Manusia Sebagai Maklhluk Individu Dan Makhluk Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL



MATA KULIAH : ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR DOSEN : UST. SAPARI. M.Pd SEMESTER : IV ( EMPAT ) DISUSUN OLEH :



1. WAWAN SUKIRMAN 2. HARI SUSANTO



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SYUKRIYYAH – TANGERANG



1



Kata Pengantar Segala puji bagi Alloh swt yang telah memberikan segala nikmat kepadakita semua. Sholawat dan salam marilah kita sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa ajaran islam yang hakiki. Sajian dalam makalah



ini sengaja dibuat secara sederhana dan praktis



dengan maksud agar mudah dalam penyajiannya serta dapat secara efektif mencapai tujuan pembelajaran yang dimaksud. Dosen memberikan tugas kepada kami selaku mahasiswa agar dapat mengembangkan sendiri pengalaman belajar secara bermakna dengan tetap berpatokan pada tujuan dan materi pembelajaran yang ada. Dalam makalah ini kami mendapat tugas membahas salah satu kajian di dalam mata kuliah Ilmu Sosial dan Kebudayaan pada bab III yaitu, manusia sebagai makhluk individu, dan sosial. Demikian makalah ini dibuat . Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan untuk itu kami mohon saran dan kritik yang membangun agar menjadi lebih baik di kemudian hari.



Hormat kami,



1. Wawan Sukirman 2. Hari Susanto



2



Daftar Isi



Kata Pengantar ............................................................................................... Daftar Isi ...............................................................................................................



Bab I Pendahuluan ............................................................................................. a. Latar Belakang……………………………………………………………....……………………… b. Rumusan Masalah …..……...……………………………………………………..………..…. c. Tujuan Penulisan ………………….……………………………………………………………..



Bab II Pembahasan............................................................................................ a. Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial ……………………………. b. Fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial…….……….. c. Dinamika interaksi sosial …………………………..………………………………………. d. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat …..….



Bab III Penutup …………………..……………………………………………………………………. a. Kesimpulan ……………………..………………………………………………………………… b. Saran .……………………………………………………………………………………………….



DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seperti yang kita telah ketahui bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan Tuhan



YME. Kesempurnaan



yang dimiliki



oleh



manusia merupakan



suatu



konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Tapi banyak dari mereka yang menyalahgunakan kepemimpinannya untuk melakukan perbuatan yang tidak baik bahkan ada juga dari mereka yang menghiraukan atau tidak peduli sama sekali dengan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi seperti yang sudah tertulis di dalam Al Qur’an. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial, Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial, Dinamika Interaksi Sosial, Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat. C. TUJUAN PENULISAN Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial, Peranan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial, Dinamika Interaksi Sosial, Dilema Antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat. Selain itu tujuan dari penulisan ini adalah agar kita juga dapat mengetahui bahwa kedudukan manusia di muka bumi ini juga telah tercantum di dalam Al Qur’an sehingga kepastiannya pun tak diragukan lagi. Penulisan ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar ( ISBD ) 4



BAB II PEMBAHASAN A. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL 1. Hakikat Manusia sebagai makhluk individu Manusia adalah makhluk individu. Sebagai makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya. Kata "individu" berasal dari kata latin individuum, artinya tidak terbagi. Jadi, kata itu mengandung pengertian sebagai suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu



menyangkut tabiatnya dengan



kehidupan



jiwanya yang majemuk,



memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu bukan berarti menusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan, (Soelaeman, 2001:113). Manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan yang khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu ke-utuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek



sosial



kebersamaan.



Ketiga



aspek



tersebut



saling



mempengaruhi,



keguncangan pada satu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya (Soelaeman, 2001:114). Untuk menjadi suatu individu yang "mandiri" harus melalui proses yang panjang. Tahap pertama, melalui proses pemantapan pergaulan yang dilakukan di lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga ini secara bertahap karakter yang khas akan terbentuk dan mengendap lewat sentuhan-sentuhan interaksi: etika, estetika, dan moral agama. Sejak manusia dilahirkan, ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang 5



membentuk dirinya. Menurut Sigmund Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia berumur 56 tahun (Gerungan, 1980:29). Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku masa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai menjadi dirinya sendiri disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Individu dibebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Individu dalam bertingkah laku menurut pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang dari norma kolektif, kehilangan individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh pahlawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat) dalam situasi yang senantiasa berubah, memberi konotasi "matang" atau "dewasa" dalam konteks sosial. Sebutan "baik" atau "tidak baik" pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif (Soelaeman, 2001:114). Bertolak dari proses penjabaran individualisasi manusia dalam masyarakat tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki perilaku yang didorong oleh aspek individu dan aspek sosial. Meskipun semua manusia sebagai individu memiliki unsur jiwa dan raga yang menyatu, tetapi antara satu orang dengan orang yang lainnya memiliki perbedaan dan kekhasannya baik secara fisik dan psikis. Secara fisik misalnya, ada yang berambut ikal tetapi juga ada yang berambut lurus, ada yang gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, dan seterusnya. Secara psikis juga ada perbedaan, misalnya ada yang pemalu, pemarah, penyabar, periang, dan lain-lain. Dengan kata lain, individu dapat dikenali dengan mudah melalui aspek fisik maupun psikisnya. Manusia selaku makhluk individu di samping memiliki keinginan-keinginan atau motif-motif juga memiliki kebutuhan-kebutuhan secara pribadi. Motif-motif yang melatarbelakangi manusia selaku individu berbuat sesuatu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: bisa bersifat majemuk, berubah-ubah, dan berbeda-beda, atau bahkan bisa jadi tidak disadari oleh individu. Adapun manusia selaku individu juga membutuhkan berbagai kebutuhan, antara lain: kebutuhan fisiologis (pakaian, pangan, tempat, seks, dan kesejahteraan individu), yang kemudian disebut sebagai kebutuhan primer; kebutuhan rasa aman; 6



kebutuhan akan rasa afeksi (yaitu kebutuhan untuk menjalin hubungan atau keakraban dengan orang lain); kebutuhan akan harga diri (esteem needs); kebutuhan untuk mengetahui dan memahami (need to know and understand); kebutuhan rasa estetika (aesthetic needs); kebutuhan untuk aktualisasi diri (self



actualization); kebutuhan transendence, yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan menyelami dunia di luar dirinya seperti spiritualitas dan



rasa religiusitas



(berkeyakinan akan keberadaan Tuhan). Dengan adanya kebutuhan pribadi itulah manusia selaku individu mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, yaitu ada dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri. Tindakan-tindakannya diarahkan untuk memenuhi kepentingan pribadinya meskipun dalam kapasitasnya bisa jadi menjadi bentuk perbuatan yang bernilai pengabdian kepada masyarakatriya. Untuk itulah perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh motivasinya dalam melakukan aktivitasnya. Motivasi atau dorongan perilaku tersebut memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Berbagai bentuk motivasi individu tersebut berupa: kebutuhan untuk berbuat lebih baik dari orang lain



(achievement); kebutuhan untuk memuji, menyesuaikan diri, dan mengikuti pendapat orang lain (defence); kebutuhan untuk membuat rencana secara teratur



(order); kebutuhan untuk menarik perhatian orang lain dan berusaha menjadi pusat perhatian (exhibition); kebutuhan untuk mandiri, tidak mau tergantung orang lain dan tidak mau diperintah orang lain (autonomy); kebutuhan untuk menjalin persahabatan dengan orang lain, kesetiaan, berpartisipasi (affiliation); kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah laku orang lain (intraception); kebutuhan untuk mendapatkan simpati, bantuan, dan kasih sayang orang lain



(succorance); kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya, menguasai, memimpin, menasehati orang lain (dominance); kebutuhan akan rasa berdosa, salah, perlu diberi hukuman (abasement); kebutuhan untuk membantu, menolong, dan simpati kepada orang lain (nurturance); kebutuhan untuk melakukan perubahan-perubahan, tidak menyukai rutinitas (channge); kebutuhan untuk bertahan pada suatu pekerjaan; tidak suka diganggu (endurance); kebutuhan untuk aktivitas sosial individu dalam mendekati lawan jenis, mencintai lawan jenis (heterosexuality); kebutuhan untuk mengkritik, membantah, menyalahkan, senang terhadap



7



Semua perilaku individu yang didorong oleh keinginan memenuhi kebutuhan primer dan motivasi yang melekat pada pribadinya dapat menjadi tolak ukur kepribadian seseorang dalam aktivitas sosialnya. Sinyalemen ini menjadi indikasi atau pertanda seberapa besar makna individu tersebut berperan dalam kehidupan, sehingga eksistensinya sebagai manusia individu dapat diakui memiliki makna, baik secara pribadi maupun terhadap lingkungannya. Manusia sebagai individu akan memiliki arti bagi kehidupannya apabila peran dirinya bermakna bagi orang lain, keluarga, maupun masyarakat secara luas. Salah satu tanggung jawab manusia selaku pribadi yaitu membawa dirinya ke jalan yang lurus, sehingga terpelihara iman dan Islamnya, serta selalu ingat kepada Allah dan bersyukurlah karena nikmat Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam alQur'an, Surat al-Fatihah, ayat 5 dan 6; al-Baqarah, ayat 21, 152, dan 153, dan seterunya. 2. Manusia sebagai Makhluk Sosial Pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk sosial di samping sifat-sifat lainnya



yang



secara



pribadi



dimiliki.



Secara



alami



keberadaan



manusia



membutuhkan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Untuk itu, perlu dilihat makna sosial itu sendiri baik secara kebahasaan maupun dari aktivitas simbolis yang dilakukannya. Secara etimologi, istilah "sosial" berasal dari bahasa Latin socius yang artinya teman, perikatan. Jadi, secara etimologi manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang berteman, memiliki perikatan antara satu orang dengan orang yang lain. Istilah sosial ini menekankan adanya relasi atau interaksi antar manusia, baik itu relasi seorang individu dengan seorang individu yang lain, individu dengan kelompok, atau. kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial ini dapat terjadi di lingkungan keluarga maupun di masyarakat secara luas. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk atas dasar hubungan pernikahan antara laki-laki dan wanita, yang berlangsung lama untuk mendapatkan keturunan dan membesarkan anak-anaknya. Oleh sebab itu, dalam hubungan keluarga ini memiliki lima macam sifat yang menjadi indikasi terbentuknya masyarakat dalam arti keluarga, yaitu: hubungan suami-istri, bentuk pernikahan 8



untuk pemeliharaan hubungan suami-istri, memiliki susunan atau formulasi istilah untuk menghitung keturunan, memiliki harta benda yang menjadi milik keluarga, dan bertempat tinggal bersama. Masing-masing individu yang terhimpun dalam satu keluarga di samping memiliki hak dan kewajiban, juga bertanggung jawab atas keselamatan keluarganya agar selalu dalam keadaan Iman dan Islam, sehingga kelak di akhirat terhindar dari api neraka. Untuk itulah di dalam al-Qur'an, Surat alBaqarah 2:132 ditegaskan : "...janganlah mati kecuali dalam keadaan memeluk



agama Islam." Sementara itu, pengertian masyarakat secara luas adalah menunjuk pada sekelompok orang yang memiliki perasaan tertentu, sehingga menimbulkan keeratan hubungan di antara anggota-anggotanya. Mereka memiliki rasa persatuan karena memiliki kebiasaan atau kebudavaan yang sama, logat bahasa yang sama, asal-usul yang sama, dan bertempat tinggal dalam batas geografis yang sama. Keeratan hubungan ini lebih dirasakan anggota masyarakatnya daripada oleh orang lain. Mereka memiliki ikatan norma-norma dan adapt istiadat yang sama, sehingga masing-masing merasa memiliki dan merasa bertanggung jawab atas keutuhan masya-rakatnya. Kesadaran manusia sebagai anggota masyarakat ini dalam lingkup yang lebih besar lagi adalah bangsa, dan negara. Sebagai makhluk sosial, manusia menyadari keberadaannya berdasarkan keturunan dari pendahulunya yang memiliki identitas asal-muasal suku bangsa sehingga memiliki kapasitas tanggung jawab terhadap kelangsungan suku bangsanya. Demikian juga dalam hal kehidupan bernegara, manusia sebagai makhluk sosiai tidak terlepas dari kehidupan bernegara. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara lainnya. Untuk itu, mereka juga harus memenuhi tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik. Tugas dan tanggung jawab manusia sebagai warga negara adalah ikut menjaga keutuhan serta tegaknya negara, dan memenuhi segala peraturan perundang-undangan yang berlaku



9



B. Fungsi Dan Peranan Manusia Sebagai Makluk Sosial dan Individu Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu yang dapat diketahui bahwa



manusia



memilki



harkat



dan



martabat



yang



mempunyai



hak-hak



dasar,dimana setiap manusia memiliki potensi diri yang khas,dan setiap manusia memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama. Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya, masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak RT, dll), politik (aktivis partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak) bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut. Sebagai makhluk individu manusai berperan untuk mengwjudkan hal-hal sebagai berikut : •



Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.







Mengupayakan terpenuhinya hak-hak dasarnya sebagai manusia.







Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.







Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.







Peranan manusia sebagai makhluk sosial.



Keberadaan manusia sebagai makhluk social menjadiakan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut : •



Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.







Membentuk kelompok-kelompok social. 10







Menciptakan norma-norma social sebagai pengaturan tata tertib kehidupan manusia.



C. Dinamika Interaksi Sosial Dinamika Interaksi Sosial antara lain meliputi ; Akulturasi, Asimilasi, Dan Inovasi. 1. Akulturasi Budaya Adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur suatu kebudayaan lain sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur



kebudayaan



sendiri



tanpa



menyebabkan



hilangnya



identitas



kebudayaan asli. Contoh yang muncul adalah ketika pihak pribumi mulai menerima penggunaan gaya hidup, seperti bahasa, mode pakaian, dan sopan santun ala barat. Kajian akulturasi meliputi lima hal pokok, demikian yang dikemukakan Koentjaraningrat (1997): 1. Masalah mengenai metode untuk mengobservasi, mencatat dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat. 2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan yang sukar diterima oleh masyarakat penerima. 3. Masalah unsur kebudayaan mana saja yang mudah diganti dan diubah dan unsur kebudayaan mana saja yang tidak mudah diganti dan diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing. 4. Masalah mengenai individu-individu apa yang mudah dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing. 5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan sosial yang timbul akibat adanya akulturasi. Dampak akulturasi terhadap masyarakat meniscayakan seorang peneliti perlu memerhatikan beberapa hal berikut: 11



1. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan. 2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing itu. 3. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima. 4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi. 5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing. 2. Asimilasi Budaya Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal-hal sebagai berikut : 1. Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. 2. Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun waktu yang lama. 3. Pertemuan budaya-budaya antar kelompok itu masing-masing berubah watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan suatu watak kebudayaan yang baru/campuran. Faktor penghambat adanya proses asimilasi budaya: 1. Kurangnya pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang dihadapi (dapat) bersumber dari pendatang ataupun penduduk asli. 2. Sifat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi. 3. Perasaan ego dan superioritas yang ada pada individu-individu dari suatu kebudayaan terhadap kelompok lain.



12



Faktor yang memudahkan/penarik terjadinya asimilasi budaya: a. Faktor toleransi, kelakuan saling menerima dan memberi dalam struktur himpunan masyarakat. b. Faktor kemanfataan timbal balik, memberi manfaat kepada dua belah pihak c. Faktor simpati, pemahaman saling menghargai dan memperlakukan pihak lain secara baik. 3. Inovasi (Pembaruan) Campuran, Bermanfaat Bagi Proses Asimilasi Proses pembaruan (inovasi) dapat digolongkan dalam bentuk: a. Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru berupa gagasan individu atau kelompok. b. Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan, penerimaan, dan penerapan proses oleh masyarakat. D. Dilema Antara Kepentingan Individu dan masyarakat Dilema antara kepentingan individu dan kenpentingan masyarakat adalah pertanyaan yang dihadapi oleh manusia manakah yang harus diutamakan. Apabila dihadapkan pertanyaan seperti itu mungkin kita tidak bisa langsung menjawabnya kita akan terdiam sejenak dan berfikir apa yang akan dijawab dan mana yang lebih penting.Terdapat dua pandangan yaitu pandangan individualism dan pandangan sosialisme. Pandangan Individualisme berpangkal pada konsep dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Pandangan invidualisme berpendapat bahwa kepentingan invidulah yang harus diutamakan. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme yang dari kata liber adalah sebagai berikut : •



Penjaminan hak milik perorangan yaitu hak pribadi tidak berlaku hak milik berfungsi sosial.







Mementingkan diri sendiri yaitu membiarkan orang lain untuk melakukan aktivitas.







Pemberian kebebasan pada individu.







Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing. 13



Pandangan sosialisme adalah paham yang mengharapakan masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penugasan individu atas hak milik dan alatalat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapt keadlian, kebebasan, dan kesejahteraan. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarkatlah yang diutamakan. Karena masyarakat merupakan entitas yang besar dan berdiri sendiri dimana individu-individu itu berada. Sosialisme merupakan mementingkan masyarakat secara keseluruhan dan merupakan paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil,selaras,bebas,dan sejahtera bebas dari penguasa individu atas hak milik dan alat-alat produksi.



14



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari Pembahasan diatas kami dapat mengambil kesimpulan bahwa setiap manusia itu mempunyai kepentingan individu dan kepentingan sosial. Kepentingan individu manusia akan mempertahankan harkat dan martabatnya. Oleh karena manusia tidak bias hidup sendiri maka manusia akan memerluka bantuan orang lain , dan akan berinteraksi sosial membentuk kehiupan berkelompok dengan manusia. Namun akan muncul beberapa dilemma antara kepentingan individu dengan kepentingan sosial. Dan memnculkan dua pandangan yang bertolak belakang yaitu : 1. Pandangan Individualisme 2. Pandangan Sosialisme B. Saran Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.



15



DAFTAR PUSTAKA



Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si dan Winarto, S.Pd.,M.Si



16