Mengukur Risiko Likuiditas Bank [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mengukur Risiko likuiditas Bank: Matriks Kunci Sebagaimana diketahui bahwa ALM lebih kearah seni daripada pengetahuan, dan sangat penting suatu bank menggunakan range dari pengukuran likuiditas untuk peramalan dan mengestimasi resiko. Dalam bab ini kita mengurutkan tujuh matriks dasar likuiditas suatu bank sebagai berikut: 1. Rasio likuditas Rasio likuiditas suatu bank adalah rasio gap dasar hutang dan aset ; menunjukkan selisih antara aset dan kewajiban dalam suatu jangka waktu/tenor. Total dana tersedia adalah gap dari likuiditas ditambah dengan sekuritas minus fasilitas yang telah dihapus (unutilized commitments) 2. Loan to deposit Ratio( LTD) Matriks standar yang biasa digunakan, biasanya dilaporkan bulanan. Matriks ini mengukur hubungan antara pinjaman dan deposito pelanggan/nasabah. Selain itu matriks ini juga digunakan untuk mengukur tingkat kevberlanjutan dari suatu bank. - Jika rasio diatas 100% bisa dikategorikan sebagai peringatan awal atas pertumbuhan aset yang terlalu drastis - Jika rasio dibawah 70% menunjukkan likuiditas yang terlalu besar dan berpotensi pada ketidakcukupan return of funds LTD Rasio cukup handal digunakan dalam mengukur kontribusi pelaanggan pendanaan terhadap total pendanaan bank meskipun tidak mempredikisi volatilitas dana, sehingga sebaiknya digunakan dengan alat ukur lainnya. 3. 1 week and 1 month liquidity ratios Kedua instrumen diatas biasa dugunakan untuk menghadang batas regulasi. Rasio likuiditas ini digunakan untuk mengukur risiko Gap, menunjukkan net cash flow ( termasuk dampak kas atas sekuritas yang bersifat likuid) sebagai persentase atas hutang dalam jangka waktu tertentu. 4. Cumulative Liquidity Model Cumulative Liquidity Model adalah model kelanjutan dari rasio likuiditas yang merupakan model peramalan atas inflow, outflow dan ketersediaan likuiditas yang terakumulasi selama periode 12 bulan. Model ini mengakui dan memprediksi titik stress likuiditas dalam cash basis. 5. Liquidity Risk Factor Pengukuran ini menunjukkan agregat ukuran atas gap likuiditas. Membandingkan rata rata tenor aset dengan kewajibannya. Hal ini dikenal juga dengan “ Maturity Transformation Report”. Rasio Ini dapat diperhitungkan menggunakan tahun atau hari sesuai keinginan. LRF yang lebih tinggi, gap likuiditas yang lebih besar dan risiko yang lebih besar sangat penting untuk meneliti tren dalam waktu dan menguubahnya ke rata rata waktu yang panjang sehingga peringatan awal atas potensial kegagalan struktur pendanaan dapat diketahui 6. Concentration report and funding source report. Menunjukkan tingkat ketergantungan dalam sumber pendanaan tunggal. Atas kelebihan konsentrasi kepada satu atau lebih peminjam, sektor atau negara merupakan peringatan awal atas potensi titik stress dalam kejadian crash



7. Inter Entity Lending Report Model ini sangat relevan digunakan dalam grup atau entitas perbankan yang terkonsolidasi. Sebagai pinjaman intra grup adalah hal yang lazim dalam entitas perbankan. Pelaporan ini sangat berharga dalam menentukan bagaimana ketergantungan cabang perbankan dalam pendanaan grup. Kebijakan Tingkat pendanaan Internal Kita mendefinisikan risiko likuiditas sebagai risiko ketidakmampuan atas: 1. Meningkatkan pendanaan dalam rangka mengumpulkan dana untuk memenuhi kewajiban pembayaran pada saat jatuh tempo. 2. Mendanai peningkatan aset Risiko pendanaan adalah risiko ketidakmampuan dalam meminjam dana dalam pasar. Otoritas regulasi UK “ The financial Services Authority” menentukan mekanisme untuk memitigasi likuiditas dan risiko pendanaan dimana sangat penting untuk fokus pada jenis, tenor, dan sumber ketersediaan dana dilakukan dibawahnormal dan tingkat stress pasar. Framework pendanaan internal yang efektif. Harga dalam sebuah unit bisnis perbankan dalam rangka meningkatkan dana yang diperoleh dari meja treasury merupakan parameter utama dalam membuat keputusan bisnis, mendorong penjualan , alokasi aset , dan menentukan harga produk. Sehingga keputusan pendanaan yang dilakukan tresury perusahaan mempunyai implikasi yang signifikan dalam penjualan/perdagangan. Dalam dunia yang ideal harga dalam bentuk tunai/cash yang ditransfer dalam internal perbankan seharusnya merefleksikan biaya ekonomi yang sebenarnya dari cash tersebut didalam masa jatuh tempo dan dampaknya terhadap likuiditas perbankan secara keseluruhan. Hal ini untuk memastikan bahwa semua bisnis sejalan dengan kecenderungan komersial untuk memaksimalkan keuntungan dengan tenor pendanaan yang tepat. Alat ukur yang digunakan dalam pembuatan keputusan bisnis adalah ROC. Dalam hal ini setiap unit bisnis perbankan harus membuat tingkat ROC yang sepadan dengan profil risk reward. Cost Of Funds Sebagai pendorong utama dalam proses pengambilan keputusan bisnis , biaya pendanaan yang dipinjamkan dari bagian treasury pusat ke lini bisnis perbankan harus ditetapkan daengan tingkat yang merefleksikan risiko likuiditas yang sebenarnya dari tiap lini bisnis. Jika dirasa tidak realistik maka akan menyebabkan risiko transaksi yang membuat profit tidak realistik pula. Business best practice Adalah sangat penting agar otoritas regulasi mereview struktur pendanaan internal dalam setiap bank yang mereka supervisi. Dapat menciptakan lebih banyak potensi Tingkat pendanaan artificial( buatan) yang rendah menciptakan potensi paparan risiko yang tak dapat dikendalikan. Sebuah regulasi digunakan untuk memaksa penyusunan pendanaan internal yang realistik dalam rangka memitigasi risiko. Kebijakan transfer pricing pendanaan



Kerangka kebijakan ini telah diperkenalkan untuk lebih mencerminkan penggunaan dan penyediaan dana yang mengalir melalui Departemen Keuangan / treasury sebagai Hasil dari bisnis yang dilakukan oleh lini bisnis masing-masing bank. Ini berarti untuk menjadi lebih reflektif terhadap kondisi pasar dan memisahkan darai setiap treasury margin yang mungkin diterapkan. kita mengistilahkan tingkat pendanaan internal sebagai transfer pricing Ruang lingkup Kebijakan ini untuk semua aset berbunga dan kewajiban dalam neraca perbankan dan efektif per 1 januari 2010 , termasuk didalamnya:



1. untuk semua aset berbunga dan kewajiban yang masih ada 2. perdagangan yang terpisah dalam treasury 3. cashflow bruto dari setiap trading desk Kerangka kebijakan TP diaplikasikan pada semua sisi dalam neraca : Aset: -



-



digunakan sebagai dasar untuk pendanaan sesuai peraturan penetapan harga per eksisting transfer tanggal jatuh tempo untuk aset harus ditentukan sesuai umur ekonomis atau tanggal jatuh tempo secara hukum. mana yang lebih pendek. kerangka ini diaplikasikan untuk legacy trades ( perdagangan warisan) kerangka TP di tentukan oleh treasury dan disetujui olejh ALCO



Liabilities: -



digunakan sebagai dasar untuk pendanaan sesuai peraturan penetapan harga per eksisting transfer tanggal jatuh tempo untuk aset harus ditentukan sesuai umur ekonomis atau tanggal jatuh tempo mana yang lebih panjang. untuk tujuan kerangka ini deposito yang bersifat stickiness mempunyai umur ekonomis 1-5 tahun; umur ekonomis ditentukan oleh FSA kerangka ini diaplikasikan untuk legacy trades ( perdagangan warisan) kerangka TP di tentukan oleh treasury dan disetujui oleh ALCO



Ongoing -



ALCO bertanggungjawab untuk memastikan bahwa kebijakan akan dipertahankan review terhadap pricing akan dilakukan oleh ALCO tiap 6 bulan pricing bisa diupdate lebih sering ketika kondisi pasar membutuhkan.



Metode penghitungan: premi likuiditas tidak ada metode umum untuk menghitung premi likuiditas yang seharusnya ditambah untuk biaya pendanaan libor: metode yang telah digunakan meliputi:



-



perbandingan ASW dan CDS dari suatu bank untuk tiap tenor jatuh tempo perbandingan penyebaran pendanaan perbankan atas setiap tingkat kredit yang sama sebuah subyektifitas ALCO yang percaya bahwa bank akan meningkatkan pendanaan jangka panjang terpisah dari persepsi risiko kredit bank