedia menerima hukuman penggal kepala. Tetapi kalau aku dapat menunjukkan tindakan baginda yang tak layak, akupun mohon keadilan " "Uah, uah, uah" mulut Banyak Sakurung mendecak-decak "hebat benar permintaanmu ki buyut. Seolah-olah engkau hendak minta diperlakukan sebagai seorang mentri kerajaan yang penting. Kurasa baginda tak mungkin mengabulkan permintaanmu itu! Persidangan lengkap semacam itu hanya untuk memperbincangkan urusan negara yang penting, bukan untuk mengadili seorang yang berkelungguhan sebagai buyut!" Karena sudah beberapa kali menerima ejekan tuan rumah maka dalam kesempatan kali itu, bekel Banyak Sakurung balas melontarkan cemohan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan kuatir, ki bekel" seru buyut Mandana " hal kedua yang hendak kukatakan kepadamu tadi, yalah tentang keselamatan duta sri Nata. Betapa rendah kelungguhanku sebagai seorang buyut itu, namun kutahu juga akan undang2 dan tata susila. Sekalipun pembicaraan kita sudah meningkat padi ketegangan dan tugas tuan mengalami kegagalan, namun kami tetap akan menghormati kedudukan duta dari sri Nata. Tuan2 bebas meninggalkan kebuyutan Mandana tanpa mengalami suatu gangguan apapun jua! " “Buyut Mandana " seru bekel Bajnyak Sakurung dengan nada getar. Wajahnya merah namun suaranya tetap beralun rendah. Jelas ia sedang menekan kemarahan " belum pernah kudengar seorang buyut berani menjamin keselamatan seorang duta Sri Nata. Adakah engkau rasa keselamatan kami akan terancam bila tiada jaminanmu, hai, ki buyut! " Sahut buyut Mandana dengan sikap bersurgguh " Ki bekel, sebagai seorang kepala tanah Mandana, sebagai seorang buyut yang menjadi hamba kerajaan menurut tingkat susunan ke-naraprajaan Majapahit, aku sudah berusaha keras untuk menegakkan kewibawaan kerajaan" "Dalam, hal apa?" Banyak Sakurung kerutkan kening. "Menccgah huru hara! " "Huru hara? Di mana? " "Di tanah yang sedang tuan kunjungi ini! " "Mandana? " Banyak Sakurung menegas. "Ya " sahut buyut Mandana " tanah ini hampir saja terbakar hangus dilanda api kemarahan rakyat Mandana. Mereka telah mendengar semua peristiwa yang terjadi dalam keraton Majapahit. Mereka tak puas akan perbuatan raja Jayanagara http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terhadap Sindura. Mereka muak melihat Kuda Lampeyan yang berjiwa kerdil. Puncak kemarahan mencapai titik terakhir ketika mereka melihat tuan2 berkunjung kemari. Kupertaruhkan jiwa dan kewibawaanku untuk memberi penjelasan dan untunglah dapat kucegah tindakan mereka hendak menuruti hawa kemarahannya itu " Sejak bekel Banyak Sakurung merebut percakapan dengan bekel Mandana, Kuda Lampeyan tak mau ikut bicara. Tetapi demi mendengar ucapan buyut mentuanya itu makin melonjak, terutama yang mencemohkan dirinya berjiwa kerdil, serentak bangkitlah kemarahannya " Rama buyut " serunya melantang " Kuda Lampeyan adalah seorang anak manusia yang berbapa senopati dan beribu seorang puteri utama. Kuda Lampeyan dilahirkan dengan membawa ciri cita2 menjadi senopati kerajaan Majapahit. Entah rajanya raja Jayanagara atau puteri Tribuanatunggadewi atau puteri Gayatri, tiadalah kupersoalkan. Yang paling penting adaiah pengabdianku untuk kepentingan kerajaan Majapahit! " Setelah sejenak menarik napas, ia melanjutkan pula "Rakyat Mandana beserta seluruh pemudanya boleh mencerca diriku sebagai seorang yang berjiwa kerdil. Tetapi memang demikianlah pendirian Kuda Lampeyan. Aku lebih mengutamakan kepentingan negara Majapahit daripada kepentingan peribadi termasuk soal wanita dan isteri. Aku tak mau menyenangkan hati mereka yang menghendaki aku supaya lebih mementingkan Sindura daripada negara. Sindura memang isteriku, tetapi karena dia tak mau menurut perintahku, karena dia ternyata melarikan diri dengan pria lain, secantik Dewi Ratih sekalipun Sindura itu, namun aku tak sudi bersimpuh menyembah kakinya. Aku bukan seperti anak2 muda tanah Mandana, yang karena masih mendendam asmara terhadap Sindura, maka mereka marah kepadaku. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi siapakah yang sesungguhnya berjiwa kerdil, anak2 muda Mandana atau Kuda Lampeyan? Dan bila mereka tak puas terhadap tindakanku, Kuda Lampeyan bersedia lepas busana sebagai tumenggung dan bersedia menghadapi mereka secara peribadi, di mana dan pada saat apapun juga! " " Kuda Lampeyan .... " tiba2 buyut Mandana berseru tetapi secepat itu pula, Kuda Lampeyanpun sudah menindih kata2 lagi " Rama buyut, untuk yang terakhir kali, ingin kupersembahkan kata kepada rama. Bahwa yang berhadapan dengan rama saat ini, bukanlah Kuda Lampeyan peribadi, melainkan Kuda Lampeyan utusan sang Nata. Maka dengan segala rasa kasih dan hormat kepada rama, kumohon rama suka meluluskan permintaanku agar bersama-sama menghadap baginda di pura kerajaan. Soal permintaan mana, nanti akulah yang akan mengajukan kepada baginda. Demikian pula tentang keselamatan rama, akulah yang akan bertanggung jawab " Buyut Mandana tertawa meloroh “Ho, ho, ho . . . aku tak memerlukan jaminanmu, tumenggung Kuda Lampeyan. Mati adalah kodrat hidup setiap insan. Dan akupun sudah tua. Maupun sudah sewajarnya. Tetapi sudah terpateri 'dahim cita2 hatiku, agar aku mati di tanah Mandana, bumi di mana dahulu aku pertama kali mulai bernapas dan melihat sinar matahari " "Rama menolak? " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pulanglah ke pura Majapahit permohonanku kepada baginda! "



dan



persembahkan



"Rama ikut bersamaku ke pura kerajaan dan nanti kuhaturkan permohonan rama itu kepada baginda " "Pendirianku sudah tetap, jangan coba memaksa orang tua!” "Tetapi rama sendiripun memaksa diriku! " "Apa katamu? Aku tak merasa memaksamu " "Ah,.rama khilaf! Dengan penolakan rama itu berarti rama memaksa aku supaya menggunakan hak yang telah diberikan baginda kepadaku. Hak itu berupa kekuasaan menjalankan purba dan wisesa apabila rama menolak perintah baginda " Buyut Mandana tak terkejut mendengar ancaman halus dari anak menantunya itu, bahkan malah tertawa " Tumenggung Kuda Lampeyan, adakah engkau merasa dirimu cukup kuat menghadapi gelombang kemarahan rakyat Mandana yang akan melandamu apabila engkau melakukan paksaan? Lihatlah di halaman luar itu! " Kuda Lampeyan, bekel Banyak Sakurung dan rombongan prajurit Majapahit serempak berpaling ke luar. Mereka terkesiap melihat lautan manusia yang menggenangi halaman ke-buyutan. Berjajarlah rakyat dalam kelompok2 barisan yang rapih dan ketat. Barisan2 rakyat itu masing2 mempunyai kelengkapan sendiri2. Ada barisan pedang, barisan tombak, barisan gada, bindi, parang, sabit, trisula dan lain2 macam senjata. Wajah dan sikap mereka menampil tekad dan semangat yang menyala nyala!



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Puas meneliti, tiba2 Kuda Lampeyan tertawa nyaring "Tepatlah kiranya sebuah pepatah yang mengatakan: ' NIRVISENAPI SARPENA KARTAVYA MAHATI PHANA'. Artinya: Ular meskipun tidak berbisa, harus juga membesarkan lehernya. Demikianpun dengan rakyat Mandana diluar itu. Mereka membesarkan leher untuk menakuti orang, padahal sesungguhnya mereka itu tidak berbisa. Tetapi Kuda Lampeyan bukan manusia yang mudah pecah nyali. Bangsa ular, baik berbisa atau tidak, wajib diberantas! " " Kuda Lampeyan, jangan menepuk dada!" seru buyut Mandana "rakyat Mandana bukan bangsa ular yang suka membesarkan leher. Tetapi ular yang benar2 akan menggigit apabila diinjak orang " Kuda Lampeyan tertawa mencemoh "Masakan tubuh ular itu lebih keras dari tiang soko pendapa ini !" tiba2 ia berbangkit, menyambar sebatang tombak dari tangan seorang prajurit yang berdiri dibelakangnya lalu dilontarkan sekuat tenaga kearah salah sebuah tiang soko. Grek . . . . ujung tombak menyusul kedalam tiang hingga hampir dua kaki dalamnya. Batangnya tergetar keras .... Sekalian orang termasuk rombongan prajurit Majapahit sendiri, terkejut menyaksikan kekuatan Kuda Lampeyan yang sedemikian menakjubkan. Tiba2 buyut Mandana tertawa "Kuda Lampeyan, jangan sembarang membuang senjata. Kurangnya sebatang tombak berarti hilangnya sebuah senjata untuk jaga diri" buyut itupun berbangkit lalu melangkah menghampiri tiang soko. Dipegangnya tangkai tombak lalu disentakkannya keluar dari tiang. Setelah berhasil mencabut keluar, ia menghampiri prajurit pemilik tombak itu dan menyerahkannya kembali "Ki sanak, terimalah tombakmu. Tanpa tombak, keselamatanmu terancam bahaya! " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuda Lampeyan, bekel Banyak Sakurung dan para prajurit pilihan dari Majapahit, tertegun menyaksikan perbuatan buyut Mandana. Buyut yang sudah menjenjang setengah tua itu, ternyata memiliki tenaga tersembunyi yang menakjubkan. Banyak Sakurung tak puas. Ia tak percaya buyut setua itu mampu meronta lepas dari sergapannya. Pada saat buyut Mandana melangkah disampingnya, sekonyong-konyong ia menyambar tubuh buyut itu lalu dicengkam pinggannya "Ki buyut, engkau harus ikut kami ke pura Maja .... " " Ah, ki bekel, jangan bergurau kepada seorang tua" tiba2 buyut Mandana menukas seraya bergeliat meronta. Gerakan buyut itu, dilambari ilmu Belut-putih. Bagaikan menjaring angin, kedua tangan bekel Banyak Sakurung hanya mencengkam hampa. Tubuh buyut itu melenting kesamping. Wajah bekel Banyak Sakurung semerah buah semangka dibelah. Malunya bukan main. Secepat kilat beranjak kemuka, ia menyambar pula tangan buyut. Kali ini buyut Mandana tak melenting kesamping tetapi bahkan malah menyongsong maju. Tangan kiri dibiarkan dicengkeram orang, tetapi serempak dengan itu, tangan kanannya menjulur kemuka, mencengkeram bahu bekel Sakurung lalu mendorongnya kebelakang "Jangan mengharu biru disini, bekel Sakurung. Lihatlah mereka! " Pada saat Banyak Sakurung berhasil memegang tangan kiri ki buyut, tiba2 ia rasakan bahunya dicengkeram buyut itu. Cengkeraman itu kerasnya bukan alang kepalang sehingga ia sampai meringis menahan sakit. Cengkeraman itupun menyebabkan tenaganya seakan-akan lumpuh. Maka ketika buyut Mandana mendorong tubuhnya kebelakang, Banyak Sakurungpun menurut saja seperti seorang anak kecil .... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Banyak Sakurung terpukau. Mendengar kata2 buyut Mandana, iapun cepat berpaling kebelakang. Ah . . ternyata disekeliling pendapa besar itu, telah berpagar berpuluh-puluh barisan pemanah rakyat Mandana yang tengah merentang busur. Ujung anakpanah mereka tertuju kearah Banyak Sakurung. "Apabila ki bekel masih mengganggu aku lagi, mereka pasti akan menaburkan anakpanah ketubuh tuan! " seru buyut Mandana pula. Banyak Sakurung gemetar pucat karena menampung kemarahan yang tak dapat menghambur keluar. Ia. tahu kata2 buyut itu pasti akan dilaksanakan apabila ia masih tetap menyerang. Namun ia merasa malu kalau mundur karena ancaman itu. Dua macam kesulitan yang bertentangan, mencetuskan kebimbangan. Dan berpalinglah ia melontar pandang mata bertanya kepada Kuda Lampeyan. Kuda Lampeyan dapat menanggapi gerak gerik orang sebawahannva itu. Kegawatan suasana di pendapa ke buyutan, tak lepas dari pengamatannya. Berlapis-lapis barisan rakyat Mandana yang berkerumun memenuhi halaman, menuntut pertimbangan yang mempunyai tanggung jawab. Dapatkah rombongannya yang berjumlah duapuluh orang itu, manghadapi beratus-ratus rakyat yang marah ? Teringatlah ia akan petuah gurunya. Seorang ksatrya yang gagah, seorang senopati yang memimpin pasukan, harus pandai melihat gelagat. Tak dibenarkan hanya bersandar kegagahan dan keberanian secara membabi buta. Kuda Lampeyan menganggap dirinya sebagai seorang senopati. Ia merasa bertanggung jawab atas keselamatan jiwa anakbuahnya. Dan menurut penilaian, suatu tindakan yang nekad untuk menyerang rakyat Mandana yang jauh lebih http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ besar jumlahnya, hanya pengorbanan sia2 yang akan diperolehnya. Maka ia memutuskan akan mundur dari tempat itu untuk menghadap baginda dan melaporkan sikap orang2 Mandana. Ia hendak mohon kepada baginda agar diperkenankan memimpin pasukan untuk menghancurkan Mandana. Namun walaupun mundur, ia tetap menghendaki mundur yang terhormat. "Rama buyut " serunya kepada buyut Mandana " suasana dalam kebuyutan Mandana, cukup memberi kesan yang jelas. Apalagi kalau dikaitkan dengan ucapan rama terhadap baginda. Makin gamblang " "Apa kesanmu ? " "Dari susunan barisan dan cara mengaturnya tak mungkin apabila berpuluh barisan rakyat di luar halaman itu, disiapkan dan dibentuk dalam beberapa hari menjelang kedatanganku kemari! Bahwa tentulah jauh2 hari sudah dibentuk untuk tujuan tertentu. Maka jelaslah sudah apa yang kuhadapi saat ini. Bukan lagi penolakan rama untuk memenuhi panggilan baginda, tetapi penolakan rama terhadap kekuasaan raja. Bahkan lebih dalam pula, penolakkan terhadap pengangkatan baginda Jayanagara sebagai raja ! " "Jangan menjelmakan kesimpulan menurut anggapanmu sendiri! " seru buyut Mandana. "Betapapun rama hendak menyelubungi dengan kata2, namun kenyataan telah menelanjangi tujuan rama " sahut Kuda Lampeyan baiklah rama. Sebagai putera menantu, aku tetap menganggap rama sebagai orang tua. Tetapi dalam pendirian, ternyata kita saling bersimpang arah. Saat ini aku berhadapan dengan rama sebagai seorang putera menantu dan sebagai utusan sang Nata. Tetapi lain kali apab la aku http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ datang lagi, kita nanti saling berhadapan sebagai lawan. Rama menyulut api, aku menyiram air " "Itu kehendak rakyat Mandana! " "Rama terimalah sembah bhakti putera menantu yang terakhir " tiba2 Kuda Lampeyan berlutut menyembah buyut Mandana. Seteli h i u ia bangun " Rama, aku hendak mohon diri pulang ke pura kerajaan. Bukankah janji rama untuk menghormati utusan sang Nata masih berlaku? " "Terserah kepada rakyat!" sahut buyut Mandana " yang jelas aku pribadi takkan mengganggu seujung lambut kalian! " Kuda Lampeyan mengajak rombongannya keluar. Mereka menaiki kudanya pula dan berjalan pelahan-lahan di tengah barisan rakyat Mandana. Tiba2 beratus-ratus rakyat yang tergabung dalam kelompok2 barisan itu mengerumuni mereka. Kuda Lampeyan dan rombongan terpaksa hentikan kuda. Sekelilingnya telah berpagar beratus batang tombak, lembing pedang dan panah. "Apa maksud kalian?" tegur Kuda Lampeyan. "Tinggilkan salah sebuah benda milik kalian! " seru mereka dengan serempak. Kuda Lampeyan kerutkan dahi " Mau merampas? " "Tinggalkan pedangmu! " teriak beberapa lelaki seraya acungkan tombak. Kuda Lampeyan marah. Ia mencabut pedang dan membentak "Pedang adalah kehormatan seorang ksatrya. Pedang hilang, nyawapun melayang! Ayo, orang2 Mandana, majulah kamu semua! "



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Orang2 itu berhenti maka Kuda Lampeyanpun lanjutkan langkah kudanya. Beberapa kelompok lelaki bersenjata pedang maju mengepung "Tinggalkan kuda kalian! " teriak mereka. " Kuda adalah ibarat baki seorang senopati. Tak mungkin engkau minta! " hardik Kuda Lampeyan seraya mengayunayunkan pedang " rawe2 rantas, malang2 putung!" ia terjangkan kudanya menyiak lapisan orang yang berjejal dimuka. Banyak Sakurung dan anakbuahnyapun mengikuti tindakan pemimpin mereka. Beratus-ratus orang menyingkir kesamping memberi jalan. Dan hampirlah Kuda Lampeyan dan rombongannya menembus keluar dari lautan manusia itu. Sekonyong-konyong dua kelompok barisan maju dari kanan dan kiri. Yang sebelah kanan kelompok barisan pemanah. Mereka merentang busur yang berisi anakpanah, mengancam rombongan prajurit Majapahit. Sementara yang muncul dari samping kiri, kelompok barisan parang. Mereka berhamburan loncat kebelakang setiap kuda dan, cret, cret . . . terdengar bunyi gemersik pelahan ketika parang2 itu memapas bulu ekor kuda rombongan prajurit.. Pada saat seorang lelaki dari kelompok barisan parang itu loncat hendak menabas bulu ekor kuda Kuda Lampeyan, Kuda Lampeyanpun cukup waspada. Ia lonjakkan kuda kemuka seraya berpaling kesamping kanan, menjaga apabila kelompok barisan pemanah akan menaburkan panahnya. Tetapi sampai ia menerjang keluar dari deret kepungan yang terakhir, ternyata tak terjadi suatu apa. Maka hanya kuda tunggangannyalah satu satunya yang masih utuh bulu ekornya. Kuda Banyak Sakurung dan rombongan prajurit, semua buntung ekornya ....



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rombongan prajurit tak menghiraukan sorak sorai bermanja tawa dari orang2 Mandana. Setelah tiba di mulut desa, bekel Banyak Sakurung hentikan kuda dan berputar ke belakang. Serunya seraya mengacungkan tinju kearah rakyat Mandana yang masih berkerumun di halaman kebuyutan itu " Hai, orang Mandana, tunggulah pembalasanku. Akan kuratakan bumi Mandana dengan mayatmu. . . . ! " Sesungguhnya Kuda Lampeyan tak kalah besar kemarahannya dengan Banyak Sakurung. Namun sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas anakbuahnya, terpaksa ia harus menekan perasaannya. Hal itu jelas terpancar dari warna wajahnya yang merah padam. "Bekel Sakurung, mari kita cepat pulang ke pura kerajaan .... " serunya kepada bekel prajurit itu. "Raden, hinaan yang kita terima dari rakyat Mandana ini, sungguh amat menekan bathinku. Aku bersumpah akan menyikat bersih noda kehinaan ini. Kelak apabila menyerang Mandana, akan kubunuh semua orang lelaki di tanah itu! " Banyak Sakurung mengomel tak berkeputusan. " Ki bekel, akupun bersumpah " tiba2 seorang prajurit bertubuh kekar berseru "apabila kita sudah merebut kekuasaan tanah Mandana, setiap kaum lelaki di tanah itu akan kupotong rambutnya! " "Jangan kepalang tanggung, kakang! Engkau yang memotong rambut, aku yang memangkas alisnya " seru seorang prajurit lain. "Setuju ! " seru lain prajurit yang mukanya berlumuran rambut lebat " asal jangan kaum wanitanya yang dipangkas rambut dan alisnya! " "Mengapa ? " tanya seorang kawannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sayang " sahut prajurit brewok itu " wanita Mandana cantik2. Kulitnya halus2 dan kuning langsap. Kalau kalian tak mau, serahkian saja padaku daripada digunduli rambut dan alisnya .... " "Setan engkau Sargula! " teriak seorang prajurit bertubuh kurus " suaminya engkau bunuh, isternya engkau ambil. Engkau melanggar hukum yang disebut Bahut " angeris! Sargula prajurit bermuka btewok tertawa mencemoh "Dalam perang, hukum tak berlaku. Yang lelaki kita bunuh, yang perempuan kita ambil. Itu sudah jamak terjadi dalam suasana peperangan. Prajurit2 yang menang tentu akan menikmati wanita2 didaerah yarg didudukinya. Sudahlah Sakri, kalau engkau tak mau, bagaianmu berikan saja kepadaku! " Percikan sendau-gurau antara, kedua prajurit itu, agak meredakan api kemarahan yang menyala di dada rombongan prajurit Majapahit. Kuda Lampeyan tahu pula akan gelora kejiwaan kaum prajurit. Maka ia tak mau menghentikan pembicaraan mereka dan membiarkan anakbuahnya itu meluapkan seluruh isi dendam kemarahannya. Beberapa saat kemudian, barulah ia membuka suara " Bila dada kalian sudah longgar, mari kita lanjutkan perjalanan " Demikian mereka lalu mencongklangkan kuda. Kuda Lampeyan memberi isyarat supaya Banyak Sakurung berkuda disisinya "Ki bekel, bagaimana sambutan baginda atas kegagalan tugas kita ini?" tanyanya. "Kurasa baginda tentu takkan menjatuhkan hukuman kepada kita" kata bekel prajurit itu "karena jelas bahwa persoalan tanah Mandana itu sudah beralih sifatnya. Yang kita hadapi bukanlah buyut Mandana sebagai ayah Rara Sindura.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi buyut Mandana sebagai pemimpin pemberontak yang menentang kekuasaan kerajaan " "Adakah baginda berkenan mengabulkan permohonan kita untuk memimpin penyerangan ke Mandana?" "Dengan dalih untuk menebus kegagalan tugas yang baginda titahkan pada kita. Serta dengan jaminan penyerahan batang kepala untuk dipenggal apabila kita gagal lagi, rasanya baginda tentu akan mengabulkan permohonan kita itu" sahut bekel Banyak Sakurung. Kuda Lampeyan mengangguk-anggukkan menyetujui pandangan bekel itu.



kepala,



Dua hari kemudian, menjelang sang Surya bersiap-siap masuk ke peraduan, tibalah rombongan Kuda Lampeyan disebuah hutan "Bekel Sakurung, kita harus mempercepat perjalanan agar sebelum petang dapat mencapai sebuah desa" kata Kuda Lampeyan seraya memacu kudanya lebih kencang. Kelengangan jalan pegunungan disenja hari, seolah-olah diguncang kemelut deru dan drrap yang menggemuruh. Deru menderu angin berhembus kencang, derap berderap dari kaki kuju yang berpacu melintas jalan. Debu tersibak membubung keatas lalu berhamburan menebar kesegenap penjuru, mengaburkan pandangan arah. Walaupun rombongan prajurit Majapahit itu haru» memincingkan mata untuk menghindar dari taburan debu, namun mereka tetap memacu kudanya sekencang angin. Mereka seolah-olah berlomba dengan sinar matahari yang segera menghilang. " Berhenti! " tiba2 Kuda Lampeyan berteriak memberi aba2 kepada anakbuahnya seraya mengekang kuda sekuat-kuatnya. Sekalipun rombongan prajurit itu sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan kuda masing2, tetapi karena amat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendadak sekali, kuda merekapun saling berhamburan bentur membentur. Kuda Lampeyan memutar kudanya dan larikan kembali kejalan yang lelah dilalui dibelakang tadi. Beberapa puluh langkah jauhnya, ia hentikan kuda dan loncat turun lalu tegak berdiri bercekak pinggan memandang kearah sebatang pohon tiktiki yang tumbuh tak jauh ditepi jalan. Banyak Sakurung dan rombongan anakbuahnyapun segera menyusul dan berhamburan loncat dari kuda lalu menghampiri ketempat Kuda Lampeyan. Segera mata prajurit2 itu terbelalak ketika menyaksikan sebuah pemandangan yang mendebarkan darah. Dua orang muda, priya dan wanita tengah duduk bersanding diatas akar pohon. Lelaki muda itu mengenakan pakaian seorang brahmana dan si wanita berparas amat cantik. Wanita berparas cantik itu duduk sambil merentang sebelah matanya. Sedang brahmana muda itu sendiri menundukkan muka, mulutnya berulang kali meniup mata wanita itu " Sudah hilangkah pasirnya ? " serunya. Sambil mengucal-kucal kelopak matanya, akhirnya wanita cantik itu merentang mata " Yah, sudah, terima kasih kakang brah .... " belum selesai mengucap tiba2 ia menjerit " Hai, kakang Lampeyan, engkau .... " serentak wanita itu melonjak bangun terus lari menyongsong ke tempat Kuda Lampeyan. Ternyata pada saat Kuda Lampeyan datang kemudian disusul rombongannya, wanita itu sudah mendengar. Tetapi karena matanya kemasukan pasir yang dihamburkan kuda rombongan prajurit Majapahit itu, terpaksa ia lebih mementingkan pertolongan dulu. Setelah butir pasir dapat ditiup keluar oleh brahmana muda, sambil mengucap terima kasih ia melirik kearah rombongan pendatang itu. Demi pandang matanya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tertumbuk akan Kuda Lampeyan yang berdiri menggagah bercekak pinggang, terbanglah semangatnya. Ia menjerit kejut2 girang dan lari mendapatkannya. "O, kakang, kakang Lampeyan . . . . " ratap wanita itu dengan nada beriba-iba. "Berhenti ! " sekonyong-konyong Kuda Lampeyan membentak keras seraya menuding wanita yang berada pada jarak lima langkah dari tempatnya. Wanita itu tertegun, serunya " Kakang Kuda Lampeyan, aku Sindura kakang. . . . ! " ia ayunkan langkah pula. "Berhenti! " baru si cantik Sindura melangkah setapak ke muka, Kuda Lampeyan menghardiknya pula "Ya, engkau memang rara Sindura, aku tidak buta! " "Kakang! " teriak Sindura terkejut " Sindura ini isterimu ! " Kuda Lampeyan tertawa hambar" Ya, dahulu " "Sekarangpun tetap isterimu, kakang " teriak Sindura mengiba sedu " oh, kakang, mengapa engkau ini ... . " "Sindura telah lari dengan gerombolan lelaki jahat. Dan yang kusaksikan saat ini dia sedang bercumbu rayu dengan seorang brahmana muda. Bagaimana mungkin Kuda Lampeyan mempunyai isteri seorang wanita yang sedemikian rendah martabatnya! " "Duh, kakang Lampeyan, engkau salah Faham " lengking Sindura " akan kuceritakan seluruh kisah yang menimpa diriku .... " Kuda Lampeyan mendengus muak "Tiada perlunya kudengar cerita kosong karena mataku lebih dapat kupercayai. Apa yang kusaksikan saat tadi, benar2 telah membuka mata hatiku! " http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Engkau salah, kakang. Brahmana Anuraga itu adalah penolongku. Kita harus berterima kasih kepadanya karena ia bersedia mengantarkan aku pulang ke Mandana " "Silahkan engkau berterima kasih habis-habisan kepadanya dengan penyerahan jiwa ragamu. Tetapi jangan menyangkut pautkan diriku kepadanya. Aku bukan Sindura dan engkaupun bukan Kuda Lampeyan! " Mendengar hamburan kata2 tajam yang bernada umpat caci dan bernafas cemoh hinaan itu, kepala Sindura serasa dihantam palu godam. Berbulan-bulan ia merindukan kedatangan sang suami namun setelah jumpa hanya hamun makian yang diterimanya. Saat itu Sindura merasa bumi yang dipijaknya seperti tenggelam dan alam sekelilingnya berputar melingkar-lingkar bagai angin lesus. Ia pejamkan mata, tubuhnya bergetar-getar bagai tangkai bunga diayun angin. "Kakang, bunuhlah aku! " sekonyong-konyong Sindura menjerit dan lari menelungkupi kaki Kuda Lampeyan. Menangis tersedu sedan .... Karena jaraknya dekat, Kuda Lampeyan tak dapat menghindarkan kakinya yang dipeluk oleh Sindura " Enyah engkau, wanita hina .... " bentak Kuda Lampeyan seraya mengangkat tangan hendak ditamparkan ke kepala Sindura. "Jangan, raden!" tiba2 terdengar suara orang berseru mencegah. Kuda Lampeyan terkejut. Ketika berpaling berkobarlah amarahnya. Yang berseru itu brahmana muda tadi dan saat itu dengan tenang berjalan menghampiri "Engkau hendak membela ? " tegurnya bengis.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga tersenyum. Wajahnya setenang air telaga, sahutnya secerah pagi " Raden, sabarlah. Janganlah raden mudah menurutkan nafsu Amarah. Karena nafsu Amarah itu mengaburkan kesadaran bathin kita ... " "Pantas, pantas " mulut Kuda Lampeyan mendecak-decak. Anuraga terkesiap, ujarnya " Pantas bagaimana, raden ? " "Seorang brahmana yang masih muda, tampan, lemah lembut budi bahasanya, pandai merangkai kata, fasih memberi wejangan. Ah, ah, siapakah orangnya yang takkan terpikat ? " Alis Anuraga meliuk-liuk karena tertekan lekuk dahinya yang mengerut kesima " Raden seorang ksatrya dan aku seorang brahmana. Layakkah kita bersambung cakap dengan kata2 yang bernada sindir ejekan ? Marilah, raden Kuda Lampeyan, kita bicara dengan tenang dan damai " "Ha, ha " Kuda Lampeyan tertawa mengejek "enak saja engkau berbicara, brahmana. Engkau membawa isteri orang lalu mengajak orang damai. Duhai brahmana, kiranya tiada seorang lelaki yang tahu harga dini akan merelakan isterinya dibawa berjalan oleh seorang lelaki, walaupun dia mengenakan pakaian seorang brahmana " "Raden, engkau salah faham " masih Anuraga menekan kesabarannya sekuat mungkin. "Bagi seorang yang melakukan tindak strisanggrahana, memang harus mengatakan aku salah faham. Tetapi aku hanya memiliki sebuah faham. Bahwa orang yang berani membawa isteriku berarti merobek dadaku. Dia harus mati. Salah atau benar, begitulah fahamku ! " Anuraga meliuk mundur setapak. Ditatapnya Kuda Lampeyan dengan tajam " Raden, kurelakan jiwaku engkau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bunuh, apabila engkau anggap aku bersalah, Tetapi hendaknya raden suka memberi kesempatan kepadaku untuk menjelaskan persoalan itu " "Ah. tak mungkin maling akan mengaku perbuatannya apabila tak dipaksa dengan kekerasan. Tak perlu engkau berkering lidah untuk memberi penjelasan. Karena kesimpulan dani penjelasanmu itu tentulah bersifat pembelaan untuk membersihkan diri!” "Tetapi tidaklah adil menjatuhkan hukum:»n berdasarkan prasangka semata mala " sanggah Anuraga. "Apa?" teriak Kuda Lampeyan seraya menuding Anuraga "bukan prasangka, bukan pula fitnah. Tetapi bukti yang kusaksikan dengan mata kepala sendiri. Engkau jelas membawa lari seorang wanita pelarangan. Engkau bercumbu rayu dengan wanita itu di tengah hutan ysng sunyi. Ini sudah jelas dan disaksikan oleh rombongan anakbuahku. Wahai brahmana! Engkau gunakan baju ke-brahmanaan untuk menyelimuti pribadimu. Engkau memanfaatkan wajahmu yang tampan untuk memikat wanita2 cantik. Engkau gunakan kepandaian lidahmu untuk mencumbu rayu wanita korbanmu itu. Untuk menyelamatkan korban2 wanita yarg akan berjatuhan di bawah telapak kakimu, br?hmr na sekotor dirimu itu harus dilenyapkan! " "Om awignam astu namas siddham .... " desis Anuraga seraya menelikukan kedua tangannya ke dada. Kuda Lampeyan menyiak tubuh Sindura lalu berseru kepada Anuraga "Brahmana, bersiap-siaplah menerima kematianmu .....! "? -oo0dw0oo-



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 9



I NAFSU adalah sumber kecelakaan, Diantara benih2 Nafsu, Amarahlah yang paling subur dan cepat tumbuh. Sesubur dan secepat rumput tumbuh dimusim hujan. Demikian Amarah cepat tumbuh subur apabila pikiran kita tertutup awan kegelapan. Awan hitam dari kabut Praiangka lalu disusul dengan mencurahnya hujan amarah. Pikiran Kuda Lampeyanpun tertutup oleh awan prasangka. Danprasangka itu timbul dari kebijaksanaan pikirannya yang menyimpulkan bahwa isterinya bertindak serong dengan brahmana Anuraga. Laksana magma yang sudah tertimbun http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penuh dalam kerak bumi, meletuslah amarah Kuda Lampeyan bagai gunung berapi memuntahkan lahar panas...... Sesungguhnya Kuda Lampeyan bukan pemuda yang mudah terperangsang kemarahan. Bukan pula orang yang berwatak keras kepala tak mau menerima keterangan orang. Tetapi saat itu pikirannya memang masih mengemelut bara kemarahan dari peristiwa yang dialamanya di Mandana. Tugasnya memanggil buyut Mandana, gagal. Masih ditambah pula dengan hinaan yang diterimanya dari rakyat Mandana. Pergi dari Mandana membawa dendam kemarahan, di tengah jalan melihat isterinya bersama seorang brahmana muda. Ibarat api disiram minyak, seketika meledaklah kemarahan Kuda Lampeyan. Kata orang, ada dua hal yang dapat menimbulkan kemarahan seorang lelaki. Pertama kalau anaknya digoda dan kedua apabila isterinya diganggu. Rupanya hal itu terjadi pada diri Kuda Lampeyan. Amarah yang lahir dari prasangka hati cemburu itu, membuat Kuda Lampeyan tak ubah seperti banteng melihat darah. Ia hendak menerjang brahmana muda itu, menghantamnya porak poranda. Tetapi pada saat kedua tumit kakinya hendak berayun mengantar tubuh, sekonyong-konyong Banyak Sakurung sudah mendahului loncat ke tengah gelanggang "Raden, idinkanlah hamba yang merobek dada brahmana cabul ini.....!" Bekel prajurit Majapahit itu tak mau melelahkan lidah adu mulut dengan brahmana Anuraga. Ia juga menyaksikan betapa sikap brahmana itu dikala menundukkan muka meniup mata si jelita Sindura tadi. Dan sebagai Kuda Lampeyan, bekel prajurit itu hampir tak tahan menampung kemarahan yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ didtritanya dari rakyat Mandana. Brahmana itu layak menjadi tumpuan tempat penumpah ledakan dendam kemarahannya; "Mampuslah engkau, brahmana kurang susila!" teriak bekel itu seraya mendaratkan tinjunya yang besar ke dada A nuraga. Tetapi ia terkesiap sendiri ketika menyaksikan brahmana muda itu tetap tegak tak melepaskan teliku tangannya. Rasa kejut, menghanyutkan pikirannya. Pikiran hanyut, tinjupun berhenti di tengah jalan. "Eh, ki sanak, mengapa dika hentikan tinju dika?" tegur Anuraga tenang rentang. "Huh ..." bekel Sakurung gelagapan "mengapa engkau diam saja? Ketahuilah hai brahmana, bahwa tinjuku ini" ia kepalkan genggam tinjunya makin kencang "pernah menghantam pecah kepala kerbau gila. Mengapa engkau tak berusaha menghindar?" Tiba2 bekel itu tertegun. Ia menyadari ucapannya itu sesuatu yang berkelebihan. Musuh harus dihancurkan, tak perlu diberi kasihan. "Bagus, ki prajuiit" tiba-tiba Anuraga berseru "dadaku memang pernah sanggup menerima pukulan gada besi. Ingin kusaksikan, mana yang lebih keras. Tinjumu atau gada besi ?" "Keparat, engkau berani mengolok bekel Sakurung!" kata2 itu ditutup dengan mengayunkan tinju ke dada Anuraga. Ia tak mau mempedulikan lagi, adakah brahmana muda itu berusaha menghindar atau tetap tegak mematung. Sambil menyurut mundur setengah langkah menghindari tinju bekel Sakurung, berserulah Anuraga



untuk



"Ah, dika belum mengerahkan seluruh tenaga, ki bekel. Angin pukulanmu masih belum keras!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bedebah, jangan bermulut besar!" teriak bekel Sakurung mengulang pukulan tinjunya. "Masih belum bcrlambar tenaga penuh, ki bekel" kembali Anuraga berseru sambil mengisar diri kesamping. Dua kali memukul, dua kali hanya menerkam angin, benar2 membuat bekel Sakurung melonjak-lonjak seperti orang menginjak api "Jahanam, kalau tak dapat menghancurkan dadamu, aku tak mau pulang ke Majapahit!" "Benar" sambut Anuraga dengan nada tenang2 menyengat "karena sekalipun engkau ingin pulang, mungkin tak dapat!" "Pinda liman mberot saking wantilan" atau laksana seekor gajah meronta dari tiang tempat dirinya dirantai, maka mengamuklah bekel Banyak Sakurung menyerang Anuraga. Anuraga menyadari bahwa lawan yang menyerangnya itu seorang bekel prajurit dari Majapahit. Ia tak merasa terikat dendam permusuhan dengan bekel prajurit itu. Apalagi bekel itu hanya seorang bawahan Kuda Lampeyan. Sedang terhadap Kuda Lampeyan-pun ia tak terikat suatu dendam apa2. Pula, membunuh itu suatu perbuatan terpantang bagi seorang brahmana maupun pendeta. Yang penting, ia harus berusaha untuk memberi penjelasan peristiwa tentang dirinya dengan Sindura. Pemikiran2 yang memandang gerak Anuraga itu memberi banyak peluang bagi Banyak Sakurung untuk mencurahkan seluruh ilmu kedigdayaannya. Memang harus diakui, kedudukan bekel atau lurah prajurit yang dinikmatinya itu, bukan anugerah yang jatuh dari langit. Melainkan harus ditebus melalui pengabdian bertahun2. Pengabdian dalam kecimpung gemerincing pedang dan tombak di medan pertempuran. Luka2 yang menghias dada dan punggungnya, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ merupakan titian tangga yang menjenjangnya ke arah pangkat bekel. Namun sampai napas memburu dan tubuh bersimbah peluh, belum juga Banyak Sakurung mampu merubuhkan brahmana muda itu. Jangankan merubuhkan, bahkan menyentuh tubuh Anuraga sedikitpun bekel itu tak mampu. Entah ilmu apa yang digunakan oleh brahmana muda itu. Yang jelas, brahmana muda itu selalu dapat menyingkir dari pukulan, tebasan maupun sepakan, tepat pada saatnya. Kemarahan bekel itu makin meluap-luap. Di pura kerajaan, ia dikagumi dan disegani sebagai seorang bekel yang berani dan digdaya. Tetapi di Mandana, ia tak mampu menangkap buyut Mandana yang tua. Kemudian saat itu berhadapan dengan seorang brahmana muda, iapun diperolok seperti anak kecil. Brahmana itu tak mau balas menyerang melainkan hanya menghindar. "Brahmana, hayo balaslah memukul" teriaknya menantang. "Aku tak bermusuhan padamu, mengapa engkau minta pukulanku?" sahut Anuraga. "Keparat, kalau engkau menghina aku, tentu ku-cincang tubuhmu!" seru bekel Sakurung seraya mencabut pedang. "Ki bekel" tiba2 Anuraga berseru sarat "perlu kuperingatkan kepadamu. Dika dan aku tak bermusuhan bahkan sebelumnya tak kenal mengenal. Sarungkanlah pedang dan dengarkanlah penjelasanku. Salah gerak berakibat bencana ...." "Bencana bagi manusia yang cidera tingkah, kurang susila!" tukas Banyak Sakurung. "Dika berprasangka tanpa mau meneliti persoalannya"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jangan banyak cakap, brahmana!" bentak Banyak Sakurung "agar tak dituduh aku seorang bekel prajurit menindas seorang brahmana, kupersilahkan engkau mengeluarkan senjatamu dan berusahalah membela dirimu!" "Terima kasih, ki bekel" sahut Anuraga serta merta "dalam gerhasta rumah asrama perguruanku, aku hanya diajar tentang ilmu agama Syiwa dan aku diharuskan menjunjung Cinta Kasih di n Budi Kebaikan. Tak pernah aku menerima pelajaran bermain senjata, membunuh manusia" "Pakailah apa saja yang engkau anggap dapat melindungi dirimu, brahmana!" Sejenak memandang ke tubuh sendiri, Anuraga liukkan alis "Yang ada pada diriku hanyalah seperangkat jubah kebrahmanaan dan seuntad kalung tasbih. Adakah benda itu dapat menjadi senjata pelindung diri ?" Bekel Sakurung geram2 kecewa berseru "Hm, apa yang engkau inginkan, pedang atau tombak ?" ia berpaling kebelakang dan meminta sebatang pedang serta sebatang tombak dari seorang prajurit. Lalu diangsurkan kepada Anuraga "Pilihlah yang engkau sukai!?” Anuraga menyurut mundur selangkah "Tidak ! Aku tak pernah menggunakan senjata untuk membunuh. Seorang brahmana bukan seorang prajurit" Banyak Sakurung menggentak-gentakkan kaki ke tanah dan mengguman geram "Sial, mengapa bertemu dengan seorang brahmana yang setolol ini....” Rasa kecewa hampir memadamkan semangat kelahi bekel itu. Tetapi tiba2 ia teringat akan janjinya kepada Kuda Lampeyan untuk menghajar brahmana kurang tata itu "Brahmana" bentaknya "sudah dua tiga kali kupersilahkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau memakai senjata tetapi selalu engkau tolak. Apabila engkau binasa, janganlah menjadi setan penasaran.....” "Senjata hanyalah buatan tangan manusia dan jiwaku adalah pemberian Hyang Widhi Wisesa" sahut Anuraga selembut angin semilir "Mungkin tubuhku, pakaianku, dapat engkau hancurkan. Tetapi mampukah dika membasmi jiwaku?" "Omong kosong!" teriak Banyak Sakurung "lihat sajalah apakah pedangku ini kuasa mencabut nyawamu atau tidak!" Banyak Sakurung menutup pembicaraan dengan sebuah gerak menabas kepala brahmana muda itu. Sing, pedang berkesiur menyambar, menimbulkan deru angin yang keras sehingga rambut Anuraga tegak rebah dan meliuk-liuk bagai batang padi yang sarat bulirnya. Tetapi tabasan bekel prajuiit itu hanya dapat menyiak gelung rambut sang brahmana, setitikpun tak kuasa menyentuh sekelumit kulit kepalanya. Takut peristiwa akan berulang lagi seperti pada pertempuran dengan pukulan tadi, bekel Sakurung tumpahkan seluruh perhatian dan tenaga dalam tabasan yang kedua. Pedang berkilat memancar sinar kemilauan, menyambar pinggang Anuraga. Apabila kena, pinggang brahmana itu tentu terbelah dua . "Uh ...." bekel Sakurung mendesah kejut ketika tabasan yang dilancarkan dengan keyakinan penuh pasti berhasil itu, ternyata mengalami nasib seperti yang tadi. Pedang hanya membelah angin belaka..... Rupanya Banyak Sakurung sudah jemu memaki-m.\ki. Tanpa berkata sepatahpun jua, ia lanjutkan serangannya, membabat kaki sang brahmsna. Saat itu Anuraga loncat keatas untuk menghindar babatan pedang. Tiba2 bekel http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sakurung membuat gerakan yang tak terduga. Ia kejarkan pedang membelah keatas. Dalam kedudukan tubuh sedang melayang di atas dan terancam oleh tabasan pedang dari bawah, memang sukar membayangkan bagaimana Anuraga hendak menyelamatkan diri. Dalam detik2 ketegangan mencengkam seluruh perhatian setiap orang yang berada di situ, sekonyong-konyong Kuda Lampeyan terkejut ketika lengan kirinya dipeluk orang dan serentak telinganya terngiang suara Sindura merengek "Kakang .... jangan membunuh kakang brahmana itu, dia tak bersalah, kakang” Saat itu Kuda Lampeyan tengah menumpahkan perhatian mengikuti jalannya pertempuran. Ia tahu bahwa Anuraga itu sesungguhnya memang hendak mengolok bekel Sakurung dengan pura2 bersikap seorang yang tak mengerti ilmu tata kelahi. Diam2 Kuda Lampeyan mengkal sekali kepada brahmana yang telah memikat isterinya itu, namun setelah menyaksikan ulah Anuraga dalam menghadapi serangan pedang bekel Sakurung mau tak mau ia harus memuji kelincahan brahmana itu. "Hm, andaikata aku yang diberi kesempatan seperti bekel Sakurung, tak mungkin brahmana itu dapat bernapas lebih lama dari sekejab mata baru ia membuat penilaian dalam hati, tiba2 ia terkejut karena lengan bahunya dipeluk Sindura. Kuda Lampeyan sudah menjatuhkan prasangka buruk terhadap Rara Sindura. Ia anggap wanita itu sudah tak setya padanya. Belum ia sempat melakukan gerakan untuk membebaskan diri dari cekalan si jelita, tiba2 terdengar jelita itu meratap-ratap memintakan pengampunan untuk brahmana muda. Seketika meluaplah darah Kuda Lampeyan! http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jika tadi ia hanya akan membebaskan diri dari jamahan tangan Sindura, tetapi saat itu berobahlah keputusannya "Enyahlah engkau wanita hina, kulitku haram engkau sentuh....." hardik bentakan itu diserempaki dengan sebuah dorongan tangan kanan. Yang mendorong seorang senopati muda, digdaya, bertenaga kuat dan sedang marah. Dan yang didorong seorang jelita yang lemah dan paserah diri. "Aduh, kakang...." Sindura menjerit dan tubuhnya pun terpelanting beberapa langkah kebelakang lalu jatuh tertiarap ditanah. Saat itu untuk menyelamat diri dari tabasan pedang Banyak Sakurung, tiada lain jalan bagi Anuraga kecuali dengan cara menekuk kedua lutut ke atas lalu didekap dengan kedua tangan. Tenaga dekapan tangan itu memberi kekuatan padanya untuk ayunkan tubuh melenting berjumpalitan ke belakang dan meluncur turun ke bumi. Pada saat ia hendak berputar tubuh menghadapi apa yang hendak dilakukan Banyak Sakurung lagi, se-konyong2 ia terkejut mendengar jerit mengaduh kesakitan dari mulut Sindura. Dan terbelalaklah ia ketika melihat jelita itu terpelanting jatuh didorong oleh Kuda Lampeyan. Entah bagaimana, seketika lautan nuraninya seperti tersibak prahara. Seketika timbullah gelombang rasa iba kepada wanita itu. Hampir ia marah. Tetapi pada lain kejab, gelombang kemarahan itu terbentur pada karang tajam yang tegak dihadapannya yakni Kuda Lampeyan. Kuda Lampeyan adalah suami Sindura yang berhak penuh atas diri isterinya. Seorang suami kuasa memberi petunjuk dan meluruskan kesalahan sang isteri. Bahkan menghajar sampaipun membunuh isteri pun diwenangkan oleh undang2 kerajaan apabila isteri itu bersalah besar, nyeleweng dengan lelaki lain. Tetapi jelas http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura tidak berlaku serong, tidak pula tepat dianggap menghina raja. Ia dituduh oleh suaminya tanpa diberi kesempatan menjelaskan duduk perkaranya. Tuduhan, tindakan dan apapun yang bersifat semena-mena, adalah lalim. Kelaliman harus dibasmi. Demikian Anuraga menaikturunkan pertimbangan hati. Dan akhirnya ia harus menyerang pada tuntutan nuraninya agar ia menolong wanita itu dan memintakan keadilan kepada sang suami. Memang berat nian tindakan itu namun ia harus melaksanakan juga karena ia sendiripun tersangkut. Apapun akibatnya, harus ia hadapi dengan ketabahan hati. Selama merenung itu ia seolah-olah tak mengacuhkan Banyak Sakurung. Dan setelah menentukan keputusan, ia terus hendak beranjak kehadapan Kuda Lampeyan. Tepat pada saat kaki hendak melangkah, tiba2 ia mendengar kesiur angin mendera punggungnya. Ia terkejut karena tahu bahwa angin itu bukan angin sewajarnya, melainkan angin yang timbul dari sambaran senjata tajam. Dan serentak ia dapat menduga, siapa yang melakukan penyerangan dari belakang. Cepat ia loncat kesamping untuk menghindar tetapi agak terlambat. Sing.... tahu-tahu secabik jubah keberahmanaannya terpapas beserta sekelumit dagingnya. Walaupun hanya luka kecil, namun darah berhamburan membasahi lengan kanannya. Cepat ia berputar tubuh menghadap penyerangnya. Ditatapnya penyerang itu ialah Banyak Sakurung dengan tajam lalu ditegurnya "Ki sanak, engkau curang!" "Ha, ha, tahu jugakah engkau akan perbuatan curang, brahmana?" Banyak Sakurung mengejek "kita sedang bertempur. Jika engkau menghadap membelakangi aku, adakah aku harus mengitari kemuka agar dapat berhadapan dengan engkau? Kecuali secara tiba2 aku menyerangmu dari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belakang, itu memang curang. Tetapi bukankah engkau tahu bahwa aku sedang menyerangmu? Bukankah salahmu sendiri apabila engkau termangu-mangu seperti orang melamun?" "Ki sanak" jawab Anuraga "dika memakai pedang dan aku bertangan kosong. Seharusnya dika mau memberi kelonggaran karena dika sudah beroleh kelonggaran juga. Tetapi rasanya dika ini memang seorang yang hanya suka menerima tetapi tak mau memberi. .” "Pintar nian engkau bermain lidah" Banyak Sakurung menyengau "tetapi setiap orang yang berada disini tentu. mendengar jelas bahwa aku telah menawarkan senjata kepadamu. Jika engkau menolak, haruskah kupaksa?" "Karena aku tak merasa bermusuhan dengan dika" jawab Anuraga. "Menghukum orang yang bersalah, tak perlu harus mengikat permusuhan dulu dengan orang itu. Engkau merasa atau tidak merasa bermusuhan kepadaku, aku tetap hendak menghukummu!" "Tetapi aku tak merasa bersalah" bantah Anuraga pula. "Itu perasaanmu sendiri" tukas Banyak Sakurung "tetapi sekalian rombongan raden Kuda Lampeyan menyaksikan perbuatanmu yang tak senonoh terhadap isteri raden Kuda Lampeyan!" "Ki sanak, penjelasanku”



engkau



salah



faham.



Dengarkanlah



"Sudah, jangan banyak mulut! Sambutlah pedangku ini ... ." Banyak Sakurung terus ayunkan pedangnya menabas lagi. Sambil menghindar, diam2 Anuraga menimang dalam hati. Ia merssa sukar untuk menjernihkan suasana. Jelas Kuda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lampeyan dan rombongannya tetap berkeras menolak keterangannya. Sia2 belaka ia hendak berkering lidah. Terlintas pada benaknya bahwa saat itu Sindura masih rebah ditanah. Betapalah nasib wanita itu apabila Kuda Lampeyan yang sudah seperti kesusupan setan itu, akan bertindak lebih jsub. Bertindak yang melampaui batas2 rasa kasihan. Pada hal wanita itu tak bersalah. Seketika nurani Anuraga dituntut oleh rara keadilan sebagai seorang manusia. Serta diguncang oleh dharma lakunya sebagai seorang brahmana. Seorang brahmana harus menolorg kepada mereka yang tertimpa kesukaran dan kemalangan. Tanpa menghasratkan pamrih dan takut akan akibat dari pertolongan yang diberikan itu "Besi harus ditempa dengan api, bukan dengan air. Mereka sukar disadarkan dengan kata2, kecuali ditundukkan dengan kekerasan" akhirnya Anuraga terpaksa menanggalkan rasa keengganannya untuk bertindak keras. Sebuah tabasan maut yang dilancarkan Banyak Sakurung ke arah pinggang, dapat dihindar Anurega dengan gerak menyurut ke belakang. Secepat pedang melayang ke samping, secepat itu pula Anuraga maju mencengkeram tangan lawan lalu diteliku ke belalang. Dan setelah tubuh Banyak Sakurung berputar ke belakang, Anuragapun mendorongnya "Jangan mengganggu aku ..” Pelintiran Anuraga itu membuat Banyak Sakurung meringis kesakitan dan terpaksa lepaskan pedangnya. Dan dorongan brahmana itu, menyebabkan ia tertatih-tatih menjorok beberapa langkah ke muka. Seorang prajurit cepat menyongsong agar bekel itu tak sampai jatuh. Kemudian tanpa menghiraukan bekel itu, Aruragapun melangkah ke hadapan Kuda Lampeyan "Raden, jangan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ engkau menyiksa isterimu. Dia tak bersalah dan tetap setya kepadamu” "Brahmana, rupanya engkau berisi juga" kata Kuda Lampeyan tanpa mengacuhkan soal yang dikemukakan Anuraga "dan memang seharusnya demikianlah modal seorang yang gemar melakukan tindak mayang tanpawwah agar dapat menanggulangi orang yang mengetahui perbuatannya" Wajah Anuraga menghambur warna merah ketika mendengar ucapan itu. Mayang tanpawwah artinya mayang yang tak berbuah yalah buah pisang yang digugurkan. Dalam hukum adat, istilah itu digunakan untuk menunjuk kejahatan yang melacur atau melanggar kesusilaan. "Raden Kuda Lampeyan, tuduhan aku melakukan tindak STRISANGGRAHANA dan MAYANG TANPAWWAH, sama sekali tak benar!" bantah Anuraga sesaat setelah dapat menenangkan kegoncangan hatinya "silahkan raden bertanya kepada isteri radan. Bila selama dalam perjalanan aku bertindak melanggar kesusilaan, semoga Dewa mengutuk diriku dan Batara Kala mencabut nyawaku ...." "Hm" desuh Kuda Lampeyan "sumpah takkan bertuah ! Hukum bersumber pada bukti bukan sumpah" "Tetapi aku seorang brahmana, raden" "Benar, tetapi bukan brahmana sesakti mpu Baradah, mpu Gandring, mpu Parwa. Melainkan seorang brahmana muda yang tampan, digdaya, pandai bertutur kata” "Raden !" seru Anuraga agak gemetar nadanya "kalau aku memang bersalah, penggallah kepalaku. Tetapi kuminta raden mengajukan pertanyaan dulu kepada isteri raden" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tak perlu" sahut Kuda Lampeyan "karena jawabannya tentu senada dengan penyangkalanmu" Dada Anuraga bergelombang keras. Rupanya ia berusaha untuk menekan kemarahannya "Raden Kuda Lampeyan, dengan cara apakah yang dapat kulakukan menurut keinginan raden ?" "Sia2 saja engkau hendak berkering lidah, brahmana" sahut Kuda Limpeyan dengan nada dingin. "Baiklah, raden" akhirnya putuslah kesabaran Anuraga menghadapi Kuda Lampeyan yang sudah tak mungkin diajak bicara secara damai itu "bila raden menuduh aku dan isteri raden berbuat salah, maka kuminta raden menjatuhkan hukuman itu kepada diriku. Tetapi janganlah raden menyiksa hteri raden" "Huh" Kuda Lampeyan mendengus muak "tanpa engkau minta, engkau memang akan kutindak sesuai dengan titah baginda supaya menangkap orang yang telah melarikan Sindura. Kalau melawan, orang itu supaya dibunuh. Huh, wanita itu adalah isteriku, hendak kusiksa, kubunuh, itu hakku. Mengapa engkau berani ikut campur mengurus dirinya" "Demi menolong orang yang tak bersalah !" "Atau demi melindungi orang yang engkau sayang, kiranya lebih tepat! " ejek Kuda Lampeyan "sudahlah, jangan berkepanjangan cakap. Serahkan dirimu kubawa menghadap baginda!" Semula Kuda Lampeyan hendak membunuh brahmana yang dianggap telah mengganggu isterinya. Tetapi tiba2 ia merobah rencananya. Dua macam tugas yang diterimanya dari raja. Pertama, memanggil buyut Mandana dan kedua mencari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura dan membawanya ke pura kerajaan. Tugas pertama ternyata gagal. Dan secara tak terduga, ia telah berhasil bertemu dengan Sindura di tengah jalan. Apabila ia dapat membawa Sindura dengan brahmana itu ke pura kerajaan, berarti ia berhasil menunaikan tugasnya yang kedua. Dilain fthak Anuraga terkejut mendengar kata2 itu "Mengapa baginda ?"



raden



hendak



membawa



aku



menghadap



"Itu titah baginda!" sahut Kuda Lampeyan "sekalipun aku lebih suka untuk membunuhmu sendiri, tetapi sebagai seorang senopati wajiblah aku mentaati titah raja" "Aku seorang diri ?" "Tidak, bersama Sindura juga" "Jangan" cepat Anuraga mencegah."jangan membawa isteri raden ke pura Majapahit lagi. Biarlah aku sendiri yang menghadap baginda" Kuda Lampeyan mendesuh geram "Aneh ! Sedangkan aku sebagai suaminya yang berhak penuh, tidak keberatan. Mengapa engkau, seorang brahmana dan seorang luar, berani mencegah? Bukankah itu lebih mencerminkan dengan tegas hubunganmu dengan wanita itu?" "Hm, mengapa raden selalu menjuruskan setiap ucapanmu kearah tuduhan itu? "Anuraga masih berusaha untuk menekan perasaannya "hubunganku dengan isteri raden, hanyalah sebagai seorang manusia terhadap lain manusia" "Manusia lelaki dan manusia perempuan, tentunya !"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar" sambut Anuraga "manusia lelaki yang menjadi seorang brahmana dan manusia perempuan yang menderita nasib malang akibat perbuatan suaminya" "Apa katamu, wahai brahmana?" Anuraga mendesis pelahan "Kiranya tak perlu kuungkapkan hal itu karena raden tentu sudah memaklumi sendiri. Sebagai seorang brahmana, aku wajib menolong sesama umat manusia baik lelaki maupun perempuan, yang sedang menderita kesusahan. Walaupun telah kukuatirkan timbulnya salah faham dari suaminya dan tuduhan2 dari orang, namun aku bersedia meluluskan permintaannya, mengantarkan pulang ke Mandana" "Bohong!" bentak Kuda Lampeyan "siapa yang memberi persetujuan ke sana..” Belum selesai Kuda Lampeyan mengucap, tiba2 terdengar suara seorang wanita berseru "Benar, kakang, memang akulah yang meminta kepada sang brahmana untuk mengantarkan ke Mandana ...." Kuda Lampeyan faham sekali dengan nada suara itu. Cepat ia berpaling kearah Sindura dan menghardik makian "Perempuan hina! Berani benar engkau melarikan diri dari keraton bersama seorang brahmana cabul!" "Bukan, bukan brahmana itu yang menculik aku dari keraton tetapi gerombolan orang Wukir Polaman, kakang!" teriak Sindura yang ternyata sudah menggeliat bangun. Ketika mendengar percakapan antara Kuda Lampeyan dengan Anuraga mencapai titik kesalahan-faham, Sindurapun tak dapat berdiam diri lagi. "Tutup mulutmu, perempuan hina!" damprat Kuda Lampeyan makin marah "engkau akan kubawa kepada http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerajaan untuk mempertanggung jawabkan kesalahanmu kepada baginda" Sesungguhnya bhakti setya Sindura kepada suaminya, amatlah besar. Adalah karena rasa setya kepada suami itu maka berani ia menolak keinginan baginda. Dan pula karena merasa akan terancam hancur kesuciannya maka ia nekad ikut pada gerombolan penculik yang dikiranya akan menyelamatkan dirinya. Bahwa ternyata sang suami dengan semena-mena menuduhnya berlaku serong dan berkeras menolak segala keterangan dan ber-kali2 memakinya sebagai perempuan hina. Mau tak mau membangkitkan rasa keagungannya sebagai seorang wanita. Dahulu semasa masih sebagai gadis, tak pernah ia dimaki orangtuanya. Tetapi saat itu, di hadapan sekian banyak prajurit, ia telah dijadikan tumpuan umpat caci dari suaminya. Kalau ia memang benar seperti yang dituduh suaminya itu, jangankan dimaki, dibunuh sekalipun ia rela. Tetapi ia merasa tak bersalah. "Tidak, kakang!" seru Sindura "apakah engkau merelakan isterimu menyerahkan kesuciannya kepada baginda ?" Kuda Lampeyan tertegun tetapi pada lain kejab ia berseru "Jangan menghina raja! Tak mungkin baginda mau menghendaki dirimu. Engkau seorang wanita yang sudah bersuami. Baginda dapat memperoleh gadis2 cantik yang manapun juga" "Ah, apakah engkau tak percaya kepadaku, kakang?“ "Sudah, jangan banyak cakap. Ikut aku ke pura kerajaan. Di hadapan baginda engkau dapat membersihkan segala kesalahanmu" "Tidak, kakang, aku tak mau kembali ke pura kerajaan ...."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuda Lampeyan merah mukanya "Eh, Sindura, apakah engkau juga akan membangkang perintah raja seperti ayahmu?" "Apa? Apakah kakang sudah bertemu dengan rama?" Sindura menegas. "Dua hari yang lalu aku menghadap ramamu, untuk memanggilnya menghadap baginda. Tetapi ramamu telah menolak bahkan telah mempersiapkan seluruh rakyat untuk menghina aku!" Sindura terbeliak menghadap baginda?"



kaget



"Mengapa



rama



dipanggil



"Untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya aebagai seorang tua yang tak mampu mendidik anaknya sehingga anak itu berani minggat dari keraton!" "Dan mengapa rama menolak ?" "Ramamu mau memenui perintah raja apabila diadili dalam sidang lengkap kerajaan. Kuajaknya datang ke pura kerajaan dulu baru nanti mempersembahkan permohonannya itu. Tetapi dia tetap menolak. Bahkan dia memperlihatkan sikap menentang raja" "Soal diriku lolos dari keraton, sama sekali tiada sangkut pautnya dengan rama. Rama tak tahu sama sekali hal itu, mengapa rama diharuskan bertanggung jawab ?" Sindura memberi bantahan "Kalau dia sebagai orangtua lepas dari tanggung jawab, lalu siapakah yang harus bertanggung jawab?" "Waktu masih gadis, aku memang menjadi tanggung jawab orangtua. Tetapi setelah menikah, seharusnya suamikulah yang mengambil alih pertanggungan jawab itu" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku memang takkan mengingkari tanggung jawab itu maka sekarang juga aku hendak membawamu kembali ke pura kerajaan menghadap baginda" Sindura tertawa geram "Kepada siapakah engkau merasa akan memberikan tanggung jawab itu ?" "Sudah tentu kepada baginda !" "Mengapa engkau harus memberi tanggung jawab kepada raja ?" "Karena aku seorang senopati kerajaan" "Dan engkau lalu takut akan kehilangan pangkat itu ?" seru Sindura "tetapi engkau lupa akan tanggung jawabmu kepada dirimu sendiri !" "Diriku ?" Kuda Lampeyan kerutkan kening. "Ya, dirimu sebagai seorang suami. Apakah tanggung jawabmu sebagai seorang suami terhadap isteri? Bukankah seorang suami wajib melindungi isterinya ? Tetapi mengapa kebalikannya malah hendak menjerumuskan isterimu ke mulut harimau ? Ketahuilah, kakang, baginda telah merayu aku dan hendak memaksa aku menjadi permaisurinya!" Kuda Lampeyan tertawa nyaring. Nadanya kering hambar "Apakah dirimu itu wahai Srndura! Jangan memulas emas pada wajahmu. Adakah baginda tak mampu mencari wanita yang lebih cantik serta masih perawan ? Mengapa baginda bermaksud tak senonoh kepada dirimu ? Bukankah baginda telah mengangkat aku sebagai tumenggung ? Mengapa engkau balas budi kebaikan baginda dengan fitnah yang hina ? Yang jelas, engkau tentu melarikan diri dengan brahmana muda yang tampan itu" Kuda Lampeyan berpaling dan menunjuk kearah Anuraga. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakang Lampeyan" teriak Sindura bernada isak "engkau benar2 kejam, kejam sekali. Yang loyang engkau sangka emas, yang emas engkau sangka loyang! Adakah pandanganmu sudah silau dengan pangkat tumenggung itu ?" "Tutup mulutmu, perempuan Lampeyan memberingas.



hina



!”



bentak



Kuda



Sindura menangis "Kakang, rupanya engkau lebih sayang pangkat daripada isterimu. Lebih mentaati perintah raja yang tak senonoh daripada melindungi ke-setyaan isterimu. Tetapi kakang, Sindura tetap setya kepadamu. Demi meluhurkan kewibawaanmu, demi menjaga kesucian sebagai seorang isteri, aku tak mau menghadap raja" "Hm, engkau takut ketahuan kesalahanmu?" "Tidak! Tetapi kutahu jelas, kepergianku ke pura Majapahit itu hanyalah seperti masuk ke dalam mulut harimau saja" "Jangan membangkang, engkau harus mau kuajak kembali ke pura kerajaan!" "Bunuhlah aku atau kalau engkau sudah tak mencintai diriku, kembalikan aku ke rumah orangtuaku. Tetapi janganlah engkau bawa aku kepada raja lagi.......” Kuda Lampeyan terpukau. Benaknya melingkar-lingkar mendaki dua lapis puncak yang tertutup kabut kesangsian. Antara puncak Cinta dan puncak Cita. Bila ia memilih ke puncak Cinta, berarti ia akan berada di seberang puncak yang berhadapan dengan kerajaan. Penolakan buyut Mandana untuk memenuhi panggilan baginda, penolakan Sindura untuk dibiwa kembali ke pura kerajaan, tentu akan membangkitkan kemurkaan baginda. Baginda tentu akan menganggap buyut Mandana itu memberontak dan pasti akan ditumpasnya. Kehancuran Mandana, akan menyeretnya juga pada lembah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kehancuran nama dan cita pada ayah mentuanya itu, kepada Sindura. Adakah keharuman nama ayahnya wanita.....?



citanya. Demikian apabila ia ikut dikarenakan ia memilih cintanya ia harus mengorbankan diri, dan seluruh cita2 untuk seorang



Sejenak ia katupkan pintu hatinya lalu membukanya pula ke arah puncak Cita. Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan yang besar dan jaya. Beribu-ribu orang gagah, ksatrya dan pemuda2 yang bercita-cita tinggi, ingin membaktikan diri kepada kerajaan. Tetapi yang mendapat rejeki 'kejatuhan pulung' seperti dirinya, rasanya hanya dia seorang. Kelungguhan tumenggung, bukanlah mudah didapat. Biasanya harus dicapai melalui pengabdian yang lama dan penuh derita kese-tyaan. Tetapi sekaligus ia diangkat baginda sebagai senopati dengan pangkat tumenggung dan ditugaskan untuk meninjau daerah2 di seluruh telatah Majapahit. Hal itu benar2 suatu mimpi dalam kenyataan. Adakah ia harus mencampakkan kenyataan itu untuk memburu cinta Sindura? "Kuda Lampeyan, apabila engkau dapat melaksanakan tugas ini dengan berhasil, bukan saja kuampuni kesalahanmu, pun engkau akan kuhadiahi puteri mana saja yang engkau kehendaki....." demikian terngiang pula ucapan baginda Jayanagara ketika ia hendak berangkat ke Mandana. "Kakang, marilah kita pulang ke Mandana menghadap rama buyut ...." tiba2 Kuda Lampeyan tersentak sadar dari renungannya. Dahinya mengerenyit, hidung mengembang, bibir menyeringai “Perlu apa -pulang ke Mandana?" "Agar rama jangan salah faham kepadamu? "Bukan kepadaku tetapi kepada baginda" ?Apakah kakang hendak melaporkan kepada raja?” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Aku seorang utusan Nata" “Tetapi kakang adalah putera menantunya" Kuda Lampeyan tertawa hambar "Menantu adalah hubungan keluarga, tetapi utusan nata adalah tugas negara. Kepentingan negara menghapus segala kepentingan keluarga. Dan putera menantu itu berlaku, selama aku masih menganggap engkau isteriku" Sindura terbeliak "Adakah akan berobah anggapan kakang kepada diriku?" "Tergantung dari sikap dan perbuatanmu!" "Bagaimana sikap dan perbuatanku menurut penilaian kakang?" "Hm, tergantung engkau mau ikut aku ke pura kerajaan atau tidak" jawab Kuda Lampeyan dalam nada sarat. "Kalau aku ikut?” "Tergantung hasil keputusan baginda atas perbuatanmu meloloskan diri dari keraton" "Kalau aku tak mau ikut?" “Jelas engkau memang bersalah kepada raja, curang kepadaku!” Dada Sindura berombak keras. Wajahnya sebentar pucat sebentar merah. Belum pernah sepanjang hidup, ia menghadapi peristiwa yang seolah-olah mencabut akar2 kelembutan hatinya "Kakang Kuda Lampeyan, bersedia atau tidak aku ikut ke pura kerajaan, tergantung dari jawabanmu atas pertanyaanku ini" "Apa pertanyaanmu?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bagaimana pendirianmu isterimu?"



apabila raja



akan



meminta



Pertanyaan itu rupanya tak pernah disangka Kuda Lampeyan akan diajukan Sindura. Ia terbelalak. Sampai beberapa saat tak dapat menjawab. Sindura tertawa pelahan "Baiklah, karena tampaknya engkau sulit menjawab pertanyaan itu, akan kuganti dengan lain pertanyaan yang lebih ringan. Cobalah jawab kakang. Andai engkau mendapat bukti bahwa raja telah berbuat tak senonoh kepada isterimu, lalu bagaimanakah tindakanmu?" Lipatan dahi Kuda Lampeyan meliuk-liuk dan makin penuh. Beberapa saat kemudian ia berseru dengan nada keras "Jangan mengandai-andai!" Sindura tertawa kecil. Nadanya mengandung getar2 perasaan muak "Baik, kakang. Aku takkan mengandai-andai tetapi dengan tegas kukatakan bahwa baginda Jayanagara memang telah bertindak yang tak senonoh kepadaku. Baginda bermula membujuk rayu dengan halus, kemudian menggunakan kekuasaannya untuk menekan. Adalah karena hal itu maka aku terpaksa melarikan diri dari keraton ...." "Tutup mulutmu, Sindura !" bentak Kuda Lampeyan "selama belum berhadapan dengan baginda, keteranganmu itu kuanggap suatu fitnah. Memfitnah keiuhuran nama sang prabu, matilah hukumnya. Ketahuilah, hai Sindura, bahwa saat ini peribadiku adalah sebagai utusan Nata, untuk memanggil buyut Mandana dan membawarnta kepura Majapahit!" "O, jadi engkau bukan suamiku?"Sindura menegas.



dalam



http://dewi-kz.info/



kedudukan



sebagai



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jika aku menganggap diriku sebagai suamimu, saat ini engkau dan brahmana itu tentu sudah kubunuh. Tetapi karena menjunjung kedudukan sebagai utusan Nata, maka aku hanya akan membawamu kepada baginda, sesuai dengan tugas yang diberikan beliau" Tiba2 Sindura tertawa nyaring. Nadanya bercampur kerawanan dan kekecewaan "Baiklah, tumenggung Kuda Limpeyan, hamba Sindura, sependirian dengan ayah hamba, buyut Mandana. Hamba dan ayah hamba hanya bersedia pergi ke pura Majapahit apabila diadili dalam sidang kerajaan lengkap......” “Jangan mengolok aku, Sindura. Mau tak mau, suka tak suka, engkau tetap akan kubawa ke pura kerajaan!" seru Kuda Lampeyan seraya melangkah ketempat Sindura. Sindura gemetar pucat. Ia memandang wajah Kuda Lampeyan. Makin tergetarlah hatinya. Sinar mata Kuda Lampeyan tidak lagi selembut dahulu dikala sedang meminang dirinya. Tetapi sinar kelembutan yang memancar keangkuhan. Dalam keadaan, gugup dan bingung, Sindura mengalihkan pandang matanya kearah Anuraga. Brahmana muda itu masih tegak berteliku tangan. Sikapnya tenang, wajah cerah dan mata menyambut dengan pancaran kejernihan. "Ki Brahmana, aku mohon perlindungan ...." kesadaran, tiba2 mulut Sindura merekah kata2.



diluar



Kuda Lampeyan terhenti. Wajahnya merah padam dan berpalinglah ia kepada Anuraga "Brahmana, jika engkau ingin keringanan hukuman, janganlah engkau ikut campur urusan ini!" "Aku tak menginginkan keringanan suatu apa, karena aku memang tak bersalah. Tetapi kalau aku memang bersalah, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akupun takkan mengharap keringanan hukuman" sahut Anuraga. "O, engkau bermaksud hendak Lampeyan meminta penjelasan.



ikut



campur?” Kuda



"Untung tak dapat diraih, celaka tak dapat ditolak" sahut Anuraga "kalau memang demikian kehendak keadaan, mengapa aku harus berpeluk tangan?" kemudian ia berpaling kepada Sindura, serunya "Tetapi nini, urusan ini adalah urusan kalian, suami dengan isteri. Apakah aku berhak untuk memberi perlindungan kepadamu?" ? "Benar, brahmana, memang tak pada tempatnya engkau mencampuri urusan diantara suami dan iseri" Kuda Lampeyan memberi tanggapan. "Ki brahmana, salahlah apabila tuan menganggap urusan ini urusan suami dan isteri. Tumenggung Kuda Lampeyan telah menyatakan bahwa dirinya saat ini sebagai utusan Nata, bukan sebagai suami Sindura. Namun apabila ki brahmana berat hati untuk melindungi diriku, akupun tak berani memaksa ...." "Tidak nini, seorang brahmana takkan ingkar dari dharma yoganya. Menolong orang yang membutuhkan pertolongan itu, ia harus mengorbankan jiwanya" cepat2 Anuraga menyusuli kata. "Ho, jadi engkau tetap hendak mencampuri urusan ini ?" tiba2 Kuda Lampeyan berseru. Anuraga menjawab tenang "Demikianlah seperti yang raden nyatakan sendiri. Bahwa saat ini raden adalah dalam kedudukan sebagai utusan Nata, bukan sebagai suami nini Sindura" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mengapa engkau harus menolongnya? Bukankah aku bertindak menurut titah raja, brahmana?" tegur Kuda Lampeyan. "Sekali-kali aku tak bermaksud menentang titah baginda" sahut Anuraga "tetapi kurasa tak salah apabila kululuskan permintaan wanita itu. Mereka buyut Mandana dan puterinya ini, bukan menolak titah menghadap baginda, tetapi memohon supaya diadili dalam sidang kerajaan yang lengkap ...." "Tak mungkin permintaan semacam itu akan dikabulkan baginda. Karena baginda adalah junjungan yang berkuasa penuh untuk mengadili dan menjatuhkan hukuman kepada rakyat yang bersalah" Kuda Lampeyan menolak. "Ah, raden hanyalah sebagai utusan Nata. Utusan hanya sekedar menyampaikan titah tetapi tak berhak menerima atau menolak suatu permohonan. Maka haraplah raden suka menyampaikan permohonan mereka itu kepada baginda. Dan selama belum ada keputusan raja, buyut dan puterinya itu berhak dilindungi dari setiap tindakan yang bersifat memaksa atau semena-mena. Karena mereka belum tentu bersalah" "Setan! Aku diberi kekuasaan penuh oleh baginda untuk menindak dan membunuh orang yang menolak titah raja dan orang yang melarikan Sindura. Sebenarnya aku tak mau menggunakan kekuasaan itu dan hanya hendak membawa kalian menghadap baginda. Terserah bagaimana baginda hendak mengadili kalian. Tetapi ternyata itikad baik yang kuberikan itu, engkau campakkan. Baik, sekarang aku hendak menggunakan kekuasaan itu untuk menindakmu, brahmana!" Anuraga hendak membuka mulut, tetapi Kuda Lampeyan sudah tak mau memberi kesempatan lagi. Memang andai bekel Banyak Sakurung tak menampilkan diri, tentulah tadi ia sudah menghajar brahmana itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sambutlah seranganku ini, brahmana" seru Kuda Lampeyan seraya beranjak mendaratkan tinju ke dada Anuraga. Ketika Anuraga menyurut selangkah ke belakang, Kuda Lampeyanpun maju pula dengan sebuah tendangan yang mengarah perut. Dan pada waktu Anuraga menghindar ke samping, Kuda Lampeyan mengejar lagi dengan sebuah pukulan tangan kiri ke arah lambung. Ketika Anuraga berkisar menyingkir, Kuda Lampeyan loncat menampar mukanya. Masih Anuraga dapat mengendap ke bawah tetapi Kuda Lampeyan sudah siap menyambut dengan sebuah terkaman ke bahu. Bret .... terdengar bunyi kain robek dan tubuh Anuraga melenting beberapa langkah ke belakang. Serangkaian serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh Kuda Lampeyan itu, benar-benar menyerupai hujan keras yang melanda Anuraga. Anuraga tidak diberi kesempatan untuk bernapas dan mengatur kedudukan diri lagi. Untuk menghindari terkaman Kuda Lampeyan, Anuraga mengerahkan seluruh inti tenaga dalam Gikram Manipura dan ayunkan tubuh ke belakang. Namun karena jarak terlampau rapat dan gerak terkaman Kuda Lampeyan itu teramat cepatnya, kain penyarung bahunya kena tertekan. Untunglah Anuraga cepat loncat ke belakang sehingga hanya kain sarung bahunya itu yang robek. "Hm, hebat benar engkau brahmana ...." Kuda Lampeyan menggeram puji sambil mengepal-ngepal robekan kain dalam genggamannya. "Ah, jangan mengolok diriku, raden. Lihatlah seranganmu yang sederas hujan mencurah tadi, telah menelanjangi tubuh seorang brahmana" sahut Anuraga tersenyum tenang sambil mengikatkan kain yang putus itu ke pinggangnya.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesungguhnya kedua anakmuda itu sama memiliki rasa kejut2 kagum. Anuraga terkejut menyaksikan ilmu serangan berantai yang dilancarkan Kuda Lan.peyan. Kuda Lampeyanpun kagum akan ketangkasan Anuraga yang dapat menghindar dari serangannya. Walaupun berhasil dapat menerkam robek baju lawan, tetapi hasil itu jauh memadai dari tenaga yang telah dicurahkan. Dahulu semasa memasuki sayembara tanding memperebutkan Rara Sindura, ia berhasil menyapu semua lawan dengan ilmu serangan yang istimewa itu. Palirg banyak ia hanya melakukan tiga-gerak serangan dan lawan sudah jatuh. Tetapi kini berhadapan dengan Anuraga, sampai gerak yang kelima, ia hanya berhasil menerkam secabik baju brahmana itu. "Brahmana, mengapa engkau tak menangkis atau membalas seranganku dan melainkan hanya menghindar saja?" tegur Kuda Lampeyan pula. "Tak sempat" Anuraga terlampau cepat sekali"



tersenyum



"serangan



raden



"Hm, jawaban yang engkau sertai senyum itu, menusuk perasaanku" gumam Kuda Lampeyan "sebagai penghormatanku kepada seorang biabnana, kupersilahkan engkau menyerang aku sampai lima kali juga. Dan aku takkan membalas seperti yang engkau lakukan tadi" "Ah, janganlah raden merendah diri" “Walaupun aku hendak menangkapmu bahkan bila perlu membunuhmu, tetapi aku seorang senopati kerajaan. Aku tak sudi menerima pemberianmu tadi maka kupersilahkan engkau menyerang aku, selaku pemberianmu tadi!" Anuraga mendesuh "Kalau raden menghendaki demikian, akupun hanya menurut saja" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Keduanyapun segera bersiap. Kuda Lampeyan kerutkan dahi ketika melihat serangan brahmana itu amat datar dan bersahaja. Dengan kisarkan kaki, dapatlah ia menghindar. Demikian berturut-turut serangan yang kedua, ketiga dan keempat. Tanpa banyak kesulitan, Kuda Lampeyan berhasil mengelak. "Gila, mengapa serangan yang terakhir, dia tetap selamban itu gerakannya?" diam2 Kuda Lampeyan bersungut dalam hati, seraya beringsut kesamping. Tetapi alangkah kejutnya ketika tiba2 tangan brahmana yang menjulur kemuka itu terhenti setengah jalan dan berganti sebuah cengkeraman ketenggorokan. Cepat dan tepatnya bukan kepalang. Kuda Lampeyan gugup. Ia endapkan tubuh kebawah lalu menggelincir ke samping "Ah . . ." ia menghela napas longgar "hampir saja aku termakan siasatnya ..." Kini ia berdiri tegak lalu memandang kearah brahmana. Tiba2 ia membelalakkan mata ketika melihat tangan brahmana itu menggenggam sehelai kain panjang "Huh ..." seketika ia mendesus kaget ketika menyadari bahwa kain yang digenggam brahmana itu bukan lain adalah kain pengikat kepalanya! "Engkau ..." "Maaf, raden, kain ikat kepala raden telah terlepas" kata Anuraga seraya mengangsurkan kain itu kehadapan Kuda Lampeyan. Kuda Lampeyan tak mau menyambuti, melainkan berseru nyaring "Ambillah atau buanglah!" "Tetapi kain ikat kepala ini adalah milik raden" kata Anuraga.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Melantang penyahutan Kuda Lampeyan "Setiap benda milikku yang telah dijamah orang, tabu kupakainya lagi. Termasuk dia wanita itu" ia menunjuk kearah Sindura "karena tubuhnya pernah engkau jamah, aku tak mau menerimanya lagi" "Jangan menuduh semena-mena!" seru Anuraga. "Brahmana, rasanya akan tiada berkeputusan apabila kita terus menerus begini saja " seru Kuda Lampeyan "marilah kita bertanding adu jiwa. Aku akan memakai keris ini" ia mencabut keris dari belakang pinggang "keris Pasopati pemberian baginda Jayanagara. Keris ini berhikmah, membunuh semua manusia yang berani menentang titah raja, termasuk engkau dan wanita itu. Tetapi aku peribadi akan menjunjung sifat2 keksatryaan. Apabila engkau dapat mengalahkan aku, bukan saja kuberimu kebebasan untuk tinggalkan tempat ini, pun ambillah wanita itu !" Bertebaranlah warna merah pada wajah Anuraga "Raden Kuda Lampeyan, engkau terlalu menghina isterimu dan memandang rendah martabat seorang brahmana. Ketahuilah, bahwa sifat tindakanku mencampuri urusan ini, hanyalah untuk melindungi keselamatan seorang isteri dari perbuatan sewenang-wenang suaminya. Seorang wanita lemah yarg menjadi korban kekuasaan sewenang-wenang dari raja. Jauh maksudku dari rasa pamrih ingin memiliki wanita itu. Pun tiada setitik terlintas dalam hatiku, untuk mengalahkan engkau. Maka sebelum persoalan ini berlarut lebih panjang, sekali lagi kumohon raden suka melanjutkan perjalanan pulang ke pura kerajaan dan lepaskanlah isteri raden itu pulang ke tempat orangtuanya" "Aku seorang senopati, pun seorang lelaki. Apa yang kuucapkan takkan kujilat kembali. Senopati menjunjung http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keperwiraan, seorang lelaki mengutamakan kejantanan, Hayo, hunuslah senjatamu, karena keris Pasopati segera akan meminum darahmu!" Mendengar ucapan ku, tertegunlah Anuraga. Rupanya Kuda Lampeyan sudah tak mungkin disadarkan dengan kata2 lagi. Diam2 iapun mengakui bahwa pemuda itu memang sakti mandraguna. Lain dengan bekel Banyak Sakurung. Apabila ia melayani dengan tangan kosong, memang berbahaya. Keris Pasopati pemberian baginda itu tentulah sebuah pusaka yang bertuah. Ia harus menggunakan senjata juga untuk menghadapinya. Bukan untuk membunuh, melainkan kalau dapat menghalau serangan lawan dan dapat memaksa lawan lepaskan senjatanya. Sejenak setelah menentukan pilihan, pelahan-lahan ia mengorak kalung tasbih "Aku tak membekal senjata. Mudah mudahan kalung ini dapat memenuhi selera raden" "Hm, bersiaplah menerima seranganku" seru Lampeyan.



Kuda



Suasana ketegangan pecah berhamburan mencapai peledakan ketika kedua orang muda itu terlibat dalam pertempuran yang seru. Banyak Sakurung dan rombongan prajurit Majapahit terbelalak mengikuti pertempuran itu. Banyak sudah mereka menyaksikan pertempuran baik di medan peperangan maupun pertempuran antar rombongan bahkan seorang lawan seorang. Tetapi baru pertama kali itu rasanya mereka menikmati suatu pertempuran yang bermutu. Cepat lawan tangkas, gesit bersambut lincah, tipu berbalas siasat, tusuk disongsong tikam. Kuda Lampeyan gagah perkasa laksana seekor harimau. Anuraga gesit tangkas bagai seekor rusa. Keris Pasopati menusuk-nusuk macam pagutan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seratus ekor ular. Kalung berputar-putar mengembang lingkaran sinar hitam yang membendung hujan tusukan keris. Diantara yang dicengkam rasa tegang, adalah Sindura yang paling tegang. Diantara yang merasa cemas, adalah jelita itu yang paling oemas. Di dalam lubuk hatinya serasa diamuk oleh badai prahara. Ia hilang faham, lepas pegangan, kabur pula arah pujinya. Untuk siapakah ia harus memanjatkan doa keselamatan, Kuda Lampeyan atau Anuraga? Kuda Lampeyan adalah suaminya. Seorang suami yang pernah ia dambakan dengan penyerahan seluruh kesucian tubuh dan kesetyaan hati. Anuraga seorang brahmana yang ia mintai perlindungan. Jika Kuda Lampeyan kalah, ia kehilangan suami. Jika Anuraga kalah, ia kehilangan pelindung. Sejahat jahat Kuda Lampeyan sekarang, namun dia adalah lelaki yang pertama kali menerima penyerahan dirinya. Penyerahan jasmaniah secara tulus, rela dan paserah. Dia adalah lelaki yang pertama-tama membawanya ke alam indah dari seribu mimpi dan kenyataan. Penuh kemasyukan, kenikmatan dan kesyahduan .... "Ah ...." serentak ia menutup muka dengan kedua tangannya sesaat membayangkan lelaki yang menjadi suaminya itu terkapar di tanah dengan tubuh berlumuran darah "jangan, jangan terjadi ...." Tampak ia mengusap-usap mukanya dengan tangan seolaholah hendak menghapus bayang2 keseraman itu. Namun pada lain jenak, tiba2 ia mendekap pula mukanya "ih, tidak, tidak......" ia berusaha menghalau khayalannya yang melukiskan brahmana muda Anuraga merintih-rintih di tanah karena dadanya tertikam keris pasopati. Dihutan yang bersuasanakan kelayuan cuaca dijenjang petang hari, berlangsunglah dua macam pertempuran yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seru. Pertempuran yang kesatu, berlangsung di tanah datar berpagar rombongan prajurit yalah antara Kuda Lampeyan lawan Anuraga. Pertempuran kedua, terjadi di bumi sanubari Sindura. Pertempuran bathin si jelita yang saling bertentangan sediri. Ia merasa kehilangan apabila salah seorang dari anakmuda yang sedang bertempur itu, ada saiah satu yang kalah. Ia menginginkan kedua-duanya tak ada yang kalah. Suatu kemungkinan dalam kemungkinan yang tak mungkin ..... "Lepaskanlah ...." sekonyong-konyong terdengar teriakan Anuraga. Sindura tersentak kaget dan lamunan dan serentak memandang ke tengah gelanggang. Tampak saat itu Kuda Lampeyan dan Anuraga sedang adu kekuatan. Dalam suatu gerakan, Kuda Lampeyan tiba2 melihat sebuah lubang kelemahan dalam pertahanan lawan. Ia tak mau mensia-siakan peluang bagus itu. Serentak keris ditusukkan ke leher Anuraga. Tetapi di luar dugaan ternyata peluang yang diberikan itu memang suatu perangkap yang dipasang Anuraga untuk menjerat lawan. Pada saat keris meluncur, secepat kilat Anuraga menerkam dengan tamparan kalung. Kalung tepat mengenai keris dan melibat batangnya kencang2. Dengan kerahkan tenaga-inti, ia terus menariknya kuat2 agar keris itu lepas dari tangan Kuda Lampeyan. Tetapi cepat pula Kuda Lampeyan menyadari maksud lawan. Iapun buru2 kerahkan tenaga untuk menahan kerisnya jangan sampai terlepas. Maka terjadilah adu kekuatan, tarik menarik kalung dengan keris. Namun karena Anuraga sudah lebih dahulu yang mempersiapkan rencana, iapun yang lebih dapat menguasai lawan. Dan sesungguhnya, memang dalam tenaga inti dari sumber Cakram Manipura, Anuraga lebih unggul. Memang tampaknya Kuda Lampeyan lebih perkasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan kuat. Tetapi kekuatannya itu hanyalah dalam soal tenaga kasar. Tampak wajah Kuda Lampeyan yang semula cerah, makin lama makin pucat, kedua bola matanyapun makin terentang lebar. Anuraga telah mergetahui bahwa lawan sudah hampir menyerah. Apabila ia menambah tenaga lagi untuk menarik, keris Kuda Lampeyan tentu jatuh. Setelah kehilangan senjata, Kuda Lampeyan-tentu mudah diatasi. Tetapi Anuraga tak bermaksud membunuhnya. Cukuplah sudah asal Kuda Lampeyan dapat dihalau pergi dari tempat itu agar Sindura bebas dari gangguan. Anuraga memperhitungkan bahwa dalam beberapa saat lagi, Kuda Lampeyan tentu terpaksa harus lepaskan kerisnya. Tetapi sungguh tak disangkanya, bahwa saat itu juga, tiba2 ia dapat menarik keris itu jatuh ke tanah. Tetapi serempak dengan itu, iapun tak menduga sama sekali bahwa kaki Kuda Lampeyan akan mendupak perutnya. Karena perhatiannya tercurah pada usaha merebut keris, pula karena jaraknya sedemikian rapat, tak mungkin Anuraga dapat menghindar lagi. Duk ....!! perut Anuraga termakan ujung kaki Kuda Lampeyan. Ketika Anuraga terhuyung dua langkah ke belakang, Kuda Lampeyan cepat hendak menjemput keris Pasopati yang jatuh di tanah. Tetapi sebelum tangan menjamah keris, Anuragapun sudah loncat menerkam bahu lawan. Gerakan itu tak terduga oleh Kuda Lampeyan. Ia menjerit tertahan ketika kedua bahunya serasa dicengkeram oleh tangan besi. "Jangan melukainya, kakang brahmana ...." tiba2 Sindura berteriak. Ia berada beberapa langkah dari kedua anakmuda yang sedang bergumul Rasa kegelisahan yang mencengkam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hatinya, mudah sekali mengaburkan pandang matanya. Anuraga yang tengah mencengkeram kedua bahu Kuda Lampeyan, disangkanya sedang mencekik leher Kuda Lampeyan. Sesaat Sindura lupa akan perlakuan kasar dari Kuda Lampeyan. Dalam benaknya hanya terhuni bayang2 kenangan lama. Kenangan saat2 yang paling bahagia dalam lembaran sejarah hidupnya dimana untuk yang pertama kali dalam hidupnya ia merasakan kehangatan dekapan mesra dari tangan suaminya. Tanpa disadari, ia serentak berteriak meminta agar A nuraga jangan menyakiti Kuda Lampeyan. Anuraga terkejut mendengar teriakan Rara Sindura. Perhatiannya terpecah dan berpalinglah ia kearah Sindura. Pada saat ia menganggukkan kepala sebagai isyarat dapat mengerti maksud Sindura, sekonyong-konyong Kuda Lampeyan menggeliat mengendap ke bawah dan secepat kilat menghunjam dada A nuraga dengan sebuah pukulan. Duk .... darah Anuraga serasa membeku di dada, napas sesak, mata berbinar dan kakipun tak kuasa lagi mempertahankan tubuhnya yang terdampar ke belakang dan rubuh tertelentang ..... Di antara sorak sorai rombongan prajurit yang menyambut kemenangan Kuda Lampeyan, tersusuplah Sebuah lengking jeritan tertahan dari seorang wanita "Kakang brahmana, engkau . . ...." sesosok tubuh pun segera lari menghampiri brahmana yang masih terkapar di tanah itu. Sindura menyadari bahwa karena jeritannya meminta brahmana itu jangan melukai Kuda Lampeyan, telah menyebabkan terjadinya malapetaka pada diri brahmana itu. Sindura tak menyangka bahwa Kuda Lampeyan akan menggunakan kesempatan itu untuk menghantam Anuraga. Sindura terkejut. Merasa bahwa ia telah mencelakai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penolongnya, tanpa menghireukan suatu apa lagi, serentak ia lari memburu ke tempat Anuraga untuk menolongnya. Di fihak Kuda Lampeyan, setelah berhasil menghantam rubuh lawannya, tetap melanjutkan meraih keris Pasopati lalu melenting bangun dan loncat menikam Anuraga. Dua peristiwa telah terjadi pada saat yang sama dan serempak. Sindura memburu ke tempat Anuraga untuk memberi pertolongan. Kuda Lampeyan loncat ke arah Anuraga untuk menikamnya. Rupanya karena menderita kekalahan kerisnya tertarik jatuh dan bahunya tercengkam, malulah Kuda Lampeyan. Ia benar2 merasa terhina karena kekalahan itu disaksikan oleh rombongan prajurit anakbuahnya. Rasa keangkuhan sebagai seorang senopati, cepat mengundang kemarahan. Brahmana itu harus dilenyapkan dari permukaan bumi! Mungkin ia tak menyadari bahwa dendam kesumat yang membakar hatinya itu telah menghanguskan cahaya mukanya sehingga wajahnya yang tampan saat itu berobah buas dan seseram Batara Kala. Sindura yang lebih dulu tiba di tempat Anuraga, terkejut mendengar suara gerak tubuh orang loncat ke tempat brahmana Anuraga. Ia berpaling dan ketika melihat betapa saat itu wajah Kuda Lampeyan amat mengerikan, mata berwarna merah dan tangan menjulurkan keris, terbanglah semangat Sindura. Ia tahu apa yang akan dilakukan Kuda Lampeyan kepada Anuraga. Untuk mencegah tindakan suaminya itu, rasanya tiada mungkin. Tidak sempat lagi. Dan andaikata sempat, pun belum tentu Kuda Lampeyan yarg sudah membuas itu mau menurut. Sedang t:ntuk menyingkirkan lubuh Anuraga dari ancaman maut itu, juga tak sempat. Pun andaikan sempat, rasanya ia tak kuat mengangkat tubuh brahmana itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sindura tercengkam dalam kepukauan. Ia bingung sekali. Debar kegugupan yang menggetar ruang hatinya, menggempa bumi alam bawah sadarnya. Seketika runtuhlah dinding2 akal pikirannya. Hapuslah segala pertimbangan untung rugi, dera bahaya, mati hidup. Yang memancar pada sanubarinya hanyalah untuk menolong brahmana muda itu. Brahmana yang telah beberapa kali menolong dirinya tetapi saat itu menderita ancaman maut akibat terganggu oleh teriakannya tadi. Sindura tiada mempunyai waktu untuk berbanyak pikiran. Pada saat Kuda Lampeyan tiba dan menghunjamkan keris Pasopati ke tubuh Anuraga, Sindura cepat menubruk ujung keris itu "Duh, kakang ...." Keris Pasopati tepat menyusup ke dada Rara Sindura. Darah menyembur ke luar dan dengan sebuah jerit rintihan yang menyayat hati, terkulailah jelita itu ke tanah..... Kuda Lampeyan kesima. Wajahnya yang membara merah padam, seketika berobah pucat lesi. Tubuhnya gemetar, tangan lunglai tak kuasa mencekal kerisnya lagi. Wajahnya yang berkabut hawa pembunuhan berganti dengan bayang2 ketakutan dan kengerian. Sudah berpuluh kali Kuda Lampeyan melihat darah bercucuran di tanah lawan-lawannya di medan laga. Dan setiap kali melihat darah itu, ia tentu tertawa gembira. Tetapi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pada saat melihat darah menyembur dari dada Sindura, pucatlah wajahnya. Matanya berbinar-binar. Sayup2 ia seperti melihat darah itu membeku, merah membara lalu menguap. Uap bergumpal-gempal memutih dan tiba2 membentuk sesosok tubuh, berwujut Batara Kala sebagaimana yang pernah dilihatnya dalam candi2 yang sering dikunjungin)a dahulu. "Hai, Kuda Lampeyan, engkau seorang manusia yang terbalik kiblatmu. Perbuatanmu membunuh isterimu yang setia itu, kelak akan engkau kenyam apabila tiba saatnya kulontarkan engkau dalam kawah Jonggring Saloka....." terdengar suara mengiaing jelas kata demi kata. “Oh, tidak, tidak ...." tiba2 Kuda Lampeyan mendekap muka dengan kedua belah tangannya lalu berputar tubuh dan lari sekencang kencangnya. "Hai, hendak ke mana raden . . . . !" Banyak Sakurung terkejut melihat ulah pemimpinnya itu. Tetapi Kuda Lampeyan tak mengacuhkan dan tetap lari bagai dikejar setan. Banyak Sakurung memberi isyarat kepada anakbuahnya lalu lari mengejar Kuda Lampeyan. Beberapa kejab kemudian, lenyaplah mereka dari pandang mata. Kini di hutan situ hanya tinggal Anuraga dan Sindura. Sesungguhnya Anuraga tidak pingsan. Pukulan Kuda Lampeyan membuat debur jantungnya serasa berhenti dan pandang matanya gelap. Namun pikirannya masih sadar. Ketika Sindura terkulai, ia rubuh di samping brahmana Anuiaga. Sepercik darah jelita itu mencurah ke muka brahmana Anuraga. Jeritan dan darah Sindura yang memercik ke mukanya, menyentakkan brahmana itu dari rasa limbung antara sadar tak sadar. Rasa kejut telah membangkitkan gelora kekuatannya. Serentak ia melenting bangun dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mendekap tubuh Sindura "Sindura, engkau ...." dengan gemetar ia segera mengangkat tubuh jelita itu ke atas pangkuannya. Betapa hancur hatinya melihat tangkai keris terbenam di dada jelita itu. Segera ia ulurkan tangan hendak mencabutnya. Tetapi ketika tangkai tersentuh tangan, darahpun mengucur makin deras "Ah ..." cepat2 ia menarik pulang tangannya. Ia menyadari apabila keris itu dicabut, darah Sindura tentu makin banyak mencurah keluar. "Nini, nini Sindura....."dijamahnya pipi jelita itu dan digolekkannya pelahan-lahan agar sadarkan diri. Tetapi Sindura tetap pejamkan mata. "Duh, nini, nini Sindura .... mengapa engkau mengorbankan dirimu....." Anuraga kehilangan kata2 untuk menumpahkan perasaannya. Ia bingung, sedih dan hilang pegangan jiwanya, lemah lunglai seluruh sendi2 tulangnya. Darah dalam tubuhnya serasa membeku, menghentikan detak jantungnya. Hatinya, pikirannya, jiwa dan semangatnya seperti hancur porak poranda. Tak tahu ia akan faham yang harus dilakukan dan, dan .... meledaklah rongga dadanya, pecah berhamburan bagai letusan gunung yang mengaliikan lahar..... Anuraga menangis. Menangis terisak-isak seperti seorang anak kecil. Benteng pertahanan hatinya yang jantan perkasa, tak kuasa menahan gelombang kesedihan dan bobol berantakan. Gelombang itu terus mengalir deras dan akhirnya ketika tiba diperbatasan Netra, bercucuranlah airmatanya mencurah ke bumi. Anuraga tak kuat menahan luapan kesedihannya dan akhirnya menyerahlah ia dimanja airmata. Ya, hanya dengan curahan airmata itu, ia merasa agak longgar dari himpitan dada dan kesesakan napas......



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tanpa disadari, airmatanya yang berderai-derai bercucuran ke bawah itu, tepat menetes ke bibir Sindura. Tiba2 bibir si jelita bergerak pelahan dan mulai mengecap. Sesaat kemudian kelopak matanyapun terbuka .... "Ah, engkau .... kakang .... brahmana ...”. serunya lemah sayu. Anuraga terbeliak "Nini. . . engkau ...." "Kakang ... di manakah kita sekarang ini....?" “Di dalam hutan, nini" Bibir Sindura berkomat-kamit sejenak, lalu berkata pula "Di mana .... kakang Lampeyan ....?" "Dia lari ketakutan !" "Ah ..." Sindura menghela napas lemah "semoga dia . . . menyadari . . . kesalahannya ..." "Tetapi Sindura, dia telah mencelakai dirimu. Akan kucarinya untuk menuntut balas sakit hatimu !" Sejenak kelopak mata jelita itu mengatup lalu merentang lagi "Ah, jangan . . . kakang ... dia tentu sudah akan tersiksa oleh bathin . . . nya. Dendam takkan kunjung. . . habis . . . selama kita masih . . . mengandung perasaan itu . . . dan . . . dan Karma . . . kakang ... tak mungkin kita . . . manusia dapat menghindari . . . maka jangan, kakang . . . jangan engkau menanam . . . bibit Karma yang akan . . . membuahkan penderitaan.....” Tersentuh hati nurani Anuraga mendengar ucapan Sindura yang mengandung keluhuran budi agung itu. Diam2 ia malu dalam hati. Ia sebagai seorang brahmana masih kalah tinggi tingkat bathinnya dengan si jelita "Nind . . . akan kuukir pesanmu itu dalam liang hatiku" sahutnya serta merta.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakang ..." tiba2 Sindura berkata pula setelah berdiam diri beberapa jenak "mengapa engkau . . . mengucurkan . . . airmata ...." Mendengar pertanyaan itu, semangat Anuraga yang sudah hampir bangun, runtuh pula dilanda haru kepiluan. Hampir saja ia tak dapat menahan mengalirnya airmata "Nini . . . akulah yang bersalah nini. . . ampunilah . . ." ia meratap pilu. Sindura paksakan, tersenyum sayu "Engkau . . . . tak bersalah .... dan tiada yang bersalah semua . . . . kita hanyalah tiiah Hyang Widdhi. . . . kita hanya menjalankan apa yang digariskan dalam Karma hidup kita. . . . ah, kakang Anjampiani . . . .jangan menangis. . . . karena airmaiamu tadi . . . ..telah menghambat perjalananku ke . . . alam kelanggengan ...." "Duh, nini . . ." Anuraga mendesah sesal "kuatkan hatimu, tabahkan imanmu. Berdoalah kepada Hyang Jagadnata, agar aku diberi petunjuk mendapatkan obat untuk menyembuhkan lukamu. Usiamu masih muda. Ibarat bunga, engkau masih sedang mekar-mekarnya. Jangan engkau berputus asa, berkeeil hati. Engkau pasti sembuh, nini...." Sindura mengulum senyum layu "Kutahu kakang, engkau hendak menghibur aku .... tetapi . . . tetapi jangan mengingkari kenyataan . . . menentang kodrat. . . sesungguhnya keadaanku sudah parah . . . tak mungkiri tertolong lagi . . . hanya karena tetesan airmatamu tadi kakang .... arwahku kembali menyusup ke dalam ragaku yang sudah tak memungkinkan. . . . menerima kehadiran arwah itu .... "Nini'.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakang . . . berilah aku kesempatan . . . selama aku masjh dapat bicara .... waktuku amat terbatas ...." "Baik, nini ...." "Dari tiada, kita diadakan. Setelah ada, kita harus kembali ke asal ketiadaan lagi. Lahir, hidup dan mati, adalah kodrat Prakitri. Jangan kita tamak akan kehidupan panjang. Karena makin berkepanjangan hidup, makin berkepanjangan pula penderitaan. Dan mengapa kita takut mati .... bukankah kita akan kembali ke asal mula kita berasal .... Kakang Anjampiani . . . jangan engkau bersedih . . . Aku merasa amat bahagia. Kepulanganku ke alam Kelanggengan diantar oleh keris Pasopati pusaka kerajaan yang amat bertuah . . . . disongsong oleh tangan kakang Kuda Lampeyan, pria yang menjadi suamiku dalam penitisan kehidupanku masa ini . . . . ... pada detik detik menjelang saat keberangkatanku, akupun rebah diatas pangkuanmu . . . ah, betapa bahagia hatiku, kakang ...." Anuraga tak mau mengganggu pembicaraan jelita itu. Karena iapun sedang berjuang keras untuk membendung luapan airmata yang akan membanjir keluar. "Kakang. . ." tiba2 Sindura berseru agak cerah "waktu apakah saat ini . . ." Sejenak Anuraga menengadah memandang cakrawala lalu menjawab "Waktu senja menjelang mentari silam dan margasatwa berkemas pulang . ." "Tepat ..." seru Sindura "inilah saat yang di sebut 'sirna kertaning bumi. Apabila surya kehidupan silam, maka hilanglah daya kehidupan dan pulanglah sang Atma ketempat asalnya . . ." tiba2 jelita itu meramkan mata lalu berseru



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ lemah "kakang . . . kudengar sayup2 kumandang nyanyian . . . cobalah engkau pejamkan indera pendengaranmu ...." Anuraga terkesiap heran. Namun ia menurut juga. Segera ia heningkan cipta bersamadhi. Antara terdengar dan tiada, sayup2 telinganya mengiang kumandang lagu yang syahdu .... Anicea vata sankhara Uppada vaya dhamtnino Uppajjitya niruijhanti Tesang vupa ano sukho Semua benda tidak kekal adanya Mereka dilahirkan dan rusak kembali Mereka timbul dan lenyap kembali Kebahagiaan timbul jika gelisah lenyap. "Kakang. . . ." tiba2 Sindura berseru makin lemah "hatiku terang, jiwaku tenang .... jumpa dan pisah . . . akhirnya tiba juga .... aku sudah tak kuat lagi, kakang ..." "Sindura . . . . !" Anuraga menjerit. "Kakang .. . lihatlah . . . para bidadari itu sudah menjemputku... . aku harus lekas ikut mereka..... Sebelum berangkat . . . aku hendak prasetya kepadamu. .... Kakang Anjampiani, walaupun dalam kehidupan sekarang ini, kita terpisahkan oleh lain garis Kodrat hidup . . . tetapi .... dalam penitisan mendatang .... aku pasti menjadi ... is . . te . . ri. . mu . ." Dalam mengucap kata mu yang terakhir itu, nadanya hampir tak kedengaran lagi dan setelah itu kepalanyapun



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menunduk terkulai tenang dipangkuan sang brahmana muda .... "Sindura . . . !" Anuraga menjerit dan memeluknya "Sindura . . . Sindura . . . jangan pergi Sindura . . . engkau tak boleh mati, Sindura . . .” Anuraga meraung-raung bagai singa kelaparan. Memekikmekik bagai kuda meringkik. Kumandangnya menggetarkan pohon2 di hutan nan sunyi. Margasatwa berhamburan keluar karena cabang pohon tempat sarang mereka bertengger, bergetaran laksana ditimpah angin prahara. Suasana hutan dilenggang kesunyian petang hari, tiba2 berobah gegap gempita laksana genderang mencanang di medan perang . . . Digolek-golekkan kepala Sindura. Dicubit-cubitnya pipi si jelita agar merintih. Disiak-siakkannya kelopak mata wanita itu agar terbuka. Digamit-gamitnya sepasang bibir yang mengatup agar merekah pula. Dibelai belainya kening dan rambut sijuwita agar sadar. Tetapi kesemuanya itu sia2 belaka. Sindura telah dijemput oleh para bidadari dan berangkat menempuh perjalanan terakhir, menuju ke alam kelanggengsn . . . Anuraga ingin menangis tetapi airmatanya telah kering dijerang kegersangan hatinya. Ia ingin menjerit memekik dan meraung sepuas-puasnya, namun suaranya telah parau. Ia ingin . . . ah, segala yang diinginkan selalu tertumbuk pada serba ketidak-mungkinan. Puas bermanja dalam kedukaan, kegelisahan dan kebingungan, akhirnya keletihan jasmani dan kelesuhan pikirannya, telah menghentikan seluruh golak-gejolak hatinya. Kini ia terkulai lesuh, paserah diri. Beberapa saat kemudian, pikirannya mulai tenang, perasaan mengendap teduh. Dalam keheningan dan keteduhan pikiran itulah sayup2 ia teringat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan peristiwa ketika ia terluka dan diobati Sindura dahulu. Sindura membasuh lukanya dengan air lalu dilumuri dengan jamur. Ah, mengapa ia tak mencontoh tindakan itu? Serentak ia letakkan dengan hati2 kepala Sindura ketanah lalu ia berbangkit dan ayunkan langkah hendak mencari air dan obat. Tetapi baru dua tiga langkah, ia terhenti "Ah, kasihan Sindura, jika kutinggal sendirian, mungkin akan diganggu binatang buas ..." akhirnya kembali ketempat Sindura. Diangkat tubuh jelita itu lalu dipondongnya, dibawa mencari sumber air. Suasana hutan mulai gelap ditelan kepekatan malam. Tak mudah untuk mencari jalan dalam hutan itu, apalagi mencari saluran air. Namun Anuraga tak menghiraukan suatu apa. Tujuannya hanya satu, mencari air. Tetapi ia tak faham keadaan hutan itu. Walaupun hampir setengah malam ia menjelajahi hutan, belum juga ia bersua dengan sebuah sumber atau saluran air. Menjelang terang tanah, barulah ia tiba disebuah pematang yang mengalirkan air jernih. Ia letakkan tubuh Sindura dibawah sebatang pohon. Sejenak ia menghela napas longgar. Setelah itu ia menghampiri pematang. Dengan kedua belah telapak tangan ia menampung air lalu kembali ketempat Sindura. Pertama, di-siramnya dahi dan rambut jelita itu. Kemudian ia meneteskan air kemulut si jelita. Ia menunggu dengan penuh harap akan kesadaran Sindura. Namun sampai fajar telah menyingsing, yang diharap tak kunjung tiba. Sindura tetap nyenyak dalam tidurnya yang abadi . . . "Ah, aku harus mencari jamur obat itu" timbul lain pikiran pada Anuraga. Dan segera ia menyusur pematang untuk mencari jamur itu. Setengah jam kemudian barulah ia melihat segerumbul jamur tumbuh di celah2 gunduk batu. Namun http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ketika hendak mencabut jamur itu, timbullah keraguan hatinya "Ah, adakah jamur ini serupa dengan jamur yang dipetik Sindura dahulu ..." ia mulai bimbang. Beberapa saat kemudian ia memutuskan untuk memetiknya juga "Baiklah, kucobanya. Apabila tak berhasil, akan kucari jenis yang lain lagi" Setelah menyediakan jamur yang dilumat halus dan air, dengan berdebar debar ia mencabut keris Pasopati yang masih terbenam di dada Sindura. Keris itu dapat dicabutnya dan darah tak mengucur karena sudah membeku. Dengan hati2 ia membasuh luka. Setelah bersih lalu dilumuri dengan jamur "Ah, kali ini Sindura tentu akan siuman dari pingsannya ..." Memang peristiwa yang menimpa diri Sindura itu, telah menyelubungi seluruh hayat Anuraga. Belum pernah sepanjang kehidupannya, Anuraga menderita kedukaan dan kegoncangan hati seperti saat itu. Ia seorang brahmana yang telah menghisap sari2 pelajaran agama dan falsafah Kemanusiaan. Iapun telah mengalami gelombang penghidupan yang beraneka ragam. Namun belum pernah hatinya terkoyak hancur lebur se-seperti kala menghadapi peristiwa kematian Sindura. Ia benar2 sudah kehilangan diri peribadi, pegangan hidup dan semua faham2 ajaran keberahmanaan. Dalam alam pikirannya, ia tak percaya Sindura itu sudah mati. Ia yakin Sindura itu masih hidup dan pasti akan hidup lagi. Itulah sebab musabab terjadinya tingkah laku yang aneh dari brahmana muda itu untuk membawa jenazah si jelita menjelajahi hutan belantara, mencari air dan obat .... Demikian setelah selesai melumuri ramuan jamur, Anuragapun segera beristirahat, duduk sandarkan kepala pada batang pohon disamping Sindura. Saat itu surya makin menjenjang tinggi, angin berhembus silir. Penderitaan yang hebat, keletihan jasmani dan rohani, ditambah pula hampir sehari semalam tak makan. Setelah beberapa saat duduk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melepaskan lelah, tanpa disadari tertidurlah ia diayun semilir angin. '". . . , .ia tak percaya bahwa Sindura telah meninggal. Tak mungkin di mayapada ini tiada obat yang tak dapat menghidupkan Sindura. Tak mungkin di seluruh jagad ini tiada orang sakti yang tak mampu menyembuhkan Sindura. Diangkatnya tubuh si jelita dan di-pondongnya. Berangkatlah ia menjelajah seluruh buana untuk mencari orang sakti dan tuha Nambi atau dukun obat . . . ."



Tak dihiraukannya terik matahari yang membakar tubuh. Tak dihiraukan kepekaun malam. Tak dihiraukan curahan hujan lebat. Tak dihiraukan pula gigil angin menderu di malam dingin. Ia berjalan tanpa berhenti. Melintasi hutan belantara, mendaki puncak gunung, menuruni lembah dan ngarai, menjelajah dari sebuah desa ke lain desa. Namun dari sekian http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ puluh brahmana, wiku, wipra, pendeta, resi dari keempat asrama: Beramacari, Gerhasta, Wanaprasta, Biksuka, sampai pada berbagai rumah suci dan pertapaan, tak berhasil ia bersua dengan orang sakti yarg dapat menghidupkan Sindura. Akhirnya ia kesal dan putus asa. Ia menuju ke sebuah bengawan yang deras arusnya. Bulat sudah keputusannya. Ia bersama jenazah Sindura hendak terjun ke dalam bengawan itu, agar sempurna berdua. Tiba2 ia melihat seorang lelaki amat tua renta tengah duduk di bawah sebatang pohon yang tumbuh di tepi bengawan. Kakek yang rambut dan janggutnya yang menjulang panjang sudah putih semua itu, tampak menunggu sebatang tangkai bambu. Ujung bambu terikat seutas tali. ujung tali yang menjulur ke permukaan air, diikat dergsn sebentuk kail. Tetapi kail itu tidak berbentuk melengkung sebagaimana lazimnya, melainkan lurus. Dan lebih mengherankan pula, pada kail lurus itu sama sekali tak diberi benda untuk umpan. Anuraga menghampiri kakek itu dan menegur "Kakek, adakah kakek sedang mengail ikan?" Kakek itu tak terkejut dan tak berpaling. Dengan nada tenang ia mengiakan. "Aneh" guman Anuraga "mungkinkah ada ikan yang sekalap mau mencaplok kail itu? Andaikata ada pun mustahil ikan itu akan terpancang pada kail yang tak terkait itu" "Ha, ha" kakek itu tertawa meloroh "engkau heran melihat orang menangkap ikan tanpa kait dan umpan. Tetapi engkau tak merasa diherankan orang karena memondong sesosok tubuh wanita yang sudah tak bernyawa!"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kakek, engkau tahu?" Anuraga terkejut. Jelas selama ia berjalan menghampiri tadi, kakek itu tak pernah memalingkan muka kearahnya "ah, kakek, ku-percaya wanita ini pasti dapat ditolong. Soalnya karena belum bertemu dengan orang sakti yang dapat memberi obat. Kakek, tahukah engkau dimanakah terdapat orang sakti yang pandai memberi obat? Telah kujelajahi seluruh penjuru jagad, namun tiada orang sakti maupun tuha nambi yang mampu menghidupkannya” "Sudahkah engkau pergi pada Tanca?" "Rakryan Tanca yang termasyhur pandai mengobati itu? Sudah, sudah. Tetapi beliaupun tak sanggup. Bahkan dia menertawakan aku sebagai orang yang tak waras pikiran ..." Kakek itu tertawa gersang "Memang sukar untuk melakukan hal itu. Tetapi sebenarnya bukan tak mungkin ..." "Kakek, engkau dapat melakukan hal itu?" Anuraga berteriak kaget2 penuh harap "tolonglah kakek. Hidupkanlah wanita ini. Apapun keinginanmu, aku pasti sanggup melaksanakan, sekalipun menjadi hambamu seumur hidup ..." "Ah, tak perlu" jawab kakek itu "aku hanya sekedar hendak menolong saja. Tetapi berhasil atau tidak, tergantung pada kehendak Hyang Widdhi" "Baiklah" jawab Anuraga gopoh "silahkan kakek memberi petunjuk" "Mudah tetapi sukar, sukar tetapi mudah" si kakek mulai menerangkan "tungggulah disini. Apabila ada ikan bader yang bersisik kuning emas mencaplok kail ini, tumbuklah ikan itu dan minumkan kcmulut wanita itu. Ia pasti hidup lagi" "Ah, beroiok-olokkah kakek?" sambut Anuraga serempak "manakah ada ikan bader yang begitu kalap mau mencaplok http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kail itu? Dan andaikata ada, pun belum tentu yang bersisik kuning emas. Berapa lamakah aku harus menunggu ikan itu?" "Telah kukatakan, mudah tetapi sukar, sukar tetapi mudah. Tergantung dari kodrat wanita itu. Mungkin sehari dua hari, sepekan dua pekan, sebulan, setahun, sewindhu, seabad ..." "Ah, jangan engkau berolok-olok" tukas Anuraga mulai geram "masakan mayatnya dapat tahan sampai sekian lama. Pada waktu mendapatkan ikan itu, mayatnya tentu sudah rusak. Tetapi yang jelas, harapan untuk mendapat ikan semacam itu, adalah seperti si pungguk merindukan bulan ..." Sikakek tertawa meloroh "Ho, tidakkah engkau ini seperti si pungguk merindukan bulan, juga?" "Hm" Anuraga menggeram terus ayunkan langkah tinggalkan kakek itu. Tetapi baru selangkah ia bertindak, tiba2 kakek itu berseru menghentikannya. "Mengapa?" seru Anuraga. "Jika engkau menolak cara yang tadi, masih ada sebuah jalan lain" kata si kakek "dan jalan itu mudah sekali" "Katakanlah" “Tinggalkan jenazah wanita itu disini. Dan pergilah engkau meminta ketumbar kepada wanita ibu rumah tangga. Tetapi ibu itu harus kau cari dari keluarga yang belum pernah kematian salah seorang anggauta keluarganya. Mudah, bukan?" "Apakah ketumbar itu dapat menghidupkan wanita ini?" tanya Anuraga harap2 sangsi. “PASTI!" sahut si kakek tegas.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Anuraga segera berangkat. Dari satu kelain rumah ia menemui ibu-ibu rumah tangga. Desa, kota dan seluruh pelosok nuswantara telah habis dijelajahinya, namun tak pernah ia berjumpa dengan wanita yang tak pernah kehilangan salah seorang anggauta keluarganya. Entah orangtua, paman, saudara, anak, kemanakan dan kerabat keluarganya, tentu ada yang meninggal. Kesal hati dan letih berlanglang buana tanpa hasil, akhirnya Anuraga kembali mendapatkan kakek di tepi bengawan "Kakek, aku tak berhasil menemukan wanita semacam itu.....” "Demikianlah hai brahmana muda " seru si kakek "bahwa di dunia ini memang tiada seorang manusia yang tak pernah kehilangan salah seorang keluarganya. Maka kematian seorang keluarga atau kawan atau orang yang dikasihinya itu, bukanlah engkau seorang yang menderita. Tetapi setiap manusia hidup tentu pernah mengalami. Karena hal itu sudah lazim bagi manusia maka keinginanmu untuk menghidupkan wanita yang sudah mati itu, tak mungkin direstui Dewata. Dan cobalah engkau lihat keadaan wanita yang engkau bawa itu.....” Anuraga herpaling. Ia hampir menjerit ketika melihat keadaan jenazah Sindura yang masih terbaring di bawah pohon. Bukan lagi Rara Sindura yang cantik ba' bidadari turun dari kahyangan, melainkan sesosok kerangka tulang belulang, ah ... . Anuraga pejamkan mata tak berani memandang .... "Anuraga ...." tiba2 kakek itu berseru dari belakang "ketahuilah. Janganlah dikau terlekat pada yang menyenangkan atau yang tak menyenangkan. Melihat apa yang menyenangkan adalah penderitaan, seperti halnya melihat yang tak menyenangkan. Karena dari rasa sayang, akan timbul kesedihan dan kekhawatiran. Bagi orang yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terbebas dari rasa sayang, tiada .kesedihan dan kekhawatiran lagi. Seorang brahmana yaitu yang mengetahui timbul lenyapnya segala benda2 yang hidup. Yang telah memutuskan belenggu2 kebencian, kesenangan, keinginan, keragu-raguan dan kebodohan serta mencapai penerangan sempurna ....." Anuraga tersentak dan membuka mata. "Anuraga, apabila bathinmu sudah bersih dari noda dan terlepas dari belenggu-belenggu Nafsu, janganlah engkau takut melihat Kenyataan. Tegakkanlah kepalamu dan berpaling ke belakang. Lihatlah siapa aku . . . ." Anuraga serentak berpaling "Hai. . . . !" ia menjerit kaget dan tersentak bangun dari.....mimpinya. Ia termenung-menung memikirkan mimpinya itu. Beberapa saat kemudian, mulailah pikirannya jernih, hatinya terang. Ia sadar akan apa yang dihadapinya. Sindura telah meninggal dunia. Tak mungkin dapat hidup kembali. Apabila ia membawa mayat jelita itu menjelajah ke mana2, tentulah mayat itu akan rusak dan membusuk. Seketika ngerilah hatinya ketika teringat akan sosok kerangka tulang belulang dalam impiannya tadi...... "Ah, kasihan kalau tubuh Sindura sampai menderita kerusakan. Aku harus cepat2 mengantarkan kepada orangtuanya agar diurus dan ditanam dengan baik2 "demikian keputusan Anuraga ia menimang-nimang beberapa saat. Mimpi aneh di tepi bengawan, telah menyadarkan pikiran Anuraga dari kegelapan. Ia merasa malu pada dirinya. Betapa kalap dan limbunglah pikirannya selama ini. Dibawanya jenazah Sindura kemana-mana untuk mencari obat yang dapat untuk menghidupkannya lagi. Kesemuanya itu jelas karena dorongan rasa sayang. Dan tepatlah seperti yang diucapkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kakek dalam mimpinya itu. Rasa sayang, menimbulkan kesedihan. Karena kehilangan yang disayangi, maka ia sedih dan gelap pikiran, putus asa. Dan hampirlah ia melakukan tindakan yang nekad untuk menenggelamkan diri dalam bengawan. Demikian Anuraga segera memondong tubuh Sindura lalu mulai melakukan perjalanan menuju ke tanah Mandana. Terngiang pula ucapan Sindura yang terakhir .... 'dalam penitipan yang mendatang, aku pasti akan menjadi isterimu'..... Anuraga berbulat tekad. Setelah menyerahkan jenazah Sindura kepada orangtuanya, ia akan mengembara mencari t i t i s a n Rara Sindura ........ 0oo-dw-oo0



II TIGA lembar daun Wilwa atau maja, Demikianlah lukisan bentuk daerah aseli negara Majapahit atau Wilwatikta. Ketiga daerah yang merupakan daerah pusat perumahan negara Majapahit yalah Tumapel atau Singosari, Kediri atau Daha dan Kahuripan atau Jiwana. JENGGALA atau Jenggala-Tumapel terletak disebelah utara kota Malang sekarang. Sejarahnya dimulai pada abad ke VIII dibawah pemerintahan raja2 keturunan Dewasinga. Sampai pada Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, akuwu Tumapel, lalu mengangkat diri sebagai raja Singosari dengan gelar abhistka Prabu Sri Rajasa Amurwabhumi. Peperangan antara Daha dengan Singosari dan berakhir dengan hancurnya raja Daha yakni prabu Kertajaya atau Dandang Gendis, makin mengukuhkan kekuasaan Prabu Sri Rajasa Amurwabhumi dan pamor kerajaan Tumapel-Singosari. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ DAHA atau Kediri yang batas telatahnya di sebelah barat gunung Kawi, juga mempunyai sejarah yang cukup tua. Sebagai kelanjutan kekuasaan kerajaan Jawa Tengah, sejarah kerajaan Daha pun dimulai sejak abad ke VIII. Daerah ketiga, tanah KAHURIPAN atau Jiwcna terletak di sebelah utara pegunungan Welirang-A njasmara. Kahuripan merupakan pucuk pemerintahan yang tertinggi dari kerajaan Majapahit. Di situlah letak pura TIKTA SRIPALA atau keraton raja bersemayam. Jika ketiga daerah aseli atau watek b h u m i negara Majapahit itu bagaikan tiga lembar daun maja, maka Kahuripan merupakan daun yang menggelantung di atas atau di sebelah utara. Sedang di sebelah bawahnya, di kiri atau sebelah timur, adalah daerah Tumapel-Singosari. Di tengah ketiga daerah itu, merupakan daerah pegunungan yang lebat, luas dan subur. Lima buah gunung berjajar-jajar membujur dari selatan ke utara, ya-ni gunung Kelud, gunung Kawi, gunung Arjuna, g«-nung Anjasmara dan gunung Welirang. Keindahan a-lam.pegunungan yang permai, menimbulkan ketenteraman kehidupan desa2 Kebuda-an, desa Kesyiwa-an, desa Keresi-an, asrama2 dan rumah2 suci. Kesuburan bumi di lembah2 sepanjang perairan sungai Bengawan, menambah kemakmuran rakyat. "Indah benar bumi Majapahit ini ... ." demikian seorang anak lelaki kecil berkata seorang diri dikala kakinya berayun setapak demi setapak, menuruni tanah pegunungan yang termasuk telatah kaki gunung Anjasmara. Ia terpaksa harus berkata seorang diri karena tiada kawan seperjalanan di sampingnya. Anak yang lebih kurang berumur duabclas tahun itu, rupanya tersengsam juga menikmati keindahan alam pegunungan yang tenang dan indah. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hatinya lepas bebas, selepas burung terbang di angkasa. Hanya bedanya, burung2 itu terbang dengan tujuan tertentu yalah mencari makan lalu kembali ke sarangnya. Tetapi tidak demikian dengan anak itu. Ia berjalan kearah yang torte itu tetapi tiada tertentu tujuannya. Arahnya hendak ke daerah Kahuripan yang menurut cerita orang, merupakan pura tempat pusat kerajaan Majapahit. Pun pula di manakah kiranya letak sesungguhnya dari pura kerajaan itu, ia tak tahu. Ia menurutkan saja keterangan dari orang yang dijumpai sepanjang perjalanan. A dakah ia nanti dapat mencapai tempat tujuannya itu, bukanlah hal yang merisaukan hatinya. Karena perjalanan itu, perjalanan yang tak memungkinkan ia pulang. Bukan karena tak mau pulang melainkan karena tiada rumah atau pondok yang dapat menerima kepulangannya. Atau ia memang seorang anak yang sudah sebatang kara, tiada rumah dan tempat menetap. Dan adakah ia nanti akan berjumpa dengan orang yang dicarinya itu, juga bukan suatu persoalan yang mencegah langkahnya. Ia tetap tengadahkan harapan "Dia seorang demang kerajaan. Orang tentu dapat menunjukkan siapa demang Suryanata itu" demikian tekadnya. Anak itu bukan lain adalah Dipa yang didesanya lebih terkenal dengan sebutan Gajah. Setelah menunggu berbulanbulan di pondok dalam hutan, belum juga kakek tua atau demang Surya pulang, akhirnya Dipa mengambil keputusan. Untuk pulang kembali kepada buyut Madan-Teda, jelas tak mungkin. Sekalipun ia tak merasa mencuri arca Dewa Ganesya di candi kebuyutan itu, namun seluruh penduduk desa itu menganggap dialah yang mengambil patung itu. Jika tiada ditolong kakek demang Surya serta cucunya, kemungkinan saat itu ia sudah menjadi mayat. Maka untuk kembali ke Madan-Teda, tak ubah hanya seperti ‘ular menghampiri gebug' http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belaka. Pun apabila ia tetap tinggal di pondok dalam hutan itu, amatlah berbahaya. Pada suatu malam, ketika ia habis pulang dari mencari kayu di hutan, ia terkejut ketika melihat dua ekor kuda tertambat pada pohon Nagapuspa yang tumbuh di halaman muka pondok. Ia curiga. Dengan berendap-endap langkah, ia menghampiri kepintu belakang. Dari cela daun pintu ia mengintai ke dalam pondok. Apa yang disaksikannya saat itu, hampir meluncurkan jeritan terkejut pada mulutnya. Dua orang lelaki bermuka bengis dan masing2 menyelip pedang di pinggang, tengah mengobrak-abrik isi pondok. Balai2, meja dan kursi disungsang-balikkan. Bilik tempat tidur demang Surya, habis dikacau balau. Rupanya kedua orang itu hendak mencari demang Surya. Karena tak berjumpa mereka menggeledah seisi pondok. Pun karena tak menemukan suatu apa, marahlah mereka. Untunglah Dipa cepat dapat menduga gerak gerik kedua orang yang tak dikenal itu. Dan cepat pula ia dapat menyadari bahwa apabila mereka melihat dirinya, tentulah ia akan ditangkap dan disiksa. Sesungguhnya amatlah geram dan marah hati Dipa melihat perbuatan kedua orang itu, namun ia menyadari bahwa dengan kekerasan, tak mungkin ia dapat melawan kedua orang itu. Namun iapun merasa bertanggung jawab atas pondok demang Surya yang dipaserahkan kepadanya itu. Ia harus berdaya untuk menghalau kedua orang itu. Dipa dengan hati2 menyurut keluar dan bersembunyi di balik sebatang pohon. Sejenak berpikir, cepatlah ia mendapat akal. Dengan langkah ringan2, ia menghampiri kedua ekor kuda. Tali kendali dilepas dari pohon. Kemudian ia cepat2 menyelinap ke dalam gerumbul pohon, tak jauh dari kuda itu. Diambilnya dua butir batu. Setelah mengambil arah, dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekuat tenaga, ia lemparkan batu itu ke arah kedua ekor kuda. Kuda terkejut dan lari meringkik ringkik..... "Hai, kuda kita lepas, hayo kita buru" cepat sekali salah seorang tetamu tak dikenal itu lari ke ambang pintu pondok dan terus lari mengejar. Kawannya-pun muncul dan menyusul. Selang beberapa jam setelah kedua orang itu tak muncul lagi, barulah Dipa masuk ke dalam pondok. Ia merasa sedih, menyesal dan geram melihat keadaan pondok yang kacau balau "Siapakah gerangan kedua orang itu?" tanyanya seorang diri "ah, tentulah mereka musuh2 kakek demang yang hendak mencarinya" Peristiwa itu menjadikan renungan pikirannye. Bukan mustahil akan berdatangan pula beberapa orang yang hendak mencari kakek demang itu. Apabila ia tetap tinggal dipondok situ, kemungkinan akan menjadi sasaran mereka. Bukan karena ia takut membela kakek demang tetapi sesungguhnya ia tak tahu menahu akan urusan mereka. Dan bukankah demang tua itu telah menasehatinya pula, supaya ia tinggalkan pondok itu apabila dalam waktu sebulan ia tak pulang? Demikian setelah menimang-nimang, akhirnya ia tinggalkan pondok dan menuju ke desa Mada. Ia hendak menjenguk neneknya yang sudah amat tua. Tetapi alangkah kejut dan sedihnya ketika mendapat keterangan diri penduduk disitu bahwa neneknya itu sudah meninggal dunia beberapa waktu yang lalu. Kini hampalah harapan Dipa. Hidupnya bagai awan yang berarak-arak tiada menentu di cakrawala yang luang, tiada berujung tiada bertepi . . . Pelahan-lahan ia bersujud dimuka pusara neneknya. Persembahan hormat yang terakhir kalinya. Karena setelah itu ia akan mengembara jauh. Dengan langkah sarat, diavunkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sang kaki dari gunduk tanah yang berisi tulang2 rapuh dari neneknya. Makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap ditelan kelebatan hutan. "Baiklah kupergi ke pura Majapahit" akhirnya bersualah kesimpulan dalam hatinya "ada dua orang yang akan kucari disana. Demang Surya dan paman brahmana yang mulia itu. Kedua duanya menetap di pura kerajaan" Sepercik harapan itu, bagaikan sekerat lelatu yang menghangatkan semangatnya dari kelayuan hidup. Ada suatu bisikan halus dalam hati kecilnya bahwa perjalanan itu akan membuka lembaran baru dari kehidupannya. Namun ia tak pernah mengerti apakah maknanya dari bisikan halus itu. Yang dirasakan hanyalah getar-getar sanubarinya yang menggelorakan semangatnya. Seakan-akan ada suatu dorongan yang halus bahwa di Majapahitlah ia bakal melihat sinar surya yang gilang gemilang. Itupun hanyalah perasaan, bukannya suatu keyakinan. Karena setitikpun ia tak berani mengharap atau memimpikan bahwa kelak dikemudian hari ia bakal menjadi soko-guru yang termasyhur dalam sejarah kerajaan Majapahit menjenjang ke puncak kejayaan yang gilang gemilang. Dan segala keresahan, kecemasan dan keraguan serta reka2 dalam benaknya, serasa hilang ketika perhatiannya terbawa hanyut dalam alam pegunungan nan semesta indah dan tenang. Betapa tidak! Seyojana mata memandang hanya warna hijau sejuk yang banglas lepas. Gunung Anjasmara seolah-olah raksasa yang bersalut warna hijau riyo2 dan bermahkotakan gumpal2 awan putih. Gemercik air mandesir, desah angin semilir, membawa imbauan kicau burung riuh gembira. Bunga warna warni bertaburan di atas permadani rumput dan belukar. Dicipta dan tercipta oleh Sanghyang Pencipta alam semesta. Hanya kekuasaanNYA lah yang kuasa http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mewarnai kehijauan yang serasi dari daun, pupus dan pucuk pohon. Aneka warna merah, kuning, ungu, biru dari bunga2 yang tumbuh bebas di hutan pegunungan. Kesemuanya itu tercipta dalam bentuk yang wajar dan mesra. Sesaat terhentilah langkah Dipa. Ia tegak termangu-mangu dalam dekapan pesona. Timbul berbagai pertanyaan dalam benak anak itu. Dari manakah asal mula gunduk tanah yang menjulang tinggi mencapai awan itu? Siapa pula yang menanam rimba pohon2 belantara, bunga2 yang beraneka warna itu .... ? Lama nian Dipa melepaskan diri terbenam dalam lautan pertanyaan yang berarus keheramn. Setelah tak menemukan jawaban tentang rasa herannya terhrdap alam pegunungan yang berada di sekelilingnya, pikirannya makin merana berkelanjutan. Terkenang ia akan nasibnya yang merana. Akari keadaan penduduk desa Madan-Teda yang hendak membunuhnya. Akan diri kakek demang Surya dan cucu perempuannya si Indu dan akan kedua orang lelaki berwajah bengis yang mengobrak-abrik pondok demang Surya. "Mengapa manusia2 itu selalu tak tenang kehidupannya. Mengapa mereka saling bermusuhan, saling bunuh membunuh. Mengapa tidak seperti suasana dalam alam pegaau.agan yang tenang tenteram . . " demikian timbul pula pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Karena umurnya, alam pikirannyapun masih singkat. Segala sesuatu hanya dipandang dari sudut kenyataan yang dilihatnya. Dia tak dapat menyadari bahwa manusia itu adalah titah Hyang Widdhi yang terkasih. Yang diberkahi kelebihan berupa kecerdasan berpikir. Dan yang diridloi untuk menikmati kekayaan bumi alam ciptaanNYA. Tetapi adalah karena rasa nikmat akan keduniawian itulah yang menjadi belenggu bathinnya. Belenggu yang berupa nafsu Keinginan. A-pabila http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belenggu nafsu Keinginan itu sudah menjeiat kencang, maka timbullah pikiran Angkara itulah yang melahirkan gerak langkah tindakan yarg gelap sesat. Mencuri, menipu, membunuh dan segala perbuatan jahat ..... Dipa tersentak dari lamunan, ketika mendengar kicau burung kutilang yang riuh riang. Sesaat tampak sepasang bu ung kutilang terbang melayang turun dari udara dan hinggap pada sebuah dahan yang lebat daunnya. Ah, sepasang kutilang itu pulang ke sarangnya, mendapatkan anak2nya. Anak2 kutilang itu masih kecil, belum tumbuh sayapnya. Mereka menyambut kedatangan induknya dengan berkicau riang gembira. Dengan kebanggaan dan kemesraan, induknyapun seigera melolohkan makanan yang dibawanya, kemulut anak2nya. "Ah, betapa mesra dan kasih sayang kutilang itu kepada anak-anaknya . . ." gumam Dipa seorarg diri. Seketika tersentuhlah hatinya. Anak2 kutilang itu jauh lebih berbahagia dari dirinya. Ia sudah sebatang kara. Satu-satunya keluarga, yalah neneknya di desa Mada, itupun sudah menutup mata tanpa sempat memberitahu tentang kedua orang tuanya. Jika sudah meninggal, di-mana alas kuburnya. Kalau masih hidup, dimana rimbanya. Anak2 di desa Madan Teda semua mempunyai ibu-bapak. Bahkan anak burung kutilang yang bersarang didahan pohon itu, pun mempunyai induk. Bagi anak2, mempunyai ibu-bapak itu sudah wajar. Tetapi bagi Dipa hal yang wajar dan lumrah itu, terasa amat mahal dan sesukar keinginannya untuk mengetahui siapakah yang menciptakan gunung dan hutan belantara itu! Airmata Dipa berderai-derai membasahi kedua celah pipinya ....



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Demikian selama menempuh perjalanan ke pura kerajaan itu, banyak ragam peristiwa dan manusia yang dijumpainya. Setiap peristiwa ia jadikan sebagai pengalaman. Setiap peribadi manusia, ia jadikan cermin. Pengalaman sebagai pengatur perbuatan. Cermin keperibadian manusia sebagai pembina watak dan tingkat kemanusiaannya. Makin lama makin merekahlah alam pikirannya, makin meluas pula pandangannya dan makin bertambah pengalamannya..Tanpa disadari, ia telah menyelami berbagai lapisan masyarakat bawah, ikut merasakan alam kehidupan mereka dan ikut pula maneguk derita kepahitan hidup mereka. Diketahuinya pula bahwa di dalam alam masyarakat terdapat empat warna atau kasta: Brahmana, Ksatrya, Waisya dan Sudra. Tetapi kenyataannya dalam kehidupan masyarakat negara Majapahit itu hanya dibagi atas tiga tingkat golongan. Tingkatan atas, tingkatan tengah dan tingkatan bawah atau yang keseluruhannya dinamai dengan kata paduan: Madhyamot-tamakaaista. Tingkatan tengah : M a d h y a m a. Tingkatan bawah : Nista. Golongan Uttamaka, baik di pusat maupun di daerah, yalah anggtuta keluarga sang Prabu dan para ratu, anggauta kementerian dan badan Upapati; Golongan Nista, meliputi segala orang biasa di desa-desa, biasanya yalah kaum tani. Lapisan nista atau rendah ini, dinamai juga dengan istilah KANAKTHAN-YAN (ke-anaktanian). Yang selebihnya masuk Golongan Madhyama dan meliputi orang keraton, abdidhalem dan para tukang. Pengetahuan itu makin menambah luas pandangan Dipa akan keadaan masyarakat. Setiap kali ia tiba di desa, tak mau ia minta makan dengan cuma-cuma. Tetapi selalu ia http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memberikan tenaga membantu pekerjaan tuan rumah yang didatanginya. Sekalipun di tempat sudharmma atau rumah suci, di desa ke-buda-an, ke-resi-an, asrama2 pendeta dan brahmana, walaupun disediakan makan untuk tetamu2 yang datang dari jauh, namun Dipa sekali-kali tak mau mendapat makanan dengan cuma2. Ia selalu memberikan jasa tenaganya, mengambil air, menyapu, mencari kayu dan apa saja yang diperlukan tenaganya. Ada kalanya, ia tinggal sampai beberapa hari di suatu asrama, agar ia diberi kesempatan untuk belajar menulis dan membaca. Pada hari itu, ia masih berada dalam sebuah hutan ketika sang Surya sudah mulai condong ke balik gunung. Tak tahu ia berapa jauh lagi akan berjumpa dengan pedesaan atau rumah orang. Pikirnya, daripada kemalaman di tengah jalan, baiklah ia bermalam di hutan situ. Dan bermalam di hutan, baginya sudah biasa. Dia tak takut. Begitulah setelah memilih sebuah tempat yang bersih di balik segunduk batu besar, ia segera rebahkan diri beristirahat. Tidur beralas rumput, beratap langit, pun sudah biasa dilakukannya. Ia tak kaget atau kikuk. Bahkan ia merasa gembira karena apabila malam tiba, ia dapat tidur sambil memandang ke cakrawala dan menghitung-hitung bintang2 bertaburan di atas langit. Malam itu bulan bersinar terang. Langitpun cerah. Sambil berbaring, Dipa memandang rembulan. Dipa memang seorang anak yang gemar bertanya dan selalu ingin tahu apa yang dilihatnya. Rembulan di langit itupun tak lepas menjadi sasaran keheranannya. Mengapa rembulan hanya keluar pada malam hari? Dan ke manakah perginya pada siang hari? Dan makhluk apakah gerangan yang tinggal di bula.n itu? Berkelanjutan pula pertanyaan dalam hati anak itu untuk mengetahui keadaan rembulan yang menggelantung di http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ angkasa itu. Bila banyak pertanyaan yang keluar dari benaknya tanpa memperoleh jawaban suatu apa, mulailah timbul rasa jemu dan letih. Setelah merasa jemu dan lelah, rasa kantukpun mulai berayun-ayun melelapkan mata. Kantukpun mulai berayun-ayun melelap mata. Sesaat mata hampir terlena, tiba2 ia mendengar derap kuda lari memecah kesunyian malam. Serentak buyarlah rasa kantuknya dan cepat2 ia berbangkit menempatkan diri dibalik gerumbul yang teraling. Cepat sekali kuda itu makin dekat. Tiba2 berhenti dan terdengar salah seorang penunggang kuda berseru "Patra, kita berhenti disini" orang itu turun dari kudanya lalu menghampiri ke gunduk batu. Ternyata yang berkuda itu terdiri dari dua orang lelaki. Mereka duduk dikaki batu yang datar dan lepaskan kudanya makan rumput yang banyak tumbuh di-sekeliling tempat itu. Dari sela gerumbul tempat persembunyiannya, Dipa dapat melihat jelas kedua lelaki itu. Mereka mengeluarkan kantong kulit tempat minum dan mulai meneguk. Serangkum bau tuak, membaur sampai ketempat Dipa. "Kakang Wicana, dua kali sudah kita lakukan tugas dengan berhasil. Kali ini kiranya gusti patih Aluyuda tentu takkan menunda pemberian hadiah itu" terdengar lelaki yang dipanggil Patra tadi mulai membuka mulut. Kawannya yang disebut Wicana itu, seorang lelaki agak tua, bermuka kuning bersih dan memelihara kumis yang teratur. Dibawah sinar rembulan, tampak ia seorang yang cukup mempunyai wibawa. Sahutnya "Kurasa gusti patih tentu takkan menunda-nunda lagi hadiah itu. Patra jangan kuatir. Gusti patih pernah menjanjikan kepadaku, apabila kelak beliau berhasil menduduki jabatan mahapatih, kita akan diangkat menjadi demang" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sambil meneguk pula minuman tuaknya, Patra yang bertubuh kokoh kekar, tertawa riang "Mudah-mudahan gusti patih tak menyia-nyiakan jasa kita. Karena sesungguhnya, tak mudah untuk meyakinkan seorang yang cerdik macam buyut Mandana itu. Engkau memang hebat sekali, kakang ...." "Ah, pujian itu seyogyanya engkau jelangkan kepada gusti patih. Karena semua rencana yang kita lakukan itu adalah gusti patih yang mengatur. Tetapi memang harus diakui bahwa yang paling sukar yalah waktu kita pertama kali berhadapan, dengan buyut Mandana. Andaikata rombongan raden Kuda Lampeyan tak datang, tentulah kita sudah ditawan buyut itu" "Hem, buyut itu memang keras kepala" sambut Patra. "Hal itu dapat dimengerti, Patra" kata Wicana "karena raden Kuda Lampeyan adalah anak menantu buyut Mandana. Sudah tentu dia tak mudah mempercayai keterangan kita, sebelum terbukti bahwa raden Kuda Lampeyan benar2 datang untuk memanggil buyut itu menghadap baginda" "Tetapi apakah kakang yakin anjuran kita kali ini akan diterima bulat oleh buyut itu ?" tanya Patra pula. "Buyut itu memang seorang yang luas pengetahuan, cerdik dan bijaksana. Tetapi sayang dia masih mempunyai kelemahan yalah angkuh dan tinggi hati. Kita gunakan kelemahan itu untuk menghapus daya pikirannya yang cerdas!" "Benar, kakang" seru Patra "pada waktu kakang mengatakan bahwa raden Kuda Lampeyan bersumpah hendak membawa pasukan besar untuk meratakan Mandana, buyut itu merah padam mukanya dan serentak iapun bersumpah



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ untuk membela bumi Mandana sampai pada titik darah yang penghabisan" "Demikianlah watak seorang yang tinggi hati, Patra" sambut Wicana "sekalipun tahu bahwa yang akan dihadapinya itu yalah pasukan kerajaan Majapahit, namun ia tetap tak gentar" "Tetapi rasanya kesanggupan gusti patih untuk memberi bantuan dari belakang, juga menambah keberaniannya melawan kerajaan" kata Patra. Kemudian tiba2 ia meragu "tetapi kurasa betapapun besar tekad orang2 Mandana itu, namun mereka pasti akan hancur menghadapi serangan pasukan Majapahit. Dalam hal ini apakah tidak berarti gusti patih menjerumuskan buyut itu ke jurang kehancuran ?" "Tidak, gusti patih akan membantu sungguh2 agar buyut Mandana mencapai kemenangan" "Ha ?" Patra ternganga, tuak yang hendak diteguk, dihentikan setengah jalan "apakah gusti patih hendak .... berhianat ?" Wicana tertawa kecil "Tidak, gusti patih tidak berhianat tetapi benar2 memang hendak menghancurkan pasukan Majapahit" Patra membelalakkan mata "Kakang, aku benar2 bingung mendengar keteranganmu !" "Itulah kelebihan dari gusti patih Aluyuda, Patra" kata Wicana tertawa "setiap siasat yang dilakukan tentu tak mungkin dapat disangka orang. Dan setiap perhitungannya tentu tak pernah gagal" "Kakang, lekas beritahukan bagaimana siasat gusti patih dalam menghadapi osang Mandana itu ?" rupanya Patra tak sabar lagi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Begini" kata Wicana "dalam surat yang kuberikan kepada buyut Mandana tadi pagi, gusti patih telah memberi petunjuk bagaimana buyut itu harus mengatur barisannya. Apabila buyut itu mau menurut, gusti patih menjamin rakyat Mandana tentu akan menang" "Bagaimana mungkin itu kakang ! Bukankah pimpinan penyerangan ke Mandana ini oleh baginda diserahkan kepada gusti Rangga Pu Jalu ?" "Itulah, Patra!" seru Wicana "dengan cara yang rahasia, gusti patih A luyuda dapat mengetahui tentang rencana barisan Majapahit yang akan menyerang Mandana itu. Dengan pengetahuan itu, mudahlah gusti, patih membertahukan kepada buyut Mandana cara2 untuk menghancurkan pasukan Majapahit" "O" Patra mendesuh kejut "apakah keuntungan gusti patih melakukan hal itu ?" Sejenak Wicana meneguk tuak, setelah mengusap mulut ia berkata "Sasaran utama dari gusti patih Aluyuda yalah gusti mahapatih Nambi. Rangga Pu Jalu termasuk pengikut gusti mahapatih Nambi. Gusti mahapatih pulalah yang mengusulkan kepada baginda supaya Rangga Pu Jalu diangkat menjadi panglima penumpasan tanah Mandana. Gagalnya penyerangan kali ini tentu akan merupakan tamparan keras bagi gusti mahapatih Nambi. Kesempatan itu tentu segera akan diisi oleh gusti patih Aluyuda untuk menampilkan diri memimpin penyerangan ke Mandana" ? "O" kembali Patra mendcsuh "tetapi .... bukankah nanti gusti patih akan berhadapan dengan buyut Mandana yang dijanjikan bantuan itu?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Wicana tertawa "Ah, bagi gusti patih Aluyuda, hal itu mudah saja dilakukan. Misalnya, dia akan mengangkat salah seorang senopatinya untuk mengepalai pasukan, lalu diam2 gusti patih akan menyuruh kita menemui buyut Mandana lagi dan memberi petunjuk bagaimana buyut itu harus mengatur barisan" "Hai" Patra beranjak seru "karena kali ini buyut Mandana dapat memperoleh kemenangan, untuk yang kedua kalinya dia pasti akan menurut petunjuk gusti patih. Dia tentu menaruh kepercayaan penuh kepada gusti patih. Tetapi untuk yang kedua kalinya, buyut itu pasti akan termakan duri. Apabila dia menurut petunjuk gusti patih, dengan mudah dia pasti akan dihancurkan gusti patih!" "Ho, kiranya engkau sudah dapat menerka kelanjutannya. Patra" kata Wicara tertawa kecil "begitulah kalau engkau mau tahu bagaimana kelicinan gusti patih Aluyuda itu" Patra mengangguk angguk, Tiba2 ia bertanya pula "Hasil apakah yang diperoleh gusti patih dengan tindakan itu?" "Sudah tentu makin mendapat kepercayaan baginda. Gagalnya Pu Jalu yang diusulkan gusti mahapatih itu, gusti lebih menyudutkan kedudukan gusti patih Aluyuda. Jalan makin terentang lebar bagi gusti patih Aluyuda untuk menyingkirkan gusti mahapatih Nambi dari pucuk pimpinan kerajaan. Engkau boleh buktikan, Patra, bahwa kelak tentu terjadi seiuatu dalam kalangan mentri2 kerajaan, terutama pada gusti mahapatih Nambi" Dipa mendengar jelas semua pembicaraan itu. Namun ia tak tahu persoalannya. Yang jelas, pasukan Majapahit akan menyerang tanah Mandana dan beberapa nama menteri kerajaan yalah mahapatih Nambi, patih Aluyuda, rangga Pu Jalu. Memang ia masih ingat akan cerita kakek demang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suryanata tentang kekeruhan sua sana dalam kerajaan. Tentang mentri2 yang saling berebut pengaruh. Tentang golongan2 yang mendukung dan menentang raja. Tentang pertentangan golongan agama Syiwa dan Buddha. Dan tentang awan mendung yang selalu menutup kecerahan kerajaan Majapahit. Kini matanya makin terbuka, pikirannya berkembang. Bahwa dunia ini ternyata tak seindah alam pegunungan yang tenang. Bahwa kehidupan manusia itu ternyata jauh lebih ruwet dan keruh daripada yang dibayangkan. Hingga sampai kedua orang utusan dari patih Aluyuda itu melanjutkan perjalanan pula, Dipa masih tetap bermanja kemenungan. Tibalah pikirannya dipersimpangan jalan. Adakah ia lebih baik melanjutkan kehidupannya di tengah alam pedesaan yang sunyi tenang. Atau tetap meneruskan langkah mencari deman Suryanata ke pura kerajaan. Ada suatu bisikan halus dalam sanubarinya. Hidup di pedesaan memang jauh lebih tenang dan tenteram tetapi tiada suatu pengalaman hidup yang akan merobah nasibnya. Di pura kerajaan memang penuh golak gejolak peristiwa dan perobahan. Tetapi justeru pergolakan dan perobahan2 itulah yang akan memberinya banyak pelajaran dan pengalaman hidup. "Dipa, akan kubawamu ke pura kerajaan agar engkau dapat melihat dunia yang luas. Siapa tahu kelak nasibmu akan berobah........." tiba2 terngiang ucapan paman brahmana Anuraga kepadanya dahulu. Dan serentak teringatlah Dipa akan diri brahmana muda yang baik bali kepadanya itu. "Aku harus ke pura kerajvan. Untuk mencari kakek demang dan paman brahmana itu!" akhirnya putuslah ketetapan dalam hatinya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Entah sampai berapa lama ia dapat bertahan kantuk. Tetapi ternyata ia tak dapat mendengar kokok ayam hutan menyambut sang pagi. Bahkan sampai mentari naik sepenggalah tingginya, barulah ia terjaga dari tidurnya yang nyenyak. Iapun melanjutkan perjalanan lagi. Pada suatu hari ketika memasuki sebuah desa, ia terkejut melihat suasana desa itu. Rumah2 penduduk tertutup iapat, jalan-pun sunyi senyap. Sepintas pandang seperti sebuah desa mati. Biasanya apabila tiba discbuah pedesaan, ia tentu mendatangi salah seorang rumah penduduk dan menawarkan tenaganya untuk membantu pekerjaan yang dibutuhkan tuan rumah. Dan sebagai upah, ia hanya minta nasi pengisi perut. Dan biasanya orangpun kasihan kepada anak itu. Mereka suruh Dipa mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtargga, entah mencari air atau membelah kayu atau membersihkan halaman. Orang cepat mendapat kesan baik terhadap wajah Dipa yang jujur dan sehat. Heran saat itu Dipa melihat keadaan desa. Harapannya untuk mencari makan, terpaksa ditanggalkan. Ketika ia menyusur di ujung desa, tiba2 ia melihat sebuah pondok yang masih terbuka pintunya. Dihampirinya pondok itu. Seorang lelaki tua tengah duduk di atas balai2 sambil memahat mahat sehuah arca kayu. "Kakek....." seru Dipa sambil melangkah ke ambang pintu. Agak terkejut lelaki tua itu ketika memalingkan muka "O, engkau anak kecil. Kurasa engkau bukan penduduk desa ini, bukan?" Dipa mengiakan "Benar, kakek. Aku datang dari lain daerah dan kebetulan lalu di desa ini. Tetapi mengapa desa ini sunyi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekali? Pintu2 penghuninya?"



rumah



tertutup,



ke-manakah



para



Kakek itu mempersilahkan Dipa masuk. Setelah suruh anak itu duduk disampingnya, kakek itu menerangkan "Penduduk desa ini mengungsi ke daerah pedalaman karena mereka takut dilanda peperangan yang segera akan terjadi. Kerajaan Majapahit telah mengirim pasukan untuk menindas pemberontakan rakyat Mandana. Oleh 'karena itu desa ini terletak di tengah perjalanan mereka, maka siapapun yang menang atau kalah, desa ini pasti akan menderita kerusakan. Engkau tahu, bagaimana tingkah laku prajurit2 itu ? Kalah perang sekalipun mereka tetap melakukan perbuatan2 yang merugikan rakyat. Apalagi kalau menang. Wah, harta benda bahkan wanita, tentu akan menjadi sasaran kegembiraan mereka.....” "O" desuh Dipa "mengapa rakyat Mandana memberontak terhadap kerajaan ?" "Kata orang, karena buyut Mandana tak setuju akan pengangkatan baginda Jayanagara sebagai raja Majapahit. Ada pula yang mengatakan, buyut itu menolak dipanggil menghadap raja. Ada juga yang menceritakan, baginda murka kepada buyut Mandana karena anak perempuan buyut itu lari dari keraton. Juga ada yang menyiarkan tentang seorang putera menantu buyut itu, menceritakan kepada baginda tentang sikap buyut Mandana yang menentang raja. Ah, banyak nian kabar2 yang tak sama satu dengan lain. Entah manakah yang benar" kata kakek itu dengan nada tak acuh. "Tetapi mengapa kakek tetap tinggal di sini? Adakah kakek tak takut akan tingkah prajurit2 itu ?" tanya Dipa. Kakek itu tertawa ringan "Aku sudah tua. Pekerjaankupun hanya sebagai juru jalir, membuat ukir-ukiran arca dan hiasan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rumah. Nih, cobalah engkau lihat. Apakah arca lembu yang kuukir ini menyerupai lembu atau tidak ?" Terpaksa Dipa mtnurut. Sejenak dipandangnya arca yang sedang diukir oleh juru jalir itu. Namun tak ada perhatiannya akan arca itu. Maka dijawab dengan sekenanya "Ya, memang menyerupai benar . . . :" lalu cepat2 mengulang pertanyaan pula "apakah kakek tak takut tetap tinggal di sini ?" Kakek juru jalir atau tukang ukir itu tertawa ringan "Apa yang harus kutakutkan? Apa yang mereka dapat peroleh dari diriku? A ku sudah tua, tiada mempunyai apa2, kecuali sebuah pondok tiris ini. Pun andaikata aku mempunyai uang, akupun takkan kecewa apabila diambil mereka. Selama hayat masih kukandung dalam badan, selama tangan ini masih dapat bergerak, aku tak kuatir tak dapat makan. Aku tak mau terbelenggu oleh rasa sayang dan kekecewaan. Uang, perabot, pondok bahkan jiwaku sekalipun, kurelakan apabila mereka menganggap perlu untuk mengambilnya. Akupun merasa tak bersalah kepada kerajaan Majapahit, kepada orang Mandana dan kepada prajurit2 itu. Mengapa aku harus takut dan menyingkir?" Dipa terkesiap. Sejauh pengalaman yang pernah ditempuhnya, belum pernah ia berjumpa dengan seorang kakek yang berpendirian sedemikian tenang, bebas dan lapang. Diam2 ia mengakui bahwa ucapan kakek itu memang tepat. Rasa lapar yang sudah merintih-rintih sejak tadi, tiba2 mengendap reda. "Hari sudah petang, kalau engkau membutuhkan tempat, tidurlah disini. Dan kalau engkau lapar, pergilah ke dapur. Tanaklah nasi sendiri" tiba2 kakek itu berkata. Dipa terbeliak "Terima kasih, kakek. Adakah kakek tinggal seorang diri? Siapakah yang menanakkan nasi untuk kakek?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bodoh!" tiba2 kakek itu berseru "mengapa harus suruh orang menanak nasi? Yasya b u d d h i r b a l a m tasya, artinya Kepintaran itu adalah kekuatan. Jika engkau ingin menjadi manusia kuat, engkau harus pintar dalam segala hal. Engkau hidup, engkau perlu makan, mengapa engkau tak mampu membuat makanan ? Engkau hendak mengandalkan isteri atau anak. Tetapi kalau engkau seperti diriku, tiada anak isteri, adakah engkau tak dapat makan? Lekas, pergilah ke dapur " Entah bagaimana, ucapan kakek itu dapat membangkitkan semangat Dipa. Terutama kata2 'Kepandaian itu adalah kekuatan' amat mengesan dalam hatinya. Ia ingin belajar segala apa. Menggembala, mencari kayu, mencari air, membersihkan halamsn, menanak nasi, menjalankan latihan prana atau pernapasan, semedhi, membaca, menulis dan mendengarkan cerita tentang senopati perang ternama, Pentang weda2 ajaran agama Syiwa, tentang pitaka2 ajaran Buddha dan lain2 .... Selesai menanak nasi, ia makan bersama kakek itu. Hanya beberapa saat meletakkan ukirannya, sehabis makan, kakek itupun kembali melanjutkan pekerjaannya "Tahukah engkau lembu apa yang sedang kuukir ini?"tanyanya. Ketika Dipa mengatakan tak tahu, kakek itupun menerangkan "Lembu ini disebut Lembu A ndini, seekor lembu betina, anak seorang raja jin bernama Pata-nam. Ia ingin menguasai alam ini maka bertapalah ia dan dipuja puja oleh penduduk sekitarnya serta dianggap sebagai dewa. Hal itu diketahui oleh Batara Guru. Lembu Andini ditaklukkan, kemudian dijadikan kendaraannya. Tetapi Lembu Andini tak senang. Tak henti-hentinya ia mencari upaya untuk membalas dendam. Akhirnya ia mendapat akal untuk mengadu domba Batara Guru dengan permaisurinya sehingga keduanya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berperang. Setelah permaisurinya ku dikalahkan barulah Batara Guru mengetahui bahwa Lembu Andinilah yang menjadi gara-garanya. Batara Guru murka. Lembu Andini disumpahi dan berobah menjadi pelangi. Nah, apabila engkau melihat pelangi dicakrawala, itulah Lembu Andini sedang minum air laut ...." Senang hati Dipa mendengar cerita kakek itu. Sampai larut malam, barulah keduanya tidur. Beberapa hari Dipa tinggal bersama kakek itu. Ia mendapat pelajaran, tentang ilmu mengukir arca dari kayu. Dipa seperti anak yang haus pengetahuan. Dan memang Dipa berotak cerdas, pun rajin pula. Memang pada hari ketiga, lalulah serombongan prajurit Majapahit dalam perjalanan ke Mandana. Tetapi mereka tak mengganggu kakek juru jalir itu. Setelah beberapa hari tinggal di pondok kakek itu, maka Dipapun segera minta diri hendak melanjutkan perjalanan. "Tujuanmu memang baik sekali" kata juru jalir itu dikala mendengar tentang niat Dipa menuju ke pura kerajaan "di sana memang letak perputaran roda pemerintahan yang menjalankan kehidupan negara. Engkau dapat bertemu dengan orang2 besar, dapat melihat peristiwa2 besar dan dapat memperoleh pergalian2 besar. A ku tak punya apa2 yang dapat kuberikan kepadamu selaku bekal perjalanan" "Ah. kakek baik sekali kepadaku. Aku sudah merasa amat berterima kasih sekali" kata Dipa. "Ah, karena tak dapat memberi apa2, sekurang-kurangnya aku hendak menyampaikan beberapa patah kata selaku pengantar perjalananmu" kakek juru jalir berhenti sejenak untuk menyusun kata "Dipa, hidup itu adalah gerak. Oleh karena bergerak maka harus mempunyai tujuan. Tercapainya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tujuan karena dilambari pendirian. Pendirian menjadi kokoh karena bersenyawakan tekad dan keyakinan. Keyakinan tak mudah goyah karena memiliki iman yang tebal. Dan iman akan sentausa apabila bathin kita sudah menghayati kesadaran akan Kebenaran ...." Juru jalir itu berhenti sejenak pula lalu melanjutkan "Ada sebuah pepatah yang masih kuingat jelas : Yatha ekena cakrena rthasya na gatir bnavet. Evam purusa karena vina daivam na sidhyati'. Artinya, 'seperti tanpa roda, perjalanan kereta takkan mungkin, demikian pula tanpa usaha nasibpun takkan berhasil' . Dipa, engkau memiliki cita2, itulah baik. Tetapilebih baik lagi apabila engkau berusaha untuk mewujutkan cita cita itu. Dan yang paling baik, adalah bila engkau berhasil mencapai cita-cita itu. Tiada yang dapat merobah nasibmu kecuali dirimu sendiri.....” Demikian juru jalir tua melepas kepergian Dipa dengan bekal untaian kata2 mutiara. Dan kata2 itu bersambut dalam hati Dipa, tumbuh, bersemi dan membuahkan pembentukan peribadinya dikelak kemudian hari. Kembali anak itu berada ditengah-tengah alam pegunungan yang indah, sunyi dan tenang. Sepanjang perjalanan yang ditempuhnya, ia selalu mempeihatikan keadaan alam di sekelilingnya. Makin lama makin dekat ia akan alam dan makin menghayati kebesarannya. Penghayatan itu makin menumbuhkan rasa cintanya kepada bumi tanah air. Ia tak tahu betapalah luas telatah Majapahit itu. Namun pendekatan diri dengan alam itu, telah melahirkan suatu perasaan baru dalam hati sanubarinya. Entah apakah itu yang disebut cita2 atau tujuan. Tetapi ia memang mempunyai suatu perasaan cinta kepada bumi negaranya. Ia ingin bumi Majapahit tumbuh makmur dan berkembang menjadi negara besar. Rakyat hidup sejahtera dan sentausa..... http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Lamunan waktu berjalan itu tiba2 pecah berhamburan ketika tiba2 ia mendengar suara sorak sorai yang gegap gempita. Saat itu ia sedang berada di sebuah tanjakan yang cukup tinggi dan suara hiruk pikuk itu datang dari arah muka sebelah bawah. Buru2 ia lari menghampiri. Tiba di ujung jalan, ternyata jalan itu menurun ke bawah dan tiba di sebuah tanah lapang. Apa yang disaksilan di tanah lapang yang merupakan sebuah lembah sebelah bawah itu, mengejutkan hatinya.



Di tanah lembah itu sedang berlangsung pertempuran yang dahsyat antara berpuluh puluh prajurit melawan beratus ratus rakyat. Kedua belah fihak sama menggunakan pelbagai senjata tajam. Tusuk menusuk, tikam menikam, pedang memedang, tombak menombak, cengkam mencengkam dan ada pula yang bergumul. Walaupun kalah besar jumlahnya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tetapi fihak prajurit2 itu rupanya lebih terlatih dalam pertempuran. Banyak korban yang berjatuhan di fihak lawannya yang berpakaian rakyat biasa. Dari balik gunduk batu. Dipa melihat di lembah b.wah, sedang berlangsung pertempuran dahsyat. Pertempuran antara pasukan Majapahit lawan lasykar rakyat Mandana. Sorak sorai, pekik hardik, lengking teriakan dari manusia2 yang saling bunuh membunuh itu, riuh gemuruh memenuhi leaibah, seakan akan membelah angkasa..... Ia menghela napas kejut "Ih, mengapa manusia saling bunuh membunuh dengan manusia ? Betapalah kejamnya ..." serentak terlintas dalam benaknya akan kebuasan harimau yang gemar menerkam kerbau, kambing, kelinci dan lain2 binatang. Juga bangsa ular. Dahulu ketika mencari jamur Brahmacahya untuk mengobati brahmana Anuraga, pernah hampir saja mati dililit ular penunggu jamur itu. Harimau, ular, adalah binatang yang buas ganas. Tetapi ah, apa yang disaksikan saat itu benar2 meremangkan bulu kuduknya "adakah manusia itu lebih buas dari harimau atau ular . .. . ?" Dipa tak berani melanjutkan keraguan hatinya karena ia merasa dirinya juga seorang anak manusia. Dan ia merasa tak sebuas harimau dan ular "Ah, tidak, tidak ! Manusia tentu tak sebuas harimau atau ular. Karena kita manusia dapat berpikir, mempunyai perasaan kasihan. Bukankah ajaran weda dan pitaka itu membimbing supaya kita manusia berbudi luhur dan memiliki welas asih serta cinta kasih terhadap sesama manusia .... ?" Renungan Dipa kandas pula akan kenyataan yang dilihatnya tengah berlangsung di lembah sebelah bawah. Walaupun mempunyai perasaan kasihan, mengenal rasa perikemanusiaan, meneguk ajaran2 luhur dari weda dan pitaka, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ namun nyatanya manusia2 itu masih tetap bunuh membunuh dengan sesama manusia. Pikiran Dipa pantang berhenti merenung sebelum menemukan jawaban. Tiba2 ia teringat akan keterangan kakek juru jalir bahwa raja Majapahit murka kepada buyut Mandana yang dianggapnya hendak memberontak maka diserangnyalah Mandana sebagai hukuman "Ah, mungkin begitulah" akhirnya ia mulai meraba-raba "untuk mengatur negara, diadakan undang2 dan hukuman. Siapa bersalah tentu dihukum. Memberontak adalah menentang kekuasaan raja, maka harus ditindas. Karena rakyat Mandana melawan lalu terjadi pertempuran yang mengalirkan darah.....” Adakah demikian jawabannya, Dipa masih belum yakin sepenuhnya. Ia masih tetap ngeri melihat pembunuhan besarbesaran yang berlangsung dilembah. Darah mengalir memerah bumi, tubuh2 manusia bergelimpangan malang melintang, rintih erang menyayat nyayat hati.... “Tiadakah lain jalan yang dapat ditempuh, kecuali harus berperang?" masih berselam-selam pikiran Dipa dalam lautan keraguan "adakah undang2 menghalalkan orang berperang? Adakah kitab2 weda dan pitaka itu membenarkan orang saling bunuh membunuh dalam peperangan . . . . ?" Benak Drpa serasa padat dengan pertanyaan2. Apa yang dihadapi saat itu, benar2 merupakan sebuah masalah baru. Betapapun keinginannya untuk memperoleh pengetahuan dalam masalah itu, namun karena umurnya yang masih muda, pengetahuannya yang sempit dan pengalamannya yang amat terbatas, menyebabkan keinginannya tetap terkatung-katung dalam kekecewaan. Ia tak mavi melihat pertempuran itu lebih lama. Cepat ia menyurut mundur lalu menjurus kelain arah. Dibawanya pula http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ renungan masalah yang belum terpecahkan itu menyertai ayun kakinya. Setiap peristiwa tentu menimbulkan suatu masalah persoalan. Setiap persoalan melahirkan pemikiran dan setiap pemikiran tentu menuntut pemecahan. Demikian peristiwa pertempuran dilembah gunung itu menimbulkan suatu masalah baru dalam bathin Dipa. Ia pantang berhenti sebelum memperoleh pemecahan. Demikian watak Dipa yang keras hati dan keras kemauan. Walaupun saat itu belum berhasil, namun dalam hati diam2 ia berjanji hendak menyelidiki hal itu kepada orang yang pandai. Dan merekahlah sebuah cita2 dalam ladang hatinya. Bahwa kelak dikemudian hari, ia pasti akan mempelajari hukum undang2 negara. Perhatiannya mulai bersemi, hatinya mulai tertarik. Ia melihat suatu dunia baru. Dunia yang tidak sesempit pandangannya, tetapi dunia yang luas dan belum pernah dikenalnya. Ia merasa seperti seekor katak yang lepas dan tempurung. Dan iapun merasa bahwa langkahnya ke pura Majapahit itu akan menjenjang sebuah dunia baru .... Dua hari kemudian ketika sedang melintas sebuah hutan, tiba2 ia terkejut melihat dua orang lelaki menyeret-nyeret seorang wanita. Kedua lelaki itu bertubuh tegap, menyandang senjata. Dandanannya menyerupai prajurit yang dilihatnya bertempur di lembah gunung dua hari yang lalu. Dipa takkan menghiraukan mereka apabila tidak melihat apa yang dilakukan kedua prajurit itu. Wanita yang kedua tangannya dicengkeram oleh kedua prajurit itu, seperti menjerit-jerit dan merintih-rintih. Bajunya koyak2, demikianpun kainnya. Wanita itu masih muda dan cantik. Ia meronta-ronta hendak melepaskan diri tetapi tak berhasil. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kurang ajar, engkau berani mencakar perutku!" seru salah seorang prajurit yang tak mengenakan kain' kepala, seraya mencengkeram bahu wanita itu kencang2. “Aduh ..." kembali prajurit itu memekik kesakitan "setan, engkau berani menggigit jariku!" cepat ia mencengkeram rambut wanita itu lalu direbahkan kebelakang. Sementara kawannya, prajurit yang memakai kain kepala diirik, membelalakkan mata "Ya, benar, Suta, tengadahkan kepalanya, sementara akan kutarik bajunya” "Bret . . .” sekali menarik, robeklah baju wanita itu sehingga punggung dan dadanya hampir terbuka seluruhnya. "Hah" prajurit berkain.kepala lurik itu membelalak "halus benar kulit punggungnya ... uh . . ." ia mendesuh dan matanya makin merentang lebar-lebar "masih seperti buah jambu yang ranum, Suta ...." "Apanya?" sambut prajurit Suta. Karena tengah menengadahkan kepala wanita, sedang tubuh wanita itu menjulai kemuka, maka ia tak dapat melihat tubuh wanita itu dengan jelas. "Buah dadanya ..." sahut prajurit itu. "O, itu." desus Suta lalu mendesuh kejut pula “bukan jambu, kakang Arga tetapi pepaya ranum ..." "Hah!" Arga membelalak "setan, jangan engkau merabarabanya, Suta. Ingat, aku dulu yang akan menikmati!" "Puouk dicinta ulam tiba" seru Suta tak menghiraukan peringatan kawannya. "Apa maksudmu?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Yang kita cari asal wanitanya masih muda saja. Tetapi yang ini bukan saja muda, tetapi pun cantik dan masih perawan ...." "Mengapa engkau tahu?" tanya Arga. "Tubuhnya masih singset dan semuanya masih serba ranum.....” Terdengar kerongkongan Arga berkerucukan menelan air liurnya "Hm, sudah sebulan aku tak pulang rumah.....” "Hah?" Suta mendesah kejut "celaka, engkau tentu seperti singa kelaparan. Kakang Arga, sebaiknya wanita ini untukku saja dan engkau kucarikan wanita lain yang sudah pernah bersuami" "Mengapa?" "Ah, kasihan dia. Ergkau bertubuh kuat dan kelaparan, dia tentu sudah lunglai apabila jatuh pada giliranku" kata Suta. "Hm" Arga mendengus. Wajahnya makin membara "lain2 hal aku dapat mengagah kepadamu. Tetapi untuk yang ini, aku tak mau mengalah!" Habis berkata Arga terus memeluk tubuh wanita itu lalu diangkatnya. Karena sejak tadi diseret dan dicengkeram oleh kedua prajurit bertenaga kuat, wanita-pun itu tampaknya kehabisan tenaga. Tetapi pada saat Arga melangkah setindak, se-konyong2 dari dalam hutan muncul seorang anak lelaki yang lari berloncatan dan berteriak "Hai, jangan mengangggu wanita itu . . . . !" Itulah Dipa. Rupanya ia sudah tak kuasa menahan hatinya melihat perbuatan tak senonoh dari kedua prajurit itu. Ia nekad keluar. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Suta berpaling dan Argapun berhenti. Keduanya terbeliak melihat seorang anak lelaki tiba dihadapan mereka "Eh, mau apa engkau ? Enyahlah" seru Suta seraya maju menghampiri Dipa. "Suta, hajarlah anak itu. Aku akan masuk ke da* lam gerumbul semak sana" kata Arga seraya lanjutkan langkahnya yang terhalang tadi. "Berhenti.....!" teriak Dipa kepada Arga. Ia hendak maju menghampiri tetapi Suta cepat menyongsongnya dengan sebuah tamparan "Setan, engkau berani mengganggu kesenangan kami!" Walaupun perhatiannya tertumpah pada Arga, na» mun Dipa tak pernah lengah akan ancaman Suta. Dengan sebuah gerak yang pernah diajarkan oleh brahmana Anuraga dahulu, ia menghindar ke samping. "Ho, engkau berani kepadaku!" Suta makin marah karena tamparannya luput. Ia melompat menerkam anak itu. Dipa menyelinap kesamping lagi lalu memburu Arga. Arga terpaksa berhenti. Cepat ia berpaling seraya ayunkan kaki menendang anak itu. Tetapi Dipapun cepat menyurut mundur. "Hai, setan kecil, kupecah kepalamu!" tiba2 Suta loncat pula dengan sebuah gerak menerkam. Serangan Suta itu terpaksa harus diperhatikan. Dipapun loncat ke samping. Dan karenanya, Argapun mempunyai kesempatan untuk melanjutkan langkah lagi "Hai, lepaskan wanita itu !" Dipa tetap tak mau lepaskan prajurit itu membawa si wanita ke dalam semak pohon. Diburunya lagi prajurit itu.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Arga geram dan kesal hatinya. Sambil berputar tubuh dan menendang, ia mendamprat Suta "Suta, mengapa engkau tak mampu menghajar anak kecil saja?” Merah muka Suta, serunya "Pergilah engkau, kakang. Serahkan setan kecil ini kepadaku.....!" dengan sebuah gerak terjangan, kedua tangannya serempak menghantam Dipa. Dipa terpaksa loncat menyingkir. Kemudian ia melompat pula untuk mengejar A rga yang tengah lari kedalam semak. Ia tak mau berjalan melainkan berlari agar terhindar dari gangguan Dipa. Iapun percaya Suta tentu dapat menghantam remuk anak itu. Maka kali ini ia tak mau menghiraukan Dipa yang mengejarnya dari belakang. Dipa pun nekad, betapapun akibatnya, ia harus menyelamatkan wanita itu dari tangan kedua prajurit itu. Dengan gunakan gerak langkah ajaran Anuraga, ia menghindar lalu menyelinap dan terus loncat mengejar. Masih kurang tiga langkah dari tempat Arga, Dipa kerahkan tenaga dan loncat menubruk pinggang prajurit itu. Ia berhasil mencengkeram kain sarung Arga. Dan prajurit itu tak berdaya menghalaunya karena kedua, tangannya tengah memondong tubuh si wanita.... Sekonyong-konyong Sutapun loncat menghantam punggung Dipa. Kali ini gerakannya memang amat cepat sekali. Sebelum Dipa sempat merancang langkah punggungnyapun sudah terhunjam tinju Suta, duk.!! Braattt.....Dipa jatuh. Tetapi karena ia masih mencengkeram kain A rga sekuatnya, kain prajurit itupun robek dan masih tergenggam di tangan Dipa ketika anak itu terguling guling di tanah.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Huh ...." Arga memekik kejut karena celananya melorot ke bawah. Terpaksa ia letakkan tubuh wanita itu ke tanah. Setelah memperbaiki celana, ia berputar tubuh, mencabut kapak trisula dan terus loncat membelah tubuh Dipa. Dipa tak sempat bergerak. Hantaman Suta tadi membuat kepalanya pening, mata berbinar-binar..... 0oo-dw-oo0



Jilid 10



I "HAI.... dimanakah aku!" teriak Dipa sesaat membuka mata daa mendapatkan dirinya terbaring dalam sebuah ruang karang macam guha. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi tiada penyahutan dan ia cepat beranjak bangun. Setelah mengelilingkan pandang mata, makin tandas kesannya bahwa tempat itu memang sebuah guha karang. Ia heran dan meremm, menyelami lubuk ingatannya. Jelai semalam ia berkelahi dengan dua orang prajurit yang hendak berbuat tak senonoh terhadap seorang wanita. Tetapi mengapa taat itu ia berada dalam sebuah guha? Kemanakah gerangan kedua prajurit dan wanita itu.....? Ia berbangkit dan terus melangkah ke mulut guha. Ah, hampir terbelalak matanya melihat pemandangan di luar. Empat penjuru tanah yang luas itu penuh berhias gunduk tanah kuburan. Semacam rimba kecil dari pohon2 semboja yang tengah berbunga manja. Ia tertegun. Pada lain kilas, cepat benaknya terhuni oleh suatu rangkaian pemikiran. Ya, tak mungkin ia dapat berada dalam guha di situ apabila tiada dibawa orang. Dan penolongnya itu tentulah yang menyelamatkan jiwanya dari penganiayaan kedua prajurit ganas itu ..,.. Sejak mendapat pertolongan brahmana Anuraga, kemudian kakek demang Suryanata, Dipa sudah memiliki kesadaran bahwa ia harus menghaturkan sembah terima kasih kepada orang yang menolongnya. Meninggalkan guha sebelum bertemu dengan orang yang menolongnya itu, bukan laku orang yang mengenal budi. Niatnya untuk melangkah ke luar guha, dibatalkan. Ia kembali masuk ke dalam guha, menunggu orang yang menolongnya itu. Untuk melewatkan waktu maka ia duduk bersila, menjalankan ilmu pernapasan dan memusatkan pikirenmemandang ke arah batang hidung. Baru mulai hendak http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menarik napas, tiba2 telinganya menangkap suatu suara orang menghela napas pelahan. Dipa terkejut dan bubarkan pemusatan pikirannya, memandang ke sekeliling sudut. Dan secepat itu pula hampir ia beranjak dari tempat duduk karena dirangsang kejut. Jelas dilihatnya pada ujurg sudut guha terdapat seorang kakek tua yang sedang duduk bersemedhi. Seorang kakek yang berkepala gundul. Kumis dan janggutnya sudah putih, menjulai bertebaran menutup belahan kedua bibirnya. Matanya terkatup, kaki ber-teliku sila, tangan memancang dalam sikap mudra. Dipa benar2 heran sekali. Ia malu dalam hati sendiri mengapa sejak tadi ia tak dapat melihat kakek itu. Tetapi diam2 iapun bersyukur bahwa ia tak jadi tinggalkan guha itu. Timbul segera keinginannya untuk bersambung cakap dengan kakek itu. Namun ia menyadari bahwa kakek itu sedang bersemedhi. Mengganggu orang yang tengah bersemedhi, tidak sopan dan berdosa. Akhirnya setelah beberapa lama kakek itu belum juga membuka mata, terpaksa Dipa memberanikan diri mengucap sapa "Kakek .... maafkan aku ...." Kakek itu tiba2 tertawa parau "Engkau tak bersalah, tak perlu minta maaf ...." Makin besar nyali keberanian Dipa setelah mendengar ucapan si kakek yang bernada ramah itu, serunya "Kakek tentu yang menolong aku ...." "Karena aku kasihan padamu" "Lalu ke manakah kedua prajurit dan wanita itu ?" tanya Dipa pula. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kedua prajurit itu lari. Mungkin karena malu tak dapat menahas batang lidiku ini" kata kakek tak dikenal itu seraya menunjuk sebatang lidi yang tertancap di sampingnya. "O . . . ." Dipa mendengus kejut bercampur heran. Diselinapkan pandang matanya ke arah benda yang dimaksud kakek itu. Memang benar. Hanya sebatang lidi yang terpancang di tanah dekat tempat duduk kakek itu. Timbul seketika keheranan Dipa. Sebatang lidi dari pelapah daun kelapa biasa. Tetapi dapat tertancap dalam tanah dari batu padas. Namun timbul pula setitik keraguan hatinya. Masakan kapak trisula si prajurit yang terbuat dari baja tajam tak mampu memapas kutung lidi itu. Sekalipun tak bertanya namun agaknya kakek itu dapat membaca kerut wajah Dipa "Memang sukar memaksa kepercayaan sebelum membuktikan sendiri. Kemarilah engkau...." Entah bagaimana, perintah kakek itu memiliki daya wibawa yang memaksa Dipa menurut. Ia maju ke hadapan kakek itu "Lidi ini memang bukan sembarang lidi. Lidi ini disebut 'Sodo lanang', pusaka dari Empu Barada. Cobalah engkau cabut lidi yang tertancap di tanah itu! Apabila mampu, engkau memang berjodoh dengan lidi itu dan ambilah pusaka itu" Timbul semangat Dipa. Matanyapun tampak berminyak. Ia merasa bahwa sejak kecil telah memiliki tenaga besar. Karena bertenaga besar itu maka orang memberinya gelar nama si Gajah. Dan teringatlah ia, pada waktu beberapa tahun yang lalu pernah mengangkat patung dewa Ganesya yang berat. Ia mempunyai kepercayaan akan dapat mencabut lidi yang tertancap itu. Sekalipun begitu, ia tak mau bersombong kata dan dengan penuh kerendahan hati ia berkcta "Akan kucobanya, mudah-mudahan berhasil ...." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dengan kerahkan tenaga, mulai Dipa mencekal batang lidi itu dengan sebelah tangan lalu disentaknya sekuat tenaga. Ah .... ia kemalu maluan sendiri. Batang lidi itu sedikitpun tak bergerak. Kakek tak dikenal itu tertawa "Pakailah kedua tanganmu" Dipa menurut. Kini ia mencekal lidi dengan kedua tangannya dan setelah kerahkan seluruh tenaga, mulai ia menarik sekuat-kuatnya "Uh . . . uh . . . uh ... ." Sampai dua tiga kali ia berusaha untuk menarik, namun tak berhasil. Mukanya merah padam. Kakek itu tertawa ringan "Tak petlu engkau malu. Karena kedua prajurit itupun tak mampu juga mencabut lidi yang kutancapkan ke tanah. Karena kalah janji, akhirnya mereka angkat kaki dan tak mei g-ganggu wanita itu lagi" "O . . . ." dengus Dipa "jadi kedua prajurit itu sudah pergi? Lalu ke manakah wanita itu?" "Wanita itupun pulang ke desanya" "Apakah kedua prajurit itu dapat dipercaya takkan mengejar wanita itu lagi?" Dipa nyatakan keraguannya. "Mungkin tidak dan mudah mudahan tidak" sahut si kakek "karena dua kali ia menderita peristiwa yang mengejutkan. Pertama, ketika mereka menabas dengan senjatanya, kusabat dengan lidi itu dan rompang-lah senjata mereka. Lalu kusuruh mencabut lidi yang kutancapkan pada tanah dan merekapun tak mampu. Akhirnya mereka meminta ampun dan pergi" "Kakek tak menghajar mereka?" tanya Dipa. Kakek itu tersenyum "Mereka belum melakukan perbuatan yang patut dihukum. Gagal hendak membunuhmu dan gagal pula hendak memaksa wanita itu. Kemudian merekapun sudah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyadari kesalahan-nya. Kesadaran ini lebih penting dari hukum. Kesadaran akan mengembalikan pikiran mereka ke jalan yang benar. Tetapi hukuman hanya akan menimbulkan dendam kebencian mereka. Dan memang harus dimaklumi bahwa suasana itu sering merobah pikiran orang. Lebih2 suasana perang. Nafsu bersimaharaja, kebebasan tanpa terkendali, hukum tak dianggap. Mereka menganggap bahwa kemenangan adalah suatu kesempatan untuk memanjakan nafsu. Suatu kebanggaan yang menuntut kesenangan dan kenikmatan. Tetapi itu keliru .....” Kakek itu pejamkan mata dan menghela napas kecil "Tetapi kemenangan itu menimbulkan bermacam akibat. Kemenangan akan menimbulkan kebencian, yang kalah tinggal dalam kesedihan. Dan kesedihan itu akan menimbulkan kebencian. Pada hal tiada penyakit yang menyamai kebencian.....” Dipa terpukau dalam pengertian semu. la mendengar jelas apa yang diucapkan si kakek. Tetapi tak mengerti makna yang tersimpul dalam kata-katanya itu. Siapa yang menang, siapa yang kalah dan siapa pula yang bermanjakan kesenangan serta siapa yang berundung dalam nestapa kebencian itu? Ia pernah mendengar dari kakek juru jalir tentang peperangan yang akan terjadi antara pasukan kerajaan Majapahit dengan orang Mandana. Ia duga peperangan itu tentu dimenangkan oleh pasukan kerajaan dan kedua prajurit Majapahit itu berpesta pora dalam pemanjaan nafsunya kepada kaum wanita dari tanah Mandana yang kalah. Untuk meyakinkan dugaannya, ia bertanya "Kakek, apakah peperangan antara Majapahit dan tanah Mandana sudah selesai? Apakah pasukan kerajaan yang menang?" "Benar" kakek itu mengiakan "secara lahiri-yah, kerajaan Majapahit telah dapat mengalahkan rakyat Mandana yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dituduh hendak memberontak. Tetapi kusangsi, apakah keharcuran bumi Mandana dan gugurnya beribu rakyat Madana itu berarti tunduknya daerah Mandana kepada kerajaan Majapahit?" "Setiap orang yang kalah tentu tunduk pada yang menang. Setiap daerah yang kalah pun tentu harus taat pada yang mengalahkan" Dipa menyanggah. Kakek itu tertawa "Telah kukatakan, menang secara lahiriyah, benar demikian. Tetapi kemenangan yang cemerlang, bukankah sekedar kemenangan atas kekuatan dan kekerasan. Melainkan kemenangan yang tulus lahir bathin, paserah dan murni. Itulah yang paling indah ...." Dipa makin terlongong. Tak mengerti ia apa yang disebut kemenangan seperti yang diucapkan kakek itu. Ia masih terlampau kecil untuk menerima pelajaian yang berat. "Aku tak mengerti, kakek” katanya terus terang. "Ha, ha" kakek itu tertawa "tidak mudah untuk mengerti itu. Ada tiga lapis tingkat pengertian itu. Pertama, mencari pengertian. Kedua tahu pengertian itu dan ketiga mengerti pengertian itu" Melihat Dipa terlongong, kakek itu cepat menyadari bahwa ia terlalu menyusup jauh kedalam alam kesadaran pikiran anak itu. Dan hal itu tiada gunanya. Karena belum tiba masanya anak sekecil itu mengungkap sesuatu yang belum dicapainya. "Begini, nak" akhirnya ia merobah cara memberi penerangan "menaklukkan seseorang, bukan hanya menaklukkan jasmani dan daya kekuatannya saja, tetapipun harus menaklukkan bathirmya. Dan penaklukan bathin itu bukan dengan kekerasan melainkan dengan hathin juga yang diwujudi an dengen sikap, perbuatan dan ucapan2 yang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dLertai contoh kenyataan. Misalnya begini. Seorang anak kecil tak mungkin akan menurut sungguh2 apabila kita larang dia jangan bermain api. Ia tentu tak percaya. Tetapi setelah kita tunjukkan dengan perbuatan yang nyata bahwa api itu dapat membakar kulit sehingga dapat menimbulkan luka yang sakit, barulah ia mau menurut lahir baihin. . ." Kakek itu berhenti sejenak, lalu "Demikianpun dengan peristiwa rakyat Mandana. Memang pasukan Majapahit dapat mengalahkan mereka, tetapi adakah mereka benar2 tunduk dalam hati ? Kurasa tidak. Mengapa? Karena mereka masih merasa bahwa mereka difihak yang benar. Dan selama perasaan benar itu masih bersemayam dalam hati sanulari rakyat Mandana, tak mungkin mereka akan jatuh dan setya kepada kerajaan Majapahit!" "Lalu dengan cara bagaimana kerajaan dapat menaklukkan rakyat Mandana itu ?" tanya Dipa. "Sandaran dari perjuangan rakyat Mandana adalah rasa Kebenaran. Untuk membobolkan sandaran itu, tiada lain senjata ampuh kecuali dengan senjata Kebenaran juga ...." "Tetapi kakek" Dipa membantah "apakah hal itu tak sukar ? Karena rakyat Mandana mempunyai perasaan benar dan kerajaan Majapahitpun memiliki perasaan benar. Masing2 mempunyai pandangan sendiri akan rasa Kebenaran itu ?" "Bagus, nak. pertanyaanmu itu" si kakek berseru sambil memuji "setiap orang tentu merasa mempunyai Kebenaran. Tetapi kebenaran yang mereka anggap benar itu, sebenarnya hanya Kebenaran semu. Kebenaran yang berlambar alasan dan kepentingan. Tetapi Kebenaran sejati itu hanya satu. Dan tempatnya bukan di mana-mana melainkan dalam diri peribadinya sendiri. Mereka yang melihat kejahatan sebagai kejahatan dan melihat apa yang bukan kejahatan sebagai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan kejahatan, maka dia telah menemukan jalan yang benar. Untuk mencari pengertian itu, lalu tahu akan pengertian itu dan kemudian mengerti akan pengertian itu, harus berlandas pada penaklukan diri peribadi. Atau mawas diri. Orang yang dapat menaklukkan diri peribadi, jauh lebih terpuji dari yang dapat menaklukkan seribu musuh. Karena yang barangsiapa dapat menaklukkan diri peribadi, dia sesungguhnya seorang penakluk terbesar di antara segala penakluk ...." Tiba2 kakek itu hentikan ucapannya pula. Untuk yang kedua kalinya ia menyadari bahwa ucapannya itu terlalu mengawang tinggi laksana pancaran bintang di angkasa. Ia menyadari bahwa yang menjadi lawan bicaranya itu adalah seorang anak. "Jelasnya begini, nak” katanya kemudian “kalau kerajaan Majapahit ingin menaklukkan hati rakyat Mandana, kerajaan harus berusaha keras untuk membangun dan membimbing rakyat dan tanah Mandana ke arah kemakmuran dan kesejahteraan" Dipa mengangguk-angguk. Dalam lubuk sanubarinya yang masih banyak ruang kekosongannya, tambah pula dengan untaian petuah dan petunjuk yang berharga. "Maaf, kakek" tiba2 ia berkata "walaupun sudah beberapa lama kita bercakap-cakap, tetapi sesungguhnya aku belum tahu siapakah sebenarnya diri kakek ini. Dan mengapa kakek menolong diriku?" "Mengapa engkau ingin tahu namaku?" kakek itu balas bertanya. "Agar dapat kukenang nama kakek" "Dan?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apabila aku mendapat kesempatan, kelak tentu akan kubalas budi kebaikan kakek" Kakek gundul, beralis dan janggut putih itu tertawa ringan "Demikianlah manusia. Budi, dendam. Dendam, budi. Balas budi, balas dendam. Suatu lingkaran hidup yang tiada ujung pangkal. Suatu rantai yang membelenggu hati manusia. Suatu kesudahan yang tiada berkesudahan. Pada hal kesemuanya itu sebenarnya sudah teratur dalam purwa-karma manusia ...." tiba2 kakek gundul itu hentikan kata-katanya. Kembali ia teringat siapa kawan bicaranya itu. "Anak, apabila kehendakmu untuk mengetahui namaku itu karena hendak membalas budi, aku tak mau memberitahu. Tetapi kalau engkau bertanya karena ingin berkenalan, akan kuberitahu" katanya. Dipa terlongong pula. Ia merasa heran dengan kakek juru jalir. Tetapi ia lebih heran pula berhadapan dengan kakek dalam guha ini. Sama sekali ia tak mengerti arti daripada ucapan-ucapannya yarg aneh. Akhirnya ia manjawab "Ya, aku ingin tahu nama kakek saja" "Tanpa mempunyai keinginan apa2?" "Tanpa" "Bagus, nak. Engkau seorang anak yang cerdas. Camkanlah segala apa yang kukatakan kepadamu saat ini. Walaupun saat ini engkau belum mengetti, tetapi kelak, kupercaya engkau tentu dapat menghayati dan menjadi pegangan dharma hidupmu kelak” "Aku seorang pendeta. Namaku Padapaduka. Tempatku jauh diatas angin. Aku berkelana kenegara Majapahit karena kudengar patung Aksobya dicandi Kagenengan telah hilang secara tak diketahui. Pada waktu kukunjungi candi itu, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memang benar patung Aksobya telah hilang....." ia berhenti sejenak untuk mengenangkan peristiwa itu. "Ketika aku melangkah kedalam candi, penjaga candi itu heran mengapa aku seorang pendeta Budha masuk kedalam sebuah candi Syiwa-Budha dan dengan khidmat aku menyembah kearah tempat patung pemujaan. Penjaga candi itu menegur heran "Bagaimana mungkin tuan seoang pendeta Budha menyembah arca Syiwa?" "Nak, tahukah engkau perbedaan antara agama Syiwa dengan Budha?" tiba2 kakek gundul itu bertanya kepada Dipa. Sejenak terlintas pikiran Dipa akan candi didesa MadanTeda yang berhias dengan beberapa patung dewa. Kata orang candi itu adalah candi Syiwa. Maka menjawablah ia "Agama Syiwa menyembah Batara Syiwa dan para dewa2. Sedang agama Budha hanya memuja Batara Budha. Benarkah begitu, kakek" kata Dipa penuh keraguan. Kakek itu mengangguk pelahan "Walaupun sesungguhnya agama Syiwa dan Budha itu sudah menunggal dalam perwujutan Syiwa-Budha, tetapi memang masih orang menarik garis perbedaan tajam diantara kedua agama itu. Jawabanmu tidaksalah, nak" kata kakek itu. "Lalu bagaimana jawab kakek pendeta atas pertanyaan penjaga candi itu?" tanya Dipa pula. Iapun ingin tahu apa sebab seorang pendeta menyembah patung Syiwa. "Kujawab sederhana saja" kata pendeta Padapaduka "Dahulu dalam candi ini jelas terdapat patung A ksobya. Hal itu kusaksikan sendiri sebelum aku berangkat mengembara. Tetapi sekarang ietelah aku datang kemari lagi, ternyata arca sang Aksobya itu telah hilang. Sekalipun demikian aku tetap



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mempersembahkan hormatku kepada sang Aksobya yang bersemayam disini ......” Penjaga candi Syiwa itu terlongong. Sesaat mengulum senyum tanya "Adakah layak memberi hormat kepada yang tak ada, tuan?" "Tuan penjaga candi" kataku "mungkin tuan tentu mengetahui apa yang disebut ajaran tentang T r i-parartha itu. Triparartha berarti: Asih, Punya dan Bhakti. Bhatara Wairocana adalah Asih, yalah yang menguasai catur paramita. Bhatara Ami+abha adalah Punya, artinya yang telah menguasai sat paramita. Bhatara Aksobya adalah Bhakti, yaitu yang selalu berbuat sesuai dengan ajaran Agama. Teguh memegang tapa brata, ibadah dan ketentuan2 dalam Agama Budha. Tidak pernah jemu mendalami ajaran Dharma, itu bhakti namanya ...." Sambil memandang ke arah persada batu yang kosong dari arca Aksobya yang telah hilang secara tak diketahui itu, maka pendeta Padapaduka melanjutkan pula ucapannya "Apabila bathin kita sudah mencapai ketenangan yang mengendap, maka kejernihanlah y«ng akan kita hayati dan terlepaslah bathin kita dari rasa keraguan dan kebingungan. Tiada lagi kita akan terpengaruh oleh Ada dan Tiada itu. Asih, Punya dan Bhakti tetap akan mengalir laksana air jernih, tetap akan memancar cemerlang di angkasa Bhawana. Maka janganlah tuan kejut dan heran, bila kupersembahkan sujut sembahku kepada yang tiada itu . . ." Penjaga candi itu sejenak terkesiap tetapi pada lain kejab, tersembullah sebuah senyum pada bibirnya. Senyum yang mengunjuk menertawakan tingkah laku dan ucapan pendeta itu.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pendeta Padapaduka dapat menanggapi arti senyum si penjaga. Maka berkatalah pula ia dengan nada yang bersungguh "Ki penjaga, telah kukatakan Ada dan Tiada itu hanya garis yang kita ciptakan dalam alam angan2 kita sendiri. Engkau tak percaya? Cobalah engkau pandang kearah persada itu. Bukankah itu arca sang Aksobya?" Penjaga itu dengan enggan mengarahkan pandang matanya ke batu persada yang kosong. Tetapi betapa kejutnya ketika ia melihat sebuah arca yang berwujut sang Aksobya tegak berdiri dengan tenang cemerlang. "Hai .... patung Aksobya" penjaga itu menjerit kaget. Ia melonjak lalu lari keluar dan berteriak-teriak di sepanjang jalan "Patung Aksobya sudah kembali ! Patung Aksobya sudah kembali.....!" Seluruh penduduk dosa Kagenengan gempar mendengar berita yang mengejutkan itu. Kabar itu cepat tersiar sampai ke asrama para brahmana dan pendeta. Beribu-ribu orang segera mengalir menuju ke candi Syiwa di desa Kagenengan itu. "Mana . . . . ? Mana patung A ksobya itu!" hiruk pikuk rakyat berteriak-teriak menanyakan tentang patung Aksobya yang dikabarkan telah kembali ke dalam candi kepada penjaga candi itu. Bahkan beberapa penduduk yang tak sabar segera menyeret penjaga itu ke dalam candi "Mana arca Aksobya itu!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Penjaga itu terbelalak. Wajahnya pucat dan tubuh-nyapun menggigil "Di situ .... tadi kulihat arca itu tegak berdiri di persadanya ...." "Engkau gila !" teriak rakyat "mana arca itu?" "Barangkali matamu buta !" "Keparat, engkau mempermainkan kami!" "Hajar saja orang kurang ajar itu!" "Benar! Benar! Agar lain kali jangan berani mempermainkan orang. ..." demikian hiruk pikuk orang bersambut sahut menyahut hendak menghukum penjaga candi yang telah mempermainkan seluruh penduduk desa Kagenengan. Penjaga itu menggigil dan berpuluh-puluh rakyat sudah siap hendak menghajarnya. Tiba2 seorang pendeta tua berseru "tunggu dulu saudara2!" Pendeta itu dikenal sebagai kepala asrama kebiku-an di Kagenengan. Rakyat menaruh perindahan kepadanya. Mereka hentikan tindakan hendak menghajar si penjaga. "Benarkah engkau tadi melihat arca Aksobya tegak di atas persadanya lagi ?" tanya pendeta kepala agama itu. "Benar, bapak pendeta ...." si penjaga gemetar menghadapi pancaran beratus-ratus mata rakyat yang menuntut keterangan. "Apakah ada lain orang yang ikut menyaksikan arca itu....." "Hai, benar! Mana pendeta tua tadi . . . . !" seketika penjaga candi itu memekik seperti orang terkejut disambar ular. Matanya memberingas memandang kian kemari, menyusup di antara celah2 kerumun manusia dan meniti http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ setiap bentuk wajah "mana . . . . mana pendeta tua itu? Dialah yang ikut menyaksikan arca itu!" Tingkah laku penjaga candi seperti orang yang kurang beres otaknya. Ia menyiak, menyelinap, menerobos kerumun manusia dan setiap kali menyebut "Bukan .... ah, bukan ...." Akhirnya penduduk tak sabar melihat ulah penjaga yang dianggapnya seperti orang gila itu. Mereka segera meringkus dan hendak dipukul. Tetapi kembali pendeta kepala asrama Kagenengan berseru mencegah pula. Ia menghampiri penjaga itu "Siapa yang engkau cari?" "Seorang pendeta tua, dialah yang menunjukkan arca itu berada di tempatnya" kata si penjaga. "Tenangkanlah hatimu" kata pendeta kepala asrama kebikuan Kagenengan "ceritakanlah dari awal mulanya.” Penjaga candi itupun lalu menceritakan tentang kunjungan seorang pendeta tua yang menyebut dirinya sebagai pendeta Padapaduka. Pendeta itu memberi sujud sembahnya kepada persada yang telah kosong, bekas tempat arca Aksobya. Ketika penjaga itu menertawakannya, tiba2 pendeta tua itu menyuruhnya lihat persada. Dan memang benar saat itu arca Aksobya tegak pula di atas persadanya. Sekalian orang gempar mendengar cerita itu. Setengahnya ada yang percaya, setengahnya ada yang tidak. Merekapun segera mencari pendeta tua itu, namun tak bersua. Kembali rakyat marah dan hendak menghajar penjaga candi tetapi dicegah lagi oleh pendeta kepala asrama kebikuan Kagenengan "Jangan mengembangkan kekerasan. Karena pada hakekatnya Kekerasan itu suatu kelemahan. Menumpahkan kemengkalan tetapi tak dapat menyelesaikan persoalan. Apalagi persoalan ini bukan persoalan bersahaja, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan pula soal bohong atau dusta. Tetapi persoalan yang sukar dijangkau pikiran orang ...." Penduduk desa Kagenengan menaruh perindahan dan keseganan terhadap pendeta kepala asrama kebikuan di desa situ. Mereka menurut dan menunggu apa yang akan diucapkan kepala asrama kebikuan itu. "Ada dua kemungkinan dalam peristiwa yang aneh ini" kata pendeta kepala asrama kebikuan "Pertama, Suatu pengejawantahan dari bentuk Bathara Aksobya yang bersifat Citta atau pikiran itu. Dan kedua, pendeta Padapaduka hendak membuktikan adenya sesuatu yang Tiada dengan menggunakan ilmu Mantra-yana. Danghyang Aksobhya adalah Citta atau segala bentuk pikiran. Oleh karena itu Bhatara Aksobhya itu adalah Akasadhatu atau yang tidak memiliki sifat apapun juga. Ada tetapi Tiada. Tiada tetapi Ada. Demikian sifat Citta atau pikiran itu. Bathara Aksobhya telah menguasai bathin penjaga candi ini untuk membentuk pikirannya pada perwujutan Ada dari keadaan yang Tiada. Dan lahirlah pada pikiran penjaga candi ini, perwujutan dari arca Bhatara Aksobya yang muncul di atas persadanya. Kemungkinan kedua, pendeta Padapaduka telah menggunakan kesaktian mantra untuk membentuk pikiran penjaga candi agar mengadakan yang tak ada. Jadi memang benar kalau penjaga candi itu tadi telah melihat arca Bathara Aksobya muncul kembali di candi ini .... ." "Bapak pendeta, mengapa arca itu hilang lagi?" tanya salah seorang penduduk. "Bukan hilang, ki sanak" sahut pendeta kepala asrama kebikuan itu "tetapi memang kembali kepada kenyataannya yalah Tak ada"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah kami dapat melihatnya?" seru setengah dari rakyat yang mengerumuninya. "Dapat tidaknya hal itu tergantung dari pencapaian tingkat Citta, yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berlatih" "Adakah tuan juga masih datang ke candi sini untuk mempersembahkan bhakti kepada sang Bhatara Aksobya?" tanya salah seorang. "Aksobya adalah lambang Bhakti, yaitu yang selalu berbuat sesuai dengan ajaran. Teguh menjalankan ibadah dan tak pernah jemu mendalami ajaran Dharma. Setiap hari2 tertentu aku tentu datang ke candi ini untuk mempersembahkan bhaktiku kepada sang Bhatara Aksobya" Demikian kakek pendeta Padapaduka mengakhiri penuturannya tentang peristiwa arca Aksobya yang hilang tetapi pernah menggemparkan seluruh desa Kagenengan. Berita itu cepat tersiar meluas dari desa ke desa dari asrama ke asrama dan dari daerah ke daecah sehingga terdengar juga sampai di pura kerajaan. Bermacam-macam tanggapan timbul di kalangan masyarakat. Yang paling menaruh perhatian sungguh2 adalah dari golongan agama Syiwa dan dari fihak golongan Budha sendiri. Golongan agama Syiwa menguatirkan peristiwa itu akan membangkitkan kekaguman dan menambah kepercayaan rakyat kepada agama Budha. Sedang golongan kaum Agama Budha pun terkejut walaupun dalam perahan mereka bersemayam juga rasa kagum dan girang. Nama pendeta Padapaduka cepat menjadi buah bibir setiap orang. Dan sudahlah lazim kalau sesuatu penyiaran berita itu lebih besar dan lebih hebat dari kenyataannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sudah menjadi naluri dalam masayarakat, terutama masyarakat kerajaan Majapahit yang diperintah raja Jayanagara di mana suasana kerajaan selalu dirundung kabut kericuhan, kekacauan, pertentangan. Di mana fitnah dan jujat selalu tumbuh subur di dalam suasana pengadu dombaan. Dan muncullah fihak ketiga yang a-kan memancing di air keruh..... Golongan mentri, tanda, gusti, narapraja tingkat tinggi dalam kerajaan Majapahit, adalah penganut agama Syiwa. Demikian patih Aluyuda dan golongan Dharmapuiera atau orang kepercayaan raja. Mereka mempertahankan agama itu karena untuk menjaga dan mempertahankan kelungguhan serta kekuasaan mereka dalam susunan pemerintahan. Menilik dari susunan badan yang mengurus soal keagamaan, jelas bahwa pengaruh golongan agama Syiwa lebih besar dari golongan Budha. DARMADYAKSA ring KASYIWAN atau kementerian urusan agama Syiwa, dikepalai oleh Dang Acarrya Smaranaiha. Sedang DARMADYAKSA ring KASOGATAN atau kementerian urusan agama Budha dikepalai oleh Dang Acarrya Kana-kamuni. Kedua Darmadyaksa itu dibantu oleh tujuh hakim Upapati atau Saptapappati. Lima Upapati untuk urusan agama Syiwa yakni sang Arya Tirwan Ragawijaya, sang Arya Kandamuhi yang bergelar Wisyawanatha. Sang arya di Manghuri yalah Mahanatha. Sang arya di Panotan yakni Dharmmaraya dan di Jambi sang arya Syiwanatha. Sedangkan upapati untuk urusan agama Budha hanya dua orang yakni Sang arya Kandangan rare yalah Candranatha dan sang arya Kandangan atuha yalah Mahanatha. Dengan susunan itu jelaslah dapat ditarik kesimpulan bahwa kerajaan Majapahit lebih condong akan pengaruh agama Syiwa. Dan kecenderungan itu memang dipertahankan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ keras oleh para mentri2 kerajaan terutama Darmaputera. Karena dalam agama Syiwa terdapat garis pemisah yang tajam dalam warna atau kasta. Dengan demikian tak mungkin kasta Sudra bahkan Waisya akan dapat menduduki jabatan dalam pemerintahan kerajaan. Beda halnya dengan agama Budha yang tak menitikberatkan soal kasta. Oleh karena itulah maka golongan Syiwa yang didukung oleh mentri2 yang berkuasa selalu berusaha keras untuk mempersempit perkembangan agama Budha, agar kedudukan mereka tetap terlindung. Maka peristiwa pendeta Budha Padapaduka yang dengan kesaktiannya telah mewujutkan arca Aksobya muncul lagi dalam candi Syiwa di Kagenengan itu, menimbulkan kegoncangan besar di kalangan mentri2 kerajaan yang beragama Syiwa. Dengan segala macam kekuasaan dan alasan, mereka berhasil menempatkan agama Syiwa sebagai agama negara. Maka apabila peristiwa pendeta Padapaduka itu tak lekas ditindas, kepercayaan rakyat tentu akan goyah dan sendi2 tata keagamaan negara tentu goncang. Patih Aluyuda segera menghadap baginda Jayanagara. Dengan dalih bahwa pendeta Padapaduka telah mengunjuk kesaktian untuk mengangkat derajat agama Budha dan menurunkan martabat agama Syiwa, patih Aluyuda mohon baginda suka menurunkan firman menangkap pendeta Budha itu. Pendeta itu jelas hendak menghina agama Syiwa, agama negara Majapahit. Demikian patih A luyuda mempersembahkan permohonannya kepada baginda. Dan permohonan itupun didukung oleh kepala Darmadyaksa ring Kasyiwan serta kelima hakim upapati urusan agama Syiwa.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Baginda Jayanagara meluluskan permohonan itu. Perintah segera disiarkan ke seluruh telatah Majapahit untuk menangkap pendeta Padapaduka. "Oleh karena itu aku bersembunyi di tanah pekuburan Lemah Citera sini" pendeta Padapaduka yang sudah berusia lanjut itu mengakhiri kisahnya kepada Dipa. Dipa terkesiap. Teringat ia ketika pada malam hari tidur dalam hutan dan mendengar percakapan dari kedua utusan patih Aluyuda. Jelas kedua orang utusan itu disuruh patih Aluyuda untuk mengadu buyut Mandana dengan kerajaan Majapahit. Dan jelas pula, bahwa tujuan dari patih itu tak lain yalah hendak merebut kedudukan sebagai mahapatih kerajaan yang kini d jabat oleh rakryan Nambi. Dipa merenung, membayangkan peristiwa2 itu. Tiba2 terlintas dalam benaknya sesuatu yang ingin diketahuinya. Maka bertanyalah ia kepada sang pendeta Padapaduka "Kakek pendeta, apa sebab agama Budha tak mengadakan pembagian kasta ?" Agak terkejut rupanya pendeta tua itu mendengar pertanyaan semacam itu dari mulut anak semuda itu. Namun dalam rasa kejut, timbullah suatu perasaan kagum atas kecerdasan anak itu. Jawabnya "Agama menurut lahiriyah. Tetapi Karma dari akibat tingkat dharma hidupnya yang lampau. Lahiriyah tidak kekal, mudah berobah menurut keadaan. Lain halnya dengan Karma. Walaupun dapat berobah tetapi perobahan itu bukan timbul dari keadaan lahiriyah melainkan dari kesadaran dan peningkatan batiniyah" Pendeta Padapaduka berhenti sejenak, menatap Dipa dengan pandang selidik. Serta dilihatnya kerut wajah anak itu termangu-mangu, cepatlah pendeta itu dapat mengetahui bahwa anak itu tak mengerti apa yang diuraikan tadi. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Engkau tentu masih bingung menangkap keteranganku tadi" kata pendeta Padapaduka pula "kuberi gambaran yang mudah dan jelas. Raja Rajasa sang Amurwabumi, pendiri dari kerajaan Singosari, sebelumnya menjadi raja bernama Ken Arok. Ken Arok itu anak dari Ken Endok, seorang wanita dari kasta Sudra, Ken Endok bersuami Gajah Para dan tinggal di desa Pangkur. Ken Endok berbuat yang tak senonoh dengan lelaki lain. Perbuatan itu diketahui suaminya yang lalu menceraikannya. Tak lama kemudian Gajah Para meninggal dunia karena malu dan ngenas. Ken Endok malu juga akan perbuatannya itu. Ketika melahirkan, bayi Ken Arok dibuang di tanah kuburan dan ditemu oleh seorang pencuri bernama Lembong. Jika dipandang dari sudut kasta, tak mungkin Ken Arok akan dapat menjadi raja. Tetapi apabila ditinjau dari hukum Karma, hal itu bukan mustahil terjadi. Kemungkinan dalam kehidupan yang lampau, Ken Arok merupakan titisan dari seseorang yang agurg dan besar dharmanya" Keterangan pendeta Padapaduka itu menimbulkan goresan yang mendalam dalam hati sanubari Dipa. "Kakek pendeta, menurut agama Budha, dapatlah seorang keturunan orang kecil atau kasta Sudra itu menjadi raja atau orang besar?" tanyanya untuk meneguhkan kepercayaan hatinya. "Dapat" sahut Padapaduka dengan mantap "segala bentuk kedudukan dan kekayaan yang bersifat lahiriyah dapat dicapai dengan usaha dan perjuangan. Tetapi ingat, segala yang bersifat lahiriyah itu, tidak kekal. Yang kekal hanyalah sifat rohaniah atau jiwa. Untuk mencapai peningkatan kearah jiwa yang luhur, jauh lebih sukar dari usaha mencapai kebendaan yang bersifat lahiriyah itu"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dipa mengangguk dalam2. Percikan bara semangatnya memancar dan makin memudarkan rasa rendah diri dalam bathinnya. "Kakek, mengapa engkau menolong aku?" tiba2 ia beralih kelain pertanyaan. "Agar engkau lebih yakin dan jelas akan hakekat dari kodrat kehidupan munurut pandangan agama Budha, singkat kujawab pertanyaanmu. Itulah karma" "Adakah kakek yang mendasarkan pertolongan itu atas kodrat karma saja?" masih Dipa melanjutkan keinginannya tahu. "Karma adalah kodratnya. Tetapi tindakanku itu berpijak pada landasan dharma utama, yakni: Mereka yang mengetahui kebenaran sebagai Kebenaran dan ke-tidakbenaran sebagai Kctidak benaran, akan sampailah kepada Kebenaran dan mengikuti Keinginan yang benar. Artinya, jangan takut untuk bertindak dan mengatakan yang benar itu benar dan yang tidak benar itu tidak benai!" "Ah, kakek pendeta yang mulia. Apabila aku mendengar wejangan kakek, setiap patah ucapan laksana alunan seruling yang menggetarkan serabut halus sanubariku" kata Dipa serta merta. Padapaduka terkesiap. Ditatapnya wajah anak itu. Ia benar2 heran dan tak menyangka bahwa anak yang masih semuda itu ternyata dapat menyerap uraian kata-katanya yang sukar dimengerti. Dan pengamatan akan wajah Dipa itu membangkitkan suatu perasaan aneh dalam hati Padapaduka. Dilihatnya dahi Dipa yang mendatar lebar itu seperti bentuk sebuah bejana dapat memuat segala ilmu ajaran dan sumber daya kekuatan berpikir yang kuat. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, anak ini kelak tentu menjadi orang yang pandai dan bijak" diam2 timbul kesan dalam hati pendeta tua Padapaduka. “Kakek pendeta, masih ada sebuah pertanyaan yang menghuni dalam hatiku ..." "Keluarkanlah!" cepat sang pendeta menukas. "Setelah kerajaan menyiarkan perintah untuk menangkap kakek, apakah kakek pendeta tetap akan bersembunyi di tanah kuburan sini?" Padapaduka agak tertegun mendapat pertanyaan yang tak diduganya itu. Namun cepat ia mengulum senyum "Soal perintah penangkapan itu, tak begitu kuhiraukan. Andai aku tertangkap dan dihukum mati, akupun tak menyesal. Karena ragaku sudah lama mendukung derita hidup. Bagaimana pula, akhirnya raga itu akan rapuh dan rusak. Ditangkap atau tidak, akhirnya aku tentu akan mati juga. Tetapi pilihanku bersembunyi di tanah kuburan Lemah Citcra sini, memang mempunyai tujuan tertentu ..." "O . . ." desuh Dipa. "Mungkin engkau belum pernah mendengar cerita masa yang lampau" kata pendeta Padapaduka "bahwa tanah kuburan Lemah Citcra itu dahulu adalah tempat tinggal dari Empu Barada, seorang pendeta Budha yang termasyhur di jaman Sri Baginda Airlangga dari kerajaan Panjalu.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Empu Barada seorang beragama Budha dari aliran Mahayana yang putus dalam pelajaran pengetahuan tantera. Beliau adalah pemuka segala pertapa. Beliau pernah pergi ke pulau Bah dengan berjalan kaki menyeberangi selat. Beliau dianggap sebagai orang keramat. Baginda Airlangga sayang akan kedua puteranya. Maka baginda meminta kepada Empu Barada supaya membagi bumi kerajaan Panjalu menjadi dua. Empu Barada menyanggupi. Adapun batas antara kedua daerah bumi kerajaan panjalu itu ditentukan dengan mencurahkan air dalam kendi dari ataslangit. Dengan kesaktiannya maka Empu Barada melayang di angkasa, dari barat menuju ke timur sampai ke laut selat Madura. Menurut cerita, maka ketika melayang di udara sambil mencurahkan air dari kendi, Empu Barada terhenti pada sebatang pohon kamal (asam) lalu terpaksa turun ke bumi di desa Palungan. Kendi yang terkenal di dunia itu diletakkan di desa itu. Dia teihambat oleh sebatang pobon kamal yang tinggi hiupga pakaiannya tersangkut di puncak pohon tersebut. Itulah sebabnya maka pohon kamal disumpahinya supaya menjadi pohon yang kecil rendah dan disebut Kamal Pandak.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mula2 pohon itu dijadikan tanda kecelakaan dan sejak itu banyaklah orang yang merasa takut. Mereka berbondongbondong meninggalkan desa tempat pohon kamal-pandak itu tumbuh. Melihat itu baginda memerintahkan supaya di desa itu dibangun sebuah rumah persembahan agar tanah kerajaan terhindar dari malapetaka dan bersatu kembali. Agar baginda tetap kuat memerintah dan rakyat hidup tenang. Rumah persembahan itu dinamai Pradjnyaparamita-puri. Dan Empu Baradalah yang dititahkan baginda untuk melaksanakan upacara Pradjnyaparamita ketika rumah persembahan itu dibangun. Menurut cerita, Empu Barada telah menggunakan tiga macam tanda untuk batas pembagian bumi itu. Pertama dengan air kendi yang dicurahkan dari langit. Kedua yalah pohon kamal pandak itu. Dan yang ketiga yalah rumah suci yang dibangun di dekat pohon kamal pandak di desa Palungan itu ... ." Dipa amat tertarik mendengar cerita yang bersejarah itu. Walaupun pikirannya belum dapat menjangkau akan adanya suatu ilmu kesaktian yang dapat membuat Empu Barada menyeberang laut dengan berjalan kaki dan terbang di angkasa mencurahkan air kendi, namun ia mencatat dalam hati bahwa sesungguhnya ilmu kepandaian di dunia itu memang beraneka ragam dan tak dapat diketahui batasnya. Hasratnya untuk mengaji pengetahuan dan meneguk ilmu, makin menyala. Di lain fihak, makin besar pula rasa ingin tahunya tentang tujuan pendeta tua itu bersembunyi di kuburan Lembah Citera. Ia hendak menanyakan hal itu, namun masih segan. Ia kuatir dianggap kurang tata.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka ia diam saja dan hanya memandang pendeta tua itu dengan pandang menunggu. “Sesungguhnya hal itu, suatu tugas rahasia yang diberikan kepadaku diatas sumpah. Madzab Budha Mahayana menugaskan aku untuk mencari kitab suci kaum Budha yang konon dibawa Empu Barada. Aku tak boleh menceritakan tugas itu kepada siapapun juga. Namun inginlah kukatakan hal itu kepadamu ..." "Kakek pendeta, aku bersumpah takkan membocorkan ...." “St, tak perlu. Aku tak menghendaki sumpahmu" tukas pendeta Padapaduka. "Mengapa?" Dipa terbeliak heran. "Kutahu engkau seorang anak yang dapat kupercaya. Sumpah merupakan suatu tuntutan kepercayaan. Aku tak perlu menuntut hal itu. Cukup kuperingatkan kepadamu, bahwa Karma itu hukum yang tak dapat dihindari oleh manusia yang bertindak salah. Ingat baik2, nak" pendeta Padapaduka berhenti sejenak menatap Dipa. Dipapun mengiakan dengan penuh kesadaran. "Aku adalah seorang pendeta dari madzab Mahayana, demikianpun dengan Empu Barada. Empu Barada telah diangkat oleh pusat pimpinan madzab Mahayana untuk menyiarkan agama Budha Mahayana di tanah Jawa. Empu Barada memang telah berusaha sekuat tenaga untuk mencari pengikut. Dia seorang empu yang amat luas pengetahuan dan membenam diri dalam ilmu Mantrayana sehingga ia telah memperoleh kesaktian yang menarik kepercayaan baginda Airlangga sehingga menitahkannya untuk membagi kerajaan Kahuripan menjadi dua, yalah Panjalu atau Daha dan Jenggala . . .” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Padapaduka berhenti sejenak untuk mengusap peluh yang memantul pada dahinya. Dipa tetap berdiam, diri tak mau mengganggu pertanyaan. "Empu Barada terlalu sibuk melaksanakan titah baginda. Setelah membagi kerajaan Kahuripan, ia mendapat titah pula untuk membangun dan memimpin upacara sudharma atau rumah suci Pradjanyaparamitapuri di desa Palungan. Ia terlalu letih dengan pekerjaan-pekerjaan itu sehingga akibatnya ia jatuh sakit dan wafat. Beliau tak sempat untuk memperdalam pengetahuannya tentang hakekat ajaran Wayrayana yang amat rahasia sifatnya itu. Berita meninggalnya Empu Barada telah mengundang datangnya golongan2 agama yang hendak mencari kitab suci yang disimpan Empu Barada. Seperti pada agama Hindu yang terpecah menjadi berbagai madzab seperti madzab Waisnawa yang menganut ajaran ke Wisnuan, madzab Syiwa yang menganut ajaran Syiwa, demikianpun dengan agama Budha. Juga terpecah menjadi beberapa madzab yalah madzab Hinayana dan Mahayana. Madzab itupun pecah pula menjadi beberapa aliran seperti madzab Mahasangghika, madzab Yogacara, madzab Tantra, madzab Nymmapa. Golongan2 itu baik dari agama Hindu maupun Budha, sama mengirim utusan untuk mencari kitab suci peninggalan Empu Barada. Karena baik golongan Hindu maupun Budha sama2 mengaku bahwa kitab suci itu adalah sumber ajaran mereka dan masing2 mengatakan kitab suci itu adalah warisan pusaka milik golongannya. Jelasnya, kitab suci itu telah menjadi rebutan dari golongan Budha dan golongan Hindu ...." Kembali pendeta Padapaduka berhenti sejenak, lalu melanjutkan pula "Tugas yang terbetang pada bahuku untuk mencari kitab suci itu, memang amat sulit tetapi penting sekali artinya bagi kaum Budha Mahayana. Dewasa ini dalam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerajaan Majapahit timbul usaha keras dari golongan agama Syiwa untuk menjadikan agama Syiwa sebagai agama negara dan agama Budha akan dipersempit ruang gerak penyiarannya. Kudengar baginda telah mempertimbangkan suatu keputusan untuk melarang kaum pendeta Budha menyiarkan agama Budha di telatah Majapahit dibagian barat. Pendeta Budha hanya diperkenankan menyiarkan agama itu ditelatah timur saja. Sedangkan agama Syiwa, kecuali menjadi agama negara, pun bebas disiarkan ke seluruh telatah Majapahit. "Pengumuman untuk menangkap diriku, makin memperjelas dugaan akan nekadnya usaha2 golongan agama Syiwa. Mereka kuatir, agama Budha akan berkembang subur lagi dan kedudukan mereka terancam" Pendeta tua Padapaduka menyudahi penuturannya dengan sebuah helaan napas "Ah, aku sudah tua. Adakah umurku masih memberi kesempatan kepada diriku untuk melanjutkan usaha mencari kitab suci peninggalan Empu Barada, aku tak dapat memastikan. Hanya sedetik aku masih bernapas, sedetik itu jua aku kupergunakan untuk mencari kitab suci itu. Karena apabila kitab suci itu dapat kuketemukan, besarlah artinya bagi kelangsungan dan perkembangan agama Budha dalam kerajaan Majapahit. Isi ajaran kitab suci itu mempunyai latar belakang ajaran yang sama yaitu bersumber pada alam pikiran Arya. Oleh karena golongan agama Hindu Syiwait atau madzab Waisnawa dan paham agama Budha Mahayana mempunyai latar belakang sejarah yang sama, memiliki sumber yang sama dan hakekat serta tujuanpun sama yalah untuk mencapai moksa atau Ni b b a n a , maka dapatlah kedua agama itu dipersatukan sebagai agama Syiwa Budha. Dan apabila hal itu terlaksana, maka agama Budha takkan mendapat perlakuan sebagai anak tiri dari negara Majapahit. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Untuk mewujutkan cita-cita itu hanya dapat dilaksanakan apabila kita suci itu dapat diketemukan ...." "O" Dipa mendesuh "kalau memang tujuan dan sumber sejarahnya sama, mengapa golongan agama Syiwa hendak melenyapkan agsma Budha? Bukankah ajaran agama itu menjunjung pada Cinta Kasih dan Budi Luhur?" "Pertanyaan yang bagus, anakku" seru Padapaduka gembira "rupanya engkau memiliki bakat untuk mempertimbangkan keadilan!" Tiba2 wajah Padapaduka yang berseri cerah itu suram kembali. Sebuah helaan napas terluncur dari mulut pendeta tua itu "Semoga aku diberi umur panjang untuk melanjutkan usaha mencari kitab suci itu. Namun mengingat usiaku yang sudah begini lanjut, aku kuatir usaha itu akan mengalami kegagalan" "Apakah yang kakek pendeta maksudkan ?" "Bila hari ini atau besok atau bilamana saja pada setiap saat aku mati, bukankah usaha mencari kitab suci itu akan gagal ?" Mata Dipa tiba2 memancar sinar bercahaya. Dan serentak meluncurlah kata2 dari mulutnya "Kakek pendeta, apabila kakek mempercayakan hal itu kepadaku, aku bersedia untuk melanjutkan usaha mencari kitab suci itu !" Padapaduka terpukau. Sesaat mulutnya terlongong tak dapat mcr.gucap. Pernyataan anak itu benar2 tak pernah diduga dan diharapkan. Ditatapnya wajah Dipa dengan tajam sampai beberapa jenak. Tiba2 wajah pendeta tua itu memancar cahaya cerah pula "Anakku, belum pernah sepanjang hidupku, aku merasa bahagia seperti detik ini. Pernyataanmu tadi, anakku, seolah-olah terasa bagai suatu bajra yang mencanang dalam sanubariku bahwa kitab suci itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ akan dapat diketemukan. Bahwa agama Buddha akan kembali memancarkan sinarnya yang gemilang di bumi kerajaan Majapahit" Dipa terbeliak dan menyurut setengah langkah "Kakek, mengapa engkau mengucap begitu? Memang aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari kitab suci itu, tetapi janganlah menentukan bahwa aku pasti berhasil menemukannya" "Tidak, anakku" kata Padapaduka "terasa ada suatu getaran halus yang menyerap ke alam bawah sadar jasadku, bahwa engkaulah anakku, yang akan menemukan kitab itu" "Ah, kakek pendeta yang mulia ...." serta merta Dipa berlutut menyembah kaki pendeta tua itu "bagaimana mungkin aku seorang anak desa, akan dapat melakukan pekerjaan yang seberat itu. Ampunilah segala kesalahanku apabila ternyata aku tak dapat memenuhi harapan kakek.....” Serta merta Padapaduka mengangkat bangun mencium ubun2 kepalanya dan mengucapkan mantra



Dipa,



"Im! Namu Buddhaya ! Im ! Hajwa sira wisikitsa. Pahenak tangen-angenta. Bhatara Bajrasatwa mingasthita sira ri hatinta, pinakahatinta sira mangke, mang-ganing punya juanasambhara kapangguha denta don ira hana. Hajwa ta sandeha ..." "Segala puji bagi Sang Hyang Adi Buddha! Janganlah engkau waswas. Besarkanlah hatimu. Bhatara Bjrasatwa bersemayam dihatimu, menjadi penunjuk jalanmu mencapai kebersihan batin dan tujuanmu. Demikian janganlah khawatir ...." Setelah dilepas dari dekapan Padapaduka, ada suatu perasaan aneh yang bersemayam dalam hati Dipa. Ia seperti mempunyai semangat baru, kekuatan pikiran dan keyakinan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ teguh. Ia tak mengerti adakah itu hanya menurut perasaan sendiri ataukah memang kekuatan dari daya mantra pendeta Padapaduka. "Bagaimana Padapaduka.



perasaanmu,



"Hatiku tenang, mengembang"



pikiranku



anakku terang



?"



tanya dan



pendeta



semangatku



"Itulah anakku, semoga perjalanan hari depanmu mencapai jalan yang gilang gemilang" "Duh, sang pendeta yang mulia. Hamba hanya seorang anak rakyat miskin lagi pula sebatang kara ..." Berkata Padapaduka dengan tenang "Segala apa sudah digariskan dalam kodrat. Perjalanan hidupmu akan menempuh kegemilangan sang Surya. Engkau akan meniti kepuncak tangga yang tinggi. Tetapi ...." "Tetapi bagaimana?" "Dharmacakra adalah roda Kebenaran dari Sebab dan Akibat. Dan apa yang kelak akan engkau alami sudahlah menjadi kodrat Prakitri hidupmu. Besarkanlah hatimu dan terimalah dengan segala kelapangan hatimu" Padapaduka tak langsung menjawab pertanyaan Dipa berbicara secara bertalaran. Dipa terlongong "Mohon kakek memberi penjelasan yang dapat kufahami" "Pernyataanmu bahwa engkau hanya seorang anak rakyat miskin lagi sebatang kara, bukanlah suatu rintangan bagimu untuk menjenjarg titian tangga yang tinggi. Kami kaum agama Budha tidak mengadakan perbedaan kasta. Bukan perbedaan



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kasta manusianya tetapi kasta Atmanya, tingkat keluhuran jiwanya, nilai martabat dharmanya" Sejenak berhenti untuk mengatur napas, berkata pulalah pendeta tua itu "Anakku, katahuilah, bahwa Buddha Gautama sendiri adalah seorang putera raja dari kerajaan Kapilavatthu yang letaknya di kaki gunung Himalaya di tepi sungai Rohini. Ayahandanya adalah raja Suddhodana dan bundanya Ratu Maya. Kelahiran pangeran Siddharta itu bertepatan pada suatu malam terang bulan. Cahya candra purnama siddhi, gilang gemilang. Angin semilir berhembus sepoi2. Pada saat itulah maka Ratu Maya bersalin di dalam taman Puspa-mega, di bawah sebuah pohon yang rindang. Tetapi tujuh hari kemudian, bundanya telah meninggal. Sejak masa kanak2, pangeran Siddharta sudah kelihatan berotak cerdas dan selalu haus untuk meneguk ilmu pengetahuan. Dalam usia duapuluh sembilan tahun, pangeran berjalan mengunjungi rumah demi rumah rakyatnya. Enam tahun menyelidiki, memahami, menyiasati dengan seksama ilmu luhur itu, akhirnya beliau mendapat kesimpulan dan kesadaran bagaimana jalan supaya manusia terlepas daripada pikiran serong, durjana dan sesat. Pangeran tak mau dinobatkan sebagai raja pengganti ayahnya melainkan bertapa dan menjauhkan diri dari suasana keduniawian, la telah mendapat penerangan yang luhur murni dan menyiarkan pelajaran2 agama Buddha. Gautama adalah nama nenekmoyangnya. Maka oleh para pengikutnya, beliau digelari sebagai Buddha Gautama.....” Dipa terpukau mendergar cerita tentang sarg Buddha itu. "Anakku, semoga cerita yang kututurkan kepadamu itu dapat memperkokoh keyakinan hatimu dan menghapus rasa rendah diri dalam perasaanmu. Bukan kasta, bukan keturunan, http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan pula kedudukan seorang manusia itu dinilai. Tetapi adalah martabat dan keluhuran budi dan darma hidupnya" Dipa seperti seorang yang sedarg meminum tuak. Makin lama makin pening dan serasa ringan perasaannya. Seolah olah seperti melayang kepada suatu dunia yang lain suasananya..... Sesaat kesadaran telah kembali bersinggasana dalam pikirannya, Dipa segera tercengkam oleh rasa keraguan pula "Duh, sang pendeta yang bijak bestari. Hamba hanyalah seorang anak desa, anak rakyat miskin, sebatang kara pula. Bukankah suatu kemustahilan apabila diri hamba akan menjadi orarg yang terkenal seperti yang tuanku katakan itu ... ." Padapaduka menghela napas pelahan "Ah, memang sukar untuk meyakinkan pikiranmu ...." ia merenung beberapa saat, lalu "sesungguhnya soal ini adalah rahasia Alam. Tak boleh kutunjukkan kepadamu. Namun . . . ah, tiada lain jalan, demi kelangsungan dan kesejahteraan agama Buddha, demi usaha pencaharian kitab suci yang akan membawa berkah keselamatan kepada kaum agama Buddha, terpaksa aku akan melanggar pantangan Kodrat ...." Dipa tak mengerti apa makna kata2 pendeta tua itu karena tampaknya pendeta itu berkala stouig diri. "Anakku, cobalah engkau pejamkan mata" tiba-tiba pendeta tua itu berseru. Setelah Dipa melakukan perintah, maka pendeta tua itupun segera mengusapkan tangannya ke muka Dipa sambil mulutnya berkomat kamit mengucap mantra. "Nah, bukalah matamu dan lihatlah telapak tanganku ini" ia mengangkat telapak tangan kanannya dan dijulurkan ke muka Dipa. Dipa memandang telapak tangan pendeta tua itu. Seketika terbeliaklah matanya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Anakku, aku terpaksa akan membuka tabir Kegaiban hidupmu. Engkau akan melihat bagaimana perjalanan hidupmu nanti. Tetapi tabir Kegaiban itu hanya sekejab, bagaikan sebuah mimpi yang tak berbekas. Setelah kukatupkan telapak tanganku lagi, lenyaplah semua penglihatan dan pengetahuan yang engkau lihat itu dari ingatanmu. Engkau takkan teringat apa2 lagi.....” Dipa hanya mengangguk dalam rasa keheranan yang hampa. "Nah, apakah yang engkau lihat di telapakku, anakku?" tanya pendeta Padapaduka. "Seorang pemuda bertubuh pendek padat, berpakaian sebagai seorang prajurit. Bersama beberapa prajurit ia menjaga di sebuah keraton. Hai. ..." tiba2 Dipa memekik kaget. "Mengapa engkau menjerit ? Apakah yang engkau lihat ?" tanya Padapaduka. "Keraton itu terbakar, terdengar sorak sorai bergemuruh dan ratusan rakyat menyerbu keraton ...."? "Lalu ?" "Seorang lelaki muda yang berpakaian indah sekali, mengenakan mahkota keemasan muncul dari keraton" "Itulah raja, anakku" kata Padapaduka. "Raja diiring oleh pemuda berpakaian prajurit dan beberapa kawannya menerjang keluar dari lautan api. . . ah, mereka menuju ke luar kota dan bersembunyi di sebuah desa" Pendeta Padapaduka hanya mengangguk.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Prajurit muda itu tampak menunggang kuda seorang diri kembali ke dalam keraton. Ia dikerumuni rakyat dan pemuda itupun memberi keterangan. Tak lama rakyat menyerbu rumah gedung yang besar.... Raja kembali ke keraton lagi. Prajurit muda itu diberi hadiah dan pangkat.” Masih pendeta Padapaduka hanya mengangguk saja. "Matahari bersinar terang benderang. Suasana keraton penuh sesak dengan orang. Raja tadi, eh . . . bukan . . . bukan raja yang tadi tetapi seorang raja puteri, memberi seperangkat pakaian kepada prajurit yang bertubuh pendek padat itu. Dia mengenakan pakaian indah sekali dan memberi perintah kepada sekalien orang yang berada dalam keraton. Setiap orang tunduk dan menghormat kepadanya" "O, dia dia diangkat menjadi mentri kerajaan" "Keraton itu terbungkus asap dan tampak seorang raja yang masih muda duduk dikursi emas. Mentri yang bertubuh pendek padat itu menghadap. Ah, lenyap .... sekarang mentri itu berhadapan dengan beberapa lelaki yang mengenakan pakaian indah seperti seorang mentri dan mengawal seorang puteri yang amat cantik rupawan .... ah, lenyap lagi .... Hai . . . !" tiba2 Dipa menjerit pula. “Mengapa?" tegur pendeta tua. "Perang . . . dua pasukan saling bertempur seru, bunuh membunuh. Yang satu dipimpin menteri bertubuh padat tadi dan lawannya pasukan dari pengawal puteri jelita itu . . . Hai . . .!" untuk kesekian kalinya Dipa menjerit. Bahkan kali ini lebih keras. "Mengapa anakku?" tanya Padapaduka.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Puteri cantik itu bunuh diri . . . asap bergulung-gulung dan tampak pula menteri bertubuh kekar tadi dikepung pasukan prajurit. Dia lari lolos dari rumah kediamannya ...... aneh, kulihat seluruh rakyat dan menteri2 kerajaan menangis, eh, mengapa lenyap semuanya?” "Itulah perjalanan hidupmu, anakku. Kodrat sudah menggaris, roda Dharmacakra berputar, dari bawah menjulang keatas lalu menurun kebawah lagi. Demikian prakitri alam ini. Sang surya akan menyingsing, menjulang tinggi ditengah angkasa, lalu condong ke-barat dan akhirnya terbenam dibalik gunung. Tiada benda yang kekal dalam dunia ini, anakku" kata pendeta tua itu "nah, sekarang pejamkanlah matamu" Dipa pejamkan mata. Ia merasa mukanya diusap oleh telapak tangan pendeta tua itu dan iapun mendengar mulut pendeta itu berkomat kamit mengucap doa. Tetapi entah apa maksudnya, ia tak tahu. Hanya pada lain saat, ia mendengar pendeta itu menyuruhnya membuka mata lagi. "Anakku, apakah yang engkau lihat pada telapak tanganku tadi?"tanya Padapaduka. Dipa tertegun "Aku tak melihat apa2, kakek" "Apakah engkau tak ingat selikitpun tentang peristiwa peristiwa yang engkau lihat pada telapak tanganku tadi?"menegas pula Padapaduka. Dipa gelengkan kepala "Sama sekali tak ingat" "Benar?" "Aku bersumpah!" Pendeta Padapaduka tersenyum "Baiklah, kupercaya engkau memang tak berdusta. Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah engkau masih takut akan bayanganmu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sendiri sebagai anak rakyat jelata yang papa?" tanya pendeta itu. "Tidak, tuan pendeta. Kini aku merasa lebih tenang dan berkurang rasa was«was itu" sahut Dipa dengan jujur. "Bagus, anakku" seru Padapaduka dengan gembira "saat inilah yang menjadi titik tolak perobahan jiwamu. Tegakkan kepalamu, besarkan semangatmu dan lapangkanlah dadamu. Tetapi jangan engkau bersikap sombong dan angkuh. Masihkah engkau tetap bersedia untuk melanjutkan usaha mencari kitab suci itu apabila terjadi sesuatu pada diriku?" "Kurelakan jiwa ragaku untuk melakukan pesan tuan itu" sahut Dipa dengan penuh keyakinan. "Bagus, anakku, hatiku terasa lapang sekali saat ini.....” "Tetapi kakek pendeta, apakah nama kitab suci. peninggalan Empu Barada itu?" tiba2 Dipa mengajukan pertanyaan. Memang sejak tadi, ia hanya mendengar pendeta tua itu menyebut-nyebut tentang kitab suci tetapi tidak mengatakan nama kitab itu "Kaum Budha Mahayana di tanah Jawadwipa sini sudah memiliki tiga jenis kitab suci agama Budha yalah yang disebut Tripitaka, terdiri dari tiga buah kitab Dhammapitaka, Winayapitaka dan Abidhammapitaka. Tetapi yang disimpan oleh Empu Barada itu merupakan kitab suci agama Budha yang lebih menonjol dari ketiga pitaka itu. Ketika Empu Barada mengembara ke telatah barat dan berkunjung ke candi Borobudur untuk ikut serta dalam upacara hari Waisak sang Buddha Gautama, beliau telah bertemu dengan seorang pendeta munindra dari tanah kerajaan Kapilavatthu, yalah tempat asal kelahiran Sang Buddha Gautama, Dalam percakapan mengenai ajaran2 Budha, munindra dari http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kapilavatthu itu kagum dan meraruh per-indahan terhadap pengetahuan Empu Barada yang amat luas. Dengan sertamerta munindra Kapilavatthu itu segera menyerahkan kitab suci yang belum pernah ada di tanah Jawa. Ia percaya dengan memiliki kitab suci itu, agama Budha Mahayana akan lebih berkembang dan tersiar luas di kalangan rakyat. Nama kitab suci itu yalah SANGHYANG KAMAHAYAKNIKAN. Dapatkah engkau mengingat nama kitab itu, anakku?" "Dapat" Dipa mengangguk. "Cobalah engkau sebutkan!" "Sanghyang Kamahayaknikan ...." "Bagus, anakku, ingatanmu tajam benar. Ingat dan catatlah nama kitab suci itu dalam hatimu" Dalam pada bercakap-cakap itu haripun sudah larut malam. Sayup2 terdengar ayam hutan bersambut kokok. "Ah, hari sudah menjelang terang tanah. Engkau tentu letih. Mari kita tidur" kata pendeta Padapaduka. Demikian sejak hari itu Dipa tinggal bersama pendeta tua Padapaduka di dalam sebuah guha yang ter-rahasia letaknya. Teraling oleh gerumbul semak dan di kelilingi gunduk2 tanah kuburan. Sambil berusaha untuk mencari tempat penyimpanan kitab suci Sanghyang Kamahayaknikan yang diduga tentu dipendam dalam tanah yang amat rahasia letaknya, Dipa banyak menerima pelajaran dari pendeta tua itu. Tiap malam ia menerima pelajaran tentang agama Budha serta cara2 untuk melakukan samadhi dan ilmu Prana atau pernapasan. Karena ia sudah pernah menerima pelajaran dari brahmana Anuraga,



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ maka cepat ia dapat menangkap petunjuk2 yang lebih meningkat dari pendeta Padapaduka. Setelah makin erat pergaulan mereka, pendeta Padapaduka makin bertambah sayang akan anak itu. Ia memberi pelajaran ilmu tata-gerak kepada Dipa. "Dipa" katanya setelah anak itu sudah menguasai ilmu tatagerak yang diajarkannya "ilmu yang kuajarkan itu disebut ilmu Lembu-sekilan. Gunanya untuk melindungi diri apabila engkau diserang orang. Pelajarilah baik2 dan ingat, ilmu itu bukan untuk berkelahi menyerang orang tetapi hanya untuk melindungi diri dari serangan orang" Waktu berjalan amat pesat. Tak terasa sudah setengah tahun Dipa tinggal bersama pendeta tua itu di pskuburan Lemah Citra. Tetapi kitab suci itu belum juga dapat diketemukannya. 0oo-dw-oo0



II PEPERANGAN di tanah Mandana telah berakhir. Walaupun dengan seluruh kekuatan dan tekad, buyut Mandana memimpin rakyatnya untuk mengadakan perlawanan namun akhirnya karena kalah banyak jumlahnya dan perlengkapannya, patahlah perlawanan lasykar rakyat Mandana. Pasukan Majapahit yang menyerang tanah Mandana, bermula dipimpin oleh rangga Pu Jalu, seorang senopati yang disebut-sebut mempunyai nilai yang tiada taranya dalam peperangan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Walaupun Mandana itu hanya sebuah tanah perdikan yang tak seberapa luasnya, tetapi rangga Pu Jalu tahu bahwa buyut Mandana itu seorang yang berisi. Pandai memimpin rakyat, faham mengatur barisan dan sakti dalam ilmu jaya kawijayan. Dalam penyerangan itu, rangga Pu Jalu mengatur barisannya dengan gelar Dirada Meta. Di rada meta artinya gajah yang sedang marah. Siasat ini memisalkan kemarahan seekor gajah yang mengagumkan dan dahsyat. Belalai dan gadingnya amat berbahaya dan merupakan suatu gerak serangan yang menggunakan pengerahan kekuatan pasukan. Siasat perang Dirada-meta ini pernah digunakan oleh kaum Korawa datlam perang Bharatayuda. Prabu Suyudana bertempat di tengkuk barisan bersama Arya Sindurja atau Jayadrata serta Adipati Ngawangga. Seluruh kaum Korawa berbaris dimisalkan gading gajah. Prabu Bagadenta sebagai belalai dan Danghyang Durna sebagai kepala barisan. Demikian dalam penyerangan ke Mandana ini, rangga Pu Jalu menggunakan siasat itu karena ia merasa menang besar jumlah pasukannya dan menang lengkap persenjataannya. Dengan gerak serentak pengerahan seluruh tenaga, sekali gerak ia hendak menghancurkan barisan rakyat Mandana. Tetapi karena sudah mendapat berita rahasia dari kedua utusan patih Aluyuda, maka tak gentarlah buyut Mandana menghadapi serangan itu. Ia segera mengatur lasykarnya dalam gelar VVulan Tumanggal. Gelar ini mengibaratkan awal bulan. Menurut bentuknya seolah-olah sebuah gelar yang tak membahayakan. Tetapi gelar barisan yang berbentuk seperti bulan sabit itu sesungguhnya penuh dengan gerak pukulan yang serba membahayakan. Karena di ujung sudut di tengah tempat barisan selalu siap sedia dengan gerakan yang mudah dan cepat dilakukan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Gelar Wulan Tumanggal itu memang jarang sekali dilakukan, tetapi karena buyut Mandana kalah banyak dan kalah kekuatannya, maka ia akan menghemat tenaga dan hanya bersifat mempertahankan diri saja. Ketika pasukan Majapahit menyerbu pusat tanah perdikan Mandana, mereka terkejut ketika mendapatkan markas musuh kosong. Seolah-olah tidak menemui suatu perlawanan. Rangga Pu Jalu seorang senopati yang sudah banyak pengalaman perang. Cepat ia dapat menyadari keadaan itu. Ia duga musuh tentu bukan takut sesungguhnya melainkan hanya menggunakan siasat. Rangga Pu Jalu segera memerintahkan supaya merobah gelar barisannya dalam bentuk Supit Urang. Untuk menjagai serangan musuh dari sebelah kanan dan kiri. Tetapi sebelum perintah itu dilaksanakan, tiba2 terdengar sorak sorai menggegap gempita. Bumi seolah-olah gonjing dan langit seakan-akan rubuh. Pasukan Majapahit terkejut. Saat itu malam hari. Kedua bagian gading barisan diserang oleh lasykar Mandana dengan panah api. Demikian bagian tengah atau kepala barisanpun tak lepas dari serangan. Seketika pasukan Majapahit kacau balau. Banyak korban yang jatuh. Untunglah rangga Pu Jalu cepat dapat mengatasi kekacauan itu. Segera ia merobah bentuk sisa barisannya berkerumun mengelompok dalam siasat bentuk Gilirangan-rata. Dengan pemusatan sisa2 pasukannya, rangga Jalu bergerak mundur meninggalkan tanah Mandana. Ia menderita kekalahan tetapi ia masih dapat menyelamatkan pasukannya dari kehancuran keseluruhannya. Buyut Mandana dan rakyat Mandana bersukacita dengan kemenangan itu. Buyut itu sesungguhnya seorang yang pandai dan luas pengalaman. Tetapi sayang ia berhati keras, dan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jujur. Cepatlah ia menaruh kepercayaan kepada kedua utusan dari patih Aluyuda yang datang menghadap untuk yang kedua kalinya dan memberitahukan tentang gerakan pasukan Majapahit yang akan mengulang serangannya lagi. Pun buyut itu diberitahu tentang gelar barisan yang akan digunakan oleh senopati Majapahit. Seperti yang pertama, maka buyut Mandanapun disuruh menggunakan siasat untuk meninggalkan markas Mandana. Begitu pasukan Majapahit menyerbu ke dalam markas, supaya dilakukan penyergapan lagi. Tetapi kali ini buyut Mandana harus membayar mahal dan menderita kekalahan besar akibat cepat menaruh kepercayaan kepada kedua utusan patih Aluyuda itu. Ketika mengetahui pasukan Majapahit sudah menduduki markas besar Mandana, maka lasykar Mandana segera menyergap. Tetapi apa yang mereka dapatkan ? Ternyata yang menduduki markas orang Mandana itu hanya beberapa belas prajurit saja. Selekas lasykar Mandana muncul untuk menyergap maka dari belakang berhamburan beribu-ribu prajurit Majapahit yang menerkam dan mengganas. Lasykar Mandana terjepit oleh dua kekuatan besar dari belakang dan muka. Kebakaran dari panah-api yang dilepas lasykar Mandana sebagai pengganti malam tiada bulan, merupakan malam yang amat seram. Pekik lolong, jerit mengaduh dari lasykar Mandana yang rubuh, mewarnai bumi mereka dengan darah. Darah yang akan menimbulkan bibit tanaman dendam kebencian anak Mandana kepada orang Majapahit. Buyut Mandana mengamuk laksana banteng terluka. Ia heran mengapa peristiwa tidak sesuai dengan perintah yang disampaikan oleh kedua utusan patih Aluyuda. Dengan sebuah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gerak terkaman harimau lapar, ia menyambar seorang prajurit Majapahit terus dibawa loncat ke dalam gerumbul pohon. Prajurit itu tak dapat berkutik sama sekali-dibawah cengkeraman buyut Mandana. "Bilang terus terang, siapakah senopati pasukan Majapahit saat ini?" hardiknya seraya mencekik kerongkongan orang "sepatah saja engkau berdusta, biji kerongkonganmu tentu kuremas hancur.....” "Gusti patih Aluyuda sendiri yang memimpin pasukan kami" kata prajurit itu tersekat-sekat karena tak dapat bicara lepas. "Jangan berdusta!" teriak buyut Mandana seraya menjambak rambut prajurit itu dan meremasnya sehingga segenggam rambut prajurit itu tercabut ke luar "Aduh . . . aku tidak .... berdusta .... memang gusti patih Aluyuda ..." "Di mana dia?" hardik buyut Mandana pula dengan mata membengis. "Gusti patih berada di belakang barisan, naik kereta perang" sahut prajurit itu. "Antarkan aku ke sana!" buyut Mandana mendorong tubuh prajurit itu supaya menunjukkan jalan. Karena tak berdaya, prajurit itupun terpaksa melakukan perintah. Sekeluarnva dari hutan mereka mendaki sebuah puncak bukit "Itulah kereta gusti patih" kata prajurit itu sambil menunjuk ke muka. Wajah buyut Mandana memberingas. Secepat menghantam rubuh prajurit itu, ia terus menyelinap diantara gunduk batu dan pohon, menghampiri kereta patih Aluyuda. Memang kurang lazim seorang senopati naik kereta. Pada umumnya tentu naik kuda. Tetapi patih Aluyuda memang hendak menghindari perhatian orang Mandana. Ia tak menyangka bahwa buyut yang cerdas itu dapat mencium bau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ permainannya. Ketika berhasil mendekati kereta, dengan mencabut keris, buyut Mandana loncat menerjang. "Hai, pembunuh. .." teriak patih Aluyuda seraya menghindar. A pabila terlambat, dadanya tentu sudah menjadi kerangka keris buyut Mandana. Hanya bahu kiri patih itu yang terkena tetapi tak sampai membahayakan jiwanya. "Aluyuda, engkau manusia berhati serigala!" buyut Mandana cepat hendak mengulang tusukan keda-da patih itu. Tetapi sekonyong-konyong, sais kereta mendahului melecutkan cambuknya, tar . . . tar . . tar. Punggung buyut Mandana terhunjam tiga buah lecutan keras sehingga baju robek dan kulit berdarah. Pada saat buyut itu pejamkan mata untuk menahan rasa sakit patih Aluyuda cepat balas memukul kepala buyut itu, duk .... Buyut Mandana terhuyung-huyung beberapa langkah kebelakang. Tar, tar, tar. . . sais keretapun dengan tangkas loncat turun dan menghujani buyut itu dengan cambuknya. Dua orang prajurit berkuda yang mengawal dikanan kiri keretapun cepat loncat melayang untuk menyikap buyut itu. Buyut Mandana kerahkan seluruh tenaganya untuk meronta. Hampir saja kedua prajurit itu terpelanting. Dengan sigap, buyut itu mengirim sebuah tendangan keperut dan kedua prajurit itupun terjungkal rubuh. Tar. . . sais kereta lecutkan cambuk menghajar kepala, tetapi dengan tangkas buyut Mandana mengendap kebawah lalu loncat menerkam perut sais kereta itu diangkat tubuhnya lalu dilempar kearah kereta, prak .... kepala sais kereta itu pecah, benak berhamburan dan jiwapun melayang. Setelah berhasil membunuh tiga orang musuh, buyut Mandana makin mengamuk. Ia menerjang ke dalam kereta tetapi kereta sudah kosong, patih A luyuda sudah menyusup ke http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ luar. Buyut Mandana loncat ke luar. Dilihatnya patih itu sudah siap menanti di luar dengan bersenjata pedang. Karena hajaran cambuk dan pukulan patih Aluyuda tadi, keris buyut Mandanapun jatuh ke tanah. Tetapi buyut itu tak menghiraukan. Walaupun tak bersenjata ia tak gentar menghadapi patih Aluyuda. Sring.....sebuah tabasan patih itu dapat dihindari buyut Mandana dan buyut itupun loncat sambil gerakkan kedua tangannya. Tangan kanan untuk menabas tangan kanan patih Aluyuda yang mencekal pedang, pedang tangan kiri ditebarkan untuk mencengkeram leher baju putih. “Engkau . . . patih keparat . . . manusia yang mengacau kerajaan . . .menghancurkan rumah tanggaku . .. engkaulah yang mencelakai puteriku Sindura . . . sekararg engkau harus mati. . ." dengan sekuat tenaga buyut Mandana mencekik leher patih A luyuda. "Auh ... uh ... u ... h ..." patih menggelepar-gelepar tetapi ia tak cekikan maut dari buyut itu. Makin tenaga patih itu, napasnya sesak, wajahnyapun makin pucat ....



Aluyuda meronta dan mampu mematahkan lama makin habislah matanya pudar dan



Pada saat lidah patih itu mulai menjulur ke luar dan jiwanya hendak melayang, sekonyong-konyong terdengar derap langkah beberapa orang lari menghampiri "Hai, jangan menganiaya gusti patih ...." Sebelum buyut Mandana sempat berpaling untuk melihat siapa pendatang2 itu, ia berteriak mengaduh dan kedua tangannya yang mencekik leher patih itupun terkulai. Pada lain saat, tubuhnya rubuh tertelentang ke belakang.....



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ternyata yang datang itu lima orang prajurit yang hendak memberi laporan kepada patih Aluyuda bahwa pertahanan orang Mandana sudah bobol dan lasykar mereka sudah terbasmi. Alangkah kejut2 kelima prajurit itu demi melihat sais kereta dan dua prajurit pengawal patih Aluyuda terkapar di tanah, sedang rakryan patih Aluyuda sendiri sedang meregang-regang dicekik oleh seorang lelaki bertubuh tinggi besar. Diantara kelima prajurit yang datang itu, tiga di-antaranya adalah prajurit2 yang termasuk pada barisan pemanah. Kepandaian panah mereka amat mengagumkan. Ketiga prajurit itupun serentak melepaskan anak panah kearah buyut Mandana. Tiga batang anakpanah tepat bersarang ditengkuk, punggung dan pinggang buyut Mandana. Ketiga prajurit itu menyusuli pula dengan membidikkan beberapa batang anakpanah. Punggung buyut Mandana penuh berhias anakpanah. Betapa sakti dan kuat tenaga buyut itu, namun karena tubuhnya menjadi sarang berpuluh batang anakpanah, akhirnya buyut itupun terkulai dan rubuh .... Kedua prajurit yang lain, cepat memberi pertolongan kepada patih Aluyuda. Setelah beiistirahat beberapa saat, patih Aluyudapun dapat berdiri tegak lagi. Ia menghampiri kemuka buyut Mandana yang masih belum mati. "Keparat, siapa engkau!" bentaknya. "Buyut Mandana yang ingin meminum darahmu" Patih Aluvuda agak terkesiap tetapi pada lain saat ia tertawa hina “Anjing Mandana seperti engkau, berani kepada patih Majapahit?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apabila orang-orangmu tidak menyerang secara curang dari belakang, saat ini engkau tentu sudah berada di neraka ..." "Bedebah engkau!" patih Aluyuda menendang muka buyut itu, krak . . . darah mengucur dari mata, hidung dan mulut buyut itu. Namun dengan gagah dan garang buyut itu menantang "Bunuhlah aku, tetapi jangan engkau hina semacam ini! Memarg sudah menjadi nasib dari seorang ksatrya. Apabila menang, mukti. Kalau kalah, mati. Tetapi engkau, anjing busuk, engkau akan menerima akibat lebih ngeri dari perbuatanmu. Ingat, tanganmu berlumuran darah, pada suatu hari, Karma pasti akan menjatuhkan hukuman kepada dirimu ...." "Keparat, mampuslah engkau!" dengan sebuah tabasan pedang, terpisahlah kepala buyut itu dari badannya. "Pemberontak, mengapa matanya masih memandang bengis kepadaku? Prajurit, cukillah matanya!" teriak patih Aluyuda ketika melihat mata buyut Mandana itu masih merentang lebar, seolah-olah seperti memandang kepadanya sehingga patih itu ketakutan. Seorang prajurit cepat maju menghampiri mayat buyut Mandana lalu mencukil kedua biji mata buyut ttu dengan ujung pedang. Demikian buyut dari tanah Mandana itu telah mengalami nasib yang mengerikan. Ia kehilangan segala-galanya. Anak isteri dan jiwanya, rumah tangga, rakyat dan tanah yang dicintainya ..... Patih A luyuda makin menjulang kedudukannya. Dan rakryan Nambi makin tersudut. Kepercayaan baginda Jayanagara lebih http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ besar kepada patih Aluyuda daripada mahapatih Nambi. Sekalipun demikian belumlah cukup kuat alasan patih Aluyuda untuk menyingkirkan rakryan mahapatih. Ia harus mengasah otak mencari akal untuk melaksanakan cita citanya merebut kedudukan mahapatih dari tangan Nambi. Patih Aluyudapun memaklumi bahwa saingannya yang berat, bukan rakryan Nambi semata-mata. Tetapi masih banyak lainnya lagi, misalnya ketujuh Dharma-putera kelompok rakryan Kuti dan kawan-kawannya. Golongan2 mentri yang berfihak pada kedua puteri Tribuanatunggadewi dan Gayatri. Kekuatan2 yang tak tampak tetapi selalu terasa pengaruh pengacauannya, yakni himpunan Wukir Polaman dari orang2 Daha. Gajah Kencana, perserekatan anak keturunan para kadehan raden Wijaya atau mendiang baginda Kertarajasa Jayawardana. Di samping itu pertentangan golongan agama Syiwa dan Budha. Kesemuanya itu harus dapat ia manfaatkan untuk kelengkapan rencananya mengadu domba mereka kemudian menghancurkan yang tak mau mendukung dirinya. "Baginda, junjungan yang hamba muliakan" demikian pada suatu kesempatan menghadap raja, patih Aluyuda mulai menusukkan jarum2 untuk menyingkirkan bisul2 yang merintangi usahanya "sekiranya tuanku berkenan mendengar, hamba hendak mempersembahkan beberapa patah kata kebawah duli tuanku" "Aluyuda, apakah engkau hendak mengajukan lain calon wanita ayu sebagai pengganti si Sindura? Tetapi ingat Aluyuda, peristiwa semacam Sindura tak boleh terulang kembali. Memang penilaianmu amat tajam tentang wanita yang dapat mencocoki seleraku. Tetapi yang engkau persembahkan itu bukan bunga melati yang harum, bukan pula bunga teratai yang suci, melainkan sekuntum bunga http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mawar berduri. Cantik gemilang nian mawar itu, namun durinya telah menusuk hatiku sampai bercucuran darah ..." "Ah ..." patih Aluyuda menghela napas penuh penyesalan "mohon paduka berkenan melimpahkan samudera pengampunan atas kesalahan hamba, gusti" "Ha, ha” Jayanagara tertawa "engkau tak salah, paman patih. Yang salah adalah keadaan dalam keraton. Kuheran mengapa orang2 Wukir Polaman begitu berani mati melarikan Rara Sindura! Ah, kalau tiada bantuan dari dalam, tak mungkin hal itu dapat terjadi. Kurasa suasana dalam keraton memang penuh dengan manusia2 kotor, yang menentang diriku. Ada golongan2 yang berusaha untuk menyingkirkan aku dari tahta singgasana dan hendak mendudukkan kedua ayunda Tribuanatunggadewi dan Wijayadewi keatas tahta. Bagaimana pendapat mu, paman Aluyuda?" Lebih dulu patih A luyuda yang pandai mengambil hati sang junjungannya itu menghaturkan sembah, lalu menjawab "Apa yang tuanku ucapkan itu, amat sesuai dengan pandangan hamba. Memang benar, gusti, bahwa suasana dalam keraton penuh dengan kekeruhan dan kericuhan. Peristiwa Rara Sindura memang amat merugikan keluhuran gusti, tetepi dilain segi, memberi gambaran yang jelas tentang suasana yang melingkupi keraton baginda. Justeru hal itulah yang hendak hamba persembahkan kehadapan duli tuanku" "Bagus, paman Aluyuda. Ingin kudengar apa pendapatmu dalam hal itu" sambut baginda. Sambil menyembah, patih itu berkata "Gusti junjungan hamba, menurut hemat patik, kekeruhan yang menyelimuti suasana keraton Majapahit, harus lekas dibersihkan. Bagai benalu, apabila dibiarkan tentu akan makin bertumbuh subur ..." http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, benar" ujar baginda "lalu bagaimana pendapatmu untuk membabat benalu2 itu?" Aluyuda berdeham kecil seperti' orang yang hendak mempersiapkan pidato "Pembersihan itu memang harus dilakukan tetapi harus dengan cara bertahap. Pula caranya harus diatur secara halus sehingga tak sampai mengejutkan lain2 benalu. Biarkan lain2 benalu itu tetap benumbuh agar mudah kita babat. Tetapi apabila dengan tindakan kita, benalu2 itu ketakutan dan melenyapkan diri, tentu sukar bagi kita untuk memberantas mereka. Mereka tentu akan bergerak secara rahasia" "Hm, beralasan juga siasatmu itu, Aluyuda" sambut Jayanagara "lalu bagaimana tindakan yang kita lakukan lebih dahulu, paman?" "Diantara golongan2 benalu yang menentang kedudukan tuanku, kiranya golongan2 mentri2 tua pendukung dari berdua tuanku puteri Tribuanatunggadewi dan Mahadewi. Mereka adalah bekas orang2 kepercayaan dari rahyang baginda Kertarajasa dahulu. Sebagaimana terdapat narapraja dari Singosari yalah ayahanda dari gusti puteri Tribuana dan Gayatri, permaisuri rahyang baginda Kertarajasa. Sudah tentu mereka akan mendukung tuanku puteri Tribuanatunggadewi, dan Mahadewi serta berusaha untuk mendudukkan kedua tuanku puteri itu ketahta kerajaan agar kedudukan mereka tetap terjamin" patih Aluyuda tampak berhenti untuk menyelinapkan lirik matanya kearah baginda. Dilihatnya baginda menaruh perhatian akan kata-katanya tadi. Suatu hembusan angin segar yang membawa harapan. Demikian pikir patih itu. "Gusti, menurut pemawasan patik" demikian Aluyuda makin memperdalam suntikan jarumnya yang berbisa "golongan2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mentri dan narapraja tua itu, yang paling berbahaya. Mereka selain mentri2 tua yang kaya pengalaman dan siasat, pun mempunyai pengaruh di-berbagai lapisan narapraja dan ketenteraan ..." "Beralasan" kembali Jayanagara memberi ulasan "lalu bagaimana cara untuk menyingkirkan mereka?" Patih Aluyuda mengantar jawabannya dengan sebuah sembah "Hamba akan menghaturkan suatu rencana yang menurut pandangan hamba akan membuahkan dua hasil atau seperti pepatah mengatakan, sekali dayung dua tepian'. Namun apabila tuanku tak berkenan, hamba mohon ampun atas keiancangan hamba" "Hm" baginda mengangguk. "Bersemayamnya kedua tuanku puteri Tribuana-tunggadewi dan tuanku puteri Mahadewi dikeraton Majapahit sini, menimbulkan berita2 yang tak menguntungkan keluhuran nama tuanku. Rakyat mendengar bahwa paduka hendak mengambil kedua tuanku puteri itu sebagai permaisuri ..." "Setan, siapakah yang menyiarkan berita itu?" tukas baginda agak bengis. "Ampun gusti" kembali Aluyuda berdatang sembah "siapa lagi yang menyiarkan hal itu kalau bukan golongan2 yang menentang paduka. Mereka ingin menarik dukungan rakyat agar rakyat timbul rasa tak senang kepada tuanku. Juga bersemayamnya kedua tuanku puteri dipura kerajaan sini, akan memberi tempat dan angin bagi golongan yang mendukung kedua puteri itu. Oleh karena itu, hamba memberanikan diri untuk mempersembahkan usul kehadapan tuanku ..."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Engkau maksudkan supaya kedua ayundaku itu disingkirkan dari pura kerajaan?" Jayanagara mendahului menebak isi hati sang patih. "Demikianlah baginda" sembah patih Aluyuda "sekiranya tuanku berkenan menyambut pendapat hamba itu. Dan hamba rasa, tiada jalan yang lebih tepat daripada tindakan itu, baginda" "Bagaimana engkau sebutkan hal itu sebagai 'sekali dayung dua tepian', paman?" "Begini tuanku" kata patih Aluyuda selalu menyertakan sembah hormatnya yang tak pernah ketinggalan "dengan dipindahkannya kedua tuanku puteri dari pura kerajaan, pertama, rakyat tentu akan bersyukur dan gembira. Prasangka mereka terhadap diri tuanku, tentu akan hapus. Kepercayaan mereka akan tumbuh pula dan bahkan akan memuji tuanku sebagai seorang raja yang adil paramarta. Dan cara itu tak lain yalah mendudukkan tuanku puteri Tribuanatunggadewi sebagai r a n i di Kahuripan dan tuanku puteri Mahadewi sebagai rani di Daha. Rakyat tentu akan menyambut gembira keputusan gusti dan benalu yang tumbuh dalam keraton Majapahitpun lenyap. Demikianlah yang hamba maksudkan dengan tindakan 'sekali dayung dua tepian' itu, gusti" Baginda Jayanagara mengangguk-angguk tetapi tak memberi pernyataan suatu apa. Rupanya ia juga tak mau lekas2 menyetujui usul patih itu melainkan hendak mempertimbangkan sendiri dulu. "Pemindahan kedua tuanku puteri ke Kahuripan dan Daha itu hendaknya gusti sertakan dengan beberapa mentri tua yang baik dalam sikap dan tindakannya mendukung kedua http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tuanku puteri itu" patih Aluyuda menambahkan keterangannya pula. "Ah, bukankah hal itu akan berarti memberi kekuatan mereka untuk menyusun rencana menggulingkan aku dari tahta kerajaan?" Jayanagara menyatakan kesangsiannya atas usul terakhir dari patih itu. Patih Aluyuda menghatur sembah "Memang tampaknya demikian. Tetapi di lain fihak, keraton baginda di Majapahit benai2 bersih dan kawanan serigala yang berselimut kulit domba. Dan pelepasan beberapa mentri untuk membantu pemerintahan kedua tuanku puteri di Kahuripan dan Daha itu, tidaklah begitu saja. Melainkan harus disertai dengan beberapa orang kepercayaan kita. Orang kepercayaan baginda inilah yarg setiap saat akan memberi laporan kepada baginda akan gerakan mereka. Dengan demikian, keraton Majapahit bebas dari benalu, kebalikannya gusti tetap dapat menguasai dan mengamat-amati gerak gerik kedua tuanku puteri itu" Wajah raja Jayanagara memancar cahaya cerah. Rupanya ia berkenan hiti akan usul paih itu "Saranmu cukup baik, paman patih. Siapakah kiranya mentri2 dan narapraja yang akan diikut sertakan kepada kedua ayundaku itu?" Besarlah hati patih Aluyuda demi mendengar ucapan baginda itu. Hal itu berarti baginda sudah menerima usulnya "Dalam hal itu, bilamana gusti berkenan melimpahkan kepercayaan kepada hamba, hamba dapat menghaturkan susunan nama mentri dan nara-praja itu. Pada umumnya, mentri2 tua dan narapraja lemah yang diikut sertakan. Sedangkan nayaka dan senopati keprajuritan harus orarg2 kepercayaan baginda. Agar apabila mereka merencanakan gerakan yang hendak merugikan kedudukan baginda, dengan mudah dapat ditindas" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ya, begitupun baik" akhirnya baginda Jayanagara memberi persetujuan "eh, paman Aluyuda. Bagaimana dengan paman Nambi?" "Rakryan mahapatih Nambi? Mengapa gusti?'" Aluyuda pura2 terkejut mendengar nama Nambi disinggung baginda. "Bukankah paman Nambi itu juga bekas kadeh-an mendiang ayahanda baginda? Bukankah dia tentu lebih cenderung mendukung kedua ayundaku? Bukankah dia sudah tua?" Aluyuda sengaja menghela nafas penuh nada keharuan "Rakryan mahapatih Nambi, selama ini menurut wawasan hamba, belum jelas sikap pendiriannya. Dia terlalu hati2 dan mendapat dukungan luas dari kalangan mentri narapraja dan ketenteraan" "Tetapi buktinya dalam peristiwa Mendana, dia telah menjatuhkan pilihan yang keliru pada diri rangga Jalu sehingga pasukan Majapahit menderita kekalahan yang memalukan. Bukankah selama dia menjabat mahapatih, kerajaan tak pernah tenteram dan di sana sini sering timbul pemberontakan?" "Ah, tetapi rakryan mahapatih Nambi cukup pengaruhnya" Aluyuda kembali menghela napas.



besar



"Aluyuda, mengapa engkau selalu jeri akan pengaruh paman Nambi? Manakah yang lebih berpengaruh, aku atau Nambi?" rupanya raja Jayanagara mulai kena terbakar oleh siasat Aluyuda. "Ampun gusti, junjungan hamba" Aluyuda tersipu2 mengunjuk sembah "sudah tentu di seluruh telatah kerajaan Majapahit, gustilah yang paling berkuasa. Gusti adalah junjungan seluruh kawula Majapahit. Rakryan Nambi hanya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mahapatih, masih tetap di bawah perintah tuanku. Sekalipun dalam kenyataan memang rakryan mahapatih juga mempunyai pengaruh di kalangan mentri, nayaka dan rakyat Majapahit. Karena beliau seorang mentri tua dan salah seorang bekas kadehan rahyang baginda Kertarajasa.....” "Aluyuda!" tiba2 baginda berseru keras. "Daulat tuanku" sembah Aluyuda. "Siapakah raja sekarang ini?"



yang memerintah kerajaan



Majapahit



"Sudah tentu paduka, gusti" "Kadehan rama prabu Kertarajasa, bukanlah kakehanku. Kalau memang orang itu sudah tua, lemah dan tak berguna pada kerajaan, aku tak segan2 untuk mencopot kedudukannya. Dan aku berhak serta bebas untuk mengangkat siapapunyang akan menggantikannya!” "Mana2 titah tuanku, pasti hamba junjung di atas ubun2 kepala hamba, gusti" "Kupandang paman Nambi sudah tua dan sikapnya tak begitu tegas mendukung penobatanku sebagai raja. Bagaimana kalau kuangkat engkau menjadi mahapatih menggantikannya ?" "Gusti ...." Aluyuda berseru tertahan. Karena kejutnya mendengar ucapan itu, hampir ia lupa kalau sedang berhadapan dengan baginda sehingga mulutnya menjerit keras. Ucapan raja Jayanagara yang masih muda belia itu, benar2 seperti letusan halilintar di tengah musim kemarau. Aluyuda hampir terjerembab ke belakang. "Mengapa engkau, Aluyuda !" tegur baginda.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tersipu-sipu Aluyuda menghaturkan sembah "Mohon paduka berkenai melimpahkan ampun yang sebesar-besarnya kepada diri patik. Titah paduka itu benar2 tak berani hamba terima" "Mengapa ? Engkau takut kepada paman Nambi?" "Bukan, gusti" sembah Aluyuda "bukan karena hamba takut karena hal itu adalah wewenang penuh dari paduka junjungan hamba. Tetapi hamba anggap, rakryan Nambi adalah orang yang sudah tepat serta cakap menjabat mahapatih. Jasanya terhadap kerajaan cukup banyak, kesetyaannya sudah nyata, kecakapannya memimpin pemerintahanpun tak perlu diragukan. Pengalamannya, luas. Dalam segala hal, hamba tak dapat menyamai beliau. ..." "Aluyuda" seru baginda "tidak demikian pendapatku. Dalam pengalaman, memang engkau kalah karena paman Nambi lebih tua. Dalam jasa, mungkin engkau hanya kalah banyak, karena paman Nambi adalah orang kepercayaan almarhum rama prabu. Tetapi kalah banyak itu bukan berarti kalah besar. Banyak hanya jumlahnya, besar itu nilainya. Menurut pengamatanku, dalam hal kecerdikan, engkau lebih unggul, lebih pandai mengatur rencana yang lebih berhasil. Aluyuda" kata baginda lebih lanjut "engkau harus mengerti beda antara jasa dan kecakapan. Untuk jasanya, sudah pasti paman Nambi akan kuganjar hadiah besar dan tanah. Terapi untuk kecakapan memimpin pemerintahan, dia sudah layak ka'au diganti karena sudah tua. Mengapa' engkau menolak ?" Saat itu apabila Aluyuda mengiakan, kemungkinan raja tentu akan mengeluarkan keputusan untuk mengganti kedudukan mahapatih dari tangan rakryan Nambi kepada Aluyuda. Tetapi Aluyuda seorang belut yang licin. Ia kuatir ucapan raja itu hanya suatu pancingan belaka untuk http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengetahui bagaimana isi hatinya. Apabila ia menerima pengangkatan saat itu juga, tentulah akan menimbulkan kesan baginda, bahwa ia orang yang temaha kedudukan, gila pangkat, haus kekuasaan. Pikir Aluyuda lebih lanjut. Lambat atau laun, akhirnya ia pasti akan dapat merebut kedudukan mahapatih itu. Tetapi saatnya bukan sekarang. Ia harus pandai mengekang diri mengendalikan nafsu. Ia harus menempa kepercayaan baginda sehingga raja benar2 parcaya penuh kepadanya dan menganggapnya seorang mentri yang jujur dan rendah hati. Atas dasar beberapa pertimbargan itu, Aluyuda tetap menolak maksud baginda "Ampun, gusti. Untuk saat ini akan beberapa tahun yang mendatang, rakryan Nambi masih dibutuhkan kepemimpinannya dakm kerajaan. Hal ini sungguh2 ke luar dari isi hati hamba yang setulusnya. Bagi hamba, siapapun yang menjabat kedudukan mahapatih itu bukan soal. Yang penting, adalah roda pemerintahan, kerajaan Majapahit harus tetap berjalan lancar dan mampu mengangkat martabat paduka ...." Aluyuda berhenti sebentar untuk mencuri kesempatan mernawas tanggapan baginda. Dilihatnya raja yang masih muda itu berdiam diri. Maka ia segera melanjutkan lagi "Gusti, hamba sebagai narapraja, tentu akan tunduk kepada titah paduka. Apabila paduka berkenan hendak melimpahkan anugeiah jabatan mahapatih kepada diri hamba, bukan hamba menolak. Tetapi hamba mohon, sudi apalah kiranya gusti berjalan memberi waktu beberapa tahun lagi agar haoiba sempat untuk mengaji pergalaman dan pengetahuan-yang lebih luas sebagai persiapan2 yang diperlukan dalam menjabat kelungguhan yang begitu berat. Bagi hamba menjadi patih atau mahapatih, tidaklah hamba risaukan. Yang penting



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hamba dapat mengabdikan diri kepada paduka dan kerajaan Majapahit" Memang cerdik benar patih Aluyuda itu. Betapapun halnya, raja Jayanagara masih amat muda. Sukar baginya untuk menjajagi isi hati patih Aluyuda yang licin dan cerdik. Baginda anggap pernyataan Aluyuda itu mengunjukkan betapa jujur, tulus dan bertanggung jawab Aluyuda itu kepada kerajaan "Hm, dia seorang mentri yang jujur dan tak temaha pangkat. Kelak tiada lain orang yang akan kupilih sebagai pengganti paman Nambi kecuali Aluyuda ini" diam2 baginda merangkai suatu kesimpulan dalam hati. "Baiklah, Aluyuda, kalau memang begitu yang kehendaki, akupun meluluskan" kata baginda kemudian.



kau



Aluyuda serta merta menghaturkan sembah. "Usulmu untuk memindahkan kedua ayundaku ke Kahuripan dan Daha, kusetujui juga" kata baginda "siapkan daftar nama2 mentri dan rarapraja yang harus diikut sertakan mengikuti kepindahan kedua ayundaku itu" kata baginda Demikian pengangkatan puteri Tribuanatunggadewi sebagai Rani Kahuripan dan puteri Rajadewi atau Wijayadewi sebagai Rani Daha telah iilaksanakan. Siapa2 mentri dan narapraja yang ikut kepada kedua rani itupun telah disusun oleh patih Aluyuda dan disetujui oleh raja Jayanagara. Daha terletak agak jauh dari Majapahit dan penting kedudukannya. Menurut pandangan patih Aluyuda Daha harus tak boleh mempunyai susunan penerintahan yang kuat. Karena letaknya, Daha dapat mengadakan hubungan dengan Matahun, Wengker serta Pajang dan lain2 daerah Mandalika. Untuk menguasai Daha, maka yang diangkat sebagai patih adalah Arya Tilam yang sudah tua. Sedang kepala prajurit http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penjaga keraton dan tentara, dipilih orang2 kepercayaan patih Aluyuda. Sedangkan Kahuripan karena letaknya dekat dengan Majapahit, tak perlu dikuatirkan. Sewaktu waktu dapat diawasi. Sebagai patih diangkat Kebo Taruna yang dipandang patih Aluyuda sebagai pendukung raja Jayanagara. Kebo Taruna, putera Kebo Anabrang. Pelepasan kedua puteri itu, memang melegakan perasaan mereka. Walaupun hal itu bukan berani mereka telah bebas benar2 dari pengawasan dan tekanan raja jayanagara. Pun rakyat menyambut pengangkatan itu dengan syukur gembira. Sedang dalam keraton Majapahit, telah berkurang kekuatan golongan yang menentang raja. Walaupun dengan berat hati, namun kedua puteri itupun mau juga menerima kepindahan itu. Sekalipun keduanya berpisah, namun perasaan mereka agak longgar. Sesungguhnya baik rani Kahuripan maupun rani Daha, sudah tiba masanya untuk bersuami. Namun karena tindakan adinda mereka yalah raja Jayanagara yang menghalanghalangi kedua ayundanya itu menikah dengan orang luar, maka banyak pemuda2 keturunan Parawangsa atau keluarga raja dan bangsawan, maupun dari golongan Wong Lembah atau golongan raden, putera dari Akuwu serta kepala daerah, tak berani menginjak pura Tikta Sripala atau kota kerajaan Majapahit. Demikian segala persiapan telah dilaksanakan menurut usul patih Aluyuda. Dan karena usulnya itu diterima oleh baginda, Aluyuda makin besar hatinya. Cita-citanya untuk menduduki jabatan mahapatih sudah terbayang di depan mata. Soal itu hanya menunggu waktu saja. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi patih itu lupa bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini sudah tergaris menurut kodrat masing2. Memang rencana patih itu amatlah teliti dan sempurna, namun Prakitri menentukan lain. Pertama-tama yang mengunjuk tanggapan tak puas adalah golongan Dharmaputera, yakni pangalasan atau abdi dhalem Wineh suka, atau yang diberi kesukaan yang agak diistimewakan. Mereka terdiri dari tujuh orang: Kuti, Semi, Pangsa, Wedeng, Yuyu, Tanca dan Banyak. Ketujuh dharmaputera itu diam2 makin tak senang karena baginda makin menaruh kepercayaan kepada patih Aluyuda. Sebenarnya mereka termasuk golongan yang menentang Jayanagara. Mereka lebih cenderung mendukung kedua puteri Tribuanatunggadewi dan Wijayadewi untuk duduk di tahta kerajaan. Kuti dan Semi mendapat gelar rakryan, gelar yang diberikan oleh raja Kertarajasa atau raden Wijaya kepada orang2 kepercayaan atau kadehannya yang telah membantu perjoangannya. Antara rakryan Kuti dan Semi walaupun tergabung dalam dharmaputera, tetapi pendirian keduanya agak berbeda. Rakryan Semi lebib cenderung memihak kepada mahapatih Nambi. Tetapi rakryan Kuti mempunyai cita2 seperti yang dimiliki patih Aluyuda. Yalah hendak menjabat kedudukan mahapatih. Sejak peristiwa lolosnya demang Suryanata, Kuti merasa gelisah sekali. Ia kuatir rahasia persekutuan gelap untuk menyingkirkan Jayanagara dari tahta kerajaan, akan boror. Maka cepat mereka bertindak. Keluar mereka menyebar orang untuk mencari dan menangkap demang Suryanata. Ke dalam, mereka berusaha mati-matian untuk mengambil hati baginda Sekalipun dalam hati membenci, namun demi keselamatan jiwa, terpiksa mereka harus mengimbangi selera baginda. Mereka tahu kelemahan dan kegemaran raja. Yalah wanita http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ cantik dan sanjung pujian mulut manis. Sebagai rakryan, Kuti dan Semi mendapat kebebasan penuh untuk masuk keluar keraton Tikta Sripala menghadap raja. Dengan kepandaiannya bicara dan persembahan wanita2 cantik, akhirnya raja Jayanagara terpikat perhatiannya dan mengangkat mereka bertujuh sebagai Dharmaputera. Patih Aluyuda terkejut mendengar pengangkatan itu tetapi ia kalah cepat. Sejak itu patih Aluyuda memasukkan ketujuh Dharmaputera itu dalam daftar saingannya yang berat, disamping mahapatih Nambi. Ketika rencana pengangkatan kedua puteri Tribuana tunggadewi dan Wijayadewi, diberitahukan baginda kepada ketujuh dharmaputera itu, Kuti terkejut. Diam2 ia cemas karena nyata2 bahwa lingkaran mereka untuk menjaga supaya baginda jangan mengadakan hubungan dengan patih A luyuda, ternyata dapat dibobolkan oleh patih itu. Mereka mendapat kesan, bahwa baginda masih bahkan makin menaruh kepercayaan kepada patih A luyuda. "Titah paduka memang tepat" kata Kuti walaupun dalam hati berkata lain "memang Kahuripan dan Daha merupakan daerah aseli kerajaan paduka. Apabila Kahuripan dan Daha hanya diperintah oleh mentri, dikuatirkan akan timbul hal2 yang dapat menyulitkan kerajaan. Tetapi apabila kedua tuanku puteri Tribuanatunggadcwi dan Wijayadewi yang memerintah di-kedua daerah itu, lebih kokohlah kekuasaan baginda. Karena bagindapun juga, kedua tuanku puteri itu adalah ayunda tuanku sendiri. Tentu tetap akan menjunjung kesetyaan kepada kerajaan yang didirikan oleh Rahyang ramuhun Kertarajasa" "Ya, memang benar demikian paman " kata baginda.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Bila paduka berkenan, hamba hendak mengajukan sedikit perobahan tentang susunan mentri yarg menyertai kedua tuanku puteri itu" kata Kuti. "O, katakanlah" ujar baginda. "Pengangkatan Kebo Taruna sebagai patih Kahuripan itu pada hemat hamba, tidak sesuai gusti" "O. apa sebabnya, paman?" tegur baginda. "Kebo Taruna adalah putera dari mendiang Adipati Kebo Anabrang yang telah membunuh Rangga Lawe tetapi kemudian dibunuh oleh Lembu Sora. Rongga Lawe memberontak terhadap rahyang ramuhun Kertarajasa karena tak puas dengan pengangkatan Nambi sebagai mahapatih. Dengan demikian walaupun melakukan tugas sebagai senopati kerajaan, namun tak lepas dari penilaian, bahwa Kebo Anabaran itu berfihak pada rakryan Nambi. Sudah tentu Kebo Taruna juga segaris ,dalam pendiriannya dengan sang ayah ...." "Bukankah paman mahapatih Nambi itu juga setya padaku? Apa halangan Kebo Taruna itu orang kepercayaan paman Nambi? Adakah engkau hendak mengatakan bahwa paman Nambi itu juga tak senang kepadaku?" "Ampun, tuanku" sembah Kuti yang tak kalah pandainya bersilat lidah untuk mengambil muka baginda daripada patih Aluyuda "menurut pandangan patih yang picik, pendirian rakryan Nambi itu memang belum meyakinkan. Masih seolaholah bunglon yang berobah-robah warna kulitnya" "Bagaimana mamanda dapat mengatakan demikian?" ujar baginda.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Sebagai seorang kadehan dari rahyang ramuhun Sri Kertarajasa. sudah tentu rakryan Nambi setya kepada kerajaan dan berjuang mati2an untuk mempertahankan kedudukannya sebagai mahapatih, penguasa tertinggi dibawah paduka. Tetapi dalam hati sesungguhnya rakryan Nambi itu lebih cenderung mendukung kedua tuanku puteri Tribuanatunggadewi dan Mahadewi untuk dinobatkan sebagai ratu Majapahit. Tetapi karena rakryan Nambi itu seorang ahli negara yang tua dan kaya akan pengalaman maka setiap tindakannya tentu selalu ber-hati2 sehirgga orang sukar merabanya" Tampak raja Jayanagara termenung diam dalam keraguan. "Gusti" cepat2 Kuti menyusuli kata2 “dan hamba yakin, peristiwa Rara Sindura dan pemberontakan buyut Mandana itu tentu akan lebih menggores luka dalam hati rakryan Nambi" Baginda mengangguk pelahan. "Maka apabila paduka berkenan mendahar usul patik, seyogyanya janganlah Kebo Taruna itu didudukkan sebagai patih Kahuripan" "Hm” baginda mendesuh "lalu siapa kiranya yang paman pandang sejuai untuk menggantikan Kebo Taruna?" "Tuanku Wuruju, gusti. Adalah orang yang tepat menjabat kedudukan itu"kata Kuti "O, si Adityawarman itu?" ulang baginda. "Benar, gusti" sembah rakryan Kuti "pertama, gusti Adityawarman itu masih mempunyai hubungan darah dengan gusti puteri Indreswari, jadi masih mempunyai ikatan sebagai saudara sepupu dengan paduka. Jelas tuanku Adityawarman tentu akan membela paduka. Ini sudah pasti, gusti" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Hm, benar juga kata-katamu, paman" akhirnya baginda menyetujui pengangkatan itu. Adityawarman berasal dari kerajaan Malayu yang berpusat di Malayu-pura atau Pagarruyung di tanah Minangkabau, Sumatra. Ayahandanya bernama Adwayawarman, keturunan Kulisadharawarmca atau Siguntur. Kulisa dalam bahasa Minangkabau berarti guntur atau kilat. Sedang ibundanya bukan lain yalah puteri Dara Jingga, saudara dari puteri Dara Petak. Dalam kitab Pararaton dikatakan bahwa setebh rrengiiinglan adiknya yakni Dyah Dara Petak ke Majapahit dan kemudian Dyah Dara Petak diperisteri oleh Raden Wijaya atau baginda Kertarajasa Jayawardana, Dyah Dara Pelak berganti nama dengai puteri Indeswari. Tak lama kemudian puteri Dara Jingga kembali ketanah Malayu dan menikah dengan seorang raja bernama Aji Mantrolot atau Tuhan Janaka, gelar abiselanya yalah Sri Marmadewa. Puteri Dara Jingga inilah yang menjadi ibunda dari Adityawarman. Sedang puteri Dara Petak atau disebut juga puteri Indreswari itu adalah ibunda dari baginda Jayanagara. Dengan demikian menurut hukum adat tanah Minangkabau, antara Adityawarman dan baginda Jayanagara itu masih mempunyai pertalian 'urang nan saparui' artinya, orang yang seperut atau sanak. Karena kedua ibunya bersaudara. Ksatrya muda Adityawarman mengunjungi Majapahit dengan beberapa tujuan. Yang penting ia hendak mengaji pengalaman dan pengetahuan dalam hal pemerintahan di kerajaan Majapahit. Di samping itu ia hendak menjenguk bibinya gusti puteri Indrcswari agar hubungan di antara kedua kerajaan Majapahit dan Malayu itu tak putus. Walaupun selama di Majapahit, Adityawarman tak memangku jabatan dalam pemerintahan, tetapi ia banyak membantu menegakkan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kewibawaan Majapahit. Dia hanya bekerja di dalam, tak mau mengunjukkan diri. Namun pengaruh tali kepemimpinannya terasa dalam pemerintahan. Pun di kalangan rakyat, ia disegani dan dihormati sebagai seorang ksatrya dari tanah seberang yang mengabdikan diri untuk kejayaan Majapahit. Kuti memang cerdik dan licin. Seimbang dengan patih Aluyuda. Keduanya sama2 memiliki Keinginan besar untuk menjabat kedudukan yang tertinggi dipusat kerajaan. Hanya cara perjuangannya berbeda. Patih Aluyuda menggunakan siasat mengadu domba untuk menyingkirkan saingannya. Kuti, sebagai salah seorang kadehan dari rahyang ramuhun Kertarajasa, mengambil cara langsung untuk menyingkirkan Jayanagara, mendudukkan kedua puteri Tribuanatunggadcwi dan Mahadewi sebagai raja puteri dan ia menjadi patih amangkubhumi. Kuti mengajukan Adityawarman dengan dua maksud. Ia hendak menguji betapa kepercayaan baginda terhadap patih Aluyuda. Dan ternyata Kuti lebih menang. Kedua kalinya, ia tak menyukai beradanya Adityawarman dalam keraton Tikta Sripala. Dengan menyingkirkannya berarti akan mengurangi kekuatan puteri Indreswari dan baginda Jayanagara. Raja yang hendak disingkirkan dari singgasana itu..... 0oo-dw-oo0



III BAGAI bulan purnama siddhi, demikian seulas kata untuk melukiskan kuntum bunga melati yang sedang mekar. Dan kemekaran sang bunga nan cantik permai itu selalu disertai http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pula oleh aroma ganda yang harum semarbak. Dikala itulah sang Angin seolah olah berebutan menjadi bentara atau utusan yang membawa berita kemekaran sang bunga itu ke seluruh penjuru alam. Berita yang dibawa sang duta Bayu itu tentu cepat tercium para kumbang. Karena hanya kumbanglah yang merupakan penggemar, pemuja dan pencinta sang bunga. Tanpa sari madu sang bunga, kumbang akan gersang dan kelaparan. Karena madu sang bunga itulah sari kehidupannya. Sari yang akan menggelorakan semangat, menyalakan api kehidupan sang kumbang. Dan sang Bunga pun demikian. Ia rela menyerahkan zat sari madunya untuk kebahagiaan sang kumbang. Ia menyambut kunjungan sang Kumbang dengan penuh gairah. Menyerahkan sari madunya dengan penuh kemesraan. Karena hisapan sang Kumbang itulah akan menyuburkan putik2, tumbuh menjadi buah atau biji, Dan biji2 itulah yang akan bersemi pula dalam tanah lalu tumbuh berkembang-biak menjadi batang2 pohon yang akan menebarkan kuntum2 bunga lagi. Bunga dan Kumbang merupakan pertautan kodrati yang saling butuh membutuhkan, bahagia membahagiakan. Demikian yang terjadi pada diri puteri Tribuanatunggadewi Jayawisnuwardhana, rani Kahuripan. Usia yang menjenjang masa mekar itu, laksana harum bunga yang dibawa sang bayu. Cepat sekali pengangkatan sang puteri sebagai rani di Kahuripan itu tersiar luas di seluruh telatah Majapahit, bahkan meluas sampai ke daerah Mandalika. Berita itu menimbulkan bermacam sambutan. Dikalangan rakyat, mereka bersyukur gembira karena puteri dari rahyang ramuhun baginda Kertarajasa telah diangkat juga sebagai raja http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ puteri atau rani dari warisan kerajaan ayahandanya. Bagi kaum ksatrya, para raden atau putera para bangsawan dan penguasa daerah, berita itu merupakan suatu genta yang mencanangkan, bahwa kesempatan untuk mempersunting puteri raja yang cantik itu, telah terbuka. Sungguhpun demikian mereka masih jera akan pengalaman yang mereka alami ketika kedua puteri raja itu masih bersemayam di pura Tikta Sripala. Mereka yang pernah hendak mencoba peruntungan untuk meminang sang puteri, harus merasakan peraturan yang keras, perlakuan yang kasar bahkan tak jarang meningkat sebagai hukuman dari para narapraja yang dititahkan baginda Jayanagara untuk membendung arus kedatangan ksatrya2 muda ke pura Majapahit itu. Ada yang di tengah jalan dihadang oleh prajurit yang bertenaga kuat. Diajak berkelahi. Apabila kalah, pemuda itu menerima hajaran, ditempeleng dan disepak seperti pencuri yang tertangkap. Apabila pemuda itu menang, dia akan dikerubut oleh beberapa prajurit. Dan apabila masih menang pula, maka dia akan ditangkap dengan tuduhan mengacau keamanan. Dengan adanya tindakan2 itu, tak ada lagi seorang ksatrya atau pemuda yang berani menginjakkan kaki ke pura kerajaan. Maka kini walaupun sang dyah ayu Tribuanatunggadewi sudah pindah ke Kahuripan, para ksatrya muda itupun tak berani gegabah berangkat ke Kahuripan. Mereka bersiap menunggu dulu "Kakanda Aditya" pada suatu hari berkatalah puteri Tribuanatunggadewi rani Kahuripan kepada patih. Walaupun Aditaiwarman itu sebagai patih, tetapi karena masih terikat sanak atau jelasnya saudara sepupu dengan baginda http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jayanagara, maka puteri Tribuana-tunggadewi berbahasa dengan sebutan kakanda "sudah hampir setahun lamanya aku menjadi rani di Kahuripan sini, tetapi selama ini belum pernah aku melihat keadaan daerah2 di lingkungan Kahuripan. Bagaimana pendapat kakanda, apabila aku akan mengadakan kunjungan ke daerah, meninjau keadaan dan kehidupan rakyat di desa2" "Tindakan yang amat bijak, gusti" demikian Adityawarman memberi tanggapan. Sebagai patih, sekalipun masih ada hubungan keturunan darah dengan sang prabu, tetapi Adityawarman tetap menghormati sang rani dan menyebutnya sebagai gusti "tindakan tuanku itu, selain dapat mengetahui keadaan dan kehidupan rakyat yang sesungguhnya, pun dapat mendekatkan hubungan rakyat dengan tuanku. Perhatian tuanku yang tercurah kepada rakyat akan menarik perhatian mereka dan menumbuhkan hormat serta ketaatan mereka terhadap tuanku rani" Memang Adityawarman amat tenar dikalangan rakyat. Rakyat menaruh rasa hormat kepada ksatrya dari tanah Malayu itu dan menyebutnya sebagai tuan Wuruju atau bungsu. Rakyat menghormat Adityawarman bukan karena takut bahwa Adityawarman itu masih mempunyai hubungan keluarga dengan baginda, melainkan karena sikap Adityawarman yang ramah dan mau bercampur gaul dengan rakyat. "Bilakah kiranya kakanda patih anggap waktu yang tepat untuk melaksanakan peninjauan itu?" tanya sang Rani pula. Adityawarman tak lekas menjawab melainkan menekuk2 jarinya seperti orang sedang menghitung "Menurut hemat hamba, baiklah peninjauan itu tuanku lakukan pada nanti



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bulan Kartika tanggal sepuluh” sahutnya beberapa saat kemudian. "Mengapa kakanda memilih hari itu?" "Karena pada saat itu, bulan terang sedang naik. Kedudukan bintang tetap sedang di barat laut. Menurut perbintangan, di utara muncul bintang Badrapada. Dewa yang menjaga Ahirbuda. Yoganya: Bajra. Hari yang cerah di musim permulaan kemarau. Alam masih membekas kesegaran musim hujan, margasatwa mulai berkeliaran" “Ah, bagus benar saat itu, kakanda patih. Layakkah aku sebagai seorang puteri, mengadakan perburuan di hutan?" tanya Rani Kahuripan. Adityawarman tertawa "Mengapa tak layak, tuanku? Tuanku adalah puteri rahyang ramuhun prabu Kertarajasa yang termasyhur gagah berani, sakti mandraguna. Seorang ksatrya yang mahir akan ilmu perang dan putus dalam ilmu kedigdayaan. Walaupun puteri, tuanku adalah keturunan seorang senopati, seorarg raja yang gagah. Dahulu ayahanda tuanku, juga gemar berburu. Dan memang berburu itu pada hakekatnya suatu latihan dari ketangkasan, keberanian dan hiburan yang membentuk kesegaran semangat. Tuanku tentu mahir juga melepas busur.....” "Ah, janganlah kakanda patih memuji diriku setinggi langit" puteri Tribuanatunggadewi tertawa "memang semasa kecil aku senang sekali ikut ayahandaku berburu. Ayahanda prabu menitahkan seorang guru untuk mengajar ilmu memanah kepadaku. Sayang sejak ayahanda prabu wafat, aku tak pernah mendapat kesempatan untuk berlatih memanah" "Dalam peninjauan nanti, tuanku akan kesempatan luas untuk melatih ilmu itu pula" http://dewi-kz.info/



mendapat



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rani Kahuripan mengangguk lalu bertanya "Masih berapa lama lagikah saat pemberangkatan itu dari saat sekarang ?" "Sepuluh hari, tuanku" "Baiklah, kakang patih. Kuharap kakang patih suka menitahkan persiapan peninjauan itu" kata sang puteri. Tiba2 ia bertanya pula "Pada peninjauan nanti, kuminta kakang Aditya ikut serta" "Mohon dimaafkan, tuanku. Sebaiknya hamba tak ikut" di luar dugaan Adityawarman menolak. "Mengapa kakang ?" Rani Kahuripan heran. "Negara tak boleh sehari tiada rajanya" menerangkan Adityawarman "apabila tuanku mengadakan peninjauan ke telatah Kahuripan tentulah makan waktu berhari-hari. Dan selama ini tampuk pimpinan pemerintahan Kahuripan harus tetap berjalan. Manakala hamba ikut, bukankah Kahuripan akan kosong?" "Sungguh bijak pandangan kakanda" puji sang Rani setelah mendengar penjelasan. Iapun tak berani memaksa patih itu ikut "Baiklah, kakanda patih. Selama aku mengadakan peninjauan itu, memang tiada lain orang yang dapat menampung kepercayaanku untuk memimpin pemerintahan Kahuripan kecuali kakanda patih sendiri" Demikian setelah hari itu tiba, berangkatlah sang Rani bersama rombongannya untuk mengadakan peninjauan ke daerah2, desa2 dan berziarah ke candi2, mengunjungi asrama2 para pendeta dan brahmana, sudharmma2 atau rumah2 suci. Rani Tribuanatunggadewi naik sebuah ratha atau kereta yang berbentuk seekor garuda. Titian ratha sang Rani it«u http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ disebut Garudaninditya. Dipulas dengan warna kuning emas bersalut merah Jingga dan dihela oleh empat ekor kuda tegar dari tanah Dompo (Sumbawa), Sadomas atau empatpuluh prajurit berpakaian lengkap, mengiring di belakang ratha sang Rani. Sepintas pandang, apabila rombongan puteri agung itu meluncur di-sepanjang jalan, ditingkah sinar Surya yang gemilang, tampaklah seperti sang Betari Kama Ratih sedang bercengkerama di mayapada..... Senopati yang mengepalai rombongan pengiring sang Rani itu berpangkat rangga, yakni Rangga Tanding. Seorang panglima setengah tua yang kenyang makan asam garam dalam pertempuran. Sesungguhnya dia adalah orang kepercayaan patih Aluyuda untuk mengawasi gerak gerik sang Rani Kahuripan. Tetapi dalam hati kecil, rangga Tanding itu tak suka kepada patih Aluyuda. Apalagi setelah tahu akan perbuatan patih Aluyuda yang gemar mengadu domba dan memfitnah, diam-diam hatinya menentang. Namun karena dalam keadaan terpaksa, ia masih belum berani berbuat atau menyatakan sikap keras dan menentang patih itu. Ia gembira sekali karena dipindah ke Kahuripan mengikuti sang puteri. Perintah patih Aluyuda supaya ia mengirim laporan apabila puteri itu sampai melakukan gerak gerik untuk menentang baginda, walaupun mulutnya mengiakan tetapi dalam arti ia menertawakan patih itu. Kali ini ia mendapat kesempatan untuk menyiasati patih itu. Ia hendak mengunjukkan pengabdiannya kepada sang Rani. Laporan2 yang diberikan kepada patih itu, tentu akan lain dari kenyataannya. Gemparlah rakyat di Rani. Berduyun-duyun pengareng areng' atau hasil bumi, ternak dan Kesemuanya itu oleh



desa yang menerima kunjungan sang mereka menghaturkan 'gelondong bulu bekti kepada sang Rani, berapa buah-buahan hasil tanaman mereka. kepala desa diperuntukkan untuk



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mengadakan pesta besar menghormati kunjungan sang Rani yang mereka cintai. Apabila tiba di candi maka Ranipun singgah untuk melakukan upacara sesaji. Memohonkan berkah keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Bila mengunjungi asrama kebikuan maupun kebrahmana-an, maka para biku pendeta dan brahmana wipra, selalu mengadakan upacara doa suci untuk memanjatkan permohonan kepada Dewata, agar sang Rani selalu diberkahi dengan keselamatan dan kesentausaan untuk memegang tampuk pemerintahan. Tak terperikan sukacita sang Rani melihat penyambutan rakyat di daerah2 itu. Memang sesungguhnya rakyat lebih mencintai dan setya kepada puteri Tribuanatunggadewi daripada kepada baginda Jayanagara. Puteri Tribuanatunggadewi adalah puteri raja Kertanagara dari kerajnan Singosari dan permaisuri dari rajakulakara Majapahit yakni rahyang ramuhun Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardana. Sedang Jayanagara adalah putera baginda Kertarajasa Jaywardana dari permaisuri Indreswari, puteri dari tanah Melayu yang semula bernama Dara Petak. Dan rakyatpun mendengar tentang derita bathin yang dialami kedua puteri itu dari perlakuan Jayanagara yang tak senonoh. Rasa tak puas di kalangan rakyat terhadap Jayanagara makin besar, sedang rasa sayang terhadap sang puteri makin meluap. Bagi Rani Kahuripan, bukan pesta pora, bukan upacara sesaji memintakan berkah dari para pendeta dan brahmana, bukan pula segala persembahan bulu bekti, melainkan penyambutan yang hanya dari rakyat. Penyambutan itu bermakna, suatu sikap yang menyatakan rasa kesetyaan dan pengabdian rakyat kepada sang Rani. Dan hal itu menjadi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sebuah jembatan yang menghubungkan dan mendekatkan hati rakyat kepada sang Rani. Demikian setelah beberapa hari dalam perjalanan pada hari itu rombongan puteri agung itu tiba di desa Tebu. Setelah bermalam sehari, keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan lagi ke selaian. Tak berapa lama mereka memasuki hutan Pandawa. Rani Kahuripan tertarik akan keindahan alam hutan itu. Dilihatnya binatang2 kijang berlari-larian di sepanjang sebuah danau. Rusa2 berkeliaran di semak dan kelinci2, kera dan beraneka unggas banyak menghuni dalam hutan iiu. "Paman Tanding, aku hendak berburu di hutan ini" kata sang Rani kepada rangga Tanding. Walaupun kedudukan sebagai seorang Rani atau raja puteri, namun puteri Tribuanatunggadewi tetap bersikap ramah kepada orang sebawahannya. Kepada patih Tanding, ia berbahasa dengan sebutan ‘paman' . Sikap itulah yang membuat rangga Tanding benar2 takluk dalam kepatuhan dan kesetyaan yang tulus ikhlas. Demikianpun dengan para narapraja pemerintahan Kahuripan. Mereka sesungguhnya adalah orang2 yang ditanam patih Aluyuda untuk memata-matai gerak gerik Rani Kahuripan. Tetapi akibatnya hati mereka terpikat oleh keramahan dan keluhuran budi sang Rani. "Mana2 titah gusti, tentu akan hamba laksanakan" sembah patih Tanding. Ia lalu memerintahkan anak buahnya untuk mendirikan perkemahan, semacam pesanggrahan di hutan Pandawa situ. Setelah kemah selesai dibangun, maka mulailah sang Rani melakukan perburuan. Sebelum berangkat Rani memberi perintah “Agar binatang perburuan itu tak terkejut dan melarikan diri, sebaiknya jangan-lah kita berkelompok dalam http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jumlah besar. Maka dalam perburuan ini, aku mempunyai rencana yang menarik, paman Rangga. Tak usah para prajurit mengawal aku, cukup paman beserta dua tiga orang sajalah yang menyertai aku. Sedang prajurit2 yang lain, kuberi kesempatan untuk mengadakan perburuan juga. Bahkan untuk memberi perangsang, kepada yang dapat berburu binatang yang paling besar, paling liar dan buas dia akan kuberi hadiah" Tatkala hal itu disampaikan oleh Rangga Tanding kepada anakbuahnya, mereka bersorak gegap gempita. Gembira dan menyalalah semangat prajurit2 itu. Hadiah dari sang Rani merupakan kebanggaan bagi setiap prajurit. Demikian setelah sang putri berangkat dengan hanya diiring oleh Rangga Tanding dan dua orang prajurit yang gagah perkasa, prajurit yang lainpun segera mulai melakukan perburuan. Tak berapa lama setelah menyusup hutan maka berhentilah sang Rani. Dia memberi isyarat kepada pengikutnya supaya berdiam diri. Sambil memandang ke atas sebatang dahan pohon yang tinggi, ia mulai memasang anakpanah pada busurnya. Ternyata yang hendak dipanah sang Rani itu adalah seekor burung kepodang. Tali busur sudah direntang, arahpun sudah dibidik, hanya tinggal melepaskan tangan maka anakpanah tentu akan meluncur kearah burung itu. Dan rupanya burung itu tak menyangka bahwa jiwanya sedang terancam maut. Dia masih merenung diam seolah-olah menunggu sesuatu. Tepat pada d etik jari sang Rani hendak melepas tali busur, sekonyong konyong melayanglah seekor burung berbulu kuning kearah burung kepodang tadi. Kedatangan burung, itu disambut dengan kicau riang gembira oleh burung kepodang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tadi. Mulutnya mematuk sekeping makanan. Selekas hinggap disisi kep6dang pertama, kepodang itu segera menyusupkan makanan di perutnya, ke mulut kepodang pertama. Ternyata kepodang yang hendak dipanah sang Rani seekor betina dan yang datang itu kepodang jantan. Sang Rani tertegun dan tak jadi lepaskan busur. Dilihatnya tingkah laku sepasang kepodang yang sedang berkasihkasihan itu. Sehabis melolohkan makanan, kepodang jantan lalu berbunyi dengan suaranya yang merdu. Kemudian sehabis menelan makanan dari si jantan, si betinapun lalu menutuli kepala, leher dan tubuh si jantan. Rupanya betina itu sedang membersihkan kotoran bahkan mungkin kutu di tubuh sang kekasih. Mereka tampak amat bahagia sekali .... Rani Kahuripan tundukkan kepala. Anakpanah yang sudah siap dibidikkan itupun dilepas lagi. Ia tak jadi memanah burung kepodang itu. "Mengapa tuanku tak jadi memanah burung itu" tanya rangga Tanding dengan agak heran. Rani Kahuripan menghela napas, wajahnya bertebaran warna merah semu. Lalu mengulum seulas senyum "Paman Tanding, mereka adalah sepasang burung yang sedang berkasih-kasihan. Mengapa harus kuganggu kebahagiaan mereka, paman? Kalau kupanah yang betina, bukankah yang jantan akan bersedih hati dan mengutuk kepadaku?" Rangga Tanding tertawa "Burung adalah bangsa khewan, mahluk yang terendah martabatnya. Bagaimana mungkin mereka akan mengutuk tuanku?" Berkata sang Rani dengan kerut wajah bersungguh: "Dari eyang resi yang mengajar ilmu kepandaian membaca dan menulis, dahulu aku sering mendengarkan beliau bercerita. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Menurut cerita, pada jaman dahulu Sang prabu Pandudewanata ketika berburu, telah memanah mati seekor rusa yang sedarg bercumbu-cumbuan dengan sang betina. Rusa jantan itu mati dan meninggalkan kutukan. Apabila sang prabu menggauli isterinya, dia akan segera mati. Sang prabu menyesal dan berduka. Ia mengambil keputusan untuk bertapa menebus dosa. Kedua permaisurinya Dewi Kunti dan Dewi Madri menyertai Sri Pandu ke dalam hutan. Setelah sekian lama bertapa, akhirnya ia terpengaruh juga oleh nafsu yang lazim dipunyai seorang lelaki. Pada saat ia berkumpul dengan permaisuri Dewi Madri, seketika itu juga ia meninggal dalam pelukan sang permaisuri. Demikianlah paman. Walaupun khewan tetapi mereka juga titah Hyang Widdhi. Apa beda rusa jantan yang dipanah oleh Sri Pandudewanata dengan burung kepodang yang hendak kupanah tadi?" Walaupun dalam hati agak kurang yakin akan hal itu namun diam2 Rangga Tanding memuji keluhuran budi sang Rani yang menjunjung sifat2 Welas Asih terhadap setiap titah .... Demikian mereka melanjutkan pula menyusup ke dalam hutan. Sang Rani ingin sekali menemukan harimau. Ia anggap harimau itu binatang buas yang mengganas sesama penghuni hutan. Tetapi yang dicari tak bersua, seolah-olah raja hutan itu sudah mempunyai naluri tajam. Tak berani menampikkan diri di hadapan seorang putri utama. Tiba di ujung hutan mereka melihat sebuah danau. Kembali sang Rani berhenti dan memberi isyarat kepada pengiringnya supaya berhenti. Sang Rani siapkan pula busur dan anakpanah. Di tepi danau yang tak berapa jauh tampak seekor rusa sedang minum air. Rani Kahuripan tertarik akan kemolekan kulit rusa yang penuh bintik2 kembarg. Ketika ia mengambil arah dan siap lepaskan anakpanah, tiba2 muncullah dua ekor rusa kecil menghampiri rusa yang tengah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ minum itu. Dengan serta merta kedua ekor rusa kecil itu segera susupkan kepalanya ke perut rusa. Ah, kedua rusa kecil itu sedang menyusu induknya. Induk rusa menjilat jilat tubuh kedua anaknya itu dengan penuh kemesraan . . . Kembali sang Rani batalkan rencananya untuk membunuh induk rusa itu. la menghela napas kecil. "Bukankah gusti tak sampai hati membunuh induk rusa itu?" tanya Rangga Tanding. "Kalau induknya mati kupanah, bukankah aku berdosa kepada kedua anak rusa itu karena mereka pasti akan mati kelaparan, paman ?" sahut sang Rani "walau manusia dengan khewan, tetapi aku dan induk rusa itu juga bangsa wanita. Bagaimana mungkin aku sampai hati untuk membunuh seekor induk yang sedang menyusui anak-anaknya!" Rangga Tanding benar2 takluk dalam hati akan keluhuran sang Rani yang amat tinggi rasa Welas Asihnya itu. Kemudian ia bertanya "Apabila tuanku selalu memiliki pertimbargan demikian, dapatkah tuanku nanti akan memperoleh binatang perburuan?" Rani Kahuripan tertawa "Berburu adalah semacam hiburan untuk mendekatkan kita pada alam. Untuk melatih ketangkasan memanah atau menombak mangsa yang kita buru itu, kiranya masih ada lain sasaran" Rangga Tanding tak mengerti jelas apa yang dimaksud sang Rani. Tak berapa lama melanjutkan perjalanan, tiba2 Rani berhenti dan mengambil busur "Lihatlah, paman, bibit buah maja yang kecil dan tergantung di cabang pohonnya yang tertinggi itu, akan kupanah agar aku dapat berlatih ilmu yang sudah lama tak kugunakan itu" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rangga Tanding agak terkesiap. Pentil buah maja yang disebut sang Rani itu amat tinggi dan teraling oleh cabang serta ranting2 yang cukup lebat. Ia sangsi adakah sang Rani dapat memanah pentil buah itu. Ketika anakpanah terlepas dari busur sang Rani, terdengarlah Rangga Tanding dan kedua prajurit, berteriak kaget "Hebat! Ilmu memanah gusti benar2 luar biasa.....!” Ternyata yang dipanah sang Rani itu adalah tangkai pentil maja. Tangkai sudah tentu jauh lebih kecil dari buahnya. Namun anakpanah itu berhasil mengenai tangkai dan gugurlah pentil mrja itu ke tanah. Rani Kahuripan memerintahkan prajurit untuk mengambil pentil maja itu. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Karena hari sudah petang, mereka kembali ke pesanggrahan dengan hasil perburuan sebuah pentil buah maja..... Ketika malam tiba, rombongan prajurit yang berburu tadi, pun sudah berbondong-bondong pulang dengan membawa hasil perburuannya. Malam itu, sang Rani membuka sidang kecil untuk membagi hadiah dari sayembara yang diadakan siang tadi. Setiap prajurit mempersembahkan hasil perburuannya. Berjenis-jenis binatarg telah dapat diperoleh. Akhirnya sang Rani memutuskan bahwa prajurit yang memburu harimau dan ular besar, diberi hadiah uang masing2 rong tali atau duaribu. Demikian yang lain2 juga diberi hadiah hiburan menurut besar kecil nilai ukuran yang ditentukan dalam sayembara. Sekalian prajurit bersukacita atas pemberian hadiah dari sang Rani itu. Setelah rasa kegembiraan hati mereda, timbulah rasa ingin tahu dalam hati mereka, apakah hasil perburuan yang diperoleh Sang Rani sendiri. Namun tiada seorangpun yang berani menanyakan hal itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tuanku" akhirnya seorang prajurit yang menjadi kepercayaan rangga Tanding bertanya kepada rangga itu "apakah gerangan hasil perburuan gusti puteri?" Rangga Tanding mengulum senyum. Setelah memberi isyarat kepada anakbuahnya supaya diam, maka ia berseru lantang "Dengarkanlah hai para prajurit Kahuripan yang mengiring perlawatan seti raja puteri. Janganlah hendaknya kalian berbangga karena telah menerima hadiah dari junjungan kita sang Rani Kahuripan. Dalam hal itu gusti puteri kita hanya ingin menetapi janji kepada kalian. Sesungguhnya menurut penilaian, tiada seorang dari kalian yang mampu menandingi hasil perburuan gusti puteri . ..." Sekalian prajurit terbeliak kejut. "Itulah hasil perburuan paduka yang mulia Rani Kahuripan" seru Rangga Tanding seraya menunjuk pada sebuah pentil buah maja yang terletak di atas tilam kencana "gusti Rani dengan tepat mengarahkan anakpanahnya ke arah tangkai pentil maja yang tergantung di puncak pohonnya. Dapatkah kalian menyamai kesaktian ilmu memanah sedemikian itu?" Rangga Tanding lalu menuturkan semua peristiwa yang dialaminya ketika mengiring sang Rani dalam perburuan siang tadi. Mendengar itu serta merta sekalian prajurit berlutut menyembah ke arah sang Rani dan serempak mengumandangkan doa pujian yang menggemuruh "Dhirgahayu prabu puteri Tribuanatunggadewi, Rani Kahuripan yang kami muliakan! Kami bersedia mengabdikan jiwa raga ke hadapan duli tuanku puteri!" Agak tersipu-sipu sang Rani menerima sembah pujian dan pernyataan pengabdian dari prajurit2 itu. Ia segera http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ memerintahkan membuka perjamuan untuk menghibur para prajurit. Keesokan harinya sang Rani menitahkan supaya membongkar perkemahan. Setelah itu merekapun berangkat melanjutkan perjalanan pula. Saat itu sang Surya masih belum berapa tinggi ketika roda2 dari ratha Garudaninditya yang membawa Rani Kahuripan mulai berputar dan meluncur di jalan belahan hutan Pandawa. Pada waktu ratha masih berada di tengah hutan yang lebat dengan semak belukar dan gerumbul pohon, sekonyongkonyong timbullah suatu peristiwa aneh yang menggemparkan. Dari samping kanan dan kiri jalan yang penuh semak gerumbul, meluncurlah berpuluh-puluh ekor ular, besar kecil, panjang pandak, ketengah jalan dan menyerang rombongan puteri agung itu. Seketika keempat kuda ratha sang Rani melonjak-lonjak dan meringkik sekeras kerasnya lalu lari membinal. Para prajuritpun menjerit-jerit hiruk pikuk sambil sibuk membela diri dari serangan kawanan ular berbisa itu. Mereka tak sempat lagi untuk menolong ratha sang Rani yang meluncur kencang. Sais pun tak kuasa lagi menghentikan keempat kuda yang karena kakinya dililit ular, lari meliar seperti anakpanah lepas dari busurnya..... Berderak-derak roda ratha sang Rani menggelinding cepat di sepanjang jalan belahan hutan yang masih penuh dengan lekuk-lekuk naik turun. Rani Kahuripan terkejut. Ia hendak melongok dari jendela kereta untuk melihat apa yang telah terjadi. Akan tetapi karena gerbong kereta bergoncang keras dan deras, sang Rani tak kuasa menahan keseimbangan badan dan terpaksa harus mencekal bingkai jendela kereta erat2 sehingga tak sempat melihat keluar. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ratha sang Rani meluncur keras, setelah melintai ujung hutan, lalu menurun kearah lembah. Sais makin, pucat wajahnya. Ia tahu bahwa saat itu ia bertanggung jawab atas keselamatan jiwa raja puteri Kahuripan. Apabila terjadi sesuatu, ia pasti akan menerima hukuman mati. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha untuk menghentikan kereta itu. Tetapi tetap ia kewalahan menahan tenaga keempat ekor kuda yang terlanjur meliar. "Celaka . . . . !" tiba2 mulutnya mendesuh kejut dan wajahnya pucat lesi. Darahnya serasa berhenti dan mata membelalak lebar ketika melihat kereta meluncur makin turun dan menuju ke sebuah.....jurang! Dengan kerahkan seluruh sisa tenaga yang masih dimiliki, sais itu menarik tali kendali sekuat kuatnya. Sedemikian hebat ia menguras tenaga sehingga matanya sampai berbinar-binar dan kepala berdenyut denyut dirangsang ketegangan syaraf. Namun kereta tetap meluncur deras ke bawah..... Sais itu makin gugup dan bingung. Ia benar2 sudah kehilangan faham dan keputusan daya untuk menghentikan lari keempat kudanya. Huak .... karena menahan luapan kemarahan, ketakutan dan keputus-asaan, dadanya serasa meledak dan tiba2 segumpal darah meluap keluar dari mulutnya. Ia muntah darah..... Kepalanya makin pening dan pandang matanyapun makin gelap, tubuhnya gemetar keras. Pada saat ia hampir rubuh sekonyong2 dari balik sebuah gunduk batu besar, melompatlah sesosok tubuh seorang pemuda tanggung dan dengan sigap sekali pemuda tanggung itu menyongsong kedua ekor kuda depan. Ia loncat menerkam kulit perakit di bagian mulut kuda lalu menahannya. Tubuh pemuda tanggung yang tak dikenal itu ikut terseret beberapa belas langkah ke belakang. Tetapi http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jelas lari kuda makin lama makin pelahan dan beberapa langkah lagi, keempat ekor kuda itupun berhenti..... Sais terlongong-longong menyaksikan peristiwa luar biasa yang tak diduga-duga itu. Sampai beberapa jenak baru ia percaya bahwa ratha sang Rani benar2 telah berhenti karena ditahan seorang pemuda tanggung. Setelah pulih kesadarannya, cepat sais itu loncat turun. Lebih dulu ia membuka pintu ratha untuk menjenguk keadaan sang Rani. Rani Kahuripan tampak pucat tetapi tak kurang suatu apa. "Gusti" sais berdatang sembah dengan masih terengahengah "berkat lindungan Dewata, ratha paduka selamat dari malapetaka terguling ke dalam jurang . . . ." Rani Kahuripan menanyakan apakah yang telah terjadi tadi. Sais segera menghaturkan keterangan tentang munculnya secara tiba2 kawanan ular berbisa yang menyerang kuda dan para prajurit "Gusti.....sembah syukur hamba persembahkan kepada Dewata yang telah mengirim utusan untuk menolong ratha paduka" "Apa katamu ? Siapakah yang menghentikan kuda penghela ratha ini?" tanya sang Rani heran2 kaget. “Seorang pemuda tanggung, gusti. Entah dari mana datangnya, dia muncul dari balik gunduk batu dan terus loncat menghentikan kedua kuda di muka" "Oh, tirahkan dia menghadap ke mari" seru Rani Kahuripan. Tepat pada saat itu terdengar derap puluhan kuda lari menghampiri. Ternyata Rangga Tanding dengan rombongan prajurit2 datang menyusul. Setelah berhasil membasmi kawanan ular berbisa yang menyerangnya, mereka segera bergegas-gegas mengejar ratha sang Rani. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Jatra, bagaimana gusti Rani!" selekas tiba Rangga Tanding segera berseru kepada sais ratha. Belum sais menyahut. Rani Kahuripan sudah melongok keluar jendela dan berseru "Aku tak kurang suatu a-pa, paman. Lalu bagaimana dengan para prajurit?" Rangga Tanding menerangkan bahwa para prajurit terkejut dan lari pontang panting. Tetapi setelah dapat menguasai diri, inerekapun segera membasmi kawanan ular itu. Kemudian sang Rani menitahkan memanggil anak yang menghentikan ratha tadi. Tak berapa lama, sais Jantra mengiring seorang pemuda tanggung, kira2 berumur dua tigabelas tahun. Tubuhnya kekar, mata bundar, dahi lebar. Serta merta anak itu berlutut, duduk menyembah sang Rani. “Engkaukah yang dapat menghentikan ratha ini?" tegur sang Rani. "Benar, gusti . . ." sahut anak itu agak tersipu ketakutan. "O, kuat benar engkau, anakmuda" seru sang puteri "aku adalah Rani Kahuripan. Besar sekali jasamu menolong jiwaku. Siapakah namamu ?” "Hamba bernama Dipa. Tetapi orang lebih suka menyebut dengan nama Gajah" Sang Ranipun tersenyum, demikian dengan sekalian orang. Mereka mendapat kesan bahwa anak itu seorang anak desa yang jujur dan kemalu-maluan. "Dari desa mana asalmu ?" tanya sang Rani pula, "Kata nenek, hamba dilahirkan di desa Mada..." Rani Kahuripan kerutkan kening, mengulang "Kata nenek? Lalu ke manakah kedua orang tuamu?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Entah, gusti. Sejak kecil hamba sudah tinggal bersama nenek" "Tidakkah engkau tanyakan pada nenekmu tentang ibu bapamu?" sang Rani makin tertarik perhatiannya. "Karena masih kecil hamba belum mempunyai pengertian demikian. Setelah agak besar, memang hamba hendak menanyakan hal itu tetapi nenek keburu meninggal ...." Rani Kahuripan menghela napas rawan "Ah, kasihan engkau, anak. Lalu mengapa engkau berada di lembah ini ?" Dipa mengatakan bahwa ia memang hendak mengembara. Terutama hendak melihat pura kerajaan. "Apa tujuanmu ke pura kerajaan?" "Hamba hendak mencari seorang kenalan yang pernah menolong diri hamba, seorang brahmana muda" Rani Kahuripan mengangguk "Dipa, terimalah uang ini sebagai tanda terima kasihku kepadamu" "Dipa, sejak saat ini kuangkat engkau menjadi prajurit Kahuripan dan kuberi anugerah nama Kerta Dipa" titah Rani Kahuripan puteri Tribuanatunggadewi seraya menyerahkan sebentuk cincin "dan cincin ini adalah selaku tanda pengangkatanmu sebagai prajurit Kahuripan,. terimalah.......” "Hamba mempersembahkan beribu terima kasih, gusti. Tetapi beinar2 hamba tak berani menerima anugerah paduka. Brahmana kenalan hamba itu mengajarkan bahwa menolong orang yang tertimpah kesusahan itu adalah wajib. Tak boleh memiliki pamrih lain . ..” Rani Kahuripan mengangguk "Itu memang benar. Sekarang begini Dipa. Engkau menolong aku karena merasa wajib demi melihat ratha ini hampir meluncur ke jurang. Akupun akan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ meringankan penderitaanmu karena aku merasa wajib menolong seorang kawula kerajaanku yang sedang dirundung papa. Jadi pemberianku ini jangan engkau artikan sebagai hadiah karena pertolonganmu tadi. Melainkan karena wajibku seorang yang berkuasa menolong yang lemah ..." "Tidak gusti," Dipa tetap menolak "hamba menolong menghentikan kuda binal itu karena jelas ratha paduka akan dibawa ke dalam jurang. Paduka hendak menolong hamba karena menganggap hamba tentu menderita hidup. Tetapi sudah sejak lahir, hamba bergelimpangan dalam genangan papa derita. Jadi papa itu adalah kelahiran hamba dan derita itu kehidupan hamba. Hamba sama sekali tak merasa menderita..” "Bagaimana engkau dapat mengembara tanpa membawa bekal?" Rani Kahuripan makin bersitegang. “Asal ringan tangan membantu pekerjaan setiap rumah yang hamba datangi, hamba tentu diberi makan" Rani Kahuripan benar2 keputusan akal untuk memaksa Dipa mau menerima hadiah uang. Rangga Tanding dan sekalian prajurit geleng2 kepala. Mereka anggap Dipa bodoh tetapi berhati polos, berwatak jujur. Akhirnya setelah merenung sejenak, sang Rani tiba2 berkata "Dipa, maukah engkau menjadi prajurit di Kahuripan ikut padaku?" "Sendiko, gusti" serta merta Dipa menyembah. Memang ia bercita-cita menjadi prajurit bhayangkara negara "tetapi mohon ampun, gusti. Bila sekarang hamba belum sanggup karena harus mencari kenalan hamba brahmana di pura kerajaan Majapahit itu dulu"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tak apa, Dipa. Carilah dahulu brahmana itu. Setelah itu baru engkau mulai tugasmu sebagai prajurit Kahuripan" Rani Kahuripan meluluskan pula. Kemudian ia berpaling ke arah Rangga Tanding dan para prajurit sekalian. "Paman Rangga Tanding dan para prajurit sekalian, dengarkanlah keputusanku. Dipa ini kuangkat sebagai prajurit Kahuripan dan kuhadiahi nama K e r t a D i p a" Sekalian prajurit berlutut dan menyambut keputus-an sang Rani dengan sorak bergelora..... "Kerta Dipa" kata sang Rani pula kepada Dipa "terimalah cincinku ini selaku tanda bahwa engkau seorang prajurit Kahuripan. Setelah urusanmu selesai, segeralah engkau datang ke Kahuripan. Tunjukkan cincin ini kepada senopati Kahuripan yalah paman Rangga Tanding ini agar engkau dibawa menghadap kepadaku. Dan uang ini juga harus engkau terima sebagai pengukuh pengangkatanmu sebagai prajurit Kahuripan. Jika engkau menolak, engkau akan menerima hukuman!" Dipa terlongong longong...... O0o-dw-o0O



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jilid 11



I CAKRAM ANA HATA atau pusat jantung, merupakan sumber kehidupan jiwa manusia. Denyut2 jantung melancarkan peredaran darah, membentuk perasaan, menimbulkan pikiran dan melahirkan keinginan2. Selama jantung masih berdetak, berderai-derailah nafsu Keinginan manusia bagaikan arus sungai yang tak pernah berlabuh di pantai kepuasan..... Sebanyak jenis ragam Keinginan, sebanyak itu pula ragam dan cara manusia untuk mencapainya. Pada umumnya, Keinginan itu tentu bersifat Memiliki, bernaluri Penguasaan dan bertujuan mencari Kepuasan. Jarang kiranya suatu Keinginan seperti yang dikandung sang Rani Kahuripan Dyah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ puteri Tribuanatunggadewi Jayawisnuwardhani. Keinginannya yalah hendak memberi hadiah kepada Dipa. Tetapi dalam bentuk dan ragam apapun jua, karena Keinginan itu mempunyai hakekat mencari Kepuasan, apabila tak tercapai tentu menimbulkan kekecewaan hati. Dimikian dengan sang Rani. Puteri itu kecewa karena keinginannya hendak memberi balas jasa kepada Dipa, ditolak anak itu. Dua macam perasaan menghantui pikiran dua insan. Yang memberi dan yang hendak diberi, yalah Rani Kahuripan dan Dipa. Penolakan Dipa untuk menerima hadiah uang, telah menyebabkan sang Rani kecewa. Bukan rasa kecewa karena hati penasaran melainkan kecewa karena tak dapat membalas jasa anak itu. Bagi Tribuanatunggadewi sang puteri utama, Budi adalah sebuah mahkota yang dijunjung diatas kepala. Cinta kasih sebagai baju keratuan yang melambangkan Keagungan. Dan Kebaikan sebagai tongkat kekuasaan untuk menjalankan dharma seorang raja puteri yang mengayomi seluruh kawula. Beda pula dengan letupan dalam hati Dipa. Dalam sepanjang kehidupannya, belum pernah ia berjumpa dengan seorang manusia, apalagi seorang raja puteri, yang hendak memberi hadiah secara paksa. Dahulu semasa masih menjadi penggembala di tempat buyut Madan Teda, belum pernah ia menerima hadiah uang. Yang diterimanya hanyalah sepinggan nasi, seperangkat pakaian dan hardik makian ... Rani Kahuripan terkejut karena belum pernah berjumpa dengan seorang anak yang tak mau menerima hadiah uang sedemikian besarnya. Dipapun terlongong heran karena belum pernah bersua dengan seorang yang bersikeras hendak memberinya uang.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesungguhnya Dipa tetap akan berpegang pada pendirian atas ajaran brahmana Anuraga tetapi ketika sang Rani menggunakan hak sebagai seorang junjungan kepada prajurit bawahannya, Dipa tak dapat melepaskan diri lagi. "Duh, gusti puteri" Dipa memberi sembah "alangkah besar budi paduka terhadap diri hamba, seorang anak gunung. Tetapi gusti, hamba merasa kuatir. ..” Rani Kahuripan heran mendengar ucapan anak itu "Apakah yang engkau kuatirkan?" "Begini, gusti" jawab Dipa "hamba seorang anak desa yang hendak menuju ke pura kerajaan. Tempat yang baru pertama kali ini hendak hamba lihat. Menurut keterangan brahmana Anuraga, di pura kerajaan, penuh dengan pembesar yang berpangkat tinggi, senopati yang berkuasa, kepala2 agama dan para narapraja. Pura kerajaan berhias istana Tikta Sripala yang indah megah. Merupakan pusat pemerintahan yang amat ramai dan makmur ...." "Benar" Rani Kahuripan mengiakan "memang demikianlah keadaan pura Tikta Sripala itu" "Tetapi gusti, dicelah celah kemegahan dan keramaian itu, pura kerajaanpun menjadi pusat gerak gerik dari beberapa golongan. Yang menentang baginda, yang ingin merebut kekuasaan, yang memburu kedudukan dan yang tak suka kerajaan Majapahit tumbuh subur. Pura kerajaan menjadi kedung pertikaian dan pertentangan dari orang2 itu ...." Rani Kahuripan agak terkesiap "Eh, Kerta Dipa, engkau mengatakan belum pernah ke pura kerajaan tetapi mengapa engkau dapat menceritakan keadaannya?" Dipa memberi sembah pula "Memang sesungguhnya, gusti, hamba belum pernah melihat wajah dan keadaan pura http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kerajaan. Apa yang hamba katakan tadi adalah menurut centa dari paman brahmana Anuraga itu" "O" desuh sang Rani "rupanya brahmana itu amat sayang kepadamu, Dipa. Ia menceritakan segala apa kepadamu. Berapa usianya? Kelak apabila engkau berjumpa padanya ajaklah ia ke Kahuripan menghadap aku. Dia tentu seorang brahmana yang luas pengetahuan" "Paman brahmana Anuraga masih muda, sederhana dan ramah" kata Dipa "baiklah, gusti, akan hamba ajak brahmana itu menghadap tuanku" Rani Kahuripan tak berkata kata. Hanya wajahnya tampak agak bersemu merah. "Apakah hubungan kekuatiranmu dergan keadaan di pura kerajaan itu, Dipa?" selang beberapa saat kemudian bertanyalah sang Rani. "Pada hemat hamba, apabila hamba membawa sekian banyak uang yang paduka anugerahkan itu, tentulah akan membahayakan diri hamba. Uang itu akan mengundang orang jahat untuk mencelakai hamba. Bahwa hamba seorang anak desa memiliki sekian banyak uang, tentulah akan menimbulkan kecurigaan orang. Mungkin hamba akan dituduh sebagai pencuri dan ditangkap” Rani Kahuripan tak menjawab kecuali mendesuh pelahan. Memang pernyataan anak itu beralasan juga. Dan ia cukup tahu bagaimana sikap dan sepak terjang para penguasa di pura kerajaan itu. Kecewa dan penasaranlah sang Rani karena siasatnya untuk memberi hadiah kepada Dipa dengan disertai ancaman hukuman, tetap terbentur karang kegagalan. Dan ia menyadari pula, bahwa apabla ia tetap hendak memaksa,



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ bukan tujuannya menolong akan tercapai tetapi kebalikannya bahkan akan mencelakai diri anak itu. Karena keputusan akal, sang Rani berpaling kepada Rangga Tanding "Paman, bagaimanakah pendapat paman untuk mengatasi persoalan ini?" Rangga Tanding tersipu-sipu menghaturkan sembah "Pada hemat hamba, Dipa tak boleh menolak anugerah paduka. Kirena penolakan itu dapat dianggap suatu penghinaan terhadap raja. Tetapi kitapun tak dapat menutup kenyataan akan akibat2 yang akan diderita anak itu. Maka sebagai jalan tengah, hamba mohon mengunjuk saran. Dipa harus menerima anugerah paduka hanya saja jumlahnya dikurangkan" "Tepat, paman Tanding" ujar sang Rani "hal itu memang sesuai dengan pikiranku" Demikian kepada Dipa, diberikanlah uang sekedarnya sebagai bekal dalam perjalanan ke pura kerajaan. Kemudian setelah hal itu selesai, Rani Kahuripanpun mempersilahkan Dipa melanjutkan peijalanannya. Setelah Dipa pergi, Rani Kahuripan mengutarakan kandungan hatinya "Paman Tanding, menurut naluriku, dalam peristiwa munculnya beratus-ratus ekor ular yang berbisa tadi, tentulah bukan merupakan suatu kejadian yang wajar. Kurasa tak mungkin beratus ratus ular dari berbagai jenis, akan muncul dengan serempak pada saat yang bersamaan. Tentulah binatang-binatang itu dilepas oleh tangan jahil dari manusia yang hendak mencelakai rombongan kita" "Benar, gusti" sahut Rangga Tanding "hambapun mempunyai perasaan demikian. Kawanan ular itu berjumlah



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ratusan ekor dan terdiri dari berbagai jenis. Tak mungkin mereka akan berkumpul bersama untuk menyerang kita" "Hm” Rani Kahuripan mendesuh pelahan lalu berdiam diri sampai beberapa saat "Aneh . .. siapakah yang memusuhi diriku ? Seingatku, aku tak pernah melakukan perbuatan yang dapat menyebabkan orang begitu mendendam sehingga hendak melakukan pembunuhan terdapat diriku ...." gumamnya seorang diri. "Gusti puteri" tiba2 Rangga Tanding bersambut kata "untuk menimbulkan dendam seseorang, bukanlah karena kita pernah menyakiti hatinya atau melakukan sesuatu perbuatan yang mencelakainya" "O, aneh" desis sang Rani "kalau kita tak menghina atau mencelakai orang, betapa mungkin orang akan mendendam sakit hati terhadap kita?" "Hal itu mungkin saja terjadi, gusti" kata Rangga Tanding "misalnya begini. Hamba diangkat sebagai kepala pasukan Kahuripan, menjaga dan melindungi keselamatan gusti serta tanah Kahuripan. Walaupun hamba tak pernah berbuat salah terhadap orang, tetapi orang dapat mendendam kepada diri hamba karena merasa kecewa, iri dan marah atas pengangkatan diri hamba itu. Untuk melampiaskan rasa ketidak-puasan hati, ada kalanya mereka tak segan2 membunuh hamba atau mencelakai diri hamba" "Ya, benar juga ucapanmu itu, paman" kata Rani Kahuripan "bertolak pada alasan yang engkau ungkapkan itu, tentulah ada sementara orang yang tak puas atas duduknya diiiku sebagai Rani di Kahuripan. Beuarkah begitu, paman Tanding?" "Benar, gusti"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi pengakatanku sebagai rani di Kahuripan itu adalah atas titah adindaku baginda Jayanegara sendiri?" Rangga Tanding mengiakan. "Siapakah menurut pandangan paman, yang tak puas atas pengangkatanku itu?"Rani Kahuripan bertanya letbih lanjut. Rangga Tanding terkesiap. Jantungnya mendebur keras. Pikirannya menimang nimang, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan sang puteri. Adakah ia harus membuka rahasia dari tindakan patih Aluyuda yang menempatkan dirinya di Kahuripan agar dapat memata-matai gerak gerik puteri itu? Memang benar, ia sudah sadar dan tak senang atas perbuatan patih Aluyuda selama ini. Begitu pula, iapun sudah berjanji dalam hati untuk melindungi putri Tribuanatunggadewi sang Rani Kahuripan dengan memberi laporan2 yang tak sesuai kepada patih Aluyuda. Adakah andai ia memberi keterangan terus terang tentang sepak terjang patih Aluyuda kepada Rani Kahuripan, akan dapat menolong keselamatan puteri itu? "Ah, kurasa belum tiba saatnya" akhirnya ia menyimpul keputusan dalam hati "biarlah rahasia patih itu tak kuceritakan kepada sang puteri. Cukup kuatasi sendiri. Dengan begitu aku masih tetap dianggap sebagai orang kepercayaan oleh patih dan dapat mengetahui segala tindakan yang akan direncanakan terhadap gusti Rani Kahuripan" "Ampun gusti" cepat ia mengatar dalam penyahutannya "pada hemat hamba memang tentu ada orang yang tak puas atas pengangkatan paduka sebagai yang dipertuan daerah Kahuripan. Tetapi siapa dan golongan mana yang mengandung perasaan tak senang itu, hamba belum mengetahui pasti. Dalam pura kerajaan bertebaran orang2 dan golongan2 yang hendak mengacau kewibawaan kerajaan. Tetapi yang jelas, orang yang melepas gerombolan ular http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ berbisa itu, tentulah fihak yang tak senang kepada padaku. Hemat hamba, orang atau golongan yang tak suka kepada gusti, cenderung termasuk pada golongan yang mendukung baginda Jayanagara.. . . ?” Rani Kahuripan kerutkan sepasang alisnya yang indah bagai bulan tanggal satu "Tetapi paman" ujarnya sesaat kemudian "pengangkatan diriku sebagai rani di Kahuripan ini sesungguhnya mengandung tujuan tersembunyi untuk menyingkirkan diriku dari tampuk pimpinan pusat kerajaan. Kedua kalinya, untuk menenteramkan kegelisahan dan kekecewaan rakyat yang nyata2 sebagian besar masih setya kepadaku ...." Rani Kahuripan berhenti sejenak untuk menyelimpatkan pandang mata ke arah rangga Tanding. Dilihatnya rangga itu mengangguk angguk kepala. "Aku menyadari hal itu, paman. Tetapi apa dayaku? Walaupun aku keturunan dari bunda Tribuana, puteri nenekda baginda Kertanegara, namun aku hanya seorang puteri. Ayahda baginda Kertanegara lebih senang mengangkat puteranya sebagai raja. Dalam hal itu, tidak setitikpun dalam hati aku memiliki rasa tak puas. Karena walaupun berlainan bunda, tetapi baginda Jayanegara itu adalah adindaku ...." "Benar gusti" sembah rangga Tanding. "Oleh karena itu maka kuterima dengan lapang hati pengangkatanku sebagai rani di Kahuripan itu" sang rani melanjutkan ucapannya pula "dan jelas pengangkatan itu disetujui oleh baginda Jayanegara sendiri. Tetapi mengapa masih ada orang atau golongan yang tak puas kepada diriku, paman?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh gusti junjungan hamba" sembah rangga Tanding "memang manusia itu gemar berhamba pada Nafsu dan Keinginan. Tetapi hamba percaya, gusti, betapa pahit dan sukar jalan kehidupan yang akan kita derita, namun akhirnya Kejahatan selalu terkalahkan oleh Kesucian, Keculasan oleh Kebenaran dan Kelaliman oleh Kebijaksanaan ...." Rani Kahuripan membenarkan ucapan rangga itu "Semoga Hyang Widi dan Dewata melimpahkan berkah kekuatan kepadaku agar dapat melintasi segala coba dan derita yang akan menimpa diriku" "Hamba dan seluruh prajurit serta rakyat Kahuripan akan selalu setya mengabdi kepada gusti" sambut rangga Tanding. "Terima kasih, paman" ujar sang Rani "marilah kita lanjutkan perjalanan pulang ke Kahuripan. Kuharap paman meningkatkan kewaspadaan dan mudah-mudahan kita takkan menemui aral rintangan dalam perjalanan" Rombongan puteri agung itupun melanjutkan perjalanan menuju ke Kahuripan. Belum berapa lama keluar dari lingkungan hutan Pandawa, tiba2 Rangga Tanding melihat tiga orang lelaki sedang berjalan dengan langkah bergegas. Melihat rombongan prajurit mengiring sebuah kereta berbentuk seekor garuda yang indah, ketiga orang itu terkejut dan cepat menyingkir ketepi. "Berhenti!" tiba2 rangga Tanding berseru memberi perintah kepada rombongannya. Sedang ia sendiri cepat memutar kuda, menghampiri ketiga orang itu. Mereka terdiri dari seorang pemuda yang cakap wajahnya dan dua orang lelaki setengah tua. Baik pemuda itu maupun kedua kawannya, mengenakan dandanan sebagai orang biasa. Walaupun demikian, kecakapan wajah pemuda itu masih tetap menonjol, tidak memadai dengan pakaiannya yang amat bersahaja itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sedang salah seorang dari lelaki setengah tua itu, lehernya berkalung seekor ular sebesar lengan orang. Ular itu kepalanya menjalai kedada orang itu, tak bergerak. Rupanya binatang itu sudah mati. Kawannyapun memanggul seekor babi hutan yang sudah mati. Perhatian rangga Tanding tertarik akan keadaan ketiga orang itu. Apalagi demi melihat salah seorang berkalung bangkai ular, timbullah kecurigaan rangga itu "Hai, ki bagus" tegurnya kepada si pemuda "dari mana kalian ini ? Kalian tentu bukan rakyat Kahuripan" Bermula pemuda itu memang terkesiap melihat seorang penunggang kuda berpakaian sebagai kepala prajurit, menghampirinya. Lebih terkejut pula ketika ia mendengar tegur sapa rangga Tanding yang bernada kuring ramah. Namun disambutnya pertanyaan rangga itu dengan sabar "Kami habis berburu dihutan sana" katanya sambil menunjuk ke arah selatan "memang kami bukan kawula Kahuripan. Tetapi bagaimana ki lurah mengetahui hal itu ?" "Cara dandananmu itu lain dengan adat orang Kahuripan" sahut rangga Tanding "benarkah kalian tadi dari hutan Pandawa ?" “Ya" "Hm" dengus rangga Tanding "mengapa masih engkau sisakan seekor? Adakah hendak engkau bakar di rumah ?" Pemuda dan kedua kawannya setengah tua itu terkesiap. Mereka saling bertukar pandang. "Hai, mengapa engkau tak menjawab pertanyaanku? Apa engkau gagu!" teriak rangga Tanding mengulang pertanyaannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kedua lelaki setengah tua itu berpaling ke belakang lalu ke kanan kiri, akhirnya menghadap ke muka lagi "Engkau bicara dengan siapa?" seru lelaki yang berkalung ular pada lehernya. "Adakah di sini terdapat lain Orang kecuali kalian bertiga?" rangga Tanding balas bertanya dengan nada mengkal. "Tidak ada" sahut orang itu. "Lalu mengapa engkau membisu?" "Siapa? A ku?" "Ya !" "Mengapa tak memanggil namaku ? Apakah aku ini bukan manusia?" "Gila!" bentak rangga Tanding "melihat tampang mukamupun baru kali ini, bagaimana aku kenal namamu!" Orang itu menyeringai "Gila! Kalau tak tahu mengapa tak bertanya !" Rangga Tand ng tak dapat menahan kemarahannya lagi. Berpaling ke arah seorang prajurit, ia berseru "Tangkap orang gila itu!" Seorang prajurit bertubuh tinggi besar tampil ke muka dan menghampiri ke tempat lelaki berkalung ular. Sikapnya seram, wajahnya membengis. "Tunggu dulu!" lelaki berkalung ular itu cepat mencegah seraya tebarkan tangannya ke muka "Walaupun engkau prajurit dan aku rakyat biasa, tetapi jangan main tangkap! Apa kesalahanku" serunya. "Engkau berani bersikap tak menghormat kepada pemimpin kami, rangga Tanding" seru prajurit tinggi besar. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Apakah hanya itu kesalahanku?" lelaki berkalung ular menegas "aku merasa tak bersalah dan tak merasa menghina pemimpinmu. Kalau dia tanya kepadaku, tentu akan kujawab. Tetapi dia tak bertanya kepadaku karena tak menyebut namaku. Ketahuilah, prajurit, aku ini seorang manusia yang punya nama" Prajurit menggeram "Engkau memang manusia tetapi manusia gila! Kami belum kenal padamu bagaimana harus menyebut namamu?" "Bukankah dia dapat menanyakan namaku dulu ?" "Sarpa, tangkaplah! Dia tentu penjahat yang melepas gerombolan ular tadi!" seru rangga Tanding. Prajurit tinggi besar yang disebut Sarpa itu mengiakan. Tetapi baru maju selangkah, lelaki berkalung ular sudah cepat berteriak pula "Berhenti! Apa katamu? Aku penjahat yang melepas gerombolan ular?” "Ya!" hardik Sarpa "engkau tentu penjahat yang melepas ratusan ekor ular untuk mencelakai rombongan Rani Kahuripan" Sambil berkata prajurit Sarpa lanjutkan langkah menghampiri ketempat lelaki berkalung ular."Engkau mau menyerah atau melawan?" Mendengar disebutnya Rani Kahuripan, pemuda cakap itu terkesiap. Cepat2 ia tampil selangkah menyongsong Sarpa "Apa katamu ? Apakah ki prajurit ini rombongan pengawal gusti Rani Kahuripan?" Prajurit itu hentikan langkah "Adakah engkau tak melihat ratha keranian Kahuripan itu ?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Oh" pemuda itu mendesuh kejut "jadi gusti Rani Kahuripan berada dalam ratha itu?” "Jangan pura2 tak tahu !" bentak Sarpa "mengaku dan menyerahlah agar ringan hukumanmu !" Pemuda cakap itu kerutkan dahi "Mengaku bagaimana?" "Mengapa engkau berani melepas ratusan ekor ular untuk mencelakai gusti Rani Kahuripan ?" "Apa ?" pemuda itu makin merentang mata lebar2 "sama sekali kami tak melakukan hal itu! Jangan menuduh semenamena ...." "Eh, berani engkau menyangkal? Memang kalau tidak dihajar, kalian tentu tak mau mengaku" prajurit itu terus maju menghampiri. "Ki prajurit, jangan ...." belum sempat pemuda itu menyelesaikan kata2 mencegah, tinju prajurit tinggi besarpun sudah melayang "sabar, ki prajurit ...." pemuda itu menyingkir kesamping "kami tak bersalah ...." "Jangan banyak mulut!" teriak prajurit tinggi besar seraya loncat menerjang pula. Serangan pertama gagal membuat ia malu. Namun pemuda itu dapat melakukan suatu gerak penghindaran yang cepat dan bagus. Karena malu prajurit Sarpa mulai marah. Dikalangan prajurit Kahuripan, ia terkenal paling kuat sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar gagah perkasa. Melihat pemuda lawannya itu bertubuh lebih kecil dan tampaknya sebagai pemuda yang tak pernah bekerja berat, Rangga Tanding dan sekalian prajurit yakin bahwa Sarpa tentu dapat meringkus lawan.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi betapalah heran mereka ketika menyaksikan jalannya pertempuran. Sampai beberapa belas serangan tinju, sepakan kaki dan terkaman telah dilancarkan Sarpa, namun tetap tak berhasil mengalahkan lawan. Pada hal sampai sekian lama, si pemuda tak pernah balas menyerang melainkan hanya menghindar diri saja. Rasa heran itu makin membesar dan kecemasanpun mulai bertebaran dihati kawan-kawannya prajurit. Jelas Sarpa mulai menurun daya serangannya. Mukanya merah padam, tubuh bersimbah peluh dan napas pun berkejaran deras. Seorang prajurit bertubuh kekar hendak tampil kemuka membantu Sarpa. Ia kawan baik Sarpa, "Berhenti!" baru ia melangkah setapak, rangga Tandingpun sudah mencegahnya "kita prajurit Kahuripan harus jaga martabat. Pemuda itu tak balas menyerang. Salah Sarpa sendiri kalau tak mampu menangkapnya !” Prajurit bertubuh kekar itu tertegun. Memang yang dikatakan pemimpin mereka itu benar. Pemuda itu memang belum pernah balas menyerang. Kalau Sarpa rubuh tentu karena kehabisan napas, bukan karena dibalas pemuda itu. Jelas pemuda itu tak bermaksud melukai Sarpa. Baru ia menduga-duga hal itu, tiba2 terjadilah adegan yang mengejutkan. Sarpa yang sudah terengah-engah napasnya, menerjang pula. Kali ini serangannya tak menyerupai lagi dengan gerak ilmu tata-laga, melainkan lebih cenderung dengan gaya orang mabuk. Ia tidak memukul tetapi menerkam orang. Seperti yang telah berlangsung selama ini, selalu tenang2 saja pemuda itu menanti serangan lawannya. Apabila tinju atau kaki lawan sudah bergerak, barulah ia bergerak juga untuk menghindar. Demikianpun dengan kali ini. Sesaat http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ terkaman tiba, dengan menyelimpat ke samping.



cepat



dan



tepat



arahnya,



ia



Sarpa menerkam angin. Karena terkaman itu menggunakan seluruh sisa tenaganya, ia kehilangan keseimbangan badan dan terus meluncur ke muka. Kebetulan pula, huyung tubuhnya itu menjurus ke tempat lelaki setengah tua yang berkalung ular. Lelaki itu terkejut dan agak gugup menyingkir ke samping. Tetapi rupanya lelaki berkalung ular itu lebih jahil. Sambil menghindar, ia lintangkan sebelah kakinya mengait kaki Sarpa "Huh ...." mulut Sarpa mendengus kaget ketika ia tak dapat menahan tubuhnya yang terpelanting menyusur tanah, menyelundup masuk ke dalam gerumbul semak berduri ..... Prajurit bertubuh kekar hendak mengulang keinginannya. Ia marah sekali karena Sarpa sahabatnya yang baik, terjerumus ke dalam semak berduri. Tetapi seperti yang tadi, rangga Tandingpun melarangnya dan menyuruhnya menolong Sarpa saja. Kiranya kepala prajurit bhayangkara Kahuripan itu sendiri yang akan menghadapi ketiga orang yang mencurigakan itu. Tiga langkah di muka si pemuda, rangga Tanding pun berhenti, tegak menggagah. Pandang matanya berhamburan menyusur dari kaki sampai ke atas kepala orang. Kerut dahinya yang berkeliuk lipatan tebal, mengunjukkan perhatiannya amat tegang. Puas meneliti, meluncurlah kata2 dari mulutnya "Hm, anakmuda, pantas engkau berani mencelakai rombongan gusti puteri Kahuripan. Kiranya kulitmu memang keras sekali. ..” Pemuda itu terkesiap heran "Kami tak merasa...”



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Tetapi engkau pasti kecewa. Inilah rangga Tanding, banteng Kahuripan yang akan menanduk hancur seuap pengacau yang berani mengganggu junjungan rakyat Kahuripan!" "Ki rangga" sahut pemuda itu tenang dan halus "benar2 kami tak dapat memahami kata2 tuan. Siapakah orang yang mengacau rombongan gusti Rani Kahuripan itu?" "Engkau!" rangga Tanding memekik keras seraya menuding pemuda itu "kalian datang dari hutan Pandawa dan saat ini masih ada yang membawa seekor ular. A pakah engkau masih berani menyangkal?" "Ki rangga" sahut pemuda itu pula "untuk hal yang tak merasa kami lakukan, sekarang, besok dan bilamana saja, kami tetap menyangkal. Walau tuan bunuh sekalipun, kami tetap tak merasa melakukan" "Ho, rupanya walaupun masih muda tetapi engkau sudah memenuhi syarat" seru rangga Tanding dengan nada mengejek "Apa maksud tuan?" "Syarat untuk menjadi penjahat gemblengan yalah berani mati, berkulit tebal, bertulang keras, bermulut besi dan berlidah lemas. Bahkan engkau masih memiliki sesuatu kelebihan yang istimewa lagi, yalah berparas cakap. Jika tiada bukti2 yang nyata, tak mungkin orang percaya pemuda secakap engkau ini ternyata penjahat besar yang hendak membunuh rombongan gusti Rani Kahuripan !" "Ki rangga ...." belum selesai pemuda itu berseru, rangga Tanding sudah menukas "Tetapi memang malang sekali langkahmu kali ini karena engkau bertemu dengan rangga Tanding. Akulah yang akan merobek keberanianmu, menepis http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kulitmu yang tebal, melunakkan tulangmu yang keras, menempa mulutmu besi dan mencabut lidahmu yang tajam. Sckanng pilihlah. Menyerah baik2 agar ringan hukumanmu atau melawan supaya tulang-tulangmu kuremuk redam?" Tiba2 pemuda itu tertawa. Derai tawanya tersembunyi nada kemengkalan. "Hai, pembunuh, apa yang engkau tertawakan?" hardik rangga Tanding. "Kukira hanya di dalam rimba saja, tiada dikenal hukum, tahu akan kebenaran dan kabur dan pertimbangan. Yang kuat menindas yang lemah. Tetapi ternyata di telatah Kahuripan yang termasuk daerah bagian kerajaan Majapahit yang menjunjung hukum, terdapat orang2 yang menganut hukum rimba. Bahkan lebih dari itu. Dalam rimba yang tak kenal hukum itu, harimau siraja hutan masih memilih calon korbannya yalah kambing, kerbau dan ternak ysng gemuk dan enak dagingnya. Tetapi rupanya macan dari Kahuripan itu tak pandang bulu, tak pilih korban ...." "Keparat, engkau berani menghina rangga Tanding!" mu'ui mendamprat, tanganpun melayang. Rupanya rangga itu sudah tak dapat menahan kesabarannya lagi. Tinjunya didaratkan ke dada orang. Pemuda itu memang sudah menduga akan timbulnya pertempuran. Kepala prajurit yang berpangkat rangga itu seorang yang keras kepala, sukar diajak berunding. Iapun sudah bersiap. Ketika rangga Tanding memukul, ia menyurut selangkah ke belakarg. Selama mengamati pertempuran antara Sarpa dengan pemuda itu, rangga Tanding sudah memiliki kesan bahwa



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pemuda yang dituduh hendak membunuh sang Rani, memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Walaupun gayanya keras, tetapi serangan rangga Tanding yang pertama itu hanya bersifat menjajagi. Maka tak heran kalau pada saat pemuda itu menyurut ke belakang, rangga Tandingpun sudah membayangi dan menyusupkan jarinya ke rusuk orang. Pemuda itu tampak terkejut juga melihat gaya tata-laga lawan. Cepat ia menyadari bahwa rangga Tanding yang dihadapinya itu, jauh lebih berat daripada prajurit tinggi besar tadi. Untuk serangan ke rusuk lambungnya, pemuda itu cepat loncat beberapa langkah ke samping. Maksudnya ia hendak membebaskan diri dulu dari lingkupan serangan lawan. Tetapi belum lagi sang kaki sempat menegakkan tubuh, rangga Tandingpun sudah menerjang pula. Kedua tangannya menyilang, ke leher dan ke lambung. Gerakan menyilang rangga itu sedemikian cepatnya sehingga tak memberi kesempatan lagi pada lawan. Dalam keadaan terdesak dan gugup, pemuda itu mengendap ke bawah dalam kedudukan seperti beijonglok. Dengan tindakan itu memang ia dapat terhindar dari penyilangan rangga Tanding, tetapi bahaya lain menimpah dirinya. Rangga Tanding memang prajurit pilih tanding. Melainkan memiliki ilmu tata-laga yang sakti, diapun seorang prajurit yang berpengalaman. Kedudukan lawan yang lemah itu, cepat dimanfaatkan. Secepat menarik kedua tangannya, iapun menerkam punggung lawan. Dan selekas berhasil, ia segera mencergkem sekuat-kuatnya. Kemudian ia kerahkan tenega hendak mengargkat tubuh pemuda itu. Maksudnya hendak dicampakkan ke arah segunduk batu karang.



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Terdengar sorak sorai gegap gempita dari sekalian prajurit ketika menyaksikan pemimpin mereka berhasil meringkus pemuda itu. "Huh ..." rangga Tanding mendesuh kejut ketika tubuh pemuda yang hendak diargkft itu tiba2 menyelimpat lepas dari cengkamannya. Dan sorak sorai pujian dari para prajuritpun seketika borobah menjadi pekik teriakan kejut "Hai . . . . !" Rangga Tanding benar2 termangu-mangu. Jelas ia merasa telah mencengkam tubuh lawan tetapipun jelas ia merasa kalau tubuh itu bergeliatan menyurut lolos lagi. Dan terkejutlah ia ketika mendengar teriakan bernada kaget dari para prajurit. Sejenak ia tertegun karena lawannya benar2 sudah tegak beberapa langkah di hadapannya..... Rangga Tanding tersipu-sipu malu. Di hadapan sekalian prajurit anakbuahnya tak dapat menundukkan seorang pemuda desa, memang tak sedap bagi perasaan rangga Tanding. Serentak dengan timbulnya rasa keangkuhan dalam hati, ia segera mengikat diri dalam suatu rasa keharusan memenangkan pertempuran itu. Serangan yang dilakukan selanjutnya makin gencar. Bahkan karena masih belum memperoleh hasil, maka dikerahkannyalah seluruh tenaga dan kepandaiannya, menyerang deras. Pemuda itu tampak sibuk juga menghadapi serangan rangga Tanding. Sambil menghindar, iapun menimang-nimang dalam hati. Adakah ia harus menyerahkan diri menjadi sasaran serangan rangga itu atau haruskah ia merubuhkan lawan itu. Sesungguhnya menurut tuduhan yang dilancarkan oleh rangga itu, ingin ia memberi sedikit hajaran agar selanjutnya kelak rangga itu jangan bersikap sewenang-wenang lagi. Ia benar2 http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tak mengerti, mengapa dituduh sebagai penjahat yang hendak membunuh rombongan Rani Kahuripan. Namun pertimbangan lain mengatakan bahwa jika ia melukai rangga itu, urusan tentu akan berlarut-larut makin panjang. Di antara sekian banyak akibatnya, yang paling ia cemaskan adalah kalau sang Rani Kahuripan sampai murka. Tetapi belum ia bertemu dengan akal yang sempurna, sekonyong konyong ia terkejut sekali ketika tangan kanannya dicengkeram tangan lawan dan secepat kilat terus diputar ke belakang sekuat-kuatnya. Cepat iapun kerahkan tenaga untuk bertahan. Saat itu segera terjadilah adu tenaga. Rangga Tanding hendak memelintir tangan si pemuda ke belakang tetapi pemuda itu berusaha dengan sekuat tenaga untuk bertahan. "Berhenti . . . .!" tiba2 terdengar lengking suara yang halus dari arah belakang. Nandanya lembut namun mengandung wibawa. Seketika pemuda itu hentikan pancaran tenaga yang dipusatkan kctangan kanan. Tetapi betapalah kejutnya ketika merasa rangga Tanding bahkan malah melanjutkan memutarnya ke belakang. Pemuda itu tak sempat mengarahkan tenaga lagi sehingga tangannya terteliku ke belakang. Kini ia telah dikuasai oleh rangga Tanding. "Ki Rangga, engkau menang ...." seru pemuda itu tersenyum. Ia tak dapat melanjutkan ucapannya karena ketika memandang ke muka, tertumbuklah pandang matanya pada seorang puteri cantik jelita diiring dua orang dayang. Pakaian warna hijau pupus dan mahkota emas bertatahkan ratna mutu manikam, memantulkan keserasian antara kecantikan dan keagungan, kelembutan dan kewibawaan. Pemuda itu terpukau dalam keasyikan pesona. Hampir ia tak percaya pada pandang matanya sendiri manakala saat itu http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ia tak merasa kesakitan karena tangannya yang terteliku di belakang punggung itu di guncangkan ke atas oleh rangga Tanding "Jangan kurang ajar terhadap gusti Rani Kahuripan" "Paman rangga, apakah yang telah terjadi?" tiba2 Rani Kahuripan menegur. "Gusti, hamba telah berhasil menangkap penjahat yang melepas ular itu" rangga Tanding melapor. "Apakah anakmuda yang engkau ringkus itu, paman ?" "Benar, gusti. Masih adalagi dua orang kawannya yang telah ditangkap oleh para prajurit" ia berpaling kearah rombongan prajurit dan memberi isyarat agar kedua lelaki setengah tua itupun di bawa menghadap sang Rani. Kedua lelaki setengah tua kawan pemuda itu ternyata telah diringkus oleh beberapa prajurit. Dengan diikat, keduanva dihadapkan ke muka sang Rani. "Hayo, haturkanlah sembah hormat kepada gusti Rani Kahuripan" salah seorang prajurit memberi perintah. "Tidak!" seru lelaki berkalung ular. "Huh, engkau berani membangkang" prajurit yang meringkusnya segera mencekik tengkuk orang itu sehingga dia menjerit-jerit. "Prajurit, janganlah menyiksa kedua pamanku itu dengan semena-mena" tiba2 pemuda itu berseru dengan nada keras "silahkan engkau pikir. Bagaimana mungkin engkau suruh pamanku menghaturkan sembah apabila kedua tangannya engkau ikat?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rupanya prajurit itu menyadari hal itu. Namun ia menekan bahu orang tangkapannya ke bawah dan memaksanya supaya duduk bersila di hadapan sang Rani. “Jangan banyak tingkah engkau!" Rangga Tanding menyentakkan tangan pemuda itu supaya jangan bicara lagi. Karena menahan kesakitan, dahi pemuda itu bercucuran keringat "Hm, rangga, andai bukan dihadapan sang Rani, aku tentu sudah melepaskan diri .. ." kata pemula itu dalam hati. "Paman, sudahlah, lepaskanlah orang itu" Rangga Tanding terbeliak mendengar ucapan sang Rani. Bahkan pemuda itu sendiripun tampak terkesiap. Rupanya mereka tak pernah menduga sang Rani akan menitahkan begitu. "Gusti” sahut Rangga Tanding "maafkan kesalahan hamba. Bukan sekali kali hamba hendak menentang titah paduka tetapi sesungguhnya pemuda ini amat berbahaya apabila dilepaskan. Demi menunaikan tugas hamba sebagai kepala bhayangkara pelindung keselamatan paduka, akan hamba lepaskan dia setelah tangannya hamba ikat" "O" Rani Kahuripan mendesuh "engkau takut paman?" Agak tersipu merah wajah Rangga Tanding "Bukan gusti, tetapi hamba berpendapat, memasukkan harimau kedalam kandang, lebih selamat daripada melepaskannya keluar ...." Rani Kahuripan hanya tersenyum. Ia tahu bahwa rangga itu dihantui rasa kuatir. Namun ia dapat memaklumi juga bahwa rangga itu benar2 bertanggung jawab akan keselamatan rombongannya. Maka dibiarkan sajalah rangga itu mengikat tangan pemuda itu. "Paman, siapakah Kahuripan bertanya.



namanya?"



sesaat



http://dewi-kz.info/



kemudian



Rani



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Entah .... belum sempat hamba tanya, gusti" "Lalu bagaimana paman mengatakan dia penjahat yang hendak mengganggu rombongan kami?" Rangga Tanding menceritakan tanya jawab dengan pemuda itu, lalu "Merekapun baru keluar dari hutan Pandawa dan salah seorang masih membawa bangkai ular. Tidakkah hal itu cukup sudah menjadi bukti akan kejahatan yang mereka lakukan ?" "Patut diduga demikian" kata Rani Kahuripan lalu merenung diam, menyelimpatkan pandang matanya ke arah pemuda yang saat itu duduk bersila tundukkan-kepala. Ketika memandang wajah pemuda itu, darah sang puteri tersibak, hati mendebur. Cepat ia mengangkat muka dan lanjutkan kata-katanya pula "tetapi paman, segala tuduhan dan . . . dan bukti yang memperkuat dugaan kita, belumlah berarti suatu keputusan. Keputusan harus dilakukan melalui peradilan yang layak" "Mana2 titah paduka, pasti hamba junjung di atas kepala, gusti" sembah rangga itu. Kemudian ia mempersilahkan sang Rani untuk memeriksa tangkapan itu. "Orang muda, siapakah namamu dan di manakah tempat asalmu?" Rani Kahuripan mulai mengajukan pertanyaan. "Hamba bernama Kerta, gusti. Dari desa Sagenggeng bawah telatah Singosari" "Mengapa engkau datang ke tanah Kahuripan?” "Bersama kedua paman Suta dan Naya, hamba berkelana menjelajah negara untuk menambah pengalaman dan pengetahuan" "Hm" desuh sang Rani "tetapi mengapa engkau melepaskan gerombolan ular berbisa untuk mencelakai rombongan kami?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Duh, gusti Rani yang mulia. Sembah sujut hamba semoga paduka berkenan menerima" kata pemuda itu dengan rangkaian kata2 yang halus dan sedap "sekali-kali hamba tak melakukan hal itu, gusti. Kedatangan hamba kemari adalah karena hamba ingin melihat keindahan tanah Kahuripan serta kemakmuran dan keagungan pemerintahannya yang konon termasyhur amat maju dibawah pimpinan paduka" Puteri Kahuripan itu terkesiap dalam hati. Diam2 ia merasa heran. Tak mungkin seorang pemuda yang mengaku berasal dari desa, dapat merangkai kata2 yang tersusun indah dan membicarakan soal2 pemerintahan. Sepercik rasa ingin tahu siapa sebenarnya pemuda itu, mulai membertik dalam hati Rani itu "Adakah aku harus mempercayai keteranganmu apabila kumelihat bukti yang ada pada kawanmu itu?" "Oh, kiranya gusti tentu hendak mengatakan tentang ular yang dibawa paman Naya itu. Begini, gusti, pada waktu hamba bertiga masuk kehutan Pandawa, hampir saja salah seorang mati disambar seekor ular besar yang tak kami ketahui tengah menggelantung pada dahan pohon. Untunglah paman Naya amat sigap dan dapat membunuh binatang itu, gusti" "Hm, kalian memang ahli menundukkan ular . . . ." tiba2 Rangga Tanding menyelutuk kata sindiran "kiranya bukan suatu hal yang mustahil apabila kalian dapat menangkap ratusan ular dan melepasnya pula" "Ah, ki rangga tentu hendak menjerat kami dalam perangkap tuduhan sebagai yang melakukan perbuatan jahat itu" sambut pemuda Korta. "Apa salahnva orang mengatakan sesuatu yang nyata itu?" balas Rangga Tanding dengan kata tajam. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Begini Kerta" akhirnya Rani Kahuripan membuka suara pula "memang pada tempatnya paman rangga menuduhmu demikian. Kami diserang oleh ratusan ekor ular berbisa dan kawamu membawa seekor ular. Memang penyangkalan adalah sudah menjadi kebiasaan dari orang yang berbuat salah. Namun penyangkalan itu hilang dayagunanya apabila dipadu dengan bukti yang nyata" "Jadi gusti juga percaya hamba ini seorang penjahat ?" "Kerta, setiap manusia tentu pernah berbuat kesalahan. Apabila engkau mengaku dengan jujur dan menyadari kesalahanmu, aku bersedia memberi ampun ...." puteri Tribuanatunggadewi hentikan kata-katanya dengan tiba2 ketika memperhatikan wajah pemuda itu tampak pucat lesi, bibirnya agak gemetar. Rasa heran menyibak nurani sang Rani. Perobahan airmuka merupakan pantulan suara hati. Dan pada umumnya muka berobah pucat tentu mengandung rasa salah. "Duh, gusti puteri Rani Kahuripan yang mulia" seru pemuda itu dengan nada agak tergetar getar “jauh dari desa Sagenggeng yang teraling oleh tiga puncak gunung Welirang, Anjasmara dan Arjuna, hamba ayunkan langkah melintasi hutan menurun lembah. Menempuh perjalanan panjang yang beraral hujan angin, berkabut kedinginan dan kelaparan. Tak lain tujuan hamba adalah untuk menurutkan suara hati yang terpancar dalam impian hamba. Suatu impian yang amat mustahil namun selalu membayang dalam pelupuk mata hamba saja. Adalah karena menurut suara hati yang merintih rintih itulah akhirnya hamba tinggalkan kampung halaman yang melahirkan diri hamba, sekedar untuk membuktikan kebenaran mimpi hamba itu . . ."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Entah bagaimana, suasana yang tegang dari pemeriksaan seorang yang dituduh sebrgai penjahat, saat itu berobah hening sunyi. Sekalian orang serasa terpikat perhatiannya dengan kata2 pemuda Kerta itu. "Apakah mimpimu itu Kerta?" di luar kesadaran sang Ranipun terhanyut dalam rasa ingin tahu "Dalam mimpi itu hamba melihat di atas dirgantara terdengar letusan dahsyat. Langit seolah-olah terbelah. Dan ketika keadaan reda hamba melihat pala suatu keajaiban yang belum pernah hamba saksikan seumur hidup. Mungkin sekalian bendara yang hadir di sini, juga belum pernah menyaksikan" kembali Kerta berhenti sejenak. Makin meluaplah hati sekalian orang mendengar cerita itu. Bahkan kali ini rangga Tanding yang lebih dulu pecah kesabarannya "Jangan mengili-ngili hati orang! Lekas ceritakan yang lancar!" “Hamba saksikan di angkasa timbul tiga matahari. Yang satu di selatan, satu di tengah dan yang satu di sebelah utara. Lebih menakjubkan hati hamba lagi, bukan melainkan letaknya yang berlain-lainan, pun, ketiga buah matahari itu berlainan pula sinar cahayanya. Yang di sebelah selatan memancar sinar lembayung. Yang di tengah bersinar warna emas dan yang di utara memantulkan sinar putih bersih.....” "Oh ...." terdengar beberapa suara men-desuh beberapa prajurit yang merasa heran.



dari



"Hamba kesima memaksikan kegaiban alam itu. Hamba bingung, berlari kian kemari untuk memberitahukan kepada para tetangga. Tetapi aneh sekali. Hamba dapatkan desa hamba kosong tiada orangnya sama sekali. Hamba makin bingung karena hamba rasakan sekeliling empat penjuru gelap http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ gelita. Tak tahu arah mana yang harus hamba tuju. Karena putus asa akhirnya hamba jatuhkan diri berlutut di tanah, memohon pertolongan kepada Hyang Jagadnata. Beberapa saat kemudian sayup2 hamba mendengar juara bisikan lembut..... "Kulup, jangan engkau bingung atau cemas. Karena rasa bingung dan cemas itu hanya akan memadarkan pikiranmu. Cobalah angkat mukamu dan pandanglah ke angkasa. Seksamakanlah mana di antara ketiga matahari itu yang sesungguhnya sang Surya sejati yang akan membawa sinar keberkahan bagi kehidupan negara ini .... ." "Hambapun lakukan perintah sasmita gaib itu. Hamba pandang dengan penuh seksama ketiga matahari itu. Hamba pandang matahari yang bersinar warna lembayung. Sedap dipandang. Demikian kesan hamba. Lalu hamba beralih memandang matahari yang memancarkan sinar emas. Indah megah, gilang gemilang, penuh kemeriahan. Tetapi beberapa saat memandang, hamba rasa mata hamba silau. Sedemikian perkasa sinar emas itu memancar mata hamba sehingga mata hamba tak tahan dan buru2 pejamkan mata. Namun sinar kemilau yang amat kuat itu terlanjur menerkam mata hamba sehingga menimbulkan nyeri kesakitan. Ya, sakit sekali sampai menumpahkan airmata .... Ah, terlampau megah nian matahari bercahaya emas itu sehingga menyilaukan mata, mengalirkan airmata .... Lalu hamba memandang ke utara. Matahari itu menyinarkan cahaya putih jernih. Langit cerah, bumipun tenang. Seketika terdamparlah perasaan hamba ke alam kehidupan yang benar2 membangkitkan semangat hidup dan menggairahkan kehidupan jiwa. Tanpa ragu2 pula hamba segera berkata "Eyang, matahari di sebelah utara itulah matahari yang sesungguhnya ...." Dan terdengar suara halus itu menjawab "Engkau benar, angger. Matahari yang akan menyinari bumi nuswantara dan membawa keberkahan pada http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ seluruh kawula adalah yang bersinar di sebelah utara itu. Pergilah engkau menuju ke arah utara, di sanalah engkau akan menemukan matahari kehidupanmu.....” "Ih...." tiba2 Rani Kahuripan mendesis seraya mendekapkan tangan ke kening. Tubuhnya agak gemetar, wajahpun bersemu pucat.. "Gusti, mengapa paduka ...." menyongsong tubuh sang Rani.



kedua



dayang



cepat



"Ah, tak apa2, nyai" sahut sang Rani sesaat kemudian "hanya sedikit pening" "Baiklah gusti beristirahat ke dalam ratha paduka. Tak baik terlama lama berjemur diri di bawah terik matahari" kata kedua nyai dayang itu. Demikian rangga Tandingpun juga mencinta agar Rani beristirahat di dalam ratha. Puteri Tribuanatung-gadewi akhirnya menurut juga. Setelah suasana agak hening2 tegang karena sekalian orang mencemaskan kesehatan sang Rani, akhirnya rasa cemas itu terlepas ketika sang Rani berkenan memanggil rangga Tanding. Rani mengucapkan beberapa patah kata kepada rangga Tanding. Karena diucapkan dengan pelahan, tiada seorangpun yang dapat mendengarnya. Hanya tampak rangga Tanding mengangguk kepala dan menghaturkan sembah. Setelah itu ia menghampiri pula ke tempat Kerta dan kedua kawannya. "Kerta" seru rangga Tanding dengan nada serius "menurut kcputusan gusti Rani Kahuripan maka engkau dan kedua kawanmu, tetap tersangka melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan gusti Rani dan rombongan pengiring. Oleh karena itu selama pelaku yang sebenarnya http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belum tertangkap, kalian bertiga tetap menjadi orang tawanan dan akan kami bawa ke Kahuripan!" "Tidak adil!" teriak Suta "kaum prajurit2 Kahuripan bertindak sewenang-wenang hendak merampas kebebasan orang ?” "Tutup mulutmu, babi!" bentak rangga Tanding dengan mata membelalak geram. "Tidak! Kami diberi mulut tidak hanya untuk makan tetapi pun untuk bicara. Membantah yang salah, menyanggah yang tak adil !" tiba2 Nayapun berteriak "jelas kami tak bersalah, mengapa kamu tangkap dan hendak kamu bawa ke Kahuripan!" "Sudahlah, paman Suta dan Naya, biarkan mereka membawa kita" di luar dugaan pemuda Kerta menyatakan pendirian yang berlawanan dengan kedua kawannya. "Hai, apa katamu? Kita bakal menjadi orang tawanan yang kehilangan kebebasan!" teriak Suta dan Naya hampir serempak. "Kutahu, paman" kata Kerta dengan sabar “tetapi keputusan itu adalah kehendak gusti Rani Kahuripan. Kita harus percaya penuh akan kebijaksanaan gusti puteri itu. Nasib serabut, kita timbul. Nasib batu, kita tenggelam. Yang salah, terbelah. Yang suci, pasti mukti ...." Suta dan Naya tak berani membantah pula. Kepada pemuda Kerta, mereka taat dan patuh. Walaupun mereka lebih tua. Demikian sidang pemeriksaan yang berlangsung di tengah jalan itu telah berakhir. Rombongan Rani Kahuripan segera berangkat melanjutkan perjalanan. Kerta, Suta dau Naya



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dengan tangan diikat, Kahuripan.



dinaikkan kuda dan dibawa ke



Selama dalam perjalanan pulang ke Kahuripan itu, suasana dalam kalangan rombongan puteri Tribuana nampak berbeda dengan dikala mereka berangkat. Selain bertambah jumlahnya karena membawa ketiga orang tawanan, pun bertambah berat pula beban para prajurit pengiring Rani Kahuripan itu. Beban tanggung jawab mereka akan keselamatan sang Rani setelah terjadi peristiwa percobaan untuk mengancam jiwa puteri agung itu. Tetapi yang paling tak tenang dan gelisah adalah dua insan. Dan kedua insan itu tak lain yalah sang Rani sendiri dan pemuda yang mengaku bernama Kerta itu. Entah bagaimana, sejak berada dalam ratha, sang Rani selalu tampak termenung. Lebih banyak berdiam diri memandang alam bebas atau ke lautan mega yang berarak menyalut puncak gunung. Sedang Kertapun tampak termenung-menung seperti kehilangan semangat. Dicobanya untuk menggairahkan semangat dengan memandang pohon2 dan hutan ataupun gunung2 yang dilaluinya sepanjang jalan. Ia berusaha untuk menikmati keindahan alam terbuka, menghayati hijaunya daun, meraknya bunga, merdu kicau burung. Namun kesemuanya itu dirasakan gagal. Benar2 ia tak dapat menghapus kesan pertemuan dengan puteri Tribuanatunggadewi, Rani dari Kahuripan. Wajah ayu dari sang puteri, selalu mengaca dimukaaya. Tegur sapanya yang halus lembut, bagaikan alun kumandang seruling nafiri yang mengiang di malam sunyi. Dan sayup2 serasa terdengar pula ucapan dari orang gaib dalam sasmita mimpinya ....



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ " matahari disebelah utara itu, adalah matahari yang akan menyinari kehidupanmu . . . ." Pun sang Rani juga sedang mengalami pergolakan bathin. Ia menyangsikan diri pemuda itu. Tak mungkin seorang pemuda desa memiliki wajah yang sedemikian cakap dan sikap yang sedemikian santun serta rangkaian kata2 yang tersusun dalam irama indah. "Dia tentu bukan anak desa. Tetapi mengapa ia harus menyembunyikan diri peribadinya ? Ah ...." Rani Kahuripan tak berani melanjutkan renungannya lebih jauh. Keindahan itu suatu kebahagiaan. Ia tak menginginkan kesan yang indah itu akan terhapus oleh kenyataan yang buruk. Biarlah kesan itu tumbuh berkembang kenangan indah. "Ah ...." ia mengeluh dalam hati dan tersipu merah wajahnya "mengapa kuserahkan pikiranku terjelajah lamunan melambung ? Bukankah aku seorang puteri raja yang kini diangkat sebagai Rani Kahuripan, salah sebuah dari ketiga wilayah aseli Majapahit? Betapa akan cemar namaku bila rakyat mengetahui angan-anganku yang tak sesuai itu? Dia .... dia hanya anak desa.....” Puteri Tribuanatunggadawi Jayawisttuwhardani katupkan pelapuk mata, mengendorkan kejang2 urat syaraf-nya. Ia ingin marah, marah kepada dirinya sendiri mengapa dinding imamnya selemah itu. Ia ingin menghapus kesan yang menumbuhkan kenangan itu. Ia ingin menjerit, ingin menangis, ingin .... ingin .... ah, betapa besar dan banyak keinginan yang hendak ditumpahkan dari dalam hatinya, namun sang hati tetap melantang, merintih dan mendendargkan kenangan nan indah itu ... .



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Rani Kahuripan merasa kehilangan pegangan. Semangat serasa melayang layang dalam alamloka yang tiada menentu parannya. Suatu perasaan yang belum pernah dikenyam selama hidup. Sejak menjadi rani Kahuripan, belum pernah hatinya seresah saat itu. Akhirnya ia menyerahkan diri, pejamkan mata bersemedhi memohon sasmita petunjuk dari Dewata..... Demikian perjalanan rombongan Rani Kahuripan itu berjalan lancar tiada menemui suatu aral rintangan. Setelah tinggalkan desa Kapulurgan, rombongan puteri afung itu menuju ke desa Rabut Carat disebelah utara.... Kala itu sang Surya sudah condong kebanat. Karena mengalami kerusakan kecil pada roda ratha, maka perjalanan rombongan sang Rani agek lambat. Menjelang rembang petang mereka baru memasuki hutan di luar desa Rabut Carat. Sekonyong-konyong barisan perintis depan yang terdiri dari empat penunggang kuda, berteriak keras seraya mengacungkan tangan ke atas "Berhenti. . . !" Sais ratha cepat menahan tali kendali. Demikian dengan empatpuluh prajurit berkuda. Terdengar bunyi derap menggemuruh menguak debu tebal, ketika berpuluh-puluh kuda itu berhenti dengan serentak. Sejak peristiwa munculnya ratusan ular di hutan Pandawa, rangga Tanding mengatur cara pengawalan dengan lebih ketat. Empat orang prajurit berkuda menjadi perisai di muka ratha sang Rani. Di kanan kiri ratha, masing2 dikawal empat prajurit berkuda. Sisanya mengiring di belakang ratha. Rangga Tanding sendiri mondar mandir kian kemari untuk mengawasi suasana perjalanan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Salah seorang prajurit yang di muka tadi, segera mencongklargkan kudanya ke tempat rangga Tanding yang saat itu berada di samping ratha "Ki rangga, hamba menghaturkan laporan, di tengah jalan terdapat sebatang pohon besar yang merintangi perjalanan" Rangga Tanding terkesiap "Akan kuperintahkan sepuluh prajurit untuk menyingkirkan pohon itu" "Tetapi pohon itu rubah tak sewajarnya, ki rangga" kata prajurit itu pula. "Apa maksudmu?" "Menurut pemeriksaan kami, pohon itu bukan tumbang karena dilanda angin, melainkan karena dipenggal orang" "Hah . . . . ?" rangga Tanding meregang dahi "engkau maksudkan ada orang yang hendak merintangi perjalanan kita dengan melintangkan pohon di jalan?" "Mohon ki rangga suka memeriksa sendiri" Tanpa menjawab rangga Tanding cepat memacu kuda menuju ke arah pohon di muka. Sebatang pohon anji-luang yang besarnya sepemeluk orang, rebah melintang di tengah jalan. Dahan dan daunnya bertebaran memenuhi sekitar tempat. Rangga Tanding ajukan kuda mendekati. Ia curahkan pandang mata menyusuri pangkal pohon yang berasal dari samping kanan jalan. Segera perhatiannya terpancang pada sesuatu yang menegangkan. Apa yang dikatakan prajurit tadi memang benar. Pangkal pohon itu jelas bekas ditabas dengan senjata tajam, bukan karena tumbang sewajarnya. Pikiran rangga Tandingpun cepat dapat menanggapi kegawatan suasana. Pohon ditebang, sengaja untuk merintang jalan. Yang melakukan tentulah gerombolan penjahat atau http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ penyamun. Adakah hal itu sengaja ditujukan untuk mencegat perjalanan rombongan Rani Kahuripan, rangga Tanding belum yakin dalam merangkai kesimpulan. Namun lepas dari hal itu, perbuatan itu jelas suatu tindakan jahat dari kawanan penyamun yang harus diberantas. Rangga Tanding cepat bertindak. Ia memerintahkan sepuluh prajurit untuk menyingkirkan rintangan pohon itu, sedang prajurit2 yang lain tetap berjaga ditem-pat masing2. Pengawalan ratha sang Rani makin diperketat. Karena pohon itu cukup besar maka pekerjaan menyingkirkan ketepi jalan, memakan beberapa waktu. Saat itu mataharipun sudah terbenam dibalik gunung. Cuaca mulai meremang gelap. Pada saat pekerjaan menyingkirkan rintangan itu hampir selesai, tiba2 dari dalam hutan terdengar suara burung kulik melantang riuh..... Rangga Tanding dan para prajurit terkesiap. Rasa heran segera merayapi benak rangga itu. Hari baru saja mulai gelap mengapa burung kulik sudah berbunyi. Biasanya burung itu berbunyi pada waktu tengah malam. Rangga Tanding mempertajam telinganya. Dan cepat ia dapat mengenali bahwa suara burung kulik itu beda dengan suara kulik sesungguhnya, walaupun sepintas dengar hampir menyerupai. Makin keras dugaan rangga itu bahwa rombongannya sedang menghadapi ancaman gerombolan penjahat. Dugaan rangga itu memang tak salah. Sirapnya suara burung kulik segera disusul dengan munculnya empat orang lelaki berpakaian hitam dari arah belakang rombongan prajurit Kahuripan. Mereka bersenjata pedang dan klewang.,



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Basmi!" teriak rangga Tanding kepala rombongan prajurit yang mengiring dibelakang ratha. Rupanya rangga itu sudah dicengkam ketegangan sehingga perintah yang dikeluarkan yalah 'basmi' bukan penangkapan. Dan karena tidak ditegaskan berapa orang yang harus menyerbu penjahat itu, maka prajurit2 itu berebut langkah. Sepuluh prajurit segera berhamburan menyerbu. Rupanya melihat jumlah prajurit sedemikian banyak, keempat penyamun itu ketakutan. Mereka mundur dengan gerak seperti orang takut. Melihat itu kesepuluh prajurit itu makin mendapat hati. Mereka cong-klangkan kuda makin kencang seolah olah saling berlomba untuk membunuh penyamun itu. Dihadapan sang Rani dan rangga Tanding, apabila dapat membasmi penjahat, tentu akan memperoleh pahala dan ganjaran besar. Keempat penyamun itupun percepat larinya. Mereka menyelinap kesebuah tikung jalan. Kesepuluh prajurit itupun dengan cepat menyusul. Tepat pada saat mereka masuk kedalaai tikungan, terdengarlah pekik teriakan menggemuruh. Teriak yang bernada kejut dan kesakitan ..... Jarak rombongan rangga Tanding dengan tikung jalan itu terpaut seratusan langkah. Pekik teriak kesepuluh prajurit itu terdengar jelas. Rangga Tanding terkejut. Belum sempat ia memberi perintah, beberapa prajurit terus hendak menyusul. Tetapi serempak pada saat itu, suara burung kulik tadipun terdengar meriuh lagi. Bahkan kali ini bukan melainkan dari sebelah timur, pun dari hutan sebelah barat jalan juga. Rangga Tanding makin tegang. Ia hendak memerintahkan supaya prajurit2 itu jangan menyusul ke-tikung jalan tetapi tepat pada saat itu rombongan prajurit yang sedang menyingkirkan pohon disebelah muka, berteriak-teriak gempar http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan melonjak kian kemari. Ternyata mereka telah diserang dengan hujan batu. Siapa penyerangnya tak diketahui. Tetapi jelas berasal dari arah hutan di tepi jalan. Rangga Tanding tegang. Namun cepat ia dapat mengatasi kekacauan. Ia berseru memerintahkan prajurit itu bergabung diri dalam lingkungan pengawalan ratha sang Rani. Dan perintah untuk siap tempur segera dikeluarkan. Prajurit2 pun menghunus senjata masing2 dan siap siaga. Baru saja prajurit2 itu memusat diri dalam rantai lingkaran yang rapat, timbul pula lain serangan yang lebih berbahaya. Dari arah kedua hutan yang mengge-rumbul pada kanan dan kiri jalan, berhamburanlah anakpanah berapi. Berpuluh batang anakpanah berapi itu meluncur ke arah rombongan prajurit. Sibuk juga prajurit itu menangkis dan menghalau serangan itu. Ternyata anakpanah itu bukan seperti anakpanah yang umumnya runcing ujungnya. Melainkan berujung tumpul tetapi pangkalnya merupakan lipatan dami kering yang menyala. Pada waktu ditangkis dan dihantam dengan tombak atau pedang oleh prajurt2 itu, ikat dami berapi pada pangkal anakpanah itu berhamburan dan bertebaran menimpa orang. Akibat yang lebih parah terjadi. Walaupun prajurit-prajurit itu tak ada yang menderita luka terbakar, tetapi kuda mereka terkejut melihat hujan anakpanah yang memuncratkan api itu. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kuda terkejut dan melonjak lonjak sambil meringkik ringkik. Bahkan ada beberapa ekor kuda karena kaget, terus kabur membawa sang penunggang. Suasana makin gempar. Bunga api berhamburan memenuhi tanah, kuda meringkik dan meliar. Tata barisanpun kacau tak terkendalikan lagi. Binatang2 itu meliar dan mencongklang kabur..... "Berhenti, jangan tinggalkan penjagaan!" teriak rangga Tanding menguasai kekacauan, Tetapi walaupun prajurit2 itu ingin mentaati perintah namun kuda mereka tetap binal. Betapa tenang dan berpengalaman, namun dalam menghadapi keadaan yang sekrcau itu, rangga Tanding tak kuasa mengatasi lagi. Dengan sekuat tenaganya ia telah berhasil menguasai kudanya dan tetap tak meninggalkan ratha sang Rani. Ia tahu bahwa serangan yang sesungguhnya pasti segera tiba. Walaupun hanya seorang diri, ia harus menjaga keselamatan sang Rani. Naluri rangga itu cukup tajam. Dalam keadaan rombongan prajurit Kahuripan kacau balau dan tinggalkan penjagaan, muncul tiga sosok tubuh dalam pakaian warna hitam. Yang dua langsung menghampiri rangga Tanding yang berada di atas kuda, menjaga di samping kiri ratha. Sedang yang seorang dengan gerakan yang tangkas, cepat menyelinap ke samping kanan ratha. "Hm, keparat, besar benar nyalimu berani mengganggu rombongan gusti Rani Kahuripan!" bentak kepala prajurit Kahuripan. "Ha, ha" salah seorang dari penyamun itu tertawa mengejek "justeru rombongan semacam raja puteri Kahuripan inilah yang kami harap-harapkan. Karena hasilnya tentu memadai dengan jerih payah kami!" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Mungkin nyawamu rangkap tujuh karena berani mengusik harimau Kahuripan !" "Justeru bangsa harimaulah yang kami buru karena kulitnya amat berharga ...." "Keparat, kucabut nyawamu !" rangga Tanding cepat menerjang dan menusukkan tombak trisulanya kepada kedua penyamun itu. Kedua penyamun itu bersenjata pedang. Yang satu menghindar sambil menangkis serangan trisula. Yang satu loncat menyelundup ke samping memapas kaki kuda rangga Tanding. Untung rangga itu cukup pengalamannya dalam pertempuran. Walaupun terkejut namun ia tak sampai kehilangan faham. Cepat ia alihkan trisula untuk menyapu lawan yang menyerang kudanya. Orang itu dengan lincah loncat menghindar ke belakang. Dan serempak pada saat itu, kawannya tadi mengendap dan menabas kaki depan kuda rangga Tanding. Seperti yang dilakukan tadi, rangga Tandingpun cepat membalikkan arah tombaknya untuk menghalau lawan. Tetapi rupanya kedua penyamun itu menggunakan siasat untuk mengacau perhatian rangga Tanding. Jika rangga itu menghalau ke muka, penyamun yang di belakang menyerang kaki belakang kuda. Bila rangga Tanding menombak penyerang di belakang, penyamun yang di muka tentu akan menyerang. Sasaran kedua penyamun itu yalah ditujukan untuk menabas kaki kuda rangga Tanding. Karena rangga Tanding naik kuda dan kedua penyerang itu berdiri di atas kaki serta melakukan serangan ke bawah, agak sibuk juga rangga itu untuk melayani. Untunglah kudanya kuda pilihan yang terlatih baik dan memiliki pengalaman pertempuran di medan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ perang. Kuda itu daptt mengimbangi kehendak dan gerak tuannya serta amat peka terhadap serangan kedua penyerangnya. Maka untuk beberapa saat, kuda itu dengan melonjak dan berputar-putar dapat menghindari serangan musuh. Namun kedua penyamun itu nyata bukan bangsa penyamun biasa. Keduanya memiliki geiak tata-rrga yang amat lincah dan cepat. Walaupun belum berhasil merubuhkan lawan, tetapi mereka dapat membuat rangga itu sibuk bukan kepalang sehingga tubuhnya bermandi keringat..... Dilain fihak, orang ketiga yang menyelinap ke srm-ping kanan ratha sang Rani, berusaha hendak mendekati pintu ratha. Tetapi sais ratha yang tahu akan bahaya itu, segera ayunkan cambuknya untuk menghajar. "Enyah engkau, penyamun.....!" Orang hu tertawa, mencabut kain ikat kepala ditebarkan lalu menyambut serangan cambuk. Ujung cambuk terlilit kain kepala dan secepat kilat tangan orang itu menyambar lalu menarik cambuk sekuat kuatnya "Hayo, turun engkau . . . . !" "Uh ...." sais ratha menjerit tertahan ketika tubuhnya tertarik jatuh ke bawah. Tenaga tarikan penyamun itu amat kuat sehingga sais tak mampu menahan. Plak .... tubuh sais yang melayang jatuh disambut dengan sebuah tendangan oleh penyamun itu. Sais terlempar beberapa langkah dan pingsan..... Setelah dapat menyingkirkan rintangan, orang itu cepat berusaha membuka pintu ratha. Dayang yang menjaga sang Rani menjerit-jerit sambil menahan daun pintu. Tetapi dengan http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sekali tarik, pintupun terbuka sehingga dayang itu ikut terlempar keluar dan pingsan di tanah. Penyamun itu bertindak cepat. Mencabut belati ia terus hendak masuk ke dalam ratha. Tetapi belum sempat ia membuka mulut, sekonyong-konyong bahu kirinya dicengkeram sebuah tangan kuat. Sebelum sempat pula ia berpaling melihat penyerangnya, ia sudah disentakkan ke belakang. Sedemikian kuat tenaga orang itu sehingga penyamun tak mampu menjaga keseimbangan diri. Ia terpelanting beberapa belas langkah, terhuyung-huyung dan jatuh. Namun secepat itu pula melenting bangun, loncat ke muka penyerangnya. "Kerta, engkau . ." . ." Rani Kahuripan berseru tersekat ketika mengetahui penolongnya itu bukan lain Kerta, pemuda desa yang menjadi tawanannya. Kerta berpaling menjawab "Harap gusti jangan bercemas hati...." belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, penyamun itu sudah loncat menikam dadanya. Syukur Kerta sudah bersiap. Sambil berkisar tubuh menghindar, ia balas menempa tangan penyamun. "Hm, sakti juga" dengus penyamun itu sambil loncat mundur lalu membuka serangan lagi. Kini ia memindahkan belati ke tangan kiri, sedang tangan kanan mencabut klewang. Dengan sepasang senjata tajam ia lancarkan serangan yang dahsyat. Kerta tak gentar menghadapi ancaman maut itu. Dengan tata gerak kaki yang lincah dan teratur, ia menghindari serangan lawan. Penyamun, seorang lelaki bertubuh kekar dan memelihara kumis tebal, makin marah. Serangan dilancarkan bagai hujan mencurah. Ia benar2 geram terhadap pemuda desa yang berani mengacau pekerjaannya. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Malam makin gelap. Karena bertangan kosong, walaupun dapat terhindar dari serangan maut, namun Kerta tampak sibuk juga. Dan malang baginya, pada saat menghindar mundur, tiba2 kakinya terantuk pada sosok tubuh yang rebah di tanah. Ia terjerembab jatuh ke belakang..... Melihat kesempatan itu, dengan sebuah gerak gaya harimau menerkam, penyamun itupun loncat menerkam seraya menghunjamkan pedang dan belatinya. "Uh....." ia mendesus kaget. Tak pernah ia menyangka bahwa dalam keadaan jatuh terjerembab ke tanah, pemuda desa. itu masih dapat menggeliat berguling-guling ke samping. Penyamun itupun cepat mengisar arah untuk mengejar. Tetapi sebelum ia loncat menerjang, terdengarlah bunyi menggeletar yang tajam dan tahu2 tangannya kanan terdampar oleh ujung cambuk. Tar.... rasa kejut dan sakit, menyebabkan penyamun itu lepaskan pedangnya. Tar .... terdengar cambuk itu menggeletar pula. Menyadari bahwa lawan mempunyai senjata cambuk, penyamun itupun cepat loncat mundur. Tetapi cambuk lebih cepat. Bahunya kiri terdera ujung cambuk. Rasa kesemutan serentak merayap ke lengan, tangan serasa lunglai tak kuat mencekal belati. Tar . . . cambuk menggeletar pula dan kepala orang itu serasa pening, pandang mata meremang gelap ketika lehernya tersabat ujung cambuk. Tar.... ketika cambuk menggeletar pula, dengan kerahkan seluruh sisa tenaga, penyamun itu ayunkan tubuh loncat ke muka terus lari tunggang langgang, meninggalkan pedang dan belati, membawa luka2 berdarah yang menyalur melingkari lehernya .... Kerta hendak mengejar tetapi terdengar sang Rani berseru mencegah "Jangan, Kerta. Dia melarikan ke dalam hutan yang gelap. Berbahaya jika engkau mengejarnya.....” http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kerta menurut. Memang mengejar ke dahm hutan gelap itu, menanggung kemungkinan yang berbahaya. Apabila kawanan penyamun itu mempunyai kawan yang bersembunyi di hutan, tentulah berbahaya, ia lari menyelinap ke samping kiri ratha. Dilihatnya Rangga Tanding masih sibuk bertempur dengan kedua penyamun. Seringan gerak kaki seekor kucing, Kerta melompat ke muka dan ayunkan cambuk. Cambuk itu milik sais ratha sang Rani yang terkapar di samping sais. Pada waktu bergulingguling di tanah menghindari terkaman penyamun tadi, tangan Kerta tertumbuk cambuk dan cepat2 ia menjemputnya untuk menghajar lawan. Tar .... karena tak menduga-duga, lawan yang menyerang di depan rangga Tanding itu, menjerit kaget dan kesakitan. Tubuh terhuyung ke muka. Melihat itu, rangga Tanding cepat menyongsongkan trisula, cres . . . . terdengar jeritan ngeri ketika ujung trisula terbenam di perut orang itu, tembus sampai ke pinggang belakang Penyamun yang menyerang di belakang terkesiap. Tar. . . . hanya sekejab ia tertegun dan iapun menjerit ketika lehernya tersabat ujung cambuk. Sebelum ia sempat berusaha untuk melepaskan ujung cambuk yang melilit lehernya, tiba2 cambuk itu ditarik sekuat-kuatnya. Rasa sakit yang mencekik leher dan kuatnya tenaga o-rang yang menarik itu, menyebabkan penyamun itu tak kuasa lagi untuk mempertahankan kekokohan kuda2 kakinya. Bagai kerbau tercocok hidung, ia menurut saja tarikan orang itu "Aduhhh ...." ia memekik ngeri ketika punggung tertusuk benda tajam yang tembus keluar dari dadanya. Rangga Tanding memang marah sekali. Perut penyamun yang pertama tadi ditusuknya hingga tembus ke pinggang http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ belakang. Dan penyamun yang kedua itupun punggungnya hingga menyusup keluar dari dada.



ditusuk



"Oh, engkau ..." seru rangga itu demi melihat yang menghajar kedua penyamun dengan cambuk itu, ternyata Kerta. "Maaf, ki rangga" sahut Kerta. "Mengapa?" rangga Tanding terkesiap heran. "Karena aku lancang menghajar kedua penjahat itu" jawab Kerta. "O... . . tak apalah" kata rangga Tanding agak sendat. Menurut susila ksatryaan, apabila tak diminta, seseorang tak boleh memberi bantuan kepada kawannya yang sedang bertempur. Apalagi bila kawan itu termasuk orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya. Itulah sebabnya Kerta minta maaf. "Bagaimana gusti Rani?" rangga Tanding bertanya cemas. "Gusti ratu tak kurang suatu apa" "Ah, syukurlah" rangga itu menghela napas longgar "mari kita menghadap" Rangga Tanding dan Kerta menghadap Rani Kahuripan. Dalam pada itu berderu-deru para prajurit tadi berdatangan pula. Demikian dengan kesepuluh prajurit berkuda yang mengejar ketikung jalan, pun datang. Ketika membiluk di tikungan, kuda mereka telah dijerat dengan tali oleh kawanan penyamun. Tetapi dalam pertempuran, kawanan penyamun itu kalah dan melarikan diri. Setelah mencacahkan jumlah anakbuahnya masih lengkap, rangga Tanding lalu memberi laporan kepada sang Rani. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Disertainya juga dengan permohonan maaf karena kurang mampu mengatasi kekacauan sehingga mengejutkan Rani. "Ah, paman sudah berusaha tetapi musuh memang sudah mempersiapkan rencana yang masak" kata Rani Kahuripan, kemudian berpaling ke arah Kerta "Kerta, jasamu takkan kami lupakan. Kini aku takkan ragu2 memutuskan bahwa engkau memang bukan gerombolan yang melepas ular untuk mencelakai rombongan ini" "Belum saja hamba menghaturkan permohonan paduka sudah melimpahkan keputusan" kata Kerta. "Apakah permohonanmu?" "Hamba mohon supaya tangan hamba diikat lagi" "Eh....." Rani Kahuripan kerutkan alisnya yang melingkar rebah seperti bulan tanggal satu "mengapa engkau menghendaki begitu, Kerta?" "Gusti" kata Kerta "hamba mohon agar hamba tetap menjadi tawanan, selama penjahat yang melepas gerombolan ular itu belum tertangkap. Hamba mohon hendaknya tindakan hamba menghalau kawanan penyamun tadi, janganlah tuanku jadikan sebagai jasa penebus kesalahan yang tertuduhkan pada diri hamba" "Karena dengan tindakan itu jelas mengunjuk bahwa engkau tak memiliki niat jahat kepada rombongan kami" "Maaf, gusti" sambut Kerta "sesungguhnya tindakan hamba tadi, tidak layak mendapat anugerah suatu apa dari paduka. Karena sebagai seorang tawanan hamba telah lancang melepaskan tali ikatan tangan hamba" "Tetapi nyata2 engkau telah menolong kami" ujar sang Rani. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Kenyataan memang membantah "namun andai melarikan diri, bukankah melakukan karena hamba tangan hamba itu?"



demikian, gusti" Kerta tetap hamba mempunyai pikiran untuk dengan leluasa hamba dapat sudah memutuskan tali pengikat



"Ah, engkau mengada-ada, Kerta" Rani Kahuripan tersenyum "aku tak percaya engkau mempunyai pikiran begitu" "Mengapa, gusti? " "Karena walaupun sudah kuberi kebebasan, engkau tetap bersikeras minta ditawan" Kerta menghela napas. Entah apa yang dipikirkan. Kemudian ia berkata pula "Hamba ingin membersihkan nama dengan jalan yang wajar, yalah ingin menangkap penjahat yang melepas ular2 jahat itu. Hamba tak ingin membersihkan diri hamba karena jasa hamba menghalau kawanan penyamun tadi" "O, begitu" Rani Kahuripan mengangguk pelahan "baiklah. Tetapi akan kuperintahkan supaya tanganmu tak perlu diikat, begiti pun dergan kedua kawanmu itu" "Apakah gusti tak menguatirkan hamba akan melarikan diri?" "Engkau memang kubebaskan. Tetapi aku percaya engkau takkan melarikan diri" "Terima kasih, gusti puteri" Kerta menyembah "walaupun hamba seorang anak desa tetapi orangtua hamba mengajar agar hamba menjadi manusia utama. Nama adalah ibarat jiwa. Nama cemar, jiwapun binasa. Lebih baik hamba mati daripada



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ melarikan diri membawa nama tercemar tuduhan sebagai penjahat" Tampaknya Rani Kahuripan tampak puas dengan tutur kata dan pendirian Kerta. Merasa tak enak dengan rangga Tanding dan para prajurit yang sejak tadi hanya menjadi pendengar saja, Rani Kahuripan lalu mengalihkan pembicaraan "Paman, peristiwa penyamunan ini, juga mencurigakan. Bagaimana pendapat paman rangga ?" "Hamba sependapat dengan tuanku bahwa peristiwa penyamun ini memang agak mencurigakan. Pertama, penyamun yang bertanding lawan hamba itu, tentulah bukan sembarang penyamun. Keduanya memiliki ilmu kepandaian yang sakti. Kedua, mereka nyata2 tak berniat melakukan pembunuhan. Ketiga, penyamun yang dapat dihajar Kerta tadi, jelas hendak mengancam paduka, gusti" "Benar, paman. Sayang sebelum ia sempat membuka mulut menyatakan kehendaknya, Kerta sudah menyentaknya jatuh ke belakang. Maka masih menjadi suatu pertanyaan, apakah maksudnya hendak mengancam diriku itu ? Apakah dia hendak merampas perhiasan berharga yang ada padaku ?" Sejenak merenung, rangga Tanding memberi sambutan "Menurut hemat hamba, penyamun itu rupanya bukan menghendaki emas permata paduka, gusti" "Lalu ?" "Apabila hamba kaitkan peristiwa penyamun ini dengan peristiwa gerombolan ular, rasanya mempunyai hubungan. Dan . . . ah, mungkinkah hal itu , . ." "Katakanlah, paman"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Pengkhayalan yang hamba reka dalam pikiran hamba itu, suatu kemungkinan yang jauh dari jangkauan kenyataan. Maka hamba belum berani mengutarakan sebelum mendapat bukti2 yang meyakinkan" "Paman rangga, suatu kemungkinan itu memang belum menjamin kepastian. Tetapi tak apalah katakan saja, paman" "Sebelumnya hamba mohon ampun apabila dugaan yang hamba reka itu tak berkenan pada hati paduka”, kata rangga Tanding "begini gusti hamba mencemaskan dalam kedua peristiwa itu, tersembunyi suatu tujuan buruk terhadap .... paduka" "Tegasnya ?" Rani menuntut penegasan. "Ada suatu usaha jahat untuk menculik paduka, gusti, . . . ah, mudah-mudahan rekaan hamba ini tidak benar. Dan andaikatapun benar, mereka pasti akan berhadapan dengan rangga Tanding dan seluruh prajurit2 Kahuripan yang akan membela paduka sampai pada titik darah yang terakhir, gusti ...." "Baik, paman" jawab sang Rani "tegak rebahnya keranian Kahuripan, bukan tergantung besar kecilnya daerah dan prajurit-prajuritnya, Melainkan dari teguh kokohnya semangat pengabdian dan kesetyaan dari para prajurit bhayangkara negara itu!" Rangga Tanding dan sekalian prajurit serentak menegakkan kepala, menyambut ucapan sang Rani sebagai suatu Yajna atau titah narpati. Diam2 Kerta memuji dan mengagumi Rani Kahuripan sebagai seorang raja puteri yang berwibawa, pandai dan bjaksana. "Apabila reka paman itu benar, lalu siapakah kiranya orang yang melakukan hal itu ?" tanya Rani Kahuripan pula. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ini ... . hamba belum dapat menerka, gusti" sembah rangga Tanding "semoga dalam waktu mendatang yang tak berapa lama lagi, hamba dapat menghadap paduka untuk menghaturkan laporan" Rani Kahuripan cepat dapat menanggapi maksud rangga itu. Kemungkinan rangga Tanding sudah tahu pelaku yang dicurigai itu, namun dihadapan para prajurit tentu tak mau memberitahukan rahasia itu, Iapun tak mau mendesak lebih lanjut dan perintahkan supaya rombongan melanjutkan perjalanan lagi. Demikian walaupun mengalami dua buah peristiwa yang menegangkan tetapi akhirnya sang Rani dan rombongannya dapat kembali lagi ke Kahuripan dengan selamat. 0oo-dw-oo0



II APABILA membayangkan pertemuannya dengan Rani Kahuripan, terbetiklah bermacam perasaan dalam hati Dipa. Sesungguhnya ia tak pernah menyangka bakal berjumpa dengan rombongan puteri agung dari Kahuripan. Dalam perjalanan ke desa Palungan untuk meninjau kendi peninggalan Empu Barada, dengan tak tersangka sangka ia melihat sebuah ratha indah sedang meluncur pesat ke arah lembah. Sais tak kuasa menahan laju keempat ekor kudanya. Serentak jiwanya tergugah, semangat bangkit. Ia harus menolong ratha yang terancam masuk ke dalam jurang itu. Ia tak yakin ka'au mampu menghentikan keempat kuda yang binal itu. Tetapi ia harus cepat2 menolong. Tanpa menghirau kan suatu apa lagi, ia terus loncat ketengah jalan. Setelah http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ kuda tiba, dengan sebuah loncatan ia menerkam perakit dan dengan sekuat tenaga coba menghentikannya. Namun keempat kuda tegar yang binal itu terlampau kuat baginya. Ia terdampar mundur beberapa puluh kngkah. Tetapi ia tetap nekad, pantang menyerah. Akhirnya berkat pembawaan tenaganya berhasillah ia menghentikan ratha itu.....



yang



kuat,



Membayangkan peristiwa yang telah dialami itu, heran dan ngerilah perasaan Dipa. Heran atas terjadinya peristiwa yang tak pernah disangka, yalah bertemu dengan raja puteri dari Kahuripan dan diangkat sebagai prajurit. Ngeri apabila membayangkan detik2 penuh ketegangan pada saat ia berjuang mengerahkan tenaga untuk menghentikan keempat kuda tegar yang membinal itu. Betapa tidak! Saat itu ia merasa seperti terangkat dari tanah dan diseret ke belakang oleh keempat kuda itu. Dengan kerahkan seluruh sisa tenaga, ia menahan perakit kuda seraya berseru "Kuda, berhentilah, jangan terjun ke jurang . . . . !" Entah bagaimana rupanya kuda itu mengerti akan itikad baik dari anak itu. Merekapun berhenti. Demikian kisahnya. Habis mengenangkan peristiwa itu, beralihlah pikiran Dipa pada desa Palungan yang hendak ditujunya. Ingin benar ia melihat kendi sakti yang dipergunakan Empu Barada untuk menentukan garis wilayah Panjalu dan Daha. Ia duga pendeta Padapaduka tentu sudah pernah menyelidiki kendi itu tetapi tak berhasil menemukan sesuatu yang dapat menjadi pegangan untuk mencari kitab pusaka. Jika seorang sakti semacam pendeta Padapaduka tak berhasil, bagaimana mungkin anak desa seperti dirinya dapat berhasil? http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tetapi Dipa seorang anak yang keras hati. Dalam melakukan suatu pekerjaan, bukan hasil atau tidak berhasil yang dipikirkan. Tetapi ia selalu mengutamakan melakukan pekerjaan itu. Apalagi walaupun tak berhasil, sekurang kurangnya ia akan bertambah pengalaman karena melihat sebuah benda yang keramat dan beisejai ah. Karena tertahan sampai berjam-jam dalam pembicaraan dengan Rani Kahuripan maka pada waktu siang, baru Dipa berangkat ke desa Palungan. Ketika tiba di desa itu, haripun sudah petang. Disebut desa, tetapi sesungguhnya Palungan itu lebih banyak menyerupai sebuah tanah kosong. Karena penduduk desa disitu sudah pindah kelain tempat. Kamal pandak atau pohon asam yang disumpahi Empu Barada hingga menjadi pohon pandak, dianggap sebagai lambang kesialan. Kutukan Empu Barada tentu mempunya daya pengaruh buruk kepada penduduk desa. Itulah sebabnya maka mereka berbondongbondong pindah kelain desa. Menurut petunjuk pendeta Padapaduka, kendi wasiat itu ditaruh dalam sebuah sudharma atau rumah suci. Karena desa tak berapa luas maka dengan mudah dapatlah Dipa mencari rumah suci itu, Ketika menginjak halaman luar dari rumah suci itu, terasa suasananya sunyi senyap, menambah rasa seram. Sesaat mendekati rumah suci itu, tiba2 ia terkejut mendengar suara orang bercakap cakap didalamnya, Dipa heran, Kecuali penjaga rumah sudharma, tak mungkin terdapat seseorang manusia lagi yarg berada dalam rumah suci itu. Karena desa kosong, tiada berpenduduk. Namun siapakah lawan bicaranya itu ? http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Takut dianggap kurang susila mengganggu orang yang tengah bercakap cakap, maka Dipa menyelinap kesamping rumah dan bersembunyi ditempat yang gelap. Suasana sunyi senyap dan apa yang dipercakapkan kedua orang dalam rumah sudharma itu terdengar keluar dengan jelas, Dipa pasang telinga. "Bagaimana cara kita agar sinar rembulan masuk kedalam rumah ini ?" tanya seseorang yang nadanya agak parau karena pembawaan usianya yang tua, "Hm. memang sulit juga. Bila perlu kita buka saja tirap genteng rumah ini" kata yang seorang, Nadanya sarat tetapi lebih jernih dari kawannya “tetapi adakah sumber yang engkau peroleh itu dapat dipercaya, kakang Kalpika? Dari manakah sumber itu ?” "Ah, tak perlu kukatakan sumbernya. Yang penting kita buktikan. Bukankah tiada ruginya kita coba ?” jawab orang yang dipanggil Kalpika "sumber itu mengatakan jelas bahwa pada bulan Asadha tanggal satu kresnapaksa tengah makna, bayangan kendi itu akan menunjukkan peta dan arah tempat penyimpanan kitab suci itu. Jelas engkau, Parapara?" "Kalau begitu, kita harus lekas bekerja" kata Parapara "bulan sudah naik tinggi, sebentar lagi tentu sudah berada di tengah udara. Akan kubuka tirap genteng rumah ini" ia terus hendak melangkah ke luar. Kalpika buru2 mencegah "Jangan tergopoh-gopoh, Parapara. Kurasa ada lain cara daripada harus menurunkan tirap2 genteng" "Bagaimana?" "Kita bawa ke luar kendi itu dan letakkan menurut kedudukannya. Bukankah hal itu lebih mudah?" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Ah, engkau benar, kakang Kalpika !" seru Parapara girang "saat ini sudah hampir tengah malam, mari kita segera bekerja!" Demikian percakapan itu berakhir dan Dipa yang berada di luar rumah hanya mendengar langkah kaki mereka. Ia duga kedua orang itu tentu mulai hendak memindahkan kendi ke luar. "Parapara, hati hati. . . . !" tiba2 Kalpika berteriak nyaring penuh kecemasan. Ternyata entah bagaimana, Parapara yang mendahului mengangkat kendi, terhuyung huyung mau jatuh. Untunglah Kalpika cepat menolong menyangga tubuhnya lalu berkata "Berikan kepadaku Parapara, agar kendi pusaka itu jangan sampai jatuh !" "Apakah engkau tak merasakan apa2, kakang ?" tanya Parapara setelah menyerahkan kendi itu kepada Kalpika. "Tidak" "Tidak berat ?" "Tidak" "Aneh ...." gumam Parapara keheran-heranan "mengapa pada waku kuangkat tadi, kendi itu amat berat sekali sehingga tubuhku gemetar ...."



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam pada berbicara itu, keduanya sudah berada di luar rumah sudharmma lalu menuju ke tengah halaman dan dengan hati2 Kalpika meletakkan kendi itu. Dipa agak terkejut ketika melihat kedua orang itu. Kiranya kedua orang itu berpakaian sebagai pertapa, menyerupai dandanan yang dikenakan brahmana Anuraga. Yang seorang berusia setengah tua, berwajah bersih. Sedang yang seorang lebih muda, kedua kelopak matanya cekung, hidung agak melengkung. Dipa menduga-duga, yang tua itu tentulah Kalpika dan yang muda Parapara. Kemudian perhatian Dipa tertarik akan sebuah kendi yang terletak ditengah halaman. Ia heran mengapa kendi yang besar dan bentuknya menyerupai kendi biasa, tak kuat dibawa oleh Parapara. Dan mengapa pula Kalpika dapat membawanya dengan mudah. Adakah memang pertapa yang lebih tua itu lebih kuat tenaganya dari pertapa yang lebih muda. Atau adakah kendi itu memang memiliki tuang yang sakti? Dilihatnya pula kedua pertapa itu menyingkir ke-tepi halaman dan meneduh di bawah sebatang pohon. Dengan hati2, Dipa merayap mendekati mereka. Ia bersembunyi dibalik sebuah gerumbul yang gelap tak jauh dari tempat kedua pertapa itu. "Kakang Kalpika" tiba2 Parapara berkata dalam mengisi waktu menunggu rembulan naik di tengah angkasa "adakah kitab suci itu benar2 akan dapat ngangkat derajat kaum kita madzab Waisnawa?" "Benar, Parapara" sahut yang ditanya "kitab suci Sanghyang Kamahayanikan itu sesungguhnya milik kaum agama Hindu, karena ditulis dalam bahasa Sanskerta dan bersumber pada ajaran2 Maharesi Arya. Tetapi dari golongan kaum Budha, merekapun mengaku kitab suci itu sebagai milik mereka. Pada http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ hal jelas kaum Budha memiliki kitab suci yang disebut Tripitaka atau tiga jenis kitab yang kesemuanya ditulis dalam bahasa Pali ...." "Hm, lebih2 madzab Tantrayana dari golongan Budha Mahayana itu, seringkali mengunjuk ilmu kesaktian untuk menarik penganut" "Ah, sesungguhnya dengan dijadikan agama Syiwa sebagai agama negara Majapahit itu, kita kaum agama Hindu harus bergirang hati. Tetapi nyatanya?" "Bagaimana kakang ?" tanya Parapara. "Kita dari golongan madzab Waisnaswa yang menganut ajaran Ke Wisnu an dan madzab Syiwa yang menganut ajaran Ke Syiwa-an, sesungguhnya serumpun; sama2 tergolong dalam agama Hindu. Tetapi setelah agama Syiwa diakui sebagai agama negara, madzab Syiwa melupakan kita bahkan memusuhi" "Oh" Parapara mendesus geram. "Oleh karena itu apabila kita berhasil menemukan kitab suci itu, bukan saja pengikut2 Waisnawa akan bangkit dan berkembang lebih besar lagi, pun madzab Syiwa dan golongan Baddha tentu tak berani meremehkan kita" "Benar" sahut Parapara "saat ini kaum Waisnawa seperti anak ayam yang kehilangan induk. Mereka bingung tiada yang dipandang sebagai pimpinan. Apabila kita dapat menemukan kitab suci itu, kita nanti akan tampil sebagai pemimpin madzab Waisnawa, ajaran ke-Waisnawan akan memancar lagi" Pertapa Kalpika membenarkan ucapan Parapara yang menurut kedudukan dalam golongannya, merupakan setingkat di bawahnya atau adik seperguruan. http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam pada berkata kata itu, rembulanpun makin merayap ke tengah angkasa. Rupanya keduanya menyadari hai itu dan merekapun berdiam diri, menumpahkan seluruh perhatian pada saat2 sinar rembulan akan menimpa kendi pusaka itu. Dipa mengerti apa yang sedang ditunggu mereka. Diam2 ia ikut tegang hatinya. Keadaan makin sunyi hening sehingga apabila ada selembar daun yang gugur dari tangkainya, tentulah akan terdengar suaranya. Oleh karena itu Dipapun mengatur pernapasannya agar jangan sampai terdengar oleh mereka. "Kakang Kalpika, lihatlah, rembulan sudah tiba ditengahtengah angkasa. Mari kita lihat keadaan kendi itu, kakang" kata Parapara. Keduanya berbangkit lalu berjalan menghampiri ke tengah halrman. Memang saat itu rembulan benar2 sedang berada di tengah angkasa sehingga kendi itu mengambangkan bayangan bundar melingkar. "Kakang Kalpika, mengapa tak tampak suatu tanda apaapa?" berselang beberapa saat, Parapara berseru. "Hm, engkau kurang waspada. Seksamakanlah lagi!" sahut pertapa Kalpika. Pertapa Parapara menurut. Namun sampai beberapa saat pula, ia tetap tak mengetahui suatu apa "Ah, tak ada sesuatu yang luar biasa, kakang. Hanya sebuah lingkaran bayangan yang mempunyai sebuah jalur yaitu bayangan dari mulut kendi" "Itulah, Parapara" seru Kalpika "engkau tahu lukisan apakah itu ?"



http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Kembali pertapa Parapara mengerut dahi, memeras otak. Tetapi kembali pula ia mengeluh dan menyatakan tak mengerti. "Parapara" kata Kalpika dengan nada sarat "lukisan bayangan itu merupakan lambang Bajraghanta. Bajra itu petir dan Ghanta itu lonceng. Kedua senjata sakti milik dari Batara Indra.....?” "Tetapi kakang Kalpika" Parapara menyanggah "kaum Buddha madzab Mi-hayana menganggap Bajraghanta itu lambang untuk sang Dhyani Buddha" "Benar" jawab Kalpika "dan Empu Barada itu sendiri juga penganut Biddha. Tetapi hendaknya kita jangan lupa, Parapara. Bahwa dalam soal yang kita hadapi saat ini adalah mencari arah letak tempat penyimpanan kitab suci peninggalannya. Dan karena ajaran-ajaran Buddha itu sebagian juga dipengaruhi oleh ajaran2 Hindu, maka bukan mustahil kalau Empu Berada mengartikan Bajraghanta itu bukan sebagai sang Dhyani Biddha melainkan sebagai Batara Indra, pemilik dari kedua senjata sakti itu" "Hm, ada kemungkinan juga" akhirnya pertapa Parapara menerima. , "Nah, sekarang marilah kita menjelajah dalam alam penafsiran menurut agama Hindu. Oleh karena pemegang senjata Bajra dan Gharta itu adalah Batara Indra maka marilah kita telaah diri batara itu" kata pertapa Kalpika "Batara Indra adalah putera dari Hyang Guru. Dewa ini terhitung yang berkuasa disebagian Jonggring Salaka, tempat bersemayam Batara Guru. Tempat bersemayam Batara Indra, disebut Kaindran. Nah, Parapara, kiranya cukup sudah uraian diri Batara Indra untuk bahan pemecah persoalan yang kita hadapi sekarang ini" http://dewi-kz.info/



Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ "Benar, kakang Kalpika" seru Parapara berseri cerah "aku setuju dengan uraianmu. Sekarang mari kita cari nama tempat yang mempunyai kaitan dengan Batara Indra" "Tepat, Parapara" sambut Kalpika "sejauh pengetahuanku ada dua tempat yang namanya berkaitan dengan Batara Indra. Kesatu, Indrakilo dan kedua, Jonggring Salaka. Indrakilo sebuah candi di sebelah selatan Tretes. Sedangkan Jonggring Salaka itu kawah dari gunung Semeru" "Kurasa candi Indrakilo itu lebih banyak kemungkinannya karena sudah selayaknya apabila sebuah kitab suci disimpan dalam sebuah candi" kata pertapa Parapara "jika Jonggring Salaka, rasanya agak jauh kemungkinannya. Betapa mungkin sebuah kitab suci disimpan dalam kawah berapi ?" "Tetapi menilik bentuk dari bayangan kendi yang merupakan sebuah jalur menjulang ke atas, bukan suatu kemustahilan kalau hal itu diartikan sebagai puncak sebuah gunung" sanggah Kalpika. "Ya, memang kemungkinan bisa juga" balas Parapara "tetapi tipis. Kecuali ada lain petunjuk dari suatu tempat tertentu di sekitar kawah itu" "Hai, engkau benar Parapara!" tiba2 pertapa Kalpika berseru "lihatlah bayangan kendi ini! Bukankah bayangan bundar itu hanya melingkar di sekeliling? Dengan begitu bukankah yang bagian tengah itu merupakan sebuah tempat kosong? Ya, walaupun tempat kosong itu karena terisi oleh kendi sehingga sinar rembulan tak dapat menembus ke tanah, tetapi kita dapat menafsirkannya begitu, Parapara" "Maksud kakang ?" "Tempat ko