Materi POD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDIDIKAN ORANG DEWASA 1. Apa yang saudara ketahui tentang kurikulum pendidikan? Apa yang membedakan kurikulum POD dengan kurikulum untuk pendidikan formal? Jelaskan tahapan penyusunan kurikulum POD! 2. Program pendidikan orang dewasa perlu didesain secara tepat agar memenuhi harapan dan sesuai dengan tujuan. Sebut dan jelaskan macam-macam program POD yang saudara ketahui! 3. POD bertujuan untuk meningkatkan knowledge, attitute, skills, atau behaviour khalayak sasaran melalui berbagai usaha. Apa yang dimaksud knowledge, attitute, skills, dan behaviour? Sebut dan jelaskan strategi pembelajaran untuk meningkatkan knowledge, attitute, skills, dan behaviour! 4. Tujuan pendidikan perlu dirumuskan secara tepat sebelum program pembelajaran dilaksanaka. Sebutkan cara merumuskan tujuan pendidikan tersebut? Berilah contoh yang mengarah pada perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik! 5. Diperlukan metode dan teknik yang sesuai untuk melaksanakan proses belajar – mengajar. Apa yang dimaksud dengan metode dan teknik pembelajaran? Apa dasar pemilihan metode dan teknik pembelajaran itu? Jelaskan! 6. Jelaskan konsep-konsep berikut sehingga terlihat perbedaannya, kalau perlu sertakan contohnya ! a. Performance b. Lesson plan c. Prinsip keterpaduan d. Prinsip sequen e. Motivasi belajar f. Analisis peran g. Saringan psikologis h. Metode individu i. Alat bantu j. Workshop



1. Kurikulum Pendidikan adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Yang membedakan kurikulum POD dengan kurikulum pendidikan formal terletak pada prinsipprinsip yang melatarbelakangi pembuatan kurikulum tersebut, kurikulum POD lebih berorientasi pada perencanaan pendidikan dan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang dewasa itu sendiri (orang-orang yang sudah berpikiran dewasa dan berkembang) dan biasanya menggunakan pendekatan pendidikan luar sekolah atau pendidikan masyarakat dan disertai banyak training atau pelatihan. Beda dengan kurikulum pendidikan formal yang lebih menggunakan pendekatan pendidikan yang formal maksudnya pendidikan yang masih banyak terikat peraturan-peraturan khusus dalam proses perencanaan dan rancangan pembelajarannya, serta lebih banyak menekankan pada teori daripada praktiknya.



Tahapan penyusunan kurikulum POD : 1. Identifikasi tujuan umum pengajaran 2. Melakukan analisis pengajaran 3. Identifikasi tingkah laku masukan dan cirri peserta didik 4. Merumuskan tujuan performansi 5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan 6. Mengembangkan strategi pengajaran. 7. Mengembangkan dan memilih materi pengajaran 8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif 9. Merevisi bahan pengajaran dan 10. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif.



2. Contoh program dalam POD :  Program Pemberdayaan Masyarakat Petani melalui SLP (Sekolah Lapangan Petani) Program ini dilakukan melalui pendekatan sekolah lapangan petani atau SLP. SLP merupakan suatu pendekatan dalam rangka mengimplementasikan program-progam bersama masyarakat. SLP memberikan kesempatan seluas luasnya bagi peserta untuk berinteraksi dengan peserta yang lain, saling bertukar pengalaman, menyampaikan pendapat, menganalisis setiap persoalan yang dihadapi, mengambil kesimpulan dan selanjutnya berani mengambil tindakan dalam rangka menyelesaikan persoalan bersama. SLP memiliki proses belajar yang tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah formal yang mana SLP juga memiliki kurikulum sebagai acuan belajar. Hanya saja kurikulum pada sekolah formal berdasarkan acuan kurikulum tahun-tahun sebelumnya atau dengan kata lain dirumuskan dari pusat. Sedangkan kurikulum yang dipergunakan pada SLP merupakan hasil rumusan bersama antara fasilitator dengan peserta yang tentu saja berdasarkan prioritas persoalan yang sedang dihadapi oleh peserta.  Program pengendalian hama terpadu melalui SLPHT Program ini berorientasi pada cara atau metode yang tepat dalam melakukan pengendalian hama sesuai dengan akar masalahnya yang memadukan teori dan pengalaman petani dalam melakukan kegiatan usaha tani. SLPHT sendiri singkatan dari Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu yaitu suatu pendekatan dalam rangka mempelajari seluk beluk mengenai hama maupun penyakit dan bagaimana cara penanggulangannya melalui pembelajaran yang didampingi oleh petugas POPT dan penyuluh. Sedangkan aktivitas kelompok tani menggambarkan, bagaimana petani dalam kelompoknya merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis, sosial maupun ekonomi secara bersama Program ini dirancang dengan melakukan praktik langsung ke lapang dengan mengamati secara langsung keadaan-keadaan disana, sehingga petani akan langsung jelas memahami dari setiap peristiwa yang dialaminya di lapang. Hasil pengamatan natinya dibawa ketempat saung pertemuan dan didisusikan kemudian di prosetasikan lalu diambil kesimpulan untuk memecahkan masalah.



3.



Knowledge = pengetahuan. Artinya POD berusaha meningkatkan pengetahuan peserta didiknya. Apa yang sudah dipelajari dan diketahui digunakan sebagai bekal, dan apa yang belum diketahui dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuannya. Skill = Keterampilan Artinya keterampilan apa saja yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Setiap orang memiliki potensi dan bakatnya masing-masing. Jadi POD berusaha menggali potensi dari masing-masing peserta didik sesuai dengan minat dan bakatnya lalu diasah dan dikembangkan keterampilannya melalui praktik maupun pelatihan. Attitude = Sikap Artinya perubahan apa saja yang terjadi pada sikap peserta. Setelah dilakukan pembelajaran diharapkan sikap dari pesertanya mengalami perubahan sikap kearah yang lebih baik. Misalnya yang semula enggan untuk saling membantu atau kurang peduli dalam kegiatan gropyokan untuk mengendalikan hama tikus, maka sekarang sikap pedulinya menjadi tumbuh setelah dilakukan pembelajaran. Behaviour = kebiasaan Artinya setiap petani biasanya memiliki kebiasaan-kebiasaan dalam melakukan proses produksi entah itu teknik turun-temurun dari leluhurnya atau memang kebiasaannya sejak mulai bercocok tanam. Namun dari kebiasaan tersebut terkadang ditemui kebiasaan yang kurang baik atau sebenarnya merugikan petani itu sendiri walaupun petani tersebut menganggapnya baik. Oleh karenanya dengan POD diharapkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat dihilangkan dan diperbaiki. Misalnya saja banyak kita jumpai bahwa petani menganggap dalam mengelola lahan sawahnya jika banyak air maka dikatakan akan baik juga produksinya, padahal hal tersebut tidak seutuhnya benar. Penanaman padi yang baik haruslah memperhatikan kadar air yang cukup dalam pengairannya seperti yang digunakan dalam metodi S.R.I. Strategi pembelajaran untuk meningkatkan knowledge, skill, attitude, dan behaviour. 1) Proses pembelajaran dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami. Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melaui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, 2) Proses pembelajaran dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh: belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat mereka bekerja.



MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA A.



Metode pembelajaran orang dewasa



Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan pembelajaran semacam ini, apa pun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis besar program pembelajaran yang dibagi menjadi dua jenis. 1. Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami. Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melaui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain, 2. Proses pembelajaran yang dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang diinginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh: belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat mereka bekerja. Metode pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan, computer aidedlearning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar, serta tingkat kemampuan mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan student centre learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction (CI), project based learning (PjBL), dan problem based learning (PBL). Dalam mennetukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di atas, berikut ini uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di atas. Model Belajar Small Group Discussion



Simulasi



Hal yang Dilakukan Peserta Didik · Membentuk kelompok (5-10 orang). · Memilih bahan diskusi. · Mempresentasikan makalah dan mendiskusikannya di kelas. · Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya. · Mempraktikkan/mencoba berbagai model (komputer) yang telah disiapkan.



Hal yang Dilakukan Pengajar · Membuat rancangan diskusi. · Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada setiap akhir sesi. · Merancang situasi/ kegiatan yang mirip dengan yang sesungguhnya, bisa berupa bermain peran, model komputer, atau berbagai latihan simulasi. · Membahas kinerja



Discovery learning



Self-Direct Learning Cooperative learning



Collaborative Learning



Cotextual Instruction



mahasiswa · Mencari, mengumpulkan, dan · Menyediakan data atau menyusun, informasi yang ada untuk petunjuk (metode) untuk menelusuri mendeskripsikan suatu pengetahuan. suatu pengetahuan yang harus dipelajari oleh mahasiswa. · Memeriksa dan memberi ulasan terhadap hasil belajar mandiri mahasiswa. · Merencanakan kegiatan belajar, · Sebagai fasilitator. melaksanakan, dan menilai pengalaman belajarnya sendiri. · Membahas dan menyimpulkan · Merancang dan memantau masalah/ tugas yang diberikan dosen proses belajar dan hasil belajar secara berkelompok. kelompok mahasiswa. · Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh mahasiswa secara berkelompok. · Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas. · Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompoknya sendiri. · Membahas konsep (teori)berkaitan dengan situasi nyata. · Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori.



Project Based · Mengerjakan tugas (berupa Learning proyek) yang telah dirancang secara sistematis. · Menunjukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di forum.



Problem Based · Belajar dengan menggali/ Learning mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah faktual atau yang dirancang oleh dosen.



· Merancang tugas yang bersifat open ended · Sebagai fasilitator dan motivator. · Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkanya dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, kerja profesional, manajerial, atau entrepreneurial. · Menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun ke lapangan. · Merancag suatu tugas (proyek) yang sistematis agar mahasiswa belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang terstruktur dan kompleks. · Merumuskan dan melakukan proses pembimbingan. · Merancang tugas untuk mencapai komptensi tertentu. · Membuat petunjuk (metode) untuk mahasiswa dalam mencari pemecahan masalah yang dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang diterapkan.



Supaya dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini. 1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. 2. Orang dewasa lebih suka menerima saran daripada digurui. 3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan menjadi kebutuhanya. 4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan. 5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya. 6. Apa yang bisa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap pemahamannya. 7. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama. 8. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk akal. 9. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain. 10. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis. 11. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan dekat dengan teman baru. Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan. Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada oarang dewasa diantaranya sebagai berikut. 1. Menjadi bagian dari kelompok yang diajar. 2. Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar. 3. Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya. 4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain. 5. Menyadari kelemahan, tingkat keterbukan, dan kekuatannya. Mereka tahu bahwa kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu. 6. Dapat melihat permasalahan dan menetukan pemecahannya. 7. Peka dan mengerti perasan orang lain melalui pengamatan. 8. Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan orang lain. 9. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain. 10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.” 11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.



B.



Model pembelajaran orang dewasa Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model pembelajaran: 1) Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran, Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu pengenalan dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan cara pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar. Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan



kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasinya berupa: · Arah program dan arah tugas · Terapan program dan tugas · Masalah terapan program dan terapan tugas · Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan Terapan tugas · Peran petugas 2)



perannya



dalam



Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model) meliputi lima fase yaitu : · Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka teki . · Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi, miliki dan situasi masalah yang dikumpulkan dari pelajar. · Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi : mengisolasi variable dan kondisi melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis untuk menguji hubungan kausal melalui eksperimen, dimulai dan melanjutkan kegiatan sebelumnya. Mengajarkan bagaimana membuat perencanaan sistematis. · Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada dengan tepat. · Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap strategi.



3)



Model Advance Organizer, yaitu diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari. Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan untuk menyiapkan perspektif baru. Beberapa fase dalam penerapan Advance Organizer, yaitu : · Penyajian advance organizer meliputi kegiatan : - Menjelaskn tujuan pembelajaran - Menyajikan model pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian contoh, dan menyediakan berbagai konteks. · Penyajian Materi tugas pelajaran : - Menyusun urutan materi pelajaran - Memberikan perhatian pada pelajar - Menyiapkan bahan belajar yang bersifat eksplisit · Memperkuat organisasi kognitif - Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi - Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif - Berpikir kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.



4)



Pemerolehan Konsep Yaitu model pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai atribut perolehan konsep.



berikut adalah gambar perbedaan pembelajaran pedagogy dan andragogy



STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA Cara Oran Dewasa Belajar Pengertian Strategi Pembelajaran Orang Dewasa Pembelajaran merupakan suatu proses dimana perilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan. Bila istilah pembelajaran digunakan untuk menyatakan suatu fungsi, maka tekanannya diletakan pada aspek-aspek penting tertentu (seperti motivasi) yang diyakini untuk membantu menghasilkan belajar. Jadi arti pembelajaran adalah suatu prubahan yang dapat memberikan hasil jika (orangorang) berinteraksi dengan informasi (materi,kegiatan, pengalaman). Definisi lain pembelajaran adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan dengan sengaja untuk memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada diri warga belajar. Strategi merupakan sarana organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah sarana atau cara bagaimana agar pembelajaran berlangsung secara efektif sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajara orang dewasa adalah pembelajaran untuk memahami orang dewasa dalam belajar dengan kondisi optimum bagi orang dewasa tersebut. Smith (1982) mengungkapkan ada enam mengenai pembelajaran bagi orang dewasa ini, yaitu :  Belajar berlangsung sepanjang hayat, hidup berarti belajar, belajar dapat dikehendaki namun dapat juga tanpa dikehendaki. Kita belajar banyak melalui proses sosialisasi, sejak dari pengasuhan keluarga, pengaruh teman sebaya, pekerjaan, permainan, wajib militer dan media masa.  Belajar merupakan suatu proses yang bersifat pribadi dan alamiah, tidak seorang pun yang dapat melakukan belajar untuk kita.  Belajar mencakup perubahan, sesuatu yang ditambahkan atau dikurangi. Perubahan-perubahan mungkin kecil sekali pada masa dewasa.  Belajar dibatasi oleh tingkat perkembangan manusia. Belajar mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan biologis dan fisik dalam kepribadian, nilai peranan dan tugas yang biasanya terjadi sepanjang rentang kehidupan normal.



 



Berkaitan dengan pengalaman dan mengalami, Belajar adalah mengalami, yaitu berinteraksi dengan lingkungan. Belajar adalah melakukan. Belajar mengandung intuitif. Pengetahuan dapat muncul dari kegiatanbelajar itu sendiri. Intuisi dinamankan pengetahuan yang tidak dapat ditemukan.



Karakteristik Orang Dewasa Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa. Karakteristik orang dewasa menurut Knowles (1986) berbeda asumsinya dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yang dimaksud adalah:  Konsep dirinya bergerak dari seorang pribadi yang bergantung ke arah pribadi yang mandiri  Manusia mengakumulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi sumber belajar yang berkembang  Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan pada tugas perkembangan peranan sosial yang dibawanya.  Persfektif waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya dari yang terpusat pada pelajaran beralih menjadi terpusat pada masalah. Dari asumsi tentang konsep diri tersebut mengandung implikasi mengenai pembelajaran orang dewasa yaitu :  Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan  Terjadinya multi komunikasi  Peran serta warga belajar harus diutamakan  Pendapat orang dewasa harus dihormati  Belajar orang dewasa bersifat unik, subyektif, dan lokalitas  Rasa saling mempercayai antara pendidik dan terdidik  Orang dewasa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda  Orang dewasa belajar igin mengetahui arti dirinya dalam kelompok belajar  Membangkitkan motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Berpusat pada karakteristik orang dewasa tersebut, maka akan mempengaruhi aspek-aspek pembelajaran orang dewasa antara lain mengenal kurikulum atau materi, metode, media, sumber belajar, dan setting pembelajaran. Kurikulum dalam kegiatan belajar orang dewasa harus disusun berdasarkan kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaan tugas peran sosial mengenai permasalahan kehidupan yang secara kongkrit dihadapi oleh warga belajar, bukan disusun atas dasar urutan logik mata pelajaran.



Materi pembelajaran orang dewasa disusun berdasarkan kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang diharapkan. Oleh karena itu sarana untuk menentukan kebutuhan belajar adalah menyusun suatu model belajar orang dewasa dan mengungkap kesenjangan antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang diharapkan. Metode dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam menyusun strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar membelajarkan . Metode dan teknik pembelajaran orang dewasa akan dibahas tersendiri. Model-model Pembelajaran Orang Dewasa Sesuai dengan karakteristik orang dewasa, maka pembelajarannya juga memerlukan karakteristik yang khusus. Ada beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajaran orang dewasa yaitu: a. Model Pembelajaran Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peranan Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan partisipatori andragogi melalui daur pengalaman struktur. Model pembelajaran ini merupakan proses membantu belajar orang dewasa secara analisis dan partisipasif melalui tahap-tahap :     



Pengenalan dan penghayatan terhadap masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta Pengungkapan masalah/kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas menurut pandangan peserta Pengolahan masalah dan kebutuhan peningkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator atau narasumber. Penyimpulan cara pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan penigkatan mutu program dan kemampuan petugas oleh peserta bersama fasilitator Penyerapan dan penerapan cara-cara peningkatan mutu program dan kemampuan petugas dalam penyelenggaraan program.'



Merujuk pada model pembelajaran daur pengalaman berstruktur untuk analisis peran peserta dapat menggunakan metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). Pembelajaran dengan metode ATMAP adalah upaya peningkatan kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasi metode ATMAP dalam daur pengalaman berstruktur adalah sebagai berikut : 1. Arah program dan arah tugas Arah program berkenaan antara lain tujuan kegiatan, cara pelaksanaan dan cara penilaian dari program yang diselenggaraka pada masyarakat. Arah tugas peserta berkenaan tugas pokok, rincian kegiatannya dan proses pelaksanaannya. Metode pembelajaran ini antara lain sajian arah, telaah kaus, curah pendapat, ceramah, tanya jawab, dan metode lain yang sesuai.



2. Terapan program dan tugas Terapan program artinya cara pelaksanaan program menurut arah yang telah ditetapkan baik yang sudah diwujudkan maupun yang diperkirakan. Terapan tugas artinya cara pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan. Terapan program dan terapan tugas dikaitkan dengan situasi dan kondisi wilayah, tempat serta fasilitas pendukungnya. Metode pembelajaran untuk ini antara lain menggunakan curah pendapat, diskusi, telaah terapan,kerja kelompk,dan metode lain yang sesuai. 3. Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas Masalah terapan program adalah masalah-masalah yang muncul atau yuang diperkirakan akan muncul baik internal maupun eksternal. Masalah terapan tugas artinya masalah kemampuan petugas dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan terapan program baik yang muncul atau yang diperkirakan akan muncul (internal maupun eksternal). Metode pembelajaran ini antara lain curah pendapat, telaah kasus, diskusi kelompok (pleno), telaah banding, telaah lapangan, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai. 4. Alternatif Pemecahan Masalah Terapan Program dan Terapan Tugas Alternatif pemecahan masalah terapan program artinya gagasan-gagasan cara pemecahan masalah yang telah dianalisis baik untuk sekarang ataupun yang akan datang terutama terhadap masalah internal. Alternatif pemecahan masalah terapan tugas artinya gagasan-gagasan cara peningkatan kemampuan petugas sesuai dengan tuntutan terapan program baik untuk sekarang maupun untuk yang akan datang terutama yang bersifat internal. Metode pembelajaran untuk ini adalah telaah kasus, diskusi, telaah banding, kerja kelompok dan metode lain yang sesuai. 5. Peran Petugas Peran petugas artinya peran dan kemampuannya melaksanakan program serta pemecahan masalahnya, untuk sekarang maupun yang akan datang. Metode pembelajaran untuk ini harus ditekankan kepada belajar, praktek dan bekerja melalui metode diskusi, kerja kelompok atau individual, simulasi, bermain peran dan metode lain yang sesuai. b. Model Pembelajaran Latihan Penyelidikan (Inguiry Training Model) Latihan penyelidikan sebagai salah satu model pembelajaran meliputi lima fase yaitu :  Menghadapkan peserta belajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka-teki  Fase operasional pengumpulan data untuk verifikasi, meminta peserta belajar menanyakan serangkaian serangkaian pertanyaan untuk dijawab oleh fasilitator dengan "ya" atau "tidak" dan menyelenggarakan serangkaian eksperimen mengenai lingkungan situasi masalah.  Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi  Peserta belajar menyadap informasi dari pengumpulan data mereka dan menjelaskan masalah sebaik mungkin.  Fasilitator dan peserta belajar bekerja sama menganalisis strategi satu sama lain. Tekanan di sini ialah pada konsekuensi strategi tertentu. Analisis ini berusaha membantu peserta belajar lebih terarah dalam mengajukan pertanyaan dan mengikuti rencana: Pengadaan fakta, Menentukan apa yang relevan, Menyiapkan konsep penjelasan atau hubungan. c. Model Pembelajaran Advance Organizer



Advance Organizer ialah materi pengenalan yang disajikan lebih dahulu dari tugas pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tugas pembelajarn itu sendiri. tujuannya ialah untuk menjelaskan, mengintegrasikan, dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari lebih dahulu, disamping juga untuk membantu peserta belajar membedakan materi baru dari materi pembelajaran yang telah diberikan. Organisasi yang paling efektif adalah materi yang menggunakan konsep, istilah dan dalil yang telah dikenal oleh warga belajar termasuk juga ilustrasi dan analogi. Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam koran atau majalah dan jurnal, ceramah bahkan dapat juga film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar ialah untuk menghayati informasi, untuk mengingat gagasan sentral dan mungkin juga fakta kunci. Sebelum memperkenalkan materi pembelajaran kepada peserta belajar hendaknya fasilitator menyiapkan materi perkenalan dalam bentuk Advance Organizer berupa lampiran yang dapat digunakan untk mengaitkan data baru yang relevan. Advance Organizer pada umumnya didasarkan pada konsep dan hukum/aturan suatu disiplin. Sebagai contoh suatu pelajaran atau uraian mengenai sistem kasta di India dapat didahului dengan organizer yang didasarkan pada konsep stratifikasi sosial. Biasanya organizer dikaitkan dengan materi yang bersifat aktual atau kurang abstrak dibandingkan dengan yang mendahuluinya. Organizer timbul dari hubungan secara integral dengan materi pembelajaran. Organizer dapat juga digunakan secara kreatif untuk menyiapkan persfektif baru. Pembelajaran model Advance Organizer dapat diterapkan melaluibeberapa fase yaitu :  Penyajian Advance Organizer meliputi kegiatan : Menjelaskan tujuan satuan pelajaran, Menyajikan organizer, Mendorong timbulnya kesadaran akan pengetahuan dan pengalaman yang relevan dengan latar belakang peserta belajar.  Penyajian materi tugas pembelajaran; Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi warga belajar, Membina perhatian warga belajar, Menyiapkan bahan organiser yang bersifat eksplisit.  Memperkuat organisasi kognitif : Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi, Mengintegrasikan pembelajaran penerimaan aktif,Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari. d. Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Pembelajaran model pemerolehan konsep mencakup penganalisisan proses berpikir dan diskusi menganai atribut peroleha konsep. Selanjutnya terhadap variasi pada model dasar yang melibatkan lebih banyak peserta belajar berpartisipasi dan mengendalikan diskusi serta lebih banyak materi yang kompleks. Kelaziman diantara materi ini merupakan aplikasi dari teori tentang konsep. Inilah yang membedakan antara model perolehan konsep yang asli dengan perlombaan menebak. Model ini mengandung nilai aplikasi yang penting dan langsung kepada pembelajaran sebagai berikut :  Dengan memahami hakikat dari konsep dan kegiatan yang bersifat konseptual fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar memperoleh pengertian suatu konsep  Fasilitator dapat mengenal strategi pengkategorisasian yang digunakan warga belajar dan membantu mereka menggunakannya secara lebih efektif.







Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk mempelajari konsep dengan menggunakan model pembelajaran tentang hakikat proses perolehan konsep.



Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi). Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut: 1. identifikasi kebutuhan siswa; 2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan; 3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas; 4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masingmasing siswa; 5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan; 6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan; 7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan; 8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;



9. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah; 10. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa; 11. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya. Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata. Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut: 1. siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir; 2. siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat; 3. menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat; 4. siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks; 5. metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai. Metode discovery (penemuan) yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery).



Model Pembelajaran Inquiry Metode Inquiry yaitu sebuah metode pembelajaran dimana guru berusaha mengarahkan siswa untuk mampu menyadari apa yang sudah didapatkan selama belajar. Sehingga siswa mampu berfikir dan terlibat dalam kegiatan intelektual dan memproses pengalaman belajar itu menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.



Model Pembelajaran Inquiry dilakukan dengan tahapan: 1.Tahapan penyajian masalah Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk mengumpulkan informasi.Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah(1)memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan,(2)mengungkapkan ide awal. 2.Tahapan verifikasi data Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis.Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu(1)melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan,(2)merumuskan masalah,(3)mengidentifikasi masalah,(4)membuat hipotesis,dan(5)merancang eksperimen. 3.Megadakan eksperimen dan pengumpulan data Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari permasalahan yang ada.Peran siswa dalam tahap ini yaitu(1)melakukan eksperimen atau pengumpulan data,dan(2)melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data. 4.Merumuskan penjelasan Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah(1)melakukan diskusi,dan(2)menyimpulkan hasil pengumpulan data. 5.Mengadakan analisis inquiry Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi kesempatan bertanya tentang apasaja yang berkaitan dengan informasi yang mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu(1)mencatat informasi yang diperoleh,(2)aktif bertanya,dan(3)mengerjakan latihan soal. 1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Indrawati (1999:9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992:107) menyatakan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat di implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri. Seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993:193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002),Menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal sleuruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.



2. Syarat Timbulnya Kegiatan Inkuiri bagi Siswa dan Peran Guru Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah : 1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi 2. Inkuiri berfokus pada hipotesis dan 3. Penggunaan fakta sebagai evidensi Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Untuk menciptakan kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut : 1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir 2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan 3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat 4. Administrator, bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan kelas 5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan 6. Manager, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas 7. Rewarder, pemberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa Pembelajaran inkuiri menurut Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkiri, tidak sama dengan permainan tebakan . Hal ini memerlukan dua aturan penting yaitu ; 1. Pertanyaan harus dapat dijwab ya atau tidakdan harus diucapkan dengan suatu cara agar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. 2. Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan guru memberikn jawaaban pertanyaan tersebut tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri. Munandar (1990:47), mengemukakan beberapa perumusan kretifitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia , menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekannanya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban”. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, makin kreatif seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreatifitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya. Kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan suatu kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Ciri perkembangan afektif, yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun oranglain (Munanadar, 1990:51). 3. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri Gulo (2002) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan Di dalam sistem belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri



dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut: 1. Stimulation, Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. 2. Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut) 3. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya. 4. Data processing, semua informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu. 5. Verification, berdasarkan hasil olahan dan taffsiran atau informasi yang ada tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak. 6. Generalization, tahap selanjutkan. Berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu. Sistem belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner. Landasan pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar ini adalah bahwa hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihaffal dan diingat, mudah ditransfer (untuk menghadapi pemecahan masalah). Pengetahuan dan kecakapan (intellectual potency) peserta didik yang bersangkutan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan motif intrinsik (karena peserta didik puas akan penggunaannya sendiri. Tahapan Pembelajaran Inkuiri Fase Perilaku guru 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan maslah. Guru membagi siwa dalam kelompok 1. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan bagi tiap siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membibing siswa dalam membuat hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 1. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 1. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan. 1. Mengumpulkan dan menganalisis data Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 1. Membuat kesimpulan (generalisasi)



Guru membimbing siswa dalam mambuat kesimpulan. 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu : 1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri 2. Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum. Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178) MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM (QUANTUM LEARNING) A. LATAR BELAKANG Quantum learning merupakan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi DePorter. Dia perintis, pencetus dan pengembang utama Quantum Learning. Sejak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan Quantum Learning di SuperCamp. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon dan Sarah Singer Nouric, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicoba gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp salama tahuan awal 1980-an. DePorter menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp. Prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning ini dibentuk di SuperCamp. Pada tahap awal perkembangannya, Quantum Learning dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. B. TUJUAN 1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif 2. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan 3. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak 4. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir 5. Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran C. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN KEUNGGULAN: 1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.



2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. 3. Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis. 4. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. 5. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. 6. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. 7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 8. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. 9. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material. 10. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. 11. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. 12. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. 7 kunci keunggulan quantum learning : 1. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan dengan nilai-nilai yang ada pada diri kita. 2. Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses. 3. Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan pengertian positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus. 4. Komitmen: Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. 5. Tanggungjawab: Bertanggungjawablah atas tindakan anda. 6. Sikap fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan. 7. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya. KELEMAHAN : 1. Membutuhkan pengalaman yang nyata 2. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar 3. Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa D. PRINSIP QUANTUM LEARNING 1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). 2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini.



Ketahuilah bahwa segalanya berbicara: Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.  Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan: Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan.  Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan: Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.  Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran: Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.  Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan: Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. 3. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandangan sebagai jantung fondasi pembelajaran kuantum.Ada 8 prinsip keunggulan, yang juga disebut 8 kunci keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut:  Teraplah Hidup dalam Integritas: Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.  Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan: Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.  Berbicaralah dengan Niat Baik: Dalam pembelajan, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.  Tegaskanlah Komitmen: Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.  Jadilah Pemilik: Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.  Tetaplah Lentur: Dalm pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandaipandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.  Pertahankanlah Keseimbangan: Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal. 



E. MANFAAT QUANTUM LEARNING Manfaat yang diperoleh dari quantum learning adalah : 1. Sikap positif 2. Motivasi 3. Ketrampilan belajar seumur hidup



4. Kepercayaan diri 5. Sukses F. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING 1. Peta konsep Peta konsep sebagai teknik belajar efektif. Peta konsep disini lebih menunjukkan pada keuangan ide-ide pikiran sebagai catatan dalam grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Peta konsep berupa ide pemikiran yang di tuangkan dalam bentuk gambaran atau grafik. Menurut Nacy Murgilulier yang dikutip Rose dan Nicholl sebelum belajar kita memvisualisasikan gambar dengan pikiran kita dan mengkaitkannya dengan konsep-konsep. Langkah-langkah tehnik penggunaan peta menurut Rose dan Nicholl : a. Mulai degan topik di tengah halaman: Tulislah gagasan uatama di tengah-tengah halaman kerertas dan lingkupilah dengan segitiga atau bentuk-bentuk lain ,sehingga kita terdorong untuk mendefinisikan gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal yang efektif. b, Buat cabang-cabangnya: Tambahkan cabang keluar untuk setiap poin atas gagasan utama antrara lima atau tuju cabang jangan terlalu banyak. c. Gunakan kata-kata kunci: Kata kunci adalah kata yang menyampaikan isi sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita. MIsal:  Tambahkan symbol-simbol dan ilustrasi mendapatkan ingatan yang lebih baik  Gunakan huruf kapital  Tulis gagasan penting dengan huruf yang lebih besar  Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik  Garis bawahi kata-kata itu \gunakan huruf miring atau tebal  Siaplah kreatif dan berani 4. Lakukan sendiri dan jangan takut salah atau jelek , gunakan sebanyak mungkin ganbar yang memang membantu pemahaman anda sendiri  Gunakan bentuk-bentuki acak untuk gagasan sendiri  Buatlah peta konsep secara horizontal,agar dapat ruang bagi gagasan anda Cara membelajarkan peta konsep dan secara klasikal: Cara pembelajaran degan konsep ini perlu di sajikan dengan metode tugas kerja kelompok . Adapun contoh langkah –langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Guru melakukan apresiasi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran 2) Gunakan pertanyaan tentang dimensi-dimensi atau cakupan materi dari model-model pembelajaran 3) Sambil bertanya guru mencoba mentranfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep 4) Perbaiki peta konsep yang belum terstuktur 5) Setelah gambar peta jadi da papan tulis , guru meminta siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi yang ada 6) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok,ke mudian siwa kerja kelompok untuk menbuat peta konsep . untuk itu di berikan batas waktu misalnya 10-15 menit.Jika siswa sudah terbiasa mambuat peta konsep siswa sudah dapat ditugaskan ecara individu atau kompok kecil per dua orang 7) Selama siswa menyusun peta konsep guru keliling untuk memberikan penjelasan kjika ada kelompok yang bertanya 8) Guru meminta siswa untuk membuat matrik konsep pengelompoan dan atributnya



9) Setelah selesai wakil-wakil kelompok disuruh maju untuk mempresentasikan .Sementara kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan masukan 10) Jika diperlukan guru memberikan penjelasan kepada materi yang belum dapat dipahami siswa 11) Berikan masikan terhadap hasil pekerjakan siswa 12) Lakuklan postest tentang konsep yang diluasai 13) Berikan siswa untuk memberikan masukan terhadap cara pembelajaran guru sebagai evaluasi untuk pembelajaran pada pertemuan selanjutnya 2. Teknik Memori a. Teknik memori adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak (brain-based technique). Dalam teknik ini perlu meningkatkan efektifitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi. Daya ingat kita dapat ditingkatkan dan menurut Gunawan (2004) otak suka dengan hal yang bersifat:  Ekstem berlebihan/tidak masuk akal  Penuh warna  Multi sensor  Lucu  Melibatkan emosi  Melibatkan irama atau musik  Tindakan aktif  Gambar tiga domensi dan hidup/aktif  Menggunakan asosiasi  Imajinasi  Humor  Simbol  Nomor dan urutan b. Teknik memori memiliki hambatan yaitu orang tua atau guru menganggap konyol jika kita berfikir tidak masuk akal. Namun cara ini sangat efektif karena otak kita menyimpan gambar dan makna. 1). Melatih Imajinasi Sekarang coba anda melakukan satu hal. Sambil menutup mata, coba bayangkan dalam pikiran anda hal-hal berikut ini: a) Bayangkan sebuah baju kaos tanpa kerah, herwarna merah, mempunyai satu saku di bagian tengah. b) Sekarang bayangkan baju kaos ini membesar sampai 5 kali dari ukuran semula. c) Bayangkan baju kaos ini mempunyai kepala, kaki dan tangan. d) Bayangkan baju kaos ini mengajak anda berbicara, berkenalan dengan anda. e) Bayangkan anda mendengar baju kaos itu berkata, “Hi… Bu guru apa kabar hari ini? Senang berkenalan dengan anda. Siapa nama anda?” apa anda hari ini senang mengikuti PLPG? Seriuskah anda? Mengapa anda ngantuk seperti muridmu? Apa anda ndak malu dengan pengajarnya kalau ngantuk? Kalau ngantuk makan dulu saja. Jika kita dapat melatih imajinasi berarti otak kanan kita aktif dengan baik. Untuk mencapai hasil maksimal kita perlu memberdayakan dan menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan. 2) Teknik Rantai Kata



Teknik ini menggunakan cara menyambung atau merantai kata menjadi cerita yang mudah kita hafalkan. Syarat yang harus dilakukan dalam membuat ceita pendek ada pada 14 poin yang tersebut sebelumnya dan ada pula syarat tambahan yaitu: a) Buatlah cerita yang berisi aksi atau tindakan b) Hindari perubahan bentuk karena akan mengacaukan urutan kata yang dihafal dan kurang menarik bagi otak. c) Jangan menambah objek lain. d) Buat cerita yang sependek mungkin karena akan semakin baik dan efektif. e) Bayangkan gambar dari objek cerita Teknik ini adalah melatih merangkai membuat kalimat/cerita dari kata-kata yang sudah ada. Contoh : a) Semesta b) Variabel c) Konstanta d) Fungsi e) Persamaan 3. Teknik Plesetan Kata Teknik plesetan kata yaitu menggantikan kata sulit yang ingin kita hafal dengan kata lain yang bunyinya mirip atau lucu. 4. Sistem Pasak Lokasi Sistem pasak lokasi yaitu teknik mengakses dan mengaktifkan memori semantik dan episodik. Saat kita berusaha menghafal, kita mengaktifkan memori semantik. Informasi yang kita dapat kemudian dicantolkan pada lokasi yang berarti mengaktifkan memori episodik. Dalam memilih lokasi sefarusnya lokasinya sudah kita kenal agar kiya tidak salah mengingat apa yang masuk dalam memasukkan memori. Jumlah lokasi tergantung pada kata yang ingin dihafal. Untuk menentukan kekuatan informasi pada memori tergantung pada dua hal yaitu: a) Seberapa baik kita menentukan alur lokasi (harus urut) b) Seberapa baik visualisasi yang dilakukan Misalnya anda diminta untuk menghapal cerita nama hewan yang dilindungi di Indonesia seperti di bawah ini a) Bangau Hitam b) Biawak Pohon c) Burung Udang d) Harimau Sumatra e) Monyet Hitam f) Kakak Tua Raja g) Orang Hutan Kalimatan h) Jalak putih Karena ada delapan data, maka kita membutuhkan delapan lokasi Kita ambil rumah anda sebagai contoh. Sekarang kita tentukan lokasinya. a) Jalan di depan rumah anda b) Pintu pagar rumah anda c) Halaman depan rumah d) Pintu masuk utama e) Ruang tamu f) Tembok di ruang tamu



g) Ruang keluarga h) Lemari es (yang ada di ruang makan) Untuk itu anda harus melakukan atau membayangkan hal berikut ini sewaktu anda pulang ke rumah. Dalam proses anda masuk ke rumah, anda melihat hal berikut ini : a) Bayangkan ada seekor bangau hitam yang berdiri di jalan di depan rumah anda. b) Pada pintu pagar rumah anda ada seekor biawak yang menggigit sebatang pohon (biawak pohon). c) Dihalaman didepan rumah anda hinggap seekor burung yang membawa udang diparuhnya (burung udang) d) Saat mau mau masuk ke rumah, pintu dijaga oleh seekor harimau Sumatra yang sedang mengaum 5. Teknik Akrostik (Jembatan Keledai) Teknik akrostik adalah teknik menghafal dengan mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat dan kemudian digabungkan hingga menjadi singkatan atau kata/kalimat lucu. Contoh:  Mejikuhibiniu (Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu),  Hari libur naik kuda, rabu kamis free (singkatan dari unsur kimia golongan IA: H, Li, Natrium, K, Cs, Fr)  Cewek sinting genit senang plembungan (singkatan dari unsur kimia golongan IV A: C, Si, Gn, Sn, Pb) G. KERANGKA RANCANGAN BELAJAR QUANTUM LEARNING 1. Tumbuhkan: Tumbuhkan minat, motivasi, empati, simpati dan harga diri dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKU” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan siswa. 2. Alami: Hadirkan pengalaman umum yang dapat di mengerti dan dipahami semua pelajar. 3. Namai: Sediakan kata kunci, konsep,model, rumus, strategi sebuah masukan. 4. Demonstrasikan: Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu dan ingat setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan. 5. Ulangi: Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu dan memang tahu ini”. Sekaligus berikan kesimpulan. 6. Rayakan: Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. H. PENUTUP Quantum learning merupakan orkestra dari berbagai interaksi yang ada di dalam dan disekitar aktivitas belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bemanfaat bagi dirinya dan orang sekitarnya. Orkestra merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar yang terdiri dari konteks maupun kontens. Konteksnya meliputi : 1. Suasana pembelajaran 2. Landasan/kerangka kerja 3. Lingkungan pembelajaran 4. Perancangan pembelajaran yang dinamis Sedangkan kontensnya meliputi : 1. Cara penyampaian materi 2. Pemberdayaan fasilitas 3. Ketrampilan hidup



I. CONTOH SKENARIO MODEL QUANTUM LEARNING. Kegiatan pendahuluan : 1. Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran 2. Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi dari model-model pembelajaran Kegiatan inti : 1. Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep 2. Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi terstuktur 3. Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi 4. Menjadi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja kelompok untuk membuat peta konsep 5. Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep 6. Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan 7. Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa Kegiatan Penutup : 1. Memberikan masukan tentang hasil pekerjaan siswa 2. Postest 3. Memberi kesempatan siswa untuk memberi masukan tentang cara pmbelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi pembelajaran pada pertemuan berikutnya.