Mariposa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Page number 1 " REKOR NOVEL DENGAN JUMLAH PEMBACA TERBANYAK " MARIPOSA SEGERA DIFILMKAN TELAH DIBACA 60 JUTA KALI DI WATTPAD LULUK HE AiBook Page number 2 Mariposa karya Luluk H . F Copyright © 2018 , Luluk H . F Hak cipta dilindungi undang - undang All rights reserved Penyunting : Haykal Bukhari Ilustrasi Isi : Indah Rakhmawati Desain Sampul : Coconut Design Penata Isi : Coconut Design Cetakan Pertama , Desember 2018 ISBN : 978 - 602 - 5508 - 61 - 5 COCONUT BOOKS Jl . Pesantren No . 2 Pondok Hijau Kelapa Dua , Depok , Jawa Barat Telpn . 021 - 29842974 Email : coconutbooks05 @ gmail . com Instagram : coconutbooks Didistribusikan oleh : PT BUMI SEMESTA MEDIA Jl . Angsana Raya Pejaten Timur Pasar Minggu , Jakarta Selatan Telpn . 021 - 22852350 Page number 3 Teruntuk yang paling istimewa Abah . Ibu , dan empat kakak perempuanku . AiBook Page number 4 Ó AiBook Page number 5 Mariposa seperti kamu . Aku mengejar , tapi kamu menghindar . Mariposa seperti kamu . Hanya butuh satu detik untukku mencintaimu . Berapa juta detik untukmu mencintaiku ? - NATASHA KAY LOOVI & IQBAL GUANNA FREEDY AiBook Page number 6 No Text Found Page number 7 BUNGA MATAHARI & MARIPOSA TRINGGG . . . Lonceng berbunyi , seorang pembeli masuk ke dalam kafe , membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arahnya . Penasaran atau tidak , itu sudah menjadi jalannya impuls manusia yang dapat menghubungkan reseptor ke efektornya . " Waahh ! Dia Iqbal , kan ? ” ucap seorang gadis berparas cantik dengan rambut hitam panjang bergelombang yang tergerai . Gadis cantik penuh trik , sang pemeran utama , Natasha Kay Loovi . Panggil saja dia ' Acha ' . Kedua mata Acha tak lepas dari seorang pria berseragam dengan earphone terpasang di telinganya itu . Pria yang baru saja memasuki kafe tersebut kini sedang berdiri di depan kasir , memesan minuman . " Siapa , sih ? ” tanya Amanda , sosok gadis lain ikut tertarik dan membalikkan badannya untuk melihat jelas sosok pria AiBook Scanned by CamScanner Page number 8 bernama Iqbal itu . " Ahhh . Si hati batu , " sahutnya sembari menarik satu sudut bibirnya . " Amanda kenal dia ? " tanya Acha antusias . “ Ya ampun . Amanda temen sekolahnya , kan ? ” lanjut Acha baru menyadari seragam yang dipakai Amanda sama dengan seragam yang dipakai oleh Iqbal . " Menurut lo ? "



Acha nyengir tak berdosa . “ Acha baru sadar kalau kalian satu SMA , hehe . ” Amanda melipat kedua tangannya , ditaruh di depan dada . Amanda menatap sosok Iqbal itu lagi , kemudian memandang sahabatnya . " Lo tanya gue kenal sama Iqbal apa enggak ? Jelaslah kenal ! Satu sekolah siapa yang nggak kenal sama dia , " ungkap Amanda . Acha membuka mulutnya , seolah takjub dengan pengakuan Amanda . “ Lo sendiri , kok , bisa kenal Iqbal ? Dia nggak se - famous itu sampai sekolah lain bisa kenal dia , " heran Amanda . Acha tersenyum licik . “ Dia itu cowok yang Acha ceritain dua minggu lalu . Cowok satu camp Olimpiade sama Acha , cowok berwajah dingin tapi berhati malaikat , Nda . " “ Hati malaikat puser lo muter ! ” seru Amanda tajam . “ Ngomong aja jarang , gue kira dia itu bisu ! ” lanjutnya menggebu . Acha menggeleng - gelengkan kepalanya . “ Amanda , Adek Acha nggak suka kata katanya . Amanda nggak boleh ngomong kayak gitu lagi loh , ya . Nggak baik menghina orang ganteng , ” pesan Acha sok bijak . Amanda mendesah berat seraya ikut geleng - geleng melihat tingkah ajaib Acha . “ Jadi , maksud lo Iqbal yang ini ? Cowok yang lo bilang sangat dingin tapi pinter , irit ngomong tapi suka bantu orang lain selama di camp Olimpiade , dan lo masih baper sama dia ? ” Acha menganggukkan kepalanya cepat . “ Acha ngerasa kalau Iqbal itu cinta pertama Acha . Baru kali ini , Acha langsung jatuh cinta sama pria di pertemuan pertama . Iqbal seperti punya aura yang berbeda dengan pria - pria lain yang pernah Acha kenal . ” AiBook Page number 9 " Hm , dia keponakan Aura Kasih mungkin , ” potong Amanda sembarang . " Pokoknya , Acha benar - benar jatuh hati sama Iqbal ! Dia cowok pertama yang buat hati Acha bergetar - getar nggak keruan . ” " HP kali , ah , bergetar , " sewot Amanda . Acha mendengus kecil , lalu mendadak bangkit berdiri dari bangkunya , mengeluarkan ponsel dari tasnya dengan buru - buru . Sementara Amanda mulai menatap Acha curiga . Kedua alisnya tertaut . " Mau apa lo ? ” tanya Amanda mencium tanda - tanda siaga satu . " Minta nomor HP Iqbal . Kemarin waktu camp Acha cuma bisa jadi pengagum dalam diam , dan sekarang Acha akan main terang terangan , Acha nggak mau sia - siain cinta pertama Acha , " jelas Acha . “ Lo waras , kan ? ” " Waras dong . " " Otak lo nggak ketinggalan di rahim emak lo , kan ? ” Acha nyengir . “ Doain Acha , ya ! ” seru Acha dan pergi begitu saja dari hadapan Amanda . Amanda melongo , mulutnya terbuka sempurna . Sahabatnya itu mungkin sudah gila . Bagaimana bisa ada perempuan macam Acha ? Amanda jadi ragu kalau Acha terbuat dari tanah liat seperti manusia lainnya . Amanda bergumam pelan , “ Bagaimana orang macam dia bisa juara Olimpiade Kimia Nasional ? ” Amanda geleng - geleng kepala . “ Gue yakin , pasti emaknya dulu suka hafalin tabel periodik , atau suka liat Jimmy Neutron , atau mungkin ngidam mercon ? ” Amanda membalikkan badanya , ingin melihat aksi gila Acha . Amanda berani bertaruh bahwa Acha akan ditolak oleh Iqbal ! Seratus persen tak perlu diragukan . Amanda sangat yakin , demi Kera Sakti dan Biksu Tong yang masih berusaha mencari Kitab Suci , demi Wiro Sableng yang tak pernah bertemu dengan Ultramen . AiBook Page number 10 duk di tempat ya dalam - dalam g masih belum melihat wajah Iqbal Acha berjalan mendekati Iqbal yang sedang duduk di tunggu pemesanan take - away . Acha menarik napasny dan mengembuskannya . Ia berdiri di depan Iqbal yang masih menyadari kehadirannya .



Acha mengembangkan kedua sudut bibirnya , melihat wain dari dekat saja sudah membuat jantungnya berdetak tak keruan " Boleh minta nomornya ? ” tanya Acha sembari menyodorko ponsel ke Iqbal . Acha menunggu , tak ada reaksi dari Iqbal . Pria itu sedang fol . menatap ponselnya sendiri . " Permisi , minta nomor HP - nya , dong , " ulang Acha lebih berani Sekali lagi tak ada respons dari Iqbal , pria itu malah bersenandung mengikuti alunan lagu di earphone - nya . " Eks - kius - mi . . . , " seru Acha penuh penekanan . Acha menganggukkan kepala dengan pandangan mantap . " IQBAL , MINTA NOMORNYA , DONG ! ” teriak Acha cukup lantang . ili Dan , untuk ketiga kalinya , pria itu sama sekali tak memedulikannya . Acha mendecak sebal . Ia memandang Iqbal lekat , ide gila muncul di kepalanya . Acha tahu ide ini akan terlihat lancang dan sangat gila . Acha tidak peduli , dia yakin untuk melakukannya ! " Ya Allah , maafin Acha . Acha minta maaf , Ya Allah . Maafin . " Acha menarik earphone yang terpasang di telinga Iqbal dan berhasil membuat Iqbal terlonjak kaget . Iqbal mendongakkan kepala , menatap gadis di depanya dengan bingung . “ Minta nomor HP - nya boleh nggak ? ” pinta Acha menampilkan senyum termanisnya . Iqbal mengerjapkan kedua matanya beberapa kali , raut wajahnya berubah sedikit ngeri . Di benaknya mulai muncul berbagai pertanyaan . AiBook Page number 11 Siapa gadis aneh di hadapannya ini ? Apa yang dilakukannya ? Apa dia pernah bertemu dengan gadis ini ? Iqbal mengernyitkan kening , ia sedikit familier dengan gadis ini ? Apa mereka pernah bertemu ? Di mana ? Entahlah , Iqbal sama sekali tak ingat " Iqbal , minta nomornya , " gemas Acha mulai tak sabar karena pria di hadapannya masih diam . “ Lo siapa ? ” tanya Iqbal dingin . Suaranya terdengar begitu berat dan sangat khas . Jantung Acha mendadak lemah , hanya dua kata tapi langsung membuatnya tak berdaya . Acha dengan cepat menyadarkan diri . " Nama Natasha Kay Loovi , panggilannya Acha , umur enam belas tahun , jenis kelamin perempuan , sekolahnya di SMA Triabuna , anak dari Ibu Kirana , dan Acha masih jomlo . " " Hah ? " “ Acha mau minta nomornya Iqbal , kita satu camp Olimpiade , loh , kemarin . Acha di kimia dan Iqbal di fisika . Iqbal pasti ingat sama Acha , kan ? ” tanya Acha dengan percaya diri di atas rata - rata . “ Nggak . ” jawab Iqbal enteng . Acha mendesis kesal . “ Ya udah , cepetan kasih nomor Iqbal , ” pinta Acha tak menyerah . " Buat apa ? ” tanya Iqbal dingin , mulai risi dengan kehadiran Acha . “ Buat SMS - an atau teleponan sama Iqbal . Acha suka sama Iqbal ! ” ungkap Acha terang - terangan . Iqbal terdiam , dirinya sangat terkejut mendengar pengakuan Acha yang sangat jelas tepat di depan wajahnya . Baru pertama kali ada gadis yang berani menyatakan perasaanya langsung tanpa berpikir panjang . Biasanya di sekolah , cewek - cewek yang mengaguminya hanya berani memandang dari kejauhan , paling berani pun hanya memberikan cokelat atau semacam surat yang diletakkan di kolong mejanya . Iqbal menghela napas berat , kemudian berdiri dari tempat duduknya . “ Loh , Iqbal mau ke mana ? " bingung Acha . AiBook Page number 12 ali carphone - nya ,



al mengambil pesanannya kacak pinggang . memalukan taholtak memedulikan Acha , ia memasang kembali . carbh dan berjalan melewati Acha begitu saja . Iqbal mengambil lah iadi , kemudian beranjak keluar dari kafe tersebut “ IQBAL MAU KE MANA ? ” “ IQBAL BELUM NGASIH NOMOR KE ACHA . ” " IQBAL ! ! ” " IOBAL ! ! " Acha menunjukkan raut kesal , kedua tangannya berkacak pino " Liat aja , Acha pasti bisa dapetin nomor Iqbal ! ! Pasti ! ! ” Dari kejauhan , Amanda yang menyaksikan kejadian memalul itu langsung memasukkan kepalanya ke dalam tas . Amanda malu melihat ulah sahabatnya yang kini menjadi tontonan sen orang di dalam kafe . Kan , apa Amanda bilang , Iqbal akan menolak gadis itu ! Bayangkan saja jika kalian yang punya teman macam kayak Ach . Mungkin kalian berdoa agar tiba - tiba memiliki kekuatan hantu Casper , bisa menghilang dan berubah transparan . “ ACHA GILAA ! ! ! " AiBook Page number 13 MURID BARU LANGKAH Iqbal mendadak terhenti , lima langkah lagi ia harusnya bisa sampai di dalam kelas . Namun , kedatangan seorang gadis yang entah datang dari belahan planet mana , membuatnya terpaksa harus terdiam , berpura - pura menjadi patung . " Selamat pagi , Iqbal , ” sapa seorang gadis dengan senyum paling ceria se Nusantara . Iqbal mengerutkan kening , berusaha mengingat wajah gadis ini . Sepertinya dia pernah melihatnya . " Siapa ? ” tanya Iqbal tak ramah . " Iqbal lupa ? " tanya gadis itu kecewa . Senyumnya perlahan memudar . " Siapa ? " Gadis itu berdecak , memberikan tatapan kesal . Namun , sedetik kemudian ia berusaha untuk tersenyum kembali . “ Nama Natasha Kay Loovi , panggilannya Acha , umur enam belas tahun , jenis kelamin perempuan , dua hari kemarin Acha masih sekolah di SMA Triabuna , tapi AiBook Page number 14 emutuskan pindah cha masih jomlo , loh . gadis gila yang dak sedang karena Acha suka sama Iqbal , akhirnya Acha memu sekolah di SMA Arwana mulai hari ini , dan Acha masih Iqbal ingat sekarang . Sangat ingat . Dia adalah gadis pila ditemuinya di kafe lima hari yang lalu . Iqbal menatap gadis itu setengah tak percaya . Dia tidak om dikerjai , kan ? Atau jangan - jangan ia sedang berada di acara Katal Mampus ! Iqbal mengedarkan pandangannya , mencari - cari mung kamera tersembunyi di sekitarnya . " Minta nomor HP Iqbal , ” ucap Acha lebih semanga menyodorkan ponselnya . ncari - cari mungkin ada Iqbal masih terdiam , meresapi situasi apa yang sedang menerpanya saat ini . Musibahkah ? Malapetakakah ? Mimpi burukkah ? Demi seluruh warga Bikini Bottom yang tetap mandi meski tinggal dalam air , Iqbal sama sekali tak mengerti . “ Iqbal , minta nomor HP - nya ! ” Suara Acha yang meninggi , membuat Iqbal tersadar kembali di dunia nyata . Iqbal menatap Acha sekali lagi , mencoba memastikan . “ Lo sakit ? ” " Enggak kok , Acha nggak sakit . Acha alhamdulillah sehat . " “



Terus ? " " Acha suka sama Iqbal . Acha jatuh cinta pada pandangan pertama sejak liat Iqbal di camp dua minggu kemarin . Iqbal cinta pertama Acha , loh . ” jelas Acha mengobarkan semangatnya . Lagi - lagi , Iqbal hanya bisa mendesah berat . " Lo nggak waras ! " decak Iqbal lantas melewati Acha begitu saja . Iqbal dibuat merinding sendiri . Iqbal dengan cepat berjalan masuk ke dalam kelas , melewati teman - temannya yang sedari tadi mengintip kejadian tersebut , Iqbal tak ingin mempunyai urusan dengan gadis gila seperti Acha . Gadis itu membuatnya semakin risi . " Tutup pintu kelasnya ! ” suruh Iqbal tajam kepada siapa pune AiBook Page number 15 Braaakkk ! ! Acha menghela napas berat , meratapi kedua kali nasib tak beruntungnya . Ia menatap pintu kelas Iqbal dengan pandangan sendu . “ Liat aja , Acha pasti bisa dapetin nomor Iqbal ! " “ Acha pasti bisa buat Iqbal suka sama Acha ! " “ LIAT AJA ! ! " Iqbal mencoba untuk fokus mengerjakan beberapa soal fisika di depannya , namun teman sebangkunya yang banyak mulut ini terus saja merecokinya bagai bom atom . Iqbal tak bisa konsentrasi . " Jadi , dia beneran pacar lo ? ” tanya Rian untuk terakhir kali . Iqbal menghela napas berat , meletakkan bolpoin dan menoleh ke samping . Kesabarannya sudah habis . " Gue nggak punya pacar ! ” sentak Iqbal tajam . “ Tapi rumor yang nyebar , pacar lo pindah ke sekolah ini . Namanya Acha ! " jelas Rian . Senyumnya mengambang . “ Waaahh ! ! Setelah sekian lama jomlo , akhirnya temen gue sejak SD ini punya pacar juga , sumpah gue seneng dan terhura banget . " Iqbal tak ingin menghiraukannya lagi , ia kembali menatap ke depan , meraih bolpoinnya dan mengerjakan soal - soal fisika yang tinggal sedikit . Ia membiarkan saja Rian mengoceh lebih tak jelas . Iqbal tak suka membahas hal - hal yang tidak penting seperti itu . BRAAAKKK ! ! Suara gebrakan meja berhasil membuat tubuh Iqbal dan Rian terlonjak secara bersamaan . Mereka menatap ke pelaku dengan tajam . Bisa dipastikan itu adalah sang Raja Semut , Glen Anggara . “ Gue ada kabar baru ! ” ucap Glen dengan wajah tak sabar . " Apaan ? " tanya Rian sedikit malas . " Coba lo tebak . " “ Cireng Mbak Wati naik harga ? ” tebak Rian . " Bukan ! Tebak lagi . ” AiBook Page number 16 bener . Rian bergumam merekahnya . " Naruto dijodohin sama Dora ? ” " Bukaaan , pinter ! Cepetan tebak yang bener . ” Ri pelan , menyalakan mesin otaknya untuk berpikir keras . " Mbak Wati janda lagi ? ” tebak Rian dengan sen " Itu sih mau lo ! ” diam dengan yang tak gatal . Sementara Glen menata a tertarik . Baginya , tidak Rian terlihat berderetan sembari menggaruk kepalanı al Sementara Glen menatap Iqbal yang hanya diam der sikap tenang dan wajah tak berekspresi . “ Bal , lo tebak juga , dong . ” " Ogah ! " jawab Iqbal dingin , tak merasa tertarik . Bagin penting . " Apaan , sih ? Cepetan kasih tau ! " gemas Rian mulai tak sahn . Glen menganggukkan kepala , menatap Rian lekat - lekat . " Jadi , ada anak baru cantik banget , namanya Acha dan dia pindahan dari SMA Triabuna , kabarnya dia salah satu anak pinter , dan . . . . "



“ Dan apaan ? " tanya Rian tak sabar . “ Dan dia adalah pacar Iqbal , pemirsah ! ” Bolpoin di tangan Iqbal langsung terjatuh , kupingnya terasa pan mendengar kalimat tersebut , entah sudah berapa kali pernyataan itu menusuk - nusuk di gendang telinganya . ia salah satu anak paling Iqbal merasa jengah . Seluruh darahnya langsung naik cepat sampai ujung kepala . " Itu mah bukan kabar baru ! Gue juga tau ! ” sewot Rian . Glen menatap Iqbal kembali , tak memedulikan omelan Rian . “ Bal , seriusan dia pacar lo ? Jadi gosip lo homo itu nggak bener , kan ? Lo serius doyan cewek , kan ? Lo akhirnya punya dede gemes , kan ? Punya pacar , kan ? " tanya Glen bertubi - tubi . Iqbal menarik earphone dari kolong meja , membuat beberapa cokelat di sana jatuh tak berdosa ke lantai . Iqbal segera memasang earphone tersebut , memutar lagu dengan volume paling keras . “ Yaah . . . . Penonton Ke - Ce - Wa ! ” seru Rian dan Glen bersama dengan nada ala lagu BCL . AiBook Page number 17 Glen dan Rian hanya bisa menatap Iqbal dengan pasrah . Teman mereka yang satu ini memang sangat susah diajak bicara , dan paling dingin di antara deretan menu es yang dijual Mbak Wati di kantin . Glen memandang Rian . " Emang beneran , Yan ? ” tanyanya . “ Apa ? " sahut Rian tak mengerti . “ Naruto sama Dora dijodohin ? ” Ritual seorang Iqbal setelah bel pulang sekolah berbunyi hanya ada dua . Pertama , menunggu sampai semua teman - teman kelasnya keluar , dia malas jika harus berdesak - desakan dan antre panas - panasan di parkiran sekolah untuk mengeluarkan motornya . Kedua , yaitu ritual keramat ! Iqbal menghela napas berat , tubuhnya ia sandarkan ke papan tulis dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana . Kedua matanya mengamati kedua teman ajaibnya yang sedang sibuk mengecek seluruh kolong meja kelas . Kalian tahu , kan , mereka sedang apa ? Ya , seperti yang kalian pikirkan . " Glen , gue nemu tiga bolpoin di mejanya si Siti ! ” teriak Rian mengangkat tiga bolpoin itu tinggi - tinggi . Raut wajahnya begitu berbinar . “ Waahhhh keren ! Siti hebat ! Baik syekali Siti binti Abdillah Syamsul , ” balas Glen tak kalah heboh . " Cari lagi Glen , di meja sebelah barat , siapa tau kita nemu lagi , " ucap Rian lebih bersemangat . " Oke - oke , misi rahasia siap dilaksanakan komandan ! " Iqbal menggeleng - gelengkan kepalanya , takjub . Bagaimana bisa ia berteman dengan kedua pria ini ? Bagaimana bisa pertemanan mereka awet bak ikan asin dikasih formalin ? Bagaimana bisa mereka satu sekolah sejak dari SD , SMP , bahkan SMA ? 17 AiBook Page number 18 Apakah ini takdir ? Cuihh ! Iqbal tak sudi menyebutnya ta Iqbal mengangkat tangan kanannya , mengecek jam tangan . Sudah pukul dua siang , tiga puluh menit setelah bel pulang berbunyi . . . sekarang parkiran cukup sepi . " Gue balik duluan , ” teriak Iqbal berpamitan kepada kedua temannya “ Hati hati , ” balas Rian ikut berteriak . " Kalau ketemu Naruto di jalan nggak usah takut . Bilang aja la temennya Glen ! ” sahut Glen tak kalah keras . Iqbal melangkah keluar kelasnya , tak memedulikan kegilaan Glen “ Astaghfirullah ! ” kaget Iqbal memundurkan tubuhnya beberapa langkah . Iqbal terkejut melihat penampakan sosok gadis berambut pania bergelombang yang tiba - tiba sudah di hadapannya dengan ponse disodorkan ke arahnya . Iqbal menghela napas berat , melepaskan earphone yang sedari tadi terpasang . Iqbal menatap gadis itu tak suka . " Mau lo apa , sih ? ” tany Iqbal tajam .



“ Nomor HP Iqbal , ” jawab Acha tanpa menghilangkan senyum di paras cantiknya . “ Gue nggak mau kasih , ” tolak Iqbal . " Kenapa nggak mau ? Tadi di kantin aja banyak cowok yang minta nomor Acha , harusnya Iqbal bersyukur cewek secantik Acha minta nomor Iqbal , ” cerita Acha dengan bangga . “ Amin . ” seru Iqbal datar . " Jadi Iqbal mau ngasih nomor Iqbal ke Acha , kan ? ” tanya Acha bersemangat . “ Nggak , " tolak Iqbal mentah - mentah . “ Minggir ! ” usir Iqbal . Acha menggelengkan kepalanya . “ Kasih nomor Iqbal dulu , " pinta Acha memohon . " Gue nggak mau . ” " Kalau gitu Iqbal kasih delapan angka nomor Iqbal aja , sisanya nanti Acha cari sendiri , " ucap Acha bernegosiasi . AiBook Page number 19 Salah satu sudut bibir Iqbal terangkat , menatap Acha dengan tak suka . Detik berikutnya Iqbal berjalan , menabrak kasar bahu Acha . Kesekian kalinya Acha ditolak ! Acha menggeram , menahan kekesalannya . “ Sial ! ” umpatnya . Acha mengibas - kibaskan tangan , tubuhnya mendadak terasa panas . “ Acha nggak akan nyerah ! ” " Sampai Nobita juara matematika se - kecamatan , Acha nggak bakal nyerah ngejar Iqbal ! " " Sampai Cinta Fitroh tayang lagi di TV , Acha nggak akan pantang mundur ! " “ Seorang Natasha Kay Loovi nggak bakalan menyeraahh ! ! ” Acha mengepalkan kedua tangannya sekuat mungkin , lalu mengangkatnya tinggi . " Hidup Cinta Fitroh ! " Setelah menutup kembali gerbang rumahnya , Iqbal segera berjalan menuju teras . Ia menemukan papanya yang sudah sibuk dengan burung - burung mahalnya . Yah , hobi aneh Mr . Bov , Papa Iqbal , sejak sebulan lalu , mengoleksi burung - burung dengan harga jutaan . Iqbal mendekati papanya , menyalami . “ Gimana ? " tanya Mr . Bov . " Apanya ? ” sahut Iqbal bingung . “ Sekolahnya . " “ Ya gitu , " jawab Iqbal sekenanya . Mr . Bov mengangguk - anggukkan kepala , tak kaget dengan sikap cuek Iqbal . “ Sapa dulu adik - adik angkatmu , " suruh Mr . Bov memberi kode ke arah burung burung peliharaannya . Iqbal menghela napas pelan , dengan malas ia mengangkat tangan kanannya , melambaikannya . 19 AiBook Page number 20 Beio dan Mirna Dan sejak dua naik pangkat menjadi adik - adik , Namun , lengannya dicegah hai Mirna , " sapa Iqbal ogah - ogahan . Bejo dan burung jenis lovebird kesayangan papanya . Dan seja minggu lalu , kedua burung itu telah naik pangkat men angkat Iqbal . Oke sip ! “ Iqbal masuk dulu , ” pamit Iqbal . Iqbal berniat melanjutkan langkahnya . Namun , lenga oleh Mr . Bov . “ Apa lagi , Pa ? " tanya Iqbal berusaha tetap sabar . Mr . Bov tiba - tiba tersenyum teringat akan sesuatu . Ia menyur , Iqbal untuk duduk kembali . Iqbal pun menurut saja . “ Tadi siang Papa ketemu sama salah satu klien di kantor . ” " Terus ? " tanya Iqbal tidak tertarik " Terus klien Papa cerita , dia punya putra yang sekarang kuliah di Bristol University jurusan Aerospace Engineering . ” Iqbal menoleh ke papanya , kedua matanya langsung terbuka sempurna . Otaknya berubah menjadi kembali bersemangat . labal menegakkan tubuhnya . Universitas dan jurusan tersebut adalah impian Iqbal sejak dirinya duduk di kelas VIII . Iqbal sangat berharap bisa kuliah di sana , ia ingin sekali mengejar cita - citanya



untuk menjadi seorang astronaut . " Terus , Pa ? ” tanyanya mulai tertarik . " Papa cerita bahwa kamu juga sangat ingin masuk ke sana , lalu klien Papa bilang , dia akan ngenalin kamu dengan anaknya . Jadi , kamu bisa belajar banyak dari dia soal persiapan apa aja yang dibutuhin untuk kuliah di sana . ” Iqbal mengangguk lebih semangat . “ Makasih banyak , Pa . Iqbal tunggu kabar baiknya . ” “ Iya . Nanti kalau Papa udah dapat nomor anak klien Papa itu , segera Papa kabari kamu . ” " Siap ! " " Masuk sana , mandi . ” Iqbal menganggukkan kepalanya , segera masuk ke da , segera masuk ke dalam . AiBook Page number 21 “ Bersihin hati juga , Bal ! Biar nggak individualis terus ! ” teriak Mr . Bov menggoda putra bungsunya lagi . “ Berisik ! ” balas Iqbal tak kalah kencang dari ruang tamu . Iqbal melempar tasnya ke sembarang arah , membaringkan tubuhnya di atas kasur yang terasa sangat empuk . Iqbal memandangi langit - langit kamar . Bayang - bayang kampus impiannya tergambar lagi dan membuatnya tak berhenti tersenyum . Iqbal menoleh ke samping , melihat berbagai koleksinya . Mulai dari baju astronaut , teleskop , miniatur roket dan pesawat , berbagai miniatur planet , serta banyak lainnya . Kecintaan Iqbal akan dunia luar angkasa begitu besar . Sejak kepergian mamanya , Iqbal seakan memilih hobi itu untuk mengalihkan kerinduannya kepada almarhumah . Drtt . . . . Drttt . . . . Ponsel Iqbal berdering nyaring , Iqbal mengeluarkan dari saku , menatap layar ponsel . Ada nomor tak dikenal menghubunginya . Iqbal berpikir keras , siapa pemilik nomor ini ? Nyatanya , yang mengetahui nomor Iqbal hanya segelintir orang . Bahkan , jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan ditambah jari kaki . Iqbal tidak suka memberikan nomornya kepada orang lain , kecuali untuk hal penting . Tanpa belas kasih , Iqbal me - reject panggilan itu . Drtt . . . . Drttt . . . . Sekali lagi ponselnya berdering , sepertinya orang yang menghubunginya ini begitu tak sabar . Tak mau berpikir panjang , Iqbal memilih menerima panggilan tersebut , siapa tahu saja memang penting . " Iqbal , ini Acha . Akhirnya Acha dapat nomor Iqbal , loh . " Iqbal terdiam sebentar . “ Lo dapat nomor gue dari mana ? ” tanya Iqbal dingin . " Acha dikasih sama Rian dan Glen , " jawab Acha jujur . “ Upss . . . Acha sengaja keceplosan . Hehe . ” AiBook Page number 22 va tanpa sadar terkepal crat . kedua sahabatnya itu . Outus . Iqbal menatap layar ponselnya dengan tatapa , Iqbal menghela napas berat , tangannya tanpa sad Ingin rasanya mengumpat pada kedua sahabatnya i " Iqbal simpan , ya , nomor Acha . Makasih . Bye . ” Sambungan terputus . Iqbal menatap layar ponselnya cukup tajam . Ia meremas ponselnya kuat . Iqbal sekali lagi hanya bisa menghela napas berat . Co ini Tuhan . Ketenangan hidupnya mungkin sebentar lagi al " Aarghhssss ! ! ” teriak Iqbal frustrasi . pas berat . Cobaan apa lagi ebentar lagi akan hilang . al frustrasi . AiBook Page number 23 RITUAL SENIN HARI Senin yang cukup sibuk . Pukul setengah tujuh pagi siswa SMA Arwana



berkeliaran untuk bersiap menjalankan upacara bendera , ritual wajib hari Senin . Iqbal memakai topi upacaranya , bersiap berdiri dan keluar kelas . " Ya elah Bal , jangan marah dong . Kayak cewek PMS lo , ” ucap Glen mengekori Iqbal . " Iya Bal , sorry . Maafin kami , lah , " tambah Rian . , “ Iya Bal , maafinlah . Masa kita perlu berlutut sambil joget " Jaran Goyang dulu biar lo maafin kita , " sahut Glen mulai ngaco . " Iya Bal , maafinlah . ” “ Kalau lo mau , kita bisa kok , Bal , joget kayak Super Junior sambil nyanyi , Sorry sorry sorry i am sorry . . . , " tambah Glen makin meracau . Iqbal menghentikan langkahnya di ambang pintu . “ Disogok apa lo berdua ? " tanya Iqbal penasaran . “ Beneran lo mau tau ? ” “ Hm . " Glen dan Rian saling berpandangan sebentar , tersenyum penuh arti . " Alhamdulillah kemarin kita dikasih bolpoin satu kotak beserta penggaris tujuh buah dibayar tunai ! " jawab Glen dengan bangga . an . AiBook Page number 24 HP gue sama ri ini Acha whkan , beberapa Iqbal mendecak sinis . “ Lo berdua barter nomor HP bolpoin ? " tanya Iqbal takjub . " Iya , kan bisa dijual lagi , ” jawab Rian enteng . “ Yups , biar kita nggak mungutin bolpoin si Siti binti Abd : Syamsul lagi , " sambung Glen . “ Kan , kasihan dia terzalimi ter Iqbal memejamkan kedua matanya rapat - rapat , mengatur par nengatur napas agar lebih tenang , amarahnya baru saja akan meledak . Akibat ulah dari Glen dan Rian tersebut , dua hari ini a terus - terusan mengirim pesan tak jelas kepada Iqbal . Bahkan , bebe kali gadis itu meneleponnya . Hidup Iqbal tak damai lagi , ia s di teror oleh sasaeng fans . " Terserah lo berdua ! ” Iqbal langsung pergi begitu saja , tak ingin menggubris lagi kedua sahabat gilanya itu . " Lo sih ! ” ucap Glen menyalahkan Rian . " Kok gue ? Kan elo yang ngasih , ” sahut Rian tak terima . “ Kan elo yang dukung . " “ Kan elo yang setuju . " “ Kan elo yang nerima barang sogokannya . " “ Kan elo yang nyimpen . ” “ Kan elo yang temennya Iqbal , ” ucap Glen tak berdosa . “ Emang lo bukan temennya ? ” Glen berdeham pelan . “ Enaknya gimana , ya ? Mmm . . . . Gue pikir - pikir setahun dulu , gimana ? ” Rian menampar pipi Glen pelan , menyadarkan pria itu . “ Mending sekarang kita kejar Iqbal . Bisa nggak dikasih contekan lagi kita pas ujian , " ucap Rian waswas . “ Wah , bisa mampus nilai gue ! ” " Ayo kejar kunci jawaban berjalan kita ! ” “ Kejaaaar ! ! ” “ Kejarrr ! ! ” SI AiBook Page number 25 Iqbal masuk barisan kelasnya , berdiri di samping Dino , teman segrupnya saat Olimpiade . Iqbal melirik ke arah Dino , pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya dan raut wajahnya tampak gusar . Sebenarnya Iqbal tidak penasaran , tapi sikap pria itu seperti ingin ditanya . “ Kenapa ? ” tanya Iqbal . Dino menoleh . “ Si Dina izin nggak masuk sekolah , dia minta gue buat gantiin jadwal dia jaga di UKS . ” " Terus ? ” " Gue nggak suka bau alkohol , apalagi obat - obatan . Paling males gue kalau disuruh ke rumah sakit apalagi UKS , merinding gue , ” jelasnya . Iqbal manggut - manggut mengerti . “ Lo temen gue , kan , Bal ? ” tanya Dino tiba tiba . " Penginnya sih bukan . ”



“ Sia ! Bantuin gue , Bal . Sekali aja , " pinta Dino . “ Gantiin jadwal jaga Dina . Kan enak , lo nggak usah ikut upacara . ” Iqbal diam mempertimbangkan , tawaran cukup menarik . Ia paling cuma diam sambil mencatat nama siswa yang masuk ke UKS . " Pemimpin uparaca hari ini Pak Handoko sang manusia harimau , ceramahnya paling lama , Bal , ” kompor Dino lebih meyakinkan Iqbal . “ Enak kan , lo nggak usah denger ceramahnya yang ngalah - ngalahin kampanye camat . ” “ Oke , " jawab Iqbal akhirnya setuju . " Seriusan ? ” “ Hm . ” Dino bersorak dalam hati , dirinya terselamatkan dari amukan sang pacar . Dino menepuk pundak Iqbal . “ Thanks , Bro . " Iqbal menganggukkan kepala , kemudian membalikkan badan untuk berjalan ke UKS . Kapan lagi ia bisa lari dari ucapara bendera hari Senin . Momen yang langka . " Mau ke mana , Bal ? ” tanya Glen yang baru masuk barisan bersama Rian . 25 AiBook Page number 26 uit berjalan ng diundang " Nemuin Naruto , " jawab Iqbal asal , kemudian lani tak memedulikan kedua sahabatnya itu . “ Wah , dia beneran marah sama kita ? " gumam Rian . Glen diam , terlihat berpikir . “ Kok cuma Iqbal aja yang diu , tanya Glen entah ditujuhkan ke siapa . “ Maksud lo ? Diundang ke mana ? " bingung Rian . " Acara tunangannya Naruto sama Dora , ” jawab Glen wajah polosnya . Rian menghela napas berat , menepuk - nepuk punggung G . " Makanya Glen , kalau nemu micin di jalan jangan dijilat . Lan aja lo telen sebungkus ! Biar pinter ! " vab Glen dengan jilat . Langsung ngan bernuansa putih da . Acha menoleh , Acha menyapu pandangannya ke seluruh ruangan bernuans ini . Tak ada siapa pun kecuali dirinya dan Amanda . Acha me memandang Amanda yang tengah membentuk dasi . " UKS di sini kok sepi , ya , Nda ? ” tanya Acha . “ Emang UKS di sekolah lama lo gimana ? " “ Waah , kayak penampungan anak - anak bebek yang kurang sentrat . " ucap Acha sembari membayangkan keadaan UKS di sekolahnya dulu . Amanda tertawa pelan , ia selesai merapikan dasinya . Amanda berjalan mendekati Acha . “ Lo nggak apa - apa , kan , sendiri di sini ? ” “ Acha pengin ikut upacara . Siapa tau aja bisa ketemu Iqbal , " rajuk Acha · Amanda berdecak sebal . “ Lo bisa pingsan , Cha ! Lo punya anemia , ” peringat Amanda . Acha menggelengkan kepalanya . " Acha kuat kok , Nda , seriusan . Tadi pagi Acha udah minum obat . " " Cih , berdiri lima belas menit aja udah mau ambruk . Batang toge aja lebih kuat daripada tubuh lo , " cerca Amanda dilebih - lebihkan . 26 . AiBook Page number 27 Acha mendengus sebal , ia tak bisa membantah ataupun melawan Amanda . Daripada nanti gadis itu mengadukannya kepada sang Mama . Acha tak ingin mendapat ceramah siang dan malam di rumah . " Ya udah , iya , Acha di UKS aja . Tapi ada satu syaratnya . ” " Apaan ? ” curiga Amanda . Acha tersenyum licik . “ Kalau ketemu Iqbal salam , ya , dari Acha . "



Amanda langsung geleng - geleng sendiri , mengiakan saja keinginan Acha . Amanda pun keluar dari UKS meninggalkan Acha sendiri . Acha sendiri segera membaringkan tubuhnya di atas kasur , tak lupa menarik tirai putih untuk menutupi biliknya . Acha ingin tidur saja pagi ini . Braakk ! Baru saja Acha memejamkan mata , terdengar suara pintu UKS ditutup cukup keras . Kedua mata Acha kembali terbuka lebar . “ Siapa itu ? Amanda , ya ? Kenapa ke sini lagi ? ” Acha bangun , membuka tirai putih yang menjadi penghalang biliknya . Ketika tirai terbuka sempurna , saat itulah Acha dapat melihat jelas siapa yang membuka pintu . " Iqbal . . . , " lirih Acha gugup . Kedua matanya membulat sempurna , tak percaya dengan yang ada di hadapannya sekarang . Detik kemudian , senyum di wajah Acha mengembang . " Iqbal ngapain di sini ? Iqbal sakit ? Sakit apa ? ” tanya Acha beruntun . Iqbal tak menjawab , pria itu diam dan memandang Acha tanpa ekspresi . Ia terlihat begitu tenang , tak ada raut wajah terkejut ataupun takut . Yah , seorang Iqbal selalu pandai mengontrol diri , bahkan raut wajahnya sekalipun . “ Iqbal sakit , ya ? ” tanya Acha , mendekat . “ Nggak , ” jawab Iqbal singkat , ia menarik bangku dan duduk . Iqbal menghela napas , dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena memilih ke tempat ini . Sungguh , ia tak menyangka akan bertemu dengan gadis gila ini . Acha ikut duduk , tepat di seberang Iqbal . Ia tak berhenti tersenyum dan memandangi Iqbal . “ Lo ngapain di sini ? ” tanya Iqbal tak ramah . AiBook Page number 28 « Wanh , keren ! Barusan Iqbal tanya ke Acha ? Wabbe ? Wahh ! ! Langka ! " bisa ikut upacara , di Acha gampang rin Acha ? " tanya Acha Kini Iqbal sendiri yang dibuat bingung . “ Iqbal tanya ngapain Acha di sini ? Acha nggak bisa ikut nya Acha ke sini . Acha punya anemia , jadi Acha pingsan , " jelas Acha panjang lebar . Iqbal menganggukkan kepalanya singkat . “ Iqbal sendiri ngapain di sini ? Nyamperin Acha ? ” tan nuh percaya diri . “ Nggak . ” “ Terus ngapain ? Iqbal kabur ya ? Nggak mau ikut upacara ) , " Nggak . ” " Terus kenapa ? Kok , jawabnya ‘ nggak ' mulu ? ” labal menelan ludah , mendadak tenggorokannya terasa kering Gadis ini terus saja mengoceh tak ada henti . Iqbal diam saja , tal ingin menanggapi . Namun , yang namanya Acha tidak akan pernah berhenti untul mendekati Iqbal . Ia pantang menyerah dalam melakukan apa demi Iqbal ! “ Iqbal , ” panggil Acha . " Apa ? ” sahut Iqbal malas , Iqbal menarik salah satu buku kesehatan dan membacanya . Hanya sebagai pengalihan daripada harus meladeni Acha . “ Acha boleh tanya sesuatu nggak ? ” " Nggak . " Acha tak peduli , ia tetap bertanya . “ Acha nggak apa - apa , kan , suka sama Iqbal ? Iqbal nggak marah , kan ? ” Iqbal mematung di tempat , pertanyaan tersebut berhasil membuat seluruh tubuhnya langsung merinding . Di benaknya sekarang adalah bagaimana bisa gadis ini dengan mudah mengutarakan perasaannya ? Sangat luar biasa ! “ Iqbal , jawab , ” pinta Acha . “ Terserah . ” AiBook Page number 29 “ Beneran terserah Acha ? Makasih Iqbal . Wah , Iqbal baik banget ternyata , ” ucap Acha heboh sendiri . Iqbal memilih kembali membaca buku yang dipegangnya . “ Acha tanya lagi boleh ? ” Iqbal menghela napas berat , mengangkat kepalanya . Ia memandang Acha , kesabarannya pelan - pelan menipis .



" Apa ? ” sahut Iqbal ingin secepatnya mengakhiri semua ini . " Iqbal udah punya pacar belum ? ” " Udah ! ” jawab Iqbal tanpa berpikir panjang . Acha memanyunkan bibirnya , menatap Iqbal penuh selidik . " Bohong banget ! Kata Mira , temen baik Acha , Iqbal itu nggak pernah punya pacar dari bayi ! Jomlo aja sok - sokan ! ” tukas Acha berani . " Terus , mau lo apa ? ” " Mau Acha ? ” tanya Acha balik penuh semangat . “ Iqbal jadi pacar Acha . Mau , kan ? " Buku di tangan Iqbal terjatuh begitu saja , kedua mata Iqbal mengerjap beberapa kali . Ia berusaha mencerna baik - baik pertanyaan yang baru saja diungkapkan oleh Acha . “ Iqbal mau nggak jadi pacar Acha ? " tanya Acha lagi . “ Nggak , ” tolak Iqbal cepat . " Kok , nggak mau ? Kenapa ? " lirih Acha sedih . “ Menurut lo kenapa ? Acha mengerutkan keningnya , tampak berpikir . " Kenapa , ya ? Nggak tau . Padahal Acha kan cantik , pinter , dan rajin menabung juga . " “ Kata siapa ? ” " Acha barusan , " cengir Acha tak berdosa . Iqbal menahan napasnya beberapa detik , hawa di sekitarnya mendadak berubah panas . " Lo sakit ? " tanya Iqbal ingin memastikan . " Acha cuma sakit anemia aja . Selebihnya Acha sehat , ” jawab Acha dengan polosnya . " Otak lo ? ” AiBook Page number 30 ak Acha ? Otak cakap dengan bayi Acha langsung memegangi kepalanya . “ Kenapa otak Acha Acha ada di dalam . Acha nggak bisa liat . ” P labal dibuat melongo , ia seperti sedang bercakap dengan berumur tiga bulan . Iqbal dibuat tak bisa berkata - kata lagi . “ Gimana , Iqbal ? ” " Apanya ? ” pe “ Iqbal jadi pacar Acha , ya . Acha juga belum punya pacar soalnya Malah , semua cowok yang suka sama Acha , Acha tolak sem cerita Acha . Iqbal lagi - lagi hanya bisa menghela napas . la memandang An lekat . " Lo bisa diem nggak ? " “ Nggak bisa , Iqbal . Maaf , ” lirih Acha sedikit takut . " Kuping gue sakit denger lo ngoceh terus . ” " Maafin Acha . " “ Lo itu manusia apa burung beo ? ” heran Iqbal . “ Acha manusia , kok , Iqbal . Sumpah , beneran Acha manusia , bukan burung beo , " jawab Acha dengan serius . “ Ini , liat Acha punya dua telinga , dua mata , dua alis , satu hidung , satu mulut , bahkan Acha punya satu puser di perut . Iqbal mau liat ? ” " NGGAK ! ” Iqbal memegangi kepalanya yang ingin meledak , gadis ini berhasil membuat kemarahannya naik sampai ujung ubun - ubunnya . Kesabarannya sudah mencapai batas . “ Iqbal marah , ya ? Maafin Acha . Iqbal jangan marah sama Acha . " Iqbal tak memedulikan Acha . Ia segera berdiri dari bangkunya , berjalan ke arah pintu , hendak keluar dari ruang UKS yang terasa seperti rumah sakit jiwa . Iqbal membuka pintu ruang UKS lebar - lebar . " Ngapain kamu di UKS , Iqbal ? ” suara berat menyapa Iqbal . . Iqbal mematung di tempat , tangannya mencengekram erat knop pintu . Iqbal menelan ludah susah payah . Kenapa Pak Handoko bisa ace di sini ? Bukannya kata Dino beliau yang memimpin upacara ha 30 AiBook Page number 31 Pak Handoko mengedarkan pandangannya . “ Siapa gadis itu ? Kalian berdua ngapain di UKS ? Kalian berdua pacaran ? ” tanya Pak Handoko mulai murka . " Iya pak . Iqbal sama Acha pacaran , " jawab Acha dengan tak berdosanya .



Iqbal menyumpah dalam hati . Bagaimana bisa gadis itu menjawab dengan begitu mudahnya . Pak Handoko menatap Iqbal tajam . “ Benar itu , Iqbal ? Kamu pacaran di UKS ? ” “ Nggak , Pak . Saya gantiin Dina jaga di UKS dan cewek ini katanya sakit , " jelas Iqbal berusaha meluruskan kesalahpahaman ini . " Kok , saya tidak dapat laporan bahwa kamu menggantikan Dina ? ” Iqbal tersudut , ia bingung harus menjelaskan bagaimana lagi . " Iqbal sama Acha emang pacaran , Pak . Tapi kami nggak pacaran di UKS , kok . Sumpah , ” ucap Acha tiba - tiba sudah berdiri di samping Iqbal . Pak Handoko beralih memandang Acha . " Saya tidak pernah liat kamu , kelas berapa ? ” " Perkenalkan , nama Natasha Kay Loovi , panggilannya Acha , kelas sebelas - C . Acha murid pindahan sejak tiga hari kemarin , dan Acha pacarnya Iqbal . Salam kenal , Pak . " Pak Handoko dibuat ternganga mendengar jawaban Acha yang begitu lengkap . " Jadi , kalian pacaran atau tidak ? ” tanya Pak Handoko tak sabar . " Iya ! ” he “ Nggak ! ” Pak Handoko menggeram . “ Saya anggap kalian telah menyalahi aturan karena berpacaran di UKS . Saya hukum kalian bersihkan kolam renang sepulang sekolah ! " perintah Pak Handoko . " Tapi , Pak . Kan . . . . " Pak Handoko menajamkan kedua matanya , “ Saya tidak suka dibantah ! Apa kamu mau saya memberimu poin merah , Iqbal ? ” Iqbal menghela napas , pasrah . “ Tidak , Pak . ” 31 AiBook Page number 32 gan diulangi lagi ! " “ Kalian kembali ke kelas masing - masing dan jangan diulan " Iya , Pak , " jawab Iqbal dan Acha bersamaan . " Cepat kembali ke kelas sekarang ! " Iqbal dan Acha menganggukkan kepala , menuruti pe hami situasi tadi . cha ikut berhenti . Pak Handoko . Mereka berdua a berdua berjalan beriringan , kembali ke ke masing - masing . " Kita dihukum , Iqbal ? ” tanya Acha belum memahami situs " Hm . " “ Kenapa ? Emang kita salah apa ? ” Iqbal menghentikan langkahnya , membuat Acha ikut berh . Iqbal menoleh ke arah Acha , menatap gadis itu tak suka . “ Lo bisa berhenti ngikutin gue ? " “ Nggak bisa . Kan , Acha suka sama Iqbal . ” " Gue nggak suka sama lo . ” “ Nggak apa - apa , kok . Acha yakin nanti Iqbal pasti suka sama Acha . " ' " Nggak akan ! " “ Kenapa ? " lirih Acha sedih . Iqbal tak menjawab , langsung pergi begitu saja . Ia lagi - lagi mencampakkan Acha . Acha menundukkan kepalanya , raut wajahnya bertambah sedih , “ Susah banget dapetin hatinya Iqbal , itu hati apa semen ? Kokoh banget , tak tertandingi . Tapi Acha nggak boleh nyerah . Nggak boleh ! ” Acha mengangkat kepalanya tegak . Ia kembali bersemangat . " Song Joongki aja bisa nikah sama Song Hyekyo , masa Acha nggak bisa dapetin hati Iqbal . Malu dong sama Taylor Swift . ” Sore hari , SMA Arwana terlihat mulai sepi , menyisakan segelint murid yang mengikuti ekstrakurikuler atau murid kelas XII yang tenga . . mengikuti tambahan kelas . AiBook Page number 33 Begitu juga dengan kedua insan ini , Acha dan Iqbal . Sepulang sekolah , mereka berdua harus menjalankan hukuman yang diberikan Pak Handoko , membersihkan kolam



renang . al Acha dan Iqbal membersihkan kolam renang berdua , karena sepertinya hari ini tak ada yang membuat pelanggaran selain mereka berdua . Sebenarnya , mereka pun tak bersalah . Hanya kesalahpahaman yang terlalu fatal . Bagi Iqbal , ini adalah malapetaka . Selama ia masuk ke sekolah ini , ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya hukuman dari guru . Semua ini karena gadis gila bernama Acha . “ Luas banget kolam renangnya . Acha capek , ” lirih Acha , memijati pundak kananya yang terasa kencang . Acha menatap Iqbal yang hanya diam dan terus menyelesaikan tugasnya dengan cepat . Acha berjalan mendekati Iqbal yang tengah membersihkan lantai di pinggir - pinggir kolam . “ Iqbal , ” panggil Acha . Iqbal diam tak menjawab , bahkan menoleh pun sama sekali tidak . “ Iqbal marah , ya , sama Acha ? ” “ Nggak , " jawab Iqbal singkat . " Beneran ? ” " Hm . ” Acha berusaha untuk tersenyum . “ Kita romantis banget ya , Iqbal , bisa dihukum bareng . Acha seneng banget . Iqbal seneng nggak ? " “ Nggak . ” “ Yah , kok enggak , " lirih Acha lemah . “ Iqbal mau Acha bantuin ? ” tawar Acha melihat Iqbal yang kesusahan membersihkan pinggiran kolam . Acha mendekati Iqbal , ingin mengambil alat pel yang dipegang oleh Iqbal . " Ngapain lo ? ” tanya Iqbal dingin , tangannya mengeratkan alat pel di tangannya . “ Bantuin Iqbal . Biar Acha aja yang bersihin , ” jawab Acha , berusaha menarik dan merebut alat pel tersebut . ) “ Nggak usah , " tolak Iqbal tak ada lembut - lembutnya . AiBook Page number 34 ruh tenaganya “ Acha aja Iqbal yang bersihin . Acha bisa , kok . Iqbal nggak usal ngerasa nggak enak sama Acha . ” Acha masih tak mau kalah . berusaha menarik lagi , tapi Iqbal tetap tidak mau . Acha menggertak kesal . Ia pun mengeluarkan seluruh tenay untuk menarik alat pel tersebut . “ Seraahinnn ke Achaaa , Iqbal ! ! ! ” teriak Acha , me whose labal ! ! ! ” teriak Acha , menarik alat m itu dengan kencang . " Oke , ” jawab Iqbal dan dengan tak berdosanya melepaskan ala pel itu begitu saja . Dan . . . . " HUAAAAAAAA ! ! ! ” BYUUURRRR ! ! ! Tubuh Acha yang tak bisa diseimbangkan akhirnya terdorone sendiri hingga ia terpeleset masuk ke dalam kolam . Iqbal menonto kejadian itu dengan raut wajah yang masih tenang , bahkan sama sekali tak berubah . Acha muncul dari dalam air . “ IQBAAALL , KOK LEPASIN ALATNYA , SIH ! ” teriak Acha begitu kesal . " Sorry . " Acha mencak - mencak tak jelas melihat sekujur tubuhnya basah kuyup , rambut panjangnya pun lepek karena air . Acha mendengus pelan , meratapi nasibnya yang kurang beruntung . Acha mengangkat kepalanya , menatap Iqbal yang masih diam saja memandanginya . “ Iqbal nggak mau bantuin Acha naik ? ” “ Lo bisa sendiri . ” “ Nggak bisa , Iqbal ! ” " Nggak usah manja . " Acha mendecak kesal . Ia perlahan berjalan ke pinggir kolam , setelah itu berusaha untuk naik . Acha hanya bisa pasrah melihat tetesan - tetesan air keluar dari tubuhnya . Acha sekali lagi melihat ke seragamnya . " Yah , baju Acha basah . Gimana Acha pulangnya . ” 34 AiBook Page number 35 Acha mengangkat kembali kepalanya , ia menatap Iqbal . “ Iqbal punya handuk ? ” U S " Nggak . ” “ Jaket punya ? " “ Nggak . " “ Terus Iqbal punyanya apa ? ” . “ Nggak



punya apa - apa . ” " Iqbal fakir miskin apa anak telantar yang dipelihara negara ? Kok , nggak punya apa - apa ? ” sindir Acha tajam . Iqbal diam , tak membalas Acha sama sekali . Ia itu masih berdiri tenang dengan ekspresi datarnya . Acha menghela napas berat , susah sekali berbicara dengan pria dingin seperti Iqbal . Acha harus ekstra sabar menghadapi pria tak berhati lembut itu . " Iqbal , Acha minta tolong , boleh ? ” " Apa ? " “ Seragam Acha , kan , basah . Sepatu Acha juga basah . Apalagi rambut Acha , basah banget , Iqbal . Iqbal mau nggak anterin Acha pulang ? ” “ Nggak mau , ” tolak Iqbal cepat . " Kenapa nggak mau ? Mau aja , ya , demi Acha . ” " Ogah ! ” " Kan , Acha kayak gini gara - gara Iqbal , " cerca Acha . " Iyakah ? ” balas Iqbal tak berdosa . “ Kok Iqbal nyebelin , sih ! Pokoknya Acha nggak mau tau ! Iqbal harus anterin Acha pulang ! ” paksa Acha . “ Kalau gue nggak mau ? ” “ Acha bakalan sunat Iqbal dua kali . Iqbal mau ? ” ancam Acha . Sudut kanan Iqbal tertarik , sebuah senyum picik . “ Emang lo berani ? ” tantang Iqbal . Acha langsung terbungkam , ia mulai menyumpah dalam hati . Acha menggigit jemarinya gugup . " Ya . . . ya . . . ya . . . Nggak berani , sih . . . . " Iqbal geleng - geleng kepala , 35 AiBook Page number 36 Kelakuan Iqbal menatap Iqbal tajam . “ Kalau gitu Acha ganti . Kalau Iqbal nggak mau anterin a pulang . Acha bakalan nyebur lagi ke kolam ! ” teriak Acha . “ Bagus itu . " “ Kok Iqbal jahat ? ” Iqbal mengangkat kedua bahunya , tak mau tahu . Kelakua membuat amarah Acha semakin memuncak . Acha menatap Iqbal Sebuah ide berlian langsung muncul di otaknya . " KALAU GITU , IQBAL ANTERIN ACHA PULANG IQBAL JADI PACAR ACHA ? ” “ Gue anterin lo pulang , ” jawab Iqbal tanpa berpikir dua kali Iqbal langsung beranjak dari hadapan Acha , meninggalkan Ach yang tengah tertawa penuh kemenangan . Acha bersorak - sorak seperti gadis kehilangan akal . b A PULANG ATAU Acha mendadak menghentikan aksi gilanya , ia merasa kelelahan dan napasnya sedikit tersengal - sengal . Acha batuk - batuk , ia memukul dadanya yang sedikit sakit . Setelah merasa baikan , Acha langsung mengedarkan pandangannya mencari Iqbal . " Iqbal mau ke mana ? ” tanya Acha melihat pria itu sudah menenteng tasnya . “ Pulang . " " Pulang sekarang ? Kan , hukumannya belum selesai . ” “ Biarin . ” “ Tapi , kan , nanti kal . . . Acha langsung terdiam , kepalanya mendadak terasa pusing , napasnya sangat sesak . Acha memegangi dadanya dengan kuat . Acha berusaha susah payah untuk menarik oksigen sebanyak - banyaknya . Tubuh Acha terasa mulai lemas , pandangannya perlahan berputar putar . Acha memegangi kepalanya . “ I . . . Iqbal . . . , ” lirih Acha terbata - bata . “ Lo kenapa ? " tanya Iqbal memandang Acha , masih berdiri di tempatnya . “ A . . . Acha . . . pusing . . . . ” Acha menjulurkan tangannya , meme tanda untuk meminta bantuan . 36 AiBook Page number 37 Tubuh Iqbal ingin sekali bergerak mendekati gadis itu , tapi otaknya menyuruhnya tetap diam . Iqbal dibuat dilema sendiri . Apakah Acha benar - benar sakit ? Atau gadis itu hanya berpura - pura ? Bruukkk ! Acha terduduk lemas , masih memegangi kepalanya . Saat itu juga Iqbal langsung



bergerak mendekati Acha . “ Lo nggak apa - apa ? ” tanya Iqbal tetap saja datar , tak ada nada kecemasan di sana . “ A . . . Acha pusing . . . , " lirih Acha , tangan kananya meraih lengan Iqbal untuk berpegangan . " Lo bisa jalan ? ” HE S E A “ Ng . . . nggak bisa , lemas banget . . . . " Iqbal menghela napas pelan , ia bingung harus berbuat apa sekarang . Iqbal berjongkok di samping Acha , melepaskan tasnya dan membukanya . Ada sebuah jaket di dalam . Iqbal segera mengambilnya . Ya , dia tadi berbohong kepada Acha . Kemudian , Iqbal menyampirkannya ke tubuh Acha . “ Lo pakai ini . ” “ Ka . . . katanya nggak punya . . . . " " Diem , pakai aja , " suruh Iqbal . Acha mengangguk lemah . Dengan bantuan Iqbal , Acha memakai jaket tersebut . “ Iqbal . . . . ” panggil Acha lirih . " Apa ? " Acha berusaha memadang Iqbal . “ Acha capek . . . Acha pe . . . pengin istirahat bentar , " pinta Acha , ia menyadari bahwa hari ini dirinya sudah bergerak di luar batas energinya . Acha memiliki anemia cukup parah yang menyebabkan ia tidak diperbolehkan untuk beraktivitas berat , seperti membersihkan kolam renang yang cukup besar ini . “ A . . . Acha boleh bersandar se . . . sebentar ? ” " Hah ? ” bingung Iqbal . There AiBook Page number 38 sa , ia pun meyendarkan li dada bidang Iqbal . Acha o di kepalanya endadak menegang , oleh Acha . Iqbal ingin tapi ketika ia melihat wajah pucat Acha u bernapas tak teratur . Acha tak kuat lagi menyangga tubuhnya , ia pun diri pada Iqbal . Acha menaruh kepalanya di dada bida perlahan menutup kedua mata , menetralisir rasa pusing Di sisi lain , Iqbal hanya diam , tubuhnya mendadak me ia cukup terkejut dengan yang dilakukan oleh Acha . mendorong tubuh Acha , tapi ketika ia melihat u pikiranya berubah . Ia dapat mendengar gadis itu bernapas Raut wajahnya menahan sakit . Iqbal tentu saja masih memiliki hati nurani dan rasa apalagi kepada seorang perempuan . Walaupun tak pernah ia tur secara terang - terangan . Tanpa sadar , ia memandangi setiap sudut Acha . Iqbal mulai larut sendiri dalam lamunannya , membiarkan A bersandar nyaman di dadanya . wani dan rasa kasihan , emandangi setiap sudut wajah Iqbal menelan ludah susah payah , ia merasakan suhu panas menyerang sekujur tubuhnya . Ia mengembuskan napas berat beberapa kali , detak jantungnya terasa mulai aneh . Saat kembali menatap Acha , baru sedetik saja melihatnya , dengan cepat Iqbal mengalihkan pandangannya . “ Sial ! ” umpatnya pelan . Iqbal berusaha mengontrol dirinya yang mulai tak tenang . Tak bisa dimungkiri bahwa wajah Acha yang cukup dekat dengannya , terlihat jelas cantiknya . Tentu saja Iqbal adalah pria yang normal . Iqbal berharap bahwa Acha segera bangun . Acha berjalan di belakang Iqbal , mengekori pria itu seperti anak kecil . Hampir dua puluh menit Acha tertidur di dada Iqbal , bersandar pada pria itu . Kini , Acha tak bisa berhenti senyum - senyum sendiri . Acha tidak menyangka Iqbal akan menunggu dan menjaganya selama itu . Ternyata ada untungnya juga penyakit anemianya kambuh . AiBook Page number 39 Untung saja , rasa lelah dan pusing Acha hilang lebih cepat . Energinya pun perlahan kembali dan membuatnya cukup kuat untuk berjalan sendiri . Mereka sampai di parkiran sekolah , Acha menarik napasnya dalam - dalam dan mengembuskannya . Ia berhenti di sebelah motor Iqbal .



“ Iqbal beneran mau anterin Acha pulang ? " tanya Acha malu - malu . “ Hm , ” sahut Iqbal singkat , ia memakai helmnya sendiri . “ Tapi , Acha nggak punya helm . Acha nggak pakai helm ? ” “ Pakai kresek . " Senyum di wajah Acha langsung menghilang seketika . Ingin rasanya ia menjambak rambut Iqbal . Namun , ia tahan karena tidak tega . Rasa sayangnya lebih besar . “ Rumah lo di mana ? ” tanya Iqbal menoleh ke Acha . “ Dekat kok , Iqbal . Perumahan di seberang SPBU . Cuma tiga kilometer dari sekolah , ” jelas Acha . S Iqbal menganggukkan kepalanya mengerti . “ Nggak akan ada polisi . Pelan - pelan aja nanti . ” “ Apanya Iqbal yang pelan - pelan ? ” tanya Acha dengan lugunya . " Menurut lo ? ” " Iqbal mau pelan - pelan suka sama Acha ? ” “ Nggak . ” “ Terus , kapan Iqbal sukanya sama Acha ? ” “ Jadi pulang ? ” tajam Iqbal . “ Jadi , Iqbal . Jadi , kok . Maafin Acha . Acha nggak akan ngomong lagi . " Iqbal segera memundurkan motornya , setelah itu mereka berdua naik dan beranjak dari sekolah . Untung saja sudah banyak siswa yang pulang . Jadi , tidak banyak yang tahu jika Iqbal dan Acha pulang bersama . AiBook Page number 40 berhenti tepat al , memandang Iqbal mengantarkan Acha dengan selamat , motornya berben di depan rumah gadis itu . “ Lo nggak turun ? ” tanya Iqbal , mema , Acha dari spion motornya . " Udah sampai , ya ? Kirain belum , cepet amat nyampenya ” mpenya " balas arena tubuhnya Acha . “ Turun . ” " Iya , iya . ” Acha pelan - pelan turun dari motor Iqbal karena tub , masih terasa sedikit lemas . Acha menatap Iqbal yang sama sekali menatapnya balik . Acha mendengus pelan . “ Iqbal marah , ya ? ” de “ Nggak . ” " Iqbal terpaksa , ya , nganterin Acha pulang ? ” tanya Acha . " Iya , " jawab Iqbal sangat jujur . " Jangan terpaksa dong , Iqbal , nggak baik . Kata Mira , Acha , kita harus ikhlas menolong orang . ” " Oke . " “ Jadi , Iqbal nggak terpaksa , kan , nganterin Acha pulang ? ” Acha mengulangi . “ Terpaksa lah ! ” Acha mendesis kesal , tangannya terkepal kuat tanpa sadar . Baginya , Iqbal itu sudah seperti Benteng Takeshi yang sulit untuk ditaklukkan ! " Iqbal nggak mau mampir ke rumah Acha dulu ? Di rumah Acha banyak kue cokelat . Enak banget , loh , " tawar Acha , ia tampak tak mau menyerah . “ Nggak . ” “ Beneran nggak mau ? ” “ Hm . " Acha menghela napas berat , ia memilih menyerah untuk memaksa Iqbal mampir ke rumahnya . “ Iqbal , besok berangkat sekolah , Acha boleh bareng ? " “ Gue pulang , ” pamit Iqbal dengan tak berdosanya . Ia tar menanggapi pertanyaan Acha . Iqbal menghidupkan mesin motornya dan melajukannya begitu saja tanpa melihat Acha sedikit pun . AiBook Page number 41 Acha pun hanya bisa mengelus dadanya sendiri . Acha berusaha untuk tetap sabar dan istiqomah . “ Sabar , ya , Acha . Acha harus tetap semangat ! " Acha mulai berbicara sendiri . “ Acha nggak boleh nyerah . Iqbal pasti bisa baik ke Acha . Ingat , Acha , orang yang selalu sabar pasti boneka sapinya banyak . " Acha masuk ke dalam rumah dengan hati - hati , ia berusaha menutupi seragamnya yang basah . Tak ingin ketahuan oleh Kirana , mamanya . “ Loh , anak Mama udah pulang , ” sapa Kirana , seorang wanita yang memiliki paras



tak kalah cantik dari Acha . Wanita berambut panjang merah bata dengan senyum yang sangat manis . Usia Kirana sekitar 35 tahun , masih terbilang muda . Dia adalah Mama Acha . Acha terlonjak , kaget melihat kedatangan sang Mama . " Apaan , sih , Tante Mama , Acha kaget tahu ! ” protes Acha . Tukk ! Kirana mengetuk kepala Acha pelan dengan jarinya , raut wajahnya tampak gemas . “ Udah Mama bilang , jangan panggil Tante - Mama . Kalau mau panggil Tante , ya , Tante aja . Kalau panggil Mama , ya , Mama aja , " cerca Kirana . " Terserah Acha dong . Salah sendiri jadi Mama tiri Acha . " Kirana tertawa pelan mendengarnya . " Udah betah di sekolah barunya ? " “ Betah banget dong , Tante - Mama . Ada Iqbal soalnya . Sumpah , Iqbal keren banget dan baik banget anaknya . ” Kirana mencibir . “ Gitu , kemarin nangis - nangis nggak mau pindah sekolah , ” sindir Kirana . “ Kan , Acha nggak tau kalau Iqbal sekolah di sana . Kalau Acha tahu , dari masih bayi juga Acha mau sekolah di sana . " “ Kamu ini ngomong opo , toh , " heran Kirana geleng - geleng . AiBook Page number 42 dari atas sampai bawah danan mamanya yang cukup aneh . EXO - L , Army dom , " jelas Kirana Aama , katanya Qusan bareng - bareng . Kan cali Tante - Mama Acha nyengir kuda , ia memandang Kirana dari atas s ha menghela napas berat , ia baru menyadari dandanan web “ Tante - Mama mau ke mana ? Keluar ? ” " Iya dongs , Mama mau kumpul bareng sama EXO VIP . dan Wannable . Ada gathering semua fandom , " jel penuh semangat “ Hah ? ” bingung Acha , tak mengerti maksud Kirana Mama mau kumpul sama teman K - Poppers Mama mereka pengin nonton ulang film Train To Busan bareng Mama nggak mau ketinggalan . ” " Ah . . . . ” Acha manggut - manggut mengerti . “ Ngeri kali Tan ini , ” sambung Acha memandang Kirana horor . Ya , Mama Acha dari dulu memang pecandu dunia K - P dari lagu , drama , boy band , film , bahkan fashion pun disa wanita yang memiliki paras awet muda itu . " Udah ya , Mama mau berangkat dulu , nanti telat . Ma siapin jus kamu . Jangan lupa diminum . ” " Iya , Tante - Mama . " Kirana mencium kening Acha , lantas pergi . Acha mendesis pelan . “ Dasar emak zaman jigeum ! ” candu dunia K - Pop . Mulai AiBook Page number 43 RUANGAN KHUSUS ACHA masuk ke dalam kelas Iqbal , berpasang - pasang mata menatapnya dan bisikan bisikan aneh terdengar di telinganya . Namun , Acha tidak memedulikannya , ia memilih untuk berpura - pura tidak tahu . Acha tersenyum ketika pandangannya menangkap sosok Iqbal yang tengah duduk di bangkunya sembari berbincang dengan kedua temannya , Glen dan Rian . Acha pun segera mendekat . “ Iqbal . . . , ” panggil Acha . Iqbal , Rian , dan Glen mengangkat kepala mereka , menatap sumber suara panggilan itu . Mereka bertiga baru menyadari kehadiran Acha . “ Wuish . . . . Ada si Landak Betina , " sapa Glen memberi sebutan baru untuk target bully - nya . Acha mencibir , tak memedulikan Glen . Ia menyodorkan kantong kertas berisikan



jaket Iqbal yang dipinjamkan kepada dirinya kemarin dan juga sekotak kue cokelat . " Ini , Acha kembaliin jaketnya . Ada kue cokelat juga buat Iqbal . Terima , ya . " Iqbal diam sebentar , “ Taruh aja , " suruhnya . Acha menganggukkan kepala , menaruhnya di atas meja Iqbal . " Kue cokelatnya enak banget , loh . Besok Acha bawain lagi , ya . ” “ Nggak perlu , ” tolak Iqbal cepat . “ Kenapa ? Iqbal nggak mau ? ” lirih Acha sedikit kecewa . AiBook Page number 44 menjulurkan " Kalau Iqbal nggak mau , gue mau kok , Cha . Dengan sen hati dan ikhlas lahir batin Abang Glen siap menerimanya , ” Sab Glen tak tahu malu . " Acha penginya ngasih ke Iqbal , bukan Glen ! ” ketus Acha " Kan , Iqbal nggak mau . Daripada lo sakit lever karena la mending kasih ke gue , " sambung Glen tak mau kalah . “ Siapa Glen harus Acha kasih kue cokelat ? ” “ Lo nggak tau gue siapa ? Waaahh . . . , " songong Glen , menjulur tangannya . “ Kenalin , gue yang pernah bantuin gulung kabel nikahannya anak Presiden . " Rian menjitak kepala Glen dengan cukup keras , membuat langsung meringis memegangi belakang kepalanya . " Sakit . Cumi ! ” protes Glen . " Nggak usah lo denger nih Raja Semut , Cha . Bisa ikut gilan ucap Rian memperingati Acha . Acha menganggukkan kepala mengiakan , ia kembali me Iqbal . “ Pokoknya Acha bakalan terus bawain Iqbal kue cokelat ti hari , ” seru Acha . " Terserah , ” balas Iqbal malas . " Kalau gitu Acha balik ke kelas dulu , ya , Iqbal . Sampai jumpa nanti jam istirahat . ” Iqbal diam saja tak membalas , bahkan tak memandang gadis itu sama sekali . Acha pun hanya bisa melengos pasrah . Acha membalikkan badan , berjalan kembali menuju kelasnya dengan perasaan cukup sedih . " Dicuekin lagi , ” lirihnya . “ Nggak apa - apa . Natasha nggak boleh nyerah ! ” kembali menatap Acha duduk di bangkunya , raut wajahnya masih cemberut . la merasa kesulitan untuk mendapatkan sedikit hati dari Iqbal . Apa begini , ya , susahnya menyukai orang ? Maklum saja , Acha belum pernah menyukai seseorang dan juga belum pernah berpacaran . AiBook Page number 45 " Kenapa lo ? Cemberut gitu , " tanya Amanda yang baru datang . Amanda duduk di sebelah Acha . Ya , mereka berdua telah ditakdirkan untuk satu kelas . Acha menoleh ke Amanda . “ Hati Iqbal kebuat dari apa , ya , Nda ? Susah banget diluluhin , " cerita Acha . “ Lo tanya ke gue ? ” Amanda menunjuk dirinya sendiri . “ Iya , Nda . ” " Terus gue tanya ke siapa ? Rumput yang dangdutan ? Atau cecak - cecak di toples ? ” “ Amanda ! ” pekik Acha semakin kesal . Amanda tertawa renyah , puas melihat wajah kesal Acha . Amanda menepuk bahu Acha . “ Kan , udah gue bilang . Si Iqbal itu super dingin dan nggak pedulian . Dia emang baik , sih orangnya , tapi kalau ada cewek yang suka sama dia , bakalan dijutekin habis - habisan . Nggak normal tuh orang ! " " Bisa gitu , ya ? ” heran Acha . " Bisa lah . Dia kan murid Biksu Tong , ” ledek Amanda . " Hayoo Amanda nggak boleh jelek - jelekin orang ganteng , kualat nanti , ya ! Dikutuk kamu jadi putri duyung ! ” " Tau ah , terserah lo ! " gidik Amanda menjadi ikut - ikutan kesal . Acha menghela napas , merasakan otaknya yang bertambah panas . Bercerita kepada Amanda tidak menghasilkan solusi sama sekali . " Cha . . . . " Panggilan dari seorang pria menyadarkan Acha dan Amanda .



" Iya , Juna ? " balas Acha kepada pria itu . Juna , sang Ketua OSIS , teman sekelas Acha yang memiliki predikat The Most Wanted . " Gue ada cokelat , ini buat lo , ” ucap Juna , menyodorkan dua buah cokelat ke Acha . “ Dalam rangka apa Juna ngasih Acha cokelat ? ” bingung Acha . Juna menggaruk - garuk kepalanya yang tak gatal . " Nggak ada apa - apa , sih . Ya , anggap aja hadiah penerimaan lo jadi murid baru di kelas ini . ” AiBook . Page number 46 " Oh begitu , ya , " sahut Acha mengangguk - anggukkan kepala , " Makasih , ya , juna . Acha terima cokelatnya , " lanjutnya menerima cokelat tersebut . " Dihabisin , ya . " " Iya , Juna . " " Kalau gitu gue ke ruang OSIS dulu . Ada rapat sama Pak Handoko . " " Iya . Semangat ya , Juna . " “ Kalau ada apa - apa atau butuh bantuan , bilang aja ke gue , Cha . " “ Iya , Juna . Sekali lagi makasih banyak . " " Gue pergi dulu . ” Juna pun pergi dari hadapan Acha dan Amanda . Acha memasukkan cokelat - cokelat tersebut ke dalam tasnya begitu saja . Tak merasa ada yang spesial dari cokelat yang diberikan oleh Juna . “ Cha . . . , " panggil Amanda . “ Kenapa , Nda ? " “ Lo nggak curiga ? " raut wajah Amanda berubah serius . “ Curiga apa ? " " Si Juna . " “ Kenapa Juna : * “ Dia kayaknya suka sama lo , Cha . ” " Hush ! Ngawur Amanda ini . Enggak lah , nggak mungkin Juna suka sama Acha , " elak Acha . Amanda mendecak pelan . " Cha , gue hampir satu tahun lebih temenan dan sekelas sama Juna . Tau bangetlah kayak apa Juna itu . Tatapanya beda gitu waktu liat lo tadi . " “ Beda gimana ? " “ Kayak ada binar - binar orang jatuh cinta . " “ Haduh , Amanda . Jangan makin ngaco deh . Juna itu , kan , emang baik orangnya . " “ Percaya sama gue . Seratus persen tanpa boraks dan formalin . Juna suka sama lo ! ” tegas Amanda . " Sikap baik dia ke elo itu beda dibanding ke gadis - gadis lain . " AiBook Page number 47 Acha terdiam mendengar penuturan Amanda yang terlihat begitu serius dan sedikit meyakinkan . " Tapi , Acha kan sukanya sama Iqbal , " ucap Acha . “ Lo lepasin noh Iqbal yang nggak punya hati . Mending sama Juna ke mana - mana kali , Cha . Terkenal , cerdas , ganteng , dari keluarga terpandang . Kurang apa coba ? " Acha mengangkat kedua bahunya . “ Acha nggak tertarik . Di mata Acha cuma Iqbal yang Daebak Jjang ! " " Hah ? Apaan ? ” bingung Amanda tak mengerti bahasa Acha . " Pokoknya itulah . Hati Acha nggak akan pernah berpindah . Hanya Iqbal Guanna seorang ! ” tegas Acha . Benar - benar fans Iqbal garis keras . Amanda mengangguk - angguk pasrah . “ Terserah terserah terserah , " pasrah Amanda . “ Susah emang kalau ngomong sama kobokan prasmanan ! " Acha baru saja ingin membalas sindiran kejam Amanda , tapi ia urungkan karena Bu Rina sudah masuk ke kelas dan memulai pelajaran . Acha untuk pertama kalinya mendapat undangan di Lab Olimpiade . Salah satu yang membuat Acha tertarik dengan sekolah ini adalah tersedianya laboratorium bagi siswa yang akan mengikuti Olimpiade , bahkan mereka diberikan perlakuan yang cukup istimewa . Lab Olimpiade masih sepi , belum ada siapa pun , hanya dirinya seorang . Acha mengambil tempat duduk di barisan paling depan , menunggu yang lainnya dengan sabar . Tak lama kemudian , dua pria masuk . Bibir Acha otomatis mengembang ketika melihat salah satu dari pria tersebut . Siapa lagi jika bukan Iqbal . “ Iqbal ! ” panggil Acha . Iqbal tak memedulikan panggilan Acha , ia langsung duduk di barisan depan paling ujung .



" Hai juga , Cha , ” sapa Dino tak tega dengan Acha . AiBook Page number 48 Acha memaksakan senyumnya untuk Dino , ia hanya bisa melihar Iqbal sudah sibuk berbincang kembali dengan Dino . Pak Bambang dan Bu Rina selaku Pembina Olimpiade akhirnya datang dengan membawa amplop coklat di tangan mereka , menyambut ketiga murid mereka dengan ramah . " Maaf , kami sedikit telat karena ada rapat dadakan dengan Kepala Sekolah , " jelas Pak bambang . " Tidak apa - apa , Pak . " serempak semuanya . Pak Bambang tersenyum senang melihat aura semangat dari tip murid kebanggaannya itu . " Sebelumnya , selamat datang di keluarga SMA Arwana , Natasha . Bagaimana hari hari pertama kamu di sinis Apa sudah betah ? ” tanya Pak Bambang menyambut Acha . “ Acha betah banget , kok , Pak . Acha sama sekali tidak menyesal masuk ke sekolah ini , ” jawab Acha penuh semangat . “ Benarkah ? ” " Iya , Pak . Ada Iqbal soalnya , jadi Acha semangat setiap hari . ” Pak Bambang diam sebentar , menatap Acha dan Iqbal bergantian . kemudian sebuah senyum penuh arti mengembang di bibir Pak Bambang “ Kalian berdua pacaran ? ” tanya Pak Bambang . " Iya , Pak . ” " Nggak , Pak . " SA Acha dan Iqbal serempak menjawab dengan dua jawaban yang berbeda . Kini tak hanya Pak Bambang yang dibuat bingung , Bu Rina dan Dino juga memandangi keduanya dengan ekspresi penuh tanda tanya . " Sekarang Acha belum pacaran sama Iqbal Pak , tapi sebentar lagi kita pacaran , kok , " jelas Acha lebih lanjut . Sementara Iqbal diam saja , tak memedulikan perkataan Acha . " Oh begitu , " sahut Pak Bambang mengangguk - anggukkan kepala , pura - pura mengerti saja . Walaupun , beliau dapat menyimpulkan bahwa saat ini Acha sedang mengalami kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan . “ Baiklah , sekali lagi selamat datang , Natasha . " " Terima kasih banyak , Pak Bambang dan Bu Rina . " AiBook Page number 49 Pak Bambang mempersilahkan Bu Rina untuk memulai tujuan dari pertemuan mereka pagi ini . Bu Rina maju selangkah sembari membuka dan mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop coklat di tangannya . “ Kami ingin menyampaikan bahwa sekolah kita terpilih untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA yang akan diselenggarakan di Kota Malang tiga bulan lagi . ” Acha , Iqbal , dan Dino mulai mendengarkan dengan serius . “ Dan berdasarkan keputusan dari para guru , kalian bertiga terpilih menjadi tim yang akan mewakili SMA Arwana untuk maju dalam ajang bergengsi ini , ” lanjut Bu Rina sambil tersenyum . “ Alasan kami memilih kalian bertiga adalah karena kami percaya bahwa kalianlah yang paling mampu dan pantas untuk mengikuti ajang ini . Acha , meskipun baru masuk di SMA Arwana , tetapi prestasinya sebagai juara pertama Olimpiade Kimia Nasional sangat mengagumkan . Begitu juga dengan Iqbal yang berhasil mendapatkan juara pertama Olimpiade Fisika Nasional . ” “ Sementara Dino memiliki ketelitian dalam mengerjakan soal serta kerja tim yang baik sehingga dapat membantu Acha dan Iqbal nantinya . Dino juga sudah berpengalaman mengikuti perlombaan seperti ini tahun lalu , " tambah Bu Rina secara gamblang . Pak Bambang bertepuk tangan beberapa kali . “ Kalian bertiga siap untuk berjuang membanggakan SMA Arwana ? ” tanya Pak Bambang . " Siap , Pak ! ” serempak Acha , Iqbal , dan Dino yakin . Pak Bambang dan Bu Rina tersenyum lega . " Mulai besok kalian bertiga akan menjalani pembinaan secara intensif di ruangan khusus yang telah kami sediakan , ” ucap Pak Bambang . “ Semangat , SMA Arwana ! " “ Semangat , semangat , Arwana selalu bisa , pasti bisa , dan tak pernah menyerah ! " seru Iqbal , Dino , dan Bu Rina meneriakkan yel - yel kebanggaan SMA Arwana .



Acha melongo sebentar , terkejut . Kemudian ia mengangguk anggukkan kepala dan berusaha mengingatnya . AiBook Page number 50 k kita mulai Kalian boleh kembali ke kelas masing - masing , besok kitan pembinaannya . ” " Iya , Pak . " S Acha berusaha mengejar Iqbal yang sudah keluar duluan dari Lab Olimpiade , ia menyejajarkan langkahnya . “ Iqbal ! ” panggil Acha tak lupa dengan senyum cerianya . “ Hm ? " jawab Iqbal singkat . “ Mulai besok Acha dan Iqbal bakalan satu ruangan , loh . " " Terus ? ” " Berarti kita berdua akan semakin dekat dan Acha bisa buat Iqbal suka sama Acha . ” Iqbal tidak menjawab , hanya menghela napas cukup panjang . merasa hari ini sangat berat . “ Iqbal , Iqbal ! ” panggil Acha lagi . " Apa ? ” Acha mengadang Iqbal , membuat pria itu otomatis menghentikan langkahnya . Iqbal menatap Acha dingin . " Buka tangan Iqbal , " suruh Acha . " Buat ? ” " Buka sebentar aja . " “ Nggak mau , ” tolak Iqbal cepat . " Kenapa nggak mau ? Acha mau ngasih sesuatu buat Iqbal . ” " Apa ? " " Makanya , buka dulu tangan Iqbal . ” Iqbal mengangguk pasrah , ia membuka tangannya . Iqbal hanya ingin secepatnya pergi dari hadapan gadis gila ini . Acha tersenyum senang , ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya , kemudian menaruhnya di atas telapak tangan Iqbal yang terbuka . “ Buat Iqbal . ” 50 AiBook Page number 51 Iqbal melihat benda yang diberikan oleh Acha . Sebuah gantungan kunci kupu - kupu berwarna pink fanta yang terbuat dari kain flanel . Bentuknya cukup unik dan lucu . Iqbal mengernyitkan keningnya , menatap Acha bingung . " Apa ini ? ” “ Gantungan kunci kupu - kupu . Acha begadang semalam buat ini untuk Iqbal , ” jawab Acha . " Iqbal simpan baik - baik , ya . Jangan dihilangin . ” Iqbal menganggukkan kepalanya . “ Udah ? ” " Udah , kok , Iqbal . Acha cuma mau ngasih itu aja . " “ Minggir . " Senyum Acha sirna dalam hitungan detik berganti dengan bibir yang maju beberapa senti . Acha mendecak pelan . Ia pun dengan pasrah menggerakkan tubuhnya ke samping beberapa langkah . Iqbal pun melanjutkan kembali langkahnya , ia memasukkan gantungan kunci kupu kupu tersebut ke dalam sakunya . Acha membalikkan badan , melihat Iqbal yang makin menjauh . " Benar - benar seperti kupu - kupu . Terkejar tapi tak tergapai . ” AiBook Page number 52 K MISI TUJUH HARI NATASHA PERSIAPAN untuk Olimpiade Sains Nasional sudah dimulai da · seminggu lalu . Tujuh hari yang berat pula bagi hidup scorang laka Guanna . Ketenangannya semakin terusik karena durasi pertemu dengan Acha bertambah banyak . Selama seminggu Iqbal , Dino , dan Acha telah belajar bersama dalam ruangan yang sama , meskipun Dino jarang bergabung karena harus mengikuti persiapan Olimpiade Fisika tingkat Nasional yang akan ia ikuti setelah perlombaan ini . Tujuh hari , Acha tidak pernah menyerah dan semakin gencar untuk berusaha mendapatkan hati Iqbal . Seperti biasa juga , seorang Iqbal tidak pernah peduli dan selalu bersikap dingin .



Namun , perlahan Iqbal mulai agak terbiasa dan bisa menghadapi kegilaan Acha , walaupun terkadang gadis itu beberapa kali suka kelewatan . " Iqbal . . . , ” panggil Acha , kembali mengganggu Iqbal yang tengah sibuk menyelesaikan soal fisikanya . " Hm ? ” " Iqbal kira - kira kapan sukanya sama Acha ? " lagi - lagi pertanyaan itu yang dilontarkan oleh gadis ini . Iqbal diam tak menjawab . " Iqbal nggak suka , ya , sama Acha ? ” “ Nggak . ” AiBook Page number 53 Sedikit pun nggak suka ? " “ Hm . " “ Sedikit pun nggak ada rasa ? " tanya Acha memastikan . “ Nggak ada , " ketus Iqbal . “ Ya udah , deh , kalau gitu . Besok Acha tanya lagi , ya . Siapa tau alabal udah berubah pikiran , " ucap Acha menyerap semua energi positif di sekitarnya . Iqbal hanya bisa geleng - geleng . Tak tahu harus bersikap bagaimana lagi . Untuk pertama kalinya , ia mengenal gadis yang pantang menyerah seperti Acha . Padahal , gadis - gadis lain yang mendekatinya akan langsung ciut nyalinya jika sudah tak dihiraukan oleh Iqbal . Iqbal menatap kembali lembar latihan soal yang tengah dikerjakannya . Sedari tadi , ia belum bisa menyelesaikan soal terakhir yang menurutnya cukup rumit . Iqbal mendadak diam dan berusaha fokus . “ Kenapa , Iqbal ? Susah , ya , soalnya ? " Acha mengintip soal yang dipandangi Iqbal . Acha ikut membacanya saksama . “ Iqbal , itu kayaknya bisa dikerjain dulu rumus tekanannya , baru nanti yang suhunya . . . . " “ Lo bisa ? ” tanya Iqbal langsung mengangkat kepalanya dan menatap Acha . Acha menggelengkan kepala . “ Nggak bisa . " " Terus ? " " Acha ngarang aja . Biar keliatan pinter gitu di depan Iqbal , " cengir Acha tak berdosa . Iqbal menghela napas berat , padahal Iqbal sempat ingin memuji gadis itu . Iqbal menyesalinya dan tidak akan melakukannya lagi . “ Kerjain soal lo sendiri , " suruh Iqbal . “ Wah , Iqbal perhatian , ya . Acha jadi malu , " ucap Acha senang . “ Acha udah selesai , kok , dari tadi , " lanjutnya bangga . " Udah ? ” kaget Iqbal . “ Iya , dong , Acha gitu . ” Iqbal melihat lembar jawaban soal Acha yang memang telah penuh . Iqbal tidak ingin mengakui kepintaran Acha , tapi apa boleh buat . Iqbal menyaksikannya langsung , gadis ini memang memiliki otak AiBook Page number 54 yang cerdas . Yah , mungkin karena saking cerdasnya terkadang otaknya sedikit geser sehingga sering bertingkah agak tak waras . “ Iqbal kagum , ya , sama Acha ? " tuding Acha . " Biasa aja , " jawab Iqbal malas . “ Kok , biasa aja , sih . Nggak ada yang luar biasa gitu Iqbal ? ” " Nggak . " " Ya udah , deh . Acha liatin Iqbal aja kalau gitu , kan Acha udah selesai . Nggak apa - apa , kan , Iqbal ? ” “ Terserah . " Acha tersenyum senang . Meskipun jawaban hanya ' terserah terdengar lebih menyenangkan dibandingkan tak dijawab sama sekali oleh pria itu . Acha tak bisa berhenti untuk mengembangkan kedua sudut bibirnya , pandangannya hanya tertuju ke arah paras tampan ada di hadapannya saat ini . Hidung mancung , alis tebal , dagu tiru sebuah bentuk vang sempurna bagai pangeran - pangeran yang ada di film Barbie . Menatapnya seperti ini saja sudah berhasil membun . jantungnya berdegup tak keruan . MY Acha buru - buru ke kantin , mencari sosok Iqbal di lautan siswa yang kelaparan . Acha tersenyum , menemukan pria itu tengah makan dengan Glen dan Rian di meja



paling ujung . Acha pun berjalan mendekat , membawa dua buah tiket nonton di tangannya . " Iqbal , ” panggil Acha , langsung mengambil duduk di hadapan Iqbal . “ Busyet , datang tak dijemput , pulang suka nyasar . Adek Acha ini kayak hantu aja , ya , suka muncul tiba - tiba , " ucap Glen ngaco . " Diem , Raja Semut ! " kesal Acha dan kembali fokus ke Iqbal . " Iqbal , ” panggil Acha lagi . “ Hm ? ” balas Iqbal dingin . Pria itu sibuk menyantap baksonya . AiBook Page number 55 Acha menyodorkan kedua tiket yang ia bawa . “ Mira , temen cha , ngasih dua tiket nonton gratis ke Acha . Iqbal mau , nggak , nonton sama Acha ? ” “ Nggak , ” tolak Iqbal cepat . “ Kok , enggak ? Kenapa ? ” lirih Acha sedih . " Gue nggak suka nonton . ” " Yah . . . Iqbal . Sekali aja nonton sama Acha . Iqbal beneran nggak mau ? ” " Nggak . " Tiba - tiba ada tangan yang menepuk pundak Acha . " Adek Acha , Abone labal ini sukanya nonton Anak Jalanan , Anak Langit , Anak Sekolahan , sampai anaknya Pak Syamsul juga ditonton sama dia , " seru Glen . “ Si Siti , dong , anaknya pak Syamsul , ” sahut Rian . " Iya , si Siti , " jawab Glen sambil nyengir tak berdosa . Acha mendecak sebal , semakin bingung bagaimana bisa membujuk Jabal . Acha memandang Glen sama Rian . " Glen , Rian , bantuin Acha bujuk Iqbal , dong , " rengek Acha “ Nanti Acha kasih bolpoin tiga kotak , deh , sekalian sama tipe - x juga , ” lanjut Acha bernegosiasi . Seperti baru saja mendapatkan tawaran uang miliaran rupiah , Glen dan Rian tersenyum merekah , mereka langsung semangat dan mendekati Iqbal . " Abang Iqbal yang ganteng anaknya Mr . Bov , mau ya nonton sama adek Acha , " bujuk Glen dengan suara dimanis - maniskan . “ Kasihani Acha , Bal . Luluh dikit kek sama Acha , " tambah Rian . Iqbal meletakkan sendoknya , memandang tajam kedua sahabatnya . " Gue kasih bolpoin sepuluh kotak , lo berdua diem ! " ucap Iqbal serius . Dengan sigap , Glen dan Rian berdiri sembari melakukan pose hormat . “ SIAP LAKSANAKAN , KOMANDAN ! ! ” Acha mendengus kesal , negosiasinya tak berhasil . Acha tak ingin menyerah begitu saja , ia kembali mendekat ke arah Iqbal , mempertahankan senyumya . 55 AiBook Page number 56 " Iqbal nggak kasihan liat Acha nonton sendiri . Kalau Acha diculit di bioskop , gimana ? Iqbal nggak khawatir ? " tanya Acha memuls : aksinya kembali . “ Nggak , " jawab Iqbal singkat dan jelas seperti biasanya . " Kalau gitu nontonnya cuma setengah jam aja , gimana ? Habis itu langsung pulang . Mau , kan ? " " Nggak . " “ Seriusan , enggak ? " “ Hm . " Acha menggigit bibirnya , mencari kata - kata yang lebih ampuh . La pun memegang tangan Iqbal . “ Iqbal pertimbangin lagi dong . Beneran nggak mau nonton sama calon pacar ? " Kedua mata Iqbal tampak lelah , ia mengangkat kepala dan menatan Acha jengah . Iqbal menepis kasar tangan Acha yang menyentuhnya Iqbal tak segan memberikan sorot mata yang sangat dingin . “ Lo bisa berhenti maksa nggak ? " Acha merasakan bulu di kedua tangannya berdiri , merinding melihat tatapan mengerikan Iqbal dan mendengar pertanyaan penuh amarah itu . " Maaf , Iqbal . Acha cuma pengin ngajak Iqbal , ” lirih Acha sedikit menunduk . " Gue udah bilang nggak mau ! Lo budek ? " Kepala Acha semakin tertunduk , kedua jemarinya ia satukan dan rekatkan kuat . Acha berusaha untuk tidak takut . " Maaf , Iqbal . Jangan marah , Acha minta maaf , ”



lirih Acha . " Berhenti maksa orang ! " " Iya . Acha nggak maksa Iqbal lagi . " Iqbal membuang muka , masih dengan sikap dinginnya . Ia segera berdiri , lalu pergi dari hadapan Acha dan teman - temannya , meninggalkan kantin . Acha menatap punggung Iqbal yang semakin menjauh , hatinya sangat sedih dan dipenuhi ketakutan . Acha tertunduk . “ Maaf . " SS - AiBook Page number 57 Glen mencolek pundak Acha . " Gimana kalau nonton sama gue dan Rian , Cha ? " tanya Glen berusaha menghibur . Acha menggelengkan kepalanya lemah . " Nggak mau , kalian mo . " Seketika , Glen berubah menjadi Avatar dan Rian berubah menjadi Patrick Acha masuk ke dalam kelas , setiap langkah yang dipijak kedua Lakinya tak bertenaga . Ia duduk di bangkunya , menaruh kepala di atas meja . Amanda memperhatikan sahabatnya , dengan pandangan heran . “ Kenapa lagi , Non ? Iqbal lagi ? ” " Iya , " jawab Acha lirih . “ Kenapa ? Nggak dipeduliin lagi ? " " Iqbal nggak mau nonton sama Acha . " " Yang sabar . " " Iqbal kapan , ya , bisa lembut dan peduli sama Acha ? Padahal Acha udah berusaha pantang menyerah . Susah banget dapetin hati Iqbal . ” “ Lo mau nyerah ? ” Acha langsung bangkit , menegakkan tubuhnya . “ Enak aja , enggak lah ! Kan , Dora masih belum lulus SMA , bapaknya Khong Guan juga belum ketemu , " jawab Acha asal . " Terus hubungannya sama lo apa ? ” gemas Amanda . " Ya ada , pokoknya . " Amanda menghela napas berat , geleng - geleng kepala melihat tingkah gila Acha yang semakin parah . Di sisi lain , ia juga merasa tak tega , wajah Acha masih tampak murung tanpa ada senyum . " Cha , mau gue kasih saran ? ” tawar Amanda . Acha menoleh , menatap Amanda , dari kedua matanya tersorot sebuah harapan . Ia tersenyum . “ Mau , Nda . Apa sarannya ? " AiBook . Page number 58 “ Jual mahal dikit ke Iqbal , berlagak kayak lagi sama dia . Cuekin Iqbal , sok nggak peduli dan eduli dan sedikit jaga jarak sama dia , " ucap Amanda serius . “ Tapi , kan , Acha masih suka sama Iqbal . kan , Acha masih suka sama Iqbal . " " Pura - pura aia Matacheolli ” gereget Amanda . “ Kan , nanti Iqbal " Pura - pura aja , Natashaa ! ! ! " gereget Amanda . bakal ngerasa kehilangan lo , " tambah Amanda . Acha berpikir keras , melihat Amanda dengan tatapan dilema dan penuh keraguan . “ Acha kayaknya nggak bisa jauhin Iqbal . Acha udah terlanjur suka , ” lirih Acha . " Haduh , Cha . Jangan lembek , deh . Cuma tujuh hari aja lo coba saran dari gue dan liat ada perubahan nggak sama sifat Iqbal ke elo , " jelas Amanda . " Kalau Iqbal nyariin lo , berarti dia ada rasa suka sama lo . " " Kalo Iqbalnya biasa - biasa aja dan malah jauhin Acha ; gimana > > " Lo jangan nethink dulu , Cha . Dicoba dulu aja , seriusan bakalan berhasil , gue doain , " ucap Amanda berusaha meyakinkan . Acha menghela napas , otaknya dibuat berpikir ekstra . Pilihan yang cukup sulit , tapi menggiurkan untuk dicoba . " Serius , nih ? Nggak apa - apa Acha lakuin saran Amanda ? ” tanya Acha ragu . “ Serius , Natasha ! Lo percaya , deh , sama gue . ” " Percaya sama Allah , musyrik kalau Acha percaya sama Amanda . " “ Lugu banget sih lo , jadi pengin gue sampoin . ” Acha nyengir tak berdosa . “ Jadi gimana ? Mau nggak nurutin saran gue ? ” tanya Amanda kembali ke topik . “ Harus , ya , tujuh hari ? Tiga hari aja , gimana ? " “ No ! Tujuh hari ! " " Empat hari , deh ? ” tawar Acha lagi . " Natasha ! ! Tujuh ! Ngerti tujuh , kan ?



Seven ! Shichi ! Sab ' atun ! " " Iya , Amanda . Acha ngerti . Kalau gitu Acha coba tujuh hari , " ucap Acha dengan berat hati . Amanda tersenyum puas mendengarnya . " Gitu dong . Lo harus kuat dan semangat ! " seru Amanda . 58 AiBook Page number 59 " Tapi Amanda , Acha nggak boleh gitu nyapa Iqbal sebentar ? " tanya Acha . " Nggak boleh . ” " Nelepon ? ” " Nggak , Cha . " “ Chat Iqbal ? ” “ Nggak , nggak ! " " Ngelirik doang gitu , nggak boleh juga ? ” “ ASTAGHFIRULLAH , NATASHA ! Gue yasinin juga lo lama vol gereget Amanda mulai kehabisan kesabaran . “ Nggak boleh , Natashaaa ! ! ! ” Keesokan hari , Acha memantapkan hatinya , bahkan semalaman dia melatih dirinya untuk bersikap tidak peduli kepada Iqbal . Acha benar - benar melakukan ide yang disarankan Amanda untuknya . Seperti saat ini , Acha hanya diam dan fokus dengan soal - soal kimianya , tak membuka suara sama sekali . Ketika Iqbal masuk ke dalam ruangan pun Acha berlagak biasa saja tanpa menyapa pria itu . “ Tumben lo telat ke sini ? ” tanya Dino . Tangannya sibuk memasukkan beberapa buku di tasnya . " Gue ada ulangan di jam pertama . ” jawab Iqbal . “ Lo mau ke mana ? ” tanyanya , melihat Dino membopong tasnya . “ Gue ke Dinas Pendidikan dulu sama Pak Bambang . Mau lengkapin persyaratan , ” jelas Dino . “ Gue udah rangkum beberapa soal dan jawaban matematika . Lo bisa baca - baca dan koreksi kalau ada yang salah , ” pesan Dino . " Oke . ” " Gue duluan , ya , " pamit Dino . " Cha , gue berangkat , ” lanjutnya . Acha dan Iqbal menganggukkan kepala bersamaan , membiarkan Dino keluar dari ruangan khusus pembinaan Olimpiade . 59 AiBook Page number 60 Iqbal mengambil duduk di hadapan Acha , meletakkan tas dan mengeluarkan beberapa bukunya . Iqbal diam - diam berpikir , mer ada yang kurang pagi ini , aneh . Benar , suara cempreng Acha , yang biasanya pagi - pagi sudah berkicau tak jelas , ia tak mendengarnya pagi ini . Iqbal mengangkas kepala , melihat Acha sebentar . Gadis itu tak mengajaknya bicara sam sekali dan fokus mengerjakan soal - soalnya . Acha tak menghiraukas kehadiran Iqbal . Tak biasanya . Sikap Acha yang mendadak berubah pendiam tentu membuat Iqbal heran . Beberapa kali , Iqbal mencuri pandang untuk melirit Acha . Ia semakin merasa aneh dengan gadis itu . Acha bertingkah seperti tak melihat Iqbal di ruangan ini . Iqbal tak bisa menahan rasa penasarannya . “ Lo sakit ? " tanya Iqbal . “ Nggak , ” jawab Acha tanpa menatap Iqbal sama sekali . " Kenapa dari tadi diem ? " “ Nggak apa - apa . " Iqbal terdiam , semakin tak mengerti . Bukan seperti Acha biasanya . Ia memperhatikan raut wajah Acha yang terlihat jutek . Iqbal tiba - tiba teringat akan ucapannya yang cukup kasar di kantin kemarin . Apakah gadis ini marah padanya ? " Lo marah sama gue ? ” " Nggak . " Sekali . Acha menutup bukunya dan membereskan soal - soal yang selesai dikerjakannya , lalu keluar dari ruangan tanpa mengucap sepatah kata , ia meninggalkan Iqbal begitu saja . Iqbal memandang Acha yang sudah berlalu . “ Mungkin dia lagi sariawan . " Sepulang sekolah , Iqbal mampir sebentar ke Lab Olimpiade , ada buku yang tertinggal di sana . Ketika masuk ke dalam , Iqbal menemukan Acha . Gadis itu sedang membereskan buku - bukunya yang begitu banyak .



AiBook Page number 61 Jabal berjalan mendekat , memperlihatkan kehadirannya . Namun , wha hanya diam , bertingkah acuh tak acuh , bahkan membuang muka . Iqbal yang melihat Acha kewalahan membawa buku - bukunya memutuskan untuk semakin mendekat . Meskipun Iqbal sosok yang dingin dan cuek , ia masih punya hati untuk membantu orang yang sedang dalam kesusahan . “ Mau gue bawain ? ” tanya Iqbal . “ Nggak usah , ” jawab Acha jutek . Jabal menghela napas berat , mengasah otaknya untuk menebak perubahan sikap dari seorang Natasha . “ Lo marah sama gue ? ” tanya Iqbal serius . “ Kan udah Acha jawab , enggak . ” “ Keliatannya lo marah sama gue . ” “ Kenapa Acha harus marah . Iqbal nggak usah sok tau , ” ketus Acha . " Gue nggak sok tau . ” “ Ya udah , diem . Nanya mulu , kayak Dora aja ! " Iqbal cukup kaget mendengar balasan Acha yang tak biasanya , ia pun memperhatikan Acha lebih saksama . “ Lo marah gara - gara gue nggak mau diajak nonton ? ” tebak Iqbal . Acha menatap Iqbal . “ Sejak kapan Iqbal jadi banyak tanya kayak gini ? ” Iqbal terdiam , ia mulai bertanya kepada dirinya sendiri . Benar yang dikatakan oleh Acha , sejak kapan ia bersikap seperti ini ? “ Nggak usah sok peduli kalau nggak suka , nggak usah kasih Acha harapan . ” Acha membalikkan badan , ingin beranjak keluar , tapi lengannya diraih oleh Iqbal . Ia pun mengurungkan langkahnya . “ Lo beneran marah sama gue karena kemarin ? ” tanya Iqbal lagi . Entah kenapa hatinya sedikit tidak tenang karena sikap Acha seperti ini . “ Pikir aja sendiri ! ” Kemudian , Acha pergi meninggalkan Iqbal sendiri . Acha mempercepat langkahnya . Ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk bersikap dingin AiBook Page number 62 dan tak peduli seperti itu . Padahal , hatinya sudah meronta untuk meneriaki nama Iqbal . " Lo bisa , Natashaa ! ! " Acha berlari dengan sangat kencang menuju kelasnya , ia langsung menghampiri Amanda . " Amandaaaa ! " teriak Acha . Amanda terkejut bukan main , ia mengangkat kepalanya menatan Acha yang sudah duduk di hadapannya . Amanda menghela napas pelan sembari mengelus dadanya . “ Apa lagi , sih , Natashaa , " gemas Amanda . “ Acha nggak bisa pura - pura cuek ke Iqbal . Kasihan Iqbal , terus kalau nanti Iqbal marah , gimana ? " curhat Acha . “ Nggak bakalan , Cha . Udah , percaya sama gue . ” “ Kan , udah Acha bilang , percaya sama Allah . Kalau percaya sama Amanda musyrik namanya ! " “ Kan , gue juga udah bilang , pengin sampoin lo ! Yuk , sekarang ! " kesal Amanda . Acha memberikan cengiran tak berdosa . “ Amanda , gimana ? " lirih Acha cemas , senyumnya menurun . " Udahan aja , gimana ? ” Amanda memberikan sorot mata tajam . “ Terserah lo , deh ! Kalau mau terus terusan diabaikan sama Iqbal , nggak usah ikutin saran gue . Kalau lo mau terus terusan ditolak sama Iqbal , ya udah sana lo kejar - kejar Iqbal kayak orang gila ! " Nyali Acha menurun , ucapan Amanda membuatnya semakin takut . " Ya udah deh , Acha turutin dulu saran Amanda sampai tujuh hari . " " Gitu dong , baru sahabat gue . ” Amanda menepuk pelan bahu Acha , memberikan keyakinan . “ Lo pasti bisa , Natasha . ” " Iya , Acha pasti bisa . ” AiBook Page number 63 KEGAGALAN MISI



NATASHA EMPAT hari berlalu dengan begitu cepat , empat hari itu pula Acha mati - matian menjauhi Iqbal . Empat hari yang bagaikan empat tahun bagi Acha . Selama empat hari itu juga Acha tak memiliki semangat seperti biasanya , ia malas menyapa siapa pun , bahkan untuk tersenyum . Acha berusaha menahan kebiasaannya selama empat hari ini , mulai dari menyimpan cokelat yang biasa ia berikan untuk Iqbal ke dalam tasnya , Acha harus melewati lorong belakang untuk sampai ke kelasnya agar tidak berpapasan dengan kelas Iqbal , Acha juga tak lagi mengirim pesan berantai ke Iqbal yang biasanya ia lakukan setelah pulang sekolah sampai malam hari sebelum tidur . Bahkan , beberapa kali Acha absen pembinaan dengan Iqbal , ia diam - diam mengikuti pembinaan bersama Dino pada sore hari setelah pulang sekolah . Misi sialan dari Amanda ini membuatnya menderita . Harusnya Iqbal yang menderita , tapi Acha merasa sebaliknya , ia yang dibuat sakit hati karena selama empat hari ini tak ada reaksi apa pun dari seorang Iqbal Guanna . Iqbal bersikap seperti biasanya , dingin dan masih tak peduli dengan dirinya . Acha merasa Iqbal memang benar - benar tidak peduli padanya . MMM AiBook Page number 64 ah menunggu ada pembinaan ke ruang khusus Acha tak henti melihat ke arah pintu , tampak resah men kedatangan Iqbal yang tak kunjung hadir . Hari ini ada . dari Pak Hendra , membuatnya wajib untuk datang ke rua pembinaan . Acha khawatir sendiri , takut jika Iqbal marah dan tidak m menemuinya . Takut jika pria itu sungguh - sungguh tidak ma lagi dengannya . h dan tidak mau lagi tidak mau peduli a mendengar undukkan kepala a buku . Acha berpura - pura n di antara mereka , Iqbal ha berharap Dino segera datang semundurkan bangkunya , Namun , rasa khawatir dan takut itu seketika hilang . Acha mende suara pintu perlahan terbuka , Acha dengan cepat menundukkan 1 dan berusaha menyibukkan diri , membaca buku . Acha bern tidak mengetahui kehadiran Iqbal . Tak ada suara yang memecah keheningan di antara merel sendiri datang dengan tenang . Pria itu langsung duduk , me bangku di hadapan Acha dan langsung membuka bukunya . Mereka sama - sama diam . Acha berharap Dino seg untuk mencairkan suasana di antara dirinya dan Iqbal . Beberapa menit kemudian , Iqbal memundurkan ban membuat sedikit ruang . Ia mengeluarkan sesuatu dari saku cela lalu menyodorkan dua buah kertas berukuran 10 x 7 sentimeter di hadapan Acha . " Apa ? " tanya Acha menyembunyikan kegugupannya . " Tiket nonton , " jawab Iqbal tenang . " Punya siapa ? ” S E “ Gue . ” " Terus kenapa dikasih ke Acha ? ” Iqbal tak langsung menjawab , kedua matanya yang biasa menyorot dingin berubah melunak dan sedikit hangat . “ Mau nonton sama gue ? ” Acha merasa jantungnya berdetak kencang , ia berusaha susah payah untuk meyakinkan dirinya bahwa ini benar - benar nyata . Iqbal tiba - tiba mengajaknya nonton berdua ? Seorang Iqbal Guanna ? Mungkinkah Iqbal kesurupan atau Acha yang sedang bermimpi ? Acha tak henti mengulangi pertanyaan tersebut di otaknya , meyakinkan 64 AiBook Page number 65



diri bahwa ia tak salah dengar . Saat ini , Acha sangat ingin berteriak , “ YES ! I WANT ! 1 WANT ! ' . Namun , Acha langsung teringat dengan kenyataan pahit bahwa ja masih harus menjalankan misi sialan tujuh harinya itu . Acha harus tetap mengikuti saran Amanda untuk melanjutkan berpura - pura tidak peduli pada Iqbal hingga tujuh hari . Ini masih belum genap tujuh hari dan Acha harus menahannya . la menggigit lidahnya dengan kuat agar tidak mengatakan ' ya ' . Acha menarik napas dan menghelanya pelan - pelan , mengontrol diri sendiri untuk tetap tenang . Ia mencoba untuk tetap bersikap biasa dan berpura - pura tidak tertarik . “ Acha nggak mau , " tolak Acha penuh percaya diri . “ Kenapa ? ” “ Acha udah nonton , kok , sama Juna kemarin , " jawab Acha berbohong tentunya . " Kemarin ? " . " Iya , kemarin Acha kencan berdua sama Juna . Juna kan suka sama Acha dan Acha nggak mau nyia - nyiain perasaan orang yang tulus suka sama Acha ! ” sindir Acha tajam . Acha menatap Iqbal yang terdiam , tak lagi membalas ucapannya . Acha merasakan gugup tak keruan . " Oh gitu . ” Iqbal menganggukkan kepalanya sekali . “ Ya udah . ” Iqbal mengambil kembali tiketnya dan tanpa banyak bicara ia berdiri dari bangku dan berjalan ke arah pintu . Iqbal dengan cepat membuang tiket tersebut ke tempat sampah pojok belakang pintu . Acha membelalakkan kedua matanya , hatinya terasa sakit melihat tiket itu dibuang begitu saja . Acha menatap punggug Iqbal dengan perasaan getir . Acha terus menatap Iqbal , pria itu menggerakkan knop pintu . “ Iqbal mau ke mana ? ” cegah Acha . “ Keluar , " jawab Iqbal tanpa membalikkan badan sedikit pun . " Kok , keluar ? Iqbal nggak ikut pembinaan ? Kan , hari ini jadwal Pak Hendra da . . . . " S AiBook Page number 66 “ Terserah gue , " potong Iqbal cepat , lalu membuka pintu da hadapannya dan keluar meninggalkan Acha . Acha mengepalkan kedua tangan kuat - kuat , dadanya terasa pedih . dan sesak . Ia merutuki ucapannya sendiri . Padahal , ia sama sekali belum menonton film itu , ia juga tak pernah ada rasa dengan June Acha ingin menangis rasanya . Apalagi ketika melihat Iqbal membuang dua tiket itu ke dalam tempat sampah disaksikan oleh kedua matanya sendiri . Acha mulai panil in beranggap bahwa Iqbal marah besar kepadanya . Tentu saja , Acha tidak mau hal itu terjadi . U Acha mulai berpikir keras , ia harus melakukan sesuatu . Jujur , ia juga sudah tidak kuat untuk terus berpura - pura dingin dan tak peduli seperti beberapa hari ini . Sangat menyiksa ! Ia pun bangkit dari tempat duduknya , berjalan cepat mengejar Iqbal . “ Iqbal ! ” panggil Acha . . Acha menahan lengan Iqbal , membuat pria itu mau tidak mau menghentikan langkahnya . Iqbal menoleh ke arah Acha , menatap Acha datar dan kembali dingin seperti biasanya . “ Maafin Acha , ” lirih Acha . “ Jangan marah sama Acha . " Iqbal mengerutkan keningnya , tidak mengerti kenapa gadis ini tiba - tiba minta maaf ? Padahal , baru beberapa menit lalu gadis ini bersikap acuh tak acuh padanya . Acha meyakinkan dirinya untuk berkata jujur dan tidak berpura - pura lagi . “ Acha nggak marah , kok , sama Iqbal . Acha nggak pernah bisa marah sama Iqbal . Selama empat hari ini Acha cuma pura - pura aja . " Iqbal diam , berpikir keras tak mengerti dengan penjelasan Acha barusan . “ Maksudnya ? ” bingung Iqbal . “ Jadi , empat hari kemarin Amanda nyuruh Acha buat jauhin Iqbal , buat diemin Iqbal , buat cuekin Iqbal selama tujuh hari . Acha harus pura - pura tidak peduli ke Iqbal karena kata Amanda , kalau Acha kayak gitu , nanti Iqbal bakalan ngejar -



ngejar Acha balik , terus nyariin Acha , " jelas Acha sejujur - jujurnya . “ Padahal , Acha berusaha mati - matian buat jalanin misi tujuh hari itu . Acha hampir nyerah karena nggak bisa pura - pura cuek ke Iqbal . Kan , Acha suka sama Iqbal . ” AiBook Page number 67 Acha sedikit menundukkan kepalanya , bibirnya membentuk lengkungan ke bawah . “ Tapi ternyata Iqbal malah sama sekali nggak nyariin Acha dan nggak peduli sama Acha . Acha udah takut banget Iqbal jadi benci sama Acha . ” Acha mengangkat kepalanya kembali dengan cepat , menatap Iqbal . " Iqbal masih belum suka , ya , sama Acha ? " Iqbal dibuat mematung dan takjub untuk kesekian kalinya . Gadis di hadapannya ini luar biasa ajaib . Bagaimana ada gadis selugu dan sejujur ini ? “ Iqbal , " panggil Acha kembali , menyadarkan Iqbal . " Hm ? " “ Acha belum nonton film itu , kok . Kemarin Acha sama sekali nggak keluar sama Juna . Acha nggak pernah kencan sama Juna . Acha nggak suka Juna , " jelas Acha kembali . " Jangan percaya sama gosip - gosip yang bilang Acha sama Juna pacaran , itu nggak bener . Acha sukanya cuma sama Iqbal . Seriusan , Acha nggak bohong . " Acha menatap Iqbal dengan takut karena sedari tadi pria itu masih saja bersikap dingin . " Iqbal jangan marah sama Acha . Acha cuma jalanin saran Amanda , ” lirih Acha memelas . Iqbal melepaskan tangan Acha dari lengannya . Ia berjalan melewati Acha untuk kembali masuk ke dalam ruangannya . “ Iqbal mau ke mana ? " tanya Acha semakin takut . Acha cepat - cepat mengejar Iqbal , membuntuti pria itu dari belakang . Acha ikut masuk kembali ke ruangan . Acha melihat Iqbal tengah mengambil dua tiket yang sempat dibuangnya beberapa menit yang lalu . Acha memperhatikannya saja . " Masih mau nonton ? ” tanya Iqbal Bibir Acha otomatis langsung mengembang , tanpa ragu ia dengan cepat menganggukkan kepala seperti anak kecil . “ Acha mau . Sangat mau ! ” Pak Hendra tiba - tiba masuk ke dalam ruangan bersama dengan Dino . Acha pun harus menahan rasa bahagianya terlebih dahulu dan AiBook Page number 68 hatinya sangat fokus untuk pembinaan hari ini . Ia merasa saat ini hatinya lega dan berbunga bunga . terus menatap a membayangkan um sendiri sedari tadi , ia terus mer Acha tak henti senyum - senyum sendir Iqbal yang tengah serius mengerjakan soal - soal . Acha membau kejadian tadi pagi , begitu romantis dan mendebarkan hatinya " Sampai kapan lo mau liatin gue kayak gitu ? ” Tubuh Acha tersentak , ia dibuat kaget dengan pertanyaan yang tiba - tiba . Pria itu menatapnya datar . “ Sampai Iqbal suka sama Acha , " jawab Acha dengan cepat . Iqbal menghela napas panjang , kehabisan kata untuk memi ucapan Acha yang sangat terang - terangan . Uhuukk ! Uhukkk ! Dino dengan sengaja terbatuk - batuk , menahan tawanya . " Udahlah Bal . Kasihan anak orang . Terima cinta Acha , " suruh Dino . Iqbal menatap Dino tajam . ita untuk membalas " Sorry , anggap mulut gue baru aja kesetrum , " ucap Dino buru buru , tak ingin mendapat serangan mematikan dari Iqbal . Dino berdiri dari bangkunya , membawa beberapa buku . " Gue keluar dulu , ya . Mau jenguk yayang Dina , katanya kangen , " ucap Dino dengan wajah semringah . “ Bye ! Lanjutin pacarannya , nggak usah malu - malu . " Dino segera mengambil langkah seribu , keluar dari ruangan untuk menghindari Iqbal



secepat mungkin . Ia tertawa puas menggoda Iqbal . Setelah kepergian Dino , Acha kembali pada aktivitasnya , memandangi Iqbal sepuas hati . " Acha boleh tanya nggak ? " Acha kembali beraksi . " Apa ? " balas Iqbal berusaha sabar . “ Iqbal udah suka sama Acha ? ” “ Nggak . ” AiBook Page number 69 " Kok , enggak ? Terus kenapa Iqbal repot - repot beliin tiket nonton ? Repot repot ngajak Acha nonton ? Iqbal takut , ya , Acha marah sama Iqbal ? " Iqbal menatap Acha Ickat . " Mana dulu yang harus gue jawab ? " “ Igbal suka sama Acha ? " tanya Acha untuk kesсkian kalinya . “ Nggak , " jawab Iqbal singkat , padat dan jelas . " Terus kapan sukanya sama Acha : ” lirih Acha sedih . “ Nggak tau . ” " Tapi ada rencana , kan , buat suka sama Acha ? " “ Nggak juga . ” Acha menghela napas berat , mulai pasrah . " Ya udah deh . Kalau gitu besok Acha tanya Iqbal lagi , ya . Acha bakalan tungguin sampai Iqbal suka sama Acha . ” “ Oke . " Acha mendesis sebal mendengar jawaban Iqbal yang singkat dan ogah - ogahan seperti barusan . Ia mengelus dada , berusaha sabar dan tetap semangat . “ Acha boleh tanya lagi nggak ? " " Cepetan ! " " Iqbal pernah suka sama orang nggak , sebelumnya ? " " Nggak . ” Acha melongo . “ Seriusan ? Kenapa ? ” " Males aja , ribet . " Acha tersenyum penuh arti . " Kalau gitu suka sama Acha aja . Insya Allah , Acha nggak ribet kok orangnya . Acha mandiri , rajin menabung , cuma manja dikit aja . Acha juga cantik , terus pinter lagi , " cerocos Acha mempromosikan dirinya . “ Lo kapan bisa diem ? ” “ Kalau Iqbal suka sama Acha , Acha bakalan belajar diem , " jawab Acha tanpa ragu . “ Oke . " Iqbal mengambil earphone dan memakainya . Ia menyalakan lagu sekeras kerasnya , membiarkan Acha terus berkicau . Sepertinya hari ini akan berlalu sedikit panjang dan melelahkan . AiBook Page number 70 Sepulang sekolah , Iqbal dan Acha bergegas menuju bioskop . Acha merasa sangat bahagia sepanjang perjalanan , adegan - adegan romantis antara dirinya dan Iqbal menjadi imajinasi liar di otaknya . Hari yang indah dan tak akan pernah Acha lupakan . Mereka berdua masuk ke sebuah mal yang cukup terkenal di Jakarta Pusat . Acha sedari tadi berusaha menyamai langkah Iqbal yang cepat , ia ingin berjalan di samping Iqbal . Namun , Iqbal selalu saja berjalan duluan meninggalkan Acha . " Igbal , ” panggil Acha , lebih mendekat ke Iqbal . “ Hm ? ” balas Iqbal sekenanya . " Liat , deh , tangan Acha . Udah banyak sarang laba - labanya , kan ? » lanjut Acha sembari menjulurkan tangan kanananya . “ Maksudnya ? " tanya Iqbal gagal paham . " Tangan Acha ini loh , udah banyak jaring laba - labanya , udah bersarang , " jelas Acha gemas . Iqbal diam scjenak , mendalami maksud perkataan Acha . " Lo mau berubah jadi Spiderman ? ” tanya Iqbal dengan wajah tak berdosa . “ Bukaan , Iqbaaall ! ! Maksud Acha itu , gandeng tangan Achaa ! ! " " Oh . " Acha mengelus dada , mengatur napasnya yang hampir kehabisan stok oksigen . Ia harus ekstra sabar menghadapi pria macam Iqbal . " Ya udah , cepet gandeng tangan Acha , ” pinta Acha . Iqbal menghentikan langkahnya , Acha pun mendadak ikut berhenti . Iqbal menolehkan kepalanya , menatap Acha , lalu tersenyum picik . “ Lo ngelindur ? " Mereka sampai di bioskop . Masih ada waktu lima belas menit sebelum film dimulai . “ Iqbal , Acha beli pop - corn dulu , ya , " ucap Acha . AiBook Page number 71



" Iya . " " Iqbal mau juga , nggak ? " " Terserah . " Acha menganggukkan kepala , sepertinya dirinya mulai terbiasa dengan balasan singkat dan tak berperasaan yang tiap kali keluar dari bibir pria bernama Iqbal . “ Iqbal tunggu di sini , ya , jangan ke mana - mana . " " Iya . " Setelah itu , Acha berjalan meninggalkan Iqbal . Ia membeli satu pop - corn ukuran large dan dua minuman soda dingin . Iqbal tak bergerak dari tempatnya berdiri , kedua matanya lurus ke depan menyorot pada Acha yang tengah sibuk memesan . Iqbal memperhatikan Acha cukup lekat , ia menyadari bahwa gadis itu terus tersenyum , begitu bahagia . Tanpa sadar , dua sudut bibir Iqbal sedikit terangkat walau tak begitu terlihat jelas . " Cantik . " Iqbal mematung , kedua matanya terbuka sempurna . Apa yang barusan ia katakan ? Iqbal menggelengkan kepalanya cepat , menyadarkan dirinya untuk kembali ke dunia nyata . Iqbal berusaha menarik lagi kata - katanya ! Tak lama kemudian , Acha kembali dengan membawa makanan dan minuman yang dibelinya . “ Ayo Iqbal , masuk ke dalam , ” ajak Acha . " Hm . " Mereka berdua segera beranjak , lagi dan lagi Iqbal berjalan selangkah lebih cepat daripada Acha . Tidak memberikan celah kepada gadis itu untuk berjalan beriringan dengannya . Acha mendengus pelan , raut wajahnya terlihat sendu . “ Kapan Iqbal mau ngasih kesempatan buat Acha supaya bisa melangkah bersama ? ” Pukul empat sore , Acha dan Iqbal sudah keluar dari bioskop sejak sepuluh menit lalu . Mereka bergegas untuk pulang . AiBook Page number 72 Acha tiba - tiba menghentikan langkah , kedua matanya terbuka lebar ke arah sebuah toko boneka . Ia melihat boneka sapi besar yang diletakkan dalam kaca . Mulutnya setengah terbuka , Acha sangat takjub . " Iqbal , ” panggil Acha , menarik - narik lengan Iqbal tanpa sadar , angan Acha dari lengannya , “ Apa ? " jawab Iqbal malas , ia menepis tangan Ach Acha mengetuk - ketuk kaca toko . " Apa ? " bingung Iqbal . “ Beliin Acha boneka sapi ini , ” pinta Acha . “ Kenapa harus gue ? " “ Kan , Iqbal calon pacar Acha , " jawab Acha percaya diri tingkat dewa . " Gue nggak pernah ingin lo jadi pacar gue , ” balas Iqbal tak berperasaan . Senyum di bibir Acha langsung menghilang seketika . Ia meras sedih dengan pengakuan Iqbal barusan . Dadanya seperti ada yang menusuk - nusuk dengan jarum panjang . Namun , detik berikutnya Acha kembali tersenyum . “ Acha nggak peduli . Beliin Acha boneka ini . ” “ Lo bisa beli sendiri . ” “ Si Mira aja dibeliin pacarnya boneka sapi besar banget . Jumlahnya ada sepuluh boneka sapi . Keren banget , kan , si Mira . ” " Dia mau ternak sapi ? ” sindir Iqbal tajam . " Enggak , Iqbal . Mira itu suka boneka sapi , kayak Acha gini . Makanya Acha kalau liat bone . . . . " Belum sampai Acha menyelesaikan kalimatnya , Iqbal telah berjalan melewatinya , meninggalkan Acha begitu saja . Acha mengehela napas berat , entah sudah keberapa kali dirinya diperlakukan seperti ini oleh Iqbal , dan sampai kapan ? Acha menghadap ke kaca toko tempat boneka - boneka sapi besar itu berjajar . Acha menatap salah satu boneka sapi yang sedari tadi menarik perhatiannya , Acha melihat dengan tatapan sendu . Acha mengangkat tangan kanan , melambai - lambaikannya . AiBook Page number 73 " Boneka sapi , doain Acha , ya , bisa dapetin hatinya Iqbal . Maaf Acha nggak bisa bawa kamu pulang , sapi . ” Acha tersenyum miris . “ Kapan - kapan kita ketemu lagi , ya . Kamu jangan sedih . " Acha berusaha untuk tetap mempertahankan senyumnya . “ Bye bye , sapi . ” Acha turun dari motor Iqbal , sepanjang perjalanan pulang Iqbal tidak menyahutinya



sama sekali . Padahal kan dirinya yang harus marah karena Iqbal mengabaikannya , tidak mau membelikannya boneka sapi . Acha menatap Iqbal yang sedang sibuk memakai jaket kulitnya . Tatapan pria itu datar dan selalu dingin , Iqbal menatap ke depan sama sekali tidak memandang ke arah Acha . “ Iqbal marah sama Acha ? ” tanya Acha dengan suara pelan . “ Maafin Acha . Acha nggak bakalan lagi minta dibeliin boneka sapi , " lanjutnya menyesal . Acha menghela napas berat . Ia semakin takut karena tidak ada balasan dari Iqbal , pria itu bersiap menghidupkan mesin motornya kembali . " Iqbal , Acha nggak bakal minta dibeliin boneka sapi lagi , tapi Acha minta dibeliin boneka beruang , boleh ? ” " Gue balik , ” jawab Iqbal singkat tanpa menjawab pertanyaan Acha . Ia melajukan motornya dan pergi begitu saja dari hadapan Acha . Acha menggigit bibirnya , hatinya tiba - tiba terasa sakit , seperti ada sesuatu yang menghantam keras dadanya . Rasanya begitu menyedihkan . Lagi - lagi Acha hanya bisa menatap kepergian Iqbal dalam diam dan kekecewaan . Harapan besarnya perlahan terkikis . Namun , ia masih berusaha untuk menenangkan diri , berpikir positif bahwa ia pasti bisa mendapatkan hati Iqbal . Ya . . . semoga bisa . Acha tersenyum pedih . “ Kamu tak pernah tau rasanya mencintai tanpa balas dicintai ? Sangat menyedihkan . ” AiBook Page number 74 KAMU DAN AKU SEJAJAR PAGI yang cerah untuk semua orang , tapi tidak bagi Iqbal . Pagi - pagi ia sudah mendapat kekacauan besar , Acha tanpa sengaja merobek buku catatan rumus fisika miliknya yang sudah seperti buku keramat dan wajib untuk selalu ia bawa . Iqbal tak paham lagi dengan sikap Acha . " Iqbal , maafin Acha . Sumpah , Acha nggak sengaja . ” Entah sudah berapa kali Acha meminta maaf pada Iqbal pagi ini . Namun , Iqbal tetap diam tak bersuara sedikit pun . Iqbal buru - buru mengemasi buku - bukunya di atas meja . " Maaf Iqbal , jangan marah . Acha bakal tanggung jawab , kok . ” Iqbal masih tak peduli , ia mengangkat tasnya . “ Iqbal jangan diemin Acha . Maafin Acha . Maaf , ya . ” Iqbal membalikkan badan dan keluar dari ruangan begitu saja . Lagi - lagi meninggalkan Acha tanpa perasaan . " Iqbal , maaf . ” Acha menundukkan kepala , ia melihat buku catatan Iqbal yang robek ditinggal di atas meja . Acha merasa sangat bersalah . “ Acha beneran nggak sengaja . ” Acha mengambil buku catatan itu dan mengumpulkan bagian - bagiannya yang robek cukup parah . AiBook Page number 75 Tqbal masuk ke dalam kelas dengan wajah tanpa ekspresi , datar dan dingin seperti biasanya . Tidak ada yang bisa membaca apa yang ada di pikiran Iqbal , pria itu bagaikan bongkahan es berjalan . Iqbal menaruh tasnya di atas meja , lalu duduk tenang " Lo nggak ke ruangan khusus ? " tanya Rian heran melihat keberadaan sahabatnya itu di kelas . " Nggak , " jawab Iqbal malas . Rian tertawa pelan , ia mendekat sedikit ke Iqbal . " Gimana hubungan dengan pacar lo ? " goda Rian . " Gue nggak punya pacar . " " Masa ? Terus Acha siapa ? " Iqbal melirik tajam ke arah Rian , membungkam mulut pria itu dengan sorot mata tak sukanya . Rian mengerti arti dari tatapan mata tersebut dan memilih untuk diam . Braaakkk ! ! Suara gebrakan heboh di meja Iqbal dan Rian membuat kedua pria itu terkejut bukan main , tidak perlu ditebak siapa pelakunya , mereka berdua sudah tahu . Siapa lagi jika bukan Glen .



" Gue ada berita baru yang lo berdua wajib buat tau ! ” ucap Glen dengan napas ngos - ngosan . " Kalian berdua penasaran , nggak ? " " Nggak , " jawab Iqbal dan Rian bersamaan . Iqbal tak memedulikan Glen , ia menaruh kepalanya di atas meja dan secepat mungkin menutup kedua matannya . Glen mendecak kesal , “ Penasaran kek . Sekali - sekali nyenengin gue ! ” " Ya udah , cepetan , apa beritanya , " ucap Rian malas memperpanjang masalah dengan Glen . " Gue , kan , tadi ke kantin , silaturahmi ke cirengnya Mbak Wati , terus . . . . " Glen tiba - tiba menggantungkan ceritanya , ia menatap Rian dengan senyum lebar yang tidak enak dilihat . " Terus apa ? ” tanya Rian tak sabar . " Tebak dong , terus apa . ” “ Cireng Mbak Wati suka sama lo ? Apa Mbak Watinya yang suka sama lo ? " 75 . AiBook Page number 76 Senyum di bibir Glen menghilang seketika , ia menatap Rian kesal . “ Bukan itu ! " " Terus apa ? Cepetan ! ” Glen mengangkat jempolnya , “ Terus gue liat gerombolan cowo kelas sebelas - C ada di sana , mereka lagi ngomongin Acha . " Entah mengapa ketika mendengar nama Acha disebut , kedua mat , Iqbal perlahan terbuka . Tiba - tiba pembahasan Glen mulai membuatnya sedikit tertarik . Iqbal kembali pura - pura memejamkan mata , meskipun kedua telinganya ia buka lebar lebar . “ Emang mereka ngomongin apa soal Acha ? " “ Katanya dalam waktu dekat Juna bakal nembak si Acha . Tau kan , gosip yang beredar beberapa hari lalu bahwa Juna suka sama Acha . Ternyata itu bukan cuma gosip , itu fakta ! " Glen menggoyang - goyangkan tubuh Iqbal . " Bal , bangun ! Lo denger gue , kan ? ” “ Nggak , ” jawab Iqbal “ Nggak denger tapi jawab ! " cerca Glen . Iqbal menghela napas berat , membuka kedua mata dan menegakkan tubuhnya . Ia menatap Glen dengan malas . " Apa ? " Glen tersenyum senang karena Iqbal mulai menanggapinya . " Lo harus gerak duluan , Bal . Jangan biarin pacar lo direbut sama cowok lain ! Apalagi si Juna . " " Gue nggak punya pacar . " " Punya ! Acha itu pacar lo , " seru Glen memaksa . “ Kata siapa ? ” “ Kata gue , barusan , ” jawab Glen dengan bangga . Iqbal menggelengkan kepala , bersiap untuk tidur kembali . Namun dengan cepat Glen mencegahnya . Ia menarik tas Iqbal dari atas meja . Iqbal pun mengurungkan niatnya , ia menyandarkan tubuhnya di bangku , menatap Glen tajam . de “ Gue nggak suka sama Acha , " ucap Iqbal meyakinkan kedua sahabatnya . " Jadi , apa pun yang terjadi sama dia , nggak usah laporan ke gue . Gue nggak peduli , ” lanjutnya . AiBook Page number 77 Glen dan Rian ternganga mendengar penjelasan Iqbal yang cukup panjang , tak seperti biasanya . Mereka berdua tersenyum penuh arti . “ Nggak peduli , tapi jelasinnya panjang banget . Yakin nggak peduli ? ” goda Rian . “ Seorang Iqbal Guanna ngomong lebih dari sepuluh kata merupakan keajaiban dunia yang kesembilan , " kata Glen “ Emang keajaiban dunia kedelapan apa ? " tanya Rian iseng . " Cireng Mbak Wati turun harga . Itu merupakan keajaiban yang harus kita syukuri sebagai anak bangsa yang membudayakan jajanan kantin sekolah , ” jelas Glen panjang lebar . “ Berisik lo berdua ! ” “ Berisik - berisik juga lo dengerin dari tadi , ” sindir Glen . Rian menoleh ke arah Iqbal . “ Waktu Glen datang , lo langsung tidur . Tapi waktu nama Acha kesebut , lo langsung buka mata , kan ? "



Iqbal terdiam sejenak , ia seperti baru saja tertangkap basah . “ Nggak , " jawabnya berusaha tenang . " Halah , nggak mau ngaku lo , Bal . Emang lo pikir gue nggak tau ? ” ucap Glen menantang . " Lo bisa mikir ? ” ejek Iqbal . “ Bisa , lah ! Lo pikir gue bodoh ? " Rian menepuk bahu Glen , tersenyum paksa . “ Lo nggak bodoh Glen , cuma nggak pinter aja . " Glen menepis tangan Rian dengan cepat . “ Semester kemarin gue naik satu peringkat . Bangga , kan , lo jadi temen gue ! ” ucap Glen tak mau kalah . Rian dan Iqbal mengangguki saja , menyenangkan hati Glen . “ Naik satu peringkat dari 29 ke 28 . Murid di kelas kita ada 30 . Lo doang emang yang punya otak ajaib . " Glen menepuk dadanya dengan ekspresi percaya diri . “ Kita harus selalu bersyukur dengan apa pun yang diberikan oleh Tuhan kepada kita . Gue bersyukur bisa mendapatkan kehormatan peringkat tiga besar dari bawah . Itu adalah sebuah penghargaan yang tidak semua orang bisa dapatkan . " 77 AiBook Page number 78 Iqbal dan Rian dengan cepat mengeluarkan selembar uang se ribu dari saku mereka , memasukkannya ke dalam saku seragam Glen “ Ngapain lo berdua ngasih gue uang ? ” bingung Glen . “ Buat beli otak ! ” serempak Iqbal dan Rian . Iqbal tak kembali ke ruangan khusus sampai sore , ia terlihat marah besar kepada Acha , membuat Acha semakin takut saja . Setelah kejadian itu pun Acha tak keluar dari ruangan , ia sibuk menyalin kembali buku catatan rumus fisika milik Iqbal . Acha membuatnya kembali , bahkan lebih rapi . Ia berkerja sangat keras melakukannya sampai mengabaikan sejenak materi untuk Olimpiade bahkan ia tidak mengikuti pelajaran di kelas demi bertanggung jawab dan menebus kesalahannya . Acha menghela napas lega , menyandarkan tubuhnya di bangku . Akhirnya selesai juga perjuangan kerasnya . Selama hampir enam jam Acha terus menulis tanpa makan , minum , atau berhenti sedikit pun . Acha tersenyum senang melihat hasil karyanya yang sempurna . " Pasti Iqbal nggak marah lagi sama Acha . Dia pasti maafin Acha , " ucap Acha penuh semangat . TERE Acha berdiri dari bangkunya , tak sabar untuk memberikannya kepada Iqbal . Ia berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan , membawa catatan baru yang dibuatnya . Namun , baru saja akan memegang knop , pintu di hadapan Acha tiba - tiba terbuka , membuatnya refleks melangkah mundur . Acha melihat sosok yang berdiri di depan pintu , ternyata Iqbal . Acha langsung tersenyum senang , kalau kata pepatah dulu , pucuk dicinta ulam pun tiba . Orang yang dicari oleh Acha datang dengan sendirinya . " Iqbal , ini . ” Acha menyodorkan buku catatan yang dibawanya . Iqbal menatap buku itu tanpa ekspresi . “ Apa ? ” AiBook Page number 79 “ Acha ngerasa bersalah udah robekin catatan penting Iqbal , Acha nggak mau dibilang sebagai orang yang nggak bertanggung jawab . Akhirnya , Acha salin semua catatan Iqbal yang robek tadi , " jelas Acha panjang lebar . “ Mafin Acha , ya , Iqbal . Acha nggak bakal robekin buku Iqbal lagi . Sumpah , Acha janji . ” Iqbal mengangkat kepalanya , memandang Acha dengan sedikit tak percaya . “ Lo salin semuanya ? ” tanya Iqbal . " Iya , Acha udah salin semuanya , kok . Dijamin nggak ada yang ketinggalan . Acha juga tambahin halaman dan daftar isi biar Iqbal nggak bingung nyari rumus rumusnya di halaman berapa , ” jawab Acha dengan bangga . Iqbal masih diam , bingung harus berkata apa . Ia tidak menyangka bahwa Acha akan melakukan ini . Sejujurnya , ia tidak sampai marah besar ke Acha . Toh , dia bisa mencari rumus - rumus tersebut di internet dengan mudah . . " Iqbal , terima catatan ini , " suruh Acha .



Iqbal tersadarkan , menganggukkan kepalanya cepat . Ia menerima catatan dari Acha . " Makasih . ” " Waahh , Iqbal bilang makasih ke Acha , berarti Iqbal nggak marah lagi , kan , sama Acha ? Iqbal udah maafin Acha , kan ? Iya , kan ? ” tanya Acha heboh sendiri . “ Iya . " Acha bersorak senang tanpa henti . Tak sadar Iqbal memperhatikannya dengan sangat lekat . Bahkan , ia sempat ikut tersenyum melihat kegembiraan Acha yang sedikit berlebihan . " Lo nggak pulang ? ” tanya Iqbal menghentikan kegirangan Acha . Acha tersenyum ke arah Iqbal . “ Ini Acha mau pulang , kok . Acha mau beres - beres dulu . ” " Naik apa ? ” “ Angkot bisa , ojek bisa . Kan , rumah Acha dekat , ” jawab Acha . " Tumben Iqbal tanya gitu . Kenapa ? Mau anterin Acha pulang ? ” goda Acha . " Iya , " jawab Iqbal cepat . AiBook Page number 80 Acha mematung , terkejut mendengarnya . Acha meneguk ludahnya sedikit susah payah . " Iqbal beneran mau anterin Acha pulang ke rumah ? ” tanya Acha gugup . “ Hm , ayo gue anter . " Acha diam lagi , mencerna baik - baik ucapan Iqbal barusan . Apa dia tidak salah dengar ? “ Beneran nganter ke rumah Acha ? " tanya Acha masih tak bisa percaya . " Iya . " “ Seriusan ? Iqbal nggak lagi kesurupan , kan ? Nggak lagi ngelindur , kan ? Nggak lagi bercanda , kan ? ” " Nggak , Cha . ” Acha menarik napas dan mengembuskannya pelan - pelan . la mengatur detak jantungnya yang berdegup kencang . “ Iqbal beneran mau anterin Acha pulang ke rumah ? ” . tanya Acha memastikan untuk terakhir kalinya . " Iya , Natasha . " “ YESS ! ! ! ” teriak Acha dengan keras . Iqbal geleng - geleng melihat tingkah ajaib Acha , berbeda dari gadis - gadis lain yang pernah ia temui . " Iqbal tunggu sebentar , ya . Acha ambil tas dulu . ” " Iya . ” QUE “ Jangan tinggalin Acha . " " Iya . ” Setelah itu , mereka berdua keluar dari ruangan , berjalan melewati lorong sekolah menuju ke parkiran . Acha menatap punggung Iqbal , lagi - lagi pria itu berjalan cepat mendahuluinya . Berkali - kali Acha berusaha mengejar langkah Iqbal , tetap saja ia tertinggal , lagi dan lagi . Acha pun menghela napas pasrah dan berjalan sesuai kemampuannya . Acha membiarkan Iqbal berjalan mendahuluinya . Acha tersenyum Lecil . “ Aku yakin suatu saat kita akan melangkah beriringan . Kam aban menungguku dan tidak membiarkanku berialan di belakang seperti sekarang . " 80 AiBook Page number 81 CINDERELLA DAN SNOW WHITE PAK Bambang masuk ke dalam ruangan khusus pembinaan Olimpiade , hari ini beliau akan mengadakan tes untuk Iqbal , Acha , dan Dino . Beliau membagikan selembar kertas yang berisikan lima soal esai , masing - masing soal untuk materi matematika , fisika , kimia , biologi , dan astronomi . “ Kalian sudah siap ? " tanya Pak Bambang dengan stopwatch telah siaga dalam genggamannya . “ Siap , Pak ! ” . " Mulai ! ” Dua jam berlalu , baik Iqbal , Acha , maupun Dino tampak mengerjakan soal dengan sungguh - sungguh . Mereka sama sekali tak menoleh ke kanan dan ke kiri , hanya fokus pada kertas soal dan jawaban di hadapan mereka . Pak Bambang berhenti di belakang Acha , mengintip sudah sampai nomor berapa gadis ini mengerjakan soal - soalnya . Pak Bambang mengangguk - anggukkan kepala dengan



mulut setengah terbuka , dibuat takjub oleh Acha yang telah sampai pada soal terakhir , astronomi . AiBook Page number 82 “ Jarak terdekat komet ke matahari dalam orbit hiperbola . . . , " gumam Acha , mengingat - ingat bagaimana formula untuk menyelesaikan soal ini Ini bukanlah soal yang familier bagi Acha . Namun , ia teringa pernah diajari oleh Dino dan Iqbal seminggu yang lalu . Acha berpikir keras , menggunakan kemampuan daya ingatnya . Ia pun pelan - pelan berusaha menyelesaikan soal tersebut . Hasil tes dadakan dari Pak Bambang keluar pada siang harinya . Nilai tertinggi diraih Iqbal , ia mendapatkan skor sempurna tanpa ada jawaban yang salah . Skor Dino dan Acha sama . Dino keliru memasukkan rumus pada soal kimia , sedangkan jawaban Acha untuk soal astronomi belum tepat . Acha menatap lembar jawabannya , membaca kembali bagian soal astronomi . Ia mengangkat kepalanya , melihat Iqbal yang sedang membereskan buku - bukunya . " Iqbal mau pulang ? ” tanya Acha . “ Hm . " “ Iqbal , boleh tanya ? ” " Apa ? ” " Jawaban soal terakhir tadi berapa ? Satu koma delapan ? ” “ Satu koma dua , ” jawab Iqbal . Acha mengerutkan kening , “ Satu koma dua ? " ulang Acha " Iya . " " Iqbal bisa ajarin Acha soal astronomi tadi , nggak ? Acha agak bingung , jawaban Acha salah , " pinta Acha . Iqbal menutup ritsleting tasnya dan menaruhnya di atas meja , lalu ia duduk . “ Sini kertas lo , ” ucap Iqbal mengabulkan permintaan Acha . Acha tersenyum senang . Ia langsung bersemangat kembali , memberikan kertasnya ke Iqbal . “ Dengerin . ” “ Iya , Iqbal . ” Acha pun mulai fokus dan serius mendengarkan penjelasan dari Iqbal . AiBook Page number 83 “ Di sini udah diketahui bahwa objeknya memiliki orbit berupa hiperbola . Lo juga bisa liat di gambar soalnya . Setelah itu . . . " Iqbal menjelaskan secara gamblang , membuat Acha mudah mengerti . Iqbal menerangkannya dari awal sampai akhir , bahkan mengulanginya dua kali sampai Acha benar - benar paham . “ Gimana ? " tanya Iqbal Acha menggelengkan kepalanya . “ Acha belum paham . Bisa diulangi lagi ? ” Iqbal menganggukkan kepala tanpa protes . Untuk ketiga kalinya , ia menjelaskan soal itu kepada Acha . Acha menahan tawanya , ia menatap wajah Iqbal yang sangat serius . Jujur saja , Acha sudah sangat paham sejak penjelasan pertama Iqbal . Namun , Acha ingin lebih berlama - lama bersama Iqbal di sini , tak ingin Iqbal pulang . “ Lo dengerin gue , nggak ? " Acha tersadarkan , ia ketahuan sedari tadi menatap wajah Iqbal , bukan mendengarkan penjelasannya . “ De . . . dengerin , kok , Iqbal , ” jawab Acha terbata - bata . " Udah paham ? ” Kali ini Acha memilih menganggukkan kepala , takut Iqbal malah marah kepadanya . “ Acha udah paham , kok , Iqbal . Paham banget malah . " Iqbal berdiri dari bangkunya , membuka kembali tasnya . Ia mengeluarkan sebuah buku paket dan disodorkan kepada Acha . “ Pelajari halaman dua puluh lima . Ada banyak soal seperti ini , gue udah tulis jawabanya juga di belakang . Lo bisa belajar sendiri , ” ucap Iqbal . Acha menatap Iqbal takjub , ia merasa senang mendapatkan perhatian seperti ini dari Iqbal . Meskipun Acha tau bahwa perhatian Iqbal hanya sebatas kerja tim demi Olimpiade . “ Kalau nanti Acha bingung , boleh telepon Iqbal , nggak ? ” “ Tanya aja ke Dino , dia lebih mahir soal seperti ini , " jawab Iqbal Acha berdecak sebal , bukan jawaban itu yang diharapkannya . “ Kenapa nggak Iqbal aja ? Acha maunya Iqbal , ” desak Acha . AiBook Page number 84



alkannya sendirian Iqbal mengangkat tasnya . " Gue pulang . " Acha mendesah berat . Lagi - lagi pria itu meninggalkannya sen dan tak memedulikannya . Acha tiba di rumahnya , tak langsung masuk ke kamar , ia dud . santai terlebih dahulu di ruang tengah . Acha menyelonjorkan kedin kakinya di atas sofa . “ Tante - Mama ! ” teriak Acha memanggil mamanya . “ Tumben udah pulang ? ” . Kirana , Mama Acha , memiliki butik sendiri yang cukup laris di daerah Jakarta Timur dan ia sering kali lembur sampai malam Jika sore hari seperti ini ia sudah berada di rumah , berarti keajaiban bagi Acha . Kirana berjalan menghampiri Acha , ia mengenakan celemek bermotif bunga - bunga . “ Kamu ini baru pulang udah teriak - teriak Cepat ganti baju dulu , ” suruh Kirana . Acha memberikan cengiran kuda , ia membangunkan tubuhnya . “ Acha laper , ” rengek Acha . “ Mama udah siapkan nasi goreng kesukaanmu di meja makan . " “ Beneran ? " . " Iya . Mandi dulu , baru makan . " " Makan dulu , baru mandi , ” protes Acha . " Mandi dulu Natasha . Anak gadis , kok , jarang mandi , ” omel Kirana layaknya emak - emak yang sedang diuji kesabarannya . “ Cinderella dan Snow White aja nggak pernah mandi juga tetap cantik , kok , Tante - Mama , " balas Acha tak mau kalah . “ Bisa nikah sama pangeran lagi . " “ Emang kamu tau dari mana mereka nggak pernah mandi ? ” " Liat aja di filmnya , pernah nggak diliatin mereka lagi mandi ? Enggak , kan ? ” jelas Acha mulai menuangkan karangan kreatifnya . " Itu berarti mereka nggak pernah mandi ! Titik . ” AiBook Page number 85 Kirana mengelus dada , berusaha untuk sabar . Mendengar jawaban ajaib Acha membuat kepalanya tiba - tiba memanas , ia pun menatap Acha lekat . “ Natasha , masuk kamar dan mandi sekarang juga ! " Acha menghela napas berat , ia tak bisa melawan lagi . " Iya , iya , Tante - Mama . " Acha berdiri dengan malas . Ia ingin segera makan saja , energinya sudah terkuras karena mengerjakan kelima soal tes tadi , yang menurut dia cukup sulit . . " Cha , ” panggil Kirana mencegah langkah Acha . “ Kenapa lagi , Tante - Mama ? ” sahut Acha ogah - ogahan . “ Mama ada dua tiket konsernya BTS , nih . Teman Mama tiba - tiba ada kendala nggak bisa datang . Kamu mau , nggak , nonton konser sama Mama ? ” " Ogah ! BTS apaan lagi ! Acha nggak tau , " cerca Acha . “ Mereka itu tujuh cowok keren - keren Cha . Apalagi yang namanya Taehyung dan dedek Jungkook , beeuhhh , top banget gantengnya . ” Kirana menjelaskan dengan gaya hebohnya . " Ikut yuk ! ” “ Nggak mau . Acha nggak mau . ” “ Beneran nggak mau ? Yakin nggak mau ketemu oppa - oppa keren ? ” “ Nggak ! ” tegas Acha . “ Ya udah kalau gitu . Mama nonton sendiri aja , " ucap Kirana tak ambil pusing . Acha menatap mamanya yang sedang melenggang dengan santai ke arah dapur dengan sorot mata kesal . Kini giliran dirinya yang dibuat mengelus dada . “ Dasar emak emak zaman jigeum ! " 0 pusmus . AiBook Page number 86 KEJADIAN DI KANTIN AJANG Olimpiade Sains Nasional tinggal menghitung hari . Iqbal . Acha , dan Dino sudah mendapatkan materi dan bimbingan ekstra sejak seminggu lalu . Mereka bahkan harus merelakan jam istirahat kedua untuk tetap di Lab Olimpiade . Semua itu mereka lakukan karena saat Olimpiade nanti mereka tidak hanya mengusung nama SMA Arwana , tetapi juga akan maju sebagai perwakilan Provinsi DKI Jakarta untuk berkompetisi di kancah Nasional . Namun , hari ini mereka bertiga tidak diwajibkan datang ke ruangan khusus ataupun



Lab Olimpiade . Mereka dipersilakan untuk menyegarkan pikiran , meninggalkan sejenak materi pelajaran dan soal - soal ujian . Acha membawa kue cokelat yang biasa ia berikan kepada Iqbal setiap hari . Karena hari ini mereka tidak akan bertemu di ruang khusus , Acha memilih untuk memberikannya langsung di kelas Iqbal . Acha berjalan menuju kelas Iqbal , ia yakin Iqbal pasti belum sampai . Acha melirik jam tangannya , masih pukul enam pagi . la memang selalu rajin datang sepagi ini demi menunggu Iqbal dan memberikan kue cokelat kepada pria itu . Bahkan , terkadang Acha berinisiatif memindahkan kado - kado dari fans Iqbal yang menump di kolong meja Iqbal . 86 AiBook Page number 87 Acha sampai di kelas Iqbal dengan senyum yang terus menghias paras cantiknya . Namun , langkahnya terhenti , kedua matanya mengerjap mengikuti alunan detik jarum jam . Acha berusaha bernapas normal , menghentikan desiran aneh yang tiba - tiba menerjangnya . Ia melihat pemandangan yang tidak biasa . Acha menemukan Iqbal sudah berada di dalam kelas dengan seorang gadis , Iqbal tampak sedang mengajarinya . Acha tau gadis itu siapa ! Dia Tesya , adik kelas Acha dan Iqbal yang juga ikut dalam Olimpiade Fisika , sama seperti Iqbal . Acha berusaha tersenyum , menahan kobaran panas yang sudah mengepul di hatinya . Acha nggak cemburu ! Acha nggak boleh cemburu ! Acha harus sabar . " Ngapain ? Masuk , gih . " Tubuh Acha tersentak , terkejut dengan kedatangan seorang pria yang menepuk bahunya pelan . Kedua matanya mengikuti pria itu , ternyata Rian . Acha kembali menatap Iqbal dan Tesya , mereka berdua sedang memandangi dirinya . Sepertinya baru menyadari kehadiran Acha . Acha melihat Iqbal tampak santai , tak begitu peduli . Pria itu kembali fokus pada bukunya , sedangkan Tesya tersenyum canggung , terlihat sedikit takut kepadanya . Acha mencoba membalas senyum itu senormal mungkin . “ Romantis banget lo berdua , pagi - pagi udah belajar bareng ? ” tanya Rian tak mengerti situasi . Rian menarik meja di belakangnya , kemudian duduk di atasnya . Kepalanya bergerak , menghadap Acha . “ Lo ngapain masih berdiri di sana , Cha ? Lo mau ngasih kue cokelat ke Iqbal , kan ? ” tanya Rian . “ Nih , anaknya lagi kencan sama Tesya , " tambah Rian , niat sekali mengompori Acha . Acha menatap Rian tajam , kesal mendengar perkataan Rian barusan . Ia pun berjalan mendekat , berusaha tidak peduli dengan ucapan Rian . Tujuannya ke sini untuk bertemu Iqbal , bukan si Tesya atau si kompor Rian . Acha berusaha menenangkan hati dan mengembangkan senyum , lalu menyodorkan kotak bekal yang ia bawa kepada Iqbal . AiBook Page number 88 cha dengan " Iqbal , ini Acha buatkan kue cokelat lagi , " ucap Acha den senyumnya yang paling manis . “ Taruh aja , " jawab Iqbal singkat tanpa menatap Acha sedikit na Senyum Acha menghilang untuk beberapa detik , tapi ia mer tersenyum lagi . Acha meletakkan kotak tersebut di atas meia “ Nanti dimakan , ya . Udah Acha tambah keju juga , loh . ” “ Hm , ” jawab Iqbal seadanya . Acha menghela napas pelan . Semakin hari sikap Iqbal padanya bertambah dingin . Ingin rasanya menyerah , tapi sulit baginya . Acha harus apa sekarang ? Acha nggak boleh menyerah ! “ Tesya , kamu . kapan selesainya belajar sama Iqbal ? ” tanya Acha memberanikan diri Tesya menggerakkan kepalanya , melihat Acha segan . “ Sebentar lagi selesai , Kak . Aku cuma minta diajarin beberapa soal yang aku nggak bisa , buat ikut seleksi Olimpiade bulan depan , Kak , ” jawab Tesya sopan . Acha menganggukkan kepalanya berkali - kali . “ Tesya jangan deketin Iqbal , ya .



Jangan suka sama Iqbal juga . Acha udah peringatin loh . ya , " ucap Acha begitu berani . Tesya menganggukkan kepala , raut wajahnya sedikit takut . Ia hanya bisa menunjukkan senyum canggung . " Iya , Kak . Maaf , ” ucap Tesya merasa tidak enak . Iqbal meletakkan bolpoinnya , ia mengangkat kepala dan menatap Acha yang tengah tersenyum padanya . Iqbal melihat gadis itu dari atas sampai bawah . " Lo ngapain masih di sini ? ” tanya Iqbal dingin . " Hah ? It . . . itu . . Acha . . . . ” " Gue udah terima bekal lo . Terus mau apa lagi ? ” Acha bersunggut pelan , tidak menyangka Iqbal akan berkata seperti itu . " Acha cuma mau liat Iqbal . Siapa tau Iqbal udah suka sama Acha , ” lirihnya pelan . Sudut kanan bibir Iqbal terangkat , tersenyum sinis . “ Gue nggak suka sama lo . Udah sana pergi ! ” usir Iqbal kejam . Pria itu kembali menatap bukunya , menuliskan beberapa rumus di buku yang disodorkan Tesya . 88 AiBook Page number 89 sekarang tak berani berl Sementara Acha berkata apa pun . Ia m . mengompori mereka lagi Keadaan kelas yang hanya berisikan empat orang ini tiba - tiba riadi canggung . Kian yang tadinya ingin mengompori mereka lagi , ang tak berani berkata apa pun . Ia menatap iba pada Acha . Sementara Acha merasakan sesuatu yang panas menjalar dari hingga dadanya , kata - kata Iqbal terasa menyakitkan . Namun , Acha tetap memaksakan untuk tersenyum . “ Kalau gitu , Acha balik ke kelas dulu , ya , Iqbal . Nanti Acha merin Iqbal lagi , ” ucap Acha dengan volume cukup pelan . Acha menunggu respons Iqbal , tapi sama sekali tak ada kata keluar dari mulut pria itu . " Bye - bye , Iqbal , " pamit Acha yang sekarang bersikap seolah masih menunggu . Rian bertambah iba melihat Acha . Perjuangannya beberapa bulan ini sepertinya tak pernah ada kemajuan . “ Bye - bye , Acha . Sabar , ya , " sahut Rian menyemangati Acha . Acha tersenyum singkat , ia pasrah saja dan beranjak pergi . Acha herialan dengan langkah lemas , ia kecewa dengan sikap Iqbal tadi . Terkadang Acha berpikir bahwa Iqbal mulai menyukainya , tapi pria itu juga sering bersikap seolah membencinya , seperti yang ia alami barusan . Acha dibuat tak mengerti . Acha berusaha membuang jauh pikiran buruk tentang Iqbal serta keinginannya untuk menyerah . Ia yakin , dirinya pasti bisa mendapatkan hati Iqbal . Semangat Natasha ! Acha masuk ke dalam kelas , duduk di bangkunya dengan gerakan tubuh yang lemah . Perkataan Iqbal seperti tadi harusnya sudah menjadi santapannya tiap pagi , mestinya ia sudah terbiasa dengan penolakan Iqbal , tapi entah kenapa kalimat Iqbal pagi ini terasa sangat berbeda , seolah meminta Acha untuk menyudahi perjuangannya , menyerah . " Kenapa lo mendung lagi ? ” tanya Amanda yang baru datang . Acha menggeleng lemas . “ Iqbal lagi ? Ditolak lagi ? ” tebak Amanda . AiBook Page number 90 mahal dikit , tapi cewek yang t . Iqbal nggak Acha mengangguk sedih . " Yaelah , salah sendiri . Udah gue bilang jual mahal diki gak lo dengerin , " cerca Amanda . " Lo jangan kayak cewek laperan cowok gitu , deh , Cha . Kalau lo terlalu agresif , Iqbal bakalan suka sama lo . Dia malah risi , " lanjutnya sangat frontal . Amanda sadar bahwa ucapannya itu pasti menyakitkan bo Acha . Namun , ia melakukan



itu demi Acha , agar gadis itu sadar Acha menoleh ke Amanda . “ Acha harus apa ? ” “ Jauhin Iqbal , " suruh Amanda . “ Nggak bisa , " lirih Acha sedih . “ Dibisa - bisain ! Mau sampai kapan lo kayak gini ? Mau label suka sama lo , apa enggak ? " “ Mau , Nda , ” jawabnya makin lemah . Amanda semakin tidak tega melihat Acha . " Ya udah , jauhin dial Nggak usah peduliin dia ! " “ Nggak bisa ! Acha udah berusaha , tapi malah Acha sendiri yang menderita , Nda ! ” Amanda menghela napas berat , susah kalau bicara dengan gadis yang kedua matanya sudah buta akan cinta . Ia tidak pernah menyangka bahwa Acha benar - benar akan jatuh cinta setengah mati seperti ini kepada Iqbal . Padahal , banyak sekali cowok di luar sana yang mengantre untuk mendapatkan hati Acha . “ Jujur , Acha juga nggak pengin kayak gini . Acha mulai capek , Nda . Tapi mau gimana , Acha terlanjur suka sama Iqbal . ” Acha mulai mengeluarkan unek uneknya . " Acha sadar , kok , banyak yang sering ngomongin Acha di belakang . Bilang Acha murahan atau apalah . Tapi asal bukan Iqbal aja yang bilang gitu , Acha nggak akan peduli . " Amanda mengelus rambut Acha pelan - pelan , berusaha menenangkan Acha yang sudah berkaca - kaca . “ Lo bisa , Natasha ! Gue yakin , lo bisa ! ” ucap Amanda menyemangati . Amanda menggerakkan tubuh Acha untuk menghadapnya , ia tersenyum jail . " Cabe di pasar aja sekarang harganya mahal , masa lo kalah sama cabe ! ” goda Amanda berusaha membuat Acha tersenyum . AiBook Page number 91 Dan , hal itu berhasil . Acha mendesis sinis , sedikit tersenyum . Ia terlihat tak terima dengan ucapan Amanda , walau sebenarnya apa yang dikatakan sahabatnya itu banyak benarnya . Nanin . Jam istirahat akhirnya tiba , Amanda menatap Acha dengan iba , gadis itu masih saja bersedih dan tak seceria biasa . Ia pun memaksa Acha ' untuk ikut ke kantin . Setidaknya , keramaian mungkin bisa menghibur hati Acha . Mereka berdua berjalan masuk ke dalam kantin yang sudah cukup ramai , dipenuhi siswa yang rindu jajanan kantin . Mata Acha mengedar ke seluruh ruangan , ia menangkap keberadaan Iqbal , Rian , Glen , dan . . . Tesya ! Acha tanpa sadar mendecak sebal . Kenapa gadis itu makan dengan Iqbal . Kenapa mereka berdua jadi dekat ? Tempat duduk di seberang Iqbal itu adalah miliknya . Acha mengentakkan kedua kakinya , ia merasa cemburu . Acha berjalan mendekati mereka . " Cha , mau ke mana ? ” teriak Amanda bingung karena sahabatnya itu meninggalkannya begitu saja . Amanda pun mau tak mau mengikuti arah langkah Acha . Acha berhenti di samping meja Iqbal , raut wajahnya berbeda dari biasa . Tak ada lagi senyum lebar di paras cantiknya itu . " Tesya ngapain makan di depan Iqbal ? Ini biasanya tempat duduk Acha , " ucap Acha berusaha untuk menahan amarahnya yang mulai muncul . Rian , Glen , dan Tesya tampak terkejut dengan kehadiran Acha yang tiba - tiba , aktivitas makan mereka terhenti . Namun , tidak dengan Iqbal , ia tetap melanjutkan makan tanpa peduli dengan situasi di sekitarnya . Tesya menatap Acha takut . “ It . . . itu . . . itu , Kak . Maaf . Aku tadi “ Kan , udah Acha bilang tadi pagi kalau Tesya nggak boleh suka sama Iqbal , nggak boleh deket sama Iqbal . Tesya lupa , ya ? ” Acha . 91 AiBook Page number 92 sereka gadis itu tak esial apa pun dengan



lak Acha . Fakta deketin Kak Iqbal . Semua pengunjung kantin menatap kejadian tersebut heran , ha yang kasihan dengan Tesya karena menurut mereka gadis rsalah . Toh , Acha tidak memiliki hubungan spesial apa pun Iqbal . Mereka tahu bahwa Iqbal berulang kali menolak Acha . E itu juga membuat mereka prihatin kepada Acha . " Maaf , Kak . Aku nggak bermaksud buat deketin Kak Maaf . " Tesya bersiap memegang piring dan be , piring dan gelasnya . " Kalau gitu al . . . pindah meja , Kak . Maaf , ya , Kak , " tambah Tesya , ia bersiap berdi dari duduknya . “ Nggak usah pindah , Sya . Duduk aja ! ” suara Iqbal mulai terde “ Lagian dia juga bukan siapa - siapa gue . Nggak usah ngerasa bersalah Lo makan aja di sini . ” Kantin tiba - tiba menjadi hening . Kalimat yang dilontarkan lahal membuat kedua mata Acha terbelalak lebar , mungkin bukan Acha saja yang terkejut . Rian , Glen , Amanda , dan Tesya , serta semua ya memperhatikan kejadian itu hanya bisa menelan ludah dan semakin prihatin kepada Acha . Acha merasakan wajahnya memanas , jujur ia malu sekali . Padahal . biasanya ia tak pernah peduli dengan penolakan Iqbal , kata - kata kasar Iqbal . Tapi entah kenapa kalimat Iqbal kali ini sudah terdengar keterlaluan . Acha mencoba sabar . Ia tidak mau menyerah . Tak ada kata menyerah di kamus Acha . “ Tesya berdiri , ya , Acha mau duduk , " pinta Acha tak memedulikan Iqbal . Sekarang Tesya yang dilema , gadis berparas manis dan berambut pendek itu bingung , ia harus menuruti perintah siapa . “ Tesya cepetan berdiri . Acha mau makan , ” ulang Acha sedikit ditekan . Tesya mulai gemetar sekaligus bingung . Ia menatap Iqbal yang masih melanjutkan makannya dengan tenang . Ia khawatir Iqbal marah , tapi juga takut Acha mengamuk . Apa yang harus ia lakukam ? “ Tesya nggak denger Acha ngomong ? Cepetan berdiri . " Praangg ! ! AiBook Page number 93 Dentingan sendok dan garpu bergesekan keras dengan piring , Semua mata mengarah ke Iqbal , pelaku yang menimbulkan suara keras tersebut . Raut wajah Iqbal terlihat menyeramkan , pria itu tampak marah dan kesal . Mereka terkejut menyaksikannya , hampir tak pernah Iqbal menunjukkan raut wajah seperti ini . Iqbal bangkit dari bangkunya , ia melangkah mendekati Acha , memberikan tatapan tajam kepada gadis itu . “ Lo siapa , sih ? Lo bukan siapa - siapa gue , ” ucap Iqbal kasar . Acha kaget mendengarnya , tapi ia berusaha untuk tenang dan tidak takut . “ Acha , dan Acha suka sama Iqbal , ” lirih Acha pelan . Iqbal tersenyum sinis . " Gue yang nggak suka sama lo . " “ Acha tau dan Acha nggak peduli . Acha sekarang sedang berusaha buat Iqbal suka sama Acha , dan Acha yakin Iqbal pasti bakal suka sama Acha , meskipun Acha nggak tau kapan itu . Acha sabar , kok , nunggunya . ” Suara tawa pelan Iqbal terdengar semakin menyeramkan , membuat keadaan sekitar langsung menegang . “ Lo seyakin itu , gue akan suka sama lo ? " Acha merasakan bibirnya bergetar , bingung harus menjawab apa . Tampaknya Iqbal benar - benar marah padanya . “ Ya . . . yakin . Acha yakin Iqbal bisa suka sama Acha . Buktinya Iqbal ngajak Acha nonton , ngantar Acha pulang bareng . Iqbal juga ber . . " " Gue cuma kasihan sama lo , " potong Iqbal cepat . “ Gue cuma ingin berbuat baik sama lo , tapi kayaknya tingkah lo semakin hari semakin ngelunjak dan nggak tau diri ! ” “ Kok , Iqbal ngomongnya kayak gitu ? ” balas Acha , suaranya bergetar . " Terus gue harus bilang apa ? Kenyataannya emang gitu . " " Acha nggak peduli , Acha bakalan tetap suka sama Iqbal , Acha ak . . . " " Lo kayak cewek murahan tau nggak , sih , Cha , " lontar Iqbal tanpa beban . Pria



itu benar - benar meluapkan kemarahannya . AiBook Page number 94 Hal yang paling Acha langsung terdiam , tak bisa berkata apa - apa . Hal Acha langsu menatap Iqbal nya ? Murahan nyak orang . Acha imat Iqbal , untuk ditakutkannya itu kini terjadi . Acha meneguk ludahnya dengan susah payah , menatap labal katakan kepadanya ? Mura tak percaya . Apa yang barusan Iqbal mengatakannya langsung , bahkan di depan banyak orang merasa matanya semakin panas . Bukan hanya Acha saja yang terkejut dengan kalimat Iqbal kesekian kali , semua orang di kantin hanya bisa mendesah berat " Lo ngejar - ngejar cowok yang jelas - jelas nggak suka sama lo , lo ditolak berkali - kali , tapi tetap nggak tau diri tan nggak tau diri . Bukannya itu sepe cewek murahan ? " lanjut Iqbal meluapkan amarah yang ia penda . selama ini . “ Lo nggak punya harga diri ? ” Amanda yang sedari tadi berdiri tak jauh di belakang Acha tal tahan dengan situasi ini . Amanda menatap Iqbal dengan tatapan tal suka . Amanda dengan cepat mendekati Acha dan menarik lengan gadis itu . “ Cha , ayo kita pergi ! Lo nggak pantes dapat perlakuan seperti ini , ” ajak Amanda . “ Lepas ' in , Nda , ” tolak Acha , menepis tangan Amanda . Amancia mencoba bersabar . " Cha ! ! Lo bisa dapetin cowok yang lebih baik daripada dia ! Dia itu cowok berengsek , nggak punya hati ! " cerca Amanda kembali menarik Acha . Acha menepis kasar tangan Amanda untuk kedua kalinya . “ Acha nggak mau , Amanda , ” kukuh Acha bersikeras dengan kedua mata yang masih beradu dengan Iqbal . " NATASHA ! ! LO JANGAN KA . . . . . " Ach a tidak memedulikan Amanda , ia memilih berjalan mendekati Iqbal . Kedua matanya semakin buram , penuh dengan air mata yang kapan pun siap untuk runtuh . " Iqbal . . . , " panggil Acha dengan suara serak . " Meskipun Iqbal udah ngomong kasar kayak gitu , dan Acha juga ngerasa sakit hati , tapi ker iapa Acha nggak bisa marah sama Iqbal ? Kenapa Acha masih suka sa . ma Iqbal ? Kenapa Acha nggak bisa benci sama Iqbal ? ” AiBook Page number 95 Acha tersenyum pedih . “ Susah ternyata kalau suka duluan sama orang . Selain sabar , harus siap sakit hati juga . " Acha menundukkan kepalanya , menggigit bibir . Acha berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh di sini . " Acha harus gimana ? Acha udah terlanjur suka sama Iqbal . Acha nggak bisa marah sama Iqbal . Acha nggak tau harus apa sekarang . " Kini posisi mereka berbalik , Iqbal dibuat terbungkam dengan pernyataan Acha yang sungguh di luar dugaannya . “ Acha . . . Acha pergi dulu kalau gitu . Maaf udah ganggu Iqbal dan Tesya makan , ” pamit Acha . Acha menarik napas dalam - dalam dan mengembuskannya sekali . la berusaha menenangkan diri . “ Nanti kalau Acha udah nggak sakit hati lagi , Acha bakal temuin Iqbal . Iqbal jangan marah lagi sama Acha . Maafin Acha . ” Setelah itu , Acha membalikkan badan , berjalan keluar kantin dengan air mata yang langsung terjatuh begitu deras . Ia mengepalkan kedua tangannya kuat - kuat . Dadanya terasa sakit dan sesak . Acha mepercepat langkah , ia tak ingin semua orang melihatnya menangis seperti ini . Acha merasa sangat malu , ia benar - benar seperti gadis bodoh . Sementara Amanda menatap sahabatnya itu dengan mulut terbuka , tak percaya dengan apa yang dilakukan Acha barusan . " Gadis itu bener - bener udah gila ! ” takjub Amanda . “ Otaknya terbuat dari apa , sih ? Ya Rabbi ! " Amanda dengan cepat membalikkan badan , ia mendekati Iqbal dengan tatapan membunuh . “ Gimana ? Lo udah puas ? ” tanya Amanda tajam .



Amanda memberikan senyum mematikan . " Hati lo sebenarnya terbuat apa , sih ? Batu ? Semen ? Kerikil ? Besi ? ” picik Amanda . “ Itu hati apa bahan material ? Keras banget , Bang ! " si Iqbal diam , masih sibuk dengan pikirannya sendiri . Ucapan Acha terus berputar di otaknya , tak mau menghilang . Ia tak mendengarkan ocehan Amanda . AiBook Page number 96 lo tolak gitu aja . an sahabatnya beberapa menit lalu . Gadis pintar , cantik , dan baik kayak Acha , lo tolak git Emang tipe cewek lo lavak apa ? Hah ? " tantang Amanda . " Mbak Kendal ? Mbak Selena ? Mbak Ariana ? Apa kayak Mbak W Semua yang menyaksikan berusaha menahan diri agar tida sip bahwa lo guy : Bal . " Amana “ Gue jadi mulai percaya sama zalukan Iqbal seperti pria in ingin membalas Iqbal , ia ingin meni mempermalukan sahabatnya beberat " Gadis pintar , cantik , Mul endal ? Mbak Selena ? Mbak Ate n ahan diri agar tidak di seperti skit - comedy . Amanda tertawa , kenapa situasi sekarang menjadi seper arahannya . " Semua cowok di sini tak peduli , ia ingin meluapkan kemarahannya . Se siapa yang nggak naksir sama Acha ? Siapa yang nggak jatuh cinta sama Acha ? ” Tiba - tiba tangan seseorang terangkat ke atas , membuat Amanda sedikit terkejut . Amanda menatap pria itu tajam . “ Yan , Lo nggak pel situasi banget , sih , " gidik Glen pelan , cepat - cepat menurunkan tangan Rian . Rian hanya nyengir tak berdosa , lanjut memperhatikan Amanda Amanda kembali menajamkan tatapannya kepada Iqbal , pria itu masih terbungkam tak menyahut . Tatapan Iqbal kosong menatap ke lantai . “ Kalau lo nggak suka sama Acha , ya udah , cukup lo jauhin . Nggak usah lo katain dia sekasar tadi . " Amanda mendekat satu langkah . “ Lo sadar nggak , sih , kalau lo ngasih Acha sedikit harapan ? " Amanda mendesah berat . “ Lo nganterin dia pulang , lo ngajak dia nonton . Lo nggak tau gimana senangnya Acha setelah lo perhatian kayak gitu . Cewek mana , Bal , yang nggak baper digituin . Tapi besoknya lo bilang nggak suka sama Acha . ” Amanda menaruh tangan kananya di pinggang . “ Jangan salahin Acha , dong , kalau masih ngejar - ngejar lo . Sikap lo itu plinplan . " “ Lo nggak berhak berkata kasar kayak tadi , lo udah keterlaluan , Bal ! Bodohnya lagi , sahabat gue masih aja suka sama cowok nggak punya hati kayak lo ! ” Amanda meredakan amarahnya , menatap Iqbal yang masih saja memilih diam . “ Acha orang baik , Bal . Jangan sakiti dia lagi dengan AiBook Page number 97 mulut dingin lo ! Acha secara tulus suka sama lo , dia bukan cewek murahan seperti yang lo bilang . " Setelah merasa puas , Amanda segera beranjak dari sana . Banyak yang memberikan acungan jempol untuk keberanian Amanda . Padahal , selama ini tidak ada yang berani berkata seperti itu kepada Iqbal . Tak berapa lama setelah Amanda pergi , Iqbal mulai mengangkat kepala . Ia meraih dompetnya yang ada di atas meja , kemudian berlari keluar dari kantin . Tanpa mengatakan apa pun , pria itu meninggalkan kedua sahabatnya yang berteriak - teriak memanggilnya . “ WOY , BAL ! MAU KE MANA ? ” teriak Rian . " BAL ! ! IQBAALL ! ! ! CIRENG LO BELUM DIBAYAR ! ” tambah Glen lebih kencang . Iqbal menghela napas berat , ia tak dapat menemukan keberadaan gadis itu , padahal ia sudah mencari di perpustakaan , Lab Olimpiade , kelas , bahkan rooftop . Iqbal menatap ke lorong menuju belakang sekolah . Dengan ragu , ia pun melangkah ke sana . Setidaknya ia harus memastikan , siapa tahu gadis itu di sana . Iqbal melewati rerumputan , menuju taman belakang sekolah yang memang jarang dijamah karena sedikit menyeramkan . Desus - desusnya , di taman belakang sekolah ini banyak makhluk ajaibnya , di sana juga tumbuh pohon beringin yang menjulang tinggi , menambah kesan angker . Iqbal menghentikan langkah , ia melihat seorang gadis sedang duduk bersandar pada



pohon beringin dengan kepala yang terbenam di antara kedua kakinya yang ditekuk . Iqbal dapat mendengar suara isakan dari gadis itu . Perasaan Iqbal sedikit lega , ia menemukan gadis itu . Acha ! Iqbal melangkah mendekat dengan hati - hati , tak ingin mengejutkan Acha . Iqbal menatap Acha lekat , terus memandanginya . - AiBook Page number 98 Suara isakan Acha semakin terdengar keras , bahunya pun berget Walaupun Iqbal tak bisa melihat wajah Acha , ia yakin bahwa itu sedang menangis hebat . " Cha . > panggil Jabal pelan . Tak ada respons dari Acha , Ladi itu masih saja menangis . “ Natasha , ” panggil Iqbal sekali lagi . Acha mendengar panggilan tersebut , tapi ia tidak berani mengangkat kepalanya . Acha malu , ia merasa begitu kecil . Tentu saja ia sangat mengenali suara yang memanggilnya barusan . Acha berusaha menenangkan diri mengurangi isakannya . la berusaha menahan agar tidak menangis lavi “ Acha . . . , " suara itu memanggil kembali . Perlahan Acha mengangkat kepalanya , mendongakkan wajah melihat pria yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan tanpa ekspresi sedikit pun . Acha mendengus sebal . “ Iqbal ngapain di sini ? ” tanya Acha dengan suara serak . “ Katanya nggak suka sama Acha ? Iqbal nggak usah ke sini , ” usir Acha sesengukan . Ia memutar bola matanya , mencari pemandangan lain . Ia tak mau Iqbal melihatnya menangis seperti ini . Acha tambah malu ! Iqbal diam tak menjawab . Ia terus menatap Acha . “ Acha masih sakit hati , jadi Acha belum bisa bertemu Iqbal . Maafin Acha . Iqbal pergi aja sekarang ! " Sebuah tangan terulur di hadapan Acha , membuatnya bingung . Acha menatap Iqbal lagi . Pria itu tersenyum , hanya sedikit tapi bisa cukup terlihat dikedua mata Acha . " Maafin gue . ” Kedua mata Acha terbuka , apakah ia tidak salah dengar ? Iqbal meminta maaf kepadanya ? Acha mengusap bercak air matanya , masih tak mengerti situasi saat ini . Ia memandangi Iqbal lebih lekat , memperjelas tatapannya . " Gue nggak bermaksud ngomong kayak tadi . Gue lepas kontrol . Gue minta maaf , Cha , ” sesal Iqbal tulus . Acha menghela napas pelan , mengusap hidungnya dengan punggung tangan . “ Iqbal nggak salah , kok . Acha aja yang nggak tau diri , kayak yang Iqbal bilang , ” lirih Acha . AiBook Page number 99 " Bukan gitu , tapi . . . . ” Iqbal menggaruk kepalanya yang tak gatal , bingung bagaimana harus menjelaskannya . Iqbal menyodorkan tangannya lebih dekat . “ Bangun dulu . Jangan nangis lagi , ” pinta Iqbal . “ Iqbal udah nggak marah sama Acha ? " tanya Acha , tatapannya sendu , kedua matanya mulai berkaca - kaca kembali . Iqbal menghela napas berat , gadis macam apa yang sedang ia hadapi ini . Seharusnya gadis itu yang marah , bukan dirinya . Iqbal menggeleng pelan . “ Gue nggak marah sama lo . ” “ Beneran ? Iqbal nggak marah sama Acha ? Nggak benci sama Acha ? ” " Enggak , Cha , ” jawab Iqbal . “ Cepetan berdiri . ” Acha menganggukkan kepala , meraih tangan Iqbal dan segera mengangkat tubuhnya untuk berdiri . Ia merapikan dan membersihkan roknya yang kotor oleh rerumputan . Acha kembali menatap Iqbal yang masih menunggunya . “ Iqbal . . . , " panggil Acha pelan . “ Iya ? ” “ Emang Acha kayak cewek murahan , ya ? Acha cuma bersikap kayak gitu ke Iqbal aja , kok , nggak ke cowok - cowok lain . Beneran , Acha nggak bohong ! Acha nggak pernah ngejar - ngejar cowok sebelumnya . Cuma sama Iqbal aja Acha kayak gini , ”



jelas Acha . “ Acha sukanya cuma sama Iqbal , nggak suka cowok lain . ” Iqbal terdiam , bingung harus merespons bagaimana . “ Ayo masuk kelas . Sebentar lagi bel masuk , ” ajak Iqbal mengalihkan pembicaraan . Acha menggelengkan kepalanya , menolak . “ Iqbal jawab dulu pertanyaan Acha . Iqbal jijik , ya , sama Acha ? Nggak suka , ya , Acha dekat - dekat Iqbal lagi ? Acha murahan , ya ? ” Iqbal menatap Acha yang sepertinya akan menangis lagi , mata gadis itu berkaca kaca . Gumpalan bening siap terjun bebas dari matanya . Iqbal menghela napas pelan , berusaha sabar menghadapi Acha . " Nggak , Cha , ” jawab Iqbal melembut . 99 AiBook Page number 100 han ? Acha nggak Acha menatap Igbal . " Beneran ? Acha nggak murahan A ngelakuin kayak gitu ke cowok lain , kok . Scriusan ! " Desahan berat keluar dari bibir Iqbal lagi . " Iya , Acha . " " Iqbal nggak jijik , kan , sama Acha ? " paknya sangat “ Nggak . ” “ Beneran , kan , Acha nggak murahan kayak yang Igbal bila tadi ? ” tanya Acha lagi , memastikan . Iqbal menggaruk belakang kepalanya , gadis ini tampaknya s terpukul dengan ucapan kasarnya tadi . Iqbal sckali lagi menggel kepalanya , tersenyum kecil . " Enggak , Acha . Lo nggak murahan jawab Iqbal meyakinkan . Acha tersenyum senang , hatinya terasa lega . Dadanya van , sebelumnya terasa sesak dengan napas tak beraturan , kini kembali normal . Acha merasa kembali memiliki harapan untuk bisa merebuie hati Iqbal . “ Iqbal nggak marah lagi sama Acha ? ” “ Nggak . ” “ Beneran , kan , nggak marah lagi ? ” " Iya , ” jawab Iqbal bersabar . Acha tersenyum semringah . “ Kalau gitu nanti beliin Acha boneka sapi besar kemarin , ya ? " " Hah ? ” kaget Iqbal mendengar permintaan Acha yang tiba - tiba . “ Beliin Acha boneka sapi kemarin . Acha pengin itu , " rengek Acha . Iqbal memandangi Acha dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan . Kok , ada gadis aneh seperti ini . Ia jadi geleng - geleng sendiri , bergidik pelan . “ Iqbal mau , kan , beliin Acha ? Beliin , ya . Biar Acha nggak kalah sama Mira . Dia aja punya boneka sapi banyaaakk banget di kamarnya . " Iqbal mendengus pelan , malas memperpanjang masalah lagi dengan gadis ini . “ Iya , ” ucap Iqbal pasrah . Acha membelalak tak percaya , Iqbal mengiakan permintaannya ? “ Beneran ? Iqbal mau beliin Acha boneka sapi kemarin ? ” " Iya . ” " Iqbal beneran mau ? Seriusan ? ” 100 AiBook Page number 101 " Iya , Cha . " Acha bersorak senang , tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya . Rasa sedih dan sakit hatinya sirna begitu saja . Acha menatap Iqbal dengan senyum merekah . “ Iqbal nggak terpaksa , kan , beliin buat Acha ? " “ Terpaksa , lah , " terang Iqbal sangat jujur . " IQBAALL ! ! ” teriak Acha kesal mendengarnya . " Udah , ayo masuk . Lima menit lagi bel bunyi , ” ajak Iqbal sembari melirik jam tangannya . Iqbal membalikkan badan , berjalan duluan meninggalkan Acha yang masih terus menatapnya . Acha dengan cepat mengejar Iqbal , menyejajarkan langkahnya dengan pria itu . Acha tak henti - hentinya tersenyum . " Iqbal beneran beliin Acha boneka sapi ? " tanya Acha untuk kesekian kalinya . " Iya . ” “ Makasih banyak , Iqbal . ” " Hm . " “ Iqbal , Acha boleh tanya ? " “



Apa ? ” “ Iqbal udah suka sama Acha ? " " Nggak . ” " Kok nggak , sih ? Kapan Iqbal suka sama Acha ? ” " Nggak tahu . " “ Acha boleh tanya lagi ? ” “ Apa ? Cepetan ! ” “ Iqbal ada rencana buat suka sama Acha ? ” " Nggak tau . " “ Kok , nggak tau ? Terus gimana caranya biar Iqbal suka sama Acha ? ” lirih Acha kecewa . Iqbal menghentikan langkahnya , langsung menghadap ke arah Acha . Ia menatap gadis itu sangat lekat . " Cha , " panggil Iqbal , raut wajahnya serius . " Iya , Iqbal ? ” 101 AiBook Page number 102 suka sama gue atau " Gue nggak pernah suka sama lo . Berhenti suka sama gu lo bakalan terus terluka kayak tadi , " ucap Iqbal memperingatkan “ Acha nggak bisa jauhin Iqbal , ” balas Acha . Ia menggigit bibi menyembunyikan perasaan sedihnya . “ Acha udah terlanjur suka sama laba Iqbal menghela napas berat , susah sekali menghadapi gadisim . Iqbal memilih kembali meneruskan langkah . Raut wajahnya kembali suntuk dan dingin . " Kalau Iqbal udah suka sama Acha , bilang ya . Acha bakal terus suka sama Iqbal . Acha belum nyerah , kok . ” “ Kalau lo udah nggak suka sama gue juga bilang , ya . Gue tunggu lo nyerah ! ” balas Iqbal tajam . “ Iqbal nggak mau , ya , Acha suka sama Iqbal ? ” “ Hm . ” Acha menghentikan langkahnya , membiarkan Iqbal terus berjalan . Sekali lagi Acha hanya bisa tersenyum miris , menatap Iqbal yang semakin menjauh darinya . Pria itu sama sekali tak berhenti , seolah tak peduli dengan dirinya . Lagi - lagi ia ditolak . “ Sampai kapan Acha harus liat Iqbal selalu berjalan menjauh ? Kapan Acha bisa liat Iqbal berjalan mendekati Acha ? ” Acha menghela napas berat , menundukkan kepala dan menatap sepatu hitamnya yang baru dibelikan oleh Tante - Mama - nya kemarin . Acha tersenyum kecil . Hanya butuh sedetik bagiku untuk jatuh cinta padamu . Namun , berapa juta detik yang kubutuhkan untuk mendapatkan cinta darimu ? Iqbal duduk di bangkunya , mengeluarkan buku kumpulan soal fisika sebagai penghibur hatinya yang sedang gundah . Rian dan Glen menatap sahabatnya itu , sedikit prihatin . Baru pertama kali mereka melihat Iqbal segusar ini . “ Lo habis ke mana tadi ? ” tanya Glen basa - basi . LO 102 AiBook Page number 103 Tak ada jawaban dari Iqbal , pria itu fokus menghitung dan menyelesaikan jawaban soal nomor lima yang ada di buku , mencoret coret dengan bolpoinnya . " Nemuin Acha ? " tanya Glen lagi . Glen menepuk bahu Iqbal pelan , membuat pria itu menghentikan aktivitasnya . “ Lo keterlaluan tadi , Bal . Acha itu perempuan , hatinya lemah . Lo harus jaga bicara lo lain kali . Jangan sampai lo kena karma , " ucap Glen bijak . Iqbal dan Rian menatap Glen dengan raut serius . Tumben bocah ini omongannya tak melantur . Glen menepuk - nepuk bahu Iqbal lagi . " Karma itu lebih kejam daripada kurma , Bal ! ” “ Apaan , sih ! ” desis Rian kesal . " Nggak jelas ! ” Iqbal hanya geleng - geleng kepala , ternyata otak Glen masih eror . Glen nyengir tak berdosa , setidaknya ia berhasil mencairkan kecanggungan dan keheningan di antara mereka bertiga . Glen memutar bangkunya , menghadap ke Iqbal . Ia mengeluarkan selembar kertas , menyodorkannya kepada Iqbal . lithe " Apa ? ” sahut Iqbal dingin , tak mengerti lagi kemauan sahabatnya satu ini .



“ Lo tau ini apa ? ” “ Kertas , " jawab Iqbal singkat . “ Lo jangan muter - muter , deh , Glen ! Lo mau ngomong apa ? Maksud lo apa ? Gue jadi ikutan bingung , " tambah Rian tidak sabar . Glen menghela napas berat , kedua temannya ini memang tipe pria yang kurang bersabar . Glen membuka lebar - lebar kertas putih itu , kosong tanpa tulisan sedikit pun . “ Kertas ini ibarat hati lo , Bal . Putih bersih tak bernoda . ” “ Kayak iklan sabun aja , " ejek Rian . " Sstt ! Jangan ganggu Abang Glen ngomong , " tajam Glen . Rian mengangguk mengiakan saja daripada urusannya tambah panjang dan lama . 103 AiBook Page number 104 sedikit pun , dan Hati lo masih bersih tanpa pengalaman cinta sedikit uah cerita baru “ Gadis itu atap sahabatnya hal bersamaan . tiba - tiba ada seorang gadis datang , mencoret - coret kertas ini dener ebuah kisah yang indah , gadis itu memberikan sebuah cerita di kertas ini , lebih tepatnya di hati lo , " ucap Glen puitis , " Gada dalah Natasha Kay Loovi atau Dek Acha . " Rian dan Iqbal menatap Glen , mereka berdua menatap sahab itu sangat lama . " Jadi , intinya apa ? " tanya Rian dan Iqbal bersa , " Mmm . . . " Glen bergumam pelan , berpik imam pelan , berpikir dengan wajah bingun " Biarkan Acha memberikan coretan indah di hati lo , Bal . ” " Lo tau dari mana kalau Acha akan memberikan coretan indah Kalau coretannya buruk ? ” tanya Rian dan Iqbal bersamaan . Entah kenapa mereka berdua mendadak seakan menguasai telepati . Glen menatap Iqbal dan Rian , bingung sekaligus terkejut . " G tadi sempat main di kelasnya Acha , gue lihat tulisannya Acha di Pana tulis bagus , kok , " jawab Glen seenak mulutnya . “ Gue yakin , Acha akan memberikan coretan yang indah , karena tulisan tangan dia bagus . " Plaaakk ! ! Rian tak segan memukul Glen dengan buku tebal yang ada di kolong mejanya . Niatnya memuji Glen yang sudah tobat dan mengambil jalan lurus , harus ia tarik lagi . Otak pria ini mungkin selamanya tak bisa berubah , selalu berbelok - belok tanpa arah . “ Lo kebanyakan cireng Mbak Wati kayaknya , " cerca Rian sembari geleng - geleng . " Kan gue cuma mengibaratkan ! ” protes Glen tak terima . " Tapi nggak nyambung , ” sergah Iqbal dan Rian bersamaan . “ Lo nggak usah sok bijak lagi . Mulut lo kayak jawaban soal matematika si Siti , " tukas Rian gemas . “ Maksudnya ? " “ Ngawur . Salah semua ! ” teriak Rian kembali menabok kepala Glen . “ Lo sama Siti aja pinteran si Siti , sok - sokan ngejek lagi . Gue aduin , ah , ke dia ! ” ancam Glen . “ Ter - se - rah ! " tajam Rian . 104 AiBook Page number 105 Glen menatap Rian ganas , ide besar dan cemerlang tergambar di otaknya . Glen menatap Rian dengan picik . la kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas , mencari sesosok gadis . " SITI ! ! ” panggil Glen dengan keras , membuat seisi kelas menatapnya . Gadis berambut sebahu yang duduk di barisan ujung menoleh , melihat Glen dengan bingung . “ KATA RIAN , DIA SUKA SAMA LO ! ! " teriak Glen tanpa ragu . Rian memukul kepala Glen dengan dua tumpuk buku , tak tanggung - tanggung . " Mulut lo , ya ! Gue sunat lagi , lo ! " kesal Rian .



“ KATA RIAN , I LOVE YOU FOREVER ! ! ” teriak Glen tak mau menyerah . Ia membiarkan saja Rian terus memukulnya . “ SITI FOREVER ! SITI FOREVER , HU - HA ! " Rian merasakan wajahnya memanas , sekali lagi Glen berhasil mempermalukannya di depan anak - anak sekelas . Sementara Siti hanya geleng - geleng , tak memedulikan ulah Glen dan Rian . Ia tahu bahwa kedua temannya itu hanya bercanda . Gadis itu sudah terbiasa . Ia kembali kepada aktivitasnya , mengobrol dengan teman - teman perempuannya . Iqbal menatap Rian . “ Lo suka sama Siti ? ” tanya Iqbal polos . Rian membalas tatapan Iqbal dengan tak percaya . “ Lo mau gue pukul juga pakai buku ? ” gertak Rian tak bisa meredakan amarahnya . " Gue cuma tanya . Lagian lo cocok , kok , sama Siti , ” goda Iqbal . “ Nggak , lah . Gue udah suka sama cewek lain . ” Glen dan Iqbal terkejut mendengar yang disampaikan Rian . Sudah sangat lama mereka tak mendengar kabar Rian naksir seseorang . Iqbal dan Glen lebih mendekat ke Rian . “ Lo suka sama siapa ? " tanya Glen penasaran . Rian memundurkan tubuhnya , tatapan kedua sahabatnya itu sedikit menyeramkan . " Ada . . . cewek cantik , ” jawab Rian gugup . “ Siapa ? Anak Arwana ? ” tanya Glen terus mendesak . “ Yaps , ” angguk Rian . " Seriusan cewek ? Bukan transgender , kan ? ” tanya Glen makin ngaco . Rian melotot . “ Bukan , lah ! ” 105 AiBook Page number 106 k itu ? " tanya juga tau sendiri . n . " Kayak gue , ogu dikejar - kejar Glen memberikan cengiran tak berdosa . “ Siapa cewek itu Glen semakin penasaran . Rian tersenyum penuh arti . “ Rahasia . Nanti lo juga tan aru mau mulai pedekate sama dia . ” “ Nggak asyik ! ” cerca Iqbal kembali menjauh . Rian menatap Iqbal tajam sembari mendesis pelan . “ Kava nih , gentle ! Suka sama cewek duluan . Nggak nunggu dikejar cewek , ” ucap Rian nyaring . “ Laki apa bukan sih , lo ? Ragu gue jenis kelamin lo ! ” tukas Rian dengan tatapan remeh . Iqbal mendegus , tak terima dengan ucapan Rian . " Mau tunjukin di sini ? ” tantang Iqbal bersiap membuka sabuk celananya " Emang lo berani ? ” tantang Rian balik . “ Berani ! ” sahut Iqbal tak mau kalah . " Cepet buka ! " Glen menarik dua buku dari kolong mejanya , tanpa segan memukul kepala Iqbal dan Rian bersamaan . Ternyata bukan hanya dirinya yang sudah gila dan keracunan dunia vulgar ! “ Sudah ! Kalian ini dewasa sebelum waktunya ! " cerca Glen . “ Jangan berantem ! Itu tidak baik ! Mari kita berpikir jernih , nyatanya hidup tak seperti drama Korea , yang unyu - unyu manja syalalalala , " lanjut Glen dengan senyum tak berdosa . Iqbal dan Rian yang berhenti berseteru , sekarang kompak menatap Glen dengan tatapan heran . “ LO NGOMONG APA , SIH , GLEN ! ! " 106 AiBook Page number 107 AWAL KECEMBURUÅN ? BERCAK - bercak berwarna coklat mengotori lantai putih sekolah , pagi ini hujan deras turun secara tiba - tiba . Matahari tampaknya sedang bersedih , seperti gadis ini , yang cintanya bertepuk sebelah tangan . Hujan deras menyebabkan para siswa datang ke sekolah membawa payung , jas hujan , atau diantar dengan mobil . Begitu pula dengan Acha , biasanya ia naik ojek atau angkot , tapi kali ini ia minta diantar oleh Tante - Mama - nya . " Cha . . . , ” panggil Kirana , wanita berparas cantik dengan tubuh semampai bak model itu . Pernah ketika pengambilan rapor di sekolah Acha dulu , SMA Trisakti , banyak yang mengira Kirana adalah kakak Acha . " Apa , Tante - Mama ? ” sahut Acha dengan nada lemah . “ Tumben kamu nggak bersemangat ? ” tanya Kirana heran .



Acha mendengus pelan , ia menatap Tante - Mama - nya itu dari atas sampai bawah . Acha geleng - geleng melihat dandanan Kirana yang sangat ajaib . Kaus hitam bertuliskan EXO - Planet , snapback di kepala dengan logo BTS , syal rajut berwarna merah khas aktris Korea , ditambah lagi dengan rambut yang dicat warna - warni merah dan hijau . Mengenaskan . “ Tante - Mama mau ke mana , sih ? ” tanya Acha penasaran . 107 AiBook Page number 108 ke belakang . XO - L , Army , d Tante - Mama Kirana tersenyum semringah , mengibaskan rambutnya ke belak " Biasa . ada mestita dengan semua fandom . Mulai dari EXO - L . A . Wannable , Shawol . ELF . VIP , dan lainnya , " jawab Kirana . Acha bergidik ngeri , tak paham apa yang dimaksud Tante - Ma nya . Wanita itu benar - benar maniak hal - hal yang berbau Korea buru - buru mengambil tasnya yang ada di jok belakang . " Acha masuk ke sekolah dulu . Bentar lagi bel , " ucap Acha mers : tangan Kirana dan menyalaminya , lalu keluar sambil membuka pau untuk melindungi dirinya dari rintik hujan . “ Hati - hati . Nanti kalau mau dijemput , telepon Mama ! ” teriak Kirana agar terdengar Acha . Setelah melihat Acha masuk melewati gerbang sekolah , Kirana beranjak pergi . Perjalanannya kali ini ditemani lagu dari Twice . T buka payung I ' m like TT Just Like TT Neomuhae Neomuhae Iqbal membersihkan tasnya yang terkena percikan hujan , ia lupa membawa payung . Alhasil dari parkiran sampai ke dalam lobi sekolah , ia harus berlari dan sedikit kehujanan . Iqbal menarik tisu yang disodorkan Rian kepadanya . Tumben sahabatnya itu berbaik hati . “ Thanks . " Iqbal menghentikan aktivitasnya , merasa risi karena sedari tadi Rian terus mengawasinya . Ia pun menoleh , menatap Rian . “ Kenapa ? ” tanya Iqbal jengah . Rian nyengir tanpa dosa . Ia mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya kepada Iqbal . “ Apaan ? Lo ngasih buat gue ? " tanya Iqbal bingung . “ Gue nggak lagi ultah . " 108 AiBook Page number 109 Rian mendengus pelan . " Nomor Acha , " ucap Rian . " Gue minta nomor Acha . " Iqbal terdiam cukup lama , ia menatap Rian dan ponsel sahabatnya itu secara bergantian . Jujur Iqbal terkejut , tapi ia berusaha menyembunyikannya dengan rapi . Iqbal mengontrol raut wajahnya . “ Bu . . . buat apa ? " tanya Iqbal basa - basi . " Ada , deh , pokoknya , " jawab Rian sok misterius . " Lo nggak mau ngasih ? Katanya lo nggak suka sama Acha : It ' s okay , dong , kalau gue minta nomor Acha : " serang Rian bertubi - tubi . Iqbal menghela napas berat , mengambil ponsel dari dalam tasnya . la malas berdebat dengan Rian . " Eh , gue nggak jadi minta , tuh anaknya datang . Gue bisa minta sendiri , " ucap Rian sembari menepuk bahu Iqbal . Iqbal mengangkat kepala , benar yang dikatakan Rian , Acha sedang berjalan mendekat ke mejanya dengan membawa kotak bekal yang biasa Acha berikan untuknya . " Ini buat Iqbal , " ucap Acha menyodorkan kotak bekalnya . Iqbal mengangguk pelan , tak membuka suara sedikit pun . Ia meraih kotak bekal itu dan memasukkannya begitu saja ke kolong meja . “ Iqbal , nggak ada yang mau diucapin ke Acha ? " tanya Acha berharap “ Nggak ada . "



“ Beneran nggak ada ? " S “ Nggak . " Acha tersenyum singkat . “ Ya udah , kalau gitu Acha balik ke kelas , ” pamit Acha . Acha baru akan membalikkan tubuhnya , tapi ditahan oleh Rian . Pria itu menggenggam lengan Acha , membuat gadis itu kaget . Mungkin tak hanya Acha , Iqbal saksi satu satunya kejadian itu pun terkejut dengan apa yang dilakukan Rian . " Ada yang mau gue bicarain , ” ucap Rian pelan . Acha mengerutkan kening . " Apa ? " tanya Acha . 109 AiBook Page number 110 jawaban , Rian cluar dari kelas . Acha " Jangan di sini . Ayo ikut gue . " Tanpa menunggu jawaban langsung menarik tangan Acha , membawanya keluar dari kelas yang pasrah hanya menurut . Pikirannya memang sedang penuh Glen yang baru saja masuk ke dalam kelas sempat berpapae dengan mereka . Ia berjalan ke mejanya dengan wajah bingung tadi ia tidak salah lihat ? Glen buru buru menghampiri Iqbal . du h bingung , apa di sebelahnya . “ Bal , ” panggil Glen " Apa ? ” sahut Iqbal malas . “ Rian , kok , sama Acha ? Gandengan lagi , ” tanya Glen yang memang selalu penasaran . “ Mana gue tau , " jawab Iqbal mengangkat kedua bahunya . Glen berdecak pelan , menggelengkan kepala . Kedua matany menyipit , Glen menatap Iqbal dengan prihatin . “ Kan udah gue bilang , Bal ! ” ucap Glen meninggikan nada suaranya , jemari telunjuknya mengarah ke Iqbal . “ Bilang apa ? ” tanya iqbal semakin tak mengerti . " Awas selimut tetangga menghangatkan tubuh Adek Acha ! " jawab Glen gemas . " Kejadian deh sekarang ! " Kening Iqbal membentuk lipatan - lipatan kecil , ia masih tak mengerti ucapan Glen . “ Maksud lo ? " Glen menghela napas berat , mencoba bersabar . Ia mendekatkan duduknya dengan Iqbal . " Sekarang udah ada selimut tetangga yang menghangatkan tubuh adek Acha ! " ucap Glen lebih dramatis dari sebelumnya . “ Tetangga sebangku lagi . Parah ! ” jelas Glen penuh penekanan . Glen menepuk bahu Iqbal pelan . “ Lo yang sabar . Gue juga nggak nyangka ternyata Rian setega itu . Dia merebut pacar sahabatnya sendiri . Hidup ini memang terlalu kejam , " ucap Glen memasang wajah sok sedih . “ Semangat , Bal . ” Iqbal terdiam lama , tak menjawab sama sekali . Kedua matanya mengikuti Glen yang beranjak kembali ke tempat duduknya . Ucapan 110 AiBook Page number 111 Glen tadi terus berputar di otaknya , banyak pertanyaan yang menyerang pikirannya . Apakah benar Rian menyukai Acha ? Mungkinkah ? Iqbal menggeleng - gelengkan kepala , mencoba tidak memikirkan hal itu ! Iqbal itu tidaklah penting ! Itu bukan urusanmu . Tapi tetap saja Iqbal terus memikirkannya . Entah kenapa mulai terjadi hal aneh pada pikiran dan hatinya . Jam pelajaran pertama dan kedua akhirnya selesai , murid - murid berhamburan menyerang kantin sekolah . Tak terkecuali Iqbal dan kedua sahabatnya Iqbal , Rian , dan Glen memilih untuk menyambangi Mbak Wati , sudah lama mereka tidak makan cireng buatannya . Mereka bertiga duduk di bangku biasanya . Kantin cukup penuh hari ini . Tak lama setelah memesan , Mbak Wati datang membawa pesanan mereka . “ Makasih Mbak Wati , calon Miss Cireng 2019 , " ucap Glen dengan tak berdosa . " Sama - sama Mas Glen , calon Raja Semut 2019 , " balas Mbak Wati semringah dan langsung pergi .



Mata Rian mengedar , ia menemukan Acha berjalan memasuki kantin . Rian melambai lambaikan tangannya kepada Acha . Membuat Glen dan Iqbal mengikuti arah lambaian Rian . Mereka bertiga melihat Acha berjalan mendekat ke meja mereka . " Acha , duduk , " suruh Rian mengetuk meja di hadapannya . Acha mengangguk menurut , sesekali Acha melihat ke arah Iqbal . Pria itu tak melihatnya sama sekali , Iqbal sibuk memakan cirengnya . Acha menghela napas berat , lagi - lagi Iqbal mengabaikannya . " Kok , sendiri aja ? ” tanya Rian penuh arti . “ Iya . Soalnya Amanda lagi sibuk nyalin tugas , " jawab Acha jujur . Rian manggut - manggut , tangannya merogoh sesuatu di dalam saku celana . “ Nih . " 111 AiBook Page number 112 ht . Tаnра рikir ksud Rian . va bisa melongo ang dilihatnya ng di hadapannya Rian menyodorkan dua buah cokelat kepada Acha . T . panjang Acha langsung menerimanya , ia mengerti maksud : Glen yang menjadi saksi nyata kejadian itu hanya bisa dengan mulut setengah terbuka , sulit percaya dengan apa yang diliha barusan . " Bal . . . , " panggil Glen pelan . “ Apa ? ” sahut Iqbal dingin . " Tuh , tetangga lo semakin gencar deketin pacar lo ! " “ Gue nggak punya pacar , " tajam Iqbal . Mendadak Iqbal jadi tak berselera dengan cireng di hadap itu . Entah kenapa suasana kantin yang biasanya sejuk menjadi sepanna ini . Iqbal melonggarkan dasinya , mengibas - ngibaskan tangannya kelche Merasa semakin tak nyaman , Iqbal tiba - tiba berdiri dari bangkun “ Iqbal mau ke mana ? ” tanya Acha ikut berdiri . “ Nyari angin , " jawab Iqbal singkat , lantas meninggalkan kantin Tangannya masih sibuk mengibas - ngibas . “ BAL , CIRENG LO SIAPA YANG BAYAR ? ” teriak Glen " MASAK GUE LAGI ? ” Iqbal tak menjawab , ia terus saja berjalan tanpa menoleh ke belakang . Dengan cepat Acha langsung mengikuti Iqbal . Acha sadar banyak pasang mata yang memandangi mereka , tapi ia tidak peduli , ada hal penting yang harus disampaikan kepada Iqbal . Ia pun mempercepat langkahnya , berusaha mengejar Iqbal yang tak memedulikan panggilannya . “ Iqbal , berhenti ! ” teriak Acha tidak begitu keras . Acha menghentikan langkah tepat di hadapan Iqbal sembari merentangkan kedua tangannya . Tubuh Iqbal sedikit tersentak ke belakang , kakinya mundur beberapa langkah . Iqbal menatap Acha dingin . " Ada yang ingin Acha omongin , " ucap Acha menurunkan kedua tangannya . " Apa ? " sahut Iqbal datar . Acha mengangkat kedua sudut bibirnya , tersenyum ke arah Iqbal . “ Makasih boneka sapinya . Kemarin abang dari toko bonekanya nganter ke rumah , ” kata Acha . “ Tapi kenapa bukan Iqbal sendiri yang nganterin ? ” 112 AiBook Page number 113 " Berat ! ” jawab Iqbal singkat . Acha mengangguk - angguk membenarkan jawaban Iqbal . “ Acha boleh minta beliin sesuatu lagi ? ” tanya Acha hati - hati . “ Nggak ! ” sentak Iqbal tajam . " Acha cuma pengin minta dibeliin bunga . Temen Acha , si Mira itu , tiap pagi pasti dikasih bunga sama pacarnya . Tiap hari , Bal , bayangin . Romantis , kan , pacarnya ? ” " Gue bukan pacar lo , " perjelas Iqbal . Acha menghela lemas . " Acha tahu . Tapi , kan , mungkin aja bisa berubah . Iqbal mau jadi pacar Acha da . . . "



“ Gue nggak mau ! ” potong Iqbal cepat . Iqbal lanjut berjalan , melewati Acha begitu saja . Namun , bukan Natasha namanya jika gampang menyerah , ia membalikkan badannya dan berlari mengejar Iqbal . Sekali lagi Acha mengadang Iqbal . Raut wajah Iqbal semakin tak enak dilihat , ia menyimpan rasa kesal yang begitu kentara di paras rupawannya . Rahangnya menegas . " Apa lagi ? ” nada suara mulai meninggi . “ Iqbal beneran nggak mau beliin Acha bunga ? Acha pengin banget bunga . " “ Minta sana sama Rian ! ” ucap Iqbal tak dapat menahan kekesalannya . Acha terdiam sebentar , keningnya berkerut . Ia tak mengerti dengan pernyataan Iqbal barusan . “ Kenapa harus minta ke Rian ? Acha nggak suka sama Rian ! Acha sukanya sama Iqbal , ” jawab Acha terang - terangan . “ Masa ? Rian kayaknya suka sama lo , " sindir Iqbal Acha mengumam pelan , berpikir sebentar . “ Rian nggak suka sama Acha , ” jelas Acha lagi . “ Dia minta nomor lo , ngasih lo cokelat . Apa itu namanya kalau bukan suka ? ” Acha sedikit takjub dengan kalimat Iqbal yang cukup panjang tak seperti biasanya . Namun , dengan cepat Acha tersadar . 113 AiBook Page number 114 annya mengangkat ini ke Amanda . " erasa tengsin sendiri lan sukanya sama Amanda , " jawab Acha . Tangann la cokelat di tangannya . " Rian nitip ngasih ini ke Am Mendadak lobal licen , terdiam lama , la merasa tem na dalam lubuk hatinya hatinya yang agar tetap Namun , entah kenapa ada perasaan " paling dalam , la pun berupaya mengatur ckspresinya agar tuk langsung terlihat biasa . sah dirinya saat salah waktu nyebut nama " Oh , " balas Iqbal tak berdosa . Ia pun memilih untuk lan berjalan lagi , tak ingin Acha menangkap basah dirinya sa tingkah tadi . Namun , lagi - lagi Acha mengejarnya . . " Iqbal cemburu , ya , sama Rian ? " tanya Acha iseng . " Nggak , " jawab Iqbal ketus . " Beneran ? Tadi kayaknya marah banget gitu waktu nyebut Rian , " goda Acha . " Gue nggak cemburu , " tegas Iqbal . Acha mendengus sebal . " Iya , iya , Acha percaya Iqbal nggak cemburu , " tukas Acha sedikit kecewa . " Iqbal , kan , nggak suka sama Acha . " Acha menahan lengan Iqbal , membuat pria itu berhenti . Acha menyodorkan ponselnya kepada Iqbal . Sementara Iqbal menatap ponsel itu dengan bingung . Kenapa hari ini banyak sekali yang memberinya ponsel . " Gue nggak lagi ultah , " ucap Iqbal dingin . " Bukan itu . . . , " ucap Acha dengan nada ragu . “ Iqbal tau Juna , kan ? Ketua OSIS sekaligus temen sekelas Acha . ” " Hm . " “ Juna suka sama Acha , dia dari kemarin maksa banget buat nganterin Acha pulang dan ngajak Acha makan . ” Iqbal diam saja , menyimak apa yang diutarakan Acha . " Acha nggak pernah jawab , soalnya Acha sukanya sama Iqbal " " Hubungannya sama gue ? ” akhirnya Iqbal buka suara . “ Kalau Iqbal ngelarang , Acha nggak bakal nurutin permintaannya Juna , " sahut Acha dengan nada penuh harap bahwa Iqbal akan melarangnya . 114 AiBook



Page number 115 Kini giliran Iqbal yang mendekat satu langkah . “ Gue perjelas lagi biar lo lebih paham , Natasha ! ” tajam Iqbal . Mata Iqbal menyorotkan ketidaksukaannya secara jelas . " Hidup lo , urusan lo . Hidup gue juga urusan gue . Gue sama sekali nggak punya urusan sama hidup lo . Jadi , terserah lo mau pacaran sama siapa , mau suka sama siapa , mau ada yang suka sama lo pun itu bukan urusan gue . Karena apa ? ” Iqbal terpaksa berbicara panjang lebar seperti ini karena ia sudah tidak tau cara seperti apa lagi yang bisa membuat Acha sadar dan menjauhinya . Ia memandang Acha sinis . “ Gue nggak pernah sedikit pun ada rasa sama lo ! Jadi , lebih baik lo nyerah dan berhenti ganggu gue ! ” Setelah itu Iqbal pergi , tak membiarkan Acha untuk membuka suara lagi . Acha pun tak bisa berkata - kata , bibirnya terasa kelu untuk bersuara . Acha terdiam , membeku di tempat . Rasanya begitu sakit , seakan menusuk semua organ tubuhnya . Apalagi hatinya . Acha menghela napas berat , ia memilih kembali berjalan ke kelasnya dengan langkah lemas . Semakin hari , ia merasa semakin tak punya harapan untuk mendapatkan cinta Iqbal . “ Apa Acha harus berhenti sekarang ? Menyerah sekarang ? ” Acha mulai berbicara kepada dirinya sendiri . Jatuh cinta kepadamu membuat mata hatiku semakin buta dan tersiksa ! Acha masuk ke dalam kelas , di tempat duduknya ia disambut oleh Juna . Pria itu tersenyum ke arahnya sembari membawa toples kecil berpita berisi penuh permen cokelat . “ Cha , ini buat lo . Kemarin nyokap dari Batam dan bawa oleh oleh , ” ucap Juna . Acha memaksa untuk tersenyum , ia menerimanya . “ Makasih Juna . ” " Oh ya , Cha , gimana pertanyaan gue kemarin . Udah ada jawabannya belum ? ” 115 AiBook Page number 116 cerin Acha pulang atau nga “ Yang mana ? Soal Juna mau anterin Acha makan ? ” " Dua - duanya . " an Juna . " Acha Acha terdiam sebentar . Ia merasa bersalah dengan Juna belum bisa jawab . Maaf , ya , Juna . ” Juna tersenyum , menggelengkan kepalanya . " Nggak apa - apa , c . take your time . Gue nggak maksa , kok . Kalau udah ada jawal ada jawabannya kabarin gue , ya . " " Iya , Juna . ” “ Kalau gitu gue ke Pak Bambang dulu . Ada proposal yang gue kasih buat acara sekolah . " " Iya . " Acha melihat Juna berjalan keluar kelas , ia kemudian dudu bangkunya . Acha menoleh ke samping , melihat Amanda yang tengah sibuk berkutat dengan ponselnya . Acha dapat menebak , gadis itu pace sedang berenang dalam dunia imajinasinya . Dunia oranye , Wattpad Itulah hobi keramat Amanda sejak setahun kemarin , membaca ceris online di aplikasi tersebut . “ Nda . . . , ” panggil Acha , menyenggol lengan gadis itu . “ Hm ? ” " Amanda ! " Amanda menurunkan ponselnya , menatap Acha dengan kesal . " Apa sih , Cha ? Gue lagi sibuk baca cerita . Lagi tegang - tegangnya , si cowok ketahuan selingkuh . " Acha menyodorkan dua cokelat ke Amanda . " Nih . " " Cokelat ? Dari siapa ? ” “ Temen sebangkunya Iqbal , ” jawab Acha malas . Ia merasa iri dengan Amanda yang disukai oleh seorang cowok , berbeda dengan dirinya . “ Yang mana ? ” bingung Amanda tidak begitu ingat . “ Rian . Dia sepertinya suka sama Amanda . ” " Oh gitu . Oke . " 116



AiBook Page number 117 " Tadi , Rian juga minta nomor Amanda . Acha kasih aja . Nggak apa - apa , kan ? " “ Nggak apa - apa , kok . " Amanda mencrima cokelat tersebut dan memasukkannya ke dalam tas . Setelah itu ia kembali meneruskan aktivitas membacanya . “ Beruntung banget Amanda . " 117 AiBook Page number 118 PASANGAN BARU ini tidak ada yang mengajar , anak KELAS Iqbal dan Kelas Acha memiliki jam yang sama untuk me pelajaran olahraga . Kelas Iqbal hari ini tidak ada yang meng bungsu dari Pak Handoko sedang sakit terkena demam be Alhasil , kelas Iqbal bebas . labal . Rian , dan Glen duduk di tribune lapangan , sesekali mali kelas Acha yang sedang diajar oleh Pak Tono . Materi mereka i ini adalah voli . “ Wuihh ! ! Si Juna tau aja nyari celah , ” ucap Glen sengaja sembari menyenggol bahu Iqbal . " Apa ? ” sahut Iqbal tak peduli . Ia segera memalingkan pandangannya , tak ingin melihat ke sana . " Noh liat , pacar lo lagi diajarin main voli sama si Juna ! Pegang pegang tangan lagi , " kompor Glen semakin gencar . " Nggak ada urusannya sama gue . ” “ Lo nggak cemburu ? ” goda Glen . Iqbal menggeleng singkat . " Masa ? Kalau bohong kentut lo bisa bau tujuh turunan . " Iqbal tak membalas , ia sedang malas meladeni Glen . Bisa - bisa topik pembicaraan mereka semakin lebar dan tak penting . Namun , ses Iqbal melihat ke lapangan sebelah , memperjelas pandangannya . sadar ia tersenyum sinis , teringat dengan ucapan Acha . 118 AiBook Page number 119 " Acha cuma bersikap kayak gitu ke Iqbal aja , kok , nggak ke cowok - cowok lain . Beneran , Acha nggak bohong ! ” " Acha cuma sukanya sama Iqbal , nggak suka cowok lain . ” “ Acha nggak suka sama Juna . Sumpah . ” Iqbal mendecak pelan sembari membuang muka ke arah lain . “ Bulshit ! ” Beberapa detik kemudian , Iqbal berdiri dari duduknya . “ Mau ke mana ? ” tanya Rian . " Kelas , " jawab Iqbal . " Jangan ke kelas ! ” tolak Glen cepat . “ Kita silaturahmi aja ke stan Mbak Wati . Gimana ? ” lanjutnya . Rian dan Iqbal tak menggubris Glen , mereka berdua berjalan bersama menuju ke kelas . Tak memedulikan Glen yang menjerit - jerit kesal seperti orang gila . “ GUE SUMPAHIN , GUE TAMBAH GANTENG ! ! " Glen dan Rian selesai menyantap nasi goreng mereka , tinggal Iqbal yang masih sibuk makan . Dan satu orang lagi . . . Acha . Glen dan Rian menatap gadis itu , yang sedari tadi duduk di hadapan Iqbal tanpa melakukan apa pun . “ Lo nggak makan , Cha ? ” tanya Rian melihat mangkuk Acha masih utuh . “ Nggak . Liat Iqbal aja udah kenyang , kok . ” Uhuukkk ! Uhukkk ! Iqbal mendadak tersedak , kaget dengan penuturan dari bibir Acha . Iqbal meraih botol air mineral di sampingnya , meminumnya sampai habis . Iqbal merasa risi dengan keberadaan Acha sekarang , tak nyaman . Tiba - tiba ada tangan yang menepuk bahu Acha . " Kok , makanan lo masih utuh ? Katanya tadi laper . ” Acha memandang pemilik suara itu , Amanda . Gadis itu akhirnya menyusul . “ Acha udah nggak nafsu makan lagi . " 119 AiBook



Page number 120 makan sampai Glen menyenggol baper , " lanjutnya Tentu saja la sudah kan kepadanya . Namun , “ Loh , kenapa nggak nafsu ? Yang nyakitin lo aja maka habis , ” ucap Amanda penuh penekanan . “ Pasti nyindir Iqbal , ya ? ” tanya Glen tak berdosa . " Menurut lo ? ” " Menurut gue sih , iya , " jawab Glen lebih enteng . Glen me lengan Iqbal . “ Disindir noh sama Amanda . Jangan baper , " la seenak hati . Iqbal diam saja , tak mau ambil pusing . Tentu saja la merasa bahwa perkataan Amanda itu ditujukan kepadanya . N ia merasa tak peduli dan tetap makan . “ Cepetan lo makan , gue tungguin , ” suruh Amanda kembali menatap Acha . “ Iya , Nda . " Amanda mengangguk senang , mendekatkan mangkuk dan gelas Acha , membiarkan gadis itu makan pelan - pelan . Amanda mengalihkan pandangannya , ia teringat akan tujuan utamanya ke kantin . Menemui pelaku yang memberinya cokelat kemarin dan mengirim pesan kepadanya semalam . “ Lo yang ngasih gue cokelat kemarin ? ” tanya Amanda terang terangan ke Rian . Rian yang dari tadi berusaha mengalihkan kedua matanya karena tak ingin memandang Amanda pun langsung gugup . Bingung harus menjawab apa . “ Lo juga yang semalam nge - chat gue , kan ? ” Keadaan di meja ini mendadak aneh . Iqbal , Glen , dan Acha menatap Rian dan Amanda secara bergantian . Tidak mengerti dengan situasi tiba - tiba ini . Rian memberanikan diri , ia perlahan menatap Amanda sembari tersenyum kaku . " I . . . iya . Maaf , kalau lo ngerasa keganggu , " ucap Rian hati - hati . " Nggak , kok . Santai aja , " balas Amanda santai . “ Kalau bo tau , lo ngapain ngasih gue cokelat ? ” hell 120 AiBook Page number 121 Rian diam lagi , otaknya berpikir keras mencari jawaban yang cocok . “ Gue . . . gue . . . . ” Rian terbata - bata , tidak tahu harus menjawab apa . “ Lo suka sama gue ? ” Acha membuka kedua matanya sempurna , menatap Amanda dengan takjub . Bagaimana bisa Amanda bisa sepercaya diri itu ? Bagaimana kalau Rian menjawab tidak . Mungkin tidak hanya Acha yang terkejut , Iqbal dan Glen pun menatap Amanda cukup lama . Namun , yang dipandangi bersikap santai dan biasa saja . Amanda sibuk membuka bungkus cokelat dan memakannya pelan - pelan . “ Lo suka sama gue ? ” tanya Amanda lagi karena tak mendapat jawaban dari Rian . · Rian menganggukkan kepalanya cepat . Entah keberanian dari mana yang membuatnya menunjukkan perasaannya . " Gue suka sama lo , " ucap Rian terang - terangan . Iqbal dan Glen menatap Rian yang duduk di antara mereka . Sungguh mengejutkan . Amanda mengangguk - anggukkan kepala , mengerti . Ia menatap Rian yang terlihat gugup . Amanda tersenyum kecil . " Kalau lo suka sama gue , berarti lo sekarang lagi berusaha ngedeketin gue , dong ? ” tanya Amanda lagi . “ Iya . Lo nggak keberatan , kan ? ” Amanda menggelengkan kepalanya . “ Nggak . " Rian tersenyum senang mendengarnya . Rasa tegangnya perlahan mereda . “ Jadi , intinya lo suka sama gue , lo ngedeketin gue , dan akhirnya lo ingin gue jadi pacar lo ? ” tanya Amanda tanpa basa - basi . “ Begitu , kan ? ” Rian mematung , ia menoleh ke kanan menatap Iqbal yang diam dengan ekspresi bingung , sama seperti dirinya . Rian menoleh ke kiri menatap Glen yang juga tak ada bedanya dengan Iqbal . “ Lo mau gue jadi pacar lo ? ” tanya Amanda mendesak . Rian menganggukkan kepalanya cepat . “ Iya . ” Amanda manggut - manggut paham . 121



AiBook Page number 122 ulut Acha langsung keluar main mendengar Amanda , dengan mendekati Amanda . " Karena gue single dan nggak punya pacar . Ayo pacaran » Bakso yang baru saja masuk dalam mulut Acha langsung lagi . Acha memuntahkannya begitu saja . Ia kaget bukan main mer ucapan Amanda . Acha memukul - mukul dadanya yang sakit . " Makanya , makan itu hati - hati , ” ucap Amanda tak berdosa Acha menerima minuman yang diberikan oleh Amanda de cepat meminumnya sampai habis , setelah itu Acha mendekati A . " Amanda gila ? Amanda yakin mau jadian gitu aja ? Amanda kan , belum dekat sama Rian . Nggak tau Rian anaknya gimanis cerca Acha dengan suara pelan , tapi tetap saja Iqbal , Rian , dan Glen bisa mendengarnya . Amanda menatap Acha dengan wajah santai . “ Lo aja bisa suka sama Iqbal gitu aja , kenapa gue nggak ? Gue nggak punya pacar , dia juga nggak punya pacar , nggak apa apa dong kita berdua pacaran . ” jelas Amanda panjang lebar . " Tapi , kan , Amanda belum cinta sama Rian . ” " Cinta ? Bisa lah tumbuh nantinya . Yang penting dia udah cinta sama gue . ” Amanda melirik tajam ke Iqbal . “ Gue nggak mau nyia - nyiain orang yang ngasih cintanya ke gue dan berusaha untuk ngejar gue . " “ Yakin banget sih Amanda kalau Rian cinta ke Amanda . Rian itu masih suka aj . . . " Amanda memandang Rian . “ Lo cinta sama gue , kan ? ” Rian membelalakkan kedua matanya dan refleks mengangguk saja . Acha mendecak sebal , ia bukannya tidak setuju mengenai hubungan sahabatnya ini . Namun , menurutnya terlalu mendadak . Keadaan di meja ini semakin terasa aneh , semuanya tiba - tiba diam sampai akhirnya Glen membuka suara . “ Jadi benang merah , kuning , dan hijau di langit biru , yang bisa gue simpulin di sini . Rian dan Amanda pacaran mulai hari ini ? tanya Glen memperjelas . " Iya , ” jawab Amanda dengan yakin . Ia memandang Rian . 20 nggak keberatan , kan , pacaran sama gue ? ” " Nggak , sama sekali nggak . Gue malah seneng . " “ Ok . ” 122 AiBook Page number 123 Glen menghela napas berat , masih bingung situasi apa ini . la melihat Rian yang tak hentinya senyum - senyum sendiri sembari mencuri pandang ke Amanda yang masih sibuk menghabiskan cokelatnya . “ Amanda , ” panggil Rian " Apa ? ” " Seriusan ? Lo mau pacaran sama gue ? " tanya Rian memastikan . “ Serius lah . Kita coba aja dulu . " “ Kalau boleh tahu , kenapa lo mau pacaran sama gue ? " Amanda berdeham sebentar , kemudian kembali membuka suara . " Gue belajar aja dari pengalaman sahabat gue . Gimana perjuangan dia suka sama orang , tapi orang yang dia suka nggak bisa menghargai perjuangannya itu ! ” ucap Amanda sengaja ditekankan . “ Dari situ gue belajar bahwa kita perlu ngasih kesempatan dan menghargai orang lain . ” Rian mengangkat dua jempolnya , sangat kagum mendengar jawaban Amanda . “ Jadi kita beneran resmi pacaran sekarang ? ” " Iya . " Setelah kejadian sakral itu , tidak ada lagi yang buka suara kecuali Amanda dan Rian . Mereka tampak asyik berbincang - bincang tak memedulikan Iqbal , Glen , dan Acha yang masih shock dan bingung . Pelajaran berakhir dengan cepat , tak seperti hari - hari biasanya . Rian sudah berdiri dengan tas di belakang punggungnya . Iqbal dan Glen menatap Rian yang terus saja senyum - senyum sendiri sedari tadi , setelah kejadian di kantin . Sahabat mereka itu memang sedang kasmaran tingkat dewa



. " Lo mau ke mana ? ” tanya Glen . “ Pulang , " jawab Rian penuh semangat . “ Kan parkiran masih belum sepi , entaran aja . ” suruh Glen . " Gue mau pulang bareng Amanda , gue mau nganterin dia pulang , " jelas Rian . " Kan , gue sekarang udah punya pacar , " lanjutnya sombong . 123 AiBook Page number 124 Rian melesat an . “ Bisa gitu , ya ? ” ikut bingung . Tak menunggu jawaban dari Iqbal maupun Glen , Rian begitu saja . Iqbal dan Glen saling berpandangan . “ Bisa gitu heran Iqbal . T sama Amanda ? Kapan sukan “ Seriusan dia udah pacaran sama Kapan pedekate - nya ? Kok , gue nggak tau ! " to gue nggak tau ? ” tambah Glen ikut bing “ Berarti bisa aja , dong , minggu depan gue tiba - tiba diajak pacaran sama Mbak Lisa Blackpink , oye oye . ” Iqbal geleng - geleng tak ingin meladeni kegilaan Glen . Ia berdi : dari bangkunya . " Lo mau ke mana , Bal ? ” tanya Glen mencegah Iqbal . “ Ke ruangan khusus . Ada buku gue yang ketinggalan . ” " Yah , gue alone , dong . " “ Nggak usah manja , ” tukas Iqbal dan pergi begitu saja . Glen mengelus dadanya , menyuruh dirinya untuk tetap tabah dan sabar . “ Rian udah punya pacar , Iqbal sebentar lagi juga punya pacar . Lah ? Gue sama siapa dong ? ” “ Masa Mbak Wati ? Atau Mbak Yem ? Atau mungkin Mbak Ning ? " Glen menggebrak mejanya dengan keras , tatapanya lurus dan tajam . " Gue harus ke danau dekat perumahan . Siapa tau ada selendang ketinggalan di sana . " Pintu ruangan khusus Olimpiade terbuka setengah . Dari jauh , Iqbal dapat melihat ada orang di dalam sana . Iqbal berjalan mendekat , ia mendapati ada Acha dan seorang pria di dalam . Iqbal menajamkan penglihatan dan akhirnya mengetahui siapa pria itu , Juna . Iqbal tak ingin langsung masuk , ia menunggu di luar sembari menyandarkan punggungnya ke tembok . Ia dapat mendengar jelas apa yang sedang diperbincangkan mereka . mereka . " Ini bunga buat lo , " ucap Juna . “ Kenapa Juna ngasih Acha bunga ? ” 124 AiBook Page number 125 « Gue denger dari Amanda , lo lagi pengin bunga . Makanya gue beliin tadi pagi . ” Acha menerimanya dengan terpaksa . “ Makasih banyak Juna . " “ Cha . . . , " panggil Juna lembut . " Iya , Juna ? ” " Iya , Juna ? " “ Gue suka sama lo . ” Tak ada jawaban dari Acha . Gadis itu diam sangat lama . “ Maaf Juna , Acha nggak bisa jawab . Acha sukanya sa . . . " Acha terkejut karena tiba - tiba Juna menggenggam erat kedua tangannya . Juna menatap Acha dengan serius . “ Gue tahu , Cha . Gue tau siapa yang lo suka . Iqbal , kan ? Satu sekolah siapa yang nggak tau hal itu , dan semua juga tau bahwa Iqbal nggak suka sama lo . Dia nggak balas cinta lo . ” Acha berusaha melepaskan tangan Juna . “ Kasih gue kesempatan , Cha . Gue akan berusaha bikin lo lupa sama Iqbal . Gue akan bahagiain lo lebih dari Iqbal . Gue janji . " d “ Tapi Juna , Ach . . . . " Cewek secantik dan sebaik lo nggak pantas , Cha , dapat perlakuan kejam seperti ini . Gue nggak ingin liat lo sedih lagi . Semakin Iqbal nyakitin lo , semakin buat gue tertantang buat bahagiain lo . " Acha menundukkan kepalanya . Ia tidak tau harus menjawab apa . “ Lo mau kan , Cha , ngasih gue satu kesempatan aja buat coba bahagiain lo ? " Acha mengangkat kepalanya , ia tersenyum menatap Juna . “ Boleh Acha pikirin dulu



tawaran Juna ? ” . Juna membalas senyum Acha , ia menganggukkan kepalanya tanpa ragu . “ Tentu aja boleh . Gue tunggu jawaban lo . Gue yakin bisa buat lo tersenyum bahagia . ” . “ Makasih , Juna . " Juna melepaskan kedua tangan Acha . “ Lo pulang naik apa ? Mau gue anterin ? ” . “ Nggak perlu , Juna . Acha dijemput , kok . ” " Ya udah kalau gitu . Gue balik dulu . " 125 AiBook Page number 126 hampa . Acha mendengar suara " Iya , Juna . Hati - hati . ” ggalkan Acha sendiri . Ach Juna keluar dari ruangan , meninggal menatap bunga pemberian Juna tersebut dengan tatapan hampa mulai di ambang dilema . Acha mengangkat kepalanya kembali ketika mendengar langkah mendekat . Acha refleks tersenyum , melihat kehadiran Iqbal “ Iqbal belum pulang ? ” tanya Acha kembali bersemangat . Tak ada jawaban dari Iqbal . Pria itu sibuk memasukkan bul . bukunya dari loker ke dalam tas . Acha menghela napas pelan , senyumnya langsung menghilang begitu saja . “ Iqbal , ” panggil Acha lirih . “ Acha boleh cerita . ” " Apa ? ” sahut Iqbal dingin . Acha tersenyum kembali mendengar respons Iqbal walau pria itu sama sekali tidak menatapnya . “ Juna barusan ke sini . Dia ngasih bunga buat Acha , ” ucap Acha mulai bercerita . “ Juna juga lagi - lagi bilang suka ke Acha . Juna minta Acha buat ngasih kesempatan ke dia . Acha bingung , Acha nggak ingin nerima Juna . Tapi di sisi lain , Acha nggak dapat kepastian juga dari Iqbal . ” Braaakk ! ! Tubuh Acha terlonjak kaget mendengar pintu loker dibanting dengan keras . Acha melihat Iqbal yang menatapnya sangat tajam . “ Nggak dapat kepastian ? Bukannya gue udah kasih jawaban ? " tanya Iqbal dengan senyum sinis . “ Tap . . . tapi Acha masih ragu kalau . . . . " " Gue nggak suka sama lo . Berhenti suka sama gue ! ” “ Nggak bisa , Iqbal . Acha nggak bis . . . " " Lo bisa ! " Acha menggigit bibirnya , mengepalkan kedua tangan . Kedua matanya mulai berkaca kaca , dadanya terasa sakit mendengar penolakan Iqbal yang terdengar kasar . " Iqbal beneran nggak suka sama Acha ? " " Nggak . ” " Sedikit pun ? " “ Sedikit pun ! ” perjelas Iqbal tajam . 126 AiBook Page number 127 " Iqbal pengin Acha nyerah dan berhenti suka sama Iqbal ? " " Iya ! " “ Kenapa ? ” “ Karena gue nggak suka sama lo ! " tegas Iqbal . Acha menundukkan kepala , ia memegangi dadanya yang semakin sakit . Acha menahan untuk tidak menangis di hadapan Iqbal . Pria itu memang berhati dingin . " Apa kurangnya Acha ? Kenapa Iqbal nggak suka sama Acha ? lirih Acha . Acha mengangkat kepalanya , ia melihat Iqbal yang masih menatap dirinya , tatapannya tak sedingin dan setajam tadi . “ Berarti Iqbal rela Acha sama Juna ? ” " Gue nggak peduli , ” jawab Iqbal cepat . Acha menganggukkan kepalanya , ia hanya bisa pasrah . “ Ya udah kalau gitu . Makasih jawabannya , ” lirih Acha . “ Acha pulang dulu , Iqbal , ” pamitnya . Acha berjalan melewati Iqbal dengan langkah lemah . Ia tak bisa lagi mengangkat kepalanya , hanya tertunduk dan terus saja berjalan keluar , meninggalkan Iqbal sendiri di dalam ruangan . Iqbal diam tak bergerak sedikit pun . Bahkan , beberapa kali ia berusaha menahan napasnya . “ Keputusan lo udah bener , Iqbal ! ” 127



AiBook Page number 128 | PENGAKUAN MENYERAH ACHA berangkat lebih awal , bahkan sebelum pukul enam pagi ia sudah berada di sekolah . Acha tidak langsung menuju kelasnya . ia menyempatkan ke kelas Iqbal dan memberikan kue cokelat yang biasa ia bawa untuk Iqbal . Acha melihat kelas Iqbal masih kosong , ia melangkah masuk dan duduk di bangku Iqbal . Acha menghela napas pelan , ia menatap lurus , diam untuk beberapa lama . “ Gini , ya , rasanya duduk di tempat Iqbal , ” lirih Acha dengan senyum pedihnya . “ Duduk di bangkunya aja udah buat jantung Acha berdebar . " Acha kembali menghela napas , terdengar lebih berat . “ Iqbal , ” panggil Acha pelan , lebih tepatnya berbicara kepada dirinya sendiri , menganggap seolah Iqbal ada di sana . " Ada yang ingin Acha bicarakan . Iqbal dengar , ya . " Acha mempertahankan senyumnya , meremas - remas jemarinya sendiri . “ Iqbal kemarin pernah bilang , kan ? Kalau Acha udah nyerah , Iqbal nyuruh Acha untuk bilang ke Iqbal . ” Acha menatap kotak bekal yang ada di hadapannya , memegangnya erat . “ Iqbal . . . . Acha udah nyerah sekarang . Maaf . ” Acha menundukkan kepalanya lemas , menahan dadanya yang mulai sesak . 128 AiBook Page number 129 " Bukannya Acha nggak mau lagi berjuang buat dapetin hati Iqbal . Gooi hati Iqbal yang nggak mau Acha perjuangin . " " Acha sebenarnya masih ingin berusaha dapetin hati Iqbal , tapi who takut Iqbal jadi benci sama Acha . Acha nggak mau Iqbal jauhin Acha karena Acha suka sama labal . » Pandangan Acha mulai kosong , dengan bibir yang terus terucap . " Acha akan berusaha pelan - pelan melupakan rasa suka Acha ke Iqbal . Acha nggak akan ganggu Iqbal lagi mulai sekarang , seperti yang Iqbal inginkan . Mungkin sangat berat buat Acha , tapi akan Acha coba . Demi Iqbal . ” “ Acha juga mungkin akan coba buka hati Acha buat Juna . ” Acha menyandarkan tubuhnya , kembali mendesah berat . “ Terima kasih banyak udah bolehin Acha suka sama Iqbal selama beberapa bulan ini . Makasih udah sabar hadepin Acha . Maaf , Acha udah buat hidup Iqbal keganggu dan nggak tenang . " Acha membelai kembali kotak bekal di depannya . “ Ini akan menjadi kotak bekal terkahir yang Acha berikan ke Iqbal . Makan sampai habis , ya , Iqbal . ” Acha mengangkat kepalanya , merapikan rambutnya yang berantakan . la menarik napas kuat - kuat dan mengembuskannya . Acha bisa menahan kedua matanya yang memanas agar tidak mengeluarkan air mata setetes pun . " Selamat tinggal , Iqbal . Maaf , Acha menyerah . Acha nggak akan lagi ganggu Iqbal , semoga hidup Iqbal kembali tenang . Bye - bye , Mr . Guanna . " Acha memasukkan kotak bekal kue cokelat tersebut di kolong meja Iqbal . Setelah itu , ia berdiri dan berjalan keluar dari kelas dengan langkah lunglai , tulang di kakinya seakan menjadi lunak . Acha tak bisa tersenyum dan tertawa seceria kemarin . Menyukai seseorang yang sama sekali tak mengharapkan kehadiran kita memang sangat menyakitkan . MM 129 AiBook Page number 130 dari bangku tengah berbaring digabungkan Acha barusan , mulai Setelah kepergian Acha , seorang pria terbangun dari belakang . Tanpa Acha sadari , sedari tadi pria itu tengah berhe di bangku paling belakang , di atas dua bangku



yang digabun . sehingga tak ada yang bisa melihatnya . Pria itu mendengar semua yang diucapkan Acha barusan dari awal hingga akhir . Semuanya ! Sebuah senyum kecil terangkat paksa dari kedua sudut bibir Bukankah harusnya gue seneng dia akhirnya menyerah ? Nggak si ada yang ganggu gue lagi ? ” Ia menghela napas pelan . " Selamat bebas sekarang , Iqbal . ” Ya , Iqbal mendengar semuanya . Ia sudah sampai di sekolah sejak pukul setengah enam pagi . Entah apa yang membuatnya ingin berangkat sepagi itu . Setelah sampai kelas , Iqbal berbaring di bangku belakang dan tak lama kemudian Acha datang masuk ke kelasnya Iqbal sudah mendengar semua pengakuan Acha . Tinggal dua hari lagi Olimpiade Sains Nasional akan berlangsung dan hari ini merupakan hari terakhir pembinaan Iqbal , Acha , dan Dino . Mereka bertiga baru saja selesai mendapatkan materi pembinaan dari Pak Hendra . Acha dan Iqbal memilih kembali ke ruang khusus , sedangkan Dino harus kembali ke kelas karena ada ulangan Bahasa Indonesia . Sejak tiga puluh menit lalu , Acha diam tak banyak membuka suara . Gadis itu hanya berbicara seperlunya saja kepada Iqbal . Beberapa kali juga , Iqbal mencuri pandang ke arah Acha yang duduk di hadapannya . Gadis itu benar - benar berusaha menjauhinya , menyerah dengan perasaan untuk dirinya . “ Gue mau beli minum . Lo mau ? ” tanya Iqbal memecah keheningan . “ Nggak . Makasih . Acha udah bawa sendiri , ” jawab Acha tanpa mengalihkan pandangannya pada soal yang sedang ia kerjakan . " Oke . ” 130 AiBook Page number 131 Iqbal segera berdiri , berjalan menuju lokernya untuk mengambil dompet . Sementara Acha tiba - tiba berhenti mengerjakan soal , setetes darah terjatuh mengenai bukunya . Acha menyentuh hidungnya dan benar saja , ia misisan dan mulai mengeluarkan darah cukup banyak . " Isshh ! ! " desis Acha kesal . Tidak biasanya ia seperti ini . Acha menatap Iqbal yang masih sibuk menutup lokernya . " Iqbal , " panggil Acha lemah . Iqbal menoleh menghadap Acha . Kedua matanya terbuka sempurna ketika melihat darah sebanyak itu di tangan Acha dan mengalir ke buku Acha . “ Lo kenapa ? " tanya Iqbal berusaha tetap tenang . “ Acha mimisan , ” jawab Acha lemah . Iqbal langsung berlari mendekati Acha . “ Bisa tolong ambilin tisu di loker Acha ? ” Iqbal tak menjawab dan langsung melakukan permintaan Acha . la membawakan sebungkus tisu dan membantu Acha sebisanya . Acha mencondongkan duduknya ke depan , menjepit hidungnya cukup erat . Acha membiarkan saja Iqbal membersihkan bercak darah di kedua tangan dan juga bukunya . “ Lo nggak mau ke UKS ? ” tanya Iqbal . Acha menggelengkan kepalanya . Ia fokus untuk tidak bernapas melalui hidung . Ia menunggu sampai dua menit , berharap mimisannya berhenti . “ Gue beliin es batu sebentar , " ucap Iqbal setelah membersihkan bercak darah di tangan Acha . Acha mengangguk menurut , membiarkan Iqbal pergi mendapatkan es batu . Ia merasa yakin bahwa mimisannya telah berhenti , perlahan Acha memberanikan diri untuk melepaskan pegangan pada hidungnya . Namun , perkiraannya salah . Hidungnya kembali mengeluarkan darah tanpa henti . Acha dengan cepat menutup kembali hidungnya . Ia berharap Iqbal secepatnya kembali . Tak lama kemudian , Iqbal datang membawa gelas yang penuh berisi es batu . Iqbal menatap Acha sedikit kaget . 131 AiBook Page number 132



elihat ada bekas " Belum berhenti mimisannya ? ” tebak Iqbal , ia melihat ada bu darah segar di tangan Acha . " Iya , " jawab Acha lemah . " Ayo ke UKS , " ajak Iqbal . Acha tidak banyak berpikir lagi , menganggukkan kepalanya . Iqbal membantu Acha berdiri . " Lo bisa jalan sendiri ? ” " Bisa kok , Iqbal . ” Iqbal dengan sabar menuntun Acha sampai ke UKS . Untun masih jam pelajaran schingga tak ada siswa yang berkeliaran di dan mereka berdua tidak jadi tontonan . IKS . Acha langsung ditangani oleh dokter sekolah Iqbal pun memilih tetap menunggu di UKS , tak ingin meninggalkan Acha . Iqbal ingin melihat keadaan gadis itu . daan gadis itu . Amanda dan Juna buru - buru ke UKS setelah mendengar bahwa Acha mimisan tanpa henti . Amanda terlihat paling khawatir . “ Lo nggak apa - apa , Cha ? ” tanya Amanda melihat Acha berbaring di kasur . Acha tersenyum lemah sembari menggelengkan kepala . " Nggak apa - apa kok , Nda . Acha cuma sedikit kelelahan . ” " Kan udah gue bilang , jangan diforsir . Sesuai batas lo aja , " omel Amanda Juna mendekat ke Acha , menggenggam tangan Acha . “ Lo beneran nggak apa - apa ? ” tanya Juna menunjukkan kecemasannya . “ Acha baik - baik aja . Kalian berdua nggak usah khawatir . ” Iqbal masuk ke dalam bilik tempat Acha istirahat , ia membawa segelas teh hangat yang diinginkan Acha sebelum Juna dan Amanda datang . Iqbal tak sengaja melihat tangan Acha yang digenggam oleh Juna . la berusaha tenang dan bersikap biasa . " Ini teh hangat lo , " ucap Iqbal meletakkannya di atas meja . 132 AiBook Page number 133 « Sini , Bal . Biar gue bantu Acha minum , " pinta Juna . Iqbal mengangguk , memberikan gelas teh hangat tersebut kepada Setelah itu , Iqbal memilih untuk keluar , membiarkan Acha dengan Juna dan Amanda . MM Iqbal menunggu di luar UKS . Duduk di bangku panjang yang disediakan di sana . “ Gimana keadaan Acha ? " tanya Rian yang baru saja datang bersama Glen setelah mendapat pesan dari Amanda . " Udah nggak apa - apa . ” “ Seriusan dia mimisan sampai nggak berhenti ? ” tanya Glen yang sangat penasaran . h " Iya . " " Gue masuk dulu , ah , ke dalam , " seru Glen Rian dengan cepat menarik kerah di tengkuk Glen , menahannya agar tak beranjak . “ Ngapain lo ke dalam ? ” A “ Mau nonton Acha sakit , ” jawab Glen tak berdosa . “ Orang sakit itu didoain cepet sembuh , bukan ditontonin , Semut ! " " Ini gue juga mau doain Acha sambil jalan masuk , ” timpal Glen tak mau kalah . “ Emang lo tau doa buat orang sakit ? ” tanya Rian meremehkan . “ Doa mau makan sama doa mau tidur aja masih suka kebalik , ” lanjut Rian mencerca sahabatnya . “ Bisa lah ! Kan gue Glen , anak paling soleh se - RT . ” “ Gimana ? Coba baca , ” paksa Rian . " Ogah , nanti lo contek doa gue ! ” Setelah itu Glen langsung nyelonong masuk begitu saja . Sementara Iqbal hanya bisa geleng - geleng saja melihat tingkah dua sahabatnya yang sama - sama kurang kerjaan itu . 133 AiBook Page number 134 dalam . Amanda ke arah Rian , mulai merasa ik dan selalu sabar , alau ada dia , " ucap ah Iqbal . “ Gue



Amanda keluar dari UKS setelah Glen masuk ke dalam membalas senyum Rian yang menyambutny membalas senyum Rian vang menyambutnya . Ia berjalan ke arah Ya , hubungan mereka semakin dekat . mereka semakin dekat . Amanda mulai nyaman . Menurutnya , Rian pria yang sangat baik dan selalu “ Ayo makan . Gue laper , ” ajak Amanda . “ Acha gimana ? Lo nggak nungguin ? ” tanya Rian . " Udah ada Juna , kok . Gue nggak khawatir kalau ada dia . ” Amanda penuh penekanan . Ia melirik tajam ke arah Iqbal percaya Acha akan baik - baik aja kalau udah sama Juna . ” Rian memaksakan senyum , ia melihat Iqbal yang diam sa : seolah tak peduli . “ Ya udah . Yuk , ke kantin , " ucap Rian secena menjauhkan Amanda dari Iqbal . Gadis itu selalu sensi jika bertemu Iqbal . Rian mengerti alasannya karena sikap buruk Iqbal terhad Acha , membuat Amanda tidak suka dengan Iqbal . Rian merangka Amanda dan membawa pacarnya pergi dari hadapan Iqbal . “ Kenapa , sih , buru - buru ? Gue masih belum selesai nyindir tuh patung hidup ! " kesal Amanda ke Rian . " Udah , Nda . Nggak mempan juga lo nyindir Iqbal . Nggak bakal ngerasa dia , ” balas Rian . Amanda menghela napas berat , menyetujui ucapan Rian . " Kok lo bisa , sih , betah sama orang macam Iqbal ! ” " Gue udah temenan sama dia sejak kecil , Nda . Udah biasa sama sifat dia . " “ Untung aja dia sahabat lo . Kalau nggak , udah habis tuh orang ! " Rian mengacak - acak rambut Amanda . “ Ada juga lo duluan yang bakalan habis di tangan Iqbal , " cerca Rian . " Udah ayo makan . Nggak usah bahas Iqbal lagi . Nanti lo naksir sama dia . ” " Idih ! Nggak bakalan ! Ogah gue suka sama orang kayak gitu . Cuih ! ” “ Yakin nggak naksir ? ” goda Rian . “ Kan , gue udah punya lo . Buat apa gue nyari yang lain , ” jawab Amanda jujur . “ Lo aja udah cukup , kok , buat gue . ” 134 AiBook Page number 135 Rian menatap Amanda takjub , tak percaya dengan jawaban dis itu . Ia mengedarkan pandangannya , memastikan tidak ada yang Welihat mereka berdua . Dengan gerakan cepat , Rian langsung mencium puncak kepala Amanda . “ Riaaan ! ! Di sekolaaaah ! ! ” teriak Amanda tidak keras , tapi penuh penekanan . Amanda segera menjauhkan tubuh Rian . “ Biarin , nggak ada yang ngeliat . " “ Nggak boleh kayak gitu di sekolah ! Nggak baik ! Jaga etika ! ” " Iya , iya . Maaf . ” “ Jangan diulangi . ” " Siap , laksanakan ! ” “ Awas kalo diulangi ! ” " Iya , Amana . " “ Siapa itu Amana ? ” " Typo , Amanda maksudnya . Hehe . ” Siang harinya , Acha kembali masuk ke dalam ruangan khusus setelah merasa tubuhnya lebih sehat . Ia diizinkan oleh Pak Bambang pulang lebih awal dan istirahat di rumah sampai hari keberangkatan ke Malang . Acha mendapati Iqbal yang sedang mengerjakan soal , tak menyadari kehadirannya . Pria itu sedang mengenakan earphone di kepala . " Lo udah nggak apa - apa ? " tanya Iqbal mengangetkan Acha . Acha menatap Iqbal yang memandangnya balik . Acha menggelengkan kepala . Ia mengambil buku - buku di atas mejanya yang sudah tertata rapi . Sepertinya Iqbal membereskannya . “ Lo mau pulang ? ” tanya Iqbal melihat Acha memasukkan buku bukunya ke dalam tas . " Iya . Pak Bambang nyuruh Acha istirahat di rumah , " jelas Acha . “ Pulang naik apa ? ” tanya Iqbal . net als Ballet " Acha dianter Juna , ” jawab Acha mengalihkan pandangannya . 135 - AiBook Page number 136 Hati - hati , " pesan Iqbal , gguk singkat . Ia mempercepat



skan bolpoin yang sedari Iqbal menganggukkan kepalanya . " Hati - hati , " pesan Acha tak menjawab hanya mengangguk singkat . Ia mem untuk membereskan barang barangnya . " Acha pulang , " pamit Acha dan keluar meninggalkan Iqbal terdiam di dalam ruangan , melepaskan bolpoin v : dipegangnya . Ia tak lagi memiliki semangat untuk menyelesaikan soal - soal di hadapannya . Tebersit rasa khawatir akan kondisi gadis itu . Iqbal melihat denimo jelas bagaimana tadi darah Acha terus keluar , dengan tubuh sane dingin dan lemah . Iqbal mendadak berdiri , mengambil jaket di dalam loker , kemudian keluar dengan buru - buru . “ Natasha , " panggil Iqbal mengontrol napasnya yang sedikit tak beraturan . Acha menatap Iqbal dengan bingung , pria itu berdiri di depannya “ Kenapa , Iqbal ? ” “ Pakai ini , ” suruh Iqbal , menyodorkan jaketnya . " Baju lo banyak bekas darahnya . " Acha menurunkan pandangan , melihat seragam putihnya . Benar saja , banyak bekas darah di bajunya . Acha terdiam , berpikir sebentar , haruskah dia menerima jaket dari Iqbal . Acha mengangkat kepalanya perlahan , menatap Iqbal yang masih menunggu . “ Iqbal kenapa ngasih jaket ini ke Acha ? " tanya Acha . Ini merupakan hal luar biasa yang dilakukan oleh seorang Iqbal Guanna . Tatapan Iqbal berubah dingin dalam sekejap . " Lomba tinggal sehari lagi , gue nggak ingin tim gue kacau hanya karena ada yang nggak bisa jaga kesehatannya sendiri . ” Acha tersenyum miris mendengarnya . " Maaf . Karena Acha sakit jadi buat Iqbal dan Dino kesusahan . ” " Iya , lo selalu nyusahin kita . " “ Maaf , Iqbal , ” lirih Acha bersalah . Iqbal menarik tangan Acha , menyerahkan jaketnya . “ Istirahat dan makan yang teratur . ” 136 AiBook Page number 137 Setelah itu , Iqbal berjalan kembali menuju ruangan khusus . Lagi dan lagi , pria itu meninggalkan Acha sendiri . “ Kenapa rasanya sangat susah sekali buat menyerah . Kenapa seolah Iqbal ngasih harapan ke Acha , " lirih Acha lemah . “ Apa cuma Acha yang ngerasa terlalu kepedean dengan sikap Iqbal barusan . " Acha memukul kepalanya sendiri , menyadarkan dirinya . " Sadar , Natasha ! ! Iqbal nggak pernah suka sama lo . Dia cuma khawatir timnya kacau gara - gara lo ! Iqbal itu memang baik orangnya ! Sadar ! Sadar ! " Kamu dan harapan tentangmu adalah dua hal yang sama - sama ingin kulupakan . 137 AiBook Page number 138 PENYESALAN AMANDA dan Rian bergidik ngeri melihat pemandangan di hadapan mereka saat ini . Sejak Acha memutuskan untuk menyerah mengejar Iqbal , gadis ini jadi sering uring uringan , menangis tak jelas tertawa - tawa tak jelas , intinya semua serba tak jelas . Acha meminta Amanda untuk menemaninya makan di restoran dekat rumah sepulang sekolah , dan Amanda mengajak Rian untuk mengantarnya . Amanda dan Rian hanya menelan ludah melihat Acha menarik piring keempatnya , melahapnya dengan semangat memburu . " Cha . . . , " panggil Amanda , nada suaranya melirih . Acha tak menjawab , la fokus menunduk dan menghabiskan makanannya secepat mungkin . " Lo udah habis empat piring , nggak kasihan perut lo ? ” tanya Amanda memperingati . Acha menggeleng tegas . “ Mencoba melupakan rasa cinta ke seseorang yang sangat



kita sukai butuh tenaga ekstra , Nda ! Makanya Acha juga harus makan dobel ekstra ! ” Amanda tak dapat menjawab , ia melengos pasrah membiarkan sahabatnya itu melakukan apa pun sesukanya . Meski begitu , Amanda tahu bahwa Acha sangat tersiksa dengan perasaannya sendiri . Drtt . . . Drttt . . . 138 AiBook Page number 139 Kedua mata Amanda dan Rian teralih ke layar ponsel Acha ang menyala , mereka saling bertatapan sejenak . Nama Juna tertera jelas di sana . A " Noh , Si Juna nelepon lo ! " ucap Amanda menunjuk ponsel Acha . Acha melirik sekilas , lalu kembali fokus makan . " Biarin aja ! " jawab Acha acuh tak acuh . Amanda menghela napas pelan . “ Juna beneran suka sama lo , Cha . Kasih dia kesempatan , ” ucap Amanda mulai ceramah . “ Nunggu Acha move on dari Iqbal dulu , ” balas Acha . “ Halah ! Keburu gue sama Rian nikah , " cerca Amanda . Candaan Amanda barusan membuat Acha dan Rian langsung diam mematung , mereka menatap Amanda dengan kedua mata terbuka sempurna . “ Liatnya nggak usah kayak gitu juga kali lo berdua . Gue cuma bercanda ! ” Acha mendengus kesal . “ Mentang - mentang udah punya pacar sekarang . Acha diduain . Apa - apa ngajak Rian , " omel Acha . " Makanya lo jadian sana sama Juna , " balas Amanda tak mau kalah . Untuk " Acha nggak suka sama Juna , " jawab Acha cepat . “ Bukan nggak suka , tapi belum Cha , " tambah Rian . Amanda mendekatkan bangkunya , ia menatap Acha lekat . " Natasha , dengerin gue ! " } “ Iya , Acha dengerin , ” ucap Acha dengan mulut penuh makanan . " Gue akan kasih perbandingan antara Iqbal dan Juna , biar lo bisa mikir logis . ” Acha manggut - manggut saja . " Well , gue akuin Iqbal ganteng , pinter , suka menolong , tapi dingin sama cewek . Kasar dan kejam kalau sama orang yang suka sama dia . Sedangkan Juna ? Udah ganteng , ketua OSIS , lumayan pinter setau gue , dan pastinya baik banget sama lo ! ” Acha meletakkan garpu dan sendoknya bersamaan , nasi gorengnya sudah habis masuk ke dalam perut . Acha menyandarkan badannya ke bangku , perutnya terasa mau meledak . Ia sangat kenyang . “ Nda . . . , " panggil Acha lemah . 139 AiBook Page number 140 mas Amanda but ponsel Acha memedulikan “ Apa ? ” sungut Amanda Acha mengelus perutnya dengan wajah tanpa ekspresi . “ Sepertinya anak Acha mau lahir , ” ucap Acha ngaco . " Natashaa ! ! Gue keramasin juga lo di sini ! ” gemas An dengan tingkah sahabatnya itu yang tak pernah berubah . Drtt . . . Drttt . . . Ponsel Acha kembali berdering . Amanda merebut ponsel dan menerima panggilan tersebut . " Hallo . Kenapa , Jun ? " ucap Amanda seenak jidat . Tak memedi kedua mata Acha yang melotot sampai mau keluar . " Gue Amanda . Ini Acha lagi makan sama gue . Kenapa ? ” " Oh , lo mau jenguk Acha besok di rumah ? ” Amanda dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Acha . Godi itu berusaha meraih ponselnya , tapi Amanda dengan gesit meneni tangan Acha agar tak bisa menjangkau . “ Dateng aja , kata Acha nggak apa - apa . Besok langsung aja ke rumah Acha . Bye . " Amanda menutup sambungan telepon , ia tersenyum puas ke arah Acha .



" AMANDA GILA ! ! ! ” teriak Acha kesal setengah mati . Ia meraih ponselnya dengan raut penuh amarah . Amanda mengangkat bahunya , berlagak tak peduli . Menurutnya , ini salah satu jalan agar Acha bisa membuka hati untuk pria lain . Amanda hanya ingin Acha kembali bahagia dan tersenyum ceria seperti dulu . “ Ya ampun , Amanda . Acha itu nggak bisa buka hati buat Juna , " kesal Acha . " Bukan nggak bisa , tapi belum ! ” serempak Amanda dan Rian . Amanda menatap Acha tajam . “ Sekali aja , Cha . Gue mohon kasih Juna kesempatan . Coba buka hati lo , sedikit aja dulu , buat Juna . Please , ” pinta Amanda sangat memohon . Acha menghela napas berat , tak tega melihat wajah Amanda memelas seperti itu . Acha sadar bahwa Amanda sangat peduli dengan 140 AiBook Page number 141 dirinya dan ingin dia bisa kembali ceria . Ia pun mengangguk pasrah , mengiakan permintaan Amanda . " Iya , iya . Acha coba . ” Tubuh Amanda langsung menegak , kedua matanya terbuka sempurna begitu juga dengan bibirnya , tersenyum senang . “ Seriusan ? Lo mau nyoba buka hati buat Juna ? ” Acha mengangkat kedua bahunya , tersenyum paksa . “ Entahlah . Dijalani aja dulu . ” Amanda menyodorkan kedua jempolnya . " Gitu dong , " ucap Amanda semangat . “ Baru namanya Natasha ! " Acha menghela napas berat , pikirannya semakin penuh . Apa dirinya bisa membuka hati untuk orang lain ? Sementara dirinya masih memiliki rasa yang besar serta menaruh harapan untuk Iqbal . Acha sebenarnya masih tidak ingin menyerah . Iqbal keluar dari kelas , ia memilih pulang lebih sore . Ia tak langsung ke parkiran , tapi mampir sebentar ke toilet sekolah untuk mencuci muka agar merasa lebih segar . Iqbal masuk ke dalam toilet dan mendapati ada Juna di sana . Pria itu tengah mengganti seragamnya dengan pakaian biasa . Maklum saja , anak OSIS sering pulang malam . Iqbal bersikap biasa saja , tak memedulikan kehadiran Juna . Iqbal mendekati wastafel , lalu menyalakan keran dan mencuci muka . Mereka berdua sama - sama diam , tak saling menyapa . Hingga akhirnya , suara berat Juna memecah keheningan di antara keduanya . " Gue denger perlombaan kalian tinggal dua hari lagi . Good luck , " ucap Juna basa - basi . " Thanks , ” balas Iqbal seadanya . Juna tersenyum kecil . “ Lo tau , kan , Bal . ” " Apa ? ” " Gue suka sama Acha . " 141 AiBook Page number 142 vataannya ia tahu Iqbal menganggukkan kepalanya , memang kenyataan soal berita tersebut . Tidak perlu dimungkiri . “ Lo sendiri gimana ? " “ Apa ? ” “ Lo suka sama Acha ? ” “ Nggak , ” jawab Iqbal cepat . “ Serius ? Lo nggak ada rasa sedikit pun ke Acha ? ” “ Iya . ” Juna menganggukkan kepala , senyum di bibirnya semal . mengembang . Ia tampak senang mendengar jawaban Iqbal . " Oke , kalau gitu gue semakin yakin buat berjuang dapetin b . Acha . Gue yakin , gue bisa gantiin lo di hati dia , ” jelas Juna . “ N . apa - apa , kan , kalau gue dan Acha pacaran ? ” Iqbal membasuh tangannya dengan tisu , kemudian membuang di tempat sampah . " Terserah . ” Setelah itu , Iqbal berjalan keluar begitu saja . Ia tak ingin melanjutkan perbincangan dengan Juna . Menurut Iqbal , apa yang disampaikan Juna tidak ada sangkut paut dengan dirinya , tidak penting .



Iqbal memasukkan motor vespanya ke halaman rumah . Ia baru sampai saat petang . Iqbal tidak langsung pulang , ia berputar - putar tidak jelas di jalanan . Entahlah , pikirannya sedang terasa kacau . Iqbal masuk ke dalam rumah , suara ramai terdengar di ambang pintu . Sepertinya anggota keluarganya sedang berkumpul . Benar saja , Iqbal mendapati Ando , kakak sulung Iqbal , sedang berbincang dengan papanya di ruang tengah . Iqbal pun menyalami mereka . “ Tumben jam segini baru pulang ? " tanya Ando . “ Dia lagi persiapan Olimpiade di Malang , ” jawab Mr . Bov membantu Iqbal . Iqbal mengambil duduk di sebelah kakaknya . 142 AiBook Page number 143 “ Kenapa wajah lo suntuk gitu , Bal ? ” heran Ando . Nugak apa - apa , capek , " jawab Iqbal , merebahkan tubuhnya . “ Masuk sana ke kamar , mandi biar seger , ” suruh Ando . Namun , bukan Iqbal yang tergerak menuruti perintah Ando , melainkan Mr . Bov yang tiba - tiba berdiri . “ Papa masuk ke kamar dulu , va . Baru ingat , Papa belum mandi , ” potong Mr . Bov dengan senyum tak berdosanya . Iqbal dan Ando menatap Papa mereka , geleng - geleng kepala melihat tingkah Mr . Bov yang terkadang aneh . Ando kembali memandang adik bungsunya . Ia menepuk pelan bahu Iqbal . “ Kenapa ? Putus sama pacar lo ? ” tanya Ando sok menghibur . “ Gue nggak punya pacar . ” “ Kalah lo sama si Bejo . Dia aja udah mau engagement sama si Mirna , ” ledek Ando . Iqbal menoleh , melirik kakaknya dengan senyum meremehkan . " Lo ngatain gue , apa ngatain diri lo sendiri ? ” balas Iqbal tajam . Ando langsung terdiam untuk waktu yang lama . Sementara Iqbal tersenyum sangat puas . Namun , beberapa detik kemudian , Ando memulai aksinya lagi . “ Lo sebenarnya kenapa ? Ditolak gebetan lo ? ” tanya Ando semakin gencar . “ Nggak . ” " Terus kenapa ? Cewek yang lo incar ternyata suka sama orang lain ? ” “ Nggak , Kak , ” jawab Iqbal mulai kesal . " Apa cewek yang suka sama lo udah nyerah buat ngejar lo ? ” Iqbal refleks mendecak sebal , mood - nya semakin buruk . Iqbal menegakkan tubuhnya , kepalanya tertoleh lagi untuk menatap Ando . " Gue sedih , Kak , ” ucap Iqbal datar . " Sedih ? Kenapa ? ” Ando mulai bersemangat melihat Iqbal yang berubah serius . 143 AiBook Page number 144 k . Iqbal lagi - lagi adiknya yang sudah badan , bibirnya " Karena kakak tertua gue bakal jadi perjaka tua . " Ekspresi wajah Ando langsung berubah tak enak , labal membuatnya kehabisan kata kata . Ando menatap adiknya ya berdiri dan meninggalkannya begitu saja tanpa rasa bersalah sedikit " Gue bukan perjaka tua ! Gue PMH , perjaka muda hot ! " Iqbal menghentikan langkah tanpa membalikkan badan , bil tersenyum miring . “ PMH ? Perjaka malu hidup ? " ejek Iqbal seran kembali berjalan dan masuk ke kamar . " Sialan ! ” Ando tak mau kalah lagi , ia ingin membalas laba Ando berteriak kencang . " Kalau suka sama cewek bilang , Bal ! Jangan gedein gengsi . Awas nyesel kalau orangnya udah pergi ! Awas nyesel ! ! “ BERISIKK ! ! ! ” teriak Iqbal tak kalah kencang dari dalam kamarnya Iqbal menjatuhkan tubuhnya di atas kasur . Ia masih malas untuk melepaskan sepatu dan seragamnya . Ia terdiam , pandangannya menerawang kosong , menatap langit langit kamarnya . Suara pengakuan menyerah yang diucapkan Acha dan suara Juna yang ingin berjuang



mendapatkan Acha bercampur menjadi satu di otaknya . Iqbal merasa sedikit gusar , entah kenapa . Ia masih belum mengetahui jelas . Namun , ia mengakui bahwa dirinya sedikit terganggu dengan ucapan Juna tadi sore di toilet sekolah . Iqbal merogoh saku celana , melihat ponselnya . Tak ada notifikasi apa pun . Biasanya pada jam - jam seperti sekarang ini ada banyak spam chat yang dikirim Acha kepadanya . Namun , kali ini gadis itu tidak mengiriminya satu pesan pun . Iqbal menghela napas berat . “ Apa dia benar - benar udah menyerah ? " Iqbal perlahan memejamkan kedua matanya , mendinginkan pikirannya sejenak . Ia ingin meresapi sendiri definisi dari penyesalan 144 AiBook Page number 145 vang dikatakan oleh Ando barusan . Iqbal tak yakin , apakah saat ini dirinya sedang menyesali sesuatu atau hanya perasaan khawatir biasa . Penyesalan adalah awal dari terbentuknya puing - puing kesadaran yang terlambat . 145 AiBook Page number 146 SANDIWARA CINTA HARI yang dinanti akhirnya tiba , Olimpiade Sains Nasional tingkan SMA akan segera berlangsung . Iqbal , Acha , dan Dino sampai di Bandara Abdul Rachman Saleh , Malang , sejak pukul delapan pagi Acara tersebut akan dimulai pada pukul satu siang di SMA Arjuna . “ Dingin . . . , " rintih Dino mengerutkan tubuhnya . Suhu dingin empat belas derajat langsung menyambut kedatangan mereka . “ Malang emang kayak gini dinginnya , ya ? ” tanya Acha . Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaketnya . Dino menggelengkan kepala . “ Terakhir gue ke sini emang dingin sih , tapi nggak sedingin ini . Parah banget ini mah . Sumpah . ” Dino mengomel tak jelas . " Dinikmati aja , " timpal Iqbal . “ Lo sama Malang nggak ada bedanya , ” sergah Dino . “ Maksudnya ? ” tanya Iqbal tak paham . “ Sama - sama Dingin ! ” tajam Dino . “ Bener nggak , Cha ? ” Dino menyenggol lengan Acha pelan , meminta dukungan . " Iya , ” jawab Acha singkat . Iqbal menoleh sebentar , melihat ke arah Acha . Gadis itu memandang lurus dengan bibir yang tak bisa diam menahan hawa dingin Malang . Tak lama kemudian , mobil yang menjemput mereka datang . 146 AiBook Page number 147 “ Ayo , ayo , semua masuk . ” ajak Pak Bambang yang baru kembali setelah membeli minuman . Semua masuk ke dalam dan mobil pun beranjak menuju hotel yang telah disediakan pihak acara . Mereka akhirnya sampai di sebuah hotel bintang lima bernuansa putih dengan pemandangan di sekitar yang sangat indah . Bahkan , interior di sekeliling maupun di dalam hotel tak kalah menakjubkan . Pak Bambang kembali dengan membawa empat kartu identitas dan tiga key card kamar hotel , yang langsung ia bagikan pada ketiga siswanya itu . " Kamar nomor 104 untuk Dino dan Iqbal , nomor 105 Acha , dan nomor 103 saya , " jelas Pak Bambang . " Kalian bisa istirahat dua jam , setelah itu kita berangkat ke tempat acara . Jangan lupa selalu pakai kartu identitas kalian selama di sini maupun di tempat acara nanti . ” “ Baik , Pak . ” Acha , Dino , dan Iqbal memakai kartu identitas mereka , lalu beranjak menuju ke kamar . Keadaan hotel cukup ramai . Para peserta dari berbagai kota terlihat berkeliaran dengan mengenakan kartu identitas masing - masing . Acha menatap dirinya di depan cermin , ia bingung harus menggerai rambutnya atau



menguncirnya . Ia mengambil karet rambut dan akhirnya memilih untuk menggulung rambutnya ke atas agar nanti tak merepotkannya saat lomba . " Oke , lupakan semua masalah tentang hati dan fokus ke Olimpiade . Semangat Natasha . Hari ini pasti menang ! ” Acha menyemangati diri sendiri sebelum keluar dari kamar . 147 AiBook Page number 148 Tepat pukul dua siang , Pak Bambang mengumpulkan ketiva muridnya untuk siap - siap berangkat ke tempat berlangsungnya Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA . Iqbal dan Dino sudah siap sejak sepuluh menit lalu di lobi bom Mereka menunggu Acha yang tak kunjung datang . “ Lo panggil Acha , sana . " suruh Dino ke Iqbal . “ Kenapa bukan lo aja ? ” " Nanti lo cemburu kalau gue yang manggil , ” goda Dino . Iqbal memberikan lirikan tajam . " Gue nggak punya pa . . . . " Dino tiba - tiba berdiri . “ Waah . . . . Bidadari akhirnya datang , " takjub Dino ketika memandang Acha yang berjalan mendekat . Iqbal ikut menolehkan kepala , mengarah ke sosok yang ditatap Dino . Iqbal dibuat tak berkedip untuk beberapa saat , ia mengakui kecantikan Acha yang di atas rata rata . Bahkan , beberapa peserta yang melewati mereka pun terdengar berbisik bisik dan tersenyum melihat Acha . " Lo mau ikut kompetisi Sains atau kontes kecantikan , Cha ? " tanya Dino geleng geleng . Acha mengerutkan kening , bingung dengan maksud pertanyaan Dino . Lebih tepatnya , ia tidak sadar bahwa dirinya telah membuat banyak orang terpukau dengan kecantikannya . “ Mana Pak Bambang ? " tanya Acha . " Udah di dalam mobil , " jawab Dino . “ Ayo kita ke sana . " Acha menganggukkan kepala dan berjalan duluan untuk keluar . Dino mencegah Iqbal yang akan beranjak . " Apa ? ” bingung Iqbal . " Lo seriusan nggak suka sama Acha ? ” “ Iya , ” jawab Iqbal tak perlu berpikir dua kali . Dino menaruh punggung tangannya di dahi Iqbal , tapi luu menepisnya dengan cepat . “ Lo nggak waras apa nggak doyan cewek , Bal ? Cewek secantik itu lo tolak . Nggak paham gue , ” gidik Dino ngeri . Iqbal menghela napas berat . " Kalau lo suka , pacarin sana , Iqbal dingin . 148 AiBook Page number 149 " Kalau nggak ada Dina di dunia ini , udah gue pacarin si Acha dari dulu , Bal . Nggak usah lo suruh udah gue ajak jadian tuh anak . Gue nikahin kalau perlu . " Iqbal tak segan menampar pipi Dino , menyadarkan pria itu . “ Lo yang nggak waras ! ” Acha membuka jaketnya , ia mulai risi dengan tatapan beberapa pasang mata yang terus memandanginya . Apa ada yang salah dengan seragamnya ? Atau wajahnya ? Acha menoleh ke samping , melihat Iqbal . Ia menggigit bibirnya , ragu . " I . . . Iqbal , " tanya Acha memberanikan diri . “ Kenapa ? " balas Iqbal tanpa menoleh . Acha sedikit mendekatkan kepalanya ke telinga Iqbal . “ Kok , dari tadi Acha diliatin terus , ya , sama orang - orang . Emang di wajah Acha ada sesuatu , ya ? ” tanya Acha dengan lugunya . Kemudian , ia kembali memundurkan kepalanya . " Iya ada , ” jawab Iqbal singkat . " Apa ? ” Acha makin penasaran . Iqbal menggerakkan kepalanya , kali ini ia menatap Acha dengan sangat lekat . Iqbal tersenyum kecil . “ Can . . . . " “ Bal , Cha , ayooo ! Udah waktunya masuk ke dalam , " teriak Dino buru - buru . Iqbal diam , memilih tak menyelesaikan ucapannya . " Apa , Iqbal ? ” tanya Acha menunggu . “ Dino udah manggil . Ayo ke sana , ” ajak Iqbal . Acha mengangguk pasrah , walaupun masih penasaran dengan kalimat yang akan



diucapkan Iqbal kepadanya . Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA diikuti 189 peserta , yaitu terbagi dalam 63 tim yang masing - masing beranggotakan 3 orang siswa 149 AiBook Page number 150 ia . Ajang tersebut akan dalam bentuk pertama ini , hanya babak selanjutnya di ipersilakan kembali SMA perwakilan dari berbagai kota di Indonesia . Ajang - dilaksanakan selama dua hari . Soal yang akan diberikan pada hari pertama bisa dala esai ataupun pilihan ganda . Pada penyisihan babak pertama i peringkat 1 sampai 10 yang berhak melaju ke babak sela hari kedua . Sementara 53 tim yang tereliminasi dipersilakan ke kota masing masing . Iqbal , Acha , dan Dino duduk di bangku yang telah disedi Mereka sudah siap , memegang bolpoin masing - masing . " Ingat , kita nggak tau soalnya esai atau pilihan ganda . k . pilihan ganda , jangan terburu - buru mengerjakannya . Kalau ada com yang nggak bisa , lingkari dan loncati dulu , ” pesan Dino . “ Ayo berdoa lagi sama - sama , " ajak Dino . Iqbal dan Acha mengangguk mengikuti aba - aba Dino . Mereka berdoa menurut kepercayaan masing - masing . Lembar soal dan lembar jawaban berada di hadapan mereka bertiga dalam keadaan terbalik . Mereka menunggu aba - aba untuk mulai mengerjakan . Hingga akhirnya suara sirene berbunyi dan mereka diperbolehkan mengerjakan . Dino membuka soal dengan hat - hati . Ada lima lembar soal di tangannya . Dino tersenyum takjub , tak kurang 150 soal pilihan ganda harus mereka kerjakan . Dino menyerahkan masing - masing dua lembar soal kepada Acha dan Iqbal , sedangkan satu lembar soal lainnya beserta lembar jawaban adalah bagiannya . Dino menatap Acha dan Iqbal . “ Kerjakan sekarang dengan teli dan hati - hati . Semangat ! ” Mereka bertiga langsung fokus memahami soal demi soal , tangan mereka tak berhenti mencoret - coret kertas kosong yang digun untuk menghitung . Napas mereka berderu cepat , keringat terus mcm meskipun ruangan ini dilengkapi sejumlah pendingin udara . 150 AiBook Page number 151 Dua jam berlalu , tinggal satu jam lagi perlombaan hari pertama ini akan selesai . Kelincahan tangan Iqbal memang tak tertandingi , ia terlihat begitu tenang dalam mengerjakan soal . Sudah sekitar tiga puluh lima soal berhasil ia jawab . Iqbal berhenti mengerjakan , meregangkan otot - otot jarinya sejenak . la menoleh ke samping memandang Acha dan Dino bergantian . Keduanya masih sangat fokus . Iqbal tersenyum senang melihat kobaran semangat dari Acha dan Dino . " Ah . . . , " ringis Acha tiba - tiba berhenti mengerjakan . Iqbal mengerutkan kening , sedikit kaget melihat Acha tiba - tiba mengangkat kepala , memundurkan tubuhnya seraya memegangi hidung yang kembali mengeluarkan darah . Acha mendesis kesal . Kenapa di saat yang tidak tepat seperti ini . " Lo nggak apa - apa ? ” tanya Iqbal berusaha tetap tenang . “ Nggak apa - apa , ” jawab Acha lemah . Iqbal mengedarkan pandangan , mencari apa pun yang bisa digunakan untuk membersihkan darah di sekitar hidung dan tangan Acha . Namun , Iqbal tak menemukannya . Iqbal akhirnya memilih untuk melepaskan dasinya . Tak peduli bagaimana nasib dasinya nanti , ia menggunakannya untuk membantu membersihkan darah Acha . “ Masih keluar ? ” tanya Iqbal . The othe Dino berhenti mengerjakan karena mendengar suara ribut di sampingnya . Dino menoleh ke samping dan langsung kaget .



“ Cha , lo kenapa ? ” Iqbal memandang Dino tajam . “ Lo nggak usah banyak tanya , cepet kerjain soal lo sampai selesai dan ambil soal Acha yang belum selesai , ” perintah iqbal . Dino mengangguk ragu . Tapi ia menurut saja dan kembali mengerjakan soalnya . “ Acha masih bisa ngerjain , kok , " lirih Acha . e “ Berhentiin dulu mimisannya , baru kerjain lagi . ” 151 AiBook Page number 152 duliin Acha , Acha menganggukkan kepala . “ Iqbal nggak usah peduliina lanjut kerjain soal Iqbal aja , nanti nggak cukup waktunya . ” " Cukup buat gue . " Dua orang panitia mendekati bangku SMA Arwana , me apa yang terjadi dengan Acha . “ Kamu kenapa ? Sakit ? " tanya Arwana , mengecek satu panitia . Acha menggelengkan kepala pelan . Ia melepaskan pegangan hidungnya secara perlahan dan syukur darahnya tak keluar lagi Acha berbisik kepada Iqbal . “ Mintain tisu basah , Iqbal , ” pinta Acha Iqbal mengangguk mengiakan . “ Maaf , Kak , teman saya mimi tapi sekarang udah nggak apa - apa . Boleh minta tisu basah ? ” “ Benar tidak apa - apa ? ” " Iya tidak apa - apa kok , Kak , ” jawab Acha sungguh - sungguh . " Baiklah , saya ambilkan dulu tisunya . ” Tak lama kemudian , panitia itu kembali memberikan sebungkus tisu basah kepada Acha . Dengan cepat Acha menerimanya dan segera membersihkan bekas darahnya . Iqbal pun membantu Acha . “ Lo beneran nggak apa - apa ? ” tanya Iqbal di sela aktivitasnya membantu Acha . E " Iya . " “ Lo masih sakit ? " “ Nggak , kok , " elak Acha cepat . Padahal kepalanya mulai terasa berat , tapi Acha sekuat tenaga menahannya . “ Masih sanggup ngerjain ? ” “ Acha masih sanggup , ” jawabnya teguh . “ Kurang berapa ? " " Sembilan belas soal . " “ Kerjain lima soal aja , sisanya biar gue yang kerjain . " “ Nggak usah , nanti waktunya nggak cukup . ” Iqbal membuang bekas tisu di tangannya , ia menatap Acha leko " Cukup ! ” tajam Iqbal . " I . . . iya , Iqbal , ” lirih Acha menurut . 152 AiBook Page number 153 Setelah itu , mereka kembali mengerjakan soal . Acha berdoa wam hati agar mimisannya tidak muncul lagi . Sementara Iqbal mulai ongeriakan dengan kecepatan dua kali lipat daripada sebelumnya , kedua tangannya bergerak dengan lincah . “ Bal , gue udah selesai ngerjain soal gue , tinggal salin semua jawaban kita . " “ Cepat salin , " suruh Iqbal . “ Gue kerjain sisa soal Acha . " “ Soal lo udah selesai ? ” “ Sisa dua soal . ” “ Oke . Kalau gue udah isi kertas jawaban , gue bantu lo . " " Iya . " Acha mendengus sebal mendengar percakapan keduanya , ia merasa bersalah karena merepotkan keduanya dan tidak bisa maksimal di detik terakhir seperti ini , detik detik yang menentukan . " Terus Acha ngapain ? Acha masih sanggup , kok . ” " Lo diem aja , " jawab Iqbal seraya terus mengerjakan soal . Acha lagi - lagi cuma bisa mengangguk menurut . Ia merasa kepalanya mulai panas dan semakin pusing . Kelelahan adalah faktor utamanya , Acha memforsir dirinya untuk perlombaan penting ini . Dino mengangkat kepala , melihat jam besar yang terpasang di depan . Masih ada lima belas menit lagi sebelum sirene berbunyi .



“ Bal , udah selesai ? ” tanya Dino . “ Sembilan lagi , ” jawab Iqbal . “ Gue masih kurang enam , kayaknya nggak cukup waktunya . " " Kerjain sebisanya , " ucap Iqbal dan diangguki oleh Dino . Acha buru - buru mengambil bolpoinnya dan menarik kertas yang ada di depan Dino . “ Acha bantu juga sebisa Acha . " Dino diam , ragu untuk menjawab . Ia takut jika Iqbal marah kepadanya karena membiarkan Acha kembali mengerjakan . " Janga diem aja , Dino . Ayo kerjain ! ” ucap Acha menyadarkan . Dino mengangguk cepat dan kembali fokus ke kertas soal 153 AiBook Page number 154 meneliti lembat lima soal yang Sirene berbunyi lantang tepat keti pat ketika Dino selesai meneliti jawaban . Mereka tidak menyelesaikan semua soal , ada lima tidak sempat mereka kerjakan karena keterbatasan waktu . Dino menghela napasnya , menyandarkan tubuh . Tatapanny kosong . “ 150 soal , 3 jam ? Gila ! ” serunya seraya memegangi , la hampir muntah karena soal - soal tadi . “ Menurut kalian Cha ? Bal ? ” Tak ada jawaban dari keduanya , Dino menoleh ke sampi tidak menemukan siapa pun . Ke mana kedua temannya itu ? : segera bangkit , mencari Acha dan Iqbal yang menghilang duluan emegangi perut kalian gimana , eh ke samping dan Dino akhirnya menemukan Iqbal dan Acha yang sudah ada di luar bersama Pak Bambang . Dino berjalan mendekat . “ Acha kenapa ? " tanya Dino melihat Acha duduk sembari memejamkan kedua mata dan menyandarkan punggungnya ke dinding , “ Dia kelelahan . Barusan muntah banyak , ” jawab Iqbal . " Iya lah , soal sebanyak itu siapa yang nggak mau muntah ! Gila panitianya ! " “ Bapak tanya dulu ke panitianya , apa kita sudah boleh kembali ke hotel . Biar Acha bisa istirahat , ” pamit Pak Bambang meninggalkan murid - muridnya sebentar . Dino duduk di sebelah Acha , menatap wajah gadis itu . “ Sakit aja tetep cantik , ya . ” Iqbal berdeham kasar , membuat Dino langsung menatapnya . “ Kenapa ? Nggak terima ? Katanya bukan pacar lo ! " cerca Dino . “ Emang bukan , ” jawab Iqbal tenang . an , jawab Iqbal tenang . " Terus kenapa ? ” “ Mau gue telepon Dina ? ” “ Jangan , jangan , Bal ! Gue nggak akan deket - deket Acha lagi : Ampun . ” Dino buru - buru bangun dari duduknva dengan ceng tak berdosanya . 154 AiBook Page number 155 Iqbal diam , kedua matanya tak beralih sedikit pun dari wajah pucat Acha . Gadis itu terlihat sangat lelah , bahkan seragamnya sedikit botor bekas darah . Iqbal kasihan melihatnya . Tak lama kemudian , Pak Bambang kembali dengan senyum lega . “ Ayo kita kembali . Bapak sudah minta izin ke pantia . Kita bawa Acha ke rumah sakit dulu . Bapak khawatir dengan kondisinya , " jelas Pak Bambang . " Iya , Pak , " seru Iqbal dan Dino . “ Bangunkan Acha , kita ke mobil sekarang . " Iqbal membangunkan Acha . Dia membantu gadis itu berjalan menuju mobil . Acha langsung dilarikan ke UGD karena kondisinya yang semakin lemah . Di rumah sakit , Acha harus menjalani serangkaian tes . Ia pun hanya bisa berbaring dengan pasrah , tenaganya hampir habis dan tubuhnya pun mulai kedinginan . “ Pak Bambang , Acha nggak mau diopname . Acha bakal baikan kok besok , kalau udah minum obat . Acha tidur aja di hotel , ” pinta Acha . " Tapi , Cha , kalau dokter nyuruhnya kamu diopname dulu . . . " “ Acha nggak mau . Acha nggak mau , Pak . Acha nggak tenang kalau di sini , ” kukuh Acha . Pak Bambang menatap Acha sebentar , gadis itu tampak begitu memohon . Beliau pun



menganggukkan kepala , menuruti . Hasil tes laboratorium Acha akhirnya keluar dan Acha juga diperbolehkan pulang . Dokter berkata bahwa Acha tidak perlu sampai diopname , yang terpenting Acha tidak boleh sampai kelelahan lagi . Setelah menebus obat , mereka semua bergegas untuk kembali ke hotel . 155 AiBook Page number 156 atnya , " ucap Pak " Kita makan dulu , biar Acha bisa minum obatnya , " uca mbang , yang diangguki murid - muridnya . Pak Bambang mengajak ketiga muridnya makan di salah di salah satu restoran seafood . " Maaf , Pak Bambang . Acha makan di dalam who makan di dalam mobil aja , ya . Acha nggak kuat jalan lagi , ” lirih Acha . " Iya , kamu tunggu di sini . Nanti bapak belikan makanan kamu . Kamu tidur dulu saja , " jawab Pak Bambang . “ Terima kasih banyak , Pak . Maaf Acha merepotkan lagi . ” " Tidak apa - apa , Natasha . Kamu cepat sembuh , ya . ” " Iya , Pak . ” Pak Bambang , Iqbal , Dino , dan sang sopir turun dari mobil . meninggalkan Acha sendirian di dalam mobil dengan mesin yang sengaja tetap dihidupkan . Mereka memesan makanan untuk dimakan di tempat . S Setelah tadi memilih menu , pesanan mereka akhirnya datang satu per satu . Pak Bambang mengedarkan pandangannya pada masakan masakan yang terhidang di atas meja . “ Mana punya Acha ? ” tanya Pak Bambang . " Ini , Pak , " jawab Dino memberikan piring di tangannya ke Pak Bambang . “ Bapak kasihkan dulu ke Acha . ” “ Biar Iqbal aja , Pak , " potong Dino cepat . “ Iqbal tadi bilang kalau dia nggak lapar . Jadi , Iqbal aja yang berikan ke Acha . Pak Bambang makan aja , ” lanjutnya berusaha meyakinkan Pak Bambang . Sementara Iqbal hanya bisa mengumpati Dino dalam hati , tangannya ia urungkan untuk mengambil sendok dan garpu . Padahal , dirinya sudah lapar bukan main . “ Beneran kamu yang mau berikan ke Acha , Bal ? Kamu nggak mau makan ? ” 156 AiBook Page number 157 " Iya , Pak , Iqbal aja . Iqbal masih kenyang katanya , " jawab Dino lebih cepat . “ Benar kan , Bal ? ” Iqbal mengangguk pasrah . Dia tak bisa membantah karena mereka sedang di depan Pak Bambamg . Pak Bambang menganggukkan kepalanya , memberikan piring tersebut kepada Iqbal . “ Terima kasih , Bal . ” “ Sama - sama , Pak , " jawab Iqbal pasrah . Dino menepuk - nepuk punggung Iqbal menyemangati , Iqbal melirik Dino tajam . Temannya itu memang selalu suka mengerjainya . Iqbal pun mau tak mau menyerahkan piring itu ke Acha . Menunda memberikan makan ke cacing - cacing di perutnya yang meronta tak keruan . Iqbal membuka pintu mobil dan masuk ke dalam . Ia melihat Acha yang tengah tertidur pulas dengan tangan memeluk tubuhnya sangat erat . Iqbal menutup terlebih dahulu pintu mobil pelan - pelan agar Acha tak kaget . " Cha . . . , ” panggil Iqbal . Tak ada jawaban , Acha masih memejamkan matanya . “ Natasha . . . , " panggilnya sekali lagi . Perlahan Acha membuka matanya yang terasa berat , menemukan Iqbal di sebelahnya . Ia berusaha untuk menegakkan tubuhnya , tapi sangat susah . Energinya begitu lemah . Acha menggelengkan kepala , bibirnya kelu tak dapat digerakkan . " Makan dulu , " suruh Iqbal . “ Badan Acha lemes banget , " lirih Acha . Acha mengambil piring dari tangan Iqbal dengan hati - hati , menaruhnya di atas paha agar tak jatuh dari tangannya . Dengan sisa kekuatannya , Acha makan dengan



begitu perlahan . Iqbal menatap Acha tak tega , gadis itu kesusahan untuk sekadar menggerakkan sendok sampai ke dalam mulutnya . Ia pun menarik 157 AiBook Page number 158 k kata , sedangkan dok di tangan sendok dan mengambil piring Acha tanpa banyak kata Acha menoleh ke arah Iqbal dengan pandangan bingung . “ Acha be . . . belum selesai makan . " Tak ada jawaban dari Iqbal , ia sibuk dengan sendok di kanannya . “ Buka mulut lo , ” suruh Iqbal datar . " Eh ? ” Acha masih tak mengerti . " Gue suapin , ” timpal Iqbal . Acha diam untuk beberapa detik , mencerna baik - baik . “ Ken tanya Acha , tatapannya berubah sendu . " Apa ? ” “ Kenapa Iqbal nyuapin Acha ? ” " Bisa dua jam di sini nunggu lo selesai makan . Gue capek pengin cepat balik ke hotel , ” jelas Iqbal tak ada lembutnya . Acha tersenyum masam . “ Acha ngerepotin , ya ? ” tanya Acha bersalah . " Sangat . ” “ Maaf , Iqbal . ” " Cepet buka mulut lo . ” Acha mengangguk singkat , perlahan membuka mulut , membiarkan Iqbal menyuapinya meski hatinya terasa pedih . Perkataan Iqbal tadi begitu menusuk . Pria itu tampaknya memang tak pernah ada rasa kepadanya . Iqbal degan sabar menyuapi Acha sesendok demi sesendok . Ia terus saja memandangi Acha , sedangkan gadis itu tak berani membalas tatapannya . “ Acha udah kenyang , " ucap Acha tak berselera lagi . Iqbal meletakkan piring sisa makanan Acha , lalu meraih botol air mineral dan obat dari dokter tadi , memberikannya kepada Acha . " Minum obat lo , " suruh Iqbal . " Iya , Iqbal . Makasih . ” Acha meminum obatnya dengan tangat bergetar . Ha sekitarnya terasa sangat dingin . Bahkan , ia sempat menggigil bebera saat sebelum Iqbal masuk ke dalam mobil . 158 AiBook Page number 159 “ Iqbal , bisa tolong Acha lagi ? ” pinta Acha . " Apa ? ” “ Matiin AC mobilnya , Acha kedinginan . ” Iqbal memperhatikan wajah Acha , benar saja bibir gadis itu berubah warna sangat pucat . Iqbal mematikan mesin mobil yang sedari tadi dinyalakan . " Makasih , Iqbal . ” " Iya . " Acha tak memedulikan keberadaan Iqbal lagi , ia tak peduli jika pria itu masih di sampingnya atau beranjak keluar . Acha memilih kembali istirahat , memejamkan kedua matanya yang terasa begitu berat . Namun , Acha tiba - tiba kembali membuka matanya , melihat ada jaket yang tampak familier menyelimuti tubuhnya . Acha merasakan jantungnya tiba - tiba berdetak cepat . “ Masih dingin ? ” Acha sedikit kaget mendengar pertanyaan itu , ia mengira Iqbal sudah keluar dari mobil . Perlahan Acha menggerakkan kepalanya , menoleh ke samping , Iqbal masih di sana . Tatapannya seperti biasa , tenang dan sulit diartikan . " Masih , ” jujur Acha . Kali ini yang dilakukan oleh Iqbal membuat kedua mata Acha terbuka sempurna . Acha meneguk ludahnya susah payah , melihat kedua tangannya digenggam erat oleh Iqbal . Acha menghela napas lemah , ia menatap Iqbal lagi dengan sorot mata tak mengerti . " Kenapa Iqbal lakuin ini ? ” tanya Acha meminta penjelasan . . " Apa ? ” TART “ Kasih jaket dan perhatian ke Acha ? ” “ Lo sakit . ” Acha berusaha menarik tangannya , tapi Iqbal mempertahankan genggamannya , bahkan lebih erat . “ Iqbal kenapa genggam tangan Acha ? ” tanya Acha tak ingin menyerah ,



tapi Iqbal diam tak menjawab . “ Kenapa ? ” ulang Acha . an . 159 AiBook Page number 160 n kembali istirahat 2 . ia masih tak “ Karena gue ingin , ” jawab Iqbal terdengar sungguh - sungguh Acha merasakan tubuhnya semakin lemah , ingin kembali ic dan tidur . " Lepasin , Acha nggak mau salah paham , " tolak A . Kedua kalinya Iqbal tidak menuruti ucapan Acha , ia masih melepaskan genggamannya . Acha menyandarkan kepalanya , tak kuat lagi menyangganya . Beberapa kali Acha berusaha mengatur napas . r . juga memejamkan mata untuk menahan rasa sakit di kepala . “ Kenapa Iqbal selalu egois dan sesukanya sendiri . Iqbal nggak tau apa gimana sakitnya Acha harus jauhin Iqbal . ” Acha mulai seperti orang mengigau . “ Katanya Iqbal nggak suka sama Acha . Jangan kasih Acha harapan lagi . Acha mohon . ” " Cha , udah . Istirahat . ” “ Sumpah , Iqbal jahat banget . " “ Cha . . . . " Acha kembali membuka matanya , berusaha untuk menatap Iqbal . “ Iqbal . . . , " panggil Acha lemah . " Apa ? " " Acha boleh nyender ke Iqbal ? Acha pengin tidur , " pinta Acha . Iqbal diam , tak menjawab . “ Pasti nggak boleh , ya ? ” tebak Acha masam . “ Lupain permintaan Acha . " Kedua sudut bibir Iqbal sedikit terangkat , membentuk senyuman samar - samar . Tangan Iqbal menarik kepala Acha pelan - pelan dan menaruhnya tepat di dadanya . Acha tentu saja terkejut bukan main . Ia tak dapat berbohong bahwa sekarang jantungnya berpacu dua kali lebih cepat . Acha menggigit bibirnya , menahan kegugupan yang saat ini melandanya . Ia merasa lebih hangat . " Acha beneran tulus suka sama Iqbal , ” ucap Acha pelan . " Udah , Cha . " " Iqbal masih nggak suka , ya , sama Acha ? ” “ Cha , tidur . ” 160 AiBook Page number 161 Acha memejamkan kedua matanya yang terasa semakin berat , berusaha untuk istirahat dengan nyaman . “ Ka . . . kapan Iqbal suka sama Acha . . . ” Dan akhirnya , Acha pun benar - benar terlelap . Efek obat yang ia minum bekerja dengan cepat . Kantuk yang dirasa Acha setelah minum obat tak bisa lagi ditahan . Iqbal memandangi Acha yang tertidur pulas . Senyum Iqbal kembali terbentuk di bibirnya . Ia merapikan beberapa helai rambut Acha yang berantakan menutupi paras gadis di sampingnya . " Cantik . ” Jika sandiwara cinta yang sedang kamu lakukan saat ini , teruskanlah . Setidaknya aku bisa merasakan cintamu dalam angan singkat . 161 AiBook Page number 162 TERLALU CINTA PUKUL delapan malam , semua peserta Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA berkumpul di ballroom hotel untuk melihat pengumuman SMA mana saja yang berhasil masuk sepuluh besar dan bisa melanjutkan ke lomba hari kedua . Iqbal dan Dino sudah tak sabar menunggu hasil yang akan ditampilkan di layar proyektor besar . Acha dilarang Pak Bambang untuk ikut , ia meminta gadis itu untuk istirahat total . " Menurut lo kita masuk sepuluh besar , nggak , Bal ? ” tanya Dino gugup . Kedua tangannya tak berhenti berkeringat dingin . “ Masuk , ” jawab Iqbal yakin . " Demi apa ? ” “ Demi apa pun . ” “ Beneran ? Kalau nggak masuk gimana ? ” Iqbal menoleh , menatap Dino dengan tatapan penuh keyakinan . “ Iris kuping Glen ,



" jawab Iqbal asal . Dino mendesis sinis , jawaban Iqbal semakin membuatnya cemas . Apalagi melihat ketua pantia sudah membuka acara malam ini dan bersiap memberikan pengumuman . 162 AiBook Page number 163 Pintu ballroom hotel dibuka . Ekspresi bahagia sampai ekspresi muram tergambar jelas di wajah para peserta Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA yang keluar dari sana setelah melihat pengumuman . Pak Bambang menunggu kedua muridnya dengan gelisah , kepalanya tak berhenti bergerak mencari keberadaan Iqbal dan Dino yang tak kunjung keluar . A S Pak Bambang tersenyum lega ketika menemukan keberadaan Iqbal dan Dino . Ia melambai - lambaikan tangan meminta mereka untuk menghampirinya . " Gimana hasilnya ? ” tanya Pak Bambang tak sabar . " Masuk sepuluh besar , kan ? ” " Alhamdulillah iya , Pak , " jawab Iqbal tenang . Pak Bambang refleks bersorak senang . Hatinya langsung plong begitu mendengar kabar tersebut . Beliau tak henti - hentinya mengucap syukur . “ Bapak memang sudah yakin kalian pasti bisa melewati lomba hari pertama , ” ucap Pak Bambang sangat senang . Dino menyenggol lengan Iqbal , “ Lo nggak bisa lebih ekspresif gitu waktu bilang kalau kita masuk sepuluh besar ? Bahkan , kita ada di peringkat dua dari enam puluh tiga tim . Lo nggak seneng ? ” " Seneng . " Dino menunjuk wajah Iqbal . “ Kayak gini ekspresi seneng lo ? ” “ Hm . " “ Oke . Gue percaya ! ” kesal Dino tak ingin lagi memperpanjang percakapan dengan Iqbal . . Pak Bambang menepuk pundak Dino dan Iqbal dengan kedua mata menyorot binar - binar kebahagiaan . “ Malam ini kalian langsung istirahat dan tidur yang nyenyak . Pertarungan terakhir besok , kita pasti bisa membawa pulang sebuah piala , ” ucap Pak Bambang . " Iya , Pak , ” serempak Dino dan Iqbal . " Silakan kembali ke kamar kalian . ” Keduanya pun beranjak ke kamar untuk beristirahat . Mereka perlu mengisi energi untuk bertempur kembali esok hari . 163 AiBook Page number 164 Arjuna . Acha , Iqbal , Lomba hari kedua tetap diadakan di SMA Arjuna . Ach dan Dino menunggu nama SMA mereka dipanggil untuk anggil untuk masuk ke udara segar pagi ndisinya membaik at pucat , Acha yakin ia tak ingin menyerah dalam ruangan . Acha menarik napas dalam - dalam , menghirup udara se ini yang tidak akan ia temukan di Ibu Kota . Kondisinya n dengan cepat . Meskipun wajahnya masih terlihat pucat , Acha mampu untuk mengikuti lomba terakhir hari ini . Ia tak ingin m dan membebani kedua rekannya . " SMA Arwana , masuk , ” panggil seorang panitia berbaju merah Mereka bertiga segera ke dalam , diarahkan menuju meja y cukup besar dengan tiga bangku untuk mereka . Mata Iqbal menyar ruangan . Sepuluh meja seperti yang ada di hadapannya membentuk lingkaran , ada bel lampu berwarna merah di atas masing masin meja tersebut . Iqbal dapat memastikan bahwa lomba pada hari kedua ini adalah adu kecerdasan , kecermatan , dan kecepatan untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan yang akan diajukan oleh panitia ataupun juri . Semua peserta sudah masuk dan berada di tempatnya masing masing . Tiga puluh peserta dari sepuluh tim siap bertarung hari ini . Mata mereka semua menyorotkan kobaran semangat untuk menjadi pemenang . “ Baiklah , saya akan menjelaskan peraturan lomba hari ini . " Seorang pria paruh baya berkacamata berdiri di tengah lingkaran dengan kertas di tangannya .



“ Lomba hari ini diikuti sepuluh tim yang berhasil lolos dari lomba babak pertama siang kemarin . Sebelumnya , saya ucapkan selamat kepada sepuluh tim yang berhasil sampai ke babak kedua hari ini . ” Suara tepuk tangan memecah keheningan untuk beberapa detik . “ Sistem perlombaan kali ini adalah Final Champion . Sepuluh tim akan beradu kecerdasan , kecermatan , dan kecepatan untuk menjawab pertanyaan yang akan saya ajukan . ” 4 . 164 AiBook Page number 165 Iqbal tersenyum dalam hati , dugaannya seratus persen tepat . Ia menebak dengan benar bagaimana sistem perlombaan hari ini , yang menurutnya cukup unik dan berani . Beberapa peserta lainnya mulai heboh dan kaget mendengar sistem yang tak biasa itu . " Saya akan memberikan tiga puluh pertanyaan yang akan ditampilkan pada empat layar proyektor . Tim yang bisa menjawab , silakan pencet bel di atas meja . Bel yang menyala lebih dulu otomatis akan membuat bel tim lain tidak bisa menyala . Jadi , tidak akan ada kecurangan dan ketidakadilan di dalam perlombaan ini , ” jelas pria tersebut secara gamblang . " Ada empat juri yang akan mengawasi dan menilai perlombaan hari ini . Bagaimana ? Sudah mengerti ? ” “ Mengerti ! ” serempak seluruh peserta . " Baiklah , kita akan mulai Final Champion dalam hitungan mundur . Lima , empat , tiga , dua , satu ! " Sirene berbunyi dengan nyaring , menandakan lomba dimulai . Semua peserta mulai tegang dan bersiap . Acha meletakkan bolpoinnya , mengambil karet di saku seragamnya , kemudian menggulung rambutnya ke atas . Ia menyeka keringat yang membasahi lehernya . Acha mengangkat kepala dengan napas berderu , melihat ke layar proyektor untuk kesekian kalinya , membaca kembali soal terakhir tersebut dengan lebih teliti , berusaha memahaminya baik - baik . Final Champion sudah memasuki pertanyaan terakhir , soal ketiga puluh yang akan menentukan siapa pemenang Olimpiade Sains Nasional tingkat SMA tahun ini . Skor terbanyak sementara diraih oleh SMA Arwana yang berhasil menjawab enam pertanyaan . Posisi kedua ditempati SMA Merdeka dengan menjawab lima pertanyaan dan SMA Kartini menduduki posisi ketiga setelah menjawab empat pertanyaan . 165 AiBook Page number 166 enyelesaikan nnya . Mereka la menyodorkan ? Udah bener , kan ? " bel di hadapannya . sebentar ! " cegah un Dino ingin segera menyelesa Baik Iqbal , Acha , maupun Dino mg perlombaan ini , tak ingin ada skor imbang atau semacamnya . harus menang telak ! " Gue udah dapat jawabannya ! ” seru Dino semangat . Ia menyod kertas coretannya kepada Acha dan Iqbal . “ Gimana ? Udah bener “ Pencet belnya . Kita akan menang , " ucap Iqbal dengan yaki Dino tersenyum senang dan bersiap memencet bel di hadapa , Namun , tangan Dino dengan cepat ditahan Acha . “ Sebentar ! " Acha . " Kenapa ? Hitungan gue ada yang salah ? ” tanya Dino cemas “ Nggak ada , biar kerasa aja tegangnya , ” jawab Acha den wajah tak berdosa . “ Achaaaa . . . , ” desis Dino , tangannya terkepal gemas . Teeetttt ! Acha dan Dino terlonjak kaget mencari suara bel mana yang berbunyi , apakah mereka didahului ? Apakah mereka terlambat ? “ Jawabannya lima plus tujuh belas akar tiga . ” Acha dan Dino melongo menatap pria di samping mereka , siapa lagi kalau bukan Iqbal . Ia menekan bel tanpa aba - aba dan langsung menjawab begitu saja . “ Jawaban benar ! ” seru salah seorang juri mengangkat bendera bergambarkan



lingkaran hitam . Acha dan Dino langsung berteriak histeris saking senangnya . Dino refleks memeluk Acha dengan erat , meracau tidak jelas meluapkan kebahagiaannya . “ Cha , beneran kita menang , kan , Cha ? Kita juara pertama , kan , Cha ? Bener , kan , Cha ? ” . " I . . . iya , Dino . ” jawab Acha terbata - bata . Acha merasa oksigen di sekitarnya menyusut , Dino terlalu erat memeluknya . “ Dino , lepasin Acha . ” Iqbal menarik kerah Dino , menjauhkan pria itu dari Acha . Dhe tiba - tiba membalikkan badan dan berganti memeluk Iqbal . Acha bisa menahan tawannya melihat ekspresi kaget dan canggung tergambar di wajah Iqbal . 166 AiBook Page number 167 “ Kita menang , Bal ! Perjuangan kita berhasil , Bal ! " “ Lepasin ! " pekik Iqbal . “ Kita bawa piala , Bal ! Kita menang ! " “ Lepasin , Dino ! " “ KITA MENANG , BAL ! ! ! " SMA Arwana berhasil membawa pulang piala paling besar setelah mereka meraih juara pertama , sebuah kebanggaan besar bagi SMA Arwana . Sore ini , Acha , Iqbal , Dino , dan Pak Bambang sudah terbang kembali ke Jakarta . Mereka memilih untuk langsung pulang tanpa menyempatkan berjalan - jalan di Kota Malang . Mereka semua khawatir dengan kesehatan Acha . Acha memakai earphone , menarik tutup jendela kemudian terlelap . Lagu ' Terlalu Cinta ' dari Rossa menjadi pengiring Acha selama di dalam pesawat . Ia memutarnya berulang - ulang hingga sampai di Bandara Soekarno - Hatta . Jangan dekat atau jangan datang kepadaku lagi Aku semakin tersiksa karena tak memilikimu Kucoba jalani hari dengan pengganti dirimu Tapi hatiku selalu berpihak lagi padamu Mengapa semua ini terjadi kepadaku Tuhan . . . Maafkan diri ini Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya Namun . . . Apalah daya ini Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta . . . Dia . . . . hehe 167 AiBook Page number 168 MAAF , ACHA MENYERAH IQBAL melepaskan genggaman dari kopernya , pandangannya fokus ke layar ponsel . Ia tengah menunggu kakak sulungnya yang berani akan menjemputnya di bandara . Iqbal melakukan panggilan beberapa kali , tapi tak ada jawaban dari Ando . “ Iqbal . . . , " panggil Acha . Iqbal mengangkat kepala , melihat gadis yang tiba - tiba berdiri di hadapannya itu . " Kenapa ? ” Acha tersenyum kecil . “ Bisa ngobrol sebentar ? ” “ Hm . " Acha mengedarkan pandangannya , memastikan keberadaan Pak Bambang dan Dino jauh dari mereka berdua . Setelah itu , Acha fokus kembali ke Iqbal . “ Makasih , " ucap Acha tulus . “ Untuk ? " " Semuanya . " Kening Iqbal berkerut , sama sekali tak mengerti . Ia melihat Acha tersenyum dan beberapa kali mengembuskan napasnya . Gadis itu terlihat gugup . " Lo mau ngomong apa , sih , sebenernya ? " tanya Iqbal tak ingin basa - basi . Acha diam beberapa detik , sebelum membuka suaranya kembali . “ Iqbal tau , kan , Acha suka sama Iqbal udah lumayan lama . " 168 AiBook Page number 169 “ Tau . " labal nggak suka , kan , kalau Acha suka sama Iqbal ? ” “ Iya . ” " Iya . " S " Iqbal nggak pernah sedikit pun suka sama Acha , kan ? " “ Nggak pernah . " Jawaban Iqbal sangat menohok hati Acha . Dadanya terasa sesak , tapi ia berusaha tetap tersenyum di hadapan Iqbal . " Iqbal juga pernah bilang , kan , kalau Acha udah nyerah suka sama Iqbal , Acha harus bilang ke Iqbal . "



" Hm . " Sorot mata Iqbal berubah lebih tajam dan dingin . Ia mendadak ikut gugup menunggu bibir Acha bergerak lagi . “ Sekarang Acha ingin bilang soal itu ke Iqbal . ” " Apa ? " Acha berjalan satu langkah , menatap manik mata Iqbal lebih dalam . Acha tersenyum sangat manis . “ Acha nyerah , Iqbal , ” ucap Acha dengan berat . Kedua mata Acha memanas , tangannya terkepal kuat menahan getaran yang menjalar di sekujur tubuhnya . " Maaf , Acha nyerah buat dapetin hati Iqbal , " lanjutnya lirih . Acha terus memandang Iqbal yang masih diam , hanya kedua matanya yang tetap menyorot lurus dan dingin . Kesekian kalinnya Acha tidak bisa membaca apa yang ada di pikiran Iqbal , tentang arti dari tatapan itu . " Udah , kan ? Itu aja ? ” Tubuh Acha tersentak , tersadarkan akan pertanyaan Iqbal . " Hah ? ” bingung Acha . “ Lo cuma mau ngomongin itu , kan ? " " I . . . iya , Iqbal , ” jawab Acha terbata - bata . “ Oke , gue udah denger . ” Acha menghela napas berat , tak percaya dengan balasan acuh tak acuh dari bibir Iqbal . " Acha bilang , Acha udah nyerah , ” ulang Acha dengan nada lebih tegas , memperjelas lagi perkataannya . 169 AiBook Page number 170 matanya perlahan h buat dapetin nya berkaca - kaca . angkah membut enggak akan nyegah lo . " “ Oke . ” Kedua tangan Acha semakin terkepal kuat , air matanya berkumpul di pelupuk . “ Nggak ada kata selain itu ? ” " Nggak ada . ” . “ Iqbal beneran nggak apa - apa kalau Acha nyerah bua hati Iqbal ? " “ Lo berharap gue gimana ? ” tanya Iqbal dingin . “ Nyegah Acha , " jawab Acha jujur . Kedua matanya berkaca Iqbal memperhatikan Acha lekat , ia maju satu langkah m jarak di antara keduanya bertambah dekat . “ Gue nggak akan nyeo “ Kenapa ? " “ Lo tau jawabannya . " " Karena Iqbal nggak suka sama Acha ? ” " Iya . ” Acha menggigit bibir , meremas jemarinya . Dirinya dibuat mati kutu , sekarang ia bingung harus merespons bagaimana . Sikap tak peduli Iqbal begitu kuat , membuat hati Acha bertambah sakit dus kali lipat . Acha harus menerimanya , ia memutuskan lebih baik segera pergi dari hadapan pria tak punya hati ini . “ Kalau gitu , Acha pamit pulang , Iqbal . Tante - Mama udah nunggu Acha di parkiran . " " Iya . ” “ Iqbal hati - hati pulangnya . Sekali lagi terima kasih . ” " Iya . " Acha menarik napas kuat - kuat dan mengembuskannya cepat . Acha berusaha tetap kuat , ia yakin semuanya akan baik - baik saja . Acha berjalan menjauhi Iqbal , berpamitan dengan Pak Bambang dan Dino . Setelah itu , ia pergi menuju parkiran . Acha berjalan dengan langkah lunglai dan kepala tertunduk . berusaha mati - matian untuk tidak menangis , tapi tak bisa . Acha sekuat itu . Sikap dingin Iqbal sudah berada di luar batas kesabarannya , hati Acha tak mampu lagi menanggungnya . 170 AiBook Page number 171 Acha menangis tanpa suara . Ia terus berjalan diiringi air mata yang terus menetes di kedua pipinya yang pucat . “ Untung hati Acha buatan Tuhan , jadi nggak mudah rapuh . Coba kalau buatan manusia , pasti udah retak semua . ” Kirana kaget melihat Acha masuk ke mobil dalam keadaan menangis , suara isakannya perlahan terdengar .



“ Kenapa , Sayang ? Kenapa kamu nangis ? Bukannya kalian jadi juara pertama ? " tanya Kirana panik . Acha menggelengkan kepala , segera memakai sabuk pengaman . " A . . . ayo pulang , Tante - Mama . Acha ingin cepet sampai rumah , ” mohon Acha . “ Kamu kenapa ? Cerita sama Mama , Natasha . ” “ Acha mau pulang . Acha mau pulang , Tante - Mama , " isak Acha . “ Ayo pulang sekarang ! ! ” Kirana mengelus lembut rambut putrinya . " Iya , Sayang . Ayo kita pulang sekarang , " jawab Kirana menuruti , ia membiarkan putrinya meluapkan kesedihannya dulu , mungkin itu yang dibutuhkan Acha sekarang . Kirana melajukan mobil dengan kecepatan lebih dari biasanya agar segera sampai di rumah . Kirana bingung harus berbuat apa , Acha langsung masuk kamar dan menguncinya . Ia tidak diberikan kesempatan untuk bertanya ataupun menenangkan putrinya . Acha tak mau keluar dari kamar , hanya suara tangisnya yang terdengar . Kirana sangat khawatir . " Natasha , makan dulu Sayang , ” panggil Kirana . Kirana mengetuk pintu kamar Acha beberapa kali , sudah dua jam Acha menangis seperti itu , entah karena apa , Kirana tidak tahu . " Natasha , kamu bisa sakit . Makan dulu , Nak . ” 171 AiBook Page number 172 m lega . Pintu ambur memeluk lega Terdengar derap langkah ringan , Kirana tersenyum kamar Acha perlahan terbuka . " Tante - Mama . . . , " tangis Acha langsung menghambur me Kirana dengan sangat erat . Kirana membiarkan saja , membalas pelukan putrinya . Ia menyi rasa penasarannya , membiarkan putrinya meluapkan kesedihan dal . . pelukannya . Kirana mengelus rambut panjang Acha . " Udah , va nangisnya . ” Kirana berusaha menenangkan . Acha melepaskan pelukannya , menatap Kirana dengan isale . kecil yang masih keluar dari bibirnya . Kirana tersenyum melihat putrinya yang tampak berantakan . Kedua mata sembap , pipi puca dan rambut acak - acakan . “ Liat penampilan kamu , seperti anak gadis yang dicampakkan . ” ucap Kirana geleng - geleng . Tangis Acha langsung kembali kencang . “ Acha memang baru aia dicampakkan ! ” teriaknya sakit hati . " Upss . . . sorry . ” Kirana menyeringai tak berdosa . Toh , memang dirinya tak tau jika putrinya ini baru saja mengalami kejadian seperti itu . “ Siapa ? Iqbal lagi ? ” tebak Kirana . “ Iya . Iqbal nolak Acha lagi . ” " Lah , kamu udah tau ditolak , masih aja ngejar - ngejar . Kalau gitu yang salah siapa ? ” “ Acha , ” jawab Acha lemah . “ Tuh tau . ” " Tapi , Iqbal jahat sama Acha ! ” “ Jahatnya di mana ? ” “ Kok , Tante - Mama jadi belain Iqbal , sih ? ” " Bukannya gitu Sayang , tapi ya . . . . ” Kirana menggaruk tengkukn ) bingung bagaimana harus menjelaskan kepada putrinya . “ Iqbal pokoknya jahat ! Acha benci sama Iqbal ! " “ Yakin benci ? ” goda Kirana . “ Nggak lah ! ” teriak Acha kesal . “ Mana bisa Acha benci ha benci Iqbal . " 172 AiBook Page number 173 Kirana tertawa pelan , gemas dengan tingkah putri tunggalnya ini . “ Kalau gitu apa perlu Mama ke rumah Iqbal ? Beri pelajaran ke Iqbal biar nggak jahat lagi sama putri Mama ? Biar nggak buat putri cantik Mama ini nangis lagi ? ”



“ Ja . . . jangan . . . , " lirih Acha menggeleng pelan . “ Kenapa ? " “ Kasihan Iqbal . ” “ Katanya benci ? Katanya Iqbal jahat ? ” “ Ya . . . ya . . . tapi , kan , kasihan Iqbal nanti kalau Tante - Mama marahin . Kan , Iqbal nggak salah . ” Kirana mendengus , sekali lagi dibuat geleng - geleng kepala karena Acha . Kirana berpikir sebentar , mencari cara untuk menghibur putrinya . “ Gimana kalau kita makan di luar ? Sekalian Mama belikan boneka sapi baru buat kamu ? ” Kedua mata Acha terbuka lebar , mood - nya langsung naik seketika . Acha tersenyum lebar . “ Ayo Tante - Mama . Kita beli boneka sapi buat Acha . ” " Udah nggak sedih lagi ? ” Acha menghapus bercak air matanya cepat . “ Acha nggak sedih , kok . Beneran . Sumpah . Acha nggak nangis . ” Kirana tersenyum bahagia . “ Mandi dulu dan siap - siap . Mama tunggu . ” " Siaapp ! ! ” teriak Acha semangat . Acha bergegas membalikkan badan , tapi kemudian kembali berbalik lagi menghadap Kirana . “ Kenapa lagi ? ” tanya Kirana bingung . Acha tersenyum kecil seraya memeluk Kirana . “ Terima kasih , Tante - Mama . Acha sayang Tante - Mama . Walaupun Acha bukan anak kandung Tante - Mama , tapi Tante Mama selalu baik sama Acha . Makasih . " Kirana tersentuh mendengarnya . Ia melepaskan pelukan Acha . " Siapa bilang kamu bukan anak kandung Mama ? Kamu anak Mama , Natasha . ” 173 AiBook Page number 174 Mereka ninggalin " Bukan ! Acha nggak punya Papa sama Mama . Mereka nting sekarang , Acha Acha . " " Husshh ! ! Kok , ngomongnya gitu . " “ Emang bener , kan . ” Kirana mencubit pipi Acha pelan . “ Yang penting sekarang punya Mama Kirana . Ngerti ? ” “ Iya , Acha ngerti . Makasih , Tante - Mama . ” “ Sana ke kamar , siap - siap . ” Acha mengangguk dan beranial kamarnya . Kirana menatap punggung putrinya dengan tatapan sendu . " Mam akan selalu berusaha buat kamu bahagia , Natasha . ” Iqbal menurunkan koper dari bagasi mobil , pandangannya kosong sejak tadi . Pikirannya sedang beradu dengan hatinya . Iqbal merasa tidak tenang . Yah , karena kejadian di bandara tadi . Apalagi melihat Acha berkaca - kaca seperti itu . Apa dirinya sangat kejam ? " Kenapa , Bal ? ” tanya Ando melihat Iqbal melamun . Iqbal tersadarkan , cepat cepat menggeleng . “ Ngelamunin apaan ? Cewek ? Galauin cewek ? ” tanya Ando kepo . Iqbal tak menjawab , ia bergegas berjalan masuk ke rumah . " Kalau Kakak nanya itu dijawab ! ” teriak Ando . Iqbal menghentikan langkahnya , berusaha untuk sabar . la membalikkan badan , menatap kakak sulungnya . “ Tahun ini Kak Ando umur berapa ? ” tanya Iqbal . “ Kenapa memangnya ? ” “ Kalau Adik tanya itu jawab bukan tanya balik ! ” sengak 19 “ Sialan ! ” desis Ando kesal mendapatkan epic comeback dari back dari Iqbal . Iqbal tersenyum puas dan meneruskan langkahnya yang te meninggalkan kakaknya yang masih mencak - mencak tak ter halaman rumah . ya yang tertunda , tak terima di 174 AiBook Page number 175 Iqbal melemparkan kopernya begitu saja sesampainya di dalam kamar dan langsung mengempaskan tubuhnya di atas kasur . Iqbal mengembuskan napas berat , memandangi langit - langit atap berwarna putih . “ Kenapa gue jadi resah gini ? ” Tangan Iqbal bergerak , menyentuh dadanya . “ Detak jantung gue juga cepet banget , " lanjutnya .



Iqbal medecak pelan , tak paham dengan dirinya sendiri . Hati dan otaknya tak henti beradu membuat kepalanya bertambah pening . Sepertinya ia butuh tempat bercerita . Iqbal merogoh sakunya , mengambil ponsel . Ia membuka group chat dan tangannya mulai bergerak lincah di atas keypad ponselnya . IqbalGuanna : Lo berdua masih hidup ? IqbalGuanna : Ada yang ingin gue tanya . Tak kurang dari dua menit , Rian muncul . Ariandas : Gue masih napas . Tanya apa ? Disusul dengan Glen . Glen Anggara : Bentar gue masih ngitung bolpoin yang gue dapet di kelas X - A Iqbal menghela napas berat , otak kedua temannya ini benar - benar sudah geser beberapa senti dari tempatnya . Ia jadi agak ragu untuk bercerita kepada mereka . 175 AiBook Page number 176 Ariandas : Tanya apa woi , buruanl Gue mau sok sibuk nih . IqbalGuanna : Cireng Mbak Wati udah naik harga ? Ariandas : Monyet ! Gue kira apaan ! Gue udah fokus banget san relain nutup telepon Amanda GlenAnggara : Wuihhhh , perkembangan relationship - nya makin joss aja , Abang - Rian ! Ariandas : Ya iyalah , emangnya tetangga sebelah yang suka sok jaim nggak mau ngakuin perasaannya ! Gengsi aja tuh di gedeinl IqbalGuanna : Lo nyindir siapa ! Ariandas : Kok , jadi lo yang marah ! Lo ngerasa ? Glen Anggara : Sudah - sudah jangan berantem di sini ! Tidak baiki Iqbal meletakkan ponselnya , membiarkan saja notifikasi yana terus berbunyi . Ia tak ingin menggubris kedua temannya yang semakin ricuh di group chat . Iqbal kembali memandangi langit - langit kamarnya . Pikirannya masih terasa berat . " Apa bener yang barusan dibilang Rian ? ” Iqbal mulai bersuara sendiri . “ Apa mungkin gue suka sama Acha ? ” Iqbal diam sejenak , kembali berpikir . “ Kalau gue nggak suka , kenapa gue harus segelisah ini ? ” Ia mendengus kesal , mengacak - acak kepalanya frustrasi . " Pusing gue ! " Iqbal pun memilih memejamkan mata , berharap dengan terlelap ia akan melupakan segala penat yang ada di pikirannya . Ia sangat lelah dengan dirinya sendiri . Ia masih belum bisa memastikan perasaannya sendiri . Kepastian cinta bisa kamu dapatkan dengan memejamkan mata ! Jika yang muncul pertama kali adalah sosoknya , berarti kamu memang mencintainya ! Iqbal membuka kedua matanya dengan cepat . “ Kenapa yang keluar malah wajah Mbak Wati ? Sial ! ” 176 AiBook Page number 177 FUNGSI HAT DAN OTAK PAK Handoko mulai berkeliling untuk melakukan inspeksi dadakan . Para siswa yang mengetahui hal itu bergegas mencari tempat persembunyian paling aman , entah di toilet , UKS , bahkan di belakang stan Mbak Wati demi menghindari hukuman Pak Handoko . • " GLEN ! ! DASI , DASI ! ! ” “ IYA , PAK . SIAP ! ” “ JONO MANA JONO ? SUDAH POTONG RAMBUT APA BELUM ? " “ TUKANG CUKUR RAMBUTNYA TADI PAGI MASIH BOBO , PAK ! " “ TONO MANA ? RAMBUT KAMU KENAPA MASIH PANJANG ? ” “ SAMA KAYAK JONO , PAK . TUKANG CUKURNYA TADI MASIH MIMPI MANJA SAMA ISTRINYA ! ” “ REHAN , REHAN MANA ? JANGAN SEMBUNYI KAMU ! ! ” “ REHAN SEMBUNYI DI STAN MBAK WATI , PAK ! " “ DINO DAN DINA , POTONG KUKU KALIAN BERDUA ! ! ” “ IYA , PAAAKK ! ! ” Dengan bermodalkan penggaris panjang , sisir , dan gunting rumput untuk menakut nakuti siswanya , Pak Handoko menyusuri kelas demi 177 AiBook Page number 178 kon utama yang



kelas , bahkan memutari seluruh sekolah . la tidak membiarkan siswa yang bersembunyi itu lolos . Percayalah , kalian pasti memiliki guru yang seperti ini . Lake utama yang selalu ingin dihindari semua siswa . Lakon utam selalu mendapat makian tersembunyi dari siswanya . “ BELLA ! ! ITU RAMBUT APA AYAM CABE - CABEAN ! BESOV CAT HITAM LAGI ! ” “ INI RAMBUT ASLI SAYA , PAK ! " " NGGAK USAH SOK BULE , BELLA ! BAPAK TAU KAMU ASLI CIAMIS ! " “ AMANDA , KENAPA RAMBUT KAMU MASIH PANJANG ) “ KAN AMANDA CEWEK , PAK ! " " OH IYA , MAAF . ” " ACHA POTONG KUKU KAMU ! ” " MAAF PAK , ACHA NGGAK SEMPAT . ACHA LAGI PATAH HATI ! KALAU BAPAK SEMPAT , POTONG AJA HATI ACHA INI ! " Pak Handoko pun memilih berlalu dari kelas Acha . Tak sanggup menghadapi tingkah ajaib gadis itu . Iqbal menyandarkan tubuhnya di tembok , ia harus keluar kelas karena di dalam Pak Handoko sedang sibuk inspeksi dadakan . Mau tidak mau Iqbal yang bebas hukuman harus keluar kelas terlebih dahulu . “ Pak Han ngeri banget sumpah kalau teriak ! ” cerca Rian yang baru keluar dari kelas sembari mengorek - ngorek kuping , seolah suara Pak Handoko masih bergaung di dalamnya . Iqbal hanya bisa tersenyum kecil , menyetujui yang diucapkan oleh Rian . Pria itu mengambil duduk di sebelah Iqbal . s banget hari ini , " ucap Iqbal membuka dua kancing seragamnya sembari mengibas ngibaskan tangan mencari angin segun Rian mengiakan , ia meniru yang dilakukan Iqbal . “ Lo hace nggak ? ” tanya Rian sembari menyenggol lengan Iqbal . 178 AiBook Page number 179 Iqbal mengangguk dengan cepat . Ia mengelus leher , tenggorokannya memang terasa kering . “ Kantin , yuk , ” ajak Rian “ Lo mau dihukum sama Pak Han ? Ini belum jam istrihat , cerca Iqbal Rian menghela pasrah . Inspeksi dadakan Pak Handoko ternyata tak hanya berefek pada telinganya , tenggorokannya pun ikut - ikutan sakit , membutuhkan asupan air . Rian mengedarkan pandangannya , mencari mangsa yang bisa ia titipi minuman di kantin . Contohnya si Siti . Rian tersenyum senang , melihat dewi fortuna yang sedang melintas sambil membawa dua botol air dingin . “ ACHA ! ! ! ” teriak Rian keras , melambaikan kedua tangan , meminta Acha untuk mendekatinya . Dari kejauhan Acha menatap Rian heran , ia berpikir sebentar , memelankan langkahnya . Ia sedikit ragu untuk mendekat ke sana atau tidak . Bukan karena Rian , tapi karena pria di sampingnya itu , Iqbal . “ CHA , SINI ! ” teriak Rian sekali lagi . Acha menghela napas pelan , lalu berjalan mendekati Rian . Ia tidak mau disangka yang aneh - aneh oleh Rian maupun Iqbal . Ia harus bersikap sebiasa mungkin . “ Kenapa ? ” tanya Acha ketika sampai di hadapan Rian dan Iqbal . Acha melirik sekilas ke Iqbal , pria itu sama sekali tak melihatnya . Sibuk dengan ponselnya sendiri . Tak menganggap keberadaannya . Acha tersenyum kecut . Mungkin memang tak ada lagi harapan untuknya . “ Minuman itu buat siapa , Cha ? Boleh buat gue sama Iqbal , nggak ? Kita berdua haus banget , nih . Seriusan ! Dehidrasi akut ! " rengek Rian seperti anak kecil . Acha terdiam , menatap kedua minuman di tangannya itu dengan tatapan kosong , detik berikutnya ia memandang ke Iqbal . “ Iqbal haus ? ” tanya Acha . Tak ada jawaban dari pria itu . Rian merasakan dirinya berada di ambang kecanggungan , Rian menatap wajah Acha tidak tega . Rian menyenggol lengan Iqbal pelan . 179



AiBook Page number 180 Rian pelan , tapi dua minuman di takut . " Kenapa ? “ Lo diajak ngomong tuh sama Acha , " bisik Rianne masih bisa terdengar oleh Iqbal maupun Acha . “ Lo aja yang jawab , gue sibuk , ” balas Iqbal dengan nada Acha menggigit bibir , ia menekan kuat kedua minu tangannya itu . “ Iqbal marah , ya , sama Acha ? ” tanya Acha takut . " Ker Acha ada salah , ya ? ” Iqbal memasukkan ponsel ke dalam sakunya kembali dan banol : dari duduknya . Ia menepuk bahu Rian pelan . “ Gue ke kantin dulu . Beli minum , ” pamitnya dan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Acha , bahkan tak mentap Acha sedikit pun . Kedua mata Acha mengikuti kepergian Iqbal yang semakin menjauh . Acha merasakan ada sesuatu yang sakit dan menusuk di dadanya . Acha menarik napas dalam - dalam , berusaha untuk tidak sedih , berusaha tetap tersenyum . “ Rian , ” panggil Acha lemah " I . . . iya , Cha , ” sahut Rian merasa tak enak . Acha memberikan senyuman kecil . " Kalau Rian lagi sama Iqbal , nggak usah panggil Acha lagi , ya . Iqbal sepertinya nggak suka kalau ada Acha . " " It . . . itu , Cha . Mungkin dia lagi bete . Kan , di kelas ada Pak Handoko , ” jelas Rian mencoba membuat Acha senang . “ Iqbal keliatan , kok , nggak suka sama Acha . ” Rian tidak tahu harus menjawab bagaimana . Melihat wajah Acha yang begitu sedih membuatnya semakin prihatin . Rian berdiri , menepuk - nepuk puncak kepala Acha . “ Gue yakin , Iqbal sebenernya ada rasa sama lo , Cha . Gue keria banget Iqbal kayak gimana . Tingkah dia akhir - akhir ini udah beda banget kalau ada lo , Cha , " jelas Iqbal . " Kalau lo mau lebih bersabar , Iqbal pasti akan datang sendiri untuk lo . Tapi , kalau lo udah nggan kuat . Gue cuma kasih saran . . . . ” Rian menatap Acha lekat . “ Lepasin Iabal dan liat ke belakang Cha . Ada orang yang sangat ingin bahagiain lo , " ucap Kia ucap Rian mulai 180 AiBook Page number 181 sok bijak . “ Juna . Dia lebih baik daripada Iqbal . Dia nggak akan buat lo sedih seperti ini . ” Acha menoleh ke belakang sebentar , kemudian kembali menatap Rian . “ Di belakang Acha nggak ada Juna , " ucap Acha lugu . “ Gue keramasin juga lo , Cha . Perumpamaan , Natasha Kay Loovi berseri - seri sepanjang hari di rumah Ibu Sri ! ! ! ” gemas Rian . Acha tersenyum lebar . " Acha ngerti , kok , maksud Rian . Acha cuma bercanda . " Rian menganggukkan kepala , kembali serius . Rian memegang bahu Acha kuat . “ Cha . . . , ” panggil Rian . “ Kenapa , Rian ? ” “ Jangan cuma pakai hati , Cha , pakai juga otak . Fungsi mereka saling melengkapi , bukan saling mendominasi . ” Acha baru saja akan masuk kelas , tapi tiba - tiba tangannya ditarik oleh Juna yang entah datang dari mana . Mau tidak mau Acha mengikuti pria itu , tubuhnya terseret begitu saja . Acha terus bertanya ke mana dia akan dibawa , tapi Juna sama sekali tidak menjawab . Pria itu terus saja menatap lurus dan berjalan . Sampai akhirnya mereka berdua sampai di taman belakang sekolah . Juna mendudukkan Acha di ayunan kayu tua yang ada di sana . Wajah Juna terlihat berseri dan penuh semangat . Juna mengeluarkan sesuatu dari saku celananya , sebuah gantungan kunci sapi yang lucu . “ Buat lo , " ucap Juna . Acha menatap Juna bingung . " Juna bawa Acha ke sini cuma mau ngasih ini ? ” tanya Acha tak percaya . “ Ya ampun Juna , di kelas juga bisa , kan . ” Juna menggelengkan kepala , detik berikutnya ia tiba - tiba berlutut di depan



Acha . Menatap Acha sangat dalam dan lebih serius . 181 AiBook Page number 182 kan oleh Juna . ta banget sama lo . buat lo tersenyum . " Acha membeku , bingung dengan apa yang dilakukan oleh Hati Acha mulai waswas tak keruan . “ Gue tau , lo masih belum bisa buka hati lo buat gue . Gue . . . tau , lo masih suka sama Iqbal . Tapi Cha , gue cinta banget sar Gue sayang sama lo dan selalu ingin ada di sisi lo , buat lo tersen Juna mulai bersuara , mengungkapkan perasaannya . “ Meskipun ha berjuang keras , gue akan terus coba dapetin hati lo . Kasih kesempatan Cha , sekali saja . Gue akan coba buka hati dan mata untuk suka sama gue . ” Juna meraih satu tangan Acha , menggenggamnya erat . “ Natasha lo mau kan ngasih gue kesempatan itu ? Lo mau jadi pacar gue > > Mulut Acha setengah terbuka , kedua matanya menyorot kosong pikirannya sudah ke mana - mana . Ia meneguk ludahnya dengan susah payah . Acha merasakan sekujur tubuhnya mulai dingin . Ia tidak menyangka Juna akan menyatakan cinta kepadanya hari ini . Dan , Acha tidak tau harus menjawab apa . “ Kalau lo nerima gantungan kunci ini . Gue anggap lo nerima gue , ” ucap Juna lagi penuh harap . Acha merasakan kepalanya memanas , ia tidak bisa berpikir jernih saat ini . Semuanya terasa mendadak , Acha belum siap . “ Juna , ” panggil Acha dengan suara lirih . Perlahan Acha melepaskan tangannya dari genggaman Juna . " Maaf , Acha nggak mau nyakitin Juna . Acha nggak mau buat Juna cuma sebagai pelampiasan Acha . " Tatapan Juna mulai meredup . Harapanya seolah memudar perlahan . " Acha nggak nolak Juna . Tapi . . . . " Acha mengambil gantungan kunci yang diberikan oleh Juna . Acha mencoba tersenyum . “ Kasih Acha waktu . Acha ingin berpikir sebentar . Acha belum siap sekarang . Nggak apa - apa , kan ? ” Juna segera berdiri , ia tersenyum dengan sangat senang . Julia menganggukkan kepalanya . “ Gue akan tunggu , Cha . Gue akan tunggu sampai lo siap jawab . ” Acha ikut berdiri , meraih tangan kanan Juna , membuka kepalar Acha menaruh kembali gantungan kunci itu . 182 AiBook Page number 183 “ Kalau Acha udah dapet jawabanya , Acha akan ambil gantungan kunci ini sendiri dari tangan Juna . Maafin Acha , ya . ” Juna mengacak - acak puncak kepala Acha , masih mengembangkan bedua sudut bibirnya . “ Nggak apa - apa , Cha . lo nggak perlu minta maaf . Gue tunggu jawaban lo besok . ” “ Jangan besok . Lima hari lagi , gimana ? " “ Oke . Lima hari lagi gue akan minta jawabannya . " · Acha menganggukkan kepala . “ Acha ke kelas dulu , ya , ” pamit Acha , berjalan meninggalkan Juna . " mcmalkan juna . . Acha akhirnya dapat bernapas lega . Hampir saja ia dibuat mati berdiri oleh Juna . “ Haduh , Natashaa ! ! ! ” Acha mengepalkan kedua tangannya , kenapa otak dan hatinya terus saja bertengkar di dalam dirinya . Mulutnya sedari tadi ingin mengatakan , IYA , IYA , IYA . TERIMA , TERIMA ! Namun , hatinya sama sekali tak mengizinkannya . “ Dasar gadis bodoh ! Lo beneran bodoh banget , Cha ! ! Sangat bodoh ! ! ” Acha menarik napas dalam - dalam , mengembuskannya dengan berat . “ Apa yang harus lo lakuin sekarang ? Gimana ? Gimana ? Ayo mikir ! ! ” Acha menghentikan langkahnya . Ia terdiam lama , tiba - tiba di pikirannya terlintas sosok Iqbal . Acha merasa butuh Iqbal sekarang , Acha butuh jawaban dari



Iqbal . Acha mengangguk yakin . Ia harus mencari jawaban itu sekarang juga . Acha tidak ingin menyesal . Ia harus meyakinkan hatinya saat ini juga . Acha kembali berjalan , mempercepat langkah . Ia ingin menemui pria itu . Ya . Siapa lagi jika bukan Iqbal ! Acha tidak menemukan Iqbal di mana pun . Kantin , kelas , lapangan , bahkan di Lab Olimpiade pria itu tak tampak . Acha pun memutuskan bertanya kepada Glen dan Rian , jawaban mereka kompak , Iqbal saat ini sedang berada di rooftop sekolah , sendirian . 183 AiBook Page number 184 empat itu terlarang ti akan diomeli at , deh ! ” Acha lak ada guru yang Acha merasa ragu untuk ke sana karena tempat itu t . bagi siswa . Acha takut ketahuan Pak Handoko , ia pasti akan a habis - habisan dan mendapatkan hukuman . “ Bodo amat , deh ! " A memutuskan . Ia menaiki tangga , berusaha hati - hati agar tidak ada guri melihatnya ke sana . Acha membuka pintu rooftop yang tidak dikuna Acha berjalan pelan - pelan mencari keberadaan Iqbal . Ia terseny senang menemukan Iqbal sedang tiduran di sofa yang tidak terpakai . Pris itu memejamkan mata sembari menutupinya dengan lengan kanannya Hati Acha mulai bergetar hebat . Memandang wajah pria itu sais sudah membuat jantungnya berdetak tak keruan . “ Kali ini lo nyogok Glen dan Rian apa lagi ? ” Acha tersentak mendengar pertanyaan itu , refleks mundur selangkah . Ia tak menyangka Iqbal bisa mengetahui keberadaannya . Acha mendadak gugup sendiri . Iqbal membuka kedua matam mendudukan tubuhnya . Ia menatap Acha dengan tatapan datar . " Maafin , Acha . Maaf ganggu Iqbal . Acha nggak ber . . . . " “ Ada apa ? ” potong Iqbal cepat , tak ingin basa - basi . Acha menarik napasnya terlebih dahulu , sejenak menyiapkan mental dan kata - kata yang akan akan ia sampaikan kepada Iqbal . " Ada yang ingin Acha omongin sama Iqbal , ” ucap Acha hati - hati . " Apa lagi ? ” Acha berusaha tidak gemetar ataupun takut . Namun , tangannya tak bisa diam memainkan bawah roknya , keringat dingin menjalar telapaknya . Acha membuka suara lagi . " Juna nembak Acha barusan Juna tanya , apa Acha mau jadi pacarnya . ” Tak ada respons dari Iqbal . Pria itu tetap diam dan menatap dengan ekspresi yang sama , tidak berubah sedikit pun . Acha masih mencoba bertahan , ia tidak boleh menyera kesempatannya ! “ Acha masih suka sama Iqbal . Acha nggak pern suka sama Juna . ” “ Bukannya kemarin lo bilang udah nyerah ? ” sindir Iqbal . menyerah . Ini nggak pernah 184 AiBook Page number 185 " Iya . Tapi , Acha masih ragu . " " Dasar plinplan ! ” tajam Iqbal . Nyali Acha menurun . Apa yang harus ia lakukan sekarang ? la tak boleh hanya diam seperti orang bodoh ! Acha meyakinkan diri untuk tidak gentar . " Biarin ! Acha memang plinplan dan itu semua karena Iqbal ! Acha suka sama Iqbal ! ” “ Kapan sih lo beneran nyerah ? ” tanya Iqbal menohok . “ Juna nembak Acha barusan , " lontar Acha lirih . “ Hubungannya sama gue ? ” “ Kalau Iqbal ngelarang Acha , kalau Iqbal nyegah Acha , Acha akan tolak Juna . Acha nggak ingin menyesal di kemudian hari , " ucap Acha mengutarakan semua isi hatinya . Terdengar suara tawa sinis dari bibir Iqbal , ia melipat kedua tangan di depan dada . “ Terima aja Juna . Ngapain lo harus ngadu ke gue ? Nggak ada urusannya sama



gue . " Acha menggigit bibir kuat - kuat , seperti ada yang baru saja menghantam dadanya dengan keras . Sangat sakit . Namun , ia memaksakan diri untuk tersenyum . " Acha suka sama Iqbal . Makanya Acha ingin mastiin , apa Iqbal ada rasa sa . . . . " " Nggak ada ! ” potong Iqbal dengan cepat . " Gue nggak pernah suka sama lo ! ” Iqbal bangkit dari sofa . “ Harus berapa kali gue bilang ? Harus berapa kali gue jelasin sama lo ? Makanya , otak lo buat mikir ! ” Suara Iqbal mulai meninggi dan terdengar kasar . Kedua mata Acha memanas , pandangannya mengabur . " Iqbal beneran nggak suka sama Acha ? " tanya Acha memastikan . " Sedikit aja ? ” “ Nggak ! ” bentak Iqbal kehabisan kesabaran . Acha tak bisa menahan butiran bening yang perlahan terjun bebas di kedua pipinya . Ia terkejut bukan main mendengar Iqbal membentaknya untuk pertama kali . Acha sangat takut . " Tapi kenapa Acha ngerasa kalau Iqbal suka sama Acha ? Iqbal perhatian sama Acha walau terkadang bersikap dingin . Tapi Acha bisa rasain kalau Iqbal ingin nyegah Acha . ” 185 AiBook Page number 186 tanya memandang itu . Namun , hatian banget cha , suapin Acha , Iqbal terdiam , dengan cepat memutar bola matanya me ke arah lain . Ia terkejut melihat Acha menangis seperti itu . Iqbal secepatnya berusaha bersikap biasa . " Kalau Iqbal nggak suka Acha , kenapa Iqbal perhatian sama Acha waktu di Malang ? " “ Karena lo sakit ! ” tajam Iqbal . " Perhatian Iqbal beda . Iqbal genggam tangan Acha , suapin bahkan Iqbal bolehin Acha besandar dan tungguin Acha sampai Kalau Iqbal nggak suka sama Acha , kenapa Iqbal mau ngelakuin in semua ? ” tanya Acha memojokkan Iqbal . Acha menghapus air matanya dengan cepat , ia merasa s malu dan seperti orang bodoh tidak punya harga diri saat ini . Acha menundukkan kepala , mengatur napasnya yang sedikit sesak . Keheningan terjadi di antara mereka . Iqbal terdiam , tak sanggun menunjukkan sikap kejam seperti tadi . Drtt . . . Drttt . . . Ponsel Acha berdering keras memecah keheningan mereka . Acha menarik ponsel dari saku seragamnya , membaca pesan yang masuk . Acha menatap Iqbal yang masih diam tidak mau menatapnya . “ Acha balik ke kelas dulu , Iqbal . Juna udah nyariin Acha . ” Acha tersenyum kecil . “ Mungkin benar kata Rian tadi . Acha harus belajar liat ke belakang , liat ada orang yang sangat ingin bahagiain Acha . ” Acha membersihkan bekas air mata yang membasahi kedua pipinya . “ Acha beneran nggak akan ganggu Iqbal lagi . Semoga Iqbal bahagia dan menemukan gadis yang bisa buat Iqbal selalu tersenyum , nggak seperti Acha yang cuma jadi pengacau di hidup Iqbal . “ Acha menggigit belakang bibirnya , ia semakin gugup . " Maaf , Iqbal : Jangan benci Acha . " Setelah itu Acha membalikkan badan , berjalan turun dari rooftop Dalam hati , ia masih sangat berharap pria itu akan mencegahnya Namun , semuanya hanya angan semu . Iqbal tidak memanggil at mengejarnya . Acha pun terus berjalan dengan perasaan sia - sia . 186 AiBook Page number 187 Tidak ada lagi harapan untuknya . Mungkin , ia memang harus berusaha membuka hari baru . Untuk Juna . Mencintaimu memang menyakitkan , tapi mencoba melupakamu ceperti menciptakan



penderitaan yang lebih menyayatkan . Rian memperhatikan Iqbal , sejak kembali dari rooftop pria itu belum membuka suara sama sekali . Iqbal memang pendiam , tapi ini lebih dari sekadar orang yang suka berdiam diri . Ditanya tidak menyahut , diajak bicara tidak bergumam sama sekali , tatapannya kosong ke depan , hanya tangannya yang sibuk memutar bolpoin . Rian yakin , pasti telah terjadi sesuatu di Rooftop , antara Iqbal dan Acha . Bel pulang akhirnya berbunyi . Tak seperti hari - hari biasanya , Iqbal tidak menunggu Rian dan Glen untuk pulang bersama sampai parkiran sepi . Iqbal melesat keluar dari kelas tanpa pamit dan berkata sedikit pun , membuat Glen dan Rian dua kali lipat lebih bingung . “ Kenapa tuh anak ? ” tanya Glen berjalan ke bangku Rian . " Nggak tau , dari tadi udah aneh . " “ Ya elah , dia emang dari dulu aneh kali ! ” sahut Glen tak ingin ambil pusing . Rian mengangguk , mengiakan dengan pasrah . Ia kembali memasukkan buku - bukunya ke dalam tas , setelah itu berjalan keluar bersama Glen . “ Kita langsung pulang , nih ? ” tanya Glen di tengah perjalanan menuju parkiran . " Enaknya gimana ? ” tanya Rian balik . “ Kayaknya stok bolpoin masih overload di rumah , " jawab Glen dramatis . “ Untuk hari ini , misi kita tunda . Minggu depan kita mulai beraksi lagi , ” lanjutnya bak seorang agen rahasia . “ Oke siap , komandan ! ” sahut Rian dengan tangan memberi hormat dan tersenyum lebar . 187 AiBook Page number 188 1 , apalagi kalau di setiap kelas . Ya . . . misi rahasia mereka setiap pulang sekolah , apalagi . bukan merampok bolpoin yang jatuh bubon wormhob holosin vang jatuh atau tertinggal di setiap Dasar dua pria kurang kerjaan ! urun dari rooftop rinya ada keperluan Acha tak bisa berhenti menangis . Setelah turun dari dirinya tidak kembali ke kelas , tidak menemui Juna ataupun Am yang sibuk mencarinya . Acha beralasan bahwa dirinya ada ke mendesak dengan keluarga . Ia menyuruh Amanda untuk memba pulang tasnya . Acha memilih berdiam di belakang perpustakaan , tidak membiarkan mata siapa pun bisa menemukannya . Acha hanya ingin sendiri . Ia menangis tanpa suara , menahannya sekuat mungkin ao . tidak terisak walaupun air mata yang turun tak pernah habis . Ache mengepalkan kedua tangan , menahan nyeri menusuk di dada dan hatinya . Sikap Iqbal , ucapan Iqbal , semua tentang Iqbal , ia berusaha keras melupakan mulai dari sekarang , tapi rasanya sangat menyakitkan . Acha merasakan hal itu jauh lebih sulit daripada berusaha mengejar pria itu . Brakkk ! “ Gue tau lo nggak pulang ! ” Sebuah tas dibanting tepat di hadapan Acha , membuat Acha sedikit terkejut . Acha mengenali jelas suara itu . Acha tidak berani mengangkat kepalanya , ia semakin menunduk . la malu terlihat bodoh seperti ini . Acha hanya bisa diam , menggigit bibirnya , takut dengan orang yang sekarang sudah duduk di sampingnya . Amanda ! " Nangis aja , mumpung masih gratis ! ” ucap Amanda tanpa beball , membuat air mata Acha semakin turun dengan deras . “ Diapa lagi lo sama Iqbal ? ” suara Amanda terdengar sedikit emosi . menggelengkan kepala lemah . “ Dikatain murahan lagi ? Atau dikatain nggak punya harga Atau dikatain nggak punya otak ? ” 188 AiBook Page number 189 Acha menggelengkan kepalanya sekali lagi , tak ingin Amanda melabrak Iqbal dan marah - marah kepada Iqbal . Acha tau bahwa labal tak pernah salah , dirinya saja



yang terlalu menaruh harapan besar kepada pria itu . Amanda menghela napas berat , tak mengerti dengan sikap sahabatnya ini . “ Sampai segitunya ya , Cha , lo suka sama Iqbal , " decak Amanda sinis . Acha diam saja , tak mau menjawab . Ia membiarkan sahabatnya itu meluapkan kemarahannya . “ Gue heran sama lo , ngapain lo mati - matian ngejar dia ? Ngapain lo sampai nangis kayak orang bodoh begini ? Air mata lo kemahalan buat orang berengsek kayak dia ! " Acha meneguk ludahnya , dari perkataan Amanda barusan sangat jelas bahwa gadis itu sedang marah besar . Bayangan kedua mata Amanda yang tajam dan wajahnya yang memerah memutari otak Acha . Ia bergidik ngeri . Amanda memang sangat menakutkan jika sudah marah . “ Sekolah udah lumayan sepi , lebih baik lo pulang tenangin diri di rumah . Jangan nangis di sini , ” suruh Amanda , nada suaranya kembali normal . Amanda berdiri , melihat Acha yang masih saja tertunduk . “ Cha , dengerin gue ! ” Amanda kembali serius . “ Sudahi semuanya atau lo akan bertambah sakit , lebih sakit dari yang saat ini lo rasain . " Amanda meraih tangan Acha , menggenggamnya erat . “ Mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan , tapi memaksakan cinta untuk orang yang tidak bisa menjadi milik kita adalah kebodohan besar ! ” Setelah merasa puas , Amanda langsung berjalan meninggalkan Acha , membiarkan gadis itu merenungi semua kesalahan dan kebodohannya selama ini . Amanda tidak menyangka bahwa seorang Acha bisa jatuh cinta sampai seperti ini . 189 AiBook Page number 190 kedua matanya ngkat , tersenyum anya ia baru at ini masih Iqbal membanting tubuhnya di atas kasur , kedua memandang jam dinding , satu sudut bibirnya terangkat , ters sinis . Untuk pertama kalinya ia pulang begitu awal . Biasanya ia i akan sampai rumah pada pukul empat atau lima sore , saat ini me pukul setengah tiga . Hening dan hampa di sekitarnya , tidak ada siapa pun di rumal kecuali para pekerja yang sibuk di kamar belakang , suara merei tidak akan terdengar sampai rumah utama . Iqbal meraih ponsel . Tangannya tanpa sadar membuka che personal yang pernah Acha kirimkan kepadanya . Entah sudah beran lama Iqbal tidak mendapatkan pesan seperti ini lagi . Sepertinya sudah sangat lama . Iqbal membacanya satu per satu . Hampir semua chat itu cuma ia baca , hanya beberapa yang ia balas . Natashakay : Iqbal sudah sampai rumah ? Natashakay : Malam Iqbal , chat Acha kenapa nggak pernah dibalas ? Natashakay : Iqbal , berangkat sekolah besok Acha boleh bereng ? Natashakay : Iqbal , gimana ? Udah ada rasa suka sama Acha ? Natashakay : Yaahh . Cuma di - read lagi . Natashakay : Iqbal nggak suka , ya , Acha chat terus ? Natashakay : Iqbal , kapan mau suka sama Acha ? Natashakay : Tadi Acha ke rumah Igbal . Kok , Iqbal nggak ada ? Natashakay : Iqbal . Natashakay : Iqbal . Natashakay : Iqbal , udah suka sama Acha belum ? Natashakay : Maafin Acha . Pasti Iqbal kesal karena Acha ganggu terus . Natashakay : Iqbal jangan benci Acha , ya . Natashakay : Iqbal jangan percaya gosip di sekolah ! Acha C suka sama Iqbal ! 190 AiBook Page number 191 Natashakay : Acha nggak pernah suka sama Juna ! Natashakay : Selamat malam , Igbal . Good night . Natashakay : Iqbal mau nggak , sekali aja balas chat Acha ? Natashakay : Iqbal , makasih bonekanya . Acha suka . Itu adalah pesan yang terakhir kali Acha kirimkan untuknya . Setelah itu tidak pernah ada lagi pesan dari gadis itu . Iqbal merindukan pesan dari gadis itu ? Yah , mungkin .



Iqbal membuang ponselnya ke sembarang arah , menghela napas berat . Ia memejamkan matanya sebentar , menenangkan kepalanya yang tiba - tiba memanas . Iqbal menarik selimut dan memilih untuk langsung tidur dengan seragam dan sepatu yang masih ia kenakan . Iqbal merasa sangat lelah hari ini . Mungkin dia masih belum yakin dengan perasaannya . Semua butuh waktu dan proses . Begitulah cara kerja cinta . 191 AiBook Page number 192 MISI RAHASIA AMANDA DAN RIAN TERHITUNG tiga hari dalam kalender seorang Rian bahwa teman sebangkunya itu bersikap sangat aneh , lebih tepatnya setelah kejadian di rooftop . Diajak bicara tak nyambung , gusar sendiri , dan tiba - tiba uring - uringan tak jelas . Bukan seperti Iqbal yang Rian kenal . Rian melihat Iqbal keluar dari kelas , padahal bel masuk baru saja berbunyi . Rian tak bisa lagi membendung rasa penasarannya . Ia bangkit dari bangku dan menyusul Iqbal . “ YAN , MAU KE MANA ? ” teriak Glen “ NYARI POKEMON ! ” balas Rian asal . " KOK , GUE NGGAK DIAJAK ? YAN ! ! YAN ! ! KABAYAN ! ! " teriak Glen meracau tak keruan . Rian mengikuti Iqbal sampai ke rooftop sekolah . Ia membuka pintu rooftop dan menemukan Iqbal tengah berbaring di sofa . Rian berjalan mendekat . “ Lo bolos kelas ? ” tanya Rian . Iqbal tak terkejut sama sekali . Ia sudah sadar sejak tadi bahwa Rian mengikutinya . “ Bu Rina nggak masuk , kelas kosong . ” jawab Iqbal . Rian mengerutkan kening . Benarkah ? Kok , dia tidak tahu . Apa diumumkan waktu dia sedang ke toilet ? Entahlah , tidak perlu ta 192 AiBook Page number 193 pikirkan lebih panjang , toh seharusnya disyukuri . Rian menendang kaki Iqbal , menyuruh pria itu untuk bangun . " Apa ? " pekik Iqbal kesal . " Bangun , gue mau duduk . ” perintah Rian . Iqbal mendengus pelan memberikan raut tak nyaman . Namun , ia tetap melakukan apa yang diminta Rian , Iqbal mendudukkan tubuhnya . “ Lo kenapa ? ” tanya Rian sambil duduk di sebelah Iqbal , tak mau basa - basi . “ Maksudnya ? " “ Sikap lo aneh sejak kemarin - kemarin . ” . “ Belajar ngedukun di mana lo ? ” sinis Iqbal . Rian membalas senyum Iqbal lebih sinis . “ Gue kenal lo nggak cuma setahun dua tahun , tapi dari SD , Bal ! ” ujar Rian . “ Lo lagi ada masalah ? ” selidik Rian . “ Nggak , " jawab Iqbal cepat . " Ada hubungannya sama Acha ? ” Kali ini Iqbal langsung diam , tak cepat menjawab seperti tadi . Rian tersenyum penuh arti , ia akhirnya mendapatkan jawabannya . Sebenarnya , Rian sudah menebaknya dari dua hari yang lalu . " Lo bingung sama perasaan lo ke Acha ? ” tanya Rian lagi . “ Maksud lo ? ” Rian menoleh ke Iqbal . “ Lo ada rasa sama Acha ? " . “ Ngaco lo ! ” “ Gue tanya , Bal , bukan nuduh ! ” kesal Rian . “ Nggak ada , ” sergah Iqbal . “ Beneran nggak ada ? " “ Hm . ” " Oke , gue percaya . ” Rian mengangguk - anggukkan kepala , menahan untuk tidak tersenyum . " Padahal beberapa hari yang lalu Amanda cerita ke gue , selama di Malang kemarin lo perhatian banget sama Acha . Lo suapin dia , lo tungguin dia sampai tidur , bahkan lo . . . . " “ Nggak usah dilanjut , ” potong Iqbal cepat . “ Kenapa lo lakuin itu ? ” suara Rian terdengar mulai serius . 193 AiBook Page number 194 . " Apa ? ” “ Sikap perhatian lo ke Acha ? ” “ Dia sakit . ” " Gue tau . Kenapa harus



lo ? Ada Dino juga , kan , di sana ? ” Iqbal terpojok , tak bisa menjawab . Kedua matanya mulai bergerak tak pasti , sesekali ia membasahi bibirnya yang kering . Terdengar tawa remeh Rian . " Gue kalau jadi Acha juga da bakalan bimbang . Kalau ada cewek yang gue suka , bilang kalau dia nggak pernah suka sama gue , nggak mau jadi pacar gue , nggak mau gue deket - deket dia , tapi dia berlagak peduli - nggak peduli - peduli - nggak peduli . Seperti narik - ulur hati gue . ” Rian menggambarkan situasi yang ia pahami . “ Lo sadar nggak , sih , kalau itu yang lo lakuin ke Acha sejak dulu ? ” Rian menghela napas berat . " Amanda cerita semua ke gue , Bal . Apa yang Acha curhatin ke Amanda , dia bilang juga ke gue . Kalau lo pernah ngajak Acha nonton , lo anterin Acha pulang , bahkan lo belikan dia boneka sapi . Itu yang lo sebut nggak peduli dan nggak suka ? " Iqbal tertawa sinis . Ia menoleh ke Rian , membalas tatapan Rian . Sorot mata keduanya mulai saling beradu . “ Lo beneran baru belajar ngedukun ? ” tajam Iqbal . “ Lo suka , kan , sama Acha ? ” serang Rian balik . " “ Belajar ngedukun di mana lo ? ” deb e “ Lo ada rasa , kan , sama Acha ? ” “ Kenalin ke gue dukunnya . ” “ Tapi lo nggak mau ngakuin perasaan lo , kan ? ” “ Bayar berapa lo ke dukunnya ? ” “ Lo berusaha menolak keras keberadaan Acha di hati lo , kan ? " “ Dukun lo pasti sakti banget . ” “ Lo kecewa , kan , Acha bilang nyerah buat ngejar lo ? ” “ Dukun lo cabul , nggak ? ” Tangan Rian seketika menarik kerah seragam Iqbal dengan erals memandang sahabatnya itu tajam . Rian kehabisan kesabaran , tak lagi menahan emosinya . “ Lo jangan jadi banci , Bal . ” 194 AiBook Page number 195 Jabal menepis kasar tangan Rian , melepaskan kerahnya . “ Lo nggak usah berlagak tau segalanya . ” Rian tersenyum miring , menganggukkan kepalanya , mengiakan saja ucapan Iqbal . Rian segera berdiri dari tempat duduknya . Ia menoleh be Jabal sebentar . “ Gue akan buktiin ucapan gue benar ! " Iqbal membuang muka tak peduli , membiarkan Rian pergi begitu saja dari hadapannya . Meninggalkannya dengan seribu beban bertambah di otaknya . Rian mondar - mandir menyapu lantai teras rumah Amanda dengan wajah gelisah , membuat Amanda pegal sendiri melihatnya . Amanda menarik seragam Rian menyuruh pacarnya itu duduk . “ Lo kenapa sih , Yan ? Pusing gue liatnya , ” sebal Amanda . " Gue lagi mikir , Nda . " “ Mikir apaan ? " Amanda mulai heran sekaligus penasaran . “ Nggak cuma gue , kan , yang mikir kalau Iqbal itu sebenarnya ada rasa sama Acha ? Lo juga , kan , Nda ? " " Gue sih 50 : 50 , antara iya dan nggak . Susah Yan baca pikiran Iqbal . Deddy Corbuzier sama Romy Rafael aja belum tentu bisa , apalagi gue , nemuin pemilik kentut aja nggak bisa . ” Rian mencibir , sebuah penjabaran yang luar biasa dari seorang Amanda . “ Gue akan cari cara untuk buktiin bahwa dugaan gue nggak salah ! Iqbal pasti ada rasa sama Acha . " Amanda mendesis pelan , menatap Rian lebih heran . “ Lo ngapain mau susah - susah buktiin Iqbal suka sama Acha ? Acha juga habis ini bakalan pacaran sama Juna , " sergah Amanda . “ Emang lo mau sahabat lo kesiksa ? Pacaran sama orang yang nggak disuka sama dia ? ” “ Lebih kesiksa mana liat sahabat gue pacaran sama patung hidup yang dinginnya ngalahin es blewah Mbak Wati ? ” 195 AiBook Page number 196 Rian terbungkam , menggaruk kepalanya yang tak gatal . la menyeringai tak berdosa .



“ Nggak bisa jawab , kan , lo ! ” tajam Amanda “ Ya tapi , kan , alangkah lebih baik dan bijaknya kalau kita nyatuin dua hati yang sebenarnya saling cinta . Gitu maksudnya , Sayang , " jelas Rian . Amanda mengibas - ngibaskan tangannya tak mau dengar lebih panjang . “ Terserah lo , deh . Gue jadi penonton aja . Males gue sama Iqbal . ” “ Lo sebegitu nggak sukanya , ya , sama Iqbal ? ' “ Nggak perlu gue jawab , kan ? ” sindir Amanda . “ Terserah lo mau lakuin apa pun . Terserah ! ” “ Jangan gitu dong , Nda . Ayo bantu gue cari ide , ” rajuk Rian . " Ogah ! ” tolak Amanda . " Sayang , bantu gue sekali aja , " mohon Rian menangkup kedua tangannya . Amanda mendecak kesal , ada - ada saja kelakuan pacarnya ini . Amanda mengasah otaknya , berpikir keras dan cepat untuk menemukan ide yang bagus . " Gue ada ide , " seru Amanda . THE “ Apa , Nda ? Apa ? ” sahut Rian semangat . The " Tiap bulan Acha pasti check up kesehatan dan besok dia ngajak gue ke rumah sakit . Tugas lo besok ajak Iqbal main . Lo harus terus sama Iqbal sampai gue telepon . Nanti gue akan pura - pura nangis bilang kalau Acha mimisan parah sampai pingsan dan masuk ICU . Lo lihat reaksi Iqbal gimana nanti ? Dia panik atau masih sesantai biasanya ? " Rian refleks berdiri sembari bertepuk tangan . la geleng - geleng takjub dengan ide yang baru saja dijelaskan oleh Amanda . “ Lo emang bakat jadi penulis skenario , Nda . Nggak sia - sia perjuangan lo pagi siang - malam balik pagi lagi baca cerita di Wattpad sampai nggak tidur . Jos gandos ! ” " Cepetan sana janjian sama Iqbal buat besok . ” “ Siap laksanakan , Amanda ! ” Misi rahasia Amanda dan Rian pun dimulai . 196 AiBook Page number 197 Rian berhasil mengajak Iqbal untuk bermain Play Station hari ini di rumahnya . Tidak lupa mengajak Glen untuk mengurangi kecurigaan Iqbal . Rian sengaja menaruh ponselnya di dekat Glen . Sementara dirinya mengajak Iqbal duel PS . Drttt . . . Drtttt . . . Akhirnya , panggilan yang ditunggu oleh Rian datang . Rian menahan senyumnya . Berpura - pura tidak mendengar , tetap fokus ke permainannya . “ Yan , HP lo nyanyi sendiri , nih ! ” seru Glen meraih ponsel Rian . " Siapa yang nyanyi ? ” balas Rian sok meladeni kegilaan Glen . “ Amanda yang nyanyi , " jawab Glen lantang . " Tolong lo terima dan pencet loudspeaker , Glen , ” pinta Rian . " Oke , laksanakan . ” Rian tersenyum puas , rencananya berhasil sampai di sini . Glen menerima panggilan tersebut dan melakukan permintaan Rian . “ Ha . . . ballo , Rian . Hallo , Yan . . . tolongin gue . . . . ” Suara Amanda mulai terdengar , gadis itu terisak keras . Rian menghentikan permainannya , stick Play Station ia jatuhkan begitu saja . Ia tau bahwa ini hanya pura - pura belaka , tapi mendengar isakan pura - pura Amanda seperti ini saja membuatnya tidak tega dan tak fokus . Rian dengan cepat meraih ponselnya , mendekatkan dengan dirinya . “ Amanda , lo kenapa ? Kenapa lo nangis ? ” Rian memulai lakonnya , berpura - pura panik . Iqbal dan Glen menoleh ke Rian , ikut penasaran dengan yang terjadi kepada pacar Rian . " Yan , gue di rumah sakit sekarang . Gue takut banget . ” " Pelan - pelan , Nda , ngomongnya . Tenang dulu , jangan panik . ” “ Nggak bisa , Yan . Sumpah gue takut banget . Tolong gue . Cepet lo ke rumah sakit . ” 197 AiBook Page number 198 Acha . . . , " jawab ikan bagaimana



nematung dengan “ Ru . . . Rumah sakit ? Lo sakit ? Siapa yang sakit ? ” Amanda semakin terdengar terisak kencang . " A . . . Acha . » Amanda terbata - bata . ee Rian menggigit lidah , menahan agar tidak tersenyum atau tert la diam - diam mencuri pandang kepada Iqbal , memastikan bagaim raut wajah sahabatnya itu ketika mendengar nama Acha disebut Dan , benar saja seperti tebakan Rian . Iqbal mematung de tatapan mulai tak tenang . “ Acha kenapa , Nda ? Lo jangan nangis . Jelasin pelan - pelan . ” “ Gue lagi main ke rumah Acha , tiba - tiba dia mimisan , Yan , dan itu parah banget . Darahnya terus keluar , nggak berhenti - berhenti Terus tiba - tiba Acha pingsan . Dan . . . Dan . . . . " “ Dan apa , Nda ? ” " Dan . . . Dan sekarang Acha masuk ICU . Gue takut , Yan , kalau terjadi apa - apa sama Acha . Sumpah , gue takut banget . " “ Lo tenang , Amanda . Gue sebentar lagi ke sana . Lo ada di rumah sakit mana sekarang ? " . " Ru . . . Rumah Sakit Andalas Medika . Dekat SMA Arwana . ” “ Oke . Gue ke sa . . . , " perkataan Rian terpotong . Mulut Rian setengah terbuka , ia seperti baru saja melihat bayangan kilat yang melewatinya dengan cepat . Rian membalikkan tubuhnya , menatap Iqbal yang sudah keluar dari rumahnya dengan buru - buru , bahkan meninggalkan jaket dan ponselnya begitu saja . “ Bal , tungguin gue ! ! Gue ikut ! ! ” teriak Glen turun dari sofa , lantas mengejar Iqbal . Rian tersenyum lebih puas . Kena lo , Bal ! “ Nda , sepertinya kita berhasil . Iqbal langsung cabut gitu aja waktu dengar lo nangis tambah kencang . Hahaha . ” Amanda terdengar berdeham pelan , mengembalikkan suara aslinya . “ Seriusan , Yan ? Iqbal panik , nggak ? ” “ Bukan panik lagi , dia kayak orang kesetanan . Hahaha . " Amanda ikut tertawa . " Kamu buruan ke sini . Gue malas ngadep Iqbal sendiri . ” 198 AiBook Page number 199 “ Siap , Sayang . Tunggu , ya . ” " Iya . See you . Gue tutup teleponnya . Hati hati ! " Rian mengakhiri drama singkatnya dengan Amanda . Ia mengambil bunci motor dan jaketnya serta jaket dan ponsel milik Iqbal , kemudian as menyusul kedua sahabatnya yang sudah pergi duluan . Acha selesai mengambil obatnya di apotek . Ia berjalan mendekati Amanda yang duduk di ruang tunggu , sibuk dengan ponselnya . " Amanda , ayo . Acha udah selesai . ” “ Hah ? Udah selesai ? ” kaget Amanda tersentak berdiri . " Iya , Nda , udah . Ayo pulang . " Amanda mengangguk sembari tersenyum kaku . Bagaimana ini ? Kenapa Rian dan Iqbal belum datang juga . “ Amanda kenapa diem aja ? Ayo , " ajak Acha menyadarkan Amanda . " Iya , Cha . ” Amanda berdoa dalam hati supaya kedua pria itu cepat datang agar skenario yang ia buat bisa berjalan lancar . Amanda berusaha untuk tersenyum , ia menyamai langkah Acha . Mereka berjalan menuju pintu keluar . " Cha , bentar ! ” cegah Amanda . “ Kenapa , Nda ? ” Amanda memegangi perutnya . Pura - pura kesakitan . " Gue kebelet banget . Ke toilet sebentar , nggak apa - apa , kan ? ” “ Amanda kebelet banget , ya ? Nggak bisa di rum . . . . " “ Nggak bisa , Cha . Nggak bisa ! Gue udah nggak tahan ! " " Ya . . . Ya udah . Kalau gitu Amanda ke toilet dulu aja , " suruh Acha , tidak tega melihat raut kesakitan Amanda . “ Lo tunggu di sini aja , jangan ke mana - mana . ” “ Iya , Nda . Acha tunggu di sini . ”



Amanda menolehkan kepalanya ke arah pintu rumah sakit , tepat Saat itu juga pintu terbuka lebar . Sosok pria yang sangat Amanda 199 AiBook Page number 200 ratiran . Amanda n Amanda dan Acha . ielas gadis yang angan membawa ata penuh kekhawatiran . A kenal berlarian kecil dengan sorot mata penun tersenyum lega . Akhirnya datang juga ! " Itu Acha ! ! ” seru Glen menemukan keberadaan Amanda da Iqbal mengikuti arahan Glen dan dapat melihat jelas gad dicarinya itu . Acha berdiri di samping Amanda dengan tangan mem obat . Iqbal segera mendekati Acha . Langkahnya terburu - buru . “ Cha , lo nggak apa - apa ? " tanya Iqbal khawatir , tangan mencengkeram erat kedua lengan Acha . main melihat kedatangan Iqbal yang tiba - tiba “ Lo nggak apa - apa ? ” ulang Iqbal . Acha menggeleng , tatapan matanya bingung . “ Acha nggak apa . Iqbal . Iqbal , kok , bisa di sini ? ” “ Lo udah nggak mimisan ? Apa kata dokternya ? ” “ Mi . . . Mimisan ? Acha nggak mimisan , ” jawab Acha makin tak mengerti . “ Lo habis pingsan , kan ? ” tanya Iqbal memperjelas . “ Hah ? Pingsan ? Enggak . Acha sehat , kok . ” " Terus ngapain lo di rumah sakit ? ” “ Acha tiap bulan selalu check up ke rumah sakit dan hari ini jadwal Acha check up . " Kedua tangan Iqbal perlahan turun dari lengan Acha . Ia tak bisa berkata apa pun . Suara desahan berat keluar dari bibirnya . Iqbal baru sadar sekarang bahwa ia telah dikerjai oleh Rian dan Amanda . Sial ! “ Iqbal ngapain di sini ? ” tanya Acha meminta penjelasan . " Gue kira lo sakit , ” jawab Iqbal lirih . Acha mengerutkan kening , tidak mengerti situasi saat ini . Acha menoleh ke Amanda . Gadis itu menunduk dengan wajah menahan tawa . Acha merasakan ada yang aneh di sini . Amanda berdeham pelan , memecah keheningan di antara semuanya “ Cha , kita pulang yuk , ” ajak Amanda . " I . . . Iya , Nda . Tapi mereka gimana ? ” tanya Acha tak enak . " Udah biarin aja . Gue capek pengin cepat pulang , " Amanda . “ Ayo . pulang , ” rengek 200 AiBook Page number 201 " Iya , Nda . ” Acha terpaksa menyetujui . Acha memandang Iqbal kembali , pria itu tengah mengatur napasnya . Acha dapat melihat jelas keringat yang masih membasahi pelipis dan leher Iqbal . “ Acha pulang dulu , ya , Iqbal , ” pamit Acha berat hati . “ Hm , " jawab Iqbal singkat tanpa menatap Acha . Amanda segera menarik Acha , mengajaknya pergi dari hadapan ketiga pria itu . “ Lah . . . Kok , Acha pergi gitu aja ? Katanya masuk ICU ? Katanya hujan darah ? Mimisan salju ? Kok bisa jalan ? Ajaib banget sembuhnya bisa cepet gitu , " oceh Glen heboh . Iqbal perlahan mengangkat kepalanya , ia menatap Rian tajam . Iqbal berjalan mendekati pria yang juga tengah menatapnya dengan sorot mata puas itu . " Lo ngerjain gue ? ” tanya Iqbal dingin . " Gue cuma buktiin ilmu dukun gue bener ! ” “ Maksud lo ? " Rian menepuk bahu Iqbal , tersenyum penuh arti . " Lo suka sama Acha , Bal . Lo nggak mungkin sekhawatir tadi kalau emang lo nggak ada rasa untuk Acha . " Iqbal terbungkam , perkataan Rian berputar terus di otaknya , meminta terjemahan agar dirinya lebih mengerti .



Rian menghela napas pelan , menurunkan tangan dari bahu Iqbal . “ Buka mata dan akui perasaan di hati lo . Jangan sampai menyesal liat yang seharusnya jadi milik lo , direbut orang lain , Bal , ” pesan Rian . Rian membalikkan badan . Ia merangkul Glen , mengajak pria itu keluar duluan dari rumah sakit , meninggalkan Iqbal yang mematung di tempat dengan kedua tangan terkepal kuat . 201 AiBook Page number 202 No Text Found Page number 203 PERJALANAN BARU AKU DAN KAMU OLAHRAGA , pelajaran yang paling dibenci oleh Acha . Ia tidak bisa apa - apa selain duduk dan memandangi teman - temannya di lapangan . Penyakit anemia yang dideritanya membuat Acha tidak boleh kelelahan . Ditambah lagi , jam pelajaran olahraga kelasnya sama dengan kelas Iqbal . Mereka terpaksa harus bertemu , padahal Acha sedang tidak ingin . Acha mendengus sebal , Pak Tono tidak masuk lagi hari ini sehingga kelasnya dan kelas Iqbal terpaksa digabung untuk diajar oleh Pak Handoko . Siswa dari kedua kelas itu berbaris menjadi satu . Barisan cewek di sebelah kanan dan barisan cowok di sebelah kiri . " Glen , pimpin pemanasan , ” perintah Pak Handoko . . “ Siap laksanakan , Pak ! ” Semua memulai pemanasan yang dipimpin oleh Glen . Beberapa kali mereka tertawa karena 203 AiBook Scanned by CamScanner Page number 204 ulang aneh Glen , mulai dari membuat gerakan yang tidak bisa ditiru sampai gerakan yang ajaib . Pak Handoko pun murka mendadak . " Sudah ! Sudah ! Kembali ke barisanmu , Glen . ” “ Siap laksanakan , Pak ! ” Pak Handoko kembali ke posisinya . Beliau memperhatikan satu per satu muridnya , memastikan tidak ada yang berbicara sendiri . “ Materi hari ini adalah special track event , lari estafet . Kalian bentuk lima kelompok dua cowok dan tiga cewek sebagai satu tim . " Acha mendengarkan sembari mengedarkan pandangannya , ia mencari keberadaan Iqbal . Namun , ia tak menemukan sosoknya . Apakah Iqbal tidak ikut olahraga ? Acha mengangkat kedua bahunya , tak mau tahu lagi . Toh , dia sudah memutuskan untuk tidak lagi mengejar Iqbal . Acha harus belajar mulai sekarang meskipun sulit . " Natasha , ” panggil Pak Handoko . " Iya , Pak ? ” “ Kamu bisa keluar dari barisan , duduk di pinggir lapangan . ” " Iya , Pak . Terima kasih . ” Semua anak berseru , iri dengan Acha yang bisa mendapatkan pengecualian . Acha sendiri segera pergi ke pingir lapangan , mencari tempat duduk yang paling strategis dan tidak panas . " Jangan berisik . Cepat bentuk tim ! " : " Iya , Pak Handoko , ” serempak semuanya . Acha mulai bosan , tidak ada yang bisa diajak mengobrol . Teman temannya masih sibuk lomba estafet . Kembali ke kelas juga tida mungkin , Pak Handoko bukanlah Pak Tono yang begitu mema kondisinya . " Kenapa lo , Landak Betina ? Sok sedih gitu ? ” tanya Glen tiba - tib menghampiri Acha . “ Bosen , ” gerutu Acha . begitu memahami 204 AiBook Page number 205 Glen tersenyum picik . " Mau gue panggilin Iqbal ? ” “ Emang Iqbal ada ? ”



“ Ada , kok . Dia tadi izin telat karena dipanggil Pak Bambang dulu , ” jelas Glen . “ Gue panggilin , ya . ” “ Nggak usah , Glen , ” tolak Acha . “ Nggak usah malu - malu meong sama Abang Glen , nggak apa - apa . ” Belum sempat Acha menolak lagi , Glen sudah berkoar - koar tidak jelas . Acha mendengus sebal . " Iqbal ! Iqbal ! ! ” teriak Glen kencang . Iqbal tengah sibuk mengatur napas setelah lari . Ia membalikkan tubuhnya , mencari sumber suara yang memanggilnya . " Apa ? " balas Iqbal malas . Ia masih fokus pada Glen , tak menyadari sosok Acha yang duduk di depan Glen sembari menyembunyikan wajahnya . " Ini pacar lo katanya bosan , temenin sini ! ” Alis Iqbal terangkat , tidak mengerti yang dimaksud Glen . “ Apa ? ” “ UDAH SINI CEPETAN ! ” Iqbal mendesah berat , ia mengangguk dan menuruti saja permintaan Glen biar cepat selesai , meskipun ia masih tidak menangkap maksud Glen . Iqbal berjalan mendekati Glen . “ Kenapa ? " tanya Iqbal , kaus olahraganya dipenuhi dengan keringat , begitu juga dengan wajah dan lehernya . Glen tersenyum tanpa dosa , ia menunjuk Acha . “ Nih , pacar lo . Kasihan , dia bosen katanya . Temenin . ” Iqbal mengikuti arah tangan Glen dan menemukan sosok Acha yang tengah duduk diam dengan kepala tertunduk . Iqbal menatap Glen tajam , mengumpati sahabatnya itu dengan sorot matanya . Glen menepuk bahu Iqbal . “ Temenin , ya . Gue mau gangguin si Siti dulu , ” ucapnya lalu pergi begitu saja , meninggalkan Iqbal dan Acha dalam keadaan canggung . Iqbal menghela napas pelan , keduanya sama - sama diam tak saling menyapa atau buka suara . Jujur , Iqbal ingin pergi dari hadapan Acha , tapi tak bisa . Hatinya menahannya . 205 AiBook Page number 206 h keheningan di antara ” jawab Acha masih " Kalau bosen , ke kelas aja . " Iqbal memecah kehenin mereka . " Nggak bakal boleh sama Pak Handoko , " jawab A . tertunduk . " Gue yang bilang . " “ Nggak usah . Makasih , ” tolak Acha cepat . Iqbal diam , melihat jam tangannya , pukul sembilan kurang li menit . “ Lima belas menit lagi istirahat . Lo bisa kembali ke kelas . » " Iya . " “ Gue balik dulu ke lapangan . ” Acha mengangguk , jari - jarinya mencabuti rerumputan tak berdosa . Sementara Iqbal , seperti biasanya , pergi begitu saja meninggalkan Acha . Acha mengambil ponselnya yang terus berdering di kolong meja , ada panggilan dari Tante - Mama - nya . Acha pun segera menerima panggilan tersebut , sepertinya penting . “ Kenapa , Tante - Mama ? ” “ Sayang , maaf ganggu . Mama nyari kotak makan yang warna biru , tutupnya kuning . Kamu bawa ke sekolah ? Soalnya itu punya Rasti , pegawai Mama . Dia nanyain . " Kening Acha berkerut , berusaha mengingat kotak makan yang terdengar familier itu . " Ya ampun ! " pekik Acha teringat keberadaan kotak makan tersebut . “ Kenapa , Sayang ? " “ Nggak apa - apa , Tante - Mama . Kotaknya ada di Acha . Nam Acha bawa pulang . " " Oke , Sayang , makasih . Mama tutup , ya . " “ Iya , Tante - Mama . ” Setelah panggilan itu berakhir , Acha mehance ponselnya hampa . 206 AiBook Page number 207 Vang lain . Bagaimana ini ? Kotak makan tersebut masih ada di Iqbal . Acha lupa belum memintanya , padahal sudah cukup lama . Kalau tidak mendapatkannya kembali , ia



takut Tante - Mama - nya marah , karena kotak itu milik orang lain . “ Nekat aja , deh ! Bodo amat ! ” serah Acha . " Toh , Acha cuma mau minta kotaknya , nggak mau ngapa - ngapain ! " Acha meyakinkan dirinya untuk berani . Ia segera bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar kelas . " Achaa ! ! " Langkah Acha terhenti , sebuah teriakan memanggil namanya . Acha membalikkan badan , melihat Juna berlari kecil sembari tersenyum menuju ke arahnya . Acha langsung waswas sekarang . Ini adalah hari di mana ia harus memberikan jawaban kepada Juna , dan dia masih belum mendapatkan jawabannya . “ Kenapa , Juna ? ” tanya Acha bersikap biasa . “ Mm . . . Bisa ikut gue ke taman belakang ? ” Acha berpikir keras , bagaimana cara untuk menolak ajakan Juna . Ia masih belum siap menjawab sekarang . “ Sebentar ya , Juna . Acha ada urusan . Juna tunggu di sana aja dulu , nanti Acha nyusul . Nggak apa - apa , kan ? ” Juna menganggukkan kepala . “ Nggak apa - apa , kok . Tapi janji datang , ya . Gue tunggu . " " I . . . Iya , Juna . ” Juna mengacak - acak puncak kepala Acha , kemudian beranjak dari hadapan Acha sambil melambaikan tangan . Acha menghela napas penuh kelegaan . Setidaknya ia punya waktu beberapa menit untuk berpikir dulu , memantapkan hatinya untuk yakin dengan keputusannya nanti . Dan sekarang , Acha harus ke kelas Iqbal untuk menanyakan kotak makannya . 207 AiBook Page number 208 kada siapa pun di sana . Ke Acha masuk ke dalam kelas Iqbal . Tak ada siapa pun di san . mana semua penghuni kelas ini ? Acha bingung harus tetap melanol masuk atau tidak . Tapi ia sangat butuh kotak makan itu . " Periksa kolong mejanya aja , deh , kayaknya nggak apa - apa > > Acha pelan - pelan melangkah ke bangku Iqbal . Acha duduk di bangku itu , lalu mencari kotak makannya di kolong meja . Tangannya meraba - raba ke dalam , tapi tak menemukannya . " Apa Iqbal nggak bawa , ya ? ” Mata Acha menyorot ke arah tas Iqbal yang ada di hadapannya . di atas meja . Acha menyentuh tas tersebut . " Apa di dalam sini ya » Acha menggigit bibirnya , bingung sendiri . Pikirannya mulai terpecah . " Tapi lancang kalau Acha buka , nanti Iqbal marah , ” lirih Acha . “ Tapi Acha butuh kotak makannya . " Acha menarik napas dalam - dalam dan mengembuskannya , mengumpulkan keberanian . Tangannya bergerak menyentuh ritsleting tas Iqbal , kemudian membukanya perlahan . Acha mematung di tempat , meneguk ludah untuk membasahi kerongkongannya yang tiba tiba kering . Acha tidak menemukan kotak makannya , melainkan menemukan sebuah bunga Gerbera berwarna kuning . " Bunga siapa ? ” lirih Acha . Entah keberanian dari mana , Acha mengeluarkan bunga tersebut dari tas Iqbal . Acha merasakan dadanya terasa sakit melihat bunga itu . Nyatanya , Iqbal tidak pernah memasukkan hadiah - hadiah dari pengagumnya ke dalam tas ataupun membawa pulang . Jika tidak diberi oleh pengagumnya , berarti bunga ini Iqbal beli untuk diberikan kepada seseorang . " Lo ngapain ? ” Acha terkejut , tubuhnya tersentak sampai menjatuhkan bunga tersebut di atas tas Iqbal . Acha mengangkat kepala , menemukan Iqbal berdiri tak jauh dari bangkunya dengan tatapan dingin . Acha gelagapan , ia seperti tepergok sedang mencuri di rumah orang . Sejak kapan pria itu masuk ? Kok , Acha tidak tahu . Seperti hantu saja . 208 AiBook



Page number 209 " Maaf , Iqbal . Acha nyari kotak makan Acha . Tante - Mama nanyain , ” jawab Acha jujur . Acha beberapa kali masih melirik tas Iqbal , ia tak tenang . “ Besok gue bawain . ” Acha mengangguk tanpa bersuara . Ia memandang bunga tersebut penuh kebencian . Hatinya terasa hancur sekali . “ Ngapain masih di situ ? ” tanya Iqbal tak ada lembut - lembutnya . Acha menggerakkan kepalanya , memberanikan diri untuk memandang Iqbal . “ Iqbal lagi suka sama orang , ya ? ” tanya Acha penasaran . Iqbal tidak langsung menjawab , ia terlihat berpikir sebentar hingga akhirnya suaranya kembali terdengar . “ Iya , " jawab Iqbal . " Itu bunga buat orang yang Iqbal suka ? " “ Iya . ” Tubuh Acha langsung lemas mendengarnya . Acha meremas kedua tangannya , lalu mengepalnya kuat - kuat . “ Buat siapa kalau Acha boleh tau ? Adik kelas , ya ? ” Iqbal diam , kali ini tak ada niat menjawab pertanyaan Acha . Hanya sorot mata dinginnya menerobos dalam ke arah dua manik manik mata Acha . “ Bunganya cantik , pasti orang yang Iqbal suka juga cantik , " ucap Acha pedih . “ Beruntung banget yang dapat bunga itu . ” Acha menundukkan kepalanya , sesekali melihat ke buket bunga tersebut untuk kesekian kalinya . Membayangkan Iqbal tersenyum untuk gadis lain , Iqbal berpasangan dengan gadis lain , membuatnya ingin menangis sekarang . “ Pantesan Iqbal nggak suka sama Acha , ternyata Iqbal udah suka sama orang lain . Bodoh banget sih , Acha , nggak kepikiran sampai ke sana . ” Acha mengangkat kepalanya kembali , berusaha untuk mengembangkan senyum walau sangat susah . “ Kalau gitu Acha keluar dulu Iqbal , ” pamit Acha 209 AiBook Page number 210 “ Ke mana ? ” tanya Iqbal kembali bersuara . " Hah ? ” bingung Acha . “ Lo mau ke mana ? ” " Ke taman belakang sekolah , " jawab Acha jujur . " Ngapain ? ” “ Nemuin Juna . Acha harus kasih jawaban ke Juna hari ini . ” Iqbal mengeluarkan desahan berat . “ Nggak usah ke sana , ” ucap Iqbal terdengar memerintah . " Tapi Juna udah nungguin Acha di sana , " balas Acha . " Gue bilang nggak usah ke sana . ” Acha menggigit bibirnya , tidak mengerti dengan maksud Iqbal . Ia melirik Iqbal sekilas , tatapannya sangat menakutkan . Acha bingung harus berbuat apa sekarang . Tidak mungkin ia terus berdiri diam di bangku Iqbal . Acha tiba - tiba mendapatkan pencerahan akan rasa penasarannya . Ia menatap tajam bunga Gerbera itu dengan tidak suka , kemudian beralih ke Iqbal . “ Acha nggak bakal pergi kalau Iqbal jawab pertanyaan Acha . " “ Tanya apa ? ” Acha menunjuk bunga itu . " Bunga itu buat siapa ? ” Nada suara Acha berubah sedikit meninggi . " Manusia , ” jawab Iqbal logis . Acha mendesis pelan , berusaha sabar . “ Cantik orangnya ? ” " Sangat . ” Acha mencibir pelan . “ Cantikan mana sama Acha ? ” tantang Acha . “ Emang lo cantik ? ” tanya Iqbal tanpa beban . . Sial ! Acha mengumpat dalam hati , pertanyaan Iqbal menusuk dalam , tapi tak sampai berdarah . Memalukan sekali , Natasha ! “ Siapa nama adik kelas yang Iqbal suka ? Acha kenal ? ” Iqbal tak menjawab lagi . " Jawab pertanyaan Acha ! Itu bunga buat siapa ? ” tanya na mendesak . 210 AiBook Page number 211 Iqbal lagi - lagi tak mau menjawab , bungkam tak bersuara , membuat Acha semakin kesal . Acha mengumpat dalam hati . Dasar pria egois , selalu berbuat sesukanya sendiri ! " Oke kalau Iqbal nggak mau jawab . ” Acha beranjak dari bangku Iqbal . “ Acha



pergi , ” pamitnya . Acha terus berjalan , melewati Iqbal . Namun , ia tertahan , Iqbal menarik lengan Acha . “ Buat lo . ” Suara Iqbal terdengar hangat masuk ke telinga Acha . Ia langsung terdiam , otaknya berpikir keras , apa maksud dari ucapan Iqbal barusan . Acha merasakan jantungnya berdegup kencang . Iqbal , menarik Acha agar memundurkan tubuhnya . Acha tak bisa berbuat apa pun selain mengikutinya , ia seperti terhipnotis . Acha berdiri tepat di hadapan Iqbal . Jarak mereka terbilang cukup dekat . Acha tak berani mengangkat kepalanya , ia terlalu takut . “ Bunga itu buat lo , ” ulang Iqbal memperjelas ucapannya . “ Bu . . . Buat Acha ? " tanya Acha memastikan bahwa ia tak salah dengar . " Iya . " Kedua pipi Acha langsung blushing , memanas , bahkan sekujur tubuhnya sudah terasa panas dingin tak keruan . Acha gugup setengah mati . Acha sampai menahan napasnya beberapa saat . “ Ke . . . Kenapa buat Acha ? ” “ Kalau ngomong , liat orangnya , ” sunggut Iqbal dingin . “ Acha gugup , ” jujur Acha , melirih . " Ambil bunga itu , ” suruh Iqbal . Acha mengangguk menurut , ia mengambil bunga Gerbera di atas tas Iqbal itu . Acha diam - diam mengembangkan senyum . Benarkah bunga cantik ini untuknya ? " Bunganya beneran buat Acha ? ” tanya Acha lagi . " Iya . ” “ Kenapa ? ” “ Lo pernah minta . " 211 AiBook Page number 212 berusaha mengingatnya . Dan , memang benar dulu , sud . sangat lama , ia pernah merengek meminta Iqbal membelikannya bunga . Lalu ? Kenapa baru sekarang diberikan ketika dirinya sudah akan menjauhi Iqbal ? " Katanya bunganya buat adik kelas ? ” tanya Acha . “ Gue nggak pernah bilang gitu . ” Benar lagi ! Tadi Iqbal memang tidak menjawab . “ Katanya bunganya buat orang cantik ? ” “ Bener , kan ? ” Acha sontak memandang Iqbal skeptis , menyorotinya dengan kekesalan . " Katanya Acha nggak cantik ? ” “ Emang gue bilang gitu ? ” “ Ng . . . Nggak , sih , ” jawab Acha sembari mengingat - ingat . Acha menyodorkan bunga di tangannya kepada Iqbal , membuat pria itu sedikit memundurkan kepalanya . “ Jadi , maksud Iqbal apa ngasih Acha bunga ini ? ” Iqbal menghela napas pelan . “ Lo pengin bunga ini , kan ? ” Acha mengangguk seperti gadis bodoh . “ Ya udah , terima , ” suruh Iqbal datar , tak berekspresi . Acha mendengus pelan , pria di hadapannya ini selain kejam tak berperasaan , juga tidak ada sisi romantisnya . Bagaimana bisa ia menyukai pria seperti ini ? Acha memang sudah tidak waras ! Acha menggenggam erat bunga yang diberikan oleh Iqbal . Acha tersenyum tanpa sadar . Warna bunganya sangat cantik , baunya juga harum . Bunga cantik untuk orang cantik ? " Cha . . . , ” panggil Iqbal . " Iya ? ” Jabal tak bersuara beberapa saat , membuat Acha menunggu . " Apa , Iqbal ? ” tanya Acha lagi . “ Jangan terima Juna . " “ Hah ? Apa ? ” kaget Acha . 212 AiBook Page number 213 Iqbal berusaha sabar , gadis ini benar - benar tidak mendengar atau pura - pura saja . “ Jangan terima Juna , ” jawab Iqbal sejelas mungkin . Acha tidak tahu harus berbuat apa , bibirnya terasa kelu , tubuhnya kaku tak dapat bergerak . Ia mencerna baik - baik perkataan Iqbal , meresapinya , mengartikannya , dan mengulangnya di dalam otak . Apakah di hadapannya ini benar - benar seorang Iqbal Guanna ?



“ Acha nggak boleh terima cinta Juna ? ” tanya Acha memastikan sekali lagi . " Iya . ” “ Kenapa ? ” “ Lo nggak suka dia . ” Jawaban paling terlogis yang pernah Acha dengar sepanjang hidupnya ! Mungkin hanya Iqbal yang paling bisa menjawab seperti ini . Ia mengelus dada , menyuruh dirinya untuk tetap sabar . Acha tersenyum penuh arti , ia mulai belagak acuh tak acuh . “ Kan Acha bisa aja pelan - pelan mulai buka hati Acha buat Juna . Acha bisa belajar suka sama Juna . " “ Emang lo bisa ? ” tanya Iqbal meremehkan . " Bisa lah ! ! ! ” teriak Acha tertantang . Iqbal tersenyum kecil . Tidak percaya dengan pengakuan palsu Acha barusan . “ Nggak usah senyum ! Jangan senyum ! " ancam Acha . Iqbal tidak peduli , tetap mempertahankan senyumnya . “ Acha beneran bisa ! ! Acha bisa ! ” Iqbal menatap Acha dalam . “ Jangan lakuin itu , ” pinta Iqbal . " Ap . . . Apa ? ” Kegugupan Acha bertambah kali lipat . " Jangan buka hati lo buat Juna . " “ Kenapa ? “ Lo kok jadi makin suka banyak tanya ? " picing Iqbal . “ Kan Acha dari dulu emang suka tanya - tanya . Biar kayak Dora . ” Iqbal terkekeh pelan . Tangannya terangkat bergerak mengacak - acak puncak kepala Acha . 213 AiBook Page number 214 esa jantungnya , Acha membeku di tempat , cepat - cepat memeriksa jantung apakah masih berfungsi saat ini ? Acha menggigit bibirnya , menah . agar tidak refleks berteriak . Apa yang Iqbal lakukan itu begitu manis Apa maksud dari perlakuan ini ? Acha menatap Iqbal , meminta penjelasan . “ Iq . . . Iqbal udah suka sama Acha ? " tanya Acha hati - hati . la tidak tahu apakah dirinya akan dianggap kepedean jika bertanya seperti itu . Namun , hati Acha mendorong agar bertanya . Sementara Iqbal tampak terkejut mendengar pertanyaan Acha . “ Lo kenapa suka sama gue ? ” Jawaban , bukan , pertanyaan balik yang diajukan Iqbal kepada Acha membuat Acha mendadak bingung . " Mm . . . Kalau udah cinta nggak butuh alasan , kan ? ” " Jawaban super klise , " sindir Iqbal . " Apa karena gue kaya ? " Acha menggeleng cepat . “ Acha nggak pernah tau kalau Iqbal anak orang kaya , ” sergah Acha cepat . “ Karena gue pinter ? ” . “ Acha juga pinter ! " balas Acha tak mau kalah . Iqbal mengangguk - anggukkan kepala , benar juga . “ Karena gue tampan ? ” " Kok , Iqbal jadi narsis , sih ? ” protes Acha , begidik ngeri . “ Juna juga nggak kalah ganteng , kok . ” “ Terus kenapa lo suka sama gue ? ” Drttt . . . Drttt . . . Pembicaraan Acha dan Iqbal terpotong karena suara deringan ponsel Acha yang cukup nyaring . Acha mengeluarkan ponsel dari sakunya . “ Iqbal diem dulu , ada telepon . " “ Gue diem dari tadi , ” balas Iqbal polos . Acha mendengus pelan , ia melihat layar ponselnya . Niatnya mau menerima panggilan tersebut , tapi diurungkan ketika melihat nama Juna tertera di ponselnya . “ Kenapa nggak diangkat ? ” tanya labal . The “ Dari Juna , ” lirih Acha . Pol . 214 AiBook Page number 215 " Ya udah , lo samperin aja dulu . " " Tadi katannya nggak boleh ? ” " Yang penting jangan terima dia , " ucap Iqbal dingin . Acha mengulum senyumnya , hatinya berbunga - bunga mendengarnya . “ Kenapa Acha nggak boleh nerima Juna ? ” goda Acha . " Cepetan sana ke Juna , " suruh Iqbal mengalihkan topik . Acha mendengus sebal . “ Iqbal jawab dulu pertanyaan Acha ! ! " “ Yang mana ? "



Astaga ! Darah Acha terasa naik sampai ke ubun - ubun . Mimpi apa dia semalam harus dibuat penasaran begini oleh Iqbal . Untung saja sayang ! “ Kenapa Acha nggak boleh nerima Juna ? Iqbal udah suka sama Acha ? ” “ Mana dulu yang harus gue jawab ? ” Gigi Acha menggertak , kedua tangannya terkepal kuat . Kesabarannya hampir habis . Acha mengelus dada , mencoba sabar . " Iqbal udah suka sama Acha ? ” tanya Acha mengulang entah sudah berapa kali . “ Menurut lo gimana ? ” “ TINGGAL JAWAB IYA ATAU TIDAK AJA SUSAH BANGET , SIH ! ” teriak Acha kencang . Tak bisa sabar lagi . “ Lo maunya gue jawab yang mana ? ” Iqbal masih saja menggencarkan godaannya kepada Acha , membuat gadis itu bertambah kesal . “ IYA ! ! ACHA PENGIN IQBAL JAWAB IYA ! ! ” “ Ya udah , ” jawab Iqbal tak berdosa . Allahumma Barik Lana Fima Razaqtana Waqina Adzabannar . Acha sampai membaca doa mau makan dalam hati saking geregetannya dengan sikap dan jawaban Iqbal ! Acha meremas rambutnya , frustrasi . Iqbal mengacak - acak rambut Acha gemas . “ Ke Juna dulu sana , ” suruh Iqbal . Acha menepis tangan Iqbal cepat . “ Nggak usah sentuh rambut Acha ! ” kesal Acha . Iqbal menurunkan tangannya . “ Oke . " 215 AiBook Page number 216 1 tajam . “ Acha itu A UDAH ! ” tegas Acha . alau jawabannya Acha menghela napas berat . Ia menatap Iqbal tajam . " Ach penginnya jawaban IYA atau TIDAK , bukan YA UDAH ! " tegas " Acha mana tau Iqbal suka apa enggak sama Acha kalau jawaban kayak gitu . ” “ Lo nggak ke Juna ? Kasihan dia pasti udah nunggu lama . ” “ Nggak usah ngalihin topik ! ” ancam Acha . “ Gue cuma ngingetin , " timpal Iqbal santai . " Acha hitung sampai tiga , kalau Iqbal nggak jawab juga . Acha bakalan terima Juna ! ” ancam Acha serius . Iqbal memiringkan sudut bibirnya . “ Terima aja , kalau lo berani ” Nyali Acha menciut , langsung kalah telak ! Dia seperti akan berperang , tapi sudah kalah sebelum berada di medan pertempuran . Susah melawan seorang Iqbal Guanna ! Susah ! Susah ! “ Tau ah ! Acha sebal sama Iqbal , ” keluh Acha menaruh bunga di tangan kirinya di meja Iqbal . “ Samperin Juna dulu . Dia udah tunggu , Cha . ” Iqbal tersenyum picik . “ Nunggu lo tolak . ” Acha tampak sinis dengan lirikan mata berkobar - kobar ke arah Iqbal . “ Acha ke Juna dulu kalau gitu . Tapi habis itu Acha ke sini lagi . Iqbal harus jawab pertanyaan Acha tadi ! " pinta Acha menggertak . “ Iya . " E “ Janji ? ” " Iya , Natasha . " Acha akhirnya dapat mengembangkan senyumnya . “ Acha keluar dulu . Nitip bunga Acha , ya . " " Iya . " “ Iqbal jangan ke mana - mana , tungguin Acha . ” " Iya , Cha . " Acha pun berderap melewati Iqbal , ia harus buru - buru menyelesaikan masalahnya dengan Juna . Acha tak sabar untuk mendapatkan jawaban dari Iqbal . Mungkin Acha terdengar jahat dan egois bagi Juna . Tapi , bagaimana lagi . Hati tak boleh dibohongi , bukan ? 216 AiBook Page number 217 Langkah Acha mendadak terhenti , ponselnya kembali berdering beras . Apa dari Juna lagi ? Batin Acha merasa bersalah . Acha segera mengeluarkan ponselnya dari saku , dan melihat siapa yang membuat panggilan tersebut . " Iqbal ? ” kaget Acha , kedua matanya terbuka sempurna . " Ngapain Iqbal telepon Acha ? Kepencet , kah ? ”



Acha tak mau terus menebak - nebak , ia menerima panggilan tersebut . “ Iqbal kenapa telepon Acha ? ” " Balik ke belakang . " Acha mengerutkan kening , perlahan membalikkan tubuhnya . Acha bertambah bingung . Sepanjang lorong , tidak ada siapa pun . Hanya ada dirinya berdiri di tengah lorong . " Nggak ada siapa - siapa , Iqbal . " " Masa ? " Acha memperjelas sekali lagi pandangannya , mengedar untuk mencari keberadaan Iqbal atau siapa pun . " Iya , Iqbal . Nggak ada siapa - siapa . ” “ Beneran ? " Acha mendecak sebal , ia sepertinya sedang dikerjai oleh pria ini . “ Iya , Iqbal ! Nggak ada siapa pun ! Nggak ada orang ! Lorongnya kosong ! ” jelas Acha meracau panjang . Tak ada jawaban dari Iqbal untuk beberapa detik . Acha pun hanya bisa menunggu . " Lorongnya kosong ? ” Iqbal kembali bersuara . Acha menghela napas berat , kesabarannya diuji kembali . " Iya Iqbal . Lorongnya kosong ! Bener - bener kosong ! Nggak ada siapa - siapa ! Nggak ada apa pun ! ” jawab Acha mulai lelah . " Ya udah . ” “ Apanya yang YA UDAH ? ” bentak Acha tak habis pikir . Acha uemegangi kepalanya yang ingin meledak . Acha berbalik lagi ke depan . " Ya udah , kayak gitu hati gue kalau nggak ada lo . ” 217 AiBook Page number 218 k salah dengar , beku di tempat , kencang , sekujur gi . Kedua pipi a mengembang . eriak sekencang What ? Apa yang baru saja Acha dengar ? Dia tidak salah kan ? Acha membeku di te kan ? Benar ini Iqbal yang berkata , kan ? tak dapat bergerak , bahkan bibirnya mendadak kelu . Acha merasakan jantungnya berdetak sangat kencang tubuhnya seperti disetrum aliran listrik bertegangan tinggi . Kedu Acha pun memanas . Acha menahan senyumnya untuk menger Mungkin jika tempat ini bukan sekolah , Acha sudah berteriak seka mungkin . Bersorak bahagia sekeras - kerasnya . Acha menatap layar ponsel , panggilan yang dibuat Iqbal Sud , dimatikan . Acha lantas loncat - loncat kegirangan . Ia tak peduli a sekitarnya . Toh , tidak ada orang sama sekali di sepanjang lorong Meskipun itu bukan jawaban yang Acha inginkan , tapi pernyataan Iqbal barusan sudah cukup membuat Acha lebih dari mengerti , sangat jelas ! Acha mendengus pelan , tidak menyangka seorang Iqbal bisa seperti itu juga . Waahh ! ! Mengagumkan sekaligus mengejutkan . " Seneng banget kayaknya ? ” Acha terkejut dengan suara yang tiba - tiba ada di belakangnya Sebuah tangan mengacak - acak puncak kepalanya . Acha menoleh ke samping . Kedua mata Acha terbuka sempurna . Sejak kapan pria itu ada di sini ? “ Iqbal , kok , bisa ada di sini ? ” tanya Acha kaget sekaligus bingung . Iqbal tersenyum ke arah Acha . “ Lo penasaran , kan , jawaban gue apa ? ” " Iya . Acha penasaran banget . ” Acha mengangguk dengan cepat . Iqbal mendekatkan wajahnya ke Acha , seolah ingin membisikkan sesuatu . Acha meremasi ujung roknya , berusaha mengontrol detak jantungnya yang mulai tak keruan . “ Jawaban gue , iya , " ungkap Iqbal sangat jelas . Acha tak bisa menahan senyumnya lagi , kedua sudutnya mengembang dengan lebar . Hati Acha terasa menguar di dalam , Acha berusaha untuk tidak berteriak . Ia berupaya bersikap biasa saja . 218 AiBook Page number 219 Acha menjauh sedikit dari Iqbal . Ia memandang Iqbal yang masih tersenyum dan



menatapnya hangat . “ Iqbal beneran udah suka sama Acha ? ” tanya Acha ingin mendengar lagi jawaban tadi . “ Maunya apa ? ” goda Iqbal . Acha mendecak sebal , senyumnya menghilang seketika . Kan , mulai lagi menyebalkannya seorang Iqbal . Acha menyesal kenapa harus bertanya seperti tadi . Acha melirik jam tangannya , ia tidak ada waktu lagi . Kasihan Juna menunggunya sangat lama . " Ya udah kalau Iqbal nggak mau jawab ! ” serah Acha pasrah . “ Acha mau ke Juna dulu . Kasihan dia udah nungguin . " Tanpa menunggu balasan dari Iqbal , Acha melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda . Acha meninggalkan Iqbal begitu saja . Sepeninggal Acha , Iqbal menghela napas berat , ia meremas - remas jemarinya seperti orang bodoh ! Apa yang barusan dilakukannya ? Sumpah sangat memalukan dan mengerikan ! Iqbal baru menyadarinya . “ Lo bilang apa tadi , Bal ? ” gidik Iqbal . “ Ya udah , itu hati gue kalau nggak ada lo ? ” Iqbal menepuk pipi kanan - kirinya berulang - ulang dan bergantian . “ Mulut bodoh ! Mulut nggak waras ! Iqbal nggak waras ! Jangan lakukan itu lagi , Iqbal ! ! Jangan pernah ! ” Iqbal merinding sendiri , ia pun cepat - cepat berjalan kembali ke kelasnya . Isi otaknya mulai ke mana - mana , tidak bisa diajak berpikir jenih . Namun , selama perjalanan kembali ke kelas , senyum Iqbal sama sekali tak menghilang . Entah kenapa ia merasa sangat bahagia hari ini . Hatinya merasa sangat lega seolah tak memiliki beban lagi . Saat ini , aku sedang mencoba membuat cerita perjalanan hidup baru antara aku dan kamu untuk kujadikan menjadi kita . 219 AiBook Page number 220 DARI : KAY ACHA akhirnya sampai di taman belakang sekolah . Namun langkahnya terhenti begitu saja , kedua matanya bergerak gelisah sekaligus terkejut . Ia bingung kenapa semua teman - teman sekelasnya juga di sini , masing - masing mereka membawa setangkai mawar . Mereka semua tiba - tiba melingkarinya . Ada apa ini ? Apa yang Juna rencanakan sebenarnya ? " Acha , " itu suara Juna . Acha segera membalikkan badan , mencari keberadaan Juna . Acha berjalan mendekati Juna , pria itu terus tersenyum kepadanya . “ Juna , bisa ikut Acha , nggak ? Acha nggak bisa jawab di sini ” pinta Acha pelan , bahkan sangat pelan . Acha tak ingin ada yang mendengarnya selain dirinya dan Juna . Acha tak ingin membuat Juna malu di depan teman - teman kelasnya . “ Kenapa , Cha ? Kenapa lo nggak jawab di sini aja ? ” tanya Juna , senyumnya perlahan menghilang . " Gue udah siap . . . ” “ Nggak bisa , Juna . Acha nggak bisa jawab di sini , " potong Acha cepat . “ Juna ikut Acha sebentar , ya . Kita bicara di . . . . " Juna mengacak - acak puncak kepala Acha dan tersenyum lagi menebarkan ketampanannya . Untuk beberapa detik , senyum itu berhasil membuat Acha merinding . Juna terlihat sangat tampan . 220 AiBook Page number 221 " Nggak perlu , Cha , ” tolak Juna ramah . “ Sepertinya gue udah tau jawabannya . ” Satu alis Acha terangkat , tak mengerti dengan ucapan Juna barusan " Gue tau lo akan ngasih jawaban apa ke gue , " ucap Juna , kali ini senyumnya terlihat canggung . " Dan gue nggak ingin denger itu . ” Acha menundukkan kepala , merasa bersalah kepada Juna . Pria ini sudah sangat baik kepadanya , tapi ia malah menyakitinya . " Gue ingin tetap nungguin lo , Cha . Gue terlanjur cinta sama 10 , " jujur Juna .



Kepala Acha langsung terangkat , terkejut dengan pengakuan Juna . “ Jangan tunggu Acha . Acha nggak pantes buat Juna . Acha udah jahat sama Juna , " tolak Acha . " Acha mohon jangan , " pinta Acha sembari menangkupkan kedua tangannya , memelas . “ Kenapa ? " tanya Juna lirih . " Karena Iqbal ? ” Acha terbungkam , tak bisa menjawab . Sementara Juna menghela napas berat , kembali berupaya untuk tetap tersenyum . " Lo udah dapat balasan cinta Iqbal ? ” tanya Juna setengah berbisik . Acha semakin tak berani membuka suaranya . Ia bingung harus menjawab apa . “ Cha . . . . ” panggil Juna tak sabar . “ Kenapa , Juna ? " tanya Acha berpura pura tidak mendengar . “ Iqbal udah balas cinta lo ? ” tanya Juna mengulangi pertanyaannya . “ Jawab , Cha , ” paksa Juna . Acha menganggukkan kepalanya dengan sangat terpaksa , ia mulai takut . Acha meremas jemarinya yang berkeringat . Bibirnya berkali - kali terulum agar tidak kering . " Baguslah , " cetus Juna masih memaksakan senyumnya . " Lo nggak akan sedih lagi setelah ini . Itu udah cukup buat gue , ” lanjutnya sangat tulus . “ Juna . . . , ” lirih Acha merasa semakin bersalah . Juna menepuk - nepuk kedua bahu Acha . " Gue akan mundur . Dari awal gue memang nggak berhak buat dapetin hati lo , Cha , " ungkap Juna . “ Tapi . . . Jika sekali gue liat lo nangis atau sedih karena Iqbal lagi . ” Juna menghentikan ucapannya sebentar . Ia mendekatkan wajah 221 AiBook . Page number 222 agi dan nggak akan Take Acha dengan ta in - main . “ Jadi , ke Acha dengan tatapan serius . " Gue akan maju lagi d i hadapannya itu , ha menahannya anas . “ Juna gimana ? Juna kok , ngerasain cinta kapan pun ! ” ucap Juna tak main - main jangan pernah sedih atau nangis lagi , Natasha . " Acha ingin sekali menangis dan memeluk pria di hadapan tapi ia takut karena ada teman - teman kelasnya . Acha men dengan kuat , kedua matanya mulai memanas . “ Juna gimana ? pasti sedih , ya , gara - gara Acha ? Acha juga pernah , kok , ngerasai bertepuk sebelah tangan . Rasanya sakit banget . Juna pasti kayak pin ya ? Maafin Acha . ” Acha bingung bagaimana menebus rasa bersalahna " Acha minta maaf , Juna . " Juna menarik kedua pipi Acha , membuat gadis itu meringi " Kan , udah gue bilang . Jangan pernah sedih lagi , ” ancam Juna . « . nggak pernah salah , Cha . Jadi , nggak usah merasa bersalah . Ngerti Acha mengangguk - anggukkan kepalanya . Menurut . “ Tidak semua rasa cinta berakhir seperti yang kita inginkan . Karena semua orang memiliki hati dan keinginan yang berbeda - beda . " kata Juna tiba - tiba puitis . Juna melepaskan kedua tangannya dari pipi Acha . “ Gue nggak apa - apa , Cha . Gue cowok strong . Gue udah sangat siap jika lo tolak . ” Acha berupaya untuk mengembangkan kedua sudut bibirnya , membentuk senyuman . Walaupun terasa sangat kaku . “ Makasih Juna , atas semuanya . Acha minta maaf sebanyak banyaknya . Juna pasti nemuin cewek yang lebih baik dari Acha . Pasti itu ! " Juna hanya tersenyum mendengar celotehan Acha . “ Pergi sana , " usir Juna . " Sebelum hati gue berubah lagi . ” Acha menghela napas berat , mengangguk paksa . Ia melambaikan tangannya ke Juna . “ Makasih , Juna . Acha pergi dulu . " Setelah kepergian Acha . teman - teman sekelasnya yang sedari ti di sana mulai berbisik - bisik bingung . Mereka semua tampak penasara dengan apa yang dibicarakan oleh Juna dan Acha . Mereka berdua ti memang bicara cukup pelan . Tak membiarkan



orang lain mendengarny 222 AiBook Page number 223 Acha tidak mau membuat Juna malu . Begitu pun Juna , tak ingi menjadikan Acha sebagai bahan gosip tidak enak oleh teman - temannya . Namun , dari gerak - gerik Acha dan Juna barusan mungkin sangat kentara oleh beberapa teman Juna , bahwa Acha menolak Juna . Sebenarnya , kabar Juna menyatakan cinta kepada Acha sudah tersebar ke seluruh penjuru sekolah , bahkan Mbak Wati saja bisa tahu , dan lebih dari sepatuh warga SMA Arwana sudah bertaruh bahwa Acha akan menolak Juna dan tetap mengejar Iqbal . Mereka yakin , Acha akan tetap memilih Iqbal . Pesona Mr . Guanna terlalu kuat ! Acha berlari melewati lorong tempat Iqbal meneleponnya tadi , jadi senyum - senyum lagi ketika mengingatnya . Sangat menggelikan , tapi mampu membuat hatinya dugeun dugeun tak keruan . Acha ingin cepat - cepat bertemu Iqbal lagi . Ia mempercepat langkahnya menuju kelas Iqbal . Pria itu sudah berjanji untuk menunggunya . “ IQBA . . " Acha mengerem kakinya , kalimatnya terpotong . Ia melihat Iqbal di kelasnya , tapi tidak sendirian . Pria itu sedang bersama dengan seorang gadis , siapa lagi jika bukan Tesya ! Adik kelas yang paling sering membuat kesal batin Acha . Iqbal tampak sedang serius mengajari Tesya . Mereka berdua masih tak menyadari kehadiran Acha . Acha menunjukkan rasa kesalnya dengan jelas . Ia memasuki kelas , dengan sengaja mengentak - entakan kaki . “ Iqbal ! ! ” panggil Acha setengah berteriak . Iqbal mengangkat kepalanya , menatap Acha sebentar kemudian beralih kembali ke buku di hadapannya , melanjutkan menulis jawaban yang ada di soal . Tak menggubris Acha . 223 AiBook Page number 224 Pan . Acha mendecak sebal . Ia mendekat ke bangku Iqbal . Mendekor : Tesya yang melihatnya dengan segan dan takut . “ Tesya duduknya jangan di samping Iqbal , ” usir Acha baik - baik . Tesya mengangguk cepat dan segera berdiri . “ Maaf , Kak Acha Maaf . Aku cuma minta diajarin Kak Iqbal sebentar aja , " ucap Tesya semakin takut . Tesya pindah ke bangku lainnya , tepat di depan Iqbal . Acha mengambil alih tempat duduk Tesya . Ia melipat kedua tangannya di depan dada , raut wajahnya masih terlihat tidak santai . Acha sangat cemburu ! “ Ini udah gue tulis semua rumus dan caranya . Lo sekali liat pasti paham , " ucap Iqbal menyodorkan buku Tesya kembali . " Makasih banyak , Kak . Maaf merepotkan , " timpal Tesya sembari buru - buru membereskan buku - bukunya . " Kalau masih ada yang nggak paham , lo ke Dino aja . Daripada lo diamuk sama dinosaurus betina , " ucap Iqbal , bola matanya bergerak ke samping memberi kode . Tesya hanya membulatkan bibirnya dan manggut - manggut mengerti . " Sekali lagi makasih banyak ya , Kak , " ucap Tesya dan pamit dari hadapan Iqbal dan Acha . Detik berikutnya hanya ada Iqbal dan Acha berdua di kelas . Mereka sama - sama diam tak membuka suara . Acha melirik ke Iqbal sekilas . Pria itu sama sekali tidak peka atau hanya pura pura saja ! Kenapa Acha malah dianggurkan ? Tak dipedulikan ? Acha melihat Iqbal sibuk memasukkan peralatan tulisnya ke dalam tas . “ Acha udah tolak juna . ” Acha membuka suara duluan . Ia mengalah ! Daripada sampai kiamat mereka berdua tidak saling berbicara . “ Bagus , ” jawab Iqbal singkat . Acha menolehkan seluruh bagian tubuhnya ke arah Iqbal , menatap pria itu dengan tidak percaya . " Udah gitu doang ? ” “ Terus gimana ? ” balas Iqbal memandang Acha sekilas , kemudian berbalik lagi



menutup ritsleting tasnya . 224 AiBook Page number 225 Acha menggebrak meja , meluapkan kekesalannya . “ Ya apa kek , seneng kek , ketawa kek . Ya Allah , Acha ini suka sama manusia apa sama batu , sih ! " cerca Acha mengelus dadanya , berusaha untuk sabar . Iqbal menaruh tasnya di atas meia . Setelah itu ia berdiri . " Mau ke mana ? ” tanya Acha bingung . “ Kantin . Gue laper . ” " Iqbaaaaalll ! ! " desis Acha gregetan . Acha berdiri dari bangku , menaruh kedua tangan di pinggang . Acha memberi sorot tajam ke Iqbal . “ Acha itu lagi marah sama Iqbal . Acha itu cemburu sama Tesya . Acha itu kesal sama Iqbal sekarang ! ” " Gue tau , " jawab Iqbal santai . Acha menarik napas dalam - dalam dan mengembuskannya dengan cepat . “ Hibur Acha kek , apa gitu . Tenangin Acha biar nggak marah lagi , biar nggak cemburu , biar nggak salah paham sama Iqbal dan Tesya , " cerca Acha berbondong . “ Katanya suka sama Acha , tapi nggak ada usaha banget buat Acha seneng ! Nggak kayak Juna ! " lanjut Acha terlanjur emosi . Iqbal terdiam , tatapanya berubah dingin . “ Jelaslah gue sama Juna beda , yang ngelahirin aja beda , ” jawab Iqbal tanpa beban . Iqbal mendorong tubuh Acha pelan , agar gadis itu bergeser dan ia juga bisa keluar . “ Iqbal mau ke mana ? " tanya Acha semakin bad mood . Iqbal menghentikan langkahnya , membalikkan badan . " Kantin , Cha , ” jawab Iqbal . he " Nggak ngajak Acha ? ” Alb “ Lo bukan anak TK yang harus gue gendong , kan ? ” Acha mendecak pelan . Iqbal selalu saja bisa menjawab ucapannya dan membuat dirinya mati kutu tak bisa membalas . " Lo tunggu di sini aja . Gue cuma ke kantin bentar , " ucap Iqbal kembali berbalik . Die " Kok Acha disuruh di kelas sendiri ? Kenapa Acha nggak boleh ikut Iqbal ? ” protes Acha kecewa . 225 AiBook Page number 226 Iqbal menghentikan langkahnya lagi , kali ini tanpa membalili badan . " Kaki Tuan Puteri nggak boleh capek - capek , " seru Iqbal . Acha langsung tersipu malu mendengarnya . Hatinya berdesir beb . Kemarahannya sirna begitu saja . “ Emang siapa Tuan Puterinya " goda Acha . lqbal tersenyum licik . “ Mbak Wati ! " jawabnya singkat dan berjalan keluar begitu saja , meninggalkan Acha . Sial ! Acha merememas - remas jemarinya , tak bisa lagi dijabarkan bagaimana amarahnya yang berkobar - kobar karena patung hidur bernamakan Iqbal Guanna . Kekesalannya yang hilang kembali mencuat . bahkan lebih besar . Bel pulang berbunyi , Acha cepat - cepat membereskan buku - bukunya . Hari ini ia ingin pulang bersama Iqbal . Ia sudah mengirim pesan kepada Kirana agar tidak menjemputnya . Acha menepuk bahu Amanda pelan . “ Gue pulang dulu , ” ucap Acha buru - buru . " Sama siapa ? " tanya Amanda basa - basi . " Iqbal lah , " jawab Acha bangga . Amanda menghela napas pasrah sembari geleng - geleng . " Hati - hati , " pesan Amanda . Acha mengangguk semangat dan segera pergi keluar kelas , meninggalkan Amanda sendiri . Selama pelajaran terakhir tadi Acha memang sudah menceritakan semuanya ke Amanda , dan tentu saja Amanda terkejut dengan certita Acha yang seperti sebuah dongeng karangan yang sulit dipercaya . Namun , melihat Acha yang tidak berhenti tersenyum selama pelajaran , itu sudah menjadi sebuah bukti kuat bahwa Acha tidak berbohong . 226



AiBook Page number 227 Acha berjalan menuju ke kelas Iqbal , dan kebetulan sekali Iqbal , Rian , dan Glen baru saja keluar kelas . Acha memperlambat langkahnya , sedikit heran karena tiga orang itu keluar dari kelas lebih awal . Biasanya mereka adalah manusia terakhir yang akan keluar dari kelas itu . " IQBAAAALLLL ! ! ” teriak Acha membuat semua orang di sekitar mau tak mau langsung menoleh ke arahnya . Acha tidak peduli dengan berbagai tatapan itu . Ia dengan cepat mendekati Iqbal . “ Acha pulang bareng Iqbal , ya , " pinta Acha dengan napas tak beraturan . Rian dan Glen saling bertatapan bingung , mereka memang belum tau mengenai hubungan Acha dan Iqbal . Sahabatnya itu masih belum menceritakannya . " Kalian duluan aja dulu ” suruh Iqbal kepada kedua sahabatnya itu . Glen bergumam penuh selidik , ia mulai curiga . “ Sepertinya gue mencium bau - bau kurma yang manis . " Glen mendekatkan wajahnya . “ Kalian berdua pacaran ? ” tanyanya sok jadi detektif . " Nggak , " jawab Iqbal cepat . " Terus ? ” sahut Rian bertambah kepo . " Udah pulang sana ! ” usir Iqbal malas memperpanjang . “ Nggak mau ! Gue nggak akan pulang sampai kecurigaan gue terbukti , ” tolak Glen masih berusaha menyelidik . " Gue akan nunggu Iqbal di sini . " “ Lo cemburu sama Acha ? ” cibir Rian . “ Nggak lah , enak aja ! Gue normal seratus persen tanpa diragukan dan berlabel halal ! ” “ Ayooo pulaaang , Semut ! ” Rian dengan cepat menyeret kerah baju Glen dari belakang , membuat Glen kelimpungan sendiri dan terpaksa mengikuti Rian . “ LIAT AJA , ABANG GLEN PUTRA BAPAK ANGGARA BAKALAN NEMUIN FAKTA TANPA ILUSI ! INGAT ITU ! ! ” 227 AiBook Page number 228 Iqbal dan Acha hanya bisa geleng - geleng melihat kelakukan cu yang semakin parah setiap harinya . Iqbal menatap Acha , sedikit terken mendapati raut wajah Acha berubah cemberut . " Kenapa lagi ? ” tanya Iqbal membuka suara duluan . “ Kok Iqbal jawabnya nggak ? ” " Apa ? ” “ Tadi waktu Glen tanya kita pacaran apa enggak , " gerutu Acha “ Kan , emang enggak , ” jawab Iqbal tanpa beban . Acha terdiam sebentar , bibirnya tertarik ke dalam , tebersit rasa kecewa di dalam hatinya . “ Terus apa ? Katanya Iqbal suka sama Acha ? " tanya Acha dengan suara lirih . “ Iqbal beneran suka , kan , sama Acha ) , “ Suka , " jawab Iqbal jujur . " Terus ? ” Iqbal menghela napasnya pelan . " Cha , dengerin gue , ” ucap Iqbal mulai serius . “ Lo habis nolak Juna . Terus lo tiba - tiba bersikap kayak gini ke gue . Lo nggak sadar tatapan anak - anak liat lo kayak gimana ? Jangan buat nama lo jelek , " jelas Iqbal mengingatkan . “ Acha nggak peduli ! Ini Hidup Acha , bukan hidup mereka , " ucap Acha memasang wajah badak . Iqbal kembali menghela napas berat . “ Tetep aja . Lo bisa jadi bahan gosip mereka . " " Namanya juga manusia . Fungsi mulutnya , kan , cuma ada dua . Untuk makan dan membicarakan orang lain ! " Iqbal tidak tahu harus memberikan masukan apalagi kepada gadis ini . Acha memang gadis yang cukup keras kepala dan selalu tak peduli dengan orang lain . Kemauannya adalah yang terpenting dibandingkan urusan lainnya . “ Lo pulang sendiri , ” suruh Iqbal . “ Nggak mau ! Acha mau pulang sama Iqbal , " ucap Acha langsung menarik lengan Iqbal , menggenggamnya . “ Chaa . . . , " tegas Iqbal , ia melepaskan tangan Acha dari lengan dengan paksa . 228 AiBook Page number 229



Acha bersunggut pelan , merasa dicampakkan . “ Ya udah , Acha pulang sendiri , ” serah Acha kesal . " Naik apa ? ” tanya Iqbal “ Nggak usah sok peduli ! ” balas Acha jutek . “ Gue tanya naik apa ? ” ulang Iqbal . “ Nggak tau . ” Acha menatap ke bawah , memainkan kakinya . Ia menendang angin yang tak tampak . “ Pulang naik taksi , ” suruh Iqbal tak berekspresi ataupun bernada . “ Dekat aja kok naik taksi . Nggak mau ! " " Cha . . . . ” Acha mendengus sebal . Terbalas ataupun tidak cintanya , perlakuan Iqbal kepada Acha sama saja , tetap dingin ! Acha menatap Iqbal kesal . “ Acha pulang ! " selorohnya dan langsung berjalan pergi meninggalkan Iqbal begitu saja . 2013 Acha sedikit memperlambat langkahnya , berharap Iqbal akan menghentikannya . Namun sepertinya itu hanya angan belaka . Tidak ada tanda - tanda kedatangan Iqbal . Acha pun hanya bisa pasrah dan kecewa . Acha jadi menyesal kenapa tadi membatalkan keinginan Kirana untuk menjemput dirinya . Kini aa harus pulang sendiri . " Dikira Acha ini cumi kering digantung - gantung nggak jelas kayak gini ? ” cerca Acha . “ Kalau bukan pacar terus apa ? Selingkuhan ? ” Acha berjalan keluar dari gerbang sekolah , sangat ramai dengan beberapa siswa SMA Arwana yang sedang sibuk menunggu angkutan , jemputan , dan kendaraan lainnya yang bisa membawa mereka pulang dengan selamat . Seperti Acha sekarang . “ Nyebelin banget , sih ! ” kesal Acha masih terasa emosi . Sebuah motor tiba - tiba berhenti di depan Acha . " Ayo naik , ” ucap pria di atas motor . “ Gue anterin pulang . " 229 AiBook Page number 230 ngangkat kepalanya sengaja memperjelas di depan Acha tak Acha sangat kenal dengan suara ini . Acha mengangkat melihat wajah pemilik suara tersebut . Acha terdiam seben “ Ayo , ” ajak pria itu dengan tak sabar . Acha mendecak pelan , membuang mukanya . Ia sengaja me kekesalannya yang masih belum hilang . Katanya tadi nggak mau nganterin Acha , sekarang nyuruh - ny . . . cerca Acha cemberut . Ya , pria yang berhenti dengan motornya di depan Ad lain dan tak bukan adalah Iqbal . Entah apa yang membuat prie mengubah pikirannya untuk mengantar Acha pulang . Jujur , Acha senang dengan kehadiran Iqbal sekarang , tapi mengin kejadian tadi , rasa kesalnya masih membekas di hati . " Mau gue anterin , nggak ? ” tanya Iqbal masih bersabar . " Kalau nggak mau , gue balik duluan . ” Acha buru - buru menggelengkan kepalanya , lalu segera menarik helm yang ada di belakang motor Iqbal dan memakainya . Bodo amat sama gengsi , daripada pulang sendirian . Iqbal menatap Acha yang dari kaca spion , gadis itu heboh sendiri menaiki motornya . Iqbal tersenyum kecil . " Ayo . Acha udah naik , " ucap Acha dengan nada sok dingin . Iqbal tak menyahut , ia segera melajukan motornya , meninggalkan sekolah yang masih ramai dengan warga sekolah yang juga ingin cepat - cepat pulang . . Selama perjalanan pulang tidak ada yang mereka bicarakan , Iqbal fokus ke jalan di depannya yang ramai dan lumayan macet , keadaan yang tidak bisa terhindari di jalanan Ibu Kota . Sementara Acha sibuk dengan pikirannya sendiri , mencoba menikmati angin sore bercampur polusi . Acha turun dari motor Iqbal , mengembalikan helm yang suda lepaskan beberapa detik lalu . Acha masih memasang wajah cemberuty 230 AiBook



Page number 231 “ Besok nggak usah jemput Acha . Acha bisa berangkat sendiri , " ucap Acha dingin . “ Emang gue nawarin ? ” balas Iqbal mengejek . Tangannya sibuk mengaitkan helm . Acha mendesis sebal sembari mengentakkan kaki kananya ke tanah . Melampiaskan kemarahannya yang bertambah parah . Setelah selesai mengaitkan helm di belakang motornya , Iqbal kembali menatap Acha , sedikit terkejut melihat sorot wajah kesal gadis berparas putih itu . Iqbal tertawa pelan . “ Besok gue baru datang ke sekolah jam delapan pagi . Gue harus nemenin Pak Bambang sama Tesya ke Dinas Pendidikan , nyerahin formulir Olimpiade Fisika , " jelas Iqblal . “ Kenapa harus Teysa ? ” nada Acha tiba - tiba meninggi . Ia sensi berat mendengar nama adik kelas satu itu . “ Dia yang lomba , ” jawab Iqbal seadanya . “ Kenapa Iqbal harus ikut juga ? Kenapa nggak Pak Bambang sama Tesya aja ? ” tanya Acha berbondong . Iqbal mengangkat kedua bahunya . “ Nggak tau . Pak Bambang penginnya gitu . " Acha melipat kedua tangannya , bibirnya semakin maju ke depan beberapa senti . “ Kenapa Iqbal nggak nolak aja ? Kenapa nggak nyuruh Dino aja yang nemenin ? ” tanya Acha masih tak terima . " Intinya kenapa harus Iqbal ? ” sentak Acha sebal . Iqbal mengeluarkan ponselnya , mengotak - atiknya sebentar dan memasukkan ke dalam saku lagi . Setelah itu , Iqbal menyalakan mesin motornya , bersiap untuk beranjak dari sana . Iqbal menoleh lagi ke Acha . “ Gue barusan udah kirim nomor Pak Bambang , periksa HP lo , " ucap Iqbal . “ Lo bisa tanya Pak Bambang sepuasnya biar dapet semua jawabannya , lengkap , " lanjutnya dengan wajah tak berekspresi seperti biasanya . “ Kenapa di . . . . " “ Gue pulang , ” potong Iqbal cepat tak memedulikan Acha yang makin mencak - mencak tak jelas . 231 AiBook Page number 232 Acha hanya bisa melihat kepergian Iqbal dengan amarah yang meledak . Acha melepaskan tasnya dan membuangnya ke tanah . melampiaskan emosinya . Namun , beberapa detik kemudian Acha berjalan mengambil tasnya lagi . “ Dasar pria berhati batu , ” sungut Acha ingin menangis rasanya . “ Dasar patung hidup ! ” Mood Acha semakin buruk saat ini . Acha malas berjalan dan masuk ke dalam rumah . Ia pun akhirnya memilih duduk di depan gerbang rumahnya , tak peduli dengan seragamnya yang kotor . Acha mengeluarkan ponsel dan menatap layarnya dengan malas . “ Ngapain juga ngirim nomor Pak Bambang ? ” cibir Acha . Acha memeriksa ponselnya dan memang benar ada dua pesan masuk dari Iqbal . Acha segera membuka pesan tersebut satu per satu . Acha terdiam , bukan nomor Pak Bambang yang dia dapat , Iqbal sama sekali tidak mengirimkan nomor telepon . Acha memperjelas pengelihatannya , membaca dengan saksama . Dari : Iqbal Guanna Nggak usah cemburu . Pak Bambang udah punya satu istri sama dua anak . Acha mendesis pelan , kedua sudut bibirnya sedikit terangkat . Ia menahan untuk tidak tertawa . Acha membuka satu pesan yang lain . Dari : Iqbai Guanna Nggak usah cemburu . Gue juga udah punya satu cewek . Lo . . . Natasha Ponsel di tangan Acha langsung terjatuh begitu saja , menimbulkan suara benturan cukup keras . Mulut Acha terbuka setengah . Acha memejamkan kedua matanya rapat - rapat dan tangannya mulai bergerak memegangi dadanya sendiri . Acha merasakan 232 AiBook



Page number 233 jantungnya berdetak cukup cepat . Acha berusaha menarik napas dan mengembuskannya , ia melakukannya berulang - ulang . “ AAAARRRRGHHSSSSS ! ! ! ! ! ” Acha berteriak sekencang mungkin , kali ini meluapkan rasa bahagianya yang tiada terkira . Ia hampir dibuat gila dengan seorang pria bernama Iqbal . Tak menyangka Iqbal bisa melakukan hal selucu dan manis itu . Jika hatiku ini terbuat dari sehelai kertas kosong , mungkin hanya namamu yang akan menjadi coretan indah tanpa terhapus selamanya . Setelah menaruh motornya di garasi , Iqbal berjalan masuk ke dalam rumah . Kedua sudut bibirnya sedari tadi tak berhenti untuk terangkat . Iqbal meraih ponselnya yang ada di saku celana . Ada satu pesan masuk . Dari Acha . Gadis itu membalas pesannya . Dari : Kay I love you . Iqbal geleng - geleng sendiri membacanya dengan senyum yang makin merekah . Iqbal tak berniat membalas , langsung memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana . “ Tumben pulang cepet ? ” sapaan dari arah ruang tengah mengejutkan Iqbal . Iqbal melihat Ify , kakak perempuannya sedang asyik menonton televisi sembari mengangkat kakinya berulang - ulang , seperti sedang melakukan gerakan stretching ! Iqbal mendesah berat , tak pernah mengerti dengan kelakuan kakaknya yang terkadang aneh . Wajah cantik memang tak menjamin kelakuan yang normal ! Bagi Iqbal , kakaknya sangat tidak normal ! Iqbal melemparkan tas kepada kakaknya dengan sengaja . " IQBAALLLL ! ! ! " pekik Ify keras . 233 AiBook Page number 234 belah sang kakak , Iqbal tak memedulikannya , ia duduk di sebelah sang ka mengambil camilan yang ada di toples . Dengan tampang tak berdos , Iqbal memindahkan saluran televisi di hadapannya . “ Bal . . . , " panggil Ify , nada suaranya tiba - tiba terdengar serius " What ? ” balas Iqbal masih fokus ke depan . " Rumah kita kayaknya mistis , deh , berpenghuni ! ” ucap Ify dramatic “ Ngelindur lo ! ” " Gue serius ! Rumah ini berpenghuni Bal . ” “ Ngayal lo ! ” " Gue serius , Iqbal ! ” Ify lebih mendekat . “ Tadi pagi , gue kan mampir ke toko bunga sebelum ke sini , gue beli sebuket bunga Gerbera , terus sampai rumah bunga itu gue taruh di sofa ini . Tapi tiba - tiba hilang Kan aneh , " jelas Ify detail . " Kebuang paling sama Bi Ina , " timpal Iqbal datar . “ Nggak . Orang satu rumah udah gue tanyain semua nggak ada yang tau dan liat bunganya . Ajaib , kan , bunganya bisa hilang sendiri ? ” Ify geleng - geleng dengan raut takjub . “ Wahhh ! ! Kayaknya kita perlu lakukan ritual di rumah ini , Bal . ” Iqbal segera berdiri dari sofa . Tak berani melihat kakaknya sedikit pun . “ Ngaco lo , Kak ! ” sungut Iqbal secepatnya mengambil tas yang ada di bawah kaki kakaknya . “ Gue ke atas dulu . Capek , ” lanjut Iqbal dan pergi begitu saja . Ify menatap adiknya dengan sangat aneh . Biasanya Iqbal kalau sudah mager di sofa ruang tengah bisa sampai jam makan malam baru masuk ke dalam kamar dengan seragam yang masih lengkap . Ify menggaruk kepalanya yang tak gatal . “ Ke mana , ya , itu bunga ? Kok bisa hilang , ya ? ” 234 AiBook Page number 235 Iqbal mengunci pintu kamarnya cepat - cepat , akhirnya la bernapas dengan lega tanpa kecemasan . la menahan ketegangan yang sangat hebat di sebelah kakaknya tadi . Iqbal memukul kepalanya sendiri . " Bodoh lo , Bal ! Untung nggak na kakak lo ! ” Iqbal menghela napasnya sekali lagi . Sangat lega . " Selamat kali ini ! ! ” Ya , tahu sendiri , kan , di mana bunga itu sekarang berada .



Pelamar Sekar 235 AiBook Page number 236 MITOS BIDADARI ACHA masuk ke dalam kelas dengan malas . Energinya sedikit melemah karena tidak ada Iqbal . Pria itu harus menemani Pak Bambang ke kantor Dinas Pendidikan pagi ini . “ Alhamdulillah , cucunya Jimmy Neutron udah dateng , " seru anak - anak kelas XI C , menyambut kedatangan Acha dengan suka cita . Acha tampak tak peduli dengan suara ricuh itu . Ia terus saia berjalan menuju bangkunya dan segera duduk . " Tugas kimia lo mana ? Sewarga mau nyontek nih , " tanya Amanda yang sudah memalak pagi - pagi . Acha membuka tasnya , mengeluarkan buku tugas kimia dan memberikannya kepada Amanda , membiarkan saja teman - temannya mulai bergerombol untuk mencontek tugas kimianya . Bukan hal yang aneh juga , sudah biasa . Acha mengeluarkan ponselnya , masih tidak ada balasan dari Iqbal . “ Acha ini suka sama jelmaannya patung Malin Kundang - kah ? " Jam istirahat . Acha buru - buru menyusul Iqbal yang berada di perpustakaan . Pria itu akhirnya membalas pesannya dan mengajaknya bertemu di sana . 236 AiBook Page number 237 Acha mendapati Iqbal sudah duduk di ujung meja dan fokus dengan buku bacaannya . Acha pun segera mengambil duduk di hadapan Iqbal . Acha mengatur sebentar napasnya yang sedikit ngos - ngosan . “ Iqbal udah pulang kencan sama Pak Bambang ? " tanya Acha dengan lugunya . " Udah , ” jawab Iqbal . Iqbal tiba - tiba mengeluarkan sebotol teh dingin , memberikannya kepada Acha . “ Minum , " suruh Iqbal , tak tega mendengar suara napas Acha yang tak beraturan . “ Buat Acha ? ” kaget Acha . " Iya . ” jawab Iqbal singkat . Acha pun segera menerima dan meminumnya . Pandangan matanya tak bisa lepas melihat pria di depannya yang sangat fokus dengan bukunya , bahkan tak melihat Acha sedikit pun sedari tadi . " Iqbal , ” panggil Acha akhirnya berani membuka suara lagi . “ Hm ? " gumam Iqbal seadanya , ia masih asyik dengan buku di depannya . Acha mendecak pelan , ia ingin marah namun menahannya . Kalau saja mereka berdua tidak berada di perpustakaan , mungkin Acha sudah mengomel tidak jelas . " Iqbal , Acha mau tanya , " tukas Acha tak ingin basa - basi lagi . " Apa ? ” “ Berhenti baca ! Liat Acha bentar , ” pinta Acha . Iqbal menghela napas pelan dan perlahan mengangkat kepalanya . Untuk pertama kalinya , ia menatap Acha sejak kehadiran gadis ini . " Tanya apa ? ” Acha tersenyum senang , akhirnya Ia mendapatkan perhatian dari Iqbal . “ Kapan Iqbal nyatain cinta ke Acha ? ” tanya Acha tanpa ada rasa malu . “ Kan udah , ” jawab Iqbal santai . “ Kapan ? ” balas Acha tak terima . " Kemarin di lorong . " 237 AiBook Page number 238 Acha berusaha sabar . “ Kapan Iqbal nembak Acha ? ” terang Acha sekali lagi . “ Mati lah . ” Acha meredamkan kepalanya agar tetap dingin , ia tak boleh emosi saat ini . “ Maksud Acha , kapan Iqbal ngajak Acha pacaran » tanya Acha memperjelas . " Entar . ” " Entarnya kapan ? Nunggu Acha direbut Juna lagi ? ” ancam Acha “ Emang dia bisa ? ” remeh Iqbal . Acha menggeram , kesabarannya hampir habis . Bagaimana bisa ada pria semenyebalkan ini ! Untung sayang ! Sabar , Natasha ! “ Bisa lah ! Iqbal hati - hati aja , Juna itu masih suka sama Acha . Jadi , Juna



bisa kapan pun rebut Acha dari Iqbal ! ” " Oh , ” sahut Iqbal singkat . “ Iqbal jangan nyesel loh , ya . Kalau Acha direbut Juna lagi , gimana ? ” kesal Acha makin menjadi . Iqbal tersenyum kecil , bahkan sampai tak ada yang mengira bahwa itu adalah sebuah senyuman . “ Gue rebut balik lah , " jawabnya tanpa beban . Di sisi lain Acha langsung terbungkam seribu bahasa . Tidak dapat berkata apa pun . Hanya detakan jantungnya yang terasa berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya . “ Iq . . . Iqbal bakalan rebut Acha balik dari Juna ? ” tanya Acha memastikan " Iya . " “ Ke . . . Kenapa ? " Acha masih tak bisa menahan kegugupannya . " Menurut lo kenapa ? ” Acha mencibir pelan , lagi - lagi pria itu mengeluarkan kebiasaannya . Bertanya balik ketika ditanyai ! “ Ya . . . Menurut Acha , Iqbal suka sama Acha . " " Ya udah . " “ Ya udah apa , Iqbal ? ” sebal Acha tak puas dengan jawaban 190 238 AiBook Page number 239 Iqbal menutup bukunya sebentar , menaruhnya ke sisi lain . Kemudian , ia kembali menatap Acha , kali ini dengan tatapan lebih lekat . " Cha . . . , " panggil Iqbal , suaranya terdengar lembut . " Ke . . . Kenapa , Iqbal ? ” gugup Acha . sugup Acha . “ Nggak apa - apa , manggil aja . " Sial ! Acha menghela napas panjang , berusaha untuk sabar . " Iqbal kok tambah nyebelin sih ! ” gereget Acha . Iqbal terlihat puas , ia tersenyum kecil melihat Acha sudah mencak mencak menahan emosinya . Iqbal memperhatikan Acha , bagaimana menggemaskannya wajah gadis itu . Yah . . . Sangat cantik . " Cha , gue boleh tanya nggak ? " tanya Iqbal mendadak serius lagi . " Tanya apa ? Cepetan ! ” kesal Acha . " Lo . . . . " Iqbal menggantungkan ucapannya . “ Acha kenapa ? ” tanya Acha mulai tak sabar . Iqbal sedikit mendekatkan wajahnya , melihat Acha dengan pandangan yang lebih serius , membuat kekesalan Acha berubah dengan kegugupan yang tak bisa dideskripsikan . “ Iqbal mau tanya apa ? ” Acha mengulang lagi pertanyaannya . “ Lo pernah operasi plastik ? ” What ? Seriously ? Acha terdiam dengan kedua mata terbuka sempurna . Ia berusaha mencerna baik - baik lagi pertanyaan yang baru saja diucapkan oleh Iqbal . " I . . . Iqbal serius tanya itu ? ” " Iya . " Acha mendecak kesal . “ Pertanyaan Iqbal nggak penting banget tau nggak ! Acha udah deg - degan banget kirain Iqbal mau nyatain cinta ke Acha , mau ngajak Acha pacaran ! ” omel Acha . “ Bagi gue penting , ” balas Iqbal masih serius . " Penting dari mananya ? ” " Penting aja . ” Acha mengelus dadanya , berusaha untuk menahan emosinya yang kali ini semakin meluap dan siap untuk meledak . " Acha nggak pernah operasi plastik ! Puas ? ” suara Acha sedikit meninggi kali ini . 239 AiBook Page number 240 Iqbal mengangguk - anggukkan kepalanya , seolah puas karena ta mendapatkan jawaban yang dia mau . dia mau . “ Berarti mitos itu benar , ” ungkap Iqbal . “ Mitos apa ? ” bingung Acha . Iqbal menatap Acha , tersenyum dengan hangat . Iqbal mendekatkan kursinya , menggapai puncak kepala Acha dan mengacak - acaknya gemas “ Kalau bidadari pernah turun ke bumi . ” 240 AiBook Page number 241



BEJO DAN MIRNA MALAM hari di rumah Acha , gadis itu tengah sibuk mengamati pemandangan yang ada di depannya . Lebih tepatnya melihat kegilaan sang Mama yang sedang membawa lightstick BTS , memakai bando BT21 , dan berjoget - joget tak jelas menirukan tarian di video yang terputar di layar televisi . You can call me artist " ARTEESS ! ! ” teriak Kirana kencang . You can call me Idol . “ AEEDOOL ! ! ” tambahnya semakin keras . Acha mengelus dadanya berulang - ulang sembari geleng - geleng . Ketika semua temannya berkata bahwa ia sangat beruntung memiliki emak K - popers . Di situ Acha hanya bisa senyum sambil membaca doa mau tidur dalam hati . Acha mengambil ponsel , tak ada notifikasi sama sekali , terutama dari Iqbal . Acha menghela napas pasrah , meletakkan ponselnya kembali . Mungkin pria itu sedang sibuk . Acha mulai sedikit takut . “ Iqbal beneran udah suka sama Acha nggak , ya ? ” lirihnya lemah . Acha berusaha untuk tetap tersenyum , dan bersabar . Acha kembali melihat ke arah sang Mama . D 241 AiBook Page number 242 LOPE MY DANCE iak Acha mulai “ I LOPE MY SELF , I LOPE MY FANS , LOPE MY DAN , AND MY WHAATTT . . . . " “ Astaghfirullah , Allahu Akbar . Tante - Mama ! ” teriak Acha tak kuasa melihat tingkah over mamanya . " YOU CAN ' T STOP ME LOVIN MY SELP . . . . ” Keesokan pagi , Acha berlari kecil menuju kelasnya . Ia hampir sa telat datang ke sekolah . Acha mengatur napasnya yang tak beraturan Keringat dingin memenuhi leher dan pelipisnya . “ Cha , lo lari - lari ? ” tanya Amanda langsung khawatir . “ Hehe , iya , Nda . Acha hampir telat soalnya , ” jawab Acha sedikit tersenggal senggal . " Ya ampun , Cha . Duduk dulu , " suruh Amanda , membantu menaruh tas Acha dan mendudukkan gadis itu . Amanda segera memberi Acha air mineral . “ Jangan lari larian , lo bisa pingsan . ” Acha menghabiskan setengah botol air mineral yang diberi oleh Amanda . Akhirnya , ia bisa bernapas dengan lega . " Acha nggak apa - apa kok , Nda , " balas Acha berusaha meyakinkan . Amanda geleng - geleng sendiri . " Lo ngapain sih lari - lari segala ? " tanya Amanda masih heran . " Hari ini kan Lomba Adiwiyata , jadi nggak ada pelajaran . Palingan cuma anak kelas sepuluh yang disuruh datang ke aula , " jelas Amanda . Acha mendesis pelan , baru menyadari kebodohannya . “ Acha lupa , Amanda , hehe , " cengir Acha . Amanda berdiri dari kursi . Tangannya membawa dua botol minuman soda dingin . “ Amanda mau ke mana ? ” tanya Acha . " Ke gazebo belakang sekolah . Rian lagi nongkrong sama ya lainnya . Lo mau ikut nggak ? Ada Iq . . . . " “ Acha ikut ! ” seru Acha cepat dengan tubuh yang suda berdiri . 242 AiBook Page number 243 Amanda tertawa pelan , seharusnya ia tidak perlu menanyakan hal itu . Di mana ada Iqbal , pasti Acha akan datang . “ Ayo , " seru Amanda . Mereka berdua beranjak keluar dari kelas , menuju gazebo belakang sekolah . Iqbal menyandarkan tubuhnya , menikmati sepoi - sepoi angin pagi . Sesekali Iqbal melirik teman - temannya yang asyik bercanda . Seperti biasanya , topik hangat mereka adalah membahas silsilah keluarga cireng Mbak Wati .



“ Glen , lo cari pacar sono ! ” suruh Dino . " Pacar ? Hahahaha , ” tawa Glen dibuat - buat dengan alay . “ Makanan macam apa itu ? Apakah itu sejenis cireng diabonin ? Hahahaha . ” " Jomlo kok dari lahir , itu saking terhormatnya apa saking nggak lakunya ? ” ledek Rian membantu Dino . " Hai , kalian manusia - manusia pengabdi cireng Mbak Wati . Shut your cocot ! " " Tinggal lo doang Semut , yang nggak ada pasangannya , " jelas Dino . Glen menunjuk dirinya sendiri . “ Tinggal gue ? Demi apa ? Hah ? Benarkah ? Oh tidak ! ” " Lo kaget apa ayan ? ” sindir Rian tajam . Glen menggerakkan telunjuknya ke arah Iqbal yang sedari tadi diam tak bersuara . “ Nih anak kan juga masih Jomlo , " tuding Glen . Tawa Dino dan Rian meledak ke mana - mana . " Woy Raja Semut , sepupunya Ultraman . Lo ke mana aja ? Nggak denger kabar lo ? ” tawa Dino sedikit mereda . “ Nih anak sibuk streaming Tayo , makanya nggak tau berita ter - HOT , " cerca Rian . Glen menatap kedua temannya dengan bingung , tak mengerti . “ Kabar hot apaan ? Mbak Wati pindah jualan balsem ? ” tanya Glen polos . 243 AiBook Page number 244 “ Bukan , Semut ! Si Iqbal kan udah pacaran sama Acha , " teran Dino . " SERIUS ? DEMI APA ? " teriak Glen tak santai . “ Waah . . Saya kaget yorobun . " Glen dengan cepat mendekati Iqbal , ingin meminta penjelasan secara eksklusif . Glen mulai aksinya , berpose ala - ala wartawan , menjadikan sepatu sisi kanannya sebagai microphone . “ Bang Iqbal Guanna . Selamat pagi . Mohon berikan klarifikasi Anda mengenai kabar hot tersebut , ” ucap Glen sok serius . " No comment , ” jawab Iqbal cepat dan singkat . “ Apakah benar Anda sudah berpacaran dengan anak IPA - C bernama Acha ? ” “ No comment , ” jawab Iqbal seperti itu lagi . " Apakah benar ada hubungan spesial antara Anda dengan Acha ? ” " No comment . ” Glen tak mau menyerah , ia mencoba peruntungan sekali lagi . Melontarkan pertanyaan terakhirnya . “ Menurut Abang Iqbal , apakah saya ganteng ? ” “ Pertanyaan Anda mengandung unsur fitnah yang keji . ” jawab Iqbal lumayan panjang kali ini . Glen mendesis kesal , berniat untuk melemparkan sepatunya ke arah Iqbal . Namun , ia urungkan . Daripada nanti Iqbal malah membalas melemparinya cacian yang kejam ala netizen zaman now . Glen memilih mengalah . “ Jadi , lo beneran pacaran sama Acha apa enggak , Bal ? ” tanya Glen mulai serius kali ini . “ Nggak , ” jawab Iqbal dengan serius juga . Dino dan Rian langsung saling berpandangan . “ Lo seriusan nggak pacaran sama Acha ? ” ulang Dino mendadak kepo . " Iya . ” “ Kata Amanda lo udah nyatain cinta ke Acha ? ” tanya Rian ikut - ikutan . 1 Saudara - sudara ( everyone ) 244 AiBook Page number 245 " Nggak ada . " Glen berteriak gembira . “ HORE , SAYA MASIH ADA TEMEN SESAMA JOMLO . HORE . ” Rian buru - buru mendekati Iqbal , menendang Glen agar jauh - jauh darinya dan tidak merusuh lagi . " Lo beneran nggak jadian sama Acha ? Nggak pacaran ? ” tanya Rian mendesak . " Nggak . " “ Lo suka kan sama Acha ? ” tanya Rian lagi . " Mungkin . " " Terus ? Kenapa lo nggak pacaran ? " " Entahlah . ” Dino ikut - ikutan nimbrung , merasa tertarik . Ia mendekat ke arah Rian dan



Iqbal . “ Lo masih ragu sama perasaan lo ke Acha ? " “ Mungkin . " “ Lo beneran suka nggak sih sama Acha ? ” omel Rian tak mengerti jalan pikiran Iqbal . 173 Iqbal tak menjawab , hanya mengangkat kedua bahunya . Berlagak tak peduli . Iqbal membuang muka , mengalihkan pandangannya ke arah lain . E E Namun , saat itu juga . Iqbal merasa napasnya berhenti untuk beberapa detik . Kedua matanya dengan jelas mendapati keberadaan dua sosok perempuan yang berdiri tidak jauh dari gazebo . Acha dan Amanda . Iqbal hanya fokus dengan Acha sekarang , gadis itu pun sedang menatapnya dengan tatapan yang . . . entahlah . Iqbal ragu untuk mengartikannya saat ini . Apakah gadis itu mendengar semua pembicaraannya dengan teman - temannya ? Sedetik kemudian , Iqbal dapat melihat Acha tersenyum ke arahnya . Terlihat jelas , senyum itu dipaksakan . “ Lo liat apa sih , Bal ? ” heran Rian karena Iqbal tak lagi menyahuti pertanyaannya . 245 AiBook Page number 246 Rian dan Dino segera membalikkan badan , mengikuti arah pandang Iqbal . Dan , mereka berdua langsung membeku di tempat Ikut terkejut pastinya . Situasi di sekitar mendadak menjadi tegang dan hening . Hingga terdengar kembali suara teriakan gila Glen . “ HORE , IQBAL MASIH JOMLO . HORE . ” Sebenarnya , Amanda dan Acha tidak sengaja mendengarnya . Amanda hanya bercanda dan iseng mengajak Acha menguping pembicaran para lelaki itu . Apakah mereka sedang membicarakan dirinya ataupun Acha . Dan , itu memang benar . Amanda tidak menyangka jika pembicaraan mereka semua tentang Acha akan membuat Acha sedih seperti ini . Pagi tadi , setelah mendengar hal tersebut . Amanda langsung menarik Acha untuk kembali ke kelas . Amanda tak ingin membuat Acha semakin tersiksa menghadapi Iqbal dan yang lainnya . “ Lo nggak apa - apa ? ” tanya Amanda sangat khawatir . Sejak tadi pagi hingga bel pulang saat ini Acha hanya diam , berbicara sebutuhnya . Bahkan , gadis itu sama sekali tak keluar dari kelas lagi . “ Jahat banget sih tuh cowok ! Dasar pria batu ! Patung hidup ! " cerca Amanda semakin emosi dengan Iqbal . Bagaimana tidak ? Setelah berkata tidak berperasaan seperti itu . Tidak ada tanda tanda dari Iqbal untuk meminta maaf atau sekadar memberi penjelasan ke Acha . Harusnya pria itu mendatangi Acha ke kelas . Acha membereskan buku - bukunya , memasukkannya ke dalam tas . Untung saja , hari ini jam pulang sekolah lebih cepat dari biasanya . Jam dua belas siang , mereka sudah diperbolehkan untuk belajar di rumah . “ Lo mau langsung pulang ? ” tanya Amanda . " Iya , Acha capek , " jawab Acha lirih . Amanda menepuk pundak Acha pelan . “ Lo pulang dan istirahat . Nggak usah terlalu dipikirin kejadian hari ini . Okay ? " 246 AiBook Page number 247 Acha berusaha untuk tersenyum . " Iya , Nda . Makasih banyak . Acha bangkit dari tempat duduk . “ Acha pulang dulu ya , Nda , ” pamit Acha . “ Hati - hati , Cha . " Acha pun melangkah keluar pintu kelas , meninggalkan Amanda yang terlihat masih mencemaskan dirinya . " Cha . " Kedua kaki Acha berhenti melangkah di ambang pintu . Sebuah suara yang Acha kenal terdengar memanggil namanya . Acha tak langsung menoleh , ia mengatur napasnya sebentar , memaksakan senyumnya untuk mengambang . Acha pun perlahan menggerakkan kepalanya ke samping . Dan , benar saja . Ada Iqbal di sana .



“ Iqbal ngapain di sini ? " tanya Acha berpura - pura tak pernah terjadi apa pun . “ Pulang sama gue , ” ajak Iqbal , ekspresi wajahnya seperti biasa . Sangat tenang . Acha berpikir sebentar , haruskah menerima ajakan itu atau tidak . “ Iqbal mau anterin Acha pulang ? ” seharusnya Acha merasa senang . Namun , kali ini tidak . Acha merasakan hatinya tak keruan dan sedikit berantakan . " Iya . Mau ? ” Acha pun mengangguk pasrah . Ia tak mau membuat Iqbal merasa bersalah ataupun membebani pria itu . Acha merasa tak pantas jika menyalahkan Iqbal . " Iya , Iqbal . Acha mau , " jawab Acha menyetujui . " Ayo . ” Mereka berdua berjalan ke arah parkiran . Acha menatap punggung Iqbal . Pria itu masih saja berjalan di depannya . Tidak menunggunya . Lagi - lagi Acha hanya bisa tersenyum kaku . Miris sekali nasibnya . 247 AiBook Page number 248 Mereka berdua telah sampai di depan motor Iqbal . Keduanya membisu , tak saling berbincang lagi . Acha juga tak secerewet biasanya Tentu saja , Iqbal tahu alasan Acha bertingkah seperti itu . Karena dirinya . “ Acha bisa sendiri , " ucap Acha menolak bantuan Iqbal membantu mengambilkan helm yang ada di bagian belakang motornya . " Oke . " Setelah itu , mereka segera naik ke motor dan beranjak meninggalkan sekolah . Membiarkan beberapa siswa yang melihat kejadian tersebut mulai berspekulasi tidak jelas . Menebak apakah Iqbal dan Acha sudah pacaran atau belum . Acha mengedarkan pandangannya , bingung dengan tempat pemberhentian mereka sekarang . Acha segera turun menuruti ucapan Iqbal walau ia masih tak mengerti di mana tempat ini . Iqbal tidak mengantarnya pulang . “ Kita di mana Iqbal ? ” tanya Acha melepas helmnya . " Ikut aja , " ucap Iqbal misterius . Acha mengangguk , menuruti ucapan Iqbal . Mereka berdua berjalan keluar dari parkiran , melangkah dengan pasti masuk ke dalam gedung yang cukup tinggi tersebut . Mungkin bisa dibilang sebuah perusahaan . Iqbal masuk ke dalam lift , Acha mengikuti dengan ekspresi takut dan canggung , banyak pasang mata yang memandang mereka berdua , mungkin heran mendapati anak sekolahan yang masuk di area karyawan . Mereka berdua keluar dari lift di lantai paling atas , Iqbal masih terus saja berjalan tak menjelaskan apa pun . Pria itu masuk ke pintu tangga darurat dan menaiki satu per satu anak tangga . Sampai tiba di sebuah pintu . Iqbal membukanya dan keluar dari sana . Acha pun masih mengikuti dengan pasrah . 248 AiBook Page number 249 Dan , akhirnya Acha tau ke mana Iqbal membawanya . Mereka berdua saat ini berada di rooftop gedung , mulut Acha sedikit terbuka , pemandangan yang sangat indah terpancar jelas di kedua matanya . Meskipun sinar matahari masih menyengat cukup panas , namun tak menghalangi keindahan yang bisa dilihatnya di atas gedung . Acha berjalan terus tanpa sadar ke ujung pembatas tembok , la terkagum dengan pemandangan rumah - rumah dan keramaian jalanan di bawah sana . Langit siang yang cerah menambah kesempurnaan dari pemandangan yang dilihat Acha saat ini . Sangat cantik . Angin berembus menerpa wajah Acha , menerbangkan beberapa helai rambut Acha yang terlepas dari kepangannya . Acha tersenyum kecil , menyegarkan pikirannya . Ia berusaha melupakan sejenak kejadian di sekolah . Gedung tempat kedua kaki Iqbal dan Acha berpijak saat ini adalah gedung perusahan milik orangtua Glen . Iqbal sangat sering ke sini jika mood - nya buruk atau sedang merasa hampa . Karena pemandangan di atas gedung ini memang sangatlah indah , apalagi ketika malam hari , sangat menakjubkan . “ Iqbal , ” panggil Acha . “ Rumah Acha keliatan nggak dari sini ? ” tanya Acha .



Iqbal berjalan mendekat . Merasa senang akhirnya Acha mengajaknya bicara duluan . “ Cari aja , ” jawab Iqbal . Acha menyipitkan kedua matanya , untuk memperjelas jarak pandangnya . Ia benar benar berniat untuk mencari atap rumahnya dari atas gedung tersebut . Iqbal geleng - geleng melihat kelakuan Acha , ia melangkah lebih dekat , berdiri di samping Acha . Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha pelan . “ Nggak keliatan , Cha , " decak Iqbal gemas . Acha mendesis pelan , merasa kecewa karena rumahnya tidak bisa terlihat dari tempatnya berdiri saat ini . Mereka berdua terdiam , terjadi keheningan untuk beberapa saat , menikmati keindahan di sekitar mereka . 249 AiBook Page number 250 Iqbal menoleh ke Acha . diam - diam menatap gadis itu dengan lekat . “ Cha , ” panggil Iqbal pelan . Acha masih diam tak langsung menyahut . Ia menyiapkan hati dan mentalnya terlebih dahulu . " Gue ma . . . . " “ Boleh Acha duluan yang bicara nggak , Iqbal ? " potong Acha cepat . Ia menatap Iqbal sedikit memohon . " Oke . " Acha tersenyum lega . Ia mengatur napasnya sebentar , setelah itu la mulai membuka suaranya . Acha mengangkat kepala dengan yakin dan membalas tatapan Iqbal dengan berani . “ Maaf , Iqbal , " ucap Acha menggantung . “ Untuk ? ” “ Acha tadi dengar percakapan Iqbal dan yang lainnya di gazebo belakang sekolah , ” jawab Acha . " Cha , itu ma . . . . " “ Acha tau kok , Iqbal belum sepenuhnya suka sama Acha . Acha juga tau kalau Iqbal masih belum yakin dengan perasaan Iqbal . Acha nggak mau maksa perasaan Iqbal . Acha nggak mau Iqbal suka sama Acha karena terpaksa . ” " Cha , gue bisa jela . . . . " " Acha akan nunggu Iqbal sampai Iqbal bener - bener suka sama Acha , Iqbal nggak kepaksa suka sama Acha , Iqbal udah yakin sama perasaan Iqbal ke Acha . ” Acha memaksakan senyumnya untuk mengembang di paras cantiknya . " Acha akan tunggu kok , Iqbal . ” “ Acha akan tunggu sampai Iqbal mau ngakuin kalau Iqbal udah suka sama Acha , Iqbal udah sayang juga sama Acha , Iqbal balas cinta Acha , dan Iqbal ngakuin keberadaan Acha . Acha masih bisa tunggu kok . ” Acha dapat merasakan dadanya terasa sesak saat ini . Acha berusaha untuk kuat . Walaupun kedua matanya mulai memanas . Acha menahannya agar tak ada setetes pun air mata yang jatuh . 250 AiBook Page number 251 " Mulai sekarang , Acha nggak bakalan tanya lagi kapan Iqbal nyatain cinta ke Acha , kapan Iqbal ngajak Acha pacaran . Acha benar - benar akan tunggu sampai Iqbal buka hati Iqbal sepenuhnya untuk Acha . " Acha menundukkan kepalanya yang mulai melemah . “ Maafin Acha , Iqbal . ” Iqbal menghela napas berat , merasa sangat bersalah . Kenapa ia selalu membuat gadis ini sedih ? Apa yang diragukannya ? Gadis ini begitu tulus memberikan seluruh rasa cinta untuknya . " Cha , ” panggil Iqbal terdengar lembut tak sedingin biasanya . " Bentar Iqbal , jangan panggil Acha dulu , " balas Acha masih dengan posisi tertunduk . “ Kenapa ? " bingung Iqbal . “ Air mata Acha mau netes , tapi Acha coba tahan . Acha nggak mau Iqbal liat Acha nangis , ” jawab Acha dengan jujurnya . Iqbal tertegun sekaligus takjub mendengar kejujuran dan kepolosan Acha . Iqbal tak



bisa menahan bibirnya untuk tersenyum . " Natasha , ” panggil Iqbal . Tangannya bergerak menyentuh dagu Acha , dan mengangkat kepala Acha pelan - pelan . Iqbal melihat jelas wajah Acha dipenuhi dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya . Iqbal merasa bertambah bersalah membuat gadis ini menangis seperti ini . “ Maafin gue , ” ucap Iqbal sangat tulus . . Acha menggelengkan kepalanya cepat . “ Iqbal nggak perlu minta maaf . Bukan salah Iqbal , kok . " “ Jangan nangis . " “ Acha nggak nangis . Air mata Acha aja yang nakal turun - turun sendiri , ” balas Acha dengan mimik wajah yang cukup lucu . Gadis itu menahan dirinya untuk tidak terisak . Iqbal merapikan beberapa helai rambut Acha yang berantakan , kemudian menghapus bercak - bercak air mata di pipi Acha . “ Senyum buat gue , ” pinta Iqbai . DE " Nggak bisa , " tolak Acha cepat . " Kenapa ? ” 251 AiBook Page number 252 “ Kan Acha lagi nangis . Masa Acha senyum ? Nggak bisa Iqbal . Acha nggak bisa senyum sekarang . " * Kalau gue yang senyum buat lo , lo mau berhenti nangis ? ” Acha merasakan hatinya yang tadinya gundah dan terasa sesak menjadi sedikit melega . Perkataan Iqbal tadi berhasil membuatnya bisa bernapas kembali , perlahan menghilangkan semua rasa khawatirnya , “ Acha boleh minta satu permintaan nggak , Iqbal ? " tanya Acha tiba - tiba . - tiba . “ Permintaan ? " " Iya . " " Apa ? " " Iqbal bakalan kabulin ? ” " Apa dulu ? ” S Acha menarik napas sebentar dan mengembuskannya pelan . Ia menghentikan tangisnya terlebih dahulu . Kemudian , menatap Iqbal penuh harap . “ Acha mau Iqbal tersenyum buat Acha . Bukan senyum dingin , bukan senyum cuek , bukan senyum kebencian . Tapi sebuah senyuman yang tulus ke Acha , " pinta Acha sungguh - sungguh . “ Senyum yang menunjukkan rasa suka Iqbal ke Acha . " Acha dapat merasakan jantungnya berdegup kencang setelah mengatakan permintaannya itu , kedua matanya saling bertatapan begitu dalam dengan Iqbal . Pria itu terus saja memandanginya . Acha meremas jemarinya yang mulai mengeluarkan keringat dingin . “ Hanya itu ? ” tanya Iqbal tenang . “ Acha cum . . . . " Kalimat Acha terhenti begitu saja , tubuhnya menegang seketika . Acha merasakan pelukan yang sangat hangat dan menenangkan untuk pertama kali dari seorang pria yang sangat ia suka . Yah . . . Iqbal tiba - tiba menarik lengan Acha dan langsung mendekap tubuh Acha ke dalam pelukannya dengan sangat erat . Iqbal dapat merasakan detakan jantung Acha yang berpacu cepat dan tubuh gadis itu pun membeku di tempat . 252 AiBook Page number 253 Iqbal tersenyum , gemas dengan tingkah Acha saat ini . “ Maafin gue , Natasha . ” Tangis Acha memecah kembali . Entahlah , Acha tidak bisa menjelaskan apakah ini sebuah tangis kebahagiaan atau ketakutan " Gue nggak bermaksud berkata seperti tadi pagi . Gue cuma bingung gimana cara jelasin ke sahabat - sahabat gue , bukannya ragu dengan perasaan gue sama lo . ” Iqbal perlahan melepaskan pelukannya , menatap Acha dengan senyum yang sangat hangat dan manis . Senyum yang jarang Iqbal tunjukkan kepada siapa pun . Senyum yang bisa membuat semua kaum hawa meleleh . “ Lo nggak perlu takut , nggak perlu khawatir , bahkan nggak perlu nunggu lagi . Karena gue akan memundurkan langkah gue dan nunggu lo supaya langkah kita bisa terus sejajar . ” Iqbal tersenyum kecil , membelai rambut Acha . " Gue akan berada di samping lo mulai sekarang , Natasha , " ungkap Iqbal . “ Seperti yang lo inginkan . ”



Acha masih saja terus menangis , tak menyangka Iqbal akan berkata seperti itu . Acha tak bisa berkata apa pun lagi . Suara isakannya mewakili perasaanya . Kali ini , Acha sangat tau bahwa tangisannya adalah sebuah tangis kebahagiaan . “ Jangan nagis lagi , Natasha . " Setelah puas menikmati pemandangan dari atap gedung tinggi . Iqbal dan Acha bergegas untuk pulang . Iqbal melajukan motornya dengan kecepatan sedang , keadaan Acha sudah lebih baik dari beberapa jam yang lalu . Gadis itu sudah tidak menangis , bahkan bibirnya pun mulai tersenyum . Acha mendekatkan wajahnya ke bahu Iqbal . “ Iqbal , ” panggil Acha setengah berteriak agar pria itu dapat mendengar panggilannya . “ Apa ? ” sahut Iqbal kembali ke sikap dinginnya . 253 AiBook Page number 254 Acha boleh pegangan di niutnya memperkuat k membuat Acha Acha berdeham sebentar . " Acha . . . Itu . . . Acha boleh des pinggang Iqbal ? ” tanya Acha hati - hati . “ Kan Acha takut nanti kalau Acha jatuh nanti sapi - sapi Acha nangis , " lanjutnya mempe alibi . Tak ada jawaban dari Iqbal untuk beberapa detik membuat menjadi waswas sendiri . Ia pasti sangat malu jika mendapat penolal Acha menggigit bibirnya gugup . “ Nggak boleh ya , Iqbal ? ” tanya Acha lagi karena tak ada jawa dari pria di depannya . Iqbal mengangguk singkat . “ Peluk aja . " Acha langsung tersenyum senang , tanpa menyia - nyiakan kesempatan paling berharga ini Acha segera mendekatkan tubuhnya dan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Iqbal . Acha memeluknya dengan sangat erat . " Acha sayang sama Iqbal , ” ucap Acha dengan lantang . Tak ada jawaban dari Iqbal . Namun , dua sudut bibir Iqbal terangkat , membentuk sebuah senyuman . Senja menyambut , hari sudah berganti sore . Setelah mengantarkan Acha pulang , Iqbal segera balik ke rumahnya . Membersihkan diri terlebih dahulu dan mengganti baju santai . Iqbal membawa laptopnya , berjalan ke teras rumah . Suara kicauan Bejo dan Mirna menyambut sang kakak , Iqbal . Iqbal melihat ke arah Bejo dan Mirna sebentar , sepertinya Papa belum memasukkan anak - anak angkatnya itu . Iqbal duduk di kursi teras dan memainkan laptopnya , tak memedulikan Bejo dan Mirna yang terus berkicau meminta perhatiannya . Iqbal menghela napas berat , mulai terganggu dengan suara Bejo dan Mirna . Iqbal menatap kembali kedua lovebird itu . " " Kakak Iqbal ini lagi sibuk , adek - adek ini bisa diam tidak ? " Dan , luar biasanya , dua burung itu langsung terdiam . Bejo la Mirna tak berkicau lagi hanya menggerak - gerakan tubuhnya tak 254 AiBook Page number 255 Iqbal sendiri cukup takjub dengan yang dilihatnya barusan . Tiba - tiba sebuah pertanyaan tercetus di otak Iqbal . Iqbal menatap ke arah Bejo dengan serius . “ Jo , lo dulu nyatain cinta ke Mirna kayak gimana ? " tanya Iqbal ke burung berwarna hijau , merah , dan kuning tersebut . Entahlah , mungkin Iqbal sudah terlalu frustrasi tak menemukan cara untuk menyatakan cinta ke Acha . wa ke Acha . Iqbal masih diam , menunggu jawaban dari Bejo . Iqbal menghela napas kembali sembari geleng - geleng . Jari telunjuknya ia arahkan ke Bejo . “ Bisu nih burung ! " Iqbal memilih untuk masuk ke ruang tamu , mengganti tempat duduknya . Ia merasa terganggu dengan kicauan burung - burung kesayangan papanya itu . Iqbal membuka browser di laptopnya , kemudian mengetikkan sesuatu di kotak engine - search . Cara menyatakan cinta ke cewek yang romantis .



Banyak sekali artikel yang Iqbal temukan . Iqbal membukanya satu per satu . Ia membutuhkan banyak referensi saat ini . Iqbal membaca dengan saksama dari atas sampai bawah . “ Mengungkapkan cinta di tempat romantis ? " Iqbal mendesis pelan , ini sangat sulit dilakukannya . " Susah ! ” Iqbal membaca tips kedua . “ Menyatakan cinta dengan kejutan tidak terduga ? " Iqbal terdiam sebentar , berpikir keras . “ Gue kasih cirengnya Mbak Wati lima ratus biji , kaget nggak , ya , dia ? ” Iqbal menghela napas pelan . Kepalanya mulai terasa berat . Ia membaca tips yang terakhir . “ Menyatakan cinta dengan membuat lagu atau puisi ? ” Iqbal menggerutu sendiri dengan kepala bergerak ke kanan - kiri bergantian , kedua keningnya berkerut . “ Lah , dikira gue Melly Goeslaw ? " 255 AiBook Page number 256 abah frustrasi , Iqbal menutup laptopnya dengan raut wajah bertambah frustr menjambak - jambak rambutnya sendiri dan kedua kakinya menendan nendang di bawah meja yang sebenarnya tak ada apa pun . Iabal merasakan beban yang berat untuk menyatakan cinta ke perempuan . “ Ini lebih susah daripada menyelesaikan soal Olimpiade Fisika lima lembar . ” gumamnya dengan yakin . Iqbal berdiri , membawa laptopnya dan bersiap beranjak untuk kembali ke kamarnya . “ BAL , MAU MAGRIB . ADIK - ADIKMU BAWA MASUK KE DALAM SEKARANG , NANTI KESURUPAN . ” Suara lantang sang Papa dari ruang tengah membuat Iqbal mengurungkan langkahnya . Iqbal terdiam cukup lama , seolah merenungkan sesuatu yang penting . Sepertinya , Iqbal harus mulai membiasakan diri dengan kehadiran Bejo dan Mirna . “ Jangan - jangan Papa gue yang kesurupan . ” Iqbal mendesah berat dan dengan berat hati berjalan keluar rumah untuk memasukkan burung kesayangan papanya . Si Bejo dan Si Mirna 256 AiBook Page number 257 PACAR PERTAMA LANGIT kota Jakarta semakin menghitam , menghalangi Sang Surya yang masih berusaha menerobos untuk memberikan cahayanya . Dalam hitungan tak sampai satu menit , rintik demi rintik mulai berjatuhan , membasahi kota metropolitan ini . Hujan turut tepat saat Acha dan Iqbal sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah . Iqbal pun segera meminggirkan motornya , mencari tempat berteduh di depan toko bangunan yang memiliki parkiran cukup luas . “ Iqbal nggak bawa jas hujan , ya ? ” tanya Acha . “ Nggak , ” jawab Iqbal sangat cepat . Acha mengembuskan napas berat , sedikit menunduk . Ia juga lupa membawa jaket tadi pagi . Acha tidak menyangka akan hujan deras hari ini . Acha mengusap - usap tubuhnya yang sedikit kedinginan . Sesekali Acha melirik ke samping , melihat Iqbal yang memakai jaket cukup tebal , sedikit berharap bahwa pria itu akan berbuat hal romantis untuknya . Namun , Acha dengan cepat membuang jauh - jauh keinginan itu . Karena Acha yakin hal itu tidak akan mungkin terjadi . “ Dingin ya , Iqbal , udaranya , ” ucap Acha sedikit memberikan kode - kode . " Iya , ” sahut Iqbal singkat . 257 AiBook Page number 258 Tuh kan , apa Acha bilang ! Mana peka Iqbal . Mungkin dia peka hanya saja pria itu juga tidak ada niatan untuk memberikan jake . . . untuk Acha . Acha mendadak ingin mencoba , penasaran dengan reaksi dan jawaban Iqbal . Acha menoleh ke samping . “ Iqbal , ” panggil Acha .



" Apa ? ” " Acha kedinginan . " Iqbal menatap Acha , memperhatikan gadis itu sebentar . “ Terus ) » “ Pinjemin jaket Iqbal . Biar Acha nggak kedinginan . ” “ Nggak , ” tolak Iqbal cepat . “ Kenapa ? " " Gue juga dingin . " Acha mendengus pasrah , “ Ya udah deh kalau gitu . Acha nggak jadi pinjem . ” . " Oke . " Dan , Iqbal kembali menghadap lurus ke depan . Tak memedulikan Acha yang sudah mengumpati dirinya sendiri . Hujan mulai reda , meninggalkan rintik - rintik kecil saja . Banyak pengendara yang berteduh mulai melaju kembali . “ Ayo , ” ajak Iqbal . " Iya , Iqbal , ” balas Acha lemah , ia masih sedikit kesal karena kejadian beberapa menit yang lalu . Acha berjalan di belakang Iqbal dengan langkah gontai . Awas aja kalau suatu saat Iqbal pinjem jaket Acha , sampai sujud - sujud nggak bakal Acha pinjemin , sumpah Acha dalam hatinya . Acha doain Iqbal dikutuk sapi sapi Acha ! “ Lo nggak naik ? ” tanya Iqbal menyadarkan Acha . “ Ah . . . Iya , Iqbal , maafin Acha . " Acha pun segera menaiki motor Igbal . Mereka kembali meneruskan perjalanan yang tertunda . MM 258 AiBook Page number 259 Acha dan Iqbal akhirnya tiba di tempat tujuan dengan selamat , lebih tepatnya di rumah Acha . Acha turun dari motor , berjalan mendekati Iqbal . “ Iqbal , ” panggil Achat E nd “ Apa ? " “ Lepasin helm Acha , " pinta Acha . Iqbal melirik ke Acha . “ Masih punya dua tangan berfungsi , kan ? " sindir Iqbal tajam . " Lepas sendiri , ” tolaknya untuk kesekian kalinya . " Cih , " decih Acha kesal . Ia pun melepaskan helmnya sedikit brutal dan memberikan ke Iqbal . “ Nggak kayak pacarnya Mira , temen Acha , yang romantis banget ! ” “ Gue denger . ” Acha tak peduli . Ia dengan cepat membuang muka . Iqbal melepaskan helmnya , kali ini kedua matanya benar - benar menyorot wajah cemberut Acha . " Cha , ” panggil Iqbal . " Nggak usah panggil - panggil Acha ! ” ketus Acha . “ Oke . " Acha mendecak sebal , ia dengan cepat mengalihkan pandangannya ke Iqbal lagi . “ Kenapa Iqbal manggil Acha ? ” tanya Acha yang penasaran juga . " Gue boleh mampir ? ” " Hah ? ” Acha mendadak kaget . Apa ia tidak salah dengar ? “ Gue boleh mampir sebentar ? ” ulang Iqbal . “ Ma . . . Mampir ke rumah Acha ? " “ Hm . ” Kedua mata Acha terbuka sempurna , memandang Iqbal . Apakah pria ini benar - benar sadar dengan permintaannya . " Boleh nggak ? " tanya Iqbal lagi . “ Boleh , Iqbal . Boleh banget , " jawab Acha , ia langsung tersenyum senang . " Ayo , Iqbal , masuk ke rumah Acha , ” ajaknya . Iqbal mengangguk , ia segera turun dari motornya . Kemudian , mengikuti Acha yang sedang membuka gerbang rumahnya . 259 AiBook Page number 260 Iqbal beberapa kali mengembuskan napasnya , ia tampak sedikit gelisah . Bagi Iqbal , ini pertama kalinya ia datang ke rumah seorano perempuan . Tak dapat dimungkiri , Iqbal merasa gugup . Yah , untuk pertama kali dia akan memasuki rumah tema . perempuanya , dan terlebih lagi rumah ini adalah rumah Acha . Gas yang disukainya . Iqbal berhenti di depan pintu rumah Acha . “ Ayo Iqbal , masuk , ” ajak Acha bersemangat . “ Ada orangtua lo di dalam ? ” tanya Iqbal .



Acha menggeleng cepat . “ Tante - Mama belum pulang , mungkin masih di butik . ” “ Tante - Mama ? ” bingung Iqbal , merasa sedikit familer karena Acha cukup sering mengatakannya . “ Mama tiri Acha , " jawab Acha . " Papa lo ? ” “ Acha nggak punya Papa . Acha cuma tinggal sama Mama tiri Acha . " " Oh , sorry . " Acha tersenyum kecil , “ Nggak apa - apa , Iqbal . Santai aja . " Iqbal membalas senyum Acha . Sedikit kaku . " Ayo masuk , ” ajak Iqbal dengan tak berdosanya . “ Kan ini rumah Acha , Iqbal . ” “ Oh iya . ” " Ayo Iqbal , masuk ke rumah Acha , " ajak Acha dengan senyum cantik yang tetap bertahan di wajahnya . Iqbal menggeleng , “ Di teras rumah lo aja , " balas Iqbal sembari menunjuk ke sebuah sofa panjang yang ada di teras Acha . “ Kenapa di sana ? Masuk aja . Di luar dingin . ” " Di rumah lo nggak ada orang . " “ Kenapa emangnya kalau nggak ada orang ? Ya , makanya kita masukin rumah Acha biar ada orangnya , " jawab Acha dengan lugunya . 260 AiBook Page number 261 Iqbal tersenyum mendengar celotehan Acha yang sangat lucu dan cukup masuk akal . “ Di luar aja , Cha . " " Iqbal takut , ya , masuk rumah Acha ? Takut digrebek satpam ? Kan kita nggak ngapa - ngapain ? Emang Iqbal mau ngapa - ngapain sama Acha ? ” " Hah ? ” Iqbal mendadak bingung , perkataan Acha terlalu panjang dan bertempo cepat . “ Ya udah kita duduk di sofa teras aja , " sahut Acha mengalah . Iqbal mengangguk cepat . Ia pun segera duduk di sofa tersebut . " Iqbal mau minum apa ? ” tanya Acha menawari . “ Terserah . " " Maaf Iqbal , di rumah Acha nggak punya minuman terserah , ” jawab Acha dengan senyum yang mengembang lebar . " Air putih aja . " “ Kenapa air putih ? Di rumah Acha banyak macam minuman kok , Iqbal . Ada jus jeruk , jus apel , lemon tea , dan ada susu sapi juga kalau Iqbal mau , ” jelas Acha panjang lebar . Iqbal berusaha sabar . “ Ya udah , terserah lo Cha . " " Oke , Acha ambilin minuman terserah Acha . ” Dan , gadis itu langsung melenggang masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Iqbal yang mendadak tercengang dengan tingkah Acha barusan . Untung suka . Tak lama kemudian , Acha datang dengan membawa segelas minuman . Acha meletakkannya di meja kayu bundar berukuran sedang yang ada di depan Iqbal . " Ini apa ? ” tanya Iqbal memastikan minuman di hadapannya . “ Air putih , ” jawab Acha dengan bangga . Iqbal kembali dibuat tercengang , ia mendadak tertawa pelan karena tingkah Acha yang sangat ajaib . Iqbal menatap Acha yang duduk di sampingnya dengan ekspresi santai seolah tak ada apa pun . 261 AiBook Page number 262 Iqbal melihat Acha sudah mengganti seragamnya dengan bain , santai . Yah , apa pun yang dikenakan gadis itu , kecantikannya to akan pernah hilang . Akan tetap di sana . Mereka berdua mendadak diam , keadaan hening seketika . Baik Iqbal maupun Acha tampak bingung harus membuka topik pembicaraan apa . " Cha . " “ Iqbal . " Keduanya memanggil bersamaan , saling bertatap cukup lama membuat kecanggungan bertambah . " Lo duluan , " suruh Iqbal . “ Iqbal duluan aja , " balas Acha gugup . " Oke , gue duluan , ” timpal Iqbal tak mau menjadikan hal ini berkepanjangan . “ Jangan ! Acha duluan aja , " cegah Acha cepat sebelum Iqbal membuka suaranya kembali .



Iqbal tertegun sejenak , kemudian mengangguk mengalah . " Oke . " Acha merasakan tubuhnya menegang , dan terasa panas dingin . Acha mengembuskan napasya beberapa kali , berusaha untuk menenangkan detak jantungnya yang mulai tak terkendali . S Acha memberanikan diri menatap Iqbal yang tengah menunggunya . “ Minggu depan ulang tahun Acha . Iqbal mau nggak jadi penerima kue pertama Acha di pesta sweet seventeen Acha ? ” pinta Acha . Ia menunggu jawaban Iqbal dengan cemas . Tentu saja Acha takut Iqbal akan menolaknya . “ Minggu depan ? ” “ I . . . Iya , Iqbal . Minggu depan . Iqbal bisa ? " “ Oke , " jawab Iqbal menyetujui . Acha langsung bersorak senang dalam hati , tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya . Acha jadi semakin tak sabar menanti hari itu tiba . “ Makasih , Iqbal . ” “ Hm . " Acha mendadak teringat sesuatu . “ Iqbal , Acha boleh ajuin permintaan satu lagi ? ” 262 AiBook Page number 263 " Apa ? ” " Minggu depan waktu Iqbal datang ke ulang tahun Acha , Iqbal bawa kado sapi besar , ya . Satu aja , nggak usah banyak - banyak . Tapi yang beeessaaar . ” Iqbal mengerjapkan kedua matanya beberapa kali . Sekali lagi dibuat takjub dengan tingkah Acha . Baru kali ini ia bertemu dengan orang yang menentukan kado ulang tahunnya sendiri . “ Iqbal nggak mau , ya ? ” tanya Acha mulai takut karena tak ada respons dari Iqbal . Yah , Iqbal masih saja diam tanpa mengalihkan pandangannya dari Acha sedikit pun . “ Kalau Iqbal keberatan bawa satu boneka sapi buat Acha , Iqbal boleh kok bawa dua boneka sapi . Acha akan jadi kakak yang baik buat sapi - sapi Acha , " tawar Acha tanpa dosa . Dan , lagi - lagi Iqbal dibuat tak bisa berkata - kata . Ia tetap diam , membungkam bibirnya . Mungkin lebih tepatnya Iqbal bingung harus merespons bagaimana . Sedangkan Acha mendadak kesal sendiri karena Iqbal tak menjawab pertanyaannya , membuatnya malu saja . “ Iqbal beneran nggak mau ya bawain Acha boneka sapi ? ” Iqbal tak menjawab dan kekesalan Acha menjadi berlipat . Acha mendengus sebal . Ia membuang muka , merasa tidak dihiraukan . “ Ya udah sih kalau nggak mau ! Acha juga bisa beli sendiri , ” kesal Acha . " Tinggal bilang iya atau nggak , susah banget ! Sapi - sapi Acha aja kalau diajak ngobrol masih bisa nyahutin moo00 gitu ! Iqbal kok susah banget diajak ngomongnya ! ” omel Acha panjang lebar . Iqbal menahan tawanya , melihat wajah kesal Acha begitu menggemaskan . " Cha , ” panggil Iqbal . “ Nggak usah panggil - panggil Acha ! ” ketus Acha . “ Natasha . " " Acha lagi marah ini , Iqbal nggak usah panggil - panggil ! " Iqbal menjulurkan tangannya , mengacak - acak puncak kepala Acha dengan gemas . “ Sayang . ” qual . 263 AiBook Page number 264 Panggilan Iqbal kali ini berhasil membuat Acha langsung membeku . di tempat Acha dengan cepat menyadarkan diri , ia menepis kasar tangan Iqbal dari kepalannya . Acha menolehi ke Iqbal , dengan tatapan benci “ Nggak usah panggil - panggil sayang ! ” protes Acha berlagak tak suka . " Kenapa ? ” “ Pacaran aja nggak , manggilnya sayang . Emang Acha cewek apaan ? Acha ini masih punya harga diri , ” tukas Acha sok jual mahal . Iqbal mengangguk - anggukkan kepalanya beberapa kali , bibirnya setengah



tersenyum . “ Ya udah , ” balas Iqbal dingin . Acha melebarkan kedua matanya , terkejut dengan perkataan Iqbal barusan . Emosi Acha mendadak kembali meluap . " Apanya yang ya udah ? ” kesal Acha bertambah . Tidak mengerti dengan jalan pikiran Iqbal yang tak mudah untuk ditebak . Acha menatap Iqbal tajam , pria itu malah tersenyum sangat manis ke arahnya . “ Ya udah apa Iqbal ? ” desak Acha tak sabar . “ Ya udah , kita pacaran aja , " jawab Iqbal terang - terangan . Acha terbungkam , otaknya mencerna baik - baik ucapan Iqbal barusan . Ia mengatur detak jantungnya yang mulai berdegup cepat . Acha menggigit bibirnya , menahan rasa gugupnya . Acha bingung harus merespons bagaimana , bibirnya mendadak kelu , sulit untuk dibuka . Kalimat Iqbal barusan tidak pernah ia sangka sama sekali . Acha dapat merasakan tatapan Iqbal yang begitu dalam , membuat tubuhnya bergejolak semakin tak keruan . Acha ingin pingsan saja rasanya . " I . . . Iqbal ngajak Acha pacaran ? ” tanya Acha terbata - bata . " Iya . ” Acha tak bisa menahan bibirnya untuk mengembang , hatinya berteriak - teriak dan berpesta di dalam tubuhnya . “ Gimana ? " tanya Iqbal menunggu . " Ap . . . Apanya , Iqbal ? ” " Mau nggak ? " 264 AiBook Page number 265 Tubuh Acha menggeliat , pipinya bersemu merah merona tersenyum malu . “ Mau . ” jawab Acha tanpa pikir panjang lagi sembari menganggukkan kepalanya seperti anak kecil . Iqbal terkekeh pelan melihat tingkah Acha , gadis itu sangat menggemaskan . Acha menundukkan kepalanya , merasa malu . Hatinya semakin berjerit - jerit di dalam sana . Acha sangat senang . Penantian lamanya akhirnya terjawab . Acha masih tak menyangka bahwa Iqbal akan menyatakan cinta seperti tadi , sangat sederhana namun terasa begitu manis , bahkan mampu membuat Acha hampir hilang kendali . “ Iqbal , ” panggil Acha memberanikan diri . “ Apa ? " balas Iqbal dengan suara dan tatapan tetap tenang . " Ja . . . Jadi , mulai sekarang , Iqbal dan Acha pacaran ? ” tanya Acha memastikan sekali lagi . Jujur , Acha masih belum percaya akan hal ini . " Iya , ” jawabnya cepat tanpa beban . Jantung Acha hampir ingin berhenti berdetak , Acha mengepalkan kedua tangannya , menahan diri untuk tidak menjerit melampiaskan kebahagiaan . Iqbal membuat Acha hampir seperti orang gila . “ Makasih , Iqbal , ” ucap Acha malu - malu . Tak ada jawaban dari Iqbal , pria itu kembali diam . Acha mengangkat kepalanya , memberanikan diri untuk menoleh ke arah Iqbal . Acha melihat Iqbal mengeluarkan sesuatu dari saku celananya . “ Buka telapak tangan kamu , " suruh Iqbal . Acha menurut saja , walaupun masih bingung dengan pikiran penuh tanda tanya . Acha membuka telapak tangan kanannya , menyodorkan ke Iqbal . Iqbal memberikan sebuah gelang yang sangat lucu dengan gantungan kupu - kupu kecil mengelilingi gelang tersebut . Iqbal meletakkannya di atas telapak tangan Acha . 265 AiBook Page number 266 bisa menahan " Buat Acha ? " tanya Acha memastikan . Ia tak bisa mena bibirnya untuk tidak tersenyum lebih lebar , ia sangat menyukai gelane pemberian Iqbal . “ Hm , " jawab Iqbal singkat seperti biasa . Acha memegang gelang tersebut , senyumnya lebih merekah . Gelangnya terlihat sangat lucu dan cantik . “ Pasangin , " pinta Acha “ Pasang sendiri , ” tolak Iqbal cepat tak berperasaan . Acha mendengus pelan , sorot matanya berubah tajam . " Romantis dikit kek Iqbal ! Cepet pasangin , ” paksa



Acha . Iqbal menghela napas berat , mengangguk mengiakan . Ia mengambil gelang tersebut dari Acha dan segera memasangkannya di pergelangan tangan kanan Acha . " Cantik , " ucap Iqbal pelan . “ Siapa ? Acha atau gelangnya ? " tanya Acha menggoda . “ Gelangnya lah , " jawab Iqbal tanpa berpikir panjang Acha melengos pasrah , seorang Iqbal Guanna tetaplah Iqbal Guanna yang berhati dingin . Tidak dapat diubah . Acha berusaha tak memedulikannya , yang terpenting ia sangat bahagia saat ini . Acha memainkan pergelangan kanannya . Terlihat sangat lucu . E ty Acha kembali menoleh ke arah Iqbal , pria itu masih memandanginya . Mereka saling tatap dalam kebisuan untuk waktu yang cukup lama . " Jangan diliatin terus , Acha jadi malu , " ucap Acha , menyerah dalam pertandingan singkat itu . Pipi Acha kembali memanas . Acha secepatnya mengalihkan pandangannya . " Kenapa ? ” goda Iqbal . “ A . . . Acha bisa salah tingkah kalau Iqbal liat Acha lama - lama , " jawab Acha sangat jujur . Ia menahan kegugupan . Jantungnya berdetak lebih cepat , berulang kali Acha menarik napas dalam - dalam , asupan oksigen di sekitarnya terasa semakin menipis . Iqbal terkekeh pelan . Tangannya terulur untuk mengacak - acak puncak kepala Acha . " Cantik , " puji Iqbal tulus . “ Siapa ? ” pancing Acha . 266 AiBook Page number 267 Tangan Iqbal bergerak turun dari kepala Acha menuju pipi pucat Acha . Menyentuhnya dengan lembut . Iqbal tersenyum hangat . “ Pacarku . " Acha langsung tertunduk , menutupi wajahnya yang mungkin sudah berubah merah . Acha merasakan jantungnya semakin lemah , gejolak di tubuhnya meningkat pada level tertinggi . Sementara Iqbal hanya bisa terkekeh pelan tanpa suara . Bagi Iqbal sangat menyenangkan menggoda Acha seperti ini . Dalam hati terdalam , Iqbal merasa lega . Akhirnya ia bisa mengungkapkan perasaan sesungguhnya . Ya . . . Acha adalah perempuan pertama yang berhasil singgah di hati Iqbal . Hati dingin yang akhirnya menemukan pemilik kuncinya . Acha meninggalkan Iqbal sendiri di teras , gadis itu pamit untuk pergi mengambil ponsel di kamar . Iqbal akhirnya bisa bernapas lega . Jujur , Iqbal sedari tadi menahan kegugupan yang ia coba sembunyikan . Iqbal mengambil gelas air putih di hadapannya yang masih utuh , meminumnya sampai habis . Tak lama kemudian , Iqbal melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Acha . Seorang wanita yang terbilang cantik dengan gaya fashion sangat modis berjalan memasuki halaman rumah Acha . Iqbal sedikit bingung dan tidak tahu harus berbuat apa ketika wanita itu menatapnya dengan heran dan semakin berjalan mendekat . " Temennya Acha ? ” tanya wanita itu dengan ramah . Iqbal segera berdiri dari duduknya . Ia berusaha untuk tersenyum sopan . Entahlah , Iqbal tidak tahu siapa perempuan ini . Wajahnya masih sangat muda dan cantik . Mungkin kakak Acha . " Iya , Kak , " jawab Iqbal berusaha tetap tenang . Wanita tersebut tampak terkejut dengan balasan Iqbal , tawanya seketika meledak . “ Kakak ? Kamu panggil saya Kakak ? Hahaha , " tanya 267 AiBook Page number 268 at masih semuda n menjulurkan tangan wanita itu merasa senang . " Ommo ' . . . Apa saya terlihat masih se itu ? Ommo . . . Apa saya memang masih pantas dipanggil Kakakan Iqbal mematung , perasaannya mulai tidak enak . Apakah dirin melakukan kesalahan ?



Wanita itu mengibaskan rambutnya , kemudian menjulurkan ta kanannya . “ Perkenalkan , Kirana , Mama Acha . ” Iqbal mendadak beku , tak bisa berkutik . Kepala Iqbal seperti b saja di sambar petir dengan kuat . Iqbal telah melakukan kebodoh . . yang sangat besar ! Iqbal segera menyadarkan diri , menutupi rasa malunya . Jabal menyambut uluran tangan Kirana . “ Maaf Tante , saya kira kakaknya Acha , " ucap Iqbal mengakui kesalahannya . " Saya Iqbal . ” Kirana melepaskan jabatan tangannya , menatap Iqbal dengan tatapan terkejut . “ Oh , jadi kamu yang namanya Iqbal ? ” seru Kirana heboh . “ Pantes aja Acha kesengsem banget , ternyata Iqbal gantengnya kayak Sehun blasteran Siwon . ” Iqbal tersenyum canggung , mulai merasa ada di planet lain . Tak mengerti yang dimaksud oleh mamanya Acha . " Acha suka banget loh sama kamu , tiap kali kalau doa pasti mintanya masuk surga sama bisa nikah sama kamu . ” " Hah ? " Iqbal tidak tau harus merespons bagaimana . Sementara Kirana kembali tertawa karena ekspresi Iqbal yang flustered banget . “ Duduk aja , Iqbal , jangan sungkan - sungkan sama Tante . Anggap aja rumah sendiri . Nggak perlu malu - malu . " " I . . . Iya , Tante , " balas Iqbal dan memilih kembali duduk . Kirana melihat gelas Iqbal yang kosong . “ Iqbal mau tambah minum ? ” tawar Kirana . “ Nggak perlu , Tante . Terima ka . . . ” “ Nggak usah malu - malu . Iqbal mau minum apa ? Tante ambilkan . " Kedua bola mata Iqbal mulai bergerak tak pasti , Iqbal kelimpungan sendiri menghadapi Mama Acha yang lebih hiperaktif dari Acha . “ Air putih aja , Tante , ” pasrah Iqbal . 1 Astaga 268 AiBook Page number 269 " Air putih ? Air di kamar mandi tante juga putih , Iqbal . Yang lainnya dong , lebih spesifik gitu . " Kini Iqbal tahu dari mana asal sifat menakjubkan Acha , mungkin menurun dari mamanya . Mereka bagai pinang dibelah dua . Sama cantik dan sama - sama gila . " Terserah Tante aja . " “ Beneran terserah Tante ? ” " Iya , Tante . ” “ Arraseo , Iqbal Oppa ? . ” Kirana masih mempertahankan senyum ramahnya , ia mengambil gelas kosong di hadapan Iqbal . “ Tante ambilkan air putih dulu , ya . ” Setelah itu , Kirana menghilang dengan cepat dari pandangan Iqbal . Iqbal menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal . Tiba - tiba merasa deja vu . Setelah berbincang - bincang ringan dengan Acha dan mamanya , Iqbal memilih pulang . Hari ini cukup melelahkan dan menyenangkan . Menghadapi satu Acha sudah membuat otaknya hampir gila , dan kali ini Iqbal harus menghadapi dua orang macam Acha . Bahkan , satunya lagi tingkat gilanya lebih tinggi dari Acha . " Iqbal Oppa ? ” Iqbal terdiam , terus terngiang kata itu . Karena sepanjang perbincangan , Mama Acha terus memanggilnya seperti itu . " Apa gue keliatan setua itu sampai dipanggil kakek ? " 2 Baiklah , Kak Iqbal 269 AiBook Page number 270 KENCAN PERTAMA MINGGU . Hari yang paling disukai banyak orang . Tidak ada bekerja , tidak ada sekolah . Hanya ada waktu santai bersama orang tersayang . Begitupun dengan Iqbal dan Acha . Hari ini , mereka berencana untuk jalan - jalan berdua . Mungkin bisa dibilang ini adalah kencan pertama mereka setelah resmi pacaran . Iqbal berdiri di samping motornya , bermain ponsel selagi menunggu Acha keluar . Tak lama kemudian , tuan putri yang ditunggunya muncul . “ Iqbal , ” panggil Acha .



Iqbal mengangkat kepala , menatap Acha dari atas ke bawah . Ia dibuat terpukau dengan penampilan Acha sekarang . “ Kenapa Iqbal liatin Acha kayak gitu ? Acha cantik , ya ? ” tanya Acha dengan percaya diri tingkat dewanya . " Iya , " jawab Iqbal jujur . Acha tersipu malu mendengarnya . Acha berjalan lebih dekat . “ Ayo berangkat , " ajak Iqbal . “ Kita mau ke mana ? ” tanya Acha lagi , dirinya memang belum tahu tujuan mereka hari ini . “ Terserah . ” Acha mendengus sebal , lagi - lagi jawaban singkat itu yang didengarnya . Acha berpikir sebentar , tempat apa yang ingin dia kunjungi hari ini . 270 AiBook Page number 271 Ahaa . Toko Boneka . " Kita ke mal aja , gimana Iqbal ? ” ajak Acha . “ Oke , " setuju Iqbal tanpa ribet . Mereka berdua pun segera memakai helm masing - masing dan naik ke motor . Bersiap untuk berangkat . “ Acha peluk Iqbal boleh ? ” pinta Acha hati - hati . Iqbal menatap ke kaca spion , mengamati wajah Acha dari sana . Gadis itu terlihat gugup menunggu balasannya . Iqbal tersenyum kec " Nggak boleh , ya ? ” lirih Acha mulai pesimis . Tangan Iqbal bergerak ke belakang , menarik kedua tangan Acha pelan - pelan . Setelah itu melingkarkan di perut Iqbal . Acha cukup terkejut dengan sikap Iqbal yang tak terprediksi . “ Makasih pacarnya Acha . ” Iqbal tak menyahut , ia kembali fokus ke depan dan segera melajukan motornya . Udara segar pagi menyambut mereka berdua . Acha dan Iqbal telah sampai di parkian mal . Acha turun duluan dari motor Iqbal , melepaskan helm dan merapikan beberapa helai rambut panjangnya yang berantakan . Acha melirik ke samping , melihat Iqbal yang tiba - tiba sudah nyelonong jalan duluan . Meninggalkan Acha tanpa menunggu . Acha mendengus sebal . Apakah pria itu lupa kalau sudah punya pacar ? “ Iqbal ! ! ” teriak Acha lumayan kencang . Iqbal menghentikan langkah dan berbalik . Ia menatap Acha tanpa ekspresi . “ Kenapa ? ” tanya Iqbal . " Nggak ada yang ketinggalan ? ” tanya Acha balik . Kening Iqbal berkerut , terlihat berpikir . “ Apa ? ” " Acha ! ” tegas Acha memajukan bibirnya . 271 AiBook Page number 272 embiasakan diri Iqbal tersadarkan , ia tampaknya harus mulai membiasakan bahwa dirinya sudah memiliki pacar . Jujur , Iqbal hampir lupa akan hal itu . " Sini , " suruh Iqbal . “ Nggak mau ! ” tolak Acha . “ Iqbal yang ke sini . ” “ Ya udah , ” serah Iqbal , dengan santainya kembali berbalik dan terus berjalan meninggalkan Acha begitu saja . Acha terbelalak , melongo di tempat . Bagaimana bisa pria itu . meninggalkannya begitu saja ? Dasar pria dingin , berhati batu ! Dasar patung hidup ! “ Iqbaaal ! " Acha pun buru - buru mengejar Iqbal , berusaha menyamai langkah pria itu . " Nggak kayak pacarnya Mira yang perhatian ! ” omel Acha meluapkan emosinya . Namun , Iqbal tak menggubrisnya , terus saja berjalan tanpa beban . Membiarkan Acha mencak - mencak tak jelas . Acha terus saja mengoceh . " Cha . " Langkah Iqbal mendadak terhenti , Acha pun mau tak mau ikut berhenti juga . Acha menghentikan omelannya sejenak . “ Kenapa , Iqbal ? ” tanya Acha bingung . " Kayaknya ada yang kelupaan . ”



Acha mendapati wajah Iqbal yang cukup serius . Acha jadi khawatir sendiri . “ Apa Iqbal yang kelupaan ? Dompet ? STNK ? Atau otaknya Glen ? ” " Bukan . " SAL E “ Terus apa ? ” Iqbal menatap Acha lekat , pandangannya perlahan menurun ke arah tangan kanan Acha . “ Tangan lo mana ? ” “ Tangan Acha ? ” bingung Acha sembari mengangkat tangan kanannya . Acha memperhatikan tangannya dengan bingung . “ Kenapa tangan Acha ? " " urgente " Lupa digenggam , " jawab Iqbal sembari tersenyum . Iqbal langsung meraih tangan Acha , menguncinya dengan tangannya . Acha dapat merasakan kedua pipinya memanas , kemarahannya beberapa 272 AiBook Page number 273 ang lalu sirna begitu saja tertelan angin . Mereka berjalan menit yang lalu sirna kembali , masuk ke dalam mal . Toko pertama yang dikunjungi oleh Acha tak lain dan tak bukan , b boneka . Bagi Acha , memasuki toko boneka dan mengunjungi boneka - boneka sapi di sana adalah hal yang paling menyenangkan dan membahagiakan . Seperti halnya seorang penulis ketika masuk ke toko buku . Rasanya semenyegarkan itu . Seolah dapat terlepas dari semua beban . Acha mulai heboh ketika melihat sebuah boneka sapi berukuran sedang dengan warna yang lucu . Boneka sapi new arrival dan Acha belum punya yang seperti itu di kamarnya . " Iqbal , boneka sapinya lucu , bulatan - bulatan di tubuhnya pinky pinky gitu , ” ucap Acha heboh . Iqbal memperhatikan Boneka sapi yang ditunjuk Acha dengan saksama . " Itu babi albino ? ” tanya Iqbal dengan polosnya . " Bukan , Iqbal ! Ini boneka sapi ! ! ” gemas Acha . “ Bukan , itu babi albino , " kukuh Iqbal . " Acha bilang boneka sapi , ya boneka sapi ! ” protes Acha . “ Iqbal nggak boleh bilang kayak gitu , nanti sapi - sapinya kesinggung gimana ? Nanti mereka sedih gimana ? Terus bunuh diri gimana ? Iqbal mau tanggung jawab ? " " Oke . ” Iqbal menyerah dengan cepat daripada disuruh mempertanggungjawabkan hal yang tak masuk akal seperti itu . Acha mendekati boneka sapi tersebut , menggendongnya dengan hati - hati , seolah itu adalah sebuah karya yang diistimewakan dan tak boleh lecet sedikit pun . " Iqbal , Iqbal , ” panggil Acha . “ Apa ? ” “ Iqbal nggak ada cita - cita mau beliin Acha boneka sapi ini ? ” tanya Acha penuh harap . 273 AiBook Page number 274 “ Nggak , ” jawab Iqbal singkat dan jelas . Senyum di wajah Acha memudar seketika . “ Iqbal beneran ni mau beliin Acha ? ” tanya Acha memastikan sekali lagi . “ Nggak . ” “ Ya udah kalau Iqbal nggak mau beliin , Acha nabung dulu aja . " Acha pun dengan berat hati meletakkan kembali boneka sapi itu menatapnya dengan wajah sendu . Tak tega untuk berpisah . “ Maafin Acha , ya , sapi . Acha pasti bawa kamu pulang . Acha kembali lagi kalau uang Acha udah cukup , ya , " ucap Acha mengajak berbicara boneka tersebut . “ Nanti kalau ada orang yang ambil kamu . cakar aja ! Jangan pernah mau . Oke ? ” Iqbal menatap Acha takjub , dan beberapa kali Iqbal dibuat geleng - geleng . Ia tak habis pikir dengan tingkah Acha . Apakah benar dirinya saat ini berpacaran dengan anak SMA ? “ Bye - bye , sapi . ” pamit Acha . Acha pun keluar dari toko boneka dengan langkah yang berat . Acha dan Iqbal melanjutkan jalan - jalannya kembali , melihat - lihat toko yang ada di kanan - kiri mereka . Acha sesekali memperhatikan tangan kanannya yang digenggam



oleh Iqbal . Acha tak bisa menghilangkan senyum di paras cantiknya . Acha masih tidak percaya sampai saat ini bahwa Iqbal sudah menjadi pacarnya . " Iqbal ? Acha ? " Suara panggilan cukup kencang dari belakang membuat Acha dan Iqbal menghentikan langkah . Perlahan mereka berbalik , dan menemukan dua orang yang menatap mereka dengan kaget . “ A . . . Amanda ? Rian ? ” Acha pun tak kalah kaget . Rian dan Amanda berjalan mendekat dengan ekspresi wajah masih bingung . Apalagi ketika mengetahui tangan Acha dan Iqbal saling menggenggam . 274 AiBook Page number 275 “ Wait ! Ini maksudnya apa ? ” tanya Rian meminta penjelasan . Tangannya menunjuk ke arah tangan Iqbal dan Acha . " Ah , ini . . . . ” Acha sedikit panik , ia berniat melepaskan tangannya dari Iqbal . Namun , tanpa Acha duga Iqbal malah semakin menggenggam at tangan Acha . Tidak membiarkan Acha melepaskannya . Acha menatap Iqbal , pria itu terlihat sangat tenang . Acha merasa lega dan bahagia . Awalnya ia takut jika Iqbal masih belum siap memberi tahu hubungan mereka ke teman - temannya . Oleh karena itu , Acha juga belum menceritakan ke Amanda . “ Lo berdua pacaran ? ” tanya Amanda serius . " Iya , " jawab Iqbal cepat . “ SERIUS ? ” heboh Amanda dan Rian tak santai . Acha senyum - senyum sendiri , merasa bangga saat ini karena Iqbal mengakui hubungan mereka . “ Lo beneran pacaran sama Acha , Bal ? ” desak Rian masih tak percaya . “ Natasha Kay Loovi ? Gadis yang lo tolak ratusan kali ? ” “ Nggak sampai ratusan juga , Rian ! Cuma beberapa kali kok Iqbal nolak Acha , ” protes Acha tak terima . Rian mengibas - ngibaskan tangannya tak memedulikan ocehan Acha , yang terpenting baginya sekarang adalah mendapat jawaban dari Iqbal . “ Iya , " jawab Iqbal . Mulut Rian ternganga saat mendengar jawaban Iqbal yang diyakininya adalah jawaban paling jujur dan tak perlu diragukan . “ Wajib diinfokan , disebarkan , dan diumumkan di grup angkatan nih , ” heboh Amanda . " JANGAN ! ” cegah Acha . Semua mata menyorot ke Acha , Iqbal sekalipun . “ Kenapa ? ” tanya Rian , Amanda , bahkan Iqbal . Acha menatap Iqbal bingung sekaligus kaget . “ Iqbal nggak apa - apa semua orang tau kita pacaran ? ” tanya Acha hati - hati . “ Nggak apa - apa . " “ Beneran ? ” 275 AiBook Page number 276 " Iya . ” Acha tersenyum senang mendengarnya . Acha dapat merasakan bahwa Iqbal benar - benar sudah menyukainya , membalas cintanya . “ Ya udah deh , Amanda boleh sebarkan dan infokan hubungan Acha di grup angkatan , " suruh Acha . " Kalau bisa di grup angkatan kakak kelas dan adik kelas juga , ya , Nda . Biar mereka semua tau . Biar nggak ada lagi yang coba deketin Iqbal ! ” “ Nggak sekalian aja nih grup guru - guru SMA Arwana ? ” sindir Amanda . “ Oh , ide bagus itu , Nda , " sahut Acha dengan wajah lugunya . " Gue keramasin juga lo di sini , ” gemas Amanda . Sementara Acha hanya senyum - senyum tak berdosa , sesekali meledek Amanda yang pernah ragu bahwa Acha bisa mendapatkan hati Iqbal . “ Lo berdua mau ke mana nih ? ” tanya Rian mengalihkan topik . " Cari makan , " jawab Iqbal . A “ Oh . Have fun new couple , ” ucap Rian memberi selamat . " Kita pamit duluan , ya , soalnya gue udah dicariin Mama , ada acara keluarga , " tambah Amanda .



" Oke , " timpal Iqbal . " Amanda hati - hati , ya , nanti Acha telepon . ” Amanda mengacungkan jempolnya sembari tersenyum , ikut senang dengan kabar baik dari sahabatnya . Rian berjalan mendekat ke Iqbal , membisikinya dengan suara yang lirih dan penuh kasih sayang . " Habis kencan langsung pulang loh , ya , jangan mampir ke mana - mana . Nanti Papa Bov marah , ” ledek Rian menggoda Iqbal . Iqbal membisiki Rian balik . “ Terima kasih perhatiannya , Rian Oppa . ” 276 AiBook Page number 277 BERITA PANAS KABAR berita hubungan Acha dan Iqbal seketika menjadi perbincangan hangat seantero sekolah . Mulai dari adik kelas X , kakak kelas XII hingga geng arisan Mbak Wati pun ikut menggosipkannya . Banyak yang merengek iri pada Acha karena ia bisa mendapatkan hati Iqbal yang sedari dulu susah untuk didekati siapa pun . Banyak juga yang terkagum dengan keserasian Iqbal dan Acha . Bagaimana tidak , paras cantik Acha yang dapat membuat pria mana pun takluk hanya dalam hitungan detik dipadukkan dengan ketampanan Iqbal yang sudah diuji oleh netizen dengan sertifikat cogan kelas kakap . Mantap ! “ PAJAK JADIAN ! PAJAK JADIAN ! PAJAK JADIAN ! " Teriakan Glen membahana di kelas , dengan dibantu bala tentara semutnya yang berbaris di dinding menatap dengan curiga . Eaaa ! “ Lo seriusan pacaran sama Acha ? ” tanya Dino yang rela berangkat pagi untuk memastikan kebenaran berita itu . Dan , bagi Iqbal , ini sedikit menyebalkan . Entah sudah berapa ribu kali ia mendapat pertanyaan seperti ini sejak tadi pagi . Iqbal sedikit menyesal membiarkan Amanda menyebarkan info tersebut . “ Bal , siapin dompet lo pas istirahat pertama ! ” ucap Glen lumayan kencang dan disoraki oleh teman - teman kelas lainnya . 277 AiBook Page number 278 Iqbal , Rian , dan Dino melihat Glen mulai heboh . Pria itu bersion untuk keluar dari kelas . “ Mau ke mana lo , Semut ? ” teriak Rian mencegah Glen . Glen membalikkan badan , tersenyum merekah . “ Gue mau bantu Mbak Wati goreng cireng untuk hidangan pajak jadian . ” Setelah itu , Glen menghilang dalam hitungan kurang dari dua detik . Anak - anak kelas hanya bisa geleng - geleng melihat tingkah absurd Glen yang tak pernah sembuh . " Apa motivasi yang ngebuat lo akhirnya mau pacaran sama Acha ? ” tanya Dino masih saja mendesak Iqbal . “ Rahasia , ” jawab Iqbal dengan santai . Dino mendesis pelan , sama sekali tak puas dengan jawaban Iqbal . “ Lo nggak mengidap penyakit parah kan , Bal ? Seperti cacingan gitu ? ” “ Nggak . ” " Seriusan ? Gue takut lo pacaran sama Acha karena lo sakit parah dan lo nggak mau hidup lo yang tinggal beberapa hari ini tanpa pengalaman cinta . ” Iqbal menatap Dino tajam , sejak kapan otak pria ini tak ada bedanya dengan Glen . “ Balik sana ke kelas , ” usir Iqbal . “ Jawab dulu pertanyaan gue ! ” “ Yang mana ? ” “ Lo serius udah pacaran sama Acha ? Lo suka sama Acha ? Lo sayang sama Acha ? Dan , lo nggak bisa hidup tanpa Acha ? ” " Lebay ! " pekik Rian memukul punggung Dino cukup keras . Iqbal mengacungkan jempolnya ke arah Rian . Bel masuk pun berbunyi , mau tak mau Dino harus segera kembali ke kelasnya . Padahal , rasa penasarannya masih belum terjawab .



" Gue datengin lagi lo nanti siang , Bal ! Tunggu aja ! ” ucap Dino sebelum meninggalkan kelas Iqbal . Rian tertawa melihat tingkah Dino . Ia menoleh ke Iqbal sebentar yang juga tengah tertawa pelan . " Selamat ya , Bro , " ucap Rian . " Apa ? ” 278 AiBook Page number 279 “ Akhirnya lo bisa membuktikan bahwa lo asli laki . Bukan homo , " wab Rian sok terharu . Iqbal menyorot tajam , tampak tak terima . “ Gue bicara fakta ! Lo nggak usah pura - pura nggak tau . Dari dulu anak - anak curiga kalau lo itu homo , " cerca Rian . " Sampai gue Ja ikut dituduh kalau gue itu homoan lo ! ” « Yan , " panggil Iqbal mendadak serius . " Apa ? ” “ Jangan - jangan lo yang homo , " tuding Iqbal tak beralasan . Kedua mata Rian terbuka lebar , dengan cepat menjauhkan tempat duduknya . “ Gue doyan cewek , Kampret ! ” Acha selesai membagikan kartu undangan ulang tahunnya ke teman - teman kelasnya . Dan , saatnya ia memberikan undangan tersebut untuk Iqbal dan sahabat sahabatnya . Acha merasa pagi ini begitu indah dan cerah . Ia berjalan menuju kantin menyusul Amanda yang sudah duluan menghampiri Rian . Acha tak memedulikan beberapa pasang mata yang terus menyorotnya . Mungkin efek berita hubungannya dengan Iqbal yang masih jadi topik panas . Acha menemukan Iqbal dan yang lainnya duduk di ujung meja kantin . Acha segera menghampiri mereka . “ Iqbal , ” sapa Acha semangat . Acha mengambil duduk di seberang Iqbal , memandangi pria yang tengah sibuk makan tanpa membalas sapaanya itu . Acha sedikit kesal , namun ia harus mulai membiasakan menerima sikap dingin Iqbal . “ Cha , lo jujur sama gue ! ” seru Glen . “ Apa ? ” bingung Acha . “ Lo main dukun kan buat dapetin Iqbal ? Lo pelet Iqbal , kan ? ” tuding Glen . “ Nggak lah . Mana berani Acha pakai gitu - gituan , " elak Acha cepat . “ Gue tau lo pasti diam - diam datang ke Mbak Nella Kharisma buat belajar jurus Jaran Goyang , kan ? Ngaku lo ! ” 279 AiBook Page number 280 " Nggak , Glen ! " kesal Acha . " Gue nggak percaya ! " “ Glen kok nyebelin sih ! " “ Gue emang dari dulu nyebelin . Lo baru tau ? " “ Acha aduin Glen ke Komnasham atas tuduhan pencemaran nama baik . ” “ Gue aduin lo ke Bunda gue , atas tuduhan pemiftnahan anak ganteng . " “ Siapa yang ganteng ? ” " Gue lah ! " jawab Glen penuh kobaran semangat . “ Kata siapa ? ” “ Nenek moyang gue , ” balasnya bangga . Acha mendecak sebal , ingin sekali memukul kepala pria itu agar otaknya bisa keluar dan menggantinya dengan otak yang lebih waras . Acha segera membuang muka , tak memedulikan Glen lagi . Ia kembali menatap Iqbal . " Kalian berdua kapan sih akurnya ? " gidik Amanda yang lama - lama pusing juga melihat Glen dan Acha yang selalu bertengkar . " Gue nggak bisa akur sama dia . Nggak sudi gue , ” tolak Glen mentah - mentah . Acha tak berniat membalas perkataan Glen lagi . Acha membagikan kartu undangan ulang tahunnya kepada Rian dan Glen . " Dateng , ya , ke ulang tahun Acha hari Jumat di rumah Acha . ” “ Ada bintang tamu artisnya nggak , nih ? ” tanya Glen . “ Undang gih Via Vallen , biar bisa yo yo ayo bersama sambil goyang dayung . " " Glen nggak usah dateng nggak apa - apa ! " “ Eits , gue bakal dateng . Liat aja gue akan bawa kado mercon buat lo . ” " Dasar Semut ! " " Dasar Landak Betina ! ” " Udah - udah . Kalian ini , jangan berantem mulu ! ” lerai Amanda merasakan



kepalanya mau meledak . " Gue pasti dateng , Cha , ” seru Rian berjanji . 280 AiBook Page number 281 " Makasih , Rian . ” “ Kok lo nggak makasih buat gue ? ” protes Glen . " Ogah ! Siapa Glen ? ” " Gue Glen Anggara , Raja Semut , raja terakhir paling manis se - Jakarta . " " Bodo ! " Glen sudah bersiap mengangkat tangannya ingin menjambak rambut Acha , namun segera ia urungkan ketika melihat Iqbal tiba - tiba berdiri . “ Ngapain lo berdiri ? ” tanya Rian heran . “ Benerin seragam . ” jawab Iqbal sembari membenahkan sabuknya yang kendor kemudian duduk kembali . " Selamet lo , Landak . ” Acha memberikan senyum ledekan ke arah Glen . Ia senang karena bisa mengalahkan Glen dan membuat pria itu kesal . Acha menyerahkan kartu undangan terakhirnya kepada Iqbal . Undangan yang paling spesial dengan pita berwarna merah muda . " Dateng ya , Iqbal , jangan lupa . ” " Iya , ” jawab Iqbal seadanya , menerima undangan dari Acha dan langsung memasukkannya ke dalam saku tanpa membaca atau melihatnya . " Jangan lupa bawa boneka sapi juga buat Acha , ” pesan Acha . " Gue bawain sekandangnya . ” “ Beneran loh , ya , dibawain sekandangnya ! ” cerca Acha . “ Hm , serumputnya juga . " " Kok Iqbal nyebelin kayak Glen , sih ? ” Iqbal menatap Acha , memperhatikan gadis itu sebentar . “ Lo nggak makan ? " “ Acha masih belum laper , tapi Acha haus . ” " Mau minum apa ? ” Acha melihat botol air mineral Iqbal yang masih setengah . Acha menunjuknya . “ Acha minum air punya Iqbal aja boleh ? ” Iqbal menoleh ke botol minumannya . “ Minum aja . " 281 AiBook Page number 282 Acha tersenyum senang . Ia mengambil botol minuman Iqbal do segera menghabiskannya . “ Nanti pulangnya Acha bareng , ya , " pinta Acha . BIED " Iya . " S “ Aduhhhh , aduhhh . Mana tahan pasangan baru ini . Ke mana - mana harus bareng terus , " ledek Rian membuat Glen dan Amanda tert ikut - ikutan ingin menggoda . “ Mereka berdua nih macam Cinta sama Rangga versi milenial aja , " tambah Amanda . “ Biarin , namanya juga cinta , ” balas Acha tak mau kalah . " Sombong lo . Sok pamer . Gue nggak iri ! ” cibir Glen . “ Ya udah sih , terserah Glen mau iri apa enggak . Acha mah bodo amat . Nggak peduli ! " " Gue juga nggak butuh lo peduli sama gue . Udah banyak yang peduli sama gue . ” “ Masa ? Mana ada ? " “ Ada . Nih gue sebutin . Bunda gue , Papa gue , rakyat semut gue , Tayo , Dora , Naruto , dan paling spesial Mbak Wati . Kicep kan lo ? " " Dasar jomlo ! ” N A " Dasar manja ! " “ Dasar gila ! " H A “ Dasar Landak ! ” " Dasar Semut ! " “ Bocah kentang ! ” " Corong bensin ! " Rian , Amanda , dan Iqbal memilih segera bangkit dari tempat duduknya , mereka pun diam - diam meninggalkan Acha dan Glen , membiarkan kedua orang itu terus berseteru sepuasnya . 282 AiBook Page number 283 BITER SEVENTEEN , NATASHA PESTA ulang tahun Acha tinggal sehari lagi . Acha sudah tak sabar menunggu hari itu . Semua persiapan sudah selesai , Kirana - lah yang mengurusnya dari awal sampai



akhir . Acha mah terima jadi saja . Acha merasa beruntung memiliki Mama sebaik dan secantik Kirana . Acha melihat halaman dan teras rumahnya didekorasi dengan tema ' Sapi ' . Hitam putih dan ada beberapa warna pink muda sebagai pemanis . Bahkan , Acha pun request kue tingkat dua dengan bentuk sapi . Semua sudut dipenuhi dengan boneka sapi . Mungkin dia benar - benar ingin membuat negara sapi dan menjadi presiden sapi di negaranya . " Natasha , ” panggil Kirana membuka pintu kamar anak gadisnya . Kirana menemukan Acha tengah mondar - mandir tak jelas . " Kamu kenapa , Sayang ? ” heran Kirana . " Iqbal dari tadi nggak bisa Acha hubungi , Tante - Mama . Acha chat juga nggak dibales , " jelas Acha . Kirana tersenyum kecil , mendekati putrinya . “ Mungkin dia lagi sibuk , Cha . " " Tapi sesibuk - sibuknya masa nggak bales chat dari Acha sebentar . ” “ Emang kapan terakhir kamu chat Iqbal ? ” tanya Kirana penasraan . “ Sepuluh menit yang lalu , Tante - Mama , ” jawab Acha dengan polosnya . 283 AiBook Page number 284 Kirana mendesis pelan , terkejut tentunya . pelan terkejut tentunya . " Ya ampun Sayang baru juga sepuluh menit . Mama kira udah tiga jam atau lima jam » gemas Kirana . “ Ya , kan , Acha kangen sama Iqbal . ” “ Tunggu - aja , nanti juga dibales . ” “ Iya , iya , ” serah Acha menurut . “ Tante - Mama kenapa manggil Acha ? ” Kirana teringat akan tujuannya . “ Besok kamu jadi pakai gaun atau kostum sapi ? Mama udah pesenin dua - duanya . " “ Kostum sapi dong , " jawab Acha penuh semangat . “ Beneran ? ” tanya Kirana sedikit ragu . “ Ini perayaan tujuh belas tahun kamu loh , Cha . Kamu nggak ingin tampil anggun dan cantik gitu ? ” Acha menggelengkan kepalanya cepat . “ Acha nggak mau mengkhianati sapi - sapi Acha . Acha harus pakai kostum sapi . " A R " Mmm . . . Nggak gi . . . gitu . . . ju . . . . ” " Pokoknya Acha pakai kostum boneka sapi ! Titik ! ” potongnya cepat . Kirana menghela napas pasrah , tak bisa lagi membujuk putrinya ini . " Ya udah kalau gitu . Terserah kamu saja . " “ Makasih , Tante - Mama . ” " Sama - sama , Sayang . ” Setelah itu Kirana keluar dari kamar Acha , meninggalkan Acha yang kembali mondar - mandir menunggu kabar dari Iqbal . Hari yang ditunggu - tunggu oleh Acha telah tiba , pesta ulang tahun ketujuh belas yang diselenggarakan di rumahnya pukul tujuh malam . Acha duduk di ujung kasur , masih menatap ponselnya dengan raut hampa . Pintu kamar Acha dibuka , seorang gadis masuk ke dalam . Amanda . 284 AiBook Page number 285 “ Cha , lo kok masih belum siap sih ? Kan tiga puluh menit lagi acaranya dimulai , " cerca Amanda , berjalan mendekati Amanda . " Iqbal ke mana , ya , Nda ? " Nda . “ Ma . . . Maksud lo ? ” bingung Amanda . Kepala Acha perlahan bergerak , menoleh . “ Dari semalam Iqbal nggak bisa Acha hubungi , Nda . Iqbal nggak lupa kan , ya , hari in ulang tahun Acha ? Iqbal pasti datang , kan , Nda ? " “ Ya elah , Cha , gue kira apa . Dia pasti dateng . Mungkin aja dia cuma mau ngerjain lo . Terus tiba - tiba dia datang dan ngasih surprise buat lo . ” Amanda berusaha menenangkan Acha yang terlihat sangat cemas . “ Beneran gitu , ya , Nda ? ” " Mungkin aja . Masa hari bahagia pacarnya sendiri nggak dateng ? " Acha berusaha mengembangkan bibirnya , walau terasa kaku . “ Iya , Nda . Acha yakin Iqbal pasti dateng . "



“ Pasti lah , " seru Amanda memberi semangat . “ Sekarang cepet ganti baju lo . Udah banyak yang dateng tuh di depan sana . " " Iya , Nda . Acha siap - siap bentar . ” “ Ya udah , gue keluar , ya . Gue nemenin Rian dulu . ” " Iya . Makasih , Amanda . " Amanda mengacungkan jempolnya sembari tersenyum . Ia pun keluar dari kamar Acha . Acha sendiri segera siap - siap . Ia berusaha untuk terus berpikir positif , dan meyakini ucapan Amanda tadi memang benar . Iqbal pasti datang dan memberinya kejutan . Acha percaya itu . " Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi , mohon periksa kembali nomor tujuan Anda . " Acha tertunduk lemas , ponselnya terlepas dari tangannya begitu saja . Mungkin ini sudah panggilan keempat puluh tujuh kali sejak semalam Acha berusaha menghubungi Iqbal . 285 AiBook Page number 286 Dan , pria itu tetap tak ada kabar . Bahkan sepertinya tidak datang juga malam ini . “ Cha , ayo keluar . Acaranya harus dimulai . Kita udah nunda hampir tiga puluh menit , kasihan semua tamu , " ucap Amanda membujuk Acha untuk kesekian kali . " Iqbal belum dateng , ya , Nda ? " Amanda diam , tak bisa menjawab . “ Sayang , ayo keluar . Temen - temen kamu udah nungguin , ” tambah Kirana . “ Kenapa Iqbal nggak dateng ? Nggak bisa Acha hubungi ? ” 2 Kirana mendekati Acha , membelai lembut rambut anak gadisnya . “ Acha , mungkin Iqbal punya alasan lain nggak bisa dateng . Mungkin dia benar - benar nggak bisa ke sini . Acha jangan sedih dong . Siapa tau besok Iqbal ngasih Acha kejutan ? " " Kan ulang tahun Acha hari ini , bukan besok . " " Acha kok jadi egois gini ? Mama nggak suka . " " Maaf , ” lirih Acha . Kirana meraih wajah Acha , mengangkatnya perlahan untuk melihat wajah itu lebih lekat . “ Masa presidennya sapi sedih ? Padahal udah cantik pakai kostum sapi gini kok nggak seneng ? Acha nggak kasihan sama Mama udah nyiapin ini semua ? " " Maaf , Tante - Mama , " jawab Acha sangat bersalah . “ Kalau Acha nangis , nanti boneka - boneka sapi di luar sana juga nangis . Acha mau itu ? Acha nggak sayang sama boneka sapi Acha ? ” rayu Kirana . “ Sayang , Tante - Mama . " “ Kalau sayang , senyum dong . ” Acha pun berusaha mengembangkan senyumnya , setidaknya hatinya sedikit tenang karena Kirana dan juga boneka boneka sapinya . “ Kalau gitu , kita keluar , ya . Kita rayakan ulang tahun Acha dengan senyuman . ” " Iya , Tante - Mama . Acha coba . “ 286 AiBook Page number 287 Amanda pun mengajak Acha untuk ke halaman rumah , tempat pesta sederhana Acha diadakan . Semuanya bertepuk tangan sembari tertawa kencang melihat penampilan Acha yang beda dari lainnya . Acha keluar dengan memakai kostum sapinya . Acha pun ikut tersenyum untuk saat ini . Acara pun dimulai . Semua tamu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Acha . Selamat ulang tahun , kami ucapkan . Selamat panjang umur , kita kan doakan . Selamat sejahtera , sehat sentosa . Selamat panjang umur dan bahagia , Natasha . Kue berbentuk sapi dua tingkat dikeluarkan oleh Kirana , didekatkan ke hadapan Acha . Amanda membantu memberikan pisau kue kepada Acha dan langsung diterima oleh Acha . Semua tamu bernyanyi kembali . Potong kuenya . Potong kuenya sekarang juga . Sekarang juga , sekarang juga . Acha memotong kue pertamanya . Menaruhnya di piring kecil . “ Acha silakan memberikan kue pertamanya . Untuk siapa ? ” sang MC mengarahkan Acha . “ Apakah untuk Mama tercinta ? Atau ada orang spesial malam ini yang akan mendapatkannya ? " Senyum Acha hilang perlahan , menatap potongan kue di tangannya dengan hampa .



Harusnya kue ini untuk Iqbal , pacarnya . Acha mengedarkan matanya ke seluruh penjuru , memastikan sekali lagi . Acha masih berharap jika tiba - tiba Iqbal datang dan berjalan ke depan menghampirinya . " Acha ? Untuk siapa kuenya , Sayang ? ” Pertanyaan MC acara menyadarkan Acha , bahwa Iqbal memang tidak datang . " Untuk Tante - Mama , ” jawab Acha sembari menatap Kirana . 287 AiBook Page number 288 " Ohh . . . Ternyata untuk Mama tercintanya . Silakan Tante menerima kue dari Acha . " Kirana berjalan mendekati Acha , menerima kue tersebut dengan perasaan tidak tega . Kirana sangat tahu apa yang sebenarnya ada di dalam hati Acha , apa yang diinginkan gadis ini . Kirana menerima kue tersebut , membelai pipi Acha lembut sembari tersenyum hangat . " Jangan nangis , Sayang , ” pinta Kirana melihat kedua mata Acha berkaca - kaca . “ Terima kasih , Tante - Mama , udah mau merawat Acha dari kecil sampai sekarang . Maaf Acha belum bisa balas kebaikan Tante - Mama . Acha sayang Tante - Mama . " Kirana memeluk Acha dengan erat . “ Mama juga selalu sayang sama Acha . Mama akan selalu ada untuk Acha . " Tangis Acha terpecah dalam dekapan mamanya . Acha meluapkan tangisnya yang sudah ia tahan sejak tadi . Banyak tamu yang sedikit bingung , namun mereka berusaha memaklumi , mungkin Acha sangat mencintai mamanya . Acara potong - potong kue pun dilanjut kembali sampai ke acara terakhir , yaitu bagi - bagi hadiah dan perpisahan . SEMES Acha bernapas lega , akhirnya pesta ulang tahunnya sudah selesai . Teman temannya banyak yang sudah pulang . Mungkin beberapa saja yang tetap tinggal untuk menghabiskan makanan yang belum habis di meja prasmanan . Glen , Dino , dan Rian contohnya . Acha menatap ketiga pria itu dengan tatapan sendu . Sahabat - sahabat Iqbal datang , tapi kenapa Iqbal tidak datang . “ Landak Betina , sumpah makanan di pesta lo ini enak - enak banget . Gue boleh bungkus nggak ? ” tanya Glen dengan mulut masih penuh makanan . “ Dasar Semut , rakus , " cibir Amanda mewakili Acha . 288 AiBook Page number 289 “ Gue bukan rakus , gue doyan ! ” balas Glen tak mau kalah . Amanda malas untuk meladeni kegilaan Glen . Baginya , hanya Acha yang bisa berduel bacot dengan Glen sampai subuh . Berhubung Acha tidak punya semangat untuk itu , maka biarkanlah Glen mengoceh sendiri . S “ Rian , ” panggil Acha menghampiri pria itu . “ Kenapa , Cha ? " “ Iqbal masih nggak ada kabar ? " “ Nggak ada , Cha . Gue juga nggak tau alasan dia kenapa nggak dateng . " " Apa Iqbal sakit , ya , Yan ? ” tanya Acha mulai khawatir sendiri . “ Si kadal perancis sakit ? Mustahil ! ” timpal Glen . “ Iqbal nggak mugkin bisa sakit , soalnya waktu kecil dia imunisasinya sampai lima belas kali . " “ Mati lah , pinter , kalau si Iqbal imunisasi lima belas kali ! " gemas Rian tak paham dengan jalan sensor otak Glen . " Terus Iqbal ke mana , ya ? ” " Dia udah bosan kali pacaran sama lo , " celetuk Glen seenak jidat lagi . US Amanda kehilangan kesabaran , ia tak segan menampar bibir Glen cukup keras , membuat Glen meringis kesakitan sembari memegangi bibirnya . “ Kalau ngomong disaring dulu . Mulut kok kayak corong bensin ! ” tajam Amanda . Glen ingin melawan , tapi ketika melihat ekspresi Acha yang mendadak jadi sedih , langsung ia urungkan . Glen jadi sedikit bersalah . " Cha , gue cuma bercanda . Maaf . ” “ Nggak apa - apa kok , Glen , ” jawab Acha seadanya .



“ Lo ke rumah Iqbal aja , siapa tau Iqbal di rumahnya dan lo bisa tanya - tanya sepuasnya ke Iqbal , ” saran Glen mendadak serius . Acha merasa perkataan Glen kali ini bisa diterima dan sangat bagus . Apa Acha datang saja ke rumah Iqbal ? 289 AiBook Page number 290 Mobil sedan merah berhenti di dekat rumah Iqbal . Acha melakukan saran dari Glen . Setelah acara ulang tahunnya selesai dan semi temannya pulang . Acha memilih untuk datang ke rumah Iqbal , diantar oleh mamanya . " Acha turun dulu , ya , Tante - Mama , ” pamit Acha . “ Kamu yakin sendiri ke sana ? ” tanya Kirana khawatir . “ Nggak apa - apa , Tante Mama . Tunggu di dalam mobil aja , ya . ” " Iya , Sayang . Mama tunggu di sini , kalau ada apa - apa panggil Mama , ya , ” pesan Kirana . " Iya , Tante - Mama . ” Acha pun segera mengambil paper bag di kursi belakang , berisi kue ulang tahun yang sengaja ia sisakan untuk diberikan kepada Iqbal . Setelah itu Acha turun dari mobil , berjalan ke gerbang rumah Iqbal . Acha menekan bel rumah Iqbal . Tapi sama sekali tak ada sahutan dari dalam sana . " Apa Iqbal nggak ada di rumah ? ” lirih Acha . Acha kembali menekan belnya , ia ulangi sampai lima kali . Tetap saja , masih tak ada yang keluar . Acha mulai lelah dan bertambah sedih . " Iqbal ke mana , ya ? Apa Acha tunggu aja di sini . Siapa tau Iqbal sebentar lagi pulang ? " Acha pun memutuskan untuk menunggu Iqbal . Ia berdiri di depan gerbang rumah Iqbal sembari berdoa agar pria itu cepat datang dan menemuinnya . Kirana melihat jam di layar ponselnya , menunjukkan pukul sebelas malam . Kirana kembali memandang ke Acha , gadis itu terduduk dengan tatapan kosong . Kirana jadi tidak tega , sudah hampir satu jam gadis itu menunggu di sana . 290 AiBook Page number 291 Kirana keluar dari mobil , berjalan mendekati Acha . " Natasha , " panggil Kirana , menyelimutkan jaket yang dibawanya ke tubuh Acha . Acha mendongakkan kepala , tatapanya sendu . “ Tante - Mama , " lirih Acha sedih . “ Ayo pulang , ” ajak Kirana . Acha menggelengkan kepala , menolak . “ Iqbal mungkin sebentar lagi pulang . " “ Ini udah hampir satu jam , Cha , kamu bisa sakit . ” Acha menggelengkan kepalanya lagi . " Acha pengin ngasih kue ini ke Iqbal . ” “ Besok pagi kan bisa , Mama antar lagi . " “ Nggak mau , " kukuh Acha keras kepala . Kirana menghela napas berat , sikap Acha yang paling tidak bisa diubah dari dulu , ya , seperti ini . Keras kepala dengan keputusannya yang sudah bulat . " Lima belas menit lagi kalau Iqbal masih belum ada juga , kita pulang . Mama nggak mau dibantah . Mengerti ? ” kali ini Kirana bersikap lebih tegas . Ia tidak mau anaknya sampai jatuh sakit . " Tapi Tante - Mama , kalau . . . . " " Nggak ada tapi - tapian , Natasha . Lima belas menit . " “ Iya , Tante - Mama . ” jawab Acha pasrah . “ Ayo , kita tunggu di mobil aja . " “ Nggak mau . Acha mau tunggu di sini aja . " Kirana menatap putrinya , semakin tidak tega . Bagaimana bisa dia mencintai seorang pria sampai sebesar ini . Kirana membelai lembut rambut Acha . " Lima belas menit . Mama tunggu di mobil . ” “ Terima kasih , Tante - Mama . " Kirana pun hanya bisa mengalah dan berjalan kembali masuk ke dalam mobilnya , membiarkan Acha yang masih kukuh menunggu di depan gerbang rumah Iqbal . n 291 AiBook Page number 292



Acha kembali terduduk , menatap paper bag di tangannya hampa . Acha terus berdoa dalam hati , Iqbal akan segera datang , Acha sangat ingin menemui pria itu . Acha juga ingin tahu alasan Iqbal tidak datang ke pesta ulang tahunnya . Alasan kenapa Iqbal telah melanggar janjinya Doa Acha sepertinya terkabul , sebuah taksi melaju lambat ke arah Acha dan akhirnya berhenti di depan rumah Iqbal . Kepala Acha mendongak , menanti siapa sosok yang turun dari taksi tersebut . Acha tersenyum lega , penantiannya membuahkan hasil . Acha dapat melihat jelas Iqbal turun dari taksi itu dengan memakai sebuah hoodie hitam sampai menutupi kepalanya . Acha segera bangkit , berdiri . “ Iqbal , ” panggil Acha . Iqbal membalikkan badan setelah membayar supir taksi , wajah Iqbal terlihat kelelahan . Ia tampak terkejut dengan kehadiran Acha di depan rumahnya . “ Lo ngapain di sini ? ” tanya Iqbal tanpa basa - basi . Hati Acha mencelos ketika mendengar pertanyaan Iqbal . Apa pria ini benar - benar lupa ? Acha memaksakan senyumnya tetap mengembang , tangannya bergerak menyodorkan paper bag . " Ini buat Iqbal , " ucap Acha . " Apa ? ” “ Kue , " jawab Acha dengan susah payah . “ Iqbal makan , ya . " Iqbal menerima paper bag tersebut dengan raut masih tidak mengerti . “ Ngapain lo ngasih kue malam - malam ? ” tanya Iqbal tetap saja bernada dingin . Acha menggigit bibirnya , dadanya terasa sakit saat itu juga . Sepertinya Iqbal memang lupa hari ulang tahunnya . Acha menatap Iqbal yang tengah menunggu jawabannya , ekspresi Iqbal masih setenang tadi , sedatar tadi , bahkan tak ada penyesalan di sana . Acha merasa sedih . “ Acha hari ini ulang tahun , Iqbal , ” jawab Acha memberanikan diri . Perlahan Acha dapat melihat perubahan raut wajah Iqbal , tak sedatar tadi . Seperti teringat akan sesuatu , namun tak berani menyebutkannya . “ Iqbal lupa , ya , ulang tahun Acha ? " tanya Acha memperjelas . “ Iya . " 292 AiBook Page number 293 Acha merasa sesuatu menusuk tubuhnya dari atas sampai bawah . Jawaban jujur Iqbal terdengar menyakitkan . " Pantesan Iqbal nggak dateng , Acha udah tungguin tadi . ” " Maaf , ” balas Iqbal singkat . Acha meremas jemarinya , menguatkan hatinya walau di dalam sana hampir terasa susah untuk digunakan bernapas . “ Nggak apa - apa , kok , Iqbal , namanya juga lupa . ” “ Gue akan rayain besok , " ucap Iqbal ingin menebus kesalahannya . Acha menggeleng cepat . “ Nggak perlu , Iqbal , ” tolak Acha . “ Kenapa ? ” " Kan ulang tahun Acha hari ini , bukannya besok , " jawab Acha lirih . “ Oke . ” Acha diam , bingung harus berkata apalagi . Iqbal terlihat sama sekali tidak menyesali perbuatannya . Untuk beberapa saat terjadi keheningan , sampai Acha membuka suara kembali . “ Kenapa Iqbal bisa lupa ulang tahun Acha ? ” tanya Acha mengungkapkan rasa penasarannya . " Gue ada acara keluarga di rumah Kakak gue , ” jujur Iqbal . " HP Iqbal ke mana ? Acha telepon dan chat nggak ada balasan . ” “ Hilang . " Acha memandang Iqbal lekat . “ Hilang ? Kok nggak ngabarin Acha ? Acha khawatir dari semalam . ” “ Gue nggak hafal nomor lo . " “ Kan ada cara lain juga buat kabarin Acha , ” lirih Acha lemah , mengetahui bahwa Iqbal sama sekali tak berusaha mengabarinya membuat Acha sedikit kecewa . " Maaf , ” ucap Iqbal lagi . Acha berusaha tersenyum kembali , kedua matanya mulai memanas . “ Ya udah kalau gitu , Acha pamit pulang , ya , Iqbal . Jangan lupa dimakan kuenya . " " Iya . Hati - hati . ” 293



AiBook Page number 294 selangkah demi Acha perlahan membalikkan badan , berjalan selangkah selangkah menjauh dengan senyuman getir Namun , Acha mendadak menghentikan langkahnya , ia berbalit . kembali . Acha menatap Iqbal yang ternyata juga mas yang ternyata juga masih memperhatikannya “ Iqbal ngak ada yang ingin diucapin ke Acha ? ” “ Nggak ada . ” “ Beneran ? " KASE SU " Iya . ” “ Kalau Acha , ada yang ingin Acha sampaikan ke Iqbal . ” “ Apa ? ” Acha menghela napasnya pelan - pelan , tetap berusaha tenang dan tegar . “ Selamat ulang tahun , Natasha , ” ucap Acha penuh makna . Suaranya bergetar . Kedua mata Acha kembali memanas , pertahanan Acha mulai goyah . Acha melihat Iqbal yang diam di tempat , tak bisa membalas perkataannya . Acha tersenyum kecil , sebuah senyum yang tulus kali ini . “ Acha senang dan lega , liat Iqbal nggak apa - apa . Acha dari semalam khawatir sama Iqbal , ” ungkap Acha tulus . “ Lain kali usahain kabarin Acha , ya , Iqbal . ” “ Lo marah ? ” tanya Iqbal tiba - tiba . " Marah ? Maksudnya ? ” “ Karena gue nggak datang di hari ulang tahun lo ? ” perjelas Iqbal . Acha menggelengkan kepala . “ Acha nggak marah kok , Iqbal , cuma sedih aja . Karena Acha udah berharap Iqbal akan datang dan menerima kue pertama Acha . ” “ Cuma ulang tahun aja , kan ? ” Acha tersenyum getir , tak menyangka Iqbal akan berkata seperti itu . Padahal , ulang tahun malam ini sangat berarti bagi Acha . " Iya . Maafin Acha kalau buat Iqbal tersinggung . " " Gue beneran lupa . ” " Iya , Acha tau . ” “ Nggak usah dibesar - besarin . ” AiBook Page number 295 “ Iya , Iqbal , Maaf . Acha nggak bakal bahas lagi . ” “ Oke . ” Acha berhasil menahannya sampai detik ini , ia masih tegar dan tidak menangis walau di dalam sana sudah hancur tak berbentuk . “ Acha pulang , Iqbal . ” “ Iya . ” Acha berbalik badan , melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda . Acha berjalan dengan kepala tertunduk , saat itu juga pertahanan Acha pecah , air mata Acha mulai turun dengan sendirinya . Yang membuat Acha semakin sedih adalah Iqbal masih belum juga mengucapkan selamat ulang tahun untuknya . Hal yang penting bagi Acha , namun sepele bagi Iqbal . Acha masuk ke dalam mobil , menyuruh mamanya segera beranjak dari sana . Sepanjang perjalanan , Acha cuma bisa menangis menahan isak , ia tak membalas satu pun pertanyaan mamanya . Acha hanya ingin cepat - cepat sampai rumah . Apa kehadiran Acha masih tidak penting bagi Iqbal ? 295 AiBook Page number 296 PERMINTAAN MAAF ACHA menenggelamkan wajahnya di meja tepat di atas kedua tangannya yang dilipat . Setelah sampai rumah semalam , Acha menangis terisak di kamarnya . Hari ulang tahun yang seharusnya menjadi hari yang bahagia , berubah menjadi hari yang menyedihkan dan menyesakkan . Namun , untung ada Kirana , sang Mama yang selalu menenangkannya dan memberinya semangat . Acha jadi teringat akan ucapan Kirana semalam yang menyadarkannya dan membuatnya kembali bangkit untuk mengurangi kesedihannya . Kirana berkata “ Tidak apa - apa suka , sayang , dan cinta ke orang lain , Mama bolehin . Tapi , sebelum Acha sayang sama orang lain dengan sebegitu besarnya , Acha harus sayangi diri Acha sendiri lebih besar daripada rasa sayang Acha ke orang lain . ” Kalimat yang penuh arti dan berguna bagi perjalanan Acha untuk mencari jati dirinya



. Bahu Acha ditepuk seseorang , Acha mengangkat kepalanya . Melihat Amanda . " Nggak ke kantin ? ” ajak Amanda . Acha menggelengkan kepala . Amanda menghela napas pelan , tak perlu ditanya , Amanda sudah tahu apa masalah gadis ini . Amanda pun tahu bahwa Acha menangis semalam . " Mau nitip sesuatu ? ” Amanda . 296 AiBook Page number 297 “ Nggak , Acha pengin ke taman belakang sekolah aja , kayaknya tenang di sana . " " Mau gue temenin ? ” Acha menggeleng lemah . “ Nggak perlu , Acha pengin sendiri . " “ Ya udah , kalau butuh apa - apa , lo chat gue ya . ” " Iya , Amanda . Terima kasih . " Amanda pun meninggalkan Acha di kelas . Setelah itu , Acha menyusul keluar kelas , menuju ke taman belakang sekolah . Amanda mengambil duduk di sebelah Rian , tepat berhadapan dengan Iqbal yang sedang makan dengan lahapnya . Amanda mencibir pelan , menatap Iqbal sinis . " Haduh , enak banget , ya . Yang di sini makan sampai kenyang , yang di sana nangis sampai kenyang ! " sindir Amanda tajam . Iqbal dapat mendengarnya , tapi tak menghentikannya untuk meneruskan makan . Iqbal tak menggubris . Bahu Iqbal ditepuk oleh Glen . “ Bal , lo disindir Amanda tuh , ” ucap Glen berniat baik untuk memberi tahu . “ Gue tau , ” jawab Iqbal singkat . Glen tersenyum senang menatap ke Amanda . “ Iqbal tau katanya , Nda , ” adu Glen berganti ke Amanda . “ Bilangin ke sahabat lo yang nggak punya hati itu ! Seenggaknya nggak usah janji kalau emang nggak bisa datang , kasihan anak orang nungguin . " S Glen menepuk bahu Iqbal lagi . “ Bal , lo denger , kan ? ” “ Hm , ” gumam Iqbal singkat dan masih saja terus makan . Glen kembali menghadap Amanda . “ Ada lagi nggak , Amanda ? " pancing Glen memperkeruh keadaari . “ Bilangin , dia hampir hancurin ulang tahun sahabat gue , yang nyatanya berstatus pacarnya sendiri ! Bodoh apa bego sih ! Mana ada lupa ulang tahun pacarnya sendiri , ” omel Amanda makin kejam . 297 AiBook Page number 298 Glen mengangkat jempolnya . Dia kembali menepuk bahu label " Gue denger , ” sahut Iqbal cepat sebelum Glen membuka suara Iqbal mengangkat kepala , menatap Amanda yang sudah duluan memberikan sorot mata kebencian . " Mau lo apa ? ” tanya Iqbal tak ingin basa - basi . Keadaan di meja seketika menegang . Rian sedari tadi hanya diam ia sebenarnya ingin melerai , tapi ia takut Amanda akan sema mengamuk . Glen juga ikut diam , tampak takut dengan tatapan Jabal yang berubah sangat dingin . “ Lo minta maaf sama Acha . " " Udah . " “ Kapan ? ” heran Amanda , nyatanya ia tak melihat Iqbal semalam di pesta Acha dan pagi ini juga Acha datang diantar mamanya . “ Semalam . ” " Semalam lo ke rumah Acha ? ” “ Dia yang ke rumah gue . ” Semua mata terbuka sempurna , terkejut dengan ucapan Iqbal . Baik Amanda , Rian , bahkan Glen . Mereka begitu takjub mendengarnya . “ Acha yang ke rumah lo , bukan lo yang ke rumah Acha ? ” ulang Amanda masih tak percaya . “ Iya , ” jawab Iqbal apa adanya . Amanda mengibas - ngibaskan tangannya , hawa di sekitarnya mendadak tambah panas . “ Pinter apa kelewat pinter sih tuh bocah ! Ngapain juga ke rumah si batu ini ! ” kesal Amanda membayangkan kebodohan Acha .



Amanda menatap Iqbal kembali semakin tajam . “ Harusnya Acha hari ini nggak sedih dong kalau lo semalam udah minta maaf , ” sindir Amanda yang tahu betul bagaimana seorang Acha yang sangat mudah memaafkan kesalahan orang lain . “ Kecuali kalau lo minta maafnya nggak sungguh - sungguh . ” Iqbal diam , tak menjawab . “ Lo udah ucapin selamat ulang tahun ke Acha ? ” tanya Amanda menebak . 298 AiBook Page number 299 “ Sl . “ Belum , " jawab Iqbal jujur . Semuanya dibuat terkejut untuk kesekian kalinya . in " Terus lo mau ucapin kapan ? Nunggu Glen jadi pinter ? Lamaaa , Bal ! ” gereget Amanda tak bisa menahan lagi kemarahannya . " Lo punya hati nggak sih ? Kemarin itu pesta ulang tahun yang penting buat Acha , dan lo hampir hancurin . Lo beneran suka nggak sih sama Acha ? Beneran niat pacaran sama dia nggak ? " Glen menyenggol lengan Rian . “ Emang ada , Yan ? Niat buat orang mau pacaran ? ” tanyanya dengan polos . Amanda melirik tajam ke Glen , membuat Glen langsung diam lagi . Amanda berdiri dari duduknya , menggebrak meja sedikit kencang . " Kalau lo emang nggak yakin sama perasaan lo , putusin Acha ! Daripada lo semakin sakiti dia ke depannya . Tapi , kalau lo beneran tulus suka sama Acha , setidaknya jangan buat dia sedih . Jangan buat dia yang berjuang untuk lo lagi . ” Amanda bersiap untuk pergi , ia menoleh ke belakang sebentar , menghadap ke Rian . “ Lo ngapain masih duduk ? ” tanya Amanda . “ Ikut gue . ” Rian mengangguk mengiakan saja , ia melambaikan tangan ke Glen dan Iqbal . “ Sorry , gue tinggal dulu , ” pamitnya . Glen melambai - lambaikan tangannya ke Rian , wajahnya sedih melihat kepergian Rian . " Yah . . . bucin dia . Budak cinta , " cibir Glen . Glen menoleh ke samping , melihat Iqbal sudah siap berdiri . “ Lo mau ke mana ? ” bingung Glen . Iqbal tak menjawab pertanyaan Glen . Ia langsung pergi begitu saja . " Bal , ini makanan lo belum dibayar . Makanan Rian juga , " teriak Glen heboh . " WOY , INI SIAPA YANG BAYAR MAKANANNYA ? MASA GUE LAGI ? ” Glen menghela pasrah , mengelus dadanya untuk bersabar . " Yah . . . budek dia . " . 299 AiBook Page number 300 Acha merasakan sepoi angin menerpa wajah pucatnya . in memejamkan mata menikmati sejuknya taman belakang sekolah . Tempat duduknya sekarang pun sangat teduh , terlindungi pohon beringin tinggi yang sudah berumur puluhan tahun . Bibir Acha bergerak , mengikuti alunan lagu di earphone yang dipakainya . Lagu sedih , yang semakin membuat luka di hati Acha menguar . “ Acha , ” panggilan seseorang dari belakang . Orang itu menepuk pelan pundak Acha , membuat tubuh Acha tersentak . Acha buru buru melepaskan earphone - nya dan membalikkan badan . “ Juna , ” lirih Acha mengetahui orang yang memanggilnya . " Juna tersenyum kecil , tangan kanannya berada di belakang , seperti menyembunyikan sesuatu di sana . “ Gue nggak ganggu , kan ? ” tanya Juna . “ Nggak , kok , " jawab Acha . “ Ada apa , Juna ? " " Gue tadi nyariin lo . Kata Amanda , lo di sini . ” Juna akhirnya mengeluarkan sesuatu dari belakang tubuhnya , sebuah boneka sapi berukuran sedang masih terbungkus rapi oleh plastik bening dan pita berwarna merah muda . “ Selamat ulang tahun , Acha : Maaf , ya , gue nggak bisa dateng , kemarin gue harus anter temen - temen yang lomba futsal di Bandung , " jelas Juna . Acha menerima hadiah dari Juna dengan senang , apalagi itu boneka sapi . Kesukaannya . “ Nggak apa - apa , Juna . Makasih banyak . " “ Suka nggak kadonya ? " “ Suka



banget . Kan , Acha suka boneka sapi . ” " Syukurlah kalau suka . Kalau gitu gue tinggal , ya . Gue harus ke ruang OSIS . ” " Iya , Juna . Sekali lagi makasih banyak . ” “ Sama - sama . Selalu bahagia , ya , Cha . ” 300 AiBook Page number 301 Acha hanya bisa tersenyum . Perkataan yang penuh arti bagi Acha . Juna pun pergi meninggalkan Acha . pl Acha kembali menghadap ke depan , mengangkat boneka sapi pemberian Juna yang sangat lucu , meskipun Acha sudah punya yang model seperti ini di kamarnya . " Acha punya warga negara baru lagi , " lirih Acha . “ Andai Iqbal juga kasih hadiah seperti ini , " lanjutnya kembali sedih . Acha menggelengkan kepalanya cepat , ia tak boleh jadi gadis yang tidak bersyukur seperti ini . Harusnya ia senang sudah mendapatkan kado sangat ia suka dari Juna . Acha berusaha untuk tersenyum lagi dan lagi . " Cha . . . . " Acha tersentak , ia cepat - cepat membalikkan badan . “ Kenapa Juna ke sin . . . , " ucapan Acha terhenti , ia mengira Juna kembali menghampirinya , ternyata bukan . “ Iqbal . . . . " Ya , orang yang memanggil Acha saat ini adalah Iqbal . Pria itu berjalan mendekati Acha , langsung mengambil duduk di sebelah Acha , membuat Acha mendadak gugup sendiri . " Juna habis ke sini ? " tanya Iqbal tenang . “ I . . . Iya , ” jawab Acha terbata - bata . “ Kasih boneka itu ? " Acha melihat ke boneka sapi di tangannya , dan ia hanya bisa mengangguk pasrah . " Iya . ” Keduanya sama - sama diam , Acha merasa canggung sendiri . Ia seperti tertangkap basah selingkuh di depan pacarnya sendiri . “ Acha nggak ada apa - apa kok sama Juna , dia cuma ngasih Acha kado aja , ” jelas Acha takut Iqbal salah paham . " Gue tau . ” “ Iqbal jangan salah paham , ya . ” “ Iya . " S A Iqbal diam , menatap Acha sebentar . “ Lo masih marah ? ” tanya Iqbal . “ Marah sama siapa ? " bingung Acha . 301 AiBook Page number 302 " Gue . ” “ Acha nggak marah sama Iqbal , ” jujur Acha . " Terus kenapa nggak ke kantin ? ” “ Acha nggak laper , " jawab Acha bertambah gugup . " Udah makan ? " " Belum . ” Iqbal melihat Acha yang tertunduk tak berani menatapnya . Gadis itu memeluk erat boneka sapi di tangannya . “ Lo kecewa , kan , sama gue ? " Pertanyaan Iqbal berhasil membuat sesak di dada Acha seperti semalam . Tanpa sadar kedua mata Acha berkaca - kaca . " Jawab , ” desak Iqbal . " Iya , ” jawab Acha memberanikan diri . “ Iya apa ? ” “ Iya Acha kecewa sama Iqbal . Tapi Acha nggak marah sama Iqbal . Acha nggak bisa marah sama Iqbal , " lanjutnya . Perlahan air mata Acha turun . “ Maafin gue . " “ Acha udah maafin Iqbal , kok . Nggak usah minta maaf lagi . ” “ Lo mau kado apa dari gue ? ” tanya Iqbal . “ Acha nggak mau apa - apa . ” “ Serius ? ” “ Acha sebenarnya cuma ingin Iqbal ucapin ulang tahun ke Acha , kemarin , ” jujur Acha . Iqbal membelai rambut Acha lembut . " Jangan nangis . ” " Acha nggak nangis . Air matanya yang nakal turun sendiri , ” jawabnya menggemaskan seperti biasa . Iqbal tersenyum kecil , menurunkan tangannya . " Sekarang gue boleh jujur ke elo ? " tanya Iqbal mendadak serius . Acha menatap Iqbal sedikit takut , apa yang akan dikatakan pria ini . “ Ap . . . Apa Iqbal ? ”



" Ini pertama kali gue pacaran , lo tau itu , kan ? ” " I . . . Iya Acha tau , Iqbal . ” 302 AiBook Page number 303 " Gue nggak ada pengalaman buat romantis ke seorang cewek ataupun buat kejutan lainnya . ” Iqbal terdiam sebentar sebelum melanjutkan ucapannya yang cukup panjang . “ Kemarin gue beneran lupa hari ulang tahun lo , bukannya gue sengaja nggak dateng . " “ Acha tau , kok , Iqbal . Acha nggak marah karena Iqbal lupa , " perjelas Acha . Iqbal memandang Acha lekat , mengembangkan senyumnya . “ Gue lagi belajar buat pelan - pelan menerima lo di kehidupan gue , gue belajar buat membiasakan itu . Jadi , jangan pernah ragu sama gue . ” Acha menganggukkan kepalanya seperti anak kecil . “ Iya , Iqbal . Acha akan tunggu sampai Iqbal terbiasa dengan kehadiran Acha . " Iqbal tersenyum lega . Setidaknya ia bisa menyelesaikan kesalahpahamannya dengan Acha . " Gue akan tebus kesalahan gue , lo boleh minta apa pun . ” Acha sedikit terkejut mendengarnya , namun tak bisa dimungkiri ia juga sangat senang . “ Beneran apa pun ? " “ Iya , " jawab Iqbal tanpa ragu . " Kalau gitu Acha minta beliin boneka sapi yang besar . ” " Oke . " Iqbal menyanggupi cepat . Ia sudah menduga Acha akan meminta itu . “ Dua sapi dan besar , " tambah Acha . " Oke . " “ Jangan oke - oke terus . Beneran beliin , ” protes Acha . " Iya , Natasha . " TAKUW " Janji , kan ? ” " Iya . " " Demi apa ? ” “ Maunya demi apa ? ” goda Iqbal . " Demi Acha . " “ Ya udah , demi kamu . ” Untuk pertama kalinya Acha akhirnya bisa mengembangkan senyum tanpa dipaksa di hadapan Iqbal setelah kejadian semalam . 303 AiBook Page number 304 Acha merasa bahagia , rasa kecewanya menghilang terbawa angin seketika itu . “ Masih sedih ? ” tanya Iqbal . “ Nggak , Acha udah nggak sedih . ” “ Masih kecewa ? ” “ Sedikit sih , tapi karena Iqbal mau beliin Acha boneka sapi besar , Acha nggak akan kecewa lagi . ” " Syukurlah , " ucap Iqbal akhirnya lega . Acha sedikit bergeser , mendekatkan duduknya ke Iqbal . “ Acha boleh bilang sesuatu nggak ke Iqbal ? ” " Apa ? ” “ Lain kali kabari Acha , ya , jangan suka ngilang . Acha khawatir sama Iqbal . ” " Iya . " “ Beneran ? ” “ Iya , Cha . ” “ Kalau gitu hafalin nomor Acha , ” suruh Acha . “ Sekarang ? ” " Iya . Masa nunggu Glen pinter dulu . Lama banget itu , Iqbal ! ” Iqbal tertawa pelan , hari ini sudah dua gadis yang mengatai Glen . Sebegitu burukkah Glen di mata gadis - gadis ini ? Iqbal jadi iba sendiri dengan sahabatnya satu itu . Acha menyodorkan ponselnya yang sudah tertera angka - angka di sana , itu adalah nomor Acha . “ Cepat hafalin , " suruh Acha . Iqbal mengangguk menurut , ia membaca dan mengingat cepat deretan nomor tersebut . " Udah , " ucap Iqbal selesai menghafalnya . " Coba sebutin . " " 08133328 * * * * . ” Acha tersenyum senang , Iqbal benar - benar menghafal nomornya dengan cepat . “ Iqbal masih belum punya HP lagi ? ” " Belum , " jawab Iqbal . 304 AiBook Page number 305 “ Kok bisa hilang HP - nya ? ” “ Nggak tau . Mungkin jatuh , ” jawab Iqbal . " Terus gimana Acha hubungi Iqbal ? ” Iqbal berpikir sebentar , benar juga yang diucapkan Acha . la harus beli ponsel



secepatnya . Iqbal tidak mau membuat Acha sedih bahkan khawatir lagi . " Pulang sekolah gue mau beli HP , ” jawab Iqbal . Acha termenung sebentar . Hm , Okay . Buat seorang Iqbal Guanna beli ponsel pasti seperti beli micin . Namanya juga orang kaya . Acha tidak perlu terkejut akan hal itu . “ Pulang sekolah ini ? Sama siapa ? ” tanya Acha . “ Sendiri . Mau ikut ? ” ajak Iqbal . " Mau , Iqbal . Acha temenin , ya . ” " Iya . ” Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha , melihat gadis itu sudah bisa tersenyum membuatnya tidak khawatir lagi . “ Maafin aku , Natasha . ” Sepulang sekolah , Iqbal dan Acha pergi membeli ponsel baru untuk Iqbal di salah satu mal di daerah Jakarta Selatan . Acha semakin tahu bahwa Iqbal adalah orang yang tidak suka basa - basi dan ribet . Pria itu membeli ponsel kurang dari sepuluh menit . Hebatnya lagi , Iqbal membeli ponsel dengan model yang sama seperti yang dimiliki sebelumnya . Padahal , ada keluaran ponsel yang lebih baru . " Mau ke mana lagi ? ” tanya Iqbal . “ Acha pengin beli es krim . ” " Oke . ” Mereka berjalan menuju toko es krim yang ada di lantai tiga mal . Iqbal tak lagi segan menggenggam tangan Acha , dan perlakuan sederhana Iqbal seperti itu terasa manis bagi Acha . Acha mendadak menghentikan langkah . 305 AiBook Page number 306 “ Iqbal , beliin Acha bunga itu , " pinta Acha menunjuk toko yang menjual bunga . Iqbal mengikuti arah telunjuk Acha . “ Bunga ? " “ Iya , bunga Gerbera . Soalnya bunga yang Iqbal kasih dulu gampang banget matinya . Padahal , udah Acha rawat dan Acha siram terus . tapi tetep aja cepet mati , " jelas Acha . “ Kayak bunga colongan aja ! " Uhukkk ! Uhukk ! Tenggorokan Iqbal tiba - tiba gatal dan membuatnya terbatuk - batuk tanpa alasan . “ Iqbal kenapa ? " tanya Acha khawatir , Acha membantu menepuk nepuk pungung Iqbal . “ Nggak apa - apa , " jawab Iqbal cepat , berusaha untuk tetap bersikap biasa . " Beliin Acha bunga , ya . ” “ Besok aja . " " Kenapa besok ? Sekarang aja . ” “ Besok aja , " ulang Iqbal . " Ya udah , kalau gitu besok aja , " pasrah Acha menurut . Iqbal segera menarik Acha untuk menjauhi toko bunga itu . Perkataan Acha membuat Iqbal terkejut bukan main . Mereka segera membeli es krim , kemudian beranjak pulang . Mereka harus mulai giat belajar , sebentar lagi ujian akhir semester akan datang , harus dipersiapkan mulai dari sekarang . 306 AiBook Page number 307 HARI YANG TENANG : IQBAL keluar dari kamarnya dengan dandanan yang simpel dan rapi . Hari ini Iqbal berniat bermain ke rumah Glen , dan Acha juga ingin ikut . Sebelum menghadapi ujian akhir semester , mereka ingin menghabiskan waktu senang - senang bersama terlebih dahulu . “ Pa , ” panggil Iqbal . Ia menemukan sang Papa tengah asyik bermain Monopoli dengan kedua kakaknya . Iqbal semakin tidak paham dengan ketiga orang di hadapannya ini , mereka tidak punya pekerjaan lain atau bagaimana , pagi hari sudah bermain Monopoli . " Papa , " panggil Iqbal sekali lagi karena tak ada jawaban dari papanya . " Bentar , bentar , Bal . Papa beli hotel dulu , tunggu ! ” ucap Mr . Bov fokus dengan kartu - kartu berwarna di depannya . “ Iqbal pinjem kunci mobil , ” pinta Iqbal tidak sabar . Hari ini la ingin naik mobil . Suhu Jakarta terlihat sangat panas dan membuatnya sedikit malas menggunakan



motor . “ Lo mau ke mana ? ” tanya Ify menoleh ke sang adik . “ Main , " jawab Iqbal seadanya . Kening Ify berkerut , tidak biasanya sang adik keluar di hari libur seperti ini . Biasanya juga sudah nangkring di ruang tengah berkutat dengan Play Station - nya . 307 AiBook Page number 308 " Main ke mana lo ? ” tanya Ify lagi . “ Sejak kapan lo jadi kepo ? ” tukas Iqbal sinis . Ify mengedikkan kedua bahunya . “ Pencitraan aja sih , biar dikata kakak perhatian ke adiknya , ” jawab Ify dengan nada tak enak . Iqbal mendesis pelan , sudah dapat menebak jawaban kakaknya . la secepatnya beralih kembali ke papanya . “ Pa , kunci mobil ! " rengek Iqbal . Mr . Bov mengangkat tangannya di udara . “ Sebentar , Bal , Papa beli Kanada sama Brazil dulu , sebentar ! ” . Iqbal merasa kesabarannya hampir habis karena sang Papa . Iqbal gemas dengan tingkah pria paruh baya itu . “ Pa . . . Kasih tau kunci mobilnya di mana atau Iqbal sumpahin Papa masuk penja . . . . ” Mr . Bov dengan cepat menghentikan permainannya , ia menoleh menatap anak bungsunya dengan wajah heran , memperhatikan Iqbal dari atas sampai bawah . “ Mau ke mana ? Rapi amat , ” tanya Mr . Bov “ B aja , " jawab Iqbal santai . Ia menatap dirinya sendiri , hanya memakai kaus pendek dan celana pendek . Tidak ada yang wah menurutnya . Mr . Bov merogoh saku bajunya , mengeluarkan kunci mobil . " Mau jalan ke mana ? Tumben bawa mobil , ” tanya Mr . Bov lagi yang selalu ingin tahu . Ia memberikan kunci mobilnya kepada Iqbal . “ Berat , Pa , bawa mobil , " timpal Iqbal logis . “ Maksud Papa , tumben pakai mobil . Biasanya juga suka pakai motor . " “ Panas di luar , ” jelas Iqbal . “ Emang mau ke mana ? ” tanya Mr . Bov semakin penasaran . “ Main ke rumah Glen , Iqbal pulang agak malam mungkin , " jawab Iqbal segera menerima kunci mobil tersebut . “ Bohong , Pa . Dia mau main sama pacarnya , " adu Ify yang sudah curiga dari kemarin - kemarin bahwa adiknya punya pacar . Mr . Bov melihat Iqbal dengan raut sedikit kaget . “ Iqbal udan punya pacar ? ” tanya Mr . Bov penasaran . 308 AiBook Page number 309 Iqbal menghela napas berat , padahal ia tidak ingin ketahuan seperti ini . Iqbal sudah berniat untuk bercerita ke papanya di lain waktu yang tepat . Dasar memang kakaknya ini resek . " Udah , " jawab Iqbal apa adanya . “ Seriusan ? ” kaget Ify dan Ando bersamaan . Pasalnya , Ify sendiri hanya menebak dan menggoda adiknya saja . Iqbal melirik kedua kakaknya tajam . " Baru sunat kemarin sok - sokan pacaran lo ! ” ledek Ando . " Iqbal sunatnya kelas empat SD , nggak kayak Kak Ando kelas tujuh SMP baru sunat , " balas Iqbal mengingatkan aib yang dimiliki kakak sulungnya . Ando kicep sendiri , tak bisa melawan . Ify menepuk - nepuk kepala Ando menyuruhnya bersabar dan tabah . “ Yang kuat hatinya , jangan goyah , " ucap Ify sok perhatian ke Ando . Ando mengangguk - angguk saja , mengiakan . “ Siapa pacarnya Iqbal ? ” tanya Mr . Bov lagi . “ Acha , ” jawab Iqbal santai . Mr . Bov mengerutkan kening , tidak familiar dengan nama itu . Sepertinya bukan dari daftar teman - teman kelas Iqbal . " Anak baru ? ” tebak Mr . Bov . Iqbal mengakui kehebatan papanya yang gampang membaca ekspresi orang lain , bahkan menebak sesuatu dengan cepat layaknya peramal . Nyatanya , Papa Iqbal hafal semua nama teman Iqbal .



“ Iya . ” " Kapan - kapan ajak main Acha ke rumah , makan malam bareng , " suruh Mr . Bov . “ Oke , ” balas Iqbal setuju . Toh , bukan masalah besar . “ Acha - nya aja , jangan sama orangtuanya , ” goda Ify . Iqbal melirik kakak perempuannya lagi . " Apa lo ? ” tantang Ify . “ Punya kakak perempuan kok resek banget , " sindir Iqbal taiam . 309 AiBook Page number 310 Ify mendesis kesal bersiap melemparkan sandal ke adiknya , namu . dicegah oleh Ando . Ando menepuk - nepuk kepala Ify pelan , membalas perhatian Ify beberapa menit yang lalu . “ Yang kuat hatinya , jangan goyah , ” bisik Ando penuh arti . Iqbal geleng geleng sendiri melihat tingkah kedua kakaknya . “ Iqbal berangkat dulu , " pamit Iqbal . Ia menyalami papanya dan Ando bergantian . Kemudian beranjak pergi melewati Ify begitu saja . “ Woy , Bal , belum salam sama gue ! ” teriak Ify tak terima . “ BUKAN MUHRIM ! ” teriak Iqbal asal dengan suara tak kalah kencang dari ambang pintu rumahnya . lah Acha keluar dari rumah , melihat Iqbal bersandar di pintu mobilnya dengan tangan fokus mengotak - atik ponsel , mungkin bermain game . Kebiasaan wajib seorang Iqbal . “ Iqbal bawa mobil ? ” tanya Acha . Iqbal mengangkat kepala , segera memasukkan ponselnya ke saku . " Iya . " “ Tumben ? Emang Iqbal bisa nyetir mobil ? ” kaget Acha . Nyatanya selama ini Iqbal selalu menggunakan motor tercintanya . Acha hanya tahu Glen dan Rian saja yang suka bawa mobil ke sekolah . " Bisa , ” jawab Iqbal singkat . “ Ayo berangkat , ” ajak Iqbal . Acha menganggukkan kepala , mereka pun segera masuk ke dalam mobil . Dengan senyum merekah , Acha memberikan paper bag yang sedari tadi dibawanya kepada Iqbal . “ Acha bawain kue cokelat kesukaan Iqbal . ” Iqbal menerimanya dan menaruhnya di kursi belakang . Kemudian kembali sibuk memakai sabuk pengamannya . “ Kok nggak bilang makasih ? ” protes Acha . “ Padahal Acha rela bangun pagi - pagi buat masukin kue - kuenya ke kotak bekal , ” lanjutnya . 310 AiBook Page number 311 Iqbal menoleh ke Acha sebentar , melihat Acha cemberut dengan bibir sedikit maju . Iqbal tersenyum kecil , tangannya bergerak mengacak acak puncak kepala Acha , gemas . “ Makasih , Sayang , " ucap Iqbal . Acha tak bisa menahan senyumnya mengembang kembali , bahkan lebih lebar . Acha merasakan kedua pipinya memanas . Padahal bukan pertama kali Iqbal memanggilnya seperti itu . Selalu saja berhasil membuat jantungnya berdegup tak keruan . Iqbal segera melajukan mobilnya menuju rumah Glen . Mereka berdua akhirnya sampai di rumah Glen , Iqbal langsung mengajak Acha ke lantai tiga . Tempat kamar Glen berada beserta surga mainannya . Untuk pertama kali Acha menginjakkan kaki di rumah Glen . Acha dibuat takjub dengan besarnya rumah Glen . Acha tidak menyangka bahwa Glen tinggal di rumah semewah ini . Benar kata Mbah Google , ' Jangan lihat seseorang dari tampilannya saja ” . Bocah yang kalau bicara suka melantur itu ternyata berasal dari keluarga kaya raya . “ Wuisshh . . . Sekarang dibawa ke mana - mana , ya , tuan putrinya , " sambut Glen ketika melihat kedatangan Iqbal dan Acha . " Yang udah punya pacar mah beda Glen , " sahut Rian yang sudah duluan di sana . " Harus nempel terus tiap detik , " balas Glen . “ Kek upil , haha . "



Acha memeletkan lidahnya kepada Glen dan Rian , tak menggubris ledekan kedua pria itu . Iqbal menyuruh Acha duduk di salah satu sofa panjang . “ Gue main dulu sama yang lain , ” pamit Iqbal . “ Iya , Iqbal , Acha tunggu di sini . ” " Iya . " 311 AiBook Page number 312 Iqbal pun meninggalkan Acha , mengambil stick Play Station yang diberikan Rian . Mereka berdua segera fokus bermain . Glen melepaskan alat VR yang dipakainya beberapa saat lalu , ia berjalan mendekati Acha yang sedang duduk sendiri . “ Lo ngapain sih ikut ke sini ? ” tanya Glen sok sewot . " Terserah Acha dong , kan Acha pacarnya Iqbal , " jawab Acha ikut tak santai . “ Gue temennya Iqbal , ” timpal Glen bangga . i “ Acha nggak tanya . " " Gue ngasih tau , bocah ! ” “ Acha nggak pengin tau , bocah ! ” kesal Acha bertambah . “ Dikasih tau orang tua ngelawan aja . " “ Glen kok nyebelin sih ! ” Glen tertawa keras , puas melihat Acha kesal dengannya . Ia berjoget - joget di depan Acha . Sementara Acha merasa kepalanya ingin meledak karena Glen . Sangat menyebalkan . " Ngaku lo sama gue ! Lo operasi plastik di mana ? ” “ Acha nggak pernah operasi plastik ! ” “ Bohong ! Gue yakin lo curi ember emak lo , kan ? Terus lo bakar tuh ember dan lo tambal - tambal ke wajah lo , kan ? ” Acha mendesah berat , ia segera bangkit . Acha menatap Glen tajam , kemudian menaruh jaruh telunjuknya ke dahi . “ Dasar sinting ! ” Acha berjalan mendekati Iqbal , memilih duduk di samping Iqbal . Acha melihat Iqbal sangat fokus dan asyik bermakin game dengan Rian . “ Iqbal , ” panggil Acha lirih . “ Apa ? " balas Iqbal singkat , tangannya sangat lincah memainkan stick yang digenggamnya . " Acha haus . ” “ Minta sama Glen . ” “ Nggak mau . Nanti Acha dikasih air cebok sama dia , ” tolak Acha mentah mentah . “ Nggak akan . ” 312 AiBook Page number 313 Acha mendengus sebal . Emang ya semua cowok itu sama saja ! Selalu saja menduakan perempuan dengan game . Tidak tahukah mereka Lalau perempuan itu tidak suka diperlakukan begini ? " Iqbal sibuk banget , ya ? ” " Iya . " “ Ya udah deh . Acha tungguin kalau gitu . ” Acha mengeluarkan ponsel , membuka Instagram untuk membunuh kebosanannya . " Nih . " Acha mengangkat kepala , melihat Glen membawa segelas minuman untuknya . Pria itu terlihat serius . “ Buat Acha ? ” tanya Acha ragu . " Tenang aja , nggak ada racunnya . ” Acha menerima gelas tersebut , melihatnya sebentar . Itu adalah air putih dan sangat bersih . Acha yakin ini adalah air mineral . Acha pun meminumnya tanpa ragu dan sampai habis . " Cha , lo habisin minumannya ? ” tanya Glen terkejut . Acha melihat ke arah Glen , eskpresi wajah pria itu sedikit menakutkan . " Iya . Kenapa emangnya ? ” tanya Acha . Glen menunjuk ke gelas di tangan Acha . " Itu airnya gue ambil dari kamar mandi , " terang Glen tak berdosa . Kedua mata Acha terbuka sempurna . Acha membuang gelas di tangannya dengan cepat , ia memegangi tenggorokannya yang mendadak kering dan terasa aneh . “ GLEEEEENN ! ! ! GILAAAA ! ! ! ” teriak Acha sangat kesal .



Sementara Glen sudah kabur duluan dan tertawa dengan keras . Acha tak sempat membalas Glen . Acha mencak - mencak tak jelas . Bagaimana bisa ada orang tidak waras seperti Glen . Acha menoleh ke Iqbal , pria itu tetap asyik bermain tak memedulikannya . Acha pun berdiri , ia memilih kembali duduk di sofa , berusaha meredamkan emosinya . Sampai akhirnya , Acha mengantuk dan tanpa sadar tertidur walupun hatinya masih meluap - luap penuh kemarahan karena Glen mengerjainya . 313 AiBook Page number 314 t national frappearance is Acha terbangun , ia terkejut menyadari bahwa dirinya ketiduran . Acha melihat ke arah jam dinding , menunjukkan pukul lima sore . La tertidur lebih dari dua jam . Acha mengalihkan pandangannya kepada Iqbal . Pria itu masih berada di posisinya semula . Acha geleng - geleng , takjub . Bagaimana bisa Iqbal tahan bermain selama itu . “ Iqbal , ” panggil Acha . Tak ada sahutan dari pria itu . Acha menghela napas berat . “ Iqbaal , ” panggil Acha lebih kencang . “ Apa ? ” akhirnya Iqbal menyahutinya . " Acha capek , pengin pulang . Iqbal kapan berhenti mainnya tanya Acha . “ Sebentar lagi . ” “ Sebentar laginya berapa menit lagi ? ” “ Lima belas menit . ” “ Jangan , lima menit aja , ” protes Acha . “ Lima belas menit , ” kukuh Iqbal . “ Sepuluh menit Iqbal , ” nego Acha . “ Lima belas menit . ” “ Ya udah deh dua puluh menit ! ” teriak Acha sangat kesal . “ Oke . ” Acha menahan emosinya , ia berusaha untuk mengerti dan tidak menjadi pacar yang posesif . Acha pun harus rela meminjamkan pacarnya berselingkuh lagi selama dua puluh menit . . Musuh terbesar kaum lelaki adalah kata terserah , sedangkan musuh terbesar perempuan adalah game . Hari semakin malam , mobil Iqbal akhirnya sampai di depan rumah Acha . Setelah menunggu dua puluh menit , Iqbal menepa kesepakatannya dengan Acha . Pria itu mengajak Acha pulang . 314 AiBook Page number 315 Acha segera melepaskan seatbelt dan mengambil tasnya . Acha menoleh ke arah Iqbal . “ Acha turun , ya , " pamit Acha . " Iya , ” jawab Iqbal . Acha pun segera turun dari mobil , beranjak dari sana . Namun , langkah Acha terhenti di depan gerbang . Ia melihat Iqbal yang ikut turun dan berjalan mendekatinya . “ Iqbal ngapain turun ? Nggak langsung pulang ? ” heran Acha . Iqbal melihat halaman rumah Acha kosong , tidak ada mobil . Menandakan bahwa Mama Acha belum pulang . " Sendirian di rumah ? ” tanya Iqbal basa - basi . Acha mengangguk cepat . “ Iya , tapi Acha udah terbiasa , kok . Sebentar lagi Tante - Mama juga pulang . " " Oke . " Acha mengerutkan kening , bertambah bingung . Tidak biasanya Iqbal aneh seperti ini . “ Ada yang mau Iqbal omongin ke Acha ? ” tanya Acha penasaran . " Ada , ” jawab Iqbal . E " Apa ? ” Acha mendadak gugup sendiri . " Lo tau . . . . " Iqbal menggantungkan ucapannya . " Tau apa , Iqbal ? ” Acha semakin penasaran . “ Gue beneran suka sama lo , " ungkap Iqbal dengan wajah datarnya . Acha cukup terkejut . Iqbal tiba - tiba sekali berkata seperti itu . Tidak ada mendung dan tidak ada hujan . Acha menahan untuk tidak tertawa , mendengar Iqbal berkata jujur seperti itu sangatlah lucu . Namun , perkataan manis itu berhasil membuat jantung Acha berdetak dua kali lipat lebih cepat . Acha tidak tahu maksud Iqbal yang mendadak berkata seperti itu . But , Acha



menyukainya . “ Acha juga suka sama Iqbal , ” balas Acha . “ Bagus , ” balas Iqbal datar . Acha berjalan beberapa langkah , mendekatkan diri di hadapan Iqbal . “ Makasih untuk boneka sapinya , kemarin udah dianter ke rumah Acha , ” ucap Acha teringat akan hadiah dua sapi besar yang diberikan Iqbal kepadanya . hindi 315 AiBook Page number 316 " Suka ? " " Acha sangat suka . Acha belum punya boneka yang seperti itu . Lucu banget . ” “ Syukurlah . ” Mereka berdua sama - sama diam , saling bertatap dalam waktu lama . “ Iqbal tutup mata , ” suruh Acha . Iqbal terkejut mendengarnya . Ia memandang Acha bingung . “ Ngapain tutup mata ? ” " Pokoknya cepatan tutup mata ! ” paksa Acha . “ Ng . . . Nggak mau , ” tolak Iqbal terbata - bata . “ Kok nggak mau , kenapa ? Iqbal tutup mata aja . ” “ Kenapa harus tutup mata ? ” “ Biar surprise , Iqbal . ” “ Emang lo mau apa ? ” Acha mendecak kesal , malah dirinya yang dibuat bingung dengan reaksi Iqbal saat ini . Acha mengeluarkan sesuatu dari tasnya . " Acha cuma mau ngasih Iqbal ini , " ucap Acha memberikan selembar fotonya yang berukuran kecil . “ Biar Iqbal bisa taruh di dompet Iqbal . ” " Oh . ” Iqbal menerimanya dengan perasaan masih aneh . “ Emang Iqbal kira Acha mau ngapain ? ” tanya Acha heran . “ Nggak ada . " Acha menyipitkan kedua matanya , menatap curiga . " Kok , pipi Iqbal merah ? ” Iqbal refleks memegangi pipi kanannya , yang terasa biasa saja . “ Nggak . " " Iqbal kesurupan ? ” tanya Acha tak berdosa . “ Nggak lah . " Acha bernapas lega . “ Untunglah , Acha kira Iqbal kesurupan , habisnya aneh banget . Padahal , Acha cuma mau ngasih foto aja . " “ Ya . . . Gu . . . Gue kira . . . ” “ Kira apa ? Iqbal kira Acha mau apa ? ” tanya Acha mendadak heboh . " Nggak , " ralat Iqbal dengan cepat . 316 AiBook Page number 317 Acha mendekat satu langkah , semakin curiga dan tidak puas dengan jawaban Iqbal . Acha berpikir keras . “ Jangan - jangan . . . Iqbal kira . . . . " " Apa ? ” “ Nggak deh , nggak jadi . Nggak mungkin juga , " cengir Acha " Apanya ? ” tanya Iqbal penasaran . Acha memundurkan langkahnya kembali sembari merapikan rambutnya yang berantakan . “ Ya , Acha tadi cuma berpikir kalau Iqbal ngiranya Acha mau nyium Iqbal . Tapi nggak mungkinlah Iqbal berpikiran kayak gitu . Iya , kan ? ” Iqbal terbungkam sebentar , tak bisa menjawab . Acha terkejut melihat ekspresi tegang di wajah Iqbal . Benar - benar mirip patung hidup ! “ Iqbal kira Acha mau nyium Iqbal ? ” tanya Acha dengan tak percaya . “ Nggak ! ” jawab Iqbal cepat . E U “ Iqbal mau Acha cium ? ” The Pertanyaan bodoh macam apa ini , Ya Tuhan . Iqbal menggelengkan kepalanya tanpa banyak pikir . “ Nggak , ” tolak Iqbal . “ Beneran nggak mau ? ” goda Acha . “ Nggak , Cha , " tajam Iqbal . Acha tertawa melihat sikap Iqbal barusan . Padahal ia hanya menggoda saja . Pria ini terkadang benar - benar polos . “ Iqbal simpan , ya , foto Acha , ” pesan Acha . " Iya . " “ Kalau gitu Acha masuk , ya , " pamit Acha . " Jangan , " cegah Iqbal . * Kenapa ? " bingung Acha . “ Nggak apa - apa . " Acha menghela napasnya , kenapa sikap Iqbal mendadak jadi aneh seperti ini . “ Tadi aja di rumah Glen Acha dianggurin . Sekarang mau Perpisah nggak boleh ! Gimana sih ? ” protes Acha berpura - pura kesal . 317 AiBook



Page number 318 " Maaf , " lirih Iqbal merasa bersalah . “ Iqbal mau Acha tetap di sini ? ” tanya Acha . " Iya . " Acha tersenyum kecil , ia baru saja menemukan lagi sisi lucu Iqbal yang menggemaskan . “ Ya udah , kalau gitu Acha nggak masuk dulu . ” Mereka kembali diam , hanya suara binatang - binatang malam yang memecah keheningan di antara keduanya . Acha sendiri tak berani menatap Iqbal . “ Cha , ” panggil Iqbal kembali bersuara . Acha dengan cepat mengangkat kepalanya . " Iya , Iqbal ? ” “ Setelah ujian , makan malam di rumah gue , mau ? ” “ Ma . . . Makan malam di rumah Iqbal ? Maksudnya sama keluarga Iqbal ? ” kaget Acha . " Iya . " Acha mendadak gugup , padahal hal itu belum terjadi . Membayangkannya saja membuatnya takut . Bagaimana jika keluarga Iqbal tidak suka kepadanya ? Bagaimana kalau mereka menentang hubungan Iqbal dan Acha ? Bagaimana kalau keluarga Iqbal tidak suka dengan sapi ? Bagaimana ? Bagaimana ini ? " Kalau lo nggak mau , nggak apa - apa , " ucap Iqbal menyadarkan Acha dari lamunannya . " A . . . Acha mau kok , Iqbal , ” balas Acha mengiakan . Ia juga tidak mau melewatkan kesempatan bagus ini . Kapan lagi ia diperkenalkan Iqbal ke keluarganya . " Oke . ” Acha melihat jam tangannya sebentar , sepertinya dirinya dan Iqbal sudah cukup lama berdiri di depan rumahnya . “ Acha masuk rumah sekarang , boleh kan ? ” Iqbal diam tak menjawab , ia hanya menatap Achas sangat lekat . Tatapan itu membuat Acha gugup sekaligus bingung . “ Boleh nggak , Iqbal ? ” tanya Acha mengulangi . “ Sebentar , " jawab Iqbal . 318 AiBook Page number 319 Acha mengerutkan ke Iqbal barusan . Acha Icha mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud dari jawaban harusan . Acha melihat Iqbal berjalan lebih dekat ke arahnya . jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa senti . Acha dapat merasakan Iqbal berdiri cukup dekat dengannya . Acha menahan napas beberapa detik , jantungnya berpacu tak keruan . Jabal tiba - tiba meraih tangan kanan Acha , menggenggamnya ngan sangat erat . Acha mendadak salah tingkah , pipinya juga terasa panas . Acha gugup bukan main . “ Selamat malam , Natasha , " ucap Iqbal terdengar lembut . Kemudian perlahan lahan , Iqbal mencium singkat punggung tangan Acha yang digenggamnya . Acha tidak tahu harus berkata apa , perlakuan Iqbal membuat jiwanya ingin terbang dari tubuhnya sendiri . Acha hanya membeku di tempat dengan kedua mata terbuka sempurna . la sangat tidak menyangka dengan yang dilakukan Iqbal barusan . Acha merasa sangat malu , dengan cepat Acha melepaskan genggaman tangan Iqbal dan berlari masuk ke dalam rumah . Ia tidak kuat jika lama - lama berada di depan Iqbal saat ini . Acha tidak mau terlihat seperti orang bodoh di hadapan Iqbal . Iqbal tertawa pelan , pandangannya mengikuti tubuh Acha yang menjauh dengan cepat . Setelah memastikan Acha sudah masuk , Iqbal pun segera beranjak dari sana untuk pulang . Acha masuk ke dalam rumah , ia melempar tasnya asal saja . Acha naik ke atas sofa langsung loncat - loncat dan teriak histeris saat itu juga . Ia tak peduli jika mamanya atau bahkan tetangganya bakal memarahinya . Acha sangat bahagia sekali . “ AAARGHHSSSHHH ! ! YA AMPUN , ACHA SENENG BANGET ! ! ” Acha menatap punggung tangannya , bayangan kejadian beberapa menit lalu masih terbayang jelas di otaknya . Pipi Acha kembali memerah . 319 AiBook



Page number 320 " Ya ampun , ciuman pertama Acha dan Iqbal , ” ucap Acha tak berhenti tersenyum . " Nggak bakalan Acha cuci tangan Acha ! Nggak akan pernah ! ” lanjutnya dengan nada serius . Acha pun segera beranjak ke kamarnya untuk membersihkan diri . Ingat ! Dia akan mandi tanpa membuat tangan kanannya basah . Acha selesai mandi dan berganti baju tidur . Acha berbaring di kasurnya . Ia masih terus senyum - senyum sendiri sembari melihat punggung tangan kanannya . Acha tak menyangka malam ini akan seindah dan sebahagia ini . la meraih ponsel yang ada di sampingya , melihat tak ada notifikasi apa pun . Acha pun berinisiatif untuk mengirim pesan duluan kepada Iqbal . Acha melemparkan ponselnya di atas kasur , sembari menunggu balasan dari Iqbal . Acha berjalan ke meja rias , mengambil krim malam dan memakainya . Drtt . . . Drttt . . . Acha mendengar ponselnya berdering , ia cepat - cepat naik ke atas kasur dan melihat balasan dari Iqbal . Acha membuka pesan itu dengan tidak sabar . Acha merinding membaca balasan Iqbal , ia langsung menyembunyikan wajahnya di bawah bantal . Jantung Acha berdegup kencang , ia berteriak - teriak kegirangan . Kenapa Iqbal bersikap sangat manis seperti ini . Iqbal Guanna berhasil membuatnya seperti orang gila ! 320 AiBook Page number 321 UJIAN TELAH DATANG SEBELUM memulai ujian pada hari Senin , semua siswa tetap harus mengikuti upacara bendera terlebih dahulu , bahkan Pak Handoko sudah siap melakukan inspeksi , memeriksa ketertiban seragam para siswanya . Semua siswa SMA Arwana mengikuti upacara dengan khidmat . Glen berdiri di baris tengah , sejajar dengan Iqbal dan Rian . Iqbal melirik ke arah Glen yang sedari tadi komat - kamit tak jelas . “ Lo ngapain ? ” tanya Iqbal dengan suara pelan . Sebenarnya ia tidak sebegitu penasaran , tapi pria setengah waras di sebelahnya ini mulai mengganggu . “ Gue lagi hafalan , ” jawab Glen sok serius dengan kedua mata dipejamkan . " Hafalan apaan ? ” bingung Iqbal . “ Doa wejangan dari Bunda gue . Katanya kalau gue baca doa ini sebelum ujian , pensil gue bisa jalan sendiri . ” Iqbal mendecak sinis , tentu saja ia tidak akan percaya dengan ucapan Glen . Pria itu hanya mengarang bebas sesuka otaknya . “ Tumben lama banget nih upacaranya , " giliran Rian mulai mengoceh . “ Bener , ” sahut Iqbal menyetujui ucapan Rian . Glen tiba - tiba membuka matanya , berhenti komat - kamit . Glen menggeser sedikit tubuhnya agar lebih dekat dengan Iqbal . 321 AiBook Page number 322 " Apa gue pura - pura pingsan aja , ya ? Biar kalian nanti goto gue ke UKS dan kita bertiga nggak usah ikut upacara , ” ucap Glen mengutarakan idenya . " Kenapa lo nggak pura - pura mati sekalian aja , siapa tau lo mati beneran ? ” tajam Rian dan langsung diacungi dua jempol oleh Iqbal . Glen mendesis kesal , ia memilih diam dan kembali ke posisinya . Mereka bertiga kembali fokus mengikuti upacara bendera pagi ini . Acha sudah tidak kuat lagi mengikuti upacara , padahal biasanya ia masih kuat kuat saja sampai pengibaran bendera . Namun kali ini , tubuhnya terasa lebih lemah . Acha pun meminta izin ke Pak Handoko untuk ke UKS . Acha masuk ke dalam UKS , di sana ada Dina yang menyambutnya . “ Pagi , Dina , ” sapa Acha hangat ke gadis itu . Acha segera mengambil duduk di salah satu bilik untuk mengistirahatkan tubuhnya . “ Nih minum , " suruh Dina menyodorkan teh manis hangat . Dina tersenyum melihat Acha . Ia sudah hafal , setiap hari Senin Acha pasti menjadi pasien pertamanya .



“ Tumben lagu Pak Soepratman belum selesai , udah ke sini ? ” tanya Dina bercanda . “ Iya , Din , Acha udah nggak kuat tadi . Jadi nggak enak Acha sama Almarhum Bapak Soepratman , " tukas Acha memasang mimik sedih . Dina terkekeh pelan mendengar perkataan Acha . Dina mengambil kursi , duduk di hadapan Acha . “ Gimana hubungan lo sama Iqbal ? ” " Baik , Din . ” “ Yang sabar hadepin dingin dan cueknya Iqbal , ” pesan Dina . Acha tersenyum sembari mengangguk . “ Acha udah mulai kebal dan terbiasa , kok . ” “ Langgeng , ya . Kalau dia nyakitin lo , cucuk aja tuh otaknya pakai garpu . ” 322 AiBook Page number 323 “ Cucuk itu apaan ? ” bingung Acha . “ Tusuk maksudnya . " Acha tertawa renyah , ada - ada aja bahasa Dina . Acha sangat senang man dengan Dina . Selain ramah , gadis ini juga easy going , jadi Acha gampang akrab . Apalagi Dina adalah pacar dari Dino . Membuat hubungan mereka berdua semakin dekat . Acha dan Dina melanjutkan mengobrol sampai upacara selesai . Setelah itu , kembali ke kelas masing - masing untuk mengikuti ujian . Ujian hari pertama , bahasa Indonesia dan matematika , akhirnya selesai . Siswa SMA Arwana keluar dari kelas dengan wajah pucat dan penampilan berantakan . Rambut acak - acakan , dasi sudah ke mana - mana . Padahal ini baru ujian hari pertama . " Itu soalnya yang susah banget , apa otak gue yang bodoh banget ? ” cibir Glen merasakan kepalanya masih panas akibat soal matematika yang dikerjakannya beberapa menit lalu . “ Bener banget . Susah soalnya , " tambah Rian . Glen menoleh ke Iqbal yang terlihat biasa saja dan tetap tenang . “ Lo nggak kesusahan , Bal ? ” tanya Glen . “ Biasa aja , ” jawab Iqbal seadanya . Rian menampar pipi Glen pelan , menyadarkan pria itu . “ Lo yang bener aja tanya sama dia ? Peringkat pertama paralel se - sekolahan lo tanyain kesusahan ngerjain soal ujian matematika . Soal Olimpiade Nasional aja diembat sama dia , " timpal Rian panjang lebar . " Lo bisa pinter gimana sih , Bal ? Bagi - bagi rahasianya dong , biar gue bisa pinter kayak lo juga . Biar gue nggak belajar lagi . ” Iqbal menoleh ke Glen . “ Emang selama ini lo belajar ? ” tanya Iqbal dingin . Glen menggeleng cepat . " Enggak juga sih . ” Iqbal ingin rasanya meninju kepala Glen , namun segera ia tahan . Iqbal takut otak Glen semakin parah . 323 AiBook Page number 324 Kasih kisi - kisi kepintaran otak lo " Lo tiap pagi makan apaan ? Ka desak Glen . " Blender buku lo , kasih gula satu sendok dan susu satu send jawab Iqbal asal . " Seriusan ? Gue tiru nih , " ucap Glen bersemangat . “ Serius , ” balas Iqbal meyakinkan . “ Bukunya terserah , kan ? Buku apa aja ? " " Terserah . " “ Oke . Gue akan contoh besok ! ” sorak Glen senang . " Gue sian jadi pinter . " Rian kehabisan kesabaran , ia membanting tasnya yang semula sudah ia angkat . Rian berjalan mendekati Glen . “ Woi , pinter ! ” " Apa , genius ? " jawab Glen dengan senyum tak berdosanya . “ Lo percaya sama omongan Iqbal ? ” " Percaya dong . ” “ Lo terlalu pinter , apa otak lo itu udah mengerut ? Mana ada minum buku diblender jadi pinter . Yang ada otak lo bisa muter ! " “ Ya kan siapa tau aja beneran bisa . Gue nggak mau negative thinking dulu , Yan , terhadap sesuatu yang belum gue coba , ” kukuh Glen . " Terserah lo lah . Susah ngomong sama Semut , pinter ! ” “ Iya dong . Glen sang Raja Semut , raja terakhir ! ” ucap Glen bangga . Rian dan Iqbal memilih segera keluar kelas meninggalkan Glen yang tiap hari semakin



parah saja kelakuannya . Mereka harus pulang , istirahat dan belajar lagi untuk ujian besok . Selama seminggu penuh semuanya disibukkan dengan belajar dan belajar . Tidak ada yang keluar untuk bermain . Mengingat ketatnya persaingan di SMA Arwana . Mereka tak ingin nilai - nilai mereka turun . Mungkin hanya Glen yang sama sekali tidak peduli dengan nilainya . Bagi Glen , yang terpenting adalah hidupnya selalu bahagia dan barokah . Amin . 324 AiBook Page number 325 LIBURAN DATANG IQBAL melirik jam tangannya , menunjukkan pukul sepuluh pagi . la sudah rapi dengan kaus pendek berwarna navy dan celana jeans hitam . Iqbal mengambil jaket , dompet , dan kunci mobil papanya . Iqbal berjalan keluar rumah , menemukan papanya tengah duduk santai di kursi teras berbicara dengan adik - adik angkatnya , Bejo dan Mirna . “ Iqbal keluar dulu , ” pamit Iqbal . “ Bal , sini dulu , " suruh Mr . Bov . Iqbal menghentikan langkah , ia membalikkan badan menatap papanya dengan bingung . “ Kenapa , Pa ? ” balas Iqbal sembari berjalan menghampiri papanya . Mr . Bov membuka dompetnya , mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah . Beliau menyodorkan uang tersebut ke Iqbal . " Papa ngasih Iqbal uang ? Kan uang jajan kemarin masih ada , ” bingung Iqbal . Mr . Bov menggelengkan kepala . “ Bukan , Papa nitip makanan burung , ” pinta Mr . Bov . “ Kasihan adik - adikmu ini kelaparan nanti , ” jelas Mr . Bov sembari menunjuk kedua burung yang tengah asyik kencan di dalam kandangnya . Iqbal menghela napas berat . Menerima dengan pasrah uang dari papanya . “ Jangan lupa belikan , ” pesan Mr . Bov . 325 AiBook Page number 326 “ Iya , Pa . Iqbal belikan makan buat adik - adik Iqbal , ” balas Iqbal setengah hati . “ Kamu mau ke mana ? ” tanya Mr . Bov penasaran . “ Ke rumah Glen , mau bahas kamping hari Sabtu depan , " jawab Iqbal . “ Besok jadi , kan , acara makan malamnya ? Kakak kamu sudah Papa suruh siapkan semuanya . " Iqbal mengerutkan kening , acara besok malam ? Apakah ada yang ulang tahun ? “ Acara apa ? ” " Kamu katanya mau ajak Acha makan bareng di rumah . ” " Oh . Jadi . " " Acha mau , kan ? ” " Mau . ” “ Oke . Papa jadi nggak sabar ketemu calon mantu , ” goda Mr . Bov . Iqbal tak ingin membalas ucapan papanya lagi , daripada semakin panjang . Iqbal segera menyalami papanya dan beranjak dari rumahnya . Iqbal keluar dari mobilnya , setelah ia parkirkan di garasi mobil Glen yang luasnya melebihi lapangan outdoor sekolahnya . Iqbal sampai bingung itu garasi atau showroom mobil . Iqbal berjalan menuju halaman rumah Glen , ia menemukan pria itu tengah asyik duduk di pondok buatan yang ada di tengah halaman . Iqbal bergidik ngeri melihat Glen . “ Ngapain lo ? ” tanya Iqbal . “ Gue lagi nyari sesuatu yang menggumpal dan sedikit becek , " balas Glen sok serius . Iqbal memperhatikan saja pria setengah waras di hadapannya itu . “ Akhirnya ketemu juga kamu , bapaknya upil , " ucap Glen semangat , ia mengeluarkan jari telunjuknya dari lubang hidung . " Dari tadi kek keluarnya , anakmu noh si ipul udah kering duluan di luar ! ” 326 AiBook Page number 327 Iqbal mendesah berat , geleny - veleng sendiri . Bagaimana bisa ja berteman sangat



lama dengan or dengan orang seperti Glen ? Pintar Tidak . lomlo ? Iya . " Mana Rian ? ” tanya Iqbal tak menemukan sosok itu yang biasanya sudah datang paling duluan . " Lagi ambil minum dan snack di dapur . " Iqbal mengangguk dan segera duduk . Macetnya jalanan Ibu Kota membuat tubuhnya sedikit lelah . Ia menyandarkan tubuhnya , menikmati sepoi - sepoi angin pagi . Drtt . . . Drttt . . . Suara ponsel bergetar , berasal dari ponsel milik Glen . Glen meraih ponselnya , menatap layarnya dengan bingung . Acha meneleponnya ? Tidak salah ? “ Bal , si Acha telepon gue nih , " ucap Glen memberi tahu . Iqbal menegakkan kembali tubuhnya , ia menatap Glen tanpa bercaksi . Otaknya mendadak mengajak berpikir . " Apa jangan - jangan Acha pengin selingkuh sama gue ? ” tebak Glen asal . Iqbal tak menghiraukan pertanyaan konyol Glen , ia merebut ponsel Glen dan menerima panggilan itu segera . “ HP gue ketinggalan di mobil , ” ucap Iqbal duluan sebelum gadis seberang sana mengomel tak jelas . Iqbal sudah dapat menduga alasan Acha meneleponnya . Iqbal sendiri baru menyadari bahwa ia tidak membawa ponsel ketika akan turun dari mobil tadi . " Gue masih di rumah Glen . " “ Ya udah , ke sini aja . " Iqbal menutup sambungan tersebut , lalu melemparkan kembali ponsel Glen dengan tak berdosa . " Iya Glen ganteng , makasih banyak HP - nya , " ucap Glen menyindir Iqbal . “ Makasih kek , elah ! Dikiran gue ini Wartel berjalan apa ! ” sewot Glen merasa dimanfaatkan saja oleh dua sejoli itu . 327 AiBook Page number 328 paskan jaketnya , Iqbal tak berniat menjawab omelan Glen , ia melepaskan ke sini ? " tanya Tubuhnya mulai gerah . “ Si Acha yang manjanya minta ampun itu mau ke sini Glen . “ Iya . " " Ngapain ? " Ngapain ? “ Bakar rumah lo , ” jawab Iqbal sadis . Glen berniat ingin membalas ucapan ganas Iqbal , namun urungkan . Ia lebih tertarik dengan kedatangan minuman segar segar yang dibawakan oleh Rian . Rian mengambil duduk di sebelah Glen . “ Jadi , gimana a kita ? ” tanya Rian langsung memulai diskusi mereka . " Terserah , ” jawab Iqbal memilih menjadi pengikut saja . " Gue kemarin udah bicarain ini sama Dino . Kata dia , yang lebih tau masalah kamping kayak gini itu si Juna , ” jelas Rian . " Dia kan sering adain acara diklat ekstrakurikuler sekolah di Puncak . ” “ Ajak aja si Juna , " ucap Glen enteng . “ Biar nggak ribet . ” Rian menatap Iqbal sebentar . “ Lo nggak apa - apa ? ” tanya Rian hati - hati . " Apa ? ” balas Iqbal tak mengerti . “ Kita ajak Juna ? ” “ Nggak masalah , " jawab Iqbal tenang . “ Sip lah . Nanti malam gue hubungi Juna bahas masalah ini . Fix kita Sabtu depan berangkat . " “ Oke , ” jawab Iqbal setuju - setuju saja . " Gue ajak Amanda , Dino katanya ngajak Dina juga . Lo ajak Acha , Bal , ” suruh Rian . “ Si Acha mah nggak usah diajak juga pasti ngintilin Iqbal , ” sahut Glen dan diacungi jempol oleh Iqbal . “ Lo ngajak siapa ? ” tanya Rian ke Glen . " Gue ? " Glen menujuk dirinya sendiri , sok berpikir . “ Gimana kalau gue ngajak Mbak Wati ? " au suc " Bajak Dakwatir 328



AiBook Page number 329 Rian menahan diri untuk tidak menyiram Glen dengan jus jeruk gelas yang dipegangnya . " Hubungan lo sama Mbak Wati dalam gelas yang sebenarnya apa sih ? ” “ Kita adalah best friend dalam percirengan ! " jawab Glen bangga . “ Best friend , ya ? Oke . I see . ” “ Lo mau juga , Yan , best friend sama Mbak Wati ? " ajak Glen . Rian menepuk pundak Glen pelan . “ Gue temenan sama lo aja udah buat gue pengin nulis surat bunuh diri . Gimana ditambah temenan cama Mbak Wati ? Nulis surat wasiat gue habis ini , " terang Rian sadis . “ Sepertinya Glen mencium bau - bau warisan lima kodi bolpoin , " ucap Glen dengan ekspresi mengendus - endus . Rian dan Iqbal geleng - geleng melihat kelakuan Glen yang makin hari tidak bertambah sehat . Sebenarnya otak pria ini berisi apa ? Tak lama kemudian Acha datang dengan membawa paper bag di tangannya . Acha memakai dress putih selutut bermotif bunga . Ia terlihat cantik seperti biasanya . “ Noh , tuan putrinya dateng , " ucap Glen yang pertama kali mengetahui kedatangan Acha . Acha datang dengan senyum merekahnya . Melambai - lambaikan tangan ke Iqbal , Rian , dan Glen . " Ngapain nih bocah ke sini ? ” tanya Rian , tak tahu jika Acha akan datang . “ Ngapain lagi kalau bukan nyamperin suaminya , " sindir Glen . Acha memasang wajah tak peduli , ia langsung duduk di sebelah Iqbal . “ Selamat pagi menjelang siang pacarnya Acha , ” sapa Acha . Iqbal hanya menyahuti dengan anggukan singkat . Yah , dingin seperti biasanya . Untung saja Acha selalu sabar . “ Kok gue nggak disapa , Cha ? ” tanya Glen basa - basi . Acha menatap ke arah Glen dengan tatapan sinis . “ Eh dari tadi ada orangkah ? Acha kira situ patung dekorasi gazebo ! ” ketus Acha . Glen hanya bisa tersenyum miris menerima nasibnya saat ini . " Ini Acha bawain kue buat Iqbal , Rian , dan Glen . Dimakan , ya . ” Acha menaruh paper bag yang dibawanya . 329 AiBook Page number 330 " Waahh . Calon istri yang baik . Pengertian banget sama calon suaminya , " ucap Glen bersemangat , ia mulai mengeluarkan isi paper bag Acha mengerutkan kening dengan bibir maju beberapa senti “ Siapa calon suami Acha ? ” sewot Acha . “ Iqbal Cha , elah . Gue sadar diri , tenang aja , " balas Glen cepat . " Gue mah apa sih Cha , cuma buntelannya cireng Mbak Wati yang digoreng dadakan pakai minyak bekas ! " “ Baguslah sadar , ” sahut Acha sangat puas . Rian mencolek lengan Acha . “ Lo perasaan dari kemarin nempel mulu sama Iqbal , ke mana - mana ikut mulu , ” heran Rian . “ Kan Acha sama Iqbal bagaikan perangko dan lakban . Tak terpisahkan ! ” balas Acha . " Apa hubungannya , Landak ! ” gemas Glen . H “ Ada dong ! ” paksa Acha . “ Susah ngomong sama orang yang wajahnya oplas semua ! ” cibir Glen sadis . “ Susah juga ngomong sama orang yang mulutnya oplas semua ! ” balas Acha tak mau kalah . Sebelum pertengkaran Acha dan Glen menjadi pertempuran berdarah , Rian cepat cepat melerai keduanya . Menjauhkan keduanya agar tidak perang lagi . Acha menoleh ke arah Iqbal , pria itu sudah asyik dengan game di ponselnya . Padahal , baru beberapa menit lalu Iqbal masih duduk diam dan tidak berbuat apa pun . Acha menghela napas berat . Lagi - lagi ia ditinggal bermain game . Acha berusaha mengerti dan tidak ingin mengganggu . Acha kembali menatap Rian dan Glen yang memakan kue - kuenya . " Jangan dihabisin semua , sisain buat Iqbal , ”



peringat Acha . " Ya elah , Cha . Kan lo bisa ngasih Iqbal lagi nanti , ” cerca Rian dan diangguki cepat oleh Glen . “ Sumpah , ini kue enak banget , Cha . Siapa yang buat ? Jadi pengin gue nikahin , ” ucap Glen ngaco . 330 AiBook Page number 331 " Mama Acha yang masak . Glen mau nikahin Mama Acha ? ” kesal Acha mendengar ucapan Glen . " Kalau janda sih nggak apa - apa , " balas Glen tak berdosa . Rian menggetok kepala Glen , berbisik tajam . " Mamanya Acha mang janda , pinter ! Papanya Acha udah lama nggak ada , " jelas Rian . Kue yang sudah masuk di mulut Glen langsung terlepeh . Glen menatap Acha , gadis itu memberikan tatapan kesal dan kebencian . Glen merasa tidak enak sendiri . Glen nyengir dengan tangan menggaruk - garuk kepalanya yang tak gatal . " Sorry , Cha . Gue nggak tau . " Acha mendesis pelan , ia memberikan gerakan di mulutnya seperi mengunci bibir yang ia tujukan ke Glen . " Siap , presiden sapi ! " hormat Glen . " Kujunjung kesapianmu ! " Acha tersenyum merekah sembari mengangkat jempolnya . Kini giliran Rian yang dibuat garuk - garuk kepala . la merasa hanya dirinya yang normal di antara mereka semua . Acha menarik satu kotak , menyelamatkannya untuk Iqbal . Acha tidak peduli dengan ocehan Glen yang semakin menyebalkan . Acha memandang Iqbal yang masih saja asyik bermain game seolah tidak tertarik dengan dunia orang lain . " Iqbal masih lama mainnya ? " tanya Acha . " Bentar lagi . " “ Kapan mainnya sama Acha ? " pinta Acha . Iqbal tiba - tiba menaruh ponsel yang dipegangnya , kemudian menatap Acha . " Mau main ke mana ? ” " Hah ? ” kaget Acha , bingung dengan sikap Iqbal yang terlalu tiba - tiba . Iqbal diam , menunggu jawaban Acha . “ Acha pengin liburan , ” ucap Acha . “ Kita emang mau liburan , Cha , ke Puncak , Sabtu depan , ” sahut S Rian memberi tahu . A " Serius ? ” EUSKAR 331 AiBook Page number 332 “ Acha ikuutt ! " heboh Acha . “ Pokoknya Acha ikut . Acha pe liburan . " Dan perbincangan siang menjelang sore ini menjadi panjang ba Acha semakin heboh membahas acara liburan mereka dan memberil . . . saran - saran kepada Rian mengenai persiapan dan planning liburan " Yan , " panggil Glen dengan mulut masih penuh kue . " Apa ? " balas Rian sedikit malas . " Hari Sabtu ke Puncak , kita naik mobil atau naik Tayo ? " tanya Glen dengan wajah tak berdosa . Rian mendesah berat , tak paham lagi isi otak Glen . " Tavo gundulmu ! ” Mobil Iqbal berhenti di parkiran sebuah restoran , sebelum pulang ke rumah , mereka berdua memutuskan untuk makan bersama di salah satu restoran seafood ternama yang ada di daerah Jakarta Selatan . " Iqbal , Acha pengin cerita . Iqbal dengerin , ya , " pinta Acha , merasa bosan menunggu makanan datang . Namun , Iqbal diam tak menyahut . Pria itu lagi - lagi fokus dengan ponselnya , apa lagi jika bukan bermain game . Acha pun memilih terus berbicara saja . Ia yakin Iqbal pasti mendengarnya walaupun kedua matanya tak menatapnya sama sekali . “ Acha kemarin malam beli satu lemari lagi buat rumah sapi - sapi Acha . Soalnya di lima lemari lainnya udah nggak muat , di kasur Acha juga udah nggak muat . ” Acha mulai cerita anehnya .



“ Iqbal sih kebanyakan beliin bonekanya . Iqbal terus - terusan ngasih Acha boneka sapi , ” cibir Acha sok menyalahkan Iqbal . " Terus , tadi boneka Acha yang namanya Kitty hilang . Padahal Acha biasanya taruh di atas kasur bareng sepuluh boneka sapi lainnya . Ke mana , ya , si Kitty . Kan kasihan ayah sama ibunya nyariin dia . " “ Acha udah nyari - nyari si Kitty nggak nemu juga . Jangan - jangan si Kitty diculik sama Glen ? Kan Glen dendam banget tuh sama Acha ? " 332 AiBook Page number 333 Acha mengangguk mantap dan yakin . " Kayaknya Acha perlu ovelidikin Glen nanti . Acha yakin pasti disembunyiin Glen . Glen kan nyebelin banget ter . . . . " Acha terpaksa menghentikan ucapannya , sebuah jari telunjuk tiba - tiba menempel di bibirnya . Acha menatap Iqbal dengan perasaan gugup . Acha menangkap jelas bagaimana kedua mata elang Iqbal menyorot dirinya dengan lekat . Acha meneguk ludahnya susah payah . " Sayang , diem , ” perintah Iqbal . Acha menganggukkan kepala menurut , ia tak bisa menahan kedua sudut bibirnya untuk tidak terangkat . Kedua bola mata Acha bergerak tak pasti . Acha sangat gugup . Iqbal menurunkan jarinya dari bibir Acha . " Makanya jangan main game terus . Temenin Acha ngobrol , ” pinta Acha . Iqbal memasukkan ponselnya ke saku . " Iya . " Acha senang melihat Iqbal merespons cepat permintaannya . “ Makasih , Iqbal . ” Tak lama kemudian , makanan yang mereka pesan datang . Mereka berdua pun segera menghabiskannya , melayani cacing - cacing di perut mereka yang sedari tadi meronta meminta asupan . Setelah makan , mereka berdua langsung pulang . Iqbal merebahkan tubuhnya di atas kasur , tubuhnya sedikit lelah . Entah kenapa ia lebih suka mengendarai motor daripada mobil . Iqbal mengistirahatkan tangan dan kakinya sejenak sebelum membersihkan diri . Namun , ketenangan Iqbal terganggu lagi . Tiba - tiba pintu kamarnya dibuka dengan kencang . Seorang gadis cantik dan sedikit gila , masuk ke dalam kamar Iqbal dengan wajah tak berdosa . Siapa lagi jika bukan kakak perempuan tercinta Iqbal , Ify . “ Bal , ” panggil Ify . " Apa ? ” balas Iqbal malas . 333 AiBook Page number 334 Besok Acha ke sini jam berapa ? ” " Malam . " “ Malamnya jam berapa ? ” tanya Ify meminta lebih detail . " Tujuh . ” V ERDES " Oke . Dia alergi makanan apa ? " “ Nggak tau . ” " Terus ? Siapa yang tau ? " sewot Ify . “ Emaknya , " jawab Iqbal logis . Ify mendesis kesal , rasanya ingin sekali menendang adiknya itu Ify melipat kedua tangannya dan menaruh di atas dada . “ Besok siapa aja yang ikut makan malam ? ” tanya Iqbal membuka pertanyaan . “ Nggak tau , " jawab Ify licik . Ia puas sekali membalas adiknya . Iqbal tak berniat bertanya lagi . Bisa sampai subuh urusannya jika berdebat dengan Ify . " Oh ya , Papa nitip tanya , " ucap Ify ingat akan sesuatu . " Apa lagi ? ” " Makanan si Bejo sama si Mirna di mana ? Adik - adik lo udah merintih kena mag katanya . " Iqbal membangunkan tubuhnya , mengambil posisi duduk . la menatap kakaknya dingin . " Adik - adik gue , berarti adik - adik lo juga , kan ? ” Ify berdeham pelan sembari menggelengkan kepalanya . " Maaf , sejak kapan , ya , kita saudaraan ? Kok Anda suka mengaku - ngaku . " " Cih , " decih Iqbal sinis . Sejak kapan kakaknya ini jadi drama . Ify mengibaskan rambutnya dengan sengaja bak iklan sampo . Kali ini tatapanya berubah menjadi serius . “ Di mana makanan si Bejo dan si Mirna ? Gue udah lelah denger Papa ngoceh terus . "



“ Di atas meja makan , ” jawab Iqbal . “ Oke . ” Ify mengangguk singkat , lalu beranjak dan pelan - pelan menutup pintu kamar Iqbal . 334 AiBook Page number 335 “ Kak , ” panggil Iqbal mencegah Ify . Ify menghentikan langkah , terpaksa membuka pintu Iqbal kembali selebar lebarnya . “ Kenapa ? ” tanya Ify . “ Salam buat adik Iqbal , si Bejo dan si Mirna . ” 335 AiBook Page number 336 MAKAN MALAM ACHA mengecek riasan wajahnya kembali , entah sudah keberapa kalinya dia bolak balik membuka kaca persegi panjang berukuran 10 x 7 sentimeter itu . Acha merapikan rambut dan poninya yang sedikit berantakan . Acha menoleh ke arah samping , melihat Iqbal yang diam saja dengan tenang dan fokus menyetir . " Iqbal , Acha udah cantik , kan ? ” " Udah , " jawab Iqbal singkat dan jelas , bahkan tanpa menatap Acha . Acha mendengus sebal . " Iqbal liat Acha dulu , baru jawab ! ” sebal Acha . “ Gue lagi nyetir , Cha . ” “ Liat bentar aja , noleh sedetik aja , ” rengek Acha . Iqbal pun menggerakkan kepalanya , menuruti permintaan Acha dan melihat gadis itu untuk beberapa detik saja , kemudian kembali menatap ke depan . " Cantik , " ucap Iqbal . “ Beneran ? ” “ Hm . ” “ Dandanan Acha nggak menor , kan ? ” “ Enggak , Cha . ” 336 AiBook Page number 337 acha mengangguk puas , ia memegangi dadanya , merasakan Sunan jantungnya yang bergerak sangat cepat . Acha benar - benar tidak tenang . « Tenang Natasha , relax and don ' t panic . Ini cuma makan malam , bukan interview untuk jadi calon mantu . ” lobal terkekeh pelan mendengar ucapan Acha barusan . Tangan tohal refleks mengacak - acak puncak kepala Acha . Iqbal sangat suka melakukannya setiap kali Acha berulah menggemaskan . “ Iqbal ! Nanti rambut Acha berantakan lagi ! Nanti Acha keliatan aneh , " sunggut Acha mendadak kesal . “ Santai , Cha . " “ Nggak bisa , Iqbal , ini Acha nggak bisa santai . Acha udah gugup dan takut banget mereka nggak suka sama Acha . " “ Pasti suka . " Acha menoleh ke arah Iqbal . “ Papa Iqbal galak nggak ? " " Nggak . ” E " Kakak Iqbal galak ? ” he “ Nggak , Cha . " “ Mereka beneran pasti suka sama Acha ? ” tanya Acha benar - benar ingin memastikan . " Suka . ” A " Kata siapa ? ” “ Gue barusan , ” jawab Iqbal tanpa beban . Acha mendengus pelan , ia kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong . Jantung Acha terasa tak keruan . Acha pernah merasakan takut seperti ini , ketika dia duduk di bangku sekolah dasar dan ada petugas puskesmas daerah datang ke sekolahnya , mengadakan suntik campak . Begitulah rasanya . Panas - dingin dan menakutkan ! Iqbal menoleh ke samping sebentar , penasaran kenapa Acha tak kicau kembali . Iqbal tersenyum simpul , gadis itu terlihat sangat tegang . Iqbal meraih tangan kanan Acha , dan menggenggamnya erat . Egak usah takut , Cha , ada gue , ” ucap Iqbal menenangkan . 337



AiBook Page number 338 Acha mengeratkan genggaman Iqbal , menganggukkan kepalanya pelan . “ Iya , Iqbal . Jagain Acha , ya , nanti . Kalau nanti cinta kita nggak direstuin keluarga Iqbal , Iqbal nggak boleh ajak Acha kawin lari loh . ya . Kata Tante - Mama dosa . Nggak boleh . " Tawa Iqbal pecah , apalagi mendengar nada suara Acha yang sangat serius . Gadis itu begitu polos sekali . “ Nggak sampai gitu juga , Cha . ” “ Kan siapa tau , Iqbal . Acha ini cuma antisipasi aja . " Iqbal menganggukkan kepalanya , mengiakan untuk menyenangkan gadisnya itu . Iqbal mempercepat laju mobilnya , ia tak berhenti tersenyum karena tingkah Acha yang menggemaskan saat ini . Iqbal sendiri yakin bahwa keluarganya pasti akan suka dengan Acha . Mobil Iqbal masuk ke dalam garasi , akhirnya mereka berdua sampai di rumah Iqbal . Acha diam di dalam mobil tak berani turun , ia menatap ke depan dengan tatapan kosong . " Nggak turun ? ” tanya Iqbal melihat Acha dengan heran . Acha menggelengkan kepalanya , berulang kali ia menghela napas berat . “ Acha boleh nggak , pulang aja ? ” Iqbal tertawa pelan . Kemudian mendekati Acha , membantu gadis itu melepaskan seatbelt . “ Jangan ! ” cegah Acha , menatap Iqbal dengan tatapan memelas . " Apanya ? ” bingung Iqbal , ia mengurungkan niatnya yang ingin melepaskan seatbelt . “ Acha deg - degan banget . Acha gugup Iqbal , ” lirih Acha , suaranya bertambah berat . " Santai , Cha . Mereka sangat welcome . " “ Beneran ? ” A NIA " Iya , Natasha . " A Acha menganggukkan kepala pelan , membiarkan Iqbal melepaskan seatbelt yang dikenakannya . Kemudian , mereka berdua segera turun dari mobil . 338 AiBook Page number 339 ke dalam rumah Langkah Acha lunglai dan berat , rasanya begitu susah untuk masuk lam rumah Iqbal . Dari luar saja sudah terdengar gema tawa rapa orang . Pasti mereka sudah berkumpul semua , batin Acha . “ Iqbal , Acha takut , ” lirih Acha . Jabal menghentikan langkahnya , ia menatap Acha lekat . “ Takut sama siapa ? ” “ Keluarga Iqbal . ” " Udah gue bilang , ada gue . ” Acha mendesah pasrah , kepalanya tertunduk . Ia sekali lagi berusaha mengumpulkan segala keberaniannya . Entah kenapa ia jadi penakut seperti ini . Yah , bagaimana tidak takut . Untuk pertama kalinya Acha akan diperkenalkan ke keluarga pacarnya . Acha hanya takut mereka tidak menyukainya . Iqbal tersenyum kecil , memahami kecemasan yang melanda pacarnya . Iqbal berjalan mendekat , memegangi kedua bahu Acha . “ Hei , ” panggil Iqbal lembut . de " Jangan ajak Acha bicara , Acha lagi berdoa , ” lirih Acha lemas . “ Doa apa ? ” tanya Iqbal penasaran . " Doa biar diterima sama calon mertua dan calon kakak ipar , " jawab Acha dengan lugunya . Iqbal tertawa lepas , kepolosan Acha begitu menggemaskan . Iqbal pun menunggu saja sampai Acha selesai berdoa . Acha mengangkat kepalanya . " Udah selesai berdoa ? ” tanya Iqbal . " Udah , ” jawab Acha lemah . “ Ayo masuk , ” ajak Iqbal . Acha terdiam sebentar , menatap Iqbal dengan pandangan memelas . Namun , detik berikutnya Acha mengangguk pasrah . Tidak mungkin juga ia pulang saat ini . Acha harus berani dan menghadapinya . Acha meyakinkan dirinya , bahwa keluarga Iqbal pasti suka dengannya . 339 AiBook



Page number 340 Aroma apel pengharum ruangan tercium , sedikit menusuk hidung Acha . Acha berjalan di belakang pelan - pelan . Ia melewati ruang tamu dan ruang tengah . Mereka menuju ke dapur . Kesan Acha pertama kali ketika melihat rumah Iqbal adalah mewah dan sangat rapi . Sangat cocok dengan kepribadian Iqbal . terseny nya lah senyuman Akhirnya . . . . Acha dapat melihat tiga orang tengah berbincang asyik di ruang makan . Acha merasakan tangannya semakin dingin , Acha meremasnya , berusaha untuk mengurangi kegugupannya . “ Pasangan yang ditunggu datang juga , ” ucap Ando menyambut kedatangan Iqbal dan Acha . 5 Mata yang Acha tatap pertama kali adalah Papa Iqbal . Mereka beradu pandangan . Acha melihat Papa Iqbal tersenyum ramah ke arahnya . Acha pun segera membalas senyuman itu . Acha gugup namun juga senang . Sepertinya papanya Iqbal menyukainya . “ Jadi ini yang namanya Acha , ” sapa Mr . Bov hangat . Acha mengangguk dan berinisiatif untuk menyalami Papa Iqbal dengan sopan . Kemudian bergantian menyalami kakak - kakak Iqbal . " Cantik , ya , pantes aja Iqbal suka , ” goda Mr . Bov berusaha mencairkan suasana . Mr . Bov dapat melihat raut wajah Acha yang tegang . " Pinter banget lo cari pacar , " sahut Ando menggoda Iqbal . “ Biasa aja , " balas Iqbal datar . Acha diam - diam melirik ke lfy yang sedari tadi menarik perhatiannya . Acha terkesima dengan kecantikan perempuan itu . Acha sangat suka dengan semua yang ada pada diri Ify . Gen keluarga ini benar - benar gila . Dari papa sampai anak , semuanya mendekati sempurna . Sangat cantik dan tampan . Mungkin waktu dulu pembagian wajah , keluarga ini datang subuh - subuh untuk antre . “ Ini papa gue , ” ucap Iqbal memperkenalkan ke Acha . “ Itu kakak pertama gue , Kak Ando , ” lanjut Iqbal . 340 AiBook Page number 341 Acha mengangguk mengerti . Toh , sebenarnya Acha udah les privat be Rian mengenai silsilah keluarga Iqbal . Tentu saja , Acha sudah hafal di luar kepala . “ Yang perempuan sendiri ini . . . . " Iqbal menggantung ucapannya , tersenyum licik . “ Gue nggak kenal . ” Ify bersiap ingin melempar adiknya dengan piring yang sudah ada di tangannya . Namun , ia cepat urungkan karena ia harus tetap terlihat elegan di hadapan Acha . “ Acha kenal kok . Kak Ify , kan ? ” ucap Acha dengan ramah , berusaha untuk membaur . “ Bener , " balas Ify . “ Jangan - jangan adik gue yang sebenarnya itu Acha , bukan pria sok ganteng di sebelahnya , " lanjut Ify sembari melirik Iqbal sinis . Iqbal membuang muka . Tak peduli dengan ucapan kakak perempuannya barusan . " Udah bercandanya . Ayo kita makan sebelum semua hidangannya dingin , ” ajak Mr . Bov . “ Acha , ayo duduk , ” suruh Mr . Bov . " Iya , Om . ” Acha dan Iqbal segera mengambil kursi mereka dan duduk . Mereka semua segera memulai makan malamnya sembari berbincang ringan . “ Kata Iqbal , semester ini Acha dapat peringkat pertama paralel , ya , di sekolah ? ” tanya Mr . Bov . Acha mengangguk malu . " Alhamdulillah , Om . ” “ Wuih , pinter banget dong Acha , " sahut Ando takjub . Ify menghentikan makannya , kedua matanya terbuka sempurna . Ify menatap Iqbal dengan tawa yang ditahan . " Bukan lo ? ” tanya Ify meledek Iqbal . Ya , dari SMP sampai kelas X SMA . Iqbal selalu memenangkan takhta sebagai pangeran paralel . Iqbal selama ini selalu berada



di peringkat pertama paralel di sekolahnya . " Bukan , ” jawab Iqbal tenang . Toh , tidak ada yang perlu ditakutkan . la dapat peringkat kedua pun sudah bersyukur . Sebenarnya waktu pengumuman , Iqbal pun terkejut melihat hasil ranking paralel yang dipajang di aula sekolah . Iqbal harus mengakui kepintaran Acha . 341 AiBook Page number 342 “ Dukun lo kekuatannya udah hilang , Bal ? ” ledek Ify makin menjadi " Diem lo . " “ Pakai dukun palsu sih lo ! ” tawa Ify meledak - ledak . Acha melihat Iqbal sedikit kasihan , walaupun Iqbal terlihat biasa saja . “ Nilai Iqbal sama Acha beda tipis banget kok , Kak . cuma beda nol koma satu aja . Mungkin Achanya yang beruntung kali ini , ” jelas Acha . " Menurut Acha , Iqbal lebih pinter dari Acha . Waktu lomba Olimpiade di Malang aja , hampir semua soal Iqbal yang nyelesain . ” " Oh gitu , ” serempak Ando dan Mr . Bov sembari mengangguk anggukkan kepala . Ify menatap Iqbal dengan senyum - senyum . “ Hmm . . . Senengnya dibelain pacar , ” goda Ify . E “ Biasa aja , " sahut Iqbal cepat . “ Oke ! " balas Ify lebih cepat . Mr . Bov teringat akan satu hal lagi . “ Kata Iqbal juga , Acha juara Olimpiade Kimia Nasional , ya , tahun lalu ? ” Acha mengangguk malu lagi . “ Alhamdulillah , Om , " jawab Acha seadanya . Bingung juga harus merespons bagaimana . Ando dan Ify pun dibuat terkagum . Tak heran jika Iqbal bisa suka sama Acha . Ternyata gadis itu memiliki banyak kelebihan . Selain cantik , ternyata sangat pintar . “ Cha , kalau pacar lo selingkuh rakit aja bom panci dan ledakin dia , " ucap Ify memberikan saran terbaiknya . Iqbal menatap Ify tajam . Namun , yang ditatap memasang wajah tembok . Tak peduli . “ Udah Ify , kamu ini selalu menggoda adik kamu . Lanjutkan makannya , " ucap Mr . Bov yang kasihan juga dengan anak bungsunya . " Ucu . . . Ucu . . . Anak bungsu , dibelain papanya , ” ledek Ando ikut - ikutan . Iqbal mendesis kesal . Ia sebenarnya ingin bersikap tenang dan tak terlalu memedulikan . Tapi , sikap kedua kakaknya itu membuat ia sedikit malu . Apalagi ada Acha di sini . “ Kak , udah ! " pinta Iqbal memberi peringatan . 342 AiBook Page number 343 they dan Ando tertawa keras , mereka ber - high five puas mengerjai Kegugupan dan ketegangan Acha perlahan berkurang . Acha Orhenti untuk tersenyum , bahkan tertawa . Keluarga Iqbal sangat oh dan baik kepadanya . Acha merasa mereka menyukainya . ramah dan bai Acha segera berdiri , membantu Ify yang ingin mencuci bekas piring yang mereka pakai . Awalnya Mr . Bov dan Ando melarangnya . Namun , Acha tetap kukuh ingin membantu Ify . “ Papa dan Kak Ando nyuruh Acha nggak usah bantuin Ify cuci piring , emang Papa dan Kak Ando mau bantuin Ify cuci piring sebanyak ini ? ” tanya Ify menatap Papa dan kakaknya bergantian . Keduanya diam , tak menjawab . Tiba - tiba satu tangan terangkat . Tangan Iqbal . “ Gue nggak ikut nyuruh , ” ucap Iqbal menyelamatkan diri . Iqbal tersenyum polos ke arah Papa dan Ando . “ Acha nggak apa - apa , kok . Acha juga biasanya di rumah cuci piring sendiri , " ucap Acha tak ingin masalah tersebut jadi panjang . Meskipun ia tahu bahwa mereka hanya bercanda . “ Ayo , Cha , ” ajak Ify melenggang duluan ke wastafel . “ Iya , Kak , ” balas Acha dan cepat - cepat mengikuti Ify . Ify menghentikan langkah , membalikkan badan . Ia menatap papanya .



“ Pa , jangan lupa diminum obatnya . Selalu aja dilupa - lupain , " peringat Ify kepada sang Papa . Mr . Bov memang memiliki riwayat penyakit jantung sejak dua tahun terakhir . “ Sip , sip . Okay , ” seru Mr . Bov sembari mengangkat kedua jempolnya . Ify pun kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda . Sepeninggal Ify dan Acha , Mr . Bov dan Ando mulai menginterogasi Iqbal . Hal tersebut membuat Iqbal sedikit merinding . Apalagi tatapan papanya yang aneh . “ Papa beri nilai 90 , ” ucap Mr . Bov dengan senyum merekah . " Gue 100 , ” sahut Ando dengan kedua alis dinaik - turunkan . 343 AiBook Page number 344 Iqbal senang mendengarnya . Tentu saja mereka akan suka dengan Acha . Iqbal tidak pernah salah jika memilih sesuatu , terutama pacar . Iqbal menatap papanya . " Kenapa cuma 90 ? Sepuluhnya ke mana ? ” " Harusnya lo bersyukur , Papa nggak ngasih nilai remedi ! " celetuk Ando , melempar kacang ke arah Iqbal . Mr . Bov tersenyum penuh arti . “ Sepuluhnya Papa simpan , kalau Acha jadi menantu . Papa , ” ucap Mr . Bov dengan nada bercanda . Namun , Iqbal tetap terkejut mendengarnya . " Ya elah , Pa , entar juga mereka putus . Iqbal kan bosenan , " cibir Ando kompor . “ Sok tau , " ucap Iqbal tak terima . Ando mengangkat kedua bahunya dengan wajah menyebalkan . " Kamu sendiri kapan kenalin calon istri kamu ke Papa ? ” tanya Mr . Bov mengganti target . “ Umur kamu sebentar lagi 30 tahun loh , Ando . " " Sukur ! ” ucap Iqbal mengejek sang kakak , memberikan senyuman sinis . Ando mendecak pelan , kesal dengan tatapan Iqbal yang mengejeknya . " Bentar lagi Ando kenalin , Pa , " gerutu Ando , paling tidak suka pembahasan ini . " Ya elah , Pa , entar juga bilangnya sama yang sekarang belum cocok . Kak Ando kan bosenan , " sindir Iqbal tajam dan menohok Ando . Iqbal sengaja membalas kakaknya . Acha membantu Ify membilas piring - piring yang sudah dibersihkan Ify dengan sabun . Acha merasa deg - degan lagi saat ini . Karena ia hanya berdua dengan Ify . Acha merasakan aura Ify begitu kuat . Bahkan , sedari tadi Acha mencuri - curi pandang . Acha sangat mengagumi Ify . Bukan hanya sifatnya , melainkan aura kecantikan Ify . Acha sebagai perempuan benar - benar suka dengan paras cantik seorang Ify . 344 AiBook Page number 345 “ Berhenti liatin kayak gitu , Cha , ” ucap Ify menangkap basah Acha , insting Ify sangatlah kuat . " Ma . . . Maaf , Kak , " lirih Acha merasa bersalah . “ Habisnya Kak Ify cantik banget , " puji Acha jujur . Ify tekekeh pelan . Ia mengambil piring terakhir yang harus dicuci . “ Lo juga cantik , Cha , " puji Ify balik . " Masih cantikan Kak Ify . " E Ify menghentikan aktivitasnya , menoleh ke arah Acha dan tersenyum senang . " Kalau itu gue setuju , " ucap Ify penuh percaya diri . Acha tertawa mendengarnya . Ia merasa senang sekaligus lega karena Ify tidak semenakutkan seperti yang dipikirkannya . Berbincang dengan Ify pun tidak terasa kaku , begitu menyenangkan . " Udah berapa lama pacaran sama Iqbal ? ” tanya Ify penasaran . " Masih baru , Kak , sekitar tiga bulan , ” jawab Acha sesopan mungkin . Ify menganggukkan kepalanya . “ Lo kok bisa mau sama Iqbal ? Lo suka Iqbal dari segi mananya ? ” tanya Ify heran . “ Iqbal baik orangnya , dan menarik . Semua yang ada di diri Iqbal , Acha suka , " jawab Acha jujur . “ Ya gini , cinta buta , " celetuk Ify . “ Emang Iqbal aslinya gimana , Kak ? ” tanya Acha penasaran .



“ Emang selama ini yang lo tau Iqbal itu seperti apa ? ” tanya Ify balik . Acha terdiam , berpikir sejenak . “ Mmm . . . Setau Acha , Iqbal itu baik banget , sulit ditebak , sifatnya dingin tapi hangat , kadang nggak peka tapi kalau udah romantis , romantis banget . Iqbal juga sepertinya susah cemburu sama orang . Tapi , Acha tetap suka , " jelas Acha mendeskripsikan seluruh sifat Iqbal yang diketahuinya . “ Oh , seperti itu , ” sahut Ify memberikan reaksi yang sulit dimengerti . “ Beda , ya , dengan sifat yang selama ini Kak Ify tau ? ” “ Beda banget , " jujur Ify . 345 AiBook Page number 346 Kedua mata Acha terbuka sempurna , ia menatap Ify dengan tatapan lebih penasaran . “ Emang gimana , Kak , sifat asli Iqbal kala , sama Kak Ify ? ” “ Cukup empat hal untuk mendeskripsikan seorang Iqbal Guanna . " Ify menatap Acha lekat dengan empat jari diangkat . “ Suka tidur belajar , makan , dan main PS . Udah itu . ” “ Cuma itu , Kak ? " " Ada satu lagi sih , dan itu seperti yang lo bilang . " “ Apa , Kak ? ” “ Nggak peka ! Dia adalah orang paling tidak peka di dunia yang pernah gue kenal , " ucap Ify sungguh - sungguh . " Kalau itu Acha setuju , Kak . " Ify tertawa pelan , sebuah ide tiba - tiba terlintas di otaknya . Ify melepaskan celemeknya , ia memegang bahu kanan Acha dengan sorot mata cukup serius . Acha sendiri kaget mendapatkan tatapan seperti itu . “ Lo mau nggak liat Iqbal peka ? ” " Mau , Kak , ” jawab Acha dengan polosnya . “ Lo mau liat seberapa besar cinta Iqbal sama lo ? ” Acha mengangguk cepat seperti anak kecil . Sementara Ify semakin melebarkan senyumnya . “ Kalau gitu ikuti saran gue . Nanti pulang dari sini , diemin Iqbal selama di jalan . Jangan peduliin dia , liat gimana reaksi dia . Kalau dia biasa aja , putusin aja dia , berarti dia nggak bener - bener suka sama lo . Tapi , kalau dia bereaksi lain , pertahanin dia . ” Acha melongo mendengarnya , itu memang saran yang sangat luar biasa dan mengesankan . Menurutnya patut dicoba . Tapi , di sisi lain ada keraguan , apakah Ify benar benar kakak kandung Iqbal ? “ Harus Acha coba , ya , Kak ? ” tanya Acha masih menimbang . “ Terserah lo . Kalau mau tau sih . Gue saranin coba aja . " Acha mengangguk yakin dengan cepat . " Kalau gitu Acha coba . " “ Good luck , Acha . Selamat mencoba , ” ucap Ify kemudian meninggalkan Acha duluan . 346 AiBook Page number 347 Acha masih membeku di tempat , otaknya berusaha mencerna semua wejangan yang diberikan oleh Ify barusan . Ia sedang berpikir keras , apakah dia benar - benar akan mencobanya atau tidak . Sementara Ify tersenyum puas . Ia yakin bahwa Acha akan mencobanya karena gadis itu terlihat begitu lugu , polos , dan mudah terpengaruh dengan ucapan orang lain . Sebenarnya tujuan Ify berkata seperti tadi kepada Acha hanya satu , untuk mengerjai adiknya , melalui Acha tentunya . Membayangkan wajah bingung Iqbal saja sudah membuat Ify tertawa penuh kemenangan . Setelah menyantap hidangan penutup , Acha segera pamit . Iqbal mengantarkan Acha pulang . Malam ini sangat berkesan bagi Acha , dan ia sangat senang keluarga Iqbal menerimanya dengan baik . Jadi Iqbal tidak perlu mengajaknya kawin lari . Malam semakin gelap dan dingin . Selama perjalanan di dalam mobil tak ada yang membuka suara . Acha membisu , pandangannya mengarah keluar . Sementara Iqbal fokus menyetir . Hanya suara lagu dari radio pemecah keheningan mereka berdua . Iqbal mulai merasa aneh , Acha tidak seperti biasanya yang akan banyak tingkah , banyak berucap dan banyak hal - hal aneh lainnya yang biasa dilakukan gadis itu .



Acha mendadak menjadi pendiam . “ Kenapa ? ” tanya Iqbal , membuka suara duluan . “ Nggak apa - apa , " jawab Acha datar . Iqbal menurunkan tangan kirinya . Ia gerakkan , meraih tangan kanan Acha untuk digenggam . Namun , ketika tangannya berhasil menyentuh jemari Acha , gadis itu langsung menepisnya sedikit kasar . Iqbal terkejut dibuatnya . “ Acha capek , ” ucap Acha dingin . Iqbal bergumam pelan dalam hati , otaknya dibuat berpikir keras . Ia semakin yakin bahwa ada sesuatu . Acha tidak seperti biasanya . Gadis ini bertingkah lain dan tiba - tiba bersikap begitu dingin kepadanya . 347 AiBook Page number 348 Pasti telah terjadi sesuatu waktu di rumahnya , entah apa itu . Iqbal sama sekali tidak tahu . " Kenapa , Cha ? ” tanya Iqbal mendesak “ Nggak apa - apa . ” Iqbal menghela napasnya pelan , ia memilih bungkam saja . membiarkan Acha sendiri . Mungkin , gadis itu memang sedang lelah . Iqbal tak ingin mengganggunya . Mereka berdua akhirnya sampai di tempat tujuan , mobil Iqbal berhenti di depan rumah Acha . Tanpa banyak cakap , dan tanpa mengeluarkan satu kata pun , Acha langsung keluar begitu saja dari mobil Iqbal , dan yang dilakukan Acha membuat Iqbal semakin bingung . “ Kenapa dia ? ” bingung Iqbal . Ia segera menyusul keluar mengejar Acha . Iqbal mendekati Acha , mencegah gadis itu untuk masuk ke dalam rumah . “ Ada apa , Cha ? ” tanya Iqbal bersabar . " Nggak apa - apa , " jawab Acha ketus , kedua tangannya sibuk membuka gembok gerbang rumahnya . “ Lo marah ? ” Herbs “ Nggak . ” " Terus ? ” “ Nggak apa - apa , ” jawab Acha mengulangi . Iqbal menghela napas berat , tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal . Iqbal tidak tahu harus bagaimana . Iqbal menggenggam lengan Acha , menahan gadis itu untuk membuka pintu gerbang rumah . “ Gue tau lo marah , selesain masalahnya malam ini juga , " pinta Iqbal , dia memang tak suka memperpanjang masalah hingga besok . “ Apa sih , Bal ! ” balas Acha makin tak ramah . “ Lo marah sama gue ? ” tanya Iqbal mengulang entah untuk berapa kali . 348 AiBook Page number 349 Kali ini jawaban Acha di luar dugaan , gadis itu hanya mengangkat bedua bahunya . Sorot kedua matanya pun begitu dingin . “ Apa masalahnya ? ” Kali ini Acha yang mendesah berat , ia menepis kasar tangan labal yang memegangi lengannya , Acha menggerakkan tubuhnya , menghadap ke arah Iqbal . Ia menatap pria itu tajam . “ Kamu nggak tau salah kamu apa ? ” Iqbal membeku di tempat . Otaknya langsung bekerja dengan Leras . Pertanyaan keramat macam apa yang baru keluar dari bibir pacarnya . Apa yang harus ia jawab ? Sekali lagi , lebih baik dirinya disuruh mengerjakan sepuluh lembar soal Olimpiade dibandingkan menebak alasan kemarahan seorang perempuan . Susah , Brohhhh ! Dikiranya kaum lelaki itu titisan cenayang ? “ Jawab ! ” ketus Acha “ Jujur , gue nggak tau lo marah karena apa , " ucap Iqbal terang - terangan . “ Ya udah kalau nggak tau , cari tau aja dulu ! ” ucap Acha tampak tak peduli , ia kembali membuka pintu gerbangnya . “ Lo marah karena ucapan kakak - kakak gue tadi ? ” tanya Iqbal berusaha menebak . A li “ Nggak . ” " Terus karena apa ? ” “ Ya pikirlah , punya otak kan ! ” Iqbal tak bergerak sedikit pun , ucapan Acha barusan terdengar kasar dan bukan seperti Acha biasanya . Iqbal dibuat terkejut ketika mendengarnya . Menurutnya , Acha sekarang sedang marah besar kepadanya , dan Iqbal sama sekali tidak tahu alasannya itu apa .



Iqbal kembali berpikir keras dan cepat , berusaha menemukan letak kesalahan yang telah ia lakukan terhadap gadis ini . “ Lo marah karena gue nggak ngas . . . . " “ Acha minta putus ! ” ucap Acha tiba - tiba , memotong perkataan Iqbal . 349 AiBook Page number 350 Kedua mata Iqbal terbuka sempurna , sorot matanya berubah serius dan dingin . " Ma . . . Maksud lo ? " " Acha pengin putus , " terangnya lagi . “ Lo pengin putus ? ” ulang Iqbal . " Iya . " “ Kenapa ? ” “ Pikir aja sendiri kenapa . " Iqbal menatap Acha sedikit lama , mencari sesuatu di sana . Sebuah keseriusan . Iqbal berusaha tetap tenang . " Alasannya apa ? ” tanya Iqbal lagi , ingin tau . “ Kan udah Acha bilang , pikir sendiri . ” Iqbal menatap ke arah lain . Mengajak otaknya untuk terus berpikir . Iqbal sesekali membasahi bibirnya yang mendadak kering . Kemudian ia kembali memandang Acha . “ Gue kasih lo satu kesempatan , ” ucap Iqbal . " Apa ? ” sahut Acha jutek . “ Tarik ucapan lo . ” U “ Nggak mau ! " Iqbal merasakan kepalanya tiba - tiba sakit , seperti migrain mungkin . Padahal , ia tidak pernah seperti ini sebelumnya . Bermain teka - teki dengan perempuan sangatlah susah . “ Jangan buat keputusan sepihak . Kasih gue alasan , ” ucap Iqbal , suaranya melembut . Iqbal berusaha berbicara baik - baik . “ Tinggal putus ribet banget sih ! ” ucap Acha kasar . Iqbal mendinginkan kepalanya , tidak ingin terpengaruh dengan perkataan Acha . Iqbal tidak mau ikut emosi seperti Acha . “ Gue minta maaf , ” ucap Iqbal mengalah . “ Untuk apa ? ” i " Gue sepertinya udah buat salah . ” “ Salahnya apa ? Nggak tau salahnya udah minta maaf aja , ” ketus Acha . “ Dasar cowok ! " " Lo nggak jelasin . " U S T “ Pikirlah ! Ngerjain soal Olimpiade seratus lembar aja bisa , masa gini nggak bisa ! Cupu banget ! ” " Ucapan lo udah kasar , Cha , " kata Iqbal memberi peringatan . 350 AiBook Page number 351 Masa ? ” " Masa ? ” " Mau lo apa sekarang ? ” “ Putus lah ! ” Jabal tersenyum , sebuah senyum tidak ramah tentunya . “ Serius ? " “ Iva ! Acha pengin putus ! ” Acha dengan cepat melepaskan gelang di tangan kanannya . Gelang yang pernah Iqbal berikan ketika menyatakan cinta kepadanya . “ Nih , Acha kembalikan ! ” ucap Acha menyodorkan gelangnya . Iqbal diam , tak bergeming sedikit pun . Ia hanya menatap Acha sangat lekat . Iqbal merasa Acha sepertinya serius dengan ucapannya , dan Iqbal masih tidak tahu apa alasan gadis itu mengakhiri hubungan mereka . Buat Iqbal tidak adil . “ Nggak mau ambil ? ” tanya Acha menyadarkan Iqbal . “ Nggak , ” tolak Iqbal dingin . “ Ya udah sih kalau nggak mau ambil , Acha pakai lagi , " ucap Acha dengan tak berdosanya . Kening Iqbal membentuk kerutan - kerutan kecil . Ia semakin tidak mengerti . Apa yang sebenarnya terjadi ? “ Pasangin ke tangan Acha ! ” suruh Acha . Iqbal masih saja diam , terlihat bingung . " Cepet pasangin ! ” desak Acha . sk Iqbal mengangguk dan segera memasangkannya . Meskipun otaknya masih berputar putar mencari jawaban . Acha menatap Iqbal . “ Iqbal nggak mau putus sama Acha ? ” " Nggak . ” “ Kenapa ? ” tanya Acha tak bisa menyembunyikan senyumnya lagi . " Menurut lo kenapa ? ” “ Suka banget sih ditanyain , tapi tanya balik ! ” kesal Acha . “ Gue suka sama lo , " jujur Iqbal dengan ekspresi wajah yang tenang . “ Ya udah kalau gitu , " ucap Acha



sangat senang . Kedua pipinya berubah merona . Apanya ? ” bingung Iqbal . “ Kita nggak jadi putus . " 351 AiBook Page number 352 Acha mendekatkan langkahnya , memberanikan diri untuk memeluk Iqbal . " Maafin Acha , Iqbal . ” Iqbal semakin tidak mengerti . Kenapa Acha berubah cepat melunak seperti ini ? Padahal beberapa menit lalu , gadis ini marah dengan ucapan yang kasar kepadannya . “ Sebenarnya , waktu di dapur tadi Kak Ify nyuruh Acha buat diemin Iqbal , katanya kalau Iqbal ngejar Acha , berarti Iqbal beneran suka dan sayang sama Acha , Iqbal nggak mau kehilangan Acha , " jelas Acha mengungkap kebenaran . Iqbal menghela napas berat , dalam hati menyumpahi kakak perempuannya itu . Iqbal melepaskan pelukan Acha , menatap Acha sedikit tajam . “ Lo ragu sama gue ? ” tanya Iqbal tanpa basa - basi . " Bukan gitu , Iqbal . Acha cum . . . . ” “ Gue aja nggak pernah ragu sama lo , Cha , " ungkap Iqbal tulus . Acha mendadak diam . Ia tak bisa berkata apa pun . Iqbal terlihat menakutkan . Acha menyesali sendiri perbuatan bodohnya . Acha merasa bersalah . “ Iq . . . Iqbal marah , ya , sama Acha ? Maafin Acha , ” lirih Acha takut . Acha menggigit bibir bawahnya , menahan kegugupan . Iqbal bungkam , tak menjawab pertanyaan Acha . “ Jangan marah , Acha minta maaf , ” pinta Acha . Acha merasakan kedua matanya mulai memanas . Acha sangat takut jika Iqbal marah kepadanya . “ Nggak . ” “ Bohong , Iqbal keliatan marah sama Acha . Jawabnya singkat gitu . Pasti marah , kan , sama Acha ? ” " Nggak , Cha . ” “ Maafin Acha . Acha janji nggak kayak gitu lagi . Acha percaya kok sama Iqbal . Acha nggak ragu sama Iqbal . Maaf . ” Acha menundukkan kepalanya , semakin takut . “ Jangan ulangi lagi , ” pesan Iqbal . “ Iya , Iqbal . Acha nggak kayak gitu lagi . Jangan marah sama Acha . “ Gue nggak marah , Cha . ” 352 AiBook Page number 353 Acha memberanikan diri mengangkat kepalanya lagi , memandang Jabal . “ Beneran nggak marah ? ” " Iya , Natasha . " “ Kalau gitu senyum buat Acha . Acha takut Iqbal natap Acha kayak gitu . ” Iqbal mengangguk , mengembangkan bibirnya , memberikan senyum kecil yang terlihat manis dan hangat . “ Kok nggak ngacak - ngacak rambut Acha ? Biasanya Iqbal , kan , kayak gitu kalau nggak marah sama Acha ? " Iqbal tertawa pelan . Bagaimana dia bisa marah ke gadis yang menggemaskan seperti Acha . Iqbal menuruti permintaan Acha sekali lagi . Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha . " Maafin Acha , ya , Iqbal . Acha nggak akan kayak gitu lagi . ” " Iya . " “ Acha sayang sama Iqbal . ” " Gue juga . " Acha akhirnya bisa tersenyum lagi . Ia merasakan jantungnya kembali dibuat berpacu cepat . Acha dapat merasakan keseriusan Iqbal dan Iqbal benar - benar menyukainya . “ Acha boleh peluk Iqbal sekali lagi ? ” tanya Acha hati - hati . Iqbal tak menjawab , hanya memberikan sorot mata yang tak bisa Acha mengerti . “ Nggak boleh , ya ? ” tanya Acha sedikit kecewa . Iqbal menggelengkan kepalanya , tersenyum lagi . “ Sini , ” ucap Iqbal , melebarkan kedua tangannya . Tanpa menyia - nyiakan kesempatan tersebut , Acha segera mendekati Iqbal dan mendekap pria itu . Acha memeluk Iqbal dengan erat . Iqbal pun membalas pelukan Acha , memberikan kehangatan untuk gadis itu .



“ Acha benar - benar minta maaf ya , Iqbal , ” bisik Acha masih merasa bersalah . " Iya . ” “ Jangan pernah tinggalin Acha . ” " Iya . ” 353 AiBook Page number 354 “ Iqbal harus terus suka dan sayang ke Acha , ya . ” " Iya , Natasha . ” Acha melepaskan pelukannya , memandang Iqbal dengan perasaan berbunga - bunga . “ Sekarang Acha boleh masuk rumah , kan ? ” pamit Acha . " Iya . ” Acha melambai - lambaikan tangannya . " Selamat malam , pacarnya Acha . ” Iqbal tersenyum , senang mendengarnya . Iqbal memandang Acha lama , senyum tulus dan apa adanya dari gadis itu , sangat Iqbal suka . " Selamat malam juga , pacarku . ” Cinta memang ajaib , seperti sebuah sihir dalam satu mantra yang dapat mengubah segalanya . AiBook Page number 355 ADA CERITA DI LABIRIN IOBAL mematikan AC , menurunkan kaca jendela mobil , merasakan sepoi - sepoi angin perjalanan . Iqbal menyandarkan kepalanya ke belakang memejamkan kedua matanya sejenak . Hai Tayo . Hai Tayoo . Dia bus kecil ramah . Melaju , melambat , merangkak , tengkurap , bersalto . Tayo selalu senang . · Ketenangan Iqbal langsung terganggu mendengar suara cempreng Glen yang tengah sibuk menyetir di sebelahnya dengan wajah tak pernah berhenti tersenyum , seolah hidupnya tak pernah ada masalah . Iqbal berusaha memejamkan matanya kembali , menikmati saja . Acha yang duduk di kursi tengah mulai kesal , sedari tadi lagu yang dinyanyikan Glen itu - itu saja . Apalagi liriknya diganti semua . Acha menepuk kepala Glen dari belakang . “ Glen nggak boleh nyanyi kayak gitu . Kasihan Tayo - nya . Nanti dia sedih , gimana ? Sakit hati , gimana ? Glen mau tanggung jawab ? ” oceh Acha . 355 AiBook Page number 356 " Eits . . . Tenang aja Cha . Tayo udah best friend sama gue , ” balas Glen bangga . " Best friend kok sama Tayo , temenan itu sama sapi . Biar pinter ! " “ Lo menghina gue ? ” tantang Glen tak terima . " Kedengerannya gimana ? ” sinis Acha . Dina menghela napas berat , tidurnya terganggu lagi . Ia membuka penutup mata dan mengangkat tubuhnya . Dina menoleh ke samping . menampar pelan pipi Dino , membuat pria itu yang tengah tertidur langsung bangun . " Kenapa , Din ? Kenapa , Sayang ? ” tanya Dino terbata - bata dan kebingungan . Dina menatap Dino tajam . " Gue udah bilang , kan , kalau gue nggak mau di mobil ini ! ” omel Dina . " Gue penginnya satu mobil sama Rian dan Amanda . " " Kenapa ? ” " Kalau semut sama sapi digabung dalam satu mobil , nggak bisa tidur gue ! ” kesal Dina . Sementara Acha dan Glen memasang wajah datar , berpura - pura tak mendengarkan Dina . “ Kan Iqbal di sini Din , jadi Acha juga harus di sini , ” jelas Dino . " Terus noh si Semut , ngapain dia di sini ? Lo sama Iqbal juga bisa nyetir , kan ? " “ Cuma dia dan Iqbal yang punya SIM A . Gue belum punya . ” " Terus kenapa nggak Iqbal yang nyetir ? ” protes Dina terus menyerang Dino . “ Acha nggak bolehin Iqbal nyetir karena jaraknya jauh , Dina . Nanti Iqbal sakit , gimana ? Iqbal capek , gimana ? Iqbal pingsan , gimana ? Dina mau tanggung jawab ? ” sahut Acha dengan wajah lugunya . Dina meremas rambutnya semakin frustrasi . Dosa apa dia bisa punya teman macam Acha , Iqbal , dan Glen .



" Udah , Din , yang tenang . Jangan marah - marah . Nanti lo cepet tua . " celetuk Glen malah membuat Dina bertambah emosi . “ Diem lo , makhluk astral ! Manusia bukan , alien juga bukan . Spesies macam apa sih lo ini ! ” gerutu Dina . 356 AiBook Page number 357 " Terus kalau gue tak terima . “ Gu tangan , dua kaki , sa kalau gue bukan manusia ? Gue apa ? ” sewot Glen mulai ma “ Gue manusia . Gue punya dua mata , dua telinga , dua dua kaki , satu hidung , satu mulut ! Apa lagi yang nggak gue va sebagai manusia ? ” tanya Glen sok dramatis . TAK ! ” teriak Dina dan Acha bersamaan menyerang Glen . Glen desis pelan , mulutnya terbungkam begitu saja mendengar serangan oras dari dua perempuan yang sangat danger . Di sisi lain , Iqbal mulai membuka kedua matanya kembali , ia lengar semua keributan itu . Iqbal menoleh ke samping , menepuk bhu Glen dengan wajah iba . “ Besok gue beliin otak , ya , nggak usah sedih " ucap Iqbal dilembut lembutkan . Sebelum ke bumi perkemahan untuk kamping , mereka memutuskan untuk mampir ke lokasi wisata Taman Bunga . Acha merengek ingin sekali masuk ke labirin yang ada di sana . Mau tidak mau , semuanya menurut daripada Acha nangis sampai lebaran . Toh , sekalian juga mereka cari makan siang . Acha , Iqbal , Glen , Dina , dan Dino sudah selesai makan . Mereka memilih untuk mencari tempat duduk di dekat taman , menikmati pemandangan cantik di area Taman Bunga yang luas ini . Iqbal melihat Acha yang tengah sibuk berfoto ria dan berswafoto dengan pemandangan taman bunga di belakangnya . “ Kebakar itu HP lo , Cha . Buat foto - foto terus , " sindir Glen . " Biarin , punya Acha juga , kok Glen yang ribet . ” Acha mendecak kesal . Mood berfotonya sudah hilang gara - gara Glen . Acha berjalan ke arah Iqbal . Berdiri di hadapan Iqbal yang sedari tadi terus memandanginya . “ Nggak usah diliatin terus kali , Bal , nggak bakal hilang cewek ledek Dino yang sedari tadi memperhatikan dua sejoli itu . 357 AiBook Page number 358 Mendengar ucapan Dino membuat Acha langsung salah tingkah sendiri . “ Iqbal dari tadi liatin Acha ? ” tanya Acha dengan berbisik agar yang lain tak mendengar . " Iya , ” jawab Iqbal dengan suara ikut berbisik . " Kenapa ? ” “ Nggak apa - apa . " Acha tak bisa berhenti senyum - senyum sendiri . “ Acha ke kamar kecil dulu , ya , sekalian mau beli tisu , " pamit Acha . " Sendiri " Sendiri ? ” tanya Iqbal . “ Iya . Acha bisa sendiri , kok . ” Iqbal menganggukkan kepala , membiarkan Acha pergi dari hadapannya . Iqbal masih terus memperhatikan Acha . “ Ya elah , Bal . Segitu takutnya Acha hilang , ” tambah Dina , takjub dengan sikap Iqbal yang tak biasanya . Iqbal menghela napasnya , kemudian menoleh ke teman - temannya . " Gue boleh tanya kalian ? ” ucap Iqbal terdengar serius . Mau tak mau yang lainnya pun diam dan fokus mendengarkan . Glen , Dina , dan Dino serempak menganggukkan kepala . “ Kok , Acha bisa secantik itu , ya ? ” Glen , Dino , dan Dina langsung mendesah berat dan bersamaan membuang muka . Mereka sudah menunggu dengan serius , mengira Iqbal akan menanyakan sesuatu yang sangat penting . Dina menepuk pundak Dino cukup keras . " No , kasih temen lo obat nyamuk apa bensin seliter gitu , suruh minum tiga kali sehari . Sakit tuh anak ! ” seru Dina sembari mengibaskan tangannya . Udara yang panas di sekitarnya terasa bertambah panas .



Oclanniban panas . Dino menatap Iqbal yang masih duduk dengan wajah tanpa dosa . Dino hanya bisa geleng - geleng dengan kelakuan temannya itu . “ Kayaknya lo kurang sedekah , Bal , ” ucap Dino prihatin . Glen bangkit dari duduknya , berjalan mendekati Iqbal . Glen menepuk pundak Iqbal pelan . Glen memberikan tatapan kasihan ke arah Iqbal . " Besok abang Glen beliin otak , ya , nggak usah sedih . ” 358 AiBook Page number 359 Acha akhirnya kembali dari kamar kecil dengan membawa kantong batik berisi tisu . Ia berjalan mendekati Iqbal dan yang lainnya . Rawain HP Acha , " ucap Acha . Iqbal menerima saja ponsel gadis itu . Jabal memperhatikan Acha , gadis itu tengah sibuk menguncir mbutnya ke belakang . Iqbal dapat melihat lebih jelas , kecantikan gadis itu dari dekat . Iqbal tersenyum sangat kecil , bahkan hampir tidak terlihat sebuah senyuman . “ Iqbal , ayo ke labirin , ” ajak Acha sembari mengambil kembali ponselnya . “ Mereka semua nggak ada yang mau Acha ajak , ” lanjutnya menunjuk Dina , Dino , dan Glen . “ Panas , Cha , " ucap Dina mewakili yang lainnya . “ Acha pengin ke sana , ” pinta Acha menatap Iqbal dengan melas . Iqbal menghela napas pelan , sebenarnya dirinya juga sangat enggan ke sana . Tapi , tidak mungkin juga ia membiarkan Acha pergi sendirian . “ Nggak mau , ya ? ” Tamatlah ! Apalagi Acha sudah mengeluarkan jurus manjanya . Iqbal tidak bisa berbuat apa pun selain mengiakan . Iqbal mengangguk pasrah . “ Yaahh . . . bucin dia , ” ledek Glen . " Sorry , ” lanjutnya cepat ketika melihat Acha menatapnya tajam . “ Ayo , ” ucap Iqbal , bangkit dari duduknya . “ Beneran Iqbal mau ? ” tanya Acha kegirangan . " Iya . ” “ Terpaksa nggak ? ” tanya Acha lagi . “ Terpaksa , ” jawab Iqbal tanpa beban . Acha mendengus pelan , sedikit kesal . “ Iqbal nggak boleh terpaksa , Iqbal harus jadi orang yang lapang dada , suka membantu dengan ikhlas , ” omel Acha , mulai ceramah . " Iya . " " Sekarang udah ikhlas mau nemenin Acha ke labirin ? ” “ Belum . " “ Igbaaalll ! ” 359 AiBook Page number 360 Iqbal tak mendengarkan teriakan Acha , ia meninggalkan gadis itu begitu saja , berjalan duluan menuju labirin . Acha pun segera berlari mengejar Iqbal dengan mulut komat - kamit tak jelas . Acha dan Iqbal telah sampai di pintu masuk labirin , Acha mencegah Iqbal untuk masuk terlebih dahulu . Acha melepaskan genggaman tangan Iqbal . “ Iqbal , ayo kita lomba , ” ajak Acha . “ Lomba ? " bingung Iqbal . “ Iqbal masuk di sebelah kanan , Acha masuk di sebelah kiri . Kita masuk terpisah . Siapa yang duluan bisa keluar , dia boleh ajuin satu permintaan ke yang kalah . Gimana ? ” " Oke , ” jawab Iqbal langsung menyetujui . Daripada lama - lama berdiri di sini . Panas , broh ! Acha tersenyum senang . “ Mulai , ya . . . . Satu . . . dua . . . tiga ! " Acha langsung berlari masuk ke dalam labirin . Ia melewati pintu masuk sebelah kiri . Sementara Iqbal masih menatap Acha sampai punggung gadis itu hilang . Iqbal hanya bisa geleng - geleng melihat tingkah Acha yang seperti anak kecil . Iqbal pun segera masuk , memulai petualangannya dengan santai . Melewati labirin tidak perlu terburu - buru , yang terpenting instingnya harus kuat . Iqbal tersenyum kecil , melihat pintu labirin yang akhirnya ia temukan . Butuh waktu sekitar dua puluh menit baginya menemukan jalan keluar . Iqbal pun belum melihat Acha di pintu keluar Labirin . Iqbal berteriak penuh kemenangan dalam hatinya .



Drtt . . . Drttt . . . 360 AiBook Page number 361 Ponsel Iqbal berd lobal berdering , ada sebuah panggilan . Iqbal mengeluarkan wa dan melihat layar . Acha meneleponnya . Iqbal pun segera ponselnya dan menerima panggilan tersebut . napa ? ” Iohal terdiam , mendengar suara tangisan dari seberang sana . " Cha , kenapa ? ” bohal mulai sedikit panik . Ia mengurungkan diri untuk keluar wi labirin . Iqbal perlahan masuk kembali , melewati pintu yang dilewati Acha . " Iabal cepat ke sini . . . Hiks . . . Samperin Acha . . . Hiks . . . . ” Isakan Acha semakin terdengar kencang , Iqbal mempercepat langkahnya menjadi setengah berlari . “ Lo diem di sana , gue samperin sekarang . " " ly . . . Iya , Iqbal . Ce . . . Cepet . ” alise Iqbal menutup panggilannya , memasukkan ponsel ke dalam sakunya lagi . Iqbal berlari lebih cepat untuk menemukan gadis itu . Iqbal sedikit tidak tenang . Kenapa gadis itu menangis ? Apa yang terjadi dengan Acha ? Iqbal memperlambat langkahnya , napasnya berderu tak beraturan . Iqbal tersenyum lega , akhirnya ia menemukan Acha . Gadis itu tengah terduduk dengan kepala tertunduk . Iqbal segera mendekati Acha . “ Cha , ” panggil Iqbal . Acha mengangkat kepala , tangisnya langsung memecah ketika melihat Iqbal . Acha segera berdiri dan memeluk Iqbal dengan erat . Iqbal terkejut sekaligus bingung . Ia membiarkan saja Acha menangis dan menenangkan diri . Setelah mendengar isakan Acha yang mulai hilang , Iqbal melepaskan pelukan Acha . Iqbal menatap Acha lekat . “ Lo kenapa ? " tanya Iqbal ingin tahu alasan Acha menangis . 361 AiBook Page number 362 " Acha capek muterin labirinnya dari tadi dan nggak ketan pintunya . Acha takut nggak bisa keluar . Acha takut di tinggal sendiri di sini . ” Iqbal melongo mendengar penjelasan Acha . Padahal , ia sudah khawatir terjadi sesuatu yang buruk dengan gadis ini . Iqbal menggaruk - garuk belakang kepalanya yang tak gatal , ia dapat merasakan keringat di lehernya . Ia tadi benar - benar harus berlari untuk segera menemukan Acha . Iqbal menghela napasnya sebentar . Setidaknya ia lega tidak teriadi apa - apa dengan Acha . “ Pintunya ada yang mindahin , ya , Iqbal ? Acha dari tadi nggak nemuin , ” tanya Acha menunjukkan tampang polosnya . “ Nggak , Cha . ” " Terus kok Acha nggak bisa keluar ? Masa Acha yang nggak pinter ? ” protes Acha . “ Ayo keluar , ” ajak Iqbal tak mau berdebat dengan Acha hanya karena masalah pintu labirin yang mendadak hilang . Acha memberikan sorot mata memelas ke arah Iqbal . Acha memegangi dua pahanya . “ Acha capek , kaki Acha sakit , ” rintih Acha . " Terus ? " " Acha nggak mau jalan , " ucap Acha . “ Emang lo bisa terbang ? ” tanya Iqbal serius . " Bukaaan , Iqbal ! ! " gemas Acha . " Gendong Acha . " What ? Iqbal terkejut bukan main dengan permintaan Acha barusan . “ Harus , ya ? ” tanya Iqbal setengah hati . " Iqbal nggak mau , ya , gendong Acha ? ” “ Nggak , ” jawab Iqbal sangat jujur . “ Kenapa ? Acha nggak berat , kok . Sumpah . Berat badan Acha cuma empat puluh sembilan senti . "



" Kilo , Cha , " ralat Iqbal . " Oh iya typo . Maaf . ” E Iqbal menggelengkan kepalanya . " Lo masih bisa jalan . ” 362 AiBook Page number 363 kayak pacar Mira . ” “ Kaki Acha capek . ” “ Gue juga capek , ” tegas Iqbal . " Nggak romantis banget sih jadi cowok . Nggak peka ! Nggak ir Mira . " « pacaran aja sama pacarnya Mira , ” suruh Iqbal dingin . " Nggak mau ! Kan Acha sukanya sama Iqbal . ” “ Ya udah . ” Acha mendesis sebal , tak bisa merayu Iqbal lagi . Sangat susah . “ Iya Acha jalan kaki kalau gitu . ” “ Bagus . ” Acha menyodorkan tangan kanannya . “ Kalau gitu gandeng Acha . Biar Acha nggak hilang . ” Iqbal menganggukkan kepala , menerima tangan Acha dan menggenggamnya erat . Mereka pun berjalan bersama mencari jalan keluar . Beberapa kali Acha masih mencoba merajuk ke Iqbal untuk menggendongnya , dan berkali - kali pula Iqbal tetap menolaknya . Acha melepaskan genggaman tangannya dari Iqbal , ia bertambah kesal . “ Kenapa sih nggak mau gendong Acha ? Apa susahnya cuma gendong aja ? Acha juga nggak berat , kok . Kan biar kita berdua romantis gitu , ” omel Acha . “ Lo ngomong sama gue ? ” tanya Iqbal dengan tak berdosanya . " Bukan , sama tembok ! ” teriak Acha terlampau kesal . Iqbal terkekeh pelan mendengar teriakan Acha , apalagi melihat wajah kesal Acha sangat menggemaskan . Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha . " Nggak usah sentuh rambut Acha , " tepis Acha ketus . “ Kenapa ? ” “ Acha lagi marah sama Iqbal . ” Iqbal menahan senyumnya . Gadis di sampingnya ini semakin sgemaskan . Iqbal berganti mencubit pipi Acha . 363 AiBook Page number 364 Acha mendecak sebal . Ia menghentikan langkahnya mena Iqbal dengan tatapan amarah . Mau tak mau Iqbal pun menghentika langkahnya . Mereka berdiri berhadap - hadapan . “ Nggak boleh pegang pipi Acha juga ! ” teriak Acha keras . " Kenapa ? ” " Kan Acha udah bilang , Acha lagi marah sama Iqbal , ” tukas Acha memperjelas . “ Kalau marah nggak boleh pegang pipi lo ? ” goda Iqbal . “ Nggak boleh lah ! ” Iqbal mengangguk - anggukkan kepala , ia tersenyum penuh arti Iqbal memajukan langkahnya , sedikit mendekat ke arah Acha . Iabal memberikan sorot mata yang tenang dan dalam . " Kalau dicium boleh 364 AiBook Page number 365 PERMAINAN CINTA MEREKA sudah mendirikan tiga tenda . Dua tenda besar untuk istirahat dan satu tenda kecil untuk menyi pan barang - barang . Hari semakin gelap , mereka semua berkumpul melingkari api unggun yang baru saja dibuat oleh Rian , Iqbal , dan Dino . Mereka menikmati udara dinginnya Puncak . Dino memainkan gitar di tangannya , mengalunkan sebuah lagu dan membuat yang lainnya ikut bernyanyi . Dari lagu zaman dulu sampai lagu kekinian , dari lagu Menghapus Jejakmu sampai lagu Jaran Goyang . Mereka asyik bernyanyi bersama . “ Kita main game , yuk . ” ajak Amanda , langsung disetujui yang lainnya . " Gimana kalau kita main Truth or Dare . Biasanya gue kalau diklat main itu . Seru banget , ” usul Juna yang akhirnya membuka suara . " Boleh tuh , gimana peraturannya ? ” tanya Dino semangat . Juna mengambil buah jeruk yang ada di kresek putih tak jauh darinya . “ Jadi , semua ikut main kecuali Dino . Dia bagian nyanyi sambil mainin gitar dengan mata tertutup . Selagi Dino bernyanyi , jeruk ini akan terus kita oper ke orang di samping kita . Kalau Dino berhenti nyanyi , saat itu juga pemegang jeruk akan



diberikan tantangan Truth or Dare , ” jelas Juna gamblang . 365 AiBook Page number 366 Juna melemparkan jeruk kepada Dina yang duduk di samping Dino . Dina sigap menerima jeruk tersebut . " Untuk penanya pertama , biar Dino yang memberikan pertanyaan atau tantangan kepada pemegang jeruk pertama . Untuk pertanyaan kedua , yang berhak bertanya atau memberikan tantangan adalah pemegang jeruk pertama kali dan seterusnya . Gimana ? Setuju ? ” " Oke , setuju ! ” jawab mereka serempak . Mereka merasa bahwa permainan ini cukup menyenangkan . " Bentar , gue boleh tanya nggak ? ” Glen mengangkat tangan kanannya . “ Silakan , tanya apa ? ” balas Juna . " Kenapa buahnya harus jeruk ? Kenapa nggak apel aja ? Gue lebih suka apel daripada jeruk . ” Semuanya berdecak kesal , berusaha untuk tetap sabar menghadapi ketidakwarasan Glen . Sementara Dina sudah memberikan tatapan tajam ke arah Glen . Tangannya ingin sekali melempar jeruk di tangannya ke wajah Glen . " Glen . . . , " panggil Dina dengan suara dilembut - lembutkan . “ Kenapa lo nggak diem aja dan nurut . Gue lebih suka lo diem ! ” ketus Dina . “ Siap , Master ! ” hormat Glen dengan senyum semringah tak berdosanya . Dan . . . Permainan pun dimulai , Dino duduk di atas kursi dengan mata ditutup agar ia tidak tahu siapa nantinya pemegang jeruk terakhir . Dino pun bernyanyi , dan jeruk juga mulai diputar . Matamu melemahkanku A Saat pertama kali ku lihatmu Dan jujur ku tak pernah merasa Ku tak pernah merasa begini Oh mungkin inikah cinta Pandangan yang pertama Karena apa yang kurasa ini tak biasa Jika benar ini cinta . . . . TES 366 AiBook Page number 367 penutup matanya atau tantangan ke Dino menghentikan petikan gitar dan nyanyiannya , ia membuka matanya dan tepat saat itu juga jeruk berada di tangan Dina . nya bersorak sorak , karena Dino harus memberikan pertanyaan antangan ke pacarnya sendiri . Truth or Dare ? ” tanya Dino . « DARE ! ” teriak Dina tanpa pikir panjang . Dino tersenyum licik , ia meletakkan gitarnya kemudian menyentuh nya . “ Cium pipi gue sekali , ” suruh Dino membuat anak - anak lainnya terbelalak . “ Yang lain kek ! Malu diliat yang lain ! " pekik Dina memelototkan mata ke arah Dino . “ No ! Cepetan ! ” Dina mendesis pelan . Pipinya bersemu merah karena sorak - sorai anak - anak lainnya . " Udah cium aja , Din . Biasanya juga lo main nyosor gitu , sok malu - malu segala ! " celetuk Glen asal . “ Diem lo , corong bensin ! ” balas Dina sadis . Dina pun terpaksa berdiri dari tempatnya dan mendekati Dino , mau tak mau ia harus melakukan tantangan yang diberikan oleh Dino . Dina bersiap untuk mencium pipi Dino . Dina menampar pipi Dino pelan . “ Nggak usah tutup mata juga kali ! ” ketus Dina seperti cewek yang lagi PMS . “ Kan biar berasa romantisnya , Yang , ” balas Dino memelas . " Sayang gundulmu ! ” Dina pun tak mau lama - lama , ia segera menjalankan tantangan tersebut . Dina mencium pipi Dino sekali dengan sangat cepat . Setelah selesai melakukan tantangannya , Dina menatap Dino kesal , la menampar pipi Dino sekali lagi cukup keras .



“ Sakit , Din , ” rintih Dino memegangi pipinya . “ Biarin ! Biar nggak diulangi lagi ! ” Di sisi lain , Acha yang melihat kejadian itu hanya bisa meneguk ihnya , tubuhnya merinding sendiri melihatnya . Bagaimana bisa 367 AiBook Page number 368 Dina melakukannya dengan begitu mudah ? Pipi Acha tiba - tiba ikut memanas , bahkan rasa dingin di tangannya langsung hilang seketika . Acha diam - diam membayangkan hal itu terjadi kepadanya . Bagaimana jika dirinya disuruh mencium Iqbal seperti Dina ? Mungkin ia akan pura - pura untuk pingsan saja . “ Oke , lanjut lagi ! ! ! ” teriak Dina kembali semangat . Ia segera duduk lagi . Permainan pun dimulai kembali . Dino mulai bernyanyi , jeruk pun diputar . Takkan pernah berhenti untuk selalu percaya Walau harus menunggu seribu tahun lamanya Biarkan terjadi wajar apa adanya Walau harus menunggu seribu tahun lamanya Selama apa pun itu , selama apa pun itu Aku kan setia menunggu . . . . Dan . . . jeruk berhenti di tangan Juna . " Oke , ini giliran gue ! ” semangat Dina . " Truth or Dare ? " tanyanya ke Juna . “ Truth , ” jawab Juna yakin . Dina segera berpikir keras , menyiapkan pertanyaan paling mematikan . “ Lo wajib jawab jujur . Hampir setengah tahun lalu , lo suka ke Acha dan nembak Acha . Dan sekarang , apa lo masih ada rasa suka ke Acha ? ” tanya Dina . Semua mematung , keadaan tiba - tiba langsung hening . Semua mata tidak mengarah ke Juna , melainkan ke Acha . Apalagi posisi duduk Acha saat ini di antara Iqbal dan Juna . “ Jujur , gue masih suka sama Acha , " jawab Juna tanpa pikir panjang . “ Gue masih ada rasa suka sama dia , ” lanjutnya memperjelas . " Oh my god , ini mah kayak cinta segitiga antara Lee Minho , Suzy , dan Lee Jongsuk , hahaha , " celetuk Amanda langsung mendapatkan dua jempol dari Dina . 368 AiBook Page number 369 Acha mendadak susah napas , ia mencuri pandang ke Iqbal . Acha mendapati pria itu diam dengan ekspresi tenang seperti biasanya . Tak ada perubahan di raut wajahnya . Seperti seorang yang cemburu ? Sama sekali tidak ada . Acha menghela napas berat , ada rasa sedikit kecewa . Sangat susah memang membuat sosok Iqbal cemburu . Sangat , sangat susah ! “ Gue udah jawab , kan . Ayo lanjut lagi , ” ucap Juna berusaha mencairkan ketegangan . “ Oke , ayo lanjut lagi ! ! ” seru Dina . Ronde ketiga berlanjut . Permainan Truth or Dare kembali dijalankan . Kut ' rima suratmu , t ' lah kubaca , dan aku mengerti Betapa merindunya dirimu , akan hadirnya diriku di dalam hari - harimu , bersama lagi Semua kata rindumu semakin membuatku , tak berdaya menahan rasa ingin jumpa Percayalah padaku aku pun rindu kamu . . . . Kali ini jeruk berada di tangan Acha . Juna tersenyum , merasa sangat senang karena Acha yang mendapatkannya . “ Truth or Dare , Natasha ? ” “ Dare ! Acha pilih Dare ! ” jawab Acha lantang tak mau pikir panjang . Acha sangat takut jika dirinya ditanya macam - macam . “ Oke , ” ucap Juna . Ia menjulurkan tangan kirinya . “ Pegang tangan gue sampai permainan selesai , ” lanjut Juna memberikan tantangannya . Acha menatap Juna dengan tatapan tak percaya , begitu pun dengan yang lainnya , mereka semua tak kalah terkejut mendengar tantangan dari Juna . Terkecuali , Iqbal . Pria itu terlihat tetap tenang - tenang saja . Tak bereaksi apa pun . “ Juna , Ach . . . . " Tanpa memedulikan ucapan Acha , Juna langsung menarik tangan Acha dan menggenggam jemari - jemari gadis itu dengan sangat erat . 369



AiBook Page number 370 Acha membeku di tempat , ia sama sekali tak bisa bergerak . Untuk bernapas saja terasa susah . Acha merasa tak tenang dan tak nyaman . Acha sama sekali tak berani menoleh ke arah Iqbal , tak mau melihat bagaimana raut wajah Iqbal saat ini . Acha takut . “ Ayo mulai lagi , guys ! semakin malam semakin menegangkan yesss ! ! ” seru Amanda heboh sendiri . Permainan kembali berjalan , mungkin hanya Acha yang mulai tak menikmati permainan ini . Juna benar - benar menggenggam tangannya sangat erat . Bila nanti saatnya telah tiba Kuingin kau menjadi istriku Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan Berlarian ke sana kemari dan tertawa Namun bila saat berpisah telah tiba Izinkanku menjaga . . . . " Sebu Lagu berhenti , dan jeruk berada di tangan Glen . " Truth or Dare ? ” tanya Acha cepat - cepat , ingin mengakhiri permainan ini . . “ Truth ! ” jawab Glen lantang . “ Sebutkan tiga cewek di sekolah yang menarik perhatian Glen ? ” tanya Acha asal memberikan pertanyaan . Glen belagak berpikir . Ia mulai menyembutkan tiga nama . “ Mbak Wati , Mbak Yem , dan Mbak Jubaedah , ” jawab Glen bangga . “ Elaahh , itu mah lo nyebutin mbak - mbak kantin yang jualan cireng , es doger , sama mi ayam ! " pekik Dino tak terima . “ Kan yang penting tiga cewek dan di sekolah . Mereka ada di sekolah , kan ? ” ucap Glen memberikan alibi kuatnya . " Udah - udah , ayo lanjut permainannya ! ” seru Rian , merasa kasihan dengan Acha yang terlihat tak tenang sedari tadi . Dino mulai bernyanyi lagi . Jeruk diputar kembali . 370 AiBook Page number 371 Kamu adalah bukti Dari cantiknya paras dan hati Kau jadi harmoni saat kubernyanyi Tentang terang dan gelapnya hidup ini Kaulah bentuk terindah . . . . Jeruk terakhir , berada di tangan Iqbal ketika Dino berhenti hernyanyi . Iqbal menoleh ke Glen , seolah bersiap menghadapi teman gilanya itu . “ Truth or Dare ? ” tanya Glen . “ Truth , ” jawab Iqbal , ia tak akan memilih Dare . Karena ia yakin bahwa Glen akan memberikan tantangan yang mengerikan , mengingat otak sahabatnya satu itu tidak beres . “ Yaah . . . Kok Truth , sih . . . . ” keluh Glen kecewa . “ Apa pertanyaan lo ? ” tanya Iqbal tak ingin lama - lama . Glen berpikir keras , mencari pertanyaan yang tepat dan bagus . Glen tersenyum puas , la menemukan sebuah pertanyaan yang cocok untuk Iqbal . " Jawab pertanyaan gue , Mr . Iqbal Guanna . Apa yang pengin lo lakuin saat ini juga ketika liat tangan pacar lo digenggam cowok lain ? ” Semua mata langsung mengarah ke Iqbal , kecuali Acha tentunya . Gadis itu menggigit bibirnya kuat - kuat , mengumpati Glen dalam hati . Semuanya tampak penasaran jawaban apa yang akan dilontarkan oleh Iqbal . Iqbal menarik napas pelan - pelan dan mengembuskannya . Kepalanya bergerak sembilan puluh derajat , menoleh ke arah Acha . Sebuah senyum terlukis di wajah Iqbal . “ Gue mau mengakhiri permainan ini sekarang juga , ” jawab Iqbal , terdengar sangat dingin . Keheningan terjadi beberapa saat , hanya terdengar suara embusan angin yang semakin menusuk - nusuk kulit mereka . “ Baiklah , permainan selesai , guys ! ! ” teriak Dina memecah ketegangan dan keheningan . “ Malam semakin dingin , kalian pasti udah lelah dan pengin istirahat . Mari kita



kembali ke tenda , ” tambah Dino membantu pacarnya . 371 AiBook Page number 372 Semuanya mengangguk setuju . Acha pun segera melepaskan tangannya dari genggaman Juna . " Sorry , Cha , ” ucap Juna sebelum berdiri dari tempat duduknya . “ Iy . . . Iya , nggak apa - apa , ” balas Acha kaku . Juna mengacak - acak rambut Acha . Kemudian berlalu meninggalkan Acha yang masih memilih duduk di tempat . Acha mengatur napasnya yang terasa ingin lepas dari tempatnya . Ia menyesal mengikuti permainan ini . Acha diam saja sembari mengamati teman - teman lainnya yang mulai beranjak satu per satu ke tenda . Acha menoleh ke samping , tak ada Iqbal . Pria itu juga sudah meninggalkannya duluan tanpa berkata apa pun . “ Apa Iqbal marah , ya , sama Acha ? ” lirih Acha takut . “ Masa Iqbal cemburu ? Mungkinkah ? ” Acha memegangi kepalanya dan meremas rambutnya yang mendadak pusing dan memberat . “ Haduhh , gimana ini ! ” lirihnya takut sekaligus bingung . “ Cha ! Ayo masuk ke dalam ! Dingin di luar ! ” teriak Amanda dari dalam tenda . “ Iya ! Bentar lagi Acha masuk . ” Acha menghela napas berat , ia mengangkat kepalanya ke atas , melihat bulan purnama dan langit yang cerah terlihat begitu indah . Tidak seperti hatinya yang gundah gulana . Acha mengedarkan pandangannya , tak ada siapa pun lagi . Teman - temannya telah masuk ke dalam tenda masing - masing . Acha segera berdiri dari tempat duduknya , berjalan menuju ke tendanya . " Eh . . . , " kaget Acha . Sebuah tangan menahan lengan Acha , menghentikan langkah gadis itu . Acha membalikkan badan , tertegun melihat Iqbal yang tiba - tiba ada di hadapannya saat ini . " Mana tangan lo ? ” pinta Iqbal . Acha masih dalam kondisi bingung , tak mengerti . Ia menjulurkan tangan kirinya . " Yang satunya , ” suruh Iqbal lagi . AiBook Page number 373 Acha mengangguk dan segera menyerahkan tangan kanannya . Acha terdiam di tempat melihat yang dilakukan oleh Iqbal . Pria itu menyemprotkan cairan antiseptik ke telapak tangannya dan mengusapnya kembali dengan tisu basah . Acha menahan senyumnya , ia merasakan jantungnya berdegup kencang . Pipi Acha berubah bersemu merah . " Kenapa Iqbal bersihin tangan Acha ? ” tanya Acha berlagak tidak tahu . “ Banyak kumannya ! ” jawab Iqbal dingin . “ Banyak kumannya apa banyak kumannya ? ” goda Acha . Iqbal meniupi tangan Acha agar cepat kering , setelah itu menatap Acha yang sedari tadi senyum - senyum sendiri . “ Iqbal cemburu , ya , tangan Acha digenggam sama Juna ? ” tanya Acha memperjelas . La “ Maunya gimana ? ” “ Kok tanya balik sih ! Iqbal cemburu apa enggak ? " Iqbal diam , tak menjawab pertanyaan tersebut . “ Mau jalan - jalan ? ” tanya Iqbal mengalihkan topik . “ Jalan - jalan ke mana ? ” “ Di dekat sini ada bukit kecil , lebih tinggi . Mau ke sana ? ” ajak Iqbal . Acha menganggukkan kepalanya seperti anak kecil . “ Iya , Acha mau . " Tanpa banyak kata , Iqbal menarik tangan kiri Acha dan menggenggamnya erat . Mereka berdua melangkah bersama meninggalkan tenda dan teman - temannya . 373 AiBook Page number 374 BUKIT TUBBIES IQBAL dan Acha sampai di sebuah bukit kecil yang sering disebut dengan “ Bukit



Tubbies ” karena orang di sekitar sana menyebut bukit itu mirip dengan bukit di serial Teletubbies . Tak hanya mereka berdua , terdapat juga beberapa pasangan yang sedang menikmati suasana di sana . Mulut Acha terbuka setengah , terkagum dengan pemandangan kota di bawah sana . Gemerlap lampu kota , langit yang cerah , dan bulan purnama terasa begitu lengkap menemani malam sempurna Iqbal dan Acha . . Acha sangat suka . Acha mengeluarkan ponselnya , tidak lupa untuk mengabadikan momen indah malam ini . “ Iqbal , ” panggil Acha . " Apa ? ” " Ayo foto sama Acha , " ajak Acha . Iqbal terdiam sejenak . " Harus ? ” tanyanya malas . “ Harus ! Acha nggak pernah foto berdua sama Iqbal , ” rengek Acha sedikit memaksa . Iqbal mengangguk , menurut saja . Ia berjalan mendekati Acha dan berdiri disamping Acha . “ Iqbal yang pegang HP - nya , ” suruh Acha memberikan ponselnya . 374 AiBook Page number 375 Lagi - lagi Iqbal menurut . Mereka berdua berdiri bersebelahan dengan background pemandangan kota jauh di bawah sana . Acha gemas melibat ekspresi Iqbal yang kaku tanpa senyum . “ Iqbal , senyum ! " paksa Acha Iqbal mencoba mengangkat kedua sudut bibirnya , walaupun rasanya aneh dan canggung . “ Iqbal hitung , ya , sampai tiga , ” suruh Acha . Mereka pun bersiap dan berpose . " Satu . . . dua . . . tiga ! " Klik ! Acha mengambil ponselnya dari tangan Iqbal , senyumnya mengembang . Ia sangat puas dengan hasilnya . Akhirnya Ia mempunyai foto berdua dengan Iqbal setelah sekian lama . Acha menyibukkan diri mengedit foto di ponselnya , ia tak sadar jika pria di hadapannya itu sedari tadi terus memperhatikannya dalam diam . “ Acha cantik banget di sini , Acha upload di Instagram , ya , Iqbal . Acha mau pamer sama temen - temen Acha . ” “ Cha , ” panggil Iqbal lembut . “ Bentar , Iqbal jangan ajak Acha ngomong dulu , Acha lagi sibuk edit fotonya . Biar keliatan cerah dan lebih cantik . ” " Natasha . ” " Enaknya Acha pakai filter yang mana , ya , Iqbal ? Acha jadi bingung sendiri ini . Apa Acha pa . . . " Sayang . " Acha dengan cepat mengangkat kepala , dan menatap Iqbal . “ Kenapa , Iqbal ? Kenapa manggil Acha ? ” Iqbal tersenyum kecil , wajah lugu Acha terlihat lucu . Iqbal refleks mengacak acak puncak kepala Acha dengan gemas . “ Nggak apa - apa , " balas Iqbal lembut . Acha dapat melihat , Iqbal menatapnya begitu dalam dan hangat . Acha ingin beralih dari tatapan itu tapi tidak bisa . Ia seperti terhipnotis 375 AiBook 1 Page number 376 oleh tatapan Iqbal . Acha meneguk ludahnya dengan susah payah . kerongkongannya mendadak kering . “ Iqbal kenapa natap Acha kayak gitu ? Ada yang aneh , ya , sama wajah Acha ? ” tanya Acha berusaha untuk biasa saja . Walau ia mati matian menyembunyikan kegugupannya . Iqbal tak menjawab , tangannya bergerak menyentuh pipi Acha . “ Kan Acha udah bilang , nggak boleh pegang pipi Acha , ” teriak Acha mulai salah tingkah . " Oke . ” Iqbal dengan cepat menjauhkan tangannya dari pipi Acha .



Iqbal berjalan satu langkah , lebih mendekat . Tubuh Acha langsung membeku di tempat , bahkan untuk mengembuskan napas saja terasa susah . Bahkan , pria itu mulai berani melingkarkan satu tangannya di pinggang Acha . “ Iqbal , jangan deket - deket ” lirih Acha menurunkan pandangannya dari Iqbal . “ Kenapa ? ” “ Acha . . . Acha gu . . . gugup kalau deket banget kayak gini . Acha jadi salah tingkah . Acha susah napas . " “ Kok bisa ? ” Iqbal menahan senyumnya , ia semakin gencar menggoda Acha . The “ Bisa , Iqbal . Jantung Acha dag - dig - dug terus sekarang . Acha gugup banget , Acha nggak berani liat Iqbal . ” “ Ya udah , aku aja yang liat kamu . ” Pengakuan Iqbal semakin membuat Acha mati kutu . Ia tak bisa berbuat apa - apa selain diam dan berusaha mengontrol debaran jantungnya yang sudah tak wajar . “ Iqbal , ini fotonya belum selesai Acha edit , ” ucap Acha berusaha mengalihkan topik . " Cantik , " puji Iqbal tulis , dengan sorot mata yang hangat . Acha menggigit bibir bawahnya , malu . “ Makasih , Iqbal . ” “ Emang gue muji lo ? ” goda Iqbal . Acha mendesis kesal , senyumnya menghilang saat itu juga . “ Iqbaaall ! Nyebelin banget ! ” omel Acha memukul pundak labal seperti anak kecil . 376 AiBook Page number 377 Iqbal tertawa pelan , puas setelah menggoda Acha . " Cha , " panggil Iqbal kembali serius . " Apa ? " balas Acha ketus . Acha membuang mukanya tak mau melihat Iqbal lagi . " Liat gue . " “ Nggak mau . " " Sebentar aja . " Acha melengos pasrah dan menurut . Ia kembali menghadap ke Iqbal , membalas tatapan pria di hadapannya itu . Tak kurang dari sedetik . Acha dibuat gugup kembali , tubuhnya mulai bereaksi aneh . Panas dan dingin bercampur menjadi satu . " Natasha , ” panggil Iqbal lirih dan terdengar begitu manis . " Ke . . . kenapa , Iqbal ? ” tanya Acha terbata - bata . Tangan Iqbal bergerak merapikan beberapa helai rambut Acha yang berantakan , namun kedua mata Iqbal tetap tersorot lekat ke wajah Acha , tak berpaling sedikit pun . " Aku boleh cium kening kamu ? ” 377 AiBook Page number 378 2 : 2 TWO OF US “ NATASHA . ” " Ke . . . kenapa Iqbal ? ” “ Aku boleh cium kening kamu ? " Kedua mata Acha berhenti berkedip , bibirnya terasa kelu tak bisa bicara . Mungkin jantungnya juga sebentar lagi akan ikut berhenti berdetak . Acha semakin sulit bernapas , oksigen di sekitarnya seakan habis dan menghilang . Acha sekali lagi mencerna permintaan yang baru saja diucapkan Iqbal . Acha bingung harus berekspresi bagaimana , Acha bingung harus menjawab apa . Sungguh ia tak pernah menduganya . " Iqbal mau cium kening Acha ? " tanya Acha dengan berani , untuk memastikan pendengarannya tidak keliru . " Iya , " jawab Iqbal cepat . Acha berusaha mengontrol dirinya sendiri . Kegugupannya semakin lama tak bisa terkendali . Otaknya blank , tak bisa berpikir jernih . Acha menundukkan kepalanya dengan kedua tangan terkepal . la belum menemukan jawaban yang pas untuk Iqbal . Padahal , ini bukanlah sesuatu yang sulit untuk dijawab . Tapi entah mengapa Acha seperti orang bodoh di hadapan Iqbal . “ Hei , ” panggil Iqbal lembut . 378 AiBook Page number 379



labal mendekat ke Acha dengan kedua tangan perlahan menyentuh dagu Acha . Iqbal berusaha mengangkat kepala Acha agar menatap balik dirinya . Iqbal memberikan senyuman kecil . “ Gue nggak maksa , kalau lo nogak mau . Gue nggak akan lakuin , " lanjutnya masih mempertahankan senyum hangatnya . Acha memberanikan diri untuk membalas kedua mata Iqbal . “ Acha . . . Acha mau . Iqbal boleh cium kening Acha , " jawab Acha sedikit terbata - bata . Acha sangat malu . Ia merasakan kedua pipinya kembali memanas . Kedua sudut bibir Iqbal lebih terangkat . “ Beneran boleh ? ” goda Iqbal . " I . . . Iya , Iqbal . Jangan tanya lagi . Acha udah gugup banget ini , " cerca Acha sedikit kesal . Iqbal tertawa pelan , tangan kanannya mengacak - acak puncak kepala Acha dengan gemas . Iqbal kembali memandang Acha dengan sangat dalam . Tangannya kembali merapikan poni Acha yang berantakan akibat ulahnya barusan . " Aku cium , ya , " ucap Iqbal meminta izin sekali lagi . Acha mengangguk - anggukkan kepalanya . Acha menutup kedua matanya dengan cepat . Acha dapat merasakan embusan napas Iqbal yang semakin dekat dan menerpa wajahnya , dan itu membuat jantung Acha berdetak tak normal , lebih cepat dari biasanya . Acha mengepalkan kedua tangannya erat . Sesuatu yang hangat dan lembut mendarat di kening Acha . Iqbal benar - benar melakukannya . Pria itu mencium keningnya . Acha tak bisa menahan bibirnya untuk terangkat . Ia sangat bahagia sekali saat ini . Berharap waktu dapat berhenti . Acha memberanikan diri untuk membuka kedua matanya pelan pelan . la melihat tubuh Iqbal begitu dekat dengan dirinya , pria itu masih belum melepaskan ciuman keningnya . Acha pun diam saja tak berani bergerak sedikit pun . 379 AiBook Page number 380 Beberapa detik kemudian , tubuh Iqbal mulai menjauh , pria i melepaskan bibirnya dari kening Acha . Untuk beberapa saat kedua hanya saling diam . Iqbal sibuk memandangi Acha , sedangkan Al sibuk mengendalikan dirinya sendiri . " Cha , ” panggil Iqbal . “ Ke . . . kenapa , Iqbal ? " balas Acha terbata - bata . Iqbal terdiam sebentar , sebelum akhirnya menjawab Acha lagi “ Lo udah berapa hari nggak keramas ? " Kedua mata Acha membulat sempurna . Tangannya buru - buru memegang rambutnya dan mencium bau rambutnya . Acha terdiam sejenak , kemudian menatap Iqbal dengan tajam . “ IQBAAALL , ACHA UDAH KERAMAS TADI PAGI ! ! ! ” teriak Acha sangat kesal . Acha melihat Iqbal yang tertawa puas karena berhasil mengerjainya . Acha emosi sendiri . " Iqbal nyebelin banget ! Acha kira beneran . Padahal udah romantis romantis juga ! ” omel Acha . “ Gue bercanda , Cha . ” S “ Nggak lucu ! ” Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha lagi dan lagi . Iqbal suka melakukan itu . Sebenarnya yang Iqbal lakukan tadi hanya untuk mencairkan suasana . Iqbal takut setelah la mencium kening Acha , mereka berdua menjadi canggung . " Iqbal , Acha boleh minta satu permintaan ? ” ucap Acha . " Apa ? ” “ Sikap Iqbal jangan dingin dingin , ya , sama Acha . Acha mau Iqbal bisa lebih terbuka sama Acha . Kan , Acha pacarnya Iqbal . ” Iqbal diam , terlihat berpikir . E " Nggak mau , ya ? ” tanya Acha sedikit takut . Iqbal tersenyum sembari mengangguk pelan . " Gue akan coba , " ucap Iqbal serius . “ Beneran ? ” " Iya , Natasha . " 380 AiBook Page number 381 Acha bersorak dalam hati . Ia senang mendengar jawaban Iqbal madi . Perlahan , Iqbal meraih tangan Acha , menggenggamnya . “ Ayo balik ke tenda , " ajak Iqbal . “ Ayo , Iqbal . ” Kekesalan Acha menghilang dengan cepat . Perlakuan manis Iqbal malam ini akan Acha



kenang selamanya dan tidak akan pernah Acha lupakan . Mereka berjalan beriringan , menikmati malam yang semakin dingin dan semakin indah . Acha mengangkat kepala ke atas , melihat banyaknya bintang - bintang bercahaya cantik di atas sana . “ Iqbal , bintangnya banyak . Cantik banget , " ucap Acha menunjuk ke atas . " Iya . " " Ayo Iqbal , kita hitung bintangnya , ” ajak Acha semangat . “ Nggak mau . Gue hitung bulan aja . ” Acha langsung menoleh ke Iqbal dengan tatapan membunuh . Pria di sebelahnya ini kapan sih tidak menyebalkan seperti ini ? “ Bulan nggak usah dihitung dari dulu bakalan tetap cuma satu , Iqbal ! ” cibir Acha . “ Oh , ” balas Iqbal singkat dan jelas . Acha memajukan bibirnya beberapa senti , Iqbal kembali berubah ke sisi dinginnya . Untung saja Acha sudah sangat terbiasa sekarang , jadi bukan masalah besar bagi Acha . " Iqbal , Acha mau cerita , " ucap Acha memulai kisah anehnya . " Apa ? " balas Iqbal sedikit malas . Ia sudah mulai mencium bau - bau cerita khayal . “ Acha nanti kalau punya rumah , Acha pengin semuanya serba sapi . Warnanya hitam dan putih , terus tema desain interiornya juga harus sapi . ” “ Lo mau buat rumah apa kandang sapi ? ” ejek Iqbal . “ RUMAH , IQBAL ! ” teriak Acha tidak terima . “ Oke , ” sahut Iqbal cepat . 381 AiBook Page number 382 Acha menoleh ke arah Iqbal , memperhatikan paras tampan pria itu . Senyumnya mengembang . " Acha boleh tanya nggak , Iqbal ? ” " Apa ? ” “ Kan yang paling Acha suka di dunia ini sapi . Kalau Iqbal sendiri suka apa ? ” “ Nggak ada . " " Nggak ada ? Iqbal nggak suka sama apa pun ? ” kaget Acha . Iqbal menggelengkan kepalanya . " Hobi Iqbal apa ? ” tanya Acha , ia tampaknya baru menyadari bahwa dirinya belum tahu banyak tentang pacarnya . Iqbal yang dingin dan pendiam membuat Acha sedikit susah mengetahui isi hati atau hal - hal pribadi yang disukai Iqbal . Yang Acha tahu selama ini Iqbal suka segala macam olahraga , sangat suka bermain game , suka menghabiskan waktu untuk mengerjakan soal Olimpiade Fisika , suka dengan kue cokelat buatan mamanya . Sudah itu saja , tak ada lainnya . " Nggak ada , ” jawab Iqbal tanpa berpikir . " Kok nggak ada ! Kalau warna kesukaan Iqbal apa ? ” “ Nggak ada . ” Acha menghela napas berat , susah sekali berbicara dengan patung hidup ini . Bagaimana bisa Iqbal menjalani hidup seperti ini . Hidup yang begitu monoton . " Terus Iqbal itu sukanya apa ? Apa yang Iqbal suka ? Biar Acha lebih tau tentang Iqbal yang Acha nggak pernah tau ! ” Iqbal menghentikan langkahnya , membuat Acha pun ikut berhenti . Iqbal menatap Acha lekat sembari tersenyum hangat . “ Lo beneran mau tau ? ” “ Iya . Acha pengin tau apa yang Iqbal sukai di dunia ini ! ” tukas Acha memperjelas . “ Kamu , " jawab Iqbal terdengar sangat jujur dan tulus . Untuk beberapa detik Acha terdiam , begitu pula dengan Iqbal . Acha sedikit terkejut mendengar jawaban Iqbal . Tentu saja ia sangat 382 AiBook Page number 383 ang mendengarnya . Tapi Acha merasa sedikit aneh . Karena bukan itu jawaban yang ia mau . Acha mengibaskan rambutnya dan kembali berjalan meninggalkan whal begitu saja dengan raut wajah yang sangat bingung .



" Acha ini beneran pacaran sama orang yang baru pertama kali pacarankah ? ” tanya Acha , entah ia tujukan kepada siapa . Iqbal terkekeh pelan mendengar celotehan Acha . Perkataan Acha barusan cukup terdengar oleh Iqbal . “ Cha , gue serius , " teriak Iqbal sedikit kencang . Iqbal segera mengejar Acha yang semakin menjauh . “ Iqbal nggak usah jawab ! Acha lagi mikir keras ini ! ” teriak Acha dengan tangan kanan terangkat , memberi peringatan . “ Gue nggak bohong , ” goda Iqbal . “ Acha bilang Iqbal diem ! Jangan ganggu konsentrasi Acha ! ” “ Oke . ” Iqbal membiarkan saja gadis itu tetap berjalan di depannya . Iqbal tak berhenti tersenyum dan tertawa mendengar celotehan Acha yang lucu dan menggemaskan sepanjang perjalanan . Gadis cantik itu terus saja mengoceh tak jelas . Keinginanku sederhana , aku menyukainya dan dia menyukaiku . Aku bahagia bersamanya dan dia juga bahagia bersamaku . Itu saja , sudah cukup . 383 AiBook Page number 384 SELAMAT DATANG KELAS DUA BELAS LIBURAN telah berakhir , tahun ajaran baru pun dimulai . Iqbal , Acha , Rian , Glen , dan Amanda akhirnya naik pangkat menjadi siswa kelas XII . Di mana mereka harus lebih fokus untuk mengikuti serangkaian ujian , mulai dari try out hingga Ujian Nasional . Tidak hanya itu , SMA Arwana pun menyambut anggota keluarga baru , yaitu siswa kelas X . Kalau kata Glen , koleksi dedek gemes baru akan bertambah lagi . Waktu berjalan begitu cepat . Terhitung dua bulan mereka sudah mulai masuk sekolah lagi . Hari ini , semua siswa kelas XII diwajibkan berkumpul di aula sekolah . Mereka mendapatkan pengarahan untuk menghadapi ujian dan persiapan apa saja yang harus mereka lakukan mulai dari sekarang . Siswa kelas XII tidak lagi diperbolehkan ikut ekstrakurikuler , OSIS , ataupun Olimpiade . Mereka difokuskan untuk belajar dan mengikuti bimbingan tambahan setiap hari Selasa dan Kamis . Hubungan Acha dan Iqbal semakin romantis , mereka berdua semakin dekat . Acha merasa Iqbal sudah benar - benar membuka hati untuknya dan menerima Acha di kehidupan Iqbal . 384 AiBook Page number 385 bahkan , mereka berdua mendapat predikat Couple Goal SMA Arwana . pacar setampar Banyak gadis - gadis yang iri dengan Acha karena bisa mendapatkan setampan dan sepintar Iqbal . Begitu pun para cowok , mereka iri dengan Iqbal yang bisa mendapatkan gadis secantik , seramah , dan sepintar Acha . Bagi mereka , keduanya terlalu sempurna untuk menjadi pasangan . Hidup sedikit tidak adil menurut mere Dalam waktu kurang dari sehari , nama Acha dan Iqbal pun sudah menjadi perbincangan hangat para siswa kelas X yang baru masuk SMA Arwana . Adik kelas cowok hanya berani mengagumi Acha diam - diam karena mereka tahu bahwa Acha sudah memiliki pacar . Sementara adik kelas cewek banyak yang mengagumi sosok Iqbal , bahkan mereka berani secara terang - terangan menunjukkannya . Dan , itulah alasan kenapa Acha sering kesal akhir - akhir ini . Banyak adik kelas yang memberi Iqbal surat , cokelat , dan sebagainya . Padahal , mereka sudah tahu bahwa Iqbal sudah punya pacar . Iqbal melihat bangkunya yang dipenuhi dengan cokelat dan surat - surat berwarna pink . Iqbal menghela napas berat . Ia buru - buru membereskannya sebelum ketahuan Acha . Bisa - bisa pacarnya berubah jadi sapi bertanduk jika tahu hal ini . Iqbal menoleh ke samping , melihat Glen yang entah sejak kapan duduk di



sebelahnya , asyik mencomoti beberapa cokelat di bangkunya . “ Bal , ” panggil Glen dengan wajah santainya . " Apa ? " " Kita ujian try out masih lama nggak ? Kurang berapa tahun lagi ? ” " Masih lama , " balas Iqbal malas . Glen mengangguk - anggukkan kepala dengan ekspresi sok serius . " Kalau udah dekat ujian tryout , bilang ke gue , ya . ” 385 AiBook Page number 386 Iqbal mengerutkan kening , heran . “ Emang lo mau ngapain ? ” " Gue mau siap - siap lah , Bal , ” ucap Glen penuh keyakinan . “ Siap - siap apa ? ” “ Jualan pensil 2B ! ” teriak Glen semangat . “ Gue yakin pasti laku keras . Hahaha . ” Iqbal tertegun untuk beberapa detik . Otak sahabatnya ini memang sangat sakti . “ Gimana , Bal , menurut lo ? Pinter banget kan otak gue nyari peluang pasar . Kalau mau sukses harus gini . Otak - otak pengusaha . ” “ Terserah , " pasrah Iqbal tak menggubris Glen lagi . Ia melanjutkan aktivitas membersihkan bangkunya . Rian masuk ke dalam kelas dengan keringat bercucuran , ia mengatur napasnya yang sedikit tersenggal . Iqbal menatap Rian dengan heran . " Habis ngapain lo ? Maraton lima hari apa lomba makan cireng Mbak Wati ? ” tanya Glen mewakili Iqbal . Rian menyuruh Glen berdiri dari kursinya , dan segera duduk di kursinya sendiri . Rian menoleh ke arah Iqbal yang juga tengah menatapnya . “ Lo di sini dari tadi ? ” tanya Rian dengan kedua mata terbuka lebar . " Iya , ” jawab Iqbal “ Lo nggak tau di kantin tadi ada perang berdarah ? ” " Perang berdarah ? Siapa yang menang ? Siapa yang darahnya keluar paling banyak ? ” sahut Glen heboh sendiri . “ Maksud lo ? ” bingung Iqbal . " Dina dilabrak adik kelas sepuluh di kantin . Amanda dan Acha yang ada di sana langsung bantuin . Lima lawan tiga . Gila tuh tiga cewek . Udah tau kelas dua belas , masih aja ngurusin adik - adik kelas , " cerita Rian . " Lebih gila lagi adik adik kelas itu , nyawanya sebanyak kucing apa , ya , berani labrak kakak kelas ! ” lanjutnya gereget sendiri . “ Masalahnya apa ? ” tanya Iqbal masih belum mengerti . “ Katanya ada adik kelas yang suka sama Dino dan ngebet pengin Dino jadi pacarnya , terus suka banget nyinyirin Dina gitu . Akhirnya 386 AiBook Page number 387 bertengkarlah mereka , " jelas Rian panjang lebar . “ Kepala gue sama Dino hampir putus ngelerai Dina , Amanda , dan Acha . ” “ Lah , kok lo enak - enakan di kelas , Bal ? ” tuding Glen . “ Harusnya kepala lo putus juga dong , kan lo pacarnya Acha . " Tak ada yang menggubris celotehan Glen yang tak penting itu . “ Paling parah itu pacar lo ! Gue kira dia itu Naruto yang punya jurus tujuh bayangan . Wuihh , bacotnya ngalahin bacotan netizen zaman now , " ungkap Rian , mengingat lagi kejadian di kantin beberapa menit lalu yang sangat sengit . “ Di mana Acha sekarang ? ” tanya Iqbal . A “ Di mana lagi kalau bukan BK . ” . “ Mereka semua masuk BK ? ” tanya Glen ngeri . " Jelas lah . Kantin aja udah berubah jadi lautan api tadi . Pasti keciduk mereka semua sama Bu Nani dan Pak Handoko . ” Benar saja yang dikatakan Rian , teman - teman kelas Iqbal yang baru masuk langsung menatap ke arah Rian dan Iqbal dengan berbisik - bisik tak jelas . Menandakan telah terjadi sesuatu . Iqbal menerima tas Acha dari Dino . Iqbal mendapat kabar bahwa Acha diberi hukuman membersihkan lapangan utama mulai dari istirahat kedua sampai jam pulang sekolah . Iqbal pun segera menuju ke lapangan utama . Iqbal menemukan Acha tengah duduk di pinggir lapangan bersama Amanda dan Dina .



Sepertinya mereka sudah selesai menjalankan hukuman mereka . Iqbal mendekati Acha . “ Ayo pulang , " ucap Iqbal dingin , menyodorkan tas Acha . Acha terkejut bukan main melihat kehadiran Iqbal , mungkin bukan hanya Acha saja . Amanda dan Dina pun kaget . Bahkan , kelima adik 387 AiBook Page number 388 kelas yang turut dihukum dan berdiri tak jauh dari sana mulai heboh melihat kehadiran Iqbal . Acha segera berdiri , menerima tasnya . “ Iqbal marah , ya , sama Acha ? ” tanya Acha hati - hati . Acha dapat merasakan tatapan tak ramah dari sorot mata Iqbal . Iqbal diam tak menjawab , “ Jangan marah sama Acha , ” pinta Acha . Iqbal menghela napasnya , ia kemudian berjalan duluan meninggalkan Acha begitu saja . Acha mendegus pelan , Iqbal pasti marah kepadannya . Acha sangat tahu bagaimana Iqbal . Pria itu tidak pernah suka jika ia terlibat hal - hal seperti ini . Tapi mau bagaimana lagi . Teman sedang kesusahan , masa tidak dibantu . " Udah sana Cha , lo kejar Iqbal , ” suruh Amanda . Acha menganggukkan kepalanya , ia melambai - lambaikan tangannya ke arah Dina dan Amanda . “ Acha pamit pulang dulu ya , Dina , Amanda . Suami Acha udah marah . Bve - Bve . ” Acha beranjak pergi meninggalkan Amanda dan Dina yang saling bertatapan setelah mendengar perkataan Acha barusan . " Dia udah nikah sama Iqbal ? ” tanya Dina dengan polosnya . " Udah , bulan kemarin , di TPU , ” balas Amanda dengan raut wajah tak enak . Selama perjalanan pulang Iqbal tetap diam , tak mengajak Acha bicara sama sekali . Bahkan , ketika Acha mengajak bicara , pria itu tetap saja mendiamkannya . Acha jadi kesal sendiri . Harusnya dia yang masih berapi - api karena adik kelas tadi . Kenapa jadi Iqbal yang marah kayak cewek PMS ? . Acha membenahkan helmnya yang sedikit miring . “ Iqbal , rumah Acha udah kelewatan , " ucap Acha mengingatkan . Namun , Iqbal tetap saja melajukan motornya lurus tanpa berhenti . Kening Acha berkerut , bingung . Iqbal ingin mengajaknya ke mana ? “ Iqbal nggak ngajak Acha ke kantor polisi , kan ? ” 388 AiBook Page number 389 Alhirnya Acha tahu Iqbal mengajaknya ke mana . Bukan kantor olisi ataupun kantor urusan agama . Iqbal mengajak Acha ke taman ang ada di dalam perumahan dekat rumah Acha . Mereka berdua saling diam . Iqbal duduk di kursi taman , sedangkan Acha kukuh berdiri di hadapannya , bersandar di motor Iqbal dengan bedua tangan terlipat di depan dada . Menurut Acha , dirinya tidak bersalah dan Iqbal tidak berhak mendiamkannya ataupun marah kepadanya . “ Nggak capek berdiri terus ? ” tanya Iqbal . Ia mengalah dan memilih membuka suara terlebih dahulu . " Nggak , ” jawab Acha sedikit ketus . Ia masih kesal karena Iqbal tak menggubrisnya selama di perjalanan tadi . “ Duduk , " suruh Iqbal memberikan kode ke Acha agar duduk di sebelahnya . " Nggak usah , " tolak Acha . “ Serius ? ” " Iya . Acha kuat kok berdiri . ” Iqbal menghela napas pelan , kenapa jadi gadis ini yang marah - marah . “ Duduk , Cha , " pinta Iqbal baik - baik . Acha mendecak pelan , kedua tangannya ia turunkan . " Ya udah kalau Iqbal terus maksa . Nggak tega , kan , Acha jadinya , " cerca Acha dan segera duduk . Iqbal menahan untuk tidak tersenyum , ia berusaha tetap memasang wajah datarnya . Ia memperhatikan Acha yang duduk di ujung kursi . “ Nggak kejauhan duduknya ? ” tanya Iqbal . “ Nggak , ini udah paling deket menurut Acha . " " Nggak mau geser ? ” Maksa banget sih dari tadi ! Kan Acha jadi nggak tega lagi ! ”



Dengan gerakan cepat , Acha berpindah duduk tepat di sebelah qbal . Kali ini , tingkah Acha berhasil membuat Iqbal tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya . 389 AiBook Page number 390 Iqbal memandang Acha yang kembali diam dengan wajah lugunya . “ Kenapa masuk BK ? ” tanya Iqbal dengan nada lembut . Tak ingin membuat Acha kesal lagi . Pe " Acha nggak salah . Acha cuma bantuin Dina aja yang dilabrak adik kelas . Mereka nggak sopan , Iqbal , sama kakak kelas , " jawab Acha jujur apa adanya . “ Jangan diulangi . ” “ Iya , Iqbal . Acha minta maaf . Habisnya tadi Acha nggak tega Dina difitnah nggak jelas . ” " Kalau bukan urusan lo , nggak usah ikut - ikut , ” pesan Iqbal . " Iya , Acha tau . Maafin Acha . Jangan marah sama Acha . " " Gue nggak marah . " " Tapi dari tadi Iqbal diemin Acha . Kan Acha takut sekaligus kesel sendiri sama Iqbal . ” Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha . “ Maaf . ” Acha menoleh ke Iqbal , akhirnya ia bisa tersenyum . " Jadi , Acha sama Iqbal baikan nih ? ” “ Emang kita berantem ? ” “ Nggak sih . Tapi kan tadi Iqbal kayak marah gitu sama Acha , " jawab Acha . " Iqbal jangan marah , ya , sama Acha . ” " Iya . ” Senyum Acha lebih mengembang . “ Makasih banyak , Iqbal . ” Iqbal menganggukkan kepalanya . Ia mengeluarkan air mineral yang sebelumnya ia beli di kantin dari dalam tas . Iqbal menyodorkannya kepada Acha . “ Minum . " " Iya , Iqbal . ” Acha segera menerima dan meminumnya . Iqbal lega , rasa khawatirnya sudah hilang . Melihat Acha baik - baik saja sudah membuatnya senang . " Iqbal mau Acha ceritain nggak gimana Acha tadi ngelawan adik kelas ? Gimana Acha tadi marahin adik kelas ? ” ucap Acha mulai heboh . Iqbal berdeham pelan , sepertinya menarik mendengar cerita Acha . Pasti lucu . “ Gimana ? ” 390 AiBook Page number 391 Acha langsung bangkit , dengan semangat empat lima dia berdin di hadapan Iqbal dan mulai ceritanya . “ Tadi , Acha tunjuk tuh wajah adik kelas yang paling sok cantik . Acha katain dia baik - baik . ” Acha memulai ceritanya . " Woy , wajah cantik tapi mulut micin , jaga kelakuan kamu sama kakak kelas . Baru kelas sepuluh aja belagu ! ” Iqbal terkekeh pelan , apalagi melihat ekspresi Acha yang heboh seperti itu sangatlah lucu . Iqbal mendengarkannya baik - baik . " Terus dia mau balas Acha , mau ngatain Acha wajah bulukan dan buruk rupa , disorakin lah sama yang lainnya . Ngatain kok nggak sesuai kenyataan . ” Acha mengibaskan rambutnya , berlagak sombong . “ Wajah kayak bidadari gini dibilang bulukan . Nggak tau apa , Acha udah cantik sejak masih jadi embrio ! ” Tawa Iqbal semakin lepas , jujur ia tak pernah dibuat tertawa seperti ini . “ Terus ? ” tanya Iqbal semakin penasaran . Acha menelan ludahnya . “ Bentar , Iqbal . Acha minum dulu . Tenggorakan Acha kering . " Iqbal mengangguk singkat , membiarkan Acha meminum sisa air mineralnya . Setelah itu , Acha mulai bercerita lagi . “ Rambut Acha kan mau dijambak sama salah satu adik kelas . Sebelum itu terjadi , Acha lempar duluan mukanya sama cireng Mbak Wati yang sempet Acha beli . Iqbal tau yang kegirangan siapa ? ” “ Siapa ? ” tanya Iqbal . “ Mbak Wati , ” jawab Acha dramatis . “ Masa dia tepuk - tepuk tangan lihat cirengnya dibuat lempar - lemparan . Mungkin pikirnya , ' Nggak apa - apa cirengku



dilempar , yang penting laku keras ! Gitu kali , ya ! ” Acha terus saja bercerita , menghibur Iqbal . Acha yang melihat Iqbal tertawa seperti itu merasa sangat senang . Baru kali ini Acha melihat Iqbal tertawa selepas itu , apalagi itu karena dirinya . Tawa keduanya terhenti , mereka saling bertatap untuk waktu agak lama . Keadaan seketika hening . Acha merasakan tatapan Iqbal yang berbeda dari biasanya . Bukan tatapan dingin , melainkan tatapan untuk seseorang yang berarti dalam hidupnya . " Berhenti natap Acha kayak gitu , " ucap Acha memecah keheningan . 391 AiBook Page number 392 " Kenapa ? ” " Acha malu . ” “ Biasanya juga malu - maluin . " " Iqbaaaall ! ! ” teriak Acha . Acha memukul pelan bahu Iqbal , melampiaskan kekesalannya . Iqbal segera menahan tangan Acha , ia menggenggam tangan itu dengan erat . Iqbal mengembangkan kedua sudut bibirnya . Sejak bersama Acha . Iqbal mudah menunjukkan senyumnya . Semua karena Acha . “ Cha , ” panggil Iqbal . “ Apa ? " balas Acha sedikit ketus . “ Aku sayang kamu , Natasha . ” Acha terbungkam , tak tahu harus bereaksi bagaimana . Bibirnya sedikit terbuka . Ia sangat kaget mendengar pengakuan Iqbal . Untuk pertama kalinya , Iqbal mengungkapkan kalimat itu . Sebuah pengakuan yang Acha tunggu sejak lama . Batu yang keras pun bisa terkikis oleh air yang tenang . Es yang membeku juga bisa mencair oleh angin yang berembus dalam diam . 392 AiBook Page number 393 BELAJAR DAN BELAJAR WAKTU berjalan semakin cepat , tanpa terasa kelas XII sudah mendapatkan jadwal ujian - ujian try out mereka . Semuanya mulai sibuk kembali untuk fokus belajar dan menghabiskan waktu dengan tumpukan soal Ujian Nasional dari tahun - tahun sebelumnya . Begitu pun dengan Acha dan Iqbal . Selama sebulan ini , mereka belajar bersama di perpustakaan setelah pulang sekolah . Hal itu , membuat banyak murid lain yang iri . Melihat bagaimana cara pacaran mereka yang menggemaskan dan terlihat menyenangkan . “ Soal listrik statis ini gimana rumusnya ? ” tanya Acha . " Acha lupa . ” Acha menyodorkan kertas soalnya kepada Iqbal yang duduk di hadapannya . Iqbal menerimanya dan melihat sekilas . Kemudian dengan cepat Iqbal menuliskan rumus di bawah soalnya . Tak butuh waktu sampai sepuluh detik Iqbal menuliskan rumus itu . “ Cari E - nya dulu , baru it . . . . " Acha udah paham , kok , " sahut Acha cepat dan menarik soalnya lagi . Iqbal menatap Acha sebentar . “ Oke . ” Iqbal meletakkan bolpoinnya , pandangannya tak ia alihkan . la memperhatikan Acha yang sedang komat - kamit menghitung dan mencari jawaban dari soal yang ia bantu tadi . Iqbal tersenyum kecil , entah kenapa ia jadi semakin suka memandangi wajah cantik itu . 393 AiBook Page number 394 Acha menghentikan aktivitasnya , ia dapat merasakan bahwa dirinya sedari tadi diperhatikan . Acha mengangkat kepala , benar saja , ia menemukan Iqbal tengah memandanginya . Acha menggigit bibir bawahnya , ia sedikit salah tingkah . “ Kenapa liatin Acha kayak gitu ? ” tanya Acha memberanikan diri . “ Emang nggak boleh lihat pacar sendiri ? ” goda Iqbal . " Ya . . . ya , boleh . Tapi jangan lama - lama . Nanti Acha malu . " Iqbal kembali tersenyum . “ Kerjain lagi soalnya , ” suruh Iqbal . “ Tapi jangan liatin Acha terus , ” peringat Acha . “ Nanti Acha nggak konsen belajar , gimana ? Terus Acha berubah jadi pinter kayak Glen gimana ? "



Iqbal mengetuk - ngetuk kertas Acha , menyuruh gadis itu menghentikan omelannya dan melanjutkan belajarnya . Mereka berdua pun melanjutkan kembali aktivitas belajar . Tak lama setelah itu , Rian dan Amanda pun datang ikut belajar , mereka meminta bantuan Acha dan Iqbal untuk mengajari . Dengan senang hati tentunya Acha dan Iqbal membantu teman temannya . Dan . . . . Jangan ditanya Glen di mana . Pria itu tengah sibuk berjualan pensil 2B di kantin ! “ Lagi promo nih ! Beli pensil 2B tiga , gratis penghapusnya ! Dibeli , dibeli . Seratus persen dijamin pintar dengan pensil ini ! Jos ! " Iqbal merubuhkan dirinya di sofa , sudah sangat sore saat ia sampai di rumah karena hari ini ada bimbingan tambahan di sekolah . Otak Iqbal terasa sedikit panas , hari yang cukup melelahkan . Ia harus mempersiapkan diri untuk ujian try out yang akan diselenggarakan minggu depan . " Ini , minum . " Iqbal menegakkan tubuhnya , melihat papanya membawakan segelas susu cokelat untuknya . Iqbal segera menerimanya . “ Makasih , Pa , ” balas Iqbal dan segera menghabiskan susu cokelat 394 AiBook Page number 395 Mr . Bov duduk di sebelah Iqbal . “ Gimana sekolahnya ? ” “ Mulai sibuk persiapan ujian . ” “ Jangan terlalu diforsir belajarnya , waktunya istirahat , ya istirahat , " pesan Mr . Bov . " Iya , Pa . ” " Hubungan sama Acha gimana ? “ Baik . ” Mr . Bov mengambil sebuah map plastik berwarna hijau muda , yang entah sejak kapan disembunyikannya di bawah bantal , kemudian menyerahkannya kepada Iqbal . " Apa ini ? ” bingung Iqbal , namun tetap menerimanya . “ Kamu ingat dulu Papa pernah bilang akan perkenalkan kamu sama anak klien Papa yang kuliah di Aerospace ? ” “ Oh . Iqbal ingat . " " Anak dari klien Papa minta maaf nggak bisa nemuin kamu karena dia belum akan pulang ke Indonesia dalam waktu dekat . Katanya sibuk untuk persiapan semester akhir . ” " Terus ? ” “ Makanya dia kirim ini buat kamu . Sebagai permintaan maaf . ” Iqbal membuka Map yang cukup tebal itu , dan mengeluarkan semua yang ada di dalam sana . Bibir Iqbal langsung mengembang melihat desain pesawat dan komponen - komponennya yang digambar dengan tangan . Iqbal merasa seperti menemukan dunianya . Ya , ia mendapatkan rangkuman materi materi tentang Aerospace Engineering . “ Waah . . . . ” Iqbal tak berhenti terkagum . Apalagi ketika dia menemukan sebuah buku berwarna biru dengan judul Introduction to Aircraft Design . " Kamu suka ? ” tanya Mr . Bov . “ Suka banget , Pa . Ini semua buat Iqbal ? ” " Iya . Dia bilang ini hadiah buat kamu . ” “ Makasih banyak , Pa . ” 395 AiBook Page number 396 Mr . Bov menunjuk kartu nama yang ditempel di belakang Mar " Makasih langsung aja ke orangnya . Itu dia kasih nomor telepon di sana . Kamu bisa telepon dan berbincang - bincang dengan dia . " Iqbal mengambil kartu nama itu dan segera menyimpannya ke dalam saku . " Iya , Pa . ” Mr . Bov menepuk pundak Iqbal pelan . “ Kamu serius mau kuliah di luar negeri ? ” tanya Mr . Bov . Iqbal terdiam , tak langsung menjawab . Ia tampak berpikir . “ Kalau Iqbal bisa diterima di Aerospace Bristol , Iqbal mau . ” Mr . Bov mengangguk - anggukkan kepala , mengerti . “ Kamu tau , kan , jurusan itu tingkat kesulitannya tinggi ? ” “ Iqbal tau , " jawab Iqbal tanpa ragu . Dari kelas VIII SMP ia sudah banyak



mempelajari tentang jurusan ini . Impian terbesarnya adalah membuat pesawat luar angkasa , bahkan bisa terbang ke luar angksa . Terdengar mustahil , tapi bagi Iqbal , jika berusaha keras dan Tuhan menghendaki impiannya , maka tidak ada yang tidak mungkin . “ Baguslah . Papa akan dukung semua yang kamu inginkan dan impikan . Kamu harus melakukan yang terbaik . ” " Iya , Pa . Thanks . " " Argss . . . . ! ” TE Iqbal terkejut mendengar erangan tiba - tiba yang keluar dari bibir papanya , Iqbal menatap papanya yang memegangi dadanya . “ Papa kenapa ? ” tanya Iqbal khawatir . Mr . Bov tersenyum sembari menggeleng . USEIN “ Papa nggak apa - apa . Cuma sedikit nyeri . Dikasih balsem juga baikan , " ucap Mr . Bov dengan nada bercanda . Iqbal melihat papanya perlahan membaik dan sudah tidak lagi merintih . Iqbal melega , ia takut jika penyakit jantung papanya kambuh . " Ayo Iqbal antar ke kamar . Papa istirahat . ” " Iya . " Iqbal pun segera membantu papanya berjalan pelan - pelan menuju kamar . Iqbal menunggu sampai papanya terlelap . Setelah itu , Iqbal kembali ke kamarnya sendiri . 396 AiBook Page number 397 Iqbal masuk ke kamar , meletakkan map hijau muda itu di meja whiar , tepat di samping miniatur pesawat luar angkasa yang ia dapat dari Ify sebagai kado ulang tahunnya dua tahun lalu . dua tahun lalu . Iqbal mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar , bibirnya tersenyum . Iqbal baru benar - benar menyadari bahwa kamarnya sudah seperti gudang yang dipenuhi dengan barang - barang yang berhubungan dengan Aerospace . Di ujung kamar Iqbal terdapat meneken yang mengenakan baju astronaut , itu ia dapatkan ketika kelas IX SMP , hadiah ulang tahun dari Ando . Lalu , di dekat jendela terdapat teleskop berukuran sedang . Kalau benda mahal ini ia dapat dari papanya . Mata Iqbal terus bergerak , kali ini berhenti di foto berukuran 8R . Iqbal memandanginya dengan penuh kebanggaan . Foto dari George Cayley , beliau adalah seorang insinyur , pionir inovasi , dan penerbang dari Inggris . Iqbal sangat mengaguminya . Dan masih banyak lagi miniatur - miniatur pesawat mulai dari ukuran kecil , sedang , sampai besar yang memenuhi kamar Iqbal . Iqbal berbalik menghadap ke meja belajarnya . Iqbal terdiam ketika tidak sengaja melihat sebuah foto di dalam bingkai kecil bermotif sapi ukuran 4R . Foto yang diberikan Acha dua bulan yang lalu . Momen saat dirinya dan Acha berlibur di Puncak . Iqbal meraih foto tersebut , matanya tak lepas dari senyum Acha yang terlihat bahagia di sana . " Apa dia tidak apa - apa kalau gue kuliah di luar negeri ? " 397 AiBook Page number 398 PERTIMBANGAN SELAMA satu minggu ini , Iqbal berbincang banyak dengan Richard melalui telepon . Richard adalah anak dari klien papanya yang kuliah di Aerospace Bristol . Iqbal mendapat banyak pengetahuan dari Richard . Mulai dari apa saja mata kuliah yang didapat , biaya hidup , hingga kehidupan di sana . Iqbal harus bersiap mulai dari sekarang . Menurut Richard , persiapan itu harus dilakukan sekitar 12 - 14 bulan sebelum pendaftaran . Iqbal juga harus memiliki sertifikat IELTS , yaitu tes internasional dalam kemampuan Bahasa Inggris . Maka dari itu , Iqbal sudah mendaftar ujian untuk tes IELTS dan hari ini adalah tanggal ujian Iqbal . Iqbal mengambil izin sehari tidak masuk sekolah untuk mengikuti ujian tersebut . Iqbal tidak memberi tahu Acha atau siapa pun . Mungkin hanya keluarga Iqbal yang mengetahuinya . Iqbal tersenyum senang , akhirnya hasil tes IELTS miliknya sudah keluar setelah



menunggu empat belas hari sejak ia mengikuti ujian tersebut . Jabal memberikan sertifikat tersebut kepada Ify , menyombongkannya . " Skor eight ? " 398 AiBook Page number 399 " Iya , " jawab Iqbal . T h Ify tertawa pelan , mengembalikan sertifikat Iqbal . Ia menatap sedikit heran . Adiknya ini terkadang bersikap cool dan tidak Ji tapi terkadang bertingkah kekanak - kanakan seperti sekarang . Menyombongkan sesuatu yang menurutnya istimewa . “ Lo beneran mau kuliah di Inggris ? ” tanya Ify serius . " Iya . ” Ify berdeham pelan , sebenarnya ia tidak ingin melarang sang adik , tapi entah kenapa banyak faktor yang membebani pikiran Ify dan ia sedikit tidak rela jika Iqbal pergi ke luar negeri . Ify sudah pernah tinggal di Perancis selama dua tahun dan menurutnya lebih baik di negara sendiri , tetap bersama keluarga . “ Gue tau rasa cinta lo pada dunia penerbangan sangat besar . Gue tau gimana lo sangat kagum dengan apa pun yang berbau luar angkasa . ” Ify mulai memberi saran untuk sang adik . " Tapi apa harus banget lo kuliah di Aerospace ? Kuliah di Inggris ? ” “ Lo nggak support gue ? ” “ Gue pasti support lo . Gue cuma tanya dan nyuruh lo pertimbangin matang matang . " Ify berdiri , menepuk pundak Iqbal pelan . Senyumnya mengembang lagi , berubah menjadi senyuman licik . “ Emang Acha bakalan mau LDR Indonesia - Inggris ? " bisik Ify meledek . “ LDR beda negara ? Gue sih nggak mau . ” Ify berjalan pergi begitu saja meninggalkan Iqbal yang langsung terdiam , dengan pikiran bercampur aduk . Apalagi setelah mendengar wejangan singkat dari kakak perempuannya itu . Iqbal mengajak Acha makan seafood di warung tenda jalanan kat perumahan Acha . Sekalian mencari udara dingin sebelum besok mereka harus berperang mengerjakan soal ujian try out . 399 AiBook Page number 400 Iqbal menatap Acha yang makan dengan lahap , tapi bibir gadis itu tak berhenti mengoceh . Seperti biasa , membahas warga negara sapinya , katanya ada yang terluka karena tidak sengaja tercelup saus kacang siomay . Iqbal tersenyum kecil , ia menarik tisu di sebelahnya , membersihkan sudut - sudut bibir Acha yang berlepotan . " Makan pelan - pelan , " ucap Iqbal lembut . Acha tidak memedulikan , malah semakin ganas menyerang cumi dan ikan gurami di hadapannya . Iqbal menghela napas berat , perkataan Ify datang lagi menyerang otaknya . Bagaimana caranya ia memberi tahu Acha ? Apakah mereka berdua bisa berhubungan jarak jauh ? Kenapa ia mendadak jadi ragu seperti ini ? Padahal sebelum bertemu dengan Acha , niat Iqbal untuk kuliah di luar negeri sangatlah kuat . Tidak ada keraguan sama sekali . Namun , saat ini banyak yang Iqbal pertimbangkan . Mulai dari keluarga hingga soal Acha . " Cha . . . , " panggil Iqbal . " Kenapa , Iqbal ? " “ Setelah lulus SMA , lo mau kuliah di mana ? ” tanya Iqbal ingin tahu . Acha berpikir sebentar . " Acha masih belum tau . Tapi Acha nyari kampusnya di Jakarta atau yang terdekat dari rumah . ” “ Nggak mau cari beasiswa ? ” " Beasiswa ? ” " Iya . Ke luar negeri . " Acha tertawa pelan dan langsung menggelengkan kepalanya . “ Acha nggak mau kuliah di luar negeri . Acha nggak bisa tinggalin Tante - Mama sendiri . ” “ Oh , " jawab Iqbal mengerti . “ Iqbal sendiri ingin kuliah di mana ? Udah ada rencanakah ? ” tanya Acha ikut penasaran .



Belum tau , " jawab Iqbal berbohong . 400 AiBook Page number 401 " Kalau bisa kita satu kampus , ya , Iqbal . Biar Acha bisa ketemu Iqbal terus , ” pinta A Jabal tidak menjawab , hanya mengembangkan senyumnya . Dari terview singkatnya tadi , Iqbal dapat menyimpulkan bahwa ia dan cha kemungkinan akan LDR . Itu pun jika gadis itu mau . Iqbal menghentikan motornya di depan rumah Acha . Setelah selesai makan tadi , Iqbal segera mengantar gadis itu pulang . Iqbal menerima helm yang diberikan oleh Acha . “ Iqbal nggak mau mampir dulu ? ” tanya Acha menawari . “ Nggak usah . ” “ Iqbal mau belajar lagi di rumah ? ” “ Nggak . ” Acha mengangkat jempolnya , menyetujui jawaban Iqbal . “ Kalau gitu Acha masuk dulu , " pamit Acha dan segera pergi dari hadapan Iqbal . " Cha . . . , ” panggil Iqbal . Acha menghentikan langkahnya , membalikkan badan . Acha melihat Iqbal melepaskan helm , kemudian berjalan mendekatinya . “ Kenapa , Iqbal ? Masih ada yang mau Iqbal sampaikan ke Acha ? ” Iqbal diam sedikit lama . Pandangannya kosong ke depan . " Iqbal , ” panggil Acha menyadarkan pria di hadapannya itu . “ Apa ? ” kaget Iqbal . “ Iqbal mau ada yang disampaikan ke Acha ? ” tanya Acha mengulangi pertanyaannya . " Ada , ” jawab Iqbal cepat . " Apa ? ” Iqbal memberikan senyum manisnya , tangannya terulur mengacak acak rambut Acha pelan . " Semangat ujiannya besok . ” " Semangat juga buat Iqbal . ” 401 AiBook Page number 402 Tangan Iqbal bergerak turun , menyentuh pipi Acha dengan lembut Acha merasakan tubuhnya langsung menegang . Lagi - lagi jantungnya dibuat tidak keruan oleh Iqbal . Padahal , Iqbal sudah beberapa kali bersikap seperti ini , tapi tetap saja berhasil membuat Acha gugup setengah mati . Acha dapat merasakan sorot mata hangat Iqbal yang begitu dalam . “ Aku cinta kamu , Natasha . " 402 AiBook Page number 403 KEKHAWATIRAN ACHA membentur - benturkan kepalanya pelan ke meja yang ada di hadapannya . Otaknya terasa panas karena ujian pagi ini . Acha merasa sedikit kesal karena ketidaktelitiannya la salah memasukkan rumus dalam satu nomor soal fisika yang ia kerjakan tadi . Acha merasakan sebuah tangan melindungi dahinya , Acha segera mengangkat kepala dan melihat Iqbal yang sudah ada di depannya dengan membawa tas . Mereka berdua tengah berada di perpustakaan sekolah . Iqbal menaruh tasnya di atas meja dan mengambil duduk di depan Acha . " Mau minum apa ? ” “ Minuman yang pedas dan bisa buat amnesia ada nggak , Iqbal ? ” “ Salah masukin rumus lagi ? ” tebak Iqbal . Ia sudah hafal jika Acha bertingkah aneh seperti ini setelah ujian , maka gadis itu sedang kesal dengan dirinya sendiri . Entah itu karena salah menjawab , salah menghitung , atau yang lainnya . “ Iya , Iqbal , ” lirih Acha dengan bibir mewek . " Nggak apa - apa . Masih try out , ” ucap Iqbal menenangkan . “ Iya , Iqbal . Semoga waktu Ujian Nasional , Acha lebih teliti lagi . ” Iqbal menganggukkan kepalanya , mengiakan . " Mau minum apa ? ” tanya Iqbal lagi . anya Iqbal lagi . 403 AiBook



Page number 404 “ Lemon tea aja deh , " jawab Acha . " Oh , sama gorengan juga , ya , Iqbal . Acha lapar . ” " Iya . Gue beliin dulu . " Iqbal pun beranjak meninggalkan Acha sendirian di perpustakaan . Mereka hari ini akan belajar bersama lagi . Beberapa menit setelah Iqbal pergi , tiba - tiba Rian datang dengan gerak terburu buru , tangan membawa amplop coklat berukuran 20 x 15 sentimeter . “ Cha , Iqbal mana ? ” tanya Rian tak sabar . " Ke kantin beli minum , " jawab Acha . " Ini tas Iqbal , kan ? ” tanya Rian memastikan , jarinya menujuk ke arah sebuah tas di atas meja . " Iya , Rian . Itu tas Iqbal . ” " Ambilin kartu pelajar Iqbal dong , Cha . Mau gue fotokopi , disuruh Bu Nani , " pinta Rian , kedua tangannya sibuk menghitung kartu pelajar teman - teman kelasnya yang ia kumpulkan . " Acha nggak berani buka tas Iqbal . " “ Nggak apa - apa , nanti gue yang jelasin . Ambilin ya , Cha , gue lagi hitung jumlah kartu pelajarnya , udah lengkap apa belum , " mohon Rian . “ Beneran nggak apa - apa ? ” " Nggak apa - apa . Biasanya Iqbal simpen kartu pelajarnya di kotak pensilnya . Lo cari aja di situ , ” suruh Rian dengan kedua mata tetap fokus pada kartu - kartu pelajar di tangannya . Acha mengangguk menurut , ia menarik tas Iqbal dan segera membukanya . Acha menemukan banyak barang di tas Iqbal . Mulai dari buku - buku paket , buku tulis , dan sebuah sertifikat IELTS beserta brosur bergambar gedung kampus mewah dengan tulisan Bristol University yang diklip menjadi satu . Acha meneguk ludahnya , pikirannya mulai ke mana - mana ketika melihat dua benda itu . " Cha , mana ? Udah belum ? ” Acha tersadarkan , la segera mengeluarkan kotak pensil Iqbal , membukanya dan mengambil kartu pelajar milik Iqbal . " Ini , Rian , " ucap Acha memberikannya . 404 AiBook Page number 405 " Iya , Rian . ” Rian menerima dengan senang hati . “ Thanks , Cha , " ucap Rian . " Gue ke koperasi dulu , fotokopi kartu - kartu ini . ” " Iya , Rian . " Acha melihat Rian menghilang dengan cepat dari hadapannya . Vemudian , pandangannya kembali ke tas Iqbal . Acha awalnya sedikit wou namun ia memberanikan diri untuk mengeluarkan brosur dan sertifikat itu . Acha membacanya sekilas . “ Iqbal mau kuliah di Inggris - kah ? ” Acha tak ingin berlama - lama melihatnya , hatinya terasa sakit . Acha segera memasukkannya lagi ke dalam tas Iqbal dan mengembalikan tas Iqbal ke tempat semula . Tak lama kemudian , Iqbal kembali dengan membawa segelas lemon tea , sebotol air mineral , dan sebungkus gorengan yang Acha pesan . Iqbal menaruhnya di atas meja dan kembali duduk . " Makan , ” suruh Iqbal . Acha mengangguk singkat , ia segera meminum lemon tea itu sampai habis . Setelah itu , Acha membereskan buku - buku yang sebelumnya sudah ia keluarkan . Acha memasukkannya kembali ke dalam tas . " Mau ke mana ? ” tanya Iqbal . " Pulang . Acha capek , " jawab Acha tanpa menatap Iqbal . Iqbal menatap Acha heran . Padahal beberapa menit yang lalu gadis ini yang semangat mengajaknya belajar bersama di perpustakaan sekolah . “ Mau belajar di rumah ? ” tanya Iqbal . " Iya . " “ Ayo gue anter pulang . ” Acha menganggukkan kepalanya , menurut saja . Mereka berdua tidak jadi belajar



bersama dan memilih pulang . Entah kenapa , setelah melihat brosur di tas Iqbal tadi , fokus Acha hilang . Pikirannya ke mana - mana . Acha sedang tidak ingin belajar . 405 AiBook Page number 406 Acha turun dari motor Iqbal , memberikan helm yang dipakainya kepada Iqbal . Acha merapikan rambutnya sebentar . Acha melihat ke arah Iqbal , pria itu tengah sibuk mengaitkan helmnya . Acha masih terus memikirkan brosur tadi . Acha ingin bertanya , tapi tak berani . Apa Iqbal sengaja menyembunyikannya dari Acha ? " Iqbal , ” panggil Acha . " Iya ? ” “ Mm . . . Ada yang mau Iqbal kasih tau nggak ke Acha ? ” “ Maksudnya ? ” bingung Iqbal . “ Ya , apa gitu . Iqbal mau ngasih tau sesuatu yang mungkin Iqbal sembunyikan dari Acha , ” jelas Acha hati - hati . Iqbal menggelengkan kepala . Ekspresi wajahnya masih terlihat datar dan biasa saja . Seolah tidak ada apa pun . “ Nggak ada . " “ Beneran ? ” " Iya . ” “ Ya udah kalau emang nggak ada . ” Acha berusaha mempertahankan senyumnya . “ Acha masuk dulu , ya , ” pamit Acha . " Iya . " Mereka berdua berpisah saat itu juga . Acha masuk ke dalam rumahnya dan Iqbal pun melajukan motornya untuk pulang . Acha berusaha melupakan masalah di perpustakaan tadi , la mencoba fokus untuk belajar sedari sore sampai malam . Namun , tetap saja Acha terus memikirkannya tanpa henti . Acha melihat jam dinding kamarnya , waktu menunjukkan pukul dua belas malam dan dirinya masih terjaga . Acha merasakan kepalanya panas dan pusing karena sedari tadi ia memaksakan diri untuk belajar dan belajar . 406 AiBook Page number 407 Acha meraih ponselnya , tak ada notifikasi apa pun . Iqbal tidak nohubunginya lagi . “ Apa Iqbal bakalan ninggalin Acha ? ” Acha menaruh kembali ponselnya di atas meja . Acha terdiam sebentar , merasa hidungnya panas dan seperti ada sesuatu yang mengalir . who perlahan menundukkan kepala , dan benar saja , tetesan darah beriatuh dan membasahi baju tidurnya . “ Ya ampun , Acha mimisan lagi , ” lirih Acha segera mengambil tisu sebanyak banyaknya , berusaha untuk menghentikan mimisannya . Acha bangkit dari kursi , berjalan keluar kamar untuk mencari mamanya . Acha berjalan dengan langkah lemas . Ia tiba - tiba merasa pusing . “ Tante - Mama ! ” panggil Acha sedikit berteriak . Acha berharap mamanya masih terjaga . Acha menggedor - gedor kamar Kirana . “ Tante - Mama , Acha mimisan , " rintih Acha . Tak perlu menunggu lama , pintu kamar Kirana akhirnya terbuka . Keluarlah sosok wanita cantik dengan wajah yang masih memakai masker topeng . “ Natasha , kamu kenapa ? ” panik Kirana melihat putrinya menutupi hidung dengan tisu penuh warna merah . “ Acha mimisan . Acha lemes banget , " adu Acha . Kirana segera melepaskan masker topeng dari wajahnya . Ia mulai panik sendiri . “ Kamu sebulan ini belum check - up ke rumah sakit ? ” " Belum , Tante - Mama . Acha terlalu fokus sama ujian . " “ Kita ke rumah sakit sekarang . Mama ambil dompet dan kunci mobil dulu . ” " Iya , Tante - Mama , ” balas Acha menurut . Ia semakin pusing . Kirana membantu Acha berjalan keluar rumah sampai ke dalam mobil . Keduanya masih memakai piama tidur . 407 AiBook



Page number 408 Kirana buru - buru menjalankan mobilnya , menuju ke rumah sakit terdekat tempat biasanya Acha check - up . Sepanjang perjalanan , Acha terus merintih dan Kirana terus berda agar putrinya tidak apa - apa . Kirana juga sedikit mengomeli putrinya karena terlalu memaksakan diri untuk terus belajar . Acha langsung masuk UGD , dokter menyarankan Acha untuk diopname beberapa hari . Acha mengalami kelelahan dan harus diinfus . Acha butuh istirahat dan menenangkan diri . Kirana menemani putrinya yang dipindahkan ke kamar rawat di lantai dua . Kirana tidak tega melihat wajah pucat Acha . Padahal , sore tadi ketika dirinya membawakan Acha makan malam , gadis itu masih baik - baik saja . Apa yang dipikirkan putrinya sampai drop seperti ini ? 408 AiBook Page number 409 CEPAT SEMBUH , CANTIK IQBAL baru mendapatkan kabar Acha dilarikan ke rumah sakit ketika istirahat jam pertama . Acha meneleponnya , untung saja saat itu Iqbal yang sedang berada membawa ponsel dan bisa menerima panggilan dari Acha . Dan , Iqbal memutuskan menjenguk Acha sepulang sekolah . Iqbal meminta izin ke Pak Bambang selaku penanggung jawab kelas bimbingan tambahan untuk tidak mengikuti kelas bimbingan tersebut hari ini . Untung saja Pak Bambang memberikan izin . Iqbal pun segera menuju ke rumah sakit untuk menjenguk Acha . Kamar 408 . Iqbal perlahan membuka pintu kamar rawat tersebut . Iqbal melihat dengan jelas sosok gadis cantik dengan wajah pucatnya terbaring lemah di atas kasur . Gadis itu tengah berbincang dengan mamanya . “ Iqbal . . . , ” panggil Acha mengetahui keberadaan Iqbal . Iqbal melihat gadis itu berusaha tersenyum , menyambutnya . “ Masuk , Iqbal , ” suruh Acha . Iqbal menganggukkan kepala dan berjalan masuk ke dalam . 409 AiBook Page number 410 Kirana membalikkan tubuhnya . Wanita cantik itu pun menyambut Iqbal dengan ramah . “ Siang , Tante , " sapa Iqbal sopan , ia menyalami Kirana . “ Siang juga , Iqbal . Lama nggak ketemu tambah cakep aja , ” goda Kirana . Iqbal membalas dengan sebuah senyuman tipis . “ Ya udah kalau gitu Mama tinggal ambil beberapa baju kamu di rumah , ya . Kan udah ada Iqbal , ” ucap Kirana kepada Acha . “ Nggak apa - apa , kan , Iqbal kalau Tante nitip Acha sebentar ? ” lanjutnya menanyai Iqbal . “ Iya , Tante , nggak apa - apa , " jawab Iqbal . Kirana mendekati Acha , menatap putrinya penuh sayang . " Nggak apa - apa , kan , Mama tinggal ? ” " Iya , tapi jangan lama - lama . ” “ Iya , Sayang . ” Kirana mencium kening Acha sebentar , setelah itu ia pamit meninggalkan mereka berdua . Sepeninggal Kirana , keadaan di kamar rawat Acha tiba - tiba hening . Iqbal berjalan mendekat , mengambil kursi di dekat kasur Acha . “ Iqbal kabur dari kelas bimbingan tambahan ? Bolos ? ” tanya Acha memecah keheningan . Iqbal menggelengkan kepala . “ Gue izin . Sakit apa ? " tanya Iqbal , ia menaruh tasnya di bawah . “ Sakit hati , ” jawab Acha dengan suara masih lemah . " Sakit hati ? Hepatitis ? ” “ Lucu ? ” NYA “ Nggak . ” TH I S Acha mendengus pelan . Ia terdiam sebentar , ia dibuat teringat kembali dengan brosur yang ada di tas Iqbal . Acha menghela napas dengan berat . Dadanya kembali sesak .



Kenapa ? ” tanya Iqbal , melihat raut wajah Acha yang seketika berubah . " Acha takut . " " Takut ? " 410 AiBook Page number 411 " Iya . ” " Takut apa ? ” “ Iqbal pergi ninggalin Acha , " jawab Acha , mengungkapkan kekhawatirannya . Kini giliran Iqbal yang dibuat terdiam . Ia memandangi wajah pucat Acha , mencoba membaca pikiran gadis itu . Kenapa Acha tiba - tiba berkata seperti itu ? “ Acha kemarin buka tas Iqbal , Rian yang suruh ambil kartu pelajar Iqbal , terus Acha nggak sengaja nemuin sertifikat dan brosur Bristol University , ” ucap Acha menceritakannya . Acha tak bisa menahannya lagi , ia butuh penjelasan . Raut Iqbal langsung berubah seperti orang yang tertangkap basah menyembunyikan sesuatu . Iqbal tak setenang biasanya . . " Iqbal mau lanjut kuliah di luar negeri ? ” tanya Acha lirih . Kedua mata Acha mulai memanas . Iqbal diam , tak menjawab . Mungkin lebih tepatnya dia tak berani menjawab . " Jawab Acha , " decak Acha . Kedua matanya bekaca - kaca . Acha menggigit bibir bawahnya , Iqbal tetap tak mau menjawab pertanyaannya , dan itu menandakan bahwa jawaban dari pertanyaan Acha adalah ' Ya . “ Jangan tinggalin Acha , " pinta Acha , la masih berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh . “ Gue nggak akan ninggalin lo , Cha , ” suara Iqbal akhirnya terdengar . Pria itu tersenyum untuk Acha . “ Bohong . Terus yang Acha temuin di tas Iqbal itu apa ? Iqbal beneran mau kuliah di Inggris , kan ? ” Iqbal tak bisa mengelak lagi . Sekarang ataupun nanti , ia tetap harus memberi tahu Acha . Iqbal menganggukkan kepalanya . " Gue masih berencana , Cha . Belum pasti juga , " jawab Iqbal . Akhirnya air mata Acha terjatuh ketika mendengar jawaban Iqbal seperti itu . Belum pasti tentu saja bisa menjadi pasti . Bagi Acha sama saja . Acha tak bisa menahan isakannya yang mulai keluar dari bibirnya . 411 AiBook Page number 412 “ Jangan nangis , " pinta Iqbal . “ Nggak bisa . Acha takut Iqbal ninggalin Acha . " Iqbal dibuat bingung , apa yang harus ia lakukan . Tangisan Acha semakin deras . Gadis itu tak bisa menghentikan air matanya . Iqbal meraih tangan Acha , menggenggamnya erat . " Gue belum daftar atau apa pun , Cha . Itu baru rencana aja . Gue juga belum tentu diterima di sana , kan ? ” Iqbal berusaha membujuk Acha . " Kalau diterima , gimana ? Iqbal itu cerdas banget . Semua pelajaran Iqbal bisa . Nggak mungkin Iqbal nggak diterima , ” protes Acha . “ Kita bisa hubungan jarak jauh , Cha , gue ba . . . . " Dengan cepat Acha melepaskan tangannya yang digenggam Iqbal . “ Acha nggak bisa LDR , Acha nggak mau LDR , ” tolak Acha . " Kenapa ? " tanya Iqbal terkejut sekaligus bingung dengan jawaban Acha . " Orang yang hubungan jarak jauh itu cepat putus . Yang beda kota aja bisa putus , gimana beda negara ? ” cerca Acha . “ Acha nggak bakalan tau Iqbal ngapain aja di sana , Acha nggak bisa ketemu Iqbal juga . Gimana kalau Acha kangen sama Iqbal ? Acha nggak mau menderita gara - gara hubungan jarak jauh . " “ Gue bisa pulang kalau liburan . " b y “ Acha nggak mau ! ” Iqbal terdiam , bertambah bingung harus membujuk Acha bagaimana lagi . Gadis itu masih saja menangis dan itu karena dia . “ Lo nggak mau cari beasiswa di Inggris ? ” “ Nggak ! " " Kita bisa kuliah bareng - bareng di sana , Cha . ” Acha ingat sekarang . Iqbal pernah bertanya seperti ini ketika di perpustakaan



beberapa hari yang lalu . Acha sadar sekarang maksud dari pertanyaan itu . Acha menatap Iqbal dengan sendu . “ Kan Acha udah jawab kemarin . Acha nggak bisa kuliah di luar negeri . Jangankan luar negeri , luar kota pun Acha nggak bisa . Acha nggak mau ninggalin Tante - Mama . Acha nggak bisa pisah dari Tante - Mama . " 412 AiBook Page number 413 berdua semakin Jabal mendinginkan otaknya . Kenapa perbincangan mereka semakin rumit seperti ini . Padahal , Iqbal sendiri pun masih melakukan apa pun untuk rencananya ke luar negeri , yang menurutnya masih lama . “ Cha . . . . ” panggil Iqbal lembut . Iqbal kembali meraih tangan Acha dan menggenggamnya . Acha tak menjawab . Ia masih sibuk meredakan isakannya . " Gue masih belum pasti kuliah di Inggris . Jadi kita pikirkan lagi lain kali , ya . ” Iqbal membujuk Acha baik - baik . Acha menatap Iqbal lebih dalam , dengan kedua mata yang sudah sembap . “ Jangan tinggalin Acha , ” pinta Acha benar - benar penuh harap “ Iya . Gue nggak akan ninggalin lo , " balas Iqbal , untuk sekarang yang ia pikirkan adalah menenangkan Acha agar tidak menangis lagi . “ Beneran ? Janji ? ” “ Iya . Jangan nangis lagi . ” Acha menganggukkan kepalanya seperti anak kecil , tangannya segera mengusap bercak air mata di kedua pipinya . " Ambilin kaca di atas laci , ” pinta Acha yang akhirnya bisa berhenti menangis . Iqbal segera mengambilkan kaca yang dimaksud oleh Acha dan memberikannya . “ Ya ampun , wajah Acha yang cantik sejak di embrio , kok , jadi mirip zombie gini , ” gerutu Acha menatap pantulan wajahnya di kaca . Acha menoleh ke arah Iqbal , menatap pria itu tajam . " Acha masih cantik nggak ? ” tanya Acha mendesak . “ Masih . " “ Jangan bohong . " " Gue nggak bohong . " “ Beneran Acha masih cantik ? ” Th o “ Berhenti ngomong , Cha , lo masih sakit . ” " Jawab dulu , Acha beneran masih cantik , kan ? ” " lya , Natasha . ” Acha tersenyum mendengarnya . Iqbal pun dibuat ikut tersenyum . Iqbal melega , akhirnya gadis itu bisa tersenyum lagi . Benar kata 413 AiBook Page number 414 Amanda , membuat Acha tersenyum sangatlah mudan , seolah tidak ada benci di dalam hatinya . “ Iqbal , ” panggil Acha lagi . " Kenapa ? ” “ Iqbal ke sini bawa apa ? ” tanya Acha , tak melihat Iqbal membawa apa pun , hanya tasnya saja . Iqbal terbungkam , menggaruk - garuk kepalanya yang tak gatal . Jujur , ia tidak terpikirkan hal itu . Sepulang sekolah tadi ia cepat - cepat ke rumah sakit untuk melihat kondisi Acha . Hanya gadis itu yang dipikirannya sejak di sekolah . “ Maaf , gue langsung ke sini , nggak kepikiran bawa apa pun , " jujur Iqbal . " Yah . . . Acha kira Iqbal bawa boneka sapi buat Acha , ” lirih Acha sok sedih . “ Boneka lo udah banyak , Cha . ” “ Kata siapa ? Masih sedikit . Iqbal jangan sok tau . ” “ Emang lo mau punya berapa banyak ? ” " Sebanyak - banyaknya ! Sampai Acha bisa buat negara sapi . ” “ Hm , lo presidennya , " cibir Iqbal dengan nada menggerutu agar tak terdengar oleh Acha . “ Iqbal bilang apa barusan ? " " Nggak ada . " Acha mendecak pelan , padahal ia yakin Iqbal berbicara sesuatu tadi . " Udahan , ya , " ucap Acha tiba - tiba . . " Apanya ? ” bingung Iqbal . “ Ngomongnya . Acha capek dari tadi Iqbal ajak ngobrol terus . Acha kan lagi sakit . ”



Iqbal mengumpat dalam hati , berusaha untuk sabar . Untung saja gadis yang terbaring di hadapannya ini adalah pacarnya . Sabar Iqbal , yang penting sayang . “ Iya . Cepet tidur , " balas Iqbal mengalah dan pasrah . “ Tapi Iqbal di sini aja , tungguin Acha . Jangan ke mana - mana . ” " Iya . " 414 AiBook Page number 415 Acha menutup kedua matanya perlahan , mengistirahatkan tubuhnya . Whirnya , keresahan Acha sedikit berkurang . Hatinya tak lagi segalau malam . Kehadiran Iqbal mengembalikan beberapa energinya yang empat hilang . Iqbal memandangi Acha yang tampak mulai terlelap . “ Iqbal ! ” Iqbal langsung terpelonjat kaget . Acha tiba - tiba membuka matanya dan langsung meneriaki namanya . “ Apa ? ” Acha memandang Iqbal dengan tatapan menyelidik . “ Iqbal nggak boleh diem - diem cium Acha , ya . Mentang - mentang Acha tidur dan nggak tau apa - apa , terus Iqbal punya pikiran kayak gitu . ” Iqbal melongo sekaligus bingung . Sepertinya otak gadis ini lebih sakit daripada tubuhnya . “ Lo kebanyakan nonton Dora ? ” “ Acha nggak pernah nonton Dora . Acha sukanya nonton Spongebob . " " Udah sana tidur , " suruh Iqbal hampir kehabisan kesabaran . " Tapi beneran , ya , Iqbal nggak boleh cium Acha ! ” peringat Acha . “ Nggak akan . ” “ Kok nggak ? Kenapa ? ” tanya Acha dengan polosnya . Deretan gigi Iqbal mulai menggertak , emosinya ingin meluap di kepalanya . Namun , Iqbal memaksakan senyum , mempertahankan batas sabarnya yang ingin menerobos . Iqbal mengacak - acak puncak kepala Acha . “ Tidur , Natasha , ” suruh Iqbal lembut . " Iya , Iqbal , Acha tidur , " balas Acha menurut kali ini . Acha pun memejamkan kembali kedua matanya . Iqbal menunggu Acha sampai benar benar terlelap dan tidak berulah kembali . Iqbal memperhatikan Acha lekat , kedua matanya tak lelah memandangi setiap lekukan paras cantik Acha . Iqbal tersenyum sekaligus bersyukur dalam hati . Ia lega melihat Acha baik - baik saja . " Cepat sembuh , cantik . ” 415 AiBook Page number 416 APAKAH INI PETUNJUK ? SELAMA beberapa minggu , Iqbal berpikir keras mengenai impiannya untuk melanjutkan studi sarjananya di Inggris . Bagi Iqbal , terlalu tidak masuk akal jika ia harus merelakan impiannya hanya demi seorang perempuan . Namun , tidak bisa dimungkiri . Terkadang cinta bisa membuat segala hal menjadi tidak masuk akal dan tidak bisa diterima oleh pikiran orang normal , apalagi jomlo yang hatinya karatan tujuh abad dan tak memiliki hati tempat bersinggah . Eaaa . Cinta bisa mengubah semuanya . Cinta bisa melakukan apa pun . Apa buktinya ? Orang patah hati bisa bunuh diri . Orang ditinggal selingkuh bisa nekat membunuh selingkuhannya . Orang bisa menangis di pernikahan mantan dan tiba tiba bawa kabur kotak amplop . Jadi , bukan tidak mungkin Iqbal rela untuk mengurungkan keinginannya melanjutkan studi di Inggris hanya karena Acha . Cinta sungguh aneh . Akan tetapi , seorang Iqbal masih bisa berpikir jernih . Logikanya masih bisa dikendalikan , tidak buta akan yang namanya cinta . Itu logika seorang Iqbal untuk sekarang , tidak tahu jika besok hujan dan logika Iqbal berubah , dikalahkan oleh perasaan cintanya untuk Acha . 416 AiBook Page number 417 penuh kem Jabal melempar stick PS - nya . Ia terus - terusan kalah bermain dengan nak



sulungnya . Iqbal menoleh ke arah Ando , pria itu tertawa puas ih kemenangan . " Tumben main lo jelek ? ” tanya Ando heran . “ Entahlah , " serah Iqbal . “ Banyak pikiran ? Migrain ? Apa otak encok ? " SA “ Kebanyakan belajar , ” jawab Iqbal asal . Ando tertawa sinis , tidak percaya dengan pernyataan adiknya . Ando berusaha menebak . “ Lo masih pacaran sama Acha ? ” ledek Ando . Iqbal berusaha mengembangkan senyumnya , kembali menatap kakaknya . “ Kak Ando masih aja nyari pacar ? ” ledek Iqbal balik . Ando mendesis kesal . “ Ditanya kok tanya balik . Kebiasaan ! ” sindir Ando , “ Ditanya balik kok selalu bilang kebiasaan . Kebiasaan ! ” balas Iqbal tak mau kalah . Kini giliran Ando yang melempar stick Play Station , mendadak dibuat emosi dengan perkataan adik bungsunya yang selalu membuat kepalanya meledak - ledak . “ Lo jadi lanjut studi di Inggris ? ” tanya Ando kembali serius . " Mungkin . " “ Mungkin apa nih ? Iya atau nggak ? " “ Entahlah . " " Kalau jadi , lo sama Acha LDR dong ? Apa Acha juga mau ikut kuliah di Inggris ? " tanya Ando penasaran dengan hubungan percintaan sang adik . " Dia nggak mau LDR , ” jawab Iqbal . Ando tertegun , sedikit kaget mendengarnya . “ Lo sama Acha nanti putus dong ? ” “ Mungkin , ” jawab Iqbal dengan nada hampa . Ando mengangguk - anggukkan kepala mengerti . Senyum Ando mengembang lebar . " Kalau lo putus sama Acha , status Acha jadi jomlo dong ? ” tanya Ando semangat . “ Nggak mungkin janda , kan ? ” balas Iqbal sengit . 417 AiBook Page number 418 " Ya , nggak mungkin , Bal ! ” gemas Ando kembali dibuat emosi oleh Iqbal . “ Susah ngomong sama orang pinter . " Iqbal menepuk pundak Ando . “ Gue juga susah ngomong sama orang kurang pinter . ” Ando mengambil bantal dan bersiap melempar adiknya . Namun , Iqbal sudah duluan kabur dari hadapannya dengan gerakan sangat cepat . Ando geleng - geleng , mengelus dadanya untuk sabar . " Pada sore hari , rumah Iqbal dibuat heboh karena papanya yang tiba - tiba merintih kesakitan sembari memegangi dadanya . Iqbal dan Ify yang sedang berada di ruang tengah langsung menghampiri papanya yang ambruk di teras rumah . " Pa , kenapa ? Jantung Papa kambuh lagi ? ” tanya Ify khawatir . " I . . . iya . . . , " jawab Mr . Bov terbata - bata . Ify menoleh ke Iqbal yang tengah sibuk menyeret kursi teras agar papanya bisa bersandar di sana . “ Bal , cepet ambil kunci mobil Papa . Kita bawa Papa ke rumah sakit , " suruh Ify . " Iya , Kak , ” jawab Iqbal dan segera menjalankan perintah Ify . Ify dan Iqbal pun segera membawa Mr . Bov ke rumah sakit . Mereka berdua sangat cemas dengan kondisi papanya yang mulai sakit - sakitan sejak sebulan yang lalu . Maklum saja , umur Mr . Bov sudah akan menginjak 60 tahun . Mr . Bov langsung dibawa ke UGD untuk segera ditangani . Selama perjalanan menuju rumah sakit , Ify menghubungi dokter spesialis jantung yang sudah merawat papanya selama dua bulan terakhir . Maka tak heran , ketika Mr . Bov sampai di rumah sakit , dokter yang menangani langsung bertindak cepat dan memberikan pertolongan . 418 AiBook Page number 419 “ Lo ke bagian administrasi , urus semua pendaftaran , ” suruh Ify menyerahkan dompetnya kepada Iqbal . " Iya , Kak . ” Jabal berjalan keluar dari UGD . Namun , ketika ia sudah berada di depan pintu , seorang anak laki - laki mencegatnya . Iqbal membalikkan hadan , melihat anak laki - laki yang menatapnya dengan kedua mata basah dan sembap . Iqbal terdiam dan bingung . Siapa anak ini ? Apakah dia tersesat dan mencari orangtuanya ? Iqbal dapat memperkirakan umur anak laki - laki ini sekitar 9 atau 10



tahunan . “ Kakak baru datang , ya ? ” tanya anak laki - laki itu dengan sopan . " Iya , ” jawab Iqbal apa adanya . “ Kakak pasti orang kaya , ya ? ” Iqbal diam . Semakin tidak mengerti maksud dari anak ini . " Enak , ya , orang kaya dan punya uang . Kalau sakit langsung dilayani , cepet lagi . ” Iqbal perlahan mulai mengerti arah pembicaraan anak ini . “ Ayahku di sini dari dua jam yang lalu , tapi belum ada dokter yang datang , cuma diperiksa sebentar tadi . Padahal Ayahku terus merintih kesakitan , " ceritanya dengan wajah sedih . " Tolong Ayahku , Kak , " pintanya memohon . . Iqbal melihat anak laki - laki itu menangis , tatapannya sangat berharap kepadanya . “ Di mana ayah kamu ? ” tanya Iqbal . " Itu ayahku . ” Anak laki - laki tersebut menarik tangan Iqbal , mengajak Iqbal menuju bilik kasur di mana tempat ayahnya berada . Iqbal mematung di tempat , anak kecil itu tidak berbohong . Iqbal melihat jelas seorang pria paruh baya , mungkin seumuran dengan papanya , sedang memegangi dadanya dengan mulut tak berhenti membaca doa . “ Tolong ayahku . Aku udah nggak punya Ibu . ” Iqbal menoleh ke samping , melihat anak kecil itu masih menangis . Entah kenapa ia seperti melihat bayangannya sendiri dalam versi kecil . 419 . AiBook Page number 420 Anak ini seperti dirinya . Hanya memiliki sosok Ayah yang sangat dicintai . Iqbal membalikkan badan , melihat ke arah bilik papanya , di mana di sana sangat ramai . Dua dokter dan dua perawat tengah berjuang menyelamatkan papanya . Sementara anak di sampingnya ini ? “ Tolong , Kak . ” Iqbal menganggukkan kepalanya , ia berjongkok di sebelah anak kecil tersebut . Iqbal menghapus air mata anak kecil itu . “ Jangan nangis . Ayahmu pasti baik baik aja . ” “ Kakak mau bantu ? ” " Iya . Aku akan bantu kamu . " Anak laki - laki itu langsung memeluk Iqbal dengan erat . " Terima kasih banyak , Kak . ” Iqbal menepuk - nepuk pelan punggung anak tersebut . Iqbal tersenyum senang , rasanya begitu aneh namun menakjubkan . Apakah ia tengah menolong nyawa seseorang ? Iqbal melepaskan pelukan anak kecil itu . “ Tunggu di sini . Aku akan panggilkan dokter untuk Ayah kamu . ” " Iya , Kak . Sekali lagi terima kasih banyak . ” " Iya . " Iqbal pergi meninggalkan anak kecil itu sebentar , ia kembali berjalan ke arah kakaknya yang terlihat tenang dan sudah tak panik seperti tadi . “ Kak , ” panggil Iqbal . Ify langsung menoleh . " Udah lo urus semuanya ? " “ Papa udah nggak apa - apa ? ” tanya Iqbal tanpa menjawab pertanyaan Ify . “ Alhamdulillah , Papa nggak apa - apa . Tapi , Papa harus diopname beberapa hari di sini . ” " Syukurlah . ” Iqbal bernapas lega , senang mendengarnya . " Lo bisa bantuin gue ? ” " Apa ? ” Iqbal menunjuk ke arah anak kecil yang ia temui barusan . Ify pun mengikuti arah tunjuk dari jari adiknya . 420 AiBook Page number 421 “ Anak kecil itu , Ayahnya dari dua jam lalu belum ditangani water . Dia nangis minta tolong ke gue , " jelas Iqbal . " Lo bisa minta Dokter Andi periksa Ayah anak itu ? ” Ifu menganggukkan kepalanya dengan cepat , menyetujui permintaan whal . " Oke . Gue



akan bilang ke Dokter Andi habis ini . ” " Thanks . ” Ify mengembangkan senyumnya , mengacak - acak kepala Iqbal seolah bangga dengan sikap dan perbuatan adiknya . “ Ayah anak kecil itu biar gue yang urus . Lo ke bagian pendaftaran sekarang . Biar Papa bisa segera dipindahkan ke ruang rawat . ” “ Oke . " Iqbal pun kembali berjalan keluar UGD . Ia menyerahkan semuanya kepada Ify yang Iqbal pastikan dapat melakukan permintaannya dengan sangat baik . Iqbal kembali ke ruang UGD setelah menyelesaikan semua pendaftaran . Untuk kedua kalinya langkahnya dicegat di pintu UGD oleh anak laki - laki tadi . Iqbal menatap anak itu yang sudah tak menangis lagi , bahkan bibirnya sudah bisa tersenyum . “ Ini ambil , ” ucap anak laki - laki itu menyodorkan sebuah kancing baju berwarna merah . “ Apa ? " “ Bayaranku . ” “ Bayaran ? ” bingung Iqbal . " Iya . Bayaranku karena Kakak udah sembuhin Ayahku . Ayahku akan dioperasi malam ini , dan dia bisa sehat lagi . " " Syukurlah . ” “ Terima kancingnya . Ini kancing baju kesayanganku . ” Iqbal tersenyum kecil dan menerimanya . “ Terima kasih udah mau bantu dan biayai operasi Ayahku . ” " Biayai ? " 421 AiBook Page number 422 Anak kecil itu tiba - tiba menunjuk ke arah Ify yang sedari tadi memperhatikan dari jauh . Iqbal menatap Ify yang tersenyum ke arahnya . “ Kata kakak cantik itu , Kakak yang akan membiayai semua operasi Ayahku . Terima kasih banyak . ” Iqbal membalas senyum Ify . Apa Iqbal bilang tadi . Kakaknya akan melakukan permintaannya dengan sangat baik , bahkan melebihi ekspektasinya . “ Sama - sama . Semoga Ayahmu cepat sembuh , ” ucap Iqbal kembali memandang anak kecil di hadapannya itu . “ Andai semua dokter seperti Kakak . Pasti semua pasien bisa sembuh dan sehat lagi . ” Iqbal tertegun mendengar perkataan dari anak kecil itu . Hatinya terasa aneh , seperti ada getaran yang membuat Iqal terenyuh mendengarnya . " Sekali lagi makasih banyak udah nyelametin Ayahku . ” “ Sama - sama . ” Setelah itu , anak kecil tersebut berlari kembali menghampiri Ayahnya dengan senyum dan tatapan penuh semangat . Sangat berbeda dengan yang Iqbal lihat beberapa menit lalu . Iqbal tak bisa menahan senyumnya untuk mengembang lagi . Perkataan anak laki - laki itu membuatnya merasa bangga dengan dirinya sendiri . “ Gue udah selamatkan nyawa orang ? ” lirih Iqbal kepada dirinya sendiri . Ify melipat kedua tangannya di depan dada . Ia melihat adiknya yang sedari tadi sibuk mewawancarai Dokter Andi sampai dokter itu mulai kelelahan . " Setelah dioperasi , apakah jantungnya masih bisa bocor lagi , Dok ? ” " Bisa , Iqbal , oleh karena itu harus selalu hati - hati . " " Kalau bocor lagi bisa dioperasi lagi , Dok ? Atau harus transplantasi jantung ? " 422 AiBook Page number 423 Ify tertawa pelan , mendengar pertanyaan berbondong yang keluar dari bibir Iqbal . Ify merasa Iqbal memiliki suatu hal baru yang disukai . “ Udah , Iqbal , kasihan Dokter Andi , ” ucap Mr . Bov dengan suara lemah . Iqbal pun terpaksa menghentikan pertanyaannya . Walaupun ia masih sangat penasaran . “ Tidak apa - apa . Saya malah senang ditanyai secara kritis seperti ini . Jarang sekali anak SMA bertanya dengan penuh semangat seperti ini , " timpal Dokter Andi sembari tertawa renyah . “ Maaf , Dok , " ucap Iqbal tidak enak sendiri . Dokter Andi menggelengkan kepala , menepuk pelan bahu Iqbal . " Kalau rasa penasaranmu begitu besar dengan jantung Papa kamu . Kenapa kamu tidak masuk



Kedokteran aja ? Banyak hal yang menyenangkan . ” " Dia nggak mau jadi dokter . Dia mau pergi ke luar angksa , Dok , " celetuk Ify . “ Keluar angksa ? Jadi astronaut ? ” tebak Dokter Andi takjub dengan impian Iqbal . “ Bukan , jadi alien , Dok , " jawab Ify lagi dengan cepat . Iqbal melirik kakaknya tajam . Selalu saja kakaknya itu mempermalukannya di depan orang - orang . Sementara Mr . Bov dan Dokter Andi tertawa mendengar perkataan Ify . Dokter Andi tersenyum ke arah Iqbal , menyorot dalam mata Iqbal . Dokter Andi dapat melihat ketulusan , kebaikan dan kesuksesan di sana . “ Iqbal , ” panggil Dokter Andi . " Iya , Dok ? " . " Apa pun yang kamu pilih , apa pun yang kamu jalani nantinya , tujuannya jangan untuk membahagiakan diri kamu sendiri . Kalau bisa untuk membahagiakan orang lain juga , ” pesan Dokter Andi . “ Jadi manusia yang bermanfaat untuk orang banyak . ” Iqbal langsung terdiam , mencerna baik - baik perkataan dari Dokter Andi yang terdengar begitu dalam dan memiliki banyak makna . Iqbal sampai tidak sadar jika Dokter Andi sudah pergi dari hadapannya . “ Manusia yang bermanfaat untuk orang banyak ? " 423 AiBook Page number 424 Ify pamit pulang untuk mengambil beberapa baju . Ia berpesan kepada Iqbal untuk menjaga papanya . Iqbal menutup buku Fisiologi Jantung yang dipinjami oleh Dokter Andi untuknya . Iqbal sudah membacanya setengah dan banyak hal baru yang Iqbal pelajari di sana . Iqbal merasa ingin terus membacanya lagi dan lagi . Iqbal menaruh buku tersebut di atas meja , ia berniat meneruskan membacanya besok pagi . Kedua mata Iqbal kini mengarah ke papanya yang sudah tertidur lelap . Iqbal berdiri kemudian berjalan mendekati papanya dengan langkah pelan . Iqbal berdiri di samping tubuh papanya . Ia menatap wajah sang Papa dengan sangat lekat . Iqbal baru menyadari bahwa papanya sudah semakin tua dan tergambar kesendirian di sana . Ya , sejak meninggalnya sang Mama , Mr . Bov tidak berniat untuk menikah lagi . Membiayai dan mengurus ketiga anaknya sendiri . Bukan hanya itu , Iqbal juga dapat melihat beban besar dan kelelahan yang coba disembunyikan oleh sang Papa . Nyatanya , setiap kali Iqbal pulang sekolah ataupun bangun tidur , yang ia temukan adalah sosok papanya yang selalu tersenyum , tertawa , dan bersemangat . “ Pasti sangat lelah dan sakit . ” Ketika melihat papanya merintih kesakitan seperti tadi , Iqbal dapat merasakan papanya benar - benar kesakitan dan Iqbal tidak tega melihatnya . " Maafin Iqbal , ya , Pa . Iqbal belum bisa balas semua kebaikan dan perjuangan Papa . Iqbal akan selalu mencoba jadi yang terbaik , seperti yang Papa inginkan . ” “ Iqbal akan menjadi anak yang membanggakan untuk Papa . " Iqbal menghela napasnya . Ia terdiam sejenak , otaknya berpikir keras . Tiba - tiba sesuatu sangat mengganggunya . “ Kalau gue beneran kuliah di Inggris , siapa yang jagain Papa ? ” tanyanya kepada diri sendiri . “ Siapa yang akan rawat Papa kalau Papa sakit ? ” 424 AiBook Page number 425 Lagi - lagi Iqbal dibuat bimbang . Ia dipaksa untuk berpikir dua dan mempertimbangkan semua keputusannya untuk kuliah di luar negeri . Iqbal merasa dia harus memikirkannya baik - baik sekali lagi . Ia harus mempertimbangkan berbagai aspek yang akan dihadapinya jika tap memutuskan untuk kuliah di Inggris . 425 AiBook Page number 426 PEMILIHAN JURUSAN



PAGI ini , Iqbal menjemput Acha untuk berangkat ke sekolah bersama . Iqbal melihat Acha keluar dari rumahnya dengan senyum ceria . Iqbal lega melihat kondisi Acha sudah jauh lebih baik daripada beberapa minggu lalu ketika jatuh sakit . “ Pagi , pacarnya Acha , " sapa Acha penuh semangat . " Pagi , " balas Iqbal seadanya . Iqbal memberikan helm yang sedari tadi dipeganginya kepada Acha . “ Papa Iqbal udah sembuh ? ” tanya Acha , ia mendengar kabar bahwa Papa Iqbal masuk rumah sakit beberapa hari yang lalu . “ Lumayan membaik . ” " Maafin Acha , ya , nggak bisa jenguk . Tante - Mama masih ngelarang Acha keluar dulu selama dua minggu kemarin . ” " Iya , nggak apa - apa . ” " Sampaikan salam Acha untuk calon mertua Acha , ya , bilangin cepat sembuh dan sehat terus . ” Iqbal tersenyum mendengarnya . " Iya . ” . " Ayo kita berangkat , nanti telat , ” ajak Acha langsung naik ke atas motor Iqbal . Iqbal menganggukkan kepalanya , ia pun segera melajukan motornya menuju sekolah . 426 AiBook Page number 427 Semua anak kelas XII SMA Arwana mulai melakukan konsultasi muru BK mengenai jurusan apa yang akan mereka pilih jika ingin lanjutkan kuliah , atau apa yang akan mereka lakukan jika tidak melanjutkan kuliah . Rian membagikan formulir yang harus diisi oleh teman - teman di kelasnya . Formulir tersebut berasal dari Bu Nani yang merupakan kepala guru BK . “ Cepet isi , ” suruh Rian memberi dua formulir kepada Iqbal dan Glen . “ Apaan nih ? Surat bunuh diri atau surat wasiat ? ” tanya Glen tak berdosa . “ Dari guru BK , disuruh isi biodata , perguruan tinggi , dan jurusan yang pengin lo ambil . Sekalian juga ada cita - cita . Semuanya harus diisi , " jelas Rian serius . " Cita - cita gue apa , ya ? ” lirih Glen dengan wajah polosnya . “ Emang lo punya cita - cita ? Hidup aja nggak terarah , ” sindir Rian . “ Menghina gue lo ! Gue hujanin emas batangan juga lo , ” sahut Glen tak terima . Rian memegangi kepala Glen dan mengarahkannya ke formulir yang ada di hadapan Glen . “ Cepet isi , Semut ! ” suruh Rian tak sabar . Kali ini Glen langsung menurut , ia kembali fokus melihat formulirnya . Glen merebut bolpoin yang ada di tangan Iqbal , bersiap untuk mengisi formulir tersebut . “ Nama , Glen Anggara pria tampan sedunia , " ucapnya sembari menuliskannya di formulir . “ Tak terkalahkan oleh bayang - bayang Naruto dan Dora , " lanjutnya asal . Iqbal memperhatikan Glen dalam diam , membiarkan saja pria itu melakukan apa pun yang dia inginkan . * Tempat dan tanggal lahir , Kairo 29 Februari 2000 . ” " Nomor telepon , SARAS 008 . ” " Hobi , bully Siti dan Acha . Terus , Mafa dan Mifa . . . Mmm . . . . " Hah ? Emang ada ? ” heran Rian , menarik formulir milik Glen . " Hah ? Emang 427 AiBook Page number 428 “ Hahaha , nggak ada , ” cengir Glen . Rian mendesah berat , mengembalikan formulir Glen lagi . Sementara Iqbal yang sedari tadi diam hanya geleng - geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya satu itu . " Cepet . Gue mau pakai bolpoinnya , ” suruh Iqbal . " Iya , iya . Sabar , Bal . Nggak bakal gue habisin tintanya . Kalau sampai habis , gue sedotin tinta cumi - cumi , ” balas Glen tambah kacau . Kemudian , ia kembali



melanjutkan mengisi formulirnya . “ Jurusan yang ingin diambil , belum teridentifikasi di otak . Perguruan tinggi yang ingin dituju , masih belum terbayangkan . Cita - cita . . . . ” Glen terdiam sebentar , otaknya mulai berpikir keras . " Gue tau cita - cita gue apaan . " Glen tersenyum penuh arti dan menuliskannya . " Cita - cita gue adalah menjadi suami masa depan yang bisa membahagiakan istri dan anak - anak gue . Amin . " Mulut Iqbal dan Rian hampir saja akan kelepasan mengumpat kepada Glen kalau saja mereka tidak mengontrol diri . Iqbal dan Rian tidak paham lagi apa isi otak Glen . Iqbal kehabisan kesabaran untuk menunggu Glen , ia dengan cepat merebut bolpoinnya . Kemudian mulai mengisi formulirnya sendiri . Nama , Iqbal Guanna Freedy . Tempat tanggal lahir , Lyon 24 April 2000 . Hobi , tidak ada . Cepat dan jelas , begitulah cara seorang Iqbal mengisi biodatanya . Bolpoin Iqbal berhenti bergerak di bawah pertanyaan jurusan yang ingin diambil . Rian dan Glen menunggu Iqbal , mereka berdua juga penasaran jurusan apa yang akan diambil oleh Einstein - nya SMA Arwana . " Jurusan ke pelaminan bersama adek Acha , " celetuk Glen memberikan saran . Rian menepuk punggung Glen pelan . “ Itu mah lo yang ngebet nikah ! ” Glen mengangguk cepat seperti anak kecil . “ Sama janda ! ” Tawa Rian dan Glen langsung meledak - ledak , mereka ber - high five seolah puas dengan guyonan barusan . Iqbal pun tak bisa mena 428 AiBook Page number 429 ruk tidak ikut tertawa . Kedua sahabatnya ini tak pernah kehabisan ide untuk menghibur diri mereka sendiri . Jabal melihat ke formulirnya lagi , membacanya sekali lagi . sebenarnya , Iqbal sudah memikirkannya baik - baik sejak satu minggu terakhir ini . Dan , ia yakin untuk mengambilnya . Iqbal kembali menggerakkan bolpoinnya , menuliskan jurusan yang ingin diambil Ris “ Woooaaww . . . Kedokteran ! ” heboh Glen mengetahui jurusan yang ditulis oleh Iqbal . Rian menatap Iqbal dengan tatapan terkejut , ia sangat mengenal Iqbal dengan baik . Apa yang Iqbal inginkan dari dulu , Rian sangat tahu itu . See “ Lo serius mau ambil Kedokteran ? ” tanya Rian masih tidak percaya . " Iya , " jawab Iqbal yakin . “ Longgak jadi kuliah di Inggris ? Lo nggak pengin ambil Aerospace ? " Iqbal menggelengkan kepalanya . “ Kenapa ? ” " Nggak apa - apa . " I Rian mengangguk - anggukkan kepalanya mengerti . Ia yakin Iqbal pasti punya alasan kuat memilih jurusan Kedokteran dan melepaskan impiannya untuk kuliah di jurusan Aerospace . Rian mengangkat jempolnya , mendukung apa pun yang sahabatnya pilih . " Bal , lo beneran mau jadi dokter ? ” tanya Glen masih heboh . " Iya . ” “ Dokter apaan ? Bedah ? Jantung ? Kalau saran dari gue sih , dokter kandungan aja . Jos ! Mantap ! ” Rian menepuk dahi Glen cukup keras . “ Tampol biar nggak kebiasaan ! ” gemas Rian dan dapat dua jempol dari Iqbal . " Gue cuma ngasih saran ! ” Rian mengedarkan pandangannya , mencari siapa pun yang ingin keluar kelas , dan Rian menemukan sosok Siti sang primadona kelasnya . The “ Siti ! ” panggil Rian kencang . " Apa ? ” balas gadis itu . 429 AiBook Page number 430 “ Kalau lo mau ke kantin , nitip nasi kucing yang banyak micinnya buat nih bocah , ” ucap Rian sembari menunjuk Glen . " Bungkus karetnya kasih tiga . Warna merah , kuning , dan ijo , kalau perlu



dikasih tulisan , patuhi rambu lalu lintas ! " tambah Glen semakin tak waras . Tawa Rian dan Iqbal pecah seketika itu . Mereka berdua tak segan melempari Glen dengan barang - barang di dekat mereka . Sementara gadis yang dicegah Rian tadi hanya bisa mengelus dadanya dengan sabar melihat kelakuan tiga pria yang tak pernah terpisahkan dari SD sampai SMA itu . “ Dasar Geng Multinasional ! ” ucapnya dan langsung pergi . Ya . Glen , Iqbal , dan Rian sejak dulu dijuluki “ Geng Multinasional ” karena ketiganya lahir di negera yang berbeda - beda . Glen lahir di Kairo - Mesir , Iqbal di Lyon - Perancis , dan Rian asli made in Indonesia . Sepulang sekolah , Iqbal mengajak papanya jalan - jalan sore . Dokter Andi menyarankan agar papanya sering - sering diajak jalan - jalan pagi ataupun sore agar tidak banyak tekanan dan pikiran . Kondisi Mr . Bov memang sudah lumayan membaik , namun tidak menutup kemungkinan jika beliau bisa terkena serangan jantung lagi dan berakibat fatal karena Mr . Bov sudah pernah menjalani operasi jantung setahun yang lalu . Iqbal melarang papanya berjalan , ia menyuruh sang Papa untuk duduk di kursi roda dan Iqbal yang mendorongnya . Mereka berdua menikmati udara segar dan langit senja yang indah . Iqbal membawa papanya menuju ke taman . “ Gimana jantung Papa hari ini ? Baik - baik aja ? ” tanya Iqbal . Mr . Bov menganggukkan kepala . “ Iya , baik . ” “ Syukurlah . Jangan terlalu diforsir kerjanya , waktunya istirahat , ya istirahat , ” pesan Iqbal meniru gaya papanya jika menasihatinya . Perkataan Iqbal langsung memecah tawa Mr . Bov . Vaik . 430 AiBook Page number 431 N I liian Nasional sebulan lagi ? ” tanya Mr . Bov . D " Iya , Pa . ” « Cepet , ya . Habis ini Iqbal lulus SMA dan jadi anak kuliahan . " " Iya . ” “ Padahal Papa kerasanya baru kemarin nganterin kamu sunat , Bal . ” Iqbal terkekeh pelan , papanya meskipun sakit tetap saja bisa bercanda receh . “ Pa , ” panggil Iqbal . Ia merasa perlu memberi tahu papanya , dan ini adalah waktu yang tepat . “ Kenapa ? ” " Iqbal tadi konsultasi ke guru BK tentang studi yang pengin Iqbal ambil . " “ Terus ? Kamu ambil apa ? Jadi kuliah di Inggris , kan ? ” “ Nggak , Iqbal nggak ambil itu . ” Mr . Bov diam , tertegun . “ Iqbal nggak ambil Aerospace ? ” tanya Mr . Bov kaget . “ Nggak , Pa . Iqbal kuliah di Indonesia aja . " " Kenapa ? ” " Banyak faktor yang udah Iqbal pertimbangkan . Iqbal pikir akan lebih efektif dan efisien jika Iqbal kuliah di dalam negeri . ” “ Contohnya ? ” Mr . Bov menginginkan penjelasan lebih . “ Menambah daftar murid berprestasi dalam negeri , " jawab Iqbal dengan raut wajah meyakinkan . Mr . Bov langsung dibuat tertawa mendengar jawaban Iqbal yang tak bisa terbantahkan , jawaban yang di luar dugaan Mr . Bov . Iqbal memang sangat pandai berdebat dan tidak pernah mau tersudutkan . “ Iqbal pengin ambil Kedokteran , Pa . ” Mr . Bov kembali terdiam , mencoba menebak apa yang membuat anak bungsunya ini berubah pikiran . " Apa karena ucapan Dokter ee ndi kemarin ? ” tebak Mr . Bov . " Salah satunya . Iqbal merasa ucapan Dokter Andi tidak salah , 1qbal juga pengin jadi orang yang bermanfaat untuk orang lain , dan Iqbal juga 431 AiBook Page number 432 terutama untuk Papa . Iqbal nantinya mau ambil spesialis jantung . Biar



S Iqbal bisa rawat Papa juga , " jelas Iqbal panjang lebar . Mr . Bov tersenyum , sangat senang mendengarnya . Hatinya terasa hangat sekarang . Mr . Bov menyentuh tangan Iqbal , menepuk - nepuknya pelan , la merasa bangga , putranya memiliki pemikiran luas dan hati yang mulia . “ Papa akan dukung semua yang Iqbal pilih dan Iqbal inginkan . Selama hal itu adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat , " ucap Mr . Bov tulus . " Iya , Pa . Terima kasih banyak . ” “ Jadi , beneran kamu mau ambil Kedokteran ? ” tanya Mr . Bov sekali lagi memastikan . “ Iya . Pak Bambang akan membantu Iqbal menyiapkan nilai - nilai Iqbal dan mencarikan universitas yang bagus untuk Iqbal . ” " Oke . Untuk urusan biaya , Iqbal nggak perlu khawatir . Papa siap membiayai semuanya , " sahut Mr . Bov bersemangat . " Iya , Pa . " " Kalau bisa sampai Iqbal jadi profesor , Papa akan terus dukung . ” " Amin . Terima kasih banyak , Pa . " Iqbal terus mendorong kursi roda papanya , berbincang hangat dengan beliau , membahas banyak hal tentang masa depan Iqbal . Bahkan , Iqbal baru tahu jika papanya sudah menyiapkan tabungan sendiri untuk sekolahnya . Ini yang membuat Iqbal kagum dengan sosok papanya . Orang yang bersemangat , berdedikasi tinggi , bertanggung jawab , dan selalu membuat planning untuk masa depan . " Bal , berhenti ! ” ucap Mr . Bov tiba - tiba dengan suara panik . “ Kenapa , Pa ? ” tanya Iqbal bingung . “ Ada yang kelupaan , Bal . ” " Apa ? ” " Adik - adikmu , Bejo dan Mirna , belum makan . Ayo kita balik , Papa beri mereka makan dulu . ” 432 AiBook Page number 433 Iqbal menghela napas berat , menahan diri untuk tidak emosi . Ia mengira ada sesuatu yang penting , ternyata hanya masalah adik - adik wokatnya yang masih tak menyahut kalau Iqbal ajak bicara . " Nanti kan bisa , Pa . " “ Nggak bisa ! Kasihan adik - adikmu nanti kena mag kronis . Ayo pulang . " “ Oke . ” Iqbal menurut saja , daripada urusan dengan papanya semakin panjang dan perkataan papanya jadi semakin tidak masuk akal . Iqbal berbalik arah , berjalan kembali menuju rumah . 433 AiBook Page number 434 AKU ATAU SAPI ? SEBELUM berangkat menuju ke sekolahnya , Iqbal mengantarkan papanya terlebih dahulu ke kantornya . Sudah tiga hari Iqbal menjadi driver untuk papanya . Papanya sedari dulu tidak pernah suka memakai sopir pribadi . Ya , Mr . Bov sangat mandiri . Iqbal pun terpaksa harus menggunakan mobil ke sekolah . Sebenarnya , Ify masih melarang papanya untuk bekerja , namun Mr . Bov tetap memaksa , karena menurut Mr . Bov jika dirinya tidak beraktivitas akan semakin membuat badannya sakit . Ify pun mengizinkan asal papanya tidak bekerja hingga malam hari . " Nanti pulang sekolah , kita makan bareng dulu , ajak Acha juga , " pinta Mr . Bov . " Iya , Pa . " Setelah mengantar papanya , Iqbal segera menjemput Acha dan berangkat sama - sama menuju sekolah . Iqbal pergi menemui Pak Bambang di ruang guru pada jam istirahat pertama . Hari ini pendaftaran SNMPTN , dan Iqbal ingin meminta bantuan Pak Bambang sekaligus berkonsultasi mengenai universitas mana yang harus dipilihnya . 434 AiBook



Page number 435 < labal beneran pengin masuk Kedokteran ? ” tanya Bu Galih langsung menyambut lab " Iya , Bu , " jawab Iqbal sopan dan bingung . Apa berita dirinya emilih jurusan Kedokteran menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan oleh guru - guru ? “ Iqbal , kalau nanti jadi dokter , Pak Jono boleh periksa gratis , va ! " seru Pak Jono di meja paling ujung . “ Bu Yana juga , Iqbal . Anak Bu Yana sering asma . Nanti sembuhin , ya . " “ Semangat , Iqbal . Ibu yakin kamu pasti bisa masuk Kedokteran . ” Iqbal hanya mengangguk - anggukkan kepala dan memberikan senyumnya yang terasa canggung . Namun , ia juga sangat senang mendapatkan dukungan dari guru - gurunya . Iqbal segera mendekati Pak Bambang yang sedari tadi sudah menunggunya , beliau pun membantu Iqbal dan memberikan Iqbal pengarahan . Iqbal akhirnya selesai mendaftar SNMPTN jurusan Kedokteran di dua universitas ternama di Indonesia . Iqbal tak memilih jurusan yang lain . Karena dari awal keinginannya hanya masuk Kedokteran , dan Iqbal yakin bisa lolos . Istirahat kedua , Acha mengajak Iqbal mencari udara segar di atap gedung sekolah . Ya , walaupun yang didapat malah udara panas . Mereka berdua menikmati es krim di tangan mereka , menikmati angin yang terus menerpa wajah mereka . Acha menoleh ke samping , memandang Iqbal dengan senyum mengembang di paras cantiknya . “ Makasih , Iqbal , ” ucap Acha memecah keheningan . " Untuk ? ” " Karena udah nepatin janji nggak ninggalin Acha . ” Iqbal tersenyum kecil sembari menganggukkan kepala . 435 AiBook Page number 436 “ Iqbal nggak penasaran Acha tau itu dari mana ? ” " Apa ? " “ Soal Iqbal ambil Kedokteran di sini . Iqbal nggak jadi kuliah di Inggris . ” " Pasti dari Rian , ” tebak Iqbal . Acha memberikan cengirannya . “ Iya . Acha kemarin interogasi Rian , " ungkap Acha . Keadaan kembali hening . Tak ada yang berbicara . “ Iqbal beneran mau ambil Kedokteran ? ” tanya Acha sangat penasaran . " Iya . " “ Kenapa ? Iqbal emang pengin jadi dokter ? ” " Pengin aja , ” jawab Iqbal singkat dan jelas . Acha mendengus pelan , tidak puas dengan jawaban Iqbal . Namun , jika Acha memaksa pun Iqbal akan tetap menjawab seperti itu . Jadi , lebih baik Acha tidak tanya lagi . “ Lo sendiri ambil apa ? ” tanya Iqbal . “ Acha ? ” Acha terdiam beberapa detik . “ Belum tau , Acha belum kepikiran mau ambil apa , " jujurnya . “ Lo nggak daftar SNMPTN ? ” tanya Iqbal . Acha menggelengkan kepalanya dengan ekspresi lugunya . “ Acha nggak daftar , soalnya Acha masih belum tau mau pilih jurusan apa , " jawabnya jujur . Iqbal mengerti keputusan Acha . Toh , tidak akan susah buat Acha untuk mencari universitas nantinya , melihat nilai - nilai Acha yang di atas rata - rata . Iqbal tak perlu khawatir . “ Pilih yang lo suka , ” pesan Iqbal . " Pastinya . Acha nggak mau menjalani hal yang nggak Acha suka , " balas Acha . “ Bagus . " " Apa Acha ambil Kedokteran juga , ya , Iqbal ? ” " Terserah . " 436 AiBook Page number 437 wha menggelengkan kepalanya cepat . “ Acha nggak mau . Acha w liat mayat , bedah mayat . Acha juga nggak suka darah , Acha kan bukan vampir , ” oceh Acha mulai kacau . Jabal tersenyum lagi , ia mengacak - acak puncak kepala Acha lembut . " Pilih apa pun yang lo suka bukan karena terpaksa »



“ Seperti Acha pilih Iqbal karena Acha suka sama Iqbal ? ” “ Ya . Seperti itu . ” Acha mengumam pelan . “ Coba aja ada jurusan Iqbal . Pasti Acha udah daftar duluan sejak lulus SD ! ” Iqbal tertawa pelan mendengarnya . Ekspresi Acha penuh semangat dan ceria hari ini . Seperti langit yang juga sangat cerah . Iqbal merasa semuanya menenangkan , tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi . “ Cha , gue mau tanya , " ucap Iqbal penasaran akan sesuatu . " Apa , Iqbal ? ” THE " Kalau disuruh pilih , gue atau sapi , lo pilih mana ? ” Senyum Acha menghilang , ia diam seribu bahasa . Nyawanya seolah baru saja ditarik tanpa rasa . Pertanyaan macam apa itu ? Bibir Acha maju beberapa senti , menatap Iqbal sebal . Ia tak suka dengan pertanyaan Iqbal . “ Harus , ya , Acha pilih ? ” “ Harus . " “ Acha nggak boleh pilih dua - duanya ? " Nggak . ” " Bentar , Acha mikir dulu . ” A “ Oke . ” Iqbal menunggu Acha yang sibuk berpikir , raut wajah Acha berubah serius . Iqbal menahan tawanya . Apa sesulit itu memilih antara dirinya dan sapi ? “ Acha udah dapet jawabannya , " seru Acha semangat lagi . " Apa ? ” " Acha pilih Iqbal ! " “ Beneran ? ” " lya . Acha seratus persen pilih Iqbal . ” 437 AiBook Page number 438 wab Acha dengan " Kenapa ? " tanya Acha penasaran . “ Karena sapi - sapi Acha nggak bisa ngasih Iqbal buat Ad Kalau Iqbal kan bisa ngasih sapi - sapi buat Acha , " jawab Acha den menunjukkan otak cemerlangnya . Iqbal dibuat melongo sebentar dengan jawaban Acha , detik berikut ia tertawa . Jawaban yang tidak pernah Iqbal duga sebelumnya . " Bagus jawabannya , " puji Iqbal dengan nada menyindir . bg “ Iya dong . Pacar siapa dulu , ” sorak Acha bangga . Iqbal mengambil bungkus es krim yang sudah habis dari tangan Acha , berniat untuk membuangnya sekalian dengan miliknya . " Ayo turun , " ajak Iqbal . " Iya , Iqbal . " S PER Mereka berdua berdiri dan segera turun dari atap sekolah sebelum ketahuan Pak Handoko . Acha dan Iqbal berjalan bersamaan melewati lorong sekolah . Banyak pasang mata yang melihat dan membicarakan mereka . . Padahal , mereka sudah pacaran cukup lama , masih saja ada yang menggosipkan dan bertingkah heboh seolah melihat artis lewat . “ Cha , pulang sekolah Papa ngajak makan bareng . ” " Papa Iqbal ? Om Bov ? ” " Iya . " " Oke . Acha juga udah lama nggak ketemu Papa Iqbal . " " Iya . " " Enaknya Acha bawa apa Iqbal , untuk Om Bov ? Bunga ? Kue ? Atau apa ? " “ Bawa aja hasil nilai try out lo kemarin yang dapet 100 semua . ” “ Beneran , Iqbal ? Acha nggak apa - apa bawa itu ? ” “ Hm . Papa pasti seneng . " “ Ya udah kalau gitu Acha bawa itu aja . Biar Acha langsung dinikahin sama Iqbal . ” “ Hm , ” jawab Iqbal mengiakan saja ucapan Acha yang mulai ke mana - mana . 438 AiBook Page number 439 Mereka berdua berpisah di tangga dekat kamar mandi perempuan . na arah kelas mereka sudah berbeda . Acha segera turun dari mobil ketika melihat Mr . Bov keluar dari dung kantornya . Acha mendekati Mr . Bov dengan senyum merekahnya . “ Selamat sore , Calon Mertua , ” sapa Acha ramah . " Selamat sore juga , Calon Menantu , ” balas Mr . Bov tak kalah ramah . Acha menyalami Mr . Bov dengan sopan , kemudian menggandeng Mr . Bov membantunya berjalan . Karena Acha tadi melihat Mr . Bov sedikit kesusahan untuk berjalan , napasnya terlihat tidak beraturan . " Om udah baikan ? ” " Udah , Cha . ”



“ Jangan sakit lagi , ya , Om . Sehat selalu . Biar bisa liat Iqbal sama Acha nikah nanti , ” bisik Acha dengan nada bercanda . " Pasti itu . ” Acha membukakan pintu mobil untuk Mr . Bov dan mempersilakan Mr . Bov masuk ke dalam . Sudah ada Iqbal di sana . Iqbal menyambut papanya dengan senyum hangat , menyalami papanya . “ Papa nggak apa - apa ? Jantung Papa masih sakit ? ” tanya Iqbal dapat melihat papanya beberapa kali memegangi dadanya . “ Papa baik - baik aja , " ucap Mr . Bov menenangkan putranya . “ Ayo kita berangkat makan . ” “ Iya , Pa . ” Iqbal mencari restoran dekat rumah agar setelah makan , papanya bisa segera istirahat . Iqbal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang . Keadaan mobil berubah menjadi ramai karena perbincangan heboh antara Acha dan papanya . 439 AiBook Page number 440 UJIAN NASIONAL AKHIRNYA Ujian Nasional pun tiba . Suasana SMA Arwana terlihat tenang . Semua siswa SMA Arwana dibuat gugup pada hari pertama ujian mereka . Namun , guru - guru terus memberikan dukungan dan doa agar anak - anak didiknya tetap semangat dan bisa mengerjakan ujian mereka dengan lancar dan mudah . Mereka menjalani Ujian Nasional selama empat hari . Nasib mereka sebagai murid SMA selama tiga tahun dipertaruhkan dalam empat hari ini . Empat hari berjalan begitu cepat dan sangat menegangkan . Bel berbunyi dengan nyaring di seluruh sudut sekolah , menandakan Ujian Nasional hari terakhir telah selesai . Suara sorakan terdengar pecah di setiap lorong sekolah . Paa siswa terlihat begitu lega dan bahagia , saling berpelukan dan mendoakan agar hasil yang didapat nanti memuaskan . “ Main yuk ke rumah gue , ” ajak Glen kepada Rian dan Iqbal . “ Gue ada janji sama nyokap , " ucap Rian . " Gue nganterin Acha ke toko buku , " sahut Iqbal . 440 AiBook Page number 441 “ Terus gue main sama siapa dong ? Lo berdua kejam ! ” teriak Glen lebay . “ Kalian berdua temen gue « Bukan , " jawab Rian dan Iqbal tanpa ragu . “ Gue duluan , " pamit Iqbal meninggalkan kedua sahabatnya begitu saja . “ Yan , temenin gue main dong . Nggak ada temen nih gue , " rengek Glen . Rian menepuk bahu Glen pelan . “ Kan ada , hai Tayo , hai Tayo , dia bus kecil ramah . . . . , " ucap Rian sembari bersenandung . Glen balik menepuk bahu Rian . “ Melaju , melambat , Tayo selalu senang . . . . " Glen melanjutkan . Dan mereka berdua pun bernyanyi bersama sambil menggeleng gelengkan kepala . " Jalan menanjak , jalan berbelok , dia selalu berani . Meskipun gelap dia tak sendiri . Dengan teman tak perlu rasa takut . . . . " Acha memasukkan baju seragamnya ke dalam paper bag berwarna coklat . Ia baru saja selesai mengganti pakaiannya di toilet SPBU . Ya , dari dulu Iqbal tidak pernah suka jalan - jalan sepulang sekolah menggunakan seragam . Acha pun harus membawa baju ganti sebelumnya . Setelah selesai berganti dan merapikan rambutnya , Acha keluar dari toilet , menuju ke mobil Iqbal . Pria itu sudah di dalam mobil dengan baju santainya . “ Ayo , " seru Acha . Iqbal menganggukkan kepala , kemudian melajukan mobilnya untuk menuju toko buku di salah satu mal yang ada di pusat kota . dunianya sendiri .



Toko buku terlihat cukup ramai , Iqbal membiarkan Acha mencari anya sendiri . Ia memilih untuk pergi ke rak komik , melihat 441 AiBook Page number 442 lanjutan file dari cerita Detektif Conan . Iqbal mengasyikkan diri membaca beberapa komik Detektif Conan yang bungkus plastiknya sudah terbuka . “ Iqbal , ” panggil Acha . Iqbal menoleh , gadis itu sudah ada di sebelahnya . “ Kenapa ? ” “ Acha mau beli kado buat Amanda . Nah , Amanda kan suka banget baca cerita online . Acha pengin kasih hadiah Amanda novel kesukaannya yang dibaca di blog online . Enaknya Acha beliin dua atau tiga ? " " Uangnya cukup beli tiga ? ” " Cukup , kok . " “ Ya udah , beli tiga . ” " Oke , Acha beli dua aja . Keenakan Amanda kalau dibeliin tiga , " sahut Acha dengan tak berdosanya , dan berbalik begitu saja pergi menuju kasir . Iqbal memandang punggung Acha yang semakin menjauh . “ Untung pacar . " Setelah mengantar Acha ke toko buku , mereka langsung pulang . Empat hari ini terasa melelahkan , dan mereka berdua butuh mendinginkan otak . Sangat butuh istirahat total sembari menunggu hasil Ujian Nasional keluar nantinya . Hari pengumuman kelulusan akhirnya tiba . Seluruh siswa kelas XII SMA Arwana dinyatakan LULUS 100 % . Tentu saja , mereka semua bersorak gembira ketika kabar gembira itu diumumkan oleh kepala sekolah di aula utama . Ada yang menangis terharu , ada yang berpelukan , ada yang sibuk bikin boomerang , bahkan ada yang langsung keluar aula menuju kantin untuk mencari Mbak Wati . Siapakah gerangan ? Kalian pasti tahu jawabannya . AiBook Page number 443 Siswa kelas XII bisa sedikit bernapas lega , meskipun setelah ini gan besar yang sebenarnya sudah menanti mereka , ujian masuk niversitas . Mereka harus berjuang keras untuk bisa masuk ke universitas rit pilihan mereka . Berlomba dengan para siswa lainnya . Namun , hiburan besar pun sudah menanti mereka . Siang tadi , a menyebarkan selebaran kepada seluruh siswa kelas XII . Di mana akan diadakan acara Prom Night tahunan sekaligus perpisahan bagi murid - murid kelas XII . Acara Prom Night akan diselenggarakan dua minggu lagi di sekolah mereka dengan tema ' Disneyland ' . Tentu saja mereka semua tidak sabar menanti acara tersebut dan berlomba - lomba untuk mendapatkan gelar Queen and King of Prom Night tahun ini . Acha menaruh sendok dan garpunya , ia sudah cukup kenyang . Sepulang dari sekolah tadi , Iqbal mengajaknya untuk makan terlebih dahulu di kafe dekat rumahnya . “ Iqbal , nanti prom night pasangannya sama Acha , kan ? ” tanya Acha . " Hm . " " Iqbal nanti jadi siapa ? Pakai baju apa ? ” “ Nggak tau , " jawab Iqbal seadanya . “ Kok nggak tau ? Kan biar Acha juga bisa nyiapin gaunnya dari sekarang , ” lirih Acha . Iqbal mengambil gelas minuman dan menghabiskannya . Setelah itu , ia menatap Acha . “ Harus , ya , ada prom night ? ” tanya Iqbal entah ditujukan kepada siapa . " Harus dong ! Kan seru , " jawab Acha bersemangat . “ Emang Iqbal nggak suka , ya , acara kayak gitu ? ” " Entahlah . ” 443 AiBook Page number 444 Acha mendengus pelan , Iqbal Guanna tetaplah si dingin label Guanna . “ Acha nanti pengin jadi Putri Belle , ” ucap Acha menuturkan keinginannya . " Belle ? Mama belle - belle ? " " Bukan , Iqbal ! ! ” kesal Acha dengan candaan garing Iqbal . " Itu Putri Belle yang pakai gaun kuning cantik yang ada di Beauty and The Beast . " “ Oh . Kenapa Belle ? ” " Biar Iqbal jadi Beast - nya . Jadi , Iqbal nggak usah dandan ganteng ganteng .



Cukup buruk rupa aja . Biar nggak ada yang naksir sama Iqbal , ” jelas Acha dengan senyum puasnya . " Oh gitu . ” " Iya . Mau kan Iqbal jadi Beast di prom night nanti ? ” “ Mau , ” jawab Iqbal cepat . Acha diam , tertegun . “ Kok tumben langsung nurutin permintaan Acha ? ” tanya Acha . " Biar cepet , ” jawab Iqbal logis . Acha mendesis kasar , sungguh jawaban yang menusuk . Yah , Acha hanya harus bersabar dan membiasakan sifat dingin Iqbal yang sulit untuk diubah . 444 AiBook Page number 445 MOTIVASI MR . BOV PAGI hari tepat pukul sepuluh , Iqbal berjalan ke ruang tengah dengan membawa laptopnya . Di sana sudah ada Papa dan kedua kakaknya yang sama - sama tegang dan tak sabar melihat hasil pengumuman seperti dirinya . Ya , hari ini adalah pengumuman SNMPTN . “ Ngapain masih berdiri ? Cepetan duduk . Liat hasilnya , ” suruh Ify gemas . " Iya , ” jawab Iqbal . Ia berjalan ke arah Ify dan duduk di sebelah kakaknya itu . Iqbal pun mulai membuka laptopnya yang sudah ia nyalakan sedari tadi . Kemudian , membuka link website tempat pengumumannya berada . Iqbal segera memasukkan nomor peserta dan password - nya , lalu menekan tombol submit dan menunggu hasilnya keluar . Mr . Bov , Ando , dan Ify bersamaan membuka sedikit kedua tangan mereka untuk berdoa bahwa hasil yang didapatkan Iqbal akan memuaskan dan sesuai dengan keinginan mereka . Mereka semua berdoa agar Iqbal bisa diterima di Kedokteran . Iqbal pun tak mengeluarkan suara apa pun . Ia diam dengan kedua mata fokus menyorot ke layar laptopnya yang masih memproses . Dan , tak lama kemudian hasil pengumuman pun keluar . Di sana tertulis jelas nama lengkap Iqbal dan hasil ujiannya . 445 AiBook Page number 446 TL Tak ada yang membuka suara , keadaan di tengah ruangan m hening . Bahkan , tak ada yang bergerak sedikit pun , empat pasang mata masih memandangi layar laptop Iqbal . Sebuah senyum mengembang manis di kedua sudut bibir Ifv , in menepuk pelan pundak Iqbal . " Selamat . . . . ” bisik Ify menggantung . Kepalanya menurun , membisiki telinga Iqbal . “ Anda harus mengikuti Ujian SBMPTN . ” Iqbal menghela napasnya perlahan , ia masih tak memedulikan ucapan kakaknya . Kedua matanya masih tak lepas menatap layar laptopnya , membaca hasil itu sekali lagi . Dan , kalimatnya tetap sama . tak ada yang berubah . Menyatakan bahwa dirinya memang tidak lolos SNMPTN . Bagaimana mungkin ? Apakah dirinya terlalu percaya diri ? " Ayo makan ! Makan ! Cacing perut Ify udah dangdutan ! ” teriak Ify meracau , berlalu duluan ke arah dapur . Iqbal dapat merasakan sebuah tangan menepuk - nepuk kepalanya pelan . Iqbal menoleh ke samping , melihat kakak tertuanya , Ando . Pria itu tersenyum ke arahnya . “ Nggak apa - apa . Nggak usah sedih , " ucap Ando menyemangati . " Ayo makan , " ajak Ando . Iqbal mengangguk pelan , melihat Ando ikut berlalu mengikuti kakak perempuannya . Kini hanya tinggal Iqbal dan Mr . Bov . Iqbal diam , masih tidak berani menatap papanya . Iqbal merasa malu dan takut papanya kecewa . “ Papa tau kamu pasti udah berusaha yang terbaik , ” suara Mr . Bov terdengar memecah keheningan . “ Mungkin , belum rezekinya Iqbal melalui jalur ini . Kan masih ada jalur lainnya . Iqbal bisa ikut ujian lainnya . Papa yakin Iqbal bisa masuk Kedokteran . Tetap semangat . Oke ? ” Pal Kuat .



Iqbal tak membalas apa pun , hanya diam saja . Kedua tangannya tak terasa sudah terkepal kuat . “ Ayo makan . Isi energimu lagi , ” ajak Mr . Bov menghibur . Mr . Bov mengelus rambut Iqbal dengan lembut sebelum beranjak meninggalkan Iqbal sendiri bersama dengan laptopnya . 446 AiBook Page number 447 Lahal menghela napas berat , mengontrol dirinya sendiri agar tetap ng walaupun terasa sangat susah . Kenyataan yang cukup sulit weinya . Padahal , ia sudah memiliki harapan besar bahwa dirinya pasti lolos dan diterima . Iqbal terus membisiki dirinya sendiri , agar tidak terbawa pikiran nikiran negatif . Ia berusaha menyemangati dirinya terus - menerus . “ BAAALLL , AYO MAKAAN ! ! ” teriak Ify terdengar keras . Iqbal tersadarkan , ia menutup laptopnya begitu saja dan segera berdiri . Beranjak menuju ke dapur untuk makan bersama keluarganya . Mr . Bov berjalan ke kamar Iqbal . Sejak pagi setelah pengumuman , anak bungsunya itu tidak keluar dari kamar lagi . Mr . Bov merasa khawatir . Mr . Bov membuka pintu kamar Iqbal yang tidak dikunci . Beliau menemukan Iqbal tengah duduk diam di kursi belajarnya dengan pandangan kosong menatap jendela kamar . “ Iqbal , ” panggil Mr . Bov menyadarkan putranya . Iqbal terkejut dengan kehadiran papanya . Ia membalikkan badan , menemukan papanya tersenyum dan berjalan ke arahnya . " Papa main ke kamar Iqbal nggak apa - apa , kan ? " " Iya , Pa . " Mr . Bov mengambil duduk di pinggir kasur Iqbal , beliau masih mempertahankan senyumnya , menatap putranya dengan hangat . “ Kenapa ? Masih kecewa dan sedih ? ” " Sedikit , ” jujur Iqbal . Mr . Bov tertawa pelan , memaklumi kegelisahan yang dirasakan Iqbal . Mr . Boy tahu bahwa Iqbal sudah sangat yakin akan diterima . Tidak heran , Iqbal sekecewa itu . " Iqbal ingat perkataan Papa tentang kegagalan ? ” tanya Mr . Bov . " Setiap orang punya jatah gagal masing - masing . Kalau kamu sagal , harusnya kamu tetap senang . Karena jatah gagal kamu sudah Rurang satu . Dan , kamu semakin dekat dengan mimpi kamu , " 447 AiBook Page number 448 jawab Iqbal mengingat jelas pesan papanya yang sering disampaikan sejak Iqbal kecil . " Itu kamu tau , ” ucap Mr . Bov , bibirnya mengembang membentuk senyuman . Mr . Bov menepuk pundak Iqbal pelan . “ Jangan merasa kecewa dan sedih . Papa tau kamu udah berusaha dengan keras . Tuhan pasti punya rencana yang lebih bagus untuk kamu . " " Iya , Pa . " “ Kamu cuma perlu nggak mengulangi lagi kesalahan itu . memperbaikinya dan lebih semangat lagi untuk meraih mimpi kamu . ” Iqbal menganggukkan kepalanya lagi " Masih ada jalur ujian SBMPTN . Iqbal bisa ikut tes ujian itu . Belajar yang rajin untuk mempersiapkannya . Papa akan terus bantu doa untuk Iqbal . Papa yakin kali ini Iqbal akan diterima . ” “ Benarkah ? ” " Iya . Papa yakin itu . Iqbal akan jadi seorang dokter yang hebat . ” Iqbal akhirnya bisa tersenyum tanpa beban . Semua kesedihan dan rasa kecewanya seketika pergi begitu cepat . Ucapan dari papanya sangat membantu dan membuatnya termotivasi lagi . “ Terima kasih banyak , Papa . " Kegagalan bukan akhir dari segalanya , melainkan sebuah awal menuju kesuksesan . 448 AiBook Page number 449



PERSAHABATAN DAN PERCINTAAN ACHA menatap Kirana dengan senyum pedih . Entah sudah berapa jam sang Mama berjoget mengikuti musik video boyband pujaannya yang diputar di layar televisi ruang tamu . Acha memegangi kepalanya yang ingin meledak . “ IT GOES DOWN DOWN BABY ! ” teriak Kirana dengan memegang lightstick berlambang EXO . “ IT GOES DOWN DOWN BABY ! ” “ Tante - Mama ! ! ! " pekik Acha kehabisan kesabaran . “ WE GOING KO KO BOP ! ” Acha menjambak rambutnya frustrasi . Ia segera mengambil remote dan mematikan televisi . " Achaaaaa ! Kenapa dimatiin ! ” heboh Kirana menatap putrinya dengan tatapan jengkel . “ Gaun Acha untuk prom night udah selesai ? Acaranya lusa , Tante - Mama , ” tanya Acha sekaligus mengingatkan . Kirana mengatur napasnya sebentar . “ Udah , Sayang . Besok gaunnya beste bisa diambil . Nanti Mama ambilin . " “ Beneran ? ” tanya Acha dengan antusias . " Iya , Acha . “ Acha berdiri dari duduknya , berlari memeluk Kirana dengan erat . “ Makasih , Tante - Mama . ” 449 AiBook Page number 450 “ Sama - sama , Sayang . " Kirana melepaskan pelukan Acha , mengulurkan tangannya . “ Mana remote - nya ? ” pinta Kirana . “ Buat apa ? ” “ Mama mau nyanyi dong , kasihan Oppa - Oppa ganteng Mama udah nunggu . ” Acha menghela napas pasrah . Ia memberikan remote itu dengan berat hati . Setelah itu Acha memilih untuk ke kamarnya daripada melihat mamanya yang bernyanyi dan berjoget tak jelas . Dari kamarnya saja Acha masih dapat mendengar teriakan mamanya yang bernyanyi dengan keras , “ NAYANA ! ! NAYANA ! ! ” Sore ini , Acha berdandan cantik . Ia akan kencan dengan Iqbal . Ya , walaupun kencannya bukan di mal atau dinner cantik . Mereka akan pergi ke tempat yang pemiliknya memiliki otak kurang penuh . Dimana lagi jika bukan di rumah Glen . Mungkin rumah Glen memang menjadi base camp Geng Multinasional ini . Acha mengikuti Iqbal dari belakang , mereka masuk ke dalam rumah mewah Glen . Walaupun bukan pertama kali Acha ke sini , dirinya tetap dibuat terkagum dengan interior dan luasnya rumah Glen . Iqbal menyuruh Acha untuk duduk di salah satu sofa . Ia mengambilkan Acha minuman soda di machine drink yang dimiliki Glen . Acha melongo melihat mesin minuman tersebut . Di sini ada mesin seperti itu juga ? Seperti kafe saja . Acha baru pertama kali melihatnya di rumah Glen . Acha tidak akan ragu mulai hari ini bahwa Glen adalah anak orang kaya raya . " Minum . ” Iqbal memberikan minuman tersebut kepada Acha . Acha menerimanya dengan senang hati . “ Makasih banyak , Iqbal . ” " Bal , main yuk , ” ajak Rian . “ Oke , " balas Iqbal menerima stick Play Station dari Rian . 450 AiBook Page number 451 Mereka berdua pun menghabiskan keseruan dengan bermain av Station bersama . Sernentara Glen mulai sibuk mengganggu Acha . Mereka berdua saling mencaci maki satu sama lain . Glen mengeluarkarı kamera Sony A7R III yang baru dibelinya kemarin . “ Ayo foto bareng , " ajak Glen kepada kedua sahabatnya . “ Ogah ! ” “ Males ! ” tolak Rian dan Iqbal bersamaan , mereka masih asyik bermain PS . Glen memberikan tatapan tajam . “ Ayo , woi ! Kenang - kenangan sebelum gue punya anak , " teriak Glen . " Kayak lo laku aja , ” sindir Rian pedas . " Mulut Mas Rian ini pasti pernah ikut lomba makan Samyang di kancah



internasional . ” Glen berjalan mendekati Acha lagi yang tengah makan panekuk . " Cha , foto yuk , ” ajak Glen . “ Sekarang ? Kan Acha masih makan . ” “ Sekarang aja , mumpung gue masih hidup . " “ Emang Glen mau mati ? ” tanya Acha dengan polosnya . " Bunuh gue aja , Cha , sekarang , " gemas Glen . “ Gue ukir juga tuh otak biar nggak polos - polos amat . ” Acha mencibir pelan . “ Ya udah , ayo foto , " ucap Acha menurut kali ini . Ia sedang tidak mood berdebat dengan Glen . Glen tersenyum senang . “ Ajak noh mereka berdua , ” suruh Glen . Acha menggerakkan kepalanya , menghadap ke arah Iqbal dan Rian . “ Iqbal , Rian , ” panggil Acha . “ Apa ? " balas keduanya . " Ayo foto bareng sama Acha . " " Oke , " jawab mereka serempak dengan cepatnya . Kedua mata Glen terbuka sempurna , ia langsung mengelus dada , berdoa sebanyak banyaknya . Glen melihat kedua sahabatnya itu melempar Stick Play Station dan langsung berdiri dengan sigap mendekati Acha . 451 AiBook Page number 452 " Masih gue istigfarin , belum gue yasinin lo berdua ! " cerca Glen menahan kesal . " Glen ! Cepetan pasang kameranya , ” suruh Acha . Glen mengangguk , ia segera men - setting kameranya , meletakkannya di atas meja dekat televisi . Sementara Acha , Iqbal , dan Rian sudah bersiap duduk di sofa menghadap ke kamera . “ Gue pasang timer sepuluh hari . Bersiap lo semua ! ” teriak Glen . Timer kamera pun menyala . Glen buru - buru mengambil posisinya , duduk di sebelah kiri Acha . " Senyum lo semua , jangan nangis , " seru Glen lantang . “ Diem lo ! ” bentak Rian gemas dengan Glen . Acha melirik ke Iqbal , pria itu diam tak berekspresi . " Iqbal , senyum ! ” paksa Acha . Iqbal menurut , mengangkat sedikit dua sudut bibirnya . Lima . . . empat . . . tiga . . . dua . . . . Klik ! Kamera mendapatkan gambar mereka berempat . Glen mengambil kameranya dan melihat hasilnya . Sangat memuaskan . Glen terkekeh pelan melihat pose senyum Iqbal yang canggung . “ Kalian bertiga , sini Acha fotoin , " pinta Acha . Glen mengangkat jempolnya , ia menyerahkan kameranya kepada Acha . “ Lo di tengah , ” suruh Rian dan Iqbal bersamaan . “ Oke , ” balas Glen enteng tanpa curiga . Mereka bertiga duduk berjejer dengan posisi Glen diapit oleh Rian dan Iqbal . Acha pun mulai menghitung . " Satu . . . dua . . . . " Rian dan Iqbal saling berpandangan dan tersenyum licik , dalam hitungan kurang dari sedetik mereka berdua menarik telinga Glen secara bersamaan . " Tiga ! " Klik ! “ WOY , SAKITTTT ! ! ! ” Iqbal dan Rian tertawa puas , ber - high five , sedangkan Glen sibuk mengusap telinganya yang merah serasa akan putus dari tempatnya . . 452 AiBook Page number 453 Acha pun ikut tertawa Glen sangat lucu d menarik telinga un ikut tertawa melihat hasil jepretannya . Wajah kesakitan cat lucu ditambah ekspresi Iqbal dan Rian yang terlihat rik telinga Glen dengan sepuas hati . Jacau lo berdua ! Gue laporin lo ke Bunda gue ! ” omel Glen . to Rian tak menggubris ocehan Glen dan fokus melihat hasil “ Kacau lo berdua ! G



Iqbal dan Rian tak foto mereka barusan . Jabal , mau foto berdua sama Acha ? ” ajak Acha . Iva " jawab Iqbal mengiakan . Acha tersenyum senang , ia berjalan mendekati Iqbal . « Sini gue fotoin , ” ucap Rian menawarkan , ia merebut kamera yang dipegang Acha . “ Foto berdiri aja , " pinta Acha . Acha menarik Iqbal untuk mundur beberapa langkah . Kemudian , mereka berdua berdiri berdampingan . Acha menatap Iqbal yang sudah bersiap dan menghadap ke depan dengan kedua tangan sigap . " Iqbal . . . , " panggil Acha . “ Apa ? ” “ Rangkul bahu Acha , " suruh Achat d Iqbal meganggukkan kepala dan menggerakkan tangan kirinya untuk merangkul bahu Acha dengan cukup erat . Bibir keduanya membentuk sebuah senyuman yang merekah . “ Siap . Satu . . . dua . . . tiga ! ” hitung Rian . Klik ! “ Wahh . . . , " takjub Rian melihat hasilnya , paras keduanya tampak bersinar . Yah , tak bisa dimungkiri bahwa wajah keduanya memang tampan dan cantik . Pasangan yang serasi . " Glen , nanti kirim , ya , foto Iqbal dan Acha , ” pinta Acha . " Bayar ! Enak aja minta gratis . " Acha mencibir kesal . “ Dasar pelit ! ” “ Biarin , pelit pangkal kaya ! ” “ Hemat yang pangkal kaya ! Bukan pelit ! ” kesal Acha . “ Serah gue dong , mulut - mulut gue . Apa lo ? Nggak terima ? ” 453 AiBook Page number 454 Acha memilih mengalah , tak meneruskan perdebatan mereka yang tidak akan ada akhirnya . Acha membalikkan badannya , mendekati Iqbal yang sudah sibuk lagi bermain Play Station dengan Rian . Acha mengambil duduk di sebelah Iqbal , menatap pria itu . “ Iqbal , " panggil Acha , menarik pelan lengan baju Iqbal . " Hm ? " “ Masih sibuk main game , ya ? ” “ Kenapa ? ” " Temenin Acha ngomong . Glen nyebelin dari tadi . ” Iqbal mengangguk , ia menjeda permainannya . “ Yaah . . . Bal ! Lagi asyik juga , malah berhenti ! ” protes Rian memandang Iqbal dengan kecewa . Iqbal membalikkan badan , menatap Acha . " Mau ngomong apa ? ” tanya Iqbal dengan datarnya . " Hah ? ” bingung Acha . “ Katanya mau ditemenin ngomong . " “ Nggak jadi . Iqbal main lagi aja . " “ Oke , " jawab Iqbal singkat . Acha melongo sebentar . Pria ini dengan cepat dan mudahnya membalas perkataannya . Acha hanya bisa pasrah melihat Iqbal meneruskan permainannya . Acha diam menunggu di sebelah Iqbal . Sesekali menganggu pria itu . “ BIAR CEPET MATI ! RASAIN , RASAIN ! ” teriak Acha memencet apa pun semua tombol di stick yang dipegang Iqbal . “ SUKURIN ! MATI SANA ! ” Iqbal melirik Acha , melihat gadis itu yang tertawa dengan puas . Iqbal dibuat ikut tersenyum . Tangannya terjulur mengacak - acak puncak kepala Acha . " Mau main ? ” tawar Iqbal menyodorkan stick Play Station . “ Acha nggak bisa . " " Gue ajarin . " “ Beneran ? Acha mau . " 454 AiBook Page number 455 Domainan pun dimulai lagi . Rian harus melawan dua orang sekaligus , Acha dan Iqbal . Icha tak henti - hentinya berteriak heboh ketika orangnya tertembak Acha mulai ketagihan dan ingin bermain terus . Acha mengerti barang , kenapa semua cowok sangat suka bermain PS . Ternyata Carcasinya semenyenangkan dan semenegangkan ini . Sangat seru ! Persahabatan dan percintaan . Dua hal yang menciptakan banyak cerita dan kebahagiaan . 455 AiBook Page number 456



PROM NIGHT PARTY IQBAL sampai duluan di aula sekolah , tempat acara prom night berlangsung . Ia berangkat sendiri karena Acha tidak mau dijemput . Baguslah , Iqbal tidak perlu repot - repot menunggu gadis itu selesai dandan . Iqbal tidak tahu sebenarnya ia harus mengenakan apa di acara prom malam ini . Jadilah , ia menggunakan pakaian formal . Celana panjang berwarna navy dan kemeja putih dibalut jas berwarna navy juga . Iqbal terlihat rapi dan tampan tentunya . Sebuah tangan memukul pundak Iqbal dari belakang . " Acha mana ? ” tanya orang tersebut , tak lain adalah Rian . Iqbal menoleh ke arah Rian , menatap pria itu dari atas sampai bawah . Iqbal melega melihat Rian berpakaian tak jauh beda dengan dirinya . “ Masih di dunianya . ” “ Lah ? Sejak kapan lo beda planet sama Acha ? ” " Sejak lama . " “ Emang dia tinggal di planet apaan ? ” tanya Rian sembari tertawa penasaran . “ Planet Sapi , " jawab Iqbal cepat dan tepat . Tawa Rian langsung meledak . Ia memang tahu bahwa Acha sangatlah hobi mengoleksi boneka sapi . Rian jadi membayangkan Acha menjadi presiden di negara sapinya itu . 456 AiBook Page number 457 acten mana ? " tanya Iqbal tak melihat keberadaan manusia astral itu . “ Lagi di kantin , ” jawab Rian . " Ngapain ? ” « Nyari ceret . Dia jadi Aladin , ” jelas Rian . Pandangannya menyapu mencari Glen , siapa tahu sudah tampak batang hidungnya . Rian menepuk lengan Iqbal . “ Noh anaknya , jadi Aladin pakai piah merah kayak Si Entong , " tunjuk Rian ke arah jam sepuluh . Benar saja , Iqbal menemukan sosok Glen memakai baju takwa arna ungu dipadu kopiah berwarna merah . Iqbal bergidik ngeri dengan penampilan Glen . Pria itu melambai - lambaikan tangan ke arah Jabal dan Rian , berjalan cepat mendekati keduanya . “ Hai , Bro , ” sapa Glen dengan senyum merekahnya . “ Sejak kapan Aladin pakai baju takwa ? ” heran Iqbal . “ Gue Aladin yang sedang berhijrah , ” jawab Glen bangga . “ Ganteng kan gue . " " Iya . Suka - suka Bang Aladin aja , " serah Iqbal dan Rian bersamaan . “ Mana ceret lo ? Nggak jadi nyari ? ” tanya Rian . “ Nggak ada . Gue nggak nemu , " ucap Glen sedih . “ Lo sih ke sini bawa otak , harusnya bawa ceret , ” ledek Rian . " Otak gue lagi dijemur tadi sore . Gue bawa badan aja ke sini , Yan , " balas Glen menambah - nambahi bully - an Rian . Glen terlihat sangat pasrah . Iqbal menarik napas pelan - pelan dan mengembuskannya . Mimpi apa dirinya bisa berada di tengah - tengah kedua makhluk yang tak pernah waras ini . “ Lo sendirian aja , Bal ? Mana istri lo ? ” tanya Glen . “ Tumben nggak nempel ? Lemnya udah habis ? ” “ Katanya mau datang sendiri . " “ Wuih . Nyasar nggak tuh ? Dia tau kan jalan ke sekolah ? ” “ Lo kira Acha anak TK , " cerca Rian . Sementara Glen hanya bisa menyeringai tak berdosa . 457 AiBook Page number 458 Suara riuh anak - anak mulai terdengar tak jelas . Membuat Rian . Glen , dan Iqbal bingung sendiri . Apa yang membuat teman - temannya mendadak ramai ? Iqbal , Rian , dan Glen pun mengikuti arah sorot mata teman temannya , yaitu di pintu masuk . Mereka membalikkan badan dan mencoba mencari apa yang tengah menjadi pusat perhatian teman - teman mereka itu . “ Gila ! ! ! Itu siapa pakai baju kuning - kuning berkilau sebening sabun Wing wing - wing - wing Boomerang ? ” takjub Glen membuka matanya lebar - lebar . Rian menarik - narik lengan jas yang dipakai oleh Iqbal dengan kedua mata tetap fokus ke depan . “ Bal . . . Bal . . . ” panggil Rian meracau . “ Hm ? " " Itu . . . Itu Acha , kan ? Pacar lo , kan ? ” " Iya . " " Seriusan , Bal ? Pacar lo ? ” tanya Rian takjub . “ Belajar pelet di dukun mana



lo , Bal ? Sakti banget dukun lo . ” Iqbal melirik Rian sinis . Merinding mendegar pertanyaan sampah itu . ia kembali menatap ke depan , lebih tepatnya menatap Acha . Saat itu juga Acha tengah tersenyum ke arahnya . Gadis itu berjalan menghampirinya . Dan , semua orang masih menyorot kecantikan Acha . Iqbal tak bisa memungkiri , dirinya juga dibuat terkagum seperti yang lainnya . Acha mengenakan gaun kuning panjang , dengan rambut digulung ke atas , ditambah pita berwarna emas terikat di kepalanya . Acha benar - benar telihat cantik malam ini . Mungkin menurut Iqbal , lebih cantik dari Putri Belle yang asli . “ Iqbal , ” panggil Acha . Gadis itu sudah berdiri di hadapan Iqbal . Acha tersenyum malu - malu , ia sedari tadi salah tingkah sendiri karena sudah menjadi pusat perhatian teman - temannya . “ Diantar siapa ? ” tanya Iqbal . Ia berusaha mengatur ekspresinya untuk tetap tenang . “ Tante - Mama , " jawab Acha . " Udah lama nunggu Acha , ya ? ” " Lumayan . ” 458 AiBook Page number 459 Maafin Acha . " " Maafin “ Nggak apa - apa . ” ampun itu ? ” suar Jaaahhh , waaah . . . Lo beneran Acha yang manjanya minta itu ? ” suara keras Glen menghancurkan senyum Acha . Acha menatap Glen tajam . “ Iya , ini Acha yang manjanya minta Kenapa ? ” bentak Acha kesal . Ia tak peduli lagi dengan image man putrinya . Glen menghancurkan semuanya ! " Lo operasi plastik di mana lagi ? Makin yakin gue , kalau lo ampun . Kenapa ? ” itu oplas ! ” " Udah Acha bilang , kan ! Acha itu nggak operasi plastik , Glen ! Ini wajah Acha alami tau ! ” " Alami , preettt ! ! " Glen makin menjadi . “ Nggak percaya gue ! No tipu - tipu Glen Anggara ! ” “ Ya udah sih kalau Glen nggak percaya . Bodo amat ! Acha nggak peduli . ” “ Ya udah sih kalau Acha nggak mau jujur . Bodo amat . Glen nggak peduli juga , ” ledek Glen mengikuti cara bicara Acha . “ Glen kok makin nyebelin sih ! ” “ Jelas lah . Raja Semut , raja terakhir ! ” teriak Glen bangga . " Udah - udah . Ini acaranya udah mau dimulai , ” lerai Rian . Acha mendengus pelan , ia menyembunyikan diri di dekat Iqbal . Tak ingin lagi menggubris kegilaan Glen . Acha lebih mendekat ke Iqbal , ia merangkul lengan Iqbal . . . bile Acara prom night pun dimulai . Mulai dari acara sumbang lagu , dansa bagi yang punya pasangan , game seru - seruan . Dan , yang terakhir puncak acarra , yaitu pemilihan Queen and King of Prom Night . Semua yang hadir diberikan dua lembar kertas dan sebuah bolpoin saat pertengahan acara tadi . Selembar kertas untuk menuliskan nama Queen da . n selembar lagi untuk menuliskan nama King yang mereka pilih . Setelah menuliskan pilihannya , mereka semua wajib untuk memasu ' kkannya ke kotak suara yang disediakan panitia . 459 AiBook Page number 460 " Gue sih yakin . Pasti lo yang kepilih jadi Queen , " seru Amanda tak meragukan . Acha tersenyum - senyum malu . Jujur , ia juga percaya diri bahwa dirinyalah yang akan terpilih menjadi Queen of Prom Night . “ Emang tadi Amanda pilih Acha ? ” tanya Acha basa - basi . “ Nggak , ” jawab



Amanda . " Terus Amanda pilih siapa ? ” tanya Acha kaget . " Gue sendiri lah . I love my self ! " Acha mendesis kesal , tidak menyangka dengan jawaban super maha dahsyat dari bibir Amanda . “ Baiklah , di tangan saya sudah ada sepasang nama yang mendapatkan voting terbanyak , yang terpilih menjadi Queen and King of Prom Night tahun ini ! Pastinya kalian semua sudah tidak sabar ingin tau , kan ? ! ” seru MC di atas panggung . " IYAAA ! ! ! " teriak semuanya . " Kalian penasaran ? ” " IYAAAAA ! ! ! " Sang MC tersenyum penuh arti . Bersiap untuk mengumumkan . “ Queen and King of Prom Night tahun ini jatuh kepada . . . . " Semuanya diam , tak ada yang bersuara . Menunggu dengan waswas . " SELAMAT KEPADA NATASHA KAY LOOVI DAN JUNA PRADIPTA ! ” Semua murid yang bersiap untuk bertepuk tangan , langsung mengurungkan niat mereka . Kedua tangan mereka tertahan di udara . Semua mata bergerak dan tertuju ke satu orang , yaitu Iqbal Guanna . “ Lo pilih siapa ? Iqbal , kan ? " " Nggak . Gue emang pilih Juna . Habisnya Juna ganteng banget malam ini . " " Gue juga pilih Juna . " " Gue Igbal sih . Tapi nggak nyangka banget kalau Jona yang kepilih . " " Gue kira Iqbal yang jadi King - nya . " “ Seriusan bukan Iqbal ? " 460 AiBook Page number 461 Suara bisik - bisik mula terkejut dengan hasil mereka memang sudah bisik - bisik mulai terdengar serempak , mereka semua tampak dengan hasil yang diumumkan oleh MC . Kebanyakan dari hemang sudah memprediksi bahwa Queen of Prom Night jatuh ke tangan Acha . Tapi , untuk King - nya ? It ' s so unpredictable . Acha membasahi kerongkongannya , menelan ludah berkali - kali . ematung di tempat . Harusnya ia bahagia sekarang . Namun , hal itu tidak bisa dilakukannya . Acha sama sekali tidak berani bergerak , bahkan untuk menoleh be samping . Ia tidak penasaran juga bagaimana ekspresi Iqbal saat ini . Pria itu tampaknya tetap tenang berdiri di sebelahnya . " Silakan kepada Natasha dan Juna naik ke atas panggung untuk menerima mahkota ! ” seru sang MC . Acha tertunduk diam . Meremas jemarinya yang mendadak dingin . " Cha , disuruh naik tuh , " ucap Amanda dengan tak berdosanya . Acha melirik tajam ke arah Amanda . Gadis itu tidak mengerti situasi apa bagaimana sih ? Acha semakin tak tenang sendiri . “ Naik aja , " suara Iqbal terdengar . “ Hah ? ” kaget Acha . Ia masih tidak berani menatap ke arah Iqbal . “ Lo udah dipanggil MC - nya , " jelas Iqbal . “ Ha . . . Harus , ya , Acha naik ? ” " Terserah . ” " Natasha Kay Loovi . Where are you ? Ayo naik panggung , Sayang . Ini King - nya sudah menunggu , lho . ” Karena sang MC adalah orang luar , yaitu salah satu artis ternama di Ibu Kota . Mungkin beliau tidak tahu bahwa seorang Natasha sudah memiliki kekasih bernama Iqbal Guanna . Bukannya Juna ! Ucapan MC tersebut membuat suasana sekitar semakin tegang saja . Acha pun menyumpahi MC tersebut dalam hati . Acha mendecak kesal . Bingung harus berbuat apa . " Maju aja , " suruh Iqbal , tangannya bergerak mendorong punggung Acha . 461 AiBook Page number 462 Acha menatap Iqbal dengan wajah bimbang . Namun , Iqbal memberikan senyum hangatnya .



“ Gue tunggu di rooftop sekolahı , ” ucap Iqbal . " Iya . Nanti Acha ke sana , ” balas Acha lemah . Acha pun berjalan dengan langkah lunglai . Semuanya tidak seperti yang dibayangkannya . Acha naik ke atas panggung dengan senyum terpaksa . Kebahagiaannya kurang sempurna . Tapi , Acha tetap bersyukur tentunya . Sementara Iqbal perlahan menjauhkan diri dari keramaian aula . Iqbal keluar menuju ke rooftop sekolah . Mencari angin segar . Acha turun dari panggung dengan hati - hati , sepatu higheels tujuh senti yang dipakainya sedikit merepotkan . Acha terkejut , sebuah tangan meraih lengannya , membantunya untuk turun . “ Waaah . . . . Romantisnya , King membantu Queen - nya turun , " seru sang MC dengan tertawa bahagia dan raut wajah terkagum dengan kejadian tersebut . “ Serasi sekali , ya , mereka berdua . Hahaha . ” Namun , tidak dengan para siswa yang menonton , mereka tidak ada yang berarii tertawa . Nyatanya , bukan hal ini juga yang menjadi ekspektasi mereka semua . “ Ma . . . Makasih Juna , ” ucap Acha kaku . Juna melepaskan tangannya , tersenyum ke arah Acha . " Sama - sama , Cha . ” “ Acha duluan , ya , ” pamit Acha dan meninggalkan Juna begitu saja . Acha segera meninggalkan kerumunan di aula . la berjalan ke rooftop , te mpat Iqbal sudah menunggunya . Acha membuka pintu rooftop dan menemukan Iqbal di sana . Pria itu tengah asyik memainkan ponselnya di atas kursi kayu panjang . 462 AiBook Page number 463 bon rooftop cukup terang karena memang ada lampu di beberapa Hirik . Acha berjalan hati - hati , tidak ingin mengganggu Iqbal . “ Dapat hadiah apa ? ” Acha terkejut bukan main , suara Iqbal mengagetkannya . Padahal , udah sangat hati - hati tidak mengeluarkan suara sedikit pun . Bagaimana pria itu bisa tahu keberadaannya . “ Piala , " jawab Acha kaku . Iqbal melihat tangan kanan Acha , terdapat piala cukup besar di sana . “ Selamat , ” ucap Iqbal tulus . Acha menghela napas berat , senyumnya memudar . “ Padahal Acha udah bayangin Iqbal yang jadi King - nya , ” lirih Acha kecewa . “ Nggak apa - apa , bukan masalah besar . ” " Iya sih . ” Acha berusaha untuk tersenyum . “ Iqbal nggak cemburu , kan , sama Juna ? ” “ Sedikit , ” jawab Iqbal sembari tersenyum . Acha tersipu mendengarnya . Tentu saja , ia sangat senang sekali . Akhirnya Acha mendengar pengakuan cemburu dari bibir Iqbal . “ Duduk , ” suruh Iqbal memberikan kode agar Acha duduk di sebelahnya . Acha mengangguk , dan segera duduk di sebelah Iqbal . Keduanya diam sejenak , menikmati pemandangan malam yang cukup indah . Meskipun sama sekali tidak ada bintang , namun langit terlihat begitu cerah , bahkan bulan terbentuk bulat sempurna . " Cantik ya , Iqbal , bulannya . " " Iya . ” b “ Kayak siapa ? " " Kamu , " jawab Iqbal tak segan . Acha dibuat tersenyum kembali . Kali ini lebih merekah . Acha menoleh ke samping . Iqbal masih fokus menatap ke atas langit . Acha memperhatikan Igbal lekat , menikmati sepuas mungkin paras tampan orang yang berhasil membuatnya jatuh cinta selama setahun ini . Iqbal , " panggil Acha menyadari sesuatu . “ Kenapa ? ” 463 AiBook Page number 464 " Kok Iqbal nggak dandan kayak Beast sih . Kalau dandan kayak gini Iqbal tambah keliatan ganteng , " protes Acha .



“ Ya gimana , Cha . . . . ” “ Gimana apanya ? ” bingung Acha . " Orang ganteng diapa - apain juga tetep ganteng , ” ucap Iqbal tanpa beban dengan raut wajah datarnya . Bibir Acha ingin mengumpat rasanya , tapi ia urungkan . Toh . ucapan itu tidaklah salah sama sekali . Iqbal memang sangat tampan . dan tak ada yang bisa memungkiri hal itu . " Menyebalkan ! Selalu pinter bales omongan Acha , ” ketus Acha . Iqbal menatap Acha hangat , bibirnya mengembang . Tangannya bergerak merapikan beberapa helai rambut Acha yang berantakan . " Cantik , " puji Iqbal . Ia ingin terus memuji gadis di sampingnya itu . “ Makasih , Iqbal , " balas Acha malu . Tangan Iqbal bergerak turun , meraih tangan Acha dan menggenggamnya erat . Iqbal dapat merasakan dinginnya tangan Acha . " Aku cium boleh ? ” ucap Iqbal meminta izin . “ Tangan Acha ? ” tanya Acha mulai salah tingkah . " Iya . " Acha menganggukkan kepalanya , memberikan izin kepada Iqbal . Dan , perlahan Iqbal mencium punggung tangan Acha cukup lama . Acha dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya . Acha menahan napasnya beberapa kali , menahan kegugupannya . Acha tak berhenti berteriak dalam hati . Iqbal melepaskan ciuman di punggung tangan Acha , kemudian kembali memandang Acha . Tersenyum sangat manis . “ Gue ada hadiah buat lo , " ucap Iqbal . “ Hadiah ? Apa , Iqbal ? " Iqbal merogoh saku jasnya . Ia mengeluarkan sebuah boneka sapi berukuran kecil . Iqbal memberikannya kepada Acha . “ Ya ampun . Lucu banget bonekanya . Iqbal , sumpah ini kecil banget dan lucu . ” Acha mulai heboh sendiri . Ya , Iqbal memberikan boneka 464 AiBook Page number 465 i berukuran mini dengan bentuk dan warna belang yang unik di whuh boneka sapi itu . Perpaduan warna hitam dan merah muda . “ Suka ? ” “ Suka banget . Acha bisa bawa boneka ini ke mana - mana . Sumpah , ini gemesin banget sapinya , Acha belum punya yang seperti ini . ” Acha tak bisa menghilangkan senyumnya . " Terima kasih banyak , pacarnya Acha . " " Iya , sama - sama . ” Acha berpikir sebentar , sebuah ide terlintas di otaknya . “ Acha punya nama untuk boneka ini , " tukas Acha . " Siapa ? ” " Aje . Nama boneka kecil dan lucu ini Aje . ” “ Aje ? ” “ Iya . Aje namanya . " “ Kenapa Aje ? ” “ Nggak apa - apa . Panggilannya lucu dan mudah dihafal , " jelas Acha . " Mulai dari sekarang Aje akan menjadi boneka kesayangan Acha . ” Iqbal menganggukkan kepalanya , mengiakan saja keinginan Acha . Iqbal terus memandang Acha tanpa teralih sedetik pun . " Jangan liatin Acha terus . Acha nanti salah tingkah , " omel Acha . Ia merasakan pipinya yang kembali memanas karena Iqbal terus menatapnya . “ Nggak apa - apa , gue suka . ” " Iqbal suka lihat Acha salah tingkah ? ” " Iya . ” “ Kenapa ? ” “ Lucu aja . " “ Kalau lucu ketawa dong , " cibir Acha . Iqbal kembali meraih tangan Acha dan menggenggamnya lagi , bahkan lebih erat . Iqbal memberikan kehangatan untuk tangan Acha . " Natasha , ” panggil Iqbal lembut . “ Iya , Iqbal ? ” " Terima kasih . ” 465 AiBook Page number 466 " Untuk ? ” balas Acha gugup . ulas Acha gugup . Iqbal tersenyum penuh arti . Sebuah senyum yang paling tulus untuk icna . Tangan Iqbal beralih ke pipi pucat Acha . Iqbal membelainya pelan ,



sorot matanya semakin dalam . " Terima kasih sudah mencintaiku hanya dalam waktu satu detik , Natasha . ” 466 AiBook Page number 467 EXTRA FUN SATU ACHA terduduk lemas di pinggir lapangan , ia memandangi sapi - sapi yang diikat untuk di sembelih . Ya , besok adalah Hari Raya Idul Adha . SMA Arwana akan menyembelih tujuh ekor sapi dan lima belas ekor kambing yang nantinya akan dibagikan kepada warga sekitar . Bibir Acha maju beberapa senti , dengan kedua mata mulai berair , dan akhirnya Acha menangis terisak . Acha menatap sapi - sapi tersebut tidak tega . " Cha , ayo masuk kelas , " ajak Amanda . Ia menutupi sedikit wajahnya , malu dilihat adik - adik kelas yang menyoroti Acha menangis seperti orang gila di pinggir lapangan . “ Kasihan sapi - sapinya , Nda . Mereka pasti nangis kayak Acha , " isak Acha . “ Cha , mereka malah senang kalau disem . . . ” “ Mereka itu sedih , Amanda , mereka takut ! Gimana kalau Amanda yang disembelih ? Amanda mau ? ” " Cha . . . . " " Amanda kalau nggak tau perasaan sapi - sapinya , diem aja ! Nggak punya perasaan ! ” Amanda segera bangkit berdiri , kesabarannya sudah habis . Amanda menatap Acha miris . “ Gue panggilin pacar lo ! ” kesal Amanda penuh 467 AiBook Page number 468 amarah . Ia pun segera meninggalkan Acha yang masih terisak sendiri di pinggir lapangan . Amanda menggebrak meja Iqbal dengan keras membuat Iqbal dan Rian yang tengah sibuk berbincang terlonjak kaget . Mereka berdua menatap Amanda bingung . “ Kenapa , Nda ? ” tanya Rian mewakili Iqbal . Amanda menunjukkan jarinya ke arah lapangan , ia menatap Iqbal tajam . “ Lo samperin pacar lo yang hampir gila itu ! Dia nangis di pinggir lapangan karena sapi - sapi yang mau dikurbanin besok ! " cerca Amanda tak bisa bersabar . " Maksud lo ? ” bingung Iqbal masih belum mengerti . “ Acha nangis , Bal , di pinggir lapangan . Dia nggak mau sapi - sapinya disembelih ! ” Tawa Rian langsung meledak , tak bisa menahannya . Ia membayangkan wajah Acha yang pastinya sangat lucu . Rian menoleh ke arah Iqbal . “ Lo samperin sana , Bal , ” ucap Rian dengan wajah sok serius . Iqbal menganggukkan kepala . Ia berdiri dari kursi dan berjalan keluar kelas . “ Bal , ” panggil Rian . Iqbal menghentikan langkahnya , membalikkan badan . " Apa ? ” balas Iqbal . | Rian tersenyum licik , “ Jangan ikut nangis , ya . ” Iqbal menghampiri Acha , benar yang dikatakan Amanda , Acha menangis di pinggir lapangan seperti orang gila . Iqbal juga melihat banyak siswa yang lewat lapangan itu menertawakan Acha . " Acha , ” panggil Iqbal berdiri di depan Acha . 468 AiBook Page number 469 pipinya dipenuhi airn disembelih bes Acha mendongakkan kepala , kedua matanya sembap dan kedua dipenuhi air mata . “ Iqbaal . . . , " isak Acha . ” Kasihan sapi - sapinya . Clongin sapi - sapi itu , Iqbal . Mereka pasti takut karena bakal obelih besok , " lanjutnya . “ Mereka nggak takut , Cha . ” < labal kok sok tau kayak Amanda ? ” kesal Acha . “ Ayo balik ke kelas , ” ajak Iqbal .



“ Nggak mau ! ” tolak Acha . “ Acha mau tolong sapi - sapinya dulu . Pasti anaknya nyariin . Kalau sapinya disembelih , siapa yang jaga anaknya nanti di kandang ? Iqbal mau jadi ayah angkatnya ? Mau rawat anak - anaknya ? Iqbal mau tanggung jawab ? ” Iqbal menahan untuk tidak tertawa . Ia berjongkok , memperhatikan Acha yang masih tak berhenti menangis . “ Berhenti nangis , ” suruh Iqbal . Acha menggelengkan kepala . Sesenggukan kecil . “ Sapinya senang , Cha , kalau disembelih . ” “ Kata siapa ? ” “ Tanya sama Pak Heri , guru agama . " y " Iya sih , Acha sebenernya pernah denger . Tapi tetep kasihan , Iqbal . Mereka matanya berair , mereka nangis kayak Acha gini . Acha kan jadinya nggak tega . " “ Mereka nangis bahagia . ” Acha terdiam sebentar , menatap Iqbal yang berusaha meyakinkannya . “ Beneran mereka nangis bahagia ? ” tanya Acha . " Iya . ” “ Nggak bohong , kan ? ” “ Nggak . ” TEATER “ Ya udah kalau gitu . Acha sedikit lega . " " Ayo berdiri , ” suruh Iqbal , ia membangkitkan tubuhnya , lalu membantu Acha untuk berdiri . Acha membersihkan roknya yang kotor karena debu , mengusapi bekas air matanya . “ Iqbal , ” panggil Acha . " Apa lagi ? ” A * Pinjem dasinya , ” pinta Acha menunjuk dasi yang dipakai Iqbal . 469 AiBook Page number 470 AL " Buat apa ? ” T he " Ingus Acha meler terus . Acha nggak punya tisu . " Iqbal menghela napasnya pelan , ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celana dan memberikannya kepada Acha . “ Pakai ini , " suruh Iqbal . Acha menerima sapu tangan tersebut dan mengelap hidungnya . “ Makasih , Iqbal . Ini Acha kembaliin . ” Iqbal menatap sapu tangannya yang sudah basah , ragu untuk mengambilnya atau tidak . " Ini Acha kembaliin , cepet ambil , ” paksa Acha dengan wajah tak berdosanya . Iqbal mengangguk pasrah , ia mengambil sapu tangan tersebut dengan terpaksa . Iqbal mengajak Acha untuk kembali ke kelas , Acha sudah jadi tontonan hampir satu sekolah . Bagaimana bisa gadis ini bertingkah seperti itu hanya karena sapi ? “ Iqbaal ! ” teriak Acha mendadak berhenti berjalan . Acha membalikkan badannya . " Apa ? " tanya Iqbal , mencium hawa hawa tidak enak . " Acha ucapin salam perpisahan buat sapinya dulu boleh nggak ? Acha mau salaman sama sapinya , nenangin sapinya biar nggak nangis . " " Ke kelas , Cha , ” tukas Iqbal , kali ini nadanya lebih tegas dengan tatapan dingin . " Tapi Iqbal , Acha cuma mau . . . . " Jalan . " Acha menunduk lemah , bibirnya cemberut . “ Iya , Iqbal . Maaf . ” " Nanti gue beliin boneka sapi , " bujuk Iqbal . Kepala Acha langsung terangkat cepat , menatap Iqbal dengan kedua mata berbinar . “ Beneran ? Iqbal mau beliin Acha boneka sapi ? ” " Iya . " " Janji ya , nggak boleh bohong ! ” " Iya , Natasha . " “ YES ! " teriak Acha sangat senang . “ Makasih banyak , Iqbal . ” 470 AiBook Page number 471 Setelah itu Acha berjalan kembali dengan bibir bersenandung . Iqbal nengembuskan napasnya dengan berat . Ia tak bisa berkata apa - apa ini . Acha selalu membuatnya takjub dan gagal paham . « Yee vee . . . Iqbal beliin Acha boneka sapi . Yee yee . . . Boneka sapi haru . Yee vee . . . warga baru . Yee yee . . . . " Inilah yang dinamakan , habis jatuh air mata terbitlah sapi . 471



AiBook Page number 472 EXTRA FUN DUA ACHA mengelus perutnya yang kekenyangan . Ia merasa seperti wanita yang hamil lima bulan . Langkah Acha gontai , tidak kuasa untuk berjalan lagi . Perutnya sangat penuh . “ Iqbal , ” panggil Acha , pria itu berjalan di sebelahnya . " Apa ? ” " Perut Acha kenyang banget . Kayaknya anak Acha mau lahir . " “ Terus ? ” “ Ayo ke rumah sakit bersalin . ” Iqbal bergidik , semakin hari tidak mengerti dengan jalan pikiran Acha yang berbeda dengan gadis - gadis lain di luar sana . Sangat ajaib ! Iqal memilih tidak membalas perkataan Acha yang tidak beres tersebut . Acha mendadak berhenti , kedua matanya terbuka lebar . Tangannya perlahan bergerak memegangi perutnya yang mulai terasa aneh . “ Kenapa ? " bingung Iqbal melihat Acha seperti orang yang akan kesurupan . " I . . . Iqbal cep . . . cepetan menjauh ! ” “ Menjauh ? ” " Iya ! Iqbal cepetan jalan duluan , yang jauh ! ! ! ” teriak Acha . “ Ada apa ? ” Iqbal menoleh ke kanan dan ke kiri , masih tidak mengerti . " Iqbal jangan banyak tanya ! Jauh - jauh dari Acha ! " 472 AiBook Page number 473 1 . KALAU ACHA BI . . . . " Duuuutttt ! Suara nyaring nan merdu itu akhirnya keluar . Acha meneguk udahnya dengan susah payah , ia melihat Iqbal yang terdiam dengan dua mata masih menatap ke arahnya . Acha menggigit bibirnya , meremas - remas jemarinya . " Itu tadi apa ? ” tanya Iqbal memastikan . Sial ! Kenapa Iqbal tanya segala . Acha memberi tatapan memelas , bibirnya mulai mewek . “ Kentut Acha , " jawab Acha lirih , seketika itu Acha langsung menangis kencang tanpa mengeluarkan air mata . Iqbal cukup kaget mendengar jawaban Acha , tak menduga hal itu akan terjadi di parkiran mal seperti ini . " Acha malu banget ! Iqbal pasti ilfeel sama Acha , Iqbal pasti nggak mau pacaran lagi sama Acha ! ! ” teriak Acha semakin heboh . Iqbal masih terbungkam , ia berusaha mencerna kejadian tersebut . Sementara Acha perlahan memundurkan langkahnya , menjauh dari Iqbal . “ Iqbal putusin Acha aja ! Iqbal nggak usah pacaran sama Acha mulai sekarang ! Acha malu banget ! Acha nggak pantes jadi pacarnya Iqbal ! ! ” tangis Acha . Iqbal tertawa pelan karena perkataan Acha . Iqbal berjalan mendekat . “ Jangan mendekat ! Iqbal nggak boleh deket - deket Acha lagi ! ! ” " Kenapa ? ” “ Pokoknya nggak boleh ! Iqbal cepetan putusin Acha ! Cepat bilang putus ke Acha ! Sekarang juga ! ” paksa Acha . Iqbal menggaruk dahinya , tidak tahu harus berbuat apa di situasi seperti ini . Jujur , Ia juga terkejut tadi . Tapi , baginya itu bukanlah masalah besar . Kentut di depan umum tidak melanggar undang - undang , bukan ? “ Nggak apa - apa , Cha , " ucap Iqbal . “ Acha yang malu ! Acha mau operasi plastik aja kalau kayak gini ! Acha ganti wajah aja ! Acha mau ke rumah sakit sekarang ! " “ Rumah sakit bersalin ? ” ledek Iqbal . 473 AiBook Page number 474 " Bukaaaan , Iqbaal ! ! Tuh kan , Iqbal ngejek Acha . Iqbal udah ül sama Acha ! Iqbal nggak suka lagi sama Acha ! ” " Gue tetep suka . ” “ Bohong ! Iqbal putusin Acha aja . Acha rela , kok . Acha ikhlas » Acha



sesenggukan sendiri . Ia mengusapi kedua pipinya yang sam sekali tidak basah . Acha berhenti menangis , terdiam sebentar . “ Iqbal , ” panggil Acha lagi . " Kenapa ? ” " Kok , Acha nangis nggak ada air matanya ? Apa jangan - jangan air mata Acha juga udah nggak mau sama Acha ? Udah jijik sama Acha ? » Tawa Iqbal lepas saat itu juga . Ia dibuat kehabisan kata - kata dengan tingkah absurd pacarnya ini . Iqbal melihat Acha yang mulai tenang , tidak berteriak teriak seperti orang kesurupan lagi . Iqbal berjalan lebih dekat . " Ayo pulang , ” ajak Iqbal . " Iqbal nggak mutusin Acha ? ” “ Nggak , Cha . " " Nggak jijik sama Acha ? ” “ Nggak . " “ Beneran ? ” Iqbal menganggukkan kepala , tangan kanannya mencubit pipi Acha , menariknya dengan gemas . “ Gue suka semua yang ada di diri lo . Kelebihan maupun kekurangan lo . " " Termasuk kentut Acha ? " Iqbal menahan untuk tidak tertawa . " Iya . ” “ Jadi , kita nggak putus ? " “ Nggak , Natasha . ” Acha mengangguk - anggukkan kepalanya seperti anak kecil . Hatinya sangat lega . Padahal , tadi ia sangat malu dan rasanya ingin menghilang saja dari bumi ini . “ Makasih banyak , Iqbal . Maaf Acha kentut nggak bilang - bilang . Habisnya kentutnya juga langsung keluar sendiri , nggak bilang - bilang dulu ke Acha . " 474 AiBook Page number 475 " Iya , nggak apa - apa . " Iqbal menurunkan tangannya , menarik tangan Acha dan menggenggamnya . “ Ayo pulang . ” “ Iya , Iqbal . ” Mereka meneruskan perjalanan kembali . Acha menatap Iqbal , penasaran akan sesuatu . “ Iqbal , Acha mau tanya . " " Apa ? ” « Kentut Acha tadi bau nggak ? ” tanya Acha waswas . Iqbal tak langsung menjawab , ia terlihat berpikir , mencari jawaban yang pas . “ Sedikit , ” jawab Iqbal jujur . Acha langsung menepis tangan Iqbal dari genggamannya . Ia menatap Jabal dengan kedua mata berkaca - kaca . Acha pun menangis lagi . “ IQBAAAL PUTUSIN ACHA AJA SEKARANG ! ” 475 AiBook Page number 476 FINAL EXTRA FUN SETELAH Prom Night Party berakhir , Iqbal dan kawan - kawan tidak langsung pulang . Mereka membuat party bagian kedua , di atap sekolah . Mereka semua menikmati keindahan malam ditemani bulan purnama dengan pasangan masing - masing , terkecuali Glen sang Aladin berkopiah merah . " Gue nyalain kembang api yang besar ! ” seru Glen menerima kembang api yang dibagi - bagikan oleh Rian . " Arahin kembang apinya ke atas bukan ke otak lo ! " sindir Rian . “ Siap , Master ! " seru Glen semangat . Iqbal berjalan ke arah Acha dengan tangan membawa sebuah kembang api . " Mau nyalain bareng ? ” tawar Iqbal . " Acha takut . ” “ Ada gue . " Acha menganggukkan kepalanya , ia menerima uluran tangan Iqbal . Amanda dan Dina yang ada di sebelah Acha menahan tawa melihat Iqbal dan Acha yang sangat menggelikan bagi mereka . " Yayang Rian . Adek Amanda juga diajak dong nyalain kembang api bareng ! ” ledek Amanda nyaring menyindir Iqbal dan Acha . “ Yayang Dino , Adek Dina juga dong . Biar romantis kayak Iqbal . dan Acha ! ” tambah Dina tak kalah nyaring . 476 AiBook



Page number 477 Jua mereka berdua akhirnya meledak ke mana - mana , puas awakan Iqbal dan Acha . Sementara Acha menatap keduanya Tawa mereka be menertawakan Iqbal dan dengan kesal dan tajam . “ Dasar sirik ! ” ketus Acha . Ia membuang muka cepat tak memedulikan Amanda dan Dina lagi . Kembang api siap untuk dinyalakan . Mereka semua berdiri berjajar , menegakkan kembang api yang mulai menyala dan mengeluarkan desisan . Dan . . . ledakan demi ledakan kecil akhirnya keluar dari kembang si tersebut , mengeluarkan cahaya warna - warni yang terbentuk indah dicatas langit sana . “ Waaahhh . . . cantiknya . . . , " seru Acha kagum melihat kembang api miliknya . Rian menoleh ke arah Dino , Iqbal , dan Glen . Mereka bertiga saling bertatap dan tersenyum penuh arti . Satu . . . Dua . . . Tiga . . . “ SELAMAT TINGGAL SMA ! WE LOVE YOU ! ” Mereka berempat sama - sama berteriak kencang , melepaskan kebahagiaan mereka sebelum menyambut perjalanan yang baru setelah ini . Mereka semua masih meneruskan acara party kecil tersebut , menyalakan kembang api tangan , menghabiskan semua stoknya . Kemudian , berbincang kecil sembari menikmati cireng Mbak Wati yang sempat dipesan khusus oleh Glen , sang Aladin berkopiah merah . Mereka mengulang memori - memori selama di SMA Arwana . Bercerita kejadian lucu sampai memalukan satu sama lain . Hanya ada tawa yang terdengar , mereka semua terlihat akrab dan menyatu antara satu dan lainnya . 477 AiBook Page number 478 Glen mengeluarkan kameranya , mengaturnya terlebih dahul . Kemudian , mengajak semua temannya berfoto bersama . Mereka dengan sigap berdiri dan berbaris sejajar . Timer menyala dan mulai menghitung mundur . Senyum merekah terhias di wajah mereka , membuat pose yang cantik dan lucu . " Say buncis ! ” suruh Dino , agar teman - temannya melebarkan senyum mereka ke kamera . " Bunciis ! ! ” seru semuanya tanpa malu . Mereka ketagihan berfoto dan meneruskannya , membidik kenang kenangan sebanyak mungkin . Tak memedulikan Glen yang berteriak - teriak karena kameranya dibajak oleh teman - temannya . Iqbal berdiri diam dengan bibir tersenyum , melihat kehebohan dan keributan teman temannya yang berebut kamera mahal Glen . Rasanya begitu menenangkan saat ini , melihat salah satu bukti dari persahabatan dan kebahagiaan . Semua tawa , semua tangis , dan semua kenangan di mas SMA merupakan perjalanan yang akan diingatnya . Persiapan pencarian jati diri telah berakhir , mereka harus mulai sungguh - sungguh untuk menemukan jati diri sebenarnya . Teman , aku akan mengingatmu , aku akan membawa semua kenangan kita di mana pun aku berpijak . Aku bahagia karena kalian , perjalananku berwarna karena kalian . Teman , tetap rasakan pegangan erat yang pernah kalian berikan kepadaku , begitu pun sebaliknya . Teman , aku akan merindukanmu dan kalian juga harus merindukanku . Sampai berjumpa lagi . Jangan pernah lupakan tawa dan tangis kita bersama di masa ini . Aku mengenangnya dan menyimpannya agar tak lekang oleh waktu . Teman , terima kasih banyak untuk semuanya . Aku bahagia memiliki kalian . 478 AiBook Page number 479 SEGERA HADIR Pharipo 2 bio AiBook Page number 480 Thanks to . . .



Pertama saya ucapkan rasa syukur yang sangat besar karena berkat rahmat , hidayah , dan segala kemudahan yang diberikan Allah SWT akhirnya novel “ MARIPOSA ” bisa saya selesaikan . Kepada Abah , Ibu , Mbak Sikha , Mbak Fifin , Mbak Ratna , dan Mbak Nurul yang selalu mendukung saya dalam segala hal , terutama impian saya untuk menulis . Aku sayang kalian . Kepada keluarga besar , paman , bibi , pakde , bude , sepupu . keponakan , kakak ipar , pokoknya semua keluarga besar di rumah . Terima kasih atas doa , dukungan , dan semangat dari kalian . Kepada tiga Admin yang banyak membantu saya . Kak Siska , Kak Fitra , dan Dek Ika , aku sangat berterima kasih untuk segala hal . Maaf merepotkan kalian . Terima kasih juga untuk semua Admin Roleplayer EL dan Mariposa . Admin kota - kota Mariposa . Terima kasih banyak semua bantuan kalian . I love you so much . Kepada Pebby , Yussy , Tesya , Sandi , Mas Ali , Faruq , dan Faris . Kalian semua yang terbaik . Terima kasih untuk setiap dukungan dan doa dari kalian . Kepada anggota CTB yang tak pernah terlupakan sampai akhir hayat . Farah , Winda , Emyl , dan Maya . Cinta sampai mati dengan tingkah ajaib kalian . Semangat ! Kita pasti bisa jadi istri - istri saleha masa depan . Amin . Kepada teman - teman kelas Manajemen - H UMM angkatan 2013 . Terima kasih banyak telah menjadi teman - teman yang daebak . Jangan pernah lupa dan saling mengingat . See you on the top , guys . Amin . Kepada Hollywood Squad BB 31 yang selalu meramaikan dunia pagi , siang , dan malam saya . Thank you so much girls , tanpa kalian aku hanyalah mayat hidup di dalam kamar . I love you all . Dan , terutama untuk Ayum , kaulah sumber inspirasi jokes recehku . I proud of you and my self . Haha . AiBook Page number 481 yang sudah berkenan ucapkan terima kasih kepada Coconut Books Tak lupa , saya ucapkan terima kasih kepada sudah berkenan menerbitkan Mariposa , dan terkhusus untuk Dadi terima kasih banyak atas semua bantuannya selama ini . ma kasih sudah selalu sabar menunggu dan menghadapi saya yang cerewet . Hehehe . Terima kasih juga untuk Pak Mujahidin , Pak Syafawi , Ufi , Pak Dedi . Mas Andre , Mas Heri , Mas Nando , Mas Afgan , Mas Haykal , dan semua keluarga Coconut Books . Terima kasih telah menjadi keluarga baru saya di Jakarta . Terakhir dan paling spesial , saya mengucapkan banyak terima kasih yang tidak terkira kepada semua pencinta novel Mariposa , kepada # Swagreaders , yang sudah mengikuti dan membaca Mariposa dari part pertama sampai selesai . Terima kasih sudah sangat bersabar menanti Mariposa . Semoga kalian terhibur dan puas dengan novel Mariposa ini . Terima kasih untuk euforia kalian yang sangat luar biasa , menjadikan Mariposa bisa menjadi seperti sekarang . Sumpah , ini semua berkat kalian . Tanpa kalian , Mariposa tidak akan seperti ini . Terima kasih sebesar - besarnya . Terus cinta dan support Mariposa , ya , dan selalu baca cerita - ceritaku yang lainnya juga . Terima kasih banyak . Aku cinta kalian semua . TERIMA KASIH BANYAK , SEMUANYA ! 481 AiBook Page number 482 Profil Penulis LULUK HF dilahirkan di negara Indonesia pada 14 Juni 1995 . Memiliki nama panjang Hidayatul Fajriyah dengan nama panggilan asli diberikan orangtua , yaitu Luluk hingga akhirnya menciptakan nama pena sendiri Luluk _ HF . Memiliki hobi berimajinasi lalu dituangkan dalam tulisan sejak kelas X SMA . Saat ini sedang menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang , Fakultas Ekonomi dan Bisnis , Jurusan Manajemen . Silakan bisa di - follow , Instagram : luluk _ hf



Wattpad : luluk _ hf Blog : hyoluluk . wordpress . com 482 AiBook Page number 483 Untuk mencintai kamu , aku hanya butuh waktu satu detik . Untuk mendapatkan cinta kamu ? Aku butuh berapa juta detik ? Ini kisah tentang Acha , memiliki nama panjang Natasha Kay Loovi . Gadis ajaib berparas cantik seperti bidadari . Ini juga kisah tentang Iqbal . Jangan tanya nama panjangnya siapa , nanti kalian jatuh cinta . Pria berhati dingin dengan hidup monotonnya . Bercerita tentang perjuangan Acha untuk mendapatkan cinta seorang Iqbal . Acha tak pernah gentar meruntuhkan dingin dan kokohnya tembok pertahanan hati Iqbal yang belum pernah disinggahi perempuan mana pun . Sikap dingin dan penolakan Iqbal berkali - kali tak membuat Acha menyerah . Bagi Acha selama Iqbal masih berwujud manusia , selama Iqbal tidak berubah menjadi sapi terbang , Acha akan terus berjuang . Siapkan hati yang mandiri untuk membaca cerita ini . Hati - hati jantung Anda , mohon selalu dijaga . Serangan baper akan terus menyerang tanpa henti . Kisah romantis komedi remaja yang siap memanjakan hari indah Anda semua . Jangan lupa selalu bahagia . Dari Mariposa untuk semua pembaca tercinta . NOVEL ( U152 COCONUT BOOKS JI . Pesantren No . 2 Pondok Hijau , Kelapa Dua , Depok , Jawa Barat + 621 2984 - 2974 IG . @ coconutbooks COCONUT 917 8 6 0 2 550 8 615 Harga P . Jawa Rp . 99 . 000 , AiBook