Mata Kuliah Epidemiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EPIDEMIOLOGI PENYELIDIKAN WABAH KLB DI KOMUNITAS



Dosen Pembimbing : Wahyudin Rajab, SKp., M. Epid



Disusun Oleh : Amelia Putri Wibisana



(P3.73.24.3.15.002)



Mia Ayu Ningsih



(P3.73.24.3.15.016)



Ressy Farel Aulia



(P3.73.24.3.15.025)



Ruth Christy Setyaningtyas



(P3.73.24.3.15.027)



Tyan Hardiyanti Rahma



(P3.73.24.3.15.037)



PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III PERIODE 2018 i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang mana dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah –Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Penyelidikan Wabah KLB di Komunitas” dan juga kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah Epidemiologi, D-IV kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca guna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana penyelidikan wabah KLB yang sedang terjadi di komunitas sekitar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk membangun makalah ini. Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekiranya makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi kami maupun bagi orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Jakarta, Februari 2018 Penyusun



ii



DAFTAR ISI



COVER .................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian ................................................................................................... 3 B. Kriteria KLB .............................................................................................. 4 C. Bentuk Wabah ............................................................................................ 4 D. Langkah-langkah dalam Penyelidikan ....................................................... 6 E. Kegiatan Penanggulangan Wabah ............................................................ 16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 20 B. Saran ......................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di suatu wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat heboh masyarakat di wilayah itu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004 menyatakan bahwa Kejadian Luar Biasa ialah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Klasifikasi KLB atau wabah yang terjadi dapat digolongkan dalam letusan kejadian yang bersumber dari makanan atau minuman dan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau kejadian yang tidak diketahui peyebabnya. Saat ini, terutama di Indonesia, sedang maraknya wabah KLB, yaitu salah satunya ialah wabah Difteri. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal duni. Sementara, pada kurun waktu bulan Oktober-November 2017, ada 11 provinsi yang melaporkan KLB difteri di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Padahal di Indonesia sendiri sudah menggalakkan program imunisasi yang harus lengkap untuk mengurangi wabah KLB termasuk imunisasi difteri. Di Indonesia, demografi usia yang memiliki kekebalan dasar rata-rata berusia dibawah 40 tahun. Sedangkan usia diatas itu sayangnya tidak mendapatkan imunisasi dasar ketika kecil. Sehingga mereka lah yang rentan terhadap penyakit ini.



1



Selain difteri, sebelumnya juga sempat mewabah kasus Rubella yang juga sempat mengakibatkan kematian. Sebelumnya lagi, ada wabah Ebolla. Masih banyak penyakit yang bisa menjadi wabah KLB, misalnya DHF, campak, rabies, tetanus, diare, dan lainnya. Kasus-kasus wabah seperti ini seharusnya sudah bisa dikurangi dengan adanya deteksi dini. Jika sudah terjadi, maka dari pihak yang berwajib, misalnya seperti Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah setempat, atau bahkan aparat pemerintah lainnya sudah seharusnya melakukan penyelidikan terhadap kejadian yang sedang maraknya terjadinya. Kemudian membuat suatu keputusan program untuk mengurangi angka kesakitan atau kematian yang diakibatkan oleh wabah KLB ini. Oleh karena itu, dalam pembelajaran Epidemiologi ini, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan angka kesakitan atau kematian yang sedang terjadi terhadap suatu kasus, apakah semakin berkurang atau malah meningkat, dan kita perlu mengetahui pula bagaimana cara menyelidiki kasus-kasus seperti diatas tadi.



B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang kami ambil dari penulisan materi ini, yaitu : 1) Apa pengertian dari wabah KLB ? 2) Berapa macam bentuk-bentuk dari wabah ? 3) Bagaimana langkah-langkah dalam penyelidikan ? 4) Apa saja upaya atau kegiatan yang dapat dilakukan sebagai penanggulangan pada wabah ?



C. Tujuan Adapun tujuan yang kami harapakan dari rumusan diatas ialah : 1) Memahami pengertian dari wabah KLB pada komunitas 2) Mengetahui bentuk-bentuk dari wabah 3) Menjelaskan dan melakukan langkah-langkah dalam penyelidikan wabah 4) Mengetahui dan dapat meningkatkan upaya penanggulangan pada wabah



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Menurut UU No. 4 Tahun 1984 tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada kejadian wabah. Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB adalah penyakit tidak menular, dan keracunan. Keadaan tertentu yang rentan terjadinya KLB adalah keadaan bencana dan keadaan kedaruratan. Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut beberapa ahli KLB adalah Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/sekelompok masyarakat tertentu (Mac Mahon and Pugh, 1970 : Last, 1983, Benenson, 1990). Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim tahun yang sama. (Last, 1983) Menurut Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981, wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit. Menurut Undang-undang RI No 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dapat disimpulkan bahwa wabah adalah rangkaian kejadian penyakit yang terjadi secara berkelompok dalam suatu waktu dan tempat. Kasus penyakit baru terjadi dengan tingkat frekuensi yang lebih tinggi dari pada biasanya (keadaan normal). Tingginya tingkat kejadian penyakit tersebut relative, tergantung seberapa 3



besar biasanya terjadi pada popuasi tertentu area yang sama dan pada musim yang sama.



B. Kriteria KLB Ada beberapa kriteria KLB yang perlu diketahui, yaitu :  Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 yang sebelumnya ada atau tidak dikenal pada suatu daerah  Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.  Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya  Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.  Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 2 tahun menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.  Angka kematian kasus suatu kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.  Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.



C. Bentuk Wabah Wabah yang terjadi disekitar memiliki berbagai jenis atau bentuk. Berikut ini akan dibahas bentuk-bentuk dari wabah.



4



1) Berdasarkan sifatnya 



Common Source Epidemic Merupakan suatu wabah penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relative singkat. Adapun common source epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasanya seperti keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemic, jarak antara kasus dengan kasus lainnya, selanjutnnya hanya salam hitungan jam, tidak ada angka serangan kedua. Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung cepat dalam waktu yang singkat (point source of epidemic), maka resultan dari semua kasus/kejadian berkembang hanya dalam satu tunas saja. Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh factor penyebab bukan infeksi yang menyebabkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi kimia yang beracun di udara terbuka.







Propagated/Progresive Epidemic Bentuk epidemic dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa tuntas yang lebih lama pula. Propagated/progresif epidemic terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langung maupun melalui vector, relative lama waktunya dan ama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemic cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu samapai pada batas minimal anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai dengan urutan generasi kasus. Masa tuntas penyakit tersebut diatas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak bahwa masa epidemic cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat dimana



5



jumlah masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal. Contohnya, kejadian wabah demam berdarah di suatu tempat yang dalam penyebarannya memerlukan waktu yang lama, dimana wabah ini memerlukan masa inkubasi. Selain itu penularan wabah deman berdarah melalui vector berupa nyamuk aides aigepty.



2) Berdasarkan cara transmisinya 



Wabah dengan penyebaran melalui media umum (common vehicle epidemic) a. Ingesti bersama makanan atau minuman misalnya salmonellosis b. Inhalasi bersama udara pernafasan, misalkan demam Q (di labolatorium) c. Inokulasi melalui intravena dan subkutan, misalnya hepatitis serum







Wabah dengan penjalaran oleh transfer serial dari penjamu ke penjamu a. Penjalaran melalui rute pernafasan (campak), rute anal-oral (shigellosis), rute genitalia (sifilis), dan lainnya b. Penjalaran melalui debu c. Penjalaran melalui vector



D. Langkah-langkah dalam Penyelidikan 1) Persiapan Investigasi di Lapangan Dalam melakukan persiapan investigasi ada beberapa hal yang harus disiapkan, yakni: a. Meneliti penyakit yang akan dilaporkan b. Mengumpulkan sarana dan prasarana yang akan dibawa c. Membuat perjanjian secara administratif atau personal yang diperlukan



6



d. Berkonsultasi dengan semua bagian/tim untuk menentukan peranan kita dalam investigasi wabah tersebut e. Mengidentifikasi kontak person lokal, segera setelah tiba pada tempat yang direncanakan



2) Memastikan Adanya Wabah Pada tahap ini yang dilakukan adalah menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. Cara untuk menentukan jumlah kasus adalah dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama di tahuntahun sebelumnya. Sumber informasi untuk mengetahui jumlah kasus dapat diperoleh dari : a. Catatan hasil surveilans, untuk penyakit yang rutin harus dilaporkan b. Data penyakit setempat/lokal, untuk penyakit atau kondisi lain c. Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional d. Dilaksanakan survei di masyarakat untuk menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada Dalam menghitung jumlah kasus, kadang dihadapkan dengan satu kondisi yang disebut pseudo endemic. Kondisi ini terjadi bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan, namun kelebihan ini tidak menunjukkan adanya wabah. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : 



Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita;







Adanya cara diagnosis baru;







Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat;







Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa;







Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.



7



Bila wabah sudah dapat dipastikan, ada 3 ketentuan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan menghitung jumlah penderita yang diharapkan. 1. Untuk penyakit endemis yang tidak dipengaruhi oleh musim, jumlah penderita dihitung dengan : - Melihat rata-rata penderita penyakit per bulan pada tahun-tahun yang lalu - Membandingkan jumlah penderita yang ada dengan jumlah ambang wabah (epidemic threshold), yaitu rata-rata hitung (mean) jumlah penderita pada waktu-waktu yang lalu, ditambah dengan dua kali standar error 2. Untuk penyakit epidemis yang bersifat musiman, dengan : - Menderita jumlah penderita di musim yang sama tahun lalu - Melihat jumlah paling tinggi yang pernah terjadi pada musimmusim yang sama di tahun lalu - Membandingkan jumlah penderita yang ada dengan jumlah ambang wabah mingguan atau bulanan berdasarkan variasi musiman 3. Untuk penyakit yang tidak epidemis, dengan : - Membandingkan jumlah penderita yang ada terhadap jumlah penderita pada saat penyakit tersebut ditemukan Untuk menentukan bahwa telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) digunakan kriteria sebagai berikut.  Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah (emerging infectious disease)  Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya  Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya 8



Untuk wabah akibat keracunan makanan, CDC telah menentukan kriteria sebagai berikut. a. Ditemukannya dua atau lebih penderita penyakit serupa, yang biasanya berupa gejala gangguan pencernaan (gastrointestinal), sesudah memakan makanan yang sama b. Hasil penyelidikan epidemiologi menunjukkan makanan sebagai sumber penularan c. Perkecualian



diadakan



untuk



keracunan



akibat



toksin/racun



clostridium botulinum atau akibat bahan-bahan kimia. Maka bila didapatkan satu orang saja penderita, sudah dianggap suatu letusan/wabah. Dalam memastikan apakah terjadi wabah atau tidak, perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut yang akan mempengaruhi investigasi wabah, antara lain : 1) Keparahan penyakit 2) Potensi penyebaran penyakit 3) Pertimbangan politik 4) Relasi public 5) Ketersediaan sumber daya



3) Memastikan Diagnosis Tujuan dari tahap ini adalah untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan benar, menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi, yang berguna



untuk



menggambarkan



spektrum



penyakit,



menentukan



diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus, serta menentukan kunjungan terhadap satu atau dua penderita. Dalam memastikan diagnosis, langkah-langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu ialah : 9



 Membuat definisi kasus Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam penyelidikan wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan orang. Bila penyakitnya belum terdiagnosis, diagnosis kerja dibuat berdasarkan gejala‑gejala yang paling banyak diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan proses penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik. Harus dipastikan bahwa seluruh penderita/pasien yang dihitung sebagai “kasus” memiliki penyakit yang sama. Dalam mengembangkan definisi kasus perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) informasi klinis tentang penyakit; 2) karakteristik populasi yang dipengaruhi oleh penyakit; 3) karakteristik lokasi atau tempat; dan 4) karakteristik waktu timbulnya penyakit. Dalam mendefinisikan kasus terdapat tiga level yang ditentukan, yaitu : o Kasus pasti (confirmed)  bila kasus disertakan dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang positif. o Kasus mungkin (probable)  bila kasus memenuhi semua ciri klinis penyakit, TANPA pemeriksaan laboratorium. o Kasus meragukan (possible)  bila kasus hanya memenuhi gejala klinis saja. Definisi kasus harus dibuat cukup luas agar sebagian besar penyakit dapat tertangkap. Hal ini dapat dimulai dengan kasus yang “longgar”. Definisi kasus yang lemah/sempit dalam investigasi wabah ada kemungkinan akan mengeluarkan kasus-kasus yang mungkin terjadi (possible).  Menemukan dan menghitung kasus Dalam menentukan dan menghitung kasus, maka dari setiap kasus penyakit harus dikumpulkan informasi-informasi sebagai berikut. 10



o Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon, dan lainnya) o Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan) o Data klinis o Faktor resiko (harus dibuat khusus untuk tiap penyakit) o Informasi pelapor berguna untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik



4) Epidemiologi Deskriptif (waktu, tempat, orang) Epidemiologi deskriptif adalah studi tentang kejadian penyakit atau masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi, yang umumnya berkaitan dengan ciri-ciri dasar seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan lokasi geografiknya, berdasarkan Orang (People), Tempat (Place), dan Waktu (Time). Dengan demikian, data pada invetigasi wabah harus informatif dan reliable, dengan berorientasi pada a) Orang (siapa atau populasi yang dipengaruhi); b) Tempat (dimana, yakni luar geografiknya); dan c) Waktu (kapan, menunjukkan trend). Untuk menggambarkan suatu wabah berdasarkan perjalanannya (waktu/time) digunakan Kurva Epidemi, yaitu grafik berbentuk histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama. Ada tiga fungsi, yaitu : a. Mendapatkan informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan penyakit b. Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi, sehingga dapat memusatkan penyelidikan pada periode tersebut c. Menyimpulkan pola kejadian penyakit, apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya



11



Dalam menilai dan mengidentifikasikan kelompok (atau people) yang berisiko tinggi digunakan ukuran rate yang merupakan proporsi jumlah kasus terhadap jumlah populasi. Rate dapat diukur berdasarkan umur dan jenis kelamin, dimana keduanya merupakan faktor yang paling kuat hubungannya dengan pemaparan dan risiko terserang penyakit. Gambaran



kejadian



wabah



yang



ketiga



adalah



berdasarkan



tempat/place. Gambaran tempat memberikan informasi tentang luasnya wilayah yang terserang, serta menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab. Pemaparan wabah berdasarkan tempat dapat berupa Spot map atau area map. Spot map adalah peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar.



5) Membuat Hipotesis Hipotesis diformulasikan berdasarkan parameter berikut ini : o Sumber agen penyakit o Cara penularan (serta alat penularan/vector) o Pemaparan yang mengakibatkan sakit Untuk menghasilkan hipotesis digunakan cara-cara antara lain : a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit tersebut : apa



reservoir



utama



agen



penyakitnya?



penularannya?



Bahan



apa



yang



Bagaimana



biasanya



menjadi



cara alat



penularanannya? Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular? b. Melakukan wawancara dengan beberapa penderita c. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan d. Melakukan kunjungan rumah penderita e. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan setempat f. Menggunakan epidemiologi deskriptif



12



Contoh hipotesis dalam investigasi wabah :  Hipotesis : orang yang makan di Restoran Padang “X” cenderung kemungkinan mengalami sakit. a) Pajanan/exposure : makan di Restoran Padang “X” b) Hasil/outcome : meengalami sakit dengan diare dan demam  Hipotesis : orang yang makan ikan bawal di Restoran Padang “X” cenderung



kemungkinan



positif



salmonella



berdasarkan



uji



laboratorium. a) Pajanan/exposure : makan ikan bawal di Restoran Padang “X” b) Hasil/outcome : konfirmasi laboratorium salmonella positif



6) Menilai Hipotesis (penggunaan penelitian kohort dan penelitian kasuskontrol) Hipotesis yang telah diformulassikan dapat dinilai dengan salah satu cara, yaitu : o Membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada o Menganalisis hubungan dan peran kebetulan (disebut epidemiologic analysis) Investigasi wabah pada populasi yang kecil dan jelas batas-batasnya, analisis yang cocok adalah dengan penelitian kohort. Studi kohort dimulai dengan memberikan paparan/pajanan kepada obyek, kemudian dilakukan penilaian terhadap penyakit. Beberapa ukuran frekuensi penyakit diukur dalam studi kohort ini, antara lain attack rates (AR), relative riks (RR), risk difference (RD). Investigasi wabah pada populasi yang tidak jelas batasannya, analisis yang cocok adalah dengan penelitian Kasus-Kontrol (case-control study). Berlawanan dengan kohort, pada Kasus-Kontrol, studi dimulai dengan mempelajari penyakit, kemudian mundur ke belakangan untuk mengetahui



13



pajanan/paparan. Ukuran frekuensi penyakit yang biasanya dihitung adalajh Odds Ratio. Uji kemaknaan secara statistik diukur dengan menggunakan metode Chi-square.



7) Memperbaiki Hipotesis dan Mengadakan Penelitian Tambahan Kadangkala hipotesis yang diajukan tidak cocok atau tidak menggambarkan kejadian penyakit yang sebenarnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan atau perumusan kembali dengan studi epidemiologi analitik. Beberapa alasan perlu dilakukan perumusan ulang hipotesis. a. Studi analitik awal gagal mengkonfirmasi hipotesis; b. Menyempurnakan hipotesis meskipun data inisial mendukung; dan c. Sebagai



supplement



temuan



epidemiologi



dengan



bukti



laboratorium dan bukti lingkungan misalnya pemeriksaan serum, pemeriksaan tempat pembuangan tinja, dan sebagainya.



8) Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan Upaya pengendalian dan pencegahan harus dilakukan sesegera mungkin, dan biasanya dapat diterapkan bila sumber wabah sudah diketahui. Upaya tersebut umumnya diarahkan pada “mata rantai” penularan penyakit yang paling lemah. Mungkin pula diarahkan pada agen penyakit, sumber penyakit, atau reservoir.



9) Menyampaikan Hasil Penyelidikan Terdapat dua acara dalam menyampaikan hasil investigasi wabah, antara lain :  Secara lisan kepada pejabat kesehatan setempat dalam rangka pengendalian dan pencegahan  Secara tertulis dengan membuat laporan investigasi wabah



14



Dalam menyampaikan hasil investigasi wabah, perlu diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.  Laporan harus jelas, meyakinkan disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan  Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah, serta kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah  Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran)  Laporan merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan  Laporan merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang Penyusunan laporan tertulis bisa menggunakan format :  Pendahuluan, isinya menggambarkan peristiwa  Latar



belakang,



baik



secara



geografis,



politis,



ekonomis,



demografis, atau historis  Uraian tentang investigasi yang dilakukan, meliputi: alasan, metode, sumber informasi  Hasil investigasi, yang mencakup: fakta, karakteristik kasus, angka serangan,



tabulasi,



kalkulasi,



kurva



epidemi,



pemeriksaan



laboratorium, kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain  Analisis data dan kesimpulan  Uraian tentang tindakan  Uraian tentang dampak wabah, misalnya akibat kesehatan, hukum, ekonomis pada populasi



15



 Tindakan penanggulangan terhadap: populasi (status kekebalan, cara hidup), reservoir (jumlah, distribusi), Vektor (jumlah, distribusi), dan penemuan penyebab menular baru  Saran, yakni perbaikan prosedur surveilans dan penanggulangan di masa depan



E. Kegiatan Penanggulangan Wabah Upaya penanggulangan wabah merupakan salah satu langkah salam investigasi wabah. Dalam PP No.40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, “Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya”. 1) Penyelidikan Epidemiologis Tindakan penyelidikan epidemiologis bertujuan antara lain:  Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah  Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah  Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah  Menentukan cara penanggulangan



Penyelidikan epidemiologis dijalankan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:  Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk  Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis  Pengamatan terhadap penduduk, pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah



16



2) Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita termasuk Tindakan Karantina Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina dilakukan dengan tujuan : a. Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan b. Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier). Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina dilakukan disarana pelayanan kesehatan atau ditempat lain yang ditentukan.



3) Pencegahan dan Pengebalan Pencegahan dan pengebalan yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit.



4) Pemusnahan Penyebab Penyakit Pemusnahan penyebab penyakit dilakukan terhadap : a. Bibit penyakit/kuman b. Hewan, tumbuh-tumbuhan dan/atau benda yang mengandung penyebab penyakit Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup dan tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.



17



5) Penanganan Jenazah Akibat Wabah Penanganan jenazah yang kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah atau jenazah yang merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah harus dilakukan secara khusus menurut jenis penyakitnya tanpa meninggalkan norma agama serta harkatnya sebagai manusia. Penanganan secara khusus tersebut meliputi : a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan b. Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan



6) Penyuluhan kepada Masyarakat Penyuluhan kepada masyarakat yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat persuasive edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka menegrti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam menanggulangi wabah.



7) Upaya Penanggulangan Lainnya Upaya penanggulangan lainnya yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masing-masing penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah. Upaya



penanggulangan



wabah



diatas



dilaksanakan



dengan



memperhatikan kelestarian lingkungan hidup serta mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Dalam upaya penanggulangan wabah ini harus dipertimbangkan keadaan masyarakat setempat, antara lain agama, adat, kebiasaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, serta perkembangan masyarakat. Dengan demikian diharapkan upaya penanggulangan wabah tidak mengalami hambatan dari masyarakat, malah melalui penyuluhan yang



18



intensif dan pendekatan persuasive edukatif, masyarakat diharapkan akan memberikan bantuan dan ikut serta secara aktif. Tujuan pokok upaya penanggulangan wabah ialah :  Berusaha memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan  Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah banyak, dan wabah tidak meluas kedaerah lain Masalah wabah dan penanggulangannya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari upaya kesehatan nasional yang berkaitan dengan sector non-kesehatan serta tidak lepas dari keterpaduan pembangunan nasional. Petugas yang bertanggung jawab dalam lingkungan tertentu yag mengetahui adanya penderita/ tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan



wabah,



wajib



melaporkannya



kepada



Kepala



Desa/Lurah/Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya, selanjutnya Kepala Desa/Lurah/Kepala Unit Kesehatan harus segera meneruskan laporan tersebut kepada atasan langsungnya dan instansi lain yang berkepentingan. Kepala Wilayah/Daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka penderita penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya.



19



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Wabah dan KLB memiliki definisi yang berbeda. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang meluas secara cepat, baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB ialah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu yang dapat menjurus terjadinya wabah. Terungkapnya suatu wabah dan KLB ini dideteksi dari anaisis data surveilans rutin dan adanya laporan petugas, pamong ataupun warga setempat sehingga pemerintah setempat dapat melakukan sebuah penyelidikan. Alasannya untuk merencanakan pertimbangan program atas dasar ganas tidakanya penyakit, sumber dan cara penularannya, ada tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan yang tempat. Beberapa langkah penyelidikan sudah diuraikan sebelumnya, yaitu ada persiapan investigasi di lapangan, memastikan adanya wabah, memastikan diagnosis, membuat definisi kasus, menemukan dan menghitung kasus, epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang), membuat hipotesis, menilai hipotesis, memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan, melaksanakan pengendalian dan pencegahan,



dan menyampaikan hasil



penyelidikan.



B. Saran Sebagai tenaga kesehatan, sudah menjadi tugas kita untuk melakukan suatu penyelidikan yang bisa mengakibatkan kesehatan manusia menjadi terganggu. Selain itu, dalam menjalankan penyelidikan tersebut diperlukan adanya kerjasama pula. Maka dari itu, jadilah tenaga kesehatan yang berperan sebagai preventif.



20



DAFTAR PUSTAKA



Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. http://etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/Investigasi-wabah-penyakit.pdf



diakses



pada tanggal 18 Februari 2018 http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah .pdf diakses pada tanggal 18 Februari 2018 Katalog Terbitan Kementrian Kesehatan RI. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Keracunan Pangan (pedoman epidemiologi penyakit) edisi revisi tahun 2011. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis. Jakarta Ade Heryana, MKM Universitas Esa Unggul - Jakarta 12/5/2015 INVESTIGASI WABAH Epidemiologi Penyakit Menular http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/.../bab5-wabah.pdf diakses pada tanggal 17-2-2018 pukul 15.52 wib



21