Markus 11 - 1-11 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MARKUS 11 : 1-11



MARKUS 11 : 1-11



Hari ini kita masuk pada perenungan Minggu Palmarum. Masa di mana Yesus dielu-elukan oleh banyak penduduk Yerusalem, namun sekaligus detik-detik Yesus menjemput kematian-Nya. Dua paradoks kehidupan yang amat memilukan. Meskipun begitu memilukan dan arahnya diketahui oleh Yesus sendiri, Ia dengan bersemangat ingin tetap menyajikan pembelajaran bagi banyak pengikutnya. Salah satunya dengan memperlihatkan bagaimana selayaknya seorang Raja disambut.



Keberadaan Tuhan Yesus di suatu tempat selalu menarik perhatian banyak orang. Tidak heran mengapa orang banyak selalu ingin melihatNya sebab namaNya sudah begitu populer dan apa yang diperbuatNya selalu menjadi pembicaraan khalayak ramai. Tuhan Yesus banyak melakukan mujizat; mengubah air menjadi anggur, mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan orang-orang sakit bahkan membangkitkan orang mati. Kedatangan Tuhan Yesus ke Yerusalem disambut oleh orang banyak dan namaNya dielu-elukan. Ia disambut bagai seorang raja. Memang Tuhan Yesus adalah Raja, namun tidak seperti raja yang dibayangkan oleh banyak orang yang mengelu-elukanNya saat di Yerusalem itu.



Mungkin banyak orang lebih senang mendengar istilah "bergelimang harta". Namun, tidak bagi Yesus. Ketika masuk ke Kota Yerusalem, Yesus dielu-elukan seperti seorang Raja yang dinanti-nantikan penduduk. Namun, tampilan Yesus tidak menunjukkan bahwa Ia bagian dari anggota kerajaan. Yesus masuk ke kota sebagai Raja yang datang menggunakan keledai. Ia tidak menunggangi kuda gagah sebagaimana putra mahkota Kerajaan Romawi. Penduduk juga tidak menyediakan karpet merah untuk dilewati Yesus dan keledai-Nya, melainkan pakaian penduduk, ranting-ranting hijau yang sengaja dihamparkan penduduk untuk menyambut raja mereka (7). Sang Raja hadir dengan kesederhanaan di tengah-tengah penduduk Yerusalem. Tampaknya, Yesus mencoba menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa Ia adalah Raja Damai, bukan raja dunia. Hal ini dipengaruhi oleh harapan besar orang-orang Israel akan datangnya Mesias yang membawa peperangan atas bangsa Romawi. Secara sederhana, Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem dengan menggunakan keledai berarti Yesus mencoba membalikkan logika berpikir yang dipakai oleh orang-orang saat itu bahwa raja harus hadir dengan kemegahan. Raja yang dinanti-nantikan adalah Raja yang hadir dalam kesederhanaan, kedamaian, dan ketulusan hati. Jika Yesus menghayati perjalanan menyosong kematian-Nya dalam suasana damai dan kesederhanaan, maka bagaimanakah cara Anda atau gereja menghayati peristiwa penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib? *******



Keledai Sederhana Yang Dipakai Tuhan (Ayat 1-7) Sewaktu Tuhan Yesus dan murid-muridnya telah dekat Yerusalem, Yesus menyuruh dua orang muridNya untuk pergi ke kampung di depan dan mereka akan menemukan seekor keledai muda yang tertambat untuk dibawa kepada Tuhan Yesus. Keledai muda itu belum pernah ditunggangi orang. Pada zaman itu, keledai digunakan sebagai alat transportasi. Kemudian kedua murid Yesus melakukan apa yang Yesus perintahkan dan mereka membawa keledai itu kepada Yesus. Mereka mengalasi punggung keledai itu dengan baju mereka dan Tuhan Yesus naik ke atasnya. Tuhan Yesus duduk di atas keledai itu dan pergi menuju Yerusalem. Tuhan Yesus menggunakan keledai dan bukan seekor kuda. Hal ini menggenapi nubuatan Nabi Zakharia (Zak. 9:9). Kuda adalah simbol dari kekuatan dan keperkasaan dan memiliki asosiasi yang kuat dengan peperangan (band. Yes. 31:1–3; 1 Raja 4:26), namun Tuhan Yesus memilih menggunakan keledai. Selain untuk menggenapkan apa yang dinubuatkan nabi, Tuhan Yesus sebenarnya menyampaikan pesan kepada orang banyak yang menyambutnya. Ia adalah Mesias tetapi Dia bukanlah mesias yang sesuai dengan harapan bangsa Israel. Yesus tidak akan memimpin bangsa itu untuk melakukan peperangan dan mengusir penjajah dari tanah Israel. Ia datang untuk memberikan keselamatan kepada manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Kutipan dari Zak. 9:9 menyebutkan bahwa raja yang datang dengan keledai beban yang muda itu adalah raja yang lemah lembut. Sehingga hal ini semakin menegaskan bahwa wajah Mesias yang datang tidaklah sesuai dengan keinginan orang-orang Yahudi, yaitu sebagai raja yang akan membebaskan mereka dari jajahan Romawi dan mengembalikan kejayaan Israel seperti pada zaman raja Daud.



Tuhan? Mengapa saya yang kecil dan sederhana ini mau Tuhan pakai. Mengapa bukan teman-teman saya yang Tuhan pakai untuk melayani Tuhan? Sambutan Meriah (Ayat 8-11) Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Israel biasa menggunakan daun-daun palem di Bait Allah dalam perayaan Pondok Daun dan mereka sudah menyiapkan sebelumnya dari rumah, kemudian ketika mereka bertemu dengan Yesus mereka melambai-lambaikan daun-daun palem tersebut. Tindakan mereka tersebut menjadi sebuah tanda penghormatan kepada seorang pemenang atau untuk menyambut pahlawan perang yang baru kembali dari pertempuran. Bukan itu saja, mereka juga menghamparkan pakaian mereka di jalan yang dilalui Tuhan Yesus. Orang banyak menyambut kedatanganNya bagaikan seorang Raja yang pulang dengan membawa kemenangan. Tuhan Yesus mempunyai misi yang lebih besar daripada sekedar membebaskan Israel dari penjajahan. Tuhan Yesus bukan saja mau menyelamatkan ‘orang Israel’ tapi Ia mau menyelamatkan ‘manusia’ dari kematian akibat dosa. Untuk menggenapi misi itu Ia harus menjalani kematian di kayu salib, Ia harus menderita demi manusia. Dapat kita bayangkan betapa sedihnya Tuhan Yesus atas sambutan meriah dari orang banyak di Yerusalem saat itu, sebab sebab mereka tidak mengerti bahwa harapan mereka justru berbalik dengan maksud Allah. Bahwa Tuhan Yesus justru harus mati di kayu salib. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus tidak menggubris sambutan orang banyak itu sebagaimana layaknya selebriti yang meresponi sambutan para fans-nya. Tetapi Tuhan Yesus langsung menuju Bait Allah. Refleksi Dari nas ini kita mau belajar sesuatu dari pelayanan seekor keledai. Keledai ini hanya mahluk biasa, dia bukanlah makhluk  yang penting. Keledai ini dapat dipakai sebagai alat transportasi tetapi tanpa keledai pun sebenarnya Tuhan Yesus masih bisa jalan kaki, naik kuda atau kereta dorong. Keledai adalah makhluk yang sederhana. Seringkali dilukiskan bahwa keledai adalah seekor hewan yang bodoh. Keledai dapat dua kali jatuh ke lubang yang sama. Tetapi sungguh luar biasa bahwa Tuhan Yesus mau memakai keledai yang biasa ini untuk bersama-sama menjalankan misinya di dunia ini. Keledai yang sederhana ini dipakai Tuhan Yesus untuk mengantar Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem untuk mati di kayu salib, mengantar Tuhan Yesus yang akan menghapuskan dosa umat manusia. Mungkin keledai ini hanya melayani sebentar saja dan kelihatannya tidak begitu penting. Tetapi sungguh indah bahwa Tuhan ‘memerlukan’ pelayanan keledai ini. Kalau keledai ini bisa berpikir sebagai manusia maka dia akan sangat bersyukur. Keledai ini berpikir bahwa saya adalah seorang yang bodoh. Bisakah saya berguna buat



Kita semua adalah manusia yang sederhana. Kita mungkin berpikir bahwa kita tidak berguna. Kita mungkin berpikir bahwa kita bodoh. Tetapi Tuhan mau memakai kita yang sederhana dan bodoh ini untuk menjalankan misi Kerajaan Allah. Kalau Tuhan mau pakai, kita yang sederhana ini bisa menjadi berguna di tangan Tuhan. Dalam waktu yang singkat pun, Tuhan mau memakai kita untuk melayaniNya. Keledai itu hanya menghantar Tuhan Yesus dari luar pintu gerbang kota menuju pusat kota, sungguh singkat perjalanannya. Bersyukurlah, jika kita masih dipakai Tuhan untuk melayaniNya sampai hari ini. Mungkin di antara ada yang sudah melayani Tuhan setahun, dua tahun bahkan puluhan tahun lamanya. Dalam pelayanan kita bisa saja kita merasa lelah, terbeban, bahkan frustasi. Kiranya nas ini menumbuhkan semangat kita kembali, bahwa Tuhan Yesus ‘memerlukan’ kita untuk melayaniNya. Dan bahwa pelayanan kita merupakan bagian dari misi Allah Bapa untuk keselamatan dunia. patut kita syukuri bahwa kita masih dipakai olehNya menjadi salah satu alat untuk menjalankan misiNya. Satu hal lagi, sambutan meriah, hamparan pakaian dan daun palem di Yerusalem saat itu adalah untuk menyambut dan mengelu-elukan nama Tuhan Yesus… bukan menyambut keledai yang ditunggangiNya. Oleh sebab itu, kesuksesan pelayanan kita bukanlah untuk kemuliaan nama kita tetapi untuk kemuliaan nama Tuhan. Jika pelayanan kita terbilang sukses, janganlah menjadi sombong. Biarlah pujian atas keberhasian pelayan yang kita lakukan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Amin *******



*******



MARKUS 11 : 1-11 Biasanya acara penyambutan seorang kepala negara dilakukan seremonial yang sangat istimewa. Belum lagi ditambah pasukan pengamanan presiden sampai berlapis-lapis. Mobil yang menjemput presiden pun sudah dipasang anti-peluru dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk keselamatan kepala negara. Berbeda dengan Yesus masuk ke kota Yerusalem hanya ditemani oleh para murid-Nya. Ia tidak datang dengan ratusan kuda perang dan ribuan pasukan terlatih. Ia datang dengan cara sederhana dengan mengendarai seekor keledai muda yang belum pernah ditunggangi oleh siapapun (2). Keledai ini diperoleh Yesus tertambat di pinggir jalan tanpa ada pemiliknya (3-6). Sewaktu masuk menuju ke Yerusalem, Yesus tidak memakai jubah perang. Keledainya pun hanya dialasi dengan pakaian salah satu murid-Nya (7). Tentu kedatangan-Nya ke Yerusalem bukan untuk mengobarkan rasa nasionalisme orang Yahudi berperang melawan penjajahan bangsa Romawi. Yesus datang dengan bendera cinta kasih dan kedamaian. Walau Ia adalah Juruselamat dunia, tetapi tujuan dan fokus hidup-Nya tidak pernah bergeser dari kehendak dan rencana Bapa Surgawi. Ia datang untuk menyelamatkan orang berdosa dengan cara memberikan dirinya mati di kayu salib. Tetapi yang terjadi justru salah penafsiran. Penduduk Yerusalem menyanjung Yesus sebagai Sang Pembebas bangsa Yahudi dengan cara menghamparkan pakaian mereka dan menyebarkan ranting-ranting hijau (8). Seruan mereka memperlihatkan antusiasme bahwa raja bangsa Yahudi telah datang dan akan melepaskan mereka dari belenggu penjajahan serta mengembalikan kejayaan Daud di masa lampau (9-10). Mereka lupa bahwa konsep kerajaan yang diusung Yesus adalah kerajaan yang bersifat rohaniah. Perang yang diserukan Yesus bukan bersifat politik, melainkan bersifat rohani melawan penguasa angkasa, para penghulu dan roh-roh jahat. Memerangi kuasa si jahat sama artinya menghadirkan kerajaan Allah di bumi.