Materi Training [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bayangkan sosok pemimpin yang buruk, toxic, galak, lempar kesalahan dll Bayangkan sosok pemimpin yang baik, supportive, humble, tegas, disiplin dll Pengertian Pemimpin Pemimpin merupakan orang yang memiliki keterampilan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Baik itu dalam organisasi berukuran kecil maupun besar. Pun, pemimpin tidak terbatas pada jabatan, melainkan sikap dan kemampuan dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain.



Pengertian Pimpinan Pimpinan merupakan jabatan yang ada dalam sebuah organisasi. Orang yang menjabat pada organisasi tersebut belum tentu memiliki sikap pemimpin. Alias, belum tentu bisa mempengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan di awal.



Beda Pemimpin dan Pimpinan Dari pengertian yang sudah disampaikan pada bagian atas tadi, sebenarnya kita sudah dapat mengambil intisari dari perbedaan pemimpin dan pimpinan. Di mana, orang yang menjadi pemimpin bisa mengisi posisi atau jabatan pimpinan. Sedangkan, pimpinan yang mengisi jabatan belum tentu bisa menjadi pemimpin. Agak membingungkan? Baik, mari kita ulas pelan-pelan. Jika dirinci lebih jauh lagi, berikut beda antara pemimpin dan pimpinan dalam menjalankan kepemimpinan: 



Pemimpin memiliki niat baik dan selalu mengutamakan tujuan bersama. Pimpinan bisa jadi hanya bergantung pada otoritas dan menggunakan kekuasaan untuk memerintah bawahannya.







Pemimpin memiliki keterampilan untuk mengarahkan jalan kepada para anggotanya serta mengambil tanggung jawab ketika terjadi apa-apa. Sedangkan, pimpinan bisa jadi hanya menuntut hasil dari anak buah dan tidak bertanggung jawab pada kesalahan yang dibuatnya.







Pemimpin dapat menggerakkan hati para anggota tanpa harus menyuruhnyuruh. Sedangkan, pimpinan belum tentu, bisa jadi hanya mengandalkan rasa takut para anggota untuk melakukan tugas-tugas tertentu.







Pemimpin dapat menjadi energi bagi para anggota untuk melaksanakan tugas secara bersama-sama. Sedangkan, pimpinan belum tentu memberi energi, justru bisa jadi menguras tenaga anak buahnya.



Pemimpin mengajak dan memberi contoh, sedangkan pimpinan belum tentu, bisa jadi hanya memerintah. Namun, deskripsi di atas tadi belum tentu sepenuhnya benar. Bisa jadi, pemimpin dan pimpinan merupakan satu orang yang sama. Menjabat posisi tertentu dalam sebuah perusahaan dan terampil dalam memimpin para anggotanya.







Pemimpin dan role model yang baik, tentu akan sangat paham tentang menempatkan diri. Kapan saatnya berada di depan untuk memberi teladan, di tengah untuk mengajak dan menyemangati, serta di belakang untuk memberi dorongan. Seperti layaknya filosofi Ki Hajar Dewantara yang hingga kini lestari, Tut Wuri Handayani. Tidak perlu jauh-jauh, dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kita pun bisa diambil contoh. Dalam menentukan tempat kencan, harusnya lelaki mampu memimpin perempuan dengan langsung mengambil inisiatif dan menentukan restoran atau kafe untuk makan dan ngobrol bersama. Atau juga, menjadi inisiator grup tongkrongan tiap akhir pekan untuk sama-sama ngobrol, bertukar pikiran, menanyakan kabar, serta melepaskan penat. Sambil memesan minuman favorit di kafe, lalu menyalakan rokok untuk menambah kehangatan.



10-90



Stephen Covey memberikan contoh, misalnya ketika kita sedang sarapan dengan keluarga. Tanpa sengaja, anak kita menyenggol cangkir kopi kita dan menumpahkannya ke kemeja kerja kita. Untuk hal seperti ini, kita benar-benar tidak memiliki kendali atas apa yang baru saja terjadi. Namun, apa yang terjadi berikutnya sebenarnya ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi. Misalnya, kita mengambil sikap untuk memarah-marahi anak kita, sampai ia menangis. Lalu, kita memarahi pasangan kita karena meletakkan cangkir kopi terlalu pinggir ke sisi meja. Akhirnya kita bertengkar dengan pasangan kita. Setelah berganti kemeja, kita mendapati si anak masih menangis, sedangkan mobil jemputannya ke sekolah sudah lewat. Terpaksa kita harus mengantar anak ke sekolah, dan berpacu dengan waktu karena kita juga harus segera berangkat ke kantor. Di tengah jalan, karena ngebut, kita kena tilang karena melanggar lampu merah. Meski akhirnya kita berhasil mengantar anak ke sekolah, namun kita terlambat masuk kantor. Dan sialnya, ada dokumen kita yang tertinggal di rumah ketika berangkat terburu-buru tadi pagi. Kesialan kita sepanjang hari tersebut sebenarnya disebabkan oleh diri kita sendiri. Kita memang tidak punya kendali atas kejadian tumpahnya kopi. Namun, bagaimana kita bertindak dalam waktu sekitar 5 detik setelahnya itulah yang menyebabkan kesialan sepanjang hari itu. Bagaimana seandainya kita memberikan reaksi yang berbeda? Kopi kita tumpah. Anak kita khawatir akan kita marahi. Namun, kita cukup bilang, "Gakpapa kok, tapi lain kali hati-hati ya!" Kita segera berganti kemeja. Anak kita berangkat sekolah dengan mobil jemputannya. Kita punya cukup waktu untuk mengingat-ingat kembali apa saja yang perlu dipersiapkan di kantor nanti. Keluarga damai, pekerjaan lancar, semua senang. Kedua contoh kasus di atas, awalnya sama, tapi akhirnya beda. Semua itu dikarenakan bagaimana reaksi kita. Kita tidak memiliki kendali atas 10% yang terjadi dalam hidup kita, tapi 90% lainnya ditentukan oleh bagaimana reaksi kita. Bukan soal benar atau salah, tetapi respon. Belajar dari cerita sederhana di atas, setiap kali saya menghadapi masalah yang terjadi di luar kendali saya, saya berusaha untuk mengambil sikap se-positif



mungkin. Tujuannya, biarlah hal-hal yang di luar kendali itu mungkin mengacaukan 10% hidup saya saat itu, tapi jangan sampai 90% hidup saya sisanya ikut-ikutan kacau karena saya salah bereaksi. Meski teorinya sesederhana itu, prakteknya ternyata tidak mudah untuk kasus-kasus tertentu, I admit it. Sometimes we fell over and over, and let a part of our 90% of life ruined by our wrong reaction. But with our sane mind to be a better human being, we know that we really should fight to respond positively to the negative thing that happens, right?



Suara.com - Untuk menjadi pemimpin  yang hebat, dibutuhkan usaha dan kerja keras , selain juga memiliki pola pikir  tersendiri. Yang jelas, tak ada pemimpin yang secara instan bisa menjadi hebat, tanpa melalui berbagai rintangan terlebih dahulu. Pemimpin biasanya menjalani tahap demi tahap dalam hidup, hingga terbentuk jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Jika ditarik kesimpulan, kita sebenarnya bisa mempelajari bagaimana cara menjadi pemimpin idaman, dengan mengetahui desain cara berpikir seorang pemimpin. Tidak semua orang bisa dan mampu menjadi seorang pemimpin. Tapi, semua orang punya peluang untuk jadi pemimpin. Mungkin terbersit di benak, apakah diri kita sudah pantas jadi pemimpin? Lalu, pola pikir apa saja yang tertanam pada seorang pemimpin? Seperti dikutip dari Cermati .com, berikut tanda-tanda bahwa Anda sudah pantas menjadi seorang pemimpin, apabila punya pola pikir seperti ini. 1. Selalu Fokus Mencari Solusi Saat menghadapi suatu masalah, apakah Anda fokus pada solusi yang paling mungkin untuk diambil? Lalu, apakah Anda mendiskusikannya dengan tim untuk menentukan solusi mana yang paling baik untuk diambil? Hal ini Anda lakukan karena menilai bahwa jangan sampai solusi tersebut hanya menguntungkan satu pihak saja, tapi harus adil. Dan untuk mendapatkan solusi



terbaik, maka Anda akan melihat pada inti dan akar masalah, sehingga punya gambaran bagaimana masalah itu terbentuk dan bagaimana cara mengatasinya. suara.com|id_suara_curation_desktop 10 10



0:15/0:30



Jika ciri tersebut ada pada diri Anda, maka Anda sudah memiliki satu poin untuk menjadi pemimpin. 2. Selalu Menarik Garis Lurus dari Setiap Titik Ciri selanjutnya bahwa Anda sudah pantas menjadi seorang pemimpin adalah apabila punya desain cara berpikir mirip dengan desain visual pada umumnya. Tepatnya, Anda selalu menggambarkan ide-ide cemerlang untuk sebuah kasus, kemudian Anda menarik garis lurus di setiap ide yang muncul untuk mendapatkan garis besarnya. Anda kemudian akan menandai setiap poin masalah dan ide solutif untuk mengatasinya. Nah, apakah Anda sudah terbiasa melakukan hal ini? 3. Tak Mati Rasa tapi Punya Rasa Empati Bisa merasakan apa yang orang lain sedang rasakan, menunjukkan bahwa seseorang memiliki rasa empati. Dan orang yang pantas menjadi pemimpin salah satunya adalah punya empati. Jika Anda termasuk orang yang juga punya empati, maka salah satu poin bahwa Anda layak jadi pemimpin sudah ada di genggaman. Sebab, pemimpin yang memiliki empati akan berusaha mengetahui dan merasakan apa yang dialami atau menimpa anak buahnya. 4. Terbiasa Mencari dan Menerima Umpan Balik Umpan balik (feed back) adalah untuk memastikan apakah hal yang selama ini dilakukan sudah baik atau belum. Seorang pemimpin sangat peduli akan umpan balik yang diterimanya. Misalnya, Anda menerapkan kebijakan untuk menggeser jam masuk kerja dari jam 07.00 ke jam 08.00, agar tidak banyak karyawan yang terlambat. Untuk mengetahui apakah solusi tersebut berjalan dengan baik atau tidak, Anda perlu melihat umpan balik dari setiap pegawai. Apakah mereka merasa senang? Atau, apakah masih ada yang telat? Apakah pekerjaan jadi lebih produktif? Terhadap semua itu, seorang pemimpinlah yang bisa menyimpulkannya.



5. Memiliki Pemikiran yang Terbuka Sebagai pemimpin, Anda tentunya harus bersikap terbuka atas segala pemikiran yang ada. Begitulah cara kerja atau desain berpikir seorang pemimpin. Apalagi untuk menemukan ide-ide jitu nan kreatif dan solutif, dibutuhkan sebuah eksperimen sederhana. Bayangkan jika seorang pemimpin tidak memiliki pemikiran terbuka untuk menemukan solusi terbaik bagi timnya. Maka, hampir pasti dia akan menjadi bos menyebalkan, yang diperbincangkan oleh setiap karyawannya di jam makan siang. 6. Bisa Bersinergi dalam Tim Seorang pemimpin juga harus bisa bersinergi sekaligus membuat sinergi dalam tim. Dia harus bisa memberdayakan setiap anggota tim untuk terlibat dalam kemajuan kantor. Artinya, jangan sampai ada karyawan yang tidak ikut berkontribusi dalam pekerjaan dengan benar. Pemimpin juga harus bisa melihat potensi-potensi karyawan yang dimilikinya. Misalnya si A lebih cocok untuk marketing, si B lebih cocok memimpin proyek selanjutnya, dan lain sebagainya. Jika Anda sudah bisa bersinergi dan membangun sinergi, serta juga mampu melihat serta menggali potensi bawahan, maka Anda adalah salah satu pemimpin yang pantas menduduki posisi tersebut. 7. Selalu Ada Alasan Kuat untuk Langkah yang Diambil Sebagai pemimpin, setiap langkah yang diambil haruslah memiliki alasan di baliknya. Jangan asal ambil keputusan tanpa pertimbangan sebelumnya. Untuk itu, suarakan kepada karyawan tentang visi-misi Anda sebagai pemimpin. Setelah itu, jelaskan alasan mengapa mengambil suatu langkah tertentu. Pemimpin yang hebat pasti bisa menyambungkan antara visi-misi, serta langkah yang akan diambil selanjutnya dalam menyukseskan perusahaan. Jadilah Sosok Pemimpin yang Membanggakan Hal paling penting untuk menjadi pemimpin hebat adalah tidak mudah menyerah. Jangan pernah mengatakan "tidak bisa" terhadap setiap masalah yang muncul. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan. Dengan kata lain, tidak ada masalah yang tidak memiliki solusi. Lebih dari semua itu, yang tak kalah penting juga adalah selalu menjaga profesionalisme, serta selalu berupaya untuk bertindak adil.