Metode Bahu Jalan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODE PELAKSANAAN I.



DATA UMUM PROYEK PEKERJAAN



: Pembangunan Bahu Jalan Kp. Dalam (Tahap II – Fungsional )Kec. Karang Baru Kab, Aceh Tamiang ( MIGAS KAB/KOTA)



PERIODE PELAKSANA:150 (Seratus lima puluh ) Hari



LINGKUP PENANGANAN : 1. PEKERJAAN PERSIAPAN (DEVISI I) 1. Mobilisasi 2. PEKERJAAN TANAH (DIVISI 3) 1. Galian Tanah 3. PELEBARAN DAN PERKERASAN BAHU Perkerasan Beton Semen dengan anyaman Tulangan Tunggal 4. STRUKTUR (DIVISI VII) 1. Beton Mutu Sedang f’g=20 Mpa 2. Baja Tulangan U 24 Polos 3. Pasangan Batu



Semua item-item pekerjaan tersebut diatas akan dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis dan menurut volume pekerjaan yang tersedia dalam daftar kuantitas dan harga.



II. PEKERJAAN FISIK 1. PEKERJAAN MOBILISASI 1. PEKERJAAN PERSIAPAN Pekerjaan Persiapan adalah pekerjaan awal yang meliputi kegiatankegiatan pendahuluan untuk mendukung permulaan proyek meliputi : 1.1. Kantor Lapangan dan Fasilitasnya Tahapan berikutnya penentuan lokasi Basecamp, pembuatan Kantor Lapangan dan fasilitasnya dilokasi proyek dan kemudian dilanjutkan dengan mobilisasi peralatan yang diperlukan sesuai dengan tahapan pelakasanaan pekerjaan. Metode Pelaksanaan



1



1.2. Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas Untuk Kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan arus lalu lintas transportasi dilakukan dengan pembuatan tanda-tanda lalu lintas yang memadai disetiap kegiatan lapangan.Bila diperlukan dapat ditempatkan petugas pemberi isyarat yang bertugas mengatur arus lalu lintas pada saat pelaksanaan. 1.3. Rekayasa Lapangan Dengan petunjuk Direksi Teknis survey/rekayasa lapangan dilaksanakan untuk menentukan kondisi fisik dan structural dari pekerjaan jalan lama dan fasilitas yang ada dilokasi pekerjaan, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan peninjauan ulang terhadap rancangan kerja yang telah diberikan.System dan tatacara survey dikordinasikan dengan Direksi Teknis. 1.4. Material dan Penyimpanan Bahan yang akan digunakan didalam pekerjaan harus memenuhi spesifikasi dan standard yang berlaku, baik ukuran, type maupun ketentuan lainnya sesuai petunjuk Direksi Teknis. Semua material yang akan digunakan untuk proses pembuatan ATB dan Asphalt Concrete diambil dari Quarry Sungai Sawang Kabupaten Aceh Utara, diolah dan dipoolkan di Stone Crusher/AMP milik Kontraktor PT. PT. Cipuga Perkasa. Pihak Direksi Teknis sewaktu-waktu dapat mengadakan pemeriksanaan terhadap lokasi Stone Crusher dan AMP dimaksud guna mengetahui kondisi yang ada. 1.5. Jadwal Konstruksi Jadwal kontruksi dibuat pihak Kontraktor, diajukan kepada Direksi Teknis untuk dibahas dan mendapat persetujuan pada saat dilaksanakan rapat pendahuluan (Pre Construction Meeting/PCM).



1.6. Pelaksanaan Mobilisasi Peralatan Dalam Pelaksanaan proyek ini mobilisasi meliputi : a. Pembuatan/Penyediaan Basecamp, Kantor Lapangan, Kantor Direksi. b. Alat-alat yang dimobilisasi adalah : 1. COMPRESSOR 4000-6500 L/M 2. CONCRETE MIXER 0.3-0.6 M3 Metode Pelaksanaan



2



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



DUMP TRUCK 3.5 Ton CONCRETE VIBRATOR STONE CRUSHER WATER TANKER 3000-4500 L CONCRETE PAN MIXER TRUCK MIXER (AGIGATOR) SURVEY EQUIPMENT



1.7. Papan Nama Proyek 1. Papan Nama ini digunakan sebagai identitas dan informasi mengenai proyek. 2. Bahan yang dipakai : kayu kaso, plywood ukuran 4’ x 8’ x 4 mm, amplas, cat kayu, paku, split, cat minyak, semen, dan lain-lain. 3. Papan nama Proyek dipasang dipangkal dan diujung lokasi pekerjaan. 4. Papan nama dipelihara selama pelaksanaan proyek. 2. Relokasi Utilitas dan Pelayanan antara lain: Relokasi Utilitas untuk Telkom, PDAM, LISTRIK serta utilitas umum lainnya melalui beberapa tahapan : - Pendataan terhadap sarana yang masuk dalam ketentuan relokasi yang sudah ditetapkan - Pelaporan terhadap Departemen terkait - Pemindahan Utilitas setelah mendapatkan persetujuan dari departemen terkait



2.



PEKERJAAN GALIAN Galian Untuk Drainase Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan alat berat dan tenaga manual. Dimana sebelum pelaksanaan pekerjaan dilaksanakan data-data teknis yang meliputi elevasi top tanah sebelum dimulai pekerjaan sudah disepakati bersama dengan Direksi Pekerjaan dan juga design bentuk serta panjang yang akan dilaksanakan juga sudah disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan Galian untuk Drainase ini dapat berupa penggalian pada Saluran air yang ada akan tetapi telah mengalami pendangkalan oleh lumpur dan sampah. Serta penggalian pada tanah yang belum berupa saluran air, yang mana nantinya akan dipasang dengan Pasangan Batu dengan Mortar. Urutan Pelaksanaan : 1. Siapkan gambar kerja bersama dengan Direksi Pekerjaan.



Metode Pelaksanaan



3



2. Tentukan patok dan elevasi. 3. Gali dengan menggunakan Excavator dan hasil galian muat ke atas Dump Truck. 4. Hasil galian buang keluar lokasi kerja sesuai petunjuk Direksi. 5. Untuk membentuk kemiringan saluran dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia. 6. Setelah pekerjaan selesai, pengukuran bersama hasil pekerjaan dilakukan dengan Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan pada prestasi pekerjaan. Peralatan yang digunakan  Excavator PC 200-5  Dump Truck Kap. 4 m3  Peralatan bantu



= = =



1 Unit 3 Unit 1 Set



Tenaga Kerja  Operator Alat Berat  Driver  Pekerja



= = =



1 Orang 2 Orang 6 Orang



Pasangan Batu Dengan Mortar Pekerjaan Pasangan Batu dengan Mortar adalah pekerjaan pelapisan Saluran Air (Selokan) pada kedua sisi dan dasar saluran dengan campuran pasangan batu dengan mortar dengan ketebalan minimum 10 cm. Urutan Pelaksanaan : 1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu mempersiapkan gambar kerja bersama dengan Direksi Pekerjaan. 2. Setelah lokasi yang akan dikerjakan ditentukan, kemudian dipasang patok dan elevasi serta diberi rambu-rambu lalu lintas pada lokasi pekerjaan tersebut agar lalu lintas tidak terhambat dan tidak merusak pekerjaan. Metode Pelaksanaan



4



3. Selain persiapan di lokasi, material yang akan dipergunakan terlebih dahulu diusulkan kepada Direksi yaitu menyerahkan dua sample batu yang masing-masing seberat 50 kg. 4. Setelah material disetujui Direksi, penyiapan material pada lokasi pekerjaan harus telah diperhitungkan terhadap kapasitas pekerja pada satu hari pekerjaan sehingga tidak terdapat pekerjaan yang terlantar dan juga lokasi pekerjaan tetap dijaga dari genangan air. 5. Kemudian pekerjaan dilaksanakan dengan dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan segera di plester dengan cara diaci dan setelah mulai mengeras harus segera dirawat. 6. Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengukuran bersama hasil pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan pada progress prestasi pekerjaan. Peralatan yang digunakan  Beton Molen  Dump Truck  Peralatan Tukang



= = =



2 Unit 1 Unit 1 Set



Tenaga Kerja  Operator Beton Molen  Driver  Pekerja



= = =



1 Orang 1 Orang 6 Orang



3. PEKERJAAN TANAH 3.1 Galian Biasa Memakai Alat Metode Pelaksanaan



5



Pelaksanaan galian biasa ini prosedurnya sebagai berikut : 1. Pengukuran dan pemasangan bowplank atau menentukan kedalaman galian. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan alat ukur theodolit dengan mempedomani hasil rekayasa yang telah ditentukan oleh Konsultan dan pihak Proyek. Pemasangan bowplank dilakukan setalah hasil dari pengukuran disetujui oleh pihak konsultan dan pihak proyek. 2. Penggalian Secara Manual Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowpalnk dalam hal ini penentuan kedalaman galian. Tanah yang digali secara manual dikumpulkan lebih kurang 2 meter dari tepi galian dan selanjutnya dimuat ke Dump Truck, kemudian diangkut keluar lokasi proyek. Kedalaman maximal untuk galian manual 3 meter. 3. Penggalian dengan Menggunakan Alat Berat Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowpalnk dalam hal ini penentuan kedalaman galian. Tanah yang digali oleh Excavator langsung dimuat ke Dump Truck, kemudian diangkut keluar lokasi proyek. 4. Dasar untuk perhitungan analisa dari pekerjaan ini :  Asumsi : - Menggunakan tenaga manusia - Kapasitas kerja berkelompok - Kedalaman maximal 3 meter  Urutan Kerja/Metode Kerja : - Tanah yang digali dikumpulkan umumnya berada disisi jalan (kiri/kanan jalan) - Penggalian menggunakan tenaga manusia - Selanjutnya material hasil galian di masukkan kedalam Dump Truck - Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan sejauh 1 (satu) km.  Asumsi : - Menggunakan alat berat (cara mekanik) - Lokasi pekerjaan : Sepanjang jalan  Urutan Kerja/Metode Kerja : - Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan (kiri/kanan jalan) Metode Pelaksanaan



6



-



Penggalian menggunakan alat berat (Excavator) Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan sejauh 1 (satu) km.



-



3.5. Penyiapan Badan Jalan Asumsi: - Pekerjaan dengan alat mekanik (alat Berat), Pekerja dan alat bantu. Peralatan: - Excavator - Dump Truck - Motor Grader - Vibratory Roller - Water Tank truck - Alat Bantu lainnya Uraian : Pekerjaan ini dilaksanakan untuk mempersiapkan lahan kerja / sub grade bagi pekerjaan struktur selanjutnya diatas 1. Pekerjaan dilakukan dengan lingkup pekerjaan adalah; - Penggalian / pengupasan - Pemadatan 2. Persiapan; 2.1. Mobilisasi peralatan 2.2. Persiapan gambar kerja 2.3. Pengendalian lalu lintas 2.4. Request pekerjaan 3. Material



Metode Pelaksanaan



7



3.1. Untuk Lokasi Timbunan, material telah dilaksanakan pada pekerjaan timbunan 3.2. Pada lokasi galian, material tidak ada 4. Pelaksanaan Pekerjaan. 4.1. Penentuan Rencana elevasi 4.2. Perataan permukaan dengan Motor Grader 4.3. Pemadatan dengan Vibratory Roller 4.4. Hasil pekerjaan halus/ smooth, dan rata (juga memperhatikan keladaian yang dipersyaratkan)



PERKERASAN BETON SEMEN PORTLAND S9.08 (1) Uraian Pekerjaan ini meliputi pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini mencakup juga pembuatan perkerasan beton semen untuk Fasilitas Tol (di daerah Gerbang Tol). S9.08 (2) Ketentuan yang mengikat Ketentuan pada Pasal S10.01 (Beton Struktur) dan S10.02 (Baja Tulangan) merupakan bagian dari Pasal ini. S9.08 (3) Material (a) Agregat Material pokok untuk perkerasan beton harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.01 (2), kecuali agregat kasar harus berupa batu pecah. (b) Baja Tulangan (i) Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.02 dan detailnya tertera pada Gambar. (ii) Tulangan baja untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja atau tulangan profil sebagaimana terlihat pada Gambar. Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55, tulangan ini harus berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. (iii) Tulangan tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31. (c) Bahan pengisi sambungan (joint filler) Bahan pengisi tuang (Poured filler) untuk sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTOM 173.



Metode Pelaksanaan



8



Bahan pengisi padat (Preformed filler) untuk sambungan harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 33, AASHTOM 153, AASHTO M 213, atau AASHTO M 220, seperti ketentuan dalam Gambar atau instruksi Konsultan Pengawas dan harus diberi lubang untuk memasang dowel.Filler untuk setiap sambungan harus berupa satu lembaran untuk seluruh kedalaman dan lebar yang diperlukan untuk sambungan, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. Bila boleh digunakan lebih dari satu lembar, ujung yang bersentuhan harus dikencangkan sampai rapat, dengan penjepit atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas. (d) Membran Kedap Air ( Slip Sheet Membrane ) Membran atau sekat untuk lapisan tahan air di bawah perkerasan harus berupa lembaran Polyethene dengan tebal 125 mikron.Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat overlaping sekurang-kurangnya harus 300 mm.



(e) Curing Materials CuringMaterials harus sesuai dengan ketentuan berikut, atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas: Liquid Membrane-Forming Compounds for AASHTO M 148 Curing Concrete - type 2 White Pigmented (f) Beton (i) Bahan Pokok Campuran Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan Pasal S10.01 dari Spesifikasi ini. Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan desain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan. Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan ketentuan Pasal S10.01.Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum.Akan tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2% kecuali bahan pozolan.Bila



Metode Pelaksanaan



9



perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal tetap sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dijamin.Bila menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontraktor untuk mengubah ukuran agregat kasar. Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat bahan pengikat hanya untuk pemakaian Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe I dan tidak dapat digunakan untuk pemakaian semen tipe Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolana Cement (PPC) Bahan Tambahan kimiawi yang digunakan harus sesuai dengan AASHTO M19406.Bahan tambahan yang mengandung calcium chloride, calcium formate, dan triethanolamine tidak boleh digunakan. Kondisi berikut harus dipenuhi: a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan tambahan tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser. b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total (dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3. Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. (ii) Kekuatan Beton Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28 hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97. Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural strength) minimum. Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus). (iii) Pengambilan contoh Beton Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan tetap.



Metode Pelaksanaan



10



Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari. Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran. (iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 : 2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton dengan rentang : - 20 – 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan (slipform) a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan tambahan tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser. b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total (dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3. Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. (ii) Kekuatan Beton Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28 hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97. Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural strength) minimum. Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus). (iii) Pengambilan contoh Beton Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk dengan acuan tetap.



Metode Pelaksanaan



11



Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur, sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari. Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran. (iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 : 2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton dengan rentang : - 20 – 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan acuan berjalan (slipform)



4. DIVISI 7. STRUKTUR 7.1 Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250) Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan  Asumsi : - Menggunakan alat berat (secara mekanik) - Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan  Prosedur Pelaksanaan : - Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan Concrete Mixer - Beton di cor kedalam perancah yang telah disiapkan - Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan 7.2 Baja Tulangan U - 24 Polos Pelaksanaan ini untuk pemotongan besi sesuai dengan ukuran gambar dilaksanakan di Base Camp Kontraktor, sesudah itu diangkut kelokasi pekerjaan (site). Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan  Asumsi : - Pekerjaan dilakukan secara manual - Bahan dasar (besi dan kawat) diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan Metode Pelaksanaan



12







Prosedur Pelaksanaan : - Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang diperlukan - Batang tulangan dipasang/disusun sesuai dengan gambar pelaksanaan dan persilangannya diikat kawat.



7.1. Pasangan Batu Pelaksanaan ini dilakukan dengan secara manual. Dasar Perhitungan Untuk Analisa Harga Satuan  Asumsi : - Pekerjaan dilakukan secara manual - Bahan dasar (batu, pasir dan semen) diterima seluruhnya dilokasi pekerjaan  Prosedur Pelaksanaan : - Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan Concrete Mixer - Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang - Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan



5. PEKERJAAN HARIAN Pekerjaan Harian meliputi pekerjaan Laporan baik laporan tenaga kerja maupun alat , dan semua laporan harus dijelaskan dengan detail kepada Pelaksana / Pimpinan Proyek . Sehingga tidak terjadi tumpang tinggi antara laporan yang satu dengan laporan yang lainnya.Laporan yang baik adalah laporan yang memuat penjelasan secara transparan dan detail.



Metode Pelaksanaan



13



Demikian syarat-syarat umum/spesifikasi teknis ini diperbuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagai acuan melaksanakan pekerjaan dilapangan. Bilamana didalam syarat-syarat ini masih ada yang kurang lengkap akan dilengkapi sebagaimana mestinya.



CV. HAREUKAT TANI JAYA



DEDY SYAHPUTRA, SP Direktur



Metode Pelaksanaan



14