Materi Desain Dan Troubleshooting Esp [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERENCANAAN DAN TROUBLE SHOOTING ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP)



By: Adrian Indarti, SST



Topik pembahasan: • Karakteristik Kerja ESP



• Desain ESP • Troubleshooting ESP • Analisa Biaya



Produsen ESP • Reda (menguasai 70% pasaran dunia) • Centrilift (25% pasaran dunia) • Oil Line, ODI, Trico, Baker, dll.



Pada prinsipnya semua ESP dari berbagai perusahaan adalah sama yang membedakan hanya pada bentuk atau desain impeller, diffuser, gas separator, seal section, putaran dan arah putarannya.



Kabel ESP • Kabel di desain menurut no urut seperti 1/0,2/0,



dst. • Terbuat dari tembaga (Cu) atau alumunium (Al) • Berbentuk bulat untuk dilekatkan di tubing dan berbentuk pipih untuk di sekitar pompa dan protector ke arah motor. • Standard tahanan Cu = 10.37 ohm dan Al = 17 Ohm (20 oC). • Kabel Al lebih murah dan tahan korosi tetapi mudah patah dan sukar disambung lagi.



Kapasitas kabel • Kapasitas aliran arus maksimum : 1 Cu dan 2/0 Al maksimum 110 Ampere 2 Cu dan 1/0 Al maksimum 95 Ampere 4 Cu dan 2 Al maksimum 70 Ampere 6 Cu dan 4 Al maksimum 55 Ampere



Switchboard • Tersedia dengan range 440 V – 2400 V. • Ditempatkan pada kotak yang tahan cuaca.



• Terdiri dari : sekering (fuse), alat untuk otomatis



mematikan (overload/underload protection), tombol sakelar atau switch, start-stop otomatis, anti petir dan pencatat ampere (recording ammeter) • Kadang dipasang lampu tanda bahaya, timers untuk pompa intermittent dan alat-alat kontrol otomatis.



FYI… • Cable Guard : pelindung kabel flat di pompa ke



motor. • Swaged nipple : penyambung kepala pompa atau drain valve ke tubing. • Service cable : kabel dari trafo ke switchboard • Cable Guide wheel : untuk pemasangan kabel. • Cable Reels : gulungan kabel dan penahannya (reel support).



Karakteristik Kerja ESP



a.Dasar Kerja • Total Dynamic Head



• Horse Power • Effisiensi



Total Dynamic Head (TDH) • TDH adalah total pressure yang bisa diberikan oleh



pompa ke luar pompa. • TDH dinyatakan dalam HEAD (ketinggian kolom cairan) • Faktor TDH : • Pressure Head : head yang berhubungan dengan tekanan di suatu titik tertentu. • Elevation Head : ketinggian di atas suatu datum (dasar) yang ditentukan. • Velocity Head : Head ekivalent saat cairan akan jatuh pada kecepatan yang sama.



Pt



Faktor-faktor pada TDH



Zfl Hf



Producing Fluid Level



Zs



Z



Pump Pump Inlet



Seal Section Electric Motor



Perforasi



Pt  2.31 TDH  Z fl  Hf SG



Horse Power • Dengan mengetahui TDH dan laju produksi,



maka Hydraulic Horse Power dapat dituliskan sebagai berikut : Q  TDH  SG HHP  C • HHP = Hydraulic Horse Power, HP •Q



= Laju produksi, B/D atam m3/hari • TDH = Total Dynamic Head, ft atau meter •C = 135770 kalau B/D dan Ft = 6580 kalau m3/hari dan meter



Efisiensi • Input brake horsepower dari permukaan ke



pompa harus dikoreksi dulu dengan Efisiensi ESP. • Efisiensi ESP = Effisiensi motor x Effisiensi Pompa x Effisiensi kabel. BHP 



HHP Eff.pompa x Eff.motor x Eff.kabel



• Effisiensi menggambarkan terjadinya kehilangan



friksi fluida pada impeller/diffuser, lubang masuk, pusaran (eddy current), belokan, separasi dan kombinasinya



b.Kinerja Pompa • Head Capacity



• Horsepower Curves • Grafik Efisiensi



Head Capacity • Plot grafik Head menunjukkan hubungan TDH dengan



laju produksi pada kecepatan (rpm) konstan. • Head Caapacity pompa digunakan untuk menghitung jumlah stage pompa terhadap rasio TDH. • Pompa dengan head lebih curam lebih disukai karena lebih toleran terhdap keslahan data-data sumur (API, GOR, SG, dll)



Horsepower Curves • Menunjukkan BHP input yang diperlukan per stage pada



test pabrik.



Grafik Effisiensi • Merupakan ratio dari output HP dibagi input



braake HP. efisiensi pompa =



Qoutput hp pompa Q  TDH  SG  Input Brake HP 135770.Pt



• Downthrust : saat impeller menggesek ke



bawah/rpm tinggi. • Upthrust : saat gerak impeller mengesek ke atas/rpm rendah. • Range Efisiensi terbesar terjadi saat seakanakan impeller melayang bebas.



Desain ESP Dengan memakai contoh soal (kasus sumur vertikal) Casing



7 inchi, 26 #, 6000 TD (ID : 6.276 inchi)



Tubing



3.5 inchi OD



Listrik



60 cycle



Perforasi



5800 –5850 ft



PI



5 STB/hari/psi



Ps



1800 @5800 feet



WOR



50 %



THP



100 psi



GOR



100 SCF/STB



SG water



1.02



SG oil



0.86



BHT



160 oF



BPP



600 psi



Langkah 1)



Isi data yang diperlukan (data sumur, reservoir, dan fluida) dalam “kolom-kolom data” pada Tabel 1 berikut :



2)



Hitung berat jenis rata-rata dan gradien tekanan fluida produksi menurut: Gradien Fluida (GF) = 0.433 × SG Bila mengandung gas, kurangi GF sekitar 10%.



SGrata rata 



1 x SG oil + 0.5 x SG water 1 x 0.86 + 0.5 x 1.02   0.913 1.5 1.5



Gradien fluida (GF) = 0.433 × Sg rata-rata = 0.433 × 0.913 = 0.395 psi/ft Karena terdapat gas maka GF di turunkan sekitar 10%, sehingga harga GF menjadi = 0.35 psi/ft (kalau tidak ada gas, gunakan



gradien statik 0.395 psi di atas)



3) Tentukan kedudukan pompa (HPIP) kurang



lebih 100 ft di atas lubang perforasi teratas. Jarak antara motor dan lubang perforasi teratas (HS) kurang lebih 50 ft. Perforasi terdapat pada kedalaman 5800-5850 ft maka ESP dipasang pada 5700 feet, yang berarti jarak motor dengan perforasi 50 ft atau jarak perforasi dengan pompa 100 ft.



4) Tentukan laju produksi diinginkan dengan cara



memilih kemudian mencoba harga Pwf untuk menghitung harga laju total menurut persamaan : Qtot = (Ps-Pwf) x PI Hitung laju yang diinginkan (Qo) menurut 1 persamaan: Qo  x Qtot 1  WOR



Apabila harga tersebut belum sesuai, ulangi memilih harga Pwf dengan trial error



Ambil Pwf = 700 psi, dengan mempertimbangkan BPP = 600 psi dan besar Qo yang dinginkan. Qtot =(Ps-Pwf) × PI = (1800 - 700) x 5 = 5500 bbl/d 1 1 Qo  x Qtot   3670 bbl/d 1  WOR 1  5500



Atur kembali Pwf, bila Qo yang dihasilkan kurang sesuai dengan yang diharapkan.



5)



Hitung pump intake pressure (PIP) menurut persamaan : PIP = Pwf - GF × (HS-HPIP) Harga PIP harus lebih besar dari BPP (tekanan jenuh); bila tidak terpenuhi, ulangi langkah 4 dan 5 dengan laju produksi yang lebih rendah



Pump Intake Pressure (PIP) • PIP = Pwf - GF × (HS - HPIP) = 700 – 0.35 × (5800 - 5700) = 665 psi. Ternyata 665 psi lebih besar dari BPP (600 psi), berbagai syarat terpenuhi.



6) Hitung kedalaman fluid level (Zfl) menurut



persamaan: Z fl  HS 



Pwf GF



700 Z fl  5800   3800 ft 0.35



7)



Tentukan kehilangan tekanan sepanjang tubing (Hf) dengan menggunakan Gambar 14.



Tentukan hilang tekanan sepanjang tubing. Dengan menggunakan Gambar 14, pada Qtot = 5500 BPD dan ukuran tubing = 3.5 inci dengan kondisi tubing “old”, diperoleh hilang tekanan 85 ft/1000 ft sehingga : Hf = 85/1000 ft x panjang tubing = 85/1000 x 5700 ft= 485.5 ft



8)



Hitung total dynamic head (TDH) menurut persamaan:



THP TDH   Z fl  H f GF



100 TDH   3800  485.5  4572 ft 0.35



9) Pilih jenis dan ukuran pompa dengan



menggunakan Gambar 4 s.d 13 (hanya sebagian dari gambar yang tersedia dari katalog pabrik). Ambil gambar yang dapat memberikan efisiensi maksimum untuk laju produksi yang ditentukan pada langkah 4.



Dalam kasus ini untuk Qtot = 5500 BPD, maka gambar yang memberikan efisiensi maksimum adalah Gambar 4. (Tabel 2 dapat digunakan untuk memilih jenis pompanya). Tentukan dari Gambar 4 tersebut: • Head capacity (HC) = 2950 ft untuk tiap 100 stages • Horse power motor, HPmotor = 184 HP untuk tiap 100



stages.



10) Hitung jumlah stages (tingkat):



TDH 4572 Jumlah Stage =   154 stage HC 2950



11) Hitung horse power (daya kuda) yang diperlukan.



HP = HP motor × Jumlah stages = 184/100) × 154 = 284 HP



12) Tentukan Jenis motor pada Tabel 3 yang memenuhi HP



tersebut. Misalnya type 540 series (5.43 inci OD), maka didapat jenis motor 300 HP, 2150 Volts, 87A.



13) Untuk masing-masing jenis motor, hitung kecepatan



aliran di anulus motor (FV) FV 



0.0119 x Qtot



 IDcasing    ODmotor  2



2



Jenis motor dan OD motor terkecil yang memberikan FV > l ft/detik adalah pasangan yang harus dipilih.



FV 



 ID



0.0119 x Qtot



casing







0.0119 x Qtot



  OD   6.276   5.43 2



2



2



2



 6.6 ft/detik



motor



Karena FV > 1 ft/detik maka jenis motor dan



OD tersebut yang kita pilih.



14) Baca harga arus listrik (A) dan tegangan listrik



(Vmotor) yang dibutuhkan untuk jenis motor yang bersangkutan.



Pilih jenis kabel dari Gambar 15 sedemikian sehingga pada arus yang dipakai (87A) memberikan kehilangan tegangan sekitar 30 volt per 1000 ft (umumnya setengah dari maksimum). Dalam hal ini didapat jenis kabel # 1/0 AL dengan kehilangan tegangan 27 volt per 1000 ft.



15) Dari harga arus listrik tersebut pilih jenis kabel pada



Gambar 15 (dianjurkan memilih jenis kabel yang mempunyai kehilangan tegangan dibawah atau sekitar 30 volt tiap 1000 ft).



Vkabel   HS  50   V /1000 ft Kehilangan tegangan di kabel = (5750 × 27/1000) = 155 volt.



16) Pilih transformator dan switch board



a. Total tegangan yang diperlukan = 2150 + 155 = 2305 volt. b. KVA  1.73  tegangan total  a  1.73 2305  87  347 1000 c. Tentukan1000 ukuran transformator. Dengan menggunakan Tabel 4 dipakai tranformator dari 1/3 hasil hitungan (1/3 x 347 KVA) sekitar 150 KVA.



d. Tentukan switchboard. Dengan menggunakan Tabel 5 dipilih RPR-2, yaitu 2400 volt, 700 HP, 360 A. Switchboard yang dipilih harus



mempunyai kapasitas lebih besar dari kebutuhan (2306 volt, 285 HP, 87A).



17) Lakukan perhitungan total tegangan pada waktu



start sebagai berikut : Kebutuhan tegangan untuk start = 0.35× voltage rating b. Kehilangan tegangan selama start = 3 × kehilangan tegangan biasa. a.



• Lakukan perhitungan untuk membuktikan bahwa



motor dapat dihidupkan (distart) dengan transformator, kabel, switch board yang dipilih. • Kebutuhan tegangan untuk start = 0.35 × voltage rating = 0.35 × 2150 = 752.5 Volt. • Kehilangan tegangan selama start = 3 × 156 volt = 468 volt Ternyata tegangan yang tersedia 2400 > (752 + 468). Kesimpulan semua peralatan yang telah dipilih dapat berjalan.



TROUBLE SHOOTING ESP METODE API RP 11S 2. METODE GRAFIK 1.



METODE API RP 11S 1.Lakukan pengamatan langsung kelakuan pompa sebagai berikut: - Teliti apakah alat masih bekerja pada besarnya arus listrik yang didisain. (Cara yang umum adalah dengan melihat voltmeternya). - Amati karat pada perangkat pompa di permukaan. - Teliti apakah laju produksi nyata masih tercakup dalam "range" kemampuan laju produksi pompa.



₋ Teliti apakah alat masih bekerja pada kondisi



kerja. ₋ Teliti apakah head discharge pompa bervariasi tidak lebih dari 5%, serta daya kuda bervariasi tidak lebih dari 15%. ₋ Lakukan shut-off head, yaitu pompa dijalankan dengan wing-valve ditutup sebentar, kemudian amati tekanan kepala sumur. ₋ Teliti apakah total dynamic head (TDH) dan laju produksi turun.



2.Dari gejala yang telah dideteksi pada point 1 klasifikasikan dan tentukan tindakan yang harus dilakukan. Gejala



Tindakan



Produksi diatas kapasitas pompa



Teliti aras cairan dan tekanan alir dasar sumur Pwf. Bila aras cairan cukup, perkecil jepitan agar tekanan kepala sumur naik dan laju produksi sesuai dengan kapasitas pompa. Atau ganti pompa dengan ukuran yang lebih besar.



Gejala



Tindakan



Tak berproduksi atau produksi dibawah kapasitas pompa



Lihat tindakan seperti analisa pertama



Teliti desain TDH nya Pertukaran kedudukan 2 kabel di switchboard agar arah perputaran pompa benar. (Lakukan tindakan ini setelah pompa berhenti berputar terbalik atau fluida di sumur telah kembali stabil). Lakukan kebocoran tubing. Apabila tubing terbukti bocor, ganti tubing. kadang dari tinggi atau rendahnya ampere bisa dihitung bocornya aras fluida dan ukuran pompa (dibandingkan desainnya) Teliti plug bila dipakai ã-tool. Teliti tekanan di pipa permukaan dan kepala sumur. Apabila terlalu tinggi, cari dan tanggulangi penyebabnya agar tekanan turun.



lanjutan Bersihkan sumur. Kotoran yang menyumbat lubang masuk pompa kadangkadang dapat dibersihkan dengan aliran pompa balik (berputar terbalik) yaitu apabila tidak dipakai check valve. Ganti, betulkan as/pompa. Bila saja relay arus rendah dipakai hal ini dapat menghentikan pompa karena rendahnya arus. Tentukan arus fluida dan Pwf serta teliti tekanan pompa (discharge pressure) dengan jalan menutup tubing. Apabila menunjukkan turunnya head atau kapasitas pompa, ganti pompa. Teliti dan ganti bila bocor.



Teliti dan perbaiki. Teliti TDH dan aras fluida, sesuaikan tekanan kepala sumur (rubah jepitan)



Metode Grafik Rekam arus dengan amperemeter. 2) Lakukan analisa terhadap grafik tersebut sebagai berikut: a. Pompa berjalan normal. Grafik rata dan simetris, harga ampere lebih kurang sama dengan yang tertera di nameplate (contoh Gambar 19). 1)



b. Fluktuasi Daya Listrik (VA)



Grafik menunjukkan seperti pada Gambar 20. Fluktuasi daya listrik dapat terjadi karena adanya pembebanan listrik pada pompa lain yang sedang distart. Gejala serupa juga dapat terjadi karena adanya petir.



c. Gas Lock Keadaan gas lock ditandai oleh adanya harga ampere yang rendah. Bila harga ampere merosot hingga di bawah underload (batas bawah harga ampere) maka pompa otomatis berhenti. Contoh pada Gambar 21.  Titik A merupakan saat start pompa, biasanya harga ampere naik 3-8 kali harga ampere pada keadaan pompa berjalan normal.



 Titik B menunjukkan operasi normal.  Titik C memperlihatkan berkurangnya harga ampere dan



terjadinya fluktuasi akibat masuknya gas ke dalam pompa.  Titik D menunjukkan kenaikan mendadak harga ampere, ini menandakan arus cairan masuk pompa. Selanjutnya terjadi gas lock yang diikuti oleh turunnya harga Ampere di E, pada saat ini tidak ada cairan yang diproduksikan.



21



Penanggulangan Gas Lock:  Matikan pompa agak lama agar gas lock hilang.



 Turunkan pompa sehingga lebih tenggelam.  Bila pompa di rat hole gunakan jaket.  Turunkan produksi dengan mengecilkan choke,



sepanjang memungkinkan.  Apabila dengan cara-cara tersebut di atas tetap tak tertanggulangi, maka pompa harus diganti dengan yang lebih kecil atau produksikan secara intermittent dengan menggunakan (cycle controller) meskipun cara ini sebenarnya dapat merusak pompa.



d. Pompa mati karena terjadi interferensi gas atau air • Grafik pada Gambar 22 menandakan keadaan



pompa mati (pump-off) dan interferensi gas atau air terjadi berkali-kali, hal ini terdeteksi karena adanya starter otomatis. • Pada Gambar 23, titik A adalah saat start pompa, titik B pompa berjalan normal, titik C gas mulai masuk pompa, dan titik D arus cairan mendekati pompa dan selanjutnya diiringi dengan matinya pompa karena ampere terlalu rendah (under current shut-down).



e. False Starts Grafik pada Gambar 24 yaitu menunjukkan seolah-olah „pump off’ dengan restart yang gagal. Kejadian ini adalah sebagai akibat panjang cycle waktu tak cukup untuk menghasilkan arus cairan yang cukup tinggi. Unit ini harus diganti dengan yang lebih kecil.



f. Selang-seling start dan mati. • Grafik pada Gambar 25, yaitu menunjukkan selang-seling



kejadian start dan mati, yang berlangsung dalam waktu singkat. Kejadian ini adalah akibat ukuran pompa terlalu besar atau pompa bekerja dengan TDH (head) yang kurang besar. Cara penanggulangan adalah: -



cek TDH dengan cara menutup wing-valve sesaat.



-



cek kemungkinan kebuntuan aliran di pipa atau tertutupnya katup dipermukaan.



-



hentikan pompa dan cek arus cairan.



Pompa dengan grafik ampere demikian harus segera dihentikan karena kejadian tersebut akan sangat merusak pompa.



g. Produksi dengan GOR tinggi. Cara penanggulangan GOR tinggi adalah dengan pengaturan tekanan selubung dan penggunaan separator gas. Grafik serupa juga dapat terjadi karena adanya emulsi, sehingga harga ampere biasanya menurun sesaat. Penanggulangannya adalah dengan penggunaan deemulsifier (pemecah emulsi). Lihat Gambar 26.



h. Harga Ampere terlalu kecil. • Grafik pada Gambar 27, yaitu menunjukkan pompa yang



distart berkali-kali, tetapi tidak berhasil hidup. Hal ini biasanya terjadi karena harga ampere yang diberikan terlalu rendah, sehingga tidak cukup memberi tenaga ke motor untuk mengangkat fluida dengan berat jenis dan volume tertentu. Bila dari test terlihat adanya produksi, maka penanggulangan-nya adalah dengan melakukan penyetelan under-current (ampere rendah). Gambar 27 mungkin pula disebabkan oleh gagalnya relay ketika menghentikan batas ampere rendah dari kontrolnya, sewaktu pompa distart secara otomatis. Gambar 27 juga bisa terjadi karena patahnya pompa.



i. Beban Rendah. • Grafik pada Gambar 28, yaitu menunjukkan



pompa dijalankan (distart) dengan normal tetapi diikuti dengan penurunan harga ampere secara bertahap, selanjutnya terjadi keadaan tanpa beban untuk beberapa saat dan akhirnya terjadi kerusakan pada unitnya dan pompa berhenti karena overload (beban berlebih).



• Grafik ini menandakan pompa yang salah disain



(ukurannya), atau salah melakukan penyetelan pelindung beban rendahnya (underload protection relay), kesalahan tersebut mengakibatkan tertahannya fluida produksi, sehingga motor bekerja pada keadaan tanpa beban. Selanjutnya karena tidak ada aliran maka tidak terjadi pendinginan motor sehingga timbul panas dan ini menyebabkan overload (beban berlebih) dan akhirnya motor mati.



j. Pengontrolan Pompa oleh tangki pengumpul. Grafik pada Gambar 29, yaitu menunjukkan harga ampere motor pompa (berhenti dan bekerjanya pompa) dikontrol oleh arus cairan tangki pengumpul. Gambar 29 menunjukkan tenggang waktu (delay) antara saat pompa berhenti dan start kembali terlalu singkat. Bila pompa tak dilengkapi check valve (katup penahan aliran balik) yang baik, maka setiap pompa berhenti fluida akan turun kembali sehingga pompa akan berputar kearah sebaliknya. Menjalankan kembali pompa yang sedang berputar terbalik mengakibatkan kerusakan pompa. Biasanya as pompa terpuntir atau as patah. Tenggang waktu (delay) antara saat pompa berhenti dan start kembali adalah minimal kurang lebih 30 menit, yaitu agar fluida dapat stabil kembali.



k. Beban berlebih Grafik pada Gambar 30. Titik A pada gambar adalah saat dijalankan; biasanya menunjukkan harga ampere yang meningkat, B adalah pada keadaan pompa bekerja normal, C menunjukkan kenaikan beban hingga mencapai batas tertinggi (overload) dan akhirnya pompa mati.



• Gejala peningkatan beban yang diikuti dengan



matinya pompa tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1.Naiknya berat jenis fluida (misalnya karena terproduksinya lumpur atau fluida komplesi). 2.Terjadinya emulsi atau kenaikan viskositas. 3.Terjadinya problem mekanis atau listrik (misal motor panas atau terjadi keausan alat). 4.Problem daya listrik.



l. Beban karena kotoran padat. • Grafik pada Gambar 31, yaitu mula-mula



berfluktuasi tak teratur, selanjutnya normal. • Gejala ini disebabkan terikutnya scale, pasir atau partikel lumpur waktu sumur mulamula diproduksikan. Walaupun hal ini umum terjadi, sebaiknya dihindari dengan terlebih dahulu melakukan pembersihan sumur sebelum pompa distart. Untuk mematikan sumur sebaiknya digunakan fluida yang ringan atau hampir sama dengan fluida yang akan dipompa.



• Dalam hal tertentu perlu pemberian tekanan balik



(menggunakan jepitan), guna menahan naiknya harga ampere secara berlebihan. Untuk sumur yang menjumpai problem pasir, start harus lambat dengan laju produksi kecil (jepitan dipermukaan diperkecil).



m. Start berulang-ulang. • Grafik pada Gambar 32, yaitu menunjukkan start normal yang lalu mati karena beban berlebinan. Garis-garis naik setelah itu menunjukkan usaha menstart kembali berkalikali. • Usaha ini bisa merusak pompa. Dianjurkan pompa di tes terlebih dahulu sebelum menstart kembali.



m. Beban berfluktuasi tak beraturan. Grafik pada Gambar 33 harga ampere yang turun naik tak beraturan. Umumnya disebabkan adanya fluktuasi pada berat jenis fluida atau adanya variasi tekanan permukaan. Akhirannya dapat berakibat pompa mati karena beban berlebihan (overload). Grafik serupa bisa juga disebabkan karena pompa tersumbat, motor atau kabel terbakar atau sekering putus ( primer atau sekunder).



Analisa Biaya Ada 3 Faktor biaya utama pemasangan ESP : • Biaya Instalasi - Tergantung biaya sistem pompa, produksi, kedalaman, service, problem sumur, tempat (offshore/onshore. - Jumlah pompa yang akan dipasang.



• Biaya perbaikan



- Umumnya ESP perlu diservice setiap 450 hari - Biaya kerusakan dapat diambil dari statistik, rata-ratanya sekitar 1,33 kerusakan/tahun



• Biaya listrik



- Dari brake input motor sd transformator dapat ditentukan KW input dan biayanya : (Volt  Ampere  Power Faktor 1,73) KWinput = 1000



Power faktor diambil 80% bila tidak tahu. Misal biaya 1 KWH = Rp 200,00 maka biaya /hari = Kw input x 200 x 24



Selesai